PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

129
PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN IMPLIKASI PADA PENGAJARAN BAHASA INDONESIA DI PAUD Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh: ARIF GUNAWAN NIM : 11140130000015 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020 M

Transcript of PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

Page 1: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5

TAHUN DAN IMPLIKASI PADA PENGAJARAN

BAHASA INDONESIA DI PAUD

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

(S.Pd)

Oleh:

ARIF GUNAWAN

NIM : 11140130000015

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA

INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA

2020 M

Page 2: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...
Page 3: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...
Page 4: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...
Page 5: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

i

ABSTRAK

ARIF GUNAWAN. NIM: 11140130000015. Skripsi “Pemerolehan

Sintaksis pada Anak Usia 2-5 Tahun dan Implikasi pada Pengajaran Bahasa

Indonesia di PAUD.” Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dosen Pembimbing: Dr. Nuryani, M.A 2020.

Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana jenis dan struktur kalimat

berdasarkan modusnya yang dituturkan oleh anak usia 2 sampai 5 tahun.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis dan struktur kalimat

berdasarkan fungsi yang dituturkan oleh anak. Metode yang digunakan dalam

penelitian adalah metode deskriptif kualitatif dengan desain penelitian

longitudinal, yakni dengan mengikuti perkembangan subjek penelitian selama

rentang waktu tertentu. Adapun subjek penelitian adalah seorang anak perempuan

bernama Hanifa Nur A. (HNA) ketika berusia 2 sampai 5 tahun. Teknik

pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi audiovisual yang berisi

ujaran dalam setiap peristiwa tuturnya. Kumpulan video itu kemudian

ditranskripsi, dianalisis dengan mengelompokkannya berdasarkan jenis dan

struktur kalimat yang telah dikuasai anak. Data dalam penelitian ini berupa

kalimat yang dituturkan oleh subjek penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa, dari total 519 kalimat yang dituturkan anak terdapat beberapa jenis

kalimat berdasarkan modusnya yaitu kalimat deklaratif, kalimat interogatif, dan

kalimat imperatif. Dari ketiga jenis kalimat tersebut yang paling banyak muncul

adalah jenis kalimat deklaratif sebanyak 341 kalimat, lalu jenis kalimat interogatif

sebanyak 103 kalimat, dan yang paling jarang muncul adalah jenis kalimat

imperatif sebanyak 75 kalimat. Adapun struktur kalimat yang diteliti terbagi

menjadi tiga struktur, yaitu ujaran satu kata (USK), ujaran telegrafis (UT), dan

ujaran banyak kata (UBK). Hasil penelitian yang dapat disimpulkan, struktur

kalimat pada anak rentang usia 2-5 tahun yang paling mendominasi adalah ujaran

telegrafis sebanyak 192 kalimat, lalu ujaran banyak kata sebanyak 171 kalimat,

dan yang terakhir ujaran satu kata sebanyak 156 kalimat.

Kemampuan berbahasa pada anak dapat diimplikasikan dalam pengajaran

bahasa di PAUD sesuai dengan kompetensi dasar 4.11 yaitu Menunjukkan

kemampuan berbahasa ekspresif (mengungkapkan bahasa secara verbal dan

nonverbal). Guru dapat memulai dengan membawa beberapa gambar buah dan

bertanya kepada anak-anak. Apabila respon yang diberikan anak cukup baik, guru

meminta salah seorang anak untuk menjelaskan buah tersebut sehingga secara

tidak langsung dapat meningkatkan kemampuan performansi anak. Akan tetapi,

apabila responnya kurang baik, guru dapat memberi informasi tambahan terkait

buah tersebut sehingga dapat meningkatkan kemampuan kompetensi anak.

Kata Kunci : Pemerolehan Sintaksis, Jenis Kalimat berdasarkan Modus,

Struktur Kalimat berdasarkan Modus, Pembelajaran Bahasa di PAUD.

Page 6: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

ii

ABSTRACT

ARIF GUNAWAN. NIM: 11140130000015. Thesis “Acquisition of

Syntax in 2-5 Years Old Children and Implications for Teaching Indonesian in

Early Childhood Education Programs.” Indonesian language and literature

education, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training. Syarif Hidayatullah State

Islamic University, Jakarta. Dr. Nuryani, M.A 2020.

The Problem in this study is how the types and structure of sentences

based on the mode spoken by children aged 2 to 5 years. This study aims to

describe the types and structures of sentences based on the functions spoken by

children. The method used in this research is a qualitative descriptive method with

a longitudinal research design, namely by following the development of the

research subject over a certain period of time. The research subject was a girl

named Hanifa Nur A. (HNA) when she was 2 to 5 years old. The data collection

technique is done by using audiovisual documentation which contains utterances

in each speech event. The video collection was then transcribed, analyzed by

grouping it based on the type and structure of the sentences the children has

mastered. The data in this stuy are in the form of sentences spoken by the research

subjects.

Based on the results of the research that has been done, it can be conclude

that from a total of 519 sentences spoken by the children, there are several types

of sentences based on their mode, namely declarative sentences, interrogative

sentences, and imperative sentences. Of the three types of sentences, the most

common were declarative sentences totaling 341 sentences, then interrogative

sentence types totaling 103 sentences, and the most rare ones that appeared were

imperative sentence types totaling 75 sentences. The sentence structure studied is

divided into three structures, namely one-word speech (USK), telegraphic speech

(UT), and multi-word speech (UBK). The conclusion of this research is that the

most dominant sentence structure in children aged 2-5 years is telegraphic

utterances totaling 192 sentences, then multi-word utterances totaling 171

sentences, and the last one-word utterance is 156 sentences.

Language skills in children can be implicated in language teaching in early

childhood education in accordance with the basic competency of 4.11, namely

showing expressive language skills (expressing language verbally and

nonverbally). The teacher could start by bringing some fruit pictures and asking

the children. If the response given by the child is good enough, the teacher asks

one of the children to explain the fruit so that it can indirectly improve the child’s

performance ability. However, if the response is not good, the teacher can provide

additional information related to the fruit so that it can improve the child’s

competence.

Keywords: Syntax Acquisition, Sentences Types by Mode, Sentence

Structure based on Mode, Language Learning in Early Childhood Education

Programs.

Page 7: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT atas rahmat

dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurah pada junjungan Nabi Muhammad

SAW, beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang senantiasa mengikuti

ajaran beliau hingga akhir zaman.

Skripsi berjudul “Pemerolehan Sintaksis pada Anak Usia 2-5 Tahun dan

Implikasi pada Pengajaran Bahasa Indonesia di PAUD”, disusun untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam menyusun skripsi ini, tentunya penulis tidak terlepas dari bantuan

berbagai pihak yang telah memberikan doa, bimbingan, dukungan baik moril dan

materil. Dengan segala kerendahan hati dan sebagai ungkapan rasa hormat,

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta;

2. Dr. Makyun Subuki, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan;

3. Dr. Nuryani, M.A., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan

penuh keikhlasan memberikan bimbingan, saran, dan motivasi dalam

menyelesaikan sksipsi ini;

4. Novi Diah Haryanti, M.Hum., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan;

5. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

yang segenap hati mendidik mahasiswanya agar lebih berwawasan

dan berbudi pekerti;

6. Orang tua tercinta, yaitu bapak Salim dan ibu Tukini yang selalu

memberikan segalanya kepada penulis;

7. Kakak-kakak tersayang, mbak Fitri Lestari dan mas Imam Dwi

Saputra yang selalu memberikan tekanan untuk segera menyelesaikan

skripsi ini;

Page 8: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

iv

8. Kakak-kakak ipar terbaik, yaitu mas Cahyono dan mbak Dwi Astuti

yang selalu memberikan tempat teduh di setiap penulis menginap;

9. Keponakan-keponakan terlucu, Hanifa Nur Aulia, Shopie Shidqia

Nur Aini, dan Alzaidan Hafidz Saputra yang selalu menjadi obat

penenang bagi penulis ketika dilanda masalah;

10. My moodbooster, E. R. yang selalu memberikan doa, semangat, dan

meluangkan waktu untuk membantu mencarikan referensi skripsi

ini;

11. Sahabat-sahabat terkece, Lutfi Prasetyo beserta keluarga, Ginna

Rizki Bhakti, Dzikran Fahruzzaman, dan Abdul Malik Al-Hasan

yang selalu menyempatkan waktu untuk senantiasa menjajakan kaki

ke kampus;

12. Keluarga besar mahasiswa PBSI angkatan 2014 yang senantiasa

menyuguhkan drama dalam proses pembelajaran di kelas dan di luar

kelas;

13. Keluarga besar SMP Negeri 1 Setu khususnya Ibu Ratih, Pak

Rosmana Hadi, Bu Hj. Titi, Bu Supranti, Elekyo Band, dan

seperikatan Toekang Keboen yang selalu memberikan masukan

untuk segera lulus;

14. Seluruh pihak yang telah berjasa dalam pembuatan skripsi ini yang

tidak bisa penyusun sebutkan satu persatu, terima kasih.

Penulis berharap semoga semua pihak yang telah membantu mendapat

balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Penulis menerima kritik dan saran untuk

membangun skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi yang sekiranya

jauh dari kata sempurna ini dapat bermanfaat khususnya bagi pembaca dan

umumnya bagi dunia pendidikan.

Jakarta, Januari 2020

Penulis

Page 9: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK........................................................................................................................... i

ABSTRACT ........................................................................................................................ ii

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... iii

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ............................................................................................................. vii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................................................ 5

C. Pembatasan Masalah ............................................................................................... 6

D. Rumusan Masalah ................................................................................................... 6

E. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 6

F. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 7

BAB II KAJIAN TEORETIS ............................................................................................. 8

A. Pengertian Psikolinguistik....................................................................................... 8

B. Pengertian Pemerolehan Bahasa ............................................................................. 9

1. Teori-teori Pemerolehan Bahasa ....................................................................... 12

2. Jenis-jenis Perkembangan Pemerolehan Bahasa ............................................... 15

3. Pemerolehan Bahasa Tataran Sintaksis ............................................................. 19

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemerolehan Bahasa ................................. 21

C. Pengertian Sintaksis .............................................................................................. 24

1. Frasa .................................................................................................................. 24

2. Klausa ............................................................................................................... 25

3. Kalimat .............................................................................................................. 25

D. Perkembangan Psikologi pada Anak Usia Dini .................................................... 30

1. Trusts vs Mistrust .............................................................................................. 31

2. Autonomy vs Shame and Doubt ....................................................................... 32

3. Initiative vs Guilt .............................................................................................. 32

E. Pembelajaran/Pengajaran Bahasa Tingkat PAUD ................................................ 34

F. Penelitian Relevan ................................................................................................ 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................................... 44

Page 10: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

vi

A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................... 44

B. Subjek Penelitian .................................................................................................. 44

C. Metode dan Desain Penelitian............................................................................... 45

D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................... 46

E. Teknik Pengolahan Data ....................................................................................... 48

F. Instrumen Penelitian ............................................................................................. 50

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 52

A. Simpulan ............................................................................................................. 522

B. Saran ..................................................................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 54

LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................................... 56

BIODATA PENULIS ................................................................................................... 1177

Page 11: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar PAUD Kurikulum 2013

Tabel 3.1 : Tabel Analisis Jenis Kalimat berdasarkan Modusnya

Tabel 4.1 : Rekapitulasi Data Jenis Kalimat berdasarkan Modusnya

Tabel 4.2 : Rekapitulasi Data Perkembangan Struktur Kalimat

Tabel 4.3 : Analisis Perkembangan Struktur Kalimat Anak Usia 2-3 Tahun

Tabel 4.4 : Analisis Perkembangan Struktur Kalimat Anak Usia 3-4 Tahun

Tabel 4.5 : Analisis Perkembangan Struktur Kalimat Anak Usia 4-5 Tahun

Tabel 4.6 : Rekapitulasi Data Jenis Kalimat dan Struktur Kalimat

Page 12: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)

Lampiran 2 : Klasifikasi Data Rentang Usia 2-5 Tahun

Lampiran 3 : Transkrip Dialog Anak Rentang Usia 2-5 Tahun

Page 13: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan piranti penting dalam kehidupan manusia. Tanpa

adanya bahasa, tentu saja manusia akan kesulitan untuk saling

berkomunikasi. Komunikasi yang dimaksud dapat dilakukan secara verbal

dan juga non verbal, misal dengan tulisan, simbol, maupun gestur. Secara

umum bahasa adalah simbol-simbol yang dipakai oleh sekelompok orang

dalam suatu masyarakat dengan tujuan untuk berkomunikasi antara satu

dengan yang lain.

Manusia memang sudah ditakdirkan untuk berbahasa, tanpa perlu

menghafal satu per satu kata ataupun aturan-aturan kebahasaan yang

berlaku di lingkungan masyarakat, manusia dipercaya akan memahami

bahasa tanpa melakukan pembelajaran. Proses pembelajaran bahasa

memang diajarkan di sekolah PAUD sejak dini. Namun tidak bisa

dipungkiri bahwa sebelum anak belajar di sekolah, mereka pun sudah

mengetahui beberapa kata yang ada di sekitarnya dan bahkan mulai

menguasai berbagai jenis kalimat. Lalu, dari mana kemampuan itu berasal

... apakah berasal dari lingkungan, atau memang semua sudah diatur oleh

Allah SWT yang dikhususkan untuk kehidupan manusia? Sebenarnya

bahasa itu menandai eksistensi manusia, dan di dalam pengertian yang

demikian kita dapat mengenal istilah “Aku berbahasa, karena aku hidup.”1

Oleh karena itu, kita dapat mengatakan bahwa bahasa merupakan

anugerah yang secara lahiriah patut disyukuri oleh manusia.

Pada kenyataannya hanya manusialah yang diberi kemampuan khusus

untuk berbahasa, sedangkan makhluk lainnya tidak berbahasa. Makhluk

lain terlihat seperti berbahasa namun sebenarnya mereka hanya

berkomunikasi secara terstruktur. Hal ini terbukti dari penelitian yang

dilakukan oleh Hayes, Kellogs, Gardner, dan Premack untuk mendidik

1Samsuri, Analisa Bahasa, (Jakarta: Erlangga, 1978), hlm. 5

Page 14: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

2

simpanse berbahasa namun pada akhirnya semua penelitian itu pun gagal.

Kegagalan tersebut bukan pada metodologi atau bahan ajarnya yang

kurang baik, akan tetapi memang sistem biologis dan neurologis binatang

berbeda dengan manusia.2 Hal inilah yang membuat manusia perlu

memberi perhatian kepada bahasa, sebab seperti halnya bernafas dan juga

berjalan, bahasa mempunyai pengaruh-pengaruh yang luar biasa dan

termasuk yang membedakan manusia dengan binatang.3

Secara natural, proses kreatif manusia untuk berbahasa akan lahir

sesuai dengan situasi dan kondisi di sekelilingnya. Adapun bentuk

komunikasi pertama pada manusia adalah tangisan yang menandai

keberadaannya di dunia ketika ia dilahirkan. Alasan bayi menangis pun

amat beragam, entah karena lapar, lelah, meminta orang di sekitar untuk

menggantikan popok, atau lain sebagainya. Menangis inilah satu-satunya

cara bagi bayi untuk dapat berinteraksi atau mencari perhatian orang lain.

Memasuki bulan ketiga, setiap bayi mulai mendengarkan dan mengamati

orang-orang di sekitarnya ketika berbicara. Bunyi-bunyi yang dikeluarkan

ketika menangis ini pun kemudian bertransformasi menjadi beragam

bentuk setelah ia mendengarkan bunyi-bunyian yang lain. Hal ini

mempengaruhi anak untuk mencoba mengeluarkan bunyi-bunyi yang

dikenal sebagai cooing. Fenomena ini dalam bahasa Indonesia disebut

dengan mendekut, atau usaha bayi dalam memproduksi bunyi vokal dan

konsonan seperti bunyi burung merpati atau perkutut, “Kur” atau “Kut”.

Mereka pun secara tidak langsung akan mengenal intonasi dan nada, atau

pun emosi yang ditunjukkan dalam percakapan.

Percakapan sederhana yang diucapkan secara berulang oleh orang di

sekitar, akan membantu anak dalam mengingat dan memahami kata per

kata atau kalimat dalam percakapan tersebut. Maka amatlah dianjurkan

ketika anak masih dalam usia dini, orang tua sebagai rekan berbicara anak

2Soenjono Dardjowidjojo, Psikolingusitik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia, (Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia, 2003), hlm. 189 3Leonard Bloomfield, Language Bahasa, Terj: I. Sutikno (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,

1995), hlm. 1

Page 15: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

3

untuk mengenalkan beberapa kata yang berhubungan dengan keseharian si

anak, seperti makan (maem), minum (mimi), atau tidur (bobo). Bahkan

jika perlu orang tua dapat mengenalkan orang atau benda di sekitar seperti

ibu, ayah, om, apel, pisang, dan lainnya untuk membantu anak mengenal

berbagai macam hal melalui bunyi. Sehingga pada akhirnya, bayi akan

mencoba untuk menggabungkan beberapa bunyi tersebut secara

bersamaan untuk menciptakan suatu kata. Tahun-tahun pertama kehidupan

anak merupakan tahun pembelajaran, bahkan ada yang menyebutkan

bahwa sejak anak di dalam kandungan sampai dengan anak berusia 6

tahun adalah masa keemasan anak dalam hidupnya. Lima tahun pertama

menetapkan bagaimana anak mendapatkan pengetahuan sepanjang hidup,

maka tidaklah salah jika segala hal yang dilihat, didengar, dirasakan oleh

anak pada usia tersebut merupakan pengalaman belajar. Pengalaman

belajar itu pada akhirnya memberikan gambaran yang jelas mengenai

tingkat pemahaman dan perkembangan kalimat pada anak. Pemahaman

kata per kata adalah tahapan yang harus dilalui anak sebelum akhirnya

mampu memproduksi kata atau menggabungkan bermacam kata sehingga

dapat mengembangkannya menjadi berbagai jenis kalimat lainnya.

Seorang anak dapat belajar di manapun dan kapanpun, tidak ada

sebuah batasan, larangan, atau aturan untuk belajar mengenal suatu hal.

Seiring bertambahnya usia, berkembangnya alat-alat ucap, kematangan

pola pikir pada anak, dan dukungan dari lingkungan sekitar, niscaya

kemampuan berbahasa anak akan berkembang pesat dengan sendirinya.

Anak yang telah melewati masa cooing dan celoteh, umumnya ketika

berusia 1 tahun mereka akan mencoba untuk mengucapkan bunyi bahkan

menirukan kata yang terdengar di sekitar mereka. Kira-kira saat itulah

mereka mengucapkan “kata” pertama mereka atau lebih dikenal sebagai

USK (Ujaran Satu Kata), yang maksud dan tujuannya tidak dapat diartikan

secara langsung dari satu kata tersebut tetapi harus dihubungkan dengan

konteks atau keadaan di sekelilingnya. Dimulai dengan pembentukan USK

yang secara pelafalan belum tepat seluruhnya, contohnya dalam penelitian

Page 16: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

4

Dardjowidjojo kepada cucunya yang bernama Echa yang menamakan ikan

sebagai /tan/, persis sama dengan kata untuk bukan. Begitu pula ketika

diminta untuk melafalkan atau memanggil Eyang putri, namun yang

diucapkan justru sebagai Eyang /ti/.4 Memasuki usia 2 tahun, kata-kata

yang didengar anak akan semakin berlipat sehingga ujaran yang di

keluarkan pun lebih jelas dan bertambah menjadi ujaran dua atau tiga kata

yang lebih dikenal dengan Ujaran Telegrafis (UT).

Batita mampu memahami banyak kata yang diucapkan kepada mereka

dan mampu menirukan banyak kata tersebut, walaupun dalam

pengucapannya belum benar secara keseluruhan. Hal ini perlu dimaklumi

karena kemampuannya dalam memproduksi kata lebih dominan daripada

perkembangan alat ucapnya. Tepatnya ketika anak berusia 3 tahun,

pembendaharaan kata yang dikuasainya telah berkembang secara kualitas

maupun kuantitas yang dilatarbelakangi oleh keinginan untuk berbagi

pengalaman tentang dunia luar dengan cara memberi tahu, bertanya,

memerintah, memberikan kritik, dan lain sebagainya.

Fenomena di atas bukannya anak melompati satu tahap ke tahap

berikutnya secara langsung, ia tumbuh dengan teratur sesuai dengan

kemampuan berdasarkan pada setiap butir yang telah dibangun

sebelumnya melalui pengalaman.5 Anak usia dini yang secara fisik, psikis,

kognitif atau neurologi pun masih terus berkembang diyakini akan terus

mengeksplorasi dan merakit kembali kemampuan bahasa yang

sebelumnya telah ia kuasai. Kemampuan ini dibuktikan anak dengan

semakin aktifnya anak dalam menggunakan jenis kalimat lain seperti

fungsi kalimat tanya. Hal tersebut menjadikan sebuah berkah sekaligus

cobaan bagi orang tua dengan ocehan-ocehan anak yang tak ada

ujungnya.6

Masa pengalaman belajar yang dilalui anak dari pengalamannya

4Soenjono Dardjowidjojo, Op.Cit., hlm. 247-248 5Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Pemerolehan Bahasa, (Bandung: Angkasa, 2011), hlm. 25 6H. Douglas Brown, Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa, Terj: Noer Kholis dan Yusi

Avianto Pareanom, (Jakarta: Pearson Education Inc, 2007), hlm. 27

Page 17: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

5

menghasilkan sebuah pemahaman dan perkembangan. Dalam ilmu

psikolinguistik, hal tersebut dipelajari dalam materi pemerolehan bahasa.

Terdapat dua proses terkait dengan pemerolehan bahasa pada anak, yaitu

pemerolehan bahasa dan pembelajaran bahasa. Pemerolehan bahasa

merupakan suatu proses penguasaan bahasa tanpa disadari dan secara

alamiah terjadi begitu saja, dalam artian tidak melalui proses pembelajaran

secara formal. Sedangkan pengertian dari pembelajaran bahasa sebaliknya,

yakni penguasaan suatu bahasa dengan disadari dan melalui proses

pembelajaran secara formal maupun non formal di sekolah, biasanya

dimulai ketika anak sudah belajar di PAUD, TK, Day Care, Playgroup

dan sebagainya. Proses pembelajaran bahasa anak ini perlu diperhatikan

oleh guru yang nantinya akan mengajarkan beragam jenis kata bahkan

kalimat untuk meningkatkan kemampuan berbahasa pada anak.

Kemampuan berbahasa pada anak usia dini amat menarik untuk

diteliti, sebab di masa keemasannya anak usia dini merupakan konsumen

sekaligus produsen kalimat yang paling aktif di masanya. Banyak hal yang

bisa menjadi perhatian, misal seberapa sering ia mengeluarkan jenis

kalimat tanya, kapan anak mulai memberanikan diri untuk memerintah

secara langsung, atau adakah perbedaan jenis kalimat yang anak tuturkan

di setiap tumbuh kembangnya. Hal inilah yang menjadi latar belakang

penulis untuk menelusuri dan menelisik lebih dalam terkait dengan

pemerolehan bahasa pada anak usia dini dengan memfokuskan perhatian

pada perkembangan jenis dan struktur kalimat ketika anak berada di masa

keemasannya pada rentang usia 2 sampai 5 tahun, baik itu jenis kalimat

yang dominan ketika anak berusia 2 sampai 5 tahun, sampai pada

implikasinya dalam pembelajaran bahasa Indonesia di PAUD.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikasikan

beberapa masalah sebagai berikut:

1. Penguasaan dan perkembangan kalimat pada anak usia 2-5 tahun.

Page 18: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

6

2. Jenis kalimat berdasarkan modusnya pada tuturan anak usia 2-5 tahun.

3. Struktur kalimat berdasarkan modusnya pada tuturan anak usia 2-5

tahun.

4. Pola intonasi pada kalimat deklaratif, kalimat interogatif, dan kalimat

imperatif.

5. Implikasi pada pembelajaran bahasa di PAUD.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini tidak menyimpang dari materi, maka batasan

penelitian yang berjudul Pemerolehan Sintaksis pada Anak dan Implikasi

pada Pengajaran Bahasa di PAUD, fokus pada pembahasan mengenai

penguasaan jenis kalimat tataran sintaksis yaitu modus kalimat deklaratif,

modus kalimat interogatif, modus kalimat imperatif pada anak rentang usia

2-5 tahun dan struktur kalimat tataran sintaksis yaitu ujaran satu kata

(USK), ujaran telegrafis (UT), dan ujaran banyak kata (UBK) pada rentang

usia 2-5 tahun, beserta implikasinya pada pengajaran bahasa Indonesia di

PAUD.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, dapat

dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana jenis kalimat berdasarkan modusnya yang dituturkan anak

dalam rentang usia 2-5 tahun?

2. Bagaimana struktur kalimat berdasarkan modusnya yang dituturkan

anak dalam rentang usia 2-5 tahun?

3. Bagaimana implikasi pada pengajaran bahasa di PAUD?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah:

Page 19: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

7

1. Mendeskripsikan jenis kalimat berdasarkan modusnya yang dituturkan

anak dalam rentang usia 2-5 tahun.

2. Mendeskripsikan struktur kalimat berdasarkan modusnya yang

dituturkan anak dalam rentang usia 2-5 tahun.

3. Mendeskripsikan implikasi pada pengajaran bahasa di PAUD.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mempunyai beberapa manfaat,

yaitu:

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini dilakukan agar hasil yang diperoleh dapat

berkontribusi dalam menambah dan mengembangkan ilmu

pengetahuan, khususnya ilmu sintaksis dan ilmu psikolinguistik.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dan

referensi dalam pemerolehan bahasa khususnya penguasaan dan

perkembangan jenis kalimat dan struktur kalimat berdasarkan

modusnya pada anak rentang usia 2-5 tahun, sebagai rujukan awal

dalam melakukan penelitian pada anak usia selanjutnya atau menjadi

tambahan referensi bagi penulis lain. Selain itu, memberikan referensi

mengenai cara yang dapat dilakukan oleh orang tua atau guru PAUD

dalam mengasah kemampuan berbahasa anak.

Page 20: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

8

BAB II

KAJIAN TEORETIS

A. Pengertian Psikolinguistik

Psikolinguistik termasuk ke dalam suatu disiplin ilmu yang relatif

baru, yang merupakan gabungan dari bidang ilmu psikologi dan ilmu

linguistik. Psikologi merupakan ilmu yang mengkaji proses berpikir yang

mengatur perilaku manusia pada hakikat stimulus, respon, dan proses-

proses sebelum stimulus dan respon terjadi. Sedangkan linguistik

merupakan ilmu yang membahas hakikat bahasa, struktur bahasa,

pemerolehan bahasa, dan bagaimana bahasa itu bekerja dan berkembang.7

Harley mengungkapkan bahwa psikolinguistik adalah studi tentang proses

mental-mental dalam pemakaian bahasa. Aitchison pun berpendapat

bahwa psikolinguistik adalah studi tentang bahasa dan pikiran. Sebelum

menggunakan bahasa, pengguna harus menguasai bahasanya terlebih

dahulu.8 Levelt membagi psikolinguistik menjadi tiga bagian utama yaitu

psikolinguistik umum, psikolinguistik perkembangan, dan psikolinguistik

terapan. Berikut penjelasannya:

1. Psikolinguistik umum adalah studi mengenai bagaimana

pengamatan atau persepsi orang dewasa tentang bahasa dan

bagaimana memproduksi bahasa. Ada dua cara persepsi dan

produksi bahasa, yaitu secara auditif dan visual. Persepsi auditif

yakni dengan cara mendengarkan sedangkan persepsi visual yakni

dengan cara membaca. Kemudian produksi auditif dengan

berbicara sedangkan produksi visual dengan cara menulis.

2. Psikolinguistik perkembangan adalah studi psikologi mengenai

perolehan bahasa pada anak-anak dan orang dewasa, baik

perolehan bahasa pertama (bahasa ibu) maupun bahasa kedua.

3. Psikolinguistik terapan adalah aplikasi dari teori-teori

psikolinguistik dalam kehidupan sehari-hari pada orang dewasa

atau anak-anak.9

Terdapat tiga aspek utama yang dapat dibahas dalam psikolinguistik,

yaitu persepsi atau pemahaman ujaran, produksi ujaran, dan pemerolehan

7 Achmad HP dan Alek A., Linguistik Umum, (Jakarta: Erlangga, 2012), hlm. 103 8Soenjono Dardjowidjojo, Op.Cit., hlm. 7 9Samsunuwiyati Mar’at, Psikolinguistik, (Bandung: Refika Aditama, 2005), hlm. 1-2

Page 21: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

9

bahasa. Pemahaman ujaran membahas bagaimana ujaran dapat sampai

kepada pendengar, dan bagaimana pendengar bisa memahaminya.

