PEMENUHAN TINDAK LANJUT INSPEKSI UMUM …... · pemenuhan tindak lanjut inspeksi umum terencana...
Transcript of PEMENUHAN TINDAK LANJUT INSPEKSI UMUM …... · pemenuhan tindak lanjut inspeksi umum terencana...
i
LAPORAN TUGAS AKHIR
PEMENUHAN TINDAK LANJUT INSPEKSI UMUM
TERENCANA PADA SECTION PLANT DI PT. BUKIT
MAKMUR MANDIRI
UTAMA JOBSITE LANNA HARITA INDONESIA
SAMARINDA, KALIMANTAN TIMUR
Setiyono
NIM. R0009087
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERSETUJUAN
Tugas Akhir dengan judul : Pemenuhan Tindak Lanjut Inspeksi Umum
Terencana pada section Plant PT. Bumit Makmur Mandiri Utama Jobsite
Lanna Harita Indonesia
Samarinda, Kalimantan Timur
Setiyono, NIM : R.0009087, Tahun :2012
Telah disetujui dan dipertahankan dihadapan
Penguji Tugas Akhir
Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja
Fakultas Kedokteran UNS Surakarta
Pada Hari ............... Tanggal.............. 2012
Pembimbing I
Tarwaka, PGDip, Sc., M.Erg ......................................
19640929 198803 1 019
Pembimbing II
Yeremia R. A,S.Sos.,M.Kes ......................................
NIP. 19790115 201012 2 002
Penguji
Reni Wijayanti, dr.M.Sc ......................................
NIP. 19720822 201012 2 001
Surakarta,
Ketua Prodi
Tim Tugas Akhir D.III Hiperkes & KK
Yeremia R.A,S.Sos.,M.Kes Sumardiyono,SKM., M.Kes
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
NIP. 19790115 201012 2 002 NIP. 19650706 198803 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
PEMENUHAN TINDAK LANJUT INSPEKSI UMUM TERENCANA
PADA SECTION PLANT DI PT BUKIT MAKMUR MANDIRI UTAMA
JOBSITE LANNA HARITA INDONESIA SAMARINDA, KALIMANTAN
TIMUR
Setiyono*)
, Tarwaka*)
, dan Yeremia R.A*)
Tujuan: Manusia, mesin, serta lingkungan di tempat kerja mengandung potensi
bahaya serta faktor bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan dan penyakit
akibat kerja sehingga diperlukan pelaksanaan inspeksi umum terencana serta
kontrol terhadap pelaksanaan dari inspeksi itu sendiri. Tujuan dari penelitian ini
adalah mengetahui pelaksanaan dan tindak lanjut inspeksi umum terencana
Metode: Penelitian yang penulis pakai adalah deskriptif yang artinya penulis
mencoba menggambarkan yang sejelas-jelasnya tentang bentuk pelaksanaan
inspeksi umum terencana serta pemenuhan tindak lanjut dari pelaksanaan inspeksi
terencana itu sendiri di section Plant PT. Bukit Makmur Mandiri Utama jobsite
Lanna Harita Indonesia dan membandingkannya dengan standar perusahaan yang
berlaku.
Hasil: Data yang diperoleh dari observasi, wawancara, dan studi kepustakaan
serta perbandingan dengan standar perusahaan bahwa pelaksanaan Inspeki Umum
Terencana (IUT) di section Plant secara akumulatif sudah sesuai dengan target
berdasarkan jabatan (Foreman, Supervisor, Section Head, Project Manager),
waktu, dan akumulasi pelaksanaan IUT yang telah ditetapkan oleh standar
perusahaan. Namun penulis juga menemukan permasalahan antara lain masih ada
dari pihak pengawas yang terkadang belum dapt melaksanakan inspeksi umum
terencana sesuai dengan tanggung jawab dan target yang telah ditetapkan sesuai
dengan standar perusahaan. Pemenuhan tindak lanjut inspeksi umum terencana di
section Plant juga sudah terlaksana dengan baik berdasarkan standar perusahaan.
Namun ada beberapa temuan yang belum bisa ditindaklanjuti sesuai dengan waktu
yang telah ditetapkan sesuai dengan yang ada pada checklist IUT. Hal tersebut
dikarenakan terbentur dengan budget atau biaya pengeluaran yang cukup besar
dan memakan waktu yang tidak sedikit pula.
Simpulan: Penelitian menunjukkan bahwa di section Plant telah melaksanakan
inspeksi umum terencana sesuai dengan standar perusahaan khususnya Buma
Management System (BMS/B’safe) SHE/09/007SOP tahun 2009 tantang Inspeksi
Umum dan Observasi Tugas Terencana serta Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.
PER. 05/ MEN/ 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja pada lampiran II bagian 7 tentang standar pemantauan dan pemeriksaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
bahaya disebutkan bahwa inspeksi tempat kerja dan cara kerja dilaksanakan
secara teratur.
Kata kunci : Inspeksi Umum Terencana
*) Program Studi Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas
Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta
ABSTRACT
COMPLIANCE WITH FOLLOWUP PUBLIC INSPECTION PLANNED
IN SECTION PLANT AT PT BUMA JOBSITE LHI
SAMARINDA, EAST KALIMANTAN
Setiyono*)
, Tarwaka*)
, dan Yeremia R.A*)
Purpose : human, machine, environment in the workplace contain potential
hazards and dangers of factors that could cause accidents and occupational
diseases that required the implementation of planned general inspections and
control of implementation and follow-up of planned general inspections
Methods: The study used by writer is descriptive, which means that the author
tries to describe as clearly as possible about the form of implementation of
planned general inspections and compliance follow-up of the implementation of
planned public inspection at the section's own PT Buma jobsite LHI plant and
compare it with the applicable standards of corporate
Results: Data obtained from observation, interviews, and a literature study and
comparison with standard company that General Inspeki Planned implementation
(IUT) in section cumulatively Plant are in accordance with the target based on title
(Foreman, Supervisor, Section Head, Project Manager), time, and accumulation
IUT implementation standards set by the company. However, the authors also
found among other problems still exist from the supervisor who sometimes have
DAPT implement planned public inspection in accordance with the
responsibilities and targets that have been set in accordance with company
standards. Fulfillment follow public inspection planned at Plant section has also
been performing well based on company standards. But there are some findings
that can not be acted upon in accordance with a predetermined time corresponding
to that of the IUT checklist. This is due to collide with the budget or spending
considerable cost and time consuming that not a few.
Conclusion: The study showed that the plant section has been carrying out a
planned public inspection in accordance with company standards, especially
Buma Management System (BMS / B'safe) SHE/09/007 in 2009 of the General
Inspection and Planned Task Observation and Regulation of the Minister of
Manpower No. PER. 05/MEN/1996 about Management System Occupational
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
Health and Safety in appendix II, section 7 of the standard monitoring and
inspection of the dangers mentioned that workplace inspections and work carried
out on a regular basis.
Keywords: Public Inspection Planned
*) Study Program Diploma III Hiperkes and Safety, Faculty of Medicine, Sebelas
Maret University
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan atas kehadiat Allah SWT yang telah
memberikan begitu banyak kelimpahan rahmat, hidayah serta kenikmatan yang
tidak terhingga nilainya sehingga penulis dapat mengerjakan dan menyelesaikan
Laporan khusus dengan judul “Pemenuhan Tindak Lanjut Inspeksi Umum
Terencana di Section Plant PT Bukit Makmur Mandiri Utama jobsite Lanna
Harita Indonesia”.
Laporan penelitian ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan pendidikan pada Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan
Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Disamping itu
magang ini dilaksanakan untuk menambah wawasan guna mengenal, mengetahui,
dan memahami mekanisme serta problematika dalam penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja yang ada di dunia kerja yang sesungguhnya.
Penulis juga menyadari bahwa dalam pelaksanaan magang sampai dengan
selesainya laporan ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik
berupa bimbingan, pengarahan dan motivasi sehingga telah memberikan semangat
dalam proses penyusunan laporan ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Prof.Dr.H. Zainal Arifin Adnan, dr. Sp.PD-KR-FINASIM, selaku
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
2. Bapak Sumardiyono, SKM., M.Kes selaku Ketua Progam D. III Hiperkes dan
Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Tarwaka, PGDip, Sc., M.Erg selaku pembimbing I
4. Ibu Yeremia R. A,S.Sos.,M.Kes selaku Pembimbing II
5. Ibu Reni Wijayanti, dr.M.Sc selaku penguji Laporan magang dan tugas akhir.
6. Ibu Stiati Budilestari selaku SHE Department Head Office Jakarta yang telah
memberikan kepada penulis untuk melaksanakan program magang di PT
Bukit Makmur Mandiri Utama.
7. Bapak Putranto Arief Sudibyo selaku section head SHE selaku pembimbing
magang di PT Bukit Makmur Mandiri Utama jobsite Lanna Harita Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
8. Bapak Risnanta, Bapak Rendi Primayandi, Bapak Rafael B. Manuk, Mbak
Rey Tanziar, Mbak Indah Astutik, Mbak Evi, Pak Aka Bakhtiar selaku
jajaran staff section SHE selaku pemimbing penulis yang telah memberikan
banyak pengetahuan serta pengalaman yang sangat berharga kepada penulis.
9. Bapak Surya, Bapak Hebnu Warsito, Bapak Marsono, Bapak Paino, selaku
jajaran staff di Plant PT. Bukit Makmur Mandiri Utama jobsite LHI yang
telah rela memberikan kesempatan, waktu, dan pengetahuan mengenai
penelitian ini serta sambutan hangatnya yang tidak akan penulis lupakan jasa-
jasa mereka.
10. Kedua orang tuaku tercinta, saudara-saudaraku, terima kasih atas kasih
sayangnya, doa, semangatnya, serta dukungannya yang tak ternilai harganya.
“I Love U all”. Bapakku tercinta semoga lekas sembuh.
11. Teman-temanku angkatan 2009 yang selalu setia berbagi ilmu dari awal
magang sampai akhir magang, serta semua pihak yang tidak dapat kami
sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan
laporan ini.
12. Teman-teman Evitya kost yang saya banggakan, selalu membantu dalam
kelancaran pembuatan laporan ini.
Penulis menyadari tidak akan bisa membalas kebaikan yang telah diberikan
oleh semua pihak dan semoga Allah SWT membalas semua budi baik dan bantuan
yang telah diberikan, AMIN. Akhir kata penulis mengharap saran dan kritik yang
bersifat membangun demi sempurnanya laporan ini, sehingga dapat berguna dan
bermanfaat dikemudian hari.
Surakarta, 2012
Penulis,
Setiyono
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ........................................... iii
ABSTRAK .................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 5
BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................... 7
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................... 7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
B. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 32
BAB III METODE PENELITIAN................................................................ 33
A. Metode Penelitian.............................................................................. 33
B. Lokasi Penelitian ............................................................................... 33
C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ............................................... 33
D. Teknik Pengambilan Data ................................................................. 34
E. Sumber Data ...................................................................................... 34
F. Pelaksanaan ....................................................................................... 35
G. Analisis Data ..................................................................................... 35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 36
A. Hasil Penelitian ................................................................................. 36
B. Pembahasan ....................................................................................... 58
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 65
A. Simpulan ............................................................................................ 65
B. Saran .................................................................................................. 69
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 71
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Frekuensi Pelaksanaan Inspeksi Umum Terencana....................... . 38
Tabel 2. Tingkat Keparahan menurut B’Safe Level of Critical Risk............. 44
Tabel 3. Tingkat Kekerapan atau Keseringan............................................... 45
Tabel 4. Matrik Penilaian Risiko.................................................................. 46
Tabel 5. Rata-rata pelaksanaan IUT bulan Januari 2012.............................. 52
Tabel 6. Rata-rata pelaksanaan IUT bulan Februari 2012.......................... 52
Tabel 7. Rata-rata pelaksanaan IUT bulan Maret 2012.............................. 53
Tabel 8. Rata-rata pelaksanaan IUT bulan April 2012.............................. 53
Tabel 9. Presentase pemenuhan deviasi bulan Januari 2012...................... 55
Tabel 10. Presentase pemenuhan deviasi bulan Februari 2012.................... 56
Tabel 11. Presentase pemenuhan deviasi bulan Maret 2012........................ 57
Tabel 12. Presentase pemenuhan deviasi bulan April 2012......................... 58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Piramida Kecelakaan Frank Bird…........................................... 16
Gambar 2. Teori Domino………………..................................................... 17
Gambar 3. Teori Gunung Es………………………………....................... 21
Gambar 4. Kerangka Pemikiran.................................................................. 32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Checklist Inspeksi Umum Terencana
Lampiran 2. Lembar Penyimpangan / Problem Identification Corection Active
(PICA)
Lampiran 3. Pemenuhan Pelaksanaan IUT Bulan Januari 2012
Lampiran 4. Pemenuhan Pelaksanaan IUT Bulan Februari 2012
Lampiran 5. Pemenuhan Pelaksanaan IUT Bulan Maret 2012
Lampiran 6 Pemenuhan Pelaksanaan IUT Bulan April 2012
Lampiran 7. Data Pemenuhan Deviasi Inspeksi Umum Terencana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semenjak revolusi industri di Eropa tahun 1800an, perkembangan
industialisasi saat ini begitu pesat dan merupakan syarat mutlak dalam
pembangunan di setiap negara. Perkembangan industri saat ini selalu diikuti
dengan perkembangan teknologi yang kian hari kian berkembang. Pergeseran
teknologi dari tenaga manusia ke tenaga mesin sudah cukup dirasakan dampak
positifnya yaitu kemudahan-kemudahannya dalam upaya pencapaian
produktifitas yang setinggi-tingginya akan tetapi apabila dalam penggunaan
tekhnologi tersebut tidak memperhatikan aspek keselamatan kerja maka yang
sering terjadi adalah dampak buruk yang mengakibatkan kerugian, baik
terhadap manusia (cidera atau cacat), kerusakan harta benda, atau
terganggunya proses produksi didalam kelangsungan operasional perusahaan.
