PEMERIKSAAN TELINGA

45

Transcript of PEMERIKSAAN TELINGA

Page 1: PEMERIKSAAN TELINGA
Page 2: PEMERIKSAAN TELINGA

Pemeriksaan Telinga

Risma. Mely. ErlinaPembimbing : dr. Novemi Elynawati, Sp.THT

Page 3: PEMERIKSAAN TELINGA

Pemeriksaan Telinga

Page 4: PEMERIKSAAN TELINGA

Aurikula

Page 5: PEMERIKSAAN TELINGA

Gambar Aurikula

Page 6: PEMERIKSAAN TELINGA

Kelainan pada Aurikula

Page 7: PEMERIKSAAN TELINGA

MAE

Page 8: PEMERIKSAAN TELINGA

Kelainan pada MAE

Page 9: PEMERIKSAAN TELINGA

Membrana Timpani

Page 10: PEMERIKSAAN TELINGA
Page 11: PEMERIKSAAN TELINGA

Gambar Membrana Timpani

Page 12: PEMERIKSAAN TELINGA

Kelainan pada membrana timpani

Page 13: PEMERIKSAAN TELINGA

Otoskopia Tujuan:• Memeriksa MAE dan membrana timpani dengan meneranginya memakai• cahaya lampu.

Alat:1. Lampu Kepala Van Hasselt2. Otoskop3. Spekulum Telinga4. Alat Penghisap5. Hak Tajam6. Pemilin Kapas7. Forsep Telinga8. Balon plitzer9. Semprit Telinga

Page 14: PEMERIKSAAN TELINGA

Pelaksanaan A. Cara Memakai Lampu Kepala: Pasang lampu kepala, sehingga tabung lampu berada di antara kedua mata Letakkan telapak tangan kanan pada jarak 30 cm di depan mata kanan Mata kiri ditutup Proyeksi tabung harus tampak terletak medial dari proyeksi cahaya dan saling

bersinggungan Diameter proyeksi cahaya kurang lebih 1 cm

Page 15: PEMERIKSAAN TELINGA

• B. Cara Duduk:

Penderita duduk di depan pemeriksa

Lutut kiri pemeriksa berdempetan dengan lutut kiri penderita

Kepala dipegang dengan ujung jari

Waktu memriksa telinga yang kontra lateral, hanya posisi kepala

penderita yang diubah

Kaki, lutut pemeriksa dan

penderita tetap pada keadaan semula

Page 16: PEMERIKSAAN TELINGA

• C. Cara Memegang Telinga: Kanan Aurikulum dipegang dengan jari I dan II, sedangkan jari III, IV, V pada

planum mastoid Aurikulum ditarik ke arah posterosuperior untuk meluruskan MAE

Kiri Aurikulum dipegang dengan jari I dan II, sedangkan jari III, IV, V di depan

aurikulum Aurikulum ditarik ke arah posterosuperior

Page 17: PEMERIKSAAN TELINGA

• D. Cara Memegang Otoskop:

Pilih spekulum telinga yang sesuai dengan lumen MAE

Nyalakan lampu otoskop

Masukan spekulum telinga pada MAE

Page 18: PEMERIKSAAN TELINGA

• E. Cara Memilin Kapas:

Ambil sedikit kapas, letakkan pada pemilin kapas dengan ujung pemilin

berada di dalam tepi kapas

Pilin perlahan searah jarum jam

Untuk melepasnya, ambil sedikit kapas, putar berlawanan arah dengan

jarum jam

Page 19: PEMERIKSAAN TELINGA

Tes Pendengaran

Page 20: PEMERIKSAAN TELINGA

Tes BisikSyarat :

Tempat :

Ruangan sunyi dan tidak ada echo (dinding dibuat tidak rata atau dilapisi

“soft board”/korden), serta ada jarak sepanjang 6 m.

Penderita (yang diperiksa)

Mata ditutup/dihalangi agar tidak membaca gerak bibir

Telinga yang diperiksa dihadapkan kearah pemeriksa

Telinga yang tak diperiksa, ditutup atau dimasking dengan menekan-nekan

tragus ke arah MAE oleh pembantu pemeriksa. Bila tak ada pembantu, telinga

ditutup kapas yang di basahi gliserin.

Mengulang dengan keras dan jelas kata-kata yang dibisikkan

Page 21: PEMERIKSAAN TELINGA

• Pemeriksa :

Kata-kata dibisikkan dengan udara cadangan paru-

paru, sesudah ekspirasi biasa.

Kata-kata yang dibisikkan terdiri dari 1 atau 2 suku

kata yang dikenal penderita, biasanya kata-kata

benda yang ada di sekeliling kita. Kata harus

mengandung huruf lunak (frekuensi rendah) dan

huruf desis (frekuensi tinggi)

Page 22: PEMERIKSAAN TELINGA

Tehnik

Penderita dan pemeriksa sama-sama berdiri, penderita tetap di tempat, sedang

pemeriksa yang berpindah tempat.