Produksi ujaran membahas bagaimana ujaran dihasilkan sehingga dapat

diterima dengan baik oleh pendengar. Sedangkan, pemerolehan bahasa

membahas bagaimana seseorang memperoleh bahasa dalam hidupnya.10

B. Pengertian Pemerolehan Bahasa

Bahasa didefinisikan sebagai suatu simbol sistem lisan yang arbitrer

yang dipakai oleh anggota suatu masyarakat bahasa untuk berkomunikasi

dan berinteraksi antar sesamanya, berdasarkan budaya yang mereka miliki

bersama.11 Kepemilikan sebuah bahasa tentunya tidak semata-mata

dimiliki oleh perorangan saja, akan tetapi berdasarkan keputusan dan

kesepakatan. Maka, tidak mungkin tidak bahwa adanya bahasa

dipengaruhi oleh orang-orang dan lingkungan yang ada di sekitar kita. Hal

ini dimulai ketika kita membuka mata di dunia dan mulai memperoleh

bunyi-bunyi dari orang atau lingkungan sekitar, sehingga sedari kecil kita

sudah mulai memperoleh dan mempelajari sebuah bahasa. Oleh karena itu,

kajian psikolinguistik akan memberikan deskripsi yang bermanfaat untuk

perencanaan bahasa jika penelitian tentang pemerolehan bahasa pertama

ditingkatkan.12

Pemerolehan bahasa atau Language Acquisition adalah proses

manusia mendapatkan kemampuan untuk menangkap, menghasilkan, dan

menggunakan kata untuk tujuan pemahaman dan komunikasi. Slobin

pernah mengemukakan bahwa “pendekatan pemerolehan bahasa dibangun

sejak semula oleh anak dengan memanfaatkan kapasitas bawaannya sejak

lahir dalam interaksinya dengan pengalaman-pengalaman dunia fisik dan

sosial.”13 Permulaan itu sangat banyak ditentukan oleh interaksi rumit

antara aspek-aspek kematangan biologis, neurologis, kognitif, dan sosial

10 Achmad HP dan Alek A., Op.Cit, hlm. 109 11Soenjono Dardjowidjojo, Op.Cit., hlm. 16 12Kushartanti, Pesona Bahasa, (Jakarta: Pt. Gramedia Pustaka Utama, 2009), hlm. 237 13Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Pemerolehan Bahasa, Op.Cit., hlm. 5

Page 22: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

10

yang secara keseluruhan terjadi dalam struktur mental secara bertahap.14

Selama proses pemerolehan si pemeroleh (anak) lazimnya tidak sadar

bahwa ia sedang memperoleh bahasa, ia hanya sadar bahwa ia sedang

menggunakan bahasa untuk keperluan komunikasi. Oleh karena itu, hasil

yang dicapai melalui proses ini juga bawah sadar.15 Lebih dari dua dekade,

pertanyaan terkait kapan persisnya bahasa itu bermula masih sulit untuk

dibuktikan, namun yang menjadi titik cerah bagi para peneliti pemerolehan

bahasa adalah munculnya ciri-ciri kebahasaan pada setiap tahap tumbuh

kembang anak dan bersifat universal. Werner Leopold (1949) membuat

karakteristik-karakteristik fonologis dan gramatikal tertentu yang bersifat

umum dalam bahasa. Leopold kemudian mengilhami Marastos (1988),

menyebutkan beberapa kategori linguistik universal yang diteliti, seperti:

1. Susunan Kata

2. Nada penanda morfologis

3. Persesuaian gramatikal (misalnya menyangkut subjek dan kata

kerja)

4. Referensi tereduksi (misalnya pronomina, elipsis) nomina dan

kelas-kelas nomina

5. Verba dan kelas-kelas verba

6. Predikatif

7. Negatif

8. Pembentukan pertanyaan16

Masyarakat Indonesia pada umumnya termasuk dalam masyarakat

bilingual. Artinya, bahasa daerah yang digunakan seperti bahasa Sunda,

bahasa Batak, bahasa Jawa, dan beragam bahasa daerah lainnya menjadi

bahasa pertama atau bahasa ibu, sedangkan bahasa keduanya adalah

bahasa Indonesia.17 Akan tetapi bahasa tidak menyoal pada keturunan saja,

seorang keturunan Jawa jika dididik dan dibesarkan di dalam keluarga dan

lingkungan yang tidak berbahasa bahasa Jawa maka penguasaan bahasa

Jawanya pun tidak akan berkembang, melainkan ia akan pandai berbahasa

14Iskandarwassid dan Dadang Suhendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT. Remaja

Rosidakarya, 2016), hlm. 84 15Bambang Kaswanti Purwo, Pragmatik dan Pengajaran Bahasa, (Yogyakarta: PenerbitKanisius,

1990), hlm. 85 16H. Douglas Brown, Op.Cit., hlm. 44 17Iskandarwassid dan DadangSuhendar, Op.Cit., hlm. 78

Page 23: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

11

bahasa yang dipakai di dalam keluarga dan lingkungan itu.18 Dalam

penerapan dan penguasaannya, pemerolehan bahasa meliputi dua

subproses, yakni proses kompetensi dan proses performansi. Kompetensi

adalah proses penguasaan bahasa secara tidak disadari dan memerlukan

pembinaan sehingga anak memiliki performansi bahasa. Proses

performansi dapat diartikan sebagai kemampuan anak menggunakan

bahasa komunikatif, baik itu pemahaman kata hingga penerbitan kata-

kata.19 Dalam bahasa, kompetensi merupakan pengetahuan mendasar

tentang sistem bahasa-kaidah tata bahasanya, kosakatanya, seluruh pernak-

pernik bahasa, dan bagaimana menggunakannya secara padu. Performa

adalah produksi aktual (berbicara, menulis) atau pemahaman (menyimak,

membaca) terhadap peristiwa-peristiwa linguistik.20 Bagi anak, lima tahun

pertama dalam hidupnya menetapkan bagaimana mereka mendapatkan

pengetahuan sepanjang hidup, maka tidaklah salah jika segala hal yang

dilihat atau dialami anak pada usia tersebut merupakan pengalaman

belajar. Mereka tidak perlu duduk untuk mempelajari kosakata baru atau

berusaha keras untuk mengetahui bagaimana cara menyusun kalimat

dengan benar.21 Walaupun kedua proses antara kompetensi dan

performansi bertolak belakang, namun jika kedua proses ini telah dikuasai

secara menyeluruh niscaya kemampuan linguistik anak akan berkembang

sesuai dengan tumbuh kembang dalam hidupnya. Adapun ragam

pemerolehan bahasa dapat dibedakan berdasarkan bentuk, urutan, jumlah,

media, dan keasliannya. Berikut pemaparannya:

1. Berdasarkan bentuk, pemerolehan bahasa terbagi menjadi:

Pemerolehan bahasa pertama atau first language acquisition;

Pemerolehan bahasa kedua atau second language acquisition;

Pemerolehan ulang atau re-acquisition.

2. Berdasarkan urutannya, pemerolehan bahasa terbagi menjadi:

Pemerolehan bahasa pertama atau first language acquisition;

18Samsuri, Op.Cit., hlm. 3 19Sanggar, nasiroh-ilmu.blogspot.com/2011/01/tahap-tahap-pemerolehan-bahasa.html,

(Jogjakarta), dibaca pada tanggal 26 Juni 2018 20H. Douglas Brown, Op.Cit., hlm. 39 21Suzanne R. Gellens, Membangun Daya Pikir Otak: 600 Ide Aktivitas untuk Anak Kecil, Terj:

Agnes Theoroda Wolkh Wagunu, (Jakarta: PT. Indeks, 2014), hlm. 73

Page 24: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

12

Pemerolehan bahasa kedua atau second language acquisition,

3. Berdasarkan jumlah, pemerolehan bahasa terbagi menjadi:

Pemerolehan satu bahasa atau monolingual acquisition;

Pemerolehan dua bahasa atau bilingual acquisition.

4. Berdasarkan media, pemerolehan bahasa terbagi menjadi:

Pemerolehan bahasa lisan atau oral language (speech) acquisition;

Pemerolehan bahasa tulis atau written language acquisition.

5. Berdasarkan keaslian, pemerolehan bahasa terbagi menjadi:

Pemerolehan bahasa asli atau native language acquisition;

Pemerolehan bahasa asing atau foreign language acquisition.22

Istilah pemerolehan bahasa dari segi bentuk, urutan, jumlah, media,

dan keaslian sebenarnya memiliki pengertian yang hampir sama. Istilah

tersebut pun sering dipakai berganti-ganti untuk tujuan dan maksud yang

sama, terkecuali kalau ada keterangan khusus untuk membedakannya.23

Perbedaannya pemerolehan bahasa pertama terjadi apabila seorang anak

sejak semula tanpa bahasa dan kini dia memperoleh satu bahasa.24

Sedangkan pemerolehan bahasa kedua mengacu kepada kegiatan mengajar

dan belajar bahasa, yang terjadi di lingkungan sekolah yang disediakan

oleh guru untuk memenuhi kebutuhan terkait perkembangan bahasa

anak.25

1. Teori-teori Pemerolehan Bahasa

Dalam perkembangan psikolinguistik bahasa anak, terdapat tiga

aliran atau teori yang saling bertolak belakang yakni teori

pemerolehan bahasa behaviorisme, teori pemerolehan bahasa

nativisme, dan teori pemerolehan bahasa kognitivisme. Ketiga aliran

di atas mencerminkan pertentangan tanpa ujung, dengan banyaknya

kemungkinan pendirian dari masing-masing aliran, maka dari itu di

bawah ini akan sedikit diperjelas aliran-aliran dalam pemerolehan

bahasa anak:

22Dindin Ridwanudin, Bahasa Indonesia, (Ciputat: UIN Press, 2015), hlm. 4 23Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Pemerolehan Bahasa, Op.Cit., hlm. 8 24Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Pemerolehan Bahasa, Op.Cit., hlm. 97 25Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Pemerolehan Bahasa, Op.Cit., hlm. 142

Page 25: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

13

a. Teori Behaviorisme (empiris)

Teori pemerolehan bahasa behaviorisme dipelopori oleh

BF. Skinner. Salah satu penganut teori ini adalah Leonard

Bloomfield yang menganggap bahwa anak sedari lahir tidak

mempunyai bekal apa-apa, tanpa potensi dan lahir sebagai

“papan kosong” (tabula rasa). Kaum behavioris menekankan

bahwa proses pemerolehan bahasa pertama dikendalikan dari

luar diri si anak, yaitu rangsangan yang diberikan melalui

lingkungan.26

Kosongnya kemampuan berbahasa dalam diri anak

diibaratkan sebagai kertas putih yang nantinya akan diisi oleh

lingkungan sekitar sehingga membentuk tingkah laku anak.

Dijelaskan pula bahwa pengetahuan dan keterampilan anak

dalam berbahasa diperoleh melalui pengalaman.27 Akan tetapi

teori ini sulit untuk menjelaskan kenyataan bahwa kalimat

yang dikatakan adalah hal baru, karena ujaran-ujaran baru itu

pun diciptakan anak sewaktu mereka “bermain” langsung

dengan bahasa, dan kreativitas tersebut berlanjut hingga masa

dewasa dan sepanjang hidup manusia.28

b. Teori Nativisme (mentalistik)

Teori pemerolehan bahasa nativisme dipelopori Noam

Chomsky yang meyakini bahwa manusia bukanlah botol

kosong yang dapat diisi semaunya oleh “lingkungan”. Teori ini

berpendapat bahwa sedari lahir, anak telah dikaruniai sebuah

piranti khusus yang dapat membantu anak dalam pemerolehan

bahasa.

Perangkat ini disebut LAD (Language Acquisition Device)

yang memungkinkan anak untuk memproses dan belajar

26Suhartono dan Syamsul sodiq, Psikolinguistik, (Tangerang: Univ. Terbuka, 2016), hlm. 4.5 27Ladycia Sundayra, Jurnal Kibas Cenderawasih volume 14 , Nomor 2, Oktober 2017 “Proses

Akuisisi Bahasa pada Anak: Kajian Teoritis Mutakhir” hlm. 171 28H. Douglas Brown, Op.Cit., hlm. 29

Page 26: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

14

bahasa melalui pengetahuan bawaan dari kelas-kelas tata

bahasa, landasan struktur dalam, dan cara-cara bahasa

digunakan.29 McNeill menyatakan bahwa teori stimulus dan

respon dalam penganut behaviorisme amatlah terbatas, maka

persoalan pemerolehan bahasa tentunya melebihi kedua hal itu.

LAD menyentuh berbagai aspek akuisisi bahasa, seperti aspek

makna, abstraksi dan kreativitas, yang tidak hanya stimulus

dan respon. Teori ini menganggap anak yang lahir telah

membawa sejumlah kapasitas atau potensi bahasa, sehingga

anak dianggap telah ada bakat sejak lahir.30

c. Teori Kognitivisme

Teori pemerolehan bahasa kognitivisme, dipelopori oleh

Jean Piaget yang menekankan bahwa kemampuan berbahasa

anak diperoleh setelah kedewasaan terjadi dan sejalan dengan

berkembangnya kemampuan kognitif. Teori ini menganggap

bahwa perkembangan kognitif merupakan “prasyarat dan

fondasi pembelajaran bahasa.” Menurut Piaget, pemahaman

anak terhadap lingkungan hanya berasal dari pengalaman

langsung yang terjadi didekatnya (sensorik) dan gerakan

mereka (motorik).31

Piaget dan Lev Vygotsky berpendapat bahwa manusia

mengonstruksi sendiri pengetahuan yang diperolehnya

berdasarkan dengan skemata atau prior knowledge

(pengetahuan awal) yang dimilikinya.32 Skema adalah suatu

struktur mental seseorang di mana ia secara intelektual

beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Apabila seseorang

banyak berkontak atau mempunyai pengalaman dengan

lingkungan sekitarnya, maka semakin kuatlah skema orang

29Beverly Otto, Perkembangan Bahasa Pada Anak Usia Dini, Terj: Tim Penerjemah

Prenadamedia Grup, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), hlm. 34 30Ladycia Sundayra, Op.Cit., hlm. 172 31Beverly Otto,Op.Cit., hlm. 35 32Suhartono dan Syamsul sodiq, Op.Cit., hlm. 4.12

Page 27: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

15

tersebut karena skema akan terus berkembang sesuai

pengalaman.33 Oleh karena itu, para penganut teori ini

menganggap bahwa setiap anak dapat mengatur dan mengerti

peristiwa-peristiwa nyata dalam lingkungannya hanya dengan

bantuan proses kognitif yang terjadi di otak.34 Begitu pula

dengan komprehensif bahasa, pemahaman dan produksi bahasa

pada anak dipandang sebagai hasil proses kognitif yang secara

terus menerus berkembang dan berubah.

2. Jenis-jenis Perkembangan Pemerolehan Bahasa

Perkembangan pemerolehan bahasa anak merupakan suatu hal

yang bersifat berkelanjutan dan setiap kelanjutan itu merujuk pada

kematangan struktur dan fungsinya. Jenis-jenis perkembangan

pemerolehan bahasa anak umumnya terbagi menjadi perkembangan

fonologis, morfologi, dan sintaksis.

a. Perkembangan Fonologis

Pemerolehan bahasa dalam perkembangan fonologis

meliputi kemampuan mengartikulasikan bunyi-bunyi ujaran

dalam bahasa anak-anak. Ujaran atau bentuk awal komunikasi

manusia adalah tangisan, setelah itu anak mendengarkan

bunyi-bunyi di sekitarnya. Pada umur sekitar 6 minggu, anak

mulai mengeluarkan bunyi-bunyi yang mirip dengan bunyi

konsonan atau vokal. Bunyi-bunyi ini belum dapat dipastikan

bentuknya karena memang belum terdengar jelas. Proses

mengeluarkan bunyi-bunyi seperti ini dinamakan cooing, yang

telah diterjemahkan menjadi dekutan.35 Kemudian ketika anak

berusia 6 bulan, proses babbling (celoteh) mulai terjadi pada

anak. Celotehan ini sudah mulai dapat diidentifikasikan

sebagai bunyi karena mengandung bunyi vokal dan konsonan,

33Esti Ismawati, dan Faraz Umaya, Balajar Bahasa di Kelas Awal, (Yogyakarta: Ombak, 2017),

hlm. 25 34Ladycia Sundayra, Ibid. 35Soenjono Dardjowijoyo, Op. Cit., hlm. 244

Page 28: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

16

sebab bunyi yang dikeluarkan berupa suku kata.36 Akan tetapi

banyak bunyi dalam tahap celoteh ini yang tak bermakna,

dikarenakan adanya kesulitan pelafalan dan belum

berkembangnya alat ucap anak.37

Kurang berkembangnya alat ucap anak mengakibatkan

kesalahan-kesalahan dalam berbahasa. Hal yang lumrah terjadi

adalah penyalah-artikulasian bunyi-bunyi dan kelompok-

kelompok bunyi tertentu. Umumnya ujaran anak yang paling

dini dapat menghasilkan semua vokal bahasa, tetapi sulit

menghasilkan konsonan-konsonan seperti bunyi [c] dan [j].

Konsonan yang mula-mula dapat digunakan adalah bunyi

labial [p], dan [b], bunyi [t] dan [d], dan yang paling umum

terdengar adalah serangkaian konsonan dan vokal seperti ‘ba-

ba-ba’ atau ‘ma-ma-ma’.38

Kesadaran dan pemahaman fonetik semakin berkembang

selama masa pertumbuhan. Anak sekitar usia tiga tahun secara

tidak sadar mengetahui kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi

yang menurutnya sukar untuk diucapkan, dan mereka mungkin

sengaja menghindar atau menolak mengucapkan kata yang

memiliki bunyi tersebut.39 Anak-anak cenderung memiliki

kemampuan lebih tinggi dalam memahami kontras fonemik

dibanding kemampuan mereka dalam menghasilkannya.40 Kita

pun tidak salah jika mengatakan bahwa kemampuan reseptif

pada anak mendahului kemampuannya dalam memproduksi

kalimat.

b. Perkembangan Morfologi

Anak-anak yang sudah terbiasa mendengarkan bunyi, akan

36Soenjono Dardjowijoyo, Op. Cit., hlm. 197 37Arifuddin, Neuropsikolinguistik, (Jakarta: Rajawali press, 2010), hlm. 154 38Lilis Madyawati, Strategi Pengembangan Bahasa pada Anak, (Jakarta: Prenadamedia Group,

2016), hlm. 56 39Beverly Otto,Op.Cit., hlm. 121 40Arifuddin, Op.Cit.,hlm.155

Page 29: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

17

mencoba mengucapkan kata pertama dalam hidupnya.

Kemampuan itu diawali dengan mengucapkan kalimat satu

kata, seperti yang sudah dibahas pada perkembangan fonetik

anak, bahwa anak akan menghindari atau sengaja tidak

menyebutkan kata yang mempunyai bunyi sulit. Francescato

berpendapat bahwa seorang anak belajar mengucapkan kata

sebagai satu kesatuan tanpa memperhatikan fonem satu per

satu. Misal anak itu belum mampu mengucapkan fonem [k],

tetapi sudah dapat mengucapkan fonem [t] maka ia akan

menyederhanakan kata [ikan] menjadi [itan].41 Kesalahan

gramatika ini sering terjadi karena anak masih berusaha

mengatakan apa yang ingin dia sampaikan. Anak pun diyakini

akan terus memperbaiki kesalahan berbahasanya ini sampai

usia sepuluh tahun.42

Kata-kata pertama yang lazim diucapkan biasanya

berhubungan dengan benda yang sering dilihat atau tindakan

yang dikerjakan oleh orang di sekitarnya. Selain itu, bunyi

dengan artikulasi yang mudah diucapkan misalnya konsonan

bilabial [b], [p], [m] dan fonem [a] dalam kata “baba”,

“mama”, atau “mimi”, relatif lebih sering dikeluarkan oleh

anak.43 Namun untuk mengetahui makna sesungguhnya dari

satu kata yang diucapkan oleh anak, kita harus

menghubungkan aktivitas anak dengan gerak isyarat, ekspresi,

atau benda yang dimaksud anak tersebut. Lima puluh kata

pertama yang dapat dihasilkan anak, biasanya berkenaan

dengan nama-nama orang, makanan, kegiatan sehari-hari,

seperti mandi, kemampuan untuk mengubah lingkungan

sekitar, seperti penggunaan kata-kata memberi, mengambil,

41Lilis Madyawati, Op.Cit., hlm. 56-57 42Sanggar, nasiroh-ilmu.blogspot.com/2011/01/tahap-tahap-pemerolehan-bahasa.html,

(Jogjakarta), Op.Cit., 43Lilis Madyawati, Op.Cit., hlm. 59

Page 30: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

18

pergi, ke atas, ke bawah, membuka.44

c. Perkembangan Sintaksis

Setiap sistem bahasa memiliki aturan atau tata bahasa

yang menentukan bagaimana kata-kata digabungkan untuk

membentuk kalimat atau frasa atau ujaran yang bermakna.

Aspek pengetahuan bahasa ini disebut pengetahuan sintaksis.45

Dalam sintaksis, anak memulai berbahasa dengan

mengucapkan satu kata atau sebagian kata. Tahapnya pun

berkembang menjadi tahap dua kata, tahap banyak kata sampai

pada perkembangan berbagai jenis kalimat, misalnya kalimat

pertanyaan dan kalimat penyangkalan dengan

perkembangannya dari /tan/, /utan/, /butan/ kemudian /bukan/.

Bentuk penyangkalan yang pertama bagi anak-anak adalah

gelengan kepala.46

Segi sintaksis tahap ujaran satu kata sangat sederhana,

namun pemilihan satu kata tersebut tidaklah sembarangan.

Contoh pada kata “Fajri mau makan.” Dari ketiga kata

tersebut, dia akan memilih kata “kan” (untuk makan) karena

memberikan informasi paling penting dibanding dua kata

lainnya. Lalu gugus konsonan pun diubah menjadi satu

konsonan saja, misal Eyang Putri diucapkan sebagai Eyang

/ti/.47 Selanjutnya pada tahap ujaran dua kata diselingi jeda

yang seolah-olah kedua kata itu terpisah. Misal untuk

menyatakan lampu menyala. Echa bukan mengatakan

/lampunala/ untuk “Lampu nyala” tetapi /lampu /nala /.

Perkembangan selalu berkelanjutan, sehingga struktur sintaksis

dan semantik dari USK ke UDK menjadi lebih jelas karena

adanya dua kata tersebut.

44Arifuddin, Ibid., 45Beverly Otto, Op.Cit., hlm. 10 46Henry Guntur Tarigan, Psikolinguistik, (Bandung: PT. Angkasa , 1986), hlm. 281 47Soenjono Dardjowidjojo, Op.Cit., hlm. 247-248

Page 31: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

19

3. Pemerolehan Bahasa Tataran Sintaksis

Setiap sistem bahasa memiliki aturan atau tata bahasa yang

menentukan bagaimana kata-kata digabungkan untuk membentuk

kalimat atau frasa atau ujaran yang bermakna. Aspek pengetahuan

bahasa ini disebut pengetahuan sintaksis.48 Fokus dalam bidang

sintaksis, istilah sintaksis secara langsung terambil dari bahasa

Belanda syntaxis. Dalam bahasa Inggris digunakan istilah syntax.49

Dalam pemerolehan bahasa tataran sintaksis, seorang anak mulai

berbahasa dengan mengucapkan satu kata (atau bagian kata) yang

menurut mereka adalah kata penuh. Dalam pola pikir yang masih

relatif sederhana, seorang anak memiliki pengetahuan tentang

informasi lama dan informasi baru. Hal ini dipengaruhi oleh

percakapan sederhana yang diucapkan secara berulang-ulang oleh

orang di sekitarnya dan akan membantu anak dalam memahami

sesuatu. Hal ini dikarenakan setiap anak umumnya ketika bayi

mengembangkan kosakata reseptif (reseptive vocabulary), yang

artinya adalah mereka memahami makna dari kata atau kalimat

mengenai sesuatu yang terjadi di sekitar mereka.50

Tahap ujaran satu kata, pada masa ini anak sudah mulai belajar

menggunakan satu kata atau sebagian kata yang sebenarnya memiliki

arti yang luas atau mewakili keseluruhan idenya. Mereka menganggap

bahwa satu kata (atau bagian kata) yang mereka keluarkan itu adalah

sebuah kata penuh. Contoh kata “Ju!” (sambil memegang baju).

Walaupun kata yang dikeluarkan anak sangat sederhana, namun

ujaran “Ju!” termasuk dalam ujaran yang kompleks sebab dari satu

kata ini dapat menghasilkan bermacam makna, yang bisa berarti anak

meminta diambilkan baju, dipakaikan baju yang lain, atau memberi

tahu pada lawan bicaranya bahwa yang ia pegang adalah baju. Karena

itulah ujaran satu kata (USK) dilihat dari bidang sintaksisnya amat

48Beverly Otto,Op.Cit., hlm. 10 49Ramlan, Sintaksis, (Yogyakarta: CV. Karyono, 1983) hlm. 17 50Suzanne R. Gellens, Op.Cit., hlm. 80

Page 32: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

20

sederhana, namun dilihat dari bidang semantiknya begitu kompleks.

Tahap dua kata dilakukan anak dengan mengombinasikan kata

dalam tahap satu kata dengan ucapan-ucapan pendek tanpa kata

penunjuk, kata depan, atau lainnya. Misal kata “Ma, maem”,

maksudnya “Mama, saya mau makan”.51 Perkembangan tahap dua

kata sampai tahap banyak kata bagi beberapa peneliti dinamai sebagai

“bahasa telegrafik”, atau penggunaan kalimat-kalimat pendek dan

frasa yang terdiri dari dua sampai tiga kata.52 Isi di dalam kalimat

telegrafik ini berdasarkan kata-kata yang ada di dalamnya dianggap

berat dan seolah dipilih yang penting-penting saja. Dalam kasus ujaran

dua kata, biasanya kata depan dan artikel tidak dipakai. Contoh:

Mama Bandung [Mama ke Bandung] pada kalimat tersebut terdapat

kata /ke/ yang dihilangkan, Dia pergi [dia sudah pergi].53 Memang

dalam bidang sintaksis ujaran ini lebih kompleks dibandingkan USK,

namun perkembangan semantiknya sudah semakin jelas. Dengan kata

lain tidak hanya satu kata yang dikeluarkan tetapi ditambah dengan

kata atau sebagian kata lain yang menurutnya dianggap memiliki

unsur penting saja. Meskipun makna pada bidang semantiknya makin

jelas, namun maksud sebenarnya dari ujaran anak harus disesuaikan

dengan konteks dan lingkungan di sekitarnya juga.

Kemudian tahap banyak kata, umumnya terjadi ketika anak

masuk usia 3-5 tahun. Hal ini dikarenakan pembendaharaan kata anak

semakin kaya. Brown memulai dengan mengatakan bahwa anak

mencoba untuk menggabungkan secara bersamaan konstruksi-

konstruksi yang terlebih dahulu sudah ada. Contohnya saja “Saya

menarik hidung boneka”, dari contoh /hidung boneka/ kita mengetahui

adanya perluasan objek, yakni penggabungan dalam suatu istilah

utama.54 Jadi antara ujaran satu kata, ujaran kata kedua atau ujaran

51Lilis Madyawati, Op.Cit., hlm. 60 52Beverly Otto, Op.Cit., hlm. 217 53Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Pemerolehan Bahasa, Op.Cit., hlm. 21 54Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Pemerolehan Bahasa, Op.Cit., hlm. 25

Page 33: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

21

telegrafis, dan seterusnya bukan merupakan tahapan yang terputus.55

Semua tingkat gramatikal yang dihasilkan oleh anak dilalui

dengan cara peniruan, penggolongan morfem, hingga penyusunan

kata-kata secara bersamaan untuk membentuk kalimat.56 Ketika

berusia 2-5 tahun, anak berbicara dengan banyak kata walaupun tata

bahasanya masih banyak yang tidak sempurna. Menjelang 6 tahun,

tata bahasa yang digunakan berkembang dan mulai mendekati tata

bahasa yang biasa digunakan oleh orang dewasa.57 Anak pun semakin

mampu mengembangkan tingkat gramatikal kalimat yang dihasilkan,

misalnya mampu membuat kalimat pertanyaan, kalimat negatif,

kalimat majemuk, dan berbagai bentuk kalimat lainnya.58

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemerolehan Bahasa

Seorang anak mulai berkomunikasi dengan orang yang paling

dekat, yakni ibu dan ayah. Komunikasi yang dibangun oleh orang tua

dan lingkungan sangat mendukung pemerolehan dan perkembangan

kemampuan berbicara anak.59 Namun, terdapat faktor lain yang dapat

mempengaruhi pemerolehan dan perkembangan bahasa pada anak,

yaitu faktor biologis, faktor lingkungan sosial, faktor intelegensi, dan

faktor motivasi.60

A. Faktor Biologis

Bentuk awal komunikasi pada anak yakni tangisan,

kemudian berceloteh, hingga mengeluarkan kata dan akhirnya

membentuk kalimat. Seperangkat prosedur dan aturan bahasa

yang dinamakan Chomsky Language Acquisition Device

(LAD) membuat kemampuan berbahasa pada anak umumnya

bersifat universal karena dipengaruhi oleh keterbatasan unsur

55Soenjono Dardjowidjojo, Op.Cit., hlm. 249-250 56Sanggar, nasiroh-ilmu.blogspot.com/2011/01/tahap-tahap-pemerolehan-bahasa.html,

(Jogjakarta), Op.Cit., 57Arifuddin, Op.Cit.,hlm. 156 58Lilis Madyawati, Op.Cit., hlm. 60 59Lilis Madyawati, Op.Cit., hlm. 51 60Esti Ismawati dan Faraz Umaya, Op.Cit., hlm. 14

Page 34: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

22

biologis pada anak. Namun seiring pertambahan usia dan

perkembangan unsur biologis anak seperti bibir, lidah, gigi,

bahkan rongga mulut, membuat kemampuan berbahasanya

akan semakin baik.

B. Faktor Intelegensi

Piaget berpendapat bahwa intelegensi mencakup adaptasi

biologis, ekuilibrum antara individu dan lingkungan,

perkembangan yang gradual, kegiatan mental dan kompetensi

sehingga memungkinkan individu untuk beradaptasi dengan

lingkungannya.61 Intelegensi adalah proses bertambahnya

pengetahuan setelah seseorang menemukan hal baru melalui

pengalaman. Secara beriringan, pemerolehan bahasa

dipengaruhi oleh kemampuan intelegensi anak. Namun,

intelegensi anak pun dapat berkembang lebih pesat dengan

adanya bantuan bahasa. Dengan proses yang saling

menguntungkan itu, maka anak akan semakin mahir berbahasa

setelah tumbuh menjadi anak yang berpikir melalui

pengalamannya dari lingkungan sekitar.

C. Faktor Motivasi

Seorang anak berbahasa setelah mendengarkan ujaran atau

respon yang dilontarkan orang tua atau orang di sekitarnya.

Pada periode awal mungkin anak hanya mendengarkan semua

ujaran dan mencoba mengulangnya kembali tanpa

memperhatikan reaksi orang di sekitarnya. Akan tetapi seiring

dengan bertambahnya usia dan kematangan integensinya, anak

akan menunggu respon atau komentar dari orang tua atau

orang yang diajak berbicara. Apabila respon yang diberikan

bersifat positif atau pujian, niscaya anak akan mengulangi kata

atau ujaran-ujaran tersebut. Akan tetapi jika sebaliknya atau

respon negatif, anak pun akan mengurangi atau bahkan

61Esti Ismawati dan Faraz Umaya, Op.Cit., hlm. 25

Page 35: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

23

menghentikan penggunaan kalimat tersebut.

D. Faktor Lingkungan Sosial

Skinner mengatakan setiap anak yang lahir akan

distimulus oleh lingkungan. Maka tanpa diajarkan sekalipun,

dipercaya anak akan dapat berbahasa dengan cara

menyesuaikan sekelilingnya. Bahasa bukanlah aturan yang

dipahami perindividu melainkan perkelompok, maka semakin

tinggi tingkat interaksi sosial sebuah keluarga, semakin besar

peluang anggota keluarga (anak) memperoleh bahasa. Adapun

yang dapat dilakukan oleh orang tua atau orang-orang di

sekitarnya adalah:

1). Biasakan membaca cerita bergambar kepada anak sejak

usia bayi. Pengetahuan bahasa atau kosa kata anak akan

berkembang ketika mendengarkan cerita atau dengan

melihat gambar-gambar secara langsung yang

bersangkutan dengan cerita.

2). Bernyanyilah untuk anak, agar mereka dapat mengenali

berbagai macam bunyi dan nada. Tunggulah respon

anak dan tunjukkanlah wajah yang gembira sesuai

dengan lagu yang dinyanyikan. Ketika anak terlihat

mulai bosan dengan nyanyian tersebut, ada kalanya

orang tua dapat bermain “Cilukba” untuk membuatnya

kembali semangat atau bisa dengan mengajak anak

untuk bernyanyi. Hal tersebut bisa meningkatkan

jumlah kosa kata anak yang ia dapat dari

pengalamannya bernyanyi.

3). Ajak anak berkeliling di kebun binatang.

Keanekaragaman hewan yang ada di kebun binatang

akan menambah rasa penasaran dalam otak anak. Hal

itu merupakan kesempatan bagi orang tua untuk

mengenalkan nama hewan atau bahkan

mendeskripsikan hewan yang saat itu sedang mereka

lihat.

4). Gunakan pengucapan dan tata bahasa yang benar, tetapi

jangan sesekali membenarkan kata-kata yang

diucapkan anak. Biarkan mereka berusaha untuk

membenarkan sendiri kesalahannya. Hal ini

dikarenakan pikiran mereka bekerja jauh lebih cepat

Page 36: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

24

dibandingkan kemampuan mereka mengkoordinasi

mulut, bibir, dan lidah untuk berbicara.62

C. Pengertian Sintaksis

Sintaksis adalah tata bahasa yang membahas hubungan antar-kata

dalam tuturan.63 Verhaar mengatakan bahwa dari segi etimologi, kata

sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata sun yang berarti

“dengan” dan kata tattein yang berarti “menempatkan”. Maka kata

suntattein berarti menempatkan kata atau ilmu penempatan kata atau ilmu

tata kalimat.64 Misalnya dalam bahaasa Indonesia kalimat Kami tidak

dapat melihat pohon itu. Urutan katanya sudah tentu—tidak mungkin

dituturkan “kalimat” seperti Pohon itu dapat kami tidak melihat.65

Sintaksis juga merupakan cabang ilmu linguistik yang secara langsung

membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa.66 Satuan-

satuan itu disebut satuan gramatikal, dan satu dengan lainnya memiliki

perbedaan masing-masing. Diurutkan dari yang terkecil satuan gramatikal

dalam sintaksis diawali dari frasa, klausa, kalimat, dan wacana.

