Pembentukan Moral Melalui Kedisiplinan

9
PEMBENTUKAN MORAL MELALUI KEDISIPLINAN Muhammad Adamul K (140810130025) Eben Ezer N (140810130031) Alvin Niza A (140810130047) Iqbal Pandailing W (140810130056)

Transcript of Pembentukan Moral Melalui Kedisiplinan

Page 1: Pembentukan Moral Melalui Kedisiplinan

PEMBENTUKAN MORAL MELALUI KEDISIPLINAN

Muhammad Adamul K (140810130025)

Eben Ezer N (140810130031)

Alvin Niza A (140810130047)

Iqbal Pandailing W (140810130056)

Page 2: Pembentukan Moral Melalui Kedisiplinan

Arti Disiplin

Disiplin berasal dari kata dicipline, artinya seseorang yang belajar dari atau secara sukarela mengikuti seorang pemimpin. Dalam hal ini adalah orang tua atau  guru yang berkewajiban mengajar anak tentang perilaku moral yang disetujui oleh kelompok masyarakatnya.

Disiplin dalam arti sempit sering disamakan dengan hukuman, menurut pendapat ini disiplin hanya digunakan bila anak melanggar peraturan atau perintah yang diberikan orang tua, guru atau orang dewasa yang mengatur kehidupan anak dalam lingkungan tinggalnya. Pada prinsipnya disiplin adalah keharusan anak untuk menaati peraturan-peraturan yang berlaku di masyarakatnya. Dengan demikian, menanamkan disiplin pada anak bukan hukuman (punishment) yang diperlukan, tetapi pujian atau hadiah (reward) sangat besar peranannya. Oleh karena itu, disiplin sebagai pembentukan perilaku moral anak yang disetujui kelompok masyarakat tempat tinggalnya lebih tepat daripada pengertian disiplin yang diartikan sebagai hukuman. (Daeng Sari : 1996)Perilaku yang disebut moralitas yang sesungguhnya, adalah perilaku yang tidak saja sesuai dengan standar sosial, melainkan juga pada akhirnya dilakukan secara sukarela dalam arti dilakukan dengan kesadaran bahwa ia harus berperilaku seperti itu walau tidak ada orang yang memerintah atau yang mengawasinya.Pada masa kanak-kanak perilaku moral dalam arti sesungguhnya belum dapat diharapkan muncul, namun selama masa remaja harus telah tertanam pada diri anak. Dengan demikian pembentukan moralitas membutuhkan waktu dan proses yang panjang yang harus dimulai sejak usia yang masih sangat muda yaitu masa kanak-kanak.Penanaman disiplin yang tepat akan menghasilkan terbentuknya perilaku moral yang baik dan positif. Disiplin sangat perlu untuk perkembangan anak agar ia berhasil dalam mencapai hidup yang bahagia dan mencapai penyesuaian yang baik dalam lingkungan sosialnya.

Ada beberapa hal yang mempengaruhi kebutuhan disiplin pada tiap-tiap anak yaitu :

1. perbedaan usia 2. perbedaan sikap dan kepribadian

3. besarnya keluarga

4. perbedaan waktu dalam sehari

 

Unsur-unsur Disiplin

Unsur-unsur disiplin mencakup beberapa hal yaitu :

1. peraturan2. hukuman 3. konsistensi atau taat azas 4. penyeragaman

Page 3: Pembentukan Moral Melalui Kedisiplinan

Disiplin memang bagian yang amat penting dalam kehidupan yang merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan seseorang dalam memenuhi tugas dan kewajibannya. Seseorang yang sehat, dan terampil, pandai, mampu bergaul dengan orang lain, tetapi tidak disiplin dapat mengakibatkan tugas dan kewajibannya tidak selesai tepat waktu dengan baik. Seperti yang seharusnya dapat dilakukan bila ia memperhatikan faktor disiplin.

Disiplin merupakan sikap moral seseorang yang tidak secara otomatis ada pada dirinya sejak lahir, tetapi dibentuk oleh lingkungan melalui pola asuh dan perlakuan orang tuanya, guru serta orang-orang dewasa lain di sekitar dirinya. Pada dasarnya anak itu lahir dengan sifat-sifatnya yang baik, ia hanya akan memiliki sifat-sifat jahat apabila ada pengaruh dari orang dewasa yang biasanya salah dalam membimbingnya yaitu dengan disiplin keras dengan contoh-contoh yang buruk (J.J. Rouseau dalam Aswarni Sudjud, 1997: 21-22). Ketidaktepatan para orang tua biasanya memperlakukan anaknya sebagai miniatur orang dewasa.

