PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN...

175
PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN ISLAM SEBAGAI KONSEP DASAR NATION AND CHARACTER BUILDING SKRIPSI Diajukan Kepada Faklutas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Diajukan oleh: M u t h o l i b i n NIM. 10110264 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2014 i

Transcript of PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN...

Page 1: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN

ISLAM SEBAGAI KONSEP DASAR NATION AND

CHARACTER BUILDING

SKRIPSI

Diajukan Kepada Faklutas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Guna Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Diajukan oleh:

M u t h o l i b i nNIM. 10110264

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU

TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM

NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2014

i

Page 2: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya
Page 3: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya
Page 4: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

4

PERSEMBAHAN

Puji syukur ku Panjatkan padamu Ya Robby atas besar karunia yang telah Engkau

limpahkan kepadaku, dengan ini kupersembahkan karya kecilku ini untuk orang-

orang yang kusayangi :

Ayahanda (Sumani) dan Ibunda ( Siti Rasiyah) tercinta, motivator terbesar dalamhidupku yang tak pernah lelah mendo‟akan dan menyayangiku, atas semuapengorbanan dan kesabaran mengantarku sampai kini. Tak pernah cukup ku

membalas cinta ayah bunda padaku.

Kakakku tercinta (Zainuddin beserta Istrinya) dengan kasih sayang agung telahmengajariku arti memiliki dan kedewasaan serta keponkan.

Adik-adiku tercinta (Muh. Zuhruf dan Yusrotus Sa‟adah) yang sudahmemeberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan menuntut ilmu,

walaupun mereka tidak melanjutkan ke perguruan tinggi.

Adek Fakhriyatul Fitriyah yang telah menemani penulis serta memberikandukungan dan do‟a sepenuh hati.

Untuk para guru dan dosen dengan kesabaran dan kearifannya menghantarkankudan membimbingku selama menempuh pendidikan.

Keluarga “Mabes 98” (MWP, ARS, Farid, Penceng, Kribo, Sam Agus, Cak Wafa,Kirom, Syaiful) yang telah mengartikan arti persahabatan dan perjuangan.

Sahabat-sahabat organisasi PMII, HMJ-PAI,DEMA-FITK dan FORSIMA PAI seJawa, IMAKIPSI yang telah memberikan banyak pengalaman dan mengajariku

hidup bersorganisasi.

Page 5: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

5

MOTTO

Tuhan tidak merubah apa yang ada pada suatu kaum, sehingga mereka merubah

apa yang ada pada diri mereka (QS. Ar ra’d 13: 11)1

1 Al-Qur‟an dan Terjemahnya, Bandung: CV Penerbit J-ART, hlm:250

Page 6: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

vi

Page 7: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

vii

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi,

dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar rujukan

Malang, 02 Juli 2014

Mutholibin

NIM 10110264

Page 8: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

88

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan

Rahmat, Taufik, dan Hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penelitian

skripsi ini dengan tanpa ada kendala dalam penyelesaianya.

Penelitian Skripsi yang berjudul “Pemikiran Ir. Soekarno Tentang

Pendidikan Islam Sebagai Konsep Dasar Nation and Character Building”

ditulis dalam rangka memenuhi tugas akhir perkuliahan serta untuk memperoleh

gelar strata satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I).

Penelitian ini tidak akan terselesaikan tanpa melibatkan banyak pihak yang

membantu penyelesaiannya. Karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Ibu tercinta, Sumani dan Siti Rasiyah karena kasih sayang, perjuangan,

pengorbanan dan doa beliau berdualah, akhirnya penulis dapat menyelesaikan

tahapan demi tahapan pendidikan, lebih khusus dalam penyelesaian skripsi.

2. Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si selaku Rektor Universitas Islam Negeri

Maulana Malik Ibrahim Malang.

3. Dr. H. Nur Ali, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

4. Dr. Marno, M.Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Maulana Malik

Ibrahim Malang.

5. Dr. H. Abdul Bashith, M.Si, selaku dosen pembimbing yang penuh

kebijaksanaan, ketelatenan dan kesabaran telah berkenan meluangkan

waktunya untuk memberikan bimbingan, pengarahan serta memberi petunjuk

demi terselesaikannya penulisan skripsi ini.

6. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, yang telah dengan penuh keikhlasan

membimbing dan mencurahkan ilmunya kepada penulis.

7. Sahabat-sahabati keluarga besar PMII Rayon “Kawah Chondrodimuko”.

8. Serta temen-temen yang telah menemani penulis mulai dari awal belajar ilmu

di Kampus ini hingga proses penyelesaian tugas akhir ini.

Page 9: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

9

Semoga Allah swt. senantiasa melimpahkan Rahmat, Taufik, Hidayah dan

Ma‟unah-Nya kepada kita semua. Amin.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih

banyak terdapat kekurangan, walaupun penulis sudah berusaha dengan

semaksimal mungkin membuat yang terbaik. Oleh karena itu, dengan segala

kerendahan hati dan tangan terbuka, penulis mengharapkan ktitik dan saran yang

membangun dari semua pihak agar dapat menjadi motivasi bagi penulis untuk

lebih baik dalam berkarya. Akhirnya, penulis berharap mudah-mudahan dalam

penyusunan skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Malang, 02 Juli 2014

Penulis

Page 10: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

10

HALAMAN TRANSLITERASI

1. Umum

Transliterasi ialah pemindahalihan tulisan Arab ke dalam tulisan

Indonesia (Latin), bukan terjemahan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia.

Termasuk dalam kategori ini ialah nama Arab, sedangkan nama Arab dari

bangsa selain Arab ditulis sebagaimana ejaan bahasa nasionalnya, atau

sebagaimana yang tertulis dalam buku yang menjadi rujukan. Penulisan judul

buku dalam footnote maupun daftar pustaka, tetap menggunakan ketentuan

transliterasi ini.

Banyak pilihan dan ketentuan transliterasi yang dapat digunakan

dalam penulisan karya ilmiah, baik yang berstandard internasional, maupun

ketentuan khusus yang digunakan penerbit tertentu. Transliterasi yang

digunakan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

Malang (UIN) Maulana Maluk Ibrahim Malang menggunakan EYD plus,

yaitu transliterasi yang didasarkan atas Surat Keputusan Bersama (SKB)

Menteri Agama dan Menteri Pendididkan dan Kebudayaan Republik

Indonesia, tanggal 22 Januari 1998, No. 158/1987 dan 0543.b/U/1987,

sebagaimana tertera dalam buku pedoman Transliterasi Bahasa Arab (A

Guide Arabic Transliteration), INIS Fellow 1992.

2. Konsonan

ا

ب

=

=

Tidak dilambangkan

B

ض

ط

=

=

Dl

Th

ت = T ظ = Dh

ث = Ts ع = „(koma menghadap ke atas)

ج = J غ = Gh

ح = H ف = F

خ = Kh ق = Q

د = D ك = K

ذ = Dz ل = L

ر = R م = M

Page 11: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

11

ز = Z ن = N

س = S و = W

ش = Sy ھ = H

ص = Sh ي = Y

Hamzah (ء) yang sering dilambangkan dengan alif, apabila terletak

diawal kata maka dalam transliterasinya mengikuti vokalnya, tidak

dilambangkan, namun apabila terletak di tengah atau di akhir kata maka

dilambangkan dengan tanda komadiatas (‟), berbalik dengan koma („), untuk

pengganti lambang .”ع“

3. Vokal, Panjang dan Diftong

Setiap penulisan bahasa Arab dalam bentuk tulisan latin vokal fathah

ditulis dengan “a”, kasrah dengan “i”, dlommah dengan “u”, sedangkan

bacaan panjang masing-masing ditulis dengan cara sebagai berikut:

Vokal (a) panjang = â misalnya اقل menjadi qâla

Vokal (i) panjang = î misalnya قيل menjadi qîla

Vokal (u) panjang = û misalnya ودن menjadi dûna

Khusus untuk bacaan ya‟ nisbat, maka tidak boleh digantikan dengan

“i”, melainkan tetap ditulis dengan “iy” agar dapat menggambarkan ya‟ nisbat

diakhirnya. Begitu juga untuk suara diftong, wawu dan ya‟ setelah fathah

ditulis dengan “aw” dan “ay”. Perhatikan contoh berikut:

Diftong (aw) = و misalnya وقل menjadi qawlun

Diftong (ay) = ي misalnya ریخ menjadi khayrun

Page 12: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Bukti Konsultasi

Lampiran II : Biodata Penulis

Page 13: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

131313

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ ii

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................ iv

HALAMAN MOTTO ............................................................................. v

HALAMAN NOTA DINAS .................................................................. vi

HALAMAN PERNYATAAN ............................................................... vii

KATA PENGANTAR ........................................................................... viii

HALAMAN TRASILTERASI .............................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xii

DAFTAR ISI .......................................................................................... xiii

ABSTRAK ............................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................... 10

C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 10

D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 11

E. Batasan Masalah ......................................................................... 12

F. Definisi Operasional ................................................................... 12

G. Sistematika Pembahasan ............................................................ 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pendidikan Islam ........................................................................ 16

a. Pengertian Pendidikan Islam ................................................. 16

b. Dasar Pendidikan Islam ......................................................... 23

c. Tujuan Pendidikan Islam ....................................................... 28

B. Konsep Pendidikan Karakter ...................................................... 30

a. Pengertian dan Makna Pendidikan Karakter ......................... 30

b. Tujuan Pendidikan Karakter .................................................. 31

Page 14: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

1414

1. Filsafat Ketuhanan Soekarno ................................................ 59

2. Pemikiran Islam dari Tinjauan Sosiologis ........................... 60

3. Pemikiran Islam dari Tinjauan Historis ............................... 61

4. Pemikiran Islam dari Tinjauan Filosofis .............................. 62

5. Pemikiran Islam dari Tinjauan Pedagogis ........................... 63

6. Pemikiran Islam dari Tinjauan Politis .................................. 64

7. Pemikiran Islam dari Tinjauan Religi .................................. 66

Pemikiran Pendidikan Islam Ir. Soekarno .................................. 67

1. Menumbuhkan Rasa Keimanan Kepada Peserta Didik ........ 67

2. Pendidikan Islam Yang Dinamis Mengikuti Perkembangan

Zaman ................................................................................... 69

3. Budaya Kritis-Analitis terhadap Pendidikan Islam Tanpa

Dikotomi .............................................................................. 72

4. Modernisasi Pendidikan Islam Tanpa Kehilangan Identitas

Asalnya ................................................................................. 77

5. Pendidikan Islam Tanpa Dikotomi ....................................... 79

6. Guru Sebagai Pemimpin Akal dan Jiwa Peserta Didik ........ 81

c. Pilar-pilar dan Nilai dalam Pendidikan Karakter .................. 32

d. Nation and Character Building................................................ 35

BAB III Metode Penelitian

A. Pendekatan dan Jenis penelitian ................................................. 39

B. Objek dan Ruang Lingkup ......................................................... 40

C. Sumber Data ............................................................................... 40

D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 42

E. Analisis Data .............................................................................. 42

F. Pengecekan Keabsahan Data ...................................................... 43

G. Tahap-tahap Penelitian ................................................................ 45

H. Rancangan Penelitian ................................................................... 46

BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Biografi ....................................................................................... 47

1. Soekarno Putra Sang Fajar ................................................... 47

B. Pemikiran Ir. Soekarno Tentang Islam ....................................... 55

C.

Page 15: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

1515

7. Memasyarakatkan Budaya Membaca Buku Sebagai Upaya

Peningkatan Pendidikan Islam ............................................. 82

D. Pengertian Dan Landasan Nation And Character Building Menurut Ir.Soekarno1. Nation And Character Building ........................................... 84

2. Latar Belakang Munculnya Nation And Character Building 97

BAB V ANALISIS PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN

ISLAM SEBAGAI KONSEP DASAR NATION AND CHARACTER

BUILDING

A. Pemikiran Ir. Soekarno Tentang Islam ....................................... 126

B. Pemikiran Ir. Soekarno Tentang Pendidikan Islam .................... 132

C. Landasan Nation And Character Building ................................. 138

D. Relevansi Pemikiran Soekarno dengan Pendidikan Islam

Kontemporer .............................................................................. 143

1. Konsep Pendidikan Islam Soekarno .................................... 143

2. Kontribusi Pemikran Soekarno Terhadap Pendidikan Islam 144

3. Rekomendasi Untuk Pendidikan Sekarang .......................... 145

BAB VI PENUTUP

A. KESIMPULAN .......................................................................... 147

B. SARAN ...................................................................................... 150

DAFTAR RUJUKAN

DAFTAR LAMPIRAN

Page 16: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

1616

ABSTRAK

Mutholibin. 2014. Pemikiran Ir. Soekarno Tentang Pendidikan Islam SebagaiKonsep Dasar Nation and Character Building. Skripsi, JurusanPendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,Universitas Islam Negeri (UIN) Maliki Malang. Dosen Pembimbing: Dr.H. Abdul Bashith, M. Si.

Pendidikan nasional ialah pendidikan bangsa (Nation and CharacterBuilding) yang membina suatu bangsa yang mampu atas tanggung jawab sendirimenyelesaikan revolusinya, tahap demi tahap, dengan pengertian bahwa agamamenjadi unsur mutlak dalam rangka membangun karakter anak bangsa kedepanagar menjadi lebih baik. Karena pendidikan karakter upaya menjawab masalah-masalah kemanusian yang belakangan ini mulai berkembang (kemiskinan danketerbelakangan, konflik dan kekerasan unsur SARA, korupsi, tawuran dll).Berpijak dari itulah peneliti ingin membahas kembali pemikiran tokoh intelektualmuslim Indonesia sang putra fajar panglima besar revolusi yang mencoba untukmerumuskan pendidikan Islam yang sesuai dengan harapan agama, bangsa, dannegara, maka dari itu peneliti mengambil judul Pemikirin Ir. Soekarno TentangPendidikan Islam Sebagai Konsep Dasar Nation and Character Building.

Adapun tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui mengetahuisejauhmana bagaimana pemikiran Ir. Soekarno tentang Islam (2) Untukmengetahui bagaimana pemikirin Ir. Soekarno tentang pendidikan Islam (3) Untukmengetahui bagaimana konsep yang melatar belakangi munculnya nation andcharacter building.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Penelitian ini menggunakan jenispenelitian diskriptif kualitatif dengan jenis “Library Reseach”. Sedangkan metodepengumpulan data menggunakan metode dokumentasi dalam rangka mencarisumber data yang menunjang dalam penelitian ini. Kemudian dari dokumentasitersebut dianalisis dengan menggunakan metode content analisis dan interprestasisumber dan data yang dudapat.

Dengan demikian hasil penelitian dapat diketahui bahwa pemikiran Ir.Soekarno tantang pendidikan Islam sebagai konsep dasar nation and characterbuilding. Soekarno mempunyai pandangan orang Islam dalam berfikir harusmengunakan logika rasionalitas, beliau juga menjelaskan tentang konseppendidikan Islam selalu mengembangkan seluruh potensi /fitrah manusia menujuke arah perkembangan yang positif yang di ridhai Allah SWT, ini semua bisaberjalan yaitu dengan mentransformasikan ajaran-ajaran, nilai-nilai agama Islamharus melewati sarana pendidikan. Adapun konsep yang melatar belakangimunculnya nation and character building dalam membentuk tatanan masyarakatyang berkebudayaan berlandaskan hati nurani dan berketuhanan yang maha Esa,dengan tujuan membentuk masyarakat yang adil, makmur berkesejahteraan yangdidalamya saling gotong royong yaitu melalui, Nasakom, Pancasila, ManipolUsdek, Trisakti dan berdikari.

Kata Kunci: Pendidikan Islam, Nation and Character Building, Ir. Soekarno

Page 17: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

xvii

ABSTRACT

Mutholibin. 2014. Ir. Soekarno Thought About Islamic Education as BasicConcept of Nation and Character Building. Thesis, Islamic EducationDepartment, Tarbiyah Science and Teaching Faculty, State IslamicUniversity of Maulana Malik Ibrahim Malang. Supervisor : Dr. H.Abdul Bashith, M. Si.

Educational thought is the education of the nation (Nation and CharacterBuilding) that built a nation and capable with its responsibility to solverevolution, stage by stage, it mean that religion became absolute unsure in order tobuild character the nation's child in the future to get better. Due to character ofeducation has effort to respond the issues of humanity that has recently started togrow (poverty and underdevelopment, conflict and violent element of SARABrawl, corruption, etc.). Starting from these researchers did want to discuss againthe thought of an intellectual moslem Indonesia, the son of the dawn and theCommander of the Revolution who tried to formulate an Islamic education thatappropriate with the purpose of the religion, nation, and country, thus taking thetitle of researcher is Ir. Soekarno Thought About Islamic Education as BasicConcept of Nation and Character Building.

As for the objectives of this study are: (1) to know how Sukarno thoughtabout Islam (2) To know how Sukarno thought about Islamic Education (3) Toknow how the concepts that has background to appear the nation and characterbuilding.

To achieve that purpose, this research uses descriptive qualitative researchtype with the kind "Library Research". Whereas the method of collecting the datausing the method of documentation in order to find the data sources supported inthis research. Then from the documentation are analyzed by using the method ofcontent analysis and interpretation data sources and data that obtained.

Thus the research results can be known that Sukarno thought about Islamiceducation as a basic concept of nation and character building. Sukarno has thoughtthat Muslims in thought must use logic rationality, he also explains the concept ofIslamic education always develop the whole of potential/fitrah human beingtowards positive development that have been ridho by Allah, these can all berunning with transforming teachings, Islamic religious values should be passedthrough the means of education. As for the background concept of emergence thenation and character building to shaping the order of society that have culturebased on conscience and devout the one true God, with the purpose of forming ajustice society , prosperous society that each other through mutual, nasakom,pancasila, manipol, usdek, trisakti, and paddle.

Key Words: Islamic Education, Nation and Character Building, Soekarno

Page 18: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

xviii

هالخصالبحث . الشخةيص وبناء ألامة للتربية سأاسية كفكرة إلاالسمية ترالبةي مفاهيم يف ههاندث وسكرانو الفكر .4102 عام . طماينبل

. مبالانج وكمامية سإلااةميل إبراهيم مالك ومالنا جامعة والترديس، ترالبيه لكية إلاالسمية، ترالبية قسم اللعم،ي

. هااجستير البسي،ط عبد مجا. د. : اهشرف

يف نفسية ؤسمولية ىلع قادرة ألامة وبناء )Nation and Caracter Building( ألامة تربية يه والطنية ترالبية

ألن . يرخا سهتقلبهم والطنية وأللالد خألااقل بناء أجل من طملق قسم وه الدين أن سأاس لعى بخطوة، خطوة الثورة، بها كتميل

و والدين ماضارة صانعر يف الصراع وا،هلل الف،رق ( الزمان هذا لالخ تطورت و بدأت دق اليت البشرية اهسالئ حل والطنية ترالبية

شحص إلانودنيسيا، يف لسهامين هاثقفين ألحد الفكرة يبثح أن الباثح يريد ذلا،كل .) اذلك يرغ و اهشاجرة الرشوة، الشع،ب

: العنوان تتح البثح هذا الباثح ساتغرق وبالتايل والودلة، والط،ن الدي،ن ملأب هاناسبة إلاالسمية ترالبية لصياةغ الثورة كرئيس

. الشخصية وبناء ألامة للتربية ةيساسأ كفكرة إلاالسمية ترالبية مفاهيم يف ههاندث وسكرانو الفكر

كفرة كيفية هعرفة )4( السإلام نع هاهندس وسكرانو الفكرة دتحيد كيفية هعرفة )0( : البحث هذا يف أهداف وكاتنNation and ( الشخصية وبناء ألامة لظوهر خلفية وهفمم كيفية هعرفة )3( إلاالسمية ترالبية نع ههاندس وسكرانو

Library (" البيانات وتحليل البحوث مكتبة " بنوع

.)Caracter Building

◌ّ ي الوصف البحث جنس يستخدم األهدا،ف تلك لتحقيق

. البحث هذا ستتخدم اليت البيانات مصرد ىلع العثور جلأ من وثاقئ باستخدام البيانات عجم طريقة أن ينح يف . )Research

. اوصلمحلة البيانات ومصارد وتفيرس )Content Analisis( حملاتوى ليلتح طريقة باستخدام تحلل والثاقئ لتك من مث

وبناء لألمة اسألاسية اهفاهيم كام اسإلالمية التربية عن اههندس سوكارنو فكرة أن ت◌ُ عل◌ّ م البثح هذا نتائج فإن بالتايل

التفكير يف اهنطق استخدما يجب اهسلمين أن ◌ٌ ي رأ سوكارنو عند .)Nation and Caracter Building( الشخصية اهلل

يرضي الذى ◌ّ بّ اإلجيا التط◌ّ ور إيل اإلنسانية الفطرة وا املحتملة الطبيعة تطور اليت اسإلالمية التربية مفاهم عن أيضا ◌ّ ين ويب العقالنية،

ألامة فهم وهظر خنلفية بالنسبة اهفاهم أما . التربية بوسيلة البد اسإلالمية الدينية النتائج اهوادـ، بتحويل ميشي أن يستطيع هذا . بها

باإلزدهار اهعمور العدل، املجتمع بناء غرض على اإلالهي◌ّ ة، و الفؤاد صميم أساس على ◌ّ ي اإلجتماع النظام تشكيل يف الشخصية وبناء

.berdikari و ،trisakti ،manipol usdek ،pancasila ،nasakom لالخ من هاساعدة فيه اليذ

Page 19: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

16

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pendidikan Islam

1. Pengertian Pendidikan Islam

Untuk mengetahui definisi pendidikan, maka ada dua aspek yang

perlu untuk diketahuai, yaitu: Pertama, secara bahasa (etimologi) dan

kedua, istilah (terminologi). Walaupun secara sederhana pendidikan dapat

diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadianya sesuai

dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat . Oleh karena itulah

pendidikan sering diartikan telah ada sepanjang sejarah peradaban manusia.

Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha manusia melestarikan

hidupnya.

Istilah pendidikan menurut Caerter V. Good dalam “dictionary of

education” di jelaskan sebagai pedagogi1. Ini berarti mengandung maksud

bahwa pendidikan itu hanya menyangkut masalah seni, praktek atau profesi

sebagai pengajar (pengajaran) dan hanya berarti ilmu yang sistematis atau

pengajaran yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dan methoda-methoda

mengajar, pengawasan dan bimbingan murid 2. Akan tetapi menurut Carter

bahwa pendidikan itu menyangkut beberapa hal, yaitu proses perkembangan

pribadi, proses sosial, dan kemampuan profesional.

Lebih luas lagi maknanya sebagaimana definisinya Prof. Rechey,

bahwa pendidikan itu berkenaan dengan fungsi yang luas dari pemeliharaan

1 Tim Dosen IKIP Malang,1988, Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan, Surabaya, Usaha

Nasional,Hlm 5 2 Ibid, hlm 6

Page 20: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

17

dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat terutama membawa warga

masyarakat yang baru (generasi muda) bagi penunaian kewajiban dan

tanggungjawabnya di dalam masyarakat. Jadi disini pendidikan adalah suatu

proses yang berlangsung di dalam sekolah saja.

Namun sebenarya pendidikan adalah suatu aktivitas sosial yang esensi

yang memungkinkan masyarakat yang kompleks, modern, fungsi

pendidikan ini mengalami proses spesialisasi dan melembaga dengan

pendidikan formal, yang tetap berhubungan dengan proses pendidikan

formal, dan juga tetap berhubungan dengan proses pendidikan in-formal

diluar sekolah. Prof. Lodge dalam bukunya ”Philosophi of Education”,juga

menyatakan bahwa perkataan pendidikan dipakai kadang-kadang dalam arti

yang lebih sempit dan dalam perkataan yang lebih luas.3

Dalam pengertian yang lebih luas, semua pengalaman dapat dikatakan

sebagai pendidikan. Seorang anak mendidik orang tuanya, seperti pula

halnya murid mendidik gurunya, bahkan seekor anjing mendidik tuanya.

Segala sesuatu yang kita katakan, pikirkan , kerjakan kita lakukan adalah

semuanya mendidik kita. Dalam pengertian yang lebih luas ini, hidup adalah

pendidikan dan pendidikan adalah hidup itu sendiri. Sedangkan dalam

pengertian yang lebih sempit pendidikan dibatasi pada fungsi tertentu di

dalam masyarakat yang terdiri atas penyerahan adat-istiadat (tradisi) dengan

latar belakang sosialnya, pandangan hidup masyarkat itu kepada warga

masyarakat itu kepada warga masyarakat generasi berikutnya, dan demikian

3 Ibid, hlm 8

Page 21: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

18

seterusnya. Dalam pengertian yang lebih sempit ini, pendidikan berarti,

bahwa prakteknya identik dengan sekolah, yaitu pengajaran formal dalam

kondisi-kondisi yang diatur.

Brubacher menambahkan bahwa pendidikan diartikan sebagai proses

timbal balik dari tiap pribadi manusia dalam penyesuaian dengan alam,

dengan teman, dan dengan alam semesta4. Pendidikan merupakan pula

perkembangan yang terorganisasi dan kelengkapan dari semua potensi

manusia, moral , intelektual, dan jasmani (pancaidra), untuk kepribadian

individunya dan kegunaan masyarakatnya, yang diarahkan demi

menghimpun semua aktivitas tersebut bagi tujuan hidupnya (tujuan

terakhir).

Pendidikan adalah proses dalam mana potensi-potensi ini

(kemampuan, kapasitas) manusia yang mudah mempengaruhi oleh

kebiasaan-kebiasaan yang baik, oleh alat (media) yang disusun sedemikian

rupa dan dikelola oleh manusia untuk menolong orang lain atau dirinya

sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan.

Pendidikan juga berarti pembangunan kembali atau penyusunan

kembali pengalaman sehingga memperkaya arti perbendaharaan

pengalaman yang dapat meningkat kemampuan dalam menentukan arah

tujuan pengalaman selanjutnya. Definisi pendidikan ini menentukan proses

dalam diri pribadi manusia, yaitu suatu kemampuan untuk memugar dan

meremajakan pengalaman sehingga memungkinkan individu secara

4 Ibid, hlm 6

Page 22: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

19

kontinyu tumbuh berkembang .Dengan demikian rumus akhir dari

pendidikan sebagai proses adalah terwujudnya manusia dewasa yang sukses

dalam kehidupan.

Kesimpulan dari para tokoh diatas dapat kita kemukakan sebagai

berikut. Pertama, pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk

meningkatkan kepribadianya dengan jalan membina potensi-potensi

pribadinya, yaitu rokhani (pikir, karsa, rasa, cipta dan budi nurani) dan

jasmani (panca indra) serta ketrampilan-ketrampilan-ketrampilan. Kedua,

pendidikan berarti juga lembaga yang bertanggungjawab menetapkan cita-

cita (tujuan) pendidikan, isi, sistem dan organisasi pendidikan. Ketiga,

pendidikan merupakan hasil atau prestasi yang dicapai oleh

perkembanganya manusia dalam mencapai tujuanya.

Prof. Dr. Ahmad Tafsir menambahkan bahwa pendidikan adalah

bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan

rokani anak didik menuju terbentukya kepribadian yang sempurna 5.

Kepribadian yang utama atau dalam pengertian yang lebih luas pendidikan

adalah pengembangan pribadi dalam semua aspeknya, dengan penjelasan

bahwa yang dimaksud pengembangan pribadi ialah yang mencakup

pendidikan oleh diri sendiri,lingkungan, dan pendidikan oleh orang lain.

Sehingga yang menjadi kesimpulan utamanya adalah pendidikan

menyangkut persoalan yang luas serta komplek.Pendidikan bukan hanya

sifat pengajaran yang hanya mewariskan kemampuan kognitif saja akan

5Ahmad Tafsir,1992, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung, P.T Remaja

Rosda Karya , hlm, 25-26

Page 23: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

20

tetapi adalah usaha pengerahan seluruh potensi manusia-yang fitrah- dalam

kehidupan bermasyarakat, sehingga pendidikan nantinya berfungsi sangat

erat dengan tingkat kebutuhan masyarakat dan sekaligus sebagai proses

penyadaran sosial yang signifikan.

Dalam Islam pada mulanya pendidikan disebut dengan kata “Ta‟dib”,

kata ini mengacu pada pengertian yang lebih tinggi, dan mencakup unsur-

unsur pengetahuan („ilm), pengajaran (ta‟lim) dan pengasuhan yang baik

(tarbiyah). Akhirnya peredarannya, tak dikenal lagi, sehingga para ahli didik

Islam bertemu dengan istilah At Tarbiyah atau tarbiyah, sehingga sering

disebut Tarbiyah, sebab kata ini asal katanya dari “Rabba-Yurabbi-

Tarbiyatan”, yang artinya tumbuh dan berkembang. Maka dengan demkian

populerlah istilah “tarbiyah” diseluruh dunia Islam untuk menunjuk kepada

pendidikan Islam. Untuk memahami pengertian pendidikan agama Islam

secara mendalam, penulis akan mengemukakan beberapa pendapat tentang

pendidikan agama Islam.

Djumberansjah Indar. Dalam bukunya ilmu pendidikan Islam,

mengatakan :

“Pendidikan agama Islam atau At-Tarbiyah Al-Islamiyah adalah

merupakan usaha untuk membimbing dan mengerjakan serta

mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan anak didik agar

menjadi orang yang berkepribadian muslim, artinya bahwa bimbingan

dan pengarahan itu tentu saja berdasarkan ajaran agama Islam.6

Pengertian lain yang sama juga dikemukakan oleh Syaifuddin Anshori

dalam bukunya Wawasan Islam Pokok Pikiran Tentang Islam bahwa

6 Djumberanjah Indar, 1994, Filsafat Pendidikan Islam, Usaha Nasional,Surabya, hlm 8

Page 24: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

21

“Pendidikan Agama Islam ialah suatu pendidikan yang materi didiknya

adalah Al-Islam (Aqidah, Syari‟ah dan Akhlak)”. 7Demikian juga pengertian

yang dikemukakan oleh Ahmad Daeng Marimba, dalam bukunya Pengantar

Filsafat Pendidikan Islam, mengatakan bahwa pendidikan Islam adalah

bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam,

menuju terciptanya kepribadian utama menurut ukuran Islam.8.Kepribadian

utama yang dimasudkan tersebut tak lain adalah akhlak utama dalam Islam.

Selanjutnya menurut Abdul Rahman dalam bukunya Pendidikan

Agama Islam

“Usaha-usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik

agar setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan

mengamalkan ajaran-ajaran Islam serta menjadikannya Way Of Live

(jalan kehidupan)”.

Sedangkan menurut Dr. Oemar Muhammad AtTaumy Ash Syaibany

mengatakan:

“Pendidikan agama adalah usaha mengubah tingkah laku individu

dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan

kehidupan dalam sekitarnya melalui proses kependidikan”.

Mendidik adalah membentuk manusia untuk menjadi manusia untuk

menempati yang tepat dalam susunan masyarakat dan berleku secara

proposional (tuntunan hasil pendidikan Islam) sesuai dengan ilmu

pengetahuan dan tekhnologi yang dikuasainya. Menurut Amir Daim Indra

Kusuma, mengatakan bahwa pendidikan adalah bantuan yang diberikan

dengan sengaja kepada anak didik dalam pertumbuhan jasmani maupun

7 H. Endang Syaifuddin Anshari,1990,Ilmu, Filsafat Dan Agama,P.T.Bina Ilmu,

Surabaya,hlm 186 8 Ahmad D. Marimba,Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, P.T Al-Ma’arif, Bandung , hlm

23

Page 25: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

22

rohaninya untuk mencapai tingkat dewasa. Abdur Rahman Shaleh

mengatakan bahwa pengertian pendidikan agama adalah usaha berupa

bimbingan dan asuhan terhadap anak didik supaya kelak selesai

pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam serta

menjadikannya sebagai way of life (jalan kehidupan).

Hasil seminar pendidikan Islam se-Indonesia tahun 1960, memberikan

pengertian bahwa :

“Pendidikan Islam sebagai bimbingan terhadap pertumbuhan jasmani,

rohani menurut ajaran Islam dengan hikmah, mengarahkan,

mengajarkan, melatih, mengasah dan mengawasi berlakunya semua

ajaran Islam.”9

Berlandaskan definisi di atas, jelaslah bahwa proses pendidikan

merupakan rangkaian usaha, membimbing, mengarahkan potensi hidup

manusia yang berupa kemampuan-kemampuan dasar dan kemampuan

belajar, sehingga terjadilah perubahan di dalam kehidupan pribadinya

sebagai makhluk individual, sosial serta alam dalam hubungannya dengan

alam sekitar dia berada. Proses kependidikan Islam senantiasa berada di

dalam nilai-nilai Islam dan berupaya menanamkan akhlaqul karimah.

Ditinjau dari beberapa definisi Pendidikan Agama Islam diatas dapat

di simpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah sebagai berikut

1) Pendidikan Islam merupakan usaha sadar pendidik dalam rangka

mencapai keseimbangan pertumbuhan jasmani dan rohani peserta

didik sesuai dengan ajaran Islam.

9 H.M Arifin, 1997, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara,Jakarta, hlm 94

Page 26: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

23

2) Usaha untuk mengarahkan dan mengubah tingkah laku individu untuk

mencapai pertumbuhan kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai

Islam melalui proses latihan-latihan akal pikiran (kecerdasan),

kejiwaan, keyakinan, kemauan, dan perasaan serta panca indera dalam

seluruh aspek kehidupan manusia.

3) Bimbingan secara sadar dan terus menerus yang sesuai dengan

kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarnya (pengaruh dari

luar) baik secara individu maupun kelompok, sehingga mampu

memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam secara utuh

dan benar.

4) Adanya suatu usaha yang dilaksanakan seseorang (pendidik) untuk

mencapai keseimbangan pertumbuhan jasmani dan rohani anak

menurut ajaran Islam.

5) Adanya tujuan yang ingin di capai dalam usaha mengarahkan dan

mengubah tingkah laku individu yang sesuai dengan ajaran Islam.

6) Adanya hasil yang dicapai yaitu perubahan pada diri individu yang

dinyatakan dalam cara-cara tingkah laku hal ini dapat di lihat dalam

kehidupan sehari-hari yang senantiasa memahami, menghayati dan

mengamalkan ajaran agama Islam.secara utuh dan benar.

2. Dasar Pendidikan Agama Islam

Yang dimaksud dasar ialah sesuatu yang dikuatkan bagi tegaknya

suatu bangunan atau lainnya. Misalnya rumah, gedung sekolah maka

fondasilah yang menjadi dasarnya. Begitu pula dalam pendidikan agama

Page 27: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

24

Islam harus mempunyai dasar yang kuat agar tidak mudah terombang-

ambing oleh sesuatu. Dasar pendidikan agama di Indonesia, erat kaitannya

dengan dasar pendidikan nasional yang menjadi landasan terlaksananya

pendidikan bagi bangsa Indonesia, karena Pendidikan Agama Islam

merupakan bagian yang ikut berperan dalam tercapainya tujuan Pendidikan

Nasional.

Yang dimaksud dengan dasar Pendidikan Agama Islam disini adalah

sesuatu yang menjadi sumber kekuatan dan ketekunan dilaksanakannya

pendidikan agama10. Jadi, dengan demikian, dasar dan tujuan Pendidikan

Agama Islam merupakan masalah yang fundamental dalam pelaksanaan

pendidikan agama, karena dasar dan tujuan karena dasar dan tujuan

pendidikan agama akan menentukan isi corak pendidikan agama.

Kita ketahui bahwa dasar dari ajaran agama Islam adalah Al-Qur’an

dan Hadits Nabi saw.Maka jelaslah bahwa dasar dari Pendidikan Islam

adalah juga Al-Qur’an dan Sunnah Nabi SAW. Secara lebih lanjut landasan

Ideal dalam Pendidikan Islam adalah sebagai berikut:

1) Al-Qur’an

2) Sunnah

3) Kaul Sahabat

4) Nilai dan dan adat istiadat kebiasaan

5) Hasil dari pemikiran para ahli-ahli Pendidian Islam

6) Ra‟yu (pengembangan akal)

10

Abu Ahmadi,1985, Kurikulum Pendidikan Islam, Bina Ilmu, Surabaya, hlm, 63

Page 28: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

25

Adapun sebagai landasan operasioanal demi untuk melakukan inovasi

(pengembangan) ke arah yang lebih sempurna dan sesuai dengan ajaran

Islam dan perkembangan tuntutan perubahan umat Islam, maka perlu

adanya landasan operasional yang bersifat penjabaran dari landasan Ideal

seperi yang tercantum diatas.Landasan operasional tersebut antara lain

adalah faktor;

1) Historis

2) Sosial

3) ekonomi

4) Dan kemajuan imu pengetahuan dan tekhnologi.11

Di negara kita, Indonesia, masalah pendidikan sangat diperhatikan.

