PENYAKIT STRATEGIS RUMINASIA BESAR DAN...

7
Lokakarya Nasional Ketersediaan IPTEK dalam Pengendalian Penyakit Stategis pada Ternak Ruminansia Besar 135 PENYAKIT STRATEGIS RUMINASIA BESAR DAN SITUASINYA DI KALIMANTAN TIMUR WAFIATININGSIH 1 , BARIROH N.R 1 dan R.A. SAPTATI 2. 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur 2 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan ABSTRAK Dalam pengembangan usaha peternakan baik dalam skala besar maupun skala kecil, kesehatan ternak merupakan faktor kunci dalam mencapai produktivitas dan reproduktivitas optimum ternak. Pada saat ini penyakit hewan, termasuk didalamnya penyakit hewan strategis masih merupakan salah satu kendala di dalam pembangunan sub sektor peternakan. Dari beberapa penyakit hewan strategis, penyakit Brucellosis, Bovine Viral Diarrhea (BVD), Infectious Bovine Rhinotracheitis (IBR) dan Jembrana merupakan penyakit strategis utama di Kalimantan Timur. Hasil pemeriksan laboratorium menunjukkan bahwa dua kabupaten di Kalimantan Timur yakni Kabupaten Pasir dan Penajam Paser Utara (PPU) telah dinyatakan positif Jembrana dan BVD. Kasus positif IBR hanya terjadi di kabupaten PPU, sedangkan untuk Brucellosis sampai tahun 2006 wilayah Kalimantan Timur masih dinyatakan bebas dari Brucellosis. Kebijakan pemerintah provinsi Kalimantan Timur dalam mengatasi penyakit strategis tersebut adalah dengan cara vaksinasi, pengobatan, surveillans, pengawasan lalu lintas ternak, sosialisasi dan penyuluhan. Kata Kunci: Penyakit strategis, ruminansia besar, Kalimantan Timur PENDAHULUAN Permintaan pangan hewani (daging, telur dan susu) dari waktu ke waktu cenderung terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup, kesadaran gizi dan perbaikan tingkat pendidikan. Oleh karena hal tersebut maka dalam dekade terakhir ini, peranan ternak sebagai penyedia pangan (sumber protein hewani) semakin diperhatikan oleh pemerintah. Kebijakan pembangunan peternakan di propinsi Kalimantan Timur dewasa ini lebih ditekankan pada peningkatan produksi sapi potong yang sampai saat ini masih belum mampu mengimbangi permintaan akan daging sapi. Hal tersebut dilakukan guna mendukung program swasembada daging sapi tahun 2010 yang telah dicanangkan oleh Propinsi Kalimantan Timur. Berdasarkan laporan tahunan Dinas Peternakan propinsi Kalimantan Timur tahun 2004, tingkat konsumsi daging sapi sebesar 31.376,60 ton dan dalam 3 tahun terakhir mengalami peningkatan sebesar 9,7%. Sasaran akhir tiap usaha peternakan adalah pencapaian keuntungan dari usaha tersebut. Keuntungan maksimal hanya akan dicapai apabila ternak berada dalam keadaan sehat, karena kesehatan hewan merupakan syarat mutlak bagi produktivitas dan reproduktivitas optimumnya. Penyakit mengakibatkan kerugian ekonomi karena terhambatnya pertumbuhan ternak, gangguan status reproduksi dan terlebih lagi bila gangguan penyakit tadi menyebabkan kematian. Hewan/ternak sakit akan menampilkan kinerja produksi dan kinerja reproduksi yang jauh di bawah kinerja hewan sehat, sehingga penanganan dan pencegahan penyakit harus menjadi prioritas utama. Di samping itu adanya gangguan kesehatan masyarakat yang diakibatkan pemeliharaan ternak sakit serta dampak negatif lainnya yang akan mengakibatkan menurunkan minat petani peternak dalam mengembangkan usahanya. Peningkatan produksi ternak dapat ditempuh melalui penerapan perbaikan pakan, genetik dan manajemen pemeliharaan, termasuk di dalamnya manajemen kesehatan. Manajemen kesehatan hewan meliputi manajemen kesehatan umum, manajemen pencegahan, pengendalian dan penanganan penyakit-penyakit organik, infeksi bakteri, virus, jamur dan parasit (PUTRO, 2004) Pada pertemuan tahunan NRCC (National Reference Coordinating Committee) tanggal 28

Transcript of PENYAKIT STRATEGIS RUMINASIA BESAR DAN...

