Pen Angka Pan
-
Upload
amizaradila -
Category
Documents
-
view
29 -
download
2
Transcript of Pen Angka Pan
1
PENANGKAPAN
Home > Internasional > ABC Australia Network
Australia Ngotot Penangkapan Ikan Paus Dibawa ke
Mahkamah Internasional
Kamis, 27 Juni 2013, 10:11 WIB
CANBERRA -- Kasus Australia melawan penangkapan ikan paus oleh Jepang sudah mulai
disidangkan di Mahkamah Keadilan Internasional di Den Haag.
Ini merupakan langkah paling akhir setelah upaya selama bertahun-tahun oleh pemerintah dan
kelompok-kelompok lingkungan untuk mencegah penangkapan ikan paus tahunan oleh Jepang.
Pada pembukaan sidang di Mahkamah Keadilan Internasional di Den Haag, Australia
mengemukakan, program penangkapan ikan paus Jepang tidak dapat dibiarkan dan berbahaya.
Pemerintah Australia meluncurkan gugatan hukum di tahun 2010 dan kini dalam proses
pembelaan oleh kedua pihak selama tiga minggu.
Pada waktu mahkamah mengumumkan putusannya tahun ini nanti, tidak akan ada banding.
Bill Campbell QC, penasehat pemerintah mengenai hukum internasional selama lebih dari 30
tahun, mengatakan di depan mahkamah, Jepang bersikeras bahwa program itu murni untuk
tujuan riset ilmiah.
2
"Jepang berusaha menutupi penangkapan ikan komersialnya dengan tujuan ilmiah. Padahal sama
sekali tidak ilmiah," katanya.
"Yang dilakukan Jepang di Samudra Selatan jelas bertujuan komersial."
"Jumlah yang mereka tangkap, dalam hal ini ikan paus jenis minke, mencapai 935 ekor setahun."
"Mereka juga menjual produk ke berbagai tempat di Jepang."
Campbell mengatakan kepada Majelis Hakim yang terdiri dari 16 orang, mahkamah mempunyai
kesempatan baik untuk memutuskan apa yang disebut kegiatan ilmiah dan apa yang bukan.
Ia mengatakan, jika masing-masing dari 89 negara yang menandatangani peraturan penangkapan
ikan paus melakukan hal yang sama seperti Jepang, maka konsekwensinya akan merupakan
bencana.
Australia mengatakan, lebih dari 10,000 ikan paus telah dibunuh sejak 1988 sebagai akibat dari
program Jepang.
Australia menuding, Jepang melanggar konvensi internasional dan kewajibannya untuk
melestarikan mamalia laut dan lingkungan mereka.
Pembelaan Australia akan berlangsung selama tiga hari, sedangkan Jepang akan memulai
pembelaannya minggu depan.
Sidang akan berlangsung sampai 16 Juli. Selandia Baru mendukung kasus Australia dan juga
akan mengajukan pembelaan. Putusan mahkamah diperkirakan akan dikeluarkan dalam beberapa
bulan.
Kelompok lingkungan Sea Shepherd menyatakan harapan, penyidangan kasus tersebut di
pengadilan tertinggi akan membuahkan keputusan hukum yang kuat.
Mahkamah Keadilan Internasional, yang didirikan 1945, adalah lembaga yudisial PBB tertinggi
dan bertugas menyelesaikan sengketa antar negara.
Sumber : http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/2013-06-27/australia-melawan-penangkapan-
ikan-paus-jepang-di-mahkamah-internasional-di-den-haag/1152364
3
Perhatikan Penangkapan Ikan Ilegal Hadapi Komunitas Ekonomi
ASEAN
Rabu, 21 Agustus 2013 | 20:40 WIB
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Perikanan dan Kelautan
(BPSDM KP) Suseno Sukoyono | Josephus Primus
KOMPAS.com - Selain peluang dan tantangan saat Komunitas Ekonomi ASEAN terwujud
pada 2015, kekhawatiran meningkatnya penangkapan ikan ilegal (illegal fishing) di perairan
Indonesia bakal nyata. Pasalnya, tak hanya Indonesia, beberapa negara ASEAN yang memiliki
wilayah laut juga memaksimalisasikan potensi tersebut. "Hal ini yang harus menjadi
perhatian,"kata Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Perikanan
dan Kelautan (BPSDM KP) Suseno Sukoyono dalam sebuah diskusi di Jakarta pada Rabu
(21/8/2013).
