Pemeriksaan Penyakit Alergi

7
1 | Pemicu 1 Modul Infeksi & Imunologi  Pemeriksaan Penyakit Alergi Oleh Riva Ambardina Pradita 0906508472 Jakarta, 27 Maret 2012 I. Pendahuluan Penyakit alergi merupakan kumpulan penyakit yang sering ditemukan di masyarakat. Agar penanganan pasien alergi ini lebih tepat dan terarah, diperlukan diagnosis tepat dan cepat agar komplikasi dapat dihindari. Bila seorang pasien yang datang dengan kecurigaan menderita penyakit alergi, langkah pertama harus ditentukan terlebih dahulu apakah pasien benar menderita alergi. Selanjutnya baru dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan dalam rangka mencari alergen penyebab, selain juga faktor-faktor non-alergik yang mempengaruhi timbulnya gejala. II. Riwayat Penyakit 1  Beberapa hal yang ditanyakan dalam anamnesis antara l ain: A. Kapanka h gejala t imbul, apakah mendadak atau berangsur B. Karakter, lama, frekuensi, dan beratnya gejala C. Saat timbulnya gejala, apakah pagi, siang, malam hari, ataukah tidak menentu D. Pekerjaan dan hobi E. Perjalanan penyakit dari awal timbul hingga sekarang, apakah bertambah baik, tidak berubah, atau bertambah berat F. Adakah jangka waktu paling lama tanpa serangan G. Apakah timbul keluhan setelah mengeluarkan tenaga H. Faktor-faktor yang mempengaruhi serangan I. Kebiasaan merokok J. Kondisi rumah, kamar, dan lingkungan sekitar K. Apakah mengeluarkan dahak L. Pengaruh penyakit terhadap kualitas hidup pasien M. Riwayat alergi pada keluarga. III. Pemeriksaan Fisik 1  A. Kulit

Transcript of Pemeriksaan Penyakit Alergi

5/16/2018 Pemeriksaan Penyakit Alergi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pemeriksaan-penyakit-alergi 1/7

1 | P e m i c u 1 M o d u l I n f e k s i & I m u n o l o g i  

Pemeriksaan Penyakit Alergi

Oleh

Riva Ambardina Pradita

0906508472

Jakarta, 27 Maret 2012

I.  Pendahuluan

Penyakit alergi merupakan kumpulan penyakit yang sering ditemukan di

masyarakat. Agar penanganan pasien alergi ini lebih tepat dan terarah, diperlukan

diagnosis tepat dan cepat agar komplikasi dapat dihindari. Bila seorang pasien

yang datang dengan kecurigaan menderita penyakit alergi, langkah pertama harus

ditentukan terlebih dahulu apakah pasien benar menderita alergi. Selanjutnya baru

dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan dalam rangka mencari alergen penyebab,

selain juga faktor-faktor non-alergik yang mempengaruhi timbulnya gejala.

II.  Riwayat Penyakit1 

Beberapa hal yang ditanyakan dalam anamnesis antara lain:

A.  Kapankah gejala timbul, apakah mendadak atau berangsur

B.  Karakter, lama, frekuensi, dan beratnya gejala

C.  Saat timbulnya gejala, apakah pagi, siang, malam hari, ataukah tidak menentu

D.  Pekerjaan dan hobi

E.  Perjalanan penyakit dari awal timbul hingga sekarang, apakah bertambah baik,

tidak berubah, atau bertambah berat

F.  Adakah jangka waktu paling lama tanpa serangan

G.  Apakah timbul keluhan setelah mengeluarkan tenaga

H.  Faktor-faktor yang mempengaruhi serangan

I.  Kebiasaan merokok 

J.  Kondisi rumah, kamar, dan lingkungan sekitar

K.  Apakah mengeluarkan dahak 

L.  Pengaruh penyakit terhadap kualitas hidup pasien

M. Riwayat alergi pada keluarga.

III.  Pemeriksaan Fisik1 

A.  Kulit

5/16/2018 Pemeriksaan Penyakit Alergi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pemeriksaan-penyakit-alergi 2/7

2 | P e m i c u 1 M o d u l I n f e k s i & I m u n o l o g i  

Seluruh kulit harus diperhatikan apakah ada peradangan kronik seperti

ekskoriasi, bekas garukan terutama daerah pipi atau lipatan-lipatan kulit

daerah fleksor. Lihat pula apakah terdapat lesi urtikaria, angiodema,

dermatitis, dan likenifikasi.

