PERPUSTAKAANrepository.unjaya.ac.id/767/1/Arif Jaya Saputra_3207036... · 2017. 11. 7. · Gunung...
Transcript of PERPUSTAKAANrepository.unjaya.ac.id/767/1/Arif Jaya Saputra_3207036... · 2017. 11. 7. · Gunung...
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN SISWA PASCA BENCANA GUNUNG MERAPI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII DI SMP N 2 CANGKRINGAN
SLEMAN YOGYAKARTA
Skripsi
Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Menyelesaikan
Pendidikan Sarjana Keperawatan
Di Susun Oleh:
Arif Jaya Saputra
NPM: 3207036
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2011
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
iii
THE RELATION BETWEEN STUDENTS ANXIETY LEVEL AFTER MERAPI MOUNT DISASTER
AND STUDENTS STUDY ACHIEVEMENT CLASS VIII IN SMP N 2 CANGKRINGAN SLEMAN YOGYAKARTA
Arif Jaya Saputra1, Ni Ketut Mendri2, Fajriyati Nur Azizah3.
ABSTRACT
Introduction: Merapi’s disaster makes hundred thousands of actins in hundreds of evaluation. But, the forgettable aspect in this disaster is how to manage the education effect because of this disaster. Merapi’s eruption can be bad effect for child education, specially children in the Merapi’s eruption area. Achievements of students which caused a large number of students who lost their homes for what should be in the refugee camps and the anxiety of students taking into account long-term effects will be experienced. Aim : The aim of this research is to know how the relation between anxiety level after Merapi’s disaster and student’s achievement in SMP N 2 Cangkringan 2011. Methods: Researcher used analytic descriptive with cross sectional. The sample used sampling random and there is 83 respondent. Beside, researcher used quiseoner on July, 2th.2011. Data analyze was Kendall Tau test. Result: Based on result, most of the respondents lad severe of anxiety level. There was 68 students (81,9%) mild anxiety level was 2 students (2,4%) beside, the achievement before Merapi disaster was good, there was 44 students (53%), enough study achievement was 39 students (47%). The study achievement after Merapi disaster, most of the student got enough, there was 56 students (67,5%) and the students who got good study achievement were 7 students (8,4%). Analytic test, Kendall Tau test, had p-value 0,002 < α (0,05) and coefficient value (τ) is 0,310. Conclusion: The researcher conclude that there is any significance relation between students anxiety level after Merapi’s disaster and students achievement in class VIII in SMP N 2 Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Keywords: anxiety, students achievement, disaster
1 Student of Nursery Programme Achmad Yani Yogyakarta, School of Health Sciences 2 Lecture of Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 3 Lecture of Achmad Yani Yogyakarta, School of Health Sciences
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
iv
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN SISWA PASCA BENCANA GUNUNG MERAPI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII DI SMP N 2 CANGKRINGAN
SLEMAN YOGYAKARTA
Arif Jaya Saputra1, Ni Ketut Mendri2, Fajriyati Nur Azizah3
INTISARI
Latar Belakang: Bencana Merapi telah menyebabkan terjadinya gelombang pengungsi yang jumlahnya mencapai ratusan ribu jiwa, yang tersebar di ratusan titik pengungsian. Salah satu aspek yang cukup terabaikan adalah penanganan dampak bencana di bidang pendidikan. Terkait dengan dampak erupsi Merapi dibidang pendidikan anak, letusan Gunung Merapi juga membawa dampak buruk pada keberlanjutan pendidikan anak, khususnya anak-anak di wilayah yang terdampak letusan Gunung Merapi. Prestasi belajar siswa yang cukup disebabkan banyak siswa yang kehilangan tempat tinggal, kondisi sekolah yang rusak sehingga harus berada di pengungsian serta kecemasan siswa mengingat dampak jangka panjang yang akan dialami. Tujuan Penelitian: Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan siswa pasca bencana Gunung Merapi dengan prestasi belajar di SMP N 2 Cangkringan tahun 2011. Metode Penelitian: Metode yang digunakan yaitu deskriptif analitik dengan pendekatan waktu cross sectional. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan tekhnik random sampling dan diperoleh sampel 83 responden. Pengumpulan data menggunakan kuisioner pada tanggal 2 Juli 2011. Analisa data menggunakan komputerisasi dengan menggunakan uji Kendal Tau. Hasil Penelitian: Diperoleh hasil sebagian besar responden memiliki tingkat kecemasan berat sebanyak 68 orang (81,9%) dan sebagian kecil memiliki tingkat kecemasan ringan sebanyak 2 orang (2,4%), sedangkan prestasi belajar responden sebelum bencana Gunung Merapi sebagian besar adalah baik sebanyak 44 siswa (53%), dan yang memiliki prestasi belajar cukup sebanyak 39 siswa (47%). Prestasi belajar responden sesudah bencana letusan Gunung Merapi sebagian besar adalah cukup sebanyak 56 siswa (67,5%) dan sebagian kecil adalah baik sebanyak 7 siswa (8,4%). Berdasarkan uji analisis dengan menggunakan uji statistik Kendall Tau diperoleh p-value sebesar 0,002< α (0,05) dan nilai koefisien (τ) sebesar 0,310. Kesimpulan: Dari penelitian ini yaitu ada hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan siswa pasca bencana Gunung Merapi dengan prestasi belajar siswa kelas VII di SMPN 2 Cangkringan Sleman Yogyakarta. Kata kunci: Kecemasan, Bencana, Prestasi Belajar 1 : Mahasiswa Psik Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta 2 : Dosen pengajar Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 3 : Dosen pengajar Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’Alaikum Wr.Wb Alhamdulilah, segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah memberikan hidayahNya Iman dan Islam tetap terjaga. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabat, tabiin, dan tabiut yang senantiasa istiqomah di jalanNya. Berkah dan Rahmat Allah serta pertolonganNyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian dengan judul “HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN SISWA PASCA LETUSAN GUNUNG MERAPI DENGAN PRESTASI BELAJAR DI SMP N 2 PAKEM SLEMAN YOGYAKARTA”.
