Penciptaan Alam Semesta

13
penciptaan alam semesta February 28, 2010 at 9:23pm BUMI ITU BULAT Dia menciptakan an!it "an bumi "en!an tu#uan yan! benar$ Dia menutupkan %tak&ir' m ata( (ian! "an menutupkan %tak&ir' (ian! ata( maam) %*+ A -.umar: /' ata berba a(a Arab tak&ir "iter#ema kan "en!an menutupkan "aam ayat "i ata( Ba a(a In" ne(ia, kata ini berarti meiitkan (e(uatu pa"a ben"a ain, in!!a ter yan! "i!uun! $ +ian! "an maam yan! (ain! meiit ini anya bi(a ter#a"i #ika bu Tetapi, (eperti "i(ebutkan "i ata(, ran!- ran! Arab yan! i"up 1$400 ta un yan! beran!!apan ba &a bumi itu "atar$ Ini berarti ba &a buatnya bumi "iberita ukan an!(un! "aam A *ur5an, yan! "i&a yukan pa"a aba" ketu#u $ 6a ini karena Aa men!a#arkan kebenaran kepa"a umat manu(ia$ 7er( aan ini, yan! "i(ebutkan "aam ki "i&a yukan e Aa , baru "iper#ea( "aam aba"-aba" (etea nya e para i arena A *ur5an a"aa perkataan Aa , perkataan yan! pain! benara yan! "i!u men!!ambarkan aam (eme(ta$ Mu(ta i (e ran! manu(ia men!eta ui "an bi(a memii kata ter(ebut$ arena Aa -a yan! men!eta ui (e!aanya, Dia bi(a menyampaikan ini kepa"a manu(ia kapan pun Dia ke en"aki$ nt ke 2 : A(a mua aam (eme(ta "i!ambarkan "aam A *ur5an "en!an ayat-ayat berikut "an "a banyak ayat ainnya: Dia-a an! memuai penciptaan an!it "an bumi$$$ %*+ A-An aam: 101' 6anya imu pen!eta uan "i aba" ke"ua puu yan! bi(a membuat kita menemukan bukti- imia tentan! peri(ti&a be(ar ini$ ;e (ebab itu, mu(ta i men!eta uinya 1$400 %pa"a (aat <abi +A= i"up'$ Akan tetapi, ini #u(tru tea "i(ebutkan "aam ayat ta memberi ta u kita kenyataan ini ketika A *ur5an "i&a yukan$ Inia kea#aiban A (aa (atu bukti ba &a A *ur5an a"aa perkataan Aa $ nt yan! ke 3 : Dan Dia-a an! tea menciptakan maam "an (ian!, mata ari "an buan$ Ma(in!-ma bere"ar "i "aam !ari( e"arnya$ %*+ A-Anbiya: 33' +eperti kaian baca "aam ayat ini, Aa memberi ta u kita tentan! kenyataan imi (a#a "itemukan beum ama ini$ 7a"a (aat A *ur5an "i&a yukan, ran!- ran! ti"ak ben"a-ben"a an!it ber!erak "aam !ari(-!ari( e"ar yan! tetap$ Tetapi Aa men!et (e!aanya "an memberi ta u apa yan! "ike en"aki-<ya kepa"a amba-<ya$ nt yan! ke 4 :

description

alam semesta

Transcript of Penciptaan Alam Semesta

penciptaan alam semestaFebruary 28, 2010 at 9:23pmBUMI ITU BULAT

Dia menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang benar. Dia menutupkan (takwir) malam atas siang dan menutupkan (takwir) siang atas malam (QS Az-Zumar: 5)

Kata berbahasa Arab takwir diterjemahkan dengan menutupkan dalam ayat di atas. Dalam Bahasa Indonesia, kata ini berarti melilitkan sesuatu pada benda lain, hingga terlipat seperti kain yang digulung. Siang dan malam yang saling melilit ini hanya bisa terjadi jika bumi itu bulat. Tetapi, seperti disebutkan di atas, orang-orang Arab yang hidup 1.400 tahun yang lalu beranggapan bahwa bumi itu datar. Ini berarti bahwa bulatnya bumi diberitahukan secara tidak langsung dalam Al Qur'an, yang diwahyukan pada abad ketujuh. Hal ini karena Allah mengajarkan kebenaran kepada umat manusia. Persoalan ini, yang disebutkan dalam kitab yang diwahyukan oleh Allah, baru diperjelas dalam abad-abad setelahnya oleh para ilmuwan.

Karena Al Qur'an adalah perkataan Allah, perkataan yang paling benarlah yang digunakan untuk menggambarkan alam semesta. Mustahil seorang manusia mengetahui dan bisa memilih kata-kata tersebut. Karena Allah-lah yang mengetahui segalanya, Dia bisa menyampaikan kenyataan ini kepada manusia kapan pun Dia kehendaki.

