Pemeriksaan kehamilan

20
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemeriksaan Kehamilan 2.1.1. Pengertian Pemeriksaan Kehamilan Pemeriksaan kehamilan atau yang lebih sering disebut antenatal care adalah kegiatan yang diberikan untuk ibu sebelum melahirkan atau dalam masa kehamilan. Pemeliharaan kehamilan merupakan suatu upaya yang dilakukan dalam pemeliharaan terhadap kesehatan ibu dan kandungannya. Asuhan kehamilan ini diperlukan karena walaupun pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi yang sehat cukup bulan melalui jalan lahir, namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sulit diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi masalah (Saifuddin, 2001). Pemeriksaan kehamilan sebaiknya dilakukan paling sedikit empat kali selama kehamilan yaitu: satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester ke dua, dan dua kali pada trimester tiga. Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid (Saifuddin, 2001). 2.1.2. Tujuan Pemeriksaan Kehamilan Menurut Saifuddin (2002), pemeriksaan kehamilan atau antenatal care bertujuan untuk : 1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi. Universitas Sumatera Utara

description

antenatal care

Transcript of Pemeriksaan kehamilan

Page 1: Pemeriksaan kehamilan

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pemeriksaan Kehamilan

2.1.1. Pengertian Pemeriksaan Kehamilan

Pemeriksaan kehamilan atau yang lebih sering disebut antenatal care adalah

kegiatan yang diberikan untuk ibu sebelum melahirkan atau dalam masa kehamilan.

Pemeliharaan kehamilan merupakan suatu upaya yang dilakukan dalam pemeliharaan

terhadap kesehatan ibu dan kandungannya. Asuhan kehamilan ini diperlukan karena

walaupun pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan

kelahiran bayi yang sehat cukup bulan melalui jalan lahir, namun kadang-kadang

tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sulit diketahui sebelumnya bahwa kehamilan

akan menjadi masalah (Saifuddin, 2001).

Pemeriksaan kehamilan sebaiknya dilakukan paling sedikit empat kali selama

kehamilan yaitu: satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester ke dua, dan

dua kali pada trimester tiga. Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui

terlambat haid (Saifuddin, 2001).

2.1.2. Tujuan Pemeriksaan Kehamilan

Menurut Saifuddin (2002), pemeriksaan kehamilan atau antenatal care

bertujuan untuk :

1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh

kembang bayi.

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Pemeriksaan kehamilan

2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan

bayi.

3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin

terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan

pembedahan.

4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun

bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan penberian ASI

eksklusif.

6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar

dapat tumbuh kembang secara normal.

2.1.3. Cakupan Asuhan Kehamilan

Pelayanan selama kehamilan (antenatal) merupakan pelayanan kesehatan oleh

tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kebidanan dan kandungan, dokter

umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil selama kehamilannya sesuai pedoman

pelayanan kehamilan yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan

preventif (Profil Dinkes NAD, 2008).

Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari cakupan pelayanan K1 dan K4.

Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan gambaran

besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan

kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan K4 adalah gambaran

besar ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Pemeriksaan kehamilan

serta paling sedikit empat kali kunjungan dengan distribusi sekali pada trimester

pertama, sekali pada trisemester kedua dan dua kali pada trisemester ketiga, angka ini

digunakan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan kepada ibu hamil. Data dari

Dinkes Provinsi Aceh pada tahun 2006 cakupan K4 adalah 73,62% dan pada tahun

2007 75,92%, dan Kabupaten Aceh Besar adalah 83,5% (Profil Dinkes NAD, 2008).

Dalam rangka program pelayanan selama hamil dalam penilaian untuk

menentukan prioritas digunakan empat indikator, yaitu cakupan kunjungan baru ibu

hamil (K1), cakupan kunjungan ibu hamil yang keempat (K4), cakupan imunisasi

TT2 dan cakupan pemberian Fe 90 tablet pada ibu selama hamil (Manuaba,1999).

