LETUSAN GUNUNG MERAPI.docx

24
LETUSAN GUNUNG MERAPI Makalah Individu Focus Group (Air) Kelas Pengantar Sistem Rekayasa Sipil - 01 Disusun oleh Martin Prasetio 1006674263 DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

Transcript of LETUSAN GUNUNG MERAPI.docx

LETUSAN GUNUNG MERAPI

Makalah Individu Focus Group (Air)Kelas Pengantar Sistem Rekayasa Sipil - 01Disusun oleh Martin Prasetio1006674263

DEPARTEMEN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS INDONESIADEPOK 2011

Bab ILatar Belakang

Gunung berapi tidak terdistribusi secara acak di atas permukaan bumi. Sebagian besar terpusat pada tepi benua, sepanjang rentetan pulau, ataupun di bawah laut membentuk pegunungan dasar laut. Lebih dari separuh gunung berapi aktif di dunia mengelilingi Samudera Pasifik membentuk Ring of Fire (Sumber: Brantley, 1994). Ring of fire adalah daerah yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi, sekitar 90% dari gempa bumi yang terjadi dan 81% dari gempa bumi terbesar terjadi di sepanjang cincin api. Ring of fire memiliki cakupan wilayah sepanjang 40.000 km dan daerah ini sering disebut sabuk gempa Pasifik (Sumber: http://id.wikipedia.org). Indonesia merupakan salah satu wilayah yang dilalui oleh cincin api tersebut. Mulai dari pulau Sumatera Jawa Bali Nusa Tenggara Sulawesi Banda Maluku Papua, deretan pulau tersebut merupakan jalur gunung api sepanjang ring of fire yang terdapat di Negara Kesatuan Republik Indonesia (Sumber : Abas Abdullah, 2010). Gunung Merapi yang terletak di Pulau Jawa, tepatnya di daerah perbatasan Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta termasuk dalam daftar gunung yang terletak pada cincin api. Aktivitas erupsi Gunung Merapi terkini 12 Oktober 5 November 2010 tergolong erupsi yang cukup besar dibandingkan dengan erupsi tahun 1870, namun lebih kecil jika dibandingkan dengan erupsi pada abad XVI (Sumber : Tim Badan Litbang Pertanian, 2010). Letusan Gunung Merapi kali ini merupakan salah satu bencana alam terbesar yang pernah terjadi di Indonesia. Kerugian yang ditimbulkan oleh bencana alam ini meliputi banyak sektor, terutama nyawa manusia, harta benda, dan lingkungan. Letusan Gunung Merapi juga mengakibatkan kerusakan infrastruktur, sumber daya air, tanaman, lahan, ternak, dan kehidupan masyarakat di daerah bencana dan sekitarnya. Dalam rangka menata kembali kehidupan di daerah sekitar Merapi diperlukan usaha perbaikan dan pemulihan dari para ahli, dari berbagai bidang kehidupan, dan masyarakat sekitar. Tidak mungkin para ahli bisa merestorasi wilayah kerusakan tanpa ada dukungan dari masyarakat sekitar, dan begitu pula sebaliknya.Teknik Sipil sebagai salah satu cabang ilmu yang mempelajari tentang bagaimana merancang, membangun, merenovasi tidak hanya gedung dan infrastruktur, tetapi juga lingkungan untuk kesejahteraan hidup masyarakat (sumber: http://id.wikipedia.org), memegang peranan penting dalam memperbaiki dan memulihkan daerah yang terkena dampak letusan Gunung Merapi. Salah satu permasalahan pokok yang dihadapi oleh korban letusan Gunung Merapi yang selamat adalah masalah yang berkaitan dengan air, antara lain krisis air bersih, fasilitas MCK, dan sistem irigasi yang rusak. Walaupun telah setahun berlalu, masih saja penduduk Lereng Merapi kesulitan air bersih. Hal tersebut diindikasikan dengan Warga Desa Lanjaran, Kecamatan Musuk, Boyolali, yang perlu berjalan sejauh dua kilometer menyusuri jurang untuk mencari air bersih, pada tanggal 29 Juni 2011. (Sumber: http://berita.liputan6.com). Masalah juga muncul pada sistem irigasi yang rusak. Rusaknya sistem irigasi adalah akibat dari rusaknya bendungan yang diterjang lahar dingin. Dampak dari rusaknya sistem irigasi di Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta adalah 909,38 hektare lahan pertanian tidak teraliri air (sumber: http://merapi.peduli.org). Dengan lahan pertanian yang tidak teraliri air, maka bisa dipastikan perekonomian di daerah tersebut juga akan terganggu dikarenakan gagal panen. Selain itu, dalam jangka panjang akan timbul juga masalah kekurangan pangan, sebagai akibat dari gagal panen berkepanjangan. Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Nugroho dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, sektor kerugian terbesar kedua setelah sektor perumahan adalah sektor sumber daya air dan irigasi. (sumber: http://dprku.com). Dari uraian singkat di atas, bisa dilihat jika bidang keairan sangat penting untuk dikaji lebih lanjut.