Mulai pada jarak 1 m, dibisikkan 5 atau 10 kata (umumnya 5 kata).

Bila semua kata dapat didengar, pemeriksa mundur ke jarak 2 m dibisikkan kata

lain dalam jumlah yang sama, bila didengar semua – mundur lagi, sampai pada

jarak dimana penderita mendengar 80% kata-kata (mendengar 4 kata dari 5 kata

yang dibisikkan), pada jarak itulah tajam pendengaran telinga yang di tes.

Untuk memastikan apakah hasil tes benar maka dapat di tes ulang. Misalnya tajam

pendengaran 3 m, maka bila pemeriksa maju ke arah 2 m penderita akan

mendengar semua kata yang dibisikkan (100%) dan bila pemeriksa mundur ke jarak

4m maka penderita hanya mendengar kurang dari 80% kata yang dibisikkan.

Page 23: PEMERIKSAAN TELINGA

HASIL TES• Pendengaran dapat dinilai secara kuantitatif (tajam Pendengaran)

KUANTITATIF

Fungsi pendengaran Suara bisik

Normal 6 m

Tuli Ringan 4 m - <6 m

Tuli Sedang 1 m - <4 m

Tuli Berat <1 m

Tuli Total Bila berteriak di depan

telinga, penderita tetap tidak

mendengar

Page 24: PEMERIKSAAN TELINGA

Tes bisik modifikasi

• Digunakan untuk skrining pendengaran, yaitu untuk menapis/memisahkan kelompok pendengaran normal dan kelompok tidak normal pada sejumlah besar populasi, misalnya pada uji kesehatan penerimaan mahasiswa atau pegawai.

Page 25: PEMERIKSAAN TELINGA

Caranya :

Tes dikerjakan diruang kedap suara dibisikkan 10 kata-kata,

dengan intensitas lebih rendah dari tes bisik konvensional

karena jarak lebih dekat.

Untuk memperpanjang jarak pemeriksa dapat menjauhkan

mulutnya dengan telinga penderita yang diperiksa yaitu

dengan jalan menoleh atau duduk di belakang penderita,

sambil memberi masking pada telinga yang diperiksa. Bila

penderita dapat dengan betul 80% kata-kata yang dibisikkan

maka dinyatakan pendengarannya normal.

Page 26: PEMERIKSAAN TELINGA
Page 27: PEMERIKSAAN TELINGA

Tes batas atas dan batas bawah

• Tujuan : menentukan frekwensi garpu tala yang dapat di dengar penderita melewati hantaran udara bila dibunyikan pada intensitas ambang normal.

Page 28: PEMERIKSAAN TELINGA

Cara :

Semua garpu tala (dapat dimulai dari frekwensi terendah berurutan

sampai frekwensi tertinggi/ sebaliknya) dibunyikan satu persatu,

dengan cara dipegang tangkainya kemudian kedua ujung kakinya

dibunyikan dengan lunak (dipetik dengan ujung jari/kuku,

didengarkan terlebih dulu oleh pemeriksa sampai bunyi hampir

hilang untuk mencapai intensitas bunyi yang terendah bagi orang

normal/nilai ambang normal), kemudian diperdengarkan pada

penderita dengan meletakkan garpu tala di dekat MAE pada jarak 1-

2 cm dalam posisi tegak dan 2 kaki pada garis yang menghubungkan

MAE kanan dan kiri.

Page 29: PEMERIKSAAN TELINGA

Interpretasi

Normal : mendengar garpu tala pada semua frekwensi.

Tuli konduksi : batas bawah naik (frekwensi rendah tak

terdengar)

Tuli sensori neural : batas atas turun (frekwensi tinggi tak

terdengar)

Kesalahan : Garpu tala dibunyikan terlalu keras shg tidak dapat

mendeteksi pada frekwensi mana penderita tak mendengar.

Page 30: PEMERIKSAAN TELINGA

Tes Rinne• Tujuan : membandingkan hantaran udara dan

hantaran tulang pada satu telinga penderita.

• Cara : A. Bunyikan garpu tala frekwensi 512 Hz, letakkan

tangkainya tegak lurus pada planum mastoid penderita (posterior dari MAE) sampai penderita tak mendengar, kemudian cepat pindahkan ke depan MAE penderita. Apabila penderita masih mendengar garpu tala di depan MAE disebut Rinne positif, bila tidak mendengar disebut Rinne negatif.

Page 31: PEMERIKSAAN TELINGA

Interpretasi :

• Normal : tidak ada lateralisasi• Tuli konduksi : mendengar lebih keras di

telinga yang sakit.• Tuli sensori neural : mendengar lebih keras

pada telinga yang sehat.

