217355969 Referat Insomnia

25
BAB I PENDAHULUAN Insomnia adalah gejala kelainan dalam tidur berupa kesulitan berulang untuk tidur atau mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan untuk itu 1 . Gejala tersebut biasanya diikuti gangguan fungsional saat bangun dan beraktivitas di siang hari. Sekitar sepertiga orang dewasa mengalami kesulitan memulai tidur dan/atau mempertahankan tidur dalam setahun, dengan 17% di antaranya mengakibatkan gangguan kualitas hidup 2 . Sebanyak 95% orang Amerika telah melaporkan sebuah episode dari insomnia pada beberapa waktu selama hidup mereka 1 . Di Indonesia, pada tahun 2010 terdapat 11,7% penduduk mengalami insomnia. Insomnia umumnya merupakan kondisi sementara atau jangka pendek. Dalam beberapa kasus, insomnia dapat menjadi kronis. Hal ini sering disebut sebagai gangguan penyesuaian tidur karena paling sering terjadi dalam konteks situasional stres akut, seperti pekerjaan baru atau menjelang ujian. Insomnia ini biasanya hilang ketika stressor hilang atau individu telah beradaptasi dengan stressor. Namun, insomnia sementara sering berulang ketika tegangan baru atau serupa muncul dalam kehidupan pasien 3 . 1

description

.

Transcript of 217355969 Referat Insomnia

Page 1: 217355969 Referat Insomnia

BAB I

PENDAHULUAN

Insomnia adalah gejala kelainan dalam tidur berupa kesulitan berulang

untuk tidur atau mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan untuk itu1 .

Gejala tersebut biasanya diikuti gangguan fungsional saat bangun dan beraktivitas

di siang hari. Sekitar sepertiga orang dewasa mengalami kesulitan memulai tidur

dan/atau mempertahankan tidur dalam setahun, dengan 17% di antaranya

mengakibatkan gangguan kualitas hidup2. Sebanyak 95% orang Amerika telah

melaporkan sebuah episode dari insomnia pada beberapa waktu selama hidup

mereka1. Di Indonesia, pada tahun 2010 terdapat 11,7% penduduk mengalami

insomnia.

Insomnia umumnya merupakan kondisi sementara atau jangka pendek.

Dalam beberapa kasus, insomnia dapat menjadi kronis. Hal ini sering disebut

sebagai gangguan penyesuaian tidur karena paling sering terjadi dalam konteks

situasional stres akut, seperti pekerjaan baru atau menjelang ujian. Insomnia ini

biasanya hilang ketika stressor hilang atau individu telah beradaptasi dengan

stressor. Namun, insomnia sementara sering berulang ketika tegangan baru atau

serupa muncul dalam kehidupan pasien3.

Insomnia jangka pendek berlangsung selama 1-6 bulan. Hal ini biasanya

berhubungan dengan faktor-faktor stres yang persisten, dapat situasional (seperti

kematian atau penyakit) atau lingkungan (seperti kebisingan). Insomnia kronis

adalah setiap insomnia yang berlangsung lebih dari 6 bulan. Hal ini dapat

dikaitkan dengan berbagai kondisi medis dan psikiatri biasanya pada pasien

dengan predisposisi yang mendasari untuk insomnia3.

Meskipun kurang tidur, banyak pasien dengan insomnia tidak mengeluh

mengantuk di siang hari. Namun, mereka mengeluhkan rasa lelah dan letih,

dengan konsentrasi yang buruk. Hal ini mungkin berkaitan dengan keadaan

fisiologis hyperarousal. Bahkan, meskipun tidak mendapatkan tidur cukup, pasien

dengan insomnia seringkali mengalami kesulitan tidur bahkan untuk tidur siang.

1

Page 2: 217355969 Referat Insomnia

Insomnia kronis juga memiliki banyak konsekuensi kesehatan seperti

berkurangnya kualitas hidup, sebanding dengan yang dialami oleh pasien dengan

kondisi seperti diabetes, arthritis, dan penyakit jantung. Kualitas hidup meningkat

dengan pengobatan tetapi masih tidak mencapai tingkat yang terlihat pada

populasi umum. Selain itu, insomnia kronis dikaitkan dengan terganggunya

kinerja pekerjaan dan sosial.

