Aceh dan Koridor Ekonomi Sumatera

16
Ekonomi Rakyat Tumbuh Hingga 6 Persen 06 Membangun Pertanian si Penopang Ekonomi 07 Kereta Api untuk Percepatan Ekonomi 11 ARAH kebijakan umum pembangunan ekonomi Aceh yang diprogramkan pada masa Pemerintahan Gubernur Aceh Irwandi Yusuf pada dasarnya adalah mewujudkan peningkatan aktivitas perekonomian daerah. ANALISA pertumbuhan ekonomi Aceh dalam empat tahun terakhir, melahirkan bukti bahwa pertanian adalah sektor yang paling berperan sebagai penopang ekonomi Aceh. Karenanya wajar saja jika Pemerintah Aceh lebih memfokuskan pembangunan di bidang pertanian. Edisi 19 TAHUN II NOVEMBER 2011 MEMBANGUN ACEH DALAM KORIDOR EKONOMI SUMATERA UNTUK pengembangan ekonomi, solusi membangun jalur kereta api merupakan solusi yang tepat. Bisa dibayangkan, jika barang diangkut dengan kereta api tentunya akan tiba dalam waktu yang singkat sehingga tidak menyebabkan biaya tinggi dan persaingan bisnis akan membaik.

description

Edisi 19 TAHUN II Ekonomi Rakyat Tumbuh Hingga 6 Persen Membangun Pertanian si Penopang Ekonomi ARAH kebijakan umum pembangunan ekonomi Aceh yang diprogramkan pada masa Pemerintahan Gubernur Aceh Irwandi Yusuf pada dasarnya adalah mewujudkan peningkatan aktivitas perekonomian daerah. Kereta Api untuk Percepatan Ekonomi NOVEMBER 2011

Transcript of Aceh dan Koridor Ekonomi Sumatera

Page 1: Aceh dan Koridor Ekonomi Sumatera

Ekonomi Rakyat Tumbuh Hingga 6 Persen06

Membangun Pertanian si Penopang Ekonomi07

Kereta Api untuk Percepatan Ekonomi11

ARAH kebijakan umum pembangunan ekonomi Aceh yang diprogramkan pada masa Pemerintahan Gubernur Aceh Irwandi Yusuf pada dasarnya adalah mewujudkan peningkatan aktivitas perekonomian daerah.

ANALISA pertumbuhan ekonomi Aceh dalam empat tahun terakhir, melahirkan bukti bahwa pertanian adalah sektor yang paling berperan sebagai penopang ekonomi Aceh. Karenanya wajar saja jika Pemerintah Aceh lebih memfokuskan pembangunan di bidang pertanian.

Edisi 19 TAHUN IINOVEMBER 2011

MEMBANGUN ACEH DALAM KORIDOR

EKONOMI SUMATERA

UNTUK pengembangan ekonomi, solusi membangun jalur kereta api merupakan solusi yang tepat. Bisa dibayangkan, jika barang diangkut dengan kereta api tentunya akan tiba dalam waktu yang singkat sehingga tidak menyebabkan biaya tinggi dan persaingan bisnis akan membaik.

Page 2: Aceh dan Koridor Ekonomi Sumatera

TABLOID TABANGUN ACEH - EDISI 19 | NOVEMBER 20112

Strategi utama MP3EI antara lain adalah: pertama, pengembangan potensi ekonomi melalui koridor ekonomi; kedua, penguatan konekvitas nasional dan akses internasional; dan ketiga, penguatan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) dan iptek nasional. Sedangkan yang menjadi fokus pengembangan strategi dan kebijakannya adalah diletakkan pada 8 program utama yaitu: pertanian, pertambangan, energi, industri, kelautan, pariwisata, telematika, dan pengembangan kawasan strategis.

Koridor Ekonomi Sumatera merupakan dinilai sangat penting mengingat pulau Sumatera memiliki cadangan sumber daya alam yang besar serta letaknya sangat strategis di jalur transportasi dan perdagangan laut tersibuk kedua di dunia. Koridor Ekonomi Sumatera dengan pusat perekonomian di 12 titik termasuk kota Banda Aceh menargetkan investasi sekitar 50 proyek dengan nilai investasi sekitar Rp.714 trilliun, terdiri dari Pemerintah Rp.181 trilliun, swasta Rp. 174 trilliun, BUMN Rp. 103 trilliun, dan campuran Rp. 255 trilliun. Sasaran kegiatan utamanya adalah pengembangan kelapa sawit, karet, kakao, industri besi baja, batu bara, perkapalan dan didukung pengembangan

DALAM rangka percepatan pembangunan nasional, Pemerintah RI telah mencanangkan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Percepatan pembangunan ekonomi Indonesia dirasakan mendesak karena keberadaan Indonesia di pusat baru gravitasi ekonomi global (Asia Timur dan Asia Tenggara) tersebut mengharuskan Indonesia untuk segera mempersiapkan diri lebih baik lagi untuk mempercepat terwujudnya suatu negara maju dengan hasil pembangunan dan kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat dan selaras dengan visi pembangunan nasional.

Dengan diterbitkannya Perpres No.32/2011 tentang MP3EI semakin jelas bahwa ia merupakan arahan strategis dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia untuk periode 2011-2025 dalam rangka pelaksanaan RPJP Nasional 2005-2025 dan melengkapi dokumen perencanaan. Dalam hal ini percepatan pembangunan ekonomi Indonesia dibagi dalam enam koridor sesuai zona, meliputi Koridor Ekonomi (KE) Sumatra, KE Jawa, KE Kalimantan, KE Sulawesi, KE Bali-Nusa Tenggara, dan KE Papua-Maluku.

megainfrastruktur antara lain Jembatan Selat Sunda.Aceh merupakan bagian dari Koridor Ekonomi Sumatera

mendapatkan 6 proyek/kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu proyek jaringan kereta api, perluasan pelabuhan Krueng Geukueh, highway Banda Aceh – Aceh Tamiang, jaringan listrik di 16 titik, revitalisasi perkebunan rakyat dan pembangkit listrik tenaga air di Peusangan. Target yang akan diinvestasikan pada 6 proyek di Koridor Sumatera wilayah Aceh sebesar Rp. 20,05 triliun, ini merupakan nilai yang besar yang dampaknya sangat besar terhadap kemajuan pembangunan Aceh.

Pemerintah Aceh telah menerbitkan buku rencana aksi Aceh dalam kerangka MP3EI beserta SK Gubernur. Dukungan seperti ini sangat diharapkan dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia terutama pada KE Sumatera. Selanjutnya RPJP dan RPJM Aceh perlu diselaraskan dengan MP3EI sebagai suatu pilar yang kokoh dalam menjalankan program-program percepatan pembangunan Aceh ke depan sehingga target MP3EI 2025 akan mudah diraih. Semoga!

n ir iskandar msc

OPINI

Alamat Redaksi Bappeda Aceh Jl.Tgk. H. Muhammad Daud Beureueh No. 26 Banda Aceh Telp. (0651) 21440 Fax. (0651) 33654 | Web: bappeda.acehprov.go.id email: [email protected], [email protected]

Redaksi menerima kiriman berita kegiatan pembangunan Aceh dan opini dari masyarakat luas. Tulisan diketik dengan spasi ganda dan disertai identitas dan foto penulis, dapat pula dikirim melalui pos atau e-mail

Redaksi

Salam Redaksi

Dewan Pengarah Gubernur Aceh, Wakil Gubernur Aceh, Sekretaris Daerah, Asisten I, II dan III Setda Aceh | Penanggung Jawab Kepala Bappeda Aceh | Wakil Penanggung Jawab Sekretaris Bappeda Aceh | Pemimpin umum Michel OC | Pemimpin Redaksi Aswar Liam, Redaktur Pelaksana Fauzi Umar | Dewan Redaksi Hasrati, Ridwan, Emma, |Sekretaris Redaksi Farid Khalikul Reza, Ahmad Rozi | Bendahara Zulliani | Konsultan Hasan Basri M. Nur | Editor Zamnur Usman | Reporter Heri Hamzah, D Zamzami | Lay out & editor foto Irvan | Ilustrasi kartun dan grafis Jalaluddin Ismail | Fotografer Suvie Hendra | IT Candra | Staf Logistik dan Layanan Umum Bulqaini Ilyas, Rizki Ratih Emelia, Sarini.

Proses pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh dua fac-tor; faktor ekonomi dan faktor non

ekonomi. Kedua faktor tersebut diharus-kan saling seimbang sehingga menghasilkan ekonomi yang terus berkembang dengan baik. Pertumbuhan ekonomi yang berkuali-tas mampu mengubah mindset (pola pikir) masyarakat dan berimbas kepada pertumbu-han daya beli, selanjutnya akan berdampak positif bagi tumbuhnya kegiatan industri dan jasa. Pertumbuhan ekonomi tidak dapat dijadikan indikator tunggal untuk menyata-kan adanya perbaikan kesejahteraan, baik itu dalam suatu negara maupun wilayah.

Pada tahun 2012 nanti Pemerintah Aceh menargetkan ekonomi akan tumbuh sekitar 6,5 %. Untuk mencapai pertumbuhan itu, Pemerintah Aceh berkomitmen memper-tahankan kebijakan makro ekonomi yang mengedepankan prinsip kehati-hatian, ter-masuk dalam pengelolaan anggaran yang tidak defisit berlebihan. Kondisi ini dijaga dengan tetap mempertahankan anggaran pembangunan lebih besar sekitar 60% dan anggaran belanja pemerintah sekitar 40%. Selain itu juga, tujuh prioritas pemban-gunan yang telah diagenda pemerintah su-dah dijalankan secara bertahap yakni pem-berdayaan ekonomi masyarakat dan per-luasan kesempatan kerja; pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur pendukung in-vestasi; pembangunan pendidikan bermutu dan merata; peningkatan pelayanan keseha-tan berkualitas; pembangunan agama sosial dan budaya; penguatan pemerintahan, poli-tik dan hukum; serta penanganan dan pen-gurangan resiko bencana. Ketujuh prioritas pembangunan tersebut, apabila dijalankan sesuai koridor dan tepat sasaran maka per-tumbuhan ekonomi yang ditargetkan akan

bisa tercapai.Hambatan

Pertumbuhan EkonomiLaju pertumbuhan ekonomi itu se-

harusnya lebih cepat apabila hambatan-ham-batan pembangunan ekonomi bisa diatasi. Hambatan atau bottleneck tersebut antara lain adalah:

INFRASTRUKTUR. Infrastruktur masih menjadi penghambat dalam melaku-kan bisnis dan investasi di Aceh. Infras-truktur yang membutuhkan perhatian atau perbaikan adalah fasilitas pelabuhan, jalan, penyediaan listrik, efisiensi pasar tenaga kerja, teknologi, serta penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.

REGULASI. Regulasi Pemerintah Provinsi dengan daerah kabupaten/kota ser-ing tidak saling berkaitan. Malahan banyak aturan yang dibuat pemerintah daerah selalu bertolak belakang dengan keinginan pemer-intah pusat maupun provinsi.

KETIDAKPASTIAN HUKUM. Bentrokan-bentrokan kepentingan atas kepemilikan baik berupa tanah maupun ge-dung, antara masyarakat dengan pemerin-tah, masyarakat dengan investor dan antara masyarakat dengan masyarakat mencermin-kan bahwa kepastian hukum belum bisa di jamin dinegeri ini.

MINDSET. Mindset yang harus dirubah salah satunya adalah kepercayaan. Men-gapa kepercayaan yang menghambat pem-bangunan daerah? Karena kepercayaan se-harusnya menjadi motivasi banyak orang dalam berusaha, dikarenakan ada keper-cayaan yang diberikan oleh pemerintah mau-pun masyarakat.

Keempat faktor penghambat ekonomi tersebut merupakan faktor yang sangat berkaitan langsung dengan percepatan pem-

bangunan ekonomi dan harus bisa diatasi pemerintah provinsi dan pemerintah kabu-paten/kota.

Langkah-langkah strategisPertama, pembangunan dan peningka-

tan infrastruktur terus dipacu dengan meni-tikberatkan pada infrastruktur energi, infras-truktur pertanian, infrastruktur transportasi, infrastruktur telekomunikasi dan institusi. Cost efficiency terwujud dengan semakin min-imnya akses transportasi menuju sumber ekonomi dan mudahnya perizinan birokrasi.

Kedua, regulasi tetap menjadi acuan yang penting, dimana regulasi yang dikelu-arkan pemerintah provinsi dan daerah harus adanya keberpihakan (alignments) pemer-intah dalam mendorong aspek-aspek non ekonomi yang berpengaruh erat terhadap siklus stabilitas ekonomi, semisal supremasi hukum, stabilitas sosial dan politik.

Ketiga, perhatian khusus terhadap per-cepatan pembangunan ekonomi. Hal yang harus dilakukan pemerintah Aceh pertama, menciptakan pembangunan industri yang meningkatkan pendapatan (increasing return industries). Berdirinya industri-industri yang

bersifat tradeble seperti industri pengola-han hasil-hasil pertanian (pengolahan CPO, pengolahan kakao, pengolahan kopi), selain banyak menyerap tenaga kerja, petani juga mendapatkan kenaikan pendapatan, dikare-nakan hasil panennya bisa langsung dijual ke produsen. Kedua, pembangunan kawasan ekonomi (regional economic development).

Keempat, pelestarian lingkungan hidup merupakan satu langkah penting yang harus dilakukan pemerintah Aceh dalam proses kesinambungan pembangunan ekonomi ke-pada anak cucu kita.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan bersinambungan adalah berupa pertumbu-han ekonomi yang bisa memberikan kes-ejahteraan kepada masyarakat yaitu dengan pemerataan distribusi pendapatan, dan pem-bangunan ekonomi yang tidak mengabai-kan konsep-konsep pelestarian lingkungan hidup.

Penulis adalah staf Perencana BAPPE-DA Provinsi Aceh

Menggagas Pertumbuhan Ekonomi Berkesinambungan

Oleh : Samsuar, SE , M.Si

Menyelaraskan Pembangunan Aceh dengan MP3EI

Pada tahun 2012 nanti Pemerintah Aceh menargetkan ekonomi akan tumbuh sekitar

6,5 %. Untuk mencapai pertumbuhan itu, Pemerintah Aceh berkomitmen

mempertahankan kebijakan makro ekonomi yang mengedepankan prinsip kehati-hatian, termasuk dalam pengelolaan anggaran yang

tidak defisit berlebihan.

Page 3: Aceh dan Koridor Ekonomi Sumatera

TABLOID TABANGUN ACEH - EDISI 19 | NOVEMBER 2011 3CERMIN

SEDERHANA dan berlebihan adalah dua gaya hidup yang dapat kita saksikan di atas pentas dunia ini sejak dahulu kala hingga akhir zaman. Kalau setiap kita ditanya manakah yang baik dari dua gaya hidup di atas? Nurani kita secara jujur pasti akan menjawab yang terbaik adalah hidup sederhana. Karena kita semua tahu bahwa kesederhanaan adalah cerminan hidup para nabi dan rasul, orang-orang shaleh, para pemimpin sukses, sedangkan hidup

berlebihan adalah gaya hidup musuh-musuh Allah, para pemimpin yang dibenci rakyatnya bahkan selalu didoakan keburukan oleh rakyatnya, sehingga banyak pemimpin yang hidup berlebihan akhir kepemimpinan mereka selalu tragis dengan penjara atau kematian yang mengenaskan.

Sikap sederhana, ternyata tidak sederhana. Mempraktikkan hidup sederhana tidak sesederhana mengungkapkannya. Godaan agar kita hidup berlebihan ternyata sangat kuat dan menggiurkan, apalagi didukung oleh kesempatan berupa kekuasaan dan harta yang berlimpah. Hanya kekuatan imanlah yang dapat menyelamatkan kita dengan kesadaran bahwa kekuasaan dan harta benda adalah milik Allah yang diamanahkan kepada kita dan kelak diminta pertanggung jawabannya.

Masyarakat kita adalah masyarakat paternalistik, mereka akan meniru dan berusaha meneladani sikap dan perilaku para pemimpinnya. Pemimpin yang sederhana selalu mendahulukan rakyatnya. Kalau rakyatnya kenyang dan sejahtera, maka mereka menjadi orang terakhir yang merasakan kenyang dan sejahtera. Sebaliknya kalau rakyatnya kelaparan dan sengsara, maka pemimpin yang sederhana menjadi orang pertama yang merasakan kelaparan dan penderitaan. Bung Hata menolak saat gajinya sebagai Wapres akan dinaikkan, beliau berkata “Keuangan negara tidak cukup kuat, sementara banyak rakyat melarat yang memerlukan uang itu”. Bung Karno konon kabarnya di atas meja makannya ada lukisan pengemis, agar dia selalu ingat pada rakyatnya saat menyantap makanan.

Pemimpin agung dunia Muhammad saw pernah berujar “Tidak bakal susah orang yang hidup sederhana” (HR.Ahmad). Ibnu Amir pernah memberikan kesaksian perihal hebatnya kesederhanaan dan ketawadhuan Nabi Muhammad. Ia pernah melihat beliau melempar jumrah dari atas unta tanpa kawalan pasukan, kadang beliau menaiki keledai berpelanakan kain beludru dan dibonceng, sering menjenguk orang yang sakit, mengantar jenazah, menghadiri undangan dari seorang budak, menjahit sandalnya, menambal pakaiannya, dan mengerjakan pekerjaan rumah bersama istri-istrinya.

