Pembiayaan Konsumen Dengan JAminan Yudisia
-
Upload
hartotok-vipnet -
Category
Documents
-
view
42 -
download
12
description
Transcript of Pembiayaan Konsumen Dengan JAminan Yudisia
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Perumusan Masalah
Sepeda motor adalah sarana transportasi yang banyak diminati oleh
masyarakat, baik masyarakat perkotaan maupun masyarakat pedesaan.
Disamping irit dan cepat, sepeda motor merupakan kendaraan yang
mudah didapat dan murah, karena kemudahan dan murahnya harga
sepeda motor membuka peluang bagi perusahaan pembiayaan konsumen
untuk menyediakan pembiayaan sepeda motor secara kredit bagi
masyarakat yang daya belinya masih kurang, dengan memberikan fasilitas
kredit dengan atau tanpa uang muka dalam bentuk pembiayaan
konsumen.
Untuk memberikan jaminan dan kepastian hukum, maka sejak tahun
1988, pemerintah Indonesia telah memberikan payung hukum bagi
lembaga pembiayaan maupun bagi konsumen untuk melakukan kegiatan
pembiayaan konsumen. Hal tersebut dimulai sejak dikeluarkannya
Peraturan Presiden nomor 61 tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan,
kemudian dicabut dan terakhir diganti dengan Peraturan Presiden nomor
9 tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan, dimana lembaga
pembiayaan diatur dalam Pasal 1 angka 1 yang dimaksud dengan
Lembaga Pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan
pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal. Badan
1
1
-
2
usaha yang dimaksud dalam Pasal 1 angka 1, diatur dalam Pasal 1 angka
2 yaitu badan usaha yang khusus didirikan untuk melakukan sewa guna
usaha, anjak piutang, pembiayaan konsumen, dan/atau usaha kartu
kredit, yang ditindak lanjuti dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
84/PMK.012/2006 Tentang Perusahaan Pembiayaan, dimana perusahaan
pembiayaan diatur dalam Pasal 1 huruf b yaitu perusahaan pembiayaan
adalah badan usaha di luar bank dan lembaga keuangan bukan bank
yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam
bidang usaha lembaga pembiayaan. Sedangkan pembiayaan konsumen
(consumers finance) diatur dalam peraturan presiden nomor 9 tahun 2009
tentang lembaga pembiayaan, Pasal 1 angka 7 yaitu pembiayaan
konsumen (consumers finance) adalah kegiatan pembiayaan untuk
pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan
pembayaran secara angsuran, dan dijelaskan lebih lanjut dalam peraturan
menteri keuangan nomor 84/PMK.012/2006 tentang perusahaan
pembiayaan, Pasal 1 huruf g pembiayaan konsumen (consumer finance)
adalah pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan
konsumen dengan pembayaran secara angsuran yang dalam Pasal 6 ayat
1 dijelaskan bahwa kegiatan pembiayaan konsumen dilakukan dalam
bentuk penyediaan dana untuk pengadaan barang berdasarkan
kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran. Kebutuhan
konsumen tersebut dijelaskan lebih rinci dalam Pasal 6 ayat 2 yaitu
-
3
kebutuhan konsumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain
meliputi :
a. Pembiayaan kendaran bermotor
b. Pembiayaan alat-alat rumah tangga
c. Pembiayaan barang-barang elektronik
d. Pembiayaan perumahan
Dalam setiap kegiatan usaha pembiayaannya, perusahaan
pembiayaan selalu mengadakan hubungan kontraktual dengan pihak-
pihak yang berkepentingan, dimana hal tersebut tidak terlepas dari syarat
sahnya perjanjian yang diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu
supaya terjadi persetujuan yang sah, perlu dipenuhi empat syarat :
a. Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya
b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
c. Suatu pokok persoalan tertentu
d. Suatu sebab yang terlarang
dan tidak terlepas juga dari asas kebebasan berkontrak yang diatur dalam
Pasal 1338 KUHPerdata yaitu semua persetujuan yang dibuat sesuai
dengan undang-undang berlaku sebagai undang-undang bagi mereka
yang membuatnya. Persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain
dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang
ditentukan undang-undang. Persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad
baik. Sehingga dalam menuangkan kehendak para pihak tersebut, maka
-
4
dibuat dalam bentuk tertulis berupa rumusan perjanjian yang menetapkan
hak dan kewajiban para pihak.
Menurut Abdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati, unsur-unsur
dalam pembiayaan konsumen, yaitu1:
1. Subyek pembiayaan konsumen terdiri dari :
a. perusahaan pembiayaan (kreditor) adalah badan usaha yang
khusus didirikan untuk melakukan sewa guna usaha, anjak piutang,
pembiayaan konsumen dan/atau usaha kartu kredit
b. Konsumen (debitor) adalah setiap orang pemakai barang dan/atau
jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri
sendiri, keluarga, orang lain, mapun makhluk hidup lain dan tidak
untuk diperdagangkan.
c. Penyedia barang (supplier) adalah pihak penjual barang kepada
konsumen atas pembayaran oleh pihak ketiga (perusahaan
pembiayaan konsumen)
2. Obyek adalah barang bergerak keperluan konsumen yang akan
dipakai untuk keperluan hidup atau keperluan rumah tangga. Menurut
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 Tentang
Perusahaan Pembiayaan, Pasal 6 ayat 2 kebutuhan konsumen
sebagaimana di maksud pada ayat (1), antara lain meliputi :
a. Pembiayaan kendaraan bermotor
b. Pembiayaan alat-alat rumah tangga
-
5
c. Pembiayaan barang-barang elektronik
d. Pembiayaan perumahan
3. Perjanjian adalah perbuatan persetujuan pembiayaan yang diadakan
antara perusahaan pembiayaan konsumen dan konsumen, serta jual
beli antara pemasok dan konsumen.
4. Hubungan kewajiban dan hak, yaitu :
a. Perusahaan pembiayaan :
- Membiayai harga pembelian barang keperluan konsumen
- Membayar tunai supplier
b. Konsumen : membayar harga barang secara angsuran kepada
perusahaan pembiayaan
c. Supplier : menyerahkan barang kepada konsumen
5. Jaminan, yaitu terdiri atas jaminan utama, pokok, tambahan. Jaminan
utama berupa kepercayaan terhadap konsumen (debitor), jaminan
pokok secara fidusia berupa barang yang dibiayai oleh perusahaan
konsumen dimana semua dokumen kepemilikan barang dikuasai oleh
perusahaan pembiayaan konsumen (fiduciary transfer of ownership).
Adapun jaminan tambahan berupa pengakuan hutang (promissory
notes) dari konsumen.
6. Pembayaran angsuran, yaitu pihak konsumen membayar harga
kepada perusahaan pembiayaan konsumen secara angsuran sampai
lunas2.
