PEMETAAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI PADA IBUKOTA …

19
i Universitas Indonesia PEMETAAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI PADA IBUKOTA PROVINSI DI INDONESIA Ineswari Syifa Hayuningtiyas 1 , Mohammed Ali Berawi 2 1. Program Studi Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia 2. Program Studi Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia E-mail: [email protected] Abstrak Infrastruktur adalah salah satu sarana penunjang pembangunan. Sistem transportasi merupakan bagian penting dan stategis bagi pembangunan suatu negara dan merupakan sarana penunjang kemajuan ekonomi karena akan mendukung mobilitas penduduk dan mendistribusikan barang dari satu daerah ke daerah lain. Namun, adanya ketidakmerataan akses masyarakat dan kesenjangan pengembangan wilayah dalam bidang infrastruktur transportasi di Indonesia. Maka perlunya pemetaan infrastruktur transportasi pada Ibukota Provinsi di Indonesia diharapkan dapat menentukan pola pembangunan dan pembenahan infastruktur transportasi pada pembangunan masa mendatang. Metode penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah studi literatur untuk menetapkan indikator penilaian pada pemetaan infrastruktur transportasi di Indonesia dan penyebaran 30 kuesioner pada stakeholder terkait untuk melakukan pembobotan pada setiap indikator dengan AHP (Analytical Hierarchy Process) dengan perhitungan manual. Setelah mendapatkan pembobotan pada setiap indikator, dilakukan scoring atau penilaian pada setiap infrastruktur pada 33 Ibukota Provinsi di Indonesia dan didapatkan pemetaan infrastruktur transportasi pada 33 Ibukota Provinsi di Indonesiadari nilai tertinggi sampai terendah. Hasil yang didapatkan adalah pada kuadran I yaitu Kota Jakarta di posisi pertama, disusul oleh Kota Medan, Bandung, Surabaya, Semarang, Padang, Palembang dan Makassar. Pada kuadran II, Kota Yogyakarta berada pada posisi kesembilan diikuti oleh Kota Ambon, Pontianak, Denpasar, Banjarmasin, Mataram, Banda Aceh dan Samarinda. Pada kuadran III, Kota Jambi pada posisi ke- 17 diikuti oleh Manado, Kendari, Bengkulu, Pangkal Pinang, Kupang, Pekanbaru dan Bandar Lampung. Pada kuadran IV, Kota Gorontalo berada pada posisi ke-25 diikuti oleh Jayapura, Tanjung Pinang, Palu, Manokwari, Serang, Mamuju, Ternate, Palangka Raya. Dibuktikan dari pemetaan infrastruktur transportasi ini sebagian besar kota-kota pada bagian barat Indonesia memperoleh penilaian yang lebih baik dari kota-kota di bagian timur Indonesia. Maka perlu adanya pembenahan infrastruktur transportasi pada kota-kota dengan nilai rendah yaitu sebagian besar berada pada kota-kota di bagian timur Indonesia. Kata kunci: Manajemen infrastruktur, transportasi, kesenjangan, infrastruktur Pemetaan infrastruktur..., Ineswari Syifa Hayuningtiyas, FT UI, 2015

Transcript of PEMETAAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI PADA IBUKOTA …

Page 1: PEMETAAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI PADA IBUKOTA …

i

Universitas Indonesia

PEMETAAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI PADA

IBUKOTA PROVINSI DI INDONESIA

Ineswari Syifa Hayuningtiyas

1, Mohammed Ali Berawi

2

1. Program Studi Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia,

Depok, 16424, Indonesia

2. Program Studi Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia,

Depok, 16424, Indonesia

E-mail: [email protected]

Abstrak

Infrastruktur adalah salah satu sarana penunjang pembangunan. Sistem transportasi merupakan

bagian penting dan stategis bagi pembangunan suatu negara dan merupakan sarana penunjang

kemajuan ekonomi karena akan mendukung mobilitas penduduk dan mendistribusikan barang dari

satu daerah ke daerah lain. Namun, adanya ketidakmerataan akses masyarakat dan kesenjangan

pengembangan wilayah dalam bidang infrastruktur transportasi di Indonesia. Maka perlunya

pemetaan infrastruktur transportasi pada Ibukota Provinsi di Indonesia diharapkan dapat

menentukan pola pembangunan dan pembenahan infastruktur transportasi pada pembangunan

masa mendatang. Metode penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah studi literatur untuk

menetapkan indikator penilaian pada pemetaan infrastruktur transportasi di Indonesia dan

penyebaran 30 kuesioner pada stakeholder terkait untuk melakukan pembobotan pada setiap

indikator dengan AHP (Analytical Hierarchy Process) dengan perhitungan manual. Setelah

mendapatkan pembobotan pada setiap indikator, dilakukan scoring atau penilaian pada setiap

infrastruktur pada 33 Ibukota Provinsi di Indonesia dan didapatkan pemetaan infrastruktur

transportasi pada 33 Ibukota Provinsi di Indonesiadari nilai tertinggi sampai terendah. Hasil yang

didapatkan adalah pada kuadran I yaitu Kota Jakarta di posisi pertama, disusul oleh Kota Medan,

Bandung, Surabaya, Semarang, Padang, Palembang dan Makassar. Pada kuadran II, Kota

Yogyakarta berada pada posisi kesembilan diikuti oleh Kota Ambon, Pontianak, Denpasar,

Banjarmasin, Mataram, Banda Aceh dan Samarinda. Pada kuadran III, Kota Jambi pada posisi ke-

17 diikuti oleh Manado, Kendari, Bengkulu, Pangkal Pinang, Kupang, Pekanbaru dan Bandar

Lampung. Pada kuadran IV, Kota Gorontalo berada pada posisi ke-25 diikuti oleh Jayapura,

Tanjung Pinang, Palu, Manokwari, Serang, Mamuju, Ternate, Palangka Raya. Dibuktikan dari

pemetaan infrastruktur transportasi ini sebagian besar kota-kota pada bagian barat Indonesia

memperoleh penilaian yang lebih baik dari kota-kota di bagian timur Indonesia. Maka perlu

adanya pembenahan infrastruktur transportasi pada kota-kota dengan nilai rendah yaitu sebagian

besar berada pada kota-kota di bagian timur Indonesia.

Kata kunci:

Manajemen infrastruktur, transportasi, kesenjangan, infrastruktur

Pemetaan infrastruktur..., Ineswari Syifa Hayuningtiyas, FT UI, 2015

Page 2: PEMETAAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI PADA IBUKOTA …

ii

Universitas Indonesia

MAPPING TRANSPORTATION INFRASTRUCTURE IN

CAPITAL OF PROVINCES IN INDONESIA

Abstract

Infrastructure is one of the definitions of supporting development. The transportation system is an

important and strategic part of the development of economic progress of a country because it will

support the mobility of people and to distribute goods from one place to another. However, There

are the existence of inequality in access and gap in the sector of transportation infrastructure in

Indonesia. Hence, the need for mapping of transportation infrastructure in the Capital of Provinces

in Indonesia is expected to determine the pattern of development and improvement of future

transportation infrastructure’s development. Reasearch methodology for this research are study of

literature to establish the indicators of mapping transport infrastructure in Indonesia and spread of

30 quetioners on the related stakeholders to get weight for each indicator with manual counting of

AHP (Analytical Hierarchy Process). After weighting of each indicator, the next step is scoring the

transport infrastructure components at 33 Capital of Provinces in Indonesia to get the results of

mapping transportation infrastructure from the highest to lowest score. The results on this reaseach

are in quadrant I, the city of Jakarta in the first position, followed by the city of Medan, Bandung,

Surabaya, Semarang, Padang, Palembang dan Makassar. In quadrant II, the city of Yogyakarta is

at ninth position followed by the city of Ambon, Pontianak, Denpasar, Banjarmasin, Mataram,

Banda Aceh dan Samarinda.. In quadrant III, City of Jambi in the 17th position followed by

Manado, Kendari, Bengkulu, Pangkal Pinang, Kupang, Pekanbaru dan Bandar Lampung. In

quadrant IV, Kota Gorontalo are at the 25th position followed by Jayapura, Tanjung Pinang, Palu,

Manokwari, Serang, Mamuju, Ternate, Palangka Raya. Evidenced from the result of mapping of

transport infrastructure is mostly cities in the western part of Indonesia get better scores than the

cities in the eastern part of Indonesia. Hence the improvement of transport infrastructure is needed

for the cities with low scores that are mostly located in the eastern part of Indonesia.

