PENANAMAN SIKAP SOSIAL MELALUI · PDF file2.1 Pengertian Pembelajaran IPS di SD 16 ......
-
Upload
hoangnguyet -
Category
Documents
-
view
222 -
download
1
Transcript of PENANAMAN SIKAP SOSIAL MELALUI · PDF file2.1 Pengertian Pembelajaran IPS di SD 16 ......
PENANAMAN SIKAP SOSIAL
MELALUI PEMBELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS
V
(STUDI KUALITATIF DI SDN TELAGA ASIH 04
CIKARANG BARAT)
SKRIPSI
Oleh
HELMA DWI UTAMI
0701045090
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2011
PENANAMAN SIKAP SOSIAL
MELALUI PEMBELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS V
(STUDI KUALITATIF DI SDN TELAGA ASIH 04
CIKARANG BARAT)
SKRIPSI
diajukan sebagai salah satu syarat
memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
HELMA DWI UTAMI
0701045090
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2011
MOTTO
“………Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, maka
apabila kamu telah selesai dari suatu (urusan) dan hanya kepada
Tuhanmu-lah hendaknya kamu berharap.”
(Q.S. 94 : 6-8)
“ Skripsi ini kupersembahkan sebagai tanda baktiku
kepada
Kedua Orang Tuaku serta saudara-saudaraku tersayang ”
i
ii
ABSTRAK
HELMA DWI UTAMI, NIM 0701045090. Penanaman Sikap Sosial melalui Pembelajaran IPS pada Siswa Kelas V (Studi Kualitatif di SDN Telaga Asih 04 Cikarang Barat. Skripsi Jakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA, 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bagaimana Penanaman Sikap Sosial melalui Pembelajaran IPS pada Siswa Kelas V SDN Telaga Asih 04, tahun pelajaran 2010/2011. Jenis penelitian ini termasuk penelitian kualitatif (kualitatif deskriptif), di mana dalam melakukan penelitian kualitatif, waktu pengumpulan data, pada umumnya seorang peneliti dapat menemukan data penelitian dalam bentuk kata-kata, gambar, data di sini bermaksud adalah transkip-transkip wawancara, catatan data lapangan, dokumen pribadi, foto-foto, kamera, nota dan lain-lainnya. Data-data penelitian tersebut haruslah dideskripsikan oleh peneliti. Dalam menguji tingkat kepercayaan dan kebenaran data yang diperoleh agar validitasnya dapat diandalkan maka data sejenis yang diperoleh diuji dengan berbagai sumber, misalnya data tentang penanaman sikap sosial yang diperoleh dari guru agar validitasnya tinggi maka peneliti menguji dengan berbagai sumber lainnya, seperti siswa, dan orang tua siswa. Langkah selanjutnya untuk menguji validitas data tersebut dengan melakukan metode trianggulasi, misalnya, data mengenai penanaman sikap sosial melalui pembelajaran IPS yang diperoleh melalui metode wawancara, juga diuji dengan metode observasi sehingga kebenaran dapat dipertanggungjawabkan keberadaannya. Demikian juga dengan data-data yang lain yang diperoleh dalam penelitian ini, telah diuji melalui trianggulasi sumber dan trianggulasi metode. Selanjutnya data yang diperoleh disusun ke dalam unit-unit laporan untuk selanjutnya dikomunikasikan dengan informan.
Hasil penelitian ini menunjukkan: bahwa sikap sosial siswa bisa
ditanamkan dalam pembelajaran IPS dengan cara guru memberikan contoh sikap yang baik kepada siswa baik di dalam kelas maupun di luar kelas, mengkaitkan materi pelajaran IPS dengan nilai-nilai sikap sosial dan dengan memberikan kalimat-kalimat positif yang mengandung nilai sikap sosial diawal pembelajaran. Penanaman sikap sosial melalui pembelajaran IPS yang ditanamkan oleh guru kelas V di SDN Telaga Asih 04 sudah baik, sehingga sikap sosial yang tertanam dalam diri siswa kelas V di SDN Telaga Asih 04 juga baik, siswa dapat menerapkan sikap sosial dalam aktivitasnya sehari-hari baik di lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. Tuhan
semesta alam yang dengan Rahmat dan HidayahNya penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penanaman Sikap Sosial Melalui
Pembelajaran IPS Pada Siswa Kelas V (Studi Kualitatif di SDN Telaga Asih 04
Cikarang Barat)”.
Akhirnya penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik setelah
mengikuti proses bimbingan. Penulis menyadari penyusunan skripsi ini terwujud
bukan hanya dari upaya sendiri, melainkan berkat bantuan berbagai pihak.
Sebagai rasa syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT, penulis mengucapkan
terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Dr. H. Sukardi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka.
2. Drs. H. Kusmajid Abdullah, M.Pd selaku Kepala Program Studi PGSD S-1.
3. Dra. Rahmiati, M.Psi sebagai Sekretaris Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar S-1.
4. Desvian Bandarsyah, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan
waktu, pemikiran dan sarannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan baik.
5. Drs. Engkus Kusnadi, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingannya dengan baik dan teliti.
6. Kedua orang tua, Ibu Sri Handayantini dan Bapak Cecep M. Hidayat yang telah
memberikan segala kebutuhan demi terwujudnya skripsi ini, terutama kebutuhan
motivasi, perhatian dan masukannya kepada penulis.
7. Kakak dan adikku yang telah memberikan semangat yang tak henti-hentinya
kepadaku serta doa dan kasih sayangnya.
8. Ersih, S.Pd selaku guru kelas V SDN Telaga Asih 04, terima kasih telah
meluangkan waktu untuk penulis mengadakan penelitian.
iv
9. Guru dan Karyawan serta para siswa-siswi SDN Telaga Asih 04, yang telah
mendukung penulis dalam melakukan penelitian.
10. Teman-temanku seperjuangan Mahasiswa-mahasiswi Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar, yang selalu mendukung dan memberikan masukkannya,
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Semoga kebaikan yang telah diberikan dari berbagai pihak mendapatkan
pahala dari Allah Swt. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
siapapun yang membacanya terutama bagi guru.
Jakarta, Agustus 2011
Penulis
Helma Dwi Utami
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ……………………………………………… i
LEMBAR PENGESAHAN………………………….……………………. iii
ABSTRAK ………………………………………………………………… iv
KATA PENGANTAR…………………………………………………….. v
DAFTAR ISI ……………………………………………………………… vi
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………….... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …………………………………… 1
B. Identifikasi Masalah ……………………………………….. 5
C. Pembatasan Masalah ………………………………………. 5
D. Fokus Masalah …………………………………………….. 5
E. Tujuan Penelitian ………………………………………….. 6
F. Manfaat Penelitian ………………………………………… 6
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori ………………………………………………… 8
1. Sikap Sosial …………………………………………... 8
1.1 Pengertian Sikap Sosial……. …………………….. 8
1.2 Proses Sosialisasi ……………………………..…….. 13
2. Pembelajaran IPS …………………………………….. 16
2.1 Pengertian Pembelajaran IPS di SD ……………… 16
2.2 Tujuan Pembelajaran IPS ………………………… 19
2.3 Perencanaan Pembelajaran IPS …………………… 22
2.4 Ciri-Ciri Pembelajaran IPS………………………… 23
2.5 Prinsip-prinsip Pengajaran IPS …………………… 25
B. Kerangka Berfikir ……………………………………….. 26
vi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian …………………………………………… 28
B. Bentuk dan Strategi Penelitian …………………………….. 28
C. Jenis Data …………………………………………………… 29
D. Sumber Data ………………………………………………… 30
E. Teknik Pengumpulan Data …………………………………. 31
F. Subjek Penelitian ………….………………………………… 32
G. Validitas Data ……………………………………………….. 32
H. Teknik Analisis Data ………………………………………… 33
BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ……………………………….. 35
B. Kurikulum IPS di SD yang Terkait dengan Sikap Sosial…… 44
C. Penanaman Sikap Sosial Terhadap Siswa dalam Pembelajaran IPS
di Kelas V SDN Telaga Asih 04 Cikarang Barat…………….. 51
D. Interaksi Guru dan Siswa dalam Pembelajaran IPS di Kelas V SDN
Telaga Asih 04 Cikarang Barat ……………………………. 62
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………… 73
B. Saran ……………………………………………………….. 73
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………. 75
LAMPIRAN-LAMPIRAN ………………………………………………… 77
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Draft Wawancara …………………………………………………..
77
Lampiran II Draft Observasi …………………………………………………….
83
Lampiran III Foto ………………………………………………………………..
85
viii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Istilah IPS di Indonesia mulai dikenal sejak tahun 1970-an sebagai hasil
kesepakatan komunitas akademik dan secara formal mulai digunakan dalam
sistem pendidikan nasional dalam kurikulum 1975. Dalam dokumen kurikulum
tersebut IPS merupakan salah satu nama mata pelajaran yang diberikan pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah. Mata pelajaran IPS merupakan sebuah
nama mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan
Ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya.1
Pembahasan tentang pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) tidak bisa
dilepaskan dari interaksi fungsional perkembangan masyarakat Indonesia dengan
sistem dan praksis pendidikannya, yang dimaksud dengan interaksi fungsional di
sini adalah bagaimana perkembangan masyarakat mengimplikasi terhadap tubuh
pengetahuan pendidikan IPS, dan sebaliknya bagaimana tubuh pengetahuan
pendidikan IPS turut memfasilitasi pengembangan aktor sosial dan warga negara
yang cerdas dan baik, yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi yang
bermakna terhadap perkembangan masyarakat Indonesia. Dalam mengkaji
perubahan dalam masyarakat, perlu diawali dengan postulat yang telah diterima
secara umum, bahwa dalam kehidupan ini perubahan merupakan suatu
keniscayaan karena tidak ada yang tetap kecuali perubahan. Perubahan merupakan
1 Sapriya. 2009. Pendidikan IPS. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, hlm. 7.
1
2
bagian yang melekat dalam kehidupan manusia dan niscaya terjadi secara terus-
menerus. Proses perubahan yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah berbagai
aspek perubahan yang berkaitan erat langsung atau tak langsung dengan
pemikiran, sikap, dan tindakan manusia dalam lingkup global yang memberi
konteks terhadap pemikiran, sikap, dan tindakan manusia Indonesia.2
Kenyataan pun menunjukkan bahwa masyarakat mengalami perubahan
sangat cepat, progresif, dan kerap kali menunjukkan gejala desintegratif
(berkurangnya kesetiaan terhadap nilai-nilai umum). Perubahan sosial yang cepat
menimbulkan cultural lag (ketinggalan kebudayaan akibat adanya hambatan-
hambatan). Cultural lag ini merupakan sumber masalah-masalah sosial dalam
masyarakat. Masalah-masalah sosial juga dialami dunia pendidikan, sehingga
lembaga-lembaga pendidikan tidak mampu mengatasinya. Maka para ahli
sosiologi diharapkan dapat menyumbangkan pemikirannya untuk ikut
memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental.
Dalam hal ini guru adalah seorang administrator, informator, konduktor,
dan sebagainya, dan harus berkelakuan menurut harapan masyarakatnya. Dari
guru, sebagai pendidik dan pembangun generasi baru diharapkan tingkah laku
yang bermoral tinggi demi masa depan bangsa dan negara. Kepribadian guru
dapat mempengaruhi suasana kelas atau sekolah, baik kebebasan yang dinikmati
anak dalam mengeluarkan buah pikiran, dan mengembangkan kreatifitasnya
ataupun pengekangan dan keterbatasan yang dialami dalam pengembangan
ga terbatas oleh pribadi atasannya (kepala sekolah, pribadinya. Kebebasan guru ju
2 Udin s, Winataputra, dkk. 2009. Materi dan Pembelajaran IPS SD. Jakarta: Universitas Terbuka, hlm. 1.22.
3
pengawas, Kakanwil, sampai menteri Depdikbud), keseluruhannya dipengaruhi,
dibatasi, serta diarahkan pada pencapaian Tujuan Pendidikan Nasional (TPN)
dalam GBHN, Undang-Undang Pendidikan, Peraturan, dan sebagainya.
Anak dalam perkembangannya dipengaruhi oleh orang tua atau wali
(pendidikan informal), guru-guru (pendidikan formal), dan masyarakat
(pendidikan nonformal). Keberhasilan pendidikan di sekolah bukan hanya
ditentukan oleh usaha murid secara individual atau berkat interaksi murid dan
guru dalam proses belajar mengajar (PBM), melainkan juga oleh interaksi anak
atau siswa dengan lingkungan sosialnya (yang berlainan) dalam berbagai situasi
yang dihadapi di dalam maupun di luar sekolah.
Anak berbeda-beda dalam bakat atau pembawaannya, terutama karena
pengaruh lingkungan sosial yang berlainan. Pendidikan itu sendiri dapat
dipandang sebagai sosialisasi yang terjadi dalam interaksi sosial. Maka sudah
sewajarnya bila seorang guru atau pendidik harus berusaha menganalisis
pendidikan dari segi sosiologi, mengenai hubungan antar manusia dalam keluarga,
sekolah, dan masyarakat (dengan sistem sosialnya).3
Sikap sosial dinyatakan tidak oleh seorang saja tetapi diperhatikan oleh
orang-orang sekelompoknya. Obyeknya adalah obyek sosial dan dinyatakan
berulang-ulang. Jadi yang menandai adanya sikap sosial adalah subjek, orang-
orang dalam kelompok dan objek, objeknya kelompok serta objeknya sosial.4
Setelah masuk sekolah, anak harus dapat menyesuaikan diri dengan
kolah yang berlaku dan formulatif. Tidak sedikit kondisi serta aturan-aturan se
3 Ary H. Gunawan. 2010. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineke Cipta, hlm. 46-47. 4 H. Abu Ahmadi. 2007. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineke Cipata, hlm. 152-153.
4
anak-anak pada masa awal sekolah menangis karena belum dapat menyesuaikan
diri dengan kondisi dan situasi yang baru. Misalnya, anak ketika masih di rumah
mendapat perhatian dari beberapa orang (orang tuanya, kakek, nenek, paman, bibi,
kakak, pembantu, dan sebagainya), sedangkan di sekolah seorang guru harus
memperhatikan anak-anak dalam satu kelas. Bila kelas berisi 40 siswa atau anak,
maka tiap anak hanya mendapat 1/40 perhatian guru, sehingga anak akan merasa
“stres” jiwanya dan menangis menuntut perhatian yang lebih besar dari gurunya.
Untuk itulah secara berangsur-angsur sosialisasi di sekolah harus dilakukan oleh
anak, di samping guru juga harus menyesuaikan diri dengan tuntutan atau kondisi
sekolah.
Hal yang terpenting dalam perkembangan anak antara umur tiga sampai
enam tahun ialah perkembangan sikap sosialnya. Sejak anak berumur satu tahun,
ia hanya dapat berhubungan dengan ibu, ayah, atau dengan orang dewasa lainnya,
yang tinggal bersama-sama di rumah itu. Semua anggota keluarga mempunyai
tugas tertentu untuk kepentingan si anak. Dalam perkembangan selanjutnya,
kesanggupan berhubungan batin dengan orang lain makin lama tampaknya makin
nyata. Perkembangan sosial barulah agak nyata bila ia memasuki masa kanak-
kanak.5
Berdasarkan kenyataan itulah peneliti tertarik ingin mengetahui
bagaimanakah penanaman sikap sosial siswa melalui pembelajaran IPS pada
siswa kelas V SDN Telaga Asih 04 kecamatan Cikarang Barat.
5 Zulkifli L. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, hlm. 45.
5
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi
masalah-masalah sebagai berikut:
1. faktor apa saja yang menyebabkan sikap sosial siswa berbeda?
2. bagaimana peran pendidik dalam membentuk sikap sosial siswa?
3. bagaimana penanaman sikap sosial siswa melalui pembelajaran IPS?
C. Pembatasan Masalah
Untuk mempermudah penelitian ini, maka tidak semua masalah akan
diteliti, melainkan dibatasi pada ruang lingkup permasalahan “Penanaman Sikap
Sosial Siswa Melalui Pembelajaran IPS pada Siswa kelas V (Studi Kualitatif di
SDN Telaga Asih 04 Cikarang Barat Tahun 2011)”.
D. Fokus Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka
fokus masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah kurikulum IPS di SD yang terkait dengan sikap sosial?
2. Bagaimanakah interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran IPS di kelas V
SDN Telaga Asih 04 Cikarang Barat?
3. Bagaimanakah penanaman sikap sosial terhadap siswa dalam pembelajaran
IPS di kelas V SDN Telaga
4. Asih 04 Cikarang Barat?
6
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penanaman
sikap sosial melalui pembelajaran IPS pada siswa kelas V (Studi Kualitatif di
SDN Telaga Asih 04 Cikarang Barat Tahun 2011).
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis:
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang
penanaman sikap sosial melalui pembelajaran IPS.
b. Sebagai bahan masukan dalam memberikan ide atau gagasan pada pendidik
agar memperhatikan kemampuan sikap sosial siswa dalam belajar.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi sekolah, dapat meningkatkan kualitas dalam pembelajaran yang
berpengaruh pada mutu sekolah disebabkan oleh kemampuan guru dalam
melaksanakan tugas secara professional.
b. Bagi guru, dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola proses
pembelajaran, melakukan refleksi untuk memahami kendala dan
permasalahan serta pemecahan masalah dalam pembelajaran.
c. bagi siswa dapat memberikan gambaran pentingnya memiliki sikap sosial.
