LAMPIRAN I JADWAL INDONESIA CATATAN PENGANTAR...

35
LAMPIRAN I JADWAL INDONESIA 1 dari 35 LAMPIRAN I JADWAL INDONESIA CATATAN PENGANTAR BAGIAN A Bagian A dari Jadwal Indonesia untuk Lampiran ini ditetapkan, sesuai dengan Pasal 9.7 (Tindakan yang Tidak Sesuai), tindakan-tindakan yang ada di Indonesia yang tidak tunduk pada beberapa atau semua kewajiban yang dikenakan oleh: (a) Pasal 9.3 (Perlakuan Nasional); (b) Pasal 9.4 (Perlakuan yang Sama); (c) Pasal 9.5 (Akses Pasar); atau (d) Pasal 9.6 (Keberadaan Lokal). BAGIAN B 1. Pasal 14.4 (Perlakuan Nasional), 14.5 (Perlakuan yang Sama), 14.6 (Larangan Persyaratan Pelaksanaan), dan 14.10 (Manajemen Senior dan Dewan Direksi) hanya berlaku untuk sektor-sektor berikut: (a) manufaktur; (b) pertanian; (c) perikanan; (d) kehutanan; (e) penambangan dan penggalian;

Transcript of LAMPIRAN I JADWAL INDONESIA CATATAN PENGANTAR...

LAMPIRAN I – JADWAL – INDONESIA – 1 dari 35

LAMPIRAN I

JADWAL INDONESIA

CATATAN PENGANTAR

BAGIAN A

Bagian A dari Jadwal Indonesia untuk Lampiran ini ditetapkan, sesuai dengan Pasal

9.7 (Tindakan yang Tidak Sesuai), tindakan-tindakan yang ada di Indonesia yang

tidak tunduk pada beberapa atau semua kewajiban yang dikenakan oleh:

(a) Pasal 9.3 (Perlakuan Nasional);

(b) Pasal 9.4 (Perlakuan yang Sama);

(c) Pasal 9.5 (Akses Pasar); atau

(d) Pasal 9.6 (Keberadaan Lokal).

BAGIAN B

1. Pasal 14.4 (Perlakuan Nasional), 14.5 (Perlakuan yang Sama), 14.6

(Larangan Persyaratan Pelaksanaan), dan 14.10 (Manajemen Senior dan Dewan

Direksi) hanya berlaku untuk sektor-sektor berikut:

(a) manufaktur;

(b) pertanian;

(c) perikanan;

(d) kehutanan;

(e) penambangan dan penggalian;

LAMPIRAN I – JADWAL – INDONESIA – 2 dari 35

(f) infrastruktur energi, khususnya pembangkit listrik lebih dari 10

Megawatt dan pembangkit listrik panas bumi kurang dari atau setara dengan

10 Megawatt; dan

(g) infrastruktur transportasi, khususnya konsesi jalan bebas hambatan,

jembatan dan terowongan.

2. Bagian B dari Jadwal Indonesia untuk Lampiran ini ditetapkan, sesuai dengan

Pasal 14.14 (Tindakan yang Tidak Sesuai), tindakan-tindakan yang ada di Indonesia

di sektor-sektor yang tercantum dalam ayat 1 yang tidak tunduk pada beberapa atau

semua kewajiban yang dikenakan oleh:

(a) Pasal 14.4 (Perlakuan Nasional);

(b) Pasal 14.5 (Perlakuan yang Sama);

(c) Pasal 14.6 (Larangan Persyaratan Pelaksanaan); atau

(d) Pasal 14.10 (Manajemen Senior dan Dewan Direksi).

3. Demi kepastian yang lebih baik, sesuai dengan Pasal 14.3.3 (Hubungan

dengan Bab-bab Lain), untuk keperluan penerapan Pasal 14.14 (Tindakan Tidak

Sesuai) untuk tindakan yang mempengaruhi penyediaan jasa oleh pemasok jasa

Australia melalui keberadaan komersial di wilayah Indonesia, sebuah entri yang

terdaftar terhadap Pasal 9.3 (Perlakuan Nasional) dan Pasal 9.4 (Perlakuan yang

Sama) dalam Bagian A, juga wajib dianggap sebagai entri yang terkait dengan Pasal

14.4 (Perlakuan Nasional) dan Pasal 14,5 (Perlakuan yang Sama) masing-masing

di Bagian B.

4. Pengakuan penduduk tetap Australia wajib terbatas pada penduduk tetap

Australia yang memiliki kewarganegaraan dari suatu negara yang telah memiliki

persetujuan penanaman modal atau persetujuan perdagangan bebas (dengan bab

penanaman modal) yang berlaku dengan Indonesia. Pengakuan seperti itu tidak

berlaku untuk penduduk tetap Australia yang juga warga negara Indonesia.

Selanjutnya, sesuai dengan Pasal XXVIII (k) (2) GATS, Indonesia tidak berkewajiban

untuk memberikan penduduk tetap tersebut suatu perlakuan lebih menguntungkan

daripada yang diberikan oleh Australia kepada penduduk tetapnya.

LAMPIRAN I – JADWAL – INDONESIA – 3 dari 35

BAGIAN A

1. Sektor: : Jasa Profesional

Sub-Sektor: : Jasa Hukum (CPC 861)

hanya untuk jasa konsultasi dalam hukum asing dan

internasional

Demi kepastian yang lebih baik, jasa konsultasi tidak

termasuk:

• Perwakilan hukum di pengadilan Indonesia atau partisipasi

dalam proses hukum dalam keadaan apa pun.

