Teknik Pemeriksaan Telinga

54
PEMERIKSAAN TELINGA

description

THT

Transcript of Teknik Pemeriksaan Telinga

Page 1: Teknik Pemeriksaan Telinga

PEMERIKSAAN TELINGA

Page 2: Teknik Pemeriksaan Telinga

PEMERIKSAAN TELINGA

Aurikulum

Meatus akustikus eksternus (MAE)

Membrana timpani

Page 3: Teknik Pemeriksaan Telinga
Page 4: Teknik Pemeriksaan Telinga

AURIKULUM

BAGIAN BERTULANG RAWAN Heliks dan Anti Heliks Tragus dan Anti Tragus Konka Sulkus Retroaurikuler

BAGIAN TIDAK BERTULANG RAWAN Lobulus

Page 5: Teknik Pemeriksaan Telinga

GAMBAR AURIKULUM

Page 6: Teknik Pemeriksaan Telinga

MEATUS AKUSTIKUS EKSTERNUS

MAE berbentuk tabung dan terdiri dari 2 bagian:

Bagian 1/3 luar adalah pars kartilagenus:Merupakan kelanjutan dari aurikulumMempunyai rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumenalisKulit merekat erat dengan perikondrium

Bagian 2/3 dalam adalah pars osseus:Merupakan bagian dari os temporaleTidak berambutAda penyempitan yaitu istmus MAETidak mobil terhadap sekitarnya

Page 7: Teknik Pemeriksaan Telinga

MEMBRANA TIMPANI Posisi- Membentuk sudut 45’ dengan bidang horisontal dan sagital- Tepi bawah terletak 6 mm lebih medial daripada tepi atas- Pada bayi < 1 tahun letaknya lebih horisontal dan frontal

Warna- Putih mengkilat seperti mutiara

Ukuran- Tinggi 9 - 10 mm, lebar 8 - 9 mm

Bentuk- Oval yang condong ke anterior

Bagian- Pars Tensa- Pars Flaksida

Page 8: Teknik Pemeriksaan Telinga

GAMBAR MEMBRANA TIMPANI KANAN

Keterangan:1. Pars Flaksida2. Prosesus Brevis3. Plika Anterior4. Plika Posterior5. Pars Tensa6. Umbo7. Manubrium Mallei8. Refleks Cahaya

Page 9: Teknik Pemeriksaan Telinga

MEMBRANA TIMPANI NORMAL

Page 10: Teknik Pemeriksaan Telinga

KUADRAN MEMBRANA TIMPANI

Page 11: Teknik Pemeriksaan Telinga

PATOLOGI MEMBRANA TIMPANI

Perubahan Warna:oMerah (hiperemia akibat radang)

oHitam atau Kuning (fungi)

oPutih (fungi atau asidum boricum pulveratum)

oKebiruan (hemato timpani)

Page 12: Teknik Pemeriksaan Telinga

PERUBAHAN POSISI

- Retraksi: Manubrium mallei memendek karena tertarik ke medial dan lebih horisontal Refleks cahaya berubah bentuk/ hilang sama sekali Prosesus brevis menonjol keluar Plika posterior lebih jelas Plika anterior tak tampak oleh karena tertutup prosesus brevis yang menonjol

- Bombans: Membrana timpani terdesak ke lateral Cembung Warna merah

Page 13: Teknik Pemeriksaan Telinga

PERUBAHAN STRUKTUR

Perforasi: Letak (sentral, marginal, atik) Bentuk (bulat, oval, ginjal, jantung, sub total)Ruptura: Akibat trauma (berbentuk bintang dan ada bekuan darah)Sikatriks: Bekas perforasi yang sudah menutupGranulasi

Page 14: Teknik Pemeriksaan Telinga
Page 15: Teknik Pemeriksaan Telinga

• Perforasi Marginal dan Atik

Page 16: Teknik Pemeriksaan Telinga

MEMBRANA TIMPANI BOMBANS

Page 17: Teknik Pemeriksaan Telinga

Tujuan: Memeriksa MAE dan membrana timpani dengan meneranginya memakai cahaya lampu.