7
d. bagi penulis sendiri untuk memperoleh pengalaman secara langsung dalam
bidang penelitian terutama dengan meneliti penanaman sikap sosial siswa
melalui pembelajaran IPS.
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Sikap Sosial
a. Pengertian Sikap Sosial
Dalam wacana yang bersifat umum, Baron dan Byrne (2004) dalam buku
Psikologi Sosial Suatu Pengantar, mengemukakan definisi sikap sebagai penilaian
subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap.6
Menurut pendapat Gerungan dalam buku Psikologi Sosial, definisi tentang
sikap adalah:
Pengertian attitude dapat diterjemahkan dengan kata sikap terhadap objek tertentu, yang dapat merupakan sikap, pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap mana disertai oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek tadi itu. Jadi attitude itu lebih diterjemahkan sebagai sikap dan kesedihan beraksi terhadap sesuatu hal.7
Ahli psikologi W.J. Thomas memberi batasan sikap sebagai suatu
kesadaran individu yang menentukan perbuatan-perbuatan yang nyata ataupun
yang mungkin akan terjadi di dalam kegiatan-kegiatan sosial.8
Jadi, sikap adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang
nyata dalam kegiatan-kegiatan sosial.
6 Fattah Hanurawan. 2010. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, hlm. 64. 7 Abu Ahmdi. 20 7. Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Rineke Cipta, hlm. 150-151. 08 Ibid., hlm. 149.
8
9
Sikap sosial secara umum adalah hubungan antara manusia dengan
manusia yang lain, saling ketergantungan dengan manusia lain dalam berbagai
kehidupan masyarakat. Sedangkan pendapat lain mengatakan:
Interaksi di kalangan manusia; interaksi adalah komunikasi dengan manusia lain, hubungan yang menimbulkan perasaan sosial yaitu perasaan yang mengikatkan individu dengan sesama manusia, perasaan hidup bermasyarakat seperti saling tolong menolong, saling memberi dan menerima, simpati dan antipasti, rasa setia kawan, dan sebagainya.9
Sikap sosial dinyatakan tidak oleh seorang saja tetapi diperhatikan oleh
orang-orang sekelompoknya. Objeknya adalah obek sosial (objeknya banyak
orang dalam kelompok) dan dinyatakan berulang-ulang. Misalnya: sikap
bergabung seluruh anggota kelompok karena meninggalnya seorang
pahlawannya.10
Sikap timbul karena adanya stimulus. Terbentuknya suatu sikap itu banyak
dipengaruhi perangsang oleh lingkungan sosial dan kebudayaan misalnya:
keluarga, sekolah, norma, golongan agama, dan adat istiadat. Sikap tumbuh dan
berkembang dalam basis sosial yang tertentu, misalnya: ekonomi, politik, agama
dan sebagainya. Di dalam perkembangannya sikap banyak dipengaruhi oleh
lingkungan, norma-norma atau group. Hal ini akan mengakibatkan perbedaan
sikap antara individu yang satu dengan yang lain karena perbedaan pengaruh atau
lingkungan yang diterima. Sikap tidak akan terbentuk tanpa interaksi manusia,
terhadap objek tertentu atau suatu objek.11
9 Zulkifli, L. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, hlm. 45. 10 Ahmadi, Op. Cit., hlm. 152. 11 Ibid., hlm. 156-157.
10
Dalam pembelajaran IPS misalnya ketika mempelajari materi
Keanekaragaman Suku Bangsa dan Budaya, maka sikap sosial siswa tanpa
disengaja akan terbentuk karena adanya pengaruh dan interaksi antara siswa
dengan siswa, guru dengan siswa. Sehingga siswa akan lebih menghargai
keanekaragaman yang ada di Indonesia atau di lingkungan tempat mereka tinggal.
Dengan begitu maka terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
sosial, yaitu:
Faktor intern, yaitu faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri. Faktor ini berupa selectivity atau daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar. Pilihan terhadap pengaruh dari luar itu biasanya disesuaikan dengan motif dan sikap di dalam diri manusia, terutama yang menjadi minat perhatiannya. Faktor ekstern, yaitu faktor yang terdapat diluar pribadi manusia. Faktor ini berupa interaksi sosial di luar kelompok. Misalnya: interaksi antara manusia yang dengan hasil kebudayaan manusia yang sampai padanya melalui alat-alat komunikasi seperti, surat kabar, radio, televisi, majalah dan lain sebagainya.12
Pembentukkan dan perubahan sikap tidak terjadi dengan sendirinya. Sikap
terbentuk dalam hubungannya dengan suatu objek, orang, kelompok, lembaga,
nilai, melalui hubungan antar individu, hubungan di dalam kelompok, komunikasi
surat kabar, buku, poster, radio, televisi dan sebagainya, terdapat banyak
kemungkinan yang mempengaruhi timbulnya sikap. Lingkungan yang terdekat
dengan kehidupan sehari-hari banyak memiliki peranan seperti lingkungan
sekolah.
Sementara orang berpendapat bahwa mengajarkan sikap adalah
merupakan tanggung jawab orang tua atau lembaga-lembaga keagamaan. Tetapi
mbaga-lembaga sekolah pun memiliki tugas pula tidaklah demikian halnya. Le
12 Ibid., hlm. 157-158.
11
dalam membina sikap ini. Bukankah tujuan pendidikan baik di sekolah maupun di
luar sekolah adalah mempengaruhi, membawa, membimbing anak didik agar
memiliki sikap seperti yang diharapkan oleh masing-masing tujuan pendidikan.
D. Katz (Luthans, 1995) dalam buku Psikologi Suatu Pengantar,
menjelaskan empat fungsi sikap. Empat fungsi sikap itu adalah:
Fungsi penyesuaian diri, berarti bahwa orang cenderung mengembangkan sikap yang akan membantu untuk mencapai tujuannya secara maksimal. Fungsi pertahanan diri, mengacu pada pengertian bahwa sikap dapat melindungi seseorang dari keharusan untuk mengakui kenyataan tentang dirinya. Fungsi ekspresi nilai, berarti bahwa sikap membantu ekspresi positif nilai-nilai dasar seseorang, memamerkan citra dirinya, dan aktualisasi diri. Fungsi pengetahuan, berarti bahwa sikap membantu seseorang menetapkan standar evaluasi terhadap sesuatu hal. 13
Dalam buku psikologi sosial, Fungsi (tugas) sikap dapat dibagi menjadi
empat golongan, yaitu: (1) sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri,
(2) sikap berfungsi sebagai alat pengatur tingkah laku, (3) sikap berfungsi sebagai
alat pengatur pengalaman-pengalaman, (4) sikap berfungsi sebagai pernyataan
kepribadian.14
Selain memiliki fungsi, sikap juga memiliki ciri-ciri, diantaranya:
(1) Sikap itu dipelajari. Sikap merupakan hasil belajar ini perlu dibedakan
dari motif-motif psikologis lainnya. Misalnya: lapar, haus adalah motif
psikologis yang tidak dipelajari, sedangkan pilihan kepada makanan Eropa
adalah sikap. Beberapa sikap dipelajari tidak sengaja dan tanpa ksadaran
Barangkali yang terjadi adalah mempelajari sikap kepada sebagian individu. 13 Fattah Hanurawan. 2010. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, hlm. 66. 14 Ahmadi, Op. Cit., hlm. 165.
12
dengan sengaja bila individu mengerti bahwa hal itu akan membawa lebih
baik (untuk dirinya sendiri), membantu tujuan kelompok, atau memperoleh
suatu nilai yang sifatnya perseorangan.
(2) Memiliki kestabilan. Sikap bermula dari dipelajari, kemudian menjadi
lebih kuat, tetap, dan stabil, melalui pengalaman.
(3) Personal-societal significance. Sikap melibatkan hubungan antara
seseorang dan orang lain dan juga antara orang dan barang atau situasi. Jika
seseorang merasa bahwa orang lain menyenangkan, terbuka serta hangat,
maka ini akan sangat berarti bagi dirinya, ia merasa bebas, dan favorable.
(4) Berisi cognisi dan affeksi. Komponen cognisi daripada sikap adalah
berisi informasi yang factual, misalnya: objek itu dirasakan menyenangkan
atau tidak menyenangkan.
(5) Approach-avoidance directionality. Bila seseorang memiliki sikap yang
favorable terhadap sesuatu objek, mereka akan mendekati dan membantunya,
sebaliknya bila seseorang memiliki sikap yang unfavorable, mereka akan
menghindarinya. 15
Dengan demikian lembaga pendidikan formal dalam hal ini sekolah
memiliki tugas untuk membina dan mengembangkan sikap anak didik menuju
kepada sikap yang kita harapkan. Pada hakikatnya tujuan pendidikan adalah
mengubah sikap anak didik ke arah yang lebih baik.
15 Ibid., hlm. 164
13
b. Pengertian Proses Sosialisasi
Thomas Ford Houlth, bahwa proses sosialisasi adalah proses belajar
individu untuk bertingkah laku sesuai dengan standar yang terdapat dalam
kebudayaan masyarakatnya.16
G.H. Mead berpendapat bahwa dalam proses sosialisasi itu individu
mengadopsi kebiasaan, sikap dan ide-ide dari orang lain, dan menyusunnya
kembali sebagai sesuatu sistem dalam diri pribadinya.17
Sosialisasi adalah proses belajar warga masyarakat suatu kelompok
kebudayaan tentang nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat itu. Melalui
proses sosialisasi, kelangsungan hidup suatu kelompok masyarakat budaya dapat
terjamin. Dilihat dari wacana psikologis sosial, sosialisasi adalah proses yang
memungkinkan individu mengembangkan cara berpikir, berperasaan, dan
berperilaku yang berguna bagi penyesuaian sosial efektif dalam hidup
bermasyarakat. Sosialisasi adalah proses yang berjalan sepanjang hidup sosial
manusia itu sendiri, mulai masa anak sampai masa lanjut usia (Strickland,
2002).18
Menurut pandangan Kimball Young, sosialisasi ialah hubungan interaktif
yang dengannya seseorang mempelajari keperluan-keperluan sosial dan kultural,
yang menjadikan seseorang sebagai anggota masyarakat. Arti sosiologis dan
psikologis dari sosialisasi adalah secara sosiologis, sosialisasi berarti belajar untuk
menyesuaikan diri dengan mores, folkways, tradisi, dan kecakapan-kecakapan
16 Ahmadi, Op. Cit., hlm. 153-154. 17 Ibid., hlm. 154. 18 Fattah Hanurawan. 2010. Psikologis Sosial Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, hlm. 54.
14
kelompok. Secara psikologis, sosialisasi berarti mencakup kebiasaan-kebiasaan,
perangai-perangai, ide-ide, sikap, dan nilai.19
Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai “a process by which a child
learns to be a participant member of society”, proses melalui mana seorang anak
belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat.20
Tujuan sosialisasi secara esensial adalah untuk dapat mengantarkan
generasi muda pada kebutuhan dan tuntutan untuk dapat terus bertahan hidup di
bidang fisik maupun sosial budaya. Dalam konteks fisik, proses sosialisasi harus
dapat membekali generasi muda dengan kemampuan-kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan biologis dasar yang diperlukan untuk terus hidup
dalam lingkungan fisik mereka.
Dalam konteks sosial budaya, proses sosialisasi harus dapat membantu
membekali generasi muda dengan pemahaman tentang sistem norma dan peran
yang dikembangkan dalam suatu masyarakat. Proses sosialisasi berjalan secara
berkelanjutan, mulai dari masa anak sampai dengan masa tua (long life
socialization).21
Terdapat banyak saluran yang dapat dimanfaatkan bagi berlangsungnya
proses sosialisasi secara lancar. Saluran-saluran sosialisasi yang penting
diantaranya adalah keluarga, karena keluarga merupakan salah satu agen atau
saluran utama sosialisasi dalam perkembangan awal anak. Sekolah, pada saat anak
lah, maka seorang guru kemudian menjadi agen memulai pendidikan di seko 19 Ary H. Gunawan. 2010. Sosiologi Pendidikan Suatu Analisis tentang Berbagai Problem Pendidikan. Jakarta: PT. Rineke Cipta, hlm. 33. 20 Kamanto Sumanto. 2004 Pengantar Sosiologi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, hlm. 21.
.
21 Fattah, Op. Cit., hlm. 55.
15
sosialisasi yang sangat penting, di samping orang tua. Kelompok sebaya, dalam
kelompok sebaya, seorang anak berlatih untuk hidup mandiri di luar pengawasan
dan otoritas orang-orang yang sudah dewasa. Pergaulan dengan sebaya, seperti
dengan teman-teman tetangga atau teman-teman sekolah, menggambarkan pola-
pola yang menunjukkan interaksi saling belajar diantara mereka. Media massa,
sejak bergulirnya perkembangan revolusi informasi pada abad ke-20, tidak dapat
dipungkiri peran media massa sebagai salah satu saluran penting bagi
keberlangsungan sosialisasi, terutama televisi dan media massa elektronik lain.22
Proses sosialisasi tidak selalu berjalan lancar karena adanya sejumlah
kesulitan. Pertama, ada kesulitan komunikasi, bila anak tidak mengerti apa yang
diharapkan daripadanya, atau tak tahu apa yang diinginkan oleh masyarakat atau
tuntutan kebudayaan tentang kelakuannya. Hal ini akan terjadi bila anak itu tak
memahami lambang-lambang seperti bahasa, isyarat dan sebagainya.
Kedua, adanya pola kelakuan yang berbeda-beda atau yang bertentangan.
Masyarakat modern terpecah-pecah dalam berbagai sektor atau kelompok yang
masing-masing menuntut pola kelakuan yang berbeda-beda. Orang tua
mengharapkan agar anak jujur, jangan merokok akan tetapi kode siswa
mengharuskannya turut dalam soal contek-mencontek, merokok, dan sebagainya.
Jika tidak ia akan dikucilkan oleh kelompoknya.23
Untuk mengatasi kesulitan tersebut, maka anak harus bisa berkomunikasi
dengan baik dan mempunyai perilaku atau sikap yang baik. Maka, sekolah
ting dalam mewujudkan hal tersebut. Sekolah harus mempunyai peranan yang pen
22 Ibid., hlm. 55-56. 23 S. Nasution. 2004. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara, hlm. 127-128.
16
bisa melatih komunikasi siswa dan memberikan contoh sikap atau perilaku yang
baik terhadap siswa.
2. Pembelajaran IPS
a. Pengertian Pembelajaran IPS di SD
Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan
maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh
pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau
murid.
Konsep pembelajaran menurut Corey (1986) adalah:
Suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan.24
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem
pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga
laboratorium. Material, meliputi buku-buku, papan tulis, dan kapur, fotografi,
slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari
ruangan kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur, meliputi
jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya.
24 Syaiful Sagala. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta, hlm. 61.
17
Rumusan tersebut tidak terbatas dalam ruang saja. Sistem pembelajaran
dapat dilaksanakan dengan cara membaca buku, belajar di kelas atau di sekolah,
karena diwarnai oleh organisasi dan interaksi antara berbagai komponen yang
saling berkaitan, untuk membelajarkan peserta didik.25
Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua
aspek, yaitu: belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa, mengajar
berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran.
Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada
saat terjadi interaksi antara guru dengan siswa, serta antara siswa dengan siswa
disaat pembelajaran sedang berlangsung. Dengan kata lain, pembelajaran pada
hakikatnya merupakan proses komunikasi antara peserta didik dalam rangka
perubahan sikap (Suherman, 1992). Karena itu baik konseptual maupun
operasional konsep-konsep komunikasi dan perubahan sikap akan selalu melekat
pada pembelajaran.
Komunikasi didefinisikan sebagai proses dimana para partisipan atau
siswa menciptakan dan saling berbagi informasi satu sama lain guna mencapai
pengertian timbal balik (Suherman, 1992). Dalam pengertian tersebut proses
komunikasi sekurang-kurangnya harus melibatkan dua orang. Proses komunikasi
dalam pembelajaran melibatkan dua pihak yakni pendidik dan peserta didik.
Pendidik memegang peranan utama sebagai komunikator dan peserta didik
memegang peran utama sebagai komunikan.
25 Oemar Hamalik. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, hlm.57.
18
Dalam praktiknya kedua peran itu dilakukan oleh kedua belah pihak pada
gilirannya bertukar peran menjadi pemberi
dan penerima informasi, itulah yang disebut dengan berbagi informasi dalam
komunikasi pembelajaran.26
Berkenaan dengan ilmu Sosial ini, Norma Mackenzie (1975)
mengemukakan bahwa ilmu sosial adalah semua bidang ilmu yang berkenaan
dengan manusia dalam konteks sosialnya atau dengan kata lain adalah semua
bidang ilmu yang mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat.27
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah mata pelajaran yang mempelajari
kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi, sosiologi,
antropologi, tata negara, dan sejarah.
IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala
dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan
atau satu perpaduan.28
IPS yang diajarkan di SD terdiri atas dua bahan kajian pokok: pengetahuan
sosial dan sejarah. Bahan kajian pengetahuan sosial mencakup lingkungan sosial,
ilmu bumi, ekonomi, dan pemerintahan. Bahan kajian sejarah meliputi
perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lampau hingga masa kini.29
26 had. 2008Asep Ji . Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo, hlm. 11. 27 , S.U., dkkIschak . 2007. Pendidikan IPS di SD. Jakarta: Universitas Terbuka, hlm 1.31. 28 Ibid., hlm. 1.36. 29 Depdikbud. 1995. Metodik Khusus Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.Jakarta: Depdikbud, hlm. 1.
