PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai,...

152
PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP STRESS PSIKOLOGIS PADA ASUHAN KEPERAWATAN Ny.L DENGAN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SOEDIRAN MANGUN SOEMARSO WONOGIRI Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan Disusun Oleh: Winda Fitriani NIM P13126 PROGRAM STUDI DIPLOMA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016

Transcript of PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai,...

Page 1: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP

STRESS PSIKOLOGIS PADA ASUHAN KEPERAWATAN

Ny.L DENGAN DIABETES MELITUS TIPE 2

DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SOEDIRAN

MANGUN SOEMARSO WONOGIRI

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

Disusun Oleh:

Winda Fitriani

NIM P13126

PROGRAM STUDI DIPLOMA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2016

Page 2: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Winda Fitriani

NIM : P13126

Program studi : DIII Keperawatan

Judul karya ilmiah :Pemberian Relaksasi Otot Progresif Terhadap Stress

Psikologis pada Ny.L dengan Diabetes Melitus Tipe 2 di

Rumah Sakit Umum Dr. Soediran Mangun Soemarso

Wonogiri.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini

benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihkan tulisan

atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila kemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas akhir ini adalah

hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai

dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta, 26 April 2016

Winda Fitriani

NIM. P13126

Page 3: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

Nama : Winda Fitriani

NIM : P13126

Program Studi : D III Keperawatan

Judul :Pemberian Relaksasi Otot Progresif Terhadap Stress

Psikologis pada Ny.L dengan Diabetes Melitus Tipe 2

di Rumah Sakit Umum Dr. Soediran Mangun

Soemarso Wonogiri.

Telah disetujui untuk diaplikasikan di.Rumah Sakit.

Ditetapkan di : Surakarta

Hari/Tanggal : 18 Desember 2015

Pembimbing :Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep.,Ns.,M.Kep ( )

NIK.201185071

Page 4: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

ii

Page 5: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena

berkat, rahmat dan karunianya, sehingga penulis mampu menyelesaikan karya

tulis ilmiah yang berjudul “ Pemberian relaksasi otot progresif terhadap stress

psikologis pada Ny.L dengan diabetes melitus tipe 2 di ruang Teratai Rumah Sakit

Dr.Soemarso Wonogiri”.

Dalam penyusuhan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapatkan

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi - tingginya

kepada yang terhormat :

1. Ns. Wahyu Rima Agustin M. Kep, selaku Ketua STIKES Kusuma Husada

Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu di

STIKES Kusuma Husada Surakarta.

2. Ns. Meri Okatriani M. Kep, selakuKetua Program Studi DIII Keperawatan

yang telah memberikan kesempatan untuk menimba di STIKES Kusuma

Husada Surakarta.

3. Ns. Alfyana Nadya R. M. Kep, selaku Sekretaris Program Studi DIII

Keperawatan yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk dapat

menimba ilmu di STIKES Kusuma Husada Surakarta.

4. Ns. Fakhrudin Nasrul Sani, M. Kep selaku dosen pembimbing sekaligus

sebagai penguji yang telah membimbing penulis dengan cermat, memberikan

Page 6: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

iv

masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam membimbing serta

memfasilitasi penulis demi kesempurnaan studi kasus ini.

5. Ns. Joko Kismanto, S. Kep selaku dosen penguji yang telah membimbing

dengan cermat, membimbing penulis dengan cermat, memberikan masukan-

masukan ,inspirasi, perasaan nyaman dalam membimbing serta memfasilitasi

penulis demi kesempurnaan studi kasus ini.

6. Semua dosen program studi DIII Keperawtan STIKES Kusuma Husada

Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya

serta ilmu yang bermanfaat.

7. Kedua orang tuaku (Suharno dan Ngatini) berserta adik (Erika novianti) yang

selalu memberikan kasih sayang, dukungan dan do’a serta menjadi inspirasi

dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan DIII

Keperawatan.

8. Mahasiswa satu angkatan khususnya kelas 3B Program studi DIII

Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang

tidak mampu penulis sebutkan satu persatu yang memberikan dukungan.

Semoga laporan karya tulis ilmiah ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

keperawatan dan kesehatan. Amin

Surakarta, Mei 2016

Penulis

Page 7: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

v

DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................. i

Surat Pernyataan Keaslian Tulisan .................................................................. ii

Lembar Persetujuan ......................................................................................... iii

Kata Pengantar ................................................................................................ iv

Daftar Isi .......................................................................................................... vi

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang ................................................................................ 1

B. Tujuan Penulisan ............................................................................ 4

C. Manfaat Penulisan .......................................................................... 5

Bab II Landasan Teori

A. Diabetes Melitus ............................................................................. 6

B. Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus ........................................... 20

C. Stress dan Diabetes Melitus ............................................................ 28

D. Relaksasi Otot Progresif .................................................................. 31

E. Kerangka Teori Penelitian .............................................................. 41

Bab III Metode Penyusunan Aplikasi Riset

A. Subjek Aplikasi Riset ..................................................................... 42

B. Tempat dan Waktu .......................................................................... 42

C. Prosedur Tindakan .......................................................................... 42

D. Alat Ukur Evaluasi dari Aplikasi Tindakan Berdasarkan Riset ..... 48

Bab IV Laporan Kasus

Page 8: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

vi

A. Pengkajian ...................................................................................... 51

B. Rumusan Masalah Keperawatan .................................................... 61

C. Intervensi Keperawatan .................................................................. 63

D. Implementasi Keperawatan ............................................................ 70

E. Evaluasi .......................................................................................... 80

Bab V Pembahasan

A. Pengkajian ...................................................................................... 90

B. Perumusan Masalah ........................................................................ 93

C. Intervensi Keperawatan .................................................................. 99

D. Implementasi .................................................................................. 104

E. Evaluasi .......................................................................................... 115

Bab IV Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan ..................................................................................... 125

B. Saran ............................................................................................... 129

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................

LAMPIRAN ..............................................................................................................

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................................

Page 9: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

ii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori ................................................................................. 43

Gambar 4.1 Genogram ......................................................................................... 56

Page 10: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

ii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Usulan Judul Aplikasi Jurnal

Lampiran 2. Lembar konsultasi Karya tulis Ilmiah

Lampiran 3. Surat Pernyataan

Lampiran 4. Jurnal Utama

Lampiran 5. Asuhan Keperawatan

Lampiran 6. Lembar Observasi Aplikasi Jurnal

Lampiran 7. Log Book

Lampiran 8. Format Pendelegasian

Lampiran 9. Lembar Satuan Acara Penyuluhan

Lampiran 10. Lefleat diet DM

Lampiran 11. Langkah Relaksasi Otot Progresif

Lampiran 12. Quisoner Diabetes Distress Scale

Lampiran 13. Daftar Riwayat Hidup

Page 11: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik

yang prevalensinya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Diabetes melitus

didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis

dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah

(hiperglikemia) disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan

protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin

dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel

beta langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya

sel-sel tubuh terhadap insulin (Dipiro dkk, 2008).

Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit Non-

Communicable Disease (penyakit tidak menular) yang paling sering terjadi di

dunia. DM merupakan penyakit kronik yang terjadi akibat pankreas tidak

mampu menghasilkan insulin yang cukup atau ketika tubuh tidak dapat secara

efektif menggunakan insulin tersebut. Hal ini akan menyebabkan peningkatan

konsentrasi glukosa dalam darah atau hiperglikemia (WHO, 2011).

DM dapat menyebabkan dehidrasi seluler, keluarnya glukosa dalam

urin yang menyebabkan diuresis osmotik oleh ginjal. Kondisi ini

menyebabkan manifestasi poliuri (pengeluaran urin secara berlebihan),

polodipsi(minum secara berlebihan), dan polifagi yang disebabkan oleh

1

Page 12: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

2

kegagalan metabolisme glukosa oleh tubuh yang menyebabkan penurunan

berat badan dan kecenderungan makan secara berlebihan. Manifestasi ini

merupakan gejala khas diabetes melitus (ADA, 2012).

(DM) merupakan salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu

mengalami peningkat setiap tahun di negara-negara seluruh dunia.

Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

prevalensi global penderita DM pada tahun 2012 sebesar 8,4 % dari populasi

penduduk dunia, dan mengalami peningkatan menjadi 382 kasus pada tahun

2013. IDF memperkirakan pada tahun 2035 jumlah insiden DM akan

mengalami peningkatan menjadi 55% (592 juta) di antara usia penderita DM

40-59 tahun. Indonesia merupakan negara urutan ke 7 dengan kejadian

diabetes mellitus tertinggi dengan jumlah 8,5 juta penderita setelah Cina (98,4

juta), India (65,1 juta), Amerika (24,4 juta), Brazil (11,9 juta), Rusia (10,9

juta), Mexico (8,7 juta), Indonesia (8,5 juta) Jerman (7,6 juta), Mesir (7,5

juta), dan Jepang (7,2 juta) (IDF, 2013).

Hasil Riskesdas tahun 2007 prevalensi DM adalah 1,1% dan pada

riskesdas 2013 meningkat menjadi 2,1%. Prevalensi diabetes melitus

tergantung insulin di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 sebesar 0,06

lebih rendah dibanding tahun 2011 (0,09%). Prevalensi tertinggi adalah

Kabupaten Semarang sebesar 0,66%. Sedangkan prevalensi kasus DM tidak

tergantung insulin lebih dikenal dengan DM tipe II, mengalami penurunan

dari 0,63% menjadi 0,55% pada tahun 2012. Prevalensi tertinggi adalah Kota

Page 13: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

3

Magelang sebesar 7,93%. (Profil Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah,

2012).

Penderita DM harus mengalami banyak perubahan dalam hidupnya,

mulai dari olah raga, kontrol gula darah, minum obat, dan pembatasan diet

yang harus dilakukan secara rutin sepanjang hidupnya. Perubahan hidup yang

mendadak membuat penderita DM menunjukkan beberapa reaksi psikologis

yang negatif seperti marah, merasa tidak berguna, kecemasan yang

meningkat, dan stres. Pengalaman stres klien sebelum dan selama terapi

berpengaruh terhadap keterlibatan terapi. Tingkat stres telah dikaitkan dengan

rendahnya tingkat keterlibatan dan kesulitan membentuk aliansi terapeutik

yang kuat dan kemudian berpengaruh terhadap tingginya tingkat drop out

terapi pada populasi yang mengalami stres (Knerr, 2009).

Selama kurun waktu dua dekade terakir ini asuhan keperawatan pasien

DMT2 dilakukan dalam konteks kolaborasi farmakologi (smaltzer &

bare,2008), padahal perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan

diharapkkan mampu memberikan asuhan keperawatan secara mandiri dalam

konteks nonfarmakologi. Beberapa penelitian menunjukan bahwa pendekatan

nonfarmakologis diantaranya latihan relaksasi merupakan intervensi yang

dapat dlakukan pada pasien DM (Smeltzer & Bare, 2008)

Relaksasi merupakan salah satu teknik pengelolaan diri yang

didasarkan pada cara kerja sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Terapi

relaksasi ini ada bermacam-macam, salah satunya adalah relaksasi otot

progresif (Progressive Muscle Relaxattion (PMR)). Relaksasi ini sering

Page 14: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

4

dilakukan karena terbukti efektif mengurangi kecemasan dan ketegangan.

Dari hasil penelitianya menyebutkan bahwa PMR mampu menurunkan

kecemsan dan meningkatkan kualitas hidup pasien yang mengalami dialisis

(Yildirim dan Fadiloglu, 2006).

Penelitian Resti (2014), menyebutkan bahwa relaksasi otot progresif

dapat memberikan efek psikologis. Setelah melaksanakan relaksasi otot

progresif klien menjadi lebih tenang dalam berfikir dan klien dapat mengelola

stres dan pernafasannya. Relaksasi dapat mengurangi ketegangan subjektif

dan berpengaruh terhadap proses fisiologis lainnya. Relaksasi otot berjalan

bersama dengan respons otonom dari saraf parasimpatis. Relaksasi otot

berjalan bersama dengan relaksasi mental. Perasaan cemas subjektif dapat di-

kurangi atau dihilangkan dengan sugesti tidak langsung atau menghapus dan

menghilangkan komponen otonomik dari perasaan itu.

Hasil penelitian Moyad (2009), menjelaskan relaksasi otot progresif

merupakan salah satu cara dalam manajemen stress yang merupakan salah

satu bentuk mind-body therapy (terapi pikiran dan otot-otot tubuh) dalam

terapi komplementer. Relaksasi otot progresif ini mengarahkan perhatian

pasien untuk membedakan perasaan yang dialami saat kelompok otot

dilemaskan dan dibandingkan dengan ketika otot dalam kondisi tegang,

dengan demikian diharapkan klien mampu mengelola kondisi tubuh terhadap

stres. Kemampuan mengelola stres ini akan berdampak pada kestabilan emosi

klien. Pelatihan relaksasi otot progresif yang diberikan perawat merupakan

salah satu bentuk dari suportif edukatif, yaitu sistem bantuan yang diberikan

Page 15: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

5

agar pasien mampu melakukan perawatan diri secara mandiri. Relaksasi otot

progresif termasuk dalam pilar penyuluhan atau edukasi dalam pengelolaan

DM. Pelatihan relaksasi otot progresif pada pasien DM diharapkan dapat

meningkatkan kemampuan pasien DM dalam mengelola stress yang dialami

sehingga klien mampu melakukan perawatan diri dengan baik dan risiko

komplikasi yang ditimbulkan dapat dikurangi (Moyad, 2009).

Berdasarkan yang telah diuraikan diatas, maka penulis tertarik untuk

menyusun Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Pemberian Relaksasi Otot

Progresif Terhadap Stress Psikologis pada Pasien dengan Diabetes Melitus

Tipe 2”.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Dr.Soediran

Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain

mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah ada di rumah

sakit dan biasanya diberikan kepada pasien yang mengalami kecemasan serta

sulit tidur, namun belum terlaksanakan di bangsal Teratai karena beberapa

hal. Hasil penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa relaksasi otot progresif

yang efektif dilakukan sebanyak 6 kali dalam 6 hari memberikan pengaruh

yang signifikan terhadap penurunan tingkat kecemasan, stress dan gangguan

tidur pada pasien serta meregangkan otot yang tegang. Berdasarkan hal

tersebut penulis merasa tertarik untuk melakukan pengolahan kasus stress

psikologis pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan menerapkan intervensi

latihan relaksasi otot progresif sebagai bentuk aplikasi riset yang kemudian

dituangkan pada sebuah karya tulis ilmiah berjudul ” Pemberian relaksasi otot

Page 16: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

6

progresif terhadap stress psikologis pada Ny.L dengan Diabetes Melitus Tipe

2 di ruang teratai Rumah Sakit Umum Dr. Soediran Mangun Soemarso

Wonogiri”.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umm

Mengaplikasikan tindakan pemberian relaksasi otot progresif terhadap

stress psikologis pada pasien diabetes melitus tipe 2

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian terhadap Ny.L dengan

Diabetes Melitus tipe 2.

b. Penulis mampu merumuskan diagosa keperawatan pada Ny.L

dengan Diabetes Melitus tipe 2.

c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan pada Ny.L

dengan Diabetes Melitus tipe 2.

d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Ny.L dengan

Diabetes Melitus tipe 2.

e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Ny.L dengan Diabetes

Melitus tipe 2.

f. Penulis mampu menganalisa hasil pemberian relaksasi otot progresif

pada Ny.L dengan Diabetes Melitus tipe 2.

Page 17: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

7

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis

Menambah wawasan dalam memberikan asuhan keperawatan pada

pasien dengan Diabetes Melitus tipe 2

2. Bagi Pendidikan

Manfaat penulisan ini dimaksudkan memberikan konstribusi laporan

kasus bagi pengembangan praktik keperawatan dan pemecahan masalah

dalam bidang atau profesi keperawatan

3. Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak rumah sakit untuk membuat

kebijakan dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan asuhan

keperawatan pada pasien dengan Diabetes ilitus tipe 2.

4. Bagi tenaga kesehatan

Sebagai bahan masukan khususnya untuk perawat dalam memberikan

asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien yang mengalami

penyakit Diabetes Militus tipe 2.

Page 18: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Diabetes Melitus

1. Definisi

Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada

seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat

kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Soegondo, 2009)

Diabetes Melitus merupakan kelompok penyakit metabolik yang

di karakteristikan oleh tingginya kadar glukosa dalam darah

(hiperglikemia) karena kelainan sekresi insulin, kelainan kerja insulin,

atau kombinasi keduanya (Smeltzer & Bare, 2008; Robbins, 2007;

Gustavivani, 2006). Diabetes melitus tipe 2 dikarakteristikan oleh adanya

hiperglikemia, resistensi insulin, dan adanya penglepasan glukosa hati

yang berlebihan (Ilyas, 2009).

Menurut kriteria diagnostik PERKENI (Perkumpulan

Endrokrinologi Indonesia) 2006, seseorag dikatakan menderita diabetes

jika memilik kadar gula darah puasa > 12mg/dL dan pada tes suwaktu

>200 mg/dL. Kadar gila darah sepanjang hari bervariasi dimana akan

meningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam.

2. Klasifikasi

Klasifikasi diabetes melitus dan penggolongan glukosa menurut Riyadi

(2008) antara lain:

8

Page 19: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

9

a. Insulin Independent Diabetes Melitus (IDDM) atau DM tipe 1

Defisiensi insulin karena kerusakan sel-sel langerhans yang

berhubungan dengan tipe HLA (Human Leucocyte Antigen) pesifik.

Predisposisi pada insulin fenomena autoimun (cenderung ketosis dan

terjadi pada semua usia muda). Kelainan ini terjadi karena kerusakan

sistem imunitas (kekebalan tubuh) yang kemudian merusak pulau

langerhans di pankreas. Kelainan berdampak pada penurunan fungsi

insulin.

b. Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) atau DM Tipe 2

Terjadi karena kombinasi dari kecacatan dalam produksi

insulin yang melibatkan reseptor insulin di membran sel, pada tahap

awal abnormalitas yang paling utama adalah berkurangnya

sensitifitas terhadap insulin, yang ditandai dengan meningkatnya

kadar insulin dalam darah. Diabetes melitus tipe 2 pada umumnya

lebih bersifat genetik tipe ini mencakup lebih dari 90% dari semua

populasi diabetes. Pada penderita yang obesitas, kelainan primernya

adalah resistensi insulin di jaringan perifer seperti otot dan lemak

sehingga terjadi peningkatan kebutuhan insulin. Sedangkan pada

penderita yang non obesitas kelainan primernya berupa kerusakan

sel beta dan kelainan sekundernya di jaringan perifer.

c. Tipe spesifik lain

DM yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu

hiperglikemik terjadi karena penyakit lain, seperti:

Page 20: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

10

1) Defek genetik pada funngsi sel β

2) Defek genetic pada kerja insulin

3) Penyakit eksokrin pankreas

4) Endokrinopati

5) Diinduksi obat atau zat kimia

6) Infeksi

7) Bentuk tidak lazim dari immune mediated DM

8) Sindrom genetik lain,yang kadang berkaitan degan DM

d. Dm Gastrointestinal

Merupakan intoleransi glukosa yang trejadi selama

kehamilan. Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme

endokrin dan karbohidrat yang menunjang pemanasan makanan bagi

janin serta persiapan menyusui. Menjelang aterm, kebutuhan insulin

meningkat mencapai 3 kali lipat dari keadaan normal. Bila seorang

ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin sehingga relatif

hipoinsulin maka mengakibatkan hiperglikemi. Resisten insulin juga

disebabkan oleh adanya hormon estrogen, progesteron, prolaktin dan

plasenta laktogen. Hormon tersebut mempengaruhi reseptor insulin

pada sel sehingga mengurangi aktivitas insulin.

3. Etiologi

Penyebab dari diabetes melitus menurut Pudiastuti (2013), antara lain :

a. Faktor Keturunan

Page 21: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

11

Keturunan merupakan faktor yang tidak dapat diubah, tetapi

faktor lingkungan yang berkaitan dengan gaya hidup seperti kurang

berolahraga dan asupan nutrisi yang berlebihan serta kegemukan

merupakan faktor yang dapat diperbaiki.

b. Nutrisi

Merupakan faktor yang penting untuk timbulnya DM tipe 2.

Gaya hidup yang keberat-beratan dan hidup santai serta panjangnya

angka harapan hidup merupakan faktor yang meningkatkan

prevalensi DM.

c. Kadar kortikosteroid yang tinggi.

d. Kehamilan diabetes gestasional, akan hilang setelah melahirkan.

e. Obat-obatan yang merusak pancreas.

f. Racun yang mempengaruhi pembentukan efek dari insulin.

g. Diabetes terjadi jika tubuh tidak menghasilkan insulin yang cukup

untuk mempertahankan kadar gula darah yang normal atau jika sel

tidak memberikan respon yang tepat terhadap insulin.

4. Patofisiologi

Seperti suatu mesin,badan memerlukan bahan untuk membentuk

sel yang rusak. Disaping itu bada juga memerlukan energi supaya sel

badan dapat berfungsi dengan baik. Energi pada mesin berasal dari bahan

bakaar yaitu bensin. Pada manusia bahan bakar itu berasal dari bahan

makanan yang kita makan sehari-hari yang terdiri dai karbohidrat (gula

dan tepung-tepung), rotein (asam amino) dan lemak (asam lemak).

Page 22: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

12

Pengolahan bahan makanan di mulai di mulut kemudian ke

lambung dan selanjutnya ke usus, di dalam saluran pencernaan itu

makanan dipecah menjadi bahan dasar dari makanan itu. Karbohidrat

menjadi glukosa, protein menjadi asam amino dan lemak menjadi asam

lemak. Ketiga zat makanan itu akan diserap oleh usus kemudian masuk

kedalam pembuluh darah dan akan diedarkan ke seluruh tubuh untuk

dipergunakan oleh organ-organ di dalam tubuh sebagai bahan bakar.

Supaya berfungsi sebagai bahan bakar, zat makanan itu harus

masuk dulu ke dalam sel supaya dapat diolah. Zat makanan terutama

glukosa dibakar di dalam melalui proses kimia yag rumit yang hasil

akhirnya adalah energi. Proses ini disebut metabolisme, dalam proses

metabolisme itu insulin memegang peran yang sangat penting yaitu

bertugas memasukan glukosa ke dalam sel untuk selanjutnya dapat

digunakan sebagai bahan bakar. Insulin ini adalah hormon yang di

keluarkan oleh sel beta pankreas.

Kadar insulin dalam keadaan normal yang ada pada permukaan

sel otot kemudian membuka pintu masuk sel sehingga glukosa dapat

masuk sel untuk kemudian membuka di bakar menjadi energi atau

tenaga. Akibatnya glukosa dalam darah normal. Pasien diabetes dimana

didapatkan jumlah insulin yang kurang atau pada keadaan kualitas

insulinya tidak baik (resistensi insulin), meskipun insulin ada dan

reseptor juga ada, tapi karena ada kelainan di dalam sel itu sendiri pintu

masuk sel tetap tidak dapaat terbuka dan tetap tertutup sehingga glukosa

Page 23: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

13

tidak dapat masuk sel untuk dibakar (dimetabolisme). Akibatnya glukosa

tetap berada di luar sel,sehingga kadar glukosa dalam darah meningkat

(Courwin, 2009)

5. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik DM tipe dua berhubungan dengan defisiensi

relatif insulin. Akibat defisiensi insulin ini pasien tidak dapat

mempertahankan kadar glukosa darah normal. Apabila hiperglikemia

melebihi ambang ginjal (kurang lebih 180mg/dl), maka akan timbul

tanda dan gejala glukosuria yang akan menyebabkan diuresis osmotik.

Akibat diuresis osmotik akan meningkatkan pengeluaran urin (poliuri),

timbul rasa haus yang menyebabkan banyak minum (polidipsi), pasien

juga akan banyak makan (polifagi) akibat katabolisme yang dicetuskan

oleh defisinsi insulin dan pemecahan protein serta lemak. Karena glukosa

hilang bersama urin, maka pasien mengalami keseimbangan kalori

negatif, akibatnya berat badan menurun. Pasien juga meengalami gejala

lain seperti keletihan, kelemahan, tiba-tiba terjadi perubahan pandangan,

kebas pada tangan atau kaki, kulit kering, luka yang sulit sembuh dan

sering muncul infeksi (Price & Wilson, 2006; smeltzer & Bare, 2008;

Soegondo, 2009).

6. Faktor Resiko

Menurut Dunning (2003), dalam Mashudi (2011), faktor resiko DM tipe

dua yaitu:

a. Obesitas (gemuk) atau berat badan lebih

Page 24: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

14

b. Prediabetes (glukosa darah puasa atau sesudah makan melebihi

normal atau toleransi glukosa terganggu)

c. Melahirkan bayi lebih dari 4kg

d. Mempunyai saudara, orang tua atau keluarga dengan DM

e. Usia diatas 45 tahun

f. Mempunyai tekanan darah tinggi kolesterol tinggi

7. Pemeriksaan doagnostik

Menurut Shahab (2006), pemeriksaan diagnostik DM terdiri dari:

a. Pemeriksaan darah

1) Pemeriksaan kadar serum glukosa

a) Gula darah puasa: glukosa lebih dari 120 mg/dL pada 2 kali

tes.

b) Gula darah dua jam pp: 200 mg/dL

c) Gula darah sewaktu: lebih dari 200mg/Dl

2) Tes toleransi glukosa

Nilai darah diagnostik: kurang dari 140 mg/dL dan hasil 2 jam

serta satu nilai lain dari 200 mg/dL setelah beban glukosa 75 gr.

3) HbA1C

> 8% mengindikasikan DM yang tidak terkontrol.

b) Pemeriksaan kadar glukosa urin

Pemeriksaan ini untuk mengetahui kerja dan kondisi ginjal karena

pada keadaan DM kadar glukosa darah tinggi sehingga dapat merusak

Page 25: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

15

kapiler dan glomerolus ginjal yang mengakibatkan gagal ginjal.

Pemeriksaan reduksi urin dengan cara benedic atau menggunakan

enzim glukosa.

Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urin yaitu:

0 = Berwarna biru, negatif, tidak ada glukosa, bukan DM

1 = berwarna hijau, ada sedikit glukosa, belum pasti DM atau

stadium dini

2 = Berwarna orange, ada glukosa, jika pemeriksaan kadar glukosa

darah mendukung atau sinergis, maka termasuk DM

3 = Berwarna orange tua, ada glukosa, positif DM

4 = Berwarna merah pekat, bnayak glukosa, DM kronik

c) Kultur Pus

Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang

sesuaidengan jenis kuman

8. Penatalaksanaan DM

Penatalaksanaan pasien DM meliputi penatalaksanaan non

farmakologis danpenatalaksanaan farmakologis. Langkah pertama yang

gunakan adalah dengan penatalaksanaan non farmakologis berupa:

edukasi, perencanaan makan, kegiatan jasmani, penurunan berat badan.

Jika penatalaksanaan non farmakologis belum bisa mencapai sasaran

untuk pengendalian DM maka dilanjutkan dengan menggunakan obat

atau penatalaksanaan farmakologis berupa insulin dan obat anti

Page 26: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

16

hyperglikemia oral (OHO). Menurut Soegondo, Soewondo & Subekti,

(2007); Smeltzer & Bare (2008) penatalaksanaan pasien DM terbagi

menjadi 4 pilar utama yaitu :

a. Edukasi

DM merupakan penyakit kronik, yang membutuhkan

pengaturan perilaku khusus sepanjang hidup. Berbagai faktor dapat

mempengaruhi pengendalian DM seperti aktivitas fisik, stress, emosi

dan fisik sehingga pasien harus belajar untuk menyeimbangkan

berbagai faktor tersebut. Pasien harus belajar tentang keterampilan

merawat diri untuk mencegah fluktuasi akut kadar glukosa darah.

