KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN...

241
KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN K.H. HASYIM ASY’ARI TENTANG PENDIDIKAN ISLAM S K R I P S I Oleh: Muh. Syamsul Arifin 06110113 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG Oktober, 2010

Transcript of KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN...

Page 1: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN K.H. HASYIM ASY’ARI TENTANG

PENDIDIKAN ISLAM

S K R I P S I

Oleh: Muh. Syamsul Arifin

06110113

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG Oktober, 2010

Page 2: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN K.H. HASYIM ASY’ARI TENTANG

PENDIDIKAN ISLAM

S K R I P S I

Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan guna Memperoleh

Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)

Oleh: Muh. Syamsul Arifin

06110113

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG Oktober, 2010

Page 3: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

HALAMAN PERSETUJUAN

KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN K.H. HASYIM ASY’ARI TENTANG

PENDIDIKAN ISLAM

S K R I P S I

Oleh Muh. Syamsul Arifin

NIM. 06110113

Telah disetujui Pada Tanggal, 04 Oktober 2010

Oleh Dosen Pembimbing

Dr. H. M. Mujab, M.A NIP. 196611212002121001

Mengetahui, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

Drs. H.M. Padil, M. Pd. I NIP. 196512051994031003

Page 4: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

MOTTO

� �� �� ���� ��� ���� �� ����� ���� �� ���� �� ��� ������� �� ��� ��� �� � ��� �� ��

��� ��� �� ���� � � ���� �� ���� ���

Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui

dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya

orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran

(Q. S. Az-Zumar ayat 1)

“Belajarlah, karena seseorang tidak dilahirkan dalam

keadaan berilmu

Padahal orang yang berilmu tidaklah sama dengan mereka

yang dungu!

Para pembesarpun, jika ia tidak berilmu, Menjadi kecil saat

orang-orang dikumpulkan. Sementara orang kecil, jika ia

berilmu, Menjadi besar saat berada dalam perkumpulan”.

(Muhammad ‘Afif al Za’biy. 2003. Diwan Syafi’i, Untaian Syair

Imam Syafi’i, Yogyakarta: Kota Kembang)

Page 5: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

PERSEMBAHAN

Aku persembahkan karya ini kepada:

Bapak (alm) dan Emak tercinta, yang dalam kondisi dan situasi apapun tetap

dengan ikhlas dan tulus memberikan curahan kasih sayang dan dukungan berupa

moral, material dan spiritual kepada putra tercintanya ini

Guru-guruku dan Dosen-dosenku yang telah memberikan bimbingan, arahan

dan selalu mentransformasikan keilmuannya sehingga menjadikanku mengetahui,

memahami dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Seluruh Keluargaku; Siti Nafisah (kakak tertua), Almarhum Miftahus Surur

(kakah kedua), dan adikku tercinta serta yang aku banggakan dan harapkan, Siti

Zahrotul Mila. Serta tak lupa kakak Iparku, Sepupu-Sepupuku, kakek dan

Nenekku, Paman dan Bibiku yang telah memberikan do'a, motivasi, dan bantuan

sehingga menjadi pemicu semangatku untuk meraih cita-cita dan untuk menjadi

seperti apa yang mereka harapkan.

Teman-temanku di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Himpunan

Mahasiswa Islam (HMI), Gerakan Mahasiswa Nasionalis Indonesia (GMNI),

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), dan Kesatuan Aksi Mahasiswa

Muslim Indonesia (KAMMI) yang selalu mengajariku akan hausnya nafsu

intelektualitas dan idealisme gerakan.

Almamaterku Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

yang selalu Aku bangga-banggakan.

Page 6: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

Dr. H. M. Mujab, M.A Dosen Fakutas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang NOTA DINAS PEMBIMBING Hal : Skripsi Muh. Syamsul Arifin Malang, 04 Oktober 2010 Lamp : 4 (Empat) Eksemplar

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim

di

Malang

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa,

maupun tehnik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di

bawah ini:

Nama : Muh. Syamsul Arifin

NIM : 06110113

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H.

Hasyim Asy’ari tentang Pendidikan Islam

Maka selaku Pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak

diajukan untuk diujikan.

Demikian, mohon dimaklumi adanya.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Pembimbing, Dr. H. M. Mujab, M.A NIP. 196611212002121001

Page 7: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, 14 Oktober 2010 Muh. Syamsul Arifin NIM. 06110113

Page 8: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim. Segala puji bagi Allah, Dzat yang menguasai semua mahluk dengan segala

kebenaran-Nya. Dengan petunjuk dan pertolongan Nyalah penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Komparasi Pemikiran K.H.

Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari Tentang Pendidikan Islam”, walau

masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan, baik mengenai isi maupun

sistematika penyusunannya. Sebab sebagai manusia biasa, penulis tidak lepas dari

salah dan lupa. Oleh karena itu, besar harapan kami atas tegur sapa dan kritik dari

semua pihak.

Shalawat serta salam semoga senantiasa Allah limpahkan keharibaan

junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah memberikan pelajaran,

tuntunan dan suri tauladan kepada kita semua, sehingga kita dapat menuju jalan

islam yang luruh dan penuh Ridha-Nya.

Banyak bantuan yang telah penulis terima dari berbagai pihak dalam

penyusunan skripsi ini, maka sepatutnyalah penulis ucapkan banyak terima kasih

yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak (alm) dan Emak tercinta yang telah dengan tulus dan ikhlas

memberikan kasih saying dan motivasi baik berupa matriil maupun spiritual,

serta telah membesarkan, membimbing dan membiayai penulis dalam

menyelesaikan studi hingga kejenjang perguruan tinggi.

2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam Negeri

(UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang beserta staf rektoratnya yang selalu

memberikan kesempatan dan pelayanan kepada penulis.

3. Bapak Dr. H. M. Zainuddin, M.A, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah

Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.

4. Bapak Drs. Moh Padil M. Pd. I, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama

Islam Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik

Ibrahim Malang.

Page 9: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

5. Dr. H.M. Mujab, M.A, selaku Dosen Pembimbing yang meluangkan

waktunya dan dengan ikhlas dan tulus memberikan bimbingan dan

pengarahan kepada penulis demi kebaikan dan terselesaikannya skripsi ini.

6. Dr. M. Fatah Yasin, M. Ag dan Muhammad Walid, M. Ag, selaku penguji

skripsi yang bersedia bertukar fikiran dalam rangka memperbaiki

kekurangan-kekurangan dalam skripsi ini.

7. Sahabat-sahabat PMII Cabang dan Komisariat seKota Malang serta

khususnya PK PMII Sunan Ampel yang selalu menemani penulis untuk selalu

berdialektika dalam rangka memperluas khazanah keilmuan dan menemani

penulis dalam suka dan duka, serta mengajarkan akan arti hidup

sesungguhnya.

8. Sahabat-sahabat PMII Rayon Kawah Chondrodimuko, Perjuangan Ibnu Aqil,

Radikal Al-Faruq, Pencerahan Galileo, Penakluk Al-Adawiyah, dan Moch.

Hatta yang selalu menjadi kontroler bagi penulis dalam melakukan aktivitas

sehari-hari.

9. Kawan-kawan HMI, Bung dan Nona GMNI, dan Imawan-imawati IMM serta

akhi-ukhti KAMMI yang selalu berdialektika dengan penulis tentang nafsu

idealismenya.

Tiada kata yang patut penulis sampaikan selain untaian do’a, semoga Allah

membalas jasa-jasa baik beliau. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini

jauh dari kesempurnaan baik dari segi materi atau isi dan sistematika pembahasan.

Oleh karena itu, saran dan kritik konstruktif untuk membenahi dan memenuhi

kekurangan dalam laporan-laporan selanjutnya.

Demikian yang bisa disampaikan oleh penulis, kurang lebihnya mohon

maaf yang sebesar-besarnya. Semoga tulisan yang sederhana ini dapat berguna

dan bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua pihak pada umumnya.

Amin.

Malang, 04 Oktober 2010

Muh. Syamsul Arifin NIM. 06110113

Page 10: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

Penulisan transliterasi Arab-Latin dalam skripsi ini menggunakan

pedoman transliterasi berdasarkan keputusan bersama Menteri Agama RI dan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI no. 158 tahun 1987 dan no. 0543 b/ U/

1987 yang secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:

A. Huruf

� = a � = z � = q

� = b � = s � = k

� = t � = sy = l

= ts � = sh � = m

= j � = dl � = n

� = h � = th � = w

� = kh � = zh ? = h

� = d � = ‘ � = ,

� = dz � = gh � = y

� = r � = f

B. Vokal Panjang

Vokal (a) panjang = �

Vokal (i) panjang = î

Vokal (u) panjang = û

C. Vokal Diftong

�� = aw

�� = ay

�� = û

� = î

Page 11: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Sumber dan Rujukan Penelitian ................................................. 56

Tabel 2 : Data Sekolah yang didirikan K.H. Ahmad Dahlan ..................... 195

Tabel 3 : Data Sekolah yang didirikan K.H. Ahmad Dahlan ................... I96

Page 12: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Langkah-langkah atau prosedur penelitian ............................. 67

Gambar 2 : Silsilah K.H. Ahmad Dahlan .............................................. 71

Gambar 3 : Silsilah K.H. Hasyim Asy’ari .............................................. 100

Page 13: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Bukti Konsultasi Bimbingan Skripsi ................................... xxii

Lampiran 2: Biodata Mahasisiwa ............................................................. xxiii

Page 14: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN SAMPUL DALAM ........................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ iii

HALAMAN MOTTO ............................................................................ iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. v

HALAMAN NOTA DINAS ................................................................... vi

HALAMAN PERNYATAAN ................................................................ vii

KATA PENGANTAR ............................................................................ viii

HALAMAN TRANSLITERASI............................................................ x

DAFTAR TABEL .................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xiii

DAFTAR ISI .......................................................................................... xiv

HALAMAN ABSTRAK ........................................................................ xviii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................. 17

C. Tujuan Penelitian .............................................................. 18

D. Manfaat Penelitian ............................................................ 18

E. Batasan Masalah ............................................................... 19

Page 15: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

F. Definisi Operasional.......................................................... 20

G. Sistematika Pembahasan ................................................... 21

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu ......................................................... 24

B. Kondisi Pendidikan ........................................................... 25

1. Definisi Pendidikan ...................................................... 29

2. Definisi Pendidikan Islam ............................................. 33

3. Tujuan Pendidikan Islam .............................................. 36

4. Sumber dan Dasar Pendidikan Islam ............................. 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian ....................................................... 49

B. Jenis Penelitian ................................................................. 53

C. Data dan Sumber Data....................................................... 54

D. Tehnik Pengumpulan Data ................................................ 56

E. Analisis Data ..................................................................... 60

F. Pengecekan Keabsahan Data ............................................. 62

G. Tahap-Tahap Penelitian ..................................................... 64

H. Rancangan Penelitian ........................................................ 65

BAB IV PAPARAN HASIL PENELITIAN

A. K.H. Ahmad Dahlan .......................................................... 68

1. Riwayat Hidup K.H. Ahmad Dahlan ............................. 68

2. Riwayat Pendidikan K.H. Ahmad Dahlan ..................... 72

3. Detik-detik Kepergian K.H. Ahmad Dahlan .................. 76

Page 16: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

B. Pemikiran Pendidikan Islam K.H. Ahmad Dahlan ............. 79

1. Definisi Pendidikan Islam ............................................. 86

2. Tujuan Pendidikan Islam .............................................. 89

3. Dasar Pendidikan Islam ................................................ 92

C. K.H. Hasyim Asy’ari ......................................................... 98

1. Riwayat Hidup K.H. Hasyim Asy’ari ............................ 98

2. Riwayat Pendidikan K.H. Hasyim Asy’ari .................... 105

3. Detik-detik Kepergian K.H. Hasyim Asy’ari ................. 113

D. Pemikiran Pendidikan Islam K.H. Hasyim Asy’ari ............ 118

1. Definisi Pendidikan Islam ............................................. 133

2. Tujuan Pendidikan Islam .............................................. 138

3. Dasar Pendidikan Islam ................................................ 145

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Perbedaan dan Persamaan pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H.

Hasyim Asy’ari Tentang Pendidikan Islam ........................ 154

1. Perbedaan dan Persamaan Definisi Pendidikan Islam menurut

K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari ............. 156

2. Perbedaan dan Persamaan Tujuan Pendidikan Islam menurut

K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari ............. 165

3. Perbedaan dan Persamaan Dasar Pendidikan Islam menurut

K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari ............. 174

B. Kontribusi K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari dalam

Bidang Pendidikan Islam ................................................... 184

Page 17: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

1. K.H. Ahmad Dahlan ..................................................... 187

2. K.H. Hasyim Asy’ari .................................................... 198

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................... 208

B. Saran ................................................................................. 210

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 18: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

ABSTRAK Muh. Syamsul Arifin, 2010. Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari tentang Pendidikan Islam. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Dr. H. M. Mujab, M.A.

Pendidikan merupakan icon fundamental dalam rangka membenahi

kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara, terlebih-lebih pendidikan Islam. Karena hanya dengan pendidikan yang sesungguhnyalah manusia akan mampu merekontruksi pola pikir yang selama ini masih dibawah ketertindasan menuju pola fikir kemerdekaan yang cenderung konstruktif. Pendidikan Islam yang selam ini dalam bayangan manusia menjadi pilihan yang tepat dalam rangka menumbuhkembangkan fitrah dan potensi yang diberikan Tuhan untuk kemudian diekplorasikan dalam kehidupan nyata menjadi sebuah keharusan yang harus difikirkan oleh elemen pelaksana pendidikan.

Berangkat dari itulah penulis kemudian ingin membahas kembali pemikiran tokoh dan intelektual muslim Indonesia yang mencoba untuk merumuskan pendidikan Islam yang sesuai dengan haparan agama, bangsa dan Negara, seperti K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari. Maka dari itu penulis mengambil judul Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H Hasyim Asy’ari tentang Pendidikan Islam. Dengan harapan, konsepsi pendidikan Islam yang ditawarkan oleh kedua tokoh tersebut mampu menginspirasikan elemen pelaksana pendidikan dalam rangka mengembangkan pendidikan Islam agar kemudian pendidikan Islam mampu menjawab tantangan globalisasi dengan tetap mendasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam.

Fokus masalah dalam penelitian ini adalah persamaan dan perbedaan pendidikan Islam menurut K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari, serta kontribusi K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyiam Asy’ari dalam bidang pendidikan. Dari fokus masalah yang sudah disebutkan tadi, penulis mengambil langkag untuk kemudian menganalisis atau menelitinya dengan tujan mampu mengetahui, memahami, dan mampu mengambil kesimpulan dari pemikiran pendidikan Islam K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari, sehingga hasil dari telaah tersebut mampu dijadikan kontribusi dalam terselenggaranya dan berkembangnya pendidikan Islam. Penelitian ini menggunakan pendekatan diskriptif kualitatif dengan jenis library research. Sedangkan metode pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi dalam rangka mencari sumber dan data yang menunjang dalam penulisan ini. Kemudian dari dokumentasi tersebut dianalisis dengan menggunakan metode content analysis dan interpretasi sumber dan data yang didapat.

Dengan kerangka itu, dapat diketahui bahwa pendidikan Islam dalam perspektif K.H. Ahmad Dahlan adalah merupakan suatu sarana dan upaya sadar yang dilakukan dalam rangka mengentaskan pemikiran manusia yang statis menuju pemikiran yang dinamis yang bertujuan melahirkan manusia yang siap tampil sebagai ulama-intelek dan intelek-ulama yang memiliki keteguhan iman dan ilmu yang luas, serta kuat jasmani dan rohani yang tetap mendasarkan semua itu pada Al-Qur’an dan Hadis. Sedangkan pendidikan Islam dalam perspekti K.H.

Page 19: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

Hasyim Asy’ari merupakan sarana dan upaya strategis yang dilakukan oleh manusia dalam rangka mencapai kemanuisannya, sehingga mampu mengetahui hakikat penciptaannya, penciptanya dan tugas serta tanggung jawab manusia sebagai khalifah di bumi yang kemudian bertujuan agar dengan pendidikan Islam, manusia mampu mendekatkan diri kepada Allah SWT., sehingga mendapatkan kebahagian dunia dan akhirat yang juga tetap melandaskan pada Al-Qur’an dan Hadis.

K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari memiliki persamaan dan perbedaan dalam memandang pendidikan Islam. Namun, secara umum mereka berdua sepakat bahwa pendidikan Islam merupakan sarana dan upaya yang tepat dan strategis dalam rangka menyelamatkan kehidupan manusia dari hal apapun. Sedangkan perbedaan yang terlihat dari kedua tokoh tersebut dalam memaknai pendidikan Islam adalah masalah substansi dari pendidikan Islam tersebut. K.H. Ahmad Dahlan cenderung bercorak modernis, sedangkan K.H. Hasyim Asy’ari cenderung bercorak tradisionalis.

Kontribusi K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari terhadp pendidikan Islam di Indonesia sangatlah banyak. K.H. Ahmad Dahlan dengan Muhammdiyahnya sudah mendirikan ribuan lembaga pendidikan, dan K.H. Hasyim Asy’ari dengan Nahdlotul Ulamanya juag sudah melahirkan lembaga pendidikan yang tersebar diseluruh Indonesia. Dan sampai sekarang sistem pendidikan Islam yang mereka berdua tawarkan masih dipergunakan dalam lembaga-lembaga pendidikan. Kata Kunci: Pendidikan Islam, K.H. Ahmad Dahlan, K.H. Hasyim Asy’ari

Page 20: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

ABSTRACT

Muh. Syamsul Arifin, 2010. Thought comparison K.H. Ahmad Dahlan and K.H. Hasyim Asy'ari on Islamic Education. Thesis, Department of Islamic Religious Education, Faculty of Education, State Islamic University of Maulana Malik Ibrahim Malang. Advisor : Dr. H. M. Mujab, M.A.

Education is a fundamental icon in order to fix the religious life, nation

and state, even more Islamic education. Because only with education that indeed humans will be able to reconstruct the mindset that had been still under the oppression towards freedom of thought which tend to be constructive. Islamic education is so far in the shadow of man to be the right choice in order to develop nature and God-given potential for later explored in real life becomes a necessity that should be a lot of rethinking by implementing elements of education.

Departing from that author and then want to discuss the re-thinking leaders and Indonesian Muslim intellectuals who tried to formulate an appropriate Islamic education in the hope of religion, nation and the State, such as KH Ahmad Dahlan and K.H. Hasyim Asy’ari. Thus the writer take the title Comparison of Thought KH Ahmad Dahlan and KH Hasyim Asy’ari on Islamic Education. With hope, the conception of Islamic education offered by these two elements of character can inspire educators to develop the Islamic education for Muslim education and then be able to meet the challenges of globalization with a permanent base on the values of Islamic teaching.

Focus problem in this research are the similarities and differences in Islamic education by KH Ahmad Dahlan and K.H. Hashim Asy’ari, and the contribution K.H. Ahmad Dahlan and K.H. Hasyim Asy’ari in the field of education. From a focus problem that was mentioned earlier, the researcher took steps to then analyze or examine it in order be able to know, understand, and are able to draw conclusions from the Islamic schools of thought KH Ahmad Dahlan and K.H. Hasyim Asy’ari, so that the results of these studies can be used as contribution in the implementation and development of Islamic education. This study used a qualitative descriptive approach to the type of library research. While the method of data collection method in order to find the source documentation and data that support in writing this. Then, from the documentation was analyzed using content analysis and interpretation methods and data sources are obtained.

With that framework, it is known that Islamic education in the perspective of KH Ahmad Dahlan is a means and a conscious effort made in order to alleviate human thought that static towards dynamic thinking aimed at people who are ready to give birth appears as a scholar-intellectuals and scholars who have the intellect, firmness of faith and science are broad, and strong physical and spiritual still basing it on the Quran and Hadith. Meanwhile, Islamic education in perspekti K.H. Hasyim Asy’ari is a means and strategic efforts undertaken by humans in order to achieve humanity, so as to know the nature of its creation, its creator and the duty and responsibility of man as the Caliph on earth who then aimed for with

Page 21: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

Islamic education, people can draw closer to Allah SWT ., so get happiness in this world and the hereafter is also fixed bases in the Qur'an and Hadith.

K.H. Ahmad Dahlan and K.H. Hasyim Asy’ari has similarities and differences in the view of Islamic education. However, in general, they both agree that Islamic education is a means and appropriate measures and strategic in order to save human life from it whatsoever. While the differences seen from both figures of understanding of Islamic education is a matter the substance of Islamic education. K.H. Ahmad Dahlan tend patterned a modernist, while KH Hasyim Asy’ari tend patterned traditionalists.

Contributions K.H. Ahmad Dahlan and K.H. Hasyim Asy’ari against Islamic education in Indonesia is very much. K.H. Ahmad Dahlan with Muhammadiyahnya already set up thousands of educational institutions, and KH Hasyim Asy’ari with Nahdlotul Ulamanya also been childbirth education institutions all over Indonesia. And until now the Islamic education system that they both offer is still used in educational institutions. Keywords: Islamic Education, K.H. Ahmad Dahlan, K.H. Hasyim Asy’ari

Page 22: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

xviii �

ABSTRAK

Muh. Syamsul Arifin, 2010. Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari tentang Pendidikan Islam. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Dr. H. M. Mujab, M.A.

Pendidikan merupakan icon fundamental dalam rangka membenahi

kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara, terlebih-lebih pendidikan Islam. Karena hanya dengan pendidikan yang sesungguhnyalah manusia akan mampu merekontruksi pola pikir yang selama ini masih dibawah ketertindasan menuju pola fikir kemerdekaan yang cenderung konstruktif. Pendidikan Islam yang selam ini dalam bayangan manusia menjadi pilihan yang tepat dalam rangka menumbuhkembangkan fitrah dan potensi yang diberikan Tuhan untuk kemudian diekplorasikan dalam kehidupan nyata menjadi sebuah keharusan yang harus difikirkan oleh elemen pelaksana pendidikan.

Berangkat dari itulah penulis kemudian ingin membahas kembali pemikiran tokoh dan intelektual muslim Indonesia yang mencoba untuk merumuskan pendidikan Islam yang sesuai dengan haparan agama, bangsa dan Negara, seperti K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari. Maka dari itu penulis mengambil judul Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H Hasyim Asy’ari tentang Pendidikan Islam. Dengan harapan, konsepsi pendidikan Islam yang ditawarkan oleh kedua tokoh tersebut mampu menginspirasikan elemen pelaksana pendidikan dalam rangka mengembangkan pendidikan Islam agar kemudian pendidikan Islam mampu menjawab tantangan globalisasi dengan tetap mendasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam.

Fokus masalah dalam penelitian ini adalah persamaan dan perbedaan pendidikan Islam menurut K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari, serta kontribusi K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyiam Asy’ari dalam bidang pendidikan. Dari fokus masalah yang sudah disebutkan tadi, penulis mengambil langkag untuk kemudian menganalisis atau menelitinya dengan tujan mampu mengetahui, memahami, dan mampu mengambil kesimpulan dari pemikiran pendidikan Islam K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari, sehingga hasil dari telaah tersebut mampu dijadikan kontribusi dalam terselenggaranya dan berkembangnya pendidikan Islam. Penelitian ini menggunakan pendekatan diskriptif kualitatif dengan jenis library research. Sedangkan metode pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi dalam rangka mencari sumber dan data yang menunjang dalam penulisan ini. Kemudian dari dokumentasi tersebut dianalisis dengan menggunakan metode content analysis dan interpretasi sumber dan data yang didapat.

Dengan kerangka itu, dapat diketahui bahwa pendidikan Islam dalam perspektif K.H. Ahmad Dahlan adalah merupakan suatu sarana dan upaya sadar yang dilakukan dalam rangka mengentaskan pemikiran manusia yang statis menuju pemikiran yang dinamis yang bertujuan melahirkan manusia yang siap tampil sebagai ulama-intelek dan intelek-ulama yang memiliki keteguhan iman dan ilmu yang luas, serta kuat jasmani dan rohani yang tetap mendasarkan semua

Page 23: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

xix �

itu pada Al-Qur’an dan Hadis. Sedangkan pendidikan Islam dalam perspekti K.H. Hasyim Asy’ari merupakan sarana dan upaya strategis yang dilakukan oleh manusia dalam rangka mencapai kemanuisannya, sehingga mampu mengetahui hakikat penciptaannya, penciptanya dan tugas serta tanggung jawab manusia sebagai khalifah di bumi yang kemudian bertujuan agar dengan pendidikan Islam, manusia mampu mendekatkan diri kepada Allah SWT., sehingga mendapatkan kebahagian dunia dan akhirat yang juga tetap melandaskan pada Al-Qur’an dan Hadis.

K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari memiliki persamaan dan perbedaan dalam memandang pendidikan Islam. Namun, secara umum mereka berdua sepakat bahwa pendidikan Islam merupakan sarana dan upaya yang tepat dan strategis dalam rangka menyelamatkan kehidupan manusia dari hal apapun. Sedangkan perbedaan yang terlihat dari kedua tokoh tersebut dalam memaknai pendidikan Islam adalah masalah substansi dari pendidikan Islam tersebut. K.H. Ahmad Dahlan cenderung bercorak modernis, sedangkan K.H. Hasyim Asy’ari cenderung bercorak tradisionalis.

Kontribusi K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari terhadp pendidikan Islam di Indonesia sangatlah banyak. K.H. Ahmad Dahlan dengan Muhammdiyahnya sudah mendirikan ribuan lembaga pendidikan, dan K.H. Hasyim Asy’ari dengan Nahdlotul Ulamanya juag sudah melahirkan lembaga pendidikan yang tersebar diseluruh Indonesia. Dan sampai sekarang sistem pendidikan Islam yang mereka berdua tawarkan masih dipergunakan dalam lembaga-lembaga pendidikan. Kata Kunci: Pendidikan Islam, K.H. Ahmad Dahlan, K.H. Hasyim Asy’ari

Page 24: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berjalan sangat cepat yang

mewarnai seluruh aspek kehidupan manusia. Dalam rangka mengimbangi

perkembangan IPTEK tersebut pemerintah telah menetapkan suatu kebijaksanaan

untuk meningkatkan mutu pendidikan bagi setiap warganya.

Pencapaian kualitas pendidikan merupakan langkah yang harus dilakukan

dengan usaha peningkatan kemampuan professional yang dimiliki oleh guru.

Utamanya guru pendidikan agama Islam.

Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan kualitas

manusia. Oleh karena itu, manusia merupakan kekuatan sentral dalam

pembangunan, sehingga mutu dan sistem pendidikan akan dapat ditentukan

keberhasilannya melalui peningkatan motivasi belajar siswa.

Kehidupan dan peradaban manusia di millenium ke-3 mengalami banyak

perubahan. Dalam merespon fenomena itu, lembaga pendidikan berlomba dan

berpacu mengembangkan kualitas pendidikan disegala bidang ilmu dan termasuk

juga penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Era yang demikian

memunculkan sebuah krisis dimensi spiritual dalam kehidupan individu,

masyarakat bahkan pada sektor yang lebih luas berbangsa dan bernegara.

Hal diatas menurut Abdul Majid disebabkan salah satunya dan yang sering

dijadikan sasaran adalah peranan serta efektivitas pendidikan agama di sekolah

sebagai pemberi nilai spiritual terhadap kesejahteraan dan perdamaian dalam

Page 25: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

2

masyarakat. Dengan asumsi jika Pendidikan Agama Islam dilakukan dengan baik,

maka kehidupan masyarakat pun akan lebih baik.1

Paragraf diatas mengindikasikan betapa pentingnya peranan pendidikan

agama (Islam) dalam membangun moral suatu bangsa dan negara menuju gerbang

kesejahteraan dan perdamaian. Maka lembaga-lembaga pendidikan mulai dari

tingkat yang paling bawah sampai dengan perguruan tinggi selayaknya dan

menjadi sebuah keharusan untuk memberikan materi-materi pelajaran yang

bernuansa keagamaan.

Reorientasi pendidikan akhir-akhir ini menjadi perbincangan yang sangat

menarik untuk dicermati. Hal ini mengingat bahwa pendidikan memang

memegang peranan sangat penting dalam peningkatan dan pembangunan bangsa

tak terkecuali dalam pendidikan Islam yang saat ini berjalan belum mampu

memberika nuansa baru kepada peserta didik sebagai penerus pemegang estafet

kepemimpinan. Reorientasi ini tidak hanya bertujuan untuk menyempurnakan

kekurangan-kekurangan yang dirasakan, tetapi terutama merupakan suatu usaha

penelaahan kembali atas aspek-aspek sistem pendidikan yang berorientasi pada

rumusan tujuan yang baru.

Selain hal diatas, perkembangan sains dan teknologi yang semakin hari

semakin cepat sehingga tidak memungkinkan seseorang untuk mengikuti seluruh

proses perkembangannnya menuntut penguasaan sains dan teknologi informasi

bagi seluruh elemen bangsa dalam segala ranah kehidupan. Program peningkatan

kualitas sumber daya manusia (SDM) hendaknya menjadi prioritas utama lembaga

1 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurukulum 2004,. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), Hal. 81

Page 26: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

3

pendidikan. Kualitas SDM terkait erat dengan kualitas pendidikan yang

merupakan produk dari lembaga pendidikan.

Paulo Freire beranggapan bahwa pendidikan merupakan ikhtiar untuk

mengembalikan fungsi seabagai alat untuk membebaskan pendidikan sebagai alat

untuk membebaskan manusia dari berbagai bentuk penindasan dan ketertindasan

yang dialami oleh masyarakat; baik dari soal kebodohan sampai ketertinggalan.

Tidak hanya tokoh Barat saja yang menungkan pikirannya dalam rangka

memperbaiki kondisi pendidikan Islam. Imam Al-Ghazali salah satunya, Al-

Ghazali beranggapan bahwa pendidikan Islam merupakan sarana untuk

tercapainya kesempurnaan insani yang bermuara pada pendekatan diri kepada

Allah serta kesempurnaan insani yang bermuara pada kebahagiaan dunia dan

akhirat.2

Begitu amat pentingnya pendidikan Islam sampai menyedot banyak

perhatian dari intelektual pendidikan, baik dari Barat ataupun Islam. Pada

hakikatnya kaum-kaum intelektual yang berkecimpung dalam dunia pendidikan

menyepakati bahwa hanya dengan pendidikanlah umat manusia akan

mendapatkan pencerahan dalam perkembangannya. Dengan pendidikan manusia

akan mampu melihat sesuatu yang belum pernah mereka lihat, dan akan mampu

membedakan hal-hal yang baikdan buruk.

Secara garis besar pendidikan Islam merupakan suatu proses pembentukan

individu berdasarkan ajaran–ajaran Islam yang diwahyukan Allah SWT kepada

Nabi Muhammmad melalui proses di mana individu dibentuk agar dapat 2 Fathiyah Hasan Sulaiman, Sitem Pendidikan Versi Al-Ghazali, (terj.) Fathur Rahmat May dan Syamsuddin Asyrafi, dari judul asli Al-Mazhabut Tarbawi ‘idn Al-Ghazali, (Bandung: Al-Ma’arif, 1986), cet. Ke-I, hlm. 14.

Page 27: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

4

mencapai derajat yang tinggi sehingga ia mampu menunaikan tugasnya sebagai

kholifah di muka bumi, yang dalam rangka lebih lanjut mewujudkan kebahagiaan

dunia dan akhirat.3 Tegasnya, sebagaimana yang dikemukakan Ahmad D.

Mariban bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani menuju

kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.4

Kalimat diatas adalah upaya yang seharusnya dilakukan oleh lembaga-

lembaga pendidikan dengan tetap mengutamakan ajaran-ajaran Islam agar

menjadi kosumsi primer yang diterima oleh peserta didik, sehingga peserta didik

menyadari tugas dan fungsi Tuhan menciptakannya dimuka bumi. Dimana tujuan

yang diharapkan adalah menjadi kholifah dimuka bumi yang mampu mewujudkan

kebahagian dunia dan akhirat.

Senada dengan hal diatas, Prof. Dr. Zuhairini mengungkapkan bahwa

pendidikan adalah pemberi corak hitam putihnya perjalanan seseorang. Oleh

karena itu, ajaran Islam menetapkan bahwa pendidikan merupakan salah satu

kewajiban bagi laki-laki dan wanita dan berlangsung seumur hidup. Dalam bahasa

lain disebut life long education���

Hitam dan putihnnya perjalanan hidup seseorang ditentukan dari salah

satunya adalah faktor pendidikan, dimana ketika manusia mengetahui tugas dan

kewajibannya melalui sarana pendidikan, maka dengan sendirinya dan sadar diri

3 Hasan Langgulung. Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam (Bandung: Al-Ma'arif, 1980) Hal. 94. 4 Ahmad D. Marimba. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Al-Ma'arif, 1980) hal. 23. 5 Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksra, 1995) Hal.01. Pendidikan dalam hal Ini sebagaimana di utarakan Prof. Zuhairini bahwa ciri dari Pendidikan Islam adalah perubahan sikap dan tingkah laku sesuai dengan petunjuk ajaran Islam. Dan untuk itu perlu adanya usaha, kegiatan, metode, alat dan juga lingkungan hidup yang menunjang keberhailan pendidikan. Singkatnya, Pendidikan Islam secara umum adalah pembentukan kepribadian muslim. Lihat dalam Zuhairini, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), Cet. Ke-4. Hal. 28.

Page 28: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

5

manusia akan menjalankan sesuatu yang diperintah dan menjahui sesuatu yang

dilarang oleh Allah SWT. Oleh karena itu pendidikan untuk umat manusia tidak

mengenal ruang dan waktu, dimana manusia itu berada hendaknya dia melakukan

proses pendidikan.

Pendidikan mempunyai peranan yang amat penting untuk menjamin

perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa yang bersangkutan.6 Dengan

landasan pemikiran tersebut, pendidikan nasional disusun sebagai usaha sadar

untuk memungkinkan bangsa Indonesia mempertahankan kelangsungan hidupnya

dan mengembangkan dirinya secara terus menerus dari satu generasi kegenerasi

berikutnya.7

Dewasa ini perkembangan dunia modern menuntut bangsa Indonesia

untuk senantiasa berupaya meningkatkan mutu ilmu pengetahuan dan teknologi,

disamping untuk meningkatkan kualitas manusia dalam penguasaan dan

pemanfaatan sains dan teknologi guna kesejahteraan masyarakat Indonesia dimasa

depan.

Keberadaan sains dan teknologi yang maju secara tidak langsung

mempengaruhi tatanan kehidupan juga termasuk sistem pendidikan, tuntutan dan

kebutuhan dibidang pendidikan merupakan masalah yang penting dalam

kelangsungan suatu bangsa. Sistem pendidikan dalam perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang multidimensional ini akan menyebabkan

pendidikan kita berada lebih jauh tertinggal dengan kebutuhan dan perkembangan

bangsa Indonesia. Oleh karena itu penguasaan dan perkembangan ilmu 6 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No.02 Th 1989) (Jakarta: Sinar Grafika, 1999), hlm. 23 7 Ibid. hlm. 24

Page 29: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

6

pengetahuan dan teknologi perlu diarahkan untuk memajukan kecerdasan dan

kemampuan bangsa serta kesejahteraan seluruh masyarakat dalam rangka

meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Keadaan pendidikan suatu bangsa sangat mempengaruhi bangsa itu,

misalnya Indonesia merupakan salah satu negara sedang berkembang yang tengah

giat-giatnya membangun dalam upaya memperbaiki dan memajukan pendidikan

yang ada agar menghasilkan generasi penerus dan pembangunan bangsa yang

profesional.

Mekanisme institusional fundamental untuk mengembangkan manusia

berpengetahuan luas dan profesional adalah pendidikan. Pendidikan tidak hanya

membekali manusia dengan pengetahuan dan keterampilan yang profesional saja

tetapi juga memungkinkan orang dapat belajar untuk memperbaiki tingkat

ekonominya, pendidikan juga merupakan nilai, cita-cita, sikap serta aspirasi yang

secara langsung berkaitan dengan kepentingan pembangunan suatu bangsa.

Adanya kontak-kontak politik dan militer kolonial antara dunia islam dan

Barat membawa akibat timbulnya kontak-kontak budaya dan pemikiran. Di dunia

Islam mulai diperkenalkan dan berkenalan dengan peradaban sekuler yang di

Barat sudah tidak asing lagi. Pendidikan sekuler yang memberikan tekanan pada

pembinaan pribadi yang demokrasi dengan dasar antroposentrik murni. Asas

theosentrik, masalah-masalah sepiritual manusia, hubungan yang ada antara

realisasi sepiritual dan esensi nilai-nilai moral, hubungan yang integral antara

nilai-nilai moral dan tindakan manusia, semua terkucil dari persoalan pendidikan

untuk kemudian menjadi masalah pribadi. Perbedaan-perbedaan pendidikan

Page 30: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

7

sekuler mengenai pendidikan dan konsep Pendidikan Islam sangat mendasar

walaupun banyak konsep-konsep mikro yang dapat dimanfaatkan dari Barat.8

Seperti pernyataan M. Rusli Karim, bahwa pada saat ini posisi pendidikan

Islam berada pada posisi determinisme. Artinya, pada sejarah awalnya pendidikan

Islam pernah mencapai puncak kejayaannya, ketika itu dunia islam mampu

melahirkan banyak tokoh-tokoh ilmu pengetahuan yang berkaliber dunia dan

bersama dengan perkembangan ilmu tersebut berkembang dan maju dalam

peradaban Islam. tetapi sekarang ini, kondisi yang terjadi sebaliknya, artinya

dalam realitas praktis pendidikan Islam seakan-akan tidak berdaya, karena

dihadapkan dengan realitas perkembangan masyarakat industri modern.9

Hal diatas menggambarkan bagaimana kontribusi tokoh-tokoh Islam yang

pada waktu itu membawa Islam mencapai kejayaan pada masa itu, dimana dapat

diketahui sosok seperti Ibnu Arabi, Ibnu Farabi, Ibnu Khaldun, Ibnu Thufail, Ibnu

Sina, Ibnu Rusdy, dan Imam Ghazali serta tokoh Islam lainnya yang mampu

memberikan warna dalam perkembangan dan peradaban Islam pada waktu itu,

mulai dari pengetahuan pengetahuan theologi sampai pada sains dan teknologi.

Karena disiplin pengetahuan itulah yang menjadi sebuah syarat bagi bangsa dan

negara yang ingin mendapatkan predikat sebagai negara yang maju dan

berkembang. Akan tetapi seiring dengan perkembangan zaman yang penuh

dengan nuansa kapitalisme, maka seiring itu pula kejayaan Islam melaui tergerus.

Islam pada dekade ini masih belum mampu melahirkan tokoh-tokoh seperti

pendahulunya. Hal ini disebabkan oleh lemahnya penghargaan terhadap tokoh 8 Munzir Hitami, Mengonsep Kembali Pendidikan Islam (Yokyakarta: LKiS, 2004), hlm. 3 9 M. Rusli Karim, Pendidikan Islam di Indonesia dalam Transformasi Social Budaya, dalam Buku Pendidikan Islam di Indonesia antara Cita dan Fakta (Yokyakarta: Tiara Wacana, 1991), hal. 129

Page 31: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

8

pendahulunya, sehingga masyarakat enggan untuk kemudian melestarikan dan

bahkan meneruskan pemikiran-pemikiran tokoh terdahulu.

Perlu kita ketahui bahwa kita hidup dalam lingkaran wacana pragmatisme

yang mau mendorong kita supaya menyesuaikan diri dengan fakta-fakta realitas.

Impian-impian dan utopia-utopia, disebutnya tidak tak berguna, tetapi sungguh

menghambat. (bagaimana pun juga, impian dan utopia merupakan bagian intrinsik

setiap praktek pendidikan dengan daya kekuatan untuk menyibak topeng-topeng

kebohongan yang dominan)10.

Disatu sisi yang lain, pendidikan memegang peranan yang sangat penting

dalam kehidupan ini, tidak ada satu hal pun kehidupan di dunia ini yang bisa

terlepas dari pendidikan, baik itu ekonomi, politik, hukum, dan yang lainnya.

Dalam setiap aspek kehidupan membutuhkan pendidikan meskipun pendidikan

yang dilakukan dalam setiap aspek berbeda-beda tergantung pada bidang yang

digeluti.

Begitu urgennya masalah pendidikan, sehingga begitu banyak para pakar

ataupun tokoh yang senantiasa berupaya untuk melahirkan pemikiran-pemikiran

tentang pendidikan. Baik yang sifatnya pengetahuan yang benar-benar baru yang

sebelumya belum ada ataupun pemikiran-pemikiran yang sifatnya pengembangan

atau diadakan inovasi dari pemikiran yang ada.

Hal ini dilakukan semuanya tidak lain adalah supaya pendidikan benar-

benar mengena pada sasaran, yakni dapat bermanfaat dalam kehidupan terlebih

lagi supaya peradaban yang ada semakin maju dan berkembang.

10 Paulo freire, Pedagogi Pengharapan, (Yogyakarta: KANISIUS,2005), hal.7.

Page 32: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

9

John Vaisey maupun B.G. Tilak Jandhalaya dalam Fadjar mengemukakan

bahwa pendidikan adalah dasar dari pertumbuhan dan perkembangan ekonomi,

sains dan teknologi, menekan dan mengurangi kemiskinan dan ketimpangan

pendapatan, serta peningkatan kualitas peradaban manusia pada umumnya.

Selanjutnya, John Vaisey mengemukakan argumennya bahwa sejumlah besar dari

apa yang kita ketahui diperoleh dari proses belajar secara formal di lembaga-

lembaga pendidikan termasuk lembaga pendidikan Islam.11

Akan tetapi, di sini tidak akan dibicarakan secara panjang lebar mengenai

peranan pendidikan pada semua aspek kehidupan melainkan lebih dispesifikan

pada pendidikan Islam itu sendiri. Sebagaimana kita ketahui sekarang ini dunia

sedang mengalami degradasi moral, yang mau tidak mau pendidikan Islam itu

sendiri mempunyai andil dalam hal ini.

Telah banyak contoh nyata yang dapat kita lihat dari degradasi moral itu

sendiri salah satunya yakni tercerabutnya nilai-nilai yang tertanam pada

masyarakat. Pada zaman sekarang ini kekerasan sudah biasa terjadi bahkan

dikalangan para pelajar yang sedang menuntut ilmu. Hal ini sebenarnya adalah

sebuah fenomena yang sudah dapat diramalkan oleh para praktisi pendidikan

karena pendidikan yang ada pada saat ini lebih banyak menekankan para peserta

didiknya pada kemampuan kognitifnya saja tanpa dibarengi dengan kemampuan

dalam bidang afektifnya. Pendidikan pada masa sekarang ini lebih bertujuan untuk

mencetak generasi yang dibutuhkan oleh pasar modal, lembaga-lembaga

pendidikan beramai-ramai mencetak lulusan yang hanya siap untuk bekerja

11 Mulyono, Desain Dan Pengembangan Pembelajaran PAI, Buku Diktat (Malang: 2007), hlm. 15.

Page 33: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

10

sebagai bekal hidupnya. Fenomena ini sebanarnya juga tidak bisa dikatakan salah

sepenuhnya, karena kita ketahui kehidupan yang ada pada saat ini serba sulit.

Akan tetapi, keterampilan untuk bermasyarakat juga sangat dibutuhkan, hal ini

karena manusia selain sebagai makhluk individu juga merupakan makhluk sosial

yang senantiasa harus berinteraksi antara yang satu dengan yang lainnya. Oleh

sebab itu kemampuan dalam bidang afektif juga harus dikembangkan seimbang

dengan kemampuan-kemampuan yang lainnya.

Kondisi pendidikan Isl;am yang demikian itu harus segera diatasi dengan

cara menumbuhkan dan mengembangkan pendidikan Islam melalui serangkaian

kajian dan penelitian, bahkan mugkin menghadirkan kembali tokoh-tokoh atau

intelektual muslim yang bergelut dalam pendidikan Islam. Tokoh-tokok

intelektual muslim dari zaman klasik, pertengahan sampai dengan zaman modern

ini. Tokoh-tokoh intelektual muslim pada era klasik seperti Ibn Miskawaih, Al-

Qabisi, Al-Mawardi, Ibn Sina, dan Al-Ghazali, juga ada tokoh yang berasal dari

abad pertengahan seperti, Burhanuddin az-Zarnuji dan Ibn Jama’ah. Sementara

tokoh-tokoh intelektual muslim modern dari Indonesia diwakili oleh Abdullah

Ahmad dari Sumatera Barat, Ahmad Sanusi dari Jawa Barat, dan Imam Zarkasyi

dari Jawa Timur.12

Tokoh-toko itulah yang pada perkembangan selanjutnya mampu

merekontruksi konsep pendidikan Islam yang disesuaikan dengan realitas dan

kebutuhan zaman, serta memberikan ruang seluas-luasnya pada peserta didik

untuk mengeksplorasikan segala potensi dan fitrah yang terkandung dalam dirinya

12 Dr. H. Abuddin Nata, Pemikiran para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003), cet. Ke-3, hlm. 2-3.

Page 34: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

11

agar kemudian peserta didik mampu mengembangkan potensi dasar yang sudah

dimilikinya tersebut dengan tidak melupakan nilai-nilai yang telah diajarkan oleh

Islam.

Dalam Islam sendiri percaya bahwasannya setiap manusia mempunyai

potensi-potensi yang dibawahnya sejak lahir dan di sini pendidikan mempunyai

tugas untuk mengembangkan potensi tersebut sehingga dapat dijadikan bekal

untuk hidup di dunia ini.

Islam adalah syari’at yang diturunkan kepada umat manusia dimuka bumi

ini agar mereka beribadah kepada-Nya. Penanaman keyakinan terhadap Tuhan

hanya bisa dilakukan melalui proses pendidikan baik di rumah, sekolah maupun

lingkungan. Pendidikan Agama Islam merupakan kebutuhan manusia yang

dilahirkan dengan membawa potensi dapat dididik dan mendidik sehingga mampu

menjadi khalifah di muka bumi, serta pendukung dan pemegang kebudayaan.

Dalam pendidikan itu sendiri memang mencakup banyak hal yakni tujuan

dari pada diadakannya pendidikan itu sendiri, kurikulum yang dipakai dan lain

sebagainya yang tidak lain merupakan cara seorang pendidik untuk dapat

mengeluarkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik semenjak dia lahir.

Dari uraian yang panjang tersebut, pada hakikatnya Islam masih memiliki

sosok tokoh yang kemudian padam pandangan sejarah, tokoh tersebut banyak

memberikan kontribusi terhadap perkembangan sosial, budaya, dan bahkan

pendidikan Indonesia. Tokoh tersebut adalah K.H. Ahmad Dahlan dan K.H.

Hasyim Asy’ari. Dimana kontribusi yang mereka berikan tidak hanya dalam

berkutat dalam masalah Theologi, akan tetapi jauh dari pada itu merak juga turut

Page 35: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

12

serta memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Dan salah satu kontribusi yang

meraka berikan adalah dalam pengembangan dunia pendidikan. Karena menurut

merka pendidikan adalh salah saru pilar yang harus dikembangkan dalam sebuah

bangsa dan negara.

Pendidikan Islam yang selanjutnya akan dikaji ini adalah berdasarkan pada

pemikiran tokoh yang mempunyai kontribusi besar terhadap pendidikan yang

berasal dari Indonesia yakni K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari,

penulis merasa tertarik untuk mengkaji pemikiran kedua tokoh tersebut, karena

kedua tokoh tersebut merupakan seorang pemikir kontemporer yang menaruh

perhatian besar terhadap upaya Islamisasi ilmu pengetahuan. Pemikirannya

mempunyai relevansi dengan perkembangan sains dan teknologi, serta mengikuti

perkembangan zaman, bahkan dalam tulisannya beliau berupaya mengantisipasi

masa depan. Tetapi perlu diketahui pengangkatan topik pada skripsi ini tidak

bertujuan untuk merendahkan para pakar pendidikan yang lainnya.

Dalam pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari, beliau

percaya bahwa manusia mempunyai potensi bawaan semenjak lahir, selain itu

beliau juga berpendapat bahwa lingkungan sekitar manusia tinggal juga

mempunyai peranan yang tidak kalah pentingnya. Oleh sebab itu K.H. Hasyim

Asy’ari menyebutkan yang dituangkan dalam salah satu karya terbaiknya, Adam

al-‘Alim wa al-Muta’allim, K.H. Hasyim Asy’ari menyebutkan bahwasannya

pendidikan itu penting sebagai sarana untuk mencapai kemanusiaannya, sehingga

menyadari siapa sesunggunhnya penciptanya, untuk apa diciptakan, melakukan

segala perintahnya dan menjahui segala larangannya, untuk berbuat baik di dunia

Page 36: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

13

dengan menegakkan keadilan, sehingga layak disebut makhluk yang lebih mulia

dibanding makhlu-makhluk lain yang diciptakan Tuhan.13

Menurut beliau, tujuan diberikannya sebuah pendidikan pada setiap

manusia ada dua, yaitu :

1. Menjadi insan purna yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

2. Insan purna yang bertujuan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.14

Setidakanya dua poin diataslah yang menjadi rujukan bagi K.H. Hasyim

Asy’ari tentang betapa pentingnya pendidikan dalam kehidupan manusia, karena

dengan pendidikan maka dengan sendirinya manusia akan terdidik untuk menjadi

manusia yang sempurna dalam memahami dirinya dan yang menciptakannya.

Dengan demikian, manusia akan memahami tugas dan kewajiban sebagi hamba

Allah yang diciptakannya dan sebagai bagain dari rakyat Indonesia yang tetap

mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Bila dilhat lebih jauh, tujuan pendidikan yang disampaikan oleh K.H.

Hasyim Asy’ari memang lebih mengarah pada aspek Theologi. Karena dengan

menjadikan aspek tersebut sebagai dasar, maka apapun aktiviats yang dilakukan

oleh manusia akan tetap berlandaskan dengan nilai-nilai keislaman yang nantinya

segala aktivitas tersebut mendapatkan ridho dari Allah SWT.

Kemudian, mengenai pemikiran K.H. Ahmad Dahlan. Dalam hal ini

penulis ingin mengungkapkan pembahasan mengenai pandangan K.H. Ahmad

Dahlan terhadap pendidikan, perlu kiranya sedikit menengok sejarah panjang

yang melatarbelakangi terbentuknya ide dan gagasan dari para pejuang dan guru 13 Muhammad Rifai, KH. Hasyim Asy’ari : Biografi Singkat 1871-1947, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2010), hlm. 85-86. 14 Ibid, hlm. 86.

Page 37: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

14

bangsa kita. Kegelisahan para tokoh pendidikan semisal K.H. Ahmad Dahlan,

K.H. Hasyi Asy’ari dan lainnya merupakan bentuk jawaban dari ketidakpuasan

mereka terhadap kondisi bangsa yang terjajah.

Dunia pendidikan juga ternyata telah diracuni oleh penjajah demi

kepentingan pribadi dan kelangsungan hidup mereka di bumi pertiwi. Berangkat

dari keprihatinan itulah yang mendorong perjuangan melalui bidang pendidikan

menjadi perhatian serius para tokoh-tokoh pejuang bangsa ini. Karena hanya

dengan pendidikanlah bangsa ini bias maju dan terbebas dari cengkeraman kaum

imperialisme.

