PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST OPERASI REPOSISI DISLOKASI ELBOW SINISTRA

91
UNIVERSITAS INDONESIA PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST OPERASI REPOSISI DISLOKASI ELBOW SINISTRA LAPORAN KONFERENSI KASUS KELOMPOK 4 Anggota: Dimas Adi Praharatri Mega Putri Salma Muazaroh Rizka Aulia Rhona Agasti

description

makalah konfre kelompok 4 RSPAD fisioterapi UI 2012

Transcript of PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST OPERASI REPOSISI DISLOKASI ELBOW SINISTRA

UNIVERSITAS INDONESIA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS

POST OPERASI REPOSISI DISLOKASI ELBOW SINISTRA

LAPORAN KONFERENSI KASUS

KELOMPOK 4

Anggota:

Dimas Adi Praharatri

Mega Putri

Salma Muazaroh

Rizka Aulia

Rhona Agasti

PROGRAM VOKASI

BIDANG STUDI RUMPUN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI

UNIVERSITAS INDONESIA

PROGRAM VOKASI

BIDANG STUDI RUMPUN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI

LEMBAR PENGESAHAN

Makalah konfrensi kasus telah disetujui, dikoreksi, dan diterima Pembimbing

Praktek Klinik Program Studi Fisioterapi Poli Muskuloskeletal di RSPAD Gatot

Soebroto untuk melengkapi tugas Praktek Klinik I Tahun 2014.

Pada Hari :

Tanggal :

Pembimbing,

................................

Sutikno, SKM, M.Fis

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah konferensi kasus

Fisioterapi Muskuloskeletal ini dengan tepat waktu.

Pembuatan makalah ini yang berjudul ‘Penatalaksanaan Fisioterapi pada

Kasus Post Operasi Reposisi Dislokasi Elbow Sinistra’ bertujuan untuk

melengkapi tugas dalam Praktek Klinik I Semester V di RSPAD Gatot Soebroto.

Kami sebagai tim penyusun mengucapkan terima kasih kepada para

pembimbing praktek klinik yakni fisioterapis di RSPAD Gatot Soebroto, terutama

pembimbing Fisioterapi Muskuloskeletal yang telah memberikan ilmu serta

waktunya untuk membimbing dan mendukung kami selama pembuatan makalah

ini serta orang tua dan teman-teman mahasiswa fisioterapi Universitas Indonesia

yang telah memberi bantuan baik material maupun spiritual. Terima kasih juga

kami sampaikan kepada pasien yang menjadi objek konferensi kasus kami beserta

keluarganya, atas waktu dan partisipasinya. Tanpa bantuan mereka semua,

makalah ini tidak akan tersusun dengan baik.

Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dalam segi materi

maupun sistematika penyusunan makalah.Oleh karena itu, kami mohon maaf atas

ketidaksempurnaan makalah ini dan kami menerima kritik dan saran yang

membangun untuk pembuatan makalah yang lebih baik kedepannya.Semoga

makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan rekan-rekan

fisioterapis khususnya.

Jakarta, November 2014

Tim Penulis

Kelompok 4

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii

KATA PENGANTAR..........................................................................................iii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi

DAFTAR TABEL................................................................................................vii

BAB IPENDAHULUAN..........................................................................................

1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................8

1.2 Identifikasi Masalah........................................................................................9

1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................9

1.4 Manfaat Penulisan.........................................................................................10

BAB IIKAJIAN TEORI..........................................................................................

2.1 Definisi Dislokasi............................................................................................11

2.2 Anatomi dan Fisiologi Elbow........................................................................11

2.3 Definisi Dislokasi Elbow................................................................................19

2.4 Klasifikasi Dislokasi Elbow...........................................................................19

2.5 Etiologi Dislokasi Elbow................................................................................21

2.6 Patofisiologi Dislokasi Elbow........................................................................21

2.7 Manifestasi Klinis Dislokasi Elbow..............................................................22

2.8 Diagnosis Dislokasi Elbow.............................................................................22

2.9 PrognosisDislokasi Elbow..............................................................................23

2.10 Penatalaksanaan Fisioterapi pada Dislokasi Elbow.................................23

BAB III ISI...........................................................................................................39

I. PENGUMPULAN DATA IDENTITAS PASIEN : (S)...............................39

II. PENGUMPULAN DATA RIWAYAT PENYAKIT (S).............................39

III. PEMERIKSAAN (O).....................................................................................41

IV. PENGUMPULAN DATA TERTULIS PEMERIKSAAN PENUNJANG45

V. DIAGNOSA FISIOTERAPI.........................................................................46

VI.PROGRAM PELAKSANAAN FISIOTERAPI (P).....................................46

VII.EVALUASI................................................................................................................52

BAB IVPENUTUP...............................................................................................55

4.1. Kesimpulan.....................................................................................................55

4.2. Saran...............................................................................................................55

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................57

LAMPIRAN..........................................................................................................58

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1 : ............................................................................................................

GAMBAR 2 : ...........................................................................................................

DAFTAR TABEL

Table 1: Tekanan Darah Normal.....................................................

Table 2: Denyut Nadi Normal..........................................................

Table 3: Repsiratory Rate Normal...................................................

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari, kita dituntut untuk memenuhi kebutuhan

pribadi dengan melakukan aktivitas-aktivitas tertentu.Dalam melakukan hal

tersebut, anggota gerak tubuh sangatlah berperan.Akan tetapi, tak jarang

ketika melakukan aktivitas tertentu terjadi kecelakaan atau trauma. Faktor-

faktor yang mengakibatkan hal tersebut antara lain kecerobahan manusia,

beban kegiatan yang berat, ketidaksengajaan, dan trauma lalu lintas. Trauma

tersebut dapat mengakibatkan cideranya anggota gerak.Salah satunya adalah

dislokasi.

Dislokasi adalah pindahnya permukaan sentuh tulang yang menyusun

sendi. Cidera ini diakibatkan oleh gaya yang menyebabkan sendi melampaui

batas normal anatomisnya.1 Dislokasi dapat terjadi di berbagai persendian

besar maupun kecil. Salah satunya adalah dislokasi elbow. Dislokasi elbow

merupakan kondisi di mana olecranon tidak berhubungan secara normal

dengan epycondylus humerus atau dapat juga bergesernya ulna dari humeri

maupun radius.

Menurut penelitian di USA, terdapat 6-13 kasus per 100.000 orang

yang mengalami dislokasi elbow. Cidera ini dapat sering terjadi pada pria

disbanding wanita. Dari semua dislokasi elbow, 10-50% terjadi pada atlet, dan

90% dislokasi elbow yang terjadi termasuk dislokasi posterior.2 Fisioterapi

mempunyai peran penting dalam meningkatkan lingkup gerak sendi, kekuatan

otot dan kemampuan fungsional pasien post reposisi dislokasi elbow.

Dalam makalah ini akan dibahas secara mendalam tentang Dislokasi

Elbow, dengan judul “Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus Post Reposisi

Dislokasi Elbow Sinistra.”

8

1.2 Identifikasi Masalah

1.2.1 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:

1. Bagaimana anatomi dan fisiologi Elbow?

2. Apa definisi Dislokasi?

3. Apa definisi Dislokasi Elbow?

4. Bagaimana klasifikasi Dislokasi Elbow?

5. Bagaimana etiologi Dislokasi Elbow?

6. Bagaimana patofisiologi Dislokasi Elbow?

7. Bagaimana manifestasi klinis Dislokasi Elbow?

8. Bagaimana diagnosis Dislokasi Elbow?

9. Bagaimana prognosis Dislokasi Elbow?

10. Bagaimana penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Dislokasi

Elbow?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah konferensi kasus ini dibagi menjadi dua,

yakni:

a) Tujuan Umum

1. Makalah konferensi kasus ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir kami

sebelum kami pindah stase pada peminatan lain

2. Untuk mengaplikasikan pengetahuan kami dalam mengatasi masalah

pada kasus Dislokasi Elbow

b) Tujuan Khusus

Bagi mahasiswa :

1. Mengetahui anatomi dan fisiologi Elbow

2. Mengetahui definisi Dislokasi

3. Mengetahui definisi Dislokasi Elbow

4. Mengetahui klasifikasi Dislokasi Elbow

5. Mengetahui etiologi Dislokasi Elbow

9

6. Megetahui patofisiologi Dislokasi Elbow

7. Mengetahui manifestasi klinis Dislokasi Elbow

8. Mengetahui diagnosis Dislokasi Elbow

9. Mengetahui prognosis Dislokasi Elbow

10. Mengetahui penatalaksanaan fisioterapi pada Dislokasi Elbow

Bagi pasien :

Mengetahui hal-hal yang harus dilakukan untuk membantu proses

rehabilitasi sehingga pasien dapat menjalani aktivitas sehari-hari

dengan mandiri tanpa keluhan.