Pasien juga harus bekerjasama untuk perubahan gaya hidup guna

mencegah terjadinya komplikasi jangka panjang DM.

Edukasi DM adalah pendidikan dan pelatihan mengenai

pengetahuan dan keterampilan bagi pasien DM guna menunjang

perubahan perilaku, meningkatkan pemahaman pasien tentang

penyakitnya, sehingga tercapai kesehatan yang optimal, penyesuaian

keadaan psikologis dan peningkatan kualitas hidup. Program

penyuluhan terstruktur pada penderita DM terbagi dalam empat kali

pertemuan dalam empat minggu, disetiap pertemuan dilakukan

selama 90-120 menit. Metode yang digunakan adalah metode

ceramah, tanya jawab dan simulasi. Materi edukasi pada pasien DM

meliputi: pengetahuan tentang patofisiologi penyakit, komplikasi dan

pencegahannya, diet dan olahraga. OHO dan insulin, perawatan kaki,

Page 27: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

17

kontrol teratur, penanganan hypo dan hyperglikemia, pemeriksaan

gula darah mandiri (Smeltzer & Bare, 2008).

b. Diet DM

1) Prinsip diet DM : mengembalikan ke normalweight

2) Macam diet DM : A, B, B1, B2, B3, Be, M

a) Diet B :

(1) Pendrita DM tidak tahan lapar

(2) Hiperkolesterol

(3) Mikro dan makroangiopati

(4) DM lebih 15 tahun

b) Diet B1

(1) Underweight ( berat badan menurun)

(2) DM dengan kebutuhan protein mningkat : dengan KP,

kehamilan,infeksi,kebisaan makan protein meningkat

c) Diet B2, B3, Be :

(1) Be : neropati diabetik

(2) B2 : stadium II (creatinin 2,5 – 4)

(3) B3 : Stadium III (creatinin lebih dari 10)

c. Latihan jasmani atau olahraga

Manfaat olah raga bagi pasien DM: meningkatkan kontrol

gula darah, menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler ( jika

dilakukan minimal 30 menit, 3-4 kali dalam satu minggu sampai HR

Page 28: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

18

mencapai 220-umur/menit), menurunkan berat badan, menimbulkan

kegembiraan.

Sebelum melakukan olah raga, pasien DM melakukan

evaluasi medis. Diidentifikasi kemungkinan adanya masalah mikro

dan makroangiopati yang akan bertambah buruk dengan olah raga.

Jenis olah raga yang dianjurkan pada pasien DM yaitu olahraga yang

bersifat rekreasional maupun profesional. Hindari olah raga dengan

kontak tubuh. Latihan jasmani lain yang dapat dilakukan berupa

senam dan masase kaki. Informasi yang perlu disampaikan pada

pasien sebelum melakukan olahraga adalah: cek gula darah sebelum

olah raga, cek apakah butuh tambahan glukosa, hindari dehidarasi,

minum 500 cc, diperlukan teman selama berolah raga, pakai selalu

tanda pengenal sebagai diabetisi, selalu bawa makanan sumber

glukosa cepat: permen, jelly, makan snack sebelum mulai, jangan

olah raga jika merasa ‘tak enak badan’ dan gunakan alas kaki yang

baik.

d. Obat DM

1) Insulin

Indikasi insulin:

a) DM tipe I

b) DM tipe 2 dan keadaan tertentu

(1) Penurunan BB yang cepat

(2) Hiperglikemi berat yang disertai ketosis

Page 29: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

19

(3) KAD (ketoacidossis diabetik)

(4) Hiperglikemia dengan asidosis laktat

(5) Gagal dengan kombinasi OHO (Obat Hipoglikemik

Oral) dengan dosis hamper maksimal

(6) Stress berat (infeksi sistemik,fraktur,operasi

besar,IMA,stroke)

(7) Kehamilan

(8) Gangguan fungsi hati dan ginjal yang berat

(9) Kontraindikasi dan alergi OHO

Efek samping insulin

a) Imunologi: skin rash, alergi, demam, syok anafilaktik,

resistensi insulin

b) Non imunologi: hipoglikemi, lipodistropi, infeksi suntikan,

edema insulin, aterosklerosis

2) Obat Hipogikemik Oral

Digolongkan berdasarkan cara kerjanya: pemicu sekresi

insulin atau secretagogue (sulfonilurea dan glinit), penambah

sensitifitas terhadap insulin: metformin dan tiazolidindion,

penghambat absorbsi glukosa, penghambat oksidase alfa.

a) Sulfonil urea

(1) Bekerja dengan cara meningkatkan sekresi insulin

(2) Semua sulfonilurea meningkatkan berat badan dan

berisiko menyebabkan hipoglikemi

Page 30: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

20

(3) Menurunkan GDP sampai 50–70 mg/dl dan

menurunkan HbA1c sampai 0.8–1.7%

(4) Semua obat menyebabkan hipoglikemi berat, maka

dosis yang diberikan sekecil mungkin dan harus

dimonitor GDP sampai 110-140 mg/dL.

(5) Generasi pertama (tolbutamide, acetohexamide,

tolazamide, dan chlorpropamide)

(6) Sudah tidak digunakan lagi (terutama di US) karena

meningkatkan reaksi obat dengan obat lain.

(7) Sangat kuat efek hipoglikeminya (chlorpropamide):

hanya dimetabolisme sebagian sisa obat dapat

terakumulasi pada ginjal sehingga pada pasien

gangguan ginjal menyebabkan hipoglikemi memanjang

dan berat.

b) Biguanid

(1) Mekanisme kerja terutama menurunkan pengeluaran

glukosa hati.

(2) Mampu meningkatkan sensitifitas terhadap insulin

dengan meningkatkan aktifitas reseptor insulin tirosin

kinase, meningkatkan sistesis glikogen dan

meningkatkan transport glukosa transporter ke dalam

plasma membran. Contoh: metformin mampu

Page 31: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

21

menurunkan GDP sampai 50–70 mg/dl dan HbA1c

sampai 1.4–1.8%.

(3) Tidak begitu berbahaya dalam menyebabkan

hipoglikemi

(4) Efek samping yang sering terjadi: ketidak nyamanan

GI dan mual. Hampir 0.03 kasus/1,000 pasien-tahun,

mengalami asidosis laktat terutama pada pasien yang

mengalami renal insufisiensi dan gangguan hati

(5) Metformin tidak direkomendasikan untuk pasien

dengan kreatinin >1.5 mg/dl.

(6) Baik digunakan bagi pasien gemuk.

9. Komplikasi

Komplikasi diabetes melitus tipe I dan II dapat di golongkan menjadi

komplikasi akut dan komplikasi kronik yaitu :

a. Komplikasi akut

1) Ketosiadosis diabetik

Komplikasi akut diabetes tipe 1 yang ditandai dengan perburukan

semua gejala diabetes, ketosiadosis diabetik dapat terjadi setelah

stress. Fisik seperti kehamilan atau penyakit akut atau trauma

2) Coma non ketoktikhiperglikemia hiperosmolar

Komplikasi akut yang dijumpai pada pengidap diabetees tipe 2

karena diabetes tipe 2 dapat mengalami hiperglikemia berat

Page 32: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

22

dengan kadar glikosa lebih dari 300mg/dL. Biasanya dijumpai

pada lansia pengidap diabetes sudah mengkonsumsi makana

tinggi karbohidrat.

3) Hipoglikemia

Pengidap diabetes tipe 1 dapat mengalami komplikasi akibat

hipoglikemia setelah injeksi insulin. Gejala yang mungkin terjadi

adalah hilangnya kesadaran.

b. Komplikasi jangka panjang

1) Sisten kardiovaskuler

Terjadinya kerusakan mikrovaskuler di atriol kecil, kapiler,

venula. Kerusakan makrivaskuler terjadi di arteri besar dan

sedang.

2) Gangguan penglihatan

Meliputi retinopati, atau kerusakan pada retina karena tidak

mendapatkan oksigen.

3) Sistem saraf perifer hiperglikemia, termasuk hiprglikolosisasi

protein yang menyebabkan fungsi saraf

4) Ulkus atau gangren atau kaki diabetik (Corwin, 2009)

B. Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus

1. Pengertian

Asuhan keperawatan adalah kegiatan profesional perawat

dinamis, membutuhkan kreatifitas dan rentang kehidupan dan keadaan.

Page 33: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

23

Adapun tahap dalam melakukan keperawatan itu yaitu : pengkajian,

diagnosa keperawatan, rencana, implementasi, evaluasi. (Universitas

pembangunann nasional veteran, 2006)

2. Pengkajian

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang

bertujuan unttuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien,agar

dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan

kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial, dan

linkungan (Dermawan, 2012)

Menurut Dongoes (2002), fokus pengkajian pada klien dengan

gangguan sistem endokrin diabetes melitus di lakukan mulai dari

pengumpula data yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan, keluhan

utama,sifat keluhan,riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola

kegiatan sehari-hari, dan yang perlu dikaji pada pasien dengan diabetes

melitus :

a. Aktivitas dan Istirahat

Terdapat gejala lemah,letih, lesu, sulit bergerak atau berjalan, kram

otot, tonus otot menurun, gangguan tidur atau istirahat. Ditandai

adanya takikardi dan takipnea pada keadaan istirahat atau aktivitas,

koma, penurunan kekuatan otot.

b. Sirkulasi

Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan

paada ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, ulkus pada kaki.

Page 34: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

24

Ditandai adanya takikardi, perubahan tekanan darah postural,

hipertensi, nadi yang menurun, kulit panas dan kering, kemerahan,

bola mata cekung.

c. Eliminasi

Poliuria, nokturia, nyeri atau kesulitan berkemih, ISK baruberulang,

nyeri tekan abdmen, diare. Urine encer, pucat, poliuri, urine

berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen keras, adanya asites, bising

usus melemah/menurun, hiperaktif (diare).

d. Nutrisi

Berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah, melanggar

diett (konsumsi karbohidrat/glukosa meningkat), haus ditandaai kulit

kering atau bersisik, distensi abdomen, muntah, nafas bau aseton.

e. Nyeri

Nyri/tegang abdoomen dotandai wajah meringis dengan palpitasi,

tampak sangat berhati-hati.

f. Neurosensori : adanya gejala pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas

kelemahan otot, parestesia, gangguan penglihatan. Ditandai adanya

disorientasi, mengantuk, gangguan memori, kacau mental, reflek

tendon menurun, kejang (tahap lanjut DKA)

g. Seksualitas

Adanyaa perbandingan pada daerah vagina, serta orgasme menurun

dan impoten pada pria.

h. Pernafasan

Page 35: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

25

Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa sputum,

frekuensi nafas meningkat.

i. Keamanan

Kulit kering, gatal, ulkus ditandai dengan demam, diaforesis,

laserasi, menurunya rentang gerak, parestesia atau paralis otot.

j. Integritas ego

Stress, tergantung pada orang lain, kecemasan, peka rangsang

3. Diagnosa keperawatan

Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi

berdasarkan Herdman (2011), maka diagnosa keperawatan yang mungkin

muncul pada klien diabetes melitus yaitu:

a. Gangguan nutrisi berhubungan dengan gangguan keseimbangan

insulin

b. Resiko dfisit cairan berhubugan dengan gejala poliuria dan dehidrasi

c. Nyeri kronis berhubungan dengan agen injuri biologis

d. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan kebutuhan pengobaatan

berhubungan dengan kurangnya interprestasi

e. Stress berlebihan berhubungan dengan stressor intens sakit kronis

4. Rencana keperawatan

a. Gangguan nutrisi berhubungan dengan gangguan keseimbangan

insulin

Tujuan:

1) Mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat

Page 36: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

26

2) Menunjukan tingkat energi

3) Berat badan stabil atau bertambah

Intervensi:

1) Tentukan program diet dan polaa makan pasien dan bandingkan

dengan makan yang daapaat dihabiskan pasien

2) Timbang berat setiap hari atau sesuai indikasi

3) Berikn pengobatan insulin secara teratur sesuai insikasi

Rasional:

1) Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan

terapiutik

2) Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat

3) Insulin regular memiliki awitan cepat dan karenanya dengan

cepat pula dapaat membaantu memindahkan glukosa ke dalam

sel

b. Resiko defisit cairan berhubungan dengan gejaala poliuria dan

dehidrasi

Tujuan: mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda

vitaal, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian

kapiler baik, urin tepat secara individu, dan elektrolit

dalam batas normal

Intervensi:

1) Observasi tanda-tanda vital

Page 37: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

27

2) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membrane

mukosa

3) Pantau masukan dan keluaran, catat berat jenis urin

4) Timbang berat badan setiap hari

5) Berikan terapi cairan sesuai indikasi

Rasional:

1) Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan

taakikardi

2) Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi atau volume sirkulasi

yang adekuat

3) Memberikan perkiraan kebutuhan cairan pengganti, fungsi ginjal

dan keefeektifan dari terapi yang ddiberikan

4) Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan

yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan

cairan pengganti

5) Tipe dan jumlah dari cairan tergatung pada deraajat kekurangan

caairan dan respon pasien secara individual.

c. Nyeri kronis berhubungan dengan agen injuro biologis

Tujuan: nyeeri kronis berkurang sampai dengan hilang

Kriteria:

1) Ekspresi wajah rileks

2) Skala nyeri 0-1

3) Tanda-tanda vital dalam bataas normal

Page 38: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

28

Intervensi:

1) Kaji nyeri P, Q, R, S, T

2) Ajarkan teknik relaksasi

3) Informasikan pada pasien bila nyeri timbul, ajarkan teknik

relaksasi

4) Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik

Rasional :

1) Mempengaruhi pilihan, keefektifan intervensi serta untuk

mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien

2) Mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien, menghilangkan

perhatian terhadap nyeri yang mungkin berlangsung lama

3) Agar pasien mengetahui bagaimana cara mengontrol nyeri

4) Untuk mempercepat kesemuhan melalui terapi obat

d. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan kebutuhan pengobatan

berhubugan dengan kurangnyainterprsentasi

Tujuan:

1) Mengunkapkan pemahaman tentang penyakit

2) Mengidentifikasi hubungan tanda dan gejala

Intervensi:

1) Diskusikan dengan pasien tentang penyakitnya

2) Dikusikan pentingnya melakukan evaluasi tentang dm

Rasional:

1) Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal

Page 39: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

29

2) Menurunkan kebingungan dan membantu untuk

mempertahankan kontak dengan realistis

3) Neuropati perifer dapat mengakibatkan resiko tinggi sehingga

terhadaap kerusaka kulit dengan gangguan keseimbangan

4) Melakukan tindakan senam selama 7 hari untuk mengatasi

sirkulasi darah

e. Stress berlebihan berhubungan dengan stressor intens sakit kronis

Tujuan:

1) Mengungkapkan penurunan perasaan kenyamanan

2) Mengunngkapan bahwa stress sudah berkurang

Intervensi:

1) Berikan teknik relaksasi otot progresif

2) Bina hubungan saling percaya dengan pasien

3) Ajarkan pada pasien cara mengungkapkkan emosi dengan baik

4) Bantu pasien untuk mengidentifikasi masalah atau situasi yang

menyebabkan timbulnya stress

Rasional:

1) Untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan pada pasien

2) Agar pasien mampu mengungkapkan masalahnya secara terbuka

kepada perawat

3) Untuk mengontrol emosi pasien dengan benar

4) Mengetahui faktor apa saja yang mencetuskan timbulnya stress

pada pasien

Page 40: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

30

C. Stress dan Diabetes Melitus

Stress adalah reaksi non spesifik manusia terhadap rangsangan atau

tekanan (stressor). Stress merupakan suatu reaksi adaptif, bersifat sangat

individual, sehingga suatu stress bagi seseorang belum tentu sama

tanggapanya bagi orang lain (Hartono, 2007). Stress diartikan sebagai kondisi

dimana kebutuhan tidak terpenuhi secara adekuat, sehingga menimbulkan

adanya ketidakseimbangan (Taylor dalam Gunawan, 2007). Lebih lanjut

Taylor mendeskripsikan stress sebagai pengalaman emosional negatif disertai

perubahan reaksi biokimiawi, fisiologis, kognitif dan perilaku yang bertujuan

untuk mengubah atau menyesuaikan diri terhadap situasi yang menyebabkan

stress (Gunawan & Sumadiono, 2007).

Stressor dibedakan menjadi tiga golongan yaitu: 1) stressor fisik atau

biologik seperti dingin, panas, infeksi, rasa nyeri, dan pukulan. 2) stressor

psikologis seperti rasa takut, khawatir, cemas, dan marah, dan 3) stressor

sosial budaya seperti menganggur, perceraian, dan perselisihan (Gunawan &

sumadiono, 2007).

Stress psikologis seperti infeksi dan pembedahan mempermudah

terjadinya hiperglikemia dan dapat mencetuskan terjdinya Dabetes

Ketoasidosis (DKA) atau Hiperglikemia Hiperosmolar Nonketonik Sindrom

(HHNS). Stress emosional (stres, kecemasan, depresi) yang terjadi akibat

tingginya kadar glukosa dalam darah dan komplikasi DMT2 bisa berdampak

negatif pada pasien (Smeltzer & Bare, 2008).

Page 41: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

31

Stress hormon yang mengarah pada peningkatan kadar glukosa darah

seperti epineprin, kortisol, glukagon, ACTH, kortikosteroid, dan tiroid akan

meningkat. Selain itu selama stress emosional, pasien DMT2 mengubah pola

kebiasaan makan, latihan, dan pengobatan. Hal ini tentunya dapat

memperburuk kondisi pasien (Smeltzer & Bare, 2008; Price & Wilson,

2006).

Stress menyebabkan epineprin bereaksi pada hati meningkatkan

konversi glukagon menjadi glukosa. Kortisol memiliki efek meningkatkan

metabolisme glukosa, sehingga asam amino, laktat, dan pirufat diubah di hati

menjadi glukosa (glukoneogenesis) yang akhirnya meningatkan kadar gula

darah. Glukagon meningkatkan kadar glukosa darah dengan cara

mengkonversi glikogen di hati menjadi glukosa. ACTH dan gluksteroid pada

korteks adrenal dapat meningkatkan pembentukan kadar glukosa darah

dengan meningkatkan pembentukan glukosa baru oleh hati. ACTH dan

glukokortikoid meningkatkan lipolisis dan katabolisme karbohidrat (smeltzer

& Bare, 2008; Price & Wilson, 2006).

Reaksi pertama dari respon stress adalah terjadinya sekresi sistem

saraf simpatis yang diikuti sekresi simpatis-adrenal-medular. Secara simultan

hipotalamus bekerja secara langsung pada sistem saraf otonom untuk

merangsang respon yang segera terhadap stress. Sistem otonom sendiri

diperlukan dalam menjaga keseimbangan tubuh. Sistem otonom terbagi dua

yaitu sistem simpatis dan parasimpatis (Price & wilson, 2006).

Page 42: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

32

Sistem simpatis bertaggung jawab terhadap adanya stimulus stress,

berupa peningkatan denyut jantung, nafas yang cepat, dan penurunan aktivitas

gastrointestinal. Sementara sistem parasimpatis membuat tubuh kembali ke

keadaan istirahat melalui penurunan denyut jantung, perlambatan pernafasan,

dan peningkatan aktivitas gastrointestinal. Perangsangan yang berkelanjutan

terhadap sistem simpatis menimbulkan respon stress yang berulang-ulang

dan menempatkan sistem otonom pada ketidakseimbangan. Untuk

kompensasi lebih lanjut sistem hipotalamus-pituitari akan diaktifkan (price &

Wilson, 2006; Smeltzer, 2008).

Hipotalamus mnstimulasi neuron-neurosektori untuk melepaskan

hormon CRH (Corticotropin-Releasing Hormne) ke hipofisis anterior melalui

sistem portal, hipofisis anterior melepaskan hormon antara lain yaitu ATCH

(Adrenocorticotropic Hormone) ke dalam sirkulasi. ACTH sebagai gantinya

meenstimulasi kelenjar adrenal, yaitu korteks andrenal untuk mensekresi

glukokortikoid (kortisol). Proses ini merupakan mekanisme umpan balik

negatif hipotalamus-hipofisis-korteks adrenal (Price & Wilson, 2006).

Kortisol ini selanjutnya akan meningkatkan konversi asam amino, laktat, dan

pirufat dihati menjadi glukosa melalui proses glukoneogenesis, namun karena

resistensi insulin, glukosa tidak bisa diambil oleh sel dari sirkulasi sehingga

kadarnya meningkat dalam darah ( Price & Wilson, 2006; Smeltzer, 2008).

Page 43: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

33

D. Relaksasi Otot Progresif

1. Definisi

Relaksasi otot progresif merupakan suatu metode untuk membantu

menurunkan tegangan sehingga otot tubuh menjadi rileks. Relaksasi otot

progresif bertujuan untuk menurunkan kecemasan, stress, otot tegang,

dan kesulitan tidur. Pada relaksasi ini perhatian pasien diarahkan untuk

membedakan perasaan yang dialami saat kelompok otot dilemaskan dan

dibandingkan ketika otot-otot dalam kondisi tegang (Alim, 2010).

Relaksasi otot progresif adalah salah satu cara yang mudah dan

sederhana serta sudah digunakan secara luas. Relaksasi otot progresif

merupakan suatu prosedur untuk mendapatkan relaksasi pada otot

melalui dua langkah yaitu dengan memberi tegangan pada suatu

kelompok otot, dan menghentikan tegangan tersebut kemudian

memusatkan perhatian terhadap bagaimana otot tersebut menjadi rileks,

merasakan sensasi rileks, dan ketegangan menghilang (Richmond, 2007).

2. Indikasi

Relaksasi merupakan salah satu bentuk mind-body therapy dalam

terapi komplementer dan alternatif (Cmplementary and alternative

therapy (CAM)). Terapi komplementer adalah pengobatan tradisional

yang sudah diakui dan dapat dipakai sebagai pendamping terapi

konvensional atau medis. Pelaksanaanya dapat dilakakan bersama

dengan terapi medis (Moyad & Hawks, 2009).

Page 44: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

34

Relaksasi otot progresif merupakan salah satu intervensi

keprawatan yang dapat diberikan kepada pasien DM untuk meningkatkan

relaksasi dan kemampuan pengelolaan diri. Latihan ini dapat membantu

mengurangi ketegangan otot, stress, menurunkan tekanan darah,

meningkatkan toleransi terhadap aktivitas sehari-hari, meninngkatkan

imunitas, sehingga status fugsioal dan kualitas hidup meningkat (Moyad

& Hawks, 2009).

Relaksasi otot progresif telah menunjukan manfaat dalam

mengurangi ansietas atau kecemasan, dan berkurangnya kecemasan ini

mempengaruhi berbagai gejala psikologis dan kondisi medis. Yuldirim &

Fadiogu (2006) dari hasil penelitianya menyebutkaan bahwa relaksasi otot

progresif menurunkan kecemasan dan meningkatkan kualitas hidup

pasien yang menjalani dialisis. Penelitian ini memperlihatkan bahwa

relaksasi otot progresif menurunkan rata-rata tekanan darah sistolik

sebesar 5,4 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastolik sebesar

3,48mmHg pada pasien hipertensi di Taiwan. Gazavi, et al, 2007

menyebutkan bahwa relaksasi otot progresif dan massase menurunkan

tingkat HbA1C pada DMT1 (DM pada anak-anak). Maryani (2008),

menyebutkan relaksasi otot progresif menurunkan kecemasan yang

berimplikasi pada penurunan mual dan muntah pada pasien yang

menjalani kemoterapi. Selanjutnya relaksasi otot progresif efektif

menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi primer di kota Malang

(Hamarno, 2010).

Page 45: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

35

3. Manfaat Relaksasi Otot Progresif

Stress dan kecemasan mencetuskan beberapa sensasi dan

perubahan fisik, meliputi peningkatan aliran darah menuju otot,

ketegangan otot, mempercepat atau memperlambat pernafasan,

meningkatkan denyut jantung, dan menurunkan fungsi digesti ( Ankrom,

2008). Jika stress dan kecemasan yang dialami berlangsung terus

menerus, maka respon psikofisiologikal yang berulang dapat

membahayakan tubuh.

Respon stress adalah bagian dari jalur umpan balik yang tertutup

antara otot-otot dan pikiran. Penilaian terhadap stressor mengakibatkan

ketegangan otot yang mengirimkan stimulus ke otak dan membuat jalur

umpan balik. Relaksasi otot progresif akan menghambat jalur umpan

balik. Relaksasi otot progresif akan meghambat jalur tersebut dengan

cara mengaktivasi kerja sistem saraf parasimpatis dan memanipulasi

hipotalamus melalui pemusatan pikiran untuk memperkuat sikap positif

sehingga rangangan stress terhadap hipotalamus berkurang (Copstead &

Banasik, 2000 dalam Mashudi 2011).

4. Kontra Indikasi

Beberapa hal yang mungkin menjadi kontra indikasi latihan

Relaksasi Otot Progresif antara lain adalah cidera akut atau

ketidaknyamanan muskuloskeletal, dan penyakit jantung berat atau akut

(Fritz, 2005 dalam Mashudi, 2011). Latihan Relaksasi otot progresif

dapat meningkatkan rileks yang dapat menyebabkan hipotensi, sehingga

Page 46: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

36

perlu memeriksa tekanan darah untuk mengidentifikasi kecenderungan

hipotensi (Snyder & Lindquist, 2002 dalam Mashudi, 2011).

5. Prosedur Relaksasi Otot Progresif

Relaksasi Otot Progresif merupakan suatu prosedur untuk

mendapatkan relaksasi otot melalui dua langkah, yaitu dengan

memberikan tegangan pada satu kelompok otot, dan menghentikan

tegangan tersebut kemudian memusatkan perhatian terhadap bagaimana

otot tersebut menjadi rileks, merasakan sensasi rileks, dan ketegangan

menghilang. Untuk hasil yang maksimal dianjurkan untuk melakukan

relaksasi otot progresif pada jam yang sama 1 kali sehari selama 25-30

menit. Latihan bisa dilakukan pagi hari, dilakukan sebelum makan.

(Charleswarth & Nathan, 1996 dalam Mashudi, 2011). Jadwal latihan

biasanya memerlukan waktu selam satu minggu.

Prosedur PMR menurut Alim (2010) terdiri dari 15 gerakan berturut-

turut yaitu:

a. Gerakan pertama ditujukan untuk melatih otot tangan yang

dilakukan dengan caara menggenggam tangan kiri sambil membuat

sutau kepalan. Pasien diminta membuat kepalan ini semakin kuat

sambil merasakan sensasi ketegangan yang terjadi. Lepaskan

kepalan perlahan-lahan, sambil merasakan rileks selama kurang

lebih 8 detik. Lakukan gerakan 2 kali sehingga klien dapat

membedakan perbedan antara ketegangan otot dan keadaan rileks

yang dialami. Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan kanan.

Page 47: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

37

b. Gerakan kedua adalah gerakan untuk melatih otot tangan bagian

belakang, gerakan ini dilakukan dengan cara menekuk kedua tangan

ke belakang pada pergelangan tangan sehingga otot-otot di tangan

bagian belakang dan lengan bawah menegang, jari-jari menghadap

ke langit-langit. Dilakukan penegangan kurang lebih 8 detik,

kemudian relaksasikan secara perlahan dan rasakan perbedaan antara

ketegaangaan otot dan keeadan rileks yang dialami. Lakukan

gerakan ini 2 kali.

c. Gerakan ketiga adalah untuk melatih otot-otot bisep. Gerakan ini

diawali dengan menggenggam kedua tangan sehingga menjadi

kepalan kemudian membawa kedua telapak ke pundak sehingga

otot-otot bisep menjadi tegang. Lakukan penegangan otot kurang

lebih 8 detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan dan

rasakan perbedaan antara ketegagan otot dan keadaan rileks.

Lakukan gerakan ini 2 kali.

d. Gerakan keempat ditujukan untuk melatih otot-otot bahu.