Keywords:

Infrastructure management, transportation, gap, infrastructure

Pemetaan infrastruktur..., Ineswari Syifa Hayuningtiyas, FT UI, 2015

Page 3: PEMETAAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI PADA IBUKOTA …

3

Universitas Indonesia

Pendahuluan

Infrastruktur yang luas dan efisien sangat penting untuk memastikan efektivitas fungsi

ekonomi, seperti menentukan lokasi kegiatan ekonomi, jenis kegiatan atau sektor yang dapat

mengembangkan dalam suatu negara. Pertumbuhan ekonomi menyebabkan kebutuhan

pergerakan masyarakat meningkat dan melebihi kapasitas sistem sarana dan prasarana yang

ada. Perkembangan perkotaan dan perkembangan infrastruktur transportasi merupakan hal

yang saling mempengaruhi. Menurut Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional menimbang bahwa infrastruktur sebagai salah

satu sarana penunjang pembangunan, perlu ditingkatkan kuantitas dan kualitasnya melalui

percepatan penyediaan infrastruktur. Infrastruktur transportasi yang terdiri dari transportasi

udara, laut dan darat merupakan komponen utama dari kegiatan ekonomi dan sebagai aspek

terpenting bagi masyarakat. Sistem transportasi yang andal merupakan sarana penunjang

kemajuan ekonomi karena akan mendukung mobilitas penduduk dari satu daerah ke daerah

lain yang mampu mendistribusikan barang dari satu tempat lainnya secara meluas.

(Pengembangan Sistem Transportasi Nasional guna Mempercepat dan Memperluas

Pembangunan Ekonomi dalam rangka ketahanan Nasional, Desember 2012). Namun,

menurut Penilaian Kinerja Pemerintah Daerah Bidang Pekerjaan Umum 2010-2014,

pelayanan dan penyediaan infrastruktur di Indonesia diniliai belum optimal dan pencapaian

antara Kabupaten/Kota yang satu dengan yang lainnya masih sangat bervariasi dikarenakan

keragaman persepsi, kondisi sosial budaya dan karakteristik masing-masing daerah. Adapun

permasalahan yang dihadapi seperti minimnya layanan dan jaringan infrastruktur didaerah

yang kurang berkembang di luar pulau Jawa. Masalah krusial dalam pengembangan wilayah

adalah terkonsentrasi kegiatan ekonomi di pulau Jawa dan wilayah tertentu di luar Jawa,

ketidakmerataan akses masyarakat terhadap pemanfaatan sumberdaya wilayah, tingginya

kemiskinan di pedesaan dan masih besarnya kesenjangan perkembangan antar wilayah

(Zaini). Menurut World Bank 2012 dalam World Development Indicators, peningkatan

kesenjangan di Indonesia menempati posisi tertinggi di Asia (World Bank, 2012)

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

Mengetahui indikator apa saja dalam pemetaan transportasi pada Ibukota provinsi di

Indonesia

Melakukan pemetaan berdasarkan infrastruktur transportasi di 33 Ibukota Provinsi

yang meliputi sarana transportasi yaitu infrastruktur transportasi darat, kereta api, laut

dan udara.

Pemetaan infrastruktur..., Ineswari Syifa Hayuningtiyas, FT UI, 2015

Page 4: PEMETAAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI PADA IBUKOTA …

4

Universitas Indonesia

Tinjauan Teoritis

Definisi dari infrastruktur menurut the Associated General Contractors of America (AGCA,

1982), adalah “The nation”s infrastructure is its system of public facilities, both publicy anda

privately funded, which provide for the delivery of essential services and a sustained standard

of living.” Menurut Grigg dalam Kodoatie (2005:8) Infrastruktur merujuk pada system yang

menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas

public yang lain yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup

sosial dan ekonomi. Fasilitas infrastruktur dasar adalah fitur penting yang berhubungan

dengan kinerja ekonomi (Torrisi, 2009)

Menurut Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional nomor 6 Tahun 2012 pasal 5 menetapkan bahwa jenis infrastruktur

yang dimuat dalam Daftar rencana Proyek Kerjasama terdiri atas infrastruktur transportasi,

jalan pengairan, air minum, sanitasi, telekomunikasi dan informatika, ketenagalistrikan,

minyak dan gas bumi. Sesuai dengan The World Bank, infrastruktur terdiri dari listrik, air

bersih, saluran air limbah, komunikasi, jalan dan jembatan, pelabuhan, bandara, kereta api,

perumahan, pelayanan perkotaan, minyak/gas, dan sektor pertambangan. Dalam penelitian ini

hanya akan dibahas infrastruktur transportasi.

Transportasi adalah segala sesuatu yang terlibat dalam perpindahan, baik manusia ataupun

barang, dari satu tempat ke tempat lain (Fricker, et al, 2004). Sistem transportasi yang andal

merupakan sarana penunjang kemajuan ekonomi karena akan mendukung mobilitas

penduduk dari satu daerah ke daerah lain yang mampu mendistribusikan barang dari satu

tempat lainnya secara meluas (Lemhannas RI, Desember 2012).

Adapun fungsi Transportasi dalam pengembangan wilayah menurut Adisasmita (2007),

adalah

Transportasi sebagai sektor penunjang terhadap pengembangan kegiatan sektor-sektor

lain misalnya pertanian, perindustrian, perdagagan, pendidikan, kesehatan, pariwisata

dan lain-lain.

Menyediakan jasa transportasi yang efektif untuk menghubungkan daerah-daerah

terisolasi atau terpencil dengan daerah-daerah yang telah berkembang diluar

wilayahnya, sehingga terjadi interaksi pembangunan antara kedua derah tersebut,

yang selanjutnya akan mendorong pertumbuhan dan perekonomian yang sinergis.

Pemetaan infrastruktur..., Ineswari Syifa Hayuningtiyas, FT UI, 2015

Page 5: PEMETAAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI PADA IBUKOTA …

5

Universitas Indonesia

Komponen utama dari infrastruktur transportasi menurut (Small, et al, March 2013) adalah:

Pelabuhan laut dan sistem navigasi maritime, memfasilitasi layanan angkutan laut

internasional dan domestik seta kapal penumpang

Bandara dan sistem manajemen lalu lintas udara, memfasilitasi layanan penumpang

dan kargo internasional dan domestrik

Perkeretaapian, menyediakan layanan angkutan penumpang dan barang metropolitan

dan antar kota

Jalan, disediakan oleh pemerintah pusat dan daerah untuk transportasi local, regional

dan antar kota.

Metode Penelitian

Data yang digunakan untuk penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Studi

literature merupakan data sekunder yang digunakan untuk penetapan indikator pada

penelitian pemetaan infrastruktur transportasi di 33 Ibukota Provinsi di Indonesia, sedangkan

penyebaran kuesioner dan wawancara mendalam adalah sebagai data primer untuk

mendapatkan pembobotan indikator pada pemetaan infrastruktur transportasi dan sebagai

validasi hasil penelitian ini.

