PENATAAN REKLAME PADA KORIDOR JALAN UTAMA KOTA MARATAM

12
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 1, Nomor 2, Juli 2010 83 PENATAAN REKLAME PADA KORIDOR JALAN UTAMA KOTA MARATAM Oky Juniarko, Surjono, Fadly Usman Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. Mayjen Haryono 167 Malang 65145, Indonesia email: [email protected] ABSTRAK Reklame ruang luar merupakan media dengan berbagai macam bentuk dan corak yang banyak digunakan untuk tujuan komersial. Keberadaan reklame ruang luar di Kota Mataram muncul sebagai dampak aktivitas perekonomian yang menuntut kemudahan penyampaian informasi kepada masyarakat luas. Identifikasi terhadap keberadaan reklame ruang luar di koridor jalan utama kota bertujuan untuk mengetahui kesesuaian kondisi eksisting reklame terpasang dengan karakteristik koridor jalan (streetscape) yang meliputi, penempatan reklame, ukuran, pencahayaan dan bentuk konstruksi reklame. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif-evaluatif dengan menggambarkan kondisi eksisting reklame terpasang dan menilai apakah kondisi eksisting reklame terpasang telah sesuai dengan kebijakan dan standar penataan reklame. Hasil evaluasi diperkuat dengan analisis penilaian pihak-pihak terkait penyelenggaraan reklame dengan metode Importance Performance Analysis (IPA) meliputi aspek keefektifan dalam penyampaian informasi, keindahan dan keamanan pemasangan. Hasil menunjukkan bahwa penyelenggaraan reklame belum sepenuhnya sesuai dengan prinsip dasar penataan reklame terutama terkait penempatan dan konstruksi pemasangan. Hal ini juga terlihat dari tidak adanya keserasian pemasangan reklame dengan elemen fisik koridor jalan (penggunaan lahan, sirkulasi, kondisi bangunan, ruang terbuka dan jalur pedestrian). Dengan demikian, penataan reklame kemudian dikelompokkan menjadi beberapa tema sesuai dengan kesamaan karakter elemenelemen pendukung koridor jalan, yaitu boulevard corridor, gateway commercial corridor, highway commercial corridor, parkway corridor, dan residenway corridor. Kata kunci: Reklama ruang luas, Koridor jalan utama, Penataan reklame ABSTRACT Outdoor advertising is a media with a variety of shapes and patterns that are widely used for commercial purposes. The presence of outdoor advertising in the city of Mataram emerged as the impact of economic activities that demand the ease of delivery of information to the public. Identification of the existence of outdoor advertising in the main street corridor aims to determine suitability of the existing conditions attached to the streetscape characteristics that includes, advertising placement, size, lighting and construction of billboards. The method used was descriptive-evaluative analysis by describing the conditions attached to the existing billboard and assess whether conditions have been attached to the existing billboard in accordance with standard policies and publicity arrangements. Evaluation results reinforced the assessment analysis related parties by Importance Performance Analysis (IPA) covers aspects of effectiveness in the delivery of information, beauty and security installation. Results showed that the implementation of publicity is not fully in accordance with the basic principles of advertising, especially related to the arrangement and construction installation placement. It is also evident from the lack of harmony with the installation of billboards and physical elements of the road corridor (land use, circulation, condition of buildings, open spaces and pedestrian path). Thus, the arrangement billboard then grouped into several themes in accordance with the common character of the elements supporting the road corridor, the boulevard corridor, gateway commercial corridor, highway commercial corridor, parkway corridor and residenway corridor. Keyword: Outdoor advertising, The main road corridors, Advertising arrangement PENDAHULUAN Perkembangan kota modern tidak dapat dipisahkan dari perkembangan ekonomi sosial kota tersebut yang ditandai dengan banyaknya iklan baik komersial maupun nonkomersial di segala sudut kota. Tanda-tanda advertansi komersial kini telah menjadi elemen-elemen visual dan perkembangannya telah menimbulkan banyak kontroversi dan perbedaan kepentingan. Di dalam perencanaan kota komprehensif, perancangan kota memiliki suatu makna yang khusus, yang membedakannya dari berbagai aspek proses perencanaan kota. Perancangan kota berkaitan dengan tanggapan inderawi manusia terhadap lingkungan fisik kota: penampilan

Transcript of PENATAAN REKLAME PADA KORIDOR JALAN UTAMA KOTA MARATAM

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 1, Nomor 2, Juli 2010 83

PENATAAN REKLAME PADA KORIDOR JALAN UTAMA KOTA MARATAM

Oky Juniarko, Surjono, Fadly Usman

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Jl. Mayjen Haryono 167 Malang 65145, Indonesia

email: [email protected]

ABSTRAK

Reklame ruang luar merupakan media dengan berbagai macam bentuk dan corak yang banyak digunakan

untuk tujuan komersial. Keberadaan reklame ruang luar di Kota Mataram muncul sebagai dampak aktivitas

perekonomian yang menuntut kemudahan penyampaian informasi kepada masyarakat luas. Identifikasi terhadap

keberadaan reklame ruang luar di koridor jalan utama kota bertujuan untuk mengetahui kesesuaian kondisi

eksisting reklame terpasang dengan karakteristik koridor jalan (streetscape) yang meliputi, penempatan

reklame, ukuran, pencahayaan dan bentuk konstruksi reklame. Metode yang digunakan adalah analisis

deskriptif-evaluatif dengan menggambarkan kondisi eksisting reklame terpasang dan menilai apakah kondisi

eksisting reklame terpasang telah sesuai dengan kebijakan dan standar penataan reklame. Hasil evaluasi

diperkuat dengan analisis penilaian pihak-pihak terkait penyelenggaraan reklame dengan metode Importance