Insomnia merupakan salah satu faktor risiko depresi dan gejala dari

sejumlah gangguan medis, psikiatris, dan tidur. Bahkan, insomnia tampaknya

menjadi prediksi sejumlah gangguan, termasuk depresi, kecemasan,

ketergantungan alkohol, ketergantungan obat, dan bunuh diri.

Insomnia sering menetap meskipun telah dilakukan pengobatan kondisi

medis atau kejiwaan yang mendasari, bahkan insomnia dapat meningkatkan resiko

kekambuhan penyakit primernya. Dalam hal ini, dokter perlu memahami bahwa

insomnia adalah suatu kondisi tersendiri yang membutuhkan pengakuan dan

pengobatan untuk mencegah morbiditas dan meningkatkan kualitas hidup bagi

pasien mereka3,4.

2

Page 3: 217355969 Referat Insomnia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Fisiologi Tidur

Semua makhluk hidup mempunyai irama kehidupan yang sesuai dengan

beredarnya waktu dalam siklus 24 jam. Irama yang seiring dengan rotasi bola

dunia disebut sebagai irama sirkadian1,4.

Tidur tidak dapat diartikan sebagai menifestasi proses deaktivasi Sistem

Saraf Pusat. Saat tidur, susunan saraf pusat masih bekerja dimana neuron-neuron

di substansia retikularis ventral batang otak melakukan sinkronisasi.

Bagian susunan saraf pusat yang mengadakan kegiatan sinkronisasi

terletak pada substansia ventrikulo retikularis batang otak yang disebut sebagai

pusat tidur (sleep center). Bagian susunan saraf pusat yang menghilangkan

sinkronisasi/desinkronisasi terdapat pada bagian rostral batang otak disebut

sebagai pusat penggugah (arousal center).

Tidur dibagi menjadi 2 tipe yaitu:

1. Tipe Rapid Eye Movement (REM)

2. Tipe Non Rapid Eye Movement (NREM)

Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium, lalu

diikuti oleh fase REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terjadi

secara bergantian antara 4-6 kali siklus semalam.

Tidur NREM yang meliputi 75% dari keseluruhan waktu tidur, dibagi

dalam empat stadium, antara lain:

1. Stadium 1, berlangsung selama 5% dari keseluruhan waktu tidur. Stadium

ini dianggap stadium tidur paling ringan. EEG menggambarkan gambaran

kumparan tidur yang khas, bervoltase rendah, dengan frekuensi 3 sampai 7

siklus perdetik, yang disebut gelombang teta.

2. Stadium 2, berlangsung paling lama, yaitu 45% dari keseluruhan waktu

tidur. EEG menggambarkan gelombang yang berbentuk pilin (spindle

3

Page 4: 217355969 Referat Insomnia

shaped) yang sering dengan frekuensi 12 sampai 14 siklus perdetik,

lambat, dan trifasik yang dikenal sebagai kompleks K. Pada stadium ini,

orang dapat dibangunkan dengan mudah.

3. Stadium 3, berlangsung 12% dari keseluruhan waktu tidur. EEG

menggambarkan gelombang bervoltase tinggi dengan frekuensi 0,5 hingga

2,5 siklus perdetik, yaitu gelombang delta. Orang tidur dengan sangat

nyenyak, sehingga sukar dibangunkan.

4. Stadium 4, berlangsung 13% dari keseluruhan waktu tidur. Gambaran

EEG hampir sama dengan stadium 3 dengan perbedaan kuantitatif pada

jumlah gelombang delta. Stadium 3 dan 4 juga dikenal dengan nama tidur

dalam, atau delta sleep, atau Slow Wave Sleep (SWS).

Sedangkan tidur REM meliputi 25% dari keseluruhan waktu tidur. Tidak

dibagi-bagi dalam stadium seperti dalm tidur NREM1,4.

