Hubungan Antara Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Dengan Pemenuhan Kebutuhan Perawatan Lanjut

29
HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN TUGAS KESEHATAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PERAWATAN LANJUT USIA DENGAN STROKE Oleh : Anang Satrianto, S.Kep, Ns NIDN. 0703128202 NURSING PROGRAMS INSTITUTE OF HEALTH SCIENCES BANYUWANGI 1

description

Hubungan Antara Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Dengan Pemenuhan Kebutuhan Perawatan Lanjut Usia Dengan Stroke

Transcript of Hubungan Antara Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Dengan Pemenuhan Kebutuhan Perawatan Lanjut

Page 1: Hubungan Antara Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Dengan Pemenuhan Kebutuhan Perawatan Lanjut

HUBUNGAN ANTARA PELAKSANAAN TUGAS KESEHATAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN PERAWATAN LANJUT USIA DENGAN STROKE

Oleh :Anang Satrianto, S.Kep, Ns

NIDN. 0703128202

NURSING PROGRAMSINSTITUTE OF HEALTH SCIENCES BANYUWANGI

1

Page 2: Hubungan Antara Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Dengan Pemenuhan Kebutuhan Perawatan Lanjut

2

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Keluarga

2.1.1 Definisi keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat

dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Effendy,2000). Hal ini

dapat dikatakan bahwa keluarga merupakan suatu sistem yang saling

berinteraksi satu sama lainnya dalam memenuhi kebutuhan termasuk kesehatan,

sehingga keluarga mempunyai peranan penting dalam mengembangkan,

mencegah dan mengatasi atau memperbaiki masalah kesehatan yang ada

dalam keluarga. Keluarga juga dipandang sebagai instansi (lembaga) yang dapat

memenuhi kebutuhan insani (Amanui,2007).

2.1.2 Bentuk keluarga

a. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah,

ibu dan anak-anak.

b. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti di tambah

dengan sanak saudara, misalnya kakek, nenek, kakek, keponakan,

saudara, sepupu, paman, bibi dan sebagainya. Keluarga Indonesia

umumnya menganut tipe keluarga besar (extended family), karena

masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku hidup dalam suatu

komuniti dalam adat istiadat yang sangat kuat. Bentuk keluarga ini

merupakan keluarga tradisional dimana beberapa generasi tinggal

dalam satu rumah, tipe keluarga luas seperti ini saling memberikan

Page 3: Hubungan Antara Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Dengan Pemenuhan Kebutuhan Perawatan Lanjut

3

dukungan penting dan dukungan yang terus menerus kepada

anggota keluarga yang lain.

c. Keluarga berantai (serial family), adalah keluarga yang terdiri dari

wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan

suatu keluarga inti.

d. Keluarga duda atau janda (single family), adalah keluarga yang

terjadi karena percerian dan kematian.

e. Keluarga kabitas (cahabitation), adalah dua orang yang menjadi satu

tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga (Effendy,1998)

2.2 Pemberi Perawatan (Caregiver)

Pemberi perawatan (caregiver) adalah merupakan seseorang yang secara

langsung terlibat dalam perawatan. Keluarga pemberi perawatan adalah anggota

keluarga yang berusia dewasa dan berada dirumah, baik full time atau part time,

seseorang tersebut bisa yang mempunyai hubungan darah, suami/istri,

teman,atau seseorang yang sehari-hari merawat klien. Dalam sebuah keluarga

anggota keluarga akan mempunyai tanggung jawab pada anggota keluarga yang

lain yang mengalami keterbatasan.

Pemberi perawatan jika dilihat dari usia mayoritas berada di usia

pertengahan (35-64 tahun), namun rata-rata usia pemberi perawatan adalah 20

tahun sampai 43 tahun. Hal ini akan berbeda jika yang dirawat berusia 50 tahun

keatas, usia rata-rata pemberi perawatan adalah 47 tahun, dan jika yang dirawat

berusia lebih dari 65 tahun maka pemberi perawatannya rata-rata 63 tahun.