• Kegiatan notaris.

Kewajiban

Terkait:

: Perlakuan Nasional (Pasal 9.3)

Akses Pasar (Pasal 9.5)

Tingkat

Pemerintahan:

: Pusat

Sumber

Tindakan:

: UU No. 18/2003 tentang Advokat.

Deskripsi: : Perdagangan Jasa

Kehadiran firma hukum asing secara komersial dilarang.

Demi kepastianyang lebih baik, pasokan lintas batas dan

konsumsi di luar negeri dari jasa konsultasi tentang hukum

asing, termasuk hukum internasional tentang bisnis dan

arbitrase, diizinkan.

LAMPIRAN I – JADWAL – INDONESIA – 4 dari 35

2. Sektor: : Jasa Komunikasi

Sub-Sektor: : Jasa Pos (CPC 7511) dan Jasa Kurir (CPC 7512)

(Klasifikasi Industri Standar Indonesia 2015, Kode 53102

Pos Komersial) tidak termasuk pengiriman antarkota dan

Jasa Pos Universal.

Kewajiban

Terkait:

: Perlakuan Nasional (Pasal 9.3)

Akses Pasar (Pasal 9.5)

Tingkat

Pemerintahan:

: Pusat

Sumber

Tindakan:

: UU No. 38/2009 tentang Pos.

Deskripsi:

:

Perdagangan Jasa

Pemasok jasa asing tidak diizinkan untuk mendirikan

secara komersial di Indonesia untuk memasok jasa pos

atau kurir, kecuali melalui usaha patungan dengan hanya

satu penyedia jasa pos Indonesia dengan kepemilikan

asing tidak melebihi 49 persen. Mitra usaha patungan

Indonesia wajib sepenuhnya dimiliki oleh orang Indonesia.

Badan usaha patungan hanya dapat beroperasi di dalam

ibukota provinsi yang memiliki bandara internasional atau

pelabuhan laut dan dilarang menyediakan jasa pos dan

kurir antar kota di Indonesia.

Demi kepastian yang lebih baik, pasokan dan konsumsi

lintas batas di luar negeri dari jasa pos dan jasa kurir

diizinkan.

LAMPIRAN I – JADWAL – INDONESIA – 5 dari 35

3. Sektor: : Jasa Transportasi Laut

Sub-Sektor: : Transportasi Penumpang Internasional (CPC 7211) dan

Angkutan Kargo Internasional (CPC 7212) tidak termasuk

Kabotase

Kewajiban

Terkait:

: Perlakuan Nasional (Pasal 9.3)

Akses Pasar (Pasal 9.5)

Keberadaan Lokal (Pasal 9.6)

Tingkat

Pemerintahan:

: Pusat

Sumber

Tindakan:

: - UU No. 17/2008 tentang Pelayaran

- Peraturan Pemerintah No. 20/2010 tentang Angkutan Laut

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah

No. 22/2011

- Peraturan Presiden Nomor 44/2016 tentang daftar bidang

usaha yang ditutup dan bidang usaha yang terbuka dengan

syarat di bidang penanaman modal.

Deskripsi: : Perdagangan Jasa

Pemasok jasa asing tidak diizinkan untuk membangun secara

komersial di Indonesia untuk angkutan penumpang atau kargo

internasional dengan kapal laut, kecuali melalui usaha

patungan dengan kepemilikan asing tidak melebihi 49 persen.

Usaha patungan wajib mengoperasikan setidaknya satu kapal

berbendera Indonesia dengan minimal 5.000 tonase bruto,

dan diawaki oleh warga negara Indonesia1.

Badan usaha pelayaran asing hanya dapat menyediakan jasa

transportasi penumpang internasional ke dan dari pelabuhan

laut dan pelabuhan khusus yang terbuka untuk perdagangan

luar negeri2 dan diwajibkan untuk menunjuk badan usaha

1 Demi kepastian yang lebih baik, Undang-undang tidak merinci jumlah minimum awak kapal berwarga negara Indonesia 2 Pelabuhan laut dan pelabuhan khusus yang terbuka kepada perdagangan internasional tunduk kepada undang-undang dan peraturan yang berlaku pada saat pemasokan jasa. Pada tanggal penandatangan Persetujuan ini, pelabuhan yang dimaksud pada catatan kaki ini adalah Tanjung Priuk (Jakarta), Tanjung Perak (Surabaya), Makassar, Semarang, Dumai, Panjang, Batam, Balikpapan, Banjarmasin, Bitung, Pontianak, Ambon and Sorong. Kapal pesiar internasional yang sama sekali tidak mengangkut penumpang

LAMPIRAN I – JADWAL – INDONESIA – 6 dari 35

pelayaran Indonesia atau badan usaha agen pengiriman

sebagai Agen Umum.

Demi kepastian yang lebih baik, konsumsi di luar negeri dari

penumpang internasional atau angkutan maritim angkutan

diizinkan.

antara titik-titik di Indonesia dapat menggunakan fasilitas pelabuhan di Indonesia, sejauh diizinkan dibawah Peraturan Menteri Perhubungan nomor 121 tahun 2015

LAMPIRAN I – JADWAL – INDONESIA – 7 dari 35

BAGIAN B

1. Sektor:

Sub-Sektor:

Klasifikasi Industri:

Kewajiban Terkait:

Tingkat Pemerintahan:

Sumber Tindakan:

Deskripsi:

:

:

:

:

:

:

:

Semua Sektor

Akuisisi atau Sewa Lahan

-

Perlakuan Nasional (Pasal 14.4)

Pusat dan Daerah

- Pasal 33 dari Undang Undang Dasar 1945

- Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang

Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

- Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 1996

tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan

dan Hak Pakai atas Tanah

- Peraturan Pemerintah Nomor 103 tahun 2015

tentang Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau

Hunian oleh Orang Asing yang Berkedudukan di

Indonesia.

