PEMERINTAH AMERIKA SERIKAT KEMBALI MENGELUARKAN...

2
Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Jl. M. I. Ridwan Rais No. 5, Gedung Utama Lantai 8 Jakarta 10110 Telp: (021) 23528601, Ext. 36341; Fax: (021) 23528611 produk-produk tertentu yang memenuhi syarat yang berasal dari negara-negara berkembang dan LDCs dalam bentuk penurunan atau pembebasan tarif bea masuk untuk membantu pembangunan negara-negara berkembang melalui antara lain meningkatkan pendapatan devisa dan mempercepat industrialisasi negara berkembang dan LDCs tersebut. Negara berkembang dan LDCs yang ingin menjadi penerima fasilitas GSP–AS harus terlebih dahulu meminta kepada pemerintah AS secara bilateral dan berdasarkan permintaan tersebut pemerintah AS akan mempertimbangkannya. Hingga saat ini telah terdapat sebanyak 146 negara yang independen dan negara non independen dan teritorial yang merupakan penerima fasilitas (beneficiary countries) GSP-AS. Dan hingga saat ini Indonesia masih merupakan negara yang dapat menikmati fasilitas GSP – AS. Program GSP AS mensyaratkan bahwa negara penerima GSP, antara lain: bukan negara komunis; tidak melakukan pelanggaran HKI AS; bertindak adil dan Negara-negara Penerima Fasilitas GSP Amerika Serikat wajar dalam perdagangan internasional; bukan negara anggota OPEC, kecuali negara-negara yang menandatangani perjanjian bilateral bidang produk-produk khusus dengan AS, seperti Indonesia, Venezuela dan Ekuador; tidak terlibat dalam kelompok teroris internasional; dan melindungi hak-hak pekerja sesuai dengan ketentuan internasional. Di tengah situasi perekonomian yang sedang mengalami perlambatan, sektor perikanan Indonesia mendapatkan angin segar untuk ekspor ke pasar AS. Presiden AS, Barack Obama dengan persetujuan Senat AS menandatangani pembaharuan dan perpanjangan skema GSP pada hari Senin, 29 Juni 2015. Fasilitas GSP sempat terhenti sejak tahun 2013 karena alasan dinamika politik di Kongres AS. Selama dua tahun sejak program tersebut dinonaktifkan, negara- negara penerima GSP yang tergabung dalam aliansi bernama A-GSP melakukan upaya politik agar pemerintah dan kongres AS mengubah keputusannya. Dalam aliansi tersebut, terdapat 28 negara penerima GSP, termasuk Indonesia. Perpanjangan GSP Tahun 2015 Pendahuluan Pengertian GSP Dalam melakukan perdagangan dengan negara mitra, Amerika Serikat (AS) memiliki program Generalized System Preference (GSP). Program GSP ditujukan untuk negara-negara berkembang dan Least-Developed Countries (LDCs) dengan cara memberikan pembebasan bea masuk di AS dengan syarat antara lain negara penerima GSP harus dapat memberikan perlindungan atas Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dan hak-hak pekerja. Sesuai dengan ketentuan, GSP AS mulai diberlakukan pada tahun 1975 dan diperbaharui setiap 10 tahun sekali. Program GSP AS dimulai pada tanggal 1 Januari 1976 berdasarkan Undang- Undang Perdagangan AS (Trade Act) tahun 1974. Dalam pelaksanaannya, program GSP AS telah beberapa kali diperpanjang dan terakhir diperpanjang hingga 31 Desember 2017. Perpanjangan program GSP memerlukan persetujuan Kongres dan pembahasan yang memakan waktu lama karena diperlukan pengganti penerimaan negara yang hilang karena digunakan untuk program GSP. Apabila mendapatkan persetujuan Kongres maka ekspor produk GSP ke AS dikenakan tarif normal yang dapat dikembalikan apabila program GSP tersebut pada akhirnya disetujui oleh Kongres. AS telah mulai memberikan fasilitas GSP sejak tahun 1976, namun Indonesia baru dapat memanfaatkan fasilitas tersebut sejak tahun 1981 karena sebelumnya Indonesia sebagai negara anggota OPEC dianggap tidak layak untuk menjadi penerima GSP. Dalam kenyataannya pemanfaatan Indonesia atas GSP AS ini pun belum maksimal apabila dilihat dari data yang ada, yaitu dimanfaatkan baru sekitar 50% dari yang seharusnya tersedia dan dapat dimanfaatkan oleh Indonesia. GSP adalah sistem preferensi umum yang diberikan oleh negara-negara maju kepada PEMERINTAH AMERIKA SERIKAT KEMBALI MENGELUARKAN PERPANJANGAN GENERALIZED SYSTEM OF PREFERENCE (GSP)

Transcript of PEMERINTAH AMERIKA SERIKAT KEMBALI MENGELUARKAN...