1. Frasa

Ramlan (1987: 153) dalam bukunya berjudul, Ilmu Bahasa

Indonesia: Sintaksis mendefinisikan frasa sebagai satuan gramatik

yang terdiri dari dua kata atau lebih dan tidak melampaui batas fungsi

unsur klausa.67 Maksudnya adalah dua kata atau lebih itu selalu

terdapat dalam satu fungsi yang sama, misalnya fungsi subjek, objek,

pelengkap, atau keterangan. Fungsi predikat dalam frasa tidak ada,

karena frasa memiliki sifat nonpredikatif. Jadi di dalam kelompok kata

itu tidak mungkin dapat ditemukan fungsi predikat seperti dalam

62Suzanne R. Gellens, Op.Cit., hlm. 82-83 63Verhaar, Asas-asas Linguistik Umum, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2016) hlm.

161 64Suhardi, Dasar-dasar Ilmu Sintaksis Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016)

hlm. 13-14 65Verhaar,Op.Cit., hlm. 11 66Ramlan, Op.Cit.,hlm. 17 67Suhardi, Op.Cit., hlm. 19

Page 37: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

25

kalimat.68 Ciri-ciri frasa adalah terdiri dari dua kata atau lebih, belum

melampaui batas fungsi, dan belum memenuhi syarat sebagai klausa.69

2. Klausa

Ramlan (1981: 62) mengatakan bahwa klausa adalah satuan

gramatik yang terdiri dari predikat (P), baik diikuti oleh unsur subjek

(S), objek (O), pelengkap (Pel.) keterangan (K), maupun tidak.70

Berdasarkan fungsinya dalam kalimat, klausa dapat menempati posisi

subjek, objek, pelengkap atau keterangan.71 Ciri-ciri klausa adalah

merupakan kelompok kata, memiliki unsur predikat di dalamnya, dan

satu klusa hanya terdiri dari satu predikat.72 Oleh karena itu, klausa

pasti bersifat predikatif dan berpotensi untuk menjadi sebuah

kalimat.73

3. Kalimat

Kalimat dapat diartikan sebagai satuan gramatikal yang dibatasi

oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik.74

Kalimat pun dapat diartikan sebagai satuan terkecil yang dapat

digunakan untuk menyampaikan ide atau gagasan apabila

disandingkan dengan paragraf dan juga wacana.75 Dalam karangan,

kalimat merupakan satuan yang terkecil, namun dianggap sebagai

satuan terbesar dalam analisis gramatikal di samping frasa dan

klausa.76 Kalimat adalah satuan pikiran atau perasaan yang dinyatakan

dengan subjek dan predikat yang dirakit secara logis.77 Kalimat

menjelaskan berbagai jenis pikiran dan perasaan dari seseorang. Tidak

mengherankan apabila jenis kalimat yang dipakai pun berbeda-beda.78

68Kunjana Rahardi, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Erlangga, 2009) hlm. 67 69Suhardi, Op.Cit., hlm. 21 70Suhardi, Op.Cit., hlm. 47 71Kunjana Rahardi, Op.Cit, hlm.72 72Suhardi, Op.Cit., hlm. 48 73Kunjana Rahardi, Op.Cit, hlm.71 74Ramlan, Op.Cit., hlm. 20 75Kunjana Rahardi, Op.Cit, hlm. 76 76Alek dan Achmad, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm.

244 77Alek dan Achmad, Ibid., 78Alek dan Achmad, Ibid.,

Page 38: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

26

Kalimat adalah sekumpulan kata atau sebagian kata yang secara

keseluruhan memiliki intonasi tertentu sebagai pemarkah keseluruhan

itu. (Dalam ortografi kita melambangkan akhir kalimat dengan tanda

titik, atau dengan tanda lain yang sesuai, misalnya tanda seru, atau

tanda tanya).79 Intonasi kalimat ditandai dengan tanda baca titik (.)

untuk kalimat pernyataan atau berita, tanda baca tanya (?) untuk

kalimat pertanyaan, dan tanda seru (!) untuk kalimat perintah,

larangan, atau seruan.80 Kalimat bila dilihat dari fungsi dalam

hubungannya dengan situasi, dapat dibagi atas beberapa kelompok,

yaitu kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah.81

A. Kalimat Berita (Deklaratif)

Berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasi, kalimat

berita pada umumnya berfungsi untuk memberitahukan sesuatu

kepada orang lain hingga tanggapan yang diharapkan

hanyalah berupa perhatian seperti tercermin pada pandangan

mata yang menunjukkan adanya perhatian.82 Kalimat ini

dipakai apabila penutur ingin menyampaikan suatu informasi

secara lengkap kepada lawan bicara.83 Kalimat berita tidak

mengharapkan jawaban ataupun tindakan dari

pendengar/pembacanya, tetapi yang diharapkan adalah

perhatian agar pendengar/pembaca memperoleh

pengetahuan.84 Oleh karena itu, sebuah kalimat disebut berita

ditentukan oleh isinya yang merupakan pemberitaan. Dalam

bentuk tulis diakhiri tanda titik, sedangkan dalam bentuk lisan

diakhiri dengan nada turun.85

79Verhaar,Op.Cit., hlm. 161 80Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), hlm. 328 81Suhardi, Op.Cit., hlm. 90 82Ramlan, Op.Cit., hlm. 26 83Zaenal Arifin dan Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia, (Jakarta: Akademika Pressindo,

2009), hlm. 95 84Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan, SINTAKSIS Memahami Satuan Kalimat Perspektif

Fungsi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hlm. 227 85Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan,Op.Cit.,hlm. 228

Page 39: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

27

Kalimat berita memiliki pola intonasi yang disebut pola

intonasi berita, ialah [2] 3 // [2] 3 1 diakhiri tanda # yang di

bawah tanda pagar itu diberi tanda ˇ ; [2] 3 // [2] 3 apabila

predikatnya terdiri dari kata-kata yang suku kedua dari

belakangnya bervokal /ǝ/, seperti kata keras, cepat, kering,

tepung, bekerja; dan [2] 3 2 // [2] 1 diakhiri tanda # yang di

bawah tanda pagar itu diberi tanda ˇ bagi kalimat berita yang

bersusunan inversi, ialah predikatnya di depan, diikuti

subjek.86 Akan tetapi, dikarenakan penulis tidak menemukan

tanda yang sesuai, maka penulis menggunakan tanda ▼ untuk

mengganti tanda pagar (#) yang di bawahnya ada panah ke

arah bawah (ˇ). Jadi penulisan pola intonasi berita dalam

penelitian ini ialah [2] 3 // [2] 3 1 ▼. Keterangan : nomor ( 1,

2, 3, ... ) adalah tinggi rendahnya intonasi. Tanda siku buka

dan siku tutup ( [ ... ] ) menandakan intonasi yang sama, misal

[2] 3 1 sama dengan intonasi 2 2 2 2 3 1. Tanda garis miring

satu ( / ) berarti terdapat jeda sebentar, tandan garis miring dua

( // ) berarti ada jeda yang cukup lama. Dan tanda panah ke

bawah (▼) menandakan pola intonasi turun.

B. Kalimat Pertanyaan (Interogatif)

Kalimat tanya adalah kalimat yang meminta orang lain

untuk menjawab sesuai dengan pertanyaan yang diajukan.

Biasanya di akhir kalimat menggunakan tanda baca tanya (?).87

Kalimat pertanyaan mempunyai pola akhir naik, polanya ialah

[2] 3 // [2] 3 2 # yang di atas tanda pagar (#) itu diberi tanda

ˆ.88 Seperti halnya pada pola intonasi kalimat deklaratif,

penulis pun mengganti tanda pagar (#) yang diatasnya ada

tanda panah ke atas (ˆ) menjadi ▲. Jadi, penulis menuliskan

pola intonasi kalimat interogatif menjadi [2] 3 // [2] 3 2 ▲.

86Ramlan, Op.Cit., hlm. 26 87Suhardi, Op.Cit., hlm. 78 88Ramlan, Op.Cit., hlm. 28

Page 40: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

28

Keterangan : nomor ( 1, 2, 3, ... ) adalah tinggi rendahnya

intonasi. Tanda siku buka dan siku tutup ( [ ... ] ) menandakan

intonasi yang sama, misal [2] 3 2 sama dengan intonasi 2 2 2 2

3 2. Tanda garis miring satu ( / ) berarti terdapat jeda sebentar,

tandan garis miring dua ( // ) berarti ada jeda yang cukup lama.

Dan tanda panah ke atas (▲) menandakan pola intonasi naik.

Kalimat tanya dipakai jika penutur ingin memperoleh

informasi atau reaksi (jawaban) yang diharapkan.89 Reaksi

jawaban yang diharapkan dapat terbagi menjadi lima, yaitu:

1). Kalimat tanya yang meminta pengakuan atau jawaban

ya atau tidak. Contoh: Suaminya guru SMP?;

2). Kalimat tanya yang meminta keterangan mengenai

salah satu unsur kalimat. Contoh: Siapa nama anak

itu?;

3). Kalimat tanya yang meminta jawaban berupa alasan.

Contoh: Mengapa kamu sering terlambat?;

4). Kalimat tanya yang meminta pendapat orang lain.

Contoh: Bagaimana cara mengangkut batu sebesar

ini?;

5). Kalimat tanya yang jawabannya digunakan untuk

menguatkan yang ditanyakan, biasanya diikuti dengan

adanya kata “bukan”. Contoh: Anda berasal dari

Bogor, bukan?90

Secara formal, kalimat ini ditandai oleh kehadiran

kata tanya seperti apa, siapa, berapa, kapan, mana,

mengapa, dan bagaimana dengan atau tanpa partikel –

kah sebagai penegas. Apa digunakan untuk

menanyakan benda atau sesuatu selain manusia, siapa

digunakan untuk menanyakan orang, berapa digunakan

untuk menanyakan jumlah, mana digunakan untuk

menanyakan keberadaan, kapan digunakan untuk

menanyakan waktu, mengapa digunakan untuk

menanyakan cara atau perihal.91

C. Kalimat Perintah (Imperatif)

Berbeda dengan kalimat tanya, kalimat perintah

89Zaenal Arifin dan Amran Tasai, Ibid 90Abdul Chaer, Op.Cit., hlm. 355 91Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan,Op.Cit., hlm. 228-289

Page 41: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

29

mengharapkan reaksi yang berupa tindakan atau perbuatan

dari orang yang diajak bicara (pendengar atau pembaca).92

Kalimat ini dipakai jika penutur ingin “menyuruh” atau

“melarang” orang berbuat sesuatu.93 Dalam bentuk

tulisannya, kalimat perintah atau kalimat imperatif biasanya

diakhiri dengan tanda seru, sedangkan dalam bentuk lisan

intonasi ditandai dengan nada rendah di akhir tuturan.94 Pola

intonasinya ialah [2] 3 ditambah tanda pagar(#) yang di

bawah tanda pagar itu diberi tanda panah ke bawah (ˇ) atau

[2] 3 2 ditambah tanda pagar (#) yang di bawah tandanya itu

diberi tanda panah ke bawah (ˇ) jika diikuti partikel lah pada

predikatnya. Sama halnya dengan kalimat deklaratif dan

kalimat interogatif, penulis menggunakan tanda ▼ untuk

mengganti tanda pagar (#) yang di bawahnya ada panah ke

arah bawah (ˇ). Jadi, penulisan pola intonasi kalimat

imperatif menjadi [2] 3 ▼. Keterangan : nomor ( 1, 2, ... )

adalah tinggi rendahnya intonasi. Tanda siku buka dan siku

tutup ( [ ... ] ) menandakan intonasi yang sama, misal [2] 3

sama dengan intonasi 2 2 2 3. Tanda garis miring satu ( / )

berarti terdapat jeda sebentar, tandan garis miring dua ( // )

berarti ada jeda yang cukup lama. Dan tanda panah ke bawah

(▼) menandakan pola intonasi turun.

Struktur kalimat suruh dapat dikelompokkan menjadi

empat golongan, yaitu: kalimat sebenarnya, kalimat

persilahan, kalimat ajakan, dan kalimat larangan. Berikut

penjelasannya:

1). Kalimat suruh yang sebenarnya ditandai oleh pola

intonasi suruh. Apabila predikatnya tediri dari kata

verbal intransitif, bentuk kata verbal itu tetap, hanya

partikel lah dapat ditambahkan pada kata verbal untuk

92Abdul Chaer, Op.Cit., hlm. 356 93Zaenal Arifin dan Amran Tasai, Op.Cit., hlm. 96 94Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan, Op.Cit., hlm. 222

Page 42: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

30

memperhalus perintah. Misal: “Duduk!”, “Datanglah

engkau ke rumahku!”. Apabila kata verbalnya transitif

maka tidak ada previks meN- pada kata transitif itu,

kecuali apabila dipakai secara absolut, artinya verbal itu

tidak diikuti oleh objek. Misalnya: “Carilah buku baru

di perpustakaan!”, “Ambillah buku itu!”. Selain partikel

lah, kata tolong dapat dipakai di muka kata verbal yang

benefaktif, ialah kata verbal yang menyatakan tindakan

yang dimaksudkan bukan untuk kepentingan

pelakunya. Misal: “Tolong ambilkan minum!”, “Tolong

tuliskan surat!”.

2). Kalimat persilahan ditandai oleh penambahan kata

silakan atau dipersilakan yang diletakkan di awal

kalimat. Subjek kalimat boleh dibuang, boleh tidak.

Misal: “Silakan beristirahat!”, “Silakan Bapak duduk di

sini!”.

3). Kalimat ajakan berbeda dengan kedua kalimat suruh di

atas,. Perbedaannya tindakan pada kalimat ini bukan

hanya dilakukan oleh orang yang diajak berbicara,

melainkan juga oleh orang yang berbicara. Dengan kata

lain tindakan itu dilakukan oleh kita. Kalimat ini pun

ditandai dengan penambahan kata-kata ajakan, seperti

kata mari dan ayo, yang diletakkan di awal kalimat.

Misalnya: “Mari kita berangkat sekarang!”, “Ayo

duduk di depan!”.

4). Kalimat larangan ditandai oleh adanya kata jangan di

awal kalimat. Partikel lah dapat ditambahkan untuk

memperhalus larangan, dan subjek boleh dibuang atau

boleh juga tidak. Misal: “Jangan engkau membaca

buku itu!”, “Jangan suka menyakiti hati orang!”.95

D. Perkembangan Psikologi pada Anak Usia Dini

Perkembangan berorientasi pada proses mental yang berlangsung

seumur hidup. Anak-anak usia dini yang berada pada masa keemasan

(golden age) mengalami perkembangan yang sangat menakjubkan pada

fisik maupun psikisnya. Berdasarkan perkembangan psikisnya, tahap

sensori motoris hanya dapat memahami sesuatu menggunakan inderanya.

Berkembang menjadi tahap pra operasional konkret yang menjadi

95Ramlan, Op.Cit., hlm. 41

Page 43: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

31

pemahaman yang bercampur dengan imajinasi anak.96

Secara garis besar proses perkembangan manusia terdiri dari proses

biologis, kognitif, dan sosial emosional. Proses biologis meliputi

perubahan gen dari orang tua, pertumbuhan berat dan tinggi badan,

perkembangan otak, dan keterampilan motorik. Proses kognitif meliputi

perubahan dalam pikiran, intelegensi, dan bahasa manusia. Contohnya

ketika bayi mengenali benda-benda yang ada di sekitarnya, menguasai

kata, menggabungkan kalimat, dan memahami sesuatu yang tersirat dalam

sebuah peristiwa. Proses sosial emosional merupakan perubahan dalam

hubungan manusia dengan manusia lain, perubahan emosi, dan perubahan

dalam kepribadian. Misal tersenyum kepada ibu, berkelahi dengan teman

sebaya, atau perasaan kepada lawan jenis. Ketiga proses tersebut saling

berhubungan satu dengan lainnya.97 Erik erison, seorang ahli psikoanalisis

dari Jerman membagi tahap perkembangan jiwa manusia ke dalam delapan

tahap. Tiga tahap pertama berlangsung di masa kanak-kanak (0-6 tahun)

dan sangat dipengaruhi bimbingan dan dukungan dari orang tua. Ketiga

tahap itu ialah trust vs mistruth (0-1 tahun), autonomy vs shame and doubt

(2-3 tahun), dan initiative vs guilt (4-5 tahun).

1. Trusts vs Mistrust

Tahap ini terjadi pada 0-1 tahun ketika berlangsung

pengembangan rasa percaya diri. Rasa percaya diri (trust) itu akan

timbul saat bayi merasa kebutuhan dasarnya telah dipenuhi oleh

pengasuh utamanya, baik dalam hal biologis atau kasih sayang. Bayi

yang sering diperhatikan, disentuh, dan dipeluk akan merasa aman dan

selalu terlindungi. Sedangkan bayi yang tidak merasa diperhatikan

akan membentuk rasa tidak percaya (mistrust) terhadap orang lain di

sekitar dan menganggap dunia adalah tempat yang kejam untuk

bertumbuh dan berkembang.

96 Masganti Sit, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini, (Medan: Perdana Publishing, 2015),

hlm. 4 97 Masganti Sit, Op.Cit., hlm. 10

Page 44: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

32

2. Autonomy vs Shame and Doubt

Setelah anak merasa percaya pada dirinya, maka tingkat kognitif

anak yang telah berkembang perlu didorong oleh orang tua sebagai

pengasuh utama tuk memberikan kesempatan anak bereksplorasi

disertai pengawasan yang cukup dan bijaksana, sehingga anak mampu

mengembangkan sifat mandiri (autonomy). Sebaliknya, anak yang

terlalu dikekang akan selalu merasa ragu pada kemampuannya sendiri

(shame and doubt).

3. Initiative vs Guilt

Tahap ini anak sudah mengenal lingkungan yang lebih luas di luar

rumah dan keluarga. Tidak heran jika kemudian ia sering bertanya dan

terkesan cerewet yang menandai ketertarikan bereksplorasi. Anak

akan merasa bahwa dirinya mampu melakukan sejumlah aktivitas

tanpa terikat dengan orang tuanya. Kebebasan itulah yang

mengembangkan kemampuan anak dalam mengambil inisiatif dalam

memilih suatu tindakan atau menghadapi masalah sekitar (initiative).

Sedangkan, anak yang sering dilarang bermain atau dimarahi ketika

bertanya akan merasa bersalah (guilt) dan mudah gelisah.98

Tahapan-tahapan tersebut tidaklah berdiri sendiri, melainkan

berkesinambungan. Mulai dari timbulnya rasa percaya diri pada

anak, yang kemudian memacu perkembangan pada tingkat

eksplorasi yang membuatnya lebih mandiri terhadap dirinya

sendiri, sampai pada sikap pengambilan inisiatif dalam memilih

suatu kegiatan atau menghadapi masalah yang ada di sekitarnya.

Hal tersebut tentu saja dipengaruhi faktor-faktor psikologi anak,

yakni keterlibatan aktif dari kedua orang tua, pola asuh yang

tepat, adanya kenangan atau trauma selama ia kecil, dan interaksi

dengan lingkungan. Berikut penjelasannya:

98Alia An Dhiva, Dukung Perkembangan Psikologi Anak Usia Dini Masa Prasekolah,

https://www.parentingclub.co.idsmart-stories/mengenal-tahap-perkembangan-psikologi-anak-dari-

tahun-ke-tahun dibaca pada tanggal 29 September 2019

Page 45: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

33

a. Keterlibatan Orang Tua

Peran orang tua dalam perkembangan anak sangatlah

penting. Anak yang sering melakukan aktivitas bersama

dengan orang tua akan lebih tercipta ikatan yang erat antara

keduanya. Hal itu akan membuat anak menjadi pribadi yang

lebih percaya, jujur dan terbuka.

b. Pola asuh

Pola asuh yang baik akan membentuk karakteristik dan

psikologi anak. Selain itu, kasih sayang pun turut berperan

dalam tumbuh kembang anak. Jika kasih sayang anak

tercukupi ia akan menjadi orang yang lembut, penyayang, dan

memiliki empati terhadap orang lain.

c. Kenangan atau Trauma

Meningkatnya kemampuan kognitif anak membuatnya

dapat mengingat berbagai macam hal, salah satunya adalah

kenangan. Kenangan yang ia buat di waktu kanak-kanak akan

sangat membekas, entah kenangan baik atau kenangan buruk.

Oleh karenanya, ucapan dan tindakan orang tua terhadap anak

haruslah dipikirkan dengan baik, jangan sampai melukai dan

membekas pada batin anak.

d. Interaksi dengan Lingkungan

Sebagai makhluk sosial, anak pasti akan bermain dan

berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya, tidak mungkin

hanya berada di dalam lingkup keluarga. Walaupun di rumah

ia dididik dengan baik, namun jika bergaul di lingkungan yang

buruk maka bisa saja ia pun ikut terpengaruh. Perlu adanya

pengawasan dan arahan dari orang tua mana lingkungan yang

boleh dan tidak boleh diikuti anak, disertai dengan bermacam

alasannya.

Page 46: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

34

E. Pembelajaran/Pengajaran Bahasa Tingkat PAUD

Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang

pendidikan dasar yang merupakan upaya pembinaan yang ditujukan bagi

anak sejak lahir sampai usia enam tahun dengan memberi rangsangan

pendidikan untuk membantu tumbuh kembang anak baik jasmani maupun

rohani supaya anak memiliki kesiapan dalam memasuki sekolah dasar.99

Menurut UU No. 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 ayat

(14), pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang

ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang

dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki

kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.100

Pada lingkungan masyarakat terkadang lembaga PAUD, TK, ataupun

Playgroup terkadang disamaartikan, namun ketiga lembaga tersebut

mempunyai perbedaan yang perlu diketahui. TK dan playgroup masih

termasuk dalam satu lembaga PAUD, perbedaannya TK berada pada jalur

formal, sedangkan playgroup ada pada jalur non formal.101 Setiap anak

yang mendaftarkan diri masuk ke PAUD tidak akan bisa diketahui

pemerolehan bahasa yang dikuasainya secara langsung dan kasat mata,

oleh sebab itu terdapat beberapa cara atau tes untuk mengukur kemampuan

berbahasa:

1. Pengukuran perkembangan bahasa

Tes ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang berupa

tuturan spontan pada anak, dan dianalisis untuk mengetahui berapa

banyak morfem yang telah mereka ketahui atau kuasai.

2. Tes membedakan fonem

Tes ini dilakukan dengan cara mendengarkan kata-kata yang

setiap pasangan katanya hanya memiliki satu fonem yang berbeda,

misal kapan – papan, payung – gayung. Hal ini berguna untuk

mengetahui kemampuan anak dalam mengenal aspek-aspek bahasa

lisan atau tidak.

99Lilis Madyawati, Op.Cit., hlm. 3 100UU no. 20 tahun 2003, https://kelembagaan.ristekdikti.go.id dibaca pada tanggal 23 Juni 2018 101Elizabeth Puspa, Ketahui Perbedaan Antara Sekolah PAUD Playgroup dan TK,

https://glitzmedia.co dibaca pada tanggal 19 Juni 2018

Page 47: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

35

3. Tes cerita

Tes ini dilakukan dengan memberikan sebuah cerita pendek, dan

anak diminta untuk mengulang cerita tersebut dengan kata-katanya

sendiri, atau peneliti dapat mengajukan beberapa pertanyaan kepada

anak. Hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman anak

terhadap cerita.

4. Tes mengukur kemampuan komunikasi

Tes ini dilakukan dengan menghadapkan dua orang anak di meja

yang sama namun diberi sekat supaya mereka tidak saling melihat.

Keduanya diberikan benda dengan ukuran dan jumlah yang sama.

Seorang anak diinstruksikan untuk mengambil dan mendeskripsikan

sebuah benda dan satu lagi diminta untuk menebak benda yang

dideskripsikan. Tes ini berguna untuk mengukur kemampuan

pemahaman dan produksi tuturan.

5. Tes perbendaharaan kata

Dalam tes ini, anak harus menunjukkan gambar yang sesuai

dengan kata-kata yang diucapkan dalam tes. Anak dapat pula diminta

untuk menyebutkan nama-nama dari suatu gambar, hal ini dilakukan

untuk mengetahui tingkat keproduktifan anak.102

Selain itu perlu adanya tindakan dan keseriusan dari para guru

untuk meneliti dan mencermati lebih lanjut agar

pembelajaran/pengajaran yang akan terjadi dapat mengembangkan

kemampuan bahasa pada anak. Sebagai guru anak usia dini perlu juga

untuk memfasilitasi penggunaan bahasa pertama di dalam kelas, hal

ini dapat dicapai melalui:

a. Menyadari dan mengakui bahwa bahasa pertama yang

digunakan murid termasuk dalam suatu bentuk komunikasi.

Hal ini bertujuan untuk memperluas harga diri dan

kepercayaan diri anak.

b. Mempelajari bahasa atau dialek pertama murid, sehingga guru

bisa menyadari dan memahami gangguan potensial bahasa

dalam fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, atau pragmatik

yang mungkin saja terjadi pada anak.

c. Menyadari dan mengakui kebutuhan murid untuk

mengembangkan pengetahuan reseptif bahasa Indonesia

sebelum menggunakan bahasa tersebut secara ekspresif. Hal

ini dapat dilakukan dengan memberikan kesempatan bagi

murid untuk mendengarkan pembacaan buku cerita dan buku

nonfiksi secara keras. Secara tidak langsung, kata demi kata

102Samsunuwiyati Mar’at, Op.Cit.,hlm. 76 - 77

Page 48: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

36

yang didengar akan mempengaruhi jumlah kosa kata yang

dimilikinya.

d. Menyediakan banyak kesempatan bagi murid untuk terlibat

dalam percakapan/diskusi. Ini akan memperluas bahasa

produktif-ekspresifnya. Selain untuk menambah

pembendaharaan kata yang didengar, hal ini pun dapat

membuat anak semakin mengenal bahasa lain yang mungkin

saja terjadi dari teman sebayanya.

e. Mengizinkan murid untuk merespons dalam bahasa

pertamanya lebih dahulu, dan kemudian fokus untuk

menerjemahkan respons tersebut dalam bahasa Indonesia. Hal

ini bukan berarti seorang guru harus menerjemahkan setiap

kalimat yang dituturkan anak, namun lebih kepada

membebaskan dan mengizinkan murid untuk dapat memproses

pesan dalam dua bahasa dan membantu mereka dalam

berkomunikasi.

f. Menyediakan wilayah buku konten yang memiliki ilustrasi

jelas mengenai konsep utama yang dihadirkan dalam teks.

Dengan upaya ini, pembelajar bahasa kedua bisa

mengidentifikasi kata demi kata yang terdapat dalam buku dan

menghubungkannya dengan bahasa pertama miliknya,

sehingga ia dapat mengetahui kata tersebut dalam dua bahasa

sekaligus.

g. Menggunakan lagu, sajak anak-anak, dan permainan jari

sambil menyanyi untuk menekan sistem bunyi-bunyi simbol

dan kesadaran serta pengetahuan fonetik. Kegiatan ini

dilakukan untuk menambah pemahaman anak tentang

perbedaan bunyi, dan mengembangkan ingatan anak pada lagu

dan sajak melalui ritme yang diperdengarkan.103

Kurikulum tahun 2013 telah menurunkan dua buah kompetensi dalam

kemampuan berbahasa di jajaran PAUD, yaitu keterampilan

mendengarkan pada KD 3.11 Memahami bahasa ekspresif (mengungkapkan

bahasa secara verbal dan nonverbal), dan keterampilan penggunaan bahasa

pada KD 4.11 Mengungkapkan kemampuan berbahasa ekspresif

(mengungkapkan bahasa secara verbal dan nonverbal). Di bawah ini

ditampilkan KI dan KD kurikulum 2013, yakni sebagai berikut:

103Beverly Otto, Op.Cit., hlm. 105-106

Page 49: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

37

Tabel 2.1 Kurikulum 2013 PAUD dan sederajat104

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

KI-1. Menerima ajaran

agama yang dianutnya

1.1. Mempercayai adanya Tuhan melalui ciptaan-Nya

1.2. Menghargai diri sendiri, orang lain, dan

lingkungan sekitar sebagai rasa syukur kepada Tuhan

KI-2. Memiliki perilaku

hidup sehat, rasa ingin

tahu, kreatif dan estetis,

percaya diri, disiplin,

mandiri, peduli, mampu

bekerja sama, mampu

menyesuaikan diri,

jujur, dan santun dalam

berinteraksi dengan

keluarga, guru dan/atau

pengasuh, dan teman

2.1. Memiliki perilaku yang mencerminkan hidup

sehat

2.2. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap

ingin tahu

2.3. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap

kreatif

2.4. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap

estetis

2.5. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap

percaya diri

2.6. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap taat

terhadap aturan sehari-hari untuk melatih kedisiplinan

2.7. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap

sabar (mau menunggu giliran, mau mendengar ketika

orang lain berbicara) untuk melatih kedisiplinan

2.8. Memiliki perilaku yang mencerminkan

kemandirian

2.9. Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap

peduli dan mau membantu jika diminta bantuannya

2.10.Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap

menghargai dan toleran kepada orang lain

2.11.Memiliki perilaku yang dapat menyesuaikan diri

2.12.Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap

104PAUD Jateng https://www.paud.id/2015/05/kompetensi-dasar-kurikulum-2013-paud-tk-kb.html dibaca pada tanggal 20 September 2019

Page 50: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

38

tanggung jawab

2.13.Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap

jujur

2.14.Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap

rendah hati dan santun kepada orang tua, pendidik,

dan teman

KI-3. Mengenali diri,

keluarga, teman,

pendidik dan/atau

pengasuh, lingkungan

sekitar, teknologi, seni,

dan budaya di rumah,

tempat bermain dan

satuan PAUD dengan

cara: mengamati dengan

indra (melihat, mendengar,

menghidu, merasa,meraba);

menanya; mengumpulkan

informasi; mengolah

informasi/mengasosiasikan,

dan mengomunikasikan

melalui kegiatan bermain

3.1. Mengenal kegiatan beribadah sehari-hari

3.2. Mengenal perilaku baik sebagai cerminan akhlak

mulia

3.3. Mengenal anggota tubuh, fungsi, dan gerakannya

untuk pengembangan motorik kasar dan motorik

halus

3.4. Mengetahui cara hidup sehat

3.5. Mengetahui cara memecahkan masalah sehari-

hari dan berperilaku kreatif

3.6. Mengenal benda -benda di sekitarnya (nama,

warna, bentuk, ukuran,pola, sifat, suara, tekstur,

fungsi, dan ciri-ciri lainnya)

3.7. Mengenal lingkungan sosial (keluarga, teman,

tempat tinggal, tempat ibadah, budaya, transportasi)

3.8. Mengenal lingkungan alam (hewan, tanaman,

cuaca, tanah, air, batu-batuan, dll.)

3.9. Mengenal teknologi sederhana (peralatan rumah

tangga, peralatan bermain, peralatan pertukangan,

dll.)

