Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut
-
Upload
zachra-angqy-risqy-utami -
Category
Documents
-
view
228 -
download
0
Transcript of Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut
-
7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut
1/32
1
PENANGANAN KEGANASAN PADA RONGGA MULUT
A. PENDAHULUANKeganasan rongga mulut merupakan keganasan yang sering dijumpai dan
merupakan salah satu dari sepuluh keganasan yang paling sering menyebabkan
kematian. Karsinoma rongga mulut berada diurutan ke-6 paling banyak di dunia.
Di Amerika Serikat, tahun 2005 diperkirakan ada sekitar 20.000 kanker terjadi di
rongga mulut dan 5000 kejadian kematian akibat kanker rongga mulut.1,2
Di Indonesia, freku`ensi relatif kanker rongga mulut diperkirakan 1,5-5%
dari seluruh kanker. Kanker rongga mulut dapat berasal dari epitel, baik dari
mukosa ataupun kelenjar liur pada dinding rongga mulut dan organ dalam mulut
(onko pasaribu) termasuk di dalamnya lidah (terutama 2/3 bagian depan), bibir
atas dan bawah, trigonum retromolar, dasar mulut, palatum durum dan mole serta
tulang rahang (maxilla dan mandibulla).1,2
Insidensi lebih sering terjadi pada pria dibanding wanita dengan rasio
perbandingan 3-4:1, namun terdapat kecenderungan meningkat pada wanita oleh
karena gaya hidup atau kebiasaan merokok yang meningkat pada wanita. Rata-
rata didiagnosa pada usia dekade ke-6 sampai ke-7. Namun adapula yang
didapatkan sebagian besar pada usia diatas 40 tahun sekitar 70%.2
Karsinoma rongga mulut paling sering mengenai lidah (40% kasus), dasar
rongga mulut (15%) dan pada bibir (13%). Jenis tumor ganas rongga mulut yang
paling sering adalah karsinoma sel skuamosa (90%). Sebagian besar penderita
(66%) baru berobat pada stadium tiga dan empat. Padahal penyakit ini bila
ditemukan pada stadium awal memiliki prognosis yang lebih baik. Salah satu
faktor yang berperan yaitu kurangnya perhatian masyarakat terhadap penyakit
ini.1,2
-
7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut
2/32
2
B. ANATOMI, FISIOLOGI DAN HISTOPATOLOGIRongga mulut adalah bagian dari traktus digestive yang dimulai dari
vermilion sampai perbatasan soft dengan hardpalate dan papilla circumvallate
lidah. Jadi yang termasuk dalam region ini adalah bibir, mukosa bukal, ginggive,
dasar mulut, 2/3 anterior lidah, hardpalate dan trigonum retromolar.2
Diambil dari kepustakaan 3 (Cummings Otolaryngology - Head & Neck Surgery, 4th
Edition)
Di dalam rongga mulut, makanan ditampung, dikunyah dan dilumasi oleh
liur agar lebih mudah ditelan. Karena makanan diuraikan secara fisik di dalamrongga mulut, daerah ini dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk
sebagai pelindung, yang juga melapisi permukaan dalam atau labial bibir.15
Bibir yang membentuk celah terbuka pada mulut merupakan bagian organ
yang special pada manusia. Bibir berperan dalam menahan makanan dalam
mulut dan membentuk kata-kata saat berbicara. Fungsi lain adalah membentuk
ekspresi wajah seperti tersenyum dan mengerutkan dagu. Bibir berwarna lebih
gelap dari kulit disekitarnya karena mengandung sangat banyak pembuluh darah
-
7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut
3/32
3
(kapiler). Bibir diperdarahi oleh arteri facial cabang labial superior dan inferior.
Bibir atas diinervasi oleh nervus infraorbital cabang labium superior, sedangkan
bibir bawah diinervasi oleh cabang mentalis dari nervus trigeminus cabang
mandibuler.2,6
Secara histologis, bibir dilapisi oleh kulit yang sangat tipis yang ditutupi
oleh epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk. Permukaan luar bibir
mengandung folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Di sebelah
dalam batas bebas bibir, lapisan luar berubah menjadi epitel berlapis gepeng tanpa
lapisan tanduk yang lebih tebal. Dibawah epitel mulut terdapat kelenjar labialis
(glandula labialis) yang merupakan penghasil mucus. 15
Gambaran histlogi bibir-labia dengan pewarnaan hematoxylin-eosin pembesaran 15x
(diambil dari kepustakaan 16)
Mukosa buccal, mukosa buccal mendapatkan pasokan darah dari cabangtranseversal arteri facialis yang berjalan sepanjang duktus parotid. Mukosa buccal
kebanyakan dipersarafi oleh cabang buccal dari nervus trigeminus cabang
mandibular. Pada mukosa bukal, drainase limfatik mulai dari kelenjar limfe
parotid, submental, kemudian ke submandibular, lalu menuju ke nodus servikal
profunda atau ke nodus facial pada tepi mandibula, dan selanjutnya menuju
kelenjar limfe submandibular.2,6,15
-
7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut
4/32
4
Lidah, merupakan organ muscular yang sangat fleksibel dalam rongga
mulut berperan untuk proses pengunyahan, pengecapan dan menelan makanan
serta untuk bicara. Organ ini melekat ke dasar mulut dengan permukaan atas
dilapisi oleh papillae yang memberikan tekstur permukaan yang kasar. Papillae
mengandung pori-pori kecil yang terdapat reseptor pengecapan (taste bud). Ada 4
reseptor pengecapan yaitu manis, asin, asam, pahit yang dimana reseptor ini
terdapat pada lokasi tertentu di permukaan lidah. 4
Mukosa lidah terdiri dari epitel berlapis gepeng dan lamina propria yang
berpapil halus dimana dapat dilihat jaringan limpatik yang difus. Permukaan
dorsal lidah ditandai oleh penonjolan mukosa yang berbentuk papil-papil. Papil-
papil masih terdapat pada bagian dorsal apex lidah tetapi tidak terdapat diseluruh
bagian sentral.4
Gambaran histology lidah (dorsum linguae) dengan teknik indian ink injection, stain vanGleson picric acid dengan pembesaran 12x
(diambil dari kepustakaan 16)
Ada 4 jenis papilla yang ada di lidah yaitu filiformis, fungiformis,
circumvalata dan foliate. Papilla filiformis terbanyak dan terkecil pada permukaan
lidah dengan bentuk kerucut lancip yang menutupi seluruh permukaan lidah.
