Pembuatan amilum

29
LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN LAPORAN INDIVIDU PRAKTIKUM PEMBUATAN DAN PENGAMATAN AMILUM OLEH : NAMA : TRI PUSPITA ROSKA NIM : N11115526 KELOMPOK : 2 (DUA) GOLONGAN : SENIN PAGI ASISTEN : DEWI SRI LESTARI

Transcript of Pembuatan amilum

Page 1: Pembuatan amilum

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPORAN INDIVIDU PRAKTIKUM

PEMBUATAN DAN PENGAMATAN AMILUM

OLEH :

NAMA : TRI PUSPITA ROSKA

NIM : N11115526

KELOMPOK : 2 (DUA)

GOLONGAN : SENIN PAGI

ASISTEN : DEWI SRI LESTARI

MAKASSAR

2016

Page 2: Pembuatan amilum

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Sebagian besar penduduk Indonesia mengonsumsi makanan mengandung

karbohidrat sebebagai makanan pokoknya. Makanan pokok tersebut meliputi

beras, jagung, sagu ,kentang dan umbi-imbian. Karbohidrat merupakan

segolongan besar senyawa organik yang paling melimpah di bumi. Hasil dari

metabolisme primer turunan dari karbohidrat berupa senyawa-senyawa

polisakarida yang biasanya berupa amilum.

Pati atau amilum merupakan simpanan energi didalam sel-sel tumbuhan,

berbentuk butiran-butiran kecil mikroskopik dengan diameter berkisar antara 5-50

nm. Di Indonesia banyak tumbuh-tumbuhan yang mengandung amilum yang

dapat diketahui secara pasti kandungan amilum pada tumbuhan tersebut. Amilum

banyak terkandung dalam beras, gandum, jagung, biji-bijian seperti kacang merah

atau kacang hijau dan banyak juga terkandung dalam berbagai jenis umbi-umbian

seperti singkong, kentang atau ubi. Amilum merupakan 50-65% berat kering biji

gandum dan 80% bahan kering umbi kentang (Wati, 2014).

Peranan amilum sangat penting dalam kehidupan sebagai sumber energi

dengan penghasil ATP terbesar sehingga dalam kehidupan manusia makanan atau

zat penghasil amilum tidak dapat dipisahkan. Selain itu, amilum diketahui sebagai

polisakarida yang banyak terdapat pada tumbuhan. Amilum berperan sebagai

bahan tambahan pembuatan tablet yaitu bahan pengisi, penghancur, dan pengikat.

Sebagai bahan penghancur amilum akan pecah dari bahan pengikat dan

menyebabkan pembengkakan dari beberapa komponen penyusun sehingga

sebagai tablet akan hancur. Oleh karena itu, sebagai seorang farmasis harus lebih

mengetahui mengenai amilum yang terkandung pada tumbuhan karena setiap

tumbuhan memiliki kadar amilum yang berbeda. Pada praktikum pembuatan

amilum ini akan dibahas sampel tanaman yang mengandung amilum.

Page 3: Pembuatan amilum

I.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui teori dasar mengenai amilum

2. Untuk mengetahui tipe-tipe amilum yang diamati

3. Untuk mengetahui cara membuat amilum dari sampel yang telah

disediakan

I.3 Prinsip Percobaan

Dalam percobaan pembuatan amilum ini, amilum dibuat dari sampel beras

dengan menggunakan metode yang telah ditentukan. Pembuatan amilum dimulai

dari penyiapan sampel, penimbangan sampel hingga pengolahan sampel menjadi

amilum. Selain itu, dilakukan pengamatan amilum dari segi mikroskopinya

menggunakan mikroskop.

Page 4: Pembuatan amilum

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Padi

Berdasarkan tata nama atau sistematika tumbuh-tumbuhan menurut

Tjitrosoepomo (1994), tanaman padi (Oryza sativa L) dimasukkan ke dalam

klasifikasi sebagai berikut.

