PENAFSIRAN QS. AL-ḤIJR

97
PENAFSIRAN QS. AL-ḤIJR [15]: 9 TENTANG PEMAKNAAN LAFAL AL-ŻIKR SEBAGAI QURAN: SEBUAH STUDI KRITIS Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I) Oleh: Gugun Gunawan NIM: 1110034000039 PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2014 M

description

TENTANG PEMAKNAANLAFAL AL-ŻIKR SEBAGAI QURAN: SEBUAH STUDI KRITIS

Transcript of PENAFSIRAN QS. AL-ḤIJR

  • PENAFSIRAN QS. AL-IJR [15]: 9 TENTANG PEMAKNAANLAFAL AL-IKR SEBAGAI QURAN: SEBUAH STUDI KRITIS

    SkripsiDiajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)

    Oleh:Gugun Gunawan

    NIM: 1110034000039

    PROGRAM STUDI TAFSIR-HADISFAKULTAS USHULUDDIN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA

    1436 H/2014 M

  • iABSTRAK

    Gugun GunawanPENAFSIRAN QS. AL-IJR [15]: 9 TENTANG PEMAKNAAN LAFAL AL-IKR SEBAGAI QURAN: SEBUAH STUDI KRITIS

    Ada satu pertanyaan besar yang ingin disampaikan dalam skripsi ini, yaitumengapa QS. al-ijr [15]: 9yang notabene selalu dijadikan argumen kemurnianQuranmenggunakan term al-ikr untuk menunjukkan makna Quran? Mengapatidak menggunakan term yang lebih jelas bermakna Quran, seperti lafal al-qurn?Maka dari situ, ada maksud di balik pemilihan lafal al-ikr ketimbang lafal al-qurn mengingat ketepatan Allah dalam pemilihan diksi Quran. Sehingga dapatmemperjelas Quran yang seperti apa yang sebenarnya dijaga oleh Kami sepertipada ayat dimaksud.

    Kenyataannya bahwa para mufasir, baik klasik maupun modern, tidakmenindaklanjuti mengapa lafal al-ikr yang dipilih. Mereka hanya mencukupkanpada penjelasan bahwa lafal al-ikr pada ayat tersebut bermakna Quran saja tanpamenjelaskan Quran yang bagaimana yang dijaga dari pengubahan, penambahan,maupun pengurangan. Di sinilah studi kritis penulis dipaparkan.

    Dengan menggunakan metode semantik dapat diketahui bahwa artigramatikal lafal ikr yang berkaitan dengan fil penurunan wahyu adalah bermaknaQuranhasil ini penulis peroleh setelah meneliti ayat-ayat yang di dalamnyaterdapat lafal ikr sehingga dapat membandingkan bagaimana lafal ikr dimaknaiQuran dan bagaimana lafal ikr tidak dimaknai Quran. Namun melihat artileksikal dari lafal al-ikr yang berarti ingatan (sesuatu yang berada di pikiran), makamakna al-ikr (yang dimaknai Quran) bermaksud untuk menunjukkan arti Quran(firman Allah yang diturunkan pada Nabi Muhammad saw.) yang berupa ingatanatau hafalan.

    Dengan demikian, pemilihan diksi al-ikr pada QS. al-ijr [15]: 9 bermaksuduntuk menunjukkan bahwa Quran yang Kami jaga bukanlah Quran yang berupatulisan (al-kitb) dalam kitab atau mushaf melainkan Quran yang berupa hafalanatau ingatan (al-ikr) yang ada dalam hati orang-orang Islam. Oleh sebab itu, termyang dipakai untuk menunjukkan makna Quran pada ayat ini tidak menggunakanlafal al-kitb melainkan menggunakan lafal al-ikr.

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Segala puji dan syukur penulis haturkan pada Allah swt. atas segala nikmat

    dan pertolongan yang telah dan akan selalu Ia berikan kepada penulis. Ialah yangmemberikan petunjuk dan saat penulis kehilangan kata untuk diketik, data untukdiolah, dan ide untuk dikembangkan. Kepada-Nya penulis mengadu saat hati danpikiran mulai lelah dan frustrasi untuk menyelesaikan penelitian ini. Dari-Nyapenulis dapatkan inspirasi untuk menuliskan kata demi kata hingga menjadisekumpulan bab-bab yang dibundel menjadi sebuah buku ini.

    Salawat dan salam seiring kerinduan akan senantiasa dicurah limpahkan padabaginda Nabi Muhammad saw. yang melaluinya Kalam Allah yang sempurna dapatdisampaikan dengan begitu sempurna pula pada kaumnya hingga saat ini dansampai akhir nanti.

    Penulis menyadari betul bahwa skripsi yang berjudul PENAFSIRAN QS.AL-IJR [15]: 9 TENTANG PEMAKNAAN LAFAL AL-IKR SEBAGAIQURAN: SEBUAH STUDI KRITIS ini tidak akan rampung dengan daya yangpenulis miliki. Ada banyak sosok, kerabat, dan orang-orang spesial yang secaralangsung maupun tidak langsung telah banyak membantu penulis. Maka dengankerendahan hati, penulis mengungkapkan ucapan terima kasih kepada:

    1. Kedua orang tua tercinta, Emi Nining Sumarni dan Apa Maman Sudirman,yang karena kenekatan mereka penulis tercatat sebagai mahasiswa UINJakarta dan sebab doa merekalah penulis dapat bertahan sampai saat ini.

  • iii

    Dan untuk kakak terhebat penulis, Ceuceu Evi Silvia, serta adik tercantikpenulis, Neng Elis Maratun Shalihah, yang selalu memotivasi dandijadikan motivasi bagi penulis untuk segera menyelesaikan penelitian iniagar segera pula menjadi orang yang sukses.

    2. Bapak Dr. Ahzami Samiun Jazuli, M.A. selaku pembimbing yang telahmemberikan kontribusi bermakna dalam menyelesaikan penulisan skripsiini. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih pula pada Prof. Dr. AminSuma, M.A. yang memberikan data awal yang sangat penting sehinggapenulis bisa menyelesaikan penelitian mengenai karakteristik lafal al-ikr.Serta kepada bapak Eva Nugraha, M.A, dan bapak Kusmana M.A.. yangtelah meluangkan waktu di tengah kesibukan mereka untuk sekedarmengoreksi skripsi ini.

    3. Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA. selaku ketua jurusan Tafsir-Hadis bersamapara pengurus Fakultas Ushuluddin yang telah banyak membantukemudahan administrasi dalam perkuliahan maupun dalam penyelesaianskripsi.

    4. Seluruh dosen Fakultas Ushuluddin yang dengan kebaikan dan kemurahanmereka, secara sadar, telah mendorong penulis untuk tidak surut sebelummenang dalam menggali kedalaman dan keindahan ayat-ayat suci serta ke-uswah-an Nabi Muhammad saw.

    5. Teman-teman seatap dan sesabun mandi penulisWandi Ruswandi,Wahyu Ismatullah, dan Muhammad Rasyidi. Merekalah yang palingdominan mewarnai kehidupan penulis selama di kampus. Suka-duka

  • iv

    menjadi anak kosan dilewati bersama saat makan hanya dengan lauk sausdan kerupuk seadanya. Teman-teman TH B 2010 yang super kocak dankonyol namun elegan. Terkhusus untuk Muhammad Indra, teman palingganteng tapi super manja, terima kasih untuk semuanya dan selamatmenjadi bapak, ya.

    6. Sugawan-sugawati KMSGD Jabodetabek: Fahri, Vicky, Deden, Agung,Hadi, dan semuanya. Merekalah sebenarnya yang paling bersemangatmemotivasi penulis untuk segera menjadi wisudawan. Berkat ceng-cengan merekalah penulis semakin bersemangat menyelesaikan skripsiini. Terima kasih secara khusus kepada Sugawan Agung Khumaidi yangtelah memberikan adaptor secara cuma-cuma pada penulis sehinggamemperlancar dalam menyelesaikan skripsi ini. Tanpa adaptor darinya,skripsi ini mungkin akan selesai lebih lama dari ini.

    Akhirnya, penulis berharap semoga karya ini dapat memberikan tambahanwawasan mengenai Quran dan bermanfaat bagi semuanya, terkhusus bagi penulis.Semoga karya ini dijadikan sebagai ladang amal baik bagi penulis.

    Ciputat, 11 Desember 2014Hormat saya,

    Gugun GunawanPenulis

  • vDAFTAR ISI

    ABSTRAK............................................................................................................ iKATA PENGANTAR......................................................................................... iiDAFTAR ISI........................................................................................................ vPEDOMAN TRANSLITERASI......................................................................... vii

    BAB I PENDAHULUANA. Latar BelakangMasalah................................................................ 1B. Permasalahan................................................................................. 4C. Tinjauan Pustaka........................................................................... 7D. Tujuan dan Manfaat Penelitian...................................................... 11E. Metode Penelitian.......................................................................... 12F. Sistematika Penulisan................................................................... 17

    BAB II KETEPATAN DIKSI QURANA. Ketepatan Allah dalam Pemilihan Diksi

    pada Ayat-Ayat Quran.................................................................. 19B. Sinonim (Mutardif)..................................................................... 24

    1. Sinonim dalam Bahasa Indonesia............................................ 242. Sinonim dalam Quran.............................................................. 25

    a. Pengertian Sinonim dan Faktor-Faktor PenyebabKemunculannya dalam Bahasa Arab............................... 25

    b. Pro-Kontra Sinonim dalam Quran................................... 33C. Homonim (Musytarak) dalamQuran........................................... 38

    BAB III KARAKTERISTIK DAN KONSISTENSILAFAL IKR DALAM QURANA. Klasifikasi Lafal ikr dalam Quran.............................................. 41

    1. Lafal ikr yang Dimaknai Quran............................................. 42

  • vi

    2. Lafal ikr yang Tidak Dimaknai Quran................................... 45B. Karakteristik Lafal ikr dalam Quran........................................... 47

    1. Karakteristik Lafal ikr berdasarkan Penyandarannyaterhadap Kalimat Lain............................................................. 48

    2. Karakteristik Lafal ikr berdasarkan Maknanyasebagai Quran.......................................................................... 50

    BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN LAFAL AL-IKR PADAQS. AL-IJR [15]: 9A. Pemaknaan Lafal al-ikr dengan Quran

    pada QS. al-ijr [15]: 9................................................................ 53B. Argumentasi Penggunaan Lafal al-ikr

    pada QS. Al-ijr [15]: 9............................................................... 54

    BAB V PENUTUPA. Kesimpulan................................................................................... 75B. Saran.............................................................................................. 75

    DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 77

  • vii

    PEDOMAN TRANSLITERASIKeputusan bersama Menteri Agama dan Menteri P dan K

    Nomor: 158 tahun 1987 Nomor: 0543 b/u/19871. Konsonan

    1 tidak dilambangkan 16 2 b 17 3 t 18 4 19 g5 j 20 f6 21 q7 kh 22 k8 d 23 l9 24 m10 r 25 n11 z 26 w12 s 27 h13 sy 28 14 29 y15

    LatinNo. Arab Latin No. Arab

    2. Vokal Pendek

    -- - = a kataba-- - = i suila

  • viii

    -- - = u yahabu3. Vokal Panjang

    a. Fatah + alif, ditulis (a garis di atas) ditulis jhiliyyah

    b. Fatah + alif layyinah, ditulis (a garis di atas) ditulis yas

    c. Kasrah + y mati, ditulis (i dengan garis di atas) ditulis majd

    d. ammah + wu mati, ditulis (u dengan garis di atas) ditulis furd

    4. Diftong = ai = kaifa

    = au = aula

    5. Kata Sandang ()Kata sandang dilambangkan dengan al-, baik diikuti huruf syamsiyyahmaupun huruf qamariyyah.

    6. Tasydid ( -- - )Syiddah atau tasydd dilambangkan dengan menggandakan huruf yang diberisyiddah. Namun, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda

  • ix

    syiddah tersebut terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-hurufal-syamsiyyah. Misalnya, kata tidak ditulis a-arrah melainkan al-

    arrah.7. T Marbah

    a. Bila berdiri sendiri atau dirangkai dengan kalimat lain yang menjadi natatau sifat, ditulis hContoh: ditulis jizyah

    ditulis al-jmiah al-islmiyyah

    (ketentuan ini tidak berlaku terhadap kata-kata serapan bahasa Indonesiadari bahasa Arab seperti zakat, salat, dan sebagainya, kecualidikehendaki lafal aslinya)

    b. Bila diharakati karena berangkaian dengan kata lain, ditulis tContoh: ditulis nimat Allh

    ditulis zakt al-fir

    8. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat dapat ditulis menurutpenulisannya, contoh: ditulis aw al-fur

    ditulis ahl al-sunnah

  • x9. Singkatanswt. = subnah wa talsaw. = all Allh alaih wa salamas. =alaih al-salmra. = raiya Allh anhQS. = Quran SuratM = MasehiH = Hijriahw. = Wafath. = Halaman

  • 1BAB IPENDAHULUAN

    A. Latar Belakang MasalahSkripsi ini terinspirasi saat menemani seorang dosen1 pergi menuju kampus

    dengan menaiki sebuah sepeda motor. Sore itu, di atas kendaraan yang melajudengan santai, kami berdiskusi berbagai permasalahan akademik hingga akhirnyapenulis menemukan satu pertanyaan yang menurut penulis sangat menarik untukditeliti lebih lanjut. Sambil mengendarai motornya, ia bercerita: Kemarin, sewaktuberkumpul dengan para dosen di ruang dosen sambil berdiskusi yang dikemasdengan obrolan santai ala intelek, muncul satu pertanyaan yang tidak terjawab danitu menarik untuk dibahas lebih lanjut. Pertanyaannya adalah mengapa pada ayatyang kerap kali dijadikan argumentasi kemurnian Quran, yaitu QS. al-ijr [15]: 9,Allah menggunakan term al-ikr untuk menunjukkan Quran? Pasti ada maksud dibalik pemilihan diksi al-ikr tersebut. Tidak lama setelah itu, kami pun akhirnyasampai di kampus tercinta dan kemudian berpisah di pintu gerbang masuk denganmeninggalkan berbagai permasalahan intelektual di benak penulis.

