penanganan distosia.docx

17
7. Bagaimana pencegahan dan penanganan pada distosia? Jawab : Pencegahan Distosia : Status gizi ibu saat hamil Senam hamil secara teratur Mengontrol kehamilan Persiapan mental menjelang persalinan Asuhan persalinan yang baik jalan lahir yang perlu ditempuh janin untuk bisa keluar jadi lebih pendek. Suplai oksigen dari ibu ke janin pun berlangsung optimal. Kendati begitu, posisi persalinan ini bisa memunculkan kelelahan dan keluhan punggung pegal. Apalagi jika proses persalinan tersebut berlangsung lama. Status gizi ibu saat hamil Pada Saat hamil status gizi ibu harus baik,sehingga tenaga ibu saat melahirkan akan bagus melakukan senam hamil secara teratur Senam hamil perlu untuk melemaskan otot-otot,selain itu pada senam hamil juga di ajarkan cara-cara bernapas saat persalinan dan posisi-posisi persalinan yang baik, tentunya posisi persalinan adalah posisi yang dirasakan nyaman oleh ibu Mengontrol kehamilan

Transcript of penanganan distosia.docx

Page 1: penanganan distosia.docx

7. Bagaimana pencegahan dan penanganan pada distosia?

Jawab :

Pencegahan Distosia :

Status gizi ibu saat hamil

Senam hamil secara teratur

Mengontrol kehamilan

Persiapan mental menjelang persalinan

Asuhan persalinan yang baik

jalan lahir yang perlu ditempuh janin untuk bisa keluar jadi lebih pendek. Suplai oksigen

dari ibu ke janin pun berlangsung optimal. Kendati begitu, posisi persalinan ini bisa

memunculkan kelelahan dan keluhan punggung pegal. Apalagi jika proses persalinan tersebut

berlangsung lama.

Status gizi ibu saat hamil

Pada Saat hamil status gizi ibu harus baik,sehingga tenaga ibu saat melahirkan akan

bagus

melakukan senam hamil secara teratur

Senam hamil perlu untuk melemaskan otot-otot,selain itu pada senam hamil juga di

ajarkan cara-cara bernapas saat persalinan dan posisi-posisi persalinan yang baik,

tentunya posisi persalinan adalah posisi yang dirasakan nyaman oleh ibu

Mengontrol kehamilan

Dengan sering mengontrol kehamilan ,minimal 4 kali dalam masa kehamilan,dapat

mendeteksi sedini mungkin bila ada kelainan,seperti ukuran bayi yang tidak sesuai

dengan usia kehamilan. Biasanya Dokter juga akan memberikan konseling dan

pengetahuan tentang kehamilan dan persalinan pada ibu

Persiapan mental menjelang kehamilan

Ketakutan & Kecemasan akan berpengaruh pada psikologi ibu,sehingga ibu perlu

kesiapan mental menjelang kelahiran

Page 2: penanganan distosia.docx

Asuhan persalinan yang baik

- Sikap ramah dan jaminan keamanan penolong (Bidan/Dokter) kepada ibu,akan

membangun rasa percaya diri ibu dan rasa percayanya pada tenaga penolong.

- Tidak mengejan sebelum diperintah oleh bidan/dokter

- Mengejan yang tidak teratur akan mengurangi tenaga ibu melahirkan

- Memantau persalinan dengan patograf

Patograf merupakan suatu metode grafik untuk merekam kejadian-kejadian pada

perjalanan persalinan.jika perjalanan persalinannya masih sesuai grafik,maka masih

bisa di usahakan untuk melahirkan normal,tapi jika tidak,maka segera lakukan

operasi.

- Waktu rujukan yang tepat

Sebaiknya jika pasien melahirkan di puskesmas dan disitu hanya ada

bidan,kemudian terjadi hal-hal yang tidak normal seperti persalinan tidak maju dan

sudah aterm tapi belum masuk panggul ,yang mungkin dikarenakan oleh bayi

normal,tetapi panggul ibu yang sempit atau panggul ibu normal dan ukuran bayi

yang besar,dan bidan puskemas tidak bisa lagi menangani,maka sebaiknya cepat

dirujuk ke rumah sakit dan jangan menunda-nunda,karena jika terlambat akan

berakibat fatal bagi ibu & bayinya.