1.4 Manfaat penulisan

Bagi Penulis

Menambah pemahaman mengenai kasusDislokasi Elbow dan

menerapkan penatalaksanaan fisioterapi yang baik dan benarpada kasus

tesebut.

Bagi Fisioterapis

Dapat memperkaya atau menambah pengetahuan mengenai Dislokasi

Elbow dan mampu mengembangkan aplikasi latihan di rumah maupun di

rumah sakit atau klinik.

10

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Definisi Dislokasi

Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi.

Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau

terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari

mangkuk sendi).5Karena terpeleset dari tempatnya, maka sendi itu pun

menjadi macet. Selain macet, juga terasa nyeri. Sebuah sendi yang pernah

mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor.

Akibatnya, sendi itu akan gampang dislokasi lagi. Keadaan dimana tulang-

tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan, secara anatomis (tulang

lepas dari sendi) Keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya,

dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan

segera. Patah tulang di dekat sendi atau mengenai sendi dapat menyebabkan

patah tulang disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi.5

2.2 Anatomi dan Fisiologi

2.2.1 Anatomi Tulang dan Sendi Elbow

Elbow joint tersusun atas tiga tulang yaitu humerus (tulang lengan

atas), ulna (tulang hasta), dan radius (tulang pengumpil lengan bawah).3

2.2.1.1 Tulang Humerus

Tulang humerus/ pangkal lengan atas (proksimal humeri)

memiliki bongkol sendi yang berhubungan dengan caput humeri pada

scapula. Pada bagian inferiornya terdapat columna humeri yang

dibawahnya terdapat tuberkulum mayor dan di bagian lateral terdapat

tuberkulum minor, diantara keduanya terdapat sulcus

intertubercularis. Pada permukaan lateralis terdapat tuberositas

deltoideus. Bagian ujung distal corpus humeri melebar dan pada

pinggir luar terdapat epicondilus lateralis, sedangkan bagian pinggir

dalam terdapat epicondilus medialis. Hubungan humerus dengan

tulang-tulang lengan bawah fossa antebrakhii terdapat pada trokhlea

11

humeri bagian medialis dengan ulna dan capitulum humeri bagian

lateral dengan radialis. Sebelah depan bagian proksimal dari trokhlea

terdapat fossa coronoid, prosesus coronoid pada ulna dan fossa

radialis untuk capitulum radii, sedangkan sebelah belakang fossa

olecrani untuk prosesus olecrani pada ulna.3

12

2.2.1.2 Tulang Ulna

Tulang panjang berbentuk prisma terletak sebelah medial

lengan bawah sejajar dengan radius dan mempunyai 2 ekstremitas.

1. Ekstremitas proksimal ulnaris: mempunyai insisura

semiulnaris persendian dengan trokhlea humeri, di bagian

belakang ujung terdapat benjolan disebut olecranon sedangkan

13

pada tepi distal dari insisura semiulnaris ulna terdapat

prosesus coronoideus.

2. Ekstremitas distalis ulna: yaitu capitulum ulna mempunyai

prosesus stiloideus ulna

2.2.1.3 Tulang Radius

Tulang radius terletak disebelah lateralis dari ulna dan

mempunyai dua ujung (ekstremitas).

1. Ekstremitas proksimalis: lebih kecil terdapat pada caput radii

yang terletak melintang, bagian sebelah atas mempunyai

persendian dengan humeri.

2. Ekstremitas distalis radii: lebih lebar dan agak rata daripada

bagian dorsalis dan dapat ditemui alur (sulkus) m. Ekstensor

carpi radialis.5

14

2.2.2 Sendi Penyusun Elbow

Sendi penyusun pada elbow yaitu:

1. Humeroulnaris joint

Ginglimus atau hinge joint, dibentuk oleh trochlea humeri

(konveks) dan capitulum humeri bersendi dengan fovea trochlearis

ulna (konkaf) serong 45 ventroproksimal.Gerakan pada humeroulnar

joint yaitu fleksi dan ekstensi.

2. Humeroradialis joint

Hinge joint dibentuk oleh trochlea humeri bersendi dengan fovea

trohlearis radii berbentuk seperti mangkuk menghadap ke proksimal

searah sumbu os radii. Gerakan pada humeroradialis joint yaitu fleksi

dan ekstensi.

3. Proksimal radioulnar joint

15

Jenis sendi putar, dibentuk oleh capitulum radii (konveks) seperti

selinder bersendi dengan fovea radii (konkaf).Gerakan pada sendi ini

yaitu pronasi dan supinasi.Yaitu perputaran capitulum radii 160

terhadap fovea radii os ulna dimana bersama dengan distal radio ulnar

joint.

2.2.3 Kapsul dan Ligamen pada Elbow

Kapsul siku secara anterior maupun posterior relatif tipis dan

ditutupi otot brochialis (berhubungan dengan lengan atas) di muka dan

triceps brachii di belakang. Kapsul ini diperkuat oleh ligamen-ligamen

kolateral ulna dan radial.4Kapsul ini menutup olekranon, prosessus

coronodeus, fossa radialis dan ligamen anulare.

Untuk menghubungkan tulang humerus dengan tulang ulna dan

radius, maka diperkuat oleh ligamen-ligamen yang terletak pada sendi

siku. Ligamen-ligamen itu terdiri dari:

1. Ligamen colateral ulnar (medial) yaitu ligamen yang berasal dari

epicondylus medial humerus dan memperkuat sendi humeroulnaris

di sisi medial. Ligamen kolateral ulna tersusun atas suatu pita

anterior yang kuat dengan lembaran-lembaran melintang dan tengah

16

yang lebih lemah. Berfungsi sebagai stabilisator pada gerakan fleksi /

ekstensi elbow.4

2. Ligamen collateral radial (lateral) yaitu ligamen yang terbentang dari

epicondylus lateral humeri ke ligamen annular radii menuju tulang

ulna. Memperkuat sendi humeroradial di sisi lateral. Ligamen

collateral radial tidak melekat pada radius, yang bebas berputar.

Radius berputar dalam alur radial ulna dan distabilisasi dengan

sebuah ligamen annular yang kuat. Berfungsi sebagai stabilisator

pada gerakan fleksi / ekstensi elbow.4

3. Ligamen annular radii yaitu ligamen yang bersama dengan ligamen

collateral radial menahan capitulum humeri pada tempatnya.

Ligamen annular tertempel pada batas-batas anterior dan posterior

alur

17

2.2.4 Synovium dan Bursa pada Elbow

Membran synovial yang umum mengisi sendi-sendi antara siku dan

radioulnar superior, melumasi srtuktural-struktural yang lebih dalam pada

kedua sendi, seperti kapsul yang mengelilingi keseluruhan sendi siku,

yang paling utama di dalam area siku adalah bursa-bursa bicipital dan

olecranon. Bursa bicipital berada di dalam aspek anterior tuberositas

bicipital dan

mengalasi

tendon pada saat lengan atas diputar ke dalam. Bursa olecranon berada di

antara processus olecranon dan kulit.4

18

2.2.5 Otot-otot pada Elbow

Otot-otot siku terdiri dari biceps brachii, otot-otot brachial dan

brachioradial, semuanya ini bergerak secara fleksi. Pada waktu bergerak

ekstensi dikendalikan oleh otot tricep brachii. Untuk gerakan supinasi

lengan tangan bagian depan dikendalikan oleh otot supinator dan bicep

brachii. Adapun untuk bergerak secara pronasi dikendalikan oleh otot

pronator teres dan pronator quadratus.4

19

2.2.6 Pembuluh

Darah dan

Saraf pada Elbow

Jaringan lunak superfisial dekat dengan kulit di siku sebelah depan

terdapat pembuluh darah vena yang menuju ke jantung. Jauh di dalam

fosa/lekuk antecubital terdapat arteri-arteri brachial dan medial yang

memasok area ini dengan darah yang teroksigenasi. Saraf-saraf yang

berasal dari vertebrae servicalis ke lima sampai ke delapan dan vertebrae

20

thoracis mengendalikan otot-otot siku. Dalam fossacubital saraf-saraf ini

menjadi saraf-saraf musculocutaneous, radial, dan median.4

Tabel 1. Gerakan yang melawan untuk menentukan kelemahan otot dalam hubungannya dengan cedera siku

2.3 DefinisiDislokasi Elbow

Dislokasi elbow merupakan suatu cidera berupa keadaan abnormal pada

regio elbow, dimana olekranon tidak berhubungan secara normal dengan

epicondylus humeri atau bergesernya ulna kebelakang dari ujung bawah

humeri. Biasanya hal ini terjadi ketika seseorang terjatuh dengan posisi elbow

sedikit fleksi.

