Pembentukan Kata

93
Pembentukan Kata-kata Bahasa Indonesia There is an English version of this document. Ada banyak ragam pembentukan kata dalam Bahasa Indonesia. Sebagian besar kata dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa komponen yang berbeda. Untuk memahami cara pembentukan kata-kata tersebut kita sebaiknya mengetahui lebih dahulu beberapa konsep dasar dan istilah seperti yang dijelaskan di bawah ini. Untuk mempersingkat dan memperjelas pembahasannya, kami menggunakan kata-kata yang tidak bersifat gramatikal atau teknis untuk menjelaskan kata-kata tersebut sebanyak mungkin. Kami tidak membahas tentang infiks (sisipan yang jarang digunakan), reduplikasi dan kata-kata majemuk yang berafiks. Definisi Istilah kata dasar (akar kata) = kata yang paling sederhana yang belum memiliki imbuhan, juga dapat dikelompokkan sebagai bentuk asal (tunggal) dan bentuk dasar (kompleks), tetapi perbedaan kedua bentuk ini tidak dibahas di sini. afiks (imbuhan) = satuan terikat (seperangkat huruf tertentu) yang apabila ditambahkan pada kata dasar akan mengubah makna dan membentuk kata baru. Afiks tidak dapat berdiri sendiri dan harus melekat pada

description

art

Transcript of Pembentukan Kata

Page 1: Pembentukan Kata

Pembentukan Kata-kata Bahasa Indonesia

There is an English version of this document.

 

Ada banyak ragam pembentukan kata dalam Bahasa Indonesia. Sebagian besar kata dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa komponen yang berbeda. Untuk memahami cara pembentukan kata-kata tersebut kita sebaiknya mengetahui lebih dahulu beberapa konsep dasar dan istilah seperti yang dijelaskan di bawah ini. Untuk mempersingkat dan memperjelas  pembahasannya, kami menggunakan kata-kata yang tidak bersifat gramatikal atau teknis untuk menjelaskan kata-kata tersebut sebanyak mungkin. Kami tidak membahas tentang infiks (sisipan yang jarang digunakan), reduplikasi dan kata-kata majemuk yang berafiks. 

 

Definisi Istilah

kata dasar (akar kata) = kata yang paling sederhana yang belum memiliki imbuhan, juga dapat dikelompokkan sebagai bentuk asal (tunggal) dan bentuk dasar (kompleks), tetapi perbedaan kedua bentuk ini tidak dibahas di sini.

 

afiks (imbuhan) = satuan terikat (seperangkat huruf tertentu) yang apabila ditambahkan pada kata dasar akan mengubah makna dan membentuk kata baru. Afiks tidak dapat berdiri sendiri dan harus melekat pada satuan lain seperti kata dasar. Istilah afiks termasuk prefiks, sufiks dan konfiks.

 

prefiks (awalan) = afiks (imbuhan) yang melekat di depan kata dasar untuk membentuk kata baru dengan arti yang berbeda.

 

sufiks (akhiran) = afiks (imbuhan) yang melekat di belakang kata dasar untuk membentuk kata baru dengan arti yang berbeda.

Page 2: Pembentukan Kata

 

konfiks (sirkumfiks / simulfiks) = secara simultan (bersamaan), satu afiks melekat di depan kata dasar dan satu afiks melekat di belakang kata dasar yang bersama-sama mendukung satu fungsi.

 

kata turunan (kata jadian) = kata baru yang diturunkan dari kata dasar yang mendapat imbuhan.

 

keluarga kata dasar = kelompok kata turunan yang semuanya berasal dari satu kata dasar dan memiliki afiks yang berbeda.

 

 

Afiks Bahasa Indonesia yang Umum

prefiks:  ber-, di-, ke-, me-, meng-, mem-, meny-, pe-, pem-, peng-, peny-, per-, se-, ter-

sufiks:  -an, -kan, -i, -pun, -lah, -kah, -nya

konfiks:  ke - an, ber - an, pe - an, peng - an, peny - an, pem - an, per - an, se - nya

 

Page 3: Pembentukan Kata

 

Penggunaan Afiks

Mempelajari proses pembentukan kata-kata dan metode pembubuhan afiks merupakan kunci untuk memahami makna kata-kata turunan dan belajar membaca teks Bahasa Indonesia. Sebagian besar kata yang terdapat dalam surat kabar dan majalah Indonesia berafiks. Jika seseorang mengerti makna kata dasar, ia dapat mengerti makna sebagian besar kata yang berasal (diturunkan) dari kata dasar itu dengan menggunakan kaidah umum untuk masing-masing jenis afiks.

                Jika kita dapat menerima sedikit kekeliruan dalam penggunaan afiks, kita dapat menyederhanakan pembahasan tentang afiks (imbuhan). Dalam mengklasifikasikan jenis kata (nomina, verba, adjektiva, dan lain-lain) kami menggunakan kaidah pengklasifikasian kata menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Edisi Kedua - 1991) yang disusun dan diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia. Penjelasan di bawah adalah untuk menguraikan hasil penambahan afiks (imbuhan) kepada kata dasar, bukan untuk menjelaskan bilamana afiks digunakan. Dalam kamus ini tidak diuraikan tentang asal kata dasar (etimologi). Perlu diperhatikan bahwa penjelasan di bawah ini lebih berhubungan dengan perbuatan (aksi) dalam suatu kalimat - siapa yang melakukan aksi itu, hasil perbuatan, arah perbuatan atau tindakan dan apakah tindakan itu merupakan fokus utama dalam kalimat atau bukan.

 

Frekuensi Penggunaan Afiks

                Dalam kamus ini terdapat 38.308 entri (tidak termasuk singkatan, akronim dan entri kata majemuk) dimana 22.022 berafiks dan 16.286 tidak berafiks. Menurut persentase, 57% berafiks dan 43% tidak. Dengan kata lain, untuk tiap 9 entri dalam kamus ini, 5 kata berafiks dan 4 kata lainnya tidak.

                Pada tahun 1998, secara tidak formal, kami menganalisis 10.000 kata Bahasa Indonesia dari terbitan yang umum di Indonesia. Dari 10.000 kata tersebut, terdapat 2.887 atau kira-kira 29% kata berafiks dan 7.113 atau 71% tidak. Dengan kata lain, untuk tiap 100 kata di surat kabar atau majalah, Anda mungkin dapat menemukan 29 kata

Page 4: Pembentukan Kata

yang berafiks dan 71 kata tidak berafiks. Tingkat penggunaan masing-masing afiks diuraikan di bawah ini.

 

Aplikasi Afiks

ber- : menambah prefiks ini membentuk verba (kata kerja) yang sering kali mengandung arti (makna) mempunyai atau memiliki sesuatu. Juga dapat menunjukkan keadaan atau kondisi atribut tertentu. Penggunaan prefiks ini lebih aktif berarti mempergunakan atau mengerjakan sesuatu. Fungsi utama prefiks "ber-" adalah untuk menunjukkan bahwa subyek kalimat merupakan orang atau sesuatu yang mengalami perbuatan dalam kalimat itu. Banyak verba dengan afiks "ber-" mempunyai kata yang sama dengan bentuk adjektiva dalam Bahasa Inggris. Sekitar satu dari tiap 44 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki prefiks ini. 

 

me-, meng-, menge-, meny, mem-: menambah salah satu dari prefiks ini membentuk verba yang sering kali menunjukkan tindakan aktif di mana fokus utama dalam kalimat adalah pelaku, bukan tindakan atau obyek tindakan itu. Jenis prefiks ini sering kali mempunyai arti mengerjakan, menghasilkan, melakukan atau menjadi sesuatu. Prefiks ini yang paling umum digunakan dan sekitar satu dari tiap 13 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki salah satu dari prefiks ini.

Page 5: Pembentukan Kata

di- : Prefiks ini mempunyai pertalian yang sangat erat dengan prefiks "me-." Prefiks "me-" menunjukkan tindakan aktif sedangkan prefiks "di-" menunjukkan tindakan pasif, di mana tindakan atau obyek tindakan adalah fokus utama dalam kalimat itu, dan bukan pelaku. Sekitar satu dari tiap 40 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki prefiks ini. 

 

pe- : Prefiks ini membentuk nomina yang menunjukkan orang atau agen yang melakukan perbuatan dalam kalimat. Kata dengan prefiks ini juga bisa memiliki makna alat yang dipakai untuk melakukan perbuatan yang tersebut pada kata dasarnya. Apabila kata dasarnya berupa kata sifat, maka kata yang dibentuk dengan prefiks ini memiliki sifat atau karakteristik kata dasarnya. Sekitar satu dari tiap 110 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki prefiks ini. 

 

ter- : Sekitar satu dari tiap 54 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki prefiks ini. Penambahan afiks ini menimbulkan dua kemungkinan.

(1) Jika menambahkan ke kata dasar adjektif, biasanya menghasilkan adjektif yang menyatakan tingkat atau kondisi paling tinggi (ekstrim) atau superlatif. (misalnya: paling besar, paling tinggi, paling baru, paling murah)

(2) Jika menambahkan ke kata dasar yang bukan adjektif, umumnya menghasilkan verba yang menyatakan aspek perfektif, yaitu suatu perbuatan yang telah selesai dikerjakan. Afiks ini juga bisa menunjukkan perbuatan spontanitas, yaitu suatu perbuatan yang terjadi secara tiba-tiba atau tidak disengaja (misalnya aksi oleh pelaku yang tidak disebutkan, pelaku tidak mendapat perhatian atau tindakan natural). Fokus dalam kalimat adalah kondisi resultan tindakan itu dan tidak memfokuskan pada pelaku perbuatan atau bagaimana kondisi resultan itu tercapai.

 

se-: menambah prefiks ini dapat menghasilkan beberapa jenis kata. Prefiks ini sering dianggap sebagai pengganti “satu” dalam situasi tertentu. Sekitar satu dari tiap 42 kata yang tertulis dalam Bahasa

Page 6: Pembentukan Kata

Indonesia memiliki prefiks ini.  Penggunaan paling umum dari prefiks ini adalah sebagai berikut:

1. untuk menyatakan satu benda, satuan atau kesatuan (seperti “a” atau “the” dalam Bahasa Inggris)

2. untuk menyatakan seluruh atau segenap

3. untuk menyatakan keseragaman, kesamaan atau kemiripan

4. untuk menyatakan tindakan dalam waktu yang sama atau menyatakan sesuatu yang berhubungan dengan waktu

 

-an : menambah sufiks ini biasanya menghasilkan kata benda yang menunjukkan hasil suatu perbuatan. Sufiks ini pun dapat menunjukkan tempat, alat, instrumen, pesawat, dan sebagainya. Sekitar satu dari tiap 34 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki sufiks ini. 

 

-i : menambah sufiks ini akan menghasilkan verba yang menunjukkan perulangan, pemberian sesuatu atau menyebabkan sesuatu. Sufiks ini sering digunakan untuk memindahkan perbuatan kepada suatu tempat atau obyek tak langsung dalam kalimat yang mana tetap dan tidak mendapat pengaruh dari perbuatan tersebut    . Sufiks ini pun menunjukkan di mana dan kepada siapa tindakan itu ditujukan. Sekitar satu dari tiap 70 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki sufiks ini. 

 

-kan: menambah sufiks ini akan menghasilkan kata kerja yang menunjukkan penyebab, proses pembuatan atau timbulnya suatu kejadian. Fungsi utamanya yaitu untuk memindahkan perbuatan verba ke bagian lain dalam kalimat. Sekitar satu dari tiap 20 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki sufiks ini. 

Page 7: Pembentukan Kata

-kah :  menambah sufiks ini menunjukkan bahwa sebuah ucapan merupakan pertanyaan dan sufiks ini ditambahkan kepada kata yang merupakan fokus pertanyaan dalam kalimat. Sufiks ini jarang digunakan.

 

-lah : sufiks ini memiliki penggunaan yang berbeda dan membingungkan, tetapi secara singkat dapat dikatakan bahwa sufiks ini sering digunakan untuk memperhalus perintah, untuk menunjukkan kesopanan atau menekankan ekspresi. Hanya sekitar satu dari tiap 400 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki sufiks ini. 

 

ke-an : Konfiks ini yang paling umum digunakan dan sekitar satu dari tiap 65 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki konfiks ini. Konfiks ini adalah untuk:

  1. membentuk nomina yang menyatakan hasil perbuatan atau keadaan dalam pengertian umum yang menyatakan hal-hal yang berhubungan dengan kata dasar

  2. membentuk nomina yang menunjuk kepada tempat atau asal

  3. membentuk adjektif yang menyatakan keadaan berlebihan

  4. membentuk verba yang menyatakan kejadian yang kebetulan

.

pe-an, peng-an, peny-an, pem-an : penggunaan salah satu dari keempat konfiks ini biasanya menghasilkan suatu nomina yang menunjukkan proses berlangsungnya perbuatan yang ditunjuk oleh verba dalam kalimat. Sekitar satu dari tiap 75 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki konfiks ini. 