Kingdom : Plantae (Tumbuh-tumbuhan)

Divisio : Spermatophyta

Sub-divisio : Angiospermae

Kelas : Monokotil (monocotyledoneae)

Ordo : Glumiflorae (poales)

Familia : Gramineae (poaceae)

Genus : Oryza

Spesies : Oryza sativa L

Padi termasuk dalam keluarga padi-padian atau Poaceae(Graminae). Padi

termasuk terna semusim, berakar serabut, batang sangat pendek, struktur serupa

batang terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang saling menopang, daun

sempurna dengan pelepah tegak, daun berbentuk lanset, warna hijau muda hingga

hijau tua, berurat daun sejajar, tertutupi oleh rambut yang pendek dan jarang,

bunga tersusun majemuk, tipe malai bercabang, satuan bunga disebut floret, yang

terletak pada satu spikelet yang duduk pada panikula, buah tipe buliratau kariopsis

yang tidak dapat dibedakan mana buah dan bijinya, bentuk hampir bulat hingga

lonjong, ukuran 3 mm hingga 15 mm, tertutup oleh palea dan lemma yang dalam

bahasa sehari-hari disebut sekam,struktur dominan adalah endospermium yang

dimakan orang (Mubaroq, 2013).

Padi termasuk tanaman semusim atau tanaman berumur pendek, kurang

dari satu tahun dan hanya sekali berproduksi, setelah berproduksi akan mati atau

Page 5: Pembuatan amilum

dimatikan. Adapun morfologi padi akan diuraikan sebagai berikut (Mubaroq,

2013):

a. Akar, merupakan bagian tanaman yang berfungsi untuk menyerap air dan zat

makanan dari dalam tanah, kemudian diangkut ke bagian atas tanaman. Akar

tanaman padi dapat dibedakan menjadi akar tunggang, akar serabut, akar

rambut dan akar tajuk.

b. Batang, padi mempunyai batang yang beruas-ruas. Padi mempunyai batang

yang tingginya berkisar antara 107-115 cm dan warna batangya hijau

c. Anakan, tanaman padi akan membentuk rumpun dengan anakannya, biasanya

anakan akan tumbuh pada dasar batang. Pembentukan anakan terjadi secara

bersusun yaitu anakan pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Padi mempunyai

anakan produktif sekitar 14-17 batang.

d. Daun, ciri khas daun padi adalah sisik dan telinga daun. Daun padi dibagi

menjadi beberapa bagian yakni helaian daun, pelepah daun, dan lidah daun.

Daun berwarna hijau, muka daun sebelah bawah kasar, posisi daun tegak dan

daun benderanya tegak.

II.2 Amilum

Pati atau amilum adalah karbohidratkompleks yang tidak larut dalam air,

berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Barangkali tidak ada satu senyawa

organik lain yang tersebar begitu luas sebagai kandungan tanaman seperti halnya

pati. Dalam jumlah besar,pati dihasilkan dari dalam daun-daun hijau sebagai

wujud penympanan sementara dari produk fotosintesis. Pati juga tersimpan dalam

bahan makanan cadangan permanen untuk tanaman, dalam biji, jari-jari teras,

kulit batang, akar tanaman menahun dan umbi. Pati merupakan 50-65% berat

kering biji gandum dan 80% bahan kering umbi kentang (Claus, et al., 1970).

Pati berbentuk granul atau butir-butir kecil dengan lapisan-lapisan yang

karakteristik. Lapisan-lapisan ini serta ukuran dan bentuk granul seringkali khas

bagi beberapa spesies tanaman sehingga dapat digunakan untuk identitas tanaman

asalnya. Tanaman yang mengandung pati digunakan dalam farmasi seperti Zea

Page 6: Pembuatan amilum

mays(jagung), Oryza sativa(beras), Solanum tuberosum(kentang), Triticum

aesticum(gandum), Maranta arundinacea (garut), Ipomoea batatas(ketela rambat)

dan Manihot utilissima(ketela pohon (Claus, et al., 1970).

Secara umum pati terdiri dari 20% bagian yang larut air (amilosa) dan

80% bagian yang tidak larut dalam air (amilopektin). Amilosa merupakan

molekul yang lurus, terdiri dari 250 sampai 300 satuan D-glukopiranosa dan

dihubungkan secara seragam oleh ikatanalfa-1,4-glukosida yang cenderung

menyebabkan molekul tersebut dianggap berbentuk seperti uliran (helix).

Amilopektin terdiri dari 1000 atau lebih satuan glikosa yang kebanyakan juga

dihubungkan dengan hubungan alfa-1,4. Namun terdapat juga sejumlah hubungan

alfa-1,6 yang terdapat pada titik-titik percabangan. Jumlah hubungan semacam ini

terdapat kurang lebih 4% dari jumlah hubungan atau satu untuk setiap 25 satuan

glukosa. Oleh karena perbedaan struktur ini maka amilosa lebih larut dalam air

dibandingkan dengan amilopektin. Hal ini digunakan untuk memisahkan kedua

komponen tersebut. Pemisahan yang lebih efisien dilakukan dengan

mengendapkan dan membuat senyawa kompleks dari amilosa dengan pereaksi

yang sesuai meliputi bermacam-macam etanil atau nitroparafin. Amilosa bereaksi

dengan iodium membentuk senyawa kompleks berwarna biru tua, sedangkan

amilopektin memberikan warna violet kebiruan atau ungu.