Page 1: PENYAKIT STRATEGIS RUMINASIA BESAR DAN …peternakan.litbang.pertanian.go.id/fullteks/lokakarya/lpeny06-15.pdf · pencegahan, pengendalian dan penanganan penyakit-penyakit organik,

Lokakarya Nasional Ketersediaan IPTEK dalam Pengendalian Penyakit Stategis pada Ternak Ruminansia Besar

135

PENYAKIT STRATEGIS RUMINASIA BESAR DAN SITUASINYA DI KALIMANTAN TIMUR

WAFIATININGSIH1, BARIROH N.R1 dan R.A. SAPTATI2.

1Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur 2Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan

ABSTRAK

Dalam pengembangan usaha peternakan baik dalam skala besar maupun skala kecil, kesehatan ternak merupakan faktor kunci dalam mencapai produktivitas dan reproduktivitas optimum ternak. Pada saat ini penyakit hewan, termasuk didalamnya penyakit hewan strategis masih merupakan salah satu kendala di dalam pembangunan sub sektor peternakan. Dari beberapa penyakit hewan strategis, penyakit Brucellosis, Bovine Viral Diarrhea (BVD), Infectious Bovine Rhinotracheitis (IBR) dan Jembrana merupakan penyakit strategis utama di Kalimantan Timur. Hasil pemeriksan laboratorium menunjukkan bahwa dua kabupaten di Kalimantan Timur yakni Kabupaten Pasir dan Penajam Paser Utara (PPU) telah dinyatakan positif Jembrana dan BVD. Kasus positif IBR hanya terjadi di kabupaten PPU, sedangkan untuk Brucellosis sampai tahun 2006 wilayah Kalimantan Timur masih dinyatakan bebas dari Brucellosis. Kebijakan pemerintah provinsi Kalimantan Timur dalam mengatasi penyakit strategis tersebut adalah dengan cara vaksinasi, pengobatan, surveillans, pengawasan lalu lintas ternak, sosialisasi dan penyuluhan.

Kata Kunci: Penyakit strategis, ruminansia besar, Kalimantan Timur

PENDAHULUAN

Permintaan pangan hewani (daging, telur dan susu) dari waktu ke waktu cenderung terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup, kesadaran gizi dan perbaikan tingkat pendidikan. Oleh karena hal tersebut maka dalam dekade terakhir ini, peranan ternak sebagai penyedia pangan (sumber protein hewani) semakin diperhatikan oleh pemerintah.

Kebijakan pembangunan peternakan di propinsi Kalimantan Timur dewasa ini lebih ditekankan pada peningkatan produksi sapi potong yang sampai saat ini masih belum mampu mengimbangi permintaan akan daging sapi. Hal tersebut dilakukan guna mendukung program swasembada daging sapi tahun 2010 yang telah dicanangkan oleh Propinsi Kalimantan Timur. Berdasarkan laporan tahunan Dinas Peternakan propinsi Kalimantan Timur tahun 2004, tingkat konsumsi daging sapi sebesar 31.376,60 ton dan dalam 3 tahun terakhir mengalami peningkatan sebesar 9,7%.

Sasaran akhir tiap usaha peternakan adalah pencapaian keuntungan dari usaha tersebut. Keuntungan maksimal hanya akan dicapai apabila ternak berada dalam keadaan sehat,

karena kesehatan hewan merupakan syarat mutlak bagi produktivitas dan reproduktivitas optimumnya. Penyakit mengakibatkan kerugian ekonomi karena terhambatnya pertumbuhan ternak, gangguan status reproduksi dan terlebih lagi bila gangguan penyakit tadi menyebabkan kematian. Hewan/ternak sakit akan menampilkan kinerja produksi dan kinerja reproduksi yang jauh di bawah kinerja hewan sehat, sehingga penanganan dan pencegahan penyakit harus menjadi prioritas utama. Di samping itu adanya gangguan kesehatan masyarakat yang diakibatkan pemeliharaan ternak sakit serta dampak negatif lainnya yang akan mengakibatkan menurunkan minat petani peternak dalam mengembangkan usahanya.

