PEMETAAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI PADA IBUKOTA …
Transcript of PEMETAAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI PADA IBUKOTA …
i
Universitas Indonesia
PEMETAAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI PADA
IBUKOTA PROVINSI DI INDONESIA
Ineswari Syifa Hayuningtiyas
1, Mohammed Ali Berawi
2
1. Program Studi Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia,
Depok, 16424, Indonesia
2. Program Studi Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia,
Depok, 16424, Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstrak
Infrastruktur adalah salah satu sarana penunjang pembangunan. Sistem transportasi merupakan
bagian penting dan stategis bagi pembangunan suatu negara dan merupakan sarana penunjang
kemajuan ekonomi karena akan mendukung mobilitas penduduk dan mendistribusikan barang dari
satu daerah ke daerah lain. Namun, adanya ketidakmerataan akses masyarakat dan kesenjangan
pengembangan wilayah dalam bidang infrastruktur transportasi di Indonesia. Maka perlunya
pemetaan infrastruktur transportasi pada Ibukota Provinsi di Indonesia diharapkan dapat
menentukan pola pembangunan dan pembenahan infastruktur transportasi pada pembangunan
masa mendatang. Metode penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah studi literatur untuk
menetapkan indikator penilaian pada pemetaan infrastruktur transportasi di Indonesia dan
penyebaran 30 kuesioner pada stakeholder terkait untuk melakukan pembobotan pada setiap
indikator dengan AHP (Analytical Hierarchy Process) dengan perhitungan manual. Setelah
mendapatkan pembobotan pada setiap indikator, dilakukan scoring atau penilaian pada setiap
infrastruktur pada 33 Ibukota Provinsi di Indonesia dan didapatkan pemetaan infrastruktur
transportasi pada 33 Ibukota Provinsi di Indonesiadari nilai tertinggi sampai terendah. Hasil yang
didapatkan adalah pada kuadran I yaitu Kota Jakarta di posisi pertama, disusul oleh Kota Medan,
Bandung, Surabaya, Semarang, Padang, Palembang dan Makassar. Pada kuadran II, Kota
Yogyakarta berada pada posisi kesembilan diikuti oleh Kota Ambon, Pontianak, Denpasar,
Banjarmasin, Mataram, Banda Aceh dan Samarinda. Pada kuadran III, Kota Jambi pada posisi ke-
17 diikuti oleh Manado, Kendari, Bengkulu, Pangkal Pinang, Kupang, Pekanbaru dan Bandar
Lampung. Pada kuadran IV, Kota Gorontalo berada pada posisi ke-25 diikuti oleh Jayapura,
Tanjung Pinang, Palu, Manokwari, Serang, Mamuju, Ternate, Palangka Raya. Dibuktikan dari
pemetaan infrastruktur transportasi ini sebagian besar kota-kota pada bagian barat Indonesia
memperoleh penilaian yang lebih baik dari kota-kota di bagian timur Indonesia. Maka perlu
adanya pembenahan infrastruktur transportasi pada kota-kota dengan nilai rendah yaitu sebagian
besar berada pada kota-kota di bagian timur Indonesia.
Kata kunci:
Manajemen infrastruktur, transportasi, kesenjangan, infrastruktur
Pemetaan infrastruktur..., Ineswari Syifa Hayuningtiyas, FT UI, 2015
ii
Universitas Indonesia
MAPPING TRANSPORTATION INFRASTRUCTURE IN
CAPITAL OF PROVINCES IN INDONESIA
Abstract
Infrastructure is one of the definitions of supporting development. The transportation system is an
important and strategic part of the development of economic progress of a country because it will
support the mobility of people and to distribute goods from one place to another. However, There
are the existence of inequality in access and gap in the sector of transportation infrastructure in
Indonesia. Hence, the need for mapping of transportation infrastructure in the Capital of Provinces
in Indonesia is expected to determine the pattern of development and improvement of future
transportation infrastructure’s development. Reasearch methodology for this research are study of
literature to establish the indicators of mapping transport infrastructure in Indonesia and spread of
30 quetioners on the related stakeholders to get weight for each indicator with manual counting of
AHP (Analytical Hierarchy Process). After weighting of each indicator, the next step is scoring the
transport infrastructure components at 33 Capital of Provinces in Indonesia to get the results of
mapping transportation infrastructure from the highest to lowest score. The results on this reaseach
are in quadrant I, the city of Jakarta in the first position, followed by the city of Medan, Bandung,
Surabaya, Semarang, Padang, Palembang dan Makassar. In quadrant II, the city of Yogyakarta is
at ninth position followed by the city of Ambon, Pontianak, Denpasar, Banjarmasin, Mataram,
Banda Aceh dan Samarinda.. In quadrant III, City of Jambi in the 17th position followed by
Manado, Kendari, Bengkulu, Pangkal Pinang, Kupang, Pekanbaru dan Bandar Lampung. In
quadrant IV, Kota Gorontalo are at the 25th position followed by Jayapura, Tanjung Pinang, Palu,
Manokwari, Serang, Mamuju, Ternate, Palangka Raya. Evidenced from the result of mapping of
transport infrastructure is mostly cities in the western part of Indonesia get better scores than the
cities in the eastern part of Indonesia. Hence the improvement of transport infrastructure is needed
for the cities with low scores that are mostly located in the eastern part of Indonesia.
Keywords:
Infrastructure management, transportation, gap, infrastructure
Pemetaan infrastruktur..., Ineswari Syifa Hayuningtiyas, FT UI, 2015
3
Universitas Indonesia
Pendahuluan
Infrastruktur yang luas dan efisien sangat penting untuk memastikan efektivitas fungsi
ekonomi, seperti menentukan lokasi kegiatan ekonomi, jenis kegiatan atau sektor yang dapat
mengembangkan dalam suatu negara. Pertumbuhan ekonomi menyebabkan kebutuhan
pergerakan masyarakat meningkat dan melebihi kapasitas sistem sarana dan prasarana yang
ada. Perkembangan perkotaan dan perkembangan infrastruktur transportasi merupakan hal
yang saling mempengaruhi. Menurut Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional menimbang bahwa infrastruktur sebagai salah
satu sarana penunjang pembangunan, perlu ditingkatkan kuantitas dan kualitasnya melalui
percepatan penyediaan infrastruktur. Infrastruktur transportasi yang terdiri dari transportasi
udara, laut dan darat merupakan komponen utama dari kegiatan ekonomi dan sebagai aspek
terpenting bagi masyarakat. Sistem transportasi yang andal merupakan sarana penunjang
kemajuan ekonomi karena akan mendukung mobilitas penduduk dari satu daerah ke daerah
lain yang mampu mendistribusikan barang dari satu tempat lainnya secara meluas.