Inilah di antara sebab yang melatarbelakangi perlunya didirikan lembaga-

lembaga pendidikan melalui wadah organisasi Muhammadiyah oleh K.H. Ahmad

Dahlan. Secara umum, pendidikan Islam pada masa penjajahan dapat dipetakan

dalam dua periode besar; masa penjajahan Belanda, dan masa penjajahan Jepang.

Sudah tidak digarukan lagi peran sosok K.H. Ahmad Dahlan pada masa

penjajahan dua periode tersebut, sehinggalayaklah K.H. Ahmad Dahlan

merupakan tipe man of action sehingga sudah pada tempatnya apabila beliau

mewariskan cukup banyak amal usaha bukan tulisan. Oleh sebab itu, untuk

menelusuri bagaiman orientasi filosofis pendidikan kiai mesti lebih banyak

merujuk pada bagaiman ia membangun sistem pendidikan. Namun naskah pidato

terakhir yang berjudul Tali Pengikat Hidup menarik untuk dicermati karena

menunjukan secara eksplisit konsen kiai terhadap pencerahan akal suci melalui

filsafat dan logika. Setidaknya ada tiga kalimat kunci yang menggambatkan

tingginya minat kiai dalam pencerahan akal, yaitu :

Page 38: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

15

1. Pengetahuan tertinggi adalah pengetahuan tentang kesatuan hidup yang

dapat dicapai dengan sikap kritis dan terbuka dengan mempergunakan akal

sehat dan istiqomah terhadap terhadap kebenaran akali dengan didasari

hati yang suci.

2. Akal adalah kebutuhan dasar hidup manusia.

3. Ilmi mantiq atau logika adalah pendidikan tertinggi bagi akal manusia

yang hanya akan dicapai jika manusia menyerah kepada petunjuk Allah

SWT.15

Setidaknya tiga kalimat kunci diataslah yang menggambarkan betapa

pentingnya pencerahan akal dalam rangka sebagai dasar dalam melaksanakan

proses pendidikan. Dengan pengetahuan tertinggi, akal, dan ilmu mantiq sebagai

dasar yang harus dimiliki peserta didik dalam proses pembelajaran, karena

dengan itu peserta didik akan dengan mudah dan cepat dalam merespon dan

menangkap pelajaran atau materi yang disampaikan oleh pendidik.

Pada hakikatnya cita-cita pendidikan yang digagas oleh K.H. Ahmad

Dahlan adalah lahirnya manusia-manusia baru yang mampu tampil sebagai

“ulama-intelek” atau “intelek-ulama”, yaitu seorang Muslim yang memiliki

ketaguhan iman dan ilmu yang luas, kuat jasmani dan ruhani.16

Sedikit berbeda dengan tujuan yang dikemukakan oleh K.H. Hasyim

Asy’ari. Dalam tujuan yang dikemukakan oleh K.H. Ahmad Dahlan lebih ke

ranah pembaharuan sosial. Karena beliau melihat carut marutnya kehidupan sosial

pada masa itu. Mulai dari ritual keagamaan yang sudah menyimpang dari 15 Adi Nugroho, KH. Ahmad Dahlan : Biografi Singkat 1869-1923, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2010), hlm. 136. 16 Ibin, hlm. 137

Page 39: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

16

syariatnya, sampai pada hubungan manusia satu dengan menusia yang lain yang

semakin lama semakit tidak bisa terkondisikan. Maka harapan besar dari K.H.

Ahmad Dahlan adalah menciptakan pribadi yang mempunyai wawasan

keagamaan yang tinggi dan mempunyai pengetahuan yang luas agar tebentuknya

ulama-intelek dan intelek-ulama.

Kedua tokoh tersebutlah yang menginspirasi penulis untuk kembali

menggungkap pemikiran-pemikiran yang sudah mereka lahirkan. Dengan harapan

pemikiran kedua tokoh tersebut menjadi referensi para pemikir lainnya dalam

rangka mengembangkan pola pendidikan Islam yang selama ini masih diniali

mengalami stagnasi yang berlebihan.

Akan tetapi disadari ataupun tidak, Indonesia memiliki banyak melahirkan

putra bangsa yang dalam kehidupannya dihabiskan dalam dan untuk memikirkan

pendidikan yang sesuai untuk bangsa ini. Karena pendidikan merupakan syarat

wajib yang harus terpenuhi dalam sebuah bangsa dan negara jika berkeinginan

mendapatkan predikat sebagai bangsa dan Negara maju dan berkembang. Maka

tidak lain jawabannya adalah memaksimalkan pendidikan yang menyeluruh pada

masyarakat Indonesia. Di tambah, pendidikan merupakan icon terpenting dalam

tatanan sebuah bangsa dan Negara.

Pada kenyataannya masih banyak para pakar, tokoh, dan peneliti yang

banyak mengunggkapkan sisi pemikiran kedua tokoh tersebut, maka dengan

demikian pemaparan diatas merupakan sedikit tentang pemikiran K.H. Ahmad

Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari mengenai konsep pendidikan Islam yang

menjadikan peneliti merasa tertarik untuk mengangkat topik yang berjudul

Page 40: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

17

"Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

Tentang Pendidikan Islam" yang berusaha untuk menganalisa pendidikan Islam

dari sudut pandang kedua tokoh tersebut.

K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari tersebut merupakan salah

satu icon terbesar dan tersohor dari ribuan tokoh intelektual muslim yang pernah

dimiliki bangsa Indonesia, yang dalam kehidupannya menjadi sosok pejuang yang

mampu memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Salah satu bukti yang terekam oleh sejarah adalah kedua tokoh tersebut

memberikan kontribusi terhadap bangsa dan negara khususnya dalam dunia

pendidikan. Dalam hal ini yang dimaksud kontribusi yang diberikan pada bangsa

dan negara adalah mendirikan lembaga-lembaga pendidikan dan pesantren yang

sebagi wujud perlawanan dari penjajah yang pada waktu itu mendominasi sistem

pendidikan di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan di atas, maka perlu

kiranya diberikan suatu rumusan masalah agar tidak terjadi penyimpangan dalam

pembahasan penelitian. Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah:

1. Bagaimanakah definisi pendidikan Islam dalam perspektif K.H. Ahmad

Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari?

2. Apa tujuan pendidikan Islam dalam perspektif K.H. Ahmad Dahlan dan

K.H. Hasyim Asy’ari?

3. Apa dasar atau landasan yang digunakan dalam pendidikan Islam

perspektif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari?

Page 41: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

18

4. Apa persamaan dan perbedaan pendidikan Islam dalam perspektif K.H.

Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang sudah tertulis diatas, maka tujuan

penelitian yang diharapkan adalah sebagi berikut:

1. Untuk mendiskripsikan pendidikan Islam sesuai dengan pemikiran K.H.

Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari.

2. Untuk mengetahui dan memahami persamaan dan perbedaan pendidikan

Islam dalam perspektif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari.

D. Manfaat Penelitian

Segala tindakan dan perbuatan diharapakan mengandung manfaat baik

bagi dirinya ataupun bagi orang lain. Oleh karena itu, berdasarkan tujuan

penelitian yang dilakukan oleh penulis, maka penelitian ini diharapkan

mempunyai manfaat, antara lain:

1. Manfaat bagi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Sebagai bahan dokumentasi bagi pengembangan Pendidikan Agama Islam,

dan menjadi masukan bagi lembaga ini, agar mempunyai pandangan yang

lebih luas terhadap Pendidikan Islam.

2. Manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Sebagai alat atau sarana yang bisa dibaca atau dijadikan rujukan untuk

memperoleh informasi-informasi terkait dengan pendidikan Islam,

sehingga dapat mengembangkan ilmu pengetahuan yang sebelumnya

sudah pernah ada.

Page 42: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

19

3. Manfaat bagi peneliti.

Menambah khazanah keilmuan tentang pendidikan Islam dalam perspektif

tokoh pendidikan Islam.

E. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penulisan kali ini dimaksudkan agar dalam proses

penulisan dan penelitian tidak keluar dari konteks yang diinginkan oleh penulis

dan juga agar pembahasan lebih fokus sesuai dengan keinginannya, sehingga

menghasilkan karya tulis yang sesuai dengan stsndar penulisan yang baku dan

benar.

Dalam penelitian ini, Peneliti membatasi kajiannya dengan mengkaji

tentang pendidikan Islam dalam perspektif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim

Asy’ari yang disesuaikan dengan rumusan masalah yang diangkat dalam

penulisan ini. Adapun batasan masalah yang akan dibahas dalam tulisan ini

menyakup beberapa dimensi-dimensi pendidikan, diantaranya adalah sebagai

berikut:

1. Definisi pendidikan Islam dalam perspektif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H.

Hasyim Asy’ari

2. Tujuan pendidikan Islam dalam perspektif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H.

Hasyim Asy’ari

3. Dasar-dasar pendidikan Islam dalam perspektif K.H. Ahmad Dahlan dan

K.H. Hasyim Asy’ari

4. Persamaan dan perbedaan pendidikan Islam K.H. Ahmad Dahlan dan K.H.

Hasyim Asy’ari

Page 43: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

20

Dari empat batasan masalah yang penulis angkat diatas tidak akan

dilepaskan dari perspektif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari.

F. Definisi Operasional

Untuk mempermudah pemahaman dan kejelasan tentang arah penulisan

skripsi ini, maka penulis memaparkan definisi yang tertera dalam judul.

Dalam Kamus Ilmiah Populer disebutkan bahwa Komparasi adalah

perbandingan,17 yakni penulis ingin mengetahui letak persamaan dan perbedaan

pendidikan Islam sesuai dengan perspektif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim

Asy’ari. Sedangkan menurut Winarno Surahmad metode komparatif adalah

meneliti faktor-faktor tertentu yang ada hubungannya dengan situasi yang

diselidiki dan dibandingkan dengan faktor yang lain.18 Metode komparatif dalam

penelitian ini akan berguna dalam mengkomparasikan dua ide yang berbeda guna

mengambil jalan tengah yang lebih baik.

Tidak hanya sekedar selesai pemahaman dalam pemikiran pendidikan

Islam yeng mereka lahirkan, akan tetapi komaparasi yang dimaksudkan dalam

penulisan kali ini adalah untuk mengetahui dan memahami setting sosial

keberadaan mereka pada masa itu, sehingga dapat diketahui latar belakang

pemikiran yang mereka lahirkan. Karena dengan mengetahui setting sosial pada

waktu itu, maka akan dapat diketahui maksud dan tujuan dari karya yang

dihasilkan oleh tokoh-tokoh tersebut.

17 Pius A Partanto, M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer. (Surabaya: Arloka, 1994), hlm. 352. 18 Winarno Suharmad, Dasar Dan Tehnik Research Pengantar Metodologi Ilmiah, (Bandung: Tarsito, 1999), hlm. 135-136.

Page 44: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

21

Selanjutnya tentang Pendidikan Islam, adalah usaha mengubah tingkah

laku dalam kehidupan, baik individu atau bermasyarakat serta berinteraksi dengan

alam sekitar melalui proses kependidikan berlandaskan Islam.19

KH. Hasyim Asy’ari adalah tokoh pendiri organisasi sosial keagamaan

yakni Nahdlotul Ulama. Begitu juga dengan KH. Ahmad Dahlan adalah tokoh

pendiri organisasi sosial keagamaan yakni Muhammadiyah.

G. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan yang terdapat dibawah ini merupakan runtutan

pembahasan yang akan disajikan dalam penulisan ini, adapun sistematika

pembahannya sebagaimana berikut:

BAB I Pendahuluan

Dalam pendahuluan ini akan dikemukakan berbagai gambaran

singkat tentang sasaran dan tujuan sebagai tahap-tahapan untuk

mencapai tujuan dari keseluruhan tulisan ini. Serta mendiskripsikan

arah pada penulisan skripsi ini, agar dapat terlihat dengan jelas arah

tujuan penulisan. Pembahasan pada bab pendahuluan ini meliputi:

Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian,

Manfaat Penelitian, Definisi Operasional dan Batasan Masalah, serta

Sistematika Pembahasan.

BAB II Kajian Pustaka

Bab ini mendiskripsikan tentang tokoh-tokoh atau tema besar yang

19 M. Suyudi, Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an Integrasi Epistemologi Bayani, Irfani, Dan Burhani (Yogyakarta: Mikraj, 2005), hlm. 55.

Page 45: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

22

akan diteliti oleh penulis dengan disertai acuan yang berisi penelitian

terdahulu tentang pendidikan Islam yang memaparkan pembahasan

pendidikan Islam dalam perspektif para tokoh pendidikan.

Pembahasan ini meliputi: Definisi Pendidikan Islam, Tujuan

Pendidikan Islam, Dasar Pendidikan Islam, serta Persamaan dan

Perbedaan Pendidikan Islam sesuai dengan perspektif kedua tokoh

yang diangkat dalam penulisan ini..

BAB III Metode Penelitian

Bab ini merupakan unsure terpenting dalm sebuah penelitian, karena

dengan berpatokan pada metode penelitian yang sudah tervalidasi

oleh standar penelitian, maka arah penulisan akan tersisitematis. Pada

bab ini berisikan tentang Pendekatan dan Jenis Penelitian, Data dan

Sumber Data, Tehnik Pengumpulan Data, Analisis Data,

Pengecekkan Keabsahan Data, dan Tahap-tahap Penelitian.

BAB IV Hasil penelitian

Bab ini berisi hasil penelitian dan telaah yang telah dilakukan oleh

peneliti terkait dengan pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H.

Hasyim Asy’ari yang kemudian akan dipaparkan secara naratif

diskriptif yang meliputi tentang pendidikan Islam, dan dalam

pembahasan atau bab ini meliputi: Definisi, Tujuan, Dasar

pendidikan Islam, dan Persamaan serta Perbedaan (komparasi)

pendidikan Islam menurut K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim

Asy’ari.

Page 46: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

23

BAB V Pembahasan Hasil Penelitian

Dalam Bab ini peneliti akan menganalisis tentang data yang sudah

didapatkan pada bab sebelumnya yang kemudian akan diuraikan

sesuai dengan apa yang akan dipaparkan dalam tulisan ini.

BAB VI Penutup

Bab ini mencoba untuk menguraikan secara singkat, padat dan

bersifat substansial tentang pembahasan pemikiran K.H. Ahmad

Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari tentang pendidikan Islam dengan

menarik kesimpulan serta memberikan saran dalam penulisan..

Page 47: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

24

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Peneliti mengakui bahwa penelitian tentang K.H. Hasyim Asy’ari bukan

merupakan kajian yang pertama kali dilakukan. Hal ini disebabkan karena K.H.

Hasyim Asy’ari adalah termasuk tokoh yang banyak bergelut dalam bidang

pendidikan yang cukup terkenal dan telah menghasilkan banyak karya-karya, baik

yang berhubungan dengan masalah kependidikan maupun yang lainnya.

Sebelumya penelitian mengenai pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari telah

dikaji oleh Rohinah, yang mengkaji tentang "Sistem Nilai dan Pendidikan (Studi

atas Pemikiran Pendidikan K.H.M. Hasyim Asy’ari)" yang di dalamnya

membahas tentang definisi, tujuan, bentuk dasar pendidikan Islam, metode

pengajaran dan komponen penilaian berdasarkan pemikiran K.H. Hasyim

Asy’ari.20 Namun, sepanjang hasil penelitian yang diketahui oleh penulis, masih

belum ada yang mencoba melakukan penelitian tentang pemikiran pendidikan

K.H Ahmad Dahlan, kemudian penulis juga belum menemuakan hasil penelitian

yang mencoba membandingkan (komparasi) pemikiran pendidikan K.H. Ahmad

Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari untuk menemukan persamaan dan perbedaan

dari dua tokoh tersebut.

Maka penulis di sini sifatnya bisa dikatakan melanjutkan penelitian

terdahulu yang pernah dilakukan yang sifatnya masih sangat umum dan mencoba

melakukan penelitian yang sekiranya belum dilakukan oleh para pakar dalam

20 Rohinah, Sistem Nilai dan Pendidikan: Studi atas Pemikiran Pendidikan K.H.M. Hasyim Asy’ari, (Jakarta: Tesis UIN Syarif Hidatullah, 2008).

Page 48: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

25

dunia pendidikan dalam mengkaji pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H.

Hasyim Asy’ari tentang pendidikan Islam untuk menemukan dan memahami

persamaan dan perbedaan serta mampu merelevansikan pemikiran kedua tokoh

tersebut sesuan dengan perkembangan pendidikan modern.

B. Kondisi Pendidikan

Pendidikan sebagai gejala sosial dalam kehidupan mempunyai landasan

individual, sosial dan cultural. Pada skala mikro pendidikan bagi individu dan

kelompok kecil beralngsung dalam skala relatif tebatas seperti antara sesama

sahabat, antara seorang guru dengan satu atau sekelompok kecil siswanya, serta

dalam keluarga antara suami dan istri, antara orang tua dan anak serta anak

lainnya. Pendidikan dalam skala mikro diperlukan agar manusia sebagai individu

berkembang semua potensinya dalam arti perangkat pembawaanya yang baik

dengan lengkap. Manusia berkembang sebagai individu menjadi pribadi yang unik

yang bukan duplikat pribadi lain. Tidak ada manusia yang diharap mempunyai

kepribadian yang sama sekalipun keterampilannya hampir serupa. Dengan adanya

individu dan kelompok yang berbeda-beda diharapkan akan mendorong terjadinya

perubahan masyarakat dengan kebudayaannya secara progresif. Pada tingkat dan

skala mikro pendidikan merupakan gejala sosial yang mengandalkan interaksi

manusia sebagai sesama (subyek) yang masing-masing bernilai setara.

Pada skala makro pendidikan berlangsung dalam ruang lingkup yang besar

seperti dalam masyarakat antar desa, antar sekolah, antar kecamatan, antar kota,

masyarakat antar suku dan masyarakat antar bangsa. Dalam skala makro

masyarakat melaksanakan pendidikan bagi regenerasi sosial yaitu pelimpahan

Page 49: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

26

harta budaya dan pelestarian nilai-nilai luhur dari suatu generasi kepada generasi

muda dalam kehidupan masyarakat. Diharapkan dengan adanya pendidikan dalam

arti luas dan skala makro maka perubahan sosial dan kestabilan masyarakat

berangsung dengan baik dan bersama-sama. Pada skala makro ini pendidikan

sebagai gejala sosial sering terwujud dalam bentuk komunikasi terutama

komunikasi dua arah. Dilihat dari sisi makro, pendidikan meliputi kesamaan arah

dalam pikiran dan perasaan yang berakhir dengan tercapainya kemandirian oleh

peserta didik. Maka pendidikan dalam skala makro cenderung dinilai bersifat

konservatif dan tradisional karena sering terbatas pada penyampaian bahan ajar

kepada peserta didik dan bisa kehilangan ciri interaksi yang afektif.21

Kita menyadari bahwa selama ini kondisi pendidikan kita masih relatif

belum banyak mengalami perubahan, sehingga disini perubahan harus dilakukan

untuk memperbaharuhi pola belajar dan pembelajaran khususnya dilembaga-

lembaga pendidikan persekolahan dengan menciptakan kondisi belajar yang

memungkinkan belajar yang dapat mengembangkan keutuhannya sebagai pribadi

yang memiliki keluasan ilmu, mampu mengaplikasikan dan mengamalkan

ilmunya, dapat menemukan dan menjadi dirinya sendiri sebagai manusia

beragama, berilmu, bermoral dan bersosial serta dapat hidup dan memberikan

kemaslahatan dalam kehidupan bersama.

Pembelajaran diarahkan untuk memiliki wawasan global, wawasan yang

berprespektif masa depan, berfikir kritis, inovatif-kreatif, berimajinasi,

berinterpretasi, yaitu berfikir holistic, imperatif, produktif dan tidak dikotomis.

21 Munzir Hitami, Menggagas Kembali Pendidikan Islam, (Riau: Infinite press, 2004), hlm. 12.

Page 50: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

27

Jadi pengembangan pola belajar seutuhnya dapat diarahkan menjadi empat pilar

secara utuh yaitu, belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk

berbuat (learning to do), belajar untuk menjadi jati diri (learning to be), dan

belajar untuk hidup bersama,(learning to live together).22

Untuk meningkatkan mutu dan kualitas dari hasil pendidikan yang

berdasarkan pada pendidikan nasional, adalah melalui belajar dan pembelajaran.

Walaupun sebenarnya bahwa peningkatan kualitas dalam proses belajar dan

pembelajaran adalah menjadi suatu keniscayaan tapi ingat bahwa ada prosesnya

yaitu kita bisa melalui persepsi, penyimpanan informasi, pemanfaatan dan

penerapan kembali informasi yang diperoleh untuk memecahkan masalah yang

dihadapi. Belajar merupakan kegiatan aktif pembelajar dalam membangun makna

atau pemahaman dan pembentukan nilai-nilai. Karena itu dalam peningkatan

kualitas proses belajar dan pembelajaran dibutuhkan kemampuan penciptaan

situasi dan kondisi belajar untuk terus belajar sampai sepanjang hayat.

Beberapa prinsip pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas proses

pendidikan belajar-pembelajaran yaitu antara lain, satu, berpusat pada

pembelajaran, yakni pengelolaan pembelajaran dapat membuat para siswa belajar

sesuai karakteristik kemampuan, minat, kesenangan, pengalan cara dan gaya

belajar, dua, belajar dengan melakukan, yakni pembelajaran diupayakan

yangdapat memberikan pengalaman nyata siswa untuk mengaplikasikan konsep,

kaidah, prinsip dan dalil dalam dunia nyata (learning to do), ketiga,

mengembangkan kemampuan sosial, keempat, mengembangkan keinginantahuan,

22 E.Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Karakteristik dan Implementasinya, (Bandung: Rosda Karya, 2002), hlm. 5.

Page 51: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

28

imajinasi dan fitrah bertuhan, yakni melatih modal dasar untuk bersikap, kelima,

mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, keenam, mengembangkan

kreatifitas peserta didik, ketujuh, mengembangkan kemampuan menggunakan

ilmu dan teknologi, kedelapan, menuimbuhkan kesadaran sebagai warga negara

yang baik, kesembilan mendorong belajar sepanjang hanyat, kesepuluh,

membangun perpaduan kemampuan berkopetisi, bekerja sama dan solidaritas.23

Agar dapat melakukan prinsip-prinsip di atas, dibutuhkan penataan atau

pengelolaan suasana dan pengalaman belajar yang nyaman dan menyenangkan

(joyfull learning), yakni menciptakan suasana belajar yang aktif, kreatif dan

menyenangkan.

Dengan mempertimbangkan beberapa fenomena tentang pendidikan

seutuhnya dalam persepektif pendidikan nasional yang kaitannya pada pendidikan

menengah, sehingga objeknya adalah pribadi pada usia remaja serta kondisi

sosial-masyarakat dewasa ini, baik dalam skala regional, nasional dan global,

maka tantangan pendidikan dimasa depan makin memerlukan antisipasi secara

maksimal dari pendidikan nasional.

Di masa depan bahwa pendidikan seutuhnya, yang perlu menjadi perhatian

pemerintah dan masyarakat, termasuk dunia industri yaitu; sekolah membangun

proses pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak didik,

menekankan dan mengembangkan kecakapan hidup (life skill) baik yang bersifat

vocational atau pun kepribadian sosial sehingga tidak bisa lepas dari peran orang

tua dan masyarakat dalam proses pendidikan.

23 Ibid., hlm. 7-8.

Page 52: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

29

Transformasi belajar dan pembelajaran dalam upaya meningkatkan

kualitas dan mutu pendidikan harus terus diupayakan sebagai konsekuensi dari

tuntutan belajar yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan suasana, watak, gaya belajar

yang seragam serta tidak memberdayakan peserta didik perlu dikembangkan

menjadi pola dan sikap belajar yang mengembangkan keutuhan peserta didik

secara aktif, produktif dan proaktif dalam membangun learning to know, learning

to do, dan learning to live together.

Selanjutnya dalam paragraf dibawah ini akan diterangkan lebih terperinci

mengenai dimensi-dimensi dalam pendidikan, yang tentunya disesuaikan dengan

batasan masalah yang sudah disampaikan dan dipaparkan diatas agar tidak

mengalami perluasan pembahasan.

a. Definisi Pendidikan

Problem mendasar yang dihadapi masyarakat dari negara berkembang

adalah keterbelakangan ekonomi sebagai akibat dari rendahnya tingkat kualitas

pendidikan. Masalah pendidikan sangat kompleks, sementara di sisi lain dominasi

peradaban Barat yang sekularistik terus merajalela. Upaya mengejar

ketertinggalan dari dunia Barat memang telah lama dilakukan. Hanya saja strategi

pembangunan yang mengadopsi Barat dan meletakkan model kapitalisme sebagai

kiblat yang harus ditiru telah memberikan implikasi terciptanya masyarakat yang

hedonis, individualis, dan materialistis. Negara-negara berkembang telah

meletakkan unsure ‘kebendaan’ sebagai tolok ukur keberhasilan dan kesuksesan

hidup.

Page 53: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

30

Dalam keadaan demikian, pendidikan Islam menghadapi persoalan yang

cukup serius dan rentan terhadap terjadinya krisis nilai. Pola hidup materialisme

di tengah masyarakat dewasa ini tentunya sebuah tantangan berat bagi pendidikan

Islam yang berkarakteristik balancing antara kepentingan dunia dan akhirat.

Sebelum membahas tentang pengertian Pendidikan Islam secara lebih

khusus, maka akan kita bahas terlebih dahulu pengertian pendidikan secara

umum.

Istilah pendidikan dalam bahasa Inggris education, berasal dari basaha

latin educare, yang dapat diartikan pembimbingan keberlanjutan (to lead forth).

Jika diperluas, arti etimologis itu mencerminkan keberadaan pendidikan yang

berlangsung dari generasi kegenerasi sepanjang eksistensi kehidupan manusia.

Secara teoritis, ada pendapat yang mengatakan bahwa bagi manusia pada

umumnya, pendidikan berlangsung sejak 25 tahun sebelum kelahiran. Pendapat

itu dapat diartikan bahwa sebelum menikah, ada kewajiban bagi siapapun untuk

mendidik diri sendiri terlebih dahulu sebelum mendidik anak keturunannya.

Secara praktis ada yang berpendapat bagi manusia individual, pendidikan dimulai

sejak bayi lahir dan bahkan sejak masih di dalam kandungan. Memperhatikan

kedua pendapat itu, dapat disimpulkan bahwa keberadaan pendidikan melekat erat

pada dan di dalam diri manusia sepanjang zaman.24

Definisi diatas menggambarkan bahwa pada hakikatnya pendidikan

dilaksanakan jauh dari masa kelahiran. Dimana sebelum dan sesudah lahir,

manusia ditunutut untuk melaksanakan proses pendidikan. Semua manusia

24 Suparlan Suhartono, Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), hlm. 77.

Page 54: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

31

dimanapun berada mendapatkan kewajiban untuk menuntut ilmu. Karena hanya

dengan ilmulah derat manusia akan dianggat oleh Allah SWT.

Telah banyak ahli yang membahas definisi pendidikan, tetapi dalam

pembahasannya mengalami kesulitan, karena antara satu definisi dengan definisi

yang lain sering terjadi perbedaan. Menurut Ahmad Marimba, “pendidikan adalah

bimbingan atau didikan secara sadar yang dilakukan oleh pendidik terhadap

perkembangan anak didik, baik jasmani maupun rohani, menuju terbentuknya

kepribadian yang utama”. Definisi ini sangat sederhana meskipun secara

substansial telah mencerminkan pemahaman tentang proses pendidikan. Menurut

definisi ini, pendidikan hanya terbatas pengembangan pribadi anak didik oleh

pendidik. Sedangkan Ahmad Tafsir mendefinisikan pendidikan secara luas, yaitu:

“pengembangan pribadi dalam semua aspeknya”.25 Dengan catatan bahwa yang

dimaksud “pengembangan pribadi” sudah mencakup pendidikan oleh diri sendiri,

lingkungan dan orang lain. Sedangkan kata “semua aspek”, sudah mencakup

jasmani, akal, dan hati. Dengan demikian tugas pendidikan bukan sekedar

meningkatkan kecerdasan intelektual, tetapi juga mengembangkan seluruh aspek

kepribadian peserta didik. Definisi inilah yang kemudian lebih dikenal dengan

istilah tarbiyah, dimana peserta didik bukan sekedar orang yang mampu berfikir,

tetapi juga orang yang belum mencapai kedewasaan. Oleh karena itu tidak dapat

diidentikkan dengan pengajaran.26

Pada hakikatnya para pakar atau tokoh dalam mendefinisikan pendidikan

harus dilihat pada setting sosial yang terjadi pada waktu itu, karena definisi 25 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Rosda Karya, 2005), hlm. 28 26 M. Suyudi, Op. Cit.,hlm. 52

Page 55: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

32

tentang pendidikan yang mereka ungkapkan adalah mencakup kondisi dan

tuntutan sosial pada waktu itu, maka jelas banyak definisi pendidikan yang

berbeda antara satu tokoh dengan tokoh yang lain. Akan tetapi pada hakikatnya

tujuan yang mereka inginkan adalah sama, yakni ingin memanusiakan manusia.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.27 Dalam referensi yang lain disebutkan

bahwa pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan

mengembangkan potensi-potensi pembawaan, baik jasmani maupun rohani sesuai

dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarkat dan kebudayaan.28

Paragaraf definisi diatas lebih menekankan pada pengembangan potensi

peserta didik. Karena mereka yakin bahwa manusia diciptakan dengan segala

kemampuan dan kekurangan, maka sudah barang tentu tugas dan tujuan lembaga

pendidikan adalah memaksimalkan potensi yang diberikan Tuhan kepada peserta

didik. Dengan demikian, peserta didik aka mampu mengembangkan dan

mengeksplorasikan bakat dan potensi yang dimilikinya.

Dari definisi yang sudah diungkapkan oleh para ahli, secara umum dapat

dikelompokan menjadi dua, yaitu definisi secara sempit yang mengkhususkan

pendidikan hanya untuk anak dan hanya dilakukan oleh lembaga atau institusi

khusus dalam rangka mangantarkan anak didik pada kedewasaan, sedangkan 27 Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS (Bandung: Citra Umbara. 2006), hlm. 72 28 M. Djumransjah, Filasafat Pendidikan (Malang: Bayumedia Publishing, 2004), hlm. 22

Page 56: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

33

definisi pendidikan secara luas dimana pendidikan berlaku untuk semua orang dan

dapat dil;akukan oleh semua orang bahkan oleh lingkungan. Tetapi dari perbedaan

tersebut ada kesamaan tujuan yaitu untuk mencapai kebahagiaan dan nilai

tertinggi.

Dengan demikian, definisi-definisi tersebut dapat diverbalisasikan dalam

sebuah definisi yang komperhensif bahwa pendidikan adalah seluruh aktivitas

atau upaya secara sadar yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik

terhadap semua aspek perkembangan kepribadian baik jasmani maupun rohani,

secara formal, informal maupun nonformal yang berjalan terus menerus untuk

mencapai kebahagiaan dan nilai yang tertinggi, baik nilai insaniyah maupun

ilahiyah.

b. Definisi Pendidikan Islam

Islam telah menyerukan adanya prinsip persamaan dan kesempatan yang

sama dalam belajar, sehingga terbukalah jalan yang mudah untuk belajar bagi

semua orang. Bila seseorang memiliki keinginan untuk belajar dan rasa cinta ilmu,

kegairahan untuk mengadakan penelitian dan pembahasan, pintu untuk belajar

terbuka luas baginya, bahkan Islam mendorong supaya mereka belajar, apalagi

bila seseorang itu pembawaan cerdas.

Dengan demikian pintu pendidikan terbuka seluas-luasnya bagi setiap

orang yang berkeinginan untuk belajar agama dan lain-lainnya kapan saja dan

dimana saja. Inilah dia demokrasi yang hakiki di dalam pendidikan dan

pengajaran.

Page 57: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

34

Islam ternyata telah menyamaratakan anak-anak si kaya dan si miskin

dalam bidang pendidikan dan memberikan kesempatan yang sama kepada semua

untuk belajar tanpa diskriminasi. Islam juga tidak mengatakan kepada si miskin,

kamu dijadikan untuk menduduki tempat-tempat rendah sedang orang-orang kaya

dijadikan untuk menduduki tempat-tempat yang tinggi, seperti apa yang

disuarakan di Eropa sampai pada abad ke 19.

Kesimpulannya di dalam pendidikan Islam terwujud prinsip-prinsip

demokrasi, kebebasan, persamaan, dan kesempatan yang sama buat belajar, tanpa

diskriminasi antara si kaya dan si miskin.

Kata Islam yang berada di belakang kata pendidikan menunjukan warna,

model, benduk dan ciri dari pendidikan, yaitu pendidikan yang bernuansa Islam

atau pendidikan yang Islami. Secara psikologis, kata tersebut mengindikasikan

suatu proses untuk pencapaian nilai moral, sehingga subjek dan objeknya

senantiasa mengkonotasikan kepada prilaku yang bernilai, dan menjahui sikap

amoral.

Pendidikan dalam wacana keislaman lebih populer dengan istilah tarbiyah,

ta’dib, riyadhah, irsyad, dan tadris. Masing-masing istilah tersebut memiliki

keunikan makna tersendiri ketika sebagian atau semuanya disebut secara

bersamaan. Namun, kesemuanya akan memiliki makna yang sama jika disebut

salah satunya, sebab salah satu istilah itu sebenarnya mewakili istilah yang lain.

Atas dasar itu, dalam beberapa buku pendidikan Islam, semua istilah itu

digunakan secara bergantian dalam mewakili peristilahan pendidikan Islam.29

29 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 10

Page 58: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

35

Selanjutnya pada alenia ini akan mulai dibahas tentang definisi dari

pendidikan Islam itu sendiri. Yang dimaksud dengan pendidikan Islam jangan

cuma dipahami sebagai pendidikan yang berlabel Islam seperti madrasah-

madrasah ataupun pondok pesantren. Akan tetapi lebih dari itu pendidikan Islam

adalah mencakup semua proses pemikiran, penyelenggaraan dan tujuan, mulai

dari gagasan, visi, misi, institusi (pranata), kurikulum, buku pelajaran,

metodologi, SDM, proses belajar mengajar, lingkungan pendidikan, yang

disemangati dan bersumber pada ajaran-ajaran dan nilai-nilai Islam, yang secara

built-in (menyatu) mewarnai proses pendidikan tersebut.30

Dalam sebuah buku “Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an Integrasi

Epistemologi Bayani, Irfani, Dan Burhani” karangan M. Suyudi disebutkan

beberapa definisi pendidikan Islam menurut beberapa tokoh, yakni:

1. Muhammad Fadlil Al-Jamali. Pendidikan Islam adalah proses yang

mengarahkan manusia kepada kehidupan yang mengangkat derajat

kemanusiaannya sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan

kemampuan ajarnya.

2. Omar Mohammad Al-Toumy. Pendidikan Islam adalah usaha

mengubah tingkah laku dalam kehidupan, baik individu atau

bermasyarakat serta berinteraksi dengan alam sekitar melalui proses

kependidikan berlandaskan Islam.

3. Muhammad Munir Mursyi. Pendidikan Islam adalah pendidikan fitrah

manusia, karena Islam adalah agama fitrah, maka segala perintah,

30 Muhammad Tholhah Hasan, Dinamika Pemikiran Tentang Pendidikan Islam, (Jakarta: Lantabora Press), hlm. 26

Page 59: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

36

larangan dan kepatuhannya dapat mengantarkan mengetahui fitrah

ini.31

Banyak definisi pendidikan Islam yang sudah dipaparkan oleh beberapa

tokoh dan pakar pendidikan, akan tetapi pada hakikatnya pendidikan adalah upaya

sadar yang dilakukan untuk mengarahkan manusia pada derajat kemanusiaanya

yang disesuaikan dengan bakat, kemampuan dan potensi yang dimilikinya.

Dengan demikian manusia akan mengetahui tugan dan kewajiban sebagai hamba

Allah dan sebagai warga negara.

c. Tujuan Pendidikan Islam

Sejalan dengan penentuan prioritas pembangunan, lebih-lebih pada bidang

yang bersifat material, maka terdapat kecenderungan dalam bidang pendidikan

untuk menjejalkan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan bidang material

tersebut. Kecenderungan ini sebenarnya bertujuan baik. Ia bermaksud

menyesuaikan diri dengan iklim pembangunan dan kemajuan teknologi. Ia juga

bermaksud memenuhi kebutuhan tenaga-tenaga yang masih sangat kurang pada

bidang-bidang tersebut. Akan tetapi karena bahan-bahan yang diberikan umumnya

bersifat ekstern dari inti kepribadian manusia, dengan sendirinya ciri pendidikan

yang sangat nampak hanyalah lebih bersifat pengajaran. Sedangkan pada dasarnya

pendidikan tidak identik dengan pengajaran yang hanya terbatas pada upaya

pengembangan intelektualitas manusia. Tugas pendidikan bukan melulu

meningkatkan kecerdasan, melainkan mengembangkan seluruh aspek kepribadian

31 M. Suyudi, Op. Cit., hlm. 55.

Page 60: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

37

manusia. Pendidikan merupakan sarana utama untuk mengembangkan

kepribadian manusia.

Faktor tujuan mempunyai peranan penting dalam pendidikan Islam, sebab

akan memberikan standar, arahan, batas ruang gerak, dan penilaian atas

keberhasialan kegiatan yang dilakukan. Dalam merumuskan tujuan pendidikan,

khusus untuk pendidikan Islam, disesuaikan dengan kriteria dan karakter ilmu

dalam Islam, yaitu terstruktur hierarkis dari tingkat konkreta sampai dengan

illata.32

Tujuan Pendidikan dalam meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu

manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan dan berdisiplin, beretos kerja,

profesional, bertanggung jawab, terampil serta mandiri. Jika kita mengamati

pendidikan kita yang sekarang ini, maka kita akan mendapatkan suatu kenyataan

bahwa Pendidikan Agama Islam ternyata masih jauh dari apa yang kita harapkan,

walaupun telah berbagai cara yang telah dilakukan dalam meningkatkan

keberhasilan Pendidikan Agama Islam.

Pada dasarnya, keberhasilan Pendidikan Agama Islam dapat terwujud

apabila seluruh aspek yang berhubungan langsung dengan pendidikan dapat

bekerjasama dan saling membantu dari berbagai pihak antara lain pihak sekolah

dengan orang tua siswa, lembaga dengan masyarakat dan lain sebagainya demi

meningkatkan keberhasilan Pendidikan Agama Islam.

Sedangkan tokoh dari Barat, Jhon Dewey mengungkapkan bahwa tujuan

pendidikan dapat diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu means dan ends.

32 Jasa Ungguh Mulaiwan, Pendidikan Islam Integratif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 123.

Page 61: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

38

Means merupakan tujuan yang berfungsi sebagai alat yang dapat mencapai ends.

Means adalah tujuan “antara”, sedangkan ends adalah tujuan “akhir”. Dengan dua

kategori ini, tujuan pendidikan harus memiliki tiga kriteria, yaitu:

1. Tujuan harus dapat menciptakan perkembangan yang lebih baik

daripada kondisi yang sudah ada.

2. Tujuan itu harus fleksibel, yang dapat disesuaikan dan menyesuaikan

dengan keadaan dan situasi dan kondisi apapun.

3. Tujuan itu harus mewakili kebebasan aktivitas.

Pada akhirnya, setiap tujuan harus mengandung nilai yang dirumuskan

melalui observasi, pilihan, dan perencanaan, yang dilaksanakan dari waktu ke

waktu. Apabila tujuan itu tidak mengandung nilai, bahkan dapat menghambat

pikiran sehat peserta didik, maka itu dilarang.33

Tujuan itu sendiri, menurut Zakiah Darajat, adalah sesuatu yang

diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan selesai. Sedangkan menurut

H.M. Arifin, tujuan itu bisa jadi menunjukan kepada masa depan yang terletak

suatu jarak tertentu yang tidak dapat dicapai kecuali dengan usaha melalui proses

tertentu.34

Meskipun banyak pendapat yang merumuskan tentang pengertian dari

tujuan itu sendiri, akan tetapi tetap mempunyai unsur kesamaan yakni perbuatau

atau maksud yang hendak dicapai melalui perbuatan atau usaha-usaha.

Untuk mengetahui tujuan pendidikan, harus berdasarkan atas tinjauan

filosofis. Adapun tujuan pendidikan secara umum adalah:

33 Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2006), hlm. 113-114. 34 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hlm. 64.

Page 62: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

39

1. Jika pendidikan bersifat progresif, maka tujuannya harus diartikan

sebagai rekonstruksi pengalaman. Dalam hal ini, pendidikan bukan

sekedar menyampaikan pengetahuan kepada anak didik, tetapi juag

melatih kemampuan berpikir dan memberikan stimulan, sehingga

mampu berbuat sesuai dengan intelegent dan tuntutan lingkungan.

Aliran ini dikenal dengan progresivisme.

2. Jika yang dikehendaki adalah pendidikan nilai yang tinggi, maka

pendidikan pembawa nilai yang ada di luar jiwa anak didik, sehingga

ia perlu dilatih agar mempunyai kemampuan yang tinggi. Aliran ini

dikenal dengan essensialisme.

3. Jika tujuan pendidikan dikehendaki agar kembali kepad konsep jiwa

sebagai tuntunan manusia, maka prinsip utamanya iasebagai dasar

pegangan intelektual manusia yang dapat menjadi sarana untuk

menemukan evidensi sendiri. Aliran ini dikenal dengan perenialisme.

4. Menghendaki agar anak didik dapat dibangkitkan kemampuannya

secara konstruktif menyesuaikan diri dengan tuntutan perkembangan

masyarakat karena adanya pengaruh dari ilmu pengetahuan dan

teknologi. Dengan penyesuaian ini, anak didik tetap berada dalam

suasana aman dan bebas yang dikenal dengan aliran

rekonstruksionisme.35

Dari uraian diatas kiranya dapat memberikan gambaran luas tentang ruang

lingkup tujuan yang dikehendaki oleh pendidikan. Karena dalam hal ini manusia

35 M. Suyudi, Op. Cit., hlm. 62-63.

Page 63: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

40

sebagai objek dan subjek pendidikan, maka pendidikan harus mampu

mengembangkan misi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan

pribadi dan masyarakat. Orientasinya harus utuh (memperkokoh) keberadaan

manusia sebagai makhluk pribadi dan masyarakat. Dalam rangka peranannya itu,

maka fungsi tujuan pendidikan akhir maupun khusus, yang normatif maupun

operatif-praksis merupakan salah satu faktor penting, bukan saja sebagai

pendorong, motivasi bagi anak didik dalam cita-cita hidupnya, tetapi juga

menjadi isi pokok pendidikan dan akan menentukan metode pengajaran, sistem

dan organisasi kurikulum.

Adapun tujuan dari pendidikan Islam itu sendiri menurut Abu Ahmadi

mempunyai tahapan-tahapan, yakni:

1. Tujuan tertinggi/terakhir

Tujuan ini bersifat mutlak, tidak mengalami perubahan dan berlaku umum,

karena sesuai dengan konsep keTuhanan yang mengandung kebenaran mutlak dan

universal. Tujuan tertinggi ini pada akhirnya sesuai dengan tujuan hidup manusia

dan peranannya sebagai ciptaan Tuhan, yakni:

a) Menjadi hamba Allah

b) Mengantarkan subjek didik menjadi khalifah di muka bumi

c) Untuk memperoleh kesejahteraan, kebahagiaan hidup di dunia

sampai akhirat, baik individu maupun masyarakat.

Dengan tiga tujuan yang sudah terpaparkan di atas, diharapkan pendidikan

mampu menjadi sarana yang paling tepat dan strategis dalam mewujudkan cita-

cita yang luhur.

Page 64: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

41

2. Tujuan umum

Berbeda dengan tujuan tertinggi yang lebih mengutamakan pendekatan

filosofik, tujuan umum lebih bersifat empirik dan realistik. Tujuan umum

berfungsi sebagai arah yang taraf pencapaiannya dapat diukur karena menyangkut

perubahan sikap, perilaku dan kepribadian peserta didik. Dikatakan umum karena

berlaku bagi siapa saja dan tanpa dibatasi ruang dan waktu, serta menyangkut diri

peserta didik secara total, baik aspek psikologi, sosiologi dan biologisnya.

3. Tujuan khusus

Tujuan khusus adalah pengkhususan atau operasionalisasi tujuan

tertinggi/terakhir dan tujuan umum. Tujuan khusus bersifat relatif sehingga

dimungkinkan untuk diadakan perubahan di mana perlu sesuai dengan tuntutan

dan kebutuhan, selama tetap berpijak pada kerangka tujuan tertinggi/terakhir dan

umum itu. Pengkhususan tujuan tersebut dapat didasarkan pada:

a) Kultur dan cita-cita suatu bangsa

b) Minat, bakat, dan kesanggupan subyek didik

c) Tuntutan situasi, kondisi pada kurun waktu tertentu

Ketiga dasar dari tujuan tertinggi inilah yang kemudian menjadi orientasi

dalam pelaksanaan pendidikan dilembaga-lembaga pendidikan Islam. Dengan

berlandaskan ketiga tujuan tersebut, maka harapannya adalah agar supaya tujuan

dari pendidikan Islam tersebut dapat tercapai dan proses pembelajaran menjadi

lebih efektif, inovatif, dan menyenangkan sehingga mampu melahirkan putera-

puteri bangsa dan Negara yang mampu mengemban amanah serta

mengembangkan bangsa dan negara ini.

Page 65: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

42

4. Tujuan sementara

Menurut Zakiah Darajat, tujuan sementara itu merupakan tujuan yang akan

dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan

dalam suatu kurikulum pendidikan formal.36

Pada pembahasan kali ini lebih kepada ruang aktualisasi pendidikan

tersebut, sehingga lembaga pendidikan mempu memberikan ruang aktualisasi

pada peserta didik untuk mengeksplorasikan bakat yang sesuan dengan potensi

yang dimiliki. Dimana sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh M. Tholha

Hasan tujuan makro pendidikan Islam dapat dipadatkan dalam tiga macam tujuan,

yaitu:

a) Untuk menyelamatkan dan melindungi fitrah manusia. Dalam

pengertian yang lebih luas, bahwa menurut awidah islamiyah,

setiap manusia yang lahir di bumi ini selalu berada dlam kondisi

fitrah, kondisi kemurnian yang original, yang memiliki naluri dan

kecenderungan beriman terhadap ke-Esaan Tuhan, yang secara

naluri cenderung untuk mengikuti kebaikan dan kebenaran. Fitrah

manusia tersebut sering mengalami gangguan dan tantangan dalam

perjalanan hidup manusia, karena dipengaruhi oleh faktor

lingkungan, oleh pencemaran eksternal maupun internal, sehingga

dia melakukan penyimpangan, pengingkaran, dan perusakan pola

hidupnya yang benar, yang sesuai dengan fitrahnya. Maka untuk

menyelamatkan dan melindungi manusia itulah, diperlukan proses

36 Ramayulis, Op. Cit., hlm. 66-71

Page 66: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

43

pendidikan sepanjang hidup, sejak lahir sampai ke liang kubur.

Proses pendidikan dalam pengertian ini, adalah menjaga agar

manusia tetap dalam kondisi keimanannya kepada Tuhan, selalu

dalam intensitas ketaatan mengikuti ajaran Tuhan (bertakwa), dan

selalu bersikap dan berprilaku yang etis dan terpuji (berakhlak ak-

karimah), agar manusia kompeten menjalankan salah satu dari

tujuan penciptaannya, seperti yang difirmankan dalam al-qur’an

surat Ad-Dzariyat ayat 56.

��� �� �������� ���� ���� ��� �� ���� � �� ���� � �� � ���

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka mengabdi kepada-Ku. (Q.S. Ad-Dzariyat: 56)37

b) Untuk mengembangkan potensi-potensi fitrah manusia. Menurut

ajaran Islam, manusia dibekali seperangkat potensi dan

kemampuan yang luar biasa oleh Allah, berupa fisik, naluri,

pancaindera, akal fikiran, hati nurani, ditambah lagi dengan agama.

Maka untuk mengembangkan potensi-potensi fitrah manusia agar

menjadi kompeten melaksanakan tugas sebagai khalifah Allah di

bumi, dibutuhkan pengetahuan dan keahlian yang bermacam-

macam, dibutuhka keterampilan dan pengalaman yang memadai,

dan semuanya itu membutuhkan pendidikan dan pelatihan dalam

37 Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Depag RI, 1998, hlm.862.

Page 67: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

44

berbagai tingkatan dan bermacam-macam disiplin ilmu

pengetahuan.

c) Menyelaraskan langkah perjalanan fitrah mukhallaqoh (manusia

fitrah) dengan rambu-rambu fitrah munazzalah (agama fitrah/fitrah

Islam) dalam semua aspek kehidupannya, sehingga manusia dapat

lestari hidup di atas jalur kehidupan yang benar, atau di atas jalur

“as-shirat al-mustaqim”. Mereka menjadi orang-orang yang saleh

secara individual maupun saleh secara sosial, mereka yang

merasakan ketenangan, kepuasan dan kebahagian, apabila hidupnya

berjalan sesuai dengan ajaran dan arahan agama Allah (agama

Islam).38

d. Sumber dan Dasar Pendidikan Islam

Sebagai aktivitas yang bergerak dalam bidang pendidikan dan pembinaan

kepribadian, tentunya pendidikan Islam memerlukan landasan kerja untuk

memberi arah bagi programnya. Sebab dengan adanya dasar juga berfungsi sebagi

sumber semua peratuaran yang akan diciptakan sebagai pegangan langkah

pelaksanaan dan sebagai jalur langklah yang menentukan arah usaha tersebut.

Dalam istilah bahsa Indonesia, kata “sumber” berarti tempat keluar atau

asal dalam berbagi-bagi arti, sementara “dasar” berarti bagian yang terbawah,

pondasi atau pangkal dari suatu pendapat, dalam hal ini juga bersinonim kata asas,

sedangkan kata “asas” bermakna suatu kebenaran yang menjadi pokok dasar atau

38 Muhammad Tholhah Hasan, Op. Cit., hlm. 23-34.

Page 68: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

45

tumpuan berfikir. Dengan demikian, sumber pendidikan Islam adalah Al-Qur’an

dan Al-Hadits.

Dari penggalan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam hali ini,

sumber pendidikan Islam adalah segala sesuatu yang dijadikan landasan, podasi

dan pangkal dalam rangka melaksanakan proses pendidikan. Sehingga dalam

perjalanan pendidikan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan aturan-aturan

yang sudah ditetapkan dalam sumber tersebut.