Bab IILITERATURE REVIEW

Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), bahaya letusan gunung api dapat dibedakan berdasarkan waktu kejadiannya, yaitu bahaya utama (primer) dan bahaya ikutan (sekunder). Yang tergolong dalam bahaya utama adalah: Awan panas, yaitu campuran material antara gas dan bebatuan dari segala ukuran yang menggulung secara turbulensi bagaikan gunung awan yang menyusuri lereng. Suhu berkisar antara 300 700 oC dengan kecepatan yang sangat tinggi ( >70 km/jam) (tergantung kemiringan lereng) Lontaran material (pijar), terjadi ketika letusan berlangsung. Jauh lontaran sangat bergantung pada energy letusan, bisa mencapai ratusan meter. Sering disebut bom vulkanik karena suhunya yang tinggi( >200 oC) dan ukurannya yang besar ( >10 cm) sehingga dapat melukai bahkan mematikan makhluk hidup. Hujan abu lebat, terjadi ketika letusan sedang berlangsung. Material berukuran halus yang diterbangkan oleh angina dan jatuh sebagai hujan abu. Berbahaya bagi pernafasan, mata, pencemaran lingkungan. Lava, yaitu magma yang mencapai permukaan. Sifatnya liquid (cair) dengan suhu yang sangat tinggi (700 1200 oC). Lava mengalir mengikuti bentuk lereng, apabila sudah dingin, tempat yang dilaluinya akan menjadi ladang batu. Gas Racun, muncul bersamaan dengan letusan, bisa juga melalui rongga-rongga ataupun retakan-retakan pada gunung berapi. Gas yang sering menyebabkan kematian adalah gas CO2. Tsunami, kemungkinan terjadi pada gunung api pulau. Contohnya Gunung Krakatau.Adapun bahaya ikutan (sekunder) adalah banjir lahar. Hal tersebut disebabkan oleh penumpukan material letusan dari berbagai ukuran di puncak lereng. Pada saat musim hujan, sebagian dari material tersebut akan terbawa oleh air hujan dan menciptakan adonan lumpur yang mengalir ke lembah sebagai banjir bebatuan.Dari buku bagian 1 Persiapan Dan Perencanaan Teknis oleh Departemen PU, lingkup pekerjaan pembangunan jaringan irigasi sederhana dibatasi dengan prioritas berurut adalah perbaikan/ rehabilitasi jaringan irigasi yang telah ada, peningkatan irigasi yang telah ada, pembangunan baru irigasi. Prasarana air bersih dikelompokkan menjadi dua sistem, yaitu sistem komunal dan sistem individual. Sistem komunal lebih efisien untuk diterapkan pada pelayanan skala besar ( >20 kepala keluarga), sedangkan sistem individual untuk skala kecil ( 1-4 kepala keluarga). Jenis-jenis prasarana yang ada antara lain:a. Pembuatan Perlindungan Mata Air (PMA), adalah bangunan untuk melindungi mata air terhadap pencemaran yang dilengkapi dengan bak penampung. b. Instalasi Pengolahan Air Sederhana (IPAS), adalah bangunan pengolah air baku untuk mengolah air keruh menjadi air bersih secara sederhana untuk pelayanan secara komunal.c. Sumur bor (SBR), sarana penyediaan air bersih berupa sumur dalam pada kedalaman tertentu sehingga diperoleh air sesuai dengan yang diinginkan.d. Hidran Umum (HU), sarana penyediaan air bersih yang sumbernya berasal dari permukaan yang