Sejarah PMII by. Fay

27
TENTANG PMII PMII, atau yang disingkat dengan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (Indonesian Moslem Students Movement), dalam bahasa jawanya adalah Anak Cucu organisasi NU yang lahir dari rahim Departemen perguruan Tinggi IPNU. Lahirnya PMII bukannya berjalan mulus, banyak sekali hambatan dan rintangan. Hasrat mendirikan organisasi NU sudah lama bergolak. namun pihak NU belum memberikan green light. Belum menganggap perlu adanya organisasi tersendiri buat mewadahi anak- anak NU yang belajar di perguruan tinggi. melihat fenomena yang ini, kemauan keras anak-anak muda itu tak pernah kendur, bahkan semakin berkobar-kobar saja dari kampus ke kampus. hal ini bisa dimengerti karena, kondisi sosial politik pada dasawarsa 50-an memang sangat memungkinkan untuk lahirnya organisasi baru. Banyak organisasi Mahasiswa bermunculan dibawah naungan payung induknya. misalkan saja HMI yang dekat dengan Masyumi, SEMI dengan PSII, KMI dengan PERTI, IMM dengan Muhammadiyah dan Himmah yang bernaung dibawah Al-Washliyah. Wajar saja jika kemudiaan anak-anak NU ingin mendirikan wadah tersendiri dan bernaung dibawah panji bintang sembilan, dan benar keinginan itu kemudian diwujudkan dalam bentuk IMANU (Ikatan Mahasiswa Nahdlatul Ulama) pada akhir 1955 yang diprakarsai oleh beberapa tokoh pimpinan pusat IPNU. Namun IMANU tak berumur panjang, dikarenakan PBNU menolak keberadaannya. ini bisa kita pahami kenapa Nu bertindak keras. sebab waktu itu, IPNU baru saja lahir pada 24 Februari 1954. Apa jadinya jika organisasi yang baru lahir saja belum terurus sudah menangani yang lain? hal ini logis seakli. Jadi keberatan NU bukan terletak pada prinsip berdirinya IMANU ( PMII ), tetapi lebih pada pertimbangan waktu, pembagian tugas dan efektifitas organisasi. Oleh karenanya, sampai pada konggres IPNU yang ke-2 (awal 1957 di pekalongan) dan ke-3 (akhir 1958 di Cirebon). NU belum memandang perlu adanya wadah tersendiri bagi anak-anak mahasiswa NU. Namun kecenderungan ini nsudah mulai diantisipasi dalam bentuk kelonggaran menambah Departemen Baru dalam kestrukturan organisasi IPNU, yang kemudian dep[artemen ini dikenal dengan Departemen Perguruan Tinggi IPNU.

Transcript of Sejarah PMII by. Fay

Page 1: Sejarah PMII by. Fay

TENTANG PMII

PMII, atau yang disingkat dengan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia

(Indonesian Moslem Students Movement), dalam bahasa jawanya adalah Anak Cucu

organisasi NU yang lahir dari rahim Departemen perguruan Tinggi IPNU.

Lahirnya PMII bukannya berjalan mulus, banyak sekali hambatan dan rintangan. Hasrat

mendirikan organisasi NU sudah lama bergolak. namun pihak NU belum memberikan

green light. Belum menganggap perlu adanya organisasi tersendiri buat mewadahi anak-

anak NU yang belajar di perguruan tinggi. melihat fenomena yang ini, kemauan keras

anak-anak muda itu tak pernah kendur, bahkan semakin berkobar-kobar saja dari kampus

ke kampus. hal ini bisa dimengerti karena, kondisi sosial politik pada dasawarsa 50-an

memang sangat memungkinkan untuk lahirnya organisasi baru. Banyak organisasi

Mahasiswa bermunculan dibawah naungan payung induknya. misalkan saja HMI yang

dekat dengan Masyumi, SEMI dengan PSII, KMI dengan PERTI, IMM dengan

Muhammadiyah dan Himmah yang bernaung dibawah Al-Washliyah. Wajar saja jika

kemudiaan anak-anak NU ingin mendirikan wadah tersendiri dan bernaung dibawah panji

bintang sembilan, dan benar keinginan itu kemudian diwujudkan dalam bentuk IMANU

(Ikatan Mahasiswa Nahdlatul Ulama) pada akhir 1955 yang diprakarsai oleh beberapa

tokoh pimpinan pusat IPNU.

Namun IMANU tak berumur panjang, dikarenakan PBNU menolak

keberadaannya. ini bisa kita pahami kenapa Nu bertindak keras. sebab waktu itu, IPNU

baru saja lahir pada 24 Februari 1954. Apa jadinya jika organisasi yang baru lahir saja

belum terurus sudah menangani yang lain? hal ini logis seakli. Jadi keberatan NU bukan

terletak pada prinsip berdirinya IMANU ( PMII ), tetapi lebih pada pertimbangan waktu,

pembagian tugas dan efektifitas organisasi.

Oleh karenanya, sampai pada konggres IPNU yang ke-2 (awal 1957 di

pekalongan) dan ke-3 (akhir 1958 di Cirebon). NU belum memandang perlu adanya

wadah tersendiri bagi anak-anak mahasiswa NU. Namun kecenderungan ini nsudah mulai

diantisipasi dalam bentuk kelonggaran menambah Departemen Baru dalam kestrukturan

organisasi IPNU, yang kemudian dep[artemen ini dikenal dengan Departemen Perguruan

Tinggi IPNU.

Page 2: Sejarah PMII by. Fay

Dan baru setelah konferensi Besar IPNU (14-16 Maret 1960 di kaliurang), disepakati

untuk mendirikan wadah tersendiri bagi mahsiswa NU, yang disambut dengan

berkumpulnya tokoh-tokoh mahasiswa NU yang tergabung dalam IPNU, dalam sebuah

musyawarah selama tiga hari(14-16 April 1960) di Taman Pendidikan Putri

Khadijah(Sekarang UNSURI) Surabaya. Dengan semangat membara, mereka membahas

nama dan bentuk organisasi yang telah lama mereka idam-idamkan.

Bertepatan dengan itu, Ketua Umum PBNU KH. Idam Kholid memberikan lampu

hijau. Bahkan memberi semangat pada mahasiswa NU agar mampu menjadi kader partai,

menjadi mahasiswa yang mempunyai prinsip: Ilmu untuk diamalkan dan bukan ilmu

untuk ilmu…maka, lahirlah organisasi Mahasiswa dibawah naungan NU pada tanggal 17

April 1960. Kemudian organisasi itu diberi nama Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia

( PMII ).

Disamping latar belakang lahirnya PMII seperti diatas, sebenarnya pada waktu itu

anak-anak NU yang ada di organisasi lain seperti HMI merasa tidak puas atas pola gerak

HMI. Menurut mereka ( Mahasiswa NU ) , bahwa HMI sudah berpihak pada salah satu

golongan yang kemudian ditengarai bahwa HMI adalah anderbownya partai Masyumi,

sehinggga wajar kalau mahasiswa NU di HMI juga mencari alternatif lain. Hal ini juga

diungkap oleh Deliar Nur ( 1987 ), beliau mengatakan bahwa PMII merupakan cermin

ketidakpuasan sebagian mahasiswa muslim terhadap HMI, yang dianggap bahwa HMI

dekat dengan golongan modernis ( Muhammadiyah ) dan dalam urusan politik lebih

dekat dengan Masyumi.

Dari paparan diatas bisa ditarik kesimpulan atau pokok-pokok pikiran dari makna dari

kelahiran PMII:

• Bahwa PMII karena ketidakmampuan Departemen Perguruan Tinggi IPNU dalam

menampung aspirasi anak muda NU yang ada di Perguruan Tinggi .

• PMII lahir dari rekayasa politik sekelompok mahasiswa muslim ( NU ) untuk

mengembangkan kelembagaan politik menjadi underbow NU dalam upaya

merealisasikan aspirasi politiknya.

• PMII lahir dalam rangka mengembangkan paham Ahlussunah Waljama’ah dikalangan

mahasiswa.

Page 3: Sejarah PMII by. Fay

• Bahwa PMII lahir dari ketidakpuasan mahasiswa NU yang saat itu ada di HMI, karena

HMI tidak lagi mempresentasikan paham mereka ( Mahasiswa NU ) dan HMI ditengarai

lebih dekat dengan partai MASYUMI.

• Bahwa lahirnya PMII merupakan wujud kebebasan berpikir, artinya sebagai mahasiswa

harus menyadari sikap menentukan kehendak sendiri atas dasar pilihan sikap dan

idealisme yang dianutnya.

Dengan demikian ide dasar pendirian PMII adalah murni dari anak-anak muda

NU sendiri Bahwa kemudian harus bernaung dibawah panji NU itu bukan berarti sekedar

pertimbangan praktis semata, misalnya karena kondisi pada saat itu yang memang nyaris

menciptakan iklim dependensi sebagai suatu kemutlakan. Tetapi, keterikatan PMII

kepada NU memang sudah terbentuk dan sengaja dibangun atas dasar kesamaan nilai,

kultur, akidah, cita-cita dan bahkan pola berpikir, bertindak dan berperilaku.