Dilakukan dengan cara mengangkat keedua bahu setinggi-tingginya

seakan akan menyentuh kedua telinga. Fokus perhatian gerakan ini

adalah kontras ketegangan yang terjadi di bahu, punggung atas, dan

leher. Rasakan ketegangan otot-otot tersebut kurang lebih 8 detik,

kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan dan rasakan perbedaan

anatara ketegangan otot dan keadaan rileks. Lakukan gerakan ini 2

kali.

Page 48: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

38

e. Gerakan kelima sampai delapan adalah gerakan yang ditunjukan

untuk melemaskan otot-otot wajah yang dilatih adalah otot-otot dahi,

mata, rahang, dan mulut. Gerakan untuk dahi dilakukan dengan cara

mengerutkan dahi dan alis sampai otot-ototnya terasa ada kulit

keriput, mata dalam keadaaan tertutup. Rasakan ketegangan otot-otot

dahi selama kurang lebih 8 detik, kemudian relaksasikan secara

perlahan-lahan dan rasakan perbedaan anatara ketegangan otot dan

keadaan rileks. Lakukan gerakan ini 2 kali.

f. Gerakan keenam ditujukan untuk megendurkan otot-otot mata

diawali dengan menutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan

ketegangan di sekitar mata dan otot-otot yang mengendalikan

geraakan mata. Lakukan penegangan otot kurang lebih 8 detik,

kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan dan rasakan perbedaan

anatara ketegangan otot dan keadaan rileks. Lakukan gerakan ini 2

kali.

g. Gerakan ketujuh bertujuan untuk mengendurkan ketegangan yang

dialami oleh otot-otot rahang dengan cara mengatupkan rahang,

diikuti dengan menggigit gigi-gigi sehingga ketegangan di sekitar

otot-otot rahang. Rasakan ketegangan otot-otot tersebut kurang lebih

8 detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan dan rasakan

perbedaan anatara ketegangan otot dan keadaan rileks. Lakukan

gerakan ini 2 kali.

Page 49: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

39

h. Gerakan kedelapan dilakukan untuk mengendurkan otot-otot

sekitar mulut. Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga aakan

dirasakan ketegangan di sekitar mulut. Rasakan ketegangaan otot-

otot sekitar mulut kurang lebih 8 detik, kemudian relaksasikan secara

perlahan-lahan dan rasakan perbedaan anatara ketegangan otot dan

keadaan rileks. Lakukan gerakan ini 2 kali.

i. Gerakan kesembilan ditunjukan untuk merilekskan otot-otot leher

bagiaan belakang. Pasien dipandu meletakaan kepala sehingga dapat

beristirahat, kemudian diminta untuk menekankan kepala pada

permukan bantalan kursi sedemikian rupa sehingga pasien dapat

merasakan ketegangan otot kurang lebih 8 detik, kemudian

relaksasikan secara perlahan-lahan dan rasakan perbedaan anatara

ketegangan otot dan keadaan rileks. Lakukan gerakan ini 2 kali.

j. Gerakan kesepuluh bertujuan untuk melatih otot leher bagian

depan. Gerakan ini dilakukan dengan cara membawa kepala ke

muka, kemudian pasien diminta untuk membenamkan dagu ke

dadanya, sehingga dapat merasakan ketegangan di daerah leher

bagian muka. Rasakan ketegangan otot-otot tersebut kurang lebih 8

detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan dan rasakan

perbedaan anatara ketegangan otot dan keadaan rileks. Lakukan

gerakan ini 2 kali.

k. Gerakan kesebelas bertujuan untuk melatih otot-otot punggung.

Gerakan ini dilakukan dengan cara mengangkat tubuh dari sandaran

Page 50: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

40

kursi, kemudian punggung dilengkungkan, lalu busungkan dada.

Kondisi ini dipertahankan selama kurang lebih 8 detik, kemudin

rileks. Pada saat rileks, letakan tubuh kembali ke kursi sambil

membiarkan otot-otot menjadi lemas. Rasakan ketegangan otot-otot

punggung selama kurang lebih 8 detik, kemudian relaksasikan secara

perlahan-lahan dan rasakan perbedaan anatara ketegangan otot dan

keadaan rileks. Lakukan gerakan ini 2 kali.

l. Gerakan kedua belas dilakukan untuk melemaskan otot-otot dada.

Tarik nafas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara

sebanyak-banyaknya. Tahan selama beberapa saat, sambil

merasakan ketegangan di bagian dada kemudian turun keperut. Pada

saat tegangan dilepas, pasien dapat bernafas normal dengan lega.

Lakukan penegangan otot kurang lebih 8 detik, kemudian

relaksasikan secara perlahan-lahan dan rasakan perbedaan anatara

ketegangan otot dan keadaan rileks. Lakukan gerakan ini 2 kali.

m. Gerakan ketiga belas dilakukan untuk melatih otot-otot perut. Tarik

nafas kuat-kuat perut kedalam, kemudian tahan sampai perut

menjadi kencang dan keras. Rasakan ketegangan otot-otot tersebut

kurang lebih 8 detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan

dan rasakan perbedaan anatara ketegangan otot dan keadaan rileks.

Lakukan gerakan ini 2 kali.

n. Gerakan keempat belas bertujuan untuk melatih otot-otot paha,

dilakukan dengan cara meluruskan kedua belah telapak kaki

Page 51: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

41

sehingga otot paha terasa tegang. Rasakan ketegangan otot-otot paha

tersebut selama kurang lebih 8 detik, kemudian relaksasikan secara

perlahan-lahan dan rasakan perbedaan anatara ketegangan otot dan

keadaan rileks. Lakukan gerakan ini 2 kali.

o. Gerakan kelima belas bertujuan untuk melatih otot-otot betis,

luruskan kedua belah telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang.

Geraakan ini dilanjutkan dengan mengunci lutut, lakukan

peregangan otot kurang lebih 8 detik, kemudian relaksasikan secara

perlahan-lahan dan rasakan perbedaan anatara ketegangan otot dan

keadaan rileks. Lakukan gerakan ini 2 kali.

6. Peran Perawat

Relaksasi otot progresif merupakan relaksasi yang mudah untuk

diajarkan kepada pasien daam rangka meningkatkan kemandirian pasien

dalam mengatasi masalah kesehatanya. Perawat berperan dalam

memfasilitasi kemandirian pasien, hal ini sesuai dengan konsep self-care

Orem. Menurut teori self-care Orem, pasien pasien dipandang sebagai

individu yang memiliki potensi untuk merawat dirinya sendiri dalam

memenuhi kebutuhan hidup, memelihara kesehatan, dan mencapai

kesejahteraan. Kesejahteraan atau kesehatan yang optimal dapat dicapai

pasien apabila dia mengetahui dan dapat melakukan perawatan yang

tepat sesuai dengan kondisi dirinya sendiri. Perawat menurut teori self-

care berperan sebagai pendukung atau pendidik bagi pasien (Tomey &

Alligood, 2006).

Page 52: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

42

Menurut Orem (dalam Tomey & Alligood, 2006), perawatan

merupakan suatu kebutuhan universal untuk menjaga dan meningkatkan

eksistensi diri, kesehatan, dan kesejahteraan hidup. Pasien DM tipe dua

yang mejalani perawatan dirumah sakit sering mengalami stress fisik

maupun psikologis akibatnya dapat memicu meningkatnya kadar glukosa

darah. Oleh karena itu selain memberikan terapi kolaboratif, perawat

jugaa membantu pasien mencapai kemampuan dalam mengontrol kadar

glukosa darahnya melalui latihan relaksasi otot progresif.

Page 53: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

43

E. Kerangka Teori Penelitian

Sumber : (kombinasi dari Black & Haws (2009); Riyadi & Sukarmin (2008);

Snyder & Lindquist (2002), dalam Mashudi, 2011)

Dabetes Melitus

↓ambilan glukosa oleh sel

↑kadar glukosa darah

Komplikasi akut

Hiperglikemia,

hipoglikemia,

ketoasidosis

diabetik, sindrom

HHNK

Komplikasi kronis

makrovaskuler mikrovaskuler neuropati

Kaki diabetik,

PJK, Stroke

Retinopati,

Nefropati

Stress dan kecemasan

Latihan

relaksasi

otot

progresif

Kesembangan

tubuh

homeostasis TD normal

Hemodinamik

stabil

KGD normal

Umur, jenis kelamin,

penyakit penyerta, lama

menderita DMT2

Page 54: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

44

BAB III

METODE PENYUSUNAN APLIKASI RISET

A. Subjek Aplikasi Riset

Subjek Aplikasi Pemberian relaksasi otot progresif ini adalah pasien DM

tipe dua yang mengalami stress psikologis

B. Tempat dan Waktu

Tempat yang digunakan adalah bangsal mawar RSUD Wonogiri taggal 04

Januari 2014.

C. Prosedur Tindakan

Berikut langkah-langkah relaksasi otot progresif menurut Alim (2010)

yaitu :

1. Persiapan pasien

a. Identifikasi tingkat cemas klien, daerah nyeri, tingkat nyeri,

dan kekakuan otot

b. Kaji kesiapan pasien dan perasaan pasien

c. Berikan penjelasan tentang relaksasi otot progrsif dan inform

consent

44

Page 55: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

45

2. Persiapan Alat dan Ruangan

a. Ciptakan atau modifikasikan agar ruangan sejuk dan tidak

gaduh

b. Sediakan tempat tidur atau kursi dengan sandaran rileks, yaitu

ada penopang untuk kaki dan bahu

3. Tindakan

a. Jelaskan tujuan terapi dan prosedur yang akan dilakukan

b. Berikan posisi nyaman

c. Bantu pasien untuk mendapatkan posisi nyaman tersebut

d. Anjurkan pasien untuk berbaring atau duduk bersandar (ada

sandaran untuk kaki dan bahu)

e. Gerakan pertama ditujukan untuk melatih otot tangan yang

dilakukan dengan caara menggenggam tangan kiri sambil

membuat suau kepalan. Pasien diminta membuat kepalan ini

semakin kuat sambil merasakan sensasi ketegangan yang

terjadi. Lepaskan kepalan perlahan-lahan, sambil merasakan

rileks selama kurang lebih 8 detik. Lakukan gerakan 2 kali

sehingga klien dapat membedakan perbedan antara ketegangan

otot dan keadaan rileks yang dialami. Prosedur serupa juga

dilatihkan pada tangan kanan.

Page 56: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

46

f. Gerakan kedua adalah gerakan untuk melatih otot tangan

bagian belakang, gerakan ini dilakukan dengan cara menekuk

kedua tangan ke belakang pada pergelangan tangan sehingga

otot-otot di tangan bagian belakang dan lengan bawah

menegang, jari-jari menghadap ke langit-langit. Dilakukan

penegangan kurang lebih 8 detik, kemudian relaksasikan secara

perlahan dan rasakan perbedaan antara ketegaangaan otot dan

keeadan rileks yang dialami. Lakukan gerakan ini 2 kali.

g. Gerakan ketiga adalah untuk melatih otot-otot bisep. Gerakan

ini diawali dengan menggenggam kedua tangan sehingga

menjadi kepalan kemudian membawa kedua telapak ke pundak

sehingga otot-otot bisep menjadi tegang. Lakukan penegangan

otot kurang lebih 8 detik, kemudian relaksasikan secara

perlahan-lahan dan rasakan perbedaan antara ketegagan otot

dan keadaan rileks. Lakukan gerakan ini 2 kali.

Page 57: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

47

h. Gerakan keempat ditujukan untuk melatih otot-otot bahu.

Dilakukan dengan cara mengangkat keedua bahu setinggi-

tingginya seakan akan menyentuh kedua telinga. Fokus

perhatian gerakan ini adalah kontras ketegangan yang terjadi di

bahu, punggung atas, dan leher. Rasakan ketegangan otot-otot

tersebut kurang lebih 8 detik, kemudian relaksasikan secara

perlahan-lahan dan rasakan perbedaan anatara ketegangan otot

dan keadaan rileks. Lakukan gerakan ini 2 kali.

i. Gerakan kelima sampai delapan adalah gerakan yang

ditunjukan untuk melemaskan otot-otot wajah yang dilatih

Page 58: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

48

adalah otot-otot dahi, mata, rahang, dan mulut. Gerakan untuk

dahi dilakukan dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai

otot-ototnya terasa ada kulit keriput, mata dalam keadaaan

tertutup. Rasakan ketegangan otot-otot dahi selama kurang

lebih 8 detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan dan

rasakan perbedaan anatara ketegangan otot dan keadaan rileks.

Lakukan gerakan ini 2 kali.

j. Gerakan keenam ditujukan untuk megendurkan otot-otot mata

diawali dengan menutup keras-keras mata sehingga dapat

dirasakan ketegangan di sekitar mata dan otot-otot yang

mengendalikan geraakan mata. Lakukan penegangan otot

kurang lebih 8 detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-

lahan dan rasakan perbedaan anatara ketegangan otot dan

keadaan rileks. Lakukan gerakan ini 2 kali.

Page 59: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

49

k. Gerakan ketujuh bertujuan untuk mengendurkan ketegangan

yang dialami oleh otot-otot rahang dengan cara mengatupkan

rahang, diikuti dengan menggigit gigi-gigi sehingga

ketegangan di sekitar otot-otot rahang. Rasakan ketegangan

otot-otot tersebut kurang lebih 8 detik, kemudian relaksasikan

secara perlahan-lahan dan rasakan perbedaan anatara

ketegangan otot dan keadaan rileks. Lakukan gerakan ini 2 kali.

l. Gerakan kedelapan dilakukan untuk mengendurkan otot-otot

sekitar mulut. Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga

aakan dirasakan ketegangan di sekitar mulut. Rasakan

ketegangaan otot-otot sekitar mulut kurang lebih 8 detik,

kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan dan rasakan

perbedaan anatara ketegangan otot dan keadaan rileks. Lakukan

gerakan ini 2 kali.

Page 60: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

50

m. Gerakan kesembilan ditunjukan untuk merilekskan otot-otot

leher bagiaan belakang. Pasien dipandu meletakaan kepala

sehingga dapat beristirahat, kemudian diminta untuk

menekankan kepala pada permukan bantalan kursi sedemikian

rupa sehingga pasien dapat merasakan ketegangan otot kurang

lebih 8 detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan dan

rasakan perbedaan anatara ketegangan otot dan keadaan rileks.

Lakukan gerakan ini 2 kali.

n. Gerakan kesepuluh bertujuan untuk melatih otot leher bagian

depan. Gerakan ini dilakukan dengan cara membawa kepala ke

muka, kemudian pasien diminta untuk membenamkan dagu ke

dadanya, sehingga dapat merasakan ketegangan di daerah leher

bagian muka. Rasakan ketegangan otot-otot tersebut kurang

lebih 8 detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan dan

rasakan perbedaan anatara ketegangan otot dan keadaan rileks.

Lakukan gerakan ini 2 kali.

Page 61: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

51

o. Gerakan kesebelas bertujuan untuk melatih otot-otot

punggung. Gerakan ini dilakukan dengan cara mengangkat

tubuh dari sandaran kursi, kemudian punggung dilengkungkan,

lalu busungkan dada. Kondisi ini dipertahankan selama kurang

lebih 8 detik, kemudin rileks. Pada saat rileks,letakan tubuh

kembali ke kursi sambil membiarkan otot-otot menjadi lemas.

Rasakan ketegangan otot-otot punggung selama kurang lebih 8

detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan dan

rasakan perbedaan anatara ketegangan otot dan keadaan rileks.

Lakukan gerakan ini 2 kali.

p. Gerakan kedua belas dilakukan untuk melemaskan otot-otot

dada. Tarik nafas panjang untuk mengisi paru-paru dengan

Page 62: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

52

udara sebanyak-banyaknya. Tahan selama beberapa saat,

sambil merasakan ketegangan di bagian dada kemudian turun

keperut. Pada saat tegangan dilepas, pasien dapat bernafas

normal dengan lega. Lakukan penegangan otot kurang lebih 8

detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan dan

rasakan perbedaan anatara ketegangan otot dan keadaan rileks.

Lakukan gerakan ini 2 kali.

q. Gerakan ketiga belas dilakukan untuk melatih otot-otot perut.

Tarik nafas kuat-kuat perut kedalam, kemudian tahan sampai

perut menjadi kencang dan keras. Rasakan ketegangan otot-otot

tersebut kurang lebih 8 detik, kemudian relaksasikan secara

perlahan-lahan dan rasakan perbedaan anatara ketegangan otot

dan keadaan rileks. Lakukan gerakan ini 2 kali.

Page 63: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

53

r. Gerakan keempat belas bertujuan untuk melatih otot-otot

paha, dilakukan dengan cara meluruskan kedua belah telapak

kaki sehingga otot paha terasa tegang. Rasakan ketegangan

otot-otot paha tersebut selama kurang lebih 8 detik, kemudian

relaksasikan secara perlahan-lahan dan rasakan perbedaan

anatara ketegangan otot dan keadaan rileks. Lakukan gerakan

ini 2 kali.

s. Gerakan kelima belas bertujuan untuk melatih otot-otot betis,

luruskan kedua belah telapak kaki sehingga otot paha terasa

tegang. Geraakan ini dilanjutkan dengan mengunci lutut,

Page 64: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

54

lakukan peregangan otot kurang lebih 8 detik, kemudian

relaksasikan secara perlahan-lahan dan rasakan perbedaan

anatara ketegangan otot dan keadaan rileks. Lakukan gerakan

ini 2 kali.

4. Lakukan Evaluasi

a. Identifikasi tingkat stress setelah dilakukan intervensi relaksasi

otot progesif

b. Identifikasi kadar gula darah setelah dilakukan intervensi

relaksasi otot progesif

c. Identifikasi daerah otot – otot yang terasa tegang

5. Bereskan Pasien

a. Kembalikan pasien pada posisi yang diinginkan

D. Alat Ukur Evaluasi dari Aplikasi Tidakan Berdasarkan Riset

Instrumen dalam penelitian ini adalah menggunakan alat ukur DDS

(Diabetes Distress Scale) dari Fisher, 2012. Alat ukur ini berupa kuisoner

Page 65: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

55

yang berisikan 17 pertanyaan yang menunjukan penilaian berupa daftar

yang di berikan ntuk mengindikasi derajat pada setiap item yang mungkin

mengganggu dalam hidup. TIDAK jika item tersebut memang benar

adanya. Jika anda merasakan bahwa item tersebut tidak mengganggu atau

jadi masalah untuk anda, pilih 1, jika sangat mmengganggu maka pilihlah

6.

Problems

Not a

Problem

Moderate

Problem

Serious

Problem

Office

Use

Only

1. Feeling that diabetes is taking up too much

of my mental and physical energy every day.

1 2 3 4 5 6 [A]

2. Feeling that my doctor doesn’t know

enough about diabetes and diabetes care.

1 2 3 4 5 6 [B]

3. Feeling angry, scared and/or depressed

when I think about living with diabetes.

1 2 3 4 5 6 [A]

4. Feeling that my doctor doesn’t give me

clear enough directions on how to man- age

my diabetes.

1 2 3 4 5 6 [B]

5. Feeling that I am not testing my blood

sugars frequently enough.

1 2 3 4 5 6 [C]

6. Feeling that I am often failing with my 1 2 3 4 5 6 [C]

Page 66: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

56

Problems

Not a

Problem

Moderate

Problem

Serious

Problem

Office

Use

Only

diabetes regimen.

7. Feeling that friends or family are not

supportive enough of my self-care efforts (eg

planning activities that conflict with my

schedule, encouraging me to eat the “wrong”

foods).

1 2 3 4 5 6 [D]

8. Feeling that diabetes controls my life. 1 2 3 4 5 6 [A]

9. Feeling that my doctor doesn’t take my

concerns seriously enough.

1 2 3 4 5 6 [B]

10. Not feeling confident in my day-to-day

ability to manage diabetes.

1 2 3 4 5 6 [C]

11. Feeling that I will end up with serious

long-term complications, no matter what I

do.

1 2 3 4 5 6 [A]

12. Feeling that I am not sticking closely

enough to a good meal plan.

1 2 3 4 5 6 [C]

13. Feeling that friends or family don’t

appreciate how difficult living with diabetes

1 2 3 4 5 6 [D]

Page 67: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

57

Problems

Not a

Problem

Moderate

Problem

Serious

Problem

Office

Use

Only

can be.

14. Feeling overwhelmed by the demands of

living with diabetes.

1 2 3 4 5 6 [A]

15. Feeling that I don’t have a doctor who I

can see regularly about my diabetes.

1 2 3 4 5 6 [B]

16. Not feeling motivated to keep up my

diabetes self-management.

1 2 3 4 5 6 [C]

17. Feeling that friends or family don’t give

me the emotional support that I would like.

1 2 3 4 5 6 [D]

Tingkat mengukur Diabetes Distress tersebut menurut Fisher, 2012:

1. Sedikit atau tidak ada tekanan <2

2. Sedang distress 2 – 2,9

3. Distress tinggi ≥ 3

Regimen terkait Distress:

Sebuah sum dari 6 item dibagi dengan 17 (jumlah pertanyaan).

Pengukuran dilakukan pada hari ke – 1 dan ke – 6 pada pasien dengan stress

psikologis pada DM tipe dua di Rumah Sakit.

Page 68: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

58

BAB IV

LAPORAN KASUS

Asuhan keperawatan pada Ny.L dengan diabetes melitus yang

mengalami stress psikologis. Laporan kasus meliputi pengkajian, perumusan

masalah, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi

keperawatan.

A. Pengkajian

Hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 4 januari 2016 Pukul

10.20 WIB di bangsal Teratai Rumah Sakit Umum Soediran Mangunsumarso

Wonogiri di dapatkan data secara alloanamnese dan autoanamnese. Data

yang didapatkan pasien bernama Ny.L bermur 32 tahun, agama islam,

pendidikan terakhir SMA, pekerjaan wiraswasta, alamat Puncol, Tempursari,

Sidoarjo. Diagnosa medis diabetes melitus, nomor registrasi 317054.

Penanggung jawab pasien adalah Tn.S yang berumur 40 tahun, pendidikan

terakhir SMA, pekerjaan wiraswasta, alamat Puncol, tempursari, Sidoarjo.

Pasien masuk di Rumah Sakit pada tanggal 29 Desember 2015, keluhan

utama saat pasien masuk yaitu pasien merasa nyeri pada antara ibu jari dan

telunjuk kanan. Riwayat penyakit sekarang yaitu pasien mengatakan badan

terasa lemas dan lemah sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit (25

Desember 2015) serta terdapat luka kemerahan dan kulit sedikit mengelupas

dan sedikit gatal dan panas serta sedikit bengkak. Luka sekitar panjang 3 cm

dan lebar 2 cm pada antara ibu jari dan jari telunjuk kanan dan terasa nyeri.

58

Page 69: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

59

Pada tanggal 29 Desember pasien datang ke Poli penyakit dalam RSUD

Wonogiri dan didapati vital sign pasien TD = 123/78 mmHg, N = 99

kali/menit, RR = 18 kali/menit, S = 35,5 ‘C dan GDS = 317 mg/dL, dari poli

dianjurkan pasien untuk menjalani rawat inap, sampai di bangsal teratai

dilakukan pemeriksaan dan didapati diagnosa diabetes melitus. Vital sign

pasien TD = 121/73 mmHg, N = 99 kali/menit, RR = 22 kali/menit, S = 36,7

‘C.

Tanggal 4 januari 2016 dilakukan pengkajian dan pasien masih

mengeluh badan lemas serta terdapat kemerahan diantara ibu jari dan telunjuk

kanan yang sedikit mengelupas terasa sedikit gatal, panas dan nyeri. Vital

sign saat dilakukan pengkajian TD = 115/70 mmHg, N = 91 kali/menit, RR =

22 kali/menit, S = 36,5 ‘C dan GDS pasien pukul 10.00 = 237 mg/dL. Lama

keluhan yaitu sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit (25 Desember 2015),

serta timbul keluhan yaitu pasien mengatakan terdapat kemerahan diantara

jari telunjuk dan ibu jari kanan serta sedikit mengelupas dan sedikit gatal dan

panas serta merasa nyeri. P : Pasien mengatakan terasa nyeri saat jari

digerakan, Q: pasien mengatakan nyeri terasa cenat cenut R : pasien

mnegatakan nyeri terasa pada antara jari telunjuk dan ibu jari kanan S : pasien

mengatakan skala nyeri 4, T : pasien mengakatan nyeri hilang timbul.

Faktor pencetus yaitu DM tipe 2, faktor yang memperberat yaitu pasien

mengatakan sering mengkonsumsi minuman es sirup serta pola makan yang

tidak sesuai dengan diet walaupun sudah diingatkan, upaya yang dilakukan

Page 70: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

60

untuk mengatasinya yaitu jika dia merasa lemas dan buang air kecil berlebih

maka pasien akan segera cek ke dokter untuk cek GDS.

Riwayat penyakit dahulu pasien mengatakan saat masih anak-anak

pasien mengatakan pernah demam typhoid saat usia 8 tahun, dan pasien

mengatakan tidak pernah kecelakaan. Pasien mengatakan pada tahun 2010

pernah dirawat di RSUD wonogiri dengan DM namun belum timbul

kemerahan/ lesi dikulit dan dirawat selama 11 hari. Pada tahun 2011 pasien

pernah dirawat di RSUD wonogiri dengan DM dan belum timbul kemerahan

dikulit, pasien pernah dirawat selama 1 minggu (7 hari). Pasien mengatakan

belum pernah dioperasi sebelumnya, dan pasien mengatakan tidak

mempunyai riwayat alergi seperti makanan, minuman, dingin, serta obat-

obatan. Pasien mengatakan tidak ingat kapan terakir kali diberikankan

imunisasi dan imunisasi apa. Kebiasaan pasien yaitu pasien mengatakan dia

bekerja sebagai penjual nasi dari pukul 07.00-12.00, setelah itu pasien

melakukan aktivitas dirumah seperti membersihkan rumah dan memasak.

Hasil pengkajian riwayat kesehatan keluarga, pasien mengatakan tidak

mempunyai penyakit keturunan seperti hipertensi, HIV, hepatitis, dan

hipertensi, namun pasien mempunyai riwayat penyakit menurun yaitu DM

dan kakak pasien yang pertama juga terkena DM.

Page 71: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

61

Genogram:

Keterangan :

: Laki-laki

: Tinggal serumah

: Menikah

: Perempuan

: Meninggal

: Pasien

: Mempunyai riwayat sakit DM

: Mempunyai riwayat sakit DM

Page 72: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

62

Hasil genogram didapatkan Ny.L adalah anak ke 4 dari 4 saudara

kandung, sedangkan suaminya Tn.S adalah anak kedua dari 4 saudara

kandung. Tn.S menikah dngan Ny.L dan mempunyai 3 orang anak, dan

ketiganya belum menikah, serta anak pertama Ny.L tidak tinggal serumah

karena sedang bekerja diluar negeri. Ny.L mempunyai penyakit DM yang

sama dengan saudara Ny.L yaitu kakak pertama dari Ny.L.

Hasil dari riwayat kesehatan lingkungan yaitu pasien mnegatakan

tinggal dilingkungan yang jauh dari kota (sekitar 7 km dari kota). Pasien

tinggal dilingkungan yang masih asri dan masyarakat yang saling menjaga

kesehatan dan kebersihan lingkungan. Hasil dari pola persepsi dan

pemeliharaan kesehatan yaitu pasien mengatakan jika terdapat anggota

keluarga yang sakit, pasien akan langsung membawanya ke pusat pelayanan

kesehatan terdekat.

