PENCAPAIAN KOMPETENSI SISWA TEKNIK …... · Pencapaian Nilai Praktik Melakukan Pekerjaan dengan...

236
1 PENCAPAIAN KOMPETENSI SISWA TEKNIK PEMESINAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KRISTEN I KLATEN MELALUI PENERAPAN BELAJAR MANDIRI (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI TPB SMK Kristen 1 Klaten) TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan Oleh : AGUSTINUS PENTAPAGIYONO S 810908101 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of PENCAPAIAN KOMPETENSI SISWA TEKNIK …... · Pencapaian Nilai Praktik Melakukan Pekerjaan dengan...

1

PENCAPAIAN KOMPETENSI SISWA TEKNIK PEMESINAN

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KRISTEN I KLATEN

MELALUI PENERAPAN BELAJAR MANDIRI

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI TPB SMK Kristen 1 Klaten)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Program Studi Teknologi Pendidikan

Oleh :

AGUSTINUS PENTAPAGIYONO

S 810908101

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

2

PENCAPAIAN KOMPETENSI SISWA TEKNIK PEMESINAN

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KRISTEN I KLATEN

MELALUI PENERAPAN BELAJAR MANDIRI

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI TPB SMK Kristen 1 Klaten)

Disusun Oleh :

Agustinus Pentapagiyono

NIM. S810908101

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Pada Tanggal :

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. Sri Yutmini M. Pd. Prof. Dr. Soetarno Joyoatmojo, M . Pd.

Mengetahui,

Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan

Prof. Dr. Mulyoto, M Pd.

3

PENCAPAIAN KOMPETENSI SISWA TEKNIK PEMESINAN

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KRISTEN I KLATEN

MELALUI PENERAPAN BELAJAR MANDIRI

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI TPB SMK Kristen 1 Klaten)

Disusun Oleh :

Agustinus Pentapagiyono

NIM. S810908101

Telah disetujui oleh Tim Penguji

Pada Tanggal : 11 Februari 2010

Jabatan : Nama Tanda Tangan

Ketua : Prof. Dr. Mulyoto, M. Pd. .............................

Sekretaris : Dr. Nunuk Suryani, M. Pd. .............................

Anggota Penguji : 1. Prof. Dr. Sri Yutmini, M. Pd. .............................

2. Prof. Dr. Sutarno Joyoatmojo, M. Pd. .............................

Mengetahui, Ketua Program studi

Direktur PPs UNS, Teknologi Pendidikan,

Prof. Dr. Suranto, M. Sc., Ph. D Prof. Dr. Mulyoto, M. Pd. NIP. 131472192 NIP. 130367766

4

MOTTO

Setiap Tetesan Keringat Mempunyai Kekuatan

untuk Memecahkan Sebongkah Batu

5

PERSEMBAHAN

Teriring rasa syukur peneliti ke hadirat Tuhan Yang Penuh Kasih, karya ini

dipersembahkan kepada :

1. Almamaterku Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Keluarga Besar SMK Kristen 1 Klaten.

3. Bapak/Ibu dosen pembimbing.

4. Rekan- rekan Program Studi Teknologi Pendidikan Program Pasacasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Ayah, ibu dan saudaraku terkasih, yang sudah memberi dukungan dan doa.

6. Kristiana Suryaningsih tersayang.

6

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Agustinus Pentapagiyono

NIM : S 810908101

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis yang berjudul Pencapaian Kompetensi

Siswa Teknik Pemesinan Sekolah Menengah Kejuruan Kristen I Klaten Melalui

Penerapan Belajar Mandiri (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI TPB SMK

Kristen 1 Klaten), adalah benar- benar karya saya sendiri. Hal- hal yang bukan karya

saya, dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjuk dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar saya peroleh dari tesis

tersebut.

Surakarta, Januari 2010

Yang membuat pernyataan,

Agustinus Pentapagiyono

KATA PENGANTAR

7

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kasih, atas limpahan

berkatnya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tesis ini.

Penyusunan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam

mencapai derajat Magister pada Program Studi Teknologi Pendidikan Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.

Tesis ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, dalam kesempatan ini secara tulus penulis menyampaikan rasa hormat

dan ucapan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. dr. Much Syamsulhadi, Sp. Kj. (K), selaku Rektor Universitas Sebelas

Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

belajar di Program Pascasarjana UNS Surakarta.

2. Prof. Drs. Suranto, M. Sc., Ph. D., selaku Direktur Program Pascasarjana (PPs)

UNS Surakarta beserta staf yang telah memberikan ijin dan dukungan demi

terlaksananya penelitian dalam rangka penulisan tesis ini.

3. Prof. Dr. Mulyoto, M. Pd, selaku Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan

Program Pascasarjana (PPs) UNS Surakarta beserta staf yang telah memberikan

ijin dan dukungan demi terlaksananya penelitian ini..

4. Prof. Dr. Sri Yutmini, M. Pd., selaku pembimbing I yang telah memberikan

pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian dan

penulisan tesis ini.

8

5. Prof. Dr. Sutarno Joyoatmojo, M. Pd., selaku pembimbing II yang dengan sabar

telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam

menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini.

6. Drs. Suyoto, selaku mantan Kepala SMK Kristen 1 Klaten yang telah

memberikan ijin kepada penulis untuk belajar di Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

7. Drs. Sugeng Prasetyo, selaku Kepala SMK Kristen 1 Klaten yang telah

memberikan ujin penelitian dan penulisan tesis ini.

8. Rekan- rekan guru dan karyawan SMK Kristen 1 Klaten yang telah banyak

membantu kelancaran belajar penulis.

9. Rekan- rekan mahasiswa Program Studi Teknologi Pendidikan, khususnya kelas

paralel V Solo yang telah saling memberikan dukungan belajar dan penulisan

tesis ini.

10. Keluargaku dan sahabat- sahabat terkasih yang telah mendukung semangat dan

doa.

11. Semua pihak yang telah membantu terselesainya tesis ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini tidaklah sempurna, oleh karena itu

kritik dan saran penulis terima dengan senang hati. Semoga Tuhan Yang Maha Kasih

memberkati dan melimpahkan anugerah-Nya atas budi baik yang telah ditaburkan.

Penulis berharap laporan penelitian ini bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi SMK

Kristen 1 Klaten dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Surakarta, Januari 2010

Penulis

9

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL …………………………………………………………………...………… . i

PERSETUJUAN ……………………………………………………… ……..…….. ii

PENGESAHAN ………………………………………………………………...….. iii

MOTTO ……………………………………………………………………………. iv

PERSEMBAHAN ………………………………………………………………….. v

PERNYATAAN ……………………………………………………………............ vi

KATA PENGANTAR …………………………………………………………….. vii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………… ix

DAFTAR TABEL ……………………………………………………………….... xii

DAFTAR DIAGRAM ………………………………………….………………..... xv

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………… xvi

ABSTRAK ……………………………………………………………...….……. xviii

ABSTRACT ……………………………...………………………………...…….. xix

BAB I. Pendahuluan ………………………….…….………………………………. 1

A. Latar Belakang Masalah …………….…….………………………………... 1

B. Rumusan Masalah………………………….…………………………...…… 7

C. Tujuan Penelitian………………….………………………...………………. 8

D. Manfaat Penelitian …………………………………………….……………. 8

10

BAB II. Kajian Pustaka ……………………………………………….………….... 10

A. Deskripsi Teori…………………………………………….……………….. 10

1. Desain Instruksional…………………………….…………………...… 10

a. Kurikulum Berbasis Kompetensi ……………….…………………. 12

b. Kompetensi …………………………………….………………… ..14

c. Belajar Mandiri ………………………………….………………... 16

2. Proses Pembelajaran ………………………………………………….. 19

a. Pembelajaran Praktik Di Sekolah Kejuruan …....…………………..20

b. Block Schedulling ……………………………………………….... 22

3. Evaluasi ………………………………………………………………. 24

a. Pengukuran dan Penilaian ………………………………………… 24

b. Authentic Asssessment ……………………………………………. 33

c. Self Assessment ………………………………………....………… 39

B. Kajian Penelitian Yang Relevan ……………………………………..…… 40

C. Kerangka Berfikir …………………………………………….…………… 43

D. Pengajuan Hipotesis Tindakan ………………………........…………….… 44

BAB III. Metodologi Penelitian …………………………………….…………….. 45

A. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………….…………….… 45

1. Tempat Penelitian …………………………………….………………. 45

2. Waktu Penelitian …………………………………………………….. 45

B. Pendekatan Penelitian …………………………………….……………….. 46

C. Rencana Tindakan . ……………………………………………………….. 48

D. Subjek Penelitian ……………………………….…………………………. 55

11

E. Data dan Sumber Data ………………………….…………………………. 56

F. Teknik Pengumpulan Data ………………...…….………………………… 56

G. Uji Validitas Data …………………………………………………………. 57

H. Teknik Analisa Data ……………………………………………………..... 58

I. Indikator Kinerja …………………………………...……………………… 58

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan………………….…………………….. 59

A. Deskripsi Latar Penelitian …………………………….…………………… 59

1. Deskripsi Latar Penelitian ……………………….…………….……….. 59

2. Deskripsi Pembelajaran dan Penilaian Kompetensi Teknik Pemesinan....61

B. Temuan Penelitian………………………………………………………..... 82

1. Deskripsi Pembelajaran Siklus I ……….……………………………… 82

a. Perencanaan Tindakan Pembelajaran dan Penilaian …….………….. 90

b. Pelaksanaan Tindakan ……………………….……………………... 92

c. Observasi ……………………………………………………………. 86

d. Refleksi ……………………………………………………………… 89

2. Deskripsi Penelitian Siklus II ………………………………………….. 90

a. Perencanaan Tindakan Pembelajaran dan Penilaian ………………… 90

b. Pelaksanaan Tindakan ……………………………………….……… 92

c. Observasi ………………………………………………………….… 93

d. Refleksi dan Evaluasi Hasil Penelitian Pada Siklus II……….……... 99

3. Deskripsi Penelitian Siklus III ………………………….…….……….. 105

a. Perencanaan Tindakan Pembelajaran dan Penilaian …………….…. 106

b. Pelaksanaan Tindakan ...………………………………….…..……. 108

12

c. Observasi ……………………………...…………………...………. 111

d. Refleksi dan Evaluasi Hasil Penelitian Pada Siklus III ……………116

4. Deskripsi Program Remidiasi …….………………………….………....119

a. Perencanaan Program Remidiasi ………………..……...………….. 119

b. Pelaksanaan Program Remidiasi …………………………………… 120

c. Hasil Penilaian Program Remidiasi ………………….……...…...… 121

5. Deskripsi Program Pengayaan ………………...………………………. 121

a. Perencanaan Program Pengayaan……………..………..……….….. 121

b. Pelaksanaan Program Pengayaan………………………...………… 122

c. Hasil Penilaian Program Pengayaan ………. ……………..…….… 122

C. Pembahasan…………………………………………………….…..…….. 123

D. Keterbatasan Penelitian ………………………………………..….…...… 126

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………..….…….…. 128

A. Kesimpulan …………………………………………………..…….…….. 128

B. Implikasi Hasil Penelitian ……………………………………..…….…… 128

C. Saran ………………………………………………………..……….….... 130

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………..…..…………. 131

LAMPIRAN ……………………………………………………………………… 134

13

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 01. Pedoman Penilaian Praktik Produksi …………………………..……... 40

Tabel 02. Jadwal Penelitian ……………………..……………..………...………. 46

Tabel 03. Struktur Kurikulum SMK ……………………….……………...….….. 62

Tabel 04. Alokasi Jumlah Jam Pelajaran ………………………………...………. 69

Tabel 05. Dasar Kompetensi Kejuruan ……………………....………...………… 71

Tabel 06. Kompetensi Kejuruan Teknik Pemesinan …..…………….…………… 72

Tabel 07. Toleransi Ukuran Umum………….. ……………….…..…………….... 81

Tabel 08. Materi Pembelajaran Siklus I ………. ………………………….…….. 83

Tabel 09. Pencapaian Nilai Praktik Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut Siklus I

(Job 1B)................................................................................................. 86

Tabel 10. Kemandirian Belajar Siswa Tahap Siklus I…........……….………..…. 87

Tabel 11. Asumsi Faktor Penyebab Masalah …………………..…..………..…... 88

Tabel 12. Materi Pembelajaran Praktik Tindakan Siklus II ……………….....…. 90

Tabel 13. Kemandirian Belajar Pada Siklus II ……….………..…….…….……. 95

Tabel 14. Pencapaian nilai kompetensi Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut

Siklus 1 (job 1C) …………………………………………...… 96

Tabel 15. Komparasi Nilai Kemampuan Siswa Siklus I dan Siklus II……… ….. 97

Tabel 16. Komparasi Skor Kemandirian Belajar Siswa Tahap Pra Siklus dan Siklus I

……………………………………………………………...……….….. 98

Tabel 17. Materi Pembelajaran Praktik Tindakan Siklus III …………...……..…. 108

14

Tabel 18. Pencapaian Nilai Kompetensi Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut

Siklus II (job 1D)……………………………………….……… 110

Tabel 19. Komparasi Nilai Siklus I dan Siklus II ….………………………...…...111

Tabel 20. Kemandirian Belajar Siswa pada Siklus III…………………...……….. 112

Tabel 21. Komparasi Kemandirian Belajar Siswa pada Siklus II dan siklus III..... 113

Tabel 22. Komparasi Nilai Siswa pada Siklus I, Siklus II, Siklus III, dan rerata nilai

................................................................................................................ 115

Tabel 23. Materi Pembelajaran Praktik Program Remediasi...................................120

Tabel 24. Hasil Perolehan Benda Kerja Program Remidiasi ................................. 121

Tabel 25. Materi Pembelajaran Praktik Program Pengayaan….………………… 122

Tabel 26. Hasil Perolehan Benda Kerja Program Pengayaan ………………..…...123

15

DAFTAR DIAGRAM

Halaman

Diagram 01. Kerangka Berfikir ……………………………………….….............. 44

Diagram 02. Langkah- langkah PTK menurut Kemmis & Taggart ………………. 49

16

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Permohonan Ijin Penelitian ……………………….………………...………… 135

2. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ……………………………….. 136

3. Surat Keterangan Hasil Seminar Proposal …………...………..……………… 137

4. Kalender Pendidikan SMK YPK Klaten Tahun 2009/2010…………………... 138

5. Denah Ruang SMK Kristen 1 Klaten …………………………………...…….. 139

6. Keadaan Murid SMK Kristen 1 Klaten Bulan Oktober 2009 .......……………. 140

7. Mechanical Engineering Job Section Of XI TPB ………………...…...……… 141

8. Foto Kegiatan Penelitian ……………………………………..………………. 142

9. Foto Benda Kerja Hasil Praktik ……………………………..…...……….…... 143

10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) …………………………….…… 144

11. Job Sheet Praktik Melakukan Pekerjaan Dengan Mesin Bubut …………….. 145

12. Pencapaian Nilai Praktik Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut Tahap Siklus I

( Job 1 B)…………...…………………………………………………. 162

13. Pencapaian Nilai Praktik Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut Siklus II (Job

1C )…………………….……………………………………….………… 163

14. Pencapaian Nilai Praktik Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut Siklus II (Job

1D) ……………………………………………………………….……… 164

15. Komparasi Nilai Siswa pada Siklus I dan Nilai Siklus II ……….............… 165

16. Komparasi Nilai Siklus II dan Siklus III …………………………………… 166

17

17. Hasil Penghitungan Jumlah Benda Kerja Bubut Program Pengayaan dan Remedial

……………………………………………..……………………….. 167

18. Pencapaian Siklus I, Silus II, Siklus III, rerata, Pengayaan/remidiasi, dan Nilai

Akhir………………………………………………………..…………...…….. 168

19. Instrumen Pengukuran Kemandirian Belajar ……………………………….. 169

20. Skala Sikap Kemandirian Belajar Siswa Siklus I .......................…………… 171

21. Skala Sikap Kemandirian Belajar Siswa Pra Siklus II .............. …….……… 173

22. Skala Sikap Kemandirian Belajar Siswa Siklus III ...................……..……… 175

23. Diagram Nilai Siklus I, Sikus II, siklus III ……………………….………… 177

24. Diagram Nilai Akhir 1 dan Nilai Akhir II …………………………………... 178

25. Catatan Lapangan .............................................................................................179

18

ABSTRAK

Agustinus Pentapagiyono (S 810908101). Pencapaian Kompetensi Siswa Teknik Pemesinan Sekolah Menengah Kejuruan Kristen 1 Klaten Melalui Penerapan Belajar mandiri. Tesis. Program Pascasarjana Unversitas Sebelas Maret Surakarta. 2009.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pencapaian standar kompetensi Mengoperasikan Mesin Bubut, praktik pemesinan Program Studi Keahlian Teknik Pemesinan kelas XI TPB SMK Kristen 1 Klaten tahun ajaran 2009/2010 mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal 5, 51 melalui penerapan belajar mandiri dengan langkah block schedulling dan self assessment.

Metode Penelitian yang digunakan adalah tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan subjek penelitian siswa kelas XI TPB SMK Kristen 1 Klaten tahun ajaran 2009/2010 sebanyak 40 siswa, sebagai kolaborator adalah teman sejawat, yaitu guru praktik pemesinan bernama Sunardi, S. Pd. dan Suryanto, S. Pd. Siklus aktivitas meliputi; penetapan fokus masalah penelitian, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, analisis dan refleksi, dan perencanaan tindak lanjut. Pengumpulan data dengan dokumentasi, observasi, dan wawancara. Analisis data menggunakan analisis kritis dan analisis komparatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan pencapaian standar kompetensi Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut pada siswa kelas XI TPB SMK Kristen 1 Klaten tahun ajaran 2009/2010 mencapai nilai KKM sebesar 5,51 melalui penerapan strategi belajar mandiri dengan langkah block schedulling dan self assessment. Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti merekomendasikan bahwa strategi belajar mandiri dapat diterapkan dalam pembelajaran praktik pemesinan di SMK Kristen 1 Klaten.

Kata kunci : Penerapan Belajar Mandiri, Pencapaian Kompetensi Dasar,

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut.

19

ABSTRACT

Agustinus Pentapagiyono, (S 810908101). The Competence Achievement of Mechanical Engineering Students in Sekolah Menengah Kejuruan Kristen 1 Klaten through Personal Learning Implementation. Thesis. Postgraduate Program of Surakarta Sebelas Maret University. Surakarta.

The aim of the research is to know the improvement of the competence standard achievement of turning from grade XI TPB students of SMK Kristen 1 Klaten in the 2009/2010 school year in order to reach the Minimum Passing Criteria of 5,51 (five point fifty-one) through personal learning implementation in block schedulling and self assessment steps.

The research used the classroom action research. There are 40 students from grade XI TPB of SMK Kristen 1 Klaten in the 2009/2010 school year. The collaborator was the peer teacher of mechanical practice named Sunardi, S. Pd. and Suryanto, S. Pd. The research activities cycle includes determining the research process focus, planning, acting, observing, analizing and reflecting, and planning the follow-up action. Technique of collecting data was observation, documentation, and interview. Meanwhile, the data analysis used critical and comparative analysis.

The result of the research shows that there is an improvement of the competence standard achievement of turning from grade XI TPB students of SMK Kristen 1 Klaten in the 2009/2010 school year reaching the Minimum Passing Criteria of 5,51 (five point fifty-one) through personal learning implementation. Based on this research, we can recommend that personal learning strategy can be implemented on mechanical practice of SMK Kristen 1 Klaten.

Keywords : Personal Learning Implementation, Standard Competence

Achievement, Minimum Passing Grade, Turning.

20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Globalisasi semakin terasa dalam beberapa hal terutama yang berkaitan dengan

perkembangan IPTEK serta media informasi dan komunikasi massa telah berpengaruh

tehadap kehidupan sehari-hari. Hal ini mengisyaratkan bahwa persaingan antar bangsa

di dunia berlangsung semakin ketat. Arus barang dan jasa, serta tenaga ahli akan

melintas dengan mudah tanpa hambatan. Keberhasilan usaha dalam pasar terbuka

ditentukan oleh produktivitas dan efisiensi dalam berproduksi.

Satryo Soemantri Brodjonegoro seperti dikutip Supriyono Raharjo (2006:1)

mengemukakan bahwa di satu sisi, globalisasi membuka peluang baru untuk mengakses

suasana pembelajaran yang lebih baik dan pengetahuan yang lebih maju, dan di sisi lain

memberikan peluang besar untuk melindungi keinginan bangsa saat memerlukan

investasi sumber daya baru dan peraturan yang sesuai, termasuk standardisasi dan

sertifikasi. Krisis global yang terjadi pada tahun 2008 memperlemah dunia usaha karena

pengaruh kondisi finansial membuat kekacauan anggaran perusahaan. Perusahaan yang

sudah tidak mampu mengelola secara maksimal akan mengurangi produksi, dan

berakibat pengurangan pekerja secara besar-besaran.

Komaruddin seperti dikutip Soetarno Joyoatmojo (2003:4) mengemukakan

perlunya pembentukan tenaga profesional yang mandiri dan beretos kerja tinggi dalam

21

pengembangan sumber daya insani. Pendidikan dan pelatihan perlu dikembangkan ke

arah penguasaan proses produksi, peningkatan produktivitas, kemampuan tenaga kerja

dalam mendayagunakan teknologi. Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)

adalah jawaban terhadap tuntutan dan tantangan tersebut. Pengelolaan pendidikan

kejuruan yang menghasilkan tenaga kerja harus menjadi titik berat perhatian utama agar

mampu merubah struktur dan kualitas tenaga kerja yang memiliki daya saing yang

produktivitasnya tinggi dalam membangun ekonomi masyarakat.

Secara umum kondisi sikap mental (akhlak dan moral) tenaga kerja Indonesia

cukup memprihatinkan. Hal ini terlihat dari rendahnya tingkat kedispilinan, kejujuran,

tingginya tingkat korupsi, nepotisme, politik uang dan hal-hal lain yang berkaitan

dengan perilaku negatif. Kelemahan sumber daya manusia yang ada selalu dikaitkan

dengan lemah dan rendahnya mutu pendidikan dan pelatihan di Indonesia, dan seolah-

olah tanggung jawab dari persoalan-persoalan ini diletakkan hanya pada lembaga-

lembaga pendidikan dan pelatihan.

Produktivitas tinggi berdampak pada tingginya upah yang diterima para pekerja

sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan. Potensi perkembangan suatu negara sangat

dipengaruhi oleh perbedaan sumber daya manusia dalam jumlah serta tingkat

keterampilannya, pandangan budayanya, etos kerjanya, serta keinginan untuk

meningkatkan diri. Pengembangan sumber daya manusia menjadi titik berat karena

manusia yang menjadi pengelola dan pemanfaat sumber daya alam, sebagai kunci masa

depan bangsa. Pendidikan merupakan salah satu upaya penting untuk meningkatkan

kemampuannya yang diarahkan untuk meningkatkan kualitas hidup individu dalam

memenuhi kebutuhan pribadinya maupun hidup bermasyarakat.

22

Setiap SMK menyadari betapa pentingnya menghasilkan angkatan kerja yang

terdidik dan terampil, mampu mengikuti perkembangan teknologi agar dapat memiliki

daya saing yang baik pula. Seseorang atau masyarakat masa depan akan ditentukan oleh

pengalaman belajar dalam hidupnya, sehingga SMK perlu merancang sistem

pembelajaran yang akan menyediakan kemungkinan-kemungkinan masa depan tersebut.

Pendidikan sangat penting untuk menentukan masa depan, baik masa depan sekolah,

peserta didik, maupun industri. Pendidikan perlu memotivasi hal- hal yang mengarah

pada berbagai penemuan mengenai mengapa, kapan, apa, dan bagaimana peserta didik

mudah belajar dengan metode-metode belajar yang baru, cara belajar ketrampilan dasar

yang lebih baik, dan cara mengelola sumber belajar.

Sekolah kejuruan akan menjadi efektif dan efisien bila merupakan replika dari

keadaan di lapangan kerja. Agar sekolah kejuruan bisa berjalan efektif dan efisien maka

sekolah kejuruan harus memberikan pengetahuan dan keterampilan kejuruan yang

sesuai kondisi di lapangan kerja. Dengan adanya kondisi yang identik antara sekolah

kejuruan dan lapangan kerja diharapkan siswa akan responsif dan terbiasa berfikir di

lingkungan kerja.

Visi yang ditetapkan oleh SMK Kristen 1 Klaten adalah: “SMK Kristen 1 Klaten

menjadi sekolah bertaraf internasional pada tahun 2015 yang mampu menghasilkan

insan berbudi pekerti luhur, terampil, mandiri, dan berdedikasi berdasarkan kasih

kepada Tuhan, sesama, dan lingkungannya” .

Kekuatan yang dimiliki oleh SMK Kristen 1 Klaten adalah: (1) dikelola oleh

yayasan keagamaan yang cukup kuat; (2) daya saing dan etos kerja pendidik yang

23

tinggi; (3) memiliki jaringan yang kuat dengan lembaga pendidikan nasional,

internasional, dan dunia usaha/dunia industri; (4) memiliki bengkel dan peralatan yang

memadai untuk kegiatan praktikum; (5) dipercaya masyarakat. Beberapa kelemahan

yang dimiliki oleh SMK Kristen 1 Klaten adalah: (1) jumlah tenaga pengajar yang

terbatas; (2) keterbatasan sarana dan prasarana seiring dengan perkembangan teknologi

dan pasar kerja; dan (3) implementasi visi dan misi yang belum optimal. Sedangkan

tantangan yang dihadapi yang dimiliki SMK Kristen 1 Klaten adalah; (1) kondisi siswa

yang pada umumnya dari golongan ekonomi menengah ke bawah, (2) tuntutan

perkembangan teknologi yang tidak bisa dihindari; dan (4) munculnya pesaing-pesaing

handal di sekitarnya. Di samping itu peluang yang dimiliki SMK Kristen 1 Klaten

adalah: (1) peminat/calon siswa cukup besar; (2) permintaan tenaga lulusan cukup

besar; (3) jaringan yang baik dengan berbagai pihak (stakeholder).

Berdasarkan observasi lapangan terhadap kegiatan pembelajaran praktik

pemesinan melalui wawancara dan dokumentasi nilai hasil praktik mata pelajaran

praktik pemesinan di SMK Kristen 1 Klaten diperoleh informasi bahwa diklat praktik

pemesinan diselenggarakan dengan mengacu pada job sheet yang dibuat bersama. Hasil

yang dicapai siswa belum sepenuhnya dapat mencapai kompetensi dalam waktu yang

sudah tertera pada job sheet. Terpenuhinya waktu yang telah ditentukan akan

memberikan kepuasan bagi kedua pihak (Dwi Atmoko 2007:1). Pemesan merasa senang

jika pada saat yang telah ditentukan dapat memiliki barang yang diidamkan. Sedangkan

bagi perusahaan akan bangga jika dalam mengadakan perjanjian selalu dapat menepati

waktunya. Banyak siswa tidak mampu mencapai standar minimal dan menyelesaikan

24

sesuai waktu yang ditetapkan. Tidak adanya pembelajaran teori membuat lemahnya

penguasan teori, juga berkibat pada rendahnya kualitas praktik.

Evaluasi pembelajaran praktik di Program Keahlian Teknik Pemesinan

menerapkan standard penilaian acuan patokan yaitu standard industri ATMI dengan

pencapaian nilai/skor 5,51. Hal yang dinilai meliputi; keterampilan melaksanakan tugas

(task skills), keterampilan mengelola pekerjaan (task management skills), keterampilan

mengantisipasi kemungkinan (contingency management skills), keterampilan mengelola

lingkungan kerja (job environments skills), dan keterampilan beradaptasi (transfer

skills). Hasil observasi di lapangan menunjukkan bahwa pencapaian kompetensi yang

dicapai siswa Program Keahlian Teknik Pemesinan SMK Kristen 1 Klaten hanya sekitar

50%, tidak sesuai dengan tuntutan kompeten yang diterapkan. Berdasarkan indikasi

tersebut setelah peneliti berkonsultasi dengan kolaboran, untuk mengetahui sebab-sebab

apa yang menimbulkan masalah tersebut. Hasil diskusi yang dapat disimpulkan adalah:

1. Ketersediaan jam mata pelajaran praktik pemesinan hanya 12 jam x 45 menit per

minggu dirasa masih kurang, mengingat banyaknya kompetensi yang harus dicapai

oleh siswa yang sangat kompleks.