Pemberi perawatan terbesar adalah seorang wanita dengan rata-rata prosentase

50%-75%, wanita lebih kepada mengerjakan perawatan yang sulit seperti buang

Page 4: Hubungan Antara Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Dengan Pemenuhan Kebutuhan Perawatan Lanjut

4

air, mandi dan berpakaian, sedangkan laki-laki lebih kepada kebutuhan finansial,

perencanaan perawatan (Family Caregiver Alliance, 2005).

2.3 Peran Dan Tugas Keluarga

2.3.1 Peran

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh

orang yang berkedudukan dalam masyarakat. Peran adalah sesuatu yang

menunjukkan kepada beberapa set perilaku yang kurang lebih bersifat

homogeny yang diidentifikasi dan diharapkan secara normatif dari seseorang

dalam situasi tertentu (Friedman, 1998). Dapat dikatakan bahwa peran

merupakan sesuatu yang diharapkan akan dilakukan seseorang yang kemudian

akan memberikan pemenuhan kebutuhan. Jika mengaitkan peranan keluarga

dengan upaya memenuhi kebutuhan individu, keluarga merupakan lembaga

pertama yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Melalui perawatan, dan

perlakuan yang baik dari orang tua, anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

dasarnya, baik fisik, bilogis, maupun sosiopsikologisnya (Rahmat,1994).

2.3.2 Tugas Keluarga

Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga,

keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan

saling memelihara. Freeman membagi lima tugas keluarga yang harus dilakukan

keluarga yaitu:

a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap

anggotanya

Page 5: Hubungan Antara Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Dengan Pemenuhan Kebutuhan Perawatan Lanjut

5

Keluarga mempunyai peranan yang amat penting dalam

mengembangkan, mengenal, dan menemukan masalah kesehatan

dalam keluarga sebagai antisipasi menjaga kesehatan dalam

keluarga.

Stroke adalah penyakit yang dapat dengan tiba-tiba mengenai

salah satu anggota keluarga, hal yang perlu dikenal keluarga tentang

penyakit stroke adalah mengenai pengertian penyakit stroke, apa

faktor resiko yang menyebabkan stroke, tanda dan gejala penyakit

stroke, dampak kesehatan dari penyakit stroke antara lain

kelumpuhan, perubahan mental, gangguan komunikasi, gangguan

emosional, kehilangan rasa indera. Apabila keluarga telah memiliki

pemahaman maka dapat dimanfaatkan dalam memperbaiki dan

mencegah masalah kesehatan yang ditemukan dalam keluarga

(Friedman,1998).

b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat

Keluarga merupakan pusat pengambilan keputusan terpenting,

termasuk membuat keputusan tentang masalah kesehatan keluarga.

Keluarga dalam tugasnya mengambil keputusan bagi anggota

keluarga disebut sebagai pelayanan rujukan kesehatan primer

(Friedman,1998). Adapun dasar pengambilan keputusan tersebut

yaitu hak dan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga,

kewenangan dan otoritas yang telah diakui oleh masing- masing

anggota keluarga, hak dalam menentukan masalah dan kebutuhan

pelayanan terhadap keluarga dan anggota keluarga yang

Page 6: Hubungan Antara Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Dengan Pemenuhan Kebutuhan Perawatan Lanjut

6

bermasalah, tentu saja keputusan itu menyangkut pelayanan apa

yang akan digunakan (Effendi,1998).

Pengambilan keputusan sehubungan sikap yang harus

dilakukan keluarga terhadap anggota keluarga yang menderita stroke

antara lain sikap yang harus diambil bila anggota keluarga

mengalami serangan stroke berulang, ketersediaan dan kemampuan

akses perawatan kesehatan bagi keluarganya dalam mengatasi

masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga yang menderita

stroke, kaitannya dengan fungsi keluarga secara ekonomi

menyediakan dana perawatan bagi anggota keluarga yang sakit

stroke (Effendi,1998).

c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit

dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat

atau usianya terlalu muda

Merupakan tugas setiap anggota keluarga merawat anggota

keluarga lain yang sakit sebagai fungsi pokok keluarga secara asuh

yaitu memenuhi kebutuhan dan pemeliharaan dan perawatan

anggota keluarga yang sakit serta memenuhi kebutuhannya

(Effendi,1998).

