Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis - Drh.Sunu

12
Drh. Ardilasunu Wicaksono Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis Pendahuluan Latar belakang Zoonosis adalah penyakit dan infeksi yang secara alamiah ditularkan diantara hewan vertebrata dan manusia. Perilaku manusia di dunia dalam skala luas menyumbang terhadap munculnya penyakit-penyakit zoonosis, termasuk tekanan populasi, deforestasi, intensifikasi pertanian, perdagangan global hewan liar dan konsumsi daging secara berlebihan. Di Indonesia, zoonosis dan foodborne zoonosis diprioritaskan pada beberapa penyakit. Untuk zoonosis antara lain anthraks, avian influenza, brucellosis dan rabies. Pada foodborne zoonosis diantaranya salmonellosis, campylobacteriosis, taeniasis, toxoplasmosis, leptospirosis dan tuberculosis. Dampak akibat zoonosis diantaranya adalah timbulnya kesakitan (morbidity) dan kematian (mortality), baik pada manusia maupun hewan. Selain itu menimbulkan dampak ekonomi akibat kehilangan tenaga kerja karena sakit, menurunnya jumlah wisatawan ke daerah terjadinya wabah, turunnya produksi ternak dan produk ternak, pemusnahan ternak sakit dan tersangka sakit, serta pembatasan dan penurunan perdagangan internasional. Dengan demikian, penyakit zoonotik harus dapat dicegah dan dikendalikan dengan berbagai upaya yang dapat dilakukan. Upaya tersebut harus melibatkan semua pihak agar tercapai tujuan kesehatan global baik kesehatan pada manusia maupun hewan. Zoonosis dapat dicegah jika dilakukan tindakan pencegahan dan pengendalian yang konsisten dan diperlukan komitmen dari berbagai pihak.

Transcript of Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis - Drh.Sunu

Page 1: Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis - Drh.Sunu

Drh. Ardilasunu Wicaksono

Fakultas Kedokteran Hewan

Institut Pertanian Bogor

Pencegahan dan Pengendalian

Zoonosis

Pendahuluan

Latar belakang

Zoonosis adalah penyakit dan infeksi yang secara alamiah ditularkan

diantara hewan vertebrata dan manusia. Perilaku manusia di dunia dalam skala

luas menyumbang terhadap munculnya penyakit-penyakit zoonosis, termasuk

tekanan populasi, deforestasi, intensifikasi pertanian, perdagangan global hewan

liar dan konsumsi daging secara berlebihan.

Di Indonesia, zoonosis dan foodborne zoonosis diprioritaskan pada

beberapa penyakit. Untuk zoonosis antara lain anthraks, avian influenza,

brucellosis dan rabies. Pada foodborne zoonosis diantaranya salmonellosis,

campylobacteriosis, taeniasis, toxoplasmosis, leptospirosis dan tuberculosis.

Dampak akibat zoonosis diantaranya adalah timbulnya kesakitan

(morbidity) dan kematian (mortality), baik pada manusia maupun hewan. Selain

itu menimbulkan dampak ekonomi akibat kehilangan tenaga kerja karena sakit,

menurunnya jumlah wisatawan ke daerah terjadinya wabah, turunnya produksi

ternak dan produk ternak, pemusnahan ternak sakit dan tersangka sakit, serta

pembatasan dan penurunan perdagangan internasional.

Dengan demikian, penyakit zoonotik harus dapat dicegah dan

dikendalikan dengan berbagai upaya yang dapat dilakukan. Upaya tersebut

harus melibatkan semua pihak agar tercapai tujuan kesehatan global baik

kesehatan pada manusia maupun hewan. Zoonosis dapat dicegah jika dilakukan

tindakan pencegahan dan pengendalian yang konsisten dan diperlukan

komitmen dari berbagai pihak.

Page 2: Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis - Drh.Sunu

Ardilasunu Wicaksono 2010

Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk membahas mengenai

tindakan-tindakan yang dapat mencegah dan mengendalikan zoonosis secara

umum baik mengenai tindakan secara teknis, peran pemerintah, serta sedikit

disinggung mengenai konsep one health.