    Keesokan harinya, sambil ditemani secangkir kopi dan beberapa gorengan,penulis mencoba mendiskusikan permasalahan tersebut dengan teman-teman2 satukos penulis yang kebetulan satu kelas dan satu jurusan Tafsir Hadis. Penulismemulai dengan sebuah celetukan, Eh bro! Saya mau nanya nih, Mengapa padaQS. al-ijr [15]: 9 Allah menggunakan term al-ikr untuk menunjukkan Quran,

    1Beliau adalah Eva Nugraha, MA, salah seorang tenaga pengajar di Fakultas UIN SyarifHidayatullah Jakarta.

    2Mereka adalah Wandi Ruswandi, Wahyu Ismatullah, dan Muhammad Rasyidi.

  • 2tidak memakai term yang lebih jelas bermakna Quran, seperti lafal al-qurnmisalnya, atau yang lainnya? Kenapa coba? Diskusi pun berjalan alot tanpamendapatkan jawaban yang jelas.

    Sebagaimana diketahui bahwa ayat yang kerap kali dijadikan argumentasiakan keautentikkan Quran yaitu QS. al-ijr [15]: 9. Di bawah ini adalah redaksilengkap ayat tersebut,

    Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Quran, dan Sesungguhnya

    Kami benar-benar memeliharanya.Dalam al-Quran dan Terjemahnya yang dikeluarkan oleh Kementrian

    Agama pada tahun 2012, ayat ini diberikan keterangan sebagai jaminan kesuciandan kemurnian Quran selama-lamanya.3

    Merasa tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan, penulis mencobamencari penafsiran-penafsiran mengenai ayat tersebut berharap menemukan alasanpemilihan diksi al-ikr pada ayat itu. Dari berbagai penelusuran penafsiran-penafsiran Quran, mayoritas ulama memang memaknai lafal al-ikr pada QS. al-ijr [15]: 9 sebagai Quran, seperti pada kitab tafsir Jallain,4 kitab Jmi al-Baynkarya al-abar,5 dan pendapat-pendapat mufasir lainnya dalam karyanya masing-masing.6 Namun, mereka hanya memaknai al-ikr sebagai Quran saja tanpa

    3Kementrian Agama RI, al-Quran dan Terjemahnya (Jakarta: PT. Sinergi PustakaIndonesia, 2012), h. 355.

    4Jall al-Dn al-Maall dan Jall al-Dn al-Suy, Tafsr al-Qurn al-Azm (Surabaya: Nural-Huda, tt.), h. 212.

    5Abu Jafar al-abar, Jmi al-Bayn f Tawl yt al-Qurn, terj. Misbah dkk. (Jakarta:Pustaka Azzam, 2009), hal. 719.

    6Beberapa ulama yang menafsirkan lafal al-ikr pada QS. al-ijr[15]: 9 dengan Quran diantaranya ialah Imam al-abar, Imam al-Zamakhsyar, Imam Fakhr al-Dn al-Rz, Ibn syur,Sayyid Qub, dan lain sebagainya. Penjelasan lebih lanjut akan di bahas pada bab IV.

  • 3menjelaskan lebih lanjut mengapa lafal al-ikr yang dipakai bukan lafal yang jelas-jelas menunjukkan Quran seperti lafal al-qurn secara gamblang, mengingatbanyak orang awam yang masih belum mengetahui bahwa lafal al-ikr juga bisabermakna Quran, bukan hanya peringatan. Pemaknaan al-ikr sebagai Quran saja(tanpa menjelaskan perbedaannya dengan term-term lain yang juga bermaknaQuran, seperti term al-qurn, al-kitb, dan sebagainya) seolah-olahmengesampingkan hikmah di balik ketepatan Allah, sebagai Penutur, dalampemilihan diksi. Padahal di balik diksi yang Allah pilih untuk menyusun suatu ayat,pasti terdapat hikmah yang besar.7 Oleh sebab itu, harus ada perbedaan antara term-term tersebut apalagi jika diasumsikan bahwa tidak ada sinonimi dalam bahasaArab, khususnya Quran.

    Selain itu, seperti yang telah dipaparkan di atas, QS. al-ijr [15]: 9 selaludijadikan sebagai dalil pembenaran bahwa Quran terjaga dari perubahan. Dengandemikian, pembedaan term al-ikr dengan term-term lain yang menunjukkanmakna Quran (seperti al-qurn, al-kitb, dan al-furqn) akan mengakibatkan padapenafsiran Quran yang seperti apa yang sebenarnya dijaga (lafin) oleh kami(nanu) menimbang sejarah penulisan dan penyempurnaan Quran dari yang tanpatitik hingga penuh dengan penambahan-penambahan tanda baca. Belum lagibanyaknya kesalahan-kesalahan dalam membaca Quran hingga tidak sedikit yangdapat mengubah arti dari ayat yang dibaca. Jika keempat term itu (al-qurn, al-kitb, al-ikr, dan al-furqn) disamaartikan sebagai Quran saja, maka dalil bahwaQuran terjaga dari pengubahanbaik yang disengaja maupun yang tidak

    7Amir Faishal Fath, The Unity of al-Quran. Penerjemah Nasirudiin Abbas (Jakarta: Pustakaal-Kautsar, 2010), h. 77.

  • 4disengajaseperti pada QS. al-ijr [15]: 9 terbantahkan dengan kedua alasan yangtelah dikemukakan di atas. Maka dari itu, penulis tertarik untuk menelitipermasalahan pemilihan diksi al-ikr pada ayat tersebutsehingga dapat diketahuiQuran yang seperti apa yang sebenarnya terjaga itudalam skripsi yang berjudul:PENAFSIRAN QS. AL-IJR [15]: 9 TENTANG PEMAKNAAN LAFALAL-IKR SEBAGAI QURAN: SEBUAH STUDI KRITISB. Permasalahan

    1. Identifikasi MasalahBerdasarkan latar belakang permasalahan di atas dan untuk memperjelas alur

    penelitian ini, maka penulis perlu mengidentifikasi beberapa permasalahan, diantaranya mengenai kriteria arti pengubahan kitab suci sehingga dapat diketahuiapakah penambahan tanda baca pada Quran termasuk dalam kategori pengubahanQuran atau tidak. Pun juga kesalahan dalam membaca Quran mengindikasikanadanya pengubahan Quran atau tidak.

    Selain itu, penafsiran-penafsiran mufasir, baik klasik maupun modern,mengenai keaslian Quran juga menjadi satu pemasalahan yang perlu dikajimengingat pembahasan pada penelitian ini juga terkait dengan keaslian danketerjagaan Quran. Namun, hal yang lebih penting adalah perbedaan antara term-term yang menjadi nama-nama dari Quran, seperti lafal al-qurn, al-kitb, al-ikr,dan al-furqn. Pembedaan ini diperlukan untuk mengetahui apa arti al-ikrsehingga dapat diketahui Quran yang seperti apa yang terjaga. Dari situ perlupembedaan terlebih dahulu antara al-ikr yang bermakna Quran dan yang tidakdimaknai Quran sebab seperti yang telah diketahui bahwa satu kata bisa mempunyai

  • 5banyak arti. Begitu halnya dengan lafal al-ikr. Ia bisa bermakna Quran, peringatan,dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, perlu dibuatkan karakteristik lafal ikrberdasarkan pemaknaannya dalam Quran. Hal ini penulis rasa perlu untukmenegaskan bahwa lafal al-ikr pada QS. al-ijr [15]: 9 memang bermakna Quranberdasarkan karakteristik dari susunan redaksinya. Hal ini juga dapat membuktikankekonsistenan lafal-lafal Quran.

    2. Pembatasan MasalahDari sekian banyak identifikasi masalah yang dipaparkan di atas, penulis

    hanya membatasi masalah pada karakteristik lafal ikr pada ayat-ayat Quran danmaknanya pada QS. al-ijr [15]: 9 serta perbedaannya dengan nama-nama lain dariQuran. Pembatasan pada poin-poin ini penulis pilih karena dalam penelitian inipenulis memfokuskan pada klasifikasi dan karakteristik dari lafal ikr dalam Quranuntuk kemudian diterapkan pada surah al-ijr [15]: 9.

    Dalam pembuatan karakteristik lafal ikr, penulis tidak mengikutkan derivasidari lafal ikr sehingga yang diteliti penulis adalah hanya membatasi pada lafalikr saja (l kasrah, kf sukn, dan r) baik yang berbentukmarifahmaupunnakirah. Sedangkan dalam menjelaskan penafsiran QS. al-ijr [15]: 9, penulismerujuk pada lima tafsir pokok, yaitu tiga tafsir klasik dan dua tafsir modern. Tafsirklasik yang penulis jadikan referensi antara lain kitab tafsir Jmi al-Bayn fi Tawl

  • 6al-Qurn8 karya al-abar (w. 310 H), kitab al-Kasysyf9 karya Imam MamdIbn Umar al-Zamakhsyar (w. 538 H) dan kitab Mafth al-Gaib10 karya Fakhr al-Dn al-Rz (w. 606 H). Sedangkan kitab tafsir modern yang penulis jadikanreferensi, yaitu kitab al-Tarr wa al-Tanwr11 karya Ibn syur (w. 1393 H) dankitab tafsir Fi ill al-Qurn12 karya Sayyid Qub (w. 1386 H).

    Kelima tafsir tersebut dijadikan rujukan karena kitab-kitab tafsir inimerupakan kitab-kitab tafsir yang mempunyai bahasan yang luas serta tidakmengabaikan aspek kebahasaan sehingga akan mempermudah bagi penulis dalammengidentifikasikan karakteristik lafal ikr, meskipun kitab-kitab tersebutmempunyai corak penafsiran yang berbeda-beda. Namun meskipun begitu, penulis

    8Tafsir al-abar adalah kitab tafsir tafsir yang menggunakan metode talil dan tergolongtafsir bi al-mar sebab dalam menafsirkan beliau merujuk pada pandangan dan pendapat parasahabat maupun tabiin riwayat-riwayat melalui hadis-hadis yang mereka riwayatkan. Selain itu, al-abar juga memberikan perhatian terhadap aspek kebahasaan Quran. Mann al-Qan, Mabi fUlm al-Qurn (Beirut: Dr al-Rasyd, tt.), h. 364.

    9al-Kasysyf merupakan kitab tafsir yang memakai metode penafsiran tahlili dan bercoraklughawi (kebahasaan). Lihat Muhammad Husein al-ahab, al-Tafsr wa al-Mufassirn (Kairo: Dral-Kutub, 1961), h. 305-307.

    10Dalam menafsirkan Quran, al-Rzi memakai metode tahlili dan bercorak falsafi dan ilmi.Namun, ia pun juga menjelaskan Quran dengan masalah-masalah uuliyah, nahwiyah, dan balaghiyasebagaimana dalam masalah eksakta dan alam. Lihat Muhammad Husein Al-ahab, al-Tafsr waal-Mufassirn, h. 210.

    11Kitab tafsir karya Ibn syr ini cenderung memakai metode tahlili dalam menafsirkan. Itubisa dilihat dari cara beliau memaparkan makna ayat demi ayat dari segala aspek kebahasaan danbalagahnya dengan tujuan mendapatkan makna yang benar dari setiap ayat. Selain itu ia jugamenafsirkan ayat demi ayat secara muhafi dari surah al-Fatihah sampai surah al-Nas. Sedangkancorak yang dipakai cenderung pada corak adabi ijtimiai, yaitu penafsiran yang menjelaskan ayat-ayat Quran berdasarkan ketelitian ungkapan-ungkapan dengan bahasa yang lugas denganmenekankan tujuan pokok diturunkannya al-Qur an untuk kemudian diaplikasikan di kehidupansosial, seperti pemecahan masalah yang berkembang di masyarakat. Lihat Muammad Al Ayz,al-Mufassirn Haytuhum wa Manhjuhum (Teheran: Muassasah al-Tabah wa al-Nar Wuzrahal-Saqfah wa al-Irsyd al-Islm, 1373 H), h. 246. Lihat pula Faizah Ali Syibromalisi dan JauharAzizi, Membahas Kitab Tafsir Modern (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif HidayatullahJakarta, 2011), h. 122.

    12Pada awalnya, kitab tafsir F ill al-Qur`n merupakan ulasan penafsiran Quran olehSayyid Qub yang dimuat pertama kali dalam rubrik majalah al-Muslimn edisi ke-3 yang terbitpada bulan Februari 1952. Kitab tafsir ini merupakan kitab tafsir dengan metode tahlili dan coraksastra yang kental dan mudah dipahami di samping konsep-konsep motivasi dan pergerakannya.Lihat Nuim Hidayat, Sayyid Quthb Biografi dan Kejernihan Pemikirannya (Jakarta: Gema Insani2005), h. 25.