Hasil dari pola nutrisi dan metabolisme tubuh didapatkkan untuk pola

makan sebelum sakit 3x sehari dengan nasi, lauk, sayur, dan buah 1 porsi

habis serta tidak ada keluhan, dan selama sakit pasien makan 3x sehari

dengan diet DM 1700kal 1 porsi habis serta tidak ada keluhan. Pasien

mengatakan sebelum masuk rumah sakit, pasien tidak menjalankan diet yang

sudah diberikankan walau sudah dianjurkan serta tidak menjalankan GDS

rutin satu bulan sekali. Hasil untuk pola minum sebelum sakit pasien minum

kira-kira sekitar 1300 cc dengan es teh, es sirup, dan air putih, 1 gelas habis

dan tidak ada keluhan. Pola minum selama sakit pasien minum sekitar 700 cc

Page 73: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

63

perhari dengan air putih dan teh tawar, 1 gelas tidak habis dan tidak ada

keluhan.

Hasil pengkajian pola eliminasi, diperoleh BAK dan BAB. Pada pola

BAK didapatkan pasien mengatakan sebelum sakit frekuansi BAK 8-10 kali

dalam sehari dengan jumlah urin kira-kira 1300 cc berwarna kuning dan tidak

ada keluhan, selama sakit frekuensi BAK 7-9 kali dalam sehari dengan

jumlah urin sekitar 1200 cc berwarna kuning dan tidak ada keluhan. Eliminasi

BAB pasien mengatakan sebelum sakit frekuensi BAB 1 kali dalam sehari

dengan konsistensi lunak berbentuk dan berwarna kuning serta tidak ada

keluhan. Selama sakit pasien mengatakan BAB frekuensi 1 kali sehari dengan

konsistensi lunak berbentuk, berwarna kuning dan tidak ada keluhan. Balance

cairan diperoleh pada intake terdapat minum 700cc, makan 300cc, injeksi 38

cc, dan infus 1400cc mendapatkan total 2438cc. Output terdapat urin 1200cc,

feses 150cc dan IWL 750 cc (15 x BB (52)) dengan total 2100cc. Analisa

didapatkan Intake-Output yaitu 2438-2100 memperoleh hasil +338cc.

Hasil pengkajian pola aktivitas dan latihan pasien mengatakan sebelum

sakit dapat melakukan aktivitas secara mandiri seperti: toileting,

makan/minum, berpindah, berpakaian, mobilitas ditempat tidur,

ambulasi/ROM. Selama pasien sakit, akitivas seperti toileting, berpakaian,

ambulasi/ROM dibantu oleh suaminya, dan untuk makan/minum, berpindah,

dan mobilisasi ditempat tidur masih bisa dilakukan secara mandiri.

Hasil pengkajian pola istirahat tidur didapatkan pada saat sebelum sakit

pasien mengatakan setiap hari tidur rata-rata selama 7-8 jam dan tidur siang

Page 74: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

64

sekitar 2 jam, tidak menggunakan pengantar tidur, tidak ada gangguan tidur.

Pada selama sakit didapatkan hasil pengkajian, pasien mengatakan tidur

malam sekitar 6-8 jam. Tidur siang sekitar 2-4 jam, tidak ada gangguan tidur.

Hasil pengkajian pola kognitif-perseptual didapatkan data sebelum sakit

dan selama sakit. Pasien mengatakan sebelum sakit tidak ada gangguan dalam

hal penglihatan maupun alat indra lainnya. Selama sakit pasien dapat melihat

dan berbicara dengan baik dan pasien mengeluh merasakan nyeri. P :pasien

mengatakan terasa nyeri saat jari digerakan, Q: pasien mengatakan nyeri

terasa cenat cenut, R: pasien mengatakan nyeri terasa pada antara jari telunjuk

dan ibu jari kanan, S: pasien mengatakan skala nyeri 4, T: pasien mengatakan

nyeri hilang timbul.

Hasil pengkajan pola persepsi konsep diri didaptkan pasien mengatakan

sebelum sakit harga diri pasien, pasien mengatakan sudah melakukan yang

terbaik dan merasa berharga berada dilingkungan yang disayangi, pada

gambaran diri pasien mengatakan menyukai semua anggota tubuhnya, pada

ideal diri pasien mengatakan ingin menjadi ibu yang baik bagi keluarganya,

pada identitas diri pasien mengatakan sebagai seorang ibu bagi anaknya yang

bekerja sebagai wiraswasta, pada peran diri pasien mengatakan menyayangi

seluruh anggota keluarganya dan mensyukurinya. Selama sakit pasien

mengatakan harga dirinya merasa berharga karena dijenguk oleh anggota

keluarga dan tetangganya dirumah sakit, pada gambaran diri pasien

mengatakan merasa minder karena penyakitnya, pada ideal diri pasien

mengatakan ingin cepat pulih dan merasa mengalami emosi yang labil seperti

Page 75: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

65

saat sendiri merasa peningkatan marah dan tertekan karena berfikir tentang

Penyakitnya apakah akan membaik atau justru sebaliknya. Pasien mengatakan

tidak sabar ingin pulang dan merasa tegang, pada identitas diri pasien

mengatakan bahwa dia adalah seorang ibu yang suka bekerja keras, pada

peran diri pasien mengatakan dia sebagai seorang istri dan ibu bagi

keluarganya dan dia sedang menjalani perawatan di rumah sakit karena DM

Hasil pengkajian pola hubungan peran pada saat sebelum sakit pasien

mengatakan hubungan dengan keluarganya berjalan harmonis dan selama

sakit pasien mengatakan hubungan dengan keluarga tetap berjalan harmonis

serta dengan tim medis dan tenaga kesehatan yang lain berjalan baik. Hasil

pengkajian pola seksualitas reproduksi didapatkan hasil pasien mengatakan

berjenis kelamin perempuan berusia 32 tahun dan mempunyai suami serta 3

orang anak. Hasil pengkajian pola mekanisme koping didapatkan hasil,

pasien mengatakan sebelum sakit jika pasien ada masalah dia selalu bercerita

dengan keluarganya, dan selama sakit pasien mengatakan dengan kejadian

ini dia merasa emosinya mudah berubah seperti marah yang meningkat

terlebih saat dia sedang berfikir tentang penyakitnya. Pasien terlihat tegang

dan pasien mengatakan tidak sabar ingin cepat smbuh agar bisa beraktivitas

seperti biasanya. Pasien mengatakan dia mencemaskan keadaannya apakah

akan membaik atau justru semakin memburuk dan merasa penyakitnya

menekan hidupnya.

Hasil pengkajian pola nilai dan keyakinan didapatkan pada saat

sebelum sakit pasien mengatakan taat sholat 5 waktu dalam sehari dan selama

Page 76: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

66

sakit pasien mengatakan taat sholat 5 waktu dalam sehari walaupun dalam

keadaan sakit. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan data kesadaran pasien

composmentis, GCS E4,M6,V5, tekanan darah: 115/70 mmHg, suhu: 36,5,

nadi dengan frekuensi: 91 kali/menit, irama: reguler, kekuatan/isinya kuat.

Pernafasan dengan frekuensi: 22 kali/menit dan berikanama reguler. Kulit

kepala pasien tampak bersih, tidak berketombe dan tidak ada luka, rambut:

bersih, sedikit keriting, warna hitam, hitam, bentuk kepala mesocepal.

Pemeriksaan mata pasien didapatkan palpebra tidak udem, konjungtiva ka/ki

tidak anemis, warna merah muda, sklera kanan dan kiri tidak ikterik, warna

putih, pupil isokor ka/ki, diameter ka/ki 2 cm, reflek cahaya ka/ki pupil

mengecil saat didekati cahaya dan membesar saat cahaya menjauh, tidak

menggunakan alat bantu penglihatan. Hidung simetris, tidak ada polip, tidak

ada jejas, mulut simetris, bersih, tidak ada sariawan, bibir sedikit kering,

telinga simetris, dan telinga bersih tidak ada secret dan tidak menggunakan

alat bantu pendengaran. Gigi bersih tidak ada caries, leher tidak ada

pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada kaku kuduk.

Hasil pemeriksaan paru-paru didapatkan data inspeksi pengembangan

dada kanan dan kiri sama, palpasi vokal premitus kanan dan kiri sama,

perkusi bunyinya sonor kanan dan kiri, dan aulkultasi suara vasikuler dan

irama teratur. Hasil pemeriksaan jantung didapatkan data inspeksi ictus cordis

tidak tampak, palpasi ictus cordis terasa di ics 5, perkusi pekak, aulkultasi

bunyi jantung 1 dan 2 sama, tidak ada suara tambahan. Hasil pemeriksaan

abdomen didapatkan data hasil inspeksi perut simetris, tidak ada jejas,

Page 77: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

67

terdapat umbilicus, aulkultasi terdengar bising usus normal 14 x/menit,

perkusi timpani kuadran II, III, IV, dan pekak di kuadran I, dan palpasi tidak

ada nyeri tekan pada semua kuadran.

Hasil pemeriksaan genetalia pasien bersih, tidak terpasang DC, rectum

bersih, tidak ada hemoroid. Hasil pemeriksaan pada ekstremitas atas

didapatkan hasil kekuatan otot kanan dan kiri normal skala 5 ka/ki, rom

kanan kiri normal skala 5 ka/ki, tidak ada perubahan bentuk tulang , perabaan

akral hangat, capilari refile ka/ki 2 detik/kurang 2 detik. Tampak terdapat

kemerahan diantara jari telunjuk dan ibu jari kanan serta tampak sedikit

bengkak dan kulit sedikit mengelupas serta nyeri saat jari digerakan. Hasil

pemeriksaan ekstremitas bawah didapati hasil kekuatan otot kanan dan kiri

normal dengan skala 5, rom kanan kiri normal skala 5, perubahan bentuk

tulang tidak ada, perabaan akral hangat, capilari refile kurang dari 2 detik.

Pemeriksaan penunjang pada tanggal 30 Desember 2015 didapatkan

hasil labolatorium WBL 14.1 k/UL (Normal 4.1-10.9), LYM 1.6 R2 9.1%L

(Normal 0.6-4,1), MID 0.7 3,7%M (Normal 0.0-1.8), Grand 15.7 87.0%

(Normal 2.0-17.8), RBC 4.82 M.UL (Normal 4.20-6.30), HGB 13.5 g/dL

(Normal 12.0-18.0), HCT 40.5% (Normal 37.0-51.0), MCV 84.1 fL (Normal

80.0-97.0), MCHC 28.1 g/dL (Normal 31.0-36.0), RDW 33,3% (Normal

11.5-14.5), MCH 28.1 Rg (Normal 25.0-32.0), PLT 302 k/UL (Normal 140-

440), MDV 6.6 fl (Normal 0.0-99.8). pemeriksaan Glukosa suwaktu 245

mg/dL (Normal <170), ureum 27 (Normal 10-50), Creatinin 0.81 (Normal

0.6-1.1), total protein 8.50 g/dl (Normal 6.6-8.7), albumin 3.70 g/aL (Normal

Page 78: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

68

3.5-5.0), SGOT 7 U/L (Normal <37), SGDT 13 U/L (Normal <42).

Pemeriksaan gula darah puasa 225 mg/dL (Normal 76-120), gula 2 jam

PP 265 (Normal <140).

Terapi yang diberikankan pada tanggal 4 Januari 2016 kepada pasien

adalah pemberikanan ranger laktat 500ml/20 tpm untuk memenuhi kebutuhan

cairan dan elektrolit, injeksi cefoperazone 1gr/12 jam sebagai analgetik,

gentamicyn 80 mg/12j sebagai analgetik, antalgin 1 amp/12J sebaga anti

nyeri, ranitidin 25mg/8j sebagai obat untuk anti nyeri, sohobion 1amp/24j

untuk memenuhi kebutuhan vitamin B complek, novorapid (10 unit pagi, 10

unit siang, dan 8 unit) pada malam hari untuk pengobatan DM, lantus 10 unit

malam hari sebelum tidur untuk pengobatan pasien DM. Obat oral yang

diperoleh dexanta 3 x 2 tablet untuk nyeri ulu hati dan ulkus peptikus,

lansoperazole 1 x 1 tablet untuk tukak lambung dan refluks esofagus.

B. Rumusan masalah keperawatan

Perumusan masalah ditegakkan berdasarkan pengkajian yang dilakukan

pada tanggal 4 Januari 2016 Pukul 10.30 dan didapatkan data dari data

subyektif dan data obyektif. Data subyektif didapatkan pasien mengatakan

merasa nyeri. P: Pasien mengatakan terasa nyeri saat jari digerakan, Q: pasien

mengatakan nyeri terasa cenat cenut, R: pasien mnegatakan nyeri terasa pada

antara jari telunjuk dan ibu jari kanan, S: pasien mengatakan skala nyeri 4, T:

pasien mengakatan nyeri hilang timbul. Data objektif didapatkan data pasien

tampak ekspresi wajah menahan nyeri, terdapat luka pada tangan kanan

Page 79: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

69

pasien pada antara ibu jari dan telunjuk, tampak ekspresi wajah meringis

kesakitan. Vital sign : TD = 115/70 mmHg, N = 91 kali/menit, RR = 22

kali/menit, S = 36,5 ‘C, sehingga masalah keperawatan yang timbul adalah

nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.

Data yang kedua didapatkan dari data subyektif pasien mengatakan

terdapat kemerahan serta kelupasan di kulit pada antara jari telunjuk dan ibu

jari sebelah kanan. Data obyektif didapatkan hasil tampak terdapat kemerahan

pada antara ibu jari dan jari telunjuk kanan dan sedikit kelupasan kulit, luka

kemerahan panjang 3 cm dan lebar 2 cm, terlihat sedikit bengkak. Sehingga

diambil masalah keperawatan kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

kondisi gangguan metabolisme.

Data yang ketiga didapatkan dari data subyektif pasien mengatakan

tidak rutin kontrol GDS rutin ke dokter satu bulan sekali serta tidak

menjalankan diet rutin walaupun sudah diberikankan diet rutin sehingga

pasien tidak menyangka berakibat seperti keadaanya sekarang. Data obyektif

didapatkan hasil tampak pasien tidak mengerti tentang dampak tidak

melaksanakan dietnya, GDS : 237 mg/dL, sehingga didapatkan masalah

defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang minat dalam belajar.

Data yang keempat didapatkan dari data subyektif pasien mengatakan

terdapat kemerahan dan kulit sedikit mengelupas serta sedikit bengkak pada

antara jari telunjuk dan ibu jari, terasa sedikit panas dan gatal. Data obyektif

terlihat adanya kemerahan dan sedikit mengelupas serta sedikit bengkak pada

Page 80: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

70

antara jari telunjuk dan ibu jari pada tangan kanan. leukosit : 14.1. sehingga

diambil masalah infeksi berhubungan dengan diabetes melitus

Data yang kelima didapatkan dari data subyektif pasien mengatakan

karena memikirkan penyakitnya dan merasa mengalami perubahan emosi

seperti rasa marah yang meningkat saat sedang sendiri dan rasa tidak sabar

ingin cepat sembuh, pasien mengatakan merasa gelisah apakah keadaanya

akan membaik atau sebaliknya. Data obyektif pasien tampak gelisah, tampak

tegang dan tampak mencemaskan keadaanya. Score DDS (Diabetes Distress

Scale) adalah 42. Nilai : 42 : 17 = 2,47 (stress sedang), sehingga didapatkan

masalah stress berhubungan dengan penyakit kronis

Prioritas diagnosa keperawatan adalah

1. nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis

2. kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sensasi

3. defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang minat dalam belajar

4. stress berhubungan dengan penyakit kronis

5. resiko infeksi berhubungan dengan diabetes melitus.

C. Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan untuk diagnosa nyeri akut berhubungan dengan

agen cidera biologis, penulis mempunyai tujuan setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri dapat teratasi dengan kriteria

hasil pasien mengungkapkan nyeri berkurang dengan skala 1, ekspresi wajah

klien tampak tidak menahan nyeri, pasien mampu mengontrol nyeri (tindakan

Page 81: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

71

non farmakologi seperti relaksasi nafas dalam), TTV pasien tetap dalam

keadaan stabil. Rencana tindakan dalam mengatasi masalah keperawatan

tersebut adalah O : Kaji keluhan utama serta status nyeri pasien, Pantau TTV

pasien untuk mengetahui keadaan umum dan status nyeri pasien, berikankan

posisi yang nyaman untuk mengurangi rasa nyeri, ajarkan teknik relaksasi

nafas dalam untuk mengontrol nyeri, kolaborasi dengan dokter dalam

pemberikanan analgetik untuk mengurangi rasa nyeri dengan tindakan

farmakologi.

Masalah keperawatan yang kedua adalah kerusakan integritas kulit

berhubungan dengan gangguan sensasi, penulis mempunyai tujuan setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kerusakan

integritas kulit dapat teratasi dengan kriteria hasil pasien mampu menjaga

kebersihan kulitnya, tidak terdapat lesi atau kemerahan pada kulit, integritas

kulit mampu dipertahankan (sensasi, temperatur, pigmentasi). Rencana

tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan kaji

kulit akan adanya kemerahan dan tanda infeksi untuk mengetahui adanya

tanda infeksi pada kulit, anjurkan pada klien untuk menjaga kebersihan

kulitnya untuk mencegah terjadinya infeksi silang, bersihkan dan pantau

proses penyembuhan untuk menjaga kebersihan kulit, kolaborasi dengan

dokter dalam pemberikanan anticeptik untuk memberikan kenyamanan dan

kebersihan pada kulit.

Masalah keperawatan yang ketiga adalah defisiensi pengetahuan

berhubungan dengan kurangnya minat dalam belajar, penulis mempunyai

Page 82: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

72

tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan

defisiensi pengetahuan dapat teratasi dengan kriteria hasil pasien dan keluarga

mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar, pasien dan

keluarga mengatakan paham mengenai penyakit dan kondisi pasien, pasien

dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan oleh perawat.

Rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah tersebut adalah

dengan kaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya untuk

mengetahui tingkat pengetahuan pasien mengenai penyakitnya, berikankan

pendidikan kesehatan pada pasien tentang penyakitnya agar pasien dapat

mengetahui tentang penyakit yang sedang dialaminya, kolaborasi dengan

keluarga untuk mengulangi pendidikan kesehatan yang sudah diberikankan

agar keluarga mampu untuk memberikan suport maksimal apabila

mengetahui tentang keadaan pasien, berikan informasi kepada pasien

mengenai kemajuan keadaan pasien dengan cara yang tepat (gula darah

pasien per hari) agar pasien mengetahui tentang kemajuan tingkat kesehatan

yang dialaminya selama proses perawatan.

Masalah keperawatan yang keempat adalah stress berhubungan dengan

penyakit kronis, penulis mempunyai tujuan setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam diharapkan stress dapat teratasi dengan kriteria

hasil pasien mengungkapkan peningkatan perasaan kenyamanan, ekspresi

wajah pasien tampak tidak tegang, pasien mengungkapkan stress sudah

berkurang, skala stress berkurang menjadi kurang dari 2 bahkan tidak ada.

Rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah tersebut adalah

Page 83: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

73

dengan mengkaji tingkat stress pada pasien untuk mengetahui skala stress

pada pasien, berikankan teknik relaksasi otot progresif untuk meredakan

stress, ajarkan pada klien cara mengungkapkan emosi yang benar untuk

menurunkan rasa marah dan emosi yang labil, kolaborasi dengan keluarga

dalam memberikan dukungan suport mental untuk membantu keluarga

terlibat dalam mensuport dan memberikan ketenangan pikiran pada pasien.

Masalah keperawatan yang kelima adalah resiko infeksi berhubungan

dengan diabetes melitus, penulis mempunyai tujuan setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan resiko infeksi dapat

teratasi dengan kriteria hasil pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi, pasien

mampu untuk mencegah timbulnya infeksi, pasien mampu untuk menunjukan

perilaku hidup sehat. Rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi

masalah tersebut adalah dengan observasi tanda dan gejala infeksi untuk

mengetahui adanya tanda dan gejala infeksi, inspeksi kulit dan membran

mukosa terhadap kemerahan dan panas untuk mengetahui keadaan kulit

terhadap tingkat infeksi, pertahankan teknik aseptik untuk mencegah

timbulnya infeksi silang kolaborasi dengan keluarga cara pencegahan infeksi

mencegah timbulnya infeksi silang, kolaborasi dengan dokter dalam

pemberikanan anticeptik untuk menjaga kelembapan kulit.

D. Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada hari senin, 4 Januari 2016

yaitu pukul 10.10 WIB adalah mengkaji keluhan utama dan status nyeri

pasien dan memantau ttv pasien, didapatkan data subyektif P: Pasien

Page 84: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

74

mengatakan terasa nyeri saat jari digerakan, Q: pasien mengatakan nyeri

terasa cenat cenut, R: pasien mnegatakan nyeri terasa pada antara jari telunjuk

dan ibu jari kanan, S: pasien mengatakan skala nyeri 4, T: pasien mengakatan

nyeri hilang timbul dan data obyektif pasien tampak ekspresi wajah menahan

nyeri, terdapat luka pada tangan kanan pasien pada antara ibu jari dan

telunjuk, tampak ekspresi wajah meringis kesakitan. Vital sign: TD = 115/70

mmHg, N = 91 kali/menit, RR = 22 kali/menit, S = 36,5 ‘C.

Pukul 10.20 dilakukan tindakan memonitor kulit akan adanya tanda

infeksi dan menginspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan,

panas, didapatkan data subyektif pasien mengatakan terdapat kemerahan dan

sedikit mengelupas, sedikit bengkak diantara jari telunjuk dan ibu jari tangan

kanan terasa sedikit gatal dan panas dan data obyektif didapatkan tampak

sedikit bengkak, kemerahan, dan sedikit mengelupas pada antara jari telunjuk

dan ibu jari tangan kanan sekitar panjang 3 cm dan lebar 2cm.

Pukul 10.30 dilakukan tindakan mengkaji tingkat stress pada pasien dan

didapatkan data ssubyektif pasien mengatakan merasa tertekan karena

memikirkan penyakitnya dan merasa mengalami perubahan emosi seperti rasa

marah yang meningkat saat sedang sendiri dan rasa tidak sabar ingin cepat

sembuh, pasien mengatakan merasa gelisah apakah keadaanya akan membaik

atau sebaliknya, serta didapatkan data obyektif pasien tampak gelisah,

tampak tegang dan tampak mencemaskan keadaanya. Score DDS (Diabetes

Distress Scale) adalah 42. Nilai : 42 : 17 = 2,47 (stress sedang). Pukul 10.45

dilakukan tindakan memberikan informasi pada pasien mengenai penyakitnya

Page 85: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

75

dan didapatkan data subyektif pasien mengatakan bersedia untuk

diberikankan informasi serta didapatkan data obyektif tampak GDS pasien

237 mg/dL.

Pukul 10.50 dilakukan tindakan mengkaji tingkat pengetahuan pada

pasien mengenai penyakitnya dan didapatkan data subyektif pasien

mengatakan tidak rutin kontrol GDS rutin ke dokter satu bulan sekali serta

tidak menjalankan diet rutin walaupun sudah diberikankan diet rutin sehingga

pasien tidak menyangka berakibat seperti keadaanya sekarang serta

didapatkan data obyektif tampak pasien tidak mengerti tentang dampak tidak

melaksanakan dietnya. Pukul 11.20 dilakukan tindakan memberikankan

posisi yang nyaman dan diperoleh data subyektif pasien mengatakan nyaman

dengan posisi setengah duduk dengan tangan kanan diatas bantal serta

didapatkan data obyektif tampak pasien nyaman dengan posisi setengah

duduk.

Pukul 11.30 dilakukan tindakan mengajarkan teknik relaksasi nafas

dalam dan diperoleh data subyektif pasien mengatakan merasa lebih nyaman

setelah diberikankan relaksasi serta data obyektif diperoleh pasien tampak

kooperatif dalam melakukan relaksasi nafas dalam. Pukul 12.40 dilakukan

tindakan memberikankan pendidikan kesehatan pada klien mengenai

penyakitnya dan diperoleh data subyektif pasien mnegatakan memahami

tentang materi pendidikan kesehatan terkait penyakitnya dan berkata sudah

menyesal melanggar dietnya serta data obyektif tampak pasien kooperatif dan

memahami materi pendidikan kesehatan. Pukul 13.40 dilakukan tindakan

Page 86: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

76

mengkolaborasikan dengan keluarga untuk mengulangi pendidikan kesehatan

yang sudah diberikankan dan diperoleh data subyektif keluarga pasien

mengatakan mengerti dan paham mengenai pendidikan kesehatan tentang

DM serta data obyektif keluarga pasien mampu mengulangi materi

pendidikan kesehatan dengan baik.

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada hari selasa tanggal 5

Januari Pukul 07.15 WIB dilakukan tindakan mengkaji keluhan utama dan

status nyeri pasien dan memantau ttv pasien dan diperoleh data subyektif P:

Pasien mengatakan terasa nyeri saat jari digerakan, Q: pasien mengatakan

nyeri terasa cenat cenut, R: pasien mnegatakan nyeri terasa pada antara jari

telunjuk dan ibu jari kanan, S: pasien mengatakan skala nyeri 4, T: pasien

mengakatan nyeri hilang timbul serta data obyektif diperoleh pasien tampak

ekspresi wajah menahan nyeri, terdapat luka pada tangan kanan pasien pada

antara ibu jari dan telunjuk, tampak ekspresi wajah meringis kesakitan. Vital

sign : TD = 110/71 mmHg, N = 90 kali/menit, RR = 22 kali/menit, S = 35,7

‘C. Pukul 07.30 dilakukan tindakan memonitor kulit akan adanya tanda

infeksi pada mukosa seperti kemerahan, panas dan di dapatkan data subyektif

pasien mengatakan masih terdapat kemerahan dan sedikit mengelupas, dan

bengkak diantara jari telunjuk dan ibu jari tangan kanan terasa gatal yang

samar samar dan sedikit panas serta data obyektif diperoleh tampak sedikit

bengkak yang berkurang dari pada disaat tanggal 4 januari 2016, kemerahan,

dan sedikit mengelupas pada antara jari telunjuk dan ibu jari tangan kanan

sekitar panjang 3 cm dan lebar 2cm.

Page 87: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

77

Pukul 07.50 dilakukan tindakan memberikankan pendidikan kesehatan

pada pasien mengenai penyakitnya dan diperoleh data subyektif pasien

mengatakan paham serta menyesal tidak patuh terhadap diet/pola makan yang

sudah diberikankan serta mendapat data obyektif pasien tampak kooperatif

serta memahami materi pendidikan kesehatan. Pukul 08.20 dilakukan

tindakan memberikankan informasi kepada pasien mengenai kemajuan

keadaanya dan diperoleh data subyektif pasien mengatakan merasa lega

karena dapat mengetahui akibat dari kecerobohanya namun disisi lain pasien

mnyesal karena tidak patuh diet dan diperoleh data obyektif tampak pasien

mulai tumbuh kemauan yang kuat untuk diet taat dan tidak lagi ceroboh

dalam mengkonsumsi makanan. GDS: 225 mg/dl.

Pukul 08.35 dilakukan tindakan mengkolaborasikan dengan keluarga

untuk mengulangi pendidikan kesehatan yang sudah diberikankan dan

diperoleh data subyektif keluarga pasien mengatakan paham tentang materi

pendidikan kesehatan yang sudah diberikankan, serta data obyektif tampak

keluarga pasien mengikuti pendidikan kesehatan dengan kooperatif. Pukul

08.45 dilakukan tindakan mengkaji tingkat stress pada pasien dan diproleh

data subyektif pasien mengatakan ingin cepat pulang dan merasa tertekan

karena memikirkan penyakitnya dan merasa mengalami perubahan emosi

seperti rasa marah yang meningkat saat sedang sendiri memikirkan tentang

penyakitnya serta data obyektif diperoleh pasien tampak gelisah, tampak

tegang. Score DDS adalah 42, nilai akhir = 2,47(stress sedang).

