Penatalaksanaan Tinea

6
I. Penatalaksanaan Tinea Tujuan pengobatan meliputi: a. Menyembuhkan penyakit, yaitu hilangnya gejala klinis dan pemeriksaan mikologi negatif. b. Mencegah perkembangan penyakit menjadi kronis. c. Mencegah kekambuhan. Strategi pengobatan meliputi: a. Diagnosis yang tepat b. Menghilangkan atau mencegah fakto predisposisi. Faktor tersebut antara lain adalah kelembabapan karena keringat atau lingkungan yang panas, iritasi oleh baju, orang sakit yang berbaring lama, friksi lipatan kulit pada orang gemuk, imunitas rendah. c. Penentuan obat dilakukan dengan mempertimbangkan efektivitas, keamanan, daerah yang terkena yakni lokasi dan luas lesi. Stadium penyakit (akut atau kronis), jamur penyebab, karena adanya perbedaan kepekaan terhadap obat, serta harga sehingga dapat ditentukan apakah akan diberikan obat oral, topikal, atau pun kombinasi. d. Manghilangkan sumber penularan baik dari manusia, hewan, tanah maupun benda disekeliling yang mengandung elemen jamur. Spora dermatofit dapat bertahan hidup dalam waktu yang lama. e. Mengoptimalkan kepatuhan pasien dengan menerangkan perjalan penyakitnya, pemilihan obat yang tepat dapat diterima oleh pasien, dan bila dianggap perlu diterangkan juga tentang biaya pengobatan. Mengefektifkan cara penggunaan obat: 1) Bersihkan lesi dengan air dan sabun lunak terutama didaerah berkusta, kemudian keringkan. 2) Oleskan obat 1 lapis tipis menutupi lesi dan lebih kurang 1 inci kearah luar lesi.

description

Penatalaksanaan Tinea

Transcript of Penatalaksanaan Tinea

Page 1: Penatalaksanaan Tinea

I. Penatalaksanaan Tinea

Tujuan pengobatan meliputi:a. Menyembuhkan penyakit, yaitu hilangnya gejala klinis dan

pemeriksaan mikologi negatif.b. Mencegah perkembangan penyakit menjadi kronis.c. Mencegah kekambuhan.

Strategi pengobatan meliputi:a. Diagnosis yang tepatb. Menghilangkan atau mencegah fakto predisposisi. Faktor tersebut

antara lain adalah kelembabapan karena keringat atau lingkungan yang panas, iritasi oleh baju, orang sakit yang berbaring lama, friksi lipatan kulit pada orang gemuk, imunitas rendah.

c. Penentuan obat dilakukan dengan mempertimbangkan efektivitas, keamanan, daerah yang terkena yakni lokasi dan luas lesi. Stadium penyakit (akut atau kronis), jamur penyebab, karena adanya perbedaan kepekaan terhadap obat, serta harga sehingga dapat ditentukan apakah akan diberikan obat oral, topikal, atau pun kombinasi.

d. Manghilangkan sumber penularan baik dari manusia, hewan, tanah maupun benda disekeliling yang mengandung elemen jamur. Spora dermatofit  dapat bertahan hidup dalam waktu yang lama.

e. Mengoptimalkan kepatuhan  pasien dengan menerangkan perjalan penyakitnya, pemilihan obat yang tepat dapat diterima oleh pasien, dan bila dianggap perlu diterangkan juga tentang biaya pengobatan.

Mengefektifkan cara penggunaan obat:1) Bersihkan lesi dengan air dan sabun lunak terutama didaerah berkusta,

kemudian keringkan.2) Oleskan obat 1 lapis tipis menutupi lesi dan lebih kurang 1 inci kearah

luar lesi.3) Oleskan obat 2 kali sehari pagi dan malam hari.