2. Meskipun sarana praktik cukup memadai jika dibandingkan dengan sekolah lain,

namun belum cukup mampu mengimbangi tuntutan perkembangan industri.

3. Perilaku siswa dalam praktik kurang baik, karena sering tidak bisa memanfaatkan

waktu praktik yang tersedia untuk mengerjakan semua job yang ada sesuai waktu

yang ditentukan, siswa masih sering berlama-lama dalam mempersiapkan

pengerjaan, masih sering melihat-lihat temannya dalam bekerja.

25

4. Siswa masih kurang disiplin dalam kehadiran, karena juga kurang didukung oleh

tindakan konsekuensi/kompensasi yang tegas.

5. Siswa masih ragu dalam mengerjakan Job-nya, kurang berani mengambil resiko, dan

belum bisa mengevaluasi pekerjaannya secara mandiri.

6. Tidak semua guru memberi penjelasan yang baik sebelum siswa bekerja, disamping

itu guru belum sepenuhnya menguasai cara penilaian dengan baik.

Kedudukan peneliti dalam PTK merupakan bagian dari situasi dan kondisi dari

suatu latar yang ditelitinya. Peneliti terlibat langsung dalam suatu proses pembelajaran

bersama-sama dengan pihak lain, seperti atasan, sejawat atau kolega. Bentuk kerja sama

atau kolaborasi diantara para anggota situasi dan kondisi itulah yang menyebabkan

proses berlangsung. Kolaborasi yang dimaksud adalah adalah beberapa sudut pandang

yang disampaikan oleh setiap kolaborator. Sudut pandang dari berbagai kolabolator

merupakan andil yang penting dalam upaya pemahaman terhadap berbagai

permasalahan yang muncul, meskipun demikian fungsi kolaborator hanyalah sebagai

pembantu dalam PTK, bukan sebagai penentu terhadap pelaksanaan dan berhasil

tidaknya penelitian. Peneliti tetap sebagai figur yang memiliki kewenangan dan

tanggung jawab untuk menentukan apakah sudut pandang dari kolaborator

dipergunakan atau tidak.

Berpijak dari identifikasi penyebab rendahnya kompetensi yang dicapai siswa,

maka peneliti secara bersama-sama dengan kolaboran akan berupaya meningkatkan

kompetensi siswa, sehingga siswa dapat mencapai nilai KKM dengan melaksanakan

strategi belajar mandiri kompetensi Teknik Pemesinan di SMK Kristen 1 Klaten .

26

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, permasalahan penelitian yang ada

dapat dirumuskan sebagai berikut;

“ Bagaimanakah penerapan strategi belajar mandiri melalui langkah block schedulling

dan self assessment dapat meningkatkan pencapaian kompetensi Melakukan Pekerjaan

dengan Mesin Bubut Program Studi Keahlian Teknik Pemesinan kelas XI semester

gasal di SMK Kristen 1 Klaten tahun ajaran 2009/2010 mencapai Kriteria Ketuntasan

Minimal sebesar 5, 51 (lima koma lima satu)”.

C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitiannya adalah

untuk mengetahui:

“Peningkatan pencapaian kompetensi Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut

praktik pemesinan Program Studi Keahlian Teknik Pemesinan kelas XI semester gasal

di SMK Kristen 1 Klaten tahun ajaran 2009/2010 mencapai Kriteria Ketuntasan

Minimal sebesar 5, 51 (lima koma lima satu) dengan menerapkan strategi belajar

mandiri”.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari kegiatan penelitian ini antara lain;

1. Manfaat teoritis :

27

a. Melengkapi teori- teori pembelajaran dan evaluasi belajar pada mata pelajaran

praktik pemesinan

b. Menjadi bahan acuan dalam menyusun, mengimplementasikan, dan mengevaluasi

pembelajaran praktik pemesinan

2. Manfaat praktis:

a. Bagi siswa :

1) Dapat meningkatkan pencapaian kompetensi praktik pemesinan secara

komprehensif dan berkesinambungan

2) Dapat merencanakan persiapan kerja, melaksanakan, dan mengevaluasi

pembelajarannya secara mandiri untuk mencapai tujuan belajarnya

b. Bagi guru :

1) Dapat mengetahui strategi pembelajaran mandiri untuk dapat memperbaiki dan

mengoptimalkan pembelajaran di bengkel

2) Mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi selama pembelajaran

praktik.

3) Membiasakan diri melakukan penelitian kecil dan bermakna dalam mencari

solusi terhadap permasalahan pembelajaran praktik pemesinan, untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran serta profesionalisme guru.

c. Bagi SMK Kristen 1 Klaten :

1) Memberikan informasi dan masukan pada pihak SMK Kristen 1 Klaten di

dalam mengambil kebijakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran

praktik.

28

2) Memberikan masukan bagi siswa dan guru program produktif SMK terhadap

kekurangan dalam melakukan pembelajaran praktik.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Desain Instruksional

Design is that area of human experience, skill and knowledge which is

concerned with man’s ability to mould his environment to suit his material and spiritual

needs.” (http://www.What is Design. htm). Definisi tersebut mengandung makna

bahwa desain berada pada area pengalaman manusia, skill, dan pengetahuan dalam

lingkungannya. Desain adalah proses untuk menentukan kondisi belajar (Seels &

Richey, 1994:32). Tujuan desain ialah untuk menciptakan strategi dan produk pada

29

tingkat makro, seperti program dan kurikulum, dan pada tingkat mikro, seperti

pelajaran dan modul.

Instruction refers to an outline or manual of technical procedures, a design is

plan or lay out (West, Farmer & Wolf, 1991:209). Instruksional adalah garis besar dari

prosedur- prosedur teknis, sedangkan desain adalah rencananya. Penyusunan desain

instruksional berdasarkan kebutuhan instruksional. Menurut Atwi Suparman (2001:62),

kebutuhan adalah kesenjangan keadaan saat ini dibandingkan dengan keadaan yang

seharusnya. Proses identifikasi kebutuhan yang dimulai dari mengidentifikasi

kesenjangan antara keadaan sekarang dengan keadaan yang diharapkan seringkali

dilanjutkan sampai kepada proses pemecahan masalah dan evaluasi terhadap efektivitas

dan efisiensinya.

Besides Instrucional System Design (ISD), there are several traditional

systematic approaches to training such as Performance-Based Training (PBT) and

Criterion Referenced Instruction (CRI)(http://www.Overview of Instructional

Design.htm) . Pelatihan berbasis performansi mempunyai beberapa elemen; yaitu

kompetensi berbasis job, hubungan berkelanjutan, alur kerja, dan evalusi. Desain

instruksional merupakan sistem pengembangan instruksional khusus menggunakan teori

pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Pertimbangan yang dipakai

adalah proses analisis kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Desain instruksional

berkembang karena riset dan teori tentang strategi instruksional dan proses

pengembangan yang diimplementasikan dalam strategi pembelajaran. Desain

instruksional merupakan sains yang mengkreasikan spesifikasi secara lengkap dalam

pengembangan, implementasi, evaluasi, dan perbaikan situasi pembelajaran. Desain

30

instruksional dapat diimplementasikan dan dikembangkan sesuai situasi dan fasilitas

yang ada.

“The process which has tended to guide Instructional Design is as follows;a)

analysis, b) design, c) development, d) implementation and evaluation.” ( http://www.

What Is International Design. Theory. htm) Proses analisis bertujuan untuk menentukan

kebutuhan pelatihan dan kebutuhan pembelajaran, yang meliputi; analisis tujuan,

analisis performan, analisis target populasi, analisis tugas, seleksi media, dan analisis

biaya. Tujuan penyusunan desain adalah menemukan perencanaan bagaimana

menyelesaikan produk, memproduksi perjalanan kerja, dan diagram alir untuk

menyelesaikannya, mencakup; desain perantara, hubungan, desain pelajaran, dan

kontrol pembelajaran. Fase pengembangan menyertakan pemrogram, seniman grafik,

penulis, dan unsur subjek yang khusus dalam perencanaan. Model yang dikembangkan

sebagai tanggapan atas umpan balik dan masukan dari luar. Fase implementasi dan

evaluasi merupakan akhir dari kegiatan penyusunan desain instruksional.

a. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

Kurikulum dan pengajaran merupakan dua hal yang berbeda namun erat

kaitannya antara satu dengan yang lainnya ( Oemar Hamalik, 2004:1). Kurikulum pada

dasarnya merupakan suatu perencanaan menyeluruh yang mencakup kegiatan dan

pengalaman yang perlu disediakan yang memberikan kesempatan secara luas bagi siswa

untuk belajar. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu, sedangkan

31

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun oleh

masing-masing satuan pendidikan (Mungin, 2009:1)

Dean, dalam Dwi Atmoko (2008:16) mendefinisikan kurikulum berbasis

kompetensi, yaitu :

“Competency-based curriculum is the development of a set of competency

statements to difine what knowledge, skills and attitudes. This set of competency

statements will then provide a standard for identifying the core content of a curriculum

and allowing the assessment of outcomes of the curriculum”.

Maknanya, kurikulum berbasis kompetensi adalah pengembangan seperangkat

kemampuan yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap. Sedangkan untuk

mengetahui kemampuan digunakan standar untuk mengidentifikasi isi kurikulum dan

dilaksanakan penilaian. Kurikulum berbasis kompetensi menekankan pada kemampuan

yang harus dimiliki oleh lulusan suatu jenjang pendidikan. Karakteristik penting

kurikulum berbasis kompetensi adalah :

1) hasil belajar yang dinyatakan dengan kemampuan atau kompetensi yang dapat

didemonstrasikan atau ditampilkan

2) semua peserta didik harus mencapai ketuntasan belajar, yaitu menguasai semua

kompetensi dasar

3) ada program remidi, pengayaan dan percepatan

In a competency-based system, desired learning outcomes are clearly defined and

stated up front. Students are assessed by whether they can demonstrate those outcomes.

The different learning outcomes are called "competencies." Students progress through

32

the curriculum by demonstrating that they have met the learning outcomes in a variety

of skill and knowledge areas. We call this demonstrating a competency (http://www.

New Students About Competency-Based Education.htm). Definisi tersebut mengandung

makna bahwa kurikulum berbasis kompetensi mengadakan pembelajaran bagi siswa

untuk mendemonstrasikan kompetensinya sebagai hasil yang dapat dilihat/dinilai.

Depdiknas dalam Dwi Atmoko (2008:18) mendefinisikan Diklat berbasis

kompetensi (competency based training) adalah Diklat yang menitikberatkan pada

penguasaan pengetahuan dan keterampilan spesifik dan sikap sesuai dengan yang harus

dilakukan dan diterapkan di dunia kerja. Pengetahuan dan keterampilan tersebut harus

dapat didemonstrasikan dengan standar kompetensi yang berlaku. Konsep CBT pada

hakikatnya berfokus pada apa yang dapat dilakukan oleh seseorang (kompeten) sebagai

hasil atau akibat (output) dari pembelajaran. Seseorang dikatakan kompeten apabila

mampu melaksanakan tugas- tugas yang ada di dunia kerja, merencanakan dan

mengorganisasikan pekerjaan serta mengatasi permasalahan yang timbul dalam

pekerjaan.

Selanjutnya Dwi Atmoko (2008:18) menyebutkan bahwa Kurikulum Berbasis

Kompetensi memiliki karakteristik sebagai berikut :

1) Menekankan pada ketrampilan kompetensi siswa baik secara individual maupun

klasikal

2) Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagamaan;

3) Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang

bervariasi

33

4) Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi

unsur edukatif

5) Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan suatu

kompetensi

b. Kompetensi

A competency is simply a statement of learning outcomes for a skill or a body of

knowledge. When students demonstrate a "competency," they are demonstrating their

ability to do something. They are showing the outcome of the learning process. Lots of

the things that people do in their lives can be defined as different competencies - job

skills, living skills, etc. (http:New Students About Competency-Based Education.htm).

Kompetensi merupakan pernyataan singkat dari outcome untuk sebuah skill dan

pengetahuan. Ketika siswa mendemonstrasikan sebuah kompetensi, maka yang

didemonstrasikan adalah kemampuan mengerjakan sesuatu, yang didapat dalam proses

pembelajaran.

Menurut Spencer (1993:9), “comppetency is an underlying characteristic of

individual that is causally related to criterion-referenced effective and/or superior

performance in a job or situation”. Sedangkan menurut Jones (1976:29), kompetensi

adalah pernyataan yang menggambarkan penampilan suatu kemampuan tertentu secara

bulat yang merupakan perpaduan antara pengetahuan dan kemampuan yang dapat

diamati dan diukur. “Competence as the profession and developmend of sufficient skills,

appropriate attitudes and experience for successful performance in life roles” (Roger,

1997:20)

34

Dari beberapa uraian tersebut, kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan

yang harus dapat dilakukan atau ditampilkan siswa, yang meliputi: pengetahuan,

ketrampilan, dan sikap siswa setelah mengikuti mata pelajaran tertentu. Setiap

kompetensi dirinci menjadi sub kompetensi atau kemampuan dasar, yang selanjutnya

merupakan arah pencapaian dan acuan dalam memilih materi dan pengalaman belajar

siswa. Untuk mengetahui pencapaian kemampuan dasar tertentu diperlukan indikator

pencapaian yang digunakan untuk mengembangkan alat pengujian.

c. Belajar Mandiri

(http://www.Personal.Learning.Environments.htm.) mendefinisikan, “Personal

Learning Environments are systems that help learners take control of and manage their

own learning”. This includes providing support for learners to:

1) set their own learning goals

2) manage their learning; managing both content and process

3) communicate with others in the process of learning “

Belajar mandiri adalah sistem yang membantu pebelajar-pebelajar untuk mengontrol

dan memanaje pembelajarannya sendiri. Termasuk didalamnya memberi dorongan

untuk mengeset tujuan-tujuan pembelajarannya, memanaje pembelajarannya, memanaje

baik isi dan proses, dan mengomunikasikan dengan orang lain dalam proses

pembelajaran.

Learners are most successful when they are mindfull of themselves as a learners and

thinkers within a learning community. The personal learning domain focuses on

35

providing students with the knowledge, skills and behaviours to be successfull, positive

learners both at school and throughout their lives. (http://www.vcaa.vic.edu.au/vce).

Pebelajar akan sukses jika mempunyai semangat dan perhatian sebagai pebelajar dan

pemikir dalam komunitas pembelajaran. Domain pembelajaran mandiri berfokus dalam

melengkapi siswa dengan pengetahuan, skill, dan keterampilan untuk menjadi sukses,

pebelajar-pebelajar positif baik dalam sekolah dan kehidupan seutuhnya.

Personal Learning Environents (PLE) as an idea that firstly integrates “pressures

and movements” like lifelong learning, informal learning, learning styles, new

approaches to assessment, cognitive tools. (http://edutech.unige.ch/en/Personal learning

environment).Maknanya, lingkungan belajar mandiri merupakan sebuah ide yang

pertama terintegrasi dalam “tekanan dan pantauan” seperti pembelajaran sepanjang

hayat, pembelajaran informal, gaya belajar, pendekatan-pendekatan baru pada penilaian,

peralatan-peralatan kognitif.

Belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif

untuk menguasai sesuatu kompetensi guna mengatasi sesuatu masalah, dan dibangun

dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki ( Haris Mudjiman,

2008:7 ). Belajar mandiri mempunyai batasan- batasan yang dijelaskan sebagai berikut;

1) Kegiatan belajar aktif merupakan kegiatan belajar yang memiliki ciri keaktifan

pembelajar, persistensi, keterarahan, dan kreativitas untuk mencapai tujuan.

2) Motif, atau niat, untuk menguasai sesuatu kompetensi adalah kekuatan pendorong

kegiatan belajar secara intensif, konsisten, terarah, dan kreatif.

36

3) Kompetensi adalah pengetahuan, atau ketrampilan, yang dapat digunakan untuk

memecahkan masalah.

4) Dengan pengetahuan yang telah dimiliki pebelajar mengolah informasi yang

diperoleh dari sumber belajar, sehingga menjadi pengetahuan atau keterampilan baru

yang dibutuhkannya.

5) Tujuan belajar hingga evaluasi belajar, ditetapkan sendiri oleh pebelajar, sehingga ia

sepenuhnya menjadi pengendali kegiatan belajarnya.

Kompetensi baru, baik yang berbentuk pengetahuan maupun keterampilan untuk

mengatasi sesuatu masalah. Guna mencapai tujuan belajar mandiri, ialah sesuatu atau

serangkaian kompetensi, salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan adalah

strategi belajar aktif, yang bercirikan keaktifan pebelajar, untuk mendapatkan sesuatu

atau serangkaian kompetensi, yang secara akumulatif menjadi kompetensi lebih besar

yang dicapai melalui kegiatan belajar mandiri. Belajar aktif merupakan kegiatan belajar

alamiah, yang dapat menimbulkan kegembiraan, dapat membentuk susasana belajar

tanpa stress dan memungkinkan tercapainya tujuan belajar yang ditetapkan. Untuk

melakukan belajar aktif, motivasi belajar merupakan prasyarat yang harus

dikembangkan terlebih dahulu.

Penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki untuk mandapatkan pengetahuan

atau keterampilan baru adalah prinsip belajar menurut paradigma konstruktivisme.

Dalam pembelajaran konstruktivistik, penambahan pengetahuan baru dilakukan oleh

siswa sendiri, pengembangan pengetahuan dapat dilakukan dengan pemberian

rangsangan berupa masalah-masalah dari dunia nyata yang relevan dengan kebutuhan

siswa, untuk dibahas dan dicari jalan keluarnya. Pemberian masalah dimaksudkan untuk

37

merangsang siswa agar berpendapat dan berpikir kritis ketika mereka dihadapkan pada

fakta-fakta baru. Menurut paradigma konstruktivisme, belajar adalah proses

menginternalisasi, membentuk kembali, atau membentuk baru suatu pengetahuan.

Ciri-ciri belajar mandiri :

1) Semakin tinggi kualitas kegiatan belajar, semakin banyak kompetensi yang

diperoleh.

2) Menggunakan berbagai sumber (guru, tutor, kawan, pakar, praktisi, dan siapapun)

dan berbagai media belajar (buku, alat, dan teknologi lanjut).

3) Dilakukan di tempat manapun (sekolah, rumah, warnet, dsb) yang nyaman.

4) Dilakukan pada setiap waktu belajar.

5) Kecepatan dan intensitas belajar ditentukan sendiri oleh pebelajar.

6) Pembelajar mempunyai cara belajar yang tepat untuk dirinya sendiri.

7) Melakukan evaluasi belajar sendiri.

8) Melakukan refleksi terhadap keberhasilan dan kegagalannya.

9) Menetapkan motif dan cara-cara belajar yang ditempuh untuk mencapai tujuan

belajarnya sendiri.

10) Menjalankan sistem pendidikan formal-tradisional.

2. Proses Pembelajaran

a. Pembelajaran Praktik di Sekolah Kejuruan

Pendidikan menengah kejuruan, harus dilihat sebagai sebuah sistem yang

tersusun dari beberapa komponen yaitu: program pendidikan (kurikulum), peserta didik,

38

guru dan tenaga teknis, fasilitas (sarana dan prasarana), dan manajemen (Joel Tadjo,

2004:1). Semua komponen tersebut harus dirancang secara menyeluruh dan saling

berhubungan dalam satu kesatuan rancangan yang utuh, untuk dapat mencapai tujuan

pendidikan di SMK. Terkait dengan tujuan pendidikan di SMK dapat tercapai apabila

terjadi integrasi di antara komponen pendidikan baik dari sisi perencanaan maupun

pelaksanaan sebagai dukungan internal, dukungan eksternal dari masyarakat dan

industri serta terjadinya perubahan budaya pendidikan di sekolah.

Rupert Evans dalam Wardiman Joyonegoro (1998:32) mendefinisikan

pendidikan kejuruan adalah bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan

seseorang agar lebih mampu bekerja pada satu kelompok pekerjaan atau satu bidang

pekerjaan daripada bidang-bidang pekerjaan lainnya. Definisi ini mengandung

pengertian bahwa setiap bidang studi adalah pendidikan kejuruan, sepanjang bidang

studi tersebut dipelajari lebih mendalam daripada bidang studi lainnya, dan kedalaman

itu dimaksudkan sebagai bekal memasuki dunia kerja.

Selanjutnya United States Congres dalam Wardiman Joyonegoro (1998:34)

mendefinisikan bahwa pendidikan kejuruan adalah program pendidikan yang secara

langsung dikaitkan dengan penyiapan seseorang untuk suatu pekerjaan tertentu atau

untuk persiapan tambahan karier seseorang. Pendidikan kejuruan adalah pendidikan

untuk memasuki lapangan pekerjaan dan diperuntukkan bagi siapa saja yang

menginginkan, membutuhkan, dan yang dapat untung darinya.

Menurut Undang- Undang No. 2 tentang Sitem Pendidikan Nasional:

”Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk

39

dapat bekerja dalam bidang tertentu.” Arti pendidikan kejuruan ini dijabarkan lebih

spesifik dalam Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 1990 tentang Pendidikan

Menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan

jenis pekerjaan tertentu.

GBPP kurikulum SMK dalam Dwi Atmoko (2008:10), menjabarkan bahwa

proses pendidikan dan pelatihan di SMK dibagi dalam tiga program, yaitu program

normatif dengan persentase 16%, program adaptif 29% dan program produktif 55%.

Dari pembagian tersebut terlihat bahwa mata pelajaran program produktif memiliki

persentase paling besar yang mengindikasikan program pengajaran lebih besar pada

mata pelajaran praktik. Hal tersebut menuntut adanya fasilitas praktik yang memadai

karena dengan adanya fasilitas praktik akan menunjang keberhasilan proses

pembelajaran praktik di SMK.Diklat berbasis kompetensi (CBT) menuntut suatu

kompetensi tertentu atau suatu kemampuan untuk berbuat sesuatu yang lain bentuknya

dari kemampuan yang lebih tradisional untuk mendemonstrasikan aplikasi dari ilmu

pengetahuan.

Finch & Crunkilton dalam Dwi Atmoko (2008:11) menyatakan kompetensi

khusus untuk pendidikan teknologi kejuruan; “competencies are those tasks, skills,

attitudes, values and appreciations that are deemed critical to success in life or in

earning a living”. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa kompetensi meliputi tugas,

keterampilan, sikap, nilai, apresiasi diberikan dalam rangka keberhasilan hidup atau

penghasilan hidup yang harus diberikan untuk pendidikan teknologi dan kejuruan selain

teori dan praktik juga perlu ditambahkan unsur sikap dan nilai.

40

Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat diambil suatu makna bahwa, kegiatan

praktikum di bengkel adalah kegiatan untuk mempraktikkan teori-teori kejuruan yang

telah dipelajari sesuai dengan jurusannya, sehingga teori menjadi rujukan. Kegiatan

praktikum adalah proses melaksanakan percobaan yang telah tersusun secara sistematis.

Materi praktik mengacu pada kurikulum, dituangkan ke dalam lembar kerja (job sheet)

untuk dapat mempermudah pelaksanaannya. Di dalam lembaran kerja juga

dicantumkan keterampilan yang akan dicapai siswa bila telah selesai melaksanakan

kegiatan praktikum pada satu unit. Kegiatan praktik juga memperhatikan hal-hal yang

mendasar, yaitu unit-unit yang menjadi inti dari suatu aspek pekerjaan. Secara umum

aspek-aspek yang diperhatikan dalam praktikum adalah metode pengerjaan, kualitas

kerja, dan pemakaian waktu.

b. Block scheduling

Block scheduling is typically a restructuring of the daily schedule to create

longer units of time for each class. Traditionally, six to eight classes meet for 45 - 55

minutes each day. Block scheduling creates fewer classes each day, meeting for longer

periods of time. There are almost as many variations as there are schools implementing

the block (http://www. Block Scheduling from a Math Teacher.htm). Skedul blok

merupakan sebuah tipe yang menyusun skedul harian pada unit-unit yang panjang pada

masing-masing kelas. Skedul blok dibuat pada kelas untuk masing-masing hari,

pertemuan panjang pada periode yang lama, membutuhkan banyak implementasi pada

masing-masing blok di sekolah.

41

Block scheduling is any schedule format with fewer but longer classes than

traditional schedules permit ( http://www. Block Scheduling By Request February

1997.htm). Skedul blok dalam pembelajaran pemesinan berguna untuk mengatur

pemakaian mesin, sehingga terjadi keteraturan dalam mengoperasikan mesin dan

peralatan untuk mencapai pembelajaran praktik yang maksimal. Masing-masing siswa

bekerja pada mesin sesuai dengan jadwal yang telah dibuat dan berkewajiban untuk

mengerjakan job yang ada.

Materi praktik sebagaimana yang tercantum dalam job sheet dianalisis baik

tujuan, bahan dan alat yang digunakan serta tahapan pelaksanaannya apakah sesuai

dengan keadaan bengkel baik ketersediaan bahan dan peralatan praktik maupun

lingkungan yang menunjang untuk kegiatan tersebut. Improvisasi guru dibutukan untuk

mengatur strategi seefektif mungkin bagaimana menggunakan bahan dan peralatan yang

ada. Pembagian kelompok praktik adalah salah satu langkah yang dapat dilakukan

untuk menyesuaikan jumlah bahan dan peralatan yang ada dengan jumlah siswa yang

mengikuti kegiatan praktik.

Pelaksanaan praktik siswa diusahakan benar-benar menemukan suatu bentuk

keasikan tersendiri dalam mengerjakan materi praktiknya. Siswa diusahakan untuk

menemukan makna prinsip dari materi praktik yang dikerjakannya. Sehingga dengan

demikian akan terbentuk kesan dan pemahaman yang mendalam pada diri siswa akan

hal yang ingin dicapai dalam kegiatan praktik tersebut. Hal tersebut akan membentuk

kepribadian dan kepercayaan bagi diri siswa bahwa dia benar-benar dapat mewujudkan

apa yang telah dipelajari sebagai suatu keahlian yang dimiliki setelah selesai mengikuti

pendidikan di sekolah nanti.

42

3. Evaluasi

a. Pengukuran dan Penilaian

Istilah pengukuran dengan istilah evaluasi sering rancu pengertiannya.

Keduanya memang hampir sama, berdekatan dan berkaitan. Pengukuran adalah proses

pengumpulan data. Misalkan data tentang panjang diameter suatu poros, data tentang

tinggi badan dan lain-lain. Sedang evaluasi adalah proses membandingkan sesuatu

dengan norma atau standar yang disepakati. Misal bahwa poros A lebih panjang dari

poros B, diameter batang A lebih kecil daripada diameter batang B. Jadi untuk

mengevaluasi dibutuhkan data hasil pengukuran yang telah ditentukan.

“Evaluation is determination of the value or worth of something by examining

facts, values and judgments and relating them to each other “ ( West, Farmer & Wolf,

1991:257). Definisi tersebut mengandung pengertian bahwa dalam kegiatan evaluasi

berguna untuk menilai sesuatu berdasarkan fakta untuk mempertimbangkan dan

menentukan tindakan yang menyangkut hubungan antar komponen yang dinilai.

Validasi adalah penilaian atau penyelidikan tarhadap proses pelatihan dan

pengembangan yang digunakan untuk mencapai pembelajaran dan perubahan. Proses

pelatihan/pembelajaran sendiri “divalidasi” untuk menjamin agar tujuan-tujuan tertentu

baik program pelatihan maupun tujuan pesertanya dipenuhi, sedangkan evaluasi adalah

proses yang mempunyai aspek yang lebih luas, dan meskipun mencakup validasi event

pembelajarannya , secara khusus mencermati masalah-masalah yang terkait dengan

aplikasi pembelajaran di tempat kerja, implementasi jangka panjang, dan biaya serta

value effectiveness dari pengembangan yang diberikan (Leslie Rae, 2005:5-6)

43

Suharsimi Arikunto (1987:3) memberi batasan pengertian antara mengukur,

menilai, mengevaluasi, dan penelitian pendidikan sebagai berikut:

1) Mengukur : membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat

kuantitatif.

2) Menilai : mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik

buruk. Penilaian bersifat kualitatif.

3) Mengadakan evaluasi meliputi kedua langkah tersebut, yaitu mengukur dan

menilai.

4) Penilaian pendidikan : kegiatan penilaian yang terjadi dalam kegiatan pendidikan.

Selanjutnya menurut Suharsimi Arikunto (1987:56-62) sebuah tes dapat

dikatakan baik sebagai alat ukur apabila memenuhi persyaratan tes, yaitu memiliki:

1) Validitas; dapat mengukur apa yang hendak diukur.