Gambar I Metode Operasional Penelitian

Sumber: olahan penulis

Adapun langkah-langkah pengumpulan data sekunder adalah:

Pencarian indikator yang merupakan kriteria yang dipakai untuk menentukan pemetaan

infrastruktur transportasi di Ibukota Provinsi di Indonesia. Berdasarkan sumber literatur yang

diperoleh, maka ditetapkan variabel ditunjukan pada tabel I

Pemetaan infrastruktur..., Ineswari Syifa Hayuningtiyas, FT UI, 2015

Page 6: PEMETAAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI PADA IBUKOTA …

6

Universitas Indonesia

Table I Variabel Penelitian

Variabel

dependen

Variabel

Independen Indikator Deskripsi Sumber

Pemetaan

Infrastruktur

Transportasi

pada 33

Ibukota

Provinsi di

Indonesia

Jalan

Ketersediaan

Jalan (Termasuk

Total Jalan, Jalan

Nasional, Jalan

provinsi dan Jalan

Kota

Panjang jalan/ 1000

km2 luas area

(km/km2)

Departemen

Pemukiman dan

Prasarana

wilayah,

Bappenas 2004

Kinerja Jaringan

Jalan Kondisi

Baik

Panjang Jalan

Kondisi Baik /

Panjang Total Jalan

(%)

Bina Marga PU

2010-2014

Kereta Api Ketersediaan

panjang rel

Panjang rel

(km)/1000

penduduk

(km/orang)

US Transport

Performance,

Bappenas 2004

Total Kapasitas

Angkut

Penumpang

Penumpang/tahun US Transport

Performance

Total Kapasitas

Angkut Barang Ton Barang/tahun

US Transport

Performance

Laut Jumlah Pelabuhan

menurut hirarkhi Bappenas 2004

Arus Penumpang Penumpang/tahun Bappenas 2004

Arus Barang Ton/ tahun,

TEUS/tahun Bappenas 2004

Udara Jumlah Bandara

menurut hirarkhi Bappenas 2004

Jumlah

Penumpang Penumpang/tahun Bappenas 2004

Jumlah Kargo Kg Barang/tahun Bappenas 2004

Sumber: Olahan Penulis

Pengumpulan data yang berhubungan dengan kriteria yang dipakai. Data tersebut dijelaskan

pada tabel II.

Table II Sumber Data Indikator

Moda Indikator Deskripsi Sumber Data

Jalan

Ketersediaan Jalan (Termasuk Total

Jalan, Jalan Nasional, Jalan provinsi,

Jalan Kota dan Jalan Tol)

Panjang jalan/ 1000 km2 luas

area (km/km2)

Badan Pusat Statistik,

Statistik Perhubungan

Kinerja Jaringan Jalan Kondisi Baik Panjang Jalan Kondisi Baik /

Panjang Total Jalan (%) Badan Pusat Statistik

Kereta Api Ketersediaan panjang rel Panjang rel (km)/1000

penduduk (km/orang)

Sistem Informasi

Geografis Prasarana

Transportasi

(Kementerian

Perhubungan)

Total Angkut Penumpang Penumpang/tahun Badan Pusat Statistik

Pemetaan infrastruktur..., Ineswari Syifa Hayuningtiyas, FT UI, 2015

Page 7: PEMETAAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI PADA IBUKOTA …

7

Universitas Indonesia

Moda Indikator Deskripsi Sumber Data

Total Angkut Barang Ton Barang/tahun Badan Pusat Statistik

Laut Jumlah Pelabuhan menurut hirarkhi

Sistem Informasi

Geografis Prasarana

Transportasi

(Kementerian

Perhubungan)

Arus Penumpang Penumpang/tahun

Badan Pusat Statistik,

Statistik Perhubungan

Arus Barang Ton/ tahun, TEUS/tahun Badan Pusat Statistik,

Statistik Perhubungan

Udara Jumlah Bandara menurut hirarkhi

Sistem Informasi

Geografis Prasarana

Transportasi

(Kementerian

Perhubungan)

Jumlah Penumpang Penumpang/tahun Statistik Perhubungan

Jumlah Kargo Kg Barang/tahun Statistik Perhubungan

Sumber: Olahan Penulis

Setelah data didapat lalu di rekapitulasi dan dibentuknya penyusunan struktur hirarki di setiap

unsur infrastruktur transportasi. Setelah struktur hirarki disusun, selanjutnya adalah disusun

kuisioner yang akan dipakai sebagai instrumen dalam melaksanakan pengumpulan data

primer. Data Primer yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara

langsung dari sumber datanya. Adapun teknik pengumpulan data dalam penentuan penilaian

level hirarki menggunakan teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner yang

berstruktur/tertutup berupa pertanyaan disertai alternative jawaban yang akan dibagikan

kepada kurang lebih 30 orang reponden dari instansi-instansi terkait. Hasil jawaban yang

diperoleh dari responden sangat menentukan besarnya bobot penilaian indikator yang telah

ditentukan sebelumnya.

Pengolahan data untuk menentukan pembobotan indikator menggunakan Analytic Hierarchy

Process (AHP) dengan perhitungan manual menggunakan Microsoft excel. Lalu setelah hasil

pembobotan setiap indikator didapatkan, scoring terhadap masing-masing infrastruktur pada

33 Ibukota Provinsi di Indonesia dengan indikator yang sudah dibobot sebelumnya. Setelah

didapatkan hasil dari pembobotan indikator dan pemetaan dilakukan validasi hasil ke pakar

dengan cara berdiskusi. Ketentuan pakar yaitu memiliki pengalaman minimal 10 tahun dalam

bidang transportasi dan memiliki tingkat pendidikan minimal S1 dan memiliki reputasi yang

baik.

Pemetaan infrastruktur..., Ineswari Syifa Hayuningtiyas, FT UI, 2015

Page 8: PEMETAAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI PADA IBUKOTA …

8

Universitas Indonesia

Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penetapan indikator varibel dari studi literatur, didapatkan beberapa

variabel yang berpengaruh dalam pemetaan infrastruktur transportasi pada 33 Ibukota

Provinsi di Indonesia yang dijelaskan pada tabel II

Table III Variabel Penilaian Infrastruktur Transportasi

No Kriteria

1

Infrastruktur Transportasi Jalan

Ketersediaan Panjang Total Jalan

Ketersediaan Panjang Jalan Nasional

Ketersediaan Panjang Jalan Provinsi

Ketersediaan Panjang Jalan Kota/Kabupaten

Ketersediaan Panjang Jalan Tol

Kinerja Jalan pada kondisi baik

2

Infrastruktur Transportasi Kereta Api

Ketersediaan panjang rel

Total Angkut Penumpang

Total Angkut Barang

3

Infrastruktur Transportasi Laut

Pelabuhan Utama

Jumlah Pelabuhan

Arus Penumpang

Arus Barang

Pelabuhan Pengumpul

Jumlah Pelabuhan

Arus Penumpang

Arus Barang

Pelabuhan Pengumpan Regional

Jumlah Pelabuhan

Arus Penumpang

Arus Barang

Pelabuhan Pengumpan Lokal

Jumlah Pelabuhan

Arus Penumpang

Arus Barang

4

Infrastruktur Transportasi Udara

Bandara Pengumpul (HUB)

Jumlah Bandara

Jumlah Penumpang

Jumlah Kargo

Bandara Pengumpan (Spoke)

Jumlah Bandara

Jumlah Penumpang

Jumlah Kargo

Sumber: olahan penulis

Dilakukan proses pembobotan variabel dengan cara penyebaran kuesioner pada 30

responden. Kuesioner terdiri dari lima jenis kuesioner yaitu perbandingan variabel

infrastruktur transportasi keseluruhan (level I), variabel infrastruktur jalan (level II), variabel

infrastruktur kereta api (level II), variabel infrastruktur transportasi laut (level II) dan variabel

infrastruktur transportasi udara (level II) lalu dilakukan analisis perbandingan dengan AHP

Pemetaan infrastruktur..., Ineswari Syifa Hayuningtiyas, FT UI, 2015

Page 9: PEMETAAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI PADA IBUKOTA …

9

Universitas Indonesia

(Analytic Hierarchy Process). Hasil dari pembobotan variabel dengan penyebaran kuesioner

dan analisis perbandingan ditunjukkan pada tabel IV.

