PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL...

73
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan dunia perbankan dan dunia usaha sekarang ini timbul lembaga keuangan seperti lembaga pembiayaan. Lembaga pembiayaan tersebut berbentuk perusahaan. Perusahaan merupakan badan usaha yang menjalankan kegiatan di bidang perekonomian (keuangan, industri, dan perdagangan), yang dilakukan secara terus menerus atau teratur (regelmatig), terang-terangan (openlijk), dan dengan tujuan memperoleh keuntungan dan/atau laba. 1 Dalam Pasal 1 huruf (b) UU Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan dijelaskan bahwa perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus dan yang didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Republik Indonesia, untuk tujuan memperoleh keuntunga n dan atau laba. Sedangkan, pengertian dari Perusahaan Pembiayaan diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan, dalam Pasal 1 huruf (b) dikatakan bahwa Perusahaan Pembiayaan adalah badan usaha di luar Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha Lembaga Pembiayaan. Lembaga pembiayaan yang berkembang pada saat ini seperti: 1 Abdul R Saliman, SH, MM, dkk, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan (Teori dan Contoh Kasus) , Kencana Renada Media Group, Jakarta 2005. hlm. 100.

Transcript of PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL...

Page 1: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam perkembangan dunia perbankan dan dunia usaha sekarang ini

timbul lembaga keuangan seperti lembaga pembiayaan. Lembaga pembiayaan

tersebut berbentuk perusahaan. Perusahaan merupakan badan usaha yang

menjalankan kegiatan di bidang perekonomian (keuangan, industri, dan

perdagangan), yang dilakukan secara terus menerus atau teratur (regelmatig),

terang-terangan (openlijk), dan dengan tujuan memperoleh keuntungan dan/atau

laba.1

Dalam Pasal 1 huruf (b) UU Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib

Daftar Perusahaan dijelaskan bahwa perusahaan adalah setiap bentuk usaha

yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap dan terus menerus dan

yang didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Republik Indonesia,

untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba.

Sedangkan, pengertian dari Perusahaan Pembiayaan diatur dalam

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan

Pembiayaan, dalam Pasal 1 huruf (b) dikatakan bahwa Perusahaan Pembiayaan

adalah badan usaha di luar Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank yang

khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha

Lembaga Pembiayaan. Lembaga pembiayaan yang berkembang pada saat ini

seperti:

1 Abdul R Saliman, SH, MM, dkk, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan (Teori dan Contoh

Kasus), Kencana Renada Media Group, Jakarta 2005. hlm. 100.

Page 2: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

2

1. Lembaga pembiayaan proyek (project finance)

2. Lembaga pembiayaan Modal ventura (ventura capital)

3. Lembaga pembiayaan sewa guna usaha (leasing)

4. Lembaga pembiayaan anjak piutang (factoring)

5. Lembaga pembiayaan konsumen (consumer finance)

6. Lembaga pembiayaan kartu kredit (credit card)

7. Lembaga pembiayaan usaha kecil.

Secara ketentuan hukum lembaga pembiayaan diatur dalam Peraturan

Presiden Nomor 9 Tahun 2009. Dalam perpres ini yang dimaksud lembaga

Pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam

bentuk penyediaan dana atau barang modal.2 Sedangkan yang dimaksud dengan

perusahaan pembiayaan adalah badan usaha yang khusus didirikan untuk

melakukan Sewa Guna Usaha, Anjak Piutang, Pembiayaan Konsumen, dan/atau

usaha Kartu Kredit.3 Jadi dalam pelaksanaan suatu pembiayaan haruslah

mempunyai legalitas baik berbentuk badan usaha maupun badan hukum. Legalitas

suatu perusahaan atau badan usaha adalah merupakan unsur yang terpenting,

karena legalitas merupakan jati diri yang melegalkan atau mengesahkan suatu

badan usaha sehingga diakui oleh masyarakat.4

Perusahaan Pembiayaan merupakan badan usaha yang melaksanakan

kegiatan usaha dari lembaga pembiayaan. Selain Perusahaan Pembiayaan, bank

dan lembaga keuangan bukan bank juga merupakan badan hukum yang

melaksanakan aktivitas dari lembaga pembiayaan yaitu :

2 Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Lembaga Pembiayaan Pasal 1 ayat (1) 3 Ibid Pasal 1 ayat (2) 4 Zaeni asyhadie, Hukum Bisnis, PT. Raja Grafindo, Jakarta 2005. hlm 83

Page 3: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

3

a. Sewa Guna Usaha;

b. Modal Ventura;

c. Perdagangan Surat Berharga;

d. Anjak Piutang;

e. Usaha Kartu Kredit;

f. Pembiayaan Konsumen

Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance) adalah kegiatan pembiayaan

untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran

secara angsuran.5 Kegiatan Pembiayaan Konsumen dilakukan dalam bentuk

penyediaan dana untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen

dengan pembayaran secara angsuran. Kebutuhan konsumen yang dimaksud

meliputi antara lain :

1) Pembiayaan kendaraan bermotor

2) Pembiayaan alat-alat rumah tangga

3) Pembiayaan barang-barang elektronik

4) Pembiayaan perumahan

Pembiayaan konsumen dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah

consumer finance. Pembiayaan konsumen ini pada hakikatnya sama saja dengan

kredit konsumen (consumer credit). Bedanya hanya terletak pada lembaga yang

membiayainya. Pembiayaan konsumen biaya diberikan oleh perusahaan

5 Op.Cit, Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Lembaga Pembiayaan Pasal

1 ayat (7).

Page 4: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

4

pembiayaan (financing company). Sedangkan kredit konsumen (consumer credit)

biayanya diberikan oleh bank.6

Dalam pembiayaan yang menjadi dasar pembuatan perjanjian pembiayaan

konsumen ada 2 (dua) sumber hukum perdata untuk kegiatan perjanjian

pembiayaan konsumen, yaitu asas kebebasan berkontrak dan perundang-undangan

di bidang hukum perdata.

Dalam asas kebebasan berkontrak hubungan hukum yang terjadi dalam

kegiatan pembiayaan konsumen selalu dibuat secara tertulis (kontrak) sebagai

dokumen hukum yang menjadi dasar kepastian hukum (legal certainty).

Perjanjian pembiayaan konsumen ini dibuat berdasarkan atas asas kebebasan

berkontrak para pihak yang memuat rumusan kehendak berupa hak dan kewajiban

dari perusahaan pembiayaan konsumen sebagai pihak penyedia dana (fund

lender), dan konsumen sebagai pihak pengguna dana (fund user).

Perjanjian pembiayaan konsumen (consumer finance agreement)

merupakan dokumen hukum utama (main legal document) yang dibuat secara sah

dengan memenuhi syarat-syarat sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 1320 KUH

Perdata. Akibat hukum perjanjian yang dibuat secara sah, maka akan berlaku

sebagai undang-undang bagi pihak-pihak yaitu perusahaan pembiayaan konsumen

dan konsumen (Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata. Konsekuensi yuridis

selanjutnya, perjanjian tersebut harus dilaksanakan dengan itikad baik (in good

faith) dan tidak dapat dibatalkan secara sepihak (unilateral unvoidable).

6 Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan, (Jakarta : sinar garafika. 2009), hlm. 95

Page 5: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

5

Perjanjian pembiayaan konsumen berfungsi sebagai dokumen bukti yang sah bagi

perusahaan pembiayaan konsumen dan konsumen.7

Perundang-undangan di bidang hukum perdata, perjanjian pembiayaan

konsumen merupakan salah satu bentuk perjanjian khusus yang tunduk pada

ketentuan Buku III KUH Perdata. Di Indonesia, lembaga pembiayaan ini

merupakan salah satu lembaga formal yang masih relatif baru. Sumber hukum

utama pembiayaan konsumen adalah ketentuan mengenai perjanjian pinjam pakai

habis dan perjanjian jual beli bersyarat yang diatur dalam KUH Perdata. Kedua

sumber hukum utama tersebut dibahas dalam konteksnya dengan pembiayaan

konsumen.

Perjanjian pembiayaan konsumen yang terjadi antara perusahaan

pembiayaan kosumen dan konsumen digolongkan dalam perjanjian pinjam pakai

habis yang diatur dalam Pasal 1754-1773 KUH Perdata. Pasal 1754 KUH Perdata

menyatakan bahwa “pinjam pakai habis adalah perjanjian, dengan mana pemberi

pinjaman menyerahkan sejumlah barang pakai habis kepada pihak peminjam

dengan syarat bahwa peminjam akan mengembalikan barang tersebut kepada

pemberi pinjaman dalam jumlah dan keadaan yang sama”.8

Perbedaan mendasar dapat kita telaah pada pembiayaan konsumen pada

leasing, yakni Lessor akan membayar kepada supplier barang modal yang

dibutuhkan lesse, dan lesse akan membayar secara berkala kepada lessor.

Waktunya sesuai perjanjian lesse dan lessor. Dan objek leasing adalah benda -

benda yang diperlukan dan digunakan untuk menjalankan perusahaan.

7 Abdul Kadir Muhammad dan Rilda Murniati, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan

Pembiayaan, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2000), hlm 256 8 KUHPerdata Pasal 1754 (pinjam pakai habis)

Page 6: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

6

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa perjanjian

pembiayaan konsumen tergolong perjanjian khusus yang objeknya adalah barang

habis pakai yang diatur dalam Pasal 1754-1773 KUH Perdata. Dengan demikian

ketentuan pasal-pasal tersebut berlaku terhadap perjanjian pembiayaan konsumen

dan sudah relevan, kecuali apabila dalam perjanjian diatur secara khusus

menyimpang.9

PT. Federal International Finance Cabang Siak, merupakan salah satu

perusahaan pembiayaan yang melakukan kegiatan usahanya di bidang

pembiayaan konsumen (consumer finance), yang berfokus pada pembiayaan

sepeda motor dan pembiayaan barang-barang elektronik serta furniture. Kegiatan

pembiayaan dilakukan melalui sistempem berian kredit yang pembayarannya oleh

konsumen dilakukan secara angsuran atau berkala.

Dalam memberikan debitur pembiayaan konsumen tersebut lembaga

pembiayaan harus bersifat hati-hati dalam menilai konsumen. Sebelum

mendapatkan fasilitas tersebut konsumen diharuskan mengikuti dan memenuhi

segala syarat dan prosedur yang telah ditentukan oleh lembaga pembiayaan

tersebut yaitu PT. Federal International Finance Cabang Siak.

Hukum perjanjian memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada

masyarakat untuk membuat perjanjian yang berisi apa saja, asalkan tidak

melanggar dari syarat yang telah diatur dan ditetapkan oleh undang-undang.

Namun pada kenyataannya, kedudukan Kreditur lebih tinggi daripada

kedudukan konsumen. Karena pihak konsumen hanya menerima dan menyetujui

9 Sunaryo., Loc.cit., hlm. 99

Page 7: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

7

isi perjanjian yang telah ditetapkan oleh Kreditur yang dalam hal ini yaitu PT.

Federal International Finance Cabang Siak. Dapat diketahui, berdasarkan azas

kebebasan berkontrak bahwa isi perjanjian itu dibuat dan ditentukan oleh kedua

belah pihak sehingga dapat dikatakan pada kenyataannya azas kebebasan

berkontrak tersebut tidak berjalan.

Pada perjanjian pembiayaan konsumen ini, pihak debitur hanya

mempunyai hak pakai atas barang yang menjadi objek perjanjian dan selanjutnya

setelah angsuran dan cicilan terakhir dilunasi, barulah hak milik atas barang

berpindah kepada si debitur

Jadi, selama jangka waktu pembiayaan konsumen dan harga yang telah

diperjanjikan itu belum dibayar lunas, maka si pembeli menjadi penyewa terlebih

dahulu dari barang yang diinginkannya tersebut. Dan harga tersebut merupakan

angsuran dari harga barang.

Dalam kedudukannya sebagai penyewa, pembeli mempunyai kewajiban

untuk membayar angsuran atau cicilan yang telah ditentukan tanpa harus melalui

teguran terlebih dahulu dari sipenjual barang tersebut.

Namun seringkali ketentuan-ketentuan atau aturan yang telah dibuat dan

disepakati oleh kedua belah pihak di dalam prakteknya tidak memenuhi dan tidak

sesuai dengan isi perjanjian tersebut, baik hal itu disengaja karena kelalaian si

pelakana isi perjanjian, di mana perjanjian yang dilaksanakan itu tidak sesuai

sebagaimana yang dikehendakinya atau juga oleh si pembuat isi perjanjian itu

sendiri. Selain itu ada juga faktor yang dikarenakan konsumen tidak mengetahui

peraturan baku yang telah dibuat oleh pihak Kreditur, karena mereka justru lebih

Page 8: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

8

mementingkan barang yang mereka ambil daripada mernperhatikan peraturan

ydng ditetapkan dalam perjanjian tersebut, sehingga terjadi wanprestasi dalam

pelaksanaan perjanjian tersebut. Selanjutnya sering kali ketentuan ketentuan yang

dibuat di dalam perjanjian tersebut luput dari perhatian para debitur.

Permasalahan tersebut di atas juga penulis temukan pada PT PT. Federal

International Finance Cabang Siak. Di mana pihak debitur tersebut tidak

melaksanakan prestasinya, atau dengan kata lain pembayaran angsuran yang harus

dilakukan oleh debitur setiap bulannya mengalami kemacetan hingga lebih dari

batas waktu yang telah ditentukan yang mengakibatkan barang yang menjadi

objek pembiayaan tersebut ditarik kembali oleh pihak Kreditur, sedangkan uang

angsuran yang telah dibayar oleh pembeli sewa sebelumnya tidak dapat ditarik

kembali karena pembayaran angsuran yang telah dilakukan sebelumnya dianggap

sebagai uang sewa atas barang tersebut.