2.2 Definisi Insomnia

Menurut DSM-IV, Insomnia didefinisikan sebagai keluhan dalam hal

kesulitan untuk memulai atau mempertahankan tidur atau tidur non-restoratif yang

berlangsung setidaknya satu bulan dan menyebabkan gangguan signifikan atau

gangguan dalam fungsi individu. The International Classification of Diseases

mendefinisikan Insomnia sebagai kesulitan memulai atau mempertahankan tidur

yang terjadi minimal 3 malam/minggu selama minimal satu bulan. Menurut The

International Classification of Sleep Disorders, insomnia adalah kesulitan tidur

yang terjadi hampir setiap malam, disertai rasa tidak nyaman setelah episode tidur

tersebut. Jadi, Insomnia adalah gejala kelainan dalam tidur berupa kesulitan

berulang untuk tidur atau mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan untuk

melakukannya. Insomnia bukan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu gejala

yang memiliki berbagai penyebab, seperti kelainan emosional, kelainan fisik dan

pemakaian obat-obatan. Insomnia dapat mempengaruhi tidak hanya tingkat energi

dan suasana hati tetapi juga kesehatan, kinerja dan kualitas hidup.

4

Page 5: 217355969 Referat Insomnia

2.3 Klasifikasi Insomnia

a. Insomnia Primer

Insomnia primer ini mempunyai faktor penyebab yang jelas. insomnia

atau susah tidur ini dapat mempengaruhi sekitar 3 dari 10 orang yang

menderita insomnia. Pola tidur, kebiasaan sebelum tidur dan lingkungan

tempat tidur seringkali menjadi penyebab dari jenis insomnia primer ini.

b. Insomnia Sekunder

Insomnia sekunder biasanya terjadi akibat efek dari hal lain, misalnya

kondisi medis. Masalah psikologi seperti perasaan bersedih, depresi dan

dementia dapat menyebabkan terjadinya insomnia sekunder ini pada 5 dari

10 orang. Selain itu masalah fisik seperti penyakit arthritis, diabetes dan

rasa nyeri juga dapat menyebabkan terjadinya insomnia sekunder ini dan

biasanya mempengaruhi 1 dari 10 orang yang menderita insomnia atau

susah tidur. Insomnia sekunder juga dapat disebabkan oleh efek samping

dari obat-obatan yang diminum untuk suatu penyakit tertentu, penggunaan

obat-obatan yang terlarang ataupun penyalahgunaan alkohol. Faktor ini

dapat mempengaruhi 1-2 dari 10 orang yang menderita insomnia.

Berdasarkan International Classification of Sleep Disordes yang direvisi,

insomnia diklasifikasikan menjadi :

a. Acute insomnia

b. Psychophysiologic insomnia

c. Paradoxical insomnia (sleep-state misperception)

d. Idiopathic insomnia

e. Insomnia due to mental disorder

f. Inadequate sleep hygiene

g. Behavioral insomnia of childhood

h. Insomnia due to drug or substance

i. Insomnia due to medical condition

5

Page 6: 217355969 Referat Insomnia

j. Insomnia not due to substance or known physiologic condition,

unspecified (nonorganic)

k. Physiologic insomnia, unspecified (organic) 8

2.4 Tanda dan Gejala Insomnia

Kesulitan untuk memulai tidur pada malam hari

Sering terbangun pada malam hari

Bangun tidur terlalu awal

Kelelahan atau mengantuk pada siang hari

Iritabilitas, depresi atau kecemasan

Konsentrasi dan perhatian berkurang

Peningkatan kesalahan dan kecelakaan

Ketegangan dan sakit kepala

Gejala gastrointestinal 1,3,6

2.5 Etiologi Insomnia

a. Stres

Kekhawatiran tentang pekerjaan, kesehatan sekolah, atau keluarga

dapat membuat pikiran menjadi aktif di malam hari, sehingga sulit untuk

tidur. Peristiwa kehidupan yang penuh stres, seperti kematian atau

penyakit dari orang yang dicintai, perceraian atau kehilangan pekerjaan,

dapat menyebabkan insomnia.

b. Kecemasan dan depresi

Hal ini mungkin disebabkan ketidakseimbangan kimia dalam otak

atau karena kekhawatiran yang menyertai depresi.