-
6
Dalam praktek seringkali dijumpai bahwa pihak perusahaan
pembiayaan menjadi pihak yang tidak aman dalam memperoleh haknya,
misalnya konsumen dapat sewaktu-waktu mengalihkan obyek
pembiayaan konsumen kepada orang lain tanpa sepengetahuan
perusahaan pembiayaan atau konsumen tidak mau mengembalikan obyek
pembiayaan konsumen secara baik-baik, walaupun konsumen telah
wanprestasi, dan berbagai masalah lainnya. Karena sadar akan resiko
yang mungkin akan dihadapi oleh perusahaan pembiayaan, maka dalam
praktek dibutuhkan juga jaminan. Sehingga diharapkan kedudukan
perusahaan pembiayaan benar-benar terjamin. Pada prinsipnya jaminan
diberikan terhadap pinjaman, kredit atau kontrak lainnya, tetapi dapat juga
diberikan terhadap transaksi pembiayaan konsumen. Dimana pembiayaan
konsumen juga memerlukan jaminan-jaminan tertentu agar dana yang
telah dikeluarkan oleh perusahaan pembiayaan ditambah dengan
keuntungan-keuntungan tertentu dapat diterima kembali oleh perusahaan
pembiayaan.
Jaminan merupakan terjemahan dari istilah zekerheid atau cautie,
yaitu kemampuan debitor untuk memenuhi atau melunasi perutangannya
kepada kreditor, yang dilakukan dengan cara menahan benda tertentu
yang bernilai ekonomis sebagai tanggungan atas pinjaman atau utang
yang diterima debitor terhadap kreditornya. Jaminan pembiayaan
konsumen pada prinsipnya sama dengan jaminan terhadap perjanjian
kredit yang diberikan oleh bank, yaitu :
-
7
a. Jaminan Utama, yaitu kepercayaan dari perusahaan pembiayaan
(kreditor) kepada konsumen (debitor) bahwa pihak debitor dapat
dipercaya dan sanggup membayar hutang-hutangnya.
b. Jaminan pokok, yaitu barang yang dibeli oleh konsumen (debitor)
dengan dana dari pembiayaan konsumen dijadikan jaminan dalam
pembiayaan konsumen tersebut. Jaminan tersebut dalam bentuk
fiduciary transfer of ownership (fidusia). Dimana seluruh dokumen
yang berkenaan dengan kepemilikan barang yang bersangkutan akan
dipegang oleh perusahaan pembiayaan (kreditor) hingga kredit lunas.
c. Jaminan Tambahan, yaitu berupa pengakuan hutang (promissory
notes), kuasa menjual barang (cessie) dan dari asuransi, juga jaminan
berupa persetujuan istri/suami untuk konsumen perusahaan, sesuai
ketentuan anggaran dasarnya.
Dalam pembiayaan konsumen, Jaminan yang dibuat dalam bentuk
fidusia yaitu penyerahan hak milik secara kepercayaan, dalam istilah
Belanda disebut Fiduciare Eigendoms Overdracht, sedangkan dalam
bahasa Inggris disebut fiduciary transfer of ownership (fidusia). Fidusia
berasal dari kata fiduciair atau fides yang artinya kepercayaan, yakni
penyerahan hak milik atas benda secara kepercayaan sebagai jaminan
(agunan) bagi pelunasan piutang kreditor3. Di Indonesia jaminan secara
fidusia diatur dalam Undang-undang nomor 42 Tahun 1999 tentang
Jaminan Fidusia, Pasal 1 angka 1, fidusia adalah pengalihan suatu benda
3
-
8
atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak
kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda.
Sedangkan jaminan fidusia diatur dalam Pasal 1 angka 2, yang dimaksud
dengan jaminan fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik
yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak
khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang nomor 4 tahun 1996
tentang hak tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan pemberi
fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan
kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditor
lainnya. Dalam pembiayaan konsumen, jaminan pokok berupa fidusia atas
obyek pembiayaan konsumen, diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 130/PMK.010/2012 Tentang Pendaftaran
Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan Yang Melakukan
Pembiayaan Konsumen Untuk Kendaraan Bermotor Dengan
Pembebanan Jaminan Fidusia, dimana pada Pasal 1 disebutkan bahwa
perusahaan pembiayaan yang melakukan pembiayaan konsumen untuk
kendaraan bermotor dengan pembebanan jaminan fidusia wajib
mendaftarkan jaminan fidusia dimaksud pada Kantor Pendaftaran Fidusia,
sesuai undang-undang yang mengatur mengenai jaminan fidusia.
Peraturan tersebut dimaksudkan tentunya dengan harapan agar apabila
konsumen wanprestasi, obyek pembiayaan konsumen tersebut dapat
dieksekusi dengan cara fidusia.
-
9
Adapun permasalahan-permasalahan yang penulis angkat dalam
penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan pengikatan obyek pembiayaan konsumen
yang diikuti dengan jaminan fidusia?
2. Bagaimanakah eksekusi terhadap obyek pembiayaan konsumen yang
diikat dengan jaminan fidusia?
B. Manfaat Penulisan
Penulisan skripsi ini dapat dimanfaatkan untuk menambah wawasan
ilmu pengerahuan khususnya bagi para sarjana hukum di Indonesia
mengenai perikatan obyek pembiayaan konsumen dengan jaminan fidusia
pada perusahaan pembiayaan dan manfaat bagi penulis sebagai upaya
untuk melatih diri dan membandingkan antara teori yang diperoleh dari
bangku perkualiahan dengan praktek di masyarakat, serta dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat umum sebagai wawasan dan jawaban
dalam menyelesaikan masalah perikatan obyek pembiayaan konsumen
secara jaminan fidusia dan eksekusi dengan jaminan fidusia apabila
debitor lalai.
-
10
C. Tinjauan Pustaka
1. Pembiayaan Konsumen
Pembiayaan Konsumen dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah
consumer finance, yaitu kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang
berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara
angsuran4. Ada dua macam pembiayaan konsumen, yaitu :
a. Jual Beli dengan Cicilan
Jual Beli dengan cicilan dalam bahasa Belanda dikenal dengan istilah
koop op afbetaling, dan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah
credit sale yaitu perjanjian dimana barang seketika diserahkan dalam
miliknya si pembeli, namun harganya boleh dicicil. Istilah Jual beli
dengan cicilan pertama kali diatur dalam Keputusan Menteri
Perdagangan dan Koperasi Nomor 34/KP/II/80 Tentang Perizinan
Kegiatan Usaha Sewa Beli (Hire Purchase) Jual Beli dengan Angsuran
dan Sewa (Rent), yang diatur dalam Pasal 1 huruf b yang dimaksud
jual beli dengan angsuran adalah jual beli barang dimana penjual
melaksanakan penjualan barang dengan cara menerima pelunasan
pembayaran yang dilakukan oleh pembeli dalam beberapa kali
angsuran atas harga barang yang telah disepakati bersama dan yang
diikat dalam suatu perjanjian, serta hak milik atas barang tersebut
beralih dari penjual kepada pembeli pada saat barangnya diserahkan
oleh penjual kepada pembeli.