Pembahasan

Tindakan pencegahan zoonosis merupakan upaya secara dini untuk

menghalau masuknya penyakit sehingga terhindar dari kerugian dari zoonosis

tersebut baik pada hewan maupun manusia. Tindakan pengendalian zoonosis

merupakan upaya mengatur melalui manajemen kesehatan terhadap penyakit

yang sudah ada sehingga penyakit tersebut dapat dikurangi intensitasnya dan

dicegah penyebarannya.

Prinsip pencegahan dan pengendalian zoonosis sama halnya dengan

prinsip pencegahan dan pengendalian penyakit. Prinsip tersebut berkaitan erat

dengan konsep ecosystem health yaitu adanya keseimbangan antara

manusia/hewan, agen penyakit, dan lingkungan. Secara umum, manusia dan

hewan akan sehat jika ketiga unsur tersebut memiliki keseimbangan satu sama

lain, tidak ada yang lebih antara satu dengan lainnnya dan tidak juga kurang.

Resiko terjadinya penyakit pada manusia/hewan dipengaruhi oleh interaksi

antara tiga komponen yaitu manusia/hewan, lingkungan dan mikroorganisme.

Upaya untuk menjaga keseimbangan ekosistem di alam tersebut harus

dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit. Upaya pencegahan dan

pengendalian dapat dilakukan baik pada manusia/hewan, reservoir, vektor, agen

penyakit, dan juga lingkungan. Langkah pencegahan pada manusia adalah

dengan melakukan hidup bersih, melakukan higiene personal yang baik,

pengebalan dengan vaksinasi, dan peningkatan pengetahuan tentang zoonosis.

Pada hewan dapat dilakukan dengan isolasi hewan sakit, vaksinasi, pengobatan

dan eliminasi hewan pembawa penyakit. Pada lingkungan dengan menjaga

sanitasi lingkungan, penerapan biosekuriti, dan pengendalian vektor penyakit.

Page 3: Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis - Drh.Sunu

Ardilasunu Wicaksono 2010

Higiene dan sanitasi

Higiene merupakan upaya untuk melindungi, memelihara, dan

meningkatkan kesehatan manusia. Higiene adalah segala sesuatu tindakan

kebersihan yang mempengaruhi kondisi kesehatan manusia dan menjamin

pemeliharaan kesehatan. Contoh tindakan higiene personal adalah

membersihkan diri dengan mandi atau mencuci tangan sehingga terhindar dari

mikroorganisme. Sanitasi lebih ditujukan pada pengawasan terhadap faktor

lingkungan yang mempengaruhi kesehatan manusia. Tindakan sanitasi bertujuan

untuk mencegah atau menurunkan jumlah mikroorganisme.

Tindakan higiene dan sanitasi merupakan upaya dekontaminasi terhadap

mikroorganisme. Dekontaminasi menghancurkan virus dan organisme penyakit,

mengurangi risiko penularan antara hewan dengan hewan atau hewan ke

manusia. Dekontaminasi adalah unsur utama dari biosekuriti yang efektif.

Sanitasi didefinisikan sebagai usaha pencegahan penyakit dengan cara

menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dalam

rantai perpindahan penyakit tersebut. Penerapan dari prinsip-prinsip sanitasi

adalah untuk memperbaiki, mempertahankan atau mengembalikan kesehatan

yang baik pada manusia. Dalam industri pangan, sanitasi meliputi berbagai

kegiatan secara aseptik dalam persiapan, pengolahan dan pengemasan produk

makanan, pembersihan dan sanitasi pabrik serta lingkungan pabrik dan

kesehatan pekerja.

Dalam industri perunggasan, prinsip-prinsip sanitasi dilakukan pada

berbagai tahapan. Tahap tersebut dimulai dari usaha pembibitan ayam, usaha

pembesaran ayam, rumah pemotongan unggas dan atau tempat pemrosesan

daging sampai pada penanganan pasca panen, pengolahan dan penyimpanan

daging.

Kegiatan sanitasi dengan desinfeksi dilakukan dengan membersihkan

seluruh benda atau bahan yang berpotensi dalam menyebarkan agen penyakit.