Anak kecil mungkin pernah mengalami dislokasi elbow, kadang-kadang

dikenal dengan istilah “nursemaid elbow”, jika elbow ini diangkat atau

diayunkan oleh lengan mereka. Jika seseoarang mengalami dislokasi elbow

sebaiknya segera mencari pertolongan medis.

Komplikasi yang bisa terjadi yaitu bila dislokasi ini mengenai pembuluh

darah dan saraf. Dalam kebanyakan kasus, dislokasi elbow ini dapat diperbaiki

tanpa melalui operasi.

Namun, dampaknya

bisa menyebabkan

21

elbow terkilir atau bisa juga terjadi patah tulang dalam sendi, jadi tindakan

bedah juga perlu dilakukan.6

2.4 KlasifikasiDislokasi

2.4.1 Klasifikasi Umum

Secara umum, dislokasidapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Dislokasi kongenital

Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.

2. Dislokasi patologik

Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi.

misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan

oleh kekuatan tulang yang berkurang.

3. Dislokasi traumatik

Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak

dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia)

akibat oedema (karena mengalami pengerasan). Terjadi karena

trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari

jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur

sendi, ligamen, syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan terjadi

pada orang dewasa.

22

2.4.2 Klasifikasi Klinik

Sedangkan berdasar tipe kliniknya, dislokasi dapat dibagi menjadi:

1. Dislokasi Akut

Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai

nyeri akut dan pembengkakan di sekitar sendi

2. Dislokasi Berulang

Jika suatu trauma dislokasi pada sendi diikuti oleh

frekuensi dislokasi yang berlanjut dengan trauma yang minimal,

maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada

shoulder joint dan patello femoral joint. Dislokasi biasanya

sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan

oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya

trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.

2.4.3 Klasifikasi berdasarkan Arah Replacement

Berdasarkan arah displacementnya, dislokasi diklasifikasikan

sebagai berikut:7

1. Anterior dislocation elbow

2. Posterior dislocation elbow

3. Medial dislocation elbow

4. Lateral dislocation elbow

2.5 Etiologi Dislokasi Elbow

Dislokasi umumnya disebabkan oleh :

1. Cedera olah raga

Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah

sepak bola dan hoki, serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya :

terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan

pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan

dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain

lain.

2. Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga

23

Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya

menyebabkan dislokasi.

3. Terjatuh

Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang

licin

Tidak diketahui

Faktor predisposisi (pengaturan posisi)

Akibat kelainan pertumbuhan sejak lahir

Trauma akibat kecelakaan.

Trauma akibat pembedahan ortopedi (ilmu yang mempelajarin

tentang tulang)

Terjadi infeksi disekitar sendi.5

Mekanisme cedera pada dislokasi elbow biasanya terjadi karena

pada saat pasien terjatuh posisi siku sedikit fleksi dan lengan bawah

pronasi yang mengakibatkan stres varus pada siku.7

2.6 Patofisiologi Dislokasi Elbow

2.6.1 Dislokasi Anterior

Sebuah dorongan yang kuat pada aspek posterior dari siku

yang fleksi dapat menyebabkan dislokasi anterior siku. Gaya ini

mendorong olekranon maju dalam kaitannya dengan

humerus.Dislokasi anterior dan fraktur terbuka pada umumnya

terkait dengan gangguan arteri brakialis dan / atau cedera pada

saraf median.8

2.6.2 Dislokasi Posterior

Jatuh dengan posisi lengan full ekstensi dan abduksi adalah

mekanisme terjadinya dislokasi posterior siku. Sebagai contoh

adalah seseorang yang bermain sepatu roda lalu terjatuh ke

belakang dan lengan full ekstensi ke belakang untuk menahan

jatuhnya. Dislokasi posterior tertutup pada umumnya tidak terkait

dengan cidera neurovascular.8

24

2.7 Manifestasi Klinis

Manifestasi atau gejala klinis pada dislokasi elbow yaitu10:

Nyeri berat

Bengkak

Memar

Deformitas pada siku

Kesulitan menggerakan siku

Lemah atau tidak ada aliran darah di pergelangan tangan (kerusakan

pembuluh darah)

Mati rasa atau tidak adanya sensasi pada tangan (cedera saraf)

2.8 Diagnosis

Untuk mendiagnosa dislokasi elbow, dokter akan memeriksa lengan.

Dokter memeriksa tenderness, bengkak, dan deformitas serta mengevaluasi

kulit dan sirkulasi darah ke lengan. Syaraf di pergelangan tangan juga akan

diperiksa. Jika arteri terluka pada saat dislokasi, tangan akan terasa dingin

pada saat di sentuh dan mungkin memiliki rona putih atau ungu. Hal ini

disebabkan oleh kekurangan darah hangat yang menuju ke tangan.9

Penting juga untuk memeriksa aliran saraf ke tangan. Jika saraf terluka

selama dislokasi, beberapa atau semua tangan mungkin mati rasa dan tidak

bisa bergerak.

Sinar-X (X-Ray) adalah cara terbaik untuk memastikan dislokasi siku.

Jika detail tulang sulit diidentifikasi pada sinar-X, computed tomography (CT)

scan dapat dilakukan. Jika penting untuk mengevaluasi ligamen, gambar

resonansi magnetik (MRI) dapat membantu.11

2.6 Prognosis Dislokasi Elbow

Sekitar 50% pasien dengan dislokasi siku mencapai pemulihan penuh,

termasuk ROM penuh. Sepertiga dari pasien mengalami beberapa

keterbatasan gerak pada siku, biasanya kurang dari 10°. Sisanya 10-15%

pasien memiliki kekurangan yang lebih signifikan dalam fungsi, terutama

yang berkaitan dengan ROM terbatas. Beberapa korelasi ada antara tingkat

25

keparahan cedera awal dan kemungkinan memiliki keterbatasan gerak yang

signifikan lebih lanjut dalam waktu dari terjadinya cedera.10

2.7 Penatalaksanaan Fisioterapi pada Dislokasi Elbow

Asesmen merupakan proses pengumpulan data baik data pribadi

maupun data pemeriksaan pasien yang kemudian menjadi dasar dari

penyusunan program terapi dan tujuan terapi yang disesuaikan dengan

kondisi pasien serta lingkungan sekitar pasien. Dalam asesmen meliputi:

2.11.1 Anamnesis

Anamnesis merupakan cara pengumpulan data dengan jalan tanya

jawab antara terapis dengan sumber data.12 Dilihat dari segi

pelaksanaannya anamnesis dibedakan atas dua yaitu:

Autoanamnesis, merupakan anamnesis yang langsung ditujukan

kepada pasien yang bersangkutan.12

Alloanamnesis, merupakan anamnesis yang dilakukan terhadap orang

lain yaitu keluarga, teman, ataupun orang terdekat dengan pasien yang

mengetahui keadaan pasien tersebut.12

Anamnesis yang akan dilakukan berupa:

2.11.1.1 Anamnesis Umum

Anamnesis ini berisi tentang : nama, tempat tanggal lahir(umur),

alamat, hobi dan diagnosis medik. Identitas pasien harus diisi

selengkap mungkin bertujuan untuk menghindari kesalahan dalam

pemberian tindakan.12

2.11.1.2 Anamnesis Khusus

Keluhan Utama

Keluhan utama merupakan alasan pasien datang ke

fisioterapi.Keluhan utama pasien dijadikan sebagai acuan dalam

menggali informasi lebih dalam, melakukan pemeriksaan, dan

pemberian tindakan.12

Riwayat Penyakit Sekarang

Menceritakan hal-hal yang berhubungan dengan keluhan

utama yaitu perjalanan penyakit sejak timbul keluhan samapai

26

dilakukan intervensi fisioterapi sekarang.Riwayat penyakit

sekarang merupakan rincian dari keluhan utama, yang berisi

riwayat perjalanan penyakit secara kronologis dengan jelas dan

lengkap serta keterangan tentang riwayat pengobatan yang

pernah dilakukan sebelumnya dan hasil yang diperoleh.Hal ini

bertujuan sebagai acuan dalam melakukan pemeriksaan serta

pemberian tindakan.12

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit yang berhubungan tidak langsung

ataupun tidak berhubungan sama sekali dengan keluhan utama.

Meliputi penyakit diare, gangguan jantung atau penyakit lainnya,

pernah dirawat di rumah sakit atau tidak, dimana, kapan atau saat

usia berapa tahun, dan berapa lama. Hal ini perlu diketahui

karena ada beberapa penyakit yang sekarang dialami ada

hubungannya dengan penyakit yang pernah dialami sebelumnya

serta sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan cara dan

toleransi latihan.12

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit yang sama seperti pasien yang diderita oleh

anggota keluarga lain.

