Pemeliharaan Ayam Boiler

23
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun berdampak pada peningkatan konsumsi produk peternakan (daging, telur, susu). Meningkatnya kesejahteraan dan tingkat kesadaran masyarakat akan pemenuhan gizi khususnya protein hewani juga turut meningkatkan angka perminataan produk peternakan. Daging banyak dimanfaatkan oleh masyarakat karena mempunyai rasa yang enak dan kandungan zat gizi yang tinggi. Salah satu sumber daging yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia adalah ayam. Daging ayam yang sering dikonsumsi oleh masyarakat diperoleh dari pemotongan ayam broiler, petelur afkir dan ayam kampung. Ayam broiler merupakan salah satu penyumbang terbesar protein hewani dan merupakan komoditas unggulan.Industri. Ayam broiler berkembang pesat karena daging ayam menjadi sumber utama menu konsumen. Daging ayam broiler mudah didapatkan baik di pasar modern maupun tradisional. Proses penanganan di RPA merupakan kunci yang menentukan kelayakan daging untuk dikonsumsi. Perusahaan rumah potong ayam (RPA) atau tempat pendistribusian umumnya sudah memiliki sarana penyimpanan yang memadai, namun tidak dapat dihindari 1

description

ayam broiler

Transcript of Pemeliharaan Ayam Boiler

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang MasalahPeningkatan jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun berdampak pada peningkatan konsumsi produk peternakan (daging, telur, susu). Meningkatnya kesejahteraan dan tingkat kesadaran masyarakat akan pemenuhan gizi khususnya protein hewani juga turut meningkatkan angka perminataan produk peternakan.Daging banyak dimanfaatkan oleh masyarakat karena mempunyai rasa yang enak dan kandungan zat gizi yang tinggi. Salah satu sumber daging yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia adalah ayam. Daging ayam yang sering dikonsumsi oleh masyarakat diperoleh dari pemotongan ayam broiler, petelur afkir dan ayam kampung.Ayam broiler merupakan salah satu penyumbang terbesar protein hewani dan merupakan komoditas unggulan.Industri. Ayam broiler berkembang pesat karena daging ayam menjadi sumber utama menu konsumen. Daging ayam broiler mudah didapatkan baik di pasar modern maupun tradisional. Proses penanganan di RPA merupakan kunci yang menentukan kelayakan daging untuk dikonsumsi. Perusahaan rumah potong ayam (RPA) atau tempat pendistribusian umumnya sudah memiliki sarana penyimpanan yang memadai, namun tidak dapat dihindari adanya kontaminasi dan kerusakan selama prosesing dan distribusi.Mengingat tingginya kewaspadaan masyarakat terhadap keamanan pangan, menuntut produsen bahan pangan termasuk pengusaha peternakan untuk meningkatkan kualitas produknya. Walaupun kualitas karkas tergantung pada preferensi konsumen namun ada standar khusus yang dijadikan acuan.Karkas yang layak konsumsi harus sesuai dengan standar SNI mulai dari cara penanganan, cara pemotongan karkas, ukuran dan mutu. Persyaratan yang meliputi bahan asal, penyiapan karkas, penglolahan pasca panen, bahan pembantu, bahan tambahan, mutu produk akhir hingga pengemasan. Untuk itu perlu ada penerapan manajemen yang baik sejak masih di sektor hulu sampai ke sektor hilir.

1.2 Rumusan Masalah1. Bagaimana sistem beternak ayam broiler yang efektif dan efisien ?2. Bagaimana sistem kandang untuk beternak ayam broiler sesuai standart kandang yang efektif dan efisien ?3. Bagaimana menejemen pakan yang pas untuk beternak ayam broiler?4. Apa saja jenis penyakit yang biasa menyerang ayam broiler ?5. Bagaimana cara mejegah dan mengobati penyakit pad ayam broiler?6. Bagaimana sistem pemberian vaksin yang pas dan tepat untuk ayam broiler ?7. Bagaimana caranya agar ayam broiler dapat mencapai bobot tubuh maksimal dalam waktu yang telah ditentukan ?1.3 Tujuan Pembahasan1. Mengetahui sistem beternak ayam broiler yang baik, efektif dan efisien2. Mengetahui sistem kandang untuk beternak ayam broiler berdasarkan standart kandang yang efektif dan efisien3. Dapat memenejemen dengan baik pemberian pakan yang pas untuk beternak ayam broiler 4. Mengetahui jenis penyakit apa saja yang sering menyerang ayam broiler5. Mengetahui cara mencegah dan mengobati berbagai penyakit yang menyerang ayam broiler6. Mengetahui sistem pemberian vaksin yang pas dan tepat untuk ayam broiler7. Mengetahui cara untuk membuat ayam broiler mencapai bobot tubuh yang maksimal dalam target waktu yang telah ditetapkan