Table IV Pembobotan Variabel

No Kriteria Level I Level II Ranking

1

Infrastruktur Transportasi Jalan 17.36% 3

Ketersediaan Panjang Total Jalan 9.64%

Ketersediaan Panjang Jalan Nasional 22.26%

Ketersediaan Panjang Jalan Provinsi 12.75%

Ketersediaan Panjang Jalan Kota/Kabupaten 12.67%

Ketersediaan Panjang Jalan Tol 11.84%

Kinerja Jalan pada kondisi baik 30.85%

2

Infrastruktur Transportasi Kereta Api 47.30% 1

Ketersediaan panjang rel 28.92%

Total Angkut Penumpang 45.02%

Total Angkut Barang 26.06%

3

Infrastruktur Transportasi Laut 22.97% 2

Pelabuhan Utama

Jumlah Pelabuhan 9.73%

Arus Penumpang 14.16%

Arus Barang 40.85%

Pelabuhan Pengumpul

Jumlah Pelabuhan 2.67%

Arus Penumpang 3.88%

Arus Barang 11.19%

Pelabuhan Pengumpan

Regional

Jumlah Pelabuhan 1.69%

Arus Penumpang 2.46%

Arus Barang 7.10%

Pelabuhan Pengumpan

Lokal

Jumlah Pelabuhan 0.95%

Arus Penumpang 1.37%

Arus Barang 3.97%

4

Infrastruktur Transportasi Udara 12.37% 4

Bandara Pengumpul

(HUB)

Jumlah Bandara 8.03%

Jumlah Penumpang 45.82%

Jumlah Kargo 13.66%

Bandara Pengumpan

(Spoke)

Jumlah Bandara 3.87%

Jumlah Penumpang 22.06%

Jumlah Kargo 6.58%

Sumber: olahan penulis

Selanjutnya dilakukan pemetaan kota dengan cara bobot variabel yang telah dilakukan

pengolahan dari responden dikalikan dengan scoring sesuai data pada setiap 33 Ibukota

Provinsi. Setelah score infrastruktur keseluruhan pada 33 Ibukota provinsi didapatkan maka

dilakukan pengurutan atau ranking dari kota yang memiliki score tertinggi sampai terendah.

Pemetaan infrastruktur..., Ineswari Syifa Hayuningtiyas, FT UI, 2015

Page 10: PEMETAAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI PADA IBUKOTA …

10

Universitas Indonesia

Lalu dilakukan pengelompokan kota dengan pembagian kuadran yang terdiri dari empat

kuadran yang ditunjukkan pada tabel-tabel dibawah ini.

Table V Penilaian Kota Berdasarkan Infrastruktur Transportasi Kuadran I

Table VI Penilaian Kota Berdasarkan Infrastruktur Transportasi Kuadran II

Table VII Penilaian Kota Berdasarkan Infrastruktur Transportasi Kuadran III

Table VIII Penilaian Kota Berdasarkan Infrastruktur Transportasi Kuadran IV

Rank

Keseluruhan

Score

Total

Rank

Jalan

Score

Infra.

Jalan

Rank

Kereta

Api

Score Infra.

Kereta api

Rank

Infra

.

Score Infra.

Laut

Rank

Infra.

Udara

Score Infra.

Udara

2013 2013 2013 2013 2013 2013

1 DKI Jakarta Jakarta 1 7.50 1 8.10 1 7.21 1 7.92 1 6.98

2 Sumatera Utara Medan 2 4.35 4 6.26 2 4.09 3 3.33 5 4.58

3 Jawa Barat Bandung 3 2.47 11 4.58 3 2.54 26 0.32 16 3.23

4 Jawa Timur Surabaya 4 2.44 5 5.83 4 1.26 8 2.07 21 2.90

5 Jawa Tengah Semarang 5 2.07 12 4.29 8 0.45 4 2.90 10 3.58

6 Sumatera Barat Padang 6 1.99 24 3.40 6 1.06 6 2.14 12 3.30

7 Sumatera Selatan Palembang 7 1.93 30 2.50 5 1.18 9 2.06 8 3.74

8 Sulawesi Selatan Makassar 8 1.87 13 4.11 0.00 5 2.50 3 4.71

No. Provinsi Kota/kabupaten

Rank

Keseluruhan

Score

Total

Rank

Jalan

Score

Infra.

Jalan

Rank

Kereta

Api

Score Infra.

Kereta api

Rank

Infra

.

Score Infra.

Laut

Rank

Infra.

Udara

Score Infra.

Udara

2013 2013 2013 2013 2013 2013

9 DI Yogyakarta Yogyakarta 9 1.73 17 4.01 7 0.96 29 0.00 4 4.66

10 Maluku Ambon 10 1.70 8 5.00 0.00 11 1.91 18 3.20

11 Kalimantan Barat Pontianak 11 1.68 6 5.52 0.00 14 1.42 17 3.22

12 Bali Denpasar 12 1.63 9 4.97 0.00 22 0.60 2 5.12

13 Kalimantan Selatan Banjarmasin 13 1.57 21 3.57 0.00 10 2.02 7 3.91

14 Nusa Tenggara Barat Mataram 14 1.55 3 6.43 0.00 29 0.00 11 3.47

15 Aceh Banda Aceh 15 1.51 2 6.80 0.00 29 0.00 23 2.63

16 Kalimantan Timur Samarinda 16 1.50 31 2.18 0.00 2 4.14 30 1.37

No. Provinsi Kota/kabupaten

Rank

Keseluruhan

Score

Total

Rank

Jalan

Score

Infra.

Jalan

Rank

Kereta

Api

Score Infra.

Kereta api

Rank

Infra

.

Score Infra.

Laut

Rank

Infra.

Udara

Score Infra.

Udara

2013 2013 2013 2013 2013 2013

17 Jambi Jambi 17 1.47 14 4.10 0.00 13 1.52 15 3.28

18 Sulawesi Utara Manado 18 1.46 10 4.77 0.00 20 0.81 9 3.58

19 Sulawesi Tenggara Kendari 19 1.34 16 4.02 0.00 17 1.19 20 2.95

20 Bengkulu Bengkulu 20 1.30 26 3.03 0.00 7 2.12 24 2.32

21 Kepulauan Bangka Belitung Pangkal Pinang 21 1.29 20 3.68 0.00 19 1.07 14 3.28

22 Nusa Tenggara Timur Kupang 22 1.28 23 3.47 0.00 16 1.20 13 3.29

23 Riau Pekanbaru 23 1.25 19 3.80 0.00 12 1.58 27 1.84

24 Lampung Bandar Lampung 24 1.19 15 4.03 10 0.31 21 0.64 28 1.59

No. Provinsi Kota/kabupaten

Rank

Keseluruhan

Score

Total

Rank

Jalan

Score

Infra.

Jalan

Rank

Kereta

Api

Score Infra.

Kereta api

Rank

Infra

.

Score Infra.

Laut

Rank

Infra.

Udara

Score Infra.