  • 7tidak mengabaikan kitab-kitab tafsir lainnya, penulis juga merujuk pada kitab-kitabtafsir yang lain, khususnya kitab-kitab tafsir yang bercorak lugaw (kebahasaan).

    3. Perumusan MasalahKarena lafal al-ikr dalam Quran terkadang dimaknai berbeda-beda antar

    satu ayat dan ayat lainnya, dan penggunaan lafal al-ikr untuk menyebutkan Quranpada ayat 9 surah al-ijr [15] yang sering kali dijadikan dalil untuk melegitimasikeautentikkan Quran menggugah penulis untuk meneliti maksud ayat ini lebihlanjut, maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut:

    Bagaimana pemaknaan lafal al-ikr pada QS. al-ijr [15]: 9 sehinggadijadikan dasar untuk menjelaskan keautentikkan Quran?

    C. Tinjauan PustakaKetertarikan penulis pada pembahasan ini karena mayoritas umat muslim

    menyamakan lafal al-ikr dengan Quran tanpa meninjau lebih jauh perbedaan antarkeduanya. Padahal setiap pemilihan kata dalam Quran pasti memiliki tujuan danhikmah. Menurut sepengetahuan penulis, pembahasan tentang keautentikan Quranyang berdasarkan ayat 9 pada QS. al-ijr banyak dibahas dalam buku-buku SejarahQuran dan kitab-kitab Ulumul Quran lainnya.

    Pembahasan mengenai autentisitas Quran telah dibahas dalam beberapapenelitian di bawah ini:1. Sulaiman, Mahasiswa Tafsir-Hadis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014,

    dalam skripsinya berjudul Pemeliharaan Otentisitas al-Quran dan Relasinyadengan QS. al-ijr: 9 Perspektif Mufasir Klasik dan Modern, menjelaskantentang pemeliharaan autentisitas Quran sejak masa Nabi sampai sekarang serta

  • 8media pemeliharaannya. Dalam skripsi ini juga dijelaskan tentang pendapatmufasir klasik dan modern atas penafsiran QS. al-ijr [15]: 9. Skripsi ini lebihmenitikberatkan permasalahan pada penafsiran lafal lafin pada ayattersebut. Hal itu terlihat dari pembahasannya tentang pemeliharaan Quran danmedia dalam memelihara Quran dari masa Nabi sampai saat ini sehingga Quranterjaga dan terjamin keautentikkannya.

    2. Dadan Rusmana, mahasiswa Pasca Sarjana IAIN Syarif Hidayatullah, 2000,dengan tesisnya yang berjudul al-Qur'an dalam Pandangan IslamologKontemporer: Studi Kritis Terhadap Metodologi dan Tesis-Tesis JohnWansbrough dalam Studi al-Quran. Seperti diketahui, John Wansborgbanyak membahas Quran termasuk tentang kodifikasi Quran hinggaberimplikasi pada autentisitas Quran. Dalam tesisnya ini, penulis mengkritisipendapat-pendapat John Wansborg dalam tesis-tesisnya.Sedangkan penelitian yang berkenaan dengan pembahasan sinonimi dan

    homonimi telah di bahas dalam beberapa karya ilmiah sebagai berikut:1. Zahrudin, mahasiswa Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah, 2002, dengan

    tesisnya yang berjudul Sinonim di dalam al-Quran. Dalam tesisnya ini,Zahrudin mencoba menjelaskan Sinonim di dalam Quran dilihat dari berbagaiaspek.

    2. Eka Syauqah, mahasiswa jurusan Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora UINSyarif Hidayatullah, 2004, dengan skripsinya yang berjudul Sinonim BahasaArab dan Padanannya dalam Bahasa Indonesia Kajian tentang Verba dalam

  • 9al-Quran. Skripsi ini mengkaji tentang sinonim kata kerja yang ada dalamQuran untuk kemudian dicarikan padanannya dalam bahasa Indonesia.

    3. Fina Sulastri, mahasiswa jurusan Tarjamah fakultas Adab dan Humaniora UINSyarif Hidayatullah, 2008, dengan skripsinya yang berjudul PenerjemahanSinonim Istilah Tauhid. Skripsi ini menjelaskan tentang perbedaan sinonimistilah tauhid dalam bahasa Arab dan bahasa Indonesia serta menjelaskan ayat-ayat Quran yang terdapat istilah tauhid yang diterjemahkan ke dalam bahasaIndonesia dengan kata yang sama merupakan sinonim dan bisa salingmenggantikan atau tidak.

    4. Yudiansyah, mahasiswa jurusan Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora UINSyarif Hidayatullah, 2010, dengan skripsinya yang berjudul Sinonim KataBerpikir dalam Kajian al-Qur'an. Skripsi ini menjelaskan tentang caramenerjemahkan sinonim dari istilah berpikir dalam Quran.

    5. Ahmad Fauzi, mahasiswa Tarjamah fakultas Adab dan Humaniora UIN SyarifHidayatullah Jakarta, 2011, dengan skripsinya yang berjudul AnalisisHomonimi Kata Nafs dalam al-Qur'an Terjemahan Hamka. Skripsi inimenjelaskan tentang homonimi kata nafs dalam Quran terjemahan Hamka.

    6. Kholilurrahman, mahasiswa Fak.Ushuluddin dan Filsafat UIN SyarifHidayatullah, 2007, dengan skripsinya yang berjudul Taraduf (Sinonim)dalam al-Quran : Telaah Pemikiran Muhammad Syahrur dalam al-Kitab waal-Qurn Qirah Muirah.Selain itu, penulis juga mencari penelitian-penelitian mengenai pembahasan

    lafal dan makna Quran seperti di bawah ini:

  • 10

    1. Mansur, mahasiswa fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah,2005, dengan skripsinya yang berjudul Analisis Semiotik terhadapPenerjemahan Kata Jihad dalam Tafsir al-Azhar. Skripsi ini menjelaskantentang analisa penulis terhadap penerjemahan kata Jihad dalam Tafsir al-Azhardilihat dari segi semiotika.

    2. Darojat, mahasiswa Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah, 2007, dengantesisnya yang berjudul Kata Nafs dalam al-Qur'an : Studi Semantik. Tesis inimenjelaskan tentang kajian semantik lafal nafs dalam Quran.

    3. Zahrudin, mahasiswa Sekolah Pasca Sarjana S3 UIN Syarif Hidayatullah denganprogram studi Pengkajian Islam, 2010, dengan disertasinya yang berjudulRelasi Makna dalam al-Qur'an : Analisis terhadap Kata-Kata yang MemilikiRelasi Makna dalam al-Qur'an yang Diterjemahkan ke dalam BahasaIndonesia.

    Selain itu, Muammad Syahrr dalam bukunya yang berjudul al-Kitb wa al-qurn: Qirah al-Muirah yang diterjemahkan oleh Sahiron Syamsuddindengan judul Prinsip dan Dasar Hermeneutika Hukum Islam Kontemporer,13

    berpendapat bahwa dalam bahasa Arab, khususnya Quran, tidak mempunyaitarduf (sinonim) namun satu kata bisa saja mempunyai banyak arti (mutarak).Maka atas dasar inilah Syahrur membedakan term Quran dengan al-furqn, al-ikr,dan al-kitb. Atas asumsi ini pula (ketiadaan sinonim atau tarduf dalam bahasaArab) dan didukung oleh asumsi bahwa Allah meletakkan lafal-lafal Quran dengan

    13Muhammad Syahrur, Prinsip dan Dasar Hermeneutika Hukum Islam Modern. PenerjemahSahiron Syamsuddin (Jogjakarta: elSAQ, 2004).

  • 11

    tepat dalam buku The Unity of al-Quran14 karya Amir Faisal Fath, penulis tertarikuntuk mengangkat skripsi ini.

    Penelitian ini berbeda dengan literatur-literatur yang telah disebutkan di atas.Meskipun penelitian ini membahas tentang keautentikkan Quran namun penulis disini lebih menekankan pada pemaknaan lafal al-ikr dalam Quran danpenerapannya pada QS. al-ijr [15]: 9 khususnya dan dalam Quran pada umumnya.Dengan demikian, judul dan tema yang penulis angkat ini berbeda denganpenelitian-penelitian sebelumnya.D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1. Tujuan PenelitianPenelitian ini bertujuan untuk:

    a. Menjelaskan karakteristik lafal ikr yang dimaknai Quran dan yang bukan;b. Menjelaskan perbedaan definisi dari nama-nama Quran (seperti al-furqn, al-

    ikr, dan al-kitb);c. Menjelaskan maksud pemilihan diksi al-ikr pada QS. al-ijr [15]: 9.d. Menjelaskan bahwa tidak semua lafal ikr dalam Quran bermakna peringatan

    namun ada juga yang bermakna Quran, Lau Maf, wahyu, dan lain-lain.2. Manfaat Penelitian

    Manfaat dari penelitian ini antara lain:a. Secara teoritis: penulis berharap akan semakin banyak penelitian mengenai

    pemaknaan lafal-lafal Quran dengan menggunakan pendekatan semantis.

    14Amir Faishal Fath, The Unity of al-Quran, h. 75.

  • 12

    b. Secara praktis: hasil dari penelitian ini diharapkan mampu mempermudahpembaca dalam menerka lafal-lafal ikr mana saja bermakna Quran dan yangbukan dengan melihat susunan redaksinya sesuai dengan hasil penelitian dalamskripsi ini.

    E. Metodologi Penelitian1. Jenis PenelitianPenelitian ini bersifat penelitian pustaka (library research). Penulis

    mengumpulkan data penafsiran QS. al-ijr [15]: 9 menurut ulama-ulama tafsirkemudian meneliti makna lafal al-ikr pada ayat tersebut dan ayat-ayat yanglainnya. Penulis menggunakan sumber-sumber tertulis sebagai bahan acuan, baikitu sumber primer maupun sumber sekunder. Dengan demikian, jenis penelitian iniadalah penelitian kualitatif yang bersifat studi kepustakaan.

    2. Data dan Sumber Dataa. Data

    Data awal pada penelitian ini adalah data mengenai 99 lafal ikr dalam Qurandan data tentang jumlah lafal ikr yang bermakna Quran15.

    b. Sumber DataPenulisan skripsi ini diambil dari data-data yang bersifat kepustakaan (library

    research) dengan memilih Quran langsung sebagai sumber pokok. Sedangkan

    15Lafal ikr yang menunjukkan makna Quran disebut sebanyak sembilan kali dalam delapanayat di tujuh surah. Lihat Muhammad Amin Suma, Ulumul Quran (Jakarta: PT RajaGrafindoPersada, 2013) h. 35.

  • 13

    untuk mempermudah membedakan lafal ikr yang bermakna Quran dan yangbukan, penulis menggunakan kitab Quran terjemah perkata Alhidayah16.

    Adapun sumber data sekunder yang penulis gunakan adalah kitab-kitabkamus Quran dan kitab-kitab tafsir klasik dan modern. Kitab kamus Quran yangmenjadi rujukan penulis adalah kitab al-Mujam al-Mufahras li Alf al-Qurnkarya Muhammad Abd. Al-Bq17, kitab Konkordinasi Quran karya Ali Audah18,dan buku Ensiklopedia al-Quran: Kajian Kosakata karya Quraish Shihab19.Sedangkan di antara kitab tafsir yang penulis gunakan adalah kitab tafsir al-abar20, Al-Zamakhsyar21, Fakhr al-Dn al-Rz22, Ibn syur23, dan SayyidQub24.

    Penulis juga mengutip beberapa kitab tafsir yang lain khususnya kitab-kitabtafsir yang bercorak lugaw (kebahasaan) karena pendekatan yang penulis gunakandalam penelitian ini adalah pendekatan bahasa. Pendekatan ini, penulis rasa tepatuntuk mendapatkan perbedaan atau karakteristik antara lafal ikr yang bermaknaQuran dan yang bukan. Namun, meskipun penelitian ini bersifat kepustakaan,penulis mengambil data dari nara sumber berdasarkan kebutuhan melaluiwawancara, baik secara langsung maupun tidak langsung.

    16Tim Penyusun, Alhidayah Quran Tafsir Per Kata Tajwid Kode Angka (Tangerang: Kalim,2010).

    17Muammad Fu`d Abd al-Bq, al-Mujam al-Mufahras li Alf al-Qurn (Beirut: Dr al-Had, 2007).

    18Ali Audah, Konkordinasi Quran (Jakarta: PT. Pustaka Litera AntarNusa, 1991).19Quraish Shihab, Ensiklopedia al-Quran: Kajian Kosakata (Jakarta: Lentera Hati, 2007).20Ibn Jarr al-abar, Jmi al-Bayn an Tawl Ayy al-Qurn (Kairo: Markaz al-Bu wa

    al-Dirsah al-Arabiyyah wa al-Islmiyyah, 2001).21Mamd Ibn Umar al-Zamakhsyar, al-Kasysyf an aqiq Gawmi al-Tanzl wa Uyn

    al-Aqwl f Wujh al-Tanzl (Riy: Maktabah al-Abikn, 1998).22Fakhr al-Dn al-Rz, Maft al-Gab (Beirut: Dr al-Fikr, 1981).23Muammad al-hir Ibn syur, Tafsr al-Tarr wa al-Tanwr (Tunisia: al-Dr al-

    Tnisiyyah li al-Nasyar, 1984).24Sayyid Qub, Tafsr f ill al-Qurn (Tk.: Minbar al-Taud wa al-Jihd, t.t.).