Kemudian PMII harus mengakui dengan tetap berpegang teguh pada sikap Dependensi

timbul berbagai pertimbangan menguntungkan atau tidak dalam bersikap dan berperilaku

untuk sebuah kebebasan menentukan nasib sendiri.

Oleh karena itu haruslah diakui, bahwa peristiwa besar dalam sejarah PMII adalah

ketika dipergunakannya istilah Independent dalam deklarasi Murnajati tanggal 14 Juli

1972 di Malang dalam MUBES III PMII, seolah telah terjadi pembelahan diri anak ragil

NU dari induknya.

Sejauh pertimbangan-pertimbangan yang terekam dalam dokumen historis, sikap

independensi itu tidak lebih dari dari proses pendewasaan. PMII sebagai generasi muda

bangsa yang ingin lebih eksis dimata masyarakat bangsanya. Ini terlihat jelas dari tiga

butir pertimbangan yang melatar belakangi sikap independensi PMII tersebut.

Pertama, PMII melihat pembangunan dan pembaharuan mutlak memerlukan

insan-insan Indonesia yang berbudi luhur, taqwa kepada Allah SWT, berilmu dan cakap

serta tanggung jawab, bagi keberhasilan pembangunan yang dapat dinikmati secara

merata oleh seluruh rakyat. Kedua, PMII selaku generasi muda indonesia sadar akan

perannya untuk ikut serta bertanggungjawab, bagi keberhasilan pembangunan yang dapat

dinikmati secar merata oleh seluruh rakyat. Ketiga, bahwa perjuangan PMII yang

senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan idealisme sesuai deklarasi

Page 4: Sejarah PMII by. Fay

tawangmangu, menuntut berkembangnya sifat-sifat kreatif, keterbukaan dalam sikap, dan

pembinaan rasa tanggungjawab.

Berdasarkan pertimbangan itulah, PMII menyatakan diri sebagai organisasi Independent,

tidak terikat baik sikap maupun tindakan kepada siapapun, dan hanya komitmen terhadap

perjuangan organisasi dan cita-cita perjuangan nasional yang berlandaskan Pancasila.

SITUASI DAN KONDISI POLITIK SEKITAR KELAHIRAN PMII.

Ada beberapa situasi dan kondisi yang melatar belakangi proses kelahiran PMII saat itu,

antara lain situasi politik negara Republik Indonesia, Posisi Umat Islam Indonesia, dan

Keadaan Organisasi Mahasiswa saat itu. Namun disini penulis tidak akan mengulas

semua situasi dan kondisi politik disekitar proses kelahiran PMII tersebut, tetapi hanya

akan sedikit mengulas keadaan organisasi mahasiswa saat itu.

Yang dimaksud dengan keadaan organisasi mahasiswa disini adalah suatu wadah

aktivitas para mahasiswa di luar kampus (ekstra universiter dan ekstra kurikuler). Dengan

wadah seperti itu aktivitas mahasiswa banyak memberikan andil besar terhadap pasang

surutnya sejarah bangsa Indonesia, khususunya generasi muda. Andil tersebut biasanya

digerakkan oleh idealisme yang berorientasi pada situasi yang selalu menghendaki

adanya perubahan kearah perbaikan bangsanya, sesuai dengan cita-cita proklamasi

kemerdekaan Indonesia, Pancasila dan UUD 1945.

Generasi muda khususnya para mahasiswa merupakan kelompok terpelajar yang

mendapat perhatian dari pemerintah, lantaran menyangkut masa depan kehidupan bangsa.

Situasi dunia kemahasiswaan saat itu banyak terkait dengan kondisi politik nasional.

Sebab sejarah kemahasiswaan di Indonesia pun paralel dengan apa yang terjadi pada dasa

warsa 1950-an, kegiatan mahasiswa pada dasa warsa 1950-an banyak berkaitan dengan

persoalan-persoalan politik, sebab mahasiswa pada saat itu lebih cendrung merupakan

alat partai politik).

Oleh karena itu wajar kalau organisasi mahasiswa harus terlibat dalam masalah

penyusunan kabinet. ) Demikian juga misalnya ketika pelaksanaan Pemilu tahun 1955,

organisasi mahasiswa Islam yang diwakili oleh HMI pada saat itu menyerukan kepada

masyarakat supaya memilih partai-partai Islam, dan khusus kepada warganya supaya

memilih salah satu partai Islam yang disenangi. Sedangkan dalam pelaksanaan sidang

Page 5: Sejarah PMII by. Fay

Dewan Konstituante 1957 di Bandung diwakili oleh Porpisi (perserikatan organisasi-

organisasi pemuda Islam Indonesia) yang dipimpin oleh EZ. Muttaqin menjadi peninjau

pada pelaksanaan sidang tersebut.

Keterlibatan mahasiswa dalam politik praktis di imbangi pula oleh aktivitas-

aktivitas di bidang kepemudaan, baik dalam skala nasional maupun International. Porpisi

dan FPII (front pemuda Islam Indonesia) adalah dua organisasi yang telah mengantarkan

peran serta para pemuda islam Indonesia. Demikian juga kahadiran GPII (Gerakan

pemuda Islam Indonesia) sebelumnya telah memainkan peranan penting dalam

hubungannya dengan BKPRI (Badan Kongres Pemuda Republik Indonesia) yang

dipimpin oleh Khairul Saleh. Dalam pertemuan Kongres Pemuda Islam sedunia

(International Assembly of Muslem Youth) pada tahun 1955 di Karachi Pakistan, pemuda

Islam Indonesia diwakili oleh PORPISI.

Sementara PPMI (Perserikatan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia) dan MMI

(Majlis Mahasiswa Indonesia) yaitu wadah federatif organisasi ekstra dan intra-

universiter telah memberi warna tersendiri dalam dunia kemahasiswaan. PPMI berdiri

tahun 1947 yang didukung oleh organisasi-organisasi ekstra-universiter baik yang

beraliran nasionalis, agama, sosialis maupun organisasi lokal. Organisasi sangat aktif

dalam kegiatan-kegiatan politik dalam dan luar negeri. Sebagai atas PPMI, maka

mahasiswa-mahasiswa yang masih menginginkan kemurnian aktivitasnya dari politik

mereka mendirikan organisasi Intra-universiter di tiap-tiap perguruan tinggi beruapa

Sema (Senat Mahasiswa) dan Dema (Dewan Mahasiswa) yang akhirnya berkembang

menjadi MMI.

Akan tetapi dalam perjalanan sejarahnya PPMI dan MMI juga sama saja, yaitu

kedua organisasi ini tidak bisa melepaskan diri dari soal politik. Oleh karena itu jika

mengungkapkan dunia kemahasiswaan secara organisasi pada tahun 1950-an tidak

terlepas dari adanya persaingan politik dalam dua tubuh organisasi federatif itu, bahkan

persaingan tersebut berlangsung hingga tahun 1965 disaat meletusnya G.30.S/PKI. PPMI

dan MMI yang sudah didominasi oleh CGMI (Consentrasi Gerakan Mahasiswa

Indonesia) yang berhaluan Komunis kemudian tamat riwayatnya bersamaan dengan

penganyangan terhadap G.30.S/PKI.

Page 6: Sejarah PMII by. Fay

Dinamika kehidupan mahasiswa yang seperti itu telah mendorong sekelompok

mahasiswa nahdliyin untuk ikut berperan didalamnya, sebab dalam suasana seperti itu

para mahasiswa nahdliyin merasa tidak cukup tersalurkan aspirasinya hanya melalui

HMI. Wajar bila akhirnya para mahasiswa nahdliyin segera membentuk wadah tersendiri,

disamping alasan intern yakni IPNU sudah tidak lagi mampu mewadahi gerakan para

mahasiswa nahdliyin tersebut.

PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA PMII DALAM LINTASAN SEJARAH

Panggung pergerakan merupakan medan utama mahasiswa dalam menancapkan

api perjuangan di Nusantara. Sejak dirangkai oleh visi kemerdekaan, dunia pemuda dan

mahasiswa tidak hanya jadi penonton “hitam putihnya Indonesia” yang baru lepas dari

belenggu kolonialisme. Hasrat yang kuat untuk membangun bangsa yang berkeadilan

tanpa diskriminasi dan berperadaban adalah isu utama kebangsaan yang diusung oleh

mahasiswa.

Sejarah mencatat, gerakan mahasiswa awal yang dipelopori oleh sekelompok

mahasiswa STOVIA yang mendeklarasikan dirinya sebagai kelompok Budi Utomo ( 20

Mei 1908 ) mampu memelopori perlawanan terhadap kungkungan kolonialisme terhadap

bangsa. Mahasiswa pada saat itu mampu mengejawantahkan dirinya sebagai agent of

change yang terus bergeliat mencari makna ke arah perubahan yang lebih baik.