Papilla fungiformis jumlahnya lebih sedikit namun ukurannya lebih besar, tinggi
dan lebar disbanding papilla filiformis. Bentuk menyerupai jamur dan terletak
dianterior lidah serta terselip diantara papilla filiformis. Papilla circumvalata
jumlahnya 8-12 buah di posterior lidah. Khas dari papilla ini karena dikelilingi
-
7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut
5/32
5
oleh sulkus dalam. Papilla foliate merupakan papilla yang berkembang baik pada
jenis hewan dan tidak berkembang baik pada manusia.15
Lidah, memiliki otot-otot intrinsic dan ekstrinsik. Otot-otot ini dipersarafi
oleh nervus hipoglossus (N.XII). Sensasi perabaan bagian 2/3 anterior lidah
dibawa oleh nervus trigeminal cabang lingualis dan 1/3 posterior dibawa oleh
nervus glossopharingeus (N.IX). Sensasi pengecapan 2/3 anterior dipersarafi oleh
nervus facialis (N.VII) dan sisanya 1/3 posterior dipersarafi oleh
N.Glossophariengus. Vaskularisasi lidah disediakan arteri lingualis.4
Gigi ditunjang oleh Krista alveolar mandibula dibagian bawah dan Krista
alveolar maksila dibagian atas. 4
Palatum dibentuk oleh tulang dari palatum durum dibagian depan dan
sebagian besar dari otot palatum mole dibagian belakang. Palatum mole dapat
berhubungan dengan faring bagian nasal dari rongga mulut dan orofaring.
Ketidakmampuan palatum mole menutup mengakibatkan kesulitan bicara dan
menelan. Dasar mulut diantara lidah dan gigi terdapat kelenjar sublingual dan
bagian dari kelenjar submandibula. Muara duktus mandibularis terletak didepantepi frenulum lidah.4
Membrane mukosa dari palatum durum akan berlanjut ke pharynx sebagai
palatum mole dengan velum palatinum dan uvula. Epitel berlapis skuamosa tanpa
lapisan tanduk menutupi velum dan uvula pada rongga mulut.16
Gambaran histology palatum mole dengan metode pewarnaan azan dengan pembesaran
400x(diambil dari kepustakaan 16)
-
7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut
6/32
6
Penyebaran lokal, regional maupun metastasis jauh pada keganasan
rongga mulut ini bergantung pada luas anatomi yang berhubungan dengan
neurovascular, jalur limfatik maupun luas bidang kepala-leher. Pada bagian akhir,
sebagai batas penyebaran langsung dan dapat mempengaruhi jalur limfatik lokal
dan regional yang menyebar. Jika didapatkan, gambaran histologis juga dapat
menentukan prognosis dari pasien serta sejauh apa ketahanan hidup terhadap
kanker tersebut.3
(A) otot-otot dari daerah submandibular dan hubungan saraf lingual dan hypoglossal ke kelenjar
submandibular. (B) lebih dalam anatomi dari fossa submandibular. Saraf Hypoglossal yang
berjalan ke dalam otot mylohyoid dan permukaan otot hypoglossus. arteri lingual yang melewati
otot hypogllosuss dan naik untuk membagi ke dalam dan dorsal arteri lingual dan arteri
sublingual.
Diambil dari kepustakaan 3
-
7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut
7/32
7
Drainase limfatik dari bibir bagian atas dan bibir bagian bawah
(Diambil dari kepustakaan 3)
Aliran darah arteri dari rongga mulut beberapa diperoleh dari arteri karotis
eksterna. Arteri lingualis sebagian besar memasok ke lidah dan dasar lidah. Suplai
darah dari palatum durum berasal dari palatine dan arteri alveolar superior.
Setelah percabangan dari arteri palatine, turun ke foramen palatine, pada daerah
medial rahang kedua molar, arteri akan berjalan secara anteromedial dalam
jaringan lunak di palatum durum. Arteri alveolar superior akan muncul sebagai
cabang terminalis setelah peralihan arteri maksilaris interna untuk arteri
sphenopalatina di fossa pterygopalatine. Arteri ini menyuplai darah ke gingival
maksillaris, areolar ridge dan hyracodon.3
Arteri fasialis melintasi aspek lateral mandibula sekitar 1 cm dari anterior
ramus ascenderen dan langsung menuju komisura mulut hingga membentuk arteri
bibir. Perdarahan utama mandibula dan hyracodon bawah adalah arteri alveolar
bawah. Arteri alveolar bawah, vena dan saraf memasuki foramen mandibula
-
7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut
8/32
8
sepanjang daerah medial ramus mandibula.sebelum masuk kedalam foramen ini,
saraf dan arteri ini pada bagian anteriornya memanjang memperdarahi otot
mylohyoid.3
C. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKOEtiologi keganasan rongga mulut belum ada yang pasti diketahui. Tetapi
ada beberapa faktor yang dapat memungkinkan angka kejadian keganasan rongga
mulut ini. Faktornya antara lain paparan dengan karsinogen, paparan ini biasa
ditemukan dari rokok atau tembakau. Alcohol, sanitasi mulut yang buruk, usia
serta paparan infeksi HPV juga dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya
keganasan rongga mulut. 1,2
Faktor-faktor diatas dapat memicu perubahan dari sel-sel epitel yang ada
dirongga mulut menjadi sel pre-malignant. Lesi pre-malignant ini bila tidak segera
diatasi dapat berubah menjadi lesi kanker. 1,2
Adapun faktor penyebab yang pasti tidak diketahui, namun ada faktor
karsinogen yang dapat memicu untuk meningkatkan resiko terjadinya karsinoma
rongga mulut.