Kelompok desinfektan seperti komponen ammonium kuartener diketahui efektif

untuk membunuh virus. Desinfektan menjadi tidak efektif jika terdapat materi

organik yang menutui permukaan, sehingga sebelum dilakukan desinfeksi, materi

organik seperti feses harus terlebih dahulu dibersihkan.

Page 4: Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis - Drh.Sunu

Ardilasunu Wicaksono 2010

Kegiatan sanitasi yang berhubungan dengan produk makanan meliputi

pengawasan mutu bahan mentah, perlengkapan dan suplai air, usaha

pencegahan dan kontaminasi penyakit, pengolahan, penyimpanan dan

pengemasan. Kegiatan tersebut memerlukan proses sanitasi yang baik agar

kualitas produk yang dihasilkan benar-benar aman dan sehat dari pengaruh

bahaya (hazard) yang mungkin timbul yang dapat menyebabkan penyakit pada

konsumen. Kontaminasi mikroorganisme dapat terjadi pada semua titik dalam

proses produksi. Oleh karenanya sanitasi harus diterapkan pada semua proses

dari hulu ke hilir (safe from farm to table).

Vaksinasi

Pengendalian penyakit hewan adalah suatu upaya mengurangi interaksi

antara agen penyebab penyakit dengan inang (manusia/hewan) sampai pada

tingkat dimana hanya sedikit inang yang terinfeksi. Salah satu cara untuk

melakukan pengendalian terhadap penyakit adalah dengan melakukan upaya

pencegahan penyakit diantaranya dengan melakukan vaksinasi.

Tujuan vaksinasi adalah memberikan kekebalan (antibodi) pada inang

sehingga dapat melawan antigen atau mikroorganisme penyebab penyakit.

Vaksinasi adalah pemberian antigen untuk merangsang sistem kebal

menghasilkan antibodi khusus terhadap penyakit-penyakit yang disebabkan oleh

virus, bakteri dan protozoa.

Biosekuriti

Biosekuriti termasuk manajemen seluruh resiko kesehatan biologis dan

lingkungan yang berhubungan dengan pangan. Biosekuriti terdiri dari suatu

rangkaian praktek-praktek manajemen dan jika diikuti akan mengurangi potensi

penularan/penyebaran zoonosis terhadap dan antar tempat, hewan, dan

manusia.

Biosekuriti terdiri dari dua elemen utama yaitu bio-containment dan bio-

exclusion. Bio-containment berarti pencegahan virus dari sumber yang terinfeksi

dan bio-exclusion berarti tindakan-tindakkan untuk mengisolasi pembawa infeksi

dari tempat yang tidak terinfeksi.

Page 5: Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis - Drh.Sunu

Ardilasunu Wicaksono 2010

Menurut Depkes RI, biosekuriti memiliki 3 komponen utama yang antara

lain

Isolasi : berarti pembatasan hewan hidup di dalam lingkungan yang

terkontrol

Pengawasan lalu lintas : termasuk lalu lintas manusia juga lalu lintas

kendaraan di dalam lingkungan yang diawasi

Sanitasi : kebersihan dan desinfeksi material, orang dan peralatan

yang memasuki lingkungan yang dikontrol

Secara umum, biosekuriti merupakan jalur normal untuk menghindari

kontak yang tidak perlu antara hewan dan mikroba, hewan yang terinfeksi dan

hewan yang sehat. Biosekuriti juga diterapkan untuk langkah-langkah bagi

perlindungan kesehatan masyarakat yang akan mengurangi kontak antara

hewan dan manusia.

Biosekuriti meliputi manajemen terhadap risiko biologis secara

menyeluruh untuk mewujudkan keamanan pangan, melindungi kesehatan

hewan, manusia dan tanaman, melindungi lingkungan serta berkontribusi dalam

pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan. Aspek biosekuriti dalam peternakan

yang perlu diperhatikan adalah lokasi dan disain, pengendalian lalu lintas

manusia, hewan, peralatan dan kendaraan, pengendalian kesehatan unggas,

pencegahan kontaminasi fasilitas dengan pembersihan dan disinfeksi, serta

pengendalian vector.

Tindakan biosekuriti dalam bidang pertanian bertujuan untuk;

melindungi sistem pertanian dan semua sistem yang terkait,

melindungi kepercayaan konsumen terhadap produk pertanian

melindungi lingkungan dan meningkatkan produksi yang

berkelanjutan.