  • 14

    3. Teknik Pencarian DataPenulis menggunakan dua cara dalam mendapatkan data, yaitu mengambil

    dari kitab-kitab atau buku-buku yang menjadi rujukan dan melalui wawancaraterhadap nara sumber. Pertama-tama, penulis mencari data ayat-ayat yang didalamnya terdapat lafal ikr bersama derivasinya dengan menggunakan kitabqams al-Qurn karya Abd al-Bq (al-Mujam al-Mufahras Li Alf al-Qur'n)25

    dan Ali Audah (Konkordinasi Qurn)26. Dengan menggunakan kedua kitabtersebut, penulis mendapatkan 267 lafal ikr bersama derivasinya dalam Quran. dari267 lafal tersebut, penulis sortir hanya lafal ikr saja tanpa mengikutkan derivasinyasehingga hanya terdapat 99 lafal ikr dalam Quran.

    Selain mendapatkan data dari buku maupun kitab rujukan, penulis jugamendapatkan data dengan mewawancarai Prof. Dr. Amin Suma, MA. Data yangdiperoleh dari beliau adalah data (tambahan) mengenai lafal-lafal ikr yangbermakna Quran. Data yang diperoleh melalui kedua cara ini merupakan data awalpenulis untuk mendapatkan karakteristik lafal ikr yang bermakna Quran dan yangtidak bermakna Quran. Hal ini dibutuhkan untuk mempermudah penulis dalammenganalisa argumen pemilihan lafal al-ikr pada QS. al-ijr [15]: 9.

    4. Metode PembahasanMetode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif-

    analitik dengan pendekatan semantik. Metode deskriptif merupakan metodepenulisan yang digunakan untuk membahas satu permasalahan dengan meneliti,

    25Muammad Fu`d Abd al-Bq, al-Mujam al-Mufahras li Alf al-Qur'n (Beirut: Dr al-Had, 2007), h. 335-337.

    26Ali Audah, Konkordinasi Quran (Jakarta: PT. Pustaka Litera AntarNusa, 1991), h. 188-190.

  • 15

    mengolah data, menganalisis, dan menginterpretasikan hal yang ditulis denganpembahasan yang teratur dan sistematis serta ditutup dengan kesimpulan danpemberian saran sesuai kebutuhan.27

    Dengan pendekatan ini, penulis mengumpulkan ayat-ayat yang mengandunglafal ikr baik yang bermakna Quran maupun yang bukan untuk kemudiandiklasifikasikan mana yang bermakna Quran dan mana yang dimaknai lainnya agarmendapatkan karakteristik lafal ikr. Setelah mendapatkan hasil dari klasifikasi dankarakteristik dari lafal ikr, barulah penulis terapkan pada penafsiran lafal al-ikrdalam QS. al-ijr [15]: 9.

    Dalam mengklasifikasikan lafal ikr, pertama-tama penulis mencari arti katadari lafal ikr terlebih dahulu menggunakan kitab Quran terjemah perkataAlhidayah28. Hal ini bertujuan supaya sedikit mempermudah dalam memilahlafal-lafal ikr yang bermakna Quran dan yang tidak bermakna Quran. Daripenelusuran arti 99 lafal ikr melalui kitab Quran terjemah perkata dan hasilwawancara dengan nara sumber didapatkan hasil bahwa lafal ikr yang dimaknaiQuran disebut sebanyak lima belas kali dalam empat belas ayat di sepuluh surah,yaitu QS. al-ijr [15]: 6 dan 9, al-Nal [16]: 44, QS. [20]: 99, QS. Al-Furqn[25]: 29, al-Anbiy [21]: 2 dan 50, al-Syuar [26]: 5, Ysn [36]: 11 dan 69, QS.d [38]: 8 sebanyak dua kali dan pada ayat ke-49, QS. Fuilat [41]: 41, danterakhir di QS. al-alq [65]: 10. Inilah yang kemudian penulis sebut sebagai datasetengah matang. Dikatakan data setengah matang sebab data yang dihasilkan tidak

    27Moh. Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesi, 1999), cet. IV, h. 63.28Tim Penyusun, Alhidayah Quran Tafsir Per Kata Tajwid Kode Angka (Tangerang: Kalim,

    2010).

  • 16

    sesuai dengan temuan awal bahwa lafal ikr yang dimaknai Quran sebanyaksembilan kali dalam delapan ayat di tujuh surah. Dan ini memerlukan penelitianlebih lanjut.

    Setelah mendapatkan data setengah matang, penulis kemudian mengecekpada kitab-kitab tafsir yang penulis jadikan rujukan dan dari data ini penulismencari persamaan global pada ayat-ayat itu hingga cocok dengan temuan awal,yaitu sebanyak sembilan kali dalam delapan ayat di tujuh surah. Setelah mengetahuiayat-ayat mana saja yang dimaknai Quran barulah kemudian penulis membuatkarakteristik dari lafal ikr yang dimaknai Quran dan yang tidak dimaknai Quran.

    Sementara itu, dalam menelusuri makna lafal al-ikr pada QS. al-ijr [15]: 9,penulis menggunakan pendekatan semantik, yaitu suatu kajian linguistik yangmengkaji arti bahasa.29 Semantik adalah ilmu yang membahas tentang arti kata ataukalimat dan tentang bagaimana arti tersebut dibentuk oleh arti setiap komponenyang turut membentuknya. Tujuan akhir dari semantik adalah membangun teoriyang bersifat umum tentang arti.30 Secara gamblangnya, semantik adalah satu studidan analisis tentang makna-makna linguistik.31 Dengan menggunakan pendekatanini, penulis dapat mengetahui arti leksikal32 lafal al-ikr dan arti gramatikalnya33

    pada QS. al-ijr [15]: 9.

    29Makyun Subuki, Semantik: Pengantar Memahami Makna Bahasa (Jakarta: Transpustaka,2011), h. 4.

    30Makyun Subuki, Semantik: Pengantar Memahami Makna Bahasa, h. 5.31J. D. Parera, Teori Semantik Edisi Kedua (Jakarta: Erlangga, 2004), h. 42.32Arti leksikal adalah suatu ungkapan linguistik secara keseluruhan atau umum. Lebih

    jelasnya, arti leksikal adalah arti ungkapan seperti yang ada pada kamus (dictionary words). Olehsebab itu, arti leksikal lebih kaya dan lebih kompleks dari pada arti gramatikal. Makyun Subuki,Semantik: Pengantar Memahami Makna Bahasa, h. 46.

    33Arti gramatikal diartikan sebagai arti dari struktur gramatikal. Dengan demikian, artigramatikal tidak hanya digunakan untuk satu macam fenomena arti saja namun juga menerangkanarti yang terdapat dalam kategori gramatikal yang merupakan satuan analisis dalam morfologi,

  • 17

    5. Teknik PenulisanAdapun teknik penulisan skripsi ini mengacu pada pedoman penulisan skripsi

    dalam buku Pedoman Akademik UIN Syarif Hidayatullah Program Strata 12010/2011 yang disusun oleh Tim Penyusun dan diterbitkan pada tahun 2010.

    Dalam penulisan skripsi ini, ada dua istilah yang perlu dibedakanpemahamannya, yaitu term Quran (sesuai KBBI)34 dan term al-qurn (alihaksara dari Bahasa Arab). Term Quran pada skripsi ini berarti firman Allah yangditurunkan pada Nabi Muhammad saw. sedangkan term al-qurn berarti Quran(firman Allah yang diturunkan pada Nabi Muhammad saw.) yang berupa ucapan.Kedua kata ini penulis bedakan untuk menghindari kerancuan pemahaman.F. Sistematika Penulisan

    Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyajikannya dalam bentuk babdisertai subbab-subbab yang saling berkaitan. Hal itu penulis maksudkan agarlebih mudah dalam memahami bahasan yang dikaji atau diteliti.

    Bab pertama yakni pendahuluan. Dalam pendahuluan ini penulis membahastentang latar belakang masalah dari kajian ini, kemudian identifikasi, pembatasan,dan perumusan masalah yang akan penulis kaji, tujuan dan manfaat penelitian,kajian pustaka, metode penelitian, dan terakhir sistematika penulisan dari penelitianini. Bab pertama ini menjelaskan gambaran umum dari penelitian dalam skripsi ini.

    Bab kedua menjelaskan kerangka dan landasan dasar dari skripsi ini, yaitumengenai ketepatan Allah sebagai penutur dari Quran dalam pemilihan diksi pada

    terutama nomina, verba, dan adjektiva. Makyun Subuki, Semantik: Pengantar Memahami MaknaBahasa, h. 47.

    34Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), cet.III, h. 916.

  • 18

    suatu ayat, dan ketiadaan sinonim dalam bahasa Arab, khususnya Quran. Inimerupakan asumsi dasar penulis sehingga berakibat pada perbedaan maknamendasar dari term-term yang dibahas.

    Bab ketiga penulis menganalisa karakteristik lafal ikr dalam Quransehingga dapat membuktikan konsistensi Quran dalam membentuk suatu ayat.Pada bagian ini, penulis mengklasifikasikan lafal ikr dalam Quran denganmembaginya menjadi dua bagian, yaitu yang dimaknai Quran dan yang tidakdimaknai Quran. Selanjutnya, penulis mencoba mencari karakteristik lafal ikr.Bagaimana pola kalimat lafal ikr sehingga bisa dimaknai Quran.

    Bab keempat berisi tentang penerapan dari hasil penelitian pada bab IVterhadap QS. al-ijr [15]: 9. Bagian ini akan dipaparkan penafsiran secara umumlafal al-ikr sebagai Quran menurut ulama tafsir, di antaranya menurut Imam al-abar, Al-Zamakhsyar, Fakhr al-Dn al-Rz, Ibn syur, dan Sayyid Qub.Setelah itu, penulis akan menganalisa penggunaan lafal al-ikr pada ayat ini.Dengan menggunakan hasil riset pada bab ketiga penulis mencoba menganalisamengapa pada ayat ini Allah swt. lebih memilih untuk memakai lafal al-ikr daripada lafal-lafal lain yang bermakna Quran seperti lafal al-qurn, al-furqn, ataual-kitb. Dengan demikian dapat diketahui Quran yang seperti apa yang terjagaitu.

    Bab kelima adalah penutup yang isinya berupa kesimpulan dari penelitianini dan saran-saran bagi para pembaca dan himbauan serta saran untuk penelitiselanjutnya, agar diberikan kritik terhadap hasil penelitian ini jika terdapatkekurangan dan kekeliruan.

  • 19

    BAB II

    KETEPATAN DIKSI QURAN

    A. Ketepatan Allah dalam Pemilihan Diksi pada Ayat-Ayat QuranPemilihan kata (diksi) yang tepat merupakan hal mutlak yang harus dikuasai

    oleh penutur maupun penulis. Pada dasarnya, pemilihan kata atau diksi berkaitanerat dengan masalah ketepatan dan kesesuaian memilih kata-kata. Dikatakan tepatagar gagasan sang penulis atau penutur dapat diwakili oleh kata-kata yang tepatsehingga pengungkapan gagasan tersebut terlihat logis. Sedangkan dikatakan sesuaiagar pilihan kata sang penulis atau penutur selaras dengan konteks, nilai-nilai sosial,atau sesuai dengan situasi yang sedang dihadapi.1 Sebagai contoh kecilnya yaitupencekalan musisi terkenal, Iwan Fals, pada masa orde baru di mana freedom ofspeech hanya merupakan istilah. Iwan Fals pernah dicekal gara-gara lagunya yangberjudul Bento. Lagu yang yang merupakan kepanjangan dari Benteng Soehartoini dicekal dan dilarang beredar lirik lagunya yang dianggap menghina Soeharto.2

    Lirik lagu Bento tersebut meskipun didukung rangkaian kata yang tepat namuntidak selalu dapat diterima pada masa orde baru karena tidak sesuai dengan normarezim orba.

    Begitu pun dengan Quran yang merupakan kitab sastra Arab terbesar (kitbal-arabiyyah al-akbar) yang pernah ada.3 Pemilihan kata-kata atau lafal-lafalnya

    1Wahyu Wibowo, Manajemen Bahasa: Pengorganisasian Karangan Pragmatik dalamBahasa Indonesia untuk Mahasiswa dan Praktisi Bisnis (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,2001), h. 26.

    2Shanti & Ve Handojo, Shanti Bongkar Rahasia, Bagi Cerita (Jakarta: GagasMedia, 2011),h. 196.

    3Nur Kholis Setiawan, al-Quran Kitab Sastra Terbesar (Yogyakarta: Elsa Press, 2005), h.11.