Performance Analysis (IPA) meliputi aspek keefektifan dalam penyampaian informasi, keindahan dan keamanan

pemasangan. Hasil menunjukkan bahwa penyelenggaraan reklame belum sepenuhnya sesuai dengan prinsip

dasar penataan reklame terutama terkait penempatan dan konstruksi pemasangan. Hal ini juga terlihat dari

tidak adanya keserasian pemasangan reklame dengan elemen fisik koridor jalan (penggunaan lahan, sirkulasi,

kondisi bangunan, ruang terbuka dan jalur pedestrian). Dengan demikian, penataan reklame kemudian

dikelompokkan menjadi beberapa tema sesuai dengan kesamaan karakter elemen–elemen pendukung koridor

jalan, yaitu boulevard corridor, gateway commercial corridor, highway commercial corridor, parkway corridor,

dan residenway corridor.

Kata kunci: Reklama ruang luas, Koridor jalan utama, Penataan reklame

ABSTRACT

Outdoor advertising is a media with a variety of shapes and patterns that are widely used for commercial

purposes. The presence of outdoor advertising in the city of Mataram emerged as the impact of economic

activities that demand the ease of delivery of information to the public. Identification of the existence of outdoor

advertising in the main street corridor aims to determine suitability of the existing conditions attached to the

streetscape characteristics that includes, advertising placement, size, lighting and construction of billboards.

The method used was descriptive-evaluative analysis by describing the conditions attached to the existing

billboard and assess whether conditions have been attached to the existing billboard in accordance with

standard policies and publicity arrangements. Evaluation results reinforced the assessment analysis related

parties by Importance Performance Analysis (IPA) covers aspects of effectiveness in the delivery of information,

beauty and security installation. Results showed that the implementation of publicity is not fully in accordance

with the basic principles of advertising, especially related to the arrangement and construction installation

placement. It is also evident from the lack of harmony with the installation of billboards and physical elements of

the road corridor (land use, circulation, condition of buildings, open spaces and pedestrian path). Thus, the

arrangement billboard then grouped into several themes in accordance with the common character of the

elements supporting the road corridor, the boulevard corridor, gateway commercial corridor, highway

commercial corridor, parkway corridor and residenway corridor.

Keyword: Outdoor advertising, The main road corridors, Advertising arrangement

PENDAHULUAN

Perkembangan kota modern tidak dapat

dipisahkan dari perkembangan ekonomi sosial

kota tersebut yang ditandai dengan banyaknya

iklan baik komersial maupun nonkomersial di

segala sudut kota. Tanda-tanda advertansi

komersial kini telah menjadi elemen-elemen

visual dan perkembangannya telah menimbulkan

banyak kontroversi dan perbedaan kepentingan.

Di dalam perencanaan kota komprehensif,

perancangan kota memiliki suatu makna yang

khusus, yang membedakannya dari berbagai

aspek proses perencanaan kota. Perancangan kota

berkaitan dengan tanggapan inderawi manusia

terhadap lingkungan fisik kota: penampilan

PENATAAN REKLAME PADA KORIDOR JALAN UTAMA KOTA MARATAM

84 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 2, Nomor 1, Juli 2010

visual, kualitas estetika, dan karakter spasial.

Konsep perancangan kota haruslah mengenali

dan menunjang elemen-elemen visual utama kota

dengan meningkatkan kualitas estetika (Branch

1996).

Pada kenyataannya saat ini, perkembangan

reklame muncul sebagai salah satu dampak

negatif yang berdampak buruk terhadap tampilan

visual kota. Saat sedang gencarnya isu pelestarian

lingkungan pada konteks pembangunan

berkelanjutan, kota-kota kita di tanah air justru

seolah-olah tidak peduli dan terus sibuk dengan

eksploitasi pada ruang-ruang kota. Ruang-ruang

terbuka dianggap tidak ekonomis atau suatu

bentuk penyiaan lahan. Menjamurnya reklame

dengan berbagai bentuk dan corak pada

mengindikasikan tingginya aktivitas pemanfaatan

ruang untuk tujuan komersial.

Sebagai kota yang berfungsi sebagai pusat

pelayanan skala propinsi, sudah hampir dapat

dipastikan bahwa Kota Mataram akan menjadi

daerah potensial pemasangan reklame.

Berdasarkan kebijakan Rencana Tata Ruang

Koridor Jalan Utama Kota Mataram Tahun

2005, diperkirakan bahwa koridor utama kota

akan menjadi kawasan strategis yang mengalami

percepatan perkembangan fisik cukup pesat.

Koridor merupakan ruang yang terbentuk antara

jalan dan bangunan merupakan bagian dari urban

space, karena ruang yang terbentuk dapat

memacu terjadinya suatu aktivitas. Koridor pada

umumnya merupakan jalur utama yang dilalui

kendaraan serta pejalan kaki, sehingga koridor

tersebut menjadi pilihan utama dalam hal

keefektifan penyampaian informasi.