1. TembakauTembakau adalah zat karsinogen yang menginisiasi efek respon
karsinogenik sesuai dosis dimana durasi lebih penting dibanding intensitas
paparan. Ada sekitar 300 zat karsinogen yang terkandung dalam
tembakau, dengan tobaccospecific N-nitrosamines (TSNAs) sebagai yang
paling berbahaya. Substansi ini adalah metabolit dari Nikotin, alkaloid
besar yang bertanggung jawab pada ketergantungan pada tembakau.
TSNAs diketahui berikatan dengan DNA dan menyebabkan mutasi yang
dapat mengaktifkan proto-onkogen atau menginaktivasi gen-gen supressor
tumor. Bahan-bahan berbahaya lain yang terdapat dalam tembakau adalah
-
7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut
9/32
9
polycyclic aromatic hydrocarbons (PAHs), karbonmonoksida, dan
hidrogen sianida. 5,6
2. AlkoholPenyebab tumor rongga mulut juga berhubungan dengan kebiasaan
minum minuman keras yang kuat. Peminum yang dikatakan peminum
alkohol yang kuat adalah peminum yang meminum lebih dari 1.5 liter
alkohol perhari, mempunyai resiko terserang tumor ganas di rongga mulut
sepuluh kali lebih besar dari pada pemakai alkohol minimal. Mekanismealkohol mengaktifkan karsinogenesis belum diketahui secara pasti.
Ethanol murni menunjukkan tidak terlalu karsinogenik. Walaupun
demikian, alkohol sering dianggap sebagai zat karsinogen, alkohol
memfasilitasi karsinogenesis dibanding menginisiasinya. Beberapa
mekanisme untuk ini telah dikemukakan. Dikatakan bahwa alkohol
menyebabkan peningkatan penetrasi dan zat karsinogen kedalam mukosa
mulut, juga menyebabkan atrofi mukosa, mengakibatkan zat karsinogen
dengan mudah menemusnya.6
3. Masalah Kesehatan GigiKebersihan mulut yang buruk, restorasi yang tidak tepat, tepi gigi-
gigi yang tajam dan gigi tiruan yang longgar sering kali merupakan faktor
etiologi dari tumor ganas rongga mulut. Karena frekuensi terjadinya faktor
iritasi ini sangat tinggi, sungguh sulit untuk membuktikan hubungansebab-akibat antara faktor iritasi dan terjadinya kanker mulut.6
Iritasi yang berulang karena tepi yang tajam dari gigi yang patah,
tambalan atau gigi palsu dapat merupakan resiko tambahan untuk
terjadinya tumor ganas di rongga mulut. Beberapa penelitian epidemiologi
jugan menunjukkan hasil bahwa iritasi kronis sebagai karsinogenesis.
Faktor lainnya adalah kebersihan mulut yang buruk, sifilis, penggunaan
mouthwash dalam jangka waktu lama dan penggunaan marijuana (rokok).6
-
7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut
10/32
10
4. Faktor DietDiet defisiensi vitamin telah diperkirakan menjadi faktor
predesposisi pada kanker rongga mulut ketika sayuran dan buah-buahan
sebagai zat yang mampu memberikan efek pelindung dari keganasan
rongga mulut.6
5. VirusPada beberapa penelitian ditemukan bahwa HPV (Human
Papiloma Virus) mengambil peranan dalam kejadian keganasan rogga
mulut utamanya pada kejadian squamous cell carcinoma (SCC). HPV
telah diteliti pada kasus SCC ini pada suatu lesi pre-malignant di rongga
mulut. HPV tipe 16 merupakan jenis yang paling sering menjadi penyebab
SCC, diperkirakan sekitar lebih dari 15% hingga 25% pada kanker kepala-
leher yang terjadi.7
D. KLASIFIKASI DAN STAGINGPembagian tumor rongga mulut berdasarkan tipe histopatologis:
8
1. Squamosa cell carcinoma2. Adenocarcinoma3. Adenoid cyst. carcinoma4. Ameloblastic carcinoma5. Adenolymphoma6. Mal. mixed tumor7. Pleomorphic carcinoma8. Melanoma maligna9. Lymphoma maligna
Dari tipe-tipe diatas, kanker rongga mulut berasal dari mukosa yang
berupa karsinoma epidermoid ataupun karsinoma sel squamosa dengan
differensiasi baik hingga jelek bahkan anaplastik.8
-
7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut
11/32
11
TNM STAGING1,6,7,8,9
Untuk menentukan stadium kanker rongga mulut dianjurkan memakai
system TNM dari UICC 2002 atau AJCC. Tatalaksana terapi sangat bergantung
dari stadium.8
TX : tumor primer sulit dinilai
To : tidak ada tumor primer
TIS : carcinoma in situ
T1 : ukuran 4 cm
T4a : ukuran >4 cm
Bibir invasi ke tulang, n. alveolaris inferior, dasar mulut, Kulit,
Rongga mulut menginfiltrasi tulang, otot lidah, kulit, sinus maxillaris
T4b : infiltrasi masticator space, pterygoid plates, dasar tengkorak, arteri
karotis interna
NX : limfonodus sulit dinilai
N0 : tidak ada pembesaran regional
N1 : ipsilateral, ukuran
-
7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut
12/32
12
N2c : bilateral, kontralateral, ukuran 6 cm
MX : metastasis jauh sulit dinilai
M0 : tidak ada metastasis jauh
M1 : metastasis jauh
Stage 0 : TIS NO M0
Stage l : T1 No M0
Stage II : T2 No M0
Stage III : T3 No Mo, T1-3 Ni M0
Stage IV : T4 No-1 M0,
T1-4 N2-3 M0,
T1-4 N0-1 M1
E. DIAGNOSIS 8,91. Anamnesa
Anamnesa dengan cara kwesioner kepada penderita atau keluarganya.