1.4 Manfaat Hasil PembahasanHasil penulisan dan pembahasan makalah yang berjudul Pemeliharaan Ayam Broiler diharapkan bermanfaat khususnya bagi perkembangan dalam bidang peternakan dan sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan tentang pemeliharaan ayam broiler agar tidak terjadi kesalahan dalam budidaya ayam broiler.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pertumbuhan Ayam PedagingAyam broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagi penghasil daging (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006). Ayam broiler telah dikenal masyarakat dengan berbagai kelebihannya, antara lain hanya 5-6 minggu sudah siap dipanen. Ayam yang dipelihara adalah ayam broiler yakni ayam yang berwarna putih dan cepat tumbuh (Rasyaf, 2008).Ayam broiler memiliki kelebihan dan kelemahan, kelebihannya adalah dagingnya empuk, ukuran badan besar, bentuk dada lebar, padat dan berisi, efisiensi terhadap pakan cukup tinggi, sebagian besar dari pakan diubah menjadi daging dan pertambahan bobot badan sangat cepat sedangkan kelemahannya adalah memerlukan pemeliharaan secara intensif dan cermat, relatif lebih peka terhadap suatu infeksi penyakit dan sulit beradaptasi (Murtidjo, 1987). Pertumbuhan yang paling cepat terjadi sejak menetas sampai umur 4-6 minggu, kemudian mengalami penurunan dan terhenti sampai mencapai dewasa (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).Pertumbuhan adalah suatu penambahan jumlah protein dan mineral yang tertimbun dalam tubuh. Proses pertumbuhan tersebut membutuhkan energi dan substansi penyusun sel atau jaringan yang diperoleh ternak melalui ransum yang dikonsumsinya (Wahju,1992). Suprijatna et al. (2005) menyatakan bahwa tubuh ayam terdiri atas banyak sel dengan ukuaran yang hampir sama. Ukurannya pada semua bangsa sama, dengan mengabaikan bobot tubuh dewasa terakhir.Peningkatan pertumbuhan kebanyakan terjadi karena multiplikasi (pembelahan) sel, yaitu 1 sel membelah menjadi 2; 2 menjadi 4; 4 menjadi 8; 8 menjadi 16, dan seterusnya. Namun, profil peningkatan ini tidak kontinyu dan tidak menentu karena terjadi kompetisi diantara sel untuk mendapatkan nutrien dan air.

2.2. Ransum Standar dan Konsumsi RansumRansum adalah bahan ransum ternak yang telah diramu dan biasanya terdiri dari berbagai jenis bahan ransum dengan komposisi tertentu. Pemberian ransum bertujuan untuk menjamin pertumbuhan berat badan dan menjamin produksi daging agar menguntungkan (Sudaro dan Siriwa, 2007). Konsumsi ransum ayam pedaging tergantung pada strain, umur, aktivitas serta temperatur lingkungan (Wahju,1992).Menurut Sudaro dan Siriwa (2007), pemberian ransum dapat dilakukan dengan cara bebas maupun terbatas. Cara bebas, ransum disediakan ditempat pakan sepanjang waktu agar saat ayam ingin makan ransumnya selalu tersedia. Cara ini biasanya disajikan dalam bentuk kering, baik tepung, butiran, maupun pelet. Penggantian ransum starter dengan ransum finisher sebaiknya tidak dilakukan sekaligus, tetapi secara bertahap. Hari pertama diberi ransum starter 75% ditambah ransum finisher 25%, pada hari berikutnya diberi ransum starter 50% ditambah ransum finisher 50%, hari berikutnya diberi ransum starter 25%ditambah ransum finisher 75% dan hari terakhir diberi ransum finisher seluruhnya. Jika tahapan ini tidak dilakukan maka nafsu makan ayam menurun untuk beberapa hari dan dikhawatirkan akan menghambat pertumbuhan (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006)Ransum untuk ayam pedaging dibedakan menjadi dua macam yaitu ransum untuk periode starter dan periode finisher. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kebutuhan nutrien ransum sesuai dengan periode pertumbuhan ayam (Rasyaf, 1994). Amrullah (2004) meyatakan bahwa, khusus untuk ransum broiler, maka ransum broiler hendaklah : (1) memiliki nisbah kandungan energi-protein yang diketahui, (2) kandungan proteinnya tinggi untuk menopang pertumbuhannya yang sangat cepat,(3) mengandung energi yang lebih untuk membuat ayam broiler dipanen cukup mengandung lemak.Rasyaf (1994) menyatakan bahwa ransum merupakan sumber utama kebutuhan nutrien ayam broiler untuk keperluan hidup pokok dan produksinya karena tanpa ransum yang sesuai dengan yang dibutuhkan menyebabkan produksi tidak sesuai dengan yang diharapkan.