19
Batasan lain ditunjukkan oleh Hasan (1993), dalam salah satu tulisannya,
yang menyebutkan dua konsep yang berbeda tentang IPS, yaitu:
Pendidikan Pengetahuan Sosial (PS), dan Pendidikan Ilmu-ilmu sosial (di perguruan tinggi: penulis). IPS dalam pengertian Pendidikan Pengetahuan Sosial (PS) merujuk pada organisasi materi kurikulum yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan anak melalui pengetahuan sosial dan budaya. Sedangkan IPS dalam pengertian Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial adalah program pendidikan yang dikembangkan di perguruan tinggi dengan pendekatan monodisiplin, yaitu mengajarkan satu bidang ilmu sosial secara terpisah.30
Perbedaan kedua tataran konsep IPS ini lebih kepada cara yang digunakan
dalam mengorganisasikan kurikulum. Marsh (1991) dalam konsep yang
dikemukakannya cenderung lebih menekankan pada pendidikan IPS sebagai
Pendidikan Pengetahuan Sosial. Hal ini tercermin pada definisi yang
dikemukakannya bahwa Pendidikan IPS adalah studi tentang manusia sebagai
makhluk sosial yang tersusun dalam masyarakat, dan interaksi antara satu dengan
yang lain, serta dengan lingkungan mereka pada suatu tempat dan waktu tertentu.
b. Tujuan Pembelajaran IPS
Banyak pengertian yang diberikan para ahli pembelajaran tentang tujuan
pembelajaran, yang satu sama lain memiliki kesamaan di samping ada perbedaan
sesuai dengan sudut pandang garapannya. Robert F. Mager (1962) misalnya
memberikan pengertian tujuan pembelajaran sebagai perilaku yang hendak
dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat
kompetensi tertentu. Pengertian kedua dikemukakan oleh Edwar L. Dejnozka dan
a Kemp (1977) yang memandang bahwa tujuan David E. Kapel (1981), jug
30 Depdiknas. 2007. Kapita Selekta Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas, hlm. 102.
20
pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam
perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk
menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Perilaku ini dapat berupa fakta
yang konkret serta dapat dilihat dan fakta yang tersamar. Devinisi ketiga
dikemukakan oleh Fred Percival dan Henry Ellington (1984) yakni tujuan
pembelajaran adalah suatu pernyataan yang jelas dan menunjukkan penampilan
atau keterampilan siswa tertentu yang diharapkan dapat dicapai sebagai hasil
belajar.31
Yang menjadi kunci dalam rangka menentukan tujuan pembelajaran
adalah kebutuhan siswa, mata ajaran, dan guru itu sendiri. Berdasarkan kebutuhan
siswa dapat ditetapkan apa yang hendak dicapai, dikembangkan, dan di apresiasi.
Berdasarkan mata ajaran yang ada dalam petunjuk kurikulum dapat ditentukan
hasil-hasil pendidikan yang diinginkan. Guru sendiri adalah sumber utama tujuan
bagi para siswa, dan dia harus mampu menulis dan memilih tujuan-tujuan
pendidikan yang bermakna, dan dapat terukur.
Tujuan (goals) adalah rumusan yang luas mengenai hasil-hasil pendidikan
yang diinginkan. Di dalamnya terkandung tujuan yang menjadi target
pembelajaran dan menyediakan pilar untuk menyediakan pengalaman-
pengalaman belajar.
Suatu tujuan pembelajaran seyogianya memenuhi kriteria sebagai berikut:
(1) tujuan itu menyediakan situasi atau kondisi untuk belajar, misalnya: dalam
situasi bermain peran; 3
1 Hamzah B. Uno. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara, hlm. 35.
21
(2) tujuan mendefinisikan tingkah siswa dalam bentuk dapat diukur dan dapat
diamati;
(3) tujuan menyatakan tingkat minimal perilaku yang dikehendaki, misalnya pada
peta pulau Jawa, siswa dapat mewarnai dan memberi label pada sekurang-
kurangnya tiga gunung utama.32
Mengenai tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (pendidikan IPS), para ahli
sering mengaitkannya dengan berbagai sudut kepentingan dan penekanan dari
program pendidikan tersebut. Gross (1978) menyebutkan bahwa tujuan
Pendidikan IPS adalah untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang
baik dalam kehidupannya di masyarakat, secara tegas ia mengatakan “to prepare
students to be well-functioning citizens in a democratic society”. Tujuan lain dari
pendidikan IPS adalah untuk mengembangkan kemampuan siswa menggunakan
penalaran dalam mengambil keputusan setiap persoalan yang dihadapinya (Gross,
1978).
Mata pelajaran ilmu pengetahuan Sosial di SD bertujuan agar siswa
mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi
dirinya dalam kehidupan sehari-hari. Pengajaran sejarah bertujuan agar siswa
mampu mengembangkan pemahaman tentang perkembangan masyarakat
Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini sehingga siswa memiliki kebanggaan
sebagai bangsa Indonesia dan cinta tanah air. Mengenalkan kepada siswa tentang
hubungan antara manusia dengan lingkungan hidupnya, memberikan pengetahuan
agar siswa memahami peristiwa-peristiwa serta perubahan-perubahan yang terjadi
32 Oemar, Op. Cit., 76-77.
22
di sekitarnya, mengembangkan kemampuan siswa untuk mengenal kebutuhan-
kebutuhannya serta menyadari bahwa manusia lain pun memiliki kebutuhan,
menghargai budaya masyarakat sekitarnya, bangsa dan juga budaya bangsa lain,
memahami dan dapat menerapkan prinsip-prinsip ekonomi yang bertalian dengan
dirinya sendiri maupun dalam hubungannya dengan orang lain dan bangsa-bangsa
lainnya di dunia, memahami bahwa antara manusia yang satu dengan lainnya
saling membutuhkan serta dapat menghormati harkat dan nilai manusia, memupuk
rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan dan hasilnya serta menghargai setiap
jenis pekerjaan maupun hasil pekerjaan yang dilakukan orang lain.33
c. Perencanaan Pembelajaran IPS
Guru harus bisa dan mengerti dalam membuat perencanaan pembelajaran.
Dalam membuat perencanaan pembelajaran IPS, guru harus memiliki
keterampilan agar bisa menjadikan pembelajaran IPS sebagai pembelajaran yang
menarik bagi siswa, membuat siswa bisa memahami, mengerti, memaknai dan
menerapkan isi dari pembelajaran IPS. Perencanaan pembelajaran IPS terkait
dengan bagaimana seorang guru bisa membuat perencanaan pembelajaran dengan
baik.
Dalam hal ini istilah pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau
perancanngan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah
sebabnya dalam belajar, siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah
satu sumber belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber
33 Depdikbud, Op. Cit., hlm. 2-3.
23
belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Oleh
karena itu, pembelajaran memusatkan perhatian pada “bagaimana membelajarkan
siswa”, dan bukan pada “apa yang dipelajari siswa”. Adapun perhatian terhadap
apa yang dipelajari siswa merupakan bidang kajian dari kurikulum, yakni
mengenai apa isi pembelajaran yang harus dipelajari siswa agar dapat tercapainya
tujuan. Pembelajaran lebih menekankan pada bagaimana cara agar tercapai tujuan
tersebut. Dalam kaitan ini hal-hal yang tidak bisa dilupakan untuk mencapai
tujuan adalah bagaimana cara mengorganisasikan pembelajaran, bagaimana
menyampaikan isi pembelajaran, dan bagaimana menata interaksi antara sumber-
sumber belajar yang ada agar dapat berfungsi secara optimal.34
Pembelajaran IPS yang akan direncanakan memerlukan berbagai teori
untuk merancangnya agar rencana pembelajaran IPS yang disusun benar-benar
dapat memenuhi harapan dan tujuan pembelajaran IPS.
d. Ciri-ciri Pembelajaran IPS
Ada tiga ciri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran, ialah:
(1) Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan produser, yang merupakan
unsur-unsur sistem pembelajaran, dalam suatu rencana khusus.
Dimana dalam pembelajaran IPS pun harus memiliki dan membuat rencana
pembelajaran seperti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) IPS
yang baik dan sesuai dengan materi yang akan diajarkan atau dipelajari.
34 Hamzah, Op.Cit., hlm. 2-3.
24
(2) Kesalingtergantungan (interdependence), antara unsur-unsur sistem
pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat
esensial, dan masing-masing memberikan sumbangannya kepada sistem
pembelajaran.
(3) Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai.
Ciri ini menjadi dasar perbedaan antara sistem yang dibuat oleh manusia dan
sistem yang alami (natural). Sistem yang dibuat oleh manusia, seperti: sistem
transportasi, sistem komunikasi, sistem pemerintahan, semuanya memiliki
tujuan. Sistem alami (natural) seperti: sistem ekologi, sistem kehidupan
hewan, memiliki unsur-unsur yang saling ketergantungan satu sama lain,
disusun sesuai dengan rencana tertentu, tetapi tidak mempunyai tujuan
tertentu. Tujuan sistem menuntun proses merancang sistem. Tujuan utama
sistem pembelajaran agar siswa belajar. Tugas seorang perancang sistem ialah
mengorganisasi tenaga, material, dan prosedur agar siswa belajar secara
efisien dan efektif. Dengan proses mendesain sistem pembelajaran si
perancang membuat rancangan untuk memberikan kemudahan dalam upaya
mencapai tujuan sistem pembelajaran tersebut.35
Demikian juga dengan pembelajaran IPS, mempunyai tujuan tertentu yang
hendak dicapai seperti memberikan bekal bagi siswa untuk bisa berinteraksi
dengan masyarakat sekitarnya, bisa saling menghargai keanekaragaman suku
bangsa dan budaya di Indonesia dan lain sebagainya.
35 Oemar, Op.Cit., hlm. 65-66.
25
e. Prinsip-prinsip Pengajaran IPS
Prinsip-prinsip pengajaran IPS meliputi:
(1) Dalam mengajarkan bahan-bahan pada Ilmu Pengetahuan sosial hendaknya
dimulai dari lingkungan yang terdekat (sekitar), yang sederhana sampai
kepada bahan yang lebih luas dan kompleks. Pengalaman-pengalaman atau
pengetahuan pendahuluan yang diperoleh di lingkungan sebelum masuk
sekolah dasar sangat berpengaruh dalam menerima maupun mempelajari
konsep dasar, sehingga tugas guru dalam hal ini adalah memotivasi agar
pengalaman siswa tersebut dijadikan dasar dalam mempelajari IPS.
(2) Dalam belajar Ilmu Pengetahuan Sosial pengalaman langsung melalui
pengamatan, observasi maupun mencoba sesuatu atau dramatisasi akan
membantu siswa lebih memahami pengertian atau ide-ide dasar dalam
pelajaran IPS sehingga ingatan siswa terhadap konsep-konsep yang dipelajari
akan lebih mendalam.36
Pembelajaran IPS yang berlandaskan pendekatan sistem berorientasi pada
pencapaian tujuan belajar. Pembelajaran IPS merupakan kegiatan mengubah
karakteristik siswa sebelum belajar IPS (input) menjadi siswa yang memiliki
karakter yang diinginkan (output). Karena itu langkah pertama dalam
merencanakan pembelajaran IPS adalah perumusa tujuan pembelajaran tersebut.
Tujuan pembelajaran selalu berorientasi pada siswa, bukan guru.
Seorang guru IPS tidak dapat lagi merumuskan tujuan pembelajaran IPS
“siswa mengetahui hakikat IPS atau siswa memahami hakikat IPS, atau siswa
36 Depdikbud, Op. Cit., hlm. 3.
26
akan menghayati hakikat IPS”. Rumusan yang tepat adalah siswa akan dapat
menyebutkan, mendefinisikan, mendeskripsikan, dan membuat garis-garis besar
IPS.37
B. Kerangka Berpikir
Banyak tokoh yang mendefinisikan tentang sikap. Namun inti dari arti
sikap yang disetujui oleh sebagaian besar ahli dan peneliti sikap diartikan bahwa
sikap adalah predisposisi yang dipelajari yang mempengaruhi tingkah laku,
berubah dalam intensitasnya. Atau sikap adalah kesiapan merespon yang sifatnya
positif atau negatif terhadap obyek/ situasi secara konsisten. Sikap dibedakan
menjadi dua. yaitu, sikap sosial dan sikap individual. Sedangkan faktor-faktor
yang mempengaruhi perubahan sikap ada dua. Pertama, faktor intern. Sikap yang
terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri yang berupa selectivity. Kedua, faktor
ekstern. Sikap yang terdapat di luar pribadi manusia, yang berupa interaksi sosial.
Istilah Ilmu Pengatahuan (IPS) yang resmi mulai digunakan di Indonesia
sejak tahun 1975 adalah istilah Indonesia untuk pengertian social studies tekanan
yang dipelajari IPS berkenaan dengan gejala dan masalah kehidupan masyarakat
bukan teori keilmuan melainkan pada kenyataan kehidupan kemasyarakatan.
IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan
masalah sosial di masyarakat dengna meninjau dari berbagai aspek kehidupan dan
perpaduan.
37 Wr. Hendra Saputra. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, Jakarta: UHAMKA Press, hlm. 34-37.
27
Untuk melaksanakan program-program IPS dengan baik sudah sewajarnya
bila guru mengetahui dengan benar peranan dan tugas IPS. IPS harus dapat
berperan bagi anak didik dalam mengembangkan berbagai aspek kehidupan di
dalam masyarakat, peranan dari IPS ini adalah :
a. Sosialisasi membantu anak didik menjadi anggota masyarakat yang berguna
dan efektif.
b. Pengambilan keputusan, membantu anak didik mengembangkan keterampilan
berpikir (intelektual) dan keterampilan akademis.
c. Sikap dan nilai, membantu anak didik menandai, menyelidiki, merumuskan
dan menilai diri sendiri dalam hubungannya dengan kehidupan masyarakat
sekitarnya.
d. Kewarga Negaraan, membantu anak didik menjadi warga Negara yang baik.
e. Pengetahuan, tanggap dan peka terhadap kemampuan pengetahuan dan
teknologi dapat mengambil manfaat dari padanya.
Menurut Kurikulum Dasar 1994 esensi tujuan pengajaran IPS di SD
adalah pengembangan kemampuan dan sikap rasional yang bermuara pada
pembentukan individu sebagai aktor sosial yang cerdas. Aktor sosial yang cerdas
tidak lain dari anggota masyarakat yang matang secara rasional dan secara
emosional atau cerdas secara rasional dan emosional.
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Telaga Asih 04, yang terletak di
Jalan Telaga Asih No. 17, Cikarang Barat, Bekasi. Pemilihan lokasi
penelitian ini didasarkan pada pertimbangan bahwa SDN Telaga Asih 04
memiliki siswa yang cukup banyak dengan latar belakang sosial yang cukup
beragam, maka tema yang diangkat dalam penelitian ini menjadi menarik
untuk diungkapkan.
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka jenis
penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Di mana dalam
melakukan penelitian kualitatif, waktu pengumpulan data, pada umumnya
seseorang peneliti dapat menemukan data penelitian dalam bentuk kata-kata,
gambar, data di sini bermaksud adalah transkip-transkip wawancara, catatan
data lapangan, dokumen pribadi, foto-foto, kamera, nota dan lain-lainnya.
Data-data penelitian tersebut haruslah dideskripsikan oleh peneliti.38
Adapun strategi penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah
studi kasus. Studi kasus dipilih karena merupakan strategi yang paling cocok
untuk menjawab pertanyaan “bagaimana dan mengapa”, sehingga dapat
38 Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: GP Press, hlm. 38.
28
29
mengklarifikasi secara tepat hakekat pertanyaan dalam penelitian. Ia juga
dapat menguji, apakah proposisi teori yang digunakan benar, atau alternatif
penjelasannya lebih relevan.39 Selanjutnya, karena penelitian ini
dilaksanakan pada suatu tempat dengan karakteristik yang sejenis serta fokus
masalahnya pada penanaman sikap sosial dalam kaitannya dengan
pembelajaran IPS dalam sikap dan perilaku siswa sudah ditentukan sebelum
peneliti memasuki lapangan, maka studi kasusnya adalah studi kasus tunggal
terpancang.
C. Jenis Data
Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat
menggunakan sumber primer, dan sumber sekunder. Sumber primer adalah
sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan
sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.40
Data primer penulis peroleh melalui wawancara dan observasi. Jenis data
yang diperoleh melalui wawancara antara lain data mengenai pembelajaran
IPS, data mengenai persepsi siswa terhadap pembelajaran IPS, data mengenai
interaksi siswa dalam pembelajaran IPS di kelas, serta data mengenai
penanaman sikap sosial melalui pembelajaran IPS.
Adapun data yang penulis peroleh melalui observasi di lapangan
genai pembelajaran IPS, persepsi siswa terhadap antara lain meliputi data men
39 Robert K. Yin. 19 ian. Yogyakarta: Kaniori, hlm. 29. 97. Desain dan Metode Penelit40 Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, hlm. 308‐309.
30
pembelajaran IPS, interaksi siswa dalam pembelajaran IPS di kelas, serta data
mengenai penaaman sikap sosial melalui pembelajaran IPS. Di samping itu
juga data mengenai model bangunan sekolah, karakteristik siswa. Sedangkan
jenis data sekunder dapat berupa arsip yang dimiliki oleh administrasi SDN
Telaga Asih 04, seprti data keadaan siswa dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP).
D. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini, antara lain:
1. Informan atau nara sumber yang terdiri dari siswa, guru, orang tua siswa
(wali murid). Dari informan digali informasi tentang data sebagaimana
telah diuraikan pada jenis data di atas yang berkaitan dengan penelitian
ini.
2. Tempat dan peristiwa yang terdiri dari kegiatan pembelajaran, sikap
sosial siswa di dalam kelas dan di luar kelas yang berkaitan dengan
konteks permasalahannya di mana siswa beraktivitas. Sumber data ini
merupakan data kongkrit dari perilaku siswa yang diwujudkan dalam
aktivitas sehari-hari.
3. Arsip yang berkaitan dengan administrasi pembelajaran IPS, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (IPS), absensi, maupun alat penilaian yang
dipakai guru, serta dokumen lain yang relevan dengan penelitian.
31
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif teknik pengumpulan data yang popular
digunakan, sebagai berikut:
1. Sanafiah Faisal (1990) mengklasifikasikan observasi menjadi observasi
berpartisipasi, observasi yang secara terang-terangan dan tersamar, dan
observasi yang tidak berstruktur. Selanjutnya, Spardley, dalam Susan
Stainback (1988) membagi observasi berpartisipasi menjadi empat,
partisipasi pasif, moderat, aktif, lengkap.41 Observasi yang diambil dalam
penelitian ini adalah observasi berperan aktif yang dilakukan oleh peneliti
secara langsung. Akan tetapi pada situasi tertentu peneliti juga
menggunakan observasi lengkap, yaitu keterlibatan peneliti yang tertinggi
terhadap aktivitas kehidupan yang diteliti.
2. Wawancara (interview) Mendalam, dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan terbuka, yang memungkinkan responden
memberikan jawaban secara luas. Pertanyaan diarahkan pada mengungkap
peristiwa-peristiwa yang dialami berkenaan dengan fokus yang diteliti.42
3. Pencatatan Arsip dan dokumen, ini dilakukan untuk mengumpulkan data
yang bersumber dari arsip yang terdapat di Sekolah Dasar yang berkaitan
dengan administrasi kegiatan pembelajaran IPS, teknik ini membantu agar
data-data yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data yang lain
dapat lebih jelas lagi.
41 Ibid., hlm. 310‐312. 42 Nana Syaodih Sukmadinata. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya, hlm. 112.
32
F. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswa kelas V SDN Telaga
Asih 04 berjumlah 5 siswa, satu guru, dan 5 orang tua siswa yang diambil
dengan cara purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel sumber
data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalnya, orang
tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau
mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti
menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti.43 Namun demikian dalam
penelitian ini, peneliti terkadang harus mengubah keputusan yang telah
ditetapkan mengenai informan karena kebutuhan dan perkembangan dalam
penelitian di lapangan.
G. Validitas Data
Dalam menguji tingkat kepercayaan dan kebenaran data yang
diperoleh agar validitasnya dapat diandalkan maka data sejenis yang
diperoleh diuji dengan berbagai sumber, misalnya data tentang penanaman
sikap sosial melalui pembelajaran IPS yang diperoleh dari siswa agar
valliditasnya tinggi maka peneliti menguji dengan berbagai sumber lainnya,
seperti guru, orang tua siswa, atau siswa lainnya.
Langkah lainnya yang dilakukan peneliti untuk menguji validitas data
tersebut dengan melakukan berbagai metode (trianggulasi metode), yaitu
43 Sugiyono, Op. Cit., hlm 300.
33
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di
luar itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap suatu
data.44 Misalnya, data mengenai penanaman sikap sosial melalui
pembelajaran IPS yang diperoleh melalui metode wawancara, juga diuji
dengan metode observasi, sehingga kebenaran data dapat
dipertanggungjawabkan keberadaannya. Demikian juga dengan data-data
yang lain yang diperoleh dalam penelitian ini, telah diuji melalui trianggulasi
sumber dan trianggulasi metode. Selanjutnya data yang diperoleh disusun ke
dalam unit-unit laporan untuk selanjutnya dikomunikasikan dengan informan.
Hal ini berguna bagi pengembangan validitas data, selain itu agar draft yang
sudah tersusun sebagai laporan dapat diketahui apakah hasilnya disetujui oleh
mereka.
H. Teknik Analisis Data
Setelah data dikumpulkan, selanjutnya dianalisis dengan menerapkan
model analisis interaktif. Model ini melibatkan tiga komponen yang saling
terkait dan menentukan hasil akhirnya, yaitu reduksi data, sajian data dan
simpulan atau verifikasi.45 Reduksi data berkaitan dengan mempersempit
wilayah data yang dikumpulkan. Hal ini menjadi penting karena semakin
menyempitnya fokus data yang dikumpulkan akan semakin mendalam data
yang diperoleh.
44 Iskandar, Op. Cit., hlm. 154‐155. 45 Mathew B. Miles and A. Michael Huberman. 2009. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang MetodeMetode Baru. Jakarta: Universitas Indonesia Press, hlm.16.
34
Kegiatan interaktif ini dilakukan pada ketiga komponen tersebut
dengan proses pengumpulan data sebagai proses siklus. Apabila dalam
menarik simpulan dirasakan masih kurang mantap karena dalam reduksi data
atau dalam sajian data kurang memadai, maka peneliti kembali melakukan
proses kerja sebagaimana model analisis interaktif ini. Dengan demikian hal
itu dapat dilakukan berulang kali sesuai dengan kebutuhan, sehingga pada
tahap penarikan kesimpulan akan menghasilkan rumusan yang maksimal.
Untuk lebih jelasnya berikut ini adalah skema dari proses analisis interaktif:46
Gambar 1 : Teknik Analisis Data
Pengumpulan D
Reduksi
Verifikasi dan Penarikan Simpulan
Sajian Data
46 Ibid., hlm. 18‐20.
35
BAB IV
DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat atau lokasi yang dijadikan objek
penelitian. Adapun lokasi penelitian yang peniliti lakukan bertempat di Sekolah
Dasar Negeri (SDN) Telaga Asih 04 Cikarang Barat, yang beralamat di Jalan
Telaga Asih II No.17, Desa/Kelurahan Telaga Asih, kecamatan Cikarang Barat,
Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat.
SDN Telaga Asih 04 berdiri pada tahun 1981, bangunan sekolah milik
sendiri, dengan luas tanah 1.700 m², organisasi penyelenggara yaitu oleh
pemerintah dan terletak pada lintasan kecamatan dengan jarak antara sekolah
dengan kecamatan 300 m. SDN Telaga Asih 04 berada di daerah strategis karena
berada didekat pusat kota yang sudah banyak daerah industrinya, masyarakatnya
beraneka ragam mulai dari suku, ras, budaya dan agama, berdekatan dengan pusat
pemerintahan, dan fasilitas pendidikan cukup memadai.
Sekolah Dasar Negeri (SDN) Telaga Asih 04 berstatus negeri, dengan
kategori kelompok sekolah B (diakui), dengan akreditasi terdaftar dan diakui oleh
pemerintah. SDN Telaga Asih 04 memiliki visi “ Mengembangkan potensi siswa
menjadi unggul yang agamis dan cerdas, beriptek serta terampil, berbasis nilai
budaya Indonesia” dan memiliki misi yaitu:
36
1. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Mengoptimalkan kompetensi siswa melalui pembelajaran dan ilmu
pengetahuan serta teknologi terpadu.
3. Menanamkan rasa bangga terhadap nilai-nilai budaya bangsa dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Menyukseskan wajib belajar pendidikan dasar.
Sekolah Dasar Negeri Telaga Asih 04 memiliki tembok berwarna hijau tua
dan hijau muda, memiliki 12 ruangan. 12 ruangan tersebut terdiri dari:
1. Satu ruangan kepala sekolah (yang di dalamnya juga terdapat ruang tata usaha
(TU), mushola dan WC kepala sekolah sekaligus guru). Ruang TU untuk
pengerjaan administrasi sekolah, dengan dua meja yang berbeda. satu meja
dan kursi TU yang terletak di depan pintu masuk ruang kepala sekolah di
lengkapi dengan satu set perangkat komputer untuk menerima tamu, di
belakangnya terdapat lemari pajang yang berisi buku-buku administrasi
sekolah, di belakang lemari tersebut terdapat satu ruang kerja kepala sekolah
yang disertai dua bangku untuk menerima tamu penting yang sifatnya lebih
tertutup. Di sebelah kanannya terdapat satu meja dan ruang TU juga yang
dilengkapi dengan satu set perangkat komputer untuk pengerjaan administrasi
sekolah, di samping kirinya terdapat satu set meja dan kursi tamu dilengkapi
dengan lemari kaca di sebelah kiri yang memuat piala-piala, satu jam dinding,
dan satu kipas angin. Di dalam ruang kepala sekolah juga terdapat bingkai-
bingkai yang tertata rapi di dinding salah satunya adalah bingkai 10
37
kemampuan dasar yang harus guru miliki terletak di dinding, di samping
sebelah kanan pintu masuk ruang kepala sekolah. 10 dasar kemampuan guru
tersebut adalah:
1. Mengembangkan kepribadian
a. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Berperan dalam masyrakat sebagai warga yang berjiwa Pancasila
c. Mengembangkan sifat-sifat terpuji yang dipersyaratkan bagi jabatan
guru.
2. Menguasai landasan pendidikan
a. Mengenal tujuan pendidikan untuk pencapaian tujuan pendidikan
nasional.
b. Mengenal sekolah dalam masyarakat.
c. Mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapat
dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar.
3. Menguasai bahan pengajaran
a. Menguasai bahan pengajaran kurikulum
b. Mengusai bahan pengayaan.
4. Menyusun program pengajaran
a. Menetapkan tujuan pengajaran
b. Memilih dan mengembangkan bahan pengajaran
c. Memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar
d. Memilih dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai
e. Memilih dan memanfaatkan sumber belajar.
38
5. Melaksanakan program pengajaran
a. Menciptakan iklim belajar mengajar yang sehat
b. Mengatur ruang belajar
c. Mengelola interaksi belajar.
6. Menilai hasil proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan,
a. Menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran
b. Menilai proses belajar yang dilaksanakan.
7. Menyelenggarakan program bimbingan ,
a. Membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar.
b. Membimbing siswa yang berkelainan dan berbakat khusus.
c. Membimbing siswa untuk menghargai pekerjaan masyarakat.
8. Menyelenggarakan administrasi sekolah,
a. Mengenal pengadministrasian kegiatan sekolah
b. Melaksanakan kegiatan administrasi sekolah
9. Berinteraksi dengan sejawat dan masyarakat
a. Berinteraksi dengan sejawat untuk meningkatkan kemampuan
professional
b. Berinteraksi dengan masyarakat untuk penilaian misi pendidikan
10. Menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran,
A. Mengkaji konsep dasar penelitian ilmiah
B. Melaksanakan penelitian sederhana.
39
2. Satu ruangan guru yang terletak di ujung sebelah kanan ruang kepala sekolah.
Ruangan guru disertai dengan ruang komputer dan hanya dibatasi dengan dua
lemari untuk perlengkapan guru dan terdapat satu set meja dan kursi guru.
3. 8 ruangan kelas, sebagai ruang belajar siswa dengan 16 pasang tempat duduk
lengkap dengan meja belajar. Di dalam kelas juga terdapat satu meja dan kursi
guru di muka kelas dengan arah berlawanan dan saling berhadapan dengan
meja duduk siswa, satu white board, satu lemari kayu untuk guru menyimpan
buku-buku pelajaran, alat kebersihan kelas yang disimpan di pojok belakang
kelas, satu kipas angin, satu tong sampah yang terletak di samping pojok pintu
kelas, jam dinding, daftar piket, daftar pelajaran dan hiasan lainnya yang di
pajang dengan sangat rapih di setiap ruang kelas. (Ruang kelas tersebut
digunakan secara bergantian untuk kelas siang).
4. Ruang mushola yang terletak di belakang, berhadapan dengan ruang kelas satu
dan di samping kanan kantin sekolah. Mushola dilengkapi dengan beberapa
sajadah dan mukena untuk siswa, jam dinding, dan kipas angin.
5. Dua WC siswa yang terdiri dari WC untuk siswa laki-laki dan satu WC untuk
siswa wanita, yang terletak di depan di ujung sebelah kanan.
SDN Telaga Asih 04 memiliki tata tertib sekolah yang dipajang di depan
ruang kelas IV, isi tata tertib tersebut adalah sebagai berikut:
1. Hal masuk sekolah
a. Semua murid harus masuk sekolah selambat-lambatnya 5 menit sebelum
pelajaran dimulai.
40
b. Murid yang datang terlambat tidak diperkenankan langsung masuk kelas,
melainkan harus melapor terlebih dahulu kepada guru piket.
c. - Murid absen, hanya karena sungguh-sungguh sakit, keperluan yang
sangat penting
- Urusan keluarga harus dikerjakan diluar sekolah atau waktu libur
sehingga tidak menggunakan hari sekolah.
- Murid yang absen pada waktu masuk kembali harus melapor kepada
kepala sekolah dengan membawa surat-surat yang diperlukan.
- Murid tidak diperbolehkan meninggalkan sekolah selama jam
pelajaran berlangsung.
- Kalau seandainya murid sudah merasa sakit dirumah, maka sebaiknya
tidak masuk sekolah.
2. Kewajiban murid
a. Taat kepada guru-guru dan kepala sekolah
b. Ikut bertanggung jawab atas kebersihan, keamanan, ketertiban kelas dan
sekolah pada umumnya.
c. Ikut bertanggung jawab atas pemeliharaan gedung, halaman, perabot dan
peralatan sekolah
d. Membantu kelancaran pelajaran baik dikelasnya maupun disekolah pada
umumnya.
e. Ikut menjaga nama baik sekolah, guru dan pelajar pada umumnya, baik
dalam maupun diluar sekolah.
f. Menghormati guru dan saling harga menghargai sesama murid.
41
g. Melengkapi diri dengan keperluan sekolah.
h. Murid yang membawa kendaraan agar menempatkan ditempat yang telah
ditentukan dalam keadaan terkunci.
i. Ikut membantu agar tata tertib sekolah dapat berjalan dan ditaati.
3. Larangan murid
a. Meninggalkan sekolah selama pelajaran berlangsung penyimpangan dalam
hal ini hanya dengan ijin kepala sekolah.
b. Membeli makanan dan minuman di luar sekolah.
c. Menerima surat-surat dan tamu sekolah.
d. Memakai perhiasan berlebihan serta berdandan yang tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa.
e. Merokok di dalam dan di luar sekolah.
f. Meminjam uang dan alat-alat pelajaran antar sesama murid.
g. Mengganggu jalannya pelajaran baik terhadap kelasnya maupun kelas lain.
h. Berada di dalam kelas selama waktu istirahat.
i. Berkelahi dan main hakim sendiri jika menemui persoalan antar teman.
j. Menjadi perkumpulan anak-anak nakal dan geng-geng terlarang.
4. Alat pakaian dan lan-lain
b. Setiap murid wajib memakai seragam sekolah lengkap sesuai dengan
ketentuan sekolah.
c. Murid-murid putri dilarang memelihara kuku panjang dan memakai alat
kecantikan kosmetik yang lazim digunakan oleh orang-orang dewasa.
d. Rambut dipotong rapi, bersih dan terpelihara.
42
e. Pakaian olahraga sesuai dengan ketentuan sekolah.
5. Hak-hak murid
a. Murid-murid berhak mengikuti pelajaran selama tidak melanggar tata
tertib.
b. Murid-murid dapat meminjam buku-buku dari perpustakaan sekolah
dengan mentaati peraturan perpustakaan yang berlaku.
c. Murid-murid berhak mendapat perhatian yang sama dengan murid-murid
yang lain sepanjang tidak melanggar tata tertib.
6. Hal Les Privat
a. Murid yang terbelakang dalam suatu pelajaran dapat mengajukan
permintaan les tambahan dengan surat orang tuanya dan kepala sekolah.
b. Les privat kepada guru kelasnya dan les privat tanpa sepengetahuan kepala
sekolah dilarang.
c. Les privat dapat diberikan sampai murid yang bersangkutan dapat
mengejar pelajaran yang ketinggalan.
7. Lain-lain
a. Hal-hal yag belum tercantum dalam peraturan tata tertib ini diatur oleh
sekolah.
b. Peraturan tata tertib sekolah ini berlaku sejak diumumkan
Sekolah Dasar Negeri (SDN) Telaga Asih 04 memiliki lapangan sekolah,
lapangan tersebut adalah lapangan multiguna, dipakai untuk upacara bendera
setiap hari senin, untuk praktek olahraga siswa, untuk voli, bulu tangkis, basket
dan untuk bermain siswa.
43
SDN Telaga Asih 04 juga memiliki tempat parkir untuk sepeda yang
berada di belakang ruangan kelas, karena banyak siswa yang mengendarai sepeda
ke sekolah. Di dekat parkiran sepeda siswa juga terdapat tempat wudhu. Terdapat
taman kecil di depan kelas yang digunakan untuk menanami berbagai macam
tanaman bunga.
Selain tempatnya yang strategis karena dekat dengan daerah perkotaan,
Sekolah Dasar Negeri (SDN) Telaga Asih 04 juga dekat dengan pemukiman
tempat tinggal warga dan juga dekat dengan jalan umum yang dilalui kendaraan
sehingga siswa mudah untuk sampai ke sekolah.