3.10.Memahami bahasa reseptif (menyimak dan

membaca)

3.11.Memahami bahasa ekspresif (mengungkapkan

bahasa secara verbal dan nonverbal)

3.12.Mengenal keaksaraan awal melalui bermain

Page 51: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

39

3.13.Mengenal emosi diri dan orang lain

3.14.Mengenali kebutuhan, keinginan, dan minat diri

3.15.Mengenal berbagai karya dan aktivitas seni

KI-4. Menunjukkan yang

diketahui, dirasakan,

dibutuhkan, dan dipikirkan

melalui bahasa, musik,

gerakan, dan karya secara

produktif dan kreatif, serta

mencerminkan perilaku

anak berakhlak mulia

4.1. Melakukan kegiatan beribadah sehari-hari dengan

tuntunan orang dewasa

4.2. Menunjukkan perilaku santun sebagai cerminan

akhlak mulia

4.3. Menggunakan anggota tubuh untuk

pengembangan motorik kasar dan halus

4.4. Mampu menolong diri sendiri untuk hidup sehat

4.5. Menyelesaikan masalah sehari-hari secara kreatif

4.6. Menyampaikan tentang apa dan bagaimana

benda-benda di sekitar yang dikenalnya (nama,

warna, bentuk, ukuran, pola, sifat, suara, tekstur,

fungsi, dan ciri-ciri lainnya) melalui berbagai hasil

karya

4.7. Menyajikan berbagai karyanya dalam bentuk

gambar, bercerita, bernyanyi, gerak tubuh, dll. tentang

lingkungan sosial (keluarga, teman,tempat tinggal,

tempat ibadah, budaya, transportasi)

4.8. Menyajikan berbagai karyanya dalam bentuk

gambar, bercerita, bernyanyi, gerak tubuh, dll. tentang

lingkungan alam (hewan, tanaman,cuaca, tanah, air,

batu-batuan, dll.)

4.9. Menggunakan teknologi sederhana (peralatan

rumah tangga, peralatan bermain, peralatan

pertukangan, dll.) untuk menyelesaikan tugas dan

kegiatannya

4.10.Menunjukkan kemampuan berbahasa reseptif

(menyimak dan membaca)

Page 52: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

40

4.11.Menunjukkan kemampuan berbahasa ekspresif

(mengungkapkan bahasa secara verbal dan nonverbal)

4.12.Menunjukkan kemampuan keaksaraan awal

dalam berbagai bentuk karya

4.13.Menunjukkan reaksi emosi diri secara wajar

4.14.Mengungkapkan kebutuhan, keinginan, dan

minat diri dengan cara yang tepat

4.15.Menunjukkan karya dan aktivitas seni dengan

menggunakan berbagai media

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 146 tahun

2014 tentang kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini pada pasal 5

dinyatakan bahwa aspek-aspek pengembangan dalam kurikulum PAUD

mencakup: nilai agama, nilai moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial-

emosional, dan seni. Guru yang memahami dan menguasai karakteristik

peserta didik dari segi moral, sosial, emosional, dan intelektual dapat

memberikan materi pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan anak.

Berdasarkan KI dan KD di atas, maka perkembangan bahasa pada anak

usia dini dapat diimplikasikan pada pengajaran bahasa dengan KD 4.11

yaitu menunjukkan kemampuan berbahasa ekspresif (mengungkapkan

bahasa secara verbal dan nonverbal). Tujuannya untuk mengembangkan

kemampuan performansi dengan memberikan kesempatan kepada peserta

didik untuk mengekspresikan diri melalui ujaran kebahasaan atau

tindakannya dalam kegiatan pembelajaran.

F. Penelitian Relevan

Penelitian pertama yang diteliti oleh Nurjamiaty dengan judul

“Pemerolehan Bahasa Anak Usia Tiga Tahun berdasarkan Tontonan

Kesukaannya Ditinjau dari Kontruksi Semantik” bertujuan untuk

mengetahui pemerolehan bahasa melalui ujaran setiap giliran tutur yang

Page 53: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

41

diperoleh dan mengetahui penguasaan makna ujaran anak usia tiga tahun

dalam bertutur melalui konstruksi semantik. Sampel film yang digunakan

adalah animasi Boboiboy dan serial televisi Adventure of Hatim. Sumber

data yang diteliti adalah, anak berusia 3 tahun 10 bulan bernama Musa.

Peneliti dibantu oleh Arief Ahmad yang merupakan kakak dari sumber

data yang saat itu berusia 9 tahun, bantuannya adalah untuk memastikan

makna ataupun maksud dari ujaran Musa tanpa membatasi gerak bermain

atau interaksi di antara keduanya.

Hasil yang diperoleh adalah anak berusia tiga tahun pada umumnya

mengucapkan kata secara terpenggal. Kalimat yang disusun pun relatif

masih sederhana dan sekedar menjawab pertanyaan yang diberikan oleh

lawan tuturnya. Selanjutnya, kosakata yang diperoleh dari tayangan

televisi yang sering ditonton itu terbukti sangat memengaruhi kemampuan

anak dalam memaknai kata. Proses perkembangan makna kata yang

dialami anak memberikan pengaruh pada esensi makna kalimat dan daya

ilokusi pada makna tindak tutur. Hal tersebut seiring dengan semakin

berkembangnya kematangan kognisi, kosakata, dan pengalaman pada

anak.

Persamaan yang terdapat dalam penelitian ini adalah subjek yang

diteliti sama-sama satu orang anak yang berusia tiga tahun, sedangkan

perbedaannya terletak pada bidang yang dikaji dalam pemerolehan bahasa

pada anak. Nurjamiaty membahas pemerolehan bahasa anak konstruksi

semantik, sedangkan pada penelitian ini membahas pemerolehan bahasa

anak pada aspek sintaksis. Selain itu, perbedaannya dalam penelitian ini

pun diimplikasikan pada pembelajaran bahasa di PAUD sedangkan pada

penelitian Nurjamiaty tidak dilakukan.

Penelitian selanjutnya diberi berjudul “Pemerolehan Bahasa pada

Anak Usia 7 Tahun 3 Bulan dalam Bidang Sintaksis” yang diteliti oleh

Chairul Bachri Siregar dan Rizka Maya Sari dengan memfokuskan

kajiannya pada bidang sintaksis, yakni pada pembentukan kalimat bentuk

deklaratif, imperatif, introgatif, dan kalimat bentuk ekslamatif. Subjek

Page 54: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

42

yang dijadikan bahan penelitian adalah seorang anak berusia 7 tahun 3

bulan bernama Ahmad Jefri Andana. Hasil analisis diketahui bahwa

kalimat yang disusun oleh Jefri sudah hampir mencapai kalimat kompleks.

Dilihat dari bentuk kalimatnya, terdapat 15 kalimat deklaratif, 1 kalimat

interogatif, 8 kalimat imperatif, dan Jefri belum mampu membuat kalimat

ekslamatif (kalimat seru).

Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan, persamaannya

terletak pada bidang yang dikaji, yaitu pemerolehan bahasa kajian sintaksis

dan memfokuskan untuk meneliti satu orang anak. Walaupun sama-sama

meneliti satu orang anak, umur dari anak yang diteliti dan waktu

menelitinya pun berbeda. Pada penelitian Chairul dan Rizka anak yang

diteliti berumur 7 tahun 3 bulan, sedangkan pada penelitian ini meneliti

anak sejak umur 2 sampai 5 tahun. Selain itu penelitian Chairul dan Rizka

juga tidak diimplikasikan pada pembelajaran bahasa di sekolah, sedangkan

penelitian ini diimplikasikan pada pembelajaran/pengajaran di PAUD.

Penelitian ketiga diteliti oleh Endang Rusyani dengan judul

“Pemerolehan Bahasa Indonesia Anak Usia 2,5 Tahun (Studi Kasus

terhadap Pemerolehan Bahasa Anak Usia Dini)”. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui dan mendeskripsikan sistem pemerolehan bahasa anak

usia 2,5 tahun tataran fonologi, morfologi, sintaksis.

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada umur 2,5 tahun,

seorang anak yang normal dapat mengucapkan fonem-fonem dan kata

yang terbatas sesuai dengan lingkungan dan benda-benda yang ada di

sekitarnya. Kata-kata yang diproduksi tersebut mulai bertambah dari kata

benda dan kata kerja yang diakibatkan oleh repetisi dari pemerolehan baik

dari teman, kakak, maupun orang tua secara sadar maupun tidak sadar.

Erisa pun sudah bisa merangkai kata-kata secara sederhana, mulai dari

satu, dua, sampai tiga kata, dan akhirnya membentuk kalimat. Kalimat

sederhana yang dikemukakan masih berkisar pada urutan sederhana dan

belum teratur namun sudah dapat ditangkap sebagai kalimat berita, kalimat

imperatif ataupun kalimat tanya.

Page 55: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

43

Adapun persamaannya dengan penelitian penulis terletak pada desain

penelitian longitudinal yang mengikuti perkembangan seorang anak,

namun dalam penelitian ini hanya sekitar 3 bulan dan fokus penelitiannya

bercabang menjadi pemerolehan bahasa dari segi fonologi, morfologi, dan

sintaksis. Sedangkan pada penelitian penulis mengikuti selama 2-3 tahun

dan memfokuskan pada pemerolehan sintaksis saja, tepatnya pada jenis

kalimat berdasarkan modusnya.

Penelitian keempat berjudul “Menganalisis Kalimat pada Anak Usia

Dini (2-3 Tahun / Siswa Playgroup)” yang diteliti oleh Tiarnita M. S.

Siregar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola kalimat dan

jumlah kata yang dihasilkan dalam satu kalimat pada anak-anak usia 2-3

tahun yang termasuk ke dalam siswa playgroup. Adapun sampel penelitian

ini adalah 13 orang anak yang merupakan siswa playgroup di Medan.

Dalam pelaksanaannya, peneliti menggunakan media gambar sebagai

stimulus untuk melihat kemampuan anak. Adapun hasil penelitiannya

adalah pola kalimat pada anak usia 2-3 tahun didominasi oleh pola subjek,

disusul pola predikat, kemudian pola keterangan. Sedangkan, jumlah kata

yang digunakan oleh anak usia 2-3 tahun didominasi dengan kalimat satu

kata.

Penelitian ini memiliki persamaan yakni umur subjek penelitian yang

diteliti berada dikisaran umur 2-3 tahun dan dalam proses pembelajaran di

playgroup Tiarnita menggunakan media gambar untuk menstimulus

kemampuan berbicara anak. Namun terdapat perbedaan pula, yakni jumlah

subjek yang digunakan pada penelitian Tiarnita adalah 13 orang anak

sebagai sampel, sedangkan pada penelitian ini terfokus pada

perkembangan satu anak saja dalam jangka waktu yang sudah ditentukan.

Page 56: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

44

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengunjungi rumah atau tempat

bermain dari subjek penelitian secara langsung. Penelitian ini pun

dilakukan secara tatap muka dengan subjek penelitian. Adapun penelitian

ini dilakukan di dua lokasi, yaitu:

1. Jalan MT. Haryono RT. 003 RW. 07 No. 9, Kecamatan Setu,

Kabupaten Bekasi.

2. Jalan Grand Cikarang City, Blok B No. 19, Karangraharja,

Kecamatan Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi.

Pengumpulan data dilakukan secara bertahap, berselingan waktu dan

dibatasi selama 3 tahun. Pengumpulan data penelitian dimulai pada tanggal

9 Juli 2015 ketika subjek penelitian berusia 2 tahun lebih 2 bulan sampai

dengan tanggal 7 Mei 2018 ketika subjek penelitian berusia 5 tahun.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan orang atau informan untuk mendapatkan

data penelitian. Biasa disebut pula sebagai sumber informasi dalam sebuah

penelitian. Adapun dalam penelitian ini subjek penelitian adalah seorang

anak perempuan dengan inisial HNA. HNA adalah anak pertama dari

pasangan C dan FL, sekaligus keponakan dari peneliti. Alasan utama

dalam pemilihan HNA sebagai subjek penelitian karena HNA termasuk

keponakan yang paling aktif jika dibandingkan dengan keponakan dan

anak-anak yang ada di sekitar peneliti, selain itu HNA pun tinggal di satu

rumah yang sama dengan peneliti sehingga peneliti dapat mengambil data

dan memantau ujaran yang di keluarkan HNA ketika berbincang dengan

orang-orang di sekitarnya, terutama dari keluarga atau kedua orang tuanya.

Data penelitian berupa data kebahasaan lisan yaitu ujaran yang

dituturkan oleh HNA dalam setiap peristiwa tutur. Sumber data dalam

Page 57: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

45

penelitian ini adalah rekaman audiovisual berupa video yang berisi

peristiwa dan tuturan HNA ketika berusia 2-5 tahun. Penulis

mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dari hasil rekaman video

tersebut, lalu mengelompokkan dan menganalisis data sesuai dengan jenis

dan struktur kalimat berdasarkan fungsinya.

C. Metode dan Desain Penelitian

Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan

pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang ditentukan.105

Crawfurd membagi metode penelitian berdasarkan kriterian metode dan

teknik, yakni: eksperimen, sejarah, psikologi, studi kasus, survei

(deskriptif), membuat kurikulum, analisis pekerjaan, interview, kuesioner,

observasi, pengukuran, statistik, tabel dan grafik, teknik dan

perpustakaan.106 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif kualitatif. Penelitian dengan metode deskriptif biasanya

bertujuan untuk mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang

terjadi pada saat itu juga. Metode penelitian deskriptif ini cenderung

digunakan dalam penelitian kualitatif, sebab metodologi kualitatif

merupakan prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa data

tertulis atau lisan.107 Penelitian deskriptif memusatkan perhatian pada

masalah aktual sebagaimana adanya, tanpa memberikan perlakuan khusus

terhadap peristiwa yang terjadi.108

Penelitian ini menggunakan desain penelitian longitudinal, secara

garis besar pengertian penelitian longitudinal adalah desain penelitian

yang mengikuti perkembangan subjek penelitian selama rentang waktu

tertentu. Seringkali sampai beberapa tahun dengan subjek biasanya hanya

105Fatimah Djajasudarma, Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan Kajian, (Bandung:

PT. Retika Aditama, 2006), hlm. 1 106Fatimah Djajasudarma,Op.Cit., hlm. 5 107Fatimah Djajasudarma,Op.Cit., hlm. 11 108Juliansyah Noor,MetodePenelitian (Skripsi, Tesis, Disertasi dan KaryaIlmiah), (Jakarta:

Kencana, 2012), hlm. 35

Page 58: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

46

satu atau beberapa anak.109 Hal ini selaras dengan penelitian yang

dilakukan oleh penulis, yakni mengamati penguasaan dan perkembangan

bahasa anak terutama pada jenis dan struktur kalimat dari subjek penelitian

dalam rentang usia 2-5 tahun dengan memperhatikan perkembangan jenis

dan struktur kalimat berdasarkan fungsinya dari tuturan yang diucapkan

ketika subjek berbicara dengan orang lain atau merespon lingkungan yang

ada di sekitarnya.

D. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian yang baik perlu mengutamakan metode yang tepat dan

menggunakan teknik yang relevan. Teknik pengumpulan data merupakan

langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari

penelitian adalah mendapatkan data.110 Teknik pengumpulan data

merupakan cara mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menjawab

rumusan masalah dalam penelitian. Umumnya cara mengumpulkan dara

dapat menggunakan teknik wawancara (interview), angket (questionnaire),

pengamatan (observation), studi dokumentasi, dan Focus Group

Discussion (FGD).111 Namun penulis hanya menggunakan beberapa teknik

saja dalam mengumpulkan data penelitian, yaitu dengan teknik

wawancara, observasi, dan dokumentasi.

1. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data

yang dilakukan dengan berhadapan secara langsung dengan yang

diwawancarai tetapi dapat juga diberikan daftar pertanyaan dahulu

untuk dijawab pada kesempatan lain. Wawancara adalah suatu

proses tanya jawab atau sebuah percakapan yang diarahkan untuk

mencapai tujuan tertentu.

Wawancara merupakan alat re-checking atau pembuktian

terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya

109Soenjono Dardjowidjojo, Op.Cit., hlm. 227 110Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV. Alfabeta, 2014), hlm. 62 111Juliansyah Noor,Op.Cit.,hlm. 138

Page 59: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

47

sehingga berguna untuk mengecek atau mengecek ulang sesuatu

yang ingin diketahui oleh peneliti.112 Penggunaan teknik ini

bertujuan untuk mengetahui ujaran dan menitikberatkan pada jenis

dan struktur kalimat yang diproduksi oleh informan. Pelaksanaan

wawancara dilakukan secara spontan bertanya dan tidak terstruktur

namun disesuaikan kondisi dan lingkungan sekitar dari informan.

2. Observasi

Observasi selalu dikaitkan dengan kegiatan memperhatikan

secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan

mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam suatu fenomena.

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara

sistematik terhadap suatu gejala yang tampak pada subjek

penelitian.113 Instrumen yang dapat digunakan yaitu lembar

pengamatan, panduan pengamatan. Beberapa informasi yang dapat

diperoleh dari hasil observasi yaitu: ruang (tempat), pelaku,

kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu dan

perasaan.114

Dengan desain penelitian longitudinal, peneliti dapat

menggunakan sifat observasional natural atau observasional

terkontrol. Perbedaan pada tipe observasional dan natural, peneliti

tidak perlu mengadakan interfensi apa pun, sedangkan pada tipe

observasional dan terkontrol peneliti perlu menyiapkan sebuah

tempat beserta isinya yang sudah diatur sesuai dengan tujuan yang

ingin diperoleh.115 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

observasi tipe observasional dan natural karena dalam

pengumpulan data dilaksanakan secara bebas di berbagai tempat

tanpa diatur suatu apapun, yaitu di dalam rumah, di kebun, dan di

tempat-tempat lainnya.

112Soenjono Dardjowidjojo, Op.Cit., hlm. 228 113 S. Margono, MetodePenelitian Pendidikan, (Jakarta: RinekaCipta, 2009), hlm. 158 114Juliansyah Noor,Op.Cit., hlm. 140 115Soenjono Dardjowidjojo, Op.Cit., hlm. 229 - 230

Page 60: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

48

3. Dokumentasi

Sebagian besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang

berbentuk dokumentasi. Sifat utama data ini tidak terbatas pada

ruang dan waktu sehingga peneliti dapat mengolah dan meninjau

kembali data-data yang sebelumnya telah diperoleh. Secara detail,

bahan-bahan dokumenter terbagi menjadi memorial, kliping,

dokumen pemerintah atau swasta, data di server dan flashdisk, dan

tersimpan di web site.116

Selama masa penelitian, teknik pengumpulan data didapat

dengan cara mengambil data berupa video yang direkam

menggunakan gawai merk Nokia dan ASUS. Video tersebut

berisikan kegiatan wawancara terhadap subjek penelitian.

Dalam kegiatan wawancara yang dilakukan secara tidak

terstruktur atau spontan bertanya kepada subjek penelitian, penulis

berusaha untuk menggali kemampuan berbahasa anak dengan

menjadi mitra tutur anak dan menanyakan berbagai macam hal

selama masa penelitian. Dokumentasi dalam bentuk video-video

tersebut digunakan sebagai tanda bukti bahwa penulis telah

melakukan penelitian secara intensif.

E. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa

analisis data yang memuat jenis kalimat dan struktur kalimat berdasarkan

fungsinya dalam ujaran keseharian HNA. Langkah-langkah yang

dilakukan peneliti dalam mengelola data yaitu mereduksi data,

mengidentifikasi data, mengklasifikasikan data, menganalisis data, dan

menyimpulkan data yang diperoleh. Adapun penjelasannya sebagai

berikut:

1. Mereduksi Data

Langkah awal dalam penelitian ini adalah mereduksi atau

116Juliansyah Noor, Op.Cit., hlm. 141

Page 61: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

49

memilah data. Adapun data rekaman yang berupa video

audiovisual terbagi menjadi 6 buah folder berdasarkan tahun

pengambilannya, yakni mulai tahun 2014 sampai dengan tahun

2019 dengan total video berjumlah 146 video. Namun keseluruhan

video tersebut dipilah berdasarkan usia subjek penelitian ketika

berusia 2 sampai 5 tahun, yakni pada tahun 2015 sampai tahun

2018 dengan total video berjumlah 119 video.

2. Mengidentifikasi Data

Langkah selanjutnya dalam penelitian ini adalah

mengidentifikasi data. Adapun identifikasi data dilakukan dengan

mentranskripsikan data dari video yang telah direduksi. Sumber

data yang pada awalnya berupa rekaman berbentuk video

audiovisual, kemudian ditranskripsi menjadi bentuk tulis dengan

cara mengetik dialog dari hasil rekaman video tersebut. Akhirnya

seluruh dialog yang berhasil terekam ditranskripsikan agar lebih

mudah diketahui jenis dan struktur kalimat berdasarkan fungsinya.

3. Mengklasifikasikan Data

Hasil dari proses identifikasi data kemudian diklasifikasi

sesuai dengan jenis kalimat dan struktur kalimat berdasarkan

fungsinya. Klasifikasi data tersebut dilakukan dengan cara

membuat tabel bagian usia subjek penelitian, total ujaran yang

telah diidentifikasi, dan total jenis kalimat atau struktur kalimat

yang diperoleh berdasarkan fungsinya pada setiap peristiwa tutur.

4. Menganalisis Data

Analisis data dilakukan dengan mengubah tuturan HNA pada

tabel menjadi bentuk naratif. Peneliti menganalisis jenis kalimat

dan struktur kalimat yang dituturkan oleh anak selama masa

pengambilan data dengan memperhatikan intonasi dan konteks

yang melatarbelakangi tuturan tersebut. Analisis difokuskan pada

jenis kalimat dan struktur kalimat berdasarkan fungsinya. Adapun

jenis kalimat berdasarkan modusnya yang diteliti yaitu fungsi

Page 62: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

50

kalimat deklaratif, interogatif, dan imperatif. Sedangkan, struktur

kalimat berdasarkan fungsinya yang diteliti adalah struktur kalimat

ujaran satu kata (USK), struktur kalimat ujaran telegrafis (UT), dan

struktur kalimat ujaran banyak kata (UBK).

5. Menyimpulkan Data

Setelah melakukan analisis data, selanjutnya peneliti

menyimpulkan data dari tuturan HNA sehingga diketahui

banyaknya jenis kalimat dan struktur kalimat berdasarkan

fungsinya. Baik itu fungsi kalimat deklaratif, fungsi kalimat

interogatif, dan fungsi kalimat imperatif. Maupun struktur kalimat

ujaran satu kata (USK), struktur kalimat ujaran telegrafis (UT), dan

struktur kalimat ujaran banyak kata (UBK) ketika HNA berusia 2-5

tahun. Selain itu disajikan pula implikasi pada proses pembelajaran

di PAUD.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah diri sendiri karena dalam penelitian ini

penulis mengerjakan penelitian dengan teknik observasi dan dokumentasi.

Adapun contoh instrumen bentuk tabel analisis jenis kalimat yang

digunakan sebagai berikut:

Tabel 3.1

Tabel Analisis Jenis Kalimat berdasarkan Modusnya

Rentang

Usia

(thn)

Tanggal

Pengambilan Data Modus Kalimat Total

Kalimat Mulai Akhir D In Im

2-3

3-4

4-5

TOTAL

Page 63: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

51

Ket:

D : Modus kalimat deklaratif

In : Modus kalimat interogatif

Im : Modus kalimat imperatif

Tabel di atas digunakan untuk mengetahui jenis kalimat

berdasarkan modusnya dari tuturan HNA ketika berusia 2-5 tahun.

Penulis mengklasifikasikan data yang telah diidentifikasi dengan

membuat kolom rentang usia subjek penelitian, tanggal pengambilan

data, dan modus kalimat yang dibagi menjadi tiga kolom, yaitu untuk

kalimat deklaratif (D), kalimat interogatif (In), dan kalimat imperatif

(Im), yang seluruhnya itu kemudian ditotal oleh peneliti.

Kolom rentang usia berisi pembagian tahun dari usia subjek

penelitian, yakni ketika subjek berusia 2-3 tahun, 3-4 tahun, dan

ketika subjek berusia 4-5 tahun. Tanggal pengambilan data digunakan

untuk memperjelas waktu pengambilan data yang terbagi menjadi

kolom mulai atau awal pengambilan data dan kolom akhir atau waktu

terakhir pengambilan data. Kolom modus kalimat berisi jumlah

kalimat yang dibentuk oleh anak selama masa penelitian. Jenis

kalimatnya pun terbagi menjadi tiga modus yakni kolom D digunakan

untuk kalimat deklaratif (kalimat pernyataan), kolom huruf In

digunakan untuk kalimat interogatif (kalimat pertanyaan), sedangkan

kolom huruf Im digunakan untuk kalimat imperatif (kalimat perintah).

Lalu yang terakhir adalah kolom total yang berisi jumlah keseluruhan

data dari kolom kalimat deklaratif, interogatif, dan imperatif selama

masa penelitian berlangsung.

Page 64: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

52

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Sejalan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang

disampaikan di bagian pendahuluan, maka sebagai simpulan dapatlah

disampaikan hal-hal berikut:

1. Jenis kalimat berdasarkan modus yang dituturkan anak ketika

berusia 2-5 tahun adalah modus kalimat deklaratif, kalimat

interogatif, dan kalimat imperatif. Dari total 519 kalimat, subjek

penelitian (HNA) sudah cukup mahir dalam membentuk semua

jenis kalimat tersebut, berikut perinciannya:

a. Pembentukan kalimat deklaratif sebanyak 341 kalimat,

b. Pembentukan kalimat interogatif sebanyak 103 kalimat,

dan

c. Pembentukan kalimat imperatif sebanyak 75 kalimat.

Maka, jenis kalimat yang mendominasi ketika anak berusia 2-5

tahun adalah jenis kalimat deklaratif sebanyak 341 kalimat.

2. Struktur kalimat berdasarkan modus yang dituturkan anak ketika

berusia 2-5 tahun adalah struktur ujaran satu kata (USK), ujaran

telegrafis (UT), dan ujaran banyak kata (UBK). Dari total 519

kalimat, subjek penelitian (HNA) semakin mahir dan berkembang

dalam membentuk struktur kalimat, berikut perinciannya:

a. Pembentukan struktur USK sebanyak 156 kalimat,

b. Pembentukan struktur UT sebanyak 192 kalimat, dan

c. Pembentukan struktur UBK sebanyak 171 kalimat.

Maka, struktur kalimat yang mendominasi ketika anak berusia

2-5 tahun adalah struktur ujaran telegrafis sebanyak 192 kalimat.

3. Adapun pengajaran bahasa di PAUD dapat diimplikasikan sesuai

dengan KD 4.11 Menunjukkan kemampuan berbahasa ekspresif

(mengungkapkan bahasa secara verbal dan nonverbal). Salah satu

Page 65: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

53

caranya yaitu dengan menggunakan media bantu berupa gambar

buah-buahan untuk meningkatkan kemampuan kompetensi dan

performansi anak, sehingga kemampuan berbahasa anak semakin

berkembang dan menjadi lebih baik.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disajikan,

dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Guru PAUD harus bisa memahami maksud tuturan anak secara

lebih luas dan tidak terpaku pada kata yang dikeluarkan oleh

peserta didik. Guru harus dapat memahami karakteristik peserta

didik sehingga bisa memberikan materi pembelajaran yang sesuai

dengan perkembangan peserta didik. Guru pun dituntut berperan

aktif untuk membantu anak dalam pengarahan berbahasa yang

baik dan benar.

2. Peneliti yang berminat mengkaji permasalahan yang sama supaya

dapat melengkapi kekurangan dalam penelitian ini dan

menindaklanjuti bidang kebahasaan lain, seperti pemerolehan

bahasa anak usia dini dalam tataran fonologi, semantik atau

pragmatik secara lengkap.

Page 66: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

54

DAFTAR PUSTAKA

Alek dan Ahmad. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:

Kencana.

An Dhiva, Aulia. Dukung Perkembangan Psikologi Anak Usia Dini Masa

Prasekolah, https://www.parentingclub.co.idsmart-stories/mengenal-tahap-

perkembangan-psikologi-anak-dari-tahun-ke-tahun dibaca pada tanggal 29

September 2019

Arifin, Zaenal dan Amran Tasai. 2009. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta:

Akademika Pressindo.

Arifuddin. 2010. Neuropsikolinguistik. Jakarta: Rajawali press.

Bloomfield, Leonard. 1995. Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Brown, H. Douglas. 2007. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa.Jakarta:

Pearson Education Inc.

Chaer, Abdul. 2011. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka

Cipta.

Dardjowidjojo, Soenjono. 2003.Psikolingusitik: Pengantar Pemahaman Bahasa

Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Djajasudarma, Fatimah. 2006. Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian

dan Kajian. Bandung: PT. Retika Aditama.

Gellens, Suzanne R. 2014. Membangun Daya Pikir Otak: 600 Ide Aktivitas untuk

Anak Kecil. Jakarta: PT. Indeks.

H.P, Achmad dan Alek Abdullah. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Erlangga.

Iskandarwassid dan Dadang Suhendar. 2016. Strategi Pembelajaran Bahasa.

Bandung: PT. Remaja Rosidakarya.

Ismawati, Esti dan Faraz Umaya. 2017. Balajar Bahasa di Kelas Awal.

Yogyakarta: Ombak.

Khairah, Miftahul dan Sakura Ridwan. 2014. SINTAKSIS Memahami Satuan

Kalimat Perspektif Fungsi. Jakarta: Bumi Aksara.

Kushartanti. 2009.Pesona Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Madyawati, Lilis. 2016.Strategi Pengembangan Bahasa pada Anak. Jakarta:

Prenadamedia Group.

Margono, S. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Mar’at, Samsunuwiyati. 2005. Psikolinguistik. Bandung: Refika Aditama.

Noor, Juliansyah. 2012. Metode Penelitian (Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya

Ilmiah). Jakarta: Kencana.

Otto, Beverly. 2015. Perkembangan Bahasa Pada Anak Usia Dini. Jakarta:

Prenadamedia Group.

PAUD Jateng https://www.paud.id/2015/05/kompetensi-dasar-kurikulum-2013-

paud-tk-kb.html dibaca pada tanggal 20 September 2019

Purwo, Bambang Kaswanti. 1990. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa.

Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Puspa, Elizabeth.Ketahui Perbedaan Antara Sekolah PAUD Playgroup dan TK,

https://glitzmedia.co dibaca pada tanggal 19 Juni 2018

Ramlan, Sintaksis. 1983. Yogyakarta: CV. Karyono, 1983.

Page 67: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

55

Rahardi, Kunjana. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:

Erlangga.

Ridwanudin, Dindin.2015. Bahasa Indonesia. Ciputat: UIN Press.

Samsuri. 1978. Analisa Bahasa. Jakarta: Erlangga.

Sanggar, nasiroh-ilmu.blogspot.com/2011/01/tahap-tahap-pemerolehan-

bahasa.html, (Jogjakarta), dibaca pada tanggal 26 Juni 2018

Sit, Masganti. 2015. Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini. Medan: Perdana

Publishing

Sugiyono. 2014. MemahamiPenelitian Kalitatif. Bandung: CV. Alfabeta.

Suhardi. 2016. Dasar-dasar Ilmu Sintaksis Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Ar-

Ruzz Media.

Suhartono dan Syamsul Sodiq. 2016. Psikolinguistik. Tangerang: Univ. Terbuka.

Sundayra, Ladycia. 2007. Proses Akuisisi Bahasa pada Anak: Kajian Teoritis

Mutakhir. “Jurnal Kibas Cenderawasih” Volume 14 Nomor 2, Balai Bahasa

Papua, diakses pada 18 Februari 2019.

Tarigan, Henry Guntur. 2011. Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Bandung:

Angkasa.

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Psikolinguistik. Bandung: Angkasa.

UU no. 20 tahun 2003, https://kelembagaan.ristekdikti.go.id dibaca pada tanggal

23 Juni 2018

Verhaar. 2016. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada University

Press.

Page 68: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

56

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)

Page 69: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

57

Page 70: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

58

Lampiran 2 : Tabel Klasifikasi Data

Tabel Lampiran 2.1

(Umur 2 – 3 Tahun)

Mulai tanggal 9 Juli 2015 sampai 4 Maret 2016

No. Tuturan Konteks Jenis Kalimat

D In Im

1 Ung ngi apah? (Om

lagi apa?)

[2] 3 2 ▲

S menanyakan kepada O1

tentang apa yang dilakukan

O1 dengan gawainya.

2 Ada.

[2] ▼

S menjawab pertanyaan O1

tentang keberadaan O1 di

layar gawai.