Peningkatan produksi ternak dapat ditempuh melalui penerapan perbaikan pakan, genetik dan manajemen pemeliharaan, termasuk di dalamnya manajemen kesehatan. Manajemen kesehatan hewan meliputi manajemen kesehatan umum, manajemen pencegahan, pengendalian dan penanganan penyakit-penyakit organik, infeksi bakteri, virus, jamur dan parasit (PUTRO, 2004)

Pada pertemuan tahunan NRCC (National Reference Coordinating Committee) tanggal 28

Page 2: PENYAKIT STRATEGIS RUMINASIA BESAR DAN …peternakan.litbang.pertanian.go.id/fullteks/lokakarya/lpeny06-15.pdf · pencegahan, pengendalian dan penanganan penyakit-penyakit organik,

Lokakarya Nasional Ketersediaan IPTEK dalam Pengendalian Penyakit Stategis pada Ternak Ruminansia Besar

136

– 29 Oktober 2004, telah menetapkan 8 jenis penyakit yang diklasifikasikan sebagai penyakit strategis nasional yaitu: avian influenza (AI), rabies, brucellosis, anthrax, hog cholera, Jembrana, IBR dan BVD. Lima diantaranya (brucellosis anthrax, Jembrana, IBR dan BVD) dapat menyerang ternak ruminansia besar (sapi dan kerbau). Menurut Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner regional V Banjarbaru dari beberapa penyakit strategis tersebut yang menjadi penyakit strategis utama pada ruminansia besar di Kalimantan Timur adalah Jembrana, Brucellosis, BVD dan IBR.

Makalah ini memuat tentang situasi dan penanganan penyakit strategis pada ruminansia besar di Kalimantan Timur. Tulisan ini diharapkan dapat menjadi informasi yang dapat mendukung keberhasilan penanggulangan penyakit strategis ruminansia besar.

SITUASI UMUM PENYAKIT STRATEGIS RUMINANSIA BESAR

DAN PENANGANANNYA DI KALIMANTAN TIMUR

Penyakit hewan merupakan salah satu kendala di dalam pembangunan sub sektor peternakan yang dapat menghambat produktivitas dan reproduktivitas ternak. Penyakit strategis merupakan penyakit yang berpotensi memiliki dampak buruk bagi kondisi sosial, ekonomi serta terhadap kesehatan masyarakat.

Secara umum upaya yang ditempuh oleh pemerintah propinsi Kalimantan Timur dalam penanganan penyakit strategis adalah dengan cara pencegahan, pengendalian dan pemberantasan penyakit hewan. Kegiatan ini dilakukan dalam upaya mencegah munculnya penyakit hewan baik yang pernah timbul maupun yang belum pernah timbul, sehingga ternak terbebas dari serangan penyakit. Pengamatan penyakit ditempuh dengan jalan monitoring, surveillance penyakit di daerah atau lokasi kejadian penyakit serta pemetaan penyakit. Program kesehatan hewan yang dilaksanakan oleh pemerintah Kalimantan Timur adalah dengan menggunakan pendekatan kesehatan kelompok, yaitu pengelolaan penyakit dalam populasi. Disamping itu pelayanan kesehatan hewan

yang diberikan akan tetap memperhatikan aspek pelayanan kesehatan masyarakat veteriner. Selain itu dilaksanakan pula penerapan program sosialisasi/penyuluhan yang merupakan upaya efektif dalam memberikan pembelajaran kepada masyarakat baik melalui media elektronik (TVRI dan RRI), media cetak dan pembagian/penyebaran leaflet. .Berikut adalah situasi penyakit strategis (Jembrana, Brucellosis, BVD dan IBR) dan penangannya di Kalimantan Timur.