c. Obat-obatan

Beberapa resep obat dapat mempengaruhi proses tidur, termasuk

beberapa antidepresan, obat jantung dan tekanan darah, obat alergi,

stimulan (seperti Ritalin) dan kortikosteroid.

d. Kafein, nikotin dan alkohol. Kopi, teh, cola dan minuman yang

mengandung kafein adalah stimulan yang terkenal. Nikotin merupakan

6

Page 7: 217355969 Referat Insomnia

stimulan yang dapat menyebabkan insomnia. Alkohol adalah obat

penenang yang dapat membantu seseorang jatuh tertidur, tetapi mencegah

tahap lebih dalam tidur dan sering menyebabkan terbangun di tengah

malam.

e. Kondisi Medis

Jika seseorang memiliki gejala nyeri kronis, kesulitan bernapas dan

sering buang air kecil, kemungkinan mereka untuk mengalami insomnia

lebih besar dibandingkan mereka yang tanpa gejala tersebut. Kondisi ini

dikaitkan dengan insomnia akibat artritis, kanker, gagal jantung, penyakit

paru-paru, gastroesophageal reflux disease (GERD), stroke, penyakit

Parkinson dan penyakit Alzheimer.

f. Perubahan lingkungan atau jadwal kerja

Kelelahan akibat perjalanan jauh atau pergeseran waktu kerja dapat

menyebabkan terganggunya irama sirkadian tubuh, sehingga sulit untuk

tidur. Ritme sirkadian bertindak sebagai jam internal, mengatur siklus

tidur-bangun, metabolisme, dan suhu tubuh.

g. 'Belajar' insomnia

Hal ini dapat terjadi ketika Anda khawatir berlebihan tentang tidak

bisa tidur dengan baik dan berusaha terlalu keras untuk jatuh tertidur.

Kebanyakan orang dengan kondisi ini tidur lebih baik ketika mereka

berada jauh dari lingkungan tidur yang biasa atau ketika mereka tidak

mencoba untuk tidur, seperti ketika mereka menonton TV atau

membaca3,8.

2.6 Faktor Resiko Insomnia

Hampir setiap orang memiliki kesulitan untuk tidur pada malam hari tetapi

resiko insomnia meningkat jika terjadi pada :

1. Wanita

Perempuan lebih mungkin mengalami insomnia. Perubahan

hormon selama siklus menstruasi dan menopause mungkin memainkan

7

Page 8: 217355969 Referat Insomnia

peran. Selama menopause, sering berkeringat pada malam hari dan hot

flashes sering mengganggu tidur.

2. Usia lebih dari 60 tahun

Karena terjadi perubahan dalam pola tidur, insomnia meningkat

sejalan dengan usia.

3. Memiliki gangguan kesehatan mental

Banyak gangguan, termasuk depresi, kecemasan, gangguan bipolar

dan post-traumatic stress disorder, mengganggu tidur.

4. Stres

Stres dapat menyebabkan insomnia sementara, stress jangka panjang

seperti kematian orang yang dikasihi atau perceraian, dapat menyebabkan

insomnia kronis. Menjadi miskin atau pengangguran juga meningkatkan

risiko terjadinya insomnia.

5. Perjalanan jauh (Jet lag) dan Perubahan jadwal kerja

Bekerja di malam hari sering meningkatkan resiko insomnia.1,4

2.7 Diagnosis

Untuk mendiagnosis insomnia, dilakukan penilaian terhadap:

a. Pola tidur penderita.

b. Pemakaian obat-obatan, alkohol, atau obat terlarang.

c. Tingkatan stres psikis.

d. Riwayat medis.

e. Aktivitas fisik

f. Diagnosis berdasarkan kebutuhan tidur secara individual.

Sebagai tambahannya, dokter akan melengkapi kuisioner untuk

menentukan pola tidur dan tingkat kebutuhan tidur selama 1 hari. Jika tidak

dilakukan pengisian kuisioner, untuk mencapai tujuan yang sama Anda bisa

mencatat waktu tidur Anda selama 2 minggu.