3 Abis abis oenya owa,

oenya a Obet. (abis

abis oreonya om,

oreonya a Obet)

[2] 3 [2] / 2 3 2 [3] 2

S memberitahu ketika

bernyanyi bahwa oreonya a

Obet habis.

4 Iyah.

[2] 1 ▼

S menjawab pertanyaan O1

tentang Oreo a Obet yang

habis.

5 Na nyonya siyapah-

siyapah. (Gak punya

siapa-siapa)

[2] 3 2 / 2 3 2 ▼

S memberitahu bahwa

Oreonya bukan punya siapa-

siapa lagi

6 Yang inih.

2 3 2 ▼

S memberitahu O1 makanan

yang mau dibukanya.

7 Ini! ini! emmah ini!

ini!

2 3 / 2 [3] 2 / 2 [3] 3 /

2 3 2 / 2 1 ▼

S meminta O1 dan O2 untuk

membukakan makanan yang

mau dimakannya.

8 Nih!

2 1 ▼

S menyerahkan makanan ke

O1 supaya makanan itu

segera dibuka.

9 Tain. (Bukain)

[2] 3 2 ▼

S menjawab pertanyaan O1

“Bukain gak?” Ketika ingin

dibukakan makanannya.

10 Butain!

[2] 3 2 ▼

O1 bertanya kembali, dan S

menjawab dengan sedikit

menyuruh.

11 Iyah.

2 1 ▼

S mengiyakan pertanyaan O1

“Bukain?” Ketika ingin

Page 71: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

59

dibukakan makanannya.

12 Mau.

2 3 2 ▼

S memberitahu O1 bahwa ia

menginginkan makanan itu.

13 Caosna yah? (Saosnya

yah?)

2 3 [2] 1 ▲

S menanyakan kepada O1

untuk memastikan saos yang

ada di dalam makanannya.

14 Cih. (Makasih)

[1] ▼

S berterima kasih setelah

makanannya dibukakan oleh

O1.

15 Nih!

2 1 ▼

S menyerahkan saos yang ada

di dalam makanannya kepada

O1.

16 Siyup yah? (Sirup

yah?)

[2] 3 2 ▲

S bertanya kepada O1 bahwa

yang dicari O2 adalah sirup.

17 Ayi siyup yah mbah

uti yah? (Nyari sirup

yah mbah Uti yah?)

[2] [3] 2 / 2 3 2 [3] 2

Sekali lagi S menanyakan

kepada O1 untuk memastikan

yang dicari oleh O2 adalah

sirup.

18 Iyah.

[2] ▼

S mengiyakan pertanyaan O1

“Nyari sirup?” berdasarkan

tuturan yang ia katakan

sebelumnya.

19 Enak.

1 [2] 1 ▼

S menjawab pertanyaan O1

“Enak gak?” dari rasa

makanan yang sedang

dimakannya.

20 Wet tewaw om.

(Terang om)

2 [3] 2 / 3 2 ▼

S memberi tahu O1 tentang

keadaan di rumah yang

terang.

21 Eng ait ati ampu agi

yah? (Enggak mati

lampu lagi yah?)

[2] 3 2 ▲

S bertanya kepada O1 tentang

keadaan rumah ketika mati

lampu.

22 Yat lambutyang. (lihat

rambutan)

[2] 3 2 ▼

S menjawab pertanyaan O1

“Ngapain boboan di situ?”

ketika berbaring di luar rumah

dan melihat rambutan di

atasnya.

23 Iyah.

2 3 2 ▼

S mengiyakan pertanyaan O1

“liat rambutan?” ketika

berbaring di luar rumah.

24 Iyah.

1 2 1 ▼

S menjawab pertanyaan O1

“Udah gak buah tapi ya

rambutannya yah?”

Page 72: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

60

25 Itu ung yah? (itu daun

yah?)

[2] [3] 2 ▲

S bertanya kepada O1 ketika

melihat daun di pohon

rambutan yang sedang

dilihatnya.

26 Ung yah? (daun yah?)

[3] 2 ▲

S bertanya kembali setelah

O1 tidak mengerti apa yang

dituturkan S kepadanya.

27 Daung. (daun.)

2 3 2 ▼

S memberi tahu O1 bahwa

yang ditanyakannya adalah

daun.

28 Auuuung. (daun.)

2 [3] 2 ▼

S menegaskan kembali

kepada O1 bahwa yang

ditanyakannya adalah daun.

29 Ana dabu nyah?

(mana jambunya?)

[2] 3 2 ▲

S bertanya kepada O1 ketika

O2 membicarakan tentang

jambu yang ada di atas S.

30 Codotna nyatang,

codot codot natang

sutanyah mamamin

nabu.

[2] 3 [2] 1 / [2] [3] 2 1

[2] 3 [2] 1 ▼

S memberi tahu O1 bahwa

codotnya nakal sudah

memakan jambu.

31 Iyah.

12 1 ▼

S mengiyakan pertanyaan O1

“Udah bobonya di sini aja

yah?” ketika berbaring di luar

rumah.

32 Iyetadana dus ya?

(Yadana bagus ya?)

1 [2] 3 2 ▲

S menanyakan kepada O1

bahwa “Yadana (lagu

Yadana) bagus ya?” setelah

bernyanyi sayonara.

33 Uwiin ayah duwu yah.

(Beliin ayah dulu

yah.)

[2] 3 2 ▼

S memberi tahu kepada O1

bahwa lagu Yadana yang

sebelumnya dinyanyikan,

nanti akan dibelikan oleh

ayah.

34 Dudu. (duduk)

[2] 1 ▼

S menanggapi pertanyaan O1

“Mau ngapain, berdiri,

duduk?” ketika S ingin

berpindah posisi.

35 Boboang. (boboan)

[2] 3 2 ▼

S berpindah posisi lagi dari

duduk menjadi

boboan/tiduran.

36 Anah? (mana?)

3 2 ▲

S bertanya kepada O1 ketika

dikatakan bahwa kaki S sudah

panjang.

37 Enda. (enggak) S menolak permintaan O1 ✓

Page 73: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

61

[2] 3 2 ▼ ketika disuruh menyanyikan

lagu kodok ngorek.

38 Iyah, ini batu atit nyih.

(iya, ini batu akik

nih.)

1 2 / [2] 3 [2] 1 ▼

S memberi tahu O1 bahwa

yang dipegangnya saat itu

adalah batu akik.

39 Uwat om aip atu

atitnyah. (buat om aip

batu akiknya)

[2] 3 [2] 3 2 ▼

S memberi tahu bahwa batu

akik yang dipegangnya itu

untuk O1.

40 Iyah.

1 2 1 ▼

S mengiyakan pertanyaan O1

“Batu akiknya buat om aip?”

41 Nya mba ifa anah?

(punya mbak Nifa

mana?)

[2] 3 2 3 2 ▲

S kemudian menanyakan batu

akik kepunyaannya mana?

kepada O1.

42 Nih, puna om aip ni.

(Nih, punya om Aip

ini)

2 1 / [2] 3 [2] 1 ▼

S memberi tahu batu yang

dipilihkan untuk O1.

43 Anah? (mana?)

2 1 ▲

S bertanya ketika O1 berkata,

“Tuh mama aa tuh.” Saat S

mencari batu akik di tanah.

44 Ada atu atit iyee.

(ada batu akik ye.)

[2] [3] 2 ▼

S menjawab pertanyaan

mama dede yang diulang oleh

O1 “Tuh, ngapain ditanya tuh

ngapain?”

45 Atu atit. (batu akik)

[2] [3] 2 ▼

S memperjelas jawabannya

ketika ditanya oleh O1 “apaan

sih?”

46 Iyah.

1 2 1 ▼

S menjawab pertanyaan O1

“Oh batu akik?”

47 Eh dampus. (Eh ada

mpus (kucing).

[2] [3] 2 ▼

S memberi tahu O1 bahwa

ada kucing yang

mendekatinya.

48 Atut. (takut)

2 1 ▼

S menjawab pertanyaan O1

“Ada empus, takut gak?”

ketika melihat kucing di

depannya.

49 Iyah.

2 1 ▼

S menjawab pertanyaan O1

“masuk gapapa?” ketika

melihat kucing ingin masuk

ke rumah.

50 Ifa enda nyampe. (Ifa

engggak nyampe.)

[2] 3 [2] ▼

S diminta oleh O1 untuk

mengambil bola di bawah

meja.

Page 74: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

62

51 Ini yang mana si?

[2] 3 [2] ▲

S menanyakan kepada O1

tentang keberadaan bola yang

ada di bawah meja.

52 Nih.

[2] 1 ▼

S memberikan bola yang

sudah diambilnya dari bawah

meja kepada O1.

53 Yan una ifa ana om?

(yang punya Nifa

mana om?)

[2] 3 2 ▲

S menanyakan kepada O1

tentang bola miliknya yang

ada di bawah meja.

54 Ifa ambiwin dong!

(Nifa ambilin dong!)

[2] 3 1 ▼

S meminta O1 untuk

mengambil bola miliknya

yang ada di bawah meja.

55 Yan ono yan bilu.

(Yang sana, yang

biru.)

[2] 3 2 ▼

S memberi tahu O1 tentang

ciri-ciri bola miliknya yang

ada di bawah meja.

56 O atung, itu atung.

[2] 3 // [2] 3 2 ▼

S memberi tahu atung bahwa

bola miliknya ada di bawah

meja,

57 Atung ifa ambiwin

dong bowa! (Atung

Ifa ambilin dong

bola!)

[2] 3 // [2] 3 // 3 2 ▼

S meminta atung untuk

mengambilkan bola miliknya

yang ada di bawah meja.

58 Tuh.

2 1 ▼

S memberi tahu posisi bola

miliknya sambil meunjuk ke

arah bola.

59 O olang om aip anah?

(bola om Aip mana?)

[2] 3 2 ▲

S menanyakan bola yang tadi

diberikan kepada O1.

60 Ini anana yah? (ini

anaknya yah?)

[2] 3 2 ▲

S bertanya kepada O1 tentang

anak dari bola yang dipegang

olehnya.

61 Itu ibunya yah, ini

ibunya yah?

[2] 3 2 // [2] 3 2 ▲

S bertanya kepada O1 tentang

ibu dari bola yang ditunjuk

olehnya, karena terlihat lebih

besar dari bola sebelumnya.

62 Iyah.

2 1 ▼

S mengiyakan pertanyaan O1

“yang gede yah?” tentang ibu

dari bola.

63 Ana na bih cing yah?

(anaknya lebih kecil

yah?)

[2] 3 // [2] 3 2 ▲

S bertanya kepada O1 tentang

ukuran anak bola yang lebih

kecil dari bola yang satunya.

64 Matangnyah, nang te S berusaha melarang O1 ✓

Page 75: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

63

sono sono! (Makanya,

jangan ke sana-sana!)

[3] 2 / [2] 1 ▼

untuk bermain bola di sekitar

meja, khawatir bola akan

masuk ke kolong meja.

65 Entang nyabung sono

om. (Entar kecebur ke

sana om.)

[2] 3 2 ▼

S memberi tahu alasannya

melarang O1 bermain bola di

dekat meja.

66 Entang nang nang na

teuang. (Entar gak ke

luar.)

[2] / 2 / 2 / 2 3 [2] 1

S memberi tahu alasannya

melarang O1 bermain bola di

dekat meja..

67 Na te uang entangnah

ana te sono sono ama

te sono te sono. (Gak

ke luar entarnya ke

sana sama ke sana.)

[2] 3 2 / [2] 3 2 2 3 2

S sekali lagi memberi tahu

alasannya melarang O1

bermain bola di dekat meja,

setelah ditanya oleh O1.

68 Gitu yah?

2 [3] 2 ▲

S sekali lagi memastikan O1

paham dengan arahannya

terkait dengan bermain bola

dekat meja.

69 Iyah ama-ama yah.

(iya sama-sama yah.)

1 [2] 3 2 ▼

S memberikan respon ketika

O1 mengucapkan terima

kasih.

70 Ni ifa ni om aip. (ini

bola HNA, ini bola

om Aip.)

2 [3] 2 3 [2] 1 ▼

S memberi tahu yang ini bola

miliknya dan satu lagi bola

milik O1 yang keduanya

sedang ia pegang.

71 Nih!

2 3 ▼

S menyuruh O1 untuk

memegang bola yang

diberikan S ke O1.

72 Ma ama.

[2] ▼

S memberikan respon ketika

O1 mengucapkan terima

kasih.

73 Ita edua dua, ita edua

dua. (kita berdua-dua,

kita berdua-dua.)

2 3 [2] / 2 3 [2] ▼

Setelah S memberikan bola

kepada O1, S senang bisa

bermain dengan O1.

74 Iyah, asik-asik.

2 1 / 2 3 2 3 2 ▼

S senang bisa bermain dengan

O1 sambil meloncat-loncat.

75 Om aip cuba! (Om aip

coba!)

[2] / 3 2 ▼

S meminta O1 untuk mencoba

melompat seperti yang

dilakukannya.

76 Ifa ucyah. (Ifa udah.) S memberi tahu kepada O1 ✓

Page 76: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

64

[2] 3 2 ▼ bahwa ia sudah melompat.

77 A ifa tinggi. (Ha, ifa

tinggi.)

3 [2] 3 2 ▼

S memberi tahu O1 bahwa ia

merasa lebih tinggi setelah

melompat.

78 Iyah.

2 1 ▼

S mengiyakan pertanyaan O1

“Ha mba ifa tinggi?” setelah

ia melakukan lompatan.

79 Atu uwa tiga (satu dua

tiga.)

[2] 1 / 3 2 ▼

S memberikan aba-aba

sebelum melompat dengan

menghitung dari satu sampai

tiga.

80 Owa om aip anah?

(Bola om Aip mana?)

[2] 3 2 ▲

S menanyakan kepada O1

terkait bola yang tadi

diberikan S.

81 Nih.

[2] 1 ▼

S memberikan bola kepada

O1

82 Iyah.

[2] 1 ▼

S mengiyakan pertanyaan O1

“Entar ilang yah mbak ifa

yah?”

83 Matangnya jan te sono

sono, jan te sono, jan

te sono sono!

(Makanya jangan ke

sana sana, jangan ke

sana-sana!)

[2] / 1 [2] 1 [2] 1 ▼

S kembali melarang O1 untuk

memainkan bola di dekat

meja.

84 Yah?

2 1 ▲

S memastikan O1 paham

dengan larangannya tersebut.

85 Yan baik

mainangnyah.

2 3 [2] 3 2 ▼

S memberi tahu O1 untuk

bermain bola dengan lebih

baik.

86 Yan baik

mainangnyah.

[2] 1 [2] 3 2 ▼

S menjawab setelah ditanya

kembali oleh O1 “Apa?”

untuk memastikan kembali

kalimat yang dituturkan oleh

S.

87 Iyah.

2 [3] 2 ▼

S mengiyakan pertanyaan O1

“Yang baik mainannya?”

88 Dede mana yah?

[2] 3 2 3 2 ▲

S menanyakan kepada O1

tentang keberadaan dedenya

(boneka).

89 Dedena manah?

[2] 3 2 ▲

S menanyakan kembali

kepada O1 tentang

keberadaan dedenya (boneka).

90 De ifa.

2 3 2 ▼

S menjawab pertanyaan O1

“Dedenya siapa?”

Page 77: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

65

91 Iyah.

2 1 ▼

S mengiyakan pertanyaan O1

“Dede Nifa?”

92 Si En, si End. (Si

Hendi)

[2] / 2 1 ▼

S menjawab pertanyaan O1

“Dede nifa atau si Hendi?”

93 Pongo.

[2] 1 ▼

S memilih Pongo dari

pertanyaan O1 “Hendi atau

pongo?”

94 Ewincina agi

dijemuw. (Kelincinya

lagi dijemur.)

[2] 1 / 2 3 [2] 1 ▼

O1 kemballi memberikan

pilihan dalam sebuah

pertanyaan “Pongo atau

kelinci?”

95 Dijemuw. (dijemur.)

[2] 1 ▼

S memberi tahu O1 bahwa

boneka kelincinya sedang

dijemur.

96 Jemuw. (jemur.)

[2] 1 ▼

S menegaskan kembali bahwa

boneka kelincinya sedang

dijemur.

97 Mandi yah?

[2] 3 2 ▲

S menjawab pertanyaan O1

“Tadi abis ngapain (boneka

kelincinya)?” S menjawab

sekaligus memastikannya

kepada O1.

98 Endak. (enggak.)

1 [2] 1 ▼

S menjawab pertanyaan O1

“Dikeramasin gak (kepala

boneka kelincinya)?”

99 Om Aip ya?

[2] 3 2 ▲

S menjawab pertanyaan O1

“Emang siapa yang mandiin

(boneka kelincinya)?” S

menjawab sekaligus

memastikannya kepada O1.

100 Tu nanain mamam

yah?

(Itu nanyain makan

yah?)

[2] 3 2 ▲

S menanyakan kepada O1

tentang yang nanyain makan.

Belum terdeteksi siapanya

yang menanyakan makan.

101 No na au nanain

mamam yah? (Ongo

gak mau nanyain

makan yah?)

[2] 3 // [2] 3 2 ▲

S menanyakan kembali

kepada O1 tentang Pongo

yang gak mau menanyakan

makan.

102 Iyah. 2 1 ▼ S mengiyakan pertanyaan O1

“Gak mau ngasih makan?”

103 Dantian yah. (Gantian

yah.)

[2] 3 2 ▼

S memberi tahu O1 bahwa

main bolanya bergantian,

sambil memegang kedua bola

Page 78: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

66

itu.

104 Om Aip yan ini yah.

(Om Aip yang ini

yah.)

[2] 3 1 ▼

S memberikan salah satu bola

yang dipegangnya kepada O1.

105 Emping. (Pink)

2 3 2 ▼

S menjawab pertanyaan O1

“Warna apa ini?” dari bola

yang diberikan kepada O1.

106 Iiii unu. (Ungu)

[2] 3 2 ▼

S menjawab kembali

pertanyaan O1 “Bukan dong,

warna?” dari bola yang

diberikan kepada O1.

107 Wo (Ru/biru)

2 3 1 ▼

S memberi tahu jawaban

sebenarnya yaitu biru, setelah

S dipancing dengan jawaban

bi ...

108 Aduh datoh agi.

(Aduh jatuh lagi.)

[2] // [2] 1 ▼

S memberi tahu bahwa

bolanya terjatuh dari

pegangan.

109 Ni ni Ifa ndak jat toh.

(Nih, Ifa gak jatuh.)

[2] 3 [2] 3 2 ▼

S memberi tahu bola di

tangannya tidak lagi terjatuh.

110 E Ifa duda jatoh

[2] 3 2 // [2] 3 2 ▼

S mengikuti O1 yang

menjatuhkan bola dari

pegangannya.

111 Ifa ndak jatoh.

[2] 3 2 ▼

S memberi tahu bola di

tangannya sudah seimbang

dan tidak lagi terjatuh.

112 Datoh temuah, mba

Ifa datoh om aip

datoh.

[2] 3 // [2] 3 [2] 3 2 ▼

S memberi tahu bahwa bola

yang sedang dimainkan

dengan O1 jatuh semua.

113 Aip da adi mau poto

Ifa. (Om Aip dari tadi

mau foto Ifa.)

[2] 3 [2] 3 2 ▼

S menutupi muka setelah

menganggap O1 memfoto

dirinya.

114 Nih!

2 3 2 ▼

S memberikan bola kepada

O1 untuk kembali dimainkan.

115 Iyah. 2 3 ▼ S mengiyakan ucapan terima

kasih O1 setelah S mengambil

dan memberikan bola ke O1.

116 Agi yuk! (lagi yuk!)

[2] 3 ▼

S mengajak O1 untuk kembali

memainkan bola.

117 Cape.

[2] 3 2 ▼

S memberi tahu O1 bahwa ia

cape sehabis bermain.

118 Yuk! S mengajak O1 untuk ✓

Page 79: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

67

2 3 ▼ beristirahat sebab kecapekan.

119 Iyah. 2 3 ▼ S mengiyakan ucapan O1

untuk menaruh bola yang tadi

dimainkan S dan O1.

120 Ifa tape semuanah.

(HNA cape

semuanya.)

[2] 3 [2] 3 2 ▼

S memberi tahu O1 bahwa ia

sedang kecapekan setelah

bermain.

121 Om Imam.

[2] 3 2 ▼

S memanggil Om Imam. ✓

122 Om Aip.

[2] 3 2 ▼

S salah mengucapkan nama

dan membenarkan ucapannya

setelah ditanya O1, “Eh kok

om Imam, ini siapa?”.

123 Mba Nifa maap om,

maap.

[2] 3 2 1 // 2 3 2 ▼

S meminta maaf karena

kesalahan ucapannya kepada

O1.

124 Maap.

2 3 2 ▼

S mengulang ucapan maafnya

kepada O1.

125 Nang om Aip.

(keponakan om Aip)

[2] 3 2 ▼

S memberi tahu bahwa ia

adalah keponakan O1 (Om).

126 Bu. (ibu)

2 1 ▼

S memberi tahu bahwa ia

adalah anaknya Ibu.

127 Ti. (uti)

[2] ▼

S memberi tahu bahwa ia

adalah cucu mbah Uti.

128 Tung. (atung)

2 3 ▼

S memberi tahu bahwa ia

adalah cucunya mbah atung.

129 Ini udah tada tubow.

(Ini udah pada jebol.)

[2] 3 2 // 2 3 2 ▼

S memberi tahu O1 bahwa

bola yang dipegangnya sudah

jebol.

130 Udah tada tebow.

[2] 3 2 ▼

S mengulang kembali

informasi bola yang jebol

tersebut.

131 Jebong nih.

[2] 3 2 ▼

S memberi tahu O1 bola yang

jebol itu sambil menunjukkan

bola yang sedang

dipegangnya.

132 Ya. 2 3 ▼ S mengiyakan pertanyaan O1

“Jebol?”

133 Dapapa yah?

[2] 3 2 ▲

S menanyakan kondisi bola

yang dipegangnya itu tidak

masalah untuk dimainkan

apabila jebol.

134 Inih! 3 2 ▼ S memberikan bola kepada ✓

Page 80: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

68

O1.

135 Bebeknah mau mandi.

[2] 3 // 2 3 2 ▼

Setelah S melihat boneka

bebek di dekat kamar mandi,

ia pun beranggapan bahwa

bebeknya mau mandi.

136 Mau mandi tu yah?

[2] 3 2 ▲

S menanyakan kembali

kepada O1 bahwa bebeknya

mau mandi.

137 Noh.

3 2 ▼

S memberi tahu lokasi bebek

kepada O1 sambil

menunjuknya.

138 Mau mandi tayanyah.

[2] 3 2

S memberi tahu O1 bahwa

sepertinya bebek mau mandi.

139 Iyah.

2 3 ▼

S mengiyakan pertanyaan O1

“Mau mandi kayak kelinci?”

140 Ifa.

2 3 ▼

S menjawab pertanyaan O1

“Siapa yang mandiin?”

141 Iyah.

2 3 ▼

S menjawab pertanyaan O1

“Ifa aja?” terkait memandikan

bebek.

142 Iyah.

2 3 ▼

S mengiyakan ucapan O1

untuk memandikan bebek di

sore hari.

143 Ain ladi yuk! (main

lagi yuk!) [2] 3 2 ▼

bawah

S mengajak O1 untuk

bermain bola lagi

bersamanya.

144 Doyang doyang,

doyang. (goyang

goyang, goyang)

2 3 2 3 // 2 3 ▼

bawah

S menggoyangkan bola

setelah melihat O1

menggoyangkan bolanya

terlebih dahulu.

145 Nifa itut-itut ah.

[2] // [2] 3 ▼ bawah

S ikut berpindah tempat

ketika O1 berpindah tempat.

146 Tena (kena.)

2 1 ▼

S memberi tahu O1 ada

bagian yang terkena ketika

bermain.

147 Tena inih. (Kena ini.)

[2] 3 2 ▼

S memberi tahu O1 sambil

memegangi dagunya.

148 Inih.

2 1 ▼

S memberi tahu bagian yang

terkena O1 ketika bermain.

149 Tena om Aip. (kena

om Aip.)

[2] 3 2 ▼

S menjelaskan bahwa ia

terkena sesuatu ketika

bermain dengan O1.

150 Bowanah. (bolanya)

2 3 2 ▼

S menjelaskan bahwa ia

terkena bola ketika bermain

Page 81: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

69

dengan O1.

151 Adi yuk! (Lagi yuk!)

[2] 3 ▼

S kembali mengajak O1 untuk

bermain bola dengannya.

152 Ifa uda beldili ah. (Ifa

juga berdiri ah.)

[2] 3 2 ▼

S mengikuti ketika O1 tiba-

tiba memainkan bola sambil

berdiri.

153 Tape.

2 1 ▼

S mengikuti ucapan O1 ketika

merasakan capek.

154 Ifa boboang ah.

[2] 3 2 ▼

S kembali megikuti ucapan

O1 diikuti gerakan tiduran di

lantai.

155 Dudu yuk!

[2] 3 ▼

S mengajak O1 untuk duduk

(tidak hanya tiduran di lantai).

156 Ifa ambiwin dudu om

Aip ya. (HNA ambilin

tempat duduk om Aip

yah.)

[2] 3 ▼

S memberi tahu O1 sambil

mengambil tempat duduk

yang ada di bawah kursi.

157 Om Aip duduk di sini.

[2] 3 2 ▼

S memberi tahu O1 supaya

duduk di tempat yang sudah

disediakan.

158 Ifa dudu di sini yah.

[2] 3 2 ▼

S memberi tahu O1 tentang

tempat duduk untuk dirinya.

159 Ambiwin dong Ifa!

[2] [3] 2 ▼

S meminta O1 untuk

mengambilkan tempat duduk

yang letaknya jauh di bawah

kursi.

160 Itu.

3 2 ▼

S menunjuk letak tempat

duduk yang memang berada

jauh di dalam kursi.

161 Ono.

2 1 ▼

S menunjukkan letak tempat

duduknya kepada O1.

162 Ono om.

[2] 3 2 ▼

S kembali menunjukkan letak

tempat duduk dengan sedikit

memaksa O1.

163 Iyah.

2 3 2 ▼

S mengiyakan pertanyaan O1

“Ono?”

164 Ambiwin om!

[2] 3 2 ▼

S meminta O1 untuk

mengambilkan tempat

duduknya.

165 Iyah.

2 3 2 ▼

S mengiyakan pertanyaan O1

“Mbak Ifa gak nyampee?”

166 Ifa dudu sini yah?

[2] 3 2 ▲

S bertanya sambil menarik

tempat duduk yang baru saja

diambilkan oleh O1.

Page 82: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

70

167 Apa yah, nanyi apa

yah?

2 3 [2] // [2] 3 2 ▲

S bertanya kepada O1 nyanyi

apalagi setelah lagu balonku.

168 Yuk!

2 1 ▼

S menyetujui permintaan O1

untuk menyanyikan lagu

“Naik naik yuk!”

169 Hendina mana yah?

(Hendinya mana yah?)

[2] 3 2 ▲

S menanyakan keberadaan

Hendi setelah diminta untuk

bernyanyi naik-naik ke

puncak ..

170 Hendinya mana yah?

(Hendinya mana yah?)

[2] 3 2 ▲

S kembali menanyakan

keberadaan Hendi kepada O1.

171 Iyah.

2 1 ▼

S mengiyakan ucapan O1

untuk menaruh tempat

duduknya.

172 Yuk cali Hendi yuk!

2 3 [2] 3 2 ▼

S meminta O1 untuk mencari

Hendi bersamanya.

173 Ada teweta.

(Ada kereta.)

2 // [2] 3 2 ▼

S memberi tahu ada kereta

dari buah jeruk yang

disejajarkan.

174 Yah.

[2] 1 ▼

S sedih setelah kereta

jeruknya hancur ditendang

Pongo yang sedang

dimainkan oleh O1.

175 Mau nyang mana?

[2] [3] 2 ▲

S bertanya kepada Pongo mau

jeruk yang mana?

176 Nyang ni. (Yang ini.)

[2] 3 ▼

S memberikan jeruk yang

telah dipilihnya dan diberikan

kepada Pongo.

177 Pongo dipoto. (difoto)

2 3 2 / [2] ▼

S memberi tahu bahwa Pongo

dipoto setelah melihat

kamera.

178 Pongo.

2 3 2 ▼

S menjawab pertanyaan O1

“Siapa yang dipoto?”

179 Matasih.

2 3 [2] ▼

S berterima kasih setelah

Pongo membantunya

merapikan kereta.

180 Endak yah?

2 3 2 ▲

S merespon ucapan O3

“Pongo jangan ditendang lagi

ya!”

181 Udah.

2 1 ▼

S merespon ucapan O1 yang

meminta S untuk segera

menyelesaikan kereta

jeruknya.

182 Apa? S bertanya setelah O1 ✓

Page 83: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

71

2 1 ▲ memanggilnya, “mbak Nifa.”

183 Yu kita nyanyi!

[2] 3 2 ▼

S mengajak Pongo untuk

bernyanyi bersamanya.

184 Janan! (Jangan!)

[2] 3 2 ▼

S melarang Pongo untuk

menendang kereta jeruknya.

185 Edang, nih! (Pegang,

nih!)

2 [3] 2 ▼

S meminta Pongo untuk

memegang jeruk yang

diberikan kepadanya.

186 Iyah.

2 3 1 ▼

S mengiyakan ucapan O1

“Nah ini, pegang aja deh.”

(Jeruknya)

187 Mama. (Sama-sama.)

[2] 1 ▼

S merespon ucapan O1

“Makasih.” setelah menaruh

jeruk di tangan Pongo.

188 Nih.

2 1 ▼

S menaruh kembali jeruk

yang terjatuh dari tangan

Pongo.

189 Nih!

2 1 ▼

S meminta Pongo untuk

memegangi jeruk yang

berkali-kali terjatuh.

190 Euh Pongo bobo.

1 2 / [2] 3 2 ▼

S melihat Pongo yang sedang

rebahan dan S mengikutinya.

191 Wabismita amut,

aamiin. Gitu.

[2] / 2 [3] 2 ▼

S melanjutkan doa sebelum

tidur setelah dipandu oleh O2.

192 Iyah.

2 [3] 2 ▼

S merespon pertanyaan O1

“Gitu, iyah?” tentang doa

sebelum tidur.

193 Bobo.

[2] 1 ▼

S mengikuti Pongo yang juga

terbaring di ubin.

194 Sosis.

2 3 2 ▼

S menjawab pertanyaan O1

“Apa itu?”.

195 Diabising. (Diabisin.)

2 [3] 2 ▼

S memberi tahu bahwa sosis

yang dipegang akan

dihabiskan.

196 Gamah (gak mau.)

2 3 [1] ▼

S menjawab pertanyaan O1

“Mana oreonya om Arip

mau?”

197 Satu.

2 [3] 2 ▼

S menjawab pertanyaan O1

“Emang masih berapa

(oreonya)?”.

198 Iya.

[2] 1 ▼

S menjawab pertanyaan O1

“Cuma satu doang?”

199 Buat Nifa aaah.

[2] [3] 2▼

S memberi tahu bahwa oreo

tersebut untuk S seorang.

Page 84: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

72

200 Enda. (enggak)

1 [2] 1 ▼

S menolak untuk membagi

oreonya dengan O1.

201 Aaaahhhh, mau

diminta bu.

[2] / [2] 3 2 ▼

S melaporkan kepada ibu

bahwa oreo yang dipegangnya

mau diminta oleh O1.

202 Om Aip sosis adah.

(Om Aip sosis aja.)

[2] 3 2 ▼

S memberi tahu bahwa O1

akan diberi sosis, bukan oreo.

203 Entang sama-sama ya!

(Entar sama-sama ya!)

[2] 3 2 ▼

S meminta O1 untuk makan

sosis bersama dengannya.