Dalam bidang peternakan, biosekuriti adalah praktek yang dirancang untuk

mencegah penyebaran penyakit ke dalam suatu peternakan. Biosekuriti dalam

peternakan unggas sebagai serangkaian tahapan manajemen yang diambil untuk

melindungi masuknya agen infeksius ke dalam suatu kelompok atau flok ternak

hewan.

Biosekuriti dapat digambarkan sebagai satu perangkat program kerja dan

prosedur yang akan mencegah atau membatasi hidup dan menyebarnya hama

Page 6: Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis - Drh.Sunu

Ardilasunu Wicaksono 2010

dan jasad renik berbahaya di berbagai tempat baik di sektor hulu seperti

peternakan, atau sektor hilir sampai ke masyarakat. Implementasi biosekuriti

akan menghalangi bergeraknya agen yang menyebar dengan cepat yang

berbahaya dari hewan ke berbagai fasilitas yang terdapat disekitarnya dan peka

terhadap agen tersebut.

Pada praktek di perunggasan biosekuriti merupakan semua praktek-

praktek manajemen yang diberlakukan untuk mencegah penyakit pada unggas

dan organisme penyebab penyakit zoonotik yang akan masuk ke kelompok

unggas. Biosekuriti merupakan konsep sebagai bagian integral dari suksesnya

sistem produksi suatu peternakan unggas, khususnya dalam mengurangi risiko

dan konsekuensi dari masuknya penyakit baik infeksius maupun non-infeksius

Biosekuriti mencakup pemeriksaan dan pengujian hewan yang datang,

karantina/isolasi hewan yang masuk, serta pemantauan dan evaluasi. Penerapan

biosekuriti sangat dibutuhkan dalam program keamanan pangan di tingkat

peternakan untuk menjamin mutu dan kesehatan hewan, memenuhi keinginan

konsumen serta memberikan keuntungan pada peternakan tersebut. Selain itu

biosekuriti menjamin hewan lebih sehat. Sumber penyakit pada peternakan

adalah orang, pegawai, dokter hewan, sopir; unggas yang baru masuk, peralatan

yang tercemar atau masih mengandung agen penyakit, vektor seperti rodensia,

burung liar, insekta, burung air.

Secara umum, biosekuriti meliputi tiga komponen utama yaitu isolasi,

pengendalian lalu lintas, dan sanitasi. Selanjutnya FAO menyatakan bahwa

tindakan biosekuriti meliputi pemantauan (monitoring), surveilans, isolasi,

pembatasan lalu lintas, eliminasi, eradikasi, dan pencegahan.

Isolasi

Isolasi merupakan pengurungan atau pengandangan hewan dalam satu

lingkungan terkendali atau dapat diartikan dengan penyediaan pagar pemisah,

kandang, atau sangkar untuk menjaga hewan tidak lepas atau keluar, serta

mencegah masuknya hewan lain ke dalam lingkungan tersebut. Pada peternakan

unggas, isolasi dapat dipraktekkan dengan manajemen all-in/ all-out yaitu

penyediaan jeda waktu antara satu pemeliharaan suatu flok dan flok yang

berikutnya. Pada waktu jeda tersebut dilakukan pembersihan dan disinfeksi pada

fasilitas dalam peternakan untuk memutus siklus penyakit.

Page 7: Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis - Drh.Sunu

Ardilasunu Wicaksono 2010

Pengendalian lalu lintas

Pengendalian dan pengawasan diterapkan terhadap lalu lintas ke dan

dari peternakan, serta di dalam peternakan itu sendiri. Pengendalian lalu lintas

diterapkan pada manusia, ternak, hewan lain, bahan, dan peralatan.

Pengendalian ini dapat mencakup penyemprotan desinfektan terhadap peralatan

dan kendaraan yang akan masuk ke dalam peternakan atau kandang,

meghindari terjadinya pinjam-meminjam peralatan antar peternakan, melarang

masuk orang yang tidak berkepentingan ke dalam kandang, serta melakukan

penyemprotan terhadap sopir, penjual, atau petugas lainnya dan mengganti

pakaian ganti dengan pakaian khusus.

