Penanganan, Pencegahan dan Pengendalian Jembrana.docx

4
PENANGANAN, PENGENDALIAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT JEMBRANA PJ adalah penyakit akut pada sapi Bali yang ditandai dengan demam dan pembengkakan kelenjar limfe di bawah kulit. Penyakit ini muncul pertama kali di Kabupaten Jembrana pada tahun 1964 dan menimbulkan kematian puluhan ribu ekor sapi Bali, disebabkan oleh Lentivirus dari famili Retroviridae. PJ termasuk penyakit strategis, karena penyakit ini hanya menyerang sapi Bali, yang selama ini diketahui bahwa sapi Bali merupakan sapi primadona Indonesia yang mempunyai kualitas daging yang cukup baik. Maka dari itu, pelestarian sapi ini merupakan upaya yang mutlak harus dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Penyakit jembrana (JD) sejauh ini tidak ditemui pada rumpun sapi yang lain. Sapi yang terserang berumur lebih dari 1 tahun dan yang terbanyak 4 – 6 tahun dan jenis kelamin tidak mempengaruhi kejadian penyakit ini. Peranan vector dalam penyebaran penyakit ini sangat besar, yaitu lewat penyakit insect born, seperti : Culicoides sp dan nyamuk. Dalam Seminar Nasional Penyakitdirumuskan bahwa, a) PJ merupakan penyakit menular yang unik dan khas pada sapi Bali, b) Terdapat hanya di Indonesia, c) Disebabkan oleh virus Retro yang bersifat akut dan sulit ditumbuhkan di luar tubuh hewan serta d) Merupakan tantangan bagi dokter hewan diIndonesia.

description

Penanganan, Pencegahan dan Pengendalian Jembrana

Transcript of Penanganan, Pencegahan dan Pengendalian Jembrana.docx

PENANGANAN, PENGENDALIAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT JEMBRANA

PJ adalah penyakit akut pada sapi Bali yang ditandai dengan demam dan pembengkakan kelenjar limfe di bawah kulit. Penyakit ini muncul pertama kali di Kabupaten Jembrana pada tahun 1964 dan menimbulkan kematian puluhan ribu ekor sapi Bali, disebabkan oleh Lentivirus dari famili Retroviridae. PJ termasuk penyakit strategis, karena penyakit ini hanya menyerang sapi Bali, yang selama ini diketahui bahwa sapi Bali merupakan sapi primadona Indonesia yang mempunyai kualitas daging yang cukup baik. Maka dari itu, pelestarian sapi ini merupakan upaya yang mutlak harus dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Penyakit jembrana (JD) sejauh ini tidak ditemui pada rumpun sapi yang lain. Sapi yang terserang berumur lebih dari 1 tahun dan yang terbanyak 4 6 tahun dan jenis kelamin tidak mempengaruhi kejadian penyakit ini. Peranan vector dalam penyebaran penyakit ini sangat besar, yaitu lewat penyakit insect born, seperti : Culicoides sp dan nyamuk. Dalam Seminar Nasional Penyakitdirumuskan bahwa, a) PJ merupakan penyakit menular yang unik dan khas pada sapi Bali, b) Terdapat hanya di Indonesia, c) Disebabkan oleh virus Retro yang bersifat akut dan sulitditumbuhkan di luar tubuh hewan serta d) Merupakan tantangan bagi dokter hewan diIndonesia.Saat ini, PJ sudah tersebar luas di beberapaprovinsi di Indonesia antara lain: Bali, Lampung, Jawa Timur, Sumatera Barat dan KalimantanSelatan. Menurut Undang-undang No.47 Tahun 2014 Tentang Pengendalian dan penanggulangan Penyakit Hewan, tindakan yang termasuk dalam pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan meliputi kegiatan: a. Pengamatan dan pengidentifikasian Penyakit Hewan; Untuk pengamatan dan pengidentifikasian Penyakit Hewan dilakukan melalui kegiatan surveilans, penyidikan, pemeriksaan dan pengujian, peringatan dini, serta pelaporan.PJ dapat didiagnosis oleh petugas lapangan dengan melihat gambaran klinis penyakit berupa demam tinggi, yang diikuti dengan diare berdarah, keringat berdarah dan pembesaran limfoglandula yang khas pada PJ. Selanjutnya dikonfirmasi di laboratorium. Referensi juga menyebutkan bahwa, dalam rangka menegakkan diagnosa PJ secara tepat dan akurat dapat dilakukan dengan uji Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk konfirmasi diagnosa lapangan atau uji laboratorium lainnya.b. Pencegahan Penyakit Hewan; Tindakan baik administrative maupun pencegahannya dapat jelaskan dibawah ini:A. ADMINISTRATIF : 1. Lapor kepada Pemerintah Daerah tentang adanya wabah dan tindakan yang diambil 2. Bila dipandang perlu SK Kepala Pemerintah Daerah untuk menutup /pembatasan lalu lintas. 3. Tindakan selanjutnya berdasarkan peraturan yang berlaku. B. PENCEGAHAN :1. Pada Daerah bebas : Pelarangan sapi dari daerah tertular masuk ke daerah bebas. 2. Pada daerah endemis : Vaksinasi dan Penyemprotan pestisida. Vaksinasi Jembrana dilakukan sebanyak 2 x setahun. Vaksin kedua (booster) diberikan 1 bulan sejak vaksin pertama.3. Pada daerah tertular : Pemberantasan vector, Pengobatan supportif seperti antibiotic dan vitamin, isolasi ternak, pemusnahan, pemotongan bersyarat.pengamanan Penyakit Hewan; c. Pemberantasan dan pengendalian Penyakit Hewan; Untuk pemberantasan penyakit, Penyakit ini tidak dapat diberantas secara kuratif, akan tetapi dapat dicegah dengan tindakan preventif dalam artian melalui pengamatan serta pengawasan secara dini antara lain melalui kegiatan Surveilance Penyakit Jembrana dan disertai dengan tindakan vaksinasi secara teratur.Untuk pengendalian penyakit Jembrana dapat dilakukan langkah-langkah, antara lain: regulasi penanggulangan penyakit Jembrana, karantina yang ketat bagi hewan yang masuk atau keluar, pembinasaan segera hewan yang mati, kotoran atau material kandang yang tercemar dengan kremasi, disinfeksi kandang dan fasilitasnya, serta tindakan sanitasi dan higiene umum pada kandang dan personalianya.d. Pengobatan Hewan. Untuk pengobatan, dapat diberikan immunomodulator dapat berupa vitamin. Dan karena penyebabnya virus, tidak ada terapi antibiotika yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit ini. Akan tetapi antibiotic dapat digunakan sebagai pencegahan akan adanya infeksi sekunder.

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2014 Tentang Pengendalian Dan Penanggulangan Penyakit Hewan Prabowo P. Putro. 2004 . Pencegahan, Pengendalian Dan Pemberantasan Penyakit Hewan Menular Strategis Dalam Pengembangan Usaha Sapi Potong. Yogyakarta : Bagian Reproduksi Dan Obstetri, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada, YogyakartaTarmudji. 2007 . Penyakit Strategis Ruminansia Besar Dan Pelayanan Diagnosisnya Di Balai Besar Penelitian Veteriner, Bogor. Bogor : Balai Penelitian Veteriner