dialirkan melalui perpipaan, distribusi bersifat komunal.e. Sistem perpipaan, jaringan pengaliran air bersih dari bangunan pengambil (sumber air baku) sampai ke pelanggan (SR dan HU) secara gravitasi maupun pompa. Yang termasuk dalam sistem perpipaan adalah bangunan pengambil air baku, jaringan pipa distribusi, bangunan penunjang (reservoir, rumah jaga, dll), perlengkapan pipa (katup, meter air, dll), bangunan pelayanan (HU), jembatan pipa (siphon).f. Penampungan Air Hujan, tangki untuk menampung dan menyimpan air hujan yang akan dipergunakan pada musim kemarau.Prasarana mandi, cuci, kakus juga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu MCK umum (komunal) dan jamban / WC keluarga (individu).Dari data yang diperoleh dari press release oleh Pusat Data Informasi dan Humas BNPB mengenai dampak Letusan Merapi, perhitungan nilai kerusakan, kerugian, dan dampak ekonomi dilakukan pada 5 sektor, yaitu perumahan, sosial (pendidikan, agama, kesehatan), ekonomi produktif (pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan, industri, perdagangan, pariwisata), prasarana (transportasi darat dan udara, air bersih, sanitasi, irigasi, energi, telekomunikasi), dan lintas sektor (pemerintahan, keuangan dan lingkungan hidup). Tabel Rekapitulasi kerusakan dan kerugian bencana Letusan Merapi 2010Dalam perhitungan tersebut, digunakan data per 31 Desember 2010. Kerugian dan kerusakan akibat banjir lahar dingin tidak diikutsertakan dalam kajian ini karena masih diperkirakan banjir lahar masih akan berlangsung hingga Maret April 2011.Lebih lanjut, selama masa rekonstruksi rumah penduduk yang rusak, total 2.613 keluarga harus menempati pemukiman sementara. Untuk fasilitas pemukiman sementara, telah tersedia sarana air, sanitasi, dan fasilitas lingkungan. Ada kemungkinan bahwa hunian sementara tidak dapat dibangun di halaman rumah keluarga yang bersangkutan, oleh karena itu dibutuhkan lahan sementara selama proses rekonstruksi. Mengutip Kompas.com, 8 Agustus 2011, pipa-pipa saluran air bersih milik Perusahaan Daerah Milik Negara (PDAM) Kabupaten Sleman dan PDAM Yogyakarta yang rusak akibat awan panas dan lahar dingin Letusan Merapi akan segera diperbaiki dengan dana tanggap darurat BNPB sekitar Rp. 23 Miliar. Kepala Dinas Sumber Daya Air, Energi dan Mineral (SDAEM) Kabupaten Sleman, Widi Sutikno mengatakan bahwa pipa-pipa jaringan PDAM mata air Umbul Wadon dan Umbul Lanang di hulu Sungai Kuning di Kecamatan Cangkringan rusak total akibat erupsi Merapi, dan dalam waktu dekat akan segera diperbaiki untuk pemulihan pasokan air bersih ke Sleman dan Yogyakarta. Menurutnya perbaikan pipa jaringan air bersih akan mulai dikerjakan Agustus ini dan diharapkan selesai pada Desember mendatang. Ia juga mengatakan, pasca erupsi Merapi, dua mata air tersebut masih mengeluarkan air, bahkan debitnya menjadi total 800 liter per detik dari sebelumnya hanya 450 liter per detik. Akan tetapi, akibat pipa-pipa yang rusak, air bersih