2) Reliabilitas; dapat dipercaya, tetap, tidak berubah-ubah pembicaraannya dari waktu

ke waktu, memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkalil-kali, jika kepada

para siswa diberikan tes yang sama pada waktu berlainan, maka setiap siswa akan

tetap berada pada urutan/ranking yang sama dalam kelompoknya.

3) Obyektivitas; tidak adanya unsur pribadi yang mempengaruhi.

4) Praktikabilitas; mudah dilaksanakan, mudah pemeriksaannya, dan dilengkapi dengan

petunjuk- petunjuk yang jelas.

5) Ekonomis; tidak membutuhkan ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang banyak dan

waktu yang lama.

Dalam mengembangkan atau menyusun suatu evaluasi hasil belajar, perlu

mengingat dua syarat perangkat evaluasi yang penting, yakni validitas dan reliabilitas

44

(Joel Tadjo, 2004:7). Validitas dapat diartikan bahwa evaluasi yang dilaksanakan adalah

benar-benar mengevaluasi apa yang ingin dievaluasi atau evaluasi yang sah. Bila tujuan

proses belajar mengajar adalah penguasaan keterampilan psikomotorik, maka

evaluasinya harus menitikberatkan pada aplikasi keterampilan tersebut. Pada contoh di

atas sering terjadi beberapa siswa yang sebenarnya terampil mengikir, dapat gagal

dalam evaluasi karena evaluasinya tertulis. Reliabilitas diartikan sebagai (perangkat)

evaluasi yang apabila digunakan pada saat yang berbeda, guru yang berbeda ataupun

siswa yang berbeda akan memberikan hasil penilaian yang relatif sama. Sebagai contoh,

bila seorang siswa dievaluasi oleh Guru A bulan Desember, hasilnya haruslah sama

dengan evaluasi yang dilaksanakan bulan Juni berikutnya.

Daryanto (1997:16) menjelaskan fungsi evaluasi dalam proses pengembangan

sistem pendidikan sebagai berikut:

1) Perbaikan sistem.

2) Pertanggungjawaban kepada pemerintah dan masyarakat.

3) Penentuan tindak lanjut hasil pengembangan.

Oemar Hamalik (2004:147-148) menjelaskan bahwa evaluasi merupakan bagian

penting dalam suatu sistem instruksional mempunyai fungsi-fungsi pokok sebagai

berikut:

1) Fungsi edukatif; bertujuan untuk memperoleh informasi tentang keseluruhan sistem

dan/atau salah 1 sub sistem pendidikan.

45

2) Fungsi institusional; mengumpulkan informasi akurat tentang input dan output

pembelajaran, disamping proses pembelajaran itu sendiri. Dengan evaluasi dapat

diketahui sejauh mana siswa mengalami proses pembelajaran.

3) Fungsi diagnostik; untuk mengetahui kesulitan dan masalah yang dihadapi siswa

dalam proses belajar sehingga dapat merancang dan mengupayakan untuk

menanggulangi dan/atau membantu yang bersangkutan untuk memecahkan

masalahnya.

4) Fungsi administratif; untuk menyediakan data tentang kemajuan belajar siswa yang

selanjutnya berguna untuk memberikan sertifikasi ke tahap berikutnya.

5) Fungsi kurikuler; menyediakan data dan informasi yang akurat dan berdaya guna

bagi pengembangan kurikulum.

6) Fungsi manajemen; sebagai bahan bagi pimpinan untuk membuat keputusan

manajemen pada semua jenjang manajemen.

Evaluasi merupakan kegiatan pengukuran dan penilaian terhadap pencapaian

tujuan pembelajaran. Pengukuran bersifat kuantitatif digunakan untuk mengumpulkan

data. Misalnya data tentang panjang sebuah tongkat, data tentang tinggi pohon dan lain-

lain. Sedangkan penilaian adalah proses pengambilan kesimpulan dari data yang diukur.

Misalnya dari data pengukuran tinggi badan seorang siswa diperoleh skor 180 cm (hasil

pengukuran), maka kita mengambil kesimpulan bahwa siswa tersebut digolongkan pada

high average. Dengan demikian, siswa dimasukkan dalam kelompok khusus bagi anak-

anak yang mempunyai tinggi badan diatas rata-rata.

Menurut Suharsimi Arikunto ( 1987:6) penilaian dalam dunia pendidikan

mempunyai makna :

46

1) Bagi siswa ; mengetahui sejauh mana telah berhasil mengikuti pelajaran yang

diberikan oleh guru. Jika siswa memperoleh hasil yang memuaskan akan mempunyai

motivasi yang cukup besar untuk belajar yang lebih giat agar lain kali mendapat hasil

yang lebih memuaskan lagi. Keadaan sebaliknya bisa terjadi , yakni siswa sudah

merasa puas dengan hasil yang diperoleh dan usahanya kurang gigih untuk lain kali.

2) Bagi guru ; mengetahui kondisi keberhasilan masing-masing siswa, mengetahui

apakah materi sudah tepat, dan mengetahui metode pembelajaran sudah tepat.

3) Bagi sekolah ; hasil belajar sebagai cermin kualitas sekolah, apakah kurikulum sudah

tepat, dan apakah sudah memenuhi standar yang ditetapkan.

Joel Tadjo (2004:3) menyebutkan tujuan penilaian adalah untuk

mendekskripsikan kecakapan belajar bagi peserta diklat, sehingga dapat diketahui

kelebihan atau kekurangan dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang

ditempuhnya. Dengan demikian pendekskripsian kecakapan tersebut dapat diketahui

pula posisi kemampuan peserta diklat dibandingkan dengan peserta lainnya.

1) Untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran selama mengikuti pembelajaran

tersebut.

2) Untuk menentukan tindak lanjut hasil penilaian.

3) Untuk memberikan pertanggung jawaban (accountability) dari pihak penyelenggara

diklat kepada pihak-pihak yang berkepentingan (instansi dimana peserta diklat

bekerja, peserta bersangkutan, dan lain-lain).

Assessment is the process of forming a judgment about the quality and extent of

student achievement or performance, and therefore by inference a judgment about the

learning itself. Assessment inevitably shapes the learning that takes place; that is, what

47

students learn and how they learn it should reflect closely the purposes and aims of the

course of study (http://www.62.gu.edu.au/policylibrary.ngf/mainsearch). Penilaian

merupakan proses penyimpulan kualitas belajar dan performan siswa. Penilaian hasil

belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai peserta

diklat dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan, bahwa objek yang dinilainya

adalah hasil belajar peserta diklat.

Sri Rumini, et al (1995:117-119) menjabarkan fungsi penilaian ada lima macam,

yaitu :

1) Penilaian sebagai insentif untuk meningkatkan belajar.

2) Penilaian sebagai umpan balik bagi murid.

3) Penilaian sebagai umpan balik bagi guru.

4) Penilaian sebagai informasi bagi orang tua.

5) Penilaian sebagai informasi untuk keperluan seleksi.

Penilaian (assessment) adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk

mengukur prestasi belajar (achievement) siswa sebagai hasil dari suatu program

instruksional (Oemar Hamalik, 2004:146). Hasil dari penilaian dapat digunakan sebagai

bukti yang patut dipertimbangkan dalam rangka evaluasi pengajaran. Jadi, penilaian

bukan hanya menilai siswa, terlebih dari itu sangat fungsional untuk menilai sistem

pembelajaran itu sendiri.

Selanjutnya Joel Tadjo (2004:10) menjelaskan bahwa dalam usaha penilaian,

diperlukan pengertian yang jelas tentang berbagai istilah atau pendekatan yang dipakai.

Lebih jauh lagi pengertian-pengertian ini hendaknya seragam. Pengertian pokok yang

48

akan dibahas disini yaitu yang berkenaan dengan pengukuran dan penilaian. Pendekatan

penilaian yang dimaksud adalah; Pendekatan Nilai Acuan Norma (Norm Referenced

Evaluation) dan Penilaian Acuan Patokan (Criterion Referenced Evaluation).

1) Penilaian Acuan Norma (Norm Referenced Evaluation).

Penilaian acuan norma adalah penilaian yang membandingkan hasil belajar

siswa terhadap hasil belajar siswa lain dalam kelompoknya. Pendekatan penilaian ini

dapat dikatakan sebagai pendekatan “apa adanya” dalam arti bahwa patokan

pembanding diambil dari kenyataan-kenyataan yang diperoleh pada saat pengukuran

berlangsung, yaitu hasil belajar siswa dalam kelompok.

Kelebihan dari sistem Penilaian Acuan Norma (PAN) ini adalah dapat diketahui

prestasi kelompok atau kelas, sehingga sekaligus dapat diketahui keberhasilan

pembelajaran bagi semua peserta diklat. Sedangkan kekurangannya adalah kurang

meningkatkan kualitas hasil belajar. Misalnya nilai rata-rata kelompok atau kelasnya

rendah, skor 40 dari skor tertinggi 100, maka peserta diklat yang memperoleh 45

(diatas rata-rata) sudah dikatakan baik atau dinyatakan lulus, sebab berada di atas

rata-rata kelas, padahal skor 45 dari maksimum skor 100 termasuk rendah.

Kelemahan yang lain dari sistem PAN ialah kurang praktis, sebab harus dihitung

dahulu nilai rata-rata kelas, apalagi jika jumlah peserta diklat cukup banyak. Sistem

ini kurang menggambarkan tercapainya tujuan pembelajaran, sehingga tidak dapat

dijadikan ukuran dalam menilai keberhasilan pembelajaran. Demikian pula kritreria

keberhasilan tidak tetap dan konteks yang lebih luas penggunaan sistem ini tidak

dapat digunakan untuk menarik generalisasi peserta diklat, sebab rata-rata

49

kelompok/kelas yang satu berbeda dengan kelompok/kelas yang lain. Dengan

demikian misalnya angka 70 di kelompok/kelas yang digunakan dalam penilaian

formatif, bukan untuk penilaian sumatif. Sistem Penilaian Acuan Norma disebut pula

sebagai standar relatif.

2) Penilaian Acuan Patokan (Criterion Referenced Evaluation). Penilaian

Acuan Patokan (Criterion Referenced Evaluation) adalah penilaian dengan cara

membandingkan hasil belajar siswa terhadap patokan yang telah ditetapkan terlebih

dahulu sebagai kriteria keberhasilan yang biasa disebut “batas lulus” penguasaan

bahan pelajaran. Siswa yang telah mencapai batas ini, dianggap telah berhasil dalam

pelajaran (lulus) dan diperkenankan mempelajari bahan pelajaran yang lebih tinggi,

sedangkan yang belum mencapai batas lulus tersebut, dianggap belum berhasil dan

diharuskan mengulang pelajaran tersebut sampai akhirnya mencapai batas lulus.

Ciri utama pendekatan PAP adalah tuntutan yang lebih terarah dan terencana

sejak awal selama dan sesudah penyelenggaraan KBM. Sebelum pengajaran dimulai,

guru harus menetapkan kriteria keberhasilan yang harus dicapai oleh siswa jika ia

ingin “lulus” dalam pelajaran tersebut. Sistem penilaian PAP ini mengacu kepada

proses belajar tuntas atau mastery learning. Dalam hubungan ini sudah barang

tertentu makin tinggi kriteria yang digunakan, makin tinggi pula derajat penguasaan

belajar yang dituntut dari peserta diklat, sehingga makin tinggi kualitas hasil belajar

yang diharapkan. Dalam sistem PAP ini guru tidak perlu lagi menghitung rata-rata

kelas, sebab kriterianya sudah pasti. Sistem penilaian ini tepat digunakan untuk

penilaian sumatif dan dipandang sebagai usaha peningkatan kualitas diklat. Dalam

sistem ini bisa terjadi semua peserta gagal atau tidak lulus. Karena tidak seorang pun

50

peserta diklat yang memenuhi kriteria yang ditentukan. Kondisi seperti ini tidak

mungkin ditentukan pada sistem Penilaian Acuan Norma. Sistem Acuan Patokan

disebut pula sebagai standar mutlak.

Penilaian hasil belajar dapat menggunakan beberapa cara :

1) Dengan menggunakan sistem huruf, yakni A, B, C, D dan E (gagal). Biasanya

ukuran yang digunakan adalah A= paling tinggi, paling baik, atau sempurna, B=

baik, C= sedang atau cukup, D= kurang.

2) Dengan sistem angka yang menggunakan beberapa standar. Dalam standar empat,

angka 4 setara dengan A, angka 3 setara dengan B, angka 2 setara dengan C,

angka 1 setara dengan D. Dapat pula dibuat standar sepuluh(10), yakni

menggunakan rentangan angka dari 1-10. Atau menggunakan rentangan 1-100.

Cara mana yang dipakai tidak menjadi masalah, asalkan konsisten dalam

pemakaiannya.

b. Authentic assessment

(http:www. Authentic Assessment - WikEd.htm) mencatat beberapa definisi

tentang penilaian autentik;

1) "Authentic assessment is an evaluation process that involves multiple forms of

performance measurement reflecting the student's learning, achievement, motivation,

and attitudes on instructionally-relevant activities. Examples of authentic assessment

techniques include performance assessment, portfolios, and self-assessment."

(American Library Association)

51

2) "Simply testing an isolated skill or a retained fact does not effectively measure a

student's capabilities. To accurately evaluate what a person has learned, an

assessment method must examine his or her collective abilities.This is what is meant

by authentic assessment. Authentic assessment presents students with real-world

challenges that require them to apply their relevant skills and knowledge."

(Funderstanding)

3) "Evaluating by asking for the behavior the learning is intended to produce. The

concept of model, practice, feedback in which students know what excellent

performance is and are guided to practice an entire concept rather than bits and

pieces in preparation for eventual understanding. A variety of techniques can be

employed in authentic assessment." (New Horizons for Learning)

4) "Authentic assessments are products and/or performances correlated with real life

experiences. Therefore, they are authentic." (Newton Public School)

Jon Mueller (2009:1) memberikan gambaran pelaksanaan autentik asesmen: To

the Authentic Assessment, a how-to text on creating authentic tasks, rubrics and

standards for measuring and improving student learning (http:

www.jonathan.mueller.faculty.noctrl.edu/toolbox/wkaisit.htm.)

1) Standards, All good assessment begins with standards: statements of what we want

our students to know and be able to do. What do we really value?

2) Tasks, Authentic assessments are often called "tasks" because they include real-

world applications we ask students to perform.

52

3) Rubrics, To assess the quality of student work on authentic tasks, teachers develop

rubrics, or scoring scales.

4) Portofolios, A collection of a student's work specifically selected to tell a particular

story about the student -- and a great opportunity to develop self-assessment skills

Selanjutnya gambaran tentang autentik asesmen diberikan dalam (http://www.

Authentic Assessment Overview-TeacherVision_com.htm), Teachers ask students to

demonstrate skills and concepts they have learned. Authentic assessment aims to

evaluate students' abilities in 'real-world' contexts. In other words, students learn how

to apply their skills to authentic tasks and projects. Authentic assessment does not

encourage rote learning and passive test-taking. Instead, it focuses on students'

analytical skills; ability to integrate what they learn; creativity; ability to work

collaboratively; and written and oral expression skills. It values the learning process as

much as the finished product.

Dari gambaran diatas dapat disimpulan bahwa autentik asesmen bertujuan untuk

mengevaluasi kebiasaan siswa dalam konteks keadaan nyata, dengan cara

mendemonstrasikan konsep-konsep yang dipelajarinya.

Menurut Sukarno (2009:79) penilaian autentik (authentic assessment) adalah

pengumpulan informasi mengenai kualitas atau kuantitas perubahan yang terjadi pada

siswa, kelas, guru, atau administrator. Penilaian autentik digunakan untuk

mendeskripsikan pembelajaran, prestasi, motivasi, dan sikap dalam pelajaran. Penilaian

autentik menghendaki siswa untuk mendemonstrasikan keterampilan-keterampilan atau

prosedur-prosedur yang dikehendaki dalam konteks kehidupan nyata. Penilaian autentik

53

digunakan untuk mendeskripsikan berbagai macam format penilaian yang

mencerminkan pembelajaran, hasil belajar, motivasi, dan sikap-sikap siswa terhadap

kegiatan-kegiatan siswa yang relevan dengan pembelajaran.

Kinerja (performansi) dapat diartikan sebagai perilaku seseorang apabila

mendapat atau menerima satu tugas tertentu yang bermanfaat (Joel Tadjo 2004:8).

Kinerja lebih mencerminkan keterampilan psikomotor, walau didalamnya ada unsur-

unsur kognitif dan afektif.

Nur dalam Sukarno (2009:81) mendefinisikan penilaian kinerja (performance

assessment) adalah suatu penilaian alternatif berdasarkan jawaban terbuka (open-ended

task) atau kegiatan hands on yang dirancang untuk mengukur kinerja siswa terhadap

seperangkat kriteria tertentu. Penilaian kinerja berguna untuk menguji kemampuan

siswa dalam mendemonstrasikan kemampuannya dan mengkreasikan pengetahuan dan

keterampilan pada berbagai situasi nyata dan konteks tertentu, bukan untuk menguji

ingatan faktual, tetapi untuk mengakses penerapan pengetahuan faktual dan konsep-

konsep ilmiah pada suatu masalah atau tugas yang realistik. Penilaian kinerja

mempunyai dua karakteristik dasar, yakni (1) siswa diminta untuk mendemonstrasikan

kemampuannya dan mengkreasikan suatu produk atau terlibat dalam suatu aktifitas, dan

(2) produk penilaian kinerja lebih penting daripada kinerjanya.

Selanjutnya Sukarno (2009:82) memberikan enam ciri penilaian kinerja, yaitu:

1) Menyusun respon. Siswa memberikan suatu respon yang diperluas, terlibat dalam

pertunjukan atau menciptakan suatu karya.

54

2) Pemikiran tingkat tinggi. Siswa menggunakan berfikir tingkat tinggi dalam

menyusun respon.

3) Keautentikan, dan melibatkan kegiatan yang mencerminkan pembelajaran yang baik

atau dunia nyata.

4) Keterpaduan dari keterampilan dari berbagai lintas pelajaran.

5) Proses dan produk, yang meliputi prosedur dan strategi pemecahan masalah.

6) Kedalaman vs luas namun dangkal. Penilaian kinerja memberikan informasi

mendalam tentang keterampilan atau ketuntasan seorang siswa, bukan luasnya

cakupan seperti di dalam pilihan ganda.

Dit PLP dalam Sukarno (2009:82) menjelaskan langkah- langkah untuk

membuat penilaian kinerja yang baik, sebagai berikut;

1) Identifikasi langkah- langkah penting yang diperlukan atau yang akan berpengaruh

pada hasil akhir yang terbaik

2) Tuliskan perilaku kemampuan spesifik yang lebih penting dan diperlukan untuk

menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir yang terbaik

3) Usahakan membuat kriteria kemampuan yang akan diukur tidak terlalu banyak

sehingga kriteria tersebut dapat diobservasi selama siswa mengerjakan tugas

4) Definisikan dengan jelas kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan

kemampuan siswa yang dapat diamati atau karakteristik produk yang dihasilkan

5) Urutkan kriteria yang akan diukur berdasarkan urutan yang dapat diamati

55

6) Periksa kembali dan bandingkan dengan kriteria yang sudah pernah dibuat oleh

orang lain di lapangan

Penilaian diri merupakan penilaian terhadap partisipasi, proses, dan produk siswa

sendiri. Siswa dituntut jujur dan memiliki waktu berfiir tentang perkembangannya

sehingga dapat melakaukan refleksi. Guru memberikan dukungan dalam penilaian ini.

Pertanyaan-pertanyaan dalam penilaian diri, antara lain; a) Apa yang telah saya pelajari

hari ini ?; b) Apa yang telah saya lakukan dengan baik dalam pembalajaran…?; c)

Adakah materi yang belum saya kuasai; d) Apa yang harus saya siapkan untuk

pembelajaran berikutnya?; e) dan seterusnya.

Saran untuk implementasi penilaian diri, adalah; a) Informasikan kepada siswa

bahwa penilaian diri merupakan suatu pelatihan penelusuran untuk membantu siswa

menemukan diri mereka sendiri; b) Katakan kepada siswa bahwa tidak ada metode yang

salah dan jawaban mereka tidak diperhitungkan dalam penentuan nilai akhir; c) Dorong

siswa agar menulis hasil sejujurnya dan obyektif; d) Modelkan penilaian diri untuk

siswa dengan mengevaluasi kinerja sendiri.

c. Self Assessment

Self-assessment is the process of critically reviewing the quality of ones own performance

and provision.Self-assessment may be undertaken on an individual basis or, in the context of

external quality review, on a collective basis.

(http:www.qualityresearchinternational.comglossaryselfassessment.htm). Penilaian

mandiri merupakan proses kritis untuk melihat kualitas performan sendiri, yang dapat

dilihat secara mendasar pada kontek melihat lagi kualitas eksternal pada dasar kolektif.

56

Penilaian mandiri dipakai untuk mengevaluasi sendiri kemajuan pembelajaran,

merefleksi, dan meningkatkan kualitasnya.

Self-assessment is a comprehensive, systematic, and regular review of an

organization’s activities. The Self-assessment process allows the organization to

discern clearly its strenths an areas in which improvements can be made and

culminates in planned improvements actions which are then monitored for progress

(http://en.wikipedia.org/wiki/Self-assessment). Pengertiannya, self-assessment

merupakan penilaian komprehensif, sistematik, dan kupasan teratur pada sebuah

aktifitas organisasi. Penilaian mandiri dalam lingkup pendidikan mencakup pembuatan

justifikasi dalam pekerjaannya sendiri, membantu dalam mengkritisi pekerjaannya, dan

mengidentifikasi kekuatan maupun kelemahannya. ` Penilaian mandiri (self-assessment)

di SMK Kristen 1 Klaten merupakan penilaian yang dibuat sedemikian rupa, sehingga

siswa dapat mengukur, menilai, dan mengevaluasi benda kerja praktiknya. Pedoman

penilaian praktik bengkel yang digunakan oleh SMK Kristen 1 Klaten tersebut

mengadopsi pada pedoman penilaian yang diterapkan Akademi Teknik Mesin Industri.

Penilaian praktik pemesinan menggunakan pedoman sebagai berikut:

Tabel 01. Pedoman Penilaian Praktik Pemesinan

Skoring Deskripsi

10- 7,81

Kualitas tinggi, execution baik, presisi. Waktu pengerjaan lebih cepat dari estimasi. Mempunyai pengetahuan yang luar biasa dalam cara kerja. Tidak pernah datang terlambat, atribut lengkap. Kreativitas tinggi, penuh inisiatif dalam penyelesaian masalah .Sangat antusias dalam menangani pekerjaan

7,8- 6,41

Kualitas baik. Waktu pengerjaan lebih cepat dari rata-rata. Cara kerja dan penggunaan alat, serta perawatan baik. Datang tepat waktu, pernah datang terlambat dan pernah ijin, atribut lengkap. Melakukan pekerjaan tanpa menunggu perintah.Menunjukkan minat yang besar pada pekerjaan

57

6,40- 5,51

Kualitas rata-rata. Waktu pengerjaan rata-rata. Pengetahuan cukup baik. Kadang datang terlambat dan sering ijin. Selalu menunggu perintah yang tidak perlu. Mempunyai perhatian yang cukup

5,50- 3,61

Kualitas dibawah rata-rata. Waktu pengerjaan agak lambat, banyak bicara. Pengetahuan kurang baik dan asal kerja. Sering datang terlambat tanpa alasan. Pekerjaan dilakukan sekedar rutinitas dan menunggu perintah serta banyak membuang waktu. Sikap kerja acuh tak acuh.

3,60- 0

Kualitas jelek, banyak kesalahan. Waktu pekerjaan lambat sekali, menghambat rekan kerja. Pengetahuan sangat kurang. Meninggalkan tugas tanpa ijin. Tidak ada inisiatif dan banyak kesalahan fatal. Bekerja dengan setengah hati, sering meninggalkan area kerja

Pedoman skoring : Baik Sekali (10- 7,81), Baik (7,8- 6,41), Sedang (6,40- 5,51), Kurang (5,50- 3,61), Kurang Sekali (3,60- 0)

Aspek dinilai : Kualitas, Kecepatan, Pengetahuan, kedisiplinan, Kreativitas, Sikap

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Kajian dari penelitian yang relevan diperlukan untuk melengkapi kajian teori yang

diperlukan dalam penelitian ini, beberapa kajian hasil penelitian yang relevan

ditambahkan sebagai berikut :

1. Penelitian Fx. Supriyono Raharjo

Fx. Supriyono Raharjo, Guru SMK Mikael Surakarta dalam penelitiannya

dengan judul ”Pembentukan Karakter dan Pengembangan Kompetensi Siswa

Pendidikan Teknik di SMK Katolik Santo Mikael Surakarta dan Surakarta

Competency and Technology Center melalui Penerapan Total Quality Management”.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan proses pendidikan dan pelatihan

di SMK Katolik Santo Mikael ( SMK Mikael) dan Surakarta Competency and

58

Technology Center (SCTC), dengan penekanan pada proses pembentukan karakter

dan pengembangan kompetensi siswa. Hasil penelitian menunjukkan; (1) SMK

Mikael dan SCTC berorientasi pada kepuasan pelanggan dan standar mutu, dengan

menggunakan pola Production Based Training (PBT). SMK Mikael menggunakan

sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 sebagai manajemen pendidikan dan latihan,

sedangkan SCTC Surakarta mengadopsi sistem manajemen Akademi Tehnik Mesin

Industri (ATMI), (2) SMK Mikael dan SCTC menyelenggarakan pembentukan

karakter dan pengembangan kompetensi lulusan melalui kegiatan intra kurikuler

(pendidikan teori dan praktik bengkel) dan kegiatan ekstrakurikuler, (3), kurikulum

yang digunakan SMK Mikael adalah kurikulum 2004, implementasinya mengarah

pada kebutuhan pasar, sedangkan SCTC mengadopsi kurikulum ATMI yang juga

berorientasi pada kebutuhan pasar. Kurikulum keduanya mengarah pada kurikulum

dalam keterkaitan dan kesesuaian dengan dunia usaha dan dunia industri, (4)

besarnya jumlah peminat untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan, dan jumlah

lulusan yang diserap pasar kerja setiap tahunnya, mengindikasikan bahwa pendidikan

dan pelatihan di SMK Mikael dan SCTC berjalan baik.

Kerelevanan penelitian ini adalah mengkaji tentang pencapaian kompetensi

siswa pendidikan teknik mesin siswa Sekolah Menengah Kejuruan.

2. Penelitian Dwi Atmoko

Penelitian Dwi Atmoko (2008) berjudul ”Efektivitas Penggunaan Job sheet Pada

Praktik Pemesinan Kelas II Teknik Pemesinan (Studi Kasus di SMK Kristen 1

Klaten).

59

Penelitian ini bertujuan untuk; (1) Mengetahui waktu ideal yang perlu

dialokasikan untuk pengerjaan job membubut lurus, bertingkat dan konis di

pemesinan, (2) Mengetahui hubungan antara waktu dengan hasil praktik, (3)

Mengetahui hubungan antara penguasaan teori pengantar praktik dengan hasil

praktik. Kerelevanan penelitian ini adalah mengkaji tentang pencapaian kompetensi

siswa Teknik Pemesinan yang meliputi efektivitas penggunaan job sheet, waktu

pengerjaan, dan hasil praktik.

C. Kerangka Berfikir

Kegiatan pembelajaran yang terjadi saat ini di Program Keahlian Teknik Pemesinan

belum memuaskan . Hal ini terlihat dari belum tercapainya pencapaian standard

kompetensi yang ditetapkan oleh semua siswa. Kurang maksimalnya pencapaian standar

diidentifikasi penyebabnya, yaitu; siswa kurang termotivasi untuk mengerjakan job-nya,

siswa sering ragu untuk bekerja sendiri sehingga sering terlambat penyelesaian tugasnya

akibat bergerombol melihat dahulu temannya yang sedang bekerja. Penerapan strategi

belajar mandiri diharapkan dapat meningkatkan daya saing/kompetisi terhadap

temannya, karena siswa dapat bekerja sendiri di section mesinnya sesuai jadwal blok

yang sudah ditetapkan. Bila pada jadwal yang ditetapkan siswa tidak mampu

menyelesaikan tugasnya maka akan tertinggal dengan temannya.