Alat:1. Lampu Kepala Van Hasselt2. Otoskop3. Spekulum Telinga4. Alat Penghisap5. Hak Tajam6. Pemilin Kapas7. Forsep Telinga8. Balon plitzer9. Semprit Telinga

CARA MEMERIKSA TELINGA (OTOSKOPIA)

Page 18: Teknik Pemeriksaan Telinga

GAMBAR ALAT PEMERIKSAAN TELINGA

Page 19: Teknik Pemeriksaan Telinga

A. Cara Memakai Lampu Kepala: Pasang lampu kepala, sehingga tabung lampu berada di antara kedua

mata Letakkan telapak tangan kanan pada jarak 30 cm di depan mata kanan Mata kiri ditutup Proyeksi tabung harus tampak terletak medial dari proyeksi cahaya dan

saling bersinggungan Diameter proyeksi cahaya kurang lebih 1 cm

PELAKSANAAN

Page 20: Teknik Pemeriksaan Telinga

B. Cara Duduk:

Penderita duduk di depan pemeriksa

Lutut kiri pemeriksa berdempetan dengan lutut kiri

penderita

Kepala dipegang dengan ujung jari

Waktu memriksa telinga yang kontra lateral, hanya

posisi kepala penderita yang diubah

Kaki, lutut pemeriksa dan penderita tetap pada

keadaan semula

Page 21: Teknik Pemeriksaan Telinga
Page 22: Teknik Pemeriksaan Telinga

C. Cara Memegang Telinga:KananAurikulum dipegang dengan jari I dan II, sedangkan jari III, IV, V pada planum mastoidAurikulum ditarik ke arah posterosuperior untuk meluruskan MAE

KiriAurikulum dipegang dengan jari I dan II, sedangkan jari III, IV, V di depan aurikulumAurikulum ditarik ke arah posterosuperior

Page 23: Teknik Pemeriksaan Telinga

D. Cara Memegang Otoskop:

Pilih spekulum telinga yang sesuai dengan lumen MAE

Nyalakan lampu otoskop

Masukan spekulum telinga pada MAE

Page 24: Teknik Pemeriksaan Telinga

E. Cara Memilin Kapas:

Ambil sedikit kapas, letakkan pada pemilin kapas

dengan ujung pemilin berada di dalam tepi kapas

Pilin perlahan searah jarum jam

Untuk melepasnya, ambil sedikit kapas, putar

berlawanan arah dengan jarum jam

Page 25: Teknik Pemeriksaan Telinga

TES PENDENGARAN

Tes pendengaran yang dapat dilakukan secara sederhana adalah :

• Tes Bisik / tes bisik modifikasi• Tes garpu tala

Page 26: Teknik Pemeriksaan Telinga

TES BISIK

Syarat :

Tempat :

Ruangan sunyi dan tidak ada echo (dinding dibuat tidak rata atau dilapisi “soft

board”/korden), serta ada jarak sepanjang 6 m.

Penderita (yang diperiksa)

Mata ditutup/dihalangi agar tidak membaca gerak bibir

Telinga yang diperiksa dihadapkan kearah pemeriksa

Telinga yang tak diperiksa, ditutup atau dimasking dengan menekan-nekan tragus ke arah

MAE oleh pembantu pemeriksa. Bila tak ada pembantu, telinga ditutup kapas yang di basahi

gliserin.

Mengulang dengan keras dan jelas kata-kata yang dibisikkan

Page 27: Teknik Pemeriksaan Telinga

• Pemeriksa :

Kata-kata dibisikkan dengan udara cadangan paru-paru,

sesudah ekspirasi biasa.