Hal ini sebagaimana tercantum dalam Tap. MPR RI No. II / MPR / 1993

tentang GBHN yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan

Pancasila. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan di Indonesia tidak boleh

bertentangan dengan pandangan dan falsafah hidup bangsa Indonesia, yaitu

Pancasila.

Dasar pelaksanaan pendidikan agama Islam mempunyai status yang

sangat kuat. Adapun dasar pelaksanaan tersebut dapat di tinjau dari

beberapa segi, yaitu :

a. Yuridis

Yang di maksud dengan dasar yuridis adalah peraturan dan

perundang-undangan yang mengatur pelaksanaan pendidikan agama

11

Drs.Hery Noer Aly,MA, 1999,Ilmu Pendidikan Islam,P.T Logos Wacana Ilmu, Jakarta,

hlm 45

Page 29: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

26

di wilayah suatu negara. Adapun dasar dan segi yuridis di Indonesia

adalah :

a. Pancasila

b. UUD 1945

c. Garis-garis Besar Haluan Negara

b. Dasar Religius

Mengenai dasar pendidikan agama Islam ini adalah Al-Qur’an

dan hadits, yang tidak diragukan lagi kebenarannya. Petunjuk Al-

Qur’an secara mendasar memberikan pengertian tentang wawasan

kependidikan meliputi beberapa berikut :

a. Prinsip-prinsip yang mengatur hubungan antara manusia dengan

Tuhannya dan dengan segala yang ada di dalam jagat raya ini,

termasuk unsur-unsur materiil, spiritual, benda dan manusia.

b. Mengatur hubungan manusia dengan manusia, baik secara

perorangan maupun kelompok.

c. Mengandung nilai-nilai spiritual dan akhlak.

d. mengatur kehidupan manusia di dunia untuk mempersiapkan

kehidupan di akherat.

e. Mengandung ajakan kepada manusia untuk mengembangkan

dirinya ke arah kehidupan yang lebih dan sempurna.

f. Menuntun tingkah laku manusia dengan segala aspek yang ada

pada dirinya.

Page 30: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

27

g. Memberikan petunjuk tentang hak dan kewajiban manusia

dalam kehidupandi dunia dan akherat.

h. Memberi petunjuk kepada manusia dan jagat raya atau alam

semesta ini merupakan satu kesatuan.12

Dengan demikian Al-Qur’an merupakan kitab yang

mengandung nilai-nilai dan norma-norma untuk mengembangkan

kehidupan manusia ke arah kesempurnaan atau manusia dalam arti

seutuhnya yaitu manusia sebagai makhluk individu, sosial, berakhlak

atau bermoral dan sebagai makhluk ciptaan Tuhan.

Menurut Dr. Zakiah Darajat dkk, dasar pendidikan Islam

terdiri dari Al Quran dan As Sunnah Nabi Muhammad SAW. yang

dapat dikembangkan dengan ijtihad, al-maslahah, al-mursalah,

ihtisan, qiyas dan sebagainya .13

c. Dasar Psikologis

Manusia secara psikologis di dalam kehidupannya selalu

membutuhkan suatu pegangan hidup yang disebut agama. Dan

merasakan di dalam jiwanya ada perasaan mengakui Zat Yang Maha

Kuasa tempat berlindung dan memohon pertolongan. Hal semacam ini

terjadi pada masyarakat yang primitip maupun masyarakat modern.

Mereka akan merasa tenang dan tentram hatinya kalau mereka dapat

mendekat dan mengabdi kepada Dzat Yang Maha Kuasa itu. Hal ini

sesuai dengan Firman Allah Surat Ar Raad:28

12

Siti Kusrini, 1991, Metodelogi Belajar Mengajar, IKIP Malang,Malang, hlm 8 13

Zakiah Darajat, 1982, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, hlm19

Page 31: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

28

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi

tentram denga mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan

mengingat Allahlah hati menjadi tentram”14

.

Oleh karena itu manusia kan selalu berusaha untuk mendekatkan

diri pada Tuhan. Hanya saja cara mereka mengabdi dan mendekatkan

diri pada Tuhan itu sesuai dengan agama yang dianutnya. Itulah

sebabnya bagi orang-orang muslim diperlukan adanya pendidikan

agama Islam, agar dapat mengarahkan fitrah mereka tersebut kearah

yang benar, sehingga mereka akan dapat mengabdi dan beribadah

sesuai dengan ajaran Islam.

3. Tujuan Pendidikan Islam

Prof. Dr. Hasan Langgulung, mengatakan bahwa tujuan akhir

pendidikan Islam adalah :

1. Persiapan untuk hidup dunia akherat

2. Perwujudan diri sesuai dengan pandangan Islam

3. Kesiapan untuk menjadi warga negara yang baik

4. Perkembangan yang menyeluruh bagi pribadi pelajar 15

Dari pendapat ini terdapat suatu bentuk tujuan yang diharapkan dari

pendidikan Islam yang meliputi tujuan yang bersifat vertikal dan tujuan

yang bersifat horisontal yang terbagi menjadi tujuan yang bersifat sosial,

yaitu mampu menempatkan diri sebagai bagian masyarakat dan negara, dan

tujuan bagi berkembangnya fitrah manusia secara menyeluruh.

14

Departemen Agama, AL-Qur’an dan Terjemahan. (Bandung: Jumunatul Ali Art, 2005), hlm. 373 15

Hasan Langgulung, Paradigma Pendidikan Islam, Rosda Karya, 1999. Bandung.

hlm179

Page 32: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

29

Pendidikan karakter atau pendidikan watak sejak awal munculnya

pendidikan oleh para ahli dianggap sebagai hal yang niscaya. John Dewey,

misalnya, pada tahun 1916, pernah berkata,”Sudah barang lumrah dalam

teori pendidikan bahwa pembentukan watak merupakan tujuan umum

pengajran dan pendidikan budi pekerti disekolah.”16

Dalam hal ini M. Athiyah Al-Abrasyi dalam buku dasar-dasar pokok

pendidikan Islam, mengemukakan bahwa tujuan yang asasi bagi pendidikan

Islam adalah :

1. Untuk membentuk ahlaq yang mulia

2. Persiapan untuk kehidupan dunia dan akherat

3. Persiapan mencari rizki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan

4. Untuk menumbuhkan semangat ilmiah (scientific spirit) pada pelajar

dan memuaskan keinginan arti untuk mengetahui dan memungkinkan

ia mengkaji ilmu demi ilmu itu sendiri

5. Menyiapkan pelajar dari segi profesional, tehnis supaya dapat

menguasaiprofesi tertentu, dan ketrampilan tertentu agar ia dapat

mencapai rizki dalam hidup di samping memelihara kerohanian17

Itulah beberapa tujaun akhir pendidikan Islam yang pada dasarnya

hampir sama yaitu membentuk manusia muslim seutuhnya, sebagaimana

pendapat Ahmad D. Marimba, bahwa :

16

Frank. G. Goble, Mazhab Ketiga: Psikologi Humanistik Abraham Maslow (Yogyakarta

Penerbit Kanisius, 1991), hlm. 270 17

Zuhairini Dan Abdul Ghafir,1993, Methodologi Pendidikan Agama,Ramadhani, Solo,

hlm,7

Page 33: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

30

“Tujuan dari usaha pendidikan adalah terbentuknya manusia yang

berkepribadian yang menganut kepribadian yang utama, suatu

kepribadian yang menganut hukum-hukum Islam, atau kepribadian

muslim.” 18

Jelaslah bahwa tujuan akhir pendidikan Islam adalah terbentuknya

kepribadian yang utama menurut ukuran-ukuran Islam, kepribadian utama

yang dimaksud adalah kepribadian muslim, yakni kepribadian yang

memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat

berdasarkan nilai-nilai Islam. Sedangkan sumber kebenaran dalam Islam

adalah Al Quran yang merupakan sumber nilai-nilai Islam yang tidak dapat

diragukan lagi kebenarannya. Teramat singkat sebenarnya menjelaskan

pendidikan Islam dari aspek pengertian, tujuan atupun dasarnya saja , kerena

pendidikan Islam menyangkut berbagai hal yang bersifat filosofis atau

sampai pada tataran operasioanal yang menyangkut seluruh potensi

tantangan dan perkembanganya.

Kebebasan untuk mencari hakikat sesuatu merupakan adat kebiasaan

sejak awal19

, artinya kebenaran menjadi tujuan akhir pula dari proses

pendidikan Islam dan yang lebih penting lagi adalah bahwa maju

mundurnya negara sangat tergantung dari maju mundurnya pendidikan20

B. Konsep Pendidikan Karakter

1. Pengertian dan Makna Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter adalah sebuah sistem yang menanamkan nilai-

18

Ahmad Daeng Marimba,Op.Cit,hlm, 23 19

Fathiyah Hasan, Konsep Pendidikan Al-Ghazali, Perhimpunan Pengembangan Pesantren

Dan Masyarakat,Jakarta, 1986, halaman 7 20

Amir Daim Indra Kusuma,1987, Pengantar Ilmu Pendidikan,FP -IKIP Malang, Terbitan

III, halaman 39

Page 34: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

31

nilai karakter pada peserta didik, mengandung komponen pengetahuan,

kesadaran individu, tekat, serta adanya kemauan dan tindakan untuk

melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,

sesama manusia, lingkungan maupun bangsa, sehingga akan terwujud insan

kamil.21

Menurut Akhmad Sudrajat, agar lebih memahami makna

pendidikan karakter, terlebih dahulu harus mengerti makna dari karakter itu

terlebih dahulu. Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas

adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas,

sifat, tabiat, temperamen, dan watak. Sementara yang disebut dengan

berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, Bersifat, bertabiat, dan

berwatak.22

2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter bertujuan mengembangkan nilai-nilai yang

membentuk karakter bangsa yaitu Pancasila, meliputi: 1. Mengembangkan

potensi peserta didik agar menjadi manusia berhati baik, berpikiran baik,

dan berperilaku baik; 2. Membangun bangsa yang berkarakter Pancasila; 3.

Mengembangkan potensi warganegara agar memiliki sikap percaya

diri, bangga pada bangsa dan negaranya serta mencintai umat manusia.23

21

Nurla Isna Aunillah, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah,

(Jogjakarta: Laksana, 2011), hlm, 19 22

Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasi Dalam Lembaga

Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm, 8 23

Tim Penyusun, Panduan Pelaksanaan Pendidikan karakter, (Jakarta: Kementerian

Pendidikan Nasional, 2011), hlm, 3

Page 35: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

32

Pendidikan karakter berfungsi 1. Membangun kehidupan

kebangsaan yang multikultural: 2. Membangun peradaban bangsa yang

cerdas, berbudaya luhur, dan mempu berkontribusi terhadap

pengembangan kehidupan umat manusia, mengembangkan potensi dasar

agar berhati baik, berpikiran baik dan berperilaku baik serta

keteladanan baik; 3. Membangun sikap warganegara yang mencintai

damai, kreatif, mandiri, dan mampu hidup berdampingan dengan bangsa

lain dalam suatu harmoni.24

3. Pilar-Pilar dan Nilai dalam Pendidikan Karakter

Menurut Zubaedi, pendidikan karakter di Indonesia didasarkan pada

sembilan pilar `karakter dasar. Karakter dasar tersebut menjadi tujuan

pendidikan karakter, diantaranya adalah: 1. Cinta kepada Allah dan semesta

beserta isinya; 2. Tanggungjawab, disiplin, dan mandiri; 3. Jujur; 4. Hormat

dan santun; 5. Kasih sayang, peduli dan kerjasama; 6. Percaya diri, kreatif,

kerja keras, dan pantang menyerah; 7. Keadilan dan kepemimpinan; 8.

Baik dan rendah hati; 9. Cinta damai dan persatuan.25

Pendidikan karakter di Indonesia selain mengambil dari nilai-nilai

universal agama

pada dasarnya merupakan pengembangan dari nilai-nilai

yang berasal dari pandangan hidup atau ideologi bangsa, budaya, dan nilai-

nilai dalam tujuan pendidikan nasional. Pertama, agama.

Masyarakat

Indonesia merupakan masyarakat beragama.26

Oleh karena itu

24

Ibid, hlm, 5 25

Ibid 26

Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia, (Jogjakarta: Ar-

Ruzz Media, 2011), 29.

Page 36: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

33

kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa, selalu didasari pada ajaran

agama dan kepercayaannya. Maka dari itu nilai- nilai pendidikan karakter

harus didasarkan pada nilai keagamaan.

Kedua, Pancasila. Negara Kesatuan Republik Indonesia ditegakkan

atas prinsip-pinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut

Pancasila. Pendidikan karakter bertujuan mempersiapkan peserta didik

menjadi warga negara yang lebih baik maka sewajarnya nilai ini diambil

sebagai nilai pilar pendidikan karakter. Ketiga, budaya. Nilai budaya ini

dijadikan dasar dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti

dalam komunikasi antar anggota masyarakat. Maka demikian penting nilai

budaya ini menjadi sumber bagi pendidikan karakter.

Keempat, tujuan pendidikan nasional. Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional atau

yang lebih akrab disebut sebagai UU SISDIKNAS mencantumkan

tujuannya dalam pasal 3. “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan

dan membentuk watak serta peradaban bangsa dan yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkahlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan

bertanggungjawab.27

Oleh karena itu tujuan pendidikan nasional adalah

sumber yang paling operasional dalam pengembangan pendidikan karakter.

27

Undang-Undang Sisdiknas, hlm 17

Page 37: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

34

Menurut Suyanto, terdapat sembilan pilar karakter yang berasal dari

nilai- nilai luhur universal. Sebagai berikut:

1. Cinta Allah dan segenap ciptaan-Nya;

2. Kemandirian dan tanggungjawab;

3. Kejujuran/amanah;

4. Hormat dan santun;

5. Dermawan, suka menolong dan kerjasama;

6. Percaya diri dan pekerja keras;

7. Kepemimpinan dan keadilan; h.

8. Baik dan rendah hati;

9. Toleransi, kedamaian, dan kesatuan.28

Dalam UU No. 20 Thn 2003 Tentang Sisdiknas pasal I ayat I

menyebutkan “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara”29

.

UU Sisdiknas pasal tiga juga menyebutkan Pendidikan nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

28

Ibid, hlm. 29 29

UU ISDIKNAS, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hlm. 3

Page 38: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

35

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab30

. Itu artinya dalam

membentuk karakter anak didik harus dicapai dari pendidikan.

Indonesia mengenal dualisme pendidikan yaitu pendidikan umum dan

pendidikan agama. Dalam kementerian agama Indonesia mengenal lembaga

pendidikan Islam. Secara spesifik pendidikan Islam mengharuskan

terjadinya proses internalisasi nilai ketuhanan (ilahiah) pada diri manusia

secara bertahap sesuai tugas perkembangannya. Pada tujuan inilah

semestinnya akan terbentuk kepribadian manusia yang utuh secara lahir dan

batin yang menampakkan corak wataknya dalam amal perbuatan dan

tingkah laku. Ini adalah suatu pola kehidupan ideal yang hendak dibentuk

melalui proses pendidikan yang Islami.

4. Nation and Character Bulding

Definisi Bangsa atau Nations menurut Anthony D.Smith adalah suatu

komunitas manusia yang memiliki nama, mitos sejarah bersama, budaya yang

umum, pereokonomian bersama, hak dan kewajiban bersama, dan menguasai

suatu tanah air. Anthony D.Smith juga menyebutkan bahwa pandangan

terhadap bangsa merupakan salah satu identitas nasional. Dalam

mengembangkan sistem klarifikasinya. Smith juga menjelaskan tentang

Nasionalisme karena dalam suatu bangsa harus tumbuh rasa cinta terhadap

30

Ibid, hlm 7

Page 39: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

36

tanah airnya yaitu harus memiliki rasa nasionalisme.31

Momen kelahiran nation memang tidak pernah teridentifikasi secara

gamblang. Nation lahir sebagai sebuah produk (strategi), karena itu

kematiannya juga terjadi karena diproduksi, bukan terjadi sendiri secara

alamiah. Kematiannya disebabkan suatu tindakan, keputusan, atau strategi

(sosial-budaya-politik) tertentu. Surutnya perasaan kesatuan sebagai nasion,

kaburnya cita rasa akan identitas sebagai bangsa-entah secara spatial maupun

kultural-atau memudarnya kesatuan cita-cita yang hendak diraih, selalu

disebabkan rangkaian tindakan, keputusan, atau strategi sosial, budaya atau

politik tertentu.

Nasionalisme mempunyai pengertian nation yang berarti bangsa.

Bangsa mempunyai dua pengertian, yaitu: dalam pengertian antropologis

serta sosiologis, dan dalam pengertian politis. Dalam pengertian antropologis

dan sosiologis, bangsa adalah suatu masyarakat yang merupakan suatu

persekutuan-hidup yang berdiri sendiri dan masing-masing anggota

persekutuan hidup tersebut merasa satu kesatuan ras, bahasa, agama, sejarah

dan adat istiadat. Bangsa dalam pengertian politik adalah masyarakat dalam

satu daerah yang sama, dan mereka tunduk kepada kedaulatan negaranya

sebagai satu kekuasaan tertinggi keluar dan kedalam32

.

Mengenai difinisi nasionalisme, banyak rumussan yang di kemukakan

oleh tokoh, di antaranya adalah:

31

Antony D. smith, Theories of nationalism, New York, Harper and Row, 1972, hlm. 56 32

Aminuddin Nur, Pengantar Studi Sejarah Pergerakan Nasional, Pembimbing Massa,

Jakarta. 1967, hlm 87

Page 40: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

37

1. Huszer dan Stevenson

Nasionalisme adalah yang menentukan bangsa mempunyai rasa cinta

secara alami kepada tanah airnya.

2. L. Stoddard

Nasionalisme adalah suatu keadaan jiwa dan suatu kepercayaan, di

anut oleh sejumlah besar manusia perseorangan sehingga mereka

membentuk suatu kebangsaan. Nasionalisme adalah rasa

kebersamaan segolongan sebagai suatu bangsa.

3. Hans Khon

Nasionalisme menyatakan bahwa negara kebangsaan adalah cita-cita

dan satu-satunya bentuk sah dari organisasi politik, dan bahwa

bangsa adalah sumber dari semua tenaga kebudayaan dan

kesejahteraan ekonomi.33

Pengertian Charakter Building dalam segi bahasa, Charakter Building

atau membangun karakter terdiri dari 2 suku kata yaitu membangun (to build)

dan karakter (character) artinya membangun yang mempunyai sifat

memperbaiki, membina, mendirikan. Sedangkan karakter adalah tabiat,

watak, aklak atau budi pekerti yang membedakan seserang dari yang lain.

Dalam konteks pendidikan pengertian Membangun Karekter (character

building) adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan untuk membina,

memperbaiki dan atau membentuk tabiat, watak, sifat kejiwaan, akhlak (budi

33

Yatim, Badri. Soekarno, Islam, dan Nasionalisme, Logos Wacana, Jakarta, Cet.I, 1999,

hlm. 57

Page 41: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

38

pekerti), insan manusia (masyarakat) sehingga menunjukkan perangai dan

tingkah laku yang baik berlandaskan nilai-nilai pancasila.34

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikemukakan bahwa upaya

membangun karakter akan menggambarkan hal-hal pokok sebagai berikut:

a) Merupakan suatu proses yang terus menerus dilakukan untuk

membentuk, tabiat, watak dan sifat sifat kejiwaan yang berlandaskan

kepada semangat pengabdian dan kebersamaan.

b) Menyempurnakan karakter yang ada untuk terwujudnya karakter

yang diharapkan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan

pelaksanaan pembangunan.

c) Membina karakter yang ada sehingga menampilkan karakter yang

kondusif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

yang dilandasi dengan nilai – nilai falsafah bangsa yaitu Pancasila.

melaksanakan kegiatan berorganisasi, baik dalam organisasi

pemerintahan maupun organisasi swasta dalam bermasyarakat. Maka karakter

manusia merupakan suatu hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam

rangka mewujudkan cita-cita dan perjuangan berbangsa dan bernegara guna

terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur berlandaskan pancasila dan

UUD 1945.

34

Sulistiawati, Pendidikan Kewarganegaraan, Diva Press, Jogjakarta, 2007, hlm. 23

Page 42: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

39

Karakter adalah sesuatu yang sangat penting dalam pengembangan

kualitas manusia maka karakter mempunyai makna sebuah nilai yang

mendasar untuk mempengaruhi segenap pikiran, tindakan dan perbuatan

setiap insan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara.

Dalam hal ini adapun nilai-nilai dalam pembangunan karakter yang

dimaksud adalah :

a. Perjuangan

b. Semangat

c. Kebersamaan dan Gotong Royong

d. Persatuan dan Kesatuan

e. Sopan Santun

f. Kekeluargaan

g. Tanggung Jawab

Nilai-nilai seperti tersebut apabila dilihat lebih cermat dalam kondisi

saat ini nampaknya cenderung semakin luntur hal ini dilihat semakin jelas

contoh diantaranya makin maraknya tawuran antar pelajar, konflik antar

masyarakat, maraknya korupsi di lingkungan pemerintah dan lain sebagainya.

Kondisi yang seharusnya tetap dijaga dan dilestarikan sebagai wujud untuk

meningkatkan rasa kepedulian, kemanusiaan dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara haus tetap di jaga dan dilestarikan.

Page 43: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam sebuah penulisan karya ilmiah terdapat dua metode yang

digunakan. Pertama adalah “Library Reseach”, yaitu pemikiran yang

didasarkan pada studi leteratur (pustaka) dan yang kedua, yaitu pendekatan

“Field Reseach” atau pendekatan kajian yang didasarkan pada studi lapangan.

Dengan membatasi objek studi dan sifat permasalahanya, maka dalam

penulisan karya ilmiah ini penulis menggunakan metode “library reseach”

atau penelitian berdasarkan literatur. Library reseach adalah termasuk dalam

jenis penelitian Kualitatif. Penelitian kualitatif bersifat induktif bertolak dari

data yang bersifat khusus, untuk menemukan kesimpulan umum.

Lebih lanjut sebagaimana yang disampaikan oleh Hadari Nawawi dan

Hj. Nini Martini dalam bukunya “Penelitian Terapan” bahwa:

Penelitian kualitatif tidak bekerja dengan menggunakan data dalam

bentuk atau yang ditranformasikan menjadi bilangan atau angka, tidak diolah

dengan rumus dan tidak ditafsirkan/diintrepetasikan sesuai ketentuan

statistik/matematik. Sebuah rangkaian kerja atau proses penelitian kualitatif

berlangsung serempak dilakukan dalam bentuk pengumpulan atau pengolahan

dan mengintrepetasikan sejumlah data yang bersifat kualitatif. 1

Cara lain yang berkaitan dengan metode ini adalah metode”menemukan”

dengan menganalisa data yang diperoleh secara sistematis.2 Maka dengan

demikian penulisan penelitian ini dilakukan berdasarkan studi terhadap

beberapa bahan pustaka yang relevan, baik yang mengkaji secara khusus

1 Hadari Nawawi dan Hj.Mimi Martini, 1994, Penelitian Terapan, (Yogyakarta: Gajah

Mada Univercity Press), hlm. 176 2 Lexi J. Moleong, Methodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: P.T. Remaja Rosda

Karya, 2000), hlm 17.

Page 44: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

40

pemikiran Soekarno tentang Islam dan kemudian menemukan pemikiran

Seokarno tentang pendidikan Islam.

B. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian

Dalam judul yang kami ajukan tersebut di atas, maka penelitian ini

dispesialisasikan pada objek kajian Pemikiran Soekarno tentang Pendidikan

Islam sebagai Konsep Dasar Nation And Character Building. Dan nantinya

juga akan ditarik kesimpulan dari pemikiran Ir. Soekarno mengenai

pemikirannya tentang Islam, pemikirannya tenttang pendidikan Islam dan yang

konsep yang melatarbelakangi munculnya nation and character building.

C. Sumber Data.

Menurut Loflank, sebagaimana yang dikutip oleh Dr. Lexi J. Moleong,

M. A menyatakan: Bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah

kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan

lain-lain. Walaupun dikatakan bahwa sumber data diluar kata dan tindakan

merupakan sumber kedua, jelas hal itu tidak bisa diabaikan. Kalau yang diteliti

merupakan seseorang yang sudah wafat, maka sumberdata berupa tulisan

adalah menjadi sumber data utama3

Al-Zastrauw menyatakan pula bahwa pengetahuan yang diumumkan

ialah lepas dari penggagasnya,4 artinya penafsiran terhadapnya sangat

membuka peluang yang dialogis untuk dicoba untuk diexplorasi sesuai dengan

tingkat otensitas terhadap karya tersebut. Dengan mengikuti kesesuaian sifat

dan jenis metode yang digunakan dalam penulisan penelitian ini, maka sumber

3 Ibid

4 Al-Zastrouw, Gus Dur Siapa Sih Engkau (tafsir teoritik atas tindakan dan pernyataan Gus

Dur), (Jakarta, P.T. Gelora Aksara Pratama, 1999), hlm. 3

Page 45: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

41

data merujuk pada data Primer yaitu : buku Ir. Soekarno yang berjudul

“Dibawah Bendera Revolusi” .

Saudara-saudara! Kita sekarang ini, sebagai sudah sering saja katakan

dalam pidato-pidato, berada dalam tingkatan kedua daripada Revolusi

kita, jaitu “Nation building”. Tingkatan membina natie, tingkatan

membina bangsa. Perdjoangan membebaskan Irian Barat merupakan

satu fundamentil daripada Nation bulding kita, bahkan djuga satu dasar

fundamentil Character building Indonesia. Sedjak dulu mula kita

menjubur-njuburkan karakter-tulen kepada bangsa Indonesia, djauh

daripada opportunisme, djauh daripada djiwa pendjiplak, djauh

daripada Sklavengeist, atau djiwa budak-belian jang tidak mengenal

kehormatan. kalau belakangan ini ada seorang moralis-politikus5

berkata”A nation with character is worth to ive for, is worth to sacrifice

for”, “satu bangsa jang berkarakter pantas kita sadjikan hidup dan

korbanan kepadanja”, maka kita telah mentjam-mentjam keagungan-

djiwa jang demikian itu kepada Rakjat Indonesia djauh sebelum “Sturm

Uber Asien” menderu-deru diangkasa Timur! Itulah sebabnja kita

membantu perdjoangan lain-lain bangsa jang menentang koloniaalisme,

dengan tidak memperdulikan bangsa itu apa warna kulitnja atau apa

tjorak agamnja.6

Disamping juga menggunakan data Sekunder yang merupakan data-data

yang diambil dari buku-buku pustaka yang relevan dengan objek permasalahan

yang dikaji. Karena menurut Prof. DR .Winarno Surakhmad,M.Sc.Ed. bahwa

“sumber primer adalah sumber asli dari tangan penyelidik dan sumber data

sekunder adalah dari tangan kedua “.7 Ini bisa ditafsirkan, sumber asli (data

primer) adalah buku tulisan asli Soekarno, dan sumber sekundernya adalah

buku “tentang” Soekarno yang ditulis oleh Syamsul Kurniawan dan Badri

yatim.

5 Penulis mengartikan Moral-Politikus adalah seseorang yang mempunyai etika dalam

menjalankan kehidupan berpolitik. 6 Sukarno, Dibawah Bendera Revolusi, Panitya Penerbit Dibawah Bendera Revulusi,

Jakarta, 1964, hlm. 300 dan hlm 498 7 Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung, Tarsito, 1990), hlm. 16

Page 46: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

42

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik dokumenter, yaitu dikumpulkan dari beberapa buku lain, makalah atau

artikel, majalah, jurnal, web (internet), ataupun informasi lainya yang

berhubungan judul penulisan baik yang telah dipublikasikan atau yang masih

diarsipkan (dalam hal ini yang berhubungan dengan rangkaian pemikiran yang

telah membahas tentang pemikiran Soekarno).

Sebagaimana pemikiran M.Iqbal Hasan, studi dokumentasi adalah teknik

pengumpulan data yang tidak langsung ditunjukan pada sebuah penelitian,

namun melalui dokumen. Dokumen yang digunakan dapat erupa buku harian,

surat pribadi, notulen rapat, catatan khusus dalam pekerjaan sosial dan

dokumen lainnya.8

E. Analisa Data.

Secara umum, analisa data dalam penelitian kualitatif bergerak secara

induktif, yaitu dari data/fakta ke tingkat abtraksi yang lebih tingggi.9 Sesuai

dengan jenis dan sifat dari data yangdiperoleh dari penelitian ini, maka teknik

analisa yang digunakan adalah “ Content Analisis” atau analisis isi.

Dengan teknik ini maka data kualitatif tekstual yang diperoleh di

kategorikan dengan memilah antara data yang sejenis dengan menganalisis

secara kritis untuk mendapatkan suatu formula analisa dari pemikiran Soekarno

melalui thema” pemikiran Soekarno tentang Pendidikan Islam sebagai Konsep

Dasar Nation And Character Building” yang selanjutnya didiskusikan melalui

8 M. Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan aplikasi, (Jakarta:Ghalia

Indonesia, 2002), hlm 83 9 Sanapiah Fsaisal,1990, Penelitian Kualitatif (dasar-dasar aplikasi), Malang, YA3, hlm. 3

Page 47: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

43

sharing pendapat (reflektif thingking) guna mencapai kesimpulan dari

permasalahan diatas.

F. Pengecekan Keabsahan Data

Keabsahan data adalah bahwa setiap keadaan yang harus mampu

mendemontrasikan nilai yang benar, mampu menyediakan dasar agar hal itu dapat

diterapkan, dan memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang

konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusan-

keputusannya.10

Dapat dikatakan, bahwa dalam penulisan karya ilmiah memerlukan data

atau literatur yang valid dan akurat, sehiungga diperlukan hal-hal yang dapat

menegaskan bahwa data itu memang benar-benar valid dan akurat. Maka

pengecekan keabsahan data dipandang penting untuk dilakukan, karena hal itu

merupkan salah satu syarat dalam sebuah penelitian.

Untuk menetapkan keabsahan data, diperlukan teknik pemeriksaan.

Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu.

Adapun kriteria pengecekan keabsahan data sebagaimana diterangkan dibawah

ini11

1. Kriteria derajat kepercayaan (kreadibilitas), pada dasarnya kriteria ini

menggantikan konsep validitas onternal dari non kualitatif. Kriteria ini

berfungsi untuk melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga

tingkat kepercayaan kepenemuannya dapat tercapai, untuk

mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dngan

10

Leky J. Meleong, Op.Cit, hlm. 320-321 11

Ibid., hlm 324

Page 48: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

44

jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang

diteliti.

Kriteria ini pada hakikatnya menyerahkan sepenuhnya pada pribadi

peneliti yang lain, karena hanya sifatnya hanya berdasar kepercayaan,

maka seorang peneliti diharuskan memaparkan data yang didapat dengan

apa adanya, sehingga dapat menyakinkan peneliti lain untuk memberikan

kepercayaan kepada data yang didapat. Oleh kerena itu, langkah ini

dilakukan dengan cara menggali sumber literature yang pernah ditulis oeh

orang yang benar-benar dapat dipercaya keabsahan dan kevalidan dari

tulisan tersebut.

2. Kriteria kebergantungan, kriteria ini merupakan substansi istilah

relabilitas dalam peneliti yang nonkualitatif.

Dijelaskan bahwa kriteria ini antara data dari peniliti satu dengan

yang lain saling bergantungan, dimana jika ada dua atau beberapa kali

diadakan pengulangan suatu studi dalam suatu kondisi yang sama dan

hasilnya secara esensial sama, maka dikatakan reliabilitasnya berhasil dan

tercapai.

3. Kriteria kepastian, kriteria ini berasal dari konsep objektifitas menurut

nonkualitatif.

Adapun penjelasannya adalah pengalaman seorang itu subjektif,

namun jika disepakati oleh beberapa orang, maka pengalaman itu dapat

dikatakan objektif dan dapat dijadikan data. Jadi objektifitas dan

subjektifitas itu tergantung oleh seseorang.dengan demikan, objektifitas

Page 49: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

45

dan subjektifitas merupakan sebuah kepastian yang digunakan dalam

memperjelas pengabsahan sebuah data yang diperoleh peneliti untuk

melengkapi sebuah penelitian.

G. Tahap-tahap penelitian

1. Tahap Pra Penelitian

Dalam kegiatan pra penelitian, peneliti menyusun kerangka

rancangan (Proposal) penelitian, agar dalam penelitian selanjutnya tidak

terjadi pelebaran pembahasan. Selanjutnya mengumpulakan buku-buku

dan semua bahan-bahan lain yang diperlukan untuk memperoleh data.

2. Tahap Pekerjaan Penelitian

Pada tahap yang kedua ini, peneliti membaca buku-buku atau

bahan-bahan yang berkaitan lalu mencatat dan menulisnya yang diperoleh

dari sumber penelitian. Lalu berusaha menyatukan sumber yang ada untuk

dirancang. Selanjutnya, kegiatan terakhir pada tahap ini membuatn analisis

embahasan tentang hal-hal yang berkaitan dengan fokus penelitian yang

merupakan jawaban dari rumusan masalah.

3. Tahap Analisis Data

Pada tahap ini peneliti melakukan pengorganisasian data, lalu

memeriksa keabsahan data, selanjutnya yang terakhir adalah penafsiran

dan pemberian makna terhadap data yang diperoleh.

4. Penyususnan laporan penelitian berdasarkan data yang telah diperoleh.

Tahap ini merupakan tahap terakhir dari rangkaian pada suatu

penelitian. Kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing,

Page 50: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

46

selanjutnya melakukan perbaikan-perbaikan sampai pada terselesaikannya

penyusunan laporan ini.

H. Rancangan Penelitian

Sebagai penjelas dari tahap-tahap penelitian, maka penulis akan

menyampaikan rancangan penelitian yang dilakukan. Agar kemudian dapat dilihat

secara sistematis dan procedural. Adapun rancangan penelitiannya adalah sebagai

berikut:

1. Menelaah pendidikan Islam untuk merefleksikan perkembangan

pendidikan sesuai dengan dialektika perkembangan zaman. Konsep-

konsep ini ditelaah dari buku-buku yang menjadi sumber dan data

yang berkaitan dengan judul penulisan.

2. Menelaah pemikiran Ir. Soekarno tentang pendidikan Islam sebagai

konsep dasar Nation and Character Building sebagai Indonesia hebat.

3. Mengadakan penelitian secara kritis dan objektif terhadap pemikiran

Ir. Soekarno mengenai pendidikan Islam sebagai konsep dasar Nation

and Character Building.

Dengan mengetahui implikasi tersebut, maka dapat ditetapkan pola-pola

pendidikan Islam yang selaras dengan ajaran Islam dan ilmu pengetahuan modern.

Page 51: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

47

BAB IV

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. BIOGRAFI

1. Soekarno Putra Sang Fajar

Diawal abad XX bersamaan menyingsingnya fajar diufuk timur

tepatnya pada jam setengah enam pagi tanggal enam Juni 1901 kota

Surabaya telah menjadi sejarah lahirnya bayi dari pasangan Idayu

Nyoman Rai Sremben dengan Raden Sukeni Sastrodiharjo yang mereka

namakan Kusno. Dialah putra sang fajar, kakek moyang dari fihak ibu

keturunan Bali dengan kasta Brahma, mereka adalah pejuang-pejuang

kemerdekaan. Mereka adalah pahlawan dalam perang Puputan. Raja

Sisingaraja terakhir adalah paman dari Ibu Idayu Nyoman Rai Sremben.

Pada fihak bapak adalah patriot-patriot ulung, nenek dari nenek

bapak, kedudukannya dibawah Putri, seorang bangsawan yang

mendampingi Pangeran Diponegoro dalam perang Jawa yang berkobar

dari tahun 1825 sampai 1830.1Memang merupakan suatu kebetulan atau

suatu takdir bahwa Bung Karno dilahirkan dalam lingkungan kelas

yang berkuasa. Namun betapapun asal kelahirannya ataupun nasibnya,

pengabdian untuk kemerdekaan rakyat bukanlah suatu keputusan yang

cita-cita Ir. Soekarno mewarisinya. Dari ibu dan bapak yang keturunan

bangsawan, moyangnya pejuang kemerdekaan, yang tidak mau

bangsanya dijadikan jajahan. Walaupun keturunan bangsawan keluarga

1 . Cindy Adam, Bung Karno: Penyambung lidah Rakyat, alih bahasa Mayor Abdul Bar

Salim, PT, Gunung Agung, Jakarta,1965, hlm 23-26

Page 52: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

48

R.Sukeni hidup dalam kemiskinan. Dia bekerja sebagai guru pada

sekolah dengan keadaan yang kekurangan, mengakibatkan Kusno

menjadi anak yang sakit-sakitan.

