Pembelajaran sosial dalam pengelolaan hutan komunitas ... · ekosistem yang kompleks atau...

14
Hutan Model: Pendekatan Berbasis Kemitraan untuk Pengelolaan Lanskap 191 BAB 8 HUTAN MODEL: PENDEKATAN BERBASIS KEMITRAAN UNTUK PENGELOLAAN LANSKAP Ron D. Ayling

Transcript of Pembelajaran sosial dalam pengelolaan hutan komunitas ... · ekosistem yang kompleks atau...

Hutan Model: Pendekatan Berbasis Kemitraanuntuk Pengelolaan Lanskap 191

BBAABB 88

HHUUTTAANN MMOODDEELL:: PPEENNDDEEKKAATTAANNBBEERRBBAASSIISS KKEEMMIITTRRAAAANN UUNNTTUUKK PPEENNGGEELLOOLLAAAANN LLAANNSSKKAAPP

Ron D. Ayling

Hutan Model: Pendekatan Berbasis Kemitraanuntuk Pengelolaan Lanskap 193

HHUUTTAANN MMOODDEELL:: PPEENNDDEEDDEEKKAATTAANN BBEERRBBAASSIISS KKEEMMIITTRRAAAANN UUNNTTUUKK

PPEENNGGEELLOOLLAAAANN LLAANNSSKKAAPP

Ron D. Ayling

AbstrakBab ini menjelaskan potensi hutan model sebagai lembaga baru

untuk pendekatan berbasis lanskap (bentang alam) terhadap pengelo-laan sumberdaya. Program Hutan Model didirikan di Kanada padatahun 1992 sebagai respons terhadap meningkatnya kepedulian publikterhadap praktek pengelolaan hutan, suplai kayu di masa depan dankonservasi hutan jangka panjang. Program tersebut kemudian berkem-bang menjadi Jaringan Hutan Model Internasional yang tersebar ditujuh negara. Meskipun ada keragam an dasar sumber daya, kepemili-kan dan struktur ke pemerintahan yang mencirikan hutan model di jar-ingan ini, setiap hutan model idealnya terdiri dari kemitraan di antarastakeholder pada tingkat mikro seperti masyarakat lokal, dan stake-holder tingkat makro, seperti lembaga pemerintah dan organisasi-orga-nisasi nasional lainnya. Bab ini mengkaji keberhasilan dan kendala-kendala dari hutan model saat ini dalam mempromosikan pengelolaanyang adaptif dan dalam mendefinisikan dan menangani nilai-nilai sta-

Ron D. Ayling192

Hutan Model: Pendekatan Berbasis Kemitraanuntuk Pengelolaan Lanskap 195Ron D. Ayling194

keholder dan konflik-konflik atas pemanfaatan sumber daya.Disimpulkan bahwa meskipun program tersebut memberikan kerangkakerja untuk inovasi, pengelolaan yang adaptif dan pem belajaran sertapengambilan keputusan kolektif, namun masih terlalu dini untuk meny-atakan bahwa program tersebut menunjukkan ke majuan dan hasilyang konkret.

‘Kita belum mewujudkan semua tujuan dan maksud awal;namun kita telah mengembangkan kerangka kerja yang mengijinkankita untuk berdebat mengenai permasalah yang menantang dalamsuasana yang penuh rasa percaya dan niat baik’ (Dr. Louise LaPierre,Ketua, Hutan Model Fundy, Canada)1

PENDAHULUANPada tahun 1992 Kanada mendefinisikan kembali tujuan penge-

lolaan hutannya dalam sebuah pernyataan strategi, Hutan Lestari:Sebuah Komitmen Kanada. Strategi ini menekankan pada pentingnyahutan sebagai ekosistem dan tidak hanya sebagai sumber kayu.Strategi ini merupakan respons langsung pada Laporan KomisiBrundtland pada tahun 1987. Strategi tersebut merupakan hasil dariproses konsultasi publik yang ekstensif dan terbuka tentang masadepan hutan negara ini dan strategi tersebut mengakui keberadaanberbagai nilai-nilai yang sering bertentangan yang dihubungkan deng-an sumberdaya hutan. Meskipun ada komitmen politis untuk mendu-kung perubahan dalam pengelolaan hutan dari pendekatan kelestari-an hasil menjadi pengelolaan yang berkelanjutan, pengetahuan danalat-alat untuk mendukung pendekatan pengelolaan ekosistem belumdiketahui (Brand et al. 1996). Lebih jauh, Röling dan Jiggins (1998:296)mengamati ‘hanya sedikit lembaga yang muncul untuk mendukungkelestari an…namun studi-studi mendetail tentang pengelolaan dariekosistem yang kompleks atau sumberdaya milik umum mengungkapperlunya menyusun suatu lembaga baru.’

Program Hutan Model dikembangkan untuk membantu penca-rian konsep pembangunan baru yang disebut sebagai StrategiKehutanan Nasional. Program ini dilakukan dalam sebuah rangkai-

1) Dr. Louis LaPierre, 1995/96 Laporan Tahunan Hutan Model Fundy; sebagaimana yang dikutipdalam MacLean et al. 1999

Gambar 8.1

Jaringan Hutan Model

Hutan Model: Pendekatan Berbasis Kemitraanuntuk Pengelolaan Lanskap 197

LATAR BELAKANGSurvei nasional pada tahun 1989 untuk pendapat publik Kanada

mengenai kehutanan menyimpulkan bahwa 75% dari mereka yangmenjadi responden menganggap hutan sebagai kekayaan nasional yangharus disimpan untuk generasi mendatang. Hampir seluruhnya me -nya takan ketidaksetujuan mereka atas praktek tebang-habis dan peng -gunaan bahan-bahan kimia dalam pengelolaan hutan, dan se paroh darimereka menganggap hutan itu lebih penting untuk per lindung an kehi-dupan liar dan sebagai kawasan kehidupan liar dari pada untuk nilai-nilai hutan yang lain (Carrow 1999). Me ningkatnya keprihatinan atassuplai kayu di masa depan, pengakuan atas berbagai nilai hutan, dantekanan publik, termasuk konflik manfaat sumberdaya dari hutan pri-mer adalah hal-hal yang umum terjadi di Kanada pada awal 1990-an.Pengelolaan hutan sebagaimana yang dilihat oleh publik benar-benar diluar fase dengan nilai-nilai yang muncul dari masyarakat untuk keles-tarian ekologi, keaneka ragaman hayati, dan perencanaan terpadu danjuga masalah-masalah ke lem baga an yang berhubungan dengan parti-sipasi stakeholder dalam peren canaan dan pengambilan keputusan.Program Hutan Model dirancang untuk merespons ke prihatinan-kepri-hatinan ini dengan cara mengembangkan serangkaian situasi yangrepresentatif di mana nilai-nilai dan permasalahan ini dapat ditanganipada tingkat lokal dan regional (Sinclair et al. 1998a)

DEFINISI HUTAN MODELSuatu hutan model dapat dianggap sebagai percobaan sosial

dalam pembelajaran yang inovatif. Hutan model ini merupakan‘kemitraan yang dipandu oleh konsensus, yang bekerja dengan peng-ambilan keputusan bersama untuk mencapai kelestarian sosial, ling-kungan dan ekonomi dalam pengelolaan hutan’ (Bouman danKulshreshtha 1998:255).