-
11
b. Sewa beli
Sewa beli pertama kali dikenal di Belanda pada tahun 1936 yang
dikenal dengan nama huurkoop yang artinya sewa beli dan di Inggris di
kenal dengan nama hire purchase. Menurut Michael R Purba,
huurkoop adalah sewa beli, jual beli dengan perjanjian bahwa harga
dibayar secara diangsur, barang diserahkan pada waktu perjanjian
ditutup sebagai disewa oleh si pembeli dan hak milik baru beralih
pada waktu pembayaran angsuran yang terakhir.5 Pengertian sewa
beli secara yuridis di Indonesia tidak diatur dalam perumusan formal,
tetapi dapat kita jumpai dalam praktek. Perumusan sewa beli pertama
kali diatur dalam keputusan menteri perdagangan dan koperasi nomor
34/KP/II/80 tentang perizinan kegiatan usaha sewa beli (hire purchase)
jual beli dengan angsuran, dan sewa (renting) dimana diatur dalam
Pasal 1 huruf a yaitu sewa beli (hire purchase) adalah jual beli barang
dimana penjual melaksanakan penjualan barang dengan cara
memperhitungkan setiap pembayaran yang dilakukan oleh pembeli
dengan pelunasan atas harga barang yang telah disepakati bersama
dan yang diikat dalam suatu perjanjian, serta hak milik atas barang
tersebut baru beralih dari penjual kepada pembeli setelah jumlah
harganya di bayar lunas oleh pembeli kepada penjual. Dimana
didalamnya terdapat unsur-unsur jual beli dan sewa menyewa, serta
mempunyai fungsi yang hampir sama dengan bank, yaitu memberikan
5
-
12
sumber pembiayaan jangka menengah (satu tahun sampai lima tahun),
yang dari segi perekonomian nasional merupakan suatu metode baru
untuk menambah modal kerja.
Sewa Beli merupakan pembiayaan konsumen yang dipakai dalam
pemberian pembiayaan kendaraan bermotor, dimana dalam melakukan
setiap kegiatan sewa beli, perusahaan pembiayaan selalu melakukan
perikatan dalam bentuk perjanjian, dimana pranata hukum perjanjian
pembiayaan konsumen tidak disebutkan dalam KUHPerdata dan
merupakan jenis perjanjian baru. Menurut sistem perdata di Indonesia ada
dua perjanjian menurut namanya, yaitu :
a. Perjanjian bernama (benoemd), yaitu perjanjian khusus yang
mempunyai nama sendiri, yang diatur oleh pembentuk undang-
undang
b. Perjanjian tidak bernama (onbenoemde overeenkomst) yaitu
perjanjian yang tidak mempunyai nama tertentu dan jumlahnya tidak
terbatas, yang disesuaikan dengan kebutuhan pihak-pihak yang
mengadakannya.6
Dalam perjanjian tidak bernama, perjanjian pembiayaan konsumen
didasarkan pada asas kebebasan berkontrak yang diatur dalam Pasal
1320 juncto Pasal 1338 KUHPerdata. Pasal 1320 KUHPerdata mengatur
tentang syarat yang harus dipenuhi untuk sahnya suatu kontrak, yaitu :
6 , 2010, h.232
-
13
a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya (de toestemming van
degenen die zich verbinden)
b. Kecakapan untuk membuat perikatan (de bekwaamheid om eene
verbintenis aan te gaan)
c. Suatu hal tertentu (een bepaald onderwerp)
d. Suatu sebab yang halal atau diperbolehkan (eene geoorloofde
oorzaak)
sedangkan Pasal 1338 (1) KUHPerdata yang menyatakan bahwa semua
perjanjian yang di buat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya.
2. Perusahaan Pembiayaan
Lembaga Pembiayaan terdiri dari dua kata, yaitu :
a. Lembaga adalah badan atau pranata yang bermaksud melakukan
sesuatu penyelidikan keilmuan atau melakukan sesuatu usaha
b. Pembiayaan adalah perbuatan untuk membiayai baik perorangan
maupun bentuk perusahaan.
sehingga lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan
kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal
yang termasuk salah satu dari Lembaga Jasa Keuangan.
Lembaga pembiayaan meliputi :
a. Perusahaan Pembiayaan
Perusahaan pembiayaan adalah badan usaha di luar badan dan
lembaga keuangan bukan bank yang khusus didirikan untuk
-
14
melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha lembaga
pembiayaan, dimana kegiatan pembiayaannya dalam bentuk
penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana
secara langsung dari masyarakat. Perusahaan pembiayaan diatur
dalam Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga
Pembiayaan, Pasal 1 angka 2, yaitu perusahaan pembiayaan adalah
badan usaha yang khusus didirikan untuk melakukan sewa guna
usaha, anjak piutang, pembiayaan konsumen, dan atau usaha kartu
kredit.
b. Perusahaan Modal Ventura
c. Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur
perusahaan-perusahaan tersebut diatas dalam menjalankan kegiatannya
harus berbentuk perseroan terbatas atau koperasi.
Untuk menjamin kedudukan perusahaan pembiayaan tetap aman
dalam memberikan pembiayaan konsumen, dan agar dana yang
dikeluarkan oleh perusahaan pembiayaan ditambah dengan keuntungan-
keuntungan tertentu dapat diterimanya kembali, maka diperlukan jaminan.
Jaminan-jaminan dalam pembiayaan konsumen pada prinsipnya tidak
jauh berbeda pada jaminan perjanjian kredit di perbankan. dimana ada
jaminan tambahan pada consumers finance agreement yaitu berupa
fidusia, yang diatur dalam undang-undang nomor 42 tahun 1999 tentang
Jaminan Fidusia dan diatur juga dalam peraturan Menteri Keuangan
nomor 130/PMK.010/2012 tentang Pendaftaran Jaminan Bagi Perusahaan
-
15
Pembiayaan Yang Melakukan Pembiayaan Konsumen Untuk Kendaraan
Bermotor Dengan Pembebanan Jaminan Fidusia, yang dijelaskan pada
Pasal 1 ayat 1 yaitu perusahaan pembiayaan yang melakukan
pembiayaan konsumen untuk kendaraan bermotor dengan pembebanan
jaminan fidusia wajib mendaftarkan jaminan fidusia dimaksud pada Kantor
Pendaftaran Fidusia, sesuai undang-undang yang mengatur mengenai
jaminan fidusia. Pendaftaran jaminan fidusia memberikan hak yang
didahulukan (preferen) kepada penerima fidusia terhadap kreditor lainnya.