Terapi yang dapat diberikan pada pasien bervariasi tergantung derajat lesi yang ada. Prinsip pengobatan pada tinea antara lain:

A. Terapi topikalTerapi ini direkomendasikan untuk infeksi lokal karena dermatofit biasanya hidup pada jaringan. Pada masa kini selain obat-obat topical konvensional, misalnya asam salisil 2-4%, asam benzoate 6-12%, sulphur 4-6%, vioform 3%, asam undesilenat 2-5% dan zat warna (hijau brilian dalam cat Castellani) dikenal banyak obat topical baru. Obat-obat baru ini diantaranya tolnaftat 2%; tolsiklat, haloprogin, berbagai macam preparat imidazol dan alilamin tersedia dalam berbagai formulasi. Dan semua obat-obat baru ini memberikan keberhasilan terapi (70-100%). Terapi topikal

Page 2: Penatalaksanaan Tinea

digunakan 1-2 kali sehari selama 2 minggu tergantung agen yang digunakan. Topikal azol dan allilamin menunjukkan angka perbaikan perbaikan klinik yang tinggi. Berikut obat yang sering digunakan:

1) Topical azol terdiri atas: Econazol 1 %, Ketoconazol 2%, Clotrimazol 1%, Miconazol 2% dll. Derivat imidazol bekerja dengan cara menghambat enzim 14-alfa-dimetilase pada pembentukan ergosterol membran sel jamur.

2) Allilamin bekerja menghambat allosterik dan enzim jamur skualen 2,3 epoksidase sehingga skualen menumpuk pada proses pembentukan ergosterol membran sel jamur, yaitu naftifine 1%, butenafin 1%. Terbinafin 1% (fungisidal bersifat anti inflamasi) yang mampu bertahan hingga 7 hari sesudah pemakaian selama 7 hari berturut-turut.

3) Sikloklopirosolamin 2% (cat kuku, krim dan losio) bekerja menghambat masuknya bahan esensial selular dan pada konsentrasi tinggi merubah permeabilitas sel jamur merupakan agen topikal yang bersifat fungisidal dan fungistatik, antiinflamasi dan anti bakteri serta berspektrum luas.

B. Terapi sistemikPedoman yang dikeluarkan oleh American Academy of Dermatology menyatakan bahwa obat anti jamur (OAJ) sistemik dapat digunakan pada kasus hiperkeratosis terutama pada telapak tangan dan kaki, lesi yang luas, infeksi kronis, pasien imunokompromais, atau pasien tidak responsif maupun intoleran terhadap OAJ topikal.

1) Griseofulvin. Griseofulvin 500 mg sehari untuk dewasa, sedangkan anak-anak 10-25 mg/kgBB sehari. Lama pemberian griseofulvin pada tinea korporis adalah 3-4 minggu, diberikan bila lesi luas atau bila dengan pengobatan topikal tidak ada perbaikan. 

2) Ketokonazol. Merupakan OAJ sistemik pertama yang berspektrum luas, fungistatik, termasuk golongan imidazol. Dosisnya 200 mg per hari selama 10 hari – 2 minggu pada pagi hari setelah makan 

3) Flukonazol. Mempunyai mekanisme kerja sama dengan golongan imidazol, namun absorbsi tidak dipengaruhi oleh makanan atau kadar asam lambung.

4) Itrakonazol. Merupakan OAJ golongan triazol, sangat lipofilik, spektrum luas, bersifat fungistatik dan efektif untuk dermatofita, ragi, jamur dismorfik maupun jamur dematiacea. Absorbsi maksimum dicapai bila obat diminum bersama dengan makanan.

5) Amfoterisin B. Merupakan anti jamur golongan polyen yang diproduksi oleh Streptomyces nodosus. Bersifat fungistatik, pada konsentrasi rendah akan menghambat pertumbuhan jamur,

Page 3: Penatalaksanaan Tinea

protozoa dan alga. Digunakan sebagai obat pilihan pada pasien dengan infeksi jamur yang membahayakan jiwa dan tidak sembuh dengan preparat azol.