Dasar pelaksanaan pendidikan Islam terutama adalah Al-Qur’an dan Al-

Hadits, dalam Al-Qur’an disebutkan sesuai dengan surat Asy-Syura, ayat 52:

���� �� �� � ���� ��� � �� �� ���� � ��� �� ��� ��� ����� � � �� ���� � �� � �� � �� ������� �� �� � ��

������ ���� ���� ���� ����� ��� �� ���� �� � ��� �� � ��� ��� � � �� �! �� � �� �� ��� � �� �� ���� �� � �� ����

�" �#�� ��� ���� �$%�� ���� �� �&�

“Dan Demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan

perintah kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui Apakah Al kitab (Al Quran)

dan tidak pula mengetahui Apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu

cahaya, yang Kami tunjuki dengan Dia siapa yang Kami kehendaki di antara

hamba-hamba kami. dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk

kepada jalan yang lurus.” (Q.S. Asy-Syura: 52)39

Menurut Sa’id Ismail Ali, sebagaimana dikutip oleh Hasan Langgulung,

sumber pendidikan Islam terdiri atas enam macam, yaitu al-Qur’an, as-Sunnah,

kata-kata sahabat, kemashlahatan umat, tradisi adat kebiasaan masyarakat, dan

39 Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Depag RI, 1998, hlm.791.

Page 69: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

46

hasil pemikiran para ahli Islam. Keenam sumber pendidikan Islam tersebut

didudukan secara hierarkis.40

Sistem dan pola pendidikan yang dicanangkan terkait dengan kebudayaan,

peradaban, dan tatanan kehidupan yang akan melibatkan semua komponen yang

ada, sementara metodenya didasarkan pada perkembangan psikologi anak didik

agar proses tersebut dapat memberikan hasil yang baik, yaitu mempersiapkan

individu agar dapat menentukan pola pikir dalam memenuhi kebutuhan hidup

yang tidak terbatas pada tempat dan waktu, yang selaras dengan kesiapan jiwa

subjek didik.

Pola tersebut juga terkait dengan falsafah, ideologi dan dasar kehidupan,

sementara dasar kehidupan muslim adalah Al-Qur'an dan Al-Hadits, demikian

juga dasar pendidikannya yang merupakan bagian dari ajaran Islam, sehingga

tujuannya pun harus selaras dengan dengan tujuan Islam yaitu menciptakan

manusia yang bertaqwa dan mengabdi kepada Allah.

Dari ayat Al-Qur’an dan Hadits dapat diambil titik relevansinya dengan

atau sebagai dasar pendidikan agama, mengingat:

1. Bahwa Al-Qur’an diturunkan kepada umat manusia untuk memberi

petunjuk ke arah jalan yang lurus dalam arti memberi bimbingan dan

petunjuk ke arah jalan yang diridloi Allah SWT.

2. Menurut hadis Nabi, bahwa diantara sifat orang mukmin ialah saling

menasihati untuk mengamalkan ajaran Allah, yang dapat

diformulasikan sebagai usaha dalam bentuk pendidikan Islam.

40 Yasin Musthofa, EQ untuk Anak Usia Dini dalam Pendidikan Islam, (Jakarta: Sketsa, 2007), hlm. 32.

Page 70: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

47

3. Al-Qur’an dan Hadits tersebut menerangkan bahwa Nabi adalah

benar-benar pemberi petunjuk kepada jalan yang lurus, sehingga

beliau memerintahkan kepada umatnya agar saling memberi petunjuk,

memberikan bimbingan, penyuluhan, dan pendidikan Islam.41

Untuk negara Indonesia secara formal pendidikan Islam mempunyai dasar

atau landasan yang cukup kuat. Pancasila yang merupakan dasar setiap tingkah

laku dan kegiatan bangsa Indonesia, dengan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai

sila pertama, berarti menjamin setiap warga negara untuk memeluk, beribadah,

serta menjalankan aktivitas yang berhubungan dengan pengembangan agama. Di

samping itu mengingat bahwa tiap-tiap sila adalah merupakan kesatuan, berarti

sila-sila yang lain harus dijiwai dengan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Dengan demikian secara konstitusional Pancasila dengan sila-silanya

secara total merupakan tiang penegak untuk dilaksanakannya usaha pendidikan,

bimbingan dan penyuluhan agama (Islam), karena mempersemaikan dan membina

ajaran Islam mendapat lindungan konstitusi dari Pancasila. Demikian pula UUD

1945 memberikan lindungan konstitusional bagi pelaksanaan pendidikan Islam.

Bagi umat Islam maka dasar agama Islam merupakan fondasi utama dari

keharusan berlangsungnya pendidikan. Karena ajaran-ajaran Islam bersifat

universal yang mengandung aturan-aturan yang mengatur seluruh aspek

kehidupan manusia dalam hubungannya dengan khaliqnya yang diatur dalam

ubudiyah, juga dalam hubungannya dengan sesamanya yang diatur dalam

41 Dra. Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm.153-154.

Page 71: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

48

muamalah, masalah berpakaian, jual beli, aturan budi pekerti yang baik dan

sebagainya.

Page 72: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

49

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang sistematis, mempunyai tujuan

tertentu dengan menggunakan metodologi yang tepat dimana data yang

dikumpulkan harus ada relevansinya dengan masalah yang dihadapi. Baik

tidaknya dari hasil suatu kegiatan penelitian tergantung pada bagian teknik-teknik

pengumpulan data untuk memperoleh bahan-bahan yang relefan dan akurat.

Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif-diskriptif, karena dalam pengumpulan

data sampai pada analisis data, peneliti berusaha memperoleh data subyektif yang

sebanyak mungkin sesuai dengan kemampuan yang ada.

Setiap kegiatan penelitian sejak awal sudah harus ditentukan dengan jelas

pendekatan/desain penelitian apa yang akan diterapkan, hal ini dimaksudkan agar

penelitian tersebut dapat benar-benar mempunyai landasan kokoh dilihat dari

sudut metodologi penelitian, disamping pemahaman hasil penelitian yang akan

lebih proporsional apabila pembaca mengetahui pendekatan yang diterapkan.

Obyek dan masalah penelitian memang mempengaruhi pertimbangan-

pertimbangan mengenai pendekatan, desain ataupun metode penelitian yang akan

diterapkan. Tidak semua obyek dan masalah penelitian bisa didekati dengan

pendekatan tunggal, sehingga diperlukan pemahaman pendekatan lain yang

berbeda agar begitu obyek dan masalah yang akan diteliti tidak pas atau kurang

sempurna dengan satu pendekatan maka pendekatan lain dapat digunakan, atau

bahkan mungkin menggabungkannya.

Page 73: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

50

Secara umum pendekatan penelitian atau sering juga disebut paradigma

penelitian yang cukup dominan adalah paradigma penelitian kuantitatif dan

penelitian kualitatif.

Dalam perkembangannya, belakangan ini nampaknya istilah penelitian

kualitatif telah menjadi istilah yang dominan dan baku, meskipun mengacu pada

istilah yang berbeda dengan pemberian karakteristik yang berbeda pula, namun

bila dikaji lebih jauh semua itu lebih bersifat saling melengkapi/memperluas

dalam suatu bingkai metodologi penelitian kualitatif.

Oleh karena itu dalam wacana metodologi penelitian, umumnya diakui

terdapat dua paradigma utama dalam metodologi penelitian yakni paradigma

positivist (penelitian kuantitatif) dan paradigma naturalistik (penelitian kualitatif),

ada ahli yang memposisikannya secara diametral, namun ada juga yang mencoba

menggabungkannya baik dalam makna integratif maupun bersifat komplementer,

namun apapun kontroversi yang terjadi kedua jenis penelitian tersebut memiliki

perbedaan-perbedaan baik dalam tataran filosofis/teoritis maupun dalam tataran

praktis pelaksanaan penelitian, dan justru dengan perbedaan tersebut akan

nampak kelebihan dan kekurangan masing-masing, sehingga seorang peneliti akan

dapat lebih mudah memilih metode yang akan diterapkan apakah menggunakan

metode kuantitatif ataukah menggunakan metode kualitatif dengan

memperhatikan obyek penelitian atau masalah yang akan diteliti serta mengacu

pada tujuan penelitian yang telah ditetapkan.

Metode adalah aspek yang sangat penting dan besar pengaruhnya terhadap

berhasil tidaknya suatu penelitian, terutama untuk mengumpulkan data. Sebab

Page 74: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

51

data yang diperoleh dalam suatu penelitian merupakan gambaran dari obyek

penelitian.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan deskriptif

kualitatif, di mana penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji

hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan “apa adanya” tentang suatu

variabel, gejala atau keadaan.42 Hal ini sesuai dengan statemen yang dikeluarkan

oleh Winarno Surahman bahwa metode penyelidikan deskriptif lebih merupakan

istilah umum yang mencakup berbagai tehnik deskriptif. Diantaranya ialah

penyelidikan yang menuturkan, menganalisa, dan mengklasifikasi.43 Hal ini sesuai

dengan penggunaan Lexy J. Moleong terhadap istilah deskriptif sebagai

karakteristik dari pendekatan kualitatif karena uraian datanya lebih bersikap

deskriptif, lebih mementingkan proses dari pada hasil, menganalisis data secara

induktif dan rancangan yang bersifat sementara serta hasil penelitian yang dapat

dirundingkan.44

Pada dasarnya, definisi yang dikemukakan oleh para pakar penelitian

diatas adalah sama, dimana yang dimaksudkan adalh penelitian yang

menganjurkan penulis untuk memahami dan melakukan penelitian berdasarkan

sumber dan data yang berasal dari dokumen-dokumen tertentu dan wawancara

kepada sumber yang mendukung dalam proses penelitian. Artinya bahwa

penelitian ini dianjurkan menggambarkan secara deskriptif dari data-data yang

42 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT. Rieneka Cipta, 1995), cet. Ke-3, hlm. 310. 43 Winarno Surahmad, Dasar Dan Tehnik Research Pengantar Metodologi Ilmiah, (Bandung: Tarsito), hlm. 131. 44 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja rosdakarya, 2004), cet. Ke-20, hlm. 8-12.

Page 75: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

52

sudah diperoleh sehingga menghasilkan sebuah narasi yang dilengkapi dengan

data-data yang akurat.

Sedangkan, menurut Bodgan dan Taylor bahwa metodologi kualitatif

sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Menurut

mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar belakang dan individu tersebut secara

holistic. Sedangkan deskriptif yang dimaksud adalah penelitian yang menguraikan

secara teratur seluruh konsep yang dikemukakan oleh tokoh yang akan diteliti.45

Penguraian secara teratur dari seluruh konsep yang dikemukakan oleh

tokoh yang akan diteliti menggambarkan bahwa penelitian ini menggunakan

metode kamparasi, yakni membandingkan secara objektif dari pemikiran dua

tokoh atau lebih tentang substansi yang akan dikaji dalam tulisan ini. Oleh karena

itu, pendekatan studi komaratif memiliki dua pendekatan sebagai alat untuk

mengungkapkan persamaan dan perbedaan setra kemudian membandingkan

pemikiran dari dua tokoh tersebut. Adapun pendekatan studi komparatif yang

dimaksud adalah sebagi berikut:

1. Pendekatan Historis

Pendekatan historis merupakan pendekatan untuk mengkaji biografi K.H.

Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari dalam karyanya, khususnya yang

berkaitan dengan pendidikan Islam. Oleh karena itu, Dalam pengungkapan

sebuah pemikiran tokoh, maka aspek keseluruhan sejarah riwayat

kehidupan dan setting sosial pada waktu itu menjadi sebuah keharusan

45 Anton Bakker dan Achmad Charris Zubair, Metode Penelitian Filsafat, (Yogyakarta: Konisius, 1990), hlm. 65.

Page 76: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

53

yang hendaknya disampaikan dalam tulisan. Karena diakui ataupun tidak

latar belakang sejarah sangat mempengaruhi pemikiran yang dihasilkan

oleh tokoh tersebut.

2. Pendekatan Filosofis

Sebuah pendekatan yang digunakan untuk mengkaji pemikiran K.H.

Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari secara kritis, evaluative, dan

reflektif yang berkaitan dengan pendidikan Islam, sehingga meskipun

dengan pemikiran kedua tokoh tersebut berlainan, dengan pendekatan ini

akan ditemukan benang merah dari perbedaan pemikiran tokoh tersebut.

Dengan dua pendekatan di atas, diharapkan mampu menemukan sebuah

formulasi baru tentang pendidikan Islam yang mengupas dari pemikiran K.H.

Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari.

B. Jenis Penelitian

Berdasarkan penjelasan dari pendekatan di atas, tentang pendekatan

deskriptif kualitatif, penelitian ini merupakan penelitian tokoh. Maka, jenis

penelitian yang digunakan adalah penelitiankepustakaan atau library research,

yaitu penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan literatur (kepustakaan),

baik berupa buku, catatan, maupun laporan hasil penelitian dari penelitian

terdahulu.46

Sesuai dengan apa yang sudah dikemukakan oleh M. Iqbal Hasan, bahwa

skripsi ini adalah library research, dimana data yang dipakai dalam penulisan

adalah bersumber dari literatur yang diambil dari dokumen atau buku-buku yang

46 M Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian Dan Aplikasinya, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), hlm. 11.

Page 77: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

54

berhubungan dengan pemikiran kedua tokoh yang dikaji dalam skripsi ini.

Dengan demikian, penulis akan dapat mendeskripsikan serta mampu membuat

sebuah narasi yang panjang sesuai dengan acuan dalam penulisan.

Penulis menggunakan penelitian deskriptif kualitatif yang bersifat

kepustakaan yang berkaitan dengan pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H.

Hasyim Asy’ari tentang pendidikan Islam dan pada skripsi ini sifatnya adalah

menggambarkan atau mendeskripsikan hasil dari penelitian yang telah diperoleh.

C. Data dan Sumber Data

Karena penelitian ini berbentuk library research, maka dalam

mengumpulkan data menggunakan metode dokumentasi. Suharsimi menjelaskan

bahwa metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen dan

sebagainya.47

Jadi, yang dimaksud dengan data dan sumber adalah sebuah bahan yang

digunakan peneliti dalam melengkapi penelitian yang dilakukannya, sehingga dpat

menghasilkan penelitian atau karya ilmiah yang sesuai dengan prosedur penelitian

dan dapat dikatakan sebagai karya ilmiah karena data yang diambil sudah valit

dan akurat, serta dapat dipertanggungjawabkan.

Data yang dipakai dalam penelitian library reseach ini dapat

dikelompokan menjadi dua, yakni:

1. Sumber primer. Adalah berupa karya-karya yang ditulis langsung oleh

penulisnya yang berhubungan dengan pendidikan Islam dalam pemikiran

47 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), cet. 12, hlm. 206.

Page 78: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

55

K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari, yang berupa buku-buku

teks, dan karya ilmiah lainnya.

2. Sumber sekunder. Adalah mencakup kepustakaan yang berwujud buku-

buku penunjang, jurnal dan karya-karya ilmiah lainnya yang di tulis atau

diterbitkan oleh studi selain bidang yang dikaji yang membantu penulis

berkaitan dengan pemikiran yang dikaji.

Buku-buku yang penulis jadikan sebagai acuan dapat dikategorikan

sebagai berikut:

Sumber Acuan Primer Sumber Acuan Sekunder

Adabul al-‘Alim wa al-Muta’allim oleh K.H. Hasyim Asy’ari

K.H. Ahmad Dahlan : Biografi Singkat 1869-1923 oleh Adi Nugroho.

K.H. Ahmad Dahlan Sang Pencerah, Pendidik, dan Pendiri Muhammadiyah oleh Hery Sucipto.

Fajar Kebangunan Ulam: Biografi K.H. Hasyim Asy’ari oleh Drs. Lathiful Khuluq, M.A

Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan, dan Muhammadiyah dalam Perspektif Perubahan Sosial oleh Abdul Munir Mulkhan

Muhammadiyah Prakarsa Besar K.H. Ahmad Dahlan oleh Mohammad Riezam

Kiai Hasjim Asj’ari: Bapak Umat Islam Indonesia oleh Akarhanaf

K.H.M. Hasyim Asy’ari : Figur Ulama dan Pejuang Sejati oleh M. Ishom Hadzik.

K.H.M. Hasyim Asy’ari Ulama Besar Indonesia oleh Solichin

Alam Pikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari, Asal-Usul Kutub Gerakan

Page 79: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

56

Islam di Indonesia oleh T.H. Thalhas.

K.H. Hasyim Asy’ari :Biografi Singkat: Biografi Singkat 1871-1947 oleh Muhammad Rifa’i.

Pesan-pesan Dua Pemimpin Besar Islam Indonesia, Kyai Haji Ahmad Dahlan dan Kyai Haji Hasyim Asy’ari oleh Abdul Qodir Mulkhan.

Dan buku-buku maupun jurnal yang lain.

Tabel 1. Daftar sumber atau rujukan penelitian

D. Tehnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah atau prosedur yang sangat penting

dalam sebuah penelitian, karena itu seorang peneliti harus teliti dan terampil

dalam mengumpulkan data agar kemudian mendapatkan data yang valid.

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh

data yang diperlukan dalam melakukan sebuah penelitian atau pembuatan karya

ilmiah.

Selanjutnya, untuk mengetahui dan memperoleh data yang valid serta

aktual, khususnya yang berkaitan dengan pembahasan skripsi ini maka dipandang

perlu kiranya peneliti mengunakan dan menerapkan beberapa teknik pengumpulan

data yang sudah diatur dalam sistematika penulisan penelitian ataupun karya

ilmiah. Agar kemudian penulisan ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah

dan rasional sesuai dengan standar tulisan.

Adapun teknik pengumpulan data yang dimaksudkan dan dikehendaki

adalah dengan menggunakan metode dokumentasi. Suharsimi Arikunto

berpendapat bahwa: Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal

Page 80: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

57

atau variabel yang berupa catatan, transkrip buku, surat kabar, majalah, prasasti,

metode cepat, legenda dan lain sebaginya.11)

Dapat disimpulkan bahwa metode pengumpulan data ini dengan cara

mencari data, atau informasi, yang sudah dicatat/dipublikasikan dalam beberapa

dokumen yang ada, seperti buku induk, buku pribadi dan surat-surat keterangan

lainnya.

Data adalah bagian terpenting dalam suatu penelitian, untuk kegiatan

pengumpulan data ini peneliti akan berusaha memperoleh dan mengumpulkan

sebanyak-banyaknya. Dimana dalam hal ini peneliti menggunakan beberapa

metode. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam

penelitian ini adalah Metode Dokumenter. Metode ini adalah suatu tehnik

pengumpulan data dengan menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku,

majalah-majalah yang di dasarkan atas penelitian data. Metode ini dilakukan

dengan cara mengutip berbagai dat melalui catatan-catatan, laporan-laporan,

kejadian masa lampau yang berhubungan dengan pemikiran K.H. Ahmad Dahlan

dan K.H. Hasyim Asy’ari.

Teknik pengumpulan data, dalam hal ini penulis akan melakukan

identifikasi wacana dari buku-buku, makalah atau artikel, majalah, jurnal, web

(internet), ataupun informasi lainnya yang berhubungan dengan judul penulisan

untuk mencari hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat

kabar, majalah dan sebagainya yang berkaitan dengan kajian tentang pendidikan

11) Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian,Suatu pendekatan Praktik hal. 234

Page 81: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

58

Islam dalam perspektif K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari. Maka

dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data-data yang ada baik melalui buku-buku, dokumen,

majalah internet (web).

2. Menganalisa data-data tersebut sehingga peneliti bisa menyimpulkan

tentang masalah yang diakaji.

Sebagaimana pemikiran M. Iqbal Hasan, studi dokumentasi adalah tehnik

pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada sebuah penelitian, namun

melalui dokumen. Dokumen yang digunakan dapat berupa buku harian, surat

pribadi, laporan, notulen rapat, catatan khusus dalam pekerjaan sosial dan

dokumen lainnya.48

Selanjutnya dalam rangka untuk menjawab persoalan-persoalan yang

dihadapi dalam perjalanan penulisan ataupun pada saat penelitian sebagai rencana

pemecahan masalah, maka penulis menggunakan metode pembahasan sebagai

berikut:

1. Metode Induktif

Berfikir induktif berangkat dari fakta-fakta yang khusus,

peristiwaperistiwa yang kongkrit, kemudian dari fakta-fakta atau

peristiwa-peristiwa yang khusus konkrit itu ditarik generalisasi-

generalisasi yang mempunyai sifat umum.49

Penggunaan metode induktif ini dimaksudkan untuk mengemukakan data

yang ada kaitannya dengan masalah-masalah yang penulis bahas dalam skripsi ini

48 Ibid, hlm. 87. 49 Ibid, hlm.42.

Page 82: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

59

dengan bertitik tolak pada pengetahuan-pengetahuan yang bersifat khusus

kemudian ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum, sehingga menghasilkan

sebuah naratif panjang yang sesuai dengan kebutuhan penulisan dan penelitian

skripsi ini.

2. Metode Komparatif.

Yaitu suatu penyelidikan deskriptif yang berusaha mencari pemecahan

melalui analisa tentang perhubungan-perhubngan sebab-akibat, yakni yang

meneliti faktor-faktor tertentu yang berhubungan dengan situasi atau

fenomena yang diselidiki dengan membandingkan satu faktor dengan yang

lain.50

Selain penjelasan di atas, pakar penelitian yang lain juga menjelaskan,

bahwa metode komparasi merupakan metode yang digunakan untuk

membandingkan data-data yang ditarik pada konklusi baru. Komparasi sendiri

berasal dari bahasa Inggris, yaitu compare, yang artinya membandingkan untuk

menemukan persamaan dari dua konsep atau lebih.

Menurut Winarno Suharmad, bahwa metode komparasi adalah suatu

penyelidikan yang dapat dilaksanakan dengan meneliti hubungan lebih dari satu

fenomena yang sejenis dengan menunjukkan unsure-unsur persamaan dan

perbedaan dari fenomena yang sejenis tersebut.51

Komparasi tidak hanya sekedar membandingkan persamaan dan perbedaan

pemikiran kedua tokoh yang dikaji atau diteliti oleh penulis. Akan tetapi jauh

lebih dari itu, dimana penulis ingin membandingkan kondisi sosial pada masa

50 Winarno Surahmad, Dasar dan Teknik Penelitian, (Bandung: Trasito. 1985), hlm. 143. 51 Winarno Surachmad, Dasar dan Teknik Penelitian, (Bandung: Trasitu, 1994), hlm. 105.

Page 83: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

60

tokoh tersebut, sehingga nantinya akan diketahui latar belakang pemikiran yang

diciptakan oleh tokoh tersebut.

Untuk memperlancar dan memperjelas arah dan tujuan penelitian ini, maka

diberikan acuan kerja dari metode komparasi tersebut, langkah-langkah dari acuan

metode komparasi yang dimaksud adalah:52

1. Menelusuri permasalahan-permasalahan yang setara tingkat dan jenisnya.

2. Mempertemukan dua atau lebih permasalahan yang setara tersebut.

3. Mengungkapkan ciri-ciri dari objek yang sedang dibandingkan secara jelas

dan terperinci.

4. Menyusun atau memformulasikan teori-teori yang bias dipertanggung

jawabkan secara ilmiah.

E. Analisis Data

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh

penulis dari berbegai macam sumber. Dalam penelitian ini setelah dilakukan

pengumpulan data, maka data tersebut dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan,

bentuk teknik dalam teknik analisis data sebagai berikut:

1. Analisis deskriptif

Metode analisis deskriptif yaitu usaha untuk mengumpulkan dan

menyususn suatu data, kemudian dilakukan analisis terhadap data

tersebut.53

52 Mujamil Qomar, Epistimologi Pendidikan Islam: Dari Metode Rasional hingga Kritik, (Jakarta: Erlangga, 2005), hlm. 348-349. 53 Winarno Surachmad, Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode, Teknik, (Bandung: Tarsita, 1990), hlm. 139.

Page 84: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

61

Dari definisi yang dikemukakan diatas dapat dikatakan bahwa analisis

deskriptif adalah analisis yang menggambarkan dan menjelaskan data-data yang

dikumpulkan. Adapun data yang dimaksud adalah berupa kata-kata, gambar dan

bukan angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif.

Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa

yang sudah diteliti.

Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data dan

pengolahan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut, kemudia

penulis memberikan penyimpulan dari masing-masing kutipan data yang diambil

dari sumber tersebut.

2. Content analisys atau analisis isi

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi (content

analysis). Di mana data deskriptif sering hanya dianalisis menurut isinya,

dan karena itu analisis macam ini juga disebut analisis isi (content

analysis).54

Penjelasan diatas menggambarkan, bahwa analisis isi hanya meneliti atau

menjelaskan data yang diambil dari sebuag paragraf dari tulisan seseornag.

Sehingga analisis ini dibatasi hanya pada isi dari data yang akan dikutip.

Pendapat ini seperti yang dikemukakan oleh Hadari Nawawi yang dikutip

oleh Soejono dan Abdurrahman bahwa analisis isi dalam penelitian dilakukan

54 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: CV. Rajawali, 1983), hlm. 94

Page 85: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

62

untuk mengungkapkan isi sebuah buku yang menggambarkan situasi penulis dan

masyarakatnya pada waktu buku itu ditulis.55

Burhan Bungin mendefinisikan analisis isi (content analysis) adalah teknik

penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicabel), dan

sahih data dengan memperhatikan konteksnya. Analisis isi berhubungan dengan

komunikasi atau isi komunikasi.56

Dalam penelitian kualitatif, analisis isi ditekankan pada bagaimana peneliti

melihat keajegan isi komunikasi secara kualitatif, pada bagaimana peneliti

memaknakan isi komunikasi interaksi simbolik yang terjadi dalam komunikasi.57

Pada hakikatnya, analisis isi ini adalah salah satu model analisi yang

digunakan peneliti dalam mengungkap, mengetahui, dan memahami isi dari

literatur yang sudah dibaca. Dengan begitu, penulis akan dengan mudah

menempatkan data mana yang sesuai dengan kebutuhan penulisan dan

ppenelitian.

F. Pengecekan Keabsahan Data

Yang dimaksud dengan keabsahan data adalah bahwa setiap keadaan yang

harus mempu mendemonstrasikan nilai yang benar, mampu menyediakan dasar

agar hal itu dapat diterapkan, dan memperbolahkan keputusan luar yang dapat

dibuat tentang konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan

keputusan-keputusannya.58

55 Soejono dan Abdurrahman, Metode Penelitian Suatu Pemikiran Dan Penerapan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), hlm. 14. 56 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologis Kea Rah Ragam Varian Kontemporer, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2007), hlm. 231. 57 Ibid, hlm. 232. 58 Lexy J. Moleong, Op.Cit., hlm.320-321.

Page 86: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

63

Dapat dikatakan, bahwa dalam penulisan karya ilmiah memerlukan data

atau literarur yang valid dan akurat, sehingga diperlukan hal-hal yang dapat

menegaskan bahwa data itu memang bebar-benar valid dan akurat. Maka

pengecekan keabsahan data dipandang penting untuk dilakukan, karena hal itu

merupakan salah satu syarat dalam sebuah penelitian.

Untuk menetapkan keabsahan data, diperlukan teknik pemeriksaan.

Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu.

Adapun kriteria pengecekkan keabsahan data sebagaimana diterangkan dibawah

ini:59

1. Kriteria Derajat Kepercayaan (Kredibilitas), pada dasarnya kriteria ini

menggantikan konsep validitas internal dari nonkualitatif. Kriteria ini

berfungsi untuk melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat

kepercayaan penemuannya dapat tercapai, untuk mempertunjukkan derajat

kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti

pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.

Kriteria ini pada hakikatnya menyerahkan sepenuhnya pada pribadi

peneliti yang lain, karena sifatnya hanya berdasarkan kepercayaan, maka seorang

peneliti diharuskan memaparkan data yang didapat dengan apa adanya, sehingga

dapat meyakinkan peneliti lain untuk memberikan kepercayaan kepada data yang

didapat. Oleh karena itu, langkah ini dilakukan dengan cara menggali sumber

literatur yang pernah ditulis oleh orang-orang yang benar-benar dapat dipercaya

keabsahan dan kefalidan dari tulisan tersebut.

59 Ibid, hlm.324-325

Page 87: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

64

2. Kriteria Kebergantungan, kriteria ini merupakan substitusi istilah

reliabilitas dalam penelitian yang nonkualitatif.

Di jelaskan bahwa kriteria ini antara data dari penelitian satu dengan

penelitian yang lain saling bergantungan, dimana jika ada dua atau beberapa kali

diadakan pengulangan suatu studi dalam suatu kondisi yang sama dan hasilnya

secara esensial sama, maka dikatakan reliabilitasnya berhasil dan tercapai.

3. Kriteria Kepastian, kriteria ini berasal dari konsep objektivitas menurut

nonkualitatif.

Adapun penjelasannya adalah pengalaman seseorang itu subjektif, namun

jika disepakati oleh beberapa atau banyak orang, maka pengalaman itu dapat

dikatakan objektif dan dapat dijadikan data. Jadi objektivitas dan subjektivitas itu

tergantung pada seseorang. Dengan demikian, objekitvitas dan subjektivitas

merupakan sebuah kepastian yang digunakan dalam memperjelas pengabsahan

sebuah data yang diperoleh peneliti untuk melengkapi sebuah penelitian.

G. Tahap-Tahap Penelitian

1. Tahap pra penelitian

Dalam tahap pra penelitian ini kegiatan yang dilakukan oleh peneliti yakni

menyusun kerangka rancangan (proposal) penelitian agar dalam penelitian

selanjutnua tidak terjadi pelebaran pembahasan. Selanjutnya mengumpulkan

buku-buku dan semua bahan-bahan lain yang diperlukan untuk memperoleh data.

2. Tahap pekerjaan penelitian

Pada tahap yang kedua ini, peneliti membaca buku-buku atau bahan-bahan

yang berkaitan lalu mencatat dan menuliskan data-data yang diperoleh dari

Page 88: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

65

sumber penelitian, lalu berusaha menyatukan sumber yang ada untuk dirancang

sebelumnya, kegiatan terakhir pada tahap ini peneliti membuat analisis

pembahasan tentang hal-hal yang berkaitan dengan fokus penelitian yang

merupakan jawaban dari rumusan masalah.

3. Tahap analisis data

Pada tahap ini peneliti melakukan pengorganisasian data, lalu melakukan

pemeriksaan keabsahan data, selanjutnya yang terakhir adalah penafsiran dan

pemberian makna terhadap data yang diperoleh.

4. Penyusunan laporan penelitian berdasarkan data yang telah diperoleh

Dalam tahap ini yang merupakan tahap terakhir dari rangkaian tahap-tahap

yang dilakukan dalam suatu penelitian dilakukan kegiatan penyusunan laporan

penelitian, kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing, selanjutnya

melakukan perbaikan-perbaikan sampai pada terselesaikannya penyusunan

laporan ini.

H. Rancangan Penelitian

Sebagai penjelas dari tahap-tahapan penelitian, maka penulis akan

menyampaikan rancangan penelitian yang dilakukan ini, agar kemudian dapat

dilihat secara sistematis dan prosedural. Adapun rancangan penelitiannya adalah

sebagai berikut:

1. Menelaah pendidikan Islam untuk merefleksikan perkembangan

pendidikan sesuai dengan dialektika perkembangan zaman. Konsep-

konsep ini ditelaah dari buku-buku yang menjadi sumber dan data yang

berkaitan dengan judul penulisan.

Page 89: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

66

2. Menelaah Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

tentang pendidikan Islam. K.H, Ahmad Dahlan sebagai represantatif

intelektual muslim yang modernis, sedangkan K.H. Hasyim Asy’ari

sebagai representative intelektual muslim yang tradisionalis.

3. Mengadakan penelitian secara kritis dan objektif terhadap pemikiran K.H.

Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari tentang pendidikan Islam,

kemudian dilanjutkan dengan mengkomparasikan, mensintesiskan kedua

konsep tersebut dan mengarahkan implikasinya dari sintesa konsep

pendidikan Islam dalam pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim

Asy’ari terhadap pendidikan Islam.

Dengan mengetahui implikasi tersebut, maka dapat ditetapkan pola-pola

pendidikan Islam yang selaras dengan ajaran Islam dan ilmu pengetahua modern.

Sedangkan dari hal tersebut maka dapat di gambarkan bagan dari rancangan

penelitian adalah sebagaimana dipaparka sebagai berikut:

Page 90: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

67

Gambar 1. Prosedur atau sistematika penelitian

Konsep Pendidikan Islam perspektif

K.H. Ahmad Dahlan

Penelaahan Konsep Pendidikan Islam perspektif

K.H. Ahmad Dahlan

Penilaian Kritis dan Objektif Konsep Pendidikan Islam

perspektif K.H. Ahmad Dahlan

Konsep Pendidikan Islam perspektif

K.H. Hasyim Asy’ari

Penelaahan Konsep Pendidikan Islam perspektif

K.H. Hasyim Asy’ari

Penilaian Kritis dan Objektif Konsep Pendidikan Islam

perspektif K.H. Hasyim Asy’ari

Komparasi Konsep Pendidikan Islam dalam Perspektif

K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

Sintesa Konsep Pendidikan Islam dalam Perspektif

K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

Implikasi Sintesa Terhadap Pendidikan Agama Islam

Page 91: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

68

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Biografi K.H. Ahmad Dahlan

1. Riwayat Hidup K.H. Ahmad Dahlan

“Jangan kamu anggap urusan kecil, Muhammadiyah adalah besar. Inilah pesanku…”

(Pesan terakhir K.H. Ahmad Dahlan. Disampaikan oleh istrinya, Nyai Ahmad Dahlan, dihadapan pertemuan para konsul daerah Muhammadiyah di Yogyakarta,

18 Agustus 1945).

Peran gerakan organisasi sosial-keagamaan Muhammadiyah dalam

perjalanan sejarah bangsa Indonesia memang tidak bias dikatakan tidak penting.

Melalui tridimensi gerakannya (keislaman, dakwah, dan pembaharuan) yang

masyhur itu, Muhammadiyah terbukti mampu menyentuh semua bidang

kehidupan. Muhammadiyah pun mendapat simpati banyak orang, dan tidak heran

jika ormas ini untuk selanjutnya mendulang jumlah anggota yang selalu

menunjukkan grafik naik pada tiap tahunnya.

Namun demikian, tidak lengkap kiranya jika membicarakan

Muhammdiyah tanpa menyebutkan kontribusi yang telah dilakukan sosok

pendirinya, K.H. Ahamad Dahlan, dalam mengawal keberlangsungan dan

keberhasilan Muhammadiyah di pentas sejarah keindonesiaan. Utang bangsa

terhadap peran K.H. Ahmad Dahlan dalam mengembangkan nilai-nilai

keagamaan dalam upaya mengarahkan bangsa ini semakin terbuka, demokratis,

sejahtera tanpa meninggalkan jatidiri pluralitas bangsa Indonesia, adalah untang

yang tidak terbayarkan.

Page 92: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

69

Andai saja pada tahun 1868 tidak lahir seorang Muhammad Darwis di

Kauman, sebuah kampung disebelah barat Alun-alun Utara Yogyakarta, maka

sejarah pemikiran Islam di Indonesia tidak akan seperti sekarang. Kauman

menjadi nama besar sebagai kampung kelahiran K.H. Ahmad Dahlan alias

Muhammad Darwis, pendiri Persyarikatan Muhammadiyah.60

Atas perenungan yang cukup banyak atas segala aktivitas beragama yang

dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam, diantaranya banyak ditemui

masyarakat Islam yang melakukan praktik takhayul, bid’ah, dan khurafat, maka

Dahlan memeranginya. Untuk mempermudah jalannya, dia mendirikan

Muhammadiyah. Tujuan utamanya adalah untuk memperbaharui pemahaman

keislaman, khususnya di Indonesia.

Kyai Haji Ahmad Dahlan lahir di Kauman, Yogyakarta, pada tahun 1869.

Kauman adalah sebuah kampung di jantung kota Yogyakarta yang berusia hampir

sama tuanya dengan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Kampung Kauman

pada zaman kerajaan merupakan tempat bagi sembilan khatib atau penghulu yang

ditugaskan Keraton untuk membawahi urusan agama. Sejak ratusan tahun lampau,

kampung ini memiliki peran besar dalam gerakan keagamaan Islam. Di masa

perjuangan kemerdekaan, kampung ini menjadi tempat berdirinya Persyarikatan

Muhammadiyah. K.H. Ahmad Dahlan yang menjadi pendiri gerakan tersebut

merasa prihatin karena banyak warga yang terjebak dalam hal-hal mistik.61

Bisa dikatakan bahwa Kauman merupakan salah satu sentral ritus

keagamaan. Dimana pada masa-masa kemerdekaan Persyarikatan Muhammadiyah 60 Adi Nugroho, KH. Ahmad Dahlan : Biografi Singkat 1869-1923, (Jogjakarta : Garasi House of Book, 2010), hlm. 9. 61 Ibid, hlm. 13-14.

Page 93: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

70

didirikan. Itu artinya, kauman sebagai basic kaderisasi dan pemantapan serta

ideologisasi nilai-nilai Islam kepada masyarakat setempat. Karena pada waktu itu

era penjajahan merajalela.

K.H. Ahmad Dahlan adalah putra K.H. Abu Bakar bin Kiai Sulaiman,

seorang khotib tetap di Masjid Agung. Ketika lahir, Abu Bakar memberi putranya

itu dengan nama Muhammad Darwis. Darwis merupakan anak keempat dari tujuh

orang bersaudara yang semua saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya.

Lima perempuan saudara Darwis semuanya bersuami. Putri sulung menikah

dengan K.H. Khatib Arum di Kauman. Putri kedua menikah dengan K.H. Muhsin

dari Pasar Gede (Kotagede). Putri ketiga menikah dengan K.H. Muhammad Saleh.

Anak keempat adalah K.H. Ahmad Dahlan sendiri. Putri kelima menikah dengan

K.H. Muhammad Faqih, Kauman Yogyakarta. Dari putri bungsu menikah dengan

K.H. Abdurrahman bin Abdullah dari Pakualaman. Sedangkan Ibunda

Muhammad Darwis adalah Siti Aminah binti almarhum K.H. Ibrahim, Penghulu

Besar di Yogyakarta.62

Dalam silsilah, Darwis termasuk keturunan ke-12 dari Maulana Malik

Ibrahim, seorang wali terkemuka di antara Wali Songo yang merupakan pelopor

pertama dari penyebaran dan pengembangan Islam di Tanah Jawa. Adapun

silsilahnya ialah Muhammad Darwis (Ahmad Dahlan) bin K.H. Abu Bakar bin

K.H. Muhammad Sulaiman bin Kiai Murtadla bin Kiai Ilsyas bin Demang

Djurung Djuru Kapindo bin Demang Djurung Djuru Sapisan bin Maulana

Sulaiman Ki Ageng Gribig (Djatinom) bin Maulana Muhammad Fadlulah

62 Ibid, hlm. 19.

Page 94: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

71

(Prapen) bin Maulana ‘Ainul Yaqin bin Maulana Ishaq bin Maulana Malik

Ibrahim.63

Silsilah diatas ditegaskan kembali oleh Hery Sucipto dalam bukunya,

yakni K.H. Ahmad Dahlan termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana

Malik Ibrahim. Jika dirunut silsilahnya tersebut ialah Maulana Malik Ibrahim,

Maulana Ishaq, Maulana ‘Ainul Yaqin, Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan

Prapen), Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribing (Djatinom), Demang Djurung

Djuru Sapisan, Demang Djurung Djuru Kapindo, Kyai Ilyas, Kyai Murtadlo, K.H.

Muhammad Sulaiman, K.H. Abu Bakar, dan Muhammad Darwis (Ahmad

Dahlan).64

63 Ibid, hlm. 19-20. 64 Hery Sucipto. K.H. Ahmad Dahlan Sang Pencerah, Pendidik dan Pendiri Muhammadiyah, (Jakarta: Best Media Utama, 2010), hlm. 50.

Maulana Malik Ibrahim

Maulana Ishaq

Maulana ‘Ainul Yaqin

Maulana Muhammad Fadlullah

Maulana Sulaiman Ki Ageng G.

Demang Djurung Djuru Sapisan

Demang Djurung Djuru Kapindo

Kyai Ilyas

Kyai Murtadla

K.H. Muhammad Sulaiman

K.H. Abu Bakar

K.H. Ahmad Dahlan

Page 95: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

72

Ketika Darwis berumur 18 tahun, orang tuanya bermaksud menikahkannya

dengan putri dari K.H. Muhammad Fadlil yang bernama Siti Walidah. Setelah

orang tua dari kedua belah pihak berunding, maka pernikahan dilangsungkan pada

bulan Dzulhijjah tahun 1889 dalam suasana yang tenang. Siti Walidah inilah yang

kelak dikenal sebagai Nyai Ahmad Dahlan, sosok pendiri Aisyiyah dan pahlawan

nasional.65 Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, K.H. Ahmad Dahlan

mendapat enam orang anak yaitu, Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan

Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah.66

Setelah menikahi Siti Walidah, K.H. Ahmad Dahlan pernah menikahi

Nyai Abdullah, janda H. Abdullah. Ia juga pernah menikahi Nyai Rum, adik K.H.

Munawwir dari Krapyak. K.H. Ahmad Dahlan juga mempunyai putra dari

pernikahannya dengan Nyai Aisyah (Adik Adjengan Penghulu) dari Cianjur.

Anak laki-laki itu bernama Dandanah. K.H. Ahmad Dahlan bahkan pernah

menikah dengan Nyai Yasin dari Pakualaman.67

2. Riwayat Pendidikan K.H. Ahmad Dahlan

Darwis mengawali pendidikan di pangkuan ayahnya di rumah sendiri.

Darwis mempunyai sifat yang baik, berbudi pekerti halus, dan berhati lunak,

tetapi juga berwatak cerdas. Sejak usia balita, kedua orang tua Darwis sudah

memberikan pendidikan agama. Sejak kecil Muhammad Darwis diasuh dalam

lingkungan pesantren, yang membekalinya pengetahuan agama dan bahasa Arab.

Disamping itu, Dahlan diasuh dan dididik sebagai putera kiyai. Pendidikan

dasarnya dimulai dengan belajar membaca, menulis, mengaji Al-Qur’an, dan 65 Adi Nugroho, Op.cit, hlm. 20-21. 66 http://udhiexz.wordpress.com/2009/04/25/pemikiran-kh-ahmad-dahlan/ 67 Adi Nugroho, Op.cit, hlm. 22.

Page 96: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

73

kitab-kitab agama. Pendidikan ini diperoleh langsung dari ayahnya. Pada usia 15

tahun (1883), ia sudah menunaikan ibadah haji, yang kemudian dilanjutkan

dengan menuntut ilmu agama dan bahasa arab di Makkah selama lima tahun. Ia

pun semakin intens berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam

dunia Islam, seperti Muhammad Abduh, al-Afghani, Rasyid Ridha, dan ibn

Taimiyah. Interaksi dengan tokoh-tokoh Islam pembaharu itu sangat berpengaruh

pada semangat, jiwa dan pemikiran Darwis. Semangat, jiwa dan pemikiran itulah

kemudian diwujudkannya dengan menampilkan corak keagamaan yang sama

melalui Muhammadiyah. Bertujuan untuk memperbaharui pemahaman

keagamaan (ke-Islaman) di sebagian besar dunia Islam saat itu yang masih

bersifat ortodoks (kolot). Ahmad Dahlan memandang sifat ortodoks itu akan

menimbulkan kebekuan ajaran Islam, serta stagnasi dan dekadensi

(keterbelakangan) ummat Islam. Maka, ia memandang, pemahaman keagamaan

yang statis itu harus diubah dan diperbaharui, dengan gerakan purifikasi atau

pemurnian ajaran Islam dengan kembali kepada al-Qur'an dan al-Hadits.68

Bisa dikatakan, bahwa sudah sejak kanak-kanak beliau diberikan pelajaran

dan pendidikan agama oleh orang tuanya, oleh para guru (ulama) yang ada dalam

masyarakat lingkungannya. Ini menunjukan bahwa rasa keagamaan K.H. Ahmad

Dahlan tidak berdasarkan naluri, melainkan juga melalui ilmu-ilmu yang

diajarkan kepadanya.

Ketika berusia delapan tahun, Darwis sudah bisa membaca Al-Quran

dengan lancar sampai khatam. Darwis juga bisa mempengaruhi tema-teman

68 http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/a/ahmad-dahlan/index.html

Page 97: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

74

sepermainannya dan menang dalam jenis-jenis permainan bersama teman-

temannya. Sejak kecil, Darwis hidup dalam lingkungan yang tenteram dan

masyarakat yang sejahtera. Dia selalu hidup berdampingan dengan kedua orang

tua, kerabat, dan alim ulama yang menyejukan. Tidak heran jika Darwis

mempunyai budi pekerti yang baik dan akhlak yang suci.69

Model pembelajaran homeschooling sesungguhnya bukan hal baru dalam

dunia pendidikan, karena banyak orang besar di negeri ini justru mendapatkan

ilmu bukan dari proses pendidikan formal di bangku sekolah. Demikian pula yang

terjadi pada K.H. Ahmad Dahlan. Dalam didikan ayahnya dan ditambah

lingkungan yang mendukung, kepiawaian dan potensi dasar yang dimiliki oleh

K.H. Ahmad Dahlan muncul dengan sendirinya sehingga terbentuklah pribadi

muslim Indonesia yang memiliki wawasan keilmuan yang luas dan memiliki

kedalaman spirirual dan keagungan akhlak yang menjadikan beliau disegani oleh

teman-teman sebayanya.

Menjelang dewasa, ia mempelajari dan mendalami ilmu-ilmu agama

kepada beberapa ulama besar waktu itu. Diantaranya ia K.H. Muhammad Saleh

(ilmu fiqh), K.H. Muhsin (ilmu nahwu), K.H. R. Dahlan (ilmu falak), K.H.

Mahfudz dan Syekh Khayyat Sattokh (ilmu hadis), Syekh Amin dan Sayyid Bakri

(qira’at Al-Qur’an), serta beberapa guru lainya.70

Dengan data ini, tak heran jika dalam usia relatif muda, ia telah mampu

menguasai berbagai disiplin ilmu keislaman. Ketajaman intelektualitasnya yang

69 Adi Nugroho, Op.cit, hlm. 20. 70 http://udhiexz.wordpress.com/2009/04/25/pemikiran-kh-ahmad-dahlan/, Op.cit.

Page 98: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

75

tinggi membuat Dahlan selalui merasa tidak puas dengan ilmu yang telah

dipelajarinya dan terus berupaya untuk lebih mendalaminya.

Selelah beberapa waktu belajar dengan sejumlah guru, pada tahun 1890

Dahlan berangkat ke Mekkah untuk melanjutkan studinya dan bermukim di sana

selama setahun. Merasa tidak puas dengan hasil kunjungannya yang pertama,

maka pada tahun 1903, ia. berangkat lagi ke Mekkah dan menetap selama dua

tahun. Ketika mukim yang kedua kali ini, ia banyak bertemu dan melakukan

muzakkarah dengan sejumlah ulama Indonesia yang bermukim di Mekkah. Di

antara ulama tersebut adalah; Syekh Muhammad Khatib al-Minangkabawi, Kiyai

Nawawi al-Banteni, Kiyai Mas Abdullah, dan Kiyai Faqih Kembang. Pada saat itu

pula, Dahlan mulai berkenalan dengan ide-ide pembaharuan yang dilakukan

melalui penganalisaan kitab-kitab yang dikarang oleh reformer Islam, seperti Ibn

Taimiyah, Ibn Qoyyim al-Jauziyah, Muhammad bin Abd al-Wahab, Jamal-al-Din

al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, dan lain sebagainya. Melalui

kitab-kitab yang dikarang oleh reformer Islam, telah membuka wawasan Dahlan

tentang Universalitas Islam. Ide-ide tentang reinterpretasi Islam dengan gagasan

kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah mendapat perhatian khusus Dahlan saat

itu. Sekembalinya dari Mekkah, ia mengganti namanya menjadi Haji Ahmad

Dahlan, yang diambil dari nama seorang mufti yang terkenal dari Mazhab Syafi’i

di Mekkah, yaitu Ahmad bin Zaini Dahlan. Ia membantu ayahnya mengajar

pengajian anak-anak. Keadaan ini telah menyababkan pengaruh Ahmad Dahlan

Page 99: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

76

semakin luas di masyarakat sehingga ia diberi gelar “Kiai.” Sebagai seorang kiai,

ia dikategorikan sebagai ngulomo (ulama) atau intelektual.71

Dan karena keuletan serta kesungguhan dalam belajar agama, sosok K.H.

Ahmad Dahlan pada waktu itu dikenal sebagai seorang ulama oleh kiai-kiai lain.

Hal ini disebabkan karena seorang Ahmad Dahlan tidak pernah merasa puas

dengan hanya belajar dari satu guru. Berbagai guru dari beragam disiplin ilmu

sudah dia temui, sebagaimana yang sudah disebutkan diatas.

Penjelasan diatas menerangkan bahwa, pada seumuran beliau waktu itu,

K.H. Ahmad Dahlan terkenal memiliki pemikiran yang cerdas dan bebas.

Memeiliki akal budi yang baik. Pendidikan agama yang diterimanya dipilih secara

selektif. Tidak hanya itu, tetapi sesudah dipikirkan dibawa dalam perenungan-

perenungan, ingin dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Disinilah yang

menentukan K.H. Ahmad Dahlan sebagai subyek yang nantinya mendorong

berdirinya Muhammadiyah. Jiwa agamanya bukan hanya berdasar semangat tetapi

juga berdasar ilmu dan pendidikan. Agama diterima dengan pemikiran yang

sungguh-sungguh dengan hati yang sebenar-benarnya. Sehingga lahir dan batin

diri K.H. Ahmad Dahlan itu betul-betul merupakan penghayatan agama.

3. Detik-detik Kepergian K.H. Ahmad Dahlan

K.H. Ahmad Dahlan tergolong orang yang tidak mengenal kata lelah.

Aktivitas yang begitu padat, mulai dari tanggung jawab sebagai seorang suami,

ayah dari beberapa anaknya, ulama panutan masyarakat, sampai penjadi pejuang

bangsa dan negara yang melakukan perjuangan untuk mendapatkan kemerdekaan

71 Ibid, http://udhiexz.wordpress.com/2009/04/25/pemikiran-kh-ahmad-dahlan/

Page 100: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

77

yang sesungguhnya menjadi sebuah keseharian yang beliau lakukan. Sampai-

sampai beliau sendiri hampir melupakan bahwa dirinya adalah manusia biasa

yang membutuhkan istirahat.

Kecintaannya terhadap agama, bangsa dan negara mengalahkan segalanya,

sampai-sampai pada awal tahun 1923, kesehatan K.H. Ahmad Dahlan mulai

sering terganggu. Selama dua bulan K.H. Ahmad Dahlan beristirahat di Tretes,

dengan harapan agar kesehatan beliau kembali pulih, karena pelaksanaan rapat

tahunan Muhammadiyah akan segera di gelar. Akan tetapi kondisinya justru kian

parah. Badannya semakin kurus, kakinya membengkak. Hanya roman wajahnya

yang berseri-seri. Melihat kondisi seperti itu, keluarga K.H. Ahmad Dahlan

terkejut dengan kesehatannya, maka sejak saat itu K.H. Ahmad Dahlan lebih

banyak beristirahat, dan adik iparnya yaitu K.H. Ibrahim selalu menemani dan

melayani kebutuhan sehari-hari. Dalam kesempatan ini pula Nyai Ahmad Dahlan

juga mencemaskan kesehatan suaminya. Ia khawatir K.H. Ahmad Dahlan akan

meninggal dunia dalam waktu dekat dan meninggalkan Muhammadiyah untuk

selamanya.72

Akhirnya, pada Jum’at malam, 7 Rajab tahun 134 Hijriyah, K.H. Ahmad

Dahlan menghembuskan nafas terakhir di hadapan keluarganya. Kemudian

jenazah K.H. Ahmad Dahlan dimandikan pada malam itu juga oleh anggota

keluarganya, setelah itu Jenazah itu ditempatkan di suarau milik keluarga Dahlan.