Sanitasi

Sanitasi meliputi pembersihan dan disinfeksi, bahan-bahan, dan peralatan

yang masuk ke dalam peternakan dan di dalam peternakan.

Pemantauan dan surveilans

Pemantauan bertujuan untuk mendeteksi perubahan prevalensi penyakit

dalam suatu populasi. Perubahan tersebut memberikan peringatan yang harus

ditindak-lanjuti dengan tindakan spesifik untuk menghentikan peningkatan kasus

penyakit. Pemantauan sebaiknya dilaksanakan setiap hari oleh pemilik

peternakan. Keterlibatan dokter hewan sangat diperlukan bila terjadi kecurigaan

dalam kesehatan hewan. Pemantauan dapat diterapkan pada tingkat negara dan

internasional.

Isolasi, eliminasi dan eradikasi

Isolasi terhadap hewan atau kelompok hewan sakit, desa, provinsi, dan

negara harus dilaksanakan secepat mungkin Jika terjadi suatu kasus penyakit

untuk menghentikan penyebaran penyakit tersebut. Hewan yang sakit harus

segera diisolasi, selanjutnya hewan tersebut dapat diobati, atau dibunuh,

tergantung dari diagnosa. Eliminasi penyakit merupakan pembunuhan hewan-

hewan sakit atau semua hewan pada suatu peternakan. Pembunuhan hewan

tersebut dilakukan secara manusiawi atau memperhatikan kesejahteraan hewan.

Istilah eradikasi mirip dengan eliminasi namun lebih difokuskan pada

pengendalian penyakit yang lebih besar seperti provinsi, negara, atau benua.

Page 8: Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis - Drh.Sunu

Ardilasunu Wicaksono 2010

Stamping out merupakan strategi untuk eliminasi secara cepat terhadap

masuknya penyakit eksotik maupun penyakit strategis. Strategi ini merupakan

depopulasi seluruh ternak baik yang tertular maupun yang sehat dalam radius

tertentu. Stamping out biasanya dilakukan pada peternakan dengan jumlah

populasi besar seperti pada peternakan unggas. Sementara test and slaughter

merupakan strategi yang dilakukan untuk pencegahan masuknya dan

tersebarnya suatu penyakit menular dengan cara melakukan uji secara individu

pada ternak, dan jika uji positif maka ternak tersebut akan disembelih untuk

menghindari penularan agen penyakit pada ternak lainnya. Test and slaughter

biasanya dilakukan pada ternak besar seperti sapi dan kerbau

Peran pemerintah dalam pengendalian zoonosis

Peran dan fungsi pemerintah dalam pengendalian zoonosis yaitu

Meningkatkan pengetahuan ekologi dan epidemiologi untuk mendeteksi

penyakit dan memonitor program pengawasan zoonosis.

Meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kepedulian masyarakat

(public awareness) terhadap penyakit-penyakit zoonotik strategis sebagai

upaya pencegahan zoonosis.

Mengoptimalkan risk management dan risk communication hasil risk

analysis importasi (lalu lintas) ternak dan produk asal hewan.

Mengintesifkan koordinasi pengawasan antara Dinas dengan seluruh

stake holder terkait.

Peran dan fungsi tersebut harus dikerjakan bersama dengan komponen

masyarakat agar terjadi optimalisasi dari tujuan pengendalian zoonosis yang

ingin dicapai.

Pengendalian zoonosis terkait dengan keamanan pangan juga perlu

diperhatikan untuk mencegah terjadinya foodborne zoonosis. Program keamanan

pangan dirancang berdasarkan prinsip identifikasi dan penelusuran (Identification

– tracebility) pangan asal hewan. Program tersebut mencakup tentang kegiatan

teknis di lapangan, fasilitasi pengujian dan pemberdayaan laboratorium daerah,

dan menganalisa data hasil pengujian.

