Pembiayaan Konsumen Dengan JAminan Yudisia

40
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Perumusan Masalah Sepeda motor adalah sarana transportasi yang banyak diminati oleh masyarakat, baik masyarakat perkotaan maupun masyarakat pedesaan. Disamping irit dan cepat, sepeda motor merupakan kendaraan yang mudah didapat dan murah, karena kemudahan dan murahnya harga sepeda motor membuka peluang bagi perusahaan pembiayaan konsumen untuk menyediakan pembiayaan sepeda motor secara kredit bagi masyarakat yang daya belinya masih kurang, dengan memberikan fasilitas kredit dengan atau tanpa uang muka dalam bentuk pembiayaan konsumen. Untuk memberikan jaminan dan kepastian hukum, maka sejak tahun 1988, pemerintah Indonesia telah memberikan payung hukum bagi lembaga pembiayaan maupun bagi konsumen untuk melakukan kegiatan pembiayaan konsumen. Hal tersebut dimulai sejak dikeluarkannya Peraturan Presiden nomor 61 tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan, kemudian dicabut dan terakhir diganti dengan Peraturan Presiden nomor 9 tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan, dimana lembaga pembiayaan diatur dalam Pasal 1 angka 1 yang dimaksud dengan Lembaga Pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal. Badan 1 1

description

Fakultas Hukum

Transcript of Pembiayaan Konsumen Dengan JAminan Yudisia

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang dan Perumusan Masalah

    Sepeda motor adalah sarana transportasi yang banyak diminati oleh

    masyarakat, baik masyarakat perkotaan maupun masyarakat pedesaan.

    Disamping irit dan cepat, sepeda motor merupakan kendaraan yang

    mudah didapat dan murah, karena kemudahan dan murahnya harga

    sepeda motor membuka peluang bagi perusahaan pembiayaan konsumen

    untuk menyediakan pembiayaan sepeda motor secara kredit bagi

    masyarakat yang daya belinya masih kurang, dengan memberikan fasilitas

    kredit dengan atau tanpa uang muka dalam bentuk pembiayaan

    konsumen.

    Untuk memberikan jaminan dan kepastian hukum, maka sejak tahun

    1988, pemerintah Indonesia telah memberikan payung hukum bagi

    lembaga pembiayaan maupun bagi konsumen untuk melakukan kegiatan

    pembiayaan konsumen. Hal tersebut dimulai sejak dikeluarkannya

    Peraturan Presiden nomor 61 tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan,

    kemudian dicabut dan terakhir diganti dengan Peraturan Presiden nomor

    9 tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan, dimana lembaga

    pembiayaan diatur dalam Pasal 1 angka 1 yang dimaksud dengan

    Lembaga Pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan

    pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal. Badan

    1

    1

  • 2

    usaha yang dimaksud dalam Pasal 1 angka 1, diatur dalam Pasal 1 angka

    2 yaitu badan usaha yang khusus didirikan untuk melakukan sewa guna

    usaha, anjak piutang, pembiayaan konsumen, dan/atau usaha kartu

    kredit, yang ditindak lanjuti dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor

    84/PMK.012/2006 Tentang Perusahaan Pembiayaan, dimana perusahaan

    pembiayaan diatur dalam Pasal 1 huruf b yaitu perusahaan pembiayaan

    adalah badan usaha di luar bank dan lembaga keuangan bukan bank

    yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam

    bidang usaha lembaga pembiayaan. Sedangkan pembiayaan konsumen

    (consumers finance) diatur dalam peraturan presiden nomor 9 tahun 2009

    tentang lembaga pembiayaan, Pasal 1 angka 7 yaitu pembiayaan

    konsumen (consumers finance) adalah kegiatan pembiayaan untuk

    pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan

    pembayaran secara angsuran, dan dijelaskan lebih lanjut dalam peraturan

    menteri keuangan nomor 84/PMK.012/2006 tentang perusahaan

    pembiayaan, Pasal 1 huruf g pembiayaan konsumen (consumer finance)

    adalah pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan

    konsumen dengan pembayaran secara angsuran yang dalam Pasal 6 ayat

    1 dijelaskan bahwa kegiatan pembiayaan konsumen dilakukan dalam

    bentuk penyediaan dana untuk pengadaan barang berdasarkan

    kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran. Kebutuhan

    konsumen tersebut dijelaskan lebih rinci dalam Pasal 6 ayat 2 yaitu

  • 3

    kebutuhan konsumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain

    meliputi :

    a. Pembiayaan kendaran bermotor

    b. Pembiayaan alat-alat rumah tangga

    c. Pembiayaan barang-barang elektronik

    d. Pembiayaan perumahan

    Dalam setiap kegiatan usaha pembiayaannya, perusahaan

    pembiayaan selalu mengadakan hubungan kontraktual dengan pihak-

    pihak yang berkepentingan, dimana hal tersebut tidak terlepas dari syarat

    sahnya perjanjian yang diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu

    supaya terjadi persetujuan yang sah, perlu dipenuhi empat syarat :

    a. Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya

    b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan

    c. Suatu pokok persoalan tertentu

    d. Suatu sebab yang terlarang

    dan tidak terlepas juga dari asas kebebasan berkontrak yang diatur dalam

    Pasal 1338 KUHPerdata yaitu semua persetujuan yang dibuat sesuai

    dengan undang-undang berlaku sebagai undang-undang bagi mereka

    yang membuatnya. Persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain

    dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang

    ditentukan undang-undang. Persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad

    baik. Sehingga dalam menuangkan kehendak para pihak tersebut, maka

  • 4

    dibuat dalam bentuk tertulis berupa rumusan perjanjian yang menetapkan

    hak dan kewajiban para pihak.

    Menurut Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati, unsur-unsur

    dalam pembiayaan konsumen, yaitu1:

    1. Subyek pembiayaan konsumen terdiri dari :

    a. perusahaan pembiayaan (kreditor) adalah badan usaha yang

    khusus didirikan untuk melakukan sewa guna usaha, anjak piutang,

    pembiayaan konsumen dan/atau usaha kartu kredit

    b. Konsumen (debitor) adalah setiap orang pemakai barang dan/atau

    jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri

    sendiri, keluarga, orang lain, mapun makhluk hidup lain dan tidak

    untuk diperdagangkan.

    c. Penyedia barang (supplier) adalah pihak penjual barang kepada

    konsumen atas pembayaran oleh pihak ketiga (perusahaan

    pembiayaan konsumen)

    2. Obyek adalah barang bergerak keperluan konsumen yang akan

    dipakai untuk keperluan hidup atau keperluan rumah tangga. Menurut

    Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 Tentang

    Perusahaan Pembiayaan, Pasal 6 ayat 2 kebutuhan konsumen

    sebagaimana di maksud pada ayat (1), antara lain meliputi :

    a. Pembiayaan kendaraan bermotor

    b. Pembiayaan alat-alat rumah tangga

  • 5

    c. Pembiayaan barang-barang elektronik

    d. Pembiayaan perumahan

    3. Perjanjian adalah perbuatan persetujuan pembiayaan yang diadakan

    antara perusahaan pembiayaan konsumen dan konsumen, serta jual

    beli antara pemasok dan konsumen.