LOMBA foto Semangat Pembangunan yang digelar ANC (Aceh Nature Commu-nity) telah berakhir. Even ini mendapat sambutan antusias dari peserta ditandai jumlah peserta mencapai 133 pe-serta. Ini merupakan peserta terbanyak pada even lomba foto yang diadakan di Aceh dan sudah setara peserta even nasional.

Jumlah foto yang ter-kumpul melalui even itu sebanyal 480 lembar. Para pemenang telah ditentukan. Juara I diraih oleh Ampelsa dengan judul Kerikil Kehidu-pan, juara II Fahreza Ahmad dengan judul Berangkat Sekolah, juara III Em Iqbal dengan judul Membangun Bersama. Sementara juara favorit masing-masing Heri Juanda dengan judul Bermain di Pematang Sawah dan Eno Sunarno dengan judul Batu

Kapur. Para pemenang men-dapatkan hadiah mulai Rp 500 ribu hingga Rp 3 juta.

Even lomba foto san-gat positif dalam memben-tuk image publik sekaligus dalam membantu kampanye pembangunan. Foto-foto itu mampu memberi spirit bagi yang melihatnya untuk terus bekerja demi pertumbuhan ekonomi sekaligus mempro-mosikan potensi yang dimiliki suatu daerah.

Dalam hal ini, layak dis-ampaikan terima kasih ke-pada sponsor sayembara foto Semangat Pembangun yaitu Lafarge Cement Indonesia/PT.SAI, ANC, Glamour Digital, Gradasi, Acehkita.com, Aceh Info, Pesona Group, Dekmi Rukoh, dan Lamp On Aceh Film Community. Terima kasih juga disampaikan kepada tim juri yaiyu Chaideer Mahyuddin (fotografer AFP), dan Mahdi

Ismail (fotografer Flora Fauna International).

Semoga even-even yang dapat dapat terus dilaksana-kan secara rutin di Aceh dan dapat membangkitkan seman-

gat photographer, termasuk fotografer amatir.

Atas nama panitia,RA. Karamullah

[email protected]

MEMBANGUN DENGAN TAQWATafakkurTafakkurTafakkurTafakkurTafakkurTafakkurTafakkurTafakkurTafakkur Oleh: Ir. Faizal Adriansyah, M.Si

www.acehimage.com

melalui

Model: Hanum Arsyadpegawai honor Bappeda Aceh

Page 4: Aceh dan Koridor Ekonomi Sumatera

TABLOID TABANGUN ACEH - EDISI 19 | NOVEMBER 20114

Istilah MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia), memang masih asing bagi se-

bagaian besar rakyat Aceh. Wajar saja, selain karena bersifat nasional, program ini juga terdengar sangat umum.

Padahal, sejak diluncurkan oleh Pres-iden Susilo Bambang Yudhoyono di Balai Sidang Jakarta (JCC), 27 Mei 2011 lalu, be-berapa bagian dari program besar ini sudah mulai dijalankan oleh pemerintah pusat dan daerah, termasuk Pemerintah Aceh.

Tema besar yang diusung dalam pro-gram yang telah dibahas sejak 2010 dan akan berjalan hingga 2025 ini, adalah “upaya mengembangkan pemerataan pembangunan di seluruh daerah, dari Aceh hingga Papua”. Dana yang dikucurkan pun tidak tanggung-tanggung, mencapai Rp 3.000 triliun sampai 2014 yang berasal dari BUMN, swasta mur-ni, dana pemerintah, serta FDI.

MP3EI ini adalah hasil yang disusun pada rapat kerja antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, serta kalangan du-nia usaha di Istana Bogor, Jawa Barat, selama dua hari, 18-19 April 2011.

Menurut Menteri Koordinator Pereko-nomian Hatta Rajasa, pembahasan Master-plan MP3EI melibatkan pemangku kepent-ingan, mulai dari pengusaha kecil hingga besar, juga seluruh pemerintah daerah.

Hatta menjelaskan, di Aceh misalnya, akan dilakukan pembangunan pembangkit listrik, di Banten dilakukan pembangunan industri baja, di Bali dimulai pembangunan bandara dan jalan tol, di Nusa Tenggara Barat dilakukan pembangunan dua waduk.

Sementara di Kalimantan dikembangkan industri bauksit oleh PT Aneka Tambang, di Halmahera dikembangkan “smelter” nikel, sementara di Papua dilakukan pembangunan jalan tembus yang menghubungkan Timika-Nabire hingga Merauke.

Dikatakan Hatta, untuk menjaga agar program berjalan hingga 2025 maka MP3EI akan menjadi keputusan Presiden berupa Perpres dan juga akan ada tim yang monitor dan evaluasi.

Kesejahteraan rakyatLalu bagaimana dengan Aceh? Gubernur

Aceh Irwandi Yusuf menyatakan, Pemerin-tah Aceh telah mempersiapkan diri untuk

mendukung suksesnya program MP3EI di Aceh. Salah satunya adalah dengan me-nyusun arah kebijakan umum pembangu-nan ekonomi Aceh dengan tujuan menin-gkatkan kesejahteraan masyarakat, melalui upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi 5- 6 persen, menekan penurunan tingkat kemiskinan hingga menjadi 16 persen, dan pengangguran 7,6 persen.

Dalam mencapai tujuan itu, Pemerin-tah Aceh di bawah komando Irwandi Yu-suf telah melakukan berbagai program un-tuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi rakyat, antara lain menyusun masterplan percepatan pembangunan infrastruktur, seperti jalan,jembatan, listrik, perhubungan, pelabuhan, irigasi, pertanian, perkebunan, perikanan dan potensi ekonomi lainnya. (Baca: Ekonomi Rakyat Tumbuh Hing-ga 6 Persen).

Kepala Sekretariat Tim Koordinasi keg-iatan MP3EI Aceh, Samsuar SE MSi men-jelaskan, dalam program MP3EI, Aceh yang merupakan bagian dari koridor ekonomi Sumatera, mendapatkan 6 proyek/kegiatan yang akan dilaksanakan.

Keenam proyek dimaksud adalah, jarin-gan kereta api, perluasan pelabuhan Krueng Geukueh, jaringan nusantara highway, jarin-gan listrik 16 titik, revitalisasi perkebunan

rakyat, dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di peusangan(PLTA).

“Target yang akan diinvestasikan pada 5 proyek di koridor Sumatera wilayah Aceh adalah sebesar Rp. 20,05 triliun. Ini meru-pakan nilai sangat besar yang tentunya akan berdampak sangat besar pula terhadap ke-majuan pembangunan Aceh,” ujar Samsuar kepada Tabangun Aceh, pekan lalu.

Karenanya, kata Samsuar, dukungan pemerintah dan rakyat Aceh sangat dihara-pkan dalam percepatan dan perluasan pem-bangunan ekonomi Indonesia, terutama pada koridor Sumatera.

Strategi yang harus diambil oleh Pemer-intah Aceh adalah strategi pembangunan inklusif yang menyelaraskan RPJP dan RPJM dengan MP3EI merupakan suatu pi-lar yang kokoh dalam menjalankan program-program percepatan pembangunan Aceh kedepan. Di mana Pemerintah Aceh harus ikut mengisi dengan memberi dukungan ter-hadap proyek-proyek MP3EI.

Maka sudah sepatutnya lah, kita sebagai rakyat Aceh perlu terus mendukung upaya Pemerintah Pusat dan Pemerintah Aceh un-tuk mewujudkan pemerataan pembangunan di seluruh daerah. Sehingga seluruh rakyat Aceh menikmati berkah dari perdamaian dan pembangunan.(zamnur usman/dbs)

Perpres No. 32 tahun 2011 mene-gaskan bahwa MP3EI merupakan arahan strategis dalam percepatan

dan perluasan pembangunan ekonomi In-donesia untuk periode 2011-2025 dalam rangka pelaksanaan RPJP Nasional 2005-2025 dan melengkapi dokumen perenca-naan.

Dalam pencanangan MP3EI peme-rintah menetapkan tentang strategi uta- strategi uta-ma MP3EI antara lain adalah: (a) peng-embangan potensi ekonomi melalui ko-ridor ekonomi (8 koridor); (b) penguatan konekvitas nasional dan akses internasio-nal; dan (c) penguatan kemampuan SDM dan iptek nasional.

Sedangkan yang menjadi fokus peng-embangan strategi dan kebijakannya ada-lah diletakkan pada 8 program utama yaitu: pertanian, pertambangan, energi, industri, kelautan, pariwisata, telematika, dan pengembangan kawasan strategis.

Kedelapan program utama tersebut terdiri dari 22 kegiatan ekonomi utama yang lebih spesifik, lengkap dengan ke-butuhan infrastruktur dan rekomendasi perubahan/revisi terhadap peraturan pe-rundang-undangan yang perlu dilakukan untuk mendorong percepatan dan perlua-

san investasi.Koridor Ekonomi Sumatera sebagai

salah satu dari delapan koridor ekonomi yang ditetapkan, merupakan koridor eko-nomi harapan yang sangat penting. Pulau Sumatera, disamping memiliki cadangan sumber daya alam yang besar juga le-taknya sangat strategis bersisian dengan Selat Malaka yang merupakan jalur trans-portasi dan perdagangan laut tersibuk ke-dua di dunia.

Koridor Ekonomi Sumatera dengan tema pembangunan ”Sentra produksi dan Pengolahan Hasil Bumi serta Lumbung Energi nasional” dengan pusat perekonomian di 12 titik termasuk kota Banda Aceh.

Target investasi pada koridor ini ada sekitar 50 proyek dengan nilai investasi sekitar Rp 714 trilliun, terdiri dari Pe-merintah Rp. 181 trilliun, Swasta Rp. 174 trilliun, BUMN Rp. 103 trilliun, dan cam-puran Rp. 255 trilliun. Sasaran kegiatan utamanya adalah: pengembangan kelapa sawit, karet, kakao, industri besi baja, batu bara, dan perkapalan, serta didukung pengembangan mega infrastruktur antara lain Jembatan Selat Sunda.(Samsuar SE MSi, Kepala Sekretariat Tim Koordi-nasi kegiatan MP3EI Aceh)

LAPORAN UTAMA

MP3Ei untuk Pemerataan Pembangunan“Pembahasan Masterplan MP3EI

melibatkan pemangku kepentingan, mulai dari pengusaha kecil hingga

besar, juga seluruh pemerintah daerah.”

-- HATTA RAJASA –Menteri Koordinator Perekonomian

8 Koridor dan 8 Fokus Utama

KORIDOR EKONOMI SUMATERA

Karakteristik Umum:• Sepanjang Pantai Timur

Sumatera, yang berhadapan dengan Jalur Pelayaran Dunia – Selat Malaka dan berlanjut ke Bagian Utara Provinsi Banten, sampai ke Jakarta

• Menghubungkan 2(dua) Pusat Utama, yaitu Medan dan Jakarta serta mengintegrasikan penguatan konektivitas ekonomi dari 12 pusat perekonomian (lihat Gambar)

TEMA PEMBANGUNAN:“Sentra Produksi dan Pengolahan Hasil Bumi dan Lumbung Energi

Nasional”

1

MP3EI

PPPPemerinta

Pusat BUMN

SwastaPemerintah

Daerah

Output Langsung Output Tidak Langsung

Pertumbuhan ekonomi meningkat

Meningkatkan nilai tambah & lapangan kerja

Terbentuknya konektivitas antar wilayah

Terciptanya growth pole

Meningkatnya kapasitas SDM (IPM)

Integrasi antar wilayah satudengan wilayah lainnya

lancar

Konsep Pengembangan & pengintegrasian MP3EI

Dalam Koridor Aceh - Sumatera

Page 5: Aceh dan Koridor Ekonomi Sumatera

TABLOID TABANGUN ACEH - EDISI 19 | NOVEMBER 2011 5

Kelangkaan pasokan listrik, selalu memaksa PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero untuk kerap

melakukan pemadaman. Dan sektor usaha yang paling rentan merasakan dampaknya adalah usaha kecil dan menengah (UKM). Kekurangan mesin pembangkit adalah salah satu alasan pemadaman.

Namun kini, sebut Deputi Manajer Komu-nikasi dah Hukum PT PLN (Persero) Wilayah Aceh, Said Mukarram, PLN bisa berbangga karena sejak 2010 yang lalu, masyarakat sudah tidak lagi terjebak pada pemadaman listrik bergilir, karena PLN sudah mencukupi daya bagi ketersediaan listrik Aceh. “Kalaupun sesekali terjadi pemadaman, itu bukan dika-renakan oleh kurangnya daya atau hal teknis. Tapi lebih kepada unsur kerusakan sementara yang diakibatkan oleh alam, misalnya angin kencang, petir dan lain sebagainya,” ujarnya.

Kabar gembira lainnya adalah, upaya PT PLN (persero) untuk membangun transmisi dan gardu induk 16 titik di Aceh yang sudah dimulai sejak tahun 2009 lalu. Terdiri dari 6 titik transmisi dengan kekuatan 150 KV dan 10 titik pembangunan Gardu Induk.

Serta dua pembangkit raksasa yakni Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Peu-sangan, yang kini sudah memasuki tahap pembersihan lahan, dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang berlokasi di Kabu-paten Nagan Raya, yang kalau tidak ada aral melintang sudah bisa mensupplai arus listrik sejumlah 1x100 KV untuk kawasan pantai barat selatan Aceh.

“Ini tidak lain adalah upaya PLN un-tuk terus mensupplai arus listrik kepada masyarakat, sehingga masyarakat bisa men-jalankan aktifitasnya dengan lancar, baik ak-tifitas sosial maupun aktifitas ekonomi,” kata Said Mukarram.

Selain itu, sebut Said, PT PLN (persero) wilayah Aceh juga bersedia bekerja sama den-gan berbagai investor yang ingin berinvestasi di bidang energi. “Saat ini baru ada satu inves-tor yang berinvestasi di bidang kelistrikan di Aceh yang energi listriknya dibeli oleh PLN, yakni pada PLTU Nagan Raya,” ungkapnya.

Kehadiran Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) diharapkan akan bisa mem-perkuat pasokan arus listrik di Aceh, sehing-ga bisa meminimalisir ketergantungan pada system interkoneksi dengan Sumatera Utara. “Dijadwalkan tahun 2012 sebesar 1x100 KV arus listrik dari PLTU Nagan Raya sudah bisa digunakan untuk masyarakat, trutama di kawasan pantai barat selatan Aceh. Sedang-kan sisanya sebanyak 1x100 KV lagi masih dalam proses pembangunan,” katanya.

Sesuai dengan sistem kerjanya, PLTU Nagan Raya akan menyalurkan energi mela-lui transmisi 275 KV ke Gardu Induk Sigli untuk disalurkan ke sistem kelistrikan pantai timur dan pantai barat Aceh melalui sistem 150 KV. “Untuk ini PLN akan membangun jaringan dari pantai barat ke Sigli melalui jalur Sungai Mas-Geumpang, sehingga akan terhubung antara PLTU Nagan Raya dan Gardu Induk Sigli,” jelasnya.

Saat ini, sebut Said, dari total beban pun-

cak listrik yang digunakan rakyat yang men-capai 325 watt, maka sebesar 60 persennya sudah ditanggung oleh listrik Aceh, hanya 40 persen saja masih bergantung pada in-terkoneksi Sumatera Utara. Untuk pemer-ataan listrik, saat ini tinggal 18 persen daerah di Aceh belum dialiri arus listrik.

“Ini juga keuntungannya jika PLTU Na-gan Raya beroperasi sempurna, maka mes-in-mesin diesel yang kecil yang di beberapa lokasi, bisa dipindahkan ke daerah-daerah yang belum dialiri listrik,” sebutnya.

Kendati demikian, untuk mendukung program pemerintah daerah yang bervisi lingkungan, PT PLN (Persero) juga terus mengupayakan energi listrik yang bersum-berdaya alam, dan terus meminimalisir peng-gunaan bahan bakar.

“Misalnya kalau di suatu tempat bisa di-manfaatkan energi tenaga surya, maka kita akan upayakan untuk mengurangi pemaka-ian pembangkit diesel. Untuk saat ini sum-berdaya alam Aceh sangat besar, tinggal menunggu pengelolaan saja, seperti tenaga air, geothermal, dan angin,” ujarnya.

Tidak sulit untuk menyaksikan secara langsung bagaimana proyek pembangunan PLTU Nagan Raya dikerjakan. Lokasi ban-gunan yang terdiri dari dua bagian ini dengan mudah ditemukan, karena memang berlokasi di pinggir jalan. Lokasi PLTU Nagan Raya ini hanya berjarak lebih kurang 20 kilometer

dari perbatasan Kabupaten Aceh Barat ke arah Nagan Raya.

“Dengan beroperasinya suplai arus 1x100 KV nantinya, ini akan sangat membantu perkembangan ekonomi masyarakat di Aceh. Untuk masyarakat yang memiliki usaha home industry, tentu usaha mereka akan bisa se-makin lancar dengan lancarnya arus listrik, dan kondisi ini tentunya akan berimas dengan membaik kesejahteraan rakyat,” ujar Said.

Dengan ketersediaan pasokan listrik saat ini, tambahnya, pemerintah daerah juga su-dah tidak perlu khawatir lagi untuk menjar-ing investor yang ingin berinvestasi di Aceh. “Saat ini untuk investor yang ingin berin-vestasi di bidang perhotelan, pabrikan kecil seperti CPO, kebutuhan listriknya sudah bisa terlayani dengan maksimal,” kata Said.