Disiplin adalah cara yang digunakan oleh seseorang dengan tujuan untuk membentuk perilaku moral anak sesuai dengan nilai-nilai yang disetujui oleh kelompok masyarakat tempat tinggalnya. Penanaman disiplin sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan, yaitu memberi rasa aman, membantu anak menghindari rasa bersalah dan rasa malu dari perilaku yang tidak cocok, mengajar anak bersikap menurut cara yang mendatangkan pujian. Menumbuhkan dan meningkatkan motivasi anak untuk melakukan apa yang diterapkan lingkungan terhadap dirinya, membantu anak mengembangkan hati nuraninya.Jadi, jelaslah bahwa penanaman disiplin harus dimulai seawal mungkin terutama di dalam sebuah keluarga. Peranan orang tua dan orang-orang dewasa dalam keluarga sangatlah dibutuhkan demi terciptanya rasa disiplin yang tinggi pada anak dan demi kebahagiaan anak dalam kehidupan.

Upaya Penegakkan Disiplin

a. Upaya Preventif

Metode preventif adalah suatu metode yg mengutamakan pencegahan sebelum terjadinya kejadian, seperti pencegahan kerusuhan, penyakit, dll. Salah satu media yang tepat sebagai sarana pendidikan kedisiplinan adalah melalui jalur pendidikan.

Tindakan preventif yakni segala tindakan yang mencegah timbulnya pelanggaran-pelanggaran. Tindakan preventif untuk mencegah penyimpangan moral dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

1) Usaha Pencegahan Timbulnya Penyimpangan moral secara Umuma. Berusaha mengenal dan mengetahui ciri umum dan khas masyarakatb. Mengetahui kesulitan-kesulitan yang secara umum dialami oleh para

masyarakat. Kesulitan-kesulitan manakah yang biasanya menjadi sebab timbulnya penyaluran dalam bentuk kenakalan

c. Usaha pembinaan masyarakat, yang meliputi :i. Menguatkan sikap mental masyarakat sebagai individu supaya mampu

menyelesaikan persoalan yang dihadapinya. Misalnya dengan meserasikan antara aspek rasio dan aspek emosi.

Page 4: Pembentukan Moral Melalui Kedisiplinan

ii. Memberikan pendidikan bukan hanya dalam penambahan pengeluaran dan ketrampilan, namun juga pendidikan mental dan pribadi melalui pengajaran agama, budi pekerti dan etika.

iii. Menyediakan sarana-sarana dan menciptakan suasana yang optimal demi perkembangan pribadi masyarakat yang wajar.

iv. Usaha memperbaiki keadaan lingkungan lingkungan sekitar, keadaan sosial keluarga, maupun masyarakat di mana terjadi banyak penyimpangan moral.

2)      Usaha Pencegahan Timbulnya Penyimpangan moral Secara Khusus

Di sekolah, pendidikan mental ini khususnya dilakukan oleh guru, guru pembimbing, atau psikolog sekolah bersama para pendidik lainnya. Usaha para pendidik harus diarahkan terhadap murid didiknya dengan mengamati, memberikan perhatian khusus, dan mengawasi setiap penyimpangan tingkahlaku murid didiknya dimanapun.

Pemberian bimbingan pendidikan moral dapat berupa :

a)      Pengenalan diri sendiri: menilai diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.

b)      Penyesuaian diri: mengenal dan menerima tuntutan dan penyesuaian diri dengan tuntutan tersebut.

c)      Orientasi diri: mrngarahkan pribadi masyarakat ke arah pembatasan antara diri pribadi dan sikap sosial dengan penekanan pada penyadaran nilai-nilai sosial, moral dan etik.

Bimbingan dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu :

a)      Pendekatan langsung, yakni bimbingan yang diberikan secara pribadi pada masing-masing personal itu sendiri. Melalui percakapan mengungkapkan kesulitan dan membantu mengatasinya

b)      Pendekatan melelui kelompok dimana ia sudah merupakan anggota kumpulan atau kelompok kecil tersebut :

(1)   Memberikan nasehat secara umum dengan harapan dapat bermanfaat

(2)   Memperkuat motivasi atau dorongan untuk bertingkahlaku baik dan merangsang hubungan sosial dengan baik

(3)   Mengadakan kelompok diskusi dengan memberikan kesempatan mengemukakan pandangan dan pendapat para masyarakat dan memberikan pengarahan yang positif

(4)   Dengan melakukan permainan bersama dan bekerja dalam kelompok dipupuk solidaritas dan persekutuan dengan Pembimbing

Page 5: Pembentukan Moral Melalui Kedisiplinan

b.      Upaya Represif

Metode represif adalah suatu metode yg dilakukan setelah kejadian terjadi untuk menekan agar kejadian tidak meluas atau menjadi parah.