Binus University
Secara umum, hal pertama dapat dilakukan menghadapi AEC adalah, apabila kita tidak siap
bersaing di luar Indonesia (di negara-negara ASEAN lainnya), maka kita harus fokus di pasar
Indonesia itu sendiri.
4
Sementara, catatan terkumpul menunjukkan potensi perikanan tangkap dunia berada di kisaran
95 juta ton per tahun. Dari jumlah itu, Indonesia baru bisa menangkap sekitar 5,05 persen.
Menurut hemat Suseno, salah satu cara untuk mengurangi merebaknya penangkapan ikan ilegal
di perairan Indonesia adalah dengan penempatan tenaga-tenaga ahli bidang pemantauan.
"Pemantauan itu mesti kita lakukan sendiri,"katanya.
Lantaran berkutat di bidang SDM, kata Suseno, pihaknya menerapkan standard kompetensi kerja
maupun standard profesi bagi para lulusan sekolah-sekolah perikanan negara mulai dari
menengah hingga perguruan tinggi.
Para ahli ini nantinya bakal bekerja dengan bantuan kemajuan teknologi, tentunya, untuk
memantau semisal asal penangkapan ikan dan kapal penangkapnya. "Terkait dengan komunitas
ekonomi ASEAN itulah, tenaga-tenaga profesional seperti itu makin dibutuhkan,"ujarnya.
Demi menghadapi realisasi komunitas itu, menurut hemat Suseno, dibutuhkan sekitar 6.000
tenaga ahli.
Suseno menambahkan, catatan dari pihaknya menunjukkan, sampai dengan 2012, seluruh
lulusan pendidikan perikanan dalam lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)
mencapai 1.363 orang.
Sampai saat ini pendidikan menengah kejuruan KKP memiliki empat program keahlian yakni
Nautika Perikanan Laut, Teknika Perikanan Laut, Teknologi Budidaya Perikanan, dan Teknologi
Pengolahan Hasil Perikanan. Pada bagian ini, ada sembilan satuan pendidikan Sekolah Usaha
Perikanan Menengah (SUPM) yang berlokasi di Aceh, Pariaman, Kota Agung, Pontianak, Tegal,
Bone, Ambon, Sorong, dan Kupang.
Selanjutnya, di jenjang pendidikan tinggi, ada enam penyelenggaraan program studi yakni
Teknologi Penangkapan Ikan, Teknologi Mesin Perikanan, Teknologi Aquakultur, Teknologi
Pengolahan Hasil, Teknologi Pengelolaan Sumberdaya, dan Penyuluhan Perikanan. Pada tingkat
ini, terang Suseno, KKP menjalankan tiga satuan pendidikan Akademi Perikanan (AP) di
Sidoarjo, Bitung, dan Sorong. Lalu, ada satu satuan Sekolah Tinggi Perikanan (STP) yang
berlokasi di Jakarta.
5
ANALISA KASUS PENANGKAPAN KAPAL NELAYAN MALAYSIA DI SELAT MALAKA
Selasa, 10 Januari 2012 Diposkan oleh maimuna renhoran di 00.00 Kapal Pengawas HIU 001 milik Direktorat Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan
dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan tgl 7 april 2011, berhasil menangkap Dua
kapal berbendera Malaysia yang sedang melakukan pencurian ikan /Illegal Fishing di Wilayah
Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia Perairan Zona Ekonomi Eksekutif Indonesia (ZEEI)
Selat Malaka.