Keluarga dengan anggota keluarga yang menderita stroke

sudah tentu memerlukan perawatan terhadap dampak-dampak

penyakit stroke yang menimbulkan ketidakmampuan pada

pemenuhan kebutuhan individunya. Pada dasarnya stroke akan

berdampak pada terganggunya pemenuhan kebutuhan sehari-hari

antara lain gerak atau mobilitas seperti ketidakmampuan bangun dari

Page 7: Hubungan Antara Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Dengan Pemenuhan Kebutuhan Perawatan Lanjut

7

tempat tidur dan mengambil makan, selain itu adalah kebutuhan

buang air besar dan kecil, berpakaian, dan berkomunikasi. Tugas

keluarga yang diharapkan adalah membantu dalam memberikan

perawatan sesuai kondisi pasien agar kebutuhan perawatannya

terpenuhi (Friedman,1998)).

d. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan

kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga

Keluarga memainkan peran yang bersifat mendukung anggota

keluarga yang sakit. Dengan kata lain perlu adanya sesuatu

kecocokan yang baik antara kebutuhan keluarga dan asupan sumber

lingkungan bagi pemeliharaan kesehatan anggota keluarga (Holman,

Killen dalam Friedman,1998).

Kondisi pasien stroke yang mengalami perubahan motorik,

perubahan mental. gangguan komunikasi, gangguan emosional

dimana keadaan seperti ini membutuhkan perawatan dan modifikasi

lingkungan baik lingkungan sosial yang bisa berupa dukungan

keluarga baik secara ekonomi maupun secara psikologis memberikan

rasa aman pada setiap anggota keluarga selain itu dukungan

lingkungan fisik keluarga bisa memberikan kenyamanan bertempat

tinggal berada di ruang yang tertata, menghindari dari cidera terjatuh

dengan memodifikasi lingkungan kamar tidur dan kamar mandi yang

di tata dengan bahan yang tidak licin, serta kebersihan rumah yang

dapat meningkatkan derajat kesehatan pasien (Friedman, 1998).

Page 8: Hubungan Antara Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Dengan Pemenuhan Kebutuhan Perawatan Lanjut

8

e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan

lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan

baik fasilitas- fasilitas kesehatan yang ada

Hubungan yang sifatnya positif akan memberi pengaruh yang

baik pada keluarga mengenai fasilitas kesehatan. Diharapkan

hubungan yang positif terhadap pelayanan kesehatan akan merubah

perilaku setiap anggota mengenai sehat sakit.

Peran anggota keluarga terhadap penderita stroke adalah

segera berkunjung pada fasilitas kesehatan yang terdekat untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan, melakukan kontrol kesehatan

secara rutin untuk menghindari resiko stroke berulang

(Friedman,1998).

2.3.3 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Peran

a. Faktor Internal

1). Umur

Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang,

maka akan lebih matang seseorang tersebut dalam berfikir dan

berkarya. Hal ini akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya

(Huclock,1998). Seorang anggota keluarga dengan usia yang lebih

tua cenderung lebih perhatian terhadap anggota keluarga yang lain.

2). Pendidikan

Makin tinggi pendidikan seseoran makin mudah menerima informasi

sehingga makin banyak pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya

tingkat pendidikan yang rendah akan menghambat perkembangan

Page 9: Hubungan Antara Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Dengan Pemenuhan Kebutuhan Perawatan Lanjut

9

sikap seseorang terhadap nilai yang baru diperkenalkan

(Kuncoroningrat, 2000).

3). Pekerjaan

Pekerjaan merupakan kebutuhan yang harus dilakukan terutama

dalam menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga

(Thomas,1998). Bekerja pada umumnya juga akan menyita waktu

yang berpengaruh terhadap kehidupan keluarga.