    4. Hubungan kewajiban dan hak, yaitu :

    a. Perusahaan pembiayaan :

    - Membiayai harga pembelian barang keperluan konsumen

    - Membayar tunai supplier

    b. Konsumen : membayar harga barang secara angsuran kepada

    perusahaan pembiayaan

    c. Supplier : menyerahkan barang kepada konsumen

    5. Jaminan, yaitu terdiri atas jaminan utama, pokok, tambahan. Jaminan

    utama berupa kepercayaan terhadap konsumen (debitor), jaminan

    pokok secara fidusia berupa barang yang dibiayai oleh perusahaan

    konsumen dimana semua dokumen kepemilikan barang dikuasai oleh

    perusahaan pembiayaan konsumen (fiduciary transfer of ownership).

    Adapun jaminan tambahan berupa pengakuan hutang (promissory

    notes) dari konsumen.

    6. Pembayaran angsuran, yaitu pihak konsumen membayar harga

    kepada perusahaan pembiayaan konsumen secara angsuran sampai

    lunas2.

  • 6

    Dalam praktek seringkali dijumpai bahwa pihak perusahaan

    pembiayaan menjadi pihak yang tidak aman dalam memperoleh haknya,

    misalnya konsumen dapat sewaktu-waktu mengalihkan obyek

    pembiayaan konsumen kepada orang lain tanpa sepengetahuan

    perusahaan pembiayaan atau konsumen tidak mau mengembalikan obyek

    pembiayaan konsumen secara baik-baik, walaupun konsumen telah

    wanprestasi, dan berbagai masalah lainnya. Karena sadar akan resiko

    yang mungkin akan dihadapi oleh perusahaan pembiayaan, maka dalam

    praktek dibutuhkan juga jaminan. Sehingga diharapkan kedudukan

    perusahaan pembiayaan benar-benar terjamin. Pada prinsipnya jaminan

    diberikan terhadap pinjaman, kredit atau kontrak lainnya, tetapi dapat juga

    diberikan terhadap transaksi pembiayaan konsumen. Dimana pembiayaan

    konsumen juga memerlukan jaminan-jaminan tertentu agar dana yang

    telah dikeluarkan oleh perusahaan pembiayaan ditambah dengan

    keuntungan-keuntungan tertentu dapat diterima kembali oleh perusahaan

    pembiayaan.

    Jaminan merupakan terjemahan dari istilah zekerheid atau cautie,

    yaitu kemampuan debitor untuk memenuhi atau melunasi perutangannya

    kepada kreditor, yang dilakukan dengan cara menahan benda tertentu

    yang bernilai ekonomis sebagai tanggungan atas pinjaman atau utang

    yang diterima debitor terhadap kreditornya. Jaminan pembiayaan

    konsumen pada prinsipnya sama dengan jaminan terhadap perjanjian

    kredit yang diberikan oleh bank, yaitu :

  • 7

    a. Jaminan Utama, yaitu kepercayaan dari perusahaan pembiayaan

    (kreditor) kepada konsumen (debitor) bahwa pihak debitor dapat

    dipercaya dan sanggup membayar hutang-hutangnya.

    b. Jaminan pokok, yaitu barang yang dibeli oleh konsumen (debitor)

    dengan dana dari pembiayaan konsumen dijadikan jaminan dalam

    pembiayaan konsumen tersebut. Jaminan tersebut dalam bentuk

    fiduciary transfer of ownership (fidusia). Dimana seluruh dokumen

    yang berkenaan dengan kepemilikan barang yang bersangkutan akan

    dipegang oleh perusahaan pembiayaan (kreditor) hingga kredit lunas.

    c. Jaminan Tambahan, yaitu berupa pengakuan hutang (promissory

    notes), kuasa menjual barang (cessie) dan dari asuransi, juga jaminan

    berupa persetujuan istri/suami untuk konsumen perusahaan, sesuai

    ketentuan anggaran dasarnya.

    Dalam pembiayaan konsumen, Jaminan yang dibuat dalam bentuk

    fidusia yaitu penyerahan hak milik secara kepercayaan, dalam istilah

    Belanda disebut Fiduciare Eigendoms Overdracht, sedangkan dalam

    bahasa Inggris disebut fiduciary transfer of ownership (fidusia). Fidusia

    berasal dari kata fiduciair atau fides yang artinya kepercayaan, yakni

    penyerahan hak milik atas benda secara kepercayaan sebagai jaminan

    (agunan) bagi pelunasan piutang kreditor3. Di Indonesia jaminan secara

    fidusia diatur dalam Undang-undang nomor 42 Tahun 1999 tentang

    Jaminan Fidusia, Pasal 1 angka 1, fidusia adalah pengalihan suatu benda

    3

  • 8

    atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak

    kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda.

    Sedangkan jaminan fidusia diatur dalam Pasal 1 angka 2, yang dimaksud

    dengan jaminan fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik

    yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak

    khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan

    sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang nomor 4 tahun 1996

    tentang hak tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan pemberi

    fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan

    kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditor

    lainnya. Dalam pembiayaan konsumen, jaminan pokok berupa fidusia atas

    obyek pembiayaan konsumen, diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan

    Republik Indonesia Nomor 130/PMK.010/2012 Tentang Pendaftaran

    Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan Yang Melakukan

    Pembiayaan Konsumen Untuk Kendaraan Bermotor Dengan

    Pembebanan Jaminan Fidusia, dimana pada Pasal 1 disebutkan bahwa

    perusahaan pembiayaan yang melakukan pembiayaan konsumen untuk

    kendaraan bermotor dengan pembebanan jaminan fidusia wajib

    mendaftarkan jaminan fidusia dimaksud pada Kantor Pendaftaran Fidusia,

    sesuai undang-undang yang mengatur mengenai jaminan fidusia.

    Peraturan tersebut dimaksudkan tentunya dengan harapan agar apabila

    konsumen wanprestasi, obyek pembiayaan konsumen tersebut dapat

    dieksekusi dengan cara fidusia.

  • 9

    Adapun permasalahan-permasalahan yang penulis angkat dalam

    penulisan ini adalah sebagai berikut :

    1. Bagaimana penerapan pengikatan obyek pembiayaan konsumen

    yang diikuti dengan jaminan fidusia?

    2. Bagaimanakah eksekusi terhadap obyek pembiayaan konsumen yang

    diikat dengan jaminan fidusia?

    B. Manfaat Penulisan

    Penulisan skripsi ini dapat dimanfaatkan untuk menambah wawasan

    ilmu pengerahuan khususnya bagi para sarjana hukum di Indonesia

    mengenai perikatan obyek pembiayaan konsumen dengan jaminan fidusia

    pada perusahaan pembiayaan dan manfaat bagi penulis sebagai upaya

    untuk melatih diri dan membandingkan antara teori yang diperoleh dari

    bangku perkualiahan dengan praktek di masyarakat, serta dapat

    dimanfaatkan oleh masyarakat umum sebagai wawasan dan jawaban

    dalam menyelesaikan masalah perikatan obyek pembiayaan konsumen

    secara jaminan fidusia dan eksekusi dengan jaminan fidusia apabila

    debitor lalai.