Amilosa merupakan polisakarida, polimer yang tersusun dari glukosa

sebagai monomernya. Tiap-tuap monomer terhubung dengan ikatan 1,4

glikosidik. Amilosa merupakan polimertidak bercabang yang bersama-sama

dengan amilopektin menjadi komponen penyusun pati. Dalam masakn, amilosa

memberi efek keras bagi pati atau tepung (Whistler dan Paschall, 1984).

Gambar 2.1 Rumus Struktur amilosa

Page 7: Pembuatan amilum

Amilopektin merupakan polisakarida yang tersusun dari monomer G-

glukosa.Amilopektin merupakan molekul raksasa dan mudah ditemukan karena

menjadi satu dari dua senyawa penyusun pati, bersama-sama dengan amilosa.

Walaupun tersusun dari monomer yang sama, amilopektin berbeda dengan

amilosa, yang terlihat dari karakteristik fisiknya. Secara struktural, amilopektin

terbentuk dari rantai glukosa yang terikat dengan ikatan 1,4-glikosidik, sama

dengan amilosa (Claus, et al., 1970).

a. Tipe-tipe Amilum

Berdasarkan letak hilus, butir amilum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

(Purnobasuki, 2011).:

amilum yang konsentris (hilus terletak di tengah);

eksentris (hilus terletak di tepi).

Sedangkan berdasarkan jumlah hilus dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu

(Purnobasuki, 2011):

monoadelph (hilus hanya satu);

diadelph atau setengah majemuk (hilus berjumlah dua yang masing-masing

dikelilingi oleh lamela); dan

poliadelph/majemuk (hilus berjumlah banyak dan tiap hilus dikelilingi oleh

lamela).

Page 8: Pembuatan amilum

b. Cara Identifikasi Amilum dan Reaksinya dengan Iodine

Identifikasi secara kimiawi kandungan amilum bertujuan untuk

mengidentifikasi ada atau tidaknya amilum dalam sampel yakni dengan cara uji

iodine. Pada uji ini sampel yang mengandung amilum akan berubah warna

menjadi biru. Sampel terlebih dahulu dipanaskan agar amilum dapat larut

sempurna dnegan air sehinggga lebih mudah dalam pendeteksian kandungan

amilum. Berdasarkan hasil percobaan sampel yang telah dipanaskan kemudian

ditetesi dengan iodine berubah menjadi biru ini dikarenakan warna biru yang

dihasilkan diperkirakan adalah hasil dari ikatan kompleks antara amilum dengan

iodin. Identifikasi amilum secara mikroskopis bertujuan agar kita lebih

mengetahui bentuk-bentuk yang khas dari masing-masing amilum pada sampel

sehingga kedepannya akan lebih memudahkan praktikan dalam membuat sediaan

farmasi (Manatar, 2012).

c. Manfaat Amilum dibidang Farmasi

Amilum digunakan sebagai bahan penyusun dalam serbuk awur dan

sebagai bahan pembantu dalam pembuatan sediaan farmasi yang meliputi bahan

pengisi tablet, bahan pengikat, dan bahan penghancur. Sementara suspensi

amilum dapat diberikan secara oral sebagai antidotum terhadap keracunan iodium

dam amilum gliserin biasa digunakan sebagai emolien dan sebagai basis untuk

supositoria (Gunawan, 2004).

Sebagai amilum normal, penggunaanya terbatas dalam industri farmasi.

Hal ini disebabkan karakteristiknya yang tidak mendukung seperti daya alir yang

kurang baik, tidak mempunyai sifat pengikat sehingga hanya digunakan sebagai

pengisi tablet bagi bahan obat yang mempunyai daya alir baik atau sebagai

musilago, bahan pengikat dalam pembuatan tablet cara granulasi basah (Anwar,

2004).