Aspek keselamatan dan kesehatan kerja atau yang sering disebut K3
menjadi solusi mutlak untuk melindungi aset-aset perusahaan yang sangat
berharga dalam kelangsungan dan kesinambungan proses produksi. Dimana
sudah kita ketahui banyak sekali usaha yang terpuruk karena
ketidakmampuannya dalam mengelola sumber daya manusia termasuk
didalamnya melindungi keselamatan kerja dari tenaga kerja dan memberikan
kesehatan yang memadai. Selain itu sekarang banyak dari konsumen yang
sudah jeli dalam menacari produk yang mereka kehendaki termasuk menuntut
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
produk yang ramah lingkungan dan yang aman baik material maupun proses
produksinya.
Penggunaan teknologi maju dan mutakhir juga diterapkan dalam industri
pertambangan yang dalam pelaksanaan proses produksinya mengunakan alat-
alat berat dan bahan-bahan berbahaya yang mempunyai tingkat resiko bahaya
tinggi yang dapat memungkinkan terjadinya kecelakaan kerja apabila tidak
dikelola dengan baik.
Kecelakaan adalah suatu peristiwa yang tidak diinginkan yang dapat
mengakibatkan cidera terhadap manusia dan kerugian pada harta benda (Frank
E. Bird,1990).
Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan
kerja ( Suma’mur, 1996).
Jika dilihat dari pengertian diatas akibat yang ditimbulkan karena
kecelakaan adalah kerusakan, kekacauan organisasi, kesedihan, keluhan, dan
cedera serta kematian. Bila dihitung-hitung biaya yang ditimbulkan akibat dari
kecelakaan kerja baik langsung maupun tidak langsung sangatlah besar
sehingga bila diperhitungkan secara rasional ini merupakan kehilangan yang
berjumlah besar (Suma’mur, 1996).
Dilihat dari kerugian yang ditimbulkan oleh kecelakaan kerja maka
perlu diadakan pencegahan serta pengendaliaan karena sudah kita ketahui
bersama bahwa kecelakaan terjadi pasti ada sebabnya, kondisi yang tidak
standar adalah potensi bahaya yang dapat menjadi penyebab langsung
terjadinya kecelakaan atau insiden. Pada dasarnya bahaya memang tidak dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
dihilangkan akan tetapi dapat diminimalisir dan dikendalikan. Oleh karena itu
kondisi yang tidak standar harus diidentifikasi sedini mungkin dan segera
diadakan tindakan perbaikan sebelum berkembang menjadi kecelakaan kerja.
Salah satu cara pencegahan kecelakaan kerja dalam keilmuan keselamatan dan
kesehatan kerja adalah dengan mengadakan “inspeksi umum terencana”.
Inspeksi umum terencana merupakan suatu cara yang efektif untuk
mengetahui adanya penyebab kecelakan secara mendetail di tempat kerja.
Menurut Permenaker No. Per 05\MEN\1996 Lampiran II Elemen 7 tentang
Sistem Managemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja disebutkan “bahwa
inspeksi tempat kerja dan cara kerja dilakukan secara teratur”. Pelaksanaan
Inspeksi terencana disini tidak ditujukan untuk mencari kesalahan, tetapi lebih
ditujukan untuk meyakinkan apakah semua kondisi di tempat kerja serta tata
cara kerja dilaksanakan sesuai dengan standar yang ada serta norma-norma
keselamatan dan kesehatan yang telah ditetapkan.
PT. Bukit Makmur Mandiri Utama merupakan perusahaan yang bergerak
dibidang industri pertambangan batubara. Didalam proses produksinya
perusahaan menggunakan peralatan- peralatan yang berkapasitas besar, baik
berupa alat-alat berat maupun peralatan pengangkutnya yang menggunakan
unit dengan kapasitas yang besar pula. Hal itu dikarenakan proses operasional
penambangan berhubungan langsung dengan alam dan menuntut hasil produksi
setinggi-tingginya. Dalam kaitannya tersebut unit-unit yang digunakan dalam
kegiatan produksi selalu dilakukan perawatan ataupun perbaikan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
menunjang kerlangsungan proses produksi serta meminimalisir terjadinya
kegagalan yang tidak direncanakan.
Di section Plant merupakan departemen yang bertugas melakukan
perbaikan unit-unit khusus produksi yang mengalami kerusakan atau yang
sering disebut dengan istilah breakdown. Di departemen ini juga mempunyai
andil yang besar dalam pencapaian produktifitas perusahaan. Dikarenakan
semakin cepat perbaikan atas unit-unit yang rusak maka kelangsungan
produksi juga akan lancar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka
dalam penelitian ini penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pelaksanaan Inspeksi Umum Terencana (IUT) di Plant PT.
Bukit Makmur Mandiri Utama Jobsite Lanna Harita Indonesia ?
2. Seberapa jauh pencapaian pelaksanaan inspeksi umum terencana karyawan
secara kuantitas maupun kualitas di section plant ?
3. Seberapa persen tingkat pemenuhan tindak lanjut (follow up) dari
pelaksanaan inspeksi umum terencana di section Plant dengan standar
perusahaan yang ada?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
1. Mengetahui bentuk pelaksanaan inspeksi umum terencana di Plant PT.
Bukit Makmur Mandiri Utama jobsite Lanna Harita Indonesia.
2. Mengetahui pencapaian inspeksi umum terencana karyawan secara kuantitas
dan kualitas di section plant
3. Mengetahui seberapa persen tingkat pemenuhan tindak lanjut (follow up)
kesesuaian pelaksanaan inspeksi umum terencana di section Plant dengan
standar perusahaan.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi :
1. Penulis
a. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang pelaksanaan inspeksi
umum terencana di tempat kerja.
b. Berhadapan langsung dengan permasalahan yang nyata di lapangan
beserta kompleksitasnya bukan hanya sebatas teori yang diajarkan di
bangku kuliah
c. Menggunakan keilmuan keselamatan dan kesehatan kerja yang telah
didapat dan dipelajari di bangku kuliah pada khususnya untuk
merumuskan konsep, menganalisis permasalahan dan merumuskan
kemungkinan solusi terhadap permasalahan tersebut
2. Perusahaan
Diharapkan dapat memberikan masukan sebagai bahan pertimbangan
evaluasi mengenai pemenuhan tindak lanjut dari hasil pelaksanaan inspeksi
umum terencana di perusahaan serta sebagai motivasi untuk lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
meningkatkan kualitas inspeksi umum terencana di PT. Bukit Makmur
Mandiri Utama.
3. Program D. III Hiperkes dan Keselamatan Kerja
Diharapkan dapat menambah kepustakaan yang bermanfaat untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan peningkatan program belajar
mengajar khususnya masalah inspeksi di tempat kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tempat Kerja
Menurut Undang - undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan
kerja dalam pasal 1 tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan yang
tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau
yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dimana
terdapat sumber-sumber bahaya, sedangkan yang termasuk tempat kerja
adalah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang
merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja
tersebut.
2. Potensi Bahaya
a. Pengertian Bahaya
Bahaya pekerjaan adalah fakor-faktor dalam hubungan pekerjaan
yang dapat mendatangkan kecelakaan, bahaya tersebut potensial jika
fakor-faktor tersebut belum mendatangkan kecelakaan ( Suma`mur,1996)
b. Macam Sumber Bahaya
Ada banyak hal yang dapat menyebabkan kejadian yang
merugikan. Kejadian tersebut tidak begitu saja tanpa ada penyebabnya.
Sebagaimana diterangkan dalam Undang - undang No. 1 tahun 1970
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
bahwa ditempat kerja terdapat sumber bahaya yang dapat mengancam
keselamatan maupun kesehatan tenaga kerja. Adapun sumber dari
kejadian yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja adalah sebagai
berikut :
1) Peralatan
Bahaya dari bangunan, peralatan dan instalasi perlu mendapat
perhatian. konstruksi bangunan harus kokoh dan memenuhi syarat.
Desain ruangan dan tempat kerja harus menjamin keselamatan dan
kesehatan kerja. Instalasi harus memenuhi persyaratan keselamatan
kerja baik dalam desain maupun konstruksi. Sebelum operasi harus
dilakukan percobaan untuk menjamin keselamatan serta dioperasikan
oleh orang yang ahli dibidangnya agar memenuhi standar yang
ditentukan.
Peralatan meliputi mesin dan alat atau sarana lain yang
digunakan. Elemen ini merupakan faktor penyebab utama terjadinya
insiden. Perawatan peralatan bukan hanya menurut waktu pemakaian
melainkan juga didasarkan pada kondisi bagian-bagiannya. Tanpa
perawatan yang teratur, keadaan mesin berubah menjadi penyebab
bahaya. Peralatan yang haruslah digunakan semestinya serta
dilengkapi dengan alat pelindung dan pengaman, peralatan itu dapat
menimbulkan macam-macam bahaya seperti: kebakaran, sengatan
listrik, ledakan, luka-luka dan cedera.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
2) Material
Tiap - tiap material mempunyai bahaya dengan tingkat yang
berbeda-beda sesuai sifat bahaya, antara lain :
a) Mudah terbakar
b) Menimbulkan energi
c) Mudah meledak
d) Menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringan
e) Menyebabkan kanker
f) Menyebabkan kelainan pada janin
g) Bersifat racun dan radioaktif (Syukri Sahab, 1997)
3) Proses Produksi
Bahaya dari proses produksi sangat bervariasi tergantung dari
teknologi yang digunakan. Proses yang digunakan dalam industri ada
yang berbahaya dan ada pula proses yang kurang berbahaya. Bahaya
yang sering ditimbulkan dalam proses produksi antara lain: debu,
asap, panas, bising, dan mekanis seperti terjepit, terpotong, tergores,
serta tertimpa material.
4) Manusia dan Cara kerja
Termasuk pekerja dan manajemen, penyebab utama kecelakaan
sebagian besar yang terjadi terletak pada karyawan, yang meliputi :
a) Karyawan yang kurang bergairah.
b) Kurang terampil.
c) Sedang terganggu emosinya (Bennet dan Rumondang, 1995).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Cara kerja yang tidak benar dapat membahayakan tenaga kerja,
orang lain, dan lingkungan sekitar. Cara kerja yang demikian yang
sering terjadi antara lain mengangkat dan mengangkut, apabila
dilakukan dengan cara yang salah dapat mengakibatkan cedera, dan
yang paling sering adalah cedera pada tulang punggung (Syukri
Sahab, 1997)
5) Lingkungan kerja
Bahaya dari lingkungan kerja dapat digolongkan atas berbagai
jenis bahaya yang dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan
dan penyakit akibat kerja serta penurunan produktifitas dan efisiensi
kerja. Bahaya tersebut adalah :
a) Faktor Fisik : Bahaya ini timbul dari keadaan fisik di lingkungan
kerja. meliputi: Penerangan, suhu udara, kelembaban, cepat rambat
udara, suara, vibrasi mekanis, radiasi dan tekanan udara.
b) Faktor Kimia : Bahaya ini bisa berasal dari bahan yang digunakan
atau hasil produksi, yang meliputi : Gas, uap, debu, kabut, asap,
cairan dan benda padat.
c) Faktor Biologi : Bahaya ini bisa berasal dari golongan hewan dan
tumbuhan. Misalnya : virus, jamur, serta parasit.
d) Faktor Fisiologi : Bahaya ini berasal dari ketidaksesuaian antara
konstruksi mesin dengan ukuran tubuh tenaga kerja yang dapat
menimbulkan beban kerja tambahan. Misalnya : posisi kerja yang
tidak sesuai, konstruksi mesin yang tidak ergonomi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
e) Faktor Mental Psikologis : Bahaya yang berasal dari psikologis
tenaga kerja yang meliputi suasana kerja, pekerjaan yang monoton,
ketidaksesuaian hubungan kerja antar pekerja dan atasan dengan
bawahan (Suma’mur, 1996).