dari kedua mata air tersebut hanya terbuang percuma ke Sungai Kuning. Akibat kondisi lingkungan yang rusak total dan beratnya medan di dekat daerah mata air, pembangunan pipa baru tidak akan bisa dilakukan tepat di lokasi. Widi mengemukakan, penampungan air dilakukan dengan teknik ground catching di sekitar dua kilometer arah hulu dari lokasi sumber mata air dan sebelum disalurkan, air akan disaring terlebih dahulu sehingga layak untuk menjadi sumber air bersih.Mengutip tulisan Adullah Abas Idjudin dkk, ada beberapa sumber air yang hilang karena tertutup abu vulkan, seperti di Sumber Tuk Kaliurang, Kalitengah Lor, dan sebagainya. Saluran air di beberapa daerah juga mengalami pendangkalan 1-3 meter, seperti di Kecamatan Ngemplak, Kali Boyong, dan lain-lain. Upaya pengerukan material vulkanik memerlukan penanganan secepat mungkin agar fungsi hidrologis sungai dan suplai irigasi dapat pulih kembali serta mengurangi bahaya banjir lahar dingin yang potensial luapan sungai-sungai endapan vulkanik.Dari suaramerdeka.com, 2 Juni 2011, warga yang tinggal di sekitar lereng Gunung Merapi kesulitan air bersih hingga menyebabkan warga harus membeli air bersih dengan harga mencapai Rp. 150.000 per tangki berisi 5.000 liter. Mengutip merapi.peduli.org, 9 Mei 2011, lahan pertanian seluas 909,38 hektare di Kabupaten Sleman tidak teraliri air karena rusaknya bangunan irigasi akibat diterjang banjir lahar dingin Gunung Merapi. Bendungan irigasi sebagian besar macet dan rusak akibat terkena material lahar. Total bendungan yang rusak sebanyak 92, tetapi 51 di antaranya sudah berfungsi kembali. Saluran air irigasi yang rusak itu berasal dari sungai yang berhulu di Gunung Merapi di antaranya Sungai Kuning.Mengutip Buletin Cipta Karya Kementerian PU, edisi 11, tahun VIII, November 2010, pada tahap tanggap darurat, Ditjen Cipta Karya telah memberikan bantuan prasarana dan sarana air minum dan sanitasi untuk para pengungsi di perbatasan Yogyakarta dan Jawa Tengah berupa 450 unit Hidran Umum (HU), 437 unit WC Portable, 27 unit mobil tangki air, 10 unit pengolah air cepat (PAC), 3 instalasi penjernihan air (IPA mobile), 20 tangki septik Biority, dan 2.000 jerigen yang tersebar di 27 lokasi pengungsian. Dari hasil wawancara dengan Dirjen Cipta Karya, beliau mengusulkan untuk menghindari konsentrasi pengungsi yang besar. Lebih baik memperbanyak titik pengungsian dengan kapasitas per titik yang lebih kecil. Hal tersebut akan memudahkan pengaturan logistik maupun kebutuhan primer seperti prasarana dan sarana air minum dan sanitasi.Dikutip dari edukasi.kompas.com, 16 September 2011, akibat keterbatasan anggaran, Pemkab Magelang hanya bisa memperbaiki delapan bendungan di Kali Batang. Luas lahan pertanian yang bisa diselamatkan dan diberi suplai air hanya 432 hektare. Untuk kedepannya, pemerintah pusat telah merencanakan proyek penanganan darurat dengan pembuatan bronjong-bronjong penangkap air pada tahun 2012 apabila terjadi hal serupa.