Menurut Said, PT PLN (persero) Wilayah Aceh akan terus membangun pem-bangkit di Aceh untuk memenuhi pasokan listrik bagi masyarakat. “Kami berharap se-mua pihak bisa menjaga asset PLN, sehingga bisa terus bekerja dengan baik. Kemudian kepada pelanggan khususnya pelanggan dari pemerintah, juga diharapkan bisa juga men-jalankan kewajibannya dengan baik. Artinya bisa membayar rekening pemakaian listrik dengan lancar dan tidak menunggak, karena penunggakan ini juga akan menganggu ki-nerja PLN untuk masyarakat,” sebutnya. (yayan zamzami)

Titik Terang Itu Mulai BerbinarLAPORAN UTAMA

“Dijadwalkan tahun 2012 sebesar 1x100 KV arus listrik

dari PLTU Nagan Raya sudah bisa digunakan untuk masyarakat,

trutama di kawasan pantai barat selatan Aceh. Sedangkan sisanya sebanyak 1x100 KV lagi masih dalam proses pembangunan.”

-- SAID MUKARRAM --Deputi Manajer Komunikasi dah Hukum PLN

Wilayah Aceh,

DOK. TABANGUN ACEH

PROYEK pembangunan pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Nagan Raya, (17/11/2011).

Rencana Pengembangan Pembangkit yang terhubung ke Grid 150 kVNO NAMA PROYEK/LOKASI JENIS PEMILIK STATUS SUMBER

DANATAHUN

OPERASI KAPASITASKEBUTUHAN

DANA(M USD)

KETERANGAN

1 GI Lambaro PLTD Sewa Swasta On Going PLN 2010 30 32

2 PLTD Langsa Lama PLTD Sewa Swasta On Going PLN 2010 10 5

3 GI Lhokseumawe PLTD Sewa Swasta On Going PLN 2010 30 16

4 PLTD Pulo Pisang PLTD Sewa Swasta On Going PLN 2010 10 4

5 Lhokseumawe PLTD Sewa Swasta On Going PLN 2011 10 11

6 Bireun PLTD Sewa Swasta On Going PLN 2011 30 32

7 Sigli PLTD Sewa Swasta On Going PLN 2011 10 11

8 Banda Aceh PLTD Sewa Swasta On Going PLN 2011 20 21

9 GTG eks. PT. Arun PLTG *) Pemda On Going Swasta 2011 20 7

10 GTG eks. PT. Arun PLTG *) Pemda On Going Swasta 2012 20 15

11 Nagan Raya (FTP 1) PLTU Batubara PLN On Going APLN 2012 200 363 3,444,617,473

12 Peusangan #1 PLTA PLN On Going JBIC 2013 43 103 980,400,000,000

13 Peusangan #2 PLTA PLN On Going JBIC 2014 43 103 980,400,000,000

14 Seulawah (FTP 2) PLTP IPP Plan Swasta 2014 27 54 513,000,000,000

15 Seulawah (FTP 2) PLTP IPP Plan Swasta 2015 27 54 513,000,000,000

16 Lawe Mamas #1 PLTA IPP Plan Swasta 2014 25 60 570,000,000,000

17 Lawe Mamas #2 PLTA IPP Plan Swasta 2015 25 60 570,000,000,000

18 Meulaboh #1 PLTU Batubara PLN Plan Un Alloc. 2016 200 400 3,800,000,000,000

19 Meulaboh #2 PLTU Batubara PLN Plan Un Alloc. 2017 200 400 4,000,000,000,000

Jumlah 980 1,751

UNTUK memenuhi kebutuhan tenaga listrik sampai tahun 2020 diperlukan pusat pem-bangkit dalam wilayah Aceh yang akan diinterkoneksikan ke dalam sistem 150 kV Sumut-Aceh dengan daya sebesar 980 MW dan pada sistem isolated/sistem 20 kV sebesar 128 MW. Pembangunan PLTP Seulawah 55 MW saat ini sedang dalam proses pelelangan WKP (Wilayah Kerja Pertambangan) oleh Pemerintah Aceh.

Pengembangan Pembangkit di Aceh

Existing T/L 150 kV

Plan of T/L 150 kV

Plan of Sub StationExisting Sub Station

Subulussalam

Pkl. Brandan

Brastagi

Sidikalang

Blg. Pidie

P. Labu

Cot TruengJantho

Kr. RayaLhoknga

TualangCut

STPP of MEULABOH

GPP of B.ACEH

GPP of SEULAWAH

GPP of JABOI

HPP of PEUSANGAN

Existing T/L 150 kV

Plan of T/L 150 kV

Plan of Sub StationExisting Sub Station

Subulussalam

Pkl. Brandan

Brastagi

Sidikalang

Blg. Pidie

P. Labu

Cot TruengJantho

Kr. RayaLhoknga

TualangCut

STPP of MEULABOH

GPP of B.ACEH

GPP of SEULAWAH

GPP of JABOI

HPP of PEUSANGAN

Plan of T/L 275 kV

TRANSMISI & GARDU INDUK :

Tahun 2011• Meulaboh – Bl

Pidie & GI BL. Pidie

• Blg Pidie – Tapaktuan & GI Tapaktuan

• Tapaktuan – Subulussalam

• Brastagi – Kutacane & GI Kutacane

• Incomer Jantho & GI Jantho

• Incomer Panton Labu & GI Panton Labu

• Tahun 2012• Incomer Cot

Trueng & GI Cot Trueng

• Tahun 2014• Jantho – Krueng

Raya & GI Krueng Raya

Rencana Pengembangan Sistem Kelistrikan

Sumber: RPTL PLN Aceh 2010-2020

Page 6: Aceh dan Koridor Ekonomi Sumatera

TABLOID TABANGUN ACEH - EDISI 19 | NOVEMBER 20116 LAPORAN UTAMA

Program apa saja yang sudah Anda lakukan untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi Aceh, penurunan tingkat kemiskinan dan pengangguran, dalam mendukung pencapaian MP3EI?

Cukup banyak. Antara lain menyusun masterplan percepatan pembangunan infrastruktur, seperti jalan, jembatan, listrik, perhubungan, pelabuhan, irigasi, pertanian, perkebunan, perikanan, dan potensi ekonomi lainnya.

Untuk percepatan pembangunan insfratruktur jalan dan jembatan, hal apa yang mendesak untuk dilakukan dan yang telah dilaksanakan?

Membuka akses ke daerah terpencil/terisolir, perbatasan dan kepualuan dengan menyediakan jaringan jalan dan jembatan untuk mendukung kawasan

yang berpotensi dan cepat tumbuh. Misalnya pembangunan jalan tembus antarkabupaten/kota dan kecamatan. Seperti pembangunan jalan tembus Trangon-Tongra dan Tongra-batas Abdya, Simpang KKA-Bener Meriah, Jantho-Lamno, Peunaron-Lokop dan Lokop-Pinding, serta lainnya.

Selain itu, terselenggaranya peningkatan pelayanan prasarana jalan yang terintegrasi dengan standar, minimal MST 10 ton pada ruas jalan nasional dan provinsi, serta MST 8 ton untuk ruas-ruas jalan strategis. Kemudian telah dilakukannya rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana jalan nasional 1.782,78 Km dan jalan provinsi 1.708,82 Km.

Bagaimana dengan rencana pembangunan jalan highway lintas timur,

kapan dimulainya?Perencanaan programnya sudah

kita buat. Survei investigasi disain (SID), detil enggeenering disain (DED), dan amdalnya juga telah kita lakukan. Sedangkan pelaksanaannya akan dimulai lebih dulu pada tahun depan dengan pembebasan tanah. Anggaran untuk pembebasan tanah tahap I juga telah kita usul dalam KUA dan PPAS 2012 tahun depan sebesar Rp 300 miliar.

Program pembangunan jalan highway ini, merupakan program jangka panjang Pemerintah Aceh untuk menghadapi kemajuan ekonomi global 20 tahun ke depan. Tapi, kita harus memulainya dari sekarang.

Bagaimana dengan program pembangunan jalan kereta api?

Pembangunan jalan kereta api itu merupakan program pemerintah pusat yang berlokasi di Aceh. Program itu sangat politis. Jalur kereta api yang ada sekarang ini Bungkah-Krueng Mane-Krueng Geukueh-Lhokseumawe sepanjang 24 Km. Itu kita jadikan ia sebagai jalan kereta api untuk anak sekolah dan pariwisata.

Sedangkan untuk jalur bisnisnya, kita rencanakan nanti dibangun di tengah-tengah jalur jalan highway lintas timur yang akan kita buat. Lebar tanah yang akan dibebaskan untuk dua jalur jalan highway dan kereta api itu nanti bisa mencapai 100 meter atau lebih lebar dari badan lintas barat (Banda Aceh-Calang) yang dibangun oleh USAID. Panjang jalan yang akan dibangun mencapai 400 Km, dari Banda Aceh hingga Aceh Tamiang, batas Sumatera Utara.

Untuk percepatan penyediaan energi listrik bagi rakyat di daerah terpencil bagaimana?

Ini juga telah kita lakukan. Teknis dan prioritas pembangunannya dimulai dengan melihat sumber daya energi lokalnya lebih dulu. Misalnya, di daerah terpencil itu, memiliki sumber daya listrik dari air atau PLTA, kita buat program pembangunan listrik tenaga hidro skala kecil dan menengah, atau membangun jaringan listrik bawah tanah. Ini sudah banyak kita lakukan di daerah kawasan Taman Nasional Gunung

Leuser (TNGL) di Aceh Tenggara dan Gayo Lues, dengan maksud untuk tidak merusak ekosistem TNGL.

Sedangkan untuk sumber listrik skala besar, kita cari investornya. Contohnya pembangunan listrik dari sumber energi batubara yang kini sedang dikerjakan di Kabupaten Nagan Raya dengan kapaitas 2x100 MW. Kemudian tenaga air PLTA Peusangan I dan II Aceh Tengah dengan kapasitas 2x43 MW. PLTA Lawe Mamas Aceh Tenggara dengan kapasitas 3x30 MW. Serta sumber listrik dari panas bumi seperti Seulawah di Aceh Besar yang kini sedang digarap dengan kapasitas 2 x 20 MW.

Kalau untuk pembangunan sarana dan prasarana pelabuhan?

Kita lakukan. Programnya diintegrasikan dengan program pembangunan jalan tembus. Misalnya, untuk mempercepat menjadikan Pelabuhan Krueng Geukuh menjadi pelabuhan ekspor sayur, kopi, dan lainnya dari Aceh ke luar negeri. Kita terus membuka jalan jalur tengah. Misalnya Simpang KKA-Bener Meriah dan memperluas ruas badan jalan dari mulai Kota Bireuen-Bener Meriah-Takengon.

Contohnya pelebaran badan jalan Cot Panglima Km 30-35 Bireuen-Takengon. Pelaksanaannya telah dimulai tahun ini dan terus akan dilanjutkan pada tahun depan. Setelah dilebarkan, ruas jalan itu sudah bisa dilalui truk-truk tronton dan interkuler untuk mengangkut sayur, kopi, dan hasil bumi lainnya dari dataran Tinggi Gayo ke Bireuen, Lhokseumawe, dan Medan.

Setelah kedua ruas jalan tadi lebar, maka langkah berikutnya adalah mengajak pengusaha ekspor sayur dan kopi di Bireuen, Bener Meriah, dan Aceh Tengah, untuk menggunakan fasilitas Pelabuhan Kruengeukuh Lhokseumawe.

Saat ini Pelabuhan Kruenggeukueh, belum beroperasi optimal, karena volume barang yang mau diekspor belum mampu memenuhi kuota muatan kapal dan juga barang yang mau dipasok ke Aceh juga masih tetap menggunakan jalur Pelabuhan Belawan, Sumut.

Ke depan, harus lewat Pelabuhan di Aceh, apakah dari Kuala Langsa, Krueng Geukuh atau Krueng Raya, Aceh Besar.(***)

Ekonomi Rakyat Tumbuh Hingga 6 Persen

H. Irwandi Yusuf MSc

“Setelah kedua ruas jalan tadi lebar, maka langkah berikutnya adalah mengajak pengusaha ekspor sayur dan kopi di

Bireuen, Bener Meriah, dan Aceh Tengah, untuk menggunakan fasilitas Pelabuhan

Kruengeukuh Lhokseumawe.”

ARAH kebijakan umum pembangunan ekonomi Aceh yang diprogramkan pada masa Pemerintahan Gubernur Aceh Irwandi Yusuf pada dasarnya adalah mewujudkan peningkatan aktivitas perekonomian daerah. Semua ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui tiga upaya utama. Peningkatan pertumbuhan ekonomi 5-6 persen, menekan penurunan tingkat kemiskinan hingga menjadi 16 persen, dan mengurangi pengangguran hingga menjadi 7,6 persen.Kebijakan umum pembangunan ekonomi Aceh ini juga dijalankan selaras untuk mendukung pencapaian Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Untuk mengetahui, apa saja yang telah dilakukan Pemerintah Aceh dalam rangka pencapaian tujuan MP3EI tersebut, simak wawancara khusus Tabangun Aceh dengan Gubernur Aceh Irwandi Yusuf. Berikut ini petikannya:

Ekonomi Rakyat Tumbuh Hingga 6 Persen

H. Irwandi Yusuf MSc

TABLOID TABANGUN ACEH - EDISI 19 | NOVEMBER 20116

Ekonomi Rakyat Tumbuh Hingga 6 Persen

H. Irwandi Yusuf MSc

Page 7: Aceh dan Koridor Ekonomi Sumatera

TABLOID TABANGUN ACEH - EDISI 19 | NOVEMBER 2011 7

Hampir 60 persen dari luas daratan Aceh adalah lahan pertanian dan perkebunan. Dari 4,9 juta jumlah

penduduk Aceh, 70 persen di antaranya ting-gal di kawasan gampong, di mana 70 persen dari masyarakat itu adalah petani.

Fakta itu serta analisa pertumbuhan ekonomi Aceh dalam empat tahun terakhir, melahirkan bukti bahwa pertanian adalah sektor yang paling berperan sebagai peno-pang ekonomi Aceh. Karenanya wajar saja jika Pemerintah Aceh lebih memfokuskan pembangunan di bidang pertanian.

Selama ini, kontribusi hasil pertanian ter-hadap PDRB Aceh mencapai 42,88 persen. Sektor pertanian juga menyerap tenaga kerja terbesar, yakni sekitar 35 persen dari jumlah angkatan kerja di Aceh.

Demikian antara lain disampaikan oleh Gubernur Irwandi Yusuf, melalui Kepala Bap-peda Aceh pada acara Panen Raya Padi SRI dan Perikanan Air Tawar di Kabupaten Nagan Raya, tanggal 17 November 2011 lalu. Kegiatan ini dilaksanakan oleh PESAT-CCA (Canadian Co-operative Association) sebagai implement-ing dari salah satu Program Aceh- Economic Development Financing Facility (A-EDFF).

Lebih lanjut, Gubernur Irwandi Yusuf menyampaikan, Pemerintah Aceh memberi perhatian khusus untuk sektor ini. Alham-dulillah, komitmen dan kerja keras seluruh jajaran dan rakyat Aceh telah membuahkan hasil. Terbukti, beberapa waktu lalu presiden Republik Indonesia memberikan penghar-gaan “Ketahanan Pangan Nasional” kepada Aceh karena mampu meningkatkan produk-si berasnya di atas 5 persen.

“Bagi Aceh, ini adalah penghargaan keti-ga kalinya sejak 2006. Kita berharap prestasi ini dapat kita tingkatkan di masa mendata-ng,” ujar Kepala Bappeda Aceh Iskandar.

Upaya membangun sektor pertanian ini dilakukan dengan pemulihan kapasi-tas produksi melalui peningkatan kapasitas sumberdaya manusia dan sumberdaya alam. Kendala-kendala yang mengganggu, seperti belum tersedianya irigasi yang memadai, akan dibenahi sehingga produktivitas padi Aceh lebih optimal.

“Saat ini dari luas lahan produktif, baru 65.000 hektare yang dialiri irigasi dengan dua kali masa tanam. Selebihnya masih sawah ta-dah hujan dengan satu kali masa tanam. Na-gan raya termasuk salah satu lumbung beras di Aceh dengan produksi mencapai 108.000 ton lebih per tahun,” kata Iskandar.

Melihat dominasi sektor pertanian yang sangat kental di Aceh, wajar jika muncul pendapat bahwa untuk membangun Aceh, maka sektor pertanian harus diutamakan. Se-bagai gambaran, pada tahun 2005 pascakon-flik dan tsunami, tingkat kemiskinan di Aceh sempat menyentuh angka 28,69 persen.

Akan tetapi dengan terus meningkatnya pendapatan perkapita rakyat, hingga tahun 2010 angka kemiskinan sudah berada pada level 20,98 persen. Bahkan pada pertenga-han 2011 ini, menurut data BPS, tingkat kemiskinan Aceh berkisar 19, 57 persen.

“Kemajuan yang kita capai ini merupa-kan cerminan mulai bergeraknya sendi-sendi ekonomi rakyat berkat membaiknya sistem pertanian. Sejalan dengan itu, kerja sama dengan lembaga asing untuk peningkatan

Selama lima tahun Pemerintahan Gu-bernur Aceh Irwandi Yusuf dan Wa-gub Muhammad Nazar, pembangunan

Aceh mengalami peningkatkan cukup sig-nifikan. Keberhasilan ini diukur dengan lima indikator, yaitu indeks pembangunan ma-nusia, angka kemiskinan, bidang kesehatan, bidang pendidikan, dan sektor infrastruktur.

Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf, dalam laporan pertanggungjawaban penyelengga-raan pemerintah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) dalam sidang paripur-na LKPJ Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh tahun 2007-2012, Rabu (23/11/2011), melaporkan, indeks pembangunan manusia di Aceh pada tahun 2010, mengalami pen-ingkatan menjadi 71,70 persen. Sementara pada tahun 2007 adalah sebesar 70,68 pers-en.

Kemudian angka melek huruf tahun 2007 sebesar 96,20 persen dan tahun 2010 sebesar 96,88 persen. Usia harapan hidup 68,8 tahun pada tahun 2007, sementara ta-hun 2010 sebesar 68,9 tahun.

Dalam laporan setebal 57 halaman dan dibacakan langsung oleh Irwandi Yusuf ser-ta Sekda T Setia Budi disebutkan, indikator kedua adalah angka kemiskinan di Aceh, dari tahun 2006 sampai dengan 2010 terus men-unjukkan grafik menurun setiap tahunnya.

Tahun 2006, penduduk miskin di Aceh sebanyak 1.112.061 jiwa dan tahun 2010 tu-run menjadi 1.088.368 jiwa. Menurut data BPS Aceh tahun 2011 diprediksikan turun lagi hingga mencapai 969.353 jiwa.

Indikator ketiga disebutkan dalam bidang kesehatan pada tahun 2007 angka kematian ibu turun secara signifikan dari 237/100.000 lahir hidup menjadi 184/100.000 lahir hidup pada tahun 2010. Angka kematian bayi dari 35/1.000 lahir hidup pada tahun 2007 turun menjadi 25/1.000 lahir hidup pada tahun 2010.

Indikator keempat bidang pendidikan adalah angka partisipasi anak-anak usia 0-6 tahun pada PAUD meningkat dari 79 persen tahun 2007 menjadi 83 persen tahun 2010 dan meraih peringkat tiga nasional.

Kemudian indikator kelima diukur dari sektor infrastruktur dengan kondisi jalan dan tingkat pelayanan air bersih. Tahun 2007 jalan dalam kondisi baik di Aceh sepanjang 442,47 km dan tahun 2010 meningkat men-jadi 839,91 km. Pada tahun 2011 meningkat lagi menjadi 875,17 km dari total 1.847,91

km jalan Provinsi Aceh. Tingkat pelayanan air bersih tahun 2008

mencapai 524.778 jiwa dan tahun 2010 meningkat 762.584 jiwa, sedangkan pada ta-hun 2011 diperkirakan meningkat menjadi 954.000 jiwa.(zamnur/theglobejournal.com)

LAPORAN UTAMA

Tahun 2006, penduduk miskin di Aceh sebanyak 1.112.061 jiwa dan

tahun 2010 turun menjadi 1.088.368 jiwa. Menurut data BPS Aceh tahun 2011 diprediksikan turun lagi hingga

mencapai 969.353 jiwa.

Analisa pertumbuhan ekonomi Aceh dalam empat tahun terakhir, melahirkan bukti

bahwa pertanian adalah sektor yang paling berperan sebagai penopang ekonomi Aceh.

Karenanya wajar saja jika Pemerintah Aceh lebih memfokuskan pembangunan di

bidang pertanian.

sektor pertanian, akan terus kita galang se-hingga memberi keuntungan kepada para petani,” ujar Iskandar, mengutip penjelasan Gubernur Irwandi Yusuf.

Program EDFFSalah satu kerja sama itu terlihat dari

penerapan program Aceh Economic De-velopment Financing Facility (EDFF) yang merupakan bantuan dari Multi Donor Fund (MDF). Program EDFF sudah berjalan di sejumlah kabupaten di Aceh, salah satunya di Kabupaten Nagan Raya.

Untuk wilayah Nagan Raya, program ini diberinama Proyek Ekonomi Sosial Aceh Terpadu (PESAT). Fokus program PESAT adalah pengembangan sektor pertanian. Program ini dilaksanakan oleh NGO Inter-national Canadian Cooperative Association (CCA) dan LSM Paskah Aceh.

Sejak berjalan awal tahun lalu, program PESAT telah membina dan memfasilitasi 29 koperasi lokal serta memberi pelatihan tentang bercocok tanam yang baik kepada petani. Salah satunya mengembangkan pena-naman padi dengan sistem sistem intentensi-fikasi padi atau System Rice Intensive (SRI).

Dibanding cara penanaman konvension-al, pola tanam ala SRI terbukti mampu men-ingkatkan produksi padi. Karena itu, sudah sewajarnya teknik ini terus dikembangkan karena sangat menguntungkan petani. Selain intensifikasi tanaman padi, program pesat juga memberi penyuluhan dan mengem-bangkan sistem peternakan ikan air tawar.

“Dan hari ini, kita akan membuktikan kerja sama yang telah dibangun bersama-sama dengan masyarakat Nagan Raya ini. Alhamdulillah, hari ini kita akan panen raya, panen padi sekaligus panen ikan air tawar. Ini merupakan anugerah yang diberikan Al-lah SWT kepada para petani di Kabupaten Nagan Raya ini. Semoga anugerah ini bisa kita pertahankan, sehingga di masa depan, Kabupaten Nagan Raya menjadi lumbung beras dan perikanan air tawar terbesar di Provinsi Aceh,” ungkap Iskandar.

Pada kesempatan itu, atas nama Pemer-intah Aceh, Kepala Bappeda Iskandar MSc juga mengucapkan terima kasih kepada pihak MDF, Canadian Cooperative Association (CCA) dan LSM Paskah Aceh selaku peng-gerak program ini.(aswarliam dan akar)

Indeks Pembangunan Manusia Jadi 71,70 Persen

Membangun Pertanian si Penopang Ekonomi

FOTO: ASWARLIAM

DARI kiri: Kasrem Teuku Umar, Bupati Nagan Raya, Kepala Bappeda, Deputi KPDT dan Team Leader PESAT pada acara Festival PESAT dan panen raya padi di Seunagan Timur, Nagan Raya (17/11/2011).

Page 8: Aceh dan Koridor Ekonomi Sumatera

TABLOID TABANGUN ACEH - EDISI 19 | NOVEMBER 20118

FOTO: FARID REZA

SISWA siswa SPP – SPMA Negeri Saree Aceh sedang meihat pertubuhan tanaman holtikultura di halaman sekolah, (14/11/2011).

LAPORAN UTAMA

SPP-SPMA Saree, merupakan sekolah kejuruan bidang pertanian dan peter-nakan yang tertua di Aceh. Sekolah ini

berdiri sejak tahun 1964 dengan nama Se-kolah Pertanian Menengah Atas (SPMA), ke-mudian berubah menjadi Sekolah Pertanian Pembangunan (SPP) dan berubah lagi men-jadi Sekolah Menengah Kejuruan Pembangu-nan Pertanian (SMK-PP). Sekolah ini meru-pakan satu-satunya sekolah kejuruan dengan status Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) yang berlokasi di kawasan ke Saree, Kecamatan Lembah Seulawah, Aceh Besar.

Sebagai sekolah berstatus RSBI, SPP-SPMA Saree yang kini dipimpin Maswadi SP MPd mewajibkan penggunaan bahasa Ing-gris sebagai bahasa pengantar di kelas. Untuk meningkatkan mutu lulusan, berbagai fasili-tas dan program pendukung terus ditingkat-kan agar lulusan SPP-SPMA Saree nantinya benar-benar menjadi seorang profesional di bidangnya.

Suasana teduh cukup terasa saat tim Tabangun Aceh mengunjungi kompleks se-kolah ini pada, Senin (14/11) lalu. Tim Taban-gun diterima langsung oleh Kepala SPP-SPMA Saree Maswadi SP MPd serta wakil kepala sekolah, Muhammad Amin SP MP.

Muhammad Amin mengatakan, saat ini SPP-SPMA Saree mempunyai empat juru-san, yaitu Agribisnis Tanaman Pangan dan Holtikultura, Agribisnis Perkebunan, Agri-bisnis Peternakan, dan Teknologi Hasil Per-tanian (THP).

Di jurusan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura, siswa diajar agar mampu membudidaya dengan menerapkan teknik budidaya sesuai dengan kaedah ilmu peng-etahuan dan teknologi hingga mampu me-masarkan produknya. Pada jurusan ini ada dua pengelompokan komoditi yang diajarkan, yaitu komoditi tanaman pangan (padi, jagung, kedele, umbi-umbian, dan kacang-kacangan) serta holtikultura (tanaman sayuran, buah-buahan, obat-abatan dan tanaman hias).

Untuk mendukung penguatan juru-san ini, sekolah ini telah dilengkapi fasilitas Laboratorium Kultur Jaringan dan meru-pakan satu-satunya sekolah kejuruan perta-nian di Indonesia yang memiliki fasilitas ini. Dalam oprasional Laboratorium tersebut, SPP-SPMA Saree telah bekerja sama den-gan Fakultas MIPA Unsyiah. “Insya Allah dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi hasil kerja sama ini bisa menghasilkan bibit jamur (F4),” ujar M Amin.

Jurusan kedua (Agribisnis Perkebunan) diarahkan kepada komoditi lokal/unggulan di Aceh. “Saat ini kami mengajarkan kepada siswa fokus pada dua komoditi, kelapa sa-

wit dan kakao. Untuk penguatan jurusan ini kami bekerja sama dengan PT Perkebunan Nusantara I, PT Mopoli Raya, dan PT Sofin-do. Target yang diharapkan lulusan mampu memproses benih yang berkualitas, teknik budidaya, dan prosesing hasil,” ujarnya.

Jurusan ketiga, (Agribisni Peternakan) juga telah menjalin kerja sama sangat yang sangat menguntung siswa dengan PT Pok-phand. Selain dapat mempraktekkan teorin-ya, siswa sekaligus secara tidak langsung juga melaksanakan wirausaha (bisnis) di bidang ayam pedaging.

Pada jurusan ini banyak juga siswa telah mendapat pelatihan tentang inseminasi bua-tan (IB) dari Kementerian Pertanian. Kendala yang dihadapi SPP-SPMA Saree belum mem-punyai lahan yang cukup untuk pengemba-laan maupun lahan hijauan ternak (pakan).

Sementara untuk Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, kata M Amin, merupakan jurusan yang baru dibuka. Pembukaan juru-san ini didasarkan hasil studi bahwa banyak

produksi komoditi di Aceh belum dapat di-optimalkan pascapanen, sehingga harganya selalu tidak memihak kepada petani.

Jurusan ini juga mendukung program Pemerintah Aceh untuk menjadikan Aceh berbasis agro industri pada RPJM Tahap II yaitu tahun 2013-2017. Kendala yang diha-dapi jurusan ini belum mempunyai Labotar-ium khusus untuk pengolahan hasil. “Sedan-gkan untuk pengajar di jurusan ini mempu-nyai 4 tenaga pengajar teknologi hasil. Kami juga sedang menjajaki kerja sama dengan jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Unsyiah,” ujar M Amin.

Wakil Kepala SPP-SPMA Saree ini ber-harap kepada Pemerintah untuk mening-katkan sarana dan prasarana sekolah ini. Sementara kepada masyarakat, terutama pengusaha industry, agar bisa memanfaatkan karya siswa SPP-SPMA Saree, seperti tepung yang di produksi dari biji durian dan bibit ka-cang tanah unggul varietas local, yaitu Bison dan Kelinci.(aswar liam)

SEKOLAH Pertanian Pembangunan- Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPP-SPMA) Saree merupakan sekolah bording (asrama). Sekolah ini menerapkan sistem proses belajar mengajar (PBM) dengan persentase 40:60 (40 persen di kelas dan 60 persen di lapangan). Sekolah ini terus mengupdate program pembelajarannya sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi, serta selalu mengsinkronkan dengan program pemerintah, terutama di bidang pertanian jangka menengah maupun jangka panjang

SPP Saree Melahirkan Lulusan Profesional

Pemerintah Indonesia melalui Kemen-terian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas telah menetap-

kan Master Plan Percepatan dan Perluasan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025 dengan tujuan untuk mempercepat terwu-judnya Indonesia menjadi negara maju den-gan hasil pembangunan dan kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh se-luruh rakyat Indonesia. Melalui perjuangan yang panjang akhirnya Aceh menjadi bagian dari Koridor Pengembangan Ekonomi khu-

susnya Sumatera, namun sayangnya Sabang tidak dimasukkan dalam rancangan rencana aksi ini, padahal Sabang memiliki potensi dan lokasi yang sangat strategis di Selat Malaka yang merupakan transportasi laut tersibuk di dunia. Hal ini perlu dikaji kembali dan Sabang perlu ditempatkan sebagai kawasan strategis nasional serta pintu keluar masukn-ya produk khususnya Indonesia bagian Barat sesuai UU No.37/2000 dan UU Pemerintah Aceh No.11/2006. Demikian disampaikan Ketua Kadin Aceh Firmandez dalam wawan-

cara jarak jauh di sela-sela mengikuti Forum Bisnis Aceh-Invest Penang di Hotel Oriental Bukit Jambul Pulau Penang Malaysia.

Hal tersebut, kata Firman, sangat be-ralasan karena pada dasarnya darah dan gen orang Aceh adalah menjadi saudagar seperti yang telah ditunjukkan endatu Aceh terdahulu yang pengaruhnya hingga ke Pulau Pinang. Pernyataan Firman ini juga didasarkan dari hasil penelitian Bank Dunia bahwa untuk merubah mindset dan memotivasi orang cukup biaya Rp 2 juta dibandingkan den-gan orang Papua yang menghabiskan hingga Rp 60 juta per orang. Karena itu, Firman mengharapkan Program MP3EI ini harus benar-benar dilaksanakan dan bisa memo-tivasi pengusaha Aceh dengan bekerjasama secara sinergi antara BUMN-swasta-Pemer-intah. Langkah awal yang harus dilakukan adalah memperbaiki kinerja birokrasi yang didukung dengan regulasi yang mengarah kepada produktivitas dan efesiensi.

“Persoalan lahan tidur dan lahan terlan-tar di Aceh harus diambil langkah kongkrit secara bersama-sama agar bisa dimanfaatkan pengusaha dan masyarakat untuk mensuk-seskan program MP3EI melalui kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit dan karet. Areal HGU dan kepemilikian lahan yang tidak dimanfaatkan dalam selang waktu ter-

tentu harus dicabut pemerintah dan diberi-kan kepada pengusaha dan masyarakat yang benar-benar membutuhkan. Pengusaha dan masyarakat dapat bermitra dalam pola inti-plasma yang saling menguntungkan. Apa-bila ini bisa ditangani dengan baik dan cepat akan memberikan multiflier effect mengatasi pengangguran dan peningkatan pendapatan masyarakat,” ungkap Firmandez yang baru saja merampungkan bukunya Meretas Sau-dagar Aceh.

Firmandez bermimpi dalam waktu 25 tahun bisa menciptakan 1 juta Saudagar Aceh dengan berbagai program dan pelati-han kewirausahaan yang digagasnya. Pro-gram MP3EI ini apabila berhasil dilaksana-kan di Aceh, maka ke depan akan muncul industri-industri pengolahan dan turunan dari produk kelapa sawit dan karet yang berorien-tasi ekspor. “Ekspor dapat dilakukan melalui Pelabuhan Sabang dan pelabuhan-pelabuhan pendukung lainnya seperti Krueng Geukeh, Malahayati, Calang dan Kuala Langsa. Ini merupakan kesempatan dan peluang bagi pengusaha-pengusaha Aceh untuk mengam-bil peran untuk mensukseskan program MP3EI,” papar Firman seraya berharap agar Sekretariat MP3EI Aceh benar-benar men-gawal langkah-langkah yang telah direncana-kan sehingga sesuai dengan diharapkan. [fzu]

Program MPE3i Turut Meretas Saudagar Aceh

MASWADI

“Persoalan lahan tidur dan lahan terlantar di Aceh harus diambil

langkah kongkrit secara bersama-sama agar bisa dimanfaatkan

pengusaha dan masyarakat untuk mensukseskan program MP3EI

melalui kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit dan karet.

-- FIRMANDEZ --Ketua Kadin Aceh

Page 9: Aceh dan Koridor Ekonomi Sumatera

TABLOID TABANGUN ACEH - EDISI 19 | NOVEMBER 2011 9TABLOID TABANGUN ACEH - EDISI 19 | NOVEMBER 2011 9LAPORAN UTAMA

Banyak sekali persoalan dan ketidak-puasan masyarakat menyangkut pelay-anan publik dari aparatur negara dan Bapak dipercayakan Presiden SBY untuk membenahi hal ini, bagaimana pendapat Bapak?

Pada hakikatnya reformasi birokrasi merupakan upaya perbaikan dan peningka-tan pelayanan publik terhadap masyarakat. Pada saat ini masyarakat luas masih merasa-kan kurang puas atas pelayanan publik teru-tama pelayanan terhadap kebutuhan dasar khususnya di sektor pendidikan, kesehatan, pemberian perizinan dan lain-lain.