Menurut Saifuddin (2002), agar ibu mendapatkan semua informasi yang

diperlukan, maka petugas kesehatan akan memberikan asuhan antenatal yang baik

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Sapa ibu juga keluarga dan membuatnya merasa nyaman.

2) Mendapatkan riwayat kehamilan ibu dan mendengarkan dengan teliti apa yang

diceritakan oleh ibu.

3) Melakukan pemeriksaan fisik seperlunya saja.

4) Melakukan pemeriksaan laboratorium.

5) Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk menilai apakah

kehamilannya normal (tekanan darah dibawah 140/90mmHg, edema hanya pada

ekstremitas, tinggi fundus dalam cm atau menggunakan jari-jari tangan sesuai

dengan usia kehamilan, denyut jantung janin 120-160 denyut permenit, gerakan

janin terasa setelah 18-20 minggu hingga melahirkan).

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Pemeriksaan kehamilan

6) Membantu ibu dan keluarganya untuk mempersiapkan kelahiran dan

kemungkinan keadaan darurat:

a. bekerja sama dengan ibu, keluarganya, serta masyarakat untuk

mempersiapkan rencana kelahiran, termasuk mengidentifikasi penolong

dan tempat bersalin, serta perencanaan tabungan untuk mempersiapkan

biaya persalinan.

b. bekerja sama dengan dengan ibu, keluarganya dan masyarakat untuk

mempersiapkan rencana jika terjadi komplikasi, termasuk mengidentifikasi

kemana harus pergi dan transportasi untuk mencapai tempat tersebut,

mempersiapkan donor darah, mengadakan persiapan finansial dan

mengidentifikasi pembuat keputusan kedua jika pembuat keputusan

pertama tidak ada ditempat.

7) Memberikan konseling: gizi yaitu peningkatan konsumsi makanan hingga 300

kalori perhari dan mengkonsumsi makanan seimbang, latihan yang tidak

berlebihan dan beristirahat jika lelah, perubahan fisiologis yang terjadi dan cara

mengatasinya, menasehati agar mencari pertolongan segera bila mengalami

tanda-tanda bahaya.

8) Merencanakan dan mempersiapkan kelahiran yang bersih dan aman dirumah.

9) Menjaga kebersihan diri.

10) Memberikan zat besi 90 hari mulai minggu ke 20.

11) Memberikan imunisasi TT 0,5 cc jika sebelumnya sudah mendapatkan.

12) Menjadwalkan kunjungan berikutnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Pemeriksaan kehamilan

13) Mendokumentasikan kunjungan tersebut.

2.2. Teori Dukungan

2.2.1. Dukungan Sosial

Green dan Kreuter dalam Notoatmodjo (2007), berpendapat perilaku

seseorang dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu: 1) faktor-faktor predisposisi (predisposing

factors) meliputi pengetahuan, pendidikan, kepercayaan, nilai dan sikap terhadap

pelayanan kesehatan; 2) faktor-faktor pendukung (enabling factors) terwujud dalam

bentuk fasilitas pelayanan kesehatan dan jarak tempuh kefasilitas kesehatan; 3)

faktor-faktor pendorong (reinforcing factors) terwujud dalam sikap, perilaku orang

lain yang mendukung seperti petugas kesehatan, tokoh masyarakat dan keluarga yang

merupakan kelompok referensi.

Dukungan adalah menyediakan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan orang

lain. Dukungan juga dapat diartikan sebagai memberikan dorongan/motivasi atau

semangat dan nasihat kepada orang lain dalam situasi pembuat keputusan

(Chaplin, 2006).

