Pembuatan amilum 1

27
Pembuatan amilum 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, bahan makanan pokok yang biasa dimakan adalah beras, jagung, sagu, dan kadang-kadang juga singkong atau ubi. Bahan makanan tersebut berasal dari tumbuhan atau senyawa yang terkandung didalamnya sebagian besar adalah karbohidrat. Karbohidrat merupakan segolongann besar senyawa organik yang paling melimpah di bumi. Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam tubuh makhluk hidup, terutama sebagai bahan bakar (misalnya glukosa), cadangan makanan (misalnya pati pada tumbuhan dan glikogen pada hewan), dan materi pembangun (misalnya selulosa pada tumbuhan, kitin pada hewan dan jamur. Pada proses fotosintesis, tumbuhan hijau mengubah karbondioksida menjadi karbohidrat. Hasil dari metabolism primer turunan dari karbohidrat berupa senyawa-senyawa polisakarida yaitu amilum. Pati atau amilum merupakan simpanan energi didalam sel-sel tumbuhan, berbentuk butiran-butiran kecil mikroskopik dengan diameter berkisar antara 5-50 nm. Di alam, pati banyak terkandung dalam beras, gandum, jagungg, biji-bijian seperti kacang merah atau kacang hijau dan banyak juga terkandung dalam berbagai jenis umbi-umbian seperti singkong, kentang atau ubi.

Transcript of Pembuatan amilum 1

Page 1: Pembuatan amilum 1

Pembuatan amilum 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Di Indonesia, bahan makanan pokok yang biasa dimakan adalah beras, jagung, sagu, dan

kadang-kadang juga singkong atau ubi. Bahan makanan tersebut berasal dari tumbuhan atau

senyawa yang terkandung didalamnya sebagian besar adalah karbohidrat.

Karbohidrat merupakan segolongann besar senyawa organik yang paling melimpah di

bumi. Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam tubuh makhluk hidup, terutama sebagai

bahan bakar (misalnya glukosa), cadangan makanan (misalnya pati pada tumbuhan dan glikogen

pada hewan), dan materi pembangun (misalnya selulosa pada tumbuhan, kitin pada hewan dan

jamur.

Pada proses fotosintesis, tumbuhan hijau mengubah karbondioksida menjadi karbohidrat.

Hasil dari metabolism primer turunan dari karbohidrat berupa senyawa-senyawa polisakarida

yaitu amilum.

Pati atau amilum merupakan simpanan energi didalam sel-sel tumbuhan, berbentuk

butiran-butiran kecil mikroskopik dengan diameter berkisar antara 5-50 nm. Di alam, pati banyak

terkandung dalam beras, gandum, jagungg, biji-bijian seperti kacang merah atau kacang hijau

dan banyak juga terkandung dalam berbagai jenis umbi-umbian seperti singkong, kentang atau

ubi.

Didalam berbagai produk pangan, pati umumnya akan terbentuk dari dua polimer

molekul glukosa yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa merupakan polimer glukosa rantai

panjang yang tidak bercabang, sedangkan amilopektin merupakan polimer glukosa dengan

susunan yang bercabang-cabang. Komposisi kandungan amilosa dan amilopektin ini akan

bervariasi dalam produk pangan, dimana produk pangan yang memiliki kandungan amilopektin

tinggi akan semakin mudah untuk dicerna.

Penampang amilum pada berbagai tanaman tentu berbeda-beda. Karena itu, praktikum

kali ini akan membahas tentang perbedaan jenis amilum pada tumbuhan, yaitu amilum pada

kentang (Solanum tuberosum)dan amilum pada sagu (Metroxylon sagu)

1.2  Tujuan Praktikum

Page 2: Pembuatan amilum 1

1.      Mengetahui teori dasar tentang amilum.

2.      Mengamati amilum kentang (Solanum tuberosum) dan sagu (Metroxylon sagu) dengan uji

organoleptis

3.      Membedakan amilum kentang (Solanum tuberosum) dan sagu (Metroxylon sagu) pada

mikroskop

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Dasar

Amilum adalah jenis polisakarida yang banyak terdapat dialam, yaitu sebagian besar

tumbuhan terdapat pada umbi, daun, batang, dan biji-bijian (Poedjiadi, A. 2009).