Kegiatan belajar mengajar di SDN Telaga Asih 04 dibagi menjadi dua
waktu belajar yaitu pagi dan siang hari. Untuk kelas pagi, masuk pukul 07.00 dan
untuk kelas siang masuk pukul 01.00. jumlah seluruh siswa SDN Telaga Asih 04
ada 938 siswa dan jumlah guru ada 28 guru.
SDN Telaga Asih 04 merupakan sekolah yang cukup menjaga lingkungan,
baik kebersihannya maupun keasriannya. Hal ini terlihat jelas dari bersihnya
setiap ruangan sekolah, bahkan halaman sekolah pun sangat terjaga
kebersihannya. Di halaman sekolah juga terdapat macam-macam tanaman hias
sehingga sekolah terlihat asri.
SDN Telaga Asih 04 memiliki kantin sekolah yang terletak di belakang
kelas dekat dengan mushola siswa. Kantin sekolah menjual berbagai macam
makanan, siswa pun berdatangan ke kantin jika bel istirahat berbunyi. Namun,
karena makanan yang dijual di kantin tidak terlalu banyak dan kurang beragam,
maka banyak siswa yang lebih senang jajan di luar sekolah, karena tepat di luar
44
sekolah terdapat warung-warung jajanan yang berjejer rapih di depan sekolah.
Ada yang menjual berbagai macam makanan, minuman, pernak-pernik, mainan
dan lain sbagainya.
Tepat di samping sekolah sebelah kanan terdapat satu sekolah swasta yang
di dalamnya menampung siswa TK, SD, SMP dan SMA/SMK. Kemudian tidak
jauh di samping sekolah swasta tersebut terdapat Desa/Kelurah dan
PUSKESMAS. Kemudian di samping sekolah siswa sebelah kiri terdapat sekolah
swasta untuk tingkat SMP.
B. Kurikulum IPS di SD yang Terkait dengan Sikap Sosial.
Dari hasil penelitian yang didapat peneliti melalui wawancara dan
observasi tentang kepribadian siswa, didapat informasi sebagai berikut:
Berbicara tentang kurikulum IPS di SD yang terkait dengan sikap sosial,
peneliti menanyakan tentang arti kurikulum menurut guru. Kemudian Ibu Ersih
menyampaikan sebagai berikut:
“Kurikulum menurut saya adalah rencana, petunjuk dan pedoman yang digunakan dalam pendidikan. Kurikulum sebagai suatu ide/konsep, rencana yang menjadi panduan dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar serta kurikulum sebagai hasil belajar yang menjadi ukuran keberhasilan pendidikan.47” Kehidupan sosial masyarakat senantiasa mengalami perubahan-perubahan
dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut dapat dilihat baik dalam konteks
keruangan (tempat tinggal) maupun konteks waktu. Berbagai perubahan yang
asyarakat harus dapat ditangkap oleh lembaga terjadi dalam kehidupan m
47 Dari hasil wawancara dengan Ibu Ersih, guru kelas V SDN Telaga Asih 04 Cikarang Barat, pada hari Kamis, 05 Mei 2011, pukul 10.10 WIB., di sekolah.
45
pendidikan yang kemudian menjadi sumber bahan materi pembelajaran. Sumber
bahan pelajaran secara formal dapat dituangkan dalam bentuk kurikulum yang
hendaknya memiliki landasan filosofis yang jelas. Landasan filosofis yang
digunakan seyogyanya melihat kondisi nyata yang terjadi di masyarakat.
Seperti yang dikatakan Ibu Ersih, bahwa tujuan penyusunan naskah
akademik Kurikulum mata pelajaran IPS adalah :
“Tujuan penyusunan naskah akademik kurikulum mata pelajaran IPS yang saya tahu yaitu untuk memberikan pedoman yang dapat dijadikan sebagai kerangka acuan bagi pengembang kurikulum masa depan mata pelajaran IPS, memberikan wawasan, pengetahuan, dan pemahaman bagi pihak terkait, sehingga mereka dapat memberikan dukungan terhadap pengembangan kurikulum masa depan, dan sebagai acuan dasar dalam pelaksanaan pembelajaran IPS disatuan pendidikan dasar dan menengah. Naskah akademik ini mencakup kajian pelaksanaan Standar Isi mata pelajaran IPS satuan pendidikan dasar dan menengah dan permasalahannya, serta konsep pengembangan kurikulum masa depan mata pelajaran IPS.”48
Metode yang digunakan dalam penyusunan naskah akademik ini adalah
kajian pustaka dan kajian dokumen hasil-hasil kegiatan kajian kebijakan
kurikulum mata pelajaran IPS. Sedangkan peserta yang terlibat adalah ahli
pendidikan dari perguruan tinggi dan praktisi pendidikan. Naskah akademik
kurikulum IPS ini telah menghasilkan rekomendasi, yaitu tentang konsep
pengembangan kurikulum Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) untuk masa depan yang
lebih memfokuskan muatan multikultur dan nilai-nilai humanis. Selain itu, juga
merekomendasi untuk pemecahan masalah dalam implementasi kurikulum, seperti
4
h
8 Dari hasil wawancara dengan Ibu Ersih, guru kelas V SDN Telaga Asih 04 Cikarang Barat, pada ari Kamis, 05 Mei 2011, pukul 10.10 WIB., di sekolah.
46
dokumen kurikulum, pengembangan silabus, strategi pembelajaran, penilaian
berbasis kelas, sarana pembelajaran, dan kualitas guru.
Pembelajaran IPS SD akan dimulai dengan pengenalan diri (self),
kemudian keluarga, tetangga, lingkungan RT, RW, kelurahan/desa, kecamatan,
kota/kabupaten, provinsi, negara-negara tetangga, kemudian dunia. Anak
bukanlah sehelai kertas putih yang menunggu untuk ditulisi, atau replika orang
dewasa dalam format kecil yang dapat dimanipulasi sebagai tenaga buruh yang
murah, melainkan, anak adalah manusia yang unik, yang memiliki berbagai
potensi dan memerlukan proses serta sentuhan-sentuhan tertentu dalam
perkembangannya. Mereka yang memulai dari egosentrisme dirinya kemudian
belajar, akan menjadi berkembang dengan kesadaran akan ruang dan waktu yang
semakin meluas, dan mencoba serta berusaha melakukan aktivitas yang berbentuk
intervensi dalam dunianya. Maka dari itu, pendidikan IPS adalah salah satu upaya
yang akan membawa kesadaran terhadap ruang, waktu, dan lingkungan sekitar
bagi anak.
Menurut guru, jika sebuah lembaga pendidikan dalam pembelajaran tidak
menggunakan kurikulum, maka
a. pendidikan tidak akan mampu menyesuaikan dengan lingkungan masyarakat.
Dengan kurikulum akan mampu menciptakan individu yang bisa
menyesuaikan dengan kondisi masyarakat.
b. Tidak akan terpadu antara individu atau individu dengan masyarakat, karena
tanpa kurikulum tidak ada hubungan yang harmonis, kerjasama serta
47
pemecahan masalah cenderung diselesaikan sendiri. Tak ada integrasi antara
pendidikan dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
c. Potensi yang ada dalam peserta didik kurang dapat dikembangkan, tanpa
kurikulum keunikan peserta didik akan terabaikan. Dengan kurikulum akan
mampu mendorong peserta didik untuk berpikir kritis dan kreatif.
d. Peserta didik tidak akan memilki persiapan untuk hidup ditengah kehidupan
sosial, pendidikan yang diperoleh tidak memeberikan pengalaman-
pengalaman yang digunakan untuk bekal hidup bermasyarakat.
e. Tugas perkembangan peserta didik tidak berkembang dengan baik dan lancar.
Pelayanan terhadap kebutuhan anak tidak akan bisa tepat dan maksimal,
sehingga pengembangan bakat dan minat peserta didik kurang.
f. Pendidikan tidak akan mampu menemukan kelemahan yang dialami lewat
ujian. Tanpa kurikulum akan menyebabkan peserta didik tidak mampu
memahami dirinya, mengarahkan dirinya, mengembangkan diri dan
menyesuaikan dengan masyarakat.
Berbicara mengenai kurikulum, kurikulum mempunyai fungsi. Menurut
Ibu Ersih, guru kelas V SDN Telaga Asih 04, fungsi dari kurikulum adalah:
“Kurikulum menurut saya memiliki fungsi untuk menuangkan ide atau konsep
dan menjabarkan dalam bentuk yang lebih mudah dilaksanakan dan dipahami
dalam proses pembelajaran.49”
9 Dari hasil wawancara dengan Ibu Ersih, guru kelas V SDN Telaga Asih 04 Cikarang Barat, pada ari Kamis, 05 Mei 2011, pukul 10.10 WIB., di sekolah.
4
h
48
Kurikulum akan membantu pendidikan lebih terprogram dengan baik
karena di dalamnya akan direncanakan dan ditentukan isi untuk memenuhi tujuan
pembelajaran yang diinginkan. Sedangkan pembelajaran sendiri menjadikan
proses penentuan kurikulum yang lebih baik, karena dalam pembelajaran berarti
ada praktek langsung dari kurikulum tersebut dan bisa dideteksi kelebihan dan
kekurangannya. Dan bisa dicarikan jalan keluar untuk dapat memeperbaiki
kurikulum tersebut agar menjadi lebih sempurna.
Maka seorang guru sebelum mengajar harus mempersiapkan perencanaan
terlebih dahulu dengan baik. Mulai dari membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum dan silabus, membuat media
pembelajaran, dan membuat soal evaluasi. Sehingga kegiatan belajar mengajar di
kelas akan berjalan dengan baik karena sudah di buat perencanaannya terlebih
dahulu.
Begitupun dengan Ibu Ersih, guru kelas V SDN Telaga Asih 04, ketika
peneliti bertanya apakah guru membuat perencanaan terlebih dahulu sebelum
mengajar, maka Ibu Ersih menyampaikan sebagai berikut:
“Sudah menjadi kewajiban seorang guru untuk membuat RPP sebelum mengajar, karena dengan membuat RPP kegiatan belajar mengajar menjadi lebih teratur, tidak keluar jalur dengan apa yang akan diajarkan. Asalkan dalam menjelaskan materi, guru tetap berpedoman dengan perencanaan yang dibuatnya. Saya juga selalu membuat media pembelajaran, menggunakan metode-metode yang bervariasi dalam mengajar agar siswa tidak bosan dalam belajar. Dan yang terakhir saya membuat soal evaluasi yang harus siswa kerjakan di akhir, dengan tujuan agar guru mengetahui seberapa siswa mengerti dan paham mengenai materi yang baru guru terangkan.”50
0 Dari hasil wawancara dengan Ibu Ersih, guru kelas V SDN Telaga Asih 04 Cikarang Barat, pada ari Kamis, 05 Mei 2011, pukul 10.10 WIB., di sekolah.
5
h
49
Bentuk penilaian yang digunakan hendaknya harus sesuai dengan tuntutan
indikator dan tujuan. Pada umumnya guru melakukan penilaian lebih banyak
menggunakan alat-alat penilaian yang masih konvensional yaitu tes tertulis. Tes
yang digunakan pun masih banyak mengukur aspek kognitif pada jenjang yang
lebih rendah misalnya kemampuan untuk menyebutkan. Penggunaan bentuk tes
yang demikian disebabkan oleh pemahaman yang salah tentang materi IPS. Materi
IPS dipahami sebagai materi yang hafalan saja, sehingga tes yang digunakan pun
lebih menekankan pada hafalan. Padahal berbagai keterampilan berfikir dalam
IPS bisa diuji melalui penilaian yang dibuat oleh guru. Sarana Pembelajaran
sangat penting untuk mencapai tujuan pembelajaran IPS. Pada umumnya sarana
untuk mendukung pembelajaran IPS masih sangat minim. Belum adanya
semacam laboratorium IPS yang dapat dijadikan tempat siswa untuk
mempraktekan materi-materi yang disampaikan di kelas. Misalnya ada
laboratorium bagi siswa untuk mempraktekan bagaimana melakukan
penginderaan jauh, praktek bagaimana cara bertransaksi dengan bank, praktek
bagaimana mengenal benda-benda bersejarah, dan lain-lain. Dengan adanya
sarana pembelajaran yang baik maka pembelajaran IPS dapat melihat realitas
kehidupan sehari-hari yang merupakan suatu fenomena sosial. Pemahaman seperti
inilah menjadikan IPS tidak lagi dipahami sebagai mata pelajaran hafalan.
IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD
sampai SMP. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi
yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD mata pelajaran IPS memuat
50
materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS,
peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang
demokratis, dan bertanggung jawab.
Di masa yang aka datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat
karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat.
Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan
pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analiss terhadap kondisi sosial
masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.
Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensip, dan terpadu
dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam
kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik
akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu
yang berkaitan.
Maka, kurikulum IPS SD memiliki ruang lingkup, ruang lingkup mata
pelajaran IPS meliputi aspek-aspek yaitu: manusia, tempat, dan lingkungan.
Waktu, keberlanjutan dan perubahan. Sistem sosial dan budaya. Perilaku ekonomi
dan kesejahteraan.
Dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru harus kreatif
mengembangkan kurikulum yang ada menjadi suatu perencanaan belajar yang
baik. Pembelajaran IPS memuat materi-materi yang membahas nilai-nilai sosial,
tinggal bagaimana seorang guru berusaha mengaitkannya dengan sikap-sikap
sosial sesuai dengan materi yang akan diajarkan.
51
Dalam penerapannya, pengembangan kurikulum sudah cukup efektif
untuk digunakan atau dipakai sesuai dengan kebutuhan siswa disetiap sekolah.
Namun, keberhasilannya sangat menuntut kreatifitas guru dalam menerapkannya
dan mengembangkannya kembali di dalam kegiatan belajar mengajar.
C. Penanaman Sikap Sosial Terhadap Siswa dalam Pembelajaran IPS di
Kelas V SDN Telaga Asih 04 Cikarang Barat.
Dari hasil penelitian yang didapat peneliti melalui wawancara dan
observasi tentang penanaman sikap sosial terhadap siswa dalam pembelajaran IPS
di kelas V SDN Teaga Asih 04, didapat informasi sebagai berikut:
Bericara tentang penanaman sikap sosial siswa dalam pembelajaran IPS,
peneliti bertanya kepada guru kelas V SDN Telaga ASih 04 Ibu Ersih mengenai
arti dari sikap sosial yang guru ketahui dan contohnya seperti apa. Kemudian Ibu
Ersih menjawab sebagai berikut: “Sikap sosial adalah perilaku atau tindakan
seseorang yang menunjukan perbuatan yang baik atau positif sehingga terjalin
suatu interaksi, contohnya itu adalah sikap setia kawan, saling tolong-menolong,
saling memberi, saling menghargai dan lain-lain.”51
Sikap sosial sangat penting di tanamkan dalam diri anak, khususnya bagi
anak Sekolah Dasar karena anak yang masuk ke Sekolah Dasar merupakan awal
dari pembentukan karakter, sikap, sifat, kepribadian, dan perilaku dalam diri siswa
51 Dari hasil wawancara dengan Ibu Ersih, guru kelas V SDN Telaga Asih 04 Cikarang Barat, pada hari kamis, 05 Mei 2011, pukul 10.10 WIB., di sekolah.
52
sehingga seorang guru harus paham dan mampu dalam menanamkan sikap sosial
ke dalam diri siswa.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menanamkan sikap sosial
dalam diri siswa, salah satunya adalah dengan melalui kegiatan belajar di sekolah.
Kegiatan belajar di sekolah merupakan kegiatan yang bisa menjadikan siswa
belajar banyak hal, terutama belajar dari figur seorang guru, karena itu guru
dituntut untuk bisa selalu memberikan contoh yang baik untuk siswa.
Sosok seorang guru merupakan sosok yang penting, karena dari guru
siswa banyak belajar tentang berbagai pengetahuan. Dari seorang guru pula siswa
meniru dan belajar tentang bersikap, berperilaku karena seorang guru akan selalu
menjadi contoh bagi siswanya, baik di kelas, di sekolah, dan di luar lingkungan
sekolah pun seorang guru akan menjadi pusat perhatian bagi siswanya
Menurut guru dalam menanamkan sikap sosial dalam diri siswa, yang
paling berperan adalah Keluarga di rumah, karena keluargalah yang memiliki
banyak waktu bersama siswa di rumah dan selanjutnya adalah lingkungan
sekolah. Lingkungan sekolah merupakan lingkungan yang penting setelah
keluarga untuk bisa membentuk dan menumbuhkan sikap sosial siswa karena di
lingkungan sekolah siswa banyak melakukan interaksi baik dengan teman
sebayanya, guru, penjaga sekolah dan anggota masyarakat sekolah lainnya
sehingga siswa banyak belajar dari mereka yang berada di lingkungan sekolah,
setelah itu barulah masyarakat sekitar yang ikut berperan dalam menanamkan
sikap sosial dalam diri siswa.