Pendekatan yang dilakukan untuk

menempatkan media reklame selama ini lebih

kepada pendekatan ekonomi, yaitu bagaimana

caranya agar mendapatkan pemasukan bagi PAD

sebanyak mungkin. Dengan demikian,

kecenderungannya adalah pemasangan dengan

penempatan yang asal-asalan walaupun secara

ekonomi mungkin menarik dan mudah dilihat

sasaran pembaca, namun dengan mengabaikan

estetika ruang kota akhirnya justru akan

menimbulkan kesemrawutan pada penampilan

visual ruang kota. Penyelenggaraan reklame di

Kota Mataram sejauh ini belum memiliki aturan

khusus terkait pedoman teknis pemasangan

reklame terutama terkait aspek keindahan dan

keamanan. Peraturan Walikota Mataram Nomor

6 Tahun 2008 yang ada saat ini belum

sepenuhnya mampu dijadikan pedoman dalam

penataan reklame. Substansi peraturan tidak

menjelaskan secara detail mengenai teknis

pemasangan reklame di lapangan dan penekanan

di dalamnya hanya pada petunjuk pelaksanaan

perhitungan pajak reklame. Kondisi seperti ini

diperburuk oleh prosedur peijinan reklame oleh

birokrasi yang kurang terkoordinasi antar satuan

perangkat kerjanya. Pengeluaran ijin pemasangan

reklame kurang memperhatikan kesesuaian lokasi

dan jenis reklame yang akan dipasang. Seringkali

terjadi pemasangan unit reklame baru pada lokasi

yang sama padahal dari segi kuantitas sudah tidak

layak dilakukan pemasangan karena hanya

mengakibatkan penumpukan. Penumpukan

reklame dan cenderung tidak teratur ditemukan

pada beberapa lokasi, seperti Jalan Pejanggik,

Jalan Sandubaya, Jalan Airlangga, Jalan Panca

Usaha, dan Jalan Caturwarga.

METODE PENELITIAN

Studi ini merupakan penelitian evaluatif

yang bertujuan untuk mengidentifikasi

keberadaan reklame ruang luar di koridor jalan

utama kota dan mengevaluasi kesesuaian kondisi

eksisting reklame terpasang yang meliputi,

penempatan reklame, ukuran, pencahayaan dan

bentuk konstruksi reklame terhadap karakteristik

koridor jalan (streetscape).

Metode pengumpulan data dilakukan

dengan survey primer berupa observasi,

wawancara, dokumentasi dan kuisioner. Survey

sekunder dilakukan untuk mencari data-data

pendukung terkait penyelenggaraan reklame.

Objek yang diteliti adalah media reklame ruang

luar yang terdapat di 18 koridor jalan utama Kota

Mataram dengan jumlah 261 unit.

Metode analisis deskriptif digunakan untuk

menggambarkan kondisi eksisting reklame

terpasang dan karakteristik fisik setiap koridor

jalan. Analisis evaluatif digunakan untuk menilai

apakah kondisi eksisting reklame terpasang telah

sesuai dengan kebijakan dan standar penataan

reklame. Analisis penilaian juga dilakukan

dengan metode Importance Performance

Analysis (IPA) terhadap pihak-pihak terkait

penyelenggaraan reklame yang meliputi aspek

keefektifan dalam penyampaian informasi,

keindahan dan keamanan pemasangan. Dari hasil

penilaian pihak-pihak tersebut didapatkan hal-hal

apa saja yang perlu diperhatikan dan menjadi

prioritas utama dalam penataan reklame.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik koridor jalan utama Kota

Mataram

Karakteristik masing-masing koridor jalan

meliputi beberapa elemen perancangan kota,

yaitu penggunaan lahan, sirkulasi, kondisi

bangunan, ruang terbuka (vegetasi), dan jalur

Oky Juniarko, Surjono, Fadly Usman

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 1, Nomor 2, Juli 2010

85

pedestrian. Koridor dikelompokkan berdasarkan

kesamaan dominasi penggunaan lahan.

1. Koridor Komersial

Terdiri dari Jalan Pejanggik, Jalan

Selaparang, Jalan Sandubaya, Jalan Yos Sudarso,

Jalan Airlangga, Jalan Gadjah Mada, Jalan TGH

Faisal, Jalan AA Gede Ngurah, Jalan Panca

Usaha, dan Jalan Caturwarga. Tabel 1. Karakteristik Koridor Komersial

Elemen Karakteristik

Sirkulasi ▪ Merupakan koridor jalan dengan hirarki

arteri primer dan arteri sekunder dengan

laju kendaraan rata-rata 60 km/jam.

▪ Mempunyai Ruang Manfaat Jalan

(Rumaja) dengan lebar 9 – 14 m.

▪ Prasarana pelengkap jalan yang ditemukan

meliputi lampu penerang jalan, rambu lalu

lintas, telepon umum, bis surat, pos

polisi,reklame komersial dan tempat

pembuangan sampah.

▪ Lokasi pemasangan media reklame

ditempatkan pada persil, halaman luar

persil bangunan maupun pada jalur

pedestrian dengan jarak pasang tidak

teratur bahkan menumpuk di

persimpangan jalan.

Kondisi

bangunan

▪ Ketinggian bangunan yang berada di

sekitar koridor jalan antara 1 – 4 lantai.

▪ Garis sempadan muka bangunan (GSMB)

berkisar 1 – 4 m.

Ruang

terbuka

▪ Berupa pulau jalan dan median jalan.

▪ Pada bagian kanan dan kiri jalan terdapat

vegetasi berupa pohon angsana dan

sejenisnya, namun jumlahnya relatif

sedikit akibat penggunaan lahan sebagai

perdagangan/jasa.

Trotoar

(pedestrian

ways)

▪ Pada bagian kanan dan kiri jalan terdapat

jalur pedestrian dengan lebar masing-

masing 1,5 m.

▪ Perkerasan berupa paving dengan

peninggian 30 cm dari permukaan aspal.

Gambar 2. Koridor Komersial

2. Koridor Perumahan

Terdiri dari Jalan Praburangkasari, Jalan

Jend A. Yani, Jalan Jend. Sudirman, Jalan

Koperasi, dan Jalan Adi Sucipto. Tabel 2. Karakteristik Koridor Perumahan

Elemen Karakteristik

Sirkulasi ▪ Merupakan koridor jalan dengan hirarki

arteri sekunder dengan laju kendaraan

Elemen Karakteristik

rata-rata 30 km/jam.

