Hubungan Antara Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Dengan Pemenuhan Kebutuhan Perawatan Lanjut
-
Upload
anang-satrianto -
Category
Documents
-
view
94 -
download
3
description
Transcript of Hubungan Antara Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Dengan Pemenuhan Kebutuhan Perawatan Lanjut
HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN TUGAS KESEHATAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN PERAWATAN LANJUT USIA DENGAN STROKE
Oleh :Anang Satrianto, S.Kep, Ns
NIDN. 0703128202
NURSING PROGRAMSINSTITUTE OF HEALTH SCIENCES BANYUWANGI
1
2
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Keluarga
2.1.1 Definisi keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat
dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Effendy,2000). Hal ini
dapat dikatakan bahwa keluarga merupakan suatu sistem yang saling
berinteraksi satu sama lainnya dalam memenuhi kebutuhan termasuk kesehatan,
sehingga keluarga mempunyai peranan penting dalam mengembangkan,
mencegah dan mengatasi atau memperbaiki masalah kesehatan yang ada
dalam keluarga. Keluarga juga dipandang sebagai instansi (lembaga) yang dapat
memenuhi kebutuhan insani (Amanui,2007).
2.1.2 Bentuk keluarga
a. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah,
ibu dan anak-anak.
b. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti di tambah
dengan sanak saudara, misalnya kakek, nenek, kakek, keponakan,
saudara, sepupu, paman, bibi dan sebagainya. Keluarga Indonesia
umumnya menganut tipe keluarga besar (extended family), karena
masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku hidup dalam suatu
komuniti dalam adat istiadat yang sangat kuat. Bentuk keluarga ini
merupakan keluarga tradisional dimana beberapa generasi tinggal
dalam satu rumah, tipe keluarga luas seperti ini saling memberikan
3
dukungan penting dan dukungan yang terus menerus kepada
anggota keluarga yang lain.
c. Keluarga berantai (serial family), adalah keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan
suatu keluarga inti.
d. Keluarga duda atau janda (single family), adalah keluarga yang
terjadi karena percerian dan kematian.
e. Keluarga kabitas (cahabitation), adalah dua orang yang menjadi satu
tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga (Effendy,1998)
2.2 Pemberi Perawatan (Caregiver)
Pemberi perawatan (caregiver) adalah merupakan seseorang yang secara
langsung terlibat dalam perawatan. Keluarga pemberi perawatan adalah anggota
keluarga yang berusia dewasa dan berada dirumah, baik full time atau part time,
seseorang tersebut bisa yang mempunyai hubungan darah, suami/istri,
teman,atau seseorang yang sehari-hari merawat klien. Dalam sebuah keluarga
anggota keluarga akan mempunyai tanggung jawab pada anggota keluarga yang
lain yang mengalami keterbatasan.
Pemberi perawatan jika dilihat dari usia mayoritas berada di usia
pertengahan (35-64 tahun), namun rata-rata usia pemberi perawatan adalah 20
tahun sampai 43 tahun. Hal ini akan berbeda jika yang dirawat berusia 50 tahun
keatas, usia rata-rata pemberi perawatan adalah 47 tahun, dan jika yang dirawat
berusia lebih dari 65 tahun maka pemberi perawatannya rata-rata 63 tahun.
Pemberi perawatan terbesar adalah seorang wanita dengan rata-rata prosentase
50%-75%, wanita lebih kepada mengerjakan perawatan yang sulit seperti buang
4
air, mandi dan berpakaian, sedangkan laki-laki lebih kepada kebutuhan finansial,
perencanaan perawatan (Family Caregiver Alliance, 2005).
2.3 Peran Dan Tugas Keluarga
2.3.1 Peran
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh
orang yang berkedudukan dalam masyarakat. Peran adalah sesuatu yang
menunjukkan kepada beberapa set perilaku yang kurang lebih bersifat
homogeny yang diidentifikasi dan diharapkan secara normatif dari seseorang
dalam situasi tertentu (Friedman, 1998). Dapat dikatakan bahwa peran
merupakan sesuatu yang diharapkan akan dilakukan seseorang yang kemudian
akan memberikan pemenuhan kebutuhan. Jika mengaitkan peranan keluarga
dengan upaya memenuhi kebutuhan individu, keluarga merupakan lembaga
pertama yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Melalui perawatan, dan
perlakuan yang baik dari orang tua, anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan
dasarnya, baik fisik, bilogis, maupun sosiopsikologisnya (Rahmat,1994).