  • 10

    C. Tinjauan Pustaka

    1. Pembiayaan Konsumen

    Pembiayaan Konsumen dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah

    consumer finance, yaitu kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang

    berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara

    angsuran4. Ada dua macam pembiayaan konsumen, yaitu :

    a. Jual Beli dengan Cicilan

    Jual Beli dengan cicilan dalam bahasa Belanda dikenal dengan istilah

    koop op afbetaling, dan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah

    credit sale yaitu perjanjian dimana barang seketika diserahkan dalam

    miliknya si pembeli, namun harganya boleh dicicil. Istilah Jual beli

    dengan cicilan pertama kali diatur dalam Keputusan Menteri

    Perdagangan dan Koperasi Nomor 34/KP/II/80 Tentang Perizinan

    Kegiatan Usaha Sewa Beli (Hire Purchase) Jual Beli dengan Angsuran

    dan Sewa (Rent), yang diatur dalam Pasal 1 huruf b yang dimaksud

    jual beli dengan angsuran adalah jual beli barang dimana penjual

    melaksanakan penjualan barang dengan cara menerima pelunasan

    pembayaran yang dilakukan oleh pembeli dalam beberapa kali

    angsuran atas harga barang yang telah disepakati bersama dan yang

    diikat dalam suatu perjanjian, serta hak milik atas barang tersebut

    beralih dari penjual kepada pembeli pada saat barangnya diserahkan

    oleh penjual kepada pembeli.

  • 11

    b. Sewa beli

    Sewa beli pertama kali dikenal di Belanda pada tahun 1936 yang

    dikenal dengan nama huurkoop yang artinya sewa beli dan di Inggris di

    kenal dengan nama hire purchase. Menurut Michael R Purba,

    huurkoop adalah sewa beli, jual beli dengan perjanjian bahwa harga

    dibayar secara diangsur, barang diserahkan pada waktu perjanjian

    ditutup sebagai disewa oleh si pembeli dan hak milik baru beralih

    pada waktu pembayaran angsuran yang terakhir.5 Pengertian sewa

    beli secara yuridis di Indonesia tidak diatur dalam perumusan formal,

    tetapi dapat kita jumpai dalam praktek. Perumusan sewa beli pertama

    kali diatur dalam keputusan menteri perdagangan dan koperasi nomor

    34/KP/II/80 tentang perizinan kegiatan usaha sewa beli (hire purchase)

    jual beli dengan angsuran, dan sewa (renting) dimana diatur dalam

    Pasal 1 huruf a yaitu sewa beli (hire purchase) adalah jual beli barang

    dimana penjual melaksanakan penjualan barang dengan cara

    memperhitungkan setiap pembayaran yang dilakukan oleh pembeli

    dengan pelunasan atas harga barang yang telah disepakati bersama

    dan yang diikat dalam suatu perjanjian, serta hak milik atas barang

    tersebut baru beralih dari penjual kepada pembeli setelah jumlah

    harganya di bayar lunas oleh pembeli kepada penjual. Dimana

    didalamnya terdapat unsur-unsur jual beli dan sewa menyewa, serta

    mempunyai fungsi yang hampir sama dengan bank, yaitu memberikan

    5

  • 12

    sumber pembiayaan jangka menengah (satu tahun sampai lima tahun),

    yang dari segi perekonomian nasional merupakan suatu metode baru

    untuk menambah modal kerja.

    Sewa Beli merupakan pembiayaan konsumen yang dipakai dalam

    pemberian pembiayaan kendaraan bermotor, dimana dalam melakukan

    setiap kegiatan sewa beli, perusahaan pembiayaan selalu melakukan

    perikatan dalam bentuk perjanjian, dimana pranata hukum perjanjian

    pembiayaan konsumen tidak disebutkan dalam KUHPerdata dan

    merupakan jenis perjanjian baru. Menurut sistem perdata di Indonesia ada

    dua perjanjian menurut namanya, yaitu :

    a. Perjanjian bernama (benoemd), yaitu perjanjian khusus yang

    mempunyai nama sendiri, yang diatur oleh pembentuk undang-

    undang

    b. Perjanjian tidak bernama (onbenoemde overeenkomst) yaitu

    perjanjian yang tidak mempunyai nama tertentu dan jumlahnya tidak

    terbatas, yang disesuaikan dengan kebutuhan pihak-pihak yang

    mengadakannya.6

    Dalam perjanjian tidak bernama, perjanjian pembiayaan konsumen

    didasarkan pada asas kebebasan berkontrak yang diatur dalam Pasal

    1320 juncto Pasal 1338 KUHPerdata. Pasal 1320 KUHPerdata mengatur

    tentang syarat yang harus dipenuhi untuk sahnya suatu kontrak, yaitu :

    6 , 2010, h.232

  • 13

    a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya (de toestemming van

    degenen die zich verbinden)

    b. Kecakapan untuk membuat perikatan (de bekwaamheid om eene

    verbintenis aan te gaan)

    c. Suatu hal tertentu (een bepaald onderwerp)

    d. Suatu sebab yang halal atau diperbolehkan (eene geoorloofde

    oorzaak)

    sedangkan Pasal 1338 (1) KUHPerdata yang menyatakan bahwa semua

    perjanjian yang di buat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi

    mereka yang membuatnya.

    2. Perusahaan Pembiayaan

    Lembaga Pembiayaan terdiri dari dua kata, yaitu :

    a. Lembaga adalah badan atau pranata yang bermaksud melakukan

    sesuatu penyelidikan keilmuan atau melakukan sesuatu usaha

    b. Pembiayaan adalah perbuatan untuk membiayai baik perorangan

    maupun bentuk perusahaan.

    sehingga lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan

    kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal

    yang termasuk salah satu dari Lembaga Jasa Keuangan.

    Lembaga pembiayaan meliputi :

    a. Perusahaan Pembiayaan

    Perusahaan pembiayaan adalah badan usaha di luar badan dan

    lembaga keuangan bukan bank yang khusus didirikan untuk

  • 14

    melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha lembaga

    pembiayaan, dimana kegiatan pembiayaannya dalam bentuk

    penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana

    secara langsung dari masyarakat. Perusahaan pembiayaan diatur

    dalam Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga

    Pembiayaan, Pasal 1 angka 2, yaitu perusahaan pembiayaan adalah

    badan usaha yang khusus didirikan untuk melakukan sewa guna

    usaha, anjak piutang, pembiayaan konsumen, dan atau usaha kartu

    kredit.

    b. Perusahaan Modal Ventura

    c. Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur

    perusahaan-perusahaan tersebut diatas dalam menjalankan kegiatannya

    harus berbentuk perseroan terbatas atau koperasi.

    Untuk menjamin kedudukan perusahaan pembiayaan tetap aman

    dalam memberikan pembiayaan konsumen, dan agar dana yang

    dikeluarkan oleh perusahaan pembiayaan ditambah dengan keuntungan-

    keuntungan tertentu dapat diterimanya kembali, maka diperlukan jaminan.