Riwayat Psikososial

Riwayat psikososial pada kasus anak berisikan informasi anak

ke berapa dari berapa bersaudara, usia, pendidikan, dan pekerjaan

orang tua, sehari-hari anak diasuh oleh siapa.

2.11.2 Pemeriksaan

2.11.2.1 Pemeriksaan Umum

a. Cara datang

Mandiri, digendong atau menggunakan alat bantu

b. Kesadaran

27

Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon

seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan,12Tingkat

kesadaran dibedakan menjadi :

1. Compos Mentis atau conscious, yaitu kesadaran normal,

sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan

tentang keadaan sekelilingnya.

2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk

berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.

3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi berupa orang, tempat,

waktu, memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi,

kadang berhayal.

4. Somnolen atau Obtundasi, yaitu kesadaran menurun, respon

psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran

dapat pulih bila dirangsang atau mudah dibangunkan tetapi

jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.

5. Stupor atau soporo koma, yaitu keadaan seperti tertidur

lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.

6. Coma atau comatos, yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada

respon terhadap rangsangan apapun atau tidak ada respon

kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada

respon pupil terhadap cahaya.

c. Tensi atau Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada

dinding arteri.Tekanan sistolik adalah tekanan darah pada saat

terjadi kontraksi otot jantung.Sedangkan, tekanan diastolik

adalah tekanan darah yang digambarkan pada rentang di antara

grafik denyut jantung.Tekanan darah biasanya digambarkan

sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik:12

28

Table 1: Tekanan Darah Normal

d. Nadi

Mengetahui denyut nadi merupakan dasar untuk

melakukan latihan fisik yang benar dan terukur atau

mengetahui seberapa keras jantung bekerja.12Pengukuran nadi

dilakukan dengan durasi 1 menit.

Berikut dibawah ini adalah frekuensi denyut nadi normal:

Pada bayi baru lahir 160

1 tahun pertama 120

2 tahun 110

Umur 5 tahun 96-100

Pada umur 10 tahun 80-90

Pada orang dewasa 60-80

Table 2: Denyut Nadi Normal

e. RespirasiRate

Respirasi rate adalah jumlah seseorang mengambil napas

per menit.Respirasi dalam posisi diam dan hanya melibatkan

hitungan jumlah napas selama satu menit dengan menghitung

berapa kali dada meningkat.

UmurKecepatan normal pernafasaan tiap menit

Bayi baru lahir 30 – 40

1 tahun 30

1-5 tahun 24

29

Orang dewasa 10-20

Table 2: Repsiratory Rate Normal

f. Suhu Badan

Pemeriksaan suhu badan bisa menggunakan punggung

tangan. Afebris berarti dalam batas normal, subfebris berarti

demam yang tidak tinggi atau saat dipalpasi terasa hangat,

febris berarti demam.12

g. Status Gizi

Body Mass Index atau dalam bahas Indonesia disebut Index

Masa Tubuh atau IMT adalah sebuah ukuran terhadap tinggi

badan yang umum digunakan untuk menggolongkan orang

dewasa ke dalam kategori Underweight yaitu kekurangan berat

badan, Overweight yaitu kelebihan berat badan danobesitasyaitu

kegemukan. Rumus atau cara menghitung BMI sangat mudah,

yaitu dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan

kuadrat dari tinggi badan dalam meter yaitu kg/m2.12 Untuk

mengetahui nilai IMT, dapat dihitung dengan rumus berikut :

IMT =Berat Badan(Kg)Tinggi Badan(m)

30

Tabel 4: Klasifikasi Indeks Massa Tubuh menurut WHO

2.11.2.2 Pemeriksaan Khusus

1) Inspeksi

Fase observasi yang bertujuan untuk mendapatkan

informasi dari penglihatan atau penampilan.Berlangsung

mulai dari pasien berjalan dari ruang tunggu sampai masuk

dan di periksa di dalam ruangan pemeriksaan.Hal hal yang

harus di periksa pada saat melakukan inspeksi adalah:12

Posture dan aligment

Deformitas

Kontur tubuh

Kontur jaringan lunak

Kesimetrisan batang tubuh

Warna dan tekstur kulit

Luka atau tanda tanda cidera

Krepitasi atau bunyi yang tidak normal dari sendi

Tanda radang

Ekspresi

Pola gerakan abnormal atau tidak

2) Palpasi

Suatu tindakan pemeriksaan yang dilakukan dengan

perabaan dan penekanan bagian tubuh dengan menggunakan

jari-jari atau tangan.Palpasi dapat digunakan untuk

mendeteksi suhu tubuh, adanya getaran, pergerakan, bentuk,

kosistensi, dan ukutan rasa nyeri tekan dan kelainan dari

jaringan/organ tubuh.Palpasi merupakan tindakan penegasan

dari hasil inspeksi untuk menemukan yang tidak terlihat.31

3) Move

Pemeriksaan gerak dapat di lakukan dengan 3 cara,yaitu:

a. Active Movement

Secara aktif dilakukan oleh pasien.Menunjukkan

gerakan fisiologi. Hal hal yang di perhatikan dalam

pemeriksaan gerak aktif yaitu dimana dan kapan nyeri

muncul, gerakan seperti apa yang ameningkatkan rasa

nyeri dari pasien, pola gerakan dan gerak kompensasi

pasien, ritme gerakan yang dapat di lakukan pasien.

Selain itu dapat juga menunjukkan motivasi pasien

untuk menggerakkan tubuhnya.Gerakan aktif yeng

terbatas juga mengidentifikasikan adanya masalah pada

sendi.

b. Passive movement

Gerak pasif di lakukan oleh terapis atau

pemeriksa.Gerakan pasif menunjukkan gerak

anatomi.Dengan menggerakkan pasien secara pasif,

terapis dapat merasakan hyper atau hypo mobility dari

suatu sendi. Dalam pemeriksaan gerak pasif yang harus

dinilai oleh terapis adalah kapan dan dimana muncul

nyeri dan end feel dari gerakan serta ROM gerakan

yang dapat di capai oleh pasien

c. Resisted movement

Dilakukan dengan memberikan tahanan pada

gerakan agar tidak terjadi perubahan suduit sendi. Yang

harus di lihat oleh terapis adalah kontraksi yang

bagaimana yang menimbulkan nyeri, bagaimana

intensitas dan kualitas dari nyerinya ; kekuatan

kontraksi otot ; dan terapis dapat menyimpulkan tipe

32

kontraksi seperti apa yang dapat menimbulan nyeri atau

masalah.

Dalam pemeriksaan gerak, aspek lain yang di lihat adalah:

1. Visual Analog Scale

Visual Analog Scale adalah skala yang digunakan

untuk menentukan tingkatan nyeri.Pasien diminta

mendeskripsikan rasa sakitnnya dengan menentukan

nilai dari 1-10.Pasien dapat dengan bebas

mengekspresikan rasa nyeri yang mereka rasakan.

2. MMT

Derajat dari MMT di nilai dalam angka dari 0

sampai dengan 5.Derajat yang diberikan

menggambungkan antara faktor subjektif dan

objektif.Faktor subjektif adalah penilaian penguji pada

tahanan yang di berikan pada pasien dalam

test.Sedangkan faktor objektif adalah kemampuan

pasien untuk memenuhi ROM atau melawan tahanan

dan gravitasi.

Grade Terbilang Keterangan

0 Zero Tidak ada pergerakan otot, baik

secara palpasi atau visual

1 Trace Penguji dapat mendeteksi adanya

kontraksi dari satu atau lebih otot

yang berpasrtisiapasi dalam

menimbulkan sebuah gerakan yang

sedang di uji baik secara palpasi

atau terlihat. Namun tidak ada

pergerakan dari sendinya

2 Poor Otot dapat memenuhi full ROM

33

dalam posisi yang gaya gravitasinya

minimal. Biasanya dalam posisi

horizontal

3 Fair Otot atau group otot dapat

memenuhi ROM penuh dan dapat

melawan tahanan dari gravit dari

gravitasi saja.

4 Good Dapat memenuhi ROM full dan

melawan gravitasi serta dapat

melawan tahanan tanpa berhenti di

tengah tengah ROM.

5 Normal Dapat mmemenuhi ROM dan

melawan tahanan maksimal

Table 3 MMT

3. ROM

Merupakan pemeriksaan dasar untuk menilai

pergerakan dan mengidentifikasikan masalah gerak

untuk intervensi.Ketika sendi bergerak dengan

ROM yang full atau penuh, semua struktur dalam

region sendi tersebut mulai dari otot, ligament,

tulang dan fasia ikut terlibat di

dalamnya.Pengukuran ROM di lakukan dengan

gonio untuk menilai ROM dalam derajat. Range

dari otot berhubungan dengan fungsi dari otot itu

sendiri, tujuan dari pengukuran ROM adalah untuk:

Menentukan limitasi dari fungsi atau adanya

potensi dari deformitas

Menentukan mana range yang harus di

tingkatkan

Menentukan apakah di perlukannya penunjang

atau alat bantu

34

Menegakkan pemeriksaan secara objektif.

