Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut

download Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut

of 32

Transcript of Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut

  • 7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut

    1/32

    1

    PENANGANAN KEGANASAN PADA RONGGA MULUT

    A. PENDAHULUANKeganasan rongga mulut merupakan keganasan yang sering dijumpai dan

    merupakan salah satu dari sepuluh keganasan yang paling sering menyebabkan

    kematian. Karsinoma rongga mulut berada diurutan ke-6 paling banyak di dunia.

    Di Amerika Serikat, tahun 2005 diperkirakan ada sekitar 20.000 kanker terjadi di

    rongga mulut dan 5000 kejadian kematian akibat kanker rongga mulut.1,2

    Di Indonesia, freku`ensi relatif kanker rongga mulut diperkirakan 1,5-5%

    dari seluruh kanker. Kanker rongga mulut dapat berasal dari epitel, baik dari

    mukosa ataupun kelenjar liur pada dinding rongga mulut dan organ dalam mulut

    (onko pasaribu) termasuk di dalamnya lidah (terutama 2/3 bagian depan), bibir

    atas dan bawah, trigonum retromolar, dasar mulut, palatum durum dan mole serta

    tulang rahang (maxilla dan mandibulla).1,2

    Insidensi lebih sering terjadi pada pria dibanding wanita dengan rasio

    perbandingan 3-4:1, namun terdapat kecenderungan meningkat pada wanita oleh

    karena gaya hidup atau kebiasaan merokok yang meningkat pada wanita. Rata-

    rata didiagnosa pada usia dekade ke-6 sampai ke-7. Namun adapula yang

    didapatkan sebagian besar pada usia diatas 40 tahun sekitar 70%.2

    Karsinoma rongga mulut paling sering mengenai lidah (40% kasus), dasar

    rongga mulut (15%) dan pada bibir (13%). Jenis tumor ganas rongga mulut yang

    paling sering adalah karsinoma sel skuamosa (90%). Sebagian besar penderita

    (66%) baru berobat pada stadium tiga dan empat. Padahal penyakit ini bila

    ditemukan pada stadium awal memiliki prognosis yang lebih baik. Salah satu

    faktor yang berperan yaitu kurangnya perhatian masyarakat terhadap penyakit

    ini.1,2

  • 7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut

    2/32

    2

    B. ANATOMI, FISIOLOGI DAN HISTOPATOLOGIRongga mulut adalah bagian dari traktus digestive yang dimulai dari

    vermilion sampai perbatasan soft dengan hardpalate dan papilla circumvallate

    lidah. Jadi yang termasuk dalam region ini adalah bibir, mukosa bukal, ginggive,

    dasar mulut, 2/3 anterior lidah, hardpalate dan trigonum retromolar.2

    Diambil dari kepustakaan 3 (Cummings Otolaryngology - Head & Neck Surgery, 4th

    Edition)

    Di dalam rongga mulut, makanan ditampung, dikunyah dan dilumasi oleh

    liur agar lebih mudah ditelan. Karena makanan diuraikan secara fisik di dalamrongga mulut, daerah ini dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk

    sebagai pelindung, yang juga melapisi permukaan dalam atau labial bibir.15

    Bibir yang membentuk celah terbuka pada mulut merupakan bagian organ

    yang special pada manusia. Bibir berperan dalam menahan makanan dalam

    mulut dan membentuk kata-kata saat berbicara. Fungsi lain adalah membentuk

    ekspresi wajah seperti tersenyum dan mengerutkan dagu. Bibir berwarna lebih

    gelap dari kulit disekitarnya karena mengandung sangat banyak pembuluh darah

  • 7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut

    3/32

    3

    (kapiler). Bibir diperdarahi oleh arteri facial cabang labial superior dan inferior.

    Bibir atas diinervasi oleh nervus infraorbital cabang labium superior, sedangkan

    bibir bawah diinervasi oleh cabang mentalis dari nervus trigeminus cabang

    mandibuler.2,6

    Secara histologis, bibir dilapisi oleh kulit yang sangat tipis yang ditutupi

    oleh epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk. Permukaan luar bibir

    mengandung folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Di sebelah

    dalam batas bebas bibir, lapisan luar berubah menjadi epitel berlapis gepeng tanpa

    lapisan tanduk yang lebih tebal. Dibawah epitel mulut terdapat kelenjar labialis

    (glandula labialis) yang merupakan penghasil mucus. 15

    Gambaran histlogi bibir-labia dengan pewarnaan hematoxylin-eosin pembesaran 15x

    (diambil dari kepustakaan 16)

    Mukosa buccal, mukosa buccal mendapatkan pasokan darah dari cabangtranseversal arteri facialis yang berjalan sepanjang duktus parotid. Mukosa buccal

    kebanyakan dipersarafi oleh cabang buccal dari nervus trigeminus cabang

    mandibular. Pada mukosa bukal, drainase limfatik mulai dari kelenjar limfe

    parotid, submental, kemudian ke submandibular, lalu menuju ke nodus servikal

    profunda atau ke nodus facial pada tepi mandibula, dan selanjutnya menuju

    kelenjar limfe submandibular.2,6,15

  • 7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut

    4/32

    4

    Lidah, merupakan organ muscular yang sangat fleksibel dalam rongga

    mulut berperan untuk proses pengunyahan, pengecapan dan menelan makanan

    serta untuk bicara. Organ ini melekat ke dasar mulut dengan permukaan atas

    dilapisi oleh papillae yang memberikan tekstur permukaan yang kasar. Papillae

    mengandung pori-pori kecil yang terdapat reseptor pengecapan (taste bud). Ada 4

    reseptor pengecapan yaitu manis, asin, asam, pahit yang dimana reseptor ini

    terdapat pada lokasi tertentu di permukaan lidah. 4

    Mukosa lidah terdiri dari epitel berlapis gepeng dan lamina propria yang

    berpapil halus dimana dapat dilihat jaringan limpatik yang difus. Permukaan

    dorsal lidah ditandai oleh penonjolan mukosa yang berbentuk papil-papil. Papil-

    papil masih terdapat pada bagian dorsal apex lidah tetapi tidak terdapat diseluruh

    bagian sentral.4

    Gambaran histology lidah (dorsum linguae) dengan teknik indian ink injection, stain vanGleson picric acid dengan pembesaran 12x

    (diambil dari kepustakaan 16)

    Ada 4 jenis papilla yang ada di lidah yaitu filiformis, fungiformis,

    circumvalata dan foliate. Papilla filiformis terbanyak dan terkecil pada permukaan

    lidah dengan bentuk kerucut lancip yang menutupi seluruh permukaan lidah.