(Pengembangan Sistem Transportasi Nasional guna Mempercepat dan Memperluas
Pembangunan Ekonomi dalam rangka ketahanan Nasional, Desember 2012). Namun,
menurut Penilaian Kinerja Pemerintah Daerah Bidang Pekerjaan Umum 2010-2014,
pelayanan dan penyediaan infrastruktur di Indonesia diniliai belum optimal dan pencapaian
antara Kabupaten/Kota yang satu dengan yang lainnya masih sangat bervariasi dikarenakan
keragaman persepsi, kondisi sosial budaya dan karakteristik masing-masing daerah. Adapun
permasalahan yang dihadapi seperti minimnya layanan dan jaringan infrastruktur didaerah
yang kurang berkembang di luar pulau Jawa. Masalah krusial dalam pengembangan wilayah
adalah terkonsentrasi kegiatan ekonomi di pulau Jawa dan wilayah tertentu di luar Jawa,
ketidakmerataan akses masyarakat terhadap pemanfaatan sumberdaya wilayah, tingginya
kemiskinan di pedesaan dan masih besarnya kesenjangan perkembangan antar wilayah
(Zaini). Menurut World Bank 2012 dalam World Development Indicators, peningkatan
kesenjangan di Indonesia menempati posisi tertinggi di Asia (World Bank, 2012)
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
Mengetahui indikator apa saja dalam pemetaan transportasi pada Ibukota provinsi di
Indonesia
Melakukan pemetaan berdasarkan infrastruktur transportasi di 33 Ibukota Provinsi
yang meliputi sarana transportasi yaitu infrastruktur transportasi darat, kereta api, laut
dan udara.
Pemetaan infrastruktur..., Ineswari Syifa Hayuningtiyas, FT UI, 2015
4
Universitas Indonesia
Tinjauan Teoritis
Definisi dari infrastruktur menurut the Associated General Contractors of America (AGCA,
1982), adalah “The nation”s infrastructure is its system of public facilities, both publicy anda
privately funded, which provide for the delivery of essential services and a sustained standard
of living.” Menurut Grigg dalam Kodoatie (2005:8) Infrastruktur merujuk pada system yang
menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas
public yang lain yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup
sosial dan ekonomi. Fasilitas infrastruktur dasar adalah fitur penting yang berhubungan
dengan kinerja ekonomi (Torrisi, 2009)
Menurut Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional nomor 6 Tahun 2012 pasal 5 menetapkan bahwa jenis infrastruktur
yang dimuat dalam Daftar rencana Proyek Kerjasama terdiri atas infrastruktur transportasi,
jalan pengairan, air minum, sanitasi, telekomunikasi dan informatika, ketenagalistrikan,
minyak dan gas bumi. Sesuai dengan The World Bank, infrastruktur terdiri dari listrik, air
bersih, saluran air limbah, komunikasi, jalan dan jembatan, pelabuhan, bandara, kereta api,
perumahan, pelayanan perkotaan, minyak/gas, dan sektor pertambangan. Dalam penelitian ini
hanya akan dibahas infrastruktur transportasi.
Transportasi adalah segala sesuatu yang terlibat dalam perpindahan, baik manusia ataupun
barang, dari satu tempat ke tempat lain (Fricker, et al, 2004). Sistem transportasi yang andal
merupakan sarana penunjang kemajuan ekonomi karena akan mendukung mobilitas
penduduk dari satu daerah ke daerah lain yang mampu mendistribusikan barang dari satu
tempat lainnya secara meluas (Lemhannas RI, Desember 2012).
Adapun fungsi Transportasi dalam pengembangan wilayah menurut Adisasmita (2007),
adalah
Transportasi sebagai sektor penunjang terhadap pengembangan kegiatan sektor-sektor
lain misalnya pertanian, perindustrian, perdagagan, pendidikan, kesehatan, pariwisata
dan lain-lain.
Menyediakan jasa transportasi yang efektif untuk menghubungkan daerah-daerah
terisolasi atau terpencil dengan daerah-daerah yang telah berkembang diluar
wilayahnya, sehingga terjadi interaksi pembangunan antara kedua derah tersebut,
yang selanjutnya akan mendorong pertumbuhan dan perekonomian yang sinergis.
Pemetaan infrastruktur..., Ineswari Syifa Hayuningtiyas, FT UI, 2015
5
Universitas Indonesia
Komponen utama dari infrastruktur transportasi menurut (Small, et al, March 2013) adalah:
Pelabuhan laut dan sistem navigasi maritime, memfasilitasi layanan angkutan laut
internasional dan domestik seta kapal penumpang
Bandara dan sistem manajemen lalu lintas udara, memfasilitasi layanan penumpang
dan kargo internasional dan domestrik
Perkeretaapian, menyediakan layanan angkutan penumpang dan barang metropolitan
dan antar kota
Jalan, disediakan oleh pemerintah pusat dan daerah untuk transportasi local, regional
dan antar kota.
Metode Penelitian
Data yang digunakan untuk penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Studi
literature merupakan data sekunder yang digunakan untuk penetapan indikator pada
penelitian pemetaan infrastruktur transportasi di 33 Ibukota Provinsi di Indonesia, sedangkan
penyebaran kuesioner dan wawancara mendalam adalah sebagai data primer untuk
mendapatkan pembobotan indikator pada pemetaan infrastruktur transportasi dan sebagai
validasi hasil penelitian ini.
Gambar I Metode Operasional Penelitian
Sumber: olahan penulis
Adapun langkah-langkah pengumpulan data sekunder adalah:
Pencarian indikator yang merupakan kriteria yang dipakai untuk menentukan pemetaan
infrastruktur transportasi di Ibukota Provinsi di Indonesia. Berdasarkan sumber literatur yang
diperoleh, maka ditetapkan variabel ditunjukan pada tabel I
Pemetaan infrastruktur..., Ineswari Syifa Hayuningtiyas, FT UI, 2015
6
Universitas Indonesia
Table I Variabel Penelitian
Variabel
dependen
Variabel
Independen Indikator Deskripsi Sumber
Pemetaan
Infrastruktur
Transportasi
pada 33
Ibukota
Provinsi di
Indonesia
Jalan
Ketersediaan
Jalan (Termasuk
Total Jalan, Jalan
Nasional, Jalan
provinsi dan Jalan
Kota
Panjang jalan/ 1000
km2 luas area
(km/km2)
Departemen
Pemukiman dan
Prasarana
wilayah,
Bappenas 2004
Kinerja Jaringan
Jalan Kondisi
Baik
Panjang Jalan
Kondisi Baik /
Panjang Total Jalan
(%)
Bina Marga PU
2010-2014
Kereta Api Ketersediaan
panjang rel
Panjang rel
(km)/1000
penduduk
(km/orang)
US Transport
Performance,
Bappenas 2004
Total Kapasitas
Angkut
Penumpang
Penumpang/tahun US Transport
Performance
Total Kapasitas
Angkut Barang Ton Barang/tahun
US Transport
Performance
Laut Jumlah Pelabuhan
menurut hirarkhi Bappenas 2004
Arus Penumpang Penumpang/tahun Bappenas 2004
Arus Barang Ton/ tahun,
TEUS/tahun Bappenas 2004
Udara Jumlah Bandara
menurut hirarkhi Bappenas 2004
Jumlah
Penumpang Penumpang/tahun Bappenas 2004
Jumlah Kargo Kg Barang/tahun Bappenas 2004
Sumber: Olahan Penulis
Pengumpulan data yang berhubungan dengan kriteria yang dipakai. Data tersebut dijelaskan
pada tabel II.