Sumber-sumber dukungan sosial memberikan arti yang berbeda bagi masing-

masing individu. Dukungan sosial yang berarti bagi seseorang mungkin tidak berarti

bagi orang yang lain. Dukungan sosial dapat berasal dari orang-orang yang penting

yang dekat (significant others) bagi individu yang membutuhkan bantuan. Dukungan

sosial bisa berasal dari partner, anggota keluarga, teman. Dalam hubungan antar

manusia terdapat tiga sumber dukungan sosial, yaitu: atasan atau penyelia, rekan

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Pemeriksaan kehamilan

sekerja dan keluarga, termasuk suami-istri dan anggota keluarga tidak kalah perannya

walau hanya dalam bentuk dukungan emosional.

Gottlieb dalam Koentjoro (2002), berpendapat dukungan sosial terdiri dari

informasi atau nasehat verbal dan non verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang

diberikan oleh keakraban sosial atau dapat dikatakan karena adanya kehadiran

mereka mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerimanya.

Dukungan suami masuk didalam lingkup dukungan sosial, dimana yang dimaksud

dari dukungan sosial adalah bentuk dukungan dan hubungan yang baik untuk

memberikan kontribusi penting pada kesehatan. Dukungan sosial yang dibutuhkan

adalah berupa dukungan secara emosional yang mendasari tindakan. Hal tersebut

akan membuat orang merasa diperhatikan, dicintai, dimuliakan dan dihargai.

Dukungan suami yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dukungan baik

fisik maupun psikologis yang diberikan suami terhadap istri. Suami ada pada saat

dibutuhkan dan dapat memberikan bantuan kepada istri. Dukungan sosial antara lain

bersumber dari suami, anak, saudara kandung, orang tua, rekan kerja, kerabat juga

tetangga (Cohen & Syme, 1985).

Dukungan sosial memiliki kekuatan sebagai pencegahan dan pendorong

seseorang berperilaku sehat. Dukungan sosial berdampak pada kesehatan dan

kesejahteraan. Ciri-ciri bentuk dukungan sosial berkaitan dengan komposisi jaringan

sosial atau sumber-sumber dukungan, karakteristik fungsional ditandai dengan

penyediaan sumber daya tertentu atau jenis dari dukungan (Cohen et al., 1985).

Dukungan sosial berpengaruh terhadap penilaian individu dalam memandang

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Pemeriksaan kehamilan

seberapa berat suatu peristiwa yang terjadi dalam hidup yang bias memengaruhi

pilihan dalam upaya penanggulangan. Dukungan sosial berdampak langsung terhadap

perilaku kesehatan.

2.2. 2. Dukungan Suami

Menurut Henderson (2005) ada beberapa faktor yang berperan dalam

meningkatkan kemampuan wanita dalam beradaptasi terhadap kehamilan, misalnya

lingkungan sosial, dukungan sosial dan dukungan dari pemberi asuhan. Dukungan

yang diberikan oleh suami dan keluarga dapat memengaruhi persepsi terhadap

kehamilan dan memengaruhi tingkat kecemasan dan mekanisme koping yang ibu

alami.

Cohen et al., (1985) mendefinisikan dukungan sosial adalah bentuk hubungan

sosial meliputi emotional, informational, instrumental dan appraisal. Secara rinci

dijabarkan sebagai berikut:

1. Emotional yang dimaksud adalah rasa empati, cinta dan kepercayaan dari orang

lain terutama suami sebagai motivasi.

2. Informational adalah dukungan yang berupa informasi, menambah pengetahuan

seseorang dalam mencari jalan keluar atau memecahkan masalah seperti nasehat

atau pengarahan.

3. Instrumental menunjukkan ketersediaan sarana untuk memudahkan perilaku

menolong orang yang menghadapi masalah berbentuk materi berupa pemberian

kesempatan dan peluang waktu.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Pemeriksaan kehamilan

4. Appraisal berupa pemberian penghargaan atas usaha yang dilakukan,

memberikan umpan balik mengenai hasil atau prestasi yang dicapai serta

memperkuat dan meninggikan perasaan harga diri dan kepercayaan akan

kemampuan individu.