3. Pencegahan Kecelakaan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam upaya pengendalian kecelakaan
adalah :
a. Prinsip pengendalian kecelakaan
1) Menanamkan dan memelihara minat terhadap upaya pengendalian
keselamatan dan kesehatan kerja.
2) Mendapatkan fakta tentang kecelakaan, keselamatan dan kesehatan kerja.
3) Tindakan koreksi sesuai fakta yang ada.
b. Langkah pengendalian kecelakaan
1) Personil : penyesuaian, disiplin organisasi keselamatan dan kesehatan
kerja struktural , fungsional dan tenaga.
2) Monitoring, melalui inspeksi, investigasi, survey statistik dan
pengukuran.
3) Analisa penyebab, tipe kecelakaan, keseringan, lokasi pekerjaan dan alat-
alat.
c. Pemilihan upaya pengendalian
1) Persuasi dan motivasi.
2) Engineering : Teknis dan teknologi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
3) Penerapan pegendalian melalui : Supervisi, pelatihan dan teknologi
(Alkon,1997).
Menurut Suma`mur P.K (1996) kecelakaan dapat dicegah dengan
berbagai cara antara lain :
1) Peraturan Perudangan yaitu ketentuan- ketentuan yang diwajibkan
mengenai kondisi kerja.
2) Standarisasi yaitu penerapan standar-standar resmi
3) Pengawasan yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan perundang-
undangan yang diwajibkan.
4) Penelitian teknik yaitu meliputi sifat dan ciri-ciri bahan yang berbahaya
5) Riset medis yang meliputi penelitian tentang efek-efek fisiologis,
patologis, faktor lingkungan, teknologi dan keadaan-keadaan fisik yang
dapat mengakibatkan kecelakaan.
6) Penelitian psikologis yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang
mengakibatkan kecelakaan.
7) Penelitian statistik untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi,
banyaknya, mengenai apa saja, dalam pekerjaan apa dan apa sebabnya.
8) Pendidikan yaitu menyangkut pendidikan keselamatan teknik.
9) Pelatihan yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja khususnya bagi tenaga
kerja baru.
10) Penggairahan yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan
lain untuk menumbuhkan kesadaran akan keselamatan kerja.
11) Asuransi yaitu intensif financial untuk meningkatkan pencegahan
kecelakaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
12) Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan yang merupakan ukuran
utama efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja.
13) Inspeksi di tempat kerja juga merupakan salah satu alat kontrol terhadap
pencegahan kecelakaan kerja yang bersifat proaktif dilakukan.
4. Insiden/ Kecelakaan
a. Kecelakaan kerja
Kecelakaan ( insiden ) adalah semua kejadian yang tidak diinginkan
yang berpotensi menimbulkan kerugian ( harta maupun benda ) baik dalam
derajat apapun. Dalam hal ini kejadian yang nyaris celaka dan yang sudah
menimbulkan kerugian dapat disebut juga sebagai insiden.
Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan.
Tak terduga disini , oleh karena tidak ada unsur kesengajaan, lebih-lebih
dalam bentuk perencanaan. Tidak diharapkan disini dikarenakan kecelakaan
itu disertai kerugian material atau penderitaan korban kecelakaan
(Suma’mur, 1996).
Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan
hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti bahwa
kecelakaan itu terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu
melaksanakan pekerjaan. terkadang kecelakaan akibat kerja diperluas ruang
lingkupnya sehingga meliputi juga kecelakaan tenaga kerja pada saat
perjalanan.
Pada dasarnya semua yang dapat kita kenali dengan panca indra
adalah bahaya. Apabila dua bahaya atau lebih bertemu bisa menimbulkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
suatu peristiwa yang disebut kecelakaan. Maka bahaya yang terisolasi
dengan baik tidak akan berkembang menjadi kecelakaan, akan tetapi tidak
mungkin kita mengisolasi bahaya secara keseluruhan karena dengan
definisinya semua yang bisa ditangkap dengan panca indra adalah bahaya.
Kecelakaan mempunyai ciri-ciri :
a) Merupakan kejadian yang tidak diinginkan
b) Mengakibatkan bahaya fisik terhadap manusia, kerusakan harta benda
atau terganggunya proses.
c) Karena suatu sumber energi atau bahan yang melampaui nilai ambang
batas.
Dari definisi di atas penulis memberikan kesimpulan bahwa
kecelakaan adalah kejadinan yang tidak diharapkan yang dapat
mengakibatkan kerugian kepada manusia maupun peralatan atau harta
benda.
Sedangkan kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang menimpa tenaga
kerja pada saat melaksanakan pekerjaan di tempat kerja maupun pada saat
menuju atau meninggalkan tempat kerja
b. Kecelakaan Tambang
Suatu kecelakaan dapat dikategorikan sebagai kecelakaan tambang
apabila memenuhi 5 unsur seperti yang tercantum dalam pasal 39
Kepmentamben No. 555K/MPE/1995 yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
1) Kecelakaan tersebut benar-benar terjadi.
2) Mengakibatkan cedera pada pekerja tambang atau orang lain yang diberi
ijin oleh kepala teknik untuk memasuki tambang.
3) Akibat usaha-usaha pertambangan.
4) Terjadi pada saat jam kerja.
5) Terjadi dalam wilayah kegiatan usaha penambangan atau wilayah
proyek.
Sedangkan penggolongan cidera akibat kecelakaan tambang
berdasarkan pasal 40 Kepmentamben No.555 K/MPE/1995 adalah :
1) Cidera ringan yaitu : cidera akibat kecelakaan tambang yang
mengakibatkan pekerja tambang tidak mampu melaksanakan tugas
semula lebih dari satu hari dan kurang dari tiga minggu termasuk hari
minggu dan hari libur.
2) Cidera berat yaitu cidera akibat kecelakaan tambang yang mengakibatkan
pekerja tambang tidak mampu melaksanakan tugas semula lebih dari tiga
minggu termasuk hari minggu dan hari libur, menyebabkan cacat tetap,
tidak mampu melakukan tugas semula, mengalami cedera seperti :
a) Keretakan tengkorak kepala, tulang punggung, pinggul, lengan bawah,
lengan atas paha atau kaki.
b) Pendarahan dalam, pingsan karena kekurangan oksigen.
c) Luka berat atau luka terbuka yang mengakibatkan ketidakmampuan
kerja tetap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
d) Mati atau meninggal dunia : kecelakaan yang menyebabkan pekerja
mati dalam waktu 1x 24 jam terhitung terjadinya kecelakan
Dalam safety manajemen, kata kecelakaan sebaiknya tidak digunakan
karena lebih merujuk pada sesuatu yang reaktif, sementara insiden bersifat
proaktif. Terlepas dari itu maka manajemen akan menyadari bahwa
kecelakaan dapat dicegah, sedangkan kata accident akhirnya lebih merujuk
pada sesuatu yang tidak disengaja atau nasib. Padahal kecelakaan di tempat
kerja semuanya bisa dicegah dengan menghindari bertemunya sub standar
action dan sub standart condition. Sub standar berarti merujuk pada suatu
standar tertentu. Unsafe lebih bersifat kualitatif dan kira-kira, dengan
menyebutkan sub standart, maka akan melihat kesalahan dari sistem, bukan
kesalahan pada seseorang.
Gambar 1. Piramida kecelakaan Frank E. Bird, 1990
Piramida kecelakaan dari Frank Bird menyatakan kecelakaan
diibaratkan dengan angka 1 : 10 : 30 : 600 yang berarti bahwa, jika terjadi
kecelakaan dan insiden sebanyak 641 kasus, maka :
1 Kasus adalah cidera serius, cacat tetap bahkan meninggal dunia.
10 Kasus cedera ringan.
1
10
30
600
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
30 Kasus adalah kerusakan harta benda ( Property damage )
600 Kasus insiden nyaris celaka.
Kecelakan yang terjadi mempunyai urutan-urutan tertentu. Teori
urutan ini sering dikenal sebagai teori domino. Dalam teori ini dijelaskan
bahwa kecelakaan terjadi karena ada faktor pendukung sebelumnya. faktor
dalam urutan kecelakaan tersebut meliputi :
Gambar 2 : Urutan Teori Domino ( Frank E. Bird, 1990)
Adapun penyebab dari kecelakaan antara lain :
1) Kurangnya Kontrol Pimpinan
Bila penyebab kecelakaan dicari sampai penyebab dasarnya maka
akan menuju pada fungsi manajemen yaitu Planning, Organizing,
Actualing dan Controlling ( Syukri Sahab, 1997 ). Kontrol adalah salah
salah satu fungsi manajemen yang sangat penting. Tanpa adanya control,
rangkaian kecelakaan akan dimulai dan akan memicu faktor penyebab
berikutnya yang mengakibatkan kerugian. Tanpa pengendalian yang kuat
penyebab kecelakaan dan rangkaian efek akan memulai dan memicu
Lack Of
Control
Inadequate
Program
Inadequate
Program
Standat
Inadequate
to standat
Basic
Causes
Personal
Factor
Job Factor
Immediate
Causes
Substandar
t Practise
Substandar
t Practise
Accident
Contact
With
Energy or
Subtance
Loss
Contact
With
Energy or
Subtance
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
berelanjutan factor penyebab kecelakaan. Kurangnya pengendalian dapat
disebabkan oleh faktor :
a) Kurangnya program
b) Kurangnya standar pada perusahaan
c) Kurangnya pengetahuan terhadap standar program
2) Penyebab Dasar
Sebab dasar dianggap sebagai akar permasalahan, penyebab riil,
penyebab tidak langsung dan penyebab pendukung. Penyebab dasar
membantu menjelaskan mengapa terdapat kondisi yang kurang standar.
Sebab dasar dibagi menjadi dua, yaitu :
a) Faktor manusia ( Personal Faktor)
(1) Kurangnya kemampuan fisik dan mental.
(2) Kurangnya pengetahuan
(3) Kurangnya ketrampilan
(4) Stres fisik dan mental
(5) Kurangnya motivasi
b) Faktor Pekerjaan
(1) Kepemimpinan dan pengawasan kurang tepat.
(2) Engineering kurang memadai.
(3) Maintenance kurang memadai.
(4) Peralatan dan perlengkapan kurang memadai.
(5) Standar kurang memadai
(6) Pembelian Kurang memadai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
(7) Penyalahgunaan wewenang.
3) Penyebab langsung
Penyebab langsung dari kecelakaan adalah sesuatu yang secara
langsung menyebabkan kontak. Penyebab langsung itu berupa :
a) Tindakan tidak aman (unsafe action)
Tindakan tidak aman yaitu pelanggaran terhadap tata cara
kerja yang aman yang berpeluang akan terjadinya kecelakaan,
meliputi :
1) Menjalankan peralatan yang bukan tugasnya.
2) Menjalankan mesin / peralatan yang melebihi kecepatan.
3) Membuat alat tidak berfungsi.
4) Melepas alat pengaman.
5) Menggunakan peralatan rusak
6) Tidak memakai APD
7) Muatan yang berlebihan.
8) Mengunakan peralatan secara tidak layak.
9) Pengangkatan yang tidak layak
10) Posisi kerja yang salah
11) Bersendau Gurau
12) Berada dalam pengaruh obat-obatan atau alkohol.
b) Kondisi Tidak Aman (unsafe condition)
Kondisi tidak aman yaitu suatu kondisi yang diluar standar
yang berpeluang akan terjadinya kecelakaan, meliputi :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
(1) Pelindung atau pembatas tidak aman.
(2) Alat Pelindung Diri (APD) tidak layak.
(3) Peralatan, mesin, material rusak.
(4) Sistem peringatan tidak berfungsi.
(5) Kebersihan, tata ruang kerja tidak layak.
(6) Kondisi lingkungan mengandung debu, gas, asap atau uap
melebihi NAB.
(7) Bising.
(8) Paparan Radiasi.
(9) Temperatur yang terlalu tinggi atau rendah.
(10) Penerangan yang kurang atau berlebihan.
(11) Ventilasi yang kurang.