Amilum merupakan suatu senyawa organik yang tersebar luas pada kandungan tanaman.

Amilum dihasilkan dari dalam daun-daun hijau sebagai wujud penyimpanan sementara dari

produk fotosintesis. Amilum juga tersimpan dalam bahan makanan cadangan yang permanen

untuk tanaman, dalam biji, jari-jari teras, kulit batang, akar tanaman menahun, dan umbi.

Amilum merupakan 50-65% berat kering biji gandum dan 80% bahan kering umbi kentang

(Gunawan,2004).

Amilum terdiri dari dua macam polisakarida yang kedua-duanya adalah polimer dari

glukosa, yaitu amilosa (kira-kira 20 – 28 %) dan sisanya amilopektin.

a). Amilosa                : Terdiri atas 250-300 unit D-glukosa yang berikatan dengan ikatan α 1,4 glikosidik. Jadi

molekulnya menyerupai rantai terbuka.

b). Amilopektin         : Terdiri atas molekul D-glukosa yang sebagian besar mempunyai ikatan 1,4- glikosidik dan

sebagian ikatan 1,6-glikosidik. adanya ikatan 1,6-glikosidik menyebabkan terdjadinya cabang,

sehingga molekul amilopektin berbentuk rantai terbuka dan bercabang. Molekul amilopektin

lebih besar dari pada molekul amilosa karena terdiri atas lebih 1000 unit glukosa (Poedjiadi, A.

2009).

Page 3: Pembuatan amilum 1

Secara umum, amilum terdiri dari 20% bagian yang larut air (amilosa) dan 80% bagian

yag tidak larut air (amilopektin). Hidrolisis amilum oleh asama mineral menghasilkan glukosa

sebagai produk akhir secara hampir kuantitatif (Gunawan, 2004).

Bentuk sederhana amilum adalah glukosa dan rumus struktur glukosa adalah C6H11O6 dan

rumus bangun dari α- D- glukosa :

Amilum dapat dihidrolisis sempurna dengan menggunakan asam sehingga menghasilkan

glukosa. Hidrolisis juga dapat dilakukan dengan bantuan enzim amilase, dalam air ludah dan

dalam cairan yang dikeluarkan oleh pankreas terdapat amilase yang bekerja terhadap amilum

yang terdapat pada makanan kita oleh enzim amilase, amilum diubah menjadi maltosa dalam

bentuk β – maltosa (Poedjiadi,A. 2009).

Amilum juga disebut dengan pati. Pati yang diperdagangkan diperoleh dari berbagai

bagian tanaman, misalnya endosperma biji tanaman gandum, jagung dan padi ; dari umbi

kentang ; umbi akar Manihot esculenta (pati tapioka); batang Metroxylon sagu (pati sagu); dan

rhizom umbi tumbuhan bersitaminodia yang meliputi Canna edulis, Maranta arundinacea, dan

Curcuma angustifolia (pati umbi larut) (Fahn, 1995).

Tanaman dengan kandungan amilum yang digunakan di bidang farmasi adalah jagung

(Zea mays), Padi/beras (Oryza sativa), kentang (Solanum tuberosum), ketela rambat (Ipomoea

batatas), ketela pohon (Manihot utilissima) (Gunawan, 2004)

Pada bidang farmasi, amilum terdiri dari granul-granul yang diisolasi dari Zea mays

Linne (Graminae), Triticum aesticum Linne (Graminae), dan Solanum tuberosum Linne

Page 4: Pembuatan amilum 1

(Solanaceae). Granul amilum jagung berbentu polygonal, membulat atau sferoidal dam

mempunyai garis tengah 35 mm. Amilum gandum dan kentang mempunyai komposisi yang

kurang seragam, masing-masing mempunyai 2 tipe granul yang berbeda (Gunawan, 2004).

Amilum digunakan sebagai bahan penyusun dalam serbuk dan sebagai bahan pembantu

dalam pembuatan sediaan farmasi yang meliputi bahan pengisi tablet, bahan pengikat, dan bahan

penghancur. Sementara suspensi amilum dapat diberikan secara oral sebagai antidotum terhadap

keracunan iodium dam amilum gliserin biasa digunakan sebagai emolien dan sebagai basis untuk

supositoria (Gunawan, 2004).