Table II Sumber Data Indikator
Moda Indikator Deskripsi Sumber Data
Jalan
Ketersediaan Jalan (Termasuk Total
Jalan, Jalan Nasional, Jalan provinsi,
Jalan Kota dan Jalan Tol)
Panjang jalan/ 1000 km2 luas
area (km/km2)
Badan Pusat Statistik,
Statistik Perhubungan
Kinerja Jaringan Jalan Kondisi Baik Panjang Jalan Kondisi Baik /
Panjang Total Jalan (%) Badan Pusat Statistik
Kereta Api Ketersediaan panjang rel Panjang rel (km)/1000
penduduk (km/orang)
Sistem Informasi
Geografis Prasarana
Transportasi
(Kementerian
Perhubungan)
Total Angkut Penumpang Penumpang/tahun Badan Pusat Statistik
Pemetaan infrastruktur..., Ineswari Syifa Hayuningtiyas, FT UI, 2015
7
Universitas Indonesia
Moda Indikator Deskripsi Sumber Data
Total Angkut Barang Ton Barang/tahun Badan Pusat Statistik
Laut Jumlah Pelabuhan menurut hirarkhi
Sistem Informasi
Geografis Prasarana
Transportasi
(Kementerian
Perhubungan)
Arus Penumpang Penumpang/tahun
Badan Pusat Statistik,
Statistik Perhubungan
Arus Barang Ton/ tahun, TEUS/tahun Badan Pusat Statistik,
Statistik Perhubungan
Udara Jumlah Bandara menurut hirarkhi
Sistem Informasi
Geografis Prasarana
Transportasi
(Kementerian
Perhubungan)
Jumlah Penumpang Penumpang/tahun Statistik Perhubungan
Jumlah Kargo Kg Barang/tahun Statistik Perhubungan
Sumber: Olahan Penulis
Setelah data didapat lalu di rekapitulasi dan dibentuknya penyusunan struktur hirarki di setiap
unsur infrastruktur transportasi. Setelah struktur hirarki disusun, selanjutnya adalah disusun
kuisioner yang akan dipakai sebagai instrumen dalam melaksanakan pengumpulan data
primer. Data Primer yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara
langsung dari sumber datanya. Adapun teknik pengumpulan data dalam penentuan penilaian
level hirarki menggunakan teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner yang
berstruktur/tertutup berupa pertanyaan disertai alternative jawaban yang akan dibagikan
kepada kurang lebih 30 orang reponden dari instansi-instansi terkait. Hasil jawaban yang
diperoleh dari responden sangat menentukan besarnya bobot penilaian indikator yang telah
ditentukan sebelumnya.
Pengolahan data untuk menentukan pembobotan indikator menggunakan Analytic Hierarchy
Process (AHP) dengan perhitungan manual menggunakan Microsoft excel. Lalu setelah hasil
pembobotan setiap indikator didapatkan, scoring terhadap masing-masing infrastruktur pada
33 Ibukota Provinsi di Indonesia dengan indikator yang sudah dibobot sebelumnya. Setelah
didapatkan hasil dari pembobotan indikator dan pemetaan dilakukan validasi hasil ke pakar
dengan cara berdiskusi. Ketentuan pakar yaitu memiliki pengalaman minimal 10 tahun dalam
bidang transportasi dan memiliki tingkat pendidikan minimal S1 dan memiliki reputasi yang
baik.
Pemetaan infrastruktur..., Ineswari Syifa Hayuningtiyas, FT UI, 2015
8
Universitas Indonesia
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penetapan indikator varibel dari studi literatur, didapatkan beberapa
variabel yang berpengaruh dalam pemetaan infrastruktur transportasi pada 33 Ibukota
Provinsi di Indonesia yang dijelaskan pada tabel II
Table III Variabel Penilaian Infrastruktur Transportasi
No Kriteria
1
Infrastruktur Transportasi Jalan
Ketersediaan Panjang Total Jalan
Ketersediaan Panjang Jalan Nasional
Ketersediaan Panjang Jalan Provinsi
Ketersediaan Panjang Jalan Kota/Kabupaten
Ketersediaan Panjang Jalan Tol
Kinerja Jalan pada kondisi baik
2
Infrastruktur Transportasi Kereta Api
Ketersediaan panjang rel
Total Angkut Penumpang
Total Angkut Barang
3
Infrastruktur Transportasi Laut
Pelabuhan Utama
Jumlah Pelabuhan
Arus Penumpang
Arus Barang
Pelabuhan Pengumpul
Jumlah Pelabuhan
Arus Penumpang
Arus Barang
Pelabuhan Pengumpan Regional
Jumlah Pelabuhan
Arus Penumpang
Arus Barang
Pelabuhan Pengumpan Lokal
Jumlah Pelabuhan
Arus Penumpang
Arus Barang
4
Infrastruktur Transportasi Udara
Bandara Pengumpul (HUB)
Jumlah Bandara
Jumlah Penumpang
Jumlah Kargo
Bandara Pengumpan (Spoke)
Jumlah Bandara
Jumlah Penumpang
Jumlah Kargo
Sumber: olahan penulis
Dilakukan proses pembobotan variabel dengan cara penyebaran kuesioner pada 30
responden. Kuesioner terdiri dari lima jenis kuesioner yaitu perbandingan variabel
infrastruktur transportasi keseluruhan (level I), variabel infrastruktur jalan (level II), variabel
infrastruktur kereta api (level II), variabel infrastruktur transportasi laut (level II) dan variabel
infrastruktur transportasi udara (level II) lalu dilakukan analisis perbandingan dengan AHP
Pemetaan infrastruktur..., Ineswari Syifa Hayuningtiyas, FT UI, 2015
9
Universitas Indonesia
(Analytic Hierarchy Process). Hasil dari pembobotan variabel dengan penyebaran kuesioner
dan analisis perbandingan ditunjukkan pada tabel IV.
Table IV Pembobotan Variabel
No Kriteria Level I Level II Ranking
1
Infrastruktur Transportasi Jalan 17.36% 3
Ketersediaan Panjang Total Jalan 9.64%
Ketersediaan Panjang Jalan Nasional 22.26%
Ketersediaan Panjang Jalan Provinsi 12.75%
Ketersediaan Panjang Jalan Kota/Kabupaten 12.67%
Ketersediaan Panjang Jalan Tol 11.84%
Kinerja Jalan pada kondisi baik 30.85%
2
Infrastruktur Transportasi Kereta Api 47.30% 1
Ketersediaan panjang rel 28.92%
Total Angkut Penumpang 45.02%
Total Angkut Barang 26.06%
3
Infrastruktur Transportasi Laut 22.97% 2
Pelabuhan Utama
Jumlah Pelabuhan 9.73%
Arus Penumpang 14.16%
Arus Barang 40.85%
Pelabuhan Pengumpul
Jumlah Pelabuhan 2.67%
Arus Penumpang 3.88%
Arus Barang 11.19%
Pelabuhan Pengumpan
Regional
Jumlah Pelabuhan 1.69%
Arus Penumpang 2.46%
Arus Barang 7.10%
Pelabuhan Pengumpan
Lokal
Jumlah Pelabuhan 0.95%
Arus Penumpang 1.37%
Arus Barang 3.97%
4
Infrastruktur Transportasi Udara 12.37% 4
Bandara Pengumpul
(HUB)
Jumlah Bandara 8.03%
Jumlah Penumpang 45.82%
Jumlah Kargo 13.66%
Bandara Pengumpan
(Spoke)
Jumlah Bandara 3.87%
Jumlah Penumpang 22.06%
Jumlah Kargo 6.58%
Sumber: olahan penulis
Selanjutnya dilakukan pemetaan kota dengan cara bobot variabel yang telah dilakukan
pengolahan dari responden dikalikan dengan scoring sesuai data pada setiap 33 Ibukota
Provinsi. Setelah score infrastruktur keseluruhan pada 33 Ibukota provinsi didapatkan maka
dilakukan pengurutan atau ranking dari kota yang memiliki score tertinggi sampai terendah.