Bab IIIMETODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode studi pustaka (literature review). Hal tersebut dikarenakan metode tersebut dianggap paling efektif karena keterbatasan yang ada. Dengan menggunakan metode studi kepustakaan, penulis mencari informasi yang dibutuhkan berupa teori-teori dan data-data yang dibutuhkan dalam menyempunakan tulisannya dari karangan-karangan ilmiah, laporan penelitian, dan sumber-sumber lain, baik media cetak maupun elektronik.

Bab IVPEMBAHASAN

Berdasarkan data yang diperoleh dari Pusat Data Informasi dan Humas BNPB mengenai dampak Letusan Merapi, nilai kerusakan infrastruktur mencapai sektor keairan, meliputi prasarana air dan sanitasi serta prasarana sumber daya air dan irigasi menempati urutan kedua dengan total persentase 20,5% dari total nilai kerusakan dibawah sektor perumahan (39,1%). Hal tersebut memperlihatkan betapa parahnya kerusakan yang diakibatkan oleh letusan Gunung Merapi pada sektor prasarana keairan. Civil engineer memegang peranan peranan penting dalam upaya merehabilitasi dan merekonstruksi prasarana-prasarana yang rusak tersebut. Bahkan, sebelum terjadinya bencana, insinyur teknik sipil telah ikut mengambil bagian dalam upaya mitigasi bencana letusan Gunung Merapi. Permasalahan prasarana-prasarana keairan yang dibahas dalam makalah ini adalah rusaknya bendungan, sistem perpipaan pendistribusian air bersih, fasilitas MCK pada lokasi pengungsian, krisis air bersih, dan sistem irigasi yang rusak.Upaya penanggulangan pada tahap awal sebelum terjadinya letusan adalah mempersiapkan shelter yang layak bagi para pengungsi. Usul dari Dirjen Cipta Karya mengenai titik-titik pengungsian yang diperbanyak dengan kapasitas pengungsi per titik yang lebih sedikit juga merupakan saran yang baik. Hal tersebut akan memudahkan distribusi kebutuhan primer para pengungsi seperti sarana dan prasarana air minum dan sanitasi. Tetapi, konsekuensinya adalah diperlukan komando yang bisa mengatur pendistribusian kebutuhan para pengungsi sehingga tidak terjadi ketimpangan dalam distribusi kebutuhan para pengungsi. Hendaknya shelter tersebut sudah dilengkapi dengan prasarana air bersih dan sanitasi (MCK) yang memadai. Sistem prasarana air bersih dan sistem fasilitas MCK pada lokasi pengungsian menggunakan sistem komunal (umum), karena jumlah pengungsi yang tidak sedikit walaupun sudah terbagi-bagi menjadi beberapa titik pengungsian. Ditjen Cipta Karya telah memberikan bantuan pada para pengungsi berupa 450 unit Hidran Umum, berfungsi untuk menampung air bersih, 437 unit WC portable dan 20 tangki septik Biority, untuk keperluan MCK, 27 mobil tangki air, untuk penanganan darurat keperluan air bersih, 10 unit pengolah air cepat (PAC), untuk mengolah air kotor menjadi air yang layak dikonsumsi, 3 unit instalasi penjernihan air (IPA mobile), untuk mengolah air keruh menjadi air bersih.Kemudian, pada saat terjadi letusan, material vulkanik keluaran letusan berupa awan panas, debu, batuan-batuan dari berbagai ukuran merusak lingkungan sekitar, khususnya air. Permasalahan selanjutnya adalah mengenai air bersih. Letusan Gunung Merapi menyebabkan rusaknya sistem perpipaan distribusi air bersih akibat terjangan banjir lahar, yang mengandung material-material vulkanik dalam berbagai ukuran, dan juga awan panas yang menghancurkan segala sesuatu yang dilewatinya. Selain rusaknya sistem perpipaan yang menyebabkan distribusi air bersih terganggu, masalah lain yang menyebabkan krisis air bersih adalah sumber air bersih yang tercemar material vulkanik. Seperti yang dapat dilihat pada data yang ada, sebagian sumber air ada yang hilang akibat tertutup abu vulkanik, misalnya sumber air