Penanganan Distosia

Kelainan Power

1. Inersia uteri hipotonik

Adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah / tidak adekuat untuk

melakukan pembukaan serviks atau mendorong anak keluar. Di sini kekuatan his

lemah dan frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan keadaan

umum kurang baik seperti anemia, uterus yang terlalu teregang misalnya akibat

hidramnion atau kehamilan kembar atau makrosomia, grandemultipara atau

primipara, serta pada penderita dengan keadaan emosi kurang baik. Dapat terjadi

pada kala pembukaan serviks, fase latin atau fase aktif, maupun pada kala

pengeluaran.

Page 3: penanganan distosia.docx

a. Inersia uteri primer : terjadi pada permulaan fase laten. Sejak awal telah terjadi

his yang tidak adekuat, sehingga sering sulit untuk memastikan apakah penderita

telah memasuki keadaan in partu atau belum.

b. Inersia uteri sekunder : terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan his

baik, kemudian pada keadaan selanjutnya terdapat gangguan / kelainan.

Penanganan :

a. Keadaan umum penderita harus diperbaiki. Gizi selama kehamilan harus

diperhatikan.

b. Penderita dipersiapkan menghadapi persalinan, dan dijelaskan tentang

kemungkinan-kemungkinan yang ada.

c. Pada inersia primer, setelah dipastikan penderita masuk dalam persalinan,

evaluasi kemajuan persalinan 12 jam kemudian dengan periksa dalam. Jika

pembukaan kurang dari 3 cm, porsio tebal lebih dari 1 cm, penderita

diistirahatkan, diberikan sedativa sehingga dapat tidur. Mungkin masih dalam

"false labor". Jika setelah 12 jam berikutnya tetap ada his tanpa ada kemajuan

persalinan, ketuban dipecahkan dan his diperbaiki dengan infus pitosin. Perlu

diingat bahwa persalinan harus diselesaikan dalam waktu 24 jam setelah ketuban

pecah, agar prognosis janin tetap baik.

d. Pada inersia uteri sekunder, dalam fase aktif, harus segera dilakukan :

1) penilaian cermat apakah ada disproporsi sefalopelvik dengan pelvimetri klinik

atau radiologi. Bila ada CPD maka persalinan segera diakhiri dengan sectio

cesarea.

2) bila tidak ada CPD, ketuban dipecahkan dan diberi pitocin infus.

3) nilai kemajuan persalinan kembali 2 jam setelah his baik. Bila tidak ada

kemajuan, persalinan diakhiri dengan sectio cesarea.

4) pada akhir kala I atau pada kala II bila syarat ekstraksi vakum atau cunam

dipenuhi, maka persalinan dapat segera diakhiri dengan bantuan alat tersebut.

Perlu diingat bahwa hampir 50% kelainan his pada fase aktif disebabkan atau

dihubungkan dengan adanya CPD, sisanya baru disebabkan faktor lain seperti

akibat kelainan posisi janin, pemberian obat sedativa atau relaksan terhadap

otot uterus, dan sebagainya.

Page 4: penanganan distosia.docx

2. Inersia uteri hipertonik

Adalah kelainan his dengan kekuatan cukup besar (kadang sampai melebihi

normal) namun tidak ada koordinasi kontraksi dari bagian atas, tengah dan bawah

uterus, sehingga tidak efisien untuk membuka serviks dan mendorong bayi keluar.

Disebut juga sebagai incoordinate uterine action. Contoh misalnya "tetania uteri"

karena obat uterotonika yang berlebihan. Pasien merasa kesakitan karena his yang

kuat dan berlangsung hampir terus-menerus. Pada janin dapat terjadi hipoksia janin

karena gangguan sirkulasi uteroplasenter. Faktor yang dapat menyebabkan kelainan

ini antara lain adalah rangsangan pada uterus, misalnya pemberian oksitosin yang

berlebihan, ketuban pecah lama dengan disertai infeksi, dan sebagainya.

Penanganan :

a. pemberian sedativa dan obat yang bersifat tokolitik (menekan kontraksi uterus)

agar kontraksi uterus tersebut hilang dan diharapkan kemudian timbul his

normal. Denyut jantung janin HARUS terus dievaluasi.

b. Bila dengan cara tersebut tidak berhasil, persalinan harus diakhiri dengan sectio

cesarea.

Kelainan Letak & Bentuk Janin

1. Presentasi oksiput posterior

Adalah presentasi belakang kepala dengan oksiput (UUK)berada di belakang.

Angka kejadian untuk kasus ini mencapai angka 8 % dari kehamilan yang ada.