Page 88: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

78

Pukul 09.00 dilakukan tindakan memberikankan teknik relaksasi otot

progresif dan diperoleh data subyektif pasien mengatakan pikiran terasa lebih

tenang dan rileks setelah berelaksasi serta data obyektif pasien tampak

kooperatif dan ekspresi wajah temapk lebih nyaman. Pukul 09.50 dilakukan

tindakan Mengkolaborasikan dengan dokter dalam pemberikanan antibiotik

(cefoperazole, antalgin, gentamicyn) dan diperoleh data subyektif pasien

mengatakan bersedia untuk diberikankan injeksi antibiotik melalui selang

infus serta diperoleh data obyektif obat sudah masuk melalui selang infus,

tidak ada tahanan, tidak ada alergi.

Pukul 10.15 dilakukan tindakan mengajarkan pada pasien cara

mengungkapkan emosi yang baik dan diperoleh data subyektif pasien

mengatakan perasaan menjadi lebih lega setelah berbagi kesedihan yang

dialami serta daa obyektif pasien tampak kooperatif dan terbuka untuk

mengungkapkan emosi yang baik. Pukul 10.35 dilakukan tindakan

mengkolaborasikan dengan keluarga dalam pemberikanan suport mental dan

diperoleh data keluarga pasien mengatakan akan selalu mensuport pasien agar

cepat membaik dan data obyektif keluarga tampak antusias memberikan

suport pada pasien.

Pukul 10.55 dilakuan tindakan mengkolaborasikan dengan dokter

dalam pemberikanan anticeptik (Nacl) dan diperoleh data subyektif pasien

mengatakan bersedia diberikankan antiseptik dan diperoeh data obyektif

tampak diberikankan antiseptik Nacl pada kulit pasien. Pukul 11.15 dilakukan

tidakan membersihkan dan memantau proses penyembuhan dan diperoleh

Page 89: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

79

data subyektif pasien mengatakan terasa lebih nyaman setelah kulit

dibersihkan dan data obyektif terlihat kemerahan dikulit dan bengkak mereda

masih terdapat sedikit kelupasan kulit.

Pukul 12.10 dilakukan tindakan menganjurkan pada pasien untuk

menjaga kebersihan kulit diperoleh data subyektif pasien mengatakan

mengerti dan mau menjaga kebersihan kulitnya dan data obyektif diperoleh

pasien tampak mengerti dan mau untuk menjaga kebersihan kulitnya. Pukul

12.40 dilakukan tindakan mempertahankan teknik aseptik dan diperoleh data

pasien mengatakan akan menjaga kebersihan kulitnya seperti mencuci tangan

sebelum dan sesudah aktivitas serta data obyektif tampak pasien kooperatif

menjaga kebersihan.

Pukul 13.00 dilakukan tindakan mengkolaborasikan dengan keluarga

cara pencegahan infeksi dan diperoleh data subyektif keluarga pasien

mengatakan paham dengan pencegahan infeksi serta data obyektif tampak

keluarga pasien kooperatif dalam pencegahan infeksi. Pukul 13.10 dilakukan

tindakan memberikankan terapi relaksasi otot progresif dan diperoleh hasil

pasien mengatakan setelah direlaksasi pikiran menjadi lebih rileks serta data

obyektif tampak pasien lebih nyaman setelah direlaksasi. Pukul 13.35

dilakukan tindakan mengkaji tingkat stress pada pasien dan diperoleh data

pasien mengatakan ingin cepat pulang dan masih merasa tertekan karena

memikirkan penyakitnya dan merasa mengalami perubahan emosi seperti rasa

marah yang meningkat saat sedang sendiri memikirkan tentang penyakitnya

Page 90: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

80

dan data obyekktif pasien tampak masih gelisah, tampak tegang. Score DDS

yang diperoleh adalah 34. Nilai : 34 : 17 = 2(stress sedang).

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada hari rabu, 6 Januari 2016

pukul 07.15 dilakukan tindakan mengkaji keluhan utama dan status nyeri

pasien dan memantau ttv pasien dan diperoleh data subyektif P: Pasien

mengatakan terasa nyeri saat jari digerakan, Q: pasien mengatakan nyeri

terasa ditusuk – tusuk, R: pasien mnegatakan nyeri terasa pada antara jari

telunjuk dan ibu jari kanan, S: pasien mengatakan skala nyeri 3, T: pasien

mengakatan nyeri hilang timbul, data obyektif diperoleh pasien tampak

ekspresi wajah menahan nyeri, terdapat luka pada tangan kanan pasien pada

antara ibu jari dan telunjuk, tampak ekspresi wajah meringis kesakitan. Vital

sign : TD = 110/70 mmHg, N = 92 kali/menit, RR = 22 kali/menit, S = 35,6

‘C.

Pukul 07.40 dilakukan memberikankan informasi pada pasien mengenai

kemajuan keadaan pasien dan diperoleh data subyektif pasien mengatakan dia

merasa lega mengetahui kondisi luka berkurang kelupasanya, bengkak sudah

samar, gatal berkurang dan pasien mengatakan akan taat diet, data obyektif

diperoleh masih tampak kemerahan di antara ibu jari dan telunjuk kanan

pasien bengkak samar dan kelupasan berkurang.

Pukul 08.45 dilakukan tindakan mengkaji tingkat stress pada pasien dan

diperoleh data subyektif pasien mengatakan ingin cepat pulang dan merasa

tertekan karena memikirkan penyakitnya dan merasa mengalami perubahan

emosi seperti rasa marah yang meningkat saat sedang sendiri memikirkan

Page 91: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

81

tentang penyakitnya, data obyektif diperoleh pasien tampak gelisah, tampak

tegang. Score DDS (Diabetes Distress Scale) adalah 34, nilai : 34 : 17 = 2

(stress sedang). Pukul 09.00 dilakukan tidakan memberikankan teknik

relaksasi otot progresif dan diperoleh data subyektif pasien mengatakan

pikiran terasa lebih tenang dan rileks setelah berelaksasi, data obyektif

diperoleh pasien tampak kooperatif dan ekspresi wajah temapk lebih nyaman.

Pukul 09.50 dilakukan tindakan Mengkolaborasikan dengan dokter

dalam pemberikanan antibiotik (cefoperazole, antalgin, gentamicyn) dan

diproleh data subyektif pasien mengatakan bersedia untuk diberikankan

injeksi antibiotik melalui selang infus, data obyektif diperoleh obat sudah

masuk melalui selang infus. Tidak ada tahanan, tidak ada alergi. Pukul 10.15

dilakukan tindakan mengajarkan pada pasien cara mengungkapkan emosi

yang baik dan didapatkan data subyektif pasien mengatakan perasaan menjadi

lebih lega setelah belajar cara mengungkapkan emosi yang baik, data obyektif

didapatkan pasien tampak kooperatif dan terbuka untuk mengungkapkan

emosi yang baik.

Pukul 10.35 dilakukan tindakan mengkolaborasikan dengan keluarga

dalam pemberikanan suport mental dan diperoleh data subyektif keluarga

pasien mengatakan akan selalu mensuport pasien agar cepat membaik, data

obyektif didapatkan keluarga tampak antusias memberikan suport pada

pasien. Pukul 10.40 dilakukan tindakan memberikankan posisi yang nyaman

dan didapatkan data subyektif pasien mengatakan merasa nyaman dengan

posisi setengah duduk, data obyektif didapatkan tampak pasien ekspresi

Page 92: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

82

nyaman dengan posisi setengah duduk. Pukul 10.55 dlakukan tindakan

mengkolaborasikan dengan dokter dalam pemberikanan anticeptik (Nacl) dan

diperoleh data subyektif pasien mengatakan bersedia diberikankan antiseptik,

data obyektif didapatkan tampak diberikankan antiseptik Nacl pada kulit

pasien.

Pukul 11.15 dilakukan tindakan membersihkan dan memantau proses

penyembuhan dan didapatkan data subyektif pasien mengatakan terasa lebih

nyaman setelah kulit dibersihkan, data obyektif didapatkan terlihat kemerahan

dikulit dan bengkak mereda masih terdapat sedikit kelupasan kulit. Pukul

12.10 dilakukan tindakan menganjurkan pada pasien untuk menjaga

kebersihan kulit dan didapatkan data subyektif pasien mengatakan mengerti

dan mau menjaga kebersihan kulitnya, dan data obyektif diperoleh pasien

tampak mengerti dan mau untuk menjaga kebersihan kulitnya. Pukul 12.40

dilakukan tindakan mempertahankan teknik aseptik dan diperoleh data

subyektif pasien mengatakan akan menjaga kebersihan kulitnya seperti

mencuci tangan sebelum dan sesudah aktivitas, data obyektif diperoleh

tampak pasien kooperatif menjaga kebersihan.

Pukul 13.00 dilakuakn tindakan mengkolaborasikan dengan keluarga

cara pencegahan infeksi dan diperoleh data subyektif keluarga pasien

mengatakan paham dengan pencegahan infeksi, dan data obyektif didapatkan

tampak keluarga pasien kooperatif dalam pencegahan infeksi. Pukul 13.10

dilakukan tindakan memberikankan terapi relaksasi otot progresif dan

diperoleh data subyektif pasien mengatakan setelah direlaksasi pikiran

Page 93: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

83

menjadi lebih rileks, dan diperoleh data obyektif tampak pasien lebih nyaman

setelah direlaksasi. Pukul 13.35 dilakukan tindakan mengkaji tingkat stress

pada pasien dan diperoleh data subyektif pasien mengatakan ingin cepat

pulang dan akan semangat untuk menjaga pola makanya sesuai dengan diet

namun pasien masih mencemaskan tentang penyakitnya saat berfikir tentang

Penyakitnya dan data obyektif diperoleh pasien tampak masih gelisah,

tampak agak tegang. Dan mulai tumbuh rasa untuk patuh diet secara teratur.

Score DDS (Diabetes Distress Scale) adalah 30 : 17 = 1,76. Nilai akhir =

1,76(stress ringan)

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada hari kamis, 7 Januari 2016

pukul 07.15 adalah mengkaji keluhan utama dan status nyeri pasien dan

memantau ttv pasien diperoleh data subyektif P: Pasien mengatakan terasa

nyeri saat jari digerakan, Q: pasien mengatakan nyeri terasa digaruk-garuk, R:

pasien mnegatakan nyeri terasa pada antara jari telunjuk dan ibu jari kanan, S:

pasien mengatakan skala nyeri 2, T: pasien mengakatan nyeri hilang timbul,

data obyktif diperoleh pasien tampak ekspresi wajah menahan nyeri, terdapat

luka pada tangan kanan pasien pada antara ibu jari dan telunjuk, tampak

ekspresi wajah meringis kesakitan.Vital sign : TD = 115/72 mmHg, N = 91

kali/menit, RR = 22 kali/menit, S = 36,6 ‘C. Pukul 07.40 dilakukan tindakan

Mengobservasi kulit akan adanya tanda infeksi pada mukosa seperti

kemerahan, panas dan diperoleh data subyektif pasien mengatakan masih

terdapat kemerahan dan sedikit mengelupas, diantara jari telunjuk dan ibu jari

tangan kanan serta rasa gatal dan panas sudah tidak terasa dan bengkak sudah

Page 94: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

84

mereda, data obyektif diperoleh tampak bengkak sudah mereda, namun masih

terdapat kemerahan, dan sedikit mengelupas pada antara jari telunjuk dan ibu

jari tangan kanan sekitar panjang 3 cm dan lebar 2cm.

Pukul 08.10 dilakukan tindakan memberikankan informasi pada pasien

mengenai kemajuan keadaan pasien dan diperoleh data subyektif pasien

mengatakan dia merasa lega mengetahui kondisi luka berkurang kelupasanya,

bengkak sudah mereda, gatal dan panas sudah tidak terasa. Karena khawatir

dengan penyakitnya maka pasien akan teratur menjalani diet yang dianjurkan

oleh dokter, data obyektif diperoleh masih tampak kemerahan di antara ibu

jari dan telunjuk kanan pasien bengkak mereda dan kelupasan berkurang,

Pasien kooperatif untuk taat diet.GDS = 157 mg/al.

Pukul 08.45 dilakukan tindakan mengkaji tingkat stress pada pasien dan

diperoleh data subyektif pasien mengatakan ingin cepat pulang dan semangat

menjalankan diet agar Penyakitnya tidak semakin buruk, rasa emosi dan

marah sudah menurun namun masih mencemaskan tentang Penyakitnya, data

obyektif diperoleh pasien tampak gelisah dan tegang sudah menurun. Score

DDS (Diabetes Distress Scale) adalah 30 : 17 = 1,76 (stress ringan). Pukul

09.00 dilakukan tindakan memberikankan teknik relaksasi otot progresif dan

diperoleh data subyektif pasien mengatakan pikiran terasa lebih tenang dan

rileks setelah berelaksasi, data obyektif diperoleh pasien tampak kooperatif

dan ekspresi wajah temapk lebih nyaman.

Pukul 09.50 dilakukan tindakan mengkolaborasikan dengan dokter

dalam pemberikanan antibiotik (cefotaxime, antalgin, gentamicyn) dan

Page 95: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

85

diperoleh data subyektif pasien mengatakan bersedia untuk diberikankan

injeksi antibiotik melalui selang infus, data obyektif diperoleh obat sudah

masuk melalui selang infus, tidak ada tahanan, tidak ada alergi. Pukul 10.15

dilakukan tindakan mengajarkan pada pasien cara mengungkapkan emosi

yang baik diperoleh data subyektif pasien mengatakan perasaan menjadi lebih

lega setelah belajar cara mengungkapkan emosi yang baik, data obyektif

diperoleh pasien tampak kooperatif dan terbuka untuk mengungkapkan emosi

yang baik.

Pukul 10.35 dilakukan tindakan mengkolaborasikan dengan keluarga

dalam pemberikanan suport mental diperoleh data subyektif keluarga pasien

mengatakan akan selalu mensuport pasien agar cepat membaik, data obyektif

diperoleh keluarga tampak antusias memberikan suport pada pasien. Pukul

10.40 dlakukan tindakan memberikankan posisi yang nyaman dan diperoleh

data subyektif pasien mengatakan merasa nyaman dengan posisi setengah

duduk, data obyektif diperoleh tampak pasien ekspresi nyaman dengan posisi

setengah duduk. Pukul 10.55 dilakukan tindakan mengkolaborasikan dengan

dokter dalam pemberikanan anticeptik (Nacl) dan diperoleh data subyektif

pasien mengatakan bersedia diberikankan antiseptik, data obyektif didapatkan

tampak diberikankan antiseptik Nacl pada kulit pasien.

Pukul 11.15 dilakukan tindakan membersihkan dan memantau proses

penyembuhan dan diperoleh data subyektif pasien mengatakan terasa lebih

nyaman setelah kulit dibersihkan, data obyektif didapatkan terlihat kemerahan

dikulit dan bengkak mereda masih terdapat sedikit kelupasan kulit, luka

Page 96: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

86

terkompres nacl. Pukul 12.10 dilakuakan tindakan menganjurkan pada pasien

untuk menjaga kebersihan kulit dan didapatkan data subyektif pasien

mengatakan mengerti dan mau menjaga kebersihan kulitnya, data obyektif

ddapatkan pasien tampak mengerti dan mau untuk menjaga kebersihan

kulitnya.

Pukul 12.40 dilakukan tindakan mempertahankan teknik aseptik dan

diperoleh data subyektif pasien mengatakan akan menjaga kebersihan

kulitnya seperti mencuci tangan sebelum dan sesudah aktivitas, data obyektif

didapatkan tampak pasien kooperatif menjaga kebersihan. Pukul 13.00

dilakukan tindakan mengkolaborasikan dengan keluarga cara pencegahan

infeksi dan didapatkan data subyektif keluarga pasien mengatakan paham

dengan pencegahan infeksi, data obyektif didapatkan tampak keluarga pasien

kooperatif dalam pencegahan infeksi.

Pukul 13.10 dilakukan tindakan memberikankan terapi relaksasi otot

progresif dan diperoleh data subyektif pasien mengatakan setelah direlaksasi

pikiran menjadi lebih rileks, data obyektif diperoleh tampak pasien lebih

nyaman setelah direlaksasi. Pukul 13.35 dilakuakan tindakan mengkaji

tingkat stress pada pasien dan diperoleh data subyektif pasien mengatakan

ingin cepat pulang dan akan semangat untuk menjaga pola makanya sesuai

dengan diet dan rasa cemas serta kegelisahan tentang penyakitnya sudah

mulai turun, data obyektif diperoleh pasien tampak antusias untuk cepat

sembuh serta ketegangan dan gelisah pada pasien sudah mulai turun. Score

DDS adalah 26 : 17 = 1,53(stress ringan).

Page 97: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

87

E. Evaluasi

Hari senin tanggal 4 Januari 2016 pukul 14.00 WIB didapatkan hasil

evaluasi sebagai berikut: data subyektif, P : Pasien mengatakan terasa nyeri

saat jari digerakan, Q: pasien mengatakan nyeri terasa cenat cenut, R: pasien

mengatakan nyeri terasa pada antara jari telunjuk dan ibu jari kanan, S: pasien

mengatakan skala nyeri 4, T : pasien mengakatan nyeri hilang timbul, dan

data obyektif pasien tampak ekspresi wajah menahan nyeri, terdapat luka

pada tangan kanan pasien pada antara ibu jari dan telunjuk, tampak ekspresi

wajah meringis kesakitan. Vital sign : TD = 115/70 mmHg, N = 91

kali/menit, RR = 22 kali/menit, S = 36,5 ‘C. Analisa yang dapat diambil

masalah keperawatan pasien masih merasakan nyeri skala 4, masalah belum

teratasi. Intervensi dilanjutkan kaji keluhan utama serta status nyeri pasien,

pantau TTV pasien, berikankan posisi yang nyaman, ajarkan teknik relaksasi

nafas dalam, kolaborasi dengan dokter dalam pemberikanan antibiotik.

Pukul 14.05 didapatkkan evaluasi sebagai berikut: data subyektif pasien

mengatakan terdapat kemerahan dan sedikit mengelupas, diantara jari

telunjuk dan ibu jari tangan kanan, data obyektif tampak sedikit bengkak,

kemerahan, dan sedikit mengelupas pada antara jari telunjuk dan ibu jari

tangan kanan. Analisa data didapatkan masih terdapat kemerahan, bengkak

serta kelupasan pada antara jari tangan dan ibu jari kanan, masalah belum

teratasi. Intervensi dilanjutkan kaji kulit akan adanya kemerahan dan tanda

infeksi, anjurkan pada klien untuk menjaga kebersihan kulitnya, bersihkan

Page 98: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

88

dan pantau proses penyembuhan, kolaborasi dengan dokter dalam

pemberikanan anticeptik.

Pukul 14.10 didapatkan evaluasi sebagai berikut: data subyektif pasien

mengatakan tidak rutinn kontrol GDS rutin ke dokter satu bulan sekali serta

tidak menjalankan diet rutin walaupun sudah diberikankan diet rutin sehingga

pasien tidak menyangka berakibat seperti keadaanya sekarang, data obyektif

tampak pasien tidak mengerti tentang dampak tidak melaksanakan dietnya.

GDS : 237 mg/dL. Analisa data didapatkan pasien masih belum memahami

akan pentingnya diet DM. masalah belum teratasi. Intervensi dilanjutkan kaji

tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya, berikan pendidikan

kesehatan pada pasien tentang penyakitnya, kolaborasi dengan keluarga untuk

mengulangi pendidikan kesehatan yang sudah diberikankan, berikan

informasi kepada pasien mengenai kemajuan keadaan pasien dengan cara

yang tepat (gula darah pasien per hari).

Pukul 14.20 didapatkan evaluasi sebagai berikut: data subyektif pasien

mengatakan merasa tertekan karena memikirkan penyakitnya dan merasa

mengalami perubahan emosi seperti rasa marah yang meningkat saat sedang

sendiri dan rasa tidak sabar ingin cepat sembuh, pasien mengatakan merasa

gelisah apakah keadaanya akan membaik atau sebaliknya, data obyektif

pasien tampak gelisah, tampak tegang dan tampak mencemaskan keadaanya.

Score DDS (Diabetes Distress Scale) adalah 42: 17 = 2,47(stress sedang).

Analisa data didapatkan pasien masih gelisah, DDS = 2,47. Masalah belum

teratasi, intervensi dilanjutkan kaji tingkat stress pada pasien, berikankan

Page 99: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

89

teknik relaksasi otot progresif, ajarkan pada klien cara mengungkapkan emosi

yang benar, kolaborasi dengan keluarga dalam memberikan dukungan suport

mental.

Pukul 14.25 didapatkan evaluasi sebagai berikut: data subyektif pasien

mengatakan terdapat kemerahan dan sedikit mengelupas, sedikit bengkak

diantara jari telunjuk dan ibu jari tangan kanan terasa sedikit gatal dan panas,

data obyektif tampak sedikit bengkak, kemerahan, dan sedikit mengelupas

pada antara jari telunjuk dan ibu jari tangan kanan sekitar panjang 3 cm dan

lebar 2cm. Analisa data didapatkan masih terdapat tanda infeksi (merah,

bengkak, gatal, panas) masalah belum teratasi. intervensi dilanjutkan

observasi tanda dan gejala infeksi, inspeksi kulit dan membran mukosa

terhadap kemerahan dan panas, pertahankan teknik aseptik, kolaborasi

dengan keluarga cara pencegahan infeksi, kolaborasi dengan dokkter dalam

pemberikanan anticeptik.

Hari selasa tanggal 5 Januari 2016 pukul 14.00 didapatkan evaluasi

sebagai berikut: data subyektif P: Pasien mengatakan masih terasa nyeri saat

jari digerakan, Q: pasien mengatakan nyeri terasa cenat cenut, R: pasien

mnegatakan nyeri terasa pada antara jari telunjuk dan ibu jari kanan, S: pasien

mengatakan skala nyeri 4, T: pasien mengakatan nyeri hilang timbul. Data

obyektif pasien tampak ekspresi wajah menahan nyeri, terdapat luka pada

tangan kanan pasien pada antara ibu jari dan telunjuk, tampak ekspresi wajah

meringis kesakitan. Vital sign : TD = 110/71 mmHg, N = 90 kali/menit, RR =

22 kali/menit, S = 35,7 ‘C. Analisa data didapatkan pasien mengatakan nyeri

Page 100: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

90

masih terasa, skala nyeri 4, masalah belum teratasi. Intervensi dilanjutkan kaji

keluhan utama serta status nyeri pasien, pantau TTV pasien, berikankan

posisi yang nyaman, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, kolaborasi dengan

dokter dalam pemberikanan antibiotik.

Pukul 14.10 didapatkan evaluasi sebagai berikut: data subyektif pasien

mengatakan terdapat kemerahan dan sedikit mengelupas, diantara jari

telunjuk dan ibu jari tangan kanan, data obyektif tampak sedikit bengkak,

kemerahan, dan sedikit mengelupas pada antara jari telunjuk dan ibu jari

tangan kanan. Analisa data didapatkan masih terdapat kemerahan, bengkak

serta kelupasan pada antara jari tangan dan ibu jari kanan, masalah belum

teratasi. Intervensi dilanjutkan kaji kulit akan adanya kemerahan dan tanda

infeksi, anjurkan pada klien untuk menjaga kebersihan kulitnya, bersihkan

dan pantau proses penyembuhan, kolaborasi dengan dokter dalam

pemberikanan anticeptik.

Pukul 14.15 didapatkan evaluasi sebagai berikut: data subyektif pasien

mengatakan karena dia akhirnya mengetahui hasil dari perbuatanya maka

pasien akan menaati diet yang sudah dianjurkan karena dia sudah menyesal

tidak mematuhi diet, data obyektif tampak pasien kooperatif ingin

melaksanakan diet dengan baik. Analisa data didapatkkan pasien memahami

pentingnya diet dm bagi pasien dengan DM, masalah teratasi sebagian.

Intervensi diprtahankan berikan informasi kepada pasien mengenai kemajuan

keadaan pasien dengan cara yang tepat (gula darah pasien per hari).

Page 101: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

91

Pukul 14.20 didapatkan evaluasi sebagai berikut: pasien mengatakan

ingin cepat pulang dan masih merasa tertekan karena memikirkan

penyakitnya dan merasa mengalami perubahan emosi seperti rasa marah yang

meningkat saat sedang sendiri memikirkan tentang penyakitnya, data obyektif

pasien tampak masih gelisah, tampak tegang. Score DDS (Diabetes Distress

Scale) adalah 34:17= 2 (stress sedang). Analisa data didapatkan pasien masih

gelisah, DDS = 2, masalah belum teratasi. Intervensi dilanjutkan kaji tingkat

stress pada pasien, berikankan teknik relaksasi otot progresif, ajarkan pada

klien cara mengungkapkan emosi yang benar, kolaborasi dengan keluarga

dalam memberikan dukungan suport mental.

Pukul 14.25 didapatkan evaluasi sebagai berikut: data subyektif pasien

mengatakan masih terdapat kemerahan dan sedikit mengelupas, sedikit

bengkak diantara jari telunjuk dan ibu jari tangan kanan serta terkadang msih

terasa sedikit gatal dan agak panas, data obyektif tampak sedikit bengkak,

kemerahan, dan sedikit mengelupas pada antara jari telunjuk dan ibu jari

tangan kanan sekitar panjang 3 cm dan lebar 2cm. Analisa data didapatkan

masih terdapat tanda infeksi (merah, bengkak, gatal, panas) masalah belum

teratasi. Intervensi dilanjutkan observasi tanda dan gejala infeksi, inspeksi

kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan dan panas, pertahankan

teknik aseptik, kolaborasi dengan keluarga cara pencegahan infeksi,

kolaborasi dengan dokter dalam pemberikanan anticeptik.

Hari rabu tanggal 6 Januari 2016 pukul 14.00 didapatkan evaluasi

sebagai berikut: P: Pasien mengatakan masih terasa nyeri saat jari digerakan,

Page 102: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

92

Q: pasien mengatakan nyeri terasa ditusuk-tusuk, R: pasien mnegatakan nyeri

terasa pada antara jari telunjuk dan ibu jari kanan, S: pasien mengatakan skala

nyeri 3, T: pasien mengakatan nyeri hilang timbul, data obyektif pasien

tampak ekspresi wajah menahan nyeri, terdapat luka pada tangan kanan

pasien pada antara ibu jari dan telunjuk, tampak ekspresi wajah meringis

kesakitan. Vital sign : TD = 110/70 mmHg, N = 92 kali/menit, RR = 22

kali/menit, S = 36,6 ‘C. Analisa data didapatkan pasien mengatakan nyeri

masih terasa, skala nyeri 3, masalah belum teratasi. Intervensi dilanjutkan kaji

keluhan utama serta status nyeri pasien, pantau TTV pasien, berikankan

posisi yang nyaman, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, kolaborasi dengan

dokter dalam pemberikanan antibiotik.

Pukul 14.10 didapatkan evaluasi sebagai berikut: data subyektif pasien

mengatakan terdapat kemerahan dan sedikit mengelupas, diantara jari

telunjuk dan ibu jari tangan kanan, data obyektif tampak bengkak samar-

samar, kemerahan, dan sedikit mengelupas pada antara jari telunjuk dan ibu

jari tangan kanan. Analisa data diperoleh masih terdapat kemerahan, bengkak

samar serta kelupasan pada antara jari tangan dan ibu jari kanan, masalah

belum teratasi. Intervensi dilanjutkan kaji kulit akan adanya kemerahan dan

tanda infeksi, anjurkan pada klien untuk menjaga kebersihan kulitnya,

bersihkan dan pantau proses penyembuhan, kolaborasi dengan dokter dalam

pemberikanan anticeptik.

Pukul 14.15 diperoleh evaluasi sebagai berikut: data subyektif pasien

mengatakan akan menaati diet yang sudah dianjurkan secara rutin karena

Page 103: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

93

tidak mau Penyakitnya semakin parah, data obyektif diperoleh tampak pasien

sudah mengerti akan pentingnya patuh terhadap diet DM. Analisa data

diperoleh pasien memahami pentingnya diet dm bagi pasien dengan DM,

masalah teratasi sebagian. Intervensi dipertahankan berikan informasi kepada

pasien mengenai kemajuan keadaan pasien dengan cara yang tepat (gula

darah pasien per hari).

