Pemeriksaan Fisik Pada Mata

download Pemeriksaan Fisik Pada Mata

of 18

Transcript of Pemeriksaan Fisik Pada Mata

  • 7/30/2019 Pemeriksaan Fisik Pada Mata

    1/18

    PEMERIKSAAN FISIK PADA MATA

    Kelengkapan dan keluasan pengkajian mata bergantung pada informasi

    yang diperlukan. Secara umum tujuan pengkajian mata adalah mengetahui bentuk

    dan fungsi mata. Sebelum melakukan pengkajian, perawat harus meyakinkan

    tentang tersedianya sumber penerangan/ lampu yang baik dan ruang gelap untuk tujuan

    tertentu. Pasien harus diberi tahu sebelumnya sehingga ia dapat bekerjasama. Untuk

    mempermudah pengkajian, perawat dapat berdiri atau duduk dihadapan pasien.

    Dalam setiap pengkajian, selalu bandingkan antara mata kanan dengan mata kiri dan

    selalu ingat bahwa normalnya mata berbentuk bulat/sferik. Dalam pengkajian mata,

    inspeksi merupakan teknik yang paling penting yang dilakukan sebelum palpasi.

    Peralatan yang perlu dipersiapkan bergantung pada tujuan pengkajian yang

    dilakukan. Secara umum dapat dipersiapkan oftalmoskop dan penutup mata.

    Gambar 1. Anatomi mata

    Pemeriksaan fisik pada mata meliputi :

    1. Inspeksi

    a. Struktur mata interna dan eksterna

    Pemeriksaan struktur mata eksternal dan internal mata meliputi:

    1) Kelopak mata

    Pemeriksaan kelopak mata terhadap kemungkinan kelemahan,infeksi, tumor, edema, atau kelainan. Minta pasien membuka dan menutup

  • 7/30/2019 Pemeriksaan Fisik Pada Mata

    2/18

    matanya. Gerakan harus lancer dan simetris. Periksa kelopak mata terhadap

    adanya xantelasma (plak kekuningan). Meskipun tidak spesifik untuk

    hiperkolesterolemia, plak kekuningan ini biasanya berhubungan dengan

    kelainan lipid. Perhatikan distribusi dari bulu mata. Bila mata terbuka,

    biasanya kelopak mata atas hanya menutupi tepian atas iris. Bila mata ditutup,

    kelopak-kelopak mata seharusnya saling menutup sempurna, jarak antara

    kelopak mata ata dan bawah disebut fisura palpebra.

    2) Konjungtiva

    Konjungtiva hendaknya diamati terhadap adanya tanda radang

    pendarahan. Kedua konjungtiva harus diperiksa. Konjungtiva tarsal dapat

    dilihat dengan membalikkan kelopak mata. Minta pasien tetap membuka

    matanya dan melihat ke bawah. Anda menahan sejumlah buku mata dari

    kelopak mata atas. Kelopak mata ituditarik lepas dari bola mata dan ujung

    sebuah tangkai aplikator ditekan pada tepian atas lempeng tarsal. Lempeng

    tarsal kemudian dengan cepat membalikkan tangkai aplikator,

    menggunakannya sebagai titik tumpu. Ibu jari sekarang dapat digunapakn

    untuk memegang kelopak mata yang dibalik, tangkai aplikator dapat

    diangkat. Setelah inspeksi konjungtiva tarsalis, mintalah pasien untuk

    melihat ke atas untuk mengembalikan kelopak mata ke posisi normal.

    Konjungtiva normal seharusnya berwarna merah muda.

    Perhatikan jumlah pembuluh darah. Normalnya hanya terlihat sedikit

    pembuluh darah. Mintalah pasien untuk melihat ke atas, dan tariklah

    kelopak mata bawah ke bawah. Bandingkan vaskularisasinya.

    3) Sklera

    Inspeksi sclera bertujuan untuk melihat adanya nodul,

    hyperemia, dan perubahan warna. Sclera normal seharusnya berwarna putih.

    Pada individu berkulit galap, sclera mungkin berwarna sedikit agak seperti

    lumpur

    4) Kornea

    Kornea harus jernih dan tanpa keruhan atau kabut. Cincin

    keputihan pada perimeter kornea mungkin adalah arkus senilis. Padapasien yang berusia di atas 40 tahun, penemuan ini biasanya merupakan

  • 7/30/2019 Pemeriksaan Fisik Pada Mata

    3/18

    fenomena penuaan yang normal. Apabila ditemukan pada pasien di

    bawah usia 40 tahun, mungkin menderita hiperkolesterolemia. Cincin

    kuning-kehijauan yang abnormal dekat limbus, kebanyakan ditemukan di

    superior dan inferior, adalah cincin Kayser-Fliescher. Cincin ini sangat

    spesifik dan merupakan tanda yang sangat sensitoif dari penyakit Wilson,

    yang merupakan degenerasi hepatolentikular akibat kelainan yang

    diturunkan dari metabolisme tembaga. Cincin Kayser-Fleischer

    disebabkan oleh penimbunan tembaga pada kornea.