Sebagai amilum normal, penggunaanya terbatas dalam industri farmasi. Hal ini

disebabkan karakteristiknya yang tidak mendukung seperti daya alir yang kurang baik, tidak

mempunyai sifat pengikat sehingga hanya digunakan sebagai pengisi tablet bagi bahan obat yang

mempunyai daya alir baik atau sebagai musilago, bahan pengikat dalam pembuatan tablet cara

granulasi basah (Anwar, 2004).

Amilum hidroksi-etil adalah bahan yang semisintetik yang digunakan sebagai pengencer

plasma (dalam larutan 6%). Ini merupakan pengibatan tasmbahan untuk kejutan yang disebabkan

oleh pendarahan, luka terbakar, pembedahan, sepsis, dan trauma lain. Sediaan amilum yang

terdapat dalam pasaran adalah Volex® (Gunawan, 2004).

Fungsi amilum dalam dunia faramasi  digunakan sebagai bahan penghancur atau

pengembang (disintegrant), yang berfungsi membantu hancurnya tablet setelah ditelan

(Syamsuni H,A. 2007).

2.2 Deskripsi Tanaman

1. Kentang (Solanum tuberosum)

a)      Klasifikasi

Page 5: Pembuatan amilum 1

Regnum    : Plantae

Divisi        : Magnoliophyta

Kelas        : Magnoliopsida

Ordo         : Solanales

Famili       : Solanaceae

Genus       : Solanum

Spesies     : Solanum tuberosum L.

b)      Morfologi

Tanaman kentang adalah tanaman herba semusim dan menyukai iklim yang sejuk. Di daerah

tropis cocok ditanam di dataran tinggi. Karena merupakan tanaman herba, maka tanaman

kentang tidak dapat tumbuh tinggi dan tidak berkayu.

Tanaman kentang menghasilkan umbi yang disebut kentang. Tanaman kentang termasuk

tergolong kedalam suku terung-terungan (Solanaceae).

Tanaman kentang merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Selatan dan sekarang

banyak dibudidayakan di Eropa.

Solanum atau kentang merupakan tanaman setahun. Bentuk sesungguhnya menyemak dan

bersifat menjalar. Batangnya berbentuk segi empat, panjangnya bisa mencapai 50-120 cm, dan

tidak berkayu (tidak keras bila dipijat). Batang dan daun berwarna hijau kemerahan-merahan

atau keungu-unguan. Bunganya berwarna kuning keputihan atau ungu, tumbuh di ketiak daun

teratas, dan berjenis kelamin dua. Benang sarinya berwarrna kekuning-kuningan dan melingkari

tangkai putik. Putik ini biasanya lebih cepat masak. Buahnya berbentuk buni, buah yang

berkulit/dindingnya berdaging, dan mempunyai dua ruang. Di dalam buah berisi banyak calon

biji yang jumlahnya bisa mencapai 500 biji. Akan tetapt, dari jumlah tersebut yang berhasil

menjadi biji hanya sekitar 100 biji saja, bahkan ada yang Cuma puluhan biji, jumlah ini

tergantung dari varietas kentangnya. Akar tanaman menjalar dan berukuran sangat kecil bahkan

sangat halus. Akar ini berwarna keputih-putihan. Kedalaman dayatembusannya bisa mencapai 45

cm. Namun, biasanya akar ini banyak yang mengumpul di kedalaman 20 cm. selain mempunyai

organ-organ tersebut, kentang juga mempunyai organ umbi. Umbi tersebut berasal dari cabang

samping yang masuk ke dalam tanah. Cabang ini merupakan tempat menyimpan karbohidrat

sehingga membengkak dan bisa dimakan. Umbibisa mengeluarkan tunas dan nantinya akan

membentuk cabang-cabang baru. Semua bagian tanaman tersebut mengandung racun solanin.

Page 6: Pembuatan amilum 1

Begitu pula umbinya, yaitu ketika sedang memasuki masa bertunas. Namun, bagian umbi ini,

bila telah berusia tua atau siap panen, racun ini akan berkurang bahkan bisa hilang, sehingga

aman untuk dimakan.

c)      Kandungan Kimia

Umbi kentang mengandung alkaloida, flavonoida, pati dan polifenol.

d)     KhasiatUmbi kentang berkhasiat sebagai obat luka bakar, obat kencing manis dan obat kurang darah.

