PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan...

93
PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED IMAGERY THERAPY TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN An. L DENGAN DENGUEHAEMORRAGIC FEVER DI RUANG MELATI 2 RS Dr. MOEWARDI SURAKARTA DI SUSUN OLEH : SAWITRI NIM.P.11050 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014

Transcript of PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan...

Page 1: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED IMAGERY

THERAPY TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI

PADA ASUHAN KEPERAWATAN An. L DENGAN

DENGUEHAEMORRAGIC FEVER DI RUANG

MELATI 2 RS Dr. MOEWARDI

SURAKARTA

DI SUSUN OLEH :

SAWITRI

NIM.P.11050

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2014

Page 2: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

i

PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED IMAGERY

THERAPY TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI

PADA ASUHAN KEPERAWATAN An. L DENGAN

DENGUEHAEMORRAGIC FEVER DI RUANG

MELATI 2 RS Dr. MOEWARDI

SURAKARTA

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DI SUSUN OLEH:

SAWITRI

NIM.P.11050

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2014

Page 3: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

ii

Page 4: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

iii

Page 5: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

iv

Page 6: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena

berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah dengan judul “PEMBERIAN AUDIO VISUAL

RECORDEDGUIDED IMAGERY THERAPY TERHADAP PENURUNAN

INTENSITAS NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN An. L DENGAN

DENGUE HAEMORRAGIC FEVER DI RUANG MELATI 2 RS Dr.

MOEWARDI SURAKARTA.”

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan

ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-

tingginya kepada yang terhormat:

1. Atiek Murharyati, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Ketua Program studi DIII

Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba

ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarta.

2. Meri Oktariani, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Sekretaris Ketua Program

studi DIII Keperawatan dan selaku penguji 1 yang telah memberikan

kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada

Surakarta, membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan

serta inspirasi demi sempurnanya Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Noor Fitriyani,S.Kep., Ns, selaku dosen pembimbing yang telah

membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,

Page 7: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

vi

perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya

Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Siti Mardiyah S.Kep., Ns, selaku dosen penguji 2 yang

telahmembimbingdengancermat, memberikanmasukan-masukan,

inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi

sempurnanya Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma

Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan

wawasannya, serta ilmu yang bermanfaat.

6. Kedua orang tua saya, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

semangat untuk menyelesaikan pendidikan.

7. Kakak, adik, dan saudara-saudaraku yang telah memberikan semangat

dan dukungan untuk menyelesaikan tugas akhir Karya Tulis Ilmiah.

8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes

Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat

disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan

spiritual.

Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan

ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin.

Surakarta, Mei 2014

Penulis

Page 8: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME .................................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................. v

DAFTAR ISI ................................................................................................ vii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Tujuan Penulisan ......................................................................... 3

C. Manfaat Penulisan ....................................................................... 4

BAB II LANDASAN TEORI

A. Dengue Haemorragic Fever (DHF) ............................................ 6

B. TerapiGuided Imagery ................................................................ 27

C. Nyeri ............................................................................................ 30

BAB III LAPORAN KASUS

A. Pengkajian ................................................................................... 34

B. Analisa Data danPerumusan Masalah ......................................... 41

C. PrioritasDiagnosaKeperawatan ................................................... 42

D. Intervensi ..................................................................................... 43

E. Implementasi ............................................................................... 45

F. Evaluasi ....................................................................................... 48

BAB IV PEMBAHASAN

A. Pengkajian ................................................................................... 52

B. Diagnosa Keperawatan................................................................ 58

C. Intervensi ..................................................................................... 63

D. Implementasi ............................................................................... 67

Page 9: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

viii

E. Evaluasi ....................................................................................... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ……………………………………………………. 75

B. Saran .......................................................................................... .. 78

Daftar Pustaka

Lampiran

Daftar Riwayat Hidup

Page 10: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 : Log Book

Lampiran 3 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiarn 4 : Pendelegasian

Lampiran 5 : Jurnal

Lampiran 6: Asuhan Keperawatan

Page 11: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Gambar 2.1 Skala Deskripsi Intensitas Nyeri Sederhan …………….. 31

2. Gambar 2.2 Skala Intensitas Nyeri Numerik …………………………. 31

3. Gambar 2.3 Skala Analog Visual ……………………………………... 32

4. Gambar 2.4 Skala Nyeri Muka (Wong Baker Facial Gremace) ………. 32

5. Gambar 3.1 Genogram An. L …………………………………………... 36

6. Gambar 4.1 Skala Nyeri Muka (Wong Baker Facial Gremace) ………. 56

Page 12: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyakit dengue hemorrhagic fever (DHF) atau yang biasa disebut

dengan demam berdarah dengue (DBD) menjadi suatu penyakit endemik yang

saat ini masih menjadi masalah utama yang belum teratasi di negara – negara

tropis, seperti di Asia Tenggara (Widoyono, 2008: 59). Penyakit tersebut

menjadi penyebab kematian utama yang terjadi pada anak-anak (Novel, 2011:

6).

Menurut data dari Departemen Kesehatan RI (2004) dalam Widiyanto

(2007: 13), selama bulan Januari dan Februari, pada 25% provinsi di Indonesia

tercatat 17.707 orang terkena DBD dengan angka kematian 322 penderita dan

telah terjadi kejadian luar biasa (KLB) (Widoyono, 2008: 60). Kasus DBD di

Jawa Tengah dari tahun 2002 sampai tahun 2006 sebanyak 6.483 menjadi

9670 penderita dengan angka kematian 1,5 % menjadi 2,28.

Dengue Hemorragic Fever (DHF) merupakan penyakit menular yang

disebabkan oleh virus dengue,ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes

aegypti. Adanya infeksi virus dengue mengakibatkan manifestasi klinis yang

muncul pada penderita DHF seperti demam tinggi yang mendadak dengan

suhu mencapai 40� C atau lebih, terkadang disertai kejang,sakit kepala,

anoreksia, muntah – muntah (vomitting), discomfort, perdarahan, serta nyeri

perut dikanan atas atau seluruh bagian perut. Nyeri yang dirasakan penderita

Page 13: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

2

DBD disebabkan karena adanya viremia,sehingga tubuh mengeluarkan zat

anafilaktoksin sebagai reaksi terhadap infeksi (Nursalam et al., 2005: 159).

Nyeri yang dirasakan cukup bervariasi mulai dari nyeri ringan sampai

nyeri berat. Nyeri merupakan suatu bentuk ketidaknyamanan yang dapat

disebabkan oleh banyak hal, seperti efek dari penyakit atau akibat dari suatu

cidera. Nyeri yang dirasakan pasien dapat mempengaruhi berbagai komponen

dalam tubuh seperti fisik, perilaku, dan aktivitas, sehingga perlu penanganan

yang tepat baik manajemen nyeri secara farmakologis dengan obat - obatan

maupun nonfarmakologis. Manajemen nyeri nonfarmakologis sangat

beranekaragam antara lain, terapi es dan panas atau kompres panas dingin,

stimulasi saraf elektris transkutan(TENS), distraksi, akupuntur, umpan balik

biologis, masase, hipnosis, relaksasi, dan imajinasi terbimbing atau guided

imagery (Andarmoyo, 2013: 84).

Menurut Hart (2008) dalam Mariyam dan Widodo (2012: 229),Guided

imageryadalah suatu teknik yang memanfaatkan cerita atau narasi untuk

mempengaruhi pikiran, sering dikombinasi dengan latar belakang musik.

Mekanisme imajinasi positif dapat melemahkan psikoneuroimmunologiyang

mempengaruhi respon stres, melepaskan endorphin yang melemahkan respon

rasa sakit,dan mengurangi rasa sakit atau meningkatkan ambang nyeri.Hasil

penelitian tentang penggunaan audio recordedguided imagery therapyefektif

dalam mengurangi nyeri abdominal fungsional pada anak (Anggraini, 2012).

Hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada An. L dengan DHF Grade II

yang sudah dilakukan penulisdi bangsal Melati 2, Rumah Sakit Dr. Moewardi

Page 14: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

3

Surakarta pada An.L mengalami nyeri pada perut, nyeri diperberat setelah

makan, nyeri seperti diiris-iris, nyeri di ulu hati, skala nyeri 4, nyeri hilang

timbul, ekspresi wajah tampak nyengir dan menunjukkan lokasi yang

sakit.Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk menyusun

karya tulis ilmiah dengan aplikasi riset yang berjudul “ Pemberian Audio

Visual RecordedGuided Imagery Therapyterhadap Penurunan IntensitasNyeri

pada Asuhan Keperawatan An. L dengan Dengue Haemorragic Fever di

Ruang Melati 2 Rumah Sakit Dr.Moewardi Surakarta.”

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Melaporkanpengaruh pemberianaudio visual recordedguided

imagery therapyterhadap penurunanintensitas nyeri pada An. L dengan

Dengue Haemorragic Feverdi Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada An. L dengan Dengue

Haemorragic Fever (DHF).

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada An. L dengan

Dengue Haemorragic Fever (DHF).

c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan pada An. L

Dengue Haemorragic Fever (DHF).

d. Penulis mampu melakukan implementasi pada An. L dengan Dengue

Haemorragic Fever (DHF).

Page 15: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

4

e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada An. L dengan Dengue

Haemorragic Fever (DHF).

f. Penulis mampu menganalisa hasil pemberianpemberian audio visual

recorded guided imagery therapy terhadap penurunan intensitas nyeri

pada asuhan keperawatan An. L dengan Dengue Haemorragic Fever

(DHF).

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis

Sebagai tambahan informasi, ilmu pengetahuan dan pengalaman

tentang efektifitas pemberian guided imagery therapy terhadap nyeri

pasien dengan Dengue Haemorragic Fever (DHF).

2. Bagi Perawat

Sebagai tambahan referensi untuk meningkatkan mutu pelayanan

asuhan keperawatann secara mandiri pada pasien dengan Dengue

Haemorragic Fever (DHF) dengan terapi nonfarmakologi guided imagery

therapy.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai salah satu wacana dan tambahan informasi tentang salah

satu tindakan mandiri perawat dalam pemberian terapi nonfarmakologi

untuk mengatasi nyeri dengan guided imagery therapy yang bisa

diaplikasikan di rumah sakit.

Page 16: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

5

4. Bagi Masyarakat

Sebagai tambahan informasi pada masyarakat luas tentang cara

mengurangi nyeri pada anak dengan manajemen nyeri nonfarmakologi

guided imagery therapy yang bisadiaplikasikan secara mandiri, efektif

dan efisien.

Page 17: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Dengue Haemorragic Fever (DHF)

1. Konsep Penyakit

a. Definisi

Dengue Haemorragic Fever (DHF) atau demam berdarah dengue

adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan

ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti (Nursalam et al., 2005:

159).

Demam berdarah dengue (DBD) didefinisikan sebagai penyakit

demam akut yang disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus

dari genus Flavivirus dikenal dengan nama virus dengue (Novel, 2011:

6).

Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan

oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan

nyamuk Aedes Aegypti (Suriadi dan Yuliani, 2010: 57).

b. Klasifikasi DHF

Menurut Firdaus (2011: 47), DHF dapat diklasifikasikan menjadi

empat tingkatan, yaitu :

a. Derajat I

Pada derajat I terjadi demam diikuti gejala yang spesifik. Satu-

satunya cara untuk mengetahui manifestasi pendarahan adalah melalui

Page 18: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

7

tes tourniquet yang menunjukkan hasil positif atau kulit mudah

memar.

b. Derajat II

Setelah yang ada pada tingkat I, kemudian berlanjut pada

peristiwa perdarahan spontan yang timbul pada kulit atau tempat lain.

c. Derajat III

Pada derajat ini terjadi kegagalan sirkulasi yang ditandai oleh

denyut nadi yang cepat dan lemah, hipotensi, suhu tubuh yang rendah,

kulit yang lembab, dan penderita gelisah.

d. Derajat IV

Pada derajat IV penderita akan mengalami syok berat dengan

nadi yang tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diperiksa. Fase

kritis pada penyakit ini terjadi pada akhir masa demam. Setelah

penderita DHF mengalami demam selama 2 – 7 hari, penurunan suhu

biasanya disertai tanda-tanda gangguan sirkulasi darah, seperti

berkeringat, gelisah, tangan dan kakinya dingin, serta mengalami

perubahan tekanan darah ataupun denyut nadi.

c. Etiologi

Dengue haemorragic fever (DHF) disebabkan oleh virus dengue

(Firdaus, 2011). Virus dengue terbagi menjadi 4 serotipe yang termasuk

dalam grup B dari artropedi borne viruses(arboviruses) yaitu DEN-1,

DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. DEN-2 dan DEN-3 merupakan serotipe

yang menjadi penyebab terbanyak (Nursalam et al., 2005: 160).

Page 19: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

8

d. Manifestasi Klinis

Menurut Firdaus (2011: 46),manifestasi klinis dari penyakit

demam berdarah dengue antara lain :

1) Perdarahan pada hidung, mulut, gusi, atau memar pada kulit.

2) Muntah secara terus-menerus, terkadang disertai dengan darah.

3) Kotoran feces yang berwarna kehitaman, akibat terjadinya pendarahan

pada organ dalam.

4) Rasa haus yang berlebihan.

5) Kulit pucat dan dingin.

6) Penurunan kesadaran ataupun mengantuk.

7) Demam tinggi mendadak, disertai nyeri kepala, nyeri pada bagian

kepala belakang bola mata, terkadang juga nyeri perut.

8) Tidak disertai dengan batuk atau sakit pada tenggorokan.

9) Trombositdan leukosit turun (kurang dari 100.000).

10) Terjadi peningkatan hematokrit (naik 20 % dari jumlah normal).

11) Terjadi perembesan plasma, sehingga jika semakin bocor dapat

menyebabkan syok.

12) Terkadang demam bisa mencapai 40� C - 41� C dan terjadi kejang

demam pada bayi.

e. Patofisiologi

Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus dengue menimbulkan

antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan, tetapi tidak ada

perlindungan terhadap serotipe lain. Mekanisme mengenai patofisiologi,

Page 20: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

9

hemodinamika, dan biokimia DHF hingga saat ini belum diketahui secara

pasti. Patofisiologi utama yang menentukakan beratnya penyakit adalah

meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya

volume plasma serta terjadinya hipotensi trombositopeni, dan diastesis

haemorragic. Pada kasus berat, renjatan terjadi secara akut dan nilai

hematokrit meningkat bersamaan dengan menghilangnya plasma melalui

endotel dinding pembuluh darah. Renjatan terjadi sebagai akibat dari

kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler melalui kapiler yang rusak,

sehingga mengakibatkan menurunya volume plasma dan meningkatnya

nilai hematokrit(Nursalam et al., 2005: 159).Hilangnya plasma dapat

mengakibatkan hipovolemik(Suriadi dan Yuliani, 2010: 57).