Pada dekade 1920-an, terdapat fenomena gerakan baru yang dilakukan oleh

serombongan mahasiswa Indonesia. Gerakan mahasiswa pada masa ini terkonsentrasi

pada wilayah pembentukan dan pengembangan kelompok-kelompok studi. Format baru

tersebut menjadi orientasi gerakan kala itu, karena banyak pemuda dan mahasiswa yang

kecewa dengan perkembangan kekuatan-kekuatan perjuangan di Indonesia. Melalui

kelompok studi, pergaulan di antara para mahasiswa pun tidak dibatasi oleh sekat-sekat

kedaerahan, kesukuan, dan keagamaan yang mungkin memperlemah perjuangan

mahasiswa.

Selanjutnya, sebagai reaksi atas aneka-ragam kecenderungan permusuhan atau

perpecahan yang membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa. Dimana ketika itu, di

samping organisasi politik, juga memang terdapat beberapa wadah perjuangan pemuda

Page 7: Sejarah PMII by. Fay

yang bersifat keagamaan, kedaerahan, dan kesukuan yang tumbuh subur, seperti Jong

Java, Jong Sumateranen Bond, Jong Celebes, Jong Ambon, Jong Batak, Jong Islamieten

Bond, dan lain-lain. Maka semangat perjuangan pemuda-pemuda Indonesia tersebut

harus tercetuskan dalam satu tekad tanpa sekat. Akhirnya, pada 27-28 Oktober 1928

diselenggarakan Kongres Pemuda II, yang menghasilkan rumusan-rumusan baru untuk

menyikapi kondisi bangsa. Sumpah setia hasil Kongres Pemuda II tersebut, dibacakan

pada 28 Oktober 1928, yang kemudian dikenal sebagai Sumpah Pemuda.

Dari kebangkitan kaum terpelajar, mahasiswa, intelektual, dan aktivis pemuda inilah,

muncul generasi baru pemuda Indonesia, angkatan 1928. Sumpah Pemuda sebagai alat

pemersatu semangat kebangsaan mampu mempersatukan tekad para pemuda untuk

bersama dan bersatu dalam semangat persatuan Indonesia.

Era 1940-an, para pemuda dan mahasiswa tidak hanya diam terpaku melihat

kondisi realitas bangsa yang carut marut tanpa kepastian. Pada tahun 1945, pemuda dan

mahasiswa mencoba untuk menyatukan persepsi dan segera merumuskan persiapan

kemerdekaan Indonesia. Melalui kalangan tua, Soekarno dan Hatta, yang didesak

beberapa tokoh muda untuk segera merumuskan persiapan kemerdekaan Indonesia,

akhirnya mengabulkan keinginan para pemuda. Dan memproklamasikan negara

Indonesia yang merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. Pada momentum inilah, fungsi

gerakan pemuda Indonesia benar-benar menunjukkan partisipasi yang sangat berarti.

Indonesia merdeka yang menjadi impian bangsa Indonesia kini telah terwujud.

Tidak berhenti sampai disini. Paska kemerdekaan Indonesia, pemuda dan

mahasiswa terus bergerak untuk berbenah, menyikapi kondisi bangsanya melalui sistim

kepartaian yang ada. Seiring dengan suasana Indonesia pada masa-masa awal

kemerdekaan hingga Demokrasi Parlementer, yang lebih diwarnai perjuangan partai-

partai politik dan saling bertarung berebut kekuasaan, maka pada saat yang sama,

mahasiswa lebih melihat diri mereka sebagai The Future Man; artinya, sebagai calon elit

yang akan mengisi pos-pos birokrasi pemerintahan yang akan dibangun.

Bersamaan dengan diberikannya ruang dalam sistem politik bagi para aktivis

mahasiswa yang memiliki hubungan dekat dengan elit politik nasional. Maka pada masa

ini banyak organisasi mahasiswa yang tumbuh berafiliasi dengan partai politik. Hingga

berujung pada masa Demokrasi Terpimpin (1959-1965), dan keinginan pemerintahan

Page 8: Sejarah PMII by. Fay

Soekarno untuk mereduksi partai-partai, maka kebanyakan organisasi mahasiswa pun

membebaskan diri dari afiliasi partai dan tampil sebagai aktor kekuatan independen,

sebagai kekuatan moral maupun politik yang nyata. Dibuktikan dengan terbentuk dan

tergabungnya organisasi mahasiswa (termasuk PMII, GMKI, HMI, Sekretariat Bersama

Organisasi-organisasi Lokal -SOMAL-, Mahasiswa Pancasila -Mapancas-, dan Ikatan

Pers Mahasiswa -IPMI-) dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) untuk

melakukan perlawanan terhadap paham komunis, memudahkan koordinasi dan memiliki

kepemimpinan.

Karena sikap pemerintah yang otoriter, serta terjadinya pemberontakan 30

September 1965, menyebabkan pemerintahan Demokrasi Terpimpin mengalami

keruntuhan. Berakhirnya rezim Orde Lama yang dipimpin Soekarno tersebut, memulai

babak baru perjalanan bangsa Indonesia, dengan kepemimpinan Soeharto, yang

kemudian dikenal dengan rezim Orde Baru.

Pada era 1970-an (era rezim Orde Baru), pemuda dan mahasiswa Indonesia

mengalami distorsi gerakan. Sikap konfrontasi mahasiswa terhadap pemerintahan yang

korup, berujung pada permainan rekayasa dan kebijakan kooptasi pemerintahan Orde

Baru, yang mencoba mempertahankan status quo. Selanjutnya, melalui kebijakan

Normalisasi Kehidupan Kampus, gerakan mahasiswa benar-benar tereduksi oleh sikap

otoritarianisme penguasa. Akibatnya mahasiswa hanya disibukkan dengan berbagai

kegiatan kampus, di samping kuliah sebagai rutinitas akademik serta dihiasi dengan

aktivitas kerja sosial, dis natalis, acara penerimaan mahasiswa baru dan wisuda sarjana.

Dengan semakin termarjinalnya gerakan mahasiswa dalam pentas kontrol sosial-

politik Indonesia, akhirnya pada era berikutnya, gerakan mahasiswa mengalami power

disaccumulation, yang kemudian melahirkan angkatan baru, yaitu angkatan 1990-an.

Adalah satu keberanian menggulirkan diskursus gerakan mahasiswa 1990-an di tengah

kehancuran politik mahasiswa, yang disebabkan oleh kebijakan Normalisasi Kehidupan

Kampus. Namun gerakan tersebut perlahan mulai kembali menggelinding bersamaan

dengan isu SDSB. Bahkan dalam perkembangannya, keberhasilan gerakan mahasiswa

dalam isu SDSB harus diakui berhasil meskipun sedikit tertolong oleh power block

politic yang ada.

Page 9: Sejarah PMII by. Fay

Lahirnya gerakan mahasiswa 1998 dengan segala keberhasilannya meruntuhkan

kekuasaan rezim Orde Baru, adalah merupakan akibat dari akumulasi ketidakpuasan dan

kekecewaan politik yang telah bergejolak selama puluhan tahun dan akhirnya “meledak”.

Secara obyektif situasi pada saat itu, sangat kondusif bagi gerakan mahasiswa berperan

sebagai agen perubahan. Krisis legitimasi politik yang sudah diambang batas, justru

terjadi bersamaan dengan datangnya badai krisis moneter di berbagai sektor. Di sisi lain

secara subyektif, gerakan mahasiswa 1998 telah belajar banyak dari gerakan 1966 dengan

mengubah pola gerakan dari kekuatan ekslusif ke inklusif dan menjadi bagian dari

kekuatan rakyat.

Sasaran dari tuntutan “Reformasi” gerakan mahasiswa dan kelompok-kelompok

lain yang beroposisi terhadap rezim Orde Baru, antara lain adalah perubahan

kepemimpinan nasional. Soeharto harus diruntuhkan dari kekuasaan, karena tidak akan

ada reformasi selama Soeharto masih berkuasa. Namun demikian, kenyataan

menunjukkan suara-suara kritis yang menuntut perubahan tidak mendapatkan jawaban

dari rezim penguasa, sebagaimana yang diharapkan. Terlebih oleh Golongan Karya

(Golkar), yang dengan enteng mencalonkan kembali Soeharto.

Perjalanan panjang gerakan mahasiswa akhirnya mencapai puncaknya pada Mei 1998,

dengan indikasi turunnya kekuatan otoriter di bawah kepemimpinan Soeharto. Namun

keberhasilan yang mengesankan ini tampaknya tidak dibarengi oleh kesiapan jangka

panjang gerakan mahasiswa. Berbagai kontroversi kemudian timbul di masyarakat,

berkenaan dengan pengalihan kekuasaan ini.