2. Sagu (Metroxylon sagu)

a)      Klasifikasi

Regnum    : Planta

 Divisi       : Magnoliophyta

Kelas        : Liliopsida

Ordo         : Arecales

Famili       : Arecaceae

Genus       : Metroxylon

Spesies     : Metroxylon sagu Rottb.

b)      Morfologi

Sagu tumbuh dalam bentuk rumpun.  Setiap rumpun terdiri dari 1-8 batang sagu, pada setiap

pangkal tumbuh 5-7 batang anakan.  Pada kondisi liar rumpun sagu akan melebar dengan jumlah

anakan yang banyak dalam berbagai tingkat pertumbuhan (Harsanto, 1986).  Lebih lanjut Flach

(1983) dalam Djumadi (1989) menyatakan bahwa sagu tumbuh berkelompok membentuk

rumpun mulai dari anakan sampai tingkat pohon.  Tajuk pohon terbentuk dari pelepah yang

Page 7: Pembuatan amilum 1

berdaun sirip dengan tinggi pohon dewasa berkisar antara 8-17 meter tergantung dari jenis dan

tempat tumbuhnya.

Batang

Batang sagu merupakan bagian terpenting karena merupakan gudang penyimpanan aci atau

karbohidrat yang lingkup penggunaannya dalam industri sangat luas, seperti industri pangan,

pakan, alkohol dan bermacam-macam industri lainnya (Haryanto dan Pangloli, 1992).

Batang sagu berbentuk silinder yang tingginya dari permukaaan tanah sampai pangkal bunga

berkisar 10-15 meter, dengan diameter batang pada bagian bawah dapat mencapai 35 samapi 50

cm (Harsanto, 1986), bahakan dapat mencapai 80 sampai 90 cm (Haryanto dan Pangloli, 1992). 

Umumnya diameter batang bagian bawah agak lebih besar daripada bagian atas, dan batang

bagian bawah umumnya menagndung pati lebih tinggi daripada bagian atas (Manuputty, 1954

dalam Haryanto dan Pangloli, 1992)

Pada waktu panen berat batang sagu dapat mencapai lebih dari dari 1 ton, kandungan acinya

berkisar antara 15 sampai 30 persesn (berat basa), sehingga satu pohon sagu mampu

menghasilkan 150 sampai 300 kg aci basah (Harsanto, 1986; Haryanto danPangloli, 1992).

Daun

Daun sagu berbentuk memanjang (lanceolatus), agak lebar dan berinduk tulang daun di

tengah, bertangkai daun dimana antara tangkai daun dengan lebar daun terdapat ruas yang mudah

dipatahkan (Harsanto, 1986).

Daun sagu mirip dengan daun kelapa mempunyai pelepah yang menyerupai daun pinang. 

Pada waktu muda, pelepah tersusun secara berlapism tetapi setelah dewasa terlepas dan melekat

sendiri-sendiri pada ruas batang (Harsanto, 1986; Haryanto dan Pangloli, 1992).  Menurut Flach

(1983) dalam Haryanto dan Pangloli (1992) menyatakan bahwa sagu yang tumbuh pada tanah

liat dengan penyinaran yang baik, pada umur dewasa memiliki 18 tangkai daun yang panjangnya

sekitar 5 sampai 7 meter.  Dalam setiap tangkai sekitar 50 pasang daun yang panjangnya

bervariasi antara 60 cm sampai 180 cm dan lebarnya sekitar 5 cm.

Pada waktu muda daun sagu berwarna hijau muda yang berangsur-angsur berubah menjadi

hijau tua, kemudian berubah lagi menjadi coklat kemerah-merahan apabila sudah tua dan

matang.  Tangkai daun yang sudah tua akan lepas dari batang (Harsanto, 1986).

Page 8: Pembuatan amilum 1

Bunga dan Buah

Tanaman sagu berbunga dan berbuah pada umur sekitar 10 sampai 15 tahun, tergantung jenis

dan kondisi pertumbuhannya dan sesudah itu pohon akan mati (Brautlecht, 1953 dalam Haryanto

dan Pangloli, 1992).  Flach (1977) menyatakan bahwa awal fase berbunga ditandai dengan

keluarnya daun bendera yang ukurannya lebih pendek daripada daun-daun sebelumnya.