Pukul 14.20 diperoleh evaluasi sebagai berikut: data subyektif pasien

mengatakan ingin cepat pulang dan akan semangat untuk menjaga pola

makanya sesuai dengan diet namun pasien masih mencemaskan tentang

penyakitnya saat berfikir tentang Penyakitnya, data obyektif pasien tampak

masih gelisah, tampak agak tegang dan mulai tumbuh rasa untuk patuh diet

secara teratur. Score DDS (Diabetes Distress Scale) adalah 30 : 17 = 1,76

(stress ringan). Analisa data didapatkan kegelisahan pada pasien mulai

menurun, DDS = 1,76, masalah teratasi sebagian. Intervensi dilanjutkan

intervensi kaji tingkat stress pada pasien, berikankan teknik relaksasi otot

progresif, ajarkan pada klien cara mengungkapkan emosi yang benar,

kolaborasi dengan keluarga dalam memberikan dukungan suport mental.

Pukul 14.25 didapatkan evaluasi sebaga berikut : data subyektif

didapatkan pasien mengatakan masih terdapat kemerahan dan sedikit

mengelupas, sedikit bengkak diantara jari telunjuk dan ibu jari tangan kanan

serta terkadang msih terasa sedikit gatal dan rasa panas terasa menurun, data

obyektif tampak bengkak samar-samar, kemerahan, dan sedikit mengelupas

pada antara jari telunjuk dan ibu jari tangan kanan sekitar panjang 3 cm dan

Page 104: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

94

lebar 2cm. Analisa data didapatkan masih terdapat tanda infeksi (merah,

bengkak, gatal, panas) masalah belum teratasi. Intervensi dilanjutkan

observasi tanda dan gejala infeksi, inspeksi kulit dan membran mukosa

terhadap kemerahan dan panas, pertahankan teknik aseptik, kolaborasi

dengan keluarga cara pencegahan infeksi, kolaborasi dengan dokter dalam

pemberikanan anticeptik.

Hari kamis tanggal 7 Januari 2016 pukul 14.00 diperoleh evaluasi

sebagai berikut: data subyektif P: Pasien mengatakan masih terasa nyeri saat

jari digerakan, Q: pasien mengatakan nyeri terasa digaruk-garuk, R: pasien

mnegatakan nyeri terasa pada antara jari telunjuk dan ibu jari kanan, S: pasien

mengatakan skala nyeri 2, T: pasien mengakatan nyeri hilang timbul, data

obyektif pasien tampak ekspresi wajah menahan nyeri, terdapat luka pada

tangan kanan pasien pada antara ibu jari dan telunjuk, tampak ekspresi wajah

meringis kesakitan. Vital sign : TD = 115/72 mmHg, N = 91 kali/menit, RR =

22 kali/menit, S = 36,6 ‘C. Analisa data diperoleh pasien mengatakan nyeri

masih terasa, skala nyeri 2, masalah belum teratasi. Intervensi dilanjutkan kaji

keluhan utama serta status nyeri pasien, pantau TTV pasien, berikankan

posisi yang nyaman, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam.

Pukul 14.10 diperoleh evaluasi sebagai berikut: data subyektif pasien

mengatakan terdapat kemerahan dan sedikit mengelupas, diantara jari

telunjuk dan ibu jari tangan kanan, data obyektif tampak bengkak mereda,

kemerahan, dan sedikit mengelupas pada antara jari telunjuk dan ibu jari

tangan kanan. Analisa data diperoleh masih terdapat kemerahan, bengkak

Page 105: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

95

mereda serta kelupasan pada antara jari tangan dan ibu jari kanan, masalah

belum teratasi. Intervensi dilanjutkan kaji kulit akan adanya kemerahan dan

tanda infeksi, anjurkan pada klien untuk menjaga kebersihan kulitnya,

bersihkan dan pantau proses penyembuhan, kolaborasi dengan dokter dalam

pemberikanan anticeptik.

Pukul 14.15 diperoleh evaluasi sebagai berikut: data subyektif pasein

mengatakan merasa lega setelah mengetahui luka ditanganya mulai membaik,

oleh karena itu pasien akan benar-benar menjaga pola makanya dan patuh diet

agar sakitnya tidak semakin memburuk, data obyektif tampak pasien sudah

mengerti akan pentingnya patuh terhadap diet DM dan pasien mau untuk

patuh diet DM. GDS= 157 mg/al. Analisa data pasien memahami pentingnya

diet dm bagi pasien dengan DM, masalah teratasi. Intervensi dipertahankan

berikan informasi kepada pasien mengenai kemajuan keadaan pasien dengan

cara yang tepat (gula darah pasien per hari).

Pukul 14.20 diperoleh evaluasi sebagai berikut: ddata subyektif pasien

mengatakan ingin cepat pulang dan akan semangat untuk menjaga pola

makanya sesuai dengan diet dan rasa cemas serta kegelisahan tentang

Penyakitnya sudsh mulai turun, data obyektif pasien tampak antusias untuk

cepat sembuh serta ketegangan dan gelisah pada pasien sudah mulai turun.

Score DDS (Diabetes Distress Scale) adalah 26 : 17 = 1,53(stress ringan).

Analisa data diperoleh kegelisahan pada pasien mulai menurun, DDS = 1,53,

masalah tertasi sebagian. Intervensi dipertahankan kaji tingkat stress pada

pasien, berikankan teknik relaksasi otot progresif, ajarkan pada klien cara

Page 106: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

96

mengungkapkan emosi yang benar, kolaborasi dengan keluarga dalam

memberikan dukungan suport mental.

Pukul 14.25 diperoleh evaluasi sebagai berikut: data subyektif pasien

mengatakan masih terdapat kemerahan dan sedikit mengelupas, bengkak

mereda diantara jari telunjuk dan ibu jari tangan kanan serta gatal dan panas

sudah tidak terasa lagi, data obyektif tampak bengkak mereda, kemerahan,

dan sedikit mengelupas pada antara jari telunjuk dan ibu jari tangan kanan

sekitar panjang 3 cm dan lebar 2cm. Analisa data diperoleh masih terdapat

merah dan sedikit kelupasan masalah belum teratasi. Intervensi dilanjutkan

observasi tanda dan gejala infeksi, inspeksi kulit dan membran mukosa

terhadap kemerahan dan panas, pertahankan teknik aseptik, kolaborasi

dengan keluarga cara pencegahan infeksi, kolaborasi dengan dokter dalam

pemberikanan anticeptik.

Page 107: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

97

BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab ini, penulis membahas tentang aplikasi jurnal pemberian teknik

relaksasi otot progresif terhadap penurunan stress psikologis dengan pasien DM

tipe 2 pada Ny.L yang dilaksanakan 4 hari, mulai dari tanggal 4 Januari 2016

sampai 7 Januari 2016 di ruang Teratai di Rumah Sakit Umum Dr. Soediran

Mangun Soemarso Wonogiri. Pembahasan melitputi: pelaksanaan asuhan

keperawatan pada pasien Ny.L dengan diabetes melitus di ruang Teratai Ruah

Sakit Umum Daerah Wonogiri sesuai tahapan proses keperawatan yang meliputi :

pengkajian diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi serta

dilengkapi pembahasan dokumentasi keperawatan.

A. Pengkajian

Pengkajian terhadap Ny.L dengan diabetes melitus di ruang teratai

RSUD kota Wonogiri menggunakan metode auotoanamnesa dan

alloanamnesa, dimulai dari biodata pasien, riwayat kesehatan, pengkajian

pola kesehatan gordon, pengkajian fisik, dan di dukung dengan hasil

laboratorium dan hasil pemeriksaan penunjang. Metode dalam

mengumpulkan data adalah observasi yaitu, dengan mengamati perilaku dan

keadaan pasien untuk memperoleh data tentang masalah-masalah yang

dialami klien. Data dasar tersebut digunakan untuk menentukan diagnosis

keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah klien (Dermawan, 2012).

97

Page 108: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

98

Pengkajian dilakukan pada pasien Ny.L pada tanggal 4 Januari 2016

dengan diagnosa medis diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang

timbul pada seseorang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar

glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif

(Soegondo, 2009).

Keluhan umum yang dirasakan Ny.L adalah nyeri. Nyeri merupakan

suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri didefinisikan

sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan eksistensinya

diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007). Menurut

International Associaton for Study of pain (IASP) dalam potter dan \perry

(2005), nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak

menyenangkan akibat terjadinya kerusakan aktual maupun potensial, atau

menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.

Data yang menudukung keluhan utama klien nyeri pada tangan yaitu

pola kognitif dan perceptual dengan melakukan pengkajian nyeri

menggunakan P, Q, R, S, T (Provoking, Quality, Region, Scale, Time) pasien

mengatakan nyeri pada antara jari telunjuk dan ibu jari tangan kanan. P:

Pasien mengatakan terasa nyeri saat jari digerakan, Q: pasien mengatakan

nyeri terasa cenat cenut R: pasien mengatakan nyeri terasa pada antara jari

telunjuk dan ibu jari kanan S: pasien mengatakan skala nyeri 4, T: pasien

mengakatan nyeri hilang timbul. Penulis mengangkat skala nyeri 4

berdasarkan pengkajian dengan skala intensitas nyeri numerik yaitu antara 0-

10 (Smeltzer & Bare, 2008).

Page 109: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

99

Hasil pemeriksaan ekstremitas pada Ny.L terdapat luka pada bagian

tangan kanan diantara ibu jari dan jari telunjuk, kekuatan otot kanan dan kiri

normal skala 5 ka/ki, rom kanan kiri normal skala 5 ka/ki, tidak ada

perubahan bentuk tulang, perbaan akral hangat, capilari refile ka/ki 2

detik/kurang 2 detik. Tampak terdapat kemerahan diantara jari telunjuk dan

ibu jari kanan serta tampak sedikit bengkak dan kulit sedikit mengelupas serta

nyeri saat jari digerakan. Berdasarkan data tersebut luka Ny.L termasuk

dalam luka derajat 1 luka superficial, yaitu luka yang terjadi pada lapisan

epidermis kulit (R. Sjamsuhudajat dan Wim De Jong, 2004).

Hasil pengkajian pola nutrisi pada Ny.L ditemukan sebelum masuk

rumah sakit pasien sering mengkonsumsi makanan atau minuman yang

mengandung gula dan pasien tidak menjalankan diet yang sudah diberikan.

Pasien tidak begitu memahami akibat dari kelalaian menjalankan dietnya

karena kurangnya informasi dan pendidikan mengenai pentingnya diet pada

pasien diabetes melitus. Faktor yang dapat mempengaruhi dalam diabetes

melitus diantaranya keturunan, nutrisi, kadar kortikosteroid yang tinggi,

kehamilan diabetes gestasional, akan hilang setelah melahirkan, obat-obatan

yang merusak pankkreas, racun yang mempengaruhi pembentukan efek dari

insulin, diabetes terjadi jika tubuh tidak menghasilkan insulin yang cukup

untuk mempertahankan kadar gula darah yang normal atau jika sel tidak

memberikan respon yang tepat terhadap insulin (Pudiastuti, 2013).

Pengkajian pola mekanisme koping didapatkan hasil, pasien

mengatakan sebelum sakit jika pasien ada masalah dia selalu bercerita dengan

Page 110: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

100

keluarganya, dan selama sakit pasien mengatakan dengan kejadian ini dia

merasa emosinya mudah berubah seperti marah yang meningkat terlebih saat

dia sedang berfikir tentang penyakitnya. Pasien terlihat tegang dan pasien

mengatakan tidak sabar ingin cepat sembuh agar bisa beraktivitas seperti

biasanya. Pasien mengatakan dia mencemaskan keadaannya apakah akan

membaik atau justru semakin memburuk dan merasa DM menekan hidupnya.

Berdasarkan hasil pengkajian tersebut, pasien mengalami stress psikologis.

Stress adalah reaksi non spesifik manusia terhadap rangsangan atau tekanan

(stressor). Stress merupakan suatu reaksi adaptif, bersifat sangat individual,

sehingga suatu stress bagi seseorang belum tentu sama tanggapannnya bagi

orang lain (Hartono, 2007).

Pengkajian merupakan inti dari berfikir kritis dan pemecahan masalah

klinik. Setelah mengumpulkan dan memvalidasi data subyektif dan obyektif

serta menginterprestasikan data, penulis melakukan analisa data dan

mengelompokkan sesuai dengan data yang didapatkan dari hasil pengkajian

(Potter dan Perry, 2005).

B. Perumusan Masalah

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon

aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat

mempunyai lisensi dan kompeten untuk menganalisanya. Alasan untuk

merumuskan diagnosa keperawatan setelah menganalisis data pengkajian

adalah untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang melibatkan klien dan

Page 111: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

101

keluarganya dan untuk memberikan arah asuhan keperawatan (Potter and

Perry, 2005).

1. Diagnosa keperawatan utama yang diangkat oleh penulis dalam

pengelolaan kasus Ny.L adalah nyeri berhubungan dengan agen cidera

biologis. Nyeri akut adalah pengalaman sensorik yang tidak

menyenangkan dan muncul akibat kerusakan jaringan atau potensial atau

digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (International

association for the study of pain), awalan yang tiba-tiba atau lambat

dengan intensitas dari ringan hingga berat terjadi secara konstan atau

berulang tanpa akhir yang dapat diantispasi atau diprediksi dan

berlangsung kurang dari 6 bulan (Herdman, 2012).

Batasan karakteristik nyeri akut terjadi perubahan tekanan darah,

perubahan frekuensi jantung, perubahan frekuensi pernafasan,

mengekspresikan perilaku gelisah atau menangis, waspada iritabilitas,

sikap melindungi area nyeri, perubahan posisi untuk menghindari nyeri,

fokus pada diri sendiri, masker wajah (meringis, tampak kacau, mata

kurang bercahaya), gangguan tidur (Herdman, 2012).

Data hasil pengkajian yang mendukung diagnosa nyeri akut

diperoleh data subyektif P: pasien mengatakan terasa nyeri saat jari

digerakan, Q: pasien mengatakan nyeri terasa cenat cenut, R: pasien

mnegatakan nyeri terasa pada antara jari telunjuk dan ibu jari kanan, S:

pasien mengatakan skala nyeri 4, T: pasien mengakatan nyeri hilang

timbul. Data objektif didapatkan data pasien tampak ekspresi wajah

Page 112: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

102

menahan nyeri, terdapat luka pada tangan kanan pasien pada antara ibu jari

dan telunjuk, tampak ekspresi wajah meringis kesakitan. Vital sign : TD =

115/70 mmHg, N = 91 kali/menit, RR = 22 kali/menit, S = 36,5 ‘C.

Berdasarkan data tersebut sesuai dengan teori dimana pasien

mengeluh nyeri saat ibu jari dan jari telunjuk kanan digerakan, ekspresi

wajah klien menahan nyeri, ekspresi klien meringis kesakitan. Penulis

memprioritaskan diagnosa nyeri akut berdasarkan hirarki kebutuhan

menurut maslow yaitu masuk dalam kebutuhan tingkat kedua mencakup

kebutuhan keamanan dan keselamatan (fisik dan psikologis) yang

merupakan kebutuhan paling dasar kedua yang harus diprioritaskan (Potter

dan Perry, 2005).

2. Diagnosa keperawatan kedua yang diangkat oleh penulis adalah kerusakan

integritas kulit berhubungan dengan kondisi gangguan metabolik.

Kerusakan integritas kulit artinya perubahan atau gangguan pada

epidermis dan atau kulit. Batasan karakteristik kerusakan integritas kulit:

kerusakan lapisan kulit, gangguan permukaan kulit, invasi sruktur tubuh

(Herdman, 2012).

Data yang mendukung diagnosa keperawatan kerusakan integritas

kulit meliputi data subyektif pasien mengatakan terdapat kemerahan serta

kelupasan di kulit pada antara jari telunjuk dan ibu jari sebelah kanan.

Data obyektif didapatkan hasil tampak terdapat kemerahan pada antara ibu

jari dan jari telunjuk kanan dan sedikit kelupasan kulit, luka kemerahan

panjang 3 cm dan lebar 2 cm, terlihat sedikit bengkak.

Page 113: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

103

Berdasarkan data tersebut sesuai dengan teori dimana terdapat

perubahan atau gangguan pada epidermis dan atau kulit yang berupa

kemerahan dan kelupasan pada kulit. Penulis memprioritaskan diagnosa

kerusakan integritas kulit sebagai diagnosa kedua setelah nyeri, karena

kerusakan integritas kulit tidak bersifat urgent (Potter dan Perry, 2005).

3. Diagnosa yang ketiga yang diangkat oleh perawat yaitu defisiensi

pengetahuan berhubungan dengan kurang minat dalam belajar. Defisiensi

pengetahuan adalah ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang

berkaitan dengan topik tertentu. Batasan karakteristik diagnosa

keperawatan defisiensi pengetahuan: perilaku hiperbola, ketidakakuratan

mengikuti perintah, ketidakakuratan melakukan tes, perilaku tidak tepat

(misal agitasi, apatis), pengungkapan masalah (Herdman, 2012).

Diagnosa ini muncul karena pada saat dilakukan pengkajian pada

Ny.L ditemukan data-data yang menunjang seperti data subyektif pasien

mengatakan tidak rutin kontrol GDS satu bulan sekali, tidak menjalankan

diet rutin walaupun sudah diberikan diet rutin sehingga pasien tidak

menyangka berakibat seperti keadaannya sekarang. Data obyektif

didapatkan hasil tampak pasien tidak mengerti tentang dampak tidak

melaksanakan dietnya.GDS : 237 mg/dL.

Berdasarkan data tersebut sesuai dengan teori dimana pasien

ketidakakuratan mengikuti perintah diet yang sudah diberikan.

Berdasarkan tanda dan gejala yang ditunjukan Ny.L penulis mengangkat

Page 114: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

104

diagnosa keperawatan defisiensi pengetahuan sebagai diagnosa ketiga

karena tidak bersifat urgent.

4. Diagnosa keperawatan yang keempat yang diangkat oleh perawat yaitu

stress berhubungan dengan penyakit kronis. Stress adalah jumlah dan jenis

permintaan atau tntutan yang berlebihan yang memerlukan tanggapan.

Batasan karakteristik diagnosa keperawatan stress: mengungkapkan

perasaan tekanan, mengungkapkan perasaan tegang, mengungkapkkan

perasaan peningkatan rasa marah, mengungkapkan perasaan

ketidaksabaran, menunjukkan peningkatan perasaan marah (Herdman,

2012).

Diagnosa ini muncul karena ditemukanya data-data penunjang pada

Ny.L saat dilakukan pengkajian, data-data tersebut diantaranya data

subyektif pasien mengatakan karena memikirkan penyakitnya dan merasa

mengalami perubahan emosi seperti rasa marah yang meningkat saat

sedang sendiri dan rasa tidak sabar ingin cepat sembuh, pasien mengatakan

merasa gelisah apakah keadaannya akan membaik atau sebaliknya. Data

obyektif pasien tampak gelisah, tampak tegang dan tampak mencemaskan

keadaannya. Score DDS (Diabetes Distress Scale) adalah 42. Nilai : 42 :

17 = 2,47 (stress sedang).

Berdasarkan data tersebut sesuai dengan teori dimana pasien

mengungkapkan merasa tertekan oleh penyakitnya, mengungkapkan

perasaan tegang, mengungkapkkan perasaan peningkatan rasa marah

terlebih saat pasien sedang sendirian. Menurut kebutuhan Maslow stress

Page 115: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

105

masuk dalam kebutuhan prioritas keempat kebutuhan ego. Penulis

memprioritaskan diagnosa stress sebagai diagnosa keempat setelah

defisiensi penngetahuan.

5. Diagnosa yang kelima yang diangkat oleh penulis adalah resiko infeksi

berhubungan diabetes melitus. Resiko infeksi artinya keadaan dimana

seorang individu terserang oleh agen patogenik dan oportinistik (virus,

jamur, bakteri, protozoa atau parasit lain) dari sumber-sumber eksternal,

sumber-sumber eksogen dan endogen (Herdman, 2012).

Tanda-tanda infeksi (peradangan) ini mencangkup rubor

(kemerahan), kolor (panas), dolor (rasa sakit), dan tumor (pembengkakan),

serta fungtio laesa (penurunan fungsi) (Nafrialdi, 2006).

Diagnosa ini muncul karena pada saat pengkajian kepada Ny.L,

penulis mendapatkan data-data yang menunjang untuk ditegakkanya

diagnosa infeksi, antara lain pada saat pengkajian ditemukan dari data

subyektif pasien mengatakan terdapat kemerahan dan kulit sedikit

mengelupas serta sedikit bengkak pada antara jari telunjuk dan ibu jari,

terasa sedikit panas dan gatal. Data obyektif terlihat adanya kemerahan

dan sedikit mengelupas serta sedikit bengkak pada antara jari telunjuk dan

ibu jari pada tangan kanan. Hasil pemeriksaan laborat ditemukan leukosit

14,1 (normal 4,1 – 10,9).

Hal ini sesuai dengan teori mengenai resiko infeksi yaitu mengalami

kemerahan pada kulit, pembengkakan, rasa panas, dan rasa nyeri pada

tangan kanan diantara ibu jari dan jari telunjuk (Nafrialdi, 2006).

Page 116: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

106

C. Intervensi Keperawatan

Perencanaan adalah suatu proses di dalam pemecahan masalah

yang merupakan keputuan awal tentang sesuatu yang akan dilakukan,

bagaimana dilakukan, kapan akan dilakukan, dan siapa yang akan

melakukan dari semua tindakan keperawatan. Tujuanya adalah untuk

mengidentifkasi fokus keperawatan kepada klien atau kelompok, untuk

membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi kesehatan lain,

untuk menyediakan suatu kriteria guna pengulangan dan evaluasi

keperawatan, untuk menyediakan kriteria dan klasifikasi pasien

(Dermawan, 2012).

Setelah mengkaji mendiagnosa dan menetapkan prioritas tetang

kebutuhan perawatan kesehatan klien, penulis merumuskan tujuan dan

kriteria hasil. Tujuan yang penulis susun sesuai dengan teori yang ada pada

buku fundamental keperawatan Potter dan Perry (2005), mengacu pada 7

faktor: berpusat pada klien, faktor tuggal menunjukan hanya satu respon

klien, faktor yang dapat diamati perubahan yang dapat diamati dapat terjadi

dalam temuan fisiologis, tingkat pengetahuan klien dan perilaku, faktor

yang dapat diukur, faktor batasan waktu serta tujuan dari hasil yang

diharapkan menunjukan kapan respon yang diharapkan akan terjadi, faktor

mutual, faktor realistik tujuan dan hasil yang diharapkan singkat dan

realistik. Berdasarkan diagnosa yang telah penulis rumuskan dengan

menyesuaikan dengan prioritas permasalahan, penulis menyusu intervenssi

sebagai berikut :

Page 117: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

107

1. Nyeri akut berhubugan dengan agen cidera biologis.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan

nyeri akut dapat teratasi dengan kriteria hasil : masalah nyeri akut

berkurang dari 4 menjadi 2-1 dengan kriteria hasil ekspresi wajah tampak

rileks, ekspresi wajah tampak tidak menahan nyeri, tanta-tanda vital

dalam batas normal TD : 115/70 mmHg, Nadi 60-100 kali per menit,

suhu 36,5 derajat celcius, pernafasan 16-20 kali per menit (Wilkinson,

2007). Berdasarkan kriteria hasil yang disusun penulis membuat

beberapa intervensi yang penulis rumuskan menggunakan ONEC

(Observation, Nursing Intervemtion, Education, Colaboration).

Observation: kaji skala nyeri rasional nyeri merupakan respon subyektif

yang dapat dikaji dengan menggunakan skala nyeri (Judha,dkk, 2012),

nusing intervention: berikan posisi yang nyaman untuk membantu

mengurangi rasa nyeri (Gloria,dkk, 2013), education : ajarkan relaksasi

nafas dalam ketika nyeri muncul rasional untuk meningkatkan asupan

oksigen sehingga akan menurunkan nyeri (Sholehati & Kosasih, 2015),

colaboration : kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik

rasional untuk memblok intensitas nyeri sehingga nyeri akan berkurang

(Judha,dkk, 2012).

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kondisi gangguan

metabolik.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selmaa 3x24 jam diharapkan

kerusakan integritas kulit dapat teratasi dengan kriteria hasil: pasien

Page 118: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

108

menunjukan mampu menjaga kebersihan kulitnya, tidak terdapat

kemerahan pada kulit, tidak terdapat lesi atau luka pada kulit, tidak

terdapat lesi atau luka pada kulit serta integritas kulit bisa dipertahankan

seperti sensasi, temperatur dan pigmentasi (Moorhead, 2013).

Berdasarkan kriteria hasil yang disusun penulis membuat beberapa

intervensi yang penulis rumuskan mengguakan ONEC (Observation,

Nursing Intervemtion, Education, Colaboration). Observation: kaji kulit

akan adanya kemerahan dan tanda infeksi untuk mengetahui adanya

tanda infeksi pada kulit (Arjatmo, 2002), nursing intervention: bersihkan

dan pantau proses penyembuhan untuk menjaga kebersihan kulit

(Gloria,dkk, 2013), education : anjurkan pada klien untuk menjaga

kebersihan kulit untuk mencegah terjadinya infeksi silang (Arjatmo,dkk,

2002), colaboration: kolaborasi dengan dokter dalam pemberian

anticeptik untuk menjaga kelembapan luka dengan preparat yang steril

agar luka bersih (Gloria,dkk, 2013).

3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang minat dalam belajar.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan

tidak terjadi kecemasan dengan kriteria hasil : pasien dan keluarga

menunjukan pengetahuan tentang proses penyakit, pasien dan keluarga

mampu melaksanakan prosedur yang sudah dijelaskan dengan benar,

pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang sudah

dijelaskan oleh perawat (Moorhead, 2013). Berdasarkan kriteria hasil

yang telah penulis susun maka penulis merumuskan intervensi

Page 119: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

109

menggunakan ONEC (Observation, Nursing Intervention, Education,

Collaboration). Observation: kaji tingkat pengetahuan pasien tentang

penyakitnya untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien mengenai

penyaitnya (Wilkinson, 2011), Education : berikan pendidikan kesehatan

pada pasien tentang penyakitnya agar pasien dapat mengetahui tentang

penyakit yang sedang dialaminya (Wilkinson, 2011), colaboration :

kolaborasi dengan keluarga untuk mengulangi pendidikan kesehatan

yang sudah diberikan agar keluarga mampu untuk memberikan suport

maksimal apabila mengetahui tentang keadaan pasien (Gloria,dkk, 2013),

Nursing Intervention berikan informasi kepada pasien mengenai

kemajuan keadaan pasien dengan cara yang tepat (gula darah pasien per

hari) agar pasien mengetahui tentang kemajuan tingkat kesehatan yang

dialaminya selama proses perawatan (Gloria,dkk, 2013).

4. Stress berhubungan dengan penyakit kronis.

Setelah dilakukan tindakan keperawataan selama 3 x 24 jam diharapkan

stress dapat tertasi dengan kriteria hasil : stress pada Ny.L berkurang dari

2,47 menjadi 2 bahkan tidak ada dengan kriteria hasil pasien

mengungkapkan stress sudah berkurang, pasien mengungkapkan

perasaan kenyamanan (Moorhead, 2013). Berdasarkan kriteria hasil yang

telah penulis susun maka penulis merumuskan intervensi menggunakan

ONEC (Observation, Nursing Intervention, Education, Collaboration).