Pemetaan infrastruktur..., Ineswari Syifa Hayuningtiyas, FT UI, 2015
10
Universitas Indonesia
Lalu dilakukan pengelompokan kota dengan pembagian kuadran yang terdiri dari empat
kuadran yang ditunjukkan pada tabel-tabel dibawah ini.
Table V Penilaian Kota Berdasarkan Infrastruktur Transportasi Kuadran I
Table VI Penilaian Kota Berdasarkan Infrastruktur Transportasi Kuadran II
Table VII Penilaian Kota Berdasarkan Infrastruktur Transportasi Kuadran III
Table VIII Penilaian Kota Berdasarkan Infrastruktur Transportasi Kuadran IV
Rank
Keseluruhan
Score
Total
Rank
Jalan
Score
Infra.
Jalan
Rank
Kereta
Api
Score Infra.
Kereta api
Rank
Infra
.
Score Infra.
Laut
Rank
Infra.
Udara
Score Infra.
Udara
2013 2013 2013 2013 2013 2013
1 DKI Jakarta Jakarta 1 7.50 1 8.10 1 7.21 1 7.92 1 6.98
2 Sumatera Utara Medan 2 4.35 4 6.26 2 4.09 3 3.33 5 4.58
3 Jawa Barat Bandung 3 2.47 11 4.58 3 2.54 26 0.32 16 3.23
4 Jawa Timur Surabaya 4 2.44 5 5.83 4 1.26 8 2.07 21 2.90
5 Jawa Tengah Semarang 5 2.07 12 4.29 8 0.45 4 2.90 10 3.58
6 Sumatera Barat Padang 6 1.99 24 3.40 6 1.06 6 2.14 12 3.30
7 Sumatera Selatan Palembang 7 1.93 30 2.50 5 1.18 9 2.06 8 3.74
8 Sulawesi Selatan Makassar 8 1.87 13 4.11 0.00 5 2.50 3 4.71
No. Provinsi Kota/kabupaten
Rank
Keseluruhan
Score
Total
Rank
Jalan
Score
Infra.
Jalan
Rank
Kereta
Api
Score Infra.
Kereta api
Rank
Infra
.
Score Infra.
Laut
Rank
Infra.
Udara
Score Infra.
Udara
2013 2013 2013 2013 2013 2013
9 DI Yogyakarta Yogyakarta 9 1.73 17 4.01 7 0.96 29 0.00 4 4.66
10 Maluku Ambon 10 1.70 8 5.00 0.00 11 1.91 18 3.20
11 Kalimantan Barat Pontianak 11 1.68 6 5.52 0.00 14 1.42 17 3.22
12 Bali Denpasar 12 1.63 9 4.97 0.00 22 0.60 2 5.12
13 Kalimantan Selatan Banjarmasin 13 1.57 21 3.57 0.00 10 2.02 7 3.91
14 Nusa Tenggara Barat Mataram 14 1.55 3 6.43 0.00 29 0.00 11 3.47
15 Aceh Banda Aceh 15 1.51 2 6.80 0.00 29 0.00 23 2.63
16 Kalimantan Timur Samarinda 16 1.50 31 2.18 0.00 2 4.14 30 1.37
No. Provinsi Kota/kabupaten
Rank
Keseluruhan
Score
Total
Rank
Jalan
Score
Infra.
Jalan
Rank
Kereta
Api
Score Infra.
Kereta api
Rank
Infra
.
Score Infra.
Laut
Rank
Infra.
Udara
Score Infra.
Udara
2013 2013 2013 2013 2013 2013
17 Jambi Jambi 17 1.47 14 4.10 0.00 13 1.52 15 3.28
18 Sulawesi Utara Manado 18 1.46 10 4.77 0.00 20 0.81 9 3.58
19 Sulawesi Tenggara Kendari 19 1.34 16 4.02 0.00 17 1.19 20 2.95
20 Bengkulu Bengkulu 20 1.30 26 3.03 0.00 7 2.12 24 2.32
21 Kepulauan Bangka Belitung Pangkal Pinang 21 1.29 20 3.68 0.00 19 1.07 14 3.28
22 Nusa Tenggara Timur Kupang 22 1.28 23 3.47 0.00 16 1.20 13 3.29
23 Riau Pekanbaru 23 1.25 19 3.80 0.00 12 1.58 27 1.84
24 Lampung Bandar Lampung 24 1.19 15 4.03 10 0.31 21 0.64 28 1.59
No. Provinsi Kota/kabupaten
Rank
Keseluruhan
Score
Total
Rank
Jalan
Score
Infra.
Jalan
Rank
Kereta
Api
Score Infra.
Kereta api
Rank
Infra
.
Score Infra.
Laut
Rank
Infra.
Udara
Score Infra.
Udara
2013 2013 2013 2013 2013 2013
25 Gorontalo Gorontalo 25 1.16 7 5.18 0.00 28 0.07 26 1.95
26 Papua Jayapura 26 1.11 28 2.88 0.00 25 0.43 6 4.17
27 Kepulauan Riau Tanjung Pinang 27 1.07 25 3.35 0.00 15 1.37 29 1.37
28 Sulawesi Tengah Palu 28 1.04 18 3.89 0.00 29 0.00 19 2.97
29 Papua Barat Manokwari 29 0.98 29 2.66 0.00 18 1.18 25 2.02
30 Banten Serang 30 0.81 22 3.55 9 0.41 29 0.00 33 0.00
31 Sulawesi Barat Mamuju 31 0.71 27 3.01 0.00 23 0.58 32 0.48
32 Maluku Utara Ternate 32 0.54 32 1.90 0.00 24 0.50 31 0.78
33 Kalimantan Tengah Palangka Raya 33 0.42 33 0.46 0.00 27 0.07 22 2.64
No. Provinsi Kota/kabupaten
Pemetaan infrastruktur..., Ineswari Syifa Hayuningtiyas, FT UI, 2015
11
Universitas Indonesia
Pembahasan
Pembahasan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.
Penetapan Indikator dan Pembobotan Variabel. Menurut hasil pembobotan menurut para
responden yang paling tinggi pada variabel infrastruktur transportasi jalan yaitu kinerja jalan
pada kondisi baik yaitu 30.85%. Menurut para pakar setelah dilakukan validasi, kondisi jalan
yang baik mempunyai peranan penting dalam membantu kegiatan perekonomian dikarenakan
semakin baik kualitas dan kinerja jalan, maka jalan tersebut semakin dapat dibebani dengan
beban yang banyak dan kegatan pengiriman barang dan kegiatan ekonomi lainnya yang
menggunakan transportasi jalan akan lebih lancer. Hal ini jula didukung oleh Komite
Pemantauan Otonimi Daerah tahun 2012 bahwa tersedianya jalan akan sangat membantu
berkembangnya masyarakat di suatu wilayah, namun kegiatan bisnis atau usaha di suatu
wilayah akan semakin berkembang sesuai dengan semakin baiknya kinerja jalan yang
merupakan akses ke wilayah tersebut. (Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah,
2012).