Penanaman Modal

Hak milik terbatas hanya untuk Warga Negara

Indonesia.

Catatan: Selain dari ketentuan di atas, warga negara

asing dan badan usaha asing yang berbadan hukum

dan berkedudukan di Indonesia dapat memperoleh

lahan dan properti berdasarkan hak-hak berikut ini:

a. Hak Guna Usaha, diberikan kepada badan usaha

asing untuk jangka waktu maksimum 35 tahun

dan dapat diperpanjang sampai 25 tahun lebih

lanjut.

b. Hak Guna Bangunan, diberikan kepada badan

usaha asing untuk jangka waktu maksimum 30

LAMPIRAN I – JADWAL – INDONESIA – 8 dari 35

tahun dan dapat diperpanjang sampai 20 tahun

lebih lanjut

c. Hak Pakai, diberikan kepada: (1) Warga Negara

Asing untuk jangka waktu maksimum 30 tahun

dan dapat diperpanjang sampai 20 tahun lebih

lanjut; (2) badan usaha asing untuk jangka waktu

maksimum 25 tahun dan dapat diperpanjang

sampai 20 tahun lebih lanjut.

d. Hak Sewa, diberikan kepada Warga Negara

Asing atau badan usaha asing untuk jangka

waktu tertentu sesuai persetujuan para pihak.

Akuisisi lahan dan properti seperti di atas wajib

disetujui oleh pihak yang berwenang, wajib disetujui

oleh otoritas yang relevan, tunduk pada kondisi dan

pembatasan yang mungkin dikenakan oleh otoritas

itu.

LAMPIRAN I – JADWAL – INDONESIA – 9 dari 35

2. Sektor:

Sub-Sektor:

Klasifikasi Industri:

Kewajiban Terkait:

Tingkat Pemerintahan:

Sumber Tindakan:

Deskripsi:

:

:

:

:

:

:

:

Semua Sektor

Persyaratan Pendaftaran Pendirian Penanaman

Modal Asing

-

Perlakuan Nasional (Pasal 14.4)

Pusat

- Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang

Penanaman Modal

- Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

- Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah

- Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 64 tahun

2016 tentang Besaran Jumlah Tenaga Kerja dan

Nilai Penanaman modal untuk Klasifikasi Usaha

Industri

- Peraturan BKPM Nomor 13 tahun 2017 tentang

Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Fasilitas

Penanaman Modal.

Penanaman Modal

Penanaman modal asing3 wajib memiliki nilai

penanaman modal lebih dari 10 milyar rupiah (tidak

termasuk lahan dan bangunan), kecuali diatur lain

oleh peraturan sektoral Indonesia. Dalam hal usaha

berskala besar dalam sektor industri, nilai

penanaman modal asing wajib bernilai lebih dari 15

milyar rupiah (termasuk lahan dan bangunan).

3 Untuk tujuan reservasi ini, istilah “penanaman modal asing” memiliki makna sebagaimana tertera pada Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007.

LAMPIRAN I – JADWAL – INDONESIA – 10 dari 35

3. Sektor:

Sub-Sektor:

Klasifikasi Industri:

Kewajiban Terkait:

Tingkat Pemerintahan:

Sumber Tindakan:

Deskripsi:

:

:

:

:

:

:

:

Semua Sektor

-

-

Perlakuan Nasional (Pasal 14.4)

Pusat

- Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang

Penanaman Modal

- Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas

Penanaman Modal

Penanaman modal asing wajib dalam bentuk

Perseroan Terbatas berdasarkan hukum Indonesia.

Penanam modal asing4 yang diatur oleh hukum

negara lain dan berkeinginan untuk menanamkan

modalnya di Indonesia wajib mendirikan Perseroan

Terbatas sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25

tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

4 Untuk tujuan reservasi ini, istilah “penanam modal asing” memiliki arti sesuai yang tertera pada Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007.

LAMPIRAN I – JADWAL – INDONESIA – 11 dari 35

4. Sektor:

Sub-Sektor:

Klasifikasi Industri:

Kewajiban Terkait:

Tingkat Pemerintahan:

Sumber Tindakan:

Deskripsi:

:

:

:

:

:

:

:

Semua Sektor

-

-

Perlakuan Nasional (Pasal 14.4)

Pusat

- Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 22 tahun

2016 tentang Ketentuan Umum Distribusi

Barang

- Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 11 tahun

2006 tentang Ketentuan dan Tata Cara

Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Agen atau

Distributor Barang.

Penanaman Modal

Penanaman modal asing wajib menunjuk agen

distribusi lokal untuk menjual produknya kepada

pengguna akhir di Indonesia.

Demi kepastian -yang lebih baik, “penanaman

modal asing” adalah seorang penanam modal asing

atau suatu badan hukum legal yang didirikan

sebagai Perseroan Terbatas sesuai dengan

sumber peraturan yang tedaftar di bawah entri 3.