Berdasarkan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, oleh karena itu

penulis tertarik melakukan penelitian terhadap permasalahan ini dengan judul

“PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA

PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT. FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE

CABANG SIAK”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dibahas sebelumnya,

maka oleh karena itu penulis merumuskan beberapa masalah yang akan dibahas

Page 9: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

9

dalam penelitian skripsi ini nantinya. Permasalahan yang akan diangkat adalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen oleh PT.

Federal International Finance Cabang Siak?.

2. Bagaimana penyelesaian hukum yang dapat dilakukan apabila terjadi

wanprestasi oleh para pihak terhadap pembiayaan konsumen tersebut?.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini oleh penulis akan memuat

tentang hal-hal yang dicapai dari kegiatan penelitian antara lain :

a. Untuk mengetahui prosedur pembuatan dan pelaksanaan perjanjian

pembiayaan konsumen atas kendaraan bermotor oleh PT. Federal

International Finance Cabang Siak.

b. Untuk mengetahui tindakan hukum yang dilakukan bila terjadi wanprestasi

dalam pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen atas kendaraan

bermotor oleh PT. Federal International Finance Cabang Siak.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat yang akan diharapkan dalam penelitian ini adalah :

a. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada setiap perguruan tinggi yaitu

untuk memenuhi persyaratan dalam menempuh ujian Sarjana Hukum

b. Untuk menerapkan sebagian pengetahuan yang diperoleh selama dibangku

kuliah sehingga dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan orang lain.

Page 10: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

10

c. Dapat sebagai bahan pertimbangan bagi para peneliti berikutnya,

khususnya yang melakukan penelitian dalam masalah yang sama sehingga

dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

d. Untuk menambah bahan bacaan diperpustakaan dan sebagai sumbangsih

penulis terhadap almamater.

D. Kerangka Teori

1. Kerangka Teoritis

Penyusunan teori-teori merupakan suatu hal yang sangat diperlukan dalam

suatu penelitian terutama dalam meletakkan dasar-dasar tentang masalah yang

akan diteliti, pentingnya suatu konsep teoritis mempunyai hubungan timbal balik

yang sangat erat antara teori dengan kegiatan, pengumpulan, pengolahan, analisis

dan konsumsi data.

a. Teori Lembaga Pembiayaan

Menurut Pasal 1320 KUHPerdata perjanjian harus memenuhi 4 (empat)

syarat agar dapat memiliki kekuatan hukum dan mengikat para pihak yang

membuatnya, hal tersebut adalah :

1) Kesepakatan para pihak

2) Kecakapan untuk membuat Perjanjian (misalnya : cukup umur, tidak

dibawah pengampuan dll)

3) Menyangkut hal tertentu

4) Adanya kausa yang halal

Page 11: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

11

Dua hal yang pertama disebut sebagai syarat subyektif dan dua hal

terakhir disebut syarat objektif. Suatu perjanjian yang mengandung cacat pada

syarat subjektif akan memiliki konsekuensi untuk dapat dibatalkan

(vernietigbaar).

a) Kesepakatan para pihak

“Sepakat maksudnya adalah bahwa dua belah pihak yang mengadakan

perjanjian setuju atau seia sekata mengenai hal-hal pokok dari perjanjian, dengan

kata lain mereka saling menghendaki sesuatu yang sama secara timbal balik”10

Adanya kemauan dan kehendak kedua belah pihak yang membuat

perjanjian, jadi tidak boleh hanya karena kemauan satu pihak saja, ataupun

terjadinya kesepakatan oleh karena tekanan salah satu pihak yang mengakibatkan

adanya cacat bagi perwujudan kehendak.

Dalam hal suatu kesepakatan, ada beberapa teori yang menyatakan kapan

kesepakatan itu terjadi antara lain yaitu Teori Pengetahuan (veernemingstheorie)

mengajarkan bahwa pihak yang menawarkan seharusnya sudah mengetahui

bahwa tawarannya diterima dan Teori Kepercayaan (vetrowenstheorie)

mengajarkan bahwa kesepakatan itu terjadi pada saat pernyataan kehendak

dianggap layak diterima oleh pihak yang menawarkan.11

b) Kecakapan untuk membuat perjanjian

10 R.Subekti, Hukum Perjanjian, cetakan ke IV, PT Intermasa, Jakarta, 1976, hlm, 17 11 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI-PRESS, Jakarta, 1984, hlm. 120

Page 12: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

12

“Untuk sahnya suatu perjanjian memerlukan kecakapan dari subyek yang

mengadakan perjanjian. Dengan kata lain setiap orang yang sudah dewasa

,waras akal budinya adalah cakap menurut hukum”.12

Pasal 1330 KUH Perdata menentukan bahwa yang tidak cakap membuat

suatu perjanjian adalah :

1) Orang yang belum dewasa

2) Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan

3) Orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-

Undang dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang

telah melarang membuat persetujuan-persetujuan tertentu.

4) Orang yang belum dewasa yang dimaksud dalam hal ini adalah seperti

yang ditunjuk oleh pasal 330 KUHPerdata yakni mereka yang belum

mencapai umur genap 21 tahun dan tidak lebih dahulu kawin.

Pasal 433 KUHPerdata menentukan mereka yang ditaruh di bawah

pengampuan adalah setiap orang dewasa yang selalu berada dalam keadaan

dungu, sakit otak atau mata gelap atau terlalu boros sehingga tidak mampu

bertanggung jawab atas kepentingan sendiri karena itu dalam melakukan suatu

perbuatan hukum mereka diwakili oleh pengampunya (curator).

c) Suatu Hal tertentu

”Didalam berbagai literatur disebutkan bahwa yang menjadi objek

perjanjian adalah prestasi. Prestasi adalah apa yang menjadi kewajiban debitur dan

apa yang menjadi hak Kreditur.”13

12 Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, PT. Citra Aditya Bakti,

Bandung, 2001, hlm.73

Page 13: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

13

Dalam hal ini undang-undang menentukan bahwa objek yang

diperjanjikan haruslah dapat ditentukan, paling tidak jenisnya. Lebih lanjut Pasal

1333 KUH Perdata menjelaskan bahwa tidaklah menjadi halangan jumlah barang

yang belum tentu, asal saja jumlah itu pada kemudian dapat ditentukan atau

dihitung.

Menurut M.Yahya tentang objek/prestasi perjanjian harus dapat

ditentukan adalah suatu yang logis atau praktis. Tak akan ada arti dari perjanjian

jika undang-undang tidak menentukan hal demikian.”14

Dengan demikian dapat dimengerti, agar perjanjian itu memenuhi

kekuatan hukum yang sah, bernilai dan mempunyai kekuatan yang mengikat,

prestasi yang menjadi objek perjanjian harus tertentu sekurang-kurangnya jenis

objek itu harus

tertentu.”15

d) Suatu Sebab Yang Halal

Untuk sah nya suatu perjanjian, undang-undang mensyaratkan adanya

kausa yang halal. Undang-undang tidak memberikan penjelasan tentang kausa,

yang dimaksud dengan kausa bukan hubungan sebab akibat, tetapi isi atau maksud

dari perjanjian.

”Isi dari perjanjian pada hakikatnya mencerminkan tujuan atau maksud

yang akan dicapai oleh para pihak. Maksud atau tujuan ini merupakan tafsir dari

sebab (klausa).”16

13 A.Qiram Syamsuddin Meliala, Pokok-Pokok Hukum Perjanjian, Liberty, Yogyakarta,,

1985, hlm.10 14 M.Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 1986, hlm. 10 15 Wiryono Projodikoro, Azas-Azas Hukum Perjanjian, Bandung, 1989, hlm.40

Page 14: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

14

Menurut Subekti, yang dimaksud dengan sebab atau kausa dari suatu

perjanjian adalah isi perjanjian itu sendiri.”17

Dalam bahasa yang praktis dapat dikatakan, menurut undang-undang suatu

sebab yang halal itu apabila tidak bertentangan dengan ketertiban umum, tidak

bertentangan dengan kesusilaan. Dengan kata lain sebab atau kausa yang

melahirkan perjanjian adalah suatu sebab atau kausa yang sah dan halal.

Pengertian hubungan sewa menyewa diatur dalam Pasal 1548 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata yaitu : Sewa menyewa ialah suatu persetujuan

dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada

pihak yang lainnya kenikmatan dari suatu barang, selama waktu tertentu dan

dengan pembayaran suatu harga, yang oleh pihak tersebut belakangan itu

disanggupi pembayarannya.

Dalam hubungan sewa menyewa yang menyewakan memberi hak

pemakaian saja kepada penyewa dan bukan hak milik. Perjanjian sewa menyewa

tidak memberikan suatu hak kebendaan, tetapi hanya memberi suatu hak

perseorangan, terhadap yang menyewakan ada hak “persoonlijk” terhadap

pemilik, akan tetapi hak orang yang menyewakan ini mengenai juga suatu benda,

yaitu suatu barang yang disewakan

Dari defenisi pasal 1548 Kitab Undang- undang Hukum Perdata dapat

dilihat bahwa ada tiga unsur yang melekat, yaitu :

1) Barang

2) Jangka waktu

16 Mariam Darus Badrulzaman, Op.cit, hlm .27 17 Wiryono Prodjodikoro, Op.Cit hlm.28

Page 15: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

15

3) Pembayaran

Untuk menunjukan bahwa itu merupakan perjanjian sewa menyewa, maka

penyewa yang diserahi barang yang dipakai, diwajibkan membayar harga sewa

atau uang sewa kepada pemilik barang. Pada hakekatnya sewa menyewa tidak

dimaksud berlangsung terus menerus, melainkan pada saat tertentu pemakaian

dari barang tersebut akan berakhir dan barang akan dikembalikan lagi kepada

pemilik semula, mengingat hak milik atas barang tersebut tetap berada dalam

tangan pemilik semula.

Walaupun dalam Pasal 1548 KUHPerdata dikatakan bahwa sewa

menyewa itu berlangsung selama waktu tertentu, yang berarti bahwa dalam

perjanjian sewa menyewa harus selalu ditentukan tenggang waktu tertentu, tetapi

dalam perjanjian sewa menyewa itu dapat juga tidak ditetapkan suatu jangka

waktu tertentu, asal sudah disetujui harga sewa untuk satu jam, satu hari, satu

bulan, dan lain-lain. Jadi para pihak bebas untuk menentukan berapa lama waktu

tersebut. Dalam praktek pada umumnya perjanjian sewa menyewa ini diadakan

untuk jangka waktu tertentu, sebab para pihak menginginkan adanya suatu

kepastian hukum.

b. Asas Kebebasan Berkontrak

Hubungan hukum yang terjadi dalam kegiataan pembiayaan konsumen

selalu dibuat secara tertulis (kontrak) sebagai dokumen yang menjadi dasar

kepastian hukum(legal certanty). Perjanjian pembiayaan konsumen ini dibuat

berdasarkan atas asas kebebasan berkontrak para pihak yang membuat rumusan

kehendak berupa hak dan kewajiban dari perusahaan pembiayaan konsumen

Page 16: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

16

sebagai pihak penyedia dana (fund lender), dan konsumen sebagai pihak

pengguna dana(fund user).

Perjanjian pembiayaan konsumen (consumer finance agreement)

merupakan dokumen hukum utama yang dibuat secara sah dengan memenuhi

syarat-syarat sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Akibat

hukum perjanjian yang dibuat secara sah, maka akan berlaku sebagai undang-

undang bagi pihak-pihak, yaitu perusahaan pembiayaan konsumen dan konsumen

(Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata).

Sesuai dengan asas kebebasan berkontrak dalam membuat perjanjian,

dalam pasal 1338 KUHPerdata dikatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat sah

berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.18 Selanjutnya,

dapat disimpulkan perjanjian tersebut menganut sistem terbuka dan mengandung

azas kebebasan membuat perjanjian.

Sistem terbuka dari hukum perjanjian itu juga mengandung suatu

pengertian, bahwa perjanjian-perjanjian khusus yang diatur dalam Undang-

Undang hanyalah perjanjian yang terkenal di masyarakat saja, pada waktu KUHP

dibentuk. Misalnya, undang-undang hanya mengatur perjanjian-perjanjian sewa

menyewa dan jual beli, tetapi dalam prakteknya timbul suatu macam perjanjian

yang dinamakan perjanjian pembiayaan konsumen yang pada prinsipnya hampir

sama dengan perjanjian sewa-beli.

Perjanjian pembiayaan konsumen diadakan oleh karena pihak konsumen

tidak mampu membayar harga barang secara sekaligus, maka diadakanlah

18 R. Subekti dan R. Tirtosudibyo, Op.Cit, hlm 342

Page 17: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

17

perjanjian pembiayaan konsumen tersebut. Dimana pihak konsumen boleh

mencicil harga barang itu dalam beberapa kali angsuran, esdangkan hak milik

(meskipun barangnya sudah berada didalam kekuasaan konsumen) baru berpindah

kepada si Konsumen apabila angsuran yang penghabisan telah dibayar lunas.

Selama harga itu belum dibayar lunas, barangnya disewa oleh pihak konsumen.

Dengan demikian terciptalah suatu perjanjian yang dinamakan perjanjian

pembiayaan konsumen.

Perjanjian pembiayaan konsumen yang dilakukan secara angsuran disebut

dengan conditional sale atau jual beli bersyarat, dimana penjuan dapat menggugat

untuk mengusai kembali barang itu jika pembeli lalai sebelum hak milik

berpindah kepadanya.19

Dalam hal si berhutang (debitur) tidka melakukan apa yang diperjanjikan

maka ia dikatakan melakukan wanprestasi, kelalaian atau kealpaan. Menurut R.