Perjanjian jaminan fidusia memberikan hak kepada pihak pemberi fidusia
untuk tetap menguasai benda yang menjadi obyek jaminan fidusia
berdasarkan kepercayaan, maka diharapkan sistem pendaftaran yang
diatur dalam undang-undang ini dapat memberikan jaminan kepada
penerima fidusia dan pihak yang berkepentingan terhadap benda tersebut.
Oleh karena dalam kontrak perjanjian pembiayaan konsumen yang
dipermasalahkan adalah jaminan atas barang yang difidusia-kan yang
memungkinkan benda bergerak sebagai jaminan, tetapi benda tersebut
tetap berada dalam tangan dan tetap dipakai untuk usaha si pemberi
jaminan.
3. Jaminan Fidusia
Jaminan fidusia yaitu penyerahan hak milik secara kepercayaan,
dalam istilah Belanda disebut Fiduciare Eigendoms Overdracht,
sedangkan dalam bahasa Inggris disebut fiduciary transfer of
ownership (fidusia). Fidusia berasal dari kata fiduciair atau fides yang
-
16
artinya kepercayaan, yakni penyerahan hak milik atas benda secara
kepercayaan sebagai jaminan (agunan) bagi pelunasan piutang
kreditor7. Di Indonesia jaminan secara fidusia diatur dalam Undang-
undang nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, Pasal 1
angka 1, fidusia adalah pengalihan suatu benda atas dasar
kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak
kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik
benda. Sedangkan jaminan fidusia diatur dalam Pasal 1 angka 2,
yang dimaksud dengan jaminan fidusia adalah hak jaminan atas
benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan
benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani
hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
nomor 4 tahun 1996 tentang hak tanggungan yang tetap berada
dalam penguasaan pemberi fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan
utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan
kepada penerima fidusia terhadap kreditor lainnya
Fidusia mempunyai unsur-unsur, yaitu ;
a. Unsur kepercayaan dari pemberi fidusia
b. Unsur kepercayaan dari penerima fidusia
c. Hak Mendahului (preferen)
d. Sifat Accessoir
7 Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, h. 151
-
17
4. Eksekusi Obyek Pembiayaan Konsumen Secara Jaminan Fidusia
Eksekusi terhadap benda yang menjadi obyek jaminan fidusia
menurut Undang-Undang nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan
Fidusia dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Eksekusi berdasarkan grosse Sertifikat Jaminan Fidusia atau title
eksekutorial (secara fiat eksekusi) yang terdapat dalam Sertifikat
Jaminan Fidusia yang dilakukan oleh penerima fidusia.
Sesuai ketentuan Undang-undang nomor 42 Tahun 1999 Tentang
Jaminan Fidusia, Pasal 15 ayat 2 yaitu sertifikat jaminan fidusia
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mempunyai kekuatan
eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap, juncto Pasal 29 :
- ayat 1 yaitu apabila debitor atau pemberi fidusia cidera janji,
eksekusi terhadap benda yang menjadi obyek jaminan fidusia
dapat dilakukan dengan cara :
a. pelaksanaan title eksekutorial sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 15 ayat (2) oleh penerima fidusia.
Sertifikat jaminan fidusia tersebut dapat dieksekusi tanpa
menunggu fiat eksekusi dari pengadilan, sebab kekuatannya sama
dengan sebuah putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan
hukum tetap. Atas dasar inilah obyek jaminan fidusia dapat
dieksekusi tanpa menunggu adanya surat perintah (putusan) dari
pengadilan.
-
18
2. Eksekusi berdasarkan pelaksanaan parate eksekusi melalui
pelelangan umum oleh penerima fidusia.
Eksekusi diatas diatur dalam undang-undang nomor 42 tahun 1999
tentang jaminan fidusia, Pasal 15 ayat 3 yaitu apabila debitor cidera
janji, penerima fidusia mempunyai hak untuk menjual benda yang
menjadi obyek jaminan fidusia atas kekuasaannya sendiri. Maka
berdasarkan ketentuan tersebut kreditor (penerima fidusia)
diberikan hak untuk melakukan penjualan obyek jaminan fidusia
melalui pelelangan umum (kantor lelang) tanpa memerlukan
persetujuan dari debitor, yaitu dengan cara meminta bantuan
Kantor Lelang untuk melakukan penjualan secara lelang.
3. Eksekusi secara penjualan di bawah tangan oleh kreditor pemberi
fidusia sendiri.
Eksekusi dengan cara penjualan dibawah tangan oleh kreditor
dapat dilakukan sepanjang terdapat kesepakatan antara pemberi
fidusia dan penerima fidusia, hal tersebut dimungkinkan untuk
memenuhi kepentingan para pihak dalam perjanjian penjaminan
fidusia, sesuai dengan undang-undang nomor 42 tahun 1999
tentang jaminan fidusia, Pasal 29 :
- ayat 1 huruf c yaitu penjualan dibawah tangan yang dilakukan
berdasarkan Kesepakatan pemberi dan penerima fidusia jika
dengan cara demikian dapat diperoleh harga tertinggi yang
menguntungkan para pihak.
-
19
- Ayat 2, yaitu pelaksanaan penjualan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) huruf c dilakukan setelah lewat waktu 1 (satu)
bulan sejak diberitahukan secara tertulis oleh pemberi dan atau
penerima fidusia kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan
diumumkan sedikitnya dalam 2 (dua) surat kabar yang tersebar
di daerah yang bersangkutan.
adapun persyaratan pelaksanaan eksekusi dengan cara penjualan
di bawah tangan adalah sebagai berikut8 :
a. Dilakukan berdasarkan kesepakatan antara pemberi dan
penerima fidusia
b. Dapat diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan para
pihak
c. Diberitahukan secara tertulis oleh pemberi dan/atau penerima
fidusia kepada pihak-pihak yang berkepentingan
d. Diumumkan sedikitnya dalam 2 (dua) surat kabar yang beredar
di daerah yang bersangkutan; dan
e. Pelaksanaan penjualan dibawah tangan tersebut, dilakukan
setelah lewat waktu 1 (satu) bulan sejak diberitahukan secara
tertulis.
8 Rachmadi Usman, Op.Cit
-
20
D. Metode Penelitian
Dalam Penyusunan skripsi ini, penulis mengumpulkan bahan-
bahan yang diperlukan atau mencari data yang terdapat dalam peraturan
perundang-undangan dan dalam praktek, yang meliputi :
1. Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang digunakan dalam pembahasan skripsi ini
adalah pendekatan yuridis-normatif, maka pendekatan yang dilakukan
adalah pendekatan perundang-undangan (statue approach).
