PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan...

127
PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS) DAN JIGSAW DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR DAN KREATIVITAS SISWA ( Penelitian Pembelajaran Suhu dan Kalor Kelas X Semester 2 SMA Negeri 1 Banjarmasin Propinsi Kalimantan Selatan Tahun Pelajaran 2008/ 2009 ) TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama Fisika Oleh ABDUL HADI SUTRISNO NIM S.830908101 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan...

Page 1: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD (STUDENT TEAM

ACHIEVEMENT DIVISIONS) DAN JIGSAW DITINJAU DARI AKTIVITAS

BELAJAR DAN KREATIVITAS SISWA

( Penelitian Pembelajaran Suhu dan Kalor Kelas X Semester 2 SMA Negeri 1 Banjarmasin Propinsi Kalimantan Selatan Tahun Pelajaran 2008/ 2009 )

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Program Studi Pendidikan Sains

Minat Utama Fisika

Oleh

ABDUL HADI SUTRISNO NIM S.830908101

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2010

Page 2: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

ii

PERSETUJUAN

PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS) DAN JIGSAW DITINJAU

DARI AKTIVITAS BELAJAR DAN KREATIVITAS SISWA

( Penelitian Pembelajaran Suhu dan Kalor Kelas X Semester 2 SMA Negeri 1 Banjarmasin Propinsi Kalimantan Selatan Tahun Pelajaran 2008/ 2009 )

Disusun oleh

ABDUL HADI SUTRISNO NIM S.830908101

Telah Disetujui Oleh Tim Pembimbing

Dewan Pembimbing

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd ............................. ................. NIP.19520116.198003.1.001

Pembimbing II Dra. Suparmi, M.A, Ph.D .............................. ................ NIP.19520915.197603.2.001

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Sains

Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd NIP.19520116.198003.1.001

Page 3: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

iii

PENGESAHAN

PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS) DAN JIGSAW DITINJAU

DARI AKTIVITAS BELAJAR DAN KREATIVITAS SISWA

( Penelitian Pembelajaran Suhu dan Kalor Kelas X Semester 2 SMA Negeri 1 Banjarmasin Propinsi Kalimantan Selatan Tahun Pelajaran 2008/ 2009 )

Disusun oleh :

ABDUL HADI SUTRISNO NIM S.830908101

Tesis telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua Prof. Dr. H. Ashadi ..................... .................

NIP 195101021975011001

Sekretaris Drs. Cari, M.A, M.Sc, Ph.D ..................... .................

NIP 196103061985031002

Anggota Penguji :

1. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd ..................... .................

NIP 195201161980011001

2. Dra. Suparmi, M.A, Ph.D ..................... .................

NIP 195209151976032001

Surakarta, 27 Januari 2010

Mengetahui, Ketua Program Studi Direktur PPs UNS Pendidikan Sains Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd NIP 195708201985031004 NIP 195201161980031001

Page 4: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : Abdul Hadi Sutrisno

NIM : S.830908101

Menyatakan dengan sebenarnya, bahwa tesis saya yang berjudul ”Pembelajaran

Fisika Menggunakan Model STAD (Student Team Achievement Divisions) dan

Jigsaw Ditinjau dari Aktivitas Belajar dan Krativitas Siswa” adalah benar-benar

karya tesis saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi citasi

dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari

tesis tersebut.

Surakarta, 27 Januari 2010

Yang membuat pernyataan

Abdul Hadi Sutrisno

NIM S.830908101

Page 5: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Berilmu tanpa beramal bagaikan pohon tidak berbuah dan beramal tanpa berilmu

bagaikan buah yang indah namun pahit rasanya

Tesis ini aku persembahkan :

1. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak dan Ibu Moechjari.

2. Istriku terkasih, Erminawati.

3. Kedua anakku tersayang,

Muhammad Aldi Joko Satria Perdana dan Muhammad Aldo Jaka Satria Permana.

Page 6: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat, taufik, hidayah dan inayahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan

penelitian dan penyusunan tesis dengan judul Pembelajaran Fisika Menggunakan

Model STAD (Student Team Achievement Divisions) dan Jigsaw Ditinjau dari

Aktivitas Belajar dan Kreativitas Siswa dengan penuh petunjuk, lancar dan baik.

Kami menyadari bahwa tesis ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dari semua

pihak yang telah membantu kami, Untuk ini kami mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D, selaku direktur Pascasarjana Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk

menyelesaikan studi di Program Pascasarjana Program Studi Pendidikan Sains .

2. Bapak Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Sains Program Pascasarjana UNS dan sekaligus sebagai Pembimbing

I yang telah memberikan dorongan, bimbingan, petunjuk, pengarahan dan

perhatian kepada kami, sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

3. Ibu Dra. Suparmi, M.A, Ph.D sebagai Pembimbing II yang telah memberikan

dorongan, bimbingan, petunjuk, pengarahan dan perhatian dengan penuh

kesabaran kepada kami, sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

4. Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Sains Program Pascasarjana UNS

yang telah mengajar dan membimbing kami sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

Page 7: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

vii

5. Bapak Drs. H. Zainuddin, M.Pd selaku Kepala SMA Negeri 1 Banjarmasin yang

telah memberikan izin dan kesempatan kepada kami untuk melakukan penelitian

di SMA Negeri 1 Banjarmasin.