2.3. Kebutuhan Nutrien Ayam Pedaging Kandungan nutrien masing-masing bahan penyusun ransum perlu diketahui sehingga tujuan penyusunan ransum dan kebutuhan nutrien untuk setiap periode pemeliharaan dapat tercapai (Wahju,1992). Penyusunan ransum ayam pedaging memerlukan informasi mengenai kandungan nutrien dari bahan-bahan. penyusun sehingga dapat mencukupi kebutuhan nutrien dalam jumlah dan persentase yang diinginkan (Amrullah, 2004). Nutrien tersebut adalah energi, protein, serat kasar, kalsium (Ca) dan fosfor (P) Sumber energi utama yang terdapat ransum ayam broiler adalah karbohidrat dan lemak. Energi metabolisme yang diperlukan ayam berbeda, sesuai tingkat umurnya, jenis kelamin dan cuaca. Semakin tua ayam membutuhkan energi metabolisme lebih tinggi (Fadilah, 2004). Menurut Wahju (1992), energy yang dikonsumsi oleh ayam digunakan untuk pertumbuhan jaringan tubuh, produksi, menyelenggarakan aktivitas fisik dan mempertahankan temperaturtubuh yang normal. Fadilah (2004) menyatakan bahwa kebutuhan energi untuk ayam broiler periode starter 3080 kkal/kg ransum pada tingkat protein 24%, sedangkan periode finisher 3190 kkal/kg ransum pada tingkat protein 21%. Angka kebutuhan energi yang absolut tidak ada karena ayam dapat menyesuaikan jumlah rasnsum yang dikonsumsi dengan kebutuhan energi bagi tubuhnya (Rizal, 2006).Menurut Fadilah (2004), kandungan protein dalam ransum untuk ayam broiler umur 1-14 hari adalah 24% dan untuk umur 14-39 hari adalah 21%. Kebutuhan protein untuk ayam yang sedang bertumbuh relatif lebih tinggi karena untuk memenuhi tiga macam kebutuhan yaitu untuk pertumbuhan jaringan, hidup pokok dan pertumbuhan bulu (Wahju, 1992). Rasyaf (1992) menyatakan bahwa kebutuhan energi metabolis berhubungan erat dengan kebutuhan protein yang mempunyai peranan penting pada pertumbuhan ayam broiler selama masa pertumbuhan.

2.4. Faktor yang Mempengaruhi Pemenuhan NutrienProgram pemberian ransum sangat tergantung terhadap rencana ayam itu dipanen, jika ayam yang akan dipanen berukuran kecil sampai sedang, pemberian ransum menggunakan program dua jenis ransum. Tepung (mash) biasanya diberikan pada anak ayam hingga ayam berumur 2 minggu. Butiran atau remah (crumble) merupakan jenis ransum yang umum digunakan oleh peternak untuk ayam broiler (Fadilah, 2004), Menurut Amrullah (2004), semakin mendekati waktu panen, konsumsi energi tersedia dilebihkan sehingga ayam dapat menyimpan padatan lemah bawah kulit dan rongga perutnya. Murtidjo (1987) menambahkan, tinggi atau rendahnya kadar energi metabolis dalam ransum ayam broiler, akan memmpengaruhi banyak sedikitnya ayam broiler mengkonsumsi ransum.Amrullah (2004) menyatakan bahwa tingkat rasio energi-protein yang lebih tinggi dari kebutuhan dapat membentuk lemak selama akhir pemeliharaan. Frekuensi atau waktu pemberian ransum pada anak ayam biasanya lebih sering, sampai 5 kali sehari dan semakin tua ayam frekuensi pemberian ransum semakin berkurang sampai dua atau tiga kali sehari. Namun, yang perlu mendapat perhatian dari segi waktu ini adalah ketepatan waktu pemberian ransum setiapharinya perlu dipertahankan karena pemberian ransum pada waktu yang tidak tepat setiap hari dapat menurunkan produksi (Rizal, 2006). Ransum juga dapat diberikan dengan cara terbatas pada waktu-waktu tertentu dan disesuaikan dengan kebutuhan ayam, misalnya pagi dan sore. Saat diberikan biasanya ayam dalam keadaan lapar sehingga ransum tidak banyak terbuang (Sudaro dan Siriwa, 2007).