Trombositopenia yang hebat, gangguan fungsi trombosit, dan

kelainan fungsi koagulasi (protrombin, faktor V, VII, IX, X dan

fibrinogen) merupakan penyebab utama terjadinya perdarahan hebat,

terutama perdarahan saluran gastrointestinal (Suriadi dan Yuliani, 2010:

57). Perdarahan kulit umumnya disebabkan oleh faktor kapiler dan

trombositopeni, sedangkan perdarahan masif disebabkan oleh kelainan

yang lebih kompleks, yaitu trombositopeni, gangguan faktor pembekuan,

dll.

Menurut Sugianto D (1994) dalam Soegijanto (2012: 81),

trombositopenia pada penderita DHF diduga terjadi akibat peningkatan

destruksi terombosit oleh sistem retikuloendothelial, agregasi trombosit,

akibat endotel vaskuler yang rusak serta penurunan produksi trombosit

Page 21: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

10

oleh sumsum tulang. Patogenesis DHF berkaitan dengan sistem

komplemen, yaitu sistem dalam sirkulasi darah yang terdiri dari 11

komponen protein dengan bentuk tidak aktif dan labil terhadap panas.

Sebagai reaksi terhadap infeksi, terjadi aktivasi komplemen sehingga

dilepaskan anafilaktoksin C3 dan C5a yang mampu membebaskan

histamin sebagai mediator kuat dalam peningkatan permeabilitas dinding

pembuluh darah dan berperan dalam renjatan (Nursalam et al., 2005:

159).

f. Penatalaksanaan

Menurut Nugroho (2011: 63), terapi pada penderita DHF antara lain :

1) Tanpa Renjatan

a) Minum banyak 1,2 – 2 liter per hari.

b) Bila muntah terus dipasang IVFD.

c) Antipiretik

d) Antikonvulsi untuk kejang demam

2) Dengan Renjatan

a) IVFD

b) Plasma ekspander

c) Pemberian komponen darah

d) Oksigen

e) Koresi basa bila asidosis

f) Evaluasi keadaan umum, tanda vital, perdarahan, deurisis,

hemoglobin, hematokrit, trombosit.

Page 22: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

11

Menurut Firdaus (2011: 54), tahap penanganan pasien dengan

demam dengue dan demam berdarah dengue difasilitas kesehatan antara

lain :

a. Jika penderita mengalami dehidrasi yang signifikan (> 10 % berat

badan normal), maka diperlukan segera diberikan penggantian cairan

secara intravena. Contoh cairan pengganti yang bisa diberikan adalah

ringer laktat atau ringer asetat, larutan garam fisiologis dan glukosa 5

%, serta plasma dan plasma substitute.

b. Pemberian cairan pengganti harus diawasi selama 24-48 jam dan

dihentikan setelah penderita terrehidrasi, yang ditandai dengan jumlah

urin yang cukup, denyut nadi yang kuat, dan perbaikan tekanan darah.

Infus juga harus diberikan bila kadar hematokrit turun sampai 40%.

c. Bila pemberian cairan intravena diteruskan setelah tanda-tanda

tersebut tercapai, maka akan terjadi overhidrasi, sehingga jumlah

cairan dalam pembuluh darah menjadi berlebih dan dapat

mengakibatkan edema paru-paru ataupun gagal jantung.

d. Oksigen diberikan pada penderita dalam keadaan syok.

e. Transfusi darah hanya diberikan pada penderita dengan tanda-tanda

perdarahan yang signifikan (Firdaus, 2011: 54).

g. Pemeriksaan Laboratorium

Menurut Nursalam et al.(2005:163),pada pemeriksaan darah

pasien DHF akan ditemukan :

1) Hemoglobin dan PCV meningkat (≥ 20 %).

Page 23: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

12

2) Trombositopenia (≤ 100.000/ml).

3) Leukopenia (mungkin normal atau leukositosis).

4) Ig. D dengue positif.

5) Hasil pemeriksaaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia,

hipokloremia, dan hiponatremia.

6) Ureum dan pH darah mungkin meningkat.

7) Asidosis metabolik : pCO�< 35 – 45 mmHg, dan HCO rendah.

8) SGOT atau SGPT mungkin meningkat.

h. Komplikasi

Menurut Soedarto (2012: 94), komplikasi yang terjadi pada penderita

demam berdarah dengue antara lain:

1) Komplikasi susunan saraf pusat

Komplikasi pada SSP dapat berbentuk konvulsi, kaku kuduk,

perubahan kesadaran dan paresis. Kejang-kejang kadang terlihat

waktu fase demam pada bayi. Keadaan ini mungkin akibat tingginya

demam, karena pada pemeriksaan cairan cerebrospinal tidak terjadi

kelainan.

2) Ensefalopati

Komplikasi neurologik ini terjadi akibat pemberian cairan hipotonik

yang berlebihan pada waktu dilakukan pengobatan, penderita

mengalami hiponatremia. Selain itu ensefalopati juga dapat

disebabkan oleh terjadinya koagulasi intravskuler.

Page 24: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

13

3) Infeksi

Pneumonia, sepsis atau flebitis akibat pencemaran bakteri Gram-

negatif pada alat-alat yang digunakan pada waktu pengobatan,

misalnya pada waktu tranfusi atau pemberian cairan infus.

4) Overhidrasi

Pemberian cairan yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya

gagal pernapasan maupun gagal jantung.

5) Gagal hati

Komplikasi gagal hati biasanya dijumpai bersama terjadinya

ensefalopati.

2. Konsep Asuhan Keperawatan

Menurut Yura (1983) dalam Setiadi (2012: 1), proses keperawatan

adalah tindakan yang berurutan yang dilakukan secara sistemik untuk

menentukan masalah klien dengan membuat perencanaan untuk

mengatasinya, melaksanakan rencana itu atau menugaskan orang lain untuk

melaksanakannya dan mengevaluasi keberhasilan secara efektif terhadap

masalah yang diatasinya tersebut.

Proses keperawatan profesional di Indonesia menurut PPNI (2000)

dalam Setiadi (2012: 4), terdiri dari 5 standart yaitu pengkajian, diagnosis

keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

Page 25: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

14

a. Pengkajian

Menurut Lyer et al. (1996) dalam Setiadi (2012: 10), pengkajian

adalah tahap awal dari proses yang sistematis dalam pengumpulan data

dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi

status kesehatan klien.

Menurut Nursalam et al. (2005:163), fokus pengkajian pada pasien

DHF antara lain :

1) Identitas pasien

Nama, umur (pada DHF sering menyerang anak-anak dengan usia

kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang

tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.

2) Keluhan utama

Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke

Rumah Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.

3) Riwayat peyakit sekarang

Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil

dan saat demam kesadaran composmentis. Turunnya panas terjadi

antara hari ke-3 dan ke-7, dan anak semakin lemah. Kadang-kadang

disertai dengan keluhan batuk, pilek, nyeri telan, mual, muntah,

anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan

persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta

adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV),

melena, atau hematemesis.

Page 26: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

15

4) Riwayat penyakit yang pernah diderita

Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak biasanya

mengalami serangan ulang DHF dengan tipe virus yang lain.

5) Riwayat imunisasi

Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan

timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.

6) Riwayat gizi

Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak

dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat

faktor presdiposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami

keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini

berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang

mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan

sehingga status gizinya menjadi kurang.

7) Kondisi lingkungan

Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang

kurang bersih (seperti air yang menggenang, dan gantungan baju di

kamar).

8) Pola Kebiasaan

a) Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan

berkurang, dan nafsu makan menurun.

Page 27: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

16

b) Eliminasi alvi (buang air besar): kadang-kadang anak mengalami

diare maupun konstipasi. Sementara DHF grade III-IV bisa terjadi

melena.

c) Eliminasi urin ( buang air kecil): perlu dikaji apakah sering

kencing, sedikit atau banyak, sakit atau tidak. Pada DHF grade IV

sering terjadi hematuria.

d) Tidur dan istirahat : anak sering mengalami kurang tidur karena

mengalami sakit atau nyeri otot dan persendian, sehingga

kuantitas dan kualitas tidur kurang.

e) Kebersihan : upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan

lingkungan cenderung kurang, terutama untuk membersihkan

tempat sarang nyamuk Aedes Aegypti.

f) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya

untuk menjaga kesehatan.

9) Pemeriksaaan fisik

Pemeriksaaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi

dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan (grade)

DHF, keadaan fisik anak adalah sebagai berikut :

a) Grade I : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, tanda-

tanda vital dan nadi lemah.

b) Grade II : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, ada

perdarahan spontan ptekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi

lemah, kecil dan tidak teratur.

Page 28: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

17

c) Grade III : kesadaran apatis,somnolen, keadaan umum lemah,

nadi lemah kecil, dan tidak teratur, serta tensi menurun.

d) Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba,

tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin,

berkeringat, dan kulit tampak biru.

10) Sistem integumen

a) Adanya ptekie pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul

keringat dingin, serta lembab.

b) Kuku sianosis atau tidak.

c) Kepala dan leher

Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam

(flusy), mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan

(epistaksis), pada grade II, III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa

mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi dan nyeri telan.

Tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan terjadi

perdarahan telinga (pada grade II, III, IV).

d) Dada

Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto

thoraxterdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah

kanan (efusi pleura), rales positif, ronchi positif yang biasanya

terdapat pada grade III dan IV.

Page 29: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

18

e) Abdomen

Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali), dan

ascites.

f) Ekstremitas

Akral dingin, serta nyeri otot, sendi, dan tulang.

11) Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan ditemukan :

a) Hemoglobin dan PCV meningkat (≥ 20 %).

b) Trombositopenia (≤ 100.000/ml).

c) Leukopenia (mungkin normal atau leukositosis).

d) Ig. D dengue positif.

e) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia,

hipokloremia, dan hiponatremia.

f) Ureum dan pH darah mungkin meningkat.

g) Asidosis metabolik : pCO�< 35 – 45 mmHg, dan HCO rendah.

h) SGOT atau SGPT mungkin meningkat.

b. Diagnosa Keperawatan

Menurut Herdman et al. (2011) dalam Setiadi (2012: 33), diagnosa

keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon individu, keluarga,

dan masyarakat tentang masalah kesehatan, sebagai dasar seleksi

intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai

dengan kewenangan perawat. Diagnosa keperawatan biasanya terdiri dari

Page 30: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

19

tiga komponen yaitu respon manusia (masalah), faktor yang berhubungan,

tanda dan gejala.

Langkah-langkah menentukan diagnosa keperawatan dapat

dibedakan menjadi empat, yaitu klasifikasi dan analisis data, interpretasi

data, validasi data, dan perumusan diagnosa keperawatan (Setiadi, 2012:

37). Menurut Nurarif dan Hardi (2013), diagnosa yang muncul pada

pasien DHF antara lain :

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (viremia).

b. Hipertermia berhubungan dengan penyakit (proses infeksi virus

dengue).

c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan

aktif (pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler).

d. Resiko syok berhubungan dengan hipovolemia.

e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan

yang menurun.

f. Resiko perdarahan berhubungan dengan koagulopati inheren

(trombositopeni).

c. Intervensi

Perencanaan adalah suatu proses didalam pemecahan masalah

yang merupakan keputusan awal tentang sesuatu, apa yang akan

dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang melakukan

dari semua tindakan keperawatan (Dermawan, 2012: 84).

Page 31: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

20

Proses perencanaan antara lain, membuat tujuan dan penetapan

kriteria hasil, memilih intervensi, dan membuat rasionalisasi dari

intervensi yang dipilih. Penetapan tujuan dan kriteria hasil berdasarkan

pada SMART (spesifik, measurable, achievable, rasional, time)

(Dermawan, 2012: 84).

Perencanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan DHF antara lain :

1) Nyeri akut berhubungan dengan age cidera biologis (viremia).

a) NOC :

(1) Pain Level,

(2) Pain control,

(3) Comfort level

b) Kriteria hasil :

(1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu

menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,

mencari bantuan).

(2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan

manajemen nyeri.

(3) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda

nyeri).

(4) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.

Page 32: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

21

c) NIC :

(1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk

lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor

presipitasi.

(2) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.

(3) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi.

(4) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan

dukungan.

(5) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti

suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan .

(6) Kurangi faktor presipitasi nyeri.

(7) Tingkatkan istirahat.

(8) Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non

farmokologi dan inter personal).

(9) Ajarkan tentang teknik non farmokologi.

(10) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

(11) Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan

nyeri tidak berhasil.

2) Hipertermia berhubungan dengan penyakit (proses infeksi virus

dengue).

a) NOC: Termoregulation

b) Kriteria hasil :

(1) Suhu tubuh dalam rentang normal (36,5 – 37,5�C).

Page 33: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

22

(2) Nadi dan Respiratory Rate dalam rentang normal (nadi 70-120

x/menit, RR : 18-30 x/menit).

(3) Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing.

c) NIC :

(1) Monitor suhu sesering mungkin.

(2) Monitor warna dan suhu kulit.

(3) Monitor tekanan darah, nadi, dan respiratory rate.

(4) Berikan antipiretik.

(5) Lakukan tapid sponge.

(6) Kompres pasien pada lipat paha dan aksila.

(7) Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan

kemungkinan efek negative dari kedinginan.

(8) Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan dan

penanganan emergency yang dilakukan.

3) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan

aktif (pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler).

a) NOC :

(1) Fluid balance

(2) Hydration

b) Kriteria hasil :

(1) Mempertahankan urine output sesuai dengan usia, berat badan,

berat jenis urin, hematokrit normal (35-45%).

Page 34: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

23

(2) Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal (Tekanan

darah: 110/82 mmHg, nadi: 70-120 kali per menit, suhu

(36,5 – 37,5�C)).

(3) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitasturgor kulit baik,

membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang

berlebihan.

c) NIC :

(1) Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi

adekuat, tekanan darah ortostatik), jika diperlukan.

(2) Monitor vital sign.

(3) Monitor masukan makanan atau cairan dan hitung intake

kalori harian.

(4) Dorong masukan oral.

(5) Kolaborasi pemberian cairan intravena.

4) Resiko syok berhubungan dengan hipovolemia

a) NOC :

(1) Syok prevention

(2) Syok managemen

b) Kriteria hasil :

(1) Nadi dalam batas yang diharapkan (70-120 x/menit).

(2) Frekuensi nafas dalam batas yang diharapkan (18-30 x/menit).

(3) Tekanan darah dalam batas normal (systolik : 80-110 mmHg,

diastolik : 55-82 mmHg).

Page 35: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

24

(4) Hematokrit dalam batas normal (35-45%).

c) NIC :

(1) Monitor suhu dan pernafasan.