6. Bapak dan Ibu guru pengajar mata pelajaran fisika di SMA Negeri 1 Banjarmasin

yang telah memberikan bantuan dan kerjasama dalam melakukan penelitian

sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

7. Bapak dan Ibu guru SMA Negeri 1 Banjarmasin yang telah memberikan bantuan

dan kerjasama dalam melakukan penelitian sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

8. Keluargaku tercinta, Bapak dan Ibu, istri dan kedua anaku yang telah ikhlas

dengan perhatian dan doa yang tulus.

9. Semua rekan-rekan di Program Studi Pendidikan Sains angkatan September 2008

yang telah memberikan bantuan dan kerjasama dalam melakukan penelitian

sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

10. Semua pihak tanpa terkecuali yang telah memberikan bantuan dan kerjasama

dalam melakukan penelitian sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

Kami menyadari bahwa dalam penelitian dan penyusunan tesis ini masih

jauh dari sempurna, tapi kami berharap semoga tesis ini bisa berguna khususnya

bagi perkembangan pendidikan fisika dan berguna bagi dunia pendidikan secara

umum.

Surakarta, 27 Januari 2010

Penulis

Page 8: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii

PERNYATAAN ................................................................................................. iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... v

KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi

DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv

ABSTRAK ......................................................................................................... xvi

ABSTRACT ....................................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ........................................................................ 9

C. Pembatasan Masalah ....................................................................... 9

D. Perumusan Masalah ........................................................................ 10

E. Tujuan Penelitian ............................................................................ 11

F. Manfaat Penelitian .......................................................................... 11

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR

DAN HIPOTESIS ................................................................................. 14

A. Kajian Teori .................................................................................... 14

Page 9: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

ix

1. Teori Belajar ............................................................................. 14

a. Teori Belajar Kognitif.......................................................... 14

1). Teori Belajar Piaget....................................................... 15

2). Teori Belajar Vygotsky ................................................. 20

b. Teori Belajar Konstruktivisme ............................................. 23

2. Model Pembelajaran Kooperatif ................................................ 27

a. Pembelajaran Kooperatif Model STAD ............................... 28

b. Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw ............................... 29

3. Aktifitas Belajar Siswa .............................................................. 32

4. Kreatifitas ................................................................................. 33

5. Prestasi Belajar .......................................................................... 36

6. Pembelajaran IPA (Sains) .......................................................... 39

7. Materi Pembelajaran Fisika ....................................................... 40

B. Penelitian yang Relevan .................................................................. 54

C. Kerangka Berfikir ........................................................................... 56

D. Hipotesis ......................................................................................... 60

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................

Page 10: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

xii

Menggunakan Model Jigsaw ............................................................. 82

Tabel 4.7. Deskripsi Data Kreativitas Siswa ....................................................... 84

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Kreativitas pada Kelas yang

Menggunakan Model STAD .............................................................. 84

Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Kreativitas pada Kelas yang

Menggunakan Model Jigsaw ............................................................. 85

Tabel 4.10. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Penelitian ............................... 86

Tabel 4.11. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas .................................................... 87

Tabel 4.12. Rangkuman Anava Tiga Jalan Prestasi Belajar Fisika ....................... 89

Tabel 4.13. Rangkuman Anova Satu Jalan Prestasi Belajar vs Model .................. 91

Tabel 4.14. Rangkuman Probabilitas Interaksi .................................................... 92

Tabel 4.15. Rangking Metode Pembelajaran Kooperatif...................................... 94

Page 11: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Hubungan Antara Skala Termometer ........................................... 43

Gambar 2.2. Muai Panjang............................................................................... 44

Gambar 2.3 Muai Luas ................................................................................... 44

Gambar 2.4 Muai Volum ............................................................................... 45

Gambar 2.5 Air yang Dipanaskan ................................................................... 47

Gambar 2.6. Perubahan Wujud Zat .................................................................. 48

Gambar 2.7 Diagram Hubungan Q dan t ......................................................... 49

Gambar 2. 8 Aliran Panas ................................................................................ 50

Gambar 2.9. Benda Gelap Menyerap Panas Lebih Baik ................................... 51

Gambar 2.10. Kalorimeter Aluminium ............................................................... 53

Gambar 4.1. Histogram Prestasi Belajar pada Kelas yang

Menggunakan Model STAD ........................................................ 80

Gambar 4.2. Histogram Prestasi Belajar pada Kelas yang

Menggunakan Model Jigsaw........................................................ 81

Gambar 4.3. Histogram Skor Aktivitas Siswa pada Kelas yang

Menggunakan model STAD ........................................................ 83