Pemeriksaan fisik akan dilakukan untuk menemukan adanya suatu

permasalahan yang bisa menyebabkan insomnia. Ada kalanya pemeriksaan darah

8

Page 9: 217355969 Referat Insomnia

juga dilakukan untuk menemukan masalah pada tyroid atau pada hal lain yang

bisa menyebabkan insomnia.

Jika penyebab dari insomnia tidak ditemukan, akan dilakukan pemantauan

dan pencatatan selama tidur yang mencangkup gelombang otak, pernapasan, nadi,

gerakan mata, dan gerakan tubuh5.

Kriteria Diagnostik Insomnia Non-Organik berdasarkan PPDGJ6

Hal tersebut di bawah ini diperlukan untuk membuat diagnosis pasti:

a. Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan tidur, atau

kualitas tidur yang buruk.

b. Gangguan minimal terjadi 3 kali dalam seminggu selama minimal 1 bulan.

c. Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur dan peduli yang berlebihan

terhadap akibatnya pada malam hari dan sepanjang siang hari.

d. Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur menyebabkan

penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam sosial dan

pekerjaan.

e. Adanya gangguan jiwa lain seperti depresi dan anxietas tidak

menyebabkan diagnosis insomnia diabaikan.

f. Kriteria “lama tidur” (kuantitas) tidak diguankan untuk menentukan

adanya gangguan, oleh karena luasnya variasi individual. Lama gangguan

yang tidak memenuhi kriteria di atas (seperti pada “transient insomnia”)

tidak didiagnosis di sini, dapat dimasukkan dalam reaksi stres akut (F43.0)

atau gangguan penyesuaian (F43.2)

2.8 Tatalaksana

1. Non Farmakoterapi

a. Terapi Tingkah Laku

Terapi tingkah laku bertujuan untuk mengatur pola tidur yang

baru dan mengajarkan cara untuk menyamankan suasana tidur. Terapi

tingkah laku ini umumnya direkomendasikan sebagai terapi tahap

pertama untuk penderita insomnia.

9

Page 10: 217355969 Referat Insomnia

Terapi tingkah laku meliputi :

1. Edukasi tentang kebiasaan tidur yang baik.

2. Teknik Relaksasi.

Meliputi merelaksasikan otot secara progresif, membuat

biofeedback, dan latihan pernapasan. Cara ini dapat membantu

mengurangi kecemasan saat tidur. Strategi ini dapat membantu

Anda mengontrol pernapasan, nadi, tonus otot, dan mood.

3. Terapi kognitif.

Meliputi merubah pola pikir dari kekhawatiran tidak tidur

dengan pemikiran yang positif. Terapi kognitif dapat dilakukan

pada konseling tatap muka atau dalam grup.

4. Kontrol stimulus

Terapi ini dimaksudakan untuk membatasi waktu yang

dihabiskan untuk beraktivitas.

5. Restriksi Tidur.

Terapi ini dimaksudkan untuk mengurangi waktu yang

dihabiskan di tempat tidur yang dapat membuat lelah pada malam

berikutnya3,5.

b. Gaya hidup dan pengobatan di rumah

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia :

Mengatur jadwal tidur yang konsisten termasuk pada hari

libur

Tidak berada di tempat tidur ketika tidak tidur.

Tidak memaksakan diri untuk tidur jika tidak bisa.

Hanya menggunakan tempat tidur hanya untuk tidur.

Relaksasi sebelum tidur, seperti mandi air hangat, membaca,

latihan pernapasan atau beribadah

Menghindari atau membatasi tidur siang karena akan

menyulitkan tidur pada malam hari.

10

Page 11: 217355969 Referat Insomnia

Menyiapkan suasana nyaman pada kamar untuk tidur, seperti

menghindari kebisingan

Olahraga dan tetap aktif, seperti olahraga selama 20 hingga

30 menit setiap hari sekitar lima hingga enam jam sebelum

tidur.

Menghindari kafein, alkohol, dan nikotin.

Menghindari makan besar sebelum tidur.

Cek kesehatan secara rutin.