Untuk infrastruktur kereta api bobot yang paling tinggi adalah variabel total angkut
penumpang sebesar 45,02%. Hal ini dikarenakan kereta api merupakan transportasi massal
yang dapat mengangkut penumpang dalam jumlah besar. Penggunaan kereta yang dapat
mengangkut banyak penumpang dapat mengurangi beban dan kemacetan jalan di suatu
wilayah yang dapat berdampak pada pertumbuhan perekonomian suatu kota.
Pada indikator infrastruktur transportasi laut, bobot yang paling tinggi adalah arus barang
pada pelabuhan utama sebesar 40,85% dari hasil penyebaran kuesioner kepada responden.
Pengaturan arus barang pada pelabuhan diatur pada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor
KM 53 Tahun 2002 Tentang Tatanan Kepelabuhan Nasional, namun tidak terdapatnya
peraturan kepelabuhan yang mengatur tentang penumpang. Hal ini dikarenakan pelabuhan
lebih mengutamakan pengangkutan barang daripada penumpang karena infrastruktur laut
dapat mengangkut volume barang dalam jumlah besar dan lebih efisien. Pengangkutan
barang dalam jumlah banyak melalui jalan laut secara finansial lebih menguntungkan dan
lebih efisien. Pergerakan barang antar pulau sebagian besar dilakukan melalui jalur laut, baik
sebagai perpanjangan dari pergerakan barang perdagangan internasional maupun murni
perdagangan dalam negeri. (Sislognas, 2012). Pada jalur laut, angkutan barang memiliki
karakteristik yang lebih jelas polanya dibandingkan dengan pergerakan penumpang
Pemetaan infrastruktur..., Ineswari Syifa Hayuningtiyas, FT UI, 2015
12
Universitas Indonesia
(Sislognas, 2012). Arus barang pada pelabuhan utama sebagai kriteria terpenting dikarenakan
pelabuhan utama sebagai pelabuhan tersibuk dan terbesar.
Pada indikator infrastruktur transportasi udara, bobot yang paling tinggi adalah arus
penumpang pada bandara pengumpul (HUB) sebesar 45,82%. Pengaturan jumlah penumpang
pada bandara diatur pada Peraturan Menteri Perhubungan PM 69 tahun 2013 tentan Tatanan
Kebandarudaraan Nasional, namun tidak terdapatnya peraturan kebandarudaraan yang
mengatur tentang arus kargo. Hal ini dikarenakan pengangkutan penumpang pada
infrastruktur udara lebih diutamakan daripada pengangkutan barang karena secara finansial
lebih menguntungkan dan berdampak pada pertumbuhan ekonomi di suatu kota. Berbeda
dengan infrastruktur laut, infrastruktur udara tidak dapat mengangkut volume kargo/barang
dalam jumlah banyak hanya volume pengangkutan kecil, maka diutamakan pengangkutan
pada penumpang karena lebih efisien dari segi waktu dan finansial. Volume bang yang
diangkut melalui angkutan udara masih relative kecil. (Sislognas, 2012). Jumlah penumpang
pada bandara Pengumpul (HUB) sebagai kriteria terpenting dikarenakan bandara Pengumpul
(HUB) sebagai bandara tersibuk dan hirarki bandara tertinggi.
Dari rekapitulasi pembobotan infrastruktur keseluruhan didapatkan bobot infrastruktur kereta
api mendapat bobot paling besar yaitu 47,30%, diikuti oleh infrastruktur transportasi laut
sebesar 22,97% lalu infrastruktur transportasi jalan sebesar 17,36 dan infrastruktur
transportasi udara sebesar 12,27%. Hal ini dikarenakan kereta api merupakan transportasi
massal yang dapat mengangkut penumpang dan barang dalam jumlah banyak yang dapat
berdampak pada perekonomian. Sesuai dengan Prioritas Kedaulatan Energi dan Infrastruktur
RPJMN 2015-2019, salah satu isu strategis dalam pembangunan infrastruktur yaitu
pengembangan transportasi massal perkotaan. (Kementerian PPN/BAPPENAS dan Deputi
Bidang Sarana dan Prasarana, 2014). Angkutan kereta cukup efisien untuk mengangkut
barang dan penumpang dengan volume yang besar dan dapat membantu mengurangi
kepadatan lalu lintas jalan raya. (Sislognas, 2012). Menurut validasi pakar, pembobotan ini
dapat dikatakan valid karena sesuai dengan anggaran pendanaan infrastruktur transportasi
paling besar pada tahun 2015 sesuai dengan RPJMN 2015-2019 yaitu pada kereta api sebesar
Rp 18.554.441.000.000 lalu diikuti dengan transportasi laut yaitu sebesar Rp
18.123.372.000.000, lalu transportasi udara dan jalan.
Pemetaan infrastruktur..., Ineswari Syifa Hayuningtiyas, FT UI, 2015
13
Universitas Indonesia
Pemilihan responden dalam penyebaran kuesioner sangat mempengaruhi hasil dari
pembobotan setiap variabel pada penelitian ini. Dalam penelitian ini, hasil pembobotan
infrastruktur kereta api mendapatkan bobot yang paling besar juga dikarenakan responden
yang terlibat lebih banyak dari instansi-instansi pada bidang transportasi darat maka bobot
yang dihasilkan pada infrastruktur kereta api lebih besar daripada bobot pada infrastruktur
lainnya.
Pemetaan Kota. Dari hasil pemetaan kota berdasarkan infrastruktur transportasi didapatkan
tiga besar kota dengan nilai yang tertinggi adalah Jakarta, Medan dan Bandung. Lalu tiga
kota dengan nilai terendah adalah Mamuju, Ternate dan Palangkaraya. Setelah di validasi
oleh pakar, hasil pemetaan ini cukup sesuai dan mewakili kondisi yang ada. Hal ini didukung
oleh klasifikasi kota menurut jumlah penduduk yang di lakukan oleh Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas) bahwa terdapat 4 kota yang termasuk kota megapolitan
yaitu Jakarta, Surabaya, Bandung dan Medan karena memiliki populasi lebih dari 5 juta
jiwa.(Bappenas, 2005). Empat kota ini berada di empat besar dengan nilai infrastruktur
tertinggi sesuai dengan hasil pemetaan pada penelitian ini. Menurut salah satu pakar, kota-
kota yang termasuk kedalam klasifikasi kota megapolitan memiliki penduduk yang tergolong
banyak yaitu lebih besar dari 5 juta jiwa maka PAD (pendapatan asli daerah) yang dieroleh
dari pembayaran pajak yang dibayarkan oleh penduduk juga lebih tinggi yang dapat
berdampak pada pembangunan infrastruktur yang sudah lebih berkembang guna memenuhi
kebutuhan penduduk
Namun, tiga kota dengan nilai infrastruktur transportasi terendah yaitu Mamuju, Ternate dan
Palangkaraya adalah masuk dalam klasifikasi kota sedang dikarenakan populasi pada kota-
kota ini berkisar antara 100.000 – 500.000 ribu jiwa. Dikarenakan memiliki jumlah penduduk
yang sedikit, maka PAD (pendapatan asli daerah) juga cenderung lebih rendah yang dapat
berdampak pada pengembangan infrastruktur pada kota tersebut. Dalam pemetaan
infrastruktur transportasi pada 33 Ibukota Provinsi di Indonesia ini dipengaruhi juga oleh
ketersediaan data dan informasi dari masing-masing infrastruktur transportasi di wilayah
yang dianalisis. Maka hasil penelitian ini sebagai suatu hasil yang bersifat fleksibel karena
dipengaruhi oleh ketersediaan data dan informasi. Tiga kota terbawah juga tidak memiliki
infrastruktur kereta api sementara bobot infrastruktur kereta api pada penelitia ini
mendapatkan bobot yang paling besar, maka nilai pada kota tersebut menjadi kecil.
