Revolusi Kepemimpinan Gerakan PMII

21
REVOLUSI KEPEMIMPINAN GERAKAN PMII (DGP): Reformulasi Nalar Paradigmatik & Transformasi Starak Gerakan PMII; Membangun Solidaritas Organik NUR SAYYID SANTOSO KRISTEVA, M.A. © 2010/ Alumnus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta/ Alumnus Program Pascasarjana S2 Sosiologi FISIPOL Universitas Gadjah Mada / Kader PMII Daerah Intimewa Yogyakarta/ Direktur Institute for Philosophycal and Social Studies (INPHISOS) Yogyakarta/ E-Mail: [email protected]/ Hp. 085 647 634 312/ STUDIUM GENERAL & RTA V/ PMII R. SAINTEK UIN SUNAN KALIJAGA/ Yogyakarta, 12 Mei 2010/

description

Materi Stadium General oleh Sahabat Nur Sayyid Santoso Kristeva

Transcript of Revolusi Kepemimpinan Gerakan PMII

Page 1: Revolusi Kepemimpinan Gerakan PMII

REVOLUSI KEPEMIMPINAN GERAKAN PMII (DGP): Reformulasi Nalar Paradigmatik & Transformasi Starak Gerakan PMII; Membangun Solidaritas Organik

NUR SAYYID SANTOSO KRISTEVA, M.A. © 2010/ Alumnus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta/ Alumnus Program Pascasarjana S2 Sosiologi FISIPOL Universitas Gadjah Mada / Kader PMII Daerah Intimewa Yogyakarta/ Direktur Institute for Philosophycal and Social Studies (INPHISOS) Yogyakarta/ E-Mail: [email protected]/ Hp. 085 647 634 312/

STUDIUM GENERAL & RTA V/ PMII R. SAINTEK UIN SUNAN KALIJAGA/Yogyakarta, 12 Mei 2010/

Page 2: Revolusi Kepemimpinan Gerakan PMII

Tantangan Gerakan Mahasiswa

• Pertama, antara upaya membuka ruang demokrasi nasional dengan harapan munculnya gejolak demokrasi arus bawah yang massif.

• Kedua, persoalan perubahan dinamika ekonomi politik global yang bermetamorfosis menjadi kekuatan Neo-liberal yang kuat.

• Ketiga, dan yang masih krusial, adalah bagaimana mendesain ulang format gerakan yang lebih konstruktif dan terkonsolidasi secara massif.

Page 3: Revolusi Kepemimpinan Gerakan PMII

• Pertama, Ideologi, dasar filosofi gerakan merupakan nilai-nilai yang menjadi landasan pergerakan mahasiswa.

• Kedua, Falsafah Gerakan, strategi ini lebih kepada falsafah bertindak dengan model pendekatan (appoach methode).

• Ketiga, Segmenting, strategi ini merupakan pilihan wilayah gerak.

• Keempat, Positioning, artinya adalah bahwa lembaga eksekutif tersebut harus meletakkan dasr organisasi sebagai institusi profit atau non-profit.

Strategi Gerakan Mahasiswa

Page 4: Revolusi Kepemimpinan Gerakan PMII

Hakekatnya sebuah gerakan (movement) merupakan upaya melakukan antitesa dari kondisi status-quo yang konservatif dan tidak memiliki kepekaan akan cita-cita masyarakat yang lebih maju.

Philip G. Albach dalam bukunya Student in Reovolt Melihat posisi gerakan mahasiswa berada dalam dua level yaitu:

Sebagai proses perlu bahan, yaitu menumbuhkan perubahan sosial dan mendorong perubahan politik.

Sejarah juga banyak mencatat bagaimana gerakan mahasiswa bisa bergerak dalam level sistem politik yang akan meluas pada pengaruh kebudayaan dan sosial.