Pertama, pandangan yang melihat hal itu sebagai proses inkonstitusional dan

sebaliknya pandangan kedua, beranggapan bahwa langkah tersebut sudah konstitusional.

Menyambut turunnya Soeharto, sejenak mahasiswa benar-benar diliputi kegembiraan.

Perjuangan mereka satu langkah telah berhasil, tetapi kemudian timbul keretakan di

antara kelompok-kelompok mahasiswa mengenai sikap mahasiswa terhadap peralihan

kekuasaan dari Soeharto ke Habibie.

Paska reformasi 1998, tampak terlihat masih amburadulnya konsolidasi gerakan

mahasiswa. Gerakan mahasiswa tahap selanjutnya mengalami krisis identitas. Perbedaan

visi yang muncul pada gerakan mahasiswa seringkali mengarah pada persoalan friksi-

friksi yang sifatnya teknis. Kenyataan demikian menyebabkan friksi-friksi gerakan

Page 10: Sejarah PMII by. Fay

mahasiswa kehilangan arah dan bentuk. Hal ini menyebabkan sejumlah gerakan

mahasiswa harus melakukan konsolidasi internal organisasi. Konsolidasi internal ini

sebagai upaya untuk mencari format baru gerakan mahasiswa dalam konstalasi politik

yang baru pula. Disamping itu, konsolidasi internal ditujukan agar gerakan mahasiwa

harus lebih introspeksi diri terhadap apa yang dilakukan. Upaya konsolidasi internal ini

bukan berarti menegasikan dinamika politik sekitar, akan tetapi, konsolidasi internal ini

agar lebih tepat, baik secara strategis dan taktis untuk melakukan gerakan kedepan.

REFLEKSI PMII SEBAGAI ORGANISASI KEMAHASISWAAN

Dokumen Sejarah menjadi sangat penting untuk ditinjau ulang sebagai referensi

atau cerminan masa kini dan menempuh masa depan, demikian halnya Pergerakan

Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) sebagai organisasi kemahasiswaan yang gerak

perjuangannya adalah membela kaum mustadh’afin serta membangun kebangsaan yang

lebih maju dari berbagai aspek sesuai dengan yang telah dicita-citakan.

Latar belakang berdirinya PMII terkait dengan kondisi politik pada PEMILU

1955, berada di antara kekuatan politik yang ada, yaitu MASYUMI, PNI, PKI dan NU.

Partai MASYUMI yang diharapkan mampu untuk menggalang berbagai kekuatan umat

Islam pada saat itu ternyata gagal. Serta adanya indikasi keterlibatan MASYUMI dalam

pemberontakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dan Perjuangan

Semesta (PERMESTA) yang menimbulkan konflik antara Soekarno dengan MASYUMI

(1958). Hal inilah yang kemudian membuat kalangan mahasiswa NU gusar dan tidak

enjoy beraktivitas di HMI (yang saat itu lebih dekat dengan MASYUMI), sehingga

mahasiswa NU terinspirasi untuk mempunyai wadah tersendiri “di bawah naungan NU”,

dan di samping organisasi kemahasiswaan yang lain seperti HMI (dengan MASYUMI),

SEMMI (dengan PSII), IMM (dengan Muhammadiyah), GMNI (dengan PNI) dan KMI

(dengan PERTI), CGMI (dengan PKI).

Proses kelahiran PMII terkait dengan perjalanan Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama

(IPNU), yang lahir pada 24 Februari 1954, dan bertujuan untuk mewadahi dan mendidik

kader-kader NU demi meneruskan perjuangan NU. Namun dengan pertimbangan aspek

psikologis dan intelektualitas, para mahasiswa NU menginginkan sebuah wadah

tersendiri. Sehingga berdirilah Ikatan Mahasiswa Nahdhatul Ulama (IMANU) pada

Page 11: Sejarah PMII by. Fay

Desember 1955 di Jakarta, yang diprakarsai oleh beberapa Pimpinan Pusat IPNU,

diantaranya Tolchah Mansyur, Ismail Makky dll.

Namun akhirnya IMANU tidak berumur panjang, karena PBNU tidak mengakui

keberadaanya. Hal itu cukup beralasan mengingat pada saat itu baru saja dibentuk IPNU

pada tanggal 24 Februari 1954, “apa jadinya kalau bayi yang baru lahir belum mampu

merangkak dengan baik sudah menyusul bayi baru yang minta diurus dan dirawat dengan

baik lagi.”.

Dibubarkannya IMANU tidak membuat semangat mahasiswa NU menjadi luntur,

akan tetapi semakin mengobarkan semangat untuk memperjuangkan kembali pendirian

organisasi, sehingga pada Kongres IPNU ke-3 di Cirebon, 27-31 Desember 1958,

diambillah langkah kompromi oleh PBNU dengan mendirikan Departemen Perguruan

Tinggi IPNU untuk menampung aspirasi mahasiswa NU. Namun setelah disadari bahwa

departemen tersebut tidak lagi efektif, serta tidak cukup kuat menampung aspirasi

mahasiswa NU (sepak terjang kebijakan masih harus terikat dengan struktural PP IPNU),

akhirnya pada Konferensi Besar IPNU di Kaliurang, 14-16 Maret 1960, disepakati

berdirinya organisasi tersendiri bagi mahasiswa NU dan terpisah secara struktural dengan

IPNU. Dalam Konferensi Besar tersebut ditetapkanlah 13 orang panitia sponsor untuk

mengadakan musyawarah diantaranya adalah:

1. A. Cholid Mawardi (Jakarta).

2. M. Said Budairi (Jakarta).

3. M. Subich Ubaid (Jakarta).

4. M. Makmun Sjukri, BA (Bandung).

5. Hilman (Bandung).

6. H. Ismail Makky (Yogyakarta).

7. Munsif Nachrowi (Yogyakarta).

8. Nurul Huda Suaidi, BA (Surakarta).

9. Laili Mansur (Surakarta).

10. Abdul Wahab Djaelani (Semarang).

11. Hizbullah Huda (Surabaya).

12. M. Cholid Marbuko (Malang).

13. Ahmad Husein (Makassar).

Page 12: Sejarah PMII by. Fay

Lalu berkumpulah tokoh-tokoh mahasiswa yang tergabung dalam organisasi

IPNU tersebut untuk membahas tentang nama organisasi yang akan dibentuk.

Sebelum musyawarah berlangsung, beberapa orang dari panitia tersebut meminta restu

kepada Dr. KH. Idham Cholid, Ketua Umum PBNU, untuk mencari pegangan pokok

dalam pelaksanaan Musyawarah, mereka adalah Hizbullah Huda, M. Said Budairi dan

Makmun Sjukri. Dan akhirnya mereka mendapatkan lampu hijau, beberapa petunjuk,

sekaligus harapan agar menjadi kader partai NU yang cakap dan berprinsip ilmu untuk

diamalkan serta berkualitas takwa yang tinggi kepada Allah SWT.

Akhirnya, pada tanggal 14-16 April 1960 dilaksanakan Musyawarah Nasional

Mahasiswa NU bertempat di Taman Pendidikan Puteri Khadijah Surabaya dengan

dihadiri mahasiswa NU dari berbagai penjuru kota di Indonesia, dari Jakarta, Bandung,

Semarang, Surakarta, Yogyakarta, Surabaya, Malang dan Makassar, serta perwakilan

senat Perguruan Tinggi yang bernaung dibawah NU. Pada saat itu diperdebatkan nama

organisasi yang akan didirikan. Delegasi Yogyakarta mengusulkan nama Himpunan atau

Perhimpunan Mahasiswa Sunny. Delegasi Bandung dan Surakarta mengusulkan nama

PMII.

Selanjutnya nama PMII yang menjadi kesepakatan Kongres. Namun kemudian

kembali dipersoalkan kepanjangan dari “P” apakah Perhimpunan atau Persatuan.

Akhirnya disepakati huruf “P” merupakan singkatan dari Pergerakan, sehingga PMII

adalah “Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia”. Musyawarah juga menghasilkan

susunan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) PMII, serta memilih dan

menetapkan Kepengurusan. Terpilih Sahabat Mahbub Djunaidi sebagai Ketua Umum, M.

Chalid Mawardi sebagai Ketua I, dan M. Said Budairy sebagai Sekretaris Umum. Ketiga

orang tersebut diberi amanat dan wewenang untuk menyusun kelengkapan kepengurusan

PB PMII.

PMII dideklarasikan secara resmi pada tanggal 17 April 1960 Masehi atau

bertepatan dengan tanggal 17 Syawwal 1379 Hijriyah. Maka secara resmi pada tanggal

17 April 1960 dinyatakan sebagai hari lahir PMII. Dua bulan setelah berdiri, pada tanggal

14 Juni 1960 pucuk pimpinan PMII disahkan oleh PBNU. Sejak saat itu PMII memiliki

otoritas dan keabsahan untuk melakukan program-programnya secara formal

organisatoris.