Page 9: Pembuatan amilum

II.3 Bagian-bagian Mikroskop

Mikroskop merupakan salah satu alat yang penting pada kegiatan

laboratorium sains, khususnya biologi. Mikroskop merupakan alat bantu yang

memungkinkan kita dapat mengamati obyek yang berukuran sangat kecil

(mikroskopis). Hal ini membantu memecahkan persoalan manusia tentang

organisme yang berukuran kecil. Untuk mengetahui mikroskop maka perlu

diketahui komponen mikroskop, macam mikroskop, penggunaan dan

pemeliharaannya (Koesmadji, 2011).

Lensa okuler adalah lensa yang letaknya dekat dengan mata observer. Lensa

ini berfungsi untuk membentuk bayangan maya, tegak, diperbesar dari lensa

objektif.

Lensa objektif adalah lensa yang berada dekat dengan objek yang diamati.

Lensa ini  berfungsi untuk membentuk bayangan nyata, terbalik, diperbesar.

Pembesaran dari lensa objektif dapat diatur oleh bagian revolver yang ada

pada mikroskop.

Tabung mikroskop atau tubus adalah bagian mikroskop berbentuk tabung

yang berfungsi mengatur fokus serta menghubungkan lensa okuler dengan

lensa objektif.

Makrometer atau pemutar kasaradalah bagian mikroskop yang berfungsi

menaik-turunkan tabung mikroskop dengan cepat.

Page 10: Pembuatan amilum

Mikrometer atau pemutar halus adalah bagian mikroskop yang berfungsi

menaik-turunkan tabung mikroskop dengan lambat. Ukurannya umumnya

lebih kecil dibanding makrometer.

Revolver adalah bagian mikroskop yang berfungsi mengatur perbesaran lensa

objektif.

Reflektor adalah bagian mikroskop yang berfungsi memantulkan cahaya dari

cermin ke objek yang diamati melewati lubang yang ada di meja objek.

Reflektor terdiri dari dua jenis cermin, yaitu cermin datar dan cermin cekung.

Cermin datar digunakan saat cahaya yang dibutuhkan terpenuhi, sedangkan

cermin cekung digunakan saat kondisi kurang cahaya. Cermin cekung

berfungsi mengumpulkan cahaya.

Diafragma adalah bagian mikroskop yang berfungsi mengatur sedikit

banyaknya cahaya yang masuk.

Kondensor adalah bagian mikroskop yang berfungsi mengumpulkan cahaya.

Alat ini bisa putar dan dinaik-turunkan.

Meja kerja atau meja mikroskop adalah bagian mikroskop yang berfungsi

untuk meletakkan objek yang diamati.

Penjepit kaca berfungsi sebagai pelapis objek agar tidak bergeser-geser

ketika diamati.

Lengan mikroskop berfungsi sebagai pegangan pada mikroskop.

Kaki mikroskop berfungsi penyangga atau penopang mikroskop.

Sendi inklinasi atau pengatur sudut adalah alat atau bagian dari mikroskop

yang berfungsi untuk mengatur sudut tegaknya mikroskop.

II.4 Tujuan Perlakuan pada Sampel

a. Diberikan Etanol

Rumus struktur etanol ialahC2H6O. Tujuan diberikan etanol pada sampel

ialah untuk mempercepat proses penguapan air, dan sebagai pengawet

pada sampel agar saat berada di oven tidak berjamur.

b. Diblender

Page 11: Pembuatan amilum

Tujuan sampel diblender terlebih dahulu ialah supaya amilum yang

terdapat dalam sampel dapat diperoleh maksimal. Dengan diblender

terlebih dahulu, mengurangi kemungkinan ada amilum yang tersisa.

c. Disaring

Tujuan dari penyarungan ialah agar tidak ada unsure lain selain amilum

yang terikut saat pembuatan amilum.

d. Endap-Tuang

Endap tuang merupakan salah satu metode konvensional untuk mengambil

endapan amilum dari hasil pemyaringan. Prinsipnya hamper sama dengan

ampas kopi, dimana endapannya diambil dengan cara memiringkan wadah

tempat endapan tersebut berada.

Page 12: Pembuatan amilum

BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan yang Digunakan

III.1.1 Alat

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah blender basah, baskom,

botol semprot, cawan porselen, dek glass dan object glass, kain saring, kamera,

mangkuk kaca, mikroskop, sendok tanduk dan talenan.

III.1.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini ialah aquades, etanol 70%,

beras, dan serbuk sagu.