Page 5: penanganan distosia.docx

Penanganan :

a. Persalinan akan terganggu (lama) bila rotasi spontan tidak terjadi (90 % akan

terjadi rotasi spontan menjadi oksiput anterior).

b. Pecahkan ketuban

c. Bila kepala tdk turun (teraba > 3/5 diatas PAP) ð lakukan seksio sesarea

d. Bila pembukaan serviks belum lengkap, tdk ada tanda2 obstruksi ð drips

oksitosin

e. Pembukaan lengkap & Kala II lama & tdk ada tanda2 obstruksi ð drips oksitosin

f. Syarat2 terpenuhi ð ekstraksi vakum atau forseps.

2. Presentasi oksiput transversalis

Adalah presentasi belakang kepala dengan oksiput (ubun-ubun kecil) melintang.

3. Presentasi puncak kepala

Adalah presentasi kepala dengan defleksi/ekstensi minimal dengan sinsiput

merupakan bagian terendah.

Penanganan :

a. dapat ditunggu kelahiran spontan

b. episiotomy

c. bila 1 jam dipimpin mengejan tak lahir, dan kepala bayi sudah didasar panggul,

maka dilakukan ekstraksi forcep

4. Presentasi dahi

Adalah presentasi kepala dengan defleksi/ekstensi maksimal sedang dahi

merupakan bagian terendah. Terjadi pada 1 dari 400 kelahiran. Biasanya akan

berubah menjadi presentasi muka atau belakang kepala.

Penanganan :

a. bayi kecil maka bisa lahir spontan

b. jika pada kala 1 kepala belum masuk ke dalam rongga panggul, dapat

diusahakan dengan melakukan perasat Thorn (10% bisa menjadi presentasi

muka/ belakang kepala jika tidak berhasil lakukan SC

c. jalan persalinan tak lancar/pembukaan belum lengkap/janin besar dan sukar

melewati PAP kemudaian terjadi molage hebat maka lakukan Sectio caesaria

Page 6: penanganan distosia.docx

d. jika janin mati lakukan pembukaan lengkap dan lakukan kraniotomi dan jika

pembukaan tidak lengkap lakukan SC

5. Presentasi muka

Adalah presentasi kepala dengan defleksi/ekstensi maksimal sedang muka

merupakan bagian terendah. Terjadi pada 1 dari 1000 kelahiran.

Penanganan :

a. periksa apakah ada CPD jika positif ada maka lakukan SC dan jika negatif dan

kondisi baik lakukan persalinan pervaginam

b. dalam kehamilan, bila terjadi posisi mentoposterior (dagu berada di belakang)

perasat Schatz

c. dalam persalinan

1) konservatif dan aktif : tidur miring kesebelah dagu, bila mentoanterior lahir

spontan, bila mentoposterior ubah menjadi mentoanterior dengan perasat

Thorn atau forsep jika tidak berhasil lakukan SC.

2) janin mati embriotomi

6. Letak sungsang

Adalah keadaan janin dimana letaknya memanjang dgn bagian terbawah bokong

dengan atau tanpa kaki. Angka kejadian mencapai 3 % dari kelahiran.

Klasifiaksi : Ada 4 presentasi yaitu

a. presentasi bokong murni, kedua kaki menjungkit ke atas terletak dekat kepala

b. presentasi bokong kaki, kedua kaki disamping bokong dsb sempurna, bila hanya

satu kaki dsb tidak sempurna

c. presentasi kaki, bgn terendah 2 kaki dsb presentasi kaki sempurna, bila hanya 1

dsb presentasi kaki tidak sempurna

d. presentasi lutut, bgn terendah 2 lutut dsb sempurna, bila hanya 1 dsb tidak

sempurna

Penanganan :

a. Dalam kehamilan, Bila ditemui pada primigravida hendaknya diusahakan versi

luar yang dilakukan antara 34 dan 38 minggu. Sebelum melakukan versi luar,

diagnosis letak janin harus pasti dan denyut jantung janin harus dalam keadaan

Page 7: penanganan distosia.docx

baik. Perlu diingat kotraindikasi versi luar ialah panggul sempit, perdarahan

antepartum, hipertensi, hamil kembar, dan plasenta previa.

b. Dalam persalinan, Untuk menolong persalinan letak sungsang ini diperlukan

ketekunan dan kesabaran. Pertama-tama tentukan apakah ada kelainan yang

mengindikasikan untuk seksio sesarea. Apabila tidak ada, dan diperkirakan dapat

dilahirkan pervaginam maka hendaknya pengawasan dilakukan secara seksama.