Mengapa begitu?Karena itu merupakan kebutuhan dasar

masyarakat. Aparatur negara berkewajiban untuk memberikan pelayanan terbaik ke-pada masyarakat pada semua sektor untuk meningkatkan kehidupan berbangsa dan bernegara. Reformasi birokrasi merupakan profesi tertua dalam hubungan antara ne-gara dan rakyatnya. Pelayanan publik untuk perizinan dan investasi belum optimal di-lakukan, pelayanan birokrasi masih berbelit-belit dan lama sehingga laju investasi Indo-nesia masih rendah. Kalau ini tidak dibenahi dan dilakukan dengan baik dan terencana, Indonesia bakal kalah bersaing dengan ne-gara tetangga seperti Thailand, Malaysia, Singapura dan bahkan Vietnam sekalipun yang baru usai dari konflik.

Lalu bagaimana?Pendayagunaan aparatur negara dan

reformasi birokrasi merupakan suatu peker-jaan besar dan tantangan yang harus diha-dapi bersama. Jumlah aparatur negara yang tidak terkendali terutama pascaotonomi daerah, aparatur negara direkrut tidak ber-dasarkan hasil seleksi yang adil dan sesuai kebutuhan pembangunan. Aparatur negara tidak difungsikan secara optimal, ada daerah dengan aparatur negara yang berkelebihan dan ada daerah yang kekurangan, distribusi yang tidak merata dan ada yang menumpuk di suatu instansi atau daerah tertentu.

Ke depan bagaimana?Kualitas Sumberdaya Manusia (SDM)

harus ditingkatkan. Kualitas SDM meru-pakan kunci untuk reformasi birokrasi. Birokrasi yang gemuk membuat pemer-intahan tidak berjalan secara efektif dan efesien. Birokrasi gemuk juga tidak mampu dan tidak responsif memberikan pelayanan kepada masyarakat. Untuk itu SDM yang mampu bersaing dan berkompentensi harus ditingkatkan.

Bagaimana caranya?Birokrasi yang gemuk banyak sekali

menyerap dan menyedot anggaran pem-bangunan terutama untuk gaji dan sejumlah biaya-biaya turunan lain seperti perjalanan dinas dan biaya-biaya lain yang semuanya dibebankan kepada negara. Ujung-ujungnya biaya pembangunan dan peningkatan pelay-anan kepada masyarakat terkuras untuk be-lanja aparatur negara yang kisarannya men-capai antara 40–60%. Dalam agama Islam sendiri sebenarnya telah diatur dengan baik tentang hal ini terkait dengan hak penye-lenggara (muzakki) yang tidak boleh lebih dari 1/8. Kalau dilihat dari jasa konsultan demikian juga, biaya perencanaan hanya 7%, pengawasan 4% dan biaya manajemen 4,5% yang secara keseluruhan sekitar 1/8.

Apa langkah yang akan Bapak laku-kan?

Pertama, melakukan moratorium Pegawai Negeri Sipil (PNS), kecuali terha-dap kebutuhan yang sangat mendesak dan urgen. Kementerian/lembaga dan pemer-intah daerah diminta untuk membuat peta (mapping) PNS, membuat dan melakukan analisis jabatan (job analysis). Kedua, kalau memang tenaga sangat dibutuhkan sekali maka kementerian/lembaga dan pemerin-tah daerah diminta untuk memprioritaskan melatih dan mengoptimalkan SDM-SDM yang ada untuk bidang-bidang khusus atau melalui jalur pendidikan kedinasan. Pen-erimaan PNS melalui jalur kedinasan ini nanti akan diperketat untuk yang lebih baik di masa akan datang. Ketiga, melakukan ride sizing dan down sizing tanpa melakukan pemutusan hubungan kerja. Keempat, men-gukur kemampuan SDM yang berbasis pada kinerja.

Bagaimana cara yang akan Bapak lakukan?

Kementerian Pendayagunaan Apara-tur Negara dan Reformasi Birokrasi akan mengeluarkan kode etik dan moral pejabat negara, melakukan pengetatan dalam meny-etujui organisasi baru termasuk di kemen-terian. Saya merasa sangat terkesan dengan langkah yang dilakukan Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan yang memangkas jabatan-jabatan yang tidak perlu di tubuh PLN ketika menjabat sebagai Direktur PLN. Mindset PNS perlu diubah. Keberadaan in-stitusi pemerintah bukan untuk menampung tenaga kerja tetapi harus mampu menum-buhkan dan mendorong terbukanya lapangan kerja baru. Aparatur negara harus mampu

melayani masyarakat dengan cepat dan tepat sehingga investor mau berinvestasi di Indonesia. Proses perizinan harus diberikan dengan cepat dan tepat dengan memangkas proses birokrasi yang tidak perlu, sehingga membuka peluang sektor swasta untuk maju dan berkembang. Apabila ini bisa dilakukan maka ekonomi Indonesia akan sehat dan kuat serta efesien dengan birokrasi yang ramping. Birokrasi yang sehat akan membuka cakrawala berpikir untuk kemajuan bangsa dan negara secara keseluruhan. Untuk itu Kementerian PAN akan melakukan Gera-kan Nasional untuk menumbuhkan kembali budaya malu anak bangsa, meningkatkan ke-terbukaan dan transparansi, kompetitif serta bebas KKN.

Penerimaan PNS Dihentikan Sementara

Menteri PAN Ir. Azwar Abubakar, MM

HAKIKAT Reformasi Birokrasi adalah meningkatkan pelayanan aparatur negara kepada masyarakat (publik) dengan sebaik-baiknya. Reformasi Birokrasi dimaksudkan sebagai upaya untuk mengubah budaya dan perilaku aparatur negara guna mencapai tujuan kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi lebih baik. Presiden SBY telah memerintahkan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi untuk melakukan reformasi birokrasi sebagai landasan dan estafet pembangunan Indonesia yang lebih baik di masa akan datang. Ir. Azwar Abubakar, MM, yang dilantik Presiden SBY pada 19 Oktober 2011 menggantikan E.E Pangindaan sebagai Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi berkomitmen akan melakukan reformasi birokrasi dengan sasaran utama meningkatkan kualitas pelayanan publik, hilangnya budaya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), peningkatan efesiensi birokrasi serta efektivitas birokrasi. Dengan latar belakang sebagai konsultan selama 21 tahun dan pernah menjadi Wakil Gubernur Aceh dan Pj. Gubernur Aceh serta anggota DPR-RI selama 2 tahun, alumnus ITB Bandung itu diyakini mampu mengemban tugas berat yang diamatkan Presiden RI. Michael Chaniago, Hasan Basri M Nur dari Tabangun Aceh mendapat kesempatan wawancara eksklusif dengan Menteri PAN, Sabtu (05/11/2011) di rumah pribadinya di kawasan Geuceu Banda Aceh. Berikut petikannya:

Birokrasi yang gemuk banyak sekali menyerap dan menyedot anggaran pembangunan

terutama untuk gaji dan sejumlah biaya-biaya turunan lain seperti perjalanan dinas dan

biaya-biaya lain yang semuanya dibebankan kepada negara. Ujung-ujungnya biaya

pembangunan dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat terkuras untuk belanja

aparatur negara

Page 10: Aceh dan Koridor Ekonomi Sumatera

TABLOID TABANGUN ACEH - EDISI 19 | NOVEMBER 201110

Lama tidak menginjakkan kaki ke ka-wasan Pelabuhan Krueng Geukueh, Aceh Utara, tidak ada perubahan

yang berarti selain lumayan sepinya aktifitas pelabuhan.

“Tidak ada keramaian dan aktitifitas di sini, kecuali saat ada kapal berlabuh untuk bongkar muat muatan, itu pun tidak terjadi dalam sebulan sekali. Susah kalau sepi be-gini,” ujar Kartini, seorang pedagang kecil yang sehari-hari menjajakan dagangannya di kawasan ini.

Padahal peranan pelabuhan diharap-kan bisa mengembangkan perekonomian masyarakat di kawasan pelabuhan tersebut, tambahnya.

Peranan pelabuhan dalam pembangunan ekonomi sangat berarti untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang diidam-id-amkan bangsa ini. Sebab pelabuhan sebagai wadah berkumpulnya berbagai aktivitas yang berkaitan dengan manusia dan sarananya termasuk aktivitas pelayaran dan bongkar muatnya.

Pembangunan ekonomi tidak akan maju bila pelabuhan kurang berfungsi secara opti-mal. Karena itu fungsi dari pelabuhan tidak hanya sekedar untuk persinggahan kapal-kapal tetapi lebih dari itu untuk menciptakan kondisi suatu kawasan berdaya guna dalam us-aha menciptakan ekonomi global yang mam-pu meningkatkan kesejahteraan kawasannya.

Pelabuhan bagian terpenting di dalam usa-ha meletakkan kekuatan ekonomi yang funda-mental sehingga aktivitas di kawasan pelabu-han dan sekitarnya berdampak pada kemajuan pembangunan ekonomi yang memang tidak bisa dipisahan dari segala aktivitas kehidupan ini.

Harapan yang sama ini pula yang kemu-dian disusun dalam rencana aksi pengem-bangan dan pengintegrasian master plan per-

cepatan dan perluasan pembangunan ekono-mi Indonesia (MP3EI) tahun 2011-2025.

Ada enam program diluncurkan untuk mendukung percepatan ekonomi di Indonesia. Keenam program baru tersebut meliputi ke-tahanan pangan, sektor energi, pengadaan infrastruktur, pengadaan sarana transportasi laut dan udara, pembenahan di sektor pem-biayaan, serta mendorong berkembangnya usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Manager Tehnik PT Pelindo I, Aceh Ut-ara, Budi Setiadi, ST, mengatakan untuk sa-rana dan fasilitas, pelabuhan Lhokseumawe atau yang dikenal dengan nama Pelabuhan Krueng Geukuh memiliki saran dan fasilitas yang lengkap untuk menunjang kegiatan pere-konomian dengan menggunakan sarana laut. “Tapi sampai saat ini hampir tidak ada pengu-saha yang menggunakan sarana pelabuhan ini, mereka lebih memilih sarana angkutan jalan raya untuk mengangkut komoditasnya dan kemudian melayarkannya melalui pelabuhan Belawan Sumatera Utara,” jelas Budi Setiadi.

Menurut Budi perlu kebijakan dan ker-ja sama semua pihak termasuk pemerintah daerah setempat untuk bisa mengeluarkan semacam regulasi dan kebijakan agar pengu-saha dan eksportir di Aceh bisa lebih memil-ih Pelabuhan Krueng Geukuh sebagai sarana untuk mengekspor dan mengimpor barang.

“Dari segi teknis pelabuhan sudah cukup siap untuk mendukung perkembangan ekonomi namun dari segi bisnis, masih san-gat minim aktifitasnya, dan inilah yang perlu didorong saat ini,” katanya.

Secara teknis, sebut Budi, Pelabuhan Kru-eng Geukueh, adalah pelabuhan kolam bua-tan, bukan pelabuhan alam seperti beberapa pelabuhan besar lainnya. Pelabuhan kelas 2 ini, bisa disandari kapal tanpa ketergantungan pada pasang surut air laut. Bahkan kapal bisa bersandar dengan kedalaman hingga 14 meter.

“Menurut saya, kita harus kembali pada apa yang menjadi tujuan dari pembangunan Pelabuhan Krueng Geukueh ini. Nah dari landasan itu tentunya kita akan bisa mel-akukan berbagai pergerakan sehingga ak-tifitas ekonomi di kawasan pelabuhan bisa berkembang, dan tentunya imbasnya tidak hanya di kawasan sekitar pelabuhan, tapi akan menggelinding ibarat bola salju yang semakin lama semakin besar,” jelasnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh M Jafar, seorang pengusaha supplier di Lhok-seumawe. Menurut Jafar, permasalahan utama yang menjadi penyebab enggannya pengusaha melayarkan komiditi mereka le-wat pelabuhan adalah tingginya cost buruh bongkar muat di pelabuhan.

Penyebab lainnya adalah, jumlah ko-moditi yang akan diekspor yang kecil dan kontinuitas yang kurang. “Komoditi barang ekspor di Aceh sangat besar dan banyak, na-mun tidak terkumpul pada satu pengusaha pengumpul, alias terlalu banyak toke kecil. Jadi barang terpecah-pecah dalam jumlah yang kecil, dan ini tidak memungkinkan bagi kapal besar untuk mengangkut barang dalam jumlah kecil. Makanya barang-barang lebih sering diangkut dengan truk melalui ja-lan raya dan kemudian dimuat di Pelabuhan Belawan,” ungkapnya.

Disebutkan Jafar, pemerintah hendaknya bisa memberi dukungan kepada para pengu-saha, agar mereka bisa memanfaatkan sarana pelabuhan yang ada. “Selain pemerintah, perbankan juga diharap bisa memberikan kemudahan peminjaman kepada para pengu-saha sehingga pengusaha bisa mengembang-

kan usaha-usaha mereka kearah yang lebih berkembang,” katanya.

Saat ini, sebut Manajer Teknik Pelindo I Lhokseumawe, Budi Setiadi ST, Pelabuhan Umum Krueng Geukueh merupakan salah satu dermaga yang paling nyaman untuk dis-inggahi kapal-kapal, baik untuk berukuran kecil maupun berkapasitas raksasa.

“Saat ini belum perlu ada pengembangan apapun yang harus dilakukan di Pelabuhan Krueng Geukuh, karena semua fasilitas yang dimiliki sudah memadai, selain itu, Krueng Geukuh juga memiliki kelebihan, dimana jalur keluar pelabuhan berhadapan langsung dengan lalu lintas internasional Selat Mala-ka. Memanfaatkan Krueng Geukuh, artinya sama dengan membantu mengatasi kemac-etan di pelabuhan Belawan,” ujar Budi.(yay-an zamzami)

“Tapi sampai saat ini hampir tidak ada pengusaha yang menggunakan sarana pelabuhan ini, mereka lebih memilih sarana angkutan jalan raya untuk

mengangkut komoditasnya dan kemudian melayarkannya melalui pelabuhan

Belawan Sumatera Utara,”

-- Budi Setiadi --Manager Tehnik PT Pelindo I, Aceh Utara

“Kerajaan Pulau Penang dapat menjadi outlet produk-produk Aceh,

karena Pulau Penang merupakan pintu gerbang utama Asia”.

-- SAID MUSTAFA --Asisten Bidang Keistimewaan, Ekonomi

dan Pembangunan Setda Aceh

LAPORAN KHUSUS

Para birokrat dan pebisnis dari dua daerah bertetangga, Aceh (Indonesia) dan Penang (Malaysia), Rabu (16/11/2011) kembali

bertemu di Hotel Equatorial Bukit Jambul Penang Malaysia. Pertemuan Forum Bisnis Pemerintah Aceh dengan Invest Penang ini dibuka Ms. Loo Lee Lian, General Manager Invest Penang

Pertemuan ini merupakan tindak lanjut dari penandatanganan nota kerja sama (MoU) antara Pemerintah Aceh dan Kerajaan Pulau Penang ta-hun 2010, yang dihadiri langsung Gubernur Aceh Irwandi Yusuf dengan Ketua Menteri Besar Kera-jaan Pulau Penang, YAB Datok Lim Guan Eng.

Pada pidato pembukaan Ms. Loo Lee Lian mengatakan hubungan antara Aceh dengan Pen-ang telah berlangsung lama dalam suatu hubun-gan dan kini ingin dirajut kembali. Tujuan besar yang ingin dicapai adalah, mengembangkan dan mengelola potensi-potensi yang dimiliki Aceh dan Kerajaan Pulau Penang dalam suatu ikatan bisnis yang saling menguntungkan.

Asisten Bidang Keistimewaan, Ekonomi dan Pembangunan Setda Aceh, Ir. Said Mustafa yang mewakili Pemerintah Aceh mengatakan, pada masa lalu ada lima agenda besar Nota Kerja Sama Pemerintah Aceh dan Kerajaan Pulau Penang.

Pertama, pemanfaatan kayu karet (rub-ber wood) untuk mendukung program Aceh Green dengan pemanfaatan kayu karet tua dan melakukan penanaman kembali (replanting). Kedua, pengelolaan air minum (water treat-ment) untuk mencukupi kebutuhan air bersih dan higinies.

Ketiga, optimalisasi industri pulp dengan memanfaatkan kayu-kayu pada areal yang telah diizinkan. Keempat, pelatihan untuk tenaga medis dan keperawatan untuk meningkatkan kompetensi tenaga medis dan keperawatan Aceh. Kelima, kerja sama di bidang pelatihan pertanian.

Said Mustafa mengharapkan Kerajaan Pu-lau Penang dapat menjadi outlet produk-produk Aceh, karena Pulau Penang merupakan pintu gerbang utama Asia. “Pemerintah Aceh akan ter-us melakukan penyempurnaan dan percepatan regulasi untuk mendukung kebijakan tersebut sesuai dengan peraturan yang berlaku,” ujarnya.

Kepala Badan Investasi dan Promosi Aceh An-war Muhammad dalam presentasinya menyam-paikan sejumlah potensi-potensi dan peluang investasi yang dapat dilaksanakan di Aceh terma-suk di Kawasan Sabang. Pemerintah pusat telah melimpahkan sejumlah kewenangannya kepada

Kawasan Sabang. Selain itu, pembangunan Aceh didasarkan

pada Konsep Green Vision, RPJM, RPJP dan RTRW (spatial planning). Aceh juga telah dima-sukkan dalam Master Plan Percepatan dan Per-luasan Ekonomi Indonesia (MP3EI), khususnya Koridor Ekonomi Sumatera yang dijadikan sentra produksi dan pengolahan hasil bumi terutama pengembangan kebun sawit dan karet.