Page 13: Sejarah PMII by. Fay

Dalam waktu yang relatif singkat, PMII mampu berkembang pesat sampai

berhasil mendirikan 13 cabang yang tersebar di berbagai pelosok Indonesia karena

pengaruh nama besar NU. Dalam perkembangannya PMII juga terlibat aktif, baik dalam

pergulatan politik serta dinamika perkembangan kehidupan kemahasiswaan dan

keagamaan di Indonesia (1960-1965).

Pada 14 Desember 1960 PMII masuk dalam PPMI dan mengikuti Kongres VI

PPMI (5 Juli 1961) di Yogyakarta sebagai pertama kalinya PMII mengikuti kongres

federasi organisasi ekstra universitas. Peran PMII tidak terbatas di dalam negeri saja,

tetapi juga terlibat dalam perkembangan dunia internasional. Terbukti pada bulan

September 1960, PMII ikut berperan dalam Konferensi Panitia Forum Pemuda Sedunia

(Konstituen Meeting of Youth Forum) di Moscow, Uni Soviet. Tahun 1962 menghadiri

seminar World Assembly of Youth (WAY) di Kuala Lumpur, Malaysia. Festival Pemuda

Sedunia di Helsinki, Irlandia dan seminar General Union of Palestina Student (GUPS) di

Kairo, Mesir.

Di dalam negeri, PMII melibatkan diri terhadap persoalan politik dan kenegaraan,

terbukti pada tanggal 25 Oktober 1965, berawal dari undangan Menteri Perguruan Tinggi

Syarif Thoyyib kepada berbagai aktifis mahasiswa untuk membicarakan situasi nasional

saat itu, sehingga dalam ujung pertemuan disepakati terbentuknya KAMI (Kesatuan Aksi

Mahasiswa Indonesia) yang terdiri dari PMII, HMI, IMM, SEMMI, dan GERMAHI yang

dimaksudkan untuk menggalang kekuatan mahasiswa Indonesia dalam melawan

rongrongan PKI dan meluruskan penyelewengan yang terjadi. Sahabat Zamroni sebagai

wakil dari PMII dipercaya sebagai Ketua Presidium. Dengan keberadaan tokoh PMII di

posisi strategis menjadi bukti diakuinya komitmen dan kapabilitas PMII untuk semakin

pro aktif dalam menggelorakan semangat juang demi kemajuan dan kejayaan Indonesia.

Usaha konkrit dari KAMI yaitu mengajukan TRITURA dikarenakan persoalan tersebut

yang paling dominan menentukan arah perjalanan bangsa Indonesia. Puncak aksi yang

dilakukan KAMI adalah penumbangan rezim Orde Lama yang kemudian melahirkan

rezim Orde Baru, yang pada awalnya diharapkan untuk dapat mengoreksi

penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan Orde Lama dan bertekad untuk

melaksanakan UUD 1945 dan Pancasila secara murni dan konsekuen sebagai cerminan

dari pengabdian kepada rakyat.

Page 14: Sejarah PMII by. Fay

Pemikiran-pemikiran PMII mengenai berbagai masalah nasional maupun

internasional sangat relevan dengan hasil-hasil rumusan dalam kongresnya antara lain

yaitu :

1. Kongres I Solo, 23-26 Desember 1961 menghasilkan Deklarasi Tawang Mangu yang

mengangkat tema Sosialisme Indonesia, Pendidikan Nasional, Kebudayaan dan

Tanggungjawabnya sebagai generasi penerus bangsa.

2. Kongres II di Yogyakarta, 25-29 Desember 1963 penegasan pemikiran Kongres I dan

dikenal sebagai Penegasan Yogyakarta dan sebelumnya ditetapkan 10 Kesepakatan

Ponorogo 1962 (sebagai bukti kesadaran PMII akan perannya sebagai kader NU).

DIBALIK NAMA PMII Nama PMII merupakan usulan dari delegasi Bandung dan Surabaya yang

mendapat dukungan dari utusan Surakarta. Nama PMII juga mempunyai arti tertentu.

Makna “Pergerakan” adalah dinamika dari hamba yang senantiasa bergerak menuju

tujuan idealnya yaitu memberi penerang bagi alam sekitarnya. Oleh karena itu PMII

harus terus berkiprah menuju arah yang lebih baik sebagai perwujudan

tanggungjawabnya pada lingkungan sekitarnya. Selain itu PMII juga harus terus

membina dan mengembangkan potensi ketuhanan dan kemanusiaan agar gerak dinamika

menuju tujuanya selalu berada dalam kualitas kekhalifahanya.

Makna “Mahasiswa” adalah generasi muda yang menuntut ilmu di perguruan

tinggi yang mempunyai identitas diri. Identitas diri mahasiswa terbangun oleh citra

sebagai Insan Religius, Insan Akademis, Insan Sosial dan Insan Mandiri. Dari identitas

tersebut terpantul tanggungjawab keagamaan, intelektualitas, sosial-kemasyarakatan dan

tanggungjawab individu sebagai hamba Allah maupun sebagai warga Negara.

Makna “Islam” yang dipahami sebagai paradigma Ahlussunnah Wal Jamaah yaitu konsep

pendekatan terhadap ajaran agama Islam secara proporsional terhadap Iman, Islam dan

Ihsan, yang di dalam pola pikir dan pola perlakuannya tercermin sifat-sifat selektif,

akomodatif dan integratif.

Makna “Indonesia” adalah masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang

mempunyai falsafah dan ideologi bangsa serta UUD 1945. Dan mempunyai komitmen

kebangsaan sesuai dengan asas Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Page 15: Sejarah PMII by. Fay

INDEPENDENSI PMII SEBUAH PILIHAN. Seiring dengan perjalanan waktu, perubahan dalam kehidupan tidak dapat

terelakkan. Setelah keluarnya SUPERSEMAR 1966, kegiatan demonstrasi massa

menurun, hingga akhirnya dilarang sama sekali. Mahasiswa diperintahkan untuk back to

campus. Kondisi yang demikian menggeser posisi strategis KAMI menjadi

termarjinalkan, sehingga diusahakan untuk mengadakan beberapa rapat mulai 1967 di

Ciawi, disusul 11-13 Februari 1969 dengan membahas National Union of Student.

Namun usaha-usaha yang dilakukan menemui jalan buntu, hingga akhirnya KAMI bubar

dan beberapa anggotanya kembali pada organisasi yang semula.

PMII tetap melakukan gerakan-gerakan moral terhadap kasus dan penyelewengan

yang dilakukan oleh penguasa. Sejak Orde Baru berdiri, kemenangan berada di tangan

Partai Golkar dengan dukungan dari ABRI. Perubahan konstalasi politik pun terjadi

perlahan dan pasti. Partai-partai politik Islam termasuk NU dimarjinalkan dan

dimandulkan. Dan disisi lain kondisi intern NU dilanda konflik internal.

Harus diakui bahwa sejarah paling besar dalam PMII adalah ketika

dipergunakannya independensi dalam Deklarasi Murnajati, 14 Juli 1972. Dalam MUBES

III tersebut, dilakukan rekonstruksi perjalanan PMII selama 12 tahun. Analisa untung-

rugi ketika PMII tetap bergabung (dependen) pada induknya (NU). Namun sejauh itu

pertimbangan yang ada tidak jauh dari proses pendewasan. PMII sebagai organisasi

kepemudaan ingin lebih eksis di mata bangsanya. Hal ini terlihat jelas dari tiga butir

pertimbangan yang melatarbelakangi Independensi PMII tersebut.

* Butir pertama, PMII melihat pembangunan dan pembaharuan, mutlak memerlukan

insan Indonesia yang berbudi luhur, takwa kepada Allah, berilmu dan bertanggungjawab,

serta cakap dalam mengamalkan ilmu pengetahuanya.

* Butir Kedua, PMII sebagai organisasi pemuda Indonesia, sadar akan peranananya untuk

ikut bertanggungjawab bagi keberhasilan bangsa untuk dinikmati seluruh rakyat.

* Butir Ketiga, bahwa PMII yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan

idealisme sesuai dengan idealisme Tawang Mangu, menuntut berkembangnya sifat-sifat

kreatif, sikap keterbukaan dan pembinaan rasa tanggungjawab.

Page 16: Sejarah PMII by. Fay

Berdasarkan pertimbangan tersebut, PMII menyatakan diri sebagai organisasi

independen, tidak terikat baik sikap maupun tindakan dengan siapapun, dan hanya

komitmen dengan perjuangan organisasi dan cita-cita perjuangan nasional, yang

berlandaskan Pancasila.

Deklarasi Murnajati tersebut kemudian ditegaskan kembali dalam Kongres V

PMII di Ciloto, 28 Desember 1973. Dalam bentuk Manifesto Independensi PMII yang

terdiri dari tujuh butir, salah satu butirnya berbunyi: “…bahwa pengembangan sikap

kreatif, keterbukaan dan pembinaan rasa tanggungjawab sebagai dinamika gerakan

dilakukan dengan bermodal dan bersifat kemahasiswaan serta didorong oleh moralitas

untuk memperjuangkan pergerakan dan cita-cita perjuangan nasional yang berlandaskan

Pancasila.”.