Terselesainya proposal ini tidak lepas dari bantuan ,bimbingan , dan arahan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. I Edy Purwoko, Sp. B selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jendral Ahmad Yani Yogyakarta
2. Yanita Trisetyaningsih S. Kep., Ns,. selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah mendukung penyelesaian penulisan skripsi ini.
3. Dra. Ni Ketut Mendri S. Kep., Ns,. MSc selaku pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan untuk penyelesaian skripsi ini.
4. Fajriyati Nur Azizah S. Kep., Ns,. selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan untuk penyelesaian skripsi ini.
5. Ratna Lestari, S.kep,. Ns,. selaku pembimbing akademik yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan untuk penyelesaian skripsi ini.
6. Kepala sekolah SMP N 2 Pakem yang telah memberi izin dan lahan untuk melakukan penelitian.
7. Kedua orang tua saya, dan anggota keluarga terima kasih atas do’a yang tidak pernah berhenti, kasih sayang, semangat dan nasehat yang senantiasa tulus diberikan kepada penulis.
8. Rekan-rekan mahasiswa PSIK STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta serta semua pihak yang banyak membantu dan memberikaan dorongan dalam penyelesaian proposal ini.
9. Seluruh responden dalam penelitian ini yang bersedia membantu penelitian ini.
10. Seluruh karyawan dan dosen yang telah membantu dan memberikan arahan untuk penyelesaian skripsi ini.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
ix
Penulis menyadari bahwa Proposal Skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari pembaca untuk kesempurnaan Proposal Skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap agar proposal ini dapat memberikan manfaat seperti yang di harapkan. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Yogyakarta, Mei 2011
Penulis
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. ii
ABSTRACK ............................................................................................... iii
INTISARI .................................................................................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN .................. v
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................... viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 5
E. Keaslian Penelitian ................................................................. 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teoritis ................................................................... 8
1. Bencana .............................................................................. 8
2. Kecemasan ......................................................................... 11
3. Prestasi Belajar .................................................................. 21
B. Kerangka Teori ...................................................................... 29
C. Kerangka konsep .................................................................... 30
D. Hipotesis ................................................................................ 31
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
xi
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian .................................................................... 32
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 32
C. Variabel Penelitian .................................................................. 32
D. Definisi Operasional ............................................................... 32
E. Populasi, sampel, dan teknik sampel ..................................... 33
F. Alat dan Metode Pengumpulan Data ...................................... 35
G. Uji Konten dan Reliabilitas ..................................................... 37
H. Metode Pengolahan dan Analisa Data .................................... 38
I. Etika Penelitian ....................................................................... 41
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ...................................................................... 43
1. Gambaran SMP N 2 Cangkringan .................................... 43
2. Karakteristik Responden .................................................... 44
3. Tingkat kecemasan pasca bencana gunung merapi ............ 45
4. Prestasi belajar siswa kelas VIII SMP N 2 Cangkringan ... 45
5. Uji paired sample t-test ...................................................... 46
6. Hubungan antara tingkat kecemasan pasca bencana
gunung merapi dengan prestasi belajar .............................. 46
B. Pembahasan ............................................................................ 48
C. Keterbatasan penelitian .......................................................... 52
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................. 53
B. Saran ......................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal penyusunan skripsi mahasiswa
Lampiran 2 Surat ijin studi pendahuluan dari STIKES A YANI YOGYAKARTA yang ditujukan kepada Kepala Sekolah SMP N 2 Pakem Sleman Yogyakarta.
Lampiran 3 Surat ijin studi pendahuluan dari Kepala Sekolah SMP N 2 Pakem Sleman Yogyakarta.