Merekam peogressif atau regressif dari kelainan

sendi

Gambar 1: ROM normalJoint Range of Motion and Mucle Length Testing, 2002

35

Gambar2 Range of Motion Tubuh, Evaluation of Joint Range of Motion, Lorraine Williams Pedretti

2.11.3 Pengumpulan Data Tertulis Pemeriksaan Penunjang

Merupakan data-data yang dijadikan sebagai referensi.

1. Elektromiografi (EMG) dan Nerve Conduction Velocity

(NCV)

2. Tes Laboratorium

3. Imaging test

a. Magnetic Resonance Imaging atau MRI

b. CT scan

2.11.4 Diagnosa Fisioterapi

Diagnosa merupakan simpulan dari urutan masalah yang

didapat berdasarkan hasil pemeriksaan.Sedangkan urutan masalah

didapatkan dari pemeriksaan umum maupun pemeriksaan khusus dan

juga keluhan dari pasien itu sendiri berdasarkan prioritas.12

Berisi tentang penegakkan diagnosa fisioterapi yang didapat

dari permasalahan fisioterapi yang terdiri dari impairment, functional

limitation dan partisipasi restricted.

36

2.11.5 Program Pelaksanaan Fisioterapi

1. Pengumpulan data program Fisioterapi dari dokter Rehabilitasi

Medik

Merupakan program yang disusun oleh dokter Rehabilitasi

Medik yang bersangkutan.

2. Tujuan

a. Tujuan Jangka Pendek

b. Tujuan Jangka Panjang

.

3. Metode Pemberian Fisioterapi

Berisikan tentang semua terapi yang akan diberikan kepada

pasien sesuai dengan maslah fisioterapi, yang terdapat dalam metoda

ini adalah jenis latihan, metoda latihan, dosis (intensitas, durasi,

frekuensi) dan keterangan.

Pada kasus ini, metode yang diberikan adalah:

1. Modalitas

a. TENS

Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS)

merupakan alat bertenaga listrik bertegangan rendah yang

dialirkan ke kulit lewat elektroda yang diletakkan diatas area

yang mengalamigangguan.Arus listrik menmbloking saraf

sensorik area tersebut dengan jalan menghambat transmisi

nyeri menuju otak.

b. Ultrasound (US)

Ultrasound therapy adalah suatu terapi dengan

menggunakan getaran mekanik gelombang suara dengan

frekuensi lebih dari 20.000 Hz. Yang digunakan dalam

fisioterapi adalah 0,5-5 MHz dengan tujuan untuk

mrnimbulkan efek teurapeutik melalui proses tertentu.

c. Massage

37

Terapi massage merupakan teknik manipulasi

jaringan lunak melalui tekanan dan gerakan. Massage

membantu penderita rileks dan tidak merasakan nyeri.

Beberapa jenis teknik terapi massage meliputi:stroking,

kneading dan friksi otot serta gerakan pasif dan aktif serta

terapi trigger point (memfokuskan pada area yang mengalami

gangguan) dan massage jaringan dalam/deep tissue massage

(menggunakan geseran yang pelan dan friksi yang kuat).

d. ROM Exercise

Jangkauan gerak (range of motion/ROM) merupakan

istilah yang dipergunakan untuk menggambarkan jarak dan

arah gerak suatu area persendian dalam tubuh. Penurunan

ROM dapat diakibatkan oleh cedera maupun dapat pula

disebabkan oleh proses penuaan. Ketika gangguan persendian

sampai pada tahap kronis (misalnya pada nyeri punggung

bawah), pengurangan ROM secara alamiah dilakukan oleh

tubuh untuk mengurangi rasa nyeri, menghindari kerusakan

lebih lanjut, menjaga agar jaringan yang sedang diupayakan

penyembuhannya tersebut tidak mengalami tekanan fisik

yang berat yang dimaksudkan untuk mempercepat proses

penyembuhan. Walaupun demikian apabila pengurangan

ROM ini berlangsung dalan jangka waktu yang lama

sedangkan proses penyembuhan tidak terjadi secara

sempurna, dapat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti

terjadinya kelainan gerak yang permanen. Oleh karenanya

pada kondisi kronis seperti ini fisioterapi sebaiknya ditujukan

agar meminimalkan kelainan gerak, memperbaiki ROM,

mempercepat dan membantu proses penyembuhan,

meningkatkan kekuatan dan kontrol otot, memperbaiki postur

dan keseimbangan, meningkatkan kemampuan untuk

aktivitas sehari-hari maupun aktivitas kerja.

38

e. Stretching

- Latihan stretching dinamis

Latihan stretching jenis ini melibatkan gerakan

aktif dengan menggunakan gerakan repetitive, ritmis

secara intensif.Latihan dinamis bersifat progresif sampai

mencapai jangkauan sendi yang diharapkan.Latihan

dinamis terutama bermanfaat untuk cedera

olahraga.Latihan ini meningkatkan fungsi otot dan

kontrol neuromuscular dengan menggunakan latihan

repetitif sehingga meningkatkan “ingatan” otot terhadap

gerak lewat pembiasaan.

- Latihan stretching statis

Pada latihan ini dilakukan tahanan terhadap

gerakan dalam jangka waktu tertentu untuk mendapatkan

efek yang diinginkan (biasanya waktu yang diperlukan

minimal 30 detik).Latihan statis ditekankan pada

pemulihan postur dan fungsi tubuh dengan gerakan

intensitas rendah yang terkontrol.Latihan statis biasanya

digunakan untuk meningkatkan fleksibilitas otot.Elemen

kontrol motorik halus dan perbaikan postur pada latihan

jenis ini sangat ditekankan dan dapat ditingkatkan dengan

menggunakan umpan balik dan koreksi dari ahli

fisioterapi.

f. Strengthening

Latihan penguatan bisa dibedakan menjadi isometrik,

isotonik, dan isokinetik.

Latihan penguatan isometrik adalah bentuk latihan

statik dimana otot berkontraksi dan menghasilkan force tanpa

perubahan panjang otot dan sedikit/tanpa gerakan sendi.

39

Latihan isometrik digunakan jika pasien tidak dapat

mentoleransi gerakan sendi berulang, misalnya pada sendi

yang nyeri atau inflamasi. Latihan isometrik meningkatkan

kekuatan otot dengan cepat, tetapi manfaat fungsionalnya

terbatas.

Latihan penguatan isotonik adalah latihan penguatan

dinamik dengan beban konstan dimana otot berkontraksi

memanjang (eksentrik) atau memendek (konsentrik) di

sepanjang luas gerak sendinya. Kontraksi eksentrik

menyebabkan stress yang lebih besar tetapi menghasilkan

kekuatan otot yang lebih besar pula. Latihan isotonik

bemanfaat untuk meningkatkan kekuatan otot, daya tahan,

dan power. Latihan isokinetik adalah latihan dengan gerak

terkendali sehingga gerakan terjadi melalui suatu rentang

sendi pada kecepatan angular yang konstan selama otot

memendek atau memanjang dengan beban dapat bervariasi.

Latihan penguatan juga dapat dibedakan menjadi

latihan closed kinetic chain (bagian distal ekstremitas

terfiksasi) dan Open kinetic chain (bagian distal ekstremitas

bebas).Strengthening (penguatan otot) pada pasien post

operasi reposisi dislokasi ulna bersasaran pada m. bicep dan

m. tricep.

g. Hold Relax and Contrax Relax

Hold Relax adalah salah satu teknik khusus exercise

Proprioceptive Neuro Muscular Facilitation (PNF)

menggunakan kontraksi isometric secara optimal dari otot

antagonisnya yang memendek sampai terjadi penambahan dan

penurunan nyeri

40

4. Uraian tindakan fisioterapi

Uraian tindakan fisioterapi merupakan implementasi metode

pemberian fisioterapi.

5. Program untuk di Rumah

Home program merupakan semua hal yang berkaitan dengan

tujuan jangka pendek dan jangka panjang yang dapat dilakukan di

rumah terutama dalam kehidupan sehari-hari.Biasanya terapis

memberikan edukasi kepada orang tua atau keluarga pasien untuk

melakukan kembali latihan seperti yang dilakukan terapis.

2.11.6 Evaluasi

1. Evaluasi Hasil Terapi

Evaluasi dilakukan sesaat melakukan tindakan, dan setelah

dilakukan tindakan fisioterapi. Jika pasien mengalami kemajuan dari

sebelumnya maka evaluasi ditulis dalam format Subjektif, Objektif,

Assesmen, Planning.

