Penatalaksanaan Insomnia

12
2.8 Penatalaksanaan 1. Non Farmakoterapi a. Terapi Tingkah Laku Prinsip dasar terapi pengobatan insomnia yaitu, Jangan menggunakan obat hipnotik sebagai satu-satunya terapi, pengobatan harus dikombinasikan dengan terapi non farmakologi, pemberian obat golongan hipnotik dimulai dengan dosis yang rendah, selanjutnya dinaikan perlahan – lahan sesuai kebutuhan, khususnya pada orang tua, hindari penggunaan benzodiazepin jangka panjang, hati – hati penggunaan obat golongan hipnotik khususnya benzodiazepin pada pasien dengan riwayat penyalahgunaan atau ketergantungan obat, monitor pasien untuk melihat apakah ada toleransi obat, ketergantungan obat atau penghentian penggunaan obat, memberikan edukasi kepada pasien efek penggunaan obat hipnotik yaitu mual dan kecelakaan saat mengemudi atau bekerja, khususnya golongan obat jangka panjang, melakukan tapering obat secara perlahan untuk menghindari penghentian obat dan terjadi rebound insomnia Terapi tingkah laku bertujuan untuk mengatur pola tidur yang baru dan mengajarkan cara untuk menyamankan suasana tidur. Terapi tingkah laku ini umumnya direkomendasikan sebagai terapi tahap pertama untuk penderita insomnia. Terapi tingkah laku meliputi - Edukasi tentang kebiasaan tidur yang baik. (sleep hygine) - Teknik Relaksasi. (relaxation therapy)

Transcript of Penatalaksanaan Insomnia

Page 1: Penatalaksanaan Insomnia

2.8 Penatalaksanaan

1. Non Farmakoterapi

a. Terapi Tingkah Laku

Prinsip dasar terapi pengobatan insomnia yaitu, Jangan menggunakan obat hipnotik

sebagai satu-satunya terapi, pengobatan harus dikombinasikan dengan terapi non

farmakologi, pemberian obat golongan hipnotik dimulai dengan dosis yang rendah,

selanjutnya dinaikan perlahan – lahan sesuai kebutuhan, khususnya pada orang tua,

hindari penggunaan benzodiazepin jangka panjang, hati – hati penggunaan obat

golongan hipnotik khususnya benzodiazepin pada pasien dengan riwayat

penyalahgunaan atau ketergantungan obat, monitor pasien untuk melihat apakah ada

toleransi obat, ketergantungan obat atau penghentian penggunaan obat, memberikan

edukasi kepada pasien efek penggunaan obat hipnotik yaitu mual dan kecelakaan saat

mengemudi atau bekerja, khususnya golongan obat jangka panjang, melakukan

tapering obat secara perlahan untuk menghindari penghentian obat dan terjadi rebound

insomnia

Terapi tingkah laku bertujuan untuk mengatur pola tidur yang baru dan mengajarkan

cara untuk menyamankan suasana tidur. Terapi tingkah laku ini umumnya

direkomendasikan sebagai terapi tahap pertama untuk penderita insomnia.

Terapi tingkah laku meliputi

- Edukasi tentang kebiasaan tidur yang baik. (sleep hygine)

- Teknik Relaksasi. (relaxation therapy)

Meliputi merelaksasikan otot secara progresif, membuat biofeedback, dan latihan

pernapasan. Cara ini dapat membantu mengurangi kecemasan saat tidur. Strategi

ini dapat membantu Anda mengontrol pernapasan, nadi, tonus otot, dan mood.

- Terapi kognitif.

Meliputi merubah pola pikir dari kekhawatiran tidak tidur dengan pemikiran yang

positif. Terapi kognitif dapat dilakukan pada konseling tatap muka atau dalam grup.

- Restriksi Tidur.

Terapi ini dimaksudkan untuk mengurangi waktu yang dihabiskan di tempat tidur

yang dapat membuat lelah pada malam berikutnya.