Lampiran 4 Surat ijin penelitian dari STIKES A YANI YOGYAKARTA yang ditujukan kepada GUBERNUR Provinsi DIY
Lampiran 5 Surat ijin penelitian dari STIKES A YANI YOGYAKARTA yang ditujukan kepada Bupati Kabupaten Sleman
Lampiran 6 Surat ijin penelitian dari STIKES A YANI YOGYAKARTA yang ditujukan kepada Bapeda Kabupaten Sleman
Lampiran 7 Surat ijin penelitian dari STIKES A YANI YOGYAKARTA yang ditujukan kepada Ka. SMP N 2 Cangkringan Sleman Yogyakarta
Lampiran 8 Surat ijin penelitian dari GUBERNUR Provinsi DIY
Lampiran 9 Surat ijin penelitian dari Bapeda Kabupaten Sleman
Lampiran 10 Permohonan menjadi responden
Lampiran 11 Informed Consent/persetujuan menjadi responden
Lampiran 12 Kuesioner kecemasan
Lampiran 13 Data responden dan tabulasi penelitian
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi siswa kelas VIII berdasarkan jenis kelamin di SMP N 2 Cangkringan Sleman Yogyakarta ………………………… 44
tabel 4.2 Distribusi frekuensi tingkat kecemasan pasca bencana gunung merapi pada siswa kelas VIII di SMP N 2 Cangkringan Sleman Yogyakarta………………………………………………………………. 45
tabel 4.3 Distribusi frekuensi prestasi belajar pada siswa kelas VIII di SMP N 2 Cangkringan Sleman Yogyakarta ………………………………………. 46
tabel 4.4 Uji Paired Sample t-test perbedaan prestasi prestasi belajar sebelum dan sesudah bencana Gunung Merapi pada siswa kelas VIII di SMPN 2 Cangkringan Sleman Yogyakarta………………………………………... 47
tabel 4.5 Tabulasi silang dan uji statistik hubungan tingkat kecemasan pasca bencana gunung merapi dengan prestasi belajar pada siswa kelas VIII di SMP N 2 cangkringan sleman Yogyakarta …............................... 48
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
xiv
DAFTAR GAMBAR
Daftar Gambar
Gambar 1. Rentang Respon Kecemasa ................................................ 20
Gambar 2. Kerangka Teori …………………………………………… 29
Gambar 3. Kerangka Konsep ............................................................... 30
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Definisi bencana (disaster) menurut United Nation Development
Program (UNDP), adalah suatu kejadian yang ekstrim dalam lingkungan
alam atau manusia yang secara merugikan mempengaruhi kehidupan
manusia, harta benda atau aktivitas sampai tingkat yang menimbulkan
bencana (Ramli, 2010). Dalam Undang-Undang No. 24 Tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana, bencana adalah peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam, faktor
non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis (Purnomo & Sugiantoro, 2010).
Bencana adalah suatu kejadian alam atau buatan manusia , datang
tiba-tiba atau progressive, yang menimbulkan dampak yang dahsyat
(hebat) sehingga masyarakat yang terkena atau terpengaruh harus
merespon dengan tindakan-tindakan luar biasa (Purnomo & Sugiantoro,
2010). Gunung Merapi yang mempunyai ketinggian 2.968 m adalah
gunung termuda dalam rangkaian gunung berapi yang mengarah ke
Selatan dari Gunung Ungaran (Muhammad, 2011).
Pada tahun 2010 banyak terjadi bencana di seluruh penjuru dunia,
khususnya di Negara Indonesia. Belum lama ini banyak terjadi bencana
seperti, banjir bandang di Wasior Papua, tsunami di Mentawai, letusan
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
2
Gunung Merapi di Yogyakarta, letusan Gunung Bromo di Probolinggo
Jawa Timur. Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terdapat Gunung
Merapi dengan ketinggian puncak 2.968 m dpl, per 2006 adalah Gunung
Berapi di bagian tengah Pulau Jawa dan merupakan salah satu Gunung
Api teraktif di Indonesia. Lereng sisi Selatan berada dalam administrasi
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sisanya berada
dalam Wilayah Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Magelang di sisi
barat, Kabupaten Boyolali di sisi Utara dan Timur, serta Kabupaten Klaten
di sisi Tenggara (Triyoga, 2010).
Bencana erupsi Gunung Merapi yang terjadi sejak tanggal 26
Oktober 2010 dengan semburan lahar dan awan panas telah menyebabkan
jatuhnya banyak korban dan ratusan ribu menjadi pengungsi. Menurut
Dinas Kehutanan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sampai saat
ini tidak hanya menelan korban jiwa tetapi juga merusak sekitar 867
hektar hutan di kawasan gunung ini yang berada di wilayah Kabupaten
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Letusan Gunung Merapi yang
terjadi sejak tanggal 26 Oktober 2010 dan mencapai puncaknya pada
tanggal 5 November 2010 telah menjadi tragedi memilukan yang
menyebabkan jatuhnya korban yang tidak ternilai besarnya. Bukan hanya
korban harta benda tetapi juga korban nyawa. Hingga saat ini telah terdata
ratusan rumah tinggal dan fasilitas umum (baik tempat ibadah, kantor
pemerintahan dan bangunan sekolah) di wilayah lereng Merapi yang
hancur atau rusak sehingga tidak dapat dipergunakan lagi.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
3
Selain itu, letusan Gunung Merapi juga telah menyebabkan jatuhnya
korban nyawa. Ratusan jiwa warga masyarakat di Lereng Merapi yang
tewas akibat terkena awan panas yang disemburkan oleh Gunung Merapi
(Muhammad, 2011).
Bencana Merapi juga telah menyebabkan terjadinya gelombang
pengungsi yang jumlahnya mencapai ratusan ribu jiwa, yang tersebar di
ratusan titik pengungsian. Selain pemerintah terdapat pula banyak pihak,
baik secara pribadi maupun kelembagaan yang telah mengulurkan tangan
untuk membantu para korban bencana, namun secara umum dapat
dikatakan bahwa penanganan dampak bencana Gunung Merapi masih
belum dapat berjalan sesuai dengan harapan. Salah satu aspek yang cukup
terabaikan adalah penanganan dampak bencana dibidang pendidikan.
