Pen Cam Puran
-
Upload
nadya-saskia -
Category
Documents
-
view
264 -
download
5
Transcript of Pen Cam Puran
I PENDAHULUAN
Bab ini akan menguraikan mengenai : 1.1. Latar Belakang,
1.2. Tujuan Percobaan, 1.3. Prinsip Percobaan, 1.4. Manfaat
percobaan, dan 1.5. Waktu dan tempat Percobaan.
1.1. Latar Belakang
Ada dua bentuk jenis emulsi bahan pangan yaitu emulsi air dalam
minyak, atau lemak dan lemak dalam air. Emulsifier bekerja dengan
cara menurunkan tegangan permukaan diantara dua fase, dengan
demikian mendispersikan aglomerat yang kemungkinan terbentuk
hingga menimbulkan efek homogenisasi yang lebih baik. Satabilitas
emulsi penting pada sebagian besar bahan pangan terbentuk emulsi
maupun yang berasal dari emulsi seperti susu, es krim, cream,
puding, dan sosis (Wiranatakusumah, 1992).
Berbagai proses pencampuran harus dilakukan di industri pangan
seperti pencampuran susu dengan coklat, tepung dengan gula atau
CO2 dengan air. Kegiatan ini melibatkan berbagai jenis alat
pencampur atau mixer. Proses pencampuran dimaksudkan untuk
membuat suatu bentuk uniform dari beberapa konstituen baik liquid-
solid (pasta), atu solid-solid dan kadang-kadang liquid-gas
(Wiranatakusumah, 1992).
Homogenisasi di dalam teknologi pencampuran, emulsifikasi,
dan suspensi dikenal sebagai operasi yang pada dasarnya terdiri dari
dua tahap yaitu pertama pengecilan ukuran droplet pada fase bagian
91
dalam dan kedua yang merupakan tahap simultan pendistribusian
droplet ke dalam fase kontinyu (Brenan J.G, 1974).
Komponen yang lebih besar disebut fase yang berkesinambungan
dan komponen yang lebih kecil beranalogi dengan emulsi, namun
keadaan-keadaan ini tidak berkenaan dengan emulsifikasi ketika
digunakan dengan pada konteks ini. Pencampuran tidak memiliki
efek pengawet dan hanya dimaksudkan sebagai alat pemroses atau
untuk mengubah pengkonsumsian kualitas makanan. Pencampuran
memiliki penggunaan yang sangat luas di industri makanan dimana
hal tersebut digunakan untuk mengkombinasikan bahan-bahan
makanan untuk mencapai fungsi berbeda atau karakteristik sensor
(Fellows, 1990).
1.2. Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan pencampuran adalah untuk mencampuran satu
atau lebih bahan dengan mencampurkan satu bahan ke bahan lain
sehingga membentuk suat bahan lain sehingga membentuk suatu
bahan yang seragam dari beberapa konstituen baik cair-padat, padat-
padat maupun cair-gas.
1.2. Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan pencampuran adalah berdasarkan peningkatan
pengacakan dan distribusi dua atau lebih komponen yang
mempunyai sifat yang berbeda, dimana derajat pencampuran dapat
dikarakterisasi dari waktu yang dibutuhkan, keadaan produk, dan
jumlah energi yang dibutuhkan untuk melakukan pencampuran.
1.3. Manfaat Percobaan
Manfaat dari percobaaan pencampuran yaitu agar praktikan
dapat memahami prinsip dan cara kerja alat pencampuran dan
mengetahui variabel-variabel operasi dalam proses pencampuran.
1.5. Waktu dan Tempat Percobaan
Pelaksanaan percobaan pengeringan ini dilaksanakan pada
tanggal 4 Desember 2010 di Laboratorium Mesin Peralatan Industri
Pangan Universitas Pasundan Jl. Setiabudhi No. 193 Bandung.
II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini akan menguraikan mengenai : 2.1 Pengertian
Pencampuran, 2.2. Jenis-jenis Pencampur, 2.3. Alat-alat Pencampur,
2.4 Gula pasir, 2.5 Minyak dan 2.6 Magnetic Stiring.
2.1. Pengertian Pencampuran
Materi yang terdiri atas dua macam zat atau lebih dan masih
memiliki sifat-sifat zat asalnya adalah pengertian dari pencampuran.