2.3.2 Tugas Keluarga
Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga,
keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan
saling memelihara. Freeman membagi lima tugas keluarga yang harus dilakukan
keluarga yaitu:
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap
anggotanya
5
Keluarga mempunyai peranan yang amat penting dalam
mengembangkan, mengenal, dan menemukan masalah kesehatan
dalam keluarga sebagai antisipasi menjaga kesehatan dalam
keluarga.
Stroke adalah penyakit yang dapat dengan tiba-tiba mengenai
salah satu anggota keluarga, hal yang perlu dikenal keluarga tentang
penyakit stroke adalah mengenai pengertian penyakit stroke, apa
faktor resiko yang menyebabkan stroke, tanda dan gejala penyakit
stroke, dampak kesehatan dari penyakit stroke antara lain
kelumpuhan, perubahan mental, gangguan komunikasi, gangguan
emosional, kehilangan rasa indera. Apabila keluarga telah memiliki
pemahaman maka dapat dimanfaatkan dalam memperbaiki dan
mencegah masalah kesehatan yang ditemukan dalam keluarga
(Friedman,1998).
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
Keluarga merupakan pusat pengambilan keputusan terpenting,
termasuk membuat keputusan tentang masalah kesehatan keluarga.
Keluarga dalam tugasnya mengambil keputusan bagi anggota
keluarga disebut sebagai pelayanan rujukan kesehatan primer
(Friedman,1998). Adapun dasar pengambilan keputusan tersebut
yaitu hak dan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga,
kewenangan dan otoritas yang telah diakui oleh masing- masing
anggota keluarga, hak dalam menentukan masalah dan kebutuhan
pelayanan terhadap keluarga dan anggota keluarga yang
6
bermasalah, tentu saja keputusan itu menyangkut pelayanan apa
yang akan digunakan (Effendi,1998).
Pengambilan keputusan sehubungan sikap yang harus
dilakukan keluarga terhadap anggota keluarga yang menderita stroke
antara lain sikap yang harus diambil bila anggota keluarga
mengalami serangan stroke berulang, ketersediaan dan kemampuan
akses perawatan kesehatan bagi keluarganya dalam mengatasi
masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga yang menderita
stroke, kaitannya dengan fungsi keluarga secara ekonomi
menyediakan dana perawatan bagi anggota keluarga yang sakit
stroke (Effendi,1998).
c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit
dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat
atau usianya terlalu muda
Merupakan tugas setiap anggota keluarga merawat anggota
keluarga lain yang sakit sebagai fungsi pokok keluarga secara asuh
yaitu memenuhi kebutuhan dan pemeliharaan dan perawatan
anggota keluarga yang sakit serta memenuhi kebutuhannya
(Effendi,1998).
Keluarga dengan anggota keluarga yang menderita stroke
sudah tentu memerlukan perawatan terhadap dampak-dampak
penyakit stroke yang menimbulkan ketidakmampuan pada
pemenuhan kebutuhan individunya. Pada dasarnya stroke akan
berdampak pada terganggunya pemenuhan kebutuhan sehari-hari
antara lain gerak atau mobilitas seperti ketidakmampuan bangun dari
7
tempat tidur dan mengambil makan, selain itu adalah kebutuhan
buang air besar dan kecil, berpakaian, dan berkomunikasi. Tugas
keluarga yang diharapkan adalah membantu dalam memberikan
perawatan sesuai kondisi pasien agar kebutuhan perawatannya
terpenuhi (Friedman,1998)).
d. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan
kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga
Keluarga memainkan peran yang bersifat mendukung anggota
keluarga yang sakit. Dengan kata lain perlu adanya sesuatu
kecocokan yang baik antara kebutuhan keluarga dan asupan sumber
lingkungan bagi pemeliharaan kesehatan anggota keluarga (Holman,
Killen dalam Friedman,1998).