Jembrana

Penyakit Jembrana merupakan penyakit hewan menular yang hanya menyerang sapi Bali. Penyakit ini disebabkan oleh virus dari famili Retroviridae dan sub famili Lentrivirinae (ANONIMOUS, 1995). Sapi yang terserang virus ini akan menunjukkan gejala : demam hingga 42oC yang berlangsung rata-rata selama 7 hari, anoreksia, depresi, hypersalivasi, keluar leleran hidung yang bening, erosi selaput lendir mulut dan bagian bawah lidah, pembesaran kelenjar limfe, diare berdarah, lakrinasi, pada beberapa kasus disertai dengan keringat darah dan pada ternak bunting ditandai dengan keguguran (ANONIMOUS, 2001).

Pada tahun 2005 kasus positif Jembrana telah ditemukan di Kabupaten Pasir (Tabel 1) dan tahun 2006 meluas sampai kabupaten Penajam Paser Utara (PPU). Kasus Jembrana di kedua kabupaten tersebut perlu mendapat perhatian serius karena Kabupaten Pasir dan PPU merupakan daerah di Kalimantan Timur yang berpotensi untuk pengembangan sapi potong. Statistik Peternakan 2004 (DISNAK KALTIM, 2005c) menyebutkan bahwa populasi sapi di Kabupaten Pasir mencapai 4.771 ekor dan di Kabupaten PPU sebanyak 6.398 ekor. Jumlah populasi sapi dari kedua kabupaten tersebut merupakan 18,34% dari total populasi sapi di Kalimantan Timur. Dengan tingginya populasi ternak sapi maka monitoring terhadap kesehatan ternak harus dilaksanakan secara intensif.

Dilihat dari peta penyakit (Gambar 1), dapat diketahui bahwa lokasi kabupaten Pasir dan PPU berdekatan dan merupakan daerah perbatasan dengan Kalimantan Selatan, sehingga sangat memungkinkan terjadinya penularan penyakit. Oleh karena itu kegiatan

Page 3: PENYAKIT STRATEGIS RUMINASIA BESAR DAN …peternakan.litbang.pertanian.go.id/fullteks/lokakarya/lpeny06-15.pdf · pencegahan, pengendalian dan penanganan penyakit-penyakit organik,

Lokakarya Nasional Ketersediaan IPTEK dalam Pengendalian Penyakit Stategis pada Ternak Ruminansia Besar

137

pengawasan lalu lintas ternak perlu dilaksanakan secara intensif, karena dikhawatirkan penyakit ini akan cepat meluas ke daerah di sekitarnya. Kebijakan pencegahan, pengendalian dan pemberantasan penyakit jembrana yang telah ditetapkan oleh pemerintah propinsi Kalimantan Timur adalah : vaksinasi, pengobatan, surveillans, pengawasan lalu lintas serta sosialisasi dan penyuluhan (DISNAK KALTIM, 2006).

Pada tahun 2006 Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV) Regional V Banjarbaru bekerja sama dengan Dinas Peternakan TK. I Kalimantan Timur merencanakan kegiatan surveillans Jembrana di kabupaten Pasir dan PPU yang merupakan daerah dengan kasus positif Jembrana serta daerah perbatasan dengan Malaysia yakni kabupaten Tarakan dan Malinau (ANONIM, 2006a). Kegiatan surveillans ini sangat penting karena dengan adanya pengaruh globalisasi dalam bidang transportasi dan perdagangan di sepanjang perbatasan Indonesia-Malaysia menyebabkan lalu lintas hewan dan bahan asal hewan sulit diawasi sehingga semakin besar kemungkinan dan peluang penyebaran penyakit hewan menular (termasuk zoonosis) antar kedua negara.

BRUCELLOSIS

Brucellosis adalah penyakit reproduksi menular pada ternak dan penyakit menular

pada manusia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri genus Brucella (FRASER et al., 2003). Tanda-tanda klinis yang utama pada sapi adalah terjadinya kluron menular, biasanya terjadi pada umur kebuntingan 5 sampai 8 bulan yang dapat diikuti kemajiran temporer atau permanen serta penurunan produksi susu.