LAMPIRAN I – JADWAL – INDONESIA – 12 dari 35

5. Sektor:

Sub-Sektor:

Klasifikasi Industri:

Kewajiban Terkait:

Tingkat Pemerintahan:

Sumber Tindakan:

Deskripsi:

:

:

:

:

:

:

:

Semua Sektor

-

-

Perlakuan Nasional (Pasal 14.4)

Manajemen Senior dan Dewan Direksi (Pasal 14.10)

Pusat

- Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan

- Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2014

tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing serta

Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Tenaga

Kerja Pendamping

- Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Nomor 40 tahun 2012 tentang

Jabatan-Jabatan Tertentu yang Dilarang Diduduki

Tenaga Kerja Asing

- Peraturan Presiden Nomor 20 of 2018 tentang

Penggunaan Tenaga Kerja Asing.

Penanaman Modal

Penanaman modal asing yang didirikan berdasarkan

Undang-Undang Perseroan Terbatas wajib memiliki

posisi yang mengatur urusan kepegawaian yang

diduduki oleh Warga Negara Indonesia.

Berdasarkan pemahaman bahwa badan usaha

penanaman modal asing yang didirikan berdasarkan

Undang-Undang Perseroan Terbatas dapat memiliki

struktur dan uraian tugas yang berbeda, penentuan

posisi yang wajib diduduki Warga Negara Indonesia

akan diputuskan berdasarkan kasus per kasus

LAMPIRAN I – JADWAL – INDONESIA – 13 dari 35

6. Sektor:

Sub-Sektor:

Klasifikasi Industri:

Industry Classification

Kewajiban Terkait:

Tingkat Pemerintahan:

Sumber Tindakan:

Deskripsi:

:

:

:

:

:

:

:

Perikanan

Perikanan Tangkap

ISIC 0500

Perlakuan Nasional (Pasal 14.4)

Pusat

- Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004

sebagaimana diubah dengan Undang-Undang

Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan

- Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang

Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia

- Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor

44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha

yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka

dengan Persyaratan di Bidang Penanaman

Modal

- Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Nomor PER.05/MEN/2008 sebagaimana diubah

dengan Peraturan Nomor PER.12/MEN/2009

tentang Usaha Perikanan Tangkap

- Kebijakan Pemerintah

Penanaman Modal

Usaha perikanan tangkap di Indonesia tertutup bagi

penanam modal asing.

LAMPIRAN I – JADWAL – INDONESIA – 14 dari 35

7. Sektor:

Sub-Sektor:

Klasifikasi Industri:

Industry Classification

Kewajiban Terkait:

Tingkat Pemerintahan:

Sumber Tindakan:

Deskripsi:

:

:

:

:

:

:

:

Pertambangan & Penggalian

-

ISIC 1429

Perlakuan Nasional (Pasal 14.4)

Pusat

- Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang

Pertambangan Mineral dan Batubara

- Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 44

Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha yang

Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan

Persyaratan di Bidang Penanaman Modal

Penanaman Modal

Penanam modal asing dilarang mendirikan atau

menjalankan usaha di bidang ekstraksi pasir laut di

Indonesia.

LAMPIRAN I – JADWAL – INDONESIA – 17 dari 35

10. Sektor:

Sub-Sektor:

Klasifikasi Industri:

Industry Classification

Kewajiban Terkait:

Tingkat Pemerintahan:

Sumber Tindakan:

Description:

:

:

:

:

:

:

:

Manufaktur

-

ISIC (lihat di bawah)

Perlakuan Nasional (Pasal 14.4)

Pusat

- Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal

- Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang

Perkebunan

- Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 44

Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha yang

Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan

Persyaratan di Bidang Penanaman Modal

- Keputusan Presiden Nomor 21 Tahun 2001

tentang Penyediaan dan Pelayanan Pelumas

- Peraturan Menteri Pertanian Nomor 98 Tahun 2013

tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan j.o

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 29 Tahun 2016

tentang Perubahan atas Peraturan Menteri

Pertanian Nomor 98 Tahun 2013

- Kebijakan Pemerintah

Penanaman Modal

Penanam modal asing dilarang mendirikan usaha di

Indonesia pada bidang berikut:

a. Dicadangkan untuk Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah:

• Usaha hasil pertanian dengan kapasitas

setara atau melebihi batas tertentu yang diatur

dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 98

Tahun 2013 dan Nomor 29 Tahun 2016:

- Bunga cengkeh kering; minyak mentah

(minyak makan) dari nabati dan hewani;

kopra, serat (fiber), arang tempurung, debu

(dust), nata de coco;minyak kelapa; minyak

LAMPIRAN I – JADWAL – INDONESIA – 18 dari 35

kelapa sawit; serat kapas; biji kapas;

pengupasan, pembersihan, pengeringan,

dan sortasi hasil perkebunan (kakao dan

kopi); jambu mete menjadi biji mete kering

dan cashew nut shell liquid (CNSL); lada

untuk menjadi biji lada putih kering dan biji

lada hitam kering; gula pasir, pucuk tebu

dan bagas; teh hitam / teh hijau; daun

tembakau kering (krosok); karet untuk

menjadi sheet, lateks pekat; minyak jarak

kasar (ISIC 0111, 0140, 1513, 1514, 1531,

1542, 1549, 1600, 2429, 2519)

• Industri pemindangan ikan (ISIC 1512)

• Industri temped an tahu kedelai (ISIC 1513,

1514, 1549)

• Industri makanan dari kedelai dan kacang-

kacangan selain kecap, tempe dan tahu (ISIC

1513, 1549)

• Industri kue basah (ISIC 1513, 1514, 1549)

• Industri krupuk, keripik, peyek dan sejenisnya

(ISIC 1513, 1514, 1549)