BAB IIIPEMBAHASAN

3.1Ayam BroilerAyam broiler merupakan hasil teknologi yaitu persilangan antara ayam Cornish dengan Plymouth Rock. Karakteristik ekonomis, pertumbuhan yang cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan rendah, dipanen cepat karena pertumbuhannya yang cepat, dan sebagai penghasil daging dengan serat lunak (Murtidjo, 1987). Menurut Northe (1984) pertambahan berat badan yang ideal 400 gram per minggu untuk jantan dan untuk betina 300 gram per minggu.Menurut Suprijatnaet al.(2005) Ayam broiler adalah ayam yang mempunyai sifat tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, bulu merapat ke tubuh, kulit putih dan produksi telur rendah. Dijelaskan lebih lanjut oleh Siregaret al. (1980) bahwa ayam Broiler dalam klasifikasi ekonomi memiliki sifat-sifat antara lain : ukuran badan besar, penuh daging yang berlemak, temperamen tenang, pertumbuhan badan cepat serta efisiensi penggunaan ransum tinggi.Ayam broiler adalah ayam tipe pedaging yang telah dikembangbiakan secara khusus untuk pemasaran secara dini. Ayam pedaging ini biasanya dijual dengan bobot rata-rata 1,4 kg tergantung pada efisiensinya perusahaan. Menurut Rasyaf (1992) ayam pedaging adalah ayam jantan dan ayam betina muda yang berumur dibawah 6 minggu ketika dijual dengan bobot badan tertentu, mempunyai pertumbuhan yang cepat, serta dada yang lebar dengan timbunan daging yang banyak. Ayam broiler merupakan jenis ayam jantan atau betina yang berumur 6 sampai 8 minggu yang dipelihara secara intensif untuk mendapatkan produksi daging yang optimal. Ayam broiler dipasarkan pada umur 6 sampai 7 minggu untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan permintaan daging. Ayam broiler terutama unggas yang pertumbuhannya cepat pada fase hidup awal, setelah itu pertumbuhan menurun dan akhirnya berhenti akibat pertumbuhan jaringan yang membentuk tubuh. Ayam broiler mempunyai kelebihan dalam pertumbuhan dibandingkan dengan jenis ayam piaraan dalam klasifikasinya, karena ayam broiler mempunyai kecepatan yang sangat tinggi dalam pertumbuhannya. Hanya dalam tujuh atau delapan minggu saja, ayam tersebut sudah dapat dikonsumsi dan dipasarkan padahal ayam jenis lainnya masih sangat kecil, bahkan apabila ayam broiler dikelola secara intensif sudah dapat diproduksi hasilnya pada umur enam minggu dengan berat badan mencapai 2 kilogram per ekor (Anonimus, 1994).