    5) Pupil

    Kedua pupil ukurannya harus sama (isokor), dan bereaksi

    terhadap cahaya dan akomodasi. Pada sekitar 5% individu normal,

    ukuran pupil tidak sama (anisokoria). anisokoria mungkin merupakan

    indikasi dari penyakit neurulogik. Pembesaran pupil atau

    midriasis, berhubungan dengan obat-obatan simpatomimetik, glaucoma,

    atau obat tetes mata yag menyebabkan dilatasi. Konstriksi pupil, atau

    miosis, terlihat dengan obat-obatan parasimpatomimetik, peradangan iris,

    dan terapi obat untuk glaucoma. Banyak pengobatan yang dpat

    menyebabkan anisokoria. Oleh karena itu sangat penting untuk

    memastikan apakah pasien menggunakan tetes mata atau dalam

    pengobatan.

    Abnormalitas pupil seringkali merupakan tanda dari peyakit

    neurologic. Kondisi yang dikenal sebagai Pupil Miotonik Adie adalah

    dilatasi pupil 3-6 mm, yang hanya sedikit berkontraksi terhadap cahaya dan

    akomodasi. Pupil ini sering berhubungan dengan berkurang sampai

    tidakadnya reflex tendo pada ekstremitas. Lebih sering terjadi pada waita

    usia 25-45 tahun, dan penyebabnya tidak diketahui. Pupil Argyll Robertson

    adalah pupil yang mengecil 1-2 mm, yang bereaksi terhadap akomodasi,

    tetapi tidak bereaksi terhadap cahaya. Tampaknya berhubungan dengan

    neurisifilis. Sindrom Horner adalah paralisis simpatik dari mata yang

    disebabkan oleh pemutusan pada rantai simpatik servikal.

    6) Iris

  • 7/30/2019 Pemeriksaan Fisik Pada Mata

    4/18

    Iris diperiksa untuk warnanya, apakah ada nodul, dan vaskularitas.

    Normalnya, pembuluh darah iris tidak dapat terlihat dengan mata telanjang.

    7) Kamera oculi anterior

    Dengan memberikan sinar secara oblik menembus mata,

    perkiraan kasar kedalaman kamera okuli anterior dapat dibuat. Jika terlihat

    bayangan berbentuk bulan sabit pada bagian iris yang jauh, kamera okuli

    anterior mungkin dangkal. Pendangkalan kamera okuli anterior mungkin

    akibat penyempitan ruangan antara iris dan kornea. Adanya kamar yang

    dangkal membawa seseorang pada kondisi yang disebut Glaukoma sudut

    tertutup. Istilah glaucoma merujuk pada kompleks gejala yang terjadi dalam

    tingkat penyakit yang berbeda. Penemuan klinis pada semua jenis glaucoma

    adalah peningkatan tekanan intraocular. Tekanan ini dapat diukur dengan

    tonometer Schiotz.

    8) Aparatus lakrimal

    Pada umumnya, hanya sedikit yang dapat terlihat pada apparatus

    lakrimalis, kecuali pungtum. Jika ada epifora, mungkin ada obstruksi

    aliran keluar melalui pungtum. Jika terdapat kelembaban yang berlebihan,

    periksalah apakah ada sumbatan duktus nasolakrimalis dengan menekan

    sakus lakrimalis secara lembut, berlawanan dengan cincin orbita interna. Jika

    ada sumbatan, dapat dikeluarkan materi-materi melalui pungtum. (H.Swartz,

    1995:101-103)

    Cara inspeksi mata

    a. Amati bola mata terhadap adanya protrusi, gerakan mata, lapang pandang, danvisus.

    b. Amati kelopak mata, perhatikan bentuk dan setiap kelainan dengan cara sebagai

    berikut :

    1) Anjurkan pasien melihat ke depan.

    2) Bandingkan mata kanan dan kiri.

    3) Anjurkan pasien menutup kedua mata.

    4) Amati bentuk dan keadaan kulit pada kelopak mata, serta pada bagian piggirkelopak mata, catat setiap ada kelainan, mis: kemerahan.

  • 7/30/2019 Pemeriksaan Fisik Pada Mata

    5/18

    5) Amati pertumbuhan rambut pada kelopak mata terkait dengan ada tidaknya

    bulu mata, sertaamati posisi bulu mata.