1. Keluhan
2. Perjalanan penyakit
3. Faktor etiologi dan risiko
-
7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut
13/32
13
4. Pengobatan apa yang telah diberikan
5. Bagaimana hasil pengobatan
6. Berapa lama kelambatan
Keluhan utama biasanya berupa :2,9
1. Plak putih atau plak kemerahan pada ginggiva, lidah, tonsil atau mukosamulut.
2. Ulkus atau sariawan yang tidak ada perbaikan setelah 2 minggu.3. Benjolan atau penebalan di bibir, ginggiva atau dalam rongga mulut4. Gigi tanggal atau gigi palsu tidak cocok lagi.5. Sulit menelan dan problem dalam mengunyah.6. Kesukaran bicara dan perubahan suara (hot potato chewing sign)7. Benjolan di mandibula atau terkadang di leher.8. Perdarahan, nyeri atau kebas-kebas di bibir atau pipi.Kanker rongga mulut terkadang tidak menimbulkan keluhan dan ditemukan saat
melakukan pemeriksaan gigi. 2
Pada beberapa kasus tumor ganas, perjalanan penyakit bersifat progresif,
cepat dalam perkembangan dan waktu yang lebih singkat. Perlu juga dalam
anamnesis pasien yang dicurigai memiliki keganasan dirongga mulutnya seperti
riwayat merokok atau konsumsi alcohol. Riwayat merokok dengan jumlah lebih
dari 2 bungkus per hari dan mengkonsumsi minuman beralkohol setidaknya 4 unit
perhari memiliki kemungkinan 35% terjadinya keganasan dengan kemungkinan
pengguna rokok 4 kali dapat memungkinkan terjadinya karsinoma rongga mulut
dibandingkan dengan yang tidak merokok. 1,2,13
-
7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut
14/32
14
Bila pada kasus yang telah diobati maupun kasus berulang (residif), dapat
pula ditanyakan pengobatan yang telah dilakukan sebelumnya seperti kemoterapi,
radioterapi) serta rekurensi dari penyakitnya. Seluruh informasi ini dapat
membantu nantinya dalam rencana pengobatan dan penanganan.2,8,9
Tumor pada gusi biasanya ditandai dengan nyeri saat mengunyah, namun
pasien juga dapat menunjukkan gejala perdarahan intermitten, gigi tanggal, pasien
yang memakai gigi palsu biasanya mengeluhkan gigi palsu yang tidak cocok.
Lesi pada dasar mulut biasanya nyeri, dengan lesi infiltrative yang meluas dan
mengivasi tulang di anterior, serta otot dasar mulut atau lidah di posterior. Pasien
sering mengeluhkan makanan sering tersangkut di bawah lidah. 2,8,9
2. Pemeriksaan fisik8,9
a) Status general
Pemeriksaan umum dari kepala sampai kaki
Tentukan tentang : a. penampilan
b. keadaan umum
c. metastase jauh
b) Status lokal
Dengan cara : 1. Inspeksi
2. Palpasi bimanual
Kelainan dalam rongga mulut diperiksa dengan cara inspeksi dan palpasi
dengan bantuan spatel lidah dan penerangan memakai lampu senter atau lampu
kepala. Seluruh rongga mulut dilihat, mulai bibir sampai orofaring posterior.
Perabaan lesi rongga mulut dilakukan dengan memasukkan 1 atau 2 jari ke dalam
mulut. 8,9
-
7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut
15/32
15
Untuk dapat inspeksi lidah dan orofaring maka ujung lidah yang telah
dibalut dengan kasa 2x2 inch dipegang dengan tangan kiri pemeriksa dan ditarik
keluar rongga mulut dan diarahkan kekanan dan kekiri untuk melihat permukaan
dorsal, ventral, dan lateral lidah, dasar mulut dan orofaring. Inspeksi bisa lebih
baik lagi bila menggunakan bantuan cermin pemeriksa. Tentukan dimana lokasi
tumor primer, bagaimana bentuknya, berapa besarnya dalam cm, berapa luas
infiltrasinya, bagaimana operabilitasnya.8,9
Pada palpasi tumor rongga mulut, harus dilakukan secara halus dan tidak
terasa nyeri. Palpasi bimanual adalah dimana melakukan pemeriksaan dengan satu
atau dua jari di dalam mulut dan jari lainnya meraba dari luar. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui asal tumor, indurasi disekitar ulkus, tumor dasar mulut, tumor
glandula slivarius pada dasar mulut atau ada tidaknya sialodenitis yang biasanya
mirip tumor dasar mulut.8,9
Palpasi ini dilakukan dengan menggunakan anastesi umum agar
memudahkan pemeriksa menentukan stadium T, approach pembedahan maupun
operabilitasnya.9
c) Status regional8,9
Inspeksi dan Palpasi apakah ada pembesaran kelenjar getah bening leher
baik ipsilateral dan kontralateral. Bila ada pembesaran tentukan lokasi atau level
pembesaran KGB, jumlahnya, ukurannya ( yang terbesar ), dan mobilitasnya.