    Papilla fungiformis jumlahnya lebih sedikit namun ukurannya lebih besar, tinggi

    dan lebar disbanding papilla filiformis. Bentuk menyerupai jamur dan terletak

    dianterior lidah serta terselip diantara papilla filiformis. Papilla circumvalata

    jumlahnya 8-12 buah di posterior lidah. Khas dari papilla ini karena dikelilingi

  • 7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut

    5/32

    5

    oleh sulkus dalam. Papilla foliate merupakan papilla yang berkembang baik pada

    jenis hewan dan tidak berkembang baik pada manusia.15

    Lidah, memiliki otot-otot intrinsic dan ekstrinsik. Otot-otot ini dipersarafi

    oleh nervus hipoglossus (N.XII). Sensasi perabaan bagian 2/3 anterior lidah

    dibawa oleh nervus trigeminal cabang lingualis dan 1/3 posterior dibawa oleh

    nervus glossopharingeus (N.IX). Sensasi pengecapan 2/3 anterior dipersarafi oleh

    nervus facialis (N.VII) dan sisanya 1/3 posterior dipersarafi oleh

    N.Glossophariengus. Vaskularisasi lidah disediakan arteri lingualis.4

    Gigi ditunjang oleh Krista alveolar mandibula dibagian bawah dan Krista

    alveolar maksila dibagian atas. 4

    Palatum dibentuk oleh tulang dari palatum durum dibagian depan dan

    sebagian besar dari otot palatum mole dibagian belakang. Palatum mole dapat

    berhubungan dengan faring bagian nasal dari rongga mulut dan orofaring.

    Ketidakmampuan palatum mole menutup mengakibatkan kesulitan bicara dan

    menelan. Dasar mulut diantara lidah dan gigi terdapat kelenjar sublingual dan

    bagian dari kelenjar submandibula. Muara duktus mandibularis terletak didepantepi frenulum lidah.4

    Membrane mukosa dari palatum durum akan berlanjut ke pharynx sebagai

    palatum mole dengan velum palatinum dan uvula. Epitel berlapis skuamosa tanpa

    lapisan tanduk menutupi velum dan uvula pada rongga mulut.16

    Gambaran histology palatum mole dengan metode pewarnaan azan dengan pembesaran

    400x(diambil dari kepustakaan 16)

  • 7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut

    6/32

    6

    Penyebaran lokal, regional maupun metastasis jauh pada keganasan

    rongga mulut ini bergantung pada luas anatomi yang berhubungan dengan

    neurovascular, jalur limfatik maupun luas bidang kepala-leher. Pada bagian akhir,

    sebagai batas penyebaran langsung dan dapat mempengaruhi jalur limfatik lokal

    dan regional yang menyebar. Jika didapatkan, gambaran histologis juga dapat

    menentukan prognosis dari pasien serta sejauh apa ketahanan hidup terhadap

    kanker tersebut.3

    (A) otot-otot dari daerah submandibular dan hubungan saraf lingual dan hypoglossal ke kelenjar

    submandibular. (B) lebih dalam anatomi dari fossa submandibular. Saraf Hypoglossal yang

    berjalan ke dalam otot mylohyoid dan permukaan otot hypoglossus. arteri lingual yang melewati

    otot hypogllosuss dan naik untuk membagi ke dalam dan dorsal arteri lingual dan arteri

    sublingual.

    Diambil dari kepustakaan 3

  • 7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut

    7/32

    7

    Drainase limfatik dari bibir bagian atas dan bibir bagian bawah

    (Diambil dari kepustakaan 3)

    Aliran darah arteri dari rongga mulut beberapa diperoleh dari arteri karotis

    eksterna. Arteri lingualis sebagian besar memasok ke lidah dan dasar lidah. Suplai

    darah dari palatum durum berasal dari palatine dan arteri alveolar superior.

    Setelah percabangan dari arteri palatine, turun ke foramen palatine, pada daerah

    medial rahang kedua molar, arteri akan berjalan secara anteromedial dalam

    jaringan lunak di palatum durum. Arteri alveolar superior akan muncul sebagai

    cabang terminalis setelah peralihan arteri maksilaris interna untuk arteri

    sphenopalatina di fossa pterygopalatine. Arteri ini menyuplai darah ke gingival

    maksillaris, areolar ridge dan hyracodon.3

    Arteri fasialis melintasi aspek lateral mandibula sekitar 1 cm dari anterior

    ramus ascenderen dan langsung menuju komisura mulut hingga membentuk arteri

    bibir. Perdarahan utama mandibula dan hyracodon bawah adalah arteri alveolar

    bawah. Arteri alveolar bawah, vena dan saraf memasuki foramen mandibula

  • 7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut

    8/32

    8

    sepanjang daerah medial ramus mandibula.sebelum masuk kedalam foramen ini,

    saraf dan arteri ini pada bagian anteriornya memanjang memperdarahi otot

    mylohyoid.3

    C. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKOEtiologi keganasan rongga mulut belum ada yang pasti diketahui. Tetapi

    ada beberapa faktor yang dapat memungkinkan angka kejadian keganasan rongga

    mulut ini. Faktornya antara lain paparan dengan karsinogen, paparan ini biasa

    ditemukan dari rokok atau tembakau. Alcohol, sanitasi mulut yang buruk, usia

    serta paparan infeksi HPV juga dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya

    keganasan rongga mulut. 1,2

    Faktor-faktor diatas dapat memicu perubahan dari sel-sel epitel yang ada

    dirongga mulut menjadi sel pre-malignant. Lesi pre-malignant ini bila tidak segera

    diatasi dapat berubah menjadi lesi kanker. 1,2

    Adapun faktor penyebab yang pasti tidak diketahui, namun ada faktor

    karsinogen yang dapat memicu untuk meningkatkan resiko terjadinya karsinoma

    rongga mulut.