    6) Perhatikan keluasan mata dalam membuka dan catat ila ada dropping kelopak

    mata atas atau sewaktu mata membuka (ptosis).

    c. Amati konjungtiva dan sclera dengan cara sebagai berikut :

    1) Anjurkan pasien untuk melihat lurus ke depan.

    2) Amati konjungtiva untuk mengetahui ada atau tidaknya kemerahan, keadaan

    vaskularisasi, serta lokasinya.

    3) Tarik kelopak mata bagian bawah ke bawah dengan menggunakan ibu jari.

    4) Amati keadaan konjungtiva dan kantong konjungtiva bagian bawah, catat bila

    didapatkan infeksi atau pus atau bila warnanya tidak normal, misalnya

    anemic.

    5) Bila diperlukan, amati konjungtiva bagian atas, yaitu dengan cara membuka

    atau membalik kelopak mata atas dengan prawat berdiri di belakang pasien.

    6) Amati warna sclera saat memeriksa konjungtiva yang paa keadaan tertentu

    warnanya dapat menjadi ikterik.

    d. Amati warna iris serta ukuran dan bentuk pupil. Kemudian lanjutkan dengan

    mengevaluasi reaksi pupil terhadap cahaya. Normalnya bentuk pupil adalah

    sama besar (isokor). Pupil yang mengecil disebut pinpoint, sedangkan pupil yang

    melebar atau dilatasi isebut midriasis.

    (Priharjo,Robert, 2006:52-53)

    Cara inspeksi gerakan mata

    a. Anjurkan pasien untuk melihat lurus ke depan

    b. Amati apakah kedua mata tetap diam atau bergerak secara spontan (nistagmus)yaitu gerakan ritmis bola mata, mula - mula lambat bergerak ke satuarah,

    kemudian dengan cepat kembali ke posisi semula.

    c. Bila ditemukan adanya nistagmus, amati bentuk, frekuensi (cepat atau lambat),

    amplitudo (luas/sempit), dan durasinya (hari/minggu).

    d. d) Amati apakah kedua mata memandang lurus ke depan atau salah

    satu mengalami deviasi.

    e. Luruskan jari telunjuk Anda dan dekatkan dengan jarak sekitar 15 30 cm.

  • 7/30/2019 Pemeriksaan Fisik Pada Mata

    6/18

    f. Beri tahu pasien utnuk mengikuti gerakan jari Anda dan pertahankan posisi

    kepala pasien. Gerakkan jari Anda ke delapan arah untuk mengetahui fungsi 6

    otot mata.

    (Priharjo,Robert, 2006:53-55)

    Gambar 2. Inspeksi gerakan mata

    b. Tajam penglihatan (visus)

    Tajam penglihatan diungkapkan dalam suatu rasio, seperti 20/20. Angka

    pertama adalah jarak baca pasien terhadap peraga. Angka kedua adalah jarak

    terbacanya peraga oleh mata normal. Istilah OD (Oculus Dexter) berarti mata

    kanan: OS (Oculus Sinister) berarti mata kiri. OU (Oculi Unitas) berarti kedua mata.

    1) Memakai Kartu Snellen Standar

    Jika tersedia kartu Snellen standar, pasien harus berdiri sejauh 6

    meter dari kartu tersebut. Jika pasien memakai kaca mata, biarkan dipakai

    terus selama pemeriksaan. Pasien diminta untuk menutum mata dengan

    telapak tangan dan membaca baris terkecil yang mungkin. Jika yang dapat

    terbaca ialah baris 6/60, maka visus mata pasien adalah 6/60. Ini berarti

    bahwa pada jarak 6 meter pasien dpat membaca apa yag dapat dibaca orang

    normal pada jarak 60 meter. Jika pada jarak 6 m pasien tidak dapat membaca

    baris 6/60, maka ia didekatkan pada kartu sampai baris itu terbaca. Jika

    pasien baru dapat membaca pada jarak 1 m, maka tajam penglihatan pasien

    adalah 1/60.

  • 7/30/2019 Pemeriksaan Fisik Pada Mata

    7/18

    Gambar 3. Kartu Snellen untuk pemeriksaan visus.

    2) Memakai Kartu Tajam Penglihatan Saku

    Jika kartu Snellen standar tidak tersedia, maka kartu tajam penglihatan

    ukuran saku dapat dipakai. Kartu ini dilihat pada jarak 35 cm. pasien

    diminta membaca baris terkecil yang masih dapat dibaca. Jika kedua jenis

    kartu ini tidak tersedia, maka dapat dipakai materi cetak apa saja.