Subekti, kealpaan seorang debitur dapat berupa :

1. tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya

2. melaksanakan apa yang sijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana

dijanjikan

3. melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat

4. melakukan seseatu menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.20

Akibat wanprestasi yang dilakukan oleh pihak yang berhutang sebagai

pihak yang diwajibkan melakukan sesuatu, maka akan diancamkan beberapa

sanksi yaitu :

19 S.B Marsh and J. Soulsby, alih bahasa : Absul Kadir Muhammad, Hukum perjanjian,

Alumni, Cetakan ke 3, 2006, hlm 297 20 R. Subekti, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Cet 19, 2002, hlm 45

Page 18: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

18

a. membayar kerugian yang diterima oleh Kreditur atau dengan singkat

dinamakan ganti rugi

b. pembatalan perjanjian atau juga dinamakan pemecahan perjanjian

c. membayar biaya perkara, kalau sampai diperkirakan pemecahan

perjanjian.

Karena wanpresitasi (kelalaian) mempunyia akibat-akibat yang begitu

penting, maka harus ditetapkan lebih dahulu apakah siberhutang melakukan

wanprestasi atau lalai, dan kalau hal itu disangkal olehnya, harus dibuktikan

dimuka hakim. Kadang-kadang juga tidak mudah untuk mengatakan seorang lalai

karena kali juga tidak dijanjikan dengan tepat waktu karena seirng kali juga tidak

tidak dijanjikan dengan tepat kapan sesuatu pihak diwajibkan melakukan prestasi

yang dijanjikan.

Tentang bagaimana memperingatkan seseorang debitur jika ia tidak

memenuhi prestasinya dan dapat dikatakan lalai, bila ia dengan surat perintah atau

dengan sebuah akata yang sejenis itu telah dinyatakan lalai dengan lwatnya wajut

yang telah ditentukan.

Pelaksanaan perjanjian kredit kendaraan bermotor oleh PT Federal

International Finance cabang Siak disertai dengan hak dan keajibannya serta

upaya hukum yang dapat dilakukan apabila terjadi wanprestasi dari pihak yang

terhutang dalam memenuhi kewajibannya.

Page 19: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

19

E. Kerangka Konseptual

1. Perjanjian adalah perbuatan persetujuan pembiayaan yang diadakan antara

perusahaan pembiayaan konsumen dan konsumen, serta jual beli antara

pemasok dan konsumen, perjanjian ini didukung oleh dokumen-dokumen.

2. Pembiayaan konsumen adalah suatu pinjaman atau kredit yang diberikan

oleh suatu perusahaan kepada debitur untuk pembelian barang dan jasa

yang akan langsung dikonsumsikan oelh konsumen, dan bukan untuk

tujuan produksi atau distribusi. Perusahaan yang memberikan pembiayaan

diatas, disebut perusahaan pembiayaan konsumen (Customer Finance

Company).21

3. Perusahaan pembiayaan adalah Perusahaan pembiayaan lembaga keuangan

non bank yang melakukan kegiatan penyediaan dana kepada masyarakat

untuk keperluan pembelian barang kebutuhan ataupun barang modal.

F. Metode Penelitian

Metode dalam sebuah penelitian sangatlah penting guna menentukan

keberhasilan suatu penelitian tersebut, baik dalam memberikan jawaban terhadap

permasalahan yang diajukan, maupun tujuan serta manfaat dalam penelitian.

Oleh karena itu, sesuai dengan masalah pokok yang dirumuskan, maka

penulis menyusun metode penelitian sebagai berikut:

21 http://zonaekis.com/pengertian-pembiayaan-konsumen/

Page 20: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

20

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini memakai metode pendekatan yuridis empiris yang

artinya meninjau keadaan permasalahan yang ada di lapangan dikaitkan dengan

aspek hukum yang berlaku dan yang mengatur permasalahan tersebut. Jika dilihat

dari sifatnya maka penelitian ini tergolong kepada deskriptif, maksudnya

penelitian ini menjelaskan bagaimana pelaksanaan pembiayaan konsumen itu

pada PT. Federal International Finance (F.I.F) Cabang Siak, bagaimanakah

penyelesaian masalah jika terjadi wanprestasi oleh debitur dalam pelaksanaan

pembiayaan konsumen pada PT. Federal International Finance (F.I.F) Cabang

Siak.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi dilakukannya penelitian adalah pada PT. Federal International

Finance (F.I.F) Cabang Siak.

3. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah sejumlah manusia atau unit yang mempunyai ciri-ciri atau

karakteristik yang sama.22 Dalam penelitian ini populasi yang akan dijadikan

sumber data adalah Manajer PT. Federal International Finance (F.I.F) Cabang

Siak dan nasabah PT. Federal International Finance (F.I.F) Cabang Siak.

22 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta: 2007, hlm. 172.

Page 21: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

21

b. Sampel

Sampel (Sub-populasi) adalah sejumlah manusia atau unit yang menjadi

bagian dari populasi yang akan dijadikan sumber data.23 Hingga saat ini belum

ada kesepakatan para pakar penelitian dibidang ilmu-ilmu sosial mengenai

besarnya sampel penelitian di satu sisi, dan di sisi lain sampel harus

menggeneralisir dan kepada seluruh populasi.24

Metode penarikan sampel pada penelitian ini adalah metode Purposive

Sampling, yaitu menetapkan sejumlah sampel yang akan mewakili jumlah

populasi yang ada, yang kategori sampelnya itu ditetapkan sendiri oleh

penulisnya.25

Untuk lebih jelasnya gambaran antara populasi dengan sampel tersebut

dilihat pada tabel berikut dibawah ini:

Tabel I.1

Populasi dan Sampel

NNo

Responden

Populasi

Sampel

Persentase

1 Manajer PT. Federal

International Finance

1

1

100%

2 Nasabah PT. Federal International Finance yang melakukan peminjaman dana

220

22

10%

Sumber : Data Olahan Bulan April 2012-April 2013

23 Ibid. 24 Sudarwan Danim, Metode Penelitian Untuk Ilmu-Ilmu Perilaku, Bumi Aksara,

Jakarta:2000, hlm.90. 25 Irawan Suhartono, Metode Penelitian Sosial: Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan

Sosial dan Ilmu Sosial lainnya, PT Remaja Rosdakarya Offset, bandung: 2002, hlm. 35.

Page 22: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

22

4. Sumber data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang akan diperoleh secara langsung di

lapangan (sumber pertama) yang diperoleh dari hasil kuesioner (angket)

yang dikembalikan responden dan dari dokumen-dokumen serta berkas-

berkas data mengenai nasabah yang melakukan perjanjian dengan

Lembaga Pembiayaan konsumen.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui penelitian

perpustakaan antara lain berasal dari:

1) Bahan Hukum Primer

Yaitu bahan-bahan penelitian yang berasal dari peraturan-peraturan dan

ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan judul dan permasalahan yang

dirumuskan. Bahan hukum ini berasal dari perundang-undangan, KUH Perdata,

Perpres Nomor 09 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan, dan lainnya yang

berkaitan dengan masalah penelitian.

2) Bahan Hukum Sekunder

Yaitu bahan-bahan penelitian yang berasal dari literatur atau hasil

penulisan para sarjana yang berupa buku-buku yang berkaitan dengan pokok

pembahasan.

Page 23: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

23

c. Data Tersier

Yaitu bahan-bahan penelitian yang diperoleh dari ensiklopedia dan

sejenisnya yang berfungsi mendukung data primer dan data sekunder seperti

Kamus Bahasa Indonesia dan Internet.

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi dilakukan pada PT Federal International Finance cabang Siak

b. Kuesioner

Kuesioner adalah metode pengumpulan data dengan cara membuat daftar-

daftar pertanyaan yang memiliki korelasi dengan permasalahan yang diteliti, yang

pada umumnya dalam daftar pertanyaan itu telah disediakan jawaban-jawaban

(pertanyaan terstruktur), yang disebarkan secara khusus kepada sebagian

masyarakat yang pernah melakukan perjanjian.

c. Wawancara

Wawancara yaitu dengan bertanya langsung kepada Manajer, Karyawan,

dan Nasabah pada PT. Federal International Finance (F.I.F) maupun dengan

sebagian masyarakat yang pernah melakukan perjanjian.

d. Studi Pustaka

Studi pustaka yang dilakukan yaitu berupa mengumpulkan teori-teori dan

data berupa bahan hukum yang terdapat pada buku-buku dan bahan pustaka

lainnya yang relevan dengan masalah yang terjadi.

Page 24: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

24

6. Analisis Data

Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah kualitatif yang

tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif, yaitu apa yang dinyatakan

responden secara tertulis atau lisan dan perilaku nyata yang diteliti dan dipelajari

sebagai sesuatu yang utuh.26 Kualitatif menggunakan data yang diperoleh dengan

kalimat serta penajaman pada logika sehingga dapat dimengerti semua pihak.

Setelah semua data berhasil dikumpul, kemudian data tersebut disajikan dalam

bentuk uraian yang terang dan rinci.27 Selanjutnya dianalisis dengan cara

membandingkan dengan teori-teori dan pendapat para ahli. Kemudian penulis

menarik suatu kesimpulan yang bersifat deduktif, yaitu menarik kesimpulan dari

hal-hal yang bersifat umum kepada hal-hal yang bersifat khusus.28

26 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta:

1996, hlm 45. 27 Ibid. 28 Ibid.

Page 25: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lembaga Pembiayaan Konsumen dan Pengaturannya

1. Pengertian Pembiayaan Konsumen

Pembiayaan konsumen merupakan salah satu lembaga pembiayaan yang

dilakukan oleh suatu perusahaan finansial (consumer finance company).

Perusahaan pembiayaan konsumen adalah badan usaha yang melakukan kegiatan

pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan

sistem pembayaran angsuran atau berkala oleh konsumen.29

Target pasar dari mode pembiayaan ini konsumen ini sudah jelas adalah

konsumen, suatu istilah yang dipakai sebagai lawan dari kata produsen. Mengacu

pada ketentuan Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UU No.8 Tahun 1999),

konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam

masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun

makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.30

Pranata hukum “Pembiayaan Konsumen” di pakai sebagai terjemahan dari

istilah “Consumer Finance”, pembiayaan konsumen ini tidak lain dari sejenis

kredit konsumsi (consumer credit). Hanya saja, jika pembiayaan konsumen

dilakukan oleh perusahaan pembiayaan, sementara kredit konsumsi diberikan

oleh Bank.31

29 Sentosa Sembiring, 2001, Hukum Dagang, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 114. 30 Shidarta, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia , PT, Grasindo, Jakarta,

hlm. 1. 31 Munir Fuady, Op. Cit, hlm. 162

Page 26: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

26

Fasilitas kredit untuk pembelian sepeda motor adalah termasuk kredit

konsumsi dengan tujuan penggunaannya untuk memiliki sepeda motor oleh

konsumen.32 Namun demikian, pengertian kredit konsumsi sebenarnya secara

substansial sama saja dengan pembiayaan konsumen, yaitu : Kredit yang

diberikan kepada konsumen-konsumen guna pembelian barang-barang konsumsi

dan jasa-jasa seperti yang dibedakan dari pinjaman-pinjaman yang digunakan

untuk tujuan-tujuan produktif atau dagang. Kredit yang demikian itu dapat

mengandung risiko yang lebih besar daripada kredit dagang biasa, dan maka dari

itu, biasanya kredit tersebut diberikan dengan tingkat suku bunga yang lebih

tinggi.33

Keputusan Menteri Keuangan RI No.448/KMK.017/2000 Tentang

Perusahaan Pembiayaan, memberikan pengertian lembaga pembiayaan konsumen

sebagai suatu kegiatan pembiayaan yang dilakukan dalam bentuk penyediaan dana

bagi konsumen untuk pembelian barang yang pembayarannya dilakukan secara

angsuran atau berkala oleh konsumen.

Berdasarkan definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sebenarnya

antara kredit konsumsi dengan pembiayaan konsumen sama saja. Hanya pihak

pemberi kreditnya yang berbeda. Pembiayaan konsumen sebagai salah satu

lembaga pembiayaan lebih banyak diminati oleh konsumen ketika mereka

memerlukan barang yang pembayarannya dilakukan secara angsuran/cicilan.

32 Johannes Ibrahim, 2004, Mengupas Tuntas Kredit Komersial dan Konsumtif Dalam

Perjanjian Kredit Bank (Perspektif Hukum dan Ekonomi), Mandar Maju, Bandung, hal. 270. 33 Munir Fuady I, Loc. Cit.

Page 27: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

27

Barang yang menjadi obyek pembiayaan konsumen umumnya adalah

barang-barang seperti, alat-alat elektronik, sepeda motor, komputer dan alat-alat

kepentingan rumah tangga yang menjadi kebutuhan konsumen. Besarnya

pembiayaan yang diberikan kepada konsumen umumnya relatif kecil, sehingga

kandungan risiko yang mesti dipikul oleh perusahaan pembiayaan konsumen juga

relatif kecil.

B. Dasar Perjanjian Pembiayaan Konsumen Oleh PT. Federal International

Finance Cabang Siak

Yang dimaksud dengan dasar perjanjian disini adalah menyangkut

pengaturan dari lembaga pembiayaan konsumen. Dasar hukum dari lembaga

pembiayaan konsumen diklasifikasikan, menjadi dasar hukum substantif dan

dasar hukum administratif.

1. Dasar Perjanjian Substansif

Adapun yang merupakan dasar hukum substansif eksistensi pembiayaan

konsumen adalah perjanjian di antara para pihak berdasarkan asas “kebebasan

berkontrak”. Yaitu perjanjian antara pihak perusahaan finansial sebagai Kreditur

dan pihak konsumen sebagai debitur. Sejauh yang tidak bertentangan dengan

prinsip-prinsip hukum yang berlaku, maka perjanjian seperti itu sah dan mengikat

secara penuh.

Hal ini dilandasi pada ketentuan dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata

yang menyatakan bahwa suatu perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai

undang-undang bagi yang membuatnya.