Gambar 4.4. Histogram Skor Aktivitas Siswa pada Kelas yang

Menggunakan model Jigsaw ........................................................ 83

Gambar 4.5. Histogram Skor Kreativitas Siswa pada Kelas yang

Menggunakan model STAD ........................................................ 85

Gambar 4.6. Histogram Skor Kreativitas Siswa pada Kelas yang

Menggunakan model Jigsaw ........................................................ 86

Page 12: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

xiv

Gambar 4.7. Grafik Uji ANOM Model Pembelajaran terhadap

Prestasi Belajar Fisika .................................................................. 91

Gambar 4.8. Grafik Interaksi factor Model, aktivitas Belajar siswa

Dan Kreativitas terhadap Prestasi Belajar Fisika .......................... 92

Gambar 4.9. Grafik Uji ANOM Aktivitas Belajar terhadap

Prestasi Belajar Suhu dan Kalor ................................................... 96

Gambar 4.10. Grafik Uji ANOM Kreativitas Belajar terhadap

Prestasi Belajar Suhu dan Kalor ................................................... 97

Gambar 4.11. Grafik Interaksi Model Pembelajaran dan Aktivitas

Belajar terhadap Prestasi Belajar Suhu dan Kalor ......................... 99

Gambar 4.12. Grafik Interaksi Model Pembelajaran dan Kreativitas

Terhadap Prestasi Belajar Suhu dan Kalor ................................... 101

Gambar 4.13. Grafik Interaksi Aktivitas dan Kreativitas

Terhadap Prestasi Belajar Suhu dan Kalor ................................... 102

Gambar 4.14. Grafik Interaksi Model Pembelajaran, Aktivitas dan

Kreativitas terhadap Prestasi Belajar Suhu dan Kalor ................... 103

Gambar 4.15. Grafik Efek Mean Faktor Model Pembelajaran,

Aktivitas Belajar dan Kreativitas terhadap Prestasi

Belajar Suhu dan Kalor ................................................................ 104

Page 13: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 SILABUS ........................................................................................ 116

Lampiran 2 RPP Suhu dan Kalor model STAD ................................................... 125

Lampiran 3 RPP Suhu dan Kalor model Jigsaw .................................................. 135

Lampiran 4 Lembar Kegiatan Siswa (LKS)......................................................... 151

Lampiran 5 Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa ............................................... 165

Lampiran 6 Kisi-Kisi Instrumen Angket Kreatifitas Siswa .................................. 167

Lampiran 7 Angket Kreatifitas Siswa .................................................................. 169

Lampiran 8 Kisi-Kisi Tes Fisika Materi Pokok Suhu dan Kalor .......................... 172

Lampiran 9 Tes Fisika Materi Pokok Suhu dan Kalor ......................................... 173

Lampiran 10 Kunci Jawaban Tes Fisika Materi Pokok Suhu dan Kalor ............... 179

Lampiran 11 Data Hasil Penelitian ...................................................................... 180

Lampiran 12 Deskripsi hasil Pengolahan Data ................................................... 184

Lampiran 13 Uji Coba Aktivitas ......................................................................... 209

Lampiran 14 Uji Coba Kreativitas....................................................................... 211

Lampiran 15 Uji Coba Suhu dan Kalor ............................................................... 213

Lampiran 16 Permohonan Ijin Penelitian ............................................................ 215

Lampiran 17 Surat Keterangan............................................................................ 216