Jika kita mencampur minyak dengan air, terlihat ada batas diantara
kedua cairan tersebut. Jika kita mencampur air dengan alkohol, batas
antara kedua cairan tersebut tidak terlihat. Minyak dan air
membentuk campuran heterogen. Campuran heterogen adalah
campuran yang tidak serba sama, membentuk dua fasa atau lebih,
dan terdapat batas yang jelas di antara fasa-fasa tersebut. Alkohol
dan air membentuk campuran homogen. Campuran homogen adalah
campuran yang serba sama di seluruh bagiannya dan membentuk
satu fasa (Wiranatakusumah, 1992).
Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut (soluet)
dan zat pelarut (solvent). Larutan dapat berwujud padat, cair, dan
gas. Larutan berwujud padat biasa ditemukan pada paduan logam,
contohnya kuningan yang merupakan campuran dari seng dan
tembaga. Larutan berwujud cair contohnya larutan gula dengan air.
Dan larutan dalam wujud gas contohnya adalah udara yang terdiri
atas bermacam-macam gas diantaranya adalah nitrogen, oksigen, dan
karbondioksida (Suharto, 1998).
Pencampuran tidak memiliki efek pengawet dan hanya
dimaksudkan sebagai alat pemproses atau untuk mengubah
pengkonsumsian kualitas makanan. Pencampuran memiliki
penggunaan yang sangat luas di industri makanan dimana hal
tersebut digunakan untuk mengkombinasikan bahan-bahan makanan
untuk mencapai fungsi berbeda atau karakteristik sensor
(Fellow, 1990).
Pencampuran adalah suatu unit operasi dimana keseragaman
campuran diperoleh dari 2 atau lebih komponen dengan mendispersi
satu bahan dengan lainnya (Fellow, 1990).
Pencampuran merupakan proses mencampurkan satu atau lebih
bahan dengan menambahkan satu bahan ke dalam bahan yang
lainnya sehingga membuat suatu bentuk yang seragam dari beberapa
konstituen baik cair-padat, padat-padat, maupun cair-gas. Komponen
yang jumlahnya lebih banyak disebut fase kontinyu dan yang lebih
sedikit disebut fase disperse (Wirakartakusumah, 1992).
2.2. Jenis-jenis Pencampur
Derajat keseragaman campuran pencampuran, dalam diukur dari
sampel yang diambil selama pencampuran, dalam hal ini jika
komponen yang dicampur telah terdistribusi melalui komponen lain
secara random (acak), maka dikatakan pencampuran telah
berlangsung dengan baik. Berdasarkan hal ini, maka dapat digunakan
suatu prosedur statistik untuk mengetahui derajat pencampuran
(Wiranatakusumah, 1992).
Faktor yang mempengaruhi pencampuran yaitu:
1. ukuran partikel, bentuk dan densitas masing-masing komponen.
2. efisiensi alat pencampur untuk masing-masing komponen.
3. kadar air, permukaan bahan pangan
4. karakteristik aliran masing-masing bahan pangan (Fellows, 1990)
Pencampuran bahan cair-cair kecepatan komponen cairan
dipengaruhi oleh:
1. kecepatan radial yang berfungsi sebagai arah ke pengaduk
2. kecepatan longitudinal, parallel dengan pengaduk
3. kecepatan rotasional, tangensial ke pengaduk
4. pencampuran sempurna diperlukan adanya baffle (pisau)
(Fellows, 1990)..
Gambar 13. Komponen Kecepatan dalam Pencampuran Fluida
Gambar 14. Posisi Agitator yang Baik pada Pencampuran Likuid
(a) (b) (c)
Gambar 15. (a) Flat-Blade Agitator, (b) Vaned Disc Impeller, dan (d) Propeller Agitator
Cairan yang mempunyai viscositas tinggi,seperti pasta atau
adonan, perlakuan yang dibutuhkan berbeda. Pencampuran biasanya
terjadi dengan :
1. Meremas bahan kembali hingga bagian luar bahan
2. Membungkus makanan pada proses pencampuran
3. Menggunting pada bagian bahan (Fellows, 1990).
2.3. Alat-alat Pencampur
Jenis alat pencampur (mixer), pencampur untuk cairan dengan
kekentalan rendah dan medium, yaitu:
1. pengaduk pedal
2. tangki berpengaduk tanpa buffle
3. pengaduk propeller
4. posisi pengaduk untuk pengadukan cairan
5. pencampur tipe V, horizontal, double cone
6. pengaduk jangkar (Suharto, 1998).