4). Informasi

Informasi merupakan fungsi penting untuk membantu mengurangi

rasa cemas. Menurut friedman peran juga dipengaruhi oleh

kepribadian individu, kemampuan individu, temperamen, sikap

kebutuhan individu. Seseorang individu menerima peran-peran

tertentu berdasarkan harapan masyarakat dan dimodifikasi oleh

identifikasi individu tersebut terhadap model- model peran dan

karakteristik kepribadian individu.

b. Faktor Eksternal

1) Lingkungan

Semua yang ada disekitar kita dan pengaruhnya dapat

mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok

lingkungan yang merupakan bagian dari diri seseorang yaitu bagian

social adaptif yng melibatkan baik social internal maupun eksternal

(Nursalam,2001).

2) Kebudayaan

Merupakan keseluruhan yang komplek yang didalamnya tercantum

ilmu pengetahuan, kebudayaan, kesenian moral, hkum adat istiadat,

Page 10: Hubungan Antara Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Dengan Pemenuhan Kebutuhan Perawatan Lanjut

10

kemampuan lain serta kebiasaan yang di dapat oleh menusia

sebagai anggota masyarakat.

3) Kepercayaan

Merupakan keyakinan individu akan sesuatu kepercayaan disini

berhubungan antara manusia dengan Tuhan, kepercayaan

merupakan dasar individu unutk mencari setiap informasi atau

pengetahuan.

4) Ras

Merupakan kepribadian atau ciri khas yang terdapat dalam tubuh

individu. Ras berkaitan erat dengan kebudayaan dan kepercayaan

dalam menerima informasi (Soemargono,2000).

5) Sosial ekonomi

Faktor- faktor lain yang mempengaruhi peran adalah sosial ekonomi,

sesuai dengan pendapat yang di kemukakan oleh Effendi. Keadaan

sosial ekonomi yang rendah pada umumnya karena ketidakmampuan

dalam mengatasi masalah yang mereka hadapi, sebaliknya pada

keadaan sosial ekonomi yang tinggi akan efektif dan mudah untuk

berbagai usaha untuk masyarakat (Effendy,1998).

2.4 Proses Menua ( Aging Process)

Aging proses disebut sebagai siniscere yang artiya adalah menjadi tua,

proses penuaan merupakan sebuah proses siklus kehidupan yang ditandai

dengan menururnya berbagai fungsi organ-organ tubuh antara lain terjadi

perubahan pada sistem pencernaan, pernafasan, kardiovasculer, endokrin,

reproduksi dan lain-lain.

Page 11: Hubungan Antara Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Dengan Pemenuhan Kebutuhan Perawatan Lanjut

11

Perubahan berbagai system dalam penuaan adalah berbeda antar lanjut

usia. Banyak cara yang ditempuh lanjut usia untuk mengurangi penuaan

(Dadang Hawari). Adapun faktor yang mempengaruhi proses penuaan adalah

hereditas, nutrisi, status kesehatan, pengalaman hidup, lingkungan dan stress

(Nugroho,1995).

Pembagian usia lanjut terdiri dari kelompok aktif yaitu kelompok usia lanjut

yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain dan

mampu melaksanakan sendiri kebutuhan sehari- harinya. Kelompok usia lanjut

pasif, yaitu kelompok usia lanjut yang keadaan fisiknya membutuhkan bantuan

orang lain karena bisa disebabkan penyakit atau kelumpuhan atau karena

kondisi fisik yang merupakan akibat proses penuaan sehingga ketahanan tubuh

terhadap gangguan atau serangan infeksi luar (Darmojo,2004).

2.5 Stroke

Stroke dalam istilah awam adalah merupakan serangan otak yang terjadi

secara tiba-tiba dengan akibat kematian atau kelumpuhan sebelah bagian tubuh.

Secara sederhana, stroke terjadi jika aliran darah ke otak terputus. Berat dan

ringannya dampak serangan stroke tersebut sangat bervariasi, tergantung pada

lokasi dan luas daerah otak yang rusak. Stroke ringan sesungguhnya merupakan

peringatan yang sangat umum terjadi pada mereka yang berusia diatas 60 tahun,

mereka berpeluang mengalami stroke yang lebih serius.