Selain Ir. Said Mustafa dan Anwar Muhammad, turut hadir sejumlah utusan dan Kepala SKPA terkait, antara lain Kepala Dinas Kelautan dan Peri-kanan (DKP) Razali AR, Dinas kebudayaan dan Pa-riwisata, Dinas Perkebunan dan Kehutanan Aceh, Bappeda Aceh, Bupati Aceh Tenggara Hasanuddin, BPKS, Ketua Kadin Aceh Firmandez, Ketua HIPMI Aceh Fariz serta sejumlah pelaku bisnis lainnya.

Pertemuan itu juga dihadiri oleh Konsul Jen-deral Republik Indonesia di Pulau Pinang, Chil-man Arisman. Sedangkan dari pihak pihak In-vest Penang, selain dihadiri langsung General Manager Invest Penang Ms. Loo Lee Lian juga di-hadiri Azahar bin Mohd Zamri (Perbadanan Pem-bangunan Pulau Penang), Murali Ram (Corporate Advisor Pembangunan Pulau Penang), Karen Kee (Manager Global Tourist Penang) serta pihak ter-kait lainnya. [fzu]

Menyiapkan Gerbang Bisnis Aceh

Merajut Kembali Hubungan Aceh-Penang

FOTO: YAYAN ZAMZAMI

SUASAN pelabuhan Krueng Geukueh, sepi dari aktifitas bongkar muat, (22/11/2011).

• Nama: Pelabuhan Krueng Geukueh • Status Pelabuhan: Umum• 8. Kelas Pelabuhan : II (Dua)• Jenis Pelabuhan : Konvensional• Alamat: Jl.Pelabuhan Umum Kreung

Geukueh Kota Lhokseumawe, Provinsi Aceh, Kode Pos : 24354, Telepon : 0654-56373/48201, Faximile : 0654-56022

• Home page: http://www.Lhokseumaweport1.co.id

• Posisi: 05’ 10’ 15” LU / 07’ 09’ 27” BT• DUKS: 1. PT Pupuk Iskandar Muda, 2. PT

Hagu, 3. PT Blang Lancang, 4. PT Humpus• Alur Pelayaran: Panjang 2,5 Mil, Lebar 250

M, Kedalaman 10 MLWS• Kolam Pelabuhan: Luas 1.100.000 M,

Kedalaman 6 10 MLWS• Gudang: Luas 2.600 M• Lapangan Penumpukan: Luas 20.158 M• Terminal Penumpang: Luas 290 M, Kapasitas

241 Orang

Informasi Pelabuhan

Page 11: Aceh dan Koridor Ekonomi Sumatera

TABLOID TABANGUN ACEH - EDISI 19 | NOVEMBER 2011 11LAPORAN KHUSUS

Naik kereta api…… tut.. tut.. tutSiapa hendak turut

Ke Bandung… Surabaya..

Meski tak lagi cukup populer, na-mun hampir semua anak-anak Aceh masih cukup akrab dengan

lagu ciptaan Ibu Sud ini. Hanya saja, banyak dari mereka tidak pernah melihat secara langsung wujud “kereta tak berkuda” ini.

Sayangnya, upaya pemerintah (pusat, provinsi, dan kabupaten/kota) untuk meng-hadirkan kembali kereta api di Aceh, kerap terbentur kendala, pembebasan lahan, pen-curian rel, dan lain sebagainya.

Namun demikian, kondisi ini tidak per-

nah menyurutkan tekad Pemerintah Aceh, melalui Satuan Kerja Perkeratapian Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Aceh, untuk mewujudkan kehadiran trans-portasi rakyat ini.

Hasilnya, setelah tertunda akibat masih belum maksimalnya sumberdaya manusia untuk mengoperasionalkan kereta api Aceh, Satker Perkeratapian Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Aceh memasti-kan, kereta api Aceh akan bisa dioperasional-kan pada tahun 2012 yang akan datang.

Kehadiran kereta api ini nantinya akan melancarkan jalur transportasi darat yang selama ini dikuasai bus. Namun, kehadi-

ran kereta api tidak akan menjadi pesaing transportasi yang telah ada, seperti bus atau bahkan pesawat.

Kepala Satker Perkeretapian Aceh, Mu-hammad Dahlan, melalui staf nya, Teuku Faisal, mengatakan, mulai meningkatnya mobilitas masyarakat menjadi pertimbangan untuk membangun jalur keret api sebagai alat angkut. Selain itu, moda transportasi ke-reta api juga akan menjadi angkutan barang dan manusia yang paling efektif.

”Untuk pengembangan ekonomi, solusi membangun jalur kereta api merupakan solusi yang tepat. Bisa dibayangkan, jika barang diangkut dengan kereta api tentunya akan tiba dalam waktu yang singkat se-hingga tidak menyebabkan biaya tinggi dan persaingan bisnis akan membaik. Namun kenyataan ini masih belum sepenuhnya disa-dari oleh banyak pihak, bahkan pemerintah daerah sekalipun. Tapi dengan berjalannya waktu, mudah-mudahan manfaat kereta api akan segera dirasakan,” ujar Faisal.

Dalam programnya, Satker Kereta Api memang memilih Lhokseumawe sebagai titik awal pembangunan kereta api. Selain jalur track yang masih ada, padatnya pendu-duk menjadi pertimbangan utama pemerin-tah memprioritaskan kehadiran kereta api di lintas Bireuen-Lhokseumawe.

Hanya saja, tidak semua track pening-

galan zaman lalu masih bisa digunakan. Sehingga jalurnya juga harus disesuaikan dengan perkembangan, termasuk tataruang wilayah setempat. ”Kita berharap untuk tahap awal akan segera selesai lintas Bireun-lhokseumawe. Namun saat ini baru selesai lintas Krueng Mane-Krueng Geukuh, se-panjang 11.5 kilometer. Dan, jalur ini akan segera diaktifkan,” kata Faisal.

Sepanjang tahun 2011, pihak satker sudah dua kali melakukan uji coba kereta api, dengan menempatkan tenaga masinis dari pemerintah pusat. ”Sumber daya kita memang masih lemah, dan masih terus dila-tih, sampai akhirnya nanti kita akan meng-gunakan putra daerah sebagai masinisnya.” jelasnya.(yayan zamzami)

Dalam sejarahnya, kereta api Aceh memang dikenal unik. Perbedaan ini disebabkan tujuan awal pemban-

gunan kereta api atau yang dikenal dengan sebutan tramp ini, dan siapa saja yang me-manfaatkannya.

Kereta api Aceh mulanya dibangun se-bagai sarana mengangkut peralatan militer dari pelabuhan Ulhee Lheu ke Kutaraja atau Banda Aceh. Dengan kata lain kereta api dibangun untuk kepentingan perang daripa-da kepentingan ekonomi dan sosial. Hingga pada akhirnya juga memberikan keuntungan ekonomi dan politik yang besar.

Pascareformasi 1998, Presiden RI saat itu BJ Habibie, mengeluarkan janji politik kepada masyarakat Aceh. Salah satu janji itu adalah pembangunan kembali jalur kereta api. Pascajanji tersebut, pada tahun 2002 dibuatlah Rencana Umum Pengembangan Kereta Api Sumatera, yang merupakan hasil kesepakatan Gubernur se-Sumatera.

Program Perkeretaapian Aceh merupa-kan bagian dari program Trans Sumatera Railway Development. Pembangunan jalan kereta api Aceh dianggap solusi tepat saat ini dan juga di masa depan, di mana angkutan kereta api ini bersifat massal, murah, aman, dan efektif. Pembangunan kembali jaringan pelayanan kereta api Aceh diyakini memberi-kan dampak positif bagi masyarakat.

Pelayanan tersebut nantinya akan semakin membuka dan menghubungkan kota Banda Aceh, Sigli, Bireun, Lhokseumawe, Langsa, Besitang, Medan-Belawan, Medan-Tebing Tinggi, Pematang Siantar-Rantau Parapat.

Lintas jaringan tersebut juga nantinya akan terhubung dengan jaringan baru yang menghubungkan kota-kota di provinsi Riau, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu dan Lampung dalam satu kesatuan sistem Trans Sumatera Railway.

Solusi tepatStaf Satker Perkeretapian Aceh, Teuku

Faisal mengatakan, banyak reaksi pro dan kontra dalam masyarakat terkait rencana pembangunan sistem transportasi di Aceh. Kendati demikian, menurut Faisal, mem-bangun sistem tranpsortasi kereta api untuk Aceh saat ini adalah putusan yang tepat.

Karena hal ini tidak akan memungkinkan jika mulai dipikirkan dalam 10 tahun yang akan datang. “Untuk waktu ke depan kita mungkin tidak akan bisa membangun sistem kereta api, karena terus terbatasnya lahan yang ada dan harga lahan yang melambung tinggi,” ujarnya.

Sebagai gerbang kebangkitan perekonomi-an rakyat, maka sistem transportasi kereta api adalah solusi yang tepat. Semakin membaiknya sistem tranportasi, khususnya untuk trans-portasi angktan barang, maka akan semakin membaik pula kondisi perekonomian rakyat. Angkutan yang efektif dan efisien akan men-gakibatkan harga barang stabil dan terjangkau.

“Keuntungan ekonomis bagi masyarakat jika ada kereta api, maka akan terbangun juga pusat-pusat perdagangan. Artinya di setiap tempat yang memiliki sarana transportasi, pas-ti ada pertumubuhan ekonomi di sana. Mis-alnya akan ada banyak pedagang untuk mel-ayani para warga yang memanfaatkan layanan tranportasi. Dan pedagang-pedagang ini tentu munculnya dari masyarakat juga. Istilahnya akumerasinya jadi tinggi dan lebih baik. Dan otomatis lahan di sekitar sarana transportasi ini akan memiliki harga yang tinggi,” jelasnya.

Karena itu lah, sudah seharusnya masyarakat Aceh memberikan dukungan pe-nuh kepada untuk dapat segera mewujudkan kehadiran kereta api di Aceh. Sehingga anak-anak Aceh kelak tidak hanya kenal kereta api dari lagunya Ibu Sud, tapi juga bisa merasa-kan manfaatnya.(yayan zamzami)

Tahun 1874: Pada tanggal 26 Juni 1874 Gubernur Aceh dan daerah taklukannya me-merintahkan untuk menghubungkan tempat demarkasi pelabuhan Ulee Lheue dan Kutaraja dengan rel kereta api sepanjang 5 km dengan lebar spoor (rel) 1,067 m

Tahun 1876: Tanggal 12 Agustus 1876 jalan kereta api Ulee Lheue resmi dibuka untuk umum dengan menghabiskan biaya 540.000 golden.

Tahun 1885: Jalur kereta api diteruskan hingga Gle Kameng-Indrapuri, namun hanya mampu mencapai Lambaro dengan alasan kea-manan. Lebar spoor dikurangi menjadi 0,75 m dengan panjang 16 km.

Tahun 1886: Dibuka jalur dari Kutaraja-Lamnyong, sebuah jalur dari Tongah ke Pekan Kr. Cut dan rumah sakit militer Pante Pirak. Jalur ini digunakan untuk membawa orang luka dan sakit dari pos militer ke luar Aceh.

Tahun 1898: Bulan Januari 1898 jalur kereta api diperpanjang hingga menca-pai Seulimuem sepanjang 18 km dan diman-faatkan untuk lalu lintas umum.

Tahun 1900: Gubernur Van Heutzs mer-encanakan perluasan jalur kereta api Seulim-uem-Sigli-Lhokseumawe. Biaya ditaksir untuk membangun jalur ini sebesar 3 juta golden, biaya terbesar untuk membuat lintasan di pe-gunungan yang sangat berat.

Tahun 1903: Tanggal 15 September 1903 jalur Beureneuen - Lameulo sepanjang 5 km siap dikerjakan dan dibuka untuk umum.

Tahun 1912: Pertemuan jalur kereta api lintasan Deli Pangkalan Berandan-Aceh dimulai. Jalur kereta api Langsa - Kuala Sim-pang resmi dibuka untuk umum

Tahun 1919: Tanggal 29 Desember 1919 Persambungan kereta api Deli Spoorweg Maatschappij dengan lintas Aceh diresmikan pemakaiannya. Total panjang jalur kereta api Aceh 450 km dengan total biaya 23 juta Golden.

Tahun 1982: Banda Aceh resmi sudah tidak memiliki hubungan kereta api lagi. Hal ini dikarenakan tidak mampu bersaing dengan sarana transportasi jalan raya yang sudah semakin baik dan onderdil yang semakin sulit dicari. (Sumber:acehpedia.org)

Kereta Api untuk Percepatan Ekonomi

Berawal dari Janji Habibie

LEGEND

•Existing Railroad•High priority•Medium priority•Low priority• Constructing/developing

urban railroad in big cities• Creating integration of inter and

between types of transportation

LEGENDJambi-Sumsel

Lampung

Bengkulu

Sumsel

Sumbar

Sumbar-Bengkulu

SumutAceh

Riau

Sumut-Riau

Aceh-SumutRencana Pembangunan

dan pengembangan kereta api sesumatera

(Trans sumatera Rail ways)

FOTO: KARAMULLAH

BUKTI sejarah peran kereta api di Aceh dan salah satu Lokomotifnya yang telah dimuseumkan di pusat Kota Banda Aceh

FOTO: kitlv.nl

UPACARA pembukaan 5 kilometer jalur kereta api Beureunun - Lameulo, Sigli tanggal 15 September 1903

Sejarah Kereta Api Aceh

1. Bisa memberikan pelayanan yang cepat dan dapat dipercaya

2. Dapat mengangkut barang dalam jumlah yang sangat banyak dan dalam waktu yang tepat

3. Merupakan angkutan penumpang yang murah, nyaman, dan aman.

4. Menawarkan akses yang baik di sepanjang jalur kereta api, dan bisa menjadi magnet pertumbuhan ekonomi dan industri.

5. Merupakan tipe sarana transportasi yang bersih

6. Polusi sangat rendah dibandingkan angkutan jalan raya.

Kelebihan Transportasi Kereta Api

Page 12: Aceh dan Koridor Ekonomi Sumatera

TABLOID TABANGUN ACEH - EDISI 19 | NOVEMBER 201112 SERBA-SERBI

Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS) terus berupaya keras untuk mempercepat pembangunan dan

pengembangan kawasan Sabang. Selain terus melakukan pembangunan fisik, BPKS juga melakukan berbagai kajian dan masukan dari para pihak yang terlibat.

Seperti pada tanggal 1-2 Novermber 2011 lalu, BPKS menggelar workshop “Sink-ronisasi dan Percepatan Pengembangan Kawasan Sabang” di Hermes Palace Ban-da Aceh. Kegiatan yang dibuka Gubernur Aceh Irwandi Yusuf selaku Ketua Dewan Kawasan Sabang (DKS), diwakili anggota DKS/Bupati Aceh Besar Dr Tgk Bukhari Daud MA ini, dalam rangka penyusunan Rencana Strategis BPKS 2012-2016 dan Review Master Plan dan Bisnis Plan BPKS 2007-2021.

Acara workshop ini diikuti oleh kemen-terian terkait antara lain Kementerian PPN/Kepala Bappenas, Kementerian Dalam Neg-eri, Kementerian Perhubungan, Kementeri-an Perindustrian, Kementerian Perdagangan,

Kementerian Kelautan dan Perikanan, Ke-menterian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, unsur Muspika dan Pemerintah Aceh, unsur Muspika dan Pemerintah Kota Sabang, un-sur Muspika dan Pemerintah Aceh Besar, unsur Pemerintah Kota Banda Aceh, instan-si vertikal, Kadin, dan instansi serta lembaga terkait lainnya.

Gubernur Irwandi Yusuf dalam sambu-tan tertulisnya mengatakan, kawasan Sabang memiliki potensi dan peluang yang sangat besar untuk dikembangkan, karena kawasan ini berada di Selat Malaka yang merupakan lalulintas transportasi laut tersibuk di dunia. “Setiap hari ratusan kapal besar melewati selat ini. Sejarah juga pernah mencatat denyut nadi dan gairah ekonomi yang memompa hingga kawasan Aceh daratan dan Indonesia lainnya karena disinggahi kapal-kapal besar,” ujarnya.

Nama Sabang redup dan menghilang pascaditutupnya freeport di era Presiden Soeharto tahun 1985. Nyaris pascapenutu-pan tersebut Sabang mati suri dan tertutup dari dunia luar.

Nama Sabang baru mencuat lagi ketika Presiden Abdurrahman Wahid mencanang-kan kembali sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang den-gan terbitnya Undang-undang No. 37 tahun 2000. Namun Sepuluh tahun lebih sejak dikeluarkan Undang-undang tersebut baru pada tahun 2010 kemarin pemerintah kem-bali mengeluarkan regulasi berupa Peraturan Pemerintah (PP) No. 83 tahun 2010 tentang pelimpahan kewenangan pemerintah kepa-da Dewan Kawasan Sabang.

Pemerintah bersama para pihak terkait telah berulang kali melakukan pembahasan

terhadap turunan regulasi untuk memperce-pat pengembangan Kawasan Sabang sesuai amanah pasal 8 ayat 2 PP No.83 tahun 2010.

Namun dari 9 kementerian yang meli-puti 57 kewenangan perizinan yang akan dil-impah ke Dewan Kawasan Sabang (DKS), hanya baru bisa dirampungkan Norma Standar Program dan Kebijakan (NSPK) Bi-dang Perindustrian dan Status Kelembagaan BPKS yang telah diselesaikan.