204 Abis.

[2] 1 ▼

S memberi tahu kepada O1

bahwa oreonya sudah habis.

205 Iyah.

2 3 1 ▼

S mengiyakan pertanyaan O1

“Udah mandi yah?”

206 Ada Ifanah. (Ada

HNAnya.)

[2] 3 2 ▼

S tiba-tiba mengucapkan

“Ada Ifanah” setelah melihat

kamera.

207 Baju Ifa tede, celana

Ifa tede.

[2] 3 2 / [2] 3 2 ▼

S memberi tahu bahwa baju

dan celana yang dipakainya

besar.

208 Iya.

2 3 2 ▼

S mengiyakan pertanyaan O1

“Baju baru ya?”

209 Celana om Aip

cecing.

[2] 3 2 / 2 3 2 ▼

S memberi tahu bahwa celana

yang dipakai O1 kecil.

210 Celana om Aip

kecying.

[2] 3 2 / 2 3 2 ▼

S mengulang ucapannya

terkait celana yang dipakai

O1 kecil.

211 Enda.

2 [3] 2 ▼

S menolak untuk membelikan

O1 celana baru.

212 Adu siyapa is yan

ooao? (Lagu siapa sih

yang ooao?)

[2] 1 / [2] 1 ▲

S bertanya kepada O1 tentang

lagu dengan lirik OOAO.

213 Abis abis oweona

abis. (Habis habis,

Oreonya habis.)

[2] 3 [2] ▼

S memberi tahu bahwa Oreo

yang dimakannya sudah

habis.

214 Oweona abis.

[2] 3 2 / 2 3 [2] 1 ▼

S kembali memberi tahu

bahwa Oreo yang dimakannya

sudah habis.

215 Es klim.

[2] 1 ▼

S menjawab pertanyaan O1

“Makan apa?”

216 Emang ada di situ? S menanyakan lagu kepada ✓

Page 85: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

73

[2] 3 [2] 3 2 ▲ O1 sambil menunjuk ke arah

gawai.

217 La kenapa nyanyi?

(Lah kenapa nyanyi?)

[2] / [2] 3 2 ▲

S bertanya kepada O1, jika

lagunya tidak ada di gawai

lalu kenapa nyanyi?

218 Pa? (Apa?)

2 1 ▲

S bertanya setelah O1 bilang

“Salah (liriknya).”

219 Mau ke ayah, mau ke

ayah?

[2] 3 2 / [2] 3 2 ▲

S bertanya setelah O2 bilang

“Mau di rumah apa mau

ikut?”

220 Dia mau ikutan.

[2] 3 2 ▼

S menonton TV dan melihat

Sopo mau ikut menari dengan

Cheribelle.

221 Jatoh.

[2] 1 ▼

S melihat Sopo terjatuh

setelah mengikuti tarian

Cheribelle.

222 Sopo.

[2] 1 ▼

S menjawab pertanyaan O1

“Siapanya jatoh?”

223 Om Aip mau ditato

gak?

(Om Aip mau Citato

gak?)

[2] / [2] 3 2 ▲

S bertanya kepada O1 mau

Chitato setelah mendengar

iklan Cheetos di TV.

224 Mau ditato? (Mau

Chitato?)

[2] 3 2 ▲

S mengulang pertanyaannya

setelah ditanya “Apa?” oleh

O1.

225 Iya, nanti yah.

2 1 / [2] 1 ▼

S mengiyakan jawaban O1

“Mau” dan memberi tahu O1

beli Chitatonya nanti.

226 Ental kalau aku ke

Alpa, beliin citato.

(Entar kalau aku ke

Alfa, beliin Chitato.)

[2] 3 2 / [2] 1 ▼

S memberi tahu bahwa

dirinya akan ke Alfa dan

membelikan Chitato.

227 Jalwo, butan Cici.

2 1 / [2] 1 2 1 ▼

S menjawab pertanyaan O1

“Siapa dek?”

228 Tapi tahu gak Cici

temennya aku, yang

cewek?

[2] 1 [2] 3 2 / [2] 1 ▲

S bertanya kepada O1 tentang

Cici, boneka kepunyaannya.

229 Fela wan cewek,

Jalwo cowok. (Fera

kan cewek, Jarwo

cowok)

[2] 3 2 / 2 3 2 3 2 ▼

S memberi tahu O1 bahwa

Fera cewek, sedangkan Jarwo

cowok.

230 Kesangkut. S menjawab pertanyaan O1 ✓

Page 86: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

74

2 3 / 3 2 ▼ “Jetnya kenapa dek?”

231 Kesangkut.

2 [3] 2 ▼

S mengulangi jawabannya

karena tidak terdengar oleh

O1.

232 Tomang. (Kendang)

2 3 2 ▼

S menjawab pertanyaan O1

“Mbak Nifa main apa si itu?”

Jumlah 162 44 26

Tabel Lampiran 2.2

(Umur 3 – 4 Tahun)

Mulai tanggal 11 Mei 2016 sampai tanggal 9 April 2017

No. Tuturan Konteks Jenis Kalimat

D In Im

1 Coklat

1 2 1 ▼

S menjawab pertanyaan O1

“Apa itu?” yang dipegang S.

2 Coklat

1 2 1 ▼

S mengulang kembali

ucapannya setelah O1 tidak

mendengarnya.

3 Bole.

2 3 2 ▼

S menjawab pertanyaan O1

“Boleh emang om Arip?”

4 Bole.

2 3 2 ▼

S menjawab pertanyaan O1

“Abisin boleh?”

5 Nah!

2 1 ▼

S memberikan cokelat yang

dipegangnya kepada O4.

6 Sayang atung.

[2] 3 2 3 2 ▼

S memberi tahu bahwa

dirinya menyayangi O4

(kakeknya).

7 Sayang om Aip.

[2] 3 2 3 2 ▼

S memberi tahu bahwa

dirinya menyayangi O1

(omnya).

8 Iyah. 2 1 ▼ S menjawab pertanyaan O4

“Nih atung semua?”

9 Iyah. 2 1 ▼ S menjawab pertanyaan O4

“Mbak udah?”

10 Iyah. 2 1 ▼ S menjawab pertanyaan O4

“Abisin atung?”

11 Om manah?

[2] 3 2 ▲

S bertanya kepada O1 setelah

melihat gawai.

12 Foto uang taun

manah?

[2] 3 2 3 2 ▲

S bertanya kepada O1 “Di

mana foto ulang tahunnya?”

13 Iya, situ.

[2] 1 / 2 3 2 ▼

S menjawab pertanyaan O1

“Ulang tahunnya di mana?”

Page 87: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

75

14 Iya.

2 1 ▼

S mengiyakan pertanyaan O1

“Di situ?”

15 Situ.

2 [3] 2 ▼

S memberi tahu fotonya ada

di kamera gawai milik O1.

16 Sini.

1 2 1 ▼

S menjawab pertanyaan O1

“Di mana si?”

17 Iya.

2 1 ▼

S mengiyakan pertanyaan O1

“Di sini?”

18 Coba manah?

[2] 3 2 ▲

S bertanya karena ingin

melihat hasil nyanyiannya.

19 Sama siapa?

[2] 3 2 ▲

S bertanya setelah O1

menjawab “Lagi divideoin.”

20 Dadah kak Los.

[2] 3 [2] 3 2 ▼

S tidak mau bernyanyi lalu

melambaikan tangan.

21 Abis mbak om Aip

mainan ya.

[2] 1 2 1 [2] 3 2 ▼

S memberi tahu Om yang

mendapat giliran bermain.

22 Gantian om Aip,

mainan.

[2] 3 2 / [2] 1 ▼

S memberi tahu supaya

bergantian main dengannya.

23 Gantian om Aip

mainan.

[2] 3 [2] [3] 1 ▼

S kembali memberi tahu

supaya bergantian main

dengannya.

24 Katanya gak punya?

[2] 3 [2] 1 ▲

S menanyakan permainan

yang tidak ada di gawai O1.

25 Main motol-motolan.

2 1 / [2] 3 2 ▼

S menjawab pertanyaan O1

“Nonton apa sih serius

banget?”

26 Ih malu, nanti keliatan

owlang.

2 1 / [2] 1 // 2 3 [2] 3

2 ▼

S memberi Sophie agar

menutupi perutnya.

27 Mbak cantik.

2 3 [2] 3 2 ▼

S memberi tahu dirinya cantik

setelah memakai baju baru.

28 Ibu ini miki mos?

2 3 [2] 1 ▲

S menanyakan gambar di baju

yang dikenakannya.

29 Mini mos aku, minyi

mos aku.

[3] [2] / [2] 1 2 1 ▼

S memberi tahu gambar di

bajunya adalah mini mos.

30 Besoknye kalo gak

kelamas, esoknya lagi

abis kelamas.

2 3 [2] 3 2 [1] [2] 1 /

[2] 3 [2] ▼

S memberi tahu O1 sambil

bernyanyi.

31 Dali mbah uti Jawa. S menjawab pertanyaan O1, ✓

Page 88: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

76

[2] 3 2 ▼ “Dari siapa baju barunya?”

32 Bagus.

2 [3] 2 ▼

S menjawab pertanyaan O1,

“bagus tak?”

33 Tcih. (putih)

2 3 ▼

S menjawab pertanyaan O1,

“Warna apa?”

34 Om jalan-jalan!

[2] [3] 2 ▼

S memberi tahu kepada O1

bahwa dirinya mau jalan-

jalan.

35 Om Aip jalan-jalan

om Aip!

2 3 2 / [2] 3 2 ▼

S sebenarnya ingin mengajak

O1 berjalan-jalan.

36 Yok om Aip!

2 3 / [2] 3 2 ▼

S meminta O1 untuk segera

jalan-jalan.

37 Owionya abis.

[2] [3] 2 ▼

S bernyanyi setelah diminta

bernyanyi oleh O1.

38 Ini ada bunga.

[2] 3 2 ▼

S memberi tahu kepada O1

ada bunga di tempat

bermainnya.

39 Unga tuh.

2 [1] 2 [1] ▼

S menjawab pertanyaan O1

“Ngambil apa itu?”

40 Isa kan?

1 [2] 1 ▲

S memastikan kepada O1

bahwa dirinya bisa

menyebrangi gorong-gorong.

41 Tuh mbak yang itu

bisa.

[2] 3 2 ▼

S memberi tahu bahwa

dirinya bisa menyebrangi

gorong-gorong sambil

menunjuk ke arah gorong-

gorong yang dimaksud.

42 Ayo!

2 3 ▼

S mengajak O1 untuk

berpindah tempat.

43 Ih, paku.

2 1 / 2 [3] 2 ▼

S memberi tahu bahwa ada

paku di jalan setapak di atas

gorong-gorong.

44 Situ aja lah.

[2] 3 2 ▼

Setelah melihat paku, S pun

memilih jalan setapak

lainnya.

45 Ih tempat kubulan.

[2] 3 2 ▼

S melihat segundukan tanah

di sekitar tempatnya bermain

dan memberi tahu tanah itu

kuburan.

46 Itu tempat kubulan.

[2] 3 2 ▼

S mengulang kembali

informasi sebelumnya.

47 Jangan, jangan, eh

jangan!

2 1 [2] 1 ▼

S melarang O1 supaya tidak

menjatuhkan dirinya ke dalam

gorong-gorong.

Page 89: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

77

48 Yiat mbu!

[2] 3 2 ▼

S meminta ibu untuk melihat

goyangannya.

49 Mbak seneng kotek

kotek.

[1] [2] [3] 2 ▼

S memberi tahu bahwa

dirinya menyukai tarian

tekotek.

50 Om Aip mbak seneng

goyang bebek.

[2] 3 [2] 1 ▼

S memberi tahu O1 bahwa

dirinya menyukai goyang

tekotek.

51 Ga tahu.

1 [2] 1 ▼

S menjawab pertanyaan O1

“Nonton apa sih mba?”

52 Tumben Sifa enggak

ada.

[2] 3 2 ▼

S memberi tahu O1 bahwa

film Sifa tidak ada.

53 Film kaltun lah.

[2] 3 [2] 1 ▼

S menjawab pertanyaan O1

“Sifa emang film apa?”

54 Bewuang dikasih

bedak ah.

[2] 1 ▼

S memberi tahu bahwa

dirinya ingin membedaki

boneka beruang.

55 Enggak, biyar wangi.

[2] 3 2 ▼

S menjawab pertanyaan O1

“Emang biar bau?”

56 Biar wangi.

[2] 1 ▼

S menjawab pertanyaan O1

“Biar apa?”

57 Kenapah?

1 2 1 ▲

S merespon tuturan O1 “Nanti

yang terakhir mbak yah!”

58 Kata ibu kok wangi

anak ibu?

[2] [3] 2 ▲

S bertanya seolah menjadi ibu

yang menanyakan aroma

wangi dari tubuh anaknya.

59 Gantian Hendi, mana

ya?

[2] 3 / [2] 1 ▲

S menanyakan keberadaan

Hendi untuk dibedaki.

60 Tu diya.

2 3 2 ▼

S menemukan hendi. ✓

61 Wangi.

1 3 2 ▼

S memberi tahu bedak yang

dipakainya wangi setelah

menghirupnya.

62 Dah, Mbak kan dah

gede, banyak.

2 1 / [2] 3 [2] 1 ▼

S memberi tahu bahwa

dirinya sudah besar makanya

membutuhkan banyak bedak.

63 Tadi ada bayi bebek

ya?

[1] 2 3 2 ▲

S bertanya setelah melihat

iklan di televisi.

64 Om Aip mbak mau

jawan-jawan.

[2] 3 [2] 1 ▼

S memberi tahu bahwa

dirinya mau jalan-jalan

terlebih dahulu.

Page 90: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

78

65 Nanti kembali lagi.

[2] 1 ▼

S memberi tahu bahwa

dirinya akan kembali lagi.

66 Foto!

2 [3] 2 ▼

S meminta O1 untuk

memotret Sophie (adik dari S)

67 Gak usah pake siyou-

silaw om!

[2] 1 ▼

S meminta O1 supaya tidak

memakai flash kamera.

68 Mana, mana?

3 [2] 1 ▲

S merespon pertanyaan dari

O1 “Eh siapa itu?”

69 Ibu.

2 [3] 2 ▼

S memanggil ibu. ✓

70 Yuk pasal malam!

3 [2] 3 ▼

S mengajak Ibunya untuk

pergi ke pasar malam.

71 Dah.

3 2 ▼

S memberi tahu bahwa

dirinya sudah selesai

menyanyikan lagu anak soleh.

72 Mana?

2 1 / 3 2 ▲

S ingin melihat video

nyanyiannya tersebut.

73 Maju!

2 3 ▼

S menyuruh Sofi untuk maju. ✓

74 Mbak buka biskuit.

2 3 [2] ▼

S memberi tahu dirinya

membuka biskuit.

75 Gambal Sofi ko

iwlang kata Sofi?

[2] 1 ▲

S bertanya setelah menutup

kamera gawai yang sedang

menyorot ke arah Sofi.

76 Apah?

1 2 1 ▲

S merespon pertanyaan O3

“Mbak Han tahu gak ini apa?”

77 Piw, telimakasih

dibeliin piw.

[2] 1 / 3 [2] 1 ▼

S berterima kasih setelah

dibelikan buah pir.

78 Sayang ibu.

2 3 [2] 1 ▼

S menyatakan perasaanya

kepada O3.

79 Terimakasih ayah.

3 [2] 3 [2] 1 ▼

S berterima kasih kepada O6. ✓

80 Mutel-mutel yuk!

[2] 3 ▼

S mengajak O1 untuk muter-

muter perumahan.

81 Tapi, ada item di sini.

2 3 / [2] 1 ▼

S memberi tahu bahwa masih

ada motor di dalam rumah,

sehingga ia tidak bisa keluar.

82 Minum!

2 3 2 ▼

S meminta O1 untuk

mengambilkan minum.

83 Udah.

2 3 2 ▼

S memberi tahu O3 bahwa S

telah selesai makan.

84 Belapa suap?

2 [3] 2 1 ▼

S bertanya kepada O1 tentang

jumlah suapannya.

Page 91: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

79

85 Belapah?

2 [3] 2 #

S kembali bertanya jumlah

suapannya.

86 Sopi senep, mba

ikutan senyeng.

2 3 [2] 1 / 1 [2] 3 2 ▼

S mencoba menghibur Sophie

dengan tertawa.

87 Itu apaan si om?

1 [2] 3 2 ▲

S bertanya soal kamera yang

diarahkan ke Sophie.

88 Om Aip liat.

2 3 [2] 1 ▼

S memberi tahu O1 bola yang

dimasukkan ke dalam baju S.

89 Liat!

2 [3] 2 ▼

S meninggikan suaranya

karena O1 tidak merespon.

90 Tuh, bola gelinding.

2 1 / [2] [3] 2 ▼

S memberi tahu O1 bahwa

bolanya menggelinding dari

dalam bajunya

91 Duh cape.

1 [2] 3 2 1 ▼

S memberi tahu bahwa

dirinya cape setelah diminta

untuk merangkak oleh O1.

92 Sakit.

2 [3] 2 ▼

S bercanda dengan adiknya

dan berpura-pura kesakitan.

93 Banting!

3 [2] 1 ▼

S menyuruh adiknya

membanting remote.

94 Banting!

3 [2] 1 ▼

S kembali menyuruh adiknya

membanting remote.

95 Ni de celana kamu.

2 [3] [2] 3 2 1 ▼

S memberi tahu adiknya

setelah melihat celana dalam

di dekatnya.

96 Nggak.

2 [3] 2 ▼

S menjawab pertanyaan O1

“Ngelipetin baju bu?”

97 Selfi.

2 3 2 ▼

S mengambil gawai dari O1

dan ingin selfi.

98 Ya itu mah gambal

om aip.

[2] 3 [2] [3] 2 ▼

S mengambil gawai dan

ternyata videonya menyorot

ke arah O1.

99 Mbak dapet, foto-foto

ah.

2 3 [2] 1 / [2] 1 ▼

Setelah merebut kembali

gawai O1, S berniat untuk

foto-foto.

100 Belentiin dulu!

2 3 [2] 1 ▼

O1 merebut kembali

gawainya dan S meminta O1

untuk berhenti merekam.

Jumlah 65 18 17

Page 92: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

80

Tabel Lampiran 2.3

(Umur 4 – 5 Tahun)

Mulai tanggal 24 Mei 2017 sampai tanggal 7 Mei 2018

No. Tuturan Konteks Jenis Kalimat

D In Im

1 Esti.

3 2 ▼

S merespon pertanyaan O1

“Mbak minum apa sih?”

2 Esti botol segini mbak

abisin.

[2] 1 2 3 2 ▼

S memberi tahu O1 seberapa

banyak teh yang dapat

dihabiskannnya.

3 Kan dali kemalin.

1 [2] 1 ▼

S memberi tahu waktu untuk

menghabiskan teh tersebut.

4 Aku menang.

2 [3] 2 ▼

S menggelindingkan botol

dan memberi tahu

kemenangannya.

5 Tangkep ayo bu

gulunya!

2 [3] [2] 1 ▼

S menyuruh untuk

menangkap ibu gurunya.

6 Tangkep!

2 3 ▼

S menegaskan kembali

perintahnya.

7 Tangkep semua

pelmen punya bu

gulu!

2 3 [2] 1 ▼

S memerintah kembali hal apa

yang harus ditangkap dari ibu

guru.

8 Aku menang.

[2] [3] 2 ▼

S kembali mendeklarasikan

kemenangannya.

9 Rautan manah?

[2] 3 2 ▲

S menanyakan keberadaan

rautan atau serutan pensil.

10 Om, gak bisa.

2 3 [2] 1 ▼

S tidak bisa menyerut

pensilnya.

11 Bisa, bisa.

2 1 / 2 1 ▼

S merespon pertanyaan O1

“Bisa gak nyerutnya?”

12 Owang ib, owang

biaw om aip tahu.

(Orang biar Om tahu)

[2] 1 / [2] 3 [2] 1 ▼

S memberi tahu alasannya

mengganti-ganti lagu yang

sedang dinyanyikan.

13 Uda gapapa cowet-

cowet.

2 3 [2] ▼

S membiarkan Sofi mencoret-

coret buku tulisnya.

14 Mba ga mau sekolah

lagi gapapa cowet-

cowet aja.

3 [2] [3] 2 ▼

S merajuk setelah bukunya

dicoret-coret Sofi.

15 Siapa yang ngelalang? S menanyakan larangan ✓

Page 93: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

81

(Siapa yang

melarang?)

2 3 [2] ▲

mencoret-coret bukunya.

16 Siapa yang ngelalang

dede ngacak kan?

2 3 [2] 3 2 ▲

S kembali menanyakan

larangan mencoret-coret

bukunya.

17 Capa yang ngelalang

belajaw? (Siapa yang

melarang belajar?)

2 [3] [2] 1 ▲

S menanyakan larangan Sofi

untuk belajar.

18 Duh lautin dong!

2 3 [2] 3 ▼

S meminta supaya pensilnya

diraut.

19 Tangan mbak gak

tahan banget.

[2] 1 ▼

S memberi tahu alasan

meminta pensilnya diraut

karena tangannya capek.

20 Gak tahan banget,

mau patah.

[2] 1 [2] 3 2 ▼

S memberi tahu kembali

terkait tangannya yang seakan

patah sehabis meraut pensil.

21 Ayah sewamat jawan.

2 3 [2] [3] 2 ▼

S memberi tahu O6 untuk

mengganti lagunya.

22 Selamat jalan!

[2] 3 ▼

S menyuruh O6 untuk

mengganti lagunya.

23 Bingung, bingung

nama-namanya.

2 [3] 2 / 2 3 [2] 1 ▼

S memberi tahu

kebingungannya setelah O1

meminta dikenalkan dengan

boneka-boneka tangannya.

24 Udah lama mba ga,

uda lama mba gak,

ketemu.

[2] 3 2 // [2] 3 2 / 3

[2] 1 ▼

S memberikan alasan akan

kebingungannya atas nama

dari boneka-bonekanya.

25 Nyampe lambut mba

gatak.

[1] [2] 3 ▼

S memberi tahu bahwa

rambutnya gatal.

26 Bum pada kelamas ya

de? (Belum pada

keramas ya de?)

1 [2] 3 2 ▲

S menanyakan kepada

adiknya yang belum keramas

juga.

27 Bu tadi dede juga

beum kelamas?

1 [2] 3 [2] 1 ▲

S memastikan kembali

dengan bertanya langsung

kepada ibunya.

28 Iya, jangan nangis ya

mbu?

1 2 / [2] 3 2 ▲

S bertanya kepada ibunya

ketika membicarakan tentang

keramas.

29 Engga ke mana-mana.

3 2 [3] 2 ▼

S menjawab pertanyaan O1

“Emang mau ke mana?”

Page 94: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

82

30 Sofi kok dibangun-

bangunin? 2 3 [2] 1 ▲

S memarahi adiknya setelah

merusak boneka jarinya.

31 Bingung deh sama

Sofi.

2 3 [2] 1 ▼

S memberi tahu

kebingungannya terkait sikap

Sofi.

32 Awas awas!

1212▼

S memerintah Sofi untuk

menjauh dari bonekanya.

33 Awas tangannya!

[1] 2 ▼

S memberi tahu Sofi untuk

memindahkan tangannya.

34 Ini dari tadi

bonekanya lagi tidul

malah digangguin.

[2] [3] 2 ▼

S memberikan alasan

memarahi Sofi.

35 Jangan!

[2] [3] 2 ▼

S melarang O1 merusak

boneka-boneka yang

dibaringkan di lantai (menurut

S bonekanya sedang tertidur).

36 Bukan.

2 [3] 2 ▼

S menjawab pertanyaan O1

“Mbak Nifa yang tidur

sampai jam 11 pagi yah?”

37 Om keliwil.

2 3 [2] 1 ▼

S memberi tahu O1 bahwa

yang tidur sampai jam 11

adalah O1.

38 Om keliwil.

[2] 1 ▼

S menegaskan kembali

jawabannya.

39 Masih keliwil, ya bu?

2 [1] 2 [3] 2 ▲

S bertanya kepada O3 tentang

rambut O1.

40 Belum kelamas tahu.

[2] [3] [2] ▼

S memberi tahu alasan O1

keriwil karena belum

keramas.

41 Bangun ada badai.

2 3 [2] [3] 2 ▼

S merusak boneka-boneka

tangannya seperti yang O1

lakukan.

42 Om pakein!

2 1 [2] 3 2 ▼

S meminta O1 untuk

memakaikan boneka jari.

43 Yang panda.

[2] 3 2 ▼

S menjawab pertanyaan O1

“Mau dipakein yang mana?”

44 Ibu itu di kepala ibu.

2 3 [2] 1 ▼

S memberi tahu ada boneka

kodok di kepala ibu.

45 Bo ibu ibu ibu

tikusnya mimi.

2 3 [2] 3 [2] 1 ▼

S memberi tahu bahwa

boneka tikusnya mau minum.

46 Ada tikus di kepala

dede.

[2] 3 2 ▼

S memberi tahu ada boneka

tikus di kepala Sofi.

Page 95: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

83

47 Ada tikus di lambut

kamu de. (rambut)

[2] 3 [2] 1 ▼

S kembali memberi tahu ada

boneka tikus di kepala Sofi,

tepatnya di rambut.

48 Mba gak apal.

1 [2] 1 ▼

S memberi tahu O1 bahwa

dirinya tidak hafal lagu itu.

49 Lagu hay faif.

2 3 2 ▼

S menjawab pertanyaan O1

“Lagu apaan itu?”

50 Udah diklik?

1 [2] 1 ▲

Setelah O1 menyalakan flash

gawai, S bertanya kepada O1.

51 Udah bewum si?

1 [2] 3 2 ▲

S kembali menekankan

pertanyaan sebelumnya.

52 Fotonya.

1 2 1▼

S menjawab pertanyaan O1

“Udah belum apanya?”

53 Sentel ya?

2 [3] 2 ▲

S bertanya ke O1 karena flash

yang menyala tersebut.

54 Jangan!

2 3 2 ▼

S melarang O1 untuk terus

menyalakan flash kamera.

55 Silau.

1 2 1 ▼

S memberi alasan melarang

O1 untuk menyalakan flash.

56 Nanti buat mati

wampu.

1 [2] 3 2 ▼

S memberi tahu bahwa flash

digunakan ketika mati lampu.

57 Belhasil bewom?

2 [3] 2 ▲

S bertanya kepada O1 yang

saat itu merancang jalan

untuk mainan kereta api.

58 Ayah, itu ga ada

gambal kaka mba apa

ya?

2 3 [2] 3 2 ▲

S bertanya kepada Ayah soal

kakak yang ada di depan

proyektor.

59 Yah kenapa?

2 [3] 2 ▲

S masih bertanya alasannya

kepada Ayah

60 Ayah, dede pengen

hawo hawo.

2 3 [2] 3 2 ▼

S memberi tahu ayah setelah

Shopie memegang mikrofon.

61 Gak tau.

1 [2] 1 ▼

S menjawab pertanyaan O1

“Apalagi abis ini mbak?”

62 Silau om Aip.

1 [2] 3 2 ▼

S memberi tahu O1 bahwa

dirinya silau karena flash.

63 Om Aip gi ngapain?

2 3 [2] 1 ▲

S menanyakan O1 yang fokus

dengan gawainya.

64 Da bewom?

1 [2] 1 ▲

S menjawab respon O1,

“Nyanyi aja terus!”

65 Uda om.

2 3 2 ▼

S menjawab respon O1

“Terus, nyanyi aja terus!”

66 Om Aip, yang video S meminjam gawai dan ✓

Page 96: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

84

mana om?

2 3 2 / 1 [2] 1 ▲

menanyakan fitur video pada

gawai.

67 Tapi gak bisa om.

2 3 [2] 1 ▼

S tidak bisa membuka fitur

video

68 Gak ada videonya tuh.

2 3 [2] 1 ▼

S merespon pertanyaan O1

“Bisa apanya?”

69 Masa dikaya giniin

gak mau?

1 3 [2] 1 ▲

S masih tidak bisa membuka

fitur video karena gawai

sedang merekam S.

70 Om Aipnya ayo!

2 3 [2] 3 2 ▼

S mengajak O1 jalan-jalan ke

samping rumahnya.

71 Mbak.

1 2 1 ▼

S menjawab pertanyaan O1

“Rumah siapa emang itu?”

72 Foto apa?

[2] 3 2 ▲

S bertanya setelah O1

mengarahkan kamera ke

bunga.

73 Ini bunganya cantik.

2 3 [2] 1 ▼

S memberi tahu O1 bahwa

bunganya cantik.

74 Ayo ke mana?

2 3 [2] 3 2 ▲

S merespon perkataan O1

“Ayo!”

75 Na om ni kalau ujan

kita bisa beteduh sini

ni om.

2 3 / [2] 3 2 ▼

S menunjukkan bagian rumah

dari tetangganya yang bisa

dipakai untuk berteduh kala

hujan.

76 Tanya lagi, tanya agi!

2 3 [2] 1 / 2 3 [2] 1 ▼

S meminta O1 untuk

bertanya.

77 Sendal mba yang gede

dali siapa?

2 3 [2] 3 2 ▲

S memberikan contoh

pertanyaan yang harus

ditanyakan oleh O1.

78 Yang itu yang bagus?

2 3 [2] 1 ▲

S memastikan sendalnya. ✓

79 Yang dali Jawa.

2 3 [2] 1 ▼

S menjawab pertanyaan

“Yang bagus dari siapa?”

80 Sendal ijo.

2 3 [2] 1 ▼

S menjawab pertanyaan O1

“Dari mbah uti Setu apa?”

81 Bagus.

2 3 2 ▼

S merespon pertanyaan dari

O1 “Bagus gak?”

82 Kayaknya ... mba dari

atung pasal mawem.

2 3 2 / 2 3 [2] 3 2 ▼

S menjelaskan pertanyaan O1

“Kalau dari atung? Atung

Setu apa?”

83 Dari om aip baju sama

boneka.

1 [2] 3 2 ▼

S memberi tahu pemberian

dari O1.

84 Belalti om aip

pemenangnya duwu.

S menekankan pemenangnya

adalah O1.

Page 97: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

85

2 3 [2] 3 2 1 ▼

85 Tas flozen sama buku

sedus.

2 3 [2] 1 ▼

S menjawab pertanyaan “Dari

om Imam, apa ayo?”

86 Om aip pemenangnya

sama om imam.

2 3 [2] 3 2 ▼

S mengonfirmasi kembali

pemenangnya.

87 Sekalang bewom

sama ibu.

2 3 [2] 1 ▼

S menjawab pertanyaan O1

“Kalau dari ayah?”

88 Mba bewom bisa.

2 3 [2] 3 2 ▼

S menjawab pertanyaan O1

“Kalau yang dulu apa?”

89 Naiknya.

2 3 2 ▼

S menjawab pertanyaan O1

“Bisa apa?”

90 Loda bantunya

masalahnya pelnah

kebalik om.

2 3 [2] 3 2▼

S menjawab pertanyaan O1

“Naiknya, emang dikasih

apa?”

91 Kewlas ya.

2 3 2 ▼

S merasa kardusnya keras

ketika digunting.

92 A tolongin ah,

tolongin ah!

3 2 3 2 ▼

S meminta O1 untuk

membantunya menggunting

kardus.

93 Tu dibentuk nanti mba

mau ituin.

2 3 [2] 1 ▼

S menjelaskan maksud

menggunting kardus tersebut.

94 Di elem.

2 3 2 ▼

S menjawab pertanyaan O1

“Terus kalau udah jadi?”

95 Ada lem keltas bental

ya mba ambil.

2 3 [2] 3 [2] 1 ▼

S menjawab pertanyaan O1

“Ada lemnya?”

96 Sekalang tempelin di

mana ya ini?