Dibuktikan dari pemetaan infrastruktur transportasi ini sebagian besar kota-kota pada bagian
Pemetaan infrastruktur..., Ineswari Syifa Hayuningtiyas, FT UI, 2015
14
Universitas Indonesia
barat Indonesia (Pulau Jawa dan Sumatera) memperoleh penilaian yang lebih baik dari kota-
kota di bagian timur Indonesia. Maka perlu adanya pembenahan infrastruktur transportasi
pada kota-kota dengan nilai rendah yaitu sebagian besar berada pada kota-kota di bagian
timur Indonesia.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengumpulan, pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan oleh
peneliti, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
a) Indikator Pemetaan Infrastruktur Transportasi
Berdasarkan usulan indikator kriteria dan variabel yang telah dikaji relevansinya dengan studi
literatur, maka dirumuskan indikator sebagai berikut:
No Kriteria
1
Infrastruktur Transportasi Jalan
Ketersediaan Panjang Total Jalan
Ketersediaan Panjang Jalan Nasional
Ketersediaan Panjang Jalan Provinsi
Ketersediaan Panjang Jalan Kota/Kabupaten
Ketersediaan Panjang Jalan Tol
Kinerja Jalan pada kondisi baik
2
Infrastruktur Transportasi Kereta Api
Ketersediaan panjang rel
Total Angkut Penumpang
Total Angkut Barang
3
Infrastruktur Transportasi Laut
Pelabuhan Utama
Jumlah Pelabuhan
Arus Penumpang
Arus Barang
Pelabuhan Pengumpul
Jumlah Pelabuhan
Arus Penumpang
Arus Barang
Pelabuhan Pengumpan Regional
Jumlah Pelabuhan
Arus Penumpang
Arus Barang
Pelabuhan Pengumpan Lokal
Jumlah Pelabuhan
Arus Penumpang
Arus Barang
4
Infrastruktur Transportasi Udara
Bandara Pengumpul (HUB)
Jumlah Bandara
Jumlah Penumpang
Jumlah Kargo
Bandara Pengumpan (Spoke)
Jumlah Bandara
Jumlah Penumpang
Jumlah Kargo
Pemetaan infrastruktur..., Ineswari Syifa Hayuningtiyas, FT UI, 2015
15
Universitas Indonesia
b) Pembobotan Kriteria
Dari hasil pembobotan kriteria pada pemetaan infrastruktur transportasi di 33 Ibukota
Provinsi di Indonesia dari beberapa responden pada instandi terkait, didapatkan bobot
terhadapat kriteria sebagai berikut:
c) Pemetaan 33 Ibukota Provinsi di Indonesia
Dari hasil penilaian kriteria pada 33 Ibukota Provinsi di Indonesia, dilakukan pengelompokan
atu pemetaan, untuk kota dengan nilai tertinggi sampai terendah berdasarkan nilai
infrastruktur transportasi. Pemetaan ini berbasis pada penilaian infastruktur transportasi jalan,
kereta api, laut dan udara pada tahun 2011,2012 dan 2013.
Pemetaan infrastruktur..., Ineswari Syifa Hayuningtiyas, FT UI, 2015
16
Universitas Indonesia
Table IX Penilaian Kota Berdasarkan Infrastruktur Transportasi
Lalu hasil pengelompokan kota berdasarkan peringkat kota dengan pembagian kuadran yang
terdiri dari empat kuadran yang ditunjukkan pada tabel-tabel dibawah ini.
Table X Penilaian Kota Berdasarkan Infrastruktur Transportasi Kuadran I
2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013
BOBOT
1 Aceh Banda Aceh 6.80 6.80 6.80 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2.64 2.56 2.63 1.51 1.50 1.51 14 12 15
2 Sumatera Utara Medan 6.40 6.21 6.26 4.13 4.28 4.09 4.23 4.26 3.33 0.40 0.40 4.58 4.09 4.13 4.35 2 2 2
3 Sumatera Barat Padang 2.96 3.02 3.40 1.05 1.05 1.06 2.15 2.10 2.14 0.40 3.61 3.30 1.56 1.95 1.99 10 6 6
4 Riau Pekanbaru 3.95 3.84 3.80 0.00 0.00 0.00 1.17 1.28 1.58 1.74 1.77 1.84 1.17 1.18 1.25 23 23 23
5 Kepulauan Riau Tanjung Pinang 3.98 4.51 3.35 0.00 0.00 0.00 2.47 1.32 1.37 0.40 1.75 1.37 1.31 1.30 1.07 17 20 27
6 Jambi Jambi 4.43 4.06 4.10 0.00 0.00 0.00 1.61 1.54 1.52 3.22 3.23 3.28 1.54 1.46 1.47 11 14 17
7 Sumatera Selatan Palembang 2.50 2.50 2.50 1.26 1.13 1.18 1.97 1.92 2.06 0.40 3.70 3.74 1.53 1.87 1.93 12 7 7
8 Kepulauan Bangka Belitung Pangkal Pinang 3.68 3.68 3.68 0.00 0.00 0.00 0.24 0.24 1.07 3.32 3.31 3.28 1.10 1.10 1.29 25 26 21
9 Bengkulu Bengkulu 2.82 3.03 3.03 0.00 0.00 0.00 2.27 1.85 2.12 3.83 2.30 2.32 1.49 1.24 1.30 15 22 20
10 Lampung Bandar Lampung 3.85 3.88 4.03 0.31 0.31 0.31 1.93 1.98 0.64 0.19 0.19 1.59 1.29 1.30 1.19 18 21 24
11 DKI Jakarta Jakarta 6.00 6.02 8.10 5.58 6.59 7.21 8.84 9.03 7.92 7.56 7.97 6.98 6.65 7.22 7.50 1 1 1
12 Jawa Barat Bandung 4.51 4.36 4.58 3.26 3.86 2.54 0.32 0.32 0.32 0.40 3.36 3.23 2.45 3.07 2.47 4 3 3
13 Banten Serang 3.48 3.48 3.55 0.41 0.40 0.41 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.80 0.80 0.81 28 27 30
14 Jawa Tengah Semarang 4.29 4.29 4.29 0.46 0.24 0.45 2.33 2.87 2.90 3.50 3.69 3.58 1.93 1.97 2.07 5 5 5
15 DI Yogyakarta Yogyakarta 4.01 4.01 4.01 0.96 0.91 0.96 0.00 0.00 0.00 4.00 4.17 4.66 1.65 1.64 1.73 7 10 9
16 Jawa Timur Surabaya 5.70 5.75 5.83 2.65 1.41 1.26 0.29 1.47 2.07 2.76 2.88 2.90 2.65 2.36 2.44 3 4 4