B.  Mata

Diperiksa terhadap hiperemia konjungktiva, edema, sekret mata yang

berlebihan dan katarak yang sering dihubungkan dengan penyakit atopi,

dan kadangkala disebabkan pengobatan kortikosteroid. Pada penderita

rinitis alergi, dapat dijumpai allergic shiners, yaitu daerah dibawah

palpebra inferior yang menjadi gelap dan bengkak.

C.  Telinga

Gangguan pada telinga tengan dapat menjadi penulit penyakit alergi

saluran nafas, perlu dilakukan pemeriksaan membran timpani untuk 

mencari otitis media. Demikian juga sinus paranasal berupa sinusitis yang

dapat diperiksa secara palpasi dan transiluminasi

D.  Hidung

Pada pemeriksaan hidung luar, ada beberapa tanda yang sudah baku

walaupun tidak patognomonik, yaitu:

 Allergic salute, pasien menggosok ujung hidungnya kearah atas

menggunakan telapak tangan untuk menghilangkan gatal dan

melonggarkan sumbatan

 Allergic crease, garis melintang akibat lipatan kulit ujung hidung

 Allergic facies, pernafasan mulut

 Allergic shiners dan kelainan gigi-geligi.

Pada pemeriksaan hidung dalam, dinilai warna mukosa, jumlah dan

bentuk sekret, edema, polip hidung, dan abnormalitas anatomi seperti

deviasi septum.

E.  Mulut dan Orofaring

Pemeriksaan ditujukan untuk menilai eritema, edema, hipertrofi tonsil,

postnasal drip. Pada alergi kronik sering dijumpai palatum yang cekung ke

dalam, dagu yang kecil, serta tulang maksila yang menonjol.

F.  Dada

5/16/2018 Pemeriksaan Penyakit Alergi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pemeriksaan-penyakit-alergi 3/7

3 | P e m i c u 1 M o d u l I n f e k s i & I m u n o l o g i  

Diperiksa secara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, baik 

terhadap pari maupun jantung. Pada serangan asma, akan ditemukan

hiperinflasi, penggunaan otot bantu pernafasan dan mengi.

G.  Pemeriksaan lain

Pada pemeriksaan tekanan darah, sering ditemukan sistol yang rendah

(90-110) pada penyakit alergi. Pada pengguna kortikosteroid perlu dinilai

striae, obesitas, miopati, hipertensi, dan efek samping lainnya.

IV.  Pemeriksaan Laboratorium1,2,3

 

Pemeriksaan laboratorium hanya memperkuat dugaan adanya penyakit alergi,

dan bukanlah untuk menetapkan diagnosis.

A.  Jumlah Leukosit dan Hitung Jenis Sel

Pada alergi, jumlah leukosit normal kecuali bila disertai dengan

infeksi. Sel eosinofilia merupakan pertanda hipersensitivitas dan beratnya.

Pada penggunaan kortikosteroid dapat timbul eosinopenia.

B.  Sel Eosinofil pada Sekret Konjungtiva, Hidung dan Sputum

Pemeriksaan Eosinofil pada Sekret Nasal

Pemeriksaan eosinofil pada sekret nasal merupakan salah satu pemeriksaan

untuk mendiagnosa rhinitis alergi disamping biopsi jaringan di mukosa hidung.

Kerokan sekret hidung diperiksa dengan pewarnaan HE dan merujuk pada skor

Meltzer

Pada kondisi infeksi akan ditemukan skor neutrofil lebih tinggi dibandingkan

skor eosinofil. Sedangkan pada kasus non infeksi akan didapatkan skor eosinofil

lebih tinggi dibandingkan neutrofil. Eosinofil nasal pada gruo alergi jauh lebih

tinggi dibandingkan grup kontrol.

C.  Serum IgE Total

5/16/2018 Pemeriksaan Penyakit Alergi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pemeriksaan-penyakit-alergi 4/7

4 | P e m i c u 1 M o d u l I n f e k s i & I m u n o l o g i  

Pada 60-80% pasien, meningkatnya serum IgE Total menyokong

adanya penyakit alergi. Karena peningkatan nilai ini juga ditemukan pada

beberapa penyakit lain, maka pemeriksaan ini hanya dilakukan apabila

terdapat dugaan alergi pada anak dengan orang tua yang menderita alergi,

anak dengan bronkiolitis, untuk membedakan asma dan rinitis alergik dengan

non-alergik, membedakan dermatitis atopi dengan lainnya, diagnosis dan

pengelolaan selanjutnya aspergilosis bronkopulmoner alergik.