- Kontrol stimulus (stymulus control therapy)

Page 2: Penatalaksanaan Insomnia

Terapi ini dimaksudkan untuk membatasi waktu yang dihabiskan untuk

beraktivitas.8

Instruksi dalam terapi stimulus-kontrol:

1. Gunakan tempat tidur hanya untuk tidur, tidak untuk membaca, menonton

televisi, makan atau bekerja.

2. Pergi ke tempat tidur hanya bila sudah mengantuk. Bila dalam waktu 20 menit di

tempat tidur seseorang tidak juga bisa tidur, tinggalkan tempat tidur dan pergi ke

ruangan lain dan melakukan hal-hal yang membuat santai. Hindari menonton

televisi. Bila sudah merasa mengantuk kembali ke tempat tidur, namun bila alam

20 menit di tempat tidur tidak juga dapat tidur, kembali lakukan hal yang

membuat santai, dapat berulang dilakukan sampat seseorang dapat tidur.

3. Bangun di pagi hari pada jam yang sama tanpa mengindahkan berapa lama tidur

pada malam sebelumnya. Hal ini dapat memperbaiki jadwal tidur-bangun (kontrol

waktu).

4. Tidur siang harus dihindari.3,8

b. Gaya hidup dan pengobatan di rumah

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia :

Mengatur jadwal tidur yang konsisten termasuk pada hari libur

Tidak berada di tempat tidur ketika tidak tidur.

Tidak memaksakan diri untuk tidur jika tidak bisa.

Hanya menggunakan tempat tidur hanya untuk tidur.

Relaksasi sebelum tidur, seperti mandi air hangat, membaca, latihan pernapasan

atau beribadah

Menghindari atau membatasi tidur siang karena akan menyulitkan tidur pada

malam hari.

Menyiapkan suasana nyaman pada kamar untuk tidur, seperti menghindari

kebisingan

Olahraga dan tetap aktif, seperti olahraga selama 20 hingga 30 menit setiap hari

sekitar lima hingga enam jam sebelum tidur.

Menghindari kafein, alkohol, dan nikotin

Menghindari makan besar sebelum tidur

Cek kesehatan secara rutin

Jika terdapat nyeri dapat digunakan analgesik.6,8

Page 3: Penatalaksanaan Insomnia

2. Farmakologi

Prinsip dasar terapi pengobatan insomnia yaitu, Jangan menggunakan obat hipnotik

sebagai satu-satunya terapi, pengobatan harus dikombinasikan dengan terapi non

farmakologi, pemberian obat golongan hipnotik dimulai dengan dosis yang rendah,

selanjutnya dinaikan perlahan – lahan sesuai kebutuhan, khususnya pada orang tua, hindari

penggunaan benzodiazepin jangka panjang, hati – hati penggunaan obat golongan hipnotik

khususnya benzodiazepin pada pasien dengan riwayat penyalahgunaan atau ketergantungan

obat, monitor pasien untuk melihat apakah ada toleransi obat, ketergantungan obat atau

penghentian penggunaan obat, memberikan edukasi kepada pasien efek penggunaan obat

hipnotik yaitu mual dan kecelakaan saat mengemudi atau bekerja, khususnya golongan obat

jangka panjang, melakukan tapering obat secara perlahan untuk menghindari penghentian

obat dan terjadi rebound insomnia.9

Terapi pengobatan insomnia diklasifikasikan menjadi dua yaitu :

- Benzodiazepin,

- Nonbenzodiazepin

1. Benzodiazepin

Dalam penggunaannya, efek benzodiazepin yang diinginkan adalah efek hipnotik-

sedatif. Sifat yang diinginkan dari penggunaan hipnotik-sedatif antara lain adalah perbaikan

anxietas, euporia dan kemudahan tidur sehingga obat ini sebagai pilihan utama untuk

insomnia , jika keadaan ini terjadi terus menerus, maka pola penggunaanya akan menjadi

kompulsif sehingga terjadi ketergantungan fisik. Hampir semua golongan obat-obatan

hipnotik-sedatif dapat menyebabkan ketergantungan. Efek ketergantungan ini tergantung

pada besar dosis yang digunakan tepat sebelum penghentian penggunaan dan waktu paruh

serta golongan obat yang digunakan. Obat-obatan hipnotik-sedatif dengan waktu paruh lama

akan dieliminasi lama untuk mencapai penghentian obat bertahap sedikit demi sedikit.