60

Penelitian Tindakan Kelas dilakukan dengan diawali dengan suatu kajian terhadap

masalah tersebut secara sistematis. Hasil kajian tersebut digunakan untuk dasar dalam

mengatasi masalah. Dalam proses pelaksanaan rencana yang telah disusun kemudian

dilakukan suatu observasi dan evaluasi yang dipakai sebagai masukan untuk melakukan

refleksi atas apa yang terjadi pada tahap pelaksanaan. Hasil dari proses refleksi ini

kemudian melandasi upaya perbaikan dan penyempurnaan rencana tindakan berikutnya.

Tahapan-tahapan diatas dilakukan berulang-ulang dan berkesinambungan sampai suatu

kualitas keberhasilan tertentu tercapai.

Diagram 01. Kerangka berfikir

D. Pengajuan Hipotesis Tindakan

Hasil kinerja kemampuan awal dan kemandirian siswa kelas XI Teknik Pemesinan SMK Kristen 1 Klaten Tahun Pelajaran 2009/2010 tidak mencapai KKM

Dilakukan upaya pencapaian kompetensi dasar sekurang- kurangnya memperoleh nilai KKM sebesar 5,51 (lima koma lima satu)

Melalui strategi pembelajaran mandiri melalui langkah block schedulling dan self assessment diduga dapat mencapai kompetensi nilai KKM sebesar 5,51 (lima koma lima satu) secara klasikal 75 % dari jumlah siswa

Siswa kelas XI TPB SMK Kristen 1 Klaten dapat mencapai nilai KKM 5,51(lima koma lima satu) sebesar 100% secara klasikal dari jumlah siswa keseluruhan

61

Berdasarkan deskripsi teoritik dan kerangka berfikir diatas, maka dapat

dirumuskan hipotesis tindakan dari penelitian ini adalah:

“ Penerapan strategi belajar mandiri melalui langkah block schedulling dan self

assessment dapat meningkatkan pencapaian kompetensi Melakukan Pekerjaan dengan

Mesin Bubut Program Studi Keahlian Teknik Pemesinan kelas XI semester gasal di

SMK Kristen 1 Klaten tahun ajaran 2009/2010 mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal

sebesar 5, 51 (lima koma lima satu) secara keseluruhan”.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kelas XI TPB semester gasal Tahun Ajaran

2009/2010 SMK Kristen 1 Klaten, yang lokasinya di Jalan Diponegoro, Gumulan,

Klaten, Jawa Tengah. Jumlah siswa kelas XI TPB sebanyak 40 orang siswa. Penelitian

ini dilakukan pada kompetensi Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut Program

Studi Keahlian Teknik Pemesinan.

2. Waktu Penelitian

62

Penelitian ini dilaksanakan pada semester gasal Tahun Ajaran 2009/2010, yaitu

bulan Juli- Oktober 2009. Rancangan pelaksanaan penelitian ini secara garis besar

meliputi; penyusunan proposal penelitian, mengurus perizinan penelitian, pelaksanaan

penelitian dan penyusunan laporan penelitian, dengan jadwal yang tercantum dalam

tabel 02 sebagai berikut :

Tabel 02. Jadwal Penelitian

Juli Agustus September Oktober No Kegiatan

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Persiapan dan perizinan v v

2 Pra Siklus v v

3 Siklus I v v v v v v v v v v v v

4 Siklus II v v v v v v v v v v v v

5 Penyusunan laporan v v v v v v v v v v v v v v

B. Pendekatan Penelitian

Penelititan ini merupakan pengembangan strategi pembelajaran, yaitu strategi

belajar mandiri. Metode dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, yaitu

suatu penelitian yang dikembangkan bersama-sama anatara peneliti dan kolaborator.

63

Kolaborator yang dimaksud adalah rekan mengajar praktik, yaitu Suryanto, S. Pd. T.

dan Sunard, S. Pd. Kegiatan pembelajaran praktik berlangsung pada hari Kamis

sebanyak 7 jam pelajaran ( @ 45 menit) dan hari Sabtu sebanyak 65 jam pelajaran (@

40 menit).

Menurut Sukardi (2004:210) Metode Penelitian Tindakan Kelas dipilih karena

mempunyai beberapa keunggulan, yaitu :

1. Peneliti dapat melakukan tanpa meninggalkan tempat kerja

2. Peneliti dapat melakukan treatmen (perlakuan) yang diberikan pada responden dalam

penelitian

3. Responden dapat merasakan hasil dari treatmen yang diberikan

Sedangkan Herawati Susilo (2009:5) mengemukakan karakteristik alasan

pemilihan pendekatan penelitian tindakan kelas sebagai berikut;

1. Masalah yang diteliti berupa masalah praktik pembelajaran sehari-hari di kelas

2. Diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk memecahkan masalah tersebut dalam

rangka memperbaiki/meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas

3. Terdapat perbedaan sebelum dan sesudah dilakukan PTK

4. Guru sendiri berperan sebagai peneliti, baik secara perorangan maupun kelompok

Menurut Mulyasa (2009:1), secara umum Penelitian Tindakan Kelas bertujuan

untuk :

1. Memperbaiki dan meningkatkan kondisi-kondisi belajar serta kualitas

pembelajaran.

64

2. Meningkatkan layanan profesional dalam konteks pembelajaran, khususnya layanan

kepada peserta didik sehingga tercipta layanan prima.

3. Memberikan kesempatan kepada guru berimprovisasi dalam melakukan tindakan

pembelajaran yang direncanakan secara tepat waktu dan sasarannya.

4. Memberikan kesempatan kepada guru mengembangkan sikap ilmiah, terbuka, dan

jujur dalam pembelajaran.

C. Rencana Tindakan

Prosedur pelaksanan PTK dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu (1)

perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.

Dalam perencanaan tindakan dirancang persiapan untuk melaksanakan PTK, seperti

membuat perancangan pembelajaran, menyiapkan alat bantu pembelajaran, menyiapkan

alat dan bahan pembelajaran, serta menetapkan waktu yang tepat untuk

melaksanakannya. Uraian mengenai pelaksanaan tindakan yaitu; siapa akan melakukan

apa, kapan, dimana, dan bagaimana melakukannya. Pada tahap pengamatan dilakukan

perekaman data yang meliputi proses dan hasil pelaksanaan tindakan. Pengamatan

bertujuan untuk mengumpulkan bukti hasil tindakan agar dapat dievaluasi dan dijadikan

landasan melakukan refleksi. Bagian refleksi dilakukan analisis data mengenai proses,

masalah, dan hambatan yang dijumpai dan dilanjutkan dengan relfeksi terhadap dampak

pelaksanaan tindakan yang dilakukan.

Model PTK yang beraneka ragam dapat diadopsi dan diimplementasikan di

dunia pendidikan. Secara singkat , pada dasarnya PTK terdiri dari empat tahapan dasar

yang saling terkait dan berkesinambungan; 1) perencanaan (planning), 2) pelaksanaan

(acting), 3) pengamatan (observing), dan 4) refleksi (reflecting).

65

Secara diagramatis, langkah-langkah PTK menurut model Kemmis dan Taggart

dapat disajikan dalam diagram 02. sebagai berikut:

Diagram 02. Langkah-langkah PTK menurut Kemmis & Taggart

1. Tahap Pendahuluan

Rencana Tindakan

Refleksi

Observasi

Pelaksanaan Tindakan

Rencana Tindakan

Refleksi

Observasi

Pelaksanaan Tindakan

Rencana Tindakan

Refleksi

Observasi

Pelaksanaan Tindakan

66

Tahapan PTK ini sangat penting untuk dilaksanakan sebelum suatu rencana tindakan

disusun. Tanpa tahapan ini suatu proses PTK akan kehilangan arah dan arti sebagai

suatu penelitian ilmiah. Beberapa pertanyaan penelitian dapat diajukan sebagai berikut;

a Apa yang memprihatinkan dalam proses pembelajaran ?

b Mengapa hal itu dapat terjadi dan apa penyebabnya ?

c Apa yang dapat dilakukan dan bagaimana cara mengatasinya ?

d Bukti-bukti apa saja yang dapat dikumpulkan untuk membantu mencari fakta

apa yang terjadi ?

e Bagaimana cara mengumpulkan bukti-bukti tersebut ?

Tahapan PTK merupakan suatu refleksi dari guru terhadap masalah di kelasnya,

masalah ini merupakan masalah umum klasikal, misalnya kurangnya motivasi

belajar di kelas, rendahnya kualitas pekerjaan, dan lain-lain. Setelah tahapan

awal PTK dilakukan maka perlu dilakukan perangkat pembelajaran sebagai

berikut;

a Menyusun jadwal penelitian

b Menentukan observer dan melaporkan kepada kepala sekolah

c Menyusun job sheet, yang berupa gambar dan lembar penilaian

d Menyusun jadwal blok pembelajaran praktik

e Menjelaskan strategi pembelajaran mandiri pada instruktur

f Menyiapkan perangkat pembelajaran

g Menjelaskan peserta didik tentang job yang harus dikerjakan selama

pembelajaran praktik

67

h Menyiapkan lembar penilaian proses belajar

i Menyiapkan lembar presensi

j Menyiapkan lembar observasi

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

a. Siklus 1

1) Rencana tindakan

Rencana PTK merupakan tindakan pembelajaran kelas ytang tersusun, dan

dari segi definisi harus prospektif atau memandang ke depan pada tindakan

dengan memperhitungkan peristiwa-peristiwa tak terduga sehingga beresiko

sedikit. Rencana perlu dibuat cukup fleksibel agar dapat diadaptasikan

dengan pengaruh yang tak terduga dan kendala yang sebelumnya tidak

terlihat. Tindakan yang telah direncanakan harus disampaikan dengan dua

pengertian. Pertama, tindakan kelas mempertimbangkan resiko yang ada

dalam perubahan dinamika kelas dan mengakui adanya kendala yang nyata.

Kedua, tindakan- tindakan dipilih karena memungkinkan untuk bertindak

secara efektif dalam tahapan- tahapan pembelajaran, secara lebih bijaksana

dalam memperlakukan murid, dan cermat dalam mengamati kebutuhan dan

perkembangan murid.

Berdasarkan pada identifikasi masalah yang dilakukan pada tahap pra PTK,

rencana tindakan disusun untuk menguji secara empiris hipotesis tindakan

yang ditentukan. Rencana tindakan mencakup semua langkah tindakan secara

rinci. Segala keperluan pelaksanaan PTK mulai dari materi/bahan ajar,

68

rencana pengajaran yang mencakup metode/teknik mengajar, serta teknik atau

instrumen observasi/evaluasi, dipersiapkan dengan baik. Guru melakukan

tindakan kelas dengan penerapan strategi belajar mandiri dalam kegiatan

pembelajaran praktik. Siswa melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan

jadwal blok masing-masing .

2) Pelaksanaan Tindakan

Tahap ini merupakan implementasi (pelaksanaan) dari semua rencana yang

telah dibuat. Tahap ini berlangsung di kelas, merupakan realisasi dari segala

teori pendidikan dan teknik mengajar yang telah disiapkan sebelumnya.

Langkah-langkah yang dilakujkan mengacu pada kurikulum yang berlaku,

dan hasilnya diharapkan berupa peningkatan efektivitas keterlibatan

kolaborator sekedar untuk membantu peneliti mempertajam refleksi dan

evaluasi yang dilakukan terhadap kelasnya.

Sesuai dengan perencanaan yang yang sudah disiapkan sebelumnya. Dalam

pelaksanaan tindakan kelas ini, sebagai pelaksananya adalah guruyang

berjumlah 4 orang. Materi praktik dan sistem penilaiannya disusun dalam job

sheet. Pelaksanaan tindakan kelas dilakukan selama 4 kali pertemuan ( 24 jam

pelajaran). Tujuan tindakan ini untuk mnengetahui seberapa besar metode

belajar mandiri mampu meningkatkan penguasaan materi praktik dan

kompetensi siswa.

3) Observasi

Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Data

observasi yang diambil adalah kehadiran, dan aktivitas belajar siswa mulai

69

pertemuan pertama sampai akhir. Data yang dikumpulkan pada tahap ini

berisi tentang pelaksanaan tindakan dan rencana yang sudah dibuat, serta

dampaknya terhadap proses dan hasil tindakan instruksional yang

dikumpulkan dengan alat bantu instrumen pengamatan yang dikembangkan

oleh peneliti. Berbagai instrumen alat ukur perlu dipilih guna kepentingan

triangulasi data. Dalam melakukan observasi, guru perlu bekerja sama dengan

teman sejawat atau pakar sehingga bersifat kolaboratif. Hanya saja

kolaborator tidak boleh terlibat terlalu banyak dan mengintervensi terhadap

pengambilan keputusan tindakan yang dilakukan peneliti.

Pada penelitian ini guru didampingi peneliti sekaligus melakukan observasi,

dengan tujuan; (1) mengamati kondisi, reaksi, dan keaktifan siswa terhadap

materi yang diberikan selama kegiatan pembelajaran praktik, (2) mengetahui

seberapa besar penurunan siswa yang tidak aktif , (3) mengetahui seberapa

besar penerapan metode belajar mandiri bisa merangsang siswa untuk selalu

aktif dan tetap memiliki motivasi belajar yang tinggi.

4) Refleksi

Refleksi mengemukakan beberapa hasil perubahan yang telah diperoleh

selama praktikum, selanjutnya dilakukan diskusi dengan peneliti. Hasil

diskusi digunakan untuk menindaklanjuti hasil penelitian pada putaran

pertama. Tahap refleksi merupakan tahapan untuk memproses data yang

didapat saat dilakukan pengamatan. Data yang didapat kemudian ditafsirkan

dan dicari eksplanasinya, dianalisis, dan disintesis. Dalam proses pengkajian

data ini dimungkinkan untuk melibatkan orang luar sebagai kolaborator,

70

seperti halnya pada saat observasi. Keterlibatan kolaborator sekedar untuk

membentu peneliti untuk dapat lebih mempertajam dalam melakukan refleksi

dan evaluasi. Dalam proses refleksi ini segala pengamatan, pengetahuan, dan

teori instruksional yang dikuasai dan relevan dengan tindakan kelas yang

dilaksanakan sebelumnya, menjadi bahan pertimbangan dan perbandingan

sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan yang mantap dan sahih. Proses

refleksi memegang peran yang penting dalam menentukan keberhasilan PTK.

Dengan suatu refleksi yang tajam dan tepercaya akan didapat suatu masukan

yang sangat berharga dan akurat bagi penentuan langkah tindakan

sebelumnya. Refleksi yang tidak tajam akan memberikan umpan balik yang

bias, yang akhirnya menyebabkan kegagalan PTK. Kadar ketajaman proses

refleksi ditentukan oleh ketajaman dan keragaman instrumen observasi yang

dipakai sebagai triangulasi data. Observasi yang hanya menggunakan satu

instrumen saja akan mengahsilkan data yang miskin. Adapun untuk

memudahkan dalam refleksi bisa juga dimunculkan kelebihan dan

kekurangan setiap tindakan dan dijadikan referensi perencananaan siklus

selanjutnya

b. Siklus II

Pelaksanaan siklus II dilakukan setelah mempelajari hasil pada siklus I.

c. Silkus III

Pelaksanaan siklus III dilakukan setelah mempelajari hasil pada siklus II.

71

D. Subjek Penelitian

Subjek Penelitian Tindakan Kelas adalah;

1. Semua siswa kelas XI TPB Program Keahlian Teknik Pemesinan SMK Kristen 1

Klaten semester III Tahun Ajaran 2009/2010 sebanyak 40 siswa.

2. Guru praktik Program Studi Keahlian Teknik Pemesinan SMK Kristen 1 Klaten

sejumlah tiga orang. Sedangkan kedudukan peneliti adalah :

a. Sebagai guru praktik bersama guru lain membuat perencanaan pembelajaran yang

meliputi pembuatan RP/RPP, membuat job sheet, mengadakan pembelajaran

praktik, dan melakukan evaluasi

b. Menyusun rencana penelitian, yang meliputi kajian implementasi PTK,

kemampuan guru dan siswa, fasilitas, dan suasana belajar.

c. Melakukan refleksi penelitian bersama guru lain, yaitu megulas secara kritis

perubahan yang terjadi, baik pada siswa, instruktur, maupun toolman. Pada tahap

ini peneliti menjawab pertanyaan mengapa, bagaimana, dan sejauh mana

intervensi menghasilkan perubahan secara signifikan

d. Sebagai kolaborator bersama dengan guru lain, yang melakukan tugas:

1) Menyebar tes

2) Menganalisis data

3) Mengkomparasikan hasil

4) Menyimpulkan perlu tidaknya melanjutkan ke siklus selanjutnya

72

E. Data dan Sumber Data.

Sumber data berasal dari :

1. Informan, yaitu orang yang berhubungan langsung dengan pembelajaran, antara lain;

instruktur/guru, toolman, dan siswa. Wawancara informal dapat dilakukan dengan

percakapan bebas yang memungkinkan guru untuk menanyakan hal-hal terkait

dengan praktik yang menjadi minatnya untuk diselidiki.

2. Penelitian, yaitu penelitian tentang pembelajaran praktik pemesinan untuk menggali

sejauh mana pencapaian kompetensi siswa.

3. Dokumen, berupa nilai hasil praktik siswa.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data mengikuti prosedur kerja Penelitian Tindakan Kelas.

Penelitian dilaksanakan selama 10 minggu mulai dari tahap perencanaan sampai tahap

pelaporan, yaitu tanggal 13 Juli 2009-26 September 2009, yang dirancang atas tiga

siklus penelitian. Sedangkan data penelitian diambil dengan metode;

1. Observasi, yaitu melihat langsung kegiatan pembelajaran praktik pemesinan SMK

Kristen 1 Klaten. Hal yang diamati adalah keaktifan siswa dalam praktik,

pengelolaan pembelajaran praktik oleh instruktur, dan pelayanan alat oleh toolman.

2. Wawancara, yaitu wawancara terhadap instruktur, toolman, dan praktikan.

73

3. Dokumentasi, yaitu mengumpulkan dan menganalisa nilai hasil praktik untuk

mengetahui pencapaian kompetensi siswa.

G. Uji Validitas Data

Suatu instrumen dikatakan telah memiliki validitas yang baik jika instrumen

tersebut benar-benar mengukur apa yang seharusnya hendak diukur. Suatu informasi

yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa validitasnya sehingga data tersebut

dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam

menarik kesimpulan (Sarwiji Suwandi, 2008:69). Teknik yang digunakan untuk

memeriksa validitas data adalah triangulasi dan review informan kunci.

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan memanfaatkan sarana

di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembandingan data itu. Teknik

triangulasi yang digunakan antara lain berupa triangulasi sumber data dan triangulasi

dan triangulasi metode pengumpulan data. Misalnya, untukmengetahui kesulitan yang

dihadapi siswa dalam melakukan kegiatan praktikdan penyebab-penyebabnya peneliti

melakukan tes tertulis maupun praktik, dan melakukan wawancara langsung dengan

gurudan murid. Review informan kunci adalah menginformasikan data atau interprestasi

temuan kepada informan kunci sehingga diperoleh kesepakatan antara peneliti dan

informan tentang data atau interprestasi tersebut.

H. Teknik Analisa Data

Teknik Analisa Data yang digunakan adalah:

74

1. Analisis komparasi; yaitu mengkomparasikan hasil pengamatan sebelum dan sesudah

siklus.

2. Analisis Kritis; mendiskusikan apa sebabnya pada sebelum siklus, mengapa belum

bisa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal, mengapa masih diperlukan siklus

selanjutnya, caranya bagaimana, sampai kapan.

I. Indikator Kinerja

Pencapaian kemampuan kompetensi siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal, yaitu

nilai rata- rata 5,51 sebesar 75 %.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

75

Bab IV menyajikan hasil penelitian sesuai dengan rumusan masalah yang

dikemukakan dalam bab I. Selanjutnya dilakukan pembahasan terhadap hasil penelitian.

Secara berturut-turut akan akan dipaparkan tentang: (A) Deskripsi Latar Penelitian; (B)

Refleksi awal; (C) Analisis Pencari Fakta: (D) Deskripsi Penelitian Siklus I; (E)

Deskripsi Penelitian Siklus II; (F) Deskripsi Pembelajaran Remedial; (G) Pembahasan;

(H) Keterbatasan Penelitian.

A. Deskripsi Latar Penelitian

1. Deskripsi Kelas XI TPB SMK Kristen 1 Klaten

SMK Kristen 1 Klaten merupakan salah satu Sekolah Menengah Kejuran di

Klaten, beralamat di Jalan Diponegoro, Gumulan Klaten Telpon (0272) 322348, yang

letaknya di jalur by pass timur kota Klaten. SMK Kristen 1 Klaten adalah Sekolah

Menengah Kejuruan dengan Kelompok Teknologi Industri yang memiliki 4 Kompetensi

Keahlian, yaitu Teknik Konstruksi Batu dan Beton, Teknik Las, Teknik Pemesinan dan

Teknik Otomasi Industri. Jumlah kelas seluruhnya adalah dua puluh dua (22) kelas yang

terdiri dari delapan (8) kelas X, tujuh (7) kelas XI, dan tujuh (7) kelas XII. Kelas X

terdiri dari tiga (3) kelas Teknik Pemesinan, dua (2) kelas Teknik Pengelasan, dua (2)

kelas Teknik Otomasi Industri, dan satu (1) kelas Teknik Batu Beton. Kelas XI terdiri

dari tiga (3) kelas Teknik Pemesinan, dua (2) kelas Teknik Pengelasan, dua (1) kelas

Teknik Otomasi Industri, dan satu (1) kelas Teknik Batu Beton. Sedangkan kelas XII

76

terdiri dari tiga (3) kelas Teknik Pemesinan, dua (2) kelas Teknik Pengelasan, dua (1)

kelas Teknik Otomasi Industri, dan satu (1) kelas Teknik Batu Beton.

Kelas XI TPB adalah salah satu dari 3 kelas XI Program Studi Keahlian Teknik

Pemesinan, dengan jumlah siswa sebanyak 40 siswa yang kesemuanya laki-laki.

Pembelajaran teori dilakukan di kelas sesuai jadwal yang dibuat sekolah, sedangkan

pembelajaran praktik dilakukan di bengkel pada hari senin jam 14.00-17.30 (5 jam

pembelajaran @ 45 menit), dan hari kamis jam 12.30-17.30 (7 jam pelajaran @ 45

menit). Secara umum kondisi kelas XI TPB termasuk baik, ditinjau dari segi kerajinan

maupun prestasinya sepadan dengan kelas XI TPA maupun XII TPC.

Kondisi bengkel, mesin, dan perlengkapannya yang dipakai dalam pembelajaran

cukup memadai dilihat dari kompetensi yang diajarkan di sekolah, meskipun masih

ketinggalan jauh jika dibandingkan dengan industri maju. Menurut informasi prestasi

belajar sebelumnya di kelas X, siswa Teknik Pemesinan belum mampu mencapai

standar yang diharapkan selama pembelajaran praktik pemesinan, sehingga job yang

dibuat tidak dapat diselesaikan semuanya.

2. Deskripsi Pembelajaran dan Penilaian Kompetensi Teknik Pemesinan

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan

bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum pendidikan dasar

dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau

77

satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah dibawah koordinasi dan supervisi dinas

atau kantor Departemen Agama kabupaten/kota untuk pendidikan.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional

yang disusun oleh dan dilaksanakan masing-masing satuan pendidikan dasar dan

propinsi untuk pendidikan menengah. Kurikulum disusun oleh satuan pendidikan dan

komite sekolah, yang berarti bahwa tidak ada kurikulum nasional, yang ada adalah

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dimaksudkan untuk memungkinkan adanya

penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.

Disamping itu satuan pendidikan diberi kewenangan sepenuhnya untuk

mengembangkan kurikulumnya. KTSP adalah istilah generik dari kurikulum

operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.

Kurikulum yang telah disusun oleh sekolah disebut kurikulum sekolah yang

bersangkutan.

Struktur kurikulum SMK meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam

satu jenjang pendidikan selama tiga tahun atau dapat diperpanjang hingga empat tahun,

sesuai dengan kebutuhan Kompetensi Keahlian. Struktur kurikulum Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) diarahkan untuk mencapai

tujuan Pendidikan Kejuruan. Kurikulum SMK/MAK berisi mata pelajaran wajib, mata

pelajaran Kejuruan, Muatan Lokal, dan Pengembangan Diri. Struktur Kurikulum SMK

di Indonesia dapat disajikan dalam tabel 03 sebagai berikut :

Tabel 03. Struktur kurikulum SMK

Komponen Jam

78

A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 192

2. Pendidikan Kewarganegaraan 192

3. Bahasa Indonesia 192

4. Bahasa Inggris 440 a)

5. Matematika 330 a)

5.1 Matematika Bidang Studi Keahlian Seni, Kerajinan dan Pariwisata.

403 a)

5.2 Matematika Bidang Studi Keahlian Bisnis dan Manajemen 516 a) 5.3 Matematika Bidang Studi Keahlian Teknologi dan Rekayasa,

Kesehatan, Agrobisnis dan Agroindustri, Teknologi Informasi dan Komunikasi

192 a)

6. Ilmu Pengetahuan Alam 6.1 IPA

192 a) 276 a)

6.2 Fisika 6.2.1 Fisika Bidang Studi Keahlian Agrobisnis dan Agroindustri 6.2.2 Fisika Bidang Studi Keahlian Teknologi dan Rekayasa, dan

Teknologi Informasi dan Komunikasi.

192 a) 276 a)

6.3 Kimia 6.3.1 Kimia Bidang Studi Keahlian Agrobisnis dan Agroindustri 6.3.2 Kimia Bidang Studi Keahlian Teknologi dan Rekayasa dan

Kesehatan

192 a) 192 a)

6.4 Biologi 6.4.1 Biologi Bidang Studi Keahlian Agrobisnis dan Agroindustri 6.4.2 Biologi Bidang Studi Keahlian Kesehatan

192 a) 192 a)

7. Ilmu Pengetahuan Sosial 128 a) 8. Seni Budaya 128 a) 9. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan 192

B. Kelompok Program Produktif 1. Dasar Kompetensi Kejuruan

a. .............................. b. ..............................

170

2. Kompetensi Kejuruan a. ………………… b. …………………

1044

C. Muatan Lokal Bahasa Daerah

192

79

D. Pengembangan Diri

(192)

Keterangan Struktur Kurikulum SMK

a. Durasi waktu :

Durasi waktu adalah jumlah jam minimal yang digunakan oleh setiap Kompetensi

Keahlian. Kompetensi Keahlian yang memerlukan waktu lebih, jam tambahannya

diintegrasikan ke dalam mata pelajaran yang sama di luar jumlah jam yang

dicantumkan. ( contoh: Mata Pelajaran Autocad untuk BSK Teknologi dan

Rekayasa, jam terstruktur = 152. Karena kebutuhan pendalaman, dibutuhkan

tambahan waktu 56 jam, maka jumlah jam tersruktur matematika menjadi 208).

b. Kompetensi Kejuruan terdiri atas berbagai mata pelajaran yang ditentukan sesuai

dengan kebutuhan Kompetensi keahlian

c. Jumlah jam terstruktur untuk kompetensi kejuruan sebagai hasil dari konversi jumlah

jam riil kebutuhan standar kompetensi kerja yang berlaku di dunia kerja tidak boleh

kurang dari 1044 jam. Jumlah jam terstruktur untuk Dasar kompetensi kejuruan

sebagai hasil dari konversi jumlah jam riil, tetapi tidak boleh lebih dari 140 jam.

d. Pengembangan Diri ekuivalen dengan 2 jam pembelajaran per minggu. Alokasi

waktu untuk Praktik Kerja Industri (Prakerin) diambil dari durasi waktu mata

pelajaran Kompetensi Kejuruan (1044 jam). Total beban belajar bagi SMK - 3 tahun

tidak boleh lebih dari 5700 jam pembelajaran. (mg efektif 114x50 jp/mg), dan 7700

jam pelajaran bagi SMK-4 tahun.