Sifat dan komposisi dari setiap kemitraan hutan model adalahunik, yang berbeda menurut sejarah kawasan dan karakteristik sosi-al, ekonomi dan ekologinya. Kemitraan itu paling tidak terdiri daripemilik lahan atau organisasi, lembaga-lembaga dan individu-indivi-du yang secara langsung tergantung pada, atau pengelola se benarnya(de facto) dari lahan dan sumberdaya, yang disebut Grimble et al.

Ron D. Ayling196

an percobaan tingkat ekosistem untuk mengembangkan, mengujidan mempercepat pelaksanaan pembangunan sumber daya hutanyang berkelanjutan. Setiap model merupakan kesatuan fisik dan geo-grafis yang dapat digambarkan dalam sebuah peta dan diuji dilapangan.

Fase lima tahun pertama mulai tahun 1992 dengan persetuju-an Dewan Menteri Kehutanan Kanada dan dukungan keuangan dariKantor Dinas Kehutanan Kanada (CFS). Setelah pencanangan dalamKonferensi PBB untuk Lingkungan dan Pembangunan (UNCED) yangdiselenggarakan di Brazil pada tahun 1992, Kanada mengundangnegara-negara lain untuk ber partisipasi dalam membangun jaringaninternasional untuk hutan model (lihat Gambar 8.1). Hutan modeltertua adalah sepuluh jaringan Kanada pertama kali. Yaitu, hutanmodel Calakmul dan Chihuahua di Meksiko dan Hutan ModelGassinsky di Rusia. Anggota lain dalam jaringan yang sekarang meli-puti Argentina, Jepang, Cile dan Amerika Serikat.

Setiap hutan model itu unik dalam hal sumberdaya biologi nya,kepemilikannya atau pola-pola tanggungjawabnya, manfaat-manfaatdan sistem nilai, pengetahuan, keahlian pengelolaan dan pilihan-pili-han yang tersedia dan yang terpenting adalah komposisi stakeholder-nya – mereka yang terlibat secara langsung atau tidak langsungdalam keputusan pengelolaan. Keragaman ini merupakan kekuatanutama dari program tersebut dan mengajak kita untuk mempelajaripengelolaan hutan pada berbagai kondisi.

Tujuan dari bab ini adalah untuk menguji potensi hutan modelsebagai lembaga untuk pengelolaan ekosistem. Bab ini didasarkanpada literatur terbatas tetapi berkembang tentang hutan model, khu-susnya beberapa studi yang didukung oleh Hutan Model Manitoba,dan juga wawancara yang diberikan oleh informan-informan kunci2.Diberikan perhatian khusus pada pengalaman Jaringan dalammengembangkan kemitraan dan hubungan stakeholder yang kon-struktif di sepanjang lanskap yang luas.

2) Para informan tersebut meliputi Dr. John Hall, Manajer Umum dari Program Hutan ModelCanada dari Kantor Dinas Kehutanan Canada, Evgeny Zabubenin, administratur dari HutanModel Gassinsky, Rusia dan Sr. Gustavo Heredia, Manajer Umum, Hutan Model Chihuahua,Meksiko

Hutan Model: Pendekatan Berbasis Kemitraanuntuk Pengelolaan Lanskap 199

tidak hanya harus mempunyai stakeholder yang luas dalam DewanPengelolaan Kemitraannya, namun juga bahwa stakeholder ini harusmengkomunikasikan hasil-hasil studi yang dilakukan dengankonstituen yang lebih luas’.

Skala lanskap dari hutan model terpisah dari dua pola umumpengelolaan hutan yang digunakan oleh banyak negara untukmelibatkan stakeholder tingkat mikro. Pertama, hutan yang dikelolabersama (co-management), menunjukkan serangkaian pengaturanpengelolaan antara pengguna sumberdaya lokal dan pemerintah. Halini berkisar dari pengaturan yang melibatkan peserta lokal hinggapengaturan di mana masyarakat lokal memiliki wewenang dantanggungjawab yang besar. Di Kanada, co-management ini umumnyadiwakili oleh kesepakatan antara masyarakat adat dan pemerintahpusat atau pemerintah propinsi. Pola umum kedua adalah hutanrakyat, yang relatif baru di Amerika Utara, namun sudah ada denganberbagai bentuk selama bertahun-tahun di banyak negara (Beckley1998). Hutan model selalu lebih luas daripada hutan rakyat atauhutan yang dikelola secara kolaboratif (co-management). Namun yanglebih penting adalah keragaman unit-unit lanskap, pola-polakepemilikan dan regim pengelolaan yang menentukan komposisikemitraan dan nilai-nilai serta permasalahan pemanfaatansumberdaya dari hutan model. Yang membuat ekosistem itu luas,bukan karena ukurannya melainkan derajat saling ketergantungandari manfaat (Lee 1993).

Co-management dan hutan rakyat menunjukkan ciri-ciri darihutan model: pengelolaan sumberdaya hutan berbasis komunitasdan keputusan yang dibuat oleh konsensus antara kelompok-kelompok stakeholder. Namun, mereka berbeda dalam dua hal. Co-management dan hutan rakyat mendefinisikan masyarakat sebagaikelompok khas lokasi pengguna hutan. Sebaliknya, masyarakatdalam hutan model bersifat inklusif dan meliputi berbagaistakeholder – mereka dengan kepentingan langsung atau tidaklangsung atau dimandatkan dalam pengelolaan dan pemanfaatansumberdaya. Perbedaan kedua adalah bahwa ‘model-model teoritisdari hutan rakyat sering melibatkan atau berasumsi bahwa beberapakelembagaan itu ada untuk menentukan tujuan pengelolaan untuk

Ron D. Ayling198

(1995) sebagai stakeholder tingkat mikro. Mitra-mitra lain mung kintermasuk stakeholder tingkat makro, seperti pejabat pemerintah, aka-demia dan organisasi-organisasi nasional yang tidak secara langsungtergantung pada sumberdaya hutan tertentu. Kemitraan yang meng-elola Hutan Model Chihuahua Meksiko meliputi, misalnya pemilik pri-vat dan perwakilan masyarakat petani atau ejidos (stakeholder tingkatmikro) dan stakeholder tingkat makro, seperti Men teri LingkunganHidup dan pemerintah negara bagian dan pemerintah daerah.Kelompok kedua dari stakeholder tingkat makro adalah mitra-mitrayang berkolaborasi, termasuk perwakilan dari lembaga-lembaganasional, universitas dan bahkan Kantor Dinas Taman NasionalAmerika Serikat, yang memberikan bantuan teknis jika dibutuhkan.Hutan Model Ontario Timur, suatu kawasan seluas limabelas ribuhektar dari hutan yang terfragmentasi di Kanada Timur-Pusat, meny-atakan memiliki kemitraan yang terdiri dari cam puran stakeholdertingkat mikro dan makro lebih dari 100 organisasi, individu dan peru-sahaan, meskipun ada yang aktif dan yang tidak.