Page 28: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

28

Dasar dari pembiayaan konsumen adalah perjanjian. Berdasarkan azas

kebebasan berkontrak, setiap orang bebas untuk membuat perjanjian tentang apa

saja asal tidak bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan, dan ketertiban

umum. Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang

bagi mereka yang membuatnya.34

Azas atau prinsip kebebasan berkontrak menjadi landasan/dasar hukum

dari pembiayaan konsumen. Asas ini mengandung makna bahwa setiap orang

mempunyai kebebasan untuk membuat kontrak/ perjanjian dengan siapa saja yang

dikehendakinya. Selain itu, para pihak juga bebas untuk menentukan isi

perjanjian dan syarat-syaratnya dengan pembatasan bahwa perjanjian tersebut

tidak boleh bertentangan dengan ketentuan undang-undang yang bersifat

memaksa, ketertiban umum dan kesusilaan.35

2. Dasar Perjanjian Administratif

Seperti juga terhadap kegiatan lembaga pembiayaan lainnya, maka

pembiayaan konsumen ini mendapat dasar dan momentumnya dengan

dikeluarkannya Keppres No. 61 Tahun 1988 tentang “Lembaga Pembiayaan”

yang kemudian ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Keuangan No.

1251/KMK.013/1988 tentang “Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga

Pembiayaan”. Dimana ditentukan bahwa salah satu kegiatan dari lembaga

pembiayaan tersebut adalah menyalurkan dana dengan sistem yang disebut

“Pembiayaan Konsumen”. Meskipun dalam praktek operasional pembiayaan

34 H. Salim HS, 2006, Perkembangan Hukum Kontrak Diluar KUH Perdata , PT. Raja

Grafindo Persada, Jakarta, hlm 48. 35 J. Satrio, 1995, Hukum Perikatan, Perikatan Yang Lahir dari Perjanjian , Citra Aditya

Bakti, Bandung, hlm. 74.

Page 29: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

29

konsumen ini mirip dengan kredit konsumsi yang sering dilakukan oleh bank,

hakikat dan keberadaan perusahaan finansial yang sama sekali berbeda dengan

bank, sehingga secara substantif yuridis tidak layak diberlakukan peraturan

perbankan kepadanya. Secara yuridis formal, karena perusahaan pembiayaan

tersebut bukan bank, maka kegiatannya tidak mungkin tunduk kepada peraturan

perbankan. Sungguhpun peraturan perbankan tersebut dalam bentuk undang-

undang sekalipun. Kecuali undang-undang menentukan sebaliknya yang dalam

hal ini tidak kita ketemukan perkecualian tersebut.

Perkembangan lembaga pembiayaan, khususnya pembiayaan konsumen

memang belum ditopang oleh perangkat hukum yang memadai, sehingga

karenanya diperlukan adanya perangkat hukum dalam bentuk Undang-Undang

agar ada jaminan kepastian hukum terkait dengan operasional pembiayaan

konsumen tersebut. Kepastian hukum dimaksud menjadi tuntutan para pelaku

ekonomi dalam melakukan aktivitasnya dibidang ekonomi, termasuk di bidang

kegiatan pembiayaan.

Sektor hukum memang harus dapat mengikuti perkembangan ekonomi

yang sedang berlangsung. Selama ini kelemahan utama bidang hukum yang sering

dihadapi oleh pelaku ekonomi di Indonesia adalah masalah ketidakpastian

hukum. Padahal kepastian hukum juga dibutuhkan untuk memperhitungkan atau

mengantisipasi resiko.36

Begitu juga menyangkut risiko dari seluruh aktivitas pembiayaan

konsumen yang memang tidak mungkin terhindar dari perihal resiko tersebut.

36 Adi Sulistiyono dan Muhammad Rustamaji, 2009, Hukum Ekonomi Sebagai Panglima ,

Mas Media Buana Pustaka, Sidoarjo, hlm 21-22.

Page 30: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

30

Agar hukum mampu memainkan perannya untuk memberikan kepastian hukum

pada pelaku ekonomi, maka pemerintah bertanggung jawab membentuk hukum

(peraturan) yang dibutuhkan dan menjadikan hukum sebagai dasar untuk

menyelesaikan berbagai permasalahan hukum yang terjadi.

Hukum diharapkan mampu memainkan perannya sebagai faktor pemandu,

pembimbing dan menciptakan iklim yang kondusif pada bidang ekonomi,

termasuk bidang aktivitas lembaga pembiayaan.

a. Pihak-pihak Dalam Pembiayaan Konsumen.

Bila seseorang membutuhkan barang-barang seperti TV, Mobil, Lemari

Es, Tempat Tidur, Sofa dan sebagainya sementara penghasilannya tidak cukup

membayar secara tunai, maka yang bersangkutan dapat menghubungi suatu

lembaga pembiayaan (consumers finance) yang dapat membantu mendapatkan

barangbarang konsumsi tersebut melalui supplier. Lembaga pembiayaan ini yang

akan membayar secara tunai kepada supplier, dan selanjutnya konsumen

membayar harga barang tersebut kepada lembaga pembiayaan secara angsuran

sesuai dengan jangka waktu yang diperjanjikan.

Para pihak yang terlibat dalam transaksi pembiayaan konsumen adalah :

1. Pihak Perusahaan Pembiayaan

Pihak perusahaan pembiayaan adalah pihak yang menyediakan dana

bagi kepentingan konsumen.

2. Pihak Dealer/Supplier

Pihak dealer/supplier adalah pihak penyedia barang yang dibutuhkan

konsumen.

Page 31: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

31

3. Pihak Konsumen

Pihak konsumen adalah pihak yang membutuhkan barang.

Guna memahami prinsip dasar dari transaksi pembiayaan konsumen, maka

dapat dilihat dari hubungan hukum pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi

pembiayaan konsumen tersebut, yang lebih jelas dapat dilihat dalam bentuk

skema sebagai berikut :

b. Para Pihak Dalam Pembiayaan Konsumen

1. Hubungan Pihak Perusahaan Pembiayaan dengan konsumen. Hubungan

antara perusahaan pembiayaan dengan konsumen adalah hubungan

kontraktual, dalam hal ini kontrak pembiayaan. Pihak perusahaan

pembiayaan berkewajiban untuk memberikan sejumlah dana (uang)

untuk pembelian suatu barang konsumsi. Sementara pihak konsumen

berkewajiban untuk membayar kembali uang tersebut secara angsuran

(cicilan) kepada pihak perusahaan pembiayaan.

2. Jadi hubungan kontraktual antara pihak penyediaan dengan konsumen

adalah sejenis perjanjian kredit.37 Secara yuridis apabila kontrak

pembiayaan tersebut sudah ditandatangani oleh para pihak dan dana

sudah dicairkan serta barang sudah diserahkan oleh supplier kepada

konsumen, maka barang tersebut sudah langsung menjadi hak milik

konsumen, meskipun harganya belum dibayar lunas.

3. Dalam hal ini berbeda dengan kontrak leasing, dimana secara yuridis

barang leasing tetap menjadi milik lessor, terkecuali pihak lessee

37 Munir Fuady, Op.Cit, hlm. 209.

Page 32: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

32

menggunakan hak pilih (opsinya) untuk memiliki barang tersebut pada

akhir kontrak.

4. Hubungan pihak konsumen dengan supplier

5. Antara pihak konsumen dengan pihak supplier terdapat suatu hubungan

jual beli, dalam hal ini jual beli bersyarat, dimana pihak supplier selaku

penjual menjual barang kepada pihak konsumen selaku pembeli,

dengan syarat bahwa harga akan dibayar oleh pihak ketiga, yaitu pihak

perusahaan pembiayaan. Syarat tersebut mempunyai arti bahwa apabila

pihak perusahaan pembiayaan tidak jadi (batal) memberikan dana,

maka jual beli antara supplier dengan konsumen menjadi batal pula.

6. Hubungan Perusahaan Pembiayaan dengan Supplier.

7. Antara pihak perusahaan pembiayaan dengan suppler tidak mempunyai

hubungan hukum yang khusus, kecuali pihak perusahaan pembiayaan

hanya pihak ketiga yang disyaratkan, yaitu disyaratkan untuk

menyediakan dana untuk dipergunakan dalam perjanjian jual beli antara

pihak supplier dengan pihak konsumen. Karena itu, jika perusahaan

pembiayaan wanpresiasi (ingkar janji) dalam menyediakan dananya,

sementara kotrak jual beli maupun kontrak pembiayaan sudah selesai

dibuat, maka jual beli bersyarat antara supplier dengan konsumen itu

akan batal.

Selanjutnya di dalam pengaturan Menteri keungan tersebut terdapat juga

lembaga pembiayaan yang dinamakan dengan lembaga pembiayaan konsumen

yang juaga merupakan salah satu badan usaha yang bergerak dalam bentuk

Page 33: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

33

penyediaan barang sama halnya dengan Lembaga pembiayaan lainya yang diatur

didalam Keputusan Presiden RI No.61 tahun 1988 Tentang Lembaga Pembiayaan.

Lembaga pembiayaan konsurnen ( Consumer Finance ) adalah merupakan

kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen

dengan pembayaran secara angsuran.

Perusahaan yang memberikan pembiayaan di atas disebut perusahaan

pembiayaan konsumen atau consumer finance company.

Perusahaan pembiayaan konsumen yang berbentuk lembaga keuangan

bukan Bank dapat didirikan oleh suatu institusi Non-Bank maupun oleh sebuah

Bank. Tetapi, pada dasasrnya antara Bank yang mendirikan dengan perusahaan

pembiayaan konsumen yang didirikan merupakan suatu badan usaha yang

terpisahsatu dengan yang lainnya.

Kegiatan pembiayaan konsumen dilakukan dalam bentuk penyediaan dana

untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan

pembayaran secara angsuran.38

Kebutuhan konsumen sebagai mana dimaksud di atas tadi, antara lain

meliputi:

1) Pembiayaan kendaraan bermotor

2) Pembiayaan alat-alat rumah tangga

3) Pembiayaan barang-barang elektronik

4) Pembiayaan perumahan

38 Sentosa sembiring, Op.Cit , hlm l0

Page 34: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

34

Lembaga pembiayaan konsumen didirikan dalam bentuk badan hukurm

Perseroan Terbatas. Saham perusahaan pembiayaan yang berbentuk Perseroan

Terbatas (PT) dapat dimiliki oleh Warga Negara Indonesia dan atau Badan

Hukurn Indonesia dan juga dapat dimiliki oleh Badan Usaha Asing dan Warga

Negara Indonesia atau Badan Hukum Indonesia (Usaha Patungan ).

Lembaga pembiayaan konsumen pada prinsipnya memiliki persamaan

dengn sewa beli karena sama-sama membayar barang konsumen dengan cara

angsuran. Hanya perbedaannya dalam sewa beli tidak ada pihak ketiga yang ikut

serta dalam perjanjian pembiayaan tersebut.

C. Tinjauan Pustaka PT. FIF (Federal International Finance)

PT. FIF (Federal International Finance) Cabang Siak, merupakan salah

satu perusahaan pembiayaan yang melakukan kegiatan usahanya di bidang

pembiayaan konsumen (consumer finance), yang berfokus pada pembiayaan

sepeda motor dan pembiayaan barang-barang elektronik serta furniture. Kegiatan

pembiayaan dilakukan melalui sistem pemberian kredit yang pembayarannya oleh

konsumen dilakukan secara angsuran atau berkala.

Dalam memberikan fasilitas pembiayaan konsumen tersebut lembaga

pembiayaan harus bersifat hati-hati dalam menilai konsumen. Sebelum

mendapatkan fasilitas tersebut konsumen diharuskan mengikuti dan memenuhi

segata syarat dan prosedur yang telah ditentukan oleh lembaga pembiayaan

tersebut yaitu PT. Federal International Finance Cabang Siak.

Page 35: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

35

Dengan mengutamakan pada kepuasan pelanggan, Semesta Finance

menawarkan pembiayaan yang aman, cepat, responsive dan handal yang didukung

oleh :

1. Tenaga-tenaga profesional yang memiliki pengalaman lebih dari l0

tahun di bidang pembiayaan sepeda motor.

2. Sistem komputer yang terintegrasi,"online" dengan seluruh cabang

sehingga dapat menghasilkan laporan yang handal dan tepat waktu,

3. Struktur pembiayaan yang menarik dengan uang muka dan angsuran

yang terjangkau serta struktur kredit khusus untuk pelanggan

perusahaan (group sales),

4. Jaringan pemasaran yang tersebar secara geografis di kota-kota besar.

5. Didukung oleh bank-bank ternama seperti Bank Mandiri, BNI , BCA,

Bank Danamon dan Bank Bumiputera.

Adapun persyaratan bagi pelanggan yang ingin mendapatkan fasilitas

kredit & dari PT. Federal International Finance Cabang Siak sebagai berikut :

a. FC KTP pemohon dan suami/istri

b. FC Kartu Keluarga

c. FC PBB dan/atau Rekening Listrik

d. Slip Gaji dan/atau Surat Keterangan Penghasilan

e. Surat Kuasa Pemotongan Gaji kepada HRD

f. Surat Pemyataan Pemotongan Gaji dari HRD

Dengan mengutamakan kepuasan pada pelanggan, PT. Federal

International Finance Cabang Siak memberikan penawaran fasilitas kepemilikan

Page 36: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

36

sepeda motor untuk para karyawan dan karyawati perusahaan secara aman,

mudah, dan terjangkau:

1) Fasilitas kepernilikan sepeda motor yang diberikan adalah untuk jenis

sepeda motor roda dua.

2) Uang muka yang relatif ringan dengan bunga krediiyang menarik,

3) Jangka waktu angsuran yang relatif fleksibel,

4) Mekanisme pembayaran angsuran yang relatif mudah melalui

pemotongan gaji karyawan,

5) Dukungan operasional yang kuat dan hati-hati, yang memberikan

keamanan dan kenyamanan bagi pengambil fasilitas.

Adapun Visi dan Misi PT. Federal International Finance Cabang Siak

sebagai berikut:

VISI

Menjadi lembaga pembiayaan kendaraan bermotor roda dua yang terbaik

dengan kualitas pelayanan melebihi harapan konsumen.