Shalat jenazah pun dilaksanakan dan dipimpin oleh K.H. Lurah Nur, kakak ipar

72 Adi Nugroho, Op.cit, hlm. 45.

Page 101: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

78

K.H. Ahmad Dahlan. Jenazah kemudian diberangkatkan menuju makam

Karangkajen melalui Jalan Gerjen, Ngabean, dan Gondomanan.73

Pada satu catatan sejarah, K.H. Ahmad Dahlan pernah berwasiat pada

K.H. Ibrahim: “ Him, agama Islam itu aku misalkan gayung yang sudah rusak

pegangannya dan rusak pula kalengnya karena dimakan karat sehingga tidak

dapat digunakan pula sebagi gayung. Umat Islam memerlukan gayung tersebut,

tetapi tidak bisa dipakai karena sudah rusak. Aku tidak mempunyai alat untuk

memperbaikinya. Para tetangga dan kawan di sekitarkulah yang memegang dan

mempunyai alat itu, tetapi mereka juga tidak mengetahui dan tidak

menggunakannya untuk memperbaiki gayung yang dibutuhkan itu. Maka, aku

perlu meminjam untuk memperbaikinya. Siapakah tetangga dan kawan-kawan

yang ada disekitarku itu? Mereka adalah kaum cerdik, pandai dan orang-orang

terpelajar yang tidak memahami agama Islam. Padahal mereka pada dasarnya

merasa dan mengakui bahwa pribadinya adalah Muslim. Banyak dari mereka

adalah Muslimin, bahkan ada yang merupakan keturunan serta kiai terkemuka.

Tetapi, karena mereka melihat keadaan umat Islam pada umumnya sedang

berada dalam keadaan krisis dalam segala hal, mereka tidak ingin menjadi umat

yang bobrok. Oleh karena itu, dekatilah mereka dengan cara yang sebaik-baiknya

sehingga mereka mengenal kita dan kita mengenal mereka sehingga perkenalan

kita bertimbal balik, sama-sama memberi dan sama-sama menerima.” Wasiat

inilah yang dijadikan pegangan oleh wakil-wakil dari cabang Muhammadiyah di

Jawa Barat dan Jawa Timur mengadakan perundingan bersama para pengurus

73 Ibid, hlm. 47.

Page 102: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

79

Muhammadiyah cabang Yogyakarta untuk membahas susunan kepengurusan

Muhammadiyah. Hasilnya, mereka bersepakat perlunya pengurus ad interim

sebagai Wakil Ketua Muhammadiyah yang bertugas menjalankan kepemimpinan

Muhammadiyah sampai tiba waktunya rapat tahunan yang akan datang. Wakil ad

interim itu adalah K.H. Ibrahim.74

B. Pemikiran Pendidikan K.H. Ahmad Dahlan

Sebelum memasuki pembahasan mengenai pandangan K.H. Ahmad

Dahlan terhadap pendidikan, perlu kiranya sedikit menengok sejarah panjang

yang melatarbelakangi terbentuknya ide dan gagasan dari para tokoh pejuang dan

guru bangsa kita. Kegelisahan para tokoh pendidikan semisal K.H. Ahmad

Dahlan, K.H. Hasyim Asy’ari dan lainnya merupakan bentuk jawaban dari

ketidakpuasan mereka terhadap kondisi bangsa yang terjajah.

Secara umum, pendidikan Islam pada masa penjajahan dapat dipetakan

dalam dua periode besar; masa penjajahan Belanda dan pada masa penjajahan

Jepang. Sebagaimana diketahuai pada abad 17 hingga 18 M, bidang pendidikan di

Indonesia harus berada dalam pengawasan dan kontrol ketat VOC. Dan pada masa

ini kondisi pendidikan di Indonesia dapat dikatakan tidak lepas dari maksud dan

kepentingan komersial. Pendidikan diadakan hanya untuk memenuhi kebutuhan

para pegawai VOC dan keluarganya di samping untuk memenuhi kebutuhan

tenaga kerja muda terlatih dari kalangan penduduk pribumi.

Pada masa pemerintahan Daendels, pihak penjajah beranggapan bahwa

sekolah-sekolah pemerintah tidak banyak memberikan manfaat bagi kepentingan

74 Ibid, hlm. 48.

Page 103: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

80

penjajah. Bahkan menurutnya Mohammedaans gods dienst onderwys tidak perlu

diadakan, karena hanya merupakan alat meninggikan akhlak rakyat saja dan

dianggap sumber semangat perjuangan rakyat. Untuk itu, diadakanlah peraturan

umum yang mengatur tentang persekolahan (Sbtl. 1818 No.4) yang diantaranya

berisi mengenai larangan memberikan pelajaran dalam kelas tanpa izin dari

Gubernur Jendral.75

Akan tetapi, dalam praktek kesehariannya lembaga pendidikan ini pada

dasarnya memperoleh dukungan dan bantuan dari pemerintah penjajah. Sehingga

dalam proses pembelajarannya berjalan dengan maksimal dan sesuai dengan apa

yang diharapkan oleh para penjajah. Diman mereka menyiapkan amunisi muda

berbakat sebagai pegawai dan budak penjajah. Sementara lembaga pendidikan

Islam, yakni pesantren dianaktirikan oleh mereka dan tidak mendapatkan

perhatian sama sekali dari penjajah, karena dipandang sebagai tempat untuk

memupuk semangat juang untuk memperoleh kemerdekaan. Oleh karena hal itu,

kegiatan di lembaga pendidikan Islam dirasa menjadi ancaman bagi para penjajah

pada saat berkuasa di Indonesia.

Walaupun demikian, lembaga pendidikan Islam tetap bertahan bahkan

semakin menunjukan eksistensinya. Terbukti pada awal abad 17, di pulau jawa

terdapat pesantren Sunan Malik Ibrahim di Gresik, selanjutnya Sunan Bonang di

Tuban, Sunan Ampel di Surabaya, Sunan Giri di Sidomukti dan sebagainya.

Kemudian pada pertengahan abad 17, juga dapat diketahui dan dikenal tokoh-

tokoh daro Sumatra Hamzah Fansuri, Syamsudin Sumatrani (1693), Nuruddin

75 Hery Sucipto. K.H. Ahmad Dahlan Sang Pencerah, Pendidik dan Pendiri Muhammadiyah, (Jakarta: Best Media Utama, 2010), hlm. 104-105.

Page 104: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

81

Arraniri (1658), Abdurrauf Singkil (1693) dan S. Burhanuddin (1693) di Sumatera

Tengah. Tidak hanya itu, pondok pesantren juga saat itu mulai menyebar di

daerah Madura, Lombok, Sulawesi, Ternate dan lainnya.76

Paragraf diatas menggambarkan bahwa meskipun pada waktu penjajah

mendominasi Indonesia, akan tetapi berkat kegigihan dan semangat untuk tetap

mempertahankan nilai-nilai Islam di bumi pertiwi, maka mereka tetap mendirikan

lembaga-lembaga pendidikan seperti pesantren, yang meskipun pada prakteknya

pesantren tersebut tidak mendapatkan respon dan bahwan dianaktirikan oleh

pemerintah penjajah dengan alibi akan mempersempit ruang gerak mereka dalam

menguasai bangsa Indonesia. Meskipun demikian pondok pesantren tersebut kian

lama kian meningkat di beberapa daerah yang sudah disebutkan diatas.

Secara umum sistem dan prinsip pendidikan yang digunakan dalam

lembaga pendidikan pada masa VOC terdiri dari:

1. Pendidikan Dasar

2. Sekolah Latin

3. Seminarium Theologicum (Sekolah Seminari)

4. Academieder Marine (Akademi Pelayanan)

5. Sekolah Cina

6. Pendidikan Islam

Adapun prinsip yang digunakan oleh pemerintah Belanda yang diambil sebagai

dasar kebijakannya di bidang pendidikan antara lain adalah sebagai berikut:

1. Menjaga jarak atau tidak memihak salah satu agama tertentu.

76 Ibid, hlm. 105-106.

Page 105: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

82

2. Memerhatikan keselarasan dengan lingkungan sehingga anak didik kelak

mampu mandiri atau mencari penghidupan guna mendukung kepentingan

kolonial.

3. Sistem pendidikan diatur menurut pembedaan lapisan sosial, khususnya

yang ada di Jawa.

4. Pendidikan diukur dan diarahkan untuk melhirkan kelas elit masyarakat

yang dapat dimanfaatkan sebagai pendukung supremasi politik dan

ekonomi pemerintah kolonial.77

Sangat terlihat jelas bahwa pendidikan yang digawangi oleh pemerintahan

Belanda lebih bercorak politis. Dimana output yang dikehendaki adalah sebagai

pekerja yang siap mengabdikan dirinya pada pemerintah Belanda yang pada

akhirnya tidak memberikan peluang kepada masyarakat Indonesia untuk

menikmati pendidikan pada masa itu. Disamping itu, pendidikan yang di

tanamkan oleh pemerintah Belanda bersifat elitis, dimana masyarakta yang tingkat

perekonomiannya pada taraf menengah kebawah tidak diperbolehkan masuk

dalam lembaga pendidikan yang didirikan oleh pemerintah Belanda.

Selanjutnya adalah pendidikan pada masa penjajahan Jepang. Jika melihat

realitas yang terjadi pada masa penjajahan Belanda, maka itu sangat berbeda pada

masa penjajahan Jepang. Menurut sejarahnya, Jepang pada masa itu sedang

dihadapkan pada usaha untuk memenangkan perangnya, sehingga memaksakan

dirinya untuk mendekati umat Islam. bahwa dapat dikatakan kedudukan Jepang di

Indonesia sangat bergantung pada bantuan umat Islam dalam menghadapi luasnya

77 Ibid, hlm. 106.

Page 106: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

83

daerah yang telah diduduki oleh sekutu dan antara umat Islam dan Jepang

mempunyai kepentingan yang sama yaitu menghadapi penjajahan Barat.

Pendidika Islam pada masa penjajahan Jepang dimulai pada tahun 1942-

1945 yang kemudian menerapkan beberapa kebijakan terkait bidang pendidikan

yang memiliki implikasi luas terutama bagi sistem pendidikan di era

kemerdekaan. Di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi pengantar pendidikan

dalam upaya menggantikan bahasa Belanda.

2. Adanya integrasi sistem pendidikan dengan dihapuskannya sistem

pendidikan berdasarkan kelas sosial di era penjajahan Belanda.78

Secara kasab mata, kebijakan diatas merupakan kebijakan yang

menguntungkan bangsa Indonesia. Karena tidak disadari bahwa pada waktu itu

keberadaan bangsa Indonesia sudah diakui oleh Jepang dengan terbukti sekuruh

lembaga pendidikan yang dalam naungan pemerintahan Jepang harus

menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pendidik. Kemudian

tidak ada diskriminasi pendidikan, dimana seluruh masyarakat (baik yang miskin

maupun yang kaya) Indonesia di perbolehkan mengikut atau mengenyam

pendidikan.

Akan tetapi, penjajah tetaplah penjajah. Tanpa disadari oleh bangsa

Indonesia, bahwa kebijakan yang diambil oleh pemerintahan Jepang pada waktu

itu adalah sebuah bentuk desain politik. Dimana pada masa itu, Jepang dalam

usaha memenangkan peperangan dengan penjajah Barat. Oleh karena itu, mereka

78 Ibid, hlm. 107.

Page 107: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

84

memanfaatkan masyarakat dengan memberikan kebijakan yang berpihak pada

mereka, agar masyarakat Indonesia memberikan simpatinya dan bahkan rela

bekerja sama dalam rangka melawan penjajah Barat.

Sementara itu terhadap pendidikan Islam, Jepang mengambil beberapa

kebijakan anatara lain:

1. Mengubah kantor Voor Islamistische Zaken pada masa Belanda yang

dipimpin kaum orientalis menjadi Sumubi yang dipimpin tokoh Islam

sendiri, yakni K.H. Hasyim Asy’ari.

2. Pondok pesantren sering mendapat kunjungan dan bantuan dari pemerintah

Jepang.

3. Mengizinkan pembentukan barisan Hizbullah yang mengajarkan latihan

dasar seni kemiliteran dabgi pemuda Islam di bawah pimpinan K.H. Zainal

Arifin.

4. Mengizinkan berdirinya Sekolah Tinggi Islam di Jakarta di bawah asuhan

K.H. Wahid Hasyim, Kahar Muzakkir dan Bung Hatta.

5. Mengizinkan kepada ulama dan nasionalis membentuk barisan Pembela

Tanah Air (PETA) yang belakangan menjadi cikal-bakal TNI di zaman

kemerdekaan.

6. Mengizinkan Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) terus beroperasi,

sekalipun kemudian dibubarkan dan kemudian diganti dengan Majlis

Syuro Muslim Indonesia (Masyumi) yang menyertakan dua ormas Islam

Indonesia, Muhammadiyah dan Nahdlotul Ulama.79

79 Ibid, hlm. 108.

Page 108: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

85

Terlepas dari tujuan semula (bekerja sama untuk mengalahkan penjajahan

Barat), pemerintah Jepang memfasilitasi berbagai aktivitas pemuda Islam pada

waktu itu, sehingga dapat dilihat perkembangan Islam dan keadaan umatnya

setelah tercapai kemerdekaan. Namun apapun yang melatarbelakanginya,

sesungguhnya kaum penjajah itu sama saja, baik itu pada masa penjajah Portugis,

Inggris, Belanda, atau Jepang, pada intinya mereka tidak senang pendidikan Islam

berkembang pada masa pemerintahan mereka. Hal ini terbukti, pada akhir abad ke

19, pernah beberapa kali mengusulkan pondok pesantren dapat dijadikan sebagai

model pendidikan untuk seluruh penduduk Bumi Putera, akan tetapi usulan

tersebut ditolak oleh pemerintahan Belanda.

Padahal, selama ini pondok pesantren secara finansial mampu ditopang

secara mandiri kaum muslimin dan tidak pernah meminta bantuan dari pemerintah

penjajah. Logikanya, keberadaan pondok pesantren selama ini tidak memberatkan

dan merepotkan mereka, namun karena didasari rasa kekhawatiran kalua

pesantren akan berkembang pesat, justru akan menjadi kekuatan perlawanan

terhadap kaum penjajah, sehingga posisinya terancam, maka hal itu tidak

diluluskan oleh pemerintah Jepang.

Sebagai jawaban terhadap kondisi pendidikan umat Islam yang tidak bisa

merespon tantangan zaman, K.H. Ahmad Dahlan melanjutkan model sekolah

yang digabungkan dengan sistem pendidikan gubernemen. Ini mengadopsi

pendidikan model Barat, karena sistemnya dipandang “yang terbaik” dan

disempurnakan dengan penambahan mata pelajaran agama. Dengan kata lain, ia

berusaha untuk mengislamkan berbagai segi kehidupan yang tidak Islami. Umat

Page 109: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

86

Islam tidak diarahkan kepada pemahaman “agama mistis” melainkan menghadapi

dunia secara realitis.

1. Definisi Pendidikan Islam

Dunia pendidikan juga ternyata diracuni oleh penjajah demi kepentingan

pribadi dan kelangsungan hidup mereka di bumi pertiwi. Berangkat dari

keprihatinan itulah yang mendorong perjuangan melalui bidang pendidikan yang

menjadi perhatian serius para tokoh-tokoh pejuang bangsa ini. Karena hanya

dengan pendidikanlah bangsa ini bisa maju dan terbebas dari cengkraman kaum

imperialisme. Hal inilah di antara menjadi salah satu sebab yang melatarbelakangi

perlunya didirikan lembaga-lembaga pendidikan melalui wadah organisasi

Muhammadiyah oleh K.H. Ahmad Dahlan.

Melihat realitas pendidikan Islam yang saat itu dikuasai oleh kaum

penjajah, maka pada akhir abad 20, ketika banyak kaum cendikia muslim dari

Indonesia yang belajar di Timur Tengah, dan ada juga yang melakukan ibadah

haji ke Mekkah yang kemudian bermukim di sana dalam kurun waktu yang lama,

merasa tergugah untuk melakukan perubahan dan pembaharuan-pembaharuan

dalam bidang pendidikan. Mereka manyadari bahwa pendidikan yang dibangun

oleh kaum penjajah sama sekali tidak menguntungkan umat Islam khususnya dan

warga pribumi pada umumnya. Bahkan menimbulkan dampak terjadinya

dikotomi ilmu dan kastanisasi dalam dunia pendidikan.

Berdasarkan pengamatan terhadap kondisi sosial tersebut, dan telaah

terhadap ajaran Islam serta pemikiran-pemikiran tokoh-tokoh pembaharuan Islam

Timur Tengah seperti Ibn Qoyyim al-Jauziyah, Ibn Taiymiyah, Syekh

Page 110: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

87

Muhammad Abduh Rasyid Ridho dan lain-lain, serta didorong oleh teman-teman

dari Budi Utomo, maka K.H. Ahmad Dahlan mendirikan organisasi

Muhammadiyah. Melalui lembaga inilah beliau melaksanakan ide pembaharuan di

segala bidang terutama bidang pendidikan. Sebab menurut K.H. Ahmad Dahlan

agama Islam tidak akan bisa tegak tanpa diperjuangkan melalui organisasi yang

rapi. Demikian pula untuk membebaskan bangsa Indonesia dari penjajahan

Belanda, harus dengan meningkatkan ilmu pengetahuan dan kecerdasan melalui

lembaga pendidikan. Itulah sebabnya gerakan Muhammadiyah pada awal

kelahirannya memprioritaskan kegiatannya pada bidang pendidikan.80

Keterangan diatas adalah sebuah bentuk sensitifitas sosial dan

keperihatinan yang mendalam dari para cendikiawan muslim yang melihat kondisi

pendidikan di Indonesia. Pada hakikatnya mereka menyadari bahwa pendidikan

merupakan salah satu tiang yang sangat penting untuk di perhatikan dengan serius

dan serta dikembangkan dengan maksimal. Karena hanya dengan pendidikanlah

martabat bangsa Indonesia akan dapat kembali.

Oleh karena itu, K.H. Ahmad Dahlan hadir di tengah-tengah keterpurukan

pendidikan di Indonesia. Beliau datang dengan segudang pemahaman tentang

agama, sosial, dan juga tentang ilmu pendidikan. Dengan rasa ikhlas dan penuh

dengan pengabdian kepada bangsa Indonesia, beliau mencoba memberikan

kontribusi dalam dunia pendidikan.

Di bawah ini akan sedik banyak akan diulas tentang pemikiran-pemikiran

K.H. Ahmad Dahlan tentang pendidikan.

80 http://lppbi-fiba.blogspot.com/2009/03/filosofi-dasar-pemikiran-kh-ahmad.html�

Page 111: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

88

Menurut KH. Ahmad Dahlan, pendidikan adalah upaya strategis untuk

menyelamatkan umat islam dari pola berpikir yang statis menuju pada pemikiran

yang dinamis.81

Definisi tersebut sudah sangatlah jelas, bahwa kedatangan K.H. Ahmad

Dahlan membawa perubahan dan pembahuran dalam pemikiran masyarakat pada

waktu itu, dimana pola pikir masyarakat pada saat penjajah Belanda dan Jepang

menguasai Indonesia, pola pikir mereka statis dan sulit untuk berkembang. Karena

diakui atau tidak, itu semua adalah rekayasa yang dibuat oleh para penjajah agar

masyarakat Indonesia tidak melakukan hal-hal yang dikhawatirkan oleh penjajah,

seperti perlawanan, dll.

Kondisi yang dimaksudkan diatas diperjelas oleh Ramayulis dan Samsul

Nizar, hampir seluruh pemikiran Dahlan berangkat dari keprihatinannya terhadap

situasi dan kondisi global umat Islam waktu itu yang tenggelam dalam

kejumudan(stagnasi), kebodohan, serta keterbelakangan. Kondisi ini sangat

merugikan bangsa Indonesia. Latar belakang situasi dan kondisi tersebut telah

mengilhami munculnya ide pembaharuan Dahlan. Ide ini sesungguhnya telah

muncul sejak kunjungannya pertama ke Mekkah. Kemudian ide itu lebih

dimantapkan setelah kunjungannya yang kedua. Hal ini berarti, bahwa kedua

kunjungannya merupakan proses awal terjadinya kontak intelektualnya baik

secara langsung maupun tak langsung dengan ide-ide pembaharuan yang terjadi di

Timur Tengah pada awal abad XX.82

81 Dr. H. Samsul Nizar, MA, Filsafat Pendidikan Islam : Pendidikan historis, teoritis, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002) hlm. 100. 82 http://lppbi-fiba.blogspot.com/2009/03/filosofi-dasar-pemikiran-kh-ahmad.html�

Page 112: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

89

Kemudian, karena adanya spesifikasi kata Islam yang diinginkan dalam

pembahasan ini, maka definisi yang disampaikan oleh K.H. Ahmad Dahlan

tidaklah boleh keluar dari kaidah-kaidah Islam. dengan demikian dapat ditarik

dalam sebuah kesimpulan. Pendidikan Islam menurut K.H. Ahmad Dahlan adalah

upaya strategis untuk menyelamatkan umat Islam dari pola pikir yang statis

menuju pola pikir yang dinamis dan selalu menjunjung tinggi nilai-nilai yang

sudah termaktub dalam syariat Islam.

2. Tujuan Pendidikan Islam

Dari definisi pendidikan Islam yang sudah dikemukakan pada paragraf

sebelumnya, maka dapat dideskripsikan tentang beberapa tujuan yang dinginkan

oleh K.H. Ahmad Dahlan. Karena dengan mendeskripsikan beberapa tujuan

pendidikan Islam, maka dapat diketahui output yang sebenarnya diinginkan oleh

K.H. Ahmad Dahlan.

Pemikiran Ahmad Dahlan yang sudah dipaparkan diatas, merupakan

respon pragmatis terhadap kondisi ekonomi umat Islam yang tidak

menguntungkan di Indonesia. Sebagaimana diketahui bahwa dibawah kolonial

Belanda, umat Islam tertinggal secara ekonomi karena tidak memiliki akses

kepada sektor-sektor pemerintahan dan perusahan-perusahan swasta. Kondisi

yang demikian itu menjadi perhatian oleh K.H. Ahmad Dahlan yang berusaha

memperbaiki sistem pendidikan Islam.

Berangkat dari gagasan di atas, maka menurut Dahlan pendidikan Islam

hendaknya diarahkan pada usaha membentuk manusia muslim yang berbudi

pekerti luhur, ’alim dalam agama, luas pandangan dan paham masalah ilmu

Page 113: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

90

keduniaan, serta bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya. Hal ini berarti

bahwa pendidikan Islam merupakan upaya pembinaan pribadi muslim sejati yang

bertaqwa, baik sebagai ’abd maupun khalifah fi al-ardh. Untuk mencapai tujuan

ini, proses pendidikan Islam hendaknya mengakomodasi berbagai ilmu

pengetahuan, baik umum maupun agama, untuk mempertajam daya intelektualitas

dan memperkokoh spritualitas peserta didik. Menurur Dahlan, upaya ini akan

terealisasi manakala proses pendidikan bersifat integral. Proses pendidikan yang

demikan pada gilirannya akan mampu menghasilkan alumni ”intelektual ulama”

yang berkualitas. Untuk menciptakan sosok peserta didik yang demikian, maka

epistemologi Islam hendaknya dijadikan landasan metodologis dalam kurikulum

dan bentuk pendidikan yang dilaksanakan.83

Ungkapan diatas sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Adi Nugroho,

bahwa cita-cita atau tujuan pendidikan yang dikehendaki oleh K.H. Ahmad

Dahlan adalah lahirnya manusia-manusia yang baru yang mampu tampil sebagai

“ulama-intelek” atau “intelek-ulama”, yaitu seseorang Muslim yang memiliki

keteguhan iman dan ilmu yang luas, kuat jasmani dan ruhani.84

Adapun intelek ulama yang berkualitas yang akan diwujudkan itu harus

memiliki kepribadian Al-Qur an dan Sunnah. Dalam hal ini, Ahmad Dahlan

memiliki pandangan yang sama dengan Ahmad Khan mengenai pentingnya

pembentukan kepribadian sebagai target penting dari tujuan-tujuan pendidikan.

Dia berpendapat bahwa tidak seorangpun dapat mencapai kebesaran di dunia ini

dan di akhirat kecuali mereka yang memiliki kepribadian yang baik. Seorang yang

83 http://lppbi-fiba.blogspot.com/2009/03/filosofi-dasar-pemikiran-kh-ahmad.html�84 Adi Nugroho, Op.cit, hlm. 137.

Page 114: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

91

berkepribadian yang baik adalah orang yang mengamalkan ajaran-ajaran Al-Qur

an dan Hadis. Karena Nabi merupakan contoh pengamalan Al-Qur an dan Hadis,

maka dalam proses pembentukan kepribadian siswa harus diperkenalkan pada

kehidupan dan ajaran-ajaran Nabi.

Berangkat dari pandangan di atas, sesungguhnya Ahmad Dahlan

menginginkan pengelolaan pendidikan Islam secara modern dan profesional,

sehingga pendidikan yang dilakasanakan mampu memenuhi kebutuhan peserta

didik menghadapi dinamika zamannya. Untuk itu, pendidikan Islam perlu

membuka diri, inovatif, dan progresif.

Dari uraian di atas, nyatalah bahwa Ahmad Dahlan benar-benar seorang

pemikir dan pembaharu dalam dunia pendidikan. Pemikiran-pemikirannya tentang

pendidikan telah menjangkau pola pemikiran moderen sekarang ini. Misalnya

dalam pelaksanaan pendidikan yang terkait dengan penyempurnaan kurikulum,

Ahmad Dahlan telah memasukkan materi pendidikan agama dan umum secara

integratif kepada lembaga pendidikan sekolah yang dipimpinnya, kemudian

memperkokoh kepribadian intelek ulama. Hal ini sesuai dengan pole

pengembangan pendidikan mutaakhir yang meletakkan tiga validitas. Pertama

validitas luar, yaitu sejaumana produk yang dihasilkan memenuhi kebutuhan

pangsa pasar, kedua, validitas dalam yang menyangkut dengan proses

pembelajaran yang berkaitan dengan penyempurnaan kurikulum yang sesuai

dengan kebutuhan masyarakat, ketiga, pembentukan kepribadian yang kokoh yang

sesuai dengan tuntutan dan tuntunan ajaran Islam.

Page 115: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

92

Dari situ, nampaklah sekali bahwa langkah-langkah pembaruan yang

bersifat ”reformasi” yang dilakukan KH. Ahmad Dahlan, dengan merintis

lembaga pendidikan ”modern” yang memadukan pelajaran agama dan umum.

gagasan pendidikan yang dipelopori K.H. Ahmad Dahlan, merupakan perubahan

dan pembaruan karena mampu mengintegrasikan aspek nilai-nila agama dan

pengetahuan umum, iman dan kemajuan teknologi, sehingga dihasilkan sosok

generasi muslim terpelajar yang mampu hidup di zaman modern tanpa terpecah

kepribadiannya.

3. Dasar Pendidikan Islam

Dalam setiap ucapan, prilaku atau kegiatan yang dilakukan oleh manusia

hendaknya mempunyai dasan ataupun landasan yang memperkuan dari setiap

ucapan, prilaku dan kegiatan yang dilakukannya. Karena dengan dasar atau

landasan itulah ucapan, prilaku dan kegiatan dapat dipertanggungjawabkan.

Dalam memahami agama, K.H. Ahmad Dahlan selalu berpegang pada

prinsip Al-Qur’an dan al-Sunna serta akal yang sehat sesuai dengan jiwa agama

Islam. karena hanya dengan itulah nilai-nilai Islam akan termanifestasi dalam

kegiatan dalam setiap kehidupan manusia. Dengan berlandaskan pada prinsip

pemahaman agama tersebut, maka akan dapat menimbulkan kesadaran yang

berupa kayakinan dan cita-cita yang terpancar dari diri K.H. Ahmad Dahlan,

sebagaimana yang ditulis Mohammad Riezam sebagai berikut:

1. Ajaran agama Islam yang sumbernya Al-Qur’an dan Al-Sunnah itu

risalah (pesan pengarahan) Allah pada manusia.

Page 116: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

93

2. Ajaran agama Islam sebagaimana yang tersebut diatas harus

diamalkan dalam arti dan proporsi yang sebenarnya.85

Dari penjelasan diatas, maka untuk dapat mengamalkan ajaran agama

Islam dalam arti dan proporsi yang sebenarnya, orang-orang Islam harus dibina,

baik secara individu maupun secara kolektif dan kemudian digerakkan dan

diorganisir serta dipimpin untuk mengamalkan ajaran agama yang dimaksud dan

memperjuangkan dengan semangat jihad kaffah. Dalam hal ini wadah yang paling

representatif dan memungkinkan hal-hal yang diatas dapat tercapai adalah melalui

lembaga pendidikan. Karena didalamnya terdapat proses pembinaan untuk

menjadi insan yang sesuai dengan kebutuhan zaman dan didasari dengan nilai-

nilai ajaran agama Islam.

Oleh karena itu, pendidikan hendaknya diletakkan pada skala prioritas

dalam proses pembangunan umat. Adapun kunci untuk meningkatkan

kemajemukan umat Islam adalah dengan kembali kepada Al-Qur’an dan Al-

Sunnah, mengarahkan umat pada pemahaman ajaran Islam secara komprehensif,

dan menguasai berbagai disiplin ilmu pengetahuan, sehingga peradaban Islam

akan terus berkembang dan akan tetap dipandang oleh negara-negara lain.

Mengenai pelaksanaan pendidikan, K.H. Ahmad Dahlan memberikan

keterangan, bahwa pendidikan Islam hendaknya didasarkan pada landasan yang

kokoh yaitu Al-Qur an dan Sunnah. Landasan ini merupakan kerangka filosofis

bagi memrumuskan konsep dan tujuan ideal pendidikan Islam, baik secara vertikal

(khaliq) maupun horizontal (makhluk). Dalam pandangan Islam, paling tidak ada

85 Abdul Munir Mulkhan, K.H. Ahmad Dahlan, dan Muhammadiyah Dalam Perspektif Perubahan Sosial,(Jakarta: Bumi Aksara, 1990), hlm. 42.

Page 117: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

94

dua sisi tugas penciptaan manusia, yaitusebagai abd Allah dan khalifah fi al-ardh.

Dalam proses kejadiannya, manusia diberikan Allah al-ruh dan al- aql. Untuk itu,

media yang dapat mengembangkan potensi al-ruh untuk menalar penunjuk

pelaksanaan ketundukan dan kepatuhan manusia epada Khaliqnya. Di sini

eksistensi akal merupakan potensi dasar bagi peserta didik yang perlu dipelihara

dan dikembangkan guna menyusun kerangka teoretis dan metodologis bagaimana

menata hubungan yana harmonis secara vertikal maupun horizontal dalam konteks

tujuan penciptannya.86

Islam menekankan kepada umatnya untuk mendayagunakan semua

kemampuan yang ada pada dirinya dalam rangka memahami fenomena alam

semesata, baik alam makro maupun mikro. Meskipun dalam banyak tempat al-

Qur an senantiasa menekankan pentingnya menggunakan akal, akan tetapi al-

Qur an juga juga mengakui akan keterbatasan kemampuan akal. Ada fenomena

yang tak dapat dijangkau oleh indera dan akal manusia. Hala in disebabkan,

karena wujud yang ada di alam ini memiliki dua dimensi, yaitu pisika dan

metapisika. Manusia merupakan integrasi dari kedua dimensi tersebut, yaitu

dimensi ruh dan jasad.

Batasan di atas memberikan arti, bahwa dalam epistemologi pendidikan

Islam, ilmu pengetahuan dapat diperoleh apabila peserta didik (manusia)

mendayagunakan berbagai media, baik yang diperoleh melalui persepsi inderawi,

akal, kalbu, wahyu maupun ilham. Oleh karena itu, aktivitas pendidikan dalam

Islam hendaknya memberikan kemungkinan yang sebesar-besarnya bagi

86 Hery Sucipto, Op.cit, hlm. 120.

Page 118: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

95

pengembangan ke semua dimensi tersebut. Pengemabangan tersebut merupakan

proses integrasi ruh dan jasad. Konsep ini diketengahkannya dengan

menggariskan perlunya pengkajian ilmu pengtahuan secara langsung, sesuai

prinsip-prinsip al-Qur an dan sunnah, bukan semata-mata dari kitab tertentu.

Dari sumber-sumber di atas, dapat dipahami bahwa landasan pendidikan

Islam menurut K.H. Ahmad Dahlan adalah Al-Qur an dan hadis, maka dalam

menetapkan tujuan pendidikan Islam juga sebagaimana yang telah ditetapkan oleh

Al-Qur an yaitu sesuai dengan tujuan penciptaan manusia yaitu sebagai hamba

Allah dan khalifah Allah di muka bumi, dalam ungkapan lain disebut dengan

rehumanisasi yaitu mengembalikan kedudukan manusia kepada kedudukan yang

sebenarnya yaitu sebagai hamba Allah dan Khalifah Allah di muka bumi. Untuk

tercapainya tujuan pendidikan Islam tersebut, manusia harus mengembangkan

potenmsi dirinya melalui pendidikan. Potensi diri itu sebagaimana yang

dianugerahkan oleh Allah antara lain; fitrah beragama, potensi akal, roh, qalbu

dan nafs.

Prinsip Al-Qur’an dan Al-Sunnah yang dipegang teguh oleh K.H. Ahmad

Dahlan tidak hanya terlihat dalam dunia pendidikan, akan tetapi juga terlihat

dalam kondisi sosial masyarakat pada waktu itu. Sebagaimana yang dikemukakan

olehnya, ajaran Islam tidak akan pernah membumi dan dijadikan pandangan hidup

pemeluknya, kecuali dipraktikan. Betapapun bagusnya suatu program, menurut

Dahlan, jika tidak dipraktikan, tidak akan bisa mencapai tujuan bersama. Karena

itu, K.H. Ahmad Dahlan dengan mencoba mengelaborasikan ayat-ayat Al-Qur’an

dengan langsung mempraktikan dalam alam nyata dari hasil pemahan dari sebuah

Page 119: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

96

ayat tersebut. Praktik amal nyata yang fenomenal ketika menerapkan apa yang

tersebut dalam surah Al-Ma’un ayat 1-3, yang secara tegas memberikan

peringatan kepada kaum Muslimin agara mereka menyanyangi anak-anak yatim

dan membantu fakir miskin. Maka dengan berlandaskan itu, K.H. Ahmad Dahlan

membentuk rumah-rumah yatim dan menampung orang-orang miskin.

� �� �� � � � � �� �! �!��� "� �'(#�� �� �� )� �� ��� �" *� � �� $# �� �� �$% $�% �� �� &�

��� %%�& �+ �" �,�� -���' �./�� �� ��� �� 0�

Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? (1), Itulah orang yang

menghardik anak yatim (2), Dan tidak menganjurkan memberi Makan orang

miskin (3).(Q.S. Al-Maa’un: 1-3).87

Kemudian ketika menerapkan Al-Qur’an surat Asy- Syu’araa’ ayat 80,

yang mengatakan bahwa Allah menyembuhkan sakit seseorang, K.H. Ahmad

Dahlan mendirikan balai kesehatan masyarakat atau rumah sakit. Lembaga ini

didirikan tidak hanya memberikan perawatan pada masyarakat umum, akan tetapi

juga memberikan pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat miskin, dan juga

untuk memberikan penyuluhan.

87 Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Depag RI, 1998, hlm.1108.

Page 120: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

97

��(�� �� �� )���� �� �1 �" �'/* � �2 34�

Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan Aku. (Q.S. Asy’

Syu’araa’: 80).88

Sedangkan amal nyata yang diterapkan oleh K.H. Ahmad Dahlan yang

terinspirasi dari ayat Al-Qur’an surat Al-‘Alaq ayat 1 yang memberi penekanan

arti pentingnya membaca, diterjemahkan dengan mendirikan lembaga-lembaga

pendidikan. Dengan pendidikan, akan ada upaya pemberantasan buta huruf.

� ���5 �� �$ �+ ���� �� �&��� � � � �� �6���, )�

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,(Q.S. Al-

‘Alaq: 1).89

Dari penjelasan diatas, jelaslah sudah bahwa K.H. Ahmad Dahlan adalah

sosok yang mampu mengkolaborasikan antara perintah yang tertuang dalam teks

Al-Qur’an dengan kemudian menerapkannya dalam kehidupan sosial dalam upaya

untuk memberikan layanan yang terbaik bagi masyarakat agar mencapai

peradaban umat manusia saat ini.

Pada hakikatnya, K.H. Ahmad Dahlan tidak hanya berhenti dalam tataran

yang sudah disampaikan diatas, beliau mencurahkan sebagian hidupnya untuk

memikirkan bagaimana pendidikan yang ideal yang sesuai dengan karakter bangsa

Indonesia. Akan tetapi hanya rangkaian inilah, pembahasa pemikiran K.H. Ahmad

88 Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Depag RI, 1998, hlm.579. 89 Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Depag RI, 1998, hlm.1079.

Page 121: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

98

Dahlan tentang pendidikan Islam yang bias disampaikan dan hanya dibatasi

beberapa dimensi-dimensi pendidikan, yakni definisi, tujuan, dan dasar

pendidikan Islam.

C. Biografi K.H. Hasyim Asy’ari

1. Riwayat Hidup K.H. Hasyim Asy’sri

“Lembaga-lembaga pendidikan agama sepi, penghuninya yang tinggal paling-paling sekitar sepuluh persen dibanding tahun-tahun yang lalu. Sedangkan

sekolah-sekolah Islam (madrasah) banyak yang gulung tikar disebabkan oleh sedikitnya animo masyarakat dan sulitnya mencari orang-orang yang betul-betul

punya tanggung jawab dan kepedulian yang besar untuk menghidupkannya kembali.”

(K.H. Hayim Asy’ari: Naskah Pidato Pembukaan Muktamar XVII, Madiun 1947)

Ada kelakar dari aktivis NU yang bergerak dalam bidang politik praktis,

bahwasannya Pangeran Diponegoro berjuang habis-habisan melawan Belanda

sampai akhir hayatnya berawal dari upaya membela makam leluhurnya yang

terkena proyek pembangunan rel kereta api penjajah. Sementara itu, NU lahir dari

polemik gerakan wahabi di Timur Tengah yang sedang gencar mengkampanyekan

peminggiran situs-situs bersejarah Islam, seperti ziarah ke makam para aulia, wali,

dan kiai dengan dalih pemurnian ajaran Islam. Jadi, NU dan Pangeran Diponegoro

sebenarnya sama, yaitu sama-sama membela makam leluhur.90

Pembicaraan NU tanpa K.H. Hasyim Asy’ari adalah bentuk pencurian

secara terang-terangan tanpa malu. Hal ini disebabkan karenasalah satu pendiri

lahirnya NU pada 1926 adalah K.H. Hasyim Asy’ari. Tujuan organisasi ini adalah

ingin menempatkan tradisi dan nilai-nilai keislaman yang muncul dan

berkembang di Indonesia sejajar dengan khazanah keislaman Timur Tengah dan

90 Muhammad Rifai, KH. Hasyim Asy’ari : Biografi Singkat 1871-1947, (Jogjakarta : Garasi House of Book, 2010), hlm. 11.

Page 122: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

99

tidak ada yang mendominasi satu sama lain. Oleh sebab itu, Islam yang dibawa

adalah yang menghormati adat istiadat dan tradisi masyarakat lokal tanpa

menghilangkan identitas satu sama lain.

Kehidupan K.H. Hasyim Asy’sri mungkin dapat digambarkan dengan

kata-kata sederhana, “Dari pesantren kembali ke pesantren”. Ia dibesarkan di

lingkungan pesantren. Kemudian selama tujuh tahun di Mekkah melakukan

ibadah haji dan belajar di lingkungan seperti pesantren yaitu Masjid Al-Haram

dan Masjid Al-Nabawi, dia kembali ke Nusantara untuk mendirikan pesantren

sendiri dan menghabiskan sebagian besar waktunya mengajar para santri di

pesantren.

Diberi nama Muhammad Hasyim oleh orang tuanya, beliau lahir dari

keluarga elite kyai Jawa pada 24 Dzul Qo’dah 1287/ 14 Februari 1871 di desa

Gedang, sekitar dua kilometer sebelah timur Jombang, K.H.M. Hasim Asy’ari

adalah putra ketiga dari sebelas bersaudara. Nama lengkap beliau adalah

Muhammad Hasyim Asy’sri bin Abdul Wahid bin Abdul Halim, yang mempunyai

gelar pangeran Bona, bin Abdul Rohman Rahman, yang dikenal sebagai Jaka

Tingkir Sultan Hadiwijoyo, bin Abdullah bin Abdul Aziz bin Abdul Fatih bin

Maulana Ishaq, dari Raden ‘Ain Al-Yaqin yang disebut dengan Sunan Giri.

Sedangkan menurut Akarhanaf menyebutkan didalam bukunya bahwa garis

silsilah dari ibu adalah sebagai berikut: Muhammad Hasyim Asy’ari bin Halimah

binti Layyinah binti Sichah bin Abdul Jabbar bin Ahmad bin Pangeran Sambo bin

Page 123: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

100

Pangeran Benawa bin Jaka Tingkir (Mas Karebet) bin Prabu Brawijaya VII

(Lembu Peteng), Raja Majapahit Terakhir bin Prabu Brawijaya VI.91

Gambar 3: Silsilah K.H. Hasyim Asy’ari

91 Lathiful Khuluq, Fajar Kebangunan Ulama: Biografi K.H. Hasyim Asy’ari, (Yogyakarta: Lkis, 2001), hlm. 14-15.

Sunan Giri

Maulana Ishaq

Abdul Fatih

Abdul Aziz

Abdullah

Abdul Rohman Rahman

Abdul Halim

Abdul Wahid

Muhammad Asy’ari

Prabu Brawijaya VI

Prabu Brawijaya VII

Jaka Tingkir

Pangeran Benawa

Pangeran Sambo

Ahmad

Abdul Jabar

Sichah

Laiyinah

Silsilah dari Ayah Silsilah dari Ibu

K.H. Hasyim Asy’ari Halimah

K.H. Hasyim Asy’ari

Page 124: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

101

Ibunya, Halimah adalah putri dari Kiai Utsman, guru ayah KH. Hasyim

Asy’ari sewaktu mondok di pesantren. Jadi, ayah KH. Hasyim Asy’ari adalah

santri pandai yang mondok di Kiai Utsman, hingga akhirnya karena kepandaian

dan akhlak luhur yang dimiliki, ia diambil menjadi menantu dan dinikahkan

dengan Halimah. Sementara Kiai Ustman sendiri adalah Kiai terkenal dan juga

pendiri pesantren Gedang yang didirikannya pada akhir abad ke-19. KH. Hasyim

Asy’ari adalah anak ketiga dari sebelas bersaudara, yaitu Nafiah, Ahmad Saleh,

Radiah, Hassan, Anis, Fatanah, Maimunah, Maksum, Nahrawi, dan Adnan.92

Dari silsilah diatas, dapat dikatakan bahwa K.H. Hasyim Asy’ari adalah

tokoh besar yang berasal dari dua golongan yang sangat dihormati dalam sejarah

tanah Jawa. Yakni nasab beliau adalah merupakan campuran dua darah atau trah,

satunya darah putih, kalangan tokoh agama, kyai, santri, sedangkan satunya

adalah darah biru, ningrat, priyayi, keraton.

Tanda-tanda kebesaran K.H. Hasyim Asy’ari, dari buku “Tentang Sejar

Hidup K.H. A Wahid Hasyim,” sebenarnya sudah terlihat pada waktu beliau di

dalam kandungan. K.H Muhammad Hasyim Asy’ari telah menunjukkan

keanehan-keanehan dan keajaiban sejak dalam kandungan. Kono, di awal

kandungannya, ibunya bermimpi melihat bulan purnama jatuh dari langit dan

tepat menimpa perutnya. Dan tidak hanya keajaiban dan keanehan itu, tapi

keanehan yang lainnya adalah lamanya mengandung sang ibu, yaitu selama 14

bulan. Dalam pandangan masyarakat Jawa, kehamilan yang sangat panjang

mengindikasikan kecemerlangan sang bayi di masa depan. Bisa dikatakan bahwa

92 H. Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005), hlm. 119.

Page 125: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

102

penggodokan keilmuannya dalam kandungan lebih lama dibandingkan dengan

yang lainnya, umumnya hanya sekitar 9 bulan. Apalagi, di masa 14 bulanan

tersebut, ibunya sering melakukan puasa dan rajin melakukan ibadah shalat

malam dan berdzikir kepada Tuhan.93

Kemudian, pada waktu K.H. Hasyim Asy’ari dilahirkan, para bidan yang

merawat kelahiran itu juga melihat keanehan pada jabang bayi tersebut. Begitu

pula dikatakan oleh neneknya, Winih, yang turut hadir menyaksikan kelahiran itu,

bahwa selama ia menjadi dukun beranak, belum pernah menghadapi suatu

kelahiran sebagaimana yang dihadapi pada waktu itu. Neneknya melihat beberapa

tanda keistimewaan pada bayi yang disambutnya, yang meyakinkan dirinya,

bahwa anak itu kelak akan menjadi seseorang pemimpin, orang besar yang

terkenal di zamannya. Tanda-tanda itu tampak kepadanya ketika ia memandang

wajah anak itu, yang berlainan dengan wajah anak-anak yang pernah ditolongnya.

Selang berjalannya waktu, Muhammad Hasyim Asy’ari kecil pun mulai

berkembang. Sejak anak-anak K.H. Hasyim Asy’ari sudah menunjukkan bakat

kepemimpinan dan kecerdasannya. Misalnya saja dalam permainan, jika ia

melihat teman-temannya bermain kasar atau menyimpang dari peraturan-

peraturan yang berlaku dalam dunia kanak-kanak, maka dia tidak segan-segan

menegur dan memperingatkan mereka. Ia menyatakan bahwa tindakan bermain

curang itu tidak diperbolehkan karena kalau pelaku curang suatu saat akan

dicurangi.94

93 Solichin Salam, K.H. Hasjim Asj’ari, Ulama Besar Indonesia, (Jakarta: Daja Murni, 1963), hlm. 22. 94 M. Ishom Hadiq, K.H.M. Hasyim Asy’ari: Figur Ulama dan Pejuang Sejati, (Jombang: Pustaka Warisan Islam Tebuireng, 2007), hlm. 46.

Page 126: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

103

Sikap yang digambarkan diatas inilah yang membuat beliau disenangi oleh

teman-temannya, sehingga teman-temannya sejak kecil banyak dan juga karena

beliau melindungi teman sepermainannya yang teraniyaya dan mungkin tidak

memiliki keberanian untuk melawan. Hal yang lebih disukai lagi oleh teman-

teman sepermainannya adalah teguran dan peringatan yang dilakukannya itu

dengan lemah lembut, kata-kata yang manis, dan tingkah laku yang tidak

menyakitkan hati. Ini menjadikan orang yang melakukan kesalahan tidak merasa

tersudutkan dan sakit hati, malah justru akan timbul kesadaran dalam dirinya

sendiri untuk memperbaikinya.

Prilaku yang tertanam seak kecil ini tetap bertahan sampai akhir hayatnya.

Hal ini menjadikan belaiu layak menjadi pemimpin yang kharismatik dengan

keadilannya menegakkan hukum dan sikap antikekerasan dalam mengubah

kejahatan menjadi kebaikan. Oleh sebab itu, tidak heran jika sejak kecil beliau

dipatuhi oleh teman-teman sepermainannya dan di masa matangnya menjadi

ulama tersohor dengan jutaan umat yang menghormatinya.

Sifat dan karakter pemberani yang tidak pernah takut untuk membenarkan

hal-hal yang beliau rasa salah dan mempunyai kecerdasan yang luar biasa inilah

yang kelak menjadikannya beliau disukai oleh guru-gurunya, yang pada akhirnya,

belay dinikahkan dengan putrid dari kyaikyai tersebut. Dalam catatan sejarah,

riwyat hidup K.H. Hasyim Asy’ari pernah menikah sebanyak tujuh kali,

diantaranya dengan Khadijah, putrid kyai Ya’qub Siwalan Panji, Nafisah, putrid

kyai Ramli Kediri, Nyai Priangan di Makkah, Masrurah, saudara kyai Ilyas

Kapurejo Kediri, Nafiqoh, putrid kyai Ilyas Sewulan Madiun.

Page 127: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

104

Dari perkawinannya dengan Nyai Nafiqoh, putrid Wedana dari Madiun,

K.H. Hasyim Asy’ari memperoleh 10 anak, yaitu:

1) Hannah, lahir dan meninggal tahun 1905.

2) Khairiyah, lahir tahun 1908, kemudian menikah dengan kyao Maksum

Ali.

3) Aisyah, menikah dengan kyai Ahmad Badawi.

4) Ummu Abdul Haq, menikah dengan kyai Idris dari Cirebon.

5) Abdul Hawid Hasyim, lahir 1 Juni 1914, meninggal 15 April 1953. ia

menjadi tangan kanan ayahnya yang kemudian menjadi pimpinan umat

Islam dan beberapa kali menjadi Menteri Agama RI dan RIS.

6) Abdul Hafiz, lebih dikenal dengan kyai A. Khalik, lahir tahun 1917,

adalah mantan angota konstituante dan menjadi pimpinan Pondok

Pesantren Tebuireng Jombang.

7) Abdul Karim Hasyim, lahir tahun 1919, mantan dosen IAIN Sunan

Ampel Surabaya.

8) Ubaidillah, lahir dan meninggal tahun 1925.

9) Masrurah, lahir tahun 1926.

10) Yusuf Hasyim, lahir tahun 1929, mantan anggota DPR-RI dan PBNU

(Pengurus Besar Nahdhatul Ulama).

Sedangkan pada perkawinannya dengan Nyai Masrurah, Hasyim

mempunyai empat anak, yaitu: Abdul Kadir, Fatimah, Khadijah, dan Ya’qub.

Catatan lain dalam sejarah, konon Nyai Nafiqoh, istri kelima K.H. Hasyim

Asy’ari adalah berasal dari keturunan Kyai Ageng Tarub yang berhubungan darah

Page 128: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

105

dengan Kyai Ageng Pemanahan yang menjadi mubaligh Islam di Mataram,

Yogyakarta. Ia adalah keturunan Panembahan Senopati Mataram.

Akan tetapi, perlu diketahuai bahwa perkawinan K.H. Hasyim Asy’ari

pada umumnya mempunyai latar belakang dakwah tersendiri dan dilakukan atas

dasar ukhuwah Islamiyah yang bersifat cultural. Beliau beriktikad baik untuk

mencontoh kehidupan Rosulullah Muhammad Saw. Atau mencontoh perjuangan

Wali Songo dalam mengislamkan tanah Jawa.