Data menunjukkan 50.000 warga Amerika mengalami stroke ringan dalam

waktu satu tahun, dan sepertiganya akan terkena serangan susulan yang lebih

berat. Serangan stroke sebetulnya dapat dicegah bila isyarat-isyarat awal dapat

di perhatikan.

Page 12: Hubungan Antara Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Dengan Pemenuhan Kebutuhan Perawatan Lanjut

12

2.5.1 Faktor resiko yang menyebabkan stroke

a. Faktor tak terkendali

1) Usia

Usia sangat berpengaruh menyebabkan stroke. Semakin bertambah

usia, maka semakin tinggi resikonya. Setelah berusia 55 tahun,

resikonya akan berlipat ganda di setiap kurun waktu sepuluh tahun.

Dua pertiga dari semua serangan stroke terjadi pada orang yang

berusia diatas 65 tahun. Tetapi, itu tidak berarti bahwa stroke dapat

menyerang pada orang lanjut usia tetapi pada semua kelompok

umur.

2) Jenis kelamin

Pria lebih beresiko terkena stroke dari pada wanita, tetapi penelitian

menyimpulkan bahwa justru lebih banyak wanita yang meninggal

karena stroke. Serangan stroke pada pria terjadi pada usia yang lebih

muda sehingga tingkat kelangsungan hidup lebih tinggi.

3) Keturunan

Stroke terkait keturunan, faktor genetik yang sangat berperan adalah

tekanan darah tinggi, jantung, diabetes, dan cacat pada pembuluh

darah. Gaya hidup dan pola suatu keluarga juga dapat mendukung

resiko stroke.

b. Faktor terkendali

1) Hipertensi

Merupakan faktor resiko utama. Secara medis, tekanan darah diatas

140/90 tergolong hipertensi. Oleh karena dampak hipertensi pada

keseluruhan resiko stroke menurun seiring dengan pertambahan

Page 13: Hubungan Antara Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Dengan Pemenuhan Kebutuhan Perawatan Lanjut

13

umur, pada orang lanjut usia faktor-faktor lain diluar hipertensi lebih

beresiko.

2) Penyakit jantung

Faktor resiko berikutnya adalah penyakit jantung antara lain

atrialfibrillation, cacat pada katub jantung, ventrikuler hyperthropy kiri,

dan faktor lain pada penatalaksanaan operasi jantung yang tanpa

diduga plak terlepas dari dinding aorta dan hanyut ikut aliran darah ke

otak yang kemudian menyebabkan stroke.

3) Diabetes

Penderita diabetes memiliki resiko 3 kali terkena stroke dan

mencapai tingkat tertinggi pada usia 50-60 tahun. Faktor penyebab

lain penyebab stroke karena 405 penderita diabetes adalah

mengidap hipertensi.

4) Kadar kolesterol darah

Penelitian menyebutkan bahwa makanan kaya lemak jenuh dan

kolesterol tinggi meningkatkan kadar kolesterol dan resiko

aterosklerosis. Kadar kolesterol atas 240 mg/dl sudah berbahaya dan

menempatkan seseorang pada resiko terkena stroke dan jantung.

5) Merokok

Merokok adalah penyebab nyata terjadinya stroke, yang lebih banyak

pada usia dewasa muda daripada usia tengah baya atau lebih tua.

Perlu diketahui bahwa merokok memicu produksi fibrinogen (faktor

penggumpal darah) lebih banyak sehingga merangsang timbulnya

aterosklerosis. Pasien perokok, kerusakan yang di timbulkan jauh

Page 14: Hubungan Antara Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Dengan Pemenuhan Kebutuhan Perawatan Lanjut

14

lebih parah karena dinding bagian dalam pembuluh darah otak

menjadi lemah.

6) Alkohol berlebihan

Peningkatan konsumsi alkohol meningkatkan tekanan darah

sehingga memperbesar resiko stroke. Tetapi konsumsi yang tidak

berlebihan dapat mengurangi daya penggumpalan platelet dalam

darah.