Contoh ke 2 :Asal mula alam semesta digambarkan dalam Al Qur'an dengan ayat-ayat berikut dan dalam banyak ayat lainnya:

Dia-lah Yang memulai penciptaan langit dan bumi... (QS Al-Anaam: 101)

Hanya ilmu pengetahuan di abad kedua puluh yang bisa membuat kita menemukan bukti-bukti ilmiah tentang peristiwa besar ini. Oleh sebab itu, mustahil mengetahuinya 1.400 tahun yang lalu (pada saat Nabi SAW hidup). Akan tetapi, ini justru telah disebutkan dalam ayat tadi, Allah memberi tahu kita kenyataan ini ketika Al Qur'an diwahyukan. Inilah keajaiban Al Qur'an dan salah satu bukti bahwa Al Qur'an adalah perkataan Allah.

Contoh yang ke 3 :Dan Dia-lah Yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masingnya beredar di dalam garis edarnya. (QS Al-Anbiya: 33)

Seperti kalian baca dalam ayat ini, Allah memberi tahu kita tentang kenyataan ilmiah yang baru saja ditemukan belum lama ini. Pada saat Al Qur'an diwahyukan, orang-orang tidak tahu bahwa benda-benda langit bergerak dalam garis-garis edar yang tetap. Tetapi Allah mengetahui segalanya dan memberi tahu apa yang dikehendaki-Nya kepada hamba-Nya.

Contoh yang ke 4 :Salah satu sifat lautan yang baru saja ditemukan ilmuwan telah diwahyukan dalam satu ayat Al Qur'an sebagai berikut:

Dia membiarkan dua lautan mengalir, yang keduanya bertemu, (tetapi) di antara keduanya ada batas yang tidak bisa dilewati oleh masing-masingnya. (QS Ar-Rahman: 19-20)

Sifat lautan ini, yaitu saling bertemu, tetapi tidak saling bercampur sama sekali, baru saja ditemukan oleh ahli lautan. Karena gaya fisika yang disebut dengan tegangan permukaan, perairan di lautan yang saling berdekatan tidak akan bercampur. Karena disebabkan oleh perbedaan kekentalan air tersebut, tegangan permukaan mencegah kedua lautan tersebut saling bercampur, seolah ada dinding tipis di antara mereka.

Yang menarik, di masa ketika manusia tidak mempunyai pengetahuan fisika, tegangan permukaan atau ahli lautan, pengetahuan ini telah diwahyukan di dalam Al Qur'an.

Penciptaan Alam Semesta

Asal mula alam semesta digambarkan dalam Al Qur'an pada ayat berikut :"Dialah pencipta langit dan bumi." (Al Qur'an, 6:101). Keterangan yang diberikan Al Qur'an ini sesuai benar dengan penemuan ilmu pengetahuan masa kini. Kesimpulan yang didapat astrofisika saat ini adalah bahwa keseluruhan alam semesta, beserta dimensi materi dan waktu, muncul menjadi ada sebagai hasil dari suatu ledakan raksasa yang tejadi dalam sekejap. Peristiwa ini, yang dikenal dengan "Big Bang" , membentuk keseluruhan alam semesta sekitar 15 milyar tahun lalu. Jagat raya tercipta dari suatu ketiadaan sebagai hasil dari ledakan satu titik tunggal.

Kalangan ilmuwan modern menyetujui bahwa Big Bang merupakan satu-satunya penjelasan masuk akal dan yang dapat dibuktikan mengenai asal mula alam semesta dan bagaimana alam semesta muncul menjadi ada. Sebelum Big Bang, tak ada yang disebut sebagai materi. Dari kondisi ketiadaan, dimana materi, energi, bahkan waktu belumlah ada, dan yang hanya mampu diartikan secara metafisik, terciptalah materi, energi, dan waktu. Fakta ini, yang baru saja ditemukan ahli fisika modern, dibe ritakan kepada kita dalam Al Qur'an 1.400 tahun lalu.

Sensor sangat peka pada satelit ruang angkasa COBE yang diluncurkan NASA pada tahun 1992 berhasil menangkap sisa-sisa radiasi ledakan Big Bang. Penemuan ini merupakan bukti terjadinya peristiwa Big Bang, yang merupakan penjelasan ilmiah bagi fakta bahwa alam semesta diciptakan dari ketiadaan.

Mengembangnya Alam Semesta

Dalam Al Qur'an, yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu astronomi masih terbelakang, mengembangnya alam semesta digambarkan sebagaimana berikut ini :"Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya." (Al Qur'an, 51:47) . Kata "langit", sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini, digunakan di banyak tempat dalam Al Qur'an dengan makna luar angkasa dan alam semesta. Di sini sekali lagi, kata tersebut digunakan dengan arti ini. Dengan kata lain, dalam Al Qur'an dikatakan bahwa alam semesta "mengalami perluasan atau mengembang". Inilah kesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan masa kini.