41

BAB III

ISI

UNIVERSITAS INDONESIA

PROGRAM VOKASI

BIDANG STUDI RUMPUN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI

FORMULIR FISIOTERAPI

Nama fisioterapi :Teguh S. P., Amd. FT, SAP Peminatan : FT B

Nama dokter : dr. Hartono Seco Utomo, Sp.KFR Ruangan : PoliB Lt 2

No. CM : 40-32-30 Pemeriksaan : 4 Nov 2014

I. PENGUMPULAN DATA IDENTITAS PASIEN : (S)

Nama Inisial : Ny. APL

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat & tgl lahir : Ujung Pandang, 16 November 1987

Alamat :Asrama Yonkav 9/BU RT/RW 001/003 Kel.

Pondok Jagung, Kec. Serpong Utara, Tangerang

Pendidikan Terakhir : S2

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Hobi : Belanja

Diagnosa Medik : Neglected Dislocation Elbow Sinistra

II. PENGUMPULAN DATA RIWAYAT PENYAKIT (S)

KU : Siku sebelah kiri kaku, tidak dapat diluruskan

RPS : Pada 30 Januari 2014 Os jatuh terpeleset di belakang rumah

saat akan ke kamar mandi. Saat jatuh Os terduduk dengan

42

posisi tangan kiri menumpu, siku lurus dan tangan terputar

kearah dalam. Setelah jatuh Os masih sadar, tangan sakit tetapi

tidak bengkak. Saat siku ditekuk, tulang sejajar jari kelingking

di dekat siku menonjol keluar. Os langsung pergi ke tukang

urut, di tukang urut Os hanya diurut seperti biasa dan disuruh

untuk meluruskan sikunya selama sebulan. Tanggal 13 Maret

2014, Os merontgen sikunya dengan inisiatif sendiri. Hasil

rongent menyatakan ada deformitas pada sendi siku kiri, yaitu

letak tulang yang tidak sesuai. Setelah 1 bulan, Os tidak dapat

menekuk dan memutar lengan kiri bawahnya sama sekali,

tetapi Os tetap melanjutkan pergi ke tukang urut hingga 8 kali

dalam rentang waktu 2 bulan.

Pada tanggal 7 April 2014, Os mencoba ke tukang urut

yang lain. Saat pertama kali datang, tukang urut kedua

bermaksud untuk memperbaiki letak tulang pada sendi siku

dengan cara menarik tulang yang menonjol lalu mendorong

nya ke arah dalam. Untuk kedatangan selanjutnya Os hanya di

urut biasa. Tanggal 12 April 2014 Os merontgen kembali sendi

siku kirinya akan tetapi masih terdapat deformitas. Setelah ke

tukang urut kedua sebanyak 6 kali dalam waktu 3 bulan, saat

ditekuk tulang tidak terlalu menonjol.

Pada tanggal 9 Juli 2014 Os pergi ke rumah sakit

Kesdim Daan Mogot, Tangerang. Di RS Kesdim Os diminta

untuk rontgen kembali pada tanggal 21 Juli 2014. Dokter

mendiagnosa Os dengan Neglected Dislocation Elbow Sinistra.

Karena RS Kesdim tidak memiliki dokter orthopedic, maka Os

dirujuk ke RSPAD Gatot Soebroto. Tanggal 15 Agustus 2014

Os pergi ke bagian Orthopedic RSPAD dan ditangani oleh dr.

Robert. Os kembali diminta untuk rongent siku kiri pada

tanggal 21 Agustus 2014. Dr. Robert mendiagnosa Os dengan

Neglected Dislocation Elbow Sinistra. Os kemudian

dijadwalkan operasi untuk pemasangan wire pada tanggal 1

43

September 2014. Setelah operasi tangan kiri Os diposisikan

menekuk. Os rongent kembali pada tanggal 2 September 2014,

untuk melihat apakah posisi wire sudah tepat. Hasil rontgen

menunjukkan bahwa posisi wire sudah tepat. Setelah operasi

Os control ke orthopedic sebanyak 3 kali. Os lepas wire pada

tanggal 7 Oktober 2014. Setelah pelepasan wire Os di rujuk ke

Rehab medik. Tanggal 14 Oktober 2014 Os menjalankan

Fisioterapi dan Okupasi Terapi setelah di rujuk oleh dr Rehab

Medik.

RPD : Tidak ada

RPK : Tidak ada

RPSi : Os adalah seorang istri perwira Angkatan Darat yang memiliki

satu orang anak. Os sempat bekerja sebagai notaris namun

sekarang sudah resign dan saat ini Os bekerja sebagai ibu rumah

tangga.

III. PEMERIKSAAN (O)

a. Pemeriksaan Umum

Cara Datang : Datang sendiri

Kesadaran : Compos Mentis

Kooperatif /Tidak Kooperatif

Tensi : 110/70 mmHg

Nadi : 83 x/menit

Pernapasan : 19 x/menit

Suhu : Afebris

Berat Badan : 58 kg

Tinggi Badan : 169 cm

Status Gizi : IMT = BB = 58 = 20,31 kg/m2

TB2 1,692

Hasil: Normal menurut WHO

44

b. Pemeriksaan Khusus

Inspeksi :

1) Postur normal.

2) Posisi lengan fleksi elbow sinistra 90o.

3) Ada bekas luka post operasi di lateral elbow sinistra.

4) Lengan kiri tampak lebih kecil dibanding lengan kanan.

Palpasi :

1) Tighness otot biceps dan triceps sinistra.

2) Spasme otot deltoid sinistra.

3) Skala nyeri tekan di otot biceps dan triceps VAS 3.

Gerak :

1) Ada nyeri gerak. Ketika gerakan -55o< ROM >110o . Skala

nyeri gerak VAS 4.

2) Adanya keterbatasan ROM pada gerakan fleksi, ektensi

dan pronasi elbow sinistra.

Pemeriksaan MMT :

45

46

Regio Gerakan Dextra Sinistra

Shoulder

Fleksor 5 4

Ekstensor 5 4

Abduktor 5 4

Adduktor 5 4

Endorotator 5 4

Eksorotator 5 4

Elbow

Fleksor 5 4

Ekstensor 5 4

Pronasi 5 4

Supinasi 5 4

Ulnar deviasi 5 4

Thumb

Radial deviasi 5 4

DIP fleksi 5 4

MP fleksi 5 4

Adduksi 5 4

Palmar abduksi 5 4

Radial abduksi 5 4

Finger

MP fleksi 5 4

MP hiperekstensi 5 4

PIP fleksi 5 4

DIP fleksi 5 4

Abduksi 5 4

Kesimpulan: terdapat penurunan kekuatan otot pada lengan

kiri

Pemeriksaan ROM :

Regio/GerakanROM

Normal

Dextra Sinistra

Aktif Pasif Aktif Pasif

Shoulder

Fleksi 170-180° 170° 180° 165° 170°

Ekstensi 60° 60° 60° 60° 60°

Abduksi 170° 170° 170° 170° 170°

Adduksi 45° 30° 45° 30° 45°

Endorotasi at

90o abd70° 60° 70° 60° 70°

Eksorotasi at

90o abd100° 100° 100° 100° 100°

Elbow

Fleksi 135° 135° 140° 110° 115°

Ekstensi 0° 0° 0° -55° -50°

Pronasi 80-90o 80o 80o 65o 70o

Supinasi 80-90o 80o 90o 80o 90o

WristPalmar fleksi 90° 80° 90° 80° 90°

Dorsal flexi 70° 70° 75° 65° 70°

Ulnar deviasi 30o 30 o 30 o 30 o 30 o

Radial deviasi 20 o 20 o 20 o 20 o 20 o

Thumb

DIP fleksi 80- 90 o 80 o 90 o 80 o 85 o

MP fleksi 50 o 50 o 50 o 50 o 50 o

Adduksi 0 o 0 o 0 o 0 o 0 o

Palmar 50 o 50 o 50 o 50 o 50 o

47

abduksi

Radial

abduksi50 o 50 o 50 o 50 o 50 o

Finger

MP fleksi 90 o 90 o 95 o 90 o 90 o

MP

hiperekstensi15-45 o 40 o 45 o 40 o 45 o

PIP fleksi 110 o 100 o 110 o 100 o 110 o

DIP fleksi 80 o 80 o 85 o 80 o 85 o

Abduksi 25 o 25 o 25 o 25 o 25 o

Kesimpulan:

Dari pemeriksaan di atas didapatkan adanya keterbatasan ROM fleksi,

ekstensi dan pronasi elbow sinistra.