▪ Mempunyai Ruang Manfaat Jalan

(Rumaja) dengan lebar 8 – 14 m.

▪ Prasarana pelengkap jalan yang ditemukan

meliputi lampu penerang jalan, rambu lalu

lintas dan tempat pembuangan sampah.

Kondisi

bangunan

▪ Ketinggian bangunan yang berada di

sekitar koridor jalan antara 1 – 2 lantai.

▪ Garis sempadan muka bangunan (GSMB)

berkisar 2 – 10 m.

Ruang

terbuka

▪ Pada bagian kanan dan kiri jalan terdapat

vegetasi berupa pohon angsana dan

sejenisnya, yang berfungsi sebagai

peneduh bagi pejalan kaki dan juga

sebagai perlindungan dari angin.

Trotoar

(pedestrian

ways)

▪ Pada bagian kanan dan kiri jalan terdapat

jalur pedestrian dengan lebar masing-

masing 1,5 m.

▪ Perkerasan berupa paving dengan

peninggian 30 cm dari permukaan aspal.

Gambar 3. Koridor Perumahan

3. Koridor perkantoran

Hanya terdiri dari satu jalan yaitu Jalan Dr

Sujono. Kawasan disekitar koridor jalan

merupakan daerah yang belum banyak

mengalami perkembangan. Tabel 3. Karakteristik Koridor Perkantoran

Elemen Karakteristik

Sirkulasi ▪ Merupakan koridor jalan dengan hirarki

arteri sekunder dengan laju kendaraan

rata-rata 40 km/jam.

▪ Mempunyai Ruang Manfaat Jalan

(Rumaja) dengan lebar 17 m.

▪ Prasarana pelengkap jalan yang ditemukan

meliputi lampu penerang jalan, rambu lalu

lintas, reklame komersial dan tempat

pembuangan sampah.

Kondisi

bangunan

▪ Ketinggian bangunan yang berada di

sekitar koridor jalan antara 1 – 2 lantai.

▪ Garis sempadan muka bangunan (GSMB)

berkisar 2 – 10 m.

Ruang

terbuka

▪ Ruang terbuka berupa median jalan dengan

lebar 1m.

▪ Pada bagian kanan dan kiri jalan juga

terdapat vegetasi berupa pohon angsana

dan sejenisnya.

Trotoar

(pedestrian

ways)

▪ Pada bagian kanan dan kiri jalan terdapat

jalur pedestrian dengan lebar masing-

masing 1,5 m.

▪ Perkerasan berupa paving dengan

PENATAAN REKLAME PADA KORIDOR JALAN UTAMA KOTA MARATAM

86 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 2, Nomor 1, Juli 2010

Elemen Karakteristik

peninggian 30 cm dari permukaan aspal.

Gambar 4. Koridor Perkantoran

4. Koridor Pendidikan

Hanya terdiri dari satu jalan, yaitu jalan

Pendidikan. Kawasan disekitar koridor jalan

merupakan daerah yang telah mengalami

pertumbuhan pesat, diindikasikan dengan

perkembangan perumahan dan fasilitas

pendidikan. Tabel 4. Karakteristik Koridor Pendidikan

Elemen Karakteristik

Sirkulasi ▪ Merupakan koridor jalan dengan hirarki

arteri sekunder dengan laju kendaraan

rata-rata 30 km/jam.

▪ Terdiri dari satu jalur dan satu arah.

▪ Mempunyai Ruang Manfaat Jalan

(Rumaja) dengan lebar 9 m.

▪ Prasarana pelengkap jalan yang ditemukan

meliputi lampu penerang jalan, rambu lalu

lintas dan telepon umum.

Kondisi

bangunan

▪ Ketinggian bangunan yang berada di

sekitar koridor jalan antara 1 – 2 lantai.

▪ Garis sempadan muka bangunan (GSMB)

berkisar 1 – 4 m.

Ruang

terbuka

▪ Pada bagian kanan dan kiri jalan juga

terdapat vegetasi berupa pohon angsana

dan sejenisnya.

Trotoar

(pedestrian

ways)

▪ Pada bagian kanan dan kiri jalan terdapat

jalur pedestrian dengan lebar masing-

masing 1,5 m.

▪ Perkerasan berupa paving rata dengan

permukaan aspal.

Gambar 5. Koridor Pendidikan

5. Koridor Ruang Terbuka

Hanya terdiri dari satu jalan yaitu Jalan

Udayana. Penggunaan lahan di sekitar koridor ini

didominasi oleh ruang terbuka hijau, yaitu taman

kota yang juga merupakan land mark kota. Selain

itu, koridor jalan ini juga berperan sebagai akses

menuju Bandar Udara Selaparang Kota Mataram. Tabel 5. Karakteristik Koridor Pendidikan

Elemen Karakteristik

Sirkulasi ▪ Merupakan koridor jalan dengan hirarki

arteri primer dengan laju kendaraan rata-

rata 40 km/jam.

▪ Mempunyai Ruang Manfaat Jalan

(Rumaja) dengan lebar 17 m.

▪ Prasarana pelengkap jalan yang ditemukan

meliputi lampu penerang jalan, rambu lalu

lintas, telepon umum, bis surat, pos polisi

dan tempat pembuangan sampah.

Kondisi

bangunan

▪ Ketinggian bangunan yang berada di

sekitar koridor jalan antara 1 – 2 lantai.

▪ Garis sempadan muka bangunan (GSMB)

berkisar 1 – 4 m.

Ruang

terbuka

▪ Ruang terbuka berupa median jalan dengan

lebar 1m.