Sedangkan pada obat dengan waktu paruh singkat akan dieliminasi dengan cepat sehingga

sisa metabolitnya tidak cukup adekuat untuk memberikan efek hipnotik yang lama. Oleh

karena itu, penggunaan obat dengan waktu paruh singkat sangat bergantung dari dosis obat

yang digunakan tepat sebelum penghentian penggunaan. Gejala gejala abstinensi dapat

terjadi pada penggunaan berbagai golongan obat hipnotik- sedatif. Gejala –gejala ini dapat

berupa lebih sukar tidur dibanding sebelum penggunaan obat-obatan hipnotik-sedatif. Jika

gejala ini terjadi, ada kecenderungan untuk menggunakannya lagi karena mungkin dari sisi

Page 4: Penatalaksanaan Insomnia

psikologis , si pemakai akan merasakan rasa nyaman karena sifat obat tersebut sehingga

terjadilah ketergantungan fisik. Di beberapa Negara maju dan berkembang seperti di Belanda

dan Indonesia , benzodiazepin digolongkan ke dalam golongan psikotropika , sehingga

penggunaanya dibatasi karena penyalahgunaan dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan

ketergantungan fisik dan psikis.9

2. Nonbenzodiazepin Hipnotik

Nonbenzodiazepin hipnotik adalah sebuah alternatif yang baik dari penggunaan

benzodiazepin tradisional, selain itu obat ini menawarkan efikasi yang sebanding serta

rendahnya insiden amnesia, tidur sepanjang hari, depresi respirasi, ortostatik hipotensi dan

terjatuh pada lansia. Obat golongan non-benzodiazepin juga efektif untuk terapi jangka

pendek insomnia. Obat-obatan ini relatif memiliki waktu paruh yang singkat sehingga lebih

kecil potensinya untuk menimbulkan rasa mengantuk pada siang hari; selain itu penampilan

psikomotor dan daya ingat nampaknya lebih tidak terganggu dan umumnya lebih sedikit

mengganggu arsitektur tidur normal dibandingkan obat golongan benzodiazepin.10

Page 5: Penatalaksanaan Insomnia

Interaksi obat

- Obat anti-insomnia + CNS Depressants (alkohol dll) menimbulkan potensiasi efek

supresi SSP yang dapat menyebabkan “oversedation and respiratory failure”

- Obat golongan benzodiazepine tidak menginduksi hepatic microsomal enzyme atau

“produce protein binding displacement” sehingga jarang menimbulkan interaksi obat

atau dengan kondisi medik tertentu.

- Overdosis jarang menimbulkan kematian, tetapi bila disertai alkohol atau “CNS

Depressant” lain, resiko kematian akan meningkat.

Perhatian Khusus

-. Kontraindikasi :

Sleep apneu syndrome

Congestive Heart Failure

Chronic Respiratory Disease

Penggunaan Benzodiazepine pada wanita hamil mempunyai risiko menimbulkan

“teratogenic effect” (e.g.cleft-palate abnormalities) khususnya pada trimester pertama. Juga

benzodiazepine dieksresikan melalui ASI, berefek pada bayi (penekanan fungsi SSP)1,3,9

Page 6: Penatalaksanaan Insomnia

2.9 Komplikasi

Tidur sama pentingnya dengan makanan yang sehat dan olahraga yang teratur. Insomnia

dapat mengganggu kesehatan mental dan fisik.

Komplikasi insomnia meliputi

Gangguan dalam pekerjaan atau di sekolah.

Saat berkendara, reaksi reflex akan lebih lambat. Sehingga meningkatkan reaksi

kecelakaan.

Masalah kejiwaan, seperti kecemasan atau depresi

Kelebihan berat badan atau kegemukan

Daya tahan tubuh yang rendah

Meningkatkan resiko dan keparahan penyakit jangka panjang, contohnya tekanan

darah yang tinggi, sakit jantung, dan diabetes.