Kondisi pasien stroke yang mengalami perubahan motorik,
perubahan mental. gangguan komunikasi, gangguan emosional
dimana keadaan seperti ini membutuhkan perawatan dan modifikasi
lingkungan baik lingkungan sosial yang bisa berupa dukungan
keluarga baik secara ekonomi maupun secara psikologis memberikan
rasa aman pada setiap anggota keluarga selain itu dukungan
lingkungan fisik keluarga bisa memberikan kenyamanan bertempat
tinggal berada di ruang yang tertata, menghindari dari cidera terjatuh
dengan memodifikasi lingkungan kamar tidur dan kamar mandi yang
di tata dengan bahan yang tidak licin, serta kebersihan rumah yang
dapat meningkatkan derajat kesehatan pasien (Friedman, 1998).
8
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan
lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan
baik fasilitas- fasilitas kesehatan yang ada
Hubungan yang sifatnya positif akan memberi pengaruh yang
baik pada keluarga mengenai fasilitas kesehatan. Diharapkan
hubungan yang positif terhadap pelayanan kesehatan akan merubah
perilaku setiap anggota mengenai sehat sakit.
Peran anggota keluarga terhadap penderita stroke adalah
segera berkunjung pada fasilitas kesehatan yang terdekat untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan, melakukan kontrol kesehatan
secara rutin untuk menghindari resiko stroke berulang
(Friedman,1998).
2.3.3 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Peran
a. Faktor Internal
1). Umur
Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang,
maka akan lebih matang seseorang tersebut dalam berfikir dan
berkarya. Hal ini akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya
(Huclock,1998). Seorang anggota keluarga dengan usia yang lebih
tua cenderung lebih perhatian terhadap anggota keluarga yang lain.
2). Pendidikan
Makin tinggi pendidikan seseoran makin mudah menerima informasi
sehingga makin banyak pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya
tingkat pendidikan yang rendah akan menghambat perkembangan
9
sikap seseorang terhadap nilai yang baru diperkenalkan
(Kuncoroningrat, 2000).
3). Pekerjaan
Pekerjaan merupakan kebutuhan yang harus dilakukan terutama
dalam menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga
(Thomas,1998). Bekerja pada umumnya juga akan menyita waktu
yang berpengaruh terhadap kehidupan keluarga.
4). Informasi
Informasi merupakan fungsi penting untuk membantu mengurangi
rasa cemas. Menurut friedman peran juga dipengaruhi oleh
kepribadian individu, kemampuan individu, temperamen, sikap
kebutuhan individu. Seseorang individu menerima peran-peran
tertentu berdasarkan harapan masyarakat dan dimodifikasi oleh
identifikasi individu tersebut terhadap model- model peran dan
karakteristik kepribadian individu.
b. Faktor Eksternal
1) Lingkungan
Semua yang ada disekitar kita dan pengaruhnya dapat
mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok
lingkungan yang merupakan bagian dari diri seseorang yaitu bagian
social adaptif yng melibatkan baik social internal maupun eksternal
(Nursalam,2001).
2) Kebudayaan
Merupakan keseluruhan yang komplek yang didalamnya tercantum
ilmu pengetahuan, kebudayaan, kesenian moral, hkum adat istiadat,
10
kemampuan lain serta kebiasaan yang di dapat oleh menusia
sebagai anggota masyarakat.
3) Kepercayaan
Merupakan keyakinan individu akan sesuatu kepercayaan disini
berhubungan antara manusia dengan Tuhan, kepercayaan
merupakan dasar individu unutk mencari setiap informasi atau
pengetahuan.
4) Ras
Merupakan kepribadian atau ciri khas yang terdapat dalam tubuh
individu. Ras berkaitan erat dengan kebudayaan dan kepercayaan
dalam menerima informasi (Soemargono,2000).
5) Sosial ekonomi
Faktor- faktor lain yang mempengaruhi peran adalah sosial ekonomi,
sesuai dengan pendapat yang di kemukakan oleh Effendi. Keadaan
sosial ekonomi yang rendah pada umumnya karena ketidakmampuan
dalam mengatasi masalah yang mereka hadapi, sebaliknya pada
keadaan sosial ekonomi yang tinggi akan efektif dan mudah untuk
berbagai usaha untuk masyarakat (Effendy,1998).