Sejak terjadinya peristiwa Big Bang, alam semesta telah mengembang secara terus-menerus dengan kecepatan maha dahsyat. Para ilmuwan menyamakan peristiwa mengembangnya alam semesta dengan permukaan balon yang sedang ditiup. Hingga awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu pengetahuan adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki permula an, dan ia terus-menerus "mengembang".

Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan mengembang. Fakta ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun 1929. Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi. Sebuah alam semesta, di mana segala sesuatunya terus bergerak menjauhi satu sama lain, berarti bahwa alam semesta tersebut terus-menerus "mengembang". Pengamatan yang dilakukan di tahun-tahun berikutnya memperkokoh fakta bahwa alam semesta terus mengembang. Kenyataan ini diterangkan dalam Al Qur'an pada saat tak seorang pun mengetahuinya. Ini dikarena kan Al Qur'an adalah firman Allah, Sang Pencipta, dan Pengatur alam semesta.

Pemisahan Langit dan Bumi

Satu ayat lagi tentang penciptaan langit adalah sebagaimana berikut :"Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman ?" (Al Qur'an, 21:30). Kata "ratq" yang di sini diterjemahkan sebagai "suatu yang padu" digunakan untuk merujuk pada dua zat berbeda yang membentuk suatu kesatuan. Ungkapan "Kami pisah kan antara keduanya" adalah terjemahan kata Arab "fataqa", dan bermakna bahwa sesuatu muncul menjadi ada melalui peristiwa pemisahan atau pemecahan struktur dari "ratq". Perkecambahan biji dan munculnya tunas dari dalam tanah adalah salah satu peristiwa yang diungkapkan dengan menggunakan kata ini.

Mari kita kaji ayat ini berdasarkan pengetahuan. Dalam ayat tersebut, langit dan bumi adalah subyek dari kata sifat "fatq". Keduanya lalu terpisah ("fataqa") satu sama lain. Menariknya, ketika mengingat kembali tahap-tahap awal peristiwa Big Bang, kita pahami bahwa satu titik tunggal berisi seluruh materi di alam semesta. Dengan kata lain, segala sesuatu, termasuk "langit dan bumi" yang saat itu belum diciptakan, juga terkandung dalam titik tunggal yang masih berada pada keadaan "ratq" ini. Titik tunggal ini meledak sangat dahsyat, sehingga menyebab kan materi-materi yang dikandungnya untuk "fataqa" (terpisah), dan dalam rangkaian peristiwa tersebut, bangunan dan tatanan keseluruhan alam semesta terbentuk.

Ketika kita bandingkan penjelasan ayat tersebut dengan berbagai penemuan ilmiah, akan kita pahami bahwa keduanya benar-benar bersesuaian satu sama lain. Yang sungguh menarik lagi, penemuan-penemuan ini belumlah terjadi sebelum abad ke-20.

Garis Edar

Tatkala merujuk kepada matahari dan bulan di dalam Al Qur'an, ditegaskan bahwa masing-masing bergerak dalam orbit atau garis edar tertentu. "Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya." (Al Qur'an, 21:33). Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah diam, tetapi bergerak dalam garis edar tertentu :"Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui." (Al Qur'an, 36:3Cool.

Fakta-fakta yang disampaikan dalam Al Qur'an ini telah ditemukan melalui pengamatan astronomis di zaman kita. Menurut perhitungan para ahli astronomi, matahari bergerak dengan kecepatan luar biasa yang mencapai 720 ribu km per jam ke arah bintang Vega dalam sebuah garis edar yang disebut Solar Apex. Ini berarti matahari bergerak sejauh kurang lebih 17.280.000 kilometer dalam sehari. Bersama matahari, semua planet dan satelit dalam sistem gravitasi matahari juga berjalan menempuh jarak ini. Selanjutnya, semua bintang di alam semesta berada dalam suatu gerakan serupa yang terencana. Sebagaimana komet-komet lain di alam raya, komet Halley, juga bergerak mengikuti orbit atau garis edarnya yang telah ditetapkan. Komet ini memiliki garis edar khusus dan bergerak mengikuti garis edar ini secara harmonis bersama-sama dengan benda-benda langit lainnya. Keseluruhan alam semesta yang dipenuhi oleh lintasan dan garis edar ini, dinyatakan dalam Al Qur' an sebagai berikut :"Demi langit yang mempunyai jalan-jalan." (Al Qur'an, 51:7).

Terdapat sekitar 200 milyar galaksi di alam semesta yang masing-masing terdiri dari hampir 200 bintang. Sebagian besar bintang-bintang ini mempunyai planet, dan sebagian besar planet-planet ini mempunyai bulan. Semua benda langit tersebut bergerak dalam garis peredaran yang diperhitungkan dengan sangat teliti. Selama jutaan tahun, masing-masing seolah "berenang" sepanjang garis edarnya dalam keserasian dan keteraturan yang sempurna bersama dengan yang lain. Selain itu, sejumlah komet juga bergerak bersama sepanjang garis edar yang ditetapkan baginya. Semua benda langit termasuk planet, satelit yang mengiringi planet, bintang, dan bahkan galaksi, memiliki orbit atau garis edar mereka masing-masing.