4) Kerugian (Loss)
Jika terjadi suatu kecelakaan maka akan mengakibatkan kerugian
terhadap manusia dan harta benda yang akan mempengaruhi kualitas dan
produksi sebagaimana pengaruhnya tehadap keselamatan, kesehatan dan
keamanan.
Kecelakaan menurut Suma’mur (1996) menyebabkan lima jenis kerugian
yaitu :
a) Kecelakaan
b) Kekacauan organisasi.
c) Keluhan dan kesedihan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
d) Kelainan dan kecatatan.
e) Kematian.
Biaya yang timbul sebagai akibat kecelakaan dapat digambarkan
seperti Gunung es yang kemudian sering disebut Teori Gunung Es yang
artinya biaya langsung sebagai bongkahan gunung es yang terlihat pada
pemukaan laut, sedang biaya tidak langsung yaitu bongkahan gunung es
yang berada di bawah permukaan laut yang jauh lebih besar.
Gambar 3. Teori Gunung Es,
Frank E. Bird, 1990
Biaya langsung
$ 1
Perawatan dokter
Biaya kompensasi atau ganti rugi
Biaya tidak langsung (biaya yang tidak
terasumsi)
$ 5 to $ 50
Kerusakan bangunan
Kerusakan perawatan
Kerusakan hasil produksi
Gangguan dan keterlambatan
produksi
Biaya untuk pemenuhan aturan
Biaya peralatan untuk keadaan
darurat
Biaya sewa peralatan
Waktu untuk penyelidikan
Biaya lain (biaya tidak langsung)
$ 1 to $ 3
Gaji selama tidak bekerja
Biaya penggantian/pelatihan
Overtime
Waktu untuk investigasi
Pemenuhan hasil kerja yang celaka
sewaktu bekerja, menurunya bisnis
$
1 $5 HINGGA $50
BIAYA DALAM PEMBUKUAN: KERUSAKAN
PROPERTI (BIAYA YANG
TAK DIASURANSIKAN
)
$1 HINGGA
$3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Dari kecelakaan yang ditimbulkan dapat diketahui kerugian yang
dicapai baik ekonomi maupun non ekonomi. Kerugian ekonomi dapat
berupa biaya langsung dan biaya tidak langsung.
1) Biaya Langsung meliputi :
a) Perawatan dokter
b) Biaya Kompensasi
2) Biaya tidak langsung meliputi :
a) Kerusakan dan kerugian harta benda, meliputi :
1) Kerusakan bangunan
2) Kerusakan perkakas
3) Kerusakan hasil produksi dan material
4) Gangguan dan keterlambatan produksi
5) Biaya untuk pemenuhan aturan
6) Biaya untuk peralatan gawat darurat.
7) Biaya sewa peralatan
8) Waktu untuk penyelidikan
b) Biaya-biaya lain terdiri dari :
1) Gaji selama tidak bekerja
2) Biaya pergantian serta pelatihan.
3) Lembur.
4) Ekstra waktu untuk Supervisor.
5) Penurunan hasil kerja bagi yang celaka sewaktu memulai kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
5. Inspeksi di Tempat Kerja
a. Definisi
Inspeksi Keselamatan Kerja adalah suatu usaha untuk mendeteksi
adanya kondisi dan tindakan yang tidak aman (unsafe condition and unsafe
action) dan segera memperbaikinya sebelum kondisi dan tindakan tersebut
menyebabkan kecelakaan.
Inspeksi umum terencana adalah program yang direncanakan dan
bersifat proaktif untuk mengidentifikasi kondisi/situasi yang tidak aman
yang berpotensi sebagai penyebaba terjadinya insiden atau kondisi/situasi
tang tidak sesuai dengan standard yang diterapkan (SHE 09/007/SOP).
Dalam keilmuan keselamatan dan kesehatan kerja ternyata inspeksi
keselamatan kerja merupakan salah satu cara yang mendasar dan efektif
untuk mendeteksi dini serta mengidentifikasi adanya potensi sumber bahaya
ditempat kerja yang dapat menimbulkan kerugian melalui suatu proses
(Sucofindo,1997).
b. Maksud dan Tujuan
Pada dasarnya pelaksanaan inspeksi terencana tidak untuk mencari
fakta dengan tekanan untuk mengkritik, akan tetapi yang harus ditekankan
adalah pencarian fakta untuk menemukan seluruh potensi - potensi bahaya
yang ada pada tempat kerja dan memperbaikinya sehingga dapat mencegah
timbulnya kecelakaan sehingga tujuan keselamatan dan kesehatan kerja
dapat tercapai. Adapun tujuan inspeksi adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
1) Tujuan umum
a) Mengidentifikasi masalah yang potensial.
b) Mengidentifikasi kekurangan sarana kerja.
c) Mengidentifikasi safety performance bagian tersebut.
d) Mengidentifikasi akibat dari perubahan
e) Mengidentifikasi tindakan perbaikan yang ada
f) Memberikan penilaian sendiri terhadap manajemen.
g) Mendemostrasikan kesungguhan atau tekad manajemen
2) Tujuan khusus
a) Memeriksa hasil kerja secara terencana
b) Menilai kembali dan mengembangkan norma-norma keselamatan
c) Membangkitkan minat terhadap keselamatan kerja.
d) Mengevaluasi dan memperbaiki kondisi dan tindakan tidak aman.
e) Menumbuhkan dan mengkaji partisipasi supervisor terhadap
keselamatan kerja.
f) Menilai dan menggairahkan kembali program keselamatan kerja yang
belum berjalan dengan baik (Sucofindo,1997).
c. Macam macam inspeksi
Pada umumnya inspeksi keselamatan kerja ada dua macam yaitu :
1) Inspeksi Informal (inspeksi yang tidak terencana)
Disebut juga inspeksi intermittent, maksudnya inspeksi ini
dilaksanakan sewaktu-waktu dalam aktifitas operasional sehari-hari di
tempat kerja. Sasarannya adalah memastikan bahwa semua pekerjaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
berjalan sesuai prosedur yang ada. Inspeksi ini membutuhkan usaha yang
seksama untuk melihat potensi yang menimbulkan bahaya. Contoh :
Inspeksi Mendadak.
2) Inspeksi Formal ( inspeksi terencana)
Disebut juga inspeksi periodik, dilakukan secara terencana baik
tempat, waktu, serta pelaksana inspeksi tersebut. Inspeksi ini juga di bagi
4 bagian yaitu :
a) Inspeksi Umum Terencana (IUT)
Inspeksi Umum Terencana (IUT) adalah inspeksi secara
menyeluruh yang mencakup aspek keselamatan kerja dan ditujukan
untuk mengidentifikasi kondisi fisik, housekeeping, penumpukan,
penyimpanan yang baik serta pemenuhan pada standar perusahaan
dipertahankan secara berkelanjutan.
b) Inspeksi Bagian- Bagian Kritikal
Bagaian kritikal disini adalah bagian yang apabila bagian atau
barang ini tidak dapat digunakan akan menjadi masalah utama dalam
kelangsungan proses operasional perusahaaan. Inspeksi ini ditujukan
untuk memastikan bahwa semua barang/ bagian kritikal di tempat
kerja diinspeksi secara reguler agar kegagalan yang tidak
direncanakan dapat diminimalisir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
c) Inspeksi Pemeriksaan Sebelum Operasi (P2H)
Inspeksi yang dilakukan pada saat sebelum menggunakan
peralatan atau kendaraan. Pelaksanaan inspeksi ini dilakukan oleh
karyawan yang akan menggunakan peralatan atau kendaran tersebut.
ditujukan untuk memastikan bahwa semua peralatan atau kendaraan
diinspeksi secara rutin agar kegagalan yang tidak direncanakan dapat
diminimalisir.
d) Inspeksi Perawatan Terencana
Inspeksi ini dilakukan untuk memastikan bahwa semua barang
atau aset perusahaan dirawat secara baik sehingga dapat digunakan
secara aman dan menghindari kemungkinan kegagalan yang tidak
direncanakan.
d. Pelaksana Inspeksi
Dalam melakukan inspeksi dibutuhkan pelaksana yang benar-benar
memahami kebijakan dan norma keselamatan kerja. Selain itu juga harus
menguasai perundang-undangan dan perauran-peraturan kerja yang
dikeluarkan oleh pemerintah maupun standar-standar lainnya (Alkon,1997).
Inspektor/ pelaksana inspeksi dibagi menjadi dua, yaitu :
1) Intern perusahaan
Inspeksi yang dilakukan oleh orang yang berkompeten seperti
foreman, supervisor, kepala bagian, serta yang spesialis dibidangnya
seperti teknisi/ ahli yang terbaik seperti unsur karyawan dari level
terendah sampai top manajement.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
2) Eksternal perusahaan
Inspeksi yang dilakukan oleh pegawai pengawas dari instansi
pemerintah atau pihak ketiga (Alkon,1997).
e. Waktu Pelaksanaan Inspeksi
Inspeksi dilakukan secara periodik tertentu, yaitu :
1) Inspeksi reguler dengan interval waktu 1-3 bulan.
2) Mengikuti perubahan atau metode sesuai tempat kerja.
3) Mengikuti adanya kejadian atau kecelakaan.
4) Mengikuti petunjuk seorang ahli.
5) Mengikuti petunjuk pabrik pembuatnya.
Namun sering dilakukan dalam daerah beresiko tinggi (Alkon,1997).
f) Lokasi Inspeksi
Inspeksi dilakukan dalam situasi apapun dan dimanapun di seluruh
tempat kerja yang ada di wilayah perusahaan.
g) Pedoman Pelaksanaan Inspeksi
Pelaksanaan inspeksi dilakukan ditempat kerja melalui tiga tahapan yaitu :
1) Tahap Persiapan
a) Pemeriksaan jadwal dan team inspeksi.
b) Analisa kecelakaan yang ada.
c) Analisa laporan inspeksi yang lalu.
d) Buat daftar periksa inspeksi
e) Buat peta inspeksi berdasarkan gambar lokasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
f) Periksa prosedur kerja atau kartu analisa kerja.
g) Perencanaan jalur jalan inspeksi.
h) Anggaran waktu yang cukup.
i) Siapkan alat pelindung diri.
2) Tahap Pelaksanaan
a) Pendahuluan
Hubungi penanggung jawab bagian yang akan dikunjungi untuk
menjelaskan hal-hal sebagai berikut :
(1) Tujuan inspeksi yang diharapkan dan rencana pelaksanaan
inspeksi.
(2) Tunjukan daftar periksa yang akan digunakan.
(3) Minta saran-saran yang membantu pelaksanaan inspeksi berjalan
dengan efektif dan efisien.
(4) Minta pendamping bila yang bersangkutan berhalangan untuk ikut
inspeksi
b) Peta Inspeksi
Usahakan mengikuti jalur peta inspeksi seperti yang sudah
direncanakan.
c) Pengamatan
Amati semua kegiatan proses produksi untuk memastikan ada
atau tidaknya pelanggaran terhadap peraturan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
d) Observasi
Observasi tindakan-tindakan perseorangan untuk mecocokkan
dengan syarat K3.
e) Penelitian
Penelitian untuk memperoleh data-data atau cross check data.
f) Koreksi
Lakukan tindakan koreksi segera bila menemukan kondisi atau
tindakan yang berbahaya.
g) Catat
Membuat catatan tentang hasil inspeksi baik kesesuaian ataupun
ketidaksesuaian kondisi dan tindakan terhadap standar yang telah
ditentukan. Catatan harus jelas, singkat, mudah dipahami.
3) Tahap Pelaporan
Dari hasil inspeksi tersebut laporkan kepada bagian yang
bersangkutan dan data-data hasil inspeksi harus tunjukan. Adapun bentuk
dari laporan sebagai berikut :
a) Pendahuluan
b) Permasalahan
c) Uraian/ Analisa
d) Kompromi diterima/ diakui permasalahan.
e) Kompromi tindakan perbaikan yang akan dilaksanakan
f) Target tanggal selesai pelaksanaan perbaikan (Sucofindo, 1997).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
4) Usaha Perbaikan Sebagai Tindak lanjut
Dari hasil inspeksi diperoleh data tentang potensi bahaya yang
terdapat pada tempat kerja. Rekomendasi dari laporan dapat digunakan
sebagai dasar untuk membuat rencana kerja dan tindakan perbaikan
menjadi prioritas dalam rencana kerja. Untuk memudahkan penindak
lanjutan hal tersebut, rekomendasi dapat dikelompokkan menurut :
daerah bahaya yang ditemukan, penanggung jawab perbaikan.