MISI

1. Membantu masyarakat merniliki alat transportasi melalui fasilitas

pembiayaan

2. Memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada keditur, pemegang

saham dan karyawan

Perusahaan PT. Federal International Finance Cabang Siak di dalam

menjalankan perusahaan mempunyai struktur organisasi, dengan tujuan agar para

Page 37: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

37

personil dapat melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan tugas masing-

masing.

Setelah itu pihak konsumen harus melengkapi data-data yang harus

dilampirkan, yaitu :

a) Foto copy KTP pemohon dan suami/istri

b) Foto copy kartu keluarga

c) Foto copy PBB. dan/atau rekening listrik

d) Slip gaji dan/atau surat keterangan penghasilan

e) Surat kuasa pemotongan gaji kepada HRD

f) Surat pernyataan pemotongan gaji dari HRD

Mengenai bentuk perjanjian pembiayaan konsumen yang dilakukan oleh

PT. Federal International Finance Cabang Siak dengan pihak konsumen dapat

dilihat dari pertanyaan penulis yaitu: Bagaimanakah bentuk pelaksanaan

perjanjian pembiayaan konsumen yang dilakukan oleh PT. Federal International

Finance Cabang Siak dengan pihak konsumen.

Dengan adanya bentuk perjanjian secara tertulis akan kepastian hukum

bagi kedua belah pihak bila ada gugatan dikemudian Berdasarkan wawancara

penulis dengan CMO menyatakan bahwa:

"Perjanjian yang dibuat dalam pembiayaan konsumen kendaraan bermotor antara perusahaan dengan konsumen dilakukan secara tertulis, hal ini dilakukan agar perjanjian yang telah dibuat dan ditandaiangani menjadi

pegangan bagi kedua belah pihak sebagai bukti bila ada gugatan dikemudian hari.selama ini belum ada perjanjian yang'dibuat kedua belah

pihak yang dilakukan secara lisan”.

Page 38: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

38

Tentang prosedur dalam pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen

yang dilakukan penulis dengan CMO PT. Federal International Finance Cabang

Siak, bahwa prosedur perjanjian pembiayaan konsumen yaitu:

"Dalam rnelaksanakan pembelian kendaraan bermotor pihak perusahaan berusaha untuk memberikan kemudahan dan pelayanan yang uait kepada para pihak konsumen. Dengan cara seperti ini calon konsumen iidak

merasa dipersulit dan secara tidak langsung dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan.39

Hal-hal yang menjadi hak Kreditur pada perjanjian pembiayaan konsumen

sekaligus merupakan kewajiban bagi debitur, karena itu untuk melihat apa yang

menjadi hak dan kewajiban dari masing-masing pihak (cukup dengan melihat apa

yang menjadi hak dari masing-masing pihak. Hal ini disebabkan karena hak

debitur merupakan kewajiban bagi debitur, sebaliknya hak Kreditur merupakan

kewajiban bagi debitur, hal ini dalam hukum perjanjian dikenal dengan unsur

pasif dan unsur aktif.40

Dalam konsep ini debitur adalah pihak yang pasif atau pihak yang

berutang berkewajiban melaksanakan sesuatu sedangkan kerditur adalah pihak

yang aktif atau pihak yang berpiutang yang berhak atas sesuatu.

Dalam penjanjian pembiayaan konsumen kendaraan bermotor yang telah

disetujui dan di tanda tangani oleh kedua belah pihak terhadap hak maupun

kewajiban antara kedua belah pihak yang telah dilakukan diketahui bahwa

perjanjian ini berbentuk baku dalam arti perjanjian telah terlebih dahulu

disediakan formulir perjanjian, meskipun terdapat pihak yang tidak

39Wawancara dengan Didi Arianto (CMO PT. Federal International Finance Cabang

Siak), 15 September 2011. 40A. Qirom Syamsuddin Meliala, Pokok -Pokok Hukum Perjanjian'Beserta

perkembangannya,Liberty, Yogyakart4 1985, hlm 14

Page 39: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

39

mengetahuinya maupun setengah yang mengetahui secara umum ia harus tunduk

kepada perjanjian yang telah ditandatangani.

Page 40: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

40

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Perjanjian Pembiayaan Konsumen Atas Kendaraan

Bermotor Oleh PT. FIF (Federal International Finance) Cabang Siak

1. Prosedur pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen atas

kendaraan bermotor oleh PT. Federal International Finance Cabang

Siak

Sebelum perjanjian pembiayaan konsumen kendaraan bermotor antara PT.

PT. FIF (Federal International Finance) Cabang Siak dengan pihak konsumen

dilaksanakan, para pihak terlebih dahulu menempuh beberapa proses awalnya

calon konsumen kendaraan bermotor datang ke distributor dan menyatakan

keinginannya untuk membeli kendaraan bermotor sesuai dengan merek kendaraan

bermotor yang diinginkannya, khususnya kendaraan bermotor roda dua, serta

melihat dan menentukan pilihannya setelah calon konsumen menunjuk sepeda

motor yang diinginkannya, kemudian pihak Kreditur memberikan petunjuk

tentang prosedur sewa beli tersebut yaitu dengan menyerahkan formulir

permohonan kredit yang harus diisi oleh calon konsumen, formulir tersebut

berisikan tentang:

a. Nama lengkap

b. Umur

b. Jenis kelamin

c. Pekerjaan

Page 41: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

41

d. Alamat

Setelah itu pihak konsumen harus melengkapi data-data yang harus

dilampirkan, yaitu :

1. Foto copy KTP pemohon dan suami/istri

2. Foto copy kartu keluarga

3. Foto copy PBB dan/atau rekening listrik

4. Slip gaji dan/atau surat keterangan penghasilan

5. Surat kuasa pemotongan gaji kepada HRD

6. Surat pernyataan pemotongan gaji dari HRD

Bentuk perjanjian pembiayaan konsumen kendaraan bermotor antara PT.

FIF (Federal International Finance) Cabang Siak dengan pihak konsumen adalah

baku artinya perjanjian tersebut sudah disediakan, dan calon pembeli hanya

membaca serta menandatangani perjanjian yang sudah disediakan tersebut.

Adapun ciri-ciri perjanjian baku adalah:

1) Isinya ditetapkan secara sepihak oleh Kreditur yang posisinya relatif

kuat dari debitur,

2) Pihak yang satu (debitur) sama sekali tidak ikut bersama-sama

menentukan isi perjanjian itu,

3) Terdorong oleh ketentuan debitur, maka terpaksa menerima perjaniian

tersebut,

4) Bentuknya tertulis,

Page 42: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

42

5) Dipersiapkan terlebih dahulu secara massal atau individual.41

Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Didi Arianto selaku

CMO PT. FIF (Federal International Finance) Cabang Siak, sebagai berikut :

"Para calon pembeli yang berkeinginan membeli sepeda motor, perusahaan telah menyediakan perjanjiannya dan calon pembeli hanya membacanya dan apabila disetujui maka perjanjian tersebut baru ditandatangani oleh

kedua belah pihak."42

Mengenai bentuk perjanjian pembiayaan konsumen yang dilakukan oleh

PT. FIF (Federal International Finance) Cabang Siak dengan pihak konsumen

dapat dilihat dari pertanyaan penulis yaitu :Bagaimanakah bentuk perjanjian

pembiayaan konsumen yang dilakukan oleh PT. FIF (Federal International

Finance) Cabang Siak dengan pihak konsumen?. Berdasarkan penelitian yang

penulis lakukan terhadap l6 orang konsumen yang dijadikan sampel dari

kuesioner yang diberikan kepada mereka mengenai bentuk perjanjian pembiyaan

konsumen pada PT. FIF (Federal International Finance) Cabang Siak dapat

diperoleh data seperti terlihat pada tabel berikut ini :

Tabel III.1

Jawaban Responden Tentang Bentuk

Perjanjian Pembiyaan Konsumen

Bentuk Perjanjian Jawaban %

1

2

Tertulis

Lisan

22

0

100

0

Jumlah 22 100

Sumber : Data lapangan setelah diolah Tahun 2011

41 Mariam Darus Badruzaman, Perjanjian Baku Perkembangannya Di lndonesia, Alumni

Bandung, 1988, hlm 17 42 Wawancara dengan Didi Arianto, CMO PT. Federal International Finance Cabang

Siak, 15 September 2011

Page 43: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

43

Dari tabel III.I di atas dapat penulis tegaskan bahwa bentuk perjanjian

pembiayaan konsumen atas kendaraan bermotor pada PT. FIF (Federal

International Finance) Cabang Siak adalah berbentuk tertulis, terbukti dari 22

responden (l00%) seluruhnya mengatakan bahwa perjanjian pembiayaan

konsumen tersebut adalah tertulis. Dengan adanya bentuk perjanjian secara

tertulis akan memberikan kepastian hukum bagi kedua beklah pihak bila ada

gugatan dikemudian hari.

Berdasarkan wawancara penulis dengan CMO menyatakan bahwa :

“Perjanjian yang dibuat dalam pembiayaan konsurnen kendaraan bermotor antara perusahaan dengan konsumen dilakukan secara tertulis, hal ini

dilakukan agar perjanjian yang telah dibuat dan ditandatangani menjadi pegangan bagi kedua belah pihak sebagai bukti bila ada gugatan

dikemudian hari, selama ini belum ada perjanjian yang dibuat kedua belah pihak yang dilakukan secara lisan”43

Tentang prosedur dalam pelaksanaan perjanjian pembiayaan konsumen

yang dilakukan dapat dilihat dari jawaban responden atas penanyaan penulis

yaitu, bagaimanakah prosedur dalam pelaksanaan perjanjian pembiayaan

konsumen yang dilakukan oleh konsumen?. Hal ini dapat dilihat dari tabel

berikut:

43 Wawancara dengan Didi Arianto, CMO PT. Federal International Finance Cabang

Siak, 15 September 2011

Page 44: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

44

Tabel III.2

Jawaban Responden Tentang Prosedur

Pembelian Kendaraan Bermotor Pada

PT Federal International Finance Cabang Siak

Prosedur Jawaban %

1 2

3

Cukup Mudah

Berbelit

Membingungkan

14

3

5

63.6

13.6

22.7

Jumlah 22 100

Sumber : Data lapangan setelah diolah Tahun 2011

Dari tabel III.2 setelah diolah Tahun 2011 diatas dapat ditegaskan bahwa

prosedur perjanjian pembiayaan konsumen pada PT. Federal International Finance

Cabang Siak cukup mudah, hal ini berdasarkan dari jawaban responden yaitu

sebanyak 8 orang (63.6%) prosedurnya cukup mudah sehingga memberikan

kemudahan bagi pihak konsumen dalam melaksanakan perjanjian pembiayaan

konsumen ini, akan tetapi juga adanya keluhan secara langsung sebanyak 5 orang

(22.7%) yang disampaikan oleh Debitur terkait sulitnya memahami tata cara yang

diajukan pihak Kreditur, dan sebanyak 3 orang (13.6%) menyatakan berbelit

karena tingkat atau kemampuan daya serap Debitur yang notebene nya

berpendidikan rendah, sehingga setiap proses yang diajukan Kreditur dalam

Pembelian Kendaraan Bermotor mengalami kendala yang cukup berarti.

Berdasarkan wawancara penulis dengan CMO PT. Federal International Finance

Cabang Siak tentang prosedur perjanjian pembiayaan konsumen dapat dilihat di

bawah ini:

"Dalam melaksanakan pembelian kendaraan bermotor pihak perusahaan berusaha untuk memberikan kemudahan dan pelayanan yang baik kepada para pihak konsumen. Dengan cara seperti ini calon konsumen tidak

Page 45: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

45

merasa dipersulit dan secara tidak langsung dapat memberikan keuntungan

bagi perusahaan."44 Hal-hal yang menjadi hak Kreditur pada perjanjian pembiayaan konsumen

sekaligus merupakan kewajiban bagi debitur, karena itu untuk melihat apa yang

menjadi hak dan kewajiban dari masing-rnasing pihak, cukup dengan melihat apa

yang menjadi hak dari masing-masing pihak. Hal ini disebabkan karena hak

debitur merupakan kewajiban bagi debitur, sebaliknya hak Kreditur merupakan

kewajiban bagi debitur, hal ini dalam hukum perjanjian dikenal dengan unsur

pasif dan unsur aktif.45

Dalam konsep ini debitur adalah pihak yang pasif atau pihak yang

berutang berkewajiban melaksanakan sesuatu sedangkan Kreditur adalah pihak

yang aktif atau pihak yang berpiutang yang berhak atas sesuatu.

Dalam perjanjian pembiayaan konsumen kendaraan bermotor yang telah

disetujui dan ditandatangani oleh kedua belah pihak terdapat hak-hak maupun

kewajiban antara kedua belah pihak.

Untuk mengetahui apakah responden mengetahui hak maupun

kewajibannya dalam perjanjian pembiayaan konsumen, dapat dilihat pada tabel

berikut.

44 Wawancara dengan Didi Arianto, CMO PT. Federal International Finance Cabang

Siak, 15 September 2011 45A. Qirom Syamsuddin Meliala, Pokok-Pokok Hukum Perjanjian Beserta

Perkembangannya, Liberty, Yogyakarla, 1985, hlm 14

Page 46: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

46

Tabel III.3

Jawaban Responden Tentang

Pengetahuan Mengenai Isi Perjanjian

No Pengetahuan Responden Jawaban %

1

2

3

Mengetahui

Setengah Mengetahui

Tidak Mengetahui

12

4

6

54,5

18.3

27.2

Jumlah 22 100

Sumber : Data lapangan setelah diolah Tahun 2011

Berdasarkan tabel III.3 di atas menunjukan bahwa sebagian besar

responden temyata mengetahui isi perjanjian pembiayaan tersebut, yaitu sebanyak

12 orang (54,5%) dan 4 orang responden (18,3%) hanya mengetahui setengah dari

perjanjian itu dan sebanyak 6 orang (27.2%) tidak mengetahui perjanjian yang

telah ditandatangani.