    Pemeriksa harus ingat bahwa kebanyakan pasien berusia di atas 40 tahun

    memerlukan kaca baca. Meskipun pemeriksa tidak dapat memastikan tajam

    penglihatan, ia pasti dapat menetapkan apakah pasien masih dapat melihat.

    Dalam hal ini pasien diminta untuk menutup satu mata dan membaca baris

    terkecil yang terbaca pada halaman cetak tertentu. Menilai Pasien dengan

    Penglihatan Buruk Pasien dengan penglihatan buruk sekali dan tidak dapatmembaca salah satu baris cetak, harus diuji dengan kemampuan membaca jari-

    jari tangan. Pengukuran tajam penglihatan ini dilakukan dengan menunjukkan

    jari-jari tangan di depan mata pasien, sedangkan salah satu mata ditutup.

    Pasien ditanyakan jumlah jari yang terlihat. Jika pasien tetap belum dapat

    melihat, maka penting untuk dinilai apakah memang masih ada persepsi

    terhadap cahaya. Hal ini dilakukan dengan menutup satu mata dan

    menyoroti mata yang terbuka dengan cahaya. Pemeriksa menanyakanapakah pasien dapat melihat lampu menyala atau dimatikan. NLP (No Light

  • 7/30/2019 Pemeriksaan Fisik Pada Mata

    8/18

    Perception) adalah istilah yang dipakai apabila seseorang tidak dapat

    menangkap cahaya.

    3) Memeriksa Pasien yang Tidak Dapat Membaca

    Bagi mereka yang tidak dapat membaca, seperti anak kecil atau buta

    huruf, pemakaian huruf E dalam macam -macam ukuran dan arah akan

    sangat bermanfaat. Pemeriksa meminta pasien menunjukkan arah huruf itu :

    ke atas, ke bawah, ke kanan, ke kiri.

    (H.Swartz, 1995:96-97)

    Gambar 4. Kartu Snellen

    Visus 1/300 : Pada jarak 1 m mata masih dapat melihat grakan

    tangan pemeriksa yang pada mata normal masih

    dapat dilihat dari jarak 300 m.

    Visus 1/ : Mata hanya dapat membedakan gelap dan terang.

    Visus 0 : Mata tidak dapat membedakan gelap dan terang.

    (Priharjo,Robert, 2006:55)

    c. Lapang pandang

    Uji lapang pandang berguna untuk menetapakan ada tau tidaknya lesi

    pada jalur penglihatan. Terdapat banyak teknik dalam melakukan pemeriksaan

    lapang pandang. Salah satunya adalah uji lapang pandang konfrontasi. Pada

    teknik ini pemeriksa membandingkan penglihatan perifernya dengan penglihatan

    perifer pasien.

    1) Menilai Lapang Pandang dengan Uji Konfrontasi

    Pemeriksa brdiri atau duduk1 m di depan dan setinggi tatap mata

  • 7/30/2019 Pemeriksaan Fisik Pada Mata

    9/18

    pasien. Pasien diminta menutup mata kanannya sedangkan pemeriksa

    menutup mata kirinya, masing-masing melihat hidung yang dihadapinya.

    Pemeriksa menjulurkan satu atau dua jari pada masing-masing tangan secara

    serentak dan menanyakan pasien berapa jari tangan yang dilihatnya. Tangan

    digerakkan dari kuadran atas ke kuadran bawah dan pemeriksaan diulang

    kembali. Pemeriksaan diulang dengan mata sebelah. Jari-jari harus terlihat

    oleh pasien dan pemeriksa secara bersamaan. Agar lebih menguntungkan si

    pasien dan pemeriksa, tangan diangkat sedikit lebih dekat pada pemeriksa.

    Hal ini member pasien lapangan pandangan yang lebih luas. Jika pemeriksa

    dapat melihat jari-jari itu, maka pasien pasti juga melihatnya, kecuali ada

    gangguan pengliatan berupa kurang luasnya lapangan pandangan. Karena lesi

    sepanjang jalur visual berkembang secara berangsur maka pasien mungkin

    tidak sadar adanya perubahan lapangan pandangan sampai penyakitnya

    telah lanjut. Lapangan. Konfrontasi yang dilakukan oleh ahli penyakit dalam,

    mungkin merupakan bukti objektif pertama bahwa si pasien mempunyai lesi

    yang mengenai jalur pengliatan. Daerah tampa pengliatan disebut skotoma.