Semua orbit ini telah ditetapkan berdasarkan perhitungan yang sangat teliti dengan cermat. Yang membangun dan memelihara tatanan sempurna ini adalah Allah, Pencipta seluruh sekalian alam. Garis edar di alam semesta tidak hanya dimiliki oleh benda-benda angkasa. Galaksi-galaksi pun berjalan pada kecepatan luar biasa dalam suatu garis peredaran yang terhitung dan terencana. Selama pergerakan ini, tak satupun dari benda-benda angkasa ini memotong lintasan yang lain, atau bertabrakan dengan lainnya. Bahkan, telah teramati bahwa sejumlah galaksi berpapasan satu sama lain tanpa satu pun dari bagian-bagiannya saling bersentuhan.

Dapat dipastikan bahwa pada saat Al Qur'an diturunkan, manusia tidak memiliki teleskop masa kini ataupun teknologi canggih untuk mengamati ruang angkasa berjarak jutaan kilometer, tidak pula pengetahuan fisika ataupun astronomi modern. Karenanya, saat itu tidaklah mungkin untuk mengatakan secara ilmiah bahwa ruang angkasa "dipenuhi lintasan dan garis edar" sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut. Akan tetapi, hal ini dinyatakan secara terbuka kepada kita dalam Al Qur'an yang diturunkan pada saat itu: karena Al Qur'an adalah firman Allah.

Bentuk Bulat Planet Bumi

"Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam..." (Al Qur'an, 39:5)

Dalam Al Qur'an, kata-kata yang digunakan untuk menjelaskan tentang alam semesta sungguh sangat penting. Kata Arab yang diterjemahkan sebagai "menutupkan" dalam ayat di atas adalah "takwir". Dalam kamus bahasa Arab, misalnya, kata ini digunakan untuk menggambarkan pekerjaan membungkus atau menutup sesuatu di atas yang lain secara melingkar, sebagaimana surban dipakaikan pada kepala. Keterangan yg disebut dalam ayat di atas tentang siang dan malam yang saling menutup satu sama lain berisi keterangan yang tepat mengenai bentuk bumi. Pernyataan ini hanya benar jika bumi berbentuk bulat. Ini berarti bahwa dalam Al Qur'an, yang telah di turunkan di abad ke-7, telah diisyaratkan tentang bentuk planet bumi yang bulat.

Namun perlu diingat bahwa ilmu astronomi kala itu memahami bumi secara berbeda. Di masa itu, bumi diyakini berbentuk bidang datar, dan semua perhitungan serta penjelasan ilmiah didasarkan pada keyakinan ini. Sebaliknya, ayat-ayat Al Qur'an berisi informasi yang hanya mampu kita pahami dalam satu abad terakhir. Oleh ka rena Al Qur'an adalah firman Allah, maka tidak mengherankan jika kata-kata yang tepat digunakan dalam ayat-ayatnya ketika menjelaskan jagat raya.

Atap yang Terpelihara

Benda-benda langit yang berlalu lalang di ruang angkasa dapat menjadi ancaman serius bagi Bumi. Tapi Allah, Pencipta Maha Sempurna, telah menjadikan atmosfir sebagai atap yang melindungi bumi. Berkat pelindung istimewa ini, kebanyakan meteorid tidak mampu menghantam bumi karena terlanjur hancur berkeping-keping ketika masih berada di atmosfir. Dalam Al Qur'an, Allah mengarahkan perhatian kita kepada sifat yang sangat menarik tentang langit :"Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang ada padanya." (Al Qur'an, 21:32).

Sifat langit ini telah dibuktikan oleh penelitian ilmiah abad ke-20. Atmosfir yang melingkupi bumi berperan sangat penting bagi berlangsungnya kehidupan. Dengan menghancurkan sejumlah meteor, besar ataupun kecil ketika mereka mendekati bumi, atmosfir mencegah mereka jatuh ke bumi dan membahayakan makhluk hidup.

Atmosfir juga menyaring sinar-sinar dari ruang angkasa yang membahayakan kehidupan. Menariknya, atmosfir hanya membiarkan agar ditembus oleh sinar-sinar tak berbahaya dan berguna, - seperti cahaya tampak, sinar ultraviolet tepi, dan gelombang radio. Semua radiasi ini sangat diperlukan bagi kehidupan. Sinar ultra violet tepi, yang hanya sebagiannya menembus atmosfir, sangat penting bagi foto sintesis tanaman dan bagi kelangsungan seluruh makhluk hidup. Sebagian besar sinar ultraviolet kuat yang dipancarkan matahari ditahan oleh lapisan ozon atmos fir dan hanya sebagian kecil dan penting saja dari spektrum ultraviolet yang mencapai bumi.