Kata-kata yang dibisikkan terdiri dari 1 atau 2 suku kata

yang dikenal penderita, biasanya kata-kata benda yang

ada di sekeliling kita. Kata harus mengandung huruf lunak

(frekuensi rendah) dan huruf desis (frekuensi tinggi)

Page 28: Teknik Pemeriksaan Telinga

Teknik Pemeriksaan Penderita dan pemeriksa sama-sama berdiri, penderita tetap di tempat, sedang

pemeriksa yang berpindah tempat.

Mulai pada jarak 1 m, dibisikkan 5 atau 10 kata (umumnya 5 kata).

Bila semua kata dapat didengar, pemeriksa mundur ke jarak 2 m dibisikkan kata lain

dalam jumlah yang sama, bila didengar semua – mundur lagi, sampai pada jarak

dimana penderita mendengar 80% kata-kata (mendengar 4 kata dari 5 kata yang

dibisikkan), pada jarak itulah tajam pendengaran telinga yang di tes.

Untuk memastikan apakah hasil tes benar maka dapat di tes ulang. Misalnya tajam

pendengaran 3 m, maka bila pemeriksa maju ke arah 2 m penderita akan

mendengar semua kata yang dibisikkan (100%) dan bila pemeriksa mundur ke jarak

4m maka penderita hanya mendengar kurang dari 80% kata yang dibisikkan.

Page 29: Teknik Pemeriksaan Telinga

HASIL TES• Pendengaran dapat dinilai secara kuantitatif (tajam Pendengaran)

KUANTITATIF

Fungsi pendengaran Suara bisik

Normal 6 m

Tuli Ringan 4 m - <6 m

Tuli Sedang 1 m - <4 m

Tuli Berat <1 m

Tuli Total Bila berteriak di depan telinga, penderita tetap tidak mendengar

Page 30: Teknik Pemeriksaan Telinga

• Frekuensi garpu tala :16..32..64..128..256..512..1024..2048..4096..8192

Bas Discant

Huruf lunak Huruf desis

MutlakUntuk percakapan sehari-hari

Page 31: Teknik Pemeriksaan Telinga

TES BISIK MODIFIKASI

• Digunakan untuk skrining pendengaran, yaitu untuk menapis/memisahkan kelompok pendengaran normal dan kelompok tidak normal pada sejumlah besar populasi, misalnya pada uji kesehatan penerimaan mahasiswa atau pegawai.

Page 32: Teknik Pemeriksaan Telinga

TES BISIK MODIFIKASI

Caranya :

Tes dikerjakan diruang kedap suara dibisikkan 10 kata-kata,

dengan intensitas lebih rendah dari tes bisik konvensional

karena jarak lebih dekat.

Untuk memperpanjang jarak pemeriksa dapat menjauhkan

mulutnya dengan telinga penderita yang diperiksa yaitu dengan

jalan menoleh atau duduk di belakang penderita, sambil

memberi masking pada telinga yang diperiksa. Bila penderita

dapat dengan betul 80% kata-kata yang dibisikkan maka

dinyatakan pendengarannya normal.

Page 33: Teknik Pemeriksaan Telinga

TES GARPU TALA

Ada 4 jenis tes garpu tala yang sering dilakukan :

1. Tes batas atas dan batas bawah

2. Tes Rinne

3. Tes Weber

4. Tes Schwabach

Tes-tes ini memiliki tujuan khusus yang berbeda dan

saling melengkapi.

Page 34: Teknik Pemeriksaan Telinga

1. Tes Batas Atas Batas Bawah

• Tujuan : menentukan frekwensi garpu tala yang dapat di dengar penderita melewati hantaran udara bila dibunyikan pada intensitas ambang normal.

Page 35: Teknik Pemeriksaan Telinga

Cara :

Semua garpu tala (dapat dimulai dari frekwensi terendah berurutan

sampai frekwensi tertinggi/ sebaliknya) dibunyikan satu persatu,

dengan cara dipegang tangkainya kemudian kedua ujung kakinya

dibunyikan dengan lunak (dipetik dengan ujung jari/kuku,

didengarkan terlebih dulu oleh pemeriksa sampai bunyi hampir

hilang untuk mencapai intensitas bunyi yang terendah bagi orang

normal/nilai ambang normal), kemudian diperdengarkan pada

penderita dengan meletakkan garpu tala di dekat MAE pada jarak 1-

2 cm dalam posisi tegak dan 2 kaki pada garis yang menghubungkan

MAE kanan dan kiri.