Pada umur 11 tahun Kusno diserang typus, dua setengah bulan

lamanya dia berada dalam ambang kematian. Dari sinilah R. Sukeni

yang bekepercayaan theosufi beranggapan bahwa namanya tidak cocok.

Dia hidup dalam keadaan sakit-sakitan, maka harus memberi nama lain

supaya tidak sakitan-sakitan lagi, maka R. Sukeni mengubah nama

Kusno menjadi Soekarno.

Memang bukan tanpa alasan R. Sukeni memberi nama Soekarno.

Dia adalah pengagum Mahabarata, yang dalam ceritanya ada sosok

pahlwan bernama Karna. Dia berharap dan berdo‟a agar Karena kelak

menjadi seorang patriot dan pahlawan besar dari rakyatnya. Awalan

“Su” pada nama Soekarno merupakan awalan pada kebanyakan nama

kami yang berarti baik, paling baik. Jadi Soekarno adalah pahlawan

yang paling baik.2

Memang bukanlah suatu kebetulan atau memang sudah takdir

bahwa Soekarno dikemudian hari menjadi pemimpin bangsa yang

sesuai dengan makna namanya. Soekarno muda merupakan sosok yang

hidup dalam tekanan kehidupan yang keras namun penuh kasih sayang,

hidup dalam kekurangan namun penuh dengan rasa percaya diri.

2 . Ibid, hal 36.

Page 53: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

49

Soekarno kecil bisa sekolah menjadi murid Inlandsche School.

Dimana bapaknya bekerja menjadi seorang manteri guru. Dalam

fenomena saat itu rakyat pribumi tidak boleh menikmati pendidikan di

Sekolah Rendah Belanda kecuali dari golongan bangsawan. Memang

sekolah bagi pribumi hanya dibatasi sampai disekolah rendah dan

apabila melanjutkasn ke sekolah selanjutnya harus tamatan dari Sekolah

rendah Belanda. Menginjak ke Sekolah Menengah Soekarno

dimasukkan ke sekolah menengah yang tertinggi di Jawa Timur yaitu

Hogere Burger School di Surabaya. Diwaktu sekolah inilah Soekarno

tinggal dirumah H.O.S Cokroaminoto, dialah orang yang kemudian

merobah seluruh kehidupannya. Disinilah Soekarno mulai berkenalan

dengan dunia intelektual, dunia pemikiran, pemikiran bagi bangsanya.

Ditempat Pak Cokro inilah tokoh-tokoh politik berkumpul seperti Muso

dan Alimin mereka saling tukar pikiran demi melepaskan bangsa dari

penjajah.

Dalam bidang Ideologi Soekarno sering di sebut dengan

manusia sintesa, karena ia merupakan personifikasi dari ketiga aliran

Ideologi yang berkembang di Indonesia : Nasionalisme, Islam dan

Komunisme. Maka dalam bidang ke-Islaman ia oleh Clifford Geetrs

sebagai personifikasi yang dapat mewakili corak beragama bangsa

Indonesia. Ayahnya sering berkata kepad Soekarno “Jangan lupa

Page 54: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

50

kepada Gusti Yang Maha Suci”, sedang ibunya berpesan “Jangan lupa

Karno kepada Hyang Widi”.3

Di samping ibu dan ayahnya, Soekarno juga mendapat

didikan agama dari Pak Suro. Ketika usia Soekarno 13 Tahun, Pak Suro

acap kali menanamkan dalam dirinya. Seperti yang di ceritakan

Soekarno sendiri:

Gusti Allah berkehendak menggelarkan engkau di dalam

dunia ini. Bagaimana caranya? Caranya ialah membuat

semacam dapur. Dan yang dijadikan dapur ialah bapak dan

Ibumu. Bapak dan Ibumu adalah dapur buatan Gusti Allah

untuk mengelarkan engkau ke dunia ini. Dua ini, ketiga Pak

Suro berkata, Engkau digelarkan oleh Tuihan dengan

melewati dapur bapak ibumu...digelarkan di dunia ini.4

Pengalaman, pendidikan yang diberikan oleh pak Cokro menjadi

pondasi terhadap perkembangan jiwa Soekarno untuk lebih mencintai

bangsanya, walaupun begitu ia adalah seorang pencinta pada lawan

jenisnya. Sebuah realita dimana rumah pak Cokro sebagai dapur

nasionalisme. Dengan bertambahnya pengalaman juga berarti

tambahnya usia dan habislah masa sekolah di HBS. Sebagai akhir dari

jenjang pendidikan sekolah pada tanggal 10 Juni 1921 Soekarno

berhasil lulus dari HBS dari sekolah yang telah memberikan makna

diskriminasi, dan sekaligus Surabaya sebagai sejarah yang telah

menjadikan Soekarno menemukan jati dirinya.

Selanjutnya Soekarno meneruskan Sekolah Teknik Tinggi di

Bandung, terhitung mulai bulan Juni 1921 Soekarno masuk di sekolah

3 Yatim, Badri. Soekarno, Islam, dan Nasionalisme, Logos Wacana, Jakarta, Cet.I, 1999, hlm. 49

4 Ibid, hlm, 50

Page 55: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

51

tersebut. Selama masa sekolahnya Soekarno indekos di rumah keluarga

Sanusi, yang mana sejarah selanjutnya ibu kostnya menjadi istri

pertama Soekarno dan sekaligus pengalaman di Bandung merupakan

lahirnya ajaran marhaenisme. Pada tanggal 25 Mei 1926 Soekarno

resmi memperoleh promosi gelar “Ingeniur” dengan ijazah jurusan

Teknik Sipil. Mulai saat itu Soekarno resmi memakai gelar Ir. Raden

Soekarno.5

Ir Soekarno tumbuh sebagai seorang pecinta bagi bangsanya,

seluruh hidupnya diabdikan kepada bangsa Indonesia. Suka duka

seorang penyambung lidah rakyat telah dijalani, masa mudanya

dihabiskan pada dunia politik dengan harapan bahwa Indonesia harus

merdeka sekarang. Memang resiko yang dihadapi adalah sangat berat,

penjara bukanlah barang yang menakutkan. Memang perjuangan beliau

bersama founding fathers negeri ini tidak sia-sia. Pada tanggal 17

Agustus 1945 Indonesia resmi merdeka dengan adanya Proklamasi

kemerdekaan Indonesia. Semenjak itulah Indonesia dipimpin oleh duet

Putra Sang Fajar dan Muhammad Hatta yang ahli tentang ekonomi.

Bukan suatu kebetulan atau memang sudah kehendak takdir, tentang

apa yang diramalkan dimuka bahwa Soekarno/Putra Sang Fajar akan

menjadi pemimpin yang hebat, pemimpin dinegeri Indonesia.

Di mana Soekarno mempunyai dua keris, konon, keris itu

memberi kekuatan kharismatik pada siapapun yang menyimpan.

5 . Op, Cit, Soekarno Penyambung Lidah Rakyat, hlm. 34

Page 56: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

52

Ternyata barang peningalan bung karno di endeh, flores berupa dua

buah tongkat, sebuah biola dan lukisan.

Kedua tongkat itu, yang satu berbentuk kepala ular Naga

(Nagasasra), dan yang satunya berkepala monyet putih (Hanoman)

menurut legenda jawa . pusaka naga itu konon memberi kekuatan bagi

yang memilikinya, sebagai penguasa dan penahkluk dunia, sedangkan

monyet putih adalah lambang penumpasan dan kebathilan serta

kesejahteraan. Dan memang kenyataannya, bung karno berhasil

menghantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan

dan menjadi pemimpin besar revolusi (PBR).6

Menginjak masa kejayannya pada tahun 1960 – 1965 dengan

semangat revolusi yang menggetarkan dunia telah menjadi bumerang

bagi dirinya, pemerintahannya dan bangsa Indonesia umumnya, karena

revolusi yang dibangun untuk mencapai tujuan bangsa Indonesia yaitu

tercapainya masyarakat yang adil, makmur berkesejahteraan atau

menurut beliau “sosialisme ala Indonesia” telah mengundang musuh

yang banyak. Terutama negara-negara kapitalis yang merasa mendapat

tantangan yang dasyat dari Ir. Soekarno secara pribadi maupun

pemerintah Indonesia dimana beliau sebagai presiden Republik

Indonesia. Memang tidak sedikit kawan Ir. Soekarno terutama dari

negara berkembang yang sebenarnya akan tergabung dalam New

6 Wang Xiang Jun, Seokarno Uncensored, Benarkah Soeharto lebih baik dari Soekarno?,

Pustaka Radja, Yogyakarta, Cet II, hlm.69

Page 57: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

53

Emerging Forces, tetapi musuhnya adalah negara yang kuat dan sudah

maju. Realitas inilah dengan berbagai cara, pihak musuh yang nota

bennya adalah pihak kapitalis merencanakan penggulingan Presiden

Soekarno secepatnya sebelum terbentuknya New Emerging Forces.

Sampai pada akhirnya peristiwa 1 Oktober 1965 terjadi, sebagai

manifestasi runtuhnya pemerintahan Soekarno yang sampai sekarang

kebenaran sejarah tersebut masih diselimuti misteri.

Dengan dimulainya peristiwa 1 Oktober 1965 keadaan negara

Indonesia semakin kacau, perang saudara terjadi, pembunuhan massal

dilakukan tanpa merasa berdosa. Sampailah pada tanggal 7 Februari

1967 Presiden Soekarno mengirimkan surat kepada Jenderal Suharto

yang menyatakan bahwa ia bersedia mengakhiri dualisme pemerintahan

ini. Dan pada tanggal 22 Februari 1967 Presiden Soekarno

mengumumkan kesediannya menyerahkan kekuasaan eksekutif kepada

Jenderal Suharto dengan maksud mengakhiri dengan cepat konflik

politik. Sementara itu usaha menurunkan Presiden Soekarno secara

konstitusionil telah dipersiapkan dengan Sidang Istimewa Majelis.7

Tetapi apakah mendakwa pemimpin besar seperti presiden, lantas

menganut pepatah “nila setitik, rusak susu sebelanga”? mulai sekarang

kita harus mulai menulis sejarah apa adanya. Memang akan ada banyak

versi, dan ini sangat mungkin dipengaruhi paradigma yang di gunakan

7 Tim Nasional Penulisan Sejarah Indonesia, Sejarah Nasional Indonesia (Zaman Jepang

dan Zaman Republik), Jakarta: Balai Pustaka, 2010, hlm. 556

Page 58: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

54

analisis. Tapi sejarahwan tidak boleh melakukan judment dari awal,

apalagi sampai menerapkan prinsip “Mikul dhuwur Mendem jero”.8

Permusyawaratan Rakyat Sementara, yang bersidang tanggal 7

Maret 1967, maka dengan demikian berakhirlah karier politik Ir.

Soekarno.9 Setelah jatuh dari kekuasaannya, beliau “dikarantina” oleh

pemerintahan Suharto di Batu Tulis Bogor sampai pada tahun 1969.

Kemudian mengingat kondisi kesehatan Ir. Soekarno semakin

memburuk maka dipindahkan ke Wisma Yaso, penyakit ginjal yang

diderita semakin parah, proses karantina terus berlangsung. Terhitung

sejak tanggal 11 Juni 1970 akhirnya Ir. Soekarno dibawa ke RSPAD

untuk perawatan intensif, kemudian sampai pada tanggal 21 Juni 1970

jiwa Ir. Soekarno sudah tidak tertolong lagi. Tepatnya tanggal 21 Juni

1970 jam 7 malam bersamaan dengan akan dirayakannya Hari ulang

Tahun Jakarta seorang negarawan bangsa Indonesia, Putra Sang Fajar

menutup matanya, meninggalkan dunia fana dengan segala macam

ragam tingkah tingkah laku manusia, dengan segala kemunafikan dan

keserakahannya.10

Di dalam kenangan dunia Ir. Soekarno dilukiskan sebgai berikut;

dalam masa kejayaannya Ir. Soekarno adalah sosok yang penuh dengan

kontroversi. Dimata lawan politiknya seperti Williard A Hanna berkata:

8 Op Cit, Wang Xiang Yun, hlm.69

9 Syamsu Hadi, Tragedi Bung Karno Perjalanan terakhir Seorang Proklamator, PT Pustaka

Simponi, Jakarta, 1978, hlm 16-18.

10

Wang Xiang Yun, Soekarno Uncensored, Benarkah Soeharto lebih Baik dari Soekarno,

Pustaka Radja, Yogjakarta, 2008. Hlm. 37

Page 59: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

55

Bung Karno adalah politisi tanpa identitas dan prinsip yang berpadu

dalam dirinya Nabi dan playboy, setengah dewa dan pemimpin rakyat,

tukang sulap dan tukang obat, akan tetapi orang orang Arab

menamakannya Rais, orang Mesir menamakannya Al-Hakim, sampai-

sampai John F. Kennedy menyebutnya George Washington dan

Jefersson-nya Indonesia.11

Inilah perjalanan anak bangsa yang dipenuhi oleh kecintaan pada

rakyat, telah meninggalkan kita semua, hanya do‟a rakyat Indonesia

yang bisa menghantarkan jenazahnya sampai keliang lahat, semoga

beliau diampuni segala dosanya yang pada akhirnya ditempatkan sesuai

pada posisinya. Dan realisasi dari ajarannya dan tercapainya Indonesia

yang adil, makmur dan berkesejahteraanlah yang mampu mengobati

luka hati Sang Penyambung Lidah Rakyat ini.

B. PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG ISLAM

Bung Karno adalah sosok yang total kontroversial. Di mata lawan-

lawan politiknya di Tanah Air-nya sendiri, ia dianggap mewakili sosok

politisi kaum abangan yang "kurang Islami". Mereka bahkan

menggolongkannya sebagai kelompok "nasionalis sekuler". Akan tetapi, di

mata Syeikh Mahmud Syaltut dari Cairo, penggali Pancasila itu adalah :

قَ ْيُدْالَعِظْيِم ِمْن قُ ْوَدْالَحرََكِةْالَحرِْيِر ِفى بَ َلِدااِلْساَلمِ (Pemimpin besar dari gerakan kemerdekaan di negeri-negeri Islam).

Malahan, Demokrasi Terpimpin, yang di negerinya sendiri diperdebatkan,

11

. Bambang Norsena, Religi dan Religiusitas Bung Karno, Bali Jagadhita Pres, Denpasar

Bali, 2000,hlm 13

Page 60: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

56

justru dipuji oleh syeikh al-Azhar itu sebagai,

و رى اَلتِّى َجَعَلَها اَْلُقْرَأُن َشَأَن ِمْن ُشُؤِن ْالىُمْؤِمِنْيَن. َلْم َيُكْن ِالَى ُصْورَِة ِمْن َصاَر الشُّ

(tidak lain hanyalah salah satu gambaran dari permusyawaratan yang

dijadikan oleh Al Quran sebagai dasar bagi kaum beriman).

Pemikiran soekarno mengenai Islam tergambar dengan jelas pada saat

ia menulis di berbagai media massa dan berpidato mengenai perkembangan

Islam dalam banyak masalah. Namun demikian para sejarawan dalam dan

luar negeri menetapkan sebagai seorang tokoh nasionalis sekuler, yang sering

berhadapan dengan seorang nasionalis Islam. Dengan demikian, pemikiran

Soekarno yang berkaitan dengan Islam tidak begitu mendapatkan perhatian.12

Bila dilihat pengetahuan tentang ajaran Islam, maka Soekarno adalah

seorang muslim yang luas pengetahuan agamanya. Tetapi jika di tinjau dari

latar belakang keluarga dan pendidikannya, ia memang lebih dekat kepada

kelompok nasionalis sekuler. Di sinilah letak keunikannya. Ia tidak dapat

disamakan dengan tokoh-tokoh nasionalis sekuler lainnya, tetapi juga berbeda

dengan tokoh-tokoh nasionalis Islam. Walaupun ia sendiri sebagai seorang

politikus yang netral agama, namun pemikiran ki-Islamannya tentu banyak

mempengaruhi pemikirin politik dan nasionalismenya.

Di mata lawan politiknya di Barat, seperti tampak dari ucapan Willard

A Hanna, Bung Karno adalah "politisi tanpa identitas dan tanpa prinsip, yang

12

Yatim, Badri. Soekarno, Islam, dan Nasionalisme, Logos Wacana, Jakarta, Cet.I, 1999,

hlm.2

Page 61: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

57

berpadu dalam dirinya nabi dan playboy, tukang sulap dan tukang obat".

Tetapi, orang-orang Arab menamakannya ra'is, dan orang-orang Mesir di

Kota Cairo menjulukinya al-hakim. Tak seorang pun meragukan

popularitasnya di negeri-negeri Islam itu. Nama besar Bung Karno

diabadikan antara lain dalam Qamus al-Munjid. Konon, hanya dua tokoh

Indonesia yang dicatat dalam kamus karya Louise Ma'louf, seorang Arab-

Kristen itu. Soekarno, dan satunya lagi Syeikh Nawawi al-Bantani. 13

Tatkala memuncaknya ketegangan antara Israel dan negara-negara Arab

soal status Palestina, pers sensasional Arab yang salah paham dengan

pencabutan sebutan Deicidium (pembunuh Tuhan) kepada kaum Yahudi,

menyambut Bung Karno, "Juara untuk kepentingan-kepentingan Arab telah

tiba". Pada pihak lain, Tahta Suci Vatikan sendiri memberikan kepadanya tiga

gelar penghargaan kepada presiden pertama dari Republik yang mayoritas

Muslim itu.

Relevansi mengemukakan faham keagamaan Bung Karno ini, minimal

terkait erat dengan pertanyaan: Seberapa jauhkah peranannya dalam

menentukan masa depan Indonesia, berangkat dari pluralisme agama yang

merupakan problem tersendiri apabila tidak diberikan perhatian khusus dalam

membangun sebuah bangsa? Kenyataan ini dikemukakan, dengan sepenuhnya

menyadari bahwa mengemukakan spiritualitas Bung Karno adalah juga

merupakan bagian dari kontroversi itu sendiri.

13

Cindy Adam, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Jakarta: Gunung Agung,

1982, hlm.23

Page 62: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

58

Bukan rahasia lagi bahwa sudah semenjak mudanya Ir. Soekarno

telah tertarik hatinya untuk belajar dan mempelajari agama Islam. Beliau

sadar bahwa Islam sebagai suatu sistem ajaran yang didalamnya menyangkut

dimensi-dimensi kehidupan manusia termasuk pendidikan harus dijadikan

sebuah proses pengembangan potensi manusia. Pada realitas kehidupan Islam

memberikan pedoman yang menyeluruh sehingga dalam dimensi manusia

tidak ada yang terabaikan sedikitpun baik jasmani, rohani maupun mentalnya.

Islam memandang manusia secara totalitas dan pendekatan atas apa yang

terdapat dalam diri manusia tidak memaksakan/fleksibel selain apa yang

menjadi fitrahnya. Ini disebabkan Islam sebagai agama fitrah yang

menghargai dan meneguhkan nilai-nilai jasmani, ruhani dan mental yang

integral.

Muhammad Natsir dalam tulisannya mempertanyakan apa

sebenarnya tujuan dari pendidikan di dalam Islam? Menurut beliau ialah

petunjuk bagi jasmani dan ruhani yang menuju kepada kesempurnaan dan

lengkapnya dengan sifat-sifat kemanusiannya dengan arti yang

sesungguhnya.14

Dari ajaran Islam yang sempurna tersebut membuat hati Ir. Soekarno

menjadi gelisah melihat realitas masyarakat Indonesia yang mayoritas

memeluk agama Islam yang sudah berabad-abad lamanya hidup dalam

penindasan dan penjajahan oleh bangsa asing. Adakah memang agama Islam

yang dikatakan rahmatal lil „alamin serta agama yang sempurna dan terakhir

14

. M. Natsir, 1973, Capita Selecta, Bulan Bintang Jakarta, hlm 82

Page 63: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

59

ini tidak punya pendorong untuk membebaskan umatnya dari cengkeraman

dan belenggu kolonialisme dan imperialisme, apa sebab dunia Islam jatuh

ketangan asing serta hidup dibawah telapak kaki penjajahan Barat ? 15

Berangkat dari kegalauan tersebut Ir. Soekarno semakin mendalam

mempelajari Islam dari semua dimensi dan berbagai macam tinjauan yang

didalamnya berusaha menganalisa dari segi ilmiah rasional, nilai filosofis dan

penggalian mutiara hikmah yang terkandung didalam ajaran Islam. Dalam

pembahasan ini penulis berusaha menyimpulkan dengan berbagai sudut

pandang Ir. Soekarno yang telah dibukukannya dan akan disusun sebagai

berikut:

1. Filasat Ketuhanan Soekarno

Pola pikir Ir. Soekarno yang berusaha menerawang jauh kedunia

filsafat membuat beliau harus menyimpulkan sebuah argumen yang

berdasarkan ajaran Islam yang dimana beliau membandingkan filsafat

ketuhanan dengan ajaran agama lain. Beliau membuat sebuah argumen

dan dialektika sebagai berikut:

Di dalam surat-surat itu adalah tergurat sebagian garis perubahan

saya punya jiwa. Dari jiwa yang Islamnya hanya raba-raba saja

menjadi yang Islamnya yakin, dari jiwa yang mengetahui adanya

Tuhan, tetapi belum mengenal Tuhan, menjadi jiwa yang sehari-

hari berhadapan dengan Dia, dari jiwa yang banyak falsafah ke-

Tuhanan, tetapi belum mengamalkan ke-Tuhanannya itu, menjadi

jiwa yang sehari-hari menyembah kepadanya.16

15

. Solickhin Salam, 1964, Bung Karno Dan Kehidupan Berfikir Dalam Islam,PT. Wijaya,

Jakarta, Cet.I 1964 hlm 7 16

.Dibawah Bendera Revolusi,Op.Cit, hlm 342.

Page 64: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

60

Pemikiran yang beliau paparkan merupakan sebuah gambaran

realitas berfikir yang berdasarkan fenomena kehidupan manusia.

Sebuah argumen yang muncul secara empirik, logika rasionalitas yang

mengharapkan bukti materi adanya Tuhan .

2. Pemikiran Islam dari tinjauan Sosiologis.

Selama masyarakat Islam masih bertaklid buta terhadap mujtahid-

mujtahid maka umat Islam akan mengalami degradasi pemikiran. Sebab

mereka selalu membanggakan terhadap bangsa Islam lain yang sudah

maju tanpa mengikuti jejak yang dilakukannya. Sedangkan masyarakat

bukanlah barang mati yang tidak berubah akan tetapi sebaliknya,

masyarakat selalu berubah terus berkembang sesuai dengan bertambahnya

usia zaman. Masyarakat adalah bukan barang mati tetapi, mengalir,

berubah senantiasa maju, berevolusi dan dinamis.

Sedangkan masyarakat mempunyai barometer tentang Islam yang

sangat sempit, siapa orang yang dahinya hitam karena sujud, jubahnya

panjang dan berjenggot serta membawa tasbih kemana-mana dialah yang

dinamakan Islam. Akan tetapi satu sisi mengkafirkan pengetahuan,

kemodernan, kecerdasan dan rasionalitas. Inilah yang membuat Islam

terpuruk bukan sebab ajarannya tetapi pola pikir dan perilaku umat Islam

itu sendiri. Soekarno mengambarkan kondisi sosiologis di Indonesia

dengan mengatakan:

Ada orang mengatakan soekano itu nasionalis ada orang

mengatakan soekarno bukan lagi nasionalis,tetapi islam, ada lagi

yang mengatakan dia bukan nasionalis, bukan islam,tapi

Page 65: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

61

marxisi,dan ada lagi yang mengatakan dia bukan nasionalis bukan

islam islam bukan marxisi tetapi seorang yang berpaham sendiri.

Golongan yang tersebut belakangan ini berkata: mau di sebut

nasionalis, dia tidak setuju apa yang biasanya di sebut

nasionalisme, mau di sebut dia islam, dia mengeluarkan faham-

faham yang tidak sesuai dengan fahamnya banyak orang islam,

mau di sebut marxis, dia... sembahyang, mau di sebut bukan

marxsis, dia “gila” kepada marsisme itu!..... apakah soekarno itu??

Nasionaliskah? Islam kah? Marxikah?, pembaca-pembaca,

soekarno adalah......campuran dari semua isme-isme itu!.17

Dalam esensi Islam yang dibutuhkan adalah ruh Islam yang

berkobar-kobar, api Islam yang menyala-nyala bukan hanya amal ibadah

saja yang dinomorsatukan. Umat Islam pada umumnya hidup dalam

kekolotan dan kebekuan. Inilah yang menyebabkan kita mengalami

degradasi serta decline dalam sejarah dunia. Hal ini terbukti dalam sejarah

dunia Islam, kebudayaan, kesenian, kesusasteraan dan ilmu pengetahuan.

Kekalahan ini juga meliputi dalam bidang politik, ekonomi dari

imperialisme dan kolonialisme. Semua itu disebabkan padamnya api Islam

dan pada umumnya umat Islam hanya mengambil dan mewarisi abunya

Islam. Tetapi tidak mempusakai api citanya ajaran Islam.

3. Pemikiran Islam dari Tinjauan Historis.

Bila kita melihat historis Islam, maka tampaklah disitu akibatnya

taqlid itu sebagai satu garis menuju degradasai sampai sekarang. Apa

sebab, sampai sebegitu jauh? Hal ini disebabkan munculnya aturan taqlid

yang tiada ruang untuk berfikir secara mendalam tanpa melihat dan belajar

dari historisnya. Yang pada akhirnya dunia Islam dienyahkan dari

17

Bernhard Dahm, Soekarno dan perjuangan Kemerdekaa, LP3ES, 1987. Jakarta. Hlm. 243

Page 66: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

62

Spanyol, banyak bangsa-bangsa Islam dikanan kiri Life line of Modern

Imperialisme yang melintang dari lautan tengah sampai ke samudra Hindia

dan selat Malaka telah menjadi rakyat terjajah.

Melalui sejarah orang akan mengetahui”kekuatan-kekuatan

masyarakat” yang menyebabkan kemajuan atau kelemahan yang

mendatangkan kemunduran. Kurangnya kesadaran sejarah dan kurangnya

perhatian mereka terhadap ilmu sejarah, telah menyebabkan umat Islam

tidak mampu mencari jalan keluar dari kemunduran yang telah lama

mereka derita, Soekarno mengatakan:

Umumnya kita punya kiai-kiai dan ulama-ulama tak ada

sedikitpun”Feling”kepada sejarah, ya boleh saya katakan

kebanyakan tak mengetahui sedikitpun dari sejarah itu. Mereka

punya minat hanya menuju kepada”agama khususi”saja, dan dari

agama khususi ini, terutama bagian fikih. Sejarah, apalagi bagian

lebih dalam, yakni yang mempelajari kekuatan-kekuatan

masyarakat” atau yang menyebabkan kemajuan atau kemundurannya

suatu bangsa. Padahal, di sini, di sinilah padang penyelidikan yang

maha-maha penting. Apa sebabnya mundur? Apa sebabnya bangsa

ini di zaman ini begitu? Inilah pertannyaan-pertannyaan yang maha

penting yang harus berputarterus di dalam kita punya ingatan, kalau

kita mempelajari naik turunnya sejarah itu.18

4. Pemikiran Islam dari Tinjauan Filosofis

Pandangan Ir. Soekarno lebih tertuju pada kejumudan dan kekolotan

umat Islam sekarang. Dalam pemikiran beliau mengharapkan kepada

kaum muda Islam berharap supaya mempunyai pemikiran yang lebih

progresif. Tindakan-tindakan ulil amri dan mujtahid sebelumnya dipakai

sebagai bahan pertimbangan dan dialektika pada zamannya. Kemudian

realitas hukum pada zaman sekarang haruslah disesuaikan dengan kondisi

18

Ibid, DBR jilid I, Hlm, 332

Page 67: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

63

zaman dan hasil ijtihad sebelumnya dipakai sebagai perbandingan

pemikiran. Yang pada akhirnya kita sekarang bisa berijtihad melakukan

tindakan yang sesuai dengan realitas zamannya. Soekarno mengatakan:

Merdekalah Islam Indonesia dari tradisi pikiran Asy‟arisme itu

sama sekali, kasihlah lapangan merdeka kepada rasionalisme

yang lama telah terbuang itu. Marilah kita teruskan ajakan

pahlawan-pahlawan “rethinking of Islam” di negeri asing itu

tengah padang perjuangan islam di negeri kita.

Dengan kembalinya rasionalisme sebagai pemimpin pengertian

Islam, maka barulah ada harmoni yang sejati antara otak dan

hati, antara akal dan kepercayaan, dengan kembalinya

rasionalisme itu berubahlah sama sekali kita punya outlook, kita

punya ideology, menjadi satu outlook yang merdeka, satu

ideology yang merdeka. Islam lantas benar-benar menjadi satu

tempat pernaungan, satu jalan keluar, dan bukan satu penjara.

Dengan Islam yang demikian itu, pasti seperti matahari terbit

sesudah malam yang gelap, akan datanglah perbaikan,

perhubungan kembali, antara kaum intelektuak dan Islam. Sebab

Islam yang demikian itu bukanlah islam yang muda pada

kulitnya saja, tetapi islam yang muda sejatinya, muda lahirnya

dan muda batinnya, muda wujudnya dan muda jiwannya.19

5. Pemikiran Islam dari Tinjauan Pedagogis

Bangunan masyarakat Islam yang modern haruslah dimulai dari

pendidikan Islam itu sendiri, yang menghasilkan out put pendidikan yang

bisa mengkorelasikan modernitas dengan mengambil apinya Islam. Maka

dari itu lembaga pendidikan Islam diperlukan perbaikan sistem pendidikan

dan pelajaran disekolah-sekolah Islam. Adanya usaha modernisasi dalam

suatu pendidikan pada sekolah-sekolah Islam ini adalah tuntutan zaman

yang harus dipenuhi apabila kita ingin agar supaya sekolah-sekolah Islam

dapat berhasil menunaikan tugas idiil yang terpikul diatas bahunya.

19

Ibid, DBR Jilid I, Hlm 402

Page 68: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

64

Modernisasi dalam sistem pendidikan berarti kita memandang

terhadap setiap pikiran, tindakan maupun sikap hidup yang konvensional

dan tradisional yang ternyata tidak sesuai dengan kehendak dan tuntutan

zaman. Pada prinsipnya Islam tidak menolak setiap kebudayaan atau

sivilisasi dari luar Islam, sepanjang tidak bertentangan dengan jiwa dan

semangat ajaran Islam.

Bagi Soekarno, pendidikan merupakan arena untuk mengasah akal

dan mengembangkan intelektualitas. Dia menyebutkan sebagai

“Renaissance-Paedagogie, yaitu bagaimana mendidik untuk bangkit

kembali, itulah yang harus dikerjakan oleh kaum muda.20

Di sini Soekarno

secara tegas mengoerentasikan semuannya pada peran akal dalam setiap

langkah kehidupan umat manusia. Baginya, dengan hanya tersebut

kemajuan di bidang ilmu dan teknologi dapat di raih.

6. Pemikiran Islam dari Tinjauan Politis

Sistem propaganda yang dilakukan oleh da‟i hanya terfokuskan

pada orang-orang “yang baik”. Hal ini adalah salah satu kelemahan da‟i

kita dalam menjalankan kewajibannya. Hal ini berbeda dengan kaum

nasrani yang begitu giat dan kontinu untuk memberikan siraman rohani

pada narapidana yang pada masa penjajahan adalah rata-rata orang yang

terpelajar. Beban psikologis yang dihadapi oleh para napi yang setiap

saat menginginkan sebuah siraman rohani yang memberikan semangat

dan pencerahan hidup dikemudian hari.

20

Ibid, hlm. 344

Page 69: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

65

Dalam pandangan beliau sebuah negara yang mayoritas

penduduknya beragama Islam tidaklah negara tersebut harus menjadi

negara Islam. Akan tetapi sebuah negara yang didalamnya mengamalkan

atau menjalankan api dan cita Islam itu sendiri. Dalam pidato Lahirnya

Pancasila 1 Juni 1945 Ir. Soekarno berkata:

“Islam tidak meminta satu formele verklaring bahwa negaranya

adalah negara Islam, ia adalah minta satu negara yang betul-betul

menyala satu api ke-Islam-an didalam dadanya umat. Api Islam

yang menyala betul-betul diseluruh tubuhnya umat, inilah yang

menjadikan negara menjadi negara Islam dan bukan satu

keterangan di atas secarik kertas, bahwa negara adalah berpedoman

pada agama. Lebih lanjut beliau berkata : baik kita terima negara

dipisah dari agama, tetapi kita akan kobarkan seluruh rakyat

dengan apinya Islam, sehingga semua putusan-putusan badan

perwakilan itu bersemangat dan berjiwa Islam.21

Dari sinilah bisa dikatakan Islam hidup sebagai ajaran yang

rahmatan lil‟alamin dan Islam hidup dalam esensinya. Dari pandangan ini

Ir. Soekarno berpendapat: saya lebih senang kepada rakyat yang berani

menerima tantangan modern demokrasi daripada rakyat yang selalu

merintih-rintih “janganlah Islamnya dipisahkan dari negara”. Rakyat yang

berani menerima tantangan itulah yang nanti merealisasikan cita-cita Islam

dengan perjuangan sendiri, keringatnya sendiri. Rakyat yang demikian

itulah yang betul-betul bisa menjelmakan idealnya Islam dengan ia punya

levenstrijd dengan gerak dan bantingnya ia punya jiwa dan tenaga. Dengan

demikian negara sebenarnya menjadi satu negara yang “bersatu dengan

Islam”dengan sebenarnya menjadi Islam sejati.22

21

. Soekarno, Pidato lahirnya Pancasila. hlm 4. 22

.Bung Karno Dan Kehidupan Berfikir Dalam Islam, Op-cit, hlm 73

Page 70: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

66

Dalam idiologi politiknya ataupun cita-cita kenegaraannya Ir.

Soekarno tidak menghendaki berdirinya negara Islam, akan tetapi suatu

negara kesatuan nasional yang berdasarkan Pancasila. Meskipun demikian

bukanlah berarti beliau tidak cinta atau berjuang untuk keluhuran Islam.

Sebagai seorang muslim sejati yang cinta dan percaya akan kebenaran

dengan agamanya Ir. Soekarno dengan caranya yang tersendiri berjuang

untuk keagungan dan keluhuran agama Islam.

7. Pemikiran Islam dari Tinjauan Religi

Islam sebagai agama yang sempurna dimana semua aturan yang

menyangkut hidup manusia ada didalamnya. Tinggal bagaimana manusia

itu sendiri mengaktualisasikan diri, merealisasikan, dari pedoman Al-

Qur‟an dan Hadits Nabi. Islam adalah agama untuk sekalian manusia

didalamnya menghendaki kita berhubungan langsung dengan Tuhan dan

manusia. Agar manusia bersujud pada Tuhan, mempersatukan diri dengan

Tuhan. Bolehlah kita bertetangga dengan Islam sebagai agama yang

melatih dan mendidik sebagai insan masyarakat yang baldatun toyyibatun

wa robbu ghofur. Sebuah petunjuk yang jelas bahwa agama Islam adalah

agama yang tidak saja mempersatukan Tuhan dengan manusia tetapi

agama juga yang mempersatukan manusia dengan manusia.