Page 1: PEMERINTAH AMERIKA SERIKAT KEMBALI MENGELUARKAN ...ditjenppi.kemendag.go.id/assets/files/cetak/leaflet-GSP-final.pdf · pemerintah AS secara bilateral dan berdasarkan AS, permintaan

Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan InternasionalJl. M. I. Ridwan Rais No. 5, Gedung Utama Lantai 8 Jakarta 10110Telp: (021) 23528601, Ext. 36341; Fax: (021) 23528611

produk-produk tertentu yang memenuhi syarat yang berasal dari negara-negara berkembang dan LDCs dalam bentuk penurunan atau pembebasan tarif bea masuk untuk membantu pembangunan negara-negara berkembang melalui antara lain meningkatkan pendapatan devisa dan mempercepat industrialisasi negara berkembang dan LDCs tersebut.

Negara berkembang dan LDCs yang ingin menjadi penerima fasilitas GSP–AS harus terlebih dahulu meminta kepada pemerintah AS secara bilateral dan berdasarkan permintaan tersebut p e m e r i n t a h A S a k a n mempertimbangkannya. Hingga saat ini telah terdapat sebanyak 146 negara yang independen dan negara non independen dan teritorial yang merupakan penerima fasilitas (beneficiary countries) GSP-AS. Dan hingga saat ini Indonesia masih merupakan negara yang dapat menikmati fasilitas GSP – AS.Program GSP AS mensyaratkan bahwa negara penerima GSP, antara lain: bukan negara komunis; tidak melakukan pelanggaran HKI AS; bertindak adil dan

Negara-negara Penerima Fasilitas GSP Amerika Serikat

wajar dalam perdagangan internasional; bukan negara anggota OPEC, kecuali negara-negara yang menandatangani perjanjian bilateral bidang produk-produk khusus dengan AS, seperti Indonesia, Venezuela dan Ekuador; tidak terlibat dalam kelompok teroris internasional; dan melindungi hak-hak pekerja sesuai dengan ketentuan internasional.

Di tengah situasi perekonomian yang sedang mengalami perlambatan, sektor perikanan Indonesia mendapatkan angin segar untuk ekspor ke pasar AS. Presiden AS, Barack Obama dengan persetujuan Senat AS menandatangani pembaharuan dan perpanjangan skema GSP pada hari Senin, 29 Juni 2015.Fasilitas GSP sempat terhenti sejak tahun 2013 karena alasan dinamika politik di Kongres AS. Selama dua tahun sejak program tersebut dinonaktifkan, negara-negara penerima GSP yang tergabung dalam aliansi bernama A-GSP melakukan upaya politik agar pemerintah dan kongres AS mengubah keputusannya. Dalam aliansi tersebut, terdapat 28 negara penerima GSP, termasuk Indonesia.

Perpanjangan GSP Tahun 2015

Pendahuluan

Pengertian GSP

Dalam melakukan perdagangan dengan negara mitra, Amerika Serikat (AS) memiliki program Generalized System Preference (GSP). Program GSP ditujukan untuk negara-negara berkembang dan Least-Developed Countries (LDCs) dengan cara memberikan pembebasan bea masuk di AS dengan syarat antara lain negara penerima GSP harus dapat memberikan perlindungan atas Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dan hak-hak pekerja. Sesuai dengan ketentuan, GSP AS mulai diberlakukan pada tahun 1975 dan diperbaharui setiap 10 tahun sekali. Program GSP AS dimulai pada tanggal 1 Januari 1976 berdasarkan Undang-Undang Perdagangan AS (Trade Act) tahun 1974. Dalam pelaksanaannya, program GSP AS telah beberapa kali diperpanjang dan terakhir diperpanjang hingga 31 Desember 2017.Perpanjangan program GSP memerlukan persetujuan Kongres dan pembahasan yang memakan waktu lama karena diperlukan pengganti penerimaan negara yang hilang karena digunakan untuk program GSP. Apabila mendapatkan persetujuan Kongres maka ekspor produk GSP ke AS dikenakan tarif normal yang dapat dikembalikan apabila program GSP tersebut pada akhirnya disetujui oleh Kongres.AS telah mulai memberikan fasilitas GSP sejak tahun 1976, namun Indonesia baru dapat memanfaatkan fasilitas tersebut sejak tahun 1981 karena sebelumnya Indonesia sebagai negara anggota OPEC dianggap tidak layak untuk menjadi penerima GSP. Dalam kenyataannya pemanfaatan Indonesia atas GSP AS ini pun belum maksimal apabila dilihat dari data yang ada, yaitu dimanfaatkan baru sekitar 50% dari yang seharusnya tersedia dan dapat dimanfaatkan oleh Indonesia.

GSP adalah sistem preferensi umum yang diberikan oleh negara-negara maju kepada

PEMERINTAH AMERIKA SERIKAT KEMBALI MENGELUARKANPERPANJANGAN GENERALIZED SYSTEM OF PREFERENCE (GSP)

Page 2: PEMERINTAH AMERIKA SERIKAT KEMBALI MENGELUARKAN ...ditjenppi.kemendag.go.id/assets/files/cetak/leaflet-GSP-final.pdf · pemerintah AS secara bilateral dan berdasarkan AS, permintaan

termasuk AS untuk melindungi industri domestik yang memproduksi produk sejenis dari dampak pemberian fasilitas GSP yang dapat membahayakan daya saingnya di pasarnya sendiri. Ada dua bentuk pengamanan yang diatur dalam skema GSP AS, yaitu: Competitive Need Limit (CNL); dan Escape Clause.