Kebanyakan manusia yang memandang ke arah langit tidak pernah berpikir tentang fungsi atmosfir sebagai pelindung. Hampir tak pernah terlintas dalam benak mereka tentang apa jadinya bumi ini jika atmosfir tidak ada. Foto di atas adalah kawah raksasa yang terbentuk akibat hantaman sebuah meteor yang jatuh di Arizona, Amerika Serikat. Jika atmosfir tidak ada, jutaan meteorid akan jatuh ke Bumi, sehingga menjadikannya tempat yg tak dapat dihuni. Namun, fungsi pelindung dari atmosfir memungkinkan makhluk hidup untuk melangsungkan kehidupannya dengan aman. Ini sudah pasti perlindungan yang Allah berikan bagi manusia, dan sebuah keajaiban yang dinyatakan dalam Al Qur'an. Fungsi pelindung dari atmosfir tidak berhenti sampai di sini. Atmosfir juga melindungi bumi dari suhu dingin membeku ruang angkasa, yang mencapai sekitar 270 derajat celcius di bawah nol. Tidak hanya atmosfir yang melindungi bumi dari pengaruh berbahaya. Selain atmosfir, Sabuk Van Allen, suatu lapisan yang tercipta akibat keberadaan medan magnet bumi, juga berperan sebagai perisai melawan radiasi berbahaya yang mengancam planet kita. Radiasi ini, yang terus-menerus dipancarkan oleh matahari dan bintang-bintang lainnya, sangat mematikan bagi makhuk hidup. Jika saja sabuk Van Allen tidak ada, semburan energi raksasa yang disebut jilatan api matahari yang terjadi berkali-berkali pada matahari akan menghancurkan seluruh kehidupan di muka bumi. Dr. Hugh Ross berkata tentang perang penting Sabuk Van Allen bagi kehidupan kita :"Bumi ternyata memiliki kerapatan terbesar di antara planet-planet lain di tata surya kita. Inti bumi yang terdiri atas unsur nikel dan besi inilah yang menyebabkan keberadaan medan magnetnya yang besar. Medan magnet ini membentuk lapisan pelindung berupa radiasi Van-Allen, yang melindungi Bumi dari pancaran radiasi dari luar angkasa. Jika lapisan pelindung ini tidak ada, maka kehidupan takkan mungkin dapat berlangsung di Bumi. Satu-satunya planet berbatu lain yang berkemungkinan memiliki medan magnet adalah Merkurius - tapi kekuatan medan magnet planet ini 100 kali lebih kecil dari Bumi. Bahkan Venus, planet kembar kita, tidak memiliki medan magnet. Lapisan pelindung Van-Allen ini merupakan sebuah rancangan istimewa yang hanya ada pada Bumi". (http://www.jps.net/bygrace/index. html Taken from Big Bang Refined by Fire by Dr. Hugh Ross, 1998. Reasons To Believe, Pasadena, CA.)

Energi yang dipancarkan dalam satu jilatan api saja, sebagaimana tercatat baru-baru ini, terhitung setara dengan 100 milyar bom atom yang serupa dengan yang dijatuhkan di Hiroshima. Lima puluh delapan jam setelah kilatan tersebut, teramati bahwa jarum magnetik kompas bergerak tidak seperti biasanya, dan 250 kilo meter di atas atmosfir bumi terjadi peningkatan suhu tiba-tiba hingga mencapai 2.500 derajat celcius. Singkatnya, sebuah sistem sempurna sedang bekerja jauh tinggi di atas bumi. Ia melingkupi bumi kita dan melindunginya dari berbagai ancaman dari luar angkasa. Para ilmuwan baru mengetahuinya sekarang, sementara be rabad-abad lampau, kita telah diberitahu dalam Al Qur'an tentang atmosfir bumi yang berfungsi sebagai lapisan pelindung.

Energi yang dipancarkan oleh sebuah letusan pada Matahari sungguh amat dahsyat sehingga sulit dibayangkan akal manusia : Letusan tunggal pada matahari setara dengan ledakan 100 juta bom atom yang pernah dijatuhkan di Hiroshima. Bumi terlindungi dari pengaruh merusak akibat pancaran energi ini.

Langit yang Mengembalikan

Ayat ke-11 dari Surat Ath Thaariq dalam Al Qur'an, mengacu pada fungsi "mengembalikan" yang dimiliki langit. "Demi langit yang mengandung hujan." (Al Qur'an, 86:11) . Kata yang ditafsirkan sebagai "mengandung hujan" dalam terjemahan Al Qur'an ini juga bermakna "mengirim kembali" atau "mengembalikan". Sebagaimana diketahui, atmosfir yang melingkupi bumi terdiri dari sejumlah lapisan. Setiap lapisan memiliki peran penting bagi kehidupan. Penelitian meng ungkapkan bahwa lapisan-lapisan ini memiliki fungsi mengembalikan benda-benda atau sinar yang mereka terima ke ruang angkasa atau ke arah bawah, yakni ke bumi. Sekarang, marilah kita cermati sejumlah contoh fungsi "pengembalian" dari lapisan-lapisan yang mengelilingi bumi tersebut.