Pada hewan jantan memperlihatkan gejala epididimitis (ANONIMOUS, 2001). Pemerintah telah menetapkan bahwa Brucellosis merupakan salah satu prioritas nasional dalam pemberantasan dan pengendalian penyakit hewan menular, karena jika tidak dilakukan pengendalian maka penyakit ini akan menyebabkan kerugian ekonomi sebesar Rp. 138,5 M/tahun. Selama 6 tahun (1998–2004) sero prevalensi Brucellosis di Kalimantan sangat kecil yakni sebesar 0,067% sehingga layak dievaluasi untuk daerah bebas

Brucellosis (DIREKTORAT KESEHATAN HEWAN, 2006). Walaupun di Kalimantan Timur sampai tahun 2006 nol kasus brucellosis, namun pemerintah propinsi Kaltim tetap melakukan monitoring secara rutin (Tabel 2). Survei serologis akan terus dilaksanakan secara intensif pada kecamatan-kecamatan dengan populasi sapi yang tinggi serta di daerah-daerah penyebaran sapi baru. Daerah yang mendatangkan sapi bibit/bakalan dari luar Kalimantan Timur diwajibkan untuk berkoodinasi dengan karantina dan harus diuji bebas Brucellosis di daerah tujuan pada masa karantina.

Tabel 1. Hasil pengujian sampel pemeriksaan penyakit jembrana tahun 2005

Kabupaten/ Kota

Kecamatan/desa Jumlah spesimen

Jumlah (+) Jumlah (-) Jenis Hewan Bulan

Pasir Long Ikis Desa Tajun 26 24 2 Sapi Pebruari Desa Kayungo 45 44 1 Sapi Pebruari Desa Tajun Blok J 13 13 0 Sapi Pebruari Desa Lati Bilas 20 20 0 Sapi Pebruari Desa Bukit Bambu 14 14 0 Sapi Pebruari Jumlah 118 115 3

Sumber: DISNAK. KALIMANTAN TIMUR (2005b)

Page 4: PENYAKIT STRATEGIS RUMINASIA BESAR DAN …peternakan.litbang.pertanian.go.id/fullteks/lokakarya/lpeny06-15.pdf · pencegahan, pengendalian dan penanganan penyakit-penyakit organik,

Lokakarya Nasional Ketersediaan IPTEK dalam Pengendalian Penyakit Stategis pada Ternak Ruminansia Besar

138

Sumber Peta : BAPPEDA KALTIM, 2004 Aplikasi Gis : HERIANSYAH

Gambar 1. Peta penyakit strategis ruminansia besar 2005 – 2006 di kabupaten pasir dan penajam paser utara Propinsi Kalimantan Timur

Bovine Viral Diarrhe (BVD)

BVD adalah penyakit infeksius pada sapi yang disebabkan oleh virus dari genus Pestivirus, famili Togaviridae. Gejala penyakit

ini adalah diare berbau busuk, gastroenteritis dan stomatitis erosi akut (BLOOD, 1985). Penyakit ini pertama kali didiagnosa di Sulawesi selatan tahun 1989 yang dikenal sebagai wabah diare ganas pada sapi (DGS).

0 0 0 0

3 6 0 0 0 0

3 6 0 0 0 0

3 8 0 0 0 0

3 8 0 0 0 0

400000

400000

420000

420000

440000

440000

460000

460000

4 8 0 0 0 0

4 8 0 0 0 0 9 7 4 0 0 0 0 9740000

9 7 6 0 0 0 0 9760000

9 7 8 0 0 0 0 9780000

9 8 0 0 0 0 0 9800000

9 8 2 0 0 0 0 9820000

9 8 4 0 0 0 0 9840000

9 8 6 0 0 0 0 9860000

9 8 8 0 0 0 0 9880000

9 9 0 0 0 0 0 9900000

K e t e r a n g a n

A = J e m b r a n a B = IB R C = B V D A , B , C T e r j a d i s e c a r a sporadik

Page 5: PENYAKIT STRATEGIS RUMINASIA BESAR DAN …peternakan.litbang.pertanian.go.id/fullteks/lokakarya/lpeny06-15.pdf · pencegahan, pengendalian dan penanganan penyakit-penyakit organik,

Lokakarya Nasional Ketersediaan IPTEK dalam Pengendalian Penyakit Stategis pada Ternak Ruminansia Besar

139

Morbiditas mencapai 25% dan mortalitas dapat mencapai 90 – 100% (ANONIMOUS, 2001). Pada tahun 2005, dua kabupaten di Kalimantan Timur yaitu Kabupaten Pasir dan PPU telah tertular BVD (Tabel 3). Beberapa usaha yang telah dilaksanakan oleh pemerintah dalam pengendalian penyakit ini adalah melaksanakan pengobatan yang dilakukan secara simtomatis untuk mencegah adanya infeksi sekunder dan perbaikan kualitas pakan untuk mengurangi kekurusan yang melanjut.