Terkait dengan dampak erupsi Merapi dibidang pendidikan anak, letusan
Gunung Merapi juga membawa dampak buruk pada keberlanjutan
pendidikan anak, khususnya anak-anak di wilayah yang terdampak letusan
Gunung Merapi. Hal itu terjadi karena beberapa penyebab: pertama, ada
beberapa siswa dan guru yang turut menjadi korban letusan Gunung
Merapi. Kedua, banyak anak yang ikut mengungsi bersama orang tua
mereka. Ketiga, banyak fasilitas sekolah, baik Sekolah Dasar maupun
Sekolah Menengah di lereng Merapi yang hancur atau rusak akibat letusan
Merapi sehingga tidak dapat dipergunakan lagi. Keempat, banyak
bangunan sekolah yang dimanfaatkan sebagai lokasi pengungsian
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
4
sehingga tidak dapat dipergunakan untuk kegiatan belajar mengajar
(Muhammad, 2011).
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti,
didapatkan hasil bahwa 148 siswa dari 340 siswa tinggal di shelter. Selain
itu 70% siswa yang sekolah di SMP N 2 Cangkringan tinggal di seberang
aliran Kali Gendol dan beberapa rumah siswa mengalami kerusakan akibat
banjir lahar dingin. Dengan data ini peneliti ingin mengetahui lebih dalam
tentang hubungan tingkat kecemasan siswa pasca bencana Gunung Merapi
dengan prestasi belajar di SMP N 2 Cangkringan yang telah terpapar
dengan kejadian traumatis terhadap ketekanan jiwa (kecemasan yang
mereka hadapi) mengingat dampak jangka panjang yang akan dialami
mereka.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, masalah penelitian
dapat dirumuskan sebagai berikut: “Adakah hubungan tingkat kecemasan
siswa pasca bencana Gunung Merapi dengan prestasi belajar di SMP N 2
Cangkringan?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat
kecemasan siswa pasca bencana Gunung Merapi dengan prestasi
belajar di SMP N 2 Cangkringan tahun 2011.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
5
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya tingkat kecemasan siswa pasca bencana Gunung
Merapi di SMP N 2 Cangkringan.
b. Diketahuinya prestasi belajar sebelum dan setelah terjadi bencana
Gunung Merapi di SMP N 2 Cangkringan.
c. Diketahuinya keeratan hubungan tingkat kecemasan siswa pasca
bencana Gunung Merapi dengan prestasi belajar siswa setelah
terjadi bencana Gunung Merapi di SMP N 2 Cangkringan.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan suatu informasi yang
dapat digunakan sebagai masukan pada ilmu pengetahuan khususnya
mengenai hubungan tingkat kecemasan siswa pasca bencana Gunung
Merapi dengan prestasi belajar di SMP N 2 Cangkringan.
2. Manfaat Praktis
Dengan mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan prestasi
belajar pada siswa SMP N 2 Cangkringan, maka diharapkan:
a. Bagi Dinas Pendidikan
Diharapkan dapat menambah kualitas pendidikan untuk
meningkatkan prestasi belajar pada siswa SMP N 2 Cangkringan.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
6
b. Bagi Murid
Diharapkan agar murid mempunyai gambaran atau evaluasi
tentang hubungan tingkat kecemasan dengan prestasi belajar yang
dialami pasca bencana Gunung Merapi.
c. Bagi Peneliti
Diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan
menambah pengalaman peneliti tentang hubungan tingkat
kecemasan dengan prestasi belajar pada siswa SMP N 2
Cangkringan yang menjadi korban bencana Gunung Merapi.
d. Bagi Bidang Keperawatan
Menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan Intervensi
Keperawatan yang tepat untuk siswa korban bencana Gunung
Merapi.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang kecemasan yang sudah dilakukan:
1. Melysa Fitriana 2008, hubungan antara tingkat stabilitas emosi dengan
tingkat kecemasan pada siswa di SMK Ibu Pawiyatan Taman Siswa
Yogyakarta. Instrumen penelitian yang digunakan adalah deskriptif
non-eksperimental secara cross-sectional. Dari 38 responden didapat
perbedaan tidak bermakna antara tingkat kecemasan dengan tingkat
stabilitas emosi. Selain itu dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan antara tingkat stabilitas emosi dengan jenis lelamin siswa,
tetapi berhubungan dengan umur siswa. Serta tidak ada hubungan
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
7
antara tingkat kecemasan dengan jenis kelamin dan umur siswa.
Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah mengetahui
hubungan tingkat kecemasan dengan prestasi belajar pasca bencana
Gunung Merapi di SMP N 2 Cangkringan.