    Jaminan-jaminan dalam pembiayaan konsumen pada prinsipnya tidak

    jauh berbeda pada jaminan perjanjian kredit di perbankan. dimana ada

    jaminan tambahan pada consumers finance agreement yaitu berupa

    fidusia, yang diatur dalam undang-undang nomor 42 tahun 1999 tentang

    Jaminan Fidusia dan diatur juga dalam peraturan Menteri Keuangan

    nomor 130/PMK.010/2012 tentang Pendaftaran Jaminan Bagi Perusahaan

  • 15

    Pembiayaan Yang Melakukan Pembiayaan Konsumen Untuk Kendaraan

    Bermotor Dengan Pembebanan Jaminan Fidusia, yang dijelaskan pada

    Pasal 1 ayat 1 yaitu perusahaan pembiayaan yang melakukan

    pembiayaan konsumen untuk kendaraan bermotor dengan pembebanan

    jaminan fidusia wajib mendaftarkan jaminan fidusia dimaksud pada Kantor

    Pendaftaran Fidusia, sesuai undang-undang yang mengatur mengenai

    jaminan fidusia. Pendaftaran jaminan fidusia memberikan hak yang

    didahulukan (preferen) kepada penerima fidusia terhadap kreditor lainnya.

    Perjanjian jaminan fidusia memberikan hak kepada pihak pemberi fidusia

    untuk tetap menguasai benda yang menjadi obyek jaminan fidusia

    berdasarkan kepercayaan, maka diharapkan sistem pendaftaran yang

    diatur dalam undang-undang ini dapat memberikan jaminan kepada

    penerima fidusia dan pihak yang berkepentingan terhadap benda tersebut.

    Oleh karena dalam kontrak perjanjian pembiayaan konsumen yang

    dipermasalahkan adalah jaminan atas barang yang difidusia-kan yang

    memungkinkan benda bergerak sebagai jaminan, tetapi benda tersebut

    tetap berada dalam tangan dan tetap dipakai untuk usaha si pemberi

    jaminan.

    3. Jaminan Fidusia

    Jaminan fidusia yaitu penyerahan hak milik secara kepercayaan,

    dalam istilah Belanda disebut Fiduciare Eigendoms Overdracht,

    sedangkan dalam bahasa Inggris disebut fiduciary transfer of

    ownership (fidusia). Fidusia berasal dari kata fiduciair atau fides yang

  • 16

    artinya kepercayaan, yakni penyerahan hak milik atas benda secara

    kepercayaan sebagai jaminan (agunan) bagi pelunasan piutang

    kreditor7. Di Indonesia jaminan secara fidusia diatur dalam Undang-

    undang nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, Pasal 1

    angka 1, fidusia adalah pengalihan suatu benda atas dasar

    kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak

    kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik

    benda. Sedangkan jaminan fidusia diatur dalam Pasal 1 angka 2,

    yang dimaksud dengan jaminan fidusia adalah hak jaminan atas

    benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan

    benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani

    hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

    nomor 4 tahun 1996 tentang hak tanggungan yang tetap berada

    dalam penguasaan pemberi fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan

    utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan

    kepada penerima fidusia terhadap kreditor lainnya

    Fidusia mempunyai unsur-unsur, yaitu ;

    a. Unsur kepercayaan dari pemberi fidusia

    b. Unsur kepercayaan dari penerima fidusia

    c. Hak Mendahului (preferen)

    d. Sifat Accessoir

    7 Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, h. 151

  • 17

    4. Eksekusi Obyek Pembiayaan Konsumen Secara Jaminan Fidusia

    Eksekusi terhadap benda yang menjadi obyek jaminan fidusia

    menurut Undang-Undang nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan

    Fidusia dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

    1. Eksekusi berdasarkan grosse Sertifikat Jaminan Fidusia atau title

    eksekutorial (secara fiat eksekusi) yang terdapat dalam Sertifikat

    Jaminan Fidusia yang dilakukan oleh penerima fidusia.

    Sesuai ketentuan Undang-undang nomor 42 Tahun 1999 Tentang

    Jaminan Fidusia, Pasal 15 ayat 2 yaitu sertifikat jaminan fidusia

    sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mempunyai kekuatan

    eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah

    memperoleh kekuatan hukum tetap, juncto Pasal 29 :

    - ayat 1 yaitu apabila debitor atau pemberi fidusia cidera janji,

    eksekusi terhadap benda yang menjadi obyek jaminan fidusia

    dapat dilakukan dengan cara :

    a. pelaksanaan title eksekutorial sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 15 ayat (2) oleh penerima fidusia.

    Sertifikat jaminan fidusia tersebut dapat dieksekusi tanpa

    menunggu fiat eksekusi dari pengadilan, sebab kekuatannya sama

    dengan sebuah putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan

    hukum tetap. Atas dasar inilah obyek jaminan fidusia dapat

    dieksekusi tanpa menunggu adanya surat perintah (putusan) dari

    pengadilan.

  • 18

    2. Eksekusi berdasarkan pelaksanaan parate eksekusi melalui

    pelelangan umum oleh penerima fidusia.

    Eksekusi diatas diatur dalam undang-undang nomor 42 tahun 1999

    tentang jaminan fidusia, Pasal 15 ayat 3 yaitu apabila debitor cidera

    janji, penerima fidusia mempunyai hak untuk menjual benda yang

    menjadi obyek jaminan fidusia atas kekuasaannya sendiri. Maka

    berdasarkan ketentuan tersebut kreditor (penerima fidusia)

    diberikan hak untuk melakukan penjualan obyek jaminan fidusia

    melalui pelelangan umum (kantor lelang) tanpa memerlukan

    persetujuan dari debitor, yaitu dengan cara meminta bantuan

    Kantor Lelang untuk melakukan penjualan secara lelang.

    3. Eksekusi secara penjualan di bawah tangan oleh kreditor pemberi

    fidusia sendiri.

    Eksekusi dengan cara penjualan dibawah tangan oleh kreditor

    dapat dilakukan sepanjang terdapat kesepakatan antara pemberi

    fidusia dan penerima fidusia, hal tersebut dimungkinkan untuk

    memenuhi kepentingan para pihak dalam perjanjian penjaminan

    fidusia, sesuai dengan undang-undang nomor 42 tahun 1999

    tentang jaminan fidusia, Pasal 29 :

    - ayat 1 huruf c yaitu penjualan dibawah tangan yang dilakukan

    berdasarkan Kesepakatan pemberi dan penerima fidusia jika

    dengan cara demikian dapat diperoleh harga tertinggi yang

    menguntungkan para pihak.

  • 19

    - Ayat 2, yaitu pelaksanaan penjualan sebagaimana dimaksud

    dalam ayat (1) huruf c dilakukan setelah lewat waktu 1 (satu)

    bulan sejak diberitahukan secara tertulis oleh pemberi dan atau

    penerima fidusia kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan

    diumumkan sedikitnya dalam 2 (dua) surat kabar yang tersebar

    di daerah yang bersangkutan.

    adapun persyaratan pelaksanaan eksekusi dengan cara penjualan

    di bawah tangan adalah sebagai berikut8 :

    a. Dilakukan berdasarkan kesepakatan antara pemberi dan

    penerima fidusia

    b. Dapat diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan para

    pihak

    c. Diberitahukan secara tertulis oleh pemberi dan/atau penerima

    fidusia kepada pihak-pihak yang berkepentingan

    d. Diumumkan sedikitnya dalam 2 (dua) surat kabar yang beredar

    di daerah yang bersangkutan; dan

    e. Pelaksanaan penjualan dibawah tangan tersebut, dilakukan

    setelah lewat waktu 1 (satu) bulan sejak diberitahukan secara

    tertulis.