Hutan model diharapkan menjadi inklusif dan mewakili se -banyak mungkin berbagai kepentingan dan nilai-nilai (untuk manfaatdan estetika) untuk kawasan itu, khususnya kepentingan stakeholdermikro. Anggota setuju untuk bekerja sama menuju visi dan tujuanbersama dari pengelolaan hutan. Mereka juga menyetujui untukmenunjukkan kemajuan menuju pengelolaan hutan berkelanjutan.

Pengembangan hutan model tidak menggantikan hak-hak,kepentingan dan tanggungjawab dari pemilik lahan individu danpengelola. Mitra-mitra individu bisa terus mengelola lahan; hutanmodel memberikan dukungan dan berkontribusi pada peningkatanpengetahuan tentang bagaimana pengelolaan terbaik bisa dilakukan.

Sinclair et al. (1998:2) secara jelas menyimpulkan bahwa ‘aspekmultistakeholder dari program hutan model adalah hal yang penting,karena hutan model itu sendiri tidak memiliki wewenang untukmengambil keputusan dalam hal pemanfaatan sumberdaya hutantersebut. Oleh karena itu, setiap hutan model tergantung pada ataumengandalkan mitra-mitra multistakeholder-nya untuk mengambildan melaksanakan ide-ide cemerlang yang dihasilkan oleh studi-studi yang dilaksanakan. Hal ini berarti bahwa setiap hutan model

Hutan Model: Pendekatan Berbasis Kemitraanuntuk Pengelolaan Lanskap 201

perusahaan kayu dan sepertiga dikontrol oleh ratusan pemilik hutankecil. Hutan Model McGregor di tepi barat Pegunungan Rocky terdiridari lahan pertanian seluas 180,000 yang disewakan olehpemerintah propinsi British Columbia pada satu organisasi, yaituperusahaan kayu yang besar.

Struktur KemitraanInovasi kuncinya yang sedang diuji oleh Program Hutan Model

adalah pengembangan kemitraan di antara beragamnya danbesarnya stakeholder. Keefektifan struktur kemitraan menjadipenting terhadap keberhasilan program tersebut (Sinclair et al.1998a). Suatu kemitraan yang efektif memberikan anggotanya dankonstituennya dengan peluang untuk bereksperimen denganpendekatan-pendekatan baru pada pengelolaan sumberdaya,mengakui dan berbagi resiko kegagalan. Pada saat yang sama, untukstakeholder individu, akan ada resiko yang menempel padaperubahan kekuasaan dan pengaruh, untuk menjadi lebihtransparan dalam menegosiasikan atau menerima dan belajar darikritik. Kemitraan ingin mengatasi resiko-resiko ini denganmencobakan bentuk komunikasi, interaksi dan pengambilankeputusan yang baru di antara para stakeholder. Waktu dan prosespengembangan rasa saling percaya hingga bekerja sama selamabertahun-tahun menjadi faktor yang paling penting. Evaluasiprogram Kanada pada tahun 1996 menunjukkan bahwa pengem -bangan kemitraan merupakan prestasi utama dan merupakan tugasyang lebih sulit dan banyak makan waktu daripada yang diharapkan(Gardner-Pinfold 1996).

Pada tahap-tahap awal pengembangannya, hutan modeldiuntungkan dengan input dari fasilitator eksternal untuk membawastakeholder ini bersama-sama dan untuk menjamin bahwa prosesitu terjada dalam rel yang benar; sebuah inisiatif yang dipimpin olehstakeholder kunci bisa merugikan penampakan kepemilikan danmemberikan persepsi adanya agenda yang dikontrol. Fasilitator perlubersifat netral (dalam kenyataan dan dalam persepsi orang lain)untuk menjamin kesetaraan dan ke adilan, khususnya jikastakeholder tidak setara dalam hal ke kuasaan dan pengetahuan.

Ron D. Ayling200

hutan komunitas’ (Beckley 1998:738), sedang kan pada hutan model,sebelumnya pengaturan kelembagaan itu tidak ada dan harusdiciptakan. Kebutuhan untuk menciptakan pengaturan kelembaga -an yang efektif untuk pengelolaan skala lanskap merupakantantang an dalam sistem hutan model.

CIRI-CIRI UTAMA HUTAN MODELPengelolaan sumberdaya yang berkelanjutan merupakan

tujuan umum dari setiap hutan model dan didasarkan pada tiga pilarmendasar: pengelolaan berbagai sumberdaya secara berkelanjutan,kolaborasi melalui kemitraan antara stakeholder dan penggunaanproses pembelajaran. Pilar terakhir berimplikasi bahwa kegiatanpengelolaan hutan model harus bersifat percobaan (jika tidakseluruh kawasan, paling tidak ada sebagian). Pilar-pilar tersebut jugaharus beragam dan cukup fleksibel untuk beradaptasi denganperubahan kebutuhan, kepentingan dan nilai-nilai kemitraan danmasyarakat lebih luas, ketidakpastian sistem biologi dan komplek -sitas keberlanjutan yang belum terungkap.

Keragaman dasar sumberdayaSaat ini semua hutan model dalam jaringan internasional

minimum luasnya adalah 100,000 hektar dan meliputi berbagaiunsur seperti hutan alam, hutan tanaman, lahan pertanian, desa-desa, kota-kota kecil, sungai, danau, dan kawasan jalur hijau disekitar pusat-pusat perkotaan. Batas-batas didasarkan pada bataspolitik atau administratif yang ada sekarang, satu atau beberapadaerah aliran sungai, atau pertimbangan-pertimbangan lain sepertijens-jenis hutan. Poin penting di sini adalah bahwa hutan modelmerupakan mosaik dari unsur-unsur di seluruh lanskap. Misalnya,hutan model Manitoba terdiri dari lahan propinsi yang di per untuk -kan bagi perusahaan kertas, hutan propinsi dan taman multiguna,lahan pertanian, hutan dan lahan pemukiman bagi kelompok-kelompok adat (Waldram 1998). Hutan model di Bas Saint Laurent,yang terletak di kawasan Quebec Timur yang padat, merupakanlahan yang keseluruhannya dimiliki secara pribadi. Lanskap seluas112,000 hektar itu terdiri dari dua trek besar yang dimiliki oleh