Karena menilai kedua telinga sekaligus maka kemungkinannya dapat lebih dari satu

Page 32: PEMERIKSAAN TELINGA

• B. Bunyikan garpu tala frekwensi 512 Hz, kemudian dipancangkan pada planum mastoid, kemudian segera dipindah di depan MAE, penderita ditanya mana yang lebih keras. Bila lebih keras di depan disebut Rinne positif, bila lebih keras di belakang Rinne negatif

Page 33: PEMERIKSAAN TELINGA

Interpretasi :

• Normal : Rinne positif• Tuli konduksi : Rinne negatif• Tuli sensori neural : Rinne positif

Kadang-kadang terjadi false Rinne (pseudo positif atau pseudo negatif) terjadi bila stimulus bunyi ditangkap oleh telinga yang tidak di tes, hal ini dapat terjadi bila telinga yang tidak dites pendengarannya jauh lebih baik daripada yang di tes.

Page 34: PEMERIKSAAN TELINGA

Kesalahan :

• Garpu tala tidak diletakkan dengan baik pada mastoid atau miring, terkena rambut, jaringan lemak tebal shg penderita tidak mendengar atau getaran terhenti karena kaki garpu tala tersentuh aurikulum.

• Penderita terlambat memberi isyarat waktu garpu tala sudah tak terdengar lagi, shg waktu dipindahkan di depan MAE getaran garpu tala sudah berhenti

Page 35: PEMERIKSAAN TELINGA

Tes Weber

• Tujuan : membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga

penderita.

• Cara :

Garpu tala frekwensi 512 Hz dibunyikan, kemudian tangkainya diletakkan

tegak lurus di garis median, biasanya di dahi (dapat pula pada vertex,

dagu atau pada gigi insisivus) dengan kedua kaki pada garis horizontal.

Penderita diminta untuk menunjukkan telinga mana yang mendengar

atau mendengar lebih keras. Bila mendengar pada satu telinga disebut

lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Bila kedua telinga tak mendengar atau

sama-sama mendengar bararti tak ada lateralisasi.

Page 36: PEMERIKSAAN TELINGA

Interpretasi :

• Normal : tidak ada lateralisasi• Tuli konduksi : mendengar lebih keras

di telinga yang sakit.• Tuli sensori neural : mendengar lebih keras

pada telinga yang sehat.Karena menilai kedua telinga sekaligus maka kemungkinannya dapat lebih dari satu

Page 37: PEMERIKSAAN TELINGA

• Contoh : lateralisasi ke kanan, dapat di interpretasikan :

– Tuli konduksi kanan, telinga kiri normal– Tuli konduksi kanan dan kiri, tetapi kanan lebih

berat.– Tuli sensori neural kiri, telinga kanan normal.– Tuli sensori neural kanan dan kiri, tetapi kiri lebih

berat– Tuli konduksi kanan dan sensori neural kiri.

Page 38: PEMERIKSAAN TELINGA

2. Garpu tala 512 Hz dibunyikan kemudian diletakkan tegak lurus pada mastoid penderita, bila penderita sudah tidak mendengar maka secepatnya garpu tala dipindahkan pada mastoid pemeriksa, bila pemeriksa masih mendengar berarti Schwabach penderita memendek.

Page 39: PEMERIKSAAN TELINGA

Interpretasi

• Normal : Schwabach normal• Pada tuli konduksi : Schwabach memanjang• Pada tuli sensori neural : Schwabach memendek

Page 40: PEMERIKSAAN TELINGA

Gambar Tes garputala

Page 41: PEMERIKSAAN TELINGA

RingkasanRingkasan

Tuli konduksi Tes Tuli Sensori Neural

Normal Batas Atas Menurun

Naik Batas Bawah Normal

Negatif Rinne Positif

Lateralisasi ke sisi sakit Weber Lateralisasri ke sisi sehat

Memanjang Schwabach Memendek

Page 42: PEMERIKSAAN TELINGA

Gambar audiogram normal, tuli konduksi, sensoneural, campuran

Page 43: PEMERIKSAAN TELINGA

Penulisan Hasil

• Simbol telinga kiri : AC X BC >warna hitam/biru• Simbol telinga kanan : AC 0 BC <warna merah

Hasil pembacaan pada audiogram :1. Pendengaran normal : AC dan BC ≤ 20 dB2. Tuli konduksi : AC > 20 dB

BC ≤ 20 dBAda air – bone gap (tidak berhimpit)

Page 44: PEMERIKSAAN TELINGA

3. Tuli sensori normal: AC dan BC turun > 20 dB berimpit

4. Tuli Campuran : AC dan BC > 20 dB Ada air – bone

gap

Klasifikasi derajat ketulian rata-rata pada frek. 500, 1000 dan 2000 Hz :

0-25 dB : normal26-40 dB : tuli ringan41-60 dB : tuli sedang61-90 dB : tuli berat>90 dB : tuli sangat berat

Page 45: PEMERIKSAAN TELINGA

• TERIMA KASIH