3.2.PerkandanganKandang yang baik adalah kandang yang dapat memberikan kenyamanan bagi ayam, mudah dalam tata laksana, dapat memberikan produksi yang optimal, memenuhi persyaratan kesehatan dan bahan kandang mudah didapat serta murah harganya. Bangunan kandang yang baik adalah bangunan yang memenuhi persyaratan teknis, sehingga kandang tersebut biasa berfungsi untuk melindungi ternak terhadap lingkungan yang merugikan, mempermudah tata laksana, menghemat tempat, menghindarkan gangguan binatang buas, dan menghindarkan ayam kontak langsung dengan ternak unggas lain (Anonimus, 1994).Kandang serta peralatan yang ada di dalamnya merupakan sarana pokok untuk terselenggarakannya pemeliharaan ayam secara intensive, berdaya guna dan berhasil guna. Ayam akan terus menerus berada di dalam kandang, oleh karena itu kandang harus dirancang dan ditata agar menyenangkan dan memberikan kebutuhan hidup yang sesuai bagi ayam-ayam yang berada di dalamnya. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam hal ini adalah pemilihan tempat atau lokasi untuk mendirikan kandang serta konstruksi atau bentuk kandang itu sendiri. Kandang merupakan modal tetap (investasi) yang cukup besar nilainya, maka sedapat mungkin semenjak awal dihindarkan kesalahan-kesalahan dalam pembangunannya, apabila keliru akibatnya akan menimbulkan problema-problema terus menerus sedangkan perbaikan tambal sulam tidak banyak membantu (Williamsons dan Payne, 1993).Sistem perkandangan yang ideal untuk usaha ternak ayam ras meliputi: persyaratan temperatur berkisar antara 32,2-35 derajat C, kelembaban berkisar antara 60-70%, penerangan/pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang ada, tata letak kandang agar mendapat sinar matahari pagi dan tidak melawan arah mata angin kencang, model kandang disesuaikan dengan umur ayam, untuk anakan sampai umur 2 minggu atau 1 bulan memakai kandang box, untuk ayam remaja 1 bulan sampai 2 atau 3 bulan memakai kandang box yang dibesarkan dan untuk ayam dewasa bisa dengan kandang postal atapun kandang bateray. Untuk kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang mahal, yang penting kuat, bersih dan tahan lama(Bambang,1995).Persiapan dalam perkandangan adalah :a. Lokasi kandangKandang ideal terletak di daerah yang jauh dari pemukiman penduduk, mudah dicapai sarana transportasi, terdapat sumber air, arahnya membujur dari timur ke barat.b. Pergantian udara dalam kandang.Ayam bernapas membutuhkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Supaya kebutuhan oksigen selalu terpenuhi, ventilasi kandang harus baik.c. Suhu udara dalam kandang.Tabel 1. Suhu ideal kandang sesuai umur adalah :Umur (hari)Suhu (0C )

01 0734 32

08 1429 27

15 2126 25

21 284 23

29 3523 21

d. Kemudahan mendapatkan sarana produksiLokasi kandang sebaiknya dekat dengan poultry shop atau toko sarana peternakan.e. Kepadatan KandangPada awal pemeliharaan, kandang ditutupi plastik untuk menjaga kehangatan, sehingga energi yang diperoleh dari pakan seluruhnya untuk pertumbuhan, bukan untuk produksi panas tubuh. Kepadatan kandang yang ideal untuk daerah tropis seperti Indonesia adalah 8-10 ekor/m2, lebih dari angka tersebut, suhu kandang cepat meningkat terutama siang hari pada umur dewasa yang menyebabkan konsumsi pakan menurun, ayam cenderung banyak minum, stress, pertumbuhan terhambat dan mudah terserang penyakit.

3.3.PakanAyam broiler sebagai bangsa unggas umumnya tidak dapat membuat makanannya sendiri. Oleh sebab itu ia harus makan dengan cara mengambil makanan yang layak baginya agar kebutuhan nutrisinya dapat dipenuhi. Protein, asam amino, energi, vitamin, mineral harus dipenuhi agar pertumbuhan yang cepat itu dapat terwujud tanpa menunggu fungsi- fungsi tubuhnya secara normal. Dari semua unsur nutrisi itu kebutuhan energi bagi ayam broiler sangat besar (Rasyaf, 1994).Suprijatnaet al. (2005) pakan adalah campuran dari berbagai macam bahan organik maupun anorganik untuk ternak yang berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan zat-zat makanan dalam proses pertumbuhan. Ransum dapat diartikan sebagai pakan tunggal atau campuran dari berbagai bahan pakan yang diberikan pada ternak untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi ternak selama 24 jam baik diberikan sekaligus maupun sebagian (Lubis, 1992). Rasyaf (1994) menyatakan ransum adalah kumpulan dari beberapa bahan pakan ternak yang telah disusun dan diatur sedemikian rupa untuk 24 jam.Ransum memiliki peran penting dalam kaitannya dengan aspek ekonomi yaitu sebesar 65-70% dari total biaya produksi yang dikeluarkan (Fadilah, 2004). Pemberian ransum bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, pemeliharaan panas tubuh dan produksi (Suprijatnaet al. 2005). Pakan yang diberikan harus memberikan zat pakan (nutrisi) yang dibutuhkan ayam, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, sehingga pertambahan berat badan perhari (Average Daily Gain/ADG) tinggi. Pemberian pakan dengan sistem ad libitum (selalu tersedia/tidak dibatasi). Apabila menggunakan pakan dari pabrik, maka jenis pakan disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan ayam, yang dibedakan menjadi 2 (dua) tahap. Tahap pertama disebut tahap pembesaran (umur 1 sampai 20 hari), yang harus mengandung kadar protein minimal 23%. Tahap kedua disebut penggemukan (umur diatas 20 hari), yang memakai pakan berkadar protein 20 %. Jenis pakan biasanya tertulis pada kemasannya. Efisiensi pakan dinyatakan dalam perhitungan FCR (Feed Convertion Ratio). Cara menghitungnya adalah, jumlah pakan selama pemeliharaan dibagi total bobot ayam yang dipanen.