Lapisan Troposfir, 13 hingga 15 km di atas permukaan bumi, memungkinkan uap air yang naik dari permukaan bumi menjadi terkumpul hingga jenuh dan turun kembali ke bumi sebagai hujan. Lapisan ozon, pada ketinggian 25 km, memantulkan radiasi berbahaya dan sinar ultraviolet yang datang dari ruang angkasa dan mengembali kan keduanya ke ruang angkasa. Ionosfir, memantulkan kembali pancaran gelombang radio dari bumi ke berbagai belahan bumi lainnya, persis seperti satelit komunikasi pasif, sehingga memungkinkan komunikasi tanpa kabel, pemancaran siaran radio dan televisi pada jarak yang cukup jauh. Lapisan magnet memantulkan kembali partikel-partikel radioaktif berbahaya yang dipancarkan Matahari dan bintang-bintang lainnya ke ruang angkasa sebelum sampai ke Bumi.

Sifat lapisan-lapisan langit yang hanya dapat ditemukan secara ilmiah di masa kini tersebut, telah dinyatakan berabad-abad lalu dalam Al Qur'an. Ini sekali lagi membuktikan bahwa Al Qur'an adalah firman Allah.

Para ilmuwan sejak dulu senantiasa ingin mengetahui jenis partikel yang membentuk matahari, bulan, bintang-bintang dan bumi. Metode alamiah yang terlintas di pikiran mereka adalah berusaha untuk menyingkap bagian-bagian materi yang membentuk alam semesta. Mereka percaya bahwa dengan memisahkan unsur-unsur pembentuk sesuatu, pada akhirnya dapat diketahui sebuah partikel yang menjadi unsur pertama pembentuk sesuatu tersebut.Oleh karena itu, kita menyaksikan bahwa para ilmuwan kuno menganggap air, udara, api dan tanah sebagai unsur pertama terbentuknya alam semesta dan beberapa yang lain berbicara tentang keberadaan sebuah unsur yang penuh teka-teki dan mereka menyebutnya sebagai rahasia penciptaan alam. Unsur yang penuh teka-teki itu sekarang dikenal sebagai atom dan kemudian para ilmuwan menyingkapnya melalui eksperimen di laboratorium-laboratorium riset. Atom tersusun dari inti atom dan itu dikenal sebagai partikel pertama penciptaan.Kitab suci al-Quran dalam sejumlah ayatnya, menyinggung fenomena-fenomena yang menyita pikiran dan menakjubkan seperti penciptaan. Proses penciptaan alam semesta dan dunia serta tahapan-tahapannya, dapat ditemukan secara acak di berbagai ayat al-Quran. Di ayat-ayat itu, kadang asap (Dukhan) atau air disebutkan sebagai partikel dasar terbentuknya langit dan bumi. Abdul Ghani Khatib dalam sebuah bukunya menulis, "Tuhan pertama kali menciptakan air dan bersamanya ia ciptakan unsur-unsur lain. Kemudian ia hembuskan suhu yang sangat panas sehingga keluar uap darinya... uap itu seperti asap, tebal dan pekat. Kemudian Tuhan mengubah asap itu menjadi padat dan menjadikannya bentuk yang berbeda."Berkenaan dengan penciptaan alam semesta, Imam Muhammad al-Baqir as mengatakan, "Semua yang ada adalah air dan Arsh Tuhan berada di atasnya, kemudian Tuhan menciptakan sebuah ledakan di air dan setelah itu, ia memadamkan bara dan lidahnya dan kemudian muncul asap yang menjadi materi terbentuknya langit." (Tafsir Nur al-Tsaqalain, jil 4, hal 540)Al-Quran dalam surat Fussilat ayat 11, menyinggung masalah penciptaan langit dari asap dan berfirman, "Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".Seorang mufassir besar Islam, Ayatullah Makarim Shirazi ketika menafsirkan ayat 11 surat Fussilat, menulis, "Kalimat (langit itu masih merupakan asap) menunjukkan bahwa penciptaan langit dimulai dari tumpukan dan gumpalan asap yang sangat besar dan ini sepenuhnya sesuai dengan riset terbaru tentang dimulainya penciptaan. Sekarang, kebanyakan bintang juga dalam bentuk tumpukan gas dan asap yang padat." (Tafsir Nemune, jil 20, hal 228)Beberapa mufassir dengan memperhatikan ayat 27-32 surat an-Nazi'at, meyakini bahwa langit diciptakan sebelum bumi dan setelah itu barulah muncul air, tumbuh-tumbuhan dan gunung-gunung. Tahapan tersebut sesuai dengan penegasan sains modern." Dalam surat an-Nazi'at ayat 27-32 disebutkan, "Apakah kamu lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah membinanya, Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya, dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang. Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh."Seorang fisikawan Rusia, George Gamow juga menganggap asap sebagai partikel pertama terbentuknya bintang-bintang dan mengatakan, "Sebuah argumentasi astronomi mengantarkan kita pada realita ini bahwa bintang-bintang langit yang tak terhitung jumlahnya memiliki awal dan semua mereka muncul dari asap yang sangat panas."Menurut lahiriyah ayat-ayat al-Quran dapat disimpulkan bahwa langit dan bumi muncul setelah sebuah fase yang disebut asap oleh al-Quran. Dan sebelum asap, ada sebuah fase lain di mana air terkadang memainkan peran penting di dalamnya. Beberapa pakar tafsir menerjemahkan kata "Ma'" terkait penciptaan alam dengan air. Tapi, beberapa yang lain menganggapnya sebagai benda cair dan panas, di mana berbagai jenis gas yang panas dan pekat keluar dari benda itu. Kemudian gas tersebut menjadi padat dan beku dan begitulah munculnya bumi, bintang-bintang dan planet-planet.Ulasan ini paling tidak sejalan dengan Teori Ledakan Besar (Bing Bang Theory). Akan tetapi, mengingat ada beragam teori tentang penciptaan alam semesta dan sampai sekarang belum satu pun terbukti dengan pasti, maka hipotesa-hipotesa tersebut tidak bisa disandarkan pada al-Quran.Teori Ledakan Besar mengungkapkan bahwa alam semesta termasuk bumi dan isinya itu terbentuk dari sebuah ledakan besar. Teori ini menyatakan adanya "awal atau permulaan" pada alam semesta, yang disebabkan oleh Big Bang. Berdasarkan pemodelan ledakan ini, alam semesta, awalnya dalam keadaan sangat panas dan padat, mengembang secara terus menerus hingga hari ini. Berdasarkan pengukuran terbaik tahun 2009, keadaan awal alam semesta bermula sekitar 13,7 miliar tahun lalu, yang kemudian selalu menjadi rujukan sebagai waktu terjadinya Big Bang tersebut.Salah satu bukti yang menunjukkan alam semesta berasal dari sebuah ledakan besar adalah terdapatnya kandungan Hidrogen dan Helium yang tersebar di seluruh jagat raya. Jika alam semesta tidak memiliki awal, seharusnya Hidrogen telah menghilang dari alam semesta ini diakibatkan perubahan atom Hidrogen menjadi atom Helium. Ini bukti yang ditemukan dari penelitian yang panjang. Akhirnya, para ilmuwan di dunia mengakui kebenaran bahwa alam semesta lahir dari sebuah ledakan besar yang tentu saja diciptakan keberadaannya. Namun, jika kita ingin melihat jauh sebelum Big Bang, apa yang harus kita lalukan? Apa yang terjadi sebelum Big Bang? Kekuatan apa yang telah menciptakan itu semua?Al-Quran dalam berbagai ayatnya, tidak hanya menyinggung partikel-partikel yang membentuk kehidupan dan penciptaan, tapi juga menjelaskan bagaimana alam semesta itu terbentuk dan masanya. Pada ayat 9-12 surat Fussilat, al-Quran memaparkan secara global tentang enam tahapan dari tahap-tahap penciptaan alam semesta. Dua tahap untuk penciptaan langit, dua tahap untuk penciptaan bumi dan dua tahap untuk penciptaan apa yang ada di antara langit dan bumi. Namun, ayat-ayat tersebut tidak menyinggung proses detail dan waktu yang dibutuhkan untuk setiap tahap.Ayat-ayat tersebut berbunyi, "Katakanlah: "Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam". Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati". Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui."Mengenai enam tahapan penciptaan tersebut, Ayatullah Makarim Shirazi menjelaskan, "Tahap pertama adalah tahap di mana alam semesta berbentuk gumpalan asap. Tahap kedua adalah fase di mana tumpukan-tumpukan besar dari gumpalan asap tersebut mulai terpisah dan berputar pada poros inti gumpalan. Pada tahap ketiga, tata surya termasuk matahari dan bumi, mulai terbentuk dan pada tahap keempat, bumi mulai dingin dan siap menyambut kehidupan. Pada tahap kelima, tumbuh-tumbuhan dan pepohonan mulai tumbuh di bumi. Dan pada tahap keenam, hewan dan manusia mulai tampak di bumi." (Tafsir Nemune, jil 6, hal 202)(IRIB Indonesia)Penciptaan Alam Menurut Qur'anIndeks Islam | Indeks Bucaille | Indeks Artikel | Tentang Penulis