Page 14: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

xvi

ABSTRAK

Abdul Hadi Sutrisno. S830908101. Pembelajaran Fisika Menggunakan Model STAD (Student Team Achievement Divisions) dan Jigsaw Ditinjau dari Aktivitas Belajar dan Kretivitas Siswa. Penelitian Pembelajaran Suhu dan Kalor Kelas X Semester 2 SMA Negeri 1 Banjarmasin Propinsi Kalimantan Selatan Tahun Pelajaran 2008/2009. Tesis : Prodi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1) Pengaruh penerapan model pembelajaran STAD dan pembelajaran Jigsaw terhadap prestasi belajar fisika pada materi suhu dan kalor, 2) Pengaruh aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar fisika pada materi suhu dan kalor, 3) Pengaruh kreativitas siswa terhadap prestasi belajar fisika pada materi suhu dan kalor, 4) Interaksi antara penerapan model pembelajaran dengan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar fisika pada materi suhu dan kalor, 5) Interaksi antara penerapan model pembelajaran dengan kreativitas belajar siswa terhadap prestasi belajar fisika pada materi suhu dan kalor, 6) Interaksi antara aktifitas dengan kreatifitas belajar siswa terhadap prestasi belajar fisika pada materi suhu dan kalor, 7) Interaksi antara penerapan model pembelajaran, aktivitas belajar dan kreativitas belajar terhadap prestasi belajar fisika pada materi suhu dan kalor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Nopember 2008 – Maret 2009. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen. Rancangan penelitian ini menggunakan anava tiga jalan dengan desain faktorial 2 x 2 x 2. Faktor pertama adalah pembelajaran dengan model STAD dan Jigsaw. Faktor kedua adalah aktivitas, yang dibagi menjadi aktivitas tinggi dan aktivitas rendah, dan faktor ketiga adalah kreativitas, yang dibagi menjadi kreativitas tinggi dan kreativitas rendah. Dari hasil analisis data diperoleh kesimpulan : 1) Ada pengaruh penggunaan model STAD dan Jigsaw terhadap prestasi belajar Fisika pada materi suhu dan kalor, ditolak sebab p-value model = 0,017 < 0,050; 2) Tidak ada pengaruh Aktivitas belajar terhadap prestasi belajar Fisika pada materi suhu dan kalor, tidak ditolak sebab p-value Aktivitas belajar siswa = 0,161 > 0,050; 3) Tidak ada pengaruh Kreativitas siswa terhadap prestasi belajar Fisika pada materi suhu dan kalor, tidak ditolak sebab p-value Kreativitas siswa = 0,566 > 0,050; 4) Tidak ada interaksi antara model pembelajar an dengan Aktivitas belajar terhadap prestasi belajar Fisika pada materi suhu dan kalor, tidak ditolak sebab p-value interaksi model dan Aktivitas belajar = 0,879 > 0,050; 5) Tidak ada interaksi antara model pembelajaran dengan Kreativitas terhadap prestasi belajar Fisika pada materi suhu dan kalor, tidak ditolak sebab p-value interaksi model dan Kreativitas = 0,324 > 0,050; 6) Tidak ada interaksi antara Aktivitas belajar dan Kreativitas terhadap prestasi belajar Fisika pada materi suhu dan kalor, tidak ditolak sebab p-value interaksi antara Aktivitas belajar dan Kreativitas = 0,141 > 0,050; 7) Ada interaksi antara model pembelajar an, Aktivitas belajar, dan Kreativitas terhadap prestasi belajar Fisika pada materi suhu dan kalor, ditolak sebab p-value interaksi antara model, Aktivitas belajar dan Kreativitas = 0,025 < 0.050. Kata Kunci: STAD, Jigsaw, Aktivitas, Kreativitas, Prestasi

Page 15: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

xvii

ABSTRACT

Abdul Hadi Sutrisno, S.830908101. The Physics Teaching and Learning Using STAD (Student Team Achievement Division) and Jigsaw Learning Models Overviewed from the Students’ Learning Activity and Learning Creativity (A Case Study of Heat and Temperature for Grade Xth Students Banjarmasin State Senior High School I, South Kalimantan Province in the Academic Year 2008/2009). Thesis: Science Education Postgraduate Program, Sebelas Maret University, Surakarta, 2010. The purposes of the research are to know: (1) the effect of physics teaching learning using STAD and Jigsaw models to students’ achievement, (2) the effect of students’ learning activity to students’ achievement, (3) the effect of students’ creativity to students’ achievement, (4) the interaction between the use of STAD and Jigsaw learning models and students’ learning activity to students’ achievement, (5) the interaction between the use of STAD and Jigsaw learning models and students’ creativity to students’ achievement, (6) the interaction between the students’ learning activity and the students’ creativity to students’ achievement, and (7) the interaction of effect among the learning models, the students’ learning activity, and the students’ creativity to students’ achievement. This research used experimental method and was conducted from November 2008 to Maret 2009. The population was all students in Grade X SMA Negeri 1 Banjarmasin, consisted of 6 classes. The sample was taken using cluster random sampling, consisted of 4 classes. The data was collected using test for student achievement and questionere for student’ learning activity and creativity. Then the hypotheses were analyzed using Anova with 2 x 2 x 2 factorial design. Based on the results of the analysis can be concluded that : (1) there is an effect of STAD and Jigsaw learning models to the students’ achievement (p = 0.017 < 0.050); (2) there is no effect of the students’ learning activity to the students’ achievement (p = 0.161 > 0.050); (3) there is no effect of the students’ creativity to the students’ achievement (p = 0.566 > 0.050); (4) there is no interaction between the learning models and the students’ learning activity to the students’ achievement (p = 0.879 > 0.050); (5) there is no interaction between the learning models and the students’ creativity to the students’ achievement (p = 0.324 > 0.050); (6) there is no interaction between the students’ learning activity and the students’ creativity to the students’ achievement (p = 0.141 > 0.050); and (7) there is interaction among the learning models, the students’ learning activity, and the students’ creativity to the students’ achievement (p = 0.025 < 0.050). Keywords: STAD, Jigsaw, learning activity, learning creativity, and learning

achievement.

Page 16: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

xviii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Jadi pendidikan nasional

tidak saja berusaha menghasilkan manusia Indonesia yang berpengetahuan dan

berketerampilan, tetapi juga mampu memberi manfaat bagi masyarakat dan bangsa.