  • 20

    sangat tepat dan sesuai dengan konteks. Ketepatan dan kesesuaian kata maupunredaksi atau teks dengan konteks ini menjadikan asabb al-nuzl Quran sebagaiaspek penting dalam hal pengambilan hukum yang berdasarkan ayat-ayat Quran.4

    Itulah bukti kesatuan Quran, penggunaan huruf-huruf dan kata-kata yang Allahpilih berdasarkan tujuan serta diletakkan pada posisi yang tepat.5 Dalam Quran,tidak ada huruf yang tidak punya tujuan bahkan meski hanya satu huruf saja. Sepertipada QS. al-Syr [42]: 11

    ... ... Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha

    Mendengar dan Melihat.Imam al-Ifan dan ulama lainnya mengatakan huruf kf pada ayat di atas

    mempunyai peranan penting dan tujuan tertentu, bukan semata-mata tambahanyang terpisah dan tidak bermakna (secara huruf kf dan lafal mil mempunyaiarti yang sama). Penyatuan huruf kf dengan lafal mil menegaskan maknatidak adanya keserupaan. Dengan demikian, huruf kf, meski cuma satu huruf,memiliki fungsi tertentu dan merupakan kesatuan dengan keseluruhan strukturayat.6

    Contoh lainnya adalah penggunaan huruf f dalam firmannya QS. al-Baqarah [2]: 37

    4Muhammad Amin Suma, Ulumul Quran (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013), h. 213.5Amir Faishal Fath, The Unity of al-Quran. Penerjemah Nasirudiin Abbas (Jakarta: Pustaka

    al-Kautsar, 2010) h. 75.6Amir Faishal Fath, The Unity of al-Quran, h. 76-77.

  • 21

    Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allahmenerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi MahaPenyayang.

    Sebagaimana yang dikutip Amir Faishal Fath dari Ab Sad dalam bukunyayang berjudul Irsyd al-Aql al-Slim il Mazy al-Qurn al-Karm7, huruf fpada kalimat talaqqmenunjukkan bahwa tobat Nabi dam as. langsung diterimasetelah ia diperintahkan untuk bertobat, sebelum perintah itu sendiri dilaksanakan.Sedangkan huruf f pada kalimat tba menunjukkan rangkaian penerimaanNabi dam as. terhadap perintah Allah swt. sekaligus menguatkan makna tobatyang berarti mengakui dosa disertai tekad untuk tidak mengulanginya.8

    Contoh lainnya yaitu penggunaan huruf wu pada QS. al-Zumar [39]: 73

    Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam surgaberombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke surga itusedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: "Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah kamu! makamasukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya

    Kemudian bandingkan dengan ayat 71 pada surah yang sama:

    7Ab Sud, Irsyd al-Aql al-Slim il Mazy al-Qurn al-Karm (Beirut: Dr Ihy al-Tur al-Arab, 1990), cet. II, h. 92.

    8Amir Faishal Fath, The Unity of al-Quran, h. 77.

  • 22

    Orang-orang kafir dibawa ke neraka Jahanam berombong-rombongan.Sehingga apabila mereka sampai ke neraka itu dibukakanlah pintu-pintunya danberkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: "Apakah belum pernah datangkepadamu rasul-rasul di antaramu yang membacakan kepadamu ayat-ayatTuhanmu dan memperingatkan kepadamu akan pertemuan dengan hari ini?"Mereka menjawab: "Benar (telah datang)". Tetapi telah pasti berlaku ketetapanazab terhadap orang-orang yang kafir.

    Jika diperhatikan, masing-masing ayat tersebut digambarkan dengan redaksiyang serupa kecuali penyebutan nama kelompok, tempat yang mereka huni, danucapan para malaikat penjaga surga dan neraka. Namun, ada perbedaan kecil padadua redaksi ayat di atas yang sepintas bisa jadi tidak diperhatikan sama sekalibahkan dianggap tidak perlu, yaitu penambahan huruf wu pada kata futiatuntuk calon penghuni surga (lihat ayat 73) sedangkan huruf tersebut tidak terdapatpada uraian tentang penghuni neraka (lihat ayat 71).

    Seperti telah dijelaskan sebelumnya, setiap kata bahkan setiap huruf yangAllah sebutkan dalam Quran merupakan satu kesatuan dan pasti memiliki tujuantertentu. Begitu pula dengan kedua ayat ini (QS. al-Zumar [39]: 71 dan 73). Untuklebih mudah memahami maksud penambahan huruf wu pada ayat 73, yang tidakterdapat pada ayat 71, penulis akan memaparkan analogi kedua ayat tersebutdengan ilustrasi di bawah ini:

    Jika Anda mengantarkan seorang penjahat ke penjara, Anda akanmenemukan pintu penjara tersebut tertutup rapat. Pintu tersebut baru akandibuka ketika apabila terpidana akan dimasukkan ke dalam penjara. Berbedadengan seseorang yang Anda hormati dan dinantikan kedatangannya, jauhsebelum orang tersebut tiba, pintu gerbang telah terbuka lebar untukmenyambutnya. Berbeda dengan keadaan penjahat tadi.

  • 23

    Ilustrasi di atas menggambarkan maksud dari ayat ke-71 dan 73 pada QS. al-Zumar [39]. Untuk menggambarkan keadaan terbukanya pintu ini, ayat 73 tersebutmenambahkan huruf wu. Dengan demikian, penambahan huruf ini mempunyaimaksud tertentu dan mempunyai peranan penting dalam ayat 73.9

    Tidak hanya penggunaan huruf saja yang diletakkan pada posisi yang tepatdan memiliki peranan penting dalam ayat, melainkan Quran juga sangat teliti dalampemilihan kosakatanya dan penempatannya.10 Quran senantiasa menggunakanserangkaian kosakata yang sudah akrab dan dalam komposisi yang fasih danekspresif. Bahkan dalam sejumlah kasus, Quran cenderung memilih komposisikalimat yang lain dari pada menggunakan beberapa kosakata yang dalam bahasaaslinya (bahasa Arab) tergolong fasih namun menurutnya dianggap mempunyaibobot yang berat (kurang fasih).11

    Sebagai contoh, untuk menunjukkan makna batu bata yang dalam bahasaArabnya adalah qirmd, Allah lebih memilih menggunakan istilah tanah liat (n)yang dibakar ketimbang dengan qirmd yang berarti batu bata.12 Sebagaimanafirman Allah pada QS. al-Qa [28]: 38 di bawah:

    9Quraish Shihab, Mukjizat al-Quran Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah, danPemberitaan Gaib (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2013), h.136-138.

    10Quraish Shihab, Mukjizat al-Quran Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah, danPemberitaan Gaib, h. 149.

    11Amir Faishal Fath, The Unity of al-Quran, h. 56.12Amir Faishal Fath, The Unity of al-Quran, h. 56.

  • 24

    Dan berkata Firaun: "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhanbagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat kemudianbuatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat TuhanMusa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orangpendusta"

    Ayat di atas menjelaskan tentang kisah kekafiran Firaun lanat Allh dankebohongannya, yaitu pengakuan dirinya sebagai tuhan satu-satunya. Iamemerintahkan Hmn, penata rakyat dan penasihat kerajaannya, untuk membakartanah liat, yaitu proses pembuatan batu bata yang bertujuan untuk membangun al-ar (istana megah yang sangat tinggi) guna membuktikan kepada rakyatnyatentang kebohongan dakwah Musa as. yang mengatakan bahwa ada tuhan selaindia.13

    Itulah beberapa contoh dari ketelitian Allah dalam memilih lafal-lafal Quransehingga sesuai dengan maksud yang ingin dicapai atas diturunkannya Quran. WaAllah alam.

    B. Sinonim (Mutardif)1. Sinonim dalam Bahasa Indonesia

    Secara bahasa kata sinonim berasal dari dua kata, yaitu kata syn yang berartisama dan kata onoma yang berarti nama.14 Sehingga sinonim dapat diartikan sebagaibentuk bahasa yang maknanya mirip atau sama dengan bentuk bahasa lain.15 Secaragamblang, sinonim adalah kata-kata yang memiliki makna yang sama.16

    13Ismal Ibn Umar Ibn Kar, Tafsr al-Qurn al-Am (Riyadh: Dr ayyibah li al-Nasyrwa al-Tauz, 1999), cet II, j. 6, h. 238.

    14J.W.M. Verhaar, Pengantar Linguistik (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1983),h. 132.

    15Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), cet.4, h. 1072.

    16Yustinah dan Ahmad Iskak, Bahasa Indonesia Tataran Madia untuk SMK dan MAK XI(Jakarta: Erlangga, 2008), h. 57.

  • 25

    Sebenarnya, dalam ilmu bahasa murni kata yang benar-benar sama maknanyatidak diakui keberadaannya. Setiap kata memiliki makna yang berlainan meskisaling tumpang tindih dengan kata yang lain. Tumpang tindih ini yang membuatkonsep sinonim muncul dan diterima di masyarakat luas.17

    Adapun hal-hal yang menyebabkan terjadinya sinonim dalam bahasaIndonesia adalah sebagai berikut: Proses serapan dari bahasa asing, yaitu penerimaan kata-kata baru yang

    sebenarnya sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Contoh: prestasidan produksi yang sama-sama bermakna hasil, kitab dengan buku, sekolahdengan madrasah, dan lain sebagainya.

    Penyerapan dari bahasa daerah ke dalam bahasa Indonesia. Jarak dan wilayahmempengaruhi pembentukan kosakata walaupun referennya sama. Seperti talidan tambang, parang dan golok, dan sebagainya.

    Karena makna emotif (nilai rasa) dan evaluatif. Makna kognitif dari sebuah katayang bersinonim tetap sama hanya nilai evaluatif dan nilai emotifnya berbeda.Contoh: ekonomis dengan irit atau hemat, perawan dengan gadis atau dara, dansebagainya.18

    2. Sinonim dalam Qurana. Pengertian Sinonim dan Faktor-Faktor Penyebab Kemunculannya

    dalam Bahasa ArabBerbicara tentang unsur-unsur kebahasaan Quran sama saja dengan membahas

    17Yustinah dan Ahmad Iskak, Bahasa Indonesia Tataran Madia untuk SMK dan MAK XI, h.57.

    18Yustinah dan Ahmad Iskak, Bahasa Indonesia Tataran Madia untuk SMK dan MAK XI, h.57-58.

  • 26

    kaidah-kaidah berbahasa Arab. Sehingga dalam kaitannya membahas sinonimdalam Quran akan dipaparkan penjelasan mengenai sinonim dalam Bahasa Arab.Dalam bahasa Arab, sinonim diistilahkan dengan tarduf atau mutardif. Definisitarduf atau mutardif dalam ruang lingkup bahasa Arab telah banyakdikemukakan oleh para ahli linguis baik klasik maupun kontemporer.

    al-Fakhr al-Rz berpendapat bahwa sinonim adalah lafal-lafal yangmenunjukkan suatu gambaran yang sama.19 Sedangkan menurut Jall al-Dn al-Suy, sinonim adalah kata yang berbeda bentuknya namun sama maknanya.20

    Dengan redaksi yang berbeda, kim Mlik al-Ziyd pun memberikan pengertiansinonim, menurutnya sinonim merupakan kesatuan makna dan acuan yang berasaldari beberapa kata tunggal yang berbeda-beda.21 Sementara itu menurut RamnAbd al-Tawwb, sinonim adalah kata-kata yang memiliki kesatuan makna sertasaling berterima ketika digunakan dalam situasi apa pun.22

    Dari beberapa definisi para ahli di atas, meski dengan ungkapan dan redaksiyang berbeda-beda namun maksud yang dituju adalah sama. Dapat diambil garisbesar bahwa pengertian sinonim (tarduf) baik dalam bahasa Indonesia maupunbahasa Arab tidak memiliki perbedaan yang signifikan sehingga tarduf dapatdiartikan pula sebagai dua kata atau lebih yang maknanya kurang lebih sama.23

    Dikatakan kurang lebih karena dua atau lebih kata yang bersinonim tidak persis

    19Ahmad Mukhtar Umar, Ilm al-Dallah (Beirut: Alm al-Kutub, 1998), cet. V, h. 215.20Eml Bad Yaqb, Fiqh al-Lugah al-Arabiyyah wa Khaisuha (Beirut: Dr al-Ilm li al-

    Malyn, 1982), h. 173.21kim Malik al-Ziyd, al-Tarduf fi al-Lugah (Bagdd: Dr al-urriyyah li al-abah,

    1980), h. 32.22Ramn Abd al-Tawwb, Ful f Fiqh al-Lugah (Mesir: Maktabah al-Khnaj, 1999), cet.

    VI, h. 309.23Taufiqurrochman, Leksikologi Bahasa Arab (Malang: UIN-Malang Press, 2008), h. 73.

  • 27

    sama. Yang sama hanyalah informasinya saja namun maknanya tidak persis sama.Sedikit-banyak akan terdapat perbedaan antara kata-kata yang bersinonim baik sifatmaupun penempatan katanya dalam kalimat.

    Dalam kajian sinonim pada bahasa Arab terdapat juga faktor-faktor yangmenyebabkan terjadinya tarduf (asbb nusy al-tarduf). Di antaranya24 adalah:1. Akibat serapan dari bahasa asing;25

    2. Perbedaan dialek (lahjah), baik yang disebabkan oleh perbedaan tempat(dialek regional)26, perbedaan waktu (temporal)27, maupun dialek sosial28;

    3. Perbedaan ragam bahasa (al-nauiyyah) yang dibagi menjadi dua ragambahasa, yaitu resmi dan tidak resmi;29

    4. Laras Bahasa atau Gaya Bahasa (al-majl).30

    24Lihat Ibrhm Ans, F al-Lahjt al-Arabiyyah (Mesir: Maktabah al-Anjl, 2008), h. 157-159. Lihat pula Jall al-Dn al-Suy, al-Muzhir f lm al-Lugah wa Anwih (Kairo: al-Maktabah al-Azhariyyah, tt.), j. I, h. 241. Taufiqurrochman, Leksikologi Bahasa Arab, h. 74-75.