D.  IgE Spesifik

Pengukuran IgE terhadap alergen tertentu secara in vitro dengan cara

RAST ( Radio Allergo Sorbent Test) atau ELISA (Enzym Linked Immuno

Sorbent Assay). Keuntungan tes ini adalah tidak adanya risiko pada pasien,

hasil yang kuantitatif, tidak dipengaruhi obat atau keadaan kulit, alergen lebih

stabil. Sedangkan kerugiannya adalah mahal, hasil tidak segera dapat dibaca,

kurang sensitif dibanding tes kulit. Untuk alergi makanan, pemeriksaan ini

kurang mendukung.

Berikut rentang nilai IgE pada pemeriksaan.

Perlu diingat bahwa jumlah igE tidak 

berbanding lurus dengan parahnya alergi. Pada

pasien asma atau rinitis IgE total biasanya

ditemukan pada rentang normal atau sedikit

meningkat. IgE spesifik harus ditentukan pada

alergen tertentu dengan skin prick tes. Pada

pemeriksaan tersebut tidak hanya berdasar

riwayat, namun juga dipaparkan dengan alergen

umumnya, yaitu tungau/. IgE terhadap

aspergilus pada pasien astma perlu di monitor

lebih lanjut. Pada Dermatitis atopi, IgE total meningkat jelas.

V.  Tes Kulit1 

Tujuan tes ini adalah untuk menentukan antibodi IgE spesifik dalam kulit

pasien, yang secara tidak langsung menggambarkan adanya antibodi yang serupa

pada organ yang sakit. Tes ini hanya dilakukan pada beberapa alergen yang

dicurigai menjadi penyebab alergi. Berbagai bentuk tes kulit antara lain;  prick 

test, scratch test, friction test, patch test dan intradermal test.

5/16/2018 Pemeriksaan Penyakit Alergi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pemeriksaan-penyakit-alergi 5/7

5 | P e m i c u 1 M o d u l I n f e k s i & I m u n o l o g i  

A.  Tes Tusuk (Prick Test)

Tes ini merupakan tes yang disukai, karena mudah, murah, spesifik,

dan aman. Pada tes ini mula-mula kulit bagian volar dari lengan bawah

dibersihkan dengan alkohol, biarkan hingga kering. Tempat penetesan alergen

ditandai secara berbaris dengan jarak 2-3 cm di atas kulit tersebut. Teteskan

setetes alergen pada tempat yang disediakan, juga kontrol positif (larutan

histamin fosfat 0.1%) dan kontrol negatif (larutan phosphate-buffered saline

dengan fenol 0.4%). Dengan jarum disposibel ukuran 26, dilakukan tusukan

dangkal melalui masing-masing ekstrak yang telah diteteskan. Tusukan dijaga

 jangan sampai menimbulkan perdarahan.

Pembacaan dilakukan setelah 15-20 menit dengan mengukur diameter

bentol dan eritema yang timbul, juga pseudopoda yang terjadi. Hasil yang

negatif, didapatkan bila hasil tes sama dengan kontrol negatif. Hasil tes positif 

dinilai berdasarkan bentol atau eritema dengan penilaian sebagai berikut:

Hasil negatif = sama dengan kontrol negatif 

Hasil +1 = 25% dari kontrol positif 

Hasil +2 = 50% dari kontrol positif 

Hasil +3 = 100% dari kontrol positif 

Hasil +4 = 200% dari kontrol positif 

Harus diingat bahwa pengobatan antihistamin generasi pertama

harus dihentikan minimal 72jam sebelum melakukan tes, untuk generasi kedua

harus dihentikan minimal 1 minggu sebelum, untuk kortikosteroid sistemik 

 jangka singkat dosis rendah (<20 mg prednison) dihentikan 3 hari, dosis tinggi

harus dihentikan 1 minggu, penggunaan jangka panjang harus dihentikan

minimal 3 minggu sebelum. Untuk kortikosteroid topikal cukup dihentikan 1

hari menjelang tes. Obat lain yang harus dihindari adalah antidepresan trisiklik 

(1-2 minggu sebelum tes) dan beta adrenergik (1 hari sebelumnya). Teofilin,

obat-obat simpatomimetik, dan sodium kromoglikat karena tidak 

menghalangi reaksi tes kulit, tidak perlu dilarang.