2. Riwayat Pendidikan K.H. Hasyim Asy’ari

Di dalam kehidupan manusia, masa kanak-kanak atau masa kecil dianggap

sebagai masa bermain atau bersenang-senang sehingga pendidikan yang diberikan

pada anak usia tersebut dilakukan sekadarnya. Artinya, pendidikan tersebut

dilakukan tergantung pada keinginan si anak karena kalau dipaksakan, maka

mereka menjadi mudah marah atau menangis.

Para tokoh pendidikan modern menyatakan bahwa pendidikan masa anak-

anak adalah penting dilakukan dengan slogannya “bermain sambil bermain”. Ini

digunakan untuk lebih mencerdaskan dan meningkatkan kualitas sumber daya

manusia. Asumsinya, pendidikan modern tidak lagi berpedoman pada bakat alami

atau tidak, akan tetapi menciptakan atau memunculkan bakat yang terpendam

pada diri seorang anak.

Namun, hal berbeda yang terjadi kepada K.H. Hasyim Asy’ari. Sejak

masih dalam usia kanak-kanak, bakat dan kepemimpinan dan kecerdasannya

memang sudah tampak. Hal inilah yang dijadikan sebuah dasar oleh K.H. Hasyim

Asy’ari dalam rangka memperkuat khazanah keilmuannya. Sebab ternyata tercatat

Page 129: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

106

dalam sejarah, bahwa pada usianya yang masih sangat muda, 12 tahun, KH.

Hasyim Asy’ari sudah berani menjadi guru pengganti (badal) di pesantren untuk

mengajar santri-santri yang tidak jarang lebih tua dari umurnya sendiri. Serta di

kemudian hari kita saksikan sepak terjang dan perjuangannya di berbagai bidang.

Pada tahun 1876, ketika KH. Hasyim Asy’ari berumur 6 tahun, ayahnya

mendirikan pesantren di sebelah Selatan Jombang, suatu pengalaman yang di

masa mendatang mempengaruhi beliau untuk kemudian mendirikan pesantren

sendiri. Dari sini dapat dilihat bahwa kehidupan masa kecilnya di lingkungan

pesantren berperan besar dalam pembentukan wataknya yang haus ilmu

pengetahuan dan kepeduliannya pada pelaksanaan ajaran-ajaran agama dengan

baik.

Suasana ini tidak diragukan lagi mempengaruhi karakter KH. Hasyim

Asy’ari yang sederhana dan rajin belajar. Minat bacanya sangat tinggi, hingga

yang dibaca bukan hanya buku-buku pelajaran dengan literatur-leteratur Islam,

tetapi juga buku-buku lain dan umum.

Dari lingkungan pesantren inilah KH. Hasyim Asy’ari mendapat

pendidikan awal tentang berbagai hal yang berkaitan dengan ke-Islaman.

Sebagaimana santri lain pada masanya, KH. Hasyim mengenyam pendidikan

pesantren sejak usia dini. Sebelum beliau umur 6 tahun, Kiai Utsmanlah yang

merawat dan mendidik beliau. Pada tahun 1876, KH. Hasyim harus meninggalkan

kakeknya tercinta untuk mengikuti kedua orang tuanya ke Keras, sebuah desa di

bagian selatan Jombang. Hingga mencapai usianya 15 tahun, ayahnya

memberikannya dasar dasar-dasar Islam, khususnya membaca dan menghafal Al

Page 130: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

107

Qur'an. KH. Hasyim adalah seorang santri yang cerdas, beliau selalu menguasai

apa yang diajarkan ayahnya, dan selalu melakukan muthala'ah dengan membaca

sendiri kitab-kitab yang belum pernah diajarkan oleh gurunya. Oleh karena alasan

terakhir inilah, beliau mampu mengajar bahasa Arab dan pelajaran-pelajaran

agama pada tingkat dasar terhadap para santrinya terhadap para santri yang lain,

ketika masih berusia 12 tahun, yakni pada tahun 1883.95

Di dalam bidang pendidikan, K.H. Hasyim Asy’ari terkenal memiliki

keinginan yang kuat untuk mendapatkan ilmu seluas-luasnya dan sebanyak-

banyaknya. Beliau tidak gampang puas dengan ilmu yang sudah didapatnya dan

guru yang sudah ditemuinya, sehingga tidak menjadi heran kalau beliau sering

berpindah-pindah dari guru satu ke guru yang lain, dari pesantren satu ke

pesantren yang lain.

Sejak kecil sampai berusia 14 tahun, K.H. Hasyim Asy’ari mendapat

pendidikan langsung dari ayah dan kakenya, kyai Usman. Hasrat yang besar untuk

menuntut ilmu mendorongnya belajar lebih giat dan rajin. Beliau termasuk anak

yang dengan mudah menyerap dan menghafal ilmu yang diberikan. Keistimewaan

beliau dalam menyerap dan menghafal ilmu, menjadikannya diberi kesempatan

oleh ayahnya pada usia masih terbilang remaja, 13-14 tahun, untuk membantu

mengajar dipesantren.

Ketidakpuasan dan rasa dahaga yang sangat tinggi terhadap ilmu,

membuat beliau berkeinginan untuk mencari sumber pengetahuan lain, diluar

pesantren yang diasuh oleh ayahnya. Oleh sebab itu, semenjak usia 15 tahun,

95 Abdurrahman Mas'ud, Intelektual Pesantren: Perhelatan Agama Dan Tradisi, (Yogyakarta: LKiS, 2007), hlm. 57-58.

Page 131: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

108

beliau berkelana dari pesantren satu ke pesantren yang lain. Dalam catatan

sejarah, beliau mulai menjadi santri di Pesantren Wonokoyo (Probolinggo),

Pesantren Langitan (Tuban), sampai menjadi santri di Pesantren Trenggilis

(Semarang). Merasa belum puas dengan ilmu yang sudah diperolehnya, dalam

situasi semacam inilah pada akhirnya membawanya kepada ketidakpuasan

intelektual hingga beliau menyeberangi lautan beliau melanjutkan belajar ke

Pesantren Kademangan, Bangkalan Madura dalam asuhan kyai Kholil, yang akrab

dicebut Syaikhona Kholil. Namun tidak berlangsung begitu lama dalam asuhan

kyai Kholil, Upaya Hasyim ini didasarkan atas semangatnya untuk memperoleh

ilmu yang berbeda pada masing-masing pesantren, karena dalam kenyataannya

setiap pesantren memiliki spesialisasinya sendiri. Pesantren Tremas di Pacitan

misalnya, dikenal sebagai pesantren 'ilm al-alat (struktur dan tata bahasa serta

literatur Arab, dan logika), sementara di pesantren Jampes di Kediri dikenal luas

sebagai pesantren Tasawuf. Setelah itu beliau berpindah lagi ke Pesantren

Siwalan, Sidoarjo yang diasuh oleh kyai Ya’qub. Kyai Ya’qub dikenal sebagai

ulama yang berpandangan luas dan alim dalam ilmu agama. Dipesantren inilah,

K.H. Hasyim Asy’ari agak merasa benar-benar menemukan sumber pengetahuan

Islam yang beliau inginkan. Dari sekian pondok pesantren yang pernah disinggahi

oleh beliau, nampaknya di Pesantren Siwalanlah beliau belajar cukup lama, yaitu

lima tahun. K.H. Hasyim Asy’ari menyerap ilmu di Pesantren Siwalan. Namun

rupanya kyai Ya’qub kagum kepada pemuda yang cerdas dan alim itu, sehingga

K.H. Hasyim Asy’ari bukan saja mendapat ilmu di pondoknya, akan tetapi juga

dijadikan menantu oleh kyai Ya’qub. Sang kyai menawarkan putrinya, Khadijah,

Page 132: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

109

kepada Hasyim yang kemudian dinikahi pada tahun 1982. Pernikahan semacam

ini sangat bisa terjadi dalam tradisi pesantren, terhadap seorang santri yang sangat

bisa diharapkan mengangkat kualitas pesantren di masa mendatang. Di samping

itu, pernikahan ini mengandung arti bahwa ikatan dari pesantren menjadi lebih

kuat, karena hubungan tersebut dibangun tidak hanya atas dasar elemen

keagamaan saja, tetapi melalui ikatan keluarga. Lebih dari itu, keluarga dipandang

sebagai sumber kemajuan, kesejahteraan, dan kekuatan kultur santri.96

Hadiah yang diberikan kyai Ya’qub kepada K.H. Hasyim Asy’ari tidak

berhenti sampai disitu. K.H. Hasyim Asy’ari kemudian diberangkatkan haji

bersama istrinya. Disini pulalah beliau juga belajar kembali. K.H. Hasyim Asy’ari

belajar ilmu Hadis pada ulama ternama, yakni Syekh Ahmad Khatib

Minangkabau. Beliau adalah menantu dari Syekh Shaleh Kurdi, seorang hartawan

yang mempunyai hubungan baik dengan pihak penguasa di Makkah. Syekh ini

berhasil menjadi ulama dan guru besar yang terkenal di Makkah dan menjadi

salah satu imam di Masjidil Haram untuk penganut Mazhab Syafi’i. bahkan

menurut Abdul Karim Hasyim, guru-guru K.H. Hasyim Asy’ari semenjak belajar

di Makkah bukan hanya itu, akan tetapi masih banyak lagi seperti Syekh Al-

‘Allamah Abdul Hamid Al-Darustany dan Syekh Muhammad Syu’aib.

Ketidakpuasan itulah yang kemudian membawa K.H. Hasyim Asy’ari bertemu

dengan berbagai literature hidup selama belajar di Makkah, modal pengetahuan

agama selama nyantri di tanah air memudahkan KH. Hasyim Asy’ari memahami

pelajaran selama di Makkah. Namun di sana beliau memperoleh pengalaman yang

96 Syaifuddin Zuhri, Guruku Orang-Orang dari Pesantren, (Yogyakarta: LKis, 2001), hlm. 134-135.

Page 133: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

110

pahit. Karena sang istri tercinta yang menyertainya, meninggal dunia, karena

melahirkan. Dahaga Hasyim akan ilmu pengetahuan tidak surut karena duka cita

yang beliau alami, beliau menerima situasi tersebut sebagai musibah. Dalam

suasana duka, beliau menghibur diri dengan mengunjungi tempat-tempat suci

khusunya Bait Allah. Beliau tidak pernah lupa pesan istrinya supaya tetap

bersemangat dalam hidup. Istrinya memberikan inspirasi kepada beliau untuk

terus mengejar cita-citanya menjadi seorang Kiai penting, seorang 'Âlim, dan

pemimpin bagi kaum muslim Indosesia. Mungkin karena musibah ini beliau

memutuskan untuk pulang ke tanah air menengok keluarganya di Jawa.97

pada tahun 1893, beliau kembali ke Makkah bersama adiknya, Anis, dan

menetap di sana selama 6 tahun. Di kota suci ini, Hasyim menjadi murid dari:

a. Syekh Mahfudz At-Tarmizi. Beliau dikenal luas oleh para santrinya

sebagai para ahli dalam hal kitab Shahih Bukhari berikut seluruh

sanadnya. Dari gurunya ini, beliau memperoleh sebuah ijazah untuk

mengajar kitab tersebut.

b. Syekh An-Nawawi Al-Bantani

c. Syekh Ahmad Khatib Minangkabau (w. 1334 H)

d. Syekh Abdul Hamid Ad-Dururstani

e. Syekh Muhammad Syu'aib Al-Maghribi

Rasa haus yang tinggi akan ilmu pengetahuan membawa KH. Hasyim

Asy’ari berangkat lagi ke tanah suci Makkah tahun berikutnya. Kali ini ia

ditemani saudaranya Anis. Dan ia menetap di sana kurang lebih tujuh tahun dan

97 Ibid, hlm. 137.

Page 134: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

111

berguru pada sejumlah ulama, di antaranya Syekh Ahmad Amin Al-Aththar,

Sayyid Sultan Ibn Hasyim, Sayyid Abdullah Al-Zawawi, Syekh Shaleh Bafadhal

dan Syekh Sultan Hasyim Dagastani.

Minatnya begitu tinggi terhadap ilmu pengetahuan, terutama ilmu Hadits

dan Tasawuf. Hal ini yang membuat Hasyim di kemudian hari senang

mengajarkan Hadits dan Tasawuf. Pada masa-masa akhir di Makkah beliau

sempat memberikan pengajaran kepada orang lain yang memerlukan

bimbingannya, dan ini yang menjadi bekal tersendri yang kemudian hari

diteruskan setelah kembali ke tanah air.

Pada tahun 1899/1900 beliau kembali ke Indonesia dan mengajar di

pesantren ayah dan kakeknya, hingga berlangsung beberapa waktu. Masa

berikutnya KH. Hasyim Asy’ari menikah lagi dengan putri Kiai Ramli dari

Kemuning (Kediri) yang bernama Nafiah, setelah sekian lama menduda. Mulai itu

beliau diminta membantu mengajar di pesantren mertuanya di Kemuning, baru

kemudian mendirikan pesantren sendiri di daerah sekitar Cukir, pesantren

Tebuireng di Jombang, pada tanggal 6 Februari 1906. Pesantren yang baru

didirikan tersebut tidak berapa lama berkembang menjadi pesantren yang terkenal

di Nusantara, dan menjadi Chondrodimuko kader-kader ulama wilayah Jawa dan

sekitarnya.

Sejak masih di pondok, ia telah dipercaya untuk membimbing dan

mengajar santri baru. Ketika di Makkah, beliau juga sempat mengajar. Demikian

pula ketika kembali ke tanah air, diabdikannya seluruh hidupnya untuk agama dan

ilmu. Kehidupannya banyak tersita untuk para santrinya. Ia terkenal dengan

Page 135: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

112

disiplin waktu (istiqamah). Tidak banyak para ulama dari kalangan tradisional

yang menulis buku. Akan tetapi tidak demikian dengan KH. Hasyim Asy’ari,

tidak kurang dari sepuluh kitab disusunnya.

Dalam sejarah pendidikan Islam tradisional, khususnya di Jawa, beliau

digelari Hadrat Asy-Syekh (guru besar di lingkungan pesantren), karena

peranannya yang sangat besar dalam pembentukan kader-kader ulama pimpinan

pesantren, misalnya Pesantren Asem Bagus Situbondo Jawa Timur, pesantren

Lirboyo Kediri Jawa Timur, dan lain-lain. Ketokohan beliau menjadi sentral dan

menjadi tipe ideal untuk menjadi pemimpin. Selain beliau mengembangkan Islam

melalui lembaga pesantren dan organisasi sosial keagamaan, beliau pun aktif

dalam organisasi politik melawan Belanda.98

KH. Hasyim Asy’ari bersama ulama besar lainnya di Jawa yaitu Syekh

Abdul Wahhab dan Syekh Bisri menjadi perintis dan pendiri organisasi

kemasyarakatan NU (Nahdhatul Ulama) pada tanggal 31 Januari 1926 bertepatan

dengan tanggal 16 Rajab 1334 H, sekaligus sebagai Rais Akbar. Organisasi social

keagamaan ini memiliki maksud dan tujuan memegang teguh salah satu mazhab

empat, serta mengerjakan apa saja yang menjadi kemashlahatan agama Islam.99

Pada bagian lain, ia juga bersikap konfrontatif terhadap penjajah Belanda.

Ia, misalnya menolak menerima penghargaan dari pemerintah Belanda. Bahkan

pada saat revolusi fisik, ia menyerukan jihad melawan penjajah dan menolak

98 Ahmad Taufik, Sejarah Pemikiran Dan Tokoh Modernisme Islam, (Jakarta: RajaGrafindo, 2005), hlm. 140. 99 H. Abuddin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005), hlm. 119.

Page 136: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

113

bekerja sama dengannya. Sementara pada masa penjajahan Jepang, ia sempat

ditahan dan diasingkan ke Mojokerto.

Akhirnya, dapat dilihat bagaimana keberhasilan ketokohan beliau memang

didasari oleh karakter seorang murid yang haus akan ilmu dengan semangat tinggi

serta penuh disiplin. Hal ini juga sebagai bukti kecintaan beliau akan petuah Rasul

Muhammad Saw., bahwasannya “menuntut ilmu itu diwajibkan sejak dari

kandungan sampai liang lahat” dan “belajarlah sampai ke negeri Cina”. Oleh

sebab itu, “siapa yang menanam, maka ia akan memanen.” Beliau menuai hasil

dari jerih payahnya, bukan hanya bagi kebesaran dan keterkenalan dirinya, tapi

juga mengharumkan nama keluarga besarnya, menjadi suri tauladan seorang

pejuang Islam dan pejuang nasional yang lebih mementingkan kepentingan

bersama atau umat yang sedang mengalami keterjajahan dan penindasan.

Hal ini membuktikan bahwa kerja keraslah yang menentukan ketokohan

seseorang dalam hidupnya. Meskipun dilahirkan sebagai keturunan “darah putih”

dan “darah biru”, tapi jikalau tidak mempunyai rasa dahaga yang tinggi terhadap

ilmu, rajin belajar, serta mengorbankan segala pikiran dan tenaga untuk

perjuangan yang diyakininya, belum tentu K.H. Hasyim Asy’ari bisa menjadi

tokoh yang sampai hari ini dihormati oleh semua umat Islam, bahkan di luar

Islam.

3. Detik-detik Kepergian K.H. Hasyim Asy’ari

Tepat pukul 9 malam, 7 Ramadhan 1336 Hijriah, turunlah beliau dari

sembayang tarawih, menjadi imam kaum muslimat. Ketika beliau sudah bersiap

duduk di kursi untuk memberikan pelajaran kepada para muslimat seperti

Page 137: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

114

biasanya, datanglah seorang cucu menantunya mendekatinya dan berbisik di

telinga beliau: “Kakek, ada tamu utusan yang mulia panglima besar angkatan

perang Republik Indonesia, paduka tuan Jenderal Sudirman dan Bung Toma.”

Seketika itu, beliau diam sejenak, lalu berkata kepada para muslimat yang

sudah siap sedia menerima pelajaran itu: “Bahwa pada kali ini, tiada kita adakan

pelajaran, besok malam saja.” Demikian seraya ia bangkit dari tempat duduknya,

berjalan menuju ruang muka, ruang tamu. Di ruang tengah ia berkata kepada

seorang adik kandungnya perempuan: “Jaranglah air the dan sediakan makanan,

ada tamu.”

Kedua tamu tersebut menjelaskan kondisi saat itu yang sangat sulit setelah

Agresi Militer I Belanda. Kemudian diceritakan pula tentang betapa banyaknya

jumblah korban dari rakyat Indonesia dan jatuhnya perubahan para gerilyawan di

daerah pegunungan Malang. Ketika mendengar penjelasan tersebut, sekonyong-

konyong beliau berkata: “Masya Allah, masya Allah.”

Kedua tamu mengira beliau pingsan atau kelelahan bekerja dan mengajar,

sehingga tertidur karena kecapekan. Oleh sebab itu, karena begitu menghormati

beliau, mereka pamitan. Kemudian barulah disadari bahwa beliau telah meninggal

dunia, setelah sebelumnya didatangkan dokter angka. Sekitar pakul 03.45 dini hari

pada 26 Juli 1947 M/ 7 Ramadhan 1366 H, beliau berpulang kerahmatullah.100

KH. Hasyim Asy’ari meninggal pada tanggal 7 Ramadhan 1366 H

bertepatan dengan 25 Juli 1947 M di Tebuireng Jombang dalam usia 79 tahun,

karena tekanan darah tinggi. Hal ini terjadi setelah beliau mendengar berita dari

100 Muhammad Rifa’i, Op,cit, hlm. 38-39.

Page 138: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

115

Jenderal Sudirman dan Bung Tomo bahwa pasukan Belanda di bawah pimpinan

Jenderal Spoor telah kembali ke Indonesia dan menang dalam pertempuran di

Singosari (Malang) dengan meminta banyak korban dari rakyat biasa. Beliau

sangat terkejut dengan peristiwa itu, sehingga terkena serangan stroke yang

menyebabkan beliau berpulang ke Rahmatullah. Demikianlah perjalanan dan

perjuangan K.H. Hasyim Asy’ari sampai akhir hayatnya. Meskipun beliau telah

tiada, ruh perjuangan beliau masih dipegang oleh keluarga dan umat beliau untuk

menandaskan diri bahwa hidup adalah perjuangan.

Begitu juga dengan perjuangan politik beliau yang diteruskan oleh para

penerusnya, juga tidak pernah surut, entah itu melalui Masyumi, NU, PPP, PKB,

PKNU, maupun partai-partai lain, ataupun LSM. Kemudian warisan beliau yang

lainnya adalah seperti yang terlihat dalam karya-karyanya yang menjelaskan

tentang dunia pendidikan, sikap seorang murid, dan bagaimana menjadi seorang

pendidik yang baik. Selanjutnya dibidang tasawuf, pemikiran kesufian,

menunjukan sikap kehati-hatian yang sebenarnya. Adapun karya-karya yang

ditulis oleh K.H. Hasyim Asy’ari sebenarnya sudah dikumpulkan oleh

keturunanya, yakni Muhammad Isham Hadziq, diantaranya adalah:

1) “Halqat Al-As’ilah wa Halqat Al-Ajwibah” (1930), dalam Swara

Nahdlatul Ulama, no. 1, t.p.

2) Al-Mawa’izh (1936), Surabaya: Hoofbestuur.

3) Adab al-‘Alim wa al-Muta’alim (1940), Muhammad Isham Hadziq

(ed.), Jombang: Maktabah Al-Turats al-Islami bi Ma’had Tebuireng.

4) Al-Durrar al-Muntathirah fi al-Masail al-Tis’a ‘Asyarah (1940), t.p.

Page 139: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

116

5) “Pradjoerit Pembela Tana Air” (1943), dalam Soeara Masjoemi, 1

Desember.

6) “Menginsafkan Para Oelama” (1944), dalam Soeara Masjoemi. 15

Mei.

7) “Pidato Ketoea Besar “Masjoemi”, K.H. Hasjim Asj’ari” (1944),

dalam Soeara Masjoemi, 1 Juli.

8) “Pidato Ketoea Besar “Masjoemi”, K.H. Hasjim Asj’ari” dalam

pertemuan oelama seluruh Jawa Barat di Bandung (1944), dalam

Soeara Masjoemi, 15 Agustus.

9) Ideologi Politik Islam, Amanat Kyai Hasyim Asy’ari dalam muktamar

partai politik Islam Masyumi (1946), dalam Harian Islam Adj-Djihad,

Yogyakarta: Februari.

10) “al-Mawa’izh Sjaich Hasjim Asj’ari” (1959), ter. Hamka (Haji Abdul

Malik Karim Amrullah), dalam Pandji Masyarakat.

11) Ihya’ ‘Ama’il al-Fudhala’ fi Tarjamat al-Qonun al-Asasi li al-

Jamiyyat an-Nahdhat al-Ulama” (1969), ter. H. A. Abdul Chamid,

Kudus: Menara Kudus.

12) “Pidato Pembukaan Muktamar NU ke-17 di Madiun” (1969), dalam

Ihya’ ‘Ama’il al-Fudhala’ fi Tarjamat al-Qonun al-Asasi li al-

Jamiyyat an-Nahdhat al-Ulama,” ter. H. A. Abdul Chamid, Kudus:

Menara Kudus.

13) “al-Qonun al-Asasi li Jam’iyyat an-Nahdhat al-Ulama” (1971), ter. H.

A. Abdul Chamid, Kudus: Menara Kudus.

Page 140: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

117

14) Risalah fi Ta’aqqud al-Akhdh bi Mazhahib al-A’immah al-Arba’ah.

Lihat juga: al-Tibyan fi Nahy ‘an al-Muqata’at al-Arham wa al-Aqarib

wa al-Akhwan (1984), Muhammad Isham Hadziq (ed.), Jombang

Maktabah al-Turats al-Islami bi Ma’had Tebuireng.

15) al-Tibyan fi Nahy ‘an al-Muqata’at al-Arham wa al-Aqarib wa al-

Akhwan (1994), Muhammad Isham Hadziq (ed.), Jombang Maktabah

al-Turats al-Islami bi Ma’had Tebuireng.

16) Al-Tanbihat al-Wajibat li man Yasna’ al-Mawlid bi al-Munkarat

(1995), Muhammad Isham Hadziq (ed.), Jombang Maktabah al-Turats

al-Islami bi Ma’had Tebuireng.

17) Ziyadat Ta’liqat ‘ala Manzhumat al-Syaikh ‘Abd Allah b. Yasin al-

Fasuruwani (1995), Muhammad Isham Hadziq (ed.), al-Tibyan fi Nahy

‘an al-Muqata’at al-Arham wa al-Aqarib wa al-Akhwan al-Tibyan fi

Nahy ‘an al-Muqata’at al-Arham wa al-Aqarib wa al-Akhwan (1994),

Muhammad Isham Hadziq (ed.), Jombang Maktabah al-Turats al-

Islami bi Ma’had Tebuireng.101

Tiadalah kata yang pantas untuk memberikan simbol karakteristik kepada

K.H. Hasyim Asy’ari selain kata bahwa beliau adalah manusia yang mendekati

sempurna. Akal yang luas dengan ditandai selalu kehausan dalam mencari ilmu,

seangkan budi perkerti yang luhur ditampakkan dalam kegiatan sehari-hari dengan

selalu menyayangi umat manusia yang lain meskipun berbeda keyakinan dengan

dirinya.

101 Thalhah Hasan, Alam Pikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari: Asal-Usul Kutub Gerakan Islam di Indonesia, (Jakarta: Galura Pase, 2002), hlm. 76.

Page 141: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

118

D. Pemikiran Pendidikan K.H. Hasyim Asy’ari

Untuk melihat respon masyarakat, terutama dalam aspek pendidikan,

terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah colonial abad XX, di antaranya dapat

dilihat dari dua sisi. Pertama, tradisi keagamaan yang bekembang di masyarakat

Indonesia sebagai konsekuensi dari persentuhan dengan ide-ide pembaharuan

Islam. Kedua, fenomena kebijakan pemerintah colonial dalam bidang pendidikan

yang kemudian direspon oleh masyarakat.

Asumsi di atas didasarkan pada beberapa pertimbangan. Pertumbuhan dan

perkembangan madrasah pada awal abad XX merupakan bagian dari gerakan

pembaharu Islam di Indonesia, yang memiliki kontak cukup intensif dengan

gerakan pembaharu di Timor Tengah. Sebagai agama yang universal, Islam

membawakan peradabannya sendiri, tidak terkecuali dalam bidang pendidikan,

yang berakar pada tradisi yang sangat panjang sejak masa Rasulullah Saw. Ketika

bersentuhan langsung dengan situasi local dan particular, peradaban Islam tetap

mempertahankan esensinya yang sejati walaupun mungkin secara instrumental

menampakkan bentuk-bentuk yang kondisional. Dalam kaitannya dengan

pertumbuhan madrasah di Indonesia, aspek universal dari tradisi itu tidak bias

dilepaskan karena memang dalam kenyataannya eksistensi lembaga madrasah itu

sudah berkembang sejak masa Islam klasik, dan bahkan terus berkembang hingga

masa modern dengan segala bentuk penyesuaian dan pembaharuannya.

Di sisi lain, tradisi pendidikan Islam di Indonesia tidak sepenuhnya khas

Indonesia, kecuali hanya menambahkan muatan dan corak keislaman terhadap

tradisi pendidikan yang sudah ada, terutama yang bermula dari agama Hindu. IP

Page 142: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

119

Simanjuntak berargumen bahwa “masuknya agama Islam tidak mengubah hakikat

pengajaran agama yang formil; yang berubah sejak pengembangan agama Islam,

ialah: isi agama yang dipelajari, bahasa yang menjadi wahana bagi pelajaran

agama itu, serta latar belakang pelajaran-pelajaran”.102 Mengikuti asumsi ini orang

tentunya akan mudah cenderung kepada anggapan bahwa pertumbuhan madrasah

di Indonesia sepenuhnya merupakan usaha penyesuaian atas tradisi persekolahan

yang dikembangkan oleh pemerintah Hindia Belanda. Mengingat struktur dan

mekanismenya yang hamper sama, sekilas dapat diduga bahwa madrasah

merupakan bentuk lain dari sekolah yang hanya diberi muatan dan corak

keislaman.

Uraian di atas agaknya menyakinkan bahwa gerakan pembaharu Islam di

Indonesia memberi perhatian sangat serius dalam pembenahan pendidikan Islam

pada permulaan abad XX. Dalam batas yang cukup jauh, usaha pembenahan itu

dilakukan sejalan dengan gerakan pembaharu di Timur Tengah, sehingga dapat

dikatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan madrasah di Indonesia secara

cukup kuat dipengaruhi oleh tradisi pendidikan Timur Tengah masa modern.

Namun demikian, kenyataan politik di tanah air pada zaman Hindia Belanda

mengembangkan system pendidikan persekolahan sehingga cukup beralasan

untuk berasumsi bahwa perkembangan madrasah di Indonesia juga merupakan

respon atas kebijakan dan politik pendidikan pemerintah Hindia Belanda pada

masa itu. Dalam bahasa yang lebih sederhana dapat dikatakan bahwa madrasah

102 IP Simanjuntak, Perkembangan Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1972/1973), hlm. 24.

Page 143: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

120

dalam batas-batas tertentu merupakan lembaga persekolahan ala Belanda yang

diberi muatan keagamaan.

Ketika akan mengembangkan pendidikan bagi masyarakat bumi putera,

diperkirakan oleh beberapa ahli Belanda sendiri bahwa pemerintah Hindia

Belanda akan memanfaatkan tradisi pendidikan rakyat yang sudah berkembang,

yakni pendidikan Islam.103 Akan tetapi, secara teknis usulan itu sangat sulit

dipenuhi karena tradisi pendidikan Islam waktu itu dipandang memiliki

kebiasaan-kebiasaan yang dianggap jelek, baik dari sudut kelembagaan,

kurikulum, mapun metode pengajarannya. Akhirnya pemerintah Hindia Belanda

memilih bentuk persekolahan-persekolahan sebagaimana yang sudah

dikembangkan jauh sebelumnya, khususnya dalam rangka misionaris.104 Dengan

demikian, jika pada awal masa-masa penjajahan, sekolah merupakan pendidikan

yang eksklusif bagi kelompok-kelompok terpilih menurut ukuran pemerintah

Hindia Belanda, mulai awal abad XX atas perintah Gubernur Jendral Heutsz

sistem pendidikan itu mulai diselenggarakan bagi masyarakat yang lebih luas dam

bentuk sekolah-sekolah desa.

Dari banyaknya argumentasi tentang kebijakan pendidikan Islam yang

diambil oleh pemerintahan colonial Hindia Belanda yang sudah terkemuka diatas,

pada hakikatnya memiliki beberapa ciri-ciri. Dalam hal ini, S. Nasutian

memaparkan beberapa ciri pendidikan pada masa colonial Hindia Belanda,

diantaranya adalah:

103 Karel A Steenbrink, Pesantren Madrasah Sekolah: Pendidikan Islam dalam Kurun Modern, (Jakarta: LP3ES, 1994), cet. Ke-2, hlm. 2. 104 Nasution, Sejarah Pendidikan Indonesia, (Bandung: Jemmars, 1983), hlm. 4.

Page 144: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

121

1. Gradualisme yang luar biasa dalam penyediaan pendidikan anak-anak

Hindia Belanda. Gradualisme menjamin kedudukan yang menguntungkan

bagi masyarakat Belanda. Membatasi kesempatan belajar bagi masyarakat

Hindia Belanda antara lain berfungsi untuk menjaga agar anak-anak

Belanda selalu lebih maju. Anak-anak Belanda telah memasuki pendidikan

menengahsejak tahun 1860, sedangkan pendidikan lanjutan bagi anak-anak

Indonesia baru disediakan pada tahun 1914.

2. Dualisme dalam pendidikan dengan menekankan pendidikan yang tajam

antara pendidikan Belanda dan pendidikan pribumi. Dualisme ini menjadi

ciri yang dominant dalam sistem pendidikan Hindia Belanda. Pendidikan

Belanda dan pendidikan pribumi memiliki perbedaan yang sangat jelas,

diantaranya dengan inspeksi, kurikulum, bahasa pengantar, dan

pembiayaan tersendiri. Pendidikan Belanda diselenggarakan dengan

menggunakan bahasa pengantar Belanda, sedangkan pendidikan pribumi

menggunakan bahasa pengantar Melayu dan bahasa daerah. Pendidikan

Belanda selama hampir seabad telah membuka kesempatan satu-satunya

untuk pendidikan lanjutan. Sedangkan pendidikan pribumi boleh dikatakan

tidak memberi kesempatan meneruskan pelajaran dan merupakan jalan

buntu.

3. Kontrol sentral yang kuat. Sampai tahun 1918 segala masalah pendidikan

diputuskan hanya oleh pegawai Belanda saja, tanpa konsultasi dengan

masyaraka Hindia Belanda. Sungguhpun telah dibentuk Volksraad

(semacam lembaga perwakilan rakyat), tetapi keputusan askhir ada pada

Page 145: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

122

kekuasaan Gubernur Jendral. Oleh karena itu, pendidikan dikontrol secara

sentralistik, guru-guru dan orang tua tidak mempunyai pengaruh langsung

dalam politik pendidikan. Segala soal mengenai sekolah, kurikulum, buku

pelajaran, persyaratan guru, jumlah sekolah, jenis sekolah, dan

pengangkatan guru ditentukan oleh pemerintah pusat.

4. Keterbatasan tujuan pendidikan pribumi dan peranan sekolah untuk

menghasilkan pegawai sebagai factor penting dalam penrkembangan

pendidikan. Sekolah pertama untuk anak Indonesia didirikan oleh

pemerintah Belanda dengan tujuan mendidik anak-anak aristokrasi di Jawa

unutk menjadi pegawai perkebunan pemerintah yang senantiasa

berkembang selama masa Taman Paksa. Boleh dikatakan hanya karena

terpaksa maka pemerintah akhirnya melibatkan diri dengan pendidikan

masyarakat Hindia Belanda.

5. Adanya prinsip konkordansi. Prinsip ini bertujuan untuk menjaga agar

sekolah-sekolah di Hindia Belanda mempunyai kurikulum dan standar

yang sama dengan sekolah-sekolah di negeri Belanda. Hal ini

dimaksudkan untuk mempermudah perpindahan murid-murid dari Hindia

Belanda ke sekolah-sekolah di negeri Belanda.

6. Tidak adanya perencanaan pendidikan yang sistematis untuk pendidikan

anak pribumi. Sekitar tahun 1910 terdapat berbagai ragam sekolah rendah

bagi anak-anak Hindia Belanda, seperti Sekolah Desa untuk anak-anak di

daerah pedesaan, Sekolah Kelas Dua untuk anak biasa di kota-kota,

Sekolah Kelas Satu untuk anak-anak ningrat dan golongan kaya, Sekolah

Page 146: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

123

Khusus untuk anak militer juga untuk golongan aristokrasi di Sumatera, di

samping itu sejumlah sekolah untuk pendidikan pegawai dan dokter Jawa.

Ciri khas dari sekolah-sekolah ini adalah bahwa masing-masing berdiri

tanpa hubungan organisasi antara yang satu dengan yang lain dan tanpa

ada kesempatan untuk melanjutkan.105

Paragraf selanjutnya akan menerangkan secara singkat tentang kondisi

pendidikan Islam pada masa pemerintahan Jepang, yang dalam catatan sejarah

dapat diketahui bahwa pada Perang Pasifik (Perang Dunia II), Jepang

memenagkan peperangan dan pada tahun 1942 berhasil merebut Indonesia dari

kekuasaan Belanda. Perpindahan kekuasaan itu terjadi ketika colonial Belanda

menyerah tanpa syarat kepada sekutu.106

Kebijakan politik Jepang tampaknya tidak jauh dari skenario yang dibuat

oleh Snouck Hurgronje, yaitu memisahkan Islam dan politik praktisnya. Jepang

mulai menerapkan pengawasan secara kuat dan ketat terhadap organisasi-

organisasi Islam, terutama terhadap pendidikan Islam. Namun paradok dengan

yang pertama, rezim pendudukan Jepang juga membuka peluang bagi pemimpin-

pemimpin Islam terlibat dalam organisasi-organisasi politik yang diciptakannya.

Dalam memobilisasi Islam Indonesia, pemerintah Jepang menciptakan hubungan

yang sangat kuat dengan elit Muslim.

Dengan semangat untuk memperkuat peta Asia Timur Raya dan

menggalang semua kekuatan anti-Belanda, Jepang tampaknya lebih memilih elit

105 S. Nasution, Sejarah Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet, ke-1, hlm. 20-33. 106 Suwendi, Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004), cet. Ke-1, hlm. 85.

Page 147: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

124

Muslim dan memberikan berbagai peluang bagi tuntutan umat Islam daripada

memenuhi keinginan para elit nasionalis, apalagi terhadap keinginan elit-priyayi.

Namun, politik Jepang kurang banyak mengapresiasikan Islam ke tingkat sosio-

religius. Alasannya adalah politisasi untuk mempertahankan status-quo dan

menggalang massa.

Pada awalnya Jepang membentuk sebuah perhimpunan politik melalui

“Gerakan Tiga A”, yaitu Jepang Pemimpin Asia, Pelindung Asia, dan Cahaya

Asia, di bawah komando Syamsuddin, bekas pemimpin Parindra. Pembentukan

organisasi ini dimaksudkan untuk mencari simpati masyarakat Indonesia untuk

membantu dalam Perang Pasifik dan mensukseskan propaganda “Kemakmuran

Asia Timur Raya”. Karena Gerakan Tiga A dianggap gagal, akhirnya dibubarkan

dan diganti dengan “Putera” (Pusat Tenaga Rakyat). Organisasi ini dipimpin oleh

empat serangkai: Soekarno, Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan Mas Mansyur,

dengan tujuan untuk menggalang massa.107

Di luar kesibukan pemerintah Jepang yang membahas tentang gerakan

politisasi pendidikan Islam yang, dimana muncul organisasi-organisasi yang ingin

mempertahankan kultur pendidikan Islam di Indonesia. Di sisi lain, MIAI (Majelis

Islam A’la Indonesia) sebagai organisasi independent yang didukung oleh NU dan

Muhammadiyah, pada waktu itu menghadapi tantangan tersendiri. Independensi

MIAI mengakibatkan tidak lagi memiliki anggota-anggota dari organisasi Islam

seperti awal berdirinya. MIAI tidak lagi bersifat federatif karena organisasi-

organisasi Islam banyak yang dibekukan. Akhirnya, pada September 1942, MIAI

107 Ibid, hlm. 86.

Page 148: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

125

dibubarkan oleh Jepang. Menurut Harry J. Benda, pembubaran ini pada dasarnya

reaksi Jepang terhadap agitasi bait al-mal yang terus menerus dan secara gencar

dilancarkan oleh pengurus MIAI tanpa melibatkan Shumubu (kantor urusan

Agama yang dibentuk Jepang).108 Sebagai pengganti MIAI, Jepang membentuk

organisasi federatif baru, yaitu Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia)

tanggal 22 November 1943, dan sebagai ketua organisasi yang baru dibentuk ini

adalah K.H. Hasyim Asy’ari. Kemudian, dalam perjalanan pada tahun pertama,

Masyumi semakin kokoh. Tepat pada tanggal 1 Agustus 1944, pemerintah Jepang

mengeluarkan pengumuman reorganisasi Shumubu yang bertujuan agar semua

maslah keagamaan yang dirasakan penting dapat diatur dengan mudah.

Konsekuensi reorganisasi ini adalah Husein Djajadiningrat mengundurkan diri

dari kepala Shumubu, lalu digantikan oleh K.H. Hasyim Asy’ari. Dengan

demikian, kegiatan keagamaan keislaman di bawah kontrol elit muslim.

Akan tetapi, tampaknya pada perkembangan selanjutnya kekuasaan Jepang

semakin memudar. Pada tanggal 7 September 1944, Perdana Menteri Koiso

menjanjikan kemerdekaan Indonesia dalam waktu dekat. Janji ini kemudian

dikenal dengan Deklarasi Koiso. Masyumi yang diwakili oleh K.H. Hasyim

Asy’ari sebagai juru bicara Islam pada waktu itu, langsung menaggapi deklarasi

itu dengan menempatkan gerakan Islam di belakang tujuan-tujuan nasionalisme

Indonesia. Puncak dari usaha itu adalah deklarasi 1 Maret 1945 yang

menghasilkan suatu panitia yang bertugas untuk menyelidiki apa yang harus

dipersiapkan untuk menyongsong kemerdekaan. Panitia ini bernama, dalam 108 Harry J. Benda, “The Cresent and the Rising Sun, Indonesian Islam under the Japanese Occupation 1942-1945”. Terjemah Bulan Sabit dan Matahari, Terbit Islam di Indonesia pada Masa Pendudukan Jepang, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1980), hlm. 181.

Page 149: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

126

bahasa Jepang Dokuritsu Zyunbi Tjoosakai (BPUPKI: Badan Penyelidikan Usaha

Persiapan Kemerdekaan Indonesia) diresmikan di Jakarta taggal 21 April 1945

dan mulai melaksanakan sidangnya pada tanggal 21 Mei sampai 1 Juni 1945, dan

siding kedua pada tanggal 10-16 Juli 1945.109

Melihat kenyataan di atas, agaknya perkembangan sosial politik masa

pendudukan Jepang hanya terjadi dalam masa yang relative singkat. Usaha-usaha

pemerintahan Jepang lebih difokuskan kepada ambisinya untuk menguasai

wilayah Asia Pasifik, sehingga kebijakan terkait dengan pendidikan yang

dikeluarka oleh pemerintahan Jepang lebih diorientasikan untuk menguatkan

kekuasaannya di Indonesia. Pemerintah Jepang memegang kendali yang sangat

ketat dalam program-program pendidikan di Indonesia, walaupun pada

kenyataannya menghadapi kendawa kurangnya pengajar yang memenuhi criteria.

Usaha memutuskan hubungan dengan pemerintah Hindia Belanda, pemerintah

Jepang menghapuskan sekolah-sekolah berbahasa Belanda. Bahasa Indonesia

bahkan digunakan secara luas di lingkungan pendidikan. Kurikulum dan struktur

pendidikan pun diubah.110

Pemerintah Jepang mengeluarkan kebijakan yang menawarkan bantuan

dana bagi sekolah dan madrasah.111 Berbeda dengan pemerintah Hindia Belanda

pada waktu menduduki Indonesia, pemerintah Jepang membiarkan dibukanya

kembali madrasah-madrasah yang pernah hidup pada masa pemerintahan

109 Mastuki HS, Perguruan Tinggi Islam di Indonesia 1945-1975: Sejarah dan Peranannya, tesis, (Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah, 1997), hlm. 114-117. 110 Lee Kam Hing, Education and Politics in Indonesia 1945-1965, (Kuala Lumpur: University of Malaya Press, 1995), hlm. 23-25. 111 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1957), hlm. 122.

Page 150: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

127

sebelumnya. Hal ini dilakukan karena pada kenyataannya bahwa pengawasan

pemerintah Jepang sendiri tidak dapat menjangkau madrasah dan pesantren yang

sebagian besar berlokasi di desa-desa terpencil. Namun demikian, pemerintah

Jepang tetap mewaspadai bahwa madrasah-madrasah itu memiliki potensi

perlawanan yang membahayakan bagi pendudukan Jepang di Indonesia.

Catatan sejarah yang dapat dilaporkan bahwa pada masa penjajahan

pemerintah Jepang, pengembangan Madrasah Awaliyah digalakkan secara luas.

Majelis Islam Tinggi menjadi penggagas dan sekaligus penggerak utama untuk

berdirinya madrasah-madrasah Awaliyah yang diperuntukkan bagi anak-anak

yang berusia minimal 7 tahun. Program pendidikan pada madrasah-madrasah

Awaliyah itu lebih ditekankan pada pembinaan keagamaan dan diselenggarakan

pada sore hari. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan bagi anak-

anak yang pada umumnya mengikuti sekolah rakyat pada pagi hari.

Perkembangan madrasah-madrasah itu telah ikut mewarnai pola pengorganisasian

pendidikan agama yang lebih sistematis. Sungguhpun demikian, dilaporkan

bahwa ketika Jepang masuk di wilayah Padang pada Maret 1942 dan memerintah

Indonesia tercatat hanya mengizinkan membuka sekolah atau madrasah dari

tingkat dasar sampai tingkat menengah saja. Sedangkan pendidikan tingkat tinggi

tidak diberlakukan.112 Tidak ditemukan penyebab secara pasti pelarangan itu.

Namun, dari perkembangan setting social politi yang terjadi ketika itu, memang

Jepang belum menunjukkan sistem pemerintahan yang mapan.

112 Mahmud Yunus, Pengembangan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: IAIN Jakarta, 1977), hlm. 41.

Page 151: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

128

Uraian diatas sedikit banyak membeberkan situasi dan kondisi Indonesia

pada masa pendudukan Hindia Belanda yang diteruskan oleh pemerintahan

Jepang. Dimana faktor pendidikan menjadi bidikan pertama oleh mereka, karena

diakui atau tidak, pendidikan menjadi icon penting dalam pertumbuhan dan

perkembangan suatu bangsa. Oleh krena itu, salah satu tokoh Islam Indonesia,

K.H. Hasyim Asy’ari merasa terpanggil untuk tetap mempertahankan pendidikan

(sekolah atau madrasah) yang sesuai dengan kultur Indonesia. Sekolah atau

madrasah adalah sebagai tumpuan atas pendidikan sumber daya manusia

Indonesia. Dalam kesempatan itu, K.H. Hasyim Asy’ari menjadi juru bicara dari

perwakilan lembaga keagamaan, yakni Masyumi, yang ketika itu Indonesia akan

mendeklarasikan kemerdekaannya atas janji yang disampaikan oleh Perdana

Menteri Koiso.

Pada paragraf selanjutnya akan dikupas lebih dalam pemikiran K.H.

Hasyim Asy’ari tentang pendidikan Islam, yang mana sudah tidak dapat

dipungkiri, bahwa beliau adalah salah satu tokoh yang benar-benar

memperhatikan dunia pendidikan. Saking perhatiannya beliau terhadap

pendidikan Islam beliau menulis kitab dengan judul Adab al-‘Alim wa al-

Muta’allim.

K.H. Hasyim Asy’ari memiliki keluasan dan kedalaman ilmu pengetahuan,

khususnya kependidikan Islam dan pada umumnya pengetahuan agama. Dalam

hal ini Hasan Langgulung mencoba mempolarisasikan pemikiran K.H. Hasyim

Asy’ari terhadap karakteristik pemikiran pendidikan. Polarisasi itu didasarkan atas

literature-literatur yang ditulis oleh sejumlah penulis Muslim. Menurutnya ada

Page 152: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

129

empat corak pemikiran pendidikan Islam yang dapat difahami. Pertama, corak

pemikiran pendidikan yang awalnya adalah sajian dalam spesifikasi fiqih, tafsir

dan hadis yang kemudian mendapat perhatian tersendiri dengan mengembangkan

aspek-aspek pendidikan. Model ini diwakili oleh Ibn Hazm (384-456 H) dengan

karyanya al-Mufashshal fi al-Milal wa al-Ahwa wa al-Nibal. Kedua, corak

pemikiran pendidikan yang bermuatan sastra. Model ini diwakili oleh Abdullah

ibn Muqaffa (106-142 H /724-759 M) dengan karyanya Risalah al-Shahabab.

Ketiga, corak pemikiran pendidikan filosofis. Corak ini diwakili oleh pemikiran

pendidikan aliran Mu’tazilah, ikhwan al Ahafa dan para filosof. Keempat, corak

pemikiran pendidikan yang berdiri sendiri dan berlainan dengan beberapa corak di

atas, tetapi corak ini tetap berpegang pada semangat Al-Qur’an dan Al-Hadist.

Corak yang terakhir ini diwakili Muhammad ibn Sahnun (wafat 256 H /871 M)

dengan karyanya Adab al-Muta’allim.113

Keempat hasil polarisasi diataslah yang kemudian dapat memberikan

kemudahan bagi pemerhati pendidikan Islam untuk mengklasifikasikan sebuah

pengetahuan tentang pendidikan Islam yang kemudian dicarikan formula untuk

dapat menjawab problematika yang dihadapi dan mengembangkan pendidikan

Islam itu sendiri, sehingga tujuan besar yang digagas oleh K.H. Hasyim Asy’ari

dapat dengan mudah terwujud.

Di sisi lain, karakter pemikiran pendidikan K.H. Hasyim Asy’ari dapat

dimasukkan ke dalam garis mazhab Syafi’iyah. Bukti yang cukup kuat untuk

menunjukkan hal itu adalah banyaknya ulama Syalafi’iyah, termasuk imam al-

113 Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1992), cet. Ke-2, hlm. 123-129.

Page 153: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

130

Syafi’I sendiri, yang seringkali dikutip oleh penulis kitab ini ketimbang ulam

mazhab lain. Dengan pengungkapan ide-ide mazhab yang dianutnya, menurut

‘Abd al-Mu’idz Khan, pasti mempengaruhi pemikirannya tentang pendidikan.114

Bias dikatakan bahwa corak pemikiran pendidikan Islam K.H. Hasyim

Asy’ari adalah ala Syafi’iyah. Karena disadari atau tidak hamper segala bentuk

tindakan syar’I yang dilakukan oleh K.H. Hasyim Asy’ari adalah berdasarkan

pada mazhab Syafi’i. Maka, tidak heran apabila ide-ide atau gagasan pendidikan

yang dikeluarkan oleh K.H. Hasyim Asy’ari lebih kental dengan Syafi’i.

Kecenderungan lain dalam pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari tentang

pendidikan Islam adalah mengetengahkan nilai-nila estetis yang bernafaskan

sufistik. Kecenderungan ini dapat terbaca dalam gagasan-gagasannya. Misalnya

dalam keutamaan menuntut ilmu. Untuk mendukung itu dapat dikemukakan

bahwa K.H. Hasyim Asy’ari ilmu yang sangat istimewa adalah bagi orang yang

benar-benar li Allah Ta’ala. Kemudian, ilmu dapat diraih jika jiwa orang yang

mencari ilmu tersebut suci dan bersih dari segala sifat yang jahat dan aspek-aspek

keduniawian. Kecenderungan yang demikian agaknya lebih didominasi oleh

pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari yang juga menekankan pada dimensi sufistik

sehingga cukup kentara nuansa-nuansa demikian pada karya-karya itu. Bahkan

kecenderungan ini merupakan wacana umum bagi literature-literatur kitab kuning

yang tidak bias dihindari dari persoalan-persoalan sufistik, yang secara umum

merupakan bentuk replikasi atas prinsip-prinsip sufisme al-Ghazali.

114 Affandi Mochtar, The Method of Muslim Learning as Illustrated in al-Zarnuji’s Ta’lim al-Muta’allim Tariq al-Ta’allum, Tesis, (Montreal: McGill University, 1993), hlm. 22-23.