Kemudian rekomendasi itu perlu dikirimkan kepada yang
berwewenag untuk pelaksanaan perbaikan. Untuk pelaksanaannya
menggunakan form yang standar dari perusahaan, penerima form
rekomendasi harus memberi jawaban tentang tindak lanjutnya pada
waktu yang ditentukan dalam prosedur.
Rekomendasi dapat bersifat enginerring, supervisi, training sampai
relokasi maupun maintenance (Alkon,1997). Pada waktu tertentu
supervisor harus melaporkan perkembangan dari pelaksanaan
rekomendasi kepada SHE Departerment, sebaliknya pihak SHE
Departerment harus memeriksa secara berkala perkembangan
pelaksanaan rekomendasi sesuai dengan syarat yang dimaksud. Keadaan
berbahaya yang tidak diperbaiki memberikan indikasi adanya
ketidakmulusan komunikasi manajemen dalam pelaksanaan program.
5) Peraturan Perundang-undangan
a. Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
b. Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketentuan-ketentuan
pokok mengenai ketenagakerjaan.
c. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996 tentang Sistem
Manajemen Keseamatan dan Kesehatan Kerja
d. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 555
K/26/MPE/1995 tentang peraturan keselamatan dan kesehatan kerja
khusus di sektor tambang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 4. Kerangka Pemikiran
Sumber Bahaya :
1. Manusia
2. Peralatan
3. Material
4. Lingkungan
5. Proses produksi
Faktor dan Potensi Bahaya
1. Unsafe Action
2. Unsafe Condition
Pencegahan Kecelakaan :
1. Pengawasan
2. Standarisasi
3. Peraturan Perundangan
4. Riset medis
5. Pendidikan
6. Pelatihan
7. Asuransi
8. Inspeksi di tempat kerja
Terkontrol Tidak Terkontrol
Resiko Kecelakaan
Turun Insiden/ Accident
Kerugian
1. Langsung
2. Tidak
Langsung
Zero Acident
Tempat Kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
dimana penulis memberikan gambar sejelas-jelasnya kepada pembaca tentang
obyek penelitian dan data yang diperoleh digunakan sebagai bahan penulisan
ini.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yaitu di Departemen Plant PT. Bukit Makmur Mandiri
Utama Jobsite Lanna Harita Indonesia (LHI) Desa Sei Siring, Samarinda
Utara, Kalimantan Timur.
C. Objek Penelitian
Obyek penelitian yang digunakan dari penulisan laporan ini adalah
kinerja pemenuhan tindak lanjut hasil inspeksi umum terencana terhadap
standar perusahaan di section plant PT. Bukit Makmur Mandiri Utama jobsite
LHI, Samarinda, Kalimantan Timur.
D. Sumber Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Data yang diperoleh dan dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data
primer dan sekunder.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari observasi lapangan,
wawancara serta diskusi dengan karyawan dengan pihak-pihak yang
berkaitan dengan penelitian ini.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapatkan dengan cara mempelajari
dokumen-dokumen milik perusahaan dan juga literatur yang berhubungan
dengan inspeksi umum terencana.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data
sebagai berikut :
1. Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung
terhadap area kerja di lapangan.
2. Wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya
jawab dengan pihak yang berhubungan dengan pelaksanaan inspeksi umum
terencana.
3. Studi pustaka yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari
dokumen-dokumen perusahaan, buku-buku kepustakaan, laporan- laporan
penelitian yang sudah ada serta sumber lain yang berhubungan dengan
penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
F. Pelaksanaan
Pelaksanaan magang dilakukan dalam waktu dua bulan mulai bulan
Maret sampai dengan bulan Mei 2012, magang dilaksanakan di PT. Bukit
Makmur Mandiri Utama jobsite Lanna Harita Indonesia.
G. Analisis Data
Data yang diperoleh akan dibahas yaitu analisis data mengenai kinerja
pelaksanaaan inspeksi umum terencana di setion plant kemudian dari hasil
pengamatan akan dibandingkan dengan standar dari perusahaan mengenai
pelaksanaan inspeksi umum terencana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
PT. Bukit Makmur Mandiri Utama menyadari bahwa keselamatan dan
kesehatan kerja serta pengolahan lingkungan hidup adalah salah satu landasan
utama dalam kegiatan operasinya. Dalam rangka mendukung hal tersebut maka
PT. Bukit Makmur Mandiri Utama melakukan program-program keselamatan
dan kesehatan kerja salah satunya dengan melaksanakan inspeksi umum
terencana agar kondisi bahaya di seluruh wilayah perusahaan dapat
diidentifikasi & diperbaiki sehingga diharapkan dapat mengurangi terjadinya
insiden, kerusakan, dan kerugian berkaitan dengan kegiatan operasional di
perusahaan.
Inspeksi umum terencana merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara
terstruktur ditujukan terhadap kondisi fisik tertentu pada kontruksi bangunan,
alat peralatan kerja, alat pencegah bahaya, bahan, dan material serta keadaan
lingkungan. Dalam kegiatan ini juga merupakan suatu cara monitoring dari
perusahaan terhadap potensi-potensi bahaya serta memberi kontribusi yang
besar dalam kelangsungan pelaksanaan keselamatan kerja di tempat kerja.
Pelaksanaan inspeksi umum terencana di PT. Bukit Makmur Mandiri
Utama jobsite LHI diatur dalam B’Safe (BMS) SHE/09/007/SOP dengan ruang
lingkup seluruh departemen yang ada di perusahaan. Sesuai standar yang ada,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
dijelaskan bahwa setiap jobsite harus mempunyai standar yang rinci mengenai
sistem pelaksanaan inspeksi umum terencana.
Sejalan dengan hal tersebut di Section Plant juga melaksanakan program
inspeksi umum terencana yang telah diatur didalam Buma Management System
yang meliputi tentang :
1. Pelaksana Inspeksi Umum Terencana (IUT)
Pelaksana inspeksi umum terencana di Plant dilakukan oleh seorang
Foreman dimasing-masing wilayah kerja mereka sesuai dengan daftar lokasi
dan penanggungjawabnya. Penunjukan penanggungjawaban sesuai
dengankesepakatan yang disepakati bersama. Jangka waktu pelaksanaan
inspeksi terencana minimal 1x per minggu untuk tiap Foreman. Setelah itu
semua diinspeksi ulang oleh Supervisor. Kemudian kesemua hasil inspeksi
dan tindak lanjut yang dilakukan oleh Foreman dan Supervisor di inspeksi
ulang oleh Section Head Plant 3x dalam 1 minggu.
2. Objek Inspeksi
Objek inspeksi umum terencana ini sesuai dengan wilayah kerja
pelaksana inspeksi masing- masing sesuai dengan daftar lokasi dan
penanggung jawabnya dan sesuai dengan checklist yang sudah tersedia
sesuai dengan area kerja yang akan akan diinspeksi. Inspeksi di khususkan
untuk mengidentifikasi kondisi-kondisi/situasi tidak aman atau yang belum
sesuai dengan standar di tempat kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
3. Frekuensi Pelaksanaan Inspeksi Umum Terencana
Tabel 1. Frekuensi Pelaksanaan Inspeksi Umum Terencana
Pelaksanaan Inspeksi Umum Terencana
Foreman Supervisor Section Head Project Manager
Produksi 1 kali per
minggu
Over
inspeksi IUT
Foreman
3 kali Over
inspeksi per
minggu
Engineering 1 kali per
mnggu
Over
inspeksi IUT
Foreman
2 kali Over
inspeksi per
minggu
Plant 1 kali per
minggu
Over
inspeksi
IUT
Foreman
3 kali Over
inspeksi per
minggu
Logistic 1 kali per 2
minggu
Over
inspeksi IUT
Foreman
1 kali Over
inspeksi per
minggu
Over Inspeksi
semua IUT 1
kali per minggu
PGA 1 kali per 2
minggu
Over
inspeksi IUT
Foreman
1 kali Over
inspeksi per
minggu
Training
Center
1 kali per 2
minggu
Over
inspeksi IUT
Foreman
1 kali Over
inspeksi per
minggu
SHE section 1 kali per
minggu
Over
inspeksi IUT
Foreman
3 kali Over
inspeksi per
minggu
Sumber ; BMS SHE/09/007/SOP, 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
4. Mekanisme Pelaksanaan Inspeksi Umum Terencana
Pada pelaksanaan inspeksi umum terencana ini Kepala Bagian/Section
Head Plant menentukan dan menyusun suatu daftar lokasi, pelaksana serta
waktu pelaksanaan inspeksi umum terencana tersebut yang tentunya
memuat seluruh area kerja berdasarkan wilayah kerjanya masing-masing.
Setiap pelaksanaan inspeksi seorang pelaksana inspeksi wajib menggunakan
checklist yang sudah tersedia dan melengkapinya sesuai petunjuk pengisian
cheklist sehingga mempermudah pelaksanaan inspeksi.
Pada dasarnya kegiatan inspeksi terencana di Plant merupakan suatu
rangkaian kegiatan yang utuh, yang terdiri dari beberapa tahap yaitu :
a. Persiapan:
Pada tahap ini sebelum melakukan inspeksi umum terencana
pelaksana inspeksi awal yang disini dilakukan oleh seorang Foreman
melakukan persiapan dengan melengkapi dirinya dengan sejumlah
peralatan-peralatan diantaranya :
1) Peralatan administrasi meliputi :
a) Checklist inspeksi yang berisikan tentang tempat- tempat yang akan
dilaksanakan inspeksi umum terencana, cheklist ini berupa form
yang berisikan poin maksimal yang merupakan ketentuan yang
sudah tertera pada Buma Management System (BMS) serta poin
actual yang merupakan poin hasil inspeksi yang ditentukan oleh
pelaksana inspeksi.(Lampiran 1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
b) Lembar deviasi atau penyimpangan yang merupakan hasil temuan-
temuan kondisi yang tidak standar yang diisi oleh pelaksana
inspeksi. Serta tindakan korekif yang harus dilaksanakan serta
penangung jawabnya.
2) Peralatan Pelindung Diri
Dalam pelaksanaan inspeksi umum terencana khususnya di
Plant mempunyai kebijakan bahwasanya semua orang yang masuk di
wilayah kerja Plant diharuskan mengunakan alat pelindung diri
berupa helm pengaman (Safety Helmet), kacamata pelindung
(Googles), rompi pantul, sepatu Safety (Safety Shoes) begitu pula
dengan pelaksana inspeksi umum terencana.
b. Pengamatan
Dalam pelaksanaan inspeksi umum terencana pelaksana inspeksi
melakukan pengamatan secara langsung dengan berjalan berkeliling pada
seluruh area Plant, pengamatan ditujukan terhadap kondisi fisik pada
benda-benda, peralatan, bahan-bahan yang digunakan untuk produksi,
serta lingkungan kerja yang dinilai mempunyai potensi risiko bahaya
yang dapat berkembang menjadi suatu kecelakaan. Risiko-risiko tersebut
sudah disesuaikan dengan item-item objek inspeksi yang ada pada
cheklist inspeksi yang sudah disediakan yang meliputi :
1) Kondisi fisik di seluruh area kerja
a) Kondisi housekeeping : Rak, meja, kursi, furnitur kantor, bersih,
rapi dan jelas identitasnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
b) Kebersihan umum : kebersihan dengan standar bersih dari sampah,
debu dan oli.
c) Kondisi lantai, atap, dinding, jendela, pintu, ventilasi, lampu
penerangan, sambungan kawat pertanahan dengan standar
permukaan yang utuh.
d) Kondisi jalan yang digunakan lalu lalang karyawan yang meliputi :
Daerah jalan atau daerah bekerja, jalur evakuasi keadaan darurat,
kondisi parkir yang mencukupi dan rata (parkir mundur).
e) Tempat sampah dengan standar isi sesuai (tidak tercampur sampah
B3, organik, dan anorganik) dan apakah tempat sampah rutin
dikosongkan atau tidak.
f) Kode warna dan rambu-rambu K3LH tanda letaknya sesuai.
g) Kondisi alat portabel listrik.
2) Mesin- mesin :
a) Kondisi dengan standar komponen masih lengkap, masih layak
digunakan, bersih dari debu dan oli.
b) Label peringatan dengan standar sesuai kondisi termasuk
penanggung jawabnya ( Lock Out dan Danger tag).
c) Safety device dengan standar berfungsi normal.
3) Penyimpanan dan penumpukan barang yang meliputi kondisi
penyimpanan perkakas kerja, penyimpanan silinder gas, penyimpanan
dan pengendalian bahan kimia berbahaya dan mudah terbakar dengan
standar tersusun sesuai letaknya, bersih dan rapi (housekeeping)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
4) Kondisi daerah basah di tempat kerja yang meliputi kondisi fisik
toilet, kamar ganti serta disinfeksi.