3.4.Manajemen PemeliharaanPemeliharaan ayam daging ditujukan untuk mencapai beberapa sasaran yaitu tingkat kematian serendah mungkin, kesehatan ternak baik, berat timbangan setiap ekor setinggi mungkin dan daya alih makanan baik (hemat). Untuk mencapai hal-hal tersebut ada beberapa hal pokok yang perlu dipertimbangkan sebaik-baiknya dalam pemeliharaan ayam pedaging yaitu perkandangan dan peralatan serta persiapannya, pemeliharaan masa awal dan akhir, pemberian pakan, pencegahan dan pemberantasan penyakit dan pengelolaan (Suyoto, 1983).Ayam broiler atau ayam daging dipelihara selama kurang lebih 6 sampai 7 minggu. Ayam ini tidak dimaksudkan untuk produksi telur, tetapi diharapkan dagingnya. Sampai umur 5 minggu beratnya kira-kira sama dengan ayam telur dewasa yaitu kurang lebih 1,5 kg. Cara pemeliharaan ayam daging hampir sama dengan ayam telur dari periode starter sampai grower (Jahja, 2000).Pemeliharaan dilakukan dengan pembersihan secara tuntas terhadap kandang dan peralatan yang akan dipakai didalamnya, baik tempat makanan, tempat minuman,brooder, alat pelingkan dan lain-lain. Terutama pada kandang lama yang sudah dipakai, sisa-sisa dari ternak yang lama, baik kotoran, bahan-bahan yang tercecer harus dibersihkan secara tuntas sehingga tidak ada yang tertinggal, sebab setiap butir sisa dari kawanan ayam yang lama akan ada kemungkinan akan menularkan sesuatu penyakit kepada kawanan berikutnya. Pembersih dilakukan dengan air dan bahan pencuci (sabun atau detergen) (Suyoto, 1983).Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan merupakan usaha pencegahan penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan tenaga yang ulet/terampil saja. Tindakan preventif dengan memberikan vaksin pada ternak dengan merek dan dosis sesuai catatan pada label yang dari poultry shoup. Agar bangunan kandang dapat berguna secara efektif, maka bangunan kandang perlu dipelihara secara baik yaitu kandang selalu dibersihkan dan dijaga/dicek apabila ada bagian yang rusak supaya segera disulam/diperbaiki kembali. Dengan demikian daya guna kandang bisa maksimal tanpa mengurangi persyaratan kandang bagi ternak yang dipelihara.