Observation: kaji tingkat stress pada pasien untuk mengetahui skala

stress pada pasien (Gloria,dkk, 2013), Nursing intervention : berikan

Page 120: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

110

teknik relaksasi otot progresif sebagai mind-body-therapy untuk

meredakan stress (Moyad, 2009), education : ajarkan pada pasien cara

mengungkapkan emosi yang baik agar pasien mampu mengontrol cara

meluapkan emosi (Gloria,dkk, 2013), colaboration : kolaborasi dengan

keluarga dalam pemberian support mental agar keluarga terlibat dalam

pemberian suport mental pada pasien dan memberi ketenagan pada

pasien (Wilkinson, 2011).

5. Resiko infeksi berhubungan dengan diabetes melitus.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam dharapkan

resiko infeksi dapat teratasi dengaan kriteria hasil : klien terbebas dari

tanda gejala infeksi (rubor, dolor, kolor, tumor, fungsiolesa) (Nafrialdi,

2006), pasien mampu untuk mencegah timbulnya infeksi, pasien mampu

untuk menunjukan perilaku hidup sehat, tidak ditemukan tanda dan

gejala infeksi (Moorhead, 2013). Berdasarkan kriteria hasil yang telah

penulis susun maka penulis merumuskan intervensi menggunakan ONEC

(Observation, Nursing Intervention, Education, Collaboration).

Observation: observasi tanda dan gejala infeksi untuk mengetahui adanya

tanda dan gejala infeksi (Gloria,dkk, 2013), inspeksi kulit dan membran

mukosa terhadap kemerahan dan panas untuk mengetahui keadaan kulit

terhadap tingkat infeksi (Wilkinson, 2011), Nursing Intrvention

pertahankan teknik aseptik untuk mencegah timbulnya infeksi silang

(Wilkinson, 2011), education : kolaborasi dengan keluarga cara

pencegahan infeksi mencegah timbulnya infeksi silang (Gloria,dkk,

Page 121: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

111

2013), kolaborasi dengan dokter dalam pemberian anticeptik untuk

menjaga kelembapan kulit (Gloria,dkk, 2013).

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah serangkaian pelaksanaan rencana tindakan keperawatan

oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang lebih

baik yang menggambarkan kriteria hasil dalam rentang yang diharapkan

(Dermawan, 2012).

Proses implementasi penulis mengkaji kembali klien, memodifikasi

rencana asuhan, dan menuliskan kembali hasil yang diharapkan sesuai dengan

kebutuhan. Komponen implementasi dan proses keperawatan mempunyai

lima tahap : mengkaji ulang, menelaah dan memodifikasi rencana asuhan

yang sudah ada, mengidentifikasi area bantuan, mengimplementasikan

intervensi keperawatan, dan mengkomunikasikan intervensi (Potter dan

Perry, 2005).

Dalam pembahasan ini penulis berusaha menerangkan hasil aplikasi riset

keperawatan manfaat pemberian latihan relaksasi otot progresif terhadap

stress psikologis terhadap Ny.L dengan DM tipe 2. Penulis melakukan

implementasi berdasarkan dari intervensi yang telah disusun dengan

memperhatikan aspek tujuan dan kriteria hasil dalam rentang normal yang

diharapkan. Tindakan keperawatan yang penulis lakukan selama 3 hari

kelolaan pada asuhan keperawatan Ny.L dengan DM tipe 2 yaitu :

1. Diagnosa pertama nyeri akut berhubungan denga agen cidera biologis

Page 122: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

112

Tanggal 4 Januari 2016 penulis mengkaji karakteristik nyeri yang

dirasakan Ny.L P: pasien mengatakan terasa nyeri saat jari digerakan, Q:

pasien mengatakan nyeri terasa cenat cenut, R: pasien mnegatakan nyeri

terasa pada antara jari telunjuk dan ibu jari kanan, S: pasien mengatakan

skala nyeri 4, T: pasien mengakatan nyeri hilang timbul. Tampak ekspresi

wajah menahan nyeri, terdapat luka pada tangan kanan pasien pada antara

ibu jari dan telunjuk, tampak ekspresi wajah meringis kesakitan ketika

diminta untuk menggerakan tangan kanan diantara jari telunjuk dan ibu

jari, mengajarkan pada pasien managemen nyeri dengan teknik relaksasi

nafas dalam.

Tanggal 5 Januari penulis melakukan pengkajian nyeri yang

dirasakan pasien, subyektif P: Pasien mengatakan terasa nyeri saat jari

digerakan, Q: pasien mengatakan nyeri terasa cenat cenut, R: pasien

mnegatakan nyeri terasa pada antara jari telunjuk dan ibu jari kanan, S:

pasien mengatakan skala nyeri 4, T: pasien mengakatan nyeri hilang

timbul, tampak ekspresi wajah meringis kesakitan ketika diminta untuk

menggerakan tangan kanan diantara jari telunjuk dan ibu jari,

memberikan injeksi analgetik cefoperazone 1gr, gentamicyn 80 mg

melalui pembuluh vena.

Tanggal 6 Januari 2016 penulis mengobservasi nyeri yang

dirasakan pasien, P: pasien mengatakan terasa nyeri saat jari digerakan,

Q: pasien mengatakan nyeri terasa ditusuk – tusuk, R: pasien mnegatakan

nyeri terasa pada antara jari telunjuk dan ibu jari kanan, S: pasien

Page 123: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

113

mengatakan skala nyeri 3, T: pasien mengakatan nyeri hilang timbul,

pasien tampak ekspresi wajah menahan nyeri, tampak ekspresi wajah

meringis kesakitan ketika diminta menggerakan jari tangan kanannya.

Memberikan injeksi analgetik cefoperazone 1gr, gentamicyn 80 mg

melalui pembuluh vena dan memberikan relaksasi nafas dalam.

Tanggal 7 Januari 2016 penulis mengobservasi nyeri yang

dirasakan pasien, P: Pasien mengatakan terasa nyeri saat jari digerakan,

Q: pasien mengatakan nyeri terasa digaruk-garuk, R: pasien mnegatakan

nyeri terasa pada antara jari telunjuk dan ibu jari kanan, S: pasien

mengatakan skala nyeri 2, T: pasien mengakatan nyeri hilang timbul,

tampak ekspresi wajah pasien menahan nyeri saat diminta menggerakan

jari tangan kanan. Memberikan injeksi analgetik cefotaxime 1gr,

gentamicyn 80 mg melalui pembuluh vena dan memberikan relaksasi

nafas dalam.

Penulis menggunakan teknik farmakologis dan non farmakologis

untuk menurunkan intensitas nyeri untuk mencapai kriteria hasil sesuai

dengan intervensi yang penulis susun. Teknik farmakologis yang penulis

lakukan yaitu kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik. Obat

analgetik berfungsi untuk memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan

berkurang (Muttaqin, 2008).

Teknik non farmakoligis yang penulis lakukan yaitu dengan

mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam. Dengan penggunaan teknik

relaksasi maka saraf simpatis akan dihambat, sementara saraf

Page 124: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

114

parasimpatis meningkat sehingga mengakibatkan ketegangan otak dan

otot seseorang akan berkurang. Aktifnya saraf-saraf parasimpatis akan

menyebabkan pasien merasakan nyeri berkurang (Solehati dan Kosasih,

2015).

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kondisi gangguan

metabolik.

Tanggal 4 Januari 2016 penulis melakukan pengkajian integritas

kulit pada Ny.L S : pasien mengatakan terdapat kemerahan dan sedikit

mengelupas, sedikit bengkak diantara jari telunjuk dan ibu jari tangan

kanan terasa sedikit gatal dan panas, O : tampak sedikit bengkak,

kemerahan, dan sedikit mengelupas pada antara jari telunjuk dan ibu jari

tangan kanan sekitar panjang 3 cm dan lebar 2cm. Tanggal 4 Januari

diagnosa kedua, penulis masih melakukan pengkajian saja.

Tanggal 5 Januari 2016 penulis melakukan observasi terhadap

integritas kulit pada Ny.L S : pasien mengatakan masih terdapat

kemerahan dan sedikit mengelupas, dan bengkak diantara jari telunjuk

dan ibu jari tangan kanan terasa gatal yang samar samar dan sedikit panas,

O: tampak sedikit bengkak, kemerahan, dan sedikit mengelupas pada

antara jari telunjuk dan ibu jari tangan kanan sekitar panjang 3 cm dan

lebar 2cm, memberikan perawatan luka dengan mengkolaborasikan

dengan dokter dalam pembersihan luka dengan normal salin (Nacl).

Tanggal 6 Januari 2016 penulis melakukan observasi terhadap

integritas kulit pada Ny.L S : pasien mengatakan luka berkurang

Page 125: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

115

kelupasanya, bengkak sudah samar, gatal berkurang, O: masih tampak

kemerahan di antara ibu jari dan telunjuk kanan pasien bengkak samar

dan kelupasan berkurang, memberikan perawatan luka dengan

mengkolaborasikan dengan dokter dalam pembersihan luka dengan

normal salin (Nacl).

Tanggal 7 Januari 2016 penulis melakukan observasi terhadap

integritas kulit pada Ny.L S : pasien mengatakan masih terdapat

kemerahan dan sedikit mengelupas, diantara jari telunjuk dan ibu jari

tangan kanan serta rasa gatal dan panas sudah tidak terasa dan bengkak

sudah mereda, O: tampak bengkak sudah mereda, namun masih terdapat

kemerahan, dan sedikit mengelupas pada antara jari telunjuk dan ibu jari

tangan kanan sekitar panjang 3 cm dan lebar 2cm, memberikan perawatan

luka dengan mengkolaborasikan dengan dokter dalam pembersihan luka

dengan normal salin (Nacl).

Penulis menggunakan larutan Nacl 0,9% karena merupakan cairan

fisiologis yang efektif untuk perawatan luka dengan cara menjaga

kelembaban, menjaga granulasi tetap kering (Haris, 2009). Cairan Nacl

merupakan cairan fisiologis yang efektif untuk perawatan luka karena

sesuai dengan kandungan garam dalam tubuh (Thomas, 2007).

3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya minat dalam

belajar.

Tanggal 4 Januari 2016 mengidentifikasi kemampuan kognitif

pasien DM, pasien mengatakan tidak rutin kontrol GDS rutin ke dokter

Page 126: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

116

satu bulan sekali serta tidak menjalankan diet rutin walaupun sudah

diberikan diet rutin sehingga pasien tidak menyangka berakibat seperti

keadaannya sekarang, tampak pasien tidak mengerti tentang dampak

tidak melaksanakan dietnya. Memberikan pendidikan kesehatan pada

klien mengenai penyakitnya dan diperoleh data subyektif pasien

mengatakan memahami tentang materi pendidikan kesehatan terkait

penyakitnya dan berkata sudah menyesal melanggar dietnya.

Tanggal 5 Januari 2016 memberikan informasi kepada pasien

mengenai kemajuan keadaan pasien, pasien mengatakan merasa lega

karena dapat mengetahui akibat dari kecerobohanya namun disisi lain

pasien mnyesal karena tidak patuh diet dan diperoleh data obyektif

tampak pasien mulai tumbuh kemauan yang kuat untuk diet taat dan tidak

lagi ceroboh dalam mengkonsumsi makanan. GDS: 225 mg/dl.

Tanggal 6 Januari 2016 penulis tidak melakukan kontrol GDS,

karena prosedur dan kebiasaan dari rumah sakit yang menganjurkan

untuk dilakukan mengecekan GDS pada saat pasien akan pulang.

Tanggal 7 Januari memberikan informasi kepada pasien tentang

penyakitnya, pasien mengatakan dia merasa lega mengetahui kondisi

luka berkurang kelupasanya, bengkak sudah mereda, gatal dan panas

sudah tidak terasa, pasien kooperatif untuk taat diet. GDS = 157 mg/al.

Gula darah sewaktu (GDS) merupakan hasil pemeriksaan sesaat

pada suati hari tanpa memperhatikan waktu terakhir. GDS normal adalah

Page 127: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

117

kurang dari 200 mg/dl (11.1 mmol/L) ( American Diabetes Association,

2010).

Informasi yang tidak memadai tentang suatu hal dapat

menimbulkan kecemasan pada pasien oleh karena itu perlu adanya

informasi yang memadai dari perawat atau petugas kesehatan lain untuk

mencegah terjadinya kecemasan (Sholehati dan Kosasih, 2015).

4. Stress berhubungan dengan penyakit kronis : Diabetes Melitus

Tanggal 4 Januari mengkaji tingkat stress pada pasien dan

didapatkan data subyektif pasien mengatakan merasa tertekan karena

memikirkan penyakitnya dan merasa mengalami perubahan emosi seperti

rasa marah yang meningkat saat sedang sendiri dan rasa tidak sabar ingin

cepat sembuh, pasien mengatakan merasa gelisah apakah keadaannya

akan membaik atau sebaliknya, serta didapatkan data obyektif pasien

tampak gelisah, tampak tegang dan tampak mencemaskan keadaannya.

Score DDS (Diabetes Distress Scale) adalah 42. Nilai : 42 : 17 = 2,47

(stress sedang).

Tanggal 5 Januari mengkaji tingkat stress pada pasien, data

subyektif pasien mengatakan ingin cepat pulang dan merasa tertekan

karena memikirkan penyakitnya dan merasa mengalami perubahan emosi

seperti rasa marah yang meningkat saat sedang sendiri memikirkan tentang

penyakitnya serta data obyektif diperoleh pasien tampak gelisah, tampak

tegang. Score DDS (Diabetes Distress Scale) adalah 42, nilai akhir =

2,47(stress sedang).

Page 128: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

118

Memberikan teknik relaksasi otot progresif pada pasien, data

subyektif pasien mengatakan pikiran terasa lebih tenang dan rileks setelah

berelaksasi serta data obyektif pasien tampak kooperatif dan ekspresi

wajah tempak lebih nyaman. tindakan relaksasi otot progresif dilakukan 2

kali dalam 1 hari, maka penulis melakukan latihan ini pada pagi dan sore

hari. Score DDS setelah melakukan relaksasi otot progresif adalah 34.

Nilai = 34 : 17 = 2(stress sedang).

Tanggal 6 Januari mengkaji tingkat stress pada pasien, data subyektif

pasien mengatakan ingin cepat pulang dan merasa tertekan karena

memikirkan penyakitnya dan merasa mengalami perubahan emosi seperti

rasa marah yang meningkat saat sedang sendiri memikirkan tentang

penyakitnya, data obyektif diperoleh pasien tampak gelisah, tampak

tegang. Score DDS (Diabetes Distress Scale) adalah 34, nilai : 34 : 17 = 2

(stress sedang).

Memberikan teknik relaksasi otot progresif pada pagi dan sore hari

pada pasien, data subyektif pasien mengatakan pikiran terasa lebih tenang

dan rileks setelah berelaksasi serta data obyektif pasien tampak kooperatif

dan ekspresi wajah tempak lebih nyaman. Hasil score DDS pasien setelah

dilakukan tindakan relaksasi otot progresif adalah 30 : 17 = 1,76. Nilai

akhir = 1,76(stress ringan).

Tanggal 7 Januari mengkaji tingkat stress pada pasien, data subyektif

pasien mengatakan ingin cepat pulang dan semangat menjalankan diet agar

Penyakitnya tidak semakin buruk, rasa emosi dan marah sudah menurun

Page 129: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

119

namun masih mencemaskan tentang penyakitnya, data obyektif diperoleh

pasien tampak gelisah dan tegang sudah menurun. Score DDS (Diabetes

Distress Scale) adalah 30 : 17 = 1,76 (stress ringan).

Memberikan teknik relaksasi otot progresif pada pagi dan sore hari

pada pasien, data subyektif pasien mengatakan pikiran terasa lebih tenang

dan rileks setelah berelaksasi serta data obyektif pasien tampak kooperatif

dan ekspresi wajah tempak lebih nyaman. Hasil score DDS pasien setelah

dilakukan tindakan relaksasi otot progresif adalah = 26 : 17 = 1,53(stress

ringan).

Stres, kecemasan, depresi yang terjadi akibat tingginya kadar

glukosa darah dan komplikasi DM tipe 2 dapat berdampak negatif pada

pasien (Price, 2014). Penelitian dari Pawlow (2005), menyebutkan bahwa

relaksasi otot progresif berpengaruh terhadap kadar salivary cortisol.

Apabila klien melakukan relaksasi ini secara teratur maka klien akan dapat

mencegah peningkatan kadar glukosa darah dan menurunkan risiko komp-

likasi DM.

Hasil penelitian Resti (2014), relaksasi otot progresif dapat

mengurangi ketegangan subjektif dan berpengaruh terhadap proses fisi-

ologis lainnya. Relaksasi otot berjalan bersama dengan respons otonom

dari saraf parasimpatis. Relaksasi otot berjalan bersama dengan relaksasi

mental. Perasaan cemas subjektif dapat dikurangi atau dihilangkan dengan

sugesti tidak langsung atau menghapus dan menghilangkan komponen

otonomik dari perasaan itu.

Page 130: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

120

Maghfirah, dkk (2005) menyebutkan, bahwa latihan relaksasi otot

progresif dilakukan 1kali/hari di pagi hari selama 25 menit dalam 6 hari

berturut-turut. Keterbatasan hari lamanya rawat inap pasien yang

diperlukan untuk melakukan teknik relaksasi otot progresif di rumah sakit

menjadi kendala dilaksanakannya relaksasi otot progresif, karena

memerlukan waktu 6 hari. Penelitian lain menyebutkan pelaksanaan

relaksasi otot progresif dapat dilaksanakan 2 kali dalam sehari selama 25-

30 menit pada pagi dan sore hari. Relaksasi otot progresif akan

memberikan hasil setelah dilakukan selama 3 hari latihan (Greenberg,

dalam Mashudi, 2015).

Penulis juga melibatkan keluarga dalam melakukan latihan relaksasi

otot progresif, latihan ini diberikan sebanyak 6 kali latihan dalam 3 hari

yaitu pada pagi hari dan sore hari sehingga hasil yang didapatkan setelah

dilakukan relaksasi otot progresif yaitu dapat menurunkan stress

sebagaimana relaksasi otot progresif merupakan salah satu bentuk mind-

body therapy dalam manajemen stress (Moyad, 2009).

5. Resiko infeksi berhubungan dengan diabetes melitus.

Tanggal 4 Januari mengkaji kulit akan adanya tanda infeksi, pasien

mengatakan pasien mengatakan masih terdapat kemerahan dan sedikit

mengelupas, dan bengkak diantara jari telunjuk dan ibu jari tangan kanan

terasa gatal yang samar samar dan sedikit panas serta data obyektif

diperoleh tampak sedikit bengkak yang berkurang dari pada disaat tanggal

4 januari 2016, kemerahan, dan sedikit mengelupas pada antara jari

Page 131: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

121

telunjuk dan ibu jari tangan kanan sekitar panjang 3 cm dan lebar 2cm.

Pada tanggal 4 Januari diagnosa kedua, penulis masih melakukan

pengkajian saja.

Tanggal 5 Januari 2016 penulis melakukan observasi terhadap

tanda infeksi pada Ny.L S : pasien mengatakan masih terdapat kemerahan

dan sedikit mengelupas, dan bengkak diantara jari telunjuk dan ibu jari

tangan kanan terasa gatal yang samar samar dan sedikit panas, O: tampak

sedikit bengkak, kemerahan, dan sedikit mengelupas pada antara jari

telunjuk dan ibu jari tangan kanan sekitar panjang 3 cm dan lebar 2cm,

memberikan perawatan luka dengan mengkolaborasikan dengan dokter

dalam pembersihan luka dengan normal salin (Nacl).

Tanggal 6 Januari 2016 penulis melakukan observasi terhadap

tanda infeksi pada Ny.L S : pasien mengatakan luka berkurang

kelupasanya, bengkak sudah samar, gatal berkurang, O: masih tampak

kemerahan di antara ibu jari dan telunjuk kanan pasien bengkak samar

dan kelupasan berkurang, memberikan perawatan luka dengan

mengkolaborasikan dengan dokter dalam pembersihan luka dengan

normal salin (Nacl).

Tanggal 7 Januari 2016 penulis melakukan observasi terhadap

tanda infeksi pada Ny.L S : pasien mengatakan masih terdapat kemerahan

dan sedikit mengelupas, diantara jari telunjuk dan ibu jari tangan kanan

serta rasa gatal dan panas sudah tidak terasa dan bengkak sudah mereda,

O: tampak bengkak sudah mereda, namun masih terdapat kemerahan, dan

Page 132: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

122

sedikit mengelupas pada antara jari telunjuk dan ibu jari tangan kanan

sekitar panjang 3 cm dan lebar 2cm, memberikan perawatan luka dengan

mengkolaborasikan dengan dokter dalam pembersihan luka dengan normal

salin (Nacl).

Penulis menggunakan larutan Nacl 0,9% karena merupakan cairan

fisiologis yang efektif untuk perawatan luka dengan cara menjaga

kelembaban, menjaga granulasi tetap kering (Haris, 2009). Cairan Nacl

merupakan cairan fisiologis yang efektif untuk perawatan luka karena

sesuai dengan kandungan garam dalam tubuh (Thomas, 2007).

E. Evaluasi

Evaluasi didefinisikan sebagai keputusan dari efektifitas asuhan

keperawata antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan

dengan respon perilaku klien yang tampil. Tujuan dari evaluasi antara lain

untuk menentukan perkembangan kesehatan klien, menilai efektifitas dan

efisiensi tindakan keperawatan, mendapatkan umpan balik dari respon klien,

dan sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat dalam pelaksanaan

pelayanan kesehatan (Dermawan, 2012). Penulis menggunakan evaluasi

formatif yaitu catatan perkembangan yang berorientasi pada masalah yang

dialami klien, dengan menggunakan SOAP (Subyektif, Obyektif, Analisis,

Planing) (Setiadi, 2012).

Evaluasi hari pertama tanggal 4 Januari 2016 nyeri akut belum teratasi

P : pasien mengatakan terasa nyeri saat jari digerakan, Q: pasien mengatakan

nyeri terasa cenat cenut, R: pasien mengatakan nyeri terasa pada antara jari

Page 133: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

123

telunjuk dan ibu jari kanan, S: pasien mengatakan skala nyeri 4, T : pasien

mengakatan nyeri hilang timbul. Intervensi dilanjutkan kaji keluhan utama

serta status nyeri pasien, pantau TTV pasien, berikan posisi yang nyaman,

ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian antibiotik (cefoperazone 1gr/12 jam, gentamicyn 80mg/12 jam).

Evaluasi hari kedua tanggal 5 januari 2016 masalah nyeri akut belum

teratasi P: pasien mengatakan masih terasa nyeri saat jari digerakan, Q: pasien

mengatakan nyeri terasa cenat cenut, R: pasien mengatakan nyeri terasa pada

antara jari telunjuk dan ibu jari kanan, S: pasien mengatakan skala nyeri 4, T:

pasien mengakatan nyeri hilang timbul. Intervensi dilanjutkan kaji keluhan

utama serta status nyeri pasien, pantau TTV pasien, berikan posisi yang

nyaman, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, kolaborasi dengan dokter

dalam pemberian antibiotik (cefoperazone 1gr/12 jam, gentamicyn 80mg/12

jam) sesuai dengan resep dokter.

Evaluasi hari ketiga tanggal 6 Januari 2016 masalah nyeri akut belum

teratasi P: pasien mengatakan masih terasa nyeri saat jari digerakan, Q: pasien

mengatakan nyeri terasa ditusuk-tusuk, R: pasien mnegatakan nyeri terasa

pada antara jari telunjuk dan ibu jari kanan, S: pasien mengatakan skala nyeri

3, T: pasien mengakatan nyeri hilang timbul. Intervensi dilanjutkan kaji

keluhan utama serta status nyeri pasien, pantau TTV pasien, berikan posisi

yang nyaman, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, kolaborasi dengan dokter

dalam pemberian antibiotik (cefotaxim 1gr/12jam, antalgin 1amp/8jam).

Page 134: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

124

Evaluasi hari keempat tanggal 7 Januari 2016 masalah nyeri teratasi P:

pasien mengatakan masih terasa nyeri saat jari digerakan, Q: pasien

mengatakan nyeri terasa digaruk-garuk, R: pasien mnegatakan nyeri terasa

pada antara jari telunjuk dan ibu jari kanan, S: pasien mengatakan skala nyeri

2, T: pasien mengakatan nyeri hilang timbul. Intervensi dipertahankan kaji

keluhan utama serta status nyeri pasien, pantau TTV pasien, berikan posisi

yang nyaman, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam jika nyeri timbul.

Hasil evaluasi akhir evaluasi diagnosa pertama nyeri akut teratasi, telah

dilakukan intervensi selama 3x24 jam terjadi penurunan skala nyeri dari skala

4 menjadi 2, hal ini sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang diterapkan

skala nyeri 4 turun menjadi 2-1.

Evaluasi hari pertama tanggal 4 Januari 2016 diagnosa keperawatan

kerusakan integritas kulit belum teratasi respon subyektif pasien mengatakan

terdapat kemerahan dan sedikit mengelupas, diantara jari telunjuk dan ibu jari

tangan kanan, data obyektif tampak sedikit bengkak, kemerahan, dan sedikit

mengelupas pada antara jari telunjuk dan ibu jari tangan kanan. Intervensi

dilanjutkan kaji kulit akan adanya kemerahan dan tanda infeksi, anjurkan

pada klien untuk menjaga kebersihan kulitnya, bersihkan dan pantau proses

penyembuhan, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan normal

saline (Nacl).

Evaluasi hari kedua tanggal 5 Januari 2016 diagnosa keperawatan

kerusakan integritas kulit belum teratasi respon subyektif pasien mengatakan

Page 135: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

125

terdapat kemerahan dan sedikit mengelupas, diantara jari telunjuk dan ibu jari

tangan kanan, data obyektif tampak sedikit bengkak, kemerahan, dan sedikit

mengelupas pada antara jari telunjuk dan ibu jari tangan kanan. Intervensi

dilanjutkan kaji kulit akan adanya kemerahan dan tanda infeksi, anjurkan

pada klien untuk menjaga kebersihan kulitnya, bersihkan dan pantau proses

penyembuhan, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan normal salin

(Nacl).

Evaluasi hari ketiga tanggal 6 Januari 2016 diagnosa keperawatan

kerusakan integritas kulit belum teratasi respon subyektif pasien mengatakan

terdapat kemerahan dan sedikit mengelupas, diantara jari telunjuk dan ibu jari

tangan kanan, data obyektif tampak bengkak samar-samar, kemerahan, dan

sedikit mengelupas pada antara jari telunjuk dan ibu jari tangan kanan.

Intervensi dilanjutkan kaji kulit akan adanya kemerahan dan tanda infeksi,

anjurkan pada klien untuk menjaga kebersihan kulitnya, bersihkan dan pantau

proses penyembuhan, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan

normal salin (Nacl).

Evaluasi hari keempat tanggal 7 Januari 2016 diagosa keperawaan

kerusakan integritas kulit belum teratasi respon subyektif pasien mengatakan

terdapat kemerahan dan sedikit mengelupas, diantara jari telunjuk dan ibu jari

tangan kanan, data obyektif tampak bengkak mereda, kemerahan, dan sedikit

mengelupas pada antara jari telunjuk dan ibu jari tangan kanan. Intervensi

dilanjutkan, anjurkan pada klien untuk menjaga kebersihan kulitnya,

Page 136: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

126

bersihkan dan pantau proses penyembuhan, kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian cairan normal salin (Nacl).

Hasil evaluasi akhir evaluasi diagnosa kedua kerusakan integritas kulit

belum teratasi, telah dilakukan intervensi selama 3x24 jam terjadi penurunan

bengkak yang semula terlihat sedikit bengkak menjadi mereda, kemerahan

yang menurun dari yang semula terlihat kemerahan kian menurun, kelupasan

yang berkurang, hal ini tidak sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan

tidak terdapat lesi/luka, tidak terdapat kemerahan di kulit, integritas kulit

mampu dipetahankan (pigmentasi, temperatur, sensasi).