• Industri gula merah (ISIC 1542)

• Industri pengupasan dan pembersihan umbi-

umbian (ISIC 0140, 1531)

• Industri pewarnaan benang dari serat alam

maupun serat buatan menjadi benang

bermotif/celup, ikat, dengan alat yang

digerakan tangan ( ISIC 1711)

• Industri percetakan kain (ISIC 1712, 1729)

• Industri batik tulis (ISIC 1712, 1729)

• Industri kain rajut khususnya renda (ISIC 1730)

• Industri mukena, selendang, kerudung, dan

pakaian tradisional lainnya (ISIC 1810)

• Industri bordir/sulaman (ISIC 1729)

• Industri anyam-anyaman dari rotan dan

bambu; industri anyam-anyaman dari tanaman

selain rotan dan bambu; industri kerajinan ukir-

ukiran dari kayu kecuali mebeler; industri alat-

alat dapur dari kayu, rotan dan bambu; industri

dari kayu, rotan, gabus yang tidak

diklasifikasikan di tempat lain (ISIC 2029,

LAMPIRAN I – JADWAL – INDONESIA – 19 dari 35

3699)

• Industri alat-alat musik tradisional (ISIC 3692)

• Industri pengasapan karet (ISIC 2519)

• Industri barang dari tanah liat untuk keperluan

rumah tangga khusus gerabah (ISIC 2691)

• Industri perkakas tangan untuk pertanian yang

diperlukan untuk persiapan lahan,

• proses produksi, pemanenan, pasca panen,

dan pengolahan kecuali cangkul dan sekop

(ISIC 2893)

• Industri perkakas tangan yang diproses secara

manual atau semi mekanik untuk pertukangan

dan pemotongan (ISIC 2893)

• Industri jasa pemeliharaan dan perbaikan

sepeda motor kecuali yang terintegrasi dengan

bidang usaha penjualan sepeda motor

(agen/distributor) ( ISIC 5040)

• Industri reparasi barang-barang keperluan

pribadi dan rumah tangga (ISIC 3610, 5260)

• Industri primer pengolahan hasil hutan: Getah

pinus dan Bambu (ISIC 0200)

• Industri kayu gergajian (kapasitas produksi

sampai dengan 2000 M3/tahun)

• Industri primer pengolahan rotan (ISIC 2010)

b. 100% Penyertaan Modal Dalam Negeri:

• Industri alat utama pertahanan dan keamanan

(ISIC 2520, 2893, 2927, 2929, 3530, 3610)

• Industri dan usaha pengolahan obat tradisional

dan ekstrak bahan alam (ISIC 2423).

LAMPIRAN I – JADWAL – INDONESIA – 20 dari 35

11. Sektor:

Sub-Sektor:

Klasifikasi Industri:

Industry Classification

Kewajiban Terkait:

Tingkat Pemerintah:

Sumber Tindakan:

:

:

:

:

:

:

Pertanian

-

ISIC (lihat di bawah)

Perlakuan Nasional (Pasal 14.4)

Pusat

- Undang-undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang

Perkebunan

- Undang-undang Nomor 18 tahun 2009 tentang

Kesehatan Hewan dan Peternakan dan

Undang-undang Nomor 41 Tahun 2014 tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 18

Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan

Hewan

- Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang

Kehutanan

- Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang

Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan

Ekosistemnya

- Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata

Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan

Hutan, serta Pemanfaatan Hutan sebagaimana

telah diubah dengan Peraturan Pemerintah

Nomor 3 Tahun 2008

- Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999

tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan

Satwa Liar

- Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2010

tentang Usaha Budidaya Tanaman

- Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor

44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha

yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka

dengan Persyaratan di Bidang Penanaman

Modal

- Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995

tentang Pembenihan Tanaman

- Peraturan Menteri Pertanian Nomor 98 Tahun

2013 tentang Pedoman Perizinan Usaha

LAMPIRAN I – JADWAL – INDONESIA – 21 dari 35

Deskripsi:

:

Perkebunan j.o. Peraturan Menteri Pertanian

No. 21 Tahun 2017 tentang Perubahan Kedua

atas Peraturan Menteri Pertanian Nomor 98

Tahun 2013

- Keputusan Menteri Pertanian Nomor 404 Tahun

2002 tentang Pedoman Perizinan dan

Pendaftaran Usaha Peternakan

- Peraturan Menteri Pertanian Nomor 70 Tahun

2014 tentang Pedoman Perizinan Usaha

Budidaya Hortikultura

- Peraturan Menteri Pertanian Nomor 2 Tahun

2009 tentang Pedoman Pelayanan Jasa Medik

Veteriner

- Peraturan Menteri Pertanian Nomor 39 Tahun

2010 tentang Pedoman Perizinan Usaha

Budidaya Tanaman Pangan

- Peraturan Pemerintah.

Penanaman Modal

Penanam Modal Asing dilarang membangun lini

bisnis berikut di Indonesia:

a. Dicadangkan untuk Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah:

­ Usaha perbenihan/pembibitan tanaman

dengan luas kurang dari 25 Ha:

• Tanaman pangan pokok (padi, jagung,

kedelai, kacang tanah, kacang hijau

termasuk ubi kayu dan ubi jalar) dan

tanaman pangan pokok lainnya yang tidak

diklasifikasikan di tempat lain (ISIC 0111,

0112, 0113, 0200).