3. Pemeriksaan Radiografi8,9
a. X-foto polos
o X-foto mandibula AP, lateral, Eisler, panoramik, oklusal,dikerjakan pada tumor gingiva mandibula atau tumor yang
lekat pada mandibula
o X-foto kepala lateral, Waters, oklusal, dikerjakan pada tumorgingiva, maksila atau tumor yang lekat pada maksila
o X-foto Hap dikerjakan pada tumor palatum durum
-
7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut
16/32
16
o X-foto thorax, untuk mengetahui adanya metastase paru
Gambaran normal foto panoramic rongga mulut
(diambil dari kepustakaan 14)
b. Imaging ( dibuat hanya atas indikasi )
o USG USG hepar untuk melihat metastase di hepar USG untuk membantu dalam evaluasi KGB leher
o CT-scan/MRI CT-Scan untuk menilai luas ekstensi tumor primer dan
metastasis regional/KGB dan untuk menentukan
operabilitas dan approach pembedahan. CT-Scan lebih
baik dalam hal melihat infiltrasi dan ekstensi tumor
dibandig MRI
MRI berguna dalam melihat ekstensi tumor primer padajaringan lunak. MRI penting pada pendeteksian adanya
tumor rekuren pasca pengobatan atau tumor residual.
o PET Scan (Fluoro Deoxy Glucose PET) Memberikan informasi cukup akurat akan adanya tumor
primer yang kecil dengan klinis tidak jelas/tidak ditemukan
-
7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut
17/32
17
(unknown primary tumor) dan melihat ada tidaknya tumor
rekuren
Sensitivitas dan spesifisitas PET scan bergantung padaindikasi penggunaannya. PET Scan mampu
mengidentifikasi lesi sebesar < 4 mm, dan dalam hal
staging PET scan memiliki Sensitivitas dan spesifisitas
sebesar 71% dan 99%, dan untuk deteksi kekambuha
mempunyai Sensitivitas 92% dan spesifisitas 81%.
4. Pemeriksaan Laboratorium8,9
Pemeriksaan laboratorium rutin, seperti: darah, urine, SGOT/SGPT, alkali
fosfatase, BUN/kreatinin, albumin, globulin, serum elektrolit, faal hemostasis,
untuk menilai keadaan umum dan persiapan operasi
5. Pemeriksaan Patologi8,9
Semua penderita kanker rongga mulut atau diduga kanker rongga mulutharus diperiksa patologis dengan teliti. Spesimen diambil dari biopsi tumor.
Biopsi jarum halus (FNA) untuk pemeriksaan sitologis dapat dilakukan pada
tumor primer atau pada metastase kelenjar getah bening leher.
Biopsi eksisi : bila tumor kecil, 1cm atau kurang eksisi yang dikerjakanialah eksisi luas seperti tindakan operasi definitif (1 cm
dari tepi tumor)
Biopsi insisi atau biopsi cakot (punch biopsy) menggunakan tang aligator:bila tumor besar atau inoperabel
Yang harus diperiksa dalam sediaan histopatologis ialah tipe, diferensiasi
dan luas invasi dari tumor.
-
7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut
18/32
18
Pada Tumor besar yang diperkirakan masih operabel Biopsi sebaiknya
dikerjakan dengan anestesi umum dan sekaligus dapat dikerjakan eksplorasi
bimanual untuk menentukan luas infiltrasi tumor (staging). Sedngkan untuk
Tumor besar yang diperkirakan inoperabel Biopsi dikerjakan dengan anestesi blok
lokal pada jaringan normal di sekitar tumor.( anestesi infiltrasi pada tumor tidak
boleh dilakukan untuk mencegah penyebaran sel kanker).
MACAM DIAGNOSIS YANG DITEGAKKAN 8,91. Diagnosis utama
Ialah gambaran makroskopis penyakit kankernya sendiri, yang merupakan
diagnosis klinis
2. Diagnosis komplikasi
Ialah penyakit lain yang diakibatkan oleh kanker itu
3. Diagnosis sekunder
Ialah penyakit lain yang tidak ada hubungannya dengan kanker yang
diderita, tetapi dapat mempengaruhi pengobatan atau prognosenya.
4. Diagnosis patologi
Ialah gambaran mikroskopis dari kanker itu.
F. PENATALAKSANAANPada penatalaksanaan umum kanker rongga mulut memerlukan kerjasama
tim, terutama pada perencanaan pengobatan. Kombinasi kerjasama antara klinisi,
dokter bedah, radioterapis, onkologi medic, perawat, ahli gizi, fisioterapis serta
staf rehabilitasi merupakan hal utama.6
Pemilihan terapi terbaik pada beberapa pasien memerlukan ketelitian
terutama dalam hal faktor resiko yang bervariasi pada beberapa kasus. Pengobatan
-
7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut
19/32
19
pada kanker rongga mulut seperti pada kanker pada umumnya, hanya pengobatan
secara umum yang dapat diberikan, ini juga disesuaikan dengan individunya.6
Usia kronologis dengan sendirinya tidak boleh menghalangi pengobatan
yang agresif dalam kondisi kekambuhan kanker., status kardio-pulmonal dan
beberapa faktor lainnya. Antusiasme pasien juga patut diperhitungkan dalam
perencanaan pengobatan. Keputusan pengobatan ini akan sangat mempengaruhi
kehidupan pasien nantinya, karena pegobatan saja tidak akan mendukung bila
lifestyle dari pasien itu sendiri tidak berubah apalagi yang berhubungan dengan
faktor resiko seperti rokok/tembakau serta alkohol.6
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan macam
terapi ialah8,9
a) Umur penderita
b) Keadaan umum penderita
c) Fasilitas yang tersedia
d) Kemampuan dokternya
e) Pilihan penderita.
