Pence Mar An Udara Akibat Letusan Gunung Merapi Dan Dampaknya Bagi Kesehatan Masyarakat

7
Pencemaran Udara Akibat Letusan Gunung Berapi dan Dampaknya Bagi Kesehatan Masyarakat Oleh: Nurussakinah 0906509752 Pengertian Pencemaran Udara Pencemaran udara dapat didefinisikan sebagai hadirnya substansi di udara dalam konsentrasi yang cukup untuk menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia, hewan, tanaman maupun material. Substansi ini dapat berupa gas, cair maupun partikel padat. Pencemaran udara terjadi apabila mengandung satu macam atau lebih bahan pencemar diperoleh dari hasil proses kimiawi (dapat berupa gas), atau kondisi fisik yang sangat tinggi bagi ukuran manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Adanya gas-gas tersebut dan partikulat- partikulat dengan konsentrasi yang melewati ambang batas, maka terjadilah pencemaran udara di daerah tersebut. Ada lima jenis polutan yang dapat mencemari udara , yaitu partikulat dengan diameter kurang dari 10 µm (PM10), sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), karbon monoksida (CO) dan timbal (Cooper,1994). Polutan-polutan tersebut dapat mencemari udara dan berdampak negatif bagi kesehatan masyarakat jika telah melebihi ambang batas, sehingga perlu dikendalikan. Polutan tersebut dapat berasal dari berbagai sumber, baik sumber pencemar alami maupun akibat perbuatan manusia. Sumber pencemar

Transcript of Pence Mar An Udara Akibat Letusan Gunung Merapi Dan Dampaknya Bagi Kesehatan Masyarakat

Pencemaran Udara Akibat Letusan Gunung Berapi dan Dampaknya Bagi Kesehatan MasyarakatOleh: Nurussakinah 0906509752 Pengertian Pencemaran Udara Pencemaran udara dapat didefinisikan sebagai hadirnya substansi di udara dalam konsentrasi yang cukup untuk menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia, hewan, tanaman maupun material. Substansi ini dapat berupa gas, cair maupun partikel padat. Pencemaran udara terjadi apabila mengandung satu macam atau lebih bahan pencemar diperoleh dari hasil proses kimiawi (dapat berupa gas), atau kondisi fisik yang sangat tinggi bagi ukuran manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Adanya gas-gas tersebut dan partikulat-partikulat dengan konsentrasi yang melewati ambang batas, maka terjadilah pencemaran udara di daerah tersebut. Ada lima jenis polutan yang dapat mencemari udara , yaitu partikulat dengan diameter kurang dari 10 m (PM10), sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), karbon monoksida (CO) dan timbal (Cooper,1994). Polutan-polutan tersebut dapat mencemari udara dan berdampak negatif bagi kesehatan masyarakat jika telah melebihi ambang batas, sehingga perlu dikendalikan. Polutan tersebut dapat berasal dari berbagai sumber, baik sumber pencemar alami maupun akibat perbuatan manusia. Sumber pencemar alami berasal dari alam dan tanpa campur tangan manusia, seperti letusan gunung berapi. Dampak Letusan Gunung Merapi Gunung Merapi merupakan salah satu gunung berapi yang berada di wilayah perbatasan antara propinsi Jawa tengah dan Propinsi Daerah Istimewa Yokyakarta. Gunung tersebut merupakan salah satu gunung berapi yang paling aktif di dunia, dan telah meletus pada tanggal 26 Oktober 2010. Letusan yang disertai keluarnya awan panas tersebut telah mengakibatkan banyak korban jiwa serta harta benda penduduk yang ada di sekitarnya.

Material yang keluar dari letusan Merapi berupa abu vulkanik, yang jumlahnya kurang lebih 150 juta m3 dengan kandungan Silika yang sangat tinggi. Selain itu, dikeluarkan pula gas-gas H2O, CO2, CO, NO2 dan H2S ketika terjadi bencana letusan gunung Merapi. Menurut The International Volcanic Health Hazard Network, secara umum, abu vulkanik menyebabkan masalah kesehatan. Adapun dampak kesehatan yang ditimbulkan oleh letusan gunung berapi dapat dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu dampak terhadap pernapasan, penyakit mata, iritasi kulit dan dampak tidak langsung akibat abu vulkanik tersebut. Abu vulkanik sendiri merupakan partikel yang berasal dari letusan gunung berapi dan dapat membahayakan kesehatan manusia, terutama pada organ pernapasan (paru-paru), mata dan kulit. Pada penderita asma, inhalasi abu vulkanik dapat mengakibatkan kambuhnya penyakit asma yang diderita. Adapun dampak lanjutan dari iritasi saluran napas yang terjadi adalah meningkatnya resiko terjadinya infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Sementara efek jangka panjang, berupa terjadinya penumpukan debu di paru-paru, dalam hal ini, abu vulkanik harus berukuran sangat halus serta mengandung silika kristal, sehingga dapat meningkatkan resiko terjadinya silikosis. Apabila paparan terhadap abu cukup tinggi, maka orang yang sehat dapat mengalami kesulitan bernapas. Dalam beberapa kasus, paparan jangka panjang terhadap abu vulkanik halus dapat menyebabkan penyakit paru-paru serius. Selain abu, material yang terdapat akibat letusan gunung berapi berupa gas vulkanik, yang mempunyai potensi bahaya terbesar bagi orang-orang, hewan, pertanian, dan properti. Gas vulkanik yang timbul akibat letusan gunung merapi terdiri dari beberapa jenis gas, seperti Sulfur Dioksida (SO2), gas Hidrogen Sulfida (H2S), Nitrogen Dioksida (NO2), serta debu dalam bentuk partikel debu (Total Suspended Particulate atau Particulate Matter). Secara lokal, gas sulfur dioksida (SO2) dapat mengakibatkan hujan asam dan polusi udara, khususnya di daerah sekitar lokasi bencana. Sedangkan secara global, letusan besar yang mengeluarkan volume belerang aerosol ke stratosfer, dapat mengakibatkan terjadinya penurunan temperatur permukaan dan terjadinya peningkatan potensi penipisan lapisan ozon Bumi. SO2 mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kesehatan, baik akut maupun kronis. Dalam bentuk gas, SO2 dapat mengiritasi sistem pernapasa. Sedangkan pada paparan yang tinggi dalam

waktu singkat, dapat mempengaruhi fungsi paru-paru. Udara yang telah tercemar SO2 dapat menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan manusia. Hal ini dapat terjadi karena gas SO2 menyerang selaput lendir pada hidung, tenggorokan dan saluran napas yang lain sampai ke paruparu, sehingga menyebabkan terjadi iritasi pada bagian tubuh yang terkena.

Referensi: Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Jawa Barat. 2009. Pencemaran Udara Dari Sektor Transportasi. Dilihat pada 28 Maret 2011. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Dampak Kesehatan Akibat Letusan Gunung Merapi dilihat 17 Maret 2011, Kementrian Lingungan Hidup Republik Indonesia. 2010. Kualitas Udara Ambien Saat Meletusnya Gunung Merapi. Dilihat pada 23 Maret 2011. Lutfi, Achmad. 2009. Terjadinya Pencemaran Udara dan Penanggulangannya. Dilihat pada 23 Maret 2011, Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan Kementrian Lingkungan Hidup. 2010. Pemantauan Kualitas Udara Ambien Pada Kejadian Meletusnya Gunung Merapi. Dilihat pada 23 maret 2011.