Idealisme Gerakan Mahasiswa

Page 5: Revolusi Kepemimpinan Gerakan PMII

Mengapa gerakan mahasiswa banyak muncul di negara berkembang:

Pertama, modernisme dalam banyak bidang ekonomi politik, terutama dalam rangkaian dengan kekuasaan, oleh kekuatan dan dominasi ekonomi politik negara-negara Utara terhadap negara-negara Selatan, menyebabkan terjadinya transformasi sosial dalam bentuk kolonialisme, imperialisme sampai neo-liberalisme yang terjadi hingga sekarang ini.

Kedua, di Indonesia Gerakan Mahasiswa mendapat suatu legitimasi sejarah atas keturutsertaannya terlibat dalam gerakan kemerdekaan dan semenjak berdirinya negara menjadi bagian yang di akui dari sistem politik.

Ketiga, kekurangan lembaga dan struktur politik yang mapan. Akibat dari itu adalah relatif mudahnya bagi setiap kelompok yang terorganisir untuk mempunyai dampak langsung tehadap politik.

Kemunculan Gerakan Mahasiswa

Page 6: Revolusi Kepemimpinan Gerakan PMII

Realitas politik memang mengatakan independensi perguruan tinggi yang notabene adalah basis pendidikan nasional, sehingga banyak harapan akan adanya pemikiran-pemikiran baru tentang ke-Indonesiaan yang dihasilkan dari institusi ini.

Selain civitas akademika yang merepresentasikan kelompok intelektual, mahasiswa juga diharapkan mampu memberikan gagasan dan ide-ide ke-Indonesiaan, dengan beragam aktualisasi.

Akankah kita para mahasiswa sekarang kembali akan menjadi alat dan terprovokasi dengan isu-isu populis tertentu yang ternyata hanya menguntungkan kelompok tertentu dan jauh dari kepentingan riil masyarakat ?

Realitas Politik

Page 7: Revolusi Kepemimpinan Gerakan PMII

Dilatar belakangi oleh beberapa alasan: Pertama, gerakan mahasiswa dalam orientasinya yang ingin melakukan

perubahan, selalu mengunakan ukuran perubahan struktur atau lebih spesifik perubahan kebijakan sebagai ukuran keberhasilannya.

Kedua, stigma gerakan moral tidak lain adalah bentuk justifikasi dari kebenaran akademis yang kelahirannya dilatar belakangi karena independensi perguruan tinggi, yang berimplikasi pada cara pandang bahwa gerakan mahasiswa adalah gerakan yang masih murni dan independen yang sangat jauh dari kepentingan pragmatis dan kepentingan politik tertentu.

Ketiga, gerakan mahasiswa yang mengklaim dirinya menyuarakan aspirasi rakyat dengan mengunakan idiom demokrasi, HAM, supremasi sipil, supremasi hukum dan yang lainnya, telah menjadikan idiom-idiom tersebut sebagai standar moral gerakan.

Keempat, moral dalam gerakan mahasiswa sebenarnya hanya menyetuh pada aspek psikologi, emosional dan romantisme, bukan moral yang menjadi élan dan subtansi dari gerakan, karena kebangkitan gerakan mahasiswa lebih signifikan dipengaruhi faktror eksternal yang lebih massif.

Dilematisasi Antara Gerakan Moral & Gerakan Politik

Page 8: Revolusi Kepemimpinan Gerakan PMII

Intelektualitas Moralitas Religiusitas Kepekaan Sosial Konsolidasi gerakan Cita-cita luhur kaum terpelajar

Maka moral sebenarnya adalah sistem nilai yang berlaku universal bagi individu bukan komunitas (baca gerakan) dan menjadi alat mekanisme kontrol atas perilaku individu dalam menjalankan kehidupannya bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Apakah yang menjadi modal idealisme kepemimpinan mahasiswa?