    1. TembakauTembakau adalah zat karsinogen yang menginisiasi efek respon

    karsinogenik sesuai dosis dimana durasi lebih penting dibanding intensitas

    paparan. Ada sekitar 300 zat karsinogen yang terkandung dalam

    tembakau, dengan tobaccospecific N-nitrosamines (TSNAs) sebagai yang

    paling berbahaya. Substansi ini adalah metabolit dari Nikotin, alkaloid

    besar yang bertanggung jawab pada ketergantungan pada tembakau.

    TSNAs diketahui berikatan dengan DNA dan menyebabkan mutasi yang

    dapat mengaktifkan proto-onkogen atau menginaktivasi gen-gen supressor

    tumor. Bahan-bahan berbahaya lain yang terdapat dalam tembakau adalah

  • 7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut

    9/32

    9

    polycyclic aromatic hydrocarbons (PAHs), karbonmonoksida, dan

    hidrogen sianida. 5,6

    2. AlkoholPenyebab tumor rongga mulut juga berhubungan dengan kebiasaan

    minum minuman keras yang kuat. Peminum yang dikatakan peminum

    alkohol yang kuat adalah peminum yang meminum lebih dari 1.5 liter

    alkohol perhari, mempunyai resiko terserang tumor ganas di rongga mulut

    sepuluh kali lebih besar dari pada pemakai alkohol minimal. Mekanismealkohol mengaktifkan karsinogenesis belum diketahui secara pasti.

    Ethanol murni menunjukkan tidak terlalu karsinogenik. Walaupun

    demikian, alkohol sering dianggap sebagai zat karsinogen, alkohol

    memfasilitasi karsinogenesis dibanding menginisiasinya. Beberapa

    mekanisme untuk ini telah dikemukakan. Dikatakan bahwa alkohol

    menyebabkan peningkatan penetrasi dan zat karsinogen kedalam mukosa

    mulut, juga menyebabkan atrofi mukosa, mengakibatkan zat karsinogen

    dengan mudah menemusnya.6

    3. Masalah Kesehatan GigiKebersihan mulut yang buruk, restorasi yang tidak tepat, tepi gigi-

    gigi yang tajam dan gigi tiruan yang longgar sering kali merupakan faktor

    etiologi dari tumor ganas rongga mulut. Karena frekuensi terjadinya faktor

    iritasi ini sangat tinggi, sungguh sulit untuk membuktikan hubungansebab-akibat antara faktor iritasi dan terjadinya kanker mulut.6

    Iritasi yang berulang karena tepi yang tajam dari gigi yang patah,

    tambalan atau gigi palsu dapat merupakan resiko tambahan untuk

    terjadinya tumor ganas di rongga mulut. Beberapa penelitian epidemiologi

    jugan menunjukkan hasil bahwa iritasi kronis sebagai karsinogenesis.

    Faktor lainnya adalah kebersihan mulut yang buruk, sifilis, penggunaan

    mouthwash dalam jangka waktu lama dan penggunaan marijuana (rokok).6

  • 7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut

    10/32

    10

    4. Faktor DietDiet defisiensi vitamin telah diperkirakan menjadi faktor

    predesposisi pada kanker rongga mulut ketika sayuran dan buah-buahan

    sebagai zat yang mampu memberikan efek pelindung dari keganasan

    rongga mulut.6

    5. VirusPada beberapa penelitian ditemukan bahwa HPV (Human

    Papiloma Virus) mengambil peranan dalam kejadian keganasan rogga

    mulut utamanya pada kejadian squamous cell carcinoma (SCC). HPV

    telah diteliti pada kasus SCC ini pada suatu lesi pre-malignant di rongga

    mulut. HPV tipe 16 merupakan jenis yang paling sering menjadi penyebab

    SCC, diperkirakan sekitar lebih dari 15% hingga 25% pada kanker kepala-

    leher yang terjadi.7

    D. KLASIFIKASI DAN STAGINGPembagian tumor rongga mulut berdasarkan tipe histopatologis:

    8

    1. Squamosa cell carcinoma2. Adenocarcinoma3. Adenoid cyst. carcinoma4. Ameloblastic carcinoma5. Adenolymphoma6. Mal. mixed tumor7. Pleomorphic carcinoma8. Melanoma maligna9. Lymphoma maligna

    Dari tipe-tipe diatas, kanker rongga mulut berasal dari mukosa yang

    berupa karsinoma epidermoid ataupun karsinoma sel squamosa dengan

    differensiasi baik hingga jelek bahkan anaplastik.8

  • 7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut

    11/32

    11

    TNM STAGING1,6,7,8,9

    Untuk menentukan stadium kanker rongga mulut dianjurkan memakai

    system TNM dari UICC 2002 atau AJCC. Tatalaksana terapi sangat bergantung

    dari stadium.8

    TX : tumor primer sulit dinilai

    To : tidak ada tumor primer

    TIS : carcinoma in situ

    T1 : ukuran 4 cm

    T4a : ukuran >4 cm

    Bibir invasi ke tulang, n. alveolaris inferior, dasar mulut, Kulit,

    Rongga mulut menginfiltrasi tulang, otot lidah, kulit, sinus maxillaris

    T4b : infiltrasi masticator space, pterygoid plates, dasar tengkorak, arteri

    karotis interna

    NX : limfonodus sulit dinilai

    N0 : tidak ada pembesaran regional

    N1 : ipsilateral, ukuran

  • 7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut

    12/32

    12

    N2c : bilateral, kontralateral, ukuran 6 cm

    MX : metastasis jauh sulit dinilai

    M0 : tidak ada metastasis jauh

    M1 : metastasis jauh

    Stage 0 : TIS NO M0

    Stage l : T1 No M0

    Stage II : T2 No M0

    Stage III : T3 No Mo, T1-3 Ni M0

    Stage IV : T4 No-1 M0,

    T1-4 N2-3 M0,

    T1-4 N0-1 M1

    E. DIAGNOSIS 8,91. Anamnesa

    Anamnesa dengan cara kwesioner kepada penderita atau keluarganya.