 

per-an : menambah konfiks ini akan menghasilkan sebuah nomina yang menunjukkan hasil suatu perbuatan (bukan prosesnya) dan dapat juga menunjukkan tempat. Artinya sering menunjuk kepada suatu keadaan yang ditunjuk oleh kata dasar atau hasil perbuatan verba dalam kalimat. Keadaan ini mirip dengan yang diperoleh dengan menggunakan konfiks “ke-an”, tetapi biasanya kurang umum dan lebih konkrit atau spesifik.

Page 8: Pembentukan Kata

Sekitar satu dari tiap 108 kata yang tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki konfiks ini.

 

se - nya : Konfiks ini seringkali muncul bersama-sama dengan kata dasar tunggal atau kata dasar ulangan untuk membentuk adverbia yang menunjukkan suatu keadaan tertinggi yang dapat dicapai oleh perbuatan kata kerja (misalnya: setinggi-tingginya = setinggi mungkin).

 

-nya : Ada penggunaan “-nya” sebagai sufiks murni yang mengubah arti kata dasarnya, tetapi hal ini merupakan konsep yang agak rumit dan kurang umum dan tidak dibahas di sini.  contoh: biasanya = usually; rupanya = apparently

 

-nya, -ku, -mu: satuan-satuan ini bukan merupakan afiks murni dan semuanya tidak dimasukkan sebagai entri dalam kamus ini. Pada umumnya satuan-satuan ini dianggap sebagai kata ganti yang menyatakan kepemilikan yang digabungkan dengan kata dasar yang mana tidak mengubah arti kata dasar. Misalnya, kata “bukuku” = buku saya, “bukumu” = buku Anda, “bukunya” = buku dia atau buku mereka. Selain sebagai kata ganti yang menyatakan kepemilikan, satuan “-nya” pun dapat memiliki fungsi untuk menunjukkan sesuatu. Misalnya, “bukunya” berarti “buku itu”, bila “-nya” berfungsi sebagai penunjuk.

Penggunaan “-nya” baik sebagai kata ganti maupun penunjuk (bukan sebagai sufiks murni) adalah sangat umum dan sekitar satu dari tiap 14 kata tertulis dalam Bahasa Indonesia memiliki satuan ini. Penggunaan “-ku” dan “-mu” bervariasi sesuai dengan jenis tulisan. Dua jenis kata ganti ini sangat umum digunakan dalam komik, cerpen dan tulisan tidak resmi lainnya, dan jarang digunakan dalam tulisan yang lebih formal seperti surat kabar dan majalah berita

http://indodic.com/affixindo.html

Page 9: Pembentukan Kata

PEMBENTUKAN KATAPosted on: April 12, 2009 by: susilo.adi.setyawan

Oleh Susilo Adi Setyawan

A. Pengantar

Sudah kita ketahui bahwa dalam bahasa Indonesia ada kata dasar dan kata bentukan. Kata dasar disusun menjadi kata bentukan melalui tiga macam proses pembentukan, yaitu: (1) afiksasi atau pengimbuhan; (2) reduplikasi atau pengulangan; (3) komposisi atau pemajemukan. Kita juga sudah mengenal adanya imbuhan atau afiks yang meliputi prefiks atau awalan, sufiks atau akhiran, dan infiks atau sisipan. Infiks sebenarnya tidak begitu penting dalam bahasa Indonesia, tetapi dalam pembentukkan istilah infiks-in yang berasal dari Jawa sering juga dipakai.

Menurut FPBS (1994 :19), pembentukan kata dengan menggunakan awalan dan akhiran dalam bahasa Indonesia sudah banyak dikenal oleh para mahasiswa. Namun demikian sering juga kita jumpai kata-kata yang bentuknya tidak tepat atau salah.

Perhatikan contoh pemakaian kata bercetak miring pada teks berikut!

Pergaulan hidup yang berdeferensiasi berarti pergaulan hidup terbagi atas sektor-sektor dimana tiap khusus tertuju pada pelaksanaan salah satu fungsi yang telah disebut itu.

Kata berdeferensiasi dalam kalimat tersebut digunakan secara salah. Kata yang lebh sesuai adalah berbeda-beda karena kata deferensiasi bukanlah anggota kosa kata baku bahasa Indonesia walaupun maknanya sama dengan kata berbeda-beda.

Contoh-contoh lain dapat diamati pada kalimat-kalimat di bawah ini. Perhatikan kata-kata yang bercetak miring!

1. Usaha kami selama ini memang profitable sehingga kami dapat menghidupi karyawan secara layak.

Page 10: Pembentukan Kata

2. Semua ilmuwan sangat besar atensinya terhadap penemuan Andi.

3. Supaya mudah dicetak, lempung sebaiknya diolah tidak terlalu lunak dan tidak terlalu keras.

4. Pengambilan data dijalankan dengan menyebarkan angket kepada semua informan yang telah ditentukan.

Kesalahan juga terjadi pada bentukan kata. Dalam hal ini bentukan kata yang digunakan dalam kalimat merupakan bentukan-bentukan kata yang tidak tepat. Perhatikan contoh berikut ini!

1. Penulis terpaksa mengubah rumus itu dan ternyata hasil perubahan itu dapat digunakan untuk menyelesaikan analisis data.

2. Setiap pemerian data selalu dilengkapi dengan contoh pemerian data itu dapat dipahami secara lebih konkret.

3. Kedua kendaraan itu tabrakan di tikungan tajam dan kecelakaan tak dapat dihindari.

Jika diperhatikan konteks dan acuan kata-kata bercetak miring tersebut tampak bahwa bentukan kata-kata itu tidak tepat. Akan lebih tepat jika kata perubahan diganti dengan ubahan, kata pemerian diganti dengan perian, dan kata tabrakan diganti dengan bertabrakan. Alasannya sudah jelas. Hasil mengubah adalah ubahan, yang diperikan adalah perian, bukan pemerian, bentukan tabrakan merupakan bentukan yang tidak baku. (FPBS : 1994 :38).

B. Imbuhan dari bahasa asing

Yang perlu kita pelajari ialah adanya imbuhan yang berasal dari bahasa asing yang kadang juga dikenakan pada kata dasar bahasa Indonesia. Kata-kata asing yang diserap dalam bahasa Indonesia itu pada dasarnya kita pandang sebagai kata dasar. Namun demikian bentuk-bentuk kata asing itu bermacam-macam, sehingga memungkinkan kita untuk menganalisis bentuk-bentuk tersebut dan menemukan awalan atau akhirannya. Kita mengenal kata-kata objek, objektif, objektivitas, objektivisme, objektivisasi. Dari bentuk tersebut kita menemukan kata dasar objek, akhiran –if, itas, -isme, -isasi. Di samping kata moral atau sosial kita kenal adanya amoral, atau asosial. Di samping kata evaluasi kita

Page 11: Pembentukan Kata

mengenal devaluasi, di samping regulasi kita mengenal deregulasi, di samping harmoni kita mengenal disharmoni, di samping integrasi kita mengenal disintegrasi. Demikianlah kita mengenal adanya awalan a-, de-, dis-.

1. Awalan

Awalan-awalan pada kata-kata serapan yang disadari adanya, juga oleh penutur yang bukan dwibahasawan, adalah sebagai berikut:

a. a- seperti pada amoral, asosial, anonym, asimetris. Awalan ini mengandung arti ‘tidak’ atau ‘tidak ber’;

b. anti- seperti pada antikomunis, antipemerintah, antiklimaks, antimagnet, antikarat yang artinya ‘melawan’ atau ‘bertentangan dengan’;

c. bi- misalnya pada bilateral, biseksual, bilingual, bikonveks. Awalan ini artinya ‘dua’;

d. de- seperti pada dehidrasi, devaluasi, dehumanisasi, deregulasi. Awalan ini artinya ‘meniadakan’ atau ‘menghilangkan’;

e. eks- seperti pada eks-prajurit, eks-presiden, eks-karyawan, eks-partai terlarang. Awalan ini artinya ‘bekas’ yang sekarang dinyatakan dengan kata ‘mantan’.

f. ekstra- seperti pada ekstra-universiter, ekstra-terestrial, ekstra linguistic, kadang juga dipakai pada kata-kata bahasa Indonesia sendiri. Contoh: ekstra-ketat, ekstra-hati-hati. Awalan ini artinya ‘tambah’, ‘diluar’, atau ‘sangat’;

g. hiper- misalnya pada hipertensi, hiperseksual, hipersensitif. Awalan ini artinya ‘lebih’ atau ‘sangat’;

h. in- misalnya pada kata inkonvensional, inaktif, intransitive. Awalan ini artinya ‘tidak’;

i. infra- misalnya pada infrastruktur, inframerah, infrasonic. Awalan ini artinya ‘di tengah’;

j. intra- misalnya pada intrauniversiter, intramolekuler. Awalan ini artinya ‘di dalam’;

k. inter- misalnya interdental, internasional, interisuler, yang biasa di Indonesiakan dengan antar-;

l. ko- misalnya pada kokulikuler, koinsidental, kopilot, kopromotor. Awalan ini artinya ‘bersama-sama’ atau ‘beserta’;

m. kontra- misalnya pada kontrarevolusi, kontradiksi, kontrasepsi. Awalan ini artinya ‘berlawanan’ atau ‘menentang’;

Page 12: Pembentukan Kata

n. makro- misalnya pada makrokosmos, makroekonomi, makrolinguistik. Awalan ini artinya ‘besar’ atau ‘dalam arti luas’;

o. mikro- seperti pada mikroorganisme, mikrokosmos, microfilm. Awalan ini artinya ‘kecil’ atau ‘renik’;

p. multi- seperti pada multipartai, multijutawan, multikompleks, multilateral, multilingual. Awalan ini artinya ‘banyak’;

q. neo- seperti pada neokolonialisme, neofeodalisme, neorealisme. Awalan ini artinya ‘baru’;

r. non- seperti pada nongelar, nonminyak, nonmigas, nonberas, nonOpec. Awalan ini artinya ‘bukan’ atau ‘tidak ber-‘.

2. Akhiran

Pada kata-kata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia kita jumpai akhiran-akhiran seperti berikut:

a. –al misalnya pada actual, structural, emosional, intelektual. Kata-kata yang berakhiran –al ini tergolong kata sifat;

b. –asi/isasi misalnya pada afiksasi, konfirmasi, nasionalisasi, kaderisasi, komputerisasi. Akhiran tersebut menyatakan ‘proses menjadikan’ atau ‘penambahan’;

c. –asme misalnya pada pleonasme, aktualisme, sarkasme, antusiasme. Akhiran ini menyatakan kata benda;

d. –er seperti pada primer, sekunder, arbitrer, elementer. Akhiran ini menyatakan sifat;

e. –et seperti pada operet, mayoret, sigaret, novelete. Akhiran ini menyatakan pengertian ‘kecil’. Jadi operet itu ‘opera kecil’, novelet itu ‘novel kecil’;

f. –i/wi/iah misalnya pada hakiki, maknawi, asasi, asali, duniawi, gerejani, insani, harfiah, unsuriyah, wujudiyah. Akhiran-akhiran ini menyatakan sifat;

g. –if misalnya pada aktif, transitif, obyektif, agentif, naratif. Akhiran ini menyatakan sifat;

h. –ik 1 seperti pada linguistic, statistic, semantic, dedaktik. Akhiran ini menyatakan ‘benda’ dalam arti ‘bidang ilmu’;

-ik 2 seperti pada spesifik, unik, karakteristik, fanatic, otentik. Akhiran ini menyatakan sifat;

Page 13: Pembentukan Kata

a. -il seperti pada idiil, materiil, moril. Akhiran ini menyatakan sifat. Pada kata-kata lain kata-kata ini diganti dengan –al;

b. –is 1 pada kata praktis, ekonomis, yuridis, praktis, legendaries, apatis. Akhiran ini menyatakan sifat;

-is 2 pada kata ateis, novelis, sukarnois, Marxis, prosaic, esei. Akhiran ini menyatakan orang yang mempunyai faham seperti disebut dalam kata dasar, atau orang yang ahli menulis dalam bentuk seperti yang disebut di dalam kata dasar;

a. -isme seperti pada nasionalisme, patriotisme, Hinduisme, bapakisme. Isme artinya ‘faham’;

b. –logi seperti pada filologi, sosiologi, etimologi, kelirumologi, -logi artinya ‘ilmu’;

c. –ir seperti pada mariner, avonturir, banker. Akhiran ini menyatakan orang yang bekerja pada bidang atau orang yang mempunyai kegemaran ber-;

d. –or seperti pada editor, operator, deklamator, noderator. Akhiran ini artinya orang yang bertindak sebagai orang yang mempunyai kepandaian seperti yang tersebut pada kata dasar;

e. –ur seperti pada donator, redaktur, kondektur, debitur, direktur. Akhiran ini seperti yang di atas menyatakan agentif atau pelaku;

f. –itas seperti pada aktualitas, objektivitas, universitas, produktivitas. Akhiran ini menyatakan benda.