Kapal yang ditangkap antara lain KM KF 5325 GT 75,80 ditangkap pada posisi 04 derajat
35`02" N/099 derajat 24`01" E dan KM. KF 5195 GT 63,80 ditangkap pada posisi 04 derajat
40`50" N/099 derajat 25`00" E. Kedua kapal ditangkap karena :
telah melanggar batas wilayah ZEE Indonesia.
tidak mempunyai Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP).
Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) dari pemerintah RI .
serta penggunaan alat tangkap terlarang Trawl .
Dengan demikian, kedua kapal tersebut melanggar Pasal 5 ayat (1) huruf (b) Jo pasal 92 Jo
pasal 93 ayat (2) Jo pasal 86 ayat (1) UU No. 45 Tahun 2009 tentang perubahan atas UU No.
31 Tahun 2004 tentang Perikanan. Usai ditangkap, kedua kapal langsung dibawa ke dermaga
Lantamal I Belawan dan langsung dilakukan pembongkaran ikan sebagai barang bukti untuk
disimpan di suatu tempat agar tidak rusak, dengan disaksikan Kepala Stasiun Pengawas
Belawan. Apabila fakta-fakta tersebut di atas dipandang sebagai benar (yang tergantung dari
bagaimana pembuktiannya), telah dapat cukup dibuktikan unsur kesalahan dari kedua kapal
Malaysia tersebut, akan tetapi perlu juga diperhatikan faktor-faktor lain yang juga terlibat di
dalamnya.
6
Ilmuwan serukan moratorium penangkapan ikan Kutub Utara Jakarta, 23
Desember 2013
Montreal (ANTARA News) - Ilmuwan, Senin, mendesak negara lingkar Kutub Utara agar
menetapkan peraturan mengenai penangkapan ikan bagi Samudra Kutub Utara, dan
memerintahkan moratorium atau penghentian sementara bagi penangkapan ikan sampai stok ikan
di sana dinilai.
Saat ini kapal penangkapan belum mulai beroperasi dengan menebar jaring di perairan yang
masih asri tersebut.
"Penangkapan ikan komersial di jantung Samudra Arktik sekarang mungkin dilakukan dan
layak," kata lebih dari 2.000 ilmuwan dari 67 negara dalam surat terbuka yang disiarkan oleh
Pew Environment Group untuk Kanada, Denmark, Norwegia, Rusia dan Amerika Serikat.
Namun tak banyak diketahui mengenai "keberadaan, jumlah, susunan, gerakan, dan kesehatan
stok ikan serta peran yang dimainkannya pada ekosistem perbatasan" di perairan internasional
dengan luas seperti Laut Tengah itu.
Masyarakat internasional harus "bertindak sekarang untuk melindungi perairan tersebut sampai
kita memiliki ilmu pengetahuan dan pemerintahan guna menjamin pembangunan yang
berkelanjutan dalam bidang perikanan", tulisan para ilmuwan itu di dalam surat mereka.
Penghalang utama bagi penangkapan ikan di perairan Kutub Utara hilang dengan cepat, saat
lapisan es mencair. Sejak musim panas 2007, 40 persen bagian tengah Samudra Kutub Utara
telah menjadi perairan terbuka.
Dalam waktu dekat, kapal penangkap ikan dari negara utama penangkap ikan dapat mulai
muncul di bagian utara jauh, demikian laporan AFP --yang dipantau ANTARA di Jakarta, Senin
siang.
Amerika Serikat mensahkan pendekatan pencegahan dengan menutup perairan Kutub Utaranya
bagi penangkapan ikan komersial pada 2009 guna memungkinkan para ilmuwan menilai
lingkungan hidup yang berkembang.
Kanada juga sedang merancang kebijakan perikanannya sendiri bagi Laut Beaufort, yang
bersebelahan.
Namun para ilmuwan itu khawatir "dengan tak-adanya data ilmiah dan sistem managemen yang
kuat" bagi seluruh wilayah tersebut, "penyusutan sumber ikan dan kerusakan pada komponen
lain ekosistem tampaknya akan terjadi jika penangkapan ikan dimulai".