80

Sekolah Menengah Kejuruan mempunyai karakteristik :

a. Mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu

b. Didasarkan kebutuhan dunia kerja “Demand-Market-Driven”

c. Penguasaan kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja

d. Kesuksesan siswa pada “Hands-On” atau performa di dunia kerja

e. Hubungan erat dengan Dunia Kerja merupakan Kunci Sukses Pendidikan Kejuruan

f. Responsif dan antisipatif terhadap kemajuan Teknologi

g. Learning By Doing dan Hands On Experience

h. Membutuhkan fasilitas mutakhir untuk praktik

i. Memerlukan biaya investasi dan operasional yang lebih besar dari pendidikan umum

Prinsip-prinsip pengembangan KTSP SMK :

a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, serta kepentingan peserta didik

dan lingkungannya

b. Beragam dan terpadu

c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan

e. Menyeluruh dan berkesinambungan

f. Belajar sepanjang hayat

g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

Acuan Operasional Penyusunan KTSP :

81

a. Peningkatan iman dan taqwa serta akhlak mulia

b. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan

kemampuan peserta didik

c. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan

d. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional

e. Tuntutan dunia kerja

f. Perkembangan IPTEK

g. Agama

h. Dinamika perkembangan global

i. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan

j. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat

k. Kesetaraan jender

l. Karakteristik satuan pendidikan

Langkah-langkah perhitungan jam terstruktur :

a. Analisis silabus

b. Estimasi kebutuhan jam tatap muka, jam praktik di sekolah dan jam praktik di

industri

c. Konversi jam estimasi dengan perbandingan jam tatap muka : jam praktik di sekolah

: jam praktik di industri = 1 : 2 : 4

Misalnya satu kompetensi dasar membutuhkan jam belajar sbb :

1) tatap muka (TM) : 8 jam

82

2) praktik di sekolah (PS) : 28 jam

3) praktik di industri (PI) : 20 jam

Maka :

1) Jumlah jam terstruktur : 8/1 + 28/2 + 20/4 = 27 jam

2) Jumlah jam di sekolah : 8 + 28 = 36 jam

3) jumlah jam di industri (dalam bentuk prakerin) = 20 jam

4) Total jam belajar yang tercantum dalam jadwal adalah :

8 + 28 + 20 = 56 jam pelajaran

d. Pengaturan beban belajar :

1) Alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak

terstruktur untuk SMK 0% - 60% dari waktu kegiatan tatap muka mata

pelajaran yang bersangkutan.

2) Pemanfaatan alokasi waktu tersebut mempertimbangkan potensi dan kebutuhan

peserta didik dalam mencapai kompetensi.

e. Muatan Lokal

1) Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler yang berbentuk mata pelajaran,

yang pengembangannya disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah,

termasuk keunggulan daerah serta selaras dengan program keahlian

2) Tujuan mata pelajaran muatan lokal adalah untuk memperkaya dan

meningkatkan kualitas keahlian sesuai dengan tuntutan lapangan kerja

83

3) Standar kompetensi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan, yang

kompetensinya tidak dapat diwadahi pada mata pelajaran yang telah ada

4) Satuan pendidikan dapat menyelenggarakan minimal satu mata pelajaran muatan

lokal setiap semester. Atau dengan kata lain muatan lokal tidak harus terus-

menerus diajarkan setiap semester, tetapi dapat diajarkan hanya dalam waktu

tertentu

f. Kegiatan Pengembangan Diri

1) Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan kesempatan

kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai

dengan kebutuhan, bakat, minat, setiap peserta didik sesuai dengan kondisi

sekolah.

2) Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan/atau dibimbing oleh konselor, guru,

atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan

ekstrakurikuler.

3) Kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan melalui kegiatan pelayanan

konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial,

belajar, dan pengembangan karier peserta didik serta kegiatan keparamukaan,

kepemimpinan, dan kelompok ilmiah remaja.

4) Khusus untuk sekolah menengah kejuruan pengembangan diri terutama

ditujukan untuk pengembangan kreativitas dan bimbingan karier.

5) Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran. Penilaian kegiatan

pengembangan diri dilakukan secara kualitatif.

84

KTSP SMK dikembangkan sekolah dan komite sekolah di bawah koordinasi dan

supervisi dinas pendidikan. Tim Penyusun KTSP SMK Terdiri dari :

a. guru

b. konselor

c. kepala sekolah, ketua merangkap anggota

d. komite sekolah (DU/DI, asosiasi, dunia kerja, dan anggota institusi pasangan

lainnya)

e. nara sumber

f. dinas pendidikan provinsi, sebagai koordinator dan supervisor.

SMK Kristen 1 Klaten Program Studi Keahlian Teknik Pemesinan tahun

2009/2010 mengimplementasikan kurikulum nasional tersebut terlihat dalam tabel 04

sebagai berikut :

Tabel 04. Alokasi Jumlah Jam Pelajaran

KELAS Jam Total MATA PELAJARAN

X XI XII X XI XII NORMATIF

Pendidikan Agama Kristen 2 2 2 76 56 60 192 Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 76 56 60 192 Bahasa Indonesia 2 2 3 76 56 90 222 Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan 2 2 2 76 56 60 192 Seni Budaya 1 0 0 38 0 0 38 JUMLAH 9 8 9 342 224 270 836 ADAPTIF

Bahasa Inggris 5 5 6 190 140 180 510 Matematika 5 6 8 190 168 240 598 Ilmu Pengetahuan Alam 1 2 2 38 56 60 154 Ilmu Pengetahuan Sosial 1 1 1 38 28 30 96

85

KKPI 4 0 0 152 0 0 152 Kewirausahaan 2 2 2 76 56 60 192 Fisika 2 3 3 76 84 90 250 Kimia 2 2 2 76 56 60 192 JUMLAH 22 21 24 836 588 720 2144 PRODUKTIF

PDTM 3 2 114 56 170 Melaksanakan penanganan material secara manual 1 38 38 Menggunakan peralatan pembandingan dan/ atau alat ukur dasar

1 38 38

Mengukur dengan alat ukur mekanik presisi 1 38 38 menggunakan perkakas tangan 1 38 38 Menggunakan perkakas bertenaga dgn operasi digenggam

1 38 38

Menginterprestasikan sketsa 2 76 76 Membaca gambar teknik 3 84 84

Menggunakan Mesin untuk operasi dasar 2 56 56 Melakukan pekerjaan dengan mesin bubut 2 56 56 Melakukan pekerjaan dengan mesin frais 2 56 56 Melakukan pekerjaan dengan mesin gerinda 2 56 56 Menggunakan mesin bubut (kompleks) 2 60 60 Memfrais (kompleks) 2 60 60 Menggerinda pahat dan alat potong 2 60 60 Mengeset nesin dan program mesin NC/CNC (dasar) 2 60 60 Memprogram mesin NC/CNC dasar 2 60 60 Mengoperasikan mesin NC/CNC dasar 2 60 60 On The Job Training 528 JUMLAH 10 7 0 380 364 360 1104 MULOK Mengelas dengan proses las busur manual 3 114 114 Mengelas dengan proses las oksi-asetilin 2 76 76 Bhs. Jawa 1 0 0 38 0 0 38 Pengembangan diri 192 JUMLAH 32 28 32 38 0 114

JUMLAH JAM TOTAL 4198

Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 Tanggal 23 Mei 2006 menjabarkan

Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Menengah Kejuruan yang terdiri atas

SMK/MAK bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,

86

akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih

lanjut sesuai dengan kejuruannya.

Hakikat Belajar adalah aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku

(behavioral change) pada individu yang belajar. Sedangkan hakikat mengajar adalah

membantu peserta didik memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berfikir,

sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-cara belajar bagaimana belajar.

Pembelajaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kejuruan Teknik

Kejuruan Program Studi Keahlian Teknik Pemesinan SMK Kristen 1 Klaten tahun

ajaran 2009/2010 dapat dilihat dalam tabel 05 dan tabel 06 sebagai berikut;

Tabel 05. Dasar Kompetensi Kejuruan

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar Sem Ket

1. Menjelaskan dasar kekuatan bahan dan komponen mesin

1.1 Mendeskripsikan prinsip dasar mekanika

1.2 Menjelaskan komponen/elemen mesin.

1

2. Menjelaskan prinsip dasar kelistrikan dan konversi energi

2.1 Mendeskripsikan prinsip dasar kelistrikan mesin

2.2 Mendeskripsikan prinsip dasar motor bakar

2.3 Menjelaskan prinsip dasar turbin.

3

87

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar Sem Ket

3. Menjelaskan proses dasar perlakuan logam

3.1 Menjelaskan pembuatan dan pengolahan logam

3.2 Menguraikan unsur dan sifat logam

3.3 Mendeskripsikan proses perlakuan panas logam

3.4 Mendeskripsikan proses korosi dan pelapisan logam

3.5 Mendeskripsikan proses pengujian logam.

1

4. Menjelaskan proses dasar teknik mesin

4.1 Menjelaskan proses dasar pemesinan

4.2 Menjelaskan proses dasar pengelasan

4.3 Menjelaskan proses dasar fabrikasi logam

4.4 Menjelaskan proses dasar pengecoran logam

4.5 Menjelaskan proses dasar pneumatik dan hidrolik

4.6 Menjelaskan proses dasar otomasi.

3

5. Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

5.1 Mendeskripsikan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

5.2 Melaksanakan prosedur K3.

2

Tabel 06. Kompetensi Kejuruan Teknik Pemesinan (014)

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Sem Ket

1. Melaksanakan penanganan material secara manual

1.1 Mengangkat material secara manual

1.2 Menggerakkan/mengganti material secara manual.

1

2. Menggunakan peralatan pembandingan dan/atau alat ukur dasar

2.1 Menjelaskan cara penggunaan peralatan pembandingan dan/atau alat ukur dasar

2.2 Menggunakan peralatan pembandingan dan/atau alat ukur dasar

2.3 Memelihara peralatan pembandingan dan/ atau alat ukur dasar.

1

88

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Sem Ket

3. Mengukur dengan alat ukur mekanik presisi

3.1 Menjelaskan cara penggunaan alat ukur mekanik presisi

3.2 Menggunakan alat ukur mekanik presisi

3.3 Memelihara alat ukur mekanik presisi.

2

4. Menggunakan perkakas tangan

2.1 Menjelaskan jenis, fungsi dan cara penggunaan perkakas tangan

2.2 Menggunakan macam-macam perkakas tangan.

2

5. Menggunakan perkakas bertenaga/operasi digenggam

3.1 Menjelaskan jenis, fungsi dan cara penggunaan perkakas bertenaga

3.2 Menggunakan macam-macam perkakas bertenaga.

2

6. Menginterpretasikan sketsa

6.1 Menyiapkan sket tangan

6.2 Mengartikan detil sket tangan.

1 - 2

7. Membaca gambar teknik

1.1 Mendeskripsikan gambar teknik

1.2 Memilih teknik gambar yang benar

1.3 Membaca gambar teknik.

3

8. Menggunakan mesin untuk operasi dasar

8.1 Menjelaskan cara mengeset mesin

8.2 Menjelaskan cara mengoperasikan mesin

3

9. Melakukan pekerjaan dengan mesin bubut

9.1 Memproses bentuk permukaan pendakian

9.2 Menjelaskan teknik pengoperasian mesin bubut

9.3 Mengoperasikan mesin bubut

9.4 Memeriksa komponen sesuai dengan spesifikasi.

3

10. Melakukan pekerjaan dengan mesin frais

10.1 Menjelaskan cara pengoperasian mesin frais

10.2 Mengoperasikan mesin frais

10.3 Mengecek komponen untuk penyesuaian dengan rinciannya.

4

11. Melakukan pekerjaan dengan mesin gerinda

11.1 Menentukan kebutuhan kerja

11.2 Memilih roda gerinda dan perlengkapannya

11.3 Menjelaskan cara pengoperasian mesin gerinda

11.4 Mengoperasikan gerinda

11.5 Memeriksa komponen-komponen untuk kesesuaian secara spesifik.

4

89

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Sem Ket

12. Menggunakan mesin bubut (kompleks)

12.1 Melakukan persiapan kerja secara tepat

12.2 Mengikuti sisipan indentifikasi dari organisasi standar internasional atau standar lain yang sesuai

12.3 Melakukan berbagai macam pembubutan.

5

13. Memfrais (kompleks)

13.1 Memasang benda kerja

13.2 Mengenali insert menurut standar ISO

13.3 Melakukan pengefraisan benda rumit.

5

14. Menggerinda pahat dan alat potong

14.1 Menetapkan persyaratan pekerjaan

14.2 Memilih alat dan roda gerinda pemotong dan perlengkapan yang sesuai

14.3 Menggerinda pahat dan alat potong

14.4 Memeriksa komponen sesuai spesifikasi.

6

15. Mengeset mesin dan program mesin NC/CNC (dasar)

15.1 Memahami instruksi kerja

15.2 Memasang fixture/perlengkapan/ alat pemegang

15.3 Melakukan pemeriksaan awal

15.4 Melakukan pengaturan mesin NC/CNC (numerical control/ computer numerical control)

15.5 Menginstruksi operator mesin

15.6 Mengganti tooling yang rusak.

5

16. Memprogram mesin NC/CNC (dasar)

16.1 Mengenal bagian-bagian program mesin NC/CNC

16.2 Menulis program mesin NC/CNC

16.3 Melaksanakan lembar penulisan operasi NC/CNC

16.4 Menguji coba program.

6

17. Mengoperasikan mesin NC/CNC (Dasar)

17.1 Memahami instruksi kerja

17.2 Melakukan pemeriksaan awal

17.3 Mengoperasikan mesin CNC/NC

17.4 Mengawasi kerja mesin/proses CNC/NC.

6

90

Penelitian tindakan kelas ini mengambil pembelajaran praktik pada Standar

Kompetensi Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut dengan Kompetensi Dasar

Mengoperasikan Mesin Bubut.

Salah satu prinsip penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi adalah

menggunakan acuan kriteria, yakni menggunakan kriteria tertentu dalam menentukan

kelulusan peserta didik. Kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik

mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). KKM harus

ditetapkan sebelum awal tahun ajaran dimulai. Seberapapun besarnya jumlah peserta

didik yang melampaui batas ketuntasan minimal, tidak mengubah keputusan pendidik

dalam menyatakan lulus dan tidak lulus pembelajaran. Acuan kriteria tidak diubah

setelah melewati proses pembelajaran kareana sudah ditetapkan dari awal.

Pada acuan norma, kurva normal sering digunakan untuk menentukan

ketuntasan belajar peserta didik jika diperoleh hasil rata-rata kurang memuaskan. Nilai

akhir sering dikonversi dari kurva normal untuk mendapatkan sejumlah peserta didik

yang melebihi nilai 6,0 sesuai proporsi kurva. Acuan kriteria mengharuskan pendidik

untuk melakukan tindakan yang tepat terhadap hasil penilaian, yaitu memberikan

layanan remedial bagi yang belum tuntas dan atau layanan pengayaan bagi yang sudah

melampaui kriteria ketuntasan minimal.

Kriteria ketuntasan minimal ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil

musyawarah guru mata pelajaran di satuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan

yang memiliki karakteristik yang hampir sama. Kriteria ketuntasan minimal menjadi

acuan bersama pendidik, peserta didik, dan orang tua peserta didik. Oleh karena itu

91

pihak-pihak yang berkepentingan terhadap penilaian di sekolah berhak untuk

mengetahuinya. Satuan pendidikan perlu melakukan sosialisasi agar informasi dapat

diakses dengan mudah oleh peserta didik dan atau orang tuanya. Kriteria ketuntasan

minimal harus dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar (LHB) sebagai acuan dalam

menyikapi hasil belajar peserta didik.

Penetapan Ketuntasan Belajar berisi tentang Kriteria dan mekanisme penetapan

Ketuntasan Minimal Per Mata Pelajaran yang ditetapkan oleh sekolah dengan

mempertimbangkan hal-hal sbb:

a. Ketuntasan belajar ideal untuk setiap indikator adalah 0 – 100 %, dengan batas

kriteria ideal minimum 75 %.

b. Sekolah harus menetapkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) tiap Mata

Pelajaran dengan mempertimbangkan kemampuan rata- rata siswa,

kompleksitas, dan sumber daya pendukung.

c. Sekolah dapat menetapkan KKM dibawah batas kriteria ideal, tetapi secara

bertahap harus dapat mencapai kriteria ketuntasan ideal.

Pembelajaran tuntas (mastery learning) dalam proses pembelajaran berbasis

kompetensi adalah pendekatan dalam pembelajaran yang mempersyaratkan peserta

didik menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar

mata pelajaran tertentu. Pembelajaran bukan hanya terbatas pada peristiwa yang

dilakukan oleh guru saja, melainkan mencakup semua peristiwa yang mempunyai

pengaruh langsung pada proses belajar siswa.

92

Salah satu pendekatan dalam pembelajaran yang berbasis kompetensi adalah

menempatkan peserta didik sebagai subjek didik, yakni lebih banyak mengikutsertakan

peserta didik dalam proses pembelajaran. Pembelajaran mencakup pula peristiwa-

peristiwa yang dimuat dalam bahan-bahan cetak, gambar, perencanaan, penilaian,

evaluasi hasil pembelajarannya. Pembelajaran tuntas dilakukan dengan pendekatan

diagnostik. Strategi pembelajaran tuntas sebenarnya menganut pendekatan individual,

dalam arti meskipun kegiatan belajar ditujukan kepada sekelompok peserta didik

(klasikal), tetapi juga mengakui dan memberikan layanan/konsultasi sesuai dengan

perbedaan-perbedaan individual peserta didik, perkembangan, dan analisis kesulitan

yang dialami sehingga potensi masing-masing peserta didik berkembang secara optimal.

Penilaian merupakan proses sistematis meliputi pengumpulan informasi (angka

atau deskripsi verbal), analisis, dan interpretasi untuk mengambil keputusan. Sedangkan

penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk

menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Data merupakan sumber informasi

yang diandalkan sebagai dasar pengambilan keputusan. Keputusan yang dimaksud

berhubungan dengan sudah atau belum berhasilnya peserta didik dalam mencapai suatu

kompetensi. Jadi, penilaian merupakan salah satu pilar dalam pelaksanaan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berbasis kompetensi.

Penilaian merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah

perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti

yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik, pengolahan, dan penggunaan

informasi tentang hasil belajar peserta didik. Penilaian dilaksanakan melalui berbagai

bentuk antara lain: penilaian unjuk kerja (performance), penilaian sikap, penilaian

93

tertulis (paper and pencil test), penilaian proyek, penilaian melalui kumpulan hasil

kerja/karya peserta didik (portofolio), dan penilaian diri.

Penilaian hasil belajar baik formal maupun informal diadakan dalam suasana

yang menyenangkan, sehingga memungkinkan peserta didik menunjukkan apa yang

dipahami dan mampu dikerjakannya. Hasil belajar seorang peserta didik tidak

dianjurkan untuk dibandingkan dengan peserta didik lainnya, tetapi dengan hasil yang

dimiliki peserta didik tersebut sebelumnya. Dengan demikian peserta didik tidak

merasa dihakimi oleh guru tetapi dibantu untuk mencapai apa yang diharapkan, dan

dapat menganalisa perkembangan belajarnya.

Prinsip-prinsip yang dikembangkan dalam penilaian adalah sebagai berikut.

a. Memandang penilaian dan kegiatan pembelajaran secara terpadu.

b. Mengembangkan strategi yang mendorong dan memperkuat penilaian sebagai

cermin diri.

c. Melakukan berbagai strategi penilaian di dalam program pembelajaran untuk

menyediakan berbagai jenis informasi tentang hasil belajar peserta didik.

d. Mempertimbangkan berbagai kebutuhan khusus peserta didik.

e. Mengembangkan dan menyediakan sistem pencatatan yang bervariasi dalam

pengamatan kegiatan belajar peserta didik.

f. Menggunakan cara dan alat penilaian yang bervariasi. Penilaian dapat dilakukan

dengan cara tertulis, lisan, produk portofolio, unjuk kerja, proyek, dan pengamatan

tingkah laku.

94

g. Melakukan penilaian secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan,

dan perbaikan hasil, dalam bentuk: penilaian masing-masing job, Evaluasi kemajuan

belajar dapat langsung dilakukan saat penilaian/konsultasi.

h. Penilaian kompetensi pada uji kompetensi melibatkan pihak sekolah dan Institusi

Pasangan/Asosiasi Profesi, dan pihak lain terutama DU/DI. Idealnya, lembaga yang

menyelenggarakan uji kompetensi ini independen, yakni lembaga yang tidak dapat

diintervensi oleh unsur atau lembaga lain.

Agar penilaian objektif, pendidik harus berupaya secara optimal untuk :

a. Memanfaatkan berbagai bukti hasil kerja peserta didik dari sejumlah penilaian

b. Membuat keputusan yang adil tentang penguasaan kompetensi peserta didik dengan

mempertimbangkan hasil kerja (karya).

Kegunaan penilaian antara lain sebagai berikut:

b. Memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui kekuatan dan

kelemahan dirinya dalam proses pencapaian kompetensi.

c. Memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami peserta didik

sehingga dapat dilakukan pengayaan dan remedial.

d. Memberi umpan balik bagi pendidik/guru dalam memperbaiki metode, pendekatan,

kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan.

e. Memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah tentang efektivitas

pendidikan.

95

f. Memberi umpan balik bagi pengambil kebijakan (Dinas Pendidikan Daerah) dalam

meningkatkan kualitas penilaian yang digunakan.

Penilaian memiliki fungsi untuk:

a. Menggambarkan sejauhmana peserta didik telah menguasai suatu kompetensi.

b. Mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu memahami

dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk perencanaan

program belajar, pengembangan kepribadian, maupun untuk penjurusan (sebagai

bimbingan).

c. Menemukan kesulitan belajar, kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan

peserta didik, dan sebagai alat diagnosis yang membantu pendidik/guru menentukan

apakah seseorang perlu mengikuti remedial atau pengayaan.

d. Menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang sedang

berlangsung guna perbaikan proses pembelajaran berikutnya.

e. Pengendali bagi pendidik/guru dan sekolah tentang kemajuan perkembangan peserta

didik.

Rumusan penilaian benda kerja, yaitu penilaian ukuran/dimensi benda kerja

dengan alat ukur mekanik, menggunakan pedoman sebagai berikut :

a. Toleransi ISO

1) ukuran masuk toleransi ......................................................................... nilai 10

2) ukuran di luar toleransi .......................................................................... nilai 0

b. Toleransi khusus

1) ukuran masuk toleransi khusus ............................................................. nilai 10

96

2) ukuran di luar toleransi khusus ............................................................. nilai 1

c. Toleransi umum

1) ukuran masuk toleransi umum .............................................................. nilai 10

2) penyimpangan ukuran sebesar toleransi umum..................................... nilai 4

3) penyimpangan ukuran selanjutnya.......................................................... nilai 1

d. Restart

Semua ukuran dianggap gagal ................................................................... nilai 0

e. Produksi massal

Nilai disesuaikan dengan prosentase dari jumlah produk yang dianggap benar.

Rumusan penilaian benda kerja praktik bengkel, yaitu penilaian kualitas permukaan/

surface quality benda kerja dengan alat ukur pembanding, menggunakan pedoman

sebagai berikut;

Nilai surface quality ditentukan sebagai berikut :

1) sesuai tanda pengerjaan (N) yang ditentukan .................................. nilai 10

2) lebih dari tanda pengerjaan (N) yang ditentukan.............................. nilai 10

3) kurang dari tanda pengerjaan (N) yang ditentukan :

untuk ukuran ISO.............................................................................. nilai 1

untuk ukuran bukan ISO :

penyimpangan....................................................................................nilai 5

penyimpangan selanjutnya..................................................................nilai 1

Secara khusus penilaian pada job 1A, 1B, 1C, dan 1D menggunakan pedoman toleransi

ukuran umum yang rumusannya dapat dilihat dalam tabel 07 sebagai berikut :

97

Tabel 07. Toleransi Ukuran Umum

Rough Nom 43

1 A

Tol 0, 8 Rough Nom 42 25 23 5 1 x 45 °

1 B

Tol 0, 8 0, 5 0, 5 0, 2 0, 2 Middle Nom 40 23 21 2 x 45 °

1C

Tol 0, 3 0, 2 0, 2 0, 1 Middle Nom 38 22 18 10 2 x 45 °

1 D

Tol 0, 3 0, 2 0, 2 0, 1 0, 1

B. Temuan Penelitian

1. Deskripsi Pembelajaran Siklus I

a. Perencanaan Tindakan Pembelajaran dan Penilaian

Pembelajaran pada siklus I direncanakan pada pertemuan – 5 dan pertemuan -6,

siswa akan dibagi ke dalam 2 kelompok belajar, yaitu kelompok I (nomor absen 1-20)

pada seksi mesin bubut dan mesin gergaji, dan kelompok II (nomor absen 21-40) pada

seksi mesin frais, gerinda, sekrap, dan kerja bangku (bench work). Pertemuan - 5 untuk

kelompok I dilaksanakan pada tanggal 29 Juli 2009, sedangkan untuk kelompok II pada

tanggal 10 September 2009. Pertemuan- 6 untuk kelompok I dilaksanakan pada tanggal

31 Juli 2009, sedangkan untuk kelompk II dilaksanakan pada tanggal 14 September

2009.

Pembelajaran praktik pada Siklus I berguna untuk mendeskripsikan sejauh mana

kompetensi siswa dalam bekerja dengan mesin bubut. Siswa yang masuk pada seksi

mesin bubut mengerjakan job 1A dan 1B. Job 1A merupakan pekerjaan facing/ bubut

rata muka, hasil praktik job 1A tidak dinilai, karena hanya bersifat pengenalan

98

pembubutan. Pada saat penilaian job 1A, guru membimbing siswa untuk mengukur

benda kerjanya sendiri dan menilai secara objektif hasil pekerjaannya sebagai

pengetahuan dasar utama untuk mengerjakan job mesin bubut selanjutnya. Tahap ini

berguna untuk memotivasi siswa bagaimana siswa harus tahu tentang pengukuran,

pedoman penilaian, dan objektivitas siswa dalam menilai hasil pekerjaannya.

Selanjutnya setelah siswa mengerjakan job 1A pada, maka dilanjutkan dengan

mengerjakan job 1B. Job 1B mencakup kompetensi membubut facing, membubut

lurus, dan membubut chamfer 1x45°. Pada kompetensi 1B diadakan penilaian bersama

antara guru dan siswa, yang berfungsi juga sekaligus sebagai konsultasi/evaluasi

pekerjaan yang dilakukan oleh siswa.

Perencanaan tindakan pembelajaran disiapkan secara baik agar pelaksanaan

pembelajaran dan penilaian berjalan lancar, antara lain;

1) Mensosialisasikan upaya pencapaian kompetensi dasar Mengoperasikan Mesin

Bubut.

2) Mensosialisasikan pembelajaran praktik dengan strategi belajar mandiri (personal

learning).

3) Mensosialisasikan teknik penilaian mandiri (self assessment).

4) Menentukan materi pembelajaran praktik pada tindakan siklus I, secara keseluruhan

yang terangkum dalam tabel 08 berikut :

Tabel 08. Materi Pembelajaran Siklus I

Bulan Pertemuan

ke-

Tindakan Kompetensi Dasar dan

indikator

Waktu

Juli - 5 - 6 - 3. Mengoperasikan Mesin:

3.1. Siswa dapat mengatur

12 jam

99

September putaran mesin

3.2. Siswa dapat setting

pencekaman

3.3. Siswa dapat

mengoperasikan mesin

bubut

@ 45

menit

5) Menyiapkan media pembelajaran dan penilaian yang mendukung kelancaran

tindakan pembelajaran dan penilaian, seperti mengecek mesin dan kelengkapannya,

coolan, alat ukur, alat potong, lembar rekap nilai, lembar presensi, lembar kehadiran,

lembar pencatatan bahan.

6) Mendiskripsikan secara jelas peran guru sebagai fasilitator, konsultan pembelajaran

bagi siswa, dan sebagai observer. Peran guru sebagai fasilitator adalah sebagai

penyedia segala fasilitas pembelajaran praktik. Peran guru sebagai konsultan adalah

melayani segala pertanyaan siswa dalam mengerjakan jobnya, dan sebagai motivator

yang mendorong siswa untuk meningkatkan minat belajar dan keterampilan kerja

pemesinan. Sebagai observer bertugas mengamati perilaku dan perkembangan

belajar siswa.

7) Melakukan simulasi/contoh pengerjaan job dengan mesin perkakas.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pembelajaran pada siklus I dilaksanakan pada pertemuan – 5 dan pertemuan -6,

siswa sudah dibagi ke dalam 2 kelompok belajar, yaitu kelompok I (nomor absen 1-20)

pada seksi mesin bubut dan mesin gergaji, dan kelompok II (nomor absen 21-40) pada

seksi mesin frais, gerinda, sekrap, dan kerja bangku (bench work). Pertemuan - 5 untuk

100

kelompok I dilaksanakan pada tanggal 29 Juli 2009, sedangkan untuk kelompok II pada

tanggal 10 September 2009. Pertemuan- 6 untuk kelompok I dilaksanakan pada tanggal

31 Juli 2009, sedangkan untuk kelompok II dilaksanakan pada tanggal 14 September

2009.