17 Bali Denpasar 4.82 4.41 4.97 0.00 0.00 0.00 0.30 0.27 0.60 5.26 5.27 5.12 1.56 1.48 1.63 9 13 12
18 Nusa Tenggara Barat Mataram 6.63 6.55 6.43 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.40 3.40 3.47 1.20 1.56 1.55 22 11 14
19 Nusa Tenggara Timur Kupang 3.47 3.47 3.47 0.00 0.00 0.00 0.63 0.61 1.20 3.23 3.26 3.29 1.15 1.14 1.28 24 25 22
20 Kalimantan Barat Pontianak 4.96 5.52 5.52 0.00 0.00 0.00 1.51 1.39 1.42 3.51 3.72 3.22 1.64 1.74 1.68 8 8 11
21 Kalimantan Tengah Palangka Raya 1.44 0.44 0.46 0.00 0.00 0.00 0.07 0.07 0.07 0.40 0.40 2.64 0.31 0.14 0.42 33 33 33
22 Kalimantan Selatan Banjarmasin 2.80 3.50 3.57 0.00 0.00 0.00 1.28 1.27 2.02 3.73 3.83 3.91 1.24 1.37 1.57 20 18 13
23 Kalimantan Timur Samarinda 2.53 2.62 2.18 0.00 0.00 0.00 4.02 4.01 4.14 1.24 0.40 1.37 1.52 1.42 1.50 13 16 16
24 Sulawesi Utara Manado 4.59 4.59 4.77 0.00 0.00 0.00 0.10 0.81 0.81 3.45 3.51 3.58 1.25 1.42 1.46 19 17 18
25 Gorontalo Gorontalo 4.52 5.14 5.18 0.00 0.00 0.00 0.07 0.07 0.07 0.40 1.93 1.95 0.85 1.15 1.16 26 24 25
26 Sulawesi Tengah Palu 2.71 2.71 3.89 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2.86 0.40 2.97 0.82 0.52 1.04 27 31 28
27 Sulawesi Selatan Makassar 3.87 3.87 4.11 0.00 0.00 0.00 2.00 1.93 2.50 4.57 4.64 4.71 1.70 1.69 1.87 6 9 8
28 Sulawesi Barat Mamuju 2.59 2.29 3.01 0.00 0.00 0.00 0.52 0.52 0.58 0.82 0.74 0.48 0.67 0.61 0.71 31 30 31
29 Sulawesi Tenggara Kendari 3.98 3.98 4.02 0.00 0.00 0.00 1.03 1.21 1.19 2.55 2.89 2.95 1.24 1.33 1.34 21 19 19
30 Maluku Ambon 5.00 5.00 5.00 0.00 0.00 0.00 0.62 0.79 1.91 2.80 3.11 3.20 1.35 1.43 1.70 16 15 10
31 Maluku Utara Ternate 1.53 1.90 1.90 0.00 0.00 0.00 0.09 0.09 0.50 0.40 0.78 0.78 0.34 0.45 0.54 32 32 32
32 Papua Jayapura 2.67 2.76 2.88 0.00 0.00 0.00 0.86 0.48 0.43 0.40 0.40 4.17 0.71 0.64 1.11 30 29 26
33 Papua Barat Manokwari 1.44 1.67 2.66 0.00 0.00 0.00 1.42 0.66 1.18 1.36 1.84 2.02 0.74 0.67 0.98 29 28 29
No. Provinsi Kota/kabupaten
Score
Infrastruktur
Jalan
Score Infrastruktur
Kereta apiRanking Kota
17.36% 47.30%
Score
Infrastruktur
Udara
Score
Infrastruktur
Laut
22.97% 12.37%
Score Total
Total
Rank
Keseluruhan
Score
Total
Rank
Jalan
Score
Infra.
Jalan
Rank
Kereta
Api
Score Infra.
Kereta api
Rank
Infra
.
Score Infra.
Laut
Rank
Infra.
Udara
Score Infra.
Udara
2013 2013 2013 2013 2013 2013
1 DKI Jakarta Jakarta 1 7.50 1 8.10 1 7.21 1 7.92 1 6.98
2 Sumatera Utara Medan 2 4.35 4 6.26 2 4.09 3 3.33 5 4.58
3 Jawa Barat Bandung 3 2.47 11 4.58 3 2.54 26 0.32 16 3.23
4 Jawa Timur Surabaya 4 2.44 5 5.83 4 1.26 8 2.07 21 2.90
5 Jawa Tengah Semarang 5 2.07 12 4.29 8 0.45 4 2.90 10 3.58
6 Sumatera Barat Padang 6 1.99 24 3.40 6 1.06 6 2.14 12 3.30
7 Sumatera Selatan Palembang 7 1.93 30 2.50 5 1.18 9 2.06 8 3.74
8 Sulawesi Selatan Makassar 8 1.87 13 4.11 0.00 5 2.50 3 4.71
No. Provinsi Kota/kabupaten
Pemetaan infrastruktur..., Ineswari Syifa Hayuningtiyas, FT UI, 2015
17
Universitas Indonesia
Table XI Penilaian Kota Berdasarkan Infrastruktur Transportasi Kuadran II
Table XII Penilaian Kota Berdasarkan Infrastruktur Transportasi Kuadran III
Table XIII Penilaian Kota Berdasarkan Infrastruktur Transportasi Kuadran IV
Hasil penelitian 33 Ibukota Provinsi di Indonesia berdasarkan nilai infrastruktur pada kuadran
I yaitu Kota Jakarta di posisi pertama, disusul oleh Kota Medan, Bandung, Surabaya,
Semarang, Padang, Palembang dan Makassar. Pada kuadran II, Kota Yogyakarta berada pada
posisi kesembilan diikuti oleh Kota Ambon, Pontianak, Denpasar, Banjarmasin, Mataram,
Banda Aceh dan Samarinda. Pada kuadran III, Kota Jambi pada posisi ke-17 diikuti oleh
Manado, Kendari, Bengkulu, Pangkal Pinang, Kupang, Pekanbaru dan Bandar Lampung.
Pada kuadran IV, Kota Gorontalo berada pada posisi ke-25 diikuti oleh Jayapura, Tanjung
Pinang, Palu, Manokwari, Serang, Mamuju, Ternate, Palangka Raya.
Rank
Keseluruhan
Score
Total
Rank
Jalan
Score
Infra.
Jalan
Rank
Kereta
Api
Score Infra.
Kereta api
Rank
Infra
.
Score Infra.
Laut
Rank
Infra.
Udara
Score Infra.
Udara
2013 2013 2013 2013 2013 2013
9 DI Yogyakarta Yogyakarta 9 1.73 17 4.01 7 0.96 29 0.00 4 4.66
10 Maluku Ambon 10 1.70 8 5.00 0.00 11 1.91 18 3.20
11 Kalimantan Barat Pontianak 11 1.68 6 5.52 0.00 14 1.42 17 3.22
12 Bali Denpasar 12 1.63 9 4.97 0.00 22 0.60 2 5.12
13 Kalimantan Selatan Banjarmasin 13 1.57 21 3.57 0.00 10 2.02 7 3.91
14 Nusa Tenggara Barat Mataram 14 1.55 3 6.43 0.00 29 0.00 11 3.47
15 Aceh Banda Aceh 15 1.51 2 6.80 0.00 29 0.00 23 2.63
16 Kalimantan Timur Samarinda 16 1.50 31 2.18 0.00 2 4.14 30 1.37
No. Provinsi Kota/kabupaten
Rank
Keseluruhan
Score
Total
Rank
Jalan
Score
Infra.