Untuk lesi yang kecil (T1 dan T2), tindakan operasi atau radioterapi saja
dapat memberikan angka kesembuhan yang tinggi, dengan catatan bahwa
radioterapi saja pada T2 memberikan angka kekambuhan yang lebih tinggi
daripada tindakan operasi.8,9
Untuk T3 dan T4, terapi kombinasi operasi dan radioterapi memberikan
hasil yang paling baik. Pemberian neo-adjuvant radioterapi dan atau kemoterapi
sebelum tindakan operasi dapat diberikan pada kanker rongga locally advanced
(T3,T4).8,9
-
7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut
20/32
20
Radioterapi dapat diberikan secara interstisial atau eksternal, tumor yang
eksofitik dengan ukuran kecil akan lebih banyak berhasil daripada tumor yang
endofitik dengan ukuran besar.8,9
Peran kemoterapi pada penanganan kanker rongga mulut masih belum
banyak, dalam tahap penelitian kemoterapi hanya digunakan sebagai neo-adjuvant
pre-operatif atau adjuvan post-operatif untuk sterilisasi kemungkinan adanya
mikro metastasis.8,9
Beberapa obat kemoterapi yang sering digunakan antara lain: cisplatinum,
bleomycin, 5 fluoro-uracil, carboplatin, taxanes, vincristin, methotrexate dan
beberapa tahun terakhir mulai digunakan obat-obat target molekuler seperti
rixtuzimab (Erbitux), pada SCC yang mengekspresikan protein EGFR (epidermal
growth factor R).8,9
Anjuran terapi untuk kanker rongga mulut8,9
ST T.N.M. OPERASI RADIOTERAPI K EMOTERAPI
I
T1.N0.M0 Eksisi
radikal
atau Kuratif, 50-70 Gy Tidak dianjurkan
II
T2.N0.M0 Eksisi
radikal
atau Kuratif, 50-70 Gy Tidak dianjurkan
III
T3.N0.M0
T1,2,3.N1.M0
Eksisi
radikal
dan Post op. 30-40 Gy (dan) Kemoterapi
IVA T4N0,1.M0
Tiap T.N2.M0
Eksisi
radikal
dan Post.op 30-40 Gy
IVB TiapT.N3.M0
-operabel
Eksisi
radikaldan
Post.op 30-40 Gy
Paliatif, 50-70 Gy (dan)
Kemoterapi
-
7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut
21/32
21
-inoperabel -
IVC TiapT.tiapN.
M1
Paliatif Paliatif Paliatif
Residif local Operasi
untuk
residif post
RT
RT untuk residif
post op
Dan Kemoterapi
Metastase Tidak
dianjurkan
Tidak dianjurkan Kemoterapi
Karsinoma bibir
T1 : eksisi luas atau radioterapi
T2 : eksisi luas
Bila mengenai komisura, radioterapi akan memberikan
kesembuhan dengan fungsi dan kosmetik yang lebih baik
T3,4 : eksisi luas + deseksi suprahioid + radioterapi pasca bedah
Karsinoma dasar mulut
T1 : eksisi luas atau radioterapi
T2 : tidak lekat periosteum eksisi luas
Lekat periosteum eksisi luas dengan mandibulektomi marginal
T3,4 : eksisi luas dengan mandibulektomi marginal + diseksi
supraomohioid + radioterapi pasca bedah
-
7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut
22/32
22
Karsinoma lidah
T1,2 : eksisi luas atau radioterapi
T3,4 : eksisi luas + deseksi supraomohioid + radioterapi pasca bedah
Karsinoma bukal
T1,2 : eksisi luas
Bila mengenai komisura oris, radioterapi memberikan
kesembuhan dengan fungsi dan kosmetik yang lebih baik
T3,4 : eksisi luas + deseksi supraomohioid + radioterapipasca bedah
Karsinoma ginggiva (mandibulla)
T1,2 : eksisi luas dengan mandibulektomi marginal
T3 : eksisi luas dengan mandibulektomi marginal + diseksi
supraomohioid + radioterapi pasca bedah
T4 : (infiltrasi tulang/cabut gigi setelah ada tumor)
eksisi luas dengan mandibulektomi segmental + diseksi
supraomohioid + radioterapi pasca bedah
Karsinoma ginggiva (maxilla)
T1,2 : eksisi luas + reseksi processus alveolaris maxillae
T3 : eksisi luas + reseksi processus alveolaris maxillae
Karsinoma palatum (SCC)
T1 : eksisi luas sampai dengan periost
T2 : eksisi luas sampai dengan tulang dibawahnya
T3 : eksisi luas sampai dengan tulang dibawahnya + diseksi
-
7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut
23/32
23
supraomohioid + radioterapi pasca bedah kemoterapi
T4 : (infiltrasi tulang)
Maksilektomi infrastruktural parsial / total tergantung luas lesi +
diseksi supraomohiod +radioterapi pasca bedah
Karsinoma trigonum retromolar
T1,2 : eksisi luas dengan mandibulektomi marginal
T3 : eksisi luas dengan mandibulektomi marginal
+ diseksi supraomohioid + radioterapi pasca bedah
T4 : (infiltrasi tulang) Eksisi luas dengan mandibulektomi
segmental + diseksi supraomohioid + radioterapi pasca bedah
Approach pembedahan adalah lower cheek approach + swing mandibulotomy
(lateral atau paramedian). Hal ini mengingat lokasi retromolar yang tersembunyi.
Untuk karsinoma rongga mulut T3 dan T4, penanganan N0 dapat
dilakukan deseksi leher selektif atau radioterapi regional pasca bedah. Sedangkan
N1 yang didapatkan pada setiap T harus dilakukan deseksi leher radikal. Bila
memungkinkan, eksisi luas tumor primer dan deseksi leher tersebut harus
dilakukan secara en-block.
Pemberian radioterapi regional pasca bedah tergantung hasil pemeriksaan
patologis metastase kelenjar getah bening tersebut ( jumlah kelenjar getah bening
yang positif metastase, penembusan kapsul kelenjar getah bening/ ekstra kelenjar
getah bening)
A. Terapi Kuratif
Terapi kuratif untuk kanker rongga mulut diberikan pada kanker rongga
mulut stadium I, II, dan III.