Pada Siklus I siswa belajar tentang merencanakan kerja mesin bubut, identifikasi

kebutuhan bahan dan alat, perhitungan putaran mesin, pencekaman benda kerja, dan

proses pemakanan benda kerja hingga memperoleh hasil sesuai dengan job 1B, yang

meliputi penilaian unjuk kerja praktik pembubutan lurus, bertingkat, facing, chamfer,

kehalusan, dan performan. Pada awal pembelajaran praktik disampaikan materi

pengantar untuk dapat mengerjakan job dengan baik. Secara umum gambaran

pembelajaran pada siklus I adalah sebagai berikut :

1) Acara tatap muka dimulai; 1) guru menyampaikan ulasan singkat tentang materi

praktik yang akan dikerjakan, yaitu siswa diharapkan dapat menyetting benda kerja,

mengatur putaran mesin, mengerjakan dan finishing job, 2) guru menjelaskan

prosedur pembelajaran dan penilaian yang akan dilaksanakan, yaitu pembelajaran

mandiri dan penilaian mandiri, termasuk tugas guru lain sebagai instruktur,

konsultan, dan assessor.

2) Siswa mempersiapkan pekerjaannya yang meliputi pembuatan perencanaan kerja

(work preparation), identifikasi material dan bahan, bekerja pada masing-masing

section, mengukur benda kerja dan menilaianya sendiri dengan bimbingan guru.

Pada pekerjaan praktik di siklus I ini tuntutan toleransi yang dipakai masih toleransi

umum dengan kualitas permukaan N9

101

3) Pada saat pengukuran dan penilaian langsung diadakan diskusi dan konsultasi

singkat oleh guru tentang hasil kerja siswa, sehingga siswa bisa langsung

mengevaluasinya. Siswa diberi kepercayaan untuk mengukur dan menilai

pekerjaannya tanpa/dengan bantuan guru. Penilaian mandiri ini dirasa sangat berguna

bagi siswa, karena akan membuat siswa benar-benar tahu job yang dikerjakannya,

siswa juga merasa puas dengan hasil kerjanya sesuai dengan kualitas benda kerja

yang dihasilkan, selain itu siswa juga berlatih untuk jujur menilainya.

4) Pada akhir pembelajaran guru memberikan ulasan singkat tentang temuan- temuan

praktik pemesinan, sehingga siswa langsung tahu kesalahan maupun

keberhasilannya.

c. Observasi

Hasil pencapaian nilai kompetensi terlihat dalam tabel 09 sebagai berikut :

Tabel 09. Pencapaian Nilai Praktik Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut

Siklus I ( Job 1B)

No. N a m a Nilai Ket No. N a m a Nilai Ket 1 Rudi Harcahyo 9,2 K 21 Johan Feri Susanta 9,72 K 2 Sugiyanto 4,73 BK 22 Kiki Ary Setyawan 3,16 BK 3 Teguh Jatmika 7,47 K 23 Nanung Sambudi 8,24 K 4 Tri Hari Yadi 6,69 K 24 Prasca Sundari AB 9,72 K 5 Untung Prasetyo 6,48 K 25 Samiaji 5,53 K 6 Widianto 4,18 BK 26 Septiyadi Haryono 8,06 K 7 Yhoga Atya A 5,26 BK 27 Sukarno 7,05 K 8 Yohan Kristyawan 4,36 BK 28 Tri Setiawan 6,5 K 9 Yosep Prastowo M 5,51 K 29 Wahyu Dimas PS 9,6 K

10 Ade Windarto 5,53 K 30 Wahyu Febriyanto 8,7 K 11 Agus Priyanto 5,38 BK 31 Wahyu Novianto 1,36 BK 12 Aldiyan Santan 5,37 BK 32 Wahyu Nugroho 6,65 K 13 Alfa Nanda N 6,8 K 33 Yayan Pratama 7,88 K

102

14 Bagus Aditya N 6,45 K 34 Aan Nurdiyanto 7,6 K 15 Catur Hartomo 6 K 35 Andi Nugroho 7,36 K 16 Dodik Haryadi 6,99 K 36 Anto Dwi Santoso 5,73 K 17 Dwi Haryono 6,96 K 37 Ari Sutejo 7 K 18 Dwi Jayanto 7,3 K 38 Ary Yuda Tama 6,02 K 19 Edi Dwi Saputra 3,51 BK 39 Daru Suyatno 4,7 BK

20 Heri Sulistyanto 7,95 K 40 Eli Dwi Prastyo 7,3 K

Hasil penilaian unjuk kerja praktik:

Jumlah nilai siswa kurang dari KKM = 10 (BK = belum kompeten)

Jumlah nilai siswa mencapai KKM = 30 (K = kompeten)= 75 %

Sedangkan kondisi kemandirian belajar dapat dilihat dalam tabel 10 sebagai

berikut :

Tabel 10. Kemandirian Belajar Siswa Siklus I :

No. N a m a Skor Ket No. N a m a Skor Ket

1 Rudi Harcahyo 183

T 21 Johan Feri Susanta 195

T

2 Sugiyanto 214

T 22 Kiki Ary Setyawan 226

T

3 Teguh Jatmika 191

T 23 Nanung Sambudi 207

T

4 Tri Hari Yadi 190

T 24 Prasca Sundari A B 190

T

5 Untung Prasetyo 201

T 25 Samiaji 195

T

6 Widianto 193

T 26 Septiyadi Haryono 179

T

7 Yhoga Atya Aditama 228

T 27 Sukarno 203

T

8 Yohan Kristyawan 191

T 28 Tri Setiawan 191

T

9 Yosep Prastowo M 215

T 29 Wahyu Dimas P S. 193

T

10 Ade Windarto 174

S 30 Wahyu Febriyanto 202

T

11 Agus Priyanto 186

T 31 Wahyu Novianto 183

T

12 Aldiyan Santan 187

T 32 Wahyu Nugroho 189

T

13 Alfa Nanda Nugroho 177

S 33 Yayan Pratama 198

T

14 Bagus Aditya N 178

T 34 Aan Nurdiyanto 188

T

15 Catur Hartomo 170

S 35 Andi Nugroho 186

T

16 Dodik Haryadi 194

T 36 Anto Dwi Santoso 202

T

103

17 Dwi Haryono 181

T 37 Ari Sutejo 202

T

18 Dwi Jayanto 210

T 38 Ary Yuda Tama 192

T

19 Edi Dwi Saputra 197

T 39 Daru Suyatno 181

T

20 Heri Sulistyanto 195

T 40 Eli Dwi Prastyo 214

T

Keterangan : TS = Tinggi sekali T = Tinggi S = Sedang R = Rendah RS = Rendah Sekali

Analisis pencarian fakta dilakukan dengan melakukan dialog terbuka dengan

subjek penelitian, yaitu siswa kelas XI TPB SMK Kristen 1 Klaten untuk menggali

berbagai permasalahan yang timbul saat bekerja dengan mesin bubut. Selain itu

dilakukan diskusi dengan teman sejawat, yaitu guru sebagai kolaborator tentang

berbagai penyebab kegagalan siswa mencapai nilai KKM. Beberapa hasil dialog dan

observasi langsung dengan beberapa siswa kelas XI TPB saat pembelajaran praktik,

dan mendiskusikannya dengan kolaborator ternyata memperkuat dugaan terdapat

kesulitan belajar (CL 1, CL 2, CL 6), yang dirangkum dalam tabel 11 sebagai berikut :

Tabel 11. Asumsi Faktor Penyebab Masalah

No Faktor Penyebab masalah

1. Siswa a. Belum berani bekerja dengan cepat, karena masih belum

familier dengan mesin bubut sehingga masih banyak yang

melihat temannya dalam bekerja.

b. Belum bisa merencanakan pekerjaan secara cepat sebelum

memulai pekerjaan, sehingga proses pengerjaan berjalan

lambat.

c. Belum bisa memahami gambar kerja dan instruksi kerja pada

etiket, yang didalamnya terdapat dimensi benda kerja,

ketentuan toleransi, tingkat kekasaran, waktu pengerjaan,

deburing.

104

2. Guru Kurang memberi dukungan dan motivasi kepada siswa untuk

mengerjakan jobnya secara mandiri, cepat, dan tepat.

3. Sarana a. Mesin bubut yang terdiri dari berbagai tipe menuntut

pemahaman yang agak lama sesuai dengan spesifikasinya

yang tidak sama.

b. Pahat bubut yang tidak tajam/tidak memenuhi syarat untuk

bekerja padahal siswa belum dibekali kemampuan untuk

menggerinda secara mandiri

c. Kondisi alat ukur yang tidak standar

4. Proses

Pembelajaran

a. Pembimbingan kurang maksimal karena rasio guru : siswa

adalah 2:40, sedangkan standar rasio yang baik adalah 1: 6-8

b. Guru tidak selalu siap di ruang konsultasi/penilaian

5. Materi ajar Pengerjaan benda kerja menuntut feeling pemesinan, sedangkan

siswa belum terbiasa dengan mesin perkakas

6. Penilaian Belum dilakukan secara mandiri, terlihat dengan adanya siswa

yang masih bingung item mana yang akan dinilai, dan bagaimana

pedoman skoringnya

d. Refleksi

Kompetensi kejuruan Teknik Pemesinan dinilai berdasarkan hasil unjuk kerja

praktik pemesinan. Hasil yang diperoleh pada penilaian kompetensi Melakukan

Pekerjaan dengan Mesin Bubut, dengan Standar kompetensi Mengoperasikan Mesin

Bubut, pada awal pembelajaran praktik pemesinan kelas XI Teknik Pemesinan tahun

pelajaran 2009/2010 hasilnya 10 siswa dari 40 siswa memperoleh hasil kurang dari

KKM yang ditetapkan sebesar 5, 51.

Kompetensi dasar yang harus dimiliki pada kompetensi Melakukan Pekerjaan

dengan Mesin Bubut adalah kemampuan ketrampilan, sehingga penilaian yang paling

105

tepat adalah penilaian benda kerja hasil praktik. Penyebab utama siswa belum mencapai

KKM diduga karena siswa belum familier dengan pengoperasian mesin bubut/perkakas,

kurang terampil pembacaan alat ukur, kurang memahami metode penilaian yang

dipakai, dan belum bisa merencanakan pekerjaan secara sistematis (CL 9).

Kondisi praktik pemesinan pada awal pembelajaran terlihat siswa masih sering

bergerombol dalam mengerjakan benda kerja, melihat-lihat temannya yang bekerja,

lama dalam mengerjakan perencanaan kerja (lembar work preparation), tidak

memeperhatikan aturan penggunaan kecepatan mesin (n). Pada kondisi awal ini guru

harus lebih banyak membimbing dan memotivasi siswa supaya berani

berinisiatif/mengambil resiko dalam bekerja dengan mesin (CL 9).

2. Deskripsi Penelitian Siklus II

a. Perencanaan Tindakan Pembelajaran dan Penilaian

Perencanaan tindakan pembelajaran disiapkan secara baik agar pelaksanaan

pembelajaran dan penilaian berjalan lancar, antara lain ;

1) Mensosialisasikan upaya pencapaian kompetensi dasar Mengoperasikan Mesin

Bubut.

2) Mensosialisasikan pembelajaran praktik dengan strategi belajar mandiri (personal

learning).

3) Mensosialisasikan teknik penilaian mandiri (self assessment).

4) Menentukan materi pembelajaran praktik pada tindakan siklus II, secara keseluruhan

yang terangkum dalam tabel 12 berikut :

Tabel 12. Materi Pembelajaran Praktik Tindakan Siklus II

106

Bulan Pertemuan

ke-

Tindakan Kompetensi Dasar dan

indikator

Waktu

Juli -

September

7 – 8

(6/8/2009)

dan

(1/10/2009)

1 3. Mengoperasikan Mesin:

3.1. Siswa dapat

menjelaskan proses

pembubutan sesuai

job yang ada

3.2. Siswa dapat

melakukan

penjelasan langkah

penyelesaian

pekerjaan

3.3. Siswa dapat

mengoperasikan

mesin bubut

12 jam

@ 45

menit

Pertemuan – 7 untuk kelompok I dilaksanakan pada tanggal 6 Agustus 2009, untuk

kelompok II dilaksanakan pada tanggal 1 Oktober 2009.Pertemuan - 8 untuk

kelompok II dilaksanakan pada tanggal 8 Agustus 2009, untuk kelompok II

dilaksanakan pada tanggal 12 September 2009.

5) Menyiapkan media pembelajaran dan penilaian yang mendukung kelancaran

tindakan pembelajaran dan penilaian, seperti mengecek mesin dan kelengkapannya,

coolan, alat ukur, alat potong, lembar rekap nilai, lembar presensi, lembar kehadiran,

lembar pencatatan bahan.

6) Mendeskripsikan secara jelas peran guru sebagai fasilitator, konsultan pembelajaran

bagi siswa, dan sebagai observer. Peran guru sebagai fasilitator adalah sebagai

penyedia segala fasilitas pembelajaran praktik. Peran guru sebagai konsultan adalah

107

melayani segala pertanyaan siswa dalam mengerjakan jobnya, dan sebagai motivator

yang mendorong siswa untuk meningkatkan minat belajar dan keterampilan kerja

pemesinan. Sebagai observer bertugas mengamati perilaku dan perkembangan

belajar siswa.

7) Melakukan simulasi/contoh pengerjaan job dengan mesin perkakas.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada pelaksanaan tindakan II, yaitu pertemuan -7 (tanggal 6 Agustus 2009 dan

tanggal 1 Oktober 2009), dan pertemuan -8 (tanggal 8 Agustus 2009 dan 3 Oktober

2009), siswa belajar tentang merencanakan kerja mesin bubut, identifikasi kebutuhan

bahan dan alat, perhitungan putaran mesin, pencekaman benda kerja, dan proses

pemakanan benda kerja hingga memperoleh hasil sesuai dengan job 1C, yang meliputi

penilaian unjuk kerja praktik pembubutan lurus, bertingkat, facing, chamfer, kehalusan,

dan performan. Pada awal pembelajaran praktik selalu disampaikan materi pengantar

untuk dapat mengerjakan job dengan baik. Secara umum gambaran pembelajaran pada

siklus II adalah sebagai berikut;

1) Acara tatap muka dimulai; a) guru menyampaikan ulasan singkat tentang materi

praktik yang akan dikerjakan, yaitu siswa diharapkan dapat menyetting benda kerja,

mengatur putaran mesin, mengerjakan dan finishing job, b) guru menjelaskan

prosedur pembelajaran dan penilaian yang akan dilaksanakan, yaitu pembelajaran

mandiri dan penilaian mandiri, termasuk tugas guru lain sebagai instruktur,

konsultan, dan assessor.

108

2) Siswa mempersiapkan pekerjaannya yang meliputi pembuatan perencanaan kerja

(work preparation), identifikasi material dan bahan, bekerja pada masing-masing

section, mengukur benda kerja dan menilaianya sendiri dengan bimbingan guru.

Pada pekerjaan praktik di siklus II ini tuntutan toleransi yang dipakai masih toleransi

umum dengan kualitas permukaan N8.

3) Pada saat pengukuran dan penilaian langsung diadakan diskusi dan konsultasi

singkat oleh guru tentang hasil kerja siswa, sehingga siswa bisa langsung

mengevaluasinya. Siswa diberi kepercayaan untuk mengukur dan menilai

pekerjaannya meskipun tanpa/dengan bantuan guru. Penilaian mandiri ini dirasa

sangat berguna bagi siswa, karena akan membuat siswa benar-benar tahu job yang

dikerjakannya, siswa juga merasa puas dengan hasil kerjanya sesuai dengan kualitas

benda kerja yang dihasilkan, selain itu siswa juga berlatih untuk jujur menilainya.

4) Pada akhir pembelajaran guru memberikan ulasan singkat tentang temuan- temuan

praktik pemesinan, sehingga siswa langsung tahu kesalahan maupun

keberhasilannya.

c. Observasi

Observasi dilakukan bersama teman sejawat, yaitu guru pengampu praktik

pemesinan kelas XI TPB, yang terdiri dari 3 orang pada pembelajaran dan penilaian

praktik dengan menerapkan strategi belajar mandiri dan penilaian mandiri untuk

mengetahui perilaku maupun perkembangan belajar siswa.

1) Hasil observasi motivasi belajar siswa dalam pembelajaran dan penilaian tindakan

siklus II. Menurut Mc. Donald seperti dikutip Oemar Hamalik (2004:158),

motivation is an energy change within the person characteristized by affective

109

arousal and anticipatory goal reaction, yang artinya motivasi adalah perubahan

energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan

reaksi untuk mencapai tujuan.

Motivation is the activation or energization of goal-oriented behavior. Motivation

may be intrinsic or extrinsic. The term is generally used for humans but,

theoritically, it can also be used to describe the causes for animals behavior as well.

(http://en.wikipedia.org/wiki/Motivation). Artinya, motivasi adalah aktivasi atau

pengenergian dari kebiasaan yang berorientasi pada tujuan, dan tujuan itu

membentuk kebiasaan yang sama baik.

In psychology, motivation refers to the initiation, direction, intensity, and persistence

of behavior. Motivation is a temporal and dynamic state that should not be confused

with personality or emotion. It involves having the desire and willingnes to do

something. (http://www.newworldencyclopedia.org/entry/Motivation). Artinya,

dalam psikologi, motivasi adalah langkah awal, langsung, dan kuat dari sebuah

kebiasan. Motivasi mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

Motivasi merupakan suatu proses, yang menentukan karakter dari proses tersebut

dengan melihat petunjuk dari tingkah lakunya. Motivasi ditandai dengan timbulnya

perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi dimulai dengan adanya

perubahan energi dalam pribadi yang menggerakkannya untuk tertarik dan

melakukan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.

Pada pelaksanaan tindakan siklus II ini terjadi penurunan pencapaian nilai

kompetensi. Setelah diadakan dialog dengan siswa diperoleh keterangan bahwa

motivasi siswa menurun dalam mengerjakan job 1C, disebabkan karena adanya

110

penurunan semangat mengerjakan, yaitu kompetensi pada job 1C lebih sulit dari job

sebelumnya (1B). Disamping itu siswa belum sepenuhnya siap karena harus bekerja

pada mesin yang spesifikasinya lain antara satu dengan lainnya (CL 3).

2) Hasil kemandirian belajar dampak pembelajaran dan penilaian tindakan Siklus II,

disajikan dalam tabel 13 sebagai berikut :

Tabel 13. Kemandirian Belajar Siswa pada Siklus II

No. N a m a Skor Ket No. N a m a Skor Ket

1 Rudi Harcahyo 206

T 21 Johan Feri Susanta 195

T

2 Sugiyanto 201

T 22 Kiki Ary Setyawan 218

T

3 Teguh Jatmika 190

T 23 Nanung Sambudi 213

T

4 Tri Hari Yadi 191

T 24 Prasca Sundari A B 204

T

5 Untung Prasetyo 179

T 25 Samiaji 179

T

6 Widianto 208

T 26 Septiyadi Haryono 174

S

7 Yhoga Atya Aditama 213

T 27 Sukarno 218

T

8 Yohan Kristyawan 210

T 28 Tri Setiawan 200

T

9 Yosep Prastowo M 216

T 29 Wahyu Dimas P S. 193

T

10 Ade Windarto 182

T 30 Wahyu Febriyanto 207

T

11 Agus Priyanto 199

T 31 Wahyu Novianto 178

T

12 Aldiyan Santan 178

T 32 Wahyu Nugroho 193

T

13 Alfa Nanda Nugroho 205

T 33 Yayan Pratama 197

T

14 Bagus Aditya N 204

T 34 Aan Nurdiyanto 191

T

15 Catur Hartomo 181

T 35 Andi Nugroho 196

T

16 Dodik Haryadi 211

T 36 Anto Dwi Santoso 208

T

17 Dwi Haryono 179

T 37 Ari Sutejo 220

T

18 Dwi Jayanto 210

T 38 Ary Yuda Tama 174

S

19 Edi Dwi Saputra 198

T 39 Daru Suyatno 208

T

20 Heri Sulistyanto 201

T 40 Eli Dwi Prastyo 199

T

111

3) Pencapaian kompetensi dasar Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut dalam tabel

14 :

Tabel 14. Pencapaian nilai kompetensi Melakukan Pekerjaan dengan Mesin

Bubut siklus II (Job 1C)

No. N a m a Nilai Ket No. N a m a Nilai Ket 1 Rudi Harcahyo 5,44 BK 21 Johan Feri Susanta 2,76 BK 2 Sugiyanto 6,66 K 22 Kiki Ary Setyawan 3,51 BK 3 Teguh Jatmika 7,10 K 23 Nanung Sambudi 4,09 BK 4 Tri Hari Yadi 7,01 K 24 Prasca Sundari AB 5,67 K 5 Untung Prasetyo 2,72 BK 25 Samiaji 8,70 K 6 Widianto 3,69 BK 26 Septiyadi Haryono 8,07 K 7 Yhoga Atya A 6,44 K 27 Sukarno 4,32 BK 8 Yohan Kristyawan 6,66 K 28 Tri Setiawan 3,27 BK 9 Yosep Prastowo M 6,43 K 29 Wahyu Dimas PS 9,08 K

10 Ade Windarto 5,71 K 30 Wahyu Febriyanto 5,53 K 11 Agus Priyanto 5,64 K 31 Wahyu Novianto 6,92 K 12 Aldiyan Santan 5,30 BK 32 Wahyu Nugroho 3,51 BK 13 Alfa Nanda N 4,74 BK 33 Yayan Pratama 5,61 K 14 Bagus Aditya N 5,84 K 34 Aan Nurdiyanto 7,20 K 15 Catur Hartomo 5,61 K 35 Andi Nugroho 4,13 BK 16 Dodik Haryadi 4,12 BK 36 Anto Dwi Santoso 2,68 BK 17 Dwi Haryono 4,80 BK 37 Ari Sutejo 7,60 K 18 Dwi Jayanto 7,72 K 38 Ary Yuda Tama 7,60 K 19 Edi Dwi Saputra 5,37 BK 39 Daru Suyatno 6,23 K

20 Heri Sulistyanto 5,35 BK 40 Eli Dwi Prastyo 4,09 BK

Hasil penilaian unjuk kerja praktik:

Jumlah nilai siswa kurang dari KKM = 18(BK = belum kompeten)

Jumlah nilai siswa mencapai KKM = 22 (K = kompeten) = 55 %

4) Komparasi nilai siswa pada siklus I dan nilai siklus II dapat dilihat dalam tabel 15

sebagai berikut :

112

Tabel 15. Komparasi Nilai Siswa pada Siklus I dan Siklus II

No. N a m a Siklus I Siklus II Selisih Ket

1 Rudi Harcahyo 9,2 5,44 3,76 Turun 2 Sugiyanto 4,73 6,66 1.93 Naik 3 Teguh Jatmika 7,47 7,1 0,37 Turun 4 Tri Hari Yadi 6,69 7,01 0.32 Naik 5 Untung Prasetyo 6,48 2,72 3,76 Turun 6 Widianto 4,18 3,69 0,49 Turun 7 Yhoga Atya A 5,26 6,44 1.18 Naik 8 Yohan K 4,36 6,66 2.3 Naik 9 Yosep P M 5,51 6,43 0.92 Naik 10 Ade Windarto 5,53 5,71 0.18 Naik 11 Agus Priyanto 5,38 5,64 0.26 Naik 12 Aldiyan Santan 5,37 5,3 0,07 Turun 13 Alfa Nanda N 6,8 4,74 2,06 Turun 14 Bagus Aditya N 6,45 5,84 0,61 Turun 15 Catur Hartomo 6 5,61 0,39 Turun 16 Dodik Haryadi 6,99 4,12 2,87 Turun 17 Dwi Haryono 6,96 4,8 2,16 Turun 18 Dwi Jayanto 7,3 7,72 0.42 Naik 19 Edi Dwi Saputra 3,51 5,37 1.86 Naik 20 Heri Sulistyanto 7,95 5,35 2,6 Turun 21 Johan Feri S 9,72 2,76 6,96 Turun 22 Kiki Ary S 3,16 3,51 0.35 Naik 23 Nanung S 8,24 4,09 4,15 Turun 24 Prasca SAB 9,72 5,67 4,05 Turun 25 Samiaji 5,53 8,7 3.17 Naik 26 Septiyadi H 8,06 8,07 0.01 Naik 27 Sukarno 7,05 4,32 2,73 Turun 28 Tri Setiawan 6,5 3,27 3,23 Turun 29 Wahyu D PS 9,6 9,08 0,52 Turun 30 Wahyu F 8,7 5,53 3,17 Turun 31 Wahyu Novianto 1,36 6,92 5.56 Naik 32 Wahyu Nugroho 6,65 3,51 3,14 Turun 33 Yayan Pratama 7,88 5,61 2,27 Turun 34 Aan Nurdiyanto 7,6 7,2 0,4 Turun 35 Andi Nugroho 7,36 4,13 3,23 Turun 36 Anto Dwi S 5,73 2,68 3,05 Turun

113

37 Ari Sutejo 7 7,6 0.6 Naik 38 Ary Yuda Tama 6,02 7,6 1.58 Naik 39 Daru Suyatno 4,7 6,23 3.5 Naik

40 Eli Dwi Prastyo 7,3 4,09 3.3 Turun

Jumlah siswa yang nilainya naik = 16 siswa

Jumlah siswa yang nilainya turun = 24 siswa

5) Komparasi kemandirian siswa pada Siklus I dengan Siklus II dapat dilihat dalam

tabel 16 sebagai berikut :

Tabel 16. Komparasi Skor Kemandirian Belajar Siswa pada Siklus I dan

Siklus II

No. N a m a Siklus I Siklus II Selisih Ket

1 Rudi Harcahyo 183 206 23 Turun

2 Sugiyanto 214 201 13 Naik

3 Teguh Jatmika 191 190 1

Naik

4 Tri Hari Yadi 190 191 1

Turun

5 Untung Prasetyo 201 179 22

Naik

6 Widianto 193 208 15

Turun

7 Yhoga Atya A 228 213 15

Naik

8 Yohan K 191 210 19

Turun

9 Yosep P M 215 216 1

Turun

10 Ade Windarto 174 182 8

Turun

11 Agus Priyanto 186 199 13

Turun

12 Aldiyan Santan 187 178 9

Naik

13 Alfa Nanda N 177 205 28

Turun

14 Bagus Aditya N 178 204 26

Turun

15 Catur Hartomo 170 181 11

Turun

16 Dodik Haryadi 194 211 17

Turun

114

17 Dwi Haryono 181 179 2

Naik

18 Dwi Jayanto 210 210 0

Naik

19 Edi Dwi Saputra 197 198 1

Turun

20 Heri Sulistyanto 195 201 6

Turun

21 Johan Feri S 195 195 0

Naik

22 Kiki Ary S 226 218 8

Naik

23 Nanung S 207 213 6

Turun

24 Prasca SAB 190 204 14

Turun

25 Samiaji 195 179 16

Naik

26 Septiyadi H 179 174 5

Naik

27 Sukarno 203 218 15

Turun

28 Tri Setiawan 191 200 9

Turun

29 Wahyu D PS 193 193 0

Naik

30 Wahyu F 202 207 5

Turun

31 Wahyu Novianto 183 178 5

Naik

32 Wahyu Nugroho 189 193 4

Turun

33 Yayan Pratama 198 197 1

Naik

34 Aan Nurdiyanto 188 191 3

Turun

35 Andi Nugroho 186 196 10

Turun

36 Anto Dwi S 202 208 6

Turun

37 Ari Sutejo 202 220 18

Turun

38 Ary Yuda Tama 192 174 18

Naik

39 Daru Suyatno 181 208 27

Turun

40 Eli Dwi Prastyo 214 199 15

Naik

d. Refleksi dan Evaluasi Hasil Penelitian Pada Siklus II

Refleksi merupakan implementasi dalam upaya pencapaian kompetensi dasar

Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut, yang akan menjawab tentang; 1) apa

115

yang berhasil ?; 2) apa yang belum berhasil ?; 3) mengapa hal itu terjadi ?; 4)

bagaimana selanjutnya ?