2.4 Proses Menua ( Aging Process)
Aging proses disebut sebagai siniscere yang artiya adalah menjadi tua,
proses penuaan merupakan sebuah proses siklus kehidupan yang ditandai
dengan menururnya berbagai fungsi organ-organ tubuh antara lain terjadi
perubahan pada sistem pencernaan, pernafasan, kardiovasculer, endokrin,
reproduksi dan lain-lain.
11
Perubahan berbagai system dalam penuaan adalah berbeda antar lanjut
usia. Banyak cara yang ditempuh lanjut usia untuk mengurangi penuaan
(Dadang Hawari). Adapun faktor yang mempengaruhi proses penuaan adalah
hereditas, nutrisi, status kesehatan, pengalaman hidup, lingkungan dan stress
(Nugroho,1995).
Pembagian usia lanjut terdiri dari kelompok aktif yaitu kelompok usia lanjut
yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain dan
mampu melaksanakan sendiri kebutuhan sehari- harinya. Kelompok usia lanjut
pasif, yaitu kelompok usia lanjut yang keadaan fisiknya membutuhkan bantuan
orang lain karena bisa disebabkan penyakit atau kelumpuhan atau karena
kondisi fisik yang merupakan akibat proses penuaan sehingga ketahanan tubuh
terhadap gangguan atau serangan infeksi luar (Darmojo,2004).
2.5 Stroke
Stroke dalam istilah awam adalah merupakan serangan otak yang terjadi
secara tiba-tiba dengan akibat kematian atau kelumpuhan sebelah bagian tubuh.
Secara sederhana, stroke terjadi jika aliran darah ke otak terputus. Berat dan
ringannya dampak serangan stroke tersebut sangat bervariasi, tergantung pada
lokasi dan luas daerah otak yang rusak. Stroke ringan sesungguhnya merupakan
peringatan yang sangat umum terjadi pada mereka yang berusia diatas 60 tahun,
mereka berpeluang mengalami stroke yang lebih serius.
Data menunjukkan 50.000 warga Amerika mengalami stroke ringan dalam
waktu satu tahun, dan sepertiganya akan terkena serangan susulan yang lebih
berat. Serangan stroke sebetulnya dapat dicegah bila isyarat-isyarat awal dapat
di perhatikan.
12
2.5.1 Faktor resiko yang menyebabkan stroke
a. Faktor tak terkendali
1) Usia
Usia sangat berpengaruh menyebabkan stroke. Semakin bertambah
usia, maka semakin tinggi resikonya. Setelah berusia 55 tahun,
resikonya akan berlipat ganda di setiap kurun waktu sepuluh tahun.
Dua pertiga dari semua serangan stroke terjadi pada orang yang
berusia diatas 65 tahun. Tetapi, itu tidak berarti bahwa stroke dapat
menyerang pada orang lanjut usia tetapi pada semua kelompok
umur.
2) Jenis kelamin
Pria lebih beresiko terkena stroke dari pada wanita, tetapi penelitian
menyimpulkan bahwa justru lebih banyak wanita yang meninggal
karena stroke. Serangan stroke pada pria terjadi pada usia yang lebih
muda sehingga tingkat kelangsungan hidup lebih tinggi.
3) Keturunan
Stroke terkait keturunan, faktor genetik yang sangat berperan adalah
tekanan darah tinggi, jantung, diabetes, dan cacat pada pembuluh
darah. Gaya hidup dan pola suatu keluarga juga dapat mendukung
resiko stroke.
b. Faktor terkendali
1) Hipertensi
Merupakan faktor resiko utama. Secara medis, tekanan darah diatas
140/90 tergolong hipertensi. Oleh karena dampak hipertensi pada
keseluruhan resiko stroke menurun seiring dengan pertambahan
13
umur, pada orang lanjut usia faktor-faktor lain diluar hipertensi lebih
beresiko.
2) Penyakit jantung
Faktor resiko berikutnya adalah penyakit jantung antara lain
atrialfibrillation, cacat pada katub jantung, ventrikuler hyperthropy kiri,
dan faktor lain pada penatalaksanaan operasi jantung yang tanpa
diduga plak terlepas dari dinding aorta dan hanyut ikut aliran darah ke
otak yang kemudian menyebabkan stroke.