C. Upaya Pengindonesiaan

Awalan dan akhiran di atas berdasarkan maknanya dapat dibeda-bedakan menjadi beberapa kelompok. Ada imbuhan yang membentuk kata benda, ada imbuhan yang membentuk kata sifat. Beberapa awalan dapat digolongkan sebagai menyatakan pengertian negative, yaitu awalan a-, in-, non-, dis- dan beberapa awalan lain yang tak tercantum dalam daftar di atas seperti ab-, im-, il- dan akhiran –less, yang artinya ‘tidak, bukan, tanpa, atau tidak ber’.

Kata sifat bentuk dengan penambahan akhiran –al, er-, if-, dan –ik. Di samping itu dapat juga digunakan akhiran dari bahasa Arab –i/-wi/-iah yang tidak lagi terasa akhiran asing dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia sendiri tidak banyak afiks pembentuk kata sifat, seperti yang disebut oleh Fokker (1960:139) bahwa bahasa Indonesia miskin susunan ajektivis.

Page 14: Pembentukan Kata

Dalam bahasa Indonesia kedudukan kata dalam satuan sintaksis yang lebih besar menentukan sifat hubungannya dengan kata lain. Kata benda kayu dapat mensifatkan kata lain seperti halnya kata sifat bagus. Seperti hanya bagus pada meja bagus, kayu, juga mensifatkan meja pada meja kayu. Dalam bahasa Indonesia kata kayu tidak mengalami perubahan bentuk, dan semata-mata posisinya dalam satuan sintaksis yang menempatkannya sebagai atribut.

Menurut kaidah bahasa Indonesia barangkali kata morfologi atau akademi tidak perlu berubah apabila berpindah posisinya, misalnya pada morfologi bahasa Indonesia dan proses morfologi, serta akademi bahasa Indonesia dan pembantu dekan bidang akademi. Urusan akademi dan urusan akademis maknanya berbeda; yang pertama menyatakan hubungan kemilikan yang kedua hubungan kesifatan. Tetapi hubungan makna itu barangkali baru timbul setelah bahasa Indonesia menyerap kata-kata asing yang berbeda bentuknya itu.

Untuk menegaskan perbedaan hubungan makna itu, untuk kata-kata dalam bahasa Indonesia sendiri digunakan konfiks ke-an, contohnya: sifat ibu dan sifat keibuan, uang negara dan kunjungan kenegaraan.

Yang sering menimbulkan keraguan ialah penggunaan akhiran –is dan –ik. Mana yang betul: akademis atau akademik, endosentris atau endosentrik? Akhiran –is diserap dari bahasa Belanda –isch, sedang –ik dari bahasa Inggris –ic atau –ical. Sementara itu akhiran –ik diserap jujga dari akhiran –ics dari bahasa Inggris yang menandai kata benda, seperti: statistic, linguistic, semantic, fonetik. Seperti yang digariskan di dalam Pedoman Pembentukan Istilah, mengingat akhiran –ik banyak digunakan untuk menandai kata benda (statistic, linguistic, semantic, logistic, dan sebagainya) untuk kata sifat hendaknya digunakan –is, kecuali pada kata-kata: simpatik, unik, alergik, spesifik, karakteristik, analgesik.

Akhiran yang berasal dari bahasa Arab, yang terasa lebih bersifat Indonesia, dapat digunakan untuk menerjemahkan kata-kata asing, misalnya penalaran mantiki (logika reasoning), antropologi ragawi (physical anthropology), makhluk surgawi (devine being), terjemahan harfiah (letteral translation) dan sebagainya.

Page 15: Pembentukan Kata

Di samping itu, untuk menyatakan pengertian seperti yang dinyatakan oleh bentukan-bentukan dalam bahasa asing, dalaml bahasa Indonesia sendiri digali imbuhan atau kata-kata yang diharapkan dapat menjadi padanan bentukan-bentukan dalam bahasa asing (Johannes, 1982 dan 1983, dan dalam Moeliono dan Dardjowidjojo (Eds.), 1988:431). Daftar afiks, morfem, atau kata tersebut adalah sebagai berikut.

1. adi- seperti pada: adidaya (super power), adikodrati (super natural), adikarya (masterpiece), adibusana (high fashion), adimarga (boulevard);

2. alih seperti pada: alih aksara (transliteration), alih tulis (transcript), alih

teknologi (transfer of technology), alih bahasa (translate);

3. antar- seperti pada: antarbangsa (internasional), antarnusa (interinsuler),

antarbenua (intercontinental), antardepartemen (interdepartmental);

4. awa- pada: awahama (disinfect), awabau (deodorize), awahubung (disconnect), awawarna (discolor), pengawasan (disimilasi);

5. bak- pada bakruang (space-like), bakelektron (electron-like), bakintan

(adamantine), bakagar (galantineous);

6. dur- pada: durjana (evildoer), dursila (immoral), durkarsa (malevolence,

malice), durhaka (sinful);

7. lepas pada: lepas landas (takeoff), lepas pantai (offshore);

8. lir- pada: lirkaca (glassy) liragar (galantineous) liritan (adamantine) sang lir sari ‘yang seperti bunga’;

9. maha- pada: maharaja (kaisar, raja besar), mahaguru (guru besar), mahasiswa, Maha Esa, Mahaadil, Mahakuasa, Maha Pemurah;

Page 16: Pembentukan Kata

10. mala- pada: malagizi (malnutrition), malabentuk (malformation), malakelola

(mismanage), malapraktik (malpractice);

11. nara pada: narasumber (resource person), narapidana (convicted), narapraja

(pegawai pemerintah), nararya (nonbleman);

12. nir- pada: nirnoda (stainless), nirnyawa (inanimate), niraksara (illiterate),

nirgelar (non-degree), niranta (infinite);

13. pasca- pada: pascapanen (postharvest), pascasarjana (postgraduate), pascadoktor (postdoctoral), pascaperang (postwar);

14. peri- pada: perijam (clookwise), periujung (endwise), perkipas (fanwise),

peridolar (dollarwise);

15. pra- pada: prasejarah (prehistory), prakira (forecast), pratinjau (preview),

prakata (foreword, preface);

16. pramu- pada: pramugari (stewardes), pramuwisata (tourist guide), pramuria (hostess), pramusiwi (babysitter);

17. purna- pada: purnawaktu (fulltime), purnakarya (pekerjaan yang telah dilakukan dengan baik), purnakaryawan (pensiunan pegawai negeri), purnawirawan (pensiunan ABRI);

18. rupa pada: rupa bola (speroid), rupa tangga (scalariform), rupa baji (cuneiform)

Page 17: Pembentukan Kata

19. salah pada: salah cetak (misprint), salah hitung (miscalculate), salah ucap

(misspel), salah paham (misunderstanding);

20. serba- pada: serbasama (homogeneous), serbabisa (all-round), serbaguna

(multipurpose), serbaneka (multivarious), serbacuaca (all-weather);

21. su- pada: sujana (orang baik lawannya durjana), susastra (sastra yang baik, indah), suganda (bau yang harum), sukarsa (good-will), sudarma (darma yang baik);

22. swa- pada: swakarsa (kemauan sendiri), swasembada (dapat memenuhi kebutu han sendiri), swadaya (kekuatan sendiri), swakelola (dikelola sendiri), swapraja (daerah otonom);

23. tan- pada tanlogam (non-metal), tansuku (non-syllabic), tanvokoid

(non-vokoid), tanorganik (anorganic, inorganic);

24. tak- pada: taksosial (asocial), taknormal (abnormal), taksah (illegal), takhidup (nonliving), takmurni (impure);

25. tata pada: tata bahasa, tata hokum, tata kalimat, tata nama;

26. tuna- pada: tunakarya, tunawisma, tunasusila, tunanetra;

27. sisipan –in- pada: tinambah (addent), kinurang (subtrahend), binagi (dividend), minantu (son-in-low), linambang (sign);

28. sisipan –em- pada: gemaung (echoic), gemetar (tremulous), timambah (additive), temerang (shiny).

29. awalan bilangan eka pada: ekaprasetyaj, ekasila; dwi- pada: dwiwarna, dwipihak; tri- pada: tridarma, triratna,

Page 18: Pembentukan Kata

tritunggal; catur- pada: caturwarga; panca- pada: pancamarga, pancasila; sad- pada: sadpada; sapta- pada: saptaprasetya, saptamarga; hasta- pada: hastabrata; nawa- pada: nawaaksara; dasa- pada: dasasila;

30. akhiran –wan/-man/-wati

Akhiran –wan ditambahkan pada kata-kata benda yang berakhir dengan vokal a seperti pada gunawan, bangsawan, hartawan, negarawan, sastrawan dan sebagainya. Untuk kata-kata yang terakhir dengan vocal I atau u dulu digunakan akhiran –man seperti pada seniman, budiman, dan Hanuman. Sekarang varian –man sudah tidak produktif lagi, akhiran –wan digunakan juga untuk kata benda yang tidak berakhir dengan vokal a, contohnya rokhaniwan, bahariwan, ilmuwan. Kadang ada kecenderungan untuk menambahkan vokal a pada kata yang berakhir dengan vokal i, misalnya industriawan.

Dengan alat-alat ketatabahasaan di atas diharapkan bahwa bahasa Indonesia menjadi lebih luwes dalam menyatakan kembali berbagai konsep dalam berbagai bidang ilmu yang berasal dari Barat. Kemampuan untuk menyerap berbagai gagasan dari Barat dan mengungkapkannya kembali dalam bahasa Indonesia, diharapkan semakin meningkat. Kata-kata asing tidak kita pungut begitu saja, melainkan diusahakan agar dapat dinyatakan dengan kata-kata yang lebih bersifat Indonesia.

Kembali kepada sarana morfologi untuk menyatakan pengertian ‘negatif’ seperti yang dikemukakan pada awal subbab ini. Dari penggalian potensi yang ada pada bahasa Indonesia sendiri disarankan penggunaan awalan nir-, tan-, tak dan tuna. Dari pengamatan sekilas kelihatan bahwa penggunaan non- masih tetap lebih tinggi kekerapannya daripada awalan dalam bahasa Indonesia sendiri yang diusulkan. Awalan non- kita jumpai pada: non-gelar, non-Opec, non-beras, non-minyak, non-Jawa, non-pribumi, non-Barat, non-Islam dan sebagainya.Awalan nir- dan tan- jarang dijumpai. Sementara awalan tuna- memang agak produktif, seperti pada: tunadaksa, tunagrahita, tunaaksara.

Akhiran-akhiran –is seperti pada linguis, novelis; -ir seperti banker, mariner; -or seperti pada koruptor, senator; -ur seperti pada direktur, redaktur; menyatakan

Page 19: Pembentukan Kata

pelaku atau orang yang mempunyai pekerjaan atau keahlian dalam bidang tertentu. Begitu juga akhiran –us pada kritikus, teknikus, musikus, teoritikus, politikus, akademikus, yang jamaknya ditandai dengan akhiran –si; kritisi, teknisi, teoritisi, musisi, politisi, akademisi.

Dalam bahasa Indonesia ada awalan pe- dan pem- di samping akhiran –wan/-wati seperti yang disebutkan di atas. Beberapa kata asing memang dapat lebih diindonesiakan dengan akhiran –wan, misalnya: politikus/politisi menjadi negarawan, linguis menjadi ilmu bahasawan, grammarian menjadi tata bahasawan, librarian menjadi pustakawan.

Pembedaan tunggal-jamak seperti pada politikus dan politisi, kriterium dan criteria, datum dan data, unsur dan anasir tidak begitu diperhatikan dalam bahasa Indonesia. Memang sesudah terserap dalam bahasa Indonesia kata-kata itu tentu saja tidak perlu tunduk pada kaidah bahasa aslinya. Kalau politisi, criteria, data dan unsur yang lebih banyak dipakai boleh saja untuk menyatakan jamak kata itu diulang menjadi politisi-politisi, kriteria-kriteria, data-data atau unsur-unsur. Begitu juga kalau dalam suatu upacara penguburan seorang yang memberikan sambutan mengajak para hadirin berdoa agar arwah almarhumah diberi tempat yang layak di sisi Tuhan.

Awalan peng- tidak dapat bersaing dengan awalan-awalan tersebut di atas, juga dengan akhiran –wan/-wati. Kata benda berawalan peng- diturunkan dari kata kerja; menjahit – penjahit, mengarang – pengarang, melempar – pelempar. Bentuk pirsawan yang diturunkan dari pirsa ‘melihat’ dipandang tidak tepat dan diganti dengan pemirsa. Awalan peng- diturunkan dari kata kerja berawalan meng-, sedang variannya yang tidak mengandung sengauan diturunkan dari kata kerja berawalan ber. Adanya bentuk-bentuk pecatur, pegolf, pebowling, pejudo, pesilat, petenis, barangkali diturunkan dari bermain catur, golf, tenes, dan sebagainya.

Akhiran –asi atau –isasi sangat produktif, sampai-sampai kata-kata dalam bahasa Indonesia sendiri ada yang mendapat akhiran tersebut. Contohnya: turinisasi, lamtoronisasi, komporisasi, pompanisasi, randuisasi. Kata-kata bentukan dengan akhiran semacam ini sebenarnya dapat dinyatakan dengan konfiks peng – an misalnya penasionalan untuk nasionalisasi, pembaratan

Page 20: Pembentukan Kata

untuk westernisasi, pengintensifan untuk intensifikasi, pengonkretan untuk konkretisasi, pembabakan untuk periodisasi. Namun bentukan dengan –sasi atau –isasi tetap produktif dan banyak digunakan dalam bidang ilmu.