­ Usaha perbenihan/pembibitan tanaman

dengan luas kurang dari 25 Ha:

• Tanaman jarak pagar, tanaman pemanis

lainnya, tanaman tebu, tanaman

tembakau, tanaman bahan baku tekstil

dan tanaman kapas, tanaman lain yang

tidak diklasifikasikan di tempat lain,

tanaman jambu mete, tanaman kelapa,

tanaman kelapa sawit, tanaman untuk

LAMPIRAN I – JADWAL – INDONESIA – 22 dari 35

bahan minuman (teh, kopi dan kakao),

tanaman lada, tanaman cengkeh,

tanaman minyak atsiri, tanaman

obat/bahan farmasi (selain dari

hortikultura), tanaman rempah lainnya,

tanaman karet dan penghasil getah

lainnya (ISIC 0111, 0112, 0113, 0200).

­ Usaha perkebunan dengan luas kurang dari

25 Ha:

• Tanaman pemanis lainnya, tanaman tebu,

tanaman tembakau, tanaman bahan baku

tekstil dan tanaman kapas, tanaman

jambu mete, tanaman kelapa, tanaman

kelapa sawit, tanaman untuk bahan

minuman (teh, kopi dan kakao), tanaman

lada, tanaman cengkeh, tanaman minyak

atsiri, tanaman obat/bahan farmasi selain

dari hortikultura, tanaman rempah lainnya,

tanaman karet dan penghasil getah

lainnya, tanaman perkebunan lainnya

(ISIC 0111, 0112, 0113, 0200).

­ Pembibitan dan budidaya babi dengan

jumlah kurang dari atau sama dengan 125

ekor (ISIC 0122)

­ Pembibitan dan peternakan ayam kampung

“ayam buras” dan persilangan dan

perternakannya (ISIC 0122).

LAMPIRAN I – JADWAL – INDONESIA – 23 dari 35

12. Sektor:

Sub-Sektor:

Klasifikasi Industri:

Kewajiban Terkait:

Tingkat Pemerintah:

Sumber Tindakan:

Deskripsi:

:

:

:

:

:

:

:

Kehutanan

-

ISIC (lihat di bawah)

Perlakuan Nasional (Pasal 14.4)

Pusat

- Undang-undang Nomor 41 tahun 1999 tentang

Kehutanan

- Undang-undang nomor 5 tahun 1990 tentang

Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan

Ekosistemnya

- Pemerintah nomor 6 tahun 2007 sebagaimana

diamandemen oleh Peraturan Pemerintah nomor 3

tahun 2008 tentang Tata Hutan Dan Penyusunan

Rencana Pengelolaan Hutan Serta Pemanfaatan

Hutan

- Peraturan Pemerintah nomor 36 tahun 2010

tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka

Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya,

dan Taman Wisata Alam

- Peraturan Pemerintah nomor 8 tahun 1999 tentang

Pemanfaatan Jenis Tumbuhan Dan Satwa Liar.

- Peraturan Presiden Repubilk Indonesia nomor 44

tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha yang

Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan

Persyaratan di Bidang Penanaman Modal

- Peraturan Pemerintah.

Penanaman Modal

Penanam Modal Asing tidak diperbolehkan untuk

mendirikan usaha pada sektor berikut di Indonesia:

a. Dicadangkan untuk Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah:

• Penguasaan tanaman hutan lainnya (pohon

palem, kemiri, biji asam, bahan baku arang,

kayu manis) (ISIC 0200)

LAMPIRAN I – JADWAL – INDONESIA – 24 dari 35

• Penguasaan Sarang Burung Walet di alam

(ISIC 0122)

b. 100% Partisipasi Kepemilikan Dalam Negeri:

• Penguasaan produk kayu hutan dari hutan

alam (ISIC 0200)

• Menumbuhkan dan memperdagangkan bibit

dan bibit pohon / tanaman hutan (ekspor dan

impor bibit dan bibit pohon / tanaman hutan)

(ISIC 5121)

• Penguasaan sumber daya air di kawasan

hutan (ISIC 0200)

• Menangkap dan memperdagangkan tanaman

liar dan hewan liar dari habitat alam liar (ISIC

0150).

LAMPIRAN I – JADWAL – INDONESIA – 25 dari 35

13. Sektor:

Sub-Sektor:

Klasifikasi Industri:

Industry Classification

Kewajiban Terkait:

Tingkat Pemerintah:

Sumber Tindakan:

Deskripsi:

:

:

:

:

:

:

:

Semua Sektor

-

-

Perlakuan Nasional (Pasal 14.4)

Pusat

- Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal

- Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang

Pertambangan Mineral dan Batubara

- Undang-undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang

Perubahan atas Undang-undang Nomor 27 tahun

2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan

Pulau-pulau Kecil

- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham Dalam

Badan usaha Yang Didirikan Dalam Rangka

Penanaman Modal Asing

- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan

Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara Jo.

Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2014

tentang Perubahan Ketiga Jo. Peraturan

Pemerintah Nomor 1 Tahun 2017 tentang

Perubahan Keempat

- Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya

Mineral Nomor 9 Tahun 2017 tentang Tata Cara

Divestasi Saham dan Mekanisme Penetapan

Harga Saham Divestasi pada Kegiatan Usaha

Pertambangan Mineral dan Batubara

Penanaman Modal

1. Seperti yang dapat dipersyaratkan oleh otoritas

pemerintah yang relevan, sebuah badan usaha di

mana penanam modal asing6 memiliki 100

6 Untuk keperluan reservasi ini, istilah “penanam modal asing” memiliki pengertian sebagaimana tercantum dalam Undang-undang no.25 tahun 2007

LAMPIRAN I – JADWAL – INDONESIA – 26 dari 35

persen saham, tunduk pada pemberitahuan

terlebih dahulu sebelum pemberian lisensi,

setelah periode tertentu sejak dimulainya

produksi komersial, penanam modal asing

tersebut wajib menjual bagian dari saham badan

usaha kepada penanam modal domestik7.