Udara

2013 2013 2013 2013 2013 2013

25 Gorontalo Gorontalo 25 1.16 7 5.18 0.00 28 0.07 26 1.95

26 Papua Jayapura 26 1.11 28 2.88 0.00 25 0.43 6 4.17

27 Kepulauan Riau Tanjung Pinang 27 1.07 25 3.35 0.00 15 1.37 29 1.37

28 Sulawesi Tengah Palu 28 1.04 18 3.89 0.00 29 0.00 19 2.97

29 Papua Barat Manokwari 29 0.98 29 2.66 0.00 18 1.18 25 2.02

30 Banten Serang 30 0.81 22 3.55 9 0.41 29 0.00 33 0.00

31 Sulawesi Barat Mamuju 31 0.71 27 3.01 0.00 23 0.58 32 0.48

32 Maluku Utara Ternate 32 0.54 32 1.90 0.00 24 0.50 31 0.78

33 Kalimantan Tengah Palangka Raya 33 0.42 33 0.46 0.00 27 0.07 22 2.64

No. Provinsi Kota/kabupaten

Pemetaan infrastruktur..., Ineswari Syifa Hayuningtiyas, FT UI, 2015

Page 11: PEMETAAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI PADA IBUKOTA …

11

Universitas Indonesia

Pembahasan

Pembahasan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.

Penetapan Indikator dan Pembobotan Variabel. Menurut hasil pembobotan menurut para

responden yang paling tinggi pada variabel infrastruktur transportasi jalan yaitu kinerja jalan

pada kondisi baik yaitu 30.85%. Menurut para pakar setelah dilakukan validasi, kondisi jalan

yang baik mempunyai peranan penting dalam membantu kegiatan perekonomian dikarenakan

semakin baik kualitas dan kinerja jalan, maka jalan tersebut semakin dapat dibebani dengan

beban yang banyak dan kegatan pengiriman barang dan kegiatan ekonomi lainnya yang

menggunakan transportasi jalan akan lebih lancer. Hal ini jula didukung oleh Komite

Pemantauan Otonimi Daerah tahun 2012 bahwa tersedianya jalan akan sangat membantu

berkembangnya masyarakat di suatu wilayah, namun kegiatan bisnis atau usaha di suatu

wilayah akan semakin berkembang sesuai dengan semakin baiknya kinerja jalan yang

merupakan akses ke wilayah tersebut. (Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah,

2012).

Untuk infrastruktur kereta api bobot yang paling tinggi adalah variabel total angkut

penumpang sebesar 45,02%. Hal ini dikarenakan kereta api merupakan transportasi massal

yang dapat mengangkut penumpang dalam jumlah besar. Penggunaan kereta yang dapat

mengangkut banyak penumpang dapat mengurangi beban dan kemacetan jalan di suatu

wilayah yang dapat berdampak pada pertumbuhan perekonomian suatu kota.

Pada indikator infrastruktur transportasi laut, bobot yang paling tinggi adalah arus barang

pada pelabuhan utama sebesar 40,85% dari hasil penyebaran kuesioner kepada responden.

Pengaturan arus barang pada pelabuhan diatur pada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor

KM 53 Tahun 2002 Tentang Tatanan Kepelabuhan Nasional, namun tidak terdapatnya

peraturan kepelabuhan yang mengatur tentang penumpang. Hal ini dikarenakan pelabuhan

lebih mengutamakan pengangkutan barang daripada penumpang karena infrastruktur laut

dapat mengangkut volume barang dalam jumlah besar dan lebih efisien. Pengangkutan

barang dalam jumlah banyak melalui jalan laut secara finansial lebih menguntungkan dan

lebih efisien. Pergerakan barang antar pulau sebagian besar dilakukan melalui jalur laut, baik

sebagai perpanjangan dari pergerakan barang perdagangan internasional maupun murni

perdagangan dalam negeri. (Sislognas, 2012). Pada jalur laut, angkutan barang memiliki

karakteristik yang lebih jelas polanya dibandingkan dengan pergerakan penumpang

Pemetaan infrastruktur..., Ineswari Syifa Hayuningtiyas, FT UI, 2015

Page 12: PEMETAAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI PADA IBUKOTA …

12

Universitas Indonesia

(Sislognas, 2012). Arus barang pada pelabuhan utama sebagai kriteria terpenting dikarenakan

pelabuhan utama sebagai pelabuhan tersibuk dan terbesar.

Pada indikator infrastruktur transportasi udara, bobot yang paling tinggi adalah arus

penumpang pada bandara pengumpul (HUB) sebesar 45,82%. Pengaturan jumlah penumpang

pada bandara diatur pada Peraturan Menteri Perhubungan PM 69 tahun 2013 tentan Tatanan

Kebandarudaraan Nasional, namun tidak terdapatnya peraturan kebandarudaraan yang

mengatur tentang arus kargo. Hal ini dikarenakan pengangkutan penumpang pada

infrastruktur udara lebih diutamakan daripada pengangkutan barang karena secara finansial

lebih menguntungkan dan berdampak pada pertumbuhan ekonomi di suatu kota. Berbeda

dengan infrastruktur laut, infrastruktur udara tidak dapat mengangkut volume kargo/barang

dalam jumlah banyak hanya volume pengangkutan kecil, maka diutamakan pengangkutan

pada penumpang karena lebih efisien dari segi waktu dan finansial. Volume bang yang

diangkut melalui angkutan udara masih relative kecil. (Sislognas, 2012). Jumlah penumpang

pada bandara Pengumpul (HUB) sebagai kriteria terpenting dikarenakan bandara Pengumpul

(HUB) sebagai bandara tersibuk dan hirarki bandara tertinggi.

Dari rekapitulasi pembobotan infrastruktur keseluruhan didapatkan bobot infrastruktur kereta

api mendapat bobot paling besar yaitu 47,30%, diikuti oleh infrastruktur transportasi laut

sebesar 22,97% lalu infrastruktur transportasi jalan sebesar 17,36 dan infrastruktur

transportasi udara sebesar 12,27%. Hal ini dikarenakan kereta api merupakan transportasi

massal yang dapat mengangkut penumpang dan barang dalam jumlah banyak yang dapat

berdampak pada perekonomian. Sesuai dengan Prioritas Kedaulatan Energi dan Infrastruktur

RPJMN 2015-2019, salah satu isu strategis dalam pembangunan infrastruktur yaitu

pengembangan transportasi massal perkotaan. (Kementerian PPN/BAPPENAS dan Deputi

Bidang Sarana dan Prasarana, 2014). Angkutan kereta cukup efisien untuk mengangkut

barang dan penumpang dengan volume yang besar dan dapat membantu mengurangi

kepadatan lalu lintas jalan raya. (Sislognas, 2012). Menurut validasi pakar, pembobotan ini

dapat dikatakan valid karena sesuai dengan anggaran pendanaan infrastruktur transportasi

paling besar pada tahun 2015 sesuai dengan RPJMN 2015-2019 yaitu pada kereta api sebesar

Rp 18.554.441.000.000 lalu diikuti dengan transportasi laut yaitu sebesar Rp

18.123.372.000.000, lalu transportasi udara dan jalan.

Pemetaan infrastruktur..., Ineswari Syifa Hayuningtiyas, FT UI, 2015

Page 13: PEMETAAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI PADA IBUKOTA …

13

Universitas Indonesia

Pemilihan responden dalam penyebaran kuesioner sangat mempengaruhi hasil dari

pembobotan setiap variabel pada penelitian ini. Dalam penelitian ini, hasil pembobotan

infrastruktur kereta api mendapatkan bobot yang paling besar juga dikarenakan responden

yang terlibat lebih banyak dari instansi-instansi pada bidang transportasi darat maka bobot

yang dihasilkan pada infrastruktur kereta api lebih besar daripada bobot pada infrastruktur

lainnya.