Oleh karena perjanjian ini berbentuk baku dalam pengartian bahwa telah

terlebih dahulu disediakan formulir perjanjian, meskipun terdapat pihak yang

tidak mengetahuinya maupun setengah yang mengetahui secara umum ia harus

tunduk kepada perjanjian yang telah ditandatangani.

Setelah mengetahui prosedur dari perjanjian tersebut, maka dalam

pelaksanaannya juga terdapat hak dan kewajiban dari parapihak yang melakukan

perjanjian. Menurut penulis ada baiknya sebelum perjanjian itu ditandatangani,

pihak PT Federal International Finance Cabang Siak sebagai pihak Kreditur

terlebih dahulu menjelaskan hak-hak dan kewajiban kedua belah pihak. Didalam

formulir surat perjanjian pembiayaan konsumen itu memuat hak dan kewajiban

kedua belah pihak.

Page 47: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

47

a. Pelaksanaan Hak Dan Kewajiban Kreditur

Dalam pelaksanaan perjanjian tersebut dari hasil wawancara penulis

dengan Wawancara dengan CMO PT. Federal International Finance Cabang Siak

diketahui bahwa hak dan kewajiban dari Kreditur adalah sebagai berikut dalam

Perjanjian Pembiayaan Konsumen :

1. Hak Kreditur yaitu :

a) Berhak untuk mendapatkan pembayaran uang muka, (pasal 3 ayat

1)

b) Berhak untuk mendapatkan angsuran setiap bulan serta denda atas

keterlambatan, (pasal 3 ayat 4)

c) Menarik sepeda motor bila pihak konsumen lalai memenuhi

perjanjian, (pasal 4 ayat 3)

2. Kewajiban Kreditur yaitu :

a) Berkewajiban untuk menyerahkan barang jaminan (sepeda motor)

setelah uang muka di bayar, (pasal 4 ayat 1)

Mengenai cara penyerahan kendaraan bermotor yang menjadi objek

fasilitas pembiayaan konsumen yang dilakukan Kreditur kepada Debitur

(konsumen), penulis mengajukan pertanyaan sebagai berikut : bagaimanakah cara

penyerahan kendaraan bermotor yang menjadi objek perjanjian pembiayaan

konsumen yang dilakukan oleh pihak Kreditur kepada pihak Kreditur

pembiayaan?. Jawaban responden dapat dilihat pada :

Page 48: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

48

Tabel III.4

Jawaban Responden Mengenai

Penyerahan Kendaraan Bermotor

Saat Penyerahan Jawaban %

1 Pada Saat Perjanjian ditanda Tangani

Setelah Ditanda Tangani

0

22

0

100

Jumlah 22 100 Sumber : Data lapangan setelah diolah Tahun 2012

Berdasarkan data yang tersaji pada tabel III.4, diketahui bahwa seluruh

responden yaitu sebanyak 22 orang (100%) menjawab bahwa penyerahan barang

dilakukan pada saat setelah di tandatanganinya surat perjanjian. Berdasarkan hasil

wawancara yang dilakukan penulis dengan CMO PT. Federal International

Finance Cabang Siak menyatakan bahwa pihak konsumen langsung dapat

membawa pulang kendaraan bermotor yang mereka beli setelah perjanjian

ditandatangani.

Menurut Pasal 1257 KUHPerdata, disebutkan bahwa semua syarat harus

terpenuhi secara yang mungkin dikehendaki dan dimaksudkah oleh kedua belah

pihak. Menurut pasal ini dalam perjanjian sedapat mungkin kewajiban dari

Kreditur agar dapat memenuhi semua ketentuan dari perjanjian yang telah

ada'untuk dapat meneruskan perjanjian tersebut. Jadi, dalam perjanjian

yangterdapat pada PT. Federal International Finance Cabang Siak telah

didasarkan pada pasal tersebut. Namun di sini ada perbedaan di mana perjanjian

yang terdapat pada PT. Federal International Finance Cabang Siak adalah

perjanjian baku. Sehingga tidak ada kemungkinan pihak Kreditur tidak

menyetujui salah satu dari syarat-syarat yang telah ditentukan, di sini apabita

Page 49: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

49

pihak konsumen telah menandatangani perjanjian yang telah ada tersebut maka

pihak konsumen tersebut telah menyetujui semua isi dari perjanjian itu.

Penyerahan barang merupakan kewajiban dari penjual pada saat lahirnya

perjanjian telah langsung dikuasai oleh pembeli, namun penguasaan disini bukan

berstatus sebagai pemilik barang melainkan sebagai penyewa saja. pembeli tidak

menguasai secara mutlak sebelum angsuran terkhir dibayar lunas.

b) Menyerahkan hak milik atas sepeda motor setelah angsuran

terakhir selesai.

Pertanggung jawaban terhadap sepeda motor yang rusak atau hilang di luar

kemauannya, pembeli sewa diharuskan untuk mengganti.46

Hal ini dapat dipedomani dengan ketentuan yang diatur dalam pasal 1444

KUH Perdata yang menyatakan :

“jika barang tertentu menjadi bahn persetujuan musnah dan tak lagi dapat diperdagangkan atau hilang sedemikian hingga sekali tak diketahui apakah

barang itu masih ada maka hapuslah perikatannya, asal barang itu musnah atau hilang diluar salahnya si berhutang, dan sebelum ia lalai menyerahkannya”47

Berdasarkan ketentuan pasal di atas maka si berutang bebas dari segala

kewajiban asal musnah atau hilangnya barang tersebut diluar kesalahannya.

Namun demikian jika dilihat dari surat perjanjian pembiayaan kendaran bermotor

antara PT. Federal International Finance Cabang Siak dengan pihak konsumen,

menyatakan :

46 Wawancara dengan Didi Arianto ( CMO PT. Federal International Finance Cabang

Siak), 15 September 2011 47 R, Subekli clan Tjitro Sudibyo, KitabUndang-Undang Hukum Perdata, Jakarta, Pratya

Pramita.l986 , hlm. 302

Page 50: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

50

"Kreditur dengan ini menegaskan bahwa segala kejadian yang terjadi atas

sepeda motor tersebut adalah menjadi tanggung jawab Kreditur sepenuhnya dan tidak menjadi alasan untuk penundaan pembayaran uang sewa yang telah ditetapkan pada Pasal III ayat I ( Surat perjanjian, Pasal

VI ayat III )"

Berdasarkan ketentuan dari surat perjanjian di atas pihak konsumen tetap

harus menanggung segala kewajiban walaupun hilang atau musnahnya

barang (kendaraan bermotor) di luar kesalahannya. Namun, rnesti diingat bahwa

kesemuanya itu adalah semata-mata tergantung kepada isi perjanjian yang dibuat

dengan mengingat azas kebebasan berkontrak.

b. Pelaksanaan Hak Dan Kewajiban Debitur.

Dalam pelaksanaan perjanjian tersebut dapat diketahui bahwasanya hak

dan kewajiban dari penerima fasiiitas adalah. sebagai berikut :

1. Hak konsumen atau Kreditur yaitu :

a) Berhak untuk mendapatkan barang setelah uang muka dibayar

b) Berhak untuk mendapatkan penyerahan hak milik atas objek

perjanjian setelah angsuran lunas.

2. Kewajiban Debitur yaitu :

a) Membayar uang muka beserta angsurannya kepada pemilik

b) Membayar keterlambatan 2 % (permil) perhari terhitung mulai

tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran tersebut.

c) Membayar biaya penarikan sebesar Rp.50.000 setiap keterlambatan

pembayaran angsuran.48

48 Wawancara dengan Didi Arianto ( CMO PT. Federal International Finance Cabang

Siak), l5 September 2011.

Page 51: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

51

Kreditur dan debitur, secara bersama-sama selanjutnya disebut dengan

“para pihak”, sepakat dan saling mengikatkan diri dalam perjanjian pembiayaan

dengan terlebih dahulu menerangkan hal hal yang menjadi dasar dari perjanjian

pembiayaan ini, yaitu :

1. Fasilitas pembiayaan konsumen

Kreditur sepakat untuk memberikan fasilitas pembiayaan konsumen

kepada Kreditur guna pembelian barang berupa kendaraan bermotor.

2. Struktur pembiayaan konsumen

Fasilitas pembiayaan konsumen diberikan kepada Kreditur oleh

Kreditur dengan struktur pembiayaan konsumenyang disepakati.

3. Debitur pembiayaan konsumen

Dengan ditandatanganinya perjanjian pembiayaan ini oleh para pihak,

maka para pihak telah sah saling mengikatkan diri dalam perjanjian

pembiayaan, karenanya dengan demikian:

a. Debitur sah menerima fasilitas pembiayaan dan menyetujui fasilitas

pembiayaan tersebut langsung dibayarkan kepada dealer oleh

Kreditur. Atas penerimaan fasilitas pembiayaan konsumen tersebut,

perjanjian pembiayaan ini berlaku sebagai kwitansi/tanda bukti

penerimaan yang sah.

b. Kreditur dengan ini menyatakan sah berhutang kepada Kreditur dan

Kreditur mempunyai piutang kepada Kreditur atas hutang

pembiayaan sebagaimana dinyatakan dalam perjanjian pembiayaan

ini.

Page 52: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

52

c. Debitur telah menerima barang yang dibiayai Kreditur dari dealer.

4. Pembayaran angsuran

a. Debitur wajib membayar angsuran selambat-lambatnya pada saat

jatuh tempo secara tertib dan peraturan tanpa terlebih dahulu

dilakukan penagihan/ pemberitahuan oleh Kreditur dengan cara

apapun.

b. Jika jatuh tempo bertepatan dengan hari libur nasional, maka

Kreditur wajib membayar angsuran selambat-lambatnya pada 1(satu)

hari kerja sebelumnya.

c. Pembayaran angsuran dianggap sah dan diterima apabila telah dapat

diuangkan dan/atau tercatat pada rekening pemebri fasilitas

sebagaimana mestinya.

d. Kreditur sepakat dalam hal melakukan pelunasan dipercepat

mengikuti persyaratan Kreditur termasuk tetapi tidak terbatas

membayar administrasi pelunasan sebesar prosentase tertentu dari

sisa pokok pembiayaan.

5. Bunga, denda dan biaya

a. Kreditur membebankan bunga atas pokok pembiayaan kepada

Krediturdan wajib dibayar kepada Kreditur dalam angsuran.

b. Kreditur wajib membayar denda atas setiap keterlambatan

pembayaran angsuran yang dihitung per hari dari jumlah angsuran

yang terhutang sejak saat jatuh temponya hingga terbayarkannya

angsuran tersebut ditambah biaya tagih.

Page 53: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

53

c. Kreditur menanggung setiap beban pajak atas barang dan biaya-

biaya lain yang timbul sehubungan dengan fasilitas pembiayaan ini.

6. Hak dan kewajiban atas barang

a. Kreditur bukanlah penjual barang, karenanya tidak bertanggung

jawab atas penyerahan, kualitas atau kondisi barang, baik yang

terjadi pada saat penyerahan barang dari dealer atau pada saat

pemakaian oleh Kreditur.

b. Kreditur wajib untuk memelihara dan menjaga keutuhan barang

tersebut sebaik-baiknya dan memperbaiki segala kerusakan atas

biaya Kreditur sendiri hingga setiap saat dan dari waktu kewaktu

barang dapat digunakan sebagaimana mestinya.

c. Kreditur sepakat untuk setiap waktu mengizinkan/ memperbolehkan

Kreditur dan/atau memeriksa kondisi/keadaan barang dimanapun

barang tersebut berada, termasuk memasuki ruangan apapun bukan

sebagai tindakan memasuki ruangan orang lain tanpa izin.

d. Kreditur dilarang mengalihkan dengan cara apapun termasuk tetapi

tidak terbatas pada menggadaikan, menjaminkan, menyewakan atau

menjual barang, baik seluruhnya ataupun sebagian kepada pihak lain

kecuali dengan persetujuan tertulis dari Kreditur sebelumnya.

e. Untuk menjamin pelunasan setiap dan seluruh kewajiban Kreditur

berdasarkan perjanjian pembiayaan ini, Kreditur setuju dan sepakat

mengikatkan diri kepada Kreditur untuk menyerahkan dokumen

barang, yaitu Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB) kepada

Page 54: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

54

Kreditur terhitung sejak diterbitkan BPKB (bagi kendaraan baru)

atau sejak ditandatanganinya perjanjian pembiayaan ini (bagi

kendaraan bekas pakai) hingga seluruh kewajiban Kreditur terhadap

Kreditur berdasarkan perjanjian ini lunas.

7. Asuransi

a. Segala resiko rusak, hilang atau musnahnya barang karena sebab

apapun juga sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kreditur, sehingga

dengan rusak, hilang atau musnahnya barang tidak meniadakan,

mengurangi atau menunda pemenuhan kewajiban Kreditur terhadap

Kreditur.

b. Kreditur wajib untuk mengasuransikan barang termasuk membayar

biaya premi yang dibayarkannya melalui Kreditur.

c. Jika barang yang berada di bawah penguasaan Kreditur hilang atau

rusak, apabila klaim/ tuntutan penggantian asuransi dapat dicairkan,

maka Kreditur berhak sebagaimana Kreditur setuju untuk menerima

penggantian asuransi dan memperhitungkannya dengan seluruh/sisa

hutang pembiayaan yang masih ada setelah dikurangi dengan biaya

dan/atau ongkos-ongkos yang dikeluarkan oleh Kreditur untuk

mengajukan atau menyelesaikan klaim/tuntutan penggantian

asuransi.

d. Apapun penggantian asuransi tidak mencukupi untuk pelunasan

seluruh/sisa hutang pembiayaan, maka Kreditur berjanji dan

mengikatkan diri untuk melunasinya demikian sebaliknya.