Hutan Model: Pendekatan Berbasis Kemitraanuntuk Pengelolaan Lanskap 203

nirlaba, dan masing-masing memiliki struk -tur ke peng urusan suka -rela yang dinamakan se -bagai Dewan Direktur,Dewan Pengelolaan Ke -mitraan atau Komite Pe -ngelolaan. Beberapaatau semua anggota da -ri badan-badan peng -urus ini dipilih oleh ang -gota organisasi mitra,sementara posisi per -manen lainnya dicadangkan untuk stakeholder kunci. Selainkesamaan umum ini, kemitraan yang dibentuk oleh hutan modelyang berbeda sangat bervariasi dari organisasi kecil yangkewenangan pengambilan keputusan terkonsentrasi pada sejumlahkecil mitra, hingga organisasi besar yang melibatkan banyak orang(Gardner-Pinfold 1996). Dalam beberapa hal, seperti Hutan ModelManitoba, struktur ke peng u rus an nya dibuat oleh semua mitra;sebaliknya Hutan Model Fundy memiliki Komite Pengelolaan yangterdiri dari 10 anggota yang bertanggungjawab pada KelompokKemitraan yang beranggotakan 28 orang. Hutan Model OntarioTimur memiliki Dewan Direktur dengan 10 anggota, dengan enamposisi dipilih oleh anggota dari 100 organisasi, peru sahaan danindividu. Sinclair dan Smith (1995) me nemukan bah wa se makintradi sional ke pen tingan (berorientasi pada kayu) semakin konsistendia terwakili pada dewan yang lebih kecil. Misal nya, Sinclair et al.(1998b) menun jukkan bah wa anggota Hutan Model Foothill yangberanggotakan 11 orang adalah organisasi yang kurang beragamdengan enam posisi yang dipegang oleh pemerintah pro pin si danpejabat in dus tri. Karena ukuran De wan meningkat, me ningkatjugalah ke ra gaman kepentingan yang harus dinego siasi kan,meskipun pasti ada perkecualian.

Responden dari sebuah survei pada empat hutan model olehSinclair et al. (1998b) menunjukkan bahwa salah satu dari

Ron D. Ayling202

Dalam jaringan hutan model Kanada, misalnya, Kantor DinasKehutanan Kanada memberikan situasi yang mendukung di manastakeholder dengan kekuatan yang ber beda bisa berkumpulbersama, bertukar pandangan dan infor masi, berbagi pengalamandan mulai kerja sama untuk pengelolaan sumberdaya pada tingkatekosistem.

Untuk menjadi efektif, kemitraan harus representatif terhadapkepentingan dan nilai-nilai kunci di antara stakeholder mikro danmakro. Menurut Bouman dan Kulshreshtha (1998:257),’dalambanyak hal, perusahaan swasta bisanya memimpin pengembanganproposal hutan model awal untuk lokasi-lokasi yang diakui dalamprogram.’ Proses seperti inilah yang berlaku di Hutan ModelPangeran Albert dan Hutan Model McGregor di British Colombia,Hutan Model Foothills seluas 2.5 juta hektar di Alberta barat-pusatdan Hutan Model Danau Abitibi di Ontario utara. Namun demikian,pada awal dari program lima tahun ke dua pada akhir 1997,sebagian kemitraan meningkatkan keragaman partisipasinya. HutanModel Foothills membawa stakeholder tambahan, seperti masyarakatadat, Asosiasi Produk Hutan Alberta, dan Asosiasi Produsen MinyakKanada. Satu sifat dari Program Hutan Model yang memampukankemitraan meningkatkan efektivitas mereka adalah bahwakemitraan tersebut merupakan asosiasi yang dinamis danberkembang, tidak ada batasan dan terbuka pada pertumbuhan danperubahan.

Salah satu keuntungan dengan memasukkan stakeholder yangbegitu luas adalah kemampuan untuk membahas hubungan-hubungan yang kompleks dan nilai-nilai yang ditemukan di se luruhlanskap (Gambar 8.2). Kemitraan hutan model memberikan strukturkelembagaan dalam negosiasi dan pembelajaran sosial untukmenangani kebutuhan untuk memperluas pengambilan keputusanhingga tingkat lanskap tertinggi.

Pengalaman hutan model menunjukkan bahwa tidak ada satupun teori kelembagaan untuk meningkatkan perluasan ini. Setiappengaturan bersifat responsif terhadap kepentingan pada lanskaptersebut. Namun, ada beberapa sifat yang sama pada setiap levelyang sangat luas. Setiap hutan model itu terdaftar sebagai orga ni sasi

Gambar 8.2 Kemitraan bisa merupakan asosiasikepribadian dan merupakan hubungan-hubunganyang dinamis dan berkembang (Hutan ModelWaswanipi Cree)

Hutan Model: Pendekatan Berbasis Kemitraanuntuk Pengelolaan Lanskap 205

Proses pembelajaran Karena adanya keragaman dasar sumberdaya dan komplek -

sitas struktur kemitraan, sebuah pendekatan proses pembelajaranharus dilakukan untuk mencapai pengelolaan lanskap yang lestaridan juga kolaborasi mitra yang efektif.

Pengelolaan sumberdaya secara adaptifKonsep pengelolaan yang adaptif menggunakan cara pem -

belajar an yang kontinu yang difasilitasi oleh peralihan pengetahuanyang cepat, aliran informasi yang efektif dan proses-proses untukmenciptakan pemahaman bersama (McLain dan Lee 1996). Konsepini seringkali melibatkan ‘penggunaan model sistem dan prosespengujian hipotesis secara berulang untuk meningkatkan tingkatperalihan pengetahuan’ (McLain dan Lee 1996: 443). Dalam beberapahutan model, pengelolaan sumberdaya yang adaptif telah dilaksana -kan melalui teknik-teknik dan pemodelan berbasis skenario.

Sebagai contoh, pe -nge lolaan adaptif olehHutan Model Fundy meng -gunakan skenario pen de -kat an perencanaan ‘bagai -ma na jika’ untuk mem -prediksi nilai-nilai lanskapdan sumberdaya di masadepan yang dipengaruhioleh praktek-praktek pe -nge lolaan (MacLean et al.1999). ‘Loop perencanaanpengelolaan’ mereka miripdengan langkah-langkah untuk pengelolaan adaptif yang disusunoleh Kemmis dan McTaggart (1998): merancang; bertindak,memonitor dan mengamati; serta merefleksikan dan merevisi. Prosesitu mulai dengan input kemitraan untuk mengidentifikasi hal-halyang menjadi masalah, kemudian bergerak ke konsultasi publikuntuk menambah atau memperbaiki permasalahan dan hasil-hasildalam skenario pengelolaan untuk evaluasi dan revisi (Gambar 8.3).

Ron D. Ayling204

perubahan yang paling positif yang dapat ditimbulkan oleh strukturhutan model adalah utuk mengidentifikasi cara-cara yangmelibatkan lebih banyak stakeholder dalam pengambilan keputusan.Ironisnya, para penulis tersebut menunjukkan bahwa tidak adasatupun hutan model yang dimasukkan dalam studi3 inimenganggap keterlibatan stakeholder sebagai satu topik riset yangpenting. Namun, sebagian besar hutan model terus mencoba untukmemperluas dasar kemitraan dengan penekanan pada kelompoklokal khususnya masyarakat adat (Mike Waldram, Hutan ModelManitoba; komunikasi personal). Hutan Model Chihuahua diGunung Sierra Madre di Meksiko menyajikan pelajaran yangmenarik dalam hal pengembangan dewan yang lebih representatifmelalui upaya-upaya terukur untuk mengurangi rasa saling tidakpercaya (lihat Kotak 8.1).