(2) Monitor tanda awal syok.

(3) Berikan cairan intravena atau oral yang tepat.

(4) Ajarkan keluarga dan pasien tentang tanda dan gejala

datangnya syok.

5) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan

yang menurun.

a) NOC :

(1) Nutritional status

(2) Nutrional Status food and Fluid Intake

(3) Nutrional Status nutrient Intake

(4) Weigh control

b) Kriteria Hasil :

(1) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan.

(2) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan.

(3) Mempumengidentifikasi kebutuhan nutrisi.

(4) Tidak ada tanda tanda malnutrisi.

(5) Menunjukan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan.

(6) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.

Page 36: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

25

c) NIC :

(1) Kaji adanya alergi makanan.

(2) Monitor kalori dan intake nutrisi.

(3) Monitor adanya penurunan berat badan.

(4) Monitor mual dan muntah.

(5) Monitor kadar albumin; total protein, Hemoglobin, dan kadar

Hematokrit.

(6) Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C

(7) Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan

ahli gizi)

(8) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

(9) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori

dan nutrisi yang di butuhkan pasien

6) Resiko perdarahan berhubungan dengan Koagulopati inheren

(trombositopenia).

a) NOC :

(1) Blood lose severity

(2) Blood coagulation

b) Kriteria hasil :

(1) Tidak ada hematuria dan hematemesis.

(2) Kehilangan darah yang terlihat.

(3) Tekanan darah dalam batas normal (sistolik : 80-110 mmHg,

diastolik : 55-82 mmHg)

Page 37: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

26

(4) Tidak ada perdarahan pervagiana.

(5) Hemoglobin dan hematokrit dalam batas normal (Hemoglobin:

10-16 gr/dl, Hematokrit: 53-45 %).

c) NIC :

(1) Monitor ketat tanda-tanda pendarahan.

(2) Monitor nilai laboratorium atau koagulasi yang meliputi: PT,

PTT, trombosit.

(3) Pertahankan bedrest selama perdarahan aktif.

(4) Lindungi pasien dari trauma yang dapat mengakibatkan

perdarahan.

(5) Kolaborasi pemberian cairan intravena.

d. Implementasi

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana

keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Ada tiga tahap

dalam tindakan keperawatan, yaitu tahap persiapan, tahap intervensi dan

tahap dokumentasi (Setiadi, 2012: 54).

Implementasi perencanaan berupa penyelesaian tindakan yang

diperlukan untuk memenuhi, kriteria hasil seperti yang digambarkan

dalam rencana tindakan. Tindakan dapat dilaksanakan oleh perawat,

klien, anggota keluarga, anggota tim kesehatan lain, atau kombinasi dari

yang disebutkan diatas (Dermawan, 2012: 118).

Page 38: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

27

e. Evaluasi

Evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana,

tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan

dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien, keluarga, dan

tenaga kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat

kemampuan klien dalam mencapai tujuan yang disesuaikan dengan

kriteria hasil pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012: 57)

Evaluasi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu : evaluasi berjalan

(formatif) dan evaluasi akhir (sumatif). Evaluasi berjalan (formatif),

adalah evaluasi yang dikerjakan dalam bentuk pengisisan format catatan

perkembangan dengan berorientasi kepada masalah yang dialami oleh

klien. Format yang dipakai adalah SOAP (data subyektif, data obyektif,

analisis, dan perencanaan). Evaluasi akhir (sumatif) merupakan evaluasi

yang dikerjakan dengan cara membandingkan antara tujuan yang akan

dicapai. Format yang dipakai adalah format SOAPIER (data subyektif,

data obyektif, analisis, perencanaan, implementasi, evaluasi,

reassessment) (Setiadi, 2012: 60).

B. Terapi Guided Imagery

1. Definisi

Menurut Hart (2008) dalam Mariyam dan Widodo (2012: 229),

Guided imagery adalah suatu teknik yang memanfaatkan cerita atau narasi

Page 39: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

28

untuk mempengaruhi pikiran, sering dikombinasi dengan latar belakang

musik.

Smeltzer dan Bare (2002) dalam Andarmoyo (2013: 90), Imajinasi

terbimbing atau guided imagery merupakan manajemen nyeri non

farmakologi yang menggunakan imajinasi seseorang dalam suatu cara yang

dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu.

2. Jenis

Menurut Andarmoyo (2013: 87) distraksi ada dua jenis,yaitu :

a. Distraksi visual atau penglihatan

Distraksi visual atau penglihatan adalah pengalihan perhatian selain

nyeri yang diarahkan kedalam tindakan-tindakan visual atau melalui

pengamatan. Misalnya melihat pertandingan olahraga, menonton televisi,

membaca koran, melihat pemandangan/gambar yang indah.

b. Distraksi Audio atau Pendengaran

Pengalihan perhatian selama nyeri yang diarahkan ke dalam

tindakan-tindakan melalui organ pendengaran. Misalnya, mendengarkan

kicauan burung, gemercik air, musik yang disukai.

3. Mekanisme Guided Imagery

Menurut Jacobson (2006) dalam Mariyam dan Widodo (2012: 233),

mekanisme guided imagery dapat melemahkan psikoneuroimunologi yang

mempengaruhi respon stres, dan berkaitan dengan teori Gate Control yang

menyatakan bahwa hanya satu impuls saja yang dapat berjalan sampai

sumsum tulang ke otak pada satu waktu, dan jika impuls ini diisi dengan

Page 40: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

29

pikiran lain maka sensasi rasa sakit tidak dapat dikirim ke otak oleh karena

itu rasa sakit berkurang.

4. Standart Operasional Prosedur Guided Imagery

Menurut Kusayati (2006: 197), standart operasional prosedur guided imagery

atau imajinasi terbimbing sebagai berikut:

1. Bina hubungan saling percaya

2. Jelaskan prosedur: tujuan, posisi, waktu, dan peran perawat sebagai

pembimbing.

3. Anjurkan klien mencari posisi yang nyaman menurut klien.

4. Duduk dengan klien tetapi tidak mengganggu.

5. Lakukan pembimbingan dengan baik terhadap klien.

6. Minta klien untuk memikirkan hal-hal yang menyenangkan atau

pengalaman yang membantu penggunaan semua indra dengn suara yang

lembut.

a. Ketika klien rileks, klien berfokus pada bayangannya dan saat itu

perawat tidak perlu bicara lagi.

b. Jika klien menunjukkan gejala agitasi atau tidak nyaman, perawat

harus menghentikan latihan dan memulainya lagi ketika klien telah

siap.

c. Relaksasi akan mengenai seluruh tubuh. Setelah 15 menit, klien harus

memperhatikan tubuhnya, lalu catat daerah yng tegang dan daerah ini

akan digantikan dengan relaksasi. Biasanya klien rileks setelah

Page 41: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

30

menutup mata atau mendengarkan musik yang lembut sebagai

background yang membantu.

d. Catat hal-hal yang digambarkan klien dalam pikiran untuk digunakan

pada latihan selanjutnya dengan menggunakan informasi spesifik

yang diberikan klien dan tidak membuat perubahan pernyataan klien.

C. Nyeri

1. Definisi

Nyeri merupakan suatu bentuk ketidaknyamanan yang dapat

disebabkan oleh banyak hal, seperti efek dari penyakit atau akibat dari suatu

cidera (Andarmoyo, 2013: 7).

Menurut Smeltzer and Bare (2002) dalam Judha et al. (2012: 1), nyeri

adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat

kerusakan jaringan yang aktual dan potensial.

2. Klasifikasi

Menurut Andarmoyo (2013: 36), nyeri dapat diklasifikasikan berdasarkan

durasinya menjadi dua ,yaitu :

a. Nyeri Akut

Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cidera akut, penyakit,

atau intervensi bedah dan memiliki awitan yang cepat, dengan intensitas

yang bervariasi (ringan sampai berat) dan berlangsung untuk waktu

singkat ( Minhart dan Mc Cattery, 1983: NIH, 1986 dalam Smeltzer, 2002

dalam Andarmoyo, 2013).

Page 42: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

31

b. Nyeri Kronik

Menurut McCaffery (1986) dalam Potter dan Pery (2005) dalam

Andarmoyo (2013: 37), nyeri kronik adalah nyeri konstan atau

intermitten yang menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri kronik

berlangsung lama, intensitas yang bervariasi, dan biasanya berlangsung

lebih dari 6 bulan.

3. Skala atau Pengukuran Nyeri

Menurut Judha et al. (2012: 35), skala nyeri dapat diukur dengan

menggunakan beberapa skala, antara lain :

a. Skala deskripsi intensitas nyeri sederhana

Gambar 2.1

Skala Deskripsi Intensitas Nyeri Sederhana

b. Skala peringkat nyeri secara verbal

0 = no pain 0 = no pain

10 = worst possible pain 100 = worst possible pain

c. Skala intensitas nyeri numerik

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

No Pain Moderate pain Worst

Possible pain

Gambar 2.2

Skala Intensitas Nyeri Numerik

Tidak

Nyeri

Nyeri

Ringan

Nyeri

Sedang

Nyeri

Hebat

Nyeri

Sangat

Nyeri

Tidak Terkontrol

Page 43: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

32

d. Skala Analog Visual (VAS)

No Pain Pain as bed as

it could possibly be

Gambar 2.3

Skala Analog Visual

e. Skala nyeri muka (Wong Baker Facial Gremace)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

No mild moderate moderate severe worst

Pain pain pain pain pain pain

possible

Gambar 2.4

Skala Nyeri Muka(Wong Baker Facial Gremace)

4. Strategi penatalaksanaan nyeri

Menurut Andarmoyo (2013: 84), strategi penatalaksanaan nyeri adalah

suatu tindakan untuk mengurangi nyeri yang terbagi menjadi dua yaitu :

a. Strategi penatalaksanaan nyeri non farmakologis

1) Bimbingan antisipasi

2) Terapi es dan panas atau kompres panas dingin

3) Stimulasi saraf elektris transkutan atau TENS (trancutaneous

electrical nerve stimulation)

4) Distraksi

5) Relaksasi

Page 44: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

33

6) Imajinasi terbimbing atau guided imagery

7) Hipnosis

8) Akupuntur

9) Umpan balik biologis

10) Masase

b. Strategi penatalaksanaan nyeri farmakologis

Analgesik merupakan metode yang paling umum untuk mengatasi

nyeri. Ada tiga jenis analgesik yaitu non narkotik dan obat anti inflamasi

nonsteroid (NSAID), analgesik narkotik atau opiat, dan obat tambahan.

Page 45: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

34

BAB III

LAPORAN KASUS

Pada bab ini berisi tentang laporan asuhan keperawatan yang dilakukan

pada An. L dengan demam berdarah dengue grade II selama 2 hari mulai tanggal

10 – 11 April 2014 di bangsal Melati 2 Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta.

Adapun laporan kasus yang akan dikemukakan pada bab ini adalah proses

keperawatan yang meliputi, pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi

keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.

A. Pengkajian

1. Identitas klien

Klien bernama An. L, tanggal lahir 6 September 2005, An. L

berumur 8 tahun 7 bulan, orang tua An. L bernama Tn. M berusia 37

tahun, pendidikan terakhir SD memiliki pekerjaan swasta yang bertempat

tinggal di Kalijambe Boyolali. Hubungan dengan klien adalah seorang

ayah. An. L masuk rumah sakit Dr. Moewardi pada tanggal 9 April 2014

jam 00.31 dengan diagnosa medis DHF grade II. Pengkajian pada An.L

dilakukan pada tanggal 10 April 2014 pukul 13.00 WIB dengan

menggunakan metode alloanamnesa dan autoanamnesa.

2. Riwayat kesehatan klien

An . L masuk kerumah sakit dengan keluhan utama lemas. Pada

tanggal 3 April 2014 An. L mengeluh badannya panas, kemudian oleh

orang tuanya diperiksakan ke Puskesmas Kalijambe, oleh dokter yang

Page 46: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

35

memeriksa An. L didiagnosa demam typoid. An. L diberi obat 2 macam

oleh dokter (orang tua tidak tahu nama obatnya apa) dan yang satu lagi

diberi obat penurun panas. Demamnya bisa turun kalau diberi obat

penurun panas saja.

Pada tanggal 5 April 2014, An. L mengatakan badanya lemas,

tidak demam, kemudian oleh orang tuanya diperiksakan lagi ke RSUD

Gemolong, di rumah sakit pasien dirawat inap dan dilakukan pemeriksaan

laboratorium didapatkan hasil trombositnya menurun, kemudian An. L

dirujuk ke rumah sakit swasta, karena rumah sakit swasta penuh kemudian

An. L dirujuk ke rumah sakit Dr. Moewardi. Saat di IGD RSDM An. L

mimisan kurang lebih ½ cc, kemudian dilakukan pemeriksaan tanda-tanda

vital didapatkan nadi 72 kali per menit, suhu 36,5� C, tekanan darah

100/70 mmHg, respirtoryi rate 24 kali per menit. Oleh dokter dianjurkan

untuk rawat inap dan diberi terapi infus RL 140 cc per jam, diit tinggi

kalori tinggi protein 200 kilo kalori per hari, paracetamol 500 mg,

kemudian An. L dipindah ke bangsal Melati 2.

Pada riwayat penyakit sebelumya, saat An. L berumur 2 tahun

pernah di opname di RSUD Gemolong kurang lebih 1 minggu karena

diare. An. L tidak memiliki riwayat alergi makanan maupun obat-obatan.

Keluarga An. L juga mengatakan imunisasi dasar pada An. L lengkap

sesuai jadwal imunisasi.

Page 47: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

36

Gambar 3.1

Genogram An. L

Keterangan :

: laki-laki : tinggal serumah

: perempuan : garis keturunan

: meninggal : garis perkawinan

: pasien

Dikeluarga An. L tidak ada riwayat penyakit menurun dianggota

keluarganya seperti darah tinggi (hipertensi), penyakit gula (diabetes

melitus), serta penyakit yang menular lainnya seperti penyakit kulit.

Pada waktu lahir An. L memiliki berat lahir 2800 gram, berat badan

sekarang 16 kilogram, sebelum sakit 18 kilogram, dengan tinggi badan

122 centimeter, lingkar kepala 51 centimeter, lingkar dada 54 centimeter,

dan lingkar lengan atas 16 centimeter. Hasil pengukuran z-score WAZ

didapatkan hasil -2,73 yang termasuk kategori status gizi kurang, pada

intepretasi NCHS HAZ hasilnya -1,23 dalam kategori normal, sedangkan

An. L

Page 48: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

37

pada perhitungan IMT didapatkan hasil 10,73 dengan kategori berat badan

kurang.