5) Kondisi peralatan kerja serta peralatan pencegahan kecelakaan yang
meliputi :
a) Alat-alat lock out danger tag, kondisi overhead cranes, slings
cranes, kondisi dengan standar tidak rusak, serta berfungsi normal.
b) Tabung gas dengan standar penyusunan sesuai tempatnya, dirantai
dan box tidak terlalu tinggi.
c) Alat pemadam kebakaran seperti ; APAR, Hidrant, Alarm sistem.
d) Perkakas tangan, kondisi tabir las dengan standar bersih, rapi,
penempatan sesuai pada letaknya
e) Pipa, katup, Alat Pelindung Diri (APD) serta peralatan pertolongan
pertama, dengan standar tidak rusak, layak digunakan, aman, letak
atau penempatan sesuai pada tempatnya.
6) Bahan- bahan berbahaya
a) Kondisi tertutup, tidak bocor, dan tidak tumpah.
b) Penempatan pada tempat tersendiri.
c) Identitas ada label dan Material Safety Data Sheet (MSDS)
d) Alat Pelindung Diri (APD) digunakan dengan baik.
c. Perbandingan
Setelah dilakukan pengamatan terhadap kondisi fisik di seluruh
wilayahnya masing-masing. Hal selanjutnya yang dilakukan adalah
membandingkan hasil pengamatan tadi dengan kondisi fisik lainnya yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
sesuai dengan standar. Dalam proses membandingkan ini dilakukan
dengan mencermati beberapa hal sebagai berikut :
1) Catatan serta laporan inspeksi sebelumnya (deviasi inspeksi
sebelumnya).
2) Standar yang ada dari perusahaan. Dalam hal ini standar yang
digunakan sudah dicantumkan dalam checklist sesuai dengan area
kerja masing-masing.
Dari hasil temuan-temuan yang sudah dibandingkan dengan standar
dan catatan inspeksi sebelumnya, maka akan memberikan dua
konsekuensi yaitu hasil temuan yang sesuai dengan standar yang berlaku
dan ini tidak menjadikan suatu permasalahan. Serta hasil temuan yang
tidak sesuai dengan standar yang berlaku dan ini merupakan sebuah
penyimpangan. Setiap penyimpangan yang ditemui dalam pelaksanaan
inspeksi adalah bahaya yang memiliki risiko terjadinya suatu insiden dan
temuan- temuan tersebutlah yang harus dikendalikan.
d. Pemutusan
Tahap selanjutnya setelah perbandingan dengan kondisi lain adalah
pemutusan. Dalam pelaksanaan inspeksi tahap ini merupakan kegiatan
dimana pelaksana inspeksi menentukan potensi risiko dari penyimpangan
hasil temuan-temuan selama pelaksanaan inspeksi. Pengambilan
keputusan dalam inspeksi ini akan menentukan langkah selanjutnya
dalam proses inspeksi terencana, setiap temuan yang menyimpang dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
standar memiliki potensi risiko terentu dan diklasifikasikan menurut sifat
kekritisannya.
Dalam pelaksanaan inspeksi umum terencana ini untuk
menentukan potensi atau kekritisan risiko adalah dengan cara
mengalikan antara severity atau tingkat keparahan dengan likelihood
(keseringan).
a) Severity atau tingkat keparahan :
Keparahan yang dimaksudkan disini adalah derajat keparahan
yang mungkin terjadi jika bahaya tersebut berkembang menjadi
insiden yang menyebabkan terjadinya cedera, kerusakan atau
kerugian. Untuk menentukan seberapa tingkat keparahan terebut
manajemen telah membagi kedalam 5 tingkatan yaitu :
Tabel 2 : Tingkat Keparahan menurut B’Safe Level of Critical Risk
Injury on duty/
cedera akibat
kerja
Property
damage/Kerusakan
harta benda
Environmental polution/polusi
lingkungan PAK
1
Minor
injury(medical
treatment)
<US$1000 Spillage<25 liter
Tumpahan<25liter
PAK
(Medical
teratment)
2 LTI(Tanpa cacat
permanen) >US$1000
Spillage 25<X<200 liter
Tumpahan25<X<200 liter
PAK (Tanpa
Cacat
permanent)
3 LTI(Cacat
permanen) >US$5000
Spillage 200<X<1000 liter
Tumpahan200<X<1000 liter
PAK(Cacat
permanen)
4 Fatality >US$10000 Spillage1000<X<5000 liter
Tumpahan1000<X<5000 liter
PAK
(Fatal/total
loss) atau
Minor
epidemi
5 Multiple Fatality >US$25000 Spillage>5000 liter
Tumpahan>5000 liter
PAK
(Multiple
fatal/total
loss)
Sumber : B’safe, 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
b) Likelihood atau tingkat kekerapan
Kekerapan yang dimaksud adalah seberapa sering bahaya
tersebut dijumpai sehari-hari secara normal, dan seberapa banyak
orang yang mungkin berada dalam atau terkena dampak kondisi
bahaya tersebut. Likelihood disini dibagi dalam 5 tingkatan yaitu;
Tabel 3 : Tingkat Kekerapan atau Keseringan
Likelihood
5
4
3
2
1
Akan sering terjadi berkali-kali
setiap hari (continuous) atau cuma
5 tahun sekali (very rare)
Akan terjadi setiap hari
Akan terjadi setiap minggu
Akan terjadi dalam sebulan atau
tiga bulanan (very seldom)
Akan terjadi kurang dari setahun
sekali (rarely happens)
75-100% Probabilitas (sangat
tinggi/very high)
50-75 % Probabilitas
(Tinggi/high)
25-50% Probabilitas
(sedang/medium)
5-25% Probabilitas (jarang/low)
1-5% Probabilitas (jarang
sekali/very low)
Sumber : B’safe/BMS, 2009
c) Matriks risiko/ Risk matrix
Matriks risiko merupakan tolls atau alat bantu untuk
mengidentifikasi kode bahaya yang ditemukan dilapangan. Matriks ini
merupakan nilai perkalian antara severity dengan likelihood. Adapun
tabel dari matriks risiko adalah sebagai berikut;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Tabel 4 : Matrik Penilaian Risiko
MATRIKS RISIKO/ RISK MATRIX K
EM
UN
GK
INA
N (
L)
5 5 (A) 10 (A) 15 (AA) 20 (AA) 25 (AA)
4 4 (B) 8 (A) 12 (A) 16 (AA) 20 (AA)
3 3 (B) 6 (B) 9 (A) 12 (A) 15 (AA)
2 2 (C) 4 (B) 6 (B) 8 (A) 10 (A)
1 1 (C) 2 (C) 3 (B) 4 (B) 5 (A)
1 2 3 4 5 (A)
SEVERITY (S)
Sumber : Buma Management System (BMS), 2009
Setelah mendapatkan nilai risiko dari temuan-temuan tersebut
maka selanjutnya pelaksana inspeksi menentukan kode bahaya sesuai
dengan yang dikategorikan dalam tabel tingkat kekritisan risiko di atas.
Kode bahaya yang dipilih atas setiap temuan dalam pelaksanaan inspeksi
terencana akan memberikan pengaruh pada penentuan tanggal jatuh
tempo perbaikan. Semakin tinggi tingkat risiko yang dimiliki suatu
temuan, berarti semakin pendek waktu yang disediakan untuk tindakan
perbaikan. Jika pada saat inspeksi ditemukan penyimpangan dengan kode
bahaya AA maka proses aktifitas atau alat harus dihentikan dan
diperbaiki secepat mungkin atau segera disampaikan kepada yang
berkompeten untuk dilakukan perbaikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
e. Penyusunan daftar penyimpangan dan perbaikan
Setelah melakukan penilaian risiko tahap selanjutnya adalah
penyusunan daftar penyimpangan dan perbaikan atau yang sering disebut
Problem Identification and Corective Action (PICA). Pada tahap ini
pelaksana memindahkan semua penyimpangan-penyimpangan yang
ditemukan di Plant kedalam sebuah daftar penyimpangan, tugas ini
hanya bersifat administratif akan tetapi sangat menentukan bobot
inspeksi yang telah dilaksanakan. Pelaksana inspeksi melengkapi kolom-
kolom yang ada pada checklist sesuai daftar yang telah ditentukan
sebagai berikut : (Lampiran 2)
1) Deviasi/Penyimpangan : kolom temuan ini berisikan mengenai hal-hal
yang tidak standar/ penyimpangan yang menjadi temuan-temuan pada
pelaksanaan inspeksi terencana di plant.
2) Penyebab dasar timbulnya deviasi : pada kolom ini berisikan
penyebab dasar yang menyebabkan timbulnya deviasi atau
penyimpangan yang ditemukan.
3) Kode bahaya : Kode bahaya berisikan tingkatan bahaya berdasarkan
perhitungan yang disesuaikan dengan matriks risiko. Penulisan kode
bahaya adalah AA, A, B, dan C.
4) Tindakan perbaikan : kolom ini berisikan mengenai tindakan
perbaikan yang harus dilakukan untuk mengendalikan hasil temuan-
temuan yang tidak standar tersebut agar kondisi yang tidak standar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
tersebut masih dalam batasan yang dapat diterima oleh semua pihak
sehingga kemungkinan terjadinya kecelakaan dapat di minimalisir.
5) Person in Change (PIC) : kolom ini berisikan mengenai pelaksana
tindakan perbaikan yang telah ditentukan sebelumnya. Seorang PIC
ditunjuk oleh pelaksana inspeksi terencana yang dirasa dapat
melakukan tindakan perbaikan dan PIC bertanggung jawab atas
pelaksanaan tindakan perbaikan terebut.
6) Batas waktu : Kolom ini berisikan tanggal jatuh tempo/ target waktu
pelaksanaan tindakkan perbaikan. Tanggal jatuh tempo tersebut
dipertimbangkan atas tinggkat resiko serta kode bahaya temuan-
temuan yang telah dihasilkan sebelumnya.
7) Status : Kolom ini berisikan status dari deviasi yang ditemukan, jika
sudah tertasi maka statusnya “closed”, namun jika masih dalam proses
perbaikan statusnya tertulis “open”.
f. Tindakan Perbaikan
Setelah semua kolom PICA telah diisi lengkap selanjutnya
pelaksana memberikan salinan form PICA kepada pelaksana tindakan
perbaikan dan pada tahapan inilah saatnya pelaksana tindakan perbaikan
yang ditunjuk oleh pelaksana inspeksi tersebut untuk memperbaiki
temuan-temuan penyimpangan yang ada di Section Plant sesuai dengan
yang telah dituliskan pelaksana inspeksi pada kolom tindakan perbaikan
dan tanggal jatuh temponya. Dalam pelaksanaan tindakan perbaikan ini
ditujukan pada penyebab dasar terjadinya penyimpangan. Setelah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
melaksanakan tindakan perbaikan pelaksana melengkapi kolom checklist
yang berhubungan dengan hal tersebut yaitu mengisi kolom tanda tangan
dan tanggal pelaksanaan tindakan perbaikan disinilah tugas awal inspeksi
umum terencana telah usai.
g. Inspeksi Ulang
Inspeksi ulang merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk
memastikan ulang kondisi fisik di wilayah kerja setelah dilakukan
inspeksi. Pelaksanaan inspeksi ulang ini dilakukan oleh seorang
Supervisor, Section Head Section Plant, dan terakhir adalah Project
Manager (PM) yang bertujuan untuk memastikan dilakukannya
pelaksanaan inpeksi umum terencana secara baik serta mengetahui
efektifitas inspeksi terencana dan tindakan perbaikannya, pelaksanaan
inspeksi ulang ini juga merupakan partisipasi aktif dari Top Management
dalam mewujutkan komitmennya terhadap Buma Safety Management
System.
Inspeksi ulang ini dilakukan dengan menggunakan checklist hasil
inspeksi sebelumnya yang dibuat oleh pelaksana inspeksi yang
ditekankan terhadap penyimpangan-penyimpangan yang ditemukan pada
inspeksi sebelumnya. Terlepas dari hal tersebut apabila pada pelaksanaan
inspeksi ulang terdapat temuan penyimpangan yang terlewat pelaksana
inspeksi ulang dapat menambahi ke dalam daftar penyimpangan yang
dibuatnya sendiri dan ditindak lanjuti sesuai aturan di atas. Dan apabila
semua penyimpangan yang ditemui sebelumnya sudah dilaksanakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
tindakan perbaikan secara baik maka pelaksana inspeksi ulang dapat
membubuhkan tanda tanggan serta tanggal berakhirnya inspeksi ulang
pada kolom yang tertera dalam daftar penyimpangan yang dimaksud.