Edisi 18 November, 2000 dari The New England Journal Of Medicine,

dilaporkan bahwa physicians health study memantau 22.000 pria

yang selama rata-rata 12 tahun mengkonsumsi alkohol satu kali

sehari. Ternyata hasilnya, menunjukkan adanya penurunan resiko

stroke secara nmenyeluruh. Klaus Berger M.D. dari Brigman And

Woman’s Hospital di Boston menemukan bahwa manfaat ini masih

ditemukan pada konsumsi seminggu sekali. Keadaan lapangan yang

demikian tetap membuat disiplin manfaat alkohol dalam konsumsi

cukup sulit dikendalikan, yang ada justru efek sampingnya lebih

berbahaya.

Penelitian lain menyebutkan bahwa konsumsi alkohol secara

berlebihan dapat mempengaruhi jumlah platelet sehinggga

mempengaruhi kekentalan dan penggumpalan darah, yang menjurus

ke perdarahan di otak serta memperbesar resiko stroke iskhemik.

2.6 Perubahan- perubahan pada lanjut usia

Terkait dengan stroke pada lanjut usia mengalami berbagi perubahan

antara lain sebagai berikut:

Page 15: Hubungan Antara Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Dengan Pemenuhan Kebutuhan Perawatan Lanjut

15

a. Sistem Kardiovasculer

Berubahnya elastisitas dinding aorta, katup jantung menebal dan

kaku dan kurang lentur. Hal ini terjadi karena zat- zat lemak oleh

kolesterol, produk sampah sel mati, kalsium menggumpal dan

menempel pada pembuluh darah dan timbul plak. Begitu plak terbentuk

pembuluh darah menyempit dan aliran terhambat. Selain itu plak bisa

pecah bisa ikut dalam aliran darah dan bisa sampai ke otak, menyumbat

pembuluh darah otak dan terjadi stroke (Tim vitahealth,2004).

b. Sistem Persyarafan

Pada sistem persyarafan berat otak menurun 10-20%,

menurunnya hubungan persyarafan lambat dalam respon terhadap

waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stress. Berkurangnya saraf

panca indera seperti pendengaran, mengecilnya saraf pencium, perasa,

lebih sensitive terhadap suhu. Terjadinya stroke atau karena

penyumbatan pembuluh darah dapat menyebabkan gangguan

kelumpuhan pada otak karena sistem oksigenasi, pasokan aliran darah

ke otak dan nutrisi otak akan terganggu. Penyumbatan pembuluh darah

pada otak bagian kanan ataupun kiri memberikan dampak lumpuhnya

sistem persyarafan mulai yang mengendalikan koordinasi gerak, bicara,

sensori, dan keseimbangan (Timvitahealth,2004).

c. Sistem Musculoskeletal

Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh, pinggang

lutut dan jari- jari pergelangan terbatas. Tendon mengkerut dan

mengalami sklerosis. Otot- otot polos tidak begitu berpengaruh pada

perubahan musculoskeletal. Pada stroke sistem musculoskeletal sangat

Page 16: Hubungan Antara Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Dengan Pemenuhan Kebutuhan Perawatan Lanjut

16

mendukung dalam latihan gerak pasca stroke, bila dalam jangka waktu

yang lama pasien stroke tidak segera melakukan latihan gerak pada

sendinya, maka akibat selanjutnya akan terjadi perubahan. Perubahan

yang akan memperparah dari penyakit stroke ini adalah terjadinya kaku

sendi dan otot mengkerut, misalkan bila otot-otot kaki mengerut, kaki

terasa sakit ketika harus berdiri dengan tumit menyentuh lantai,

sehingga ini akan membutuhkan fisioterapi (Tim vitahealth,2004).

d. Sistem Endokrin

Pada lanjut usia produksi dari hampir semua hormon menurun.

Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah, namun aktivitas tiroid

dan daya pertukaran zat. Kejadian ini disertai dengan produksi

aldosteron dan menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya

progesteron, estrogen dan testosterone. Terganggunya sistem endokrin

termasuk timbulnya penyakit diabetes adalah resiko besar yang memicu

terjadinya stroke karena pada diabetes cenderung disertai hipertensi

(Tim vitahealth,2004).

2.7 Lanjut Usia dengan Stroke

Lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia dewasa yang dapat dimulai

di usia pertengahan (Middle Age) yaitu kelompok usia 45 tahun keatas sampai

usia lanjut sangat tua (Very Old Age) diatas 90 tahun sedangkan menua

(menjadi tua) adalah proses menghilangnya secara perlahan–lahan kemampuan

jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi

normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki

kerusakan yang diderita (Darmojo, 2004).

Page 17: Hubungan Antara Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Dengan Pemenuhan Kebutuhan Perawatan Lanjut

17

Lanjut usia umumnya mengalami berbagai perubahan pada sistem

organ. Pada sistem kardiovasculer elastisitas jantung pada usia 70 tahun

menurun sekitar 50% pada usia 90 tahun, curah jantung ternyata menurun dan

menimbulkan efek pada otot, paru, ginjal karena aliran darah ke organ

berkurang. Adanya aktivitas fisik pada lanjut usia menyebabkan tekanan darah

meningkat lebih cepat daripada orang muda, selain itu perubahan yang lebih

bermakna pada orang lanjut usia adalah perubahan pada pembuluh darah.

Proses itu disebut sebagai arteriosklerosis atau pengapuran dinding pembuluh

darah yang dapat terjadi dimana-mana.

Proses pengapuran pada pembuluh darah akan berlanjut menjadi

proses yang menghambat aliran darah yang suatu saat dapat menutup

pembuluh darah tadi. Pada tahap awal, gangguan dari pembuluh darah yang

menyebabkan elastisitasnya berkurang akan memacu jantung bekerja lebih

keras, kerenanya terjadi hipertensi. Selanjutnya, bila terjadi sumbatan maka

jaringan yang dialiri zat asam oleh pembuluh darah ini akan rusak atau mati hal

ini disebut infark. Bila kejadian ini terjadi pada pembuluh darah otak akan terjadi

stroke, dan kebanyakan berusia diatas 45 tahun.

Serangan stroke terjadi secara tiba-tiba. Namun sebenarnya gejala-

gejalanya sudah muncul jauh sebelum serangan itu terjadi, karena mirip dengan

gejala penyakit biasa, orang sering menyepelekannya sebagai masalah yang

tidak serius. Sebagian besar penyakit stroke mengalami serentetan gejala dari

rasa kesemutan sedikit dan sebentar, kehilangan pandangan sejenak, hingga

kehilangan keseimbangan sekejap tidak menyebabkan seseorang terjatuh,

sampai akhirnya timbul gejala mati rasa mendadak pada wajah lengan atau kaki

di satu bagian saja kiri atau kanan, mendadak bingung, sulit bicara dan sulit

Page 18: Hubungan Antara Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Dengan Pemenuhan Kebutuhan Perawatan Lanjut

18

mengerti, kesulitan penglihatan mendadak disalah satu atau kedua mata,

mendadak kehilangan keseimbangan atau koordinasi, atau kesulitan berjalan

yang biasanya dibarengi rasa pusing serta sakit kepala mendadak tanpa

penyebab yang jelas.

Penyakit stroke sering membawa penderitanya jatuh pada keadaan

yang tidak di inginkan. Akibat atau dampak dari penyakit stroke di tentukan oleh

bagian otak mana yang cidera, tetapi perubahan–perubahan yang terjadi setelah

stroke, baik yang mempengaruhi bagian kanan atau kiri otak pada umumnya

adalah kelumpuhan sebelah bagian tubuh adalah cacat yang paling umum akibat

stroke. Bila menyerang bagian kiri otak terjadi hemiplegia kanan dan sebaliknya.