Pendidikan menengah merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

nasional. Salah satu lembaga pendidikan adalah Sekolah Menengah Atas (SMA).

Sekolah Menengah Atas merupakan intitusi yang memiliki peran sangat penting

untuk membangun sistem pembelajaran yang berkualitas serta membangun budaya

kualitas dalam sistem pembelajaran. Tugas utama Sekolah Menengah Atas adalah

menghasilkan lulusan yang berkualitas tinggi, untuk dapat melanjutkan ke jenjang

pendidikan tinggi. Siswa yang akan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi

dipersiapkan melalui program pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Guru tidak

hanya berpengetahuan luas tentang materi pembelajaran yang dia kuasai, guru juga

harus mampu merancang dan mengelola pembelajaran, memilih pendekatan model

pembelajaran, metode, media pembelajaran yang tepat, memahami karakteristik

siswa, memanfaatkan sumber sarana yang ada, memanfaatkan alat bahan praktikum

yang efisien, sehingga pembelajaran akan menyenangkan dipandang sudut siswa.

Page 17: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

xix

Pembelajaran fisika secara umum masih bersifat konvesional, interaksi antara guru

dengan siswa hanya satu arah sehingga kegiatan pembelajaran terkesan sebagai

“content transmission“. Hasil Ujian Nasional tahun 2007/2008 SMA Negeri 1

Banjarmasin menunjukan hasil yang mengembirakan nilai rata-rata mata pelajaran

Fisika 7,89 dengan kualifikasi A, berarti pembelajaran Fisika di SMA Negeri 1

Banjarmasin mencapai ketuntasan yang diharapkan.

Tabel 1.1 Data Hasil Ujian Nasional Program IPA SMA Negeri 1 Banjarmasin Tahun Pelajaran 2007/2008

Mata Pelajaran Nilai UN Rata-rata Terendah Tertinggi

B. Indonesia 7.60 5.20 9.10 B. Inggris 8.80 6.61 9.84 Matematika 7.82 4.00 9.51 Fisika 7.89 5.73 9.51 Kimia 8.76 5.06 10.00 Biologi 7.69 4.00 9.24

Namun demikian data nilai ini ditinjau dari nilai rata-rata secara umum, belum

menggambarkan nilai rata-rata tiap standart kompetensi (SK) maupun tiap

kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh siswa tersebut. Data nilai UAN yang

dimiliki sekolah merupakan nilai komulatif dari nilai seluruh kompetensi dalam

standar kompetensi lulusan. Oleh karena itu gambaran nilai tersebut tidak dapat

digunakan untuk mengetahui pencapaian kriteria ketuntasan minimal kompetensi

dasar siswa pada materi suhu dan kalor. Pembelajaran fisika di SMA Negeri 1

Banjarmasin masih kurang menggunakan model pembelajaran yang diharapkan

dapat meningkatkan prestasi hasi belajar misalnya model STAD (Student Team

Achievement Divisions) atau Jigsaw.

Page 18: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

xx

Pembelajaran fisika termasuk kelompok sains merupakan ilmu yang diperoleh

dan dikembangkan berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan

apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam, khususnya yang berkaitan dengan

komposisi, struktur, sifat transformasi, dinamika, dan energitika zat. Oleh sebab itu

mata pelajaran ilmu fisika di SMA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang

meliputi komposisi, strukutur, dan sifat, transformasi, dinamika dan energitika zat

yang melibatkan ketrampilan dan penalaran. Pembelajaran Fisika di SMA Negeri 1

Banjarmasin berlandaskan kurikulum berbasis kompotensi dan sekarang digunakan

kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).

KBK merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompotensi yang dibakukan dan cara penyampaiannya disesuaikan dengan keadaan kondisi daerah. Pendidikan berbasis kompotensi yaitu pendidikan yang menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki lulusan suatu jenjang pendidikan ( Depdiknas, 2003: 1).

Kurikulum berbasis kompotensi dikembangkan dengan menganut prinsip-prinsip :

berfokus pada siswa, siswa sebagai subyek, kecepatan pemahaman siswa terhadap

pelajaran harus diperhatikan, model pembelajaran terpadu, belajar tuntas, setiap

kompotensi harus dikuasai oleh siswa secara tuntas, pemecahan masalah mengacu

pada aktivitas pemecahan masalah dengan pendekatan belajar kontekstual,

pembelajaran berdasarkan pada pengalaman yang ditentukan untuk mencapai

kompotensi tertentu dan peran guru tidak hanya sebagai instruktur tetapi juga sebagai

fasilitator. Berhasil atau tidaknya pembelajaran bergantung pada guru dan siswa

sebagai aktor dalam pembelajaran. Guru adalah salah satu manusia dalam

pembelajaran yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia

yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu guru merupakan salah unsur

Page 19: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

xxi

dibidang pendidikan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga

profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang makin berkembang (Sardiman,

2005 : 125 ).