Bunga sagu merupakan bunga majemuk yang keluar dari ujung atau pucuk batang sagu,

berwarna merah kecoklatan seperti karat (Manuputty, 1954 dalam Haryanto dan Pangloli,

1992).  Sedangkan menurut Harsanto (1986), bunga sagu tersusun dalam manggar secara rapat,

berkuran secara kecil-kecil, waranya putih berbentuk seperti bunga kelapa jantan dan tidak

berbau.

Bunga sagu bercabang banyak yang terdiri dari cabang primer, sekunder dan tersier (Flach,

1977).  Selanjutnya dijelaskan bahwa pada cabang tersier terdapat sepasang bunga jantan dan

betina, namun bunga jantan mengeluarkan tepung sari sebelum bunga betina terbuka atau

mekar.  Oleh karena itu diduga bahwa tanaman sagu adalah tanaman yang menyerbuk silang,

sehingga bilamana tanaman ini tumbuh soliter jarang sekali membentuk buah.

Bilamana sagu tidak segera ditebang pada saat berbunga maka bunga akan membentuk buah. 

Buah bulat kecil, bersisik dan berwarna coklat kekuningan, tersusun pada tandan mirip buah

kelapa (Harsanto, 1986).  Waktu antara bunga mulai muncul sampai fase pembentukan buah

diduga berlangsung sekitar dua tahun (Haryanto dan Pangloli, 1992).

c)      Kandungan Kimia

Sagu mengandung pati, 94 gram karbohidrat, 0,2 gram protein, 0,5 gram serat, 10mg kalsium,

1,2mg besi, dan lemak, karoten, tiamin, dan asam askorbat dalam jumlah sangat kecil

d)     Manfaat

Apabila rantai glukosa dalam pati dipotong menjadi 3-5 rantai glukosa (modifief starch) dapat

dipakai untuk menguatkan daya adhesive dari proses pewarnaan kain pada industri tekstil.

BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum

Page 9: Pembuatan amilum 1

Praktikum dilaksanakan pada hari rabu, 26 oktober 2011 pukul 08.30. Bertempat di

laboratorium Farmakognosi, Jurusan Farmasi, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan,

Universitas Negeri Gorontalo.

3.2 Alat dan Bahan

1.      Ayakan, digunakan untuk mengayak sagu.

2.      Aquadest, digunakan untuk medium pada mikroskop.

3.      Blender, digunakan untuk menghaluskan kentang.

Page 10: Pembuatan amilum 1

4.      Cawan porselin, digunakan untuk menampung hasil endapan dari sagu dan kentang yang akan

dikeringkan di oven.

5.      Gelas piala 500 ml dan 250 ml, digunakan untuk menampung hasil

saringan bahan-bahan yang telah diblender.

Page 11: Pembuatan amilum 1

6.      Kain kasa/kertas saring, digunakan untuk menyaring bahan-bahan

yang akan dijadikan amilum.

7.      Kentang, digunakan sebagai bahan untuk pembuatan amilum.

8.      Mikroskop, digunakan untuk melihat penampang dari amilum kentang dan sagu.

Page 12: Pembuatan amilum 1

9.      Oven, digunakan untuk mengeringkan hasil endapan bahan-bahan.

10.  Pisau, digunakan untuk mengupas kulit kentang sebelum ditimbang.

11.  Sagu, digunakan sebagai bahan yang akan dibuat amilum.

Page 13: Pembuatan amilum 1

12.  Timbangan, digunakan untuk menimbang kentang dan sagu.

3.3 Prosedur Kerja

 

Page 14: Pembuatan amilum 1

 

Page 15: Pembuatan amilum 1

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

1.      Berat Endapan (amilum)

a.       Kentang (Solanum tuberosum)

Berat cawan kosong = 48,02 g

Berat cawan beserta isi = 48,14 g

Berat endapan (amilum) = Berat cawan beserta isi - Berat cawan kosong

= 48,14 – 48,02

= 0,12 g

b.      Sagu (Metroxylon sagu)