Pada tahap inilah pelaksanaan inspeksi terencana secara keseluruhan
telah selesai dilakukan.
h. Monitoring / Pemantauan
Setelah pelaksana melakukan tugas inspeksi terencana dan
pekerjaan administrasi diselesaikan. Langkah selanjutnya adalah
memonitor tindakan perbaikan seberapa tingkat efektifitas tindakan
perbaikan tersebut dalam pencegahan timbulnya kecelakaan. Jika pada
saat monitoring menemukan kejanggalan dalam pelaksanaan tindakan
perbaikan maka pelaksana inspeksi bisa berkonsultasi dengan atasannya
ataupun pihak departemen SHE agar mendapatkan solusi dalam
melakukan tindakan perbaikan sehingga didapat tindakan perbaikan yang
dirasa dapat meminimalisir timbulnya bahaya.
i. Analisa Ulang
Setelah pelaksanaan inspeksi ulang dan monitoring, tugas
selanjutnya Section Head wajib membuat analisa yang berisikan salah
satunya mengenai temuan penyimpangan yang dijumpai berulang kali
serta temuan penyimpangan yang bersifat kritikal/ kode bahaya AA
selama 3 bulan terakhir dan akan disampaikan di dalam metting komite
K3LH setiap bulan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
B. Pemenuhan Tindak Lanjut dari Inspeksi Umum Terencana (IUT)
Dari penelitian yang dilakukan oleh penulis di section Plant , didapatkan
hasil bahwa pemenuhan tindak lanjut dari pelaksanaan inspeksi umum
terencana pada bulan Januari sampai dengan bulan April 2012 adalah sebagai
berikut :
1. Pemenuhan secara kuantitas
Pelaksanaan inspeksi umum terencana dapat dilihat dari parameter :
a. Persentase pelaksanaan frekuensi inspeksi umum terencana selama bulan
Januari sampai dengan April 2012. Plan week merupakan target yang
harus diselesaikan dalam waktu satu minggu. Actual week merupakan
fakta/aktual dari pelaksanaan inspeksi yang telah dilaksanakan oleh
masing-masing karyawan. Sedangkan persentase actual merupakan nilai
persentase dari hasil inspeksi yang telah dilakukan (actual week dibagi
plan week dikali 100%).
Dari data yang ada, didapatkan hasil sebagai berikut :
1) Bulan Januari 2012
Rata-rata pelaksanaan inspeksi umum terencana adalah sebagai
berikut;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Tabel 5. Rekap partisipasi Golden Rules IUT bulan Januari 2012
Persentase
Minggu 1 110%
Minggu 2 112%
Minggu 3 99%
Minggu 4 104%
Rata-rata 107%
Sumber : BUMA :2012
Data yang diperoleh dari partisipasi Golden Rules, persentase
pelaksanaan inspeksi umum terencana adalah sebesar
107%.(Lampiran 3)
2) Februari 2012
Rata-rata pelaksanaan inspeksi umum terencana pada bulan Februari
2012 adalah sebagai berikut;
Tabel 6. Rekap partisipasi Golden Rules IUT bulan Februari 2012
Persentase
Minggu 1 104%
Minggu 2 104%
Minggu 3 101%
Rata-rata 103%
Sumber : BUMA, 2012
Data yang diperoleh dari partisipasi Golden Rules, persentase
pelaksanaan inspeksi umum terencana adalah sebesar 103%
(Lampiran 4).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
3) Maret 2012
Rata-rata pelaksanaan inspeksi umum terencana pada bulan Maret
2012 adalah sebagai berikut ;
Tabel 7. Rata-rata pelaksanaan IUT bulan Maret 2012
Persentase
Minggu 1 105
Minggu 2 115
Minggu 3 105
Minggu 4 105
Rata-rata 108%
Sumber : BUMA, 2012
Data yang diperoleh dari Golden Rules, persentase pelaksanaan
inspeksi umum terencana adalah sebesar 108% (Lampiran 5).
4) April 2012
Rata-rata pelaksanaan IUT pada bulan April 2012
Tabel 8. Rekap partisipasi Golden Rules IUT bulan April 2012
Persentase
Minggu 1 37%
Minggu 2 73%
Minggu 3 69%
Minggu 4 104%
Rata-rata 70,75%
Sumber : BUMA, 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Dari data yang didapatkan pada bulan April secara akumulatif adalah
sebesar 70,75% (Lampiran 6).
b. Total temuan deviasi dan total pemenuhan penyelesaian dari temuan
deviasi tersebut.
Pemenuhan dari deviasi dapat dilihat dari penyelesaian dari semua
deviasi yang ditemukan dari hasil inspeksi yang telah dilaksanakan oleh
foreman. Periode yang dianalisa oleh penulis adalah pemenuhan
penyelesaian yang terjadi pada bulan Januari sampai dengan April 2012.
Dari data yang berhasil dihimpun oleh penulis didapatkan tingkat
pemenuhan (tindaklanjut) deviasi pada bulan Januari 2012 adalah sebagai
berikut :
1) Bulan Januari 2012
Di bulan Januari 2012, jumlah deviasi yang diinput ke IPOL
sejumlah 4 deviasi. Deviasi yang didapatkan pada bulan Januari 2012
antara lain :
a) Sampah tercecer di lantai workshop A2B.
b) Parit oil trap buntu, sehingga air tidak dapat mengalir.
c) Pegawai PGA yang mengantar nasi menaruh galon bukan pada
tempatnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Persentase pemenuhan dapat dilihat pada tabel;
Tabel 9. Persentase pemenuhan deviasi bulan Januari 2012
Januari 2012
Jumlah Persentase Pemenuhan
Deviasi 4
Closed 4 100%
Open 0 0%
Follow Up 0 0%
Sumber data : Integrate PICA On Line (IPOL) BUMA, 2012
Persentase pemenuhan deviasi untuk bulan Januari 2012 adalah
sebesar 100%.
2) Bulan Februari 2012.
Temuan deviasi yang ditemukan bulan Februari 2012 sejumlah
7 deviasi. Deviasi tersebut antara lain :
a) Ventilasi ruang istirahat berdebu dan rusak.
b) Lantai workshop basah dan berlumpur.
c) Garis demarkasi workshop sudah terlihat jelas lagi.
d) Part yang sudah tidak terpakai masih tersimpan di rak.
e) Penumpukan komponen-komponen bekas di workshop tidak tertata
dengan rapi.
f) Lantai workshop kotor dan banyak tanah
g) Potongan besi banyak ditemukan diluar area workshop.
Persentase pemenuhan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Tabel 10. Presentase pemenuhan deviasi bulan Februari 2012
Februari 2012
Jumlah Presentase Pemenuhan
Deviasi 7 100%
Closed 5 71,4%
Open 0 0%
Follow Up 2 28,5%
Sumber data : Integrate PICA On Line (IPOL) BUMA, 2012
3) Bulan Maret 2012
Temuan deviasi pada bulan Maret 2012 sejumlah 10 deviasi.
Deviasi tersebut antara lain :
a) Garis demarkasi sudah terkelupas catnya.
b) Garis demarkasi tidak nampak/ kusam.
c) Lantai workshop maintenance DT kotor.
d) Toilet belakang workshop kotor.
e) Workshop kotor dan penumpukan sparepart bekas tidak rapi.
f) Ranting dan daun kering menumpuk di atap seng genset.
g) Masih sering ditemukan mekanik yang tidak menggunakan APD
standar.
h) Battery bekas berserakan dan lantai kotor.
i) Workshop fabrikasi dudukan atap seng sebagian patah dan keropos.
j) Tempat parkir unit tidak rata dan bergelombang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Persentase pemenuhan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 11. Persentase pemenuhan deviasi bulan Maret 2012
Maret 2012
Jumlah Persentase Pemenuhan
Deviasi 10
Closed 8 80%
Open 2 20%
Follow Up 0 0%
Sumber data : Integrate PICA On Line (IPOL) BUMA, 2012
4) Bulan April 2012.
Temuan deviasi pada bulan April sejumlah 8 buah deviasi.
Pemenuhan terhadap deviasi tersebut adalah sebesar 75%, dan 25%
masih dalam posisi open atau dengan kata lain belum diselesaikan
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan didalam form deviasi.
Deviasi tersebut antara lain :
a) Lantai workshop DT kotor.
b) Container tempat acetillen bagian lantainya sebagian ada yang
keropos dan patah.
c) Jalan samping workshop fabrikasi berlubang.
d) Housekeeping di area workshop kurang bersih.
e) Tumpukan besi bekas di workshop DT menumpuk.
f) Part bekas Volvo menumpuk di meja kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
g) Oli dan grease tumpah di area kerja mekanik.
h) Lantai workshop maintenance DT rusak.
Pemenuhan persentase deviasi dapat dilihat pada tabel :
Tabel 12. Persentase pemenuhan deviasi bulan April 2012
April 2012
Jumlah Persentase Pemenuhan
Deviasi 8
Closed 6 66%
Open 2 33%
Follow Up 0 0%
Sumber : Integrate PICA On Line (IPOL) BUMA, 2012
2. Pemenuhan secara kualitas
Kualitas dari pelaksanaan yang dilaksanakan karyawan diperoleh
penulis melalui wawancara langsung dengan tenaga kerja yang
bersangkutan, dalam hal ini adalah tenaga kerja yang berada dilingkup
section plant. Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data wawancara
adalah dengan menggunakan sampling 30% dari total populasi yang ada.
B. Pembahasan
1. Pemenuhan inspeksi umum terencana secara kuantitas
a. Persentase pelaksanaan inspeksi umum terencana.
Pemenuhan pelaksanaan inspeksi umum terencana pada bulan
Januari sampai dengan April 2012 adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
1) Bulan Januari 2012
Pemenuhan pada bulan Januari adalah sebesar 107%. Jadi
pelaksanaan IUT secara akumulatif sudah sesuai dengan target karena
melebihi angka 100%.
2) Bulan Februari 2012
Pemenuhan pelaksanaan inspeksi pada bulan Februari adalah
sebesar 103%. Sehingga pelaksanaan sudah sesuai dengan frekuensi
yang tertuang di dalam SOP yang berlaku.
3) Bulan Maret 2012
Pelaksanaan inspeksi pada bulan Maret adalah sebesar 108%.
4) Bulan April 2012
Pelaksanaan inspeksi pada bulan April secara akumulatif adalah
sebesar 70,75%.
b. Pemenuhan tindak lanjut temuan deviasi.
Dari hasil yang didapat dari berbagai sumbar dan data pendukung,
diperoleh hasil dari pemenuhan tindak lanjut (follow up) terhadap deviasi
dari bulan Januari sampai dengan bulan April 2012 adalah sebagai
berikut;
1) Bulan Januari 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Temuan/deviasi pada bulan Januari 2012 ada 4 deviasi. Dan
pemenuhan terhadap deviasi pada bulan ini adalah sebesar 100%. Jadi
semua deviasi yang ditemukan sudah ditindak lanjuti dengan benar.
2) Bulan Februari 2012
Jumlah temuan/deviasi pada bulan Februari 2012 sejumlah 7
deviasi. Dan pemenuhan terhadap deviasi adalah sebesar 71, 4 %,
28,5% sisanya masih dalam proses perbaikan (on progress). Deviasi
yang masih on progress adalah :
a) Potongan besi yang masih banyak ditemukan tercecer diluar area
workshop. Deviasi ini disebabkan oleh jumlah tempat sampah yang
masih minim khusus untuk besi bekas yang sudah tidak terpakai.
Dan belum ada jadwal untuk pengangkutan besi bekas.
b) Lantai workshop basah dan berlumpur dikarenakan kondisi
workshop yang sudah tidak layak. Dikarenakan pelaksanaan
housekeeping yang masih kurang, dan masih ada sebagian kran air
yang bocor, sehingga menggenangi lantai dari workshop. Dan juga
kondisi atap workshop yang sudah mulai rusak dan berkarat.
3) Bulan Maret 2012
Jumlah temuan/deviasi pada bulan Maret 2012 sejumlah 10
deviasi. Dan pemenuhan terhadap deviasi tersebut adalah sebesar
80%. Sedangkan 20% dari total deviasi masih dalam status open atau
dengan kata lain belum dapat diselesaikan sesuai dengan batas waktu
yang ditentukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Deviasi yang belum terselesaikan sampai hari ini antara lain :
a) Workshop vabrikasi, dudukan balok atap seng sebagian patah dan
keropos. Perbaikan untuk deviasi ini masih terkendala dengan
biaya untuk perbaikan yang tidak sedikit dan waktu perbaikan yang
lumayan lama.
b) Workshop kotor dan penumpukan spareparts bekas tidak rapi.