Untuk meningkatkan mutu pendidikan pemerintah melalui menteri pendidikan nasional telah membuat standar kualifakasi akademik dan kompotensi guru. Kualifikasi akademik yang harus dimiliki oleh guru mata pelajaran secara umum dan khususnya mata pelajaran fisika SMA/MA minimum diploma empat (D.IV) atau Sarjana (S1), sedangkan kompotensi yang harus dikuasai oleh seorang guru ada empat komponen utama yaitu (1) kompotensi paedagogik (2) kompotensi kepribadian, (3) kompotensi sosial, (4) kompotensi profesional (BSNP 2007 : 5).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kurang berhasilnya pembelajaran adalah

guru dalam memilih model pembelajaran tidak sesuai dengan karakteristik materi

pembelajaran, guru kurang mengaktifkan siswa, pembelajaran masih berlangsung

transfer pengetahuan, hanya dalam bentuk hafalan, dan masih jauh dari konsep

pemberdayaan berfikir. Hal ini berakibat keaktifan dan kreatifitas siswa cenderung

terabaikan. Dalam upaya meningkatkan hasil pembelajaran IPA atau sains para

pakar praktisi banyak memperkenalkan dan menerapkan pendekatan berbagai

metode dan pendekatan pembelajaran yang diramu dalam suatu model pembelajaran

yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran IPA. Model-model pembelajaran ini

akan mengubah penerapan strategi pembelajaran yang pada awalnya mengutamakan

pemberian informasi konsep-konsep IPA menuju kepada strategi pembelajaran

ketrampilan-kterampilan yang berpikir kritis, kreatif dan inovasi dalam menerapkan

konsep-konsep IPA. Penerapan model-model pembelajaran diharapkan dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran dan memberikan kesempatan pada siswa untuk

aktif menentukan dan membuat konsep pengetahuan, meningkatkan prestasi belajar

siswa, kreatifitas, inovasi serta lebih mengembangkan ketrampilan berfikir siswa.

Page 20: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

xxii

Menurut hasil informasi siswa siswa SMA Negeri 1 Banjarmasin yang baru lulus

tahun pelajaran 2007/2008, nilai ujian yang didapatkan belum memuaskan karena

banyak cara untuk menuju hasil tersebut, dan siswa belum mendapatkan proses IPA

yang diaplikasikan ke masyarakat, keterampilan konsep IPA yang berfikir kritis,

kreatif dan inovasi. Menanggapi hasil-hasil temuan yang diinformasikan siswa-siswa

tersebut, melakukan alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan model-

model pembelajaran.

Siswa kelas X SMA Negeri 1 Banjarmasin tahun pelajaran 2008/2009 secara

umum merupakan siswa yang mudah di ajak bekerja sama dalam belajar, terbentuk

kelompok-kelompok belajar, nampak keaktivitas siswa dalam kelompoknya, periang,

berasal dari berbagai daerah, agama dan budaya yang heterogen. Ditinjau dari segi

sarana, Laboratorium IPA SMA Negeri 1 Banjarmasin memiliki peralatan yang

masih sederhana, sarana kelas yang belum memadahi, sarana komputer dan LCD

yang belum lengkap, sehingga belum memenuhi standart minimal sarana. Namun

demikian guru harus dapat memanfaatkan kondisi yang ada untuk melaksanakan

pembelajaran mencapai standar kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa.

Berdasarkan pada kondisi siswa, sarana dan kompetensi yang harus dicapai,

pembelajaran suhu dan kalor pada siswa kelas X dilaksanakan dengan menggunakan

model pembelajaran yang pembelajaran kooperatif, yaitu model STAD dan Jigsaw.

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang didasarkan

pada teori belajar konstruktivisme, dimana siswa secara aktif membina

pengetahuannya dan dapat menemukan sendiri konsep-konsep pengetahuan yang

sulit dan mentransformasi informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan

Page 21: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

xxiii

aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan tersebut tidak lagi sesuai.

Dalam penerapan model pembelajaran ini guru bertindak sebagai organisator dan

fasilitator. Kedua model ini akan diterapkan dalam pembelajaran materi Suhu dan

Kalor kelas X, karena materi ini sangat penting dan aplikatif banyak digunakan

dalam kehidupan sehari-hari.

Faktor keberhasilan proses pembelajaran ditentukan oleh faktor dari dalam dan

faktor dari luar diri siswa. Faktor dari alam diri siswa (internal) antara lain berupa

minat, keinginan, motivasi, kreativitas dan aktivitas belajar siswa. Sedangkan faktor

dari luar diri siswa (eksternal) antara lain kondisi lingkungan, sarana (media)

pembelajaran, dan model pembelajaran, dan lain-lain. Setiap siswa mempunyai sikap

yang berbeda-beda terhadap stimulus atau rangsangan. Hal ini disebabkan oleh

keadaan dalam diri siswa yang berbeda-beda. Dalam mempelajari dan

mengembangkan ilmu pengetahuan aktivitas belajar perlu didukung oleh kreativitas

dalam diri siswa. Kreativitas yang berkaitan dengan kelompok ketrampilan dalam

bidang ilmiah menjadi persyaratan bagi proses.