Kotak 8.1Pengembangan Dewan Perwakilan untuk Hutan Model Chihuahua, Meksiko

Kawasan hutan model mencakup delapan ejidos, masyarakat petani yangsangat beragam di mana lahan hutan bersifat komunal dan keputusanpengelolaan dibuat oleh masyarakat. Lebih dari 97% lahan hutan model dimilikioleh ejidos itu. Namun, karena adanya perpecahan di antara tiga mitra awal padasaat proposal dipersiapkan, konsep perwakilan masyarakat menjadi tidak ada danejidos tidak terwakili pada Dewan selama empat tahun pertama operasional hutanmodel. Dewan tersebut hanya terdiri dari perwakilan pemerintah pusat danpemerintah propinsi. Perkembangan pada fase lima tahun kedua secara khususmemberikan tantangan bagi pimpinan masyarakat dalam program tersebut, satutugas yang lambat dan sulit, agar dapat mengatasi kesalahpahaman di masa laludan membangun kepercayaan. Lebih dari 20 lokakarya sudah diselenggarakan,termasuk lokakarya mengenai topik-topik tertentu seperti ekoturisme. Salah satucara yang penting untuk mengatasi rasa tidak percaya adalah dengan mendukungproyek-proyek kecil yang melibatkan masyarakat. Proyek-proyek kecil inimencoba menyelesaikan beberapa kebutuhan dasar segera, seperti pangan danperumahan. Dewan yang beranggotakan enam anggota ini memiliki duaperwakilan ejidos dan dua perwakilan dari pemilik lahan pribadi yang luas. Peranlembaga pemerintah ditiadakan.

(Sumber: Gustavo Heredia, CMF; komunikasi personal)

Gambar 8.3 Partisipasi publik dan berbagiinformasi merupakan hal penting dalam hutanmodel yang efektif (Hutan Model WesternNewfoundland).

3) Hutan model Manitoba, Hutan Model Long Beach, Hutan Model Foothills dan Hutan Model DanauAbitibi

Hutan Model: Pendekatan Berbasis Kemitraanuntuk Pengelolaan Lanskap 207

tahun pertama kemitraan itu. Dewan mengakui bahwa hal inikurangnya partisipasi ini merupakan masalah penting dan mulaimerubahnya melalui presentasi kepada masyarakat, lokakarya danketerlibatan masyarakat adat dalam rancangan dan pelaksanaanproyek. Ini merupakan proses yang banyak makan waktu namunpenting. Komunikasi langsung dan verbal, daripada korespondensimelalui fax, surat dan email – lebih penting dilakukan denganmasyarakat adat dibanding mereka yang bukan dari adat (MikeWaldram, MBMF; komunikasi personal). Pengalaman Hutan ModelGassinsky (lihat Kotak 8.2) menunjukkan bahwa jenis pengalamandalam pengembangan kemitraan ini tidak terbatas pada Kanadasaja.

Menghargai nilai-nilai stakeholderBegitu para mitra sepakat untuk bekerja sama, bagaimana

kelompok ini yang terdiri dari beragam dan jumlah stakeholder bisa

Ron D. Ayling206

Dalam contoh yang lain, pemodelan habitat kehidupan liar darihutan pinus di Hutan Model Western Newfoundland menggunakanmetode pengelolaan adaptif untuk menentukan di mana danbagaimana pemanenan kayu seharusnya dilaksanakan. Prosestersebut mengikuti ke rangka kerja siklis untuk mengevaluasikembali asumsi-asumsi secara kontinu dan memodifikasi aksiberdasar informasi baru hingga dapat mem prediksi hasil aksi men -datang (Sean Dolter, Pe rencana Senior, Hutan Model Western New -foundland; komunikasi personal)

Pengelolaan adaptif untuk rancangan kelembagaanSelain teknik pengelolaan sumberdaya secara adaptif, ada

fungsi paralel dari pengelolaan tersebut dalam proses pengembangankemitraan. ‘Konsep pengelolaan adaptif menekankan padapentingnya interaksi sosial dan pengembangan konsensus dalammencapai keputusan pengelolaan’ (McLain dan Lee 1996: 446), danakan gagal, kecuali ada usaha untuk menciptakan pemahamanbersama tentang nilai-nilai, tujuan, sasaran dan pilihan-pilihanpengelolaan. Pada prakteknya, jenis struktur kelembagaan jarangdiperhatikan dan demikian juga proses-proses yang diperlukan, agarpengelolaan adaptif dapat berjalan dengan skala lebih besar. ‘Padaintinya masalahnya adalah untuk menciptakan kerangka kerjakelembagaan yang meningkatkan koordinasi kegiatan pengelolaanyang dilakukan oleh lembaga-lembaga yang lepas, namun salingtergantung’ (McLain dan Lee 1996:446).

Struktur kemitraan dari hutan model dapat memberikanpengetahuan mengenai hal-hal yang diperlukan untuk pengelolaanyang sedemikian besar agar dapat berjalan. Kemitraan pada lanskapyang lebih luas tidak dapat mengeluarkan satu kelompok daristakeholder itu (Beckley et al. 1995)’ Sinclair dan Smith 1995;Sinclair et al. 1998a, 1998b). Mereka mungkin harus menampungbiaya-biaya yang signifikan dan menunggu waktu lama untukmembawa semua kelompok itu bersama-sama. Pada Hutan ModelManitoba, sebagian karena adanya kesalahpahaman, masalah-masalah komunikasi dan sejarah yang panjang adanya rasa salingtidak percaya, masyarakat adat tidak berpartisipasi dalam lima

Kotak 8.2 Mencoba pengembangan kemitraan di Hutan Model Gassinski, Rusia

Hutan Model Gassinski di Timur Jauh Rusia sebagian besar dikelola untuktujuan kayu. Awalnya ada satu stakeholder, pemerintah, dengan pemisahanstakeholder yang kesemuanya didanai dan didukung oleh pemerintah pusat.Meskipun mereka tampak memiliki kesamaan kepentingan, konflik menjadisesuatu yang sangat biasa, karena teguh pada pandangan dan sejarah di manakolaborasi tidak begitu dikenal. Ada perasaan ketidaknyamanan, karena masalah-masalah ekonomi, dan ketidakpercayaan serta keengganan untuk menawardengan jaminan yang baik. Namun sejalan dengan waktu, melalui diskusi daninteraksi yang sering terjadi pada tingkat individu, proses bekerja melalui programhutan model menciptakan peluang untuk membangun kepercayaan, rasa hormatdan keyakinan diri. Juga jelas bahwa proyek-proyek tersebut mencobamenyelesaikan beberapa masalah penting lokal yang mempengaruhi setiap orang,seperti tingginya pengangguran. Agenda politik dan promosi diri sudah diatasi.Pengembangan kepercayaan dan keyakinan bisa dilakukan melalui cara-carasederhana, seperti berbagi informasi secara bebas. Investasi dalam hal waktu,uang dan energi dalam membangun kemitraan yang bekerja efektif telah banyakdilakukan dan beberapa konflik masih tetap ada. Namun masalah sebenarnyaadalah bahwa para mitra telah mempelajari bahwa mereka dapat menyelesaikanjika mereka bersama-sama, bukan dengan cara yang terpisah.