Kalitengah Lor, sumber air Tuk Kaliurang, dll. Walaupun sumber air tidak tertutup oleh debu vulkanik, sumber airyang terdapat pada rute penyebaran debu vulkanik yang terbawa angina tetap saja tidak dapat digunakan karena sumber air mungkin tercemar oleh debu vulkanik, yang mengandung material berbahaya, yang apabila digunakan untuk keperluan sehari-hari akan menimbulkan dampak yang berbahaya bagi kesehatan. Krisis air bersih menjadi masalah yang sangat krusial bagi penduduk sekitar Merapi karena setiap orang pasti memerlukan air bersih untuk keperluan sehari-hari, baik untuk konsumsi, MCK, ataupun untuk ternak mereka. Krisis air bersih akan lebih parah pada musim kemarau. Sebagai langkah awal penanggulangan masalah, menyediakan mobil tangki air bagi kebutuhan sementara para penduduk merupakan langkah yang tepat. Selain tidak memungkinkan untuk memperbaiki sistem perpipaan yang rusak total secara mendadak, usaha menemukan sumber air bersih yang lain juga sangat sulit dilakukan sebab material vulkanik berupa debu dan bebatuan masih terus dihasilkan oleh Letusan Merapi. Selain menyediakan mobil tangki air, perlu disiapkan pula Instalasi Pengolahan Air Sederhana (IPAS) untuk mengolah air keruh menjadi air bersih secara cepat, hemat, dan efisien. Usaha lain untuk mencari air bersih bisa dilakukan dengan Sumur Bor, yaitu sarana penyediaan air bersih berupa sumur dalam pada kedalaman tertentu sehingga diperoleh air bersih yang diinginkan. Hal tersebut mengingat bahwa tempat pengungsian merupakan tempat yang aman dari bahaya debu vulkanik, sehingga mungkin air tanah di tempat pengungsian tidak akan tercemar oleh debu vulkanik. Apabila benar menemukan air dengan Sumur Bor, maka tingkat sanitasi air tersebut harus diuji coba terlebih dahulu oleh para pakar kesehatan sebelum digunakan oleh pengungsi.Masalah mengenai ketersediaan air bersih tidak hanya sampai pada saat pengungsian, tetapi juga setelah para pengungsi diperbolehkan kembali ke rumah mereka masing-masing. Upaya yang bisa dilakukan untuk dapat mengalirkan air bersih ke rumah-rumah warga adalah dengan memperbaiki pipa-pipa saluran air bersih PDAM yang rusak dan mencari mata air yang baru apabila mata air yang lama sudah tertimbun material vulkanik. Akan tetapi, upaya tersebut bisa saja mengalami hambatan, seperti yang terjadi pada pipa-pipa jaringan PDAM mata air Umbul Wadon dan Umbul Lanang di hulu Sungai Kuning di Kecamatan Cangkringan yang rusak total dan tidak bisa diperbaiki akibat kerusakan lingkungan yang terlalu parah dan kondisi medan yang sulit. Hal tersebut sangat disayangkan melihat jika kedua mata air tersebut masih mengeluarkan air pasca Letusan Merapi, bahkan debit air yang dikeluarkan bertambah besar menjadi 800 liter per detik yang sebelumnya hanya 450 liter per detik. Kepala Dinas Sumber Daya Air, Energi dan Mineral (SDAEM) Kabupaten Sleman, Widi Sutikno mengemukakan bahwa air dari kedua mata air tersebut akan ditampung dengan melakukan teknik ground catching di sekitar dua kilometer arah hulu dari lokasi sumber mata air dan sebelum disalurkan, air akan disaring terlebih dahulu sehingga layak untuk menjadi sumber air bersih. Teknik yang dikemukakan oleh Widi bisa menjadi salah satu solusi apabila ditemukan kejadian serupa di lokasi mata air lain. Akan sangat merugikan apabila kita tidak bisa memanfaatkan mata air yang tersisa dengan sebaik-baiknya. Hal lain yang bisa dilakukan adalah menyiapkan penampungan air hujan, yaitu suatu tangki untuk menyimpan air hujan yang akan dipergunakan pada musim kemarau. Solusi penampungan air hujan sebaiknya dilakukan setelah tidak ada polusi debu vulkanik hasil Letusan Merapi di daerah sekitar. Debu vulkanik