Jalan
Rank
Kereta
Api
Score Infra.
Kereta api
Rank
Infra
.
Score Infra.
Laut
Rank
Infra.
Udara
Score Infra.
Udara
2013 2013 2013 2013 2013 2013
17 Jambi Jambi 17 1.47 14 4.10 0.00 13 1.52 15 3.28
18 Sulawesi Utara Manado 18 1.46 10 4.77 0.00 20 0.81 9 3.58
19 Sulawesi Tenggara Kendari 19 1.34 16 4.02 0.00 17 1.19 20 2.95
20 Bengkulu Bengkulu 20 1.30 26 3.03 0.00 7 2.12 24 2.32
21 Kepulauan Bangka Belitung Pangkal Pinang 21 1.29 20 3.68 0.00 19 1.07 14 3.28
22 Nusa Tenggara Timur Kupang 22 1.28 23 3.47 0.00 16 1.20 13 3.29
23 Riau Pekanbaru 23 1.25 19 3.80 0.00 12 1.58 27 1.84
24 Lampung Bandar Lampung 24 1.19 15 4.03 10 0.31 21 0.64 28 1.59
No. Provinsi Kota/kabupaten
Rank
Keseluruhan
Score
Total
Rank
Jalan
Score
Infra.
Jalan
Rank
Kereta
Api
Score Infra.
Kereta api
Rank
Infra
.
Score Infra.
Laut
Rank
Infra.
Udara
Score Infra.
Udara
2013 2013 2013 2013 2013 2013
25 Gorontalo Gorontalo 25 1.16 7 5.18 0.00 28 0.07 26 1.95
26 Papua Jayapura 26 1.11 28 2.88 0.00 25 0.43 6 4.17
27 Kepulauan Riau Tanjung Pinang 27 1.07 25 3.35 0.00 15 1.37 29 1.37
28 Sulawesi Tengah Palu 28 1.04 18 3.89 0.00 29 0.00 19 2.97
29 Papua Barat Manokwari 29 0.98 29 2.66 0.00 18 1.18 25 2.02
30 Banten Serang 30 0.81 22 3.55 9 0.41 29 0.00 33 0.00
31 Sulawesi Barat Mamuju 31 0.71 27 3.01 0.00 23 0.58 32 0.48
32 Maluku Utara Ternate 32 0.54 32 1.90 0.00 24 0.50 31 0.78
33 Kalimantan Tengah Palangka Raya 33 0.42 33 0.46 0.00 27 0.07 22 2.64
No. Provinsi Kota/kabupaten
Pemetaan infrastruktur..., Ineswari Syifa Hayuningtiyas, FT UI, 2015
18
Universitas Indonesia
Dibuktikan dari pemetaan infrastruktur transportasi ini sebagian besar kota-kota pada bagian
barat Indonesia memperoleh penilaian yang lebih baik dari kota-kota di bagian timur
Indonesia. Maka perlu adanya pembenahan infrastruktur transportasi pada kota-kota dengan
nilai rendah yaitu sebagian besar berada pada kota-kota di bagian timur Indonesia. Hasil
penelitian ini memperoleh pemetaan dan urutan prioritas dari 33 Ibukota Provinsi di
Indonesia berdasarkan nilai infrastruktur transportasinya sebagai suatu hasil yang bersifat
fleksibel karena dipengaruhi oleh ketersediaan data dan informasi dari masing-masing
infrastruktur transportasi di wilayah yang dianalisis.
Saran
1. Dari hasil pemetaan infrastruktur transportasi pada 33 Ibukota Provinsi, perlu
dilakukan penilitian untuk meningkatkan peringkat pengelompokan kota dari masing-
masing kuadran
2. Dalam melakukan pemetaan infrastruktur transportasi pada 33 Ibukota Provinsi di
Indonesia, diharapkan dapat dilakukan pengkajian dari berbagai aspek yang lebih
mendetail dengan memperhatikan masukan dari berbagai pihak yang terkait yang
dapat menghasilkan kriteria indikator yang dapat mewakili semua komponen
infrastruktur transportasi.
3. Proses pembobotan dan pemetaan infrastruktur transportasi perlu didukung data yang
lebih lengkap mengenai semua kriteria indikator yang ada.
Daftar Referensi
Indonesian Commercial Newsletter (ICN). (2010, Januari). LAPORAN MARKET INTELLIGENCE.
PERKEMBANGAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI KERETA API.
Australian Aid. (December 2013). Infrastruktur di Indonesia – Lima Tahun ke Depan dan Seterusnya.
Tema dan Prioritas Penting Untuk Rencana Pembangunan Tahun 2015 – 19, 24-25.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2012). Kajian Evaluasi Kebijakan Pembangunan
Transportasi: Perkeretaapian dan Pelabuhan Laut.
Bank Dunia, S. (2013). Status Logistik Indonesia.
Kementerian PPN/BAPPENAS, & Deputi Bidang Sarana dan Prasarana. (2014, Desember 8). Prioritas
Kedaulatan Energi dan Infrastruktur RPJMN 2015-2019.
Kompas. (2012, 29 Agustus Rabu). Infrastruktur Transportasi Udara RI Peringkat Ke-80 Dunia.
Jakarta, Jakarta, Indonesia.
Pemetaan infrastruktur..., Ineswari Syifa Hayuningtiyas, FT UI, 2015
19
Universitas Indonesia
Lemhannas. (Desember 2012). Pengembangan Sistem Transportasi Nasional guna Mempercepat dan
Memperluas Pembangunan Ekonomi dalam rangka ketahanan Nasional. Jurnal Kajian
Lemhannas RI, 31.
Pusat Komunikasi Publik Kementrian Pekerjaan Umum. (2014). Retrieved from Perpustakaan
Kementrian Pekerjaan Umum: http://pustaka.pu.go.id/new/berita-detail.asp?id=173
Schwab, K., & Sala-i-Martin, X. (2014-2015). The Global Competitiveness Report. World Economic
Forum.
Siperkovskis, V. (2009). USING T.SAATY METHOD IN TRANSPORT SYSTEMS. USING T.SAATY METHOD
IN TRANSPORT SYSTEMS.
Sislognas. (2012). Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional.
Small, J., Schiff, A., & Ensor, M. (March 2013). Infrastructure Performance Indicator Framework
Development. covec and Beca.
Undang-undang Republik Indonesia Npmer 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan. (2009).
Widiastuti, A. (n.d.). Data, Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian. Data, Teknik
Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
World Bank. (2012). World Development Indicators, Susenas.
World Bank. (n.d.). Infrastructure Indicators. Retrieved December 12, 2014, from
http://siteresources.worldbank.org/INTEAPINFRASTRUCT/Resources/855084-
1130876718637/Statistical+Annex.pdf
Zaini, A. H. (n.d.). Menteri Negara Pembagunan Daerah Tertinggal. Pembangunan Pedesaan, 1.
Pemetaan infrastruktur..., Ineswari Syifa Hayuningtiyas, FT UI, 2015