Kegiatan teknis dilakukan dengan melakukan sampling dari tiga penyakit

utama di Indonesia seperti salmonellosis, campylobacteriosis, dan anthraks pada

unit usaha pangan asal hewan khususnya Rumah Potong Hewan dan Rumah

Page 9: Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis - Drh.Sunu

Ardilasunu Wicaksono 2010

Potong Unggas. Dari hasil analisa data di lapangan, dapat dilakukan pemetaan

penyakit, pengambilan data sebagai bahan kebijakan lebih lanjut, tindakan

penyidikan dengan melakukan surveilans zoonosis, dan tindakan konsolidasi

yang meliputi pembinaan teknis dan sosialisasi.

Tindakan dan pengawasan zoonosis yang dicanangkan oleh pemerintah

antara lain pemeriksaan dokumen kesehatan hewan/produk hewan, pemeriksaan

antemortem dan postmortem di RPH/RPU, pemeriksaan sample laboratorium,

sistem kewaspadaan / peringatan dini dan public awareness.

Untuk program pengendalian zoonosis daerah terancam pemerintah

berupaya untuk meningkatkan komitmen dari pemerintah dan berbagai unsur

mitra yang berpotensi dalam upaya pencegahan dan penanggulangan zoonosis.

Selain itu memadukan berbagai kegiatan promosi dan pencegahan zoonosis

serta meningkatkan pembinaan dan penanganan zoonosis tersebut. Upaya yang

dilakukan adalah dengan pengawasan lalu lintas hewan/media pembawa

zoonosis secara ketat serta melakukan penyiagaan sumber daya untuk

menanggulangi kemungkinan masuknya penyakit.

Contoh stategi yang dilakukan pemerintah untuk penanggulangan

penyakit rabies diantaranya adalah:

Membentuk tim koordinasi penangkalan rabies di daerah terancam.

Melakukan pencegahan dan penangkalan masuknya rabies ke daerah

terancam oleh dinas bekerjasama dengan instansi terkait.

Meningkatkan profesionalitas sumber daya manusia.

Penyiagaan vaksinasi hewan.

Melakukan komunikasi, informasi, dan edukasi kepada masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat dengan meningkatkan kemampuan,

kemandirian dan peran aktif masyarakat dalam pencegahan dan

penanggulangan penyakit.

Konsep One Health

Permasalahan yang ada saat ini adalah adanya kesenggangan antara

profesi yang memegang peran penting di dalam pengendalian zoonosis. Peran

kedokteran dan kedokteran hewan masih dipandang sebagai sektor dan

identititas yang terpisah di hampir semua negara. Secara umum, kedua profesi

tersebut memiliki peran dan fungsi masing-masing sesuai dengan bidang

Page 10: Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis - Drh.Sunu

Ardilasunu Wicaksono 2010

keilmuan yang dimiliki. Meskipun pada kenyataannya, ada banyak hal-hal yang

tumpang tindih antara kedua sektor ini, terlebih lagi apabila menyangkut

kesehatan masyarakat dan pengendalian penyakit-penyakit yang bisa ditularkan

ke manusia atau zoonosis.

Konsep one health merupakan suatu gerakan untuk menjalin kemitraan

antara dokter dan dokter hewan yang harus disepakati oleh berbagai pihak, baik

organisasi medik kesehatan, kesehatan hewan maupun kesehatan masyarakat.

Upaya untuk pelaksanaan dalam merintis konsep one health harus dimulai

dengan merancang kerjasama dan mengurangi hambatan komunikasi yang

terjadi antara dokter dan dokter hewan. Rintisan konsep one health adalah

respons langsung dari kepedulian yang semakin bertambah mengenai ancaman

penyakit-penyakit yang baru muncul di seluruh dunia dan ancaman nyata di

depan kita seperti wabah yang membahayakan kesehatan manusia dan hewan

domestik. Ancaman ini juga berpotensi mempengaruhi perekonomian regional

dan global.

Salah satu sasaran konsep one health adalah mengintegrasikan sistem

pendidikan di lingkup dan antara perguruan tinggi kedokteran, kedokteran hewan

dan kesehatan masyarakat. Upaya ini juga dimaksudkan untuk menghimbau

peningkatan komunikasi lintas disiplin dalam berbagai kesempatan, baik itu

seminar, konferensi, jurnal, kuliah, maupun pengembangan jaringan (networking)

di bidang kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

Lebih lanjut, konsep one health mempromosikan pentingnya penelitian

bersama terhadap penularan lintas spesies dan surveilans serta sistem

pengendalian terintegrasi antara manusia, hewan domestik dan hewan liar.