2. Andini Restu M 2009, hubungan pengetahuan dan persepsi tentang
potensi dampak sutet bagi kesehatan dengan tingkat kecemasan
masyarakat di Desa Timbulharjo, Sewon, Bantul. Instrumen penelitian
yang digunakan adalah deskriptif analitik korelasi dengan rancangan
penelitian cross-sectional. Sampel penelitian sebanyak 72 orang
diambil dengan teknik purposive sampling. Berdasarkan analisis
Spearman Rank menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
segnifikan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kecemasan, serta
terdapat hubungan signifikan antara persepsi dengan tingkat
kecemasan. Analisis regresi logistik menunjukkan hasil pengetahuan
dan dan persepsi secara bersam-sama tidak berhubungan signifikan
dengan tingkat kecemasan. Dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan tingkat
kecemasan dan antara persepsi dengan tingkat kecemasan. Tidak
terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan dan persepsi dengan
tingkat kecemasan. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan
adalah mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan prestasi
belajar pasca bencana Gunung Merapi di SMP N 2 Cangkringan.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran SMPN 2 Cangkringan Sleman Yogyakarta
SMP N 2 Cangkringan Sleman Yogyakarta didirikan tanggal 5 Mei
1992. Jarak sekolah dengan pusat pemerintahan kecamatan berkisar 7 Km
tepatnya di Pagerjurang, Kepuharjo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.
SMP N 2 Cangkringan Sleman Yogyakarta ini merupakan sekolah dengan
jenjang akreditasi A. SMP N 2 Cangkringan mempunyai Sembilan kelas
dengan masing-masing terdiri dari tiga ruangan untuk kelas VII, tiga untuk
kelas VIII dan tiga ruangan untuk kelas IX.
Dengan fasilitas dan lingkungan alam yang ada di sekitar sekolah,
terbuka peluang sekolah untuk mengembangkan diri semaksimal mungkin.
Kondisi yang demikian itulah yang mendorong seluruh warga sekolah
untuk memacu prestasi dalam upaya membentuk Sumber Daya Manusia
(SDM) yang berkualitas, beriman, dan berwawasan lingkungan yang sehat
dan dinamis. Setelah terjadinya bencana Gunung Merapi sekolah ini tidak
mengalami banyak perbaikan, karena sampai saat ini masih banyak pasir
dan tumpukan material dari Gunung Merapi yang menumpuk di halaman
sekitar sekolah. Selain itu, sebagian besar siswa kelas VIII SMP N 2
Cangkringan tinggal di shelter.
Penelitian ini secara keseluruhan dilakukan di kelas VIII SMP N 2
Cangkringan. Siswa kelas VIII berjumlah 103 siswa yang terbagi menjadi
tiga kelas yaitu kelas VIII A, VIII B dan VIII C. Penelitian ini dilakukan
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
44
pada tanggal 6 Juni 2011 di kelas VIII A, B dan C, dengan responden 83
siswa dengan kriteria : siswa kelas VIII yang tinggal di daerah bencana,
siswa yang masih aktif sekolah di SMP N 2 Cangkringan Sleman
Yogyakarta.
2. Karakteristik Responden
Hasil penelitian terhadap karakteristik jenis kelamin responden siswa
kelas VIII SMPN 2 Cangkringan Sleman Yogyakarta disajikan pada tabel
berikut:
Tabel 4.1.
Distribusi Frekuensi Siswa Kelas VIII Berdasarkan Jenis Kelamin di SMPN 2 Cangkringan Sleman Yogyakarta Tahun 2011
Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki 32 38,6
Perempuan 51 61,4
Jumlah 83 100
Sumber: Data Primer Yang Diolah
Tabel 4.1 menunjukkan sebagian besar responden berjenis kelamin
perempuan sebanyak 51 orang (61,4%) dan responden yang berjenis
kelamin laki-laki sebanyak 32 orang (38,6%).
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
45
3. Tingkat Kecemasan Pasca Bencana Gunung Merapi pada Siswa Kelas VIII di SMPN 2 Cangkringan Sleman Yogyakarta
Hasil pengukuran tingkat kecemasan pasca bencana Gunung Merapi
pada siswa kelas VIII di SMPN 2 Cangkringan Sleman Yogyakarta
disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4.2.
Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Pasca Bencana Gunung Merapi Pada Siswa Kelas VIII di SMPN 2 Cangkringan Sleman
Yogyakarta Tahun 2011
Tingkat kecemasan Frekuensi Persentase (%)
Ringan 2 2,4
Sedang 13 15,7
Berat 68 81,9
Jumlah 83 100
Sumber: Data Primer Yang Diolah
Tabel 4.2 menunjukkan sebagian besar responden memiliki tingkat
kecemasan berat sebanyak 68 orang (81,9%) dan sebagian kecil memiliki
tingkat kecemasan ringan sebanyak 2 orang (2,4%).
4. Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas VIII di SMPN 2 Cangkringan Sleman Yogyakarta
Hasil pengukuran prestasi belajar pada siswa kelas VIII di SMPN 2
Cangkringan tahun 2011 disajikan pada tabel berikut.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
46
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas VIII di SMPN 2 Cangkringan Sleman Yogyakarta Tahun 2011
Prestasi belajar Sebelum bencana Sesudah bencana
F % f (%)
Baik 44 53,0 7 8,4
Cukup 39 47,0 56 67,5
Kurang - 0 20 24,1
Jumlah 83 100 83 100
Sumber: Data Primer Yang Diolah
Tabel 4.3 menunjukkan prestasi belajar responden sebelum bencana
Gunung Merapi sebagian besar adalah baik sebanyak 44 siswa (53%), dan
yang memiliki prestasi belajar cukup sebanyak 39 siswa (47%). Prestasi
belajar responden sesudah bencana letusan Gunung Merapi sebagian besar
adalah cukup sebanyak 56 siswa (67,5%) dan sebagian kecil adalah baik
sebanyak 7 siswa (8,4%).