Sumber: Evgeny Zabubenin, administratur, GMF; komunikasi personal

Hutan Model: Pendekatan Berbasis Kemitraanuntuk Pengelolaan Lanskap 209

kemitraan dengan pengelolaan yang terpadu. Sektor perkayuan sangattertarik pada produksi kayu, sementara kepentingan taman nasionalsehubungan dengan mandatnya adalah untuk melindungi danmeningkatkan keanekaragaman hayati dan habitat kehidupan liar.Mitra-mitra adat memiliki serangkaian fungsi hutan dengan nilaipsikologis dan spiritual yang paling kuat terhadap hutan tersebut.Studi ini, meskipun akan makan waktu yang lama untuk mem -pelajari nilai-nilai stakeholder, berfungsi sebagai tujuan dalammengidentifikasi bias-bias yang lebih mapan yang menghambatkemitraan itu. Selain itu, mereka dapat memberikan pandanganyang relatif netral di mana semua stakeholder dapat lebih terbuka.

Di antara banyaknya hutan model Kanada, mekanisme untukmendapatkan dan mempelajari nilai-nilai menghasilkan tren yangkonsisten menuju pengakuan yang lebih luas atas nilai-nilai adat.Sebagai contoh, nilai-nilai adat telah memainkan peran pentingdalam pengembangan Hutan Model Long Beach di Pulau Vancouver(Norma Dryden, LBMF; komunikasi personal). Dengan lebih dari se -paroh populasi di kawasan yang terdiri dari masyarakat adat, dansebagian besar dari mereka di bawah umur 25 tahun, perwakilanpemuda dimasukkan dalam Dewan dan nilai-nilai serta kepentinganpemuda menjadi bagian yang integral dalam rancangan danpeluncur an proyek. Mitra-mitra yang lain juga sepakat bahwa semuapengelolaan hutan harus berdasar ekosistem dan dipandu oleh nilai-nilai adat dan pengetahuan tradisional pengelolaan sumberdayahutan. Di Ontario, nilai-nilai adat dari masyarakat Mohawk merupa -kan kunci untuk bisa menjalankan Hutan Model Ontario Timur(Barkely et al. 1997; Story dan Lickers 1997). Para mitra sepakat ter-hadap konsep Mohawk untuk ‘perencanaan tujuh generasi’ dan padapengambilan keputusan dengan konsensus.

Nilai-nilai masyarakat yang lebih luasDalam rangka untuk mencapai tujuan pengelolaan hutan

lestari secara lebih efektif, penghargaan pada nilai-nilai yangdipegang oleh masyarakat merupakan hal penting, di luar tingkatDewan dan kelompok mitra, sebagaimana ditunjukkan oleh Sinclairet al. (1998b). Tiga hutan model dalam studi mereka telah memulai

Ron D. Ayling208

belajar untuk saling menghargai masing-masing nilai dan kepenting -an? Kemitraan yang bekerja efektif berimplikasi pada kesadaran,tetapi bukan sekedar keberterimaan, dari masing-masing sikap,persepsi dan nilai-nilai. Namun, menurut Beckley et al (1995:17) ’pe-nilaian yang sistematis pada nilai-nilai stakeholder jarang dilakukandi Kanada’, jangankan pengembangan proses supaya stakeholdersadar akan nilai-nilai orang lain. Evaluasi Program Hutan Model diKanada menunjukkan bahwa pengelolaan hutan aktual yang meli-batkan nilai-nilai stakeholder selama Fase I jarang sekali terjadi(Gardner-Pinfold 1996).

Hutan Model telah bekerja untuk mengidentifikasi nilai-nilaidan penghargaan pada nilai-nilai tersebut melalui berbagaimekanisme. Survei keempat hutan4 model di atas oleh peneliti dariUniversitas Manitoba (Sinclair et al. 1998a, 1998b) menunjukkanbahwa diskusi tingkat dewan, lokakarya publik, studi-studi yangdilakukan, presentasi, inisiatif perencanaan strategis dan proyek-proyek spesifik telah dilakukan bersamaan atau sendiri-sendiri,kadang-kadang dikombinasikan. Pada semua keempat hutan modeltersebut, sebagian besar responden menunjukkan bahwa alat terbaikbagi kelompok untuk memahami masing-masing nilai adalah melaluidiskusi tingkat dewan, dan kenyataannya itu, karena pertimbangannilai-nilai mitra bahwa perubahan dalam proses pengambilankeputus an terjadi secara reguler. Pertemuan langsung secara regulerdalam kelompok kecil dengan mandat untuk membuat keputusanmerupakan unsur penting dari keberhasilan mekanisme ini.

Dalam Hutan Model Fundy, serangkaian konsultasi danlokakarya yang melibatkan kelompok kemitraan selain lokakaryauntuk publik dianggap dapat meningkatkan derajat dan kualitaspartisipasi publik dalam mengidentifikasi masalah-masalahpengguna an sumberdaya. Di sini, membuat pengelola hutan untukbertemu muka dengan stakeholder lain dan membahas dengan merekatentang masalah-masalah mereka membuat komunikasi nilai-nilaimasyarakat semakin efektif. Studi-studi tentang nilai-nilai sumber-daya dan antarhubungan dari tiga stakeholder utama dalam HutanModel Pangeran Albert di Saskatchewan Utara (Bouman danKulshreshtha 1998) membantu menjelaskan kemajuan-kemajuan

Hutan Model: Pendekatan Berbasis Kemitraanuntuk Pengelolaan Lanskap 211

kebijakan sumberdaya, konflik itu sendiri bukan merupakanmasalah; tetapi masalahnya adalah bagaimana mengelola konflik itu.Konflik bisa disebabkan interpretasi yang berbeda atas informasiatau sekumpulan informasi yang berbeda, dari perbedaan yangmendasari nilai-nilai sosial atau karena persepsi yang berbedatentang siapa menang dan siapa kalah. Jika struktur kelembagaandapat mengatasi penyebab-penyebab mendasar, konflik tetap sajatidak bisa dipecahkan dan akhirnya akan menyebabkan biaya sosialpolitik dan manajerial yang tinggi.

Dalam Program Hutan Model, konflik atau ketidaksepakatankecil atas keputusan pengelolaan sumberdaya sebagian besar tidaktercatat dalam literatur-literatur yang tersedia. Jika konflik ituberkurang, mungkin karena beberapa alasan: dasar stakeholderyang sempit di mana hanya ada perbedaan kecil dalam nilai-nilaisumberdaya; pelaksanaan proyek-proyek non-kontroversial ataukegagalan untuk menganalisis pentingnya hasil-hasil proyek; ataukenyataan bahwa praktek-praktek dan kebijakan pengelolaan hutanmasih harus dipengaruhi oleh hutan-hutan model. Kegagalan untukmencatat dan menganalisis pengelolaan konflik juga menjadikemungkinan lain.