1 2 3 [2] 1 ▲

S bertanya untuk meminta

pendapat O1.

97 Di keltas deh.

2 [3] 2 ▼

S memberi tahu bahwa ia kan

menempelkannya di kertas.

98 Apa ni om?

1 [2] 1 ▲

S bertanya setelah

mendapatkan hadiah 17-an.

99 Buku.

2 3 2 ▼

S menjawab pertanyaan yang

diajukan ke O1

100 Om maap om, lagi ada

sajen om, maap ya.

1 [2] 1 / [2] 3 2 / 1 [2]

1 ▼

S membuka hadiah lain yang

isinya beberapa bungkus mie.

101 Bu, dede mau mi. S memberi tahu ibunya bahwa ✓

Page 98: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

86

2 3 [2] 3 2 ▼ Shopie mau mie.

102 Biawin aja om dia

mau usaha.

1 [2] 1 2 3 2 ▼

S merespon perkataan O1

kepada Shopie “Berdiri! Mau

berdiri emang?”

103 Apa?

2 1 ▲

S merespon ketika dipanggil

ibu “Mba han sayang.”

104 Mi gowe, mi kuah aja

deh.

1 2 1 / 2 [3] 2 ▼

S menjawab pertanyaan ibu,

“Mi apa kamu?”

105 Soto.

2 3 2 ▼

S menentukan jawaban “Soto

apa ayam bawang?”

106 Tu bewakang.

2 [3] 2 1 ▼

S menjawab pertanyaan O1,

“Sopinya mana sopi?”

107 Sama ibu.

1 2 1 ▼

S kembali merespon

pertanyaan O1 “Sama siapa?”

108 Ga ada, pulang

kampung.

2 3 2 / 1 2 3 2 ▼

Lalu menjawab pertanyaan

O1 “Ayah?”

109 Ga mau.

2 1 ▼

S menjawab pertanyaan O3

“Mba mau somay gak mba?”

110 Ade, main jungkat-

jungkit sini!

2 3 / 1 [2] 3 2 ▼

S mengajak Shopie untuk

bermain jungkat-jungkit

bersamanya.

111 Dolongin!

2 3 [2] 1 ▼

S meminta O1 untuk

mendorong ayunan.

112 Dah turun, mau

kenceng.

2 3 2 / 2 [3] 2▼

S meminta Shopie turun agar

ayunannya bisa lebih kencang

dimainkannya.

113 Cepetan!

3 2 ▼

S meminta Shopie untuk

segera turun dari ayunan.

114 Jangan, jangan,

jangan!

2 3 2 3 2 [3] 2 ▼

S meminta O1 untuk tidak

menggoyangkan ayunan

terlalu kencang.

115 Mba takut om.

2 3 [2] 1 ▼

S merasa takut ketika melihat

O1 menaiki sebuah wahana.

116 Mba gak mau nyampe

tinggi-tinggi.

2 3 [2] 3 2 ▼

S memberi tahu bahwa

dirinya tidak akan menaikinya

terlalu tinggi.

117 Om Aip kan da gede.

2 3 [2] 1 ▼

S menanggapi perkataan O1

“Om Aif aja berani.”

118 Bu, mba mau.

2 [3] 2 ▼

S meminta hal yang sama

ketika Shopie diangkat ibu

naik perosotan.

119 Ah gantian!

[2] 1 ▼

S meminta O3 untuk

menggendongnya menaiki

Page 99: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

87

perosotan.

120 Ga mau.

1 [2] 1 ▼

S merespon perkataan O1

“Dari atas, nanti om aip

tangkep.”

121 Boong?

2 3 2 ▲

S merespon perkataan O1

sebelumnya “Beneran.”

122 Om nanti tangkep ya!

[2] 3 [2] 3 2 ▼

S meminta O1 untuk

menangkapnya dari

perosotan.

123 Tangkep!

2 3 ▼

S meminta O1 untuk

menangkapnya kembali.

124 Ayo!

[2] 1 ▼

S meminta Shopie untuk

berpindah tempat dari

perosotan tersebut.

125 Om ini gimana si

ngilanginnya?

2 [3] 2 ▲

S bertanya tentang permainan

di gawai

126 Gak, udah.

2 [3] 2 ▼

S menolak ketika diminta

untuk menyuap makanan lagi.

127 Bental ya mau pipis

dulu.

2 [3] 2 1 ▼

S memberi tahu bahwa

dirinya ingin buang air

terlebih dahulu.

128 Om liat kowsi aku

gak?

2 1 2 3 [2] 1 ▲

S bertanya kepada O1 tentang

keberadaan kursinya.

129 Kuwsi yang kecil.

2 1 [2] 3 2 ▼

S menjawab pertanyaan O1

“Kursi apa?”

130 Ini citanya lampu

jalanan.

2 1 [2] 3 2 ▼

S memainkan senter dan

menganggapnya sebagai

lampu jalanan.

131 Bukan.

2 3 2 ▼

S menjawab pertanyaan O1

“Lampu jalanan, bukan lampu

mbak?”

132 Om liat bayangan

mba!

2 3 / 1 [2] 1 ▼

S meminta O1 untuk melihat

bayangannya.

133 Uti agi ada pesta.

2 3 2 / 2 3 [2] 3 2 ▼

S memberi tahu O2 bahwa

ada pesta di rumah.

134 Agi ada acawa ya om?

2 3 [2] 1 2 1 ▲

S bertanya kepada O1 tentang

acara yang sedang dilakukan.

135 De, sentelin ini ya!

2 1 / 1 [2] 3 2 ▼

S meminta Shopie untuk

mengarahkan senter.

136 Ibu liat emba!

2 [3] 2 ▼

S meminta O3 untuk melihat

ke arahnya.

137 Ama jake sama O1 meminta S untuk ✓

Page 100: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

88

maeko, jake sama

maeko ni.

2 3 [2] 1 / 2 3 2 ▼

bernyanyi dengan berkata

“Coba nyanyi lagi!”

138 Mana ade?

2 [3] 2 ▲

S bertanya kepada O1 tentang

keberadaan adiknya.

139 Kenapa?

2 3 2 ▲

S menanyakan bagian kaki

Shopie yang terluka.

140 Mana coba liat?

2 3 [2] 1 ▲

S menegaskan ulang

pertanyaannya.

141 Jangan tung jangan

betadin!

2 1 [2] 1 ▼

S melarang untuk

memberikan obat untuk kaki

Shopie yang terluka.

142 Mba mau keluar ya.

2 3 [2] 3 2 ▼

S memberi tahu bahwa

dirinya ingin bermain ke luar.

143 Bu, sini!

3 [2] 3 2 ▼

S meminta ibu untuk

mendekat.

144 Telowongannya

jeblos.

2 3 [2] 3 2 ▼

S memberikan penjelasan

bahwa terowongannya rusak.

145 Mbak gak lewat yang

jeblos.

1 [2] 3 2 ▼

S memberi tahu bahwa

dirinya tidak melewati

terowongan tersebut.

146 Selem banget tau.

2 3 [2] 1 ▼

S memberikan penilaian dari

terowongan yang rusak itu.

147 Dah.

2 1 ▼

S menginformasikan bahwa ia

selesai menyiapkan makanan.

148 Ini.

2 [3] 2 ▼

S menjawab pertanyaan O1

“Mana?”

149 Bental bental, sabal ya

pak.

2 [3] 2 / 2 3 2 [3] 2 ▼

S merespon perkataan O1

“Terus oncomnya mana

oncom?”

150 Ibu awas awas!

2 [3] 2 ▼

S melarang O3 mengambilkan

oncom untuk O1.

151 Capcaynya dah mau

abis.

3 [2] 1 ▼

S memberi tahu sayur

capcaynya sudah mau habis.

152 Ya awoh tumpah.

2 3 2 / [2] 1▼

S memberi tahu sayur

baksonya tumpah.

153 Abis ni yak buat

kakak.

2 3 2 / [2] 1 ▼

S memberi tahu bahwa

sayurnya habis untuk O1.

154 Ayah mau engga?

2 3 [2] 1 ▲

S bertanya keinginan ayah

terhadap sayur tersebut.

155 Ni buat apa bu

sendoknya?

S bertanya kepada O3

terhadap sendok-sendok yang

Page 101: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

89

2 3 [2] 3 2 ▲ berada di dekat piring.

156 Ehm oncom.

1 2 / [2] 3 2▼

S menjawab pertanyaan O1

“Apa mbak itu mbak?”

157 Nih sendoknya.

2 3 [2] 1 ▼

S memberi tahu dan memberi

sendok untuk O1.

158 Ah pake segawa

bayal, dah ga usah.

2 3 [2] 3 2 / [2] 3 2 ▼

S merespon pertanyaan O1

“Berapa ribu bu?”

159 Gratis.

2 3 2 ▼

S merespon pertanyaan O1

“Berapa, gratis dong?”

160 Kena knalpot

tangannya.

1 [2] 3 2 ▼

S merespon pertanyaan O1

“Kenapa?”

161 Tewunjuk.

2 3 2 ▼

S mengoreksi ucapan O1,

“Coba liat jempolnya!”

162 liat de, liat de!

2 3 2 / 2 3 2▼

S meminta Shopie

memperlihatkan jarinya

kepada S

163 Manah?

[2] 1 ▲

S bertanya pada bagian mana

jari Shopie yang terkena

knalpot.

164 Itu diselfiin?

1 [2] 3 2 ▲

S bertanya kepada O1 setelah

melihat Shopie di gawai O1.

165 Kak liat mbak!

2 3 / [2] 3 2 ▼

O1 diminta melihat S yang

sedang menaiki motor.

166 Nanti nyungsep ke

tanah.

2 [3] [2] 1▼

S merespon ucapan O1 “Heh

jangan dipinggiran gitu!”

167 Mbak bisa, itu

lagunya kakak Tasya

tapi mbak ngapalin

doang, lagunya mah

engga ada.

2 3 2 / [2] 3 2 1 ▼

S memberi tahu O1 bahwa

dirinya hafal lagu yang telah

dinyanyikan.

168 Da lusak.

2 3 [2] 1▼

S merespon ucapan O1

“Kenapa gak ada si?”

169 Engga, cuma ngusap-

ngusap.

2 3 2 / [2] 1▼

S menjawab pertanyaan O1

“Lagi mijitin mbak?”

170 Bental ya tak tambain

bantal buat dudukan

ade.

2 3 [2] 3 [2] 3 2▼

S memberi tahu akan

mengambilkan bantal

tambahan agar adiknya tidur.

171 Dah sini bobo, bobo!

1 [2] 3 2 / 2 3 2▼

S meminta Shopie untuk tidur

di bantal yang S bawakan.

Page 102: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

90

172 Bobonya yang benel

ngapa de.

2 3 [2] 1▼

S memberi tahu Shopie untuk

membenarkan posisi tidurnya.

173 Yuk masuk kamal

yuk!

2 3 [2] 3 2▼

S mengajak Shopie pindah

untuk tidur di kamar.

174 Gapapa, mbahnya

baik.

2 [3] 2 / [2] 3 2 ▼

S memberi tahu temannya

bahwa O2 itu bersifat baik.

175 Ada anak bintang

kecil.

2 3 [2] 1 ▼

S merespon perkataan

temannya “Ada anak kecil.”

176 Iya, ako juga uda ngaji

bisa di rumah aku.

2 3 2 / 2 3 [2] 3 2 1▼

S merespon perkataan teman

“Anak kecil gak boleh naik,

ini anak gede yang dah ngaji.”

177 Suawa babi.

[2] 3 2 ▼

S menjawab O1 “Kenapa

sih?”

178 Wiat kak!

2 3 2 ▼

S meminta O1 untuk melihat

dirinya menirukan suara babi.

179 De nyanyamnya.

2 3 [2] 1▼

S mengingatkan Shopie

tentang nyamnyam miliknya.

180 Nyanyamnya tata

minta ya.

[2] 3 2 ▼

S meminta izin kepada Shopie

untuk memakan nyamnyam

milik Shopie.

181 Om Aip pengen

nelfon dong.

2 3 [2] 3 2 ▼

S memberi tahu bahwa

dirinya dan Shopie ingin

telepon dengan O1.

182 Kuwang kenceng ya

om?

1 [2] 3 2 ▼

S bertanya kepada O1 karena

tidak ada balasan dari O1.

183 Om Aip pengen

nelfon.

2 [3] 2 ▼

S kembali memberi tahu

keinginannya menelepon O1.

184 Kedengeran gak si

dari hapenya?

1 [2] 1 ▲

S kembali bertanya kepada

O1 karena tidak juga ada

balasan.

185 Om kedengeran gak si

dari hapenya?

2 3 [2] 3 2 ▲

S mengulang kembali

pertanyaannya kepada O1.

186 Bental ya om.

2 3 [2] 3 2 ▼

S meminta izin keluar dari

video yang direkam oleh O3.

187 Gak.

2 1 ▼

S merespon ucapan O1 ketika

merekam “Sini sama dede.”

Jumlah 114 41 32

Page 103: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

91

Lampiran 3 : Transkrip Dialog

Kode penutur untuk lampiran.

S = Subjek penelitian (HNA)

O1 = Mitra tutur 1 (Om dari HNA)

O2 = Mitra tutur 2 (Uti atau Nenek dari HNA)

O3 = Mitra tutur 3 (Ibu dari HNA)

O4 = Mitra tutur 4 (Kakek dari HNA)

TRANSKRIP DIALOG ANAK USIA 2-3 TAHUN

DATA 1 SAMPAI DENGAN DATA 9

Transkrip Dialog Data 1 (Tanggal 9 Juli 2015)

S : Ung ngi apah? (om lagi apa?)

O1 : Coba liat ke muka om Aip, tuh ada om Aipnya gak?

O2 : Ada ... gak ada.

S : Ada.

O1 : Waduh di dalem kardus, mba Nifanya minta apa aja tuh? Liat tuh! Tuh

satu, dua, tiga togo. Nyanyi dulu tapi kalau mau dibukain!

S : Atu duwa ...

O1 : Sekalian sama ini dong, sambil goyang!

S : Atu uw ida empat iya bis. Abis abis oenya owa, oenya a Obet. (Abis abis

oreonya bawa, oreonya a Obet.)

O1 : Punya a obet?

S : Iyah.

O1 : Punya siapa lagi?

S : Na nyonya siyapah-siyapah.

O1 : Gak punya siapa-siapa?

S : Yang ini.

O1 : Entar ketahuan ibu loh.

O1 : Entar dilaporin sama mbah Uti gimana?

O2 : Gapapa yah.

O1 : Gapapa, dikasih tahu ke ibu?

S : Ini! ini! emmah ini! ini!

O2 : Yaudah buka buka buka buka!

S : Nih!

O1 : Sini sini, bukain gak?

S : Butain.

O1 : Bukain gak?

S : Butain!

O1 : Bukain?

S : Iyah.

O1 : Nih pegang! Sekarang mbak Nifa yang ngerekam. (menit 1,55)

O1 : Nih ekspresi dia pada saat dikasih makan, ya?

S : Iyah.

O1 : Liat senyumannya gimana?

Page 104: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

92

S : (HNA mulai senyum-senyum) Mau.

O1 : Ini. Eit eit tangan bagus ah tangan bagus! (Om bercandain HNA) nih ...

bilang apa?

S : Waaa caosna yah?

O1 : Iya, bilang apa?

S : Cih (makasih)

O1 : Iya sama-sama

S : Nih! (HNA memberikan saos dari dalam makanan.)

O1 : Dah taro

O1 : Taro situ aja yah? Am, duduk duduk! Kalau makan itu duduk. Mbah Uti

nyari apa sih?

O2 : Sirop.

O1 : Nyari apa de?

S : Siyup yah?

O1 : Hah?

S : Ayi siyup yah mbah uti yah?

O1 : Nyari sirup?

S : Iyah

O1 : Enak enggak? Duh om aipnya lagi puasa juga (menit 3,19)

S : Enak.

O1 : Enakkk, gimana enaknya?

S : Wet tewaw om?

O1 : Ehm?

S : Om aip setewang, tewang.

O1 : Terang?

S : He euh.

S : Eng ait ati ampu agi yah?

O1 : Iyah, kalau pun mati lampu kalau siang tetep terang.

Transkrip Dialog Data 2 (Tanggal 10 Juli 2015)

O1 : Ehehehe.

O2 : Kaya dede bayi bobo situ.

O1 : Ngapain di situ de?

O2 : Enak de bobo situ de?

O1 : Eh, ngapain bobo situ?

S : Yat lambutyang. (Liat rambutan.)

O1 : Liat rambutan?

S : Iyah.

O1 : Ah hebat.

O2 : Rambutannya udah gak buah.

O1 : Udah gak buah tapi ya rambutannya yah?

S : Iyah. Itu ung yah?

O1 : Apa?

S : Ung yah?

O1 : Satu doang?

S : Daung.

Page 105: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

93

O1 : Hah?

S : Auuuung.

O1 : Jambu?

O2 : Jambunya pentil.

S : Ana dabu nyah? (Mana jambunya?)

O2 : Jambunya kembang.

O1 : Jambu, itu jambu tuh.

O2 : Palingan dimakanin codot de. (Mbah)

O1 : Udah dimakanin codot yah?

S : Codotna nyatang, codot codot natang sutanyah mamamin nabu.

O1 : Wah hebat.

S : Do do dott ...

O1 : Enak tidur sini? Udah bobonya di sini aja yah?

S : Iyah.

S : Hayonawa hayoonawa ape ejupa puwa.

O1 : Sayonara sayonara sampai berjumpa pulang

S : Iyetadana dus ya? Uwiin ayah duwu yah.

O1 : Beli ayah dulu?

O1 : Mau ngapain, berdiri, duduk? Udah duduk aja ya!

S : Dudu.

O1 : Waa, duduk kok begitu si? Ampun deh ampun deh.

S : Boboang.

O1 : Boboan?

O1 : Wededede, kakinya udah panjang yah?

S : Anah?

O1 : De, nyanyi kodok ngoret de!

S : Enda.

O1 : Ifa mainan apa si? Waah nyari batu akik yah?

S : Iyah, ini batu atit nyih. (Iya, ini batu akik nih.)

O1 : Hahaha, mana batu akiknya?

S : Uwat om aip atu atitnyah.

O1 : Batu akiknya buat om aip?

S: : Iyah.

O1 : Wah hebat nih, kecil kecil udah tahu batu akik yah?

S : Nya mba ifa anah?

O1 : Mana coba liat?

S : Nih, puna om aip ni.

O1 : Oh ini batu akikna. Ini buat om aip nih. Waduh berkilau banget batu akik

berkilau, berkilau karena tanah. Udah heh jorok ah, udah mandi kan? Om

Aip laporin nih. Tuh mama aa tuh.

S : Anah?

O1 : Tuh ngapain, ditanya tuh ngapain?

S : Ada atu atit iyee asik.

O1 : Apaan sih?

S : Atu atiiiit.

O1 : Oh batu akik?

Page 106: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

94

S : Iyah. Eh dampus.

O1 : Ada empus, takut gak?

S : Atut.

O1 : Ga kali, gapapa ya. Masuk gapapa?

S : Iyah.

Transkrip Dialog Data 3 (Tanggal 13 Agustus 2015) O1 : Mba nifa ambilin dong!

S : Ifa enda nyampe.

O : Yah gimana dong? Itu dia tuh masih di sono.

S : Ini yang mana si?

O1 : Itu ... itu, ambil! Alhamdulillah.

S : Nih

O1 : Aduuuh, mba Nifa puinter. Mana kasih om aip dong! Kasih dong, mana

dong, bolanya dong? Kasih mba hanifa. Mba Nifa hebat.

S : Yan una ifa ana om?

O1 : Hem?

S : Ifa ambiwin dong!

O1 : Yang mana?

S : Yan ono yan bilu. O atung, itu atung. Atung ifa ambiwin dong bowa!

O1 : Yang mana bolanya?

S : Tuh.

O1 : Alhamdulillah

S : Ye ye ye ... o olang om aip anah?

O1 : Ini diah, ama-ama yah.

S : Ini anana yah?

O1 : Iya anaknya yah.

S : Itu ibunya yah, ini ibunya yah?

O1 : Hehehe yang gede yah?

S : Iyah.

O1 : Tahu aja kamu.

S : Ana na bih cing yah?

O1 : Heem.

O1 : Kasih tahu om aip dong, makanya gimana?

S : Matangnyah

O1 : Kenapa?

S : Matangnyah, nang te sono sono!

O1 : Jangan ke sono-sono?

S : Euhh

O1 : Aduhh, iyah.

S : Entang nyabung sono om.

O1 : Iyah, emang kalau ke sono entar kenapa?

S : Entang nang nang na teuang.

O : Entar kenapa?

S : Na te uang entangnah te sono sono ama te sono sono. Gitu yah?

O1 : Iyah, makasih ya mbak nifa yah.

Page 107: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

95

S : Iyah ama-ama yah.

O1 :Iyah.

S : Ni ifa ni om aip. Nih!

O1 : Makasih.

S : Ma ama. Ita edua dua, ita edua dua.

O1 : Om Aip yang biru, mbak Nifa yang putih yah?

S : Iyah, asik-asik.

O1 : Loncat-loncat, asik

S : Om aip cuba! Ifa ucyah.

O1 : Om aip ngapain?

S : Ifa tinggi.

O1 : Ha mba ifa tinggi?

S : Iyah.

O1 : Om aip lebih tinggi nih loncatnya om aip, tu dua tiga. Mbak ifa coba!

S : Atu uwa tiga.

O1 : Alhamdulillah

S : Owa om aip anah?

O1 : Tu bola om aip siniin dong, siniin dong!

S : Aduh!

O1 : Aduh

S : Ini.

O1 : Entar ilang yah mbak ifa yah?

S : Iyah.

O1 : Makanya, gimana mbak ifa?

S : Matangnya jan te sono sono, jan te sono, jan te sono sono! Yah?

O1 : Iyah.

S : Yan baik mainangnyah.

O1 :Apa?

S : Yan baik mainangnyah.

O1 : Yang baik mainannya?

S : Iyah.

O1 : Iya mbak Nifa.

S : Dede mana yah?

O1 : Hah?

S : Dedena manah?

O1 : Dedenya siapa?

S : De Ifa.

O1 : Dede Nifa?

S : Iyah.

O1 : Dede Nifa atau si Hendi?

S : Si En, si End.

O1 : Hendi atau pongo?

S : Pongo.

O1 : Banyak banget kamu ... Pongo atau kelinci?

S : Ewincina agi dijemuw.

O1 : Hah?

Page 108: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

96

S : Dijemuw.

O1 : Kelincinya lagi di ... ?

S : Jemuw.

O1 : Jemur?

O1 : Tadi abis ngapain?

S : Mandi yah?

O1 : Mandi? Dikeramasin gak?

S : Endak.

O1 : Emang siapa yang mandiin?

S : Om aip ya?

O1 : Iya om aip dong.

S : Tu nanain mamam yah?

O1 : Ngapain?

S : No na au nanain mamam yah?

O1 : Gak mau ngasih makan?

S : Iyah.

O1 : Iya. Aduuuh mbak Nifa, mbak Nifa. Udah gak usah mainan sapu entar

kena kepala kamu. Udah biarin taro situ.

S : Dantian yah.

O1 : Iyah.

S : Om Aip yan ini yah.

O1 : Yang apa ini, warna apa ini? Ini warna apa?

S : Emping.

O1 : Bukan dong, warna?

S : Iiii unu.

O1 : Bi ...

S : Wo.

O1 : Warna biru, iyah dong. Coba yang mbak Nifa warna apa itu? Coba liat

sini! Warna apa itu?

S : Aduh datoh agi.

O1 : Warna apa hayo?

S : Ni ni Ifa ndak jat toh.

O1 : Om Aip juga ndak ettt jatoh lagi.

S : E Ifa duda jatoh.

O1 : Ikut-ikutan, gak jatoh om Aip.

S : Ifa ndak jatoh.

O1 : E om Aip ndak jatoh.

S : Datoh temuah, mba Ifa datoh om aip datoh.

O1 : Iyah, hadooh.

O1 : Yeh, kenapa?

S : Aip da adi mau poto Ifa.

O1 : Siapa yang motoin Nifa? Gak difotoin kok.

S : Nih!

O1 : Makasih.

S : Iyah. Agi yuk!

O1 : Lagi yuk, gimana?

Page 109: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

97

O1 : Haduh haduh, mbak Nifa mbak Nifa.

S : Cape.

O1 : Iyah sama. Eh mau ke mana?

S : Yuk!

O1 : Ini taro dulu yah.

S : Iya. Ifa tape semuanah. Aduuuh

O1 : Muka capenya kayak gimana? Muka capenya coba.

O1 : Main apa sih itu?

S : Om Imam!

O1 : Eh kok om Imam, ini om siapa?

S : Om Aip.

O1 : Iyah.

S : Mba Nifa maap om, maap.

O1 : Salah yah mbak Nifa yah?

S : Maap.

O1 : Iyah gapapa.

O1 : Keponakan siapa?

S : Nang om Aip.

O1 : Iyah keponakan om Aip. Pinter. Anak i?

S : Bu.

O1 : Cucuna mbah u?

S : Ti.

O1 : Cucunya mbah a?

S : Tung.

O1 : Ngapain sih?

S : Ini udah tada tubow.

O1 : Hah?

S : Udah tada tebow.

O1 : Udah gak jebol?

S : Jebong nih.

O1 : Jebol?

S : Ya.

O1 : Masa sih?

S : Dapapa yah?

O1 : Gapapa.

S : Ini!

O1 : Mana?

S : Bebeknah mau mandi.

O1 : Hem?

S : Mau mandi tu yah?

O1 : Mana bebek?

S : Noh.

O1 : Oh iyah ada bebek.

S : Mau mandi tayanyah.

O1 : Mau mandi kayak kelinci?

S : Iyah.

Page 110: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

98

O1 : Siapa yang mandiin?

S : Ifa.

O1 : Ifa aja?

S : Iyah.

O1 : Dah entar yah, sekalian mandi yah? Sore aja yah?

S : Iyah.

S : Ain ladi yuk!

O1 : Gimana coba?

S : Doyang doyang, doyang.

O1 : Goyang goyang

S : Nifa itut-itut ah.

O1 : Ah ikut-ikut lagi. Aduh

S : Tena.

O1 : Kena? Ya ampun nakal, nakal.

S : Tena inih.

O1 : Kena apa? Ini yah?

S : Inih. Tena om Aip.

O1 : Kena om Aip?

S : Iyah.

O1 : Kena apanya om Aip?

S : Bowanah.

O1 : Bolanya yah? Aduh bola bola.

S : Adi yuk!

O1 : Om Aip sambil berdiri ah.

S : Ifa uda beldili ah.

O1 : Cape ah.

S : Tape.

O1 : Om Aip boboan ah.

S : Ifa boboang ah.

O1 : Aduh mbak Nifa mbak Nifa, ikut-ikut aja deh.

S : Dudu yuk!

O1 : Hah, duduk?

S : Ifa ambiwin dudu om Aip ya. Om Aip duduk di sini.

O1 : Iya.

S : Ifa dudu di sini yah.

O1 : Iya.

S : Ambiwin dong Ifa! Itu.

O1 : Mbak Ifa yang mana?

S : Ono.

O1 : Mana?

S : Ono om.

O1 : Ono?

S : Ambiwin om!

O1 : Mbak Ifa gak nyampee?

S : Iyah.

O1 : Aduuuh, ambilin gak yah? Ambilin ah. Dah, itu dia.

Page 111: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

99

O1 : Om Aip duduk sini, mbak Ifa duduk sini.

S : Ifa dudu sini yah?

O1 : Terus ngapain dah gini? Nyanyi dong!

S : Awangtu ada lima. Apa yah, nanyi apa yah?

O1 : Naik naik yuk!

S : Yuk!

O1 : Naik naik ke puncak ...

S : Hendina mana yah?

O1 : Haduh ngajakin Hendi. Udah mainan aja sama om Aip.

S : Hendinya mana yah?

O1 : Yaudah ambil sono Hendinya yah! Ininya taro sini yah.

S : Iyah. Yuk cali Hendi yuk!

Transkrip Dialog Data 4 (Tanggal 22 Agustus 2015) O2 : Kereta? Jus jus jus jus gitu?

S : Wa, ada teweta. Teweta api tut tut tut ciyapa enggak tuwun tem

Bangdung, Sulabaya, anena umpang ketulis

O2 : Ayo cepatlah cepat naik! Keretaku tak berhenti lama.

S : Ma, yeee. (HNA melanjutkan lagu yang dinyanyikan O2)

O2 : Noh satu lagi noh. (Uti menujuk ke sebuah jeruk)

O3 : Cepat keretaku jalan ...

S : Tut tut tut banak ...

O3 : Penumpang turun.

O1 : Pongo mau nendang, Pongo mau nendang. Cia cia.

S : Yah.

O1 : Emang enak, emang enak. Ayo kabur!

S : Mau nyang mana? Nyang ni.

O1 : Kasih, makasih.

O2 : Om Aip ese, gitu de.

O3 : Ha, om Aip esek? (pesek)

S : Pongo dipoto.

O1 : Siapa yang dipoto?

S : Pongo.

O1 : Ye, sama mbak nifa ya?

O3 : Yah ade kereta apinya rusak dong.

O1 : Yuk benerin lagi yuk! Yuk benerin lagi yuk!

O3 : Bantuin dong Ongo!

O1 : Bantuin ah bantuin, pongonya bantuin.

S : Matasih.

O1 : Sama-sama. Mba nifa sini dong temenin aku!

O3 : Entar lagi bikin kereta api.

O1 : Duh, yang ini belum bener mbak Nifa, benerin dong!

O3 : Bantuin dong Pongo!

O1 : Cepetan dong! Ayo dong!

O3 : Pongo jangan ditendang lagi ya! (Mf)

S : Endak yah?

Page 112: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

100

O1 : Udah siap-siap nih, ayo!

S : Udah.

O3 : Mana liat?

O2 : Om kasihan om.

O1 : Aduh Pongonya capek, ketawa mulu.

O1 : Mbak Nifa, itu tuh mbak Nifa. (menunjuk jeruk di belakangnya S.)

S : Apa?

O3 : Nyanyi dong!

O1 : Ono mbak Ifa di kolong noh.

O3 : Udah, capek.

O1 : Itu mbak Nifa satu lagi.

O3 : Astaghfirullahal’adziim.

O1 : Lumayan kalau kejedot.

O3 : Bisa? Dah sekarang nyanyi!

S : Naik kita api, yu kita nyanyi! Iyah. (ngajak nyanyi Pongo)

O1 : Aduh diajakin Pongo, capek tahu Pongonya.

O3 : Nyanyi! Satu dua.

O1 : Gimana nyanyinya mbak Nifa?

S : Naik kita api tut tut tut, siyapa ... (HNA terdiam dan menggoyangkan

kepalanya)

O1 : Siapa hendak turut? Ke bandung ...

O3 : Mbak Nifa. (Ibu memanggil Hanifa)

O1 : Surabaya. Ah mbak ifa enggak nyanyi!

O3 : Bolehlah naik dengan percuma. Ayo kawanku lekas naik! Keretaku tak

berhenti lama. Pongonya joget.

O1 : Satu ... dua ... (Pongo pengen nendang jeruk.)

O3 : Jangan Pongo!

S : Janan!

O1 : Tiga ....

S : Ihhh ... Endang, nih! (pegang nih!) Pongo disuruh memegang jeruk.

O1 : Nah ini, pegang aja deh.

S : Iyah.

O1 : Aduh mbak Nifa gimana sih? (Pongo tidak bisa memegang jeruk.)

O3 : Pongonya gak pintar.

O1 : Nah, jatoh lagi jatohh lagi mbak Nifa.

O3 : Udah nyanyinya?

O1 : Yah jatoh lagi, mau tepuk tangan malah jatoh.