Untuk menguji perbedaan prestasi belajar sebalum dan sesudah
bencana Gunung Merapi digunakan uji paired sample t-test yang hasilnya
disajikan pada tabel berikut:
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
47
Tabel 4.4.
Uji Paired Sample t-test Perbedaan Prestasi Prestasi Belajar Sebelum dan Sesudah Bencana Merapi Pada Siswa Kelas VIII di SMPN 2
Cangkringan Sleman Yogyakarta Tahun 2011
Prestasi belajar
Jumlah Sampel
Mean Standar Deviasi
Mean Diff.
Paired Comparison
T-test*
Sig. (2-
tailed) Sebelum bencana
83 74,8858 2,65463 11,89940 17,908 0,000
Sesudah bencana
83 62,9864 6,75136
Sumber: Hasil Primer Yang Diolah
Tabel 4.4 menunjukkan hasil uji perbedaan prestasi belajar sebelum
dan sesudah bencana Gunung Merapi diperoleh nilai p-value (0,000) <
0,05, berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar
sebelum dan sesudah bencana Gunung Merapi. Nilai mean different yang
positif sebesar 11,89940 menunjukkan prestasi belajar sebelum bencana
lebih tinggi dibandingkan sesudah bencana.
5. Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Pasca Bencana Gunung Merapi dengan Prestasi Belajar pada Siswa Kelas VIII di SMPN 2 Cangkringan Sleman Yogyakarta
Tabulasi silang dan hasil uji statistik hubungan tingkat kecemasan
pasca bencana Gunung Merapi dengan prestasi belajar pada siswa kelas
VIII di SMPN 2 Cangkringan Sleman Yogyakarta disajikan pada tabel
berikut.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
48
Tabel 4.5.
Tabulasi Silang dan Uji Statistik Hubungan Tingkat Kecemasan Pasca Bencana Gunung Merapi dengan Prestasi Belajar pada Siswa
Kelas VIII di SMPN 2 Cangkringan Sleman Yogyakarta Tahun 2011
Tingkat Prestasi belajar Total τ p-
Kecemasan Baik Cukup Kurang value
f % f % F % f % 0,310 0,002
Ringan 2 100 - 0 - 0 2 100
Sedang 1 7,7 12
92,3 - 0 13
100
Berat 4 5,9 44
64,7 20
29,4 68
100
Total 7 56 20 83
Sumber: Data Primer Yang Diolah
Tabel 4.4 menunjukkan responden dengan tingkat kecemasan ringan
seluruhnya memiliki prestasi belajar baik sebanyak 2 siswa (100%).
Responden dengan kecemasan sedang sebagian besar memiliki prestasi
belajar cukup sebanyak 12 siswa (92,3%). Sedangkan responden dengan
tingkat kecemasan berat sebagian besar memiliki prestasi belajar cukup
sebanyak 44 siswa (64,7%).
Hasil perhitungan statistik menggunakan uji korelasi Kendalls Tau
seperti disajikan pada tabel 4.4, diperoleh p-value sebesar 0,002 < α (0,05)
sehingga dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat
kecemasan pasca bencana Gunung Merapi dengan prestasi belajar pada
siswa kelas VIII di SMPN 2 Cangkringan Sleman Yogyakarta. Nilai
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
49
koefisien (τ) sebesar 0,310 menunjukkan tingkat keeratan hubungan antara
tingkat kecemasan dengan prestasi belajar adalah lemah.
B. Pembahasan
1. Tingkat Kecemasan
Kecemasan merupakan perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang
tidak jelas dan gelisah disertai dengan respon yang otonom (sumber
terkadang tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu), perasaan yang
was-was untuk mengatasi bahaya. Ini merupakan sinyal peringatan akan
adanya bahaya dan mungkin individu untuk mengambil langkah
menghadapinya (Santoso, 2005).
Hasil penelitian terhadap tingkat kecemasan pasca bancana
Gunung Merapi pada siswa kelas VIII SMPN 2 Cangkringan
menunjukkan sebagian besar siswa mengalami kecemasan kategori berat
sebanyak 68 orang (81,9%). Banyaknya siswa yang mengalami kecemasan
berat disebabkan bencana letusan Gunung Merapi di Yogyakarta
merupakan potensial stressor yang dapat menimbulkan kecemasan karena
jatuhnya korban jiwa, kehilangan harta benda dan berdampak buruk bagi
kesehatan warga sekitarnya. Hal ini sesuai teori Stuart (2006) bahwa
potensial stressor merupakan faktor yang mempengaruhi kecenasan.
Dalam hal ini, dapat dilihat bahwa selama siswa berada di sekolah akan
selalu di awasi oleh orang tua apabila cuaca di wilayah sekolahan sedikit
mendung. Hal ini disebabkan karena sebagian besar tempat tinggal siswa
berada di dekat aliran Kali Gendol. Selain itu, tingkat kecemasan siswa
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
50
akan berbeda-beda. Misalnya siswa yang kehilangn anggota keluarga,
kehilangan tempat tinggal bahkan mungkin melihat dengan mata kepala
sendiri saat anggota keluarga meninggal, hal ini sangat mempengaruhi
tingkat kecemasan siswa. Dalam penelitian ini peneliti tidak
mencantumkan tentang status siswa yang kehilangan anggota keluarganya,
tidak mepunyai tempat tinggal yang layak, tidak mempunyai fasilitas
belajar yang sesuai dengan yang siswa inginkan.
2. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah kemampuan aktual dan dapat diukur
langsung dengan alat ukur prestasi, sehingga prestasi dapat dikatakan
sebagai hasil konkrit yang dicapai pada suatu saat. Hasil tes dapat dilihat
secara nyata dan dapat dicapai oleh individu pada saat tertentu
(Syah, 2004). Prestasi belajar siswa kelas VIII SMPN 2 Cangkringan
pasca bencana Gunung Merapi sebagian besar adalah cukup sebanyak 56
siswa (67,5%). Prestasi belajar siswa yang cukup disebabkan banyak siswa
yang kehilangan tempat tinggal sehingga harus berada di pengungsian
serta faktor kecemasan siswa mengingat dampak jangka panjang yang
akan dialami. Hal ini sesuai dalam Syah (2004) yang menyatakan bahwa
kondisi rumah yang sempit dan berantakan, tidak terdapat tempat khusus
untuk belajar serta perkampungan yang terlalu padat akan berpengaruh
buruk terhadap kegiatan belajar. Faktor lain yang mempengaruhi prestasi
belajar siswa adalah adanya kecemasan yang mereka hadapi mengingat
dampak jangka panjang yang akan dialami mereka.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
51
Hasil cross tabulasi menunjukkan siswa dengan tingkat kecemasan
ringan seluruhnya memiliki prestasi belajar baik sebanyak 2 siswa (100%).
Siswa dengan kecemasan sedang sebagian besar memiliki prestasi belajar
cukup sebanyak 12 siswa (92,3%). Sedangkan siswa dengan tingkat
kecemasan berat sebagian besar memiliki prestasi belajar cukup sebanyak
44 siswa (64,7%). Kondisi sekolah sangat mempengaruhi kegiatan belajar
mengajar, dengan kondisi sekolah yang nyaman, fasilitas yang lengkap
akan meningkatkan prestasi belajar siswa. Hasil Uji paired sample t-test
menunjukkan hasil uji perbedaan prestasi belajar sebelum dan sesudah
bencana Gunung Merapi diperoleh nilai p-value (0,000) < 0,05, berarti
terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar sebelum dan
sesudah bencana Gunung Merapi. Nilai mean different yang positif sebesar
11,89940 menunjukkan prestasi belajar sebelum bencana lebih tinggi
dibandingkan sesudah bencana
Dampak yang didapat dari sekolah ini akibat bencana Gunung
Merapi pada tahun lalu sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa, salah
satunya karena saat terjadinya letusan Gunung Merapi semua siswa SMP
N 2 Cangkringan diungsikan ke tempat pengungsian dan kegiatan belajar
mengajar dipindahkan ke sekolah yang tidak mengalami dampak letusan
Gunung Merapi. Selain pindah sekolah, alternatif lain yang ditawarkan
adalah melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah
sendiri. Namun dengan catatan mendapatkan ijin dari petugas keamanan.
Sedangkan alternatif lain adalah melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
52
(KBM) di sekolah darurat. Dengan kondisi yang seperti ini tidak menutup
kemungkinan prestasi belajar siswa akan menurun.
3. Hubungan Tingkat Kecemasan Siswa Dengan Prestasi Belajar
Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
antara tingkat kecemasan pasca bencana Gunung Merapi dengan prestasi
belajar pada siswa kelas VIII di SMPN 2 Cangkringan Sleman
Yogyakarta. Hasil perhitungan statistik menggunakan uji korelasi Kendalls
Tau seperti disajikan pada tabel 4.4, diperoleh p-value sebesar 0,002 < α
(0,05). Kecemasan merupakan pengalaman psikis yang wajar dan biasa
yang pernah dialami setiap orang dalam rangka memacu individu untuk
mengatasi masalah yang dihadapinya dengan sebaik-baiknya. Sehingga
kecemasan sampai taraf dan kualitas tertentu mempunyai fungsi adaptif
dan konstruktif demi kelangsungan hidup individu dalam lingkungan yang
serba berubah-ubah. Menurut Pakasih (2006), jika kecemasan melebihi
dari taraf kecemasan tertentu maka akan mengakibatkan sindrom klinik
yang mengganggu kesehatan, kegiatan sehari-hari dan kesejahteraan,
termasuk mengganggu prestasi belajar siswa.
Hal ini juga bisa dilihat dalam penelitian ini yang menunjukkan
bahwa responden dengan tingkat kecemasan ringan seluruhnya memiliki
prestasi belajar baik sebanyak 2 siswa (100%). Responden dengan
kecemasan sedang sebagian besar memiliki prestasi belajar cukup
sebanyak 12 siswa (92,3%). Sedangkan responden dengan tingkat
kecemasan berat sebagian besar memiliki prestasi belajar cukup sebanyak
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
53
44 siswa (64,7%). Dari hasil observasi yang telah saya lakukan mayoritas
siswa menempati shelter yang berada di Dusun Gondang Pusung, Desa
Wukirsari, Cangkringan. Di Gondang ada tiga titik lokasi shelter
jumlahnya mencapai 1.017 unit, Shelter di Gondang merupakan jenis
couple dimana satu shelter dihuni dua kepala keluarga dengan luas 12
meter x 12 meter beratap seng dan dinding gedek (anyaman bambu).