1. Apa yang berhasil ?

a) Peningkatan kompetensi siswa, berupa:

(1) Pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan memahami dan

membaca gambar kerja, kemampuan membaca dan menggunakan alat

ukur dengan benar, kemampuan memahami tentang geometri alat

potong

(2) Ketrampilan (skill), yaitu kemampuan mengoperasikan mesin lebih

baik dan aman, sehingga dapat bekerja dengan baik, kemampuan

bekerja secara sistematis , mampu menganalisa langkah kerja

(3) Sikap (attittude), yaitu disiplin, berani bertanya, diskusi, dan mengerti

akan tanggung jawabnya.

b) Dampak proses belajar yang berhasil diciptakan dalam upaya pencapaian

kompetensi dasar Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut suatu

penelitian tindakan kelas di kelas XI TPB SMK Kristen 1 Klaten,

meskipun belum mencapai nilai KKM secara klasikal 100% dari jumlah

siswa sebanyak 40 siswa, tetapi ada peningkatan dari dampak proses

pembelajaran sebelumnya, adalah :

(1) Kemandirian belajar siswa untuk merencanakan pekerjaannya lebih

sistematis, mampu menganalisa kebutuhan alat berupa pahat, caliper,

mengoperasikan mesin-mesin bubut yang beraneka macam jenisnya.

116

(2) Tingkat kemandirian juga terlihat dengan peningkatan interaksi dan

inisiatif siswa yang lebih aktif untuk bertanya dan berdiskusi dengan

guru atau temannya, disamping itu siswa mulai berani untuk

mengerjakan job-nya sendiri.

(3) Siswa lebih paham dengan kriteria penilaian yang diterapkan sehingga

memahami benar tentang tuntutan produk yang diinginkan

2. Apa yang belum berhasil ?

Berkurangnya jumlah siswa yang mencapai nilai KKM dari 30 menjadi 24

perlu dicari penyebabnya. Observasi dan wawancara dilakukan pada siklus II.

Menurut Sukarno dan Wahyu F, diakatakan bahwa saat siswa bekerja dengan

mesin bubut menunjukkan bahwa siswa belum sepenuhnya mampu mencekam

benda kerja dengan baik, setting pahat yang belum pas, dan pengaturan putaran

mesin yang belum pas. Pencekaman yang kurang tepat menyebabkan benda

kerja berputar oling, sehingga hasil pekerjaan tidak simetris bulat. Benda kerja

yang tidak simetris bulat sangat terlihat bila diadakan pencopotan berkali-kali

kemudian dikerjakan. Siswa juga belum menerapkan sepenuhnya pengaturan

kecepatan putar mesin bubut secara tepat, biasanya siswa bekerja pada putaran

yang lebih tinggi dari putaran yang diijinkan. Putaran yang terlalu tinggi

menyebabkan benda kerja mempunyai momen torsi yang tinggi sehingga mata

pahat lebih cepat tumpul tanpa disadari oleh siswa. Akibat selanjutnya dari

mata pahat yang tumpul adalah proses pembubutan/pemakanan menjadi

lambat. Observasi pada dokumen nilai menunjukkan bahwa pada pekerjaan

chamfer sering tidak tepat ukurannya. Pekerjaan chamfer sebenarnya mudah,

117

tetapi siswa sering mengabaikannya, padahal nilainya setara dengan ukuran-

ukuran lain. Selain pekerjaan chamfer, pekerjaan deburing juga banyak

diabaikan. Pekerjaan deburing penting untuk dikerjakan sebagai finishing

untuk menghindari kesalahan pengukuran dan membantu memperbaiki

performan/tampilan. Performan benda kerja meliputi pekerjaan deburing dan

pandangan. Penampilan benda kerja merupakan hal yang sangat penting

diajarkan, karena mempengaruhi “kepuasan pelanggan”. Benda kerja masih

banyak yang cacat akibat pencekaman yang berulang/berganti-ganti,

pemukulan saat setting, dan kehalusan permukaan yang kurang tepat sebagai

akibat pahat yang tumpul dan setting pahat yang tidak tepat sudutnya (CL 4).

3. Mengapa hal itu terjadi ?

Hasil refleksi dan analisis lapangan menunjukkan bahwa penyebab belum

berhasilnya upaya pencapaian kompetensi dasar mengoperasikan mesin bubut

adalah :

a) Keraguan dalam bekerja menyebabkan siswa kurang berani untuk bekerja

sepenuh hati, sehingga hasil yang diperoleh juga tidak maksimal.

b) Perpindahan mesin yang berbeda karakternya menyebabkan siswa harus

belajar mengoperasikan mesin dari awal lagi, sehingga proses pekerjaan

agak terhambat.

c) Siswa belum mampu sepenuhnya memahami geometri pahat bubut maupun

mengasah pahat bubut sendiri, sehingga pada saat tumpul tetap digunakan

118

untuk bekerja. Penggunaan pahat yang tumpul membuat pekerjaan lama

selesainya, dan kualitas permukaan yang tidak sesuai dengan tuntutan.

d) Siswa belum bisa membaca gambar kerja sepenuhnya, maupun memahami

kaidah penilaian yang dipakai, sehingga bekerja tanpa tujuan yang jelas.

4. Bagaimana selanjutnya ?

Dampak pada proses pembelajaran dari tindakan perlu ditingkatkan supaya

mencapai produk yang semakin baik, maka perlu dilaksanakan pembelajaran

dan penilaian tindakan siklus III, perencanaan harus lebih disempurnakan

dengan meningkatkan kualitas pembelajaran berdasarkan data-data yang

diperoleh dari refleksi pada siklus II. Berdasarkan Catatan lapangan (CL 7) ,

ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan pada tindakan untuk siklus III

sebagai perbaikan pada siklus II, antara lain ;

a) Meningkatkan perilaku belajar siswa ke arah yang lebih baik, dengan cara

memberikan evaluasi, apresiasi, dan motivasi untuk menyelesaikan job

secara cepat dan tepat sesuai tuntutan waktu dan kualitas produk yang

diminta. Siswa perlu didorong untuk “memberikan kepuasan pada

pelanggan” dalam menghasilkan produk kerja praktik, sesuai tuntutan yang

ada pada pedoman penilaian bahwa ada penambahan nilai bila mengerjakan

job lebih awal dengan nilai diatas 7,00 akan ada penambahan nilai, dan

pengurangan nilai bila terlambat dalam mengerjakan jobnya.

b) Meningkatkan kemandirian belajar siswa dengan cara memberi dorongan

supaya siswa lebih berani untuk menyelesaikan jobnya secara cepat,

mengambil risiko untuk berani gagal/sukses. Dorongan ini bertujuan untuk

119

meningkatkan rasa percaya diri siswa untuk segera bekerja dengan cepat

tanpa banyak menunggu instruksi dari guru.

c) Meningkatkan pemahaman siswa tentang proses pengerjaan job dengan

mesin bubut, menyetting pahat dan pencekaman benda kerja yang lebih

tepat, memahami geometri pahat dan fungsinya. Pemahaman proses

pembubutan perlu ditingkatkan supaya ada kepastian dalam bekerja,

meliputi penulisan lembar work preparation, mengecek material,

identifikasi proses, identifikasi kebutuhan alat potong, identifikasi cooling,

identifikasi proses kerja, identifikasi putaran mesin, dan proses finishing.

Pemahaman clamping/pencekaman perlu ditingkatkan karena banyak siswa

yang belum bisa menyetting benda kerja pada cekam, sering benda kerja

masing oling saat berputar, sehingga memperngaruhi performan benda

kerja. Pemahaman tentang geometri pahat sangat membantu dalam bekerja,

karena siswa sering tidak tahu penyebab pekerjaan tidak efektif karena

mata pahat yang tumpul.

d) Membantu mengasah pahat yang tumpul. Pada saat mengasah pahat, siswa

dibimbing bagaimana memahami fungsi masing-masing sudut, baik itu

sudut baji, sudut buang, maupun sudut bebas. Setelah siswa cukup paham

dengan geomteri pahat bubut bisa mengasah sendiri tanpa bimbingan guru.

e) Menjelaskan adanya job pengayaan bagi yang mengerjakan job lebih awal

dengan produk sesuai tuntutan kualitas dan waktu, serta memberi job

remidiasi bagi yang nilai unjuk kerjanya dibawah tuntutan. Baik job

pengayaan maupun job remidiasi berfungsi untuk menambah nilai.

120

f) Meningkatkan upaya komunikasi dan konsultasi antara guru dan siswa saat

melakukan penilaian.

3. Deskripsi Penelitian Siklus III

Pada pelaksanaan siklus III, yaitu pada pertemuan -9 (tanggal 27 Agustus dan 8

Oktober 2009) , dan pertemuan -10 (tanggal 29 Agustus dan 10 Oktober 2009), siswa

mengerjakan job 1D, yang pada dasarnya materi praktik sama dengan siklus II. Pada

pelaksanaan tindakan III, siswa belajar tentang merencanakan kerja mesin bubut,

identifikasi kebutuhan bahan dan alat, perhitungan putaran mesin, pencekaman benda

kerja, dan proses pemakanan benda kerja hingga memperoleh hasil sesuai dengan job

1D, yang meliputi penilaian unjuk kerja praktik pembubutan lurus, bertingkat, facing,

chamfer, kehalusan, dan performan.

a. Perencanaan tindakan pembelajaran dan penilaian

Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pembelajaran pada siklus II, selanjutnya

disusun rencana pembelajaran dan penilaian tindakan pada siklus III sebagai upaya

untuk meningkatkan kompetensi mengoperasikan mesin bubut siswa kelas XI TPB

semester 3 tahun ajaran 2009/2010 untuk mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal

sebesar 5, 51 melalui penerapan strategi belajar mandiri.

Rencana pembelajaran dan penilaian tindakan III merupakan hasil revisi dalam

rangka peningkatan kualitas pembelajaran dan penilaian pada siklus III, yang dinilai

belum mencapai nilai KKM secara klasikal 75 % dari jumlah siswa keseluruhan

sebanyak 40 siswa, bahkan mengalami penurunan jumlah siswa yang mencapai nilai

121

KKM dari 30 siswa menjadi 23 siswa. Beberapa upaya perbaikan yang akan

dilaksanakan pada siklus III mengacu pada refleksi yang dilakukan setelah siklus II,

yaitu ;

1) Meningkatkan perilaku belajar siswa ke arah yang lebih baik, dengan cara

memberikan evaluasi, apresiasi, dan motivasi untuk menyelesaikan job secara cepat

dan tepat sesuai tuntutan waktu dan kualitas produk yang diminta. Menekankan lagi

bahwa dalam format penilaian ada kolom penambahan nilai bila mengerjakan job

lebih awal dengan nilai diatas 7,00, dan ada pengurangan nilai bila terlambat dalam

mengerjakan jobnya.

2) Meningkatkan kemandirian belajar siswa dengan cara memberi dorongan supaya

siswa bekerja dengan cepat tanpa banyak menunggu instruksi dari guru.

3) Meningkatkan pemahaman siswa tentang proses pengerjaan job dengan mesin bubut,

menyetting pahat dan pencekaman benda kerja yanglebih tepat, memahami geometri

pahat dan fungsinya. Pemahaman proses pembubutan perlu ditingkatkan supaya ada

kepastian dalam bekerja, meliputi penulisan lembar work preparation, mengecek

material, identifikasi proses, identifikasi kebutuhan alat potong, identifikasi cooling,

identifikasi proses kerja, pencekaman, identifikasi putaran mesin, dan proses

finishing.

4) Membantu mengasah pahat yang tumpul pada saat mengasah pahat, siswa dibimbing

bagaimana memahami mengasah pahat sesuai fungsi masing-masing sudut, baik itu

sudut baji, sudut buang, maupun sudut bebas.

5) Meningkatkan upaya komunikasi dan konsultasi antara guru dan siswa saat

melakukan penilaian.

122

Adapun rencana pembelajaran dan penilaian tindakan pada siklus III disusun

sebagai berikut :

1) Menjelaskan ulang atau penyegaran kembali tentang upaya pencapaian kompetensi

dasar mengoperasikan mesin bubut dengan cara mendeskripsikan langkah kerja,

menganalisa kesulitan/masalah yang akan timbul, dan mencoba mencari trik

bagaimana menyelesaikannya secara cepat dan tepat.

2) Menentukan materi pembelajaran pada tindakan siklus III, secara keseluruhan yang

terangkum dalam tabel 16 berikut :

Tabel 17. Materi Pembelajaran Praktik Tindakan Siklus III

Bulan Pertemuan

ke-

Tindakan Kompetensi Dasar dan

indikator

Waktu

Juli -

September

9 - 10 2 3. Mengoperasikan Mesin:

3.1. Siswa dapat

menjelaskan proses

pembubutan sesuai job

yang ada

3.2. Siswa dapat melakukan

penjelasan langkah

penyelesaian pekerjaan

3.3. Siswa dapat

mengoperasikan mesin

bubut

12 jam

@ 45

menit

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada pelaksanaan siklus III, yaitu pada pertemuan -9 (tanggal 27 Agustus dan 8

Oktober 2009) , dan pertemuan -10 (tanggal 29 Agustus dan 10 Oktober 2009), siswa

123

belajar tentang merencanakan kerja mesin bubut, identifikasi kebutuhan bahan dan alat,

perhitungan putaran mesin, pencekaman benda kerja, dan proses pemakanan benda

kerja hingga memperoleh hasil sesuai dengan job 1D, yang meliputi penilaian unjuk

kerja praktik pembubutan lurus, bertingkat, facing, chamfer, kehalusan, dan performan.

Pelaksanaan tindakan siklus III. Secara umum gambaran pembelajaran pada siklus III

adalah sebagai berikut;

1) Acara tatap muka dimulai; 1) guru menyampaikan ulasan singkat tentang materi

praktik yang akan dikerjakan, yaitu siswa diharapkan dapat menyetting benda kerja,

mengatur putaran mesin, mengoperasikan mesin bubut, mengerjakan benda kerja dan

finishing job, 2) guru menjelaskan prosedur pembelajaran dan penilaian yang akan

dilaksanakan, yaitu pembelajaran mandiri dan penilaian mandiri, termasuk tugas

guru lain sebagai instruktur, konsultan, dan assessor.

2) Siswa mempersiapkan pekerjaannya yang meliputi pembuatan perencanaan kerja

(work preparation), identifikasi material dan bahan, bekerja pada masing-masing

section, mengukur benda kerja dan menilainya sendiri dengan bimbingan guru. Pada

saat pengukuran dan penilaian lansgsung diadakan diskusi dan konsultasi singkat

oleh guru tentang hasil kerja siswa, sehingga siswa bisa langsung mengevaluasinya.

Siswa diberi kepercayaan untuk mengukur dan menilai pekerjaannya meskipun

tanpa/dengan bantuan guru. Penilaian mandiri ini dirasa sangat berguna bagi siswa,

karena akan membuat siswa benar-benar tahu job yang dikerjakannya, siswa juga

merasa puas dengan penilaian terhadap benda hasil kerjanya sesuai dengan kualitas

benda kerja yang dihasilkan, selain itu siswa juga berlatih untuk jujur menilainya.

124

3) Pada akhir pembelajaran guru memberikan ulasan singkat tentang temuan- temuan

praktik pemesinan, sehingga siswa langsung tahu kesalahan maupun

keberhasilannya, yang berguna untuk mengerjakan job selanjutnya.

c. Observasi

Observasi dilakukan bersama dengan teman sejawat sebagai kolaborator pada

saat pembelajaran dan penilaian tindakan III untuk mengetahui sejauh mana pencapaian

kompetensi siswa, dan perilaku siswa dengan menerapkan strategi belajar mandiri

pada siswa kelas XII TPB SMK Kristen 1 Klaten. Observasi yang dilakukan melalui

dokumentasi nilai praktik dan penyebaran angket kemandirian belajar siswa.

1) Hasil observasi pencapaian nilai praktik

Hasil penilaian tentang kompetensi dasar Mengoperasikan Mesin Bubut job 1D

setelah diadakan pembelajaran dan pengukuran benda kerja hasil praktik dapat

dilihat dalam tabel 18 sebagai berikut;

Tabel 18. Pencapaian nilai kompetensi Melakukan Pekerjaan dengan Mesin

Bubut Siklus III (Job 1D)

No. N a m a Nilai Ket No. N a m a Nilai Ket 1 Rudi Harcahyo 6,56 K 21 Johan Feri Susanta 6,80 K 2 Sugiyanto 6,70 K 22 Kiki Ary Setyawan 8,00 K 3 Teguh Jatmika 6,18 K 23 Nanung Sambudi 8,01 K 4 Tri Hari Yadi 4,90 BK 24 Prasca Sundari AB 7,54 K 5 Untung Prasetyo 5,52 K 25 Samiaji 3,78 BK 6 Widianto 6,74 K 26 Septiyadi Haryono 7,25 K 7 Yhoga Atya A 7,75 K 27 Sukarno 7,75 K 8 Yohan Kristyawan 8,00 K 28 Tri Setiawan 6,54 K 9 Yosep Prastowo M 6,24 K 29 Wahyu Dimas PS 8,51 K

125

10 Ade Windarto 5,75 K 30 Wahyu Febriyanto 8,00 K 11 Agus Priyanto 7,52 K 31 Wahyu Novianto 6,54 K 12 Aldiyan Santan 7,25 K 32 Wahyu Nugroho 4,98 BK 13 Alfa Nanda N 7,21 K 33 Yayan Pratama 6,23 K 14 Bagus Aditya N 6,04 K 34 Aan Nurdiyanto 7,70 K 15 Catur Hartomo 5,06 BK 35 Andi Nugroho 7,38 K 16 Dodik Haryadi 4,07 BK 36 Anto Dwi Santoso 4,85 BK 17 Dwi Haryono 7,27 K 37 Ari Sutejo 6,40 K 18 Dwi Jayanto 9,98 K 38 Ary Yuda Tama 7,80 K 19 Edi Dwi Saputra 7,90 K 39 Daru Suyatno 7,80 K

20 Heri Sulistyanto 7,92 K 40 Eli Dwi Prastyo 6,24 K

Hasil penilaian unjuk kerja praktik:

Jumlah nilai siswa kurang dari KKM = 6 (BK = belum kompeten)

Jumlah nilai siswa mencapai KKM = 34 (K = kompeten) = 85 %

2) Komparasi nilai siklus II dan siklus III dapat dilihat dalam tabel 19 berikut :

Tabel 19. Komparasi Nilai Siklus II dan Siklus III

No. N a m a Siklus

II Siklus

III Selisih Ket 1 Rudi Harcahyo 5,44 6,56 1,12 Naik 2 Sugiyanto 6,66 6,7 0,04 Naik 3 Teguh Jatmika 7,1 6,18 0,92 Turun 4 Tri Hari Yadi 7,01 4,9 2,11 Turun 5 Untung Prasetyo 2,72 5,52 2,8 Naik 6 Widianto 3,69 6,74 3,05 Naik 7 Yhoga Atya A 6,44 7,75 1,31 Naik 8 Yohan K 6,66 8 1,34 Naik 9 Yosep P M 6,43 6,24 0,19 Turun 10 Ade Windarto 5,71 5,75 0,04 Naik 11 Agus Priyanto 5,64 7,52 1,88 Naik 12 Aldiyan Santan 5,3 7,25 1,95 Naik 13 Alfa Nanda N 4,74 7,21 2,47 Naik 14 Bagus Aditya N 5,84 6,04 0,2 Naik 15 Catur Hartomo 5,61 5,06 0,55 Turun 16 Dodik Haryadi 4,12 4,07 0,05 Turun 17 Dwi Haryono 4,8 7,27 2,47 Naik 18 Dwi Jayanto 7,72 9,98 2,26 Naik

126

19 Edi Dwi Saputra 5,37 7,9 2,53 Naik 20 Heri Sulistyanto 5,35 7,92 2,57 Naik 21 Johan Feri S 2,76 6,8 4,04 Naik 22 Kiki Ary S 3,51 8 4,49 Naik 23 Nanung S 4,09 8,01 3,92 Naik 24 Prasca SAB 5,67 7,54 1,87 Naik 25 Samiaji 8,7 3,78 4,92 Turun 26 Septiyadi H 8,07 7,25 0,82 Turun 27 Sukarno 4,32 7,75 3,43 Naik 28 Tri Setiawan 3,27 6,54 3,27 Naik 29 Wahyu D PS 9,08 8,51 0,57 Turun 30 Wahyu F 5,53 8 2,47 Naik 31 Wahyu Novianto 6,92 6,54 0,38 Turun 32 Wahyu Nugroho 3,51 4,98 1,47 Naik 33 Yayan Pratama 5,61 6,23 0,62 Naik 34 Aan Nurdiyanto 7,2 7,7 0,5 Naik 35 Andi Nugroho 4,13 7,38 3,25 Naik 36 Anto Dwi S 2,68 4,85 2,17 Naik 37 Ari Sutejo 7,6 6,4 1,2 Turun 38 Ary Yuda Tama 7,6 7,8 0,2 Naik 39 Daru Suyatno 6,23 7,8 1,57 Naik

40 Eli Dwi Prastyo 4,09 6,24 2,15 Naik

Jumlah siswa yang nilainya naik = 30 siswa

Jumlah siswa yang nilainya turun = 10 siswa

3) Kemandirian belajar siswa pada siklus III dapat dilihat dalam tabel 20 berikut :

Tabel 20. Kemandirian Belajar Siswa pada Siklus III

No. N a m a Skor Ket No. N a m a Skor Ket

1 Rudi Harcahyo 187

T 21 Johan Feri Susanta 216

T

2 Sugiyanto 205

T 22 Kiki Ary Setyawan 241

T

3 Teguh Jatmika 195

T 23 Nanung Sambudi 207

T

4 Tri Hari Yadi 201

T 24 Prasca Sundari A B 206

T

5 Untung Prasetyo 210

T 25 Samiaji 207

T

6 Widianto 206

T 26 Septiyadi Haryono 209

T

7 Yhoga Atya Aditama 230

T 27 Sukarno 226

T

127

8 Yohan Kristyawan 197

T 28 Tri Setiawan 218

T

9 Yosep Prastowo M 235

T 29 Wahyu Dimas P S. 204

T

10 Ade Windarto 169

S 30 Wahyu Febriyanto 215

T

11 Agus Priyanto 203

T 31 Wahyu Novianto 198

T

12 Aldiyan Santan 200

T 32 Wahyu Nugroho 219

T

13 Alfa Nanda Nugroho 211

T 33 Yayan Pratama 218

T

14 Bagus Aditya N 215

T 34 Aan Nurdiyanto 218

T

15 Catur Hartomo 201

T 35 Andi Nugroho 206

T

16 Dodik Haryadi 205

T 36 Anto Dwi Santoso 199

T

17 Dwi Haryono 191

T 37 Ari Sutejo 221

T

18 Dwi Jayanto 214

T 38 Ary Yuda Tama 172

S

19 Edi Dwi Saputra 197

T 39 Daru Suyatno 212

T

20 Heri Sulistyanto 209

T 40 Eli Dwi Prastyo 226

T

4) Komparasi kemandirian belajar siswa pada siklus II dan siklus III dapat dilihat dalam

tabel 21 sebagai berikut ;

Tabel 21. Komparasi Kemandirian Belajar Siswa pada Siklus II dan Siklus III

No. N a m a Siklus II Siklus III Selisih Ket

1 Rudi Harcahyo 206 187 19

Turun

2 Sugiyanto 201 205 4

Naik

3 Teguh Jatmika 190 195 5

Naik

4 Tri Hari Yadi 191 201 10

Naik

5 Untung Prasetyo 179 210 31

Naik

6 Widianto 208 206 2

Turun

7 Yhoga Atya A 213 230 17

Naik

8 Yohan K 210 197 13

Turun

9 Yosep P M 216 235 19

Naik

128

10 Ade Windarto 182 169 13

Turun

11 Agus Priyanto 199 203 4

Naik

12 Aldiyan Santan 178 200 22

Naik

13 Alfa Nanda N 205 211 6

Naik

14 Bagus Aditya N 204 215 11

Naik

15 Catur Hartomo 181 201 20

Naik

16 Dodik Haryadi 211 205 6

Turun

17 Dwi Haryono 179 191 12

Naik

18 Dwi Jayanto 210 214 4

Naik

19 Edi Dwi Saputra 198 197 1

Turun

20 Heri Sulistyanto 201 209 8

Naik

21 Johan Feri S 195 216 21

Naik

22 Kiki Ary S 218 241 23

Naik

23 Nanung S 213 207 6

Turun

24 Prasca SAB 204 206 2

Naik

25 Samiaji 179 207 28

Naik

26 Septiyadi H 174 209 35

Naik

27 Sukarno 218 226 8

Naik

28 Tri Setiawan 200 218 18

Naik

29 Wahyu D PS 193 204 11

Naik

30 Wahyu F 207 215 8

Naik

31 Wahyu Novianto 178 198 20

Naik

32 Wahyu Nugroho 193 219 26

Naik

33 Yayan Pratama 197 218 21

Naik

34 Aan Nurdiyanto 191 218 27

Naik

35 Andi Nugroho 196 206 10

Naik

36 Anto Dwi S 208 199 9

Turun

129

37 Ari Sutejo 220 221 1

Naik

38 Ary Yuda Tama 174 172 2

Turun

39 Daru Suyatno 208 212 4

Naik

40 Eli Dwi Prastyo 199 226 27

Naik

5) Komparasi nilai Siswa pada siklus I, Siklus II, dan Siklus III dan rerata nilai untuk

ketiga siklus dapat dilihat dalam tabel 22 sebagai berikut :

TABEL 22. Komparasi nilai Siswa pada siklus I, Siklus II, dan Siklus III dan

rerata nilai :

No. N a m a NS1 NS2 NS3 r ket 1 Rudi Harcahyo 9,2 5,44 6,56 7,07 K 2 Sugiyanto 4,73 6,66 6,7 6,03 K 3 Teguh Jatmika 7,47 7,1 6,18 6,92 K 4 Tri Hari Yadi 6,69 7,01 4,9 6,2 K 5 Untung Prasetyo 6,48 2,72 5,52 4,91 BK 6 Widianto 4,18 3,69 6,74 4,87 BK 7 Yhoga Atya A 5,26 6,44 7,75 6,48 K 8 Yohan Kristyawan 4,36 6,66 8 6,34 K 9 Yosep Prastowo M 5,51 6,43 6,24 6,06 K 10 Ade Windarto 5,53 5,71 5,75 5,66 K 11 Agus Priyanto 5,38 5,64 7,52 6,18 K 12 Aldiyan Santan 5,37 5,3 7,25 5,97 K 13 Alfa Nanda N 6,8 4,74 7,21 6,25 K 14 Bagus Aditya N 6,45 5,84 6,04 6,11 K 15 Catur Hartomo 6 5,61 5,06 5,56 K 16 Dodik Haryadi 6,99 4,12 4,07 5,06 BK 17 Dwi Haryono 6,96 4,8 7,27 6,34 K 18 Dwi Jayanto 7,3 7,72 9,98 8,33 K 19 Edi Dwi Saputra 3,51 5,37 7,9 5,59 K 20 Heri Sulisyanto 7,95 5,35 7,92 7,07 K 21 Johan Feri Susanta 9,72 2,76 6,8 6,43 K 22 Kiki Ary Setyawan 3,16 3,51 8 4,89 BK 23 Nanung Sambudi 8,24 4,09 8,01 6,78 K

130

24 Prasca Sundari AB 9,72 5,67 7,54 7,64 K 25 Samiaji 5,53 8,7 3,78 6 K 26 Septiyadi Haryono 8,06 8,07 7,25 7,79 K 27 Sukarno 7,05 4,32 7,75 6,37 K 28 Tri Setiawan 6,5 3,27 6,54 5,44 BK 29 Wahyu Dimas PS 9,6 9,08 8,51 9,06 K 30 Wahyu Febriyanto 8,7 5,53 8 7,41 K 31 Wahyu Novianto 1,36 6,92 6,54 4,94 BK 32 Wahyu Nugroho 6,65 3,51 4,98 5,05 BK 33 Yayan Pratama 7,88 5,61 6,23 6,57 K 34 Aan Nurdiyanto 7,6 7,2 7,7 7,5 K 35 Andi Nugroho 7,36 4,13 7,38 6,29 K 36 Anto Dwi Santoso 5,73 2,68 4,85 4,42 BK 37 Ari Sutejo 7 7,6 6,4 7 K 38 Ary Yuda Tama 6,02 7,6 7,8 7,14 K 39 Daru Suyatno 4,7 6,23 7,8 6,25 K

40 Eli Dwi Prastyo 7,3 4,09 6,24 6,77 K Jumlah 260 212,6 272,7 252,8

rerata 6,5 5,595 6,817 6,319

d. Refleksi dan Evaluasi Hasil Penelitian Pada siklus III

Refleksi implementasi upaya pencapaian kompetensi dasar mengoperasikan

mesin bubut melalui penerapan strategi belajar mandiri suatu penelitian tindakan kelas

di kelas XI TPB SMK Kristen 1 Klaten, berdasarkan Catatan Lapangan (CL 5 dan CL

8), akan menjawab pertanyaan tentang : a) apa yang berhasil ?; b) apa yang belum

berhasil ?; c) mengapa hal itu terjadi?; d) bagaimana selanjutnya ?