Page 55: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

55

8. Cidera janji

a. Kreditur dinyatakan telah melakukan cidera janji yang dengan

lewatnya waktu telah cukup membuktikan dan tidak perlu dibuktikan

lagi dengan suatu surat atau apapun akan tetapi cukup dengan

terjadinya salah satu atau lebih keadaan sebagai berikut:

1) Kreditur lalai dan/atau tidak dan/atau gagal memenuhi satu atau

lebih kewajiban sebagaimana ditentukan dalam perjanjian

pembiayaan ini.

2) Kreditur lalai atau gagal melakukan pembayaran angsuran

selambat-lambatnya pada saat jatuh tempo.

b. Dalam hal terjadi cidera janji, maka:

1) Kreditur berhak menuntut pelunasan kepada Kreditur

sebagaimana Kreditur sepakat untuk melakukan pelunasan atas

seluruh/sisa kewajiban Kreditur yang masih ada, untuk seketika

dan sekaligus lunas.

2) Apabila Kreditur tidak dapat melunasi seluruh/sisa kewajibannya

terhadap Kreditur maka Kreditur setuju dan sepakat mengikatkan

diri untuk menyerahkan barang kepada Kreditur sebagaimana

Kreditur berhak mengambil atau menerima penyerahan barang

berikut setiap dokumennya yang terkait, termasuk surat Tanda

Nomor Kendaraan (STNK) untuk dijualkan dengan cara yang

dianggap baik oleh Kreditur atau melalui institusi yang

berwenang untuk menjualkan barang guna pelunasan seluruh/sisa

Page 56: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

56

kewajiban Kreditur yang masih terhutang setelah dikurangi biaya-

biaya yang dikeluarkan oleh Kreditur.

9. Berakhirnya perjanjian, perjanjian pembiayaan ini berkahir apabila

Kreditur telah melunasi setiap dan seluruh kewajibannya berdasarkan

perjanjian pembiayaan ini kepada Kreditur.

10. Penyelesaian perselisihan, segala perselisihan yang mungkin timbul

dari pelaksanaan perjanjian pembiayaan ini, para pihak setuju memilih

domisili hukum yang tetap dan seumumnya di kantor panitera

pengadilan pengadilan negeri yang wilayah hukumnya meliputi kantor

cabang Kreditur atau ditempat lainnya yang ditunjuk oleh Kreditur.

Dalam pelaksanaan perjanjian tersebut dapat diketatrui bahwasanya hak

dan kewajiban dari Kreditur adalah sebagai berikut :

1. Hak konsumen atau Kreditur yaitu :

a. Berhak untuk mendapatkan barang setelah uang muka di bayar

b. Berhak untuk mendapatkan penyerahan hak milik atas sepeda motor

setelah angsuran lunas.

2. Kewajiban konsumen yaitu :

a. Membayar uang muka beserta angsurannya kepada pemilik.

b. Membayar keterlambatan atau 2% (permil) perhari terhitung mulai

tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran tersebut.

Page 57: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

57

c. Membayar biaya penarikan sebesar Rp. 50.000 bila terjadi

keterlambatan pembayaran angsuran.49

Mengenai cara penyerahan kendaraan bermotor yang menjadi objek

fasilitas pembiayaan konsumen yang dilakukan Kreditur kepada Kreditur

(konsumen), penulis mengajukan pertanyaan sebagai berikut : bagaimanakah cara

penyerahan kendaraan bermotor yang menjadi objek perjanjian pembiayaan

konsumen yang dilakukan oleh pihak Kreditur kepada pihak debitur.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan CMO P PT.

Federal International Finance Cabang Siak menyatakan bahwa pihak konsumen

langsung dapat membawa pulang kendaraan bermotor yang mereka beli setelah

perjanjian ditandatangani.

Menurut Pasal 1257 KUHPerdata, disebutkan bahwa semua syarat harus

terpenuhi secara yang mungkin dikehendaki dan dimaksudkan oleh kedua belah-

pihak. Menurut pasal ini dalam perjanjian sedapat mungkin kewajiban dari

Kreditur agar dapat memenuhi semua ketentuan dari perjanjian yan telah ada

untuk dapat meneruskan perjanjian tersebut. Jadi, dalam perjanjian yang terdapat

pada PT. Federal International Finance Cabang Siak telah didasarkan pada pasal

tersebut. Namun di sini ada perbedaan,di mana perjanjian yang terdapat pada PT.

Federal International Finance Cabang Siak adalah perjanjian baku. Sehingga tidak

ada kemungkinan pihak Kreditur tidak menyetujui salah satu dari syarat-syarat

yang telah ditentukan, di sini apabila pihak konsumen telah menandatangani

49 Wawancara dengan Didi Arianto, CMO PT. Federal International Finance Cabang Siak,

15 September 2011

Page 58: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

58

perjanjian yang telah ada tersebut maka, pihak konsumen tersebut telah

menyetujui semua isi dari perjanjian itu.

Penyerahan barang merupakan kewajiban dari Kreditur saat lahirnya

perjanjian, telah langsung dikuasai oleh pembeli, namun penguasaan disini bukan

berstatus sebagai pemilik barang melainkan sebagai penyewa saja. Pembeli tidak

menguasai secara mutlak sebelum angsuran terkhir di bayar lunas.

Mengenai surat-surat kepemilikan kendaraan bermotor maupun surat-surat

lainnya seperti BPKB, STNK di urus oleh pihak perusahaan. Hal ini

berdasarkan wawancara penulis dengan CMO PT. Federal International Finance

Cabang Siak sebagai berikut :

"Surat-surat kepemilikan kendaraan bennotor maupun surat-surat lainnya

akan di urus oleh perusahaan, namun surat-surat kendaraan seperti BPKB, akan dipegang oleh perusahaan, hal ini dilakukan adalah sebagai jaminan dari kendaraan tersebut."50

Menurut wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa mengenai surat-surat

kendaraan bermotor tersebut merupakan tanggung jawab dari perusahaan penjual

kendaraan bermotor untuk memprosesnya, apabila surat-surat dari kendaraan

bermotor telah selesai maka surat-surat tersebut akan diserahkan kepada

konsumen, namun ada pengecualian terhadap BPKB. Untuk BPKB akan dipegang

oleh perusahaan Kreditur yaitu PT. Federal International Finance Cabang Siak,

hal ini dilakukan sebagai jaminan dari debitur kepada Kreditur agar terhindar dari

wanprestasi'

50 Wawancara dengan Didi Arianto (CMO PT. Federal International Finance Cabang

Siak), l5 September 2011.

Page 59: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

59

Mengenai surat-surat kepemilikan kendaraan bermotor maupun surat-

surat lainnya seperti BPKB, STNK di urus oleh pihak perusahaan. Hal ini

berdasarkan wawancara penulis dengan CMO PT. Federal International Finance

Cabang Siak sebagai berikut :

"Surat-surat kepemilikan kendaraan bermotor maupun surat-surat lainnya

akan di urus oleh perusahaan, namun surat-surat kendaraan seperti BPKB, akan dipegang oleh perusahaan, hal ini dilakukan adalah sebagai jaminan

dari kendaraan tersebut." Menurut wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa mengenai surat-

surat tersebut mengenai kendaraan bermotor tersebut merupakan tanggung jawab

dari perusahaan penjual kendaraan bermotor untuk memprosesnya, apabila surat-

surat dari kendaraan bermotor telah selesai maka surat-surat tersebut akan

diserahkan kepada konsumen, namun ada pengecualian terhadap BPKB. Untuk

BPKB akan dipegang oleh perusahaan Kreditur yaitu PT.Federal International

Finance Cabang Siak, hal ini dilakukan sebagai jaminan dari Kreditur kepada

pemberi fasilitas agar terhindar dari wanprestasi.

B. Akibat Hukum Apabila Terjadi Wanprestasi Dalam Perjanjian

Pembiayaan Konsumen.

Dalam hal perjanjian juga sering terjadi kelalaian dari pihak Kreditur

yang disebut dengan istilah wanprestasi atau tidak memenuhi prestasinya. Dalarn

hal ini terdapat ketentuan yang mengetur untuk menjamin hak-hak dari para pihak

yang membuat perjanjian.

Page 60: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

60

Wanprestasi adalah tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban

sebagaimana yang ditentukan dalam pedanjian yang dibuat antara keditur dan

debitur.51

Berkenaan dengan Kelalaian (wanprestasi) yang dilakukan oleh pihak

pembeli sewa dalam bayar angsuran tiap bulan yang telah ditentukan, dalam hal

pembelian kendaraan bermotor pada PT. Federal International Finance Cabang

Siak maka akan timbul akibat atau resiko yang harus dipikul.

Menurut Pasal 1267 KUHPerdata yang menyatakan bahwa :

"Pihak terhadap siapa perikatan tidak dipenuhi, dapat memilih apakah ia" jika hal itu masih dapat dilakukan, akan memaksa pihak yang lain untuk memenuhi perjanjian, atau ia akan menuntut pembatalan perjanjian,

disertai pengantian biaya kerugian dan bunga.52

Dari bunyi Pasal tersebut di atas, bagi pihak yang merasa dirugikan dapat

menuntut prestasi disertai ganti rugi kepada pihak yang telah merugikan.

Berikut penulis paparkan jawaban responden pada tabel berikut ini :

Tabel.III 5

Jawaban Responden Ada Atau Tidaknya

Teguran Dari Pihak PT. Federal International Finance Cabang Siak

N Saat penyerahan Jawaban %

1

2

Ya

Tidak

18

4

81,8

18,2

Jumlah 22 100

Sumber : Data lapangan setelah diolah Tahun 2012

Berdasarkan tabel di atas bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak

18 orang (81,8%) menyatakan bahwa pihak PT. Federal International Finance

51 Salim H.S., Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak , Sinar Grafika,

2003. hlm. 98 52 R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Perdata, Pratnya Pramita, hlm

329

Page 61: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

61

Cabang Siak terlebih dahulu memberikan teguran, dan sebanyak 4 orang (18,2%)

memberikan jawaban bahwa tidak ada teguran dari pihak PT. Federal

International Finance Cabang Siak. Menurut penulis, ada baiknya pihak

perusahaan terlebih dahulu mernberikan teguran kepada pihak konsumen,

sehingga pihak konsumen ingat akan kewajibannya. Tentang bagaimana caranya

memperingatkan seorang debitur, jika ia tidak memenuhi teguran itu dapat

dikatakan lalai, diberikan petunjuk oleh Pasal 1238 Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata. Pasal itu berbunyi sebagai berikut : si berutang adalah lalai, bila

ia dengan surat perintah atau sebuah akta sejenis dikatan lalai, atau demi

perikataannya sendiri menetapkan bahwa si berutang akan harus dianggap lalai

dengan lewatnya waktu yang ditentukan.

Apabila kendaraan bermotor yang telah ditarik atau ditahan oleh pihak

Kreditur, ia masih memberikan tenggang waktu selama 14 hari terhitung sejak

tanggal penarikan kendaraan bermotor termaksud kepada Kreditur untuk

menyelesaikan pembayaran seluruh uang sewa baik yang telah tertunggak

maupun yang belum jatuh tempo. Berikut denda administrasi sebesar Rp. 50.000

kepada si Kreditur apabila sampai akhir waktu tersebut si penerirna fasilitas masih

belum atau tidak menyelesaikan pembayaran tersebut maka surat perjanjian

pembiayaan konsumen ini menjadi batal dengan sendirinya. Dalam arti seluruh

uang sewa dan uang muka yang telah dibayar kepada pemilik serta sepeda motor

termaksud menjadi milik Kreditur sepenuhnya. Berdasarkan wawancara yang

telah dilakukan penulis dengan CMO PT. Federal International Finance Cabang

Siak, menyatakan sebagai berikut:

Page 62: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

62

Apabila kendaraan bermotor telah ditarik dalam hal terjadinya

penunggakan pembayaran angsuran maka seluruh uang muka dan menurut yang

telah dibayar menjadi hilang." Hal ini dilakukan karena kondisi kendaraan

bermotor tersebut telah berkurang selama dipakai oleh Kreditur, dan uang

angsuran yang telah dibayar dianggap sebagi uang sewa.

Dalam hal terjadinya perselisihan antara kedua belah pihak maka 60%

terlebih dahulu diselesaikan secara musyawarah, jika tidak berhasil diselesaikan

lewat pengadilan. Selama ini belum pernah terjadi perselisihan yang diselesaikan

lewat Pengadilan Negeri, karena perusahaan lebih mengutamakan musyawarah.53

Menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang diatur atas, Kreditur selalu

berhak untuk membayar sekaligus beberapa uang sewa sebelum jatuh tempo

pembayaran seperti yang telah ditetapkan di atas, dan pemilik akan memberikan

potongan uang sewa sebesar 1,5% perbulan dari jumlah angsuran yang telah

dipercepat pembayaran tersebut. Hal ini dilakukan agar pihak Kreditur lebih

termotivasi untuk melakukan pembayaran lebih cepat sebelum jatuh tempo

pembayaran sehingga secara tidak langsung dapat mengurangi terjadinya

keterlambatan atau penunggakan pembayaran.

Menurut Salim H.S.,ada empat akibat yang terjadi karena adanya

wanprestasi, yaitu sebagai berikut :

1. Perikatan tetap ada,

2. Debitur harus membayar ganti rugi kepada Kreditur,

53 Wawancara dengan Didi Arianto, CMO PT. Federal International Finance Cabang Siak,

15 September 2011

Page 63: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

63

3. Beban resiko beralih untuk kerugian debitur, jika halangan itu timbul

setelah wanprestasi, kecuali bila ada kesengajaan atau kesalahan besar

dari pihak Kreditur.

4. Jika perikatan lahir dari perjanjian timbat balik, Kreditur dapat

membebaskan diri dari kewajibannya.

Kontra prestasi yang timbul dari akibat wanprestasi dapat dijadikan acuan

Pasal 1266 KUHPerdata yang menyatakan bahwa syarat batal dianggap selalu

dicantumkan dalam persetujuan-persetujuan yang bertimbal balik, manakala salah

satu pihak tidak memenuhi kewajibannya. Dalam hal yang demikian persetujuan

tidak batal demi hukum, tetapi pembatalan harus dimintakan kepada hakim.