Berat cawan kosong = 48,02 g

Berat cawan beserta isi = 54,13 g

Berat endapan (amilum) = Berat cawan beserta isi - Berat cawan kosong

= 54,13 – 48,02

= 6,11 g

2.      Tabel Pengamatan Amilum

No Nama Amilum Organoleptis

1Sagu

(Metroxylon sagu)

Warna  : coklat muda

Bau      : bau khas

Rasa     : tawar

2Kentang

(Solanum tuberosum)

Warna  : putih keunguan

Bau      : bau khas

Rasa     : tawar

3.      Gambar Penampang Amilum

Medium       : Aquadest

Pembesaran : 40x

Page 16: Pembuatan amilum 1

Kentang Sagu

4.2 Pembahasan

Praktikum yang dilakukan adalah percobaan pembuatan amilum. Dimana menggunakan

sampel yaitu kentang (Solanum tuberosum) dan sagu (Metroxylon sagu). Setiap amilum pada

berbagai tumbuhan bermacam-macam sehingga akan dilihat perbedaan amilum pada kentang dan

sagu.

1.      Kentang (Solanum tuberosum)

Adapun langkah kerja dari pembuatan amilum kentang yaitu yang pertama disiapkan alat

dan bahan yang digunakan. Kemudian disortasi dan dicuci kentang, hal ini bertujuan agar sampel

yang akan digunakan bebas dari kotoran atau benda-benda asing yang menempel.

Dikupas kulit kentang sebelum ditimbang karena dapat mempengaruhi bobot sampel

yang digunakan. Bagian kentang yang digunakan pembuatan amilum hanya daging umbinya

saja.

Dimasukkan kentang yang sudah dipotong-potong kedalam wadah blender, tambah

sedikit air dan blender sampai halus. Tujuan dari langkah tersebut untuk menarik amilum pada

kentang. Amilum dapat larut pada air dan ukuran partikel yang kecil akan mempermudah proses

penarikan amilum dari kentang.

Setelah itu hasil blender kentang disaring menggunakan kain kasa sampil diperas secara

perlahan pada masing-masing wadah atau gelas kimia. Hasil saringannya (filtrat) diambil dan

diendapkan sedangkan residu atau yang tertinggal pada saringan dibuang.

Page 17: Pembuatan amilum 1

Setelah mengendap, dibuang air rendamannya dan endapannya disalin pada cawan

porselin. Kemudian dikeringkan dengan menggunakan oven selama beberapa menit pada suhu

40-50oC. Pengeringan dilakukan agar air (pelarut) dapat menguap dan meninggalkan amilum

murni dari kentang. Suhu yang digunakan 40-50oC karena jika dibawah dari itu air akan sulit

diuapkan sedangkan jika diatas dari suhu tersebut akan berpengaruh pada amilum karena

pemanasan berlebih.

Setelah kering amilum kentang berwarna putih sedikit keunguan dan berbentuk serbuk,

baunya khas dan rasa tawar. Sedangkan amilum sagu berwarna coklat muda dan berbentuk

serbuk, baunya khas dan rasa tawar. Berat endapan kentang yaitu 0,12 g dan sagu 6,11 g.

Dari hasil pengamatan amilum kentang dibawah mikroskop menggunakan medium

aquadest dan pembesaran 40 kali, diperoleh hasil bahwa amilum majemuk, dimana hilus terlihat

jelas dan letaknya di ujung yaitu berupa hilus eksentrik. Lamela amilum kentang terlihat jelas.

Hilus yang dimaksud adalah titik terbentuknya butir tepung sedangkan lamela adalah lapisan

pada amilum.

2.      Sagu (Metroxylon sagu)

Adapun langkah kerja dari pembuatan amilum sagu yaitu yang pertama disiapkan alat

dan bahan yang digunakan. Kemudian disortasi dengan diayak terlebih dahulu sebelum

ditimbang karena untuk sampel sagu yang akan digunakan hanya yang sudah berukuran kecil

dan memisahkan dari partikel-partikel yang besar atau zat asing bercampur pada sagu.

Karena sagu yang digunakan sudah berukuran kecil sehingga langsung ditambahkan air

dan dicampur. Tujuannya sama seperti pada kentang yaitu untuk menarik amilum pada sagu.