II. PencegahanPenyakit tinea ini sangat erat hubungannya dengan pola kebersihan, baik

dari kebersihan diri, lingkungan maupun hewan ternak peliharaan, maka dari itu penyakit tinea sangat mudah sekali menyebar dan terjadi, namun penyakit ini juga dapat dicegah, cara pencegahannya antara lain:

a. Menggunakan pakaian longgar dan sedapat mungkin terbuat dari bahan katun.

b. Menggunakan kaos kaki dari bahan katun dan menghindari memakai kaos kaki yang lembab.

c. Mengganti pakaian setiap hari dengan pakaian kering. (untuk yang kos-kosan hendaknya tidak membiasakan diri memakai pakian yang tergantung berhari-hari tanpa dicuci

d. Menggunakan sepatu yang tidak lembab (jangan lupa menjemur sepatu).e. Mengeringkan handuk setelah setiap kali digunakan.f. Menghindari memakai pakaian orang lain yang sedang menderita infeksi

jamur kulit.g. Mandi dengan air bersih segera setelah mandi di tempat-tempat umum.h. Jika perlu, menaburkan bedak atau bedak anti jamur terutama di sela-sela

jari kaki dan pelipatan kulit.

III. KomplikasiKomplikasi utama dari dermatofitosis adalah infeksi bakteri. Kebotakan merupakan komplikasi dari tinea capitis. Nyeri dan kesulitan dalam memakai sepatu merupakan komplikasi dari tinea unguium.

IV. PrognosisPrognosis penyakit ini baik dengan diagnosis dan terapi yang tepat asalkan kelembapan dan kebersihan kulit selalu dijaga. Perkembangan penyakit dipengaruhi oleh bentuk klinik dan penyebab penyakitnya disamping faktor-faktor yang memperberat atau memperingan penyakit. Apabila faktor-faktor yang memperberat penyakit dapat dihilangkan, umumnya penyakit ini dapat hilang sempurna.

Mohammedamin RSA, Wouden JC, Koning S, et al, Reported incidence and treatment of dermatophytosis in children in general practice: a comparison between 1987 and 2001. Mycopathologia. 2007

Andrews S, Kulkarni R. Tinea in Emergency Medicine. Medscape references drugs, diseases & procedure. 2013

Page 4: Penatalaksanaan Tinea

PENATALAKSANAAN TAMBAHAN:

1. Tinea capitis

 mencuci rambut dengan shampoo dua sampai tiga kali dalam seminggu.

Penggunaan topical antijamur dapa membuat tidak aktifnya organisme di rambut.

Dan memerlukan griseofulvin(fulvicin), sebuah agent anti jamur, Preparat topical

tidak dapat menyembuhkan namun dapat di pakai untuk menghilangkan keaktifan

mikroorganisme yang sudah terdapat pada rambut.

2. Tinea pedis

 diatasi dengan merendam kaki di larutan burrow’s, larutan potassium

permanganate atau larutan salin yang dapat menghilangkan crusts dan scales. Anti

jamur topical digunakan didaerah yang terinfeksi beberapa minggu.

3. Tinea kruris

menggunakan terapi topical selama tiga sampai empat minggu. Infeksi yang

ringan dapat diobati dengan preparat topical seperti klotrimazol, mikonazol atau

haloprogin selama sedikitnya 3 hingga 4 minggu untuk memastikan eradikasi total

infeksi tersebut. Preparat griseofulvin oral diperlukan untuk infeksi yang lebih

parah. Beberapa kasus dapat menggunakan obat oral griseofulvin.

4. Tinea korporis (penyakit jamur badan)

 Preparat antifungus topical dapat dioleskan pada lokasi yang sempit. Preparat

griseofulvin oral di berikan pada kasus infeksi jamur yang luas. Efek samping

griseofulvin mencakup fotosensitivitas, ruam kulit, sakit kepala dan  ual.

Ketokonazol yaitu suatu prefarat antifungus, memberikan harapan yang nyata bagi

pasien yang menderita infeksi jamur(dermatofit) yang kronik, termasuk pasien

yang resisten terhadap griseofulvin.

5. Tinea unguium (onikomikosis)

 Griseofulvin biasanya diresepkan dokter sebagai preparat oral yang diminum

selama 6 bulan hingga 1 tahun kalau kuku jari tangan turut terkena. Namun,

griseofulvin tidak berkhasiat untuk mengobati infeksi kandida; infeksi ini harus di

obati secara topical dengan ltion amfoterisin-B, mikonozal ataupun preparat

lainnya.