Surat tersebut disiarkan pada hari pertama konferensi ilmu pengetahuan International Polar Yeat
2012 di Montreal, yang dihadiri semua lima negara pantai Kutub Utara, demikian AFP
melaporkan.(C003/A011)
Sumber : http://www.antaranews.com/berita/307477
7
BUDIDAYA INTERNASIONAL
ini Berita > LINIBISNIS > Budidaya Ikan Koi Indonesia, Siap Go Internasional
2
Monday, 9 December 2013 | Dilihat : 33 kali
Budidaya Ikan Koi Indonesia, Siap Go Internasional
LINIBERITA - Ikan koi menjadi salah satu komoditas perikanan potensial yang telah berhasil
menyumbang devisa hingga Rp178 miliar selama tahun 2012. Menteri Kelautan dan Perikanan
Sharif C Sutarjo dalam siaran pers yang diterima di Jakarta mengatakan, ikan hias merupakan
komoditas perikanan yang potensial menyumbang devisa.
Ia menyebutkan nilai ekspor ikan hias Indonesia pada tahun 2012 mencapai 58 juta dolar AS.
Dari jumlah tersebut ekspor ikan koi menyumbang sekitar 19 juta dolar AS atau Rp178
miliar. Menurut dia, ekspor ikan hias di 2013 diprediksi akan mengalami peningkatan hingga 20
persen atau meningkat menjadi sekitar 70 juta dolar AS atau sekitar Rp764 miliar dibanding
2012.
Untuk itu Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), lanjutnya, akan terus memacu
pembudidaya koi Indonesia untuk meningkatkan kualitasnya agar dapat “go internasional”.
Salah satu cara yakni mendukung kegiatan Asosiasi Pecinta Koi Indonesia (APKI). APKI
sebagai mitra strategis pemerintah untuk pengembangan koi nasional memiliki peran penting
sebagai fasilitator untuk dapat membantu memecahkan permasalahan koi nasional. Asosiasi ini
dapat berkiprah lebih besar memajukan ikan hias Indonesia melalui implementasi tiga strategi,
yaitu peningkatan mutu dan kulitas koi sesuai standard pasar internasional, pengembangan
produk (product development) dari koi-koi bernilai rendah (low value products) ke koi bernilai
jual tinggi (high value products), serta penguatan dan pengembangan pemasaran koi baik
domestik maupun internasional.
8
KKP, lanjutnya, akan terus menerus melakukan upaya-upaya menggairahkan bisnis koi nasional
seperti kontes, pameran, bursa, perluasan akses pasar ikan hias bersama pemangku kepentingan
lain. Termasuk upaya mengedukasi masyarakat dalam mengembangkan koi secara baik dan
benar, sehingga koi Indonesia dapat menjadi salah satu pilar ekonomi nasional.
Koi Indonesia Diminati Pasar Cina
Published on October 8, 2012, by budidayaikan
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berupaya mendorong peningkatan ekspor ikan koi
melalui nilai tambah dan peningkatan produksi. Sebab, koi merupakan salah satu ikan hias budi
daya air tawar yang berpotensi menyumbang devisa ekspor.
“Ikan koi merupakan salah satu hasil produksi dari industrialisasi perikanan yang memiliki nilai
tambah,” kata Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo, di Jakarta, Senin, 8
Oktober 2012.
Menurut Sharif, Indonesia merupakan salah satu pemain utama di pasar ikan koi dunia. Hal ini
ditandai seiring dengan meningkatnya permintaan ikan koi di pasar internasional, terutama Cina.
Cina, kata dia, sangat tertarik akan ikan koi asal Indonesia karena dinilai memiliki bibit paling
baik. “Permintaan mereka akan ikan koi asal Indonesia cukup tinggi,” katanya.
Seperti diketahui, capaian produksi ikan koi pada 2011 tercatat 450 juta ekor atau 30 persen dari
total keseluruhan produksi budi daya ikan hias. Sentra koi terbesar berada di Blitar, Yogyakarta,
Jakarta, Sulawesi Selatan, dan Sumatera.