Setelah bokong lahir, jangan menarik atau mengadakan dorongan secara

Kristeller karena dapat menyulitkan kelahiran lengan dan bahu. Untuk

melahirkan bahu dan kepala dapat dipilih perasat Bracht. Sedangkan untuk

melahirkan lengan dan bahu dapat dipakai cara klasik yaitu Mueller / Loevset.

Kepala janin dapat dilahirkan secara Mauriceau

7. Presentasi rangkap

Penanganan :

a. Pada sebagian besar kasus, penatalaksanaan kasus adalah ekspektatif oleh karena

jarang mengganggu jalannya persalinan dan umumnya tangan janin secara

reflektoar akan ditarik sehingga tidak lagi mengganggu jalannya persalinan.

b. Tindakan yang bisa dikerjakan adalah dengan mereposisi tangan dan

menurunkan kepala kedalam jalan lahir secara bersamaan.

8. Letak lintang

Keadaan di mana sumbu panjang janin kira-kira tegak lurus dengan sumbu

panjang tubuh ibu - Knee-chest position, Pada primigravida umur kehamilan kurang

dari 28 minggu dianjurkan posisi lutut dada, jika lebih dari 28 minggu dilakukan

versi luar, kalau gagal dianjurkan posisi lutut dada sampai persalinan. Pada

multigravida umur kehamilan kurang dari 32 minggu posisi lutut dada, jika lebih dari

32 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal posisi lutut dada sampai persalinan.

9. Presentasi ganda

Menumbungnya satu ekstremitas disisi bagian terbawah janin dan kedua bagian

ini sekaligus berada didalam panggul.

Penanganan :

Jika lengan menumbung disamping kepala, keadaan tersebut harus diawasi ketat

apakah lengan keluar bersama dengan penurunan bagian terbawah janin. Jika gagal

Page 8: penanganan distosia.docx

mengikuti penurunan tersebut/bila tampaknya menghalangi penurunan kepala, lengan

yang menumbung tersebut secara perlahan-lahan harus didorong ke atas dan

bersamaan dengan itu, kepala akan turun karena tekanan fundus uteri.

10. Kehamilan ganda

Kehamilan ganda atau kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua janin atau

lebih. Sejak ditemukannya obat-obat dan cara induksi ovulasi maka dari laporan-

laporan dari seluruh pelosok dunia, frekuensi kehamilan kembar condong meningkat.

Bahkan sekarang telah ada hamil kembar lebih dari 6 janin.

Penanganan :

a. Bila anak satu letaknya membujur, kala satu diawasi seperti biasa ditolong

seperti biasa dengan episiotomi mediolateralis.

b. Setelah itu baru waspada, lakukan periksa luar, periksa dalam untuk menentukan

Keadaan janin II. Tunggu, sambil memeriksa tekanan darah itu dan lain-lain.

Biasanya dalam 10-15 menit his akan kuat lagi. Bila janin II letaknya membujur,

ketuban dipecahkan pelan-pelan supaya air ketuban tidak deras mengalir

keluar.Tunggu dan pimpinan persalinan anak II seperti biasa.

c. Awas akan kemungkinan terjadinya perdarahan post partum, maka sebaiknya

dipasang infuse profilaksis.

d. Bila ada kelainan letak anak II, melintang atau terjadi prolaps tali pusat dan

solusio plasentae, maka janin dilahirkan dengan cara operatif obstetric :

1) Pada letak lintang coba versi luar dulu.

2) Atau lahirkan dengan cara versi dan ekstrasi.

3) Pada letak kepala persalinan dipercepat dengan ekshasi vakum atau forseps.

4) Pada letak bokong atau kaki; ekstraksi bokong atau kaki.

Indikasi section caecarea hanya pada :

1) Janin I letak lintang.

2) Terjadi prolaps tali pusat.c

3) Plasenta praevia.

4) Terjadi interlocking pada letak kedua janin 69; anak satu letak sungsang dan

anak II letak kepala.

Page 9: penanganan distosia.docx

5) Kala IV diawasi terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan postpartum;

berikan suntikan sinto-metrin yaitu l0 satuan sintosinon tambah 0,2 mg

methergin intravena.

11. Hidrocephalus

adalah pengumpulan cairan cerebrospinai di dalam ventrikel otak. Jumlah cairan

berkisar 500-1500 ml. Hidrosefalus sering ditemui dalam keadaan letak sungsang.