Peralatan pencampur (mixer) dapat dibagi menjadi beberapa
kategori, antara lain :
a Berdasarkan jenis bahan yang dicampur yaitu alat pencampur
liquid (liquid mixers), alat pencampur granula (powder and particles
mixers) dan alat pencampur pasta (dough and paste mixers).
b Berdasarkan jenis agitator, double cone mixers, ribbon blender,
planetary mixers dan propeller mixers (Wirakartakusumah, 1992).
2.3.1. Alat Pencampur Liquid
Pencampuran liquid, propeller mixers adalah jenis yang paling
umum dan memuaskan. Alat ini terdiri dari tangki silinder yang
dilengkapi dengan propeller/blades beserta motor pemutar. Bentuk
propeller, impeller, blades didesain sedemikian rupa untuk
efektivitas pencampuran dan disesuaikan dengan viskositas fluid.
Pada jenis alat pencampur ini diusahakan untuk dihindari tipe aliran
monoton yang berputar melingkari dinding tangki yang sangat kecil
konstribusinya terhadap pengaruh pencampuran. Untuk itu kadang-
kadang propeller harus diputar sedikit hingga tidak persis simetri
terhadap dinding tangki, penambahan sekat-sekat (baffles) pada
dinding tangki juga dapat menciptakan pengaruh pengadukan,
namun menimbulkan masalah karena sulit membersihkannya
(Wiranatakusumah, 1992).
2.3.2. Alat Pencampur Granula
Alat ini menggunakan ribbon blender atau double cone mixers.
ribbon blender terdiri dari silinder, horizontal yang di dalam
dilengkapi dengan screw berputar, bilamana screw, maka tepung
akan tercampur dan bergerak bolak-balik dari satu sisi ke sisi
lainnya, dengan demikian partikel dan granula akan tercampur
selama pergerakan screw (Wiranatakusumah, 1992).
Double cone blender adalah alat pencampur yang terdiri dari 2
kerucut yang berputar pada porosnya; jika kerucut berputar maka
tepung granula berada di dalam granula yang berada di dalam
volume kerucut akan teragitasi dan tercampur. Pencampuran tipe ini
memerlukan energi dan tenaga yang lebih besar. Oleh karena itu
diperhatikan jangan sampai energi yang dikonsumsi diubah menjadi
panas yang dapat menyebabkan terjadinya kenaikan temperatur dari
produk. Jenis alat pencampur adonan kadang-kadang harus
dilengkapi dengan alat pendingin (Wiranatakusumah, 1992).
Kneader yang berbentuk sigmoid yang berputar dalam suatu can
atau vessel dengan berbagai kecepatan. Prinsip dari alat ini adalah
disamping mencampur juga mengadon yaitu membagi, mematahkan
dan selalu membuat luas permukaan yang baru sesering mungkin
terhadap adonan (Wiranatakusumah, 1992).
Gambar 16. Double Motion Mixer
Double cone blender adalah alat pencampur yang terdiri dari 2
kerucut yang berputar pada porosnya; jika kerucut berputar maka
tepung granula berada di dalam granula yang berada didalam volume
kerucut akan teragitasi dan tercampur. Pencampuran tipe ini
memerlukan energi dan tenaga yang lebih besar. Oleh karena itu
diperhatikan jangan sampai energi yang dikonsumsi diubah menjadi
panas yang dapat menyebabkan terjadinya kenaikan temperature dari
produk. Jenis alat pencampur adonan kadang-kadang harus
dilengkapi dengan alat pendingin (Wirakartakusumah, 1992).
Gambar 17. Trumble Mixer
2.4. Gula Pasir
Gula pasir dapat disebut juga sukrosa yang merupakan
disakarida, gula invert dan non gula reduksi. Sukrosa diperoleh
dengan jalan mengkondensasi glukosa dan fruktosa, dapat
diinversikan sehingga kemanisannya tinggi. Rumus molekul sukrosa
adalah C12H22O11 dengan berat molekul 342,296. Sukrosa
mempunyai sifat sedikit higroskopis dan mudah larut dalam air.
Semakin tinggi suhu, maka kelarutannya akan semakin besar. Pada
suhu yang tinggi yaitu antara 190-220oC terjadi dekomposisi secara
lengkap dan menghasilkan karamel. Pemanasan lebih lanjut akan
menghasilkan CO2, CO, asam asetat dan aseton (Marsono, 1999).