Usaha menindak pelanggaran norma-norma sosial dan moral dapat dilakukan dengan mengadakan hukuman terhadap setiap pelanggaran.

1)      Di rumah dan dalam lingkungan keluarga, masyarakat harus menaati peraturan dan tata cara yang berlaku. Disamping peraturan tentu perlu adanya semacam hukuman yang dibuat orang tua terhadap pelanggaran tata tertib dan tata cara keluarga. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa pelaksanaan tata tertib dan tata cara keluarga harus dilakukan dengan konsisten. Setiap pelanggaran yang sama harus dikenakan sanksi yang sama. Sedangkan hak dan kewajiban anggota mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan dan umur. Seorang anak yang berumur 7 tahun sudah harus berada di dalam rumah sebelum maghrib. Seorang mungkin saja pada waktu senja masih berada dalam perjalanan pulang ke rumah setelah mengikuti aktivitas ekstrakurikuler. Sedangkan seorang remaja lanjut pada waktu senja masih dalam perjalanan menuju kursus bahasa misalnya.

2)      Di sekolah dan lingkungan sekolah, maka kepala sekolah dan guru yang berwenang dalam melaksanakan hukuman terhadap pelanggaran tata tertib sekolah. Misalnya : Dalam pelanggaran tata tertib kelas dan peraturan yang berlaku untuk pengendalian suasana pada waktu ulangan atau ujian. Akan tetapi hukuman yang berat seperti “skorsing” maupun pengeluaran dari sekolah merupakan wewenang kepala sekolah. Guru dan staf pembimbing bertugas menyampaikan data mengenai pelanggaran maupun akibatnya. Pada umumnya tindakan represif diberikan dalam bentuk memberikan peringatan secara lisan maupun tertulis kepada pelajar maupun orang tua, melakukan pengawasan khusus oleh kepala sekolah dan tim guru atau pembimbing dan melarang bersekolah untuk sementara atau seterusnya tergantung dari macam pelanggran tata tertib sekolah yang telah digariskan.

Para pendidik tidak setuju mengenai sesuatu yang mengakibatkan berkembangnya perilaku menyimpang dibiarkan ada. Tindakan yang berupaya menegakkan disiplin memang perlu. Hukuman kendatipun kadang-kadang kurang efektif dari ganjaran yang perlu diambil. Terdapat prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam memberi hukuman kepada peserta didik. Prinsip-prinsip berikut merupakan gagasan agar pemberian hukuman fleksibel dan mengkait dengan situasi dan kekhususan para siswa. Prinsip-prinsip tersebut seperti dikemukakan oleh Ornstien (1990), Eggen (1994) adalah:

1) Hukuman diberikan secara hormat dan penuh pertimbangan;

2) Berikan kejelasan/alasan mengapa hukuman diberikan;

3) Hindarkan pemberian hukuman pada saat marah atau emosional;

4) Hukuman diberikan pada saat awal kejadian dari pada akhir kejadian;

Page 6: Pembentukan Moral Melalui Kedisiplinan

5) Hindari hukuman yang bersifat badaniah/fisk;

6) Jangan menghukum kelompok/kelas apabila kesalahan dilakukan oleh seseorang;

7) Jangan memberi tugas tambahan sebagai hukuman;

8) Yakini bahwa hukuman sesuai dengan kesalahan;

9) Pelajari tipe hukuman yang diijinkan sekolah;

10) Jangan menggunakan standar hukuman ganda;

11) Jangan mendendam;

12) Konsisten dengan pemberian hukuman;

13) Jangan mengancam dengan ketidak mungkinan;

14) Jangan memberi hukuman berdasar selera.

c.       Tindakan Kuratif dan Rehabilitasi

Tindakan kuratif dan rehabilitasi, dilakukan setelah tindakan pencegahan lainnya dilaksanakan dan dianggap mengubah tingkah itu dengan memberikan pendidikan lagi. Pendidikan diulangi melalui pembinaan secara khusus, hal mana sering ditanggulangi oleh lembaga khusus meupun perorangan yang ahli dalam bidang ini.

Dari pembahasan mengenai penanggulangan masalah penyimpangan moral ini perlu ditekankan bahwa segala usaha harus ditujukan ke arah tercapainya kepribadian yang mantap, serasi dan dewasa. Masyarakat diharapkan akan menjadi orang dewasa yang berpribadi kuat, sehat badani dan rohani, teguh dalam kepercayaan dan iman sebagai anggota masyarakat, bangsa dan tanah air.

Page 7: Pembentukan Moral Melalui Kedisiplinan

REFERENSI

http://10310255.blogspot.com/2012/10/makalah-perilaku-kenakalan-remaja-dan.html

https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20110303050514AA4c5Yu

http://priyonoph.wordpress.com/artikel/