-
7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut
24/32
24
1.Terapi utama
Terapi utama untuk stadium I dan II ialah operasi atau radioterapi yang
masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Sedangkan untuk stadium III dan IV yang masih operabel ialah kombinasi operasi
dan radioterapi pasca bedah baik adjuvant ataupun neo-adjuvant serta pada SCC
perlu dipertimbangkan pemberian kemoterapi adjuvant maupun neo-adjuvant.
Pada terapi kuratif haruslah diperhatikan:
a) Menurut prosedur yang benar, karena kalau salah hasilnya tidak menjadikuratif.
b) Fungsi mulut untuk bicara, makan, minum, menelan, bernafas, tetap baik.
c) Kosmetis cukup dapat diterima.
a. Operasi
Indikasi operasi:
1) Kasus operabel
2) Umur relatif muda
3) Keadaan umum baik, karnofsky score baik
4) Tidak terdapat ko-morbiditas yang berat
Prinsip dasar operasi kanker rongga mulut ialah :
1) Pembukaan harus cukup luas untuk dapat melihat seluruh tumor
dengan ekstensinya (approach trans-oral, lower cheek/upper cheek
approach, swing mandibulotomy/maxillotomy, visor flap)
-
7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut
25/32
25
2) Eksplorasi tumor: untuk menentukan luas ekstensi tumor (perlu palpasi
bimanual pre-op dengan general anastesia) dan specimen tumor untuk
pemriksaan histopatologi.
3) Eksisi luas tumor (surgical safety margin yang adekuat)
o Tumor tidak menginvasi tulang, eksisi luas 1-2 cm diluar tumoro Menginvasi tulang,eksisi luas disertai reseksi tulang yang terinvasi
4) Diseksi KGB regional (RND = Radical Neck Disection ataumodifikasinya), kalau terdapat metastase KGB regional. Diseksi ini
dikerjakan secara enblok dengan tumor primer bilamana memungkinkan.
5) Tentukan radikalitas operasi durante operasi dari tepi sayatan
dengan pemeriksaan potong beku yaitu dengan mengirimkan jaringan-
jaringan tepi sayatan (caving and shaving) untuk margin bebas dari sel
tumor. Adanya margin +, harus dilakukan re-eksisi ulang atau mengubah
teknik pembedahan. Margin + harus dihindari dan adanya margin + pada
pembedahan, tidak dapat digantikan dengan modalitas terapi lain.
6) Rekonstruksi defek yang terjadi.
-
7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut
26/32
26
Gambar approach pembedahan pada KRM
a. peroral, b. mandibulektomi, c. lower cheek flap, d. visor flap, e. upper cheek flap
(diambil dari kepustakaan 9)
b. Terapi Adjuvant
Radioterapi
Radioterapi dapat diberikan sebagai terapi utamia pada T1, T2 dan dapat
sebagai terapi tambahan terhadap pembedahan.
Indikasi radioterapi
1) Kasus inoperabel 2) T1,2 tempat tertentu (lihat diatas)
3) Kanker pangkal lidah 4) Umur relatif tua
5) Menolak operasi 6) Ada ko-morbiditas yang berat
Teknik Radioterapi dapat diberikan dengan cara:
1) Teleterapi memakai: ortovoltase, Cobalt 60, Linec dengan dosis 5000 -
7000 rads.
2) Brakiterapi: sebagai booster dengan implantasi intratumoral jarum
Irridium 192 atau Radium 226 dengan dosis 2000-3000 rads.
-
7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut
27/32
27
2. Terapi tambahan
a. Radioterapi
Radioterapi tambahan diberikan pada kasus yang terapi utamanya operasi.
(1) Radioterapi pasca-bedah
Sebagai adjuvant radiation therapy diberikan pada T3 dan T4a setelah
operasi, kasus yang tidak dapat dikerjakan eksisi radikal, radikalitasnya
diragukan, ekstensi ekstrakapsuler dari KGB atau terjadi kontaminasi lapangan
operasi oleh sel kanker.
(2) Radioterapi pra-bedah
Radioterapi pra-bedah diberikan pada kasus yang operabilitasnya
diragukan atau yang inoperabel.
b. Operasi
Operasi dikerjakan pada kasus yang terapi utamanya radioterapi yang
setelah radioterapi menjadi operabel atau timbul residif setelah radioterapi.
Modalitas pembedahan sebagai adjuvant therapy yaitu ppada keadaan tumor yang
mengecil, tetapi tidak tuntas dengan radioterapi maupun kemoterapi neo-adjuvant.
c. Kemoterapi
Kemoterapi diberikan pada kasus yang terjadi kontaminasi lapangan
operasi oleh sel kanker, kanker stadium III atau IV atau timbul residif setelah
operasi dan atau radioterapi. Kemoterapi memberikan hasil yang cukup baik pada
KRM jenis SCC. Evident base clas A (RCT), pemberian kemoterapi regimen
cisplatinum + 5FU yang diberikan secara concomitant dengan radioterapi pada
KRM stadium lanjut lokal yang operable dibandingkan dengan grup yang hanya
dilakukan pembedahan primer dan radioterapi, menunjukkan hasil yang tidak
berbeda.9
-
7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut
28/32
28
Pemberian kemoterapi KRM SCC, biasanya diberikan bersamaan dengan
radioterapi. Beberapa jenis kemoterapi yang biasa diberi bersamaan dengan
radioterapi antara lain:
i) Cisplatinum + 5FU + RadioterapiSelama radiasi:
- cisplatinum 20mg/m2 perhari (hari 1-2) setiap mingguselama 3-4siklus
- 5FU 500mg/m2 /hari (hari 1-2) setiap minggu 3-4 siklus- Radioterapi dosis total 70Gy
ii) Cisplatinum + Paclitaxel + radioterapiSelama radiasi:
- cisplatinum 20mg/m2 setiap minggu (hari ke-2) selama 7minggu Radioterapi
- Paclitaxel 30 mg/m2 setiap minggu (hari I) selama 7 mingguradioterapi
-
Radioterapi dosis total 70Gyiii) Carboplatin + 5FU + radioterapi
Selama radiasi:
- Carboplatin 70 mg/m2 setiap hari selama 4 hari diulangsetiap 3 minggu
- 5FU 600 mg/m2/24jam continous infusion selama 4 haridiulang setiap 3 minggu
- Radioterapi dosis total 70Gyiv) Cisplatinum + Radioterapi + (diikuti) Cisplatin dan 5FU
Selama radiasi:
- Cisplatin 100 mg/m2 setiap 21hari 3 siklus (total dosis300mg/m2)
- Radioterapi dosis total 70 Gy/Leher 50 Gy
-
7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut
29/32
29
Pasca radiasi:
- cisplatin 80 mg/m2 setiap 28hari (3 siklus)
- 5FU 1000 mg/m2 infus selama 24 jam 4 hari, diulang setiap 28
hari
Pemberian terapi konkomitan kemoterapi dan radiasi memberikan efek
toksik yang berat, antara lain mukosistis berat, supressi bone marrow, vomitus,
sulit menelan, sehingga harus diperhatikan terapi suportif. Pada keadan berat
dapat diberikan feeding gastrostomy/jejunostomy.