Kurangnya konflik terhadap permasalahan pengelolaansumberdaya juga, karena kemampuan hutan model untuk mengeloladan menyelesaikan konflik itu, mencapai konsensus, membuatkeputusan dan terus maju. Barkley et al (1997:2) menunjukkanbahwa Hutan Model Ontario ‘telah mendapatkan pengalaman praktissubstansial dalam menangani pengelolaan sumberdaya hutan yangmultifungsi dalam sistem penguasaan lahan pribadi dan telahmengembangkan pendekatan penghindaran konflik melalui kerjasama dengan berbagai kelompok.

Konflik yang benar-benar ada terlihat berhubungan denganmasalah kepengurusan dalam hutan model. Dalam pandanganmereka, Sinclair et. al. (1998b) melaporkan bahwa sebagian besarkonflik dihubungkan dengan alokasi pendanaan program, jenis danarahan proyek serta struktur Dewan. Permasalahan diatasi dengandiskusi dan diselesaikan atau disimpan untuk dibahas lebih lanjut.Hutan Model Manitoba dan Foothills bekerja dengan dasar modifika-

Ron D. Ayling210

riset mengenai nilai-nilai masyarakat melalui lokakarya dan surveiformal, dan kelihatannya, sebagian besar responden menerimabahwa riset tentang nilai-nilai itu dapat membawa kita pada solusi-solusi kreatif untuk mempengaruhi proses-proses pengambilankeputusan. Mereka menyimpulkan bahwa hutan model ini masihpermulaan untuk mempertimbangkan nilai-nilai hutan, namundiakui bahwa kita pasti akan mempermasalahkan apakahpentingnya riset ini dalam mengubah pengelolaan hutan status quo.

Tidak harus selalu dianggap bahwa nilai-nilai dan kepentinganstakeholder sama dengan nilai-nilai yang dimiliki oleh publik yanglebih luas. Sebagaimana disampaikan sebelumnya, ada banyak danterus dipublikasikan contoh-contoh konflik di Kanada dan disejumlah negara-negara maju yang lain. Beckley et al (1995)menyatakan bahwa industri hasil hutan di Kanada sangatberpengaruh untuk menentukan arah kebijakan kehutanan, danstakeholder lain, seperti masyarakat adat, penggiat lingkungan hidupdan publik umumnya tidak bersuara. Akibatnya, merekaberpendapat bahwa ‘masyarakat terpecah dan ada banyak sekalikonflik-konflik yang belum diselesaikan di seluruh sektor kehutananKanada’ (Beckley et al. 1995: 33).

Nilai-nilai dan konflik sumberdayaSebuah analisis nilai-nilai dan interaksi antara stakeholder dan

masyarakat dapat menunjukkan potensi konflik, karena pilihan-pilihan pengelolaan. Dengan sumberdaya alam, ‘masing-masingkelompok stakeholder dapat diharapkan memiliki kepentinganrasional, tetapi berbeda dan perbedaan ini merupakan hal yangpaling mendasar’ (Grimble et al. 1995:3). Konflik merupakan unsurnormal dan bahkan diinginkan dalam satu masyarakat (Grimble etal. 1995), dan menurut Lee (1993:10), ‘penting untuk mendeteksikesalahan dan untuk melakukan koreksi.’ Namun, konflik yang tidakterikat akan merusak kerjasama jangka panjang yang dibutuhkanuntuk suatu kelestarian, dan oleh karena itu derajat konflik yangterikat dengan batasan yang legitimate itu menguntungkan.Pengelolaan adaptif dan konflik terikat merupakan hal penting untukpembelajaran sosial dalam Program Hutan Model. Dalam konteks

Hutan Model: Pendekatan Berbasis Kemitraanuntuk Pengelolaan Lanskap 213

dalam pembelajaran bersama.Dalam mengembangkan kemitraan untuk pengelolaan lanskap,

Jaringan tersebut telah menciptakan pengaturan kelembagaan diantara berbagai kepentingan dan jenis-jenis organisasi. Keterwakilanyang komprehensif dari kepentingan-kepentingan ini, komunikasidengan kelompok kepentingan, dan pengembangan rasa saling per-caya di antara mereka merupakan beban yang paling besar. Situasi“trade-off” tampak terjadi antara kondisi yang mampu menanganiberbagai kepentingan, tetapi kondisi kualitas interaksi langsung diantara kepentingan-kepentingan itu. Dua faktor yang penting: waktuyang cukup untuk mengembangkan kemitraan dan kapasitas untukmenjadi fleksibel serta merespons perubahan kepentingan dan atu-ran-aturan organisasi.

Meskipun konsep hutan model sangat baik dan proses-prosesyang mengikutinya begitu dinamis dan berkembang, bukan berartiprogram tersebut tidak memiliki tantangan. Ada juga berbagai resi-ko, misalnya, untuk birokrasi yang sudah sangat mapan atau lemba-ga korporat dalam membuka pemeriksaan oleh publik dan untukproses-proses yang mungkin memiliki aspek ‘memberi dan meneri-ma’. Masyarakat lokal, khususnya mereka yang terpinggirkan, kare-na budaya atau ekonomi, juga menghadapi resiko. Maka untuk men-jadi berhasil, hutan model memiliki banyak resiko dan kepemimpi-nan yang inovatif, dan beberapa orang mungkin bilang, pemikir yangtanpa lelah yang tidak terikat oleh tradisi konservatif.

Menunjukkan kemajuan dan hasil juga merupakan tantangan.Ada banyak harapan bahwa program tersebut akan menghasilkanperubahan di lapangan dan mempengaruhi kebijakan kehutanan.Oleh karena itu, setiap hutan model diharapkan dapat menunjukkanbukti di mana praktek-praktek pengelolaan berbeda dan membawapada pengelolaan sumberdaya yang berkelanjutan. Evaluasi dariProgram Kanada setelah lima tahun, meskipun diakui ada prestasi-prestasi yang diakui, namun bukti perubahan di lapangan masih ter-lalu kecil. Carrow (1999) menyatakan bahwa jika perubahan tidakterjadi, kredibilitas program terhadap publik akan hilang. Namun,pengenalan, evaluasi, modifikasi dan adopsi konsep-konsep barupasti akan butuh waktu. Percobaan dengan cara kemitraan dari ber-

Ron D. Ayling212

si proses konsensus, yang membahas permasalahan secara detaildan kemudian melakukan voting dengan menggunakan aturanRobert (satu protokol yang umumnya digunakan untuk melakukanpertemuan). Hutan Model Danau Abitibi dan Long Beach sedangmencoba pengembangan konsensus berdasar pada komunikasi dandiskusi.