Sebelum sakit pasien mengatakan makan 3 kali per hari, makan

teratur, dengan porsi cukup, habis satu porsi makan, makan dengan nasi,

lauk sayur, tidak ada keluhan mual muntah, minum kurang lebih 6-7 gelas

kecil sehari, minum air putih dan teh. Selama sakit pasien dan keluarga

mengatakan makan 3 kali sehari menghabiskan 1/3 porsi makan yang

disediakan rumah sakit, makan dengan nasi, lauk, sayur, tidak mual

muntah, minum 5-6 kali sehari masing-masing 1/3 gelas kecil, minum air

putih dan teh hangat.

Sebelum sakit pasien mengatakan buang air besar kurang lebih 1-2

kali sehari, feces lunak, tidak ada darah, bau khas tinja, warna kuning,

buang air kecil kurang lebih 4-5 kali sehari, warna kuning, jernih, bau

khas, tidak sakit saat buang air kecil. Selama sakit pasien mengatakan 2

hari belum bisa buang air besar dengan lancar, hanya sedikit (untuk

pemeriksaan laboratorium), warna kuning bau khas tinja, tidak ada darah,

feces lembek, buang air kecil 5-6 kali sehari, warna kuning jernih, bau

khas, tidak sakit saat buang air kecil, tidak ada darah, perasaan lega setelah

berkemih.

Kebutuhan cairan perhari pada An. L yaitu 1800 cc dalam satu hari.

Pada pengkajian balance cairan pada tanggal 10 April 2014 jam 13.00

sampai tanggal 11 April 2013 jam 13.00 WIB, didapatkan data minum

pasien 500 cc, infus 650 cc, makan 150 cc dengan total input 1300 cc, urin

Page 49: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

38

348 cc, feces 200 cc, IWL 336 cc, muntah 200 cc dengan total output 1120

cc, sehingga dianalisa balance cairan pada An. L 1300 cc – 1120 = + 180

cc.

Saat dilakukan pengkajian pasien dapat berbicara dengan lancar,

tidak ada gangguan pendengaran. Pada pengkajian kognitif dan perceptual,

pada nyeri pasien didapatkan hasil, nyeri diperberat setelah makan, nyeri

seperti diiris-iris, nyeri disekitar ulu hati, skala nyeri 4, nyeri hilang

timbul, dengan durasi waktu kurang lebih 10 detik. Ekspresi wajah tampak

nyengir saat dilakukan palpasi diperut, pasien juga melaporkan adanya

nyeri diperut, dan menunjukkan daerah yang sakit.

3. Hasil Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pasien, keadaan umum pasien baik, kesadaran

composmentis, suhu 37� C, pernafasan teratur 24 kali per menit, denyut

nadi 80x/menit, nadi lemah dengan irama regular, tekanan darah 100/70

mmHg. Pada pemeriksaan head to toe didapatkan hasil bentuk kepala

mesochepal, sutura dan fontanel paten, rambut hitam panjang, bersih tidak

ada ketombe dan kutu kepala. Sklera tidak ikterik, pupil isokor 2mm,

reflek pupil positif (mengecil saat diberi rangsang cahaya), konjungtiva

tidak anemis, palpebra tidak oedema, tidak ada kantung mata.

Pemeriksaan pada telinga bersih, kanan kiri simetris, pendengaran

tajam, ada sedikit serumen. Hidung simetris, tidak ada polip, septum

terletak ditengah, tidak ada gangguan penciuman. Pemeriksaan mulut,

warna bibir tampak merah, kurang lembab (sedikit kering), gigi lengkap,

Page 50: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

39

lidah bersih, tidak ada stomatitis. Leher pasien tidak mengalami kaku

kuduk, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada distensi vena

jugularis.

Pemeriksaan fisik paru saat diinspeksi tidak ada jejas, kanan kiri

simetris, perkusi sonor, palpasivocal fremitus kanan kiri sama, auskultasi

vesikuler diseluruh lapang paru. Pemeriksaan fisik jantung hasil inspeksi

ictus cordis tidak tampak, palpasiictus cordis teraba di SIC V, perkusi

pekak, auskultasi regular BJ I - BJ II, “lup dup”, tidak ada suara bising

atau suara tambahan.

Pemeriksaan abdomen hasil inspeksi tidak ada jejas, perut tampak

cekung, auskultasi bising usus 8 kali per menit, perkusi timpani, palpasi

nyeri tekan di ulu hati, cubitan di perut kembali kurang dari 2 detik.

Genitalia pasien tampak bersih, tidak ada kelainan. Di anus tidak ada

hemoroid, anus paten, tidak ada kelainan. Di ekstremitas kekuatan otot

pasien 5, dengan pergerakan bebas, tangan kiri terpasang infus.

4. Pemeriksaan Penunjang

Hasil pemeriksaan laboratorium pada An. L pada tanggal 10 April

2014 pukul 5.38 didapatkan hasil hemoglobin 13,0 gr/dl (N: 11,5 – 15,5),

hematokrit 41 % (N: 35 - 45), leukosit 5,6 ribu/ul (N: 4,5 – 14,5),

trombosit 55 ribu/ul (N: 150 – 450), eritrosit 5,00 juta/ul (N: 4,00 – 5,00),

MCV 80,0 um (N: 80 – 96,0), MCH 28 pg (N: 28,0 – 33), MCHC 33,0

g/dl (N: 33,0 – 36), RDW 11,9 % (N: 11,6 – 14,6), MPV 7,2 fl (N: 7,2 –

11,1), PDW 26 % (N: 25 – 65), eosinofil 2,260 % (N: 0,00 – 4,00), basofil

Page 51: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

40

0,50 % (N: 0,00 – 1,00), netrofil 50,80 (N: 29,00 – 72,00), limfosit 37,10

% (N: 30,00 – 48,00), monosit 9,00 % (N: 0,00 – 5,00), golongan darah B.

Pemeriksaan laboratorium, sekresi pukul 10.00 warna urin yellow,

kejernihan jernih, berat jenis 1,007, pH 8,0 (N: 4,5 – 8,0), leukosit negatif,

nitrit negatif, protein urin negatif, glukosa negatif, keton negatif,

urobilinogen normal, bilirubun negatif, eritrosit negatif, mikroskopis

eritrosit 4,1/uL (N: 0 – 8,0), leukosit 0,2/LPB (N: 0 – 12), epitel squamosa

negatif, epitel transisional negatif, epitel bulat negatif, silinder 0,00/Ul (N:

0,00 – 0,47), hyline 0/LPK (N: 0 – 3), granulatet negatif, leukosit negatif.

Pemeriksaan pukul 11.00 WIB, dengue blot Ig M positif, dengue blot Ig G

positif.

Pemeriksaan laboratorium tanggal 11 April 2014 jm 5.07 WIB

didapatkan hasil Hemoglobin 13 g/dl (N: 11,5 – 15,5), trombosit 85 ribu/ul

(N: 150 – 450) , hematokrit 40% (N: 35 - 45), eritrosit 5,01 juta/ul (N:

4,00 – 5,00), MCV 80,1 um (N: 80 – 96,0), MCH 28,1 pg (N: 28,0 – 33),

MCHC 33,3 g/dl (N: 33,0 – 36), RDW 11,9 % (N: 11,6 – 14,6), MPV 8,3

fl (N: 7,2 – 11,1), PDW 26 % (N: 25 – 65), hitung jenis eosinofil 3,60 %

(N: 0,00 – 4,00), basofil 0,40 % (N: 0,00 – 1,00), netrofil 50,10 % (N:

29,00 – 72,00), limfosit 38,90% (N: 30,00 – 48,00), monosit 7,00 % (N:

0,00 – 5,00).

5. Terapi

Tanggal 10 April 2014 An. L mendapatkan terapi dari dokter infus

RL 15 tetes per menit, paracetamol tablet 500mg jika suhu di atas 37,5�,

Page 52: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

41

diit tinggi kalori tinggi protein 200 kilo kalori. Tanggal 11 April 2014 An.

L mendapat terapi infus RL 15 tetes per menit dan diit tinggi kalori tinggi

protein 200 kilo kalori. Infus RL termasuk golongan elektrolit nutrisi

parenteral, yang berfungsi untuk pengobatan kekurangan cairan dimana

rehidrasi secara oral tidak mungkin dilakukan. Parasetamol merupakan

golongan analgesik non narkotik, yang berfungsi meringankan rasa sakit

pada sakit kepala, sakit ggi, serta menurunkan demam.

B. Analisa Data dan Perumusan Masalah

Dari hasil pengkajian yang penulis lakukan tanggal 10 April 2014 pukul

13.05 WIB, didapatkan data subyektif pasien mengatakan nyeri perut, nyeri

diperberat setelah makan, nyeri seperti diiris-iris, nyeri di ulu hati, skala nyeri

4, nyeri hilang timbul, data obyektif saat dilakukan palpasi daerah abdomen

ada nyeri tekan diulu hati, pasien tampak nyengir saat dilakukan palpasi di

perut, pasien menunjukkan daerah yang sakit, sehingga dapat ditegakkan

diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis

(viremia).

Pukul 13.10 WIB didapatkan data subyektif pasien mengatakan

badannya vlemas, data obyektif pasien minum 5-6 kali sehari masing – masing

1/3 gelas kecil, minum air putih dan teh hangat, pasien tampak lemas, mukosa

bibir kurang lembab (sedikit kering), cubitan di perut kembali kurang dari 2

detik, balance cairan tanggal 11 April 2014 jam 13.00, +180 cc sehingga

Page 53: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

42

dapat ditegakkan masalah keperawatan resiko kekurangan volume cairan

berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif (kebocoran plasma).

Pukul 13.15 WIB, data subyektif pasien mengatakan tidak nafsu makan,

data obyektif pasien makan 3 kali sehari, habis 1/3 porsi makan yang

disediakan rumah sakit, berat badan 16 kilogram, WAZ -2,73 status gizi

kurang, IMT 10,73 berat badan kurang, sehingga dapat ditegakkan diagnosa

keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan faktor biologis.

Pukul 13.20 data subyektif pasien mengatakan lemes, data obyektif

pasien tampak lemah, trombosit 55 ribu/ul, sehingga dapat ditegakkan

diagnosa keperawatan resiko perdarahan berhubungan dengan koagulopati

inheren (trombositopenia).

C. Prioritas Diagnosa Keperawatan

Dari analisa data yang sudah dirumuskan, penulis memprioritaskan

diagnosa keperawatan yang pertama, nyeri akut berhubungan dengan agen

cidera biologis (viremia), yang kedua ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis, yang ketiga resiko

kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan

aktif (kebocoran plasma), yang keempat resiko perdarahan berhubungan

dengan koagulopati inheren (trombositopenia).

Page 54: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

43

D. Intervensi

Setelah penulis memprioritaskan diagnosa keperawatan, penulis

menentukan intervensi yang akan dilakukan pada diagnosa keperawatan yang

pertama, tujuan yang dibuat penulis setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 1x24 jam diharapkan nyeri pasien dapat teratasi dengan kriteria hasil

pasien mampu mengntrol nyeri (mengetahui penyebab, mampu menggunakan

teknik non farmakologi), melaporkan nyeri berkurang skala 1-2, menyatakan

nyaman setelah nyeri berkurang, ekspresi wajah rileks, TD sistolik (80-110

mmHg), diastolik (55-82), nadi (70-120 kali per menit).

Intervensi atau tindakan keperawatan yang akan dilakukan observasi

reaksi verbal dan nonverbal, lakukan pengkajian nyeri provocate, kualitas,

lokasi, skala, dan waktu nyeri, monitor tanda-tanda vital, tingkatkan istirahat,

gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri

pasien, ajarkan teknik non farmakologi (guided imagery), kolaborasi

pemberian analgetik (parasetamol).

Intervensi yang akan dilakukan penulis pada diagnosa keperawatan

kedua, setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam tujuan yang

akan dicapai penulis berat badan pasien terkontrol, dengan kriteria hasil

mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi, tidak ada tanda-tanda malnutrisi,

tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti, berat badan stabil 16 kg,

menghabiskan 1 porsi makan yang disediakan. Intervensi yang akan dilakukan

perawat, monitor intake nutrisi, monitor mual muntah, monitor adanya

penurunan berat badan, monitor kadar hemoglobin, albumin, hematokrit,

Page 55: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

44

anjurkan makan selagi masih hangat, anjurkan pasien meningkatkan makanan

protein, berikan informasi tentang kebutuhan (pentingnya) nutrisi, kolaborasi

dengan ahli gizi dalam menentukan jumlah kalori dan nutrisi.

Intervensi yang akan dilakukan penulis pada diagnosa keperawatan yang

ketiga, tujuan yang hendak dicapai penulis setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2x24 jam diharapkan balance cairan seimbang ± 200 cc,

dengan kriteria hasil pasien mampu mempertahankan urin output sesuai

dengan usia dan berat badan, berat jenis urin normal (4,5 – 8,0), hematokrit

normal (35-45 %), tekanan darah normal (sistolik 80-110 mmHg, diastolik 55-

82 mmHg), suhu normal (36,5 - 37,5�), nadi normal (70-120 kali per menit),

tidak ada tanda-tanda dehidrasi (membran mukosa lembab, elastisitas turgor

kulit baik). Intervensi yang akan dilakukan monitor tanda-tanda vital, monitor

status cairan, monitor intake cairan, monitor hemoglobin dan hematokrit,

monitor status hidrasi, pertahankan catatan intake dan output yang adekuat,

dorong masukan oral (minum) yang adekuat, jelaskan pentingnya minum,

kolaborasi pemberian cairan intravena.

Intervensi yang akan dilakukan penulis pada diagnosa keperawatan yang

keempat, setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam tujuan

yang ingin dicapai tidak terjadi perdarahan, dengan kriteria hasil tekanan

darah normal (sistolik 80-110 mmHg, diastolik 55-82 mmHg), tidak ada

perdarahan, trombosit (150-450 ribu/ul), hematokrit normal (35 - 45 %), tidak

ada hematuria, tidak ada perdarahan pervaginam.

Page 56: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

45

Intervensi yang akan dilakukan penulis monitor adanya tanda-tanda

perdarahan, monitor nilai laboratorium (trombosit), monitor statuscairan,

lindungi pasien dari trauma yang dapat menyebabkan perdarahan, pertahankan

bedrest total dan pasang pengaman tempat tidur, anjurkan pasien

meningkatkan makanan yang mengandung vitamin K, kolaborasi pemberian

cairan intra vena, kolaborasi pemeriksaan laboraturium (trombombosit) secara

rutin.