3.Terapi Komplikasi
Terapi komplikasi, terutama ditujukan pada komplikasi yang akan
membahayakan penderita seperti adanya perdarahan, kesulitan bernapas serta
kesulitan menelan.
Mayoritas penyebab kematian akibat KRM karena kegagalan lokal dan
regional. Hal ini terjadi karena adanya pertumbuhan tumor dirongga mulut
ataupun leher yang tidak dapat dikontrol.
Beberapa komplikasi tadi dapat diatasi dengan liigasi arteri, trcheostomi
maupun gastrostomi/jejunostomi.
a. Terapi komplikasi penyakit
Pada umumnya stadium I sampai II belum ada komplikasi penyakit, tetapi
dapat terjadi komplikasi karena terapi.
Terapinya tergantung dari komplikasi yang ada, misalnya:
i) Nyeri: analgetika ii) Infeksi: antibiotika
iii) Anemia: hematinik iv) Dsb.
-
7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut
30/32
30
b. Terapi komplikasi terapi
i) Komplikasi operasi: menurut jenis komplikasinya
ii) Komplikasi radioterapi: menurut jenis komplikasinya
iii) Komplikasi kemoterapi: menurut jenis komplikasinya
4. Terapi suportif
Tujuan utama terapi suportif untuk mendukung dalam terapi utama dan
mengoreksi kelainan yang ada. Dapat diberikan nutrisi yang baik, vitamin, dsb.
B. Terapi Paliatif8,9
Terapi paliatif ialah untuk memperbaiki kwalitas hidup penderita (Quality
of Life) dan mengurangi keluhannya terutama untuk penderita yang sudah tidak
dapat disembuhkan lagi. Pada dasarnya, menghilangkan gejala-gejala ataupun
keadaan yang mengganggu hidup dan aktivitas penderita.
Terapi paliatif diberikan pada penderita kanker rongga mulut yang:
1. KRM Stadium IV yang telah menunjukkan metastase jauh yang tidak
merespon terhadap pengobatan,
2. Terdapat ko-morbiditas yang berat dengan harapan hidup yang pendek
3. Terapi kuratif gagal
4. Usia sangat lanjut
-
7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut
31/32
31
Keluhan yang perlu dipaliasi antara lain:
1. Loko regional
a) Ulkus di mulut/leher
b) Nyeri
c) Sukar makan, minum, menelan
d) Mulut berbau
e) Anoreksia
f) Fistula oro-kutan
2. Sistemik:
a) Nyeri b) Sesak nafas c) Sukar bicara
d) Batuk-batuk e) berat badan menurun f)Badan lemah
Pengobatan paliatif untuk nyeri adalah mengikuti Step Ladder Pain
Management dari WHO. Sedangkan untuk bau mulut, misalnya dengan
antibiotika, antijamur, hygiene mulut. Ulkus yang bau diberikan metronidazole
powder.
Terapi Metastasis pada KRM9
Satu-satunya terapi terhadap metastasis dari KRM adalah kemoterapi dan
terapi target molekul. Regimen kemoterapi dan terapi target molekul yang
digunakan antara lain:
1. cetuximab + radioterapi2. methotrexate (obat tunggal)3. cisplatin (sebagai obat tunggal)4. docetaxel (sebagai obat tunggal)5. gefitinib atau erlotinib (oral epidermal growth factor inhibitors)6. cisplatinum+5FU7. Carboplatin+5FU
-
7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut
32/32
G. KOMPLIKASIKomplikasi yang dapat terjadi pada keganasan rongga mulut ini bisa
komplikasi operasi maupun komplikasi yang diakibatkan oleh radioterapi itu
sendiri.10
Komplikasi operasi, termasuk infeksi; penurunan berat badan, wajah
edema, kesulitan berbicara, gangguan fonasi dan menelan; dan terjadi penurunan
kemampuan berbicara ataupun menelan. 10
Komplikasi radiasi termasuk didalamnya kelelahan, penurunan berat
badan, iritasi mukosa, xerostomia (mulut kering) dan penurunan fungsi
pengecapan/perasa; eritema dan deskuamasi halus dari kulit; dan edema laring,
suara serak. Adapula komplikasi yang jarang namun bila terjadi akan berat
komplikasinya yaitu penurunan fungsi pendengaran, osteoradionekrosis, trismus
dan rupture arteri karotis. 10
H. PROGNOSISSecara umum prognosis untuk kanker rongga mulut buruk, kecuali bibir
berkisar 40-65%, Tergantung lokasinya. Lesi primer yang dini prognosisnya baik,
namun lesi lokal yang lanjut memiliki peluang yang buruk. Keadaan kelenjar
servikal adalah satu standar prognosis yang signifikan untuk semua lokasi.11