Page 36: Teknik Pemeriksaan Telinga

Interpretasi

Normal : mendengar garpu tala pada semua

frekwensi.

Tuli konduksi : batas bawah naik (frekwensi rendah

tak terdengar)

Tuli sensori neural : batas atas turun (frekwensi tinggi

tak terdengar)

Kesalahan : Garpu tala dibunyikan terlalu keras shg tidak dapat

mendeteksi pada frekwensi mana penderita tak

mendengar.

Page 37: Teknik Pemeriksaan Telinga

2. Tes Rinne

• Tujuan : membandingkan hantaran udara dan hantaran tulang pada satu telinga penderita.

• Cara : A. Bunyikan garpu tala frekwensi 512 Hz, letakkan

tangkainya tegak lurus pada planum mastoid penderita (posterior dari MAE) sampai penderita tak mendengar, kemudian cepat pindahkan ke depan MAE penderita. Apabila penderita masih mendengar garpu tala di depan MAE disebut Rinne positif, bila tidak mendengar disebut Rinne negatif.

Page 38: Teknik Pemeriksaan Telinga

B. Bunyikan garpu tala frekwensi 512 Hz, kemudian dipancangkan pada planum mastoid, kemudian segera dipindah di depan MAE, penderita ditanya mana yang lebih keras. Bila lebih keras di depan disebut Rinne positif, bila lebih keras di belakang Rinne negatif

Page 39: Teknik Pemeriksaan Telinga

Interpretasi :

• Normal : Rinne positif• Tuli konduksi : Rinne negatif• Tuli sensori neural : Rinne positif

Kadang-kadang terjadi false Rinne (pseudo positif atau pseudo negatif) terjadi bila stimulus bunyi ditangkap oleh telinga yang tidak di tes, hal ini dapat terjadi bila telinga yang tidak dites pendengarannya jauh lebih baik daripada yang di tes.

Page 40: Teknik Pemeriksaan Telinga

Kesalahan :

• Garpu tala tidak diletakkan dengan baik pada mastoid atau miring, terkena rambut, jaringan lemak tebal shg penderita tidak mendengar atau getaran terhenti karena kaki garpu tala tersentuh aurikulum.

• Penderita terlambat memberi isyarat waktu garpu tala sudah tak terdengar lagi, shg waktu dipindahkan di depan MAE getaran garpu tala sudah berhenti.

Page 41: Teknik Pemeriksaan Telinga

3. Tes Weber

• Tujuan : membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga

penderita.

• Cara :

Garpu tala frekwensi 512 Hz dibunyikan, kemudian tangkainya diletakkan

tegak lurus di garis median, biasanya di dahi (dapat pula pada vertex,

dagu atau pada gigi insisivus) dengan kedua kaki pada garis horizontal.

Penderita diminta untuk menunjukkan telinga mana yang mendengar atau

mendengar lebih keras. Bila mendengar pada satu telinga disebut

lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Bila kedua telinga tak mendengar atau

sama-sama mendengar bararti tak ada lateralisasi.

Page 42: Teknik Pemeriksaan Telinga

Interpretasi :

• Normal : tidak ada lateralisasi

• Tuli konduksi : mendengar lebih keras di telinga yang sakit.

• Tuli sensori neural : mendengar lebih keras

pada telinga yang sehat.

Karena menilai kedua telinga sekaligus maka kemungkinannya dapat lebih dari satu

Page 43: Teknik Pemeriksaan Telinga

• Contoh : lateralisasi ke kanan, dapat di interpretasikan :

– Tuli konduksi kanan, telinga kiri normal– Tuli konduksi kanan dan kiri, tetapi kanan lebih

berat.– Tuli sensori neural kiri, telinga kanan normal.– Tuli sensori neural kanan dan kiri, tetapi kiri lebih

berat– Tuli konduksi kanan dan sensori neural kiri.