(S menaruh kembali jeruk ke tangan Pongo.)

O1 : Makasih.

S : Mama. (Sama-sama)

O1 : Tepuk tangan gak nih? yah, dasar-dasar.

S : Nih. Nih!

O1 : Aduh pongo cape, bobo.

S : Euh Pongo bobo.

O3 : Ya ikutan, capek deh. Udahan, capek?

O1 : Aku mau baca doa dulu deh sebelum bobo.

Page 113: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

101

O3 : Bismillaahirrahmaanirrahiim ...

O1 : Gimana mbak Ifa?

O3 : Bismika allahumma ahya ...

S : Wabismita amut, aamiin. Gitu.

O1 : Gitu, iyah?

S : Iyah.

O1 : Udah bobo.

S : Bobo.

O3 : Dadah ifa bobo yah! Assalamualaikum.

O1 : Caaa ... (Pongo terbangun dan merusak kereta jeruk buatan S.)

O3 : Pongo rusuh.

(S mengikuti Pongo yang juga merusak kereta jeruk tersebut.)

Transkrip Dialog Data 5 (Tanggal 17 Oktober 2015)

O1 : Ha, salah ... masa divideoin yah? Apa itu?

S : Sosis.

O1 : Aha sosis.

S : Diabising.

O1 : Mana, mana Oreonya om Arip mau?

S : Gamah. (gak mau.)

O1 : Emang masih berapa?

S : Satu.

O1 : Cuma satu doang?

S : Iya.

O1 : Mana coba, ada enggak?

S : Buat Nifa aaah.

O1 : Masa buat mbak nifa? Sama-sama dong!

S : Enda. (enggak)

O1 : Yah ... om aip juga kan mau.

S : Aaaahhhh, mau diminta bu.

O1 : Ih genit banget kalau di depan kamera.

S : Om Aip sosis adah. Entang sama-sama ya!

O1 : Wa ... (lihat Oreo)

S : Abis.

O1 : Om Aip minta dong yang gak ada krimnya.

S : Mwleeeee (S ngelewein ke arah kamera)

O1 : Weh dilewein lagi. Genit nih si centil nih.

S : Mwleeee (S kembali ngelewein ke arah kamera)

S : Dilelwein.

O1 : Dilewein yah? Udah mandi yah?

S : Iyah.

O1 : Om Aip minta dong!

(S menggelengkan kepalanya lalu menjulurkan lidahnya.)

O1 : Dih dih dih, genit banget.

S : Ada Ifanah.

O1 : Ada nifanya.

Page 114: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

102

S : Baju Ifa tede, celana Ifa tede.

O1 : Baju baru ya?

S : Iya. Celana om Aip cecing. Celana om aip kecying.

O1 : Beliin dong, yang baru dong!

S : Enda.

O1 : Ah nenek, nyanyinya gimana? Ao ao

S : Ao ao ao ao oa ao

O1 : Lagu siapa si?

S : Adu siyapa si yan o o ao? O1 : O o ao. Makan oreo gak bagi-bagi. Ati-ati!

(S ngelewein kamera lagi)

O1 : Idih nenek. Dasar nenek, dasar nenek. S : Abis abis oweona abis. Oweona abis.

Transkrip Dialog Data 6 (Tanggal 13 Januari 2016)

O1 : Mbak Nifa makan apa? Hah, makan apa?

S : Es klim.

O1 : Es krim, masa es krim? Es batu kali. Biarin nanti kasih tahu ibu, nanti

diomelin ibu.

Transkrip Dialog Data 7 (Tanggal 31 Januari 2016)

O1 : Kemarin paman ...

S : Datang. Emang ada di situ?

O1 : Tidak ada.

S : La kenapa nyanyi?

O1 : Mbak Nifa nyanyi coba!

S : Mawlin paman datang.

O1 : Terus?

S : Pamanku dali desa. Hatiku giwang.

O1 : Salah.

S : Apa?

O1 : Dibawakannya ...

O1 : Mengajak ...

S : Libul di desa.

O1 : Terus?

S : Hatiku giwlang tidak telpeli

O2 : De! De, jaketnya pake! Mau di rumah apa mau ikut?

S : Mau ke ayah, mau ke ayah?

O1 : Mau ke mana sih de? Nanti aja de!

Transkrip Dialog Data 8 (Tanggal 29 Februari 2016)

S : Dia mau ikutan.

S : Cia cia cia, jatoh.

O1 : Siapanya jatoh?

S : Sopo.

-

Page 115: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

103

Transkrip Dialog Data 9 (Tanggal 4 Maret 2016)

S : Om aip mau ditato gak?

O1 : Apa?

S : Mau ditato?

O1 : Mau.

S : Iya, nanti yah.

S : Ental kalau aku ke Alpa, beliin citato.

O1 : Buat om Aip?

O1 : Siapa dek?

S : Jalwo, butan Cici. Tapi tahu gak Cici temennya aku yang cewek?

O1 : Kalau Fera temennya siapa?

S : Fela wan cewek, Jalwo cowok.

O1 : Jetnya kenapa dek?

S : Kesangkut.

O1 : Hah?

S : Kesangkut.

O1 : Tawanya gimana tawanya?

(S menunjukkan cara tertawanya.)

O1 : Mbak Nifa main apa si itu?

S : Tomang.

-

TRANSKRIP DIALOG ANAK USIA 3-4 TAHUN

DATA 10 SAMPAI DENGAN DATA 20

Transkrip Dialog Data 10 (Tanggal 11 Mei 2016)

O3 : Nak itu coklatnya masih ada? Daripada disemutin suruh abisin om Aip

kalo gak atung!

O1 : Apa itu?

S : Coklat.

O1 : Hah?

S : Coklat.

O1 : Boleh emang om Arip?

S : Bole.

O1 : Abisin boleh?

S : Bole.

O1 : Om Arip lagi gak mau coklat ah, buat mba Nifa saja.

O3 : Atung aja mbak, ibu gak mau.

S : Atong. Nah!

O4 : Kasih cantik.

S : Sayang atung.

O4 : Iya sayang mbak, sayang.

O1 : Om Arip?

S : Sayang om Aip.

O4 : Ni Atung semua?

S : Iyah.

O4 : Mbak udah?

Page 116: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

104

S : Iyah.

O4 : Abisin Atung?

S : Iyah.

O4 : Makasih cantik.

Transkrip Dialog Data 11 (Tanggal 19 Agustus 2016)

Hanifa memainkan mulut dan lidahnya untuk mengeluarkan bunyi-bunyian.

O1 : Ngapain itu?

S : Om manah?

O1 : Ntar ah.

S : Yaahhh, foto uang taun manah?

O1 : Ulang tahunnya di mana?

S : Iya, situ.

O1 : Di situ?

S : Iya. Situ.

O1 : Di mana si?

S : Sini.

O1 : Di sini?

S : Iya.

Transkrip Dialog Data 12 (Tanggal 11 Oktober 2016)

O1 : Nanyi!

S : Ayo mama, jangan mama mama malah betta. Dia cuma memegang

tangan betta. Ayo mama, jangan mama mala betta. La olang muda punya

biasa.

S : Coba manah?

O1 : Lagi divideoin.

S : Sama siapa?

O1 : Joged sambil joged! Bisa tak? Lagu lain!

S : Dadah kak los.

Transkrip Dialog Data 13 (Tanggal 29 Oktober 2016)

S : Abis mbak om Aip mainan ya.

S : Om.

O1 : Dalem?

S : Gantian om Aip, mainan.

S : Om!

O1 : Dalem?

S : Gantian om Aip mainan. Katanya gak punya?

O1 : Nonton apa sih serius banget?

S : Main motol-motolan.

O1 : Mbaknya malah mainan.

O3 : Si mbak, kita kejal de mbaknya! Hayo.

O1 : Aduuuh perutnya keliatan itu, malu malu.

S : Ih malu, nanti keliatan owlang.

O1 : Iya.

Page 117: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

105

O3 : Keliatan orang? Mbak juga belum mandi cama. Hayo mau diapain

mbaknya?

Transkrip Dialog Data 14 (Tanggal 4 Desember 2016)

S : Mbak cantik. Ibu ini miki mos?

O3 : Mini mos.

S : Minyi mos.

S : Mini mos aku, minyi mos aku.

O1 : Mbaknya ngapain sih ya?

S : Ayah bunda, bunda piala piala.

O3 : Diem mbak, sisirin dulu sini.

S : Besoknye kalo gak kelamas, esoknya lagi abis kelamas.

O3 : Om baju barunya om.

O1 : Waaah, baju baru.

O3 : Baru kering minta langsung dipake.

O1 : Dari siapa? Dari siapa baju barunya?

O3 : Dari siapa ditanyain?

S : Dali mbah uti Jawa.

O1 : Waduh, bagus tak?

S : Bagus.

O1 : Warna apa?

S : Tcih. (putih)

S : Om jalan-jawlan!

O3 : Heh, omnya belum sholat.

S : Om Aip jalan-jalan om Aip!

O1 : Iya nanti.

O3 : Omnya suruh mandi tuh! Masa gak mandi?

S : Yok om Aip!

O1 : Dalem?

Transkrip Dialog Data 15 (Tanggal 21 Januari 2017)

O1 : Nyanyi dong!

S : Owionya abisss.

S : Aaa ini ada bunga.

O1 : Ahhh masa ngambil apa itu?

S : Unga tuh.

O1 : Jangan! punya orang itu.

O1 : Awas ey, awas ey, awas ey, awas ey! Iyaaah. (S lewat gorong-gorong)

S : Isa kan?

O1 : Gak jatoh gak jatoh, tapi hati-hati!

S : Tuh mbak yang itu bisa. Ayo!

(lewati gorong-gorong lagi)

O1 : Awas pelan-pelan.

S : Ih, paku.

O1 : Iya ada pakunya, jangan!

S : Situ aja lah.

Page 118: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

106

O1 : Iya ... awas kejeblos nanti.

S : Ih tempat kubulan.

O1 : Wa, masa tempat kuburan?

S : Itu tempat kuburan.

O1 : Kuburan semut?

S : Jangan, jangan, eh jangan!

O1 : Hiya om Aip kecemplung. Haduh gimana ini mbak Hanifa?

Transkrip Dialog Data 16 (Tanggal 22 Januari 2017)

O1 : Imutnya gimana imut?

S : Imut enak belgizi. Imut

O1 : Yaha masa goyang bebek?

S : Teko teko teko tek, teko teko tek.

S : Ibo. Yiat mbu!

S : Mbak seneng kotek kotek. Keteuk keteuk keteuk goyang bebek, teko

teko tek, goyang bebek. Eheu

S : Om Aip mbak seneng goyang bebek.

O1 : Nonton apa sih mba?

S : Ga tahu.

S : Tumben Sifa enggak ada.

O1 : Sifa?

S : Eu euh.

O1 : Sifa emang film apa?

S : Film kaltun lah.

S : Bewuang dikasih bedak ah.

O1 : Masa beruang dikasih bedak? Sayang bedaknya dong. Emang biar bau?

S : Enggak, biyar wangi.

O1 : Biar apa?

S : Biar wangi.

O1 : Mbaknya aja bau kok.

O1 : Nanti yang terakhir mbak yah!

S : Kenapah?

O1 : Biar wangi, yah?

S : Kata ibu kok wangi anak ibu?

O1 : Heem, jangan cuma boneka doang. Yah?

S : Gantian Hendi, mana ya?

O1 : Waaa mbaknya mana? Mbaknya aja belum.

S : Tu diya. (HNA menemukan hendi)

O1 : Hompimpa ...

S : Hompim alaium gambleng gambleng mbak menang.

S : Wangi.

O1 : Udah jangan banyak-banyak! Wey!

S : Dah, Mbak kan dah gede, banyak.

O1 : Ketek tuh ketek!

S : Tadi ada bayi bebek ya?

S : Om Aip mbak mau jawan-jawan.

Page 119: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

107

O1 : Dadaaah.

S : Nanti kembali lagi.

Transkrip Dialog Data 17 (Tanggal 4 Februari 2017)

S : Foto!

O1 : Weh silau ya? (O1 menyalakan flash kamera)

S : Gak usah pake siyou-silaw om!

O1 : Eh siapa itu?

S : Mana, mana?

O1 : Coba gimana tepuk anak soleh?

S : Tepuk anak soleh.

O1 : Gimana? Yang bener dong!

S : Ibu.

O3 : Dalem?

S : Yuk pasal malam!

O3 : Enggak, itu tepuk anak soleh dulu.

S : Tepuk anak soleh. Aku anak soweh adin saat adin sowat ladi ngaji.

Owang tua diholmati diholmati. Inta islam cinta iswam cinta islam sampai

mati sampai mati. Lailaha ilawloh muhammadawosuluwloh, yes. Lailaha

ilawloh muhammadar rosulullah, yes. Dah.

O1 : Udah?

S : Mana?

O1 : Coba sofi maju sini, sofi!

S : Maju!

S : Mbak buka biskuit.

S : Gambal sofi ko iwlang kata sofi?

O1 : Iya kok gambar sofi ilang?

Transkrip Dialog Data 18 (Tanggal 5 Maret 2017)

O3 : Mbak Han tahu gak ini apa?

S : Apah?

O3 : Jengjeng ... buat mbak.

O1 : Haaaa, apa itu?

S : Piw, telimakasih dibeliin piw.

O3 : Iya sama-sama.

S : Sayang ibu.

S : Terimakasih ayah

O5 : Sama-sama.

S : Mutel-mutel yuk!

O1 : Yuk!

S : Tapi, ada item di sini.

O1 : Jalan kaki aja.

Transkrip Dialog Data 19 (Tanggal 9 April 2017)

S : Eeeee eeeee sakit. Aaaa Hahaha

S : Banting!

Page 120: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

108

S : Banting!

O1 : Jangan dong.

S : Bob si kleta ke petelnakan.

O1 : Iya iya ho.

S : Iya iya ooo.

S : Ewlsa leisgo le igo.

S : Ni de celana kamu.

O1 : Ngelipetin baju bu?

S : Nggak.

S seperti memakan rambut “uwek”

O1 : Rambutnya kepanjangan itu. Coba mana liat?

S : (S mengarahkan kamera) Selfi. Ya itu mah gambal om aip.

S lalu berusaha mengambil gawai O1.

S : Mbak dapet, foto-foto ah.

O1 : Foto-foto siapa? Bukan foto itu lagi video sayang.

O1 mengambil kembali gawainya dan mengarahkan ke S

S : Belentiin dulu!

O1 : Tos dulu!

Transkrip Dialog Data 20 (Tanggal 24 Mei 2017)

O3 : Batuk entar, jangan banyak-banyak minum manis ah!

O1 : Mbak minum apa sih?

S : Esti.

S : Esti botol segini mbak abisin.

O1 : Abis sendiri?

S : Kan dali kemalin.

O1 : Dari kemarin?

S : Aku menang.

S : Tangkep ayo bu gulunya!

S : Tangkep!

S : Tangkep semua pelmen punya bu gulu!

O1 : Semua permen, ada permennya?

S : Aku menang.

S : Pokoe melu, melu ngendi? Neng ngendi wae. Pokoe, melu melu koe ya

sopo wae. Pokoe melu, melu sopo? Le melu kowe. Pokoe melu, melu

ngendi? Neng ngendi wae. Pokoe

S : Rautan manah?

S : Om gak bisa.

O1 : Bisa gak nyerutnya?

S : Bisa, bisa.

S : Sewamat jawan sayang.

O3 : Kenapa ganti lagu ya?

O3 : Tadi pokoe melu, sekarang selamat jalan sayang.

S : Owang ib, owang biaw om Aip tahu.

O3 : Eh asik banget loh nulisnya loh. Eh pinter loh ... eh pinter loh nulisnya.

Gitu emang? Oh hebat.

Page 121: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

109

S : Uda gapapa cowet-cowet.

O3 : Ye lah udah dicoret-coret.

S : Mba ga mau sekolah lagi gapapa cowet-cowet aja. Siapa yang ngelalang?

O1 : Gak mau sekolah lagi? Gak mau sekolah apa nih?

S : Siapa yang ngelalang dede ngacak kan? Capa yang ngelalang belajaw?

Duh lautin dong! Tangan mbak gak tahan banget.

O1 : Udah nih?

S : Gak tahan banget, mau patah.

O3 : Mau patah?

S : Ayah sewamat jawan.

O5 : Masih lama, masih jauh.

S : Selamat jalan!

O5 : Dengerin ini dulu. Masih jauh.

TRANSKRIP DIALOG ANAK USIA 4-5 TAHUN

DATA 21 SAMPAI DENGAN DATA 39

Transkrip Dialog Data 21 (Tanggal 10 Juni 2017)

O1 : Ini kenalin siapa-siapa aja, kenalin!

S : Bingung, bingung nama-namanya. Udah lama mba ga, uda lama mba

gak, ketemu.

O1 : Kenalin aja yang satu apa? Kelinci.

S : Nyampe lambut mba gatak.

O1 : Hah? Sampe rambut mba gatel?

S : Ehm.

O1 : Haduuh, ini bocil juga ikut-ikutan nih rambutnya gatel nih, haduh bocil

bocil. (Sofi)

S : Bum pada kelamas ya de?

O1 : Iya belum keramas ih.

S : Bu tadi dede juga beum kelamas?

O3 : Dede kemarin sudah.

O1 : Aaah mbaknya belum, siap-siap keramasin.

O3 : Gapapa ya mbak yah? Orang keramas doang.

O1 : Emang mau kemana?

S : Iya, jangan nangis ya mbu?

O1 : Emang mau ke mana?

S : Engga ke mana-mana. Ga ga ga engga manah gak ke mana.

S : Sofi kok dibagun-bagunin? Bingung deh sama Sofi. Awas awas! Awas

tangannya!

O3 : Kenapa sih mbak? Adenya dimarah-marahin mulu ya.

O1 : Ya ampun.

S : Ini dari tadi bonekanya lagi tidul malah digangguin.

O3 : Oh dedenya ngajak main.

O1 : Kan tadi udah tidur di luar. Ada badai datang dan bangun. (O1 merusak

boneka-boneka S yang sedang dibaringkan di lantai (dalam artian tertidur)).

S : Jangaaan!

Page 122: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

110

O1 : Orang suruh bangun. Udah cukup istirahatnya tadi dari pagi sampai jam

sebelas.

O3 : Itu mah om Aip.

O1 : Emang itu siapa mba?

(S hanya menunjuk ke arah O1)

O1 : Siapa? Mba Hanifa?

S : Bukan.

O1 : Atau dede Sofi?

S : Om keliwil.

O1 : Siapa?

S : Om keliwil.

O1 : Om keriwil? Rambut om Arip udah rapi tahu.

S : Masih keliwil, ya bu? Belum kelamas tahu.

O1 : Orang rapih kayak gini kok.

S : Bangun ada badai.

S : Om pakein!

O1 : Mana, yang mau dipakein yang mana?

O1 : Oh pengen ke ibu sono? (Sofi menujuk ke arah luar)

S : Yang panda.

O3 : Kodok webek ...

S : Ibu itu di kepala ibu. (S menaruh boneka kodok di kepala ibu.)

O3 : Sini dong, gerak dong! Hiya mbak duluan. (S dipeluk ibu) Gantian.

O3 : Eh de, webeknya mimi.

S : Bo ibu ibu ibu tikusnya mimi.

O3 : Tikusnya mimi.

O3 : Kodok webek, webek, cium perut dede.

S : Ada tikus di kepala dede.

O1 : Ada tikus di rumahku.

S : Ada tikus di lambut kamu de.

O3 : Eh tikusnya cium mbak. Hujan boneka ye ...

O3 : Gak terima dede. Dede ceritanya ngambek ditinggalin ibu?

O1 : Dadah.

Transkrip Dialog Data 22 (Tanggal 1 Agustus 2017)

S : Gagaga ping ping ping ... naik naik es kema liha liha ence, Mba gak apal.

O1 : Lagu apa, lagu apaan itu?

S : Lagu hay faif. Udah diklik? Snap snap snap snap snap snap snap.

O1 : Apa sih itu?

S : Udah bewum si?

O1 : Udah belum apanya?

S : Fotonya.

O1 : Foto? Emang foto?

S : Snap snap ... Sentel ya?

O1 : Iya

S : Eh jangan! Silau.

O1 : Ssstt

Page 123: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

111

S : Nanti buat mati wampu.

Transkrip Dialog Data 23 (Tanggal 2 Agustus 2017)

HNA bermain kereta (2-8-17)

S : Belhasil bewom?

O1 : Berhasil dong.

Transkrip Dialog Data 24 (Tanggal 2 Agustus 2017)

HNA bernyanyi (6-8-17)

S : Ayah, itu ga ada gambal kaka mba apa ya?

Ayah : Heem

S : Yah kenapa?

S : Ayah, dede pengen hawo hawo.

O1 : Apalagi mbak abis ini mbak?

S : Gak tau.

S : Silau om Aip.

O1 : Oh silau, yaudadeh. (mematikan flash kamera)

Transkrip Dialog Data 25 (Tanggal 16 Agustus 2017)

S : Om Aip gi ngapain?

O1 : Ngapain aja ke, nyanyi aja terus!

S : Da bewom?

O1 : Terus, nyanyi aja terus.

S : Uda om.

S : Om Aip, yang video mana om?

O1 : Itu video sayang.

S : Tapi gak bisa om.

O1 : Bisa apanya?

S : Gak ada videonya tuh.

O1 : Tu kan kalau ininya jalan berarti video.

S : Masa dikaya giniin gak mau?

O1 : Ya gak bisa lah, itu mah buat foto.

O1 : Udah sono!

S : Om Aipnya ayo!

O1 : Iya om Aipnya belakangan. Tu dua ...

S : (HNA mengetuk pintu)

O1 : Rumah siapa emang itu?

S : Mbak.

(O1 mengarahkan kamera ke bunga)

S : Foto apa?

S : Ini bunganya cantik.

O1 : Ayo!

S : Ayo ke mana?

S : Na om ni kalau ujan kita bisa beteduh sini ni om.

O1 : Ogitu.

-

Page 124: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

112

S : Tanya lagi, tanya agi!

O1 : Tanya apa?

S : Sendal mba yang gede dali siapa?

O1 : Sendal mba yang gede dari siapa?

S : Yang itu yang bagus? Yang dali Jawa

O1 : Yang bagus dari siapa?

S : Dali Jawa

O1 : Dari mbah Jawa? yang dari mbah uti Setu apa?

S : Em inih ... sendal ijo

O1 : Sendal ijo, bagus gak?

S : Bagus

O1 : Kalau dari atung? Atung Setu apa?

S : Kayaknya ... mba dari atung pasal mawem. Dari om aip baju sama

boneka.

O1 : Wadu ...

S : Belalti om aip pemenangnya duwu.

O1 : Dari om Imam, apa ayo?

S : Tas flozen sama buku sedus.

O1 : Sedus?

S : Om aip pemenangnya sama om imam.

O1 : Kalau dari ayah?

S : Sekalang bewom sama ibu.

O1 : Kalau yang dulu apa?

S : Mba bewom bisa.

O1 : Bisa apa?

S : Naiknya

O1 : Naiknya, emang dikasih apa?

S : Loda bantunya masalahnya pelnah kebalik om.

O1 : Mba lagi buat apa?

S : Om Aip duntingin dong, kewlas ya.

O1 : Keras?

S : A tolongin ah, tolongin ah! Tu dibentuk nanti mba mau ituin.

O1 : Terus kalau udah jadi?

S : Di elem.

O1 : Ada lemnya?

S : Ada lem keltas bental ya mba ambil.

S : Sekalang tempelin di mana ya ini? Di keltas deh.

O1 : Kita tempelin di kertas aja.

Transkrip Dialog Data 26 (Tanggal 17 Agustus 2017)

S : Apa ni om?

S : Buku.

-

S : Om maap om, lagi ada sajen om, maap ya. (HNA mendapat hadiah 17an)

S : Bu, dede mau mi.

O3 : No.

Page 125: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

113

O1 : Berdiri! Mau berdiri emang?

S : Biawin aja om dia mau usaha.

O3 : Mba han sayang.

S : Apa?

O3 : Mi apa kamu?

S : Mi gowe, mi kuah aja deh.

O3 : Soto apa ayam bawang?

S : Soto.

Transkrip Dialog Data 27 (Tanggal 11 Oktober 2017)

HNA bermain di TK (11-10-17) S

O1 : Sopinya mana sopi?

S : Tu bewakang.

O1 : Sama siapa?

S : Sama ibu.

O1 : Ayah?

S : Ga ada, pulang kampung.

O3 : Mbak mau somay ga mba, dede udah abis dua lo mbak.

S : Ga mau.

...

S : Ade, main jungkat-jungkit sini!

O3 : Noh, mau main sama mbak gak?

(HNA dan Shopie menaiki ayunan)

O3 : Jangan kenceng-kenceng Han dedenya takut.

O1 : Udah tau pelan-pelan aja ciplut.

S : Dolongin!

O3 : Gak mau no kata dede.

S : Dah turun, mau kenceng. Cepetan!

O1 : Sini om aip kencengin sini ni. Satu ... dua ...

S : Jangan, jangan, jangan!

...

S : Mba takut om. (HNA mencoba menaiki alat yang lain)

S : Mba gak mau nyampe tinggi-tinggi.

O1 : Gapap berani om arip aja berani

S : Om Aip kan da gede.

Shopie diangkat ibu untuk main perosotan

S : Bu, mba mau.

O1 : Udah mbak nyobain dari atas.

S : Ah gantian.

O1 : Dari atas, nanti om aip tangkep.

S : Ga mau.

O1 : Beneran.

S : Boong?

O1 : Beneran. Lagi?

S : Om nanti tangkep ya! Tangkep!

Page 126: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

114

O1 : Stop!

S : Ayo!

O3 : Jangan nanti dedenya disruduk sakit.

Transkrip Dialog Data 28 (Tanggal 1 November 2017)

S : Om ini gimana si ngilanginnya?

O1 : Waduh om aip tak tahu pun

Transkrip Dialog Data 29 (Tanggal 5 November 2017)

O3 : Ayang sini Ayang! (Ibu HNA mau menyuapi)

S : Gak, udah.

S : Bental ya mau pipis dulu.

S : Om liat kowsi aku gak?

O1 : Kursi apa?

S : Kuwsi yang kecil.

O1 : Entahlah ... gak.

(HNA memainkan senter)

S : Ini citanya lampu jalanan.

O1 : Lampu jalanan, bukan lampu mbak?

S : Bukan.

S : Om liat bayangan mba!

-

S : Uti agi ada pesta.

O1 : Ah pesta apa sih?

S : Agi ada acawa ya om?

O1 : Acara apa?

S : De, sentelin ini ya!

Transkrip Dialog Data 30 (Tanggal 7 November 2017)

S : Ibu liat emba! (mbu, liat mba!) (HNA pakai topi om) Ade iyat!

O1 : Liat liat apa si mbak?

O1 : Coba nyanyi lagi!

S : Ama jake sama maeko, jake sama maeko ni. (Boneka tangan HNA)

Transkrip Dialog Data 31 (Tanggal 26 November 2017)

S : Mana ade?

O1 : Noh, ayo kejar

S : Kenapa?

O4 : Kakinya berdarah, kasih betadin.

S : Mana coba liat? Jangan tung jangan betadin!

O1 : Emang kenapa?

S : Mba mau keluar ya.

Transkrip Dialog Data 32 (Tanggal 28 Desember 2017)

S : Bu, sini!

O3 : Iya

Page 127: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

115

S : Telowongannya jeblos.

O3 : Yaudah mbak kan sudah besar, bisa menghindar yang nyeblos

S : Mbak gak lewat yang jeblos. Serem banget tau.

Transkrip Dialog Data 33 (Tanggal 16 Februari 2018)

S : Dah

O1 : Mana?

S : Ini.

O1 : Terus oncomnya mana, oncom?

S : Bental bental, sabal ya pak.

O1 : Mana sih, udah laper nih.

S : Ibu awas awas.

O1 : Abangnya udah laper nih.

S : Capcaynya dah mau abis (HNA mengambilkan lauk untuk O1)

O3 : Abisin aja, entar sore kan biasa masak baru.

S : Ya awoh tumpah

O1 : Buat mbak mana buat mbak?

S : Abis ni yak buat kakak. Ayah mau engga?

O1 : Buat mba jeu

S : Ni buat apa bu sendoknya?

O3 : Terserah buat sendok om arip boleh, tuh ambil oncomnya.

O1 : Apa tuh? Apa tu mbak?

S : Ehm oncom. Nih sendoknya.

O1 : Berapa ribu bu?

S : Ah pake segawa bayal, dah ga usah.

O1 : Gratis dong?

S : Gratis.

O1 : Alhamdulillah

...

O1 : Kenapa?

S : Kena knalpot tangannya.

O1 : Coba liat jempolnya!

S : Tewunjuk

S : liat de, liat de! Manah?

O1 : Iii nanti juga diomelin.

S : itu diselfiin?

O1 : Bukan selfi, ini namanya vidio.

(HNA menaiki motor)

S : Kak liat mbak!

O1 : Kenapa? Heh jangan dipinggiran gitu!

S :Nanti nyungsep ke tanah.

O1 : Iya iya.

S : (Bernyanyi pak kondektur) Mbak bisa, itu lagunya kakak Tasya tapi

mbak ngapalin doang, lagunya mah engga ada.

O1 : Kenapa gak ada si?

S : Da lusak.

Page 128: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

116

O1 : Lagi mijitin mbak?

S : Engga, cuma ngusap-ngusap.

O1 : Terus entar tidur gak?

S : Bental ya tak tambain bantal buat dudukan ade. Dah sini bobo, bobo!

O1 : Hahaha, nak kecil so tau.

S : Bobonya yang benel ngapa de.

S : Yuk masuk kamal yuk!

Transkrip Dialog Data 34 (Tanggal 2 Maret 2018)

O2 : Nada sini!

S : Gapapa, mbahnya baik.

Transkrip Dialog Data 35 (Tanggal 19 Maret 2018)

Teman : Ada anak kecil.

S : Ada anak bintang kecil.

Teman : Anak kecil gak boleh naik, mba udah gede, udah ngaji, anak kecil

belom.

S : Iya, Ako juga uda ngaji bisa di rumah aku.

Transkrip Dialog Data 36 (Tanggal 14 April 2018)

O1 : Kenapa sih?

S : Suawa babi. Wiat kak!

(HNA memencet hidungnya dan mengikuti suara babi)

S : De nyanyamnya. Nyanyamnya tata minta ya.

Transkrip Dialog Data 37 (Tanggal 29 April 2018)

O3 : Om Aip pengen nelfon dong, gitu.

S : Om Aip pengen nelfon dong.

O3 : Panggil omnya de! Ngomong dong.

S : Kuwang kenceng ya om?

S : Om Aip pengen nelfon.

S : Kedengeran gak si dari hapenya?

S : Om kedengeran gak si dari hapenya?

S : Bental ya om.

Transkrip Dialog Data 38 (Tanggal 7 Mei 2018)

O1 : Sini sama dede.

S : Gak.

Page 129: PEMEROLEHAN SINTAKSIS PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DAN ...

117

BIODATA PENULIS

Arif Gunawan: lahir di Jakarta, besar dan kini

menetap di Bekasi. Aktif sebagai pelajar juga

pengajar di daerah Setu. Bisa ditemui melalu laman

twitter dan instagram: @rifunawan dengan kontak

surel: [email protected].

Riwayat pendidikan penulis dimulai dengan

menamatkan pendidikan di taman kanak-kanak

Cenderawasih pada tahun 2001, melanjutkan

pendidikan dasarnya di SD Negeri Ciledug 02 dan

lulus pada tahun 2008, menyelesaikan pendidikan

di SMP Negeri 1 Setu tahun 2011, dan lulus di

SMA Negeri 1 Setu pada tahun 2014.

Kemudian penulis melanjutkan program S1 di

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.