Hal yang sama berlaku untuk beberapa bentukan dengan akhiran –itas dengan konfiks ke–an seperti: objektivitas dengan keobjektifan, aktualitas dengan keaktualan, sportivitas dengan kesportifan, agresivitas dengan keagresifan, elastisitas dengan keelastisan, kompleksitas dengan kekompleksan.

Kata mantan, meskipun cakupan maknanya tidak seluas –eks, dalam beberapa pemakaian dapat menggantikan kata tersebut. Semacam awalan bak- dan lir- mempunyai arti yang sama dan rupanya sengaja ditawarkan mana yang dipilih diantara dua bentuk itu. Awalan dur- dan lawannya su- juga belum diterima dan dipergunakan oleh para penutur. Mengenai pasca- dan purna- kedua awalan itu kadang dikacaukan. Ada pelayanan pascajual dan pelayanan purnajual. Yang betul ialah pascajual. Pasca- adalah lawannya pra-, purna- tidak hanya menyatakan pengertian ‘selesai’ atau ‘sesudah’, melainkan juga ‘penuh; baik, atau berhasil’. Purnakaryawan ialah karyawan yang sudah menyelesaikan tugasnya dengan baik sampai pensiun.

D. Pembentukan Lebih Lanjut

Yang dimaksud pembentukan lebih lanjut ialah pembentukan kata turunan melalui proses morfologi bahasa Indonesia dengan kata-kata serapan sebagai bentuk dasarnya. Kata-kata serapan, sebagai warga kosakata bahasa Indonesia, juga dapat mengalami proses pembentukan sebagaimana warga kosakata yang lain. Proses pembentukan itu ada tiga macam, yaitu pengimbuhan, pengulangan, dan pemajemukan. Dalam kaitannya dengan unsur serapan, pembicaraan hanya menyangkut pengimbuhan, karena dalam pengulangan dan pemajemukan tidak ada yang perlu dibicarakan.

Pembicaraan mengenai pembentukan lebih lanjut sebenarnya sudah dimulai ketika dibicarakan konfiks peng–an dan ke-an dengan unsure serapan sebagai kata dasarnya. Begitu juga waktu dibicarakan pengulangan kata ‘data’ ‘ politisi’, dan ‘arwah’. Dalam kaitannya dengan penambahan awalan meng-, peng- dan peng–an perlu diamati apakah kata dasar yang berupa kata serapan itu diperlakukan sama atau berbeda dengan kata-kata yang lebih asli. Juga

Page 21: Pembentukan Kata

mengingat bahwa unsur-unsur serapan itu ada yang diawali dengan gugus konsonan.

Kata-kata yang diawali oleh konsonan hambatan tak bersuara /p/,/t/,/k/, dan geseran apiko-alveolar /s/ jika mendapat awalan meng- atau peng- fonem tersebut hilang atau luluh, contohnya: pukul menjadi memukul dan pemukul, tolong menjadi menolong dan penolong, karang menjadi mengarang dan pengarang, susun menjadi menyusun dan penyusun. Perlu dipertanyakan apakah hal yang sama juga dialami oleh kata-kata serapan, dan bagaimana jika fonem-fonem awal tersebut membentuk satu gugus dengan fonem-fonem yang lain.

Kata-kata serapan yang diawali dengan konsonan hambatan bilabial tak bersuara /p/ contohnya: paket, parker, potret, piket. Jika mendapat awalan meng- dan peng- atau peng – an, kata-kata tersebut menjadi memaketkan, memarkir, memotret, dan memiketi; pemaketan, pemarkiran, pemotretan, pemiketan. Jadi kata-kata serapan tersebut diperlakukan sama dengan kata-kata dalam bahasa Indonesia yang lain.

Kata-kata serapan yang diawali dengan konsonan hambatan apiko – dental tak bersuara /t/ contohnya: target, teror, terjemah, telpon. Apabila dibentuk dengan awalan meng- menjadi menargetkan atau mentargetkan; meneror atau menteror, menerjemahkan, dan menelpon. Jika dibentuk dengan peng – an menjadi; penargetan atau pentargetan, peneroran atau penteroran, penerjemahan, dan penelponan. Bentukan menargetkan dan penargetan, meneror dan peneroran agaknya masih belum berterima. Soal keberterimaan itu rupanya ditentukan oleh tingkat keasingan (atau keindonesiaan) kata serapan tersebut. Kata ‘tekel’ (dari tackle) tidak berterima jika dibentuk menjadi menekel dan penekelan, yang berterima ialah men-tekel dan pen-tekel-an.

Agar dapat dibentuk sesuai dengan kaidah morfofonemik yang berlaku, kata asing yang kemudian menjadi kata dasar itu harus sudah dikenal dengan baik. Kata yang belum begitu dikenal apabila mengalami proses morfofonemis menyebabkan orang sulit mengenal kata dasar dari suatu bentukan. Oleh karena itu, untuk kata-kata yang belum dikenal, bukan saja konsonan awalnya

Page 22: Pembentukan Kata

tidak mengalami peluluhan, melainkan juga diberi tanda hubung untuk mempertegas batas antara kata dasar dengan unsur-unsur pembentukannya, seperti contoh di atas yaitu men-tekel dan pen-tekel-an.

Konsonan geseran labio-dental tak bersuara /f/ dulu disesuaikan dengan system fonologi bahasa Indonesia menjadi /p/. Yang sudah disesuaikan menjadi /p/ mengalami penghilangan atau luluh, sedang apabila tetap /f/ mendapat sengauan yang homorgan, yaitu /m/. Contohnya: pikir menjadi memikirkan dan pemikiran; fitnah menjadi memfitnah dan pemfitnahan.

Konsonan hambatan dorso-velar tak bersuara /k/ yang mengalami kata-kata katrol, kontak, konsep, dan keker luluh apabila mendapat awalan meng- atau konfiks peng-an seperti terlihat pada: mengatrol dan pengatrolan, mengontak dan pengontakan, mengonsep dan pengonsepan, mengeker dan pengekeran.

Kata-kata serapan yang diawali dengan fonem geseran apiko-dental tak bersuara /s/ ada yang mengalami peluluhan ada yang tidak. Kata-kata tersebut contohnya: sample, setor, sekrup, setop. Jika mendapat awalan meng- dan peng-an kata-kata tersebut menjadi menyampel dan penyampelan, menyetor dan penyetoran, menyekrup dan penyekrupan, menyetop dan penyetopan.

Seperti halnya pada unsur serapan yang lain, kata-kata yang masih terasa asing mendapat perlakuan yang berbeda, contohnya pada kata “sinkrun” dan “sistematis”, jika mendapat awalan meng- dan peng-an menjadi mensinkrunkan dan pensinkrunan, mensistematiskan dan pensistematisan.

Kata dasar serapan yang diawali oleh gugus konsonan /pr/ seperti pada protes, program, produksi, dan praktik, jika mendapat awalan meng- /p/ tidak luluh menjadi: memprotes, memprogram, memproduksi, dan mempraktikkan. Tetapi apabila mendapat konfiks peng-an /p/-nya luluh menjadi: pemrotesan, pemrograman, pemroduksian, dan pemraktikan. Ini bukan perlakuan yang istimewa untuk unsur-unsur serapkan sebab hal yang demikian itu kita lihat juga pada bentukan memperkirakan, memprihatinkan.

Bagaimana dengan kata serapan yang diawali gugus konsonan /tr/, /kr/, dan /st/? kata-kata serapan yang diawali dengan gugus /kr/ contohnya: kritik, kristal, kredit, kreatif konsonan /k/-nya tidak hilang bila mendapat awalan

Page 23: Pembentukan Kata

meng- menjadi: mengkritik, mengkristal, mengkristal dan mengkreatifkan. Tetapi /k/ itu lebur apabila mendapat awalan peng- atau peng-an menjadi: pengritikan dan pengritik, pengristalan dan pengreditan dan pengredit.

Kata-kata serapan yang diawali dengan gugus konsonan /tr/, /st/, /sk/, /sp/, /pl/, /kl/, konsonan yang awalnya tidak pernah mengalami peleburan, baik dalam pembentukan dengan awalan meng-, peng-, maupun konfiks peng-an, contohnya: mentraktir, pentraktir, menstabilkan, penstabil, penstabilan; menskalakan, penskala, penskalaan; mensponsori, pensponsor, pensponsoran; memplester, pemplester, pemplesteran; mengkliping, pengkliping, pengklipingan.

Kata-kata serapan yang diawali oleh gugus konsonan yang terjadi atas tiga fonem dan fonem yang pertama berupa hambatan atau geseran tak bersuara, kalau ada, sudah tentu konsonan pertamanya tidak pernah lebur apabila mendapat awalan meng- atau peng-.

Kata-kata serapan itu tentu saja juga dapat mengalami proses pengulangan seperti pada: traktor-traktor, computer-komputer dan sebagainya. Kata-kata serapan tidak dapat mengalami perulangan sebagian yang berupa dwipurwa atau dwiwasana. Pada pengulangan dengan awalan konsonan awal pada suku ulangannya juga tidak luluh, contohnya: mempraktis-praktisan, mengkritik-kritik, menstabil-stabilkan.

E. Perhubungan antarmakna

Kata-kata biasanya mengandung komponen makna yang kompleks. Hal ini mengakibatkan adanya berbagai perhubungan yang memperlihatkan kesamaan, pertentangan, tumpang tindih, dan sebagainya. Dalam hal ini para ahli semantik telah mengklasifikasikan perhubungan makna itu ke dalam berbagai kategori, seperti sinonimi, polisemi, hiponimi, antonimi dan sebagainya. Berikut akan dijelaskan beberapa kategori yang penting dalam pembahasan semantik.

a. Sinonimi

Page 24: Pembentukan Kata

Dua buah kata yang mempunyai kemiripan makna diantaranya disebut dua kata yang sinonim. Kata perempuan yang mempunyai komponen makna manusia dewasa berkelamin perempuan adalah sinonim dengan kata wanita. Keduanya mempunyai komponen makna yang sama. Sekalipun kata perempuan dan wanita sulit dibedakan artinya namun di dalamnya ternyata ada unsur emotif yang membedakannya. Kata perempuan merupakan kata yang metral, dan wanita terasa ada implikasi penghargaan pengucapannya.

b. Hiponimi

Dekat dengan perhubungan yang disebut sinonimi adalah perhubungan yang disebut hiponimi. Hiponimi menyatakan hubungan makna yang mengandung pengertian hubungan hierarkis. Bila sebuah kata memiliki semua komponen makna kata lainnya, tetapi tidak sebaliknya, maka perhubungan itu disebut hiponimi. Kata warna meliputi semua warna lain. Jadi merah, hitam, hijau adalah hiponim dari kata warna. Hiponimi kemudian menjadi dasar pendekatan yang disebut dengan semantic field atau semantic domain, yaitu pendekatan semantik yang mecoba melakukan klasifikasi makna berdasarkan persamaan arti atau bidang makna yang sama dikumpulkan dalam satu kelompok

c. Homonimi dan Polisemi

Bila terdapat dua buah makna atau lebih yang dinyatakan dengan sebuah bentuk yang sama, maka perhubungan makna dan bentuk itu disebut homonimi (sama nama atau juga yang sering disebut homofini (sama bunyi). Kata seperti pukul dapat menyiratkan makna (1) jam seperti terdapat dalam pukul tiga, dan dapat menyiratkan makna (2) kegiatan memukul. Kata yang mempunyai banyak makna disebut polisemi. Kata bisa (1) dan bisa (2) mengandung makna yang sama sekali berbeda, oleh sebab itu dianggap dua kata yang dua kata yang kebetulan bunyi sama atau sama nama. Tetapi kata pukul mempunyai dua makna yang saling berhubungan, dan oleh karena itu disebut kata yang mempunyai banyak makna.

d. Antonimi

Perhubungan makna yang terdapat antara sinonimi, polisemi, homonimi, hiponimi, atau polisemi, bertalian dengan kesamaan-kesamaan, antonimi, sebaliknya, dipakai untuk menyebut makna yang berlawanan. Bentuk-bentuk

Page 25: Pembentukan Kata

seperti laki-laki dan hidup,  masing-masing berantonim dengan perempuan dan mati . Dan kata-kata yang berlawanan makna itu disebut mempunyai perhubungan yang bersifat antonimi.