Siswa dalam mencari dan mengembangkan pengetahuan diharapkan dapat

mencontoh para ilmuan yang mempunyai keingintahuan tinggi untuk mendapatkan

ilmu. Setiap siswa memiliki pola pikir yang berbeda-beda terhadap ilmu

pengetahuan. Siswa memiliki pola pikir tinggi cenderung memiliki semangat dalam

belajar tinggi, dan siswa memilki pola pikir rendah cenderung memiliki semangat

belajar rendah, akhirnya hal ini cenderung akan mempengaruhi prestasi belajarnya.

Keberhasilan pencapaian prestasi belajar siswa SMA Negeri 1 Banjarmasin

juga ditentukan oleh sarana prasarana yang dimiliki dan digunakan guru dalam

Page 22: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

xxiv

pembelajaran suhu dan kalor. Dengan keterbatasan sarana laboratorium, eksperimen

suhu dan kalor dapat dimodifikasi secara sederhana. Namun demikian untuk

memperkuat pemahaman dan pencapaian kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa

perlu dipilih model pembelajaran seperti STAD dan Jigsaw. Model pembelajaran

koopertif yang dipilih memberikan ruang pada siswa untuk saling berinteraksi dan

bekerja sama dalam kelompoknya.

Untuk mengetahui bahwa proses pembelajaran dapat berlangsung dan sejauh

mana siswa berhasil menguasai materi pembelajaran maka diperlukan alat ukur

keberhasilan siswa dalam pembelajaran yaitu tes prestasi belajar. Tes prestasi belajar

merupakan alat pengukuran dibidang pendidikan yang sangat penting artinya sebagai

sumber informasi guna mengambil keputusan. Teknik penilaian melalui tes dapat

dibedakan menjadi tiga macam yaitu tes tertulis, lisan dan perbuatan.

Test tertulis yaitu tes yang soal-soalnya harus dijawab siswa secara tertulis. Tes lisan yaitu tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan tanya jawab secara langsung antara guru dan siswa. Tes perbuatan yaitu tes penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dalam bentuk perbuatan atau penampilan (Safari, 2003 : 7 – 8).

Dengan latar belakang yang telah penulis kemukakan, penulis mencoba

menerapkan model pembelajaran STAD (Student Team Achievement Divisions) dan

Jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar dan kreativitas siswa. Penerapan model ini

merupakan inovasi pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan prestasi

belajar fisika siswa.

Menurut Permen Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan,

Standar Penilaian Pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan

dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar. Penilaian

Page 23: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

xxv

pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk pencapaian

hasil belajar peserta didik. Untuk mengetahui proses mengukur pencapaian

kompotensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran dan

menentukan keberhasilan belajar peserta didik dilakukan ulangan atau tes, observasi,

penugasaan perseorangan atau kelompok, sesuai dengan karateristik kompotensi dan

tingkat perkembangan peserta didik. Dalam penelitian ini tekniknya adalah tes

tertulis, tes praktik atau tes kinerja.

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil

usaha anak didik selama mengikuti pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar,

yang dapat dapat memuaskan dan menyenangkan baik peserta didik maupun

pendidik. Untuk melakukan penilaian prestasi hasil belajar dilaksanakan ulangan

atau tes, baik tertulis maupun tes praktik. Hasilnya berupa angka, simbol, huruf

maupun kalimat yang mencerminkan hasil usaha peserta didik.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang peneliti kemukakan di atas, maka

timbul masalah penelitian yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Pembelajaran fisika yang berlangsung di SMA, pada umunya masih kurang

memperhatikan proses berpikir siswa.

2. Pelaksanaan pembelajaran fisika di SMA, masih menggunakan model

pembelajaran konvensional, monoton dan belum menggunakan variasi model

pembelajaran.

Page 24: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

xxvi

3. Pembelajaran fisika selama ini masih berpusat pada guru, belum melibatkan

siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.

4. Kurangnya kualitas pembelajaran untuk meningkatkan siswa aktif dan konsep

ilmu pengetahuan.

5. Hasil belajar rendah karena penggunaan model pembelajaran kurang sesuai.

6. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat mempengaruhi prestasi

belajar siswa.

7. Guru belum melakukan inovasi pembelajaran khsususnya mata pelajaran fisika

yaitu dengan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik

materi fisika.

8. Guru belum memperhatikan aktivitas belajar dan kreativitas siswa.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di muka dan agar penelitian ini lebih terfokus

dan terarah, maka dibatasi pada masalah-masalah sebagai berikut :

1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian dibatasi pada

pembelajaran kooperatif model STAD (Student Team Achievement Divisions)

dan Jigsaw, sebagai dua kelompok eksperimen.