Page 154: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

131

Kemudian sisi lain pendidikan yang cukup menarik perhatian dalam

konsep pendidikan K.H. Hasyim Asy’ari adalah sikapnya yang sangat

mementingkan ilmu dan pengajaran. Kekuatan dalam hal ini terlihat pada

penekanannya bahwa eksistensi ulama, sebagai orang yang memiliki ilmu,

menduduki tempat yang tinggi. Karena itu, dalam bab pertama kitab Adab al-

‘Alim wa al-Muta’allim, K.H. Hasyim Asy’ari mengawali pembahasannya

mengenai hal itu dengan urutan-urutan argumentasi nasb (Al-quran) kemudian

hadis dan pendapat para ulama.

Ketegasan tingginya derajat orang yang berilmu ini seringkali diulang,

misalnya dengan argumentasi hadis al-‘ulama waratsat al-anbiya’. Hadis ini

sesungguhnya menyatakan secara jelas bahwa derajat para ulama adalah setingkat

lebih rendah di bawah derajat para nabi. Sementara menurut K.H. Hasyim

Asy’ari, tidak ada derajat yang lebih mulia daripada derajat nabi. Oleh karena itu,

derajat ahli ibadah lebih rendah daripada ulama. Bahkan, K.H. Hasyim Asy’ari

sering mengutip hadis dan pendapat para ulama serta menyatakan pendapatnya

tentang perbandingan ibadah dengan ilmu. Menurut nabi, tingginya derajat ulama

jika disbanding dengan ahli ibadah, pertama, bagaikan utamanya nabi disbanding

dengan manusia selainnya, kedua, bagaikan terangnya bulan purnama disbanding

dengan cahaya bintang, dan ketiga, bagi setan lebih sulit menggoda seorang

cendikiawan daripada seribu ahl ibadah.115

Pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari di atas tampaknya mengikuti pemikiran

tokoh-tokoh Islam terkemuka, seperti al-Ghazali. Sebab, pemikiran K.H. Hasyim

115 Suwendi, op,cit., hlm. 149.

Page 155: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

132

Asy’ari ini sama dengan hierarki yang dibuat oleh al-Ghazali, yakni ahl al-ilm

lebih utama daripada ahl al-ibadah, dengan menyajikan alasan-alasan ayat

Alquran, hadis, dan pendapat para ulama.116

Pemikiran K.H. Hayim Asy’ari di atas ini tampaknya menyiratkan sebuah

pengertian bahwa yang menjadi sentral pendidikan adalah hati. Penekanan pada

hati ini dengan sendirinya membedakan diri dari corak pemikiran pendidikan

progresivisme dan esensialisme. Aliran progresivisme yang dipelopori oleh Jhon

Dewey, menyatakan bahwa sentral pendidikan adalah pikiran dan kecerdasan.

Pikiran dan kecerdasan ini merupakan motor penggerak dan penentu kea rah

kamajuan sekaligus penuntun bagi subjek untuk mampu menghayati dan

menjalankan sebuah probram.117 Dengan demikian, aliran progresivisme menitik

beratkan pada kecerdasan. Sedangkan aliran esensialisme menyatakan bahwa

materi utamalah yang menentukan dan memantapkan pikiran serta kecerdasan

manusia. Materi (bahan pengajaran) itulah yang sekaligus menjadi unsure-unsur

yang hakiki dalam sebuah perkembangan peradaban dan kebudayaan.118

Atas dasar pemikiran diataslah, menjadi semakin kuat dan jelas bahwa

pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari menempatkan corak kependidikannya sebagai

corak yang berbeda dari corak-corak kependidikan yang lain, yakni tidaklah

bercorak progresif ataupun esensialis. Perbedaan-perbedaan itu dimungkinkan

oleh karena adanya titik pandang yang tidak sama dalam memahami manusia.

116 Al-Ghazali, Ihya ‘Ulum al-Din, juz I, (Kairo: Muhthafa al-Babi al-Halabi, 1939), hlm. 6-7. 117 Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan Suatu Tinjauan, (Yogyakarta: Andi Offset, 1986), hlm. 11. 118 Maslani, Pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari dalam karyanya Adab al-‘Alim wa al-Muta’allim: Suatu Upaya Pengungkapan Belajar Mengajar, Tesis, (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga, 1997), hlm. 47.

Page 156: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

133

Baik aliran progresivisme maupun esensialisme, sama-sama mendasarkan

pandangannya pada penelitian-penelitian yang bersifat fisik-empiris. Sedangkan

K.H. Hasyim Asy’ari yang identik dengan pemikiran al-Ghazali menyimpulkan

substansi manusia bukan terletak pada unsure fisiknya, tetapi pada hatinya.

Sebagai pandangan kependidikan yang didasarkan atas hati, memang dengan

sendirinya akan menghadapi kesulitan tersendiri, terutama pada saat dikontekskan

dalam usaha verifikasi dan pembuktian ilmiah. Sebab, usaha verifikasi dan

pembuktian ilmiah membutuhkan kerangka empiris sehingga agak sulit untuk

mencari titik temunya.

Sungguhpun demikian, dalam kenyataan banyak dijumpai bahwa tugas

kependidikan lebih banyak difokuskan pada aspek yang terakhir itu, yakni

bagaimana membentuk orang-orang yang saleh dalam perspektif Tuhan, tentunya

Tuhan dalam sesuatu yang difahaminya. Sementara aspek yang lain, tang tidak

kalah pentingnya, yakni penguatan kecerdasan dan penguasaan materi pelajaran,

menjadi terabaikan. Hal ini dimungkinkan oleh berbagai hal, diantaranya adalah

cukup intennya intervensi pemahaman keagamaan yang kurang memberi

penghargaan terhadap aspek kecerdasan dalam aplikasi kependidikan. Kenyataan

ini semakin mempermudah dalam menafikan dimensi-dimensi kependidikan yang

kritis.

1. Definisi Pendidikan Islam

Pendidikan atau al-Tarbiyah, menurut pandangan Islam, adalah merupakan

bagian dari tugas kekhalifahan manusia. Allah adalah rabb al-‘alamin, juga rabb

al-nas. Tuhan adalah yang mendidik makhluk alamiah dan juga yang mendidik

Page 157: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

134

manusia. Karena manusia adalah khalifah Allah, yang berarti manusia mendapat

kuasa dan limpahan wewenang dari Allah untuk melaksanakan pendidikan

terhadap alam dan manusia, maka manusialah yang bertanggung jawab untuk

melaksanakan pendidikan tersebut.

Pendidikan, sebagai bagian dari tugas kekhalifahan manusia, menurut

pandangan Islam, pendidikan harus dilaksanakan oleh manusia secara

bertanggung jawab. Pertanggungjawaban baru bias dituntut kalau ada aturan dan

pedoman pelaksanaannya. Dan oleh karenanya Islam tentunya memberikan garis-

garis besar tentang pelaksanaan pendidikan tersebut. Islam memberikan konsep-

konsep yang mendasar tentang pendidikan, dan menjadi tanggung jawab manusia

untuk menjabarkan dan mengaplikasikan konsep-konsep dasar tersebut dalam

praktek kependidikan.

Pendidikan merupakan suatu aktivitas untuk mengembangkan seluruh

aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Dengan kata lain

pendidikan tidak hanya dilaksanakan dan berlangsung dalam kelas, melainkan

berlangsung pula di luar kelas. Pendidikan dalam hal ini tidak hanya bersifat

fprmal saja, akan tetapi mencakup pula yang non formal.

Kembali kepada pembahasan definisi pendidikan Islam. Dalam hal ini,

banyak para tokoh Islam yang mencoba mendefinisikan pendidikan Islam itu

sendiri. Di antara tokoh yang dipandang berperan dalam pembaharuan pendidikan

Islam adalah K.H. Hasyim Asy’ari. Beliau telah memperkenalkan pola pendidikan

madrasah di lingkungan pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Karena

posisi beliau sangatlah sentral dalam jaringan pesantren di pulau Jawa,

Page 158: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

135

pembaharuan yang terjadi di pesantren itu cepat menyebar ke pesantren-pesantren

lain. Terlebih-lebih setelah pembentukan perkumpulan Nahdlatu Ulama pada

tahun 1926, apa yang dilakukan oleh K.H. Hasyim Asy’ari itu dijadikan madel

bagi usaha perkumpulan itu dalam bidang pendidikan.

Kecenderungan, ketokahan K. H. Hasyim Asy’ari sering kali diceburkan

dalam persoalan sosial politik. Hal ini dapat dipahami bahwa sebagian dari sejarah

kehidupan K.H. Hasyim Asy’ari juga dihabiskan untuk merebut kedaulatan

bangsa Indonesia melawan hegemoni kolonial Belanda dan Jepang. Lebih-lebih

organisasi yang didirikannya, Nahdatul Ulama, pada masa itu cukup aktif

melakukan usaha-usaha sosial politik. Akan tetapi, K.H. Hasyim Asy’ari sejatinya

merupakan tokoh yang piawai dalam gerakan dan pemikiran kependidikan.

Sebagaimana dapat disaksikan, bahwa K.H. Hasyim Asy’ari mau tiak mau bisa

dikategorikan sebagai generasi awal yang mengembangkan sistem pendidikan

pesantren, terutama di Jawa.

Sebagai bentuk kepeduliannya dalam bidang pendidikan dan pengajaran.

Agar kemudian masyarakat Indonesia mampu memiliki kapasitas keilmuan yang

disiapkan untuk mengabdikan dirinya demi perkembangan dan kemajuan bangsa

dan Negara ini. Maka, tepat pada tanggal 26 Rabi’ Al-Awwal 120 H. bertepatan 6

Februari 1906 M., Hasyim Asy’ari mendirikan Pondok Pesantren Tebuireng. Oleh

karena kegigihannya dan keikhlasannya dalam menyosialisakan ilmu

pengetahuan, dalam beberapa tahun kemudian pesantren relatif ramai dan

terkenal.119

119 A. Mujib, Dkk. Entelektualisme Pesantren, (Jakarta: PT. Diva Pustaka,2004), hlm. 319

Page 159: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

136

Tidak hanya yang sudah tertulis diatas, sesungguhnya tulisan ini berusaha

mengangkat tokoh kependidikan yang hidup pada abad modern dengan objek

kajian K.H. Hasyim Asy’ari. Pemikiran tokoh ini patut diangkat kembali karena,

pertama, K.H. Hasyim Asy’ari telah menyediakan sebuah risalah kependidikan

yang disusun secara khusus, yang berjudul adab al-‘alim wa al-muta’allim. Di

dalam kitab tersebut, terkandung muatan-muatan kependidikan (Islam) yang patut

dipertimbangkan. Kedua, ketokohan K.H. Hasyim Asy’ari masih belum banyak

dikaji oleh kaum intelektual. Padahal beliau merupakan salah satu tokoh yang

memiliki pengaruh cukup kuat pada zamannya. Ketiga, karya kependidikan K.H.

Hasyim Asy’ari, adab al-‘alim wa al-muta’allim, dalam banyak hal, terutama

sistematika dan redaksinya, memiliki sejumlah kesamaan dengan karya Ibn

Jama’ah Tadzkirat al-Sami’.120

Dari uraian diatas sudahlah cukup jelas, bahwa K.H. Hasyim Asy’ari

memang benar-benar salah satu tokoh yang mengabdikan dirinya untuk

pendidikan, agar seluruh masyaraka dan umat Islam dapat merasakan jenjang

pendidikan yang kemudian akan membawa manusia pada puncak

kemanusiaannya.

Menurut K.H. Hasyim Asy’ari, yang membedakan anatara manusia

dengan binatang, antara lain adalah ilmu. Ilmu tersebut dapat didapat dengan salah

satu perantara pendidikan, karena pendidikan merupakan proses manusia untuk

dapat mengetahui segala sesuatu yang ingin diketahui, dan yang belum diketahui.

Oleh karena itu, dunia pendidikan atau mencari ilmu itu penting bagi sebuah

120 Badr al-Din Ibn Jama’ah al-Kinani, Tadzkirat al-Sami’ fi Adab al-‘Alim wa al-Muta’allim, (Beirut: Dar al-Ma’arif, 1354 H)

Page 160: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

137

identitas manusia. Dalam salah satu karya populernya, Adab al-‘Alim wa al-

Muta’allim, K.H. Hasyim Asy’ari menyebutkan bahwa pendidikan adalah sarana

mencapai kemanusiaannya, sehingga menyadari siapa sesungguhnya penciptanya,

untuk apa diciptakan, melakukan segala perintahnya dan menjahui segala

larangannya, untuk berbuat baik di dunia dan menegakkan keadilan.121

Dari uraian diatas, dapat dikatakan bahwa nilai-nilai yang hendak

dibeberkan oleh K.H. Hasyim Asy’ari dalm mendefinisikan pendidikan Islam

adalah nilai-nilai illahiyah atau lebih bersifat ketauhidan (teologinya). Dimana,

dapat definisi itu dapat dimaknai bahaw dengan pendidikan manusia akan sadar

dengan sendirinya serta mengetahuai hakikat manusia diciptakan oleh Tuhan.

Maka, harapannya dengan pendidikan agar manusia mengetahui tugas dan

tanggung jawabnya sebagai khalifah dimuka bumi.

Bagi umat Islam, agama merupakan dasar utama dalam melaksanakan

ritual kependidikan (belajar mengajar) melalui sarana-sarana pendidikan. Karena

dengan menanamkan nilai-nilai agama akan sangat membantu terbentuknya sikap

dan kepribadian anak kelak pada masa dewasa. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa pendidikan Islam adalah usaha yang diarahkan kepada pembentukan

kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran Islam atau suatu upaya dengan ajaran

Islam, memikir, memutuskan dan berbuat dengan bedasarkan nilai-nilai Islam,

serta bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Dalam pelaksanaan pendidikan tentunya terdapat proses belajar mengajar.

Disitulah titik tekan yang harus benar-benar dapat dilaksnakan sesuai dengan

121 Muhammad Rifa’i, op., cit. hlm. 85.

Page 161: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

138

aturan atau pedoman pendidikan yang sudah disyariatkan oleh Islam. Karena

proses belajar mengajar adalah proses awal manusia untuk mengetahui dan

memahami segala hal yang ingin difahami.

Oleh karena itu, belajar menurut K.H. Hasyim Asy’ari merupakan ibadah

untuk mencari ridha Allah, yang mengantarkan manusia untuk memperoleh

kebahagiaan dunia dan akhirat. Karenanya belajar harus diniatkan untuk

mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai Islam, bukan hanya untuk sekedar

menghilangkan kebodohan. Pendidikan hendaknya mampu menghantarkan umat

manusia menuju kemaslahatan, menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.

Pendidikan hendaknya mampu mengembangkan serta melestarikan nilai-nilai

kebajikan dan norma-norma Islam kepada generasi penerus umat, dan penerus

bangsa. Umat Islam harus maju dan jangan mau dibodohi oleh orang lain, umat

Islam harus berjalan sesuai dengan nilai dan norma-norma Islam.122

Demikianlah rumusan definisi pendidikan Islam yang dikemukakan oleh

K.H. Hasyim Asy’ari. Terlihat cukup kental nuansa ketauhidannya dalam

mendefinisikan pendidikan Islam. Karena diakui ataupun tidak tujuan akhir dari

sebuah proses pendidikan adalah mengabdikan sepenuhnya kepada sang khaliq.

Dengan demikian manusia akan menyadari dan memahafi fungsi dan tujuan

manusia diciptakan oleh Tuhan.

2. Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan adalah dunia cita, yakni suasana ideal yang ingin diwujudkan.

Dalam tujuan pendidikan suasana ideal itu nampak pada tujuan akhir, ultimate

122 http//habibah-kolis.blogspot.com/200801/hasyim-asyari.html

Page 162: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

139

aims of sducation. Tujuan akhir biasanya dirumuskan secara padat dan singkat,

seperti “…terbintuknya kepribadian muslim…”.123

Sebagai dunia cita, kalau sudah ditetapkan, ia adalah ide statis. Tapi

sementara itu kualita dari tukuan itu adalah dinamis dan berkembang nilai-

nilainya. Lebih-lebih tujuan pendidikan yang di dalamnya sarat dengan nilai-nilai

yang bersifat fundamental, seperti: nilia-nilai sosial, nilai ilmiah, nilai moral dan

nilai agama. Di sini kiranya orang berkeyakinan bahwa pendidikan menyimpan

kekuatan yang luar biasa untuk menciptakan keseluruhan aspek lingkungan hidup

dan dapat memberi informasi yang paling berharga mengenai pegangan hidup

masa depan di dunia, serta membantu anak didik dalam mempersiapkan

kebutuhan yang esensial untuk menghadapi perubahan.124

Dalam sejarah pendidikan Indonesia maupun dalam studi kependidikan,

sebutan “pendidikan Islam” umumnya difahami hanya sebatas sebagai “cirri

khas”, jenis pendidikan yang berlatar belakang keagamaan. Demikian pula

batasan yang ditetapkan di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang

Sistem Pendidikan Nasional.

Dari itu, Zarkowi Soejoeti yang memberikan pengertian lebih terperinci.

Pertama, jenis pendidikan yang pendirian dan penyelenggarannya didorong oleh

hasrat dan semangat cita-cita untuk mengejawantahkan nilai-nilai Islam. Baik

yang tercermin dalam nama lembaga maupun dalam kegiatan-kegiatan yang

diselenggarakannya. Di sini kata Islam ditempatkan sebagai sumber nilai yang

123 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1962), hlm. 43. 124 Christopher J. Lucas, Challenge and Choice in Comtemporary Education Six Mayor Ideological Perspective, (New York: Mac Millan Publishing Co-Inc, 1976), hlm. 103.

Page 163: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

140

akan diwujudkan dalam seluruh kegiatan pendidikan. Kedua, jenis pendidikan

yang memberikan perhatian yang sekaligus menjadikan ajaran Islam sebagai

pengetahuan untuk program studi yang diselenggarakannya. Dalam rangkaian ini,

kata Islam ditempatka sebagai bidang studi, sebagai ilmu, dan diperlakukan

sebagaimana ilmu yang lain. Ketiga, jenis pendidikan yang mencakup kedua

pengertian tersebut di atas. Di sini kata Islam ditempatkan sebagai sumber nilai

sekaligus sebagai bidang studi yang ditawarkan lewat program studi yang

diselenggarakannya.125

Dari pengertian yang diberikan oleh Zarkowi tersebut kiranya bias lebih

difahami bahwa keberadaan pendidikan Islam tidak sekedar menyangkut

persoalan ciri khas, melainkan lebih mendasar lagi. Yaitu tujuan yang diidamkan

dan diyakini sebagai yang paling ideal. Tujuan pendidikan itu sekaligus

mempertegas bahwa misi dan tanggung jawab yang diemban pendidikan Islam

lebih berat lagi.

Dengan demikian, segala sesuatu di dunia ini, termasuk pendidikan harus

mempunyai tujuan yang jelas dan sesuai dengan tantangan zaman. Karena jikalu

tidak, pendidikan Islam yang selama ini dilselenggarakan tidak ubahnya seperti

paguyuban yang hanya melakukan ritual kumpul-kumpul tanpa ada tujuan yang

jelas.

Adalah niscaya bahwa kehadiran lembaga pendidikan yang berkualitas

dalam berbagai jenis dan jenjang pendidikan itu sesungguhnya sangat diharapkan

oleh berbagai pihak, terutama umat Islam. Bahkan kini terasa sebagai kebutuhan

125 Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si, Quo Vadis Pendidikan Islam: Pembacaan Realitas Pendidikan Islam, Sosial dan Keagamaan, (Malang: UIN-Press,2006), hlm. 7.

Page 164: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

141

yang sangat mendesak terutama bagi kalangan muslim kelas menengah ke atas

yang secara kuantitatif terus meningkat belakangan ini. Fenomena sosial yang

sangat menarik ini mestinya dapat dijadikan tema sentral kalangan pengelola

lembaga pendidikan Islam yang dalam melakukan pembaharuan dan

pengembangannya. Namun yang terjadi hari ini justru sebaliknya, di berbagai

tempat banyak lembaga pendidikan Islam, terutama yang tergolong “kelas

pinggiran” satu persatu mangalami penyusutan karena kehilangan kepercayaan

dari umat maupun peminatnya. Sementara itu lembaga-lembaga pendididkan yang

latar belakang keagamaannya berbeda namun dikelola secara professional dan

menempatkan pada konteks kemasyarakatan yang lebih luas, memperlihatkan

perkembangan yang demikian pesat, sehingga keberadaan lembaga pendidikan

tersebut semakin dikenal dan kokoh.

Kenyataan itu secara tidak langsung menuntut para pengelola pendidikan

Islam untuk lebih bersifat rasional dan lebih berorientasi kepada kebutuhan

masyarakat luas. Apalagi sekarang ini yang menjadi mainstream pemikiran

pendidikan adalah mempersiapkan sumber daya manusia di masa mendatang dan

bukan semata-mata sebagai alat untuk membangun pengaruh politik atau sebagai

alat dakwah dalam arti sempit. Kalau persepsi yang terakhir ini yang diacu dan

dijadikan dalih untuk tetap bertahan, maka boleh jadi pendidikan bukan saja tidak

menolong masa depan peserta didik, tetapi jauh kebalikan dari itu, dapat dinilai

sebagai perbuatan yang merugikan. Oleh karena itu, persoalan dunia pendidikan

sebenarnya termasuk peka dan rawan. Pendidikan yang tidak didasarkan pada

Page 165: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

142

oreintasi yang jelas dapat mengakibatkan kegagalan dalam hidup secara berantai

dari generasi ke generasi.

Sedikit keluar dari keberlanjutan paragraf diatas, bahwa dalam struktur

pendidikan (persekolahan) di Indonesia. Pendidikan agama (Islam) mendapat

tempat terhormat. Mata pelajaran agama bersifat wajib dan menjadi bagian yang

integral dari kurikulum lembaga persekolahan di semua jenjang pendidikan, mulai

tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Di luar lembaga pendidikan umum,

juga tersedia dan tersebar sedemikian banyak lembaga pendidikan Islam yang

tentu saja lebih terkonsentrasi atau setidak-tidaknya memberikan porsi yang lebih

besar kepada mata pelajaran agama (Islam). Hal itu merupakan cerminan

kentalnya sifat religiusitas masyarakat di bumi nusantara ini dan sudah seharusnya

dimaknai secara positif dengan menyuguhkan praktik pendidikan agama yang

sebaik mungkin, baik dalam segi kualitas maupun relevansinya. Hal tersebut

menjadi kepedulian para ahli, perencana, dan praktisi pendidikan agama (Islam) di

Indonesia.

Sesuai dengan tuntutan era reformasi sebagaimana yang telah dipaparkan

di muka, pendidikan agama (Islam) di lembaga persekolahan rasanya perlu

diposisikan sebagai program andalan dan ruh bagi pembentukan moralitas warga

Negara yang berdasarkan pemahaman nilai-nilai dasar keagamaan. Dengan lain

perkataan, pendidika agama (Islam) perlu diposisikan sebagai “Rasul

Pembangunan Bangsa” yang misi utamanya pembangunan watak, pembinaan

akhlak, pendidikan moral atau pendidikan nilai. Posisi demikian itu juga

dikedepankan oleh Ahmad Watik Pratiknya yang menyatakan bahwa “…

Page 166: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

143

Pendidikan Islam adalah (lebih merupakan) suatu proses alih nilai (transfer of

value) yang dikembangkan dalam rangka perubahan prilaku…”. Dalam konteks

ini, agama (Islam) tentu saja lebih dimaknai sebagai sumber nilai dan pegangan

hidup. Ukuran keberhasilannya terletak pada indeks perbaikan moral (akhla al-

karimah) yang tentu saja harus terpancar secara kaffah dalam segenap segi

kehidupan sehingga tidak ada celah bagi munculnya Darwinisme sosial liar.

Dengan begitu, pendidikan agama (Islam) tidak hanya tampil dan berperan

sebagai pegangan hidup pada level masing-masing individu, tetapi juga sebagai

pemberi kesejukan dan keselamatan bagi kehidupan masyarakat, bangsa dan

Negara secara keseluruhan. Bila misi dan orientasi tersebut dapat terpenuhi,

niscaya pandidikan agama (Islam) akan tercatat dan dikenang sebagai pengkokoh

fundamen kultural masyarakat Indonesia baru yang berwajah religius, demokratis,

maju, adil dan makmur.126

Gambaran tujuan pendidikan diatas sangat sejalan dengan pemikiran K.H.

Hasyim Asy’ari tentang tujuan pendidikan Islam. Di dalam buku “99 Kyai

Karismatik Indonesia,” disebutkan bahwa kitab Adab al-‘Alim wa al-Muta’allim

merupakan kitab tentang konsep pendidikan. Kitab ini selesai disusun pada hari

Ahad tanggal 22 Jumada al-Tsaniyah 1343 H. K.H. Hasyim Asy’ari menulis kitab

ini didasari oleh kesadaran akan perlunya literature yang membahas tentang

pendidikan. Kemudian K.H. Hasyim Asy’ari juga merumuskan tujuan pendidikan

Islam. Menurut beliau, tujuan diberikannya sebuah pendidikan pada setiap

manusia adalah menjadi insane purna yang bertujuan mendekatkan diri kepada

126 Ibid, hlm. 41-42

Page 167: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

144

Allah SWT., dan insan purna yang mendapatkan kebahagiaan dalam kehidupan

dunia dan akhirat.127

Terlihat sangat kental sekali nuansa teologi atau ketauhidan dari pemikiran

K.H. Hasyim Asy’ari. Tidak hanya ditunjukkan dalam aktivitas kesehariannya,

bahkan sampai merembet kepada pemikiran pendidikannya. Di atas juga sudah

dipaparkan mengenai definisi pendidikan Islam yang sangat kentara sekali nilai-

nilai ilahiyahnya. Dan sekarang merumuskan tujuan pendidikan Islam juga

mengedepankan nilai-nilai ketuhanan. Dengan mengedepankan nilia-nilai

tersebut, haparannya semua manusia yang dalam melaksanakan dan ikut dalam

proses pendidikan selalu menjadi insan purna yang bertujuan selalu mendekatkan

diri kepada Allah SWT. sehingga mendapatkan kebahagian dalam kehidupan

dunia dan akhirat.

Di samping itu, dalam Islam, tujuan pendidikan Islam yang dikembangkan

adalah mendidik budi pekerti. Oleh karenanya, pendidikan budi perkerti dan

akhlak merupakan jiwa dari pendidikan Islam. Mencapai suatu akhlak yang

sempurna adalah tujuan yang sesungguhnya dari proses pendidikan. Pemahaman

ini tidak berarti bahwa pendidikan Islam tidak memperhatikan terhadap

pendidikan jasmani, akal, dan ilmu pengetahuan (science). Namun, pendidikan

Islam memperhatikan segi pendidikan akhlak seperti memperhatikan segi-segi

lainnya.128 Untuk itu, sebagaimana yang diungkapkan oleh Dr. Fadhil al-Djamaly,

umat Islam harus mampu menciptakan sistem pendidikan yang didasari atas

keimanan kepada Allah, karena hanya dengan iman yang benarlah yang menjadi 127 Muhammad Rifa’i, op. cit. hlm. 86. 128 Muhammad ‘Athiyah al-Abrasyi, Al-Tarbiyat al-Islamiyah wa Falasafatuhu, (Beirut: Dar al-Fikr, tth), hlm. 22.

Page 168: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

145

dasar pendidikan yang benar dan membimbing umat kepada usaha mendalami

hakikat menuntut ilmu yang benar, dan ilmu yang benar akan membimbing umat

kearah amal saleh.129

Pembahasan yang dikemukakan diatas, yakni tentang pendidikan budi

pekerti dan akhlak merupakan sebuah turunan dari tujuan pendidikan Islam yang

dikemukakan oleh K.H. Hasyim Asy’ari pada paragraf sebelumnya. Dimana

dalam proses pendidikan Manusia diarakan kepada nilai-nilai ketuhanan agar

kemudian segala aktifitas dalam kehidupan mampu melahirkan budi pekerti dan

akhlak yang sesuai dengan apa yang disyariatkan oleh Islam.

3. Dasar Pendidikan Islam

Bertolak dari tujuan pendidikan yang telah dipaparkan di atas serta

perubahan yang akan terjadi dalam kehidupan kultural, sosial-politik, ekonomi,

hukum, dan pendidikan untuk menuju masyarakat madani Indonesia, secara macro

persoalan yang dihadapi pendidikan Islam adalah bagaimana pendidikan Islam

mampu menghadirkan suatu kontruksi wacana keagamaan yang kontekstual

dengan perubahan masyarakat.

Untuk dapat menghadirkan wacana yang dikehendaki di atas, maka

menjadi sebuah kewajiban untuk dapat memahami sumber utama ajaran Islam.

yakni Al-Qur’an dan Al-Hadis. Karena hanya dengan mampu memahami secara

menyeluruh teks sumber utama ajaran Islam itulah manusia akan mendapatkan

khazanah keilmuan yang luas dan tanpa keluar dari jalur yang sudah tertera dalam

ajaran Islam, terlebih-lebih tentang pendidikan Islam. 129 Muzayin Arifin, Pendidikan Islam dalam Arus Dinamika Masyarakat: Suatu Pendekatan Filosofis, Pedagogis, Psikososial, dan Kultural, (Jakarta: Golden Terayon Press, 1988), cet. Ke-1, hlm. 66.

Page 169: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

146

Sampai saat ini para ilmuwan muslim yang menaruh minat kepada ilmu

pendidikan Islam telah mulai mempelajari pendidikan Islam, tidak hanya dilihat

sebagai pengalaman praktis dalam sejarah perkembangannya, melainkan mereka

juga telah mempelajari pendidikan Islam sebagai ilmu yang akademik, dimana

pengkajian dari segi teoritis menjadi dasar pengembangannya. Oleh karena itu,

dalam jangka waktu yang tertentu Ilmu Pendidikan Islam masih berada dalam

kondisi rintisan ilmiah-akademis seperti saat ini, akan tetapi dalam tahapan proses

kesempurnaannya sebagai ilmu yang akademis dengan segenap perangkat

ilmiahnya.

Dalam melengkapi persyaratan ilmiah yang akademis, pendidikan Islam

sebagai ilmu, selalu terbuka pada analisis atau pengkajian dari beberapa disiplin

keilmuan yang relevan dengan tuntutan pendidikan Islam dimana pokoknya

adalah Al-Qur’an dan sunnah Nabi SAW.

Dari sumber pokok pendidikan Islam itu, para ilmuan muslim mengkajinya

dapat menemukan mutiara-mutiara kebenaran dari konsepsi ilahi yang

mengandung nilai pedagogis baik dilihat dari segi teoritis maupun operasional,

kecuali sejalan dengan prinsip-prinsip pandangan ilmiah dari para ahli didik

modern, konsepsi kependidikan Islam juga mengkoreksi terhadap kekurangan-

kekurangan studi mereka dalam ketetapan menganalisis faktor-faktor manusia

didik sebagai objek studi, bahkan dalam beberapa aspek potensial rohaniah

manusia didik seperti iman dan taqwa, para ilmuan mendapatkan petunjuk baru

tentang sasaran-sasaran studi penting lainnya yang tidak mereka ketahui

sebelumnya, karena mereka mementingkan gejala lahiriah.

Page 170: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

147

Sebagai sumber pokok pedoman pendidikan Islam bagi umat manusia, Al-

Qur’an mengandung dan membawakan nilai-nilai yang membudayakan manusia,

hampir dua pertiga ayat-ayat Al-Qur’an mengandung motivasi kependidikan

Islam bagi umat manusia. Pola dasar pendidikan Islam yang mengandung tata

nilai Islam merupakan pondasi sturktural pendidikan Islam. Ia melahirkan asas,

strategi dasar, dan sistem pendidikan yang mendukung, menjiwai, memberi corak

dan bentuk proses pendidikan Islam yang berlangsung dalam berbagai model

kelembagaan pendidikan yang berkembang sejak 14 abad yang lampau sampai

sekarang.130

Bila diamati secara mendalam tentang bagaimana Tuhan mendidik alam

ini, akan tampak bahwa Allah sebagai Yang Maha Pendidik (murabby al-a’dham)

dengan kodrat iradat-Nya telah mepolakan suatu suprasistem apapun. Sebagai

maha pendidik menghadapi segala sesuatu yang menyangkut kehidupan di alam

ini berjalan dalam suatu sistem, suatu proses kehidupan yang terjadi secara alami.

Hal demikian menjadi contoh bagi makhluk-Nya yang berusaha mengembangkan

kehidupan secara manusiawi dan alami sesuai dengan garis yang diletakkan oleh

Allah, yang kemudian selalu menjalankan proses pendidikan untuk mendapatkan

kehidupan yang bahagia dalam dunia maupun akhirat.

Sejalan dengan apa yang sudah dipaparkan panjang di atas, bahwa Al-

Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad (hadis) menjadi dasar utama dalam

penyelenggaraan pendidikan Islam, karena hanya dengan berlandaskan Al-Qur’an

dan Hadis proses berjalannya pendidikan Islam pada suatu lembaga pendidikan

130 Prof. H.M. Arifin, M. Ed, Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan Teori dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), cet. Ke-2, hlm. 21.

Page 171: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

148

akan mampu menghantarkan peserta didik yang sesuai dengan tujuan pendidikan

Islam menurut K.H. Hasyim Asy’ari. Begitu juga dengan dasar pendidikan Islam,

sebagaiman yang dikemukakan oleh K.H. Hasyim Asy’ari, bahwa pemikiran

pendidikan Islam yang berdiri sendiri dan belainan dengan beberapa corak, tetapi

pendidikan Islam tetap berpegang teguh pada semangat Al-Qur’an dan Hadis,

yang terlihat pada karya monumental tentang pendidikan Islam, yakni Adal al-

‘Alim wa al-Muta’allim.131

Begitu kentalnya nuansa religius pada pola pemikiran K.H. Hasyim

Asy’ari tentang pendidikan Islam. mulai dari mendefinisikan pendidikan Islam

sampai pada dasar pendidikan Islam yang tetap menjaga nilai-nilai dari ajaran

Islam. Al-Qur’an dan Hadis menjadi dasar atau landasan yang digunakan dalam

proses penyelenggaraan pendidikan Islam merupakan pilihan yang tepat. Karena

disadari atau tidak, akhir-akhir ini banyak lembaga pendidikan dalam

penyelenggaraannya sedikit sudah melupakan ajaran-ajaran yang tertuang dalam

Al-Qur’an dan Hadis, yang meskipun lembaga pendidikan tersebut terfavorit akan

tetapi tidak mampu mengeluarkan dan menghantarkan peserta didik yang

memiliki keagungan akhlak dan kedalaman spiritual. Hal tersebut dikarenakan

kurangnya mengenyam pendidikan yang berbasiskan Al-Qur’an dan Hadis.

Oleh karena itu, untuk mengembalikan pendidikan Islam pada poros ajaran

Islam adalah dengan memberikan materi-materi pelajaran yang mengambil dan

bersumber dari Al-Qur’an dan Hadis yang selanjutnya teks-teks dari Al-Qur’an

dan Hadis tersebut disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, agar kemudian

131 Muhammad Rifa’i, op.,cit, hlm. 91.

Page 172: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

149

peserta didik dalam memahami teks-teks tersebut tidak terkesan kolot. Dengan

keilmuan yang dimiliki oleh peserta didik, harapannya peserta didik yang sedang

dalam proses pembelajaran mampu menginterpretasikan teks-teks tersebut dalam

rangka memehami situasi dan kondisi yang terjadi saat ini dan yang akan datang.

Dari itu, setiap usaha dan tindakan (kegiatan) yang disengaja untuk

mencapai suatu tujuan harus mempunyai dasar atau landasan untuk tempat

berpijak yang baik dan kuat. Oleh karena itu, pendidikan Islam sesuai dengan apa

yang disampaikan oleh K.H. Hasyim Asy’ari sebagai suatu usaha dan tindakan

membentuk manusia seutuhnya, harus mempunyai dasar atau landasan ke mana

semua kegiatan dan semua perumusan tujuan pendidikan Islam itu dihubungkan.

Landasan dan dasar yang dimaksud di atas adalah Al-Qur’an dan Sunnah Nabi

Muhammad SAW (Hadis) yang dapat dan selalu ditumbuhkembangkan dengan

ijtihad untuk menyesuaikan kondisi dan situasi.

Dalam paragraf di bawah ini akan sedikit dipaparkan terkait dasar atau

landasan yang digunakan sebagai acuan dan rujukan dalam proses

penyelenggaraan pendidikan Islam yang sesuai dengan apa yang sudah

dikemukakan oleh K.H. Hasyim Asy’ari:

a. Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan oleh Jibril

kepada Nabi Muhammad SAW. Di dalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat

dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad. Ajaran

yang terkandung dalam Al-Qur’an itu terdiri dari dua prinsip besar, yaitu yang

Page 173: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

150

berhubungan dengan masalah keimanan yang disebut aqidah, dan yang

berhubungan dengan amal yang disebut syari’ah.132

Ajaran-ajaran yang berkenaan dengan iman tidak begitu banyak

dibicarakan dalam Al-Qur’an, tidak sebanyak ajaran yang berkenaan dengan amal

perbuatan. Hal ini menunjukkan amal itulah yang seharusnya banyak dilakukan,

sebab semua amal perbuatan manusia dalam hubungannya dengan Allah, dengan

dirinya sendiri, dengan manusia sesamanya (masyarakat), dengan alam dan

lingkungannya, dengan makhluk lainnya, termasuk dalam ruang lingkup amal

saleh (syari’ah).

Pendidikan, karena termasuk ke dalam usaha atau tindakan untuk

membentuk manusia, termasuk ke dalam ruang lingkup mu’amalah, pendidikan

sangat penting karena ia ikut menentukan corak dan bentuk amal dan kehidupan

manusia, baik pribadi maupun masyarakat.

Di dalam Al-Qur’an terdapat banyak ajaran yang berisikan tentang prinsip-

prinsip berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan. Sebagai contoh dapat

dibaca kisah Lukman mengajari anaknya dalam surat Luqman ayat 12-19. Cerita

itu menggariskan prinsip materi ilmu pengetahuan. Ayat lain menceritakan tujuan

hidup dan tentang nilai suatu kegiatan amal saleh. Itu berarti bahwa kegiatan

pendidikan Islam harus mendukung tujuan hidup tersebut. Oleh karena itu

pendidikan Islam harus menggunakan Al-Qur’an sebagai sumber utama dalam

merumuskan berbagai teori tentang pendidikan Islam. dengan kata lain,

pendidikan Islam harus berlandaskan ayat-ayat Al-Qur’an yang penafsirannya

132 Dr. Zakiah Daradjat,dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1996), cet. Ke-3, hlm. 19.

Page 174: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

151

dapat dilakukan berdasarkan ijtihad yang disesuaikan dengan perubahan dan

pembaharuan.133

b. As-Sunnah

As-Sunnah ialah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan Rasul Allah

SWT. Yang dimaksud dengan pengakuan itu adalah kejadian atau perbuatan orang

lain yang diketahui oleh Rasulullah dan beliau membiarkan saja kejadian atau

perbuatan itu berjalan. Sunnah merupakan sumber ajaran kedua setelah Al-

Qur’an. Seperti Al-Qur’an, Sunnah juga berisi aqidah dan syari’ah. Sunnah berisi

petunjuk (pedoman) untuk kemashlahatan hidup manusia dalam segala aspeknya,

untuk membina umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang bertaqwa.

Untuk itu Rasul Allah menjadi guru dan pendidik utama. Beliau sendiri mendidik,

pertama dengan menggunakan rumah Al-Arqam ibn Abi Al-Arqam, kedua dengan

memanfaatkan tawanan perang untuk mengajar baca tulis, ketiga dengan

mengirim para sahabat ke daerah-daerah yang baru masuk Islam. semua itu adalah

pendidikan dalam rangka pembentukan manusia muslim dan masyarakat Islam.134

Oleh karena itu Sunnah merupakan landasan kedua bagi cara pembinaan

pribadi manusia muslim. Sunnah selalu membuka kemungkinan penafsiran yang

berkembang. Itulah sebabnya, mengapa ijtihad perlu ditingkatkan dalam

memahaminya termasuk sunnah yang bekaitan dengan pendidikan.

Perlu kiranya ditegaskan kembali bahwa dasar atau landasan yang

digunakan oleh K.H. Hasyim Asy’ari dalam kaitannya pendidikan Islam adalah

Al-Qur’an dan Sunnah (hadis). Akan tetapi untuk dapat memahami isi Al-Qur’an

133 Nashir Ali, Dasar Ilmu Mendidik, (Jakarta: Mutiara, 1979), hlm. 20. 134 Dr. Zakiah Daradjat, dkk, op,.cit, hlm. 20-21.

Page 175: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

152

dan Hadis perlu kiranya adanya ijtihad, terlebih-lebih ijtihad dalam memahami

teks-teks Al-Qur’an dan Sunnah (hadis) yang berkaitan dengan pendidikan Islam.

Ijtihad dalam pendidikan Islam harus tetap bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah

yang diolah oleh akal yang sehat dari para ahli pendidikan Islam. ijtihad tersebut

haruslah dalam hal-hal yang berhubungan langsung dengan kebutuhan hidup pada

kondisi dan situasi tertentu.

Terlepas dari perbincangan di atas. Bahwa, kegiatan pendidikan dan

pengajaran yang merupakan tugas setiap warga negara dan pemerintah, harus

berlandaskan falsafah dan pandangan hidup bangsa ini (pancasila), dan harus

dapat membina warna negara yang berfalsafah dan berpandangan hidup yang

sama. Oleh karena itu, landasan pendiidkannya harus sesuai dengan falsafah dan

pandangan hidup itu (pancasila). Dan sebagai penganut ajaran agama yang taat,

seluruh aspek kehidupannya harus disesuaikan dengan ajaran agamanya (Al-

Qur’an dan Sunnah). Maka, warganegara yang setia pada bangsa dan taat pada

agama, harus dapat menyesuaikan falsafah dan pandangan hidup pribadinya

dengan ajaran agama serta falsafah dan pandangan hidup bangsanya. Namun bila

ternyata ada ketidaksesuaian atau pertentangan, maka para mujtahid dalam bidang

pendidikan harus berusaha mencari jalan keluarnya dengan menggunakan ijtihad

yang sudah digariskan oleh agama, dengan ketentuan bahwa ajaran agama yang

prinsip tidak boleh dilanggar atau ditinggalkan.135

Sejalan dengan itu maka pendidikan agama (Islam) sebagai suatu tugas

dan kewajiban pemerintah dalam mengemban aspirasi rakyat, harus

135 Prof. Dr. Muhammad Athiyah Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), hlm. 23-24.

Page 176: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

153

mencerminkan dan menuju ke arah tercapainya masyarakat pancasila dengan

warna agama. Dalam kegiatan pendidikan, agama dan pancasila harus dapat isi

mengisi dan saling menunjang. Pancasila harus dapat meningkatkan dan

mengembangkan kehidupan beragama, termasuk pendidikan agama. Ini berarti

bahwa pendidikan Islam itu, selain belandaskan Al-Quran dan Sunnah, juga

berlandaskan pancasila yang kemudian dengan didasari ijtihad dalam

menyesuaikan kebutuhan bangsa yang selalu berubah dan berkembang. Dengan

ijtihad itu, dapat ditemukan penyesuaian antara pancasila dengan ajaran agama

(Al-Qur’an dan Sunnah) yang secara bersamaan dijadikan landasan pendidikan,

termasuk pendidikan agama.

Page 177: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

154

BAB V

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Persamaan dan Perbedaan Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H.

Hasyim Asy’ari Tentang Pendidikan Islam

Mengamati pendidikan yang berkembang saat ini, maka akan diperoleh

gambaran, yang dalam beberapa hal kurang menyenangkan. Pendidikan, selain

bersifat parsial, pragmatis, tetapi dalam banyak hal bersifat paradoks. Fenomena

yang tampak parsial, terlihat lebih sebatas mengembangkan intelektual dan

keterampilan. Kehidupan seseorang tidak cukup jika hanya dibekali dengan ilmu

dan keterampilan. Cukup banyak bukti, seseorang yang memiliki kekayaan ilmu

dan keterampilan, jika tidak dilengkapi dengan kekayaan akhlak (pengetahuan

agama Islam) atau moral yang mencukupi, maka justru ilmu dan keterampilan

yang disandang akan melahirkan sikap-sikap individualistik dan materialistik. Jika

dua sifat itu semakin jauh tumbuh dan berkembang pada diri peserta didik, maka

akan menampakkan prilaku yang kurang terpuji.

Pendidikan yang berorientasi pada hal-hal yang praktis dan pragmatis

seperti tergambar diatas, tampak jelas dari orientasi pendidikan yang

dikembangkan saat ini. Isu pendidikan yang dikembangkan lebih banyak

mengarah pada lapangan kerja. Maka muncullah kemudian konsep-konsep

pendidikan yang terkait dengan lulusan yang siap pakai, siap kerja, siap latih, dan

sejenisnya. Selain itu orang akan mengukur hasil pendidikan dengan ukuran-

ukuran yang sederhana, seperti berapa indeks prestasi atau NEM yang sudah

daraih, dan sejenisnya. Pendidikan dikatakan berhasil jika mampu memunculkan

Page 178: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

155

alumni atau sarjana yang cepat diterima di lapangan kerja, dan bergaji tinggi.

Padahal, bukankah ukuran-ukuran seperti itu sesungguhnya adalah jauh dari

konsep pendidika Islam yang lebih luhur, misalnya agar bertaqwa, beriman,

berbudi luhur, berpengetahuan luas, terampil dan seterusnya. Jika ukuran-ukuran

yang dikembangkan seperti orientasi sederhana yang terjelaskan di atas, maka

sesungguhnya pendidikan Islam selama ini masih belum menyentuh aspek yang

lebih substansial atau yang lebih bersifat hakiki.

Pada hakikatnya, semua hal ataupun aktifitas akan dapat berjalan sesuai

dengan tujuan yang diharapkan, jikalau hal ataupun aktifitas itu mempunyai

makna yang baik. Dalam hal ini adalah kemampuan untuk mendefinisikan

kembali hal ataupun aktifitas yang dilakukan tersebut, begitu pula dengan

pendidikan Islam. tujuan pendidikan Islam tidak akan pernah tercapai dan bahkan

mungkin akan menemui kegagalan pada saat proses pembelajaran, jika elemen

yang berkaitan dengan pendidikan belum mampu mendefinisikan pendidikan

Islam itu sendiri.

Hal-hal ataupun perbuatan-perbuatan negatif yang sudah dikemukakan

diparagraf atas merupakan salah satu kegagalan elemen pendidikan dalam

memaknai pendidikan Islam. ibarat kata, jika pendidik tidak mangetahui apa itu

gunting, maka bias jadi gunting tersebut akan dijadikan sebagai alat untuk

membunuh, dan sebagainya.

Oleh karena itu, ketidakberhasilan pendidikan Islam pada akhir-akhir ini

mengundang kembalinya atau mengembalikan makna pendidikan Islam itu

kepada jalur yang sesuai dengan ajaran Islam. Namun sesungguhnya, bila bukan

Page 179: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

156

untuk kepentingan ilmu, tidaklah begitu penting membuat pembahasan atau

mendefinisikan kembali apa pendidikan itu. Semua orang sudah mengetahui

makna pendidikan itu. Pendidikan menurut orang awam adalah mengajari murid

di sekolah, melatih peserta didik hidup sehat, menekuni penelitian, membawa

peserta didik ketempat-tempat ibadah, melatih peserta didik untuk bernyanyi, dan

sebagainya. Akan tetapi, tidak hanya sebatas itu, dalam rangka untuk memenuhi

kepentingan ilmu, dalam hal ini ilmu pendidikan Islam, perumusan definisi yang

teliti tidak dapat dihindari. Karena dengan mampu mendefinisikan pendidikan

Islam itu sendiri, maka akan dengan mudah dalam pelaksanaannya dan dengan

sendirinya tujuan dari pendidikan tersebut akan mudah tercapai.

Maka dengan demikian, paragraf dibawah ini akan sedikit mengupas

kembali definisi pendidikan Islam dalam perspektif pemikiran K.H. Ahmad

Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari yang kemudian akan didapatkan persamaan-

persamaan dan bahkan mungkin perbedaan dari definisi pendidikan Islam

tersebut. Karena diakaui atau tidak, dalam pandangan sejarah, kedua tokoh

tersebut hidup pada tahun yang berbeda, dan tentunya setting sosialpun berbeda.

Karena latar belakang kondisi social juga merupakan salah satu factor

pembentukan pola fakir manusia.

1. Definisi Pendidkan Islam

Perlu dijelaskan terlebih dahulu pada awal pembahasan ini, bahwa

pembahasan masalah pendidikan Islam disini adalah diarahkan pada masalah

pendidikan yang dilaksanakan di sekolah-sekolah di Indonesia dan sesuai dengan

ajaran Islam yang dipeluk bangasa Indonesia serta diakui oleh pemerintah.

Page 180: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

157

Dengan memfokuskan pembahasan pada masalah pendidikan Islam saja, maka

pembahasan tidak terlalu luas serta agar mudah difahami arah pembicaraannya.

Oleh karena itu, dalam pembahasan pendidikan Islam selalu menghubungkan

dengan agama Islam, baik dalam pengertian, dasar pendidikan, tujuan pendidikan

agama dan seterusnya.

Pendidikan mempunyai ruang lingkup yang cukup luas, yang selalu

mengandung fikiran para ahli dan pecinta pembaharuan. Para cendekiawan di

bidang pendidikan masing-masing memberi pandangan tentang masalah yang

berhubungan dengan pendidikan. Sekalipun mereka berlainan pendapat dalam

memberi batasan tentang pendidikan, akan tetapi ada kesepakatan diantara mereka

bahwa pendidikan itu dilaksanakan untuk mengembangkan potensi yang ada pada

dirinya, demi kesempurnaan pribadinya.

Untuk membahas pengertian pendidikan Islam, maka harus dimengerti

terlebih dahulu apa sebenarnya yang disebut dengan pendidikan itu sendiri.

Sehubungan dengan hal ini penulis mencoba mengemukakan teori pendapat yang

berkaitan dengan pengertian pendidikan.

Mendefinisikan sesuatu hal tidak bisa dilepaskan dari kondisi sosial pada

saat itu. Dalam cacatan sejarah, K.H. Ahmad Dahlan hidup pada masa penjajahan

Belanda dan Jepang. Penjajahan itu dilakukan oleh mereka tidak hanya dalam

bentuk fisik, akan tetapi mulai dari penjajahan pemikiran, fisik, dan bahkan

sampai penguasaan sumber alam dan sumber manusia.

Penjajahan pemikiran dilakukan oleh mereka dengan cara tidak

memberikan sedikitpun ruang-ruang kepada meraka untuk mengeksplorasikan

Page 181: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

158

ide-ide ataupun gagasan. Karena pemerintahan Belanda dan Jepang sangat

mengkhawatirkan akan terjadi perlawanan-perlawanan yang dilakukan oleh rakyat

Indonesia. Dengan tidak memberikan ruang-ruang kebebasan berfikir, pemerintah

Belanda dan Jepang dengan mudah mengeksploitasi sumber daya alam dan

sumber daya manusia untuk kepentingan bangsa mereka tanpa ada perlawanan.