3) Diabetes
Penderita diabetes memiliki resiko 3 kali terkena stroke dan
mencapai tingkat tertinggi pada usia 50-60 tahun. Faktor penyebab
lain penyebab stroke karena 405 penderita diabetes adalah
mengidap hipertensi.
4) Kadar kolesterol darah
Penelitian menyebutkan bahwa makanan kaya lemak jenuh dan
kolesterol tinggi meningkatkan kadar kolesterol dan resiko
aterosklerosis. Kadar kolesterol atas 240 mg/dl sudah berbahaya dan
menempatkan seseorang pada resiko terkena stroke dan jantung.
5) Merokok
Merokok adalah penyebab nyata terjadinya stroke, yang lebih banyak
pada usia dewasa muda daripada usia tengah baya atau lebih tua.
Perlu diketahui bahwa merokok memicu produksi fibrinogen (faktor
penggumpal darah) lebih banyak sehingga merangsang timbulnya
aterosklerosis. Pasien perokok, kerusakan yang di timbulkan jauh
14
lebih parah karena dinding bagian dalam pembuluh darah otak
menjadi lemah.
6) Alkohol berlebihan
Peningkatan konsumsi alkohol meningkatkan tekanan darah
sehingga memperbesar resiko stroke. Tetapi konsumsi yang tidak
berlebihan dapat mengurangi daya penggumpalan platelet dalam
darah.
Edisi 18 November, 2000 dari The New England Journal Of Medicine,
dilaporkan bahwa physicians health study memantau 22.000 pria
yang selama rata-rata 12 tahun mengkonsumsi alkohol satu kali
sehari. Ternyata hasilnya, menunjukkan adanya penurunan resiko
stroke secara nmenyeluruh. Klaus Berger M.D. dari Brigman And
Woman’s Hospital di Boston menemukan bahwa manfaat ini masih
ditemukan pada konsumsi seminggu sekali. Keadaan lapangan yang
demikian tetap membuat disiplin manfaat alkohol dalam konsumsi
cukup sulit dikendalikan, yang ada justru efek sampingnya lebih
berbahaya.
Penelitian lain menyebutkan bahwa konsumsi alkohol secara
berlebihan dapat mempengaruhi jumlah platelet sehinggga
mempengaruhi kekentalan dan penggumpalan darah, yang menjurus
ke perdarahan di otak serta memperbesar resiko stroke iskhemik.
2.6 Perubahan- perubahan pada lanjut usia
Terkait dengan stroke pada lanjut usia mengalami berbagi perubahan
antara lain sebagai berikut:
15
a. Sistem Kardiovasculer
Berubahnya elastisitas dinding aorta, katup jantung menebal dan
kaku dan kurang lentur. Hal ini terjadi karena zat- zat lemak oleh
kolesterol, produk sampah sel mati, kalsium menggumpal dan
menempel pada pembuluh darah dan timbul plak. Begitu plak terbentuk
pembuluh darah menyempit dan aliran terhambat. Selain itu plak bisa
pecah bisa ikut dalam aliran darah dan bisa sampai ke otak, menyumbat
pembuluh darah otak dan terjadi stroke (Tim vitahealth,2004).
b. Sistem Persyarafan
Pada sistem persyarafan berat otak menurun 10-20%,
menurunnya hubungan persyarafan lambat dalam respon terhadap
waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stress. Berkurangnya saraf
panca indera seperti pendengaran, mengecilnya saraf pencium, perasa,
lebih sensitive terhadap suhu. Terjadinya stroke atau karena
penyumbatan pembuluh darah dapat menyebabkan gangguan
kelumpuhan pada otak karena sistem oksigenasi, pasokan aliran darah
ke otak dan nutrisi otak akan terganggu. Penyumbatan pembuluh darah
pada otak bagian kanan ataupun kiri memberikan dampak lumpuhnya
sistem persyarafan mulai yang mengendalikan koordinasi gerak, bicara,
sensori, dan keseimbangan (Timvitahealth,2004).