Jika terdapat nyeri dapat digunakan analgesik1,2,3,5

2. Farmakologi

Pengobatan insomnia secara farmakologi dibagi menjadi dua golongan

yaitu benzodiazepine dan non-benzodiazepine.

a. Benzodiazepine (Nitrazepam,Trizolam, dan Estazolam)

b. Non benzodiazepine (Chloral-hydrate, Phenobarbital)

Pemilihan obat, ditinjau dari sifat gangguan tidur :

- Initial Insomnia (sulit masuk ke dalam proses tidur)

Obat yang dibutuhkan adalah bersifat “Sleep inducing anti-insomnia”

yaitu golongan benzodiazepine (Short Acting). Misalnya pada

gangguan anxietas.

- Delayed Insomnia (proses tidur terlalu cepat berakhir dan sulit masuk

kembali ke proses tidur selanjutnya). Obat yang dibutuhkan adalah

bersifat “Prolong latent phase Anti-Insomnia”, yaitu golongan

heterosiklik antidepresan (Trisiklik dan Tetrasiklik). Misalnya pada

gangguan depresi.

- Broken Insomnia (siklus proses tidur yang normal tidak utuh dan

terpecah-pecah menjadi beberapa bagian (multiple awakening).

Obat yang dibutuhkan adalah bersifat “Sleep Maintining Anti-

Insomnia”, yaitu golongan phenobarbital atau golongan

11

Page 12: 217355969 Referat Insomnia

benzodiazepine (Long acting). Misalnya pada gangguan stres

psikososial.

Pengaturan Dosis

- Pemberian tunggal dosis anjuran 15 sampai 30 menit sebelum pergi

tidur.

- Dosis awal dapat dinaikkan sampai mencapai dosis efektif dan

dipertahankan sampai 1-2 minggu, kemudian secepatnya tapering off

(untuk mencegah timbulnya rebound dan toleransi obat).

- Pada usia lanjut, dosis harus lebih kecil dan peningkatan dosis lebih

perlahan-lahan, untuk menghindari oversedation dan intoksikasi.

- Ada laporan yang menggunakan antidepresan sedatif dosis kecil 2-3

kali seminggu (tidak setiap hari) untuk mengatasi insomnia pada usia

lanjut.

Lama Pemberian

- Pemakaian obat antiinsomnia sebaiknya sekitar 1-2 minggu saja, tidak

lebih dari 2 minggu, agar resiko ketergantungan kecil. Penggunaan

lebih dari 2 minggu dapat menimbulkan perubahan “Sleep EEG” yang

menetap sekitar 6 bulan lamanya.

- Kesulitan pemberhetian obat seringkali oleh karena “Psychological

Dependence” (habiatuasi) sebagai akibat rasa nyaman setelah

gangguan tidur dapat ditanggulangi.

Efek Samping

Efek samping dapat terjadi sehubungan dengan farmakokinetik obat anti-

insomnia (waktu paruh) :

- Waktu paruh singkat, seperti Triazolam (sekitar 4 jam). Gejala

rebound lebih berat pada pagi harinya dan dapat sampai menjadi panik.

- Waktu paruh sedang, seperti Estazolam gejala rebound lebih ringan.

12

Page 13: 217355969 Referat Insomnia

- Waktu paruh panjang, seperti Nitrazepam menimbulkan gejala “hang

over” pada pagi harinya dan juga “intensifying daytime sleepiness”.

Penggunaan lama obat anti-insomnia golongan benzodiazepine dapat

terjadi “disinhibiting effect” yang menyebabkan “rage reaction”.

Interaksi obat

- Obat anti-insomnia + CNS Depressants (alkohol dll) menimbulkan

potensiasi efek supresi SSP yang dapat menyebabkan “oversedation

and respiratory failure”.

- Obat golongan benzodiazepine tidak menginduksi hepatic microsomal

enzyme atau “produce protein binding displacement” sehingga jarang

menimbulkan interaksi obat atau dengan kondisi medik tertentu.

- Overdosis jarang menimbulkan kematian, tetapi bila disertai alkohol

atau “CNS Depressant” lain, resiko kematian akan meningkat.