Oleh karena itu, definisi yang dikemukakan oleh K.H. Ahamd Dahlan

sangat kental dengan aroma pembebasan berfikir yang statis karena penjajahan

yang dilakukan oleh pemerintah Belanda dan Jepang munuju pemikiran yang

kritis dan dinamis sebagai upaya perlawanan dan menyelamatkan umat Islam dari

kedua penjajah tersebut. Menurut KH. Ahmad Dahlan, pendidikan adalah upaya

strategis untuk menyelamatkan umat islam dari pola berpikir yang statis menuju

pada pemikiran yang dinamis.136

Dari definisi tersebut nampak jelas pola berfikir K.H. Ahmad Dahlan

tentang pendidikan Islam, bahwa harapannya dengan menjadikan pendidikan

sebagai upaya stratgis atau sarana untuk merubah pola fikir masyarakat pada

waktu itu yang terkekang oleh penjajahan Belanda dan Jepang. Karena hanya

dengan mampu berfikir kritis dan dinamislah masyaratkat Indonesia bisa keluar

dari pembodohan yang dilakukan oleh Belanda dan Jepang.

Selanjutnya, pembahasan pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari tentang

pendidikan Islam pun tidak bisa dilepaskan dari setting sosial pada saat itu. Dapat

diketahui, bahwa pada saat penjajahan oleh pemerintah Belanda dan Jepang

kepada rakyat Indonesia, tak terkecuali K.H. Hasyim Asy’ari untuk melakukan

136 Dr. H. Samsul Nizar, MA, Filsafat Pendidikan Islam : Pendidikan historis, teoritis, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002) hlm. 100

Page 182: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

159

tradisi seikeirei, yaitu setiap pagi harus membungkukkan badan pada simbol-

simbol pemerintahan mereka. Beliau menolak tradisi tersebut dipaksakan kepada

beliau. Karena beliau berkeyakinan bahwa seorang muslim punya Tuhan yang

disembah, bukan simbol-simbol kekuasaan mereka yang harus disembah.

Dari situlah dapat sedikit ditelisik tentang beberapa pemikiran K.H.

Hasyim Asy’ari mengenai pendidikan Islam, bahwa Menurut K.H. Hasyim

Asy’ari, yang membedakan anatara manusia dengan binatang, antara lain adalah

ilmu. Ilmu tersebut dapat didapat dengan salah satu perantara pendidikan, karena

pendidikan merupakan proses manusia untuk dapat mengetahui segala sesuatu

yang ingin diketahui, dan yang belum diketahui. Oleh karena itu, dunia

pendidikan atau mencari ilmu itu penting bagi sebuah identitas manusia. Dalam

salah satu karya populernya, Adab al-‘Alim wa al-Muta’allim, K.H. Hasyim

Asy’ari menyebutkan bahwa pendidikan adalah sarana mencapai

kemanusiaannya, sehingga menyadari siapa sesungguhnya penciptanya, untuk apa

diciptakan, melakukan segala perintahnya dan menjahui segala larangannya,

untuk berbuat baik di dunia dan menegakkan keadilan.137

Dengan pendidikan manusia akan memperolah pengetahuan yang luas dan

ilmu yang banyak, maka dengan ilmu yang banyak akan dapat dibedakan antara

manusia dan bintang yang tidak dengan mudah dapat disuruh menyembah sesuatu

selain kepada Tuhannya, seperti tindakan yang diperintahkan oleh pemerintah

penjajah pada saat itu. Dengan pendidikan, harapan besar dari K.H. Hasyi Asy’ari

137 Muhammad Rifai, KH. Hasyim Asy’ari : Biografi Singkat 1871-1947, (Jogjakarta : Garasi House of Book, 2010), hlm. 85.

Page 183: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

160

adalah agar rakyat Indonesia tidak terlalu mudah untuk dibodohi dengan

diperintah melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam.

Dari pemaparan tentang definisi pendidikan Islam yang dikemukakan oleh

K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari di atas, maka akan dengan mudah

dilihat persamaan dan perbedaannya. Persamaan dan perbedaan itu muncul karena

latar belakang biografi sampai dengan kondisi pada waktu itu.

Pada hakikatnya, pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim

Asy’ari memiliki persamaan, hal itu dikarenakan dalam catatan sejarha mereka

sama-sama hidup pada era penjajahan pemerintah Belanda dan Jepang, meskipun

pada tahun yang berbeda. Tetapi, minimal ada kesamaan pemikiran karena dilatar

belakangi kondisi yang hampir sama. Adapun kesamaan pendefinisian pendidikan

Islam antara K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari adalah bahwa:

1. K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari mendefinisikan

pendidikan Islam sebagai upaya untuk mengeluarkan rakyat Indonesia

dari cengkraman penjajah.

2. K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari mendefinisikan

pendidikan Islam sebagai upaya penyadaran bahwa betapa pentingnya

pendidikan sebagai sarana untuk memperluas khazanah keilmuan

rakyat Indonesia dan umat Islam.

3. K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari mendefinisikan

pendidikan Islam upaya menyelamatkan umat Islam dari jurang

kebodohan, yang mampu berfikir dinamis untuk kemudian mengetahui

jatidiri dirinya sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan dan

Page 184: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

161

kemudian tuntutan untuk menghambakan dirinya kepada pencipta-

Nya.

Minimal ketiga point itulah yang menjadi kesamaan dari pemikiran K.H.

Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari tentang definisi pendidikan Islam,

karena pada hakikatnya pendidikan Islam merupakan upaya untuk membebaskan

umat manusia dari segala macam ketertindasan untuk mencapai kemerdekaan

(dalam segala hal), dan untuk memaksimalkan potensi kefitrahannya sebagai

makhluk ciptaan Tuhan.

Oleh karena itu, pendidikan Islam merupakan suatu proses bimbingan dari

pendidik terhadap perkembangan jasmani, rohani, dan akal peserta didik ke arah

terbentuknya pribadi muslim yang baik. Karena ia merupakan sebagai alat yang

dapat difungsikan untuk mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan hidup

manusia (sebagai makhluk pribadi dan sosial) kepada titik optimal

kemampuannya untuk memperoleh kesejateraan hidup di dunia dan kebahagiaan

hidup di akhirat.

Kendati dalam peta pemikiran Islam tentang pendidikan Islam yang

diwakili oleh K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari dalam rangka

menghubungkan Islam dengan pendidikan masih diwarnai banyak perdebatan.

Namun, yang pasti relasi Islam dengan pendidikan bagaikan dua sisi mata uang.

Mereka sejak awal mempunyai hubungan filosofis yang sangat mendasar baik

secara ontologis, epistimologis, maupun aksiologis.

Yang dimaksud dengan pendidikan Islam sesuai dari hasil komparasi

pemikirannya K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari disini adalah :

Page 185: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

162

pertama ia merupakan suatu upaya atau proses yang dilakukan secara sadar dan

terencana membantu peserta didik melalui pembinaan, asuhan, bimbingan, dan

pengembangan potensi mereka secara optimal agar nanti dapat memahami

menghayati dan mengamalkan ajaran islam sebagai keyakinan dan pandangan

hidup demi keselamatan (kemerdekaan dalam segala hal) di dunia dan akhirat.

Kedua merupakan usaha yang sistimatis, dinamis, dan metodologis dalam

membimbing anak didik atau tiap individu dalam memahami menghayati dan

mengamalkan ajaran islam secara utuh demi terbentuk kepribadian yang utama

menurut ukuran islam. Dan ketiga merupakan segala upaya pembinaan dan

pengembangan potensi anak didik untuk diarahkan mengikuti jalan yang islami

demi memperoleh keutamaan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Selanjutnya, karena sifat dari karya tulis ini adalah komparasi, maka

setelah mengetahui persamaan definisi pendidikan Islam yang dikemukakan oleh

K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari, pembahasan selanjutnya adalah

mencari dan mengetahui perbedaannya. Dal hal ini akan dilihat dalam sudut

pandang substansi dari definisi pendidikan Islam tersebut dan tidak ada maksud

untuk mencari sebuah kebenaran dari sebuah perbedaan dikalangan ulama ataupun

para pakar pendidikan Islam yang dibaha dalam tulisan ini.

Pada paragraf ini, akan dikupas pemikiran K.H. Ahmad Dahlan. Hampir

setengah dari kehidupan K.H. Ahmad Dahlah diabdikan untuk memikirkan

pendidikan Islam. Oleh karena itu, tidak menjadi sebuah keheranan jikalau

mendengar bahwa beliau adalah salah satu tokoh yang sangat berpengaruh dalam

pendidikan Islam di Indonesia. Mengenai definisi pendidikan Islam dalam

Page 186: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

163

pandangan K.H. Ahmad Dahlan terdapat kata kunci yang menunjukkan sedikit

perbedaan dengan K.H. Hasyim Asy’ari, yaitu penyelamatan umat Islam dari

kestatisan berfikir.

Kalimat tersebut sangat identik dengan slogan “pembaharuan” yang

dibawah oleh K.H. Ahmad Dalan. Kestatisan berfikir akan mengakibatkan

produktivitas manusia akan berkurang, bahkan mungkin akan tidak mampu lagi

untuk memproduksi baik dalam bentuk ide-ide atau gagasan sampai pada

perbuatan dalam keseharian. Ketika manusia tidak mampu lagi untuk berfikir dan

berbuat, maka yang terjadi adalah manusia (seperti yang di atas) akan menjadi

objek penindasan-penindasan oleh orang-orang yang tidak dapat menggunakan

pengetahuannya pada jalan yang sebenarnya.

Oleh karena itu, dengan semangat pembaharuan yang dibawah oleh K.H.

Ahmad Dahlan dalam bidang pendidikan Islam. Pendidikan dijadikan sebagai alat

yang mampu memberikan kesadaran pada umat Islam, bahwa betapa pentingnya

pendidikan Islam dalam rangka menyelamatkan umat Islam dari keterpurukan.

Dan dengan pendidikan yang proses pembelajarannya berjalan dengan baik, maka

akan terlahir peserta didik yang akan mampu berfikir dinamis dan sistematis

sebagai jawaban dari tantangan globalisasi hari ini.

Kemudian, agak sedikit berbeda dengan definisi yang dikemukakan oleh

K.H. Hasyim Asy’ari. Dari sudut pandang substansi definisi tersebut, agaknya

definisi yang dipaparkan oleh K.H. Hasyim Asy’ari lebih kental dengan nuansa

religius. Bagaimana tidak, definisi pendidikan Islam dengan uraian bahwa

pendidikan Islam sebagai sarana mencapai kemanusiaannya, sehingga menyadari

Page 187: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

164

siapa sesungguhnya penciptanya, untuk apa diciptakan merupakan bukti nilai-nilai

ketauhidan yang sangat kental terdapat pada definisi tersebut.

Pendidikan merupakan sarana yang tepat untuk menyadarkan kembali

umat Islam, bahwa manusia dilahirkan dengan fitrah kemanusiaannya yang

memiliki potensi yang harus dikembangkan sesuai dengan kemauan dan

kemampuannya sehingga mampu melaksanakan segala perintah dan menjahui

segala larangan yang sudah digariskan oleh penciptanya.

Pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang paling sempurna dari

sekian banyak makhluk ciptaan Tuhan. Manusia dengan segala kelebihan dan

kekurangan memiliki tugas dan tanggung jawab untuk kemudian mencari titik

puncak kemanusiaannya agar manusia mengetahui sejatinya maksud dan tujuan

Tuhan menciptakan manusia. Proses pencarian tersebut dapat dilakukan hanya

dengan pelaksanaan pendidikan, baik pendidikan di dalam lembaga pendidikan

ataupun di luar lembaga pendidikan.

Nuansa ketauhidan yang begitu kental dengan sengaja dipaparkan K.H.

Hasyim Asy’ari dalam mendefinisikan pendidikan Islam, karena dengan harapan

pendidikan dengan proses pembelajarannya mampu melahirkan manusia-manusia

(peserta didik) yang memiliki khazanah keilmuan yang luas dengan tanpa

meninggalkan tugas dan kewajibannya sebagi makhluk ciptaan Tuhan, yakni

mampu mendekatkan diri kepada sang pencipta dengan melakukan segala perintah

dan menjahui semua hal yang dilarang olehNya.

Dan peserta didik yang seperti itulah yang hari ini sangat dibutuhkan oleh

masyarakat karena melihat keterpurukan bangsa dalam menghadapi perubahan

Page 188: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

165

zaman yang begitu cepat ini. Arus globalisasi menuntut para elemen yang bergelut

dalam dunia pendidikan untuk kembali merumuskan pendidikan yang baik dan

tepat dengan tetap mengedepankan nilai-nilai keislaman yang sesuai dengan

rumusan K.H. Hasyim Asy’ari.

2. Tujuan Pendidikan Islam

Salah satu aspek penting dan mendasar dalam pendidikan adalah aspek

tujuan. Merumuskan tujuan pendidikan merupakan syarat mutlak dalam

mendefiniskan pendidikan itu sendiri yang paling tidak didasarkan atas konsep

dasar mengenai manusia, alam, dan ilmu serta dengan pertimbangan prinsip

prinsip dasarnya. Hal tersebut disebabkan pendidikan adalah upaya yang paling

utama, bahkan satu satunya untuk membentuk manusia menurut apa yang

dikehendakinya. Karena itu menurut para ahli pendidikan, tujuan pendidikan pada

hakekatnya merupakan rumusan-rumusan dari berbagai harapan ataupun

keinginan manusia.

Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar

dan berkualitas, individu-individu yang beradab akan terbentuk yang akhirnya

memunculkan kehidupan sosial yang bermoral. Sayangnya, sekalipun institusi-

institusi pendidikan saat ini memiliki kualitas dan fasilitas, namun institusi-

institusi tersebut masih belum memproduksi individu-individu yang beradab.

Sebabnya, visi dan misi pendidikan yang mengarah kepada terbentuknya manusia

yang beradab, terabaikan dalam tujuan institusi pendidikan.

Penekanan kepada pentingnya anak didik supaya hidup dengan nilai-nilai

kebaikan, spiritual dan moralitas seperti terabaikan. Bahkan kondisi sebaliknya

Page 189: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

166

yang terjadi. Saat ini, banyak institusi pendidikan telah berubah menjadi industri

bisnis, yang memiliki visi dan misi yang pragmatis. Pendidikan diarahkan untuk

melahirkan individu-individu pragmatis yang bekerja untuk meraih kesuksesan

materi dan profesi sosial yang akan memakmuran diri, perusahaan dan Negara.

Pendidikan dipandang secara ekonomis dan dianggap sebagai sebuah investasi.

Gelar dianggap sebagai tujuan utama, ingin segera dan secepatnya diraih supaya

modal yang selama ini dikeluarkan akan menuai keuntungan. Sistem pendidikan

seperti ini sekalipun akan memproduksi anak didik yang memiliki status

pendidikan yang tinggi, namun status tersebut tidak akan menjadikan mereka

sebagai individu-individu yang beradab. Pendidikan yang bertujuan pragmatis dan

ekonomis sebenarnya merupakan pengaruh dari paradigma pendidikan Barat yang

sekular.

Perbincangan tentang tujuan pendidikan Islam pada hakikatnya merupakan

realisasi dari cita-cita ajaran Islam itu sendiri, yang membawa misi kesejahteraan

umat manusia sebagai hamba Allah SWT., lahir dan batin, dunia dan akhirat.

Tujuan akhir pendidikan Islam telah disusun oleh para ulama dan ahli pendidikan

Islam dari semua golongan dan mazhab dalam Islam. Tak terkecuali oleh K.H.

Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari.

Pertanyaan yang perlu diajukan terhadap masalah tujuan adalah, benarkah

pendidikan itu mempunyai tujuan? Apakah tujuan pendidikan itu hanya hasil

pikiran pendidik? Kajian fenomenologi dengan tegas mengatakan bahwa setiap

gejala pendidikan itu mempunyai tujuan akhir. Memang pendidik memegang

peranan penting dalam merumuskan tujuan pendidikan tersebut. Demikian pula

Page 190: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

167

pendidik memegang peranan pula dalam mengarahkan situasi pendidikan,

sehingga mencapai tujuan yang positif dan konstruktif. Gejala sosial dapat

menjadi gejala mendidik, manakala gejala tersebut mengandung tujuan yang

bermanfaat bagi pendidikan. Tujuan akhir pendidikan itu secara universal ialah

kedewasaan.

Maka, pada penjelasan di bawah ini akan memaparkan tentang persamaan

dan perbedaan tujuan pendidikan yang dikemukakan oleh K.H. Ahmad Dahlan

dan K.H. Hasyim Asy’ari, yang kemudian dapat dijadikan acuan pada perumusan

pendidikan Islam saat ini yang sesuai dengan tuntunan zaman.

Sedikit mengingatkan kembali, bahwa tujuan yang dikemukakan oleh

K.H. Ahmad Dahlan adalah sebagai bentuk eksisitensi umat Islam yang pada

waktu itu mengalami penjajahan dari pemerintahan Belanda dan Jepang. Sebagai

bukti perlawanan terhadap simbol-simbol penjajahan, maka K.H. Ahmad Dahlan

menjadikan pendidikan Islam sebagai benteng pertama untuk melindungi budaya

dan kultur umat Islam pada waktu itu.

Jelas sudah seperti yang dipaparkan oleh Adi Nugroho dalam bukuny,

bahwa cita-cita atau tujuan pendidikan yang dikehendaki oleh K.H. Ahmad

Dahlan adalah lahirnya manusia-manusia yang baru yang mampu tampil sebagai

“ulama-intelek” atau “intelek-ulama”, yaitu seseorang Muslim yang memiliki

keteguhan iman dan ilmu yang luas, kuat jasmani dan ruhani.138

Kata “lahirnya manusia yang baru” dalam rangkaian tujuan yang

dikemukakan oleh K.H. Ahmad Dahlan merupakan sebuah harapan pada

138 Adi Nugroho, KH. Ahmad Dahlan : Biografi Singkat 1869-1923, (Jogjakarta : Garasi House of Book, 2010), hlm. 137.

Page 191: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

168

pendidikan Islam agar supaya mampu mencetak generasi baru yang memiliki

keahlian sesuai dengan potensi yang dimilikinya agar kemudian mampu menjadi

pemimpin dimuka bumi ini. Kemudian kata “mampu tampil sebagai ulama-

intelek atau intelek-ulama” merupakan sebuah tujuan akhir dari proses

dilaksanakannya pendidikan Islam, agar peserta didik yang sedang menjalani

proses pendidikan mempunyai kapasitas keilmuan yang tinggi dan mampu

menjadi sosok yang memiliki pemahaman keagamaan yang luas.

Beranjak kepada tujuan pendidikan Islam yang diharapkan oleh K.H.

Hasyim Asy’ari. Dalam hal ini, Muhammad Rifa’i menjelaskan bahwa tujuan

pendidikan yang disampaikan oleh K.H. Hasyim Asy’ari adalah terwujudnya

insan purna yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT., dan insan purna

yang mendapatkan kebahagiaan dalam kehidupan dunia dan akhirat.139

Istilah “insan purna” digunakan sebagi simbol bahwa pendidikan Islam

mampu melahirkan, menamatkan, mencetak alumni-alumni yang sesuai dengan

kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik itu sendiri. Dalam artian, bahwa

pendidikan sebagai sarana untuk memberikan ruang kepada peserta didik untuk

mengeksplorasikan potensi-potensi yang dimilikinya. Kemudian di tambah

dengan kata “bertujuan mendekatkan diri kepada Allah agar mendapatkan

kebahagiaan dunia akhirat” mengisyaratkan bahwa tujuan akhir dari sebuah

pendidikan adalah kembali pada sang pencipta. Harapannya, pendidikan mampu

menghantarkan peserta didik untuk kembali sadar bahwa dirinya dan segala apa

yang ada disekelilingnya adalah ciptaan Tuhan, termasuk pendidikan Islam. Oleh

139 Muhammad Rifa’i, op. cit. hlm. 86.

Page 192: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

169

karena itu, pendidikan Islam harus berorientasi kepada nilai-nilai ketauhidan agar

manusia mendapatkan kebahagian dunia akhirat.

Sudah dapat dilihat, dari dua tujuan yang disampaikan oleh K.H. Ahmad

Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari di atas, pada hakikatnya memiliki persamaan,

diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan Islam diharapkan mampu mencetak manusia-manusia

(insan) yang memiliki kapasitas keahlian sesuai dengan potensi yang

dimilikinya.

2. Pendidikan Islam diharapkan berorientasi kepada kebutuhan masa

depan dengan tidak meninggalkan nilai-nilai keagamaan atau nilai-

nilai yang sudah diajarkan oleh Islam agar mendapatkan kebahagian

dunia akhirat.

3. Pendidikan Islam sebagai upaya penyadaran kembali bahwa segala

sesuatu akan kembali pada sang pencipta.

Setidaknya tiga persamaan tujuan pendidikan Islam itulah yang bisa

diambil, karena hanya dengan sarana pendidikan Islam yang berorientasi pada

pembentukan peserta didik dengan segala potensi yang dimilinya, dan dengan

memberikan nilai-nilai keagamaan pada proses pembelajaran, maka dengan

sendirinya peserta didik akan terlahir sebagai manusia baru atau insan purna yang

mampu tampil sebagi intelek-ulama yang mendekatkan diri kepada Allah untuk

mendapatkan kebahagiaan dunia akhirat.

Sebagaimana telah dikemukakan di atas, hakikat pendidikan tiada lain

adalah humanisasi yang benuansa teologi. Tujuan pendidikan adalah terwujudnya

Page 193: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

170

manusia ideal atau manusia yang dicita-citakan sesuai nilai-nilai dan norma-

norma agama yang dianutnya. Contoh manusia ideal yang menjadi tujuan

pendidikan tersebut antara lain: manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, cerdas, terampil, dst. Sebab itu, pendidikan

bersifat normatif dan mesti dapat dipertanggungjawabkan. Mengingat hal di atas,

pendidikan tidak boleh dilaksanakan secara sembarang melainkan harus

dilaksanakan secara bijaksana. Maksudnya, pendidikan harus dilaksanakan secara

disadari dengan mengacu kepada suatu landasan yang kokoh, sehingga jelas

tujuannya, tepat isi kurikulumnya serta efisien dan efektif cara-cara

pelaksanaannya. Implikasinya, dalam pendidikan.

Dapat dikatakan bahwa tujuan pendidikan islam merupakam usaha untuk

membentuk akhlakul karimah, membantu peserta didik dalam mengembangkan

kognisi afeksi dan psikomotori guna memahami menghayati dan mengamalkan

ajaran islam sebagai pedoman hidup sekaligus sebagai kontrol terhadap pola fikir

pola laku dan sikap mental, membantu peserta didik mencapai kesejahteraan lahir

batin dangan membentuk mereka menjadi manusia beriman bertaqwa berakhlak

mulia memiliki pengetahuan dan keterampilan berkepribadian integratif mandiri

dan menyadari sepenuh peranan dan tanggung jawab diri di muka bumi ini

sebagai abdulloh dan kholifatulloh.

Selanjutnya adalah pembahasn mengenai perbedaan dari tujuan pendidikan

Islam yang dikemukakan oleh K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari.

Seperti yang sudah dikemukakan diawal, bahwa pemikiran K.H. Ahmad Dahlan

cenderung pada slogan yang selama ini masing menepel pada dirinya, yakni

Page 194: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

171

membawa pembaharuan dalam segala aspek kehidupan, tidak terkecuali

pendidikan Islam.

Sedangkan pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari lebih condong kepada

penyelamatan atau pelestarian budaya-budaya umat Islam, yang cenderung

bersifat tradisionalis dengan harapan budaya-budaya umat Islam masih dapat

dipertahankan sampai akhir kehidupan manusia. Kesan tradisionalis itupun terlihat

dalam pemikirannya tentang pendidikan Islam.

Dalam paragraf ini, akan dikupas mengenai rumusan tujuan pendidikan

Islam menurut K.H. Ahmad Dahlan. Bila dirunut dari sejarah panjang perjuangan

K.H. Ahmad Dahlan dalam membangun dan memajukan umat Islam dari

keterbelakangan, sangat terasa gigihnya memperjuangkan cita-cita besarnya. Dan

menurut K.H. Ahmad Dahlan, perjuangan itu akan berhasil manakala ditopang

oleh dua komponen utama yang melandasinya, yakni pendidikan dan dakwah.

Dari sinilah tampak K.H. Ahmad Dahlan begitu semangat untuk melakukan

terobosan pembaharuan melewati dua elemen tersebut (pendidikan dan dakwah).

Sebab lembaga pendidikan Islam masih dianggap sebagai media yang paling

strategis dalam menyampaikan cita-cita perubahan.140

Pendidikan memang memegang peranan penting dalam pembentukan,

perubahan dan perkembangan bangsa, tidak terkecuali pendidika Islam. Karena

dengan mengedepankan pendidikan Islam, maka bangsa ini akan menjadi bangsa

yang bermartabat dan memiliki moralitas yang baik dalam kacamata bangsa lain.

Akan tetapi, akibat adanya dikotomi ilmu, pemisahan antara pendidikan agama

140 Hery Sucipto, K.H. Ahmad Dahlan Sang Pencerah, Pendidik dan Pendiri Muhammadiyah, (Jakarta: Best Media Utama, 2010), hlm. 112.

Page 195: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

172

(Islam) dan pendidikan sains Barat tidak dapat terelakkan. Di satu pihak lembaga-

lembaga pendidikan Islam saat ini belum bisa menghasilkan ilmuwan yang

mempunyai otoritas karena mementingkan masalah akhirat semata, dan di pihak

lain pendidikan yang diselenggarakan oleh kolonial penjajah sama sekali tidak

memperhatikan masalah-masalah kehidupan keakhiratan, hanya mementingkan

kehidupan keduniawian. Akibatnya terjadi jurang pemisahan (dikotomi) yang

sangat lebar antara lulusan lembaga pendidikan Islam dan lulusan lembaga

pendidikan Barat yang sekuler.

Untuk itulah, melihat kondisi sosial pendidikan umat Islam pada saat itu,

K.H. Ahmad Dahlan merasa tergerak untuk melakukan aktivitas yang menerapkan

sistematika kerja organisasi ala Barat. Melalui pelembagaan amal usahanya, K.H.

Ahmad Dahlan melakukan penangkalan budaya atas penetrasi pengaruh kolonial

Belanda dalam kebudayaan, peradaban, dan keagamaan.

Sistem Pendidikan yang hendak dibangun oleh K.H. Ahmad Dahlan

adalah pendidikan yang berorientasi pada pendidikan modern, yaitu dengan

menggunakan system klasikal. Dimana beliau mencoba menggabungkan sistem

pendidikan Belanda dengan sistem pendidikan Islam secara integral. Dengan

harapan pendidikan Islam yang modern dengan tetap mengedepankan aspek-aspek

keislaman ini dapat melahirkan peserta didik yang mampu tampil sebagai ulama-

intelek dan intelek-ulama yang sesuai dengan kebutuhan pada zamannya.

Maka, kalau dilihat secara kasap mata, akan dapat disimpulakan, bahwa

tujuan pendidikan K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari memiliki

beberapa perbedaan. Dari pengamatan yang sudah dilakukan, rumusan pendidikan

Page 196: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

173

Islam yang sudah dikemukakan oleh K.H. Hasyim Asy’ari lebih pada upaya

mencapai kebahagian di dunia dan di akhirat, menghambakan diri kepada Allah,

memperkuat keislaman, malayani kepentingan masyarakat Islam, dan berakhlak

mulia. Rumusan tujuan dan orientasi pendidikan Islam ini lebih bersifat metafisik,

dan lebih ditekankan pada usaha membimbing kea rah pembentukkan kepribadian

muslim, yaitu manusia yang berilmu, beriman, beramal sholeh, manusia yang

berfikir, bersikap, bertindak sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam yang lebih

bersifat metafisik.141

Dengan kerangka di atas, dapat diartikan bahwa tujuan pendidikan Islam

bukan seharusnya bagaimana membuat manusia sibuk untuk mengurus dan

memuliakan Tuhan saja, dan justru melupakan kepekaannya kepada kemanusiaan,

tetapi sesungguhnya rumusan pendidikan yang disampaikan oleh K.H. Hasyim

Asy’ari adalah upaya memuliakan Tuhan dengan sibuk memuliakan manusia dan

dunianya, serta memuliakan dan memberdayakan manusia dengan segala potensi

yang dimilikinya.

Rumusan tujuan pendidikan Islam ala K.H. Hasyim Asy’ari lebih

diorientasikan kepada kehidupan akhirat, dan memang cenderung bersifat

defensive, yaitu supaya menyelamatkan kaum muslimin dari pencemaran dan

pengrusakan yang ditimbulkan oleh dampak gagasan Barat yang dating melalui

berbagai disiplin ilmu, terutama gagasan-gagasan yang mengancam akan

meledakkan standar-standar moralitas tradisional Islam. Oleh karena itu, K.H.

Hasyim Asy’ari hadir dalam rangka menyelamatkan budaya-budaya Islam

141 Drs. Ismail Thoib, M. Pd, Wacana Baru Pendidikan: Meretas Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Genta Press, 2008), cet. Ke-2, hlm. 181-182.

Page 197: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

174

tradisionalis dengan tetap mengedepankan nilai-nilai yang sudah di ajarkan oleh

Islam.

3. Dasar Pendidikan Islam

Sebagaimana sudah diketahui bahwa pendidikan Islam terdiri dari dua

buah kata, yaitu Pendidikan dan Islam. Terminology “pendidikan” banyak

dikemukakan oleh para ahli sesuai dengan pandangan yang mereka gunakan.

Definisi yang dianggap paling sesuai adalah bahwa pendidikan merupakan usaha

manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi bawaan baik

jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.

Terminology kedua adalah “Islam”. Kata Islam dalam Pendidikan Islam

menunjukkan warna atau corak pendidikan tertentu, yaitu pendidikan yang

bercorak Islam atau Islami, yaitu pendidikan yang berlandaskan Islam. Dengan

demikian ada pendidikan selain Islam yang konsekuensinya bahwa pendidikan itu

berbeda dengan pendidikan Islam.

Dari kerangka di atas yang menyebutkan bahwa terdapat dua lembaga

pendidikan, yakni pendidikan Islam dan ada pendidikan yang diluar Islam, maka

akan dapat diketahui hal yang membedakan pendidikan tersebut, yakni pada aspek

landasan dan dasar dari pendidikan tersebut. Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia sebagaimana yang dikuti oleh Hery Noer Aly, bahwa kata dasar secara

bahasa berarti alas, fundamen, pokok atau pangkal segala sesuatu (pendapat,

ajatran atau aturan).142

142 Drs. Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), hlm. 29.

Page 198: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

175

Apa yang sudah disampaikan di atas mengisyaratkan bahwa dasar atau

landasan dari sebuah tindakan menjadi sangat penting untuk kemudian diketahui

dean bahkan mugking harus dikaji. Karena dengan mengetahui dasar atau

landasan dari sebuah kegiatan tersebut, maka akan dapat difahami substansi yang

dibawa dari kegiatan atau tindakan tersebut, begitupun dengan pendidikan Islam.

Dasar atau landasan dari pendidikan Islam harus dikupas dan dikaji untuk

mengetahui substansi dari pendidikan Islam tersebut, dan dengan dasar atau

landasan yang jelas, maka tujuan dari pendidikan Islam itupun akan menjadi jelas

pula.

Berangkat dari pembahasan yang sudah dipaparkan di atas, bahwa begitu

pentingnya untuk mengetahui dasar atau landasan dari pendidikan Islam. Maka,

sesuai dengan apa yang sudah dikemukakan oleh K.H. Ahmad Dahlan dan K.H.

Hasyim Asy’ari mengenai dasar pendidikan Islam. Yang mana dalam pandangan

kedua tokoh tersebut, bahwa pendidikan Islam haruslah bersumber dari Al-Qur’an

dan Sunnah Rasul SAW. Karena hanya dengan mengembalikan segala sesuatu

kepada Al-Qur’an dan sunnah Rasul SAW., manusia akan menemukan sebuah

kebenaran yang hakiki. Begitu juga dengan mendasarkan pendidikan Islam pada

Al-Qur’an dan sunnah Rasul SAW., maka diharapkan pendidikan Islam mampu

mencetak peserta didik yang memiliki kapasitas keilmuan yang tinggi dengan

tetap berlandaskan atau berdasar pada nilai-nilai yang termaktub dalam Al-Qur’an

dan sunnah Rasul SAW.

Dalam tiap aktivitas manusia sebagai instrumen transformasi ilmu

pengetahuan budaya dan sebagai agen perubahan sosial pendidikan memerlukan

Page 199: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

176

satu landasan fundamental atau basik yang kuat. Adapaun dasar yang di maksud

adalah dasar pendidikan Islam suatu totalitas pendidikan yang wajib bersandar

pada landasan dasar. Pendidikan Islam baik sebagai konsep maupun sebagai

aktivitas yang bergaerak dalam rangka pembinaan kepribadian yang utuh

memerlukan suatu dasar yang kokoh. Kajian tentang pendidikan Islam tak lepas

dari landasan yang terkait dengan sumber ajaran Islam yaitu Al-Qur’an dan Hadis.

Menurut K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari bahwa semua

materi kehidupan sudah terangkum dalam Al-Qur’an dan dijelaskan kembali oleh

sunnah Rasul SAW., seakan-akan Al-Qur’n adalah sebuah “buku sejarah” yang

mampu membuka segala peristiwa yang terjadi dalam alam semesta, baik dari

zaman dulu sampai zaman yang akan dating semua sudah terselip dalam Al-

Qur’an. Tidak ketinggalan ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang

pendidikan, karena sejatinya Al-Qur’an adalah petunjuk bagi orang-orang yang

membutuhkan arahan dalam mengarungi kehidupan.

Memang tidak diragukan bahwa ide mengenai prinsip-prinsip dasar

pendidikan banyak tertuang dalam ayat-ayat al Qur’an dan hadits nabi. Dalam hal

ini akan dikemukakan ayat ayat atau hadits hadits yang dapat mewakili dan

mengandung ide tentang prinsip prinsip dasar tersebut, dengan asumsi dasar,

seperti dikatakan an Nahlawi bahwa pendidikan sejati atau maha pendidikan itu

adalah Allah yang telah menciptakan fitrah manusia dengan segala potensi dan

kelebihan serta menetapkan hukum hukum pertumbuhan, perkembangan, dan

interaksinya, sekaligus jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuannya.

Page 200: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

177

Hal-hal yang sudah tersampaikan di atas merupakan gagasan yang

disampaikan oleh K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari. Kedua tokoh

tersebut bersepakat bahwa dasar atau landasan pendidikan Islam harus bersumber

kepada Al-Qur’an dan sunnah Rasul SAW., karena sesuai yang termaktub dalam

Al-Qur’an surat Al-Luqman yang menjelaskan tentang pendidikan Islam.

��� �� �� ��� 7 ���� ��� ���� �� �8�� '� &�� �� � � ���� - �� �. � ����� ���9 � �� � ���� �/ �" "��� � �2

���� �*�� � ( ��� �� ��* � ��/ �" �. �� �: �;0 )��� �� )&� �( ���� �<� �5 ��� ���� �� � ���� � �� *= ��

> �� +1 �� ,: �;����� � '?�� 2*3 �.�� �� ( -@�� ?��#2� �� .$ ��+1 �� /$% 1�� )0� ����% ,4 ����

��� �! ���� � ��� �� ���� �� 5 ���A 6 >���� 0 �1� =�� �" �, �� 2�= �� >�� *�� 7 "�� " �8 �. /��� �9 � � ���9 -��

"�# �� � ���� ������ 3"�# �� ��B�7 �� �� �� )C� ���� ����� �1� �� �"�, �� � �� �� � *3 " �: ���

���% �� �� �� �� �� 4D��9 �E�" ��� �1 ; *� ( ��� �1�� �� 4 �� " �8 � ��� $�� �� � 5"�"� �� ( < � ������

�F� ���+ ��� �!� �� � 3" �# �� � ,$ *= 3" �#�� �D�� " ������ D�9"G �6>��0? �" � �� �� �$�5��� �� *��� �� )��

Page 201: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

178

Dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu:

"Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah),

Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang

tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji" (12),

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi

pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,

Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang

besar" (13), Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua

orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang

bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku

dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu (14), Dan

jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang

tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya,

dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang

kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka

Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (Q.S. Al-Luqma: 12-

15).143

Begitu jelasnya nilai-nilai pengajaran ataupun pembelajaran (pendidikan

Islam) yang tersampaikan dalam ayat tersebut. Maka, tidak menjadi kesalahan

jikalau menjadikan Al-Qur’an sebagai dasar atau landasan pendidikan Islam.

Tidak berhenti pada dasar ajaran Islam yang pertama. K.H. Ahmad Dahlan

dan K.H. Hasyim Asy’ri pun menuturkan, bahwa untuk menjelaskan teks-teks Al-

143 Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Depag RI, 1998, hlm.654.

Page 202: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

179

Qur’an yang berkaitan dengan pendidikan Islam harus menggunakan Hadis

(Sunnah Rasul SAW). Dalam hadis pun banyak terkandung nilai-nilai pendidikan

Islam, banyak tindakan mendidik yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW

dalam pergaulannya bersama para sahabatnya. Rasul menganjurkan agar

pembicaraan yang diarahkan kepada orang lain hendaknya disesuaikan dengan

tingkat kemampuan berfikir mereka. Beliau selalu memperhatikan setiap orang

sesuai dengan sifatnya : wanita atau lelaki, orang tua atau anak-anak. Kepada

orang yang menyenangi harta, beliau akan memberinya harta agar hatinya menjadi

lunak. Kepada orang yang menyenangi kedudukan, beliau akan menempatkan

kedudukan orang itu dekat dengannya, karena dimata kaumnya beliau adalah

orang yang berkedudukan. Dalam pada itu, beliau tidak pernah lengah untuk

menyeru agar beribadah kepada Allah dan melaksanakan syari’at-Nya.

Seiring dengan fungsi hadis atau sunnah Rasulullah SAW yang sudah

tersampaikan di atas, maka Implementasi dan implikasi dalam lapangan

pendidikan Islam, hadis atau sunnah Rasulullah SAW mempunyai dua faidah di

dalamnya, yaitu:

1. Menjelaskan sistem pendidikan Islam sebagaimana yang terdapat di

dalam Al-Qur’an dan menerangkan hal-hal rinci yang tidak terdapat di

dalamnya.

2. Menggariskan metode-metode pendidikan yang dapat dipraktekkan.144

Selanjutnya, terlepas dari persamaan persepsi yang dikemukakan oleh

K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari tentang dasar atau landasan

144 Drs. Hery Noer Aly, op.,cit. hlm. 43.

Page 203: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

180

pendidikan Islam. Jika diteliti lebih mendalam, maka akan ditemukan perbedaan

persepsi dalam pengungkapan tentang dasar atau landasan pendidikan Islam harus

bersumber pada Al-Qur’an dan hadis. Karena pada hakikatnya, perbedaan itu

dilatar belakangi oleh pemahaman dan penafsiran yang berbeda tentang Al-Qur’an

dan hadis itu sendiri.

Maka, bila dilihat dari visi yang dibawah oleh K.H. Ahmad Dahlan, yakni

pembaharuan Islam. Dalam artiyan pemurnian nilai-nilai dan ajaran Islam.

Berangkat dari praktek keagamaan masyarakat pada saat itu yang dianggap

menyimpang dari nilai-nilai Islam seperti praktek takhayul, bid’ah dan khurafat,

maka K.H. Ahmad Dahlan berusaha mendobrak dan memerangi kemapanan

tradisi yang sudah berurat akar dalam masyarakat tersebut dengan meniscayakan

adanya tajdid (pembaruan) sebagai soko guru gerakannya.

Pembaharuan dalam perspektif K.H. Ahmad Dahlan mempunyai makna

kembali pada ajaran pokok yang asli dan esensialitas Islam. Pada ranah ini ia

menegaskan bahwa Muhammadiyah tidak bersikap anti secara mutlak terhadap

budaya dan tradisi, tetapi juga tidak dapat menerima budaya dan tradisi yang

merusak kejernihan agama, terutama menyangkut hubungan manusia dengan

Tuhan.

Corak pemikiran Islam dari K.H. Ahmad Dahlan pada umumnya berkisar

pada penekanan praktik Islam salaf sebagai kritik atas Islam tradisional (taqlid)

yang bercorak sinkretis karena pengaruh adat istiadat lokal. Dengan kata lain,

singularitas Islam direkonstruksi lagi menjadi Islam sebagaimana mestinya. Oleh

Page 204: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

181

karena itu, pembaruan dalam K.H. Ahmad Dahlan berarti memperbarui

pemahaman (Islam) dengan kembali kepada keaslian Islam.145

Begitu juga dalam hal pendidikan Islam, konsepsi dasar yang

dikemukakan oleh K.H. Ahmad Dahlan tentang dasar pendidikan Islam harus

kembali pada Al-Qur’an yang substansial tanpa ada penafsiran-penafsirang yang

sama sekali tidak sesuai dengan inti ajaran yang diinginkan oleh Islam. Hal itu

dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlam dalam rangka memberikan kesadaran bahwa

sumber pokok ajaran Islam hanyalah Al-Qur’an dan Hadis yang sesunggugnya.

Salah satu contoh yang dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan tentang

pemurnian Al-Qur’an yang tampak dalam bidang pendidikan adalah yang

terinspirasi dari ayat Al-Qur’an surat Al-‘Alaq ayat 1 yang memberi penekanan

arti pentingnya membaca, diterjemahkan dengan mendirikan lembaga-lembaga

pendidikan. Dengan pendidikan, akan ada upaya pemberantasan buta huruf.

� ���5 �� �$ �+ ���� �� �&��� � � � �� �6���, )�

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,(Q.S. Al-

‘Alaq: 1).146

Namun, hal yang demikian itu agaknya sedikit berbeda dengan yang

disampaikan oleh K.H. Hasyim Asy’ari. beliau terkenal sebagai ulama yang

mampu melakukan penyaringan secara ketat terhadap sekian banyak tradisi

keagamaan yang dianggapnya tidak memiliki dasar-dasar dalam Al-Qur’an dan

145 http://prodibpi.wordpress.com/2010/08/05/pemikiran-k-h-ahmad-dahlan-dalam-bidang-pendidikan-dan-dakwa/ 146 Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Depag RI, 1998, hlm.1079.

Page 205: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

182

hadis dan beliau sangat teliti dalam mengamati perkembangan tradisi ketarekatan

di pulau Jawa, yang nilai-nilainya telah menyimpang dari kebenaran ajaran Islam.

Akan tetapi, menurut K.H. Hasyim Asy’ari, ia tetap mempertahankan ajaran-

ajaran mazhab untuk menafsirkan al-Qur’an dan hadis dan pentingnya praktek

tarikat.

Bagi kalangan nahdliyin akan terasa kental sekali dengan slogan Al-

Muhafadzatu ‘Ala Qodimi As-Sholih, Wa Ahdzu bi Jadiidi Al-Aslah, dimana K.H.

Hasyim Asy’ari menyerukan untuk menjaga tradisi atau nilai-nilai lama yang

masih baik, yang masih memiliki dasar dan landasan yang jelas untuk

dipertahankan dan kemudian mengambil tradisi atau nilai-nilai baru yang

dianggap lebih baik. Oleh karena itu, banyak kalangan intelektual muslim yang

menyatakan bahwa gerakan yang dibawa oleh K.H. Hasim Asy’ari adalah gerakan

Islam tradisionalis.

Maka dari pada itu, menurut K.H. Hasyim Asy’ari konsepsi dasar atau

pendidikan Islam agaknya berbeda dengan konsepsi yang dikemukakan oleh K.H.

Ahmad Dahlan, dimana untuk memahami Al-Qur’an dan Hadis tidak serta merta

saklek dengan apa yang tertuang didalamnya, akan tetapi masih perlu untuk

kemudian dijelaskan oleh beberapa hal yang dalam kalangan NU biasa disebut

dengan Ijma ataupun Qiyas. Karena pada dasarnya Al-Qur’an masih memerlukan

penafsiran-penafsiran kembali untuk merelevankan dengan situasi dan kondisi

yang terjadi pada kehidupan manusia, tidak luput juga dalam dunia pendidikan.

Dalam ayat-ayat Al-Qur’an yang mengisyaratkan betapa pentingnya

pendidikan pun masih perlu dijelaskan kembali tentang hal-hal teknis yang

Page 206: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

183

menyangkut hal itu. Oleh karena itu, dengan bantuan tradisi dan budaya-budaya

lama yang masih relevan untuk kemudian diterapkan dalam teknis pelaksannan

pendidikan Islam pun menjadi sangat penting.

Bahasa yang paling mudah untuk menyimpulkan pemikiran K.H. Hasyim

Asy’ari adalah pemikiran yang tradisional akan tetapi tidak kolot. Artinya bahwa

meskipun dalam ritual keseharian terkesan tradisional dengan tradisi dan budaya

lama, akan tetapi dalam pemahan Al-Qur’an tidak terkesan kaku dan kolot yang

harus saklek dengan teks Al-Qur’an tersebut.

Oleh karena itu, dengan berlandaskan Al-Qur’an dan Hadis yang

disesuaikan dengan perkembangan zaman dan tetap mempertahankan pada tradisi

dan nilai-nilai lama dalam pelaksanaan pendidikan Islam, diharapkan mampu

melahirkan insan purna yang mempunyai kapasitas keilmuan yang tinggi yang

berlandaskan pada nilai-nilai ajaran Islam serta mempu menjadi garda depan

untuk menyelamatkan, mempertahankan, serta mengembangkan budaya dan

tradisi-tradisi yang dianggap masih relevan untuk kemudian dilaksanakan dalam

proses pelaksanaan pendidikan Islam.

Maka jelaslah sudah, bahwa menggembalikan dan menyandarkan segala

aktivitas kepada Al-Qur’an dan hadis menjadi sebuah kewajiban bagi pelaksanaan

pendidikan Islam. Pendidikan sebagai usaha pembentukan moral manusia yang

sebagai representasi dari bangsa, sedangkan Islam sebagai ajaran yang dianut oleh

manusia dan sekaligus sebagai warna dari pendidikan itu sendiri. Maka, pilihan

yang tepat adalah seperti yang sudah dibahas panjang dalam tulisan ini, yakni

menjadikan Al-Qur’an dan Hadis sebagai dasar dan landasan pendidikan Islam.

Page 207: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

184

B. Kontribusi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

Terhadap Pendidikan Islam

Jauh sebelum pembahasan tentang UU No. 20 Tahun 2003 tentang

Sisdiknas, dinyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama (Islam) di Indonesia

gagal membentuk manusia-manusia atau peserta didik yang mempunyai budi

pekerti sebagaimana diajarkan oleh agamanya masing-masing. Kendatipun sulit

dibantah bahwa keterkaitan antara pendidikan di satu sisi dan keberadaan agama

serta peluang mengajarkan doktrin-doktrin agama di sisi lain di sekolah-sekolah

agama atau umum, namun realitas yang terjadi menyatakan kegagalan-kegagalan

pendidikan agama (Islam).

Semua orang Islam (muslim) berkeinginan memiliki anak (peserta didik)

yang shalih, berakhlak mulia, yang dapat mendoakan kedua orang tuanya, birrul

walidain. Islam memberi petunjuk bahwa anak adalah amanah yang dibebankan

kepada masing-masing orang tua agar dididik sebaik-baiknya.

Menunaikan amanah yang telah disebutkan di atas tidaklah mudah,

kesulitan itu dirasakan hampir semua orang tua. Tidak sulit menemukan keluhan

dari orang tua mengenai tindak tanduk dari anaknya (peserta didik), seperti

misalnya anaknya sering membolos, berani kepada orang tua, serba menuntut

yang berlebihan, shalat lima waktu tidak tertib, belum dapat membaca Al-Qur’an

secara lancar, dan bahkan mungkin lebih dari itu, tidak sedik anak-anak ditengarai

melalukan prilaku yang menyimpang dari ajaran yang diajarakan oleh agamanya,

seperti minum obat terlarang, dan sebagainya.

Page 208: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

185

Ada sinyalemen bahwa prilaku yang sudah diperbuat oleh peserta didik

seperti yang sudah dipaparkan diatas dipengaruhi oleh faktor pendidikan Islam

yang dinilai gagal menjalankan tugas sebagaimana mestinya. Dan itu dianggap

yang paling cukup banyak mempengaruhi peserta didik. Diantaranya, informasi

yang semakin terbuka luas, yang disalurkan melewati media massa, masyarakat

yang semik terpengaruh oleh budaya materialisme, nilai-nilai religius ataupun

budaya luhur yang semakin terabaikan dan bahkan mungkin ditinggalkan oleh

pelaksana pendidikan, ditambah pendidikan Islam yang sangat sulit ditingkatkan

kualitasnya.

Oleh karena itu, orang tua, para tokoh masyarakat, dan juga para pemuka

agama merasa terpanggil untuk mencari jalan keluar dari persoalan semua itu.

Dan rupanya pendidikan dianggap sebagai variabel yang harus memperoleh

perhatian lebih. Karena disadari ataupun tidak, pendidikan merupakan variabel

yang sangat penting dan berpengaruh dalam rangkan membentuk kepribadian

peserta didik.

Dari permasalahan-permasalahan di ataslah yang kemudian menuntut K.H.

Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari untu berperan serta dalam rangka

menuntaskan permasalah-permasalahn tersebut. Dan dalam perjalanan sejarah,

sedikit banyak kedua tokoh tersebut sedah memberikan solusi-solusi dari

permasalahan pendidikan Islam di Indonesia. Separuh hidup kedua tokoh tersebut

diabdikan untuk memikirkan dan mengurusi pendidikan Islam, karena bagi

mereka pendidikan Islam merupakan pondasi yang fundamen untuk terus

dipertahankan dan dikembangkan. Dengan pendidikanlah, masyarakat Indonesia

Page 209: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

186

dan umat Islam akan memiliki kridibilitas yang tinggi untuk mempertahankan

bangsa dan Negara ini.

Sosok K.H. Ahmad Dahlan yang dikenal sebagai tokoh dengan gerakan

pembaharu dan reformis Islam, dengan gagah dan sungguh-sungguh meletakkan

pendidikan sebagai sarana dan upaya yang strategis untuk menyelamatkan umat

Islam dari pemikiran yang statis, karena pada waktu itu masyarakat Indonesia

mengalami penjajahan dari kolonial Belanda dan Jepang, menuju pemikiran yang

dinamis untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Semangat perjuangan yang

digagas dan dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan diimplementasikan dengan

mendirikan lembaga-lembaga pendidikan yang kemudian lembaga itu digunakan

sebagai sentral kaderisasi bagi umat Islam Indonesia.

Begitu juga dengan sosok K.H. Hasyim Asy’ari, meskipun tidak dilahirkan

pada tahun yang sama, akan tetapi mereka berdua hidup pada masa yang hamper

bersamaan, yakni masa penjajahan Belanda dan Jepang. K.H. Hasyim Asy’ari pun

sependapat dengan K.H. Ahmad Dahlan, bahwa pendidikanlah yang mampu

menghantarkan umat manusia menjadi manusia yang sempurna. Karena menurut

K.H. Hasyim Asy’ari, pendidikan merupakan upaya untuk memanusiakan

manusia, agar manusia dapat mencapai tingkat kemanusiannya, sehingga

menyadari keberadaan diriny, Tuhan penciptanya, serta alam yang ada di

sekelilingnya.