1. Apa yang berhasil ?

a) Implementasi pembelajaran dan penilaian mandiri pada siklus III berhasil

meningkatkan dampak pembelajaran praktikum di bengkel pemesinan, berupa

peningkatan penacapaian nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) kompetensi

131

dasar Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut sebanyak 34 siswa dari 40

siswa telah mencapai nilai KKM sebesar 5, 51 (lima koma lima satu).

b) Dampak proses yang berhasil diciptakan dalam upaya pencapaian kompetensi

dasar mengoperasikan mesin bubut terlihat dari semangat dan kemandirian

belajar yang semakin baik. Motivasi belajar meningkat, terlihat dari keaktifan

siswa, baik dalam hal berdiskusi dengan teman/guru, semangat tinggi dalam

mengerjakan job, berani menerima tantangan/risiko kerja.

c) Siswa semakin menyadari arti pentingnya memberikan kepuasan pada

pelanggan, yaitu dengan menyelesaikan job sesuai kriteria yang dikehendaki

pada waktu yang tepat, ataupun lebih cepat

d) Siswa semakin memahami gambar kerja dan semua informasi yangada

didalamnya.

e) Siswa semakin percaya diri dalam bekerja mengoperasikan mesin bubut

2. Apa yang belum berhasil ?

a) Dampak produk yang berhasil diciptakan dalam upaya pencapaian kompetensi

dasar mengoperasikan mesin bubut dengan penerapan strategi belajar mandiri

suatu penelitian tindakan kelas di kelas XI TPB SMK Kristen 1 Klaten belum

dapat mencapai hasil secara maksimal atau tingkat pencapaian kompetensi

penuh KKM secara klasikal 100% dari jumlah siswa keseluruhan sebanyak 40

siswa. Terbukti dari jumlah keseluruhan 40 siswa, masih terdapat 6 (15 %) siswa

yang belum mencapai nilai KKM sebesar 5,51 (lima koma lima satu).

b) Pembuatan kertas persiapan kerja (work preparation) dan pengerjaan benda

kerja masih lebih lambat dari waktu yang ditetapkan pada job sheet.

132

3. Mengapa hal itu terjadi ?

Dari hasil refleksi dan analisis lapangan menunjukkan bahwa hasil belajar siswa

belum dapat mencapai nilai KKM sebesar 5, 51 secara klasikal 100%, terbukti yang

mencapai nilai KKM sebanyak 34 siswa (85%) dari 40 siswa, sedangkan sisanya

sebanyak 6 siswa (15 %) dari 40 siswa belum mencapai nilai KKM. Hal ini terjadi

karena:

a) Jam terbang praktik yang kurang banyak, sehingga siswa belum terbiasa

mengoperasikan bubut dengan spesifikasi yang berbeda, disamping itu tidak ada

benda kerja untuk latihan dahulu karena benda kerja yang dipakai langsung diukur

dan dinilai.

b) Siswa belum mampu membaca gambar sepenuhnya, sehingga hasilnya juga tidak

maksimal.

4. Bagaimana selanjutnya ?

Pencapaian hasil belajar yang maksimal atau tingkat pencapaian kompetensi

penuh mencapai nilai KKM secara klasikal 100% dari jumlah siswa sebanyak 40

siswa belum sepenuhnya tercapai pada tindakan pembelajaran dan panilaian pada

siklus III, terbukti dari jumlah keseluruhan 40 siswa yang berhasil mencapainya

sebanyak 34 siswa (85 %), sedangkan sisanya sebanyak 5 siswa (15 %) belum

mencapai nilai KKM.

Berdasarkan data pencapaian kompetensi tersebut diatas, baik pencapaian nilai

hasil belajar pada Tindakan Siklus I, Siklus II dan Siklus III, maka bagi siswa yang

sudah menyelesaikan jobnya lebih awal, akan diberikan pengayaan job produksi,

sedangkan bagi siswa yang nilainya kurang dari KKM (belum kompeten) diberi

133

kesempatan untuk remidiasi, yaitu juga mengerjakan job produksi. Job pengayaan

direncanakan untuk menambah kompetensi membubut, yaitu mengerjakan bushing

untuk engsel , sedangkan job remedial direncanakan untuk mengulang pekerjaan

membubut dengan kompetensi yang sesuai dengan job pada masing-masing siklus,

yaitu mengerjakan shock engsel.

Sesuai kebijakan di bengkel Program Studi Keahlian Teknik Pemesinan, maka

kriteria penilaian adalah penambahan nilai kompetensi dasar mengoperasikan mesin

bubut. Item/kompetensi bubut terdiri dari 3 job , yaitu job 1B, job 1C , dan job 1D,

sehingga penambahan nilai dilakukan dengan menambahkan nilai

pengayaan/remidiasi. Penambahan nilai yang dimaksud adalah menginventaris benda

kerja yang dihasilkan dengan kualitas layak pakai ( Go), sedangkan benda kerja yang

gagal ( No Go ) tidak mendapat penambahan nilai. Jumlah benda kerja yang berhasil

masuk kategori layak pakai kemudian dibagi tiga, selanjutnya hasil angka pembagian

ditambahkan pada rerata ( r ) nilai pada siklus I (job 1B), siklus II (job 1C), dan

siklus II (job 1D) untuk memperoleh nilai akhir ( NA ).

4. Deskripsi Program Remidiasi

a. Perencanaan Program Remidiasi

Benda kerja yang dikerjakan pada program remediasi adalah shock untuk engsel

pintu. Shock untuk engsel pintu mempunyai kompetensi yang sama, baik itu job 1B, 1C

maupun 1D, yaitu membubut lurus, bertingkat, facing dan chamfer. Pembelajaran

remidiasi diikuti oleh siswa yang belum mencapai nilai KKM. Adapun materi

134

pembelajaran praktik program pengayaan dan remidiasi tercantum dalalam tabel 23,

sebagai berikut :

Tabel 23. Materi Pembelajaran Praktik Program Remidiasi

Waktu Pertemuan

ke-

Tindakan Kompetensi Dasar dan

indikator

Waktu

3 September,

15 Oktober

2009

11 Remidiasi 3. Mengoperasikan

Mesin:

1. Siswa

dapat mengatur

putaran mesin

2. Siswa

dapat melakukan

setting

pencekaman

3. Siswa

dapat

mengoperasikan

mesin bubut

5 jam

@ 45

menit

b. Pelaksanaan Program Remidiasi

Program remidiasi dilaksanakan pada pertemuan -11, yaitu tanggal 3 September

2009) untuk kelompok I, dan tanggal 15 Oktober 2009 untuk kelompok II. Program

remidiasi bertujuan untuk kompensasi menambah pencapaian ketrampilan bekerja

dengan mesin bubut pada siswa kelas XI TPB SMK Kristen 1 Klaten tahun ajaran

2009/2010, diikuti oleh 6 siswa yang belum mencapai nilai KKM. Hasil penilaian

berguna untuk menambah nilai pencapaian kompetensi Melakukan Pekerjaan dengan

Mesin Bubut.

135

c. Hasil Penilaian Program Remidiasi

Hasil penilaian benda kerja remidiasi yang layak pakai (go) dapat dilihat dalam

tabel 24, sebagai berikut :

Tabel 24. Hasil Perolehan Benda Kerja Program Remidiasi

No. Nama Hasil No. Nama Hasil 5 Untung Prasetyo 3 28 Tri Setiawan 3 6 Widianto 2 30 Wahyu Novianto 2 16 Dodiki Haryadi 4 31 Wahyu Nugroho 3 22 Kiki Ary Setyawan 3 36 Anto Dwi Santoso 4

5. Deskripsi Program Pengayaan

a. Perencanaan Program Pengayaan

Benda kerja yang dikerjakan pada program pengayaan adalah bushing untuk

engsel pintu. Bushing untuk engsel pintu mempunyai kompetensi yang sedikit berbeda

dengan job 1B, 1C maupun 1D. Kesamaannya adalah yaitu membubut facing, dan

chamfer, sedangkan perbedaannya pada job bushing terdapat pekerjaan membuat lubang

(drilling) dan memperbesar lubang (boring). Program pengayaan diikuti oleh siswa

yang sudah mencapai nilai KKM. Adapun materi pembelajaran praktik program

pengayaan tercantum dalam tabel 25, sebagai berikut :

Tabel 25. Materi Pembelajaran Praktik Program Pengayaan

136

Waktu Pertemuan

ke-

Tindakan Kompetensi Dasar dan

indikator

Waktu

5 September,

29 Oktober

2009

12 Pengayaan Mengoperasikan Mesin:

Siswa dapat mengenal

cara lain untuk mengatur

putaran mesin,

melakukan setting

pencekaman, dan dapat

mengoperasikan mesin

bubut

7 jam

@ 45

menit

b. Pelaksanaan Program Pengayaan

Program pengayaan dilaksanakan pada pertemuan -12, yaitu tanggal 5

September 2009) untuk kelompok I, dan tanggal 29 Oktober 2009 untuk kelompok

II. Program ini bertujuan untuk menambah pencapaian ketrampilan tambahan bekerja

dengan mesin bubut pada siswa kelas XI TPB SMK Kristen 1 Klaten tahun ajaran

2009/2010, diikuti oleh 34 siswa yang sudah mencapai nilai KKM. Hasil penilaian

berguna untuk menambah nilai pencapaian kompetensi Melakukan Pekerjaan dengan

Mesin Bubut.

c. Hasil Penilaian Program Pengayaan

Hasil penilaian benda kerja yang layak pakai (go) pada program pengayaan

dapat dilihat dalam tabel 26, sebagai berikut :

Tabel 26. Hasil Perolehan Benda Kerja Program Pengayaan

137

No. N a m a Hasil No. N a m a Hasil 1 Rudi Harcahyo 5 20 Heri Sulisyanto 1 2 Sugiyanto 4 21 Johan Feri Susanta 3 3 Teguh Jatmika 1 23 Nanung Sambudi 3 4 Tri Hari Yadi 4 24 Prasca Sundari Ajar B 2 7 Yhoga Atya Aditama 3 25 Samiaji 2 8 Yohan Kristyawan 4 26 Septiyadi Haryono 2 9 Yosep Prastowo Mukti 4 27 Sukarno 3 10 Ade Windarto 4 29 Wahyu Dimas Pramu S. 2 11 Agus Priyanto 2 30 Wahyu Febriyanto 3 12 Aldiyan Santan 2 33 Yayan Pratama 3 13 Alfa Nanda Nugroho 3 34 Aan Nurdiyanto 2 14 Bagus Aditya Nugroho 2 35 Andi Nugroho 2 15 Catur Hartomo 2 37 Ari Sutejo 1 17 Dwi Haryono 4 38 Ary Yuda Tama 1 18 Dwi Jayanto 1 39 Daru Suyatno 1 19 Edi Dwi Saputra 2 40 Eli Dwi P 2

C. Pembahasan

Pada sub bab ini akan dibahas dampak proses pembelajaran dan penilaian yang

ditimbulkan setelah diadakan penerapan strategi belajar mandiri pada mata pelajaran

praktik pemesinan standar kompetensi Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut,

kompetensi dasar mengoperasikan mesin bubut kelas XI TPB SMK Kristen 1 Klaten

semester 3 tahun ajaran 2009/2010 untuk mencapai hasil belajar maksimal atau tingkat

pencapaian kompetensi penuh mencapai nilai KKM sebesar 5, 51 (lima koma lima satu)

secara klasikal dari jumlah siswa keseluruhan. Proses perubahan akan dibahas sesuai

dengan karakterisik penelitian tindakan kelas, yang meliputi keadaan awal, keadaan dan

perubahan pada siklus I, keadaan dan perubahan pada siklus II, dan perubahan pada

siklus III, serta sesudah pembelajaran pengayaan/remedial.

138

Hasil penilaian yang dilakukan oleh guru mata pelajaran praktik pemesinan kelas

XI TPB SMK Kristen 1 Klaten sebagai peneliti bersama dengan teman sejawat sebagai

kolaborator untuk mengukur seberapa besar dampak pembelajaran dan penilaian

terhadap pencapaian standar kompetensi Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut,

kompetensi dasar mengoperasikan mesin bubut, melalui penerapan strategi belajar

mandiri yang diimplementasikan dengan jadwal blok (block schedule) dan penilaian

mandiri (self assessment).

Pada kondisi awal ( siklus I) nilai kemampuan pencapaian kompetensi dasar

mengoperasikan mesin bubut, yaitu siswa kelas XI TPB SMK Kristen 1 Klaten

mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 30 dari 40 siswa yang

mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 5,51, sisanya 10 siswa

belum mencapai nilai KKM. Prosentase jumlah siswa yang mencapai nilai KKM

sebesar 75%, sesuai dengan indikator kerja yang ditetapkan peneliti, dengan rerata nilai

sebesar 6,5.

Kemampuan pencapaian nilai KKM menurun dari siklus I ke siklus II, karena

terlihat hanya 23 dari 40 siswa yang mencapai nilai KKM, sisanya sebanyak 17 siswa

belum mencapai nilai KKM. Prosentase jumlah siswa yang mencapai nilai KKM

sebesar 57, 5 %, dengan rerata nilai sebesar 5, 595. Setelah dilakukan observasi dan

refleksi pada siklus II, maka dilakukan tindakan pada siklus III. Hasil pencapaian nilai

pada siklus III tercatat jumlah siswa mencapai nilai KKM sebanyak 34 siswa, sisanya 6

siswa belum mencapai nilai KKM. Prosentase pencapaian sebesar 85 %, dengan rerata

nilai sebesar 6, 817.

139

Secara kuantitatif nilai rerata hasil belajar mengalami penurunan dari tahap

siklus I ke siklus II, kemudian mengalami peningkatan lagi pada siklus III. Pada siklus I

terdapat sebanyak 10 siswa yang belum mencapai nilai KKM, pada siklus II terdapat

sebanyak 23 siswa yang belum mencapai nilai KKM, sedangkan pada siklus III masih

terdapat 6 siswa belum mencapai KKM. Pembelajaran pengayaan dan remidiasi

dilakukan untuk menambah nilai pencapaian kompetensi dasar mengoperasikan mesin

bubut. Hasil akhir pencapaian nilai pada siklus I adalah sebanyak 40 (100%) siswa

mencapai nilai KKM, dengan rerata nilai sebesar 7,177.

Hasil wawancara dengan siswa menunjukkan bahwa penerapan strategi belajar

mandiri dengan langkah block schedulling dan self assessment berdampak pada kondisi

pembelajaran siswa. Guru menggunakan metode PBM praktek mandiri dan terstruktur

sehingga siswa tidak berebut mesin dan mandiri dalam praktek.

Siswa merasa puas dan termotivasi dengan penerapan block schedulling, karena

mesin tidak berebut antar teman. Jadwal blok mesin memotivasi siswa untuk bekerja

dengan target, bila siswa tidak mencapai target akan berakibat mengganggu antar siswa.

Siswa belajar banyak tentang membubut dengan berbagai tipe mesin berbeda. Langkah

block schedulling membantu memusatkan konsentrasi siswa pada pekerjaannya

sehingga tidak mudah terganggu oleh temannya. Pada mulanya siswa masih ragu untuk

bekerja tanpa didampingi guru/temannya, tetapi lama kelamaan karena siswa harus

bekerja pada mesinnya sendiri timbul rasa kemandirian belajar. Siswa tidak hanya

menanti perintah/bimbingan guru, tetapi mencoba menganalisa pekerjaannya sendiri,

menyelesaikan kesulitan yang dihadapi, tidak mementingkan nilai tetapi pada

penguasaan kompetensi dan kepuasan pribadi.

140

Penerapan penilaian mandiri memotivasi siswa untuk dapat mengetahui dengan

tepat kemajuan belajarnya. Siswa benar- benar tahu penekanan-penekanan mana yang

harus diutamakan, mengapa diutamakan, dan bagaimana cara mencapainya. Penerapan

strategi belajar mandiri yang dicapai dengan cara block schedulling dan self assessment

dapat membantu siswa mencapai nilai kompetensi yang maksimal.

Guru memberikan reward/punishment kepada siswa sehingga berdampak pada

siswa yaitu antusias dalam melakukan praktek. Siswa merasa puas dengan metode guru

yang menerapkan metode PBM Praktek mandiri dan terstruktur, penilaian obyektif dan

siswa puas dengan sistem penilaian yang melibatkan siswa sehingga tahu kriteria yang

dinilai oleh guru. Siswa memperoleh kesempatan yang banyak untuk bertanya kepada

guru untuk memperoleh informasi/ materi praktek yang belum jelas. Siswa menjalani

PBM praktik dengan semangat, sehingga hasil pencapaian kompetensi meningkat .

D. Keterbatasan Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan pada kelas XI TPB mempunyai

keterbatasan dan kelemahan sebagai berikut;

1. Waktu pembelajaran dan penilaian tindakan dirasa kurang. Alokasi waktu tatap muka

pembelajaran praktik kelas XI TPB SMK Kristen 1 Klaten untuk masing-masing

siswa dirasa kurang dimanfaatkan secara maksimal, karena siswa masing sering

ragu- ragu dalam bekerja dengan mesin bubut, karena tidak ada kesempatan untuk

berlatih dahulu dengan benda kerja lain. Material yang dipakai didesain sedemikian

rupa sehingga pengerjaannya berkesinambungan dari job 1A. 1B, 1C, dan 1D.

141

2. Mesin-mesin bubut yang dipakai secara karakteristik, spesifikasi, dan ketelitian

terdapat perbedaan yang signifikan, sehingga mau tidak mau siswa harus belajar dari

awal lagi untuk mengoperasikan mesin bubut yang berbeda.

3. Kelengkapan mesin bubut jauh dari standar yang harus dimiliki, sering siswa harus

mencari kelengkapan pada mesin lain, sehingga saling mengganggu antar siswa.

4. Kondisi alat ukur banyak yang tidak memenuhi standar.

5. Terpotongnya jadwal pembelajaran praktik oleh beberapa kegiatan sekolah cukup

mengganggu dalam kesinambungan dan konsentrasi praktik siswa.

6. Penilaian mandiri yang dilakukan siswa masih kurang maksimal, karena siswa belum

sepenuhnya tahu pedoman penilaian yang ditetapkan.

7. Evaluasi hasil praktik belum maksimal karena rasio guru dan siswa masih jauh dari

ideal, karena rasionya 1:20, sedangkan rasio idealnya adalah 1:8

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan- temuan dan hasil analisis data penelitian, maka selanjutnya

dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi belajar mandiri melalui langkah block

schedulling dan self assessment dapat meningkatkan pencapaian kompetensi Melakukan

142

Pekerjaan dengan Mesin Bubut Program Studi Keahlian Teknik Pemesinan kelas XI

semester gasal di SMK Kristen 1 Klaten tahun ajaran 2009/2010 mencapai Kriteria

Ketuntasan Minimal sebesar 5, 51 (lima koma lima satu) secara klasikal 100% dari

jumlah siswa secara keseluruhan .

B. Implikasi Hasil Penelitian

Hasil Penelitian Tindakan Kelas menunjukkan bahwa penerapan strategi belajar

mandiri melalui langkah block schedulling dan self assessment berdampak positif pada

proses dan produk pembelajaran dan penilaian. Dampak porses penerapan strategi

belajar mandiri menunjukkan bahwa perubahan perilaku belajar siswa telah terbukti

mampu meningkatkan upaya pencapaian kompetensi dasar mengoperasikan mesin

bubut .

Dampak produk dari penerapan strategi belajar mandiri menunjukkan bahwa

setelah diadakan pembelajaran dan penilaian tindakan pada siklus I, siklus II, siklus III,

pembelajaran pengayaan dan remedial dapat mencapai hasil belajar maksimal atau

tingkat pencapaian kompetensi penuh mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) sebesar 5,51 (lima koma lima satu) secara klasikal 100% dari jumlah

keseluruhan sebanyak 40 siswa. Artinya seluruh siswa telah berhasil mencapai

kompetensi dasar mengoperasikan mesin bubut dengan sekurang-kurangnya

memperoleh nilai KKM 5,51 (lima koma lima satu).

Dengan demikian strategi belajar mandiri dapat diterapkan dalam pembelajaran

Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut kompetensi dasar mengoperasikan mesin

bubut. Disamping kompetensi siswa yang meningkat, penerapan strategi belajar mandiri

143

juga berdampak pada situasi dan kondisi pembelajaran praktik, yaitu peningkatan

kemandirian belajar, keaktifan, berani mengambil risiko, diskusi dan komunikasi baik

itu antar siswa maupun antara siswa dengan guru.

Penerapan strategi belajar mandiri dapat dilakukan dengan prosedur sebagai

berikut :

1. Siswa dikenalkan dengan konsep strategi belajar mandiri melalui langkah block

schedulling dan self assessment.

2. Siswa diberi pengarahan bahwa perilaku belajar yang baik, kemandirian belajar,

penilaian mandiri, dan evaluasi akan sangat menolong upaya pencapaian kompetensi

standar Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut, oleh karena itu siswa perlu jujur

dalam belajar.

3. Siswa diberi tugas untuk mengerjakan job- job yang ada dalam job sheet praktikum

kompetensi Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut.

4. Siswa diberi tugas untuk mengukur dan menilai hasil kerjanya dengan bimbingan

guru.

5. Siswa dan guru melakukan evaluasi secara bersama-sama.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini selanjutnya peneliti merekomendasikan hal-hal sebagai

berikut :

1. Bagi guru disarankan untuk memantau perilaku dan kemandirian belajar siswa. Guru

diharapkan dapat menyusun, menerapkan dan mengevaluasi pembelajaran praktik

pemesinan sehingga siswa dapat meningkatkan pencapaian standar kompetensi

144

Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut sekurang-kurangnya mencapai nilai

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 5,51 (lima koma lima satu).

2. Bagi kepala bengkel supaya melakukan penataan bengkel dan kelengkapan mesin

untuk menjamin tersedianya kebutuhan yang diperlukan selama praktik. Mesin dan

alat alat ukur yang ada di bengkel pemesinan perlu diverifikasi dan dikalibrasi lagi

untuk menjamin akurasinya.

3. Bagi sekolah supaya menyelenggarakan pembelajaran praktik pada standar

kompetensi Melakukan Pekerjaan dengan Mesin Bubut yang lebih banyak sehingga

siswa terbiasa dan terlatih bekerja pada mesin bubut.

4. Bagi peneliti supaya melakukan penelitian pada standar kompetensi yang lain, yaitu

mengefrais, menggerinda, menyekrap, dan kerja bangku.

DAFTAR PUSTAKA

Atwi Suparman. 2001. Desain Instruksional. Jakarta: PAU-PPAI: Universitas Terbuka.

Daryanto. 1997. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Dean. 2002. A Competency-based Curriculum for the Dental Undergraduate Programme. http://www.edtl.nus.edu.sg/link/mar2002/cover.htm. (17 September 2007)

Depdiknas. 2001. Reposisi Pendidikan Menjelang 2020. Jakarta

Dwi Atmoko. 2008. ”Efektivitas Penggunaan Jobsheet Pada Praktik Pemesinan Kelas II Teknik Pemesinan, Studi Kasus di SMK Kristen 1 Klaten”. Skripsi tidak diterbitkan. UNY.

Finch, Curtis R. 1992. Curriculum Development In Vocational and Technical Educationif. Needham Heights: Massachusetts 02194.

Haris Mudjiman. 2008. Belajar Mandiri. Surakarta : UNS Press

145

http://www. Block Schedulling By Request February 1997.htm. Block Schedulling. 28 Juni 2009.

http:// en.wikipedia.org/wiki/Self_Assesment. Motivation. 28 Agustus 2009.

http://www. Block Schedulling from a Match Teacher. Htm. Block Schedulling. 28 Juni 2009

http: www.jonathan.mueller.faculty.noctrl.edu/toolbox/wkaisit.htm. Authentic

Assessment.28 Juni 2009.

http://www.New Students About Competency_ Based Education.htm. 28 Juni 2009. Competency Based Education.

http:New Students About Competency-Based Education.htm. Competency Based

Education. 28 Juni 2009

http://www.Overview of Instructional Design.htm . Instructional Design. 28 Juni 2009.

http://www.Personal.Learning.Environments.htm. Personal Learning. 28 Juni 2009

http:www.qualityresearchinternational.comglossaryselfassessment.htm. Self

Assessment 28 Juni 2009

http://newworldencyclopedia.org/wiki/Motivation.Motivation. 28 Agustus 2009

http : //www.vcaa.vic.edu.au/vce. Personal Learning 28 Juni 2009.

http ://edutech.unige.ch/en/Personal_Learning-environment Personal Learning. 28 Juni 2009.

( http://www. What Is Instructional Design. Theory. htm). Instructional Design. 28

Juni 2009

http://www.What is Design. Htm. Design. 28 Juni 2009

Joel Tadjo. 2004. Modul Pengukuran Hasil Belajar. Bandung:PPPGT

Jones. 2004. Mengenal Lebih Dekat Kurikulum Berbasis Kompetensi. Artikel diambil pada tanggal 17 September 2007, dari Swara Ditpertais: No.18 Th. II. 30 Oktober 2004.

Leslie Rae. 2005. Using Evaluation, Jakarta: Gramedia.

146

Mulyasa, H. E. 2009 Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mungin, E. W. 2009 Pengembangan Kurikulum SMK dan Penilaian. Jakarta: BNSP

Oemar Hamalik. 2004. Proses Belajar Mengajar. (Jakarta: Bumi Aksara)

Roger, M.E & Shoemaker, F.F. 1997. Competence. New York: Free Press & London: Mac Millan Publishers.

Seels, Barbara B & Rita C. Richey. 1994. Teknologi Pembelajaran: Definisi dan kawasannya. Jakarta: LPTK UNJ

Soetarno Joyoatmojo. Pembelajaran Efektif: Upaya Peningkatan Kualitas Lulusan

Menuju Penyediaan Sumber Daya Insani yang Unggul. Pidato Pengukuhan

Guru Besar FKIP UNS, 2003.

Spencer. 1993. Competence Work: Models for superior performance. John Wiley & Son’s, Inc. New York.

Sri Rumini, et al 1995. Buku Pegangan Kuliah Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY.

Sudjatmiko. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam Menunjang Kecakapan Hidup. Jakarta: Depdiknas.

Suharjono, Suharsimi Arikunto, dan Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Suharsimi Arikunto. 1987. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sukarno. 2009. Penelitian Tindakan Kelas.Surakarta: Media Perkasa.

Sumi’at. 2009. “Upaya Pencapaian Kompetensi Dasar Membuat Dokumen Pengolah Angka dengan Variasi Teks, Tabel, Grafik, Gambar, dan Diagram Melalui Model Penilaian Berbasis Portofolio”. Tesis tidak diterbitkan. PPs UNS.

Supriyono Raharjo. “ Pembentukan Karakter dan Pengembangan Kompetensi Siswa Pendidikan Teknik di SMK Katolik Santo Mikael Surakarta dan Surakarta Competency and Technology Center Melalui Penerapan Total Quality Management”. Tesis tidak diterbitkan. PPs UNY.

Susilo, Herawati, et al.2009. Penelitian Tindakan Kelas, Malang : Bayumedia Publishing.

Wardiman Djoyonegoro. 1998. Pengembangan Sumberdaya Manusia Melalui

Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta: Jakarta Jaya Agung Offset.

147

West, Charles K, James A. Farmer & Philiph M. Wolf, 1991. Implication from cognitif science. USA: 1991

LAMPIRAN

148

149

150

151

152

153

154

155

156

157

158

159

160

161

162

163

164

165

166

167

168

169

170

171

172

173

174

175

176

177

178

179

180

181

182

183

184

185

186

187

188

189

190

191

192

193

194

195

196

197

198

199

200

201

202

203

204

205

206

207

208

209

210

211

212

213

214

215

216

217

218

219

220

221

222

223

224

225

226

227

228

229

230

231

232

233

234

235

236