Page 44: Teknik Pemeriksaan Telinga

4. Tes Schwabach

• Tujuan : membandingkan hantaran lewat tulang antara penderita dengan pemeriksa.

• Cara : 1. Garpu tala frekuensi 512 hz dibunyikan

kemudian tangkainya diletakkan tegak lurus pada planum mastoid pemeriksa, bila pemeriksa sudah tidak mendengar, secepatnya garpu tala dipindahkan ke mastoid penderita.

Page 45: Teknik Pemeriksaan Telinga

Bila penderita masih mendengar maka Schwabach memanjang, tetapi bila penderita tidak mendengar, terdapat 2 kemungkinan yaitu Schwabach memendek atau normal.

Untuk membedakan kedua kemungkinan ini maka tes dibalik, yaitu tes pada penderita dulu baru ke pemeriksa.

Page 46: Teknik Pemeriksaan Telinga

2. Garpu tala 512 Hz dibunyikan kemudian diletakkan tegak lurus pada mastoid penderita, bila penderita sudah tidak mendengar maka secepatnya garpu tala dipindahkan pada mastoid pemeriksa, bila pemeriksa masih mendengar berarti Schwabach penderita memendek.

Page 47: Teknik Pemeriksaan Telinga

Interpretasi

• Normal : Schwabach normal

• Pada tuli konduksi : Schwabach

memanjang

• Pada tuli sensori neural: Schwabach

memendek

Page 48: Teknik Pemeriksaan Telinga

Kesalahan

• Garpu tala tidak diletakkan dengan benar, kakinya tersentuh hingga bunyi menghilang.

• Isyarat menghilangnya bunyi tidak segera diberikan oleh penderita.

Page 49: Teknik Pemeriksaan Telinga

Gambar Tes garputala

Page 50: Teknik Pemeriksaan Telinga

Ringkasan

Tuli konduksi Tes Tuli Sensori Neural

Normal Batas Atas Menurun

Naik Batas Bawah Normal

Negatif Rinne Positif

Lateralisasi ke sisi sakit Weber Lateralisasri ke sisi sehat

Memanjang Schwabach Memendek

Page 51: Teknik Pemeriksaan Telinga

III. NOTASI PADA AUDIOGRAM

• Pada pemeriksaan audiometri, dibuat grafik (audiogram) yang merupakan ambang pandengaran penderita lewat hantaran tulang (bone conduction = BC ) dan hantaran udara ( air conduction = AC ).

• Ambang pendengaran ialah intensitas minimal (dB) dari rangsangan bunyi yang masih dapat didengar penderita pada frekuensi 125, 250, 500, 1000, 2000, 4000 dan 8000 Hz.

Page 52: Teknik Pemeriksaan Telinga

Gambar audiogram normal, tuli konduksi, sensoneural, campuran

Page 53: Teknik Pemeriksaan Telinga

Penulisan Hasil

• Simbol telinga kiri : AC XBC >warna hitam/biru

• Simbol telinga kanan : AC 0BC <warna merah

Hasil pembacaan pada audiogram :1. Pendengaran normal :AC dan BC ≤ 20 dB2. Tuli konduksi : AC > 20 dB

BC ≤ 20 dBAda air – bone gap( tidak berhimpit )

Page 54: Teknik Pemeriksaan Telinga

3. Tuli sensori normal : AC dan BC turun > 20 dB

berimpit 4. Tuli Campuran : AC dan BC > 20 dB

Ada air – bone gap

Klasifikasi derajat ketulian rata-rata pada frek. 500, 1000 dan 2000 Hz :

0-25 dB : normal26-40 dB : tuli ringan41-60 dB : tuli sedang61-90 dB : tuli berat>90 dB : tuli sangat berat