B.  Tes Tempel ( Patch Test)

Tes ini biasanya dilakukan pada pasien dermatitis kontak. Dilakukan dengan

cara menempelkan suatu bahan yang dicurigai sebagai penyebab. Bahan dan

5/16/2018 Pemeriksaan Penyakit Alergi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pemeriksaan-penyakit-alergi 6/7

6 | P e m i c u 1 M o d u l I n f e k s i & I m u n o l o g i  

konsentrasi yang sering digunakan pada tes tempel adalah benzokain 5%,

merkapto benzotiazol 1%, kolofoni 20%, p.fenilendiamin 1%, imidazolidinil

urea 2%, sinamik aldehid 1%, lanolin alkohol 30%, karbamiks 3%, neomisin

sulfat 20%, tiuran miks 1%, etilendiamin dihidroklorid 1%, epoksi resin 1%,

merkapto mix 1%, black rubber mix 0,6%, potasium dikronat 0,25%, balsam

of Peru 25%, nikel sulfat 2,5%.

Cara melakukan tes tempel yaitu bahan-bahan yang akan di tes ditaruh pada

kertas saring, yang diletakkan di atas lembaran impermeabel. Kemudian

ditempelkan pada kulit dengan plester. Tempat pemasangan bisa di punggung.

Pembacaan dilakukan setelah 48 jam. Sesudah plester dilepas kemudian pasien

diminta menunggu selama ½-1 jam, dengan maksud menghilangkan adanya

faktor tekanan pada kulit. Sebaiknya pembacaan diulangi 96 jam sesudah

pemasangan tes karena reaksi alergi muncul lebih jelas sesudah 96 jam.

0  = tidak ada reaksi

+/- = eritema ringan, meragukan

1+ = reaksi ringan (eritema dengan edema ringan)

2+ = reaksi kuat (papular eritema dengan edema)

3+ = reaksi sangat kuat (vesikel atau bula)

VI.  Tes Provokasi1 

Tes provokasi adalah tes alergi dengan cara memberikan alergen

secara langsung kepada pasien sehingga timbul gejala. Tes ini hanya

dilakukan apabila terdapat kesulitan diagnosis dan ketidakcocokan antara

gambaran klinis dengan tes lainnya. Tes provokasi yang dapat dilakukan

antara lain, tes provokasi nasal, tes provokasi bronkial, tes provokasi

konjungtival, tes eliminasi dan provokasi terhadap makanan.

A.  Tes Provokasi Nasal

Alergen dimasukkan pada mukosa hidung dan tes dikatakan positif apabila

setelahnya timbul bersin-bersin, pilek, hidung tersumbat, batuk, atau gejala

asma. Pada mukosa akan tampak bengkak sehingga menyumbat rongga

hidung.

B.  Tes Provokasi Bronkial

B.1. Tes kegiatan Jasmani

Kegiatan jasmani dapat menimbulkan serangan asma.

5/16/2018 Pemeriksaan Penyakit Alergi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/pemeriksaan-penyakit-alergi 7/7

7 | P e m i c u 1 M o d u l I n f e k s i & I m u n o l o g i  

B.2. Tes Inhalasi Antigen

Pada tes ini diperlukan alat yang dapat menyemprotkan larutan yang

mengandung antigen dalam jumlah yang tetap pada setiap pasien

semprotan (dosimeter) dan besar partikelnya harus sangat kecil antara 1-3

mikron.

B.3. Tes Inhalasi histamin dan metakolin

Tes ini dilakukan untuk menentukan reaktivitas saluran nafas, bahkan

dianjurkan sebagai kriteria diagnosis asma.

VII.  Pemeriksaan-pemeriksaan Lain1 

1.  Spirometri, untuk menentukan obstruksi saluran napas baik beratnya maupun

reversibilitasnya, serta untuk menilai hasil pengobatan asma

2.  Foto dada, untuk melihat komplikasi

3.  Pemeriksaan tinja, untuk melihat cacing dan telurnya pada kasus urtikaria

yang tidak bisa diterangkan dan lain-lain

4.  Laju endap darah, normal pada atopi dan meningkat apabila disertai infeksi

5.  Tes penglepasan histamin dari basofil

6.  IgG, IgA, tes kompleks imun dan stimulasi limfosit.

Daftar Pustaka

1.  Tanjung A, Yunihastuti E. Prosedur diagnostik penyakit alergi. Dalam: Sudoyo AW,

Setiyohadi W, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Ed.5.

Jakarta: Interna Publishing; 2010. P.377-81.

2.  Baratawidjaja KG, Rengganis I. Imunologi Dasar. Jakarta: Balai Penerbit FKUI:

2009; 623-655.

3.  Anonymous. Interpretation of Allergy Testing. Diunduh dari

http://www.centreforimmunodeficiency.com/documents/AdultImmunologylabInterpre

tation.pdf. Di akses pada 27 Maret 2012 pukul 20.00 WIB