Empat jenis perilaku atau tindakan yang mendukung (Heaney and Israel,

2008, Friedman, 1997) yaitu:

1. Dukungan informasi (informational), dalam hal ini keluarga memberikan

informasi, penjelasan tentang situasi dan segala sesuatu yang berhubungan dengan

masalah yang sedang dihadapi oleh seseorang. Mengatasi permasalahan dapat

digunakan seseorang dengan memberikan nasehat, anjuran, petunjuk dan masukan.

2. Dukungan penilaian (appraisal) yaitu: keluarga berfungsi sebagai pemberi umpan

balik yang positif, menengahi penyelesaian masalah yang merupakan suatu sumber

dan pengakuan identitas anggota keluarga. Keberadaan informasi yang

bermanfaat dengan tujuan penilaian diri serta penguatan (pembenaran).

3. Dukungan instrumental (instrumental) yaitu: keluarga merupakan suatu sumber

bantuan yang praktis dan konkrit. Bantuan mencakup memberikan bantuan yang

nyata dan pelayanan yang diberikan secara langsung bisa membantu seseorang

yang membutuhkan.

4. Dukungan emosional (emotional) yaitu: keluarga berfungsi sebagai suatu tempat

berteduh dan beristirahat, yang berpengaruh terhadap ketenangan emosional,

mencakup pemberian empati, dengan mendengarkan keluhan, menunjukkan kasih

Dukungan ekonomi akan membantu sumber daya untuk

kebutuhan dasar dan kesehatan anak serta pengeluaran akibat bencana.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Pemeriksaan kehamilan

sayang, kepercayaan, dan perhatian. Dukungan emosional akan membuat

seseorang merasa lebih dihargai, nyaman, aman dan disayangi.

Menurut Sarason dan Sarason (1997), ada tiga cara untuk mengukur besarnya

dukungan sosial, yaitu pesceived social support, social embeddnes, dan enected

support. Ketiganya tidak memiliki korelasi yang signifikan antara satu dengan yang

lain dan masing-masing berdiri sendiri, yaitu:

1. Perceived social support; cara pengukuran ini berdasarkan pada perilaku

subjektif yang dirasakan individu mengenai tingkah laku orang disekitarnya,

apakah memberikan dukungan atau tidak.

2. Social embeddnes; cara pengukuran ini berdasarkan ada atau tidaknya hubungan

antara individu dengan orang lain sekitarnya. Fokus pengukuran ini tidak melihat

pada kualitas dan keadekuatan, tetapi hanya melihat jumlah orang yang

berhubungan dengan individu.

3. Enacted support; cara pengukuran ini memfokuskan pada seberapa sering

perilaku dari orang sekitar individu yang dapat digolongkan kedalam pemberian

dukungan sosial tanpa melihat adanya persepsi akan dukungan sosial yang

diterima individu.

Pengukuran dukungan pada penelitian ini dilakukan dengan cara perceived

social support. Dalam hal ini faktor subjektivitas sangat berpengaruh karena

melibatkan persepsi penerimanya. Adanya penilaian kognitif bahwa individu telah

menerima dukungan.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Pemeriksaan kehamilan

2.2.3 Bentuk Dukungan Suami terhadap Pemeriksaan Kehamilan

Memeriksakan kehamilan sejak dini dalam hal ini suami dapat mendukung

isterinya agar mendapatkan pelayanan antenatal yang baik, menyediakan transportasi

atau dana untuk biaya konsultasi. Suami seharusnya menemani istrinya konsultasi,

sehingga suami dapat belajar mengenai gejala dan tanda-tanda komplikasi kehamilan.

Kematian ibu dapat dicegah bila suami dapat mengenal komplikasi-komplikasi

potensial dan selalu siaga untuk mencari pertolongan bila hal itu terjadi (Beni, 2000).

Menurut Prianggoro (2008), dengan menemani isteri pada saat pemeriksaan

kehamilan, suami akan lebih banyak mendapatkan informasi sehingga lebih siap

menghadapi kehamilan dan persalinan isterinya. Selain itu isteri juga lebih merasa

aman dan nyaman diperiksa bila ditemani suaminya.