Sampai di sini, belum dijumpai adanya motif lain dari independensi itu, kecuali

proses pendewasaan. Hal ini didukung oleh manifesto butir terakhir, yang menyatakan

bahwa “dengan independensi PMII tersedia adanya kemungkinan-kemungkinan alternatif

yang lebih lengkap lagi bagi cita-cita perjuangan organisasi yang berdasarkan Islam yang

berhaluan Ahlussunnah Wal Jamaah.”.

Kondisi sosio-akademis, PMII dengan independensinya lebih membuktikan

keberadaan dan keabsahannya sebagai organisasi mahasiswa, kelompok intelektual muda

yang sarat dengan idealisme, bebas membela dan berbuat untuk dan atas nama kebenaran

dan keadilan. Dan bersikap bahwa dunia akademis harus bebas dan mandiri tidak

berpihak pada kelompok tertentu. Sedangkan Cholid Mawardi dalam menyikapi

independensi ini penuh dengan penentangan, karena ia khawatir PMII tidak lagi

memperjuangkan apa yang menjadi tujuan partai NU.

Meskipun independensi ini diliputi dengan pro-kontra yang semakin tajam. Akan

tetapi PMII justru memilih independensi sebagai pilihan hidup dan mengukuhkan

Deklarasi Murnajati dalam Kongres Ciloto, Medan tahun 1973 yang tertuang dalam

Manifesto Independensi PMII. Maka sejak 28 Desember 1973 secara resmi PMII

independen dan memulai babak baru dengan semangat baru menuju masa depan yang

lebih cerah. Ini berarti PMII mulai terpisah secara strukutural dari NU, tetapi tetap

merasa terikat secara kultur dengan ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah sebagai strategi

pergerakan.

Page 17: Sejarah PMII by. Fay

PMII secara resmi bergabung dengan Kelompok Cipayung (22 Januari 1972) satu

tahun setelah Kongres Ciloto, yaitu pada Oktober1974, di bawah kepemimpinan Ketua

Umum Drs. HM. Abduh Padare. Dan bergabung secara riil pada Januari 1976 dan

dipercaya untuk menyelenggarakan pertemuan ketiga.

Bergabungnya PMII dalam Kelompok Cipayung merupakan perwujudan arah gerak PMII

dalam lingkup kemahasiswaan, kebangsaan, dan keislaman. Kerjasama dengan berbagai

pihak akan terus dilakukan sejauh masih dalam bingkai visi dan misinya. Terbukti

sebelum bergabung dengan kelompok ini PMII juga terlibat aktif dalam proses

menentukan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI).

Setelah PMII independen, selain melakukan aktifitas strategis dalam konstalasi

nasional, PMII juga melakukan pola pengkaderan secara sistematis yang mengacu pada

terbentuknya pemimpin yang berorientasi kerakyatan, kemahasiswaan dan pembangunan

bangsa.

Perkembangan selanjutnya adalah lahirnya Ikatan Keluarga Alumni Pergerakan

Mahasiswa Indonesia (IKAPMI) pada Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) di

Ciumbeuleuit, Jawa Barat, 1975. Lahirnya Forum alumni ini merupakan upaya untuk

memperkuat barisan PMII dalam gerak perjuangannya. Dan akhirnya forum inipun

disempurnakan lagi pada Musyawarah Nasional Alumni 1988 di hotel Orchid Jakarta,

menjadi Forum Komunikasi dan Silaturrahmi Keluarga Alumni (FOKSIKA) PMII dan

Sahabat Abduh Padere ditunjuk sebagai ketuanya.

HUBUNGAN INTERDEPENDENSI Pada perkembanagan lebih lanjut saat Kongres X, pola hubungan PMII dengan

NU menjadi interdependen, dimana PMII tetap mempunyai perhatian khusus terhadap

NU karena kesamaan kultur dan wawasan keagamaan yang memperjuangkan Islam

Ahlussunnah Wal Jamaah. Beberapa kemungkinan hubungan PMII–NU menjadi

interdependen:

1. Kesamaan kultur dan pemahaman keagamaan sebagai ciri perjuangan.

2. Adanya rekayasa politik untuk mengembangkan kekuatan baru.

3. Menghilangkan rasa saling curiga antar tokoh sehingga kader-kader PMII akan lebih

mudah memasuki NU setelah tidak aktif di PMII.

Page 18: Sejarah PMII by. Fay

Kendatipun demikian PMII memberikan catatan khusus independensinya yaitu bahwa

hubungan tersebut tetap memegang prinsip kedaulatan organisasi secara penuh dan tidak

saling intervensi baik secara struktural maupun kelembagaan. PMII memanfaatkan

hubungan interdependen ini untuk kerjasama dalam pelaksanaan program-program nyata

secara kualitatif fungsional dan mempersiapkan sumber daya manusia.

Pada tahun 70-an hingga 90-an, dalam perkembangannya, dunia kemahasiswaan

berada dalam kondisi yang tidak kondusif, situasi back to campus lebih riil terjadi.

Kebijakan Orde Baru telah memandulkan posisi strategis mahasiswa dan lebih

didominasi oleh kekuatan militer dan Golkar. PMII hanya sebatas mampu melakukan

pengkaderan secara periodik sesuai dengan progran kerja yang ditetapkan.

KANDUNGAN NILAI LAGU MARS PMII Jauh sebelum ilmu kedokteran modern menjelaskan manfaat musik seperti Effect

Mozzart, motivasi dan lain sebagainya, Al-Kindi, salah seorang Filsuf yang pernah

dilahirkan oleh Peradaban Islam telah mengungkapkannya secara rinci. Sampai-sampai

setiap gubahan gitar dengan kunci-kunci tertentu, mampu menyembuhkan penyakit,

memperlancar peredaran darah. Tetapi dalam tulisan ini, saya tidak ingin membahas

tentang pengaruh musik terhadap aspek kesehatan mental dan fisik manusia, tetapi saya

lebih cenderung membahas tentang makna yang terkandung dalam Lagu Mars PMII,

dengan harapan bahwa apa yang saya bisa berikan dalam ulasan ini, utamanya warga

PMII Tarbiyah Surabaya Selatan, adalah tumbuhnya kesadaran baru sahabat-sahabat di

internal Angkatan untuk lebih memahami apa sebenarnya PMII, untuk apa PMII, dan lain

sebagainya.

Setiap organisasi eksternal kampus memiliki lagu kebangsaannya sendiri, begitu

juga dengan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Lagu kebangsaan warga

pergerakan PMII yaitu lagu mars PMII, dimana lagu tersebut mengejawantahkan sebuah

pesan yang abadi buat kadernya. Mars PMII dilantunkan pada pembukaan acara resmi

organisasi, baik bersifat intern maupun ekstern atau umum. Mars PMII dilantunkan

secara bersama-sama dengan berdiri tegak, khidmat dan penuh semangat. Jika lihat

secara seksama teks lagu mars tersebut berisi muatan gerakan yang harus

dimanifestasikan oleh warga PMII, baik dalam bertindak maupun berpikir yang mampu

Page 19: Sejarah PMII by. Fay

memberikan kemajuan pada tiga ranah yakni PMII sendiri, bangsa Indonesia manupun

Agama. Namun, perjuangan yang paling terpenting yaitu demi kemajuan dan

kesejahteraan bangsa Indonesia, hal ini karena PMII itu lahir dan eksis untuk Indonesia.

Lagu mars PMII bukanlah sebuah lagu yang hanya diciptakan untuk seremonial

dan artifisial belaka, akan tetapi penciptaan tersebut merupakan konsep yang berisi

sebuah gerakan. Gerakan yang dibangun oleh pendahulu atau faonding father kita tidak

terlepas dari visi, misi, dan cita-cita yang terkandung dalam lagu mars PMII tersebut.

Selama ini kita sebagai kader PMII melantunkan lagu mars PMII hanya sebatas untuk

kebutuhan seremonial ataupun untuk menyenangkan diri pribadi (hura-hura) belaka. Kita

tidak pernah menjadikan lagu mars PMII sebagai landasan perjuangan bagi kita dalam

kancah pergerakan.

Lagu mars PMII memanifestasikan beberapa pesan gerakan yang musti dilakukan

oleh kader PMII. Pertama, PMII mesti mengesksiskan diri pada panggung Indonesia. Hal

ini termaktub dari bait ke-1 dari lagu mars yang berbunyi Inilah kami wahai Indonesia,

Satu barisan dan satu cita, Pembela bangsa penegak agama, Tangan terkepal dan maju

kemuka. Ini menandakan bahwa kader PMII harus mampu mewarnai Indonesia baik

dalam ranah Politik, Ekosob, dan Agama, demi terciptanya keadilan dan kesejahteraan

bangsa Indonesia. Dalam ranah politik PMII merupakan lembaga organisasi ekstra

parlementer yang turut mengontrol dan selalu aktif mengkritisi kebijakan pemerintah

serta memberikan wacana yang dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah. Ruang gerak

yang dibangun PMII harus mampu memperjuangkan demokratisasi hingga ke level

bawah sehingga mampu memberikan pencerahan terhadap masyarakat (kalangan grass

root).