9
Ketua Asosiasi Pecinta Koi Indonesia, Budi Wijaya, menekankan pentingnya sinergi antara
pemerintah dan pihak asosiasi dalam memajukan produk ikan koi dalam negeri. “Hal ini penting,
karena bisa menjadi pendorong industri ikan hias di dalam negeri. Apalagi, permintaan ikan hias
cukup tinggi di pasar internasional, terutama dari Cina,” ujarnya. (tempo)
01 November 2010
Potret Bisnis Perikanan Negeri Gajah Putih
Sebagian besar perusahaan perikanan Thailand memiliki usaha yang terintegrasi mulai
dari budidaya hingga pengolahannya
Reklame yang menampilkan foto pria yang sedang asyik
makan sup pangsit udang (shrimp wonton soup)
terpampang sepanjang perjalanan menuju Pabrik Charoen
Pokphand Foods (CPF) di Provinsi Samut Sakhon
Thailand. Pangsit udang merupakan salah satu produk
siap saji andalan CPF. Bahkan bukan hanya di jalan raya,
iklan produk olahan udang itu ternyata juga dipajang
dalam monorail (kereta listrik) dan ditayangkan pada
siaran televisi lokal. Kejayaan perusahaan grup Charoen
Pokphand asal Negeri Gajah Putih itu memang benar-
benar tergambar saat TROBOS mengunjungi Thailand
pada 27 - 29 September lalu. Kunjungan itu dalam rangka
memenuhi undangan N.C.C. Exhibition Organizer
(NEO), penyelenggara Aquatic Asia 2011. Kesempatan
sangat berharga ini dimanfaatkan untuk mengintip seperti
apa perkembangan industri perikanan di Thailand.
Rangkaian kunjungan ini merupakan bagian dari promosi
NEO menjelang gelaran Aquatic Asia 2011 di Thailand.
Sejumlah perwakilan media lokal dan internasional
diundang dalam kunjungan selama 3 hari ini. Kebetulan
TROBOS satu-satunya wakil media dari Indonesia.
Tiga hari terasa tidak cukup untuk melihat-lihat industri perikanan Thailand yang berkemang
begitu pesat. Keseriusan Thailand menggarap agribisnis perikanan sangat kentara. Produk
perikanan Thailand di kancah internasional cukup mendominasi meninggalkan pesaing-
pesaingnya di kawasan Asia Tenggara.
Sudah lama jadi produsen udang nomor wahid di dunia, kini negara yang tak kenal penjajah itu
gencar menggenjot produksi ikan nila, lele, kakap, dan kerapu. Yang menarik, dikatakan Ahli
Senior Produk Perikanan Departemen Perikanan Thailand Niracha Wongchinda, produksi
komoditas-komoditas tersebut dilakukan dengan konsep berkelanjutan (sustainable), bebas
antibiotik, dan memperhatikan lingkungan. ”Serta pasca panennya dititik-beratkan pada
keamanan pangan,” tambahnya lugas.
10
Hebatnya lagi, negara seluas 513.120 km persegi atau hanya seperempatnya dari luas
Indonesia ini sukses meramu perikanan menjadi industri besar berkonsep ”From Farm to Table”.
Thailand sadar betul efek positif industri pengolahan pada finansial negaranya, ketimbang hanya
berorientasi produksi. Intinya, negara pengekspor beras terbesar dunia ini mampu melahirkan
nilai tambah (value added) dari komoditas perikanan yang mereka produksi.
Ini terpotret jelas ketika mendengar pemaparan Presiden Asosiasi Produk Perikanan Beku
Thailand Dr Panisuan Jamnarnwej. Ia mengatakan, sebagian besar dari 212 perusahaan anggota
asosiasi memiliki usaha yang terintegrasi mulai dari budidaya hingga pengolahannya.