    1. Keluhan

    2. Perjalanan penyakit

    3. Faktor etiologi dan risiko

  • 7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut

    13/32

    13

    4. Pengobatan apa yang telah diberikan

    5. Bagaimana hasil pengobatan

    6. Berapa lama kelambatan

    Keluhan utama biasanya berupa :2,9

    1. Plak putih atau plak kemerahan pada ginggiva, lidah, tonsil atau mukosamulut.

    2. Ulkus atau sariawan yang tidak ada perbaikan setelah 2 minggu.3. Benjolan atau penebalan di bibir, ginggiva atau dalam rongga mulut4. Gigi tanggal atau gigi palsu tidak cocok lagi.5. Sulit menelan dan problem dalam mengunyah.6. Kesukaran bicara dan perubahan suara (hot potato chewing sign)7. Benjolan di mandibula atau terkadang di leher.8. Perdarahan, nyeri atau kebas-kebas di bibir atau pipi.Kanker rongga mulut terkadang tidak menimbulkan keluhan dan ditemukan saat

    melakukan pemeriksaan gigi. 2

    Pada beberapa kasus tumor ganas, perjalanan penyakit bersifat progresif,

    cepat dalam perkembangan dan waktu yang lebih singkat. Perlu juga dalam

    anamnesis pasien yang dicurigai memiliki keganasan dirongga mulutnya seperti

    riwayat merokok atau konsumsi alcohol. Riwayat merokok dengan jumlah lebih

    dari 2 bungkus per hari dan mengkonsumsi minuman beralkohol setidaknya 4 unit

    perhari memiliki kemungkinan 35% terjadinya keganasan dengan kemungkinan

    pengguna rokok 4 kali dapat memungkinkan terjadinya karsinoma rongga mulut

    dibandingkan dengan yang tidak merokok. 1,2,13

  • 7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut

    14/32

    14

    Bila pada kasus yang telah diobati maupun kasus berulang (residif), dapat

    pula ditanyakan pengobatan yang telah dilakukan sebelumnya seperti kemoterapi,

    radioterapi) serta rekurensi dari penyakitnya. Seluruh informasi ini dapat

    membantu nantinya dalam rencana pengobatan dan penanganan.2,8,9

    Tumor pada gusi biasanya ditandai dengan nyeri saat mengunyah, namun

    pasien juga dapat menunjukkan gejala perdarahan intermitten, gigi tanggal, pasien

    yang memakai gigi palsu biasanya mengeluhkan gigi palsu yang tidak cocok.

    Lesi pada dasar mulut biasanya nyeri, dengan lesi infiltrative yang meluas dan

    mengivasi tulang di anterior, serta otot dasar mulut atau lidah di posterior. Pasien

    sering mengeluhkan makanan sering tersangkut di bawah lidah. 2,8,9

    2. Pemeriksaan fisik8,9

    a) Status general

    Pemeriksaan umum dari kepala sampai kaki

    Tentukan tentang : a. penampilan

    b. keadaan umum

    c. metastase jauh

    b) Status lokal

    Dengan cara : 1. Inspeksi

    2. Palpasi bimanual

    Kelainan dalam rongga mulut diperiksa dengan cara inspeksi dan palpasi

    dengan bantuan spatel lidah dan penerangan memakai lampu senter atau lampu

    kepala. Seluruh rongga mulut dilihat, mulai bibir sampai orofaring posterior.

    Perabaan lesi rongga mulut dilakukan dengan memasukkan 1 atau 2 jari ke dalam

    mulut. 8,9

  • 7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut

    15/32

    15

    Untuk dapat inspeksi lidah dan orofaring maka ujung lidah yang telah

    dibalut dengan kasa 2x2 inch dipegang dengan tangan kiri pemeriksa dan ditarik

    keluar rongga mulut dan diarahkan kekanan dan kekiri untuk melihat permukaan

    dorsal, ventral, dan lateral lidah, dasar mulut dan orofaring. Inspeksi bisa lebih

    baik lagi bila menggunakan bantuan cermin pemeriksa. Tentukan dimana lokasi

    tumor primer, bagaimana bentuknya, berapa besarnya dalam cm, berapa luas

    infiltrasinya, bagaimana operabilitasnya.8,9

    Pada palpasi tumor rongga mulut, harus dilakukan secara halus dan tidak

    terasa nyeri. Palpasi bimanual adalah dimana melakukan pemeriksaan dengan satu

    atau dua jari di dalam mulut dan jari lainnya meraba dari luar. Hal ini dilakukan

    untuk mengetahui asal tumor, indurasi disekitar ulkus, tumor dasar mulut, tumor

    glandula slivarius pada dasar mulut atau ada tidaknya sialodenitis yang biasanya

    mirip tumor dasar mulut.8,9

    Palpasi ini dilakukan dengan menggunakan anastesi umum agar

    memudahkan pemeriksa menentukan stadium T, approach pembedahan maupun

    operabilitasnya.9

    c) Status regional8,9

    Inspeksi dan Palpasi apakah ada pembesaran kelenjar getah bening leher

    baik ipsilateral dan kontralateral. Bila ada pembesaran tentukan lokasi atau level

    pembesaran KGB, jumlahnya, ukurannya ( yang terbesar ), dan mobilitasnya.