Suami seseorang yang terdekat dengan isteri, suami dianggap paling

memahami kebutuhan isteri. Saat hamil seorang wanita mengalami perubahan baik

fisik maupun mental. Suami sebaiknya memahami perubahan ini dan dapat lebih

bersabar. Suami diharapkan tidak terlalu cemas agar tidak memengaruhi kondisi

emosi isteri (Mansur, 2009).

Menurut Beni (2000), suami dapat membantu merencanakan kelahiran oleh

tenaga bidan terlatih dan menyiapkan dana untuk persiapan biaya kelahiran. Suami

juga dapat menyusun waktu yang tepat untuk menyediakan transportasi dan bahan-

bahan yang diperlukan.

Salah satu peran suami dalam menurunkan angka kematian ibu adalah suami

dapat memastikan persalinan isterinya ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih dan

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Pemeriksaan kehamilan

dapat berjalan dengan aman. Untuk itu suami perlu diberikan pengetahuan mengenai

persiapan persalinan yang meliputi komponen pembuatan rencana persalinan (tempat,

tenaga penolong, transportasi, siapa yang menemani ibu bersalin, biaya, siapa yang

menjaga keluarganya yang lain) dan membuat rencana siapa pembuat keputusan

utama jika terjadi kegawatdaruratan dan siapa pembuat keputusan bila pembuat

keputusan utama tidak ada (Admin, 2008).

Suami dapat merencanakan kapan dan dimana persalinan dilakukan sehingga

tidak terjadi keterlambatan dalam memperoleh pertolongan persalinan. Sehingga

perlu dipersiapan kendaraan, bahan-bahan yang dibutuhkan untuk persalinan dan

biaya.

Partisipasi dan tanggung jawab suami baik secara langsung maupun tidak

langsung dalam asuhan kehamilan saat ini masih rendah. Kehamilan merupakan suatu

peristiwa yang luar biasa dan merupakan anugrah Tuhan YME, maka sebuah

kehamilan perlu mendapat perhatian khusus dari ibu sendiri, suami dan keluarga yang

lain. Partisipasi suami sangat dibutuhkan untuk dukungan psikis, fisik, sosial dan

spiritual. Partisipasi dalam asuhan kehamilan ini merupakan refleksi dari peran suami

dalam keluarga (BKKBN, 2003).

2.3. Karakteristik Ibu.

Karakteristik merupakan ciri khas yang mempunyai sifat khas dengan watak

tertentu seperti tabiat, watak, sifat kejiwaan, akhlak (budi pekerti) yang

membedakannya dengan orang lain. (Depdikbud, 2003). Menurut Depdiknas (2003),

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Pemeriksaan kehamilan

karakteristik adalah ciri-ciri khusus yang mempunyai sifat yang khas sesuai dengan

watak yang dimiliki seseorang.

Menurut Freud dalam Soedarsono (2008) karakteristik adalah kumpulan tata

nilai yang terwujud dalam suatu sistem daya dorong yang melandasi pemikiran, sikap

dan perilaku, yang akan ditampilkan secara mantap. Karakteristik merupakan

aktualisasi diri seseorang potensi dari dalam dan internalisasi nilai-nilai yang terpatri

dalam diri seseorang melalui pendidikan, percobaan, pengorbanan dan pengaruh

lingkungan, menjadi nilai yang intrinsik yang melandasi sikap dan perilaku.

Notoadmodjo (2003) mengatakan bahwa karakteristik seseorang atau masyarakat

dipengaruhi oleh pendidikan, pekerjaan, umur, sikap perilaku, etnis, jenis kelamin,

pendapatan dan spiritual (keyakinan).