    8 Rachmadi Usman, Op.Cit

  • 20

    D. Metode Penelitian

    Dalam Penyusunan skripsi ini, penulis mengumpulkan bahan-

    bahan yang diperlukan atau mencari data yang terdapat dalam peraturan

    perundang-undangan dan dalam praktek, yang meliputi :

    1. Metode Pendekatan

    Metode pendekatan yang digunakan dalam pembahasan skripsi ini

    adalah pendekatan yuridis-normatif, maka pendekatan yang dilakukan

    adalah pendekatan perundang-undangan (statue approach).

    Pendekatan perundang-undangan (statue approach) dilakukan

    dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang

    bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani, dimana

    pendekatan undang-undang membuka kesempatan untuk

    mempelajari adakah konsistensi dan kesesuaian antara suatu

    undang-undang dengan undang-undang lainnya atau antara undang-

    undang dan Undang-Undang Dasar atau antara regulasi dan undang-

    undang9.

    2. Bahan Hukum

    Data atau bahan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini ada tiga

    data yaitu :

    a. Bahan Hukum Primer

    Bahan hukum yang bersifat autoritatif yang artinya mempunyai

    otoritas, yang terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan

    9 Peter

  • 21

    resmi atau risalah dalam pembuiatan perundang-undangan dan

    putusan-putusan hakim10, yaitu :

    1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)

    2. Herziene Inlandsch Reglement (HIR)

    3. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan

    Fidusia

    4. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Lembaga

    Pembiayaan

    5. Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor

    34/KP/II/80 Tentang Perizinan Kegiatan Usaha Sewa Beli (Hire

    Purchase) Jual Beli Dengan Angsuran, dan Sewa (Renting)

    6. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 21/M-

    DAG/PER/10/2005 Tentang Pencabutan Beberapa Perizinan

    Dan Pendaftaran Di Bidang Perdagangan

    7. Keputusan Menteri Keuangan nomor 130/PMK.010/2012

    Tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan

    Pembiayaan Yang Melakukan Pembiayaan Konsumen Untuk

    Kendaraan Bermotor Dengan Pembebanan Jaminan Fidusia

    8. Peraturan Kepala Kepolisian Nomor 8 Tahun 2011 Tentang

    Pengamanan Eksekusi Jaminan Fidusia

    b. Bahan Hukum Sekunder

    10

    Peter Mahmud Marzuki, Op.Cit

  • 22

    berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan

    dokumen-dokumen resmi, meliputi buku-buku teks, kamus-kamus

    hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar atas putusan

    pengadilan.

    3. Metode Pengumpulan Bahan Hukum

    Dalam proses ini, pengumpulan bahan hukum primer menggunakan

    teknik pengumpulan bahan hukum melalui inventarisasi, klasifikasi,

    kategorisasi, sistemasi studi kepustakaan atas perundang-undangan,

    buku-buku, jurnal, artikel-artikel, majalah, kemudian data dikumpulkan

    dan disusun secara sistematis sehingga mendukung pembahasan

    masalah. Sedangkan bahan hukum sekunder dilakukan dengan

    mencari dan mempelajari literatur yang berhubungan dengan

    perjanjian pembiayaan konsumen dan jaminan fidusia

    4. Analisa Bahan Hukum

    Analisa bahan hukum yang digunakan dalam penulisan skripsi ini

    adalah analisa deduktif yaitu menganalisa peraturan perundang-

    undangan dan perjanjian sebagai pernyataan umum untuk mengambil

    kesimpulan terhadap hal-hal khusus. Setelah itu diuraikan secara

    kualitatif, sehingga memperoleh suatu kesimpulan.

  • 23

    E. Pertanggungjawaban Sistematika

    Untuk memudahkan pemahaman atas penulisan ini, maka

    pertanggungjawaban sistematika secara teratur yang semuanya

    mempunyai hubungan erat satu sama lainnya.

    Sistematika atau gambaran isi tersebut dibagi dalam beberapa bab

    dan diantara bab-bab ini terdiri pula atas sub bab. Suatu penulisan ilmiah

    perlu dibatasi ruang lingkupnya, agar hasil yang akan diuraikan terarah

    dan data yang diperoleh relevan untuk menggambarkan keadaan yang

    sebenarnya dan menghindari data yang membias. Adapun gambaran isi

    atau sistematika tersebut adalah sebagai berikut :

    BAB I PENDAHULUAN

    Bab ini menguraikan tentang landasan dan dasar pemikiran

    bagi penulisan, baik mengenai Latar Belakang dan

    Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penulisan,

    Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, Pertanggungjawaban

    Sistematika.

    BAB II PENERAPAN PENGIKATAN OBYEK PEMBIAYAAN

    KONSUMEN SECARA JAMINAN FIDUSIA

    Bab ini menguraikan tentang pembiayaan konsumen,

    jaminan fidusia, kewenangan perusahaan pembiayaan

    menjaminkan obyek pembiayaan konsumen

    BAB III PENERAPAN EKSEKUSI OBYEK PEMBIAYAAN

    KONSUMEN SECARA JAMINAN FIDUSIA

  • 24

    Bab ini menguraikan tentang wanprestasi dan akibat

    hukumnya, eksekusi obyek pembiayaan konsumen secara

    jaminan fidusia

    BAB IV PENUTUP

    Bab ini merupakan bab penutup yang didalamnya diberikan

    Kesimpulan dan Saran.

  • 25

    BAB II

    PENERAPAN PENGIKATAN OBYEK PEMBIAYAAN KONSUMEN

    SECARA JAMINAN FIDUSIA

    A. Pembiayaan Konsumen

    Pembiayaan konsumen merupakan salah satu pembiayaan yang

    dilakukan oleh suatu perusahaan finansial. Pembiayaan Konsumen

    (consumer finance) adalah kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang

    berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran,

    yang tergolong dalam sale credit, karena konsumen tidak menerima cash,

    tetapi hanya menerima barang yang dibeli dengan kredit tersebut untuk

    tujuan konsumtif. Menurut Peraturan Presiden nomor 9 tahun 2009

    tentang Lembaga Pembiayaan, Pasal 1 angka 7 yang dimaksud dengan

    pembiayaan konsumen (consumers finance) adalah kegiatan pembiayaan

    untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan

    pembayaran secara angsuran, dan dijelaskan lebih lanjut dalam peraturan

    Menteri Keuangan nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan

    Pembiayaan, Pasal 1 huruf G yang dimaksud dengan pembiayaan

    konsumen (consumers finance) adalah kegiatan pembiayaan untuk

    pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan

    pembayaran secara angsuran. Dimana dalam Pasal 6 ayat 2 disebutkan

    lebih lanjut tentang kebutuhan konsumen, antara lain :

    a. Pembiayaan kendaraan bermotor

    26

    26

  • 26

    b. Pembiayaan alat-alat rumah tangga

    c. Pembiayaan barang-barang elektronik

    d. Pembiayaan perumahan.