2. Dalam sub-sektor Pertambangan Mineral dan

Batubara8, izin usaha pertambangan (‘Izin Usaha

Pertambangan’) untuk penanaman modal asing9

akan diberikan oleh Menteri Energi dan Sumber

Daya Mineral Republik Indonesia.

Tunduk pada pemberitahuan awal sebelum

pemberian izin usaha pertambangan ('Izin Usaha

Pertambangan'), lima tahun setelah dimulainya

produksi, pemegang saham asing10 dari

penanaman modal asing wajib menjual sahamnya

secara bertahap kepada pemegang saham

Indonesia11 sesuai dengan prioritas berikut:

1) pemerintah pusat,

2) pemerintah provinsi,

3) kabupaten/kota,

4) Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha

Milik Daerah; dan

5) badan usaha swasta nasional12.

7 Untuk keperluan reservasi ini, istilah “penanam modal domestik” memiliki arti yang ditetapkan oleh Undang-undang No 25 tahun 2007. 8 Untuk keperluan reservasi ini, ruang lingkup sub-sektor pertambangan mineral dan batu bara memiliki arti sebagaimana ditetapkan di Undang-undang No. 4 tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara, Undang-undang No. 23 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Pertambangan Mineral dan Batu Bara Jo. Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 2017 tentang Perubahan keempat Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2010 tentang Pelaksanaan kegiatan Pertambangan Mineral dan Batu Bara. 9 Untuk keperluan reservasi ini, istilah “penanam modal asing” memiliki arti yang ditetapkan dalam Undang-undang No. 25 tahun 2007. 10 Untuk keperluan reservasi ini, istilah “pemegang saham asing” memiliki arti yang ditetapkan Peraturan Pemerintah no. 24 tahun 2012 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah no. 23 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Pertambangan Mineral dan Batu Bara. 11 Untuk keperluan reservasi ini, istilah “pemegang saham Indonesia” memiliki arti yang ditetapkan Peraturan Pemerintah no. 23 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Pertambangan Mineral dan Batu Bara Jo. Peraturan Pemerintah no. 24 tahun 2012 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah no. 23 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Pertambangan Mineral dan Batu Bara. 12 Untuk keperluan reservasi ini, istilah "badan usaha swasta nasional" memiliki arti yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Penambangan Mineral dan Batubara.

LAMPIRAN I – JADWAL – INDONESIA – 27 dari 35

Saham dari pemegang saham Indonesia

dimaksud wajib sekurang-kurangnya sebagai

berikut:

a. 20% dari total saham pada tahun ke-6;

b. 30% persen dari total saham pada tahun ke-

7;

c. 37% persen dari total saham pada tahun ke-

8;

d. 44% dari total saham pada tahun ke-9;

e. 51% dari total saham pada tahun ke-10.

LAMPIRAN I – JADWAL – INDONESIA – 28 dari 35

14. Sektor:

Sub-Sektor:

Klasifikasi Industri:

Industry Classification

Kewajiban Terkait:

Tingkat Pemerintah:

Sumber Tindakan:

Deskripsi:

:

:

:

:

:

:

:

Pertambangan dan Penggalian

-

ISIC 1010, 1020, 1030, 1310, 1320

Perlakuan Nasional (Pasal 14.4)

Pusat

- Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang

Pertambangan Mineral dan Batubara

- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan

Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara Jo.

Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2017

tentang Perubahan Keempat Peraturan

Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010

- Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya

Mineral No. 11 Tahun 2018 tentang Tata Cara

Pemberian Wilayah, Perizinan, dan Pelaporan

Pada Kegiatan Usaha Pertambangan

Penanaman Modal

Izin Usaha Pertambangan, yang selanjutnya disebut

WIUP, yang mengacu pada suatu wilayah yang

diberikan kepada pemegang Izin Usaha

Pertambangan.

Penanam modal asing atau badan hukum yang

diatur berdasarkan undang-undang negara lain yang

berkeinginan melakukan penanaman modal di

Indonesia dilarang berpartisipasi dalam lelang WIUP

mineral dan batubara dengan luas kurang dari 500

Hektar.

LAMPIRAN I – JADWAL – INDONESIA – 29 dari 35

15. Sektor:

Sub-Sektor:

Klasifikasi Industri:

Industry Classification

Kewajiban Terkait:

Tingkat Pemerintah:

Sumber Tindakan:

Deskripsi:

:

:

:

:

:

:

:

Manufaktur, Pertanian, Perikanan, Kehutanan

-

-

Perlakuan Nasional (Pasal 14.4)

Perlakuan yang Sama (Pasal 14.5)

Larangan Persyaratan Pelaksaaan (Pasal14.6)

Manajemen Senior dan Dewan Direksi (Article 14.10)

Pusat

Peraturan Presiden Repubilk Indonesia nomor 44

tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha yang

Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan

Persyaratan di Bidang Penanaman Modal

Penanaman Modal

Bidang usaha ini tertutup bagi penanaman modal:

• Budidaya ganja (ISIC 0111)

• Penangkapan spesies ikan yang tercantum

dalam Apendiks I pada Konvensi

Perdagangan Internasional Spesies Fauna

dan Flora Liar yang Terancam Punah

(“CITES”) (ISIC 0500)