PMII merupakan organisasi yang sangat dekat dengan dengan masyarakat akar

rumput karena hegemoni pemerintah telah membelenggu dan memanfaatkan masyarakat

bawah untuk kelanggengan kekuasaanya, tidak heran warga pergerakan lebih senang

berdialektika dengan kalangan akar rumput ketimbang menjadi underbau politik.

Paradigma yang berkembang di PMII yaitu paradigma kritis transformatif yang

Page 20: Sejarah PMII by. Fay

menopang keberadaan kader PMII dalam menjalankan fungsinya sebagai alat kontrol

kebijakan pemerintah. PMII juga terkenal dengan aksi jalanan, hal ini terlihat ketika PMII

turun kejalanan mampu membuat ketar-ketir pihak lawan.

Kedua, PMII harus mencurahkan seluruh potensi yang dimilikinya untuk

membebaskan social-politik yang hegemonik menuju masyarakat yang bebas, merdeka,

adil, dan makmur. Hal ini termaktub dari bait ke-2 dan ke-3 dari lagu mars yang berbunyi

Habislah sudah masa yang suram, Selesai sudah derita yang lama, Bangsa yang jaya

Islam yang benar, Bangun tersentak dari bumiku subur dan Denganmu PMII

pergerakanku, Ilmu dan bakti kuberikan, Adil dan makmur kuperjuangkan, Untukmu satu

tanah airku dan Untukmu satu keyakinanku. Syair ini menandakan akan pembelaan PMII

terhadap kaum mustadh’afien yang selama ini dirong-rong oleh penguasa.

PMII merupakan wadah yang mengakomodir kadernya dari elemen mahasiswa.

Sebagai ormas kemahasiswaan dengan basis massa terbesar di Indonesia, PMII

menanggung beban yang cukup berat untuk mengantarkan warganya sebagai manusia

yang tercerahkan. Tugas PMII adalah memberikan kapasistas-kapasitas standar bagi

warganya agar menjadi mahasiswa yang tidak hanya intens pada dunia akdemik saja

melainkan memiliki muatan moral intelektual, kemampuan professional dan yang paling

penting sensitivitas social yang tinggi. PMII diharapkan tidak hanya sekedar kader yang

militan dan tunduk kepada doktrin dan kepentingan organisasi, tetapi lebih menekankan

pada proses penciptaan tatanan sosial yang egaliter dan humanis, yang menempatkan

kemerdekaan dan martabat kemanusiaan di atas segalanya.

Tugas yang amat berat yang diemban warga pergerakan yakni mewujudkan

tatanan masyarakat yang adil, makmur serta tercerahkan. Dengan bekal keilmuan dan

keimanan yang matang merupakan modal dasar bagi kader PMII untuk mewujudkan

tatanan masyarakat yang bebas dan tercerahkan sehingga cita-cita yang dinginkan mampu

terwujud. PMII harus mencurahkan seluruh keilmuan dan potensi yang dimiliki untuk

membantu masyarakat akar rumput yang tertias oleh ulah perintah, melalui pembinaan

dan pemberdayaan masyarakat menuju masyarakat yang bebas dan tercerahkan.

Kemerdekaan yang diusung oleh PMII merupakan kemerdekaan yang hakiki bagi

masyarakat Indonesia, baik merdeka dari penjajahan maupun penindasan yang dilakukan

oleh pemerintah maupun bangsa luar.

Page 21: Sejarah PMII by. Fay

Ketiga, membangun pilar-pilar agama Islam. Hal ini termaktub dari syair mars

PMII dari bait ke-1 sampai ke-3. Tidak dapat dipungkiri bahwa PMII secara histories

merupakan warga Nahdliyin (NU) yang memiliki ranah gerak religius atau agamis. Kader

PMII diharapkan mampu membangun citra Islam yang sesuai dengan tradisi ke-NU-an.

Yakni Islam yang bercirikhas ke-Indonesiaan. Dimana nilai-nilai ke-Islaman yang

dibangun bercirikhas ke-Indonesiaan, dimana Islam yang dipahami warga nahdliyin

keislaman yang telah mengalami akulturasi dengan adat-istiadat bangsa Indonesia. Hal

ini juga memudahkan kader PMII dikarenakan mayoritas kader PMII berbasic pesantren.

Dalam membangun moral politik bangsa warga pergerakan diharapkan mampu

membangun moralnya terlebih dahulu dengan intens mengkaji, memahami dan

mengaplikasikan ilmu ke-Islamannya. Kita sudah tahu bahwa PMII sangat berperan

active dalam membangun moral bangsa dari mulai berdirinya PMII hingga saat ini.

Sehingga nilai-nilai agama yang diterapkan di PMII dapat termanifestasikan dalam pola

gerak dan pola pikir kader dan bangsa Indonesia secara umum.

PMII merupakan organisasi mahasiswa yang menginginkan kemerdekaan segala

bidang. Agar hal tersebut dapat terwujud maka, PMII harus mampu yang mencetak kader

yang memiliki jiwa militansi yang tinggi, keilmuan yang bermanfaat bagi kemaslahatan

ummat, bertanggungjawab terhadap amanah yang dicita-citakan oleh organisasi, serta

memiliki jiwa sensitivitas (kepekaan) social yang tinggi sehingga mampu melakukan

pembinaan dan pemberdayaan masyarakat menuju masyarakat yang tercerahkan, bebas,

merdeka, adil, dan makmur.

Demikianlah, PMII sebagai ideologi telah mampu memotivasi kader-kadernya

melalui Mars PMII yang sakral itu. Semoga kita, yang mengaku warga PMII mampu

mengejawantahkan kandungan nilai ideal-moral mars ini ke wilayah yang konkrit.

Page 22: Sejarah PMII by. Fay

NILAI-NILAI DASAR PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA

1. PENGERTIAN, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI

A. Pengertian

• Nilai-nilai dasar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia adalah basis filosofis dari

setiap aktifitas berpikir, berucap dan bertindak, yang mencerminkan tujuan bersama yang

hendak dicapai.

• Nilai-nilai itu merupakan manifestasi pemahaman Aswaja sebagai manhaj al-fikr

dan manhaj al-taghayyur al-ijtima’i dalam proses dialektika sejarah global dan ke-

Indonesia-an.

B. Kedudukan

Nilai-nilai Dasar PMII berkedudukan sebagai :

• Sumber ideal moral

• Pusat argumentasi dan pengikat kebebasan berpikir, berucap, dan bertindak.

C. Fungsi

Nilai-nilai Dasar PMII berfungsi sebagai kerangka ideologis yang pemaknaannya

adalah :

• Dialektika antara konsep dan realita yang selalu terbuka untuk dikontekstualkan

sesuai dinamika perubahan dan lokalitas.

• Pola pikir, pola sikap, pola hubungan, dan pola integrasi dalam perspektif

gerakan.

Page 23: Sejarah PMII by. Fay

2. Rumusan Nilai-Nilai Dasar PMII

Mukaddimah

Tauhid (keyakinan transendental) merupakan sumber nilai yang mencakup pola

hubungan antara manusia dengan Allah (hablun min Allah), hubungan manusia dengan

sesama manusia (hablun min al-nas), dan hubungan manusia dengan alam (hablun min

al-‘alam). Pergerakan meyakini dengan penuh sadar bahwa menyeimbangkan ketiga pola

hubungan itu merupakan totalitas keIslaman yang landasannya adalah wahyu Tuhan

dalam al-quran dan hadits Nabi. Dalam memahami dan mewujudkan keyakinan itu PMII

telah memilih Ahlussunnah wal jama’ah (aswaja) sebagai manhajul fikr dan manhaj al-

taghayyur al-ijtima’i.

Selain itu sebagai bagian sah dari bangsa Indonesia, PMII menyadari bahwa Pancasila

adalah falsafah hidup bangsa, yang penghayatan dan pengamalannya seiring dengan

implementasi dari nilai-nilai aswaja: tawassuth, tasamuh, tawazun, dan ta’adul. Karena

itu, dengan menyadari watak intelektual dan kesadaran akan tanggung jawab masa depan

bersama, dan dengan memohon rahmat dan ridla Allah SWT., maka disusunlah rumusan

Nilai-nilai Dasar PMII sebagai berikut :

RUMUSAN NILAI-NILAI DASAR PMII

a. Hablun min Allah (Hubungan manusia dengan Allah)

Allah adalah pencipta segala sesuatu. Dia mencipta manusia dalam sebaik-baik

bentuk dan memberikan kedudukan terhormat kepadanya di hadapan ciptaan-Nya

yang lain. Kedudukan seperti itu ditandai dengan pemberian daya cipta, rasa, dan

karsa. Potensi inilah yang memungkinkan manusia memerankan fungsi sebagai

hamba (‘abd) dan wakil Tuhan di muka bumi (khalifatullah fil ardl).