Gula berfungsi sebagai humektan, membantu pembentukan
tekstur, memberi flavor melalui reaksi pencoklatan, memberi rasa
manis. Selain itu, Buckle (1987), menyatakan bahwa apabila gula
ditambahkan ke dalam bahan makanan pada konsentrasi cukup tinggi
(paling sedikit 40% padatan terlarut) sebagian air yang ada menjadi
tidak tersedia untuk pertumbuhan mikrobia dan Aw dari bahan
pangan akan menjadi berkurang. Daya larut yang tinggi dari gula dan
kemampuannya mengurangi keseimbangan relatif (ERH) dan
mengikat air adalah sifat-sifat yang menyebabkan gula dipakai dalam
proses pengawetan pangan (Marsno, 1999)
Tabel 5. Syarat Mutu Gula Pasir
Kriteria Uji Persyaratan GKP
Keadaan:Bau RasaWarna (nilai remisi yang direduksi) (% b/b)Besar jenis butir (mm)Air (% b/b)Sakarosa Gula pereduksi (% b/b)Abu (% b/b)Bahan asing tidak larut (derajat)BTM :SO2 (mg/kg)Cemaran logamPb (mg/kg)Cu (mg/kg)Hg (mg/kg)Zn (mg/kg)Sn (mg/kg)
NormalNormalMin. 53
0,8 – 1,2Maks. 0,1Maks. 99,3Maks.0,1Maks. 0,1Maks. 5
Maks. 2,0
Maks. 2,0
Maks. 2,0Maks. 0,03Maks. 40,0Maks. 40,0Maks. 1,0
Sumber : SNI, (1992)
2.5. Minyak
Minyak merupakan senyawaan trigliserida atau triasgliserol, yang
berarti “trimester” dari gliserol”. Jadi minyak juga merupakan
senyawaan ester. Hasil hidrolisis minyak adalah asam karboksilat
dan gliserol. Asam karboksilat ini juga disebut asam lemak yang
mempunyai rantai hidrokarbon yang panjang dan tidak bercabang
(Winarno, 1997).
Tabel 6. Syarat mutu minyakJenis Uji Satuan
Air Maks 0,5 %Kotoran Maks 0,05 %
Bilangan jod (g jog/100 g contoh) 8 – 10,0
Bilangan penyabunan (mg/KOH/g contoh) 225 - 265
Bilangan peroksida (mg oksigen/g contoh) Maks 5,0
Asam lemak bebas Maks 5 %
Warna Normal
Sumber : SNI, (1992)
2.6. Magnetik Stiring
Sebuah pengaduk magnetik atau mixer magnetik adalah
perangkat laboratorium yang menggunakan medan magnet berputar
untuk menyebabkan aduk bar (juga disebut "kutu") direndam dalam
cairan berputar sangat cepat, sehingga aduk. Bidang berputar dapat
dibuat baik oleh berputar magnet atau satu set elektromagnet
stasioner, ditempatkan di bawah kapal dengan cairan. pengaduk
magnetik sering termasuk hot plate atau beberapa cara lain untuk
pemanas cairan (Marsono, 2010).
Gambar 18. Magnetik Stiring
III METODELOGI PERCOBAAN
Bab ini akan menguraikan mengenai : 3.1 Bahan yang
Digunakan, 3.2 Alat yang Digunakan, dan 3.3 Metode Percobaan.
3.1. Bahan yang Digunakan
Bahan yang digunakan dalam percobaan pencampuran yaitu
minyak, air, gula dan pewarna makanan.
3.2. Alat yang Digunakan
Alat yang digunakan dalam percobaan pencampuran yaitu
magnetic stiring, termometer, piknometer dan timbangan elektrik .
3.3. Metode Percobaan
Bahan yang disiapkan adalah disiapkan Air 1Liter, Gula 0,01 kg,
minyak 1,5 Liter, dan pewarna 5 ml. Masukan ketiga bahan kedalam
tangki pencampur lalu dihidupkan alat magnetic stiring lalu
didiamkan selama 10 menit seltelah itu ukur suhu campuran
menggunakan termometer. Jika bahan telah tercampur, kemudian
diadakan pengambilan sampel melalui kran yang terdapat pada
tangki. Lalu hitung viskositas dan densitas bahan dengan
menggunakan viskometer dan piknometer.