http://susilo.adi.setyawan.student.fkip.uns.ac.id/2009/04/12/pembentukan-kata/

Pembentukan Kata Secara Nonmorfologis

Friday, March 26, 2010 Dituliskan oleh Syiham Al Ahmadi

1. AbreviasiAbreviasi adalah proses penanggalan satu atau beberapa bagian kata atau kombinasi kata sehingga jadilah bentuk baru. Kata lain abreviasi ialah pemendekan. Hasil proses abreviasi disebut kependekan. Bentuk kependekan dalam bahasa Indonesia muncul karena terdesak oleh kebutuhan untuk berbahasa secara praktis dan cepat. Kebutuhan ini paling terasa di bidang teknis, seperti cabang-cabang ilmu, kepanduan, dan angkatan bersenjata.Jenis abreviasi sebagai berikut.a. Singkatan yaitu salah satu hasil proses pemendekan yang berupa huruf atau gabungan huruf, baik yang dieja huruf demi huruf, seperti:FSUI (Fakultas Sastra Universitas Indonesia), DKI (Daerah Khusus Ibukota, dan KKN( Kuliah Kerja Nyata), maupun yang tidak dieja huruf demi huruf, seperti:dll. (dan lain-lain),dgn. (dengan),dst. (dan seterusnya).b. Penggalan yaitu proses pemendekan yang menghilangkan salah satu bagian dari kata seperti:Prof. (Profesor)Bu (Ibu)Pak (Bapak)c. Akronim, yaitu proses pemendekan yang menggabungkan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang memenuhi kaidah fonotaktik Indonesia, seperti:FKIP /fkip/ dan bukan /ef/, /ka/, /i/, /pe/ABRI /abri/ dan bukan /a/, /be/, /er/, /i/

Page 26: Pembentukan Kata

AMPI /ampi/ dan bukan /a/, /em/ /pe, /i/d. Kontraksi, yaitu proses pemendekan yang meringkaskan kata dasar atau gabungan kata, seperti:tak dari tidaksendratari dari seni drama dan tariberdikari dari berdiri di atas kaki sendirirudal dari peluru kendalie. Lambang huruf, yaitu proses pemendekan yang menghasilkan satu huruf atau lebih yang menggambarkan konsep dasar kuantitas, satuan atau unsur, seperti:g (gram)cm (sentimeter)Au (Aurum)Sumber: Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia, Harimurti Kridalaksana, 1992, Gramedia Pustaka Utama

2. Perubahan Bentuk KataProses pembentukan kata melalui perubahan bentuk kata dapat disebut proses pembentukan kata secara nonmorfologis.Macam-macam perubahan bentuk kata sebagai berikut.a. Asimilasi adalah gejala dua buah fonem yang tidak sama dijadikan sama.alsalam --> asalamad similatio --> asimilasib. Disimilasi adalah proses perubahan bentuk kata dari dua buah fonem yang sama dijadikan tidak sama.vanantara (Skt) --> belantaracitta (Skt) --> ciptac. Diftongisasi adalah proses suatu monoftong yang berubah menjadi diftong.anggota --> anggautateladan --> tauladand. Monoftongisasi adalah proses suatu diftong yang berubah menjadi monoftong.pulau --> pulosungai --> sungedanau --> dano

Page 27: Pembentukan Kata

e. Haplologi adalah proses sebuah kata yang kehilangan suatu silaba (suku kata) di tengah-tengahnya.Samanantara (Skt: sama + an + antara) --> sementarabudhidaya --> budayamahardika (Skt: maha + ardhika) --> merdekaf. Anaptiksis (= suara bakti) adalah proses penambahan bunyi dalam suatu kata guna melancarkan ucapannya.sloka --> selokaglana --> gelana, gulanag. Metatesis adalah proses perubahan bentuk kata dari dua fonem dalam sebuah kata yang bertukar tempatnya.padma --> padam (merah padam = merah seperti padma:padma = lotus merah)drohaka --> durhakaprtyaya --> percayaarca --> recabanteras --> berantash. Aferesis adalah proses suatu kata kehilangan satu atau lebih fonem pada awal katanya.adhyasa --> jaksaupawasa --> puasai. Sinkop adalah proses suatu kata kehilangan satu fonem atau lebih di tengah-tengah kata tersebut.domina --> donalistuhaju --> lituhayuj. Apokop adalah proses suatu kata kehilangan suatu fonem pada akhir kata.pelangit --> pelangipossesiva --> posesifk. Protesis adalah proses suatu kata mendapat tambahan satu fonem pada awal kata.lang --> elang mas --> emassmara --> asmara stri --> istril. Epentesis (= mesogoge) adalah proses suatu kata mendapat tambahan suatu fonem atau lebih di tengah-tengah kata.akasa --> angkasa gopala (Skt) --> gembala

Page 28: Pembentukan Kata

jaladhi --> jeladri racana (Skt) --> rencanam. Paragog adalah proses penambahan fonem pada akhir kata:hulubala --> hulubalang ana --> anakina --> inang kaka --> kakakSumber: Tatabahasa Indonesia, Gorys Keraf, 1970

sumber artikel blog ini : 1. Wikipedia.org 2. BSE Depdiknas.go.id 3. id.shvoong.com 4. Google.com

← Pengelolaan pengetahuan kolektif

Firefox 3.5 →

Pembentukan kata

25 Juni 2009 oleh Ivan Lanin 5 Komentar

Scribd, layanan berbagi dokumen daring, untuk sekian kalinya terbukti sangat bermanfaat. Sewaktu penasaran mencari tahu apakah pedantic seharusnya diserap menjadi pedantik atau pedantis, saya menemukan dokumen Pembentukan Kata yang menjabarkan dengan cukup jelas masalah ini.

Pengetahuan mengenai proses pembentukan kata atau lema sangat berguna untuk membentuk istilah baru bahasa Indonesia sebagai terjemahan dari bahasa asing, atau paling tidak untuk memahami bagaimana suatu padanan kata bahasa Indonesia dibentuk dari bahasa asalnya.

Proses pembuatan kata bentukan yang memiliki makna baru dari kata dasar dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu

1. afiksasi atau pengimbuhan – misalnya berdamai,2. reduplikasi atau pengulangan – misalnya abu-abu, serta

Page 29: Pembentukan Kata

3. komposisi atau pemajemukan, misalnya garam dapur, roda gila.

Pembentukan kata dapat juga dilakukan dengan kombinasi ketiga cara tersebut.

Afiksasi

Afiks atau imbuhan adalah morfem atau bentuk terikat yang digunakan untuk membentuk neologisme. Biasa dikelompokkan menurut posisi penempatannya terhadap kata dasar, jenis imbuhan yang paling sering digunakan dalam bahasa Indonesia adalah:

1. prefiks (awalan, misalnya me-, ber-, nara-),2. sufiks (akhiran, misalnya -an, -wan),3. infiks (sisipan di tengah, misalnya -em-, -el-), dan4. konfiks (gabungan dua afiks tunggal, misalnya ke- -an, pe- -an).

Contohnya istilah nirkabel sebagai padanan wireless dari bahasa Inggris yang terdiri dari kata dasar wire (kabel) dan sufiks -less. Sufiks -less dalam bahasa Inggris bisa berarti tidak, tanpa, atau kurang. Afiks yang memiliki makna serupa dalam bahasa Indonesia sebenarnya ada beberapa, seperti awa-, dur-, nir-, dan tuna-. Kenapa akhirnya dipilih nir-, mungkin karena lebih enak terdengarnya dan bukan berarti bahwa semua sufiks -less pasti dialihbahasakan menjadi nir-.

Reduplikasi

Reduplikasi adalah fenomena linguistik berupa pengulangan suatu kata atau unsur kata (fonem, morfem) membentuk lema baru yang dapat mengubah makna dasar. Dalam bahasa Indonesia, reduplikasi sering dilakukan dengan menambahkan tanda hubung (-).

Komposisi

Banyak sekali lema yang dibentuk melalui proses pemajemukan dalam bahasa Indonesia, contohnya rumah sakit, terima kasih, dll.

Yang menarik adalah, meskipun EYD telah mengatur dengan cukup jelas tata cara penulisan gabungan kata, masih banyak ditemukan kesalahan yang dilakukan pengguna bahasa Indonesia dalam menuliskan kata majemuk. Prinsip ringkas penulisan kata gabungan adalah:

1. Ditulis terpisah antar unsurnya. Contoh darah daging.2. Boleh diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian dan

menghindari salah pengertian. Contoh orang-tua muda.

Page 30: Pembentukan Kata

3. Ditulis terpisah jika hanya diberi awalan atau akhiran. Contoh: berterima kasih.

4. Ditulis serangkai jika sekaligus diberi awalan dan akhiran. Contoh: menyebarluaskan.

5. Ditulis serangkai untuk beberapa lema yang telah ditentukan. Contohnya manakala, kilometer. Daftar lengkap bisa dilihat di pedoman EYD.

Kateglo

Kateglo 0.0.21 mencoba menerapkan pengetahuan pembentukan kata ini dengan:

1. Penggabungan tipe kata berimbuhan dan kata majemuk menjadi kata turunan yang lebih umum. Memang jadi tidak spesifik, tapi karena sebenarnya kata bentukan bisa merupakan kombinasi pemberian imbuhan, penggabungan dengan kata lain, dan perulangan, pembagian saklek menjadi dua jenis tipe malah bisa menyesatkan. Toh nanti bisa dipilah dengan ekspresi reguler.

2. Penambahan kelompok lema imbuhan. Hal ini dimaksudkan agar pengguna bahasa Indonesia jadi lebih sadar bahwa bahasa Indonesia pun cukup kaya afiks dan tahu bahwa -er atau -ger itu bukan sufiks bahasa Indonesia.

Hal lain yang dilakukan antara lain adalah:

1. Penyiapan fitur pengalihan, untuk menandai mana kata yang sering salah eja. KBBI telah berbaik hati karena menyertakan juga lema-lema yang sebenarnya salah dengan memberi tanda panah → menuju jalan yang benar. Contohnya apotik → apotek, atau resiko → risiko.

2. Pemasukan data terjemahan yang telah diizinkan penggunaannya dengan lisensi bebas oleh ebsoft dan gkamus. Bagian terjemahan dimasukkan dalam entri kamus di antara tesaurus dan glosarium. Contohnya pada entri dua.

Ada yang tahu, data kamus daring mana lagi yang cukup bagus untuk disertakan di Kateglo dengan lisensi bebas sesuai dengan CC-BY-NC-SA?

http://ivanlanin.wordpress.com/2009/06/25/pembentukan-kata/

Proses Pembentukan Kata

Page 31: Pembentukan Kata

 

Selain daripada kata tunggal, maka kata terbitan, kata majmuk, dan kata ganda terbentuk melalui proses pembentukan kata.

 

Proses berkenaan diterangkan melalui skema rajah berikut:

Page 32: Pembentukan Kata

http://www.tutor.com.my/tutor/stpm/Proses%20pembentukan%20kata/proses_pembentukan_kata.htm 

morfologis adalah proses pembentukan kata-kata dari bentuk lain

3.2.1       Proses Morfologis

Yang dimaksud dengan proses morfologis adalah

proses pembentukan kata-kata dari bentuk lain yang

merupakan betuk dasarnya (Ramlan, 1980:27), atau cara

pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem

yang satu dengan morfem yang lain (samsuri,

1981:190). Dalam Bahasa Sunda ada empat macam proses

morfologi ialah afiksasi, pengulangan, pemajemukan,

dan nasalisasi.

3.2.1.1 Afiksasi

Proses morfologis yang berupa afiksasi dapat

terjadi dari prefiksasi, sufiksasi, dan infiksasi.

Hal ini tidak jauh berbeda dengan proses morfologis

pada struktur Bahasa Indonesia.

Page 33: Pembentukan Kata

3.2.1.1.1   Prefiksasi

Prefiksasi ialah penambahan prefiks, yaitu afiks

yang dibubuhkan pada awal kata. Contoh:

PREFIKS KATA PREFIKSASI

Nga- lawan Ngalawan ’melawan’

Pa- tani Patani ’petani’

pada datang Pada datang ’sama-sama

datang’

Ka- liwat Kaliwat ’terlewat’

3.2.1.1.2   Sufiksasi

Sufiksasi ialah penambahan sufiks yaitu afiks

yang dibubuhkan pada akhir kata. Contoh:

SUFIKS KATA SUFIKSASI

-an tujuh Tujuhan ’bertujuh’

-eun dahar Dahareun ’makanan’

-keun alung Alungkeun ’lemparkan”

-na omong Omongna ’ucapnya'

Pengimbuhan

 

Proses pengimbuhan ialah proses merangkaikan imbuhan kepada kada dasar untuk menerbitkan perkataan yang berlainan makna serta fungsi nahunya.

Dalam bahasa Melayu, imbuhan terdiri daripada morfem terikat yang dirangkaikan kepada kata dasar.

Page 34: Pembentukan Kata

Imbuhan tergolong dala empat jenis, iaitu awalan, akhiran, apitan dan sisipan.

 

Imbuhan Kata Nama

Kata nama menerima keempat-empat jenis imbuhan - awalan, akhiran, apitan dan sisipan.

Contoh imbuhan pada awalan ayat

Awalan VarianContoh

perkataancontoh

penggunaan

ke- kekerabat, ketladak, kekasih

Kerabat diraja itu makan di warung sahaja.

maksud awalan ke- menjadi penanda orang atau benda dengan memberi tumpuan kepada maksud yang terkandung dalam kata dasar. Kata nama yang diterbitkan mungkin konkrit atau bastrak

peN- pe-pewangi, peragut, pesalah

Orang ramai membelasah peragut rantai itu sehingga pengsan.

  pem-pemfatwa, pemproses, pemberontak

Mesin pemproses sawit itu mahal harganya.

  pen-

pensyarah, penswastaan, penagih, pendapat

Pensyarah itu keletihan kerana menyampaikan lima kuliah sehari

  peng- pengkritik, pengamal, pengkhianat, pengacau, pengaudit, penghantar,

Pengacau itu menggangu pengasuh kanak-kanak setiap hari.

Page 35: Pembentukan Kata

pengasuh

  penge-

pengecualian, pengeluar, pengesan, pengebom

Pengebom berani mati itu terkorban akibat perbuatan sendiri

  pel-

pelabur, pelajar, pelayar, pelampau, pelakon

Pelabur diingatkan supaya menyemak nombor kad pengenalan sebelum mengisi borang.

peR- per pertapa

Pertapa itu menghabiskan masa enam purnama untuk menghabiskan zikirnya.

juru- juru-jurutaip, jururunding, jurubahasa

Semua tugas diserahkan kepada jurutaip, sehingga akhirnya dia meletakkan jawatan.

dwi-(menunjukkan bilangan dua bagi kata dasar)

dwi-dwibahasa, dwifungsi, dwiedaran

Majalah itu diterbitkan dalam dwibahasa iaitu Tamil dan Inggeris.

eka-(menunjukkan bilangan satu, kadangkala dirujuk juga

eka- ekabahasa, ekakaum, ekafungsi

Pengunaan ekabahasa belum tentu menjamin perpaduan

Page 36: Pembentukan Kata

adi-) negara

pasca-(dirujuk kepada `selepas')

pasca- pascasiswazah

Pengajian pascasiswazah merujuk kepada bidang-bidang sarjana dan kedoktoran.

pra-(menunjukkan makna `sebelum')

pra-prasejarah, prakemerdekaan

Ahli arekologi itu menggali tulang-temulang manusia prasejarah.

swa-menunjukkan maksud `sendiri')

swa-swalayan, swamodal, swakarya

Pelanggan mengambil sendiri makanan di restoran swalayan itu.

 

Contoh imbuhan pada akhiran ayat

Akhiran contoh perkataan-man (menunjukkan sifat perkara - samada orang atau benda- yang dirujuk)

seniman, budiman

-wan (perkara yang dirujuk adalah ahli dalam bidangnya)

olahragawan, usahawan

-wati (menunjukkan wanita yang ahll dalam bidangnya)

pragawati, olahragawati

-anpakaian, kudapan, senaman, latihan, kenalan, jualan

 

Contoh imbuhan pada apitan ayat

Apitan contoh perkataan

Page 37: Pembentukan Kata

ke....an kezaliman, kesenangan

pe...anperanan, pesisiran, pelancongan, pekarangan, peperangan

peN...an penyusunan, pengurangan

 

Contoh imbuhan sisipan pada ayat

sisipan contoh perkataan-el- telunjuk, kelengkeng, kelabut-er- keruping, seruling, serabut-em- kemuning, kemuncup, kemelut

 

Tatabahasa

 

 

1.       Secara umumnya tatabahasa bahasa Melayu mencakupi dua bidang iaitu morfologi dan sintaksis

 

2.       Morfologi ialah bidang yang mengkaji struktur, pembentukan kata dan golongan kata.

 

3.       Dalam morfologi, unit terkecil yang mempunyai makna dan tugas nahu ialah morfem.

 

4.       Para pelajar juga perlu mengetahui maksud istilah morfem dan kata. Ini kerana kedua-dua adalah berbeza dari segi fungsi dan konsep.

 

Page 38: Pembentukan Kata

Morfem

 

1.       Morfem ialah unit terkecil yang menjadi unsur perkaaan.

 

2.       Sekiranya kata tidak boleh dipecahkan kepada unit bermakna atau nahu yang lebih kecil, maka kata-kata ini erdirid aripada satu unit atau satu morfem. Misalnya minum.

 

3.       Minum tidak akan berfungsi dan memberi makna jika dipecahkan kepada mi dan num

 

4.       Sebaliknya, kata diminum boleh dipecahkan kepada dua morfem, iaitu di dan minum.

 

5.       Kesimpulannya, perkataan boleh terdiri daripada beberapa morfem.

 

 

 

Latihan

 

Berapa bilangan morfem bagi setiap perkataan berikut:

 

      i.        memperjuangkan

     ii.        memperlekeh

Page 39: Pembentukan Kata

   iii.        perjuangan

   iv.        menduduki

     v.        dikasari

 

 

 

Morfem dapat dibahagikan kepada dua jenis seperti berikut:

 

 

 

Morfem

Morfem bebas

Morfem terikat

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 40: Pembentukan Kata

 

 

 

 

 

Morfem bebas Morfem terikat/imbuhan 1.       Dapat berdiri sendiri,

misalnya, minum, cuti, sekolah, periksa

2.       mempunyai makna sendiri

1.       Bentuk imbuhan, misalnya, mem, per, kan, ber

2.       Tidak mempunyai makna, tapi mempunyai fungsi tatabahasa atau nahu. Boleh mengubah makna sesuatu kata, dan seterusnya makna ayat.

 

 

 

 

Morfem terikat/imbuhan pula boleh dibahagikan seperti berikut:

 

Morfem terikat/imbuhan

Awalan - ditambah pada bahagian depan kata dasar. Misalnya, membaca, menghafal.

Akhiran - ditambahkan pada bahagian belakang kata dasar

Sisipan - diselitkan di antara unsur-unsur kata dasar - misalnya, telapak (tapak).

Page 41: Pembentukan Kata

Apitan - ditambahkan serentak pada awalan dan akhiran kata dasar. Misalnya, imbuhan per……..an, permainan.

Konsep Perkataan

 

Merupakan unit ujaran yang bebas dan bermakna

 Kata boleh dibahagikan kepada berikut:  

Page 42: Pembentukan Kata

 

Latihan

 

Tukarkan bentuk kata dasar berikut kepada sebanyak mungkin kata imbuhan yang berlainan maknanya.

 

      i.        Makan

     ii.        Minum

   iii.        Tulen

   iv.        Pergi

     v.        Baik

   vi.        Lelaki

  vii.        Wanita

viii.        Banjir

Page 43: Pembentukan Kata

   ix.        Asing

 

 

Bentuk-bentuk Kata

 Kata/perkataan boleh dibahagikan kepada bentuk-bentuk berikut:

 

Kata tunggal       i.        Tidak menerima imbuhan atau kata dasar yang lain.

     ii.        Akronim yang sudah diterima pakai juga tergolong dalam kata tunggal, misalnya; Mara, Petronas, Lada, tadika (taman didikan kanak-kanak), pawagam (panggung wayang gambar) dan sebagainya.

   iii.        Para pelajar diingatkan bahawa akronim tidak sama dengan singkatan.

    iv.        Singkatan ialah kependekan bagi satu atau beberapa perkataan seperti IT untuk teknologi maklumat (information technology) dan PM untuk Perdana Menteri.

     v.        Jelaslah, singkatan tidak termasuk dalam kata tunggal seperti akronim.

Kata terbitan       i.        Terdiri daripada kata dasar atau kata akar yang melalui proses pengimbuhan, sama ada awalan, akhiran,

Page 44: Pembentukan Kata

sisipan atau apitan.

  Kata majmuk       i.        Terbentuk hasil

gandingan dua atau lebih kata dasar.

     ii.        Rumus penting ialah tiada kata lain yang boleh disisipkan di antara gandingan tersebut. Jika dapat disisipkan kata lain dan membawa makna tertentu, maka ia bukan kata majmuk, tetapi tergolong dalam frasa.

   iii.        Misalnya; Budak berlari bukan kata majmuk kerana ia boleh menjadi budak itu berlari, atau budak yang berlari itu.

    iv.        Pada umumnya, kata majmuk dieja terpisah kecuali yang sudah mantap sebagai satu perkataan. (lihat lampiran 1)

Kata ganda       i.        Kata ganda ialah pengulangan kata dasar sama ada dengan mengulang seluruh kata dasar (penggandaan penuh) atau sebahagian daripada kata dasar (penggandaan separa), seperti gila-gila, gula-gula, suka-suka, labah-labah, rama-rama dan sebagainya.

     ii.        Contoh penggandaan separa ialah pepatung, lelabah, sesekali dan

Page 45: Pembentukan Kata

sebagainya.

 

 

 

Latihan

 

      i.        Cari sebanyak mungkin akar kata bahasa Melayu , dan bincangkan dengan guru kelas anda untuk memperkaya perbendaharaan kata. (sia rujuk tesaurus aau kamus jika perlu)

 

     ii.        Baca petikan berikut dan bezakan mengikut kata tunggal, kata terbitan, kata majmuk dan kata ganda.

 

Mengikut D. Mitchell, nilai membawa maksud ``…scarce objects of socially conditioned desire unevenly distributed and differently ranked.'' Ertinya, nilai adalah sesuatu yang dingini oleh masyarkat kerana ia dianggap baik dan berharga. Namun begitu ia tidaklah sama bagi semua keadaan dan tempat mahupun masa.

Akibat kolonialisme sering dibincangkan dan sering pula kita rasakan dalam siri tulisan kita. Tapi, jaringan yang kompleks dan kesan yang dalam serta panjang seperti yang dianalisis oleh Edward Said, jarang kita fahami. Katanya, ``…orientalist reality is both antihuman and persistently. Its scope, as much as its institutions and all pervasive influence last up toe the present.'' Lebih daripada melemahkan peribadi sesuatu bangsa, sikap dan nilai orientalis itu antimanusia.

Seorang orientalis dengan pendekatannya mendukung

Page 46: Pembentukan Kata

prasangka terhadap bangsa yang dijajah dan melawan atau menafikan dasar-dasar kemanusiaan dengan membahagikan dan membeza-bezakannya ke dalam kategori yang luas dan tidak dapat dipertanggungjawabkan.

(Muhammad Hj. Salleh dan Harun Mat Piah, 1987. ``Jalan Di Seberang Simpang: Arah Pengajian Sastera Melayu ``Tradisional'' dlm. Perkembangan Sastera Kebangsaan, DBP, hlm. 87.)

 

Pemajmukan

 

1.       Pemajmukan ialah proses menggandingkan dua kata dasar atau lebih untuk memberi makna tertentu, seperti buah tangan, ketua meja, kerani pos, telefon terus dail, setiausaha dan sebagainya.

2.       Perlu ditekankan bahawa gandingan dua kata atau lebih jika boleh disisipkan kata lain antara gandingan perkataan itu tidak dikira sebagai majmuk. Ia akan menjadi frasa. Contohnya:

                     i.       Muda mudi boleh menjadi muda dan mudi

                   ii.       Hitam legam boleh menjadi hitam lagi legam

                  iii.       Hujan renyai boleh menjadi hujan yang renyai

Proses menggandingkan dua kata dasar atau lebih untuk mendukung makna tertentu berlaku dengan tiga cara, iaitu:

                     i.       Umum

                   ii.       Istilah

                  iii.       Kiasan/peribahasa

Page 47: Pembentukan Kata

Penggandaan

 

1. Semua bentuk kata nama, iaitu kata nama tunggal, kata nama terbitan dan kata nama majmuk boleh digandakan. Penggandaan ialah proses pengulangan kata dasar sepenuhnya, atau sebahagian sahaja.

 

2. Ada empat jenis kata nama ganda, iaitu

 

i. Gandaan penuh

ii. Gandaan separa

iii. Gandaan berentak

iv. Gandaan makna

 

3. Bagaimana pun ada ahli bahasa yang men membahagikan kata ganda kepada tiga jenis iaitu

 

i. penggandaan penuh

ii. penggandaan berentak

iii. pengandaan separa.

 

 

Penggandaan penuh

Page 48: Pembentukan Kata

 

1. Sesuatu kata nama itu digandakan seluruhnya. 2. Kata yang digandakan itu boleh terdiri daripada kata nama

tunggal, kata nama terbitan, dan kata nama majmuk. 3. Kata yang digandakan ini dipisahkandengan menggunakan

sengkang.

 

Contoh-contoh mengikut jenis kata adalah seperti berikut:

 

Kata nama tunggalAlat alat-alat Budak budak-budak Rumah rumah-rumah Murid Murid-murid Kura Kura-kura Makan Makan-makan Tadika Tadka-tadika

  

Kata nama terbitanKetua ketua-ketua Pekebun pekebun-pekebun Makanan makanan-makanan Persatuan persatuan-persatuan pejuang pejuang-pejuang Kedutaan Kedutaan-kedutaan

 

Penggandaan Berentak

 

Page 49: Pembentukan Kata

1. Pengulangan kata dasar  mengikut rentak bunyi kata dasar. 2. Seluruh kata nama itu digandakan danbunyi-bunyi konsonan dan

vokal tertentu diulang dan diubah. 3. Rentak yang digunakan mungkin pengulangan vokal, konsonan

atau sebahagian bunyi kata dasar. 4. Rentak yang digunakan mungkin pengulangan vokal, konsonan

atau sebahagian bunyi kata dasar. 5. Penggandaan beretak boleh dibahagikan kepada lima jenis pula,

iaitu:

i. penggandaan suku kata awal

ii. penggandaan suku kata akhir

iii. penggandaan konsonan

iv. penggandaan bersisipan

v. penggandaan berakhiran

 

6. Bagaimanapun, pnggandaan berentak biasanya dilihat daripada aspek fonologi, atau cara sebutan dan bunyi yang dikeluarkan.

7. Lihat contoh-contoh di bawah. Kata yang digandakan itu

dipisahkan dengan menggunakan sengkang (-)

  

Rentak pada pengulangan vokal atau diftongCerai cerai-berai Hina Hina-dina Sayu Sayur-mayur

 

 

Page 50: Pembentukan Kata

Rentak pengulangan konsonangunung Gunung-ganang susap Susap-sasap simpang Simpang-siur

  

 

Penggandaan suku kata awal

Vokal dalam suku kata awal diulang, dan vokal dalam suku kata akhir berubah. Contoh:

Bukit bukit-bukau Warna warna warni Batu batu-batan

  

Penggandaan suku kata akhir

Vokal atau konsonan dalam suku kata akhir kekal.

Contoh:           

Sayur   sayur mayur Kuih kuih-muih Lauk  lauk pauk

                             

Penggandaan konsonan

Penggandaan jenis isni hanya mngulkang konsonan dalam kata dasar, tetapi vokalnya berubah

Contoh: 

Gunung gunung-ganang

Page 51: Pembentukan Kata

Guruh guruh-garah

    

Penggandaan bersisipan

Seluruh kata dasar diulang. Bentuk gandaannya menerima sisipan –em- selepas konsonan pertama bentuk ulangannya.

Contoh:

Tali tali-temali Gunung gunung-ganang Jari jari jemari

           

 Penggandaan berakhiran

Penggandaan penuh juga bolehmenerima akhiran –an. Lazimnya gandaan penuh menunjukkan jamak. Akhiran –an menambahkan maknannya menjadi pelbagai.

Contoh:

Sayur sayur-sayuran Biji Biji-bijian Barang barang-barangan

      

Penggandaan separa

 

1. Penggandaan separa ialah pengulangan sebahagian daripada kata dasar. Penggandaan boleh berlaku pada kata dasar atau kata terbitan.

2. Kata tunggal

(a) Penggandaan separa merupakan varian kepada sesetengah penggandaan penuh. Suku kata akhir kata dasar

Page 52: Pembentukan Kata

digugurkan dan vokal asal suku kata pertama yang dulang dilemahkan menjadi vokal tengah atau / a /

 

Contoh:             

Kata dasar Penggandaan penuh

Penggandaan separa

laki Laki-laki Lelaki langit Langit-langit Lelangit suatu Satu-satu Sesuatu budak Budak-budak Bebudak siku Siku-siku sesiku

 

 

3. Kata terbitan

(a) penggandaan ini melibatkan kata yang sudah mengalami proses pengimbuhan. Pengulangan berlaku pada kata dasar dengan dua cara.

I. Kata dasar diulang sepenuhnya dan awalamn dirangkaikan pada bahagian depan kata yang pertama atau atau penggandaan separa depan.

II. Kata dasar diulang sepenuhnya tetapi imbuhan dirangkaikan di bahagian depan kata yang kedua atau penggandaan separa belakang. Pengulangan tetapi dipisahkan dengan sengkang.

 

4. Imbuhan di depan kata pertama (penggandaan separa belakang)

Kata dasar Kata terbitan Kata ganda

Page 53: Pembentukan Kata

bual Ber + bual Berbual-bual cari Ter + cari Tercari-cari gila Ter + gila Tergila-gila borak Ber + borak Berborak=borak akan Se + akan Seakan-akan

 

 

 

5. Imbuhan di depan kata kedua (penggandaan separa depan)

 

Kata dasar Kata terbitan Kata ganda anak Ber + anak Anak-beranak kejar Men + kejar Kejar-mengejar

 

 

 

6. kata ganda boleh didapati dalam golongan kata nama, kata kerja, dan kata adjektif. (lihat lampiran)

 

Penggandaan Makna

 

1. Kata nama tertentu digandakan dengan perkataan yang sama maknanya. Contoh:

 

Ipar ipar duai Ipar ipar lamai

Page 54: Pembentukan Kata

Saudara saudara mara

 

 

 

Makna Penggandaan

 

Ada empat makna tambahan kepada kata nama apabila digandakan, iaitu:

 

a. menunjukkan banyak

 

buku buku-buku ketua ketua-ketua jabatan jabatan-jabatan gunung gunung-ganang bukit bukit-bukau

 

 

   

b. membentuk nama haiwan

biri-biri kupu-kupu kunang-kunang

 

 

Page 55: Pembentukan Kata

c. membentuk nama bagi benda yang menyerupai

langit langit-langit (menyerupai langit) siku siku-siku (menyerupai siku) orang orang-orang (menyerupai orang)

 

         

   

d. Menunjukkan pelbagai jenis

sayur sayur-mayur kuih kuih-muih saudara saudara-mara

 

 

                   

     

 

Latihan

 

a. Nyatakan jenis gandaan perkataan dalam ayat-ayat berikut:

 

Layang-layang putus talinya

Akan daki gunung-gemunung

Sumber zat makanan terdapat juga pada biji-bijian

Page 56: Pembentukan Kata

Hutang-piutang beliau belum dibayar

Dia berkahwin dengan seseorang yang mempunyai ramai adik-beradik

Jari-jemari para penari itu lembut belaka

Pada waktu malam, api-api berterbangan di angkasa

Layang-layang yang tidur di wayar elektrik itu datang dari Negara Cina pada musim sejuk

Bukit bukau di kawasan itu tidak dilitupi oleh tumbuhan tebal

Apabila buah padi mula timbul orang-orang dipasang di setiap sudut sawah itu.

 

b. Tentukan makna kata ganda dalam ayat-ayat berikut:

 

1. Orang-orang dibuat daripada baju buruk bagi menakutkan burung

2. Negara Malaysia kaya dengan hasil-hasilan buminya. 3. Mereka miskin harta benda, tetapi kaya dengan sahabat-

sahabat. 4. Pelajar-pelajar maktab dikehendaki berpakaian kemas

apabila keluar dari asrama. 5. Langit-langit budak itu penuh dengan kudis. 6. Roda itu mempunyai jejari yang diperbuat daripada

aluminium.

 

 

c. beri bentuk gandaan kata nama berikut:

Page 57: Pembentukan Kata

 

1. hasil 2. asal 3. sahabat 4. pemuda 5. ibu 6. datuk

Golongan kata

 

Dalam bahasa Melayu terdapat dua kumpulan kata, iaitu:

               I.     Kata isian (kumpulan yang terbuka kerana sentiasa berkembang)

             II.      Kata tugas (kumpulan kata tertutup seperti dan, itu, amat, walaupun, sekiranya, dan sebagainya.

Kata-kata boleh digolongkan berdasarkan faktor sintaksis dan semantik. Kata-kata dalam bahasa Melayu boleh digolongkan kepada empat iaitu:

              I.      Kata nama

             II.      kata kerja

            III.      kata adjektif

          IV.      kata tugas

    Kata nama, kata kerja dan kata adjektif ialah kata isian yang terbuka

Page 58: Pembentukan Kata

Golongan kata nama

 

Subgolongan ciri jenis contoh Nama khas Hidup Manusia Ali, Fatimah, Tun

Abdul Razak, Hang Jebat, Aziz Osman

Bukan manusia

Bujang senang, Si Tompok, Pak Belang

Tak hidup Gunung Kinabalu,

Gua Musang, Sabak Bernam, Proton Saga, Waja, Wira.

Nama am Konkrit

Kepala, meja, pelajar, ketua, kapal terbang

 

Abstrak

Harapan, kemahuan, kecuaian,keberanian, kesenangan, dengki.

Ganti nama Penunjuk  

Ini, itu

Tanya

Siapa, apa, mana

Diri Orang pertama

Saya, beta, aku, patik, kami, kita

Orang kedua

Awak, kamu, engkau anda, saudara, saudari, tuan hamba.

Orang ketiga Ia, dia, beliau, mereka, baginda, -nya

Page 59: Pembentukan Kata

Golongan Kata Kerja (KK)

Kata kerja (KK) merupakan kata yang menjadi inti dalam frasa kerja, sama ada yang berlaku atau dilakukan. Contohnya, berjalan, makan, memakan, dimakan dan sebagainya.

 

 

  subgolongan Ciri jenis Contoh

Tak transitif

-Tidak memerlukan objek untuk melengkapkannya.

Tak berpelengkap

- Tidak memerlukan

Tak Transitif Tak Berpelengkap

- Rumah itu sudah roboh

- Turunnya Union Jack, jalur Gemilang pula

Page 60: Pembentukan Kata

-Tetapi ada yang memerlukan pelengkap.

pelengkap yang berkibar

Berpelengkap

- memerlukan pelengkap

Tak transitif Berpelengkap

- keadaan Halim   bertambah  parah

- Air sungai beransur surut

Transitif

- memerlukan objek atau penyambut.

Aktif Transitif Aktif Menulis, menampar, memakan

Pasif Transitif Pasif Ditulis oleh/dengan, ditampat. Dimakan oleh/dengan

Golongan kata adjektif

 

Kata adjektif (KA) ialah kata yang menjadi inti dalam frasa adjektif seperti manis sekali, sudah lama sungguh, masih lebat lagi (kata yang menjadi inti frasa digariskan di bawahnya).

Kata-kata dalam golongan kata adjektif menerangkan keadaan atau sifat sesuatu nama atau frasa nama. Kata adjektif boleh dikenali jika kata berkenaan didahului oleh kata penguat seperti amat, sangat, sungguh, sekali, paling, agak, benar.

Kata adjektif boleh dibahagikan kepada sembilan subgolongan.

 

Jenis Contoh

Page 61: Pembentukan Kata

Sifat Baik, cerdik, berani. Lemah, kukuh, kemas, kejap, secantik, terkuat

warna Merah, jingga, ungu, putih, kuning langsat

ukuran Pendek, panjang, tebal, nipis, dalam, besar, sebesar, terpanjang, ternipis

bentuk Bulat, bujur, leper, empat segi, lonjong.

waktu Lama, lambat, lewat, segera, suntuk, lampau, lalu, silam.

jarak Dekat, hampir, jauh cara Selalu, jarang, kadang-

kadang, kerap, lambat, deras, laju, jelas, muram, lincah.

Pancaindera

-          rasa

-          pandang

-          dengar

-          bau

-          sentuh

Sedap, lzat, manis,pahit, lemak, pedas, payau

Buruk, hodoh, jelita, cantik

Bising, senyap

Busuk, wangi, hangit, hapak

Kesat, kasar, lembab, halus, licin

Adjektif perasaan Takut, seram, benci, rindu, marah, senang, gembira.

 

 

TipKata adjektif dikenali jika kata berkenaan

Kata adjektif menerangkan

Adjektif perasaan harus diiktui oleh kata

Page 62: Pembentukan Kata

didahului atau diikuti oleh kata penguat seperti amat, sangat, sungguh, sekali, paling, agak, benar

keadaan atau sifat sesuatu nama atau frasa nama.

sendi nama seperti akan, dengan, terhadap dan sebagainya.

Contoh:

Saya sangat segan dengan awak

Ahmad amat rindu akan kekasihnya di Indonesia

Orang kaya itu amat malu untuk meminta pertolongan mereka.

 

Golongan Kata Tugas

 

Hadir dalam ayat untuk memikul tugas nahu atau tugas sintaksis tertentu. Jadual berikut menjelaskan fungsi kata tugas.

 

Contoh subgolongan Tugas Dan, atau,

tetapi, serta Kerana,

ketika, kalau

Gabungan hubungan

Menghubungkan ayat atau klausa.

Aduh, amboi, wah syabas, oh, cis

Kata seru Menunjukkan seruan

Mengapa bila, Kata tanya Menyoal atau

Page 63: Pembentukan Kata

berapa, bagaimana bertanya Jangan, usah,

sila, jemput

tolong, minta, harap

Kata perintah

Larangan Silaan permintaan

Menimbulkan

Tindakan balas

Ya, benar, betul Kata pembenar Membenarkan sesuatu

Maka, hatta, adapun, syahdan

Kata pangkal ayat Menandakan kesinambungan ayat

Telah, sudah, pernah, masih, sedang, tengah, akan belum.

Hendak, mahu ingin, harus, mesti, boleh, dapat.

Kata bantu Membantu frasa-frasa kerja, adjektif, sendi nama.

Amat, sangat, sekali, terlalu, paling, sungguh, benar, nian.

Kata penguat Menguatkanmaksud suatu adjektif

-kah, -tah, -lah, juga, pun, hanya, memang, lagi

Kata penegas Menegaskan bahagian-bahagian tertentu dalam ayat

Bukan tidak

Kata nafi Menafikan sesuatu

Ialah adalah

Kata pemeri Memerikan hal atau merangkaikan subjek dengan predikat.