Sebagai hamba, manusia memiliki tugas utama mengabdi dan menyembah Tuhan

(Q.S. al-Dzariat: 56), mengesakan Tuhan dan hanya bergantung kepada-Nya, tidak

menyekutukan dan menyerupakannya dengan makhluk yang memiliki anak dan orang

Page 24: Sejarah PMII by. Fay

tua (Q.S. al-Ikhlash: 1-4). Sebagai hamba manusia juga harus mengikhlaskan semua

ibadah dan amalnya hanya untuk Allah (Q.S. Shad: 82-83).

Sebagai khalifah, manusia memiliki kewajiban untuk menjaga dan memakmurkan

bumi bukan malah merusaknya (Q.S. al-Baqarah: 30). Karena, kedudukan ini

merupakan amanah Tuhan yang hanya mampu dilakukan oleh manusia, sedang

makhluk Tuhan yang lain tidak mampu untuk mengembannya (Q.S. al-Ahzab: 72).

Dan tingkat kemampuan manusia mengemban amanah inilah yang kemudian

menentukan derajatnya di mata Allah (Q.S. al-An’am: 165).

Manusia baru dikatakan berhasil dalam hubunganya dengan Allah apabila kedua

fungsi ini berjalan secara seimbang. Pemaknaan seimbang di sini bahwa keimanan

dan ketakwaan kepada Tuhan tidak cukup hanya dengan syahadat, shalat, zakat,

puasa,dan haji, tetapi nilai-nilai ibadah itu harus mampu diimplementasikan dalam

kehidupan sehari-hari, membangun peradaban umat manusia yang berkeadilan.

Bahwa kita hidup di dunia ini bukan untuk mencari jalan keselamatan bagi diri kita

saja, tetapi juga bagi orang lain terutama keluarga dan masyarakat sekitar kita.

b. Hablun min al-Nas (Hubungan antar sesama manusia)

Pada hakikatnya manusia itu sama dan setara di hadapan Tuhan, tidak ada

perbedaan dan keutamaan di antara satu dengan lainnya. Begitu pula tidak dibenarkan

adanya anggapan bahwa laki-laki lebih mulia dari perempuan, karena yang

membedakan hanya tingkat ketaqwaan (Q.S. al-Hujurat: 13) keimanan, dan

keilmuawannya (Q.S. al-Mujadalah: 11).

Manusia hidup di dunia ini juga tidak sendirian tetapi dalam sebuah komunitas

bernama masyarakat dan negara. Dalam hidup yang demikian, kesadaran keimanan

memegang peranan penting untuk menentukan cara kita memandang hidup dan

memberi makna padanya. Maka yang diperlukan pertama kali adalah bagaimana kita

membina kerukunan dengan sesama Umat Islam (ukhuwah Islamiyyah) untuk

membangun persaudaraan yang kekal hingga hari akhir nanti (Q.S. al-Hujurat: 11)

Namun kita hidup dalam sebuah negara yang plural dan beraneka ragam. Di

Page 25: Sejarah PMII by. Fay

Indonesia ini kita hidup bersama umat Kristen, Hindu, Budha, aliran kepercayaan,

dan kelompok keyakinan lainnya. Belum lagi bahwa kita pun berbeda-beda suku,

bahasa, adat istiadat, dan ras. Maka juga diperlukan kesadaran kebangsaan yang

mempersatukan kita bersama dalam sebuah kesatuan cita-cita menuju kemanusiaan

yang adil dan beradab (ukhuwah wathaniyah). Keadilan inilah yang harus kita

perjuangkan (Q.S. al-Maidah: 8). Dan untuk mengatur itu semua dibutuhkan sistem

pemerintahan yang representatif dan mampu melaksanakan kehendak dan

kepentingan rakyat dengan jujur dan amanah. Pemimpin yang sesuai dengan nilai ini,

peraturannya harus kita taati selama tidak bertentangan dengan perintah agama (Q.S.

al-Nisa: 58) Dan untuk pelaksanaannya kita harus selalu menjunjung tinggi nilai

musyawarah yang merupakan elemen terpenting demokrasi (Q.S. Ali Imran: 199).

Namun itu saja belum cukup. Kita hidup di dunia ini berdampingan dan selalu

berhubungan dengan negara-negara tetangga. Maka kita juga harus memperhatikan

adanya nilai-nilai humanisme universal (ukhuwah bAsy’ariyah), yang mengikat

seluruh umat manusia dalam satu ikatan kokoh bernama keadilan. Meskipun kita

berbeda keyakinan dan bangsa, tidak dibenarkan kita bertindak sewenang-wenang

dan menyakiti sesama. Biarkan mereka dengan keyakinan mereka selama mereka

tidak mengganggu keyakinan kita (Q.S. al-Kafirun: 1-6). Persaudaraan kekal inilah

sebagai perwujudan dari posisi manusia sebagai khalifah yang wajib

memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan bumi manusia ini.

c. Hablun min al-Alam (Hubungan manusia dengan alam)

Manusia yang diberi anugerah cipta, rasa, dan karsa, yang merupakan syarat

sahnya sebagai khalifah diberi wewenang dan hak untuk memanfaatkan alam bagi

kebutuhan hidupnya. Namun pemanfaatan ini tidak boleh berlebih-lebihan apalagi

merusak ekosistem. Hak ini dinamakan sebagai hak isti’mar, yaitu hak untuk

mengolah sumber daya alam untuk kemakmuran makhluk hidup tetapi pengelolaan

itu harus didasarkan pada rasa tanggung jawab: tanggung jawab kepada kemanusiaan,

karena rusaknya alam akan berakibat bencana dan malapetaka bagi kahidupan kita

semua, begitu pula tanggung jawab kepada Tuhan yang telah memberikan hak dan

tanggung jawab itu. (Q.S. Hud: 61)

Page 26: Sejarah PMII by. Fay

Selain sebagai sarana pemenuhan kebutuhan hidup, alam atau ekologi juga

merupakan ayat Tuhan yang harus dipahami sebagaimana kita memahami al-quran.

Dari pemahaman itulah akan terwujud keimanan yang mantap kepada Tuhan dan

kemantapan diri sebagai manusia yang harus menyebarkan c kedamaian di muka

bumi. Dari pemahaman inilah akan terbentuk suatu gambaran menyeluruh terhadap

alam, bahwa Tuhan menciptakan alam ini dengan maksud-maksud tertentu yang

harus kita cari dan teliti. Pencarian makna alam inilah yang melandasi setiap kegiatan

penelitian ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan. Maka tidak ada dikotomi dan

pertentangan antara ilmu daan wahyu, antara IPTEK dan agama, karena pada

hakikatnya keduanya akan mengantarkan kita kepada keyakinan akan keagungan

Tuhan (Q.S. 190-191).

Tauhid

Maka dengan menyeimbangkan ketiga pola hubungan di atas kita akan mencapai

totalitas penghambaan (tauhid) kepada Allah. Totalitas yang akan menjadi semangat

dan ruh bagi kita dalam mewarnai hidup ini, tidak semata-mata dengan pertimbangan

Ketuhanan belaka, tetapi dengan pertimbangan kemanusiaan dan kelestarian

lingkungan hidup. Bahwa tauhid yang kita maksudkan bukan sekadar teisme

transcendental an-sich, tetapi antrophomorfisme transendental, Nilai-nilai ketuhanan

yang bersatu dengan nilai-nilai kemanusiaan dan ilmu pengetahuan.

Totalitas tauhid inilah yang akan memandu jalan kita dalam mencapai tujuan gerakan

membangun kehidupan manusia yang berkeadilan.

Khatimah

Rumusan Nilai-Nilai Dasar PMII perlu selalu dikaji secara kritis, dipahami secara

mendalam dan dihayati secara teguh serta diwujudkan secara bijaksana. Dengan NDP

ini hendak diwujudkan pribadi muslim yang bertakwa-berilmu-beramal, yaitu pribadi

yang sadar akan kedudukan dan perannya sebagai intelektual muslim berhaluan

Ahlussunnah wal jama’ah di negara Indonesia yang maju, manusiawi, adil, penuh

rahmat dan berketuhanan serta merdeka sepenuhnya.

Rabbana ‘alaika tawakkalna wa ilaika anabna wa ilaika al-mashir.

Page 27: Sejarah PMII by. Fay

PROFIL PENULIS

Name : AHMAD RIFAI

Call Name : FAY

Birth n day : Monday, 21- 07-1986

Zodiak : Cancer

Phone Number : 081315070304 / 0215953948

University : IAIN “SMH” BANTEN

Organisasi :

Email : [email protected]

Facebook : fhay Pmii