Ir. Soekarno memberikan sebuah pemikiran tentang pondasi sebuah

negara yang bercitakan/berapikan Islam untuk masyarakat yang bermoral

demi tercapainya tujuan bersama. Kedudukan agama didalam masyarakat

adalah salah satu unsur mutlak didalam segenap usaha kita dilapangan

Page 71: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

67

nation building. Nation building yang mengenai segala hal, mengenai

bidang politik, ekonomi, masyarakat, dan bidang-bidang hubungan

international. Dan saudara mengerti bahwa didalam nation building ini

salah satu unsur yang mutlak adalah agama dalam arti yang seluas-luasnya

menduduki tempat yang amat penting.23

C. PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM SOEKARNO

1. Menumbuhkan Rasa Keimanan Kepada Peserta Didik .

Sebagaimana yang dikutip oleh Dr. Badri Yatim, Soekarno

menyatakan bahwa :

…..oleh karena itu ayat-ayat Al-Qur‟an yang diwahyukan di Makkah

banyak berkaitan dengan hal-hal yang mengandung ajaran-ajaran

pembentukan rohani, tauhid, keimanan, keikhlasan, keluhuran moral,

ketaatan beribadat, cinta sesama manusia, cinta kepada si miskin,

berani karena benar, takut pada azdab neraka, mengharapkan ridha

Illahi dan lain sebagainya, sebagai fundamen rohani perjuangan

masyarakat Islam kelak, Kader-kader dan pengikut yang terbina

kemudian menjadi orang-orang yang tahan uji ahklak dan imanya

mulia. Merekalah yang merupakan material pokok baginya untuk

menyusun nanti dan perjuangan kelak.” 24

Dari pernyataan diatas ditemukan potongan kalimat sebagai inti

dari pernyataan, yaitu “Kader-kader dan pengikut yang terbina kemudian

menjadi orang-orang yang tahan uji, ahklak dan imanya mulia. Merekalah

yang merupakan material pokok baginya untuk menyusun nanti dan

perjuangan kelak”

23

. Ibid. Soekarno Dan Kehidupan Berfikir Dalam IslamI, hlm 78. 24

Badri Yatim, Soekarno Islam dan Nasionalisme, Op.Cit., hlm 110

Page 72: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

68

Pengertian kader-kader dalam proses pendidikan Islam adalah

merupakan upaya penyiapan penanaman nilai-nilai Islam yang

trasnformatif dari generasi ke generasi, sehingga melalui proses

pendidikan ini Soekarno mengharapkan terjadinya perubahan sikap dalam

memandang semesta realitas masyarakat muslim secara labih luas.

Untuk membentuk suatu tatanan masyarakat yang baik dalam

rangka perubahan menuju ke arah kemajuan, maka suatu upaya yang harus

dilakukan adalah menanamkan pada generasi-generasi umat Islam sikap

pemantapan iman dan ahklak sebagai dasar dalam setiap upaya-upaya

transformasinya (pendidikannya) nilai-nilai Islamnya.

Menurut Soekarno pendidikan Islam dalam arti yang luas bukan

hanya bentuk formal dengan spesialisasi tertentu saja akan tetapi lebih

bersifat mendasar dengan pendekatan filosofis platform yang menjiwai

seluruh dimensi kehidupan. Hal ini didukung juga oleh pernyataan

Soekarno:

Setelah hijrah nabi di Madinah Nabi menyusun dan membina suatu

masyarakat dengan tuntunan Ilahi. Di Madinah itu pula turunya

kebanyakan ayat-ayat yang berkenaan dengan kemasyarakatan,

yang mengisi dari sepertiga dari kitab suci Al-Qur‟an seperti ayat-

ayat zakat, hukum-hukum kemasyarakatan, perang, sikapterhadap

manusia dengan manusia yang lain. Dari kedua periode inilah

terbentuklah suatu masyarakat Islam. Kalau zaman Makkah di

anggap sebagai masa persiapan, maka zaman Madianah sebagai

masa palaksana. Dan nabi meninggalkan dua kitab sebagai

petunjuk yang tidak lapuk kerena hujan dan tidak lekang karena

panas, sehingga sampai sekarang masih ditemui sebagaimana

aslinya: Al-Qur‟an dan Sunnah.25

.

25

Ibid, Hlm. 111

Page 73: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

69

Secara singkat dapat dikatakan bahwa pengertian pendidikan Islam

harus melalui upaya transformasi nilai yang akhirnya mengajak kesadaran

individu untuk menjadi Insan Kamil yang mempunyai kepedulian sosial

yang tinggi pada lingkungan masyarakatnya. Selanjutnya Soekarno pun

menyatakan untuk kembali pada pemaknaan ulang sejarah Islam secara

historis agar bisa ditemukan titik temu tentang universalitas Islam yang

terus mengalir dalam setiap dimensi kehidupan, tentu termasuk

didalamnya transformasi nilai-nilai Islam dengan media atau sarana

pendidikan.

Soekarno berkeyakinan bahwa untuk mentransformasikan nilai-nilai

luhur ajaran Islam yang subtansial, bukan semakin memperdebatkan

permasalahan permasalaha formalistik , Saling ”bedak-membedaki”, akan

tetapi dengan cara melalui senjata rasionalitas, karena rasionalitas akan

membawa Islam yang berdimensi sosial kemasyarakatan, karena secara

empiris rusaknya Islam itu bukan karena Islamnya akan tetapi moral dan

budi pekerti orangnya, Soekarno menyatakan:

“Rusaknya sosialisme Islam bukanlah disebabkan oleh Islam itu

sendiri. Rusaknya Islam itu ialah oleh karena rusaknya budi pekerti

orang-orang yang menjalankanya. Sesudah Amir Muawiyah

mengutamakan asas dynasti keduniaan untuk aturan khalifah,

sesudah khalifah-khalifah itu menjadi raja, maka padamlah tabiat

Islam yang sebenarnya. Amir Muawiyahlah yang harus memikul

tanggung jawab atas rusaknya tabiat Islam yang nyata bersifat

sosialistis dengan sebenarnya.”26

2. Pendidikan Islam Yang Dinamis Mengikuti Perkembangan Zaman

Pendidikan adalah merupakan kebutuhan dalam setiap perubahan

dan perkembangan zaman. Untuk menyesuaikan antara perkembangan

zaman ke arah kemajuan dengan pendidikan secara komprehensif, maka

pendidikan diharapakan mempunyai cara edukasi dialektis-tarnsformatif

26

Ibid,DBR I. Hlm. 10

Page 74: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

70

dalam kontek sosial budaya yang senantiasa menunjukan perubahan secara

kontinum. Dalam kontek ini pendidikan perlu dapatkan sebagai sebuah

open sistem, dan bukanya close sistem,yang menutup dirinya akan tetapi

seharusnya membuka ruang dialog kultural dengan kehendak atau

kebutuhan masyarakat.

Berkaitan dengan pendidikan Islam bahwa ternyata ajaran Islam

yang bersifat universal dalam perkembanganya lebih lanjut telah

mengalami kemunduran karena umat Islam mengalami budaya taqlidisme

buta pada imam-imam madzhab, seperti Imam Syafi‟I, Hambali, Hanafi

dan Imam Maliki atau Imam-imam lain. Padahal perkembangan zaman

pada saat ini memerlukan upaya-upaya pembaharuan yang terbuka

terhadap pola-pola perkembangan kemajuan masyarakat secara kontinyu

(terus menerus).

Sementara Soekarno berkeyakinan bahwa ajaran Islam itu harus

bersifat universal dan elastis (karet). Dengan demikian, elastisitas hukum

Islam dan perubahan zaman menuntut agar paham taqlid harus ditolak.

Hukum Islam yang telah ditetapkan oleh Imam-Imam sangat mungkin

sesuai dengan dan perubahan zaman pada masanya, tetapi hukum-hukum

itu dituntut juga untuk berubah dengan perubahan zaman. Tanpa

perubahan itu masyarakat akan menjadi statis dan kaku, dengan akibat

tertinggal oleh perkembangan zaman.27

27

Syamsul Kurniawan, Pendidikan Di Mata soekarno, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, 2009,

hlm. 26

Page 75: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

71

Untuk mengatasi hal tersebut diatas maka diperlukan untuk

mengedepankan dimensi rasionalitas dalam pemecahanya. Artinya

pertentangan yang terjadi pada aspek fiqh itu masih membuka ruang

dialog, akan tetapi dalam ruang theologi, ternyata sejarah membuktikan

sulit untuk dicari jalan keluarnya. Maka pertama-tama yang harus

dilakukan ataupun dikembangkan adalah dalam kerangka kognitif dalam

pendidikan umat Islam, karena proses transformasi nilai –nilai ajaran fikih

atau theologi itu tidak lepas dari internalisasi yang intern dengan

pendidikan.

Tertutupnya pintu ijtihad melahirkan sikap taqlid dikalangan umat

Islam.28

Padahal ijtihat adalah sebuah cara untuk selalu mengikuti

perkembangan yang terjadi secara terus menerus. Dr. Nurcholish madjid,

dalam tulisanya “Jalan Baru Islam” menyatakan bahwa pengalaman

traumatis kaum muslimin dengan berbagai kontraversi dan polemik yang

menghabiskan energi dan berbahaya secara politis dengan berbagai ajaran

detail agama Islam khususnya yang menyangkut hukum fiqh, selama

sembilan ratus tahun pintu ijtihad dinyatakan tertutup.29

Dan kalau ijtihad tidak akan berhasil, maka taqlid ini terus

berlangsung dalam jangka waktu yang lama, maka akan semakin

menurunkan peran akal sebagai salah satu hal yang sangat penting didalam

pengembangan pendidikan Islam. Soekarno menyatakan, bahwa:

“Hampir seribu tahun akal itu dikungkung. Sedjak zamanya kaum

mu‟tazilah, sedjak zamanya pahlawan-pahlawan akal, seperti Al-

28

Ibid., hlm. 27 29

Nur Kholis Majid., Op.Cit.,hlm 108

Page 76: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

72

Kindi,al-Farabi, Ibn Sina, Ibn Baja, Ibn Thufail, Ibn Rusd dan lain-

lain, maka akal tidak diperkenankan lagi. Akal jang

dipropagandakan oleh kaum mu‟tazilah itu, jang mendjadi

senjatanya kaum maha-intelek seperti “Ichwanu-us-Safa” di Basra

dengan mereka punya risalah-risalah “Rasaill-ichwa-us-Safa wa

chulanul-Wafa”,-akal itu dikutuk seakan-akan dari sjaitan datangja.

Terutama sekali setelah Abu Hasan al-As‟ayri mengembangkan

haluan sifatijah, dan mendjadi pelopor dari kehidupan rohaniah,

maka akal mendjadi terkutuklah dari ingatan ummat Islam.

As‟arisme inilah jang menjadi nada-dasar semua kehidupan rohani

Islam sampai sekarang atau paling tidak sampai bangkitnya maha

guru Djamaluddin al-Afghani, jang memulai dengan pendobrakanja

pintu penutupan akal itu. Ash‟ariisme inilah pokok pangkalnya

taqlidisme di dalam Islam.” 30

Soekarno juga menambahkan bahwa kaum intelektuil ternyata

lebih berminat untuk mengkaji Islam yang bersifat rasional-ilmiah, artinya

bahwa didalam menafsirkan teks Al-Qur‟an dan Al-Hadist harus

berkesuaian dengan fungsi-fungsi akal yang tidak terjebak oleh fikiran-

fikiran “kolot” oleh generasi tua yang tanpa disertai proses perkembangan

ke arah kemajuan zaman. Soekarno melanjutkan:

...Toh saya merasa wajib berterima kasih atas faedah-faedah

dan penerangan-penerangan yang telah saya dapatkan dari tulisan-

tulisan mereka yang rasional, modern, broadminded, dan logis itu.

Bagian fiqih terutama sekali, persatuan Islam sangat tinggi sekali

duduknya dalam simpati saya. Kalau umpamannya saya mesti

menyebutkan cacat”Persatuan Islam”, maka saya akan

katakan:”Persatuan Islam”itu neiging (cendrung) kepada sektarisme.

Alangkah baiknya kalau Persatuan Islam bisa mengenyahkan neiging

yang kurang baik ini, kalau memang benar ada neiging itu. Islam

adalah satu agama yang luas yang menuju pada persatuan manusia.31

3. Budaya Kritis-Analitis Terhadap Dunia Pendidikan Islam

Umat Islam mengalami kemunduran akibat berpedoman pada

hadist-hadist lemah, sebagaimana pernyataan Soekarno bahwa:

30

DBR I.,Op.Cit., hlm 395 31

Ibid, hlm. 346

Page 77: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

73

“Pada ini hari semua buku dari anggitan saudara jang ada pada saja,

sudah habis saja badja. Saja ingin sekali membadja lain-lain buah

pena saudara. Dan ingin pula membadja “buchari” dan “Muslim”

jang sudah tersalin dalam bahasa Indonesia atau Inggris? saja perlu

kepada Buchari dan Muslim itu, karena disitulah dihimpunkan

hadist-hadist yang dinamakan Sahih. Padahal saja membadja

keterangan dari salah seorang pengenal Islam Bangsa Inggris, bahwa

di Buchari-pun masih terselip hadist-hadist yang lemah. Dia-pun

menerangkan, bahwa kemunduran Islam, kekunoan Islam,

kemesuman Islam, ketachayulan orang Islam, banjaklah karena

hadist-hadist lemah itu,- jang sering lebih “laku” dari ajat-ajat Al-

Qur‟an. Saja kira anggapan ini adalah benar. Berapa besarkah

kebendjanaan jang telah datang pada ummat Islam dari misalnya

hadist jang mengatakan,bahwa “dunia” bagi orang Serani, achirat

bagi orang “Muslim” atau hadist, bahwa satu djam bertafakur adalah

lebih baik daripada beribadat satu tahun, atau “hadist”, bahwa orang-

orang mukmin harus lembek dan menurut seperti unta jang telah

ditusuk hidungja!” 32

hal ini ditambah lagi munculnya Aristokrasi dalam masyarakat

Islam, Soekarno menyatakan:

“Kemudian daripada itu, djika saudara-saudara ada sedia, saja minta

sebuah risalah jang membidjarakan soal “sajid”. Ini buat saja

bandingkan dengan alasan-alasan saja sendiri tentang hal ini.

Walaupun Islam Zaman sekarang menghadapi soal yang beribu-ribu

kali lebih besar dan lebih sulit daripada soal “sajid” itu, maka toch

menurut kejakinan saja, salah satu kedjelaan Islam zaman sekarang

ini, ialah pengeramatan manusia jangan menghampiri kemusyrikan

itu. Alasan-alasan kaum”sajid”, misalnya mereka punya brosjur

“bukti kebenaran”, saja sudah badja, tetapi tak bisa mejakinkan saja.

tersesatlah orang jang mengira bahwa Islam mengenal “Aristokrasi

Islam” . Tiada satu agama jang menghendaki kesama-rataan lebih

daripada Islam. Pengeramatan manusia itu,adalah satu sebab jang

mematahkan djiwanya sesuatu agama dan ummat, oleh karena

pengeramatan manusia itu melanggar tauhid.Kalau Tauhid rapuh,

datanglah kebendjanaan.!”33

32

Ibid, hlm 326 33

Ibid, hlm 325

Page 78: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

74

Ditambah lagi umat Islam kurang memahami kesadaran sejarah,

sebagaimana yang telah diungkap oleh Dr. Badri Yatim bahwa setelah

umat Islam mengalami kemunduran akibat faktor-faktor di atas, umat

Islam tidak segera sadar akan kemunduran tersebut, sehingga mereka tidak

segera berusaha mencari jalan keluar,kalaupun mereka mengetahui bahwa

mereka berada dalam keterbelakangan, mereka tidak dapat mengetahui

faktor apa saja yang telah menyebabkan munculnya hal tersebut.

Hal itu disebabkan para ulama‟ tidak banyak memiliki perhatian

kepada sejarah. Mereka hanya memperhatikan ilmu-ilmu yang berkaitan

langsung dengan agama dalam pengertian sempit, atau dalam istilah

Soekarno :”agama Khususi”, seperti Fiqh, hadist,tafsir, tajwid dan

sebagainya.sejarah terabaikan, paling mujur mereka mengetahui “tarich

Islam”, tetapi diambil dari buku-buku tarich Islam klasik, yang dianggap

sudah ketinggalan dari ilmu moder, dan oleh karena itu tidak “tahan” uji

dari pengetahuan modern.Padahal sejarah ini sangat penting, karena

dengan sejarah seseorang akan mengetahui ”kekuatan-kekuatan

masyarakat” yang menyebabkan kemajuan atau kelemahan yang

mendatangkan kemunduran.

Kurangnya kesadaran sejarah dan kurangnya perhatian mereka

terhadap ilmu sejarah telah menyebabkan umat Islam tidak mampu

mencari jalan keluar dari kemunduran yang telah lama mereka

derita.Dalam hal ini Soekarno berkata :

Page 79: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

75

“Umumnya kita punya kjai-kjai dan kita punya ulama‟-ulama‟ tak

ada sedikitpun”feeling” kepada sejarah, ya boleh saya katakan

kebanyakan tak mengetahui sedikitpun dari sejarah itu.Mereka

punya minat hanya tertuju kepada”agama khususi” saja, dan dari

agana khususi ini, terutama sekali bagian Fiqh.Sejarah, apalagi

bagian lebih dalam, jakni yang mempelajari “kekuatan-kekuatan

masyarakat” yang menyebabkan kemajuanya atau kemunduranya 199

suatu bangsa.Padahal, disini, disinilah ladang penyelidikan yang

maha penting. Apa sebab mundur?apa sebab bangsa ini di zaman ini

begitu? Inilah pertanjaan-pertanjaan yang maha penting yang harus

berputar terus menerus di dalam kita punya ingatan, kalau kita

mempelajari naik turunya sejarah itu.”34

Dari pernyataan menjadi jelas bahwa Soekarno mempunyai

pemikiran pendidikan yang mengarah pada perubahan dalam diri sendiri

(individu) umat Islam serta ummat Islam secara luas untuk berani

menelaah kebenaran dalam kerangka sosiologis maupin historis untuk

menuju suatu proses “kedewasaan” berfikir sebagaimana nantinya tujuan

pendidikan akan diarahkan ke sana. Sehingga dengan demikian menurut

Soekarno pendidikan Islam harus berani dan mutlak mengikuti

pengembangan pendidikan/ pengajaran dalam dunia pendidikan, yaitu

aspek kognitif, aspek psikomotorik, dan aspek afektif yang hal ini searah

dengan pendapatnya Benyamin. S. Bloom dalam teori pengembangan dunia

pendidikan bagi peserta didik.

Dan Soekarno lebib tertarik utuk mengembangkan akal sebagai

suatu hal penting dalam proses pendidikan Islam. Adapun peryataan

Soekarno dalam hal ini adalah sebagai berikut :

“Maka apakah motor hakiki jang mengerakan aliran pengoreksian

ini? Motor hakiki dari semua “rethingking of Islam” ini ialah

34 Yatim, Soekarno ,Islam Dan Nasionalisme, hlm 119

Page 80: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

76

kembalinja penghargaan kepada akal. Kasihan nasibnja akal –

manusia itu dizaman jang telah lampau! oleh Allah Ta‟ala ia

diberikan kepada manusia untuk mendjadi senjata jang paling dasjat

di dalam perjoaang hidup,-punja nafas.Ia dilemparkan dari

singgasananya kedjrakawartian rohani, diseret dari maghligainya

kedjrakawartian fikir, diikat, diberangus, dibungkam, ditutup ia

punja nafas, didjejalkan dengan paksa ke dalam kungkungan jang

sempit dan gelap-gulita. Diatas singgasana didudukanlah Dewa

“Keperdjajaan-sahadja”, Dewa Rein Geloof, zonder apitan jang

lain, melainkan apitanya “bila kaifa” dan “terima”. Terima

sahadja…..zonder kadjian fikiran lagi, itulah hukum-hukum baru

jang musti diperhatikan.akal, fikiran, reason, dienjahkan dari dunia

keagamaan, diganti “perdjaja sahadja”, “geelof sahadja”,”terima

sahadja”, zonder kadjian apa-apa lagi.Rasionalisme diganti “perdjaja

sahadja”. Akal diganti dengan otoritet,acktivitiet rohaniah diganti

dengan penerimaan rohaniah”35

Sebagai salah satu contoh yang dapat kita ambil sebagai

“ibrah”,tentang bagaimana Soekarno mempunyai proses untuk mengajak

pada budaya kritisisme intelektual-yang rasional pada para peserta didik

(mahasiswa), yaitu pada cara pengukuhan pemberian gelar Doktor Honoris

Causa pada bidang lapangan ilmu Tauhid di Universitas Muhammadiyah

Jakarta, beliau mengkritik pada faham asy‟arisme yang membatasi bahwa

sifat tuhan itu ada dua puluh, itu tidak mungkin, karena Soekarno

berkesimpulan bahwa hal itu membatasi existensi Allah.Berikut tentang

pernyataan Soekarno yang berkaitan dengan peristiwa tersebut.

“Nah, tadi dikatakan oleh promotor saya ,saya pernah berkata,

bahwa saya tidak setuju kepada anggapa atau ajaran Tuhan bersifat

hanya 20.ya. coba masuk pesantren-pesantren desa.saudara bukan

saja membaca kitab sifat 20.tetapi saudara haflkan ini, so sifat

daripada Tuhan. Dan saya berulang-ulang berkata Tuhan tidak hanya

bersifat 20. Tadi dikatakan oleh Prof.Baroroh Baried, sifat daripada

Tuhan itu tak terbilang,tak terhitung, without limit, limitness. Kalau

Tuhan sifanya 20,lha Tuhan itu khan terbatas. saudara-saudara, wong

35

DBR I. Op Cit., hlm 394

Page 81: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

77

hanya 20,Dus terbatas. Padahal Tuhan tidak terbatas.Tuhan pernah

kukatakan dimana,beberapa pekan yang lalu,dengan bahasa Inggris

saya berkata wthout beginning and witout end, tidak akan ada

akhirnya, without end.Sifatnya tidak terbilang,segala sifat yang baik,

saudara-saudara,adalah dari Tuhan.Tuhan sifatnya adalah tidak

terbatas”36

“…..atau beranikah kaum yang djumud, didalam bathinja

menetapkan bahwa misalnja soal tabir soal jang sudah, soal

pendidikan pada gadis besar soal jang sudah, soal jang sudah, soal

“perempuan” pada umumnja soal jang sudah, soal agama dan

negara soal jang sudah, soal kebangsaan soal jang sudah, soal co-

educatif soal jang sudah , soal rationalisme soal jang sudah?

Ach, sekali lagi, djaganlah kita berkepala batu. Marilah kita mau

suka, ridha kepada penelahaan kembali itu. Hasilja,- itu bagaimana

nanti.Tetapi keridhaan kepada penelahaan kembali dan her-

orinntaring itulah sjarat tiap-tiap kemadjuan.”37

4. Modernisasi Pendidikan Islam Tanpa Kehilangan Identitas asalnya.

Sebelum memasuki pernyataan Soekarno tentang modernisasi,

maka lebih jelasnya penulis mencoba mengagris bawahi modernisasi yang

sedang menjadi kajian hangat para ilmuwan pada saat ini. Namun intinya

adalah bahwa modernisasi itu sangat berbeda dengan Westernisasi yang

"“Barat-Centris"”itu.

Soekarno berpendapat bahwa pendidikan Islam dalam

perkembanganya, selain memperhatikan tuntutan dinamis dari proses

perkembangan zaman, maka harus tetap memakai atau tidak melupakan

kekuatan dari Islam itu sendiri. Sehingga nuansa pendidikan Islam

mempunyai karakteristik yang berbeda dari karakteristik pendidikan tanpa

36

Bambang Noorseno, Religi Dan Religuisitas Bung Karno, Op.Cit., hlm 128

37

DBR, Op Cit, hlm 371

Page 82: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

78

transendensi absolut terhadap Allah SWT, karena Barat tidak memiliki

kerangaka filosofis seperti Islam.

Soekarno menyatakan dengan melihat perjuangan Syaich

Jamaluddin Al-Afghani dalam memperjuangkan perubahan atau

pembaharuan Islam,bahwa:

Sampai pada wafatnya dalam tahun 1896, Seyid Jamaluddin Al-

Afghani, Harimau Pan-Islamisme jang gagah berani itu, bekerdja

dengan tiada berhentinya, menanam benih ke-Islaman dimana-mana,

menanam rasa-perlawanan terhadap pada ketamakan Barat,

menanam kejakinan, bahwa untuk perlawanan itu kaum Islam harus

“mengambil”tekniknya kemadjuan Barat, dan mempelajari rahasia-

rahasianja kekuasaan Barat. 38

Dengan demikian pendidikan harus dapat menciptakan kesadaran

(conciunes) pribadi untuk kemudian melakukan tugas-tugas khalifah di

bumi dengan tauhid/ keimanan yang kuat. Di sinilah akan terbentuk

masyarakat muslim yang sebetulnya. Dalam hal ini Dr. Badri Yatim dalam

buku “Di Bawah Bendera Revolusi”menyatakan bahwa:

“Alangkah baiknya, ia (muslim) ingat bahwa di dalam urusan

dunia, di dalam urusan statesmanship, boleh berqiyas, boleh

membuang cara-cara dulu, boleh mengambil cara-cara baru, boleh

beradio, boleh berkapal udara, boleh berlistrik, boleh bermodern,

boleh ber hyper-hyper modern, asal tidak nyata dihukum haram atau

makruh oleh Allah atau Rasul”39

Jadi umat Islam harus menyesuaikan ajaranya dengan keadaan riil

kebutuhan masyarakat mengenai kemajuan zaman yang disebut

modernisasi dengan tidak meninggalkan aslinya. Sebuah usaha meniru

38

Ibid, hlm 8 39

Badri Yatim, Soekarno ,Islam, Dan Nasionalisme, Op.Cit, hlm 126

Page 83: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

79

Barat sebagai awal dari usaha memajukan masyarakat Islam itu, pertama

yang mendapat perhatian adalah masalah-masalah yang berkaitan dengan

pendidikan”renaisance”. pedagogy, mendidik supaya bangun kembali,

itulah yang harus kerjakan kaum muda,” Ujar Soekarno.

Memajukan kaum muda pasti tidak terlepas dari upaya-upaya

(culture) , untuk mewujudkanya. Menurut M. Arkaoun bahwa usaha

modernisasi sebagai suatu bentuk tindakan kultural yang amat penting

juga dapat berlangsung dalam perangkat tradisi yang dinamis (dialogis).

Sehingga perombakan atau penyesuaian terhadap tradisi-tradisi yang ada

adalah sangat diperlukan.40

Tidak selamanya tradisi ituberbanding terbalik dengan arah

kemajuan zaman, karena pada dasarnya tradisi itu adalah berpeluan besar

dalam mengembangkan kemajuan dan perkembangan.

5. Pendidikan Islam Tanpa Dikotomi

Salah satu diskursus dalam pendidikan Islam atau pengetahuan

dalam ajaran Islam adalah masalah pengelompokan (dikotomi) antara ilmu

agama dan ilmu umum .Ilmu agama adalah yang berkaitan langsung

dengan ajaran-ajaran agama ,seperti Ilmu Al-Qur‟an, Al-Hadist, Fiqh,

Tajdwid,dan lain-lain, sedangkan ilmu umum adalah yang tidak berkaitan

langsung dengan ajaran-ajaran agama, atau biasanya disebut ilmu

keduniaan yang memang secara historis Barat lebih maju dari kawasan

dunia lainya.Dalam pernyataan Soekarno menyimpulkan :

40

Suadi Putro, 1998, Mohammed Arkaun Tentang Islam Dan Modernitas,Paramadaina

Mulya,Jakarta, hlm 45

Page 84: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

80

“.tapi alangkah baiknja kalau toch western science disitu ditambah

banjakja.Demi Alllah “Islam Science” bukan hanya pengetahuan Al-

Qur‟an dan Al-Hadist sahadja; “Islam Science” adalah pengetahuan

Al-Qur‟an dan Al-Hadist plus pengetahuan umum! orang tidak akan

memahami betul Al-Qur‟an dan Al-Hadist, kalau tak

berpengetahuan umum”41

Bahkan Soekarno lebih tegas lagi dalam rangka pengembangan

pendidikan Islam yang tanpa dikotomis dengan penyataanaya ” Bukan

sahadja “kembali” kepada Qur‟an dan Al-Hadist, tetapi kembali kepada

Qur‟an dan Al-Hadist dengan mengendarai kendaraanja pengetahuan

umum”

Soekarno sampai pada kesimpulannya bahwa dunia Islam akan

kembali bersinar, sebagaimana yang pernah di alaminya pada enam abad

selama zaman pertengahan, jika umat Islam kembali memiliki ghirah

untuk mempelajari gejala-gejala alam, bersedia menimba Ilmu

pengetahuan sebanyak-banyaknya tentang berbagai hal. Walaupun

sepintas lalu hal itu tidak ada kaitannya dengan ilmu agama, tetapi

sesungguhnya, apa yang di pelajari tentang ilmu-ilmu itu tetap bermakna

dan tetap relevansi dengan kepentingan agama (Islam). Soekarno

mengatakan:

Saya sendiri, sebagai seorang terpelaja, barulah mendapat lebih

banyak penghargaan kepada Islam, sesudah saya mendapat

membaca buku-buku Islam yang modern dan scientifik. Apa sebab

umumnya kaum terpelajar Indonesia tak senang Islam? Sebagian

41

Dibawah Bendera Revolusi, Op.cit.,hlm 336

Page 85: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

81

besar, ialah oleh karena Islam tak mau membarengi zaman, dan

karena salahnya orang-orang yang mempropagandakn Islam.42

6. Guru Sebagai Pemimpin Pengembangan Akal dan Jiwa Peserta

Didik.

Kepemimpinan guru bukanlah sebuah bentuk penguasaan pribadi

atas pribadi lain dalam sebuah pendidikan, tetapi mereka harus

mempratekkan pendidikan ko-intensional, dimana peran-peran antara guru

dan murid berada dalam kesetraan, atau kalau menurut Soekarno justru

Guru harus mendidik dahulu dirinya sendiri sebelum mendidik siswa,

sehingga nantinya terjadilah saling mendidik antara keduanya.

Hipotesa Freire, sebagaimana yang ditulis Deni Collis bahwa

pendidikan dan anak yang menempatkan keduanya pada posisi yang

egaliter tidaklah terletak pada asumsi bahawa guru atau pendidik selalu

berdiri pada perendahan martabat manusia sebagai objek didik, sehingga

guru menempatkan dirinya sebagai manusia yang berpengetahuan atau

denga sikap otoritanisme mengnggap dirinya yang paling tahu akan segala

hal. Dalam pandanganya Freire bahwa tidak ada pengkultusan atas pribadi

apalagi pemakaian otoritas, melainkan sebagai fasilitator. 43

Soekarno dalam pandanganya tentang pendidikan lebih tegas

menyatakan bahwa yang pertama kali melakuan kerja pendidikan adalah

guru itu sendiri (pendidik), karena ini melatih proses pendidikan yang

bersifat egaliter sebagai latihan tanggung jawab yang bernuansa lebih

tinggi, bahwa guru adalah sebagai pelopor yang pertama dalam setiap

perubahan. Soekarno Menyatakan:

“Pemimpin guru alangkah hebatnya pekerjaan menjadi pemempin

didalam sekolah menjadi guru didalam arti yang special, yakni

menjadi pembentuk akal dan jiwa anak-anak.!” Terutama sekali di

42

Ibid, hlm. 337 43

Dennis Collins, Paulo Freire, Kehidupan Karya Dan Pemikiranya, Pustaka Pelajar,

Cet.I, 1999, hlm 56

Page 86: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

82

zaman kebagunan! Hari kemudian manusia adalah di tangan guru

itu, menjadi manusia. Kebangunan atau bukan manusia-manusia

kebangunan....tiap-tiap perguruan, di negeri mana sajadan pada apa

saja, mempunyai guru yang segalanya seperti mendapat ilham ilahi

buat menjadi guru, dan mempunyai guru yang sebenar-benarnya.44

Seorang guru harus mampu memandang jauh kedepan, perubahan

apa yang bakal terjadi di hari esok, seorang duru akan merencanakan apa

yang terbaik untuk diberikan kepada anak didiknaya. Bagaimana ia

sebagai motivator, memotivasi anak didikanya agar penuh semangat dan

siap menghadapi serta menyongsong perubahan hari esok. Tentunya ia

sekaligus sebagai pelaksana dari rencana tersebut dan akan

memepertanggung jawabakannya.

7. Memasyarakatkan Budaya Membaca Buku Sebagai upaya

Peningkatan Pendidikan Islam.

Soekarno layak di sebut pemikir karena bung karno juga menulis . di

awal ia menulis untuk majalah Oetoesan Hindia dengan nama samaran .

tulisannya banyak memunculkan perdebatan di kalangan aktivis gerakan

dan para penulis lainnya. Waktu itu, Dr. Douwes Dekker, berbicara

“Tuan-tuan, saya tidak menghendaki digelari oleh seorang veteran,

sampai saya masuk keliang kubur saya ingin menjadi pejuang untuk

Republik Indonesia. Saya telah berjumpa dengan pemuda Soekarno.

Umur saya semakain lanjut dan bilamana datang saya saat mati, saya

sampaikan pada tua-tuan bahwa adalah kehendak saya supaya

Soekarno menjadi penganti saya...anak muda ini akan menjadi „juru

selamat dari rakyat indonesia di masa yang datang.45

44

Op Cit, DBR I, hlm. 612 45

Nurani Soyomukti, Soekarno, Visi Kebudayaan dan Revolusi Indonesia, AR-RUZZ

MEDIA, Yogjakarta, 2010, hlm,122

Page 87: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

83

Kemudian masa-masa penjara dan pengasingan adalah tahun-tahun

pendidikan. Ia terus membaca dan membaca. Tetapi, ia paling

mengiginkan buku-buku sosialisme, revolusi dan buku-buku agama Islam,

buku yang akan memberi pandangan tentang kehidupan. Dalam buku “Di

Bawah Bendera Revolusi” dalam “surat-surat dari endeh” tertanggal surat

bulan Juli 1935 Soekarno mempunyai keinginan yang kuat untuk

mengembangkan dunia atau minat membaca umat Islam, apalagi yang

berkenaan dengan masalah-masalah hukum dan perkembangan masyarakat

/sosial. Dalam keadaan bagaimanapun membaca itu diperlukan, bahkan

sampai dala penjara sekalipun. Hal ini sesuai dengan pernyataanya:

“Saja masih terus studi Islam, tetapi saja kekurangan perpustakaan,

semua buku-buku sudah saja “termakan” pada saja. Maklum,

pekerdjaan saja sehari-hari, sesudah djabut-djabut rumput dikebun,

dan disampingja “mengobrol” dengan anak binik buat

mengembirakan mereka, ialah membadja sahadja. berganti-ganti

membadja buku-buku ilmu pengetahuan sosial dengan buku-buku

jang mengenai Islam, jang belakang ini dari tanganja orang Islam

sendiri di Indonesia atau diluar Indonesia dan dari tanganja kaum

ilmu pengetahuan jang bukan Islam”.46

Sejak belia, bung karno lari kedunia pemikiran dan dunia sejarah

orang-orang besar melaluin cerita yang diperoleh dari ceramah pak cokro

dan dari membaca buku, inilah yang menyebabkan dirinya percaya diri

dan meniru orang-orang besar. Kelak, pada 1966, menjelang

keruntuhannya dari kekuasaan kepresidenan, bung karno mengakui tentang

kondisi masa kecilnya bahwa:

46

DBR, Op.Cit, hlm 328-329

Page 88: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

84

“....tatkala masih muda, masih amat muda sekali, bahwa saya miskin

dan oleh karena saya miskin, maka demikianlah saya ucapkan: “saya

tinggalkan This material word. Dunia jasmani sekarang ini tidak

memberi hiburan dan kepuasan kepada saya, oleh karena saya

miskin.”

.....saya meningalkan dunia yang material ini, saya masuk di dalam

World of the mind. Dunianya alam cipta, dunia khayal, dunia pikiran.

Dan telah sering saya katakan, bahwa didalam World of the mind itu,

disitu saya berjumpa dengan orang-orang besar dari segala bangsa

dan segala negara. Di dalam World of the mind saya berjumpa

dengan nabi-nabi besar, di dalam World of the mind itu saya

berjumpa dengan ahli falsafah, ahli falsafah besar. Di dalam World

of the mind saya berjumpa dengan pemimpin-pemimpin besar

bangsa yang besar, dan di dalam World of the mind itu saya

berjumpa dengan pejuang-pejuang kemerdekaan yang berkaliber

besar.47

Dengan demikian bahwa sangatlah penting sekali membaca buku

untuk membuka cakrawala dunia, untuk menguasai dunia harus di mulai

dengan hal yang kecil, tetapi berefek besar yaitu dengan membaca buku

bisa merubah dunia.

D. PENGERTIAN DAN LANDASAN NATION AND CHARACTER

BUILDING MENURUT IR. SOEKARNO

1. Nation and Character Building

Pada tanggal 1 Juni 1945 Soekarno menyampaiakan pidato yang di

kenal dengan hari pancasila, yang menerangkan perbedaan negara

Indonesia dengan negara yang lain, yang terletek hanya lah dalam

perjuangannya dan bagaimana mendirikan negara yang di bangun

berdasarkan Nation and character building. Soekarno mengatakan:

Kita mendirikan satu Negara Kebangsaan Indonesia

47

Op Cit, Soekarno, Visi Kebudayaan dan Revolusi Indonesia, hlm 130

Page 89: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

85

Saya minta, saudara Ki Bagoes Hadi koesoemo dan saudara-saudara

Islam lain: maafkan saya memakai perkataan “Kebangsaan”ini!saya

pun orang Islam. Tetapi saya minta kepada saudara-saudara,

janganlah saudara salah paham jikalau saya katakan bahwa dasar

pertama buat Indonesia adalah dasar kebangsaan. Itu bukan berarti

satu kebangsaan dalam arti yang sempit, tetapi saya menghendaki

satu national staat, seperti saya katakan dalam rapat di Taman Raden

Saleh seberapa hari yang lalu. Satu national staat Indonesia bukan

berarti staat yang sempit. Sebagai Ki Bagoes Hadikoesoemo katakan

kemarin, maka tuan adalah orang bangsa Indonesia, datuk-datuk

tuan, nenek moyang tuanpun bangsa Indonesia. Di atas satu

kebangsaan Indonesia, dalam arti yang dimaksudkan oleh saudara Ki

Bagoes Hadikoesoemo itulah, kita dasarkan negara Indonesia.