▪ Pada bagian kanan dan kiri jalan juga

terdapat vegetasi berupa pohon angsana

dan sejenisnya.

Trotoar

(pedestrian

ways)

▪ Pada bagian kanan dan kiri jalan terdapat

jalur pedestrian dengan lebar masing-

masing 1,5 m.

▪ Perkerasan berupa paving dengan

peninggian 30 cm dari permukaan aspal.

Gambar 6. Koridor Ruang Terbuka Hijau

B. Karaktersistik Penyelenggaraan Reklame

Instansi terkait penyelenggaraan reklame

merupakan tanggung jawab Dinas Pertamanan.

Dalam kegiatan teknis di lapangan, bidang

ini dibantu Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD).

UPTD selain memberikan pengawasan terhadap

keseuaian ijin penyelenggaraan reklame.

Selama kurun waktu lima tahun terakhir

tepatnya pada tahun 2004 – 2008 dapat dilihat

bahwa hampir setiap tahun terjadi peningkatan

jumlah target dan pendapatan yang diperoleh dari

penyelenggaraan reklame. Perolehan tertinggi

dari pajak reklame permanen terjadi pada tahun

2008 dengan nilai Rp.624.181.662,00. Demikian

Oky Juniarko, Surjono, Fadly Usman

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 1, Nomor 2, Juli 2010

87

halnya dengan pajak reklame insidentil,

perolehan tertinggi diperoleh pada tahun yang

sama sebesar Rp.68.292.115,00. Tingginya

perolehan tersebut mengindikasikan bahwa

penyelenggaraan reklame merupakan sektor yang

potensial untuk dimanfaatkan sebagai pemasok

PAD.

C. Karaktersistik Reklame Terpasang

Lokasi pemasangan reklame umumnya

diletakkan pada jalan-jalan dengan volume lalu

lintas cukup tinggi. Pada akhirnya terjadi

penumpukan di persimpangan jalan (Gambar 8

dan Gambar 9). Sebanyak 98,06% reklame pada

jalan arteri primer dan 83,54% reklame pada

jalan arteri sekunder penempatannya tidak sesuai

dengan standar ketinggian pemasangan reklame. Jarak pasang reklame dengan sasaran pembaca

pengendara kendaraan dan pejalan kaki juga

belum sesuai standar jarak pasang, sehingga

kurang menjamin keefektifan sampainya

informasi kepada pembaca.

Dari segi ukuran, sebanyak 58,25%

reklame pada jalan arteri primer dan 48,73%

reklame pada jalan arteri sekunder memiliki

ukuran yang tidak sesuai dengan standar

pemasangan reklame. Setidaknya ditemukan

4,21% reklame yang memiliki ukuran kurang

sesuai dengan bentuk konstruksi penyangganya.

Ukuran yang tidak serasi dapat membahayakan

keselamatan pembaca. Pencahayaan diberikan

agar pada saat malam hari reklame masih dapat

terlihat oleh pengendara kendaraan maupun

pejalan kaki. Sebanyak 61,00% reklame yang

menggunakan penerangan yaitu jenis reklame

permanen. Jenis pencahayaan yang digunakan

adalah lampu gas merkuri tekanan tinggi

(MBF/U). Terkait konstruksi reklame terpasang,

sebanyak 89,74% konstruksi reklame berumur 1-

5 tahun dan sebanyak 10,26% berumur diatas

lima tahun. Jenis bahan yang digunakan dalam

pembuatan konstruksi relatif tidak tahan terhadap

korosi akibat cuaca panas dan dingin. Hanya

23,58% dari seluruh reklame permanen yang

berpondasi dua tiang penyangga, sisanya 76,42%

berpondasi satu tiang penyangga. Pondasi yang

buruk tentunya juga dapat membahayakan

keselamatan pembaca.

D. Kelengkapan Kebijakan Penataan

Reklame

Satu-satunya kebijakan penataan yang

masih digunakan sampai dengan saat ini adalah

Peraturan Walikota Mataram Nomor 6 Tahun

2008 Tentang Pajak Reklame. Hasil

menunjukkan bahwa kebijakan saat ini belum

sepenuhnya melingkupi elemen-elemen yang

perlu diperhatikan dalam penataan reklame

(Tabel 6). Tabel 6. Kelengkapan Kebijakan Penataan

Reklame

No. Elemen Aspek penataan

1. Jumlah Keefektifan dalam penyampaian

informasi:

Batasan jumlah reklame terpasang

dalam satu koridor jalan

Keindahan:

a. Batasan jumlah reklame

terpasang dalam satu koridor

jalan

b. Keserasian jenis reklame dengan

kondisi bangunan

2. Penempatan Keefektifan dalam penyampaian

informasi:

a. Pengaturan sudut pandang dengan

ketinggian tertentu

b. Lokasi pemasangan untuk media

reklame dengan sasaran pembaca

pengendara kendaraan

c. Pengaturan jarak pasang

Keindahan:

a. Batasan jumlah reklame

terpasang dalam satu koridor

jalan

b. Keserasian jenis reklame dengan

kondisi bangunan dan prasarana

pelengkap jalan

c. Pengaturan jarak pasang

Keamanan:

Pengaturan ketinggian pemasangan

reklame agar tidak mengganggu

pandangan pengendara dan ruang

pejalan kaki.

3. Ukuran Keefektifan dalam penyampaian

informasi:

a. Pengaturan ukuran tulisan yang

digunakan

b. Banyak/sedikitnya materi pesan

Keindahan:

a. Batasan ukuran reklame, baik

yang menempel pada persil

maupun reklame yang berdiri

sendiri

b. Keserasian ukuran reklame

dengan kondisi bangunan dan

prasarana pelengkap jalan

Keamanan:

Keserasian ukuran reklame dengan

konstruksi agar tidak mengganggu

pandangan dan membahayakan

pengendara dan pejalan kaki.