Pendekatan perundang-undangan (statue approach) dilakukan
dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang
bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani, dimana
pendekatan undang-undang membuka kesempatan untuk
mempelajari adakah konsistensi dan kesesuaian antara suatu
undang-undang dengan undang-undang lainnya atau antara undang-
undang dan Undang-Undang Dasar atau antara regulasi dan undang-
undang9.
2. Bahan Hukum
Data atau bahan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini ada tiga
data yaitu :
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum yang bersifat autoritatif yang artinya mempunyai
otoritas, yang terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan
9 Peter
-
21
resmi atau risalah dalam pembuiatan perundang-undangan dan
putusan-putusan hakim10, yaitu :
1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)
2. Herziene Inlandsch Reglement (HIR)
3. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan
Fidusia
4. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Lembaga
Pembiayaan
5. Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor
34/KP/II/80 Tentang Perizinan Kegiatan Usaha Sewa Beli (Hire
Purchase) Jual Beli Dengan Angsuran, dan Sewa (Renting)
6. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 21/M-
DAG/PER/10/2005 Tentang Pencabutan Beberapa Perizinan
Dan Pendaftaran Di Bidang Perdagangan
7. Keputusan Menteri Keuangan nomor 130/PMK.010/2012
Tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan
Pembiayaan Yang Melakukan Pembiayaan Konsumen Untuk
Kendaraan Bermotor Dengan Pembebanan Jaminan Fidusia
8. Peraturan Kepala Kepolisian Nomor 8 Tahun 2011 Tentang
Pengamanan Eksekusi Jaminan Fidusia
b. Bahan Hukum Sekunder
10
Peter Mahmud Marzuki, Op.Cit
-
22
berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan
dokumen-dokumen resmi, meliputi buku-buku teks, kamus-kamus
hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar atas putusan
pengadilan.
3. Metode Pengumpulan Bahan Hukum
Dalam proses ini, pengumpulan bahan hukum primer menggunakan
teknik pengumpulan bahan hukum melalui inventarisasi, klasifikasi,
kategorisasi, sistemasi studi kepustakaan atas perundang-undangan,
buku-buku, jurnal, artikel-artikel, majalah, kemudian data dikumpulkan
dan disusun secara sistematis sehingga mendukung pembahasan
masalah. Sedangkan bahan hukum sekunder dilakukan dengan
mencari dan mempelajari literatur yang berhubungan dengan
perjanjian pembiayaan konsumen dan jaminan fidusia
4. Analisa Bahan Hukum
Analisa bahan hukum yang digunakan dalam penulisan skripsi ini
adalah analisa deduktif yaitu menganalisa peraturan perundang-
undangan dan perjanjian sebagai pernyataan umum untuk mengambil
kesimpulan terhadap hal-hal khusus. Setelah itu diuraikan secara
kualitatif, sehingga memperoleh suatu kesimpulan.
-
23
E. Pertanggungjawaban Sistematika
Untuk memudahkan pemahaman atas penulisan ini, maka
pertanggungjawaban sistematika secara teratur yang semuanya
mempunyai hubungan erat satu sama lainnya.
Sistematika atau gambaran isi tersebut dibagi dalam beberapa bab
dan diantara bab-bab ini terdiri pula atas sub bab. Suatu penulisan ilmiah
perlu dibatasi ruang lingkupnya, agar hasil yang akan diuraikan terarah
dan data yang diperoleh relevan untuk menggambarkan keadaan yang
sebenarnya dan menghindari data yang membias. Adapun gambaran isi
atau sistematika tersebut adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang landasan dan dasar pemikiran
bagi penulisan, baik mengenai Latar Belakang dan
Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penulisan,
Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, Pertanggungjawaban
Sistematika.
BAB II PENERAPAN PENGIKATAN OBYEK PEMBIAYAAN
KONSUMEN SECARA JAMINAN FIDUSIA
Bab ini menguraikan tentang pembiayaan konsumen,
jaminan fidusia, kewenangan perusahaan pembiayaan
menjaminkan obyek pembiayaan konsumen
BAB III PENERAPAN EKSEKUSI OBYEK PEMBIAYAAN
KONSUMEN SECARA JAMINAN FIDUSIA
-
24
Bab ini menguraikan tentang wanprestasi dan akibat
hukumnya, eksekusi obyek pembiayaan konsumen secara
jaminan fidusia
BAB IV PENUTUP
Bab ini merupakan bab penutup yang didalamnya diberikan
Kesimpulan dan Saran.
-
25
BAB II
PENERAPAN PENGIKATAN OBYEK PEMBIAYAAN KONSUMEN
SECARA JAMINAN FIDUSIA
A. Pembiayaan Konsumen
Pembiayaan konsumen merupakan salah satu pembiayaan yang
dilakukan oleh suatu perusahaan finansial. Pembiayaan Konsumen
(consumer finance) adalah kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang
berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran,
yang tergolong dalam sale credit, karena konsumen tidak menerima cash,
tetapi hanya menerima barang yang dibeli dengan kredit tersebut untuk
tujuan konsumtif. Menurut Peraturan Presiden nomor 9 tahun 2009
tentang Lembaga Pembiayaan, Pasal 1 angka 7 yang dimaksud dengan
pembiayaan konsumen (consumers finance) adalah kegiatan pembiayaan
untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan
pembayaran secara angsuran, dan dijelaskan lebih lanjut dalam peraturan
Menteri Keuangan nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan
Pembiayaan, Pasal 1 huruf G yang dimaksud dengan pembiayaan
konsumen (consumers finance) adalah kegiatan pembiayaan untuk
pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan
pembayaran secara angsuran. Dimana dalam Pasal 6 ayat 2 disebutkan
lebih lanjut tentang kebutuhan konsumen, antara lain :
a. Pembiayaan kendaraan bermotor
26
26
-
26
b. Pembiayaan alat-alat rumah tangga
c. Pembiayaan barang-barang elektronik
d. Pembiayaan perumahan.
Pembiayaan konsumen ada dua macam, yaitu :
1. Jual beli Dengan Cicilan
Jual beli dengan cicilan dalam bahasa Belanda dikenal dengan istilah
koop op afbetaling dan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah
credit sale yaitu perjanjian dimana barang seketika diserahkan dalam
miliknya si pembeli, namun harganya boleh dicicil. Dengan demikian
maka si pembeli seketika sudah menjadi pemilik mutlak dari
barangnya dan tinggallah ia mempunyai hutang kepada si penjual
berupa harga atau sebagian dari harga yang belum dibayarnya. Dan
begitu pembeli menerima barangnya, maka ia bebas untuk
menjualnya lagi karena itu sudah barang miliknya11. Sedangkan
menurut Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi nomor
34/KP/II/80 tentang Perizinan Kegiatan Usaha Sewa Beli (Hire
Purchase) Jual Beli Dengan Angsuran, dan Sewa (Rent), Pasal 1
huruf b yang dimaksud dengan jual beli dengan angsuran adalah jual
beli barang dimana penjual melaksanakan penjualan barang dengan
cara menerima pelunasan pembayaran yang dilakukan oleh pembeli
dalam beberapa kali angsuran atas harga barang yang telah
disepakati bersama dan yang diikat dalam suatu perjanjian, serta hak
11
R4
-
27
milik atas barang tersebut beralih dari penjual kepada pembeli pada
saat barangnya diserahkan oleh penjual kepada pembeli.