53
Begitu juga menurut Ibu Yanti, orang tua siswa kelas V SDN Telaga Asih
04 mengatakan bahwa:
“Sebenarnya, keluarga di rumahlah yang memiliki peran penting dalam menanamkan sikap sosial dalam diri siswa, karena keluarga punya banyak waktu dan lebih fokus dalam memantau anaknya, karena jika di sekolah guru harus memperhatikan lebih dari 20 siswa di dalam kelas sehingga tidak bisa memantau siswa satu per satu.”52
Menurut salah seorang orang tua siswa yang bernama Nani mengatakan
bahwa: “Menurut saya sikap sosial itu adalah tingkah laku atau perbuatan
seseorang yang mencerminkan perbuatan yang baik dan peduli dengan orang
lain.”53
Cara atau upaya yang di lakukan oleh orang tua saat ini untuk
menanamkan sikap sosial dalam diri siswa adalah dengan memberikan contoh
kepada putra-putrinya dengan perilaku yang baik di dalam keseharian orang tua
atau anggota keluarga di rumah, seperti sikap saling tolong menolong dengan
anggota keluarga di rumah, sikap jujur, menanamkan nilai-nilai agama di rumah,
saling bekerja sama, saling memberi, saling menghargai dan lain sebagainya. Cara
tersebut dilakukan secara terus menerus oleh anggota keluarga di rumah agar
siswa terbiasa dengan sikap sosial yang ditanamkan di rumah. Memang, awalnya
siswa hanya meniru sikap anggota keluarganya yang berada di rumah namun
nantinya akan tertanam dalam diri siswa sehingga siswa memiliki sikap sosial
yang baik.
52 Dari hasil wawancara dengan Ibu Yanti, orang tua siswa kelas V SDN Telaga Asih 04 Cikarang Barat, pada hari sabtu, 07 Mei 2011, pukul 13.15 WIB., di sekolah. 53 Dari hasil wawancara dengan Ibu Nani, orang tua siswa kelas V SDN Telaga Asih 04 Cikarang Barat, pada hari sabtu, 07 Mei 2011, pukul 13.15 WIB., di sekolah.
54
Dari pertanyaan yang peneliti ajukan kepada orangtua siswa mengenai
sikap sosial seperti apa yang orangtua inginkan ada dalam diri siswa. Ternyata
mereka menginginkan anak mereka memiliki sikap sosial yang bisa menghargai,
menghormati, jujur, bertanggung jawab, disiplin, berperilaku baik, sopan, taat
pada agama, dan suka menolong.
Hal ini dipertegas oleh salah satu informan dari orangtua siswa yaitu
Bapak Juju Juanda, yang mengataka bahwa:
“Saya ingin anak saya memiliki sikap sosial yang baik, karena sudah jarang orang memiliki sikap yang baik seperti mau menolong orang lain yang mengalami kesusahan dengan ikhlas, bisa menghargai orang lain dalam hal apa pun apalagi dalam menghadapi perbedaan yang ada, padahal sikap seperti itu sangat penting dimiliki semua orang agar bisa berperilaku baik di manapun ia berada.”54
Menanamkan sikap sosial dalam diri siswa memang tidaklah mudah,
orang tua juga mengalami kesulitan dalam menanamkan sikap sosial dalam diri
siswa. Contohnya adalah, di rumah siswa selalu diajarkan dan dibiasakan bersikap
yang baik seperti saling menghargai, tolong-menolong dan lain sebagainya tetapi
jika siswa sudah berada di luar rumah sulit bagi orang tua untuk mengontrolnya.
Terkadang saat berada di luar rumah siswa mencontoh atau meniru perilaku yang
kurang baik dari temannya misalnya dalam hal ucapan dan perilaku yang tidak
seharusnya siswa tiru. Lingkungan juga menjadi salah satu faktor pengaruh dalam
penanaman sikap sosial. Masing-masing Orang tua siswa menilai sikap sosial
siswa sekarang ini bisa dikatakan cukup baik, seperti saat berada di rumah, siswa
menunjukkan sikap suka menolong anggota keluarga di rumah, menghargai,
5
C
4 Dari hasil wawancara dengan Bapak Juju Juanda, orang tua siswa kelas V SDN Telaga Asih 04 ikarang Barat, pada hari sabtu, 07 Mei 2011, pukul 13.15 WIB., di sekolah.
55
menghormati, dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugasnya sebagai
pelajar yaitu belajar. Diakui oleh beberapa orang tua, bahwa saat di rumah siswa
mampu membagi waktunya antara belajar dan bermain. Siswa selalu mengerjakan
pekerjaan rumah (PR) yang diberikan oleh guru pada malam hari sebelum siswa
tidur.
Hal ini diperjelas kembali oleh salah satu informan orang tua siswa yaitu
bapak Nino, mengatakan bahwa: “Ketika di rumah, siswa memang tidak memiliki
waktu belajar yang khusus namun biasanya siswa belajar atau mengerjakan
pekerjaan rumah itu malam hari sebelum siswa tidur dan itu dilakukannya hampir
setiap hari.”55
Begitu juga sikap siswa di lingkungan sekitar rumah, walaupun terkadang
siswa suka meniru sikap atau perilaku temannya yang kurang baik tetapi siswa
lebih banyak menunjukkan sikap baiknya seperti, ikut bekerja bakti di lingkungan
rumah, membantu tetangga jika membutuhkan pertolongan. Hal ini diakui oleh
orang tua siswa sangat membanggakan orang tua , mereka mengakui bahwa sikap
sosial yang siswa miliki selain karena terbiasa di rumah dengan diajarkannya
sikap yang baik namun tak lepas juga dari pengaruh baik guru dan lingkungan
sekolahnya maupun dari hasil belajar dan ilmu serta pengetahuan yang siswa
peroleh, karena setiap mata pelajaran pasti menimbulkan dampak yang baik untuk
sikap yang siswa miliki.
Seperti yang diungkapkan oleh salah satu informan dari orang tua siswa
ibu Eka, mengatakan bahwa:
55 Dari hasil wawancara dengan Bapak Nino, orang tua siswa kelas V SDN Telaga Asih 04 Cikarang Barat, pada hari sabtu, 07 Mei 2011, pukul 13.15 WIB., di sekolah.
56
“Pelajaran yang di dapat oleh siswa di sekolah memang sangat berpengaruh dalam diri siswa, contohnya ketika siswa telah belajar IPS di sekolah mengenai keanekaragaman suku bangsa,di rumah siswa paham dengan apa yang diajarkan oleh gurunya di sekolah, sehingga pada saat di dekat rumah ada tetangga yang berbeda agama merayakan hari agamanya siswa sangat menghargai perbedaan itu.”56
Sedangkan upaya-upaya yang dilakukan guru dalam menanamkan sikap
sosial siswa antara lain dengan memberikan bimbingan, mendidik, mengarahkan
serta mencontohkan kepada siswa sikap sosial yang baik dari seorang guru,
contohnya jika guru menginginkan siswa memiliki sikap disiplin, maka guru harus
memberi contoh dengan disiplin pula misalnya datang ke sekolah tepat waktu.
Guru juga bisa menanamkan nilai-nilai positif yang akan didapat jika siswa
memiliki sikap sosial dalam diri, contohnya pentingnya sikap tolong menolong
dengan sesama teman karena dengan saling tolong-menolong akan mendapatkan
manfaat, seperti dapat meringankan beban orang yang telah siswa tolong, akan
terjalin tali silaturahmi, sehingga dengan upaya-upaya itu siswa bisa lebih
termotivasi untuk memiliki sikap yang baik.
Begitupun cara yang guru lakukan dalam menanamkan sikap sosial siswa
di dalam pembelajaran IPS. Cara yang guru lakukan yaitu, guru mempersiapkan
RPP, media dan materi yang akan guru bahas kemudian pada saat mengajar guru
selalu memberikan kalimat-kalimat positif yang bisa menumbuhkan rasa sikap
sosial siswa, dan ketika guru menjelaskan sebuah materi pelajaran guru selalu
mengkaitkannya dengan sikap-sikap sosial yang harus ditanamkan dalam diri
ngajar pelajaran IPS, kalimat-kalimat pembangkit siswa. Begitu juga ketika me
6 Dari hasil wawancara dengan Ibu Eka, orang tua siswa kelas V SDN Telaga Asih 04 Cikarang arat, pada hari sabtu, 07 Mei 2011, pukul 13.15 WIB., di sekolah.
5
B
57
semangat itu guru berikan di awal pembelajaran sebelum guru menjelaskan materi
pembelajarannya. Misalnya, pada saat guru akan membahas atau menerangkan
materi IPS tentang keanekaragaman suku bangsa di Indonesia, guru terlebih
dahulu menyampaikan kata pembuka atau kalimat yang bisa menumbuhkan rasa
sikap sosial siswa, seperti saat peneliti melakukan observasi di dalam kelas, Ibu
Ersih berkata:
“Anak-anak, kalian tahu negara Indonesia adalah negara yang luas, negara yang dipenuhi dengan penduduk yang sangat padat. Namun masyarakat yang mendiami negara Indonesa bukanlah dari daerah, suku, adat, budaya dan bahasa yang sama melainkan terdiri dari berbagai macam suku bangsa. Nah maka dari itu kita harus bisa menghargai semua perbedaan yang ada di Negara tercinta ini dari perbedaan bahasa, suku, budaya dan lain sebagainya, karena jika kita bisa saling menghargai maka akan tercipta kehidupan yang tentram, adanya kerukunan saling menghormati, bisa saling menolong, saling berbagi sehingga tidak akan terjadi pertengkaran satu sama lain.”57 Pada hari berikutnya ketika peneliti kembali melakukan observasi saat jam
pelajaran IPS di kelas V SDN Telaga Asih 04, keadaan siswa di kelas sangat
tenang mengikuti pelajaran. Materi yang guru berikan adalah mengenai
perjuangan melawan penjajah. Sebelum guru memulai menjelaskan materi
pelajaran seperti biasa, guru terlebih dahulu memberikan kalimat pemberi
semangat untuk siswa dengan tujuan menumbuhkan sikap sosial siswa dengan
mengkaitkan kalimat penyemangat yang guru berikan dengan materi yang akan
guru ajarkan. Materi yang akan guru jelaskan tentang perjuangan melawan
penjajah, di awal guru memberikan kalimat penyemangat, guru berkata:
“Anak-anak, bangsa Indonesia mendapatkan kemerdekaan bukanlah tanpa melakukan apa pun melainkan dengan penuh perjuangan dan pengorbanan para pahlawan bangsa. Pahlawan bangsa sangat semangat dalam melawan
Indonesia, mereka saling bahu-mmbahu, tak kenal penjajah yang ada di
57 Dari hasil observasi di sekolah pada hari kamis, 05 Mei 2011, pukul 07.15 WIB.
58
lelah, rela berkorban dan tidak takut mati dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Hasilnya sekarang kita sudah bisa menikmati kemerdekaan bangsa Indonesia, maka kalian sebagai genersi muda harus bisa menjaga kemerdekaan bangsa dengan cara sekolah yang rajin, meniru sikap-sikap pahlawan yang tidak takut dalam membela kebenaran, jiwa semangat, rasa setia kawan yang tinggi, tolong-menolong dan rela berkorban. Bukan menjadi siswa yang pemalas sehingga akan merusak bangsa Indonesia.”58
Dalam belajar IPS, siswa banyak mendapatkan pelajaran dan masukan
tentang sikap sosial yang harus siswa miliki. Materi yang terdapat dalam pelajaran
IPS sudah terkait dengan sikap sosial misalnya materi tentang keragaman suku
bangsa dan budaya di Indonesia, perjuangan mempertahankan kemerdekaan, dan
lain-lain. Guru hanya mengembangkan kembali materi tersebut dengan rangkaian
kata-kata guru agar siswa mengerti, memahami, semangat serta rasa sikap
sosialnya akan tumbuh dengan sendirinya dalam diri siswa.
Dengan memberikan kalimat-kalimat positif, penyemangat di awal
pembelajaran IPS, bisa memberikan motivasi kepada siswa, sehingga siswa bisa
berfikir dan meresapi apa yang dikatakan oleh guru. Terbentuklah di dalam hati
dan diri siswa mengenai sikap sosial yang guru tanamkan, sehingga siswa akan
terbiasa dan mempunyai keinginan untuk menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari baik di rumah, di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
Selain itu, guru juga selalu memberikan contoh sikap yang baik ketika
dalam kegiatan belajar mengajar IPS di kelas. Contohnya, saat diadakan kerja
kelompok di kelas guru selalu menanamkan sikap kepada siswa bahwa di dalam
mengerjakan tugas kelompok harus ada komunikasi yang baik antara anggota dan
8 Dari hasil observasi di sekolah pada hari kamis,12 Mei 2011, pukul 07.15 WIB. 5
59
ketua kelompok, harus bisa saling menghargai perbedaan pendapat antar teman,
harus saling tolong menolong jika ada kesulitan. Begitu pun dengan guru, guru
harus bisa menunjukkan sikap yang baik terhadap siswa seperti, jika ada siswa
yang masih belum mengerti tentang materi yang guru sampaikan, maka guru
menolong siswa dengan cara menanyakan kepada siswa bagian mana yang belum
siswa mengerti kemudian guru jelaskan kembali sampai siswa mengerti.
Di dalam kelas, guru juga pernah mendapati anak yang memiliki sikap
sosial yag kurang baik yaitu, ketika ada temannya yang sakit saat belajar, maka
guru meminta tolong kepada salah seorang siswa tetapi siswa tersebut tidak mau
menolongnya dengan alasan malas. Memang dalam kesehariannya di kelas, siswa
tersebut bisa dikatakan nakal karena sering mengganggu temannya yang sedang
belajar. Namun guru tidak diam begitu saja, guru menanyakan kepada siswa yang
lainnya tentang sikap siswa tersebut. Dari hasil informasi yang didapat oleh guru,
ternyata siswa tersebut memang sedikit dijauhi temannya karena memang suka
menjaili temannya dan menggangu temannya ketika sedang belajar atau bermain
saat jam istirahat. Untuk lebih jelasnya, guru pun bertanya kepada orang tua siswa
tersebut mengenai kesehariaanya di rumah. Akhirnya didapat informasi bahwa
siswa tersebut memiliki sikap yang kurang baik di rumah seperti menyetel TV
dengan volume yang keras untuk mencari perhatian orang tuanya karena memang
siswa tersebut kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua
disebabkan karena kedua orang tuanya sibuk bekerja. Guru pun lalu berupaya
untuk menyelesaikannya dengan cara memberikan perhatian lebih kepada siswa
tersebut.
60
Seperti yang diungkapkan oleh ibu Ersih:
“saya lebih mendekatkan diri kepada siswa tersebut dan memberikan perhatian yang lebih, kemudian saya beri siswa tersebut pengertian bahwa sikap yang siswa miliki itu tidaklah bagus karena apabila memiliki sikap yang seperti itu maka lama-kelamaan teman-teman akan menjauhi dan akhirnya kamu tidak memiliki teman lagi. Lalu siapa nanti yang akan menemani kamu bermain atau siapa yang akan menolongmu nanti di kelas dan di sekolah jika kamu mengalami kesulitan dan kamu tidak mempunyai teman”59
Setelah diberi pengertian oleh guru, sikap siswa di kelas pun semakin hari
semakin lebih baik. Siswa tersebut tidak lagi nakal, tidak suka mengganggu
temannya yang sedang belajar atau bermain pada saat jam istirahat dan mau
menolong teman yang mengalami kesulitan. Teman-temannya pun mau bermain
dengannya dan tidak lagi menjauhinya.
Kejadian tersebut merupakan salah satu kejadian yang guru temui
mengenai sikap siswa yang kurang baik. Akan tetapi kejadian atau masalah yang
guru hadapi selama ini tidak pernah membuat guru jera ataupun lelah dan sulit
dalam menghadapinya dan mencari jalan keluarnya atau pemecahan masalahnya.
Guru adalah contoh untuk siswa di sekolah, maka seorang guru harus bisa
menjadi contoh yang baik untuk siswanya. Sikap dan perilaku guru juga harus
sesuai dengan apa yang guru ajarkan kepada siswanya.
Menurut beberapa siswa dari hasil wawancara yang peneliti peroleh,
mengenai sikap guru kelas mereka sehari-hari, beberapa dari siswa menjawab
bahwa guru kelas mereka memiliki sikap yang baik, sangat disiplin, tegas,
bertanggungjawab, dan tidak membeda-bedakan siswa.
59 Dari hasil wawancara dengan Ibu Ersih, guru kelas V SDN Telaga Asih 04, pada hari kamis, tanggal 05 Mei 2011, 10.10 WIB., di sekolah.
61
Seperti yang diungkapkan oleh Priani siswa kelas V SDN Telaga Asih 04,
Priani mengatakan bahwa:
“Ibu Ersih itu guru yang baik, disiplin, datang ke sekolah tidak pernah terlambat, masuk kelas tepat waktu, sangat penyayang, tidak pernah membeda-bedakan siswanya, ramah, tegas, di kelas jarang ada teman-teman yang bercanda saat Ibu Ersih menjelaskan materi pelajaran.”60
Begitu pun menurut Niko siswa kelas V SDN Telaga Asih 04, mengatakan
hal yang tidak jauh berbeda, bahwa: “Ibu Ersih itu guru yang baik, ramah, tegas
dan disiplin. Ibu Ersih tidak pernah malas masuk sekolah untuk mengajar. Selalu
datang tepat waktu, waktu mengajar suaranya sangat keras jadi siswa termotivasi
dalam belajar.”61
Saat peneliti bertanya kepada beberapa siswa, mengenai apa saja sikap
yang patut dicontoh oleh siswa dari guru kelasnya, maka mereka menjawab
bahwa sikap yang patut dicontoh adalah sikap disiplin, ramah, tanggungjawab,
suka menolong, sabar, dan tegas.