    Pengliatan sentral normal meluas lebih kurang 30 ke segala arah pada

    fiksasi sentral. Bintik buta (blind spot) adalah skotoma fisiologik yang terletak lebih kurang 15-20 temporal terhadap fiksasi sentral, yang sesuai dengan

    papilla nervus optikus. Tidak terdapat unsur sensorik seperti sel batang dan

    kerucut pada papilla nervus optikus

    2) Kelainan Lapang Pandang

    Terdapat skotoma patologik yang dapat ditentukan pada uji

    lapangan. Skotoma dapat berasal dari penyakit mata primer seperti glaucoma,atau dari lesi dalam susunan saraf pusat seperti tumor. Hilangnya pengliatan

    total pada satu mata disebut mata buta, akibat penyakit mata, lesi pada

    nervus optikusnya, atau akibat lesi dari konteks oksipital yang terkait.

    Hemianopsiamerujuk pada tiadanya pengliatan pada setengah lapangan.

    Kerusakan lapangan yang bilateral ada kedua lapangan temporal disebut

    hemianopsia itemporal. Terjadi akibat lesi pada nervus optikus setinggi kiasma

    optikum. Tumor hipofisis adalah penyebab umum .

    Hemianopsia homonim terjadi akibat kerusakan pada traktus optikus,

    radiasi optic, atau korteks oksipital. Istilah hormonim menunjukkan

  • 7/30/2019 Pemeriksaan Fisik Pada Mata

    10/18

    hilangnya pengliatan padsa lapangan sama. Seorang pasien dengan

    hermianopsia homonym kiri tidak dapat melihat belahan kiri lapangan dapa

    kedua mata. Keadaan ini terjadi oleh kerusakan pada traktus optikus kanan.

    Hermianopsia hormonom adalah bentuk hilangnya lapangan pandangan yang

    paling sering pada pasien dengan stoke.

    Kuadrananopsia adalah hilangnya pengliatan pada satu kuadran.

    Seorang pasien dengan kuadrantanopsia homonym atas kiri mempunyai

    kerusakan pada radiasi optic bawah kanan atau daerah oksipital bawah

    kanan. Pasien dengan penglihatan terowongan memiliki pandangan lapangan

    yang menetap pada semua jarak suatu fenomen fisiologik yang tidak muginkn.

    Kelainan lapang padangan jenis in adalah khas pada histeri

    3) Pemeriksaan Nistagmus Optokinetik

    Kadang-kadang seorang pasien dengan masalah psikiatrik merasa

    dirinya buta. Suatu cara uji yang ampuh untuk meniadakan

    kemungkinan ini ialah nistagmus optokinetik (OKN). Nistagmus

    optokinetik adalah gerakan mata yang cepat dank e kiri dan kanan yang

    terjadi bila mata berusaha berfiksasi pada sasaran yang bergerak. Adanyanistagmus optokinetik menunjukkan utuhnya jalur optic fsiologik dari

    retina ke korteks oksipital. Nistagmus optokinetik dapat ditimbulkan ke

    mata pasien dengan meminta pasien berfiksasi pada angka-angka pita

    pengukur yang anda tarik dengan cepat. Karena nistagmus optokinetik bersifat

    involunte, suatu respon positif merupakan bukti bagus bahwa pasien pura-

    pura

    buta. (H.Swartz, 1995:97-99)

    Cara inspeksi lapang pandang

    a. Berdiri di depan pasien.

    b. Kaji kedua mata secara terpisah yaitu dengan cara menutup mata yang

    tidak diperiksa.

    c. Beri tahu pasien untuk melihat lurus ke depan dan memfokuskan pada satu

    titik pandang, misalnya hidung anda.

    d. Gerakkan jari Anda pada suatu garis vertikal / dari samping dekatan ke

    mata pasien secara perlahan - lahan.

  • 7/30/2019 Pemeriksaan Fisik Pada Mata

    11/18

    e. Anjurkan pasien untuk memberi tahu sewaktu mulai melihat jari anda.

    f. Kaji mata sebelahnya

    (Priharjo,Robert, 2006:54)

    Gambar 5. Inspeksi lapang pandang

    d. Gerakan mata

    Gerak mata dipengaruhi oleh kontraksi dan relaksasi otot-otot

    ekstraokular. Hal ini berakibat bergeraknya mata ke atas atau ke bawah, atau dari

    sisi ke sisi dan juga konvergensi.

    1) Pemeriksaan Kesesuaian Mata

    Kesesuaian mata dengan mudah diketahui dengan mengevaluasi

    lokasi cahaya yang dipantulkan oleh kornea. Lampu senter diarahkan tepat

    dari depan pasien. Jika pasien memandang lurus jauh ke depan, pantulan

    cahaya akan tampak tepat di pusat masing-masing kornea. Jika cahaya jatuh

    pada pusat satu kornea dan menyimpang dari pusat pada kornea lain,maka terdapat mata berdeviasi. Keadaan mata yang berdeviasi atau mata

    juling, disebut strabismus, atau tropia. Strabismus adalah

    ketidakseimbangan mata sehingga objek yang diamati tidak diproyeksikan

    secara bersamaan pada fovea masing-masing mata. Esotropia adalah deviasi

    mata kearah nasal, eksotropia adalah deviasi mata kearah temporal, heterotropia

    adalah deviasi mata ke atas. Tropia alternans adalah istilah yang dipakai untuk

    memeriksa keadaan dimana masing-masing mata berdeviasi.