Gubernur Irwandi mengharapkan agar keseluruhan kewenangan tersebut dapat segera diselesaikan paling lambat pada tahun 2011 ini.(fauzi umar)

Upaya BPKS Mempercepat Pengembangan Sabang

FOTO:DOK. BPKS

KEPALA BPUS ir. Ruslan Abd. Gani, Dipl, SE, sedang memberikan konferensi pers pelaksanaan warkshop

PERKEMBANGAN EKONOMIPembangunan highway Banda Aceh–

Aceh Tamiang jika terwujud akan menjadi mahakarya yang akan dikenang anak cucu. Ia bukan hanya membuka akses transpor-tasi dari dan ke jalur itu tetapi juga bermul-ti efek player bagi sektor lainnya. Gerbang-gerbang menuju ke pedalaman akan hidup dan biaya kirim produk dari pedalaman se-makin murah sehingga menimbulkan efek kesejahteraan bagi petani, nelayan dan lain-lain. Walaupun megaproyek highway tidak murah dan bu-tuh waktu yang tidak sedikit na-mun yang jelas ia akan efektif dan efesien untuk jangka panjang dan itu-lah nilai utama sebuah proyek besar.

DRS KAMARUDDIN, MA

Direktur Pusat Resolusi Konflik IAIN Ar-Raniry

“Saya sangat berharap pelabuhan Kru-eng Geukueh bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para pengusaha di Aceh. Karena pelabuhan merupakan gerbang ekonomi rakyat, jika pelabuhan maju, maka kemajuan ini juga akan dirasakan oleh ban-

yak masyarakat.Kami juga

berharap, pemer-intah daerah bisa memberi dukungan ke-pada para pen-gusaha, terutama pengusaha kecil. Bantu mereka mendapatkan jaringan untuk penyaluran ko-moditi termasuk ekspor. Kalau bisa jaringan langsung ke negara tujuan ekspor, sehingga ada kapal yang berlayar langsung dari dan ke Lhokseumawe menuju negara tujuan ekspor, tanpa harus melintas dan singgah lagi di pelabuhan Belawan.

Selain itu, kami juga berharap kepada pihak perbankan untuk bisa mempermudah akses kepada para pengusaha untuk bisa mendapatkan modal usaha, sehingga mere-ka bisa mengembangkan usahanya ke arah yang lebih baik lagi.”

MUHAMMAD JAFAR Pengusaha asal Lhokseumawe

Selain memfokuskan pembangunan pada proyek infrastruktur transportasi yang besar dan berdampak ekonomi, pemerintah perlu memikirkan pembangunan sektor ko-moditi unggulan yang mempunyai produk turunan seperti pengembangan sawit, coklat

dan karet. In-dustri-industri hilir akan lahir dari sektor-sektor komoditi unggulan dan itu akan mem-beri dampak perbaikan ekonomi bagi rakyat karena menampung tenaga kerja lokal. Oleh karenanya pemerintah harus punya strategi untuk menyiapkan SDM yang siap saji dan berdaya saing tinggi.

SABARUDDINPemuda asal Meureudu, Pijay

Dalam menghadapi era globalisasi Pemerintah Aceh perlu menyiapkan generasi berdaya saing tinggi. Dalam hal ini pendidikan sejak usia dini perlu menjadi perhatian. Selain penguasaan teknologi, generasi muda Aceh juga perlu memiliki kemampuan komunikasi

yang baik dengan menguasai bahasa inter-nasional. Semua pihak perlu berbuat untuk melahirkan generasi baru yang lebih baik.

NURHAWANIPengajar di Pusat Belajar Cendekia

Lueng Bata, Banda Aceh

“Saya berjualan di warung kecil seder-hana di Pelabu-han Krueng Geukueh. Tapi pendapatan kami sangat minim, karena nyaris tidak ada aktifitas pelabu-han. Warung baru ramai kalau ada aktifitas bongkar muat kapal. Sementara jadwal bongkar muat kapal tidak terjadi rutin setiap bulan. Dalam setahun mungkin hanya 6-8 kali, yakni kapal yang membawa gula dan beras. Kami sangat berharap pemerintah bisa mengaktifkan pelabuhan krueng geukuh, sehingga ada aktifitas orang-orang. Kalau ramai orang, otomatis jualan kami ada yang terjual, seperti makana ringan dan minu-man, dan hasil penjualannya bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan biaya anak sekolah.”

KARTINI Warga Lhokseumawe

APA KATA MEREKA

Kawasan Sabang memiliki potensi dan peluang yang sangat besar untuk dikembangkan, karena kawasan ini

berada di Selat Malaka yang merupakan lalulintas transportasi laut tersibuk di

dunia.

Page 13: Aceh dan Koridor Ekonomi Sumatera

TABLOID TABANGUN ACEH - EDISI 19 | NOVEMBER 2011 13HABA BAPPEDA

Rapat Koordinasi Penelitian dan Pengembangan (Rakor Litbang) Provinsi Aceh yang dilaksanakan di

Aula Majid Ibrahim Bappeda Aceh, Selasa (15/11/2011) lalu, bertujuan untuk melaku-kan penguatan di bidang kajian atau peneli-tian berbagai kebijakan yang telah, sedang, dan akan dilakukan Pemerintah Aceh. Hara-pannya, seluruh kebijakan Pemerintah Aceh merupakan produk dari sebuah hasil kajian yang matang.

Demikian dikatakan Dr. Ema Alemina, Plt Sub Bidang Penelitian dan Pengembang Bappeda Aceh, kepada Tabangun Aceh, di sela-sela kegiatan tersebut.

Doktor pertanian lulusan Universitas Padjadjaran (Unpad) ini menambahkan,

kegiatan ini sekaligus mensosialisasikan Permendagri Nomor 20 Tahun 2011 ten-tang Pedoman Pelaksanaan Penelitian dan Pengembangan di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah.

Sosialisasi Permendagri ini dilakukan langsung oleh tim Kementerian Dalam Neg-eri. Kegiatan serupa juga berlangsung di 13 provinsi lainnya di Indonesia. “Sebagai salah satu tuan rumah, Pemerintah Aceh berharap agar agenda ini dapat mendorong optimal-isasi peran penelitian dan pengembangan guna mendukung peningkatan kualitas pe-nyusunan dan penetapan kebijakan di Aceh,” ujar Ema.

Acara yang dihadiri oleh tim Kemend-agri dan seluruh stakeholder penelitian yang

ada di Aceh, menghadirkan empat narasum-ber, yakni Dr Saleh Syafi’e (Unsyiah dan Ketua Forum Peneliti Aceh) mempresen-tasikan tentang pentingnya penelitian dan pengembangan untuk pembangunan, Dr Agussabti M Si dengan materi Peran Peneli-tian dan Pengembangan Daerah sebagai Tim Asistensi untuk menentukan program/keg-iatan bagi satuan kerja Perangkat Daerah.

Selanjutnya materi mengenai Grand Design Badan Litbang Kemendagri disam-paikan oleh Teguh Narutomo MM. Sedan-gkan mengenai isi Permendagri Nomor 20 tahun 2011 tentang Pedoman Penelitian dan Pengembangan (Litbang) disampaikan oleh Dra Rosmawati Sidauruk MSi.

Lebih lanjut Dr. Ema, menjelaskan bahwa, ada beberapa penting yang dapat di-jadikan kesimpulan pada acara tersebut, ber-dasarkan kelompok FGD yaitu:

Pertama, tentang institusi penelitian dan pengembangan, meliputi; struktur organisasi penelitian dan pengembangan Aceh sesuai dengan amanat Permendagri nomor 20 ta-hun 2011. Struktur organisasinya terdiri dari ketua, sekretaris, penelitian dan pengem-bangan, pengkajian penerapan, perekayasa pengoperasian, peneliti, pengembangan, pekerja, penerapan, pemberdayaan, pen-goperasian penelitian dan perkembangan, pengkajian, penerapan, perekayasaan, dan pengoperasian.

Kedua, tentang jaringan kerja kelompok penelitian dan pengembangan meliputi; per-an akademisi, pelaku bisnis, eksekutif, dan legislatif untuk dapat bekerja sama dengan membentuk forum bersama. Forum/badan tersebut akan mengkoordinir pertemuan se-

mua unsur minimalnya 1 tahun sekali, den-gan peran sebagai berikut:

Akademisi berperan memperkuat per-encanaan penelitian. Pelaku bisnis berperan membantu menyampaikan potensi-potensi yang bisa dikembangkan, pengalaman sukses dan kendala, serta kemahiran dalam penye-lesaikan berbagai permasalahan, serta mem-berikan informasi peluang ekonomi dan pembangunan.

Sementara eksekutif memfasilitasi dan mengkoordinasi serta mengevaluasi kegiatan penelitian, mendorong semua pihak untuk menghasilkan penelitian yang berkualitas,m enjamin peningkatan kesejahteraan peneliti, mendokumentasi hasil penelitian dalam ren-cana pembangunan Aceh, serta menjamin penguji proposal yang independen dan be-bas dari kepentingan apapun.

Sedangkan legislative berperan menga-wasi, menjamin kesejahteraan peneliti, dan menetapkan payung hukum untuk menjamin anggaran penelitian.

Ketiga, pusat data dan informasi pe-nelitian Aceh yaitu belum pernah dilakukan mapping permasalahan semua sektor

Keempat, pendanaan untuk penelitian dan pengembangan di Aceh masih sangat minim dan belum sesuai seperti yang dia-manah dalam Permendagri 20 tahun 2011.

Kelima, perlu dibentuk Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Aceh; Jejaring Penelitian dan Pengembangan Daerah (Jar-litbangda); Dewan Riset Daerah (DRD);

“Data dan Informasi Penelitian yang telah dilaksanakan oleh semua pihak perlu dikelola dengan baik,” demikian Dr Ema Alemina.(aswar liam)

Pada tanggal 15 November 2011, di aula Prof. A. Majid Ibrahim, Bap-peda Provinsi Aceh telah menyeleng-

garakan workshop sosialisasi Permendagri Nomor 20 tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Penelitian dan Pengembangan di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah. Workshop yang menjadi tema Rakor Litbang Bappeda tahun ini dibuka oleh Gubernur Aceh yang di-wakili Sekretaris Daerah Aceh T Setia Budi. Agenda ini dihadiri langsung oleh utusan Kemendagri, Kepala Bappeda Aceh, utusan Bappeda dari 23 kabupaten dan kota, SKPA, dan para akademisi.

Dalam rakor ini pihak Kemendagri men-yampaikan peran sensitif kelitbangan daerah untuk menunjang pembangunan daerah. Ke-inginan ini disambut baik oleh Pemerintah Aceh dan juga semua peserta yang hadir,

mengingat pembangunan Aceh saat ini yang sangat membutuhkan berbagai inovasi untuk menghasilkan percepatan. Pemerintah Aceh berharap agar semua pihak dapat membantu mewujudkan keinginan ini.

Gubernur Irwandi Yusuf melalui Sek-da Aceh menyampaikan, sebagian besar provinsi-provinsi lain di Indonesia telah menindaklanjuti amanat pemerintah den-gan menjadikan data hasil penelitian sebagai landasan pembangunan. Sehingga kemajuan dan inovasi pembangunan terlihat lebih baik jika dibandingkan dengan Aceh. Kalimantan Timur dan Surabaya adalah sebagian dari be-berapa provinsi tersebut.

Aceh, kata Sekda, tentunya patut men-contoh dan menindaklanjuti permendagri tersebut untuk mempercepat pembangu-nan dan mengentaskan kemiskinan. “Untuk itu patut kita apresiasi dan ajungkan salut

kepada Pemerintah Aceh yang memberikan dukungan penuh untuk menjadikan hasil penelitian sebagai basis pembangunan,” ujarnya.

Pengalaman-pengalaman daerah lain yang telah maju dan berkembang, lanjut T Setia Budi, patut dijadikan contoh untuk memperkuat fungsi kelitbangan di Provinsi Aceh. “Pemerintah Aceh perlu belajar lebih banyak untuk melakukan langkah-langkah dalam upaya mendorong optimalisasi fungsi penelitian dan pengembangan guna mem-perkuat proses perencanaan. Pemerintah Daerah Provinsi Aceh bertekad mengejar ketertinggalan tersebut, dan dengan segera akan menindaklanjuti amanat yang terkand-ung dari Permendagri Nomor 20 Tahun 2011 ini,” ujarnya.

Sekda menambahkan, untuk menindak-lanjuti ini kembali, tentunya perlu persiapan

dan perencanaan yang matang. “Kita semua tidak ingin bahwa tugas-tugas kelitbangan ini gagal dalam mengasistensi pemerintah aki-bat tidak matangnya persiapan yang dilaku-kan. Tugas kelitbangan ini sangat butuh ket-ersediaan sumberdaya, dukungan regulasi, keuangan, dan pihak-pihak nonpemerintah untuk bekerja sama,” ujarnya.

Untuk menuju ke arah itu, Bappeda dalam hal ini sedang mempersiapkan langkah untuk menindaklanjuti arahan Permendagri tersebut agar perencanaan pembangunan Aceh dapat lebih maju dan lebih baik dari provinsi-provinsi lainnya. Untuk itu, Bap-peda mengharapkan dukungan semua pihak di pemerintahan dan non-pemerintahan agar dapat mewujudkan visi dan misi perenca-naan berbasis ilmu pengetahuan melalui pe-nelitian yang dapat dipertanggungjawabkan.(farid reza/hidayati)

Pengalaman-pengalaman daerah lain yang telah maju dan berkembang patut

dijadikan contoh untuk memperkuat fungsi kelitbangan di Provinsi Aceh. Pemerintah Aceh perlu belajar lebih banyak untuk melakukan langkah-langkah dalam upaya mendorong optimalisasi fungsi penelitian dan

pengembangan guna memperkuat proses perencanaan.”

-- T SETIA BUDI –-Sekretaris Daerah Aceh

Sebagai salah satu tuan rumah, Pemerintah Aceh berharap agar

agenda ini dapat mendorong optimalisasi peran penelitian dan pengembangan guna mendukung

peningkatan kualitas penyusunan dan penetapan kebijakan di Aceh.”

-- EMA ALEMINA -- Plt Sub Bidang Penelitian dan Pengembang Bappeda Aceh

Membangun Aceh Dengan Ilmu Dan Penelitian

Memperkuat Kajian, Menghasilkan Kebijakan Matang

FOTO: LITBANG BAPPEDA ACEH

Suasana rapat koordinasi penelitian dan pengembangan Aceh tahun 2011 pada tanggal 15 November 2011, di aula Madjid Ibrahim Bappeda Aceh.

Page 14: Aceh dan Koridor Ekonomi Sumatera

TABLOID TABANGUN ACEH - EDISI 19 | NOVEMBER 201114

Sejumlah anak usia sekolah dasar duduk berkelompok. Di lantai satu ada dua kelompok dan di lantai dua ada tiga

kelompok. Jumlah anggota di setiap kelom-pok bervariasi. Ada yang dua orang, tiga orang dan paling banyak lima orang. Setiap kelompok didampingi oleh seorang guru.

Anak-anak itu tampak tekun dengan ak-tivitas masing-masing. Ada yang sibuk meng-hafal kosa kata Bahasa Inggris, ada yang asik mengutak-atik komputer, dan di sudut lain terlihat beberapa orang anak sedang dipandu gurunya mengerjakan PR sekolah.

“Pemandangan seperti ini setiap sore da-pat dilihat di sini. Di bawah bimbingan guru, anak-anak belajar dengan tekun sesuai mata pelajaran yang diambil,” ujar Yunita Ning-sih, S.Pd, Direktur Pusat Belajar Cendekia, saat ditemui Tabangun Aceh di kantor pusat Cendekia Jalan HM. Taher Lueng Bata, Ban-da Aceh, Selasa (22/11/2011) sore.

Menurut sarjana FKIP Unsyiah itu, tu-juan dia mendirikan Pusat Belajar Cendekia semata-mata untuk membantu pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan bangsa. “Meningkatkan mutu pendidikan bukan hanya tanggung jawab pemerintah tapi juga tanggung jawab elemen sipil lainnya. Dalam hal ini fokus utama Cendekia adalah memberikan pendampingan belajar kepada anak-anak sesuai kurikulum sekolah. Semoga mereka dapat bersaing dengan masyarakat global di masa mendatang,” katanya.

Yunita yang pernah bekerja di beberapa lembaga internasioanl itu mengaku sudah lama ingin berkontribusi dalam mencerdas-kan anak bangsa. Namun ia tidak mempunyai biaya memadai untuk memulainya. Niat suci itu baru terwujud pada 27 Maret 2010, sete-lah dia mendapat pinjaman dari BPD Syariah sebesar Rp. 50 juta.

“Bermodalkan pinjaman bank, saya mendirikan lembaga ini. Gedung tempat be-lajar semuanya berstatus sewa dan sebagian meubelair terpaksa dibeli yang bekas. Kami sangat membutuhkan bantuan dari semua pihak untuk kelancaran proses belajar men-gajar. Kami sangat berterima kasih jika ada pihak yang mau menyumbang buku-buku bacaan bekas atau meubelair bekas,” harap mantan pengajar di Bimafika itu.

“Pendirian PB Cendekia murni untuk membantu masyarakat. Biaya belajar di sini sangat murah. Sekali pertemuan untuk setiap siswa hanya Rp.10 ribu. Bayangkan jika satu kelompok hanya ada tiga siswa, maka berapa biaya yang terkumpul dan berapa sisanya setelah dibagi untuk jerih guru pendamping,” sambung Yunita didampingi Nurhawani, guru les Bahasa Inggris.