3.5 VaksinasiVaksinasi adalah pemasukan bibit penyakit yang dilemahkan ke tubuh ayam untuk menimbulkan kekebalan alami. Vaksinasi penting yaitu vaksinasi ND/tetelo. Dilaksanakan pada umur 4 hari dengan metode tetes mata, dengan vaksin ND strain B1 dan pada umur 21 hari dengan vaksin ND Lasotta melalui suntikan atau air minum.Vaksin adalah mikroorganisme penyebab penyakit yang sudah dilemahkan atau dimatikan dan mempunyai sifat immunogenik. Immunogenik artinya dapat merangsang pembentukan kekebalan. Vaksinasi adalah proses memasukkan vaksin ke dalam tubuh ternak dengan tujuan supaya ternak tersebut kebal terhadap penyakit yang disebabkan organisme tersebut. Vaksin ada dua macam, yaitu vaksin aktif dan vaksin inaktif. Vaksin aktif adalah vaksin yang mikroorganismenya masih aktif atau masih hidup. Biasanya vaksin aktif berbentuk sediaan kering beku, contoh: MEDIVAC ND LA SOTA, MEDIVAC ND-IB dan MEDIVAC GUMBORO A. Vaksin inaktif adalah vaksin yang mikroorganismenya telah dimatikan. Biasanya berbentuk sediaan emulsi atau suspensi, contoh: MEDIVAC ND-EDS EMULSION, MEDIVAC CORYZA B (Jahja, 2000).Pelaksanaan Kegiatan vaksinasi dapat dilakukan dengan cara membagi ayam menjadi 2 kelompok besar dalam sekatan. Ayam kemudian digiring ke dalam 2 sekatan yang terbentuk. Vaksinasi dilakukan mulai dari pen terakhir hingga pen pertama. Ayam yang telah divaksinasi diletakan diluar sekatan hingga kemungkinan terjadinya pengulangan vaksinasi dapat diminimalisir.Pemberian vaksin dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti tetes mata, hidung, mulut (cekok), atau melalui air minum. Vaksinasi harus dilakukan dengan benar sehingga tidak menyakiti, unggas dan mempercepat proses vaksinasi, dan tidak meninggalkan sisa sampah dari peralatan vaksinasi seperti suntikan, sarung tangan, masker maupun sisa vaksin yang digunakan (botol vaksin). Unggas yang divaksin harus benar- benar dalam keadaan sehat tidak dalam kondisi sakit maupun stress sehingga akan mendapatkan hasil yang maksimal dan tidak terjadi kematian dalam proses vaksinasi. Tata cara vaksinasi harus ditempat yang teduh, bersih, vaksin tidak dalam kondisi sakit maupun stress sehingga tidak merusak vaksin. Program vaksinasi untuk unggas, harus disesuaikan dengan umur dari unggas tersebut dan harus berhati-hati dalam memvaksin karena sangat sensitif terhadap jarum suntik dan dapat menimbulkan stress dan kematian mendadak (Jahja, 2000).BAB IVKESIMPULAN

4.1.KesimpulanAyam merupakan salah satu ternak yang potensial di daerah kita,dilihat dari segi konsumsi masyarakat dan kebutuhan masyarakat akan daging dan telur ayam sangat tinggi karena hamper setiap hari dikonsumsi,sehingga beternak ayam adalah salah satu peluang bisnis yang sangat menguntungkan jika kita mau menekuninya dengan sungguh sungguh.Beternak ayam juga memerlukan profesionalisme dan dedikasi yang penuh terhadap peternakan ayamnya, agar hasil yang didapat juga maksimal dan sangat memuaskan. Dalam arti kita mendapat keuntungan dari sisi ekonomi dan juga kita akan mendapatkan kepuasan batin dan itu merupakan kebanggaan tersendiri dari diri kita atas usaha yang kita tekuni.4.2.SaranSemoga makalah ini dapat menjadi panduan yang berguna bagi para peternak ayam baik bagi pemula maupun yang professional.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2011Pendahuluan.http://micksihite.blogspot.com/p/laporan-semester-praktikum-produksi.html

Cahyono dan Bambang, 1995.Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging (broiler). Penerbit Pustaka Nusatama: Yogyakarta.

Fadillah. R, 2007. Sukses Berternak Ayam Broiler.PT.Agromedia Pustaka:. Ciganjur.

Kartini. 2011.Kandungan Zat Pakan Jagung.http://putramegatawang.com/kandungan-zat pakan-jagung.html.

R, 2008.Panduan Mengelola Peternakan Ayam Broiler Komersial. Agromedia pustaka: Jakarta

Priatno, Martono.A, 2004. Membuat Kandanng Ayam. PT. Penebar Swadaya:. Jakarta

Rasyaf. M, 1994. Beternak Ayam Petelur.Penebar Swadaya: Jakarta

Sugandi, 1978. Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Pedaging Strain MB 202-p Periode StarterFinisher. PT. Janu Putro Sentosa: Bogor.

15