Dikarenakan sebagian ada unit yang masuk ke are workshop belum
dicuci bersih sehingga masih ada kotoran yang tercecer ikut ke
dalam workshop. Selain itu juga karena kondisi atap dan bangunan
yang sudah tidak layak dan bila hujan, air banyak menggenang di
area ini. Selain itu juga dikarenakan agak kurangnya kesadaran
karyawan terhadap pentingnya housekeeping. Rak tempat
penumpukan barang juga belum ada label yang jelas sesuai dengan
jenis barang yang ada diarea kerjanya, sehingga agak sulit
membedakan barang yang masih dipakai dengan barang yang
memang sudah tidak layak pakai.
4) Bulan April 2012
Sedangkan temuan deviasi pada bulan April sejumlah 8 deviasi.
Dari ke delapan deviasi yang ditemukan, baru 66% yang sudah selesai
ditindak lanjuti. Dan sebesar 33% deviasi masih belum teratasi atau
dengan kata lain masih dalam status open, dan belum ditindak lanjuti
sesuai dengan batas waktu yang telah tertera di form deviasi. Deviasi
yang masih terdapat pada bulan April adalah sebagai :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
a) Container tempat tabung oxi dan ace, bagian lantainya sebagian
ada yang keropos dan patah.
b) Lantai workshop maintenance DT rusak. Belum dapat diselesaikan
karena terbentur tentang masalah budget (biaya) dan waktu
perbaikan yang agak lama.
2. Pemenuhan inspeksi umum terencana secara kualitas
Pengambilan data menggunakan wawancara langsung dengan
Foreman, Supervisor, dan Section Head section Plant. Sampel yang
digunakan untuk data wawancara adalah sebanyak 30 % dari keseluruhan
populasi yang berjumlah 47 orang pengawas. Sampel sebanyak 15 orang
pengawas.
Dari hasil wawancara yang diperoleh, didapatkan hasil yaiut antara lain;
a. 87 % dari total sampel (13 pengawas) sudah memahami secara mendetail
tujuan dari dilaksanakannya inspeksi umum terencana. 13% diantaranya
masih belum memahami secara detail apa tujuan dari dilaksanakan
inspeksi umum terencana.
b. 66% dari total sampel (10 pengawas) saja yang telah mengikuti training
selama dalam kurun waktu lebih dari satu tahun terakhir. 33% (5
pengawas) sisanya belum pernah mengikuti training tentang inspeksi
umum terencana.
c. Baru 53% dari total sampel penelitian (8 pengawas) yang telah mengikuti
training Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Resiko (IBPR) Level 1.
Sedangkan 47% sampel belum mengikuti training IBPR Level 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
d. Inspeksi umum terencana jika belum terlaksana 100% dari setiap sampel
karena alasan berikut yaitu;
1) 80% dari total sampel, karena kesibukan kerja sehingga belum
melaksanakan inspeksi umum terencana sesuai dengan target dan
jadwal.
2) 7% dari total sampel, terkadang tidak melaksanakan inspeksi umum
terencana dikarenakan tindak lanjut yang lambat dari hasil temuan
inspeksi yang dilakukan.
Mekanisme pelaksanaan Inspeksi Umum Terencana (IUT) di section Plant
meliputi persiapan, yang dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan April
2012 secara akumulatif sudah terlaksana sesuai dengan standar perusahaan.
Namun jika dilihat dari target tiap individu, pelaksanaan IUT masih ada kendala
dalam melaksanakannya sehingga presentasi pemenuhan tidak sesuai dengan
target.
Pemenuhan IUT secara kualitas sudah baik karena pihak Foreman up telah
mendapatkan pelatihan IUT dari section SHE. Namun masih ada beberapa tenaga
kerja dari Foreman Up belum mengikuti training IUT. Pemenuhan tindak lanjut
terhadap temuan juga sudah terlaksana dengan baik. Deviasi-deviasi yang belum
terselesaikan dikarenakan tindakan perbaikan yang harus dilakukan memerlukan
biaya yang tidak sedikit jumlahnya dan terkendala dengan sarana, waktu, dan juga
tenaga dalam penyelesaian deviasi tersebut.
Selain masalah yang ditemukan diatas, kendala lain yang menyebabkan
pemenuhan tindak lanjut inspeksi yang dilaksanakan adalah karena belum semua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
deviasi yang dilaksanakan oleh kalangan Foreman Up diinput kedalam Integrate
PICA On Line (IPOL). Hal ini disebabkan karena admin juga menjalankan
berbagai macam tugas lainnya yang juga tidak kalah pentingnya, sehingga
pekerjaan khusus untuk menginput data deviasi ke IPOL agak tertunda. Dan
menyebabkan sebagian deviasi saja yang dapat diinput ke IPOL.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang inspeksi umum terencana di Section
Plant PT. Bukit Makmur Mandiri Utama jobsite Lanna Harita Indonesia, dapat
diambil kesimpulan :
1. Perusahaan telah melakukan inspeksi umum terencana dengan baik sesuai
dengan prosedur yang telah ditentukan perusahaan yang tertera di BMS
(B’Safe) dan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 555
K/26/MPE/1995 tentang peraturan keselamatan dan kesehatan umum di
bidang pertambangan
2. Pelaksanaan Inspeksi Umum Terencana (IUT) di perusahaan adalah sebagai
berikut :
a. Persiapan
Menyiapkan kebutuhan peralatan bantu untuk mendukung
pelaksanaan inspeksi berupa :
1) Lembar checklist sesuai dengan tempat kerja yang akan diinspeksi
2) Alat Pelindung Diri (APD) berupa kacamata, helm, rompi, Safety
Shoes dll.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
b. Pengamatan
Melakukan pengamatan langsung du area kerja yang menjadi
tanggung jawabnya. Hal-hal yang diamati dalam inspeksi umum
terencana adalah spesifik untuk kondisi-kondisi yang tidak aman di area
kerja
c. Perbandingan
Langkah selanjutnya membandingkan hasil pengamatan tadi
dengan kondisi fisik lainnya yang sesuai dengan standar yang sudah
tertera didalam checklist. Dapat juga dengan bantuan dari catatan serta
laporan inspeksi sebelumnya (deviasi inspeksi sebelumnya).
d. Penilaian Risiko
Penilaian risiko ini dilakukan dengan menggunakan tolls (alat
bantu) yaitu Identifikasi Bahaya dana Pengendalian Risiko (IBPR) yang
berfungsi untuk mengetahui tingkat risiko dari suatu deviasi
(penyimpangan).
e. Penulisan penyimpangan yang ditemukan kedalam lembar deviasi
Setelah melakukan penialaian risiko menuliskan deviasi
/penyimpangan kedalam form deviasi yang sudah tersedia dan batas
waktu penyelasaian dan PIC yang bertanggungjawab sesuai dengan
bidangnya.
f. Penyusunan tindakan perbaikan
Langkah selanjutnya adalah melakukan tindakan perbaikan.
Lakukan quick fix jika memang mampu melakukan perbaikan. Jika tidak,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
dapat berkoordinasi dengan section lain yang disesuaikan dengan deviasi
yang ditemukan. Dan diberi batas waktu untuk tindakan perbaikannya.
g. Over Insppeksi Oleh Supervisor
Setelah foreman melakukan inspeksi di over inspeksi oleh supervisor.
Tujuan dari inspeksi ulang ini adalah untuk menilai kebenaran inspeksi
yang dilakukan oleh foreman dan tindakan perbaikan sudah dijalankan
dengan baik.
h. Over Inspeksi Section Head
Tugas dari Section Head adalah juga melakukan over inspeksi yang
dilakukan oleh Foreman dan Supervisor dan memeriksa apakah inspeksi
yang dilakukan oleh Foreman telah diinspeksi ulang oleh Supervisor dan
apakah tindakan perbaikan yang dilakukan sudah berjalan dengan baik.
i. Monitoring tindakan perbaikan
Setelah semua tindakan perbaikan dilakukan oleh PIC yang bertanggung
jawab sesuai dengan ranahnya dan waktu yang telah ditentukan di form
deviasi/penyimpangan. Dimonitor lagi apakah ada temuan baru yang
lainnya.
3. Pemenuhan pelaksanaan inspeksi umum terencana secara kuantitas adalah
sebagai berikut :
a. Bulan Januari 2012 sebesar 107%.
b. Bulan Februari 2012 sebesar 103 %.
c. Bulan Maret 2012 sebesar 108%.
d. Bulan April 2012 sebesar 70,75%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
4. Pelaksanaan secara kualtitas sendiri antara lain;
c. 87 % dari total sampel (13 pengawas) sudah memahami secara mendetail
tujuan dari dilaksanakannya inspeksi. 13% diantaranya masih belum
memahami secara detail apa tujuan dari dilaksanakan inspeksi umum
terencana.
d. 66% dari total sampel (10 pengawas) saja yang telah mengikuti training
selama dalam kurun waktu lebih dari satu tahun terakhir. 33% (5 pengawas)
sisanya belum pernah mengikuti training tentang inspeksi umum terencana.
e. Baru 53% dari total sampel penelitian (8 pengawas) yang telah mengikuti
training Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Resiko (IBPR) Level 1.
Sedangkan 47% sampel belum mengikuti training IBPR Level 1.
f. Inspeksi umum terencana jika belum terlaksana 100% dari setiap sampel
karena alasan berikut yaitu;
3) 80% dari total sampel, karena kesibukan kerja sehingga belum
melaksanakan inspeksi umum terencana sesuai dengan target dan jadwal.
4) 7% dari total sampel, terkadang tidak melaksanakan inspeksi umum
terencana dikarenakan tindak lanjut yang lambat dari hasil temuan
inspeksi yang dilakukan.
5. Pemenuhan tindak lanjut
a. Bulan Januari 2012
Deviasi yang ada di bulan Januari 2012 adalah sebanyak 4 buah.
Persentase pemenuhannya adalah sebesar 100%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
b. Bulan Februari 2012
Jumlah temuan/deviasi pada bulan Februari 2012 sejumlah 7 deviasi.
Dan pemenuhan terhadap deviasi adalah sebesar 71, 4 %.
c. Bulan Maret 2012
Jumlah temuan/deviasi pada bulan Maret 2012 sejumlah 10 deviasi.
Dan pemenuhan terhadap deviasi tersebut adalah sebesar 80%.
d. Bulan April 2012
Sedangkan temuan deviasi pada bulan April 2012 sejumlah 8 deviasi.
Dari delapan deviasi yang ditemukan, baru 66% yang sudah selesai
ditindaklanjuti.
C. Saran
Demi tercapainya keberhasilan program inspeksi umum terencana
dengan ditandai penurunan intensitas terjadinya kasus kecelakaan maka perlu
adanya peningkatan pelaksanaan inspeksi terencana sehinga lebih efektif dan
optimal. Oleh karena itu maka penulis memberikan saran-saran bagi
perusahaan sebagai berikut :
1. Menyelesaikan deviasi-deviasi yang mampu diselesaikan yang ditemukan di
bulan Januari sampai dengan bulan April 2012.
2. Pelaksanaan pelatihan inspeksi umum terencana secara berkala kepada
frontline management lebih spesifik lagi mengenai pemahaman terhadap
palaksanaan inspeksi umum bukan hanya sebatas pengetahuan saja, namun
juga disertai praktek pada kondisi yang aktual sesuai dengan checklist yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
disediakan oleh trainner agar mempermudah untuk mereview kembali
sistem pelaksanaan atau mekanisme inspeksi terencana agar mutu
pelaksanaan inspeksi umum terencana dapat lebih ditingkatkan.
3. Pelaksanaan pelatihan IBPR kepada jajaran foreman up yang belum
mengikuti kegiatan pelatihan tersebut agar kualitas pelaksanaan IUT dapat
meningkat.
4. Perlu adanya komunikasi yang lebih aktif antara section SHE dengan Plant
atau pelaksana inspeksi terencana agar apabila terdapat kendala dalam
pelaksanaan atau pemutusan tindakan perbaikan dapat dicarikan solusinya
secara bersama-sama.
5. Perlu peningkatan upaya pengawasan dan monitoring perkembangan
pelaksanaan pelaksanaan tindakan perbaikan dari penanggung jawab dari
inspeksi umum terencana agar semua deviasi yang ditemukan dari hasil
inspeksi yang dilakukan oleh foreman dapat segera diatasi..
6. Section Head Plant sebaiknya menunjuk salah satu admin yang khusus
untuk menangani input data deviasi ke Integrate PICA On Line (IPOL), atau
menambah personel bagian admin yang khusus disiagakan khusus untuk
menangani tentang IPOL.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user