E. Implementasi

Penyusunan rencana keperawatan yang telah dilakukan, penulis

kemudian melakukan tindakan keperawatan pada An. L, yang dilakukan

tanggal 10 April 2014 pada jam 13.05 pada diagnosa keperawatan yang

pertama, memonitor tanda-tanda vital, respon subyektif pasien, pasien

mengatakan bersedia, respon obyektif tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 74

kali per menit, respiratory rate 24 kali per menit, suhu 37� C.

Pada pukul 13.08 WIB, penulis melakukan pengkajian nyeri pasien

secara komprehensif dengan respon subyektif pasien mengatakan bersedia,

pasien mengatakan nyeri diperberat setelah makan, nyeri seperti diiris-iris,

nyeri di ulu hati, skala nyeri 4, nyeri hilang timbul dengan durasi kurang lebih

10 detik, respon obyektif pasien tampak nyengir, menunjukkan daerah yang

sakit atau yang nyeri.

Page 57: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

46

Pada pukul 13.45 WIB, penulis mengajarkan teknik non farmakologi

(guided imagery), dengan respon subyektif pasien mengatakan bersedia, dan

respon obyektif pasien tampak nyengir dan melaporkan skala nyeri 3.

Penulis melakukan implementasi pada diagnosa keperawatan yang

ketiga, pukul 13.10 penulis mengkaji intake cairan pasien dengan respon

subyektif, pasien mengatakan bersedia, respon obyektif pasien terpasang infus

RL 15 tetes per menit, pasien minum 1/3 gelas kecil. Pada pukul 13.30 WIB,

penulis menganjurkan untuk minum yang adekuat, dengan respon subyektif

pasien mengatakan bersedia, sedangkan respon obyektif pasien minum

kurang dari 1/3 gelas kecil.

Penulis mengobservasi tanda-tanda perdarahan pada diagnosa

keperawatan yang keempat pada pukul 13.25 WIB, dengan respon subyektif

pasien mengatakan bersedia, dan respon obyetif tidak ada tanda-tanda

perdarahan seperti mimisan, ptekie. Pada pukul 13.35 WIB, penulis

mengnjurkan untuk bedrest dan memasang pengaman tempat tidur, dengan

respon subyektif pasien mengatakan bersedia, dan respon obyektif pasien

tampak tiduran di tempat tidur.

Pada diagnosa keperawatan yang kedua, penulis mengkaji intake nutrisi

dan berat badan pasien pada pukul 13.15 WIB dengan respon subyektif pasien

mengatakan bersedia, dengan respon obyektif pasien makan 1/3 porsi yang

disediakan rumah sakit, berat badan mengalami penurunan sebelum sakit 18

kg selama sakit menjadi 16 kg.Pada pukul 13.55 WIB, penulis

Page 58: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

47

menginformasikan pentingnya nutrisi, dengan respon subyektif pasien

mengatakan bersedia, respon obyektif pasien dan keluarga tampak mengerti.

Pada hari Jumat, tanggal 11 April 2014, pukul 09.00 WIB penulis

melakukan tindakan keperawatan pada diagnosa keperawatan yang pertama

dengan memonitor tanda-tanda vital, respon subyektif pasien mengatakan

bersedia, dan respon obyektif tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 78 kali per

menit, respiratory rate 26 kali per menit, suhu 36,8�C.

Pada pukul 09.15 penulis melakukan pengkajian skala nyeri pada pasien

dengan respon subyektif, pasien mengatakan bersedia , respon obyektif pasien

menunjukkan skala nyeri diangka 3. Pada pukul 09.20 penulis mengajarkan

teknik non farmakologis guided imagery, dengan respon pasien mengatakan

bersedia, respon obyektif menunjukkan skala nyeri 2, tampak rileks, dan

tersenyum.

Implementasi diagnosa keperawatan yang ketiga, pada pukul 09.25 WIB,

penulis menganjurkan banyak minum, dengan respon subyektif pasien

mengatakan bersedia, dengan respon obyektif pasien minum air putih 1/3

gelas.

Pada pukul 13.00 WIB, penulis memonitor balance cairan, dengan

respon subyektif pasien mengatakan bersedia, respon obektif balance cairan +

180 cc. Pukul 13.10 WIB, penulis menjelaskan pentingnya minum, dengan

respon subyektif pasien mengatakan bersedia, dan respon obyektif keluarga

dan pasien tampak memperhatikan dan mengungkapkan pentingnya minum.

Page 59: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

48

Penulis melakukan implementasi pada diagnosa keperawatan yang

keempat pada pukul 09.10 WIB dengan memonitor jumlah trombosit, dengan

respon subyektif pasien mengatakan bersedia, respon obyektif trombosit

pasien 85 ribu/ul.

Pada diagnosa keperawatan kedua, penulis mengajurkan pasien untuk

meningkatkan protein pada pukul 09.05 WIB, dengan respon subyektif pasien

mengatakan bersedia, respon obyektif pasien tampak makan dengan lauk

daging ayam dan menghabiskan kurang lebih 1/3 porsi makan yang

disediakan. Pada pukul 11.30 WIB, penulis menganjurkan makan selagi masih

hangat dengan respon subyektif pasien mengatakan bersedia, respon obyektif

pasien tampak makan makanan yang disediakan rumah sakit dalam keadaan

hangat.

F. Evaluasi

Evaluasi dilakukan pada hari Kamis, 10 April 2014 diperoleh hasil data

subyektif An. L mengatakan nyeri, nyeri dirasakan setelah makan, nyeri

seperti diiris-iris, nyeri disekitar ulu hati, skala nyeri 3, nyeri hilang timbul

dengan durasi 5-10 detik. Berdasarkan pengamatan secara obyektif pasien

tampak menunjukkan area yang nyeri, tampak nyengir saat dipalpasi. Analisa

masalah keperawatan nyeri akut pada An. L belum teratasi, intervensi

dilanjutkan, kaji nyeri secara komperhensif (P, Q, R, S, T), ajarkan teknik non

farmakologi (guided imagery), tingkatkan istirahat, berikan informasi tentang

nyeri, kolaborasi pemberian analgetik (parasetamol).

Page 60: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

49

Adapun evaluasi pada masalah keperawatan resiko kekurangan volume

cairan yang dilakukan penulis pada pukul 14.10 WIB, diperoleh hasil An.L

mengatakan lemas, berdasarkan hasil pengamatan An. L tampak lesu, lemah,

membran mukosa sedikit kering, cubitan di perut kembali kurang dari 2 detik.

Analisa masalah keperawatan resiko kekurangan volume cairan pada An. L

belum teratasi, intrervensi dilanjutkan monitor intake output, kaji balance

cairan, anjurkan banyak minum, jelaskan pentingnya minum, pertahankan

kolaborasi pemberian cairan intravena.

Adapun hasil evaluasi pada masalah keperawatan ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang dilakukan penulis pada pukul 14.20

WIB pasien mengatakan tidak nafsu makan, dari hasil pengamatan penulis An.

L tampak menghabiskan 1/3 porsi makan yang disediakan rumah sakit.

Masalah keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

belum teratasi, intervensi dilanjutkan kaji intake nutrisi, monitor status nutrisi,

anjurkan makan selagi masih hangat, jelaskan pentingnya nutrisi, kolaborasi

dengan ahli gizi pemberian diit tinggi kalori tinggi protein.

Evaluasi yang dilakukan pada masalah keperawatan resiko perdarahan

yang dilakukan penulis pada pukul 14.15 WIB, diperoleh hasil pasien

mengatakan tidak mimisan, tidak ada darah yang keluar. Dari hasil

pengamatan penulis, tidak ada tanda-tanda perdarahan (ptekie, mimisan,

perdarahan pervagina), trombosit 55 ribu/ul, tampak lemas. Masalah

keperawatan resiko perdarahan belum teratasi, intervensi dilanjutkan kaji atau

monitor tanda perdarahan dan kadar trombosit, anjurkan banyak istirahat,

Page 61: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

50

jelaskan pengaruh trombositopenia pada pasien, kolaborasi pemerikasaan

laboratorium (trombosit) secara rutin.

Evaluasi pada hari Jumat, 11 April 2014 pukul 14.30 dengan masalah

keperawatan nyeri akut, An. L mengatakan nyeri perut berkurang nyeri

dirasakan setelah makan, nyeri diiris-iris, nyeri di ulu hati, nyeri kadang-

kadang. Berdasarkan pengamatan pasien tampak rileks, melaporkan skala

nyeri 2, TD 100/80 mmHg, nadi 80 kali per menit, respiratory rate 26 kali per

menit. Masalah keperawatan nyeri akut teratasi, intervensi dihentikan.

Adapun hasil evaluasi pada masalah keperawatan ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang dilakukan penulis pada pukul 14.45

WIB, An. L mengatakan tidak nafsu makan. Berdasarkan hasil pengamatan

berat badan An. L 16 kilogram, hemoglobin 13 g/dl, tampak menghabiskan

1/3 porsi makan dari rumah sakit. Masalah keperawatan ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi, intervensi dilanjutkan kaji

status nutrisi, anjurkan makan sedikit tapi sering, jelaskan pentingnya nutrisi,

kolaborasi pemberian obat nafsu makan (apialys).

Evaluasi pada masalah keperawatan resiko kekurangan volume cairan

yang dilakukan penulis pada pukul 14.35 WIB, pasien mengatakan tidak

lemas lagi, dengan hasil pengamatandidapatkan balance cairan + 180 cc, TD

100/80 mmHg, hematokrit 40%, pH urin 8,0, membran mukosa lembab,

cubitan diperut kurang dari 2 detik. Masalah keperawatan resiko kekurangan

volume cairan teratasi, sehingga intrervensi dihentikan.

Page 62: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

51

Evaluasi yang dilakukan pada 14.40 WIB, dengan masalah keperawatan

resiko perdarahan, didapatkan hasil An. L mengatakan tidak ada darah yang

keluar dari tubuhnya. Berdasarkan hasil pengamatan penulis tidak ada tanda-

tanda perdarahan, trombosit 85 ribu/ul, tidak pucat. Masalah keperawatan

resiko perdarahan belum teratasi, intervensi dilanjutkan monitor tanda

perdarahan, anjurkan banyak minum, anjurkan banyak istirahat, jelaskan

pengaruh trombositopenia pada pasien, kolaborasi pemeriksaaan laboratorium

(trombosit) secara rutin.

Page 63: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

52

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang tindakan aplikasi riset

pemberian audio visual recorded guided imagery therapypada asuhan

keperawatan An. L dengan Dengue Haemorragic Fever (DHF) yang sudah

dilakukan penulis di bangsal Melati 2, Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta pada

tanggal 10 – 11 April 2014.

A. Pengkajian

Penulis melakukan pengkajian pada tanggal 10 April 2014 dengan

alloanamnesa dan autoanamnesa. Keluhan utama yang dirasakan klien

mengatakan lemas. Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan

berkurangnya volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi,

hipoproteinemia, efusi dan renjatan (syok) (Wijayaningsih, 2013: 235).

Renjatan terjadi sebagai akibat dari kebocoran plasma ke daerah

ekstravaskuler melalui kapiler yang rusak, sehingga mengakibatkan

menurunnya volume plasma dan meningkatnya nilai hematokrit (Nursalam et

al. 2005: 159). Hilangnya plasma dapat mengakibatkan hipovolemik (Suriadi

dan yuliani, 2010: 57).

Pada tanggal 3 April 2014 An. L mengeluh badannya panas, lemas.

Pada tanggal 5 April 2014, An. L mengatakan badanya lemas, tidak demam,

pemeriksaan laboratorium didapatkan trombositnya menurun. Tanggal 9 April

2014, An. L mimisan kurang lebih ½ cc. Manifestasi klinis pada kasus DHF

Page 64: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

53

ditandai dengan demam tinggi yang mendadak, yang dapat mencapai 40� C

atau lebih, terkadang disertai kejang, sakit kepala, anoreksia, muntah-muntah

(vomiting), nyeri perut kanan atas atau seluruh bagian perut dan perdarahan,

terutama perdarahan kulit, walaupun hanya berupa uji tourniquet positif

(Nursalam et al. 2005: 163).

Virus dengue yang masuk ke tubuh penderita akan mengalami keluhan

dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal

seluruh tubuh, hiperemia di tenggorok, timbulnya ruam, dan kelainan yang

mungkin terjadi pada sistem retikuloendothelial seperti pembesaran kelenjar-

kelenjar getah bening, hati, dan limpa (Wijayaningsih, 2013: 235).

Menurut Sutaryo (1997) dalam Soegijanto (2012: 54), pada infeksi

virus dengue, setelah masa inkubasi akan terjadi viremia, yaitu adanya virus di

dalam darah. Viremia ini akan berjalan singkat mulai 2 hari sebelum panas,

dan mencapai puncaknya pada 1 atau 2 hari pertama panas, dan menghilang

setelah 6 atau 7 hari bersamaan dengan timbulnya antibodi.

Menurut Wang et al. (1995) dalam Soegijanto dan Nasiruddin (2012)

dalam Soegijanto (2012: 81), penurunan trombosit atau trombositopeni

disebabkan karena terjadinya ikatan antara virus dengue tipe 2 dengan

trombosit manusia, trombositopenia juga dikarenakan terjadinya

immunemediated clearance of platelet. Menurut Sugianto (1994) dalam

Soegijanto dan Nasiruddin (2012) dalam Soegijanto (2012: 81),

trombositopenia pada penderita DBD diduga terjadi akibat peningkatan

destruksi trombosit oleh sistem retikuloendotelial, agregasi trombosit akibat

Page 65: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

54

endotel vaskuler yang rusak serta penurunan produksi trombosit oleh sumsum

tulang.

Trombositopenia yang hebat, gangguan fungsi trombosit, dan kelainan

fungsi koagulasi merupakan penyebab utama terjadinya perdarahan (Nursalam

et al. 2005: 160).

Terapi yang diberikan pada An. L saat di IGD, infus RL 140 cc/jam,

diit tinggi kalori tinggi protein (TKTP) 200 kilo kalori per hari, paracetamol

500 mg. Jika penderita mengalami dehidrasi yang signifikan (> 10 % berat

badan normal), maka diperlukan segera untuk diberikan penggantian cairan

secara intravena. Contoh cairan pengganti yang bisa diberikan adalah ringer

laktat atau ringer asetat, larutan garam fisiologis dan glukosa 5 %, serta

plasma dan plasma substitute (Firdaus, 2011: 54). Infus ringer laktat berfungsi

mengembalikan keseimbangan elektrolit (ISO, 2011: 401). Dukungan nutrisi

diperlukan pada penderita sepsis, karena mempunyai kebutuhan kalori dan

protein yang sangat tinggi (Soegijanto, 2012: 144). Pada tahap gejala awal

DBD, diit ditujukan untuk menjaga dan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh.

Menu yang diberikan berupa makanan yang berkalori dan berprotein tinggi.