  • 7/30/2019 Pemeriksaan Fisik Pada Mata

    12/18

    2) Melakukan Uji Tutup

    Uji tutup berguna untuk menetapkan apakah mata lurus (normal)

    atau ada mata berdeviasi. Pasien diminta untuk melihat pada sasaran jauh.

    Satu matanya ditutup dengan karton 7,5 x 12,5 cm. pemeriksa harus

    mengqamati mata yang tidak tertutupi. Jika mata yang tidak ditutupi itu

    bergerak sewaktu berfiksasi pada titik dikejauhan itu, maka mata itu tidak

    lurus sebelum mata sebelahnya ditutupi. Jika mata itu tidak bergerak, maka

    ia lurus. Uji ini kemudiandilanjutkan dengan mata sebelahnya.

    3) Menilai Posisi Utama Pandangan Mata

    Penyebab penting timbulnya mata berdeviasi adalah otot ekstraokular

    yang paresis (lemah), atau paralisis. Paralisiss otot-otot ini ditentikan dengan

    memeriksa enam posisi utama pandangan mata. Pegang dagu pasien dengan

    tangan kanan dan memintanya mengikuti tangan kiri anda sewaktu menulis

    huruf H besar di udara. Jari telunjuk kiri anda diletakkan lebih kurang 25 cm

    di depan hidung pasien. Dari garis tengah, gerakkan jari itu 30 cm ke kanan

    pasien dan berhenti, kemudian 20 cm ke atas dan berhenti, ke bawah sejauh 40cm dan berhenti, dan kemudian secara perlahan kembali ke garistengan.

    Lintasi garis tengah dan ulangi gerakan serupa pada sisi yang sebelah. Inilah

    keenam posisi utama pandangan mata.

    Anda perhatikan gerakan kedua mata, yang hars mengikuti jari secara

    mulus. Perlu pula diperhatikan gerakan parallel kedua mata ke segala arah.

    Kadang-kadang bila menatap kesisi ekstrim, mata akan bergerak ritmik

    yang disebut nistagmus titik akhir. Terjadi gerak cepat ke arah tatapan, yangdiikuti gerak baling yang lambat. Uji ini membedakan nistagmus titik akhir

    dari nistagmus patologik, yang menghasilkan gerakan cepat selalu kea rah

    yang sama, tidak tergantung arah pandangan. Bayangan yang jatuh pada

    retina akan diinterpretasikan oleh otak dengan cara fusi, diplopia atau supresi.

    Pada anak-anak, strabismus menghasilkan diplopia yang berakibat kekacauan,

    kemudian supresi dari bayangan dan akhirnya ambliopia. Ambliopia adalah

    hilangnya tajam penglihatan, sekunder terhadap supresi. Ambliopia masih

    reversible sampai retina telah berkembang sempurna, pada usia lebih dari 7

    tahun.

  • 7/30/2019 Pemeriksaan Fisik Pada Mata

    13/18

    Ambliopia adalah fenomena yang hanya timbul pada anak-anak.

    Seorang dewasa yang mendapat strabismus sekunder terhadap apapun

    penyebabnya tidak dapat mensupresi bayangan mata yang berdeviasi dan akan

    berakibat diplopia.

    4) Menilai Refleks Cahaya Pupil

    Pemeriksa meminta pasien melihat jauh, sementara ia menyinari mata

    pasien dengan baerkas cahaya terang. Sumber cahaya harus dating dari sisi,

    memanfaatkan hidung sebagai penghalang mata mengenai mata sebelah.

    Pemriksa harus mengamati respon pupil langsung dan konsensual.

    Pemeriksa kemudian melakukan uji pada mata yang sebelah. Uji cahaya berayun

    merupakan modifikasi untuk menguji reflex cahaya pupil. Tes ini

    berfungsi untuk mengungkapkan perbedaan dalam respon terhadap stimulus

    aferen di antara mata.

    Dalam tes ini pasien berfiksasi pada sasaran jauh sementara pemeriksa

    dengan cepat mengayun lampu dari satu mata ke matalain, mengamati adanya

    konstriksi dari pupil. Dalam keadaan tertentu terjadi dilatasi parodoksikal

    dari pupil yang terkena cahaya. Keadaan ini dikenal sebagai pupil MarcusGunn, berhubungan dengan kerusakan cabang aferen pada mata yang disinari.