    25Contoh kata al-kambytr (redaksinya: ) yang berasal dari bahasa Inggris dianggapsinonim dengan kata al-sb, kata taytru (redaksinya: ) yang berasal dari bahasa Italiadianggap sinonim dengan kata masra yang berarti drama. Namun, dalam beberapa konteks kata-kata tersebut tidak bisa saling bertukar tempat antara satu dengan lainnya meskipun kata-katatersebut dianggap sinonim. Misal kata (drama kejahatan) tidak bisa ditukar dengan . Sebab yang dimaksud drama kejahatan di sini adalah kronologi terjadinya kejahatan, bukanteater atau penampilan kejahatan.

    26Contoh sinonimi yang disebabkan perbedaan dialek regional, yaitu lafal qasama (dialekQan) dan lafal khalafa (dialek Quraisy), kedua kata ini sama-sama berarti bersumpah.

    27Contoh sinonimi yang disebabkan perbedaan dialek temporal, yaitu untuk menjulukiseorang pemimpin, pada zaman para-Islam menggunakan panggilan Imm sedangkan pada masapermulaan Islam, seorang pemimpin dipanggil dengan sebutan Khalfah.

    28Yaitu perbedaan dialek yang disebabkan status sosial masyarakat. Contoh, kata mujaddid(pembaharu) dianggap bersinonim dengan kata taqaddum dan aur. Kata mujaddidmemiliki maknapositif, berkelas tinggi, dan dapat diterima di beberapa negara Arab. Namun kata mujaddid tidak bisaditukar dengan kata taqaddum atau aurwalaupun ketiganya bersinonim. Sebab kata taqaddum danaurmemiliki makna yang mencerminkan seseorang yang reaksioner, pemberontak, dan sebagainya.

    29Ragam bahasa resmi biasanya digunakan dalam forum-forum resmi sedangkan bahasa Arabragam tidak resmi biasanya digunakan dalam percakapan sehari-hari. Contoh, lafal nuqd (ragamresmi) dan fuls (ragam tidak resmi) yang sama-sama berarti uang, lafal aqlah (resmi) dan lafalimraah (tidak resmi) yang sama-sama berarti istri, dan sebagainya.

    30Contoh sinonimi yang disebabkan oleh perbedaan laras bahasa di antaranya lafal ukm(laras hukum negara) dengan lafal syarah (laras agama).

  • 28

    5. Banyaknya penyebutan untuk satu benda karena faktor agama, seperti katakursiy, arsy, dan maqad;

    6. Adanya perkembangan bahasa;7. Pengucapan dua kata yang mirip pada kata yang huruf dan jumlahnya sama

    hanya susunannya saja yang berbeda atau adanya dua kata atau lebih yangjumlah hurufnya sama hanya saja salah satu hurufnya berbeda;

    8. Banyaknya kata yang digunakan sebagai kata sifat.31

    Itulah beberapa faktor terjadinya sinonim dalam bahasa Arab. Namun, tidakserta-merta setiap kata yang maknanya sama bisa dikatakan sinonim, Ibrhm nismengemukakan beberapa syarat kata tersebut bisa dikategorikan sinonim, antaralain:1. Kata-kata yang dianggap sinonim harus muncul dalam satu masa;2. Kata-kata yang dianggap sinonim harus ada persesuaian arti;3. Kata-kata yang dianggap sinonim harus berada dalam lingkungan bahasa

    tertentu dan geografis tertentu.Dari adanya persyaratan mengenai sinonim di atas, tampaknya para ahli

    bahasa tidak begitu saja dalam menentukan apakah kata-kata bisa disebut sinonimatau tidak. Mereka mencoba memberikan persyaratan-persyaratan yang ketatdengan tujuan mengetahui sejauh mana persamaan dan perbedaan makna beberapakata yang dianggap sinonim tersebut agar dapat digunakan secara tepat dalampenggunaannya di sebuah kalimat.

    31Zahrudin, Relasi Makna dalam Quran: Analisis terhadap Kata-Kata yang Memiliki RelasiMakna dalam Quran Yong Diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, (Disertasi Sekolah PascaSarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2010), h. 105.

  • 29

    Terlepas dari itu, berikut ini adalah beberapa contoh lafal-lafal dalam ayatQuran yang dianggap sinonim:32

    1. Lafal al-khauf dan al-khasyyahKedua kata ini dapat diartikan dalam makna yang sama, yaitu takut. Kendati

    demikian, dalam Quran penggunaan keduanya ternyata berbeda. Di antaraperbedaan antara keduanya adalah bahwa khasyyah menunjukkan rasa takut yangsangat karena sesuatu yang ditakuti dianggap agung walaupun orang yang takut itubermental kuat. Berdasarkan alasan ini, Mann al-Qan mengatakan bahwa katakhasyyah pada umumnya disandarkan kepada kata Allah, seperti:

    Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya

    hanyalah ulama (QS. Fir [35]: 28)Kata khasyyah pada ayat ini diartikan dengan takut yang sangat, yaitu takut

    kepada Allah yang Mahaagung. Sedangkan pemakaian kata khauf biasanya untukmenunjukkan perasaan takut terhadap sesuatu yang dinilai akan berakibat tidak baikuntuk dirinya, seperti dalam QS. Hd [11]: 103:

    Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi

    orang-orang yang takut kepada azab akhirat....Kata khauf pada ayat diungkapkan untuk menunjukkan takutnya seseorang

    pada azab yang akan diterima di akhirat.

    32Departemen Agama, Mukadimah al-Quran dan Tafsirnya (Jakarta: Departemen AgamaRI, 2008), h. 155-168.

  • 30

    2. Lafal al-syu dan al-bukhlKedua term ini sama-sama memiliki arti kikir namun penggunaannya

    berbeda. Term bukhl memiliki arti kikir dalam hal harta, seperti keengganan untukmengeluarkan zakat, tidak mau menginfakkan sebagian hartanya di jalan Allah,atau tidak mau bersedekah kepada orang miskin. Sedangkan term syumenunjukkan arti kikir dalam segala hal, baik harta maupun kebaikan. Di bawahini contoh penggunaan term bukhl dan syu:

    Dan Adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup QS. al-

    Lail [92]: 8.Menurut al-abar, makna bakhila pada ayat ini adalah enggan untuk

    menginfakkan hartanya di jalan Allah.33

    Mereka bakhil terhadapmu, apabila datang ketakutan (bahaya), kamu Lihat

    mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalik- balik seperti orangyang pingsan karena akan mati, dan apabila ketakutan telah hilang, merekamencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedang mereka bakhil untuk berbuatkebaikan. mereka itu tidak beriman, Maka Allah menghapuskan (pahala) amalnya.dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. QS. al-Azb [33]: 19.

    Ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang munafik yang telahmenyakiti orang Muslim dengan lisannya, malas untuk berperang, dan tidak mau

    33Muammad Ibn Jarr al-abar, Jmi al-Bayn an Tawl al-Qurn (Kairo: Markaz al-Bu wa al-Dirst al-Arabiyyah wa al-Islmiyyah, 2001), j. 24, h. 466.

  • 31

    berinfak pada orang fakir.3. Lafal al-sabl dan al-arq

    Kedua kata ini mempunyai arti yang sama, yaitu jalan. Namun, dalampenggunaannya, term sabl pada umumnya digunakan untuk menunjukkan arti jalankebaikan, seperti dalam QS. al-Baqarah [2]: 195:

    Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamumenjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karenaSesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.

    Sedangkan kata arq bersifat relatif tergantung pada kata apa ia disandarkan.Maka dari itu, kata arq bisa berarti jalan yang baik dan bisa juga jalan yang tidakbaik, seperti pada ayat-ayat di bawah ini:

    Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan melakukan kezaliman, Allahsekali-kali tidak akan mengampuni (dosa) mereka dan tidak (pula) akanmenunjukkan jalan kepada mereka. [168] Kecuali jalan ke neraka Jahannam;mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. dan yang demikian itu adalah mudahbagi Allah. [169] QS. al-Nis [4]: 168-169.

    Mereka berkata: "Hai kaum Kami, Sesungguhnya Kami telahmendengarkan kitab (Al Quran) yang telah diturunkan sesudah Musa yangmembenarkan Kitab-Kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan

  • 32

    kepada jalan yang lurus. QS. al-Aqf [46]: 30.

    4. Lafal ja dan atKedua kata ini mempunyai arti yang sama, yaitu datang. Namun, dalam ayat-

    ayatnya, Quran sering kali membedakan pemakaiannya. Kata ja digunakan dalamhal yang berkenaan dengan materi, seperti pada QS. Ysuf [12]: 72:

    Penyeru-penyeru itu berkata: "Kami kehilangan piala Raja, dan siapa yang

    dapat mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta,dan aku menjamin terhadapnya".

    Subjek dari kata ja adalah ism mauul man yang berupa materi, yaitumanusia. Sedangkan untuk menunjukkan datangnya waktu atau sesuatu yangbersifat abstrak, maka digunakan kata at, seperti pada ayat di bawah ini:

    Telah pasti datangnya ketetapan Allah. Maka janganlah kamu meminta

    agar disegerakan (datang) nya. Maha suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yangmereka persekutukan. QS. al-Nal [16]: 1.

    5. Lafal al-tamm dan al-kamlKedua kata ini memiliki arti yang sama, yaitu kesempurnaan. Namun,

    penggunaannya dalam Quran dibedakan. Kata tamm digunakan untukmenyempurnakan kekurangan yang ada pada substansi dari sesuatu. Sedangkankata kaml untuk penggunaan yang sebaliknya, yaitu untuk menyempurnakankekurangan yang bukan pada substansi, setelah hal-hal yang bersifat substansi telahsempurna. Contohnya pada QS. al-Midah [5]: 3:

  • 33

    Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-

    cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu.

    Jika diperhatikan, kata akmaltu disandarkan pada agama sedangkan kataatmamtu disandarkan pada nikmat. Sesuai dengan kaidah di atas bahwa substansidari agama sebenarnya telah sempurna sehingga yang disempurnakan oleh Tuhandalam hal ini adalah kekurangan-kekurangan yang tidak berkaitan dengan substansisebab ajaran agama Tuhan mesti sudah sempurna. Dengan kata lain, dapatdikemukakan bahwa kekurangan tersebut hanya berkaitan dengan substansi agamayang masih belum diwahyukan dan bukan pada kurang sempurnanya ajaran itusendiri. Sedangkan kata atmamtu yang disandarkan kepada nikmat mengindikasikanbahwa yang disempurnakan oleh Tuhan adalah substansi dari nikmat itu sendiri.Nikmat yang dimaksud dalam ayat ini, menurut al-Syaukn, adalah kesempurnaanagama Islam, yaitu dengan dikuasainya kota Makkah oleh orang Islam danruntuhnya imperium kafir.b. Pro-Kontra Sinonim dalam Quran

    Para ahli bahasa berbeda pendapat dalam menyikapi sinonim dalam bahasaArab. Hal ini disebabkan tidak adanya kesepakatan antara mereka mengenaipengertian atau definisi dari makna sinonim yang sebenarnya.

    Pada bagian ini, penulis akan memaparkan pandangan pakar bahasa mengenaisinonim dalam bahasa Arab. Penulis mengelompokkan para ahli menjadi duakelompok, yaitu kelompok yang menolak adanya sinonim dan kelompok yangmenerima adanya sinonim.

  • 34

    1. Penerima adanya TardufOrang pertama yang mendukung adanya tarduf pada bahasa Arab adalah Ab

    Zaid al-Anr (w. 215 H) pada akhir abad kedua dan awal abad ketiga.34 Bahkan al-Anr mengoleksi kata-kata yang bersinonim. Selain al-Anr, tokoh lain yangmendukung adanya sinonim dalam bahasa Arab, yaitu Ibn al-Arab (w. 232 H)35

    dan al-Asm (w. 216 H). Pada abad keempat, muncul ulama lain yang mendukungadanya sinonim dalam bahasa Arab, ialah Ibn Khalawaih (w. 370 H) sedangkan padaabad kedelapan terdapat al-Fairuzzabadi (w. 911 H) dengan kamusnya yangterkenal, yaitu Al-Muh.

    Kelompok ini berargumen bahwa ketika seseorang mau menjelaskan kata lubbmaka harus menemukan kata yang searti dengan kata tersebut. Makna yang seartidengan kata lubbmisalnya adalah kata al-aql. Sebagaimana yang dikemukakan IbnFris dalam kitabnya al-hib bahwa setiap kata memiliki arti yang lain yang dapatmenjelaskan kata yang semakna. Contoh lainnya adalah kata raib pada QS. al-Baqarah [2]: 3. Kebanyakan ulama tafsir menjelaskan kata l raib dengan kata lsyakk karena keduanya memiliki arti yang sama. Jika asumsi tarduf tidak ada, makaniscaya kata l syakk tidak bisa menggantikan tempat l raib pada ayat tersebut. Danjika kata l syakk tidak sepadan dengan kata l raib maka penafsiran l raib olehkata l syakk tidak bisa dibenarkan.36

    34Ahmad Mukhtar Umar, Ilm al-Dallah, h. 99.35Sebagian ahli ada juga yang memasukkan Ibn al-Arab pada kelompok yang menolak

    adanya sinonim berdasarkan pernyataannya bahwa: Setiap dua huruf yang diucapkan oleh bangsaArab pasti memiliki satu makna dan setiap masing-masing huruf dari keduanya pasti memilikiperbedaan antara satu dengan lainnya. Lihat Muaf diq al-Rfi , rikuh db al-Arab (Mesir:t.pn., 1940), j. I, h. 405. Lihat pula Muhammad usain l Ysn, al-Dirst al-Lugawiyyah indaal-Arab att Nihyat al-Qarn al-li (Beirut: Dr Maktabah al-ad, 1980), h. 415.