Pada tingkat lanjut, pemberian nutrisi ditujukan untuk meningkatkan sistem

kekebalan dan mencegah terjadinya kondisi yang lebih buruk (Satari, 2004:

60). Terapi antipiretik diberikan pada penderita DHF tanpa adanya renjatan

(Nugroho, 2011: 63). Parasetamol berfungsi menghilangkan demam dan nyeri

(Ikatan Apoteker Indonesia, 2011: 38).

Page 66: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

55

Pada pertumbuhan dan perkembangan An. L mengalami perubahan

berat badan sebelum sakit 18 kg, selama sakit menjadi 16 kg. Perhitungan Z-

score WAZ dengan hasil -2,73 ( status gizi kurang), dan IMT 10,73 (berat

badan kurang). Pertumbuhan An. L tidak mengalami gangguan hal tersebut

dapat diketahui dari hasil HAZ -1,23 (normal).

Status nutrisi dan cairan An. L mengalami gangguan selama sakit,

berdasarkan data pengkajian yang diperoleh pada An. L sebelum sakit dapat

menghabiskan 1 porsi makan dan minum habis kurang lebih 6 – 7 gelas kecil

per hari, tetapi selama sakit An. L hanya menghabiskan 1/3 porsi makan yang

disediakan dan minum 5-6 gelas per hari masing-masing 1/3 gelas kecil.

Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko,

apabila terdapat faktor predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering

mengalami keluhan mual, muntah dan nafsu makan menurun.Apabila kondisi

ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi,

maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya

menjadi kurang (Nursalam et al. 2005: 163).

Pola eliminasi saat dikaji pasien belum bisa buang air besar (BAB)

dengan lancar. Eliminasi alvi (buang air besar) pada anak yang menderita

DHF kadang-kadang mengalami diare maupun konstipasi, sementara pada

DHF grade III-IV bisa terjadi melena (Nursalam et al. 2005: 164).

Pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan darah 100/70

mmHg, suhu 37� C, respiratory rate 24 kali per menit, nadi 80 kali per menit.

Page 67: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

56

Pada pemeriksaan palpasi abdomen pada An. L mengalami nyeri tekan

di ulu hati. Nyeri tekan sering kali ditemukan tanpa ikterus maupun kegagalan

peredaran darah (circulatory failure) (Nursalam et al. 2005: 161).

Pola kognitif dan perceptual pada An. L mengalami nyeri perut, nyeri

diperberat setelah makan, nyeri seperti diiris-iris, nyeri disekitar ulu hati, skala

nyeri 4, nyeri hilang timbul dengan durasi 10 detik. Ekspresi wajah tampak

nyengir saat dilakukan palpasi di perut, pasien juga melaporkan adanya nyeri

diperut dan menunjukkan area yang sakit. Penulis menggunakan alat ukur

nyeri Wong dan Beker untuk mengetahui skala nyeri pada An. L.

Menurut Wong dan Beker (1988) dalam Potter dan Perry (2006) dalam

Andarmoyo (2013: 78), telah mengembangkan skala wajah untuk mengkaji

nyeri pada anak-anak.Skala tersebut terdiri dari enam wajah dengan profil

kartun yang menggambarkan wajah dari wajah yang sedang tersenyum (“tidak

merasa nyeri”), kemudian secara bertahap meningkat menjadi wajah kurang

bahagia, wajah wajah yang sangat sedih, sampai wajah yang sangat ketakutan

(“nyeri yang sangat”).

Menurut Hockenberry dan Wilson (2009) dalam Mariyam dan Sri

Widodo (2012), kelebihan dari skala wajah ini yaitu anak dapat menunjukkan

sendiri rasa nyeri yang baru saja dialaminya sesuai dengan gambar yang telah

ada dan skala wajah ini direkomendasikan untuk anak-anak.

Page 68: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

57

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

No mild moderate moderate severe worst

Pain pain pain pain pain pain

possible

Gambar 4.1

Skala Nyeri Muka (Wong Baker Facial Gremace)

Dari hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 10 April 2013,

didapatkan hasil adanya penurunan kadar trombosit (55 ribu/ul) dan monosit

9,00 %. Menurut Ariyati dalam Soegijanto (2012), penurunan jumlah

trombosit (trombositopenia) pada umumnya terjadi sebelum ada peningkatan

hematokrit dan terjadi sebelum suhu turun. Dikatakan trombositopenia apabila

jumlah trombosit dibawah 100.000/UI, biasanya dapat dijumpai antara hari

sakit ketiga dan ketujuh. Peningkatan kadar monosit disebabkan karena

penyakit yang disebabkan karena viral. Virus dengue menginfeksi sel monosit

atau makrofag dan sel dendrite untuk membentuk respon imun yang sesuai

terhadap infeksi. Monosit akan terjadi penigkatan apabila terinfeksi oleh virus

DENV-2 (Garna, 2012: 343).

Pemeriksaan serologi pada pukul 11.00 WIB, didapatkan dengue blot

Ig M dan dengue blot Ig G positif. Menurut Gubler et al. (1994) dalam

Soegijanto (2012: 66), setelah virus dengue masuk dalam tubuh manusia, virus

berkemabang biak dalam sel retikuloendotelial yang selanjutnya diikuti

dengan viremia yang berlangsung 5 hari. Akibat infeksi virus ini muncul

respon imun baik humoral maupun selular, antar lain antinetralisasi,

Page 69: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

58

antihemaglutinin, antikomplemen. Antibodi yang muncul pada umumnya

adalah Ig G dan Ig M. Pada infeksi dengue primer antibodi mulai terbetuk, dan

pada infeksi sekunder kadar antibodi yang telah ada meningkat (booster

effect).

Menurut Gubler et al. (1994) dalam Soegijanto (2012: 66), antibodi

terhadap virus dengue dapat ditemukan di dalam darah sekitar demam hari ke

5, meningkat pada minggu pertama sampai dengan ketiga, dan menghilang

setelah 60 – 90 hari. Kinetik kadar Ig G berbeda dengan kinetik kadar antibodi

Ig M, oleh karena itu kinetik kadar antibodi Ig G harus dibedakan antara

infeksi primer dan sekunder. Pada infeksi primer antibodi Ig G meningkat

sekitar demam hari ke 14, sedangkan pada infeksi sekunder antibodi Ig G

meningkat pada hari kedua. Oleh karena itu, diagnosis dini infeksi primer

hanya dapat ditegakkan dengan mendeteksi antibodi Ig M setelah hari sakit ke

lima, diagnosis infeksi sekunder dapat ditegakkan lebih dini dengan adanya

peningkatan antibodi Ig G dan Ig M yang cepat.

Terapi yang diberikan saat di bangsal, melanjutkan terapi yang

diberikan di IGD, tetapi pemberian terapi parasetamol diberikan jika suhu

pasien di atas 37,5� C.

B. Diagnosa Keperawatan

Penulis melakukan perumusan diagnosa keperawatan yang pertama,

nyeri akut berhubungan agen cidera biologis (viremia). Berdasarkan data yang

penulis dapat dari hasil pengkajian didapatkan data subyektif An. L

Page 70: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

59

mengatakan nyeri perut, nyeri diperberat setelah makan, nyeri seperti diiris-

iris, nyeri disekitar ulu hati, skala nyeri 4, nyeri hilang timbul dengan durasi

10 detik. Ekspresi wajah tampak nyengir saat dilakukan palpasi di perut,

pasien juga melaporkan adanya nyeri diperut dan menunjukkkan area yang

sakit.

Nyeri akut merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan, yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau

potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa

(International Association for the study of Pain): awitan yang tiba-tiba atau

lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi

atau diprediksi dan berlangsung kurang dari 6 bulan. Batasan karakteristik

pada nyeri akut antara lain: masker wajah tampak meringis, nyengir,

melaporkan nyeri secara verbal dan non verbal, sikap melindungi area nyeri

(Nurarif dan Hardi , 2013).

Penulis juga merumuskan diagnosa keperawatan yang kedua

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

faktor biologis. Penulis mencantumkan masalah ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh mengacu pada data pengkajian yaitu data

subyektif klien mengatakan tidak nafsu makan. Data obyektif pasien makan 3

kali sehari, habis 1 3� porsi makan yang disediakan rumah sakit, berat badan

16 kilogram, Z-skore -2,73 kategori status gizi kurang, IMT 10,73 kategori

berat badan kurang.

Page 71: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

60

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh merupakan

asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Batasan

karakteristik antara lain: kurang makan, mengeluh asupan makan kurang,

kurang minat pada makan, berat badan 20 % atau lebih dibawah berat badan

ideal (Nurarif dan Hardi , 2013).

Penulis merumuskan diagnosa keperawatan yang ketiga, resiko

kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan

aktif. Penulis mencantumkan masalah resiko kekurangan volume cairan

dengan alasan mengacu pada data pengkajian yaitu data subyektif antara lain

klien mengatakan lemas. Data obyektif diperoleh klien tampak lemas ,

membran mukosa sedikit kering (kurang lembab), cubitan diperut kurang dari

2 detik.

Resiko kekurangan volume cairan adalah beresiko mengalami

dehidrasi vaskuler, selular, atau intraselular. Faktor resiko antara lain:

kehilangan volume cairan aktif, penyimpangan yang mempengaruhi absorbs

cairan, kehilangan berlebih melalui rute abnormal (Nurarif dan Hardi , 2013).

Diagnosa keperawatan yang keempat yang ditegakkan penulis, resiko

perdarahan berhubungan dengan trombositopenia. Perumusan masalah

keperawatan yang diambil penulis telah disesuaikan dengan diagnosa

keperawatan. Penulis mencantumkan masalah resiko perdarahandengan alasan

mengacu pada data pengkajian yaitu data subjektif klien mengatakan lemas.

Data obyektif yang diperoleh trombosit 55 ribu/ul.

Page 72: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

61

Resiko perdarahan adalah beresiko mengalami penurunan volume

darah yang dapat menggangu kesehatan. Faktor resiko: Koagulopati inheren:

trombositopenia (Nurarif dan Hardi , 2013). Penulis menegakkan diagnosa

keperawatan resiko karena masalah tersebut dapat timbul pada seseorang atau

kelompok yang rentan dan ditunjang dengan faktor resiko yang memberi

kontribusi pada peningkatan kerentanan. Diagnosa keperawatan resiko adalah

keputusan klinis tentang individu, keluarga atau komunitas, yang sangat rentan

untuk mengalami masalah dibanding individu atau kelompok lain pada situasi

yang sama atau hampir sama (Setiadi, 2012: 41).

Penulis merumuskan diagnosa keperawatan sesuai dengan kebutuhan

klien. Penentuan prioritas tergantung dari status kesehatan dan masalah klien

saat itu. Prioritas diagnosa adalah diagnosa keperawatan dan masalah

kolaboratif dimana sumber keperawatan akan diarahkan untuk pencapaian

tujuan. Pada situasi perawatan akut, diagnosa prioritas adalah diagnosa

keperawatan dengan masalah kolaboratif yang berkaitan dengan kondisi

medis. Bila tidak diatasi sekarang akan mengganggu kemajuan atau

mempengaruhi status fungsional secara negatif (Setiadi, 2012: 39).

Perumusan prioritas diagnosa keperawatan bisa juga sesuai dengan

Hirarki Maslow yaitu dengan membagi kebutuhan manusia dalam lima tahap

yaitu: fisiologis, rasa aman dan nyaman, sosial, harga diri, aktualisasi diri

(Setiadi, 2012: 40).

Penulis memprioritaskan diagnosa keperawatan nyeri akut

berhubungan dengan agen cidera biologis (viremia) dan ketidakseimbangan

Page 73: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

62

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis,

sebagai diagnosa keperawatan yang aktual. Diagnosa keperawatan yang aktual

menyajikan keadaan yang secara klinis telah tervalidasi melalui batasan

karakteristik mayor yang dapat diidentifikasi. Berdasarkan Hirarki Maslow

prioritas diagnosa keperawatan yang pertama dan kedua yang dibuat penulis

yaitu berdasarkan kebutuhan fisiologis yang didalamnya terdapat nyeri dan

nutrisi (Setiadi, 2012: 40).

Penulis memprioritaskan diagnosa keperawatan resiko kekurangan

volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif sebagai

diagnosa yang ketiga, sesuai dengan hasil pengkajian yang didapatkan penulis

balance cairan + 180 cc, pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda dehirasi.

Pada penderita DHF bisa terjadi syok atau renjatan sebagai akibat dari

kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler melalui kapiler yang rusak

(Nursalam et al, 2005: 159). Hilangnya plasma dapat mengakibatkan

hipovolemik (Suriadi dan Yuliani, 2010: 57).Masalah tersebut dapat timbul

pada seseorang atau kelompok yang rentan dan ditunjang dengan faktor resiko

yang member kontribusi pada peningkatan kerentanan (Setiadi, 2012: 41).

Penulis menegakkan diagnosa keperawatan yang ketempat resiko

perdarahan berhubungan dengan trombositopenia, karena masalah tersebut

akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi (Setiadi, 2012: 41).

Menurut Menurut Nurarif dan Hardi (2013), diagnosa yang muncul

pada pasien DHF antara lain : nyeri akut berhubungan dengan agen cidera

biologis (viremia), hipertermia berhubungan dengan penyakit (proses infeksi

Page 74: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

63

virus dengue), kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan

cairan aktif (pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler), resiko syok

berhubungan dengan hipovolemia, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat

mual dan nafsu makan yang menurun, resiko perdarahan berhubungan dengan

koagulopati inheren (trombositopeni).

Penulis tidak merumuskan diagnosa keperawatan hipertermia

berhubungan dengan penyakit (proses infeksi virus dengue) dan resiko syok

berhubungan dengan hipovolemia, karena pada saat dilakukan pengkajian

tidak didapatkan data yang sesuai dengan batasan karakteristik yang mengacu

diagnosa keperawatan tersebut.

C. Intervensi

Intervensi atau rencana keperawatan adalah fase ketiga dalam proses

keperawatan, yang berarti merancang dasar bagaiman sesuatu dapat dicapai

dan diselesaikan dengan cara tertentu, waktu tertentu dan menggunakan alat

tertentu (Slevin, 2006).

Penentuan tujuan rencana tindakan seharusnya didasarkan pada prinsip

SMART yaitu S : Spesific atau tidak menimbulkan arti ganda, M : Measurable

atau dapat diukur, A : Achievable atau dapat dicapai, R : Rational atau sesuai

akaal sehat, T : Time atau ada kriteria waktu pencapaian (Nursalam, 2008).