    Contoh paling ekstrim mata dengan fenomena Marcus Gunn adalah mata buta.

    Bila berkas cahaya jatuh pada mata buta, tidak terjadi respon langsung

    maupun respon konsensual. Bila bahaya dipindahkan pada mata lain yang

    normal, akan terjadi respon langsung maupun konsensual karena jalur aferen

    maupun eferen adalah normal. Bila cahaya kembali diarahkan pada mata yang

    buta, tidak ada impulsyang diterima retina (aferen) dan pupil matabuta tidak akan berkonstriksi, ia akan berdilatasi.

    Terdapat berbagai derajat kerusakan pupil Marcus Gunn, bergantung

    pada keterlibatan nervus opticus.

    5) Menilai Refleks Dekat

    Reflex dekat diuji dengan meminta pasien berturut-turut melihat

    sasaran jauh kemudian sasaran yang diletakkan kurang lebih 12,5 cm

    dari hidung. Bila memandangi sasara dekat, mata akan berkonvergensi dan

    pupil akan mengecil.

  • 7/30/2019 Pemeriksaan Fisik Pada Mata

    14/18

    (H.Swartz, 1995:99-101)

    e. Pengenalan Warna

    Pemeriksaan menggunakan kartu tes ishihara/ benang wol berwarna.

    Pasien membaca angka berwarna dalam kartu ishihara. Atau mengambil benang

    wol sesuai perintah. Interpretasi dari pemeriksaan pengenalan warna adalah

    normal dan buta warna.

    Cara pemeriksaan buta warna :

    Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan Ishihara Color Test

    merupakan test untuk mendeteksi defisiensi warna. Buku ini diciptakan oleh, Dr.

    Shinobu Ishihara, professor dari Universitas Tokyo, dan telah dipublikasikan

    sejak 1917 hingga kini menjadi alat test buta warna yang berlaku secara

    internasional.

    Test ini terdiri dari gambar yang membentuk angka, disebut dengan

    gambar isihara. Setiap gambar tersusun secara acak yang memuat lingkaran dari

    kumpulan titik yang membentuk angka dan ukuran tertentu. Dalam setiap pola titik

    yang membentuk angka akan dengan mudah ditebak bila klien tiidak mengidap

    buta warna dan akan sulit dibedakan bila seseorang tersebut mengalami butawarna terutama untuk defisiensi warna merah dan hijau. Tes secara keseluruhan

    terdiri atas 38 gambar, namun kita akan segera menyadari seseorang dengan

    buta warna hanya dengan memperlihatkan beberapa gambar saja. Pada pengetesan

    pertama, 24 gambar akan memberi diagnosis yang lebih tepat mengenai derajat

    cacat buta warna.

    Syarat Pelaksanaan :

    a.

    Pemeriksa tidak mengalami buta warna.b. pasien yang hendak diperiksa.

    c. Pencahayaan yang cukup (hal ini karena sel batang lebih sensitive terhadap

    cahaya jika dibandingkan dengan sel kerucut sehingga warna tidak dapat

    dibedakan dengan baik pada keadaan gelap).

    d. Alat test berupa buku ishihara.

    Kelainan yang paling sering mucul adalah cacat warna merah dan hijau

    namun terkadang cacat biru dan kuning juga kerap terjadi.

    http://en.wikipedia.org/wiki/Shinobu_Ishiharahttp://en.wikipedia.org/wiki/University_of_Tokyohttp://en.wikipedia.org/wiki/University_of_Tokyohttp://en.wikipedia.org/wiki/Shinobu_Ishihara
  • 7/30/2019 Pemeriksaan Fisik Pada Mata

    15/18

    Interpretasi : 12

    Interpretasi : 2

    Interpretasi : 5

    Gambar 6. cuplikan gambar pada buku ishihara

    2. Palpasi

    Palpasi pada mata dikerjakan dengan tujuan untuk mengetahui tekanan

    bola mata dan mengetahui adanya nyeri tekan. Untuk mengukur tekanan bola mata

    secara lebih teliti diperlukan alat Tonometri yang memerlukan keahlian khusus.

    Cara palpasi untuk mengetahui tekanan bola mata :

    a. Beri tahu pasien untuk duduk.

  • 7/30/2019 Pemeriksaan Fisik Pada Mata

    16/18

    b. Anjurkan pasien untuk memejamkan mata.

    c. Lakukan palpasi pada kedua bola mata. Bila tekanan bola mata meninggi,

    mata terasa keras

    (Priharjo,Robert, 2006:56)

    3. Pengkajian Tingkat Mahir (Pengkajian Funduskopi)

    Pengkajian mata tingkat mahir (funduskopi) dilakukan paling akhir.