Literatur hanya sedikit memberikan pengetahuan tentang peng-elolaan kerja sama atau pengelolaan konflik jika sejumlah stakehol-der dengan kepentingan yang berbeda dilibatkan dalam mengguna-kan sumberdaya itu (Grimble et al. 1995). Jelasnya, diskusi-diskusisebelumnya jarang merefleksikan kekayaan dinamika sosial yangsedang berlangsung dalam kemitraan hutan model, karena merekaakan berkembang dan matang. Semua hutan model memilik kontri-busi yang penting untuk bidang penelitian sosial ini dengan caramendokumentasikan dan membagi pengalaman pembelajarankelembagaan mereka. KESIMPULAN

Konsep ‘pembangunan berkelanjutan’ masih belum memilikidefinisi yang pasti. Salah satu keuntungan dari Program HutanModel adalah untuk memberikan bentuk konsep ini pada tingkatlokal. Meskipun hutan model itu unik dalam hal dasar sumberdaya-nya dan struktur kemitraannya, program tersebut memberikankerangka kerja untuk fleksibilitas dan inovasi, dan untuk percobaanserta untuk berani mengambil resiko dalam pengelolaan adaptif padatingkat lanskap yang lebih luas. Komposisi, nilai-nilai dan hubunganantara berbagai stakeholder memberikan percobaan yang luar biasadalam pembelajaran kolektif dan pengambilan keputusan.

Untuk mengelola lanskap yang lebih luas dan kompleks, hutanmodel menggunakan tiga pendekatan: penghargaan dan pemahamanatas keragaman fungsi lahan dan hubungannya, kemitraan berdasarstakeholder tingkat mikro dan makro, dan proses pembelajaranuntuk menyesuaikan asumsi, tujuan dan teknik-teknik pengelolaan.Di antara ketiga pendekatan ini, kemitraanlah yang terbukti sejauhini sebagai unsur yang banyak makan waktu dan yang memilikibanyak tantangan dalam pelaksanaannya serta telah mempengaruhikemajuan dalam memahami sumberdaya lahan yang beragam dan

Hutan Model: Pendekatan Berbasis Kemitraanuntuk Pengelolaan Lanskap 215

Barkley, B., Patry, M., Story, P. and Virc, S. 1997. “The Eastern Ontario model for-est: acting locally, connecting globally.” The Forestry Chronicle 73(6):1-4.Beckley, T.M. 1998. “Moving towards consensus-based forest management: a com-

parison of industrial, co-managed, community and small private forest in Canada.” TheForestry Chronicle 74(5):736-744.Beckley, T.M., Boxall, P.C., Just, L.L. and Wellstead, A. M. 1995. “Forest stakehold-

ers’ attitudes and values: a review of social science contributions.” MBMF 95-2-25.Bouman, O.T. and Kulshreshtha, S. N. 1998. “A case of integrated development in

the boreal forest of Saskatchewan, Canada.” Commonwealth Forestry Review 77(4):254-261.Brand, D.G., Bouman, O.T., Bouthillier, L. Kesslet, W. and Lapierre, L. 1996. “The

model forest concept: a model for future forest management?” Environmental Review4:65-90.Carrow, R. 1999. “Canada’s model forest program: challenges for phase II.” The

Forestry Chronicle 75(1): 73-80.Gardner-Pinfold. 1996. “Evaluation of the Canadian model forest program.” Gardner

Pinfold Consulting Economists Limited, Halifax.Grimble, R., Chan, M.K., Aglionby, J, and Quan, J. 1995. “Trees and trade-offs: a

stakeholder approach to natural resource management.” Gatekeeper Series No. 52.International Institute for Environment and Development, U.K.International Model Forest Network (IMFN) 1999. “Model forest development guide.”

IMFN Secretariat. May, 1999.Kemmis, S. and McTaggart, R. 1998. “Introduction: the nature of action research.”

In: Kemmis, S. and McTaggart, R. (eds.) The Action Research Planner, 1-13. DeakinUniversity Press, Deakin, Australia.Lee, K. N. 1993. “Taking measures.” Page 7-17; “Gyroscope: negotiation and con-

flict.” In: Compass and Gyroscope: Integrating Science and Politics fortheEnvironment, 87-114. Island Press, Washington, D.C.MacLean, D.A., Etheridge,P. Pelham, J. and Emrich, W. 1999. “Fundy Model Forest:

Partners in Sustainable Forest Management.” The Forestry Chronicle 75(2): 219-227.McLain, R.J. and Lee, R.G. 1996. “Adaptive Management: Promises and Pitfalls.”

Environmental Management 20(4): 437-448.Röling, N. G. and Jiggins, J. 1998. “The Ecological Knowledge System.” In: Röling,

N. G. and Wagemakers, M. A. E. (eds.) Facilitating Sustainable Agriculture:Participatory Learning and Adaptive Management inTimes of EnvironmentalUncertainty, 283-311. Cambridge University Press, Cambridge, UK.Sinclair, J. and Smith, D.L. 1995. “Multi-stakeholder Decision Making and

Management: Manitoba Model Forest.” MBMF 95-2-95.Sinclair, J., Smith, D.L. and Bidinosti, A. 1998a. “Results of the Survey of Views on

Manitoba Model Forest Activities at Achieving Sustainable Forest Management.” MBMF96-2-25.Sinclair, J., Smith, D.L. and Bidinosti, A. 1998b. “Canada’s Model Forest Network:

How Individual Model Forests are Working Together to Achieve Sustainable ForestManagement.” MBMF 96-2-45.Story, P.A. and Lickers, F.H. 1997. “Partnership Building for Sustainable

Development: A First Nations Perspective from Ontario.” Journal of SustainableForestry 4(3/4): 149-162.Waldram, J.M. 1998. “Manitoba Model Forest: a Diversity of Land and People.” In:

“Model Forest for Field-Level Application of Sustainable Forest Management,” 190-195.Proceeding of an International Workshop, 10-12 March, 1998. Tokyo, Japan.

Ron D. Ayling214

bagai kepentingan akan memerlukan waktu, niat baik dan banyakusaha. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Lee (1993:14) ‘uji yangpaling penting adalah pembelajaran sejalan dengan skala waktu pen-tingnya biologi – pembelajaran yang berakhir dalam waktu yang lamauntuk merasakan perubahan jangka panjang dari ekosistem yangkita gunakan. Karena pembelajaran jangka panjang merupakan ujikritis dari apakah sebuah kebijakan (atau sebuah konsep) sesunggu-hnya menuju pada kelestarian’.

UCAPAN TERIMA KASIHSetulus hati saya ungkapkan penghargaan kepada: Sekretariat

Jaringan Hutan Model Internasional, khususnya pada Peter Besseau,Program Officer untuk Asia/Eropa dan Kafui Dansou; ProgramOfficer untuk Amerika Latin; Evgency Zabubenin, administraturHutan Model Gassinsky; Gustavo Heredia, Manajer Umum dariHutan Model Chihuahua; John Hall dari Jaringan Canada; SheilaRobinson dan Sean Dolter dari Hutan Model Western Newfoundland;Norma Dryden dari Hutan Model Long Beach; Mike Waldram,Manajer Umum dari Hutan Model Manitoba; tim lokakarya di East-West Center, khususnya Sonja Brodt dan para peserta lokakarya.

BAHAN RUJUKAN

Ron D. Ayling216