Intervensi atau rencana yang akan dilakukan oleh penulis pada diagnosa

keperawatan yang pertama pada kasus An. L dengan tujuan dan kriteria hasil

Page 75: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

64

yang sudah ditetapkan. Tujuan yang dibuat penulis diharapkan nyeri pasien

dapat teratasi dengan kriteria hasil pasien mampu mengontrol nyeri

(mengetahui penyebab, mampu menggunakan teknik non farmakologi),

melaporkan nyeri berkurang skala 1-2, menyatakan nyaman setelah nyeri

berkurang, ekspresi wajah rileks, TD sistolik (80-110 mmHg), diastolik (55-

82), nadi (70-120 kali per menit).

Intervensi yang akan dilakukan observasi reaksi nonverbal karena untuk

mengetahui perilaku yang menunjukkan adanya ketidaknyamanan; lakukan

pengkajian nyeri provocate, kualitas, lokasi, skala, dan waktu nyeri karena

dengan mengetahui penyebab, kualitas, lokasi skala dan waktu nyeri dapat

membantu klien untuk memilih cara yang nyaman untuk mengurangi nyeri;

monitor tanda-tanda vital dengan pemeriksaan tanda-tanda vital dapat

digunakan sebagai salah satu indikator adanya ketidaknyamanan pada klien;

tingkatkan istirahat, dengan istirahat dapat mengurangi keteganagan sehingga

nyeri bisa berkurang; gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui

pengalaman nyeri pasien, dengan komunikasi terapeutik dapat memberikan

ketenangan dan kenyamanan pada pasien sehingga pasien mampu

mengungkapakan perasaan nyeri yang dialami; ajarkan teknik non

farmakologi (guided imagery) untuk mengalihkan perhatian selama nyeri,

kolaborasi pemberian analgetik, dengan analgetik dapat menurunkan nyeri

secara optimal (Wijayaningsih, 2012: 237).

Intervensi pada diagnosa keperawatan yang kedua yang akan

dilakukan penulis, dengan tujuan yang akan dicapai penulis berat badan pasien

Page 76: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

65

terkontrol, dan kriteria hasil mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi, tidak

ada tanda-tanda malnutrisi, tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti,

berat badan stabil 16 kg, menghabiskan 1 porsi makan yang disediakan yang

monitor intake nutrisi untuk mengetahui kecukuan nutrisi, monitor mual

muntah untuk mengetahui penyebab mual muntah. Intervensi yang akan

dilakukan monitor adanya penurunan berat badan untuk mengetahui status

nutrisi pada klien. Monitor kadar hemoglobin, albumin, dengan mengetahui

kadar hemoglobin, albumin, dapat digunakan untuk mengetahui status nutrisi.

Anjurkan makan selagi masih hangat, makanan yang masih hangat dapat

meningkatkan nafsu makan. Anjurkan pasien meningkatkan makanan protein

dengan makan makanan tinggi protein bisa mempercepat penyembuhan luka.

Berikan informasi tentang kebutuhan (pentingnya) nutrisi menambah

pengetahuan tentang pentingnya nutrisi. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam

menentukan jumlah kalori dan nutrisi untuk menentukan diit yang tepat

(Wijayaningsih, 2012: 239).

Intervensi pada diagnosa keperawatan yang ketiga, sesuai tujuan yang

diharapkan balance cairan seimbang ± 200 cc, dengan kriteria hasil pasien

mampu mempertahankan urin output sesuai dengan usia dan berat badan, berat

jenis urin normal (4,5 – 8,0), hematokrit normal (35-45 %), tekanan darah

normal (sistolik 80-110 mmHg, diastolik 55-82 mmHg), suhu normal (36,5 -

37,5�), nadi normal (70-120 kali per menit), tidak ada tanda-tanda dehidrasi

(membran mukosa lembab, elastisitas turgor kulit baik).

Page 77: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

66

Intervensi yang akan dilakukan, monitor tanda-tanda vital dengan

memonitor tanda-tanda vital dapat digunakan untuk menetapkan data dasar

klien untuk mengetahui dengan cepat penyimpangan dari keadaan normal.

Monitor status cairan untuk mengetahui status cairan pada pasien, monitor

intake cairan. Monitor hemoglobin dan hematokrit karena untuk mengetahui

status cairan yang ada pada tubuh klien. Monitor status hidrasi yang berguna

untuk mengetahui status hidrasi pada pasien. Pertahankan catatan intake dan

output yang adekuat, dorong masukan oral (minum) yang adekuat karena

asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh.

Jelaskan pentingnya minum yang berguna untuk memotivasi klien

meningkatkan intake cairan agar tidak terjadi dehidrasi. Kolaborasi pemberian

cairan intra vena dengan pemberian cairan intravena sangat penting karena

langsung masuk ke pembuluh darah (vaskuler) (Wijayaningsih, 2013: 239).

Intervensi diagnosa keperawatan yang keempat yang akan dilakukan

penulis, sesuai tujuan yang diharapkan tidak terjadi perdarahan, dengan

kriteria hasil tekanan darah normal (sistolik 80-110 mmHg, diastolik 55-82

mmHg), tidak ada perdarahan, trombosit (150-450 ribu/ul), hematokrit normal

(35 - 45 %), tidak ada hematuria, tidak ada perdarahan pervaginam.

Intervensi yang akan dilakukan monitor adanya tanda-tanda

perdarahan untuk mengetahui adanya tanda-tanda perdarahan. Monitor nilai

laboratorium (trombosit), adanya penurunan trombosit meningkatkan resiko

terjadinya perdarahan, untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah

dan sebagai dasar untuk menentukan tindakan lebih lanjut. Monitor status

Page 78: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

67

cairan, untuk mengetahui status cairan pada tubuh pasien. Lindungi pasien

dari trauma yang dapat menyebabkan perdarahan untuk meminimalisir

terjadinya trauma yang dapat mengakibatkan terjadinya perdarahan.

Pertahankan bedrest total dengan tirah baring dapat mengurangi resiko

terjadinya cidera sehingga perdarahan resiko perdarahan dapat terkontrol.

Anjurkan pasien meningkatkan makanan yang mengndung vitamin K, dengan

mengkonsumsi vitamin K dapat membantu meningkatkan faktor pembekuan

darah. Kolaborasi pemberian cairan intravena, kolaborasi pemeriksaan

laboratorium (trombosit) secara rutin, yang berfungsi mengganti cairan yang

hilang akibat perdarahan dan mengetahui jumlah trombosit (Wijayaningsih,

2012: 239).

D. Implementasi

Penulis melakukan tindakan keperawatan berdasarkan diagnosa

keperawatan yang muncul pada klien sesuai dengan tujuan, kriteria hasil dan

rencana yang ditetapkan. Pada hari pertama penulis melakukan tindakan

keperawatan pada masalah nyeri akut, memonitor tanda-tanda vital hasil

tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 74 kali per menit, respiratory rate 24 kali

per menit, suhu 37� C. Melakukan pengkajian nyeri pasien secara

komperhensif, mengajarkan teknik non farmakologi (guided imagery), pasien

mengatakan nyeri diperberat setelah makan, nyeri seperti diiris-iris, nyeri di

ulu hati, skala nyeri 4, nyeri hilang timbul dengan durasi kurang lebih 10

Page 79: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

68

detik, pasien tampak nyengir, menunjukkan daerah yang sakit atau yang nyeri.

Setelah diajarkan teknik guided imagery An. L melaporkan skala nyeri 3.

Pada hari kedua penulis memonitor tanda-tanda vital pada An. L,

melakukan pengkajian skala nyeri, mengajarkan teknik non farmakologis

guided imagery, hasil tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 78 kali per menit,

respiratory rate 26 kali per menit, suhu 36,8� C, setelah diajarkan teknik

guided imagery terjadi penurunan skala nyeri dari 3 menjadi 2, tampak rileks,

dan tersenyum.

Menurut Potter (1996) dalam Setiadi (2012: 116) pengukuran tanda vital

dilakukan untuk menentukan status kesehatan pasien sebagai data dasar untuk

menguji respon klien terhadap stress fisiologis atau psikologis terhadap terapi

medik atau keperawatan.Pengkajian nyeri dengan PQRST, meliputi kejadian,

awitan, durasi nyeri, kualitas dan memberikan metode untuk mengatasi nyeri

yang digunakan oleh perawat dan klien (Andarmoyo, 2013 : 85).

Nyeri merupakan kejadian ketidaknyamanan yang dalam

perkembangannya akan mempengaruhi berbagai komponen dalam tubuh. Efek

nyeri dapat berpengaruh terhadap fisik, perilaku, dan pengaruhnya pada

aktifitas sehari-hari (Andarmoyo, 2013: 42).

Manajemen nyeri non farmakolagis merupakan tindakan menurunkan

respon nyeri tanpa menggunakan agen farmakologis. Dalam melakukan

intervensi keperawatan, manajemen nyeri non farmakologis merupakan

tindakan independen dari seorang perawat dalam menguasai respons nyeri

klien (Andarmoyo, 2013: 84).

Page 80: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

69

Pemberian terapi non farmakologis relatif praktis selain tindakan

mandiri dari perawat, terapi non farmakologis juga sangat efektif untuk

mengurangi respon nyeri salah satunya adalah degan teknik guided

imageryatauimajinasi terbimbing.

Menurut Smeltzer dan Bare (2002) dalam Andarmoyo (2013: 90),

imajinasi terbimbing adalah penggunaan imajinasi seseorang dalam suatu cara

yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu.

Menurut Hart (2008) dalam Mariyam dan Widodo (2012: 230),

mekanisme imajinasi positif dapat melemahkan psikoneuroimmunologi yang

mempengaruhi respon stress, selain itu juga dapat melepaskan endorphin yang

melemahkan respon rasa sakit dan dapat mengurangi rasa sakit atau

meningkatkan ambang nyeri.

Menurut Potter dan Perry (2009) dalam Novarenta (2013: 181), tujuan

dari guided imagery yaitu menimbulkan respon psikofisiologis yang kuat

seperti perubahan dalam fungsi imun. Menurut Smeltzer dan Bare (2002)

dalam Novareta (2013: 181), imajinasi terbimbing dapat mengurangi tekanan

dan berpengaruh pada respon fisiologis seperti menurunkan tekanan darah,

nadi, dan respirasi, hal itu karena teknik imajinasi terbimbing dapat

mengaktivasi sistem saraf parasimpatis.

Pelaksanaan imajinasi terbimbing yang dilakukan penulis, membina

hubungan saling percaya dengan An. L, menjelaskan prosedur: tujuan, posisi,

waktu, dan peran perawat sebagai pembimbing, menganjurkan klien mencari

posisi yang nyaman menurut klien, duduk dengan klien tetapi tidak

Page 81: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

70

mengganggu, melakukan pembimbingan dengan baik terhadap klien, meminta

klien untuk memikirkan hal-hal yang menyenangkan atau pengalaman yang

membantu penggunaan semua indra dengan suara yang lembut dan meberikan

rekaman video tentang hal yang menyenangkan. Ketika klien rileks, klien

berfokus pada bayangannya dan saat itu perawat tidak perlu bicara lagi.

Pelaksanaan imajinasi terbimbing atau guided imagery membutuhkan

lingkungan yang tenang dan konsentrasi penuh.

Penulis merumuskan intervensi kolaborasi pemberian analgetik

(parasetamol) namun tidak diberikan, karena tidak adanya advis dari dokter.

Pemberian obat-obatan sesuai dengan intruksi dokter, sehingga jenis, dosis,

dan efek samping menjadi tanggung jawab dokter (Setiadi, 2012: 560. Nyeri

yang dialami pada pasien merupakan nyeri sedang yang dapat dikontrol

dengan terapi non farmakologis.

Implementasi pada diagnosa kedua yang penulis lakukan, mengkaji

intake nutrisi dan berat badan, menginformasikan pentingnya nutrisi,

menganjurkan pasien untuk meningkatkan protein, menganjurkan makan

selagi masih hangat, didapatkan hasil terjadi penurunan berat badan, sebelum

sakit 18 kg selama sakit menjadi 16 kg, tampak makan dengan lauk daging

ayam dan menghabiskan kurang lebih 1/3 porsi. Untuk mendukung perawatan

medis yang dilakukan dokter, penderita DBD juga membutuhkan diit yang

dapat mempercepat kesembuhannya. Penanganan diit penderita DBD harus

mengikuti manifestasi yang muncul. Menu yang diberikan berupa makanan

yang berkalori dan berprotein tinggi (Satari, 2004: 60).

Page 82: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

71

Implementasi yang dilakukan penulis selama dua hari, pada diagnosa

keperawatan yang ketiga, mengkaji intake cairan, menganjurkan banyak

minum, memonitor balance cairan, menjelaskan pentingnya minum, dengan

hasil terpasang infus RL 15 tetes per menit, pasien minum air putih 1/3 gelas,

balance cairan + 180 cc. Pengukuran akurat terhadap masukan dan

pengeluaran cairan merupakan hal vital dalam pengkajian dehidrasi. Hal ini

meliputi masukan oral dan parenteral dan kehilangan cairan melalui urine,

feses, muntah, dan keringat (Wong, 2004: 382). Pada penderita DBD tingkat

lanjut, terjadi mual, nyeri perut, muntah, sakit kepala hebat, dan terjadi

kebocoran plasma yang terdeteksi melalui hasil laboratorium. Keadaan ini

diantisipasi dengan pemberian cairan yang cukup melalui oral (minum) dan

infus, utamanya ringer laktat atau ringer asetat (Satari, 2004: 60). Pemberian

cairan intravena dengan ringer laktat segera dilakukan untuk memperbaiki dan

mempertahankan kebutuhan cairan yang adekuat (Widagdo, 2012: 125).

Implementasi pada diagnosa keperawatan yang keempat, mengobservasi

tanda-tanda perdarahan, menganjurkan untuk bedrest dan memasang

pengaman tempat tidur, memonitor jumlah trombosit dan hematokrit,

didapatkan hasil trombosit pasien 85 ribu/ul, hematokrit 41 %, tidak ada

tanda-tanda perdarahan, tampak tiduran di tempat tidur. Hematokrit perlu terus

menerus dimonitor untuk mengetahui bila saatnya syok mulai mengancam.

Terjadinya syok memunculkan perdarahan juga (Hendrawan, 2007: 7).

Perdarahan perlu dimonitor dengan ketat. Perdarahan dapat timbul pada

beberapa tempat, selain kulit juga dapat timbul pada mukosa eksternal maupun

Page 83: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

72

internal. Perdarahan umumnya terjadi pada hari kelima sampai kedelapan.

Perdarahan masif dapat menyebabkan syok yang memanjang dan asidosis

metabolik, hal ini yang menjadi penyebab langsung kematian (Garna, 2012:

351).