Perhatian Khusus

- Kontraindikasi :

o Sleep apneu syndrome

o Congestive Heart Failure

o Chronic Respiratory Disease

- Penggunaan Benzodiazepine pada wanita hamil mempunyai risiko

menimbulkan “teratogenic effect” (e.g.cleft-palate abnormalities)

khususnya pada trimester pertama. Juga benzodiazepine dieksresikan

melalui ASI, berefek pada bayi (penekanan fungsi SSP)1,3,7.

2.9 Komplikasi

Tidur sama pentingnya dengan makanan yang sehat dan olahraga yang

teratur. Insomnia dapat mengganggu kesehatan mental dan fisik.

13

Page 14: 217355969 Referat Insomnia

Komplikasi insomnia meliputi :

Gangguan dalam pekerjaan atau di sekolah.

Saat berkendara, reaksi reflex akan lebih lambat. Sehingga meningkatkan

reaksi kecelakaan.

Masalah kejiwaan, seperti kecemasan atau depresi

Kelebihan berat badan atau kegemukan

Daya tahan tubuh yang rendah

Meningkatkan resiko dan keparahan penyakit jangka panjang, contohnya

tekanan darah yang tinggi, sakit jantung, dan diabetes.

2.10 Prognosis

Prognosis umumnya baik dengan terapi yang adekuat dan juga terapi pada

gangguan lain seperti depresi. Lebih buruk jika gangguan ini disertai

skizophrenia.

14

Page 15: 217355969 Referat Insomnia

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Insomnia merupakan kesulitan untuk masuk tidur, kesulitan dalam

mempertahankan tidur, atau tidak cukup tidur. Insomnia merupakan gangguan

fisiologis yang cukup serius, dimana apabila tidak ditangani dengan baik dapat

mempengaruhi kinerja dan kehidupan sehari-hari.

Insomnia dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti stres, kecemasan

berlebihan, pengaruh makanan dan obat-obatan, perubahan lingkungan, dan

kondisi medis. Insomnia didiagnosis dengan melakukan penilaian terhadap pola

tidur penderita, pemakaian obat-obatan, alkohol, atau obat terlarang, tingkatan

stres psikis, riwayat medis, aktivitas fisik, dan kebutuhan tidur secara individual.

Insomnia dapat ditatalaksana dengan cara farmakologi dan non

farmakologi, bergantung pada jenis dan penyebab insomnia. Obat-obatan yang

biasanya digunakan untuk mengatasi insomnia dapat berupa golongan

benzodiazepin (Nitrazepam, Trizolam, dan Estazolam), dan non benzodiazepine

(Chloral-hydrate, Phenobarbital). Tatalaksana insomnia secara non farmakologis

dapat berupa terapi tingkah laku dan pengaturan gaya hidup dan pengobatan di

rumah seperti mengatur jadwal tidur.

3.2. Saran

Karena kurangnya data mengenai epidemiologi insomnia di Indonesia,

maka diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai gambaran insomnia di

Indonesia.

15

Page 16: 217355969 Referat Insomnia

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan, H.I, Sadock BJ. 2010. Kaplan dan Sadock Sinopsis Psikiatri. Ed:

Wiguna, I Made. Tangerang: Bina Rupa Aksara Publisher

2. American Academy of Sleep Medicine. ICSD2 - International

Classification of Sleep Disorders. American Academy of Sleep Medicine

Diagnostic and Coding Manual . Diagnostik dan Coding Manual. 2nd. 2.

Westchester, Ill: American Academy of Sleep Medicine; 2005:1-32.

3. Zeidler, M.R. 2011. Insomnia. Editor: Selim R Benbadis.

(http://www.emedicina.medscape.com/article/1187829.com Diakses

tanggal 28 April 2013)

4. Tomb, David A. 2004. Buku Saku Psikiatri Ed 6. Jakarta: EGC

5. Insomnia.(http://www.mayoclinic.com/health/insomnia/DS00187/

DSECTION=alternative-medicine Diakses tanggal 28 April 2013)

6. Maslim, Rusdi. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan

Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika

Atmajaya.

7. Maslim, Rusdi. 2001. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat

Psikotropik. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.

8. Gelder, Michael G, etc. 2003. New Oxford Textbook of Psychiatry.

London: Oxford University Press

16