Pengukuran antropometri lengan atas

Pengukuran dari Sinistra Dextra Selisih

5 cm dari tuberculum major ke arah

epicondilus lateral27.5 cm 29 cm 1.5 cm

10 cm dari tuberculum major ke arah

epicondilus lateral26.5 cm 27.5 cm 1 cm

15 cm dari tuberculum major ke arah

epicondilus lateral25 cm 26 cm 1 cm

Kesimpulan :

Dari pemeriksaan di atas didapatkan adanya hipotrofi pada lengan

atas sinistra.

Pengukuran antropometri lengan bawah

Pengukuran dari Sinistra Dextra Selisih

5 cm dari epicondilus lateral ke arah

processus stiloideus21 cm 22 cm 1 cm

10 cm dari epicondilus lateral ke arah

processus stiloideus18 cm 19 cm 1 cm

48

15 cm dari epicondilus lateral ke arah

processus stiloideus15 cm 16 cm 1 cm

Kesimpulan:

Dari pemeriksaan di atas didapatkan adanya hipotrofi pada lengan

bawah sinistra.

IV. PENGUMPULAN DATA TERTULIS PEMERIKSAAN

PENUNJANG

1. Foto Rontgen Thoraks (21 Agustus 2014)

Kesan: Tidak tampak kelainan pada jantung dan paru

2. Foto Rontgen Elbow Sinistra (21 Agustus 2014)

Kesan: Tampak dislokasi posterior cubiti kiri

3. Hasil Laboratorium Klinik (22 Agustus 2014)

Hasil : glukosa normal

4. Foto Rontgen Elbow Sinistra (2 Oktober 2014)

Kesan: Tampak posisi fragmen-fragmen fraktur baik

Fiksasi terpasang baik

Komplikasi (-)

V. IDENTIFIKASI PROBLEMATIK FISIOTERAPI

1. Urutan masalah fisioterapi berdasarkan prioritas

Nyeri gerak dan nyeri tekan elbow sinistra

Tightness otot biceps dan triceps sinistra

Spasme otot deltoid sinistra

Keterbatasan ROM elbow sinistra

Hipotropi otot upper extremitas sinistra

Penurunan kekuatan otot lengan atas dan bawah sinistra

VI. DIAGNOSA FISIOTERAPI

Gangguan gerak dan fungsi lengan sinistra karena adanya nyeri

gerak dan tekan pada elbow sinistra,tightness otot biceps dan triceps

sinistra, spasme otot deltoid sinistra, keterbatasan lingkup geraksendi

49

elbow sinistra,hipotrofi otot upper extremitas sinistra, penurunan

kekuatan otot lengan atas dan bawah sinistra terkait Post Operasi

Reposisi Dislokasi Elbow Sinistra.

VII. PROGRAM PELAKSANAAN FISIOTERAPI

1. Tujuan

a. Tujuan jangka pendek

1) Mengurangi nyeri gerak dan nyeri tekan elbow sinistra

2) Mengurangi tightness otot biceps dan triceps sinistra

3) Mengurangi spasme otot deltoid sinistra

4) Meningkatkan lingkup gerak sendi elbow sinistra

5) Mengurangi hipotrofi otot upper extremitas sinistra

6) Meningkatkan kekuatan otot lengan atas dan bawah sinistra

b. Tujuan jangka panjang

Mampu melakukan aktivitas mandiri dengan keluhan

minimal dan dapat bersosialisasi kembali di lingkungannya.

2. Rencana Fisioterapi

a. Modalitas Alternatif : IRR, TENS, US, MWD, Stretching, Hold

Relax and Contract Relax, Strengthening , Massage

b. Modalitas Terpilih : TENS, US, Hold Relax and Contract

Relax, Strengthening, Massage

3. Metode Pemberian Fisioterapi

No Jenis Metode Dosis Keterangan

1. Modalitas TENS F : 2 x 1minggu

I : 40 mA

T: 15 menit

Mengurangi

nyeri

US F : 2 x 1minggu Mengurangi 50

I : 1,2 watt/cm2

T : 10-15 menit

tightness otot

biceps dan

triceps

Massage

(stroking,

efflurage,

finger

kneading,

picking up)

F : 2 x 1 minggu

T : 5-10 menit

Mengurangi

spasme otot

deltoid

2. Terapi

Latihan

ROM

Exercise

(aktif dan

pasif)

F : 2 x 1 minggu

I : 8 x repetisi

Menambah

ROM elbow dan

menjaga

fisiologi otot

dan sendi

Hold Relax

dan Contract

Relax

F : 2 x 1 minggu

I : 8 x repetisi

Menambah

ROM elbow

Strengthening F : 2x 1 minggu

I : 8 x repetisi

Menambah

kekuatan otot

lengan atas dan

bawah

4. Uraian Tindakan Fisioterapi

1) TENS

Persiapan alat :

Periksa kondisi alat dan kelengkapannya

Pastikan kabel tidak terkelupas dan pad bersih

Siapkan tissue dan gel

Persiapan pasien :

51

Posisikan pasien pada posisi yang nyaman

Minta pasien untuk membebaskan area yang akan diterapi dari

pakaian dan aksesoris

Aplikasi :

Oleskan gel pada pad

Pasangkan pad pada siku kiri sesuai trigger point

Jelaskan tujuan dan sensasi yang akan dirasakan pasien

Atur waktu TENS

Naikkan intensitas secara perlahan sesuai dengan toleransi

pasien.

Evaluasi setelah terapi apakah ada kemerahan atau tidak

2) US

Persiapan alat :

Periksa kondisi alat dan kelengkapannya

Pastikan kabel tidak terkelupas dan transducer bersih

Siapkan tissue dan gel

Persiapan pasien :

Posisikan pasien pada posisi yang nyaman

Minta pasien untuk membebaskan area yang akan diterapi

dari pakaian dan aksesoris

Aplikasi :

Bersihkan area yang akan diterapi

Oleskan gel pada area yang akan diterapi

Jelaskan tujuan dan sensasi yang akan dirasakan pasien

Atur waktu, frekuensi dan intensitas US

Gerakkan transducer secara gentle dan sirkuler

Evaluasi setelah terapi

3) Massage

Persiapan pasien:

Posisikan pasien pada posisi yang nyaman

52

Bebaskan area yang akan diterapi dari pakaian dan

aksesoris

Aplikasi :

Bersihkan area terapi

Oleskan massage cream pada area terapi

Lakukan gerakan massage dengan metode stroking,

efflurage, finger kneading dan picking up pada daerah

terapi

4) ROM exercise

Aktif ROM exercise

Posisi pasien : Tidur telentang dengan posisi lengan kiri

dipinggir bed

Posisi terapis : di samping Os

Aplikasi :

Jelaskan tujuan latihan yang dilakukan

Bebaskan area yang akan diterapi dari pakaian dan

aksesoris

Instruksikan pasien untuk menggerakkan fleksi,

ekstensi sendi elbow serta sendi bahu berupa gerak

fleksi, ekstensi, Abduksi, adduksi, eksorotasi dan

endorotasi

Ulangi sebanyak 8 kali

Pasif ROM exercise

Posisi pasien : Tidur telentang dengan posisi lengan kiri

Dipinggir bed

Posisi terapis : Di samping Os

Aplikasi :

Jelaskan tujuan latihan yang dilakukan.

Bebaskan area yang akan diterapi dari pakaian dan

aksesoris.

53

Instruksikan pasien untuk fleksi-ekstensi dan pronasi-

supinasi lalu tarapis menambah derajat gerakan sesuai

toleransi pasien.

Ulangi sebanyak 8 kali

5) Hold Relax dan Contract Relax

Posisi os : Tidur telentang dengan posisi lengan kiri di

pinggir bed

Posisi terapis : Di samping Os

Aplikasi :

Jelaskan tujuan latihan yang dilakukan

Bebaskan area yang akan diterapi dari pakaian dan aksesoris

Instruksikan os agar tidak menahan napas selama latihan

Instruksikan os untuk menekuk siku sampai batas sakitnya

Terapis handling di distal lengan bawah, fiksasi di distal

lengan atas

Instruksikan Os untuk melawan tahanan dari gerakan yang di

perintahkan oleh terapis

Tahan selama 8 hitungan kemudian instruksikan pasien untuk

menambah gerakan menekuk secara aktif maupun dibantu oleh

terapis.

Ulangi latihan sampai 5x

6) Strengthening

Posisi pasien : Tidur telentang dengan posisi lengan kiri di

pinggir bed

Posisi terapis : Di samping Os

Aplikasi :

Jelaskan tujuan latihan yang dilakukan

Bebaskan area yang akan diterapi dari pakaian dan

aksesoris

54

Instruksikan os agar tidak menahan napas selama

latihan

Instruksikan Os untuk melawan tahanan dari gerakan

yang di perintahkan oleh terapis

Tahan selama 8 hitungan

Ulangi sebanyak 8 kali

VIII. HOME PROGRAM

1) Pasien diminta untuk menekuk dan meluruskan sikunya.