Satu national staat! Hal ini perlu diterangkan lebih dahulu, meski

saya di dalam rapat besar di Taman Reden Saleh sedikit-sedikit

sudah menerangkannya, marilah saya terangkan lebih jelas dengan

mengambil tempo sedikit: apakah yang dinamakan bangsa? Apakah

syaratnya bangsa?

Menurur Ernest Renan syarat bangsa ialah”le desir d‟entre

ensemble”, yaitu Kehendak akan bersatu”.

Kalau kita lihat difinisi orang lain, yaitu Otto bauer, di dalam

bukunya “Die Nationalitatenfrage”disitu ditanyakan:“Was ist eine

Nation?”dan jawabanya ialah: “Eine Nation ist eine

Schiksalgemeinschaft erwachsence Charactergemeinschaft”. Inilah

menurut Otto Bauer satu Natie. (Bangsa adalah satu persatuan

perangai yang timbul karena persatuan nasib).

Orang yang tempat tidak dapat dipisahkan! Tidak dapat dipisahkan

rakyat dari bumi yang ada di bawah kakinya. Ernest Renan dan Otto

Bauer hanya melihat orangnya. Mereka hanya memikirkan

“Gemeinschaft”-nya dan perasaan orangnya, “I ame et le desir”.

Mereka hanya mengigat bumi yang di diami manusia itu. Apakah

tempat itu? Tempat itu yaitu tanah air. Tanah air itu adalah satu

kesatuan. Allah SWT. Membuat peta dunia, kita dapat menunjukan

di mana “Kesatuan-kesatuan” di situ.48

Soekarno di dalam bukunya Dibawah Bendera Revolusi mengatakan

Nation and Character Building sebagai wujud revolusi:

Saudara-saudara! Kita sekarang ini, sebagai sudah sering saja

katakan dalam pidato-pidato, berada dalam tingkatan kedua daripada

Revolusi kita, jaitu “Nation building”. Tingkatan membina natie,

48

Pramoedya Anan Toer, Kronik Revolusi Indonesia, Jilid I, KPG (Kepustakaan Populer

Gramedia), Jakarta, tanpa tahun, hlm 314,317

Page 90: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

86

tingkatan membina bangsa. Perdjoangan membebaskan Irian Barat

merupakan satu fundamentil daripada Nation bulding kita, bahkan

djuga satu dasar fundamentil Character building Indonesia. Sedjak

dulu mula kita menjubur-njuburkan karakter-tulen kepada bangsa

Indonesia, djauh daripada opportunisme, djauh daripada djiwa

pendjiplak, djauh daripada Sklavengeist, atau djiwa budak-belian

jang tidak mengenal kehormatan. kalau belakangan ini ada seorang

moralis-politikus berkata”A nation with character is worth to ive for,

is worth to sacrifice for”, “satu bangsa jang berkarakter pantas kita

sadjikan hidup dan korbanan kepadanja”, maka kita telah mentjam-

mentjam keagungan-djiwa jang demikian itu kepada Rakjat

Indonesia djauh sebelum “Sturm Uber Asien” menderu-deru

diangkasa Timur! Itulah sebabnja kita membantu perdjoangan lain-

lain bangsa jang menentang koloniaalisme, dengan tidak

memperdulikan bangsa itu apa warna kulitnja atau apa tjorak

agamnja.49

Bagaiamana pun konsep kebangsan ini dinamis adanya. Dalam

kedinamisannya, antar-pandangan kebangsaan dari suatu bangsa dengan

bangsa lain saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Dengan benturan

budaya dan kemudian bermetamorgosa dalam campuran budaya dan

sintesannya, maka derajat kebangsaan suatu bangsa menjadi dinamis dan

tumbuh kuat dan kemudian terkristalisasi dalam kebangsaan.

Soekarno mampu membuktikan fahamnya untuk menyatukan

seluruh element bangsa Indonesia. Tentu lement-elemnet masyarakat

tersebut berasal dari latar belakang sosial, ekonomi, agama yang berbeda-

beda Mengenai pemikiran Soekarno tentang politik nasional ataupun

mengenai pendidikan. Walaupun pendidikan selalu berganti kebijakan,

pada intinya tujuan pendidikan di masa kepemimpinan Presiden Soekarno

mengarah pada penanaman jiwa Nation and Character Building. Hal ini

49

Soekarno, Dibawah Bendera Revolusi, Panitya Penerbit Dibawah Bendera Revulusi,

Jakarta, 1964, hlm. 300 dan hlm 498

Page 91: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

87

dapat dilihat pada salah satu isi penentapan Presiden RI nomor 19 tahun

1965 berbunyi :

“Pendidikan Nasional ialah Pendidikan Bangsa (Nation and

Character Building) yang membina suatu bangsa yang mampu atas

tanggung jawab sendiri menyelesaikan revolusinya, tahap demi

tahap, dengan pengertian bahwa agama adalah unsur mutlak dalam

rangka Nation and Character Building sesuai dengan ketetapan

MPRS tahun 1960.”50

Kemudian di tegaskan juga melalui resolusi MPRS

No.III/Res/MPRS/1966 di tetapkan dalam pasal-pasalnya mengenai

pembinaan kesatuan bangsa, dimana pendidikan harus mengintensifkan

pendidikan agama sebagai unsur mutlak National dan Character Building

di semua sekolah dan lembaga pendidikan dengan memberikan

kesempatan yang seimbang.51

Pengertian tentang rasa dan wawasan kebangsaan tersebut diatas

sebenarnya merupakan pandangan generik yang menjelaskan bahwa rasa

dan wawasan lahir dengan sendirinya di tenga ruang dan waktu seseorang

dilahirkan. Tidak salah bila pandangan generik itu mengemukakan

pentingya menumbuhkan semangat pejuangan, rasa kebanggaan atas bumi

dan tanah air dimana seseorang dilahirkan dan sebagainya.

50

Syaifudin, Tan Malaka (Merajut Masyarakat dan Pendidikan Indonesia yang Sosialistis,

Jogjakarta, Ar-Ruzz Media, 2012, hlm. 33 51

Tim Penulis Sejarah Indonesia, Sejarah Nasional Indonesia, Jilid VI. PT. Balai Pustaka

(Persero), Jakarta, 2009, hlm 556

Page 92: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

88

a). Kondisi Pindidikan Masyarakat

Masyarakat merupakan sebuah anasir nation and character

building mempunyai tingkat keragaman dalam kehidupan sosial manusia

sudah sangat umum diketahui. Sebagian masyarakat terorganisir secara

sederhana dan kecil, sementara sebagian lain besar dan sangat kompleks.

Sebagian masyarakat menopang kehidupannya dengan berburu dan

meramu, atau bertani, sementara yang lain menggantungkan diri kepada

industri modern.

Soekarno membagi sejarah pergerakan nasional Indonesia dengan

mengamati perkembangan di Indonesia menjadi lima periode : Zaman

perintis (1908-1927), Zaman penegas (1927-1938), Zaman Pencoba (1938-

1942), Zaman Pendobrak (1942-1945), dan Zaman pelaksana (1945-

Sekarang).52

a. Pendidikan Pada Masa Pemerintahan Kolonial Belanda

Penjajah Belanda dalam perjalanan sejarahnya menunjukkan

bagaimana ia menerapkan kebijakan pendidikan yang diskriminatif

dan menghalangi pertumbuhan pendidikan lokal masyarakat yang

sudah ada. Pada 1882, Belanda membentuk pristerraden yang

mendapat tugas mengawasi pengajaran agama di pesantren-

pesantren. Pada 1925, Belanda mengeluarkan peraturan bahwa orang

yang akan memberi pengajaran harus minta izin dulu. Terbit pada

tahun 1925, goeroe-ordonntie. Yang menetapkan bahwa para kiai

52

Op Cit, Badri Yatim, hlm 20

Page 93: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

89

yang akan memberi pelajaran, cukup memberitahukan kepada pihak

Belanda. Peraturan-peraturan itu semua merupakan rintangan

perkembangan pendidikan yang diselenggarakan oleh para pengikut

agama Islam.53

Komisaris Jenderal pada masa tersebut cukup

menaruh perhatian di bidang pendidikan. Terbukti setelah beberap

waktu berselang dari proses serah terima daerah jajahan dari pihak

Inggris ke pihak Belanda, ia menunjuk CGC Reinwardt sebagai

Direktur Pengajaran.

Pada tahun terakhir di masa pemerintahannya, dikeluarkan

peraturan persekolahan yang berisi ketentuan-ketentuan mengenai

pengawasan dan penyelenggaraan pengajaran. Sayangnya, ide-ide

Daendels pada masa sebelumnya yang ingin memperluas

kesempatan memperoleh pendidikan bagi penduduk jajahan tidak

dilanjutkan pada masa ini. Hal tersebut sangat jelas karena dalam

ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan pada masa ini sangatlah

sedikit yang membahas masalah pengajaran untuk penduduk jajahan.

Salah satunya adalah peraturan umum tentang pendidikan sekolah

yang berisi bahwa pendidikan hanya untuk orang Belanda saja.

Secara tegas, tujuan pendidikan selama periode kolonial

Belanda memang tidak pernah dinyatakan, tetapi dari uraian-uraian

di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan pendidikan antara lain

53

Rifa‟i, Muhammad. Sejarah Pendidikan Nasional Dari Masa Klasik Hingga Modern.

Jogjakarta:2011, Ar-Ruzz Media, hlm. 56

Page 94: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

90

adalah untuk memenuhi keperluan tenaga buruh kasar kaum modal

Belanda, di samping ada sebagian yang dilatih dan dididik untuk

menjadi tenaga-tenaga administrasi, tenaga teknik, tenaga pertanian,

dan lain-lain yang dianggap sebagai pekerja-pekerja kelas dua atau

kelas tiga.

Menurut Ki Hajar Dewantara dalam salah satu pidatonya

mengatakan bahwa Politik Etis penjajah sepertinya akan lunak

dengan kemajuan pendidikan pribumi, tetapi tetap saja pola

kebijakan pendidikan kolonial tersebut menunjukkan sifat

intelektualis, alitis, individualis dan materialis.

b. Pendidikan Pada Masa Pemerintahan Pendudukan Jepang

Meski zaman pendudukan Jepang di bumi Nusantara sangatlah

singkat, tetapi pengaruhnya bagi perkembangan dunia pendidikan di

Indonesia sangatlah besar. Tujuan pendidikan pada masa itu telah

disisipi misi Nipponisasi dan juga upaya-upaya pemberdayaan

bangsa Indonesia untuk membantu kepentingan perang Jepang. Misi

tersebut dilakukan dengan mendekati tokoh-tokoh kiai yang menjadi

panutan umat Islam agar dapat dijadikan sandaran politik mereka.

Pertemuan antara 32 ulama gerakan Gunseikan pada 7 Desember

1942 berisi tukar pendapat mengenai ke-Islam-an dan komitmen

Jepang untuk melindungi adat dan agama Islam, tidak mencampuri

lembaga keagamaan bahkan diperkenankan secara resmi untuk

meneruskan pekerjaannya, serta memberi kedudukan yang baik pada

Page 95: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

91

mereka yang telah mendapatkan pendidikan agama tanpa membeda-

bedakannya dengan golongan lain54

.

Bangsa Jepang muncul sebagai negara kuat di Asia. Ketika

kondisi dunia saat terjadi perang, Jepang tak tinggal diam dan

menampilkan diri ikut dalam peperangan tersebut. Jepang

mendapatkan prestasinya ketika menghadapi Rusia. Jepang bercita-

cita besar, yaitu menjadi pemimpin Asia Timur Raya dan berhasil

menakhlukkan Belanda yang telah lama menjajah Indonesia.

Sekolah-sekolah yang ada di zaman Belanda diganti dengan sistem

Jepang. Selama Jepang menjajah Indonesia, hampir sepanjang hari

hanya diisi dengan kegiatan latihan perang atau bekerja. Jika ada

kegiatan-kegiatan sekolah, hal tersebut tidak jauh dengan konteks

Jepang sedang berperang.

C. Pendidikan Pada Masa Awal Kemerdekaan Indonesia

Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17

Agustus 1945, perubahan-perubahan tidak hanya terjadi dalam

bidang pemerintahan saja, tetapi juga dalam bidang pendidikan.

Perubahan yang terjadi dalam bidang pendidikan merupakan

perubahan yang bersifat mendasar, yaitu perubahan yang

menyangkut penyesuaian kebijakan pendidikan dengan dasar dan

cita-cita suatu bangsa yang merdeka dan negara yang merdeka.

54

Assegaf, Abd. Rachman. Politik Pendidikan Nasional: Pergeseran Kebijakan Pendidikan

Agama Islam dari Praproklamasi ke Reformasi. Yogyakarta: Kurnia Kalam. 2005,hlm. 23

Page 96: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

92

Untuk mengadakan penyesuaian dengan cita-cita bangsa Indonesia

yang medeka itulah, bidang pendidikan mengalami perubahan,

terutama dalam landasan utamanya, tujuan pendidikan, sistem

persekolahan, dan kesempatan belajar yang diberikan kepada rakyat

Indonesia .

Pada masa peralihan antara tahun 1945-1950, bangsa Indonesia

mengalami kesusahan di berbagai bidang, mulai dari sosial,

ekonomi, budaya, politik, dan pendidikan. Namun, tekad bangsa

Indonesia sudah bulat dengan adanya Proklamasi Kemerdekaan 17

Agustus 1945 untuk menata kehidupan bersama, berbangsa,

mencapai kemakmuran dan kesejahteraan, lepas dari penindasan.

Salah satu sasaran dan caranya adalah dengan memajukan dunia

pendidikan untuk mencerdaskan rakyat Indonesia.

Pada masa awal-awal kemerdekaan Indonesia, situasi politik

belum stabil hingga menyebabkan terjadinya perubahan pada

kelembagaan pendidikan Indonesia. Pada awal kemerdekaan

pemerintah Republik Indonesia (RI) telah membentuk kementerian

yang mengurus dunia pendidikan disebut sebagai “Kementerian

Pengajaran.” Ketika terjadi agresi Belanda, Kementerian Pengajaran

ditempatkan di Surakarta, pemindahan tersebut terjadi pada Januari

1946. Pada waktu itu juga nama kementerian diubah menjadi

Page 97: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

93

“Kementerian Pengajaran Pendidikan dan Kebudayaan” atau yang

disingkat menjadi Kementerian PP dan K.55

Lebih dari itu, ketika Belanda menyerang pada Desember

1948, banyak kantor kementerian dipindahkan, termasuk

Kementerian PP dan K. Waktu itu organisasi kementerian berjalan

sebagaimana mestinya dan terkenal dengan sebutan “Kementerian

Gerilya.” Ketika sudah pulih, maka pada Juni 1949, Kementerian PP

dan K dipindah lagi dari Surakarta ke Yogyakarrta dan dibentuk tiga

jawatan baru: Jawatan Inspeksi Pengajaran, Jawatan Pendidikan

Masyarakat, dan Jawatan Kebudayaan. Pada awal masa

kemerdekaan itulah, dan juga tahun-tahun menjelang proklamasi

kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, seorang tokoh pergerakan

nasional dan pejuang pendidikan yang besar sekali perannya adalah

Ki Hadjar Dewantara. Sekarang tanggal kelahirannya, 2 Mei

diperingati sebagai hari Pendidikan Nasional sebagai bentuk

penghormatan dari pemerintah dan masyarakat Indonesia kepada

beliau yang telah begitu besar jasanya dalam meletakkan dasar

pendidikan nasional. Sumbangannya bagi Indonesia, terutama dalam

dunia pendidikan adalah hadirnya Perguruan Taman Siswa dengan

substansi ideologis kebangsaan, keindonesiaan dan kerakyatan.

Gagasan dan pemikiran Ki Hadjar tentang pendidikan dan

55

Sjamsudin. Sejarah Pendidikan di Indonesia. Jakarta: 1993, Depdikbud, Direktorat

Jenderal Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional. Hlm. 9

Page 98: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

94

kebudayaan sampai sekarang masih selalu dikaji dan dianggap

relevan diimplementasikan dalam sistem pendidikan nasional. Salah

satunya adalah prinsip Tut Wuri Handayani yang menjadi semboyan

resmi dari implementasi sistem pendidikan nasional.56

Pendidikan yang digagas oleh Ki Hadjar adalah pendidikan

yang nir-paksaan. Ia menyatakan bahwa istilah opvoeding atau

pedagogiek sebenarnya tidak dapat diterjemahkan ke dalam bahasa

kita secara tepat. Istilah yang hampir mendekati adalah momong,

among dan ngemong. Di Taman Siswa kemudian dikenal dengan

sistem Among sebagai dasar pendidikannya.57

Caranya tidak dengan memaksa, seorang guru baru diharuskan

mengintervensi kehidupan si anak ketika memang si anak tersebut

salah. Dalam sistem Among inilah familiar metode Ing Ngarsa Sung

Tuladha (bila berada di depan harus dapat memberi contoh), Ing

Madya Mangun Karsa (bila di tengah-tengah harus dapat memberi

gagasan yang mendorong kemajuan), dan Tut Wuri Handayani

(ketika di belakang harus dapat memberikan dukungan atau

dorongan).

Baru setelah Indonesia merdeka sebagai negara bangsa,

dimulai penyiapan tahapan kedua revolusi sosialisme Indonesia

56

Tim Kreasi LKM UNJ, Restorasi Pendidikan Indonesia, Menuju Masyarakat terdidik

Berbasis Budaya, Yogjakarta, Ar-Ruzz Media, 2011, hlm 78 57

Subkhan, Edi. Ki Hajar Dewantara Peletak Dasar Pendidikan Indonesia, Taman Siswa, ,

Taman Siswa, Yogyakarta, 2010. Hlm. 21

Page 99: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

95

dengan cara memerdekaan masing-masing indivindu dari bangsa

Indonesia dari kemiskinan dan, kebodohan. Itu sebabnya bisa

dipahami Soekarno di samping gandrung akan persatuan dan

kesatuan, Soekarno juga tergila-gila dan selalu memprioritaskan

program nation and character building.58

b). Transformasi Sosial Budaya Menuju Nation and Charakter Building

Indonesia

Melihat realitas sosial budaya bangsa Indonesia Ir. Soekarno

berfikiran pada format bangsa yang ideal menurut beliau, Dari konsep

Nation and Charakter Building yang dimaksud pada prinsipnya

membentuk tatanan masyarakat yang berkebudayaan berlandaskan budi

hati nurani dan ber-Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan tujuan

membentuk masyarakat yang adil, makmur berkesejahteraan, yang

didalamnya masyarakat saling gotong-royong bekerja untuk mencapai

tujuan nasional tersebut.

Menurut Soekarno, sejarah memiliki makna penting dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara untuk memahami identitas diri dan

jiwa bangsa soekarno menyebutnya dengan istilah nation and character

buliding hal ini ia pertegas dalam pidato jas merah sesungguhnya toh

bahwa membangun suatu bangsa, membangun ekonomi, membangun

58

Op Cit, Wang Xiang Yun, hlm. 18

Page 100: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

96

pertahanan, membangun pendidikan adalah pertaman-tama adalah

membangun jiwa bangsa.59

Ide Nation and Character Building Indonesia yang diharapkan

mampu menjadi landasan nasional dalam membangun bangsa ini. Adapun

dalam mewujudkan ide tersebut Ir. Soekarno telah memformulasikan

ajarannya pada konsep Panca Azimat Revolusi yang berisikan pada

Nasakom, Pancasila, Manipol/USDEK, Trisakti, Berdikari. Secara implisit

ajaran tersebut berisikan pada :

pertama,rasa persatuan dan kesatuan didalam masyarakat

Indonesia, agama, suku, ras, dan kebudayaan

Kedua, kepribadian bangsa diejawentahkan dalam dasar negara,

ketiga, kebijakan pemerintah tentang pembangunan manusia

seutuhnya, keempat, ekonomi sebagai bentuk kekuatan yang paling

mendasar dari bangunan bangsa, perilaku politik negara dan

karakter bangsa sebagai identitas,

kelima, kerjasama diantara negara-negara yang seide, senasib dan

berkeinginan untuk membangun bangsa yang tidak tergantung

terhadap bangsa kapitalis.

Dari semua konsep tersebut Ir. Soekarno mendasarkan ide Nation

and Character Building Indonesia yang harus dilakukan antara

pemimpinan bangsa bekerjasama dengan seluruh rakyat Indonesia.

59

Hendri Mahendra, Catatan Jas Merah, Majalah INOVASI UIN Malang, Edisi XXVIII,

November 2011

Page 101: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

97

2. Latar belakang munculnya Nation and Character Building

a. NASAKOM

Awal abad XXI merupakan tonggak sejarah mengkristalnya aliran-

aliran dalam politik nasional sebelum kemerdekaan. Aliran-aliran ini

merasuk dalam sikap, perilaku dan tujuan masing-masing golongan untuk

mewujudkan cita-citanya. Di dalam realitas ini Ir. Soekarno ada tiga aliran

yang sangat dominan yaitu: Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme.

Ketiga-tiganya saling menunjukkan esistensi dan platform gerakan,

disamping membentuk karakter masyarakat pengikutnya.

Soekarno dalam menulis sebuah artikel panjang di Indonesia Muda

dengan judul “Nasionalisme, Islam, dan Marxisme” pokok-pokok

pemikiran yang di tuangkan dalam tulisan itu adalah bahwa gerakan

Marxis dan nasionalis di Indonesia berasal dari satu dasar yang sama, yaitu

hasrat kebangsaan untuk melawan kapitalisme dan imperialisme Barat.

Dalam artikel tersebut ia berpendapat bahwa ketiga aliran tersebut dapat

bersatu dalam perjuangan melawan musuh utama.60

Ir. Soekarno melihat tiga aliran tersebut mempunyai potensi konflik

tinggi apabila tidak bersatu, sedangkan persatuan tonggak utama dalam

mencapai kemerdekaan. Dalam hal ini Ir. Soekarno menegaskan persatuan

ketiga aliran tersebut, hal ini terungkap dalam Nasakom. Ir. Soekarno

berpendapat:

60

Op Cit, DBR, hlm 2

Page 102: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

98

“Mempelajari, mencari hubungan antara ketiga sifat itu

membuktikan bahwa tiga haluan ini dalam suatu negeri jajahan tak

guna berseteruan satu sama lain, membuktikan pula bahwa ketiga

golongan ini bisa bekerja bersama-sama menjadi satu gelombang

maha besar, dan maha kuat satu ombak taufan yang tak dapat

ditahan terjangnya, itulah kewajiban yang kita semua harus

memikulnya.”.61

Dilihat dari tujuan penulisan artikel itu, maka ide persatuan itu

mungkin lebih tepat di maksukkan dalam katagori asas perjuangan .

namun tulisan itu merupakan cikal bakal dari ide nasionalisme yang akan

dirumuskan Soekarno. Walaupun Sekarno tidak mengiginkan seorang

nasionalis berubah menjadi Islam dan Marxsis, atau seorang Marxsis

berbalik menjadi nasionalis atau Islamis-karena persatuan yang

dimaksudkannya adalah kerukunan, persatuan antara ketiga golongan. Di

mana ketiga aliran tersebut bersepakat dalam hal kemerdekaan, persamaan

dan persaudaraan, sama-sama bersifat sosialistis dan sama-sama anti

imperialis dan kapitalis. Hal-hal tersebutlah yang memungkinkan ketiga

aliran tersebut, menurut Soekarno dapat bersatu di samping adanya

persamaan nasib, sama-sama terjajah, tidak merdeka, tertindas dan lain

sebagainya.62

Walaupun menjalankan kewajiban tersebut berat akan tetapi hal ini

sangat mulia, kita tidak bisa menentukan, tetapi kita harus berusaha,

berikhtiar,berdaya upaya menjalankan kewajiban ikut mempersatukan

gelombang ketiganya. Sebab persatuanlah yang akan membawa kearah

terkabulnya impian kita. Kalau kita melihat aliran tersebut apakah mampu,

61

. Ibid, hlm 2. 62

Op,Cit, Badri Yatim, hlm, 88

Page 103: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

99

apakah bisa dan apakah mungkin ketiganya bersatu dalam satu gerakan

untuk mencapai cita-cita yang sama?

Jawabannya adalah selagi manusia itu mempunyai niat dan berusaha

maka Tuhan akan memberi jalan, oleh sebab itu kita lihat kemungkinan

dari ketiganya itu bisa bersatu. Adapun kemungkinan tersebut:

Pertama, adanya keinginan hidup menjadi satu. Bahwa mereka

dengan kaum nasional merasa satu golongan, satu bangsa. Bahwa segala

pihak dari pergerakan baik nasionalis maupun Islam maupun marxis

beratus-ratus tahun ada ”Persatuan hal ihwal”, senasib tak merdeka dio

dalam bangsa Indonesia.

Kedua, merasa satu golongan. Dari persatuan tersebut diatas maka

inilah yang menimbulkan rasa segolongan itu. Betul rasa segolongan ini

masih membuka perselisihan satu sama lain, tetapi jalan menuju

persahabatan dan persatuan bisa kita capai. Ketiga, bekerjasama untuk

mencapai tujuan nasional. Dengan semangat persatuan, rasa satu golongan

diantara ketiga aliran itu bahu membahu, bergotong royong dengan

maksud yang sama untuk menegakkan keadilan demi tercapainya

masyarakat merdeka, makmur dan berkesejahteraan.

Soekarno sebagai pemikir yang sangat di pengaruhi oleh tradisi

Jawa, tidak saja menunjuk pemikirannya dalam tulisan “Nasionalisme,

Islam, Marxisme” ataupun pada pemikiran pancasilanya, namun juga pada

citra pewayangan, baik mengenai situasi-kondisi politik maupun sebagai

perannya sendiri. Dalam pidato-pidatonya Soekarmno menggambarkan

Page 104: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

100

perjuagan nasional sebagai perjuangan kaum sini dan sana, antara pendawa

dan kurawa atau dalam realita antra yang dijajah (Pandawa) dan yang

menjajah (Kurawa).

Soekarno sendiri mengambarkan dirinya sebagai bima atau

gatotkaca, yang mendoprak atau diluar sistem baik feodal maupun

kolonial, yakni sang jago. Citra wayang, khususnya para pahlawan dalam

kisah-kisah mahabarata, khususnya lagi tokoh-tokoh seperti bima dan

gatotkaca, diambil oleh Soekarno unuk menarik perhatian rakyat

kepadanya, menyadarkan perjuangan antara rakyat mengenai keadaan

mereka antara rakyat yang dijajah anatara pendawa yang harus merebut

tahta dari kurawa. Di mana Soekarno menyadarkan rakyat dengan bahasa

wayang dan berkesan dan mengesankan diri sebagai ratu adil. Karena

sudah lama rakyat menunggu datangnnya Ratu Adil, yang bisa

menyelesaikan semua persoalan sosial, ekonomi, dan masyarakat.63

Mao Tse Tung dari cina adalah seorang Revolusioner yang prinsip-

prinsip dasarnya tidak bisa di tawar-tawar, juga Mahatma Gandhi dari

India bersikap demikian, sedangkan Soekarno sebagai seorang pemimpin

menyesuaikan diri dengan keadaan. Misalnya dalam pidato klasiknya

mengenai Pancasila ia mengatakan bahwa kalau kaum muslimin

menghendaki Negara Islam maka mereka harus meyakinkan bagian

terbesar rakyat Indonesia pada Islam, demikian juga kaum kristen

63

Bernhard Dahm, Soekarno dan Perjuangan Kemerdekaan, LP3ES, Jakarta, 1987 hlm 3

Page 105: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

101

menghendaki negara Kristen maka mereka harus meyakinkan sebagian

sebagian besar masyrakat Indonesia untuk menjadi Kristen. 64

b. PANCASILA

Sejarah bangsa Indonesia yang menjalani pasang surut dalam

perjalanannya yang sampai sekarang dalam badai keterpurukan,

secepatnya harus berbenah diri, berevolusi untuk kembali kepandangan

hidup bangsa Indonesia. Pada intinya pandangan hidup/landasan dasar

kehidupan bangsa Indonesia berakar dari jati diri bangsa sendiri, yang

tidak mengadopsi dan tidak menjalankan landasan dasar bangsa lain. Way

of life bangsa Indonesia itu sudah termaktub didalam dasar negara kita

yaitu Pancasila, dalam esensinya merupakan intisari dari pola kehidupan

bangsa Indonesia yang sengaja digali dan diformulasikan untuk mencapai

tujuan masyarakat Indonesia. Tata tantrem, kerta raharja, gemah ripah,

lojinawi (artinya negaranya adalah teratur, tentram, orang bekerja aman,

orangnya ramah-ramah, berjiwa kekeluargaan dan tanahnya subur).65

Sosialisme Indonesia yang merupakan perwujudan dari kepribadian

Indonesia itu bercorak gotong royong yang dalam pandangan Soekarno

adalah:

...Perbantingan tulang bersama, pemerasan keringat bersama,

perjuangan bantu binantu bersama, amal semua, buat kepentingan

semua, keringat semua buat kebahagian semua. “Holopis kuntul

baris” buat kepentingan bersama.

64

Ibid, hlm 4 65

Op Cit, Badri Yatim, 100

Page 106: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

102

Dalam gotong royong ini tidak seorang manusia pun dianggap

lebih tinggi atau lebih rendah dari yang lain. Semua peserta gotong royong

mempunyai kedudukan Sama tinggi, sama rendah, sama hak dan

kewajiban dalam suasana persaudaraan di dalam lingkungan kekelurgaan.

Pentingnya gotong royong ini dapat di lihat dari konsep Soekarno, di mana

ia melihatnya sebagai Eka-Sila yang di peras dari Pancasila.66

Fenomena sekarang telah membuktikan tentang arti pentingnya

sejarah, sejarah masa lalu yang didalamnya banyak mengandung hikmah

dan pelajaran yang berharga telah kita tinggalkan. Ir. Soekarno mengutip

kata bijak pemikir Inggris, Thomas Carlyle: “Orang belajar sejarah agar

bijak sebelumnya. Sampailah jalannya pemikiran, apa yang harus

dilakukan oleh generasi sekarang, bukan saja tidak menghindari sejarah,

tidak pula sekedar meninggalkan sejarah, tetapi berdialog dengan

sejarah.”67

Belajar sejarah, mendalami dan menarik pengalaman dari

pelajarannya lebih bijak sebagai bangsa karena tidak membebek begitu

saja melainkan belajar sejarah secara mendalam dan secara kritis.

Para pelajar dan tokoh masyarakat yang sadar dan serta mengetahui

nasib masyarakat mulai berfikir untuk melepaskan diri dari nestapa ini,

kemiskinan, kebodohan dan ketertindasan masyarakat inilah yang untuk

pertama kalinya menumbuhkan benih-benih nasionalisme dalam

pengertian modern. Namun bentuk nasionalisme Indonesia pada mulanya

masih merupakan nasionalisme kultural, dan masih keterbatasan perhatian

66

Op Cit, DBR, hlm. 383 67

. Harian Kompas , I Juni 2013, hlm 1 kolom 1.

Page 107: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

103

dan pada usaha peningkatan kesejahteraan rakyat serta belum mengangkat

masalah politik. Yang di maksud dengan nasionalisme kultural di sini

adalah adanya kenyataan bahwa perhatian pada latar belakang kultur yang

beraneka warna di Indonesia, sehingga bentuk persatuan yang mengikat

mereka adalah budaya dan daerah.68

Maka muncullah nasionalisme Jawa, nasionalisme sumatra dan lain-

lain, dan inilah menjadi cikal bakal gerakan nasional yang kemudian

muncul organisasi kepemudaan Indonesia, Jong Java, Jong Sumatranend

Bond, Jong Minahasa, Jong Ambon, dalam tujuan sebagai berikut:

“peningkatan kesejahteraan rakyat” mereka menyadari bahwa rakyat

tertindas oleh pemerintah kolonial, dengan demikian, bentuk nasionalisme

pertama kali di Indonesia tidak sepenuhnya dalam pengertian politik, tetapi

masih dalam bentuk kemasyarakatan , namun kesadaran itu sudah

merupakan benih nasionalisme dalam pengertian yang sebenarnya.

Pada tahun 1927 Ir. Soekarno menemukan ajaran yang dinamakan

Marhaenisme. Dimana Marhaenisme adalah azas pergerakan dan

perjuangan guna mengangkat kaum marhaen. Kata marhaen oleh Ir.

Soekarno diambil dari nama seorang petani di Bandung. Ceritanya adalah

“Pada suatu hari saya berjalan disebelah selatan kota Bandung. Kalau

saudara mau tahu desanya, nama desanya Cigereleng. Di Cigereleng saya

berjalan-jalan di sawah. Pada waktu itu saya memimpin partai, saya jalan-

jalan disana, saya melihat seorang laki-laki menggarap sebidang tanah.

68

Op Cit, Badri Yati, hlm 18, 19

Page 108: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

104

Saya tanya: Bung ini tanah siapa? Gaduh abdi. Pacul ini siapa punya?

Gaduh abdi. Artinya gaduh abdi itu, saya punya. Gubuk ini siapa punya?

Gaduh abdi. Engkau kalau sudah tanam padi ini, hasil padi ini untuk siapa?

Gaduh abdi. Wah engkau kaya? Tidak, miskin. Maklum cuma begini dan

meskipun tanah punya saya sendiri, hasilnya pun saya punya sendiri tetapi

saya miskin, paling miskin, coba lihat gubuk ini sudah reyot. Orang ini

bukan proletar. Miskin tetapi bukan proletar, sebab punya alat produksi

milik dia sendiri. Sebaliknya sebagai tadi saya katakan meskipun mobilnya

mengkilap kalau alat produksi tidak dimilikinya dan dia cuma menjual

tenaganya saja, ia adalah proletar. Orang ini adalah bukan proletar tetapi

miskin, seperti 95% daripada rakyat Indonesia adalah miskin. Saya tanya

kepadanya : nama bung siapa? Marhaen, jawab dia. Timbul ilham, kalau

begitu semua rakyat Indonesia yang miskin ini saya namakan “Marhaen”.

Ya yang proletar, ya yang bukan proletar, yang buruh, ya yang tani, ya

yang nelayan, ya yang tukang gerobak, ya yang pegawai, pendeknya yang

kecil-kecil ini semua adalah “marhaen”.69

Inilah latar belakang azas

Marhaenisme. Sedangkan arti dan tujuan marhaen dan marhaenisme.

Uraian tentang Lahirnya Pancasila diatas dikuatkan oleh Surat

Muhammad Hatta kepada Guntur Sukaroputro pada tanggal 16 Juni 1978

yang isinya adalah :

“Dalam rapat bulan Mei 1945, Dr. Radjiman ketua Panitia

Penyelidik Badan Penyelidik Usaha-Usaha Kemerdekaan Indonesia,

membuka sidang dan mengatakan kepada peserta sidang, tentang

Dasar Negara yang akan kita bangun? Kebanyakan peserta sidang

69

. Op-cit, Pancasila Sebagai Dasar Negara, hlm 20-21.