K.H. Hasyim Asy’ari pun mengabdikan dirinya untuk melestarikan

pendidikan Islam lewat lembaga-lembaga pendidikan yang pada waktu itu disebut

dengan pesantren. Lewat pesantren itulah, K.H. Hasyim Asy’ari melakukan

Page 210: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

187

dakwa dan pengajaran kepada masyarakat serta menyiarkan betapa pentingnya

pendidikan Islam.

Maka dari pada itu, dalam paragraf selanjutnya akan dibeberkan beberapa

kontribusi atau jasa-jasa K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari dalam

bidang pendidikan Islam. Kontribusi dari kedua tokoh tersebut sangat mewarnai

dunia pendidikan Islam pada waktu itu, meskipun dalam kondisi penjajahan

Belanda dan Jepang, akan tetapi lembaga-lembaga yang didirikan oleh kedua

tokoh tersebut masih mampu bertahan.

1. K.H. Ahmad Dahlan

K.H. Ahmad Dahlan adalah salah satu pembaharu pemikiraan pendidikan

Islam yang mampu menangkap pesan Al-Qur’an dan mengkontekstualisasikannya

dengan perkembangan zaman sebagaimana yang dikatakan oleh Nurcholis

Madjid, bahwa buya melakukan pembaharuan yang bersifat break throught,

bahwa pembaharuannya tidak mengalami prakondisi sebelumnya dan bersifat

lompatan. Orientasinya pada amal dan pembaharuannya yang bersifat alamiah

inilah yang menempatkan Muhammadiyah sebagai organisasi Islam yang beredar

bukan hanya di Indonesia tapi juga di dunia Islam. Oleh karena itu usaha dan jasa-

jasa besar K.H. Ahmad Dahlan sampai hari ini masih dapat ditemukan, dirasakan,

dan bahkan masih dapat dinikmati, yakni dengan berdirinya lembaga-lembaga

pendidikan Islam yang tersebar diseluruh Indonesia.

Menurut K.H. Ahmad Dahlan upaya strategis untuk menyelamatkan umat

Islam dari pola berpikir yang statis menuju pada pemikiran yang dinamis adalah

melalui pendidikan. Oleh karena itu pendidikan hendaknya di tempatkan pada

Page 211: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

188

skala prioritas utama dalam proses pembangunan umat. Mereka hendaknya

dididik agar cerdas, kritis, dan memiliki daya analisis yang tajam dalam memeta

dinamikan kehidupannya pada masa depan. Adapun kunci untuk meningkatkan

kemajuan umat islam adalah kembali kepada Al-Qur’an dan hadits. Mengarahkan

umat pada pemahaman ajaran Islam secara komprehensif, menguasai berbagai

disiplin ilmu pengetahuan. Upaya ini secara strategis dapat dilakukan melalui

pendidikan.

Selanjutnya adalah jasa-jasa besar KH. Ahmad Dahlan dapat diuraikan

sebagai berikut:147

1. Mengubah dan membetulkan arah kiblat yang tidak tepat menurut

semestinya. Umumnya Masjid-masjid dan langgar-langgar di

Yogyakarta menghadap ke timur dan orang-orang shalat menghadap

ke arah barat lurus. Pada hal kiblat yang sebenarnya menuju Ka’bah

dari tanah Jawa miring ke utara kurang lebih 24 derajat dari sebelah

barat. Berdasarkan ilmu pengetahuan tentang ilmu falaq itu, orang

tidak boleh menghadap kiblat menuju barat lurus, melainkan harus

miring ke utara 24 derajat. Oleh sebab itu K.H. Ahmad Dahlan

mengubah bangunan pesantrennya sendiri, supaya menuju kearah

kiblat yang betul. Perubahan yang diadakan oleh K.H. Ahmad Dahlan

itu mendapat tantangan keras dari pembesar-pembesar masjid dan

kekuasaan kerajaan (Abuddin Nata, 2004: 106-107).

147 Abuddin Nata. Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia. (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 106-108.

Page 212: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

189

2. Mengajarkan dan menyiarkan agama Islam dengan popular, bukan

saja di pesantren, melainkan ia pergi ke tempat-tempat lain dan

mendatangi berbagai golongan. Bahkan dapat dikatakan bahwa K.H.

Ahmad Dahlan adalah bapak muballigh Islam di Jawa Tengah,

sebagaimana Syekh M. Jamil Jambek sebagai bapak muballigh di

Sumatera Tengah.

3. Memberantas bid’ah-bid’ah dan khurafat serta adat istiadat yang

bertentangan dengan ajaran agama Islam.

4. Mendirikan perkumpulan/persyarikatan Muhammadiyah pada tahun

1912 M yang tersebar di seluruh Indonesia sampai sekarang. Pada

permulaan berdirinya, Muhammadiyah mendapat halangan dan

rintangan yang sangat hebatnya, bahkan K.H.Ahmad Dahlan

dikatakan telah keluar dari mazhab, meninggalkan ahli sunnah wal

jama’ah. Bermacam-macam tuduhan dan fitnahan yang dilemparkan

kepadanya, tetapi semuanya itu diterimanya dengan sabar dan

tawakal, sehingga Muhammadiyah menjadi satu perkumpulan yang

terbesar di Indonesia serta berjasa kepada rakyat dengan mendirikan

sekolah-sekolah, sejak dari taman kanak-kanak hingga perguruan

tinggi.

Keempat faktor di atas merupakan kontribusi yang monumental dalam hal

keagamaan, karena dengan kehadiran dan sumbangsi K.H. Ahmad Dahlan pada

saat itu, ritus-ritus keagamaan dapat diluruskan oleh beliau dengan tetap

berlandaskan kepada Al-Qur’an dan hadis.

Page 213: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

190

Jasa termashur selanjutnya yang diberikan beliau kepada Islam Idonesia

adalah pendirian organisasi sosial keagamaan, yakni Persyarikatan

Muhammadiyah. K.H. Ahmad Dahlan salah satu tokoh pendidikan Islam yang

terkenal. Beliau hidup pada zaman Belanda. Beliau hidup di tengah-tengah

keluarga yang alim ilmu agama. K.H. Ahmad Dahlan adalah tokoh penting yang

tidak mengenyam pendidikan formal, meski seperti itu beliau gigih dalam belajar

dan memperjungkan pendidikan Islam sehingga Ia mampu mendirikan suatu

gerakan yang diberi nama Muhammadiyah.148

Adapun Faktor-faktor yang mendorong berdirinya Muhammadiyah dilator

belakangi oleh ada dua faktor, yakni:149

1. Faktor Subjektif

Faktor yang pertama ini bersifat subjek yang dapat diartikan bahwa

pelakunya sendiri, dan ini merupakan faktor sentral. Artinya kalau mau

mendirikan Muhammadiyah maka harus dimulai dari orangnya sendiri. Lahirnya

Muhammadiyah tidak dapat dipisahkan dengan K.H. Ahmad Dahlan, tokoh

kontroversial pada zamannya. Dengan pemahaman agama Islam yang mendalam,

maka semua ilmu agama yang selama ini diperoleh baik di Indonesia maupun di

Mekkah, maka beliau menyebarkan ilmunya itu melalui persyarikatan

Muhammadiyah yang didirikannyan itu. Paham dan keyakinan agama K.H.

Ahmad Dahlan yang dilengkapi dengan penghayatan dan pengamalan agamanya,

148 ,Muhammad Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1990), hlm. 123-124.�149 Tim Pembina Al-Islam dan Kemuhammadiyahan, Muhammadiyah Sejarah,Pemikiran dan Amal Usaha, (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang dan PT.Tiara Wacana Yogya, 1990), hlm. 4-9.�

Page 214: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

191

inilah yang membentuk K.H. Ahmad Dahlan sebagai subjek yang mendirikan

amal jariah Muhammadiyah.

2. Faktor Objektif

Faktor objektif yang dimaksud adalah keadaan dan kenyataan yang

berkembang saat itu. Apa yang ada dalam pikiran K.H. Ahmad Dahlan merupakan

kesadarannya, dinyatakan, disulut dengan api yang ada di dalam masyarakat.

Faktor objektif ini dibagi dalam dua bagian yakni internal umat Islam, dan

eksternal umat Islam.

Faktor internal di kalangan umat Islam adalah kenyataan bahwa ajaran

agama Islam yang masuk ke Indonesia, kemudian menjadi agama umat Islam,

ternyata sebagai akibat perkembangan agama Islam pada umumnya, sudah tidak

utuh dan tidak murni lagi. Tidak murni artinya tidak diambil dari sumber yang

sebenarnya. Hanya bagian-bagian tertentu yang difahami, dipelajari, kemudian

diamalkan. Kalau ajaran sudah tidak murni, tidak diambil dari sumbernya yang

asli, sudah dicampur dengan ajaran-ajaran yang lain, maka ketika Islam dipahami

dan dilaksanakan seperti itu, maka sudah tidak tidak bisa memberikan manfaat

yang dijanjikan oleh Islam terhadap pemeluknya. Faktor objektif yang seperti

itulah, K.H. Ahamad Dahlan segera mendirikan Persyarikatan Muhammadiyah

untuk dijadikan sarana memperbaiki agama dan umat Islam Indonesia.

a. Faktor Objektif Eksternal

Pemerintah Hindia Belanda merupakan keadaan objektif ekstern

umat Islam pertama yang melatar belakangi berdirinya

persyarikatan Muhammadiyah. Pemerintah Hindia Belanda

Page 215: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

192

memegang kekuasaan yang menentukan segala-galanya. Agama

pemerintah Belanda menurut resminya adalah Protestan, dengan

demikian sudah tidak menghendaki agama Islam. Demi

kelangsungan kekuasaannya di Indonesia, pemerintah penjajah

Hindia Belanda berpendirian bahwa ajaran agama Islam yang utuh

dan murni tidak boleh hidup dan tidak boleh berkembang di tanah

jajahan. Maka ajaran agama Islam yang tidak utuh dan tidak murni

itulah yang dikehendaki pemerintah Hindia Belanda.

Belanda mempunyai keyakinan, kalau umat Islam di tanah jajahan

bisa memahami Islam yang sebenarnya, meyakini agama Islam

berdasarkan pahamnya yang benar, kemudian bisa melaksanakan

ajaran Islam yang benar, maka pemerintah penjajah Belanda tidak

akan bisa bertahan. Usaha mereka adalah menjauhkan umat Islam

dari Al-Qur’an, menjauhkan dari As-Sunnah,, menjauhkan dari

kesanggupan memahami Islam yang sebenarnya dan mampu

menggunakan akal pikiran serta akal budinya untuk memahami

Islam.

b. Faktor Objektif di luar Umat Islam lainnya

Dari angkatan muda (antek-antek Belanda) yang sudah mendapat

pendidikan Barat, lalu mengadakan gerakan-gerakan untuk

memusuhi apa yang menjadi maksud gerakan Muhammadiyah.

Page 216: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

193

c. Faktor lainnya

Gerakan-gerakan kristenisasi pada waktu itu sangatlah marak, salah satu

contohnya adalah Kaum nasrani pada waktu itu mendapatkan bantuan dari

pemerintah Belanda untuk mengadakan kegiatan-kegiatan atau melakukan

tindakan-tindakan yang pada tujuan akhirnya sangat tidak sefaham dan bahkan

menentang gerakangerakan yang dilakukan oleh Muhammadiyah.

Setelah mengetahui latar belakang didirikannya, maka selanjutnya akan

disampaikan maksud dan tujuan mendirikan Persyarikatan Muhammadiyah.

Adapun maksud dan tujuannya yang dibawa oleh K.H. Ahmad Dahlan dalam

pendirian Persyarikan Muhammadiyah adalah untuk menegakkan dan menjunjung

tinggi agama Islam, sehingga dapat mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-

benarnya. Usaha untuk mencapai maksud dan tujuan ini adalah dengan:

1. Mengadakan dakwah Islam.

2. Memajukan pendidikan dan pengajaran.

3. Menghidupsuburkan masyarakat tolong menolong.

4. Mendirikan dan memelihara tempat ibadah dan wakaf.

5. Mendidik dan mengasuh anak-anak dan pemuda-pemuda, supaya

kelak menjadi orang Islam yang berarti.

6. Berusaha dengan segala kebijkasanaan, supaya kehendak dan

peraturan Islam berlaku dalam masyarakat.

7. Berusaha kearah perbaikan penghidupan dan kehidupan yang sesuai

dengan ajaran Islam.���

150 H. Suja, Muhammadiyah dan Pendirinya, (Yogyakarta: Majelis Pustaka, 1989), hlm. 46-48.�

Page 217: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

194

Amal usaha di ataslah yang menjadi ciri khas bagi Persyarikatan

Muhammadiyah. Dimana jika disimpulkan, dakwa dan pendidikan yang menjadi

sentral amal dan usaha yang dilaksanakan sampai detik ini. Karena amak dan

usaha tersebut memang sesuai dengan apa yang dibawa oleh K.H. Ahmad Dahlan.

Menurut beliau pendidikan yang akan dikembangkan adalah pendidikan modern

yang tidak melupakan nilai-nilai ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an dan

Sunnah Rasul SAW. Oleh karena itu, pendidikan dalam Persyarikatan

Muhammadiyah sangat mementingkan pendidikan dan pengajaran yang

berdasarkan Islam, baik pendidikan di sekolah/madrasah ataupun pendidikan

dalam masyarakat. Oleh sebab itu tidak heran, bila Muhammadiyah sejak mulai

berdirinya membangun sekolah-sekolah/madrasah-madrasah dan mengadakan

tabligh-tabligh, bahkan menerbitkan buku-buku dan majalah-majalah yang

berdasarkan Islam.

Dibawah ini akan disebutkan lembaga-lembaga pendidikan yang didirikan

oleh K.H. Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyahnya yang tertua dan memiliki

jasa yang besar dalam mendidik masyarakat Indonesia, diantaranya ialah:

1. Kweekschool Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Muallimin Muhammadiyah, Solo, Jakarta.

3. Muallimat Muhammadiyah Yogyakarta.

4. Zuama/Zaimat Yogyakarta.

5. Tabligschool Yogyakarta.

6. Kulliyah Muballighin/Muballighat Padang Panjang (Sumatera

Tengah).

Page 218: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

195

7. HIS Muhammadiyah Yogyakarta.

Selain itu, banyak lagi HIS Muhammadiyah, Mulo, AMS Muhammadiyah,

Madrasah Ibtidaiyah dan Tsanawiyah/Wustha Muhammadiyah, dan lain-lain.

Semuanya itu didirikan pada masa penjajahan Belanda dan Pendudukan Jepang

dan tersebar pada tiap-tiap cabang Muhammadiyah seluruh kepulauan Indonesia.

Pada masa Indonesia merdeka, Muhammadiyah mendirikan sekolah-

sekolah/madrasah-madrasah berlipat-lipat ganda banyaknya dari masa penjajahan

Belanda dahulu. Madrasah yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan dengan

Muhammadiyahnya pada masa kemerdekaan adalah sebagai berikut:151

No. Sekolah Jumlah

1. Madrasah Ibtidaiyah 412 buah

2. Madrasah Tsanawiyah 40 buah

3. Madrasah Diniyah (Awaliyah) 82 buah

4. Madrasah Mu’allimin 73 buah

5. Madrasah Pendidikan Guru Agama 75 buah

Jumlah 692 buah lembaga

Tabel 2. Data Sekolah yang didirikan K.H. Ahmad Dahlan

Selain sekolah-sekolah atau lembaga-lembaga pendidikan yang

konsentrasi pada materi-materi keagamaan, banyak juga sekolah-sekolah umum

oleh K.H. Ahmad Dahlan bersama Muhammadiyahnya, seperti:

No. Sekolah Jumlah

1. Sekolah Rakyat 445 buah

2. Sekolah Menengah Pertama (SMP) 230 buah

151 BP3K, Sejarah Pendidikan Swasta di Indonesia: Pendidikan Muhammadiyah, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1976), hlm.112-115.�

Page 219: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

196

3. Sekolah Menengah Atas (SMA) 30 buah

4. Sekolah Taman Kanak-Kanak 66 buah

5. SGB 69 buah

6. SGA 16 buah

7. Sekolah Kepandaian Putri 9 buah

8. Sekolah Menengah Ekonomi Pertama 3 buah

9. Sekolah Guru Taman Kanak-Kanak 2 buah

10. Sekolah Menengah Ekonomi Atas 1 buah

11. Sekolah Guru Kepandaian Putri 1 buah

12. Sekolah Guru Pendidikan Jasmani 1 buah

13. Sekolah Pendidikan Kemasyarakatan 1 buah

14. Sekolah Puteri Aisyiyah 1 buah

15. Fakultas Hukum dan Falsafat 1 buah

16. Perguruan Tinggi Pendidikan Guru 1 buah

Jumlah 877 buah

Tabel 3. Data Sekolah yang didirikan K.H. Ahmad Dahlan

Jumlah semua Madrasah dan sekolah Muhammadiyah adalah 1569 buah.

Sekolah-sekolah umum dan perguruan tinggi umum yang didirikan oleh K.H.

Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyahnya diberikan pelajaran agama Islam.

Karena dengan memberikan pelajaran agama Islamlah masyarkat Indonesia

menjadi sadar bahwa manusia diciptakan Tuhan dan akan kembali kepada sang

pencipta.

Page 220: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

197

Data di atas belum termasuk taman kanak-kanak/raudhatul athfal yang

ribuan banyaknya. Hal ini menggambarkan bahwa keterlibatan K.H. Ahmad

Dahlan dan Muhammadiyah dalam pengembangan pendidikan di Indonesia

memiliki akses yang cukup besar bagi masyarakat Indonesia. Angka partisipasi

dibidang pendidikan dapat menjadi modal yang signifikan bagi kemampuaan

Muhammadiyah untuk mengambil inisiatif bagi pelibatan berbagai organisasi

kemasyarakatan (Ormas), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), penyelenggara

pendidikan, serta menjadi modal bargaining position terhadap pemerintah.

Keluasan jaringan, jenjang pendidikan yang dikelola, serta integrasinya beberapa

jenjang pendidikan akan berpengaruh besar untuk meningkatkan partisipasi

pengembangan masyarakat menuju masyarakat madani.

Perlu kiranya kembali ditegaskan, bahwa semua lembaga-lembaga

pendidikan yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan lewat Muhammadiyah

merupakan pengejawantahan dari pemikiran pendidikan Islam yang selama ini

digelutinya. Semua lembaga pendidikan Islam dan umum bertujuan untuk

menyelamatkan umat Islam dari pemikiran yang statis karena terkena hegemoni

dari penjajah Belanda dan Jepang agar kemudian mampu berfikir kritis, sitematis,

serta dinamis sehingga terwujudnya peserta didik yang mampu tampil sebagai

ulama-intelek dan intelek-ulama yang memiliki khazanah keilmuan yang luas

dengan tetap berlandaskan pada ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-

Qur’an dan sunnah Rasul SAW.

Oleh karena itu, diharapkan semua lembaga pendidikan Islam beserta

elemen pelaksananya mampu merumuskan kembali beberapa dimensi-dimensi

Page 221: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

198

pendidikan Islam itu sendiri, seperti meredefinisi pendidikan Islam, membuat

formulasi yang tepat mengenai tujuan pendidikan Islam yang disesuaikan dengan

kebutuhan zaman, serta mengembalikan kembali dasar ataupun landasan

pendidikan Islam kepada sumber pokok ajaran Islam, yakni Al-Qur’an dan

Sunnah Rasul SAW.

Dengan melakukan hal-hal yang sudah pernah dilakukan K.H. Ahmad

Dahlan seperti yang telah disebutkan di atas, maka dengan sendirinya pendidikan

Islam akan mengalami kejayaan seperti pada masa dulu. Sehingga pendidikan

Islam kembali diminati oleh masyarakat karena dipercaya akan mampu

mengantarkan perserta didik sesuai dengan harapan mereka, yakni memiliki

kedalaman spiritual. Keagungan akhlak, keluasan ilmu dan kematangan

professional yang siap tampil mengisi kekosongan-kekosongan yang selama ini

menjadi kebutuhan masyarakat.

2. K.H. Hasyim Asy’ari

Pembahasan konsep pendidikan sampai dewasa ini nampaknya belum

menghasilkan suatu perumusan yang mantap. Hal ini benar, dan kenyataan

tersebut disebabkan bukan saja oleh kompleksnya masalah pendidikan, melainkan

juga karena dunia pendidikan juga dituntut terus untuk memberikan jawaban baru

yang relevan terhadap perubahan sosial yang bergerak begitu cepat.

Sementara apresiasi pemikiran Islam, setidak-tidaknya sampai saat ini

ternyata masih banyak ditandai oleh dikotomi pemikiran antara warna Barat dan

Timur Tengah. Kondisi ini, kemudian menjadi potensi pemicu ‘perseteruan’ yang

hebat di kalangan pemikir Islam. Hal semacam itu sesungguhnya menjadi sah-sah

Page 222: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

199

saja, bila itu dijadikan sebagai wahana dinamisasi pemikiran Islam. Tetapi

menjadi terlalu naif bila ternyata yang nampak adalah proses pengkafiran satu

sama lain.

Perseteruan semacam ini sangatlah merugikan, sebab sikap tersebut

mempertentangkan secara dikotomik terhadap tradisi dan modernisasi. Semata-

mata mengandalkan pada adekuasi tradisi, akan menjadikan umat Islam

terperangkap pada sikap tradisionalisme, yang akan mengisolasi umat Islam dari

proses dinamika zaman. Lebih dari itu, sikap yang demikian akan menjadikan

Islam kehilangan elan vitalnya dalam berdialektika dengan perkembangan

eksternal. Sebaliknya, sikap berlebihan dalam menerima modernisasi akan

mengakibatkan umat Islam tercerabut dari akar tradisinya.

Misalnya, membagi pengetahuan ke dalam pengetahuan yang filosofis-

intelektual dan pengetahuan yang diturunkan. Walaupun pembagian ini tidak

lantas harus dipahami sebagai fragmentasi atau keterpecahan pengetahuan, akan

tetapi dalam kenyataannya, pembagian tersebut telah menciptakan polarisasi

pemikiran ke dalam dua arus pemikiran besar (mainstream) yang saling

kontradiktif, yakni agamis dan sekular.

Dalam perkembangannya, pendidikan Islam telah melahirkan dua pola

pemikiran yang kontradiktif. Keduanya mengambil bentuk yang berbeda, baik

pada aspek materi, sistem pendekatan, atau dalam bentuk kelembagaan sekalipun,

sebagai akumulasi dari respon sejarah pemikiran manusia dari masa ke masa

terhadap adanya kebutuhan akan pendidikan. Dua model bentuk yang dimaksud

adalah pendidikan Islam yang bercorak tradisionalis dan pendidikan Islam yang

Page 223: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

200

bercorak modernis. Pendidikan Islam yang bercorak tradisionalis dalam

perkembangannya lebih menekankan pada aspek doktriner normatif yang

cenderung eksklusif-literalis, apologetis. Sementara pendidikan Islam modernis,

lama-kelamaan ditengarai mulai kehilangan ruh-ruh mendasarnya. Tentu saja

semua faktor kelemahan tradisi ilmiah di kalangan Muslim tidak tampil secara

merata pada semua periode pemikiran dan kelompok ilmuwan. Namun, pada

umumnya bebannya masih sangat terasa dewasa ini. Jika ini terjadi, secara

teoretis, pendidikan Islam tidak akan pernah mampu memberikan jawaban

terhadap tuntutan liberasi, dan humanisasi.152

Dua corak yang dimaksud di atas dapat disimpulkan seperti yand sedang

ada dalam pembahasan karya ini, dimana corak pendidikan Islam yang trdisionalis

diwakili oleh K.H. Hasyim Asy’ari, sedangkan corak pendidikan Islam yang

modernis diwakili oleh K.H. Ahmad Dahlan yang sudah dibahas dalam paragraf

sebelumnya. Kedua corak tersebut pada hakikatnya tidak mengalami dikotomi

yang lebar, karena pada substansi pelaksanaannya, kedua corak lembaga

pendidikan Islam tersebut mempunyai visi yang sama.

K.H. Hasyim Asy’ari selaku salah satu yang mewakili model pendidikan

Islam yang lebih cenderung dengan budaya-budaya dan nilai-nilai tradisional

banyak memberikan ide dan gagasan untuk mewujudkan pendidikan yang selama

ini diidamkan oleh Islam itu sendiri dan serta mampu menjawab tantangan zaman.

Dari itulah K.H. Hasyim Asy’ari merasa terpanggil dan menjadi tanggung jawab

sejarah untuk mengembalikan kejayaan pendidikan Islam.

152 Prof. Dr. H. Faisal Ismail, MA, Masa Depan Pendidikan Islam di Tengah Kompleksitas Tantangan Modernitas, (Jakarta: PT. Bhakti Aksara Persada, 2003), hlm. 98-97.

Page 224: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

201

K.H. Hasyim Asy’ari yang dilahirkan dan dibesarkan dalam lingkungan

pesantren, serta banyak menuntut ilmu dan berkecimpung secara langsung di

dalamnya, di lingkungan pendidikan agama Islam khususnya. Dan semua yang

dialami dan dirasakan beliau selama itu menjadi pengalaman dan mempengaruhi

pola pikir dan pandangannya dalam masalah-masalah pendidikan. Salah satu

karya monumental Hasyim Asy’ari yang berbicara tentang pendidikan adalah

kitabnya yang berjudul Adab al Alim wa al Muta’allim fima Yahtaj ilah al

Muta’alim fi Ahuwal Ta’allum wama Yataqaff al Mu’allim fi Maqamat

Ta’limih.153

Pembahasan terhadap masalah pendidikan lebih beliau tekankan pada

masalah etika dalam pendidikan, meski tidak menafikan beberapa aspek

pendidikan lainnya, seperti mendefinisikan kembali pendidikan Islam,

merumuskan tujuan pendidikan Islam, serta mengembalikan Al-Qur’an dan hadis

sebagai dasar atau landasan pendidikan Islam. Beliau mengungkapkan bahwa

Pendidikan Islam hendaknya mampu menghantarkan umat manusia menuju

kemaslahatan, menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Pendidikan Islam

hendaknya mampu mengembangkan serta melestarikan nilai-nilai kebajikan dan

norma-norma Islam kepada generasi penerus umat, dan penerus bangsa. Umat

Islam harus maju dan jangan mau dibodohi oleh orang lain, umat Islam harus

berjalan sesuai dengan nilai dan norma-norma Islam.

Menurut K.H. Hasyim Asy’ari, Pendidikan mempunyai peran besar sekali

untuk menimbulkan perubahan pada diri umat Islam. Melalui pendidikan dapat

153 Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1980), hlm. 45.

Page 225: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

202

dibentuk kondisi mental yang lebih kondusif untuk mengembangkan kebangkitan

moral-spiritual yang dikehendaki. Demikian pula penguasaan ilmu pengetahuan

dan teknologi dapat diusahakan melalui pelaksanaan pendidikan yang tepat.

Namun harus pula disadari bahwa hasil dari proses pendidikan baru terasa secara

sungguh-sungguh setelah berlalunya satu generasi. Oleh karena Kebangkitan

Islam sekarang sudah berjalan maka pendidikan harus dibarengi dengan

terbentuknya kepemimpinan yang dapat menjalankan proses perubahan tersebut

sejak sekarang. Bahkan Kepemimpinan itu sangat penting untuk menimbulkan

proses pendidikan yang diperlukan.

Demikian sebagian dari pemikiran mengenai pendidikan yang dikemukan

oleh K.H. Hasyim Asy’ari. Kelihatannya pemikiran tentang pendidikan ini sejalan

dengan apa yang sebelumnya telah dikemukakan oleh Imam Ghazali, misalnya

saja, K.H. Hasyim Asy’ari mengemukakan bahwa tujuan utama pendidikan itu

adalah mengamalkannya, dengan maksud agar ilmu yang dimiliki menghasilkan

manfaat sebagai bekal untuk kehidupan di akhirat kelak. Imam Ghazali juga

mengemukakan bahwa pendidikan pada prosesnya haruslah mengacu kepada

pendekatan diri kepada Allah dan kesempurnaan insani. Oleh karena itu tujuan

pendidikan menurut al-Ghazali adalah “tercapainya kemampuan insani yang

bermuara pada pendekatan diri kepada Allah, dan kesempurnaan insani yang

bermuara pada kebahagiaan dunia dan akhirat”. Dan senada pula dengan pendapat

Ahmad D. Marimba bahwa, “pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara

sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik

menuju terbentuknya kepribadian yang utama”.

Page 226: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

203

Proses pendidikan meliputi banyak sekali segi dan sebenarnya setiap

kegiatan manusia mengandung unsur pendidikan. Namun secara umum dapat

dikatakan bahwa pendidikan meliputi sistem sekolah dan pendidikan luar sekolah.

Dua hal itu harus saling mendukung untuk mencapai hasil yang optimal. Dalam

pendidikan luar sekolah yang amat besar perannya adalah pendidikan di

lingkungan keluarga. Sebab di lingkungan keluarga manusia lahir dan tumbuh di

masa yang paling menentukan bagi pembentukan kepribadiannya.

Dalam rangka memajukan masyarakat yang masih terbelakang yang

disebabkan kurangnya pendidikan yang memadai untuk membentuk masyarakat

yang mempunyai akhlak yang mulia, maka K.H. Hasyim Asy’ari bersama NU

sebagai organisasi sosial keagamaan yang lahirnya dari pesantren mencoba untuk

memajukan masyarakat melewati jalur pendidikan. Tidak heran jika kehadiran

pesantren sebagai basis atau sumber yang mampu menyediakan tenaga-tenaga

untuk menjadi dua fungsi yaitu Ualam dan politisi. Beberapa ulama dan politisi

direkrut dari pesantren-pesantren baik untuk kepengurusan NU ditingkat lokal

maupun ditingkat pusat.154

Sekitar tahun 1938 (1356 H), komisi perguruan NU berhasil melahirkan

reglemen tentang susunan Madrasah-Madrasah NU yang harus dijalankan mulai

tanggal 2 Muharram 1357 H). Adapun susunan Madrasah tersebut yaitu:

1. Madrasah Awaliyah dengan lama belajar 2 tahun

2. Madrasah Ibtidaiyah dengan lama belajar 3 tahun

3. Madrasah Tsanawiyah dengan lama belaar 3 tahun

154 Drs. Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam Indonesia, (Jakarta : Rajawali Pers, 1995), hlm.111

Page 227: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

204

4. Madrasah Muallimin Wustha dengn lama belajar 2 tahun

5. Madrasah Muallimin Ulya dengan lama belajar 3 tahun.155

Dewasa ini K.H. Hasyim Asy’ari dan NU bergerak di bidang sosial dan

pendidikan Islam menurut faham yang diyakini, yaitu Ahlusunnah Waljama’ah.

K.H. Hasyim Asy’ari dan NU mempunyai sekolah umum dari tingkat TK sampai

perguruan tinggi. Dalam bidang pendidikan dan pengajaran formal, K.H. Hasyim

Asy’ari dan NU membentuk salah satu bagian khusus yang menanganinya, yaitu

yang disebut Ma’arif, bertugas untuk membuat perundangan dan program

pendidikan di lembaga-lembaga pendidikan atau sekolah yang berada dalam

naungan NU.

Berdasarkan hasil rapat kerja Ma’arif yang dielenggarakan pada tahun

1978, disebutkan tentang program-program kerja Ma’arif antara lain:

1. Pemantapan sistem Pendidikan Ma’arif yang meliputi:

a. Tujuan Pedidikan Ma’arif

1) Menumbuhkan jiwa pemikiran dan gagasan yang dapat

membentuk pandangan hidup bagi anak didik sesuai dengan

ajaran ahlussunnah wal jamaah

2) Menanamkan sikap terbuka, watak mandiri, kemampuan bekerja

sama dengan pihak untuk lebih baik, keterampilan untuk

menggunakan ilmu dan teknologi, uang kesemuanya dalah

perwujudan pengabdian diri kepada Allah

155 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (JJakarta: Darma Bhakti, 1985), cet. Ke-2, hlm. 242.

Page 228: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

205

3) Menciptakan sikap hidup yang berorientasi kepada kehidupan

duniawi dan ukhrawi sebagai sebuah kesatuan

4) Mananamkan penghayatan terhadap nilai-nilai ajaran agama

Islam sebagai ajaran yang dinamis.156

b. Penataan kembali orientasi pendidikan Ma’arif, dari orientasi

pencapaian pengetahuan scholastik yang diakhiri dengan

pembagian ijazah, ke orientasi kemampuan melakukan kerja nyata

dalam bidang kemanusiaan dan kemasyarakatan

c. Mengkaitkan pelajaran agama di sekolah-sekolah Ma’arif dengan

persoalan-persoalan hukum, lingkungan hidup, solidaritas sosial,

wiraswasta dan sebagainya

d. Mengembangkan watak kultural ke-NU-an

e. Secara makro, memberikan porsi yang lebih besar terhadap

pendidikan non-formal.

2. Peningkatan organisasi Ma’arif

3. Penyediaan data dan informasi tentang sekolah-sekolah Ma’arif

4. Penerbitan

5. Peningkatan mutu guru Ma’arif.157

Usaha-usaha NU di bidang pendidikan Islam memang cukup

menggembirakan. Nu mempunyai banyak pondok pesantren madrasah yang

tersebar di eluruh pelosok tanah air, terutama pada umumnya di daerah pedesaan.

156 Drs. Hasbullah, op., Cit.,, hlm. 111-112 157 Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam: Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/ IAIN, (Jakarta, _________, 1986), hlm. 36.

Page 229: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

206

Di samping itu NU juga memiliki sekolah umum dai tingkat Taman kanak-kanak

(TK) sampai tingkat Perguruan Tinggi (PT).

Berdasarkan data tahun 1981, jumlah lembaga pendidikan yang dikelolah

NU ini adalah sebagai berikut:

1. Pondok Pesantren dengsn jumlsh 3.745 buah

2. Madrasah dengan jumlah 18.938 buah

3. Sekolah umum dengan jumlah 3.102.158

Dari data tersebut belum termasuk perguruan tingginya, dan untuk

pesantren pun yang tercatat hanya di Jawa. Padahal tidak sedikit pesantren-

pesantren NU yang berada di luar Pulau Jawa. Sedangkan untuk kondisi sekarang,

tentu saja lembaga pendidikan NU terus bertambah.

Dari gambaran dan data yang sudah terpaparkan di atas, maka sudah

sangatlah jelas bahwa pendidikan merupakan ruh dari sebuah peradaban bangsa.

Dengan mengutamakan pendidikan, maka bangsa ini akan menjadi bangsa yang

beradab. Tidak terkecuali pola fikir K.H. Hasyim Asy’ari. Dimana hampir dari

separuh hidupnya digunakan untuk memikirkan dan menberikan sumbangsi atas

terwujudnya pendidikan Islam yang ideal bersama Nahdlotul Ulama.

Semua lembaga-lembaga pendidikan yang didirikan oleh K.H. Hasyim

Asy’ari bersama NU bertujuan untuk mencetak peserta didik yang mampu

mndekatkan diri kepada Allah SWT., agar mendapatkan kebahagian di dunia dan

akhirat yang tentunya dengan tetap berlandaskan dengan pokok ajaran Islam,

yakni Al-Quran dan sunnah Rasul SAW.

158 Pengurus Besar Nahdlotul Ulama, Program dasar Pembangunan NU 1979-1983 Dalam Rancangan Materi Muktamar NU ke-26, hlm. 109.

Page 230: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

207

Dengan menggunakan konsep yang dikemukakan oleh K.H. Hasyim

Asy’ari, mulai dari mendefinisikan pendidikan Islam, merumuskan tujuan

pendidikan Islam dan dasar atau landasan pendidikan Islam yang berpijak pada

Al-Qur’an dan Hadis maka diharapkan pendidikan Islam mampu mencetak

peserta didik yang memiliki pengetahuan yang laus sebagai tuntutan

perkembangan zaman serta dilandasi dengan kuatnya nilai-nilai keagamaan yang

melekat pada diri peserta didik agar kemudian mampu mengabdikan dirinya untuk

Negara dan agama.

Page 231: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

208

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan Demikianlah hasil pembahasan pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H.

Hasyim Asy’ari tentang pendidikan Islam. Dari hasil penelitian di atas, rasanya

tidak ada yang menafikan arti dan makna pentingnya pendidikan Islam. Hampir

semua orang akan sepakat bahwa pendidikan itu memiliki manfaat yang besar

dalam kehidupan manusia. Banyak pihak yang meyakina bahwa pendidikan

merupakan instrument yang paling penting skaligus yang paling strategis untuk

mencapai tujuan individual maupun sosial. Jika seorang individu membangun

mimpi-mimpi masa depan yang indah dan menjanjikan dalam kehidupannya,

maka ia membutuhkan alat bantu untuk mewujudkannya. Alat yang dimaksud

dalam hal ini adalah dengan dan melalui pendidikan. Dengan pendidikan yang

melewati jenjang sekolah yang akan memberikan peluang besar untuk

mencapainnya dan mewujudkannya. Sebab sekolah lebih sistematis dan terpola

untuk dapat tercapainya mimpi-mmimpi tersebut.

Selanjutnya kesimpulan mengenai pendidikan Islam yang sudah

dikemukakan oleh K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari sebagai berikut:

1. Definisi pendidikan Islam. K.H. Ahmad Dahlan berpendapat, bahwa

pendidikan Islam merupakan sarana dan upaya yang strategis dalam

rangkan menyelamatkan umat Islam dari kungkungan pemikiran statis

menuju kemerdekaan berfikir yang dinamis. Sedangkan menurut K.H.

Hasyim Asy’ari pendidikan Islam merupakan sarana atau upaya sadar

yang dilakukan manusia dalam rangka ingin mengetahuai

Page 232: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

209

kemanusiaannya, sehingga dapat memahami hakikat Tuhan menciptakan

dirinya serta sesuatu yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya sebagai

makhluk Tuhan dan khalifah di muka bumi.

2. Tujuan Pendidikan Islam. Daalam pandangan K.H. Ahmad Dahlan, tujuan

pendidkan Islam adalah melahirkan manusia-manusia baru yang siap

tampil sebagai insan ulama-intelek dan intelek-ulama, yakni manusia baru

yang memiliki keteguhan iman dan pengetahuan agama yang begitu luas

serta memiliki keterampilan dalam mengamalkan ilmu pengetahuannya,

dan juga kuat jasmani dan ruhaninya. Sedangkan tujuan pendidikan Islam

menurut K.H. Hasyim Asy’ari adalah menciptakan manusia yang selalu

berusaha untuk mendekatkan diri kepada Allah agar mendapatkan

kebahagiaan di dunia dan di akhirat, yakni melahirkan manusia yang

dalam kehidupannya selalu dan setiap saat ingat kepada Tuhan yang

menciptakannya serta menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai

khalifah yang diciptakan oleh Tuhan di muka bumi.

3. Dasar atau landasan pendidikan Islam. K.H. Ahmad Dahlan dan K.H.

Hasyim Asy’ari bersepakat bahwa dasar atau landasan pendidikan Islam

harus kembali pada sumber primer umat Islam, yakni Al-Qur’an dan Hadis

(sunnah Rasul).

Dari ketiga dimensi pendidikan yang dikemukakan oleh K.H. Ahmad

Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari, maka terlihat persamaan dan perbedaan

pandangan kedua tokoh besar tersebut. K.H. Ahmad Dahlan cenderung bercorak

pembaharuan sosial, sedangkan K.H. Hasyim Asy’ari dengan tetap

Page 233: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

210

mempertahankan budaya dan nilai-nilai tradisional yang telah dimiliki Islam dan

Indonesia.

Dengan definisi, tujuan dan dasar atau landasan pendidikan Islam yang

dikemukakan oleh K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari diharapakan

lembaga pendidikan mendapatkan kepercayaan lagi dari masyarakat dalam rangka

mengemban amanah untuk menumbuhkan dan menggerkkan potensi dasar yang

dimiliki peserta didik dengan tetap tidak meninggalkan nilai-nilai dan norma-

norma yang terdapat pada ajaran Islam.

B. Saran Makna penting pendidikan sudah diketahui oleh sebagian besar orang.

Akan tetapi kesadaran untuk menjadikan pendidikan sebagai bagian yang tidak

bias terpisahkan dari kehidupan manusia masih menjadi agenda besar yang harus

terus menerus diperjuangkan. Sebab, kesadaran itu baru tumbuh di sebgaian kecil

kalangan masyarakat. Sementara sebagian besarnya masih memahami pendidikan

sebagi sebatas formalitas sekolah sampai jenjang tertentu.

Selanjutnya, perlu diketahui bahwa kharismatik K.H. Ahmad Dahlan dan

K.H. Hasyim Asy’ari sangat diakui dalam dunia internasional, khususnya Islam.

Kontribusi terhadap perkembangan dunia pendidikanIsla di Indonesia sudah tidak

diragukan lagi. Hal ini menunjukan dan memberikan kesadaran bagikaum

akademis untuk memperluas khazanah keilmuan, maka barang tentu kedua tokoh

tersebut harus dikaji dan diteliti lebih mendalam. Oleh karena itu, dalam proses

pengkajian dan penelitian kedua tokoh besar tersebut, penulis memberikan saran-

saran yang kiranya patut dipaparkan sabagi berikut:

Page 234: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

211

Pertama, terkait dengan karya asli yang ditulis oleh K.H. Ahmad Dahlan,

spanjang pengetahuan penulis, K.H. Ahmad Dahlan tidak menuangkan idea tau

gagasannya dalam bentuk kitab ataupun buku, hanya saja ditulis dalam media

cetak, yang ini dirasa menjadi kesulitan tersendiri bagi penulis. Sedangkan karya

asli yang ditulis oleh K.H. Hasyim Asy’ari berbentuk kitab yang bebahasa Arab,

oleh karena itu penulis juga sedik merasa kesulitan untuk memhami isi dan

maksud dari teks asli tersebut. Oleh karena, dalam pengkajian dan penelitian

penulis menggunakan literatus-literatur yang ditulis oleh tokoh lain yang

menggambarkan biografi lengkap dengan pola pemikirannya. Karenanya, dalam

penelitian selanjutnya mampu mendapatkan karya asli baik itu daalam bentuk

kitab, buku ataupun tulisan dimedia cetak, sehingga isi dan substansi dari tulisan

tersebut sudah tidak perlu diragukan lagi dan harus ditambahi dengan bahasa yang

sederhana tetaoi ilmiah agar kemudian steiap kalangan dapat membaca tulisan

tersebut.

Kedua, besar keyakinan penulis tentang konsepsi pendidikan Islam yang

dikemukakan oleh K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari masih sangat

relevan untuk dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan dalm rangka

mendefinisikan, merumuskan serta mendasarka pendidikan Islam pada Al-Qur’an

dan Hadis. Meskipun kemajuan teknologi hari ini menjadi sebuah kewajiban yang

harus dikonsumsi oleh masyarakat, akan tetapi bagaiman kemudian elemen

pelaksana pendidikan tetap mampu menumpangkan serta mendasakan aktivitas

teknologi informasi yang berbasis pada nilai-nilai Islam.

Page 235: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

212

Oleh kerena itu, pemberian doktrin kepada peserta didik akan pentingnya

melaksanakan pendidikan yang berbasis teknologi informasi dengan tetap

memperhatikan nilai-nilai dan norma-norma Islam akan mampu menjadikan

lembaga pendidikan yang memiliki dua keunggulan, dimana pserta didik memiliki

pengethuan yang luas berbasis teknologi informasi, ditambah dengan keagungan

kahlak yang sangat tinggi.

Ketiga, penelitian ini masih sangtlah luas, karena hanya dapat mencakup

tiga dimensi dalam pendidika Islam yang dikemukakan sesuai dengan pandangan

K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari, yakni definisi pendidikan Islam,

tujuan pendidikan Islam, dan dasar atau landasan pendidikan Islam, maka untuk

peneliti selanjutnya yang berkeinginan melakukan pengkajian dan penelitian

tentang K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim asy’ari diharapkan mampu

menyajikan semua dimensi pendidikan Islam, seperti definisi, tujuan, dasar tau

landasan, pendidik, peserta didik, materi, evalusi, dan sarana prasarana dalam

pendidikan yang dikemukakan oleh K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim

Asy’ari.

Dengan begitu, maka nilai-nilai dan substansi dari pemikiran kedua tokh

tersebut benar-benar dapat terealisasikan dalam lembaga-lembaga pendidikan,

karena memang konsep pendidikan yang disampaikan oleh K.H. Ahmad Dahlan

dan K.H. Hasyim Asy’ari masih relevan untuk diterapkan dalam lembaga

pendidikan.

Terakhir, perlu diakui bahwa meskipun meskipun Barat mempunyai tokoh

atau pakar dalam pendidika, namun Islam Indonesia pun tidak ketinggalan. Dan

Page 236: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

213

hal itu terbukti, dengan kehadiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

wajah pendidikan Islam di Indonesia mengalami perubahan yang signifikan dan

fundamental. Oleh karena itu, sebagai kaum akademis yang berlatar belakang

Islam Indonesia harus memiliki hasrat yang tinggi untuk kemudian menggali lebih

dalam kembali pemikiran-pemikiran tokoh Islam Indonesia, termasuk K.H.

Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari.

Page 237: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

214

DAFTAR PUSTAKA

Abdussami, Humaidy dan Ridwan Fakla AS, 1995. Biografi 5 Rois ‘Am Nahdlotul

Ulama, Yogyakarta: LTn-NU & Pustaka Pelajar.

Arikunto, Suharsimi. 1995. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rieneka Cipta

Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik,

Jakarta: PT. Rineka Cipta

Arifin, Muzayyin, 2005, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Bumi Aksara

Bungin, Burhan. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologis

Kea Rah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada

Dhofier, Zamarkhasi, 1995. K.H. Hasyim Asy’ari: Penggalang Islam Tradisional,

Yogyakarta: LTn-NU & Pustaka Pelajar.

Djaja, Tamar, 1966. Pustaka Indonesia: Riwayat Hidup Organ-organ Tanah Air,

Jakarta: Bulan Bintang.

Djumransjah, Muhammad. 2004. Filasafat Pendidikan. Malang: Bayumedia

Publishing

Djumhur, I dan H. Dana Saputra, 1976. Sejarah Pendidikan, cet. Ke-IX, Bandung:

CV Ilmu

Fajar, A Malik, 1998, Visi Pembaharuan Pendidikan Islam, Jakarta: LP3NI

Freire, Paulo. 2005. Pedagogi Pengharapan. Yogyakarta: KANISIUS

Hasan, Muhammad Tolhah. 2001. Dinamika Pemikiran Tentang Pendidikan

Islam. Jakarta: Lantabora Press

Hasan, M Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian Dan

Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia

Page 238: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

215

Hamzah, Amir, 1965. Pendidikan dan Pengajaran Muhammadiyah dalam Masa

Pembaharuan Semesta, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada

Hitami, Munzir. 2004. Mengonsep Kembali Pendidikan Islam. Yogyakarta: LKiS

Idris, Muhammady, 1975. Kyai Haji Ahmad Dahlan: Hislife and Thounght.

M.A.thesis, McGill University.

Ihsan, Hamdani dan Fuad Ihsan, 2001, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: CV.

Pustaka Setia

Jainuri, A, 1981. Muhammadiyah Gerakan Reformasi Islam di Jawa pada Awal

Abad ke-20, Surabaya: Bina Ilmu

Kamal, Musthofa, 1976 . Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam, Yogyakarta:

Persatuan.

Karim, M. Rusli. 1991. Pendidikan Islam di Indonesia dalam Transformasi Social

Budaya, dalam Buku Pendidikan Islam di Indonesia antara Cita dan

Fakta. Yogyakarta: Tiara Wacana

Langgulung, Hasan. 1980. Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam.

Bandung: Al-Ma'arif

Majid, Abdul., Dian Andayani. 2004. Pendidikan Agama Islam Berbasis

Kompetensi Konsep Dan Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya

Marimba, Ahmad D. 1980. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Al-

Ma'arif

Margono, S, 2005, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta

Page 239: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

216

Mendiknas. 2006. Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003

Tentang SISDIKNAS. Bandung: Citra Umbara

Mendiknas. 1999. Undang-undang Republik Indonesia nomor 02 Tahun 1989

tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar Grafika

Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

rosdakarya. cet. Ke-20

Mujib, Abdul., Jusuf Mudzakir. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana

Mulaiwan, Jasa Ungguh. 2005. Pendidikan Islam Integratif. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar

Mulyono. 2007. Desain Dan Pengembangan Pembelajaran PAI, Buku Diktat.

Malang: Tarbiyah

Mulkhan, Abdul Munir, 1994. Pesan-pesan Dua Pemimpin Besar Islam

Indonesia: Kyai Haji Ahmad Dahlan dan Kyai Haji Hasyim Asy’ari.

Yogyakarta: LKPSM.

Musthofa, Yasin. 2007. EQ untuk Anak Usia Dini dalam Pendidikan Islam.

Jakarta: Sketsa

Nata, Abuddin. 1999. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Nugroho, Adi. 2010. KH. Ahmad Dahlan : Biografi Singkat 1869-1923.

Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Partanto, Puis A., M. Dahlan Al-Barry. 1994. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya:

Arloka

Ramayulis, 2002. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia

Page 240: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

217

Rifai, Muhammad. 2010. KH. Hasyim Asy’ari : Biografi Singkat 1871-1947.

Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Rohinah. 2008. Sistem Nilai dan Pendidikan: Studi atas Pemikiran Pendidikan

K.H.M. Hasyim Asy’ari. Jakarta: Tesis UIN Syarif Hidatullah

Rukiati, Enung K dan Fenti Hikmawati, 2006, Sejarah Pendidikan Islam di

Indonesia, Bandung: Pustaka Setia

Soejono., Abdurrahman. 1999. Metode Penelitian Suatu Pemikiran Dan

Penerapan. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Suhartono, Suparlan. 2007. Filsafat Pendidikan, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Suharto, Toto. 2006. Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Sukardi, Heru, 1985. Kiyai Hasyim Asy’ari: Riwayat Hidup dan Perjuangannya,

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sukmadinata, Nana Syaodid, 2007, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya

Surahmad, Winarno. 1999. Dasar Dan Tehnik Research Pengantar Metodologi

Ilmiah. Bandung: Tarsito

Surachman, Winarno. 1990. Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode, Teknik.

Bandung: Tarsita

Suryabrata, Sumadi. 1983. Metodologi Penelitian. Jakarta: CV. Rajawali

Suwendi, 2004, Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada

Suwito dan Fauzan, 2005, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana

Page 241: KOMPARASI PEMIKIRAN K.H. AHMAD DAHLAN DAN …pmii-chondrodimuko.or.id/wp-content/uploads/2015/... · Judul Skripsi : Komparasi Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari

218

Suyudi, Muhammad. 2005. Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an Integrasi

Epistemologi Bayani, Irfani, Dan Burhani. Yogyakarta: Mikraj

Tafsir, Ahmad. 2005. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Rosda

Karya

Zuhairini, dkk. 2000. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara