PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di...

109
i PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DI MADRASAH DINIYAH NURUS SALAM DESA KALONGAN KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Prodi PPKn Oleh: Amanatul Fitriani NIM. 3301412114 JURUSAN POLITIK DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016

Transcript of PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di...

Page 1: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

i

PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK

DI MADRASAH DINIYAH NURUS SALAM

DESA KALONGAN KECAMATAN UNGARAN TIMUR

KABUPATEN SEMARANG

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Prodi PPKn

Oleh:

Amanatul Fitriani

NIM. 3301412114

JURUSAN POLITIK DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016

Page 2: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

ii

Page 3: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

iii

Page 4: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

iv

Page 5: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

Aristoteles mengajarkan, manusia tidak akan menjadi bermoral dan bijak

dengan sendirinya. Kalaupun akhirnya mereka bermoral dan bijak, itu berkat

usaha sepanjang hidup yang dilakukan mereka sendiri dan masyarakatnya.

(John Moline)

Ajarkanlah kebaikan (moral dan etika) kepada anak-anakmu (laki-laki dan

perempuan) dan keluargamu dan didiklah (memberi kesempatan belajar)

mereka. (HR. Abdur Razzaq dan Said Ibn Mansur)

Tiap bayi dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah-Islami). Ayah dan ibunya lah

kelak yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi (penyembah api dan

berhala). (HR. Bukhari)

Kejujuran mungkin tidak akan memberimu teman yang banyak, tetapi ia akan

memberimu kehidupan dan teman yang baik. (Amanatul Fitriani)

Persembahan:

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT,

karya kecil ini saya persembahkan teruntuk:

Allah SWT, yang senantiasa memberi nikmat sehat, iman,

dan ibadah kepada penulis.

Bapak dan Ibu (Tirwan dan Rusminah) serta saudara

perempuanku (Imroatu Tarbingah) yang senantiasa tiada

putus mengasihiku setulus hati, sebening cinta dan sesuci

do’a, yang selalu membantuku baik moril, materiil maupun

spiritual.

Teman-teman PKn angkatan 2012, semoga perjuangan kita

tidak hanya sampai disini.

Almamaterku UNNES.

Page 6: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

vi

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan petunjuk, rahmat, pertolongan, dan hidayah-Nya. Shalawat serta

salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad saw,. Yang telah

menuntun jalan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Penulisan skripsi ini merupakan kajian singkat tentang “Pembentuan

Moral Pancasila Pada Anak di Madrasah Diniyah Nurus Salam Desa Kalongan

Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang”. Penulis menyadari bahwa

penilsan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan

dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati

pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang;

2. Drs. Moh Solehatul Mustofa, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Negeri Semarang;

3. Drs. Tijan, M.Si, Ketua Jurusan Politik dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu

Sosial Universitas Negeri Semarang;

4. Drs. Suprayogi, M.Pd, Dosen pembimbing I yang telah mengarahkan dan

mambimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini;

5. Drs. Setiajid, M.Si, Dosen pembimbing II yang telah mengarahkan dan

mambimbing penulis dalam penyelesaian skripsi ini;

Page 7: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

vii

6. Drs. Sunarto, S.H., M.Si, Dosen penguji, yang telah banyak memberikan

bimbingan, dukungan dan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini;

7. Bapak/Ibu dosen pengajar, Karyawan TU, serta penjaga perpustakaan Jurusan

Politik dan Kewarganegaraan yang telah memberikan ilmu, pengetahuan, dan

wawasan sebagai bekal yang bermanfaat di masa depan;

8. Bapak Imam Sodiqin S.Pd.I, Kepala Madrasah Diniyah Nurus Salam Desa

Kalongan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang;

9. Bapak, ibu, saudara perempuan, serta keluarga besar yang telah memberikan

do‟a, motivasi, dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini;

10. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas amal kebaikan yang telah mereka berikan,

dan apa yang penulis uraikan dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Page 8: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

viii

SARI

Fitriani, Amanatul. 2016. “Pembentukan Moral Pancasila Pada Anak Di

Madrasah Diniyah Nurus Salam Desa Kalongan Kecamatan Ungaran

Timur Kabupaten Semarang”. Skripsi, Jurusan Politik dan

Kewarganegaraan. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang.

Pembimbing I Drs. Suprayogi, M.Pd. Pembimbing II Drs. Setiajid, M.Si.

142 halaman.

Kata Kunci: Moral Pancasila, Madrasah Diniyah

Penelitian ini dilatarbelakangi karena keresahan sebagian orang tua

yang merasakan pendidikan agama di sekolah umum kurang memadai

untuk mengantarkan anaknya agar dapat melaksanakan ajaran Islam sesuai

dengan yang diharapkan. Moral Pancasila penting untuk dibentuk pada

anak sejak dini. Madrasah Diniyah Nurus Salam Desa Kalongan

Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang sebagai salah satu

lembaga pendidikan Islam di lingkungan masyarakat diharapkan mampu

membentuk moral Pancasila pada anak. Dalam membentuk moral

Pancasila pada anak memerlukan ketepatan dalam memilih metode yang

digunakan agar anak dapat dengan mudah memiliki sikap yang sesuai

dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan

yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

pada anak di Madrasah Diniyah Nurus Salam Desa Kalongan Kecamatan

Ungaran Timur Kabupaten Semarang; 2) Kendala apakah yang dihadapi

dalam pembentukan moral Pancasila pada anak di Madrasah Diniyah

Nurus Salam Desa Kalongan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten

Semarang.

Tujuan dari penelitian ini adalah 1) Untuk mengetahui

pembentukan moral Pancasila pada anak di Madrasah Diniyah Nurus

Salam Desa Kalongan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang;

2) Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam pembentukan moral

Pancasila pada anak di Madrasah Diniyah Nurus Salam Desa Kalongan

Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode penelitian kualitatif. Fokus penelitian ini adalah pembentukan

moral Pancasila pada anak di Madrasah Diniyah Nurus Salam, dan

kendala yang dihadapi dalam pembentukan moral Pancasila pada anak di

Madrasah Diniyah Nurus Salam. Sumber data yang digunakan pada

penelitian ini adalah sumber data primer dan data sekunder. Metode

pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi, wawancara,

dan dokumentasi. Uji validitas data menggunakan teknik triangulasi

metode.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Pembentukan moral

Pancasila pada anak di Madrasah Diniyah Nurus Salam telah sesuai

dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, pembentukan moral

Page 9: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

ix

Pancasila dilaksanakan dengan menggunakan langkah-langkah:

penggunaan mata pelajaran khusus yang mengkaji tentang moral serta

perbuatan dan perkataan pengajar yang mengarah pada moral Pancasila,

penggunaan pendekatan keteladanan, pembiasaan, ceramah dan tanya

jawab, dan juga kerjasama dengan orang tua anak didik. 2) Kendala dalam

pembentukan moral Pancasila pada anak yaitu: kurangnya tenaga

pengajar, keterbatasan dalam segi alokasi waktu, kurangnya pembinaan

pengajar mengenai moral Pancasila, serta kurangnya antusias dan

kepedulian anak didik terhadap pembentukan moral Pancasila.

Saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1)

Kepada Madrasah Diniyah: Madrasah Diniyah diharapkan dapat

mengadakan rekrutmen tenaga pengajar guna memenuhi kebutuhan akan

tenaga pengajar; Pengajar diharapkan dapat lebih mampu memaksimalkan

penyampaian materi yang ada dalam keterbatasan waktu dengan

menggunakan motode yang menyingkat waktu; Pengajar diharapkan

memberikan buku indikator kepada orang tua guna memantau

perkembangan sikap anak didik. 2) Kepada Pemerintah: Dinas Pendidikan

perlu mengadakan pelatihan mengenai moral Pancasila kepada pengajar

agar dapat membentuk moral Pancasila pada anak dengan baik.

Page 10: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii

PENGESAHAN KELULUSAN ................................................ iii

PERNYATAAN .......................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................. v

PRAKATA .................................................................................. vi

SARI ............................................................................................ viii

DAFTAR ISI ............................................................................... x

DAFTAR BAGAN ...................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ...................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR .................................................................. xv

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1

B. Perumusan Masalah .......................................................... 9

C. Tujuan Penelitian .............................................................. 10

D. Manfaat Penelitian ............................................................ 10

E. Batasan Istilah .................................................................. 11

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR

A. Landasan Teori ................................................................. 13

1. Moral Pancasila .......................................................... 13

a. Moral .................................................................... 13

1) Pengertian Moral ............................................ 13

2) Obyek Moral .................................................. 16

Page 11: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

xi

3) Perkembangan Moral ..................................... 17

4) Fungsi Moral .................................................. 22

5) Sumber Moral ................................................ 23

b. Pancasila ............................................................... 29

1) Pengertian Pancasila ....................................... 29

2) Kedudukan dan Fungsi Pancasila ................... 34

c. Moral Pancasila .................................................... 41

1) Pengertian Moral Pancasila ............................ 41

2) Sumber Moral Pancasila ................................ 47

3) Fungsi Moral Pancasila dalam

Kehidupan Berbangsa dan Bernegara ............ 51

2. Pembentukan Moral Pancasila ................................... 56

a. Pengertian Pembentukan Moral Pancasila ........... 56

b. Model Pembinaan Moral Pancasila ...................... 60

3. Anak ........................................................................... 66

a. Pengertian Anak ................................................... 66

b. Tahap Perkembangan Anak dan Karakteristik ..... 68

4. Madrasah Diniyah ...................................................... 72

a. Pengertian Madrasah Diniyah .............................. 72

b. Macam-Macam Tingkatan Madrasah Diniyah .... 75

c. Fungsi dan Tujuan Madrasah Diniyah ................. 76

d. Kedudukan Madrasah Diniyah Dalam Sistem

Pendidikan ............................................................ 80

B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan .............................. 82

C. Kerangka Berfikir ............................................................. 84

BAB III METODE PENELITIAN

A. Latar Penelitian ................................................................ 87

B. Fokus Penelitian ............................................................... 87

C. Sumber Data Penelitian .................................................... 90

D. Metode Pengumpulan Data .............................................. 91

Page 12: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

xii

E. Uji Validitas Data ............................................................. 94

F. Metode Analisis Data ....................................................... 95

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ................................................................ 98

1. Gambaran Umum Madrasah Diniyah Nurus Salam ... 98

a. Letak Geografis .................................................... 98

b. Tinjauan Historis .................................................. 99

c. Visi Misi Madrasah Diniyah ................................ 100

d. Susunan Pengurus ................................................ 101

e. Keadaan Anak Didik ............................................ 104

2. Pembentukan Moral Pancasila pada Anak Didik

Di Madrasah Diniyah Nurus Salam ........................... 104

3. Kendala yang dihadapi dalam Pembentukan

Moral Pancasila pada Anak ........................................ 123

B. Pembahasan ...................................................................... 125

BAB V PENUTUP

A. Simpulan .......................................................................... 134

B. Saran ................................................................................. 136

DAFTAR PUSTAKA ................................................................. 137

LAMPIRAN ................................................................................ 141

Page 13: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

xiii

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 1: Kerangka Berfikir ......................................................... 86

Bagan 2: Tahap Analisis Data Kualitatif ..................................... 97

Bagan 3: Struktur Organisasi Madrasah Diniyah Nurus Salam .. 101

Page 14: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1: Fase-fase perkembangan individu .................................. 67

Tabel 2: Jadwal Mata Pelajaran Kelas Awaliyah ........................ 109

Tabel 3: Jadwal Mata Pelajaran Kelas Wustha ............................ 110

Tabel 4: Jadwal Mata Pelajaran Kelas Ulya ................................ 110

Page 15: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1: Media yang digunakan Madrasah Diniyah ................ 105

Gambar 2: Bahan Ajar yang digunakan Pengajar ........................ 106

Gambar 3: Bersalaman dengan Pengajar ..................................... 107

Gambar 4: Pengajar Mematuhi Peraturan .................................... 114

Page 16: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Surat Keputusan Dosen Pembimbing

Lampiran 2: Surat Izin Penelitian dari UNNES

Lampiran 3: Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

Lampiran 4: Data Informan

Lampiran 5: Data Anak Didik Madrasah Diniyah Nurus Salam

Lampiran 6: Instrumen Penelitian

Lampiran 7: Pedoman Observasi

Lampiran 8: Hasil Wawancara

Lampiran 9: Hasil Observasi

Lampiran 10: Dokumentasi Penelitian

Lampiran 11: Perangkat Pembelajaran Madrasah Diniyah Nurus Salam

Page 17: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional pada pasal 1 ayat 1 menegaskan bahwa pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan diselenggarakan secara

demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung

tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan

bangsa.

Fungsi utama pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak, kepribadian serta peradapan yang bermartabat dalam

hidup dan kehidupan atau dengan kata lain pendidikan berfungsi

memanusiakan manusia agar menjadi manusia yang benar sesuai dengan

norma yang dijadikan landasannya. Pendidikan memiliki jalur, jenjang dan

jenis. Pasal 1 ayat 7 Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, menegaskan jalur pendidikan adalah wahana yang

dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses

Page 18: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

2

pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Jalur pendidikan terdiri

atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling

melengkapi dan memperkaya. Pendidikan formal, nonformal, dan informal

diselenggarakan dengan sistem terbuka melalui tatap muka dan/atau melalui

jarak jauh.

Undang-Undang No 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 11 menekankan

bahwa pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan

berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan

tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan

formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.

Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang

memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,

penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung

pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal berfungsi

mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan

pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan

kepribadian profesional. Pendidikan nonformal meliputi pendidikan

kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan,

pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan

keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan

lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.

Pasal 27 Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional menekankan bahwa Pendidikan informal adalah jalur

Page 19: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

3

pendidikan keluarga dan lingkungan. Kegiatan pendidikan informal yang

dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara

mandiri. Salah satu contoh pendidikan informal adalah pendidikan anak usia

dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau

pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. Pendidikan yang

dilakukan oleh keluarga adalah salah satu dasar yang akan membentuk

watak, kebiasaan, dan perilaku anak di masa depannya nanti.

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan

berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai,

dan kemampuan yang dikembangkan. Undang-Undang No 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 14 menegaskan jenjang

pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan

pendidikan tinggi. Jenis pendidikan adalah kelompok pendidikan yang

didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan.

Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi,

vokasi, keagamaan, dan khusus. Jalur, jenjang, dan jenis pendidikan dapat

diwujudkan dalam bentuk satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh

pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.

Setiap kegiatan pendidikan baik dalam lingkungan keluarga,

sekolah, dan masyarakat tentu memiliki tujuan tertentu yang hendak dicapai.

Tujuan pendidikan merupakan suatu gambaran dari falsafah hidup atau

pandangan hidup manusia, baik secara perorangan maupun secara

kelompok. Tujuan pendidikan menyangkut sistem nilai dan norma-norma

Page 20: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

4

dalam suatu konteks kebudayaan, baik dalam mitos, kepercayaan dan religi,

filsafat, ideologi, dan sebagainya. Undang-Undang No 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan tujuan pendidikan ialah

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggungjawab.

Pendidikan mengemban tugas untuk menghasilkan generasi yang

baik, manusia-manusia yang lebih berkebudayaan, manusia sebagai individu

yang memiliki kepribadian yang lebih baik. Nilai-nilai yang hidup dan

berkembang di suatu masyarakat atau negara, menggambarkan pendidikan

dalam suatu konteks yang sangat kuat, menyangkut kehidupan seluruh umat

manusia, yang menggambarkan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk

mencapai suatu kehidupan yang lebih baik.

Dari uraian di atas, pencapaian tujuan pendidikan perlu

memberdayakan jalur, jenjang dan jenis pendidikan. Karena dengan

demikian proses pencapaian tujuan pendidikan akan lebih cepat terlaksana.

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, (1994:105) madrasah adalah

tempat belajar yang berasal dari bahasa Arab darasa yang artinya belajar.

Kata madrasah dalam bahasa Indonesia adalah “sekolah” yang pada

umumnya pemakaian kata madrasah dalam arti sekolah tersebut mempunyai

konotasi khusus yaitu sekolah-sekolah agama Islam.

Page 21: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

5

Dari segi jalur pendidikan, Madrasah Diniyah termasuk dalam jalur

formal dan nonformal, karena Madrasah Diniyah ada yang selenggarakan

secara berjenjang dan berkelanjutan dan ada pula yang tidak. Dari segi jenis

pendidikan, Madrasah Diniyah termasuk jenis pendidikan keagamaan yaitu

pendidikan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota

masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya

dan menjadi ahli ilmu agama. Dari segi jenjang pendidikan dengan nama

dan bentuk yang berbeda-beda, Madrasah Diniyah yang berjenjang dapat

dikelompokkan dalam jenjang pendidikan dasar, menengah, dan tinggi.

Sedangkan Madrasah Diniyah sendiri mencakup jenjang pendidikan anak

usia dini, dasar dan menengah.

Madrasah Diniyah Nurus Salam adalah institusi pendidikan bidang

keagamaan yang memberikan pengajaran keagamaan Islam yang dalam

pembelajarannya memuat materi pembelajaran Tauhid, Tarikh, Bahasa

Arab, Akhlak, Hadist, Al Qur‟an dan Fiqh. Dengan berbagai materi

pembelajaran yang diajarkan, Madrasah Diniyah Nurus Salam dituntut

untuk mampu membentuk moral Pancasila pada anak sesuai dengan tujuan

pendidikan nasional.

Madrasah Diniyah ialah lembaga pendidikan yang memberikan

pendidikan dan pengajaran secara klasikal dalam pengetahuan agama Islam

kepada siswa sedikitnya 10 orang atau lebih. Jenjang madrasah ini meliputi

tiga jenjang yaitu awwaliyah (dasar), wustha (menengah), ’ulya (tinggi).

Pendidikan dan pengajaran Madrasah Diniyah bertujuan untuk

Page 22: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

6

mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memahami, menghayati,

dan mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan penguasaannya

terhadap ilmu pengetahuan agama, teknologi dan seni. Djunaedi (dalam

Ciyarti, 2009:1) menjelaskan bahwa madrasah sebagai lembaga pendidikan

Islam walaupun mempunyai tujuan khusus akan tetapi pendidikan yang

dilaksanakan harus merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Sistem

Pendidikan Nasional dalam arti bahwa pendidikan pada madrasah harus

memberikan kontribusi terhadap tujuan pendidikan nasional.

Fungsi utama Madrasah Diniyah adalah sebagai pelengkap dari

sekolah yang berbasis umum. Madrasah memiliki kurikulum, metode dan

cara mengajar sendiri yang berbeda dengan sekolah, selain itu madrasah

juga memiliki karakter tersendiri, yaitu sangat menonjolkan nilai religiusitas

masyarakatnya. Sementara itu sekolah merupakan lembaga pendidikan

umum dengan pelajaran universal dan terpengaruh iklim pencerahan Barat.

Masalah moral pada masyarakat dianggap penting karena moral

merupakan penanda kualitas diri. Manusia yang bermoral baik, maka

manusia lain akan memandangnya sebagai pribadi yang memiliki kualitas

baik. Moral juga merupakan pedoman hidup. Hidup bermasyarakat

memiliki banyak hukum-hukum dan norma-norma yang berlaku, dalam

kehidupan bermasyarakat tersebut juga banyak hal yang bersifat positif dan

negatif. Maka diperlukan pedoman atau pegangan dalam kehidupan agar

segala perbuatan yang manusia lakukan sesuai dengan nilai-nilai yang

berlaku dalam kehidupan bermasyarakat.

Page 23: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

7

Pendidikan moral juga dianggap penting, termasuk menurut Sistem

Pendidikan Nasional, karena pendidikan moral dapat menekan potensi

penyimpangan norma yang berlaku. Memberikan pendidikan moral dengan

menekankan pada akibat yang akan diterima bila seseorang melakukan

penyimpangan pada norma yang berlaku pada masyarakat, dapat

memberikan dorongan kepada seseorang untuk lebih memperhitungkan

segala tindakan yang akan dilakukannya, sehingga dapat memperkecil

potensi untuk melakukan hal-hal yang dapat menimbulkan masalah sosial.

Pendidikan moral mampu menciptakan toleransi dalam bermasyarakat,

salah satu masalah sosial yang cukup mengkhawatirkan saat ini adalah

rendahnya toleransi di masyarakat, sehingga dapat ditarik kesimpulan

bahwa pendidikan moral mampu menciptakan dan memperbesar rasa

toleransi, maka akan semakin kecil pula kemungkinan terjadinya masalah

sosial. Pendidikan moral dapat menjadi sarana menekan potensi konflik.

Melalui pendidikan moral, maka terciptalah kesadaran sesorang untuk

memiliki rasa toleransi serta bertambahnya empati, dengan demikian potensi

terjadinya konflik di masyarakat akan semakin kecil karena seseorang yang

memiliki masalah antara orang lain, akan lebih mengedepankan moral yang

baik dengan lebih mendahulukan toleransi yang didukung oleh besarnya

rasa empati yang dimilikinya.

Pendidikan moral di Indonesia harus menerapkan moral Pancasila,

karena Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang telah

disahkan sebagai dasar negara merupakan kesatuan utuh nilai-nilai budi

Page 24: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

8

pekerti atau moral. Oleh karena itu Pancasila dapat disebut sebagai moral

bangsa Indonesia. Pendidikan moral mengajarkan kebiasaan cara berfikir

dan perilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerja sama

sebagai keluarga, masyarakat dan bernegara yang membantu mereka untuk

membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Bangsa Indonesia harus mempunyai karakter yang sesuai dengan

Pancasila, sehingga setiap aspek karakter yang diberikan harus dijiwai oleh

kelima sila Pancasila secara utuh. Pendidikan yang berlandaskan Pancasila

sangat penting bagi bangsa Indonesia karena dapat membentengi diri dari

berbagai fenomena kehidupan yang negatif. Melalui pendidikan yang

berbasis nilai-nilai luhur Pancasila pula generasi muda akan menjadi warga

negara yang baik yang mampu memahami hak dan kewajibanya, memahami

ideologi secara utuh dan benar serta menjadi warga negara Indoneisa yang

baik, cerdas, terampil dan berkarakter serta bermoral sesuai dengan

Pancasila dan UUD 1945.

Pendidikan madrasah memiliki ciri khusus yang membedakannya

dengan sekolah umum. Perbedaan tersebut menyangkut banyak hal, yaitu

mulai dari orientasi atau tujuan, kurikulum, tenaga pendidik, serta kultur

yang dikembangkan. Pendidikan yang berciri khusus ini menawarkan moral

Pancasila, yaitu pendidikan yang berlandaskan pada nilai-nilai luhur

Pancasila, hakikat manusia haruslah diwujudkan melalui pendidikan,

sehingga tercipta manusia Indonesia yang dicita-citakan Pancasila.

Pancasila mempunyai tujuan yang salah satunya yaitu sebagai pandangan

Page 25: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

9

hidup bangsa, yang berarti bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu dijadikan

landasan pokok dalam berfikir dan berbuat, dalam hal ini mengharuskan

bangsa Indonesia untuk merealisasikan nilai-nilai Pancasila itu kedalam

sikap dan perilaku baik dalam berperilaku hidup dalam masyarakat,

berbagsa maupun bernegara.

Dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA

ANAK DI MADRASAH DINIYAH NURUS SALAM DESA

KALONGAN KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN

SEMARANG”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dikaji

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila pada anak di Madrasah

Diniyah Nurus Salam Desa Kalongan Kecamatan Ungaran Timur

Kabupaten Semarang?

2. Kendala apakah yang dihadapi dalam pembentukan moral Pancasila

pada anak di Madrasah Diniyah Nurus Salam Desa Kalongan

Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang?

Page 26: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

10

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, adalah sebagai

berikut.

1. Untuk mengetahui pembentukan moral Pancasila pada anak di

Madrasah Diniyah Nurus Salam Desa Kalongan Kecamatan Ungaran

Timur Kabupaten Semarang.

2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam pembentukan moral

Pancasila pada anak di Madrasah Diniyah Nurus Salam Desa Kalongan

Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik

secara teorits maupun secara praktis.

1. Secara Teoretis:

Hasil Penelitian diharapkan dapat:

a. Memberikan gambaran dan informasi tentang pembentukan moral

Pancasila pada anak serta;

b. Memberikan gambaran yang jelas tentang kendala dalam

pembentukan moral Pancasila pada anak.

2. Secara Praktis:

a. Kepada Orang Tua Anak

Dengan adanya penelitian ini maka diharapkan orang tua akan

memberikan contoh nyata serta mampu memberikan pemahaman

Page 27: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

11

kepada anak dalam berbuat dan bertindak sesuai dengan moral

Pancasila.

b. Kepada Madrasah Diniyah

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan

masukan yang digunakan untuk pengembangan keberhasilan dalam

pembentukan moral Pancasila pada anak.

E. Batasan Istilah

1. Pembentukan Moral

Pembentukan adalah suatu proses, cara, perbuatan untuk

membentuk sesuatu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Sedangkan

moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuaan dan kelakuan manusia.

Moral dibatasi sebagai sesuatu yang berkaitan atau ada hubungannya

dengan kemampuan menentukan baik buruknya tingkah laku manusia.

Pembentukan moral di sini diartikan sebagai suatu usaha yang

dilakukan secara sengaja untuk membentuk individu yang mampu

menentukan baik buruknya suatu tingkah laku dalam dimensi pribadi

dan dimensi sosialnya sehingga tercipta keselarasan dan keseimbangan

dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

2. Moral Pancasila

Moral merupakan ajaran tentang baik buruk suatu perbuatan dan

kelakuan. Sedangkan Pancasila merupakan ideologi dan dasar dari

segala peratuaran di Indonesia yang terangkum dalam lima ayat dan

butir-butir penjelasannya.

Page 28: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

12

Moral Pancasila yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

peraturan yang mendasari pembentukan moral Pancasila pada anak di

Madrasah Diniyah Nurus Salam Desa Kalongan Kecamatan Ungaran

Timur Kabupaten Semarang.

3. Anak

Anak adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita

perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan

sifat khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara

pada masa depan. Anak merupakan individu yang berada dalam satu

rentang perubahan dan perkembangan. Anak yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah anak yang masih dalam pertumbuhan dan

perkembangan dalam rentang usia 4-15 tahun.

4. Madrasah Diniyah

Madrasah merupakan nama atau sebutan bagi sekolah agama

Islam. Sedangkan diniyah adalah jenis pembelajaran yang dilaksanakan

di sore hari di luar jam pelajaran sekolah.

Madrasah Diniyah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

suatu lembaga pendidikan keagamaan pada jalur luar sekolah yang

dilaksanakan di sore hari dan diharapkan mampu secara terus menerus

memberikan pendidikan agama Islam kepada anak didik yang tidak

terpenuhi pada jalur sekolah umum yang diberikan melalui sistem

klasikal.

Page 29: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

13

BAB II

LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR

A. Landasan Teori

1. Moral Pancasila

a. Moral

1) Pengertian Moral

Secara etimologis kata “moral” berasal dari kata Latin

“mos”, yang berarti tata-cara, adat istiadat atau kebiasaan,

sedangkan jamaknya adalah “mores”. Dalam arti adat istiadat

atau kebijaksanaan, kata “moral” mempunyai arti yang sama

dengan kata Yunani “ethos”, yang menurunkan kata “etik”.

Dalam bahasa Arab kata “moral” berarti budi pekerti adalah

sama dengan “akhlak”, sedangkan dalam bahasa Indonesia,

kata “moral” dikenal dengan arti “kesusilaan” (Daroeso,

1986:22).

Moral dalam Departemen Pendidikan Nasional

(2008:971) adalah (ajaran tentang) baik buruk yang diterima

umum mengenai perbuatan, sikap, dan kewajiban. Sedangkan

menurut Prof. Dr. N. Driyakara S.J (dalam Daroeso 1986:22)

“moral atau kesusilaan” adalah nilai yang sebenarnya bagi

manusia. Dengan kata lain moral atau kesusilaan adalah

Page 30: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

14

kesempurnaan sebagai manusia atau kesusilaan adalah

tuntunan kodrat manusia.

Daroeso (1986:23) mengartikan bahwa moral atau

kesusilaan adalah keseluruhan norma yang mengatur tingkah

laku manusia di masyarakat untuk melaksanakan perbuatan-

perbuatan yang baik dan benar. Baik dan benar menurut

seseorang, belum pasti baik dan benar bagi orang lain. Untuk

itu diperlukan adanya prinsip-prinsip kesusilaan atau moral

yang dapat berlaku umum, yang telah diakui kebaikan dan

kebenarannya oleh semua orang. Sehingga, jelas moral

digunakan untuk memberikan penilaian atau predikat terhadap

tingkah laku seseorang.

Norma moral merupakan penjabaran yang konkret dari

nilai-nilai yang diyakini oleh suatu masyarakat atau bangsa.

Moral merupakan ganjaran baik buruknya kelakuan manusia.

Moral memiliki sifat mewajibkan agar seseorang bertindak

atau bertingkah laku sesuai dengan hukum moral.

Lillie (dalam Budiningsih 2004:24), mengungkapkan

bahwa kata moral berasal dari kata mores (bahasa Latin) yang

berarti tata cara dalam kehidupan atau adat istiadat. Sedangkan

Baron (dalam Budiningsih 2004:24) mengatakan bahwa moral

adalah hal-hal yang berhubungan dengan larangan dan

tindakan yang membicarakan salah atau benar. Kohlberg

Page 31: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

15

(dalam Budiningsih 2004:25) menjelaskan pengertian moral

menggunakan istilah-istilah seperti moral-thinking, dan moral-

judgement, sebagai istilah-istilah yang memiliki pengertian

yang sama dan digunakan secara bergantian.

Dari beberapa pengertian moral menurut beberapa ahli

di atas, dapat disimpulkan bahwa moral memiliki fungsi

maupun peranan penting dalam kehidupan manusia yang

berhubungan dengan baik dan buruknya tingkah laku manusia.

Tingkah laku ini dikaitkan dengan norma-norma yang berlaku

dalam kehidupan bermasyarakat. Seseorang yang memiliki

sikap bermoral, jika seseorang tersebut bertingkah laku akan

sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, baik

norma agama maupun norma hukum dan sebagainya.

Huky (dalam Daroeso, 1986:22) menjelaskan bahwa

untuk memahami moral dapat dilakukan dengan tiga cara

yaitu:

a) Moral sebagai tingkah laku hidup manusia, yang

mendasarkan diri pada kesadaran, bahwa ia terkait oleh

keharusan untuk mencapai yang baik sesuai dengan nilai

dan norma yang berlaku dalam lingkungannya;

b) Moral sebagai perangkat ide-ide tentang tingkah laku

hidup, dengan warna dasar tertentu yang dipegang oleh

sekelompok manusia dalam lingkungan tertentu;

c) Moral adalah ajaran tentang tingkah laku hidup yang baik

berdasarkan pandangan hidup atau agama tertentu.

Moral berkaitan dengan hal-hal yang mempunyai atau

dianggap mempunyai akibat yang serius bagi kebaikan dan

Page 32: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

16

kehidupan manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai

kelompok. Dengan kata lain, moral mengatur perilaku manusia

yang dianggap dapat merugikan atau sebaliknya dapat berguna

bagi orang lain. Pada umumnya moral selalu mengatur agar

tindakan manusia tidak sampai merugikan orang lain atau

sebaliknya agar manusia berbuat baik bagi kehidupan orang

lain. Moral merupakan sebuah gambaran yang berhubungan

dengan pertimbangan putusan moral yang dilakukan seseorang

(Handoyo, 2010:82). Sehingga moral adalah tata aturan norma-

norma yang bersifat abstrak yang mengatur kehidupan manusia

untuk melakukan perbuatan tertentu dan sebagai pengendali

yang mengatur manusia untuk menjadi manusia yang baik.

2) Obyek Moral

Daroeso (1986: 25) menjelaskan bahwa sebelum

melakukan perbuatan, manusia menentukan sendiri apa yang

akan dikerjakan. Ia telah menentukan sikap, mana yang harus

dilaksanakan, mana yang tidak boleh dilaksanakan. Sikap ini

ditentukan oleh kehendak yang merupakan sikap batin

manusia. Perbuatan yang akan dilakukan merupakan obyek

yang ada dalam suara hati manusia. Dalam diri manusia

terdapat dua suara, yaitu:

a) Suara hati yang mengarah ke kebaikan;

b) Suara was-was yang mengajak ke keburukan.

Page 33: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

17

Suara batin menjadi alat untuk menahan agar manusia

tidak melakukan perbuatan yang tidak baik. Sehingga obyek

moral adalah tingkah laku manusia, perbuatan manusia,

tindakan manusia, baik secara individual maupun secara

kelompok. Dalam melakukan perbuatan tersebut manusia

didorong oleh tiga unsur, yaitu:

a) Kehendak, yaitu pendorong pada jiwa manusia yang

memberi alasan pada manusia untuk melakukan

perbuatan;

b) Perwujudan dari kehendak yang berbentuk cara

melakukan perbuatan dalam segala situasi kondisi;

c) Perbuatan tersebut dilakukan dengan sadar dan kesadaran

inilah yang memberikan corak dan warna perbuatan

tersebut.

3) Perkembangan Moral

Manusia sejak lahir mempunyai potensi moral yang

merupakan peralatan hidup sebagai makhluk sosial. Potensi

moral tersebut tumbuh dan berkembang dalam hubungan

pergaulan dengan sesama manusia, alam dan masyarakatnya.

Akhirnya terbentuklah kesadaran moral dengan melalui tahap-

tahap perkembangan. Berikut ini, tahapan perkembangan

moral menurut para ahli (Daroeso 1986:29-36):

Page 34: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

18

a) Teori perkembangan moral menurut Nouman J. Bull

Pada dasarnya anak lahir tanpa satu bentuk

kesadaran. Anak kecil dapat dikatakan belum memiliki

peranan moral. Ia belum dapat membedakan mana yang baik

dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang

salah. Perasaan moral yang dimiliki kemudian sebenarnya

datang dari masyarakat dimulai dari lingkungan keluarga

sampai lingkungan yang luas.

Nouman J. Bull (dalam Daroeso 1986:29)

menyimpulkan 4 tahap perkembangan moral yaitu:

(1) Anomi (without law);

(2) Heteronomi (law imposed by others);

(3) Sosionomi (law driving from sosiety);

(4) Autonomi (law driving from self).

Dengan tahap anomi, anak belum memiliki persoalan

moral dan belum ada perasaan untuk menaati peraturan-

peraturan yag ada. Tahap heteronomi, pada tahap ini

moralitas terbentuk karena pengaruh luar. Pada heteronomi

ini peraturan dipaksakan oleh orang lain, dengan

pengawasan, kekuatan atau paksaan, karena itulah peraturan

tersebut di atas. Tahap sosionomi, adalah suatu kenyataan

adanya kerjasama antar individu, menjadi individu yang

sadar bahwa dirinya merupakan anggota kelompok. Tahap

autonomi merupakan tahapan perkembangan pertimbangan

moral yang paling tinggi. Pembentukan moral pada individu

Page 35: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

19

bersumber pada diri individu sendiri, termasuk di dalamnya

pengawasan tingkah laku moral individu tersebut. Istilah

moral secara sepenuhnya baru tepat digunakan dalam tahap

autonomi ini.

b) Teori perkembangan moral menurut John Dewey dan

Lawrence Kohlberg

Dewey (dalam Daroeso 1986:32-36) membagi tiga

tingkatan perkembangan moral yang didasarkan pada

perkembangan kognitif. Berikut ini tiga tahap perkembangan

moral menurut John Dewey.

(1) Tingkat pre-moral atau pre-konvensional

Pada tahap ini tingkah laku atau perbuatan seseorang

dimotivasi oleh dorongan sosial dan biologis.

(2) Tingkat tingkah laku konvensional

Pada tahap ini individu menerima ukuran-ukuran yang

terdapat dalam kelompoknya dengan berefleksi secara

kritis pada tingkat rendah.

(3) Autonomi

Pada tahap ini tingkah laku atau perbuatan dibimbing oleh

pikiran atau pertimbangan individu sendiri. Apakah

ukuran-ukuran yang berasal dari kelompoknya dapat

diterima begitu saja oleh kelompok lain.

Setelah tiga tahap perkembangan moral yang dirintis

oleh John Dewey, Lawrence Kohlberg juga mengemukakan

tahap perkembangan moral menjadi tiga berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan yang akan membedakan

kematangan moral orang dewasa dengan seorang anak, yaitu:

Page 36: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

20

(1) Tingkat moralitas prakonvensional

Pada tahap ini, anak peka terhadap aturan-aturan yang

memiliki latar belakang budaya dan terhadap penilaian

baik dan buruk, benar dan salah. Tetapi dalam

menafsirkan tanda baik atau buruk, benar atau salah,

dipandang dari sudut, akibat fisik suatu tindakan atau

dari sudut ada tidaknya kekuasaan fisik dari orang-orang

yang mengeluarkan aturan-aturan dan atau yang

memberi penilaian baik-buruk itu. Dalam tingkatan ini

dibagi menjadi dua tahap yaitu:

(a) Tahap orientasi kepada hukuman dan kepatuhan

Yang menentukan baik dan buruknya suatu tindakan

adalah akibat fisik yang akan diperoleh seseorang,

bila seseorang tidak mematuhi peraturan.

Menghindari hukuman dan tunduk pada kekuasaan,

adalah nilai baginya. Sehingga, bukan karena rasa

hormat pada peraturan moral yang didukung oleh

hukuman dan otoritas.

(b) Tahap orientasi relativis instrumental

Pada tahap ini baik buruknya tindakan, apabila

tindakan itu memberi kepuasan pada diri sendiri atau

kadang-kadang terhadap orang lain. Dalam

hubungan dengan orang lain, ada prinsip timbal

balik dimengerti secara fisis dan pragmatis. Di sini,

tidak ada prinsip loyal hormat.

Jadi, tingkat moralitas prakonvensional perilaku anak

tunduk pada kendali eksternal. Dalam tahap pertama ini anak

berorientasi pada kepatuhan dan hukuman, dan moralitas

suatu tindakan pada akibat fisiknya. Sedangkan tahap kedua

tingkat ini, anak penyesuaian terhadap harapan sosial untuk

memperoleh penghargaan.

(2) Tingkat moralitas konvensional

Pada tingkat ini, memenuhi usaha-usaha untuk

mempertahankan harapan keluarga, kelompok atau

bangsa, dipandang sebagai sesuatu yang bernilai bagi

dirinya sendiri tanpa melihat akibat langsung dan nyata.

Di sini, sikap yang ada bukan hanya akan menyesuaikan

diri dengan harapan-harapan orang tertentu atau dengan

ketertiban sosial, tetapi suatu sikap ingin loyal, ingin

Page 37: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

21

menjaga, menunjang dan memberi yustifikasi, ketertiban

itu dan sikap menghubungkan diri dengan individu-

individu atau kelompok didalamnya. Tingkatan ini dibagi

menjadi dua tahap, yaitu:

(a) Tahap orientasi masuk ke kelompok “anak baik” dan

“anak manis”.

Pada tahap ini, tingkah laku dikatakan baik apabila

menyenangkan atau dapat membantu orang lain dan

mendapat persetujuan orang lain itu. Tingkah laku

tersebut dinilai menurut kadarnya “Dia bermaksud

baik” dan kemudian orang berusaha agar lingkungan

menerima dengan sikap “manis”.

(b) Tahap orientasi hukum dan ketertiban

Pada tahap ini, tingkah laku yang baik berupa

melakukan kewajiban dan penghargaan terhadap

penguasa dan ikut serta memelihara ketertiban

sosial. Dalam tahap ini orientasinya pada penguasa,

peraturan-peraturan yang ada dan pemeliharaan

ketertiban sosial.

Jadi, tingkat moralitas konvensional perilaku anak

menyesuaikan dengan peraturan untuk mendapat persetujuan

orang lain dan untuk mempertahankan hubungan mereka.

Sedangkan, tahap kedua tingkat ini anak yakin bahwa

kelompok sosial menerima peraturan yang sesuai bagi

seluruh anggota kelompok, mereka harus berbuat sesuai

dengan peraturan yang sesuai dengan peraturan itu agar

terhindar dari kecaman dan ketidaksetujuan sosial.

(3) Tingkat moralitas pasca konvensional

Pada tingkat ini, untuk menetapkan nilai-nilai dan

prinsip-prinsip moral yang memiliki kesasihan.

Penetapan terlepas dari: satu: penguasa kelompok atau

orang yang memegang prinsip-prinsip, dua: apakah

individu yang bersangkutan masuk dalam kelmpok atau

tidak. Tingkatan ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu:

Page 38: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

22

(a) Tahap orientasi pada konsensus sosial yang sah

menurut hukum

Pada tahap ini, memiliki kecenderungan, suatu

tindakan baik dan bernar dilihat dari segi hak-hak

individu dan norma-norma yang telah dikaji dari

seluruh masyarakat. Di sini telah ada kesadaran,

bahwa nilai dan pendapat pribadi itu relatif, karena

itu perlu ada perbuatan yang mengatur untuk

mencapai kata sepakat.

(b) Tahap orientasi pada etika universal

Pada tahap ini, suatu kebaikan atau kebenaran

didasarkan pada suara hati, sesuai dengan prinsip-

prinsip etika yang dipilih sendiri yang menunjukkan

sifat komprehensif, umum dan konsisten. Prinsip-

prinsip bersifat abstrak dan ethis (susila) dan bukan

peraturan moral yang konkrit seperti perintah Tuhan.

Didalamnya terkandung makna, prinsip umum,

keadilan, azas timbal balik persamaan hak dan

penghargaan terhadap manusia sebagai manusia

pribadi.

Jadi, tingkat moralitas pasca konvensional anak harus

ada keluwesan dalam keyakinan-keyakinan moral yang

memungkinkan modifikasi dan perubahan standar moral.

Sedangkan, tahap kedua tingkat ini, orang menyesuaikan

dengan standar sosial dan cita-cita internal terutama untuk

menghindari rasa tidak puas dengan diri sendiri dan bukan

untuk menghindari kencaman sosial.

4) Fungsi Moral

Moral dapat dipelajari oleh siapa saja karena sifatnya

yang praktis, normatif dan fungsional sehingga mudah bagi

siapa saja untuk mempelajarinya. Praktis dalam artian mudah,

perbuatan dilakukan karena adanya sikap meniru hal-hal yang

baik. Normatif dalam arti sesuai dengan norma atau

Page 39: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

23

kaidah/aturan yang berlaku dalam masyarakat. Fungsional

dalam arti sesuai dengan fungsinya, yaitu agar manusia

bertindak/berperilaku sesuai dengan semestinya yang berlaku

dalam masyarakat.

Moral memegang fungsi maupun peranan penting

dalam kehidupan manusia. Diantaranya ialah sebagai landasan

dan patokan bertindak bagi setiap orang dalam kehidupan

sehari-hari ditengan-tengah kehidupan sosial kemasyarakatan

maupun dalam lingkungan keluarga dan yang terpenting moral

berada dalam batin dan atau pikiran setiap insan sebagai fungsi

kontrol untuk penyeimbang bagi pikiran negatif yang akan

direalisasikan, meningkatkan manusia untuk melakukan

kebaikan demi diri sendiri dan sesama sebagai bagian

masyarakat, menarik perhatian pada permasalahan moral yang

kurang ditanggapi serta dapat menjadi penarik perhatian

manusia pada gejala pembinasaan emosional.

Seseorang dikatakan bermoral, bilamana orang tersebut

bertingkah laku sesuai dengan norma-norma yang terdapat

dalam masyarakat, baik apakah itu norma agama, norma

hukum, norma kesusilaan dan norma kesopanan (Anisah,

2007:39).

Page 40: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

24

5) Sumber Moral

Hati nurani merupakan kesadaran moral yang timbul

dan tumbuh dalam hati manusia. Dalam hati manusia, sebelum

ia bertindak atau berbuat sesuatu, ia sudah mempunyai suatu

kesadaran atau pengetahuan umum bahwa ada yang baik dan

ada yang buruk. Setiap orang memiliki kesadaran moral

walaupun berbeda-beda kadar kesadarannya. Secara sempit

hati nurani merupakan penerapan kesadaran moral tersebut

dalam suatu situasi konkret, yang menilai suatu tindakan

manusia atas baik buruknya.

Saat menjelang suatu tindakan etis, saat itu kata hati

akan mengatakan perbuatan tersebut baik atau buruk. Jika

perbuatan tersebut baik, kata hati muncul sebagai suara yang

menyuruh, tetapi jika perbuatan itu buruk ia muncul sebagai

suara yang melarang. Sementara suatu tindakan dijalankan kata

hati masih tetap berbicara, menyuruh, melarang. Untuk

perbuatan yang baik, hati nurani akan memuji sehingga orang

merasa bangga dan bahagia. Akan tetapi, untuk perbuatan

buruk, hati nurani akan mencela sehingga orang merasa

gelisah, malu, menyesal, dan putus asa.

Page 41: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

25

Terdapat 3 tata nilai utama yang dijadikan sumber

moral dalam kehidupan manusia menurut Runtuwene (2007:4)

yaitu:

a) Nilai Agama

Nilai agama dalam arti khusus adalah nilai yang

bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa, diturunkan sebagai

wahyu melalui para Nabi/Rasul. Hal ini berdasarkan

pengertian bahwa hakikat agama bukanlah kebudayaan,

sebab agama bukanlah ciptaan manusia, melainkan wahyu

Tuhan. Karena sifat nilai agama adalah mutlak, dalam artian

kebenaran agama bersifat imami dan mutlak. Hal ini berbeda

dengan sifat nilai ilmu pengetahuan yang rasional dan nisbi.

Berdasarkan pokok pikiran di atas, maka ketaqwaan

kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan perwujudan nilai

agama dan menjadi sumber pengamalan nilai-nilai agama

yang lain. Seseorang yang bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa selalu berupaya melakukan semua perintah-Nya

dan menjauhi atau meninggalkan larangan-Nya. Seseorang

yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, maka

perilakunya tercermin pada penampilan semua aspek nilai.

Dalam hubungan ini dapat dikemukakan bahwa butir-butir

(nilai-nilai) dalam Pancasila yang berjumlah 36 butir pada

dasarnya sesuai dengan nilai-nilai agama. Sebagai contoh

Page 42: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

26

misalnya sikap tidak memaksakan suatu agama dan

kepercayaan kepada orang lain (butir 4 sila I). Hal ini sesuai

dengan firman Tuhan yang menyatakan bahwa “Tidak ada

paksaan untuk memeluk/memasuki agama (Islam),

sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dari pada jalan

yang sesat”. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama

manusia, tenggang rasa, dan tidak semena-mena terhadap

orang lain (butir 2, 3, 4, sila II). Hal ini sesuai dengan

perintah Tuhan untuk jangan sekali-kali membenci kepada

sesama (sesuatu kaum) sehingga mendorong untuk berlaku

tidak adil (tidak semena-mena). Berlakulah adil, karena adil

itu lebih dekat kepada taqwa. Mengembangkan rasa cinta

tanah air dan Bangsa (butir 3 sila III). Tuhan pun

mengajarkan bahwa sesungguhnya Tuhan menciptakan

manusia laki-laki dan perempuan dan menjadikannnya

berbangsa-bangsa supaya saling mengenal. Sesungguhnya

orang yang paling mulia di sisi Tuhan ialah orang yang

paling bertaqwa.

b) Nilai Filsafat

Perenungan dan pemikiran manusia untuk menjawab

rahasia dan hakikat sesuatu, melahirkan nilai filsafat. Nilai

filsafat ini diyakini kebenarannya, karena belum atau tidak

adanya jawaban dan kesimpulan lain. Manusia makin sadar

Page 43: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

27

akan kedudukan dirinya didalam masyarakat, negara, budaya,

alam, dan dihadapan Tuhan. Manusia sadar akan kedudukan,

hak dan kewajibannya dalam rangka kebersamaan dengan

sesama (masyarakat, negara, dunia), dengan alam dan sumber

daya alam, dan dengan kehidupan dibalik dunia ini dihadapan

Tuhan Yang Maha Pencipta dan Maha Kuasa, Tuhan Yang

Maha Esa.

Tumbuhnya nilai filsafat adalah perwujudan kebutuhan

rohani manusia yang selalu mendesak terjawabnya rahasia

dan hakikat sesuatu. Jawaban ini demi ketenangan batin yang

berpengaruh bagi kelesatarian hidupnya. Nilai-nilai filsafat

berkembang sepanjang sejarah budaya manusia, karena

perenungan ini berasal dari potensi daya cipta dan daya pikir

manusia.

Nilai filsafat sebagai perwujudan akal-budi mencakup

segala sesuatu dalam alam dan fikiran manusia. Filsafat

merupakan perwujudan martabat luhur manusia. Manusia

dapat menghayati antar hubungan dengan dirinya, alam dan

budaya, bahkan dengan bermacam bentuk dan jenis nilai

dalam kenyataan dan kesadarannya.

Manusia dalam wawasan filsafat adalah subjek dalam

kerangka antar hubungan dengan sesama dan dengan alam,

dengan budaya dan sebagai tatanan kemasyarakatan, dan

Page 44: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

28

dengan Tuhan serta alam sesudah dunia ini (alam metafisika).

Filsafat sebagai wujud hikmat kebijaksanaan manusia,

kemudian dilengkapi dan ditingkatkan ketinggiannya dengan

nilai agama.

c) Nilai Budaya

Nilai budaya adalah nilai yang abstrak yang berupa

paduan dari budaya sebagai sistem nilai, sistem sosial, dan

karya manusia. Hubungan ketiganya adalah hubungan

sibernetik, sehingga wujud kebudayaan tersebut menjadi

keseluruhan dari ketiganya. Dalam kehidupan manusia, nilai-

nilai budaya selain menjadi sumber tata kelakuaan atau tata-

kehidupannya, juga berperan sebagai pedoman, pandangan,

kebenaran atas nilai-nilai yang dikembangkan dalam

kehidupan manusia.

Kehidupan manusia dapat dibedakan menurut tujuannya,

yaitu melakukan sesuatu atas dasar bahwa manusia itu

sekedar menjalankan suratan takdir. Manusia tidak dapat

menolaknya kecuali berusaha mengubahnya menurut kodrat.

Sebaliknya manusia sadar akan keberadaannya ditengah alam

ciptaan Tuhan, berusaha untuk menguasainya dan

membudayakannya.

Nilai budaya selalu berkembang, dan bersifat nisbi.

Kebenaran nilai budaya dipengaruhi oleh penyikapan

Page 45: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

29

manusia dan tantangan yang dihadapinya. Oleh karena itu

nilai budaya selalu berada dalam bingkai hubungan waktu

dan tempat. Nilai budaya lahir dan berkembang dalam

konteks masyarakat pendukungnya. Oleh karena itu

keberadaan nilai budaya itu berkembang bukan menurut

hukum alam, tetapi menurut apa adanya pelesatarian dari

pendukungnya.

b. Pancasila

1) Pengertian Pancasila

Istilah “Pancasila” menjadi nama resmi Dasar Filsafat

Negara, dahulunya mempunyai proses perkembangan, baik

ditinjau dari segi bahasa maupun sejarahnya, dari segi

penulisan maupun penggunaannya. Oleh karena itu, istilah

“Pancasila” akan dibicarakan secara etimologis, historis, dan

terminologis (Bakry, 2010:13-19).

a) Secara Etimologis

Ismaun (dalam Bakry 2010:14) menjelaskan bahwa

secara etimologis atau menurut bahasanya “Pancasila” berasal

dari bahasa India, yakni bahasa Sansekerta, bahasa kasta

Brahmana, sedangkan bahasa rakyat jelata ialah Prakerta.

Yamin menjelaskan, dalam bahasa Sansekerta

perkataan Pancasila ada dua macam arti, yaitu:

Panca : artinya “lima”;

Page 46: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

30

Syila : dengan huruf i biasa (huruf i pendek),

artinya “batu sendi”, “alas” atau “dasar”;

Syiila : dengan huruf i panjang, artinya “peraturan

tingkah laku yang baik”. Kata “syiila”

dalam bahasa Indonesia menjadi “susila”,

artinya “tingkah laku yang baik”.

Dengan uraian di atas maka perkataan “Panca-Syila”

dengan huruf i satu (biasa) berarti “berbatu sendi yang lima”,

“berdasar yang lima” atau “lima dasar”. Sedangkan “Panca-

Syiila” dengan huruf Dewanagari, dengan huruf i dua

(panjang) berarti “lima aturan tingkah laku yang penting”.

b) Secara Historis

Secara historis istilah “Pancasila” mula-mula

dipergunakan oleh masyarakat India yang memeluk agama

Budha, Pancasila berarti “lima-aturan” atau “Five Moral

Principles” yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh para

penganut biasa (awam) agama Budha, yang dalam bahasa

aslinya, yaitu bahasa Pali “Panca-Sila”, yang berisi lima

larangan atau lima pantangan yang bunyinya menurut

encyclopedia atau kamus Buddhisme adalah sebagai berikut:

(1) Panatipa veramani sikkhapadam samadiyani. Artinya:

Janganlah mencabut nyawa setiap yang hidup:

maksudnya dilarang membunuh;

Page 47: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

31

(2) Adinnadana veramani sikkhapadam samadiyani. Artinya:

Janganlah mengambil barang yang tidak diberikan:

maksudnya dilarang mencuri;

(3) Kameshu micchacara veramani sikkhapadam samadiyani.

Artinya: Janganlah berhubungan kelamin yang tidak sah

dengan perempuan: maksudnya dilarang berzina;

(4) Musawada veramani sikkhapadam samadiyami. Artinya:

Janganlah berkata palsu. Maksudnya dilarang berdusta;

(5) Sura-meraya-majja-pamadatthana veramani sikkhapadam

samadiyani. Artinya: Janganlah minum minuman yang

menghilangkan pikiran: maksudnya dilarang minum

minuman keras.

Pancasila berarti lima aturan tingkah laku yang baik,

atau lima aturan moral. Perkembangan selanjutnya istilah

“Pancasila” masuk dalam khazanah kesusasteraan Jawa Kuno

pada zaman Majapahit di bawah raja Hayam Wuruk dan patih

Gajah Mada. Istilah “Pancasila” terdapat dalam buku keropak

Negara-kertagama, yang berupa syair pujian ditulis oleh

pujangga istana bernama Empu Prapanca selesai pada tahun

1365, yakni didalam sarga 53 bait ke 2 yang berbunyi sebagai

berikut:

“Yatnanggegwani pancasyila kertasangskarabhisekaka

krama”.

Page 48: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

32

Artinya: (Raja) menjalankan dengan setia kelima

pantangan (Pancasila) itu begitu pula upacara-upacara ibadat

dan penobatan-penobatan.

Selain terdapat dalam buku Negarakertagama yang

masih dalam zaman Majapahit istilah “Pancasila” juga terdapat

dalam buku Sutasoma karangan Empu Tantular. Dalam buku

Sutasoma istilah Pancasila di samping mempunyai arti

“berbatu sendi yang lima” (dari bahasa Sansekerta) juga

mempunyai arti “pelaksanaan kesusilaan yang lima” (Panca

Krama), yaitu:

Tidak boleh melakukan kekerasan;

Tidak boleh mencuri;

Tidak boleh berjiwa dengki;

Tidak boleh berbohong;

Tidak boleh mabuk minuman keras.

Demikianlah perkembangan istilah “Pancasila”, dari

bahasa Sansekerta menjadi bahasa Jawa Kuno yang artinya

tetap sama terdapat pada zaman Majapahit. Oleh karena itu

zaman Majapahit hidup berdampingan secara damai

kepercayaan tradisi agama Hindu Syiwa dan agama Budha

Mahayana dan campuran Tantrayana. Sedangan Empu

Prapanca sendiri kemudian juga menjabat “Dharmadyaksa ring

Kasogatan”, yaitu Penghulu/Kepala Urusan Agama Budha.

Page 49: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

33

Sesudah Majapahit runtuh dan Islam tersebar ke

seluruh Indonesia, sisa-sisa dari pengaruh ajaran Moral Budha

yaitu Pancasila, masih terdapat juga dikenal dalam masyarakat

Jawa sebagai lima larangan (pantangan, wewaler, pamali),

disebut dengan singkatan “Ma-Lima”, lima larangan, dimulai

dengan awal kata “Ma”. Lima larangan tersebut adalah:

Mateni : artinya membunuh;

Maling : artinya mencuri;

Madon : artinya berzina;

Madat : artinya menghisap candu;

Main : artinya berjudi.

Lima larangan moral atau "Ma-Lima" ini dalam

masyarakat Jawa masih dikenal dan masih juga menjadi

pedoman moral, tetapi namanya bukan Pancasila, tetapi tetap

"Ma-Lima".

c) Secara Terminologis

Secara terminologis atau berdasarkan isi istilahnya

yang digunakan di Indonesia, dimulai sejak sidang Badan

Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia,

tanggal 1 Juni 1945. Istilah “Pancasila” dipergunakan oleh

Bung Karno untuk memberi nama pada lima dasar atau lima

prinsip negara Indonesia merdeka yang diusulkannya.

Page 50: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

34

Sedangkan istilah tersebut, menurut Bung Karno sendiri adalah

dibisikkan dari temannya seorang ahli bahasa.

Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia merdeka dan

keesokan harinya tanggal 18 Agustus 1945 disahkanlah

Undang-Undang Dasar 1945 yang sebelumnya masih

merupakan Rancangan Hukum Dasar serta dalam

Pembukaannya memuat rumusan lima dasar Negara Republik

Indonesia yang diberi nama Pancasila. Sejak saat itulah istilah

“Pancasila” secara resmi atau secara formal masuk ke dalam

bahasa Indonesia walaupun didalam Pembukaan UUD 1945

tidak disebutkan nama Pancasila. Pancasila dalam Pembukaan

ini sebagai dasar negara, oleh karena itu istilah “Pancasila”

artinya “Lima-Dasar”, yang dimaksud ialah: “Satu dasar

negara yang terdiri atas lima unsur yang menjadi satu

kesatuan Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia” yang

isinya sebagaimana tertera dalam alinea keempat bagian akhir

Pembukaan UUD 1945.

Pancasila dalam bahasa Indonesia dan secara yuridis

yang dimaksudkannya adalah:

Ketuhanan Yang Maha Esa;

Kemanusiaan yang adil dan beradab;

Persatuan Indonesia;

Page 51: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

35

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan dala permusyawaratan/perwakilan;

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2) Kedudukan dan Fungsi Pancasila

Pancasila pada hakikatnya dibedakan atas dua

kelompok penghayatan dalam kehidupan, yaitu secara material

dan formal. Secara material Pancasila merupakan filsafat hidup

bangsa yang dapat dihayati sebagai jiwa bangsa, kepribadian

bangsa, sarana tujuan hidup bangsa, pandangan hidup bangsa,

dan pedoman hidup bangsa. Secara formal Pancasila

merupakan dasar negara, yaitu sebagai sumber dari segala

sumber hukum negara Indonesia dan juga sebagai perjanjian

luhur bangsa Indonesia dalam bernegara (Bakry, 2010:114).

a) Pancasila sebagai Pandangan Hidup dan Dasar Negara

(1) Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa

Fungsi pokok Pancasila sebagai pandangan hidup

bangsa menurut Nurdiman, (2007:6) adalah sebagai pandangan

hidup, pedoman hidup, dan petunjuk arah bagi semua kegiatan

hidup dan penghidupan bangsa Indonesia dalam berbagai

aspek kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia. Hal ini

berarti semua sikap dan perilaku setiap manusia Indonesia

harus dijiwai dan merupakan pancaran pengamalan sila-sila

Pancasila.

Page 52: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

36

Hakikat Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa

Indonesia adalah semua sila dalam Pancasila merupakan

pencerminan atau gambaran dari sikap dan cara pandang

manusia Indonesia terhadap keagamaan (Ketuhanan Yang

Maha Esa), terhadap sesama manusia (Kemanusiaan yang adil

dan beradab), terhadap bangsa dan negaranya (Persatuan

Indonesia), terhadap pemerintahan demokrasi (Kerakyatan

yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan) dan terhadap kepentingan

bersama (Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia).

Sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila berperan

dalam hal sebagai berikut (Rifai, 2007:2):

(a) Menjadikan negara dan bangsa Indonesia berdiri tegak dan

sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia serta kuat

dalam menghadapi segala ancaman yang datang dari

dalam dan luar negeri;

(b) Menjadi petunjuk bagi bangsa Indonesia untuk

mewujudkan cita-cita nasional;

(c) Memberikan semangat dan seluruh kekuatan untuk

membangun bangsa;

(d) Sebagai filter menyaring segala pengaruh yang masuk ke

negara Indonesia.

Page 53: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

37

(2) Pancasila sebagai Dasar Negara

Nurdiman, (2007:7-9) menjabarkan bahwa Pancasila

dalam kedudukannya sering disebut sebagai dasar filsafat atau

dasar falsafah negara, hal ini menunjukan bahwa Pancasila

digunakan sebagai norma dalam mengatur pemerintahan

negara dan penyelenggaraan negara. Dengan kata lain,

Pancasila merupakan suatu dasar untuk mengatur

penyelenggaraan negara, terutama segala perundang-undangan

termasuk proses reformasi dalam segala bidang dewasa ini,

dijabarkan dari nilai-nilai Pancasila. Oleh karena itu, Pancasila

merupakan sumber hukum dasar nasional. Dalam hal ini,

Pancasila merupakan sumber hukum dasar negara yang

konstitusional mengatur Negara Republik Indonesia beserta

seluruh unsur-unsurnya, yaitu rakyat, wilayah, serta

pemerintahan negara.

Pancasila sebagai dasar negara merupakan suatu asas

kerohanian yang meliputi suasana kebatinan atau cita-cita

hukum sehingga merupakan suatu sumber nilai norma serta

kaidah, baik moral maupun hukum negara, dan hukum dasar,

baik yang tertulis (Undang-Undang Dasar) maupun yang tidak

tertulis (konvensi). Dalam kedudukannya sebagai dasar negara,

Pancasila memiliki kekuatan mengikat secara hukum. Oleh

karena itu, Pancasila sebagai dasar negara memiliki arti

Page 54: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

38

penting dalam mengatur pemerintahan negara. Artinya, seluruh

pelaksanaan dan penyelenggaraan negara terutama peraturan

perundang-undangan merupakan penjabaran dari nilai-nilai

Pancasila. Dengan demikian, dasar negara juga merupakan

penjabaran nilai-nilai filosofis suatu bangsa. Nilai-nilai

filosofis tersebut, diantaranya musyawarah mufakat, percaya

terhadap Tuhan Yang Maha Esa, persamaan derajat, dan rela

berkorban.

Pancasila sebagai sumber hukum atau sebagai sumber

tertib hukum Indonesia tercantum dalam ketentuan tertinggi,

yaitu Pembukaan UUD 1945. Kemudian, dijabarkan lebih

lanjut dalam pokok-pokok pikiran yang meliputi suasana

kebatinan dari UUD 1945 yaitu hal-hal yang menjiwai proses

penyusunan UUD 1945 serta hukum positif lainnya.

Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara tersebut dapat

diuraikan sebagai berikut:

(a) Pancasila sebagai dasar negara merupakan sumber tertib

hukum Indonesia yang dimanifestasikan lebih lanjut ke

dalam empat pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 1945;

(b) Meliputi suasana kebatinan dari Undang-Undang Dasar

1945, yaitu hal-hal yang menjiwai pada waktu proses

penyusunan Undang-Undang Dasar 1945. Artinya nilai-

nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan

Page 55: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

39

keadilan tercermin dalam pasal-pasal Undang-Undang

Dasar 1945;

(c) Mewujudkan cita-cita hukum dari hukum dasar negara

(baik hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis);

(d) Mengandung norma yang mengharuskan Undang-Undang

Dasar mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan

lain-lain penyelenggara negara (termasuk penyelenggara

partai dan golongan fungsional) memegang teguh cita-cita

moral rakyat yang luhur. Hal ini sebagaimana tercantum

dalam pokok pikiran keempat yang berbunyi sebagai

berikut: “..... Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang

Maha Esa, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan

beradab”;

(e) Merupakan sumber semangat bagi Undang-Undang Dasar

1945, bagi penyelenggara negara dan para pelaksana

pemerintahan. Hal ini dapat dipahami karena penting bagi

pelaksanaan atau penyelenggaraan negara. Oleh karena

itu, masyarakat dan negara Indonesia senantiasa tumbuh

dan berkembang seiring dengan perkembangan zaman dan

dinamika masyarakat. Dengan semangat yang bersumber

pada asas kerohanian negara sebagai pandangan hidup

bangsa, dinamika masyarakat dan negara akan tetap

diliputi dan diarahkan asas kerohanian negara.

Page 56: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

40

Dasar formal kedudukan Pancasila sebagai dasar negara

Republik Indonesia tersimpul dalam Pembukaan UUD 1945

alinea keempat yang bunyinya sebagai berikut:

“... maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan

Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan

negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat, dengan

berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan

yang adil dan beradab, persatuan Indonesia,

kerakyatan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu

keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.

Pengertian kata “... dengan berdasar kepada .....” hal ini

secara yuridis memiliki makna sebagai dasar negara. Meskipun

dalam kalimat terakhir Pembukaan UUD 1945 tidak

tercamtum kata “Pancasila” secara tersurat, akan tetapi anak

kalimat “... dengan berdasar kepada .....” ini memiliki makna

dasar negara Pancasila. Hal ini didasarkan atas sejarah

sebagaimana ditentukan oleh BPUPKI bahwa dasar negera

Indonesia tersebut disebut dengan istilah Pancasila.

b) Pancasila Sebagai Moral Bangsa dan Moral Negara

(1) Pancasila Sebagai Moral Bangsa

Sebagai moral bangsa, Pancasila mewajibkan setiap anak

bangsa untuk:

Page 57: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

41

(a) Mengakui dan memuliakan Tuhan Yang Maha Esa;

(b) Mengakui dan memperlakukan semua dan setiap orang

tanpa membedakan suku, agama, etnis, ras, keturunan dan

jenis kelamin;

(c) Menjunjung tinggi dan mencintai tanah air, bangsa dan

negara serta memperjuangkan kepentingannya;

(d) Ikut aktif dalam kehidupan politik dan pemerintahan

negara;

(e) Memberikan sumbangan yang wajar kepada negara demi

terwujudnya kesejahteraan umum lahir batin (Gea,

2005:78).

(2) Pancasila Sebagai Moral Negara

Sebagai moral negara, Pancasila mewajibkan negara

untuk:

(a) Menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk beragama

dan beribadat menurut agama dan kepercayaan serta

memajukan toleransi dan kerukunan antar sesama umat

beragama;

(b) Mengakui dan memperlakukan semua dan setiap orang

sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaannya;

(c) Membela, mengembangkan dan menghayati Indonesia

sebagai satu negara nasional;

Page 58: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

42

(d) Mengakui kedaulatan di tangan rakyat dan mengusahakan

agar rakyat melaksanakan kedaulatannya;

(e) Wajib mengikutsertakan seluruh rakyat dalam kehidupan

sosial ekonomi serta membagi beban dan hasil bersama

kepada semua warga negara (Gea, 2005:77).

c. Moral Pancasila

1) Pengertian Moral Pancasila

Daroeso (1986:89) menjelaskan bahwa moral berasal

dari kata mores yang artinya ialah mengungkapkan dapat atau

tidaknya sesuatu perbuatan diterima oleh sesamanya dalam

hidup bermasyarakat. Dapat diterima atau tidaknya suatu

perbuatan tersebut, menyiratkan adanya nilai-nilai tertentu

yang dipakai sebagai pengukur. Nilai-nilai yang dapat diterima

dan diakui bersama mengatur tata cara saling berhubungan

menjadi suatu kebiasaan yang bersangkutan. Mores

mengandung prinsip dan nilai/norma.

Manusia pada hakekatnya adalah etis, mempunyai

potensi untuk menjadi manusia yang bermoral, potensi untuk

hidup penuh dengan nilai/norma. Potensi tersebut harus

dikembangkan, agar dapat berkembang harus ada bantuan

orang dewasa (orang tua, pendidik/guru, pemimpin). Hidup

bermoral dalam konsepsi bangsa Indonesia berintikan norma-

Page 59: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

43

norma yang supra alami, norma-norma transendental, yaitu

iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Lillie (dalam Budiningsih 2008:24), menjelaskan kata

moral berasal dari kata mores (bahasa Latin) yang berarti tata

cara dalam kehidupan atau adat-istiadat. Selanjutnya Dewey

(dalam Budiningsih 2008:24) mengatakan bahwa moral

sebagai hal-hal yang berhubungan dengan nilai-nilai susila.

Dalam moral diatur segala perbuatan yang dinilai baik dan

perlu dihindari. Moral berkaitan dengan kemampuan untuk

membedakan antara perbuatan yang benar dan yang salah.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kata moral selalu

mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia,

sehingga bidang moral adalah bidang kehidupan manusia

dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia dan moral

merupakan kendali dalam bertingkah laku.

Yamin menegaskan, Pancasila memiliki dua macam

arti, yaitu Panca artinya lima, Syila dengan (i) biasa (pendek)

artinya sendi, alas, atau dasar, Syiila dengan (i) panjang artinya

peraturan tingkah laku yang penting, baik, dan senonoh. Kata

sila dalam bahasa Indonesia menjadi susila artinya tingkah

laku (Abdulkarim, 2008:8).

Pancasila sebagai filsafat negara dan pandangan hidup

bangsa Indonesia mempunyai dua aspek, yaitu:

Page 60: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

44

a) Berisikan ajaran-ajaran yang berupa pengetahuan verbal

atau pengetahuan teoretis dan mengandung unsur-unsur

historis, sosiologis, antropologis, ekonomis, politis, dan

kultural serta norma-norma kehidupan;

b) Berisikan norma-norma kehidupan baik immanen maupun

yang transedental dan menjadi pedoman untuk hakekatnya

imperatif bagi setiap warga negara untuk

diinternalisasikan, bersifat universal dan partikular.

Pancasila sebagai pandangan hidup, memperlihatkan

dan mewajibkan terbinanya relasi normatif antar dan sesama

manusia (sesama warga negara Indonesia), dan serempak

dengan itu terbinanya relasi insan Tuhan, karena manusia tidak

dapat menyembunyikan dirinya dari pengamatan dan

kekuasaan Tuhan Yang Maha Kuasa. Pancasila sebagai ajaran

yang berisikan pengetahuan verbal mungkin dapat perlu dan

harus diajarkan untuk diketahui, dipahami dan diserapi.

Pengamalan sila-sila Pancasila oleh setiap warga

negara Indonesia karenanya haruslah melalui jalur pendidikan

di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat. Ketiga sistem

lingkungan ini saling berhubugan dan saling memengaruhi

serta sifat saling ketergantungan.

Penetapan Pancasila sebagai dasar falsafah negara

berarti bahwa moral bangsa telah menjadi moral negara, yaitu

Page 61: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

45

moral yang mengikat negara berarti moral Pancasila telah

menjadi sumber tertib negara dan sumber tertib hukumnya

serta jiwa seluruh kegiatan negara dalam segala bidang

kehidupannya.

Pancasila dalam arti formalnya meliputi:

a) Pancasila adalah moral

Menurut arti etimologis Pancasila adalah suatu kesatuan

asas-asas budi pekerti atau moral. Pancasila berasal dari

bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua kata, yaitu panca

(lima) dan sila (asas) atau kewajiban moral.

Menurut arti sebenarnya Pancasila adalah moral terdiri

atas lima norma moral, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa,

Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab, Persatuan

Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat

Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan Dan

Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

b) Pancasila adalah moral bangsa Indonesia

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa yang telah

disahkan sebagai dasar negara merupakan kesatuan utuh

nilai-nilai budi pekerti atau moral. Oleh karena itu

pancasila dapat disebut sebagai moral bangsa Indonesia.

Bangsa Indonesia telah menegara dalam NKRI, dengan

Page 62: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

46

demikian Pancasila juga merupakan moral negara, yaitu

moral yang berlaku bagi negara Indonesia.

c) Pancasila sebagai moral perorangan

Pancasila pertama-tama adalah moral individu atau

perorangan, moral yang mengikat kita masing-masing

terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Ketuhanan Yang Maha

Esa), terhadap sesama manusia (kemanusiaan yang adil

dan beradab), terhadap tanah air, nusa dan bangsa

(kebangsaan atau nasionalisme), terhadap negara dalam

bidang politik dan pemerintahan (kerakyatan) dan

terhadap negara dalam bidang sosial dan ekonomi

(keadilan sosial).

d) Pancasila menjadi dasar negara berarti moral Pancasila

menjadi moral negara

Sebagai konsekuensinya negara tunduk kepada moral,

tidak boleh melanggar, wajib mengamalkannya dan

memajukan pengamalannya oleh rakyat. Moral menjadi

norma tindakan-tindakan negara dan dituangkan dalam

perundang-undangan.

Pancasila sebagai moral bangsa Indonesia dalam arti

materiilnya, yaitu Pancasila merupakan pandangan hidup

bangsa dan dasar falsafah negara pada hakikatnya adalah suatu

kesatuan bulat asas-asas budi pekerti atau moral. Moral

Page 63: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

47

Pancasila mengatur seluruh kehidupan negara dan harus

dilaksanakan dalam segala bidangnya. Pancasila sebagai moral

perorangan. Mengatur sikap dan tingkah laku orang masing-

masing terhadap Tuhan Yang Maha Esa (sila pertama),

terhadap sesama manusia dimanapun dia berada (sila kedua),

terhadap tanah air (sila ketiga), terhadap negara Indonesia

dalam bidang politik dan pemerintahan (sila keempat),

terhadap negara Indonesia dalam bidang ekonomi dan sosial

(sila kelima). Pancasila sebagai moral negara. Mengatur (sila

pertama) kewajiban negara terhadap Tuhan Yang Maha Esa

(sila kedua) kewajiban negara terhadap semua orang dan

semua negara serta bangsa lain (sila ketiga) kewajiban negara

terhadap Indonesia sebagai kesatuan politik, ekonomi, sosial

budaya dan hankam (sila keempat) kewajiban negara dalam

bidang politik dan pemerintahan (sila kelima) kewajiban

negara terhadap semua warganya dalam bidang ekonomi,

sosial, budaya (Arwulan, 2010:29). Dengan demikian moral

Pancasila adalah himpunan aturan bagi seluruh umat dalam

hubungannya dengan Tuhan maupun sesamanya agar tercipta

keselarasan dalam berbagai aspek kehidupan.

2) Sumber Moral Pancasila

Daroeso (1986:78-79), dalam bukunya menjelaskan

bahwa moral Pancasila bersumber pada Pancasila, maka perlu

Page 64: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

48

diketahui terlebih dahulu adanya hubungan kausalitas antara

moral dengan Pancasila. Untuk memperoleh pengertian itu

diperlukan pengertian tentang rumus isi dari sila-sila Pancasila

yang merupakan perwujudan langsung, untuk menjelaskan

pengertian moral Pancasila. Dengan berdasar kepada rumus isi

sila-sila Pancasila yang kefilsafatan akan sekaligus diketahui

adanya rumus moral Pancasila.

Adapun rumus isi arti sila Pancasila yang kefilsafatan

menurut Daroeso (1986:78-79) adalah sebagai berikut:

a) Sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa, ialah kesesuaian

sifat dan keadaan dengan hakekat Tuhan: sebab pertama

dari segala sesuatu (causa prima), yang selamanya ada

atau abadi, yang hanya ada satu yang merupakan asal mula

dan merupakan tujuan dari segala sesuatu;

b) Sila kedua: Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab, ialah

kesesuaian sifat dan keadaan dengan hakekat manusia

sebagai makhluk bersusun majemuk, sarwa tunggal

(monopluralis), bertubuh – berjiwa, berakal – rasa –

kehendak, bersifat perseorangan – makhluk sosial,

berkedudukan sebagai pribadi bebas dan sebagai makhluk

Tuhan;

c) Sila ketiga: Persatuan Indonesia, ialah kesesuaian sifat dan

keadaan dengan hakekat satu yaitu mutlak tidak terbagi

merupakan diri pribadi dengan ciri-ciri atau sifat-sifat khas

tersendiri;

d) Sila keempat: Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat

Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan, ialah

kesesuaian sifat dan keadaan dengan hakekat rakyat, yaitu

keseluruhan warga dalam lingkungan daerah tertentu atau

negara yang didalamnya terkandung hak dan kewajiban

asasi kemanusiaan dari setiap warga sebagai perseorangan

yang merupakan penjelmaan hakekat manusia;

e) Sila kelima: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat

Indonesia, ialah kesesuaian sifat dan keadaan dengan

hakekat adil, yaitu dipenuhi sebagai sifat wajib segala

sesuatu yang dalam hidup kemanusiaan merupakan hak

(dimana wajib lebih diutamakan dari pada hak).

Page 65: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

49

Lebih lanjut untuk menemukan rumus moral Pancasila

maka rumus isi arti Pancasila yang kefilsafatan tersebut

dijabarkan menjadi rumus yang subyektif, yaitu sifat

kesesuaian dan kelayakan manusia Indonesia dengan sila-sila

Pancasila. Rumus subyektif atau rumus moral Pancasila

kefilsafatan tersebut adalah sebagai berikut:

a) Hakekat manusia ialah untuk memiliki sifat dan keadaan

yang berperi Ketuhanan Yang Maha Esa;

b) Hakekat manusia ialah untuk memiliki sifat dan keadaan

yang berperi kemanusiaan, peri keadailan dan peri

keadaban;

c) Hakekat manusia ialah untuk memiliki sifat dan keadaan

yang berperi kesatuan dan peri kebangsaan;

d) Hakekat manusia ialah untuk memiliki sifat dan keadaan

yang berperi kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan;

e) Hakekat manusia ialah untuk memiliki sifat dan keadaan

yang berperi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Rumus moral Pancasila tersebut secara terperinci

berpangkal dari sila Kemanusiaan yang adil dan beradab.

Rumus isi arti sila kedua Pancasila yang obyektif kefilsafatan

tersebut di atas ialah kesesuaian sifat dan keadaan dengan

hakekat manusia sebagai makhluk bersusun majemuk (mono-

pluralis) terdiri dari unsur-unsur jiwa, raga, akal, rasa karsa

(kehendak), sifat perseorangan dan sifat makhluk individu,

kedudukan sebagai makhluk Tuhan dan sebagai makhluk

pribadi bebas. Karena bawaan manusia yang bersusun

majemuk tunggal, maka timbullah norma-norma tingkah laku

bagi manusia Indonesia. Tingkah laku manusia Indonesia

Page 66: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

50

karena bawaannya mempunyai tujuan hidup. Tujuan hidup

tersebut ialah:

a) Tujuan hidup jasmaniah, rohaniah dan religius dalam

kesatuan yang harmonis untuk kesejahteraan dan

kebahagiaan dunia;

b) Tujuan hidup yang keduniaan tersebut dalam rangka

mencapai tujuan hidup yang abadi, yaitu kebahagiaan

yang sempurna;

Kebahagiaan yang sempurna merupakan inti dari tujuan-

tujuan hidup keduniaan.

Agar tujuan hidup tersebut tidak bertentangan, maka

dalam setiap tingkah laku manusia harus mendasarkan diri

kepada norma-norma sebagai berikut:

a) Atas dasar keputusan akal yang tertuju pada kenyataan

kebenaran;

b) Sesuai dengan pertimbangan rasa yang tertuju kepada

keindahan kejiwaan (keadilan);

c) Didorong oleh kehendak yang tertuju kepada kebaikan;

d) Memelihara kerjasama akal, rasa dan kehendak yang

tertuju kenyataan mutlak yang berpedoman kepada wahyu

Tuhan.

Keadaan adanya nilai-nilai hidup kemanusiaan dan nilai

hidup religius serta kesadaran untuk melaksanakannya dalam

Page 67: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

51

kehidupan nyata akan menjadi landasan manusia untuk

bertingkah laku baik, bermoral. Suatu bentuk tingkah laku

yang menggambarkan adanya kesadaran untuk mengamalkan

nilai hidup religius dan nilai-nilai hidup kemanusiaan, termuat

dalam istilah “tepa-sarira”. Tepa sarira mempunyai makna

didik diri, yaitu untuk menganggap dan memperlakukan orang

lain, seperti menganggap dan memperlakukan diri sendiri.

3) Fungsi Moral Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa

dan Bernegara

Bakry (2010:120-124) dalam bukunya menjelaskan

bahwa Pancasila jika diselidiki secara mendalam akan dapat

diketahui bahwa pada hakikatnya Pancasila adalah suatu

kesatuan bulat asas-asas budi pekerti atau tabiat yang baik

berdasarkan kodrat manusia, yang dapat disebut moral

Pancasila, untuk membedakan dari lain-lain moral. Dengan

demikian penetapan Pancasila sebagai dasar filsafat negara

berarti juga moral Pancasila yakni moral bangsa Indonesia

menjadi moral negara Republik Indonesia, yaitu moral yang

mengikat negara, selanjutnya hal tersebut berarti juga bahwa

moral Pancasila telah menjadi sumber tertib negara dan sumber

tertib hukumnya, serta jiwa seluruh kegiatan negara dalam

segala bidang kehidupannya.

Jika dalam ideologi negara yang ditekankan adalah sila

kelima dengan menyatakan cita-cita yang ingin dicapai sebagai

Page 68: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

52

titik yang ingin dituju oleh negara, maka moral negara yang

ditekankan adalah sila pertama dan sila kedua untuk

memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan cita-cita

moral rakyat yang luhur. Negara Indonesia yang dibangun atas

dasar moral, sebagai konsekuensinya harus tunduk kepada

moral dan wajib membela dan melaksanakannya.

Lima asas moral Pancasila yang berupa ketuhanan,

kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, keadilan, yang

merupakan satu kesatuan, bukan semata-mata moral bangsa

Indonesia, melainkan moral yang mengikat seluruh umat

manusia, dan oleh sebab itu disebut moral universal. Adapun

moral Pancasila sebagaimana yang tercantum dalam

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah moral

kolektif, hanya khusus moral bangsa dan negara Indonesia.

Lima asas moral tersebut berakar pada kedudukan kodrat

manusia sebagai makhluk Tuhan dan manusia berpribadi

sendiri, oleh sebab itu inheren dalam eksistensi manusia

sebagai manusia. Dengan mempelajari kodrat manusia tersebut

dapat ditemukan kelima sila sebagai pedoman untuk bertindak

baik dalam hidup bermasyarakat maupun bernegara. Sesuai

dengan dalil bahwa segala sesuatu harus bertindak selaras

dengan kodrat rasional, mengikuti perintah Tuhan dan akal

budinya, mematuhi asas-asas moral sebagai pedoman bagi

Page 69: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

53

tindakan-tindakannya. Manusia mempunyai kemampuan untuk

mengenal kodratnya dan norma-norma yang harus ditaatinya

untuk mencapai tujuan eksistensinya sebagai manusia, yaitu

kesempurnaan dan kesejahteraan lahir batin selengkap

mungkin. Norma-norma moral itu dijabarkan dari firman-

firman Tuhan dan hati nurani manusia yang kedua-duanya

saling melengkapi, oleh sebab itu dengan tepat disebut moral

religi dan moral kodrati.

Norma-norma moral di atas sebagai norma moral

Pancasila yang terutama harus menjadi pedoman kehidupan

kenegaraan untuk mengatur hidup bersama, baik individu

maupun sosialnya. Moral Pancasila mewujudkan cita-cita

moral dan cita-cita hukum yang menjiwai dan harus

dituangkan dalam perundang-undangan terutama Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia, untuk mewujudkan

kesejahteraan bersama.

Moral Pancasila mengatasi semua golongan dan benar-

benar bersifat nasional. Asas-asas alam Pancasila adalah asas-

asas moral yang memang relevan sebagai dasar negara. Moral

Pancasila ditetapkan sebagai dasar negara karena memiliki dua

alasan pokok, pertama harus bersifat umum sehingga dapat

diterima oleh semua pihak, kedua karena Pancasila sebagai

jiwa bangsa yang dituangkan dalam jiwa negara. Sehingga

Page 70: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

54

dapat dikatakan, bahwa moral Pancasila adalah lima asas

moral yang ditetapkan menjadi dasar Negara Republik

Indonesia.

Moral Pancasila menjadi pembimbing dalam membuat

Undang-Undang yang mengatur kehidupan negara,

menetapkan lembaga-lembaga negara dan tugas mereka

masing-masing, hak-hak dan kedudukan warga negara,

hubungan antara warga negara dan negara dan sebaliknya. Hal

ini tidaklah berarti bahwa seluruh moral harus dituangkan

dalam Undang-Undang. Tidak semua moral harus ataupun

dapat dijadikan norma yuridis, antara lain karena Pancasila

mencakup sila kemanusiaan yang adil dan beradab, yang pada

intinya mewajibkan negara untuk menghormati martabat dan

hak-hak asasi manusia, termasuk kebebasan-kebebasannya.

Norma moral dapat ditetapkan menjadi norma hukum positif

sejauh norma tersebut mengatur tindakan-tindakan lahiriah

yang menyangkut orang lain, sedang soal-soal batin adalah di

luar kompetensi dan jangkauan negara serta hukumnya. Dalam

hubungan ini dapat dikatakan, bahwa dalam bidang kehidupan

batin hanya berlaku norma-norma moral, sedangkan dalam

bidang kehidupan lahiriah yang menyangkut hak-hak orang

lain dapat dan harus berlaku pula norma-norma hukum sebagai

pelaksanaan dan pengukuhan norma-norma moral tersebut.

Page 71: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

55

Larangan membunuh orang tak bersalah misalnya dalah

pertama-tama suatu norma moral, tetapi karena menyangkut

tindakan lahirian yang melanggar hak asasi orang lain atas

hidup, maka wajib ditetapkan menjadi larangan yuridis dan

dikukuhkan dengan sanksi-sanksi hukum. Demikian pula

halnya dengan sila-sila Pancasila. Negara wajib mengamankan

dan melaksanakannya, tetapi tidak dapat menetapkan semua

kewajiban moral yang mengalir dari sila-sila itu menjadi

kewajian yuridis. Dalam hal ini kekuasaan negara terbatas

pada kewajiban-kewajiban moral yang mengatur tindakan-

tindakan lahiriah yang menyangkut hak-hak orang lain.

Misalnya negara dapat menghukum orang yang memeras atau

menindas orang lain, tetapi tidak dapat menjatuhkan hukuman

atas seseorang yang ingin memeras orang lain karena berbagai

faktor tidak jadi melakukannya, atau seseorang yang tidak

bersembahyang (shalat), sekalipun sembahyang adalah suatu

kewajiban yang mengalir dari sila Ketuhanan Yang Maha Esa.

Dalam moral Pancasila, negara juga berkepentingan

dengan melaksanakan Pancasila sebagai moral seseorang.

Karena semakin baik warga negara mengamalkan Pancasila

atas keyakinannya sendiri, semakin terjamin pula pelaksanaan

Pancasila yang dituangkan dalam perundang-undangannya.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka negara dapat sampai

Page 72: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

56

batas-batas tertentu juga wajib ikut membina atau memajukan

hidup susila rakyat dengan memberikan anjuran serta

bimbingan dan menciptakan suasana yang menunjang sehingga

moral atau budi pekerti yang luhur dapat dijalankan dengan

mudah dan merdeka.

2. Pembentukan Moral Pancasila

a. Pengertian Pembentukan Moral Pancasila

Pembentukan adalah suatu proses, cara, perbuatan untuk

membentuk sesuatu sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Pembentukan di sini juga dapat diartikan sebagai suatu usaha

yang dilakukan secara sengaja untuk membentuk individu dalam

dimensi pribadi dan dimensi sosialnya sehingga tercipta

keselarasan dan keseimbangan dalam hidup bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara.

Moral berasal dari bahasa Latin “mos”, yang berarti tata-

cara, adat istiadat atau kebiasaan. (Elizabeth B. Hurlock dalam

Prasetyaningsih 2009:15) mengungkapkan bahwa yang dimaksud

dengan moral adalah tata cara, kebiasaan, dan adat dimana dalam

perilaku dikendalikan oleh konsep-konsep moral yang memuat

peraturan yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu

budaya dan yang menentukan dalam perilaku yang diharapkan

oleh seluruh anggota kelompok. Moral berkaitan dengan

Page 73: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

57

kemampuan untuk membedakan antara perbuatan yang benar dan

yang salah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kata moral

selalu mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia,

sehingga bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat

dari segi kebaikannya sebagai manusia dan moral merupakan

kendali dalam bertingkah laku. Sedangkan Pancasila adalah suatu

kesatuan asas-asas budi pekerti atau moral, yang sekiranya dapat

disebut moral bangsa Indonesia atau moral Pancasila untuk

membedakannya dari moral-moral lain.

Jadi pembentukan moral Pancasila merupakan proses yang

dilakukan seseorang dalam upaya menanamkan nilai-nilai yang

menimbulkan suatu perilaku yang dikendalikan oleh konsep-

konsep moral yang menjadi kebiasaan bagi suatu budaya dan

menentukan dalam perilaku yang diharapkan. Pembentukan moral

ditujukan untuk memagari manusia dari melakukan perbuatan

yang buruk yang tidak sesuai dengan norma-norma yang ada baik

itu dalam bermasyarakat, berbangsa, maupun bernegara. Negara

Indonesia dengan berbagai macam masalah yang mendera

didalamnya ibarat sebuah “piring yang sudah kotor”, yang apabila

piring itu digunakan tanpa dibersihkan terlebih dahulu maka akan

mengotori tangan pengguna berikutnya. Jadi diperlukan adanya

treatment atau perlakuan khusus pada generasi muda sebagai

calon penerus pemerintahan, pemegang tongkat estafet kekuasaan

Page 74: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

58

dan pengelola negara agar mereka tidak turut melakukan hal-hal

negatif yang justru akan menimbulkan derita dan krisis

berkepanjangan bagi rakyat Indonesia. Perlakuan khusus tersebut

dapat berupa pembentukan moral Pancasila.

Pembentukan moral generasi muda sejak dini dengan cara

memperkenalkan mereka terhadap ideologi Pancasila dan

pengaplikasiannya secara nyata merupakan hal mendesak yang

harus segera dilaksanakan. Diperlukan andil pemerintah dan

seluruh rakyat Indonesia dalam proses pelaksanaanya. Pancasila

dengan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya menjadi

basis atau bahan utama dari pembentukan moral yang merupakan

alat untuk membentuk keperibadian luhur dan moral bangsa

Indonesia.

Pembentukan moral Pancasila dapat dilakukan di

lingkungan keluarga lingkungan sekolah dan lingkungan

masyarakat. Ketiga sistem lingkungan ini saling berhubungan dan

memengaruhi serta sifat saling ketergantungan (Daroeso,

1986:46). Pembentukan moral Pancasila pada anak salah satunya

dapat dilakukan melalui pembelajaran di Madrasah Diniyah.

Dengan terbentuknya moral Pancasila pada anak melalui

pembelajaran di Madrasah Diniyah, diharapkan anak akan

mempunyai sikap dan tingkah laku sesuai dan layak dengan sila-

sila Pancasila.

Page 75: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

59

Dalam pembinaan anak menjadi manusia Indonesia

seutuhnya perlu memperhatikan hal-hal antara lain:

1) Bahwa hakekatnya kodrat manusia yang terdiri dari jiwa

(akal, rasa dan kehendak) dan raga (unsur binatang, individu

dan benda mati);

2) Bahwa sifat kodrat manusia itulah makhluk sosial, dan;

3) Bahwa kedudukan kodrat manusia ialah Makhluk Tuhan

Yang Maha Esa.

Adapun indikator manusia yang bermoral adalah:

1) Personal improvement; yaitu individu yang mempunyai

kepribadian yang teguh terhadap aturan yang diinternalisasi

dalam dirinya. Dengan demikian, ia tidak mudah goyah

dengan pengaruh lingkungan sosial yang dianggapnya tidak

sesuai dengan aturan yang diinternalisasi tersebut. Ciri

kepribadian tersebut secara kontemporer diistilahkan sebagai

integritas. Individu yang mempunyai integritas yang tinggi

terhadap nilai dan aturan yang dia junjung tidak akan

melakukan tindakan amoral. Sebagai contoh, individu yang

menjunjung tinggi nilai agamanya tidak akan terpengaruh

oleh lingkungan sosial untuk mencontek, manipulasi dan

korupsi.

2) Social skill; yaitu mempunyai kepekaan sosial yang tinggi

sehingga mampu mengutamakan kepentingan orang lain. Hal

Page 76: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

60

ini ditunjukkan dengan hubungan sosialnya yang harmonis.

Setiap nilai atau aturan universal tentunya akan mengarahkan

manusia untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain.

Contohnya, individu yang religius pasti akan berbuat baik

untuk orang lain atau mengutamakan kepentingan ummat.

3) Comprehensive problem solving; yaitu sejauh mana individu

dapat mengatasi konflik dilematis antara pengaruh

lingkungan sosial yang tidak sesuai dengan nilai atau aturan

dengan integritas pribadinya terhadap nilai atau aturan

tersebut. Dalam arti, individu mempunyai pemahaman

terhadap tindakan orang lain (perspektif lain) yang

menyimpang tetapi individu tersebut tetap mendasarkan

keputusan/sikap/tindakannya kepada nilai atau aturan yang

telah diinternalisasikan dalam dirinya. Sebagai contoh,

seorang anak didik yang tidak mau mengikuti teman-

temannya mencontek saat tidak diawasi oleh pengajar karena

ia tetap menjunjung tinggi nilai atau aturan yang berlaku

(kejujuran). Meskipun sebenarnya ia mampu memahami

penyebab perilaku teman-temannya yang mencontek.

Keluwesan dalam berfikir dan memahami inilah dibutuhkan

untuk menilai suatu perbuatan tersebut benar atau salah.

Page 77: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

61

b. Model Pembinaan Moral Pancasila

Secara teoretis keberhasilan proses pembentukan moral

Pancasila antara lain dipengaruhi oleh ketetapan seseorang

pengajar dalam memilih dan mengaplikasikan metode pembinaan

moral Pancasila.

Apabila kegiatan belajar mengajar digolongkan dan diberi

istilah tertentu, maka akan dikemukakan berbagai jenis metode

penyajian atau cara belajar mengajar yang dapat dikelompokkan

sebagai berikut (Daroeso, 1986:137):

1) Metode Klasikal, meliputi:

a) Metode ceramah;

b) Metode tanya jawab;

c) Metode diskusi dan panel.

2) Metode Permainan Peran, meliputi:

a) Metode bermain;

b) Metode sandiwara;

c) Metode simulasi;

d) Metode sosiodrama dan psikodrama.

3) Metode Perorangan, meliputi:

a) Metode proyek perorangan;

b) Mempelajari perpustakaan;

c) Menyusun kertas kerja.

Page 78: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

62

4) Metode gabungan, meliputi:

a) Metode seminar;

b) Metode tim (Team teaching);

c) Metode kerja kelompok;

d) Metode pengajaran unit (Unit teaching);

e) Metode kelompok.

Suparno dkk (dalam Arwulan, 2010:37) mengemukakan

model penyampaian pembelajaran moral ada 4, yaitu:

1) Model sebagai mata pelajaran sendiri

Dalam model ini diperlukan garis besar program pengajaran

(GBPP), satuan pembelajaran, metodelogi, dan evaluasi

pembelajaran tersendiri dan harus masuk dalam kurikulum

jadwal terstruktur. Kelebihan model ini ialah lebih terfokus

memiliki rencana yang matang untuk menstruktur

pembelajaran dan mengukur hasil belajar peserta didik.

Model ini akan memberikan kesempatan yang lebih luas

kepada guru bidang studi lain tidak turut terlibat dan

bertanggungjawab. Dengan model ini ada kecenderungan

pembelajaran moral hanya diberikan sebatas pengetahuan

kognitif semata;

2) Model terintegrasi dalam semua bidang studi

Dalam model ini semua guru adalah pengajar moral tanpa

kecuali. Kelebihan model ini ialah semua guru ikut

bertnggungjawab, dan pembelajaran tidak selalu bersifat

informatif-kognitif melainkan bersifat terapan pada tiap

bidang studi. Kelemahannya, jika terjadi perbedaan persepsi

tentang nilai moral antara guru maka justru akan

membingungkan siswa;

3) Model di luar pengajaran

Pembelajaran moral dengan model di luar pengajaran, dapat

dilakukan melalui kegiatan-kegiatan di luar pengajaran dan

persekolahan. Model ini lebih mengutamakan pengolahan

dan penanaman moral melalui suatu kegiatan untuk

membahas dan mengupas nilai-nilai hidup. Anak mendalami

nilai-nilai moral melalui pengalaman-pengalaman konkrit,

sehingga nilai-nilai moral tertanam dan terhayati dalam

hidupnya. Pembelajaran moral model demikian harus

Page 79: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

63

diselenggarakan secara rutin, agar memperoleh hasil yang

optimal;

4) Model gabungan

Pembelajaran moral yang dilakukan dengan menggunakan

model gabungan antara model terintegrasi dengan model di

luar pengajaran memerlukan kerja sama yang baik antar guru

sebagai im pengajar dengan pihak-pihak luar yang terkait.

Kelebihan model ini, semua guru terlibat dan secara bersama-

sama dapat dan harus belajar dengan pihak luar untuk

mengembangkan diri siswanya. Kelemahannya, model ini

menuntut keterlibatan banyak pihak, memerlukan banyak

waktu untuk koordinasi, banyak biaya, dan diperlukan

komitmen bersama antara guru-guru dan pengelola sekolah

juga orang tua, agar pembelajaran sesuai dengan karakteristik

siswa dan kondisi sekolah.

Zubaidi (dalam Anisah, 2007:42) menjelaskan bahwa

proses pembentukan moral yang dianggap cocok diterapkan untuk

anak-anak adalah model pembelajaran yang didasarkan pada

interaksi sosial (model interaksi) dan berdasarkan pada prinsip-

prinsip:

1) Dari mudah ke sukar;

2) Dari sederhana ke rumit;

3) Dari yang bersifat konkrit ke abstrak;

4) Menekankan pada lingkungan yang paling dekat dengan anak

sampai pada lingkungan masyarakat yang lebih luas.

Evektivitas proses pembinaan moral Pancasila sangat

dipengaruhi oleh ketetapan yang dipilih oleh guru-guru dalam

mengajarkannya, menurut Zubaidi (dalam Anisah, 2007:42)

terdapat 7 pendekatan yang dapat digunakan seorang guru dalam

mengajarkan moral Pancasila, yaitu:

Page 80: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

64

1) Evacation

Pendekatan yang memberikan kesempatan dan keleluasaan

kepada peserta didik untuk secara bebas mengekspresikan

respon afektifnya terhadap stimulus yang diterimanya;

2) Inculcation

Pendekatan agar peserta didik menerima stimulus yang

diarahkan menuju kondisi siap;

3) Moral Reasoning

Pendekatan agar terjadi transaksi intelektual taksonomik

tinggi dalam mencari pemecahan suatu masalah;

4) Value Analysis

Pendekatan agar peserta didik dirangsang untuk melakukan

analisis nilai moral;

5) Moral Awarensess

Pendekatan agar peserta didik menerima stimulus dan

dibangkitkan kesadarannya akan nilai tertentu;

6) Commitment Approach

Pendekatan agar peserta didik sejak awal diajak menyepakati

adanya suatu pola pikir dalam proses pendidikan;

7) Union Approach

Pendekatan agar peserta didik diarahkan untuk melakukan

secara riil moral Pancasila dalam proses pendidikan.

Page 81: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

65

Suparka (dalam Anisah, 2007:43) menjelaskan terdapat 5

pendekatan moral Pancasila, yaitu:

1) Pendekatan Penanaman Nilai

Suatu pendekatan yang memberikan penekanan pada

penanaman nilai-nilai sosial dalam peserta didik;

2) Pendekatan Perkembangan Kognitif

Suatu pendekatan yang memberikan penekanan pada aspek

kognitif dan perkembanggannya, pendekatan ini mendorong

peserta didik untuk berfikir aktif tentang masalah-masalah

moral dan dalam membuat keputusan-keputusan moral;

3) Pendekatan Analisis Nilai

Pendekatan analisis nilai ini memberikan penekanan pada

perkembangan kemampuan peserta didik untuk berfikir logis

dengan cara menganalisis masalah yang berhubugan dengan

nilai-nilai sosial, ada dua tujuan utama moral Pancasila

menurut pendekatan ini, yaitu:

a) Membantu peserta didik untuk menggunakan

kemampuan berfikir dan penemuan ilmiah dalam

menganalisis masalah-masalah sosial yang berhubungan

dengan moral tertentu;

b) Membantu peserta didik untuk menggunakan proses

berfikir rasional dan analitik dan menghubung-

Page 82: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

66

hubungkan dan merumuskan konsep-konsep tentang

moral.

4) Pendekatan Klarifikasi Nilai

Pendekatan ini lebih memberi penekanan pada usaha

membantu peserta didik dalam mengkaji perasaan dan

perbuatannya sendiri untuk meningkatkan kesadaran mereka

tentang nilai-nilai mereka sendiri;

5) Pendekatan Pembelajaran Berbuat

Pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach)

memberi penekanan pada usaha memberikan kesempatan

kepada peserta didik untuk melakukan perbuatan-perbuatan

moral baik secara perseorangan maupun secara bersama-

sama dalam suatu kelompok.

3. Anak

a. Pengertian Anak

Undang-Undang Perlindungan Anak (UU RI Nomor 23

Tahun 2002) Pasal 1 menegaskan bahwa yang disebut anak adalah

seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak masih

dalam kandungan. Sehingga dapat dinamakan anak tersebut berada

di batas usia bawah (minimal usia 0 tahun termasuk anak dalam

kandungan) sampai dengan batas usia atas (maksimal 18 tahun).

Adapun hak dan kewajiban anak adalah setiap anak berhak untuk

Page 83: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

67

beribadah menurut agamanya, berpikir dan berekspresi sesuai

dengan tingkat kecerdasan dan usianya, dalam bimbingan orang

tua. Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran

dalam rangka pribadinya dan tingkat kecerdasan sesuai denga

minat dan bakatnya.

Dalam UU Perlindungan Anak (UU RI No 23 Tahun 2002)

pada pasal 19 disebutkan bahwa setiap anak berkewajiban untuk:

1) Menghormati orang tua, wali, dan guru;

2) Mencintai keluarga, masyarakat dan menyayangi teman;

3) Mencintai tanah air, bangsa dan negara;

4) Menunaikan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya;

5) Melaksanakan etika dan akhlak mulia.

b. Tahap Perkembangan Anak dan Karakteristik

Dalam upaya membimbing atau mendidik anak/remaja,

agar mereka dapat mengembangkan potensi dirinya seoptimal

mungkin, maka bagi para pendidik, orang tua atau siapa saja yang

berkepentingan dalam pendidikan anak, perlu dan dianjurkan

untuk memahami perkembangan anak. Berikut merupakan tabel

fase perkembangan individu.

Tabel 1. Fase-fase perkembangan individu

No. Tahap perkembangan Usia

1. Masa usia pra sekolah 0,0-6,0

2. Masa usia sekolah dasar 6,0-12,0

3. Masa usia sekolah menengah 12,0-18,0

4. Masa usia mahasiswa 18,0-25,0

Sumber: Yusuf (2009:23).

Page 84: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

68

1) Masa Usia Pra Sekolah

Pada masa usia pra sekolah ini dirinci menjadi dua masa,

yaitu masa vital dan masa estetik.

a) Masa Vital

Pada masa ini, individu menggunakan fungsi-fungsi biologis

untuk menemukan berbagai hal dalam dunianya, misalnya

pada tahun pertama individu sebagai masa oral (mulut)

sedangkan pada ahun kedua individu telah belajar berjalan.

b) Masa Estetik

Masa ini dianggap sebagai masa perkembangan rasa

keindahan. Estetik di sini dalam arti bahwa perkembangan

anak yang utamanya adalah fungsi panca inderanya. Kegiatan

eksploitasi dan belajar anak terutama menggunakan panca

inderanya.

Masa ini merupakan masa yang sangat penting karena

pada masa ini merupakan dasar perkembangan praktis dan

pertumbuhan fisik lebih lanjut. Karakteristik pada masa ini antara

lain:

a) Masa anak yang masih memerlukan uluran tangan dari orang

tua, kasih sayang, serta membutuhkan rasa aman;

b) Masa permulaan pertumbuhan fisik dan perkembangan

psikis;

c) Perkembangan psikis dimulai dari pengamatan dan

pengenalan lingkungan sekitarnya bersama dengan mulai

berfungsinya panca indera;

d) Rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap hal banyak.

Anak cenderung banyak memperhatikan, membicarakan, dan

mempertanyakan berbagai hal yang sempat dilihat dan

didengarnya, terutama terhadap hal-hal baru;

e) Mengenal norma-norma.

2) Masa Usia Sekolah Dasar

a) Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar, kira-kira 6-7 tahun

sampai 9-10 tahun. Beberapa sifat anak-anak pada masa ini:

(1) Adanya hubungan positif yang tinggi antara keadaan

jasmani dengan prestasi (apabila jasmaninya sehat

banyak prestasi yang diperoleh);

Page 85: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

69

(2) Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan

yang tradisional;

(3) Adanya kecenderungan memuji diri sendiri (menyebut

nama sendiri);

(4) Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak yang

lain;

(5) Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal

itu dianggap tidak penting;

(6) Pada masa ini (terutama usia 6,0-8,0 tahun) anak

menghendaki nilai (angka rapor yang baik, tanpa

mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi

nilai baik atau tidak) (Yusuf, 2009:24-25).

b) Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar, kira-kira umur 9,0-

10,0 sampai 12,0-13,0 tahun. Beberapa sifat khas anak-anak

pada masa ini:

(1) Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari

yang konkret, hal ini menimbulkan adanya

kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-

pekerjaan yang praktis;

(2) Amat realitas, ingin mengetahui, ingin belajar;

(3) Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal

dan mata pelajaran khusus, yang oleh para ahli yang

mengikuti teori faktor ditafsirkan sebagai mulai

menonjolkan faktor-faktor (bakat-bakat khusus);

(4) Sampai kira-kira umur 11,0 tahun anak membutuhkan

guru atau orang-orang dewasa lainnya untuk

menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya;

(5) Pada masa ini, anak memandang nilai (angka rapor)

sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolah;

(6) Anak-anak pada usia ini gemar membentuk kelompok

sebaya biasanya untuk dapat bermain bersama (Yusuf,

2009:25).

3) Masa Usia Sekolah Menengah

Masa usia sekolah menengah bertepatan dengan masa

remaja. Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik

perhatian karena sifat-sifat khasnya dan peranannya yang

menentukan dalam kehidupan individu alam masyarakat orang

dewasa. Masa ini diperinci lagi menjadi tiga masa:

Page 86: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

70

a) Masa Praremaja (Remaja Awal)

Masa praremaja biasanya hanya berlangsung dalam waktu

relatif singkat. Masa ini ditandai dengan sifat-sifat negatif

pada si remaja sehingga seringkali masa ini disebut masa

negatif dengan gejalanya seperti tidak tenang, kurang suka

bekerja, pesimistik, dan sebagainya. Secara garis besar sifat-

sifat negatife tersebut dapat diringkas yaitu a) sifat-sifat

negatife dalam prestasi, baik prestasi jasmani maupun

mental; dan b) negatife dalam sikap sosial, baik dalam bentuk

menarik diri dalam masyarakat (negatife positif) maupun

dalam bentuk agresif terhadap masyarakat (negatife aktif);

b) Masa Remaja (Remaja Madya)

Pada masa ini mulai tumbuh dalam diri remaja dorongan

untuk hidup, kebutuhan akan adanya teman yang dapat turut

merasakan suka dan dukanya. Pada masa ini, sebagai masa

mencari sesuatu yang dapat dipandang bernilai, pantas

dijunjung tinggi dan dipuja-puja sehingga masa ini disebut

masa merindu puja (mendewa-dewakan), yaitu sebagai gejala

remaja;

c) Masa Remaja Akhir

Setelah remaja dapat menentukan pendirian hidupnya, pada

dasarnya telah tercapailah masa remaja akhir dan telah

terpenuhilah tugas-tugas perkembangan masa remaja, yaitu

menemukan pendirian hidup dan masuklah individu ke dalam

masa dewasa (Yusuf, 2009:26-27).

Masa praremaja atau remaja awal merupakan kelanjutan

dari masa sekolah dasar. Masa praremaja adalah masa yang

sangat penting karena merupakan proses peralihan dari masa anak

ke masa remaja. Dianggap penting karena secara cepat terlihat

adanya perubahan dari segi fisik dan segi mental bagi wanita dan

pria adalah perbedaan secara fisik.

Masa remaja akhir merupakan masa kesempurnaan dari

masa remaja awal. Jadi, dari sudut fisik maupun psikis, maka

keadaannya sudah lebih matang dari keadaan masa sebelumnya.

Pertumbuhan fisik sudah tampak sempurna, sedangkan keadaan

Page 87: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

71

perkembangan jiwanya sudah relatif stabil. Pada masa ini ada

perbedaan ciri-ciri khas antara remaja pria dan wanita.

Masa remaja biasanya ditandai dengan pengambilan

keputusan serta berfikir kritis. Usia remaja merupakan masa

berkembangnya kemampuan mengambil keputusan, seperti dalam

memilih teman, dan memilih sekolah lanjut. Berfikir kritis

biasanya diperlukan remaja dalam kehidupan sehari-hari

diantaranya menyadari adanya masalah mengatasi masalah

sampai mengambil keputusan.

Karakteristk pria pada masa usia sekolah menengah antara

lain:

(1) Ditandai perubahan fisik pada remaja pria;

(2) Aktif dan cenderung memberi perlindungan;

(3) Minat tertuju kepada hal-hal yang bersifat intelektual, abstrak

dan formal;

(4) Berusaha untuk memutuskan sendiri dan ikut berbicara;

(5) Aktif menerima pribadi pujaanya.

Karakteristik wanita pada masa ini antara lain:

(1) Ditandai perubahan fisik pada remaja wanita;

(2) Pasif dan cenderung untuk menerima perlindungan;

(3) Minat tertuju pada hal-hal yang bersifat emosional, konkrit

dan pribadi;

(4) Berusaha mengikuti dan menyenangkan orang lain;

Page 88: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

72

(5) Pasif dalam mengagumi pribadi pujaanya.

4) Masa Usia Mahasiswa

Masa usia mahasiswa sebenarnya berumur sekitar 18,0

tahun sampai 25,0 tahun. Mereka dapat digolongkan pada masa

remaja akhir sampai remaja dewasa awal atau dewasa madya.

Dilihat dari segi perkembangan pada usia mahasiswa ini ialah

penempatan pendirian hidup (Yusuf, 2009:27). Pada masa usia

mahasiswa ini, anak sudah memiliki rasa tanggungjawab terhadap

semua perbuatannya dan mampu berperilaku sesuai dengan

norma atau nilai-nilai agama. Sudah dianggap matang mulai dari

bersikap dan mampu dalam hal pengambilan keputusan bahkan

dalam hal pujaannya.

Dapat disimpulkan bahwa fase-fase perkembangan anak

diawali pada masa usia pra sekolah, masa sekolah dasar, masa

sekolah menengah dan masa mahasiswa. Dimana pada tipe-tipe

fase memiliki perbedaan dalam segi ciri serta perlakuan dalam

pembiayaannya.

4. Madrasah Diniyah

a. Pengertian Madrasah Diniyah

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, (1994:105) madrasah

adalah tempat belajar yang berasal dari bahasa Arab darasa yang

artinya belajar. Madrasah juga merupakan nama atau sebutan bagi

Page 89: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

73

sekolah agama Islam, tempat belajar mengajar ajaran Islam yang

mempunyai kelas (dengan sarana antara lain meja, bangku, dan

papan tulis) dan kurikulum dalam bentuk klasikal.

Kata madrasah dalam bahasa Indonesia adalah “sekolah”

pada umumnya pemakaian kata madrasah dalam arti sekolah

tersebut mempunyai konotasi khusus yaitu sekolah-sekolah

agama Islam. Sedangkan dalam pengertian lain disebutkan bahwa

kata madrasah terdiri dari isim makna dari kata darosa-yadrusu-

darsan-wa durusan-wa dirosatan, yang berarti: terhapus, hilang

bekasnya, menghapus, menjadikan usang, melatih, mempelajari.

Dilihat dari pengertian ini, maka madrasah berarti tempat

untuk mencerdaskan para peserta didik, menghilangkan

ketidaktahuan atau memberantas kebodohan mereka, serta

malatih ketrampilan mereka sesuai dengan bakat, minat dan

kemampuannya. Pengetahuan dan ketrampilan seseorang akan

cepat usang selaras dengan percepatan kemajuan iptek dan

perkembangan zaman, sehingga madrasah pada dasarnya sebagai

wahana untuk mengembangkan kepekaan intelektual dan

informasi, serta memperbaharui pengetahuan, sikap dan

ketrampilan secara berkelanjutan, agar tetap up to date dan tidak

cepat usang. Madrasah adalah salah satu bentuk kelembagaan

pendidikan Islam yang memiliki sejarah yang sangat panjang,

Maksum (dalam Siman 2008:36). Sedangkan diniyah merupakan

Page 90: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

74

bentuk pembelajaran yang dilaksanakan di sore hari di luar jam

pelajaran sekolah, biasanya jam pembelajaran mengambil waktu

mulai bakda ashar hingga maghrib. Atau, memulai bakda isya‟

hingga sekitar jam sembilan malam.

Dalam realitas sejarahnya, madrasah tumbuh dan

berkembang dari, oleh dan untuk masyarakat Islam itu sendiri,

sehingga sebenarnya sudah jauh lebih dahulu menerapkan konsep

pendidikan berbasis masyarakat (community based education).

Masyarakat, baik secara individu maupun organisasi, membangun

madrasah untuk memenuhi kebutuhan pendidikan mereka. Tidak

heran jika madrasah yang dibangun oleh mereka bisa seadanya

saja atau memakai tempat apa adanya. Mereka didorong oleh

semangat keagamaan atau dakwah, Muhaimin (dalam Siman

2008:36).

Madrasah Diniyah adalah suatu lembaga pendidikan

keagamaan yang telah diakui keberadaannya oleh masyarakat

maupun pemerintah. Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional menetapkan bahwa Madrasah

Diniyah merupakan salah satu dari sebuah lembaga pendidikan

yang memberikan pendidikan kepada anak didik dalam bidang

keagamaan. Madrasah Diniyah adalah lembaga pendidikan

agama yang memberikan pendidikan dan pengajaran secara

Page 91: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

75

klasikal dalam pengetahuan agama Islam kepada anak didik

secara bersama-sama, sedikitnya berjumlah sepuluh atau lebih.

Sebelum lahirnya UU Sisdiknas No 20 tahun 2003,

Madrasah Diniyah dikenal sebagai madrasah yang mempunyai

peran melengkapi dan menambah pendidikan agama bagi anak-

anak yanng bersekolah di sekolah-sekolah umum pada pagi

hingga siang hari, kemudian pada sore harinya mereka mengikuti

pendidikan agama di Madrasah Diniyah. Berdasarkan Undang-

Undang Pendidikan dan Peraturan Pemerintah, Madrasah Diniyah

adalah bagian terpadu dari pendidikan nasional untuk memenuhi

hasrat masyarakat tentang pendidikan agama. Madrasah Diniyah

bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik dalam penguasaan

terhadap pengetahuan agama Islam.

Tumbuhnya Madrasah Diniyah ini dilatarbelakangi oleh

keresahan sebagian orang tua siswa, yang merasakan pendidikan

agama di sekolah umum kurang memadai untuk mengantarkan

anaknya untuk dapat melaksanakan ajaran Islam sesuai dengan

yang diharapkan. Penyelenggaraan Madrasah Diniyah

mempunyai ciri berbeda dan orientasi yang beragam. Perbedaan

tersebut disebabkan oleh faktor yang memengaruhinya, seperti

latar belakang yayasan pendiri (muassis) Madrasah Diniyah,

budaya masyarakat setempat, tingkat kebutuhan masyarakat

Page 92: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

76

terhadap pendidikan agama dan kondisi ekonomi masyarakat

sekitar.

b. Macam-Macam Tingkatan Madrasah Diniyah

Jenjang pendidikan Madrasah Diniyah dapat dibagi

menjadi 3 tingkatan, yaitu:

1) Madrasah Diniyah Awaliyah.

Madrasah Diniyah Awaliyah adalah satuan pendidikan

keagamaan jalur luar sekolah yang menyelenggarakan pendidikan

agama Islam tingkat dasar dengan masa belajar 4 (empat) tahun.

Materi yang diajarkan meliputi: Fiqih, Tauhid, Hadits, Tarikh,

Nahwu, Sharaf, Bahasa Arab, Al-Qur‟an, Tajwid dan Akhlak.

2) Madrasah Diniyah Wustha.

Madrasah Diniyah Wustha adalah satuan pendidikan

keagamaan jalur luar sekolah yang menyelenggarakan pendidikan

agama Islam tingkat menengah pertama sebagai pengembang

pengetahuan yang diperoleh pada Madrasah Diniyah Awaliyah,

dengan masa belajar 2 tahun. Materi yang diajarkan meliputi:

Fiqih, Tauhid, Hadits, Tarikh, Nahwu, Sharaf, Bahasa Arab, Al-

Qur‟an, Tajwid dan Akhlak.

3) Madrasah Diniyah „Ulya

Madrasah Diniyah „Ulya adalah salah satuan pendidikan

keagamaan jalur luar sekolah yang menyelenggarakan Pendidikan

Agama Islam tingkat menengah atas dengan melanjutkan dan

Page 93: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

77

mengembangkan pendidikan agama Islam yang diperoleh pada

jenjang Madrasah Diniyah Wustha, dengan masa belajar 2 tahun.

Materi yang diajarkan meliputi: Fiqih, Tauhid, Hadits, Tarikh,

Nahwu, Sharaf, Bahasa Arab, Al-Qur‟an, Tajwid dan Akhlak

(Siman, 2008:37).

c. Fungsi dan Tujuan Madrasah Diniyah

1) Fungsi Madrasah Diniyah

a) Menyelenggarakan pengembangan kemampuan dasar

pendidikan agama Islam yang meliputi: Al Qur‟an Hadist,

Ibadah Fiqh, Aqidah Akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam

dan Bahasa Arab;

b) Memenuhi kebutuhan masyarakat akan pendidikan agama

Islam bagi yang memerlukan;

c) Membina hubungan kerja sama dengan orang tua dan

masyarakat antara lain:

(1) Membantu membangun dasar yang kuat bagi

pembangunan kepribadian manusia Indonesia

seutuhnya;

(2) Membantu mencetak warga Indonesia taqwa terhadap

Tuhan Yang Maha Esa dan menghargai orang lain.

d) Memberikan bimbingan dalam pelaksanaan pengalaman

agama Islam;

Page 94: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

78

e) Melaksanakan tata usaha dan program pendidikan serta

perpustakaan, Direktorat Pendidikan Keagamaan dan

Pondok Pesantren Dirjen Kelembagaan Agama Islam

(dalam Ciyarti 2009:32).

Dengan demikian, Madrasah Diniyah disamping berfungsi

sebagai tempat mendidik dan memperdalam ilmu agama Islam

juga berfungsi sebagai sarana untuk membina akhlakul karimah

(akhlak mulia) bagi anak yang kurang akan pendidikan agama

Islam di sekolah-sekolah umum.

2) Tujuan Madrasah Diniyah

Sebagaimana diuraikan di muka bahwa Madrassah Diniyah

merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam. Oleh karena itu

maksud dan tujuan Madrasah Diniyah tidak lepas dari tujuan

pendidikan Islam. Begitu pula tujuan pendidikan Madrash

Diniyah tidak lepas dari tujuan pendidikan nasional mengingat

pendidikan Islam merupakan sub Sistem Pendidikan Nasional.

Tujuan pendidikan Madrasah Diniyah adalah sebagai

berikut:

a) Tujuan umum

(1) Memiliki sikap sebagai muslim dan berakhlak mulia;

(2) Memiliki sikap sebagai warga negara Indonesia yang baik;

(3) Memiliki kepribadian, percaya pada diri sendiri, sehat

jasmani dan rohani;

Page 95: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

79

(4) Memiliki pengetahuan pengamalan, pengetahuan

ketrampilan beribadah dan sikap terpuji yang berguna bagi

pengembangan kepribadiannya.

b) Tujuan khusus

(1) Tujuan khusus Madrasah Diniyah dalam bidang

pengetahuan:

(a) Memiliki pengetahuan dasar tentang agama Islam;

(b) Memiliki pengetahuan dasar tentang bahasa Arab

sebagai alat untuk memahami ajaran agama Islam.

(2) Tujuan khusus Madrasah Diniyah dalam bidang

pengamalan yaitu:

(a) Dapat mengamalkan ajaran agama Islam;

(b) Dapat belajar dengan cara yang baik;

(c) Dapat bekerjasama dengan orang lain dan dapat

mengambil bagian secara aktif dalam kegiatan-kegiatan

masyarakat;

(d) Dapat menggunakan bahasa Arab dengan baik serta

dapat membaca kitab berbahasa Arab;

(e) Dapat memecahkan masalah berdasarkan pengalaman

dan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan yang dikuasai

berdasarkan ajaran agama Islam.

Page 96: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

80

(3) Tujuan khusus Madrasah Diniyah dalam bidang nilai dan

sikap yaitu:

(a) Berminat dan bersikap positif terhadap ilmu

pengetahuan;

(b) Disiplin dan mematuhi peraturan yang berlaku;

(c) Menghargai kebudayaan nasional dan kebudayaan

lainnya yang tidak bertentangan dengan agama Islam;

(d) Memiliki sikap demokratis, tenggang rasa dan

mencintai sesama manusia dan lingkungan hidup;

(e) Cinta terhadap agama Islam dan keinginan untuk

melakukan ibadah sholat dan ibadah lainnya, serta

berkeinginan untuk menyebarluaskan;

(f) Menghargai setiap pekerjaan dan usaha yang halal;

(g) Menghargai waktu, hemat dan produktif

Direktorat Pendidikan Keagamaan dan Pondok

Pesantren Dirjen Kelembagaan Agama Islam, (dalam

Ciyarti 2009:34).

d. Kedudukan Madrasah Diniyah dalam Sistem Pendidikan

Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

menetapkan, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

Page 97: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

81

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri dan menjadi warga negara demokratis serta

bertanggungjawab.

Ketentuan tersebut menempatkan pendidikan agama dan

pendidikan keagamaan pada posisi yang amat strategis dalam

upaya mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Madrasah

Diniyah adalah bagian dari pendidikan keagamaan yang secara

historis telah mampu membuktikan peranannya secara konkrit

dalam pembentukan manusia Indonesia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta berakhlak mulia

dengan demikian secara filosofis maupun historis Madrasah

Diniyah adalah bagian intergral dalam Sistem Pendidikan

Nasional. Secara yuridis, Madrasah Diniyah dengan tegas

tercakup dalam ketentuan-ketentuan yang ada dalam Undang-

Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional, hal ini dapat dilihat

dalam rincian berikut:

1) Dari segi jalur pendidikan, Madrasah Diniyah dapat

digolongkan kedalam jalur formal dan non formal, karena

Madrasah Diniyah ada yang selenggarakan secara berjenjang

dan berkelanjutan dan ada yang tidak.

Page 98: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

82

2) Dari segi pendidikan, Madrasah Diniyah termasuk jenis

pendidikan keagamaan yaitu pendidikan berfungsi

mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat

yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran

agamanya dan menjadi ahli ilmu agama.

3) Dari segi jenjang pendidikan dengan nama dan bentuk yang

berbeda-beda. Madrasah Diniyah yang berjenjang dapat

dikelompokkan dalam jenjang pendidikan dasar, menengah,

dan tinggi. Sedangkan Madrasah Diniyah sendiri mencakup

jenjang pendidikan anak usia dini (Madrasah Diniyah

Awaliyah), dasar (Madrasah Diniyah Wustha) dan menengah

(Madrasah Diniyah „Ulya) (Siman, 2008:37).

B. Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan

Peninjauan terhadap penelitian lain sangat penting, sebab dapat

digunakan untuk relevansi penelitian yag telah lampau dengan penelitian

yang akan dilakukan. Penelitian yang dapat dijadikan sebagai kajian

hasil-hasil penelitian yang relevan dengan pembentukan moral Pancasila

pada anak di Madrasah Diniyah Nurus Salam Desa Kalongan Kecamatan

Ungaran Timur Kabupaten Semarang adalah penelitian Anisah (2007).

Anisah (2007) melakukan penelitian skripsi berjudul Pola Penanaman

Nilai Moral Dalam Pembelajaran di Pondok Pesantren Al-Hidayah Desa

Plumbon Kecamatan Limpung Kabupaten Batang. Hasil penelitian ini

menunjukkan Pondok Pesantren Al-Hidayah dalam menanamkan nilai

Page 99: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

83

moral baik moral agama (sholat dan puasa) maupun moral sosial

(disiplin, tolong menolong dan tingkah laku pergaulan) pada santrinya

dimulai dengan memberikan materi-materi pembelajaran yang diajarkan,

melalui keteladanan dari pengasuh dan ustadz, melalui pembiasaan dalam

kehidupan sehari-hari santri dan adanya peraturan yang jelas disertai

sanksi yang tegas.

Arwulan (2010) melakukan penelitian skripsi dengan judul

Penanaman Nilai Moral-Pancasila Pada Peserta Didik Melalui Mata

Pelajaran Pkn di Kelas X SMA Negeri 14 Semarang. Hasil penelitian

tersebut menunjukkan, metode pembelajaran yang digunakan dalam

pembelajaran PKn kelas X SMA Negeri 14 Semarang yaitu metode

ceramah, metode diskusi, metode tanya jawab, metode role playing dan

metode debat. Selain itu, metode keteladanan kepala sekolah dan guru

mempunyai peranan penting bagi peserta didik dalam menerapkan nilai

moral Pancasila.

Prasetyaningsih (2009) melakukan penelitian dengan judul Peran

Pendidik Dalam Pembentukan Moral Anak Di Playgroup Among Putro

Ngamplek Sleman Yogyakarta. Hasil dari penelitian tersebut

menunjukkan bahwa materi yang diajarkan pendidik dalam pembentukan

moral anak di Play Group Among Putro antara lain moral terhadap

pendidik (bersalaman dengan mencium tangan), moral terhadap teman

sebaya (tolong menolong sesama teman, berbagi dengan teman,

bekerjasama dengan teman), moral terhadap diri sendiri (mencuci tangan

Page 100: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

84

sebelum makan, berdoa sebelum dan sesudah makan atau sebelum dan

sesudah pelajaran, berpakaian rapi).

Dari penelitian di atas, maka peneliti akan mengemukakan

persamaan dan perbedaan dari penelitian terdahulu dengan penelitian

yang peneliti lakukan yaitu mengenai moral. Persamaan penelitian ini

dengan penelitian terdahulu terdapat pada fokus kajian penelitian, yaitu

tentang moral, metode pembelajaran, dan anak didik. Sedangkan

perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada

objek kajiannya, dimana dalam penelitian ini peneliti lebih menekankan

pada pembentukan moral Pancasila pada anak.

C. Kerangka Berfikir

Lembaga pendidikan Islam yang bernama Madrasah Diniyah

adalah lembaga pendidikan yang mungkin lebih disebut sebagai

pendidikan non formal, yang menjadi lembaga pendidikan pendukung

dan menjadi pendidikan alternatif. Biasanya jam pelajaran mengambil

waktu sore hari, mulai bakda ashar hingga maghrib. Atau, memulai

bakda isya‟ hingga sekitar jam sembilan malam. Lembaga pendidikan

Islam ini tidak terlalu memperhatikan pada hal yang bersifat formal,

tetapi lebih mengedepankan pada isi atau substansi pendidikan.

Tumbuhnya Madrasah Diniyah ini dilatarbelakngi oleh keresahan

sebagian orang tua anak didik, yang merasakan pendidikan agama di

sekolah umum kurang memadai untuk mengantarkan anaknya untuk

dapat melaksanakan ajaran Islam sesuai dengan yang diharapkan. Setelah

Page 101: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

85

itu Madrasah Diniyah berkembang hampir di seluruh kepulauan

nusantara, baik merupakan bagian dari pesantren ataupun berdiri di

luarnya.

Page 102: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

86

Adapun kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bagan 1. Kerangka Berfikir

Tujuan Sistem Pendidikan Nasional

Manusia Pancasilais

Pancasila

Jalur Jenjang Jenis

- Pendidikan Formal

- Pendidikan

Nonformal

- Pendidikan

Informal

- Pendidikan Anak

Usia Dini

- Pendidikan Dasar

- Pendidikan

Menengah

- Pendidikan Tinggi

- Pendidikan Umum

- Pendidikan

Kejuruan

- Pendidikan

Akademik

- Pendidikan Profesi

- Pendidikan Vokasi

- Pendidikan

Keagamaan

- Pendidikan Khusus

Pembentukan Moral Pancasila Pada Anak di Madrasah Diniyah

Proses Pembentukan

Moral Pancasila

Kendala-Kendala

Pembentukan Moral Pancasila

Anak Bermoral

Pancasila

Page 103: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

134

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan dalam bab sebelumnya

dapat ditarik simpulan sebagai berikut.

1. Pembentukan moral Pancasila telah dilaksanakan berdasarkan pada

nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila seperti: Sila 1

(Pelaksanaan kegiatan melalui pembacaan doa dan asmaul khusna

bersama setiap akan dimulainya pembelajaran serta pembacaan solawat

dan doa bersama setiap diakhirinya pembelajaran). Sila II (Pelaksanaan

kegiatan melalui pembiasaan kepada anak didik untuk menghargai

pendapat sesamanya, bersalaman dengan mencium tangan pengajar

ketika hendak pulang serta pemberian pujian oleh pengajar kepada anak

didik yang aktif dalam kegiatan pembelajaran). Sila III (Pelaksanaan

kegiatan melalui tidak membeda-bedakan teman berdasarkan status,

usia, jenis kelamin, dan latar belakang dalam interaksinya). Sila IV

(Pelaksanaan kegiatan melalui membiasakan anak didik melakukan

musyawarah dalam mengambil suatu keputusan untuk kepentingan

bersama). Sila V (Pelaksanaan kegiatan melalui membiasakan anak

didik agar mampu bersikap adil terhadap sesama, penanaman sikap

gotong royong, dan peduli sesama).

Page 104: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

135

Dalam pembentukan moral Pancasila pengajar menggunakan

langkah-langkah penggunaan mata pelajaran khusus yang mengkaji

tentang moral serta perbuatan dan perkataan pengajar yang mengarah

pada moral Pancasila; penggunaan pendekatan keteladanan,

pembiasaan, ceramah dan tanya jawab, dan; kerjasama dengan orang

tua anak didik.

2. Kendala dalam pembentukan moral Pancasila pada anak di Madrasah

Diniyah Nurus Salam Desa Kalongan Kecamatan Ungaran Timur

Kabupaten Semarang yaitu: kurangnya tenaga pengajar; keterbatasan

dalam segi alokasi waktu; kurangnya pembinaan pengajar mengenai

moral Pancasila, serta kurangnya antusias dan kepedulian anak didik

terhadap pembentukan moral Pancasila.

Page 105: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

136

B. Saran

Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka peneliti memberi saran

sebagai berikut.

1. Kepada Madrasah Diniyah

a. Madrasah Diniyah diharapkan dapat mengadakan rekrutmen

tenaga pengajar guna memenuhi kebutuhan akan tenaga pengajar;

b. Pengajar diharapkan dapat lebih mampu memaksimalkan

penyampaian materi yang ada dalam keterbatasan waktu dengan

menggunakan motode yang menyingkat waktu;

c. Pengajar diharapkan memberikan buku indikator kepada orang

tua guna memantau perkembangan sikap anak didik.

2. Kepada Pemerintah

a. Dinas Pendidikan perlu mengadakan pelatihan mengenai moral

Pancasila kepada pengajar agar dapat membentuk moral Pancasila

pada anak dengan baik.

Page 106: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

137

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku

Abdulkarim, Aim. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Kelas XII

Sekolah Menengah Atas. Bandung: Grafindo Media Pratama.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Bakry, Noor Ms. 2010. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Budiningsih, C. Asri. 2004 Pembelajaran Moral Berpijak pada Karakteristik

Siswa dan Budaya. Jakarta: Rineka Cipta.

Daroeso, Bambang. 1986. Dasar Dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila.

Semarang: Aneka Ilmu.

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam. 1994. Ensiklopedi Islam. Jakarta: Ishtiar

Baru Van Hoeve.

Gea, Antonius Atosokhi;, Wulandari, Antonius Panca, dan Babari, Yohanes.

2005. Relasi dengan Sesama. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Handoyo, Eko. Dkk. 2010. Pancasila Dalam Perspektif Kefilsafatan Dan

Praksis. Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA.

Kaelan. 2005. Filsafat Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.

Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Nurdiman, Aa. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan: Kecakapan Berbangsa

dan Bernegara. Bandung: Pribumi Mekar.

Page 107: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

138

Rahman, Maman. 1999. Strategi Dan Langkah-Langkah Penelitian

Kualitatif. Semarang: IKKIP PRESS Semarang.

Rifai, Bahar. 2007. Be Smart Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung:

Grafindo Media Pratama.

Runtuwene, Lastika. 2007. Hukum dan Moral. Semarang: Politeknik

Kesehatan Negeri.

Tirtarahardja, Umar dan S. L. La Sulo. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT

RINEKA CIPTA.

Winarno. 2007. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT.

Bumi Aksara.

Yusuf, Syamsu. 2002. Psikologi Perkembangan anak dan remaja. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Jurnal

Muhaemin. 2012. Problematika Madrasah Diniyah (Md) Di Kota Palopo

Sulawesi Selatan Pasca Otonomi Daerah. (Dalam Jurnal).

Kamus

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka.

Skripsi

Anisah, Nur. 2007. „Pola Penanaman Nilai Moral Dalam Pembelajaran

Pondok Pesantren Taman Pelajar Islam (TPI) Al-Hidayah Desa

Plumbon Kecamatan Limpung Kabupaten Batang‟. Skripsi. Semarang:

Universitas Negeri Semarang.

Arwulan, Dian. 2010. „Penanaman Nilai Moral Pancasila pada Peserta Didik

Melalui Mata Pelajaran PKn di Kelas X SMA Negeri 14 Semarang‟.

Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Page 108: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

139

Ciyarti. 2009. „Peran Madrasah Diniyah Nurul Anam Dalam Pengembangan

Pendidikan Islam Di Desa Kranji Kecamatan Kedungwuni

Pekalongan‟. Skripsi. Semarang: IAIN Walisongo Semarang.

Prasetyaningsih, Atik. 2009. „Peran Pendidik Dalam Pembentukan Moral

Anak Di Playgroup Among Putro Ngamplek Sleman Yogyakarta‟.

Skripsi. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Siman, Nor. 2008. „Upaya Kepala Madrasah Diniyah Dalam

Mengembangkan Kualitas Pendidikan‟. Skripsi. Malang: UIN

MALANG.

Peraturan dan Undang-Undang

Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2014 Tentang Pendidikan

Keagaman Islam.

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Dan

Penyelenggaraan Pendidikan.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 Tentang Perlindungan Anak.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional.

Page 109: PEMBENTUKAN MORAL PANCASILA PADA ANAK DESA ...dengan moral Pancasila. Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dikaji adalah 1) Bagaimanakah pembentukan moral Pancasila

204

Semarang, Agustus 2016

Kepala Madrasah Wali Kelas Wustha

Imam Sodiqin S.Pd.I Siti Munawaroh