Selain itu dilakukan juga penyuluhan, meningkatkan kebersihan lingkungan dan peralatan kandang, pemisahan hewan sakit dengan yang sehat dan kontrol bebas BVD terhadap lalu lintas ternak (DISNAK KALTIM, 2005a).

Infectious Bovine Rhinotracheitis (IBR)

IBR adalah penyakit yang disebabkan oleh virus BHV-1 (Bovine herpes virus) dengan gejala gangguan alat pernafasan atau gangguan reproduksi, berupa abortus dan infeksi alat kelamin. Penyakit ini mempunyai mortalitas rendah dan morbiditas tinggi (PUTRO, 2004). Hanya satu kabupaten di Kalimantan Timur yang terjangkit penyakit ini yakni kabupaten PPU (Tabel 4). Upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah Kalimantan Timur adalah dengan pengobatan dengan antibiotika untuk mencegah adanya infeksi sekunder, karantina yang ketat, isolasi hewan sakit dan penyingkiran hewan sehat dari daerah tercemar, menjaga kebersihan dan sanitasi kandang dan peralatannya serta penyuluhan secara intensif (DISNAK KALTIM, 2005a).

Tabel 2. Hasil pengujian sampel pemeriksaan brucellosis tahun 2005

Kabupaten/Kota Jumlah sampel Jenis sampel Hasil Kutai barat 850 Serum darah - (negatif) Balikpapan 172 Serum darah - (negatif) Penajam Paser Utara 467 Serum darah - (negatif) Berau 192 Serum darah - (negatif) Nunukan 200 Serum darah - (negatif) Samarinda 10 Serum darah - (negatif) Tarakan 351 Serum darah - (negatif)

Sumber: DISNAK. KALIMANTAN TIMUR (2005a)

Tabel 3. Hasil pengujian sampel pemeriksaan BVD tahun 2005

Kabupaten/Kota Kecamatan/desa Jumlah spesimen

Jumlah (+)

Jumlah (-)

Jenis Hewan

Bulan

Pasir -Long Ikis Desa Tajun 26 9 17 Sapi Pebruari

Desa Kayungo 27 1 26 Sapi Pebruari

Desa Tajun blok J 13 9 4 Sapi Pebruari

Desa Lati Bilang 20 13 7 Sapi Pebruari Penajam Paser Utara - Sepaku

Desa Sepaku 52 22 30 Sapi Oktober

Desa Bukit Raya 19 13 6 Sapi Oktober

Desa Suka Rasa 9 0 9 Sapi Oktober

Jumlah 166 67 99

Sumber: DISNAK. KALIMANTAN TIMUR (2005b)

Page 6: PENYAKIT STRATEGIS RUMINASIA BESAR DAN …peternakan.litbang.pertanian.go.id/fullteks/lokakarya/lpeny06-15.pdf · pencegahan, pengendalian dan penanganan penyakit-penyakit organik,

Lokakarya Nasional Ketersediaan IPTEK dalam Pengendalian Penyakit Stategis pada Ternak Ruminansia Besar

140

Tabel 4. Hasil pengujian sampel pemeriksaan IBR tahun 2005

Kabupaten/ Kota Kecamatan/desa Jumlah

spesimen Jumlah

(+) Jumlah

(-) Jenis Hewan Bulan

Penajam Paser Utara

Sepaku

Desa Sepaku 52 8 44 Sapi Oktober

Desa Bukit Raya 19 2 17 Sapi Oktober

Desa Suka Rasa 39 2 37 Sapi Oktober

Jumlah 110 12 98

Sumber: DISNAK. KALIMANTAN TIMUR (2005b)