    36Ahmad Mukhtar Umar, Ilm al-Dallah, h. 216.

  • 35

    Untuk memperkuat argumen mereka, mereka juga membuktikan keberadaansinonim dengan memaparkan hadis Nabi yang mengindikasikan keberadaansinonim.

    : ! :

    Ketika Ab Hurairah bersama Rasulullah, jatuhlah sebilah pisau dari tanganbeliau. Kemudian Rasulullah berkata: Hai, Ab Hurairah, ambilkan al-sikkn!Namun Ab Hurairah menoleh ke kanan dan ke kiri karena tidak paham maksudRasulullah. Setelah tiga kali Rasulullah mengulang kalimat tersebut, Ab Hurairahmencoba menjawab: Apakah yang Engkau maksud adalah al-mudyah?Rasulullah menjawab: Iya. Riwayat menunjukkan bahwa al-sikkn dan al-mudyah adalah sinonim.37

    Bahkan, salah satu pakar yang percaya adanya sinonim pada bahasa Arab, IbnKhalawaih, dengan bangga mengemukakan bahwa ia menghafal lima puluh namapedang. Hanya saja pendapat tentang lima puluh sinonim dari kata al-saif disanggaholeh penolak adanya sinonim dengan alasan Ibn Khalawaih tidak membedakan manakata yang menunjukkan benda dan mana yang menunjukkan sifat.

    Di samping ada yang terlalu berlebihan dalam mendukung keberadaansinonim, ada pula yang lebih moderat. Al-Fakhr al-Rz (w. 666 H) mengakuiadanya sinonim namun bukan sinonim mutlak (al-tardf al-kmil/al-tm) yang

    37Ahmad Mukhtar Umar, Ilm al-Dallah, h. 216-217.

  • 36

    menyaratkan makna-makna yang bersinonim harus sama dalam semua konteks danfungsi kata yang satu bukan sebagai sifat atau penjelas bagi selainnya.38

    2. Penolak adanya TardufAb al-Abbs alab (w. 291 H) ialah ahli bahasa pertama yang menolak

    adanya tarduf dalam bahasa Arab. Ia berpendapat bahwa dua kata yang berbedabila dikatakan memiliki makna yang sama adalah hal yang tidak berdasar sebab yangdimaksud mutardif adalah mutabayyin. Seperti kata al-arm yang dianggapmutardif dengan kata al-saif (pedang) oleh yang percaya adanya tarduf.Menurutkelompok ini, al-arm bukan sebagai sinonim dari kata al-saif namun sebagaimutabayyin (penjelas) atau sebagai sifat saja.

    Pendapat tersebut senada dengan beberapa ahli bahasa yang menolak adanyatarduf dalam bahasa Arab seperti Ab Al al-Fris (w. 377 H), Ibn Fris (w. 390H), Ab ill al-Asykar (w. 395), Ibn al-Sarraj (w. 401 H)39, dan lain sebagainya.Mereka berpendapat bahwa perbedaan pada redaksi kata menunjukkan perbedaanpula pada maksud dan makna. Mereka berkeyakinan bahwa mustahil terdapat duakata atau lebih yang memiliki makna yang sama. Jika pun ada maka itu disebabkanfaktor ketidaktahuan seseorang tentang perbedaan antara kata-kata tersebut.

    Untuk memperkuat argumen mereka, mereka memberikan beberapa contohmengenai kata-kata yang dianggap sinonim. Di antaranya kata al-an, al-mad,dan al-ir. Ketiga kata ini mempunyai arti yang sama yaitu pujian. Namun biladikaji lebih mendalam ternyata masing-masing memiliki makna yang spesifik. Kata

    38Ahmad Mukhtar Umar, Ilm al-Dallah, h. 215-216.39Ibn al-Sarraj menceritakan bahwa Amad Ibn Yay pernah berkata: Tidak boleh ada dua

    kata yang berbeda namun memiliki makna yang sama. Lihat Ramn Abd al-Tawwb, Ful fFiqh al-Lugah, h. 312.

  • 37

    al-an bermakna pujian yang diulang-ulang dan kata al-mad bermakna pujianpada perbuatan sedangkan al-ir bermakna pujian pada paras seseorang. Contohlainnya adalah kata jalasa dan qaada yang sama-sama diartikan duduk. Namun jikaditelusuri kedua kata tersebut memiliki perbedaan. Kata jalasa berarti duduk namunmenjelaskan keadaan seseorang yang sedang melakukan sesuatu kemudian duduktanpa mengambil tempat duduk. Sedangkan kata qaada berarti duduk dalam artidiam dan menetap pada tempat duduk. Oleh karena itu ungkapan qawid al-bait(fondasi-fondasi rumah) tidak menggunakan kata jalasa melainkan qawid.40

    Selain itu, kata qaada digunakan untuk menjelaskan proses duduk darikeadaan yang lebih tinggi (berdiri)41 karena orang yang tadinya berdiri kemudianduduk pasti akan mengambil tempat duduk (maqad). Berbeda halnya dengan katajalasa yang digunakan untuk menjelaskan keadaan duduk dari keadaan awal yanglebih rendah.42

    Itulah beberapa argumen pakar bahasa Arab kontemporer, baik yang mengakuiadanya sinonim maupun tidak. Berbeda halnya dengan pakar bahasa Arabkontemporer, meski mayoritas mengakui adanya sinonim, namun perbedaan merekalebih kepada perbedaan dalam membuat standar atau kategori sinonim.43

    Issa J. Boullata, seorang profesor Yerussalem yang mengagumi keindahanbahasa Quran dan seorang ahli sastra Arab, melakukan penelitian induktif terhadap

    40Ibrhm Ans, F al-Lahjt al-Arabiyyah (Mesir: Maktabah al-Anjl, 2008), h. 152.Departemen Agama RI, Mukadimah al-Quran dan Tafsirnya (Jakarta: Departemen Agama RI,2008), h. 165.

    41Sebagai contoh adalah kalimat berikut: 42Muhammad Yusuf, Relasi Tanda Bahasa dan Makna dalam Bahasa Arab: Kajian atas

    Pemikiran Ibn ria dalam al-hib,h. 146.43Muhammad Yusuf, Relasi Tanda Bahasa dan Makna dalam Bahasa Arab: Kajian atas

    Pemikiran Ibn ria dalam al-hib, h. 141

  • 38

    lafal-lafal Quran dalam konteksnya menunjukkan bahwa sebuah kata digunakanuntuk menunjuk makna tertentu dan tidak mungkin digantikan oleh lafal lain yangbiasa dianggap semakna.44

    Dari pemaparan tentang sinonim di atas, penulis berpendapat bahwasebenarnya tidak ada kontroversi antara ada atau tidak adanya sinonim dalam bahasaArab. Hanya saja hal itu tergantung dari pemaknaan pengertian sinonim itu sendiri.Jika sinonim diartikan sebagai dua kata atau lebih yang mempunyai arti yang sama45,maka tidak ada sinonim dalam bahasa Arab. Namun, jika sinonim diartikan sebagaidua kata atau lebih yang mempunyai arti yang mirip46, maka sinonim dalam arti inimemang ada.

    C. Homonim (Musytarak) dalam QuranDalam kajian bahasa Indonesia, homonim adalah kata yang sama lafal dan

    ejaannya, tetapi berbeda maknanya karena berasal dari sumber yang berlainan.Seperti kata hak pada ungkapan hak asasi berbeda arti dengan hak sepatu.Sedangkan dalam kajian bahasa Arab, homonim diistilahkan dengan lafal al-musytarak al-laf.47 Al-Suy memberikan pengertian bahwa al-musytarak al-lafadalah setiap kata yang memiliki makna lebih dari satu.48

    Dalam bahasa Arab ditemukan banyak homonim, seperti kata arabamemiliki setidaknya sembilan arti, yaitu berdenyut, mengepung, memikat,

    44Issa J. Boullata, al-Quran yang Menakjubkan. Penerjemah Bachrum B., dkk. (Tangerang:Lentera Hati, 2008), h. 317.

    45Sama di sini berarti bisa menggantikan posisi satu sama lain.46Maksud dari mirip di sini adalah tidak persis sama, ada perbedaan di antara kata-kata yang

    dianggap sinonim tersebut.47Ahmad Mukhtar Umar, Ilm al-Dallah, h. 147.48Jall al-Dn al-Suy, al-Mur f lm al-Lugah wa Anwih, h. 369.

  • 39

    memukul, menembak, menyengat, cenderung, menentukan, dan mengetuk. Lafalal-ikr memiliki arti peringatan, pengajaran, ilmu, bahkan ada yang berarti Quran.

    Banyaknya homonim pada bahasa Arab disebabkan beberapa faktor, diantaranya:1. Adanya perbedaan dialek bahasa;2. Adanya perkembangan bunyi yang pada akhirnya mengubah bunyi kata yang

    asli;3. Adanya pergeseran makna kata dari makna asli menjadi makna majaz.49

    Dalam kajian ilmu balagah, homonim disebut dengan istilah jinas, yaitukemiripan dua kata yang berbeda maknanya.50 Dengan kata lain, suatu kata yangdigunakan pada tempat yang berbeda dan memiliki makna yang berbeda pula.Sebagai contoh QS. Al-Rm [30]: 55:

    Dan pada hari terjadinya kiamat, bersumpahlah orang-orang yangberdosa; "mereka tidak berdiam (dalam kubur) melainkan sesaat (saja)". Sepertidemikianlah mereka selalu dipalingkan (dari kebenaran).

    Pada ayat di atas terdapat kata al-sah. Kata itu disebut dua kali pada tempatyang berbeda, yang pertama bermakna hari kiamat dan yang kedua bermakna waktusesaat. Penyebutan suatu kata yang mempunyai dua makna berbeda karena disebutpada tempat yang berbeda dinamakan jinas dalam ilmu balagah dan homonimdalam ilmu linguistik.

    49Al Abd al-Wid, Fiqh al-Lugah (Mesir: Dr al-Naah, tt.), h. 191-192.50Taufiqurrochman, Leksikologi Bahasa Arab, h. 68.

  • 40

    Meskipun terdapat pertentangan pendapat mengenai ada atau tidaknyahomonim dalam bahasa Arab, penulis cenderung menyetujui adanya homonim padabahasa Arab sebab pada kenyataannya setiap bahasa di dunia memiliki homonim51

    dan redaksi suatu kalimat dapat mempengaruhi makna dari suatu kata yang sama.Contoh lainnya adalah lafal al-ikr yang mempunyai makna yang berbeda-

    beda tergantung pada konteks dan redaksi kalimatnya. Lafal al-ikr mempunyaibeberapa arti, di antaranya bermakna peringatan, pengajaran, Quran, wahyu, LauMafz, ilmu, dan lain sebagainya. Penjelasan lebih lanjut mengenai ke-homonimanal-ikr akan dibahas secara rinci pada bab selanjutnya.

    51Zahrudin, Relasi Makna dalam al-Quran: Analisis terhadap Kata-Kata yang MemilikiRelasi Makna dalam Quran Yong Diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, dikutip dari EmlBad Yaqb, Fiqh al-Arabiyyah wa Khaiuha, h. 179.

  • 41

    BAB III

    KARAKTERISTIK DAN KONSISTENSI LAFAL IKR

    DALAM QURAN

    A. Klasifikasi Lafal ikr dalam QuranDi dalam Quran terdapat 267 kata yang merupakan bentuk derivasi dari ikr.

    Itu tidak termasuk 18 lafal akara yang berarti laki-laki dan 7 lafal muddakkir(dengan memakai huruf dl).1 Namun jika dikalkulasikan jumlah lafal ikr tanpamengikutkan derivasinya hanya disebut sebanyak 99 kali, baik lafal ikr yangdisandarkan dengan lafal lain (di-muf-kan) maupun yang berdiri sendiri (tidak di-muf-kan).2 Lafal ikr jika di-muf-kan kepada amr terdapat 13 lafal3

    sedangkan yang di-muf-kan terhadap lafal Jallah dan sifat-sifat-Nya disebutsebanyak 18 kali4 sehingga total lafal ikr yang di-muf-kan sebanyak 31 kali.5

    Selain menjadi muf, dalam beberapa tempat lafal ikr juga berkedudukan sebagaimuf ilaih. Lafal ikr juga berkedudukan sebagai muf ilaih disebut sebanyak

    1M. Quraish Shihab dkk, Ensiklopedia al-Quran: Kajian Kosakata, (Jakarta: Lentera Hati,2007), j. 1, h. 192.