Lingkungan shelter juga dibangun fasilitas umum, tempat ibadah,
lapangan olahraga, ruang pertemuan dan paud. Kondisi tempat tinggal
sementara atau shelter mempunyai fasilitas yang sama anatara shelter satu
dengan shelter yang lain, diantaranya satu ruang utama, dua kamar tidur,
dapur dan kamar mandi. Dengan fasilitas yang ada, seandainya fasilitas
belajar tidak sesuai dengan yang diharapkan tidak menutup kemungkinan
nilai prestasi siswa akan menurun.
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan, antara lain:
1. Penelitian menggunakan metode cross sectional yang hanya
menggambarkan keadaan sekarang, sehingga peneliti tidak bisa mengikuti
penyesuaian siswa selanjutnya ataupun penyesuaian siswa pada saat
lampau.
2. Data tentang informasi kecemasan hanya diperoleh dengan kuisioner saja,
tidak dilakukan wawancara secara langsung, sehingga data yang diperoleh
hanya data yang diisi langsung oleh responden.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
54
3. Peneliti kurang memperhatikan homogenitas kecemasan responden,
diantaranya:
a. Responden dengan riwayat kehilangan anggota keluarga saat terjadi
bencana tidak ditanyakan.
b. Kondisi tempat tinggal semantara atau shelter tidak mempengaruhi
tingkat kecemasan siswa.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
55
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Tingkat kecemasan siswa pasca bencana Gunung Merapi di SMPN 2
Cangkringan sebagian besar adalah berat sebanyak 68 siswa (81,9%).
2. Prestasi belajar siswa sebelum terjadi bencana Gunung Merapi di SMPN 2
Cangkringan sebagian besar adalah baik sebanyak 44 siswa (53%),
sedangkan setelah terjadi bencana Gunung Merapi sebagian besar adalah
cukup sebanyak 56 siswa (67,5%).
3. Ada hubungan keeratan antara tingkat kecemasan siswa pasca bencana
Gunung Merapi dengan prestasi belajar siswa kelas VIII di SMPN 2
Cangkringan Sleman Yogyakarta.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan peneliti sebagai berikut:
1. Bagi dinas pendidikan
Dinas pendidikan diharapkan dapat menambah kualitas pendidikan untuk
meningkatkan prestasi belajar pada siswa SMP N 2 Cangkringan, seperti
memberikan keringan biaya pendidikan dan menyediakan buku-buku
untuk dipinjamkan kepada siswa.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
56
2. Bagi Murid
Murid yang tinggal di penampungan hendaknya mempunyai gambaran
atau evaluasi tentang hubungan tingkat kecemasan dengan prestasi belajar
yang dialami pasca bencana Gunung Merapi.
3. Bagi Bidang Keperawatan
Tenaga keperawatan hendaknya memberikan konseling dan bahan
pertimbangan dalam menentukan Intervensi Keperawatan yang tepat
kepada siswa korban bencana Gunung Merapi agar dapat menurunkan
tingkat kecemasan siswa.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya menambahkan data untuk
memperjelas hasil. Seperti, pekerjaan orang tua, umur siswa, siswa yang
kehilangan anggota keluarga, kehilangan tempat tinggal saat terjadi
bencana Gunung Merapi, kondisi tempat tinggal.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Reneka Cipta.
Baharuddi dan Wahyuni (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
Hidayat, Aziz Alimul. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Medika.
Kaplan dan Sadock. (2007). Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Psikiatri Klinis. Edisi VII, Jilid 2. Jakarta: Binarupa Aksara.
Muhammad, A. (2011). Merapi, Cerita-Kehidupan-Sejarah Geologis-Mitos dan Mistis. Cetakan Pertama. Surabaya: PORTICO Publishing.
Susanto, N. (2010). Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Digibooks
Nursalam (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
_________ (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan.Cetakan ketiga. Jakarta: Rineka Cipta
Pakasih, L. (2006). Menopause, Masalah dan Penaggulangannya. Jakarta: FKUI.
Purnomo, H dan Sugiantoro, R. (2010). Manajemen Bencana: Respon dan Tindakan Terhadap Bencana. Cetakan pertama. Yogyakarta: MedPress
Ramli, Soehatman. (2010). Pedoman Praktis Manajemen Bencana. Cetakan pertama. Jakarta: Dian Rakyat
Riwidikdo, H. (2010). Statistik Kesehatan: Belajar Mudah Teknik Analisis Data Dalam Penelitian Kesehatan. Yogjakarta: MITRA CENDIKA Press.
Santoso, B. (2005). Diagnose Keperawatan. Jakarta: Prima Medika.
Sarwono. W Sarlito dan Eko A, Meinarmo. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Stuart, Gail W. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
Suliswati dkk (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Masalah Keperawatan Jiwa. Jakarta: Trans Info Media.
Suryabrata, S. (2004). Psikologi pendidikan, Ed. 5. Cetakan kedua belas, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Susanto, N. (2010). Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan.Cetakan pertama. Yogyakarta: Digibooks
Syah, M. (2004). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.
Sugiyono. (2010). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfa Beta.
________. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC.
Triyoga, Lucas S (2010). Merapi dan Orang Jawa. Jakarta: Grasindo.