Gambar 19 . Prosedur Percobaan Pencampuran
IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan menguraikan mengenai : 4.1. Hasil Pengamatan dan
4.2. Pembahasan.
4.1. Hasil Pengamatan
Berdasarkan pada percobaan pencampuran yang telah
dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 7. Hasil Pengamatan PencampuranKeterangan Hasil Pengamatan
Wpikno 13,6289 gram = 0,013628 kgWpikno+air 38,296 gram = 0,038296 kgWpikno+campuran 38,400 gram = 0,038400 kgT air 24oC=2970KT campuran 25oC=2980Kt air (s) 30,3 secondt campuran (s) 34,5 secondt pencampuran (s) 5 secondDa (m) 0,0418 mV pikno 25 ml = 25 x 10-6
ρ air 997,3445 kg/m3
ρ campuran 990,88 kg/m3
μ air 0,9142 x 10-3 kg/m.s
μ campuran 1,0341 x 10-3 kg/m.s
NRe 1,1076 x 104
P Watt 0,0142 Watt
Sumber : Kelompok 1, Meja 3, (2010).
4.2. Pembahasan
Berdasarkan percobaan pencampuran diperoleh viskositas atau
kekentalan air pada suhu 24 °C didapat viskositasnya 0,9142 x 10 -3
kg/ms, perhitungan ρair adalah 997,3445 kg/m3, μcampuran adalah 1,0341
x 10-3 kg/ms, NRe adalah 1,1076 x 104, maka power atau tenaga
yang dibutuhkan adalah 0,0142 watt.
Fungsi penambahan gula pada proses pencampuran yaitu untuk
menambah viskositas cairan, karena didalam gula pasir banyak
terdapat sukrosa yang dapat meningkatkan viskositas. Gula ini lebih
cepat larut dibandingkan gula putih pada umumnya, dan oleh
karenanya gula ini secara khusus bermanfaat dalam pembuatan
‘meringues' dan cairan dingin. Gula ini tidaklah sehalus gula bubuk
yang dihaluskan secara mekanis.
Minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga
kesehatan tubuh manusia. Selain itu minyak juga merupakan sumber
energi yang lebih efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan
protein. Minyak atau lemak terdapat pada hampir semua bahan
pangan dengan kandungan yang berbeda-beda. Tetapi, minyak atau
lemak sering kali ditambahkan dengan sengaja ke dalam bahan
makanan dengan berbagai tujuan. (Anton, 2010)
Air dan minyak membentuk emulsi. Fase air terdiri atas larutan
garam, gula, atau senyawa organik lainnya dan senyawa koloid. Agar
diperoleh senyawa emulsi yang stabil maka perlu penambahan bahan
pengemulsi. Jika minyak dicampur dengan air maka terbentuk jenis
emulsi. Minyak akan menjadi fase terdispersi yang memberikan
emulsi minyak dalam air. Air terdispersi menjadi emulsi air dalam
minyak. Emulsi air dalam minyak dapat dilarutkan dengan air
sebaliknya emulsi minyak dalam air dapat dilarutkan dengan
minyak.
Buffle berfungsi untuk mencegah terjadinya vortex atau pusaran
yang terbentuk saat pencampuran berlangsung yang dapat
menyebabkan kesempurnaan pencampuran tidak tercapai
(Gustiana, 2010).
Proses pencampuran dipengaruhi oleh sifat-sifat bahan cair,
seperti:
a. Viskositas
b. kerapatan
c. jenis alat pencampuran, dan
d. energi yang dibutuhkan untuk menggerakkan propeller, impeller,
atau blade (Lily, 1998)
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil dalam penentuan
viskositas campuran ataupun air adalah:
a. Densitas
b. Sebelum digunakan pikno tidak dikonstankan terlebih dahulu
c. Pengaruh suhu ataupun udara yang ada di lingkungan sekitar
d. Penimbangan yang tidak sesuai/ tidak akurat
e. Ketelitian pada saat menggunakan stopwacth untuk menghitung
tair maupun tcampuran pada viscometer ostwold ((Suharto, 1998))
Semakin tinggi masa jenis suatu zat (ρ) maka semakin tinggi
viskositas (μ), Semakin tinggi suhu (T) maka semakin rendah
viskositas (μ), dan semakin cepat waktu (t) maka semakin tinggi
viskositas (μ) (Suharto, 1998)
1. Alat Pencampur Liquid
Pada jenis alat pencampur ini diusahakan untuk dihindari tipe
aliran monoton yang berputar melingkari dinding tangki yang sangat
kecil konstribusinya terhadap pengaruh pencampuran. Untuk itu
kadang-kadang propeller harus diputar sedikit hingga tidak persis
simetri terhadap dinding tangki, penambahan sekat-sekat (baffles)
pada dinding tangki juga dapat menciptakan pengaruh pengadukan,
namun menimbulkan masalah karena sulit membersihkannya
(Wiranatakusumah, 1992).