    Pengkajian ini dikerjakan untuk mengetahui susunan retina dengan menggunakan

    alat oftalmoskop. Untuk dapat melakukan hal ini, diperlukan pengetahuan anatomi

    dan fisiologi mata yang memadai serta keterampilan khusus dalam

    menggunakan alat oftalmoskop. (Priharjo,Robert, 2006:56)

    Oftalmoskop adalah alat dengan sistem cermin optik untuk melihat anatomi

    interna dari mata. Ada dua cakram pada oftalmoskop : satu untuk mengatur lubang

    cahaya (dan filter), dan satu lagi untuk merubah lensa untuk mengoreksi kesalahan

    refraktif baik dari pemeriksa maupun pasien.

    Lubang-lubang dan filter-filter yang paling penting adalah lubang kecil, lubang

    besar, dan filter bebas-merah. Lubang kecil adalah untuk pupil yang tidak berdilatasi, lubang besar untuk pupil yang berdilatasi, dan filter bebas merah

    menyingkirkan sinar merah dan dirancang untuk melihat pembuluh darah serta

    perdarahan.

  • 7/30/2019 Pemeriksaan Fisik Pada Mata

    17/18

    Gambar 7. Oftalmoskop

    Cara kerja pengkajian funduskopi

    a. Atur posisi pasien duduk di kursi.

    b. Beri tahu pasien tentang tindakan yang dikerjakan.

    c. Teteskan 1-2 tetes obat yang dapat melebarkan pupil dalam jangka pendek,

    misalnya tropikamid (bila tidak ada kontraindikasi)

    d. Atur cahaya ruangan agak redup.

    e. Duduk di kursi di hadapan pasien.

    f. Beri tahu pasien untuk melihat secara tetap pada titik tertentu dan anjurkan untuk

    tetap mempertahankan sudut pandangnya tanpa berkedip.

    g. Bila pasien atau pemeriksa memakai kacamata hendaknya dilepas dulu.

    h. Pegang oftalmoskop, atau lensa pada angka nol, nylakan dan arahkan pada

    pupil mata pada jarak sekitar 30 cm sampai pemeriksa menemukan red reflex yang

    merupakan pancaran dari cahaya retina.

    i. Bila letak oftalmoskop tidak tepat, red reflex tidak akan muncul. Red reflex juga

    tidak muncul pada berbagaigangguan misalnya katarak

    j. Bila red reflex sudah ditemukan, dekatkan oftalmoskop secara perlahan ke matapasien. Bila pasien myopia, atur control kea rah negative (merah). Bila

    pasien hiperopia atur control kea rah positif (hitam).

    k. Amati fundus secara sistematis yang diawali dengan mengamati pembuluh darah

    besar. Catat bila ditemukan kelainan. Lanjutkan pengamatan dengan

    membandingkan ukuran arteri dan vena 4:5. Kemudian amati warna macula

    yang normalnya tampak lebih terang daripada retina. Berikutnya amati warna,

    batas, dan pigmentasi diskus optikus. Normalnya diskus optikus berbentuk melingkar berwarna merah muda agak kuning, batasan terang dan tetap dengan

    jumlah pigmen yang bervariasi. Lalu amati warna retina, kemungkinan ada darah,

    dan setiap ada kelainan.

    l. Bandingkan mata kanan dan kiri.

    m. Catat hasil pengkajian dengan jelas.

    n. Setelah pengkajian selesai, teteskan pilokarpin 2% untuk menetralisasi dilatasi

    pada mata yang diamati (pada pasien yang ditetesi tropikamid).

    o. Tunggu/pastikan pasien dapat melihat seperti semula.

    (Priharjo,Robert, 2006:57)

  • 7/30/2019 Pemeriksaan Fisik Pada Mata

    18/18

    DAFTAR PUSTAKA

    Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Volume 3. Jakarta : EGC

    Guyton, Arthur C. 1990. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta:EGC

    H.Swartz,Mark. 1995. Diagnostik Fisik. EGC:Jakarta

    Koesora. 2009. Pemeriksaan Tes Pendengaran.

    Moore, Keith L. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta:Hipokrates.

    Priharjo, Robert. 2006. Pengkajian Fisik Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : EGC

    Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan fisiologi untuk Pemula. Jakarta:EGC

    Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta:EGC.

    Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : Salemba

    Medika

    Syaifuddin. 2010. Atlas Berwarna Tiga Bahasa Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta:Salemba

    Medika