Pemetaan Kota. Dari hasil pemetaan kota berdasarkan infrastruktur transportasi didapatkan

tiga besar kota dengan nilai yang tertinggi adalah Jakarta, Medan dan Bandung. Lalu tiga

kota dengan nilai terendah adalah Mamuju, Ternate dan Palangkaraya. Setelah di validasi

oleh pakar, hasil pemetaan ini cukup sesuai dan mewakili kondisi yang ada. Hal ini didukung

oleh klasifikasi kota menurut jumlah penduduk yang di lakukan oleh Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional (Bappenas) bahwa terdapat 4 kota yang termasuk kota megapolitan

yaitu Jakarta, Surabaya, Bandung dan Medan karena memiliki populasi lebih dari 5 juta

jiwa.(Bappenas, 2005). Empat kota ini berada di empat besar dengan nilai infrastruktur

tertinggi sesuai dengan hasil pemetaan pada penelitian ini. Menurut salah satu pakar, kota-

kota yang termasuk kedalam klasifikasi kota megapolitan memiliki penduduk yang tergolong

banyak yaitu lebih besar dari 5 juta jiwa maka PAD (pendapatan asli daerah) yang dieroleh

dari pembayaran pajak yang dibayarkan oleh penduduk juga lebih tinggi yang dapat

berdampak pada pembangunan infrastruktur yang sudah lebih berkembang guna memenuhi

kebutuhan penduduk

Namun, tiga kota dengan nilai infrastruktur transportasi terendah yaitu Mamuju, Ternate dan

Palangkaraya adalah masuk dalam klasifikasi kota sedang dikarenakan populasi pada kota-

kota ini berkisar antara 100.000 – 500.000 ribu jiwa. Dikarenakan memiliki jumlah penduduk

yang sedikit, maka PAD (pendapatan asli daerah) juga cenderung lebih rendah yang dapat

berdampak pada pengembangan infrastruktur pada kota tersebut. Dalam pemetaan

infrastruktur transportasi pada 33 Ibukota Provinsi di Indonesia ini dipengaruhi juga oleh

ketersediaan data dan informasi dari masing-masing infrastruktur transportasi di wilayah

yang dianalisis. Maka hasil penelitian ini sebagai suatu hasil yang bersifat fleksibel karena

dipengaruhi oleh ketersediaan data dan informasi. Tiga kota terbawah juga tidak memiliki

infrastruktur kereta api sementara bobot infrastruktur kereta api pada penelitia ini

mendapatkan bobot yang paling besar, maka nilai pada kota tersebut menjadi kecil.

Dibuktikan dari pemetaan infrastruktur transportasi ini sebagian besar kota-kota pada bagian

Pemetaan infrastruktur..., Ineswari Syifa Hayuningtiyas, FT UI, 2015

Page 14: PEMETAAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI PADA IBUKOTA …

14

Universitas Indonesia

barat Indonesia (Pulau Jawa dan Sumatera) memperoleh penilaian yang lebih baik dari kota-

kota di bagian timur Indonesia. Maka perlu adanya pembenahan infrastruktur transportasi

pada kota-kota dengan nilai rendah yaitu sebagian besar berada pada kota-kota di bagian

timur Indonesia.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengumpulan, pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan oleh

peneliti, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

a) Indikator Pemetaan Infrastruktur Transportasi

Berdasarkan usulan indikator kriteria dan variabel yang telah dikaji relevansinya dengan studi

literatur, maka dirumuskan indikator sebagai berikut:

No Kriteria

1

Infrastruktur Transportasi Jalan

Ketersediaan Panjang Total Jalan

Ketersediaan Panjang Jalan Nasional

Ketersediaan Panjang Jalan Provinsi

Ketersediaan Panjang Jalan Kota/Kabupaten

Ketersediaan Panjang Jalan Tol

Kinerja Jalan pada kondisi baik

2

Infrastruktur Transportasi Kereta Api

Ketersediaan panjang rel

Total Angkut Penumpang

Total Angkut Barang

3

Infrastruktur Transportasi Laut

Pelabuhan Utama

Jumlah Pelabuhan

Arus Penumpang

Arus Barang

Pelabuhan Pengumpul

Jumlah Pelabuhan

Arus Penumpang

Arus Barang

Pelabuhan Pengumpan Regional

Jumlah Pelabuhan

Arus Penumpang

Arus Barang

Pelabuhan Pengumpan Lokal

Jumlah Pelabuhan

Arus Penumpang

Arus Barang

4

Infrastruktur Transportasi Udara

Bandara Pengumpul (HUB)

Jumlah Bandara

Jumlah Penumpang

Jumlah Kargo

Bandara Pengumpan (Spoke)

Jumlah Bandara

Jumlah Penumpang

Jumlah Kargo

Pemetaan infrastruktur..., Ineswari Syifa Hayuningtiyas, FT UI, 2015

Page 15: PEMETAAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI PADA IBUKOTA …

15

Universitas Indonesia

b) Pembobotan Kriteria

Dari hasil pembobotan kriteria pada pemetaan infrastruktur transportasi di 33 Ibukota

Provinsi di Indonesia dari beberapa responden pada instandi terkait, didapatkan bobot

terhadapat kriteria sebagai berikut:

c) Pemetaan 33 Ibukota Provinsi di Indonesia

Dari hasil penilaian kriteria pada 33 Ibukota Provinsi di Indonesia, dilakukan pengelompokan

atu pemetaan, untuk kota dengan nilai tertinggi sampai terendah berdasarkan nilai

infrastruktur transportasi. Pemetaan ini berbasis pada penilaian infastruktur transportasi jalan,

kereta api, laut dan udara pada tahun 2011,2012 dan 2013.

Pemetaan infrastruktur..., Ineswari Syifa Hayuningtiyas, FT UI, 2015

Page 16: PEMETAAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI PADA IBUKOTA …

16

Universitas Indonesia

Table IX Penilaian Kota Berdasarkan Infrastruktur Transportasi

Lalu hasil pengelompokan kota berdasarkan peringkat kota dengan pembagian kuadran yang

terdiri dari empat kuadran yang ditunjukkan pada tabel-tabel dibawah ini.

Table X Penilaian Kota Berdasarkan Infrastruktur Transportasi Kuadran I

2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013

BOBOT

1 Aceh Banda Aceh 6.80 6.80 6.80 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2.64 2.56 2.63 1.51 1.50 1.51 14 12 15

2 Sumatera Utara Medan 6.40 6.21 6.26 4.13 4.28 4.09 4.23 4.26 3.33 0.40 0.40 4.58 4.09 4.13 4.35 2 2 2

3 Sumatera Barat Padang 2.96 3.02 3.40 1.05 1.05 1.06 2.15 2.10 2.14 0.40 3.61 3.30 1.56 1.95 1.99 10 6 6

4 Riau Pekanbaru 3.95 3.84 3.80 0.00 0.00 0.00 1.17 1.28 1.58 1.74 1.77 1.84 1.17 1.18 1.25 23 23 23

5 Kepulauan Riau Tanjung Pinang 3.98 4.51 3.35 0.00 0.00 0.00 2.47 1.32 1.37 0.40 1.75 1.37 1.31 1.30 1.07 17 20 27

6 Jambi Jambi 4.43 4.06 4.10 0.00 0.00 0.00 1.61 1.54 1.52 3.22 3.23 3.28 1.54 1.46 1.47 11 14 17

7 Sumatera Selatan Palembang 2.50 2.50 2.50 1.26 1.13 1.18 1.97 1.92 2.06 0.40 3.70 3.74 1.53 1.87 1.93 12 7 7

8 Kepulauan Bangka Belitung Pangkal Pinang 3.68 3.68 3.68 0.00 0.00 0.00 0.24 0.24 1.07 3.32 3.31 3.28 1.10 1.10 1.29 25 26 21

9 Bengkulu Bengkulu 2.82 3.03 3.03 0.00 0.00 0.00 2.27 1.85 2.12 3.83 2.30 2.32 1.49 1.24 1.30 15 22 20

10 Lampung Bandar Lampung 3.85 3.88 4.03 0.31 0.31 0.31 1.93 1.98 0.64 0.19 0.19 1.59 1.29 1.30 1.19 18 21 24

11 DKI Jakarta Jakarta 6.00 6.02 8.10 5.58 6.59 7.21 8.84 9.03 7.92 7.56 7.97 6.98 6.65 7.22 7.50 1 1 1

12 Jawa Barat Bandung 4.51 4.36 4.58 3.26 3.86 2.54 0.32 0.32 0.32 0.40 3.36 3.23 2.45 3.07 2.47 4 3 3

13 Banten Serang 3.48 3.48 3.55 0.41 0.40 0.41 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.80 0.80 0.81 28 27 30