2. Alat Pencampur Granula
Dalam hal ini dapat digunakan ribbon blender atau double cone
mixers. Ribbon blender terdiri dari silinder, horizontal yang di dalam
dilengkapi dengan screw berputar, bilamana screw, maka tepung
akan tercampur dan bergerak bolak-balik dari satu sisi ke sisi
lainnya, dengan demikian partikel dan granula akan tercampur
selama pergerakan screw (Wiranatakusumah, 1992).
Double cone blender adalah alat pencampur yang terdiri dari 2
kerucut yang berputar pada porosnya; jika kerucut berputar maka
tepung granula berada di dalam granula yang berada di dalam
volume kerucut akan teragitasi dan tercampur. Pencampuran tipe ini
memerlukan energi dan tenaga yang lebih besar. Oleh karena itu
diperhatikan jangan sampai energi yang dikonsumsi diubah menjadi
panas yang dapat menyebabkan terjadinya kenaikan temperatur dari
produk. Jenis alat pencampur adonan kadang-kadang harus
dilengkapi dengan alat pendingin (Wiranatakusumah, 1992).
Kneader yang berbentuk sigmoid yang berputar dalam suatu can
atau vessel dengan berbagai kecepatan. Prinsip dari alat ini adalah
disamping mencampur juga mengadon yaitu membagi, mematahkan
dan selalu membuat luas permukaan yang baru sesering mungkin
terhadap adonan (Wiranatakusumah, 1992).
Kecepatan komponen yang diinduksi oleh zat cair dengan
pencampur sebagai berikut :
1. Kecepatan radial yang beraksi dengan arah perpendicular
dengan arah pencampur.
2. Kecepatan longitudinal yang paralel dengan arah pencampur.
3. Kecepatan rotasional yang tangensial dengan arah pencampur
(Fellow, 1990).
Untuk memperoleh pencampuran yang bagus, kecepatan radial
dan longitudinal yang berhubungan dengan zat cair dimaksimalkan
oleh baffles atau pisau-pisau bersisi (Fellow, 1990).
Untuk mencampur viskositas rendah dengan baik, benturan harus
diinduksi melewati zat cair untuk memasuki bagian-bagian yang
bergerak lamban dengan bagian-bagian yang bergerak cepat. Sebuah
vortex harus dihindari karena lapisan penyatu dari zat cair yang
bersikulasi berjalan dengan kecepatan yang sama. Zat cair hanya
berputar mengitari pengocok (Fellow, 1990).
Pada zat cair dengan viskositas tinggi, pasta atau adonan, aksi
yang berbeda diperlukan. Pencampuran terjadi bila :
1. Kneading komponen-komponen yang berlawanan dinding pipa
atau komponen lain.
2. Pelipatan makanan yang tidak tercampur pada bagian-bagian
yang bercampur.
3. Shearing adalah untuk memelarkan makanan (Fellow, 1990).
Awal pencampuran sebagian besar dari bahan tidak bercampur
yang akan terdiri dari masing-masing komponen. Proses
pencampuran diteruskan, komposisi dari masing-masing komponen
bahan menjadi lebih seragam dan mendekati komposisi rata-rata dari
campuran. Metode untuk menentukan perubahan komposisi dengan
menghitung standar deviasi dari masing-masing fraksi yaitu:
τm = 1 ∑ (X – X)2
n - 1
Dimana:
tm = standar deviasi,
n = banyak sampel,
X = konsentrasi dari masing-masing komponen didalam
sampel,
X = konsentrasi sampel rata-rata
Agar mencapai kesempurnaan pencampuran, kecepatan radial
dan longitudinal yang diberikan dalam proses pencampuran
semaksimal mungkin dengan cara menempatkan baffle pada tangki
pencampur, menempatkan pengaduk pada posisi off-centre atau
pengaduk dengan posisi miring pada sudut tertentu (Suharto, 1998)
V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini akan menguraikan mengenai : 5.1 Kesimpulan dan
5.2 Saran.
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan pencampuran diperoleh viskositas atau
kekentalan air pada suhu 24 °C didapat viskositasnya 0,9142 x 10 -3
kg/ms, perhitungan ρair adalah 997,3445 kg/m3, μcampuran adalah 1,0341
x 10-3 kg/ms, NRe adalah 1,1076 x 104, maka power atau tenaga
yang dibutuhkan adalah 0,0142 watt.
5.2. Saran
Saran yang diperoeh praktikan setelah melakukan praktikum
proses pencampuran adalah pada saat melakukan percobaan sangat
diperlukan ketelitian dalam waktu, suhu dan perhitungan agar hasil
yang diinginkan dapat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Anton, (2010), mixing, http://coratcoret-azie.blogspot.com/, accessed: 21/11/10.
Marsono, (2010), Mixer Buah/Jus, http://www.tokomesin.com/Mesin_Blender_Buah_Mesin_Mixer_Buah_Untuk_Sari_Buah.html, accessed: 21/11/10.
Gustiana, (2010), MIXER ADONAN PASTA, http://mesinagro.blogspot.com/2010/11/mixer-adonan-pasta-kering.html, accessed: 21/11/10.
Lily, (2010), MIXER BUMBU, http://indonetwork.web.id/CIPTA_AGUNG_SAKTI/1790112/mixer.htm, accessed: 21/11/10.
Brennan. J. G. dkk, (1974), Food Engineering Operations, Applied
Science Publisher Limited, London.
Fellow, P.J, (1990), Food Processing Technology. Ellis Harwood
Limited. England.
Suharto, (1998), Industri Pangan dalam Sistem Rantai Pangan.
Bandung.
Wirakartakusumah, Aman, dkk., (1992), Peralatan dan Unit Proses
Industri Pangan. Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Winarno. F.G., (1997), Kimia Pangan dan Gizi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
LAMPIRAN
Tabel 7. Hasil Pengamatan PencampuranKeterangan Hasil Pengamatan
Wpikno 13,6289 gram = 0,013628 kg
Wpikno+air 38,296 gram = 0,038296 kg
Wpikno+campuran 38,400 gram = 0,038400 kg
T air 24oC=2970K
T campuran 25oC=2980K
t air (s) 30,3 second
t campuran (s) 34,5 second
t pencampuran (s) 5 second
Da (m) 0,0418 m
V pikno 25 ml = 25 x 10-6
ρ air 997,3445 kg/m3
ρ campuran 990,88 kg/m3
μ air 0,9142 x 10-3 kg/m.s
μ campuran 1,0341 x 10-3 kg/m.s
NRe 1,1076 x 104
P Watt 0,0142 Watt
(Sumber : Kelompok 1, Meja 3, 2010).
t air = 30,3 s
tcamp = 5 s
μair = 24 °C → 0,9142 x 10-3 kg/ms
Interpolasi
293,15 998
297 X
298,15 997,08
298,15-297 = 997,08-x297-293,15 = x-998,23
ρair / x = 997,4335
ρcamp =
(W pikno+camp−W pikno)V pikno
=
0,038400 kg−0,013628 kg0,000025kg
= 990,88 kg/m3
μcamp =
ρcamp×tcamp×μair
ρair×t air
=
0 ,0009142×990 , 80×43 ,5997 , 3445 x30 , 3
= 1,0341 x 10-3 kg/m s
NRe =
Da2×N× ρcamp
μcamp
=
0 ,04182×6 ,6168×990 ,8801 ,0341 x 10−3
= 1,1076 x 104
Perhitungan P
P = Np x ρcamp x N3 x Da5
= 0,39 x 990,88 x 6,61673 x 0,04185
= 0,0142 watt
LAPORAN MINGGUANPENCAMPURAN
“AIR, GULA, MINYAK GORENG, dan PEWARNA”.
(Aqua. Saccharum arundinaceum, Eleis Oleifera )
Oleh :Nama : Sofia WindiartiNRP : 083020029Kelompok : I (Satu)Tgl Percobaan : 4 Desember 2010Asisten : Fuji Rahayu Kurniasari
LABORATORIUM MESIN PERALATAN INDUSTRI PANGANJURUSAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG2010