Menurut Teddy (2008) terdapat 2 karakteristik yang memengaruhi individu

dan perilakunya yaitu:

1. Karakteristik lingkungan terdiri dari budaya, kelas sosial, keluarga dan situasi.

2. Karakteristik individu terdiri dari motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap,

kepribadian, gaya hidup dan demografi (umur, jenis kelamin, suku, agama, status

perkawinan, jumlah anak, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan).

Faktor-faktor yang memengaruhi wanita dalam melakukan pemeriksaan

kehamilan adalah: pendidikan ibu, pendidikan suami, status perkawinan,

ketersediaan sarana kesehatan, biaya, pendapatan rumah tangga, pekerjaan

perempuan, paparan media dan memiliki riwayat komplikasi obstetri. Kepercayaan

budaya dan ide-ide tentang kehamilan juga memiliki pengaruh pada penggunaan

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Pemeriksaan kehamilan

pelayanan antenatal. Paritas secara statistik memiliki efek negatif yang signifikan

terhadap kehadiran memadai. Sementara perempuan paritas lebih tinggi cenderung

menggunakan pelayanan antenatal kurang, ada interaksi usia perempuan dengan

kunjungan antenatal (Simkhada et al., 2008). Pendapat yang hampir sama

dikemukakan oleh Cui et al., (2005) faktor-faktor yang memengaruhi pemeriksaan

kehamilan adalah usia ibu, pendidikan, kebangsaan dan sosial ekonomi.

2.3.1. Paritas

Menurut Wiknjosastro dkk, (2002) paritas ke 2-3 merupakan paritas paling

aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas lebih dari 3 (paritas

tinggi) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih

tinggi kematian maternal.

Selanjutnya Swenson et al., (1993) berpendapat, wanita dengan paritas tinggi

cenderung kurang memanfaatkan perawatan kehamilan, ibu paritas tinggi lebih

percaya diri tentang kehamilannya dan merasa kurang perlu untuk melakukan

perawatan kehamilan. Paritas lebih tinggi pada umumnya merupakan penghalang

untuk menggunakan pelayanan ANC (Overbosch et al, 2004).

2.3.2. Usia

Menurut Wiknjosastro dkk (2002), kematian maternal pada wanita hami dan

melahirkan pada usia 20 tahun 2-5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang

terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia

30-35 tahun. Ciceklioglu et al., (2005) menyatakan ada hubungan yang signifikan

antara usia dengan pemeriksaan kehamilan.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Pemeriksaan kehamilan

Usia < 20 tahun dan > 35 tahun meningkatkan risiko komplikasi obstetri juga

peningkatan kesakitan dan kematian perinatal. Pada kehamilan > 35 tahun juga

berpengaruh untuk terjadi abnormalitas persalinan. Umur meningkatkan angka

kematian maternal (Cuningham et al., 2005)

Penelitian Matthews et al (2001), mayoritas perempuan dalam usia tiga

puluhan melakukan pemeriksaan kehamilan awal dan lebih sering daripada remaja

dan wanita yang lebih tua. Penelitian Mathole et al (2004), juga menunjukkan bahwa

perempuan di bawah 35 tahun lebih sering melakukan kunjungan ke klinik untuk

meyakinkan bahwa bayi mereka tumbuh, sedangkan wanita yang lebih tua yang tidak

mengalami masalah, tidak peduli mereka menganggap hal tersebut hal biasa.

2.3.3. Pendidikan

Status Pendidikan seseorang akan memengaruhi seseorang dalam

menggunakan pelayanan kesehatan. Banyak penelitian yang menyatakan bahwa

penggunaan layanan kesehatan meningkat seiring dengan peningkatan jenjang

pendidikan. Peningkatan pendidikan juga meningkatkat pengetahuan dan kepedulian

serta akses terhadap informasi yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi

(Thaddeus dan Maine, 2004).