    3. Pemeriksaan Radiografi8,9

    a. X-foto polos

    o X-foto mandibula AP, lateral, Eisler, panoramik, oklusal,dikerjakan pada tumor gingiva mandibula atau tumor yang

    lekat pada mandibula

    o X-foto kepala lateral, Waters, oklusal, dikerjakan pada tumorgingiva, maksila atau tumor yang lekat pada maksila

    o X-foto Hap dikerjakan pada tumor palatum durum

  • 7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut

    16/32

    16

    o X-foto thorax, untuk mengetahui adanya metastase paru

    Gambaran normal foto panoramic rongga mulut

    (diambil dari kepustakaan 14)

    b. Imaging ( dibuat hanya atas indikasi )

    o USG USG hepar untuk melihat metastase di hepar USG untuk membantu dalam evaluasi KGB leher

    o CT-scan/MRI CT-Scan untuk menilai luas ekstensi tumor primer dan

    metastasis regional/KGB dan untuk menentukan

    operabilitas dan approach pembedahan. CT-Scan lebih

    baik dalam hal melihat infiltrasi dan ekstensi tumor

    dibandig MRI

    MRI berguna dalam melihat ekstensi tumor primer padajaringan lunak. MRI penting pada pendeteksian adanya

    tumor rekuren pasca pengobatan atau tumor residual.

    o PET Scan (Fluoro Deoxy Glucose PET) Memberikan informasi cukup akurat akan adanya tumor

    primer yang kecil dengan klinis tidak jelas/tidak ditemukan

  • 7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut

    17/32

    17

    (unknown primary tumor) dan melihat ada tidaknya tumor

    rekuren

    Sensitivitas dan spesifisitas PET scan bergantung padaindikasi penggunaannya. PET Scan mampu

    mengidentifikasi lesi sebesar < 4 mm, dan dalam hal

    staging PET scan memiliki Sensitivitas dan spesifisitas

    sebesar 71% dan 99%, dan untuk deteksi kekambuha

    mempunyai Sensitivitas 92% dan spesifisitas 81%.

    4. Pemeriksaan Laboratorium8,9

    Pemeriksaan laboratorium rutin, seperti: darah, urine, SGOT/SGPT, alkali

    fosfatase, BUN/kreatinin, albumin, globulin, serum elektrolit, faal hemostasis,

    untuk menilai keadaan umum dan persiapan operasi

    5. Pemeriksaan Patologi8,9

    Semua penderita kanker rongga mulut atau diduga kanker rongga mulutharus diperiksa patologis dengan teliti. Spesimen diambil dari biopsi tumor.

    Biopsi jarum halus (FNA) untuk pemeriksaan sitologis dapat dilakukan pada

    tumor primer atau pada metastase kelenjar getah bening leher.

    Biopsi eksisi : bila tumor kecil, 1cm atau kurang eksisi yang dikerjakanialah eksisi luas seperti tindakan operasi definitif (1 cm

    dari tepi tumor)

    Biopsi insisi atau biopsi cakot (punch biopsy) menggunakan tang aligator:bila tumor besar atau inoperabel

    Yang harus diperiksa dalam sediaan histopatologis ialah tipe, diferensiasi

    dan luas invasi dari tumor.

  • 7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut

    18/32

    18

    Pada Tumor besar yang diperkirakan masih operabel Biopsi sebaiknya

    dikerjakan dengan anestesi umum dan sekaligus dapat dikerjakan eksplorasi

    bimanual untuk menentukan luas infiltrasi tumor (staging). Sedngkan untuk

    Tumor besar yang diperkirakan inoperabel Biopsi dikerjakan dengan anestesi blok

    lokal pada jaringan normal di sekitar tumor.( anestesi infiltrasi pada tumor tidak

    boleh dilakukan untuk mencegah penyebaran sel kanker).

    MACAM DIAGNOSIS YANG DITEGAKKAN 8,91. Diagnosis utama

    Ialah gambaran makroskopis penyakit kankernya sendiri, yang merupakan

    diagnosis klinis

    2. Diagnosis komplikasi

    Ialah penyakit lain yang diakibatkan oleh kanker itu

    3. Diagnosis sekunder

    Ialah penyakit lain yang tidak ada hubungannya dengan kanker yang

    diderita, tetapi dapat mempengaruhi pengobatan atau prognosenya.

    4. Diagnosis patologi

    Ialah gambaran mikroskopis dari kanker itu.

    F. PENATALAKSANAANPada penatalaksanaan umum kanker rongga mulut memerlukan kerjasama

    tim, terutama pada perencanaan pengobatan. Kombinasi kerjasama antara klinisi,

    dokter bedah, radioterapis, onkologi medic, perawat, ahli gizi, fisioterapis serta

    staf rehabilitasi merupakan hal utama.6

    Pemilihan terapi terbaik pada beberapa pasien memerlukan ketelitian

    terutama dalam hal faktor resiko yang bervariasi pada beberapa kasus. Pengobatan

  • 7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut

    19/32

    19

    pada kanker rongga mulut seperti pada kanker pada umumnya, hanya pengobatan

    secara umum yang dapat diberikan, ini juga disesuaikan dengan individunya.6

    Usia kronologis dengan sendirinya tidak boleh menghalangi pengobatan

    yang agresif dalam kondisi kekambuhan kanker., status kardio-pulmonal dan

    beberapa faktor lainnya. Antusiasme pasien juga patut diperhitungkan dalam

    perencanaan pengobatan. Keputusan pengobatan ini akan sangat mempengaruhi

    kehidupan pasien nantinya, karena pegobatan saja tidak akan mendukung bila

    lifestyle dari pasien itu sendiri tidak berubah apalagi yang berhubungan dengan

    faktor resiko seperti rokok/tembakau serta alkohol.6

    Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan macam

    terapi ialah8,9

    a) Umur penderita

    b) Keadaan umum penderita

    c) Fasilitas yang tersedia

    d) Kemampuan dokternya

    e) Pilihan penderita.