14 Jawa Tengah Semarang 4.29 4.29 4.29 0.46 0.24 0.45 2.33 2.87 2.90 3.50 3.69 3.58 1.93 1.97 2.07 5 5 5

15 DI Yogyakarta Yogyakarta 4.01 4.01 4.01 0.96 0.91 0.96 0.00 0.00 0.00 4.00 4.17 4.66 1.65 1.64 1.73 7 10 9

16 Jawa Timur Surabaya 5.70 5.75 5.83 2.65 1.41 1.26 0.29 1.47 2.07 2.76 2.88 2.90 2.65 2.36 2.44 3 4 4

17 Bali Denpasar 4.82 4.41 4.97 0.00 0.00 0.00 0.30 0.27 0.60 5.26 5.27 5.12 1.56 1.48 1.63 9 13 12

18 Nusa Tenggara Barat Mataram 6.63 6.55 6.43 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.40 3.40 3.47 1.20 1.56 1.55 22 11 14

19 Nusa Tenggara Timur Kupang 3.47 3.47 3.47 0.00 0.00 0.00 0.63 0.61 1.20 3.23 3.26 3.29 1.15 1.14 1.28 24 25 22

20 Kalimantan Barat Pontianak 4.96 5.52 5.52 0.00 0.00 0.00 1.51 1.39 1.42 3.51 3.72 3.22 1.64 1.74 1.68 8 8 11

21 Kalimantan Tengah Palangka Raya 1.44 0.44 0.46 0.00 0.00 0.00 0.07 0.07 0.07 0.40 0.40 2.64 0.31 0.14 0.42 33 33 33

22 Kalimantan Selatan Banjarmasin 2.80 3.50 3.57 0.00 0.00 0.00 1.28 1.27 2.02 3.73 3.83 3.91 1.24 1.37 1.57 20 18 13

23 Kalimantan Timur Samarinda 2.53 2.62 2.18 0.00 0.00 0.00 4.02 4.01 4.14 1.24 0.40 1.37 1.52 1.42 1.50 13 16 16

24 Sulawesi Utara Manado 4.59 4.59 4.77 0.00 0.00 0.00 0.10 0.81 0.81 3.45 3.51 3.58 1.25 1.42 1.46 19 17 18

25 Gorontalo Gorontalo 4.52 5.14 5.18 0.00 0.00 0.00 0.07 0.07 0.07 0.40 1.93 1.95 0.85 1.15 1.16 26 24 25

26 Sulawesi Tengah Palu 2.71 2.71 3.89 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2.86 0.40 2.97 0.82 0.52 1.04 27 31 28

27 Sulawesi Selatan Makassar 3.87 3.87 4.11 0.00 0.00 0.00 2.00 1.93 2.50 4.57 4.64 4.71 1.70 1.69 1.87 6 9 8

28 Sulawesi Barat Mamuju 2.59 2.29 3.01 0.00 0.00 0.00 0.52 0.52 0.58 0.82 0.74 0.48 0.67 0.61 0.71 31 30 31

29 Sulawesi Tenggara Kendari 3.98 3.98 4.02 0.00 0.00 0.00 1.03 1.21 1.19 2.55 2.89 2.95 1.24 1.33 1.34 21 19 19

30 Maluku Ambon 5.00 5.00 5.00 0.00 0.00 0.00 0.62 0.79 1.91 2.80 3.11 3.20 1.35 1.43 1.70 16 15 10

31 Maluku Utara Ternate 1.53 1.90 1.90 0.00 0.00 0.00 0.09 0.09 0.50 0.40 0.78 0.78 0.34 0.45 0.54 32 32 32

32 Papua Jayapura 2.67 2.76 2.88 0.00 0.00 0.00 0.86 0.48 0.43 0.40 0.40 4.17 0.71 0.64 1.11 30 29 26

33 Papua Barat Manokwari 1.44 1.67 2.66 0.00 0.00 0.00 1.42 0.66 1.18 1.36 1.84 2.02 0.74 0.67 0.98 29 28 29

No. Provinsi Kota/kabupaten

Score

Infrastruktur

Jalan

Score Infrastruktur

Kereta apiRanking Kota

17.36% 47.30%

Score

Infrastruktur

Udara

Score

Infrastruktur

Laut

22.97% 12.37%

Score Total

Total

Rank

Keseluruhan

Score

Total

Rank

Jalan

Score

Infra.

Jalan

Rank

Kereta

Api

Score Infra.

Kereta api

Rank

Infra

.

Score Infra.

Laut

Rank

Infra.

Udara

Score Infra.

Udara

2013 2013 2013 2013 2013 2013

1 DKI Jakarta Jakarta 1 7.50 1 8.10 1 7.21 1 7.92 1 6.98

2 Sumatera Utara Medan 2 4.35 4 6.26 2 4.09 3 3.33 5 4.58

3 Jawa Barat Bandung 3 2.47 11 4.58 3 2.54 26 0.32 16 3.23

4 Jawa Timur Surabaya 4 2.44 5 5.83 4 1.26 8 2.07 21 2.90

5 Jawa Tengah Semarang 5 2.07 12 4.29 8 0.45 4 2.90 10 3.58

6 Sumatera Barat Padang 6 1.99 24 3.40 6 1.06 6 2.14 12 3.30

7 Sumatera Selatan Palembang 7 1.93 30 2.50 5 1.18 9 2.06 8 3.74

8 Sulawesi Selatan Makassar 8 1.87 13 4.11 0.00 5 2.50 3 4.71

No. Provinsi Kota/kabupaten

Pemetaan infrastruktur..., Ineswari Syifa Hayuningtiyas, FT UI, 2015

Page 17: PEMETAAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI PADA IBUKOTA …

17

Universitas Indonesia

Table XI Penilaian Kota Berdasarkan Infrastruktur Transportasi Kuadran II

Table XII Penilaian Kota Berdasarkan Infrastruktur Transportasi Kuadran III

Table XIII Penilaian Kota Berdasarkan Infrastruktur Transportasi Kuadran IV

Hasil penelitian 33 Ibukota Provinsi di Indonesia berdasarkan nilai infrastruktur pada kuadran

I yaitu Kota Jakarta di posisi pertama, disusul oleh Kota Medan, Bandung, Surabaya,

Semarang, Padang, Palembang dan Makassar. Pada kuadran II, Kota Yogyakarta berada pada

posisi kesembilan diikuti oleh Kota Ambon, Pontianak, Denpasar, Banjarmasin, Mataram,

Banda Aceh dan Samarinda. Pada kuadran III, Kota Jambi pada posisi ke-17 diikuti oleh

Manado, Kendari, Bengkulu, Pangkal Pinang, Kupang, Pekanbaru dan Bandar Lampung.

Pada kuadran IV, Kota Gorontalo berada pada posisi ke-25 diikuti oleh Jayapura, Tanjung

Pinang, Palu, Manokwari, Serang, Mamuju, Ternate, Palangka Raya.

Rank

Keseluruhan

Score

Total

Rank

Jalan

Score

Infra.

Jalan

Rank

Kereta

Api

Score Infra.

Kereta api

Rank

Infra

.

Score Infra.

Laut

Rank

Infra.

Udara

Score Infra.