yang tersebar di udara akan ikut tercampur dengan awan-awan hujan. Air hujan yang berasal dari awan-awan campuran debu vulkanik akan terkontaminasi dengan zat-zat beracun dari debu vulkanik. Dengan menampung air hujan tersebut, artinya kita akan terkontaminasi oleh zat-zat beracun tersebut. Oleh karena itu, solusi penampungan air hujan sebaiknya dilakukan dalam jangak waktu yang agak lama setelah terjadinya erupsi.Hingga saat ini, masih banyak korban Merapi yang kekurangan air bersih untuk keperluan hidup sehari-hari. Informasi dari suaramerdeka.com, pada tanggal 2 Juni 2011, menyebutkan bahwa warga sangat kekurangan air bersih, hingga mereka harus membeli air bersih dari pihak swasta seharga 150.000 rupiah per tangki air. Tidak dapat dipungkiri apabila biaya untuk memperbaiki atau memasang pipa-pipa saluran air bersih yang baru membutuhkan biaya yang sangat besar. Sebagai informasi, pipa-pipa saluran air bersih PDAM Kabupaten Sleman dan Yogyakarta yang rusak akan diperbaiki dengan dana tanggap darurat BNPB sekitar Rp. 23 Miliar, itupun hanya mencakup sebagian kecil dari pipa-pipa yang rusak oleh Letusan Merapi. Akan tetapi, perbaikan tetap harus berjalan agar memenuhi kebutuhan air warga. Disinilah peran seorang insinyur sipil dibutuhkan, yaitu mampu memberikan pelayanan terbaik kepada publik dengan menggunakan biaya serendah mungkin. Hal berikutnya yang dilakukan adalah pengerukan material vulkanik dari saluran air di beberapa daerah. Hal tersebut bertujuan untuk meminimalisir bahaya banjir lahar dingin. Banjir lahar dingin merupakan salah satu bahaya susulan yang dapat terjadi apabila terjadi hujan. Material-material vulkanik yang mengendap di sungai hingga terjadi pendangkalan sungai, seperti yang terjadi pada Kecamatan Ngemplak, Kali Boyong, dan lain-lain dengan pendangkalan mencapai 3 meter, berpotensi menyebabkan banjir lahar dingin. Apabila musim hujan tiba, hujan akan mengakibatkan meluapnya sungai yang mengalami pendangkalan sehingga terjadi banjir. Apabila pengerukan tidak dilakukan, material-material yang mengendap di dalam sungai akan ikut meluap bersamaan dengan air, sehingga terjadilah banjir lahar dingin. Banjir lahar dingin merupakan salah satu penyebab utama kerusakan infrastruktur di sekitar lereng Merapi. Masalah lain yang dihadapi adalah kerusakan bendungan dan saluran irigasi akibat terjangan banjir lahar dingin. Rusaknya bendungan mempengaruhi sistem irigasi warga sekitar yang berdampak pada lahan pertanian yang tidak teraliri air. Hingga 9 Mei 2011, lahan pertanian seluas 909,38 hektare di Kabupaten Sleman tidak teraliri air karena rusaknya bangunan irigasi akibat diterjang banjir lahar dingin Gunung Merapi. Selain terjangan banjir lahar dingin, kerusakan juga terjadi karena penumpukan material vulkanik di saluran air irigasi, sehingga saluran menjadi macet. Solusi dari permasalahan tersebut adalah dengan memperbaiki bendungan dengan sistem prioritas. Bendungan rusak mempunyai fungsi yang lebih besar dibandingkan dengan bendungan yang lain harus diperbaiki terlebih dahulu agar kerugian akibat kekeringan lahan bisa dikurangi. Solusi lain adalah dengan melakukan pengerukan sungai seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Lambatnya penanganan masalah bendungan lagi-lagi disebabkan oleh keterbatasan biaya.Dikutip dari edukasi.kompas.com, 16 September 2011, Pemkab Magelang hanya bisa memperbaiki delapan bendungan di Kali Batang, sehingga lahan pertanian yang bisa diselamatkan dan diberi suplai air hanya 432 hektare. Pemerintah pusat juga telah merencanakan proyek penanganan darurat dengan pembuatan bronjong-bronjong penangkap air pada tahun 2012 apabila terjadi hal serupa.