    Untuk lesi yang kecil (T1 dan T2), tindakan operasi atau radioterapi saja

    dapat memberikan angka kesembuhan yang tinggi, dengan catatan bahwa

    radioterapi saja pada T2 memberikan angka kekambuhan yang lebih tinggi

    daripada tindakan operasi.8,9

    Untuk T3 dan T4, terapi kombinasi operasi dan radioterapi memberikan

    hasil yang paling baik. Pemberian neo-adjuvant radioterapi dan atau kemoterapi

    sebelum tindakan operasi dapat diberikan pada kanker rongga locally advanced

    (T3,T4).8,9

  • 7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut

    20/32

    20

    Radioterapi dapat diberikan secara interstisial atau eksternal, tumor yang

    eksofitik dengan ukuran kecil akan lebih banyak berhasil daripada tumor yang

    endofitik dengan ukuran besar.8,9

    Peran kemoterapi pada penanganan kanker rongga mulut masih belum

    banyak, dalam tahap penelitian kemoterapi hanya digunakan sebagai neo-adjuvant

    pre-operatif atau adjuvan post-operatif untuk sterilisasi kemungkinan adanya

    mikro metastasis.8,9

    Beberapa obat kemoterapi yang sering digunakan antara lain: cisplatinum,

    bleomycin, 5 fluoro-uracil, carboplatin, taxanes, vincristin, methotrexate dan

    beberapa tahun terakhir mulai digunakan obat-obat target molekuler seperti

    rixtuzimab (Erbitux), pada SCC yang mengekspresikan protein EGFR (epidermal

    growth factor R).8,9

    Anjuran terapi untuk kanker rongga mulut8,9

    ST T.N.M. OPERASI RADIOTERAPI K EMOTERAPI

    I

    T1.N0.M0 Eksisi

    radikal

    atau Kuratif, 50-70 Gy Tidak dianjurkan

    II

    T2.N0.M0 Eksisi

    radikal

    atau Kuratif, 50-70 Gy Tidak dianjurkan

    III

    T3.N0.M0

    T1,2,3.N1.M0

    Eksisi

    radikal

    dan Post op. 30-40 Gy (dan) Kemoterapi

    IVA T4N0,1.M0

    Tiap T.N2.M0

    Eksisi

    radikal

    dan Post.op 30-40 Gy

    IVB TiapT.N3.M0

    -operabel

    Eksisi

    radikaldan

    Post.op 30-40 Gy

    Paliatif, 50-70 Gy (dan)

    Kemoterapi

  • 7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut

    21/32

    21

    -inoperabel -

    IVC TiapT.tiapN.

    M1

    Paliatif Paliatif Paliatif

    Residif local Operasi

    untuk

    residif post

    RT

    RT untuk residif

    post op

    Dan Kemoterapi

    Metastase Tidak

    dianjurkan

    Tidak dianjurkan Kemoterapi

    Karsinoma bibir

    T1 : eksisi luas atau radioterapi

    T2 : eksisi luas

    Bila mengenai komisura, radioterapi akan memberikan

    kesembuhan dengan fungsi dan kosmetik yang lebih baik

    T3,4 : eksisi luas + deseksi suprahioid + radioterapi pasca bedah

    Karsinoma dasar mulut

    T1 : eksisi luas atau radioterapi

    T2 : tidak lekat periosteum eksisi luas

    Lekat periosteum eksisi luas dengan mandibulektomi marginal

    T3,4 : eksisi luas dengan mandibulektomi marginal + diseksi

    supraomohioid + radioterapi pasca bedah

  • 7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut

    22/32

    22

    Karsinoma lidah

    T1,2 : eksisi luas atau radioterapi

    T3,4 : eksisi luas + deseksi supraomohioid + radioterapi pasca bedah

    Karsinoma bukal

    T1,2 : eksisi luas

    Bila mengenai komisura oris, radioterapi memberikan

    kesembuhan dengan fungsi dan kosmetik yang lebih baik

    T3,4 : eksisi luas + deseksi supraomohioid + radioterapipasca bedah

    Karsinoma ginggiva (mandibulla)

    T1,2 : eksisi luas dengan mandibulektomi marginal

    T3 : eksisi luas dengan mandibulektomi marginal + diseksi

    supraomohioid + radioterapi pasca bedah

    T4 : (infiltrasi tulang/cabut gigi setelah ada tumor)

    eksisi luas dengan mandibulektomi segmental + diseksi

    supraomohioid + radioterapi pasca bedah

    Karsinoma ginggiva (maxilla)

    T1,2 : eksisi luas + reseksi processus alveolaris maxillae

    T3 : eksisi luas + reseksi processus alveolaris maxillae

    Karsinoma palatum (SCC)

    T1 : eksisi luas sampai dengan periost

    T2 : eksisi luas sampai dengan tulang dibawahnya

    T3 : eksisi luas sampai dengan tulang dibawahnya + diseksi

  • 7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut

    23/32

    23

    supraomohioid + radioterapi pasca bedah kemoterapi

    T4 : (infiltrasi tulang)

    Maksilektomi infrastruktural parsial / total tergantung luas lesi +

    diseksi supraomohiod +radioterapi pasca bedah

    Karsinoma trigonum retromolar

    T1,2 : eksisi luas dengan mandibulektomi marginal

    T3 : eksisi luas dengan mandibulektomi marginal

    + diseksi supraomohioid + radioterapi pasca bedah

    T4 : (infiltrasi tulang) Eksisi luas dengan mandibulektomi

    segmental + diseksi supraomohioid + radioterapi pasca bedah

    Approach pembedahan adalah lower cheek approach + swing mandibulotomy

    (lateral atau paramedian). Hal ini mengingat lokasi retromolar yang tersembunyi.

    Untuk karsinoma rongga mulut T3 dan T4, penanganan N0 dapat

    dilakukan deseksi leher selektif atau radioterapi regional pasca bedah. Sedangkan

    N1 yang didapatkan pada setiap T harus dilakukan deseksi leher radikal. Bila

    memungkinkan, eksisi luas tumor primer dan deseksi leher tersebut harus

    dilakukan secara en-block.

    Pemberian radioterapi regional pasca bedah tergantung hasil pemeriksaan

    patologis metastase kelenjar getah bening tersebut ( jumlah kelenjar getah bening

    yang positif metastase, penembusan kapsul kelenjar getah bening/ ekstra kelenjar

    getah bening)

    A. Terapi Kuratif

    Terapi kuratif untuk kanker rongga mulut diberikan pada kanker rongga

    mulut stadium I, II, dan III.

  • 7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut

    24/32

    24

    1.Terapi utama

    Terapi utama untuk stadium I dan II ialah operasi atau radioterapi yang

    masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

    Sedangkan untuk stadium III dan IV yang masih operabel ialah kombinasi operasi

    dan radioterapi pasca bedah baik adjuvant ataupun neo-adjuvant serta pada SCC

    perlu dipertimbangkan pemberian kemoterapi adjuvant maupun neo-adjuvant.