Beberapa dari orang tua siswa pun berpendapat tentang perubahan sikap
anak-anaknya selama di kelas 5. Seperti yang dialami Ibu Yanti, mengatakan
bahwa:
“Di rumah, siswa jadi sering menolong dan membantu saya dalam pekerjaan rumah seperti, menyapu, mengelap kaca, dan mencuci piring. Siswa juga lebih bertanggung jawab dalam mengerjakan PR, saya sebagai orang tua tidak lagi harus mengingatkan siswa untuk mengrjakan PR tetapi siswa sudah memiliki tanggung jawab yang tinggi terhadap kewajibannya.”62
60 Dari hasil wawancara dengan Priani, siswa kelas V SDN Telaga Asih 04 Cikarang Barat, pada hari Senin, 09 Mei 2011, pukul 10.00 WIB., di sekolah. 61 ha
Dari hasil wawancara dengan Niko, siswa kelas V SDN Telaga Asih 04 Cikarang Barat, pada ri Senin, 09 Mei 2011, pukul 10.00 WIB., di sekolah.
62 Dari hasil wawancara dengan Ibu Yanti, orang tua siswa kelas V SDN Telaga Asih 04 Cikarang Barat, pada hari Sabtu, 07 Mei 2011, pukul 13.15 WIB., di sekolah.
62
Menurut guru penanaman sikap sosial seperti saling menghargai, tolong-
menolong, rasa setia kawan, bekerja sama, disiplin, jujur harus ditanamkan sejak
dini. Guru harus mengarahkan dan memberikan contoh yang baik kepada siswa
dan guru harus memiliki sikap tersebut agar siswa bisa mencontoh sikap dan
perilaku gurunya sehingga siswa bisa meniru sikap dan perilaku guru tersebut.
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, didapatkan hasil bahwa
sikap sosial siswa kelas V SDN Telaga Asih 04 sudah baik, mereka bisa saling
menghargai, saling tolong menolong antar teman dan guru, jika ada teman atau
guru yang mengalami kesulitan maka siswa menolongnya begitupun sebaliknya
jika ada siswa yang mengalami kesulitan, guru pun akan selalu siap menolong,
pada saat piket anggota piket saling bahu-membahu dalam menjalankan tugasnya,
saat ada kerja bakti di sekolah, siswa bergotong royong dan membagi tugas
contohnya ada siswa yang menggotong ember untuk mengepel lantai kelas, siswa
juga memiliki rasa setia kawan yang tinggi. 63
D. Interaksi Guru dan Siswa dalam Pembelajaran IPS di Kelas V SDN
Telaga Asih 04 Cikarang Barat
Dari hasil penelitian yang didapat oleh peneliti melalui wawancara dan
observasi tentang interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran IPS di kelas V
SDN Telaga Asih 04, didapat informasi sebagai berikut:
Proses belajar mengajar pada hakekatnya merupakan proses komunikasi,
pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan yaitu proses menyampaikan
63 Dari hasil observasi di sekolah pada hari Kamis, pada tanggal 05 Mei 2011, pukul 09.00 WIB.
63
melalui media tertentu. Proses komunikasi di sini bukan dalam pengertian proses
komunikasi searah melainkan proses komunikasi dua arah dalam bentuk interaksi
edukatif antara guru dan siswa.
Berbicara tentang interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran IPS di
kelas V SDN Telaga Asih 04, peneliti bertanya kepada guru kelas V SDN Telaga
Asih 04 Ibu Ersih, mengenai arti dari interaksi, kemudian Ibu Ersih
menyampaikan sebagai berikut: “Menurut saya, interaksi adalah suatu bentuk
proses komunikasi baik verbal maupun non verbal yang menimbulkan hubungan
timbal balik.”64
Pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk
membelajarkan siswa. Banyak komponen-komponen yang mempengaruhi proses
belajar mengajar diantaranya penggunaan media dan metode pembelajaran. Selain
itu faktor interaksi antara guru dan siswa juga sangat mempengaruhi keberhasilan
belajar siswa. Untuk itu perlu diciptakan interaksi antara guru dan siswa yang
kondusif.
Untuk menciptakan interaksi antara guru dan siswa dalam melakukan
proses komunikasi yang harmonis sehingga tercapai suatu hasil yang diinginkan
dapat dilakukan jam-jam bertemu antara guru dan siswa, dimana guru dapat
menanyai dan mengungkapkan keadaan siswa dan sebaliknya siswa mengajukan
persoalan-persoalan dan hambatan-hambatan yang dihadapinya.
Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Ersih, bahwa terdapat macam-macam
yang dapat dilakukan, menurutnya adalah: interaksi dalam pembelajaran
6
t
4 Dari hasil wawancara dengan Ibu Ersih, guru kelas V SDN Telaga Asih 04, pada hari kamis, anggal 05 Mei 2011, 10.10 WIB., di sekolah.
64
“Interaksi satu arah, dimana guru bertindak sebagai penyampai pesan dan siswa penerima pesan, interaksi dua arah antara siswa dan guru dimana guru memperoleh balikan dari siswa, interaksi dua arah antara guru dan siswa dimana guru mendapat balikan dari siswa selain itu saling berinteraksi atau saling belajar satu dengan yang lainnya, interaksi optimal antara guru, siswa dan antara siswa-siswa.”65
Guru dan anak adalah dua sosok yang tidak dapat dipisahkan dari dunia
pendidikan. Figur guru yang mulia adalah sosok guru yang dengan rela hati
menyisihkan waktunya demi kepentingan anak didik, menasehati anak didik,
membantu kesulitan anak didik dalam segala hal yang bisa menghambat aktivitas
belajarnya. Guru dan anak didik adalah sebagai dwi tunggal.
Di sekolah, guru adalah orang tua kedua bagi anak didik. Tugas dan
tanggung jawab guru adalah meluruskan tingkah laku dan perbuatan anak didik
yang kurang baik, yang di bawahnya dari lingkungan keluarga dan masyarakat.
Kegiatan proses belajar mengajar tidak lain adalah menanamkan sejumlah norma
ke dalam jiwa anak didik. Guru dan anak didik berada dalam suatu relasi
kejiwaan. Interaksi antara guru dan anak didik terjadi karena saling
membutuhkan. Anak didik ingin belajar dengan menimba sejumlah ilmu dari guru
dan guru ingin menimba dan membimbing anak didik dengan memberikan
sejumlah ilmu kepada anak didik yang membutuhkan.
Sedangkan di rumah, orang tua lah yang memiliki peranan penting dalam
mendidik, membimbing anaknya. Keluarga di rumahlah yang sangat sering
melakukan interaksi dengan siswa di rumah sehingga peluang orangtua sangat
banyak untuk membimbing dan mendidik siswa.
6
t
5 Dari hasil wawancara dengan Ibu Ersih, guru kelas V SDN Telaga Asih 04, pada hari kamis, anggal 05 Mei 2011, 10.10 WIB., di sekolah.
65
Menurut salah satu orang tua siswa yang bernama Juju Juanda,
mengartikan bahwa interaksi adalah: “Suatu tindakan seseorang yang
mempengaruhi atau memiliki efek terhadap orang lain.”66
Dari beberapa yang peneliti tanyakan kepada informan orang tua siswa,
tentang bagaimana interaksi siswa di rumah dan di lingkungan sekitar rumah,
interaksi anak mereka di rumah dan di lingkungan rumah sudah baik. Di rumah,
siswa suka bercerita dengan keluarga apa yang dialaminya, di lingkungan sekitar
siswa sering ikut berperan jika ada kegiatan sosial seperti bekerja bakti.
Hal ini diperjelas oleh salah satu informan dari orang tua siswa yaitu Ibu
Eka, mengatakan bahwa:
“kalau di rumah, anak saya sering membantu saya di rumah. Kami sering berkumpul bersama keluarga sambil berbincang-bincang di ruang keluarga dan jika hari libur dan di kompleks rumah mengadakan kerja bakti, maka kami sekeluarga pasti ikut berpartisipasi dalam kerja bakti yang diadakan di lingkungan rumah. Siswa pun sering bermain atau berbincang-bincang dengan teman sebayanya, mereka bermain bersama teman-temannya di sekitar rumah”67
Dalam interaksi edukatif, guru berusaha menjadi pembimbing yang baik
dengan peranan yang arif dan bijaksana, sehingga tercipta hubungan dua arah yag
harmonis antara guru dan anak didik. Untuk terciptanya suatu hubungan yang
harmonis, guru memiliki beberapa cara salah satunya yaitu dengan melakukan
berbagai pendekatan. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Ersih, pendekatan yang Ibu
Ersih lakukan adalah:
66 Dari hasil wawancara dengan Bapak Juju Juanda, orang tua siswa kelas V SDN Telaga Asih 04
karang Barat, pada hari sabtu, 07 Mei 2011, pukul 13.15 WIB., d sekolah.
Ci i76
B
Dari hasil wawancara dengan Ibu Ike, orang tua siswa kelas V SDN Telaga Asih 04 Cikarang arat, pada hari sabtu, 07 Mei 2011, pukul 13.15 WIB., di sekolah.
66
“Ada 4 pendekatan yang saya lakukan agar tercipta hubungan dua arah yang harmonis, pertama: pendekatan individual, pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan individual karena perbedaan individual anak didik tersebut memberikan wawasan kepada guru, bahwa strategi pengajaran harus memperhatikan perbedaan anak didik pada aspek individual. Kedua: pendekatan kelompok, pendekatan kelompok memang suatu waktu guru terapkan untuk membina dan mengembangkan sikap sosial anak didik. Siswa dibina untuk mengendalikan rasa egoisme dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial di kelas. Ketiga: pendekatan bervariasi, dalam mengajar, guru tidak hanya menggunakan satu metode saja karena permasalahan yang dicapai oleh setiap anak didik biasanya bervariasi dan yang terakhir adalah pendekatan edukatif: setiap tindakan, sikap, dan perbuatan yang guru lakukan harus bernilai pendidikan, dengan tujuan untuk mendidik anak didik agar menghargai norma-norma yang ada.”68
Proses belajar mengajar yang dilakukan di kelas selama ini seringkali satu
arah dimana siswa hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru. Oleh
karenanya, siswa lebih dilibatkan secara aktif untuk berinteraksi dengan guru atau
antar siswa. Prosentase kemampuan siswa dalam memahami dan mengingat
materi apa yang telah dipelajari sebelumnya hanya 5% jika mereka sekedar
mendengarkan penjelasan guru.
Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Ersih: “Jika dilihat dari piramida
pembelajaran, siswa akan mudah lupa dengan apa yang dipelajari sebelumnya
ketika mereka hanya mendengarkan penjelasan guru karena prosentasenya hanya
sekitar 5%.”69
Siswa akan mampu mengingat dan memahami materi lebih dalam dan
jelaskan isi materi kepada orang lain. Interaksi juga lama jika mereka mampu men
68 Dari hasil wawancara dengan Ibu Ersih, guru kelas V SDN Telaga Asih 04, pada hari kamis,
ggal 05 Mei 2011, 10.10 WIB., di sekolah.
tan96 Dari hasil wawancara dengan Ibu Ersih, guru kelas V SDN Telaga Asih 04, pada hari kamis, anggal 05 Mei 2011, 10.10 WIB., di sekolah. t
67
menjadi poin penting dalam kegiatan belajar mengajar karena tak hanya siswa saja
yang mendapatkan manfaat, namun juga para guru juga memperoleh umpan balik
(feedback) apakah materi yang disampaikan dapat diterima murid dengan baik.
Untuk itu, mendengar pengelaman para siswa dapat diaplikasikan dalam metode
pembelajaran sebelum guru masuk ke dalam penjelasan teori dan setelah
perkenalan.
Ibu Ersih mengatakan bahwa:
“ketika merancang dan melakukan revisi materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada para siswa, guru selalu memulai dengan merancang hasil akhir apa yang ingin dicapai dalam kegiatan belajar mengajar itu. Guru hanya bisa memilih isi materi dan tugas pembelajaran setelah ia menyadari benar apa yang dibutuhkan oleh siswanya dalam memahami keseluruhan materi yang disampaikan.”70
Walaupun dalam prakteknya banyak guru sering memulai dengan materi
atau tugas dan berlari dengan cepat pada hasil pembelajaran setelahnya. Tapi
Akibatnya materi dan hasil pembelajaran pun menjadi tak lagi cocok dengan
tingkat pembelajaran secara keseluruhan jangan menganggap bahwa semua siswa
menyukai isi materi yang akan disampaikan seketika itu juga.
Media pendidikan adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam
rangka lebih mengaktifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam
proses pembelajaran. Sebagai sumber pembelajaran IPS, media pendidikan
diperlukan untuk membantu guru dalam menumbuhkan pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran IPS.
70 Dari hasil wawancara dengan Ibu Ersih, guru kelas V SDN Telaga Asih 04, pada hari kamis, anggal 05 Mei 2011, 10.10 WIB., di sekolah. t
68
Sebaiknya guru selalu menggunakan media dalam mengajar, karena
dengan mengguanakan media, kegitan belajar mengajar menjadi lebih menarik,
membuat siswa termotivasi dalam mengikuti pelajaran dan guru pun menjadi
lebih mudah dalam menjelaskan materi yang akan di ajarkan. Media pembelajaran
memang merupakan salah satu bagian penting dalam kegiatan belajar mengajar,
media yang guru gunakan di dalam kegiatan belajar mengajar menjadikan
komunikasi yang ada di kelas lebih terjalin dengan baik.
Seperti yang diungkapkan oleh rani siswa kelas V SDN Telaga Asih 04,
mengatakan bahwa:
“Ibu Ersih itu kalau mengajar asyik, bikin semangat soalnya kalau ibu Ersih ngajar selalu ada medianya, cara menerangkan materinya juga mudah dimengerti oleh siswa. Siswa jadi aktif dalam belajar, tidak bosan, tidak ngantuk karena siswa banyak kegiatannya di kelas, tidak hanya mendengarkan guru bicara tapi siswa juga ikut terlibat di dalam pembelajaran.”71
Sedangkan menurut Nurul Dwi Fitriani, mengatakan hal yang sama,
bahwa: “Saya sangat suka cara Ibu Ersih mengajar, saat mengajar Ibu Ersih selalu
membuat media berupa gambar-gambar ataupun benda yang membuat siswa
menjadi semangat mengikuti pelajaran, tidak merasa suntuk.”72
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti amati di dalam kelas, guru dan
siswa telah menjalin komunikasi dengan baik, mereka saling bekerja sama dan
saling tolong menolong jika ada yang membutuhkan pertolongan. Contohnya saat
guru sedang menjelaskan materi pelajaran, siswa sangat terlihat antusias
71 Dari hasil wawancara dengan Rani, siswa kelas V SDN Telaga Asih 04 Cikarang Barat, hari Senin 09 Mei 2011, pukul 10.00 WIB., di sekolah.
72 Dari hasil wawancara dengan Nurul Dwi Fitriani, siswa kelas V SDN Telaga Asih 04 Cikarang Barat, hari Senin 09 Mei 2011, pukul 10.00 WIB., di sekolah.
69
mendengarkan penjelasan dari guru. Pada saat guru mengajukan pertanyaan
kepada siswa, maka siswa berlomba menunjuk tangan untuk menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh guru, ketika guru meminta meminta beberapa
siswa untuk maju ke depan kelas mengerjakan soal yang guru berikan, siswa pun
sangat antusias untuk berlomba maju ke depan mengerjakan soal yang guru
berikan, siswa juga sangat berinisiatif untuk menghapus papan tulis jika memang
harus dihapus. Begitu juga dengan guru kepada siswa, ketika siswa mengalami
kesulitan dalam mengerjakan tugas atau tidak mengerti tentang materi yang telah
guru sampaikan maka guru tak lelah mengulang penjelasannya kembali sampai
siswa tersebut benar-benar paham dan mengerti.73
Seperti yang dikatakan oleh Ibu Ersih bahwa:
“Jika ada temannya yang mengalami kesulitan di dalam kelas, teman yang lainnya pasti menolongnya, contohnya: jika pensil temannya patah maka teman yang lainnya meminjamkan rautan kepada teman yang pensilnya patah. Begitu juga di luar kelas, siswa bermain bersama tanpa memilih-milih teman.”74
Hal ini di perjelas oleh salah seorang siswa yang bernama Priani,
mengatakan bahwa: “jika pensil saya patah, teman saya pasti meminjamkan saya
pensil. Ketika ada teman yang jatuh, teman yag lain pasti menolongnya karena Ibu
Ersih selalu mengajarkan bahwa kami harus saling tolong menolong sesama
teman.”75
73 Dari hasil observasi di sekolah pada hari Kamis, pada tanggal 05 Mei 2011, pukul 09.00 WIB. 74 Dari hasil wawancara dengan Ibu Ersih, guru kelas V SDN Telaga Asih 04, pada hari kamis,
ggal 05 Mei 2011, 10.10 WIB., di sekolah.
tan57
S
Dari hasil wawancara dengan Priani, siswa kelas V SDN Telaga Asih 04 Cikarang Barat, hari enin 09 Mei 2011, pukul 10.00 WIB., di sekolah.
70
Dalam pembelajaran IPS di kelas, guru sangat kreatif untuk membuat
siswanya aktif di dalam kegiatan belajar. Saat guru menjelaskan materi pelajaran,
siswa begitu serius mendengarkan penjelasan dari guru, namun setelah guru
selesai memberikan penjelasan tentang materi yang diajarkan dan guru
mempersilahkan siswa untuk bertanya, terlihat banyak diantara siswa yang aktif
dalam mengajukan pertanyaan yang mereka tidak mengerti.