Kelumpuhan terjadi dari wajah bagian kanan hingga kaki sebelah kanan

termasuk tenggorokan dan lidah. Bila dampaknya lebih ringan disebut

hemiparesis kanan. Bila yang terserang adalah bagian kanan otak, yang terjadi

adalah hemiplegia kiri dan yang lebih ringan adalah hemiparesis kiri.

Bagaimanapun, pasien stroke hemiplegia atau hemiparesis akan mengalami

kesulitan melaksanakan kegiatan sehari-harinya seperti berjalan, berpakaian,

makan, atau mengendalikan buang air besar atau kecil, terlebih bila kerusakan

pada cerebellum maka koordinasi gerak akan berkurang sehingga pasien sulit

jalan, duduk, tidur meraih barang dan ada juga yang mengalami disfagia

sehingga sulit menelan dan makan.

Yang kedua perubahan mental, stroke tidak selalu membuat mental

penderita merosot dan beberapa gangguan adalah bersifat sementara. Tapi

setelah stroke memang terdapat ganggguan pada proses pikir, kesadaran,

konsentrasi kemampuan belajar dan fungsi intelektual. Semua hal tersebut

dengan sendirinya mempengaruhi penderita, marah, sedih dan tidak berdaya

Page 19: Hubungan Antara Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Dengan Pemenuhan Kebutuhan Perawatan Lanjut

19

seringkali menurunkan semangat hidup dan muncul dampak emosional yang

berbahaya. Dampak dari pasien stroke yang lain adalah mengalami gangguan

komunikasi, yang berhubungan dengan mendengar, berbicara, membaca,

menulis, dan bahkan bahasa isyarat dengan gerakan tangan. Ketidakberdayaan

ini sangat membingungkan orang yang merawatnya.

Gangguan selanjutnya adalah gangguan emosional oleh karena pasien

stroke tidak mampu mandiri lagi, besar mengalami kesulitan mengendalikan

emosi. Penderita mudah merasa takut, gelisah, marah, dan sedih atas

kekurangan fisik dan mental mereka. Perasaan seperti ini tentunya merupakan

tanggapan yang wajar sebagai trauma psikologis akibat stroke meskipun

gangguan emosional dan perubahan kepribadian tersebut bisa juga disebabkan

pengaruh kerusakan otak secara fisik. Penderitaan yang umum adalah depresi

dengan tanda – tanda antara lain sulit tidur, kehilangan nafsu makan atau ingin

makan terus, lesu, menarik diri dari pergaulan, mudah tersinggung cepat letih,

membenci diri sendiri, dan berfikir untuk bunuh diri. Depresi dapat menghalangi

penyembuhan atau rehabilitasi.

Kehilangan indera rasa pasien stroke mungkin kehilangan kemampuan

indera merasakan (sensorik) yaitu sentuh atau jarak yang menganggu

kemampuan pasien mengenal benda yang sedang dipegangnya, paling ekstrem

tidak mampu mengenali anggota tubuhnya sendiri. Ada pasien stroke yang

merasa nyeri, mati rasa, seperti ditusuk- tusuk pada anggota tubuh yang lemah.

Pada pasien yang menderita kelumpuhan merasakan bahu ke arah luar, ini

disebabkan sendi yang tidak dapat bergerak lagi karena kurang di gerakkan,

dengan demikian gerakan aktif sendi sangat penting, selain mencegah

Page 20: Hubungan Antara Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Dengan Pemenuhan Kebutuhan Perawatan Lanjut

20

pembekuan juga agar kekuatan motorik pulih kembali sehingga gerakan tersebut

makin mudah dilakukan.

Kehilangan kendali kandung kemih merupakan gejala yang biasanya

muncul setelah stroke dan seringkali menurunkan kemampuan saraf sensorik

dan motorik. Pasien stroke mungkin kehilangan kemampuan untuk merasakan

buang air besar atau buang air kecil kehilangan kendali kandung kemih secara

permanen setelah stroke tidak lazim. Tetapi, meskipun demikian kehilangan

kemampuan ini sulit dihadapi pasien stroke (Tim vitahealth,2004).