c. Sistem Musculoskeletal
Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh, pinggang
lutut dan jari- jari pergelangan terbatas. Tendon mengkerut dan
mengalami sklerosis. Otot- otot polos tidak begitu berpengaruh pada
perubahan musculoskeletal. Pada stroke sistem musculoskeletal sangat
16
mendukung dalam latihan gerak pasca stroke, bila dalam jangka waktu
yang lama pasien stroke tidak segera melakukan latihan gerak pada
sendinya, maka akibat selanjutnya akan terjadi perubahan. Perubahan
yang akan memperparah dari penyakit stroke ini adalah terjadinya kaku
sendi dan otot mengkerut, misalkan bila otot-otot kaki mengerut, kaki
terasa sakit ketika harus berdiri dengan tumit menyentuh lantai,
sehingga ini akan membutuhkan fisioterapi (Tim vitahealth,2004).
d. Sistem Endokrin
Pada lanjut usia produksi dari hampir semua hormon menurun.
Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah, namun aktivitas tiroid
dan daya pertukaran zat. Kejadian ini disertai dengan produksi
aldosteron dan menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya
progesteron, estrogen dan testosterone. Terganggunya sistem endokrin
termasuk timbulnya penyakit diabetes adalah resiko besar yang memicu
terjadinya stroke karena pada diabetes cenderung disertai hipertensi
(Tim vitahealth,2004).
2.7 Lanjut Usia dengan Stroke
Lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa yang dapat dimulai
di usia pertengahan (Middle Age) yaitu kelompok usia 45 tahun keatas sampai
usia lanjut sangat tua (Very Old Age) diatas 90 tahun sedangkan menua
(menjadi tua) adalah proses menghilangnya secara perlahan–lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Darmojo, 2004).
17
Lanjut usia umumnya mengalami berbagai perubahan pada sistem
organ. Pada sistem kardiovasculer elastisitas jantung pada usia 70 tahun
menurun sekitar 50% pada usia 90 tahun, curah jantung ternyata menurun dan
menimbulkan efek pada otot, paru, ginjal karena aliran darah ke organ
berkurang. Adanya aktivitas fisik pada lanjut usia menyebabkan tekanan darah
meningkat lebih cepat daripada orang muda, selain itu perubahan yang lebih
bermakna pada orang lanjut usia adalah perubahan pada pembuluh darah.
Proses itu disebut sebagai arteriosklerosis atau pengapuran dinding pembuluh
darah yang dapat terjadi dimana-mana.
Proses pengapuran pada pembuluh darah akan berlanjut menjadi
proses yang menghambat aliran darah yang suatu saat dapat menutup
pembuluh darah tadi. Pada tahap awal, gangguan dari pembuluh darah yang
menyebabkan elastisitasnya berkurang akan memacu jantung bekerja lebih
keras, kerenanya terjadi hipertensi. Selanjutnya, bila terjadi sumbatan maka
jaringan yang dialiri zat asam oleh pembuluh darah ini akan rusak atau mati hal
ini disebut infark. Bila kejadian ini terjadi pada pembuluh darah otak akan terjadi
stroke, dan kebanyakan berusia diatas 45 tahun.
Serangan stroke terjadi secara tiba-tiba. Namun sebenarnya gejala-
gejalanya sudah muncul jauh sebelum serangan itu terjadi, karena mirip dengan
gejala penyakit biasa, orang sering menyepelekannya sebagai masalah yang
tidak serius. Sebagian besar penyakit stroke mengalami serentetan gejala dari
rasa kesemutan sedikit dan sebentar, kehilangan pandangan sejenak, hingga
kehilangan keseimbangan sekejap tidak menyebabkan seseorang terjatuh,
sampai akhirnya timbul gejala mati rasa mendadak pada wajah lengan atau kaki
di satu bagian saja kiri atau kanan, mendadak bingung, sulit bicara dan sulit
18
mengerti, kesulitan penglihatan mendadak disalah satu atau kedua mata,
mendadak kehilangan keseimbangan atau koordinasi, atau kesulitan berjalan
yang biasanya dibarengi rasa pusing serta sakit kepala mendadak tanpa
penyebab yang jelas.