Evaluasi hari pertama 4 Januari 2016 diagnosa defisiensi pengetahuan

belum teratasi pasien mengatakan tidak rutinn kontrol GDS rutin ke dokter

satu bulan sekali serta tidak menjalankan diet rutin walaupun sudah diberikan

diet rutin sehingga pasien tidak menyangka berakibat seperti keadaannya

sekarang, data obyektif tampak pasien tidak mengerti tentang dampak tidak

melaksanakan dietnya. Intervensi kaji tingkat pengetahuan pasien tentang

penyakitnya, berikan pendidikan kesehatan pada pasien tentang penyakitnya,

kolaborasi dengan keluarga untuk mengulangi pendidikan kesehatan yang

sudah diberikan, berikan informasi kepada pasien mengenai kemajuan

keadaan pasien dengan cara yang tepat.

Evaluasi hari kedua tanggal 5 Januari 2016 diagnosa defisiensi

pengetahuan masalah teratasi sebagian pasien mengatakan akan mentaati diet

yang sudah dianjurkan karena dia sudah menyesal tidak mematuhi diet, data

Page 137: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

127

obyektif tampak pasien kooperatif ingin melaksanakan diet dengan baik.

Intervensi dipertahankan berikan informasi kepada pasien mengenai

kemajuan keadaan pasien dengan cara yang tepat.

Evaluasi akhir diagnosa keperawatan defisiensi pengetahuan teratasi,

pasien mengatakan akan mentaati diet yang sudah dianjurkan, pasien

kooperatif ingin melaksanakan diet dengan baik.

Evaluasi hari pertama tanggal 4 Januari 2016 diagnosa keperawatan

stress belum teratasi pasien mengatakan merasa tertekan karena memikirkan

penyakitnya dan merasa mengalami perubahan emosi seperti rasa marah yang

meningkat saat sedang sendiri dan rasa tidak sabar ingin cepat sembuh, pasien

mengatakan merasa gelisah apakah keadaannya akan membaik atau

sebaliknya, data obyektif pasien tampak gelisah, tampak tegang dan tampak

mencemaskan keadaannya. Score DDS (Diabetes Distress Scale) adalah 42:

17 = 2,47(stress sedang). Intervensi dilanjutkan kaji tingkat stress pada

pasien, berikan teknik relaksasi otot progresif, ajarkan pada klien cara

mengungkapkan emosi yang benar, kolaborasi dengan keluarga dalam

memberikan dukungan suport mental.

Evaluasi hari kedua tanggal 5 Januari 2016 diagnnosa keperawatan

stress belum teratasi pasien mengatakan mengatakan ingin cepat pulang dan

masih merasa tertekan karena memikirkan penyakitnya dan merasa

mengalami perubahan emosi seperti rasa marah yang meningkat saat sedang

sendiri memikirkan tentang penyakitnya, data obyektif pasien tampak masih

Page 138: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

128

gelisah, tampak tegang. Score DDS (Diabetes Distress Scale) adalah 34:17= 2

(stress sedang). Intervensi dilanjutkan kaji tingkat stress pada pasien, berikan

teknik relaksasi otot progresif, ajarkan pada klien cara mengungkapkan emosi

yang benar, kolaborasi dengan keluarga dalam memberikan dukungan suport

mental.

Evaluasi hari ketiga tanggal 6 Januari 2016 diagnosa keperawatan stress

masalah teratasi sebagian pasien mengatakan ingin cepat pulang dan akan

semangat untuk menjaga pola makanya sesuai dengan diet namun pasien

masih mencemaskan tentang penyakitnya saat berfikir tentang Penyakitnya,

data obyektif pasien tampak masih gelisah, tampak agak tegang dan mulai

tumbuh rasa untuk patuh diet secara teratur. Score DDS (Diabetes Distress

Scale) adalah 30 : 17 = 1,76 (stress ringan). Intervensi dilanjutkan kaji tingkat

stress pada pasien, berikan teknik relaksasi otot progresif, ajarkan pada klien

cara mengungkapkan emosi yang benar, kolaborasi dengan keluarga dalam

memberikan dukungan suport mental.

Evaluasi hari keempat tanggal 7 Januari 2016 diagnosa keperawatan

stress masalah teratasi pasien mengatakan ingin cepat pulang dan akan

semangat untuk menjaga pola makanya sesuai dengan diet dan rasa cemas

serta kegelisahan tentang Penyakitnya sudah mulai turun, pasien tampak

antusias untuk cepat sembuh serta ketegangan dan gelisah pada pasien sudah

mulai turun. Score DDS (Diabetes Distress Scale) adalah 26 : 17 = 1,53(stress

ringan). Intervensi dipertahankan berikan teknik relaksasi otot progresif,

Page 139: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

129

ajarkan pada klien cara mengungkapkan emosi yang benar, kolaborasi dengan

keluarga dalam memberikan dukungan suport mental.

Hasil akhir diagnosa keperawatan stress terjadi penurunan skala dari

score Diabetes Distress Scale (DDS) 2,47 (stress sedang) menjadi 1,53 (stress

ringan). Hal ini sesuai dengan kriteria hasil yang penulis harapkan. Hal ini

sesuai dengan penelitian dari Pawlow (2005) menyebutkann bahwa relaksasi

otot progresif berpengaruh terhadap kadar salivary cortisol. Apabila klien

melakukan relaksasi ini secara teratur maka klien akan dapat mencegah

peningkatan kadar glukosa darah dan menurunkan resiko komplikasi DM.

Evaluasi hari pertama tanggal 4 Januari 2016 diagnosa resiko infeksi

belum teratasi pasien mengatakan terdapat kemerahan dan sedikit

mengelupas, sedikit bengkak diantara jari telunjuk dan ibu jari tangan kanan

terasa sedikit gatal dan panas, data obyektif tampak sedikit bengkak,

kemerahan, dan sedikit mengelupas pada antara jari telunjuk dan ibu jari

tangan kanan sekitar panjang 3 cm dan lebar 2cm. Intervensi dilanjutkan

observasi tanda dan gejala infeksi, inspeksi kulit dan membran mukosa

terhadap kemerahan dan panas, pertahankan teknik aseptik, kolaborasi

dengan keluarga cara pencegahan infeksi, kolaborasi dengan dokkter dalam

pemberian normal saline (Nacl).

Evaluasi hari kedua tanggal 5 Januari 2016 diagnosa resiko infeksi

masalah belum teratasi pasien mengatakan masih terdapat kemerahan dan

sedikit mengelupas, sedikit bengkak diantara jari telunjuk dan ibu jari tangan

Page 140: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

130

kanan serta terkadang msih terasa sedikit gatal dan agak panas, data obyektif

tampak sedikit bengkak, kemerahan, dan sedikit mengelupas pada antara jari

telunjuk dan ibu jari tangan kanan sekitar panjang 3 cm dan lebar 2cm.

Intervensi dilanjutkan observasi tanda dan gejala infeksi, inspeksi kulit dan

membran mukosa terhadap kemerahan dan panas, pertahankan teknik aseptik,

kolaborasi dengan keluarga cara pencegahan infeksi, kolaborasi dengan

dokter dalam pemberian normal saline (Nacl).

Evaluasi hari ketiga tanggal 6 Januari 2016 masalah belum teratasi

pasien mengatakan masih terdapat kemerahan dan sedikit mengelupas, sedikit

bengkak diantara jari telunjuk dan ibu jari tangan kanan serta terkadang msih

terasa sedikit gatal dan rasa panas terasa menurun, data obyektif tampak

bengkak samar-samar, kemerahan, dan sedikit mengelupas pada antara jari

telunjuk dan ibu jari tangan kanan sekitar panjang 3 cm dan lebar 2cm.

Intervensi dilanjutkan observasi tanda dan gejala infeksi, inspeksi kulit dan

membran mukosa terhadap kemerahan dan panas, pertahankan teknik aseptik,

kolaborasi dengan keluarga cara pencegahan infeksi, kolaborasi dengan

dokter dalam memberikan cairan normal saline (Nacl).

Evaluasi hari keempat tanggal 7 Januari 2016 masalah belum teratasi

pasien mengatakan masih terdapat kemerahan dan sedikit mengelupas,

bengkak mereda diantara jari telunjuk dan ibu jari tangan kanan serta gatal

dan panas sudah tidak terasa lagi, data obyektif tampak bengkak mereda,

kemerahan, dan sedikit mengelupas pada antara jari telunjuk dan ibu jari

tangan kanan sekitar panjang 3 cm dan lebar 2cm. Intervensi dilanjutkan

Page 141: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

131

observasi tanda dan gejala infeksi, inspeksi kulit dan membran mukosa

terhadap kemerahan dan panas, pertahankan teknik aseptik, kolaborasi

dengan keluarga cara pencegahan infeksi, kolaborasi dengan dokter dalam

memberikan cairan normal saline (Nacl).

Evaluasi akhir diagnosa keperawatan resiko infeksi telah dilakukan

intervensi selama 3x24 jam terjadi penurunan bengkak yang semula terlihat

sedikit bengkak menjadi mereda, kemerahan yang menurun dari yang semula

terlihat kemerahan kian menurun, kelupasan masih namun sudah berkurang,

serta rasa gatal dan panas yang sudah mereda. Hal ini tidak sesuai dengan

kriteria hasil yang diharapkan yaitu pasien terbebas dari tanda infeksi karena

masih terdapat kemerahan pada kulit pasien.

Page 142: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

132

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Bab 6 ini penulis akan menimpulkan proses keperawatan dari pengkajian,

penentuan diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi pada asuhan

keperawatan Ny.L dengan diabetes melitus di ruang teratai rumah sakit umum

Dr. Soemarso Wonogiri selama 3 hari kelolaan dengan menerapkan aplikasi

riset pemberian latihan relaksasi otot rogresif terhadap penurunan stress

psikologis pada pasien dm tipe 2, maka dapat ditarik kesimpulan :

1. Pengkajian

Keluhan utama yang dirasakan klien pada saat dilakukan pengkajian

tanggal 4 Januari 2016 pasien mengatakan nyeri pada antara jari telunjuk

dan ibu jari kanan, nyeri skala 4. Penulis melakukan pengkajian P, Q, R, S,

T yang penulis masukan dalam data pola kognitif dan perseptual.

2. Diagnosa

Hasil perumusan masalah sesuai dengan pengkajian keperawatan pada

Ny.L ditegakkan diagnosa keperawatan sesuai hirarki kebutuhan dasar

menurut maslow yaitu prioritas pertama nyeri akut berhubunngan dengan

agen cidera biologis, kedua kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

kondisi gangguan metabolik, ketiga defisiensi pengetahuan berhubungan

dengan kurang minat dalam belajar, keempat stress berhubungan dengan

penyakit kronis, kelima resiko infeksi berhubungan diabetes melitus.

132

Page 143: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

133

3. Intervensi

Diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera

biologis. Intervensi yang dilakukan kaji keluhan utama serta status nyeri

pasien, pantau TTV pasien, berikankan posisi yang nyaman, ajarkan teknik

relaksasi nafas dalam, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian

analgetik..

Diagnosa keperawatan kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

kondisi gangguan metabolik. Intervensi yang dilakukan kaji kulit akan

adanya kemerahan dan tanda infeksi, anjurkan pada klien untuk menjaga

kebersihan kulitnya, bersihkan dan pantau proses penyembuhan,

kolaborasi dengan dokter dalam pemberikanan normal salin (Nacl).

Diagnosa defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang minat

dalam belajar. Intervensi yang dilakukan kaji tingkat pengetahuan pasien

tentang penyakitnya, berikankan pendidikan kesehatan pada pasien tentang

penyakitnya, kolaborasi dengan keluarga untuk mengulangi pendidikan

kesehatan yang sudah diberikankan, berikan informasi kepada pasien

mengenai kemajuan keadaan pasien dengan cara yang tepat.

Diagnosa stress berhubungan dengan penyakit kronis. Intervensi yang

dilakukan kaji tingkat stress pada pasien, berikankan teknik relaksasi otot

progresif untuk meredakan stress, ajarkan pada klien cara mengungkapkan

emosi yang benar, kolaborasi dengan keluarga dalam memberikan

dukungan suport mental.

Page 144: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

134

Diagnosa resiko infeksi berhubungan diabetes melitus. Intervensi yang

dilakukan observasi tanda dan gejala infeksi, inspeksi kulit dan membran

mukosa terhadap kemerahan dan panas, pertahankan teknik aseptik,

kolaborasi dengan keluarga cara pencegahan infeksi, kolaborasi dengan

dokter dalam pemberikanan normal salin (Nacl).

4. Implementasi

Dalam asuhan keperawatan Ny.L dengan diabetes melitus tipe 2 diruang

Teratai Rumah Sakit Umum Dr. Soemarso telah sesuai intervensi yang

penulis rumuskan. Penulis menekankan penggunaan relaksasi otot progresif

untuk menurunkan tingkat stress pada Ny.L dengan dm tipe 2, dengan

melakukan latihan ROM 2 kali dalam sehari dalam 3 hari kelolaan.

5. Evaluasi

Hasil evaluasi masalah keperawatan pertaa nyeri akut berhubungan

dengan agen cidera biologis teratasi. Intervensi keluhan utama serta status

nyeri pasien, pantau TTV pasien, berikan posisi yang nyaman, ajarkan

teknik relaksasi nafas dalam jika nyeri timbul.

Masalah keperawatan kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

kondisi gangguan metabolik belum teratasi. Intervensi dilanjutkan

anjurkan pada klien untuk menjaga kebersihan kulitnya, bersihkan dan

pantau proses penyembuhan, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian

cairan normal salin (Nacl).

Page 145: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

135

Masalah keperawatan defisiensi pengetahuan berhubungan dengan

kurang minat dalam belajar teratasi, pasien mengatakan akan mentaati diet

yang sudah dianjurkan, pasien kooperatif ingin melaksanakan diet dengan

baik. Intervensi keperawatan dipertahankan berikan informasi kepada

pasien mengenai kemajuan keadaan pasien dengan cara yang tepat.

Masalah keperawatan stress berhubungan dengan penyakit kronis

teratasi. Intervensi keperawatan dipertahankan berikan teknik relaksasi

otot progresif 2 kali sehari setiap pagi dan sore hari, ajarkan pada klien

cara mengungkapkan emosi yang benar, kolaborasi dengan keluarga dalam

memberikan dukungan suport mental.

Masalah keperawatan resiko infeksi berhubungan diabetes melitus

belum teratasi. Intervensi dilanjutkan observasi tanda dan gejala infeksi,

inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan dan panas,

pertahankan teknik aseptik, kolaborasi dengan keluarga cara pencegahan

infeksi, kolaborasi dengan dokter dalam memberikan cairan normal saline

(Nacl).

6. Analisa pemberian relaksasi otot progresif

Analisa hasil implementasi aplikasi jurnal yang telah dilakukan oleh

Maghfirah, dkk (2005), dengan judul “ Relaksasi otot progresif terhadap

stress prikologis pada pasien diabetes melitus tipe 2” penulis mendapatkan

hasil analisa dari implementasi yang dilakukan selama 3 hari kelolaan

yaitu terjadi penurunan tingkat stress psikologis pada Ny.L yang

Page 146: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

136

mengalami dm tipe 2 setelah dilakukan rehabilitasi latihan relaksasi otot

progresif selama 2 kali sehari selama 3 hari dimana terjadi penurunan

tingkat stress psikologis berdasarkan DDS (Diabetes Distress Scale) dari

2,47 yaitu masuk kedalam kriteria stress sedang menjadi menjadi 1,53

(stress ringan). Hal ini sesuai dengan kriteria hasil yang penulis harapkan

dan terbukti sesuai teori yang ada terjadi penurunan tngkat stress

psikologis setelah dlakukan tindakan relaksasi otot progresif.

B. Saran

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan

diabetes melitus tipe 2, penulis memberikan usulan dan masukan yang

positif khususnya dibidang kesehatan antara lain :

1. Bagi institusi pelayanan kesehatan (Rumah Sakit)

Diharapkan rumah sakit khususnya RSUD Dr.Soemarso dapat

memberikan pelayanan kesehatan dan mempertahankan hubungan

kerjasama baik antara tim kesehatan maupun klien serta keluarga

klien. Khususnya dalam proses rehabilitasi medik dengan melibatkan

keluarga mengerti perawatan lanjutan dirumah.

2. Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat

Hendaknya perawat memiliki taggug jawab dan ketrampilan yang

lebih dan selalu berkoordiasi dengan tim kesehatan lain dalam

memberikan asuhan keperawatan khususnya dalam program

rehabilitasi medik pada klien dengan diabetes melitus. Perawat

melibatkan keluarga klien dalam pemberian asuhan keperawatan dan

Page 147: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

137

mampu bertindak sebagai fisioterapis dalam memberikan latihan

relakasi otot progresif.

3. Bagi institusi pendidikan

Dapat meningkatkan mutu pelayanan yang lebih berkualitas

dengan mengupayakan aplikasi riset dalam setiap tindakan

keperawatan yang dilakukan sehingga mampu menghasilkan perawat

yang profesional, terampil, inovatif dan bermutu dalam memberikan

asuhan keperawatan yang komprehensif berdasarkan ilmu dan kode

etik keperawatan.

4. Bagi penulis

Memberikan ilmu dan menambah wawasan penulis mengenai

konsep diabetes melitus dan pelaksanaan dalam asuhan keperawatan

yang komprehensif.

Page 148: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

138

DAFTAR PUSTAKA

Alim, M.B. 2010. Langkah-langkah Relaksasi Otot Progresif. Diakses tanggal 30 November

2015. http://www.psikologizone.com/langkah-langkah-relaksasi-otot-progrresif.

American Diabetes Assocation. 2012. Standart of Medikal Care in Diabetes, 2012. Diabetes

Care, Volume 35, Supplement 30, November 2015.

Ana S. 2006. Univrsitas Pembanguan Nasioal Veteran Ilmu Kesehatan Keperawatan,

http://www.pasca.upnvj.ac.id/pdf/4sikeperawatan. Diakses tanggal 30 november

2015. Jam 20.30 WIB.

Ankron, S. (2008). Progressive muscle relaxation can help you reduce anxiety and prevent

panic : What is progressive muscle relaxations? November 30, 2010.

http://panicdisorder.about.com/od/living withpd/a/PMR.htm,

Arjatmo, T. 2002. Penatalaksanaan Diabate Mrlitus Terpadu Cetakan 2. Jakarta : Balai

Penerbit FKUI.

Bulechek, Gloria M. Et al. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) 6th edition. St.

Louis : Elsevier Mosby.

Black, J. M., & Hawks, J. H. 2009. Medical-Surgical Nursinng; Clinical Management for

positive Outcomes, (8th

editions). Elsevier Saunders.

Charlesworth, E.A & Nathan, R.G. 1996. Managemen stress dengan teknik relaksasi, dalam

Mashudi. 2011., Pengaruh progressive muscle relaxation terhadap kadar glukosa

darah pasien dengan diabetes melitus tipe 2 di Rumah Sakit Daerah Raden Mattaher

Jambi , (tesis). Perpustakaan FIK-UI.

Dermawan, D. 2012. Proses Keperawatan Penerapan Konsep & Keangka Kerja. Edisi

Pertama. Gosyen Publishing. Yogyakarta.

Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. 2012. Profil Dinas Kesehatan Propinsi Jawa

Tengah tahun 2012. Tidak dipublikasikan

Dipiro, J.T., Wells, B.G Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke G.R., Posey, L.M., 2008,

Pharmacotherapy, 6th Edition, Appleton ang Lange, New York. 1-13.

Page 149: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

139

Courwin, J.E, 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi 3. EGC. Jakarta

Copstead, L.C., & Banaik, J.L. 2000. Pathophysiology, (2th

ed). Philadelphia: W.B. sauders

company, dalam Mashudi. 2011, Pengaruh progressive muscle relaxation terhadap

kadar glukosa darah pasien dengan diabetes melitus tipe 2 di Rumah Sakit Daerah

Raden Mattaher Jambi , (tesis). Perpustakaan FIK-UI.

Dunning, T. 2003. Care of peoplee with diabetes: a manual nusrsing practice melbourne:

Blackwell Publishing, dalam Mashudi. 2011, Pengaruh progressive muscle relaxation

terhadap kadar glukosa darah pasien dengan diabetes melitus tipe 2 di Rumah Sakit

Daerah Raden Mattaher Jambi , (tesis). Perpustakaan FIK-UI.

Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., and Geisser, A.C 2002. Rencana Asuhan Keperawatan:

Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian. Edisi 3. Alih Bahasa: I Made

Sumarwati. EGC. Jakarta.

Fritz, Z. 2005. Sport and exercise massage: Comprehensive in athletics, fitness, and

rehabilitation, St. Louis, Missouri Mosby. Inc.

Ghazavi, Z., Talakoob, S., Abdeyazdan, Z., Attari, A., dan Joazi, M. (2007). Effects of

message Theapy and Muscle Relaxation on Glycosylated Hemoglobin in Diabetic

Children. November 30, 2015 http://semj.sums.ac.ir/vol9/jan2008/dm.htm

Greenberg, S.S. 2002. Comprehenssive stress management, (7th

ed). New York: The

McGraw-Hill Companies, dalam Mashudi. 2011, Pengaruh progressive muscle

relaxation terhadap kadar glukosa darah pasien dengan diabetes melitus tipe 2 di

Rumah Sakit Daerah Raden Mattaher Jambi , (tesis). Perpustakaan FIK-UI.

Gunawan, B., dan Sumadiono. 2007. Stress dan Sistem Imun Tubuh; Suatu Pendekatan

Psikoneuroimunologi. 30 November, 2015. http://dennyhendrata.wordpress.com/

2007/07/30/stress-dan-sistem-imun-tubuhsuatu-pendekatan-psikoneuroimunologi-2/.

Gustaviani, R. 2006. Diagnosis dan Klasifikasi diabetes melitus, dalam Sudoyo, A. W,.

Setyohadi, B., Alwi, L., Simadhibrata, M., dan setiati, S. Buku ajar ilmu penyakit

dalam (4th

ed) (hlm 1879-1881). Jakarta: Pusat Penerbit Departemen Penyakit Dalam

FKUI.

Page 150: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

140

Herdman, T. Heather. 2011. Banda International Diagnosa Keperawatan 2009-2011. EGC.

Jakarta.

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.

Jakarta : EGC.

Hartono, S.P. 2007. Analisis data kesehatan. Jakarta: FKM-UI.

IDF. 2013. IDF Diabetes Atlas Sixth Edition, International Diabetes Federation 2013.

http://www.idf.org/sities/default/files/EN_6E_Atlas_full_0.pdf. Diakses tanggal 25

November 2015.

Ilyas, E. I. 2009. Olahraga bagi diabetesi dalam Soegondo, S., Soewondo, P., & Subekti. I.

Ed. Penatalaksanaan diabetes melitus terpadu (hlm 69-110). Jakarta: FKUI.

Ilyas, E. I. 2009. Manfaat latihan jasmani bagi penyandang diabetes, (materi penyuluhan 3)

dalam Soegondo, S., Soewondo, P., & Subekti, I. Ed. Penatalaksanaan diabetes

melitus terpadu (hlm 289-301). Jakarta: FKUI.

Knerr, M., et al. 2009. The impact of initial factors of therapeutic alliance in individuals and

couples therapy. Journal of Marital and Family Therapy : 1-18.

Magfirah, dkk. 2005. Relaksasi Otot Progresif terhadap Stress Psikologis dan Perilaku

Perawatan Diri Pasien Diabetes Melitu Tipe 2. Jurnal Kesehatan Masyarakat :

Fakultas Ilmu Kesehata : Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Maryani. 2008. Pengaruh progressive muscle relaxation terhadap kecemasan yang

berimplikasi pada mual dan muntah pada pasien post kemotherapi di piklinik rumah

sakit Hasan Sadikin Bandung, (tesis). Perpustakaan FIKUI.

Moorhead, Sue et al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) 5th edition. St. Louis :

Elsevier Mocby.

Moyad, M., dan Hawks, J.H. 2009. Complementary and alternative therapies, dalam Black,

J.M., & Hawks, J.H. Medical-Surgical Nursing; Clinical Management for Posittive

Outcomes, (8th

edition).

Page 151: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

141

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Musculoskeletal.

Jakarta : EGC

Pawlow L.A & Jones, G. E. 2005. The Impact of abrevtated progressive muscle relakktion on

salvary cortisol and salvary immunoglobulin A (sIgA). Appled Psychophystology and

Btofeedback, 30 (4) : 375-387.

Polonsky, W.H., et al. 2005. Assessing psychological stress in diabetes. Diabetes Care, 28, :

626– 631.

Price, S.A., & Wilson, L.M. 2006. Patofisiologi konsep klinis proses penyakit, Edisi 6.

Jakarta: EGC

Pudiastuti RD, 2013. Penyakit Penyakit Mematikan, Luha Medika,Yogyakarta.

Resti, I.B. 2014. Teknik relaksasi otot progresif untuk mengurangi stres pada penderita asma.

Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 2 (1) : 1-20.

Richmond, R.L. 2007. A guidee to psychology and its practice. November 30, 2015.

http://www.guuidetopsychology.com/pmr.htm.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementrian

Kesehatan RI. Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes RI, 2013

Riyadi dan Sukarmin. 2008. Askep pada pasien dengan gangguan eksokrin dan endokrin

pada pankreas. Yogyakarta: Graha ilmu.

Robbins, N.C., Shaw, C.A., dan Lewis, S.L. 2007. Nursing management diabetes mellitus

dalam lewis, S.L., Heitkemper, M.M., Dirksen, S.R., O’Brien, P.G., dan Bucher, L.

Medical surgical nursing; assesment and management of clinical problems, (7th

edition) (hlm 1253-1289) Elsevier Mosby.

Setiadi, 2012. Konsep dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori dan Praktik,

Edisi 1. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Sjamsuhidajat, R & Wim de Jong, 2004, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, Jakarta : EGC

Page 152: PEMBERIAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP … · Mangun Soemarso Wonogiri di ruang Teratai, perawat dan tim medis lain mengatakan terapi rehabilitas relaksasi otot progresif sudah

142

Smeltzer, S.C dan bare, B.G. Hinkle, J.L., Cheevar, K.H. 2008. Brunner & Suddart’s

Texbook of medical-surgical nursing, (11th

edition). Philadelphia: Lippincott William

& Wilkins.

Snyder, M. dan Lindquist, R. 2002. Complmentary/ alternative therapies in nursing, (4th

ed).

New York: Spinger Publishinng Company.

Soegondo, S. 2009. Prinsip penanganan diabetes, insulin dan obat oral hipoglikemik oral

hipoglikemik oral, dalam soegondo, S., Soewondo, P., & Subekti. I. Ed.

Penatalaksanaan diabetes melitus terpadu (hlm 111-133). Jakarta: FKUI.

Soegondo S. dkk. 2009. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Balai Penerbit FKUI.

Jakarta.

Soewondo, P. 2009. Pemantauan kendali diabetes melitus, dalam Soegondo, S., Soewondo,

P., & Subekti, I. Ed. Penatalaksanaan diabetes melitus terpadu (hlm151-162).

Jakarta: FKUI.

Solehati, tetti dan kosasih, cecep eli. 2015. Konsep dan Aplikasi Relaksasi dalam

Keperawatan Maternitas. Bandung : Refika Aditama.

Tomey, AM., dan Alligood, MR., 2006. Nursing Theorits and Their Work, (6th

edition).

Elsevier Mosby.

WHO , 2011 Diabetes Melitus. Diakses pada yanggal 30 november 2015.

http://www.who.int/topicsdiabetes_melitus/en/.

Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.

Yildirim, Y.K., dan Fadiloglu, T. 2006. The effect of progressive muscle relaxation training

on anxity levels and quality of life in dialysis patients, November 30, 2015.

EDNA/ERCA Journal