    Pembiayaan konsumen ada dua macam, yaitu :

    1. Jual beli Dengan Cicilan

    Jual beli dengan cicilan dalam bahasa Belanda dikenal dengan istilah

    koop op afbetaling dan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah

    credit sale yaitu perjanjian dimana barang seketika diserahkan dalam

    miliknya si pembeli, namun harganya boleh dicicil. Dengan demikian

    maka si pembeli seketika sudah menjadi pemilik mutlak dari

    barangnya dan tinggallah ia mempunyai hutang kepada si penjual

    berupa harga atau sebagian dari harga yang belum dibayarnya. Dan

    begitu pembeli menerima barangnya, maka ia bebas untuk

    menjualnya lagi karena itu sudah barang miliknya11. Sedangkan

    menurut Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi nomor

    34/KP/II/80 tentang Perizinan Kegiatan Usaha Sewa Beli (Hire

    Purchase) Jual Beli Dengan Angsuran, dan Sewa (Rent), Pasal 1

    huruf b yang dimaksud dengan jual beli dengan angsuran adalah jual

    beli barang dimana penjual melaksanakan penjualan barang dengan

    cara menerima pelunasan pembayaran yang dilakukan oleh pembeli

    dalam beberapa kali angsuran atas harga barang yang telah

    disepakati bersama dan yang diikat dalam suatu perjanjian, serta hak

    11

    R4

  • 27

    milik atas barang tersebut beralih dari penjual kepada pembeli pada

    saat barangnya diserahkan oleh penjual kepada pembeli.

    2. Sewa Beli

    Sewa Beli dalam bahasa Belanda dikenal dengan nama huurkoop dan

    di Inggris dikenal dengan hire purchase adalah suatu macam jual beli,

    dimana selama harga belum dibayar lunas, si pembeli menjadi

    penyewa dahulu dari barang yang ingin dibelinya. Dengan

    dijadikannya penyewa, penyerahan hak milik baru akan dilakukan

    pada waktu di bayarnya angsuran yang terakhir, penyerahan mana

    dapat dilakukan dengan suatu pernyataan saja karena barangnya

    sudah berada dalam kekuasaan si pembeli dalam kedudukannya

    sebagai penyewa. Cara penyerahan ini dinamakan traditio brevi manu

    Menurut Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi nomor

    34/KP/II/80 tentang Perizinan Kegiatan Usaha Sewa Beli (Hire

    Purchase) Jual Beli Dengan Angsuran, dan Sewa (Rent), Pasal 1

    huruf a, yang dimaksud dengan Sewa Beli (Hire Purchase) adalah jual

    beli barang dimana penjual melaksanakan penjualan barang dengan

    cara memperhitungkan setiap pembayaran yang dilakukan oleh

    pembeli dengan pelunasan atas harga barang yang telah disepakati

    bersama dan yang diikat dalam suatu perjanjian, serta hak milik atas

    barang tersebut baru beralih dari penjual kepada pembeli setelah

    jumlah harganya dibayar lunas oleh pembeli kepada penjual.

  • 28

    Sewa beli sebenarnya adalah suatu macam jual beli, setidak-

    tidaknya ia lebih mendekati jual beli dari pada sewa menyewa,

    meskipun ia merupakan suatu campuran dari kedua-duanya dan

    diberikan judul sewa menyewa12.

    Pembiayaan konsumen dengan cara sewa beli (Hire Purchase)

    adalah salah satu bentuk usaha yang digunakan dalam pembiayaan

    kendaraan bermotor, disamping hal tersebut memberikan jalan keluar bagi

    calon-calon pembeli yang tidak mampu membayar harga barang-barang

    sekaligus, yang oleh karenanya diperlukan suatu perusahaan pembiayaan

    untuk membiayai kegiatan konsumsi dalam bentuk penyediaan dana atau

    barang modal, juga sebagai jalan keluar diketemukannya suatu perjanjian,

    dimana harga belum dibayar lunas oleh konsumen maka konsumen

    dianggap sebagai penyewa dahulu dari barang yang ingin dibelinya.

    Dengan dijadikannya penyewa, konsumen terancam oleh hukum pidana

    (penggelapan), apabila konsumen sampai berani menjual barangnya. Hal

    tersebut memberikan keuntungan pada kedua belah pihak, dimana di satu

    sisi konsumen dapat membeli barang dengan cara mengangsur sekaligus

    menikmati barangnya, sedangkan perusahaan pembiayaan merasa aman

    karena barangnya tidak akan dihilangkan oleh konsumen selama harga

    belum dibayar lunas.

    Unsur-unsur dalam pembiayaan konsumen tersebut, antara lain :

    7. Subyek pembiayaan konsumen terdiri dari :

    12

    R.

  • 29

    d. Perusahaan pembiayaan

    Menurut Peraturan Presiden nomor 9 tahun 2009 tentang Lembaga

    Pembiayaan Pasal 1 angka 2, yang dimaksud dengan perusahaan

    pembiayaan adalah badan usaha yang khusus didirikan untuk

    melakukan sewa guna usaha, anjak piutang, pembiayaan

    konsumen, dan/atau usaha kartu kredit.

    e. Konsumen (debitor)

    Konsumen menurut Undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang

    perlindungan konsumen, Pasal 1 angka 2, yang dimaksud dengan

    konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang

    tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri,

    keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk

    diperdagangkan.

    f. Penyedia barang (supplier)

    Supplier adalah pihak penjual barang kepada konsumen atas

    pembayaran oleh pihak ketiga (perusahaan pembiayaan

    konsumen)

    8. Objek adalah barang kebutuhan konsumen yang menurut peraturan

    Menteri Keuangan nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan

    Pembiayaan, Pasal 6 ayat 2 kebutuhan konsumen sebagaimana di

    maksud pada ayat (1), antara lain meliputi :

    a. Pembiayaan kendaraan bermotor

    b. Pembiayaan alat-alat rumah tangga

  • 30

    c. Pembiayaan barang-barang elektronik

    d. Pembiayaan perumahan

    9. Perjanjian adalah perbuatan persetujuan pembiayaan yang diadakan

    antara perusahaan pembiayaan konsumen dan konsumen, serta jual

    beli antara pemasok dan konsumen

    10. Hubungan kewajiban dan hak, yaitu :

    a. Perusahaan pembiayaan :

    Perusahaan pembiayaan konsumen menyediakan jasa kepada

    konsumen dalam bentuk pembayaran harga barang secara tunai

    kepada supplier. Dimana sebelumnya ada kontrak pembiayaan

    konsumen antara perusahaan pembiayaan konsumen dengan

    konsumen yang sifatnya pemberian kredit.

    b. Konsumen :

    Konsumen membayar harga barang secara angsuran kepada

    perusahaan pembiayaan sesuai dengan kontrak pembiayaan

    konsumen

    c. Supplier :

    Supplier menyerahkan barang kepada konsumen.

    d. Pembayaran angsuran yaitu pihak konsumen membayar harga

    barang kepada perusahaan pembiayaan konsumen secara

    angsuran sampai lunas13

    13

    Ahmad Muliadi, Hukum Lembaga Pembiayaan, Akademia, Jakarta, 2013, h.122

  • 31

    Adapun perbedaan pembiayaan konsumen (sewa beli) dengan sewa

    guna usaha (finance lease) adalah sebagai berikut :

    a. Pada pembiayaan konsumen, pemilikan barang/obyek

    pembiayaan berada pada konsumen yang kemudian diserahkan

    secara fidusia, kepada perusahaan pembiayaan konsumen.