4. Pencahayaan Keefektifan dalam penyampaian

informasi:

a. Jenis pencahayaan yang

digunakan

b. Kuat pencahayaan (iluminasi)

c. Arah pencahayaan

Keindahan:

Jenis pencahayaan

Keamanan:

a. Kesesuaian kuat pencahayaan

penerangan

b. Ketepatan arah pencahayaan

untuk menghindari pandangan

silau (glare) yang dapat

PENATAAN REKLAME PADA KORIDOR JALAN UTAMA KOTA MARATAM

88 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 2, Nomor 1, Juli 2010

No. Elemen Aspek penataan

membahayakan keselamatan

pengendara kendaraan.

5. Konstruksi Keindahan:

a. Jenis konstruksi

b. Bentuk konstruksi

Keamanan:

a. Jenis konstruksi

b. Umur konstruksi

c. Bentuk konstruksi, baik yang

menempel pada persil maupun

reklame yang berdiri sendiri

d. Pondasi (jumlah tiang penyangga)

E. Dampak Visual Reklame

Dampak visual negatif akibat reklame

umumnya disebabkan tidak adanya kesesuaian

teknis pemasangan dengan kondisi lingkungan

sekitar. Kesesuaian yang dimaksud terutama

terkait dengan penempatan dan ukuran media

reklame terpasang.

Pemilihan lokasi penempatan umumnya

hanya sekedar menempatkan reklame begitu saja

(asal pasang), sehingga pada akhirnya

menimbulkan kesan semrawut. Ruang

penempatan reklame pada koridor jalan tidak

memiliki batasan yang jelas sehingga cenderung

membahayakan keselamatan pengendara maupun

pejalan kaki yang melintas. Selain itu, jarak

pasang reklame yang telalu rapat (kurang dari 20

m) mengakibatkan penumpukan pada

persimpangan/sisi jalan terutama pada koridor

dengan dominasi penggunaan lahan komersial.

Selain penempatan, ketidaksesuaian ukuran

media reklame juga menyebabkan dampak visual

negatif dari penyelenggaraan reklame. Untuk

reklame yang ditempatkan pada bagian luar

persil bangunan, dampak visual yang terlihat

berupa terbatasnya zona pandang pengendara dan

ruang gerak pejalan kaki yang disebabkan oleh

ketidaksesuaian ukuran media reklame. Untuk

reklame dengan penempatan menempel pada

persil bangunan, dampak visual negatif yang

ditimbulkan adalah tertutupnya fasade bangunan

akibat ketidaksesuaian ukuran reklame terpasang.

Kondisi seperti ini umumnya dijumpai pada

koridor dengan dominasi penggunaan lahan

komersial seperti seperti Jalan Pejanggik, Jalan

Sandubaya, Jalan Airlangga, Jalan Panca Usaha,

dan Jalan Caturwarga.

Gambar 7. Karakteristik Penggunaan Lahan Koridor Jalan

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 1, Nomor 2, Juli 2010 89

Gambar 8. Lokasi Penumpukan Pemasangan Reklame

Gambar 9. Ketidaksesuaian Teknik Pemasangan Reklame

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 1, Nomor 2, Juli 2010 83

F. Penilaian Penataan Reklame

Penilaian yang dilakukan oleh pemerintah

kota, biro reklame, pengendara kendaraan dan

pejalan kaki terhadap penyelenggaraan reklame

menghasilkan beberapa prioritas penataan

reklame yang meliputi aspek keefektifan

penyampaian informasi, keindahan, dan

keamanan (Tabel 8). Tabel 8. Prioritas Utama dalam Penataan Reklame

Menurut Pemerintah Kota dan Biro Reklame

Aspek Penilai

Pemerintah kota Biro reklame

Keefektifan

dalam

penyampaian

informasi

▪ Penempatan

reklame dalam

ruang koridor

jalan

▪ Jumlah reklame

yang terdapat

dalam satu

koridor jalan

▪ Besar/ kecilnya

ukuran reklame

Keindahan ▪ Penempatan

reklame dalam

ruang koridor

jalan

▪ Jumlah reklame

yang terdapat

dalam satu

koridor jalan

▪ Jumlah reklame

yang terdapat

dalam satu

koridor jalan

▪ Besar/ kecilnya

ukuran reklame

▪ Desain

konstruksi

Keamanan ▪ Desain konstruksi

▪ Besar/ kecilnya

ukuran reklame

▪ Penempatan

reklame dalam

ruang koridor

jalan

▪ Desain

konstruksi

Tabel 9. Prioritas Utama dalam Penataan Reklame

Menurut Pengendara dan Pejalan Kaki

Aspek

Penilai

Pengendara

kendaraan Pejalan kaki

Keefektifan

dalam

penyampaian

informasi

▪ Besar/ kecilnya

ukuran reklame

▪ Penempatan

reklame dalam

ruang koridor

jalan

Keindahan ▪ Penempatan

reklame dalam

ruang koridor

jalan

-

Keamanan ▪ Penempatan

reklame dalam

ruang koridor

jalan

▪ Desain

konstruksi

▪ Besar/ kecilnya

ukuran reklame

▪ Desain

konstruksi

▪ Besar/ kecilnya

ukuran reklame

▪ Penempatan

reklame dalam

ruang koridor

jalan

G. Arahan Penataan Reklame

1. Arahan Teknis Pemasangan

a. Penempatan

1) Peletakan reklame pada ruang koridor

jalan mengikuti batasan ruang standar

saluran visual penempatan reklame

(Gambar 10).