Permintaan ini juga harus dilakukan. Meskipun syarat batal mengenaitidak

dipenuhinya kewajiban dinyatakan di dalam perjanjian. Jika syarat batal tidak

dinyatakan dalam persetujuan. Hakim leluasa untuk menurut keadaan atas

perrmintaan si tergugat memberikan suatu jangka waktu untuk masih juga

memenuhi kewajiban, jangka waktu mana namun itu tidak boleh lebih dari satu

bulan.

Dalam hal pelaksanaan pembiayaan konsumen kendaraan bermotor pada

PT. Federal International Finance Cabang Siak terdapat beberapa masalah sebagai

akibat tidak dipenuhinya perjanjian yang telah dilakukan dan disetujui oleh kedua

belah pihak diantaranya mengenai penunggakan pembayaran angsuran. Masalah

penunggakan angsuran ini yang sering terjadi dalam perjanjian pembiayaan

konsumen kendaraan bermotor pada PT. Federal International Finance Cabang

Siak. Hal ini terlihat dari daftar kuesioner yang penulis sebarkan kepada 16 orang

Page 64: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

64

responden, yang penulis tanyakan apakah mereka menemui hambatan dalam

melaksanakan angsuran setiap bulannya.

Mengenai wanprestasi dapat terjadi dalam beberapa hal :

l. Debitur sama sekali tidak melakukan prestasi

2. Melaksanakan prestasi tetapi tidak sebagaimana diperjanjikan

3. Terlambat melaksanakan prestasi

4. Melakukan perbuatan bertentangan dengan apa yang diperjanjikan.54

Dan dalam kenyataan dimasyarakat, wanprestasi yang terjadi sering

diakibatkan oleh ketidakmampuan konsumen dalam memenuhi kewajibannya.

Berdasarkan jumlah tersebut diperoleh data sebagaimana terlihat pada

tabel berikut:

Tabel.III.6

Jawaban Responden Ada Atau Tidaknya Hambatan

Yang Ditemui Untuk Memenuhi Angsuran Tiap Bulan

N Saat penyerahan Jawaban %

1

2

Ya

Tidak

10

12

45.4

54.5

Jumlah 22 100

Sumber : Data lapangan setelah diolah Tahun 2011

Dari data tabel III.6 diatas dapat dilihat bahwa 4 orang responden (18,2

%) menemui hambatan dalam membayar angsuran tiap bulannya. Sedangkan 18

orang (81,8%) tidak menemui hambatan untuk membayar angsuran tiap bulannya.

Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa sebagian besar dari responden tidak

memenuhi hambatan dalam memenuhi angsuran tiap bulannya.

54 R. Subekli, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta, 2002

Page 65: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

65

Dalam hal penunggakan pembayaran, si Kreditur yang lebih aktif

bertindak untuk menyelesaikan masalah yang, terjadi. Pada Pasal 3 ayat 4 dari

surat perjanjian sewa beli dikemukakan apabila Kreditur lalai membayar uang

sewa atau terlambat dari tanggal jatuh tempo pembayaran uang sewa, Kreditur

dikenakan denda administrasi 20% (dua permil) perhari dari jumlah angsuran

yang jatuh tempo. Sehari terhitung mulai tanggal jatuh tempo pembayaran uang

sewa iersebut sampai dengan tanggal uang sewa yang bersangkutan dibayar lunas.

Hal ini juga telah sesuai dengan Pasal 1243 KUHPerdata yang

menyebutkan, penggantian biaya rugi dan bunga karena tak dipenuhinya suatu

perikatan, barulah mulai diwajibkan apabila si berutang, setelah dinyatakan lalai

memenuhi perikatannya, atau jika sesuatu yang diberikan atau dibuatnya hanya

dapat dibuat dalam tenggang waktu yang telah dilampaukannya.

Sedangkan tentang jumlahnya terdapat pada Pasal 1249, KUHPerdata

yang menyebutkan jika dalam suatu perikatan ditentukannya, bahwa si yang lalai

memenuhinya, sebagai ganti ganti rugi harus bayar suatu jumlah uang tertentu,

maka kepada pihak yarrg lain tidak boleh diberikan suatu jumlah yang lebih

maupun yang kurang dari pada jumlah itu. Sesuai dengan pasal ini sudah jelas

bahwasanya ketentuan jumlah tidak boleh kurang atau lebih darijumlah yang

ditentukan. Atas pertanyaan yang penulis ajukan pada responden mengenai

apakah mereka dikenakan denda atas keterlambatan dalam membayar angsuran

tiap bulannya?. Jawaban responden tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Page 66: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

66

Tabel III.7

Jawaban Responden Ada Atau Tidaknya Dikenakan Denda

Atas Keterlambatan Angsuran

N Saat penyerahan Jawaban %

1 2

Ada

Tidak

22

0

100

0

Jumlah 22 100

Sumber : Data lapangan setelah diolah Tahun 2012

Berdasarkan data tersebut bahwa seluruh responden menyatakan bahwa

jika mereka terlambat dalam membayar angsuran tiap bulannya akan dikenakan

bunga atas keterlambatan tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang

penulis lakukan dengan CMO PT. Federal International Finance Cabang Siak,

sebagai berikut :

"Berdasarkan surat perjanjian yang telah ditandatangani oleh Kreditur

mereka akan dikenakan bunga jika terlambat dalam memenuhi angsuran tiap bulannya, hal ini dilakukan oleh perusahaan agar Kreditur tidak

mengulur-ngulur waktu, yang bisa membawa kerugian bagi perusahaan.”55 Pada bagian kedua dari Pasal 11 perjanjian pembiayaan konsumen pada

PT. Federal International Finance Cabang Siak tersebut pemilik atau orang yang

ditunjuk oleh pemilik jika perlu dengan bantuan alat Negara atau pihak yang

berwajiban berhak mengambil kembali atau menarik barang atau menguasai

kembali kendaraan bermotor tersebut berikut peralatan dan perlengkapannya

tanpa perlu melalui pengadilan negeri atau surat teguran juru sita apabila penyewa

dua kali berurut-turut tidak membayar uang angsuran atau salah satu uang

angsuran bulanan tertunggak lebih dari jangka waktu yang telah ditentukan.

55 Wawancara dengan Didi Arianto, CMO PT. Federal International Finance Cabang Siak,

15 September 2011

Page 67: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

67

Menurut Pasal 5 dari Perjanjian Pembiayaan Konsumen disebutkan

bahwa Kreditur setuju dan mengikatkan diri kepada Kreditur mengenai terjadinya

keadaan wanprestasi yang dengan lewat waktu telah cukup membuktikan, untuk

mana hal tersebut tidak perlu dibuktikan lagi, akan tetapi cukup dengan terjadinya

salah satu atau lebih keadaan sebagai berikut :

l. Kreditur lalai dan/atau tidak dan/atau gagal memenuhi satu atau lebih

kewajiban sebagairnana ditentukan dalam perjanjian ini;

2. Kreditur tidak lalai melakukan pembayaran angsuran hutang

pembiayaan pada tanggal jatuh tempo angsuran;

3. barang jaminan yang berada di bawah penguasaan Kreditur hilang atau

musnah;

4. barang jaminan disita atau terancan oleh suatu tindakan penyitaan oleh

pihak lain atau siapapun juga dan karena sebab apapun;

5. Kreditur dinyatakan pailit, diletakkan di bawah pengampuan, meninggal

dunia atau mengajukan penundaan pembayaran hutang.56

Dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel III.8

Jawaban Responden Terhadap Debitur yang Wanprestasi

N Debitur yang Wanprestasi Jawaban %

1 2

Ada

Tidak

10

12

45.4

54.5

Jumlah 22 100

Sumber : Data lapangan setelah diolah Tahun 2012

56 Perjanjian Pembiayaan Konsumen PT. Federal International Finance Cabang Siak,

Pasal 5.

Page 68: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

68

Berdasarkan data tersebut bahwa seluruh responden dinyatakan bahwa

terdapat 10 (45,4 %) orang Debitur yang wanprestasi terhadapa perjanjian yang

telah disepakati. Sehingga pihak Kreditur dapat melakukan haknya sebagaimana

yang tertuang dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen yang telah disepakati oleh

kedua belah pihak.

Page 69: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

69

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan yang telah penulis uraikan pada bab-bab

sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pembiayaan konsumen terjadi tidak sebagaimana mestinya..

Dimana pada kondisi ini pihak Kreditur tidak melakukan pelaksanaan

ketentuan yang telah ditetapkan, karena hanya mengharapkan tercapainya

target penjualan untuk Kreditur dengan mengeyampingkan prinsip kehati-

hatian terhadap calon debitur yang akan melaksnakan perjanjian. Begitu

juga sebaliknya, debitur dianggap lalai dalam melaksanakan perjanjian

pembiayaan konsumen, karena tidak memperhatikan secara seksama isi

dari perjanjian yang disepakati, sehingga apabila dalam hal terjadinya

wanprestasi debitur akan berada pada posisi yang dirugikan.

Dimana semestinya, perjanjian pembiayaan konsumen ini tunduk pada

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata secara umumnya dan belum ada

Undang-Undang khusus yang mengaturnya, namun ada Keputusan

Menteri Keuangan No 1251/KMK.031/1988 tanggal 20 Desember 1988

Keputusan Menteri Keuangan NO.468/I/KMK.017/1995 tentang ketentuan

dan Tata Cara Pelaksanaan Pembiayaan yang menjadi acuannya.

2. Mengenai wanprestasi yang terjadi pada perjanjian pembiayaan konsumen

atas kendaraan bermotor antara pihak Kreditur dengan PT. Federal

International Finance Cabang Siak adalah keterlambatan tunggakan

Page 70: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

70

angsuran setiap bulannya yang tidak sesuai dengan apa yang telah

diperjanjiakan sebelumnya. Apabila tunggakan tersebut masih berlanjut

selama lebih dari 60 hari sejak tanggal jatuh temponya maka Kreditur

berhak untuk menarik objek yang diperjanjikan, dan Kreditur masih diberi

kesempatan selama 14 hari untuk melunasi pembayaran tunggakan

angsuran beserta denda, jika tidak juga dilaksanakan maka kendaraan

bermotor tersebut tetap ditarik oleh pihak Kreditur dan uang muka serta

angsuran yang telah dibayar di anggap hilang.

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan yang telah uraikan, saran penulis adalah

sebagai berikut :

l. Perusahaan pembiayaan hendaknya lebih selektif dalam menentukan pihak

penerima pembiayaan yang layak dari segi ekonomi untuk menghindari

terjadinya keterlambatan atau tunggakan angsuran yang dapat merugikan

perusahaan. Dan Penerima pembiayaan (konsumen) sebaiknya lebih teliti

dalam memahami isi dari perjanjian pembiayaan yang diajukan oleh

perusahaan pembiayaan untuk mengetahui hak dan kewajibannya sebagai

penerima pembiayaan.

2. Pemerintah hendaknya lebih mempertegas peraturan mengenai perjanjian

pembiayaan konsumen dimana nantinya bagi para pelaku pelanggaran

pembiayaan konsumen diberikan sanksi yang tegas. Dan sebaiknya lebih

berhati-hati dalam menentukan siapa calon kensumennya sehingga

Page 71: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

71

pelanggaran-pelanggaran pembiayaan konsumen yang serius tidak terjadi

dikemudian hari. Bagi konsumen yang memperoleh pembiayaan

konsumen pada perusahaan pembiayaan hendaknya mempergunakan

fasilitas pembiayaan tersebut dengan sebaik- baiknya dan tidak

menyalahgunakan pembiayaan konsumen tersebut, sehingga tidak

merugikan pihak kreditur

Page 72: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

72

DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku :

A. Qirom Syamsuddin Meliala, 1985, Pokok-Pokok Hukum

Perkembangannya, Liberty, Yogyakarta

Abdulkadir Muhamad, Rilda Mumiati, 2004, Lembaga Keuangan , Citra

Aditya Bakti, Bandung,.

Dahlan, 1999, Manajemen Lembaga Keuangan edisi IV, Fakultas Ekonomi

Indonesia.

Eddy Soeka, 1990, Mekanisme Leasing, Ghalia, Indonesia.

Hadari Nawawi, 2003, Metode Penyusunan Penulisan Skripsi, Padang.

Husein Umar, 2003, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, PT

Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Komar Andasasmita, 1983, Suplemen Leasing (Teori dan Praktek), Ikatan

Notaris Indonesia, Bandung.

Mariam Darus Badrulzaman, 2001, Kompilosi Hukum Perikatan, PT.

Aditya Bakti, Bandung

Masri Singarimbun, Sofian Effendi, 1989, Metode Penelitian Survei,

LP3ES, Jakarta.

Munir Fuady, 2002, Hukum tentang Pembiayaan (dalam teori dan

praktek), PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

M. Yahya Harahap, 1986, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni Bandung.

Rianto Adi, 2004, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Granit,

Jakarta

Page 73: PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN PT FEDERAL INTERNASIONAL FINANCE CABANG SIAK

73

R. Subekti, 2002, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta

R. Subekti, SH dan R.T Tirtosudibiyo, 1992, Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata, Pratnya Pramita, Jakarta

Salim HS, 2003, Perkembangan Hukum Kontrak Di Indonesia, Sinar

Grafika, Jakarta.

Sentosa Sembiring, 2002, Lembaga Pembiayaan, Nuansa Aulia, Bandung,

Sudaryatmo, 2001, Hukum dan Advokat, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

S.B. Marsh and J. Soulsby, alih bahasa; Abdul Kadir Muhammad, 2006,

"Hukum Perjanjian" , alumni, Cet.3, Sinar Grafika, Jakarta.

Soerjono Soekanto, I986, Pengantar Penelitian Hukum, Ul-Press, Jakarta.

Zaeni Asyhadie, SH, 2005, Hukum Bisnis Prinsip Dan Pelaksanaanya di

Indonesia, Rajawali Pers, Bandung.