Page 9: Revolusi Kepemimpinan Gerakan PMII

Internalisasi dari nilai-nilai teologis tersebut menumbuhkan filosofi gerak PMII yang disandarkan pada dua nilai yang sangaf fundamental yakni liberasi dan independensi. Liberasi merupakan kepercayaan dan komitmen kepada pentinya (dengan epistemologi gerak-paradigma) untuk mencapai kebebasan tiap-tiap individu. Praktek dan pemikian liberasi mempunyai dua tema pokok. Pertama; tidak menyetujui adanya otoritas penuh yang melingkupi otoritas masyarakat. Kedua; menentang segala bentuk ekspansi dan hegemoni negara (kekuasaan) terhadap keinginan keinginan bebas individu dan masyarakat dalam berkreasi, berekspresi, mengeluarkan pendapat, berserikat dan lain sebagainya.

Liberasi didasarkan oleh adanya kemampuan (syakilah) dan kekuatan (wus'a) yang ada dalam setiap individu. Dengan bahasa lain setiap individu mempunyai kemampuan dan kekuatan untuk mengembangkan dirinya. tanpa harus terkungkung oleh pemikiran, kultur dan struktur yang ada disekitarnya, sehingga pada akhirnya akan melahirkan apa yang namnya keadilan (al-adalah), persamaan (al- musawah), dan demokrasi (as-syura).

Kebebasan dalam arti yang umum mempuntai dua makna, yakni kebebasan dari (fredom from) dan kebebasan untuk (fredom for). Kebebasan dari merupakan kebebasan dari belenggu alam dan manusia. Sedangkan kebebasan untuk bermakna bebas untuk berbuat sesuatu yang pada dasarnya sebagai fungsi untuk mencapai tingkat kesejahteraan seluruh manusiadi muka bumi. Dalam kaitan ini makasesungguhnya capaian yang harus memuat pada Usulul al-Khamsah (lima prinsip dasar) yang meliputi; Hifdz al-nasl wa al-irdh, hifdzul al-'aql, hifdzul ai-nasi, dan hifdz al-mal.

Teologi Sebagai Dasar Filosofi Pergerakan

Page 10: Revolusi Kepemimpinan Gerakan PMII

Daya Dorong PMII Gagap dalam memahami dan merespons berbagai perkembangan

global dan nasional. Gagal menjadikan dirinya sebagai aktor strategis dalam mendorong

perubahan transformatif di Indonesia Terjebak dengan rutinitas seremonial seperti rapat kerja, pelantikan,

atau peringatan berbagai momen sejarah yang sudah membatu (petrified)

Gagal merebut berbagai peluang internasional baik yang dibuka oleh aktor-aktor yang dekat secara kultural, maupun yang tercipta sebagai dampak dinamika relasi kekuatan-kekuatan Negara maju.

Gagal menjadi konsolidator kekuatan pro-perubahan bahkan untuk lingkaran internalnya.

Tidak cukup serius memfasilitasi pengembangan diri kader basis

Analisis Kekuatan & Kelemahan Gerakan PMII

Page 11: Revolusi Kepemimpinan Gerakan PMII

Ideologi adalah seperangkat nilai dasar abstrak yang menjadi perangkat kritik moral, bukan kritik sosial.

Ideologi PMII belum menjadi basis kesadaran gerak, belum menjadi kerangka aksi, namun sebatas retorika dalam pelatihan.

Pemahaman ideologi tidak sama, tidak merata, berbeda, antara level kepemimpinan dan level basis.

Ideologi belum menjadi kerangka operasional organisasi. Ideologi belum dirumuskan dengan jelas yang memiliki

relevansi sosial dan intelektual baik dalam dataran ekonomi, politik, maupun sosial kebudayaan.

Ideologi PMII

Page 12: Revolusi Kepemimpinan Gerakan PMII

Tidak visioner: gagal memberi arahan yang jelas berkaitan dengan berbagai perubahan dalam konteks global dan nasional.

Tidak memiliki inisiasi kreatif dalam menerobos kebuntuan-kebuntuan gerakan.