Bagaimnapun letaknya hidrosefalus menyebabkan CPD.

Penanganan :

a. awasi secara seksama resiko ruptur uteri terutama saat pembukaan belum legkap

b. presentasi kepala

pengecilan kepala : dilakukan pada pembukaan 3 cm ke atas, dengan jarum

punksi besar dan panjang dilakukan pada kepala janin,cairan keluar,kepala

mengecil,bahaya regangan segmen bawah rahim berkurang kepala masuk ke

panggul persalinan spontan

c. presentasi bokong

pengecilan kepala : dilakukan setelah badan janin lahir buat sayatan pada kulit,

otot, ligamentum pada batas antara kepala dan tulang leher dengan

perforatorium,kepala ditembus melalui foramen magnum,cairan keluar,kepala

mengecil

d. setelah janin lahir lakukan eksplorasi kavum uteri

e. bisa dilakukan dengan seksio sesar, atas indikasi : indikasi maternal, bayi dalam

keadaan letak lintang yang tidak mudah diputar, ketidakberhasilan

dekompresasi/penurunan kepala, keraguan diagnosis sementara bayinya masih

hidup.

12. Prolapsus fonikuli

adalah suatu keadaan dimana bagian kecil janin berada di samping/di bawah besar

janin dan bersama-sama memasuki jalan lahir.

Penanganan :

a. ketuban utuh, berbaring dengan posisi trendelenburg, dengkul-dada, dengkul-

siku

b. ketuban sudah pecah,

Page 10: penanganan distosia.docx

c. pada kepala tangan, persalinan spontan bisa terjadi, jika terjadi gangguan putaran

pada paksi dalam maka bisa dilakukan ekstraksi forsep

d. pada kepala lengan, dilakukan reposisi, kalau kepala sudah masuk jauh panggul

reposisi tidak bisa dilakukan dan diganti dengan ekstraksi forsep, kalau gagal

lakukan SC

e. kepala kaki, reposisi,SC

Kelainan Bentuk Panggul

1. Kesempitan Pintu Atas Panggul

dianggap sempit bila konjugata vera kurang dari 10 cm atau diameter transversa

kurang dari 12 cm.

Penanganan :

a. panggul sempit ringan : konjugata vera kurang 10 cm lakukan partus percobaan

b. panggul sempit sedang : konjugata vera kurang dari 9 cm lakukan SC

c. panggul sempit berat : konjugata vera kurang dari 8 cm lakukan SC

d. panggul sempit absolut : konjugata vera kurang dari 6 cm lakukan SC, janin mati

pun lakukan SC.

Lakukan pengawasan dengan seksama jika partus lama dan risiko dehidrasi,

asidosis atasi dengan pemberian infus IV

2. Kesempitan Pintu Tengah Panggul

dikatakan sempit jika jumlah diameter transversa dan sagitalis 13,5 cm atau kurang,

dan diameter antar spina kurang dari 9 cm. Ukuran yang penting yang ada di panggul

tengah adalah

a. diameter transversa : 10. 5 cm

b. diameter anterioposterior : 11,5 cm

c. diameter sagitalis posterior : 5 cm

Penanganan :

a. lahir pervaginam lakukan dengan cara ekstraksi vakum,jika dgn forsep maka

akan memeperkecil ruang jalan lahir

b. kalau diameter antarspina kurang dari 9 cm lakukan SC

3. Kesempitan Pintu Bawah Panggul

Page 11: penanganan distosia.docx

pintu bawah panggul dianggap sempit jika jarak antar tuberiskii 8 cm atau kurang.

Kalau jarak ini berkurang maka arcus pubis akan meruncing. Pada kondisi ini juga

ditemukan diameter transversa + daimeter sagitalis posterior kurang dari 15

cm(normal ny 11 cm + 7,5 cm =18,5 cm).

Penanganan :

SC sangat jarang dilakukan. Persalinan dilakukan secara pervaginam yang

dipermudah dengan ekstraksi forcep dengan sebelumnya dilakukan episiotomi secara

luas untuk mencegah terjadinya ruptur perinei.

Sumber :

1. Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Edisi keempat cetakan kedua. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

2. Norwits, Errol & John Schorge. 2002. Obstetri & Ginekologi. edisi kedua. Jakarta : Erlangga3. Abdul Bari, Saifuddin. 2007. Buku Acuan Nasional Kesehatan Maternal Dan Maternal.

Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.