Rintisan ini akan mendorong dan memicu penelitian perbandingan (comparative

reserach) dan akan menjadi payung dari semua penelitian-penelitian mengenai

penyakit-penyakit yang berpengaruh terhadap manusia dan hewan. Konsep one

health juga akan mendorong kemitraan yang lebih erat di antara para akademisi,

industri dan pemerintah untuk mengembangkan dan mengevaluasi metoda

diagnostik baru, pengobatan dan vaksin untuk pencegahan dan pengendalian

penyakit lintas spesies, bersamaan dengan upaya bersama untuk

menginformasikan dan mengedukasi masyarakat.

Page 11: Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis - Drh.Sunu

Ardilasunu Wicaksono 2010

Konsep one health akan mendorong kemitraan antara dokter dan dokter

hewan menuju penelitian dan surveilans yang lebih baik di bidang zoonotik dan

penyakit-penyakit baru muncul (emerging dan re-emerging zoonosis).

Mengedepankan pencegahan zoonosis dengan konsep one health merupakan

kunci tujuan yang harus ditekankan terus menerus untuk mencapai kesehatan

global.

Kesimpulan

Pencegahan dan pengendalian zoonosis terkait dengan keseimbangan

antara manusia, hewan, lingkungan, dan agen penyakit. Pencegahan dilakukan

terhadap semua unsur untuk tetap mempertahankan keseimbangan tersebut.

Secara teknis, upaya pencegahan dan pengendalian zoonosis meliputi tindakan

higiene dan sanitasi, vaksinasi, dan biosekuriti. Dalam mencapai tujuan

terkendalinya zoonosis juga perlu peran dan komitmen dari semua pihak baik

pemerintah maupun masyarakat. Konsep one health yang baru-baru ini dirintis

juga menjadi salah satu upaya pengendalian zoonosis di masa yang akan

datang.

Page 12: Pencegahan dan Pengendalian Zoonosis - Drh.Sunu

Ardilasunu Wicaksono 2010

Daftar Pustaka

Budinuryanto DC, Balia R, Lestari TD, Setyowati EY. 2009. Vaksin dan

Vaksinasi. Bandung: Manajemen Kesehatan dan Kesejahteraan Ternak

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran.

CBAIC [Community-Based Avian Influenza Control Project]. 2010. The Avian

Influenza Roundup, Kajian Triwulanan Pengendalian Flu Burung di

Indonesia. http://www.dai.com/work/project_detail.php?pid=122. [3

Desember 2010].

Depkes [Departemen Kesehatan]. 2006. Intervensi Kesehatan Masyarakat untuk

Pencegahan dan Pengendalian Flu Burung. Jakarta: Direktorat

Penyehatan Lingkungan – Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan

Penyehatan Lingkungan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Henning KA, Henning J, Morton J, Long NT, Ha NT, Meers J. 2009. Farm and

flock Level Risk Factors Associated With Highly Pathogenic Avian

Influenza Outbreaks on Small Holder Duck and Chicken Farms in The

Mekong Delta of Viet Nam. J. Preventive Veterinary Medicine 91: 179–

188

Krisnandana. 2009. Visi dan Misi Kesmavet. Jakarta: Direktorat Kesehatan

Mayarakat Veteriner - Direktorat Jenderal Peternakan dan kesehatan

Hewan, Kementerian Pertanian Republik Indonesia.

Lukman DW. 2010. Biosekuriti: Perlu Diterapkan dalam Rantai Pangan Asal

Unggas. Bogor: Fakultas Kedokteran hewan, Institut Pertanian Bogor.

Naipospos TS. 2009. Rintis Konsep One Health Untuk Melawan Penyakit

Zoonosis. Bangkok: OIE Regional Coordination Unit.

Soejoedono RR. 2004. Zoonosis. Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner,

Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesmavet. Bogor: Fakultas

Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Yee KS, Carpenter YE, Carjona CJ. 2009. Epidemiology of H5N1 Avian

Influenza. Comp. Immun. Microbiol. Infect. Dis. 32 : 325–340