Page 109: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

105

tidak mau menjawab dan kemudian tanggal I juni 1945 Bung Karno

menjawab pertanyaan tersebut dengan pidato kurang lebih 1 jam

yang berjudul Pancasila. Sesudah itu sidang mengangkat suatu

panitia kecil untuk merumuskan kembali Pancasila dengan panitia

sembilan yang terdiri dari Ir. Soekarno, Muh. Hatta, A.A. Maramis,

Abikusno Cokrosuyono, Abdul Kahar Mudzakir, Haji Agus Salim,

Ahmad Subarjo, Wahid Hasyim, Mr. Muh. Yamin. Yang kemudian

melahirkan piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945. Kemudian

Pancasila dan UUD 1945 yang sudah menjadi satu dokumen negara

diterima oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada tanggal

18 Agustus 1945. Dengan sedikit perubahan yang dicoret kelak 7

perkataan dibelakang Ketuhanan, yaitu: Dengan kewajiban

menjalankan syariat Islam bagi penduduknya. Kemudian pada

tanggal 29 Agustus 1945 Komite Nasional dalam rapatnya yang

pertama sudah mensyahkan UUD yang diterima oleh Panitia

Persiapan Kemerdekaan Indonesia.” 70

Sejarah lahirnya pancasila merupakan bagian dari perjalanan bangsa

untuk menemukan identitas diri bangsa Indonesia dimana untuk mencapai

kemerdekaan harus mampu merangkul segenap elemen masyarakat

Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, ras, bahasa dan agama. Sebagai

dasar negara, Pancasila bersifat sebagai acauan gerak yang didalamnya

berisikan pandangan hidup bangsa Indonesia. Dalam sifat tersebut

menjadikan dasar setiap nafas gerak pada jalannya pemerintahan dan ciri

kepribadian bangsa atau lebih tepatnya Pancasila bersifat sebagai

“Philosofishe groundslag” itulah pedoman filsafat, pikiran yang sedalam-

dalamnya, jiwa, hasrat yang sedalam-dalamnya untuk diatasnya didirikan

diatasnya Indonesia merdeka yang kekal dan abadi.71

Kalau boleh

digambarkan background Pancasila adalah hasil formulasi dari gerakan

revolusioner yang pernah ada di dunia ini. Mulai dari revolusi Perancis,

70

. Op-cit, surat Muhammad Hatta Kepada Guntur S. dalam Buku Uraian Pancasila , hal

101 –102. 71

. Ir. Soekarno, Lahirnya Pancasila, PT Yayasan Idayu, Jakarta 1979,Cet III, hlm 3

Page 110: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

106

Rusia, Amerika, India dan sebagainya, akan tetapi isi yang terkandung

didalam Pancasila lebih luas lagi, dan intinya adalah gotong royong yang

merupakan kepribadian asli Indonesia.

Dalam kursus Pancasila Ir. Soekarno menjelaskan: “Nah saudara-

saudara mengerti sekarang background daripada faham-faham ini (faham

revolusioner yang ada di dunia) dengan background inilah saudara-saudara

dicarikan kemudian formulering sebagai weltanschaung agar kita dapat

meletakkan negara yang akan kita Proklamasikan pada tanggal 17 Agustus

1945 itu diatasnya, yaitu Pancasila. Pancasila kecuali satu weltanschaung

adalah alat pemersatu, dan siapa tidak mengerti perlunya persatuan, siapa

tidak mengerti bahwa kita hanyalah dapat merdeka dan berdiri tegak

merdeka jikalau kita bersatu, siapa yang tidak mengerti itu tidak akan

mengerti Pancasila.72

Sebagai bangsa yang plural dan majemuk sangat dibutuhkan satu

perekat agar semua kepentingan yang ada di dalamnya bisa diwadahi. Oleh

sebab itu ada dua unsur yang dibutuhkan yang pertama: harus satu dasar

yang dapat mempersatukan. Kedua: satu dasar yang memberi arah bagi

perikehidupan negara kita. Katakanlah dasar statis diatas mana kita bisa

hidup bersatu dan dasar dinamis ke arah mana kita harus berjalan, juga

sebagai negara. 73

Sebuah Dasar Negara disamping harus bisa menjadi alat pemersatu

yang memang di dalamnya merupakan ciri dari kepribadian bangsa, yang

72

. Op-cit, Pancasila Sebagai Dasar Negara, hlm 24. 73

. Ibid, hlm 27.

Page 111: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

107

mana kepribadian itu telah meliputi: hakekat, sifat, tabiat dan cita-cita

bangsa. Meliputi keadaan, kenyataan, watak perangai dan idam-idam kita

sebagai suatu bangsa. Dan kepribadian itu mencerminkan pandangan

hidup, sikap hidup dan cita-cita hidup kita.74

Pendeknya segala yang

meliputi hidup kejiwaan dan kelahiran, kerohanian dan keduniaan,

terlihatlah pada kepribadian kita. Oleh sebab itu kepribadian bangsa

Indonesia itu adalah sumber utama dalam menetapkan dasar negara

Indonesia.

Untuk lebih jelasnya mari kita uraikan Pancasila sesuai dengan sila-

sila yang ada di dalamnya.

Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila pertama dari Pancasila ini merupakan karakter bangsa kita,

corak jiwa kita sejak nenek moyang kita, mulai dari zaman kesatu

sampai zaman sekarang. Bahwa bangsa Indonesia selalu hidup dalam

pemujaan daripada sesuatu hal yang kepada hal itu ia menaruh

segenap harapannya dan kepercayaannya.

Menurut Ir. Soekarno, Tuhan itu tetap ada hanya pengertian

Tuhanlah yang berobah-robah. Dzat yang ini tidak berobah-robah,

bukan Tuhannya yang berobah-robah ialah begrip manusia itu sendiri.

74

. Pidato Karkono Partokusumo, Kepribadian Bangsa Indonesia dalam Buku Benteng

Pancasila, PT Yayasan Pancasila, Yogya, 1958 , hlm 2.

Page 112: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

108

Begrip manusia itu yang berobah-robah tergantung kepada fase

hidupnya. Cara hidupnya.75

Dilihat dari sejarahnya nenek moyang bangsa Indonesia pada fase

pertama (Ir. Soekarno menyebutnya) yang hidup di hutan dan di gua-

gua. Mereka mencari penghidupannya dengan memburu dan mencari

ikan. Hal ini berpengaruh pada alam pikiran manusia yang mana

hidup mereka tergantung dari sesuatu yang kuat dan membantu

mereka. Manusia hidup berburu dan hidup digua-gua atau disebut fase

pertama. Manusia dengan harapan dan kepercayaannya menyembah

batu. 76

Evolusi terus berjalan, sampai pada fase kedua yaitu manusia

yang tadinya hidup dari perburuan dan mencari ikan mulai mengerti

bahwa ternak bisa dipelihara bisa dikembangbiakkan. Didalam fase

kedua ini pandangan mereka tentang Tuhan pindah bentuknya,

terutama sekali berupa binatang, kemudian dilanjutkan menyembah

pada sungai-sungai, Matahari, bulan dan lain-lain.77

Didalam fase ini

masyarakat mengeramatkan binatang, dimana binatang menurut

mereka yang mampu memberi hidup dan memberi penerangan pada

tanaman.

Kemudian fase ketiga , manusia hidup dari pertanian. Manusia

percaya bahawa ada suatu zat yang menguasai pertanian. Disinilah

75

Solichin Salam, Bung Karno dan Kehidupan Berpikir Dalam Islam, PT Wijaya, 1964,

hlm 37 76

. Op-Cit, Pancasila Sebagai Dasar Negara, hlm 38 77

. Ibid, hlm 37.

Page 113: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

109

timbul kepercayaan adanya Dewi Laksmi, Dewi Sri. Kepercayaan

bahwa Dewi-Dewi inilah yang memberkati pertanian, yang

menimbulkan mereka percaya bahwa Tuhannya adalah Dewi-Dewi

tersebut.

Fase keempat, manusia berfikir dengan akalnya mampu

menciptakan apa yang mereka kerjakan. Pada awalnya Tuhan yang

menurut kepercayaan dulu berupa batu pindah berupa sapi, kemudian

di dalam fase ini menjadi gaib. Tuhan dimasukkan di dalam alam

gaib. Tuhan tidak kelihatan, tidak bisa diraba, oleh karenanya akallah

menjadi penentu daripada hidup manusia. Evolusi manusia terus

bergulir, kepandaian terus meningkat sampai manusia mencapai

klimaksnya yaitu mampu menciptakan industri. Semua yang manusia

sembah sebelumnya mereka mampu membuatnya/walau dalam skala

kecil.78

Kebudayaan manusia telah sampai puncaknya, akan tetapi apakah

pikiran manusia tentang Tuhan terus berkembang? Hal ini bisa kita

lihat dari berbagai kepercayaan umat manusia sekarang. Bahkan

sampai-sampai ada yang berakata bahwa Tuhan itu tidak ada yang ada

adalah materi/ benda atau hal lain yang nyata ini.

Bagaimana Masyarakat Indonesia ? Bangsa Indonesia adalah

bangsa yang percaya akan adanya Tuhan, realitasnya adalah garis

besar bangsa ini percaya kepada Tuhan. Tuhan yang dikenal di dalam

78

. Ibid, hlm 42-43.

Page 114: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

110

agama yang dianut oleh masyarakat Indonesia ini. Oleh karena itu

kepercayaan kita terhadap Tuhan merupakan sesuatu yang tidak bisa

dipungkiri, yang selanjutnya didalam Dasar Negara menjadi leidstar

kita yang utama. Bukan saja meja statis tetapi juga leidstar yang

dinamis menuntut kepada kita supaya elemen Ketuhanan ini

dimasukkan di dalam Pancasila dengan nyata dan tegas, didalam

aplikasinya untuk mencapai cita-cita yaitu masyarakat adil, makmur,

bahagia dan sejahtera.

Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Ir. Soekarno dalam sila kedua ini biasa menyebut dengan

perkataan perikemanusiaan, mengingat maksud kedua istilah itu sama

artinya persamaan rasa antara manusia satu dengan manusia lainnya

atau lazimnya disebut humanisme.79

Humanisme merupakan sebuah

rasa yang mampu mendudukkan masyarakat dunia yang tiada

exploitation de el-homme par el homme.

Berdasarkan perikemanusiaan akan membentuk tatanan

masyarakat dunia yang tiada penindasan atau lazimnya disebut

internationalisme. Didalam ajaran Islam rasa perikemanusiaan

merupakan inti ajarannya dimana ia tidak merusak semangat kerajinan

dan kegiatan seseorang dan tidak menjadi penghambat cita-cita

seseorang mencari kemajuan tetapi dicegah dan dipantangkan

seseorang menindas dan merusak orang lain. Dicegah dan

79

. Ibid, hlm 67.

Page 115: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

111

dipantangkan seseorang menjadi kaya dengan merugikan hasil orang

lain. Nabi Muhammad SAW dalam arti kata sebenarnya tidak pernah

beliau melakukan sesuatu “perjuangan kelas”, dan pula tidak pernah

beliau menyuruh orang melakukan “diktator van het proletariat”.

Segala sesuatu yang beliau lakukan untuk memajukan masyarakat,

pelajaran yang hak dan petunjuk jalan yang benar. Beliau melakukan

hubungan dengan sekalian manusia, dengan tidak membedakan

kepandaian, derajat atau tempat tinggal. Yang pertama-tama sekali di

kerjakan oleh beliau adalah memperbaiki dan mempertinggi akhlaq

tiap-tiap orang, dan dengan demikian maka beliau memberikan

masyarakat dari segala kekurangan dan segala celaan dan keburukan.80

Persatuan Indonesia

Di dalam sila ketiga ini lebih konkritnya adalah berbicara

masalah kebangsaan. Menurut Ernest Renan bahwa bangsa itu

adalah pertama-tama rakyat itu dulunya harus bersama-sama

menjalani satu riwayat, kedua rakyat itu harus mempunyai

kemauan, keinginan hidup menjadi satu. Bukannya jenis (ras)

bukannya bahasa, bukannnya agama, bukannya persamaan

bentuk bukan pula batas–batas negeri yang menjadi “bangsa”

itu. Kemudian menurut Otto Bouer bangsa adalah suatu

persatuan perangai yang terjadi dari persatuan hal ihwal yang

telah dijalani oleh rakyat itu. Nasionalisme itu adalah suatu

80

. H. OS. Cokroaminoto, Islam dan Sosialisme, Cet II. Lembaga Penggali Dan

Penghimpun Sejarah Revolusi Indonesia, Jakarta, 1966, Hlm 88

Page 116: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

112

ittikad, suatu keinsyafan rakyat, bahwa rakyat itu satu golongan

satu bangsa. 81

Kebangsaan yang dimaksud disini adanya perasaan,

keinginan atau kehendak hidup menjadi satu dilandasi oleh

persamaan hal ihwal, persatuan nasib dan nasib yang tidak

merasa merdeka. Persamaan ini bersatu untuk menentukan nasib

bersama. Adapun istilah bangsa menurut Ir. Soekarno adalah

segerombolan manusia yang besar, keras ia punya keinginan

bersatu, le desere d‟erre essemble keras ia punya karakter

gemeinschaft, perasaan watak, tetapi ia hidup di atas satu

wilayah yang nyata satu unit, kalau sekedar bagian dari pada

unit bukan bangsa.82

Implementasi makna kebangsaan di dalam

perjalanan sejarahnya harus kita kategorikan dalam pengertian

mendasar tentang rasa kebangsaan, faham kebangsaan,

semangat kebangsaan dan wawasan kebangsaan agar tidak ada

kerancuan dalam membedakannya.

Pertama, rasa kebangsaan yaitu kesadaran untuk bersatu

sebagai suatu bangsa yang lahir secara alamiyah karena sejarah,

karena aspirasi perjuangan masa lalu, kebersamaaan

kepentingan rasa senasib dan sepenanggungan dalam

menghadapi masa lalu dan masa kini serta kesamaan pandangan,

81

. Ir. Soekarno, Dibawah Bendera Revolusi Jilid I, hlm 3. 25

. Op-cit, Pancasila sebagai dasar Negara, hlm 58

Page 117: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

113

harapan dan tujuan dalam merumuskan cita-cita bangsa.

Lazimnya rasa kebangsaan ini adalah sebagai perekat yang

mempersatukan dan memberikan dasar kepada jati diri kita

sebagai bangsa.

Kedua, faham kebangsaan yaitu aktualisasi dari rasa

kebangsaan yang berupa gagasan-gagasan, pikiran yang

rasional, dimana suatu bangsa secara bersama-sama memiliki

cita-cita kehidupan berbangsa dan tujuan nasional yang jelas.

Ketiga, Semangat kebangsaan yaitu kerelaan berkorban demi

kepentingan bangsa, negara dan tanah airnya.

Keempat, wawasan kebangsaan yaitu cara pandang yang

dilingkupi oleh rasa kebangsaan, faham kebangsaan dan

semangat kebangsaan dalam upaya untuk mencapai cita-cita

nasionalnya dan mengembangkan eksistensi kehidupannya atas

dasar nilai-nilai luhur bangsanya.83

Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan

Dalam Permusyawaratan Perwakilan

Pada pokoknya sila keempat ini berbicara tentang

kedaulatan rakyat atau juga disebut demokrasi. Adapun

demokrasi yang dikehendaki oleh bangsa Indonesia sudah

ditetapkan di dalam UUD 1945 pasal I ayat 2 yaitu “Kedaulatan

adalah ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis

83

. Siswono Yudohusodo, Semangat Baru Nasionalisme Indonesia , PT Yayasan

Pembangunan Bangsa, Jakarta, 1996, hal 12-13.

Page 118: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

114

Permusyawaratan Rakyat”.84

Kemudian esensi yang terkandung

didalam demokrasi atau kedaulatan rakyat bagi bangsa

Indonesia adalah alat dan satu kepercayaan dalam mencapai

bentuk masyarakat yang dicita-citakan. Sedangkan implementasi

di dalam setiap pengambilan keputusan berdiri diatas dasar

kekeluargaan, diatas dasar musyawarah untuk mufakat, diatas

dasar demokrasi dan diatas dasar kedaulatan rakyat.85

Maka demokrasi bangsa Indonesia adalah demokrasi

Indonesia, demokrasi yang membawa corak kepribadian bangsa

Indonesia berbeda dengan demokrasi yang dilaksanakan oleh

bangsa-bangsa lain. Karena demokrasi yang kita pakai juga

cerminan dari kepribadian bangsa Indonesia yaitu setiap sesuatu

didasarkan atas musyawarah, didasarkan atas azas gotong-

royong dan kekeluargaan. Yang membedakan azas demokrasi

Indonesia dengan demokrasi bangsa lain, selain tersebut diatas

adalah kedaulatan rakyat yang berlandasakan pada Ketuhanan

Yang Maha Esa serta dasar kemanusiaan. Sehingga hasil yang

dicapai berjalan di atas kebenaran, keadilan, kebaikan,

kejujuran, kesucian dan keindahan. Pada akhirnya cita-cita

masyarakat akan terwujud seperti pada sila kelima yaitu

Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.86

Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

84

UUD 1945 hlm 2 85

. Op-cit, Pancasila Sebagai dasar Negara, hlm 90. 86

. Op-cit, Uraian Pancasila, Hlm 45.

Page 119: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

115

Keadilan sosial adalah suatu masyarakat atau sifat suatu

masyarakat adil dan makmur, berbahagia buat semua orang,

tidak ada penghisapan, tidak ada penindasan dan tidak ada

penghinaan atau disebut exploitation de el homme par l‟ homme.

Semuanya berbahagia, cukup sandang, cukup pangan, gemah

ripah loh jinawi tata tentrem kerta raharja.87

Tujuan masyarakat yang berkeadilan sosial yang

dimaksud bisa terwujud apabila seluruh elemen masyarakat mau

dan sadar melaksanakan UUD 1945 secara murni dan konskuen.

Secara jelas bahwa tujuan UUD 1945 adalah keadilan sosial

seperti pada sila kelima Pancasila ini. Didalam aplikasinya

keadilan sosial tidak mudah untuk mencapainya terutama

keadilan sosial dalam bidang ekonomi. Dengan tujuan

kemakmuran yang merata. Memang kita ketahui kecukupan

dibidang ekonomi mampu membuat kestabilan dalam relung–

relung kehidupan, namun demikian kecukupan ekonomi harus

dilandasi oleh Ketuhanan. Kita harus bersyukur bahwa founding

fathers kita telah meletakkan keseimbangan antara kebutuhan

materi dan rohani. Yang kedua-duanya sangat menentukan bagi

masing-masing jiwa bangsa Indonesia.

Soekarno mengatakan dalam pidato 17 agustus 1954 di Jakarta:

Berikanlah jiwa ragamu dengan mutlak! Jangan setengah-

setengah, yang setengah-setengah tidak akan mendapat

87

. Op-Cit, Pancasila Sebagai Dasar Negara, hlm 109.

Page 120: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

116

padi segengam, yang mutlak akan mendapat dunia.

Vivekananda pernah berkata, bahwa sustu bangsa yang

tengelam hanyalah dapat di angkat oleh orang-orang yang

jiwanya terbuat dari dzat petir dan dzat guntur. Terjunlah

kedalam lautan bakti itu dengan jiwa yang terbuat dari

dzat petir dan dzat guntur, semoga Tuhan selalu beserta

kita!.88

c. MANIPOL/USDEK

Untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur

berkesejahteraan di dalam aplikasi pemerintahan Ir. Soekarno

berpendapat harus dijalankannya Manipol Usdek yaitu; Manifesto

Politik, UUD 1945, Ekonomi dan Demokrasi Terpimpin, Ekonomi

terpimpin dan kepribadian indonesia.89

Soekarno mengatakan dalam

pidatonya proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1960 di

Jakarta:

Saudara-saudara!

Manifesto Politik adalah pemancaran daripada Panca Sila!

USDEK adalah pemancran daripada Panca Sila. Manifesto P

Politik, USDEK, dan Panca sila adalah terjalin satu sama lain,

Manifesto politik, USDEK, dan Panca Sila tidak dapat di

pisahkan satu sama lain. Jika saja harus mengambil qiyas

agama, sekedar qiyas, maka saya katakan: Panca Sila adalah

semacam Qur‟annya, dan manifesto Politik dan USDEK adalah

semacam Hadis shahihnya. Qur‟an di jelaskan dengan Hadis,

Panca sila di jelaskan dengan Manifesto Politik dan intisarinya

yang bernama USDEK. 90

Setiap tahun, Manifesto Politik diberi pedoman pelaksanaan

yang dimuat dalam podato secara berturut-turut, sebagai berikut:

Pidato 17 agustus 1960 berjudul”Jalannya Revolusi Kita”(Jarek

1960) : pidato 17 agustus 1961, “Revolusi, Sosialisme, dan

88

Op Cit, DBR jilid II, Hlm. 217 89

Op Cit, Mahendra, Majalah Inovasi Uin Malang 90

Op Cit, DBR Jilid II, hlm. 403

Page 121: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

117

Pimpinan”(Resopim 1961): pidato 17 agustus 1962,”tahun

Kemenangan”(Takem 1962):lau pidato 17 agustus 1963 yang

berjudul “Genta Suara Revolusi Indonesia”(Gesturi 1963).91

Dalam Manifesto Politik itu memuat dua hal yang sangat

dibutuhkan untuk melancarkan jalannya revolusi Indonesia. Pertama,

persoalan-persoalan pokok daripada revolusi Indonesia, kedua

program umum revolusi Indonesia (usaha-usaha pokok).

1) Persoalan-persoalan pokok revolusi Indonesia.

Dalam perjalanan sejarahnya Manifesto Politik masuk

dalam GBHN sebagai pedoman dalam perjuangan

menyelesaikan revolusi Indonesia. Atas dasar pengertian tentang

persoalan –persoalan pokok revolusi Indonesia dan

berlandaskan program revolusi, yan mana rakyat Indonesia akan

lebih mudah dipersatuan dalam pikiran dan tindakannya.

Adapun persoalan pokok revolusi Indonesia adalah:

a) Tentang dasar tujuan dan kewajiban revolusi Indonesia

Didalamnya menegaskan: “dasar dan tujuan

revolusi Indonesia adalah kongruen dengan sosial

consciense of man itu! Keadilan sosial, kemerdekaan

individu, kemerdekaan bangsa dan sebagainya, semuanya

itu pengejawentahan daripada sosial consciense of man itu.

91 Fathul Mu‟in, Pendidikan Karakter, Kontruktif Teoretik dan Praktik, Urgensi Pendidikan

Progresif dan Revitalisasi Peran Guru dan Orangtua. (Jogjakarta, AR-RUZZ Media, 2011) hlm.

101

Page 122: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

118

Keadilan sosial dan kemerdekaan adalah tuntutan budi

nurani yang universal. Karena itu janganlah ada di antara

kita yang mau mengamendir atau memodulir dasar dan

tujuan revolusi kita ini.”92

Kemudian didalam aplikasinya untuk merealisasikan

dasar dan tujuan revolusi Indonesia tersebut diperlukan dua

landasan yakni:

- Landasan idiil yaitu Pancasila

- Landsan strukturil, yaitu pemerintahan yang stabil,

kedua-duanya landasan tersebut sudah terdapat dalam

UUD 1945.93

Dengan demikian kewajiban-kewajiban revolusi

Indonesia bukanlah untuk mendirikan negara federal, bukan

kekuasaan diktator atau republik kapitalis. Tetapi kewajiban

kita adalah membentuk satu republik kesatuan yang

demokratis dimana kedaulatan di tangan rakyat dan

dilakukan sepenuhnya oleh MPR. Yang mana MPR harus

menjunjung tinggi hak-hak azasi dan hak-hak warga negara

dan membentuk masyarakat adil dan makmur cinta damai

bersahabat dengan semua negara di dunia guna membentuk

satu dunia baru.

92

. Ringkasan Ketetapan MPRS - RI, No. I & II /MPRS/1960, MPRS dan Departemen

Penerangan, hlm 41 93

. Maj. Muhammad Said, Pedoman Untuk Melaksanakan Amanat Penderitaan Rakyat

Jilid I, PT Permata Surabaya, 1961, hlm 136

Page 123: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

119

b) Kekuatan-kekuatan sosial daripada revolusi Indonesia,

untuk menerangkan maksud revolusi kita harus dapat

membangkitkan kekuatan-kekuatan revolusioner dalam

masyarakat Indonesia.

Didalam Manifesto Politik dikatakan “modal pokok

bagi tiap-tiap revolusi nasional, menentang imperialisme-

kolonialisme ialah konsentrasi kekuatan nasional, dana

bukan perpecahan kekuatan nasional.”94

Didalam prakteknya kekuatan-kekuatan nasional yang

dimaksud ialah :

- UUD 1945 dan jiwa revolusi 1945.

- Hasil dari segala pikiran rakyat dan keringat rakyat

sejak 1945 sampai sekarang.

- Angkatan perang

- Administrasi pemerintahan yang semakin membaik.

- Wilayah kekuasaan republik Indonesia yang kompak

unitaritas dan luas dan letak geografis yang strategis.

- Kepercayaan kepada kemampuan dan keuletan

bangsa sendiri.

- Kekayaan alam, kekayaan yang diatas dan didalam

bumi.95

94

. Op-cit, Ringkasan TAP MPRS-RI, hal 32. 95

. Op-cit, Pedoman Untuk Amanat Penderitaan Rakyat, hlm 139.

Page 124: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

120

Pendidikan Nasional ialah pendidikan yang baik

meteril maupun sprituil membiba manusia dan bangsa

sosialis Indonesia yang berjiwa pancasila-Manipol/Undek

sanggup menyelesaikan ketiga kerangka tujuan revolusi

Indonesia.96

Suatu masalah yang sangat penting yang perlu

diketengahkan disini ialah Fungsi pendidikan Nasional

sebagai alat revolusi. Revolusi Indonesia yang mempunyai

tiga kerangka seperti yang tercantum di dalam MANIPOL

dan bergerak dalam abad ke –XX memerlukan pembinaan:

1. Manusia Indonesia baru yang berjiwa Pancasila-

Manipol/USDEK dan sanggup berjuang untuk

mencapai cita-cita tersebut.

2. Manpower yang cukup untuk melaksakan

pembangunan

3. Kepribadian kebudayaan yang unggul.

4. Ilmu dan teknologi yang tinggi.

5. Pergerakan massa aksinya seluruh kekuatan rakyat

dalam pembangunan dan revolusi.

Kekuatan Yang mendukung revolusi Indonesia

adalah kekuatan seluruh rakyat Indonesia, kekuatan yang

menentang imperialisme–kolonialisme. Dalam aplikasinya

96

H.A.R. Tilaar, 50 tahun Pembangunan Pendidikan Nasional 1945-1995, Suatu Analisis

Kebijakan, (Jakarta: Gramedia Grasindo, 1995) hlm. 725

Page 125: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

121

kaum buruh dan tani merupakan soko guru bangsa tanpa

melupakan peranan penting dari golongan-golongan lain

demi tercapainya masyarakat adil dan makmur di Indonesia.

d. TRISAKTI

Pikiran-pikiran Ir. Soekarno tentang trisakti yang lahir tahun

1964 pada pokoknya adalah berdaulat dan bebas dalam politik,

berdikari dalam ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan. Dari

pikiran-pikiran Ir. Soekarno harus kita angkat sebagai pikiran terbuka

dan menjangkau, menembus dimensi ruang dan waktu.

Pertama, berdaulat dan bebas dalam politik memang syarat

dengan makna sekaligus tantangan. Pikiran inilah yang sebenarnya

memberikan ruh dan tuntunan bagi politik luar negeri Indonesia yang

bebas dan aktif. Politik luar negeri Indonesia ini merupakan dasar

yang tepat dimana karakteristik hubungan international yang amat

dipenuhi kampanye dan upaya sistematis untuk membumikan nilai-

nilai demokrasi, hak-hak azasi manusia, pasar bebas, lingkungan

hidup dan supremasi hukum yang sering dikenal dengan nilai-nilai

universal telah memaksa susutnya peran negara secara nasional. Bukti

bahwa kedaulatan sebuah negara nasional menjadi tidak kebal dan

dapat disisihkan, inilah pergulatan yang kita alami sekarang .97

97

Anggota IKAPI, Kumpulan Pernyataan Bung Karno Tentang Gerakan 30 September,

Media Pressindo, Yogyakarta, Cet.II, 2006, hlm 44

Page 126: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

122

Kedua, semangat berdikari dalam ekonomi. Dalam prakteknya

berdikari adalah menjadi mandiri, melepaskan diri dari

ketergantungan dan keharusan memiliki fondamental ekonomi yang

kokoh. Kalau tidak kita akan menjadi bulan-bulanan dalam percaturan

ekonomi global yang kian mewarnai oleh kecenderungan dan realitas

kapitalisme global baru dan masyarakat terbuka. Ketiga,

berkepribadian dalam kebudayaan. Dalam dimensi kebudayaan ini

terkandung di dalam nilai dan perilaku, etika, moral dan budi pekerti,

gagasan, pengetahuan dan teknologi serta jati diri bangsa.98

e. BERDIKARI

Gagasan berdikari (berdiri diatas kaki sendiri) adalah

kemandirian suatu bangsa didalam mengelola segala roda kehidupan

bangsanya tanpa ada ketergantungan yang mutlak pada bangsa lain. Di

dalam konsep berdikari ini berjuang membangun rakyat Indonesia

khususnya, hendak menikmati kemerdekaan dengan mempertinggi

nafkah dan taraf hidup demik tercapainya masyarakat adil, makmur

dan berkesejahteraan. Apa yang harus dilakukan bangsa untuk bisa

berdikari?

Pertama, adanya keyakinan bahwa kita bisa survive, mandiri

tanpa adanya ketergantungan bangsa lain dalam hal ekonomi. Kedua,

patriotisme ekonomi; kemauan yang tinggi membangun ekonomi

98

. Susilo Bambang Yudoyono, Menjadi Bangsa yang Berdaulat dan Mandiri, 100 tahun

Bung Karno, hlm 12.

Page 127: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

123

nasional di atas kaki kita sendiri. Patriotisme ekonomi akan

membentuk kekuatan bangsa. Didalam kepercayaannya terhadap

patriotisme ekonomi Ir. Soekarno berkata: “Ekonomi Indonesia akan

bersifat Indonesia, sistem politik kami akan bersifat Indonesia.

Masyarakat kami akan bersifat Indonesia dan semuanya akan

didasarkan kokoh kuat atas warisan kulturil dan spirituil bangsa kami.

Warisan itu dapat dipupuk dengan bantuan dari seberang lautan, akan

tetapi buah dan bunganya akan memiliki sifat-sifat kami sendiri. Maka

jangan harap bahwa setiap bentuk bantuan yang tuan berikan akan

menghasilkan warisan dari diri tuan-tuan sendiri. Memang hidup di

dunia harus saling bantu membantu tetapi kita atau bangsa Indonesia

tidak mau dan tidak akan mengemis bantuan dari siapapun. Kita

bangsa yang besar, bukan bangsa tempe, kita tidak akan mengemis

tidak akan meminta-minta, apabila bantuan itu diembel-embeli dengan

syarat ini atau ikatan itu! Lebih baik makan gaplek tetapi merdeka

daripada makan bestik tetapi menjadi budak.

Ketiga, memperkuat kegotongroyongan nasional revolusioner

untuk melawan neo imperialis dan neo kolonialis, karena sifat gotong-

royong akan menghapuskan neo kolonialisme yang mana sifat neo

kolonialisme dan ekonomi kolonial adalah ketergantungan dalam

banyak hal termasuk pangan dan yang diutamakan oleh ekonomi

kolonial dalam bahan-bahan eksport umumnya bahan mentah.”99

99

Tim Indoktrinasi Tk.II Malang, Bahan Indoktrinasi, Malang, 1965, hlm 424.

Page 128: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

124

Semangat berdikari suatu bangsa haruslah didukung oleh

bangsa-bangsa lain. Sebab aplikasinya sangat berat dan bahaya karena

melawan negara-negara kapitalis yang kuat dan licik. Dari fenomena

ini Ir. Soekarno melihat pada negara-negara yang baru berkembang

selalu dirundung masalah ekonomi yang disebabkan adanya neo

imperialisme, neo kolonialisme yang memabawa ekonomi kolonial

pada bangsa tersebut, kenyataan bahwa bangsa berkembang itu

merdeka, berdaulat akan tetapi dari segi ekonomi dijajah.

Dalam pidato Nawaksara di depan sidang umum IV MPRS pada

tanggal 22 Juni 1966. Soekarno menatakan:

Khusus mengenai prinsip berdikari ingin saya tekankan apa

yang telah saya nyatakan dalam pidato proklamasi 17 agustus

1965, yaitu pidato TAKARI, bahwa berdikari tidak berarti

mengurangi, melainkan memperluas kerjasama Internasional,

terutama di antara semua negara yang baru merdeka, yang

ditolak oleh berdikari adalah ketergantungan pada

imprerialisme, bukan kersama yang sama-derajat dan saling

menguntungkan.100

Demi untuk mendapatkan kemerdekaan nasional yang hakiki

supaya mendapat keadilan sosial, perdamaian dan kemakmuran untuk

rakyat merdeka Ir. Soekarno mengusulkan dibentuknya organisasi

yang disebut New Emerging Forces, yaitu pemupukan kesetiakawanan

antara sosialis, negara kecil, dan negara yang baru berkembang

bersatu didalam satu organisasi yang rapi melalui satu konsepsi yang

lebih luas dengan meliputi seluruh kekuatan progresif revolusioner,

konsesi ini direncanakanpada bulan Oktober 1965 yang akan

100

Op Cit, Kumpulan Pernyataan Bung Karno, hlm. 48

Page 129: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

125

dilakukan konferensi oleh negara-negara yang baru bangkit. Tujuan

dari konferensi ini sebenarnya adalah perjuangan melawan

imperialisme dalam segala bentuknya, corak serta manifestasinya dan

keamanan dari bangsa-bangsa yang sedang berkembang.101

Bangsa yang besar ialah bangsa yang dapat menghargai sejarah,,

agar tidak mengulangi kesalahan yang serupa. Bangsa Indonesia bisa

belajar banyak dari kegagalan dan kesuksesan presiden Soekarno

selama memimpin bangsa Indonesia. Soekarno adalah bagian sejarah

yang membuat Indonesia seperti sekarang dengan segala kekurang dan

kelebihanya. Begitu juga soeharto, habibie, gus dur, megawati, SBY,

dan juga kita semua tetap memberi warna buat sejarah Indonesia.

101

. Op Cit, Tim Indoktrinasi, hlm 196.

Page 130: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

126

BAB V

ANALISIS PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN

ISLAM SEBAGAI KONSEP DASAR NATION AND CHARACTER

BUILDING

Dalam bab ini penulis akan mencoba mengulas siapakah Soekarno

dengan analisis pemikiran Islam Soekarno. Hal ini untuk memberikan

pemahaman yang utuh tentang konsep pemikiran Islam Soekarno sebagai

konsep dasar nation and character building yang diawali dengan filsafat

ketuhanan yang dilanjutkan dengan pemikiran Islam Soekarno dari sudut

pandang Sosiologis, historis, filosofis, pedagogis, politis, maupun religi.

Pembahasan berikutnya akan mencoba menemukan dan sekaligus

menggali serta memaparkan pernyataan–pernyataan Soekarno tentang

pendidikan Islam yang tentunya diambil dari statemen ( pernyataan) secara

proposional dari pemahaman Soekarno tentang Islam yang dilatar belakangi

oleh situasi dan kondisi sebagaimana yang telah dipaparkan pada uraian bab-

bab sebelumnya.

Sebagai sebuah analisa pemikiran, maka nantinya akan ditemukan

pengulangan-pengulangan pernyataan yang telah disampaikan sebelumnya

dan kemudian akan diukur atau berpijak dari kajian-kajian dari hakikat

pendidikan Islam, tujuan pendidikan Islam dengan penambahan-penambahan

tertentu hasil dari komparasi pemikiran teori pendidikan Islam dan pendapat

Soekarno tentang pendidikan Islam yang akan ditemukan nantinya pada aspek

yang akan ditemukan pemikiran pendidikan Islamnya.

A. Pemikiran Ir. Soekarno Tentang Islam

Pemikiran Soekarno mengenai Islam tergambar dengan jelas pada saat

ia menulis di berbagai media massa dan berpidato mengenai perkembangan

Islam dalam banyak masalah. Namun demikian para sejarawan dalam dan

Page 131: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

127

luar negeri menetapkan sebagai seorang tokoh nasionalis sekuler, yang sering

berhadapan dengan seorang nasionalis Islam. Dengan demikian, pemikiran

Soekarno yang berkaitan dengan Islam tidak begitu mendapatkan perhatian.

Bila dilihat pengetahuan tentang ajaran Islam, maka Soekarno adalah

seorang muslim yang luas pengetahuan agamanya. Tetapi jika di tinjau dari

latar belakang keluarga dan pendidikannya, ia memang lebih dekat kepada

kelompok nasionalis sekuler. Di sinilah letak keunikannya. Ia tidak dapat

disamakan dengan tokoh-tokoh nasionalis sekuler lainnya, tetapi juga berbeda

dengan tokoh-tokoh nasionalis Islam. Dalam memandang Islam Soekarno

mempunyai pola pikir yang jauh ke dunia filsafat di sinilah Soekarno

mengunakan logika rasionalitas dalam filsafat Ketuhananya.