E. Evaluasi

Evaluasi yang dilakukan penulis pada hari pertama pada diagnosa

pertama, masalah keperawatan nyeri akut pada An. L belum teratasi karena

belum sesuai tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan, skala nyeri 3,

menunjukkan area yang nyeri, tampak nyengir saat dipalpasi.Adapun hasil

evaluasi pada masalah keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh yang dilakukan penulis, belum teratasi karena belum sesuai

dengan tujuan dan kriteria hasil, pasien tidak nafsu makan, menghabiskan 1/3

porsi makan yang disediakan rumah sakit.

Evaluasi yang dilakukan pada masalah keperawatan resiko kekurangan

volume cairan yang dilakukan penulis belum teratasi karena belum sesuai

dengan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan, pasien mengatakan lemas,

lesu, membran mukosa sedikit kering. Evaluasi yang dilakukan pada masalah

keperawatan resiko perdarahan yang dilakukan penulis didapatkan masalah

belum teratasi, karena belum sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil, tidak ada

tanda-tanda perdarahan (ptekie, mimisan, perdarahan pervagina), trombosit 55

ribu/ul, tampak lemas.

Page 84: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

73

Evaluasi pada hari kedua, tanggal 11 April 2014 pukul 14.30 pada

masalah keperawatan nyeri akutteratasi dan sesuai dengan tujuan dan kriteria

hasil yang diharapkan. Hasil evaluasi pada masalah keperawatan

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang dilakukan

penulis belum teratasi, karena belum sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil,

berat badan 16 kg, Hb 13 gr/dl, menghabiskan 1/3 porsi makan yang

disediakan.

Evaluasi pada masalah keperawatan resiko kekurangan volume cairan

teratasi, karena sudah sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan.

Evaluasi yang dilakukan pada masalah keperawatan resiko perdarahan,

didapatkan hasil belum teratasi karena belum sesuai dengan tujuan dan kriteria

hasil yang diharapkan, trombosit 85 ribu/ul, tidak pucat, tidak ada tanda

perdarahan.

Belum teratasinya masalah keperawatan resiko perdarahan dan

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An. L

dikarenakan, keterbatasanwaktu pengelolaan.

Waktu pemberian terapi guided imagery yang diberilkan penulis pada

An. L sesuai dengan jurnal. Dalam penelitian Maryam dan Widodo pemberian

Guided imagery menggunakan audio (MP4) yang diberikan selama prosedur

pemasangan infus sampai selesai. Rekaman yang diberikan berdurasi 10

menit.

Dalam penelitian Anggraini (2012), pemberian terapi guided imagery

yang digunakan untuk mengurangi nyeri abdominal fungsional pada anak.

Page 85: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

74

Berdasarkan laporan dari orang tua 63,1 % anak-anak dikelompok standart

medical care + guided imagery merasakan adanya penurunan nyeri dan

dikelompok yang hanya mendapat standart medical care sebesar 26.7 %

merasakan adanya penurunan nyeri. Berdasarkan laporan dari anak 52,6 %,

anak-anak dikelompok standar medical care + guided imagery merasakan

adanya penurunan nyeri dan dikelompok standart medical care 33,3 %.

Pemberian guided imagery pada An. L dilakukan selama 2 hari, waktu

yang diperlukan kurang lebih 10 menit, karena durasi vidio yang diberikan

selama 6 menit, dan penjelasan prosedur membutuhkan waktu kurang lebih 4

menit.

Page 86: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

75

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan pengkajian, penentuan diagnosa,

perencanaan, implementasi dan evaluasi tentang pemberian audio visual

recordedguided imagery therapy terhadap penurunannyeri pada asuhan

keperawatan An. L dengan Dengue Haemorragic Fever di ruang Melati 2

rumah sakit Dr. Moewardi Surakarta maka dapat ditarik kesimpulan :

a. Pengkajian

Pasien mengatakan nyeri, nyeri diperberat setelah makan, nyeri

seperti diiris-iris, nyeri disekitar ulu hati, skala nyeri 4, nyeri hilang

timbul, dengan durasi waktu kurang lebih 10 detik, ekspresi wajah

tampak nyengir saat dilakukan palpasi diperut, pasien juga melaporkan

adanya nyeri diperut, dan menunjukkan daerah yang sakit.

Pasien mengatakan badannya lemas, minum 5-6 kali sehari

masing-masing 1/3 gelas kecil, minum air putih dan teh hangat, pasien

tampak lemas, mukosa bibir kurang lembab (sedikit kering), cubitan di

perut kembali kurang dari 2 detik, balance cairan tanggal 11 April

2014 jam 13.00, +180 cc.

Pasien mengatakan tidak nafsu makan, makan 3 kali sehari, habis

1/3 porsi makan yang disediakan rumah sakit, berat badan 16

Page 87: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

76

kilogram, WAZ -2,73 status gizi kurang, IMT 10,73 berat badan

kurang. Pasien mengatakan lemes, data obyektif pasien tampak lemah,

trombosit 55 ribu/ul.

b. Diagnosa Keperawatan

Dari data pengkajian, penulis merumuskan diagnosa dan

membuat pioritas diagnosa keperawatan yang pertama nyeri akut

berhubungan dengan agen cidera biologis (viremia). Diagnosa

keperawatan yang kedua, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis.

Diagnosa keperawatan yang ketiga resiko kekurangan volume

cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif (kebocoran

plasma). Diagnosa keperawatan yang keempat resiko perdarahan

berhubungan dengan koagulopati inheren (trombositopenia)

c. Intervensi

Intervensi yang dibuat oleh penulis pada diagnosa yang pertama,

observasi reaksi nonverbal; lakukan pengkajian nyeri provocate,

kualitas, lokasi, skala, dan waktu nyeri; monitor tanda-tanda vital;

tingkatkan istirahat; gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk

mengetahui pengalaman nyeri pasien, ajarkan teknik non farmakologi

(guided imagery); kolaborasi pemberian analgetik.

Intervensi yang akan dilakukan penulis pada diagnosa

keperawatan yang kedua, monitor intake nutrisi, monitor mual muntah,

monitor adanya penurunan berat badan, monitor kadar hemoglobin,

Page 88: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

77

albumin, hematokrit, anjurkan makan selagi masih hangat, anjurkan

pasien meningkatkan makanan protein, berikan informasi tentang

kebutuhan (pentingnya) nutrisi, kolaborasi dengan ahli gizi dalam

menentukan jumlah kalori dan nutrisi.

Intervensi yang akan dilakukan penulis pada diagnosa

keperawatan yang ketiga, Intervensi yang akan dilakukan monitor

tanda-tanda vital, monitor status cairan, monitor intake cairan, monitor

hemoglobin dan hematokrit, monitor status hidrasi, pertahankan

catatan intake dan output yang adekuat, dorong masukan oral (minum)

yang adekuat, jelaskan pentingnya minum, kolaborasi pemberian

cairan intravena.

Intervensi yang akan dilakukan penulis pada diagnosa

keperawatan yang ke empat, monitor adanya tanda-tanda perdarahan,

monitor nilai laboratorium (trombosit), monitor statuscairan, lindungi

pasien dari trauma yang dapat menyebabkan perdarahan, pertahankan

bedrest total, anjurkan pasien meningkatkan makanan yang

mengndung vitamin K, kolaborasi pemberian cairan intra vena,

kolaborasi pemeriksaan laboratorium (trombosit) secara rutin.

d. Implementasi

Penulis melakukan implementasi berdasarkan perencanaan yang

penulis tetapkan sebelumnya. Namun pada masalah nyeri akut, penulis

tidak melakukan intervensi kolaborasi pemberian analgetik

(parasetamol), karena tidak diadanya advis dari dokter.

Page 89: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

78

e. Evaluasi

Setelah penulis melakukan implementasi, penulis melakukan

evaluasi selama 2 kali 24 jam didapatkan hasil, masalah keperwatan

nyeri akut teratasi, masalah keperawatan resiko kekurangan volume

cairan teratasi, masalah keperawatan resiko perdarahan dan

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi.

f. Analisa

Pemberian tindakan keperawatan terapi audio visual

recordedguided imageryyang diberikan selama dua hari, mampu

menurunkan intensitas nyeri pada An. L, dengan skala nyeri 4 menjadi

2.

2. Saran

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan

DHF penulis akan memberikan usulan dam masukan yang positif

khususnya dibidang kesehatan antara lain :

a. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit)

Rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan dan

mempertahankan hubungan kerjasama baik antara tim kesehatan

maupun dengan klien, sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan

asuhan keperawatan yang optimal pada umumnya dan khususnya bagi

klien yang memngalami nyeri dengan DHF.

Page 90: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

79

b. Bagi Tenaga Kesehatan Khususnya Perawat

Hendaknya para perawat memiliki tanggung jawab dan

ketrampilan yang baik dan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan

yang lain dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya pada

klien DHF, keluarga, perawat dan tim kesehatan lain mampu

membantu dalam kesembuhan klien serta memenuhi kebutuhan

dasarnya.

c. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih

berkualitas sehingga dapat mengasilkan perawat yang profesional,

terampil, inovatif dan bermutu dalam memberika asuhan keperawatan

secara komprehensif berdasarkan ilmu dan kode etik keperawatan.

Page 91: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

80

Daftar Pustaka

Andarmoyo, S. (2013). Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. Jogjakarta: AR-

Ruzz Media.

Anggraini, Temmy L. (2012). Penggunaan Audio Recorded Guided Imagery

Therapy Untuk Mengurangi Nyeri Abdominal Fungsional Pada Anak.

Tesis. Program Magister Fakultas Ilmu Keperawatan Anak Universitas

Indonesia.Jakarta.http://pkko.fik.ui.ac.id/files/Penggunaan%20audio%20re

corded%20guided%20imagery%20untuk%20mengurangi%20nyeri%20ab

domen%20fungsional%20pada%20anak.pdf . Diakses tanggal 9 April

2014 jam 20.00 WIB.

Anies. (2006). Manajemen Berbasis Lingkungan. Jakarta: PT Elex Media

Komputindo.

Firdaus, A. (2011). Piawai Jadi Dokter Anak Untuk Keluarga. Jogjakarta: DIVA

Pres.

Grana, H. (2012). Buku Ajar Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis. Jakarta: CV

Sagung Seto.

Handarwan, Nadesul. (2007). Cara Mudah Mengalahkan Demam Berdarah.

Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.

Ikatan Apoteker Indonesia. (2010). Informasi Spesialis Obat Indonesia. Jakarta:

PT. ISFI.

Judha, M., Sudarti, dan A. Fauziah. 2012. Teori Pengukuran Nyeri dan Nyeri

Persalinan. Yokyakarta: Nuha Medika.

Kusyati, Eni. (2006). Ketrampilan Dan Prosedur Laboratorium Keperawatan

Dasar. Jakarta: EGC.

Mariyam dan S. Widodo. (2012). Pengaruh Guided Imagery Terhadap Tigkat

Nyeri Anak Usia 7-13 Tahun Saat Dilakukan Pemasangan Infus di RSUD

Kota Semarang. Seminar Hasil-Hasil Penelitian. LPPM UNIMUS

Semarang.

Page 92: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

81

http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/view/515/564.Di

akses tanggal 09 April 2014 jam 19.00 WIB.

Novarenta, A. (2013). Guided Imagery untuk Mengurangi Rasa Nyeri Saat

Menstruasi. Vol. 01. Jurnal. Fakultas Psikologi Universitas

MuhammadiyahMalang.

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jipt/article/viewFile/1575/1671.

Diakses pada tanggal 20 April 2014, jam 13.10 WIB.

Novel, Sinta S. (2011). Ensiklopedi Penyakit Menular dan Infeksi. Yogyakarta:

Familia.

Nugroho, T. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas Anak Bedah Penykit

Dalam. Yogyakarta: Nuha Media.

Nurarif, Amin dan Hardi, K. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa Medis dan NANDA ( North American Nursing Diagnosis) NIC

NOC. Jilid 1. Jakarta: Media Action Publishing .

Nursalam, R. Susilaningrum, dan S. Utami. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi

dan Anak (untuk Perawat dan Bidan). Jakarta: Salemba Medika.

Rahayu, M., T. Baskoro, dan B. Wahyudi. (2010). Studi Kohort Kejadian Demam

Berdarah Dengue. Volume 26, No 4. Jurnal. Berita Kedokteran

Masyarakat.http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jipt/article/viewFile/1575/

1671. Diakses tanggal 20 April 2014, jam 13.00.

Ricwanto, F., R. Hestiningsih dan L D. Saraswati. (2013). Hubungan Kejadian

Keberadaan Tempat Perindukan Nyamuk Aedes Aegypti dengan Kejadian

Demam Berdarah Dengue di Tiga Kelurahan Endemis Kota Palangkaraya

Tahun 2012. Volume 2, Nomor 2. Jurnal kesehatan Masyarakat.FKM

UNDIP. http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm. Diakses tanggal 13

April 2013 jam 10.00 WIB.

Sayono, D. Syafrudin, dan D. Sumanto. (2012). Distribusi Resistensi Nyamuk

Aedes Aegypti terhadap Insektisida Sipermetrin di Semarang. Seminar

Hasil-hasil Penelitian. LPPM UNIMUS Semarang.

http://jurnal.unimus.ac.id. Diakses tanggal 12 April 2014 jam 10.20 WIB.

Page 93: PEMBERIAN AUDIO VISUAL RECORDEDGUIDED · PDF filedengan demam berdarah dengue ... 41 C dan terjadi kejang demam pada bayi. e. Patofisiologi Infeksi oleh salah satu serotipe dari virus

82

Setiadi. (2012). Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan KeperawatanTeori dan

Praktek. Edisi Pertama. Yogyakarta: Cetakan Pertama. Graha Ilmu.

Soedarto. (2012). Demam Berdarah Dengue Dengue Haemorrhagic Fever.

Jakarta: CV Sagung Seto.

Soegijanto, S. (2012). Demam Berdarah Dengue. Edisi Kedua. Surabaya:

Airlangga University Press.

Suriadi dan R. Yuliani. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV

Sagung Seto.

Widagdo. (2012). Masalah dan Tatalaksana Penyakit Anak dengan Demam.

Jakarta: CV Sagung Seto.

Widiyanto, T. (2007). Kajian Manajemen Ligkungan Terhadap Kejadian Demam

Berdarah Dengue (DBD) di Kota Purwokerto Jawa Tengah. Tesis.

Magister Kesehatan Lingkungan Program Pasca Sarjana Universitas

Diponegoro Semarang.

http://eprints.undip.ac.id/17910/1/TEGUH_WIDIYANTO.pdf. Diakses

tanggal 20 April 2014, jam 13.00 WIB.

Widoyono. (2008). Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan

Pemberantasannya. Semarang: Erlangga.

Wijayaningsih, Kartika S. (2013). Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta: CV

Trans Info Media.

Wong, Donna L. (2004). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.