Udara

2013 2013 2013 2013 2013 2013

9 DI Yogyakarta Yogyakarta 9 1.73 17 4.01 7 0.96 29 0.00 4 4.66

10 Maluku Ambon 10 1.70 8 5.00 0.00 11 1.91 18 3.20

11 Kalimantan Barat Pontianak 11 1.68 6 5.52 0.00 14 1.42 17 3.22

12 Bali Denpasar 12 1.63 9 4.97 0.00 22 0.60 2 5.12

13 Kalimantan Selatan Banjarmasin 13 1.57 21 3.57 0.00 10 2.02 7 3.91

14 Nusa Tenggara Barat Mataram 14 1.55 3 6.43 0.00 29 0.00 11 3.47

15 Aceh Banda Aceh 15 1.51 2 6.80 0.00 29 0.00 23 2.63

16 Kalimantan Timur Samarinda 16 1.50 31 2.18 0.00 2 4.14 30 1.37

No. Provinsi Kota/kabupaten

Rank

Keseluruhan

Score

Total

Rank

Jalan

Score

Infra.

Jalan

Rank

Kereta

Api

Score Infra.

Kereta api

Rank

Infra

.

Score Infra.

Laut

Rank

Infra.

Udara

Score Infra.

Udara

2013 2013 2013 2013 2013 2013

17 Jambi Jambi 17 1.47 14 4.10 0.00 13 1.52 15 3.28

18 Sulawesi Utara Manado 18 1.46 10 4.77 0.00 20 0.81 9 3.58

19 Sulawesi Tenggara Kendari 19 1.34 16 4.02 0.00 17 1.19 20 2.95

20 Bengkulu Bengkulu 20 1.30 26 3.03 0.00 7 2.12 24 2.32

21 Kepulauan Bangka Belitung Pangkal Pinang 21 1.29 20 3.68 0.00 19 1.07 14 3.28

22 Nusa Tenggara Timur Kupang 22 1.28 23 3.47 0.00 16 1.20 13 3.29

23 Riau Pekanbaru 23 1.25 19 3.80 0.00 12 1.58 27 1.84

24 Lampung Bandar Lampung 24 1.19 15 4.03 10 0.31 21 0.64 28 1.59

No. Provinsi Kota/kabupaten

Rank

Keseluruhan

Score

Total

Rank

Jalan

Score

Infra.

Jalan

Rank

Kereta

Api

Score Infra.

Kereta api

Rank

Infra

.

Score Infra.

Laut

Rank

Infra.

Udara

Score Infra.

Udara

2013 2013 2013 2013 2013 2013

25 Gorontalo Gorontalo 25 1.16 7 5.18 0.00 28 0.07 26 1.95

26 Papua Jayapura 26 1.11 28 2.88 0.00 25 0.43 6 4.17

27 Kepulauan Riau Tanjung Pinang 27 1.07 25 3.35 0.00 15 1.37 29 1.37

28 Sulawesi Tengah Palu 28 1.04 18 3.89 0.00 29 0.00 19 2.97

29 Papua Barat Manokwari 29 0.98 29 2.66 0.00 18 1.18 25 2.02

30 Banten Serang 30 0.81 22 3.55 9 0.41 29 0.00 33 0.00

31 Sulawesi Barat Mamuju 31 0.71 27 3.01 0.00 23 0.58 32 0.48

32 Maluku Utara Ternate 32 0.54 32 1.90 0.00 24 0.50 31 0.78

33 Kalimantan Tengah Palangka Raya 33 0.42 33 0.46 0.00 27 0.07 22 2.64

No. Provinsi Kota/kabupaten

Pemetaan infrastruktur..., Ineswari Syifa Hayuningtiyas, FT UI, 2015

Page 18: PEMETAAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI PADA IBUKOTA …

18

Universitas Indonesia

Dibuktikan dari pemetaan infrastruktur transportasi ini sebagian besar kota-kota pada bagian

barat Indonesia memperoleh penilaian yang lebih baik dari kota-kota di bagian timur

Indonesia. Maka perlu adanya pembenahan infrastruktur transportasi pada kota-kota dengan

nilai rendah yaitu sebagian besar berada pada kota-kota di bagian timur Indonesia. Hasil

penelitian ini memperoleh pemetaan dan urutan prioritas dari 33 Ibukota Provinsi di

Indonesia berdasarkan nilai infrastruktur transportasinya sebagai suatu hasil yang bersifat

fleksibel karena dipengaruhi oleh ketersediaan data dan informasi dari masing-masing

infrastruktur transportasi di wilayah yang dianalisis.

Saran

1. Dari hasil pemetaan infrastruktur transportasi pada 33 Ibukota Provinsi, perlu

dilakukan penilitian untuk meningkatkan peringkat pengelompokan kota dari masing-

masing kuadran

2. Dalam melakukan pemetaan infrastruktur transportasi pada 33 Ibukota Provinsi di

Indonesia, diharapkan dapat dilakukan pengkajian dari berbagai aspek yang lebih

mendetail dengan memperhatikan masukan dari berbagai pihak yang terkait yang

dapat menghasilkan kriteria indikator yang dapat mewakili semua komponen

infrastruktur transportasi.

3. Proses pembobotan dan pemetaan infrastruktur transportasi perlu didukung data yang

lebih lengkap mengenai semua kriteria indikator yang ada.

Daftar Referensi

Indonesian Commercial Newsletter (ICN). (2010, Januari). LAPORAN MARKET INTELLIGENCE.

PERKEMBANGAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI KERETA API.

Australian Aid. (December 2013). Infrastruktur di Indonesia – Lima Tahun ke Depan dan Seterusnya.

Tema dan Prioritas Penting Untuk Rencana Pembangunan Tahun 2015 – 19, 24-25.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2012). Kajian Evaluasi Kebijakan Pembangunan

Transportasi: Perkeretaapian dan Pelabuhan Laut.

Bank Dunia, S. (2013). Status Logistik Indonesia.

Kementerian PPN/BAPPENAS, & Deputi Bidang Sarana dan Prasarana. (2014, Desember 8). Prioritas

Kedaulatan Energi dan Infrastruktur RPJMN 2015-2019.

Kompas. (2012, 29 Agustus Rabu). Infrastruktur Transportasi Udara RI Peringkat Ke-80 Dunia.

Jakarta, Jakarta, Indonesia.

Pemetaan infrastruktur..., Ineswari Syifa Hayuningtiyas, FT UI, 2015

Page 19: PEMETAAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI PADA IBUKOTA …

19

Universitas Indonesia

Lemhannas. (Desember 2012). Pengembangan Sistem Transportasi Nasional guna Mempercepat dan

Memperluas Pembangunan Ekonomi dalam rangka ketahanan Nasional. Jurnal Kajian

Lemhannas RI, 31.

Pusat Komunikasi Publik Kementrian Pekerjaan Umum. (2014). Retrieved from Perpustakaan

Kementrian Pekerjaan Umum: http://pustaka.pu.go.id/new/berita-detail.asp?id=173

Schwab, K., & Sala-i-Martin, X. (2014-2015). The Global Competitiveness Report. World Economic

Forum.

Siperkovskis, V. (2009). USING T.SAATY METHOD IN TRANSPORT SYSTEMS. USING T.SAATY METHOD

IN TRANSPORT SYSTEMS.

Sislognas. (2012). Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional.

Small, J., Schiff, A., & Ensor, M. (March 2013). Infrastructure Performance Indicator Framework

Development. covec and Beca.

Undang-undang Republik Indonesia Npmer 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan. (2009).

Widiastuti, A. (n.d.). Data, Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian. Data, Teknik

Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

World Bank. (2012). World Development Indicators, Susenas.

World Bank. (n.d.). Infrastructure Indicators. Retrieved December 12, 2014, from

http://siteresources.worldbank.org/INTEAPINFRASTRUCT/Resources/855084-

1130876718637/Statistical+Annex.pdf

Zaini, A. H. (n.d.). Menteri Negara Pembagunan Daerah Tertinggal. Pembangunan Pedesaan, 1.

Pemetaan infrastruktur..., Ineswari Syifa Hayuningtiyas, FT UI, 2015