    Sedangkan pada sewa guna usaha pemilik barang/obyek

    pembiayaan berada pada lessor

    b. Pada pembiayaan konsumen, tidak ada batasan waktu

    pembiayaan, sedangkan sewa guna usaha jangka waktu

    angsuran diatur sesuai dengan umur ekonomis obyek/barang

    modal yang dibiayai oleh lessor

    c. Pada pembiayaan konsumen tidak membatasi pembiayan

    kepada calon konsumen yang telah mempunyai Nomor Pokok

    Wajib Pajak (NPWP), sedangkan pada sewa guna usaha calon

    lessee diharuskan mempunyai kegiatan usaha dan/atau

    pekerjaan bebas, dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

    d. Pada sewa guna usaha dimungkinkan terjadinya sale and lease

    back, sedangkan pada pembiayaan konsumen hal tersebut

    belum diatur.

    pembiayaan konsumen sama dengan sewa guna usaha dengan hak opsi

    untuk perorangan, sehingga dalam prakteknya obyek pembiayaan

    konsumen dijadikan pengganti sewa guna usaha dengan hak opsi.

    Sedangkan transaksi pembiayaan konsumen yang bisa dilakukan adalah

  • 32

    direct finance lease, dimana debitor belum pernah memiliki barang

    kebutuhan konsumen yang akan menjadi obyek pembiayaan konsumen.

    Dengan demikian kreditor atas nama debitor akan membeli barang

    kebutuhan konsumen tersebut langsung kepada supplier dengan

    menggunakan nama debitor sebagai pemilik.

    Dalam praktek seringkali dijumpai bahwa pihak perusahaan

    pembiayaan menjadi pihak yang tidak aman dalam memperoleh haknya,

    misalnya konsumen dapat sewaktu-waktu mengalihkan objek pembiayaan

    konsumen kepada orang lain tanpa sepengetahuan perusahaan

    pembiayaan atau konsumen tidak mau mengembalikan objek pembiayaan

    konsumen secara baik-baik, walaupun konsumen telah wanprestasi, dan

    berbagai masalah lainnya. Karena sadar akan resiko yang mungkin akan

    dihadapi oleh perusahaan pembiayaan, maka dalam praktek dibutuhkan

    juga jaminan. Sehingga diharapkan kedudukan perusahaan pembiayaan

    benar-benar terjamin, dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri

    Keuangan nomor 130/PMK.010/2012 tentang Pendaftaran Jaminan

    Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan Yang Melakukan Pembiayaan

    Konsumen Untuk Kendaraan Bermotor Dengan Pembebanan Jaminan

    Fidusia. Yang diatur dalam Pasal 1, yaitu :

    1. Perusahaan yang melakukan pembiayaan konsumen untuk

    kendaraan bermotor dengan pembebanan jaminan fidusia wajib

    mendaftarkan jaminan fidusia dimaksud pada Kantor Pendaftaran

  • 33

    Fidusia, sesuai undang-undang yang mengatur mengenai jaminan

    fidusia

    2. Kewajiban pendaftaran jaminan fidusia sebagaimana dimaksud pada

    ayat (1) berlaku pula bagi perusahaan pembiayaan yang melakukan :

    a. Pembiayaan konsumen kendaraan bermotor berdasarkan prinsip

    syariah, dan/atau

    b. Pembiayaan konsumen kendaraan bermotor yang pembiayaannya

    berasal dari pembiayaan penerusan (channeling) atau pembiayaan

    bersama (joint financing)

    B. Jaminan Fidusia

    a. Jaminan

    Pada prinsipnya jaminan diberikan terhadap pinjaman, kredit atau

    kontrak lainnya, tetapi dapat juga diberikan terhadap transaksi

    pembiayaan konsumen. Dimana pembiayaan konsumen juga memerlukan

    jaminan-jaminan tertentu agar dana yang telah dikeluarkan oleh

    perusahaan pembiayaan ditambah dengan keuntungan-keuntungan

    tertentu dapat diterima kembali oleh perusahaan pembiayaan.

    Jaminan ada tiga macam, yaitu :

    d. Jaminan Utama, yaitu kepercayaan dari perusahaan pembiayaan

    (kreditor) kepada konsumen (debitor) bahwa pihak debitor dapat

    dipercaya dan sanggup membayar hutang-hutangnya.

  • 34

    e. Jaminan pokok, yaitu barang yang dibeli oleh konsumen (debitor)

    dengan dana dari pembiayaan konsumen dijadikan jaminan dalam

    pembiayaan konsumen tersebut. Jaminan tersebut dalam bentuk

    fiduciary transfer of ownership (fidusia). Dimana seluruh dokumen

    yang berkenaan dengan kepemilikan barang yang bersangkutan akan

    dipegang oleh perusahaan pembiayaan (kreditor) hingga kredit lunas.

    f. Jaminan Tambahan, yaitu berupa pengakuan hutang (promissory

    notes), kuasa menjual barang (cessie) dan dari asuransi, juga jaminan

    berupa persetujuan istri/suami untuk konsumen perusahaan, sesuai

    ketentuan anggaran dasarnya.

    Jaminan dalam pembiayaan konsumen termasuk dalam jaminan

    fidusia, dimana pengaturannya diatur dalam Undang-Undang nomor 42

    tahun 1999 tentang jaminan fidusia Pasal 1 angka 2, yang dimaksud

    dengan jaminan fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik

    yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak

    khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan

    sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang nomor 4 tahun 1996

    tentang hak tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan pemberi

    fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan

    kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditor

    lainnya. Pada umumnya dalam suatu kontrak pembiayaan konsumen,

    konsumen diwajibkan untuk memberikan juga jaminan tambahan berupa

    fidusia atas obyek pembiayaan konsumen, yang diatur dalam peraturan

  • 35

    menteri keuangan republik Indonesia nomor 130/PMK.010/2012 tentang

    pendaftaran jaminan fidusia bagi perusahaan pembiayaan yang

    melakukan pembiayaan konsumen untuk kendaraan bermotor dengan

    pembebanan jaminan fidusia, dimana pada Pasal 1 disebutkan bahwa

    perusahaan pembiayaan yang melakukan pembiayaan konsumen untuk

    kendaraan bermotor dengan pembebanan jaminan fidusia wajib

    mendaftarkan jaminan fidusia dimaksud pada Kantor Pendaftaran Fidusia,

    sesuai undang-undang yang mengatur mengenai jaminan fidusia.

    Peraturan tersebut dimaksudkan tentunya dengan harapan agar apabila

    konsumen wanprestasi, obyek pembiayaan konsumen tersebut dapat

    dieksekusi dengan cara fidusia.

    Istilah jaminan merupakan terjemahan dari istilah zekerheid atau

    cautie, yaitu kemampuan debitor untuk memenuhi atau melunasi

    perutangannya kepada kreditor, yang dilakukan dengan cara menahan

    benda tertentu yang bernilai ekonomis sebagai tanggungan atas pinjaman

    atau utang yang diterima debitor terhadap kreditornya. Sedangkan dalam

    Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas

    Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, istilah jaminan

    diberi arti lain yaitu agunan sebagaimana ketentuan dalam Pasal 1 angka

    23 diartikan sebagai agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan

    nasabah debitor kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit

    atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. Menurut Mariam Darus

    Badrulzaman, jaminan adalah suatu tanggungan yang diberikan oleh

  • 36

    seorang debitor dan/atau pihak ketiga kepada kreditor untuk menjamin

    kewajibannya dalam suatu perikatan. Sedangkan menurut Hartono

    Hadisputro menyatakan bahwa jaminan adalah sesuatu yang diberikan

    debitor kepada kreditor untuk menimbulkan keyakinan bahwa debitor akan

    memenuhi kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari

    suatu perikatan14.