ISNET Homepage | MEDIA Homepage | Program Kerja | Koleksi | Anggota

BERHADAPAN DENGAN AYAT-AYAT QUR-AN TENTANG PENCIPTAAN ALAMMarilah kita selidiki lima dasar yang menjadi landasanQur-an untuk menceritakan tentang penciptaan alam. I. Enam masa daripada penciptaan langit-langit dan bumi, menurut Qur-an, meliputi terbentuknya benda-benda samawi, terbentuknya bumi dan perkembangan bumi sehingga dapat dihuni manusia. Untuk hal yang terakhir ini, Qur-an mengatakan, segala sesuatu terjadi dalam empat waktu. Apakah empat waktu itu merupakan zaman-zaman geologi dalam Sains modern, karena menurut Sains modern, manusia timbul pada zaman geologi ke empat? Ini hanya suatu hipotesa; tetapi tak ada jawaban terhadap soal ini. Tetapi perlu kita perhatikan bahwa untuk pembentukan benda-benda samawi dan bumi sebagai yang diterangkan dalam ayat 9 sampai dengan 12, surat 4, diperlukan dua tahap. Sains memberi tahu kepada kita bahwa jika kita mengambil contoh (satu-satunya contoh yang sudah mungkin diketahui) daripada pembentukan matahari dan embel-embelnya, yakni bumi, prosesnya melalui padatan (kondensasi) nebula (kelompok gas) dan perpecahannya. Ini adalah yang dikatakan oleh Qur-an secara jelas dengan proses yang mula-mula berupa asap samawi, kemudian menjadi kumpulan gas, kemudian berpecah. Di sini kita dapatkan persatuan yang sempurna antara penjelasan Qur-an dan penjelasan Sains. II. Sains telah menunjukkan simultanitas antara dua kejadian pembentukan bintang (seperti matahari) dan pembentukan satelit-satelitnya, atau salah satu satelitnya (seperti bumi). Bukankah simultanitas ini telah nampak juga dalam teks Qur-an seperti yang telah kita ketahui? III. Nampak persesuaian antara wujudnya asap pada permulaan terciptanya kosmos, yaitu asap yang dipakai oleh Qur-an untuk menunjukkan gas yang banyak dalam materi yang menjadi asal kosmos dan konsep Sains modern tentang nebula primitive (kelompok gas asli). IV. Kegandaan langit-langit yang diterangkan oleh Qur-an dengan simbul angka 7 yang sudah kita fahami artinya telah dibenarkan oleh Sains modern dalam pernyataan ahli-ahli astrofisika tentang sistem galaksi dan jumlahnya yang amat besar. Di lain fihak wujudnya bumi-bumi yang mirip dengan bumi kita dari beberapa aspek adalah suatu hal yang dapat kita fahami daripada teks Qur-an, tetapi sampai sekarang Sains belum dapat membuktikannya. Bagaimanapun keadaannya, para spesialis menganggap bahwa adanya bumi semacam itu sangat mungkin. V. Adanya suatu penciptaan pertengahan antara langit-langit dan bumi seperti yang dijelaskan Qur-an dapat dimengerti dengan diketemukannya jembatan-jembatan materi yang terdapat di luar sistim astronomik teratur.Jika segala soal yang ditimbulkan oleh ayat-ayat Qur-ansampai sekarang belum dapat diterangkan secara menyeluruholeh ilmu pengetahuan, sedikitnya tak terdapat pertentanganantara ayat-ayat Qur-an dan pengetahuan modern tentangpenciptaan kosmos.Kita perlu menggaris bawahi keunggulan Qur-an setelah kitamengetahui bahwa teks Perjanjian Lama yang kita miliki telahmemberi perincian-perincian tentang penciptaan kosmos tetapiperincian-perincian itu tak dapat diterima oleh ilmupengetahuan. Kita tidak heran karena kita tahu bahwa teksSakerdotal (para pendeta) dari Bibel tentang penciptaan alamitu ditulis pada waktu bangsa Israil dibuang ke Babylon.Para pendeta Yahudi itu mempunyai maksud-maksud yuridis yangsudah kita terangkan di atas dan mereka itu telah menyusunriwayat-riwayat yang sesuai dengan pandangan keagamaanmereka.Adanya perbedaan yang menyolok antara riwayat Bibel danriwayat Qur-an tentang penciptaan kosmos adalah sangatmenarik perhatian karena semenjak permulaan timbulnya agamaIslam, Nabi Muhammad selalu dituduh telah menjiplak isiBibel. Dalam hal penciptaan kosmos ini, tuduhan semacam itusama sekali tidak mempunyai landasan.Bagaimana 14 abad yang lalu seseorang dapat mengkoreksiriwayat yang sudah tersiar dengan menghilangkankekeliruan-kekeliruan ilmiah dan mengemukakan apa yang iabawakan sendiri yaitu hal-hal yang telah dibenarkan olehSains pada abad kita ini. Hipotesa semacam itu tak dapatdipertahankan. Qur-an membicarakan penjelasan tentangpenciptaan kosmos yang sangat berbeda dengan penjelasanBibel.