Di, ke, daripada, antara, untuk, bagi, akan, terhadap, oleh,

Kata sendi nama Pelbagai tugas bagi kata atau frasa nama

Page 64: Pembentukan Kata

seperti, umpama, bagai. Atas, bawah, sisi, depan, belakang, hadapan, , dalam luar, samping, timur, barat.

Kata arah Menunjukkan arah atau hala

Satu, dua, sepuluh, seratus, sejuta

Banyak, sedikit, beberapa, semua, para

Sekalian, segala, seluruh

Sesetengah, separuh, dua pertiga, sepertiga

Kedua-dua, bertahun, berbakul-bakul, beratus-ratus.

Kata bilangan Menerangkan bilangan atau jumlah

-nya Kata penekan Memberi penegasan bagi kata yang digandingi

-nya Kata pembeda Menjadikan kata bukan nama sebagai kata nama

 

Kata hubung

 

Page 65: Pembentukan Kata

Kata hubung bertugas untuk menghubungkan klausa, ayat, frasa atau perkataan  untuk membentuk ayat majmuk.

 Dalam bahasa Melayu terdapat dua jenis ayat majmuk, iaitu ayat majmuk gabungan dan ayat majmuk pancangan. Oleh itu, kata hubung dapat dibahagikan kepada dua jenis iaitu kata hubung gabungan dan kata hubung pancangan.

 Oleh itu, kata hubung dapat dibahagikan kepada dua jenis, iaitu kata hubung gabungan dan kata hubung pancangan.

 

Kata hubung gabungan

Kata hubung pancangan

1. Mengubungkan klausa-klusa yang sama tarafnya

2. Contoh kata: dan, atau, serta, tetapi, malahan, sambil, tetapi, sementara, sebaliknya, seterusnya.

3. Contoh ayat:

 

i.        Pemanah itu melepaskan anak panah, tetapi tidak mengena

 Pancangan relatif

Pancangan komplemen

Pancangan keterangan

-menghubungkan klausa utama dengan klausa klausa pancangan (kecil). Hubungan ini menggunakan kata hubung yang.

 

Contoh:

i. Pelajar yang berjaya itu diberi hadiah.

ii. Budak yang sedang

-Menghubungkan satu klausa sebagai komplemen pada satu klausa utama. (Kompelen bermaksud pelengkap).

 

-Jadi, klausa klausa pancangan komplemen itu melengkapkan klausa utama.

 

-Kata hubung yang

-Kata hubung pancangan keterangan menghubungkan klausa keterangan kepada klausa utama.

-Kata hubung itu ialah:kerana, agar, meskipun, sekiranya, semoga, supaya, kalau, andaikata,kendatipun, hingga, jika, jikalau, semasa, sementara, setelah, sewaktu,

Page 66: Pembentukan Kata

sasaran kerana busurnya patah.

ii.        ``Belum tentu... sama ada pergi rumah kawan atau balik

membaca itu adik perempuan saya.

iii. Buku yang dikarang oleh Ahmad itu buku sejarah.

 

 

berperanan begitu ialah bahawa dan untuk.

 

i. Guru tahun enam itu menyatakan bahawa semua muridnya mendapat enam A.

ii. Mereka mengetahui bahawa Haji Ahmad adalah ahli perniagaan besar.

iii. Kerajaan membuat jambatan untuk rakyat melintas sungai.

sekiranya, ketika, tatkala, walaupun, dan sesungguhnya.

 

i. Mereka tidak dibenarkan masuk ke stadium kerana tidak memiliki tiket yang sah.

 

Kata Kata Seru

 

Digunakan untuk melahirkan pelbagai perasaan, seperti suka, duka, marah, gembira, mencabar, dicabar dan sebagainya.

 Contoh:

Wah, cantiknya kereta baru kamu!

Page 67: Pembentukan Kata

 Aduh, sakitnya hatiku!  Syabas, anda baru

sahaja menerima RM1 juta!

 

 

 Penting: Kata seru diguna sebelum klausa, dan kata seruan pada penghujung ayat, sebagai penutup ayat seruan itu.

Kata Tanya

 

Kata tanya digunakan untuk bertanya atau menyoal sesuatu. Kata tanya hadir di dalam predikat.

 Jika predikat didepankan, maka kata tanya hendaklah disertai oleh partikal –kah.

Lihat contoh-contoh berikut:

 

Harga rumah baru kamu  berapa?

Berapakah harga rumah baru kamu?

 Kemalangan itu berlaku bagaimana?

Bagaimanakah kemalangan berlaku?

 

Page 68: Pembentukan Kata

Kata Bantu

 

 

Kata bantu hadir sebelum frasa kerja, frasa adjektif, dan frasa sendi nama dalam ayat.

 Kata jenis ini membantu menerangkan aspek waktu dan ragam perasaan.

 

Kata Bantu Kata bantu aspek Kata bantu ragam

Memperihalkan masa lampau, kini, atau masa hadapan.

Memperihalkan perasaan ketika melakukan perbuatan.

Contohnya: telah, sudah, sedang, masih, akan, belum.

Contohnya: hendak, mahu, harus, mesti, boleh, dan dapat.

Kata penguat

Kata penguat bertugas menguatkan maksud kata adjektif.

Kata penguat boleh hadir sebelum atau selepas kata adjektif.

Berdasarkan pada kedudukan ini, kata penguat terbahagi kepada tiga jenid iaitu kata penguat hadapan, kata penguat belakang dan kata penguat bebas.

Kaji contoh-contoh di bawah dengan teliti:

Jenis kata penguat kata penguat contoh penggunaanHadapan paling, terlalu, agak Awak yang paling

pintar dalam kelas ini.

Page 69: Pembentukan Kata

Teknik yang awak gunakan untuk menyelesaikan rumus Matematik itu terlalu rumit.

 Belakang sekali, benar, nian Permata yang

termahal sekali diletakkan di ruangan khas itu.

Tanpa kebenaran ketua, awak telah bercuti lama benar.

 Bebas amat, sangat,

sungguhHujan lebat amat

Hujan amat lebat

Badang kuat sangat

Badang sangat kuat

Ibu letih sangat semalam.

Semalam ibu letih sangat.

Kata Penegas

Kata Penegeas atau partikel bertugas menekankan bahagian-bahagian tertentu dalam ayat.

Menurut fungsinya sebagai penegas, kata tugas ini boleh dibahagi kepada dua jenis iaitu kata penegas frasa predikat sahaja atau bahagian-bahagian dalam predikat dan kata penegas frasa subjek atau frasa apredikat.

Page 70: Pembentukan Kata

Rajah di bawah merumuskan jenis kata penegas dan penggunaannya.

Jenis Kata Penegas

Kata PenegasContoh

Penggunaan

Frasa predikat atau bahagian dalam predikat

-kah, -tah, - lah

Siapakah yang memakai baju merah itu?

Yang itulah murid baru sekolah ini.

Apatah usaha kita menghidupkan semula pekan teater ini.

Frasa subjek atau frasa predikat

juga, pun, hanya, lagi, memang, sahaja

Pegawai juga mesti hadir (subjek)

Pegawai mesti hadir juga (predikat)

Adiknya pun jurutera. (subjek)

Adiknya jurutera juga (predikat)

Kata Nafi

Kata nafi bertugas menafikan frasa nama, frasa kerja, frasa adjektif, dan frasa sendi nama dalam predikat.

Ada dua kata nafi iaitu bukan dan tidak.

Kata Nafi Contohbukan Universiti swasta itu hanya

menawarkan kursus-kursus sains, bukan seperti universiti awam yang menawarkan berbilang kursus.

Page 71: Pembentukan Kata

Perdana Menteri berjumpa Bush, bukan Powell

tidak Meritokrasi tidak membebankan mana-mana pihakTulisan oleh penulis sensasi itu tidak benar langsung.

Kata Pemeri

Kata pemeri bertugas merangkaikan frasa utama dalam predikat dengan frasa subjek.

Dalam bahasa Melayu, terdapat dua jenis kata pemeri, iaitu ialah dan adalah.

ialah adalahDigunakan sebelum predikat untuk menandakan persamaan antara frasa subjek dean frasa utama dalam predikat.

contoh: Tindakan kerajaan menetapkan mata wang ialah usaha melindungi ekonomi negara daripada serangan luar.

Digunakan sebelum predikat sebagai huraian bagi frasa subjek.

Frasa predikat biasanya menjawab soalan ``apakah''

Contoh: Makanan seimbang adalah makanan yang diambil secara sederhana serta pelbagai jenis.

 

Ayat Perintah

 

Page 72: Pembentukan Kata

Kata perintah bertugas untuk memberi tindak balas kepada orang yang mendengar (pihak kedua) sebagai larangan, silaan dan permintaan. Kaji contoh berikut:

 

Jenis perintah Kata perintah Contoh penggunaan

Larangan Jangan, usah Rakyat jangan mudah terpengaruh dengan dakyah komunis.

 

Usah pergi ke sungai yang dalam airnya.

Silaan Sila, jemput Sila menjamu selera.

 

Jemput ke rumah saya malam esok, ada kenduri kawin

Permintaan Tolong, minta Tolong jangan cemarkan nama baik diri sendiri.

 

Minta bersihkan meja awak.

Kata Sendi Nama

Page 73: Pembentukan Kata

Kata sendi ialah satu kata tugas yang boleh membentuk frasa dalam bahasa Melayu.

Kata tugas lain tidak membentuk frasa

Kata tugas digunaan sebelum kata nama dna frasa nama.

Kata sendi nama pula mempunyai pelbagai tugas.

Lihat contoh-contoh di bawah

Sendi Nama Tugas/contoh

di

Menunjukkan tempat (di pejabat)

Menunjukan perbuatan (dipukul, dicuci)

ke

Menunjukkan tempat atau arah tujuan (ke Indonesia)

Menunjukkan waktu (dari petang hingga ke malam)

 

dari

Menunjukkan tempat atu arah datang

Menunjukkan waktu atau masa

 

kepada

Menunjukkan sasaran/ditujukan

Menunjukkan bahagian sesuatu

Menunjukkan perubahan keadaan

daripada Menunjukkan punca (cadangan daripada Perdana Menteri)

Menunjukkan sumber atau asal sesuatu (dibuat daripada bunga)

Page 74: Pembentukan Kata

Menunjukkan perbandingan (lebih banyak daripada)

pada

Menunjukkan tempat sesuatu perbuatan (Layang-layang tersangut pada arial televisyen)

Menunjukkan tempat tempat terdapatnya sesuatu (barang itu ada pada saya)

Menunjukkan keterangan waktu ((bermula pada tengah malam)

untuk

Menunjukkan kegunaan sesuatu (alat untuk membuka pintu)

Menunjukkan sesuatu telah dikhaskan (pelamin itu untuk mempelai sahaja)

bagi

Menunjukkan kegunaan sesuatu (kegunaan tuas bagi mengangkat kubah masjid)

Derma bagi pelarian Afghanisatn itu dilarikan orang.

demi

menunjukkan tujuan

menunjukkan urutan

Untuk menegaskan sesuatutentang Menunjukkan rujukandengan Menunjukkan turut serta

Menunjukkan cara sesuatu perbuatan dilakaukan

Menunjukkan benda yang digunakan

Page 75: Pembentukan Kata

Menunjukkan persamaan

sejak, semenjakMenjadi penanda waktu atau masa

terhadapMenunjukkan rujukan yang tentu

oleh

Menunjukkan pembuat dalam ayat pasif

Menunjukkan sebab

akanMenunjukkan rujukan selepas kata atau frasa adjektif

hingga, sampaiMenunjukkan had masa atau peringkat

seperti, bagai, umpama, laksana, bak

Menunjukkan perbandingan

Kata Bilangan

Kata bilangan menerangkan bilangan atau jumlah sesuatu,. Lihat penjenisan kata bilangan seperti rajah di bawah:

Jenis kata bilanganbilangan tentu satu, dua, tiga empat...bilangan tak tentu banyak semua segalabilangan himpunan kedua-dua, beratus-ratusbilangan pecahan setengah, dua pertigabilangan pisahan tiap-tiap, masing-masing, setap

Kata bilangan biasanya berpasangan dengan penjodoh bilangan sebagai penerang kepada kata nama.

 

contoh:

Datukku berjalan dengan sebatang tongkat.

Page 76: Pembentukan Kata

Kata penekan -nya

Kata penekan -nya berfungsi menegaskan kata yang digabungkan dengannya.

Lihat contoh-contoh di bawah.

Nampaknya masih ada yang belum membayar saman  kesalahan jalan raya.Awak sebenarnya masih belum membereskan hutang bank.

Kata Pembenda

Kata -Nya adalah juga kata pembenda, yakni berfungsi menjadikan kata bukan nama sebagai kata nama. Ia boleh menjadi kata adjektif dan kata kerja sebagai kata nama, misalnya:

Sedihnya perasaan saya tidak dapat digambarkan. (Kata sedih ialah kata adjketif; pembeda -nya menjadikannya kata nama.

http://www.tutor.com.my/tutor/stpm/indeks.htm