Pelaku usaha di Indonesia dapat mengakses web terkait GSP yang fungsinya untuk memandu para pelaku usaha dalam melihat produk yang memenuhi persyaratan GSP, GSP Beneficiary Country, Legislation Authorizing GSP, dan lain-lain.Adapun tautan dimaksud dapat diakses melalui: https://ustr.gov/issue-areas/trade-d e v e l o p m e n t / p r e f e r e n c e -programs/generalized-system-preference-gsp/gsp-program-inf.

Web GSP

GSP berlaku hingga 31 Desember 2017. Perpanjangan GSP ini berlaku surut sejak dihentikan 2013 lalu, yang artinya para importir yang telah membayar bea masuk selama dua tahun terakhir, akan dikembalikan.Dengan diberlakukannya kembali fasilitas GSP merupakan peluang yang sangat baik bagi eksportir Indonesia dalam melakukan perdagangan dengan AS dan memicu peningkatan kinerja ekspor Indonesia ke AS.Indonesia merupakan pengguna GSP-AS terbesar keempat setelah India, Thailand, dan Brazi l dan Indonesia te lah memanfaatkan sekitar 652 produk dari j umlah p roduk yang memenuh i persyaratan dalam program GSP-AS tersebut. Selama 2014, total seluruh program GSP-AS mencapai US$ 18,7 miliar. Adapun, Indonesia memanfaatkan sekitar US$ 1,7 miliar atau 8,8% dari total ekspor Indonesia ke AS.B e r d a s a r k a n d a t a K e m e n t e r i a n Perdagangan, total ekspor Indonesia ke AS pada 2014 mencapai US$ 19,4 miliar atau meningkat dari 0,8% dari capaian pada 2013. Sementara kinerja pada periode Januari Mei 2015 mencapai US$ 6,4 miliar, mengalami penurunan sebesar 0,84% dibanding periode yang sama pada 2014.

Skema setiap GSP suatu negara/kelompok negara selalu berbeda dengan skema GSP negara/kelompok negara lainnya. Namun secara umum ada empat hal yang selalu ada dalam setiap skema GSP yang perlu diperhatikan/dipenuhi untuk dapat menikmati fasilitas GSP, termasuk GSP AS, yaitu cakupan produk; tingkat tarif GSP, mekanisme pengamanan dan ketentuan asal barang.

Hal yang harus dilakukan untuk dapat menikmati fasilitas GSP–AS adalah meneliti cakupan produknya, yaitu untuk mengetahui apakah produk ekspor itu diberikan fasilitas GSP di AS. Cakupan produk (product coverage) GSP–AS disuguhkan dalam bentuk Daftar Positif (Positive List), baik untuk Produk Pertanian yang ditandai dengan Bab HS 01-24 maupun Produk Industri yang ditandai dengan Bab HS 25-97. Hal ini berarti bahwa bahwa setiap barang yang terdapat dalam cakupan produk tersebut diberikan fasilitas GSP oleh AS.

Skema GSP

Cakupan Produk

Cakupan produk GSP-AS adalah semua produk yang tercantum dalam Buku Tarif AS dalam HS pada tingkat 8 digit yang diberi tanda kode A, kecuali untuk: tekstil dan pakaian jadi yang tercakup dalam persetujuan tekstil, alas kaki, jam (watch), beberapa produk yang “import sensitive”, seperti beberapa jenis elektronika, baja, produk gelas semi manufaktur dan manufaktur; sarung tangan kerja dan pakaian yang terbuat dari kulit. Khusus untuk jam (watch), berdasarkan the Omnibus Trade and Competitiveness Act 1988 telah mendapatkan fasilitas GSP untuk 18 pos tarif dari 58 pos tarif yang ada. Adapun jumlah produk yang tercakup dalam cakupan produk AS adalah sebanyak 5.000-an produk.

Hal lain yang perlu diketahui adalah besarnya penurunan tarif yang diberikan dalam rangka GSP – AS. Hal ini perlu diketahui untuk meyakinkan bahwa penerbitan SKA Form A masih memiliki efektivitas yang cukup memadai untuk meningkatkan daya saing barang ekspor produk tersebut di pasar AS.Tarif GSP adalah selisih antara tarif normal (MFN Tariff) dengan marjin preferensi (margin of preference/MOP). Tingkat penurunan tarif GSP – AS untuk produk-produk yang berasal dari negara-negara penerima fasiltas GSP AS adalah nol persen (bebas bea masuk).

Mekanisme pengamanan adalah suatu langkah pengamanan yang dilakukan oleh setiap negara pemberi fasilitas GSP,

Tingkat Tarif GSP

Mekanisme Pengamanan

Dit. Perundingan Bilateral, Ditjen.PPI

Kementerian Perdagangan