Wanita yang berpendidikan tinggi cenderung mempunyai jumlah pemeriksaan

kehamilan lebih baik (Nielsen et al., 2001). Wanita berpendidikan tinggi memulai

pemeriksaan kehamilan lebih awal daripada wanita yang berpendidikan rendah

(Matthews et al., 2001). Penelitian Simanjuntak (2000), menyatakan ada hubungan

yang bermakna antara pendidikan ibu terhadap kunjungan antenatal care.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Pemeriksaan kehamilan

2.3.4. Pekerjaan

Pekerjaan merupakan aktifitas utama yang dilakukan oleh manusia dan

merupakan suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang, dan sering

dianggap sinonim dari profesi. (Wikipedia, 2009).

Menurur Puspa (2009), bekerja adalah aktifitas dasar yang menyangkut

kebutuhan dasar manusia untuk mendapatkan nafkah kebutuhan diri sendiri dan

keluarga. Pengertian dan pemahaman masyarakat tentang pekerjaan cendrung

menunjukkan pada jenis pekerjaan dilapangan kerja formal, mereka yang dianggap

bekerja hanya sebatas pada pegawai atau karyawan yang mempunyai kantor, setiap

hari berangkat kerja, dan menerima gaji pada akhir bulan. Dalam arti sesungguhnya

lapangan kerja informal kenyataan banyak menampung dan menyerap tenaga kerja

justru kurang mendapat perhatian dari para pencari kerja. Lapangan kerja informal

biasanya dijadikan pilihan terakhir setelah mereka gagal memasuki lapangan kerja

formal. Lapangan kerja dapat dibedakan menjadi lapangan kerja formal dan informal.

Lapangan kerja formal adalah lapangan kerja yang keberadaannya diatur dan

dilindungan oleh peraturan ketenagakerjaan, misalnya Pegawai Negeri Sipil (PNS),

ABRI, karyawan perusahaan swasta dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Sementara lapangan kerja informal adalah lapangan kerja yang keberadaannya atas

usaha sendiri dan upah tidak terjangkau oleh oleh peraturan ketenagakerjaan,

termasuk di dalamnya usaha mandiri, pedagang, peternak, petani, nelayan, tukang

kayu/bangunan, tukang jahit, jasa profesi mandiri, dan lain sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Pemeriksaan kehamilan

Penelitian yang dilakukan oleh Sjofiatun (2000), menyebut bahwa status ibu

bekerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perawatan kehamilan di

daerah pedesaan maupun di daerah perkotaan.

Perempuan yang bekerja lebih memanfatkan pelayanan antenatal care

dibandingkan ibu rumah tangga dan ibu yang tidak bekerja (Kabir et al. 2005).Wanita

yang bekerja cenderung memulai antenatal care lebih awal (Magadi et al., 2002).

Wanita yang bekerja di luar rumah selama kehamilan secara signifikan berhubungan

terhadap pelayanan pemeriksaan kehamilan (Erci, 2003).

2.4. Landasan Teori

Menurut Notoatmodjo (2007), perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu

respon seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan

penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan.

Secara lebih terinci perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2007), meliputi:

1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yang meliputi: a) peningkatan dan

pemeliharaan kesehatan (health promotion behavior) misalnya berperilaku hidup

sehat makan makanan bergizi, olahraga, b) perilaku terhadap pencegahan penyakit

(health prevention behavior) yang termasuk didalamnya imunisasi, perilaku

pemeriksaan kehamilan, c) perilaku pencarian pengobatan (health seeking

behavior), d) perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health

rehabilitation behavior).

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Pemeriksaan kehamilan

2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan.

3. Perilaku terhadap makanan.

4. Perilaku terhadap lingkungan kerja.

Kerangkan teori pada penelitian ini adalah modifikasi dari beberapa landasan

teori perubahan perilaku kesehatan. Green and Kruiter dalam Glanz (2005),

mengemukakan ada 3 faktor yang memengaruhi perilaku kesehatan yaitu:

1. Faktor predisposisi (predisposing factor), merupakan faktor antesenden terhadap

perilaku yang menjadi dasar atau motivasi perilaku dan yang termasuk didalamnya

adalah: pengetahuan, sikap, keyakinan dan nilai-nilai serta persepsi individu untuk

melakukan tindakan.