2) Pasien diminta untuk melakukan gerakan seperti membuka dan

mengunci pintu (kunci putar).

3) Pasien tidur terlentang di kasur dengan posisi lengan kiri terjuntai,

sambil memegang dumble 1 kg untuk meningkatkan ROM ekstensi.

4) Pasien diminta melakukan gerakan seperti mengeringkan punggung

dengan handuk (towel exercise).

5) Pasien diminta untuk meremas-remas bola karet sesering mungkin

untuk mencegah otot tidak semakin mengecil.

IX. EVALUASI

Dilakukan setelah 4 kali terapi beruturut-turut

No Problem

Fisioterapi

Sebelum Terapi

(4 November 2014)

Setelah Terapi

(13 November 2014)

1. Nyeri Gerak VAS 4 VAS 4

Nyeri Tekan VAS 3 VAS 3

2.

ROM

Elbow Sinistra

Gerakan Aktif Pasif

Fleksi 110° 115°

Ekstensi -55° -50°

Pronasi 65° 70°

Gerakan Aktif Pasif

Fleksi 125° 125°

Ekstensi -45° -35°

Pronasi 80° 90°

55

3. Tightness

Ada pada otot biceps dan tricepsSedikit berkurang pada otot biceps

dan triceps

4. Hipotrofi Lengan Atas

Diukur dari Kanan Kiri Selisih

5cm dari

tuberculum

major ke

arah

epicondilus

lateral

29 cm27.5

cm

1.5

Cm

10 cm dari

tuberculum

major ke

arah

epicondilus

lateral

27.5

cm

26.5

cm1 cm

15 cm dari

tuberculum

major ke

arah

epicondilus

lateral

26 cm25

cm1 cm

Diukur dari Kanan Kiri Selisih

5 cm dari

tuberculum

major ke

arah

epicondilus

lateral

29 cm28

cm1 cm

10 cm dari

tuberculum

major ke

arah

epicondilus

lateral

27.5

cm

27

cm0.5 cm

15 cm dari

tuberculum

major ke

arah

epicondilus

lateral

26 cm

25.

5

cm

0.5 cm

Lengan Bawah

Diukur dari Kanan Kiri Selisih

5 cm dari

epicondilus

lateral

kearah

processus

stiloideus

22 cm21

cm1 cm

10 cm dari 19 cm 18 1 cm

Diukur dari Kanan Kiri Selisih

5 cm dari

epicondilus

lateral ke

arah

processus

stiloideus

22 cm21

cm1 cm

10 cm dari 19 cm 18 1 cm

56

epicondilus

lateral ke

arah

processus

stiloideus

cm

15 cm dari

epicondilus

lateral ke

arah

processus

stiloideus

16 cm15

cm1 cm

epicondilus

lateral ke

arah

processus

stiloideus

cm

15 cm dari

epicondilus

lateral ke

arah

processus

stiloideus

16 cm15

cm1 cm

5. Kekuatan

Otot upper

extremitas

sinistra

MMT 4 MMT 4

6. Spasme Ada pada otot deltoid Sedikit berkurang

X. PROGNOSA

Qua ad vitam : Bonam

Qua ad sanatioanam : Bonam

Qua ad functionam : Bonam

Qua ad cosmeticam : Bonam

57

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Dislokasi adalah pindahnya permukaan sentuh tulang yang

menyusun sendi. Cidera ini diakibatkan oleh gaya yang menyebabkan sendi

melampaui batas normal anatomisnya.1 Dislokasi dapat terjadi di berbagai

persendian besar maupun kecil. Salah satunya adalah dislokasi elbow.

Dislokasi elbow merupakan kondisi di mana olecranon tidak berhubungan

secara normal dengan epycondylus humerus atau dapat juga bergesernya

ulna dari humeri maupun radius.

Menurut penelitian di USA, terdapat 6-13 kasus per 100.000 orang

yang mengalami dislokasi elbow. Cidera ini dapat sering terjadi pada pria

disbanding wanita. Dari semua dislokasi elbow, 10-50% terjadi pada atlet,

dan 90% dislokasi elbow yang terjadi termasuk dislokasi posterior.2

Sebagian besar cidera dislokasi elbow melakukan tidakan operasi reposisi.

Intervensi fisioterapi yang dapat diberikan pada kasus ini adalah

pemberian modalitas TENS ntuk mengurangi nyeri, modalitas US untuk

mengurangi tightness pada otot bicep dan tricep, juga dengan pemberian

terapi latihan seperti hold dan contraction relax untuk meningkatkan lingkup

gerak sendi, serta strengthtening untuk menguatkan otot lengan atas dan

bawah.

Selama evaluasi terdapat peningkatan Lingkup Gerak Sendi pada

elbow serta penurunan dari tightness pada otot biceps dan triceps.

4.2. Saran

Pada penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa masih terdapat

kekurangan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang

membangun bagi para pembaca agar penulisan makalah berikutnya dapat

lebih baik

a. Bagi Penulis/Fisioterapi

Fisioterapi perlu memahami perannya pada kasus post reposisi

dislokasi elbow. Pemahaman yang baik tentang indikasi dan

58

kontraindikasi modalitas maupun exercise sangat dibutuhkan agar

fisioterapis dapat menyusun program yang baik dan aman untuk pasien.

Selain itu harapannya fisioterapis dapat mengaplikasikan wawasan &

pemahaman mengenai dislokasiuntuk mengetahui pencegahan dan

penanggulangan kepada lingkungan sekitar.

b. Bagi Klien atau Pasien

Pasien disarankan untuk mengikuti program-program yang telah

diberikan fisioterapi dengan semangat dan antusias yang tinggi demi

kelancaran pemulihan.Pasien diharapkan juga dapat menghimbau, jika ada

kerabat atau orang terdekat yang memiliki kondisi serupa sebaiknya

dilakukan pemeriksaan dan intervensi sedini mungkin.

59

DAFTAR PUSTAKA

1. The Free Dictinary by Farlex. Dislocation. [Internet] 2009.

Tersedia di

laman:http://encyclopedia2.thefreedictionary.com/dislocation.

Diakses pada: 8 November 2014.

2. Halstead , Mark. Elbow Dislocation. [Internet] 2014;Agustus.

Tersedia di

laman :http://emedicine.medscape.com/article/96758-

overview#a0199. Diakses pada : 8 November 2014.

3. Syaifuddin. Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta: Salemba Medika;

2009.

4. Arnheim & Prentice. Modern Principles of Athletic Training.

United States of America: Times Mirror/Mosby College

Publishing; 1997.

5. Wicaksono, Emirza N. Dislokasi. [Internet] 28 April 2013.

Tersedia di laman:

http://emirzanurwicaksono.blog.unissula.ac.id/2013/04/28/dislok

asi/#. Diakses pada : 5 November 2014.

6. Mayo Clinic. Dislocated Elbow. [Internet] 5 Juni 2012. Tersedia di

laman:

http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/dislocated-

elbow/basics/definition/con-20034622. Diakses pada 7

November 2014.

7. Knipe, Henry & Gaillard, Frank. Radial Head Dislocation.

[Internet] 2014. Tersedia di laman:

http://radiopaedia.org/articles/radial-head-dislocation. Diakses

pada : 6 November 2014.

8. de Haan J, Schep NW, Zengerink I, van Buijtenen J, Tuinebreijer

WE, den Hartog D. Dislocation of the elbow: a retrospective

multicentre study of 86 patients. Open Orthop J. Feb 17

2010;4:76-9. [Medline].[Full Text].

60UNIVERSITAS INDONESIA

9. Kesmezacar H, Sarikaya IA. The results of conservatively treated

simple elbow dislocations. Acta Orthop Traumatol Turc.

2010;44(3):199-205.

10.Sheps DM, Hildebrand KA, Boorman RS. Simple dislocations of

the elbow: evaluation and treatment. Hand Clin. Nov

2004;20(4):389-404. [Medline]

11.Carter SJ, Germann CA, Dacus AA, Sweeney TW, Perron AD.

Orthopedic pitfalls in the ED: neurovascular injury associated

with posterior elbow dislocations. Am J Emerg Med. Oct

2010;28(8):960-5. [Medline].

12.Magee D. Orthopaedic Physical Assesment. Canada: Elsevier; 2006.

61UNIVERSITAS INDONESIA

LAMPIRAN

62UNIVERSITAS INDONESIA

63UNIVERSITAS INDONESIA

64UNIVERSITAS INDONESIA

65UNIVERSITAS INDONESIA

Masukan dan saran Laporan Kasus Fisioterapi Muskuloskeletal, November 2014

Nama Masukan dan Saran

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

1.

2.

3.

4.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

66UNIVERSITAS INDONESIA

67UNIVERSITAS INDONESIA