III. 2 Cara Kerja

III.2.1 Pembuatan Amilum

Disiapkan alat dan bahan

Ditimbang sampel beras sebanyak 200 gram

Sampel kemudian direndam dalam air selam kurang lebih satu hari.

Sampel dimasukkan ke dalam blender dan ditambahkan aquadest hingga

sampel tenggelam.

Diblender hingga halus.

Disaring menggunakan kain saring dan dipindahkan ke dalam baskom

yang telah disediakan.

Didiam tuangkan selama 10 menit

Diambil endapannya dan diletakkan di dalam mangkuk kaca

Ditambahkan etanol sebanyak 20 ml, kemudian diaduk

Dikeringkan di oven hingga amilum benar-benar kering.

Ditimbang serbuk amilumnya.

Page 13: Pembuatan amilum

III.2.2 Pengamatan Amilum

Disiapkan alat dan bahan

Diambil serbuk sampel mrnggunakan sendok tanduk dan dilarutkan dengan

aquades di dalam cawan porselen.

Diambil sedikit, dan diletakkan di atas object glass

Ditutup menggunakan dek glass

Diamati dibawah mikroskop

Dicatat dan difoto hasil mikroskopiknya.

Page 14: Pembuatan amilum

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Pengamatan

Setelah melakukan pengamatan pengamatan mikroskopik amilum sagu

(Metroxylon sagu) maka diperoleh hasil bentuk dan tipe amilumnya yaitu bentuk

amilum bulat dan tipe amilumnya ialah konsentris. Sedangkan dari pembuatan

amilum beras belum didapatkan hasil karena masih dalam proses pengeringan.

IV.2 Gambar Pengamatan

Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia

Fakultas Farmasi

Universitas Hasanuddin

Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia

Fakultas Farmasi

Universitas Hasanuddin

Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia

Fakultas Farmasi

Universitas Hasanuddin

KET : Sampel diblender

Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia

Fakultas Farmasi

Universitas Hasanuddin

KET : Sampel setelah diblender

Page 15: Pembuatan amilum

KET : Sampel disaring KET : Hasil saringan sampel

4.2.2 Pengamatan Mikroskopik

Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia

Fakultas Farmasi

Universitas Hasanuddin

Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia

Fakultas Farmasi

Universitas Hasanuddin

KET : Penyiapan mikroskop KET : Perbesaran 100x

Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia

Fakultas Farmasi

Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia

Fakultas Farmasi

Page 16: Pembuatan amilum

Universitas Hasanuddin Universitas Hasanuddin

KET : Hasil pengamatan mikroskopik KET : Hasil penganmatan mikroskopik

IV.3 Pembahasan

Pada praktikum ini dilakukan pembuatan dan pengamatan amilum. Sampel

pada pengamatan amilum adalah beras yang sebelumnya telah ditimbang

sebanyak 200 gram dan direndam dalam air sehari semalam. Perendaman tersebut

dilakuakn agar beras menjadi agak lunak sehingga mudah hancur saat diblender.

Setelah itu, sampel kemudian diblender dengan manmbahkan aquadest sampai

sampel terbenam. Sampel kemudian disaring menggunakan kertas saring dan

dipindahkan ke dalam wadah baskom. Endaptuangkan sampel tersebut selama

beberapa menit dan pada bagian dasar baskom akan muncul endapan putih yang

merupakan amilum beras. Amilum kemudian diambil dan dipindahkan ke

mangkok kaca secara hati-hati menggunakan sendok tanduk. Endaptuangkan lagi

hingga diperoleh semua endapan beras tersebut.

Amilum yang diperoleh dari proses tersebut kemudian diberikan etanol

70% yang bertujuan untuk mempercepat proses penguapan air, dan sebagai

pengawet pada sampel agar saat berada di oven tidak berjamur. Setelah itu sampel

kemudian dimasukkan kedalam oven selama 1x24 jam sampai amilum benar-

benar kering. Hasil dari pembuatan amilum dari sampel beras belum diperoleh

karena amilum yang didapatkan berjamur sehingga waktu pengeringan dan

penyelesaian pembuatan amilum terhambat.

Page 17: Pembuatan amilum

Pada proses pengamatan mikroskopis amilum, sampel yang diamati adalah

amilum sagu (Metroxylon sagu). sampel sagu tersedia dalam bentuk serbuk.

Ooleh karena itu, sampel harus dilarutkan terlebih dahulu menggunakan air.