• Pengangkatan artefak berharga dari bangkai

kapal (ISIC 6303)

• Pemanfaatan (koleksi) karang dari alam untuk

bahan bangunan / kapur / kalsium, akuarium,

dan suvenir / perhiasan serta karang hidup

atau karang mati (karang yang baru saja mati)

dari alam (ISIC 0500)

• Industri pembuatan alkali Chloral di bawah

proses merkuri (ISIC 2411)

• Industri zat aktif pestisida: Dichloro Diphenyl

Trichloroethane (DDT), Aldrin, Endrin,

Dieldrin, Chlordane, Heptachlor, Mirex, dan

Toxaphene (ISIC 2421)

• Industri kimia industri dan Zat Perusak Ozon

LAMPIRAN I – JADWAL – INDONESIA – 30 dari 35

(BPO): Polychlorinated Biphenyl (PCB),

Hexachlorobenzene dan Carbon

Tetrachloride (CTC), Mthyl Chloroform, Metil

Bromida, Trichloro Fluoro Methane (CFC-11),

Dichloro Trifluoro Ethane (CFC-12), Trichloro

Trifluoro Ethane (CFC-113), Dichloro Tetra

Fluoro Ethane (CFC-114), Chloro Pentafluoro

Ethane (CFC-115), Chloro Trifluoro Methane

(CFC-13), Tetrachloro Difluoro Ethane (CFC-

112), Pentachloro Fluoro Ethane (CFC) -111),

Chloro Heptafluoro Propane (CFC-217),

Dichloro Hexafluoro Propane (CFC-216),

Trichloro Pentafluoro Propane (CFC-215),

Tetrachloro Tetrafluoro Propane (CFC-214),

Pentachloro Trifluoro Propane (CFC-213),

Hexchloro Difluoro Propane (CFC-211),

Bromo Chloro Difluoro Methane (Halon-1211),

Bromo Trifluoro Methane (Halon 1301),

Dibromo Tetrafluoro Ethane (Halon-2402), R-

500, R-502 (ISIC 2411)

• Industri bahan kimia yang terdaftar dalam

Jadwal I Konvensi Senjata Kimia

sebagaimana tercantum dalam Apendiks I

Undang-undang Nomor 9 Tahun 2008

Tentang Penggunaan Bahan Kimia sebagai

Senjata Kimia (ISIC 2411)

• Industri minuman keras yang mengandung

alkohol (ISIC 1551)

• Industri minuman yang mengandung alkohol:

Minuman Fermentasi Anggur (ISIC 1552)

• Industri minuman dari biji-bijian serealia (ISIC

1553).

LAMPIRAN I – JADWAL – INDONESIA – 31 dari 35

LAMPIRAN I – JADWAL – INDONESIA – 32 dari 35

16. Sektor:

Sub-Sektor:

Klasifikasi Industri:

Industry Classification

Kewajiban Terkait:

Tingkat Pemerintahan:

Sumber Tindakan:

Deskripsi:

:

:

:

:

:

:

:

Semua Sektor

-

-

Larangan Persyaratan Pelaksaaan (Article 14.6)

Pusat dan Daerah

Seluruh tindakan yang tidak sesuai yang berlaku

Penanaman Modal

Seluruh tindakan yang tidak sesuai yang berlaku

LAMPIRAN I – JADWAL – INDONESIA – 33 dari 35

17. Sektor: : Infrastruktur Energi

Sub-Sektor:

:

-

Klasifikasi Industri:

:

-

Kewajiban Terkait:

Tingkat Pemerintahan:

:

:

Perlakuan Nasional (Pasal 14.4)

Pusat

Sumber Tindakan:

:

-

Desckripsi: : Penanaman Modal

a. Kepemilikan asing dalam pembangkit

listrik >10 MW (KBLI 35101) tidak

diperbolehkan lebih dari 95% dari total

modal.

b. Kepemilikan asing dalam pembangkit

listrik tenaga panas bumi dengan

kapasitas ≤ 10 MW (KBLI 35101) tidak

diperbolehkan lebih dari 51 % dari total

modal.

LAMPIRAN I – JADWAL – INDONESIA – 34 dari 35

18. Sektor: : Infrastruktur Pengangkutan

Sub-Sektor:

:

-

Klasifikasi Industri:

:

-

Kewajiban Terkait:

:

Perlakuan Nasional (Pasal 14.4)

Tingkat Pemerintahan:

: Pusat

Sumber Tindakan: : -

Deskripsi:

:

Penanaman Modal

Kepemilikan asing dalam konsesi pembangunan

jalan bebas hambatan, jembatan dan

terowongan tidak diperbolehkan lebih dari 67%

dari total kepemilikan.

LAMPIRAN I – JADWAL – INDONESIA – 35 dari 35

19. Sektor:

Sub-Sektor:

Klasifikasi Industri:

Industry Classification

Kewajiban Terkait:

Tingkat Pemerintahan:

Sumber Tindakan:

Deskripsi:

:

:

:

:

:

:

:

Semua Sektor

-

-

Perlakuan Nasional (Pasal 14.4)

Pusat

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang

Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan

Penanaman Modal

Pembayar Pajak di luar negeri akan dipotong pajak

sebesar 20% jika menerima pendapatan yang

berasal dari Indonesia, berupa:

(a) bunga;

(b) royalti;

(c) dividen;

(d) imbalan sehubungan dengan penyediaan

jasa yang dilaksanakan di Indonesia.