KESIMPULAN

Penanganan terhadap penyakit strategis adalah merupakan agenda yang telah dan akan terus dilaksanakan oleh pemerintah Propinsi Kalimantan Timur dalam rangka mendukung program swasembada daging tahun 2010. Beberapa kabupaten di Kalimantan Timur yang telah dinyatakan positif terjangkit penyakit strategis adalah Kabupaten Pasir (Jembrana, BVD), dan PPU (Jembrana, BVD dan IBR). Sedangkan untuk penyakit Brucellosis wilayah Kalimantan Timur dinyatakan bebas (nol kasus) Brucellosis. Upaya yang ditempuh pemerintah propinsi Kalimantan Timur dalam penanganan penyakit tersebut adalah dengan cara: vaksinasi, pengobatan, surveillans, pengawasan lalu lintas ternak, sosialisasi dan penyuluhan. Usaha ini akan berhasil jika ada kerja sama yang baik antara petani, swasta dan pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA

ANONIMOUS. 1995. Pedoman Penyakit Hewan. Seri : Penyakit Jembrana. Edisi I. Direktorat Bina Kesehatan Hewan. Direktorat Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian.

ANONIMOUS. 2001. Manual Penyakit Hewan Mamalia. Direktorat Kesehatan Hewan. Direktorat Jendral Bina Produksi Peternakan. Departemen Pertanian.

ANONIM. 2006a. 2006. Situasi Penyakit Hewan Di Kalimantan Tahun 2005 Dan Surveilans Di Kalsel Tahun 2006. Rapat Koordinasi Wilayah 27 Juni 2006 di Balikpapan. Balai Penyidikan Dan Pengujian Veteriner regional V Banjarbaru.

ANONIM. 2006b. Makalah disampaikan pada pertemuan Evaluasi pemberantasan Brucellosis di wilayah kerja BPPV regional V 27 – 28 Juni 2006 di Balikpapan.

BLOOD D.C., O.M. RADOSTIS, J.A. HENDERSON, J.H. ARUNDEL and C.C. GAY. 1985. Veterinary Medicine. 6 th Ed. Balliere Tindall. London. England.

DINAS PETERNAKAN PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 2005a. Laporan Tahunan 2005. Penerbit Dinas Peternakan Propinsi Kalimantan Timur. Samarinda.

DINAS PETERNAKAN PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 2005b. Peta Penyakit Hewan. Penerbit Dinas Peternakan Propinsi Kalimantan Timur. Samarinda.

DINAS PETERNAKAN PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 2005c. Statistik Peternakan 2004. Penerbit Dinas Peternakan Propinsi Kalimantan Timur. Samarinda.

DINAS PETERNAKAN PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 2006. Laporan Evaluasi Kesehatan Hewan dan kesehatan Masyarakat Veteriner Propinsi Kalimantan Timur 2005 – 2006. 2006. Penerbit Bidang Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan Propinsi Kalimantan Timur. Samarinda.

Page 7: PENYAKIT STRATEGIS RUMINASIA BESAR DAN …peternakan.litbang.pertanian.go.id/fullteks/lokakarya/lpeny06-15.pdf · pencegahan, pengendalian dan penanganan penyakit-penyakit organik,

Lokakarya Nasional Ketersediaan IPTEK dalam Pengendalian Penyakit Stategis pada Ternak Ruminansia Besar

141

DIREKTORAT KESEHATAN HEWAN. 2006. Kebijakan pemerintah Dalam Pemberantasan Brucellosis di Indonesia. Pertemuan Evaluasi Pemberantasan Brucellosis di Wilayah Kerja BPPV Regional V. BALIKPAPAN, 27 – 28 JUNI 2006.

FRASER, C.M., J.A. BERGERON, A. MAYS and S.E. ALELLO. 2003. The Merck Veterinary Manual. 9th edition. Merck and Co., Inc. Rahway, N.J., U.S.A.

PUTRO, P.P. 2004. Pencegahan, Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Hewan Menular Strategis Dalam Pengembangan Usaha Sapi Potong. Pros. Lokakarya Nasional Sapi Potong. Yogyakarta, 8 – 9 Oktober 2004.