    Jaminan diperlukan untuk menjamin pemenuhan kewajiban yang

    dapat dinilai oleh uang, sehingga apabila debitor wanprestasi, maka

    kreditor dapat menguangkan benda-benda jaminan dan mengambil

    penguangan benda jaminan yang menjadi hak dari kreditor. Oleh karena

    itu barang yang dapat dijadikan jaminan haruslah suatu benda atau suatu

    hak yang boleh dialihkan kepada orang lain (kreditor) yang dapat

    dinilaikan ke dalam uang. Jaminan kebendaan dapat berupa benda

    bergerak dan benda tidak bergerak.

    b. Jaminan Fidusia

    Fidusia atau lengkapnya fiduciaire eigendoms overdracht berasal dari

    kata fiduciair atau fides yang artinya kepercayaan, yakni penyerahan hak

    milik atas benda secara kepercayaan sebagai jaminan (agunan) bagi

    pelunasan piutang kreditor. Dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun

    1999 Tentang Jaminan Fidusia Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa

    fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar

    kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya

    14

    Rachmadi Usman, Op.Cit

  • 37

    dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda. Fidusia

    mempunyai unsur-unsur, yaitu ;

    e. Unsur kepercayaan dari pemberi fidusia

    Debitor percaya bahwa benda fidusia yang diserahkan tidak benar-

    benar dimiliki oleh kreditor penerima jaminan tetapi hanya sebagai

    jaminan saja dan hanya akan menggunakan kewenangan yang

    diperolehnya untuk melindungi kepentingan kreditor dan akan

    dikembalikan kepada debitor apabila hutang dilunasi.

    f. Unsur kepercayaan dari penerima fidusia

    Penerima fidusia percaya bahwa jaminan akan dipelihara/dirawat oleh

    pemberi fidusia.

    g. Hak Mendahului (preferen)

    sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999

    Tentang Jaminan Fidusia, Pasal 1 angka 6, yaitu penerima fidusia

    adalah orang perseorangan atau korporasi yang mempunyai piutang

    yang pembayarannya dijamin dengan jaminan fidusia, mempunyai

    hak mendahului (preferen) sebagaimana diatur diatas, Pasal 27 ayat 1

    yaitu penerima fidusia memiliki hak yang didahulukan terhadap

    kreditor lainnya.

    h. Sifat Accessoir

    Perjanjian jaminan fidusia adalah perjanjian ikutan yang dibentuk oleh

    perjanjian lain yaitu perjanjian utama atau perjanjian pokok

  • 38

    dimana mempunyai prinsip-prinsip dasar yang ada dalam sebuah jaminan,

    yaitu :

    a. Asas kepastian hukum, yaitu jaminan fidusia diatur dalam undang-

    undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia.

    b. Asas publisitas, yaitu pengumuman kepada masyarakat mengenai

    status kepemilikan

    c. Asas Keseimbangan, yaitu asa yang menghendaki kedua belah pihak

    memenuhi dan melaksanakan perjanjian

    d. Asas menampung kebutuhan praktek, yaitu bahwa setiap orang dapat

    mengadakan perjanjian apapun juga, baik yang telah diatur dalam

    undang-undang, maupun yang belum diatur dalam undang-undang

    e. Asas tertulis otentik, yaitu akta jaminan fidusia, harus dibuat secara

    tertulis dan dibuat dihadapan Notaris dalam bentuk akta otentik.

    f. Asas pemberian kedudukan yang kuat kepada kreditor, yaitu kreditor

    penerima fidusia mempunyai hak prefen (didahulukan) dari kreditor

    lainnya.

    sedangkan untuk menjamin benda atau hak tersebut, maka dibentuklah

    suatu lembaga jaminan, yang dalam hal benda bergerak lembaga jaminan

    fidusia adalah lembaga yang berwenang untuk menjamin kebendaan

    bergerak. Lembaga fidusia ini dikenal dengan nama fiducia cum creditore

    contracta (janji kepercayaan yang dibuat kreditor), yaitu janji kepercayaan

    yang dibuat dengan kreditor bahwa debitor (konsumen) akan mengalihkan

    kepemilikan atas suatu benda kepada kreditor sebagai jaminan atas

  • 39

    utangnya dengan kesepakatan bahwa kreditor akan mengalihkan kembali

    kepemilikan tersebut kepada debitor apabila utangnya sudah dibayar

    dengan lunas, dimana debitor tetap akan menguasai secara fisik benda

    tersebut.

    Penyerahan dan pemindahan dalam kepemilikan atas suatu benda

    yang dilakukan atas dasar fiduciair dengan syarat bahwa benda yang hak

    kepemilikannya tersebut diserahkan dan dipindahkan kepada penerima

    fidusia tetap dalam penguasaan pemilik benda (pemberi fidusia). Adapun

    cara penyerahan dan pemindahan kebendaan fidusia dilakukan secara

    constitutum possessorium yaitu kebendaan (objek) fidusia yang akan

    diserahkan dan dipindahtangankan tetap berada dalam penguasaan

    pemilik asal (pemberi fidusia). Dalam KUHPerdata tidak dikenal

    penyerahan secara constitutum possessorium melainkan penyerahan

    secara nyata seperti pada Pasal 612 KUHPerdata yaitu penyerahan

    barang-barang bergerak, kecuali yang tidak bertubuh dilakukan dengan

    penyerahan yang nyata oleh atau atas nama pemilik, atau dengan

    penyerahan kunci-kunci bangunan tempat barang-barang itu berada.

    Penyerahan tidak diharuskan, bila barang-barang yang harus diserahkan,

    dengan alasan hak lain, telah dikuasai oleh orang yang hendak

    menerimanya. akan tetapi penyerahan constitutum possessorium tetap

    dapat dilakukan karena asas pacta sunservanda yaitu setiap perjanjian

    menjadi hukum yang mengikat bagi para pihak yang melakukan perjanjian

  • 40

    Penyerahan hak kepemilikan atas kebendaan jaminan fidusia ini

    mempunyai pengertian bahwa selama debitor (pemberi fidusia) belum

    melunasi utangnya, selama itu pula kreditor mempunyai hak untuk

    menjual kebendaan (objek) fidusia yang dijaminkan kepadanya. Selain itu

    dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia

    Pasal 1 angka 2 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan Jaminan

    Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud

    maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya

    bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana

    dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak

    Tanggungan, yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia,

    sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan

    kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditor

    lainnya.

    C. Kewenangan Perusahaan Pembiayaan Menjaminkan Obyek

    Pembiayan Konsumen

    1. Perusahaan Pembiayaan

    2. Kewajiban Perusahaan Pembiayaan Mendaftarkan Obyek

    Pembiayaan Konsumen Secara Jaminan Fidusia