Penyakit stroke sering membawa penderitanya jatuh pada keadaan
yang tidak di inginkan. Akibat atau dampak dari penyakit stroke di tentukan oleh
bagian otak mana yang cidera, tetapi perubahan–perubahan yang terjadi setelah
stroke, baik yang mempengaruhi bagian kanan atau kiri otak pada umumnya
adalah kelumpuhan sebelah bagian tubuh adalah cacat yang paling umum akibat
stroke. Bila menyerang bagian kiri otak terjadi hemiplegia kanan dan sebaliknya.
Kelumpuhan terjadi dari wajah bagian kanan hingga kaki sebelah kanan
termasuk tenggorokan dan lidah. Bila dampaknya lebih ringan disebut
hemiparesis kanan. Bila yang terserang adalah bagian kanan otak, yang terjadi
adalah hemiplegia kiri dan yang lebih ringan adalah hemiparesis kiri.
Bagaimanapun, pasien stroke hemiplegia atau hemiparesis akan mengalami
kesulitan melaksanakan kegiatan sehari-harinya seperti berjalan, berpakaian,
makan, atau mengendalikan buang air besar atau kecil, terlebih bila kerusakan
pada cerebellum maka koordinasi gerak akan berkurang sehingga pasien sulit
jalan, duduk, tidur meraih barang dan ada juga yang mengalami disfagia
sehingga sulit menelan dan makan.
Yang kedua perubahan mental, stroke tidak selalu membuat mental
penderita merosot dan beberapa gangguan adalah bersifat sementara. Tapi
setelah stroke memang terdapat ganggguan pada proses pikir, kesadaran,
konsentrasi kemampuan belajar dan fungsi intelektual. Semua hal tersebut
dengan sendirinya mempengaruhi penderita, marah, sedih dan tidak berdaya
19
seringkali menurunkan semangat hidup dan muncul dampak emosional yang
berbahaya. Dampak dari pasien stroke yang lain adalah mengalami gangguan
komunikasi, yang berhubungan dengan mendengar, berbicara, membaca,
menulis, dan bahkan bahasa isyarat dengan gerakan tangan. Ketidakberdayaan
ini sangat membingungkan orang yang merawatnya.
Gangguan selanjutnya adalah gangguan emosional oleh karena pasien
stroke tidak mampu mandiri lagi, besar mengalami kesulitan mengendalikan
emosi. Penderita mudah merasa takut, gelisah, marah, dan sedih atas
kekurangan fisik dan mental mereka. Perasaan seperti ini tentunya merupakan
tanggapan yang wajar sebagai trauma psikologis akibat stroke meskipun
gangguan emosional dan perubahan kepribadian tersebut bisa juga disebabkan
pengaruh kerusakan otak secara fisik. Penderitaan yang umum adalah depresi
dengan tanda – tanda antara lain sulit tidur, kehilangan nafsu makan atau ingin
makan terus, lesu, menarik diri dari pergaulan, mudah tersinggung cepat letih,
membenci diri sendiri, dan berfikir untuk bunuh diri. Depresi dapat menghalangi
penyembuhan atau rehabilitasi.
Kehilangan indera rasa pasien stroke mungkin kehilangan kemampuan
indera merasakan (sensorik) yaitu sentuh atau jarak yang menganggu
kemampuan pasien mengenal benda yang sedang dipegangnya, paling ekstrem
tidak mampu mengenali anggota tubuhnya sendiri. Ada pasien stroke yang
merasa nyeri, mati rasa, seperti ditusuk- tusuk pada anggota tubuh yang lemah.
Pada pasien yang menderita kelumpuhan merasakan bahu ke arah luar, ini
disebabkan sendi yang tidak dapat bergerak lagi karena kurang di gerakkan,
dengan demikian gerakan aktif sendi sangat penting, selain mencegah
20
pembekuan juga agar kekuatan motorik pulih kembali sehingga gerakan tersebut
makin mudah dilakukan.
Kehilangan kendali kandung kemih merupakan gejala yang biasanya
muncul setelah stroke dan seringkali menurunkan kemampuan saraf sensorik
dan motorik. Pasien stroke mungkin kehilangan kemampuan untuk merasakan
buang air besar atau buang air kecil kehilangan kendali kandung kemih secara
permanen setelah stroke tidak lazim. Tetapi, meskipun demikian kehilangan
kemampuan ini sulit dihadapi pasien stroke (Tim vitahealth,2004).