2. Sewa Beli
Sewa Beli dalam bahasa Belanda dikenal dengan nama huurkoop dan
di Inggris dikenal dengan hire purchase adalah suatu macam jual beli,
dimana selama harga belum dibayar lunas, si pembeli menjadi
penyewa dahulu dari barang yang ingin dibelinya. Dengan
dijadikannya penyewa, penyerahan hak milik baru akan dilakukan
pada waktu di bayarnya angsuran yang terakhir, penyerahan mana
dapat dilakukan dengan suatu pernyataan saja karena barangnya
sudah berada dalam kekuasaan si pembeli dalam kedudukannya
sebagai penyewa. Cara penyerahan ini dinamakan traditio brevi manu
Menurut Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi nomor
34/KP/II/80 tentang Perizinan Kegiatan Usaha Sewa Beli (Hire
Purchase) Jual Beli Dengan Angsuran, dan Sewa (Rent), Pasal 1
huruf a, yang dimaksud dengan Sewa Beli (Hire Purchase) adalah jual
beli barang dimana penjual melaksanakan penjualan barang dengan
cara memperhitungkan setiap pembayaran yang dilakukan oleh
pembeli dengan pelunasan atas harga barang yang telah disepakati
bersama dan yang diikat dalam suatu perjanjian, serta hak milik atas
barang tersebut baru beralih dari penjual kepada pembeli setelah
jumlah harganya dibayar lunas oleh pembeli kepada penjual.
-
28
Sewa beli sebenarnya adalah suatu macam jual beli, setidak-
tidaknya ia lebih mendekati jual beli dari pada sewa menyewa,
meskipun ia merupakan suatu campuran dari kedua-duanya dan
diberikan judul sewa menyewa12.
Pembiayaan konsumen dengan cara sewa beli (Hire Purchase)
adalah salah satu bentuk usaha yang digunakan dalam pembiayaan
kendaraan bermotor, disamping hal tersebut memberikan jalan keluar bagi
calon-calon pembeli yang tidak mampu membayar harga barang-barang
sekaligus, yang oleh karenanya diperlukan suatu perusahaan pembiayaan
untuk membiayai kegiatan konsumsi dalam bentuk penyediaan dana atau
barang modal, juga sebagai jalan keluar diketemukannya suatu perjanjian,
dimana harga belum dibayar lunas oleh konsumen maka konsumen
dianggap sebagai penyewa dahulu dari barang yang ingin dibelinya.
Dengan dijadikannya penyewa, konsumen terancam oleh hukum pidana
(penggelapan), apabila konsumen sampai berani menjual barangnya. Hal
tersebut memberikan keuntungan pada kedua belah pihak, dimana di satu
sisi konsumen dapat membeli barang dengan cara mengangsur sekaligus
menikmati barangnya, sedangkan perusahaan pembiayaan merasa aman
karena barangnya tidak akan dihilangkan oleh konsumen selama harga
belum dibayar lunas.
Unsur-unsur dalam pembiayaan konsumen tersebut, antara lain :
7. Subyek pembiayaan konsumen terdiri dari :
12
R.
-
29
d. Perusahaan pembiayaan
Menurut Peraturan Presiden nomor 9 tahun 2009 tentang Lembaga
Pembiayaan Pasal 1 angka 2, yang dimaksud dengan perusahaan
pembiayaan adalah badan usaha yang khusus didirikan untuk
melakukan sewa guna usaha, anjak piutang, pembiayaan
konsumen, dan/atau usaha kartu kredit.
e. Konsumen (debitor)
Konsumen menurut Undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang
perlindungan konsumen, Pasal 1 angka 2, yang dimaksud dengan
konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang
tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri,
keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan.
f. Penyedia barang (supplier)
Supplier adalah pihak penjual barang kepada konsumen atas
pembayaran oleh pihak ketiga (perusahaan pembiayaan
konsumen)
8. Objek adalah barang kebutuhan konsumen yang menurut peraturan
Menteri Keuangan nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan
Pembiayaan, Pasal 6 ayat 2 kebutuhan konsumen sebagaimana di
maksud pada ayat (1), antara lain meliputi :
a. Pembiayaan kendaraan bermotor
b. Pembiayaan alat-alat rumah tangga
-
30
c. Pembiayaan barang-barang elektronik
d. Pembiayaan perumahan
9. Perjanjian adalah perbuatan persetujuan pembiayaan yang diadakan
antara perusahaan pembiayaan konsumen dan konsumen, serta jual
beli antara pemasok dan konsumen
10. Hubungan kewajiban dan hak, yaitu :
a. Perusahaan pembiayaan :
Perusahaan pembiayaan konsumen menyediakan jasa kepada
konsumen dalam bentuk pembayaran harga barang secara tunai
kepada supplier. Dimana sebelumnya ada kontrak pembiayaan
konsumen antara perusahaan pembiayaan konsumen dengan
konsumen yang sifatnya pemberian kredit.
b. Konsumen :
Konsumen membayar harga barang secara angsuran kepada
perusahaan pembiayaan sesuai dengan kontrak pembiayaan
konsumen
c. Supplier :
Supplier menyerahkan barang kepada konsumen.
d. Pembayaran angsuran yaitu pihak konsumen membayar harga
barang kepada perusahaan pembiayaan konsumen secara
angsuran sampai lunas13
13
Ahmad Muliadi, Hukum Lembaga Pembiayaan, Akademia, Jakarta, 2013, h.122
-
31
Adapun perbedaan pembiayaan konsumen (sewa beli) dengan sewa
guna usaha (finance lease) adalah sebagai berikut :
a. Pada pembiayaan konsumen, pemilikan barang/obyek
pembiayaan berada pada konsumen yang kemudian diserahkan
secara fidusia, kepada perusahaan pembiayaan konsumen.