Tidak menggunakan pendekatan strategis, analisis obyektif, sistematik, dalam menyelesaikan masalah, namun dengan metode yang singkat, reaksioner.

Kepemimpinan lebih menjadi penghambat kemajuan organisasi ketimbang menampilkan kinerja yang handal dan transformasional.

Sudah ada mekanisme koordinasi dan konsolidasi, namun belum sepenuhnya transparan dan periodik (taat pada aturan yg dibuat bersama).

Kepemimpinan

Page 13: Revolusi Kepemimpinan Gerakan PMII

Struktur yang ada tidak merefleksikan kebutuhan obyektif dan kapasitas internal.

Struktur yang ada lebih merupakan akomodasi politik ketimbang akomodasi wilayah profesional.

Sumber Daya Kader Secara umum kualitas dan kapasitas kader lemah Sebagian besar berbasis Islamic studies Belum mampu melampaui basis massa tradisionalnya Belum memiliki konsep need assesment dan rencana

pengembangan yang jelas. PMII cenderung tidak memberikan prioritas penting dalam

pemberdayaan kader.

Struktur organisasi

Page 14: Revolusi Kepemimpinan Gerakan PMII

Belum memiliki divisi fundraiser yang profesional Telah memiliki sistem penganggaran yang jelas sebagai organisasi sosial. Belum memiliki mekanisme kontrol dan pengawasan keuangan internal

yang jelas. Belum memiliki sumber dana yang jelas dan sustainable

Jaringan Sebagian besar, hanya memiliki jaringan politik di PKB Kurang memiliki jaringan media, baik internasional, nasional, maupun

lokal Kurang memiliki jaringan LSM Kurang memiliki jaringan perguruan tinggi dalam dan luar negeri,

jaringan beasiswa, dan intelektual. Kurang memiliki jaringan organisasi sosial baik dalam maupun luar

negeri Kurang memiliki jaringan dana yang independen

Basis Finansial

Page 15: Revolusi Kepemimpinan Gerakan PMII

Kurang meyakinkan Tradisionalis (dalam pengertian pejorative) Tidak profesional Hanya dimiliki oleh orang NU Hanya menjadi kendaraan politik pengurus Kontribusinya tidak jelas baik bagi masyarakat maupun

kader.

Unit Pendukung Teknis Belum memiliki basis information technology yang memadai Belum memiliki sistem pengarsipan yang rapi Belum memiliki data base problem-problem sosial kongkret

yang memadai sebagai dasar pengambilan kebijakan PMII Belum pernah melakukan “tracer studies” kader pasca PMII

Image

Page 16: Revolusi Kepemimpinan Gerakan PMII

Pertama, mendorong perubahan struktural pada aras global, nasional, dan lokal. Focus gerakan ini adalah mengkritisi dan membangun resistensi kebijakan yang berasal dari institusi-institusi ketiga aras tersebut yang mengancam kepentingan dharuriyyah (hak hidup, ushul-alkhoms), hajiyyah (kesejahteraan secara utuh), tahsinnyah (dimensi seni dan kebudayaan yang membuat "hidup jadi lebih hidup"). Berbagai kebijakan organ-organ supra Negara seperti WTO, IMF, WB, TNC's, kebijakan superpower, kebijakan Negara di tingkat nasional, kebijakan pemda di tingkat lokal, merupakan focus medan gerakan ini.

Kedua, bagaimana PMII menjadi konsolidator kekuatan pro-perubahan. Di sini perannya berada pada dua level. Level eksternal dan internal. Pada level eksternal PMII harus dapat menjadi perekat, membangun front bersama, untuk menyatukan kekuatan masyarakat berhadapan dengan kekuatan besar kerakusan modal dan politik kekuasaan.

Ketiga, bagaimana PMII merebut kampus umum, untuk mencetak kader dari berbagai disiplin ilmu.