Meski biaya kursus tergolong murah, Nurhawani dan guru-guru lainnya mengaku senang dapat membantu mengajar anak-anak di Cendekia. “Saya merasa senang dapat membantu mengajar anak-

anak di sini,” ujar Wani yang tercatat sebagai mahasiswa semester akhir Jurusan TBA IAIN Ar-Raniry.

Berawal dari Jl.HM Thaher, kini PB Cendekia membuka empat kantor cabang, yaitu di Jl.Soekarno Hatta Geuceu Garut, di Jalan Kebon Raja Lamgugob, di Jalan T.Hasan Dek Simpang Surabaya, hingga di Medan – Banda Aceh, Sp. Geulanggang Ten-gah Bireun.

Saat ini PB Cendikia memiliki lebih 600 siswa yang tersebar di lima kampus. Sementara jumlah guru mencapai 70 orang. Selain memberikan pendamp-ingan belajar untuk anak-anak SD, SMP dan SMA, PB Cendekia

juga menerima paket pelatihan Bahasa Ing-gris dari instansi pemerintah dan swasta. Se-lain menerima peserta pendampingan belajar sesuai kurikulum sekolah, Cendekia juga membuka kelas baca Alquran, menghitung cepat dan kelas Bahasa Arab. [hasan basri m.nur]

Cendekia Bantu Cerdaskan Bangsa

Penyerahan Hadiah Pemenang TTS dan Mewarnai

FOTO: DOK. BAPEEDA

PENYERAHAN hadiah TTS di SDN 1 Mibo Banda Aceh

FOTO: RA KARAMULLAH

PENYERAHAN hadiah Mewarnai di sekolah IT Al-Azhar Banda Aceh, senin (21-11-2011)

FOTO: DOK. BAPEEDA

PENYERAHAN hadiah Mewarnai di SDN Blang Bintang

KEMAMPUAN berkoordinasi meru-pakan manfaat lain yang bisa diperoleh dari aktifitas mewarnai. Dalam mewarnai diperlukan koordinasi yang bagus antara mata dan tangan, mulai dari bagaimana cara yang tepat menggenggam krayon, hingga memilih warna dan menajamkan krayon. Kemampuan dasar berkordinasi inilah yang dapat mengembangkan ke-mampuan dasar si kecil hingga mereka besar nanti.

Manfaat Mewarnai• Merupakan Media Berekspresi• Membantu Mengenal Perbedaan Warna• Melatih anak Memegang Alat Tulis

dengan Benar• Melatih Kemampuan Koordinasi• Mengembangkan Keterampilan Motorik• Meningkatkan Konsentrasi• Melatih Anak Mengenal Detail Objek• Melatih Anak Membuat Target

Manfaat mengisi TTS• Membangun minat dalam membaca

dan menulis• Membangun kosakata• Meningkatkan konsentrasi• Membantu anak-anak belajar• Membentuk disiplin diri• Mendorong anak berekplorasi• Membangkitkan rasa ingin tahu (***).

Manfaat TTS dan Mewarnai

Page 15: Aceh dan Koridor Ekonomi Sumatera

TABLOID TABANGUN ACEH - EDISI 19 | NOVEMBER 2011 15

Gambar mewarnai di atas diperuntukkan bagi siswa-siswi TK/SD/MI. Warnailah, lebih baik menggunakan PASTEL/KRAYON. Gunting (boleh difoto copy) dan kirimkan ke alamat redaksi d/a Bappeda Aceh Jl.Muhammad Daud Beureueh Banda Aceh, dengan mengisi identitas diri. Di sudut kiri amplop ditulis “MEWARNAI”. BRI (Bank Rakyat Indonesia) menyediakan 6 bingkisan sekolah kepada 6 karya terbaik. Hadiah akan dikirim ke alamat sekolah masing-masing.

Nam

a Sis

wa

: ..

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

..

Nam

a Sek

olah

:

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

Ala

mat

Sek

olah

:

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

Kela

s

:

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

Nama : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Alamat Rumah : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Sekolah / Alamat : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Kelas : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

TTS ini diperuntukkan bagi siswa-siswi SD/MI. Kirimkan jawaban ke alamat redaksi, d/a Bappeda Aceh, Jl.Muhammad Daud Beureueh Banda Aceh, dengan menyertai potongan TTS dan menulis identitas diri (Nama, TTL, Alamat Sekolah). Di sudut kiri amplop ditulis TTS Anak. Hadiah akan dikirim ke alamat sekolah masing-masing (redaksi)BRI (Bank Rakyat Indonesia) menyediakan bingkisan untuk masing-masing pemenang:

Mendatar :1.Salah satu hasil perkebunan 4.Bahan pakaian 6.Nama ikan 8.Salah satu sifat Tuhan 11.Gagasan, pendapat 12.Kereta angin 13.Nama buah 14.Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (singkat) 15.Kata tanya 16.Ruang angkasa 17.Kehidupan yang rukun dan damai 20.Bagian dari pohon 24.Harum 26.Depan, wajah 28.Kenal (Bhs. Aceh) 29.Alat penjepit 30.Beda, tidak sama 32.Negara di Eropa 34.Gagah dan kuat 37.Sahabat, teman dekat 40.Liga Super Indonesia (singkat) 42.Mesin uang 44.Seluruh, semua, sekalian 45.Sangat lengkap, sangat baik 48.Belokan jalan 52.Jalan besar (Bhs. Inggris) 55.Wakil, utusan 56.Lorong, selasar 59.Mampu, dapat 60.Salah satu nama grup musik di Aceh 61.Babak dalam pertandingan tinju 62.Setelah hari esok 63.Salah satu disiplin ilmu yang berkenaan dengan kebutuhan manusia 64.Datar, tidak bergelombang.

MENURUN :1.Buruh kasar 2.Hujan kecil 3.Tugas (Bhs. Inggris) 4.Peci, topi khas Indonesia 5.Air terjun di Amerika Serikat 6.Perlu, mendesak 7.Tidak menepati janji 8.Peralatan untuk mengecat 9.Daun talas 10.Tidak rugi, untung 17.Seraya 18.Sedih, kasihan 19.Kuno dan bernilai tinggi 21.Nomor, bilangan 22.Jalan bebas hambatan 23.Salah satu makanan pokok 24.Waktu Indonesia Tengah 25.Bebek 27.Salah satu hasil perkebunan yang sangat terkenal dari tanah Gayo 31.Kamu (Bhs. Arab) 33.Beras (Bhs. Inggris) 35.Nama hari 36.Tidak mudah 38.Kosong, tidak berisi (Bhs. Inggris) 39.Tidak lama 41.Lihat (Bhs. Inggris) 43.Tempat Pembuangan Akhir (singkat) 45.Alas kaki 46.Warisan 47.Tidak malas, giat 49.Bibit penyakit 50.Nomor, angka (Bhs. Inggris) 51.Tempat bagi orang yang berbuat dosa 53.International Labor Organisation (singkat) 54.Kata ajakan 56.Kawasan Ekonomi Ekslusif (singkat) 57.Singkatan untuk Indonesia di dunia internasional 58.Radio Republik Indonesia (singkat).

Edisi 19

Edisi 19

Nama-nama pemenang Mewarnai Tabloid Tabangun Aceh Edisi 18:1.Abdurrahman Marzuki, Kelas II, SDN I Lamno, Kec.Jaya, Kab.Aceh Jaya, 2.Luthfia Izza Nafara, Kelas B, TK Montessori, Jl.Tenggeri No 2 Lamprit, Banda Aceh, 3. Taufikul Hady, TK RA Yasmin, Jl.Ujong Pacu, KM 3 Keutapang, Kec.Nisam, Kab.Aceh Utara, 4. Syarifah Rahmatika, Kelas III, SDN 49, Lamjabat, Banda aceh, 5.Muhfiza, Kelas IV, SDN Ugadeng Keumala, Kab.Pidie, 6.Putri Nurshabila, Kelas II, SD Bunga Bangsa, Kec.Darul Makmur, Kab.Nagan Raya.

Rubrik Kreatifitas Anak terselenggara atas dukungan dan kerjasama dengan

Nama-nama pemenang TTS Tabloid Tabangun Aceh Edisi 171.Hariful Helmi, Kelas V, SDN I Kuta Binjei, Aceh Timur, 2.Cut Siti Azola Syiva, Kelas IIIB, MIN Mesjid Raya, Kp.Ateuk Pahlawan Banda Aceh, 3.Yulia Fitriani, Kelas VI.A SDN Pasar Indrapuri, Aceh Besar, 4.Ahmad Jazuli, Kelas VI.b, MIN I Samalanga, Kab.Bireun, 5.Umar Muktar, Kelas V, SD I Lhoknga, Aceh Besar, 6.R.A Maratun Shalihah, Kelas V, MIN GP Aree, Kec.Delima, Kab Pidie

JAWABAN TTS EDISI 18 :Mendatar :1.Betul, 4.Kenyang, 8.Bulat, 11.Surut, 13.Andes, 15.Graha, 17.Insan, 19.Asongan, 21.UI, 23.MDGS, 25.Gros, 27.TK, 28.SUA, 29.Ana, 31.ILO, 32.RTRW, 33.Kian, 34.Derita, 36.Abu, 37.Terkam, 40.Nadi, 42.Rugi, 44.Renang, 46.Kerdil, 48.Makna, 50.Sepeda, 53.Petuah, 55.Sementara, 56.KPK, 57.SPD, 58.Labi, 59.Reuni, 61.Unta, 62.Mosko, 63.Pekan, 64.Milo, 65.Think, 66.Gaji.Menurun :1.Bungsu, 2.Tuna, 3.Lusa, 4.Kertas, 5.Netto, 6.Abang, 7.Gading, 8.Busi, 9.Luas, 10.Ternak, 16.Hama, 18.Nasi, 20.Nun, 22.Isme, 24.Girang, 26.Rintik, 27.Toga, 29.Awai, 30.Akur, 34.Darussalam, 35.Run, 38,KUD, 39.Malayahati, 41.Demam, 43.Utara, 45.NAD, 47.Eye, 49.Kenduri, 51.Eskimo, 52.Askes, 53.Pasak, 54.Tudung, 59.Rot, 60.IPK,

Page 16: Aceh dan Koridor Ekonomi Sumatera

TABLOID TABANGUN ACEH - EDISI 19 | NOVEMBER 201116

Sekilas pria itu tampak biasa, tak terlihat memiliki keunggulan tert-entu, apalagi kiprah internasional.

Penampilannya sederhana dengan pakaian biasa. Pria itu ramah, tidak pilih-pilih dalam bergaul. Gaya tuturnya santun dengan susu-nan-susunan kalimat yang teratur.

Begitulah penampilan keseharian pria bernama Said Akram. Saat ditemui Taban-gun Aceh di kawasan Ulee Kareng, Banda

Aceh, Selasa (22/11/2011), pria enerjik ini bercerita panjang lebar tentang karya seni, khususnya seni lukis kaligrafi. Pria kelahiran Lameue, Pidie, yang menamatkan S1 di In-stitut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta tahun 1994 ini menyimpan segudang prestasi na-sional dan internasional di bidang seni lukis.

Art Curator, Merwan Yusuf, dalam sambutan buku katalog pameran tunggal Said Akram, menyebut Said Akram sebagai salah seorang kontributor pengayaan corak kaligrafi yang sangat personal serta telah memperkaya khasanah seni lukis kaligrafi nasional dan internasional.

Pernyataan Merwan yang curator na-sional itu tidak berlebihan. Putra dari guru kaligrafi Aceh ternama, Said Ali Abdul-lah, itu adalah salah satu perupa kaligrafi nasional yang mampu melahirkan ciri khas dalam karya seni- nya. Said Akram dikenal den- gan style lukisan kaligrafi yang menonjolkan dan mengam- bil efek tetesan air dan dinding karang sebagai ciri khas kary-anya. Ia mampu keluar dari frame gaya kaligrafi

klasik yang sudah ada, dan dengan berani serta

penuh inovasi memperk-enalkan gaya baru dalam me-

lukis kaligrafi.“Ciri khas tetesan air inilah

yang menjadi ciri utama lukisan kaligrafi saya, dan karya saya telah

dikoleksi oleh Negara yang saat ini terpa-jang dengan baik di Galeri Nasional Repu-bIik Indonesia. Alhamdulillah saya mampu melahirkan seni lukis kaligrafi yang murni dengan gaya baru dan tidak meniru karya-karya terdahulu,” ungkap ayah tiga puteri ini.

Galeri Nasional RI didirikan untuk menampung dan mengapresiasi karya seni orisinil seniman Nusantara. Karya seni tertua yang ditampung di sana adalah milik Raden Saleh (1807). Hingga tahun 1998,

Galeri Nasional telah menampung karya seni orisinil terbaik dari 74 anak bangsa. “Karya saya ditampung pada tahun 1998 dan merupakan seniman Indonesia ke-75 yang masuk Galeri Nasional. Dari 75 nama seniman itu termasuk Raden Saleh, Affandi, Basuki Abdullah, Jaihan, Ahmad Sadali, AD Pirous, Sujoyono, Lian Sahar dan lainnya”, sambung Said.

Meski namanya sejajar dengan seniman nasional lainnya, pria kelahiran 1967 itu me-mililih menetap di Banda Aceh dan mendi-rikan studio pribadi di rumahnya di bi-langan Ulee Kareng. Dari sudut kota Banda Aceh ini Said melahirkan ribuan karya seni dan memamerkannya di berbagai tempat di Indonesia bahkan dunia.

Sejak mulai kuliah di ISI tahun 1989 hing-ga 2011 Said Akram telah mengikuti ratusan pameran, mulai pameran bersama mahasiswa di kampus hingga pameran taraf internasion-al di Jakarta, Teheran dan Malaysia.

Pada tahun 2008 Said Akram sukses menggelar pameran tunggal di Galeri Na-sional RI. “Butuh waktu sekitar satu tahun untuk menyiapkan pameran tunggal di Galeri Nasional. Sekitar 80 karya lukis kaligrafi saya pamerkan di sana dalam jangka sepuluh hari,” sambung pecandu kopi Ulee Kareng ini.

Lukisan kaligrafi Said Akram kini telah menyebar dan dikoleksi oleh banyak orang di Indonesia dan luar negeri. Saat Jenderal Tri Sutrisno masih menjabat wakil pres-iden RI dia ikut mengoleksi karya seni Said Akram. Karya-karyanya juga dikoleksi oleh Mba’ Tutut, Yusril Ihza Mahendra, Ali Alatas, MS Kaban, Akbar Tanjung, Fuad Bawazier, hingga petinggi Kerajaan Malaka termasuk Sanusi Juned.

Meski karyanya sudah mendapat pen-gakuan dari tokoh-tokoh nasional, Said Akram tetap gigih dalam menimba ilmu di bidang seni. Pada tahun 2008, dia secara khusus mengunjungi Perancis, Jerman, Italia dan Belanda, untuk memperkaya wawasan dengan mengamati museum-museum besar

yang ada di Eropa. “Kunjungan ke sana tanpa sponsor dan semata-mata untuk memperluas wawasan agar tumbuh inspirasi dan inovasi baru dalam berkarya,” katanya.

Selain itu, Said Akram juga mampu mementaskan musikalisasi lukisan melalui kolaborasi seni musik dengan seni lukis. Kolaborasi seni musik dengan seni lukis pernah diperankan Said dalam “Konvensi Dunia Melayu Dunia Islam Sedunia” di Malaka pada 2001. “Secara ekspresif, waktu 7 menit mampu menuntaskan persoalan sapuan magis warna di atas kanvas beruku-ran 2x2 meter untuk menerjemahkan syair lagu dan alunan musik ke atas kanvas tsb. Alhamdulillah semua pihak merasa sangat puas, termasuk para pihak Kerajaan,”.

Yang menariknya, kata Said Akram, usai pentas di Malaka dirinya diminta menetap untuk mengajar di sana. “Tapi saya memilih untuk berkarya dari Aceh,” akunya. Hanya saja, ia merasa perhatian Pemerintah Aceh pada karya seni masih rendah.

“Seharusnya seniman yang mampu melahirkan karya seni bernilai tinggi diberi perhatian khusus sehingga mereka merasa dihargai oleh negara,” harap pria yang per-nah menjadi pegawai Dinas Kesehatan Pidie di awal 1990-an.

Aceh patut berbangga memiliki seniman sekelas Said Akram yang memiliki identitas diri yang sangat khas. Ia adalah aset Aceh. Jejak langkah Said Akram dalam mencari, menemukan dan kemudian berkomitmen mempertahankan jati diri yang sepantasnya dimiliki oleh seniman lain di Aceh.

Bagaikan mutiara, di manapun ia ter-simpan tetap saja memancarkan kemilau cahaya. Begitulah Said Akram. Meski me-milih berdiam di kota kecil di ujung Sumat-era, namanya tetap berkibar dan aromanya terasa harum hingga ke jantung ibukota bahkan ke manca negara. Andai saja instansi terkait di Pemerintah Aceh memberi sedikit dukungan nyata, mungkin aromanya kian tajam dalam mengharumkan bendera Aceh di pentas dunia. [hasan basri m nur]

Mutiara dari AcehSaid Akram,

Said Akram dikenal dengan style lukisan kaligrafi

yang menonjolkan dan mengambil efek tetesan air dan dinding karang

sebagai ciri khas karyanya. Ia mampu keluar dari

frame gaya kaligrafi klasik yang sudah ada, dan

dengan berani serta penuh inovasi memperkenalkan gaya baru dalam melukis

kaligrafi.