Dalam esensi Islam yang dibutuhkan adalah ruh Islam yang berkobar-

kobar, api Islam yang menyala-nyala bukan hanya amal ibadah saja yang

dinomorsatukan. Umat Islam pada umumnya hidup dalam kekolotan dan

kebekuan. Inilah yang menyebabkan kita mengalami degradasi dalam sejarah

dunia. Hal ini terbukti dalam sejarah dunia Islam, kebudayaan, kesenian,

kesusasteraan dan ilmu pengetahuan. Kekalahan ini juga meliputi dalam

bidang politik, ekonomi dari imperialisme dan kolonialisme. Pandangan ini

melalui pemikiran Islam Soekarno yang di tinjau secara sosiologis.

Pemikiran Islam Soekarno juga tidak terlepas banyaknya umat Islam

yang lupa akan sejarah karena menurut Soekarno melalui sejarah orang akan

mengetahui”kekuatan-kekuatan masyarakat” yang menyebabkan kemajuan

atau kelemahan yang mendatangkan kemunduran. Kurangnya kesadaran

Page 132: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

128

sejarah dan kurangnya perhatian mereka terhadap ilmu sejarah, telah

menyebabkan umat Islam tidak mampu mencari jalan keluar dari kemunduran

yang telah lama mereka derita.

Di lanjutkan dengan pemikiran Islam Soekarno yang di tinjau dari

sisi pedagogis Modernisasi dalam sistem pendidikan berarti kita

memandang terhadap setiap pikiran, tindakan maupun sikap hidup yang

konvensional dan tradisional yang ternyata tidak sesuai dengan kehendak

dan tuntutan zaman. Pada prinsipnya Islam tidak menolak setiap

kebudayaan atau sivilisasi dari luar Islam, sepanjang tidak bertentangan

dengan jiwa dan semangat ajaran Islam.

Bagi Soekarno, pendidikan merupakan arena untuk mengasah akal

dan mengembangkan intelektualitas. Dia menyebutkan sebagai

“Renaissance-Paedagogie, yaitu bagaimana mendidik untuk bangkit

kembali, itulah yang harus dikerjakan oleh kaum muda.1 Di sini Soekarno

secara tegas mengoerentasikan semuannya pada peran akal dalam setiap

langkah kehidupan umat manusia. Baginya, dengan hanya tersebut

kemajuan di bidang ilmu dan teknologi dapat di raih oleh umat Islam.

Ir. Soekarno memberikan sebuah pemikiran tentang pondasi sebuah

negara yang bercitakan/berapikan Islam untuk masyarakat yang bermoral

demi tercapainya tujuan bersama. Kedudukan agama didalam masyarakat

adalah salah satu unsur mutlak didalam segenap usaha kita dilapangan

nation building. Nation building yang mengenai segala hal, mengenai

1 Op Cit, DBR I, hlm. 344

Page 133: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

129

bidang politik, ekonomi, masyarakat, dan bidang-bidang hubungan

international. Dan saudara mengerti bahwa didalam nation building ini

salah satu unsur yang mutlak adalah agama dalam arti yang seluas-luasnya

menduduki tempat yang amat penting.

Soekarno melihat Islam dari sisi religi, Karena Islam adalah agama

yang sempurna di mana semua aturan yang menyangkut hidup manusia

ada di dalamnya. Tinggal bagaimana manusia itu sendiri

mengaktualisasikan diri, merealisasikan, dari pedoman Al-Qur’an dan

Hadits Nabi. Islam adalah agama untuk sekalian manusia didalamnya

menghendaki kita berhubungan langsung dengan Tuhan dan manusia.

Pemikiran Ir. Soekarno di atas sesuai dengan dasar pendidikan agama

Islam, yang dimaksud dengan dasar Pendidikan Agama Islam disini adalah

sesuatu yang menjadi sumber kekuatan dan ketekunan dilaksanakannya

pendidikan agama2. Jadi, dengan demikian, dasar dan tujuan Pendidikan

Agama Islam merupakan masalah yang fundamental dalam pelaksanaan

pendidikan agama, karena dasar dan tujuan karena dasar dan tujuan

pendidikan agama akan menentukan isi corak pendidikan agama. Menurut

Dr. Zakiah Darajat dkk, dasar pendidikan Islam terdiri dari Al-Qur’an dan

As-Sunnah Nabi Muhammad SAW. yang dapat dikembangkan dengan

ijtihad, al-maslahah, al-mursalah, ihtisan, qiyas dan sebagainya .3

Kita ketahui bahwa dasar dari ajaran agama Islam adalah Al-Qur’an

dan Hadits Nabi saw. Maka jelaslah bahwa dasar dari Pendidikan Islam

2 Abu Ahmadi,1985, Kurikulum Pendidikan Islam, Bina Ilmu, Surabaya, hlm, 63

3 Zakiah Darajat, 1982, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, hlm 19

Page 134: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

130

adalah juga Al-Qur’an dan Sunnah Nabi SAW. Secara lebih lanjut landasan

ideal dalam Pendidikan Islam adalah sebagai berikut:

1) Al-Qur’an

2) Sunnah

3) Kaul Sahabat

4) Nilai dan dan adat istiadat kebiasaan

5) Hasil dari pemikiran para ahli-ahli Pendidian Islam

6) Ra’yu (pengembangan akal)

Adapun sebagai landasan operasioanal demi untuk melakukan inovasi

(pengembangan) ke arah yang lebih sempurna dan sesuai dengan ajaran

Islam dan perkembangan tuntutan perubahan umat Islam, maka perlu

adanya landasan operasional yang bersifat penjabaran dari landasan Ideal

seperi yang tercantum diatas.Landasan operasional tersebut antara lain

adalah faktor ;

1) Historis

2) Sosial

3) ekonomi

4) Dan kemajuan imu pengetahuan dan tekhnologi.4

Dasar pelaksanaan pendidikan agama Islam mempunyai status yang

sangat kuat. Adapun dasar pelaksanaan tersebut dapat di tinjau dari beberapa

segi, yaitu :

1. Dasar Yuridis yang meliputi, pancasila, UUD 1945, GBHN

4 Drs. Hery Noer Aly, MA, 1999, Ilmu Pendidikan Islam, P.T Logos Wacana Ilmu, Jakarta,

hlm 45

Page 135: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

131

2. Dasar Religius

a. Prinsip-prinsip yang mengatur hubungan antara manusia dengan

Tuhannya dan dengan segala yang ada di dalam jagat raya ini,

termasuk unsur-unsur materiil, spiritual, benda dan manusia.

b. Mengatur hubungan manusia dengan manusia, baik secara

perorangan maupun kelompok.

c. Mengandung nilai-nilai spiritual dan akhlak.

d. mengatur kehidupan manusia di dunia untuk mempersiapkan

kehidupan di akherat.

e. Mengandung ajakan kepada manusia untuk mengembangkan

dirinya ke arah kehidupan yang lebih dan sempurna.

f. Menuntun tingkah laku manusia dengan segala aspek yang ada

pada dirinya.

g. Memberikan petunjuk tentang hak dan kewajiban manusia

dalam kehidupandi dunia dan akherat.

h. Memberi petunjuk kepada manusia dan jagat raya atau alam

semesta ini merupakan satu kesatuan.5

Sehubungan dengan cita-cita umat Islam Indonesia, sejak zaman

pergerakan, pancasila menurut Soekarno merupakan dasar negara yang

memungkinkan umat Islam mengisinya dengan nilai-nilai Islam. Dengan

demikian, negara Republik Indonesia menjadi negara Islamis meskipun

tidak secara formal merupakan negara Islam.

5 Siti Kusrini, 1991, Metodelogi Belajar Mengajar, IKIP Malang,Malang, hlm 8

Page 136: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

132

B. Pemikiran Ir. Soekarno tentang Pendidikan Islam

Dalam sejumlah tulisannya, Soekarno banyak menyebut dan

mengidentifikasi berbagai problem yang dihadapi umat Islam. Terutama

yang berkaitan dengan persoalan kebudayaan, intelektualitas yang renda.

Soekarno mengungkapkan kegelisahannya perihal nasib pendidikan Islam

yang bersifat normatif sehingga cukup jauh dengan realitas objektif. Meski

Soekarno sendiri mengakui bahwa kesadaran normatif memang mempunyai

signifikan yang besar untuk memelihara basis teologi umat. Namun,

Soekarno, dalam menghadapi realitas empiris, kesadaran normatif saja

belum cukup. Tampak disini kalau Soekarno ingin menjadikan pendidikan

Islam mempunyai kontribusi bahkan mampu mengendalikan realitas sosial.

Sebab, Soekarno menyadarai bahwa dalam masyarakat modern umat

dihadapkan pada realitas-realitas problematika hanya dengan kesadaran

normatif saja, misalnya, berkaitan dengan soal modernisasi dan kemajuan

zaman.

Pendidikan Islam mempunyai kepentingan dan tanggung jawab

mengendalikan realitas sosial karena menurut Soekarno ia dapat dipakai

sebagai sarana transformasi bagi masyarakat muslim. Bagi Soekarno,

pendidikan Islam, sebagaimana pendidikan pada umumnya, merupakan

arena untuk mengasah akal, mempertajam akal, dan mengembangkan

intelektulitas. Sehingga tidak berlebihan jika Soekarno menyebut bahwa

Page 137: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

133

motor hakiki dari semua Rethinking of Islam adalah kembalinya

penghargaan atas akal.6

Sarana pendidikan Islam menurut Abdul Munir Mulkhan adalah

lapangan keilmuan yang berkaitan dengan kualitas akliah dan pemikiran

logis serta kebudayaan secara lebih luas. Atas dasar itu, persoalan mendasar

pendidikan Islam adalah berbagai hal yang berkaitan dengan ilmu dan

kebudayaan tersebut.7 Di dalam pendidikan Islam, salah satu tujuan

utamanya adalah meningkatkan keimannan dan ketaqwaan seseorang, arena

pembentukan mental spritual, dan sebagainya.

Menurut Soekarno pendidikan Islam dalam arti yang luas bukan

hanya bentuk formal dengan spesialisasi tertentu saja akan tetapi lebih

bersifat mendasar dengan pendekatan filosofis platform yang menjiwai

seluruh dimensi kehidupan. Untuk membentuk suatu tatanan masyarakat

yang baik dalam rangka perubahan menuju ke arah kemajuan, maka suatu

upaya yang harus dilakukan adalah menanamkan pada pesrta didik rasa

keimanan dan ahklak sebagai dasar dalam setiap upaya-upaya

transformasinya (pendidikannya) nilai-nilai Islamnya.

Pendidikan adalah merupakan kebutuhan dalam setiap perubahan

dan perkembangan zaman. Untuk menyesuaikan antara perkembangan

zaman ke arah kemajuan dengan pendidikan secara komprehensif, maka

pendidikan diharapakan mempunyai cara edukasi dialektis-tarnsformatif

dalam kontek sosial budaya yang senantiasa menunjukan perubahan secara

6 Op Cit. DBR I, hlm 375

7 Abdul Munir Mulkhan, Paradigma Intelektual Muslim,( Yogyakart: SIPPRESS, 1993),

hlm. 213

Page 138: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

134

kontinum. Dalam kontek ini pendidikan perlu dapatkan sebagai sebuah

open sistem, dan bukanya close sistem,yang menutup dirinya akan tetapi

seharusnya membuka ruang dialog kultural dengan kehendak atau

kebutuhan masyarakat.

Soekarno menolak adanya model-model pembelajaran yang dokmatis

dikarenakan pola itu cendrung menempatkan pesrta didik sekedar sebagai

objek bukan subjek hidup yang patut dihargai hak-haknya, pendapatnya, dan

sebagainya. Soekarno sangat mengharapkan terjadinya interaksi timbal balik

yang kreatif, kritis, mengedepankan dialog, serta menjauhkan peserta didik

dari kultur otoriter yang akan membuat pesrta didik menjadi takut dan

tertekan. Tuntunan adanya demokrasi pendidikan dewasa ini merupakan

metode baru yang diyakini lebih tepat dan relevan dengan tingkat kemajuan

masyarakat.8 Oleh karena itu, pola-pola yang cendrung otoriter, keras,

monologis, dan sejenisnya, dianggap sudah kadaluarsa dan bertentangan

dengan semangat zaman.

Salah satu diskursus dalam pendidikan Islam atau pengetahuan

dalam ajaran Islam adalah masalah pengelompokan (dikotomi) antara ilmu

agama dan ilmu umum .Ilmu agama adalah yang berkaitan langsung

dengan ajaran-ajaran agama, seperti Ilmu Al-Qur’an, Al-Hadist, Fiqh,

Tajdwid, dan lain-lain, sedangkan ilmu umum adalah yang tidak berkaitan

langsung dengan ajaran-ajaran agama, atau biasanya disebut ilmu

8 Op Cit, Pendidikan di Mata Soekarno, hlm. 186

Page 139: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

135

keduniaan yang memang secara historis Barat lebih maju dari kawasan

dunia lainya. Dalam pernyataan Soekarno menyimpulkan :

“.tapi alangkah baiknja kalau toch western science disitu ditambah

banjakja.Demi Alllah “Islam Science” bukan hanya pengetahuan Al-

Qur’an dan Al-Hadist sahadja; “Islam Science” adalah pengetahuan

Al-Qur’an dan Al-Hadist plus pengetahuan umum! orang tidak akan

memahami betul Al-Qur’an dan Al-Hadist, kalau tak

berpengetahuan umum”9

Pendek kata, menurut Soekarno, di dalam Islam sendiri, wahyu dan

akal tidak harus terdikotomi. Karena keduanya dapat digunakan dan saling

melengkapi. Bagaimana pun, pengetahuan agama akan menjadi aplikatif

dan dapat diimplementasikan bagi kepentingan masyarakat jika ilmu

agama itu dapat diterjemahkan melalui bantuan atau melalui pendekatan

ilmu-ilmu sosial modern. Dewasa ini, apa yang dipikirkan Soekarno sudah

menjadi kelaziman dan telah diakui kebenarannya oleh sebagian besar

umat Islam, dihampir semua perguruan tinggi agama Islam, telah tertanam

sebuah pandangan bahwa tidak ada dikotomi antara ilmu agama dan ilmu

umum (sekuler). Karena, kedua ilmu tersebut pada hakikatnya mempunyai

orientasi yang sama dan antara satu dengan lainnya dapat saling mengisi

dan melengkapi. Pemisahan keilmuan umum dan keilmuan agama hanya

akan menjadikan paradigma keilmuan menjadi kaku sehingga keduanya

memeng harus dipadukan.

Berkaitan dengan hubungan antara keilmuan agama dan keilmuan

umum di atas, menurut Azyumardi Azra, ada tiga tipologi, yaitu

9 Dibawah Bendera Revolusi, Op.cit.,hlm 336

Page 140: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

136

restorasionis, rekontruksionis, dan reintegrasi.10 Namun, yang paling

memungkinkan dalam keilmuan Islam di Perguruan tinggi Islam,

contohnya Universitas Islam Negeri (UIN) adalah rekontruksionis dan

reintegrasi. Rekontruksionis telah berdialektika selama satu abad dan

diahiri dengan Islamisasi ilmu pengetahuan.

Dalam sejarahnya, keilmuan umum dan agama masing-masing telah

berdiri sendiri dan memiliki sumber epistimologi yang kuat. Oleh karena

itu, dalam pandangan Amin Abdullah, integrasi keilmuan memiliki

kelemahan, yaitu sifat dari integrasi hanya berupa usaha peleburan dan

pelumatan antara studi Islam dan umum yang kadang tidak saling akur

karena keduanya ingin saling mengalahkan. Dengan demikian, menurut

Amin Abdullah, diperlukan usaha interkoneksitas yang lebih arif dan

bijiksana, interkoneksitas menurutnya adalah:

Usaha memahami kompleksitas fenomena kehidupan yang dihadapi

dan dijalani manusia, sehingga setiap bangunan keilmuan apapun,

baik keilmuan agama (Islam, Kristen, Budha, dan lian-lain),

keilmuan sosial, humaniora maupun kealaman tidak dapat berdiri

sendiri...maka dibutuhkan kerjasama saling tegur sapa, slaing

membutuhkan, saling koreksi dan saling keterhubungan antara

disiplin keilmuan.11

Pendekatan integratif-interkonektif merupakan pendekatan yang

tidak akan saling melumat dan melebur antara kedua keilmuan. Ini

merupakan pendekatan yang berusaha saling menghargai, sadar akan

10

Azyumardi Azra, “Reintergrasi Ilmu-ilmu dalam Islam”, dalam zainal Abidin Bagir (Ed),

Integrasi Ilmu dan Agama: Interpretasi dan Aksi, ( Bandung: Mizan, 2005), hlm. 206-211 11

Amin Abdullah, Islamic Studies di Perguruan Tinggi; Pendekatan Integratif-

Interkonektif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006) hlm. Vii-viii.

Page 141: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

137

keterbatasan, dan memecahkan persoalan manusia. Atau pendekan

integratif interkonektif merupakan usaha untuk menjadikan sebuah

keterhubungan dalam sebuah jaring laba-laba (Spyderweb) antara

keilmuan agama dan keilmuan umum yang tergabung dalam ilmu alam,

ilmu sosial, dan humaniora.12

Soekarno juga membicrakan guru sebagai pemimpin pengembang

akal dan jiwa peserta didik, Soekarno menyatkan:

“Pemimpin guru alangkah hebatnya pekerjaan menjadi pemempin

didalam sekolah menjadi guru didalam arti yang special, yakni

menjadi pembentuk akal dan jiwa anak-anak.!” Terutama sekali di

zaman kebagunan! Hari kemudian manusia adalah di tangan guru

itu, menjadi manusia. Kebangunan atau bukan manusia-manusia

kebangunan....tiap-tiap perguruan, di negeri mana sajadan pada apa

saja, mempunyai guru yang segalanya seperti mendapat ilham ilahi

buat menjadi guru, dan mempunyai guru yang sebenar-benarnya.13

Maka, jelaslah apa yang diucapka Soekarno sejalan dengan UU

Sisdinas Nomor 20 tahun 2003 mengacu pada Bab II pasal 2 dan 3 yang di

inginkan pendidikan nasional adalah:

Mengembangkan kemapuan dan watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berahklak mulia, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga negara

yang demokratis serta bertanggung jawab14.

12

Amin Abdullah, “DesainPengembangan Akademik IAIN menuju UIN Sunan kalijaga:

Dari Pendekatan dikotomis-Atomistik ke-Arah Integratif-Interdisiplinary, dalam Zaenal Abidin

Bagir (Ed), Integrasi Ilmu dan Agama: Interprestasi dan Aksi, (Bandung; Mizan, 2005), hlm. 242 13

Op Cit, DBR I, hlm. 612 14

UU SISDIKNAS, cet. II, (Bandung: Citra Umbara, 2013), hlm. 23

Page 142: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

138

Dalam kontek inilah, guru diharuskan memiliki jiwa juang, memiliki

semangat untuk berkorban, dan menjadi pioneer bagi kemajuan

masyarakat. Dalam kaitannya dengan profesionalisme guru,Soekarno

menegaskan bahwa guru seyogianya harus mempunyai “roh kerakyatan,

roh kemerdekaan, dan roh kelaki-lakian”. Tiga roh inilah menurut

Soekarno, harus menjadi jiwa pengorbanan dalam dada seorang guru,

harus menjadi api keramatnya, menjadi wahyu hidup:Wahyu

Tjakraningrat15

. Tugas seorang guru dengan demikian tidaklah ringan.

Seorang guru harus mampu memandang jauh kedepan, perubahan apa

yang bakal terjadi di hari esok. Kemudian antara pendidik dan pesarta

didik harus suka membaca buku untuk bekal berdialektika dalam kelas,

dan untuk membuka cakrawala dunia. Dengan demikian, seorang guru

akan merencanakan apa yang terbaik untuk diberikan kepada anak

didiknya. Bagaimana ia sebagai motivator, memotivasi anak didiknya agar

penuh semangat dan siap mengahdapi serta menyongsong perubahan hari

esok dan akan mempertanggung jawabkannya.

C. Landasan Nation and Character Building

Masa sekarang kini yang berada ditengah-tengah ancaman disintegrasi

bangsa dengan longgarnya ikatan-ikatan kita sebagai satu bangsa,

meruncingnya perbedaan faham dimana simbol-simbol keagamaan saling

berhadapan dan para generasi saling bertengkar, tak ujarnya dengan

munculnya tragedi tawuran antar pelajar, sangatlah tragis sekali dunia

15

DBR I, hlm. 616

Page 143: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

139

pendidikan yang seharusnya menjadi barometer ahklak kemudian menjadi

preman tawuran. Disinilah sebenarnya kita sadari perlunya mempunyai jiwa

yang membangun, jiwa yang selalu merasa memiliki bangsa ini demi

terwujudnya kehidupan yang damai, aman dan sejahtera.

Dengan problem di atas itulah kenapa kemudian Soekarno mengagas

nation and character building, Soekarno mampu membuktikan fahamnya

untuk menyatukan seluruh element bangsa Indonesia. Tentu lement-

elemnet masyarakat tersebut berasal dari latar belakang sosial, ekonomi,

agama yang berbeda-beda Mengenai pemikiran Soekarno tentang politik

nasional ataupun mengenai pendidikan. Walaupun pendidikan selalu

berganti kebijakan, pada intinya tujuan pendidikan di masa kepemimpinan

Presiden Soekarno mengarah pada penanaman jiwa Nation and Character

Building. Hal ini dapat dilihat pada salah satu isi penentapan Presiden RI

nomor 19 tahun 1965 berbunyi :

“Pendidikan Nasional ialah Pendidikan Bangsa (Nation and

Character Building) yang membina suatu bangsa yang mampu atas

tanggung jawab sendiri menyelesaikan revolusinya, tahap demi

tahap, dengan pengertian bahwa agama adalah unsur mutlak dalam

rangka Nation and Character Building sesuai dengan ketetapan

MPRS tahun 1960.”16

Menurut Akhmad Sudrajat, agar lebih memahami makna

pendidikan karakter, terlebih dahulu harus mengerti makna dari karakter itu

terlebih dahulu. Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas

adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas,

16

Syaifudin, Tan Malaka (Merajut Masyarakat dan Pendidikan Indonesia yang Sosialistis,

Jogjakarta, Ar-Ruzz Media, 2012, hlm. 33

Page 144: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

140

sifat, tabiat, temperamen, dan watak. Sementara yang disebut dengan

berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan

berwatak.17

Menurut Soekarno, sejarah memiliki makna penting dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara untuk memahami identitas diri dan

jiwa bangsa soekarno menyebutnya dengan istilah nation and character

buliding hal ini ia pertegas dalam pidato jas merah sesungguhnya toh

bahwa membangun suatu bangsa, membangun ekonomi, membangun

pertahanan, membangun pendidikan adalah pertaman-tama adalah

membangun jiwa bangsa.

Bahwasannya apa yang telah di kata Soekarno diatas, searah dengan

tujuan dan fungsi pendidikan karakter. Pendidikan karakter bertujuan

mengembangkan nilai-nilai yang membentuk karakter bangsa yaitu

Pancasila, meliputi: 1. Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

manusia berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik; 2.

Membangun bangsa yang berkarakter Pancasila; 3. Mengembangkan

potensi warganegara agar memiliki sikap percaya diri, bangga pada

bangsa dan negaranya serta mencintai umat manusia. Pendidikan karakter

di Indonesia selain mengambil dari nilai-nilai universal agama

pada

dasarnya merupakan pengembangan dari nilai-nilai yang berasal dari

pandangan hidup atau ideologi bangsa, budaya, dan nilai- nilai dalam

tujuan pendidikan nasional.

17

Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasi Dalam Lembaga

Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm, 8

Page 145: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

141

Kemudian adapun yang melatarbelakangi munculnya nation and

chracter building. Pertama, Nasakom (Nasionalis, Agama, Komunis),

Soekarno dalam menulis sebuah artikel panjang di Indonesia Muda dengan

judul “Nasionalisme, Islam, dan Marxisme” pokok-pokok pemikiran yang

di tuangkan dalam tulisan itu adalah bahwa gerakan Marxis dan nasionalis

di Indonesia berasal dari satu dasar yang sama, yaitu hasrat kebangsaan

untuk melawan kapitalisme dan imperialisme Barat.

Dalam artikel tersebut ia berpendapat bahwa ketiga aliran tersebut

dapat bersatu dalam perjuangan melawan musuh utama. Kedua, Pancasila,

Pada intinya pandangan hidup/landasan dasar kehidupan bangsa Indonesia

berakar dari jati diri bangsa sendiri, yang tidak mengadopsi dan tidak

menjalankan landasan dasar bangsa lain. Way of life bangsa Indonesia itu

sudah termaktub didalam dasar negara kita yaitu Pancasila, dalam

esensinya merupakan intisari dari pola kehidupan bangsa Indonesia yang

sengaja digali dan diformulasikan untuk mencapai tujuan masyarakat

Indonesia. Tata tantrem, kerta raharja, gemah ripah, lojinawi (artinya

negaranya adalah teratur, tentram, orang bekerja aman, orangnya ramah-

ramah, berjiwa kekeluargaan dan tanahnya subur).18

Gagasan Soekarno

searah dengan pilar-pilar dalam pendidikan karakter bahwa Negara

Kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-pinsip kehidupan

kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pendidikan karakter

bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih

18

Op Cit, Badri Yatim, 100

Page 146: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

142

baik maka sewajarnya nilai ini diambil sebagai nilai pilar pendidikan

karakter.

Ketiga, manipol/USDEK, inti dari manipol adalah merupakan haluan

negara republik Indonesia yang harus dijunjung tinggi, dipupuk dan

dijalankan oleh semua bangsa Indonesia. Manipol/USDEK adalah satu

kesatuan dengan pancasila. Dua acuan besar ini diadaikan layaknya kitab

suci, pedoman hidupnya bangsa Indonesia. Keempat, Trisakti, pokoknya

adalah berdaulat dan bebas dalam politik, berdikari dalam ekonomi dan

berkepribadian dalam kebudayaan, bahwasannya Trisakti sesuai dengan

tujuan pendidikan karakter, bahwa nilai budaya ini dijadikan dasar dalam

pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antar

anggota masyarakat. Maka demikian penting nilai budaya ini menjadi

sumber bagi pendidikan karakter.

Kelima, Berdikari (berdiri diatas kaki sendiri) ) adalah kemandirian

suatu bangsa didalam mengelola segala roda kehidupan bangsanya tanpa

ada ketergantungan yang mutlak pada bangsa lain. Berdikari harus dimiliki

generasi bangsa Indonesia karena kita adalah negra yang kaya raya akan

sumber daya alam yang dimiliki Indonesia, oleh sebab itu berdikari harus

menjadi krakteristik kita semua.

Demi terwujudnya Insan yang di cita-citakan bangsa, maka mari

bersama-sama kita capai dengan mewujudkan Undang-undang Sisdiknas.

Bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa dan yang bermartabat dalam rangka

Page 147: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

143

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berkahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan

bertanggungjawab.

D. Relevansi Pemikiran Soekarno dengan Pendidikan Islam Kontemporer

1. Konsep Pendidikan Islam Soekarno

Dalam konsep pendidikan Islam telah diketahui dengan jelas

bahwa pendidikan Islam selalu mengembangkan seluruh potensi/ fithrah

manusia menuju kearah perkembangan yang positif demi mencapai ridha

Allah SWT. Hal ini juga diyakini Soekarno bahwa untuk

mentransformasikan ajaran-ajaran, nilai-nilai agama Islam harus melewati

sarana pendidikan, yang berupa penyiapan kader umat Islam yang dinamis

mengikuti perkembangan zaman tanpa meninggalkan identitasnya. Dalam

mengupayakan proses trasformasi sosial untuk menuju pada nilai-nilai

Islam yang baik, maka pendidikan Islam harus menghindari sikap-sikap

anti kemajuan , seperti taqlid buta, stagnasi (jumud), karena sikap itu akan

justru membawa kemunduran yang serius bagi proses perkembangan

pendidikan Islam dimasa depan.

Untuk menuju cita-cita ideal ajaran-ajaran Islam dalam proses

pendidikan Islam harus dikembalikan pada sumber pokok ajaranya, yaitu

Al-Qur’an dan Al-Hadist, tentu dengan mengedepankan tafsir dengan

semangat rasionalitas, sebagai tonggak untuk mencapai semangat

Page 148: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

144

transformasi nilai-nilai pendidikan, khususnya semangat pendidikan Islam

yang progresif searah dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Pendidikan, menurut Soekarno menjadi prioritas utama dan

merupakan faktor untuk penentu perkembangan umat. Dalam uraian

sebelumnya tampak jelas bahwa gagasan yang dikemukakan Soekarno

cukup relevan dengan persoalan pendidikan Islam kontemporer, misalnya

pendidikan Islam yang dinamis mengikuti perkembangan zaman,

pendidikan Islam dan integrasi ilmu dan profesionalisme guru.

2. Kontribusi Pemikiran Soekarno terhadap Pendidikan Islam

Selanjutnya, perlu diketahui bahwa kharismatik Soekarno dalam

pemikirannya dan dalam bertindak sangat di akui dunia Internasional,

khususnya Islam. Kontribusi pemikiran Soekarno terhadap perkembangan

dunia pendidikan Islam di Indonesia sudah tidak diragukan lagi. Mulai

dari pemikiran beliau yang mengatakan bahwa dalam pendidikan Islam

tidak ada dikotomi ilmu agama dan umum, profesionalisme guru,

pemikiran Islam ditinjau dari pedagogis dan pendidikan Islam progresif,

dimana itu semua masih relevan dalam dunia pendidikan sekarang ini.

Pendidikan Islam merupakan sub sistem Pendidikan Nasional

Indonesia. Perjalanan Pendidikan Islam tidak terlepas dari pasang surutnya

sistem Pendidikan Nasional itu sendiri, sebagaimana tidak terlepasnya

umat Islam ketika kita membicarakan nasib bangsa ini, dan bahkan

Pendidikan Islam mempunyai sejarah panjang di Indonesia yang telah ikut

mewarnai kehidupan bangsa ini baik masa sebelum penjajahan bahkan

Page 149: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

145

setelah Indonesia merdeka. Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI). Yang nota bane mayoritas masyarakatnya memeluk Agama Islam,

seharusnya Pendidikan Islam mendasari pendidikan-pendidikan lainnya,

serta menjadi primadona bagi peserta didik, orang tua, maupun

masyarakat.

Demikian juga halnya dalam upaya peningkatan mutu

pendidikan seharusnya Pendidikan Islam dijadikan tolok ukur dalam

membentuk watak dan pribadi peserta didik, serta membangun moral

bangsa (Nation Character Building), dalam proses pendidikan seperti ini

perlu melibatkan sejumlah orang yang tak kalah pentingnya dalam ikut

membangun Pendidikan Islam. Upaya mengikutsertakan masyarakat

dalam meningkatkan mutu pendidikan dengan memberikan pertimbangan,

arahan, dukungan, tenaga, sarana dan prasarana serta pengawasan

pendidikan, inilah yang dimaksud penulis dengan istilah memberdayakan

masyarakat. Sehingga keberhasilan pendidikan bukan saja menjadi tugas

dan tanggung jawab institusi pendidikan saja tetapi yang lebih penting

adalah bagaimana masyarakat dapat memberikan respon positif terhadap

perkembangan pendidikan yang ada saat ini, karena out-put pendidikan

pada akhirnya akan bermuara pada satu titik yaitu masyarakat.

3. Rekomendasi untuk Pendidikan Sekarang

Pendidikan karakter menjadi isu yang sangat hangat sejak

direncnakan oleh pemerinthan presiden Susilo Bambang Yudhoyono

(SBY) dalam peringatan hari pendidikan nasional, pada 2 mei 2010.

Page 150: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

146

Mengigat, kerusakan moral kini bukan hanya terjadi dikalangan birokasi

pemerintahan dan aparat penegak hukum, melainkan juga sudah meracuni

masyarakat. Pelanggaran moral menyebar di berbagai lapisan masyarakat

termasuk dalam instusi pendidikan, hingga kasus sostek UN massal.

Salah penyebab terjadinya adalah kemunduran moral bangsa

tersebut adalah lemahnya pendidikan karakter. Dalam pemikiran Soekarno

ini bagaimana Agama menjadi landasan terpenting dalam membangun

karakter bangsa. Oleh sebab itu penulis merekomendasikan semoga

masyarakat, lembaga pendidikan mulai dari SD, SMP, SMA, Perguruan

Tinggi dapat menyelipkan pemikiran-pemikiran Soekarno tentang

Pendidikan Islam Sebagai konsep dasar nation and character building

secara utuh di dalam kurikulum maupun dalam silabus pengajaran, dimana

fungsinya untuk membangkitkan karakter peserta didik menuju insan yang

mempunyai moral kebangsaan yang tinggi dan merasa memiliki bangsa

Indonesia, maka apa yang menjadi permaslahan bangsa ini akan

terselesaikan.

Page 151: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

147

BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari beberapa pembahasan yang telah dipaparkan, yaitu dengan

dimulai dari pembahasan tentang pendidikan Islam, meliputi dasar dan tujuan

pendidikan Islam serta beberapa konsep pendidikan, kemudian selanjutnya

ditemukan pemikiran Soekarno tentang Islam, tentang pendidikan Islam

menurut Soekarno, dan konsep yang melatar belakangi munculnya nation and

character building, maka penulis dapat memberikan beberapa kesimpulan

sebagai berikut:

1. Mengenai pemikiran Islam Soekarno, Pemikiran beliau mempaparkan

sebuah gambaran realitas berfikir yang berdasarkan fenomena kehidupan

manusia. Sebuah argumen yang muncul secara empirik, logika rasionalitas

yang mengharapkan bukti materi adanya Tuhan, kemudian Islam yang di

tinjau dari sosiologis, tinjauan politis, historis, filosofis, pedagogis, religi,

semua saling berkesinambungan dalam memaknai Islam. Dan Soekarno

sebagai seorang muslim sejati yang cinta dan percaya akan kebenaran

dengan agamanya Soekarno dengan caranya yang tersendiri berjuang

untuk keagungan dan keluhuran agama Islam.

2. Dalam konsep pendidikan Islam telah diketahui dengan jelas bahwa

pendidikan Islam selalu mengembangkan seluruh potensi/ fithrah manusia

menuju kearah perkembangan yang positif demi mencapai ridha Allah

SWT. Hal ini juga diyakini Soekarno bahwa untuk mentransformasikan

Page 152: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

148

ajaran-ajaran, nilai-nilai agama Islam harus melewati sarana pendidikan,

yang berupa penyiapan kader umat Islam yang dinamis mengikuti

perkembangan zaman tanpa meninggalkan identitasnya. Dalam

mengupayakan proses trasformasi sosial untuk menuju pada nilai-nilai

Islam yang baik, maka pendidikan Islam harus menghindari sikap-sikap

anti kemajuan , seperti taqlid buta, stagnasi (jumud), karena sikap itu akan

justru membawa kemunduran yang serius bagi proses perkembangan

pendidikan Islam dimasa depan. Untuk menuju cita-cita ideal ajaran-ajaran

Islam dalam proses pendidikan Islam harus dikembalikan pada sumber

pokok ajaranya, yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadist, tentu dengan

mengedepankan tafsir denga semangat rasionalitas, sebagai tonggak untuk

mencapai semangat transformasi nilai-nilai pendidikan, khususnya

semangat pendidikan Islam yang progresif searah dengan perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan, menurut Soekarno menjadi

prioritas utama dan merupakan faktor untuk penentu perkembangan umat.

Dalam uraian sebelumnya tampak jelas bahwa gagasan yang dikemukakan

Soekarno cukup relevan dengan persoalan pendidikan Islam kontemporer,

misalnya pendidikan Islam yang dinamis mengikuti perkembangan zaman,

pendidikan Islam dan integrasi ilmu dan profesionalisme guru.

3. Adapun konsep yang melatar belakangi munculnya nation and character

building, Soekarno Melihat realitas sosial budaya bangsa Indonesia Ir.

Soekarno berfikiran pada format bangsa yang ideal menurut beliau, Dari

konsep Nation and Charakter Building yang dimaksud pada prinsipnya

Page 153: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

149

membentuk tatanan masyarakat yang berkebudayaan berlandaskan budi

hati nurani dan ber-Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan tujuan

membentuk masyarakat yang adil, makmur berkesejahteraan, yang

didalamnya masyarakat saling gotong-royong bekerja untuk mencapai

tujuan nasional tersebut. yaitu:

Nasakom (Nasionalisme, Islam dan Marxis), yang lebih tepat sebagai

konsepsi dasar persatuan dan kesatuan antara golongan yang ada di

Indonesia.

Pancasila yang lahir tahun 1945, merupakan sebuah pengejawentahan

dari kepribadian bangsa Indonesia selain itu juga sebagai dasar negara,

falsafah dan tujuan serta alat pemersatu dari beraneka ragam jenis ras,

bahasa, suku dan agama/kepercayaan yang ada di Indonesia .