Dari diskusi TROBOS dengan Niracha, Dr Panisuan, serta pelaku bisnis dan budidaya perikanan
terdapat satu pesan implisit bahwa hubungan antara pemerintah, asosiasi dan pelaku usaha, serta
akademisi terjalin harmonis dan bersifat sinergis. Dr Panisuan yang juga seorang pengusaha dan
akademisi mengatakan, banyak hasil penelitian dari Universitas Kasetsart dan Universitas
Chulalongkorn yang diadopsi oleh para pelaku budidaya perikanan.
Lalu para pelaku bisnis dan budidaya mengaku, mereka sangat terbantu dengan informasi
terkait pasar dan manajemen pemeliharaan yang diberikan oleh pemerintah dan terutama
asosiasi. Niracha menuturkan bahwa pihaknya terus berupaya mendorong para pelaku untuk
terus maju, berkembang, dan kompetitif.
11
EKSPOR INDONESIA
Jum'at, 04 Oktober 2013 | 14:00 WIB
Ekspor Ikan Mentah Indonesia Akan Dikurangi
TEMPO/Subekti
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan
Kementerian Kelautan dan Perikanan, Saut Hutagalung, mengatakan tahun ini ekspor produk
perikanan Indonesia, khususnya bahan baku, akan berkurang. Hal ini karena akan diterapkannya
aturan baru soal ekspor produk perikanan.
"Sepertinya akan berkurang," kata Saut saat ditemui di Hotel Sultan, Jumat, 4 Oktober 2013.
Selain adanya aturan baru, berkurangnya ekspor disebabkan ketersediaan bahan baku yang
terbatas. "Produksinya berkurang karena faktor cuaca," kata dia.
Oleh karena itu, kata Saut, produksi dalam negeri akan lebih ditujukan untuk kebutuhan industri
dalam negeri sendiri. "Ini untuk kepentingan industrialisasi perikanan," kata dia. Yang jelas, kata
Saut, jangan sampai industri dalam negeri justru kekurangan bahan baku. Saut menyebutkan,
pihaknya akan membuat aturan agar ekspor berupa bahan baku atau bahan mentah dikurangi.
Tujuannya, kata dia, agar industri pengolahan perikanan Indonesia dapat berkembang dan dapat
meningkatkan nilai tambah bagi ekspor produk perikanan. "Minimal semimatang," kata dia.
12
Selain itu, hal yang sedang didorong adalah industri pengalengan. "Seperti tuna dan cakalang,"
ujar dia. Saut mencatat, sudah ada sekitar 11 industri pengalengan ikan yang ada di Indonesia.
"Di antaranya di Bitung dan di Jatim," kata dia.
Terkait aturan ini, Saut mengatakan, akan dibahas bersama dengan kementerian terkait, seperti
Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan. "Agar jangan ada kesepakatan atau
aturan lain yang dilanggar," kata dia.
13
Suspensi Ekspor Ikan, 24 Eksportir Didaftarkan ke Rusia
24/09/2013 - Kategori : Info Media
Suspensi Ekspor Ikan, 24 Eksportir Didaftarkan ke Rusia
Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan
telah mengajukan 24 perusahaan eksportir perikanan untuk
didaftarkan oleh otoritas pengawasan produk perikanan Federasi
Rusia, Rosselkhoznadzor.
Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan
Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) KKP Narmoko Prasmadji menuturkan KKP telah
mengirimkan tim pada pekan lalu, untuk bernegosiasi dengan pihak Rusia terkait suspensi impor
sementara yang diterapkan terhadap produk perikanan asal Indonesia sejak Juli 2013.
"Rusia apresiasi kedatangan kita dan berharap ekspor bisa segera dibuka. Produk kita dinilai baik
dan bisa dinikmati masyarakat Rusia," tutur Narmoko di kantornya, Senin (23/9/2013).
Terkait kewajiban registrasi perusahaan eksportir Indonesia, imbuhnya, KKP telah mengirimkan
berkas 24 perusahaan dari sekitar 160 perusahaan yang sebelumnya telah terdaftar sebagai
eksportir produk perikanan Indonesia ke Rusia.