Saat guru menjelaskan materi mengenai peristiwa sekitar proklamasi
yaitu tokoh-tokoh kemerdekaan, guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya. Kemudian guru mengeluarkan media pembelajaran berupa
gambar tokoh-tokoh kemerdekaan. Gambar tokoh-tokoh kemerdekaan tersebut
guru berikan kepada siswa, kemudian siswa maju ke depan kelas satu per satu
untuk menjelaskan kembali tentang tokoh kemerdekaan yang ada dalam media
gambar yang diberikan oleh guru dengan menggunakan bahasanya sendiri.
Setelah siswa maju dan menjelaskan kembali tokoh yang ada dalam media gambar
dengan bahasanya sendiri, maka guru memberikan penghargaan kepada siswa
dengan mengucapkan kalimat yang memotivasi seperti, pintar sekali, terimakasih
sambil berjabat tangan sehingga teman-teman yang lain memberikan tepuk tangan
kepada temannya yang telah maju ke depan kelas.
Di dalam kelas, interaksi yang terjalin antar siswa sudah baik, siwa saling
tolong menolong apabila temannya mengalami kesulitan seperti: ada siswa yang
lupa membawa pensil, maka temannya yang membawa pensil lebih memberikan
pinjaman kepada temannya yang tidak membawa pensil. ketika ada teman yang
mengalami kesulitan dalam belajar, maka teman yang lain membantunya dengan
71
cara berdiskusi tentang materi yang tidak dimengerti oleh temannya. Begitupun
ketika menjalankan piket, regu piket saling bahu-membahu dan membagi tugas.
Ada yang menyapu, mengelap kaca kelas, merapikan kelas, dan mngepel lantai
kelas.
Tekadang ada siswa yang suka berkelahi di dalam kelas karena adanya
kesalahpahaman antar siswa, contohnya ada siswa yang tutup pensilnya hilang
kemudian siswa tersebut menyalahkan teman sebangkunya yang menghilangkan
tutup pensilnya maka terjadilah perkelahian kecil.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka guru sering memberikan tugas
kelompok kepada siswa agar siswa bisa berinteraksi lebih baik dengan temannya
di kelas. Dengan adanya kerja kelompok maka akan terjalin komunikasi yang baik
antar siswa.
Saat siswa mengerjakan tugas kelompok yang guru berikan di kelas,
siswa terlihat sangat antusias dalam mengerjakan tugas. Dalam 1 kelompok
terdapat 5 anak, mereka saling berdiskusi untuk menyelesaikan dan mencari
jawaban tugas tersebut. Suasana kelas terlihat sangat tenang dan aktif.
Pada jam istirahat, siswa keluar kelas untuk jajan dan bermain bersama
temannya. Mereka bermain bersama dengan gembira, mereka bermain bermacam-
macam jenis permainan. Untuk anak perempuan, ada yang bermain lompat tali,
bola bekel, petak umpet, kejar-kejaran, dan lain sebagainya. Untuk anak laki-laki
mereka kebanyakan lebih memilih untuk bermain bola pada saat jam istirahat.,
namun ada juga beberapa siswa yg iseng mengganggu teman temannya yang
sedang bermain saat jam istirahat. Ada juga siswa yang menggunakan waktu
72
istirahatnya di dalam kelas berdiskusi dengan temannnya tentang materi yang baru
mereka pelajari tadi, ada yang hanya berbincang-bincang di halaman sekolah,
makan/jajan bersama teman-temannya. Interaksi yang terjalin antara siswa dengan
teman sebayanya sangat baik.
Di luar kelas interaksi antara guru dan siswa cukup terjalin dengan baik,
walaupun pada jam istirahat guru dan siswa mempunyai kesibukan masing-
masing. Dimana guru lebih memilih menhabiskan waktunya di dalam kantor
bersama guru-guru yang lain pada waktu jam istirahat, sedangkan siswa lebih
memilih menghabiskan waktunya dengan bermain bersama teman-temannya.
Namun guru dan siswa saling bertegur sapa dan bersalaman apabila bertemu di
ruang guru, di kantin atau sedang berjalan. Ketika guru membutuhkan pertolongan
untuk membelikan sesuatu di kantin siswa pun menolongnya.
73
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian kualitatif, dengan melakukan wawancara
dan observasi, peneliti menarik kesimpulan bahwa dalam menanamkan sikap
sosial harus ditanamkan sejak dini. Menanamkan sikap sosial melalui
pembelajaran IPS, sangat baik guru lakukan untuk menumbuhkan sikap sosial
dalam diri siswa yaitu dengan cara memberikan kalimat-kalimat yang
mengandung nilai-nilai sikap sosial di awal pembelajaran dan dengan
mengkaitkan materi pembelajaran IPS dengan nilai-nilai sikap sosial. Dengan
cara itu, dalam diri siswa akan tertanam nilai-nilai sikap sosial dan menjadikan
siswa memiliki sikap sosial yang baik. Begitu juga dengan guru kelas V di SDN
Telaga Asih 04 Cikarang Barat, Ibu Ersih selalu melakukan cara tersebut untuk
menanamkan sikap sosial dalam diri siswa sehingga dalam diri siswa sudah
tertanam sikap sosial yang baik dan siswa bisa menerapkan sikap tersebut baik di
lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana dikemukakan di atas, ada
beberapa saran atau masukan yang perlu disampaikan kepada pihak lain, antara
lain:
73
74
1. Bagi Siswa
Dengan penelitian ini diharapkan siswa memiliki sikap sosial yang baik, dan
bisa mengembangkan kemampuan sikap sosialnya terhadap teman-temannya,
guru, dan keluarga baik di lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat.
2. Bagi sekolah
Dengan penelitian ini diharapkan sekolah bisa menanamkan sikap sosial
dalam diri siswa melalui pembelajaran-pembelajaran baik pelajaran IPS
maupun pelajaran lainnya dengan menanamkan nilai-nilai sikap sosial dan
dengan cara mengkaitkan nilai-nilai sikap sosial dengan materi pelajaran.
3. Bagi Orang Tua
Dengan penelitian ini diharapkan agar orang tua dapat memberi peluang yang
besar kepada anaknya untuk dapat menerapkan sikap sosial yang baik dengan
teman-temannya, keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat sekitar.
75
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2007. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineke Cipta.
. Psikologi Sosial. Jakarta: PT Rineke Cipta.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Metodik Khusus Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidika dan Kebudayaan Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah.
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kapita Selekta Pembelajaran. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Nasional. Gunawan, Ary H. 2010. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineke Cipta.
Hanurawan, Fattah. 2010. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Huberman, Michael., dkk. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia.
Ischak, dkk. 2007. Pendidikan IPS di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Iskandar, 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta: Gaung Persada Press.
Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada Press.
Jihad, Asep, dkk. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.
Nasution,S. 2004. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sapriya, 2009. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Saputra, Hendra. 2006. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta:
UHAMKA PRESS. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
76
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rosdakarya.
Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. Uno, Hamzah B. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Winataputra, Udin S. dkk. 2008. Materi dan Pembelajaran IPS SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Zulkifli. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
77
DRAFT WAWANCARA
Narasumber Pertanyaan Guru 1. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu
mengenai arti dari sikap sosial? 2. Menurut Bapak/Ibu, seperti
apakah contoh dari sikap sosial? 3. Menurut Bapak/Ibu, siapakah
yang paling berperan dalam menanamkan sikap sosial dalam diri siswa? Guru, orang tua atau masyarakat? Mengapa?
4. Bagaimanakah sikap sosial siswa kelas V di SDN Telaga Asih 04?
5. Apakah Bapak/Ibu pernah melihat sikap sosial siswa yang tidak baik? Contohnya?Mengapa siswa bersikap seperti itu?
6. Apakah mata pelajaran IPS dikelas V SD sudah bisa menanamkan/menumbuhkan sikap sosial siswa?mengapa?
7. Seperi apa cara Bapak/Ibu dalam menanamkan/menumbuhkan sikap sosial dalam diri siswa di dalam pembelajaran IPS?
8. Menurut Bapak/Ibu apakah mata pelajaran IPS di kelas V semua materi yang ada di dalamnya terkait dengan sikap sosial atau hanya materi-materi tertentu saja?Mengapa?
9. Seperti apa persiapan/perencanaan guru dalam mengajar IPS?
10. Bagaimana cara menanamkan sikap sosial dalam diri siswa SD di dalam pembelajaran IPS?
11. Adakah kesulitan Bapak/Ibu
78
dalam menanamkan sikap sosial pada diri siswa dalam pembelajaran IPS?
12. Siapakah yang membuat kurikulum di SD?
13. Apakah kurikulum SD dari tahun ke tahun selalu sama atau ada perubahan?
14. Apakah guru bisa ikut berperan untuk mengembangkan atau merubah kurikulum yang ada? Mengapa?
15. Apakah kurikulum IPS untuk kelas V SD sudah sesuai dengan materi-materi pembelajaran yang akan di ajarkan oleh guru?
16. Menurut Bapak/Ibu bagaimana sikap sosial siswa dengan guru dan teman sebayanya dikelas?
17. Menurut Bapak/Ibu bagaimana sikap sosial siswa di luar kelas.
18. Menurut Bapak/Ibu apa arti dari interaksi?
19. Bagaimana interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan guru di kelas dalam pembelajaran IPS?
20. Apakah siswa dengan guru di dalam kelas saling tolong menolong/membantu ketika ada guru atau siswa yang mengalami kesulitan? Seperti apa contohnya?
21. Bagaimanakah respon siswa ketika guru mengajukan pertanyaan tentang materi yang diajarkan dalam proses belajar mengajar di dalam kelas?
22. Bagaimanakah respon siswa ketika guru menyarankan ada siswa maju ke depan kelas untuk mengerjakan tugas yang guru berikan?
23. Apakah siswa dengan teman-
79
temannya di dalam kelas saling tolong-menolong ketika ada teman yang mengalami kesulitan? Seperti apa contohnya?
24. Bagaimanakah kerjasama siswa dalam melaksanakan tugas piket?
25. Bagaimana interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan semua warga sekolah di luar jam belajar/ di luar kelas?
26. Apakah di luar kelas atau jam pelajaran pada saat istirahat guru dan siswa sering bertegur sapa?
27. Apakah guru dan siswa suka berdiskusi di luar jam pelajaran atau pada saat istirahat? Seperti apa contohnya?
28. Apakah guru dan siswa suka tolong menolong di luar jam pelajaran atau ketika jam istirahat? Seperti apa contohnya?
29. Apakah siswa dengan teman sebayanya saling tolong menolong ketika di luar kelas atau pada saat jam istirahat? Seperti apa contohnya?
30. Adakah siswa yang memilih-milih teman saat bermain?
31. Apakah pada saat jam istirahat siswa bermain bersama dengan teman sebayanya tanpa memilih-milih teman?
Siswa 1. Apa arti sikap sosial menurut anda?
2. Menurut anda seperti apa contoh dari sikap sosial?
3. Apakah anda suka saling tolong menolong dengan sesama teman, guru dan semua warga
80
sekolah? Contohnya seperti apa?
4. Apakah anda setia kawan terhadap teman-teman anda?
5. Bagaimana interaksi anda dengan guru, anda dengan teman-teman sebaya anda di kelas?
6. Bagaimana interaksi anda dengan guru, teman sebaya anda dan semua warga sekolah di luar jam pembelajaran/ di luar kelas?
7. Apakah pembelajaran IPS di kelas sudah menanamkan sikap sosial bagi anda? Mengapa?
8. Siapakah yang paling berperan dalam penanaman sikap soial siswa? Guru, keluarga atau masyarakat? Mengapa?
9. Apakah saat guru mengajar IPS, cara penyampaiannya sudah sesuai dengan materi yang di ajarkan? Mengapa?
10. Bagaimana sikap sosial anda di kelas atau di luar kelas?
11. Bagaimana interaksi anda dengan teman-teman dan dengan guru dalam pembelajaran IPS di kelas?
12. Bagaimana interaksi anda dengan teman-teman dan dengan guru di luar kelas atau sekolah?
13. Apakah perencanaan guru dalam mengajar sudah menarik perhatian/ memberikan motivasi belajar bagi anda untuk bisa mengaplikasikan sikap sosial dalam kehidupan di keluarga, sekolah dan dalam masyarakat?
14. Bagaimana sikap sosial anda dalam keluarga dan masyarakat sekitar?
81
Orang Tua Siswa 1. Bagaimana pendapat orang tua siswa tentang arti dari sikap sosial?
2. Bagaimanakah sikap sosial siswa di rumah dan di lingkungan sekitar rumah?
3. Bagaimanakah cara orang tua menanamkan sikap sosial siswa di lingkungan keluarga?
4. Menurut pendapat orang tua siswa, siapakah yang berperan penting dalam penanaman sikap sosial siswa? Keluarga, sekolah, atau masyarakat? Mengapa?
5. Bagaimanakah interaksi siswa di rumah dan di lingkungan sekitar rumah?
6. Bagaimana peran keluarga di rumah dalam penanaman sikap sosial siswa?
7. Apakah keluarga sudah berperan dalam menanamkan sikap sosial siswa?
8. Apakah siswa selalu mengerjakan pekerjaan rumah (PR) yang diberikan oleh guru?
9. Apakah siswa mempunyai waktu khusus atau jadwal untuk belajar di rumah? Seperti apa?
10. Menurut pendapat ibu, apakah pembelajaran IPS yang di ajarkan di sekolah bisa menanamkan sikap sosial siswa? Mengapa?
11. Bagaimanakah interaksi siswa dengan teman sebayanya di rumah?
12. Bagaimanakah interaksi siswa dengan keluarga di rumah?
82
DRAFT OBSERVASI
Informan Hal yang Diamati Guru 1. Persiapan guru dalam mengajar
2. RPP, silabus 3. Penampilan guru dalam
mengajar 4. Sikap guru dalam mengajar IPS 5. Suara guru dalam mengajar IPS 6. Interaksi guru dengan siswa di
kelas dalam pembelajaran IPS 7. Interaksi guru dengan siswa di
luar kelas 8. Cara guru mengajar IPS 9. Cara guru menyampaikan materi
pembelajaran IPS 10. Cara guru menanamkan sikap
sosial siswa di dalam pembelajaran IPS
11. Kurikulum IPS SD yang terkait dengan sikap sosial
Siswa 1. Pemahaman siswa tentang sikap sosial
2. Sikap sosial siswa dengan siswa dan guru di kelas dalam pembelajaran IPS
3. Sikap sosial siswa dengan teman, guru dan lingkungan sekolah di luar kelas
4. Pembelajaran IPS dapat menanamkan sikap sosial siswa
5. Perilaku siswa dalam pembelajaran IPS
6. Interaksi siswa denga siswa dan guru di kelas dalam pembelajaran IPS
7. Interaksi siswa dengan siswa dan guru di luar kelas
8. Keseriusan siswa dalam
83
mengikuti pembelajaran IPS 9. Pemahaman siswa dalam belajar
IPS 10. Mengaplikasikan sikap sosial
yang guru tanamkan dalam pembelajara IPS
Orang Tua Siswa 1. Sikap sosial siswa di rumah dan di lingkungan rumah
2. Cara orang tua menanamkan sikap sosial siswa di lingkungan keluarga
3. Interaksi siswa di rumah dan di lingkungan sekitar rumah
4. Peran keluarga di rumah dalam penanaman sikap sosial siswa
5. Siswa menerapkan/mengaplikasikan sikap sosial di rumah dan di lingkungan rumah yang telah guru tanamkan dalam pembelajaran IPS
84
LAMPIRAN 3
FOTO
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
PEMERINTAH KABUPATEN BEKASI
UPTD PAUD/SD KECAMATAN CIKARANG BARAT
SD NEGERI TELAGA ASIH 04
Kp. Telaga Asih Desa Telaga Asih Kec. Cikarang Barat BEKASI
SURAT KETERANGAN
Nomor: 18/08/SD/035/VII/2011
Kepala Sekolah SDN Telaga Asih 04 Kecamatan Cikarang Barat Kabupaten Bekasi menerangkan bahwa:
Nama : HELMA DWI UTAMI Tempat/tangga lahir : Bekasi, 29 April 1989 NIM : 0701045090 Jurusan/Program Studi : IP/SIPGSD Semester/Th Akademik : VIII / 2010-2011
Alamat : Perum. Taman Aster Blok G2/47 Kec. Cikarang Barat Kab. Bekasi Mahasiswa tersebut di atas telah melaksanakan riset dalam rangka penyusunan skripsi dengan judul "PENANAMAN SIKAP SOSIAL MELALUI PEMBELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS V (STUDI KUALITATIF DI SDN TELAGA ASIH 04 CIKARANG BARAT)." Demikian Surat Keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Cikarang Barat, 12 Juli 2011 Kepala Sekolah
WASPAN, S.Pd NIP. 19590730 197912 1 001
96
97
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama : Helma Dwi Utami
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Bekasi, 29 April 1989
Status Pernikahan : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat : Perum. Taman Aster Blok G2/47 Kec. Cikarang Barat
Kab. Bekasi
No. HP : 085691287424
Daftar Riwayat Pendidikan
1. SDN Telaga Asih 04 Cikarang Barat lulus tahun 2001
2. SMPN 1 Cikarang Barat lulus tahun 2004
3. SMAN 1 Cikarang Utara lulus tahun 2007
4. Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar sampai sekarang.
Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.
Hormat saya,
(Helma Dwi Utami)