    Pada terapi kuratif haruslah diperhatikan:

    a) Menurut prosedur yang benar, karena kalau salah hasilnya tidak menjadikuratif.

    b) Fungsi mulut untuk bicara, makan, minum, menelan, bernafas, tetap baik.

    c) Kosmetis cukup dapat diterima.

    a. Operasi

    Indikasi operasi:

    1) Kasus operabel

    2) Umur relatif muda

    3) Keadaan umum baik, karnofsky score baik

    4) Tidak terdapat ko-morbiditas yang berat

    Prinsip dasar operasi kanker rongga mulut ialah :

    1) Pembukaan harus cukup luas untuk dapat melihat seluruh tumor

    dengan ekstensinya (approach trans-oral, lower cheek/upper cheek

    approach, swing mandibulotomy/maxillotomy, visor flap)

  • 7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut

    25/32

    25

    2) Eksplorasi tumor: untuk menentukan luas ekstensi tumor (perlu palpasi

    bimanual pre-op dengan general anastesia) dan specimen tumor untuk

    pemriksaan histopatologi.

    3) Eksisi luas tumor (surgical safety margin yang adekuat)

    o Tumor tidak menginvasi tulang, eksisi luas 1-2 cm diluar tumoro Menginvasi tulang,eksisi luas disertai reseksi tulang yang terinvasi

    4) Diseksi KGB regional (RND = Radical Neck Disection ataumodifikasinya), kalau terdapat metastase KGB regional. Diseksi ini

    dikerjakan secara enblok dengan tumor primer bilamana memungkinkan.

    5) Tentukan radikalitas operasi durante operasi dari tepi sayatan

    dengan pemeriksaan potong beku yaitu dengan mengirimkan jaringan-

    jaringan tepi sayatan (caving and shaving) untuk margin bebas dari sel

    tumor. Adanya margin +, harus dilakukan re-eksisi ulang atau mengubah

    teknik pembedahan. Margin + harus dihindari dan adanya margin + pada

    pembedahan, tidak dapat digantikan dengan modalitas terapi lain.

    6) Rekonstruksi defek yang terjadi.

  • 7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut

    26/32

    26

    Gambar approach pembedahan pada KRM

    a. peroral, b. mandibulektomi, c. lower cheek flap, d. visor flap, e. upper cheek flap

    (diambil dari kepustakaan 9)

    b. Terapi Adjuvant

    Radioterapi

    Radioterapi dapat diberikan sebagai terapi utamia pada T1, T2 dan dapat

    sebagai terapi tambahan terhadap pembedahan.

    Indikasi radioterapi

    1) Kasus inoperabel 2) T1,2 tempat tertentu (lihat diatas)

    3) Kanker pangkal lidah 4) Umur relatif tua

    5) Menolak operasi 6) Ada ko-morbiditas yang berat

    Teknik Radioterapi dapat diberikan dengan cara:

    1) Teleterapi memakai: ortovoltase, Cobalt 60, Linec dengan dosis 5000 -

    7000 rads.

    2) Brakiterapi: sebagai booster dengan implantasi intratumoral jarum

    Irridium 192 atau Radium 226 dengan dosis 2000-3000 rads.

  • 7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut

    27/32

    27

    2. Terapi tambahan

    a. Radioterapi

    Radioterapi tambahan diberikan pada kasus yang terapi utamanya operasi.

    (1) Radioterapi pasca-bedah

    Sebagai adjuvant radiation therapy diberikan pada T3 dan T4a setelah

    operasi, kasus yang tidak dapat dikerjakan eksisi radikal, radikalitasnya

    diragukan, ekstensi ekstrakapsuler dari KGB atau terjadi kontaminasi lapangan

    operasi oleh sel kanker.

    (2) Radioterapi pra-bedah

    Radioterapi pra-bedah diberikan pada kasus yang operabilitasnya

    diragukan atau yang inoperabel.

    b. Operasi

    Operasi dikerjakan pada kasus yang terapi utamanya radioterapi yang

    setelah radioterapi menjadi operabel atau timbul residif setelah radioterapi.

    Modalitas pembedahan sebagai adjuvant therapy yaitu ppada keadaan tumor yang

    mengecil, tetapi tidak tuntas dengan radioterapi maupun kemoterapi neo-adjuvant.

    c. Kemoterapi

    Kemoterapi diberikan pada kasus yang terjadi kontaminasi lapangan

    operasi oleh sel kanker, kanker stadium III atau IV atau timbul residif setelah

    operasi dan atau radioterapi. Kemoterapi memberikan hasil yang cukup baik pada

    KRM jenis SCC. Evident base clas A (RCT), pemberian kemoterapi regimen

    cisplatinum + 5FU yang diberikan secara concomitant dengan radioterapi pada

    KRM stadium lanjut lokal yang operable dibandingkan dengan grup yang hanya

    dilakukan pembedahan primer dan radioterapi, menunjukkan hasil yang tidak

    berbeda.9

  • 7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut

    28/32

    28

    Pemberian kemoterapi KRM SCC, biasanya diberikan bersamaan dengan

    radioterapi. Beberapa jenis kemoterapi yang biasa diberi bersamaan dengan

    radioterapi antara lain:

    i) Cisplatinum + 5FU + RadioterapiSelama radiasi:

    - cisplatinum 20mg/m2 perhari (hari 1-2) setiap mingguselama 3-4siklus

    - 5FU 500mg/m2 /hari (hari 1-2) setiap minggu 3-4 siklus- Radioterapi dosis total 70Gy

    ii) Cisplatinum + Paclitaxel + radioterapiSelama radiasi:

    - cisplatinum 20mg/m2 setiap minggu (hari ke-2) selama 7minggu Radioterapi

    - Paclitaxel 30 mg/m2 setiap minggu (hari I) selama 7 mingguradioterapi

    -

    Radioterapi dosis total 70Gyiii) Carboplatin + 5FU + radioterapi

    Selama radiasi:

    - Carboplatin 70 mg/m2 setiap hari selama 4 hari diulangsetiap 3 minggu

    - 5FU 600 mg/m2/24jam continous infusion selama 4 haridiulang setiap 3 minggu

    - Radioterapi dosis total 70Gyiv) Cisplatinum + Radioterapi + (diikuti) Cisplatin dan 5FU

    Selama radiasi:

    - Cisplatin 100 mg/m2 setiap 21hari 3 siklus (total dosis300mg/m2)

    - Radioterapi dosis total 70 Gy/Leher 50 Gy

  • 7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut

    29/32

    29

    Pasca radiasi:

    - cisplatin 80 mg/m2 setiap 28hari (3 siklus)

    - 5FU 1000 mg/m2 infus selama 24 jam 4 hari, diulang setiap 28

    hari

    Pemberian terapi konkomitan kemoterapi dan radiasi memberikan efek

    toksik yang berat, antara lain mukosistis berat, supressi bone marrow, vomitus,

    sulit menelan, sehingga harus diperhatikan terapi suportif. Pada keadan berat

    dapat diberikan feeding gastrostomy/jejunostomy.

    3.Terapi Komplikasi

    Terapi komplikasi, terutama ditujukan pada komplikasi yang akan

    membahayakan penderita seperti adanya perdarahan, kesulitan bernapas serta

    kesulitan menelan.

    Mayoritas penyebab kematian akibat KRM karena kegagalan lokal dan

    regional. Hal ini terjadi karena adanya pertumbuhan tumor dirongga mulut

    ataupun leher yang tidak dapat dikontrol.

    Beberapa komplikasi tadi dapat diatasi dengan liigasi arteri, trcheostomi

    maupun gastrostomi/jejunostomi.

    a. Terapi komplikasi penyakit

    Pada umumnya stadium I sampai II belum ada komplikasi penyakit, tetapi

    dapat terjadi komplikasi karena terapi.

    Terapinya tergantung dari komplikasi yang ada, misalnya:

    i) Nyeri: analgetika ii) Infeksi: antibiotika

    iii) Anemia: hematinik iv) Dsb.

  • 7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut

    30/32

    30

    b. Terapi komplikasi terapi

    i) Komplikasi operasi: menurut jenis komplikasinya

    ii) Komplikasi radioterapi: menurut jenis komplikasinya

    iii) Komplikasi kemoterapi: menurut jenis komplikasinya

    4. Terapi suportif

    Tujuan utama terapi suportif untuk mendukung dalam terapi utama dan

    mengoreksi kelainan yang ada. Dapat diberikan nutrisi yang baik, vitamin, dsb.

    B. Terapi Paliatif8,9

    Terapi paliatif ialah untuk memperbaiki kwalitas hidup penderita (Quality

    of Life) dan mengurangi keluhannya terutama untuk penderita yang sudah tidak

    dapat disembuhkan lagi. Pada dasarnya, menghilangkan gejala-gejala ataupun

    keadaan yang mengganggu hidup dan aktivitas penderita.

    Terapi paliatif diberikan pada penderita kanker rongga mulut yang:

    1. KRM Stadium IV yang telah menunjukkan metastase jauh yang tidak

    merespon terhadap pengobatan,

    2. Terdapat ko-morbiditas yang berat dengan harapan hidup yang pendek

    3. Terapi kuratif gagal

    4. Usia sangat lanjut

  • 7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut

    31/32

    31

    Keluhan yang perlu dipaliasi antara lain:

    1. Loko regional

    a) Ulkus di mulut/leher

    b) Nyeri

    c) Sukar makan, minum, menelan

    d) Mulut berbau

    e) Anoreksia

    f) Fistula oro-kutan

    2. Sistemik:

    a) Nyeri b) Sesak nafas c) Sukar bicara

    d) Batuk-batuk e) berat badan menurun f)Badan lemah

    Pengobatan paliatif untuk nyeri adalah mengikuti Step Ladder Pain

    Management dari WHO. Sedangkan untuk bau mulut, misalnya dengan

    antibiotika, antijamur, hygiene mulut. Ulkus yang bau diberikan metronidazole

    powder.

    Terapi Metastasis pada KRM9

    Satu-satunya terapi terhadap metastasis dari KRM adalah kemoterapi dan

    terapi target molekul. Regimen kemoterapi dan terapi target molekul yang

    digunakan antara lain:

    1. cetuximab + radioterapi2. methotrexate (obat tunggal)3. cisplatin (sebagai obat tunggal)4. docetaxel (sebagai obat tunggal)5. gefitinib atau erlotinib (oral epidermal growth factor inhibitors)6. cisplatinum+5FU7. Carboplatin+5FU

  • 7/30/2019 Penanganan Keganasan Pada Rongga Mulut

    32/32

    G. KOMPLIKASIKomplikasi yang dapat terjadi pada keganasan rongga mulut ini bisa

    komplikasi operasi maupun komplikasi yang diakibatkan oleh radioterapi itu

    sendiri.10

    Komplikasi operasi, termasuk infeksi; penurunan berat badan, wajah

    edema, kesulitan berbicara, gangguan fonasi dan menelan; dan terjadi penurunan

    kemampuan berbicara ataupun menelan. 10

    Komplikasi radiasi termasuk didalamnya kelelahan, penurunan berat

    badan, iritasi mukosa, xerostomia (mulut kering) dan penurunan fungsi

    pengecapan/perasa; eritema dan deskuamasi halus dari kulit; dan edema laring,

    suara serak. Adapula komplikasi yang jarang namun bila terjadi akan berat

    komplikasinya yaitu penurunan fungsi pendengaran, osteoradionekrosis, trismus

    dan rupture arteri karotis. 10

    H. PROGNOSISSecara umum prognosis untuk kanker rongga mulut buruk, kecuali bibir

    berkisar 40-65%, Tergantung lokasinya. Lesi primer yang dini prognosisnya baik,

    namun lesi lokal yang lanjut memiliki peluang yang buruk. Keadaan kelenjar

    servikal adalah satu standar prognosis yang signifikan untuk semua lokasi.11