Perusahaan-perusahaan tersebut dinilai memiliki komunikasi dan hubungan dagang yang baik
dengan pihak Rusia, serta memiliki kompetensi prima untuk masuk ke pasar negara itu. "Kita
sudah kirimkan berkas 24 perusahaan ekspotir untuk diregistrasi di Rusia. Namun, belum bisa
diproses, karena mereka minta berkasnya diterjemahkan dalam bahasa Rusia dan mereka tidak
punya anggaran," ujarnya.
Narmoko mengatakan dengan sikap otoritas Rusia tersebut KKP harus menerjemahkan sendiri
dokumen milik 24 perusahaan eksportir. Selanjutnya, otoritas Rusia akan melakukan inspeksi
lapangan di Indonesia untuk memastikan praktik sesuai dengan standar Rusia. Perkembangan
yang menggembirakan, lanjutnya, pihak Rusia akan mendidik tenaga inspektur dan analis
Indonesia untuk lebih memahami standar dan metode pemeriksaan produk perikanan versi
Custom Union Federasi Rusia.
Kendati porsi ekspor Indonesia ke Rusia hanya 1%-2%, tetapi Narmoko menilai pencabutan
suspensi impor produk perikanan Indonesia merupakan kepentingan nasional yang perlu
diperjuangkan. "Rusia ini permintaannya lagi naik karena ekonomi mereka bagus. Ini peluang
pasar buat Indonesia. Rusia juga butuh produk perikanan kita," kata Narmoko.
14
Produk perikanan Indonesia yang mendapat permintaan tinggi di Rusia adalah minyak ikan, tuna,
dan udang. "Rusia dan Belarusia itu minta fish oil untuk diet, apalagi mau musim dingin,"
imbuhnya.
Ekspor ikan dan produk perikanan Indonesia ke Rusia melesat 500% pada periode 2008-2012.
Pada 2008, nilainya tercatat US$5,93 juta, naik menjadi US$15,38 juta pada 2010, dan US$36,01
juta pada 2012.
Sumber : BISNIS.COM Tanggal 23 September 2013 Hal.01
15
Indonesia baru sebatas ekspor ikan kembung, tuna, dan tongkol
Reporter : Idris Rusadi Putra | Kamis, 31 Oktober 2013 13:26
pasar ikan aceh. merdeka.com/arie basuki
Merdeka.com - Selama ini pemerintah dinilai lebih mementingkan impor ikan daripada
memanfaatkan ikan dalam negeri. Padahal potensi ikan Indonesia mencapai 7 kali lipat dari
APBN pemerintah. Presiden Direktur PT Perikanan Nusantara Abdussalam Konstituanto
menuturkan, untuk menyiasati ikan impor yang murah, pihaknya memilih untuk ekspor ikan
kecil. "Sekarang 60 persen kita ekspor dan 40 persen untuk domestik. Domestik itu dilema, di
satu sisi kita ingin sejahtera, tapi sisi lain rakyat kita butuh ikan. Batasan kuota impor ikan pun
kita enggak tahu dan harganya lebih murah," ucapnya ketika ditemui di Kantornya, Jakarta,
Kamis (31/10). Jenis ikan kecil yang diekspor perusahaan pelat merah itu antara lain ikan kakap,
ikan kembung, serta tuna dan ikan tongkol. Negara tujuan ekspor mulai dari Taiwan, Thailand,
Vietnam, Korea, China, Eropa seperti Jerman Timur, Jerman Barat serta Rusia.
"Tuna yang paling besar dan ada yang kita olah dulu. Di Amerika agak susah karena ada sindikat
usaha dan ikan kita dibakar," katanya.
Dari sisi kuantitas, ekspor ikan Indonesia juga masih kecil, baru 10 ton dalam satu bulan. "Ikan
kita nampung dari nelayan juga, nangkap sendiri juga. Kita kerja sama dengan nelayan, itu
sekitar 80 persen ikan nelayan," tutupnya.