Sebagai organisasi sosial kemahasiswaan, desain gerakan PMII bertumpu pada tiga pilar

Page 17: Revolusi Kepemimpinan Gerakan PMII

Gerakan di atas membutuhkan kekuatan. Terutama untuk gerakan PMII sebagai organisasi gerakan social. Kekuatan gerakan ini baru akan massif jika terhimpun dari sinregisitas antar kekuatan. Paling tidak PMII harus memiliki tiga lapis kekuatan kader.

Pertama, kekuatan basis. Kekuatan yang cukup menentukan dinamka gerak PMII. Mereka adalah semua kader PMII. Kekuatan basis ini baru akan memiliki daya dorong dalam konteks kelembagaan ketika berhasil menyelesaikan kontradiksi-kontradiksi internalnya, secara ideologis cukup kuat, dibekali perangka metodologi analisis social, dan memiliki kapasitas manajerial memadahi.

Kedua, kekuatan pelopor. Mereka adalah minoritas kreatif yan menjadi vanguardist, dalam gerakan, militant, berani, dan ideologis. Mereka adalah kader pergerakan yang menjadi motor penggerak berbagai formasi gerakan PMII.

Ketiga, kekuatan inti. Semacam think thank yang memiliki kualifikasi seperti kader pelopor namun memliki kekuatan urai social tajam.

Sinergi antar kekuatan

Page 18: Revolusi Kepemimpinan Gerakan PMII

Gerakan di atas akan akan mencapai tansfomasi, yakni kristalisasi dan sublimasi keseluruhan gerakan setelah melalui tahapan berikut ini:

Pertama, pemahaman PMII akan kondisi objektif dan basis nilai ideologis sama-sama kuatnya.

Kedua, PMII mampu melakukan kontekstualisasi paradigma dan ideology dalam level praksis empiris. Mampu merumuskan berbagai isu-isu strategis, tahapan-tahapan, taktik, yang tidak utopis.

Ketiga, PMII mampu mengidentifikasi akar persoalan dan actor pada dataran structural dan cultural sehingga mampu melakukan blocking area dan memahami medan perjuangan.

Keempat, mampu menjadi konsolidator gerakan baik konteks nahdhiyin maupun elemen-elemen lain.

Kelima, mampu menyusun strategic planning, scenario building, dan action planning.

Keenam, mampu membangun kesadaran kritis masyarakat sehingga mampu mentransformasikan isu pegerakan menjadi isu masyarakat sehingga masyarakat menjadi actor utama perubahan.

Tahapan Gerakan

Page 19: Revolusi Kepemimpinan Gerakan PMII

Strategi gerakan PMII perlu memikirkan beberapa hal berkenaan orientasi politik: (1) perspektif dan ideologi yang lebih jelas dan matang; (2) kemampuan memetakan isu dan analisis sosial

strategis; (3) pengorganisasian massa dan jaringan; (4) kaderisasi yang sistematik; (5) kemampuan diplomasi politik pada kelompok; (6) kaderisasi yang lebih rapi dan matang

Strategi gerakan PMII

Page 20: Revolusi Kepemimpinan Gerakan PMII

Fakta mengenai fragmentasi gerakan masyarakat sipil, perlu dibuat arena-arena bersama yang menghubungkan antar kelompok untuk bisa terus menerus membangun konsolidasi, mencegah keretakan relasi antar gerakan Gerakan PMII menjadi jembatan penghubung (agen konsolidasi)

Gerakan gerakan PMII perlu memperluas spektrum dan jangkauan, jika mahasiswa tidak hanya berkutat dalam aras kampus, namun bekerja bersama dengan kekuatan lain seperti NGO, parpol, media massa, dan ormas, atau aktor-aktor strategis dalam mengerjakan agenda kerakyatan

Konsolidasi kepemimpinan gerakan PMII

Page 21: Revolusi Kepemimpinan Gerakan PMII

Awas bahaya laten borjuis anti komunis !!