Manipol USDEK, aplikasi pada pemerintahan Ir. Soekarno dalam

menjalankan kebijakan didalam menjalankan amanat penderitaan dengan

menerapkan pola pembangunan nasional semesta berencana untuk

mencapai tujuan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera.

Trisakti (berdaulat dalam bidang politik, berdikari dalam bidang

ekonomi, berkepribadian kebudayaan), aplikasi dari kebijakan Manipol

pada perilaku masyarakat dan bangsa negara dalam menentukan sikap

serta makna kepribadian bangsa Indonesia yang berdasarkan Ketuhanan

Yang Maha Esa.

Berdikari (berdiri diatas kaki sendiri) adalah satu sikap yang harus

diambil oleh bangsa yang mau tercapai tujuannya dengan tidak

Page 154: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

150

menggantungkan hidupnya pada negara lain dan bentuk dari perlawanan

terhadap penindasan yang dilakukan oleh pihak kapitalis dan imperialis

dalam upaya mengeksploitasi negara-negara berkembang. Sehingga

masyarakat senantiasa hidup suasana damai tanpa adanya ketertindasan

yang akhirnya terciptalah perdamaian dunia.

B. Saran-Saran

Setelah melalui pembahasan demi pembahasan, penulis rasa demi

perkembangan ilmu pengetahuan sudah selayaknya memberikan saran

sebagai berikut:

1. Bahwa penelitian ini belum bersifat final atau jauh dari kesempurnaan,

masih diharapkan munculnya penelitian-penelitian baru yang lebih

komprehensif dengan didukung temuan-temuan baru yang bisa menambah

khazanah ilmu pengetahuan. Maka dari itulah tak ada kata akhir dalam

berjuang mencari kebenaran.

2. Didalam hidup berbangsa dan bernegara hendaklah mengutamakan

persatuan dan kesatuan, hilangkan rasa kesombongan, egoisme kelompok

dan golongan yang akan mengakibatkan runtuhnya sendi kehidupan

masyarakat Indonesia, pada akhirnya menjadi negara yang terpuruk dan

hina.

3. Mengharapkan kesadaran kepada seluruh masyarakat Indonesia tanpa

kecuali untuk senantiasa membangunan bangsa yang sesuai dengan cita-

cita para pahlawan kita

Page 155: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

151

4. Jalankan amanat Revolusi yang telah diajarkan Soekarno untuk mengatasi

krisis multi dimensi yang sedang menimpa bangsa ini. Dimana ajaran

Soekarno nyata-nyata masih relevan untuk masa sekarang sebagai

pedoman dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat demi terwujudnya

peradaban bangsa yang lebih unggul.

Page 156: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah agama sempurna yang diturunkan oleh Allah SWT melalui

Nabi Muhammad SAW. Rahmatal Lil’alamiin merupakan sifat Islam, selain

juga sifat kesempurnaan Islam dalam setiap dimensi kehidupan. Dalam

perkembanganya lebih lanjut Islam mengalami perubahan karena perbedaan

situasi dan kondisi. Tentu yang dimaksud mengalami perubahan disini terjadi

pada aspek-aspek ajaran-ajaran agama Islam yang tidak absolut atau ajaran

Islam yang berkaitan dengan dimensi-dimensi sosial kemasyarakatan. Hal ini

meliputi ajaran Islam tentang ekonomi, politik , sosial dan budaya.

Orang Islam yang pertama kali bersama Nabi Muhamad SAW dan

berjuang bersama beliau demi menyebarkan Islam, mereka itu disebut

Sahabat, dan Tabi’in adalah periode atau masa berikutnya1. Dalam

perkembangan lebih lanjut Islam mengalami perubahan karena perbedaan

situasi dan kondisi. Tentu yang dimaksud mengalami perubahan disini terjadi

pada aspek ajaran agama Islam yang tidak absolut atau ajaran Islam yang

berkaitan dengan dimensi-dimensi sosial kemasyarakatan, seperti ekonomi,

sosial, politik dan budaya.

Artinya ajaran agama Islam yang pokok tentang ke-Esaan Allah SWT ,

kekuasaanya, kewajiban tunduk pada-NYA adalah tetap, tidak mengalami

perubahan, karena hal itu adalah merupakan pencerahan bagi manusia untuk

1 Fathur Rahman, 1974, Ikhtisar Musthalahah Hadist, Bandung, P.T. Al-Ma‟arif, hlm. 280

Page 157: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

2

selalu berkembang kearah kesempurnaan. Marshal Hodgson menulis,

sebagaimana yang dikutip oleh Dr. Nurcholis Madjid.

Namun demikian, barangkali modal potensial Islam yang paling besar

adalah kesadaran historisnya yang jelas, yang sejak dari semula mempunyai

tempat begitu besar dalam dialognya. Sebab kesediaan mengikuti dengan

sungguh-sungguh bahwa tradisi agama terbentuk dalam waktu, dan selalu

mempunyai dimensi historisnya, membuat agama itu mampu menampung

ilham baru apapun ke dalam realitas dari warisan dan dari titik tolak mulanya

yang kreatif, yang dapat terjadi atau pengalaman keagamaan baru. 2

Dari pernyataan diatas cukup jelas bahwa “kesadaran historis” yang

meliputi perkembangan sosial, ekonomi serta budaya sangat berpengaruh

terhadap umat Islam. Mereka tidak bisa menganggap era satu terhadap yang

lain itu sakral dan tidak bisa diubah, karena menurut Ibnu Taimiyah tidak

seorangpun yang tidak berbuat kesalahan (ma’shum), bahkan Nabi Muhamad

sendiri, kecuali dalam tugas beliau menyampaikan “Pesan Suci” atau

“Tabligh Arrisalah” juga tidak terlepas dari kesalahan yang manusiawi.3

Disinilah letak kesadaran historis yang dipengaruhi oleh situasi dan

kondisi ,dan memang begitulah realitasnya.

Kita bisa melihat bagaimana besar pengaruh situasi dan kondisi itu

dalam fleksibilitas Islam. Disinilah ijtihad sangat diperlukan untuk mencapai

tujuan ajaran Islam yang universal seiring dengan perkembangan zaman.

2 Nurcholish Madjid,1998, dalam Mark.W.Woodward (Ed), Jalan Baru Islam, Bandung,

Mizan, hlm. 107. 3 Ibid, hlm. 106

Page 158: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

3

Ijtihat itu berpahala dua apabila benar dan satu pahala bila salah.4 Ini semua

mengandung maksud bahwa Islam sangat toleran terhadap perubahan dan

perkembangan, bahkan hal inipun terjadi pada periode Nabi Muhamad SAW.

Sejarah Islam telah banyak menunjukan tentang pengaruh tokoh

Islam .Artinya dalam setiap masa atau kurun waktu selalu ada pemikiran -

pemikiran Islam yang mempengaruhi pola pemikiran umat untuk melakukan

perubahan. Para tokoh-tokoh ini sudah ada sejak masa Nabi SAW, seperti

Sayyidina Ali Bin Abi Thalib, Umar Bin Khattab, Abu Bakar Assidiq, Zaid

Bin Tsabit, Ibnu Abbas, dan lain-lain.Dan lebih nampak jelas bahwa ada

pengaruh dalam perkembangan Islam lebih lanjut ketika masa

Khulafaurrasyidin sampai masa-masa berikutnya, sebagaimana ditemukan

dalam sejarah panjang perkembangan Islam.

Seperti tokoh-tokoh perubahan Islam lainya Soekarno memiliki

pemikiran-pemikiran tersendiri tentang Islam, khususnya di Indonesia.

Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Bin Abdul Wahab, KH. Ahmad Dahlan,

KH. Hasyim As‟ary, dan lain-lain adalah tokoh-tokoh perubahan Islam pada

zamanya dengan situasi dan kondisi yang khas dari situasi dan kondisi lainya.

Ini mengandung maksud keadaan situasi dan kondisi para tokoh pemikir

Islam tersebut sangat berpengaruh pada corak pemikiran tentang Islam.

Kesemuanya upaya pembaharuan (pemikiran) itu dilakukan bukan untuk

4 Nurcholish Madjid, 1997, Kaki Langit Peradaban Islam,Jakarta, Paramadina. hlm.125

Page 159: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

4

“kegenitan” pembaharuan itu sendiri, melainkan untuk menjadi satu bagian

dari kerja besar mewujudkan kemaslahatan (kepentingan rakyat)5.

Jadi pembaharuan adalah sebuah kemestian dalam mengikuti

perkembangan situasi dan kondisi zaman yang selalu berubah seiring dengan

berbagai kemajuan yang terjadi pada masyarakat muslim, tentu

pemikiranyapun akan mengikuti perubahan tersebut dengan berbagai

element-element pengaruhnya. Lebih lanjut kita mengetahui Soekarno adalah

aktivis muslim yang gigih berjuang untuk mencapai kemerdekaan Indonesia

dari belenggu imperalisme yang membuat bangsa Indonesia semakin

lemah/hancur. Karena bangsa Indonesia mayoritas Islam,6 tentunya Soekarno

memiliki pemikiran dan pemahaman Islam yang tinggi. Ini terbukti

diterimanya Soekarno sebagai wakil bangsa Indonesia dalam

memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Karena mayoritas bangsa

Indonesia adalah Islam, tentunya Seokarno memiliki pemikiran serta

pemahaman Islam yang tinggi. Ini terbukti diterimanya Soekarno sebagai

wakil bangsa Indonesia dalam memplokamirkan kemerdekaan Indonesia, dan

sekaligus mendapat gelar”waliyul Amri Dlaruri Bis-Sawkah” pada tahun

1954 sebagai bukti kepercayaan umat Islam terhadap beliau.7

Isu-isu stretegis pendidikan karakter menyangkut keterkaitan dengan

kebutuhan untuk membentuk karakter anak didik dan generasi sesuai dengan

upaya untuk menjawab kontradiksi-kontradiksi dan masalah-masalah

5 Tim Redaksi Tanwirul Anwar Ma‟had „Ali P.P Salafiyyah Syafi‟iyyah Sukorejo

Situbondo,2001, Fiqh Rakyat (pertarungan Fiqh dengan kekuasaan), Yogyakarta, LKIS., hlm VI 6 Mark.W.Wood (Ed), Op.Cit.hlm 15

7 Maslahul falah, Islam ala Soekarno; Jejak Langkah Pemikiran Islam Liberal

Indonesia,(Yogjakarta: Kreasi Wacana, 2003), hlm. 43

Page 160: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

5

kemanusian yang mendominasi suatu masyarakat. Untuk masyarakat

Indonesia, pembangunan karakter juga harus ditekankan pada upaya untuk

mengatasi masalah yang belakangan ini sering berkembang.

Beberapa masalah yang dihadapi oleh bangsa ini antara lain sebagai

berikut:

I. Kemiskinan dan keterbelakangan, suatu kondisi yang menyebabkan

negara kita tertinggal jauh dengan negara lain: yang membuat generasi

kita menggangur, kurang pendidikan, dan situasi itu juga yang

menyebabkan rusaknya moral dan krisis eksitensi diri. Kuranganya

pendidikan dan kemiskinan berakibat pada tingkat tidak munculnya

generasi muda yang tidak produktif dan kreatif.

II. Konflik dan kekerasan atas nama klaim kebenaran palsu dan sempit

yang menyebakan sentimen antar kelompok meningkat. Dalam situasi

ini, masyarakat kita merespons dan menangapi perbedaan pendapat

dan perbedaan kayakinan dengan cara yang salah. Konflik bernuansa

(penafsiran) agama, suku, ras dan perbedaan pendapat semakin meluas.

Ini merupakan masalah penting yang harus dihadapi jika kita ingin

menegaskan eksistensi bangsa yang bercirikan penghormtan akan

keberagaman (multikulturalitas dan pluralitas). Budaya kekerasan juga

masih sering terjadi di lingkungan pendidikan. Guru masih sering

melakukan kekerasan fisik, juga banyak kekerasan psikologis dan

emosional, antara pelajar juga terjadi tawuran antar pelajar yang lain.

Page 161: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

6

Kekerasan di masyarakat menular pada kekerasan dalam dunia

pendidikan.

III. Dominasi budya membodohi akibat pengaruh tanyangan media

(terutama budaya tonton melalui TV) yang pengaruhnya dalam

masyarakat luar biasa. Budaya nonton ini membuat orang mudah

terpengaruh pada “gebyar” kesemarakan yang dicitrakan media yang

membuat penonton (khalayak masyarakat) hanya bisa pasif dalam

kebudayaan, kebiasaan yang membentuk karakter pasif, bisu, dan

mematikan naluri kreatifitas sertab kemandirian berfikir.

IV. Adanya korupsi yang meluas dan masih menggrogoti bangsa ini, yang

hingga saat ini sulit diberantas. Korupsi jelas merupakan gejala paling

nyata dari gagalnya pembangunan karakter bangsa, merupakan produk

dari hubungan sosial yang kontradiktif. Korupsi membuat bangsa tidak

maju, menyebabkan rakyat tetap miskin, dan sekaligus menunjukan

karakter parasit adalah cermin bangsa yang karakternya rusak, yang

kalau dibiarkan akan membuat bangsa hancur, bisa hancur secara cepat

atau berlahan-lahan.

V. Kerusakan lingkungan alam akibat gejala alam maupun akibat ulah

kerusakan alam adlah fenomena yang membutuhkan perhatian dalam

kaitannya pembangunan karakter manusia, kerusakan alam disebabkan

karater yang salah, yang tak menghormati lingkungan, dan mungkin

juga dibiaskan oleh karakter manusioa yang terbenbentuk.

Page 162: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

7

VI. Ketertimpangan dan penindasan yang bernuansa gender atau

terpinggirnya kaum perempuan. Bangsa yang maju selalu menuntut

kaum perempuannya yang produktif, kreatif, dan berperan maju setara

dengan laki-laki. Masalah yang ada di Indonesia adalah tatanan budaya

patriakal yang menempatkan kaum perempuan pada posisi yang

melemahkan. Bahkan, dalam pendidikan pun perempuanideologis

masih terdiskriminasi.

Tokoh Soekarno sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama

tentu mengalami pergolakan pemikiran sosial, politik dan pendidikan sebelum

atau sesudah kemerdekaan. Dan terbukti secara empiris bahwa Soekarno

mampu membuktikan fahamnya untuk menyatukan seluruh element bangsa

Indonesia. Tentu elment-elemnet masyarakat tersebut berasal dari latar

belakang sosial, ekonomi, agama yang berbeda-beda Mengenai pemikiran

Soekarno tentang politik nasional ataupun mengenai pendidikan. Walaupun

pendidikan selalu berganti kebijakan, pada intinya tujuan pendidikan di masa

kepemimpinan Presiden Soekarno mengarah pada penanaman jiwa Nation

and Character Building. Hal ini dapat dilihat pada salah satu isi penentapan

Presiden RI nomor 19 tahun 1965 berbunyi :

“Pendidikan Nasional ialah Pendidikan Bangsa (Nation and Character

Building) yang membina suatu bangsa yang mampu atas tanggung

jawab sendiri menyelesaikan revolusinya, tahap demi tahap, dengan

pengertian bahwa agama adalah unsur mutlak dalam rangka Nation and

Character Building sesuai dengan ketetapan MPRS tahun 1960.”8

8 Syaifudin, Tan Malaka (Merajut Masyarakat dan Pendidikan Indonesia yang Sosialistis,

Jogjakarta, Ar-Ruzz Media, 2012, hlm. 33

Page 163: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

8

Sehingga pada tahun ini Undang-Undangn pendidikan nasional yang

berlaku tidak jauh dari Undang-Undang yang sudah ada dulu, dan kebijakan

sebagaimana yang terungkap dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.

20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 yang berbunyi :

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujukan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara ”.9

Pendidikan tidak sekedar mentransfer ilmu pengetahuan (transfer

ofknowledge) kepada peserta didik, tetapi lebih dari itu, yakni mentransfer

nilai (transfer of value). Selain itu, pendidikan juga merupakan kerja budaya

yang menuntut peserta didik untuk selalu mengembangkan potensi dan daya

kreativitas yang dimilikinya agar tetap survive dalam hidupnya. Karena itu,

daya kritis dan partisipatif harus selalu muncul dalam jiwa peserta didik.

Anehnya, pendidikan yang telah lama berjalan tidak menunjukkan hal yang

diinginkan. Disis lain pendidikan kurang mengajarkan bagaimana dan seperti

apa asal mula ilmu pengetahuan yang dipelajari dalam kelas sehingga

pendidikan terlihat hanya dijadikan alat indoktrinasi berbagai kepentingan.

Begitu urgennya masalah pendidikan, sehingga begitu banyak para

pakar ataupun tokoh yang senantiasa berupaya untuk melahirkan pemikiran-

pemikiran tentang pendidikan. Baik yang sifatnya pengetahuan yang benar-

benar baru yang sebelumya belum ada ataupun pemikiran-pemikiran yang

9 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan

Nasional (Bandung: Citra Umbara, 2003) Hlm. 3

Page 164: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

9

sifatnya pengembangan atau diadakan inovasi dari pemikiran yang ada. Agar

pendidikan bisa menjadikan peradaban kehidupan manusia menjadi lebih

baik.

Maju dan tidaknya suatu negara tidak lepas dari peran masyarakatnya

yang berkualitas. Untuk membentuk kualitas masyarakat tidak bisa lepas dari

pendidikan dan berkualitasnya pendidikan tidak lepas dari para pemikir

pendidikan baik dari islam dan barat. Karena dari para pemikir inilah konsep

pendidikan terduksi dan berkembang sesuai dengan kadaan zaman bahkan

pendidikan menjadi disiplin ilmu tersendiri.

Dalam surat Al-Mujadallah ayat 11, tentang bagaimana manusia harus

berkembang, dan mempunyai wawasan tinggui maka akan di angkat

derajatnya oleh Allah SWT. Ayat tersebut:

. )اجملدله (

Artinya: Hai orang-orang yang beriman apabila kamu dikatakan

kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah

niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu dan apabila

dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan

meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang

yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha

mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Dari paparan diatas begitu urgenya pendidikan, untuk itu peneliti ingin

mengkaji dan pendidikan khususnya para objek pendidikan. Untuk itulah

Page 165: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

10

peneliti mengangakat judul penelitian “Pemikiran Ir. Soekarno Berbasis

Teks tentang Pendidikan Islam sebagai Konsep Dasar Nation and

Character Building.

Soekarno dengan pemikiranya tersebut di atas, beliau telah banyak

memberikan kontribusi terhadap berbagai persoalan umat dalam kehidupan

berbangsa, bernegara dan bermasyarakat, termasuk tentang pemikirannya

tentang Islam dalam membentuk karakter rakyat Indonesia menjadi progresif

dalam membangun peradaban Bangsa.

B. Rumusan Masalah

Refleksi dari latar belakang masalah tersebut menunjukkan tentang

wacana pemikiran Ir. Soekarno tentang Pendidikan Islam sebagai kosep dasar

Nation and Character Building mempunyai rumusan masalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana Konsep Pemikiran Ir. Soekarno tentang Pendidikan Islam ?

2. Apa yang melatar Belakangi Munculnya Pendidikan Nation and

Character Building ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Bagaimana konsep Pemikiran Ir. Soekarno Tentang

Pendidikan Islam .

2. Untuk mengetahui Bagaimana pemikiran Soekarno tentang Pendidikan

Islam sebagai Konsep Dasar Nation And Character Building.

Page 166: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

11

D. Manfaat Penelitian

Manfaat hasil penelitian dari skripsi ini adalah :

1. Memberikan pemahaman kepada pembaca terlebih kepada penulis

sendiri bahwa tujuan pendidikan Islam adalah membina manusia secara

pribadi dan berkelompok sehingga mampu menjalankan fungsinya

sebagai hamba Allah SWT dan kholifah-Nya, guna membangun dunia

ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan Allah. Manusia yang dibina

adalah fitrahnya yang meliputi unsur-unsur material (jasmani) dan

imaterial (akal dan jiwa) dan mempunyai karakter kebangsaan yang

tinggi sesuai yang di maksud Soekarno.

2. Dapat memberikan kontribusi, manfaat serta menambah wawasan

keilmuan kepada pembaca tentang Pendidikan Islam sebagai Konsep

dasar Nation and Character Building sebagai benteng dalam

mengarungi kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.

3. Penelitian ini diharapkan akan memperkaya khasanah keilmuan dalam

lembaga pendidikan Islam. Lebih khusus lagi, penelitian ini diharapkan

menambah perkembangan umat. Islam, yang di yakini agama paling

sempurna, menempatkan pendidikan sebagai aspek sangat penting

dalam membangun bangsa dengan jiwa dan raga yang mempunyai

karakter.

Page 167: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

12

E. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penulisan ini dimaksudkan agar dalam proses

penulisan dan penelitian tidak keluar dari konteks yang diinginkan dari penulis

dan juga agar pembahasan lebih fokus sesuai dengan keinginannya, sehingga

menghasilkan karya tulis yang sesuai dengan standar penulisan yang baku dan

benar.

`Dalam penelitian ini, peneliti membatasi kajiannya dengan mengaji

tentang pemikiran Ir. Soekarno pendidikan Islam sebagai konsep dasar nation

and character building yang disesuaikan dengan rumusan masalah yang

diangkat dalam penulisan ini. Adapun batasan masalah yang akan dibahas

dalam tulisan ini menyangkup beberapa pembahasan antara lainnya:

1. Untuk mengetahui Bagaimana Pemikiran Ir. Soekarno Tentang

Islam.

2. Untuk mengetahui Bagaimana Pemikiran Ir. Soekarno Tentang

Pendidikan Islam .

3. Untuk mengetahui Bagaimana pemikiran Soekarno tentang Pendidikan

Islam sebagai Konsep Dasar Nation And Character Building.

Dari tiga batasan maslah yang penulis angkat diatas tidak akan

dilepaskan dari persepektif Ir. Soekarno.

F. Definisi operasional :

1. Pemikiran

Pemikiran merupakan proses membina ilmu dan kefahaman yang

melibatkan aktivitas mental dalam otak manusia.

Page 168: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

13

2. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha sadar yang teratur dan sistematis yang

dilakukan oleh orang-orang yang diberi tanggung jawab untuk

mempengaruhi anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-

cita pendidikan.

3. Nation

Suatu komunitas manusia yang memiliki nama, mitos sejarah bersama,

budaya yang umum, perekonomian bersama, hak dan kewajiban bersama,

dan menguasai suatu tanah air.

4. Character building

Adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan untuk membina,

memperbaiki dan membentuk tabiat, watak, sifat kejiwaaan, akhlak (budi

pekerti), insan manusia (masyarakat) sehingga menunjukan peranggai dan

tinkah laku yang baik berlandaskan nilai-nilai pancasila.

G. Penelitian Terdahulu

Peneliti menyadari bahwa penelitian pemikiran Ir. Soekarno tentang

pendidikan Islam sebagai konsep dasar nation and character building bukan

kajian yang pertama. Hal ini disebabkan Soekarno adalah tokoh besar yang ada

di Indonesia yang terkenal dengan kepemimpinanya sebagai sang proklamator

ulung revolusioner sejati dan sekaligus pemikir cukup terkenal dan telah

menghasilkan banyak karya-karya.

Sebelumya penelitian mengetahui pemikiran Soekarno telah dikaji oleh

Wahyu Hidayat, yang menganalisis tentang " Pemikiran Ir. Soekarno Sebuah

Page 169: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

14

Kerangka Dasar Pendidikan Kerakyatan Menuju Cita-cita Bangsa Indonesia”

yang di dalamnya membahas tentang definisi dasar pendidikan, kebudayaan,

ekonomi sosial Indonesia, sosial dan politik.

Peneliti juga menemukan penelitian sebelumnya yang ditulis oleh

Syamsul Kurniawan yang mengkaji “Modernisasi Pendidikan Islam dalam

Pemikiran Soekarno” dari penelitian ini sudut pandangnya pendidikan Islam

harus selalu mengikuti perkembangan zaman dan pendidikan Islam di tuntut

harus selalu progresif.

Sejauh hasil penelitian yang diketahui oleh penulis, masih belum ada

yang mencoba melakukan penelitian tentang pendidikan Islam sebagai konsep

dasar nation and character building. Maka penelitian ini bisa diartikan

melanjutkan penelitian sebelumnya yang sifatnya masih belum sempurna dan

mencoba melakukan penelitian yang sekiranya belum dilakukan oleh para

pakar dalam dunia pendidikan dalam mengkaji pemikiran soekarno tentang

pendidikan Islam sebagai konsep dasar nation and character building.

H. Sistematika Penulisan

Bab I : Pendahuluan, Bab ini meliputi : Alasan pemilihan judul,

penegasan istilah, permasalahan, tujuan dan manfaat

penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan

skripsi.

Bab II : Membahas tentang pengertian Pendidikan Islam, Pada bab ini

meliputi: Dasar Pendidikan Islam, Tujuan Pendidikan Islam,

pendidikan karakter, konsep pendidikan karakter secara umum.

Page 170: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

15

Bab III : mengkaji tentang metode penelitian, pendekatan dan jenis

penelitian, objek dan ruang lingkup penelitian, sumber data,

metode pengumpulan data, teknik analisis data, sistematika

pembahasan.

Bab IV : Membahas Pemikiran tentang Islam dan Pendidikan Islam

menurut Ir. Soekarno yang meliputi : Islam ditinjau dari

filsafat ketuhanan, sosiologis, historis, filosofi, pedagogis,

politis,dan disertai pandangan Soekarno tentang Pendidikan

Islam, landasan Nation and Character Building menurut Soekarno

meliputi : kondisi pendidikan Masyarakat, sosial budaya. Juga

membahas idealitas dan realitas bangsa Indonesia meliputi

Nasakom, pancasila, manipol, tri sakti, berdikari.

Bab V : Analis Pemikiran Ir. Soekarno Tentang Pendidikan Islam

Sebagai Konsep Dasar Nation and Character Bulding.

Bab VI : Yang berisi mengenai kesimpulan, saran-saran, dan kata

penutup.

Bagian akhir (reference matter) meliputi: daftar pustaka, daftar riwayat

hidup penulis, dan lampiran-lampiran.

Page 171: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

DAFTARA RUJUKAN

Abdul Munir Mulkhan, 1993, Paradigma Intelektual Muslim, Yogyakart:

SIPPRESS.

Abu Ahmadi,1985, Kurikulum Pendidikan Islam, Surabaya: Bina Ilmu.

Ahmad D. Marimba,Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: P.T Al-

Ma’arif.

Ahmad Tafsir, 1992, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung, P.T

Remaja Rosda Karya.

Akhmad Muhaimin Azzet, 2011, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia,

Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Al-Zastrouw, 1999, Gus Dur Siapa Sih Engkau (tafsir teoritik atas tindakan dan

pernyataan Gus Dur), Jakarta: P.T. Gelora Aksara Pratama.

Amin Abdullah, 2005, “DesainPengembangan Akademik IAIN menuju UIN Sunan

kalijaga: Dari Pendekatan dikotomis-Atomistik ke-Arah Integratif-

Interdisiplinary, dalam Zaenal Abidin Bagir (Ed), Integrasi Ilmu dan

Agama: Interprestasi dan Aksi, Bandung; Mizan.

_____________, 2006, Islamic Studies di Perguruan Tinggi; Pendekatan

Integratif-Interkonektif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Aminuddin Nur, 1967, Pengantar Studi Sejarah Pergerakan Nasional, Jakarta:

Pembimbing Massa.

Amir Daim Indra Kusuma,1987, Pengantar Ilmu Pendidikan,Malang: FP -IKIP

Malang.

Anggota IKAPI, 2006, Kumpulan Pernyataan Bung Karno Tentang Gerakan 30

September, Jogjakarta: Media Pressindo.

Antony D. smith, 1972, Theories of nationalism, New York, Harper and Row.

Assegaf, Abd. Rachman. 2005, Politik Pendidikan Nasional: Pergeseran

Kebijakan Pendidikan Agama Islam dari Praproklamasi ke Reformasi.

Yogyakarta: Kurnia Kalam.

Azyumardi Azra, 2006, “Reintergrasi Ilmu-ilmu dalam Islam”, dalam zainal

Abidin Bagir (Ed), Integrasi Ilmu dan Agama: Interpretasi dan Aksi,

Bandung: Mizan.

Bambang Norsena, 2000, Religi dan Religiusitas Bung Karno, Bali Jagadhita

Pres, Denpasar Bali, 2000.

Page 172: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

Bernhard Dahm, 1987, Soekarno dan Perjuangan Kemerdekaan, Jakarta: LP3ES.

Cindy Adam, 1965, Bung Karno: Penyambung lidah Rakyat, alih bahasa Mayor

Abdul Bar Salim, Jakarta: PT, Gunung Agung.

Dennis Collins, 1999, Paulo Freire, Kehidupan Karya Dan Pemikiranya, Jakarta:

Pustaka Pelajar.

Departemen Agama, 2005, AL-Qur’an dan Terjemahan. Bandung: Jumunatul Ali

Art.

Djumberanjah Indar, 1994, Filsafat Pendidikan Islam, Surabaya: Usaha Nasional.

Editor Cahyo Gumilang dkk, 2013, Pancasila Dasar Negara “Kursus Pancasila

Oleh Presiden Soekarno, Yogjakarta: Pusat Studi Pancasila Universitas

Gadjah Mada.

Fathiyah Hasan, 1986, Konsep Pendidikan Al-Ghazali, Jakarta: Perhimpunan

Pengembangan Pesantren Dan Masyarakat.

Fathul Mu’in, 2011, Pendidikan Karakter, Kontruktif Teoretik dan Praktik,

Urgensi Pendidikan Progresif dan Revitalisasi Peran Guru dan Orangtua.

Jogjakarta- ARRUZ MEDIA.

Fathur Rahman, 1974, Ikhtisar Musthalahah Hadist, Bandung: P.T. Al-Ma’arif.

Frank. G. Goble, 1991, Mazhab Ketiga: Psikologi Humanistik Abraham Maslow

,Yogyakarta: Penerbit Kanisius,

H. Endang Syaifuddin Anshari,1990,Ilmu, Filsafat Dan Agama, Surabaya:

P.T.Bina Ilmu.

H.A.R. Tilaar, 1995, 50 tahun Pembangunan Pendidikan Nasional 1945-1995,

Suatu Analisis Kebijakan, Jakarta: Gramedia Grasindo.

H.M Arifin, 1997, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara,

Hadari Nawawi dan Hj.Mimi Martini, 1994, Penelitian Terapan, Yogyakarta:

Gajah Mada Univercity Press.

Hasan Langgulung, 1999, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung:Rosda Karya.

Hendri Mahendra, November 2011, Soekarno, Catatan Jas Merah, Majalah

INOVASI UIN Malang, Edisi XXVIII,

Hery Noer Aly, MA, 1999,Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: P.T Logos Wacana

Ilmu.

HOS. Cokroaminoto, 1966, Islam dan Sosialisme, Jakarta: lembaga Penggali Dan

Penghimpun Sejarah Revolusi Indonesia.

Page 173: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

Kisdarto Atmosoeprapto, 2003, “Kecermerlangan, Keteguhan, Pandangan

Hidup, Sikap Mental dan Kepedulian Seorang Pemimpin Besar”(Kata-kata

Mutiara, Pandangan Hidup dan Kepribadian Bung Karno, A-Z), Malang:

Buntara Media

Lexi J. Moleong, 2000, Methodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: P.T. Remaja

Rosda Karya.

M. Iqbal Hasan, 2002, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan aplikasi,

Jakarta:Ghalia Indonesia.

M. Natsir, 1973, Capita Selecta, Jakarta: Bulan Bintang.

Maj. Muhammad Said, 1961, Pedoman Untuk Melaksanakan Amanat Penderitaan

Rakyat Jilid I, Surabaya: PT Permata.

Maslahul falah, 2003, Islam ala Soekarno; Jejak Langkah Pemikiran Islam

Liberal Indonesia, Yogjakarta: Kreasi Wacana.

Nurani Soyomukti, 2010, Soekarno, Visi Kebudayaan dan Revolusi Indonesia,

Yogjakarta: AR-RUZZ MEDIA.

Nurcholish Madjid, 1997, Kaki Langit Peradaban Islam,Jakarta: Paramadina.

Nurcholish Madjid,1998, dalam Mark.W.Woodward (Ed), Jalan Baru Islam,

Bandung, Mizan.

Nurla Isna Aunillah, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah,

Jogjakarta: Laksana.

Pidato Karkono Partokusumo, 1958, Kepribadian Bangsa Indonesia dalam Buku

Benteng Pancasila, Jogjakarta: PT Yayasan Pancasila.

Pramoedya Anan Toer, 1960, Kronik Revolusi Indonesia, Jilid I, Jakarta, KPG

(Kepustakaan Populer Gramedia),.

Rifa’i, Muhammad. 2011, Sejarah Pendidikan Nasional Dari Masa Klasik

Hingga Modern. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Ringkasan Ketetapan MPRS - RI, No. I & II /MPRS/1960, MPRS dan

Departemen Penerangan

Sanapiah Fsaisal,1990, Penelitian Kualitatif (dasar-dasar aplikasi), Malang: YA3.

Siswono Yudohusodo, 1996, Semangat Baru Nasionalisme Indonesia , Jakarta: PT

Yayasan Pembangunan Bangsa.

Siti Kusrini, 1991, Metodelogi Belajar Mengajar, Malang, IKIP Malang.

Sjamsudin. 1993, Sejarah Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Depdikbud,

Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional.

Page 174: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

Solichin Salam, 1964, Bung Karno dan Kehidupan Berpikir Dalam Islam, jakarta:

PT Wijaya.

Suadi Putro, 1998, Mohammed Arkaun Tentang Islam Dan Modernitas, Jakarta:

Paramadaina Mulya.

Subkhan, Edi. 2010, Ki Hajar Dewantara Peletak Dasar Pendidikan Indonesia,

Taman Siswa, , Taman Siswa, Yogyakarta.

Soekarno, 1964, Dibawah Bendera Revolusi Jilid I dan II, Panitya Penerbit

Dibawah Bendera Revulusi.

Sulistiawati, 2007, Pendidikan Kewarganegaraan, Jokjakarta: Diva Press.

Susilo Bambang Yudoyono, Menjadi Bangsa yang Berdaulat dan Mandiri, 100

tahun Bung Karno,

Syaifudin, 2011, Tan Malaka (Merajut Masyarakat dan Pendidikan Indonesia

yang Sosialistis, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Syamsul Hadi, 1978, Tragedi Bung Karno Perjalanan terakhir Seorang

Proklamator, Jakarta: PT Pustaka Simponi.

Syamsul Kurniawan, 2009, Modernisasi Pendidikan Islam dalam pemikiran

Soekarno,’’Pendidikan di Mata Soekarno’’ Yogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Tim Dosen IKIP Malang, 1988, Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan, Surabaya:

Usaha Nasional.

Tim Kreasi LKM UNJ, 2011, Restorasi Pendidikan Indonesia, Menuju

Masyarakat terdidik Berbasis Budaya, Yogjakarta, Ar-Ruzz Media.

Tim Nasional Penulisan Sejarah Indonesia, 2010, Sejarah Nasional Indonesia

(Zaman Jepang dan Zaman Republik), Jakarta: Balai Pustaka.

Tim Penulis Sejarah Indonesia, 2009, Sejarah Nasional Indonesia, Jilid VI.

Jakarta: PT. Balai Pustaka (Persero).

Tim Penyusun, 2011, Panduan Pelaksanaan Pendidikan karakter, Jakarta:

Kementerian Pendidikan Nasional.

Tim Redaksi Tanwirul Anwar Ma’had ‘Ali P.P Salafiyyah Syafi’iyyah Sukorejo

Situbondo 2001, Fiqh Rakyat (pertarungan Fiqh dengan kekuasaan),

Yogyakarta: LKIS.

UU SISDIKNAS, 2009, Jakarta: Sinar Grafika.

Wang Xiang Jun, 2011, Seokarno Uncensored, Benarkah Soeharto lebih baik dari

Soekarno?, Jokjakarta: Pustaka Radja.

Winarno Surakhmad, 1990, Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung: Tarsito.

Page 175: PEMIKIRAN IR. SOEKARNO TENTANG PENDIDIKAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/02/muthlibin.pdf · Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim ... demi terselesaikannya

Yatim, Badri. 1999, Soekarno, Islam, dan Nasionalisme, Jakarta: Logos Wacana.

Zakiah Darajat, 1982, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksa.

Zubaedi, 2011, Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasi Dalam

Lembaga Pendidikan, Jakarta: Kencana.

Zuhairini Dan Abdul Ghafir,1993, Methodologi Pendidikan Agama,Ramadhani,

Solo.