    2Muhammad Fu`d Abd al-Bq, al-Mujam al-Mufahras li Alf al-Qur'n (Beirut: Dr al-Had, 2007), h. 335-337. Lihat pula Ali Audah, Konkordinasi Quran (Jakarta: PT. Pustaka LiteraAntarNusa, 1991), h. 188-190.

    3Yaitu pada QS. al-Syar [94]: 4, QS. al-Baqarah [2]: 200, QS. al-Anbiy [21]: 10, QS. al-Kahf [18]: 28, QS. al-Najm [53]: 29, QS. al-Muminn [23]: 71, QS. al-Muminn [23]: 71, QS. al-Kahf [18]: 101, QS. h [20]: 14, QS. h [20]: 42, QS. h [20]: 124, QS. al-Muminn [23]:110, dan QS. d [38]: 8. Lihat Muhammad Fu`d Abd al-Bq, al-Mujam al-Mufahras Li Alf al-Qur'n, h. 336-337. Lihat juga Ali Audah, Konkordinasi Quran, h. 189-190.

    4Dengan rincian yang di-muf-kan kepada lafal Jallah sebanyak sebelas kali (QS. al-Midah [5]: 91, QS. al-Rad [13]: 28 sebanyak dua kali, QS. al-Nr [24]: 37, QS. al-Ankabt [29]:45, QS. al-Zumar [39]: 22 dan 23, QS. al-add [57]: 16, QS. al-Mujdalah [58]: 19, QS. al-Jumuah[62]: 9, dan QS. al-Munfiqn [63]: 9), yang di-muf-kan kepada lafal rabb sebanyak empat kali(QS. Ysuf [12]: 42, QS. al-Anbiy [21]: 42, QS. d [38]: 32, dan QS. al-Jinn [72]: 17), yang di-muf-kan kepada lafal al-ramn sebanyak dua kali (QS. al-Anbiy [21]: 36 dan QS. al-Zukhruf[43]: 36), dan yang di-muf-kan kepada lafal ramati rabbik sebanyak satu kali, yaitu pada QS.Marym [19]: 2.

    5Muhammad Fu`d Abd Al-Bq, al-Mujam al-Mufahras li Alf al-Qur'n, h. 335-337.

  • 42

    empat kali, yaitu pada QS. al-Nal [16]: 42, QS. al-Anbiy [21]: 7 dan 105, sertaQS. d [38]: 1.6 Ada pula lafal ikr yang disambung dengan alif layyinah dibelakangnya.7 Lafal ikr semacam ini disebut sebanyak 23 kali dengan rincian lafalikr yang berdiri sendiri (tidak di-muf-kan) sebanyak 21 kali, yang di-muf-kan pada amr mufrad muanna gibah sebanyak satu kali, dan yang di-muf-kan pada amr jam muakkar gib sebanyak satu kali.8 Dengan demikian, lafalikr yang berdiri sendiri (tidak disandarkan pada kalimat lain dan harf al-layyinah)disebut sebanyak 41 kali dalam Quran.

    Dalam mengklasifikasikan lafal ikr dalam Quran pada penelitian ini, penulismembagi menjadi dua kelompok, yaitu lafal ikr yang dimaknai Quran dan lafalikr yang tidak dimaknai Quran. Hal ini didasarkan pada fokus penelitian penulisyang bertujuan untuk menganalisis karakteristik lafal-lafal ikr yang bermaknaQuran serta menganalisa penggunaan lafal ikr pada QS. al-ijr ayat 9 yang selamaini dimaknai Quran dengan tanpa memedulikan perbedaan di antara keduanya.

    Di bawah ini pengklasifikasian lafal ikr yang dimaknai Quran dan bukan:1. Lafal ikr yang Dimaknai Quran

    Untuk menunjukkan Quran, Allah swt. tidak hanya memakai lafal al-qurnsaja melainkan ada lafal-lafal lain yang dapat menunjukkan makna Quran. Salahsatunya adalah lafal ikr. Lafal ikr yang digunakan untuk makna Quran disebutsebanyak sembilan kali dalam delapan ayat di tujuh surat.9 Lafal-lafal tersebut

    6Lihat Muhammad Fu`d Abd al-Bq, al-Mujam al-Mufahras li Alf al-Qur'n, h. 335-336.

    7Redaksi Arabnya adalah 8Muhammad Fu`d Abd al-Bqi, al-Mujam al-Mufahras li Alf al-Qur'n, h. 337.9Muhammad Amin Suma, Ulumul Quran, h. 35.

  • 43

    berada pada QS. al-ijr [15]: 6 dan 9, QS. al-Nal [16]: 44, QS. [20]: 99, QS.al-Furqn [25]: 29, QS. d [38]: 8 sebanyak dua kali, QS. Fuilat [41]: 41, danQS. al-alq [65]: 10.10

    Di bawah ini merupakan ayat-ayat yang mengandung lafal ikr yangbermakna Quran:1. QS. al-ijr [5]: 6

    Mereka berkata: "Hai orang yang diturunkan al-Quran kepadanya,

    sesungguhnya kamu benar-benar orang yang gila.2. QS. al-ijr [5]: 9

    Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Quran, dan sesungguhnya

    Kami benar-benar memeliharanya.3. QS. al-Nal [16]: 44

    Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkankepadamu al-Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telahditurunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.4. QS. h [20]: 99

    10Rincian ini didapatkan setelah mewawancarai Prof. Dr. M. Amin Suma, MA (mantan dekanFakultas Syariah dan Hukum) pada hari Senin pukul 10.43 WIB dan hari Rabu pukul 12.49 WIB.

  • 44

    Demikianlah kami kisahkan kepadamu (Muhammad) sebagian kisah umatyang telah lalu, dan sesungguhnya telah Kami berikan kepadamu dari sisi Kamisuatu peringatan (al-Quran).5. QS. al-Furqn [25]: 29

    Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari al-Quran ketika al-Quran

    itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia.6. QS. d [38]: 8

    Mengapa al-Quran itu diturunkan kepadanya di antara kita?" Sebenarnya

    mereka ragu-ragu terhadap al-Quran-Ku, dan sebenarnya mereka belummerasakan azab-Ku.7. QS. d [38]: 8

    Mengapa al-Quran itu diturunkan kepadanya di antara kita?" Sebenarnya

    mereka ragu-ragu terhadap al-Quran-Ku, dan sebenarnya mereka belummerasakan azab-Ku.8. QS. Fuilat [41]: 41

    Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari al-Quran ketika al-Quran

    itu datang kepada mereka, (mereka itu pasti akan celaka), dan sesungguhnya AlQuran itu adalah kitab yang mulia9. QS. Al-alq [65]: 10

  • 45

    Allah menyediakan bagi mereka azab yang keras, maka bertakwalahkepada Allah hai orang-orang yang mempunyai akal; (yaitu) orang-orang yangberiman. Sesungguhnya Allah telah menurunkan al-Quran kepadamu.2. Lafal ikr yang Tidak Dimaknai Quran

    Selain dimaknai Quran, lafal ikr juga memiliki arti yang lain, yaituperingatan, pengajaran, ilmu, ingat atau mengingat, wahyu, keagungan ataukedudukan tinggi, bahkan ada yang bermakna Lau Maf.11

    a. Lafal ikr yang bermakna peringatan di antaranya terdapat pada QS. Ysn[36]: 11,

    Sesungguhnya kamu hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang

    mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurahwalaupun dia tidak melihatnya. Maka berilah mereka kabar gembira denganampunan dan pahala yang mulia

    Selain ayat di atas, lafal ikr yang bermakna peringatan terdapat pula padaQS. al-Arf [7]: 69, QS. al-Anbiy [21]: 24 dan 50, QS. al-Syuar[26]: 5, QS.d [38]: 87.12

    b. Lafal ikr yang bermakna mengingat atau ingat di antaranya terdapat padaQS. al-Midah [5]: 91,

    11M. Quraish Shihab dkk, Ensiklopedia Quran: Kajian Kosakata, j. I, h. 193. Lihat pulaAbdurrahman Nuryaman, Kumpulan Dzikir & Doa Sepanjang Masa Berdasarkan al-Quran danal-Sunnah (Jakarta: Darul Haq, 2013), h. 5-7.

    12Abdurrahman Nuryaman, Kumpulan Dzikir & Doa Sepanjang Masa Berdasarkan al-Quran dan al-Sunnah, h. 6.

  • 46

    Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhandan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, danmenghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu(dari mengerjakan pekerjaan itu).

    Pengertian serupa juga terdapat pada QS. al-Anbiy [21]: 42, QS. al-Nr[24]: 37, QS. d [38]: 32, QS. al-Zumar [39]: 23, dan QS. al-Mujdilah [58]: 19.13

    c. Lafal ikr yang bermakna pengajaran di antaranya terdapat pada QS. Ysuf[12]: 104,

    Dan kamu sekali-kali tidak meminta upah kepada mereka (terhadap

    seruanmu ini), itu tidak lain hanyalah pengajaran bagi semesta alam.d. Lafal ikr yang bermakna ilmu di antaranya terdapat pada QS. al-Nal

    [16]: 43,

    Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yangKami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yangmempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.

    Pengertian serupa terdapat pada QS. al-Anbiy [21]: 2, 7, 10, 50, dan 105,QS. d [38]: 1, dan lain-lain.14

    e. Lafal ikr yang bermakna wahyu terdapat pada QS. al-Qamar [54]: 25,

    13Abdurrahman Nuryaman, Kumpulan Dzikir & Doa Sepanjang Masa Berdasarkan al-Quran dan al-Sunnah, h. 7.

    14M. Quraish Shihab dkk, Ensiklopedia al-Quran: Kajian Kosakata, j. I, h. 192.

  • 47

    Apakah wahyu15 itu diturunkan kepadanya di antara kita? Sebenarnya diaadalah seorang yang amat pendusta lagi sombong.

    f. Lafal ikr yang bermakna keagungan atau kedudukan tinggi terdapat padaQS. d [38]: 1,

    Shaad, demi al-Quran yang mempunyai keagungan.

    g. Lafal ikr yang bermakna Lau Maf di antaranya terdapat pada QS. al-Anbiy [21]: 105,

    Dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam)

    Lau Mafu, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang saleh.B. Karakteristik Lafal ikr dalam Quran

    Setelah memilah antara lafal ikr yang bermakna Quran dan lafal ikr yangtidak bermakna Quran, selanjutnya penulis akan membuat karakteristik atau ciri-ciri umum lafal ikr yang bermakna Quran guna mempermudah dalammembedakan mana yang bermakna Quran dan mana yang tidak bermakna Quran.Pemberian karakteristik ini juga bertujuan untuk membuktikan konsistensi lafal-lafal Quran, khususnya lafal ikr.

    Dalam memberikan karakteristik secara umum mengenai lafal ikr ini,penulis membaginya menjadi dua bagian, yaitu berdasarkan kedudukan lafal ikr

    15Yang dimaksud wahyu di sini bukan bermakna Quran (wahyu yang diturunkan Allahkhusus pada Nabi Muhammad) melainkan ditujukan pada wahyu yang diturunkan pada Nabi lainselain Nabi Muhammad saw. (dalam ayat ini wahyu yang dimaksud adalah wahyu yang diberikankepada nabinya kaum amud, yaitu Nabi li as.). Lihat Isml Ibn Umar Ibn Kar, Tafsr al-Qurn al-Am (Riyadh: Dr ayyibah li al-Nasyr wa al-Tauz, 1999), cet II, j. 7, h. 479.

  • 48

    dan berdasarkan makna ikr sebagai Quran. Ulasan secara rinci akan dijelaskan dibawah ini.1. Karakteristik Lafal ikr berdasarkan Penyandarannya terhadap

    Kalimat Laina. SebagaiMuf

    1. Muf terhadap Lafal Jallah dan Sifat-Sifat-NyaKarakteristik lafal ikr yang di-muf-kan terhadap lafal Jallah dan sifat-

    sifat-Nya adalah sebagai berikut: Lafal ikr selalu bermakna mengingat atau peringatan jika disandarkan

    dengan lafal yang mempunyai makna Allah (lafal Allh, al-Ramn, danRabb) kecuali pada QS. Ysuf [12]: 42 yang dimaknai menerangkan sebab padaayat tersebut lafal rabb bermakna tuan atau rajanya Nabi Ysuf as. Jika disandarkan dengan lafal ramat rabbik maka lafal ikr mempunyai

    arti penjelasan.2. Muf terhadap Ism amr

    Lafal ikr yang di-muf-kan pada ism amr selalu bermakna ingat danderivasinya (peringatan, mengingat, zikir, dan sebagainya) kecuali ism amrtersebut menunjukkan makna Allah (dalam hal ini memakai amr mutakallimwadah) dan sebelumnya terdapat kalimat fil yang menunjukkan makna penurunanwahyu (pada kasus ini lafal unzila) seperti pada QS. d [38]: 8. Maka jika duaketentuan itu terpenuhi maka lafal ikr itu bermakna Quran. Namun jika amr-nya kembali pada selain Allah maka lafal ikr tersebut tidak dimaknai Quranmeskipun sebelumnya didahului oleh kalimat fil yang menunjukkan penurunan

  • 49

    wahyu (anzala dan at) seperti pada QS. al-Anbiy [21]: 10 dan QS. al-Muminn[23]: 71 di bawah ini,

    Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di

    dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiadamemahaminya. (QS. al-Anbiy