Setelah itu hasil campuran sagu disaring menggunakan kain kasa sampil diperas secara

perlahan pada masing-masing wadah atau gelas kimia. Hasil saringannya (filtrat) diambil dan

diendapkan sedangkan residu atau yang tertinggal pada saringan dibuang.

Setelah mengendap, dibuang air rendamannya dan endapannya disalin pada cawan

porselin. Kemudian dikeringkan dengan menggunakan oven selama beberapa menit pada suhu

40-50oC. Pengeringan dilakukan agar air (pelarut) dapat menguap dan meninggalkan amilum

murni dari sagu. Suhu yang digunakan 40-50oC karena jika dibawah dari itu air akan sulit

diuapkan sedangkan jika diatas dari suhu tersebut akan berpengaruh pada amilum karena

pemanasan berlebih.

Page 18: Pembuatan amilum 1

Didapatkan amilum sagu berwarna coklat muda dan berbentuk serbuk, baunya khas dan

rasa tawar. Berat endapan sagu 6,11 g. Hasil pengamatan dibawah mikroskop menggunakan

medium aquadest dan pembesaran 40 kali. Amilum sagu yaitu amilum bertipe kosentrik, terdapat

hilus dan lamela, namun hilusnya tidak terlalu jelas kelihatan jika dibandingkan hilus pada

kentang.

BAB V

PENUTUP

5.1  Kesimpulan

1.      Amilum merupakan salah satu bagian dari sel yang bersifat non protoplasmik yang ada didalam

plastida. Perkembangan amilum dimulai dengan terbentuknya hilus, kemudian diikuti oleh

pembentukan lamella yang semakin banyak.

2.      Setelah kering amilum kentang berwarna putih sedikit keunguan dan berbentuk serbuk, baunya

khas dan rasa tawar. Sedangkan amilum sagu berwarna coklat muda dan berbentuk serbuk,

baunya khas dan rasa tawar. Berat endapan kentang yaitu 0,12 g dan sagu 6,11 g.

3.      Amilum pada kentang merupakan amilum setengah majemuk diadelf, yaitu butir amilum

mempunyai lebih dari satu hilus yang masing-masing dikelilingi lamella dan diluarnya

dikelilingi lamela bersama, dan bersifat eksentrik. Sedangkan pada sagu, hilus dan lamela tidak

terlalu jelas saat dilakukan pengamatan dibawah mikroskop.

5.2 Saran

1.      Sebaiknya kentang dicuci terlebih dahulu sebelum diblender agar tehindar dari zat pengotor yang

akan mempengaruhi hasil rendamennya.

2.      Saat mengamati amilum dibawah mikroskop, sebaiknya medium yang digunakan jangan terlalu

banyak, karena akan mempengaruhi penampang yang diamati. Jika terlalu banyak medium,

globul air akan mempersulit kita untuk mengamati hilus dan lamella yang terbentuk.

Page 19: Pembuatan amilum 1

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, E. et al.2004.Pemanfaatan Maltodekstrin Pati Terigu Sebagai Eksipien dalam Formula

Sediaan Tablet dan Niosom.Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Adam,M.,Hasan,H.2011.Penuntun Praktikum Farmakognosi.Gorontalo: Universitas Negeri

Gorontalo

Fahn, A.1995.Anatomi Tumbuhan edisi ketiga.Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Gunawan,D.,Mulyani,S.2004.Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) jilid 1. Jakarta: Penebar Swadaya

Harsanto, P.B., 1986.  Budidaya dan Pengolahan Sagu.  Kanisius.  Yogyakarta.

Haryanto, B.  Dan Pangloli, P., 1992.  Potensi dan Pemanfaatan Sagu.  Kanisius.  Yogyakarta.

Jumadi, A., 1989.  Sistem Pertanian Sagu di Daerah Luwu Sulsel.  Thesis Pasca Sarjana IPB. Bogor.

Poedjiadi.2009.Dasar-dasarBiokimia.Jakarta:Universitas Indonesia Press

Syamsuni, H. A. 2007. Ilmu Resep.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

Page 20: Pembuatan amilum 1

Ini bukan web u/ makalah yg d atas ini utk jerangau aku

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16400/.../Chapter%20II.pdf

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15025/1/09E00984.pdf

www.dephut.go.id/files/Statistik_TNBBBR_2009.pdf