2. Faktor pemungkin (Enabling factor), merupakan faktor anteseden terhadap

perilaku yang memungkinkan motivasi atau aspirasi terlaksana dan yang termasuk

dalam faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana kesehatan.

3. Faktor penguat (reinforcing factor), adalah konsekuensi dari perilaku yang

ditentukan apakah pelaku menerima umpan balik yang positif atau negatif dan

mendapatkan dukungan sosial setelah perilaku dilakukan. Faktor penguat

mencakup: dukungan sosial dari tenaga kesehatan, tokoh masyarakat, keluarga,

pengaruh sebaya.

Menurut Andersen (1995), ada 3 kategori utama dalam health system model

(model kepercayaan terhadap penggunaan pelayanan kesehatan). Dalam model ini

Anderson mengungkapkan beberapa kategori utama dalam penggunaan pelayanan

kesehatan:

Universitas Sumatera Utara

Page 18: Pemeriksaan kehamilan

1. Karakteristik predisposisi (presdisposing characteristics), bahwa semua individu

mempunyai kecendrungan yang berbeda-beda untuk menggunakan pelayanan

kesehatan. Hal ini disebabkan karena adanya ciri-ciri individu yang digolongkan

ke dalam tiga kelompok yakni: ciri demografi (umur, jenis kelamin), struktur

sosial (tingkat pendidikan, pekerjaan, ras), serta mempunyai keyakinan bahwa

pelayanan kesehatan dapat menolong proses penyembuhan.

2. Karakteristik pendukung (enabling characteristics), hal ini mencerminkan bahwa

meskipun mempunyai predisposisi untuk menggunakan pelayanan kesehatan, ia

tidak akan bertindak menggunakan kecuali bila ia mampu menggunakannnya.

Penggunaan pelayanan kesehatan yang ada tergantung kepada kemampuan

konsumen untuk membayar.

3. Karakteristik kebutuhann (need characteristics), kebutuhan dasar dan stimulus

langsung untuk menggunakan pelayanan kesehatan bila faktor predisposisi dan

pendukung. Karakteristik ini terbagi dua yaitu perceived (persepsi seseorang

terhadap kesehatannya) dan evaluated (gejala dan diagnosis penyakit)

Berdasarkan dua teori diatas maka dapat dimodifikasi menjadi skema dibawah

ini:

Universitas Sumatera Utara

Page 19: Pemeriksaan kehamilan

Adapun skema teori Green and Kruiter dalam Glanz (2008), dan Andersen

(1995) dipaparkan dan dirangkum dalam suatu landasan teori berikut ini:

p

Gambar 2.1. Skema modifikasi teori Green and Kruiter dalam Glanz (2008), dan teori Andersen (1995)

Predisposing Factors

Knowledge

Attitudes

Beliefs

V l

Enabling factors

Programs,

Service,

Resources necessary for behavioral and -enviromental -outcomes to be- realized,

N kill d d t

Reinforcing factors

Social support

Peers influence

Significant others

Specific behavior by individuals or by organizations

Need

Perceived ( subject assessment)

Evaluated (clinical

Perdisposing Characteristics

Demographic

Social structure

Enabling Resources

Personal/ family

Community

Universitas Sumatera Utara

Page 20: Pemeriksaan kehamilan

2.5. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian dan landasan teori yang dikemukakan, maka

kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Pemeriksaan kehamilan Dukungan suami 1. Dukungan Informasional 2. Dukungan Penilaian/

Penghargaan 3. Dukungan Instrumental 4. Dukungan Emosional

Karakteristik ibu

1. Paritas 2. Usia 3. Pendidikan 4. Pekerjaan

Universitas Sumatera Utara