2.10 Prognosis

Prognosis umumnya baik dengan terapi yang adekuat dan juga terapi pada gangguan lain spt

depresi dll. Lebih buruk jika gangguan ini disertai skizophrenia.5,6

Page 7: Penatalaksanaan Insomnia

BAB III

PENUTUP

3.1. Ringkasan

Prinsip penanganan insomnia secara umum yaitu mengidentifikasi faktor penyebab,

dimana fokus utama dari pengobatan insomnia harus diarahkan pada identifikasi faktor penyebab.

Setelah faktor penyebab teridentifikasi maka penting untuk mengontrol dan mengelola masalah yang

mendasarinya, karena hanya dengan mengobati insomnia saja tanpa menangani penyebab utamanya

jarang memberikan hasil. Pada kebanyakan kasus insomnia dapat disembuhkan jika penyebab medis

atau psikiatri di evaluasi dan diobati dengan benar. Selain itu perlu adanya kontrol lingkungan seperti

meredupkan lampu kamar tidur sebelum tidur, membatasi kebisingan dan menghindari kegiatan di

tempat tidur kecuali hanya untuk tidur. Selain mencari faktor penyebab dan juga kontrol lingkungan

penanganan selanjutnya yang penting yaitu dengan pemberian terapi non-farmakologi dan

farmakologi dimana pemberian terapi ini diberikan secara kombinasi. Prinsip dasar penanganan terapi

farmakologi yaitu: Jangan menggunakan obat hipnotik sebagai satu-satunya terapi pengobatan maka

harus dikombinasikan dengan terapi non farmakologi, Pemberian obat golongan hipnotik dimulai

dengan dosis yang rendah selanjutnya dinaikan perlahan – lahan sesuai kebutuhan, Hindari

penggunaan benzodiazepin jangka panjang, hati – hati penggunaan obat golongan hipnotik khususnya

benzodiazepin pada pasien dengan riwayat penyalahgunaan atau ketergantungan obat, monitor pasien

untuk melihat apakah ada toleransi obat atau ketergantungan obat atau penghentian penggunaan obat,

Memberikan edukasi kepada pasien efek penggunaan obat hipnotik yaitu mual dan kecelakaan saat

mengemudi atau bekerja, khususnya golongan obat jangka panjang, Melakukan tapering obat secara

perlahan untuk menghindari penghentian obat dan terjadi rebound insomnia. Terapi pengobatan

insomnia diklasifikasikan menjadi dua yaitu : Benzodiazepin, dan Nonbenzodiazepin – hipnotik

Penanganan terapi non farmakologi terdiri dari cognitive and behavioral therapy meliputi: sleep

hygine, sleep restriction atau pembatasan tidur, relaxation therapy atau terapi relaksasi dan stimulus

control therapy.

Page 8: Penatalaksanaan Insomnia

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan, H.I, Sadock BJ. 2010. Kaplan dan Sadock Sinopsis Psikiatri. Ed: Wiguna, I Made. Tangerang: Bina Rupa Aksara Publisher

2. American Academy of Sleep Medicine. ICSD2 - International Classification of Sleep Disorders. American Academy of Sleep Medicine Diagnostic and Coding Manual . Diagnostik dan Coding Manual. 2nd. 2. Westchester, Ill: American Academy of Sleep Medicine; 2005:1-32.

3. Zeidler, M.R. 2011. Insomnia. Editor: Selim R Benbadis. (http://www.emedicina.medscape.com/article/1187829.com Diakses tanggal 22 Oktober 2013)

4. Tomb, David A. 2004. Buku Saku Psikiatri Ed 6. Jakarta: EGC5. Sudoyo. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan

Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.6. Insomnia.(http://www.mayoclinic.com/health/insomnia/DS00187/

DSECTION=alternative-medicine Diakses tanggal 22 Oktober 2013)7. Maslim, Rusdi. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari

PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.8. Hazzard. 2009. Hazzard’s Geriatric Medicine and Gerontology 6th ed. New York:

McGraw-Hill.9. Maslim, Rusdi. 2001. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta:

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.10. Savard J et al. Chronic insomnia and immune functioning. America: American

psychosomatic Society; 2003.