Sedangkan pada sewa guna usaha pemilik barang/obyek
pembiayaan berada pada lessor
b. Pada pembiayaan konsumen, tidak ada batasan waktu
pembiayaan, sedangkan sewa guna usaha jangka waktu
angsuran diatur sesuai dengan umur ekonomis obyek/barang
modal yang dibiayai oleh lessor
c. Pada pembiayaan konsumen tidak membatasi pembiayan
kepada calon konsumen yang telah mempunyai Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP), sedangkan pada sewa guna usaha calon
lessee diharuskan mempunyai kegiatan usaha dan/atau
pekerjaan bebas, dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
d. Pada sewa guna usaha dimungkinkan terjadinya sale and lease
back, sedangkan pada pembiayaan konsumen hal tersebut
belum diatur.
pembiayaan konsumen sama dengan sewa guna usaha dengan hak opsi
untuk perorangan, sehingga dalam prakteknya obyek pembiayaan
konsumen dijadikan pengganti sewa guna usaha dengan hak opsi.
Sedangkan transaksi pembiayaan konsumen yang bisa dilakukan adalah
-
32
direct finance lease, dimana debitor belum pernah memiliki barang
kebutuhan konsumen yang akan menjadi obyek pembiayaan konsumen.
Dengan demikian kreditor atas nama debitor akan membeli barang
kebutuhan konsumen tersebut langsung kepada supplier dengan
menggunakan nama debitor sebagai pemilik.
Dalam praktek seringkali dijumpai bahwa pihak perusahaan
pembiayaan menjadi pihak yang tidak aman dalam memperoleh haknya,
misalnya konsumen dapat sewaktu-waktu mengalihkan objek pembiayaan
konsumen kepada orang lain tanpa sepengetahuan perusahaan
pembiayaan atau konsumen tidak mau mengembalikan objek pembiayaan
konsumen secara baik-baik, walaupun konsumen telah wanprestasi, dan
berbagai masalah lainnya. Karena sadar akan resiko yang mungkin akan
dihadapi oleh perusahaan pembiayaan, maka dalam praktek dibutuhkan
juga jaminan. Sehingga diharapkan kedudukan perusahaan pembiayaan
benar-benar terjamin, dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri
Keuangan nomor 130/PMK.010/2012 tentang Pendaftaran Jaminan
Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan Yang Melakukan Pembiayaan
Konsumen Untuk Kendaraan Bermotor Dengan Pembebanan Jaminan
Fidusia. Yang diatur dalam Pasal 1, yaitu :
1. Perusahaan yang melakukan pembiayaan konsumen untuk
kendaraan bermotor dengan pembebanan jaminan fidusia wajib
mendaftarkan jaminan fidusia dimaksud pada Kantor Pendaftaran
-
33
Fidusia, sesuai undang-undang yang mengatur mengenai jaminan
fidusia
2. Kewajiban pendaftaran jaminan fidusia sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berlaku pula bagi perusahaan pembiayaan yang melakukan :
a. Pembiayaan konsumen kendaraan bermotor berdasarkan prinsip
syariah, dan/atau
b. Pembiayaan konsumen kendaraan bermotor yang pembiayaannya
berasal dari pembiayaan penerusan (channeling) atau pembiayaan
bersama (joint financing)
B. Jaminan Fidusia
a. Jaminan
Pada prinsipnya jaminan diberikan terhadap pinjaman, kredit atau
kontrak lainnya, tetapi dapat juga diberikan terhadap transaksi
pembiayaan konsumen. Dimana pembiayaan konsumen juga memerlukan
jaminan-jaminan tertentu agar dana yang telah dikeluarkan oleh
perusahaan pembiayaan ditambah dengan keuntungan-keuntungan
tertentu dapat diterima kembali oleh perusahaan pembiayaan.
Jaminan ada tiga macam, yaitu :
d. Jaminan Utama, yaitu kepercayaan dari perusahaan pembiayaan
(kreditor) kepada konsumen (debitor) bahwa pihak debitor dapat
dipercaya dan sanggup membayar hutang-hutangnya.
-
34
e. Jaminan pokok, yaitu barang yang dibeli oleh konsumen (debitor)
dengan dana dari pembiayaan konsumen dijadikan jaminan dalam
pembiayaan konsumen tersebut. Jaminan tersebut dalam bentuk
fiduciary transfer of ownership (fidusia). Dimana seluruh dokumen
yang berkenaan dengan kepemilikan barang yang bersangkutan akan
dipegang oleh perusahaan pembiayaan (kreditor) hingga kredit lunas.
f. Jaminan Tambahan, yaitu berupa pengakuan hutang (promissory
notes), kuasa menjual barang (cessie) dan dari asuransi, juga jaminan
berupa persetujuan istri/suami untuk konsumen perusahaan, sesuai
ketentuan anggaran dasarnya.
Jaminan dalam pembiayaan konsumen termasuk dalam jaminan
fidusia, dimana pengaturannya diatur dalam Undang-Undang nomor 42
tahun 1999 tentang jaminan fidusia Pasal 1 angka 2, yang dimaksud
dengan jaminan fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik
yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak
khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang nomor 4 tahun 1996
tentang hak tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan pemberi
fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan
kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditor
lainnya. Pada umumnya dalam suatu kontrak pembiayaan konsumen,
konsumen diwajibkan untuk memberikan juga jaminan tambahan berupa
fidusia atas obyek pembiayaan konsumen, yang diatur dalam peraturan
-
35
menteri keuangan republik Indonesia nomor 130/PMK.010/2012 tentang
pendaftaran jaminan fidusia bagi perusahaan pembiayaan yang
melakukan pembiayaan konsumen untuk kendaraan bermotor dengan
pembebanan jaminan fidusia, dimana pada Pasal 1 disebutkan bahwa
perusahaan pembiayaan yang melakukan pembiayaan konsumen untuk
kendaraan bermotor dengan pembebanan jaminan fidusia wajib
mendaftarkan jaminan fidusia dimaksud pada Kantor Pendaftaran Fidusia,
sesuai undang-undang yang mengatur mengenai jaminan fidusia.
Peraturan tersebut dimaksudkan tentunya dengan harapan agar apabila
konsumen wanprestasi, obyek pembiayaan konsumen tersebut dapat
dieksekusi dengan cara fidusia.
Istilah jaminan merupakan terjemahan dari istilah zekerheid atau
cautie, yaitu kemampuan debitor untuk memenuhi atau melunasi
perutangannya kepada kreditor, yang dilakukan dengan cara menahan
benda tertentu yang bernilai ekonomis sebagai tanggungan atas pinjaman
atau utang yang diterima debitor terhadap kreditornya. Sedangkan dalam
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, istilah jaminan
diberi arti lain yaitu agunan sebagaimana ketentuan dalam Pasal 1 angka
23 diartikan sebagai agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan
nasabah debitor kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit
atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. Menurut Mariam Darus
Badrulzaman, jaminan adalah suatu tanggungan yang diberikan oleh
-
36
seorang debitor dan/atau pihak ketiga kepada kreditor untuk menjamin
kewajibannya dalam suatu perikatan. Sedangkan menurut Hartono
Hadisputro menyatakan bahwa jaminan adalah sesuatu yang diberikan
debitor kepada kreditor untuk menimbulkan keyakinan bahwa debitor akan
memenuhi kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari
suatu perikatan14.