Bab VKESIMPULAN

Bencana Letusan Merapi pada tahun 2010 menyebabkan kerusakan dan kerugian di berbagai sektor, mulai dari infrastruktur, perekonomian, hingga lingkungan. Salah satu topik yang perlu dikaji lebih lanjut adalah masalah keairan. Masalah mengenai air bukan hanya meliputi persediaan air bersih saja, tetapi juga pencemaran air, penyediaan fasilitas MCK, infrastruktur keairan yang rusak, seperti bendungan, sungai yang tertimbun material vulkanik. Seorang civil engineer dituntut untuk bisa mengidentifikasi masalah yang terjadi di lapangan dan menyelesaikan masalah tersebut dengan sebaik mungkin.

Bab VIDAFTAR PUSTAKA

Brantley, 1994, Volcanoes of the United States: USGS General Interest PublicationAbas Abdullah ,dkk., 2010, Teknologi Peningkatan Produktivitas Lahan Endapan Volkanik Pasca Erupsi G. MerapiPersiapan Dan Perencanaan Teknis Bagian 1, Departemen PU Dirjen Cipta Karya,2008Buletin Cipta Karya Air Minum dan Sanitasi : Hak Dasar Pengungsi Merapi, edisi 11, tahun VIII,2010Jurnal Penanggulangan Bencana, BNPB, volume 2, 2011Tim Badan Litbang Pertanian, 2010http://www.bnpb.go.id/irw/cetak.asp?id=247http://www.bnpb.go.id/website/asp/benc.asp?p=8http://berita.liputan6.com/read/341632/penduduk-lereng-merapi-kesulitan-air-bersihhttp://merapi.peduli.org/2011/05/irigasi-rusak-90938-hektare-lahan-tidak-teraliri-air/.http://id.wikipedia.org/wiki/Teknik_sipilhttp://id.wikipedia.org/wiki/Cincin_Api_Pasifikhttp://edukasi.kompas.com/read/2011/09/16/0455194/Perbaikan.Dam.Pengendali.Merapi.Membutuhkan.Dana.Rp.179.Miliarhttp://merapi.peduli.org/2011/05/irigasi-rusak-90938-hektare-lahan-tidak-teraliri-air/http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2011/06/02/87341/Krisis-Warga-Merapi-Beli-Air-Rp-150.000-per-Tankihttp://regional.kompas.com/read/2011/08/08/1838239/Pipa-pipa.PDAM.Merapi.Segera.Diperbaikihttp://dprku.com/kerusakan-dan-kerugian-erupsi-gunung-merapi-luar-biasa/#.TqwN9UOBq0s