2) Untuk koridor jalan satu arah,

pemasangan membentuk sudut 45˚ - 60˚,

koridor jalan dengan dua arah

pemasangannya sejajar ataupun tegak

lurus (90˚) dengan arah pergerakan

pengendara kendaraan.

3) Pemasangan reklame pada persil

bangunan tidak boleh menutupi fasade

bangunan dan hanya boleh memuat satu

unit reklame untuk setiap persil. Untuk

pemasangan pada halaman persil tidak

diperbolehkan mengganggu vegetasi

yang ada disekitarnya.

4) Penempatan reklame diperbolehkan

menyatu dengan prasarana pelengkap

jalan seperti tiang lampu penerang

jalan/taman, halte, pos polisi, bis surat

ataupun perkerasan jalur pedestrian

sehingga lebih efisien dalam

pemanfaatan ruang.

5) Tidak diperbolehkan pemasangan

reklame pada Jembatan Penyeberangan

Orang (JPO) dan jalur pedestrian (kecuali

jenis reklame lukis).

6) Berdasarkan standar ketinggian

pemasangan reklame (Schwab 1998),

pemasangan pada luar persil bangunan

disesuaikan dengan kebutuhan ruang

gerak pejalan kaki, yaitu pada ketinggian

2,72 – 4 m di atas permukaan tanah.

Untuk reklame melintas badan jalan

pemasangannya pada ketinggian 6,5 – 8

m di atas permukaan aspal.

7) Ketinggian pemasangan reklame pada

persil (bangunan bertingkat) diletakkan

pada lantai 1 – 2.

8) Jarak pasang disesuaikan dengan

kecepatan rata-rata koridor jalan, yaitu

antara 21 – 43 m.

b. Ukuran

1) Berdasarkan standar ukuran pemasangan

reklame (Schwab 1998), ukuran reklame

pada luar persil bangunan disesuaikan

dengan kecepatan rata-rata tiap koridor

jalan sehingga masih dapat terlihat jelas

baik oleh pengendara ataupun pejalan

kaki, yaitu 2,0 – 24 m2.

2) Pemasangan reklame pada persil

bangunan tidak diperbolehkan menutupi

PENATAAN REKLAME PADA KORIDOR JALAN UTAMA KOTA MARATAM

84 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 2, Nomor 1, Juli 2010

fasade bangunan dan melebihi pagar

pembatas persil bangunan. Ukuran

maksimum yang diperbolehkan adalah

25% dari luas fasade keseluruhan.

3) Berdasarkan standar pemasangan

reklame (Claus 2001), ukuran minimum

tulisan reklame disesuaikan dengan

kecepatan rata-rata tiap koridor jalan,

yaitu 0,14 – 0,28 m.

c. Pencahayaan

Arahan yang diberikan berupa penggunaan

pencahayaan eksternal pada setiap

pemasangan reklame dan variasi

pencahayaan melalui penggunaan reklame

bercahaya.

d. Konstruksi

1) Pemilihan jenis bahan konstruksi yang

kuat seperti baja tahan karat agar

konstruksi lebih kokoh, tahan lama dan

aman bagi pengendara kendaraan dan

pejalan kaki yang melintas.

2) Bentuk reklame, baik yang menempel

pada persil maupun reklame yang berdiri

sendiri harus disesuaikan dengan kondisi

bangunan dan prasarana pelengkap jalan

yang ada.

3) Untuk reklame yang berada di luar persil

dengan ukuran 2 – 12 m2 menggunakan

dua tiang penyangga, reklame dengan

ukuran > 12 m2 menggunakan tiga atau

lebih tiang penyangga.

2. Arahan Perancangan Koridor Jalan

(Streetscape) Terhadap Reklame

Koridor jalan dikelompokkan menjadi

beberapa tema sesuai dengan kesamaan karakter

elemen–elemen pendukungnya (penggunaan

lahan, sirkulasi, kondisi bangunan, ruang terbuka

dan jalur pedestrian).

a. Boulevard corridor, dengan ciri:

1) Aktivitas kegiatan cukup tinggi dengan

penggunaan lahan sebagai pemerintahan

dan pendidikan

2) Kondisi jalan lebar dengan rumija 20 m

dan terdiri dari dua jalur dua arah.

3) Merupakan jalan utama kota dengan

kecepatan rata-rata kendaraan tidak

terlalu tinggi sekitar 40 km/jam, sehingga

kesannya cenderung tenang

4) Bagian kanan dan kiri jalan

memungkinkan untuk parkir on street

5) Ketinggian bangunan hanya satu lantai

dengan GSMB 2 – 10 m.

6) Memiliki tata hijau pada median dan

bagian kanan-kiri jalan

7) Memiliki jalur pedestrian 1,5 – 2 m

b. Gateway commercial corridor, dengan ciri:

1) Aktivitas kegiatan tinggi dengan

penggunaan lahan komersial

2) Kondisi jalan cukup lebar dengan rumija

17 m dan merupakan jalan dengan fungsi

sebagai jalur keluar/masuk kota

3) Kecepatan rata-rata kendaraan tinggi

sekitar 60 km/jam, sehingga kesannya

cenderung gaduh/ramai

4) Ketinggian bangunan 1 – 3 lantai dengan

GSMB 4 – 6 m.

5) Memiliki jalur pedestrian 1,5 m.

c. Highway coomercial corridor, dengan ciri:

1) Aktivitas kegiatan tinggi dengan

penggunaan lahan komersial

2) Kondisi jalan cukup lebar dengan rumija

12 – 17 m dan merupakan jalan utama

kota

3) Kecepatan rata-rata kendaraan tinggi

sekitar 60 km/jam , sehingga kesannya

cenderung gaduh/ramai

4) Ketinggian bangunan 1 – 4 lantai dengan

GSMB 3 – 6 m.