Setelah dilarutkan, diambil sedikit dan diletakkan di atas object glass. Sebelum

ditutup dengan dek glass, diusahakan sampel tersebut tidak tebal kerana akan

berpengaruh pada hasil pengamatan nantinya. Setelah dibuat lapisan tipis, sampel

ditutup dengan dek glass. Perbesaran yang digunakan untuk pengamatan amilum

ini ialah perbesaran 100x. Bentuk amilum sagu (Metroxylon sagu) adalah bulat

dan bagian tengahnya lebih gelap dari bagian yang lain. Tipe amilumnya termasuk

dalan tipe konsentris, karena letah hilusnya berada di tengah butir amilum.

Namun, pada proses pengamatan amilum ini terhambat karena mikroskop yang

digunakan dalam pengamatan kondisinya kurang bagus sehingga harus

menggunakan dan menunggu mikroskop praktikan kelompok lain hingga mereka

selesai mengamati sehingga hasil pengamatan sendiri tidak didapatkan.

Pada praktikum ini ada beberapa faktor kesalahan yang menyebabkan

hasil yang didapatkan kurang maksimal. Faktor kesalahan tersebut antara lain

mikroskop yang kondisinya kurang bagus, wadah tempat amilum yang kecil serta

etanol yang diberikan pada pada amilum sedikit sehingga menyebabakan

timbulnya jamur pada permukaan amilum. Untuk meminimalisir hal tersebut

diperlukan ketelitian terutama dalam menempatkan amilum dalam wadah tertentu

dan pemberian etanol harus disesuaikan dengan banyaknya sampel.

BAB V

PENUTUP

Page 18: Pembuatan amilum

V.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan pengamatan amilum , maka diperoleh hasil bahwa

bentuk butir amilum sagu (Metroxylon sagu) adalah bulat dan tipe amilun sagu

(Metroxylon sagu) adalah konsntris. Selain itu, pada pembuatan amilum dari beras

(Oryza sativa) belum didapatkan hasil karena beberapa faktor kasealahan.

V.2 Saran

Dalam melaksanakan praktikum ini kakak pendamping asisten sudah

sangat baik dalam mengarahkan dan memberikan penjelasan kepada praktikan.

Akan tetapi kendala yang diperoleh pada saat pengamatan adalah mikroskop.

Sebaiknya sebelum melakukan pengamatan mikroskop diperiksa terlebih dahulu

dan mikroskop yang kurang bagus sebaiknya tidak digunakan.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Prabu M. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Perusahaan cetakan

pertama. PT. Remaja Rsodakarya.

Claus, E.P., V.E. Tyler dan L.R. Brady. 1970. Pharmacognosy. 6th edition.

Page 19: Pembuatan amilum

Gunawan, D, Mulyani, S.,. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I. Jakarta:

Penerbit Penebar Swadaya,

Koesmadji Wirjosoemart0, dkk. Tth. Teknik Laboratorium. Bandung : Universitas

Pendidikan Indonesia.

Manatar, Jardewig E., dkk. 2012. Analisis kandungan pati dalam batang tanaman

aren. Program Studi Kimia FMIPA Universitas Samratulangi.

Mubaroq, Irfan A. 2013. Kajian Potensi Caf dengan Penambahan Ion Logam

terhadap pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Padi. Bandung :

Universitas Pendidikan Indonesia.

Tjitrosoepomo, G. 1994. Taksonomi Umum Dasar-Dasar Taksonomi Tumbuhan.

Yogyakarta : UGM Press.

Wati, Karmila.2014. Identifikasi Amilum secara kimiawi dan mikroskopis.

Kendari : Jurusan Farmasi Universitas Haluoleo

Whistler,L.R; Bemiller,N.James: Paschall,F.Eugene.1984. Starch: Chemistry And

Technology. New York: London.

LAMPIRAN

Skema Kerja

Pembuatan amilum

SAMPEL

Page 20: Pembuatan amilum

KUPAS

BLENDER

ENDAP TUANG

POTANG KECIL-KECIL

CUCI

TIMBANG

SARING

ENDAPAN + ETANOL

OVEN

+AQUADES ½ BOTOL SEMPROT

UNTUK SAMPEL SEPERTI KENTANG, UBI, SINGKONG

UNTUK SAMPEL BERAS DAN JAGUNG

Page 21: Pembuatan amilum

Pengamatan Amilum

SAMPEL (LARUTAN)

MASUKKAN KEOBJECT GLASS

TUTUP DENGANDEK GLASS

AMATI DENGAN MIKROSKOP