Jaminan diperlukan untuk menjamin pemenuhan kewajiban yang
dapat dinilai oleh uang, sehingga apabila debitor wanprestasi, maka
kreditor dapat menguangkan benda-benda jaminan dan mengambil
penguangan benda jaminan yang menjadi hak dari kreditor. Oleh karena
itu barang yang dapat dijadikan jaminan haruslah suatu benda atau suatu
hak yang boleh dialihkan kepada orang lain (kreditor) yang dapat
dinilaikan ke dalam uang. Jaminan kebendaan dapat berupa benda
bergerak dan benda tidak bergerak.
b. Jaminan Fidusia
Fidusia atau lengkapnya fiduciaire eigendoms overdracht berasal dari
kata fiduciair atau fides yang artinya kepercayaan, yakni penyerahan hak
milik atas benda secara kepercayaan sebagai jaminan (agunan) bagi
pelunasan piutang kreditor. Dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun
1999 Tentang Jaminan Fidusia Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa
fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar
kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya
14
Rachmadi Usman, Op.Cit
-
37
dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda. Fidusia
mempunyai unsur-unsur, yaitu ;
e. Unsur kepercayaan dari pemberi fidusia
Debitor percaya bahwa benda fidusia yang diserahkan tidak benar-
benar dimiliki oleh kreditor penerima jaminan tetapi hanya sebagai
jaminan saja dan hanya akan menggunakan kewenangan yang
diperolehnya untuk melindungi kepentingan kreditor dan akan
dikembalikan kepada debitor apabila hutang dilunasi.
f. Unsur kepercayaan dari penerima fidusia
Penerima fidusia percaya bahwa jaminan akan dipelihara/dirawat oleh
pemberi fidusia.
g. Hak Mendahului (preferen)
sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999
Tentang Jaminan Fidusia, Pasal 1 angka 6, yaitu penerima fidusia
adalah orang perseorangan atau korporasi yang mempunyai piutang
yang pembayarannya dijamin dengan jaminan fidusia, mempunyai
hak mendahului (preferen) sebagaimana diatur diatas, Pasal 27 ayat 1
yaitu penerima fidusia memiliki hak yang didahulukan terhadap
kreditor lainnya.
h. Sifat Accessoir
Perjanjian jaminan fidusia adalah perjanjian ikutan yang dibentuk oleh
perjanjian lain yaitu perjanjian utama atau perjanjian pokok
-
38
dimana mempunyai prinsip-prinsip dasar yang ada dalam sebuah jaminan,
yaitu :
a. Asas kepastian hukum, yaitu jaminan fidusia diatur dalam undang-
undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia.
b. Asas publisitas, yaitu pengumuman kepada masyarakat mengenai
status kepemilikan
c. Asas Keseimbangan, yaitu asa yang menghendaki kedua belah pihak
memenuhi dan melaksanakan perjanjian
d. Asas menampung kebutuhan praktek, yaitu bahwa setiap orang dapat
mengadakan perjanjian apapun juga, baik yang telah diatur dalam
undang-undang, maupun yang belum diatur dalam undang-undang
e. Asas tertulis otentik, yaitu akta jaminan fidusia, harus dibuat secara
tertulis dan dibuat dihadapan Notaris dalam bentuk akta otentik.
f. Asas pemberian kedudukan yang kuat kepada kreditor, yaitu kreditor
penerima fidusia mempunyai hak prefen (didahulukan) dari kreditor
lainnya.
sedangkan untuk menjamin benda atau hak tersebut, maka dibentuklah
suatu lembaga jaminan, yang dalam hal benda bergerak lembaga jaminan
fidusia adalah lembaga yang berwenang untuk menjamin kebendaan
bergerak. Lembaga fidusia ini dikenal dengan nama fiducia cum creditore
contracta (janji kepercayaan yang dibuat kreditor), yaitu janji kepercayaan
yang dibuat dengan kreditor bahwa debitor (konsumen) akan mengalihkan
kepemilikan atas suatu benda kepada kreditor sebagai jaminan atas
-
39
utangnya dengan kesepakatan bahwa kreditor akan mengalihkan kembali
kepemilikan tersebut kepada debitor apabila utangnya sudah dibayar
dengan lunas, dimana debitor tetap akan menguasai secara fisik benda
tersebut.
Penyerahan dan pemindahan dalam kepemilikan atas suatu benda
yang dilakukan atas dasar fiduciair dengan syarat bahwa benda yang hak
kepemilikannya tersebut diserahkan dan dipindahkan kepada penerima
fidusia tetap dalam penguasaan pemilik benda (pemberi fidusia). Adapun
cara penyerahan dan pemindahan kebendaan fidusia dilakukan secara
constitutum possessorium yaitu kebendaan (objek) fidusia yang akan
diserahkan dan dipindahtangankan tetap berada dalam penguasaan
pemilik asal (pemberi fidusia). Dalam KUHPerdata tidak dikenal
penyerahan secara constitutum possessorium melainkan penyerahan
secara nyata seperti pada Pasal 612 KUHPerdata yaitu penyerahan
barang-barang bergerak, kecuali yang tidak bertubuh dilakukan dengan
penyerahan yang nyata oleh atau atas nama pemilik, atau dengan
penyerahan kunci-kunci bangunan tempat barang-barang itu berada.
Penyerahan tidak diharuskan, bila barang-barang yang harus diserahkan,
dengan alasan hak lain, telah dikuasai oleh orang yang hendak
menerimanya. akan tetapi penyerahan constitutum possessorium tetap
dapat dilakukan karena asas pacta sunservanda yaitu setiap perjanjian
menjadi hukum yang mengikat bagi para pihak yang melakukan perjanjian
-
40
Penyerahan hak kepemilikan atas kebendaan jaminan fidusia ini
mempunyai pengertian bahwa selama debitor (pemberi fidusia) belum
melunasi utangnya, selama itu pula kreditor mempunyai hak untuk
menjual kebendaan (objek) fidusia yang dijaminkan kepadanya. Selain itu
dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia
Pasal 1 angka 2 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan Jaminan
Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud
maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya
bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan, yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia,
sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan
kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditor
lainnya.
C. Kewenangan Perusahaan Pembiayaan Menjaminkan Obyek
Pembiayan Konsumen
1. Perusahaan Pembiayaan
2. Kewajiban Perusahaan Pembiayaan Mendaftarkan Obyek
Pembiayaan Konsumen Secara Jaminan Fidusia