5) Memiliki jalur pedestrian 1,5 m.

d. Parkway corridor, dengan ciri:

1) Aktivitas kegiatan rekreasi (contoh:

bermain, berjalan kaki, jogging dan

bersepeda)

2) Kondisi jalan cukup lebar dengan rumija

20 m

3) Terdapat public park dengan tata hijau

mendominasi dengan vegetasi berupa

pohon berkanopi lebar, sehingga

menimbulkan kesan tenang, nyaman dan

rindang

4) Bukan untuk jalur kendaraan berat

(contoh: truk, trailer dan sejenisnya) ,

kecepatan rata-rata tidak terlalu tinggi,

40 km/jam

5) Pembatasan jumlah reklame terpasang

6) Terdapat jalur pedestrian dengan lebar

1,5 m.

e. Residenway corridor, dengan ciri:

1) Aktivitas kegiatan terbatas karena

merupakan kawasan hunian (perumahan)

2) Kecepatan rata-rata rendah, sehingga

menimbulkan kesan tenang

3) Memiliki tata hijau namun tidak

mendominasi

4) Ketinggian bangunanhanya satu lantai

dengan GSMB 2-10 m.

5) Memiliki jalur pedestrian 1,5 m.

Teknis pemasangan setiap tema mengikuti

arahan teknis pemasangan yang telah ditetapkan.

Untuk jenis reklame yang direkomendasikan

untuk masing-masing karakter dapat dillihat pada

Tabel 10.

Oky Juniarko, Surjono, Fadly Usman

Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 1, Nomor 2, Juli 2010

85

Tabel 10. Jenis Reklame yang Direkomendasikan

Tema koridor jalan

(streetscape) Jenis reklame

Boulevard corridor:

Jalan Dr. Sujono (O1)

1) Reklame permanen:

billboard sederhana,

reklame bersinar

(neon box)

2) Tidak diperbolehkan

reklame yang dilukis

pada dinding dan

perkerasan jalur

pedestrian

3) Reklame kain:

banner/baliho,

spanduk, bendera

Gateway commercial corridor:

Jalan Sandubaya (C3) dan Jalan

TGH Faisal (C7)

1) Reklame permanen:

billboard, megatron,

Large Electronics

Display (LED),

reklame bersinar

(neon box)

2) Reklame yang

dilukis pada dinding

dan perkerasan jalur

pedestrian

3) Tidak diperbolehkan

reklame kain

Highway commercial corridor:

Jalan Pejanggik (C1), Jalan

Selaparang (C2), Jalan Yos

Sudarso (C4), Jalan Airlangga

(C5), Jalan Gadjah Mada (C6),

Jalan AA Gede Ngurah (C8),

Jalan Panca Usaha (C9), dan

Jalan Caturwarga (C10)

1) Reklame permanen:

billboard, megatron,

Large Electronics

Display (LED),

reklame bersinar

(neon box)

2) Reklame yang

dilukis pada dinding

dan perkerasan jalur

pedestrian

3) Tidak diperbolehkan

reklame kain

Gambar 10. Arahan ruang standar saluran visual

penempatan reklame

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat dirangkum dari

penelitian ini:

1. Pendekatan yang dilakukan untuk

menempatkan media reklame selama ini

lebih kepada pendekatan ekonomi. Kondisi

eksisting pemasangan reklame ruang luar

menunjukkan bawa tidak adanya kesesuaian

antara elemen penataan reklame dengan

koridor jalan (streetscape).

2. Arahan yang diberikan mempertimbangkan

elemen fisik koridor jalan (streetscape)

sebagai ruang penempatan reklame sehingga

dapat meningkatkan kualitas ruang kota

menjadi lebih baik . Koridor jalan

dikelompokkan menjadi beberapa tema

sesuai dengan kesamaan karakter elemen–

elemen pendukungnya, yaitu boulevard

corridor, gateway commercial corridor,

highway commercial corridor, parkway

corridor dan residenway corridor.

SARAN

Studi ini bukan merupakan analisis faktor-

faktor apa saja yang berpengaruh terhadap

penataan reklame karena didasarkan atas evaluasi

kondisi eksisting dan penilaian beberapa pihak

terkait penyelenggaraan reklame. Selain itu, studi

ini tidak membahas terkait visual koridor jalan

secara mendetail, sehingga apabila studi ini

dilanjutkan dapat menambahkan analisis tersebut,

sehingga akan memperkuat identifikasi

karakteristik koridor jalan utama serta upaya

penataannya.

DAFTAR PUSTAKA

Branch, Mellvile C. 1996. Perencanaan Kota

Komprehensif. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press.

Claus, R. J & Claus S. L. 2001. Marketing Aid

MT-12, Sign; Showcasing Your Business

on the Street. Washington D. C: U. S Small

Business Administration Marketing Series.

Dinas Tata Kota. 2005. Rencana Teknik Tata

Ruang Kawasan Sekitar Koridor Jalan

Utama Kota Mataram. Mataram: Dinas

Tata Kota dan Pengawasan Bangunan.

Peraturan Walikota Mataram Nomor 6 Tahun

2008 Tentang Pajak Reklame.

Schwab, R. N. 1998. Safety and Human Factors;

Design Considetations for On-Premise

Commercial Signs. Washington D. C:

International Sign Association.

PENATAAN REKLAME PADA KORIDOR JALAN UTAMA KOTA MARATAM

86 Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 2, Nomor 1, Juli 2010