2. Prestasi belajar pada penelitian ini dibatasi pada prestasi belajar fisika pada aspek

kognitif dari hasil tes formatif untuk materi pokok Suhu dan Kalor pada siswa

kelas X SMA Negeri 1 Banjarmasin tahun pelajaran 2008/2009.

3. Aktivitas belajar siswa dibatasi oleh kegiatan fisik berada dalam tugas,

mengambil giliran dan berbagi tugas, mendorong partisipasi, mendengarkan

dengan penuh perhatian, bertanya dan diskusi.

Page 25: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

xxvii

4. Kreativitas siswa dibatasi oleh sikap siswa antara lain rasa ingin tahu, imajinatif,

tertantang oleh kemajemukan, berani mengambil resiko dan menghargai.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan

masalah tersebut di atas, sehingga dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai

berikut :

1. Apakah ada pengaruh penerapan pembelajaran model STAD dan Jigsaw

terhadap prestasi belajar fisika pada materi suhu dan kalor?

2. Apakah ada pengaruh aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar fisika pada

materi suhu dan kalor?

3. Apakah ada pengaruh kreativitas siswa terhadap prestasi belajar fisika pada

materi suhu dan kalor?

4. Apakah ada interaksi antara penerapan model pembelajaran dengan aktivitas

belajar siswa?

5. Apakah ada interaksi antara penerapan model pembelajaran dengan kreativfitas

belajar siswa?

6. Apakah ada interaksi antara aktifitas dengan kreatifitas belajar siswa terhadap

prestasi belajar fisika pada materi suhu dan kalor?

7. Apakah ada interaksi antara penerapan model pembelajaran, aktivitas belajar dan

kreativitas belajar terhadap prestasi belajar fisika pada materi suhu dan kalor?

E. Tujuan Penelitian

Page 26: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

xxviii

Dari perumusan masalah pada penelitian ini, maka tujuan dari penelitian ini

adalah mengetahui :

1. Pengaruh penerapan model pembelajaran STAD dan pembelajaran Jigsaw

terhadap prestasi belajar fisika pada materi suhu dan kalor.

2. Pengaruh aktivifitas belajar siswa terhadap prestasi belajar fisika pada materi

suhu dan kalor.

3. Pengaruh kreativitas siswa terhadap prestasi belajar fisika pada materi suhu dan

kalor

4. Interaksi antara penerapan model pembelajaran dengan aktivitas belajar siswa

terhadap prestasi belajar fisika pada materi suhu dan kalor

5. Interaksi antara penerapan model pembelajaran dengan kreatifitas belajar siswa

terhadap prestasi belajar fisika pada materi suhu dan kalor

6. Interaksi antara aktivitas dengan kreativfitas belajar siswa terhadap prestasi

belajar fisika pada materi suhu dan kalor

7. Interaksi antara penerapan model pembelajaran, aktivitas belajar dan kreativitas

belajar terhadap prestasi belajar fisika pada materi suhu dan kalor

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru maupun siswa dalam

pembelajaran. Adapun manfaat penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu

manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis :

Page 27: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

xxix

a. Sebagai bahan acuan bagi para guru dan pengelola pendidikan dalam

mengembangkan model pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran

yang berorientasi pada pembelajaran kooperatif.

b. Sebagai bahan acuan bagi para praktisi pendidikan dan pengelola pendidikan

untuk penelitian metode pembelajaran kooperatif lebih lanjut.

c. Sebagai bahan masukan bagi pengelola pendidikan dalam memberikan

dorongan kepada guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar yang

berdasarkan pada pembelajaran kooperatif.

2. Manfaat Praktis :

a. Sebagai bahan acuan bagi para guru dalam mendesain model pembelajaran

yang berorientasi pada guru sebagai fasilitator dalam proses belajar

mengajar.

b. Sebagai bahan acuan bagi para guru dalam memilih model pembelajaran

yang sesuai agar dapat meningkatkan prestasi belajar.

c. Sebagai bahan masukan kepala SMA Negeri 1 Banjarmasin dalam

memberikan dorongan kepada guru dalam melakukan kegiatan belajar

mengajar yang berdasarkan pada pembelajaran kooperatif.

Page 28: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

xxx

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Teori Belajar

a. Teori Belajar Kognitif

Tinjauan tentang proses belajar terus mengalami perkembangan, hal ini dapat

dilihat dari pandangan tentang proses belajar yang menyatakan bahwa siswa

menerima secara pasif informasi pengetahuan dan ketrampilan yang diterima dari

guru, sampai pandangan yang menyatakan bahwa siswa tidak lagi dianggap sebagai

obyek tetapi merupakan subyek pembelajaran. Pembelajaran fisika di SMA

disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku. Pada kurikulum 1994 pembelajaran

fisika menggunakan pendekatan ketrampilan proses yaitu pendekatan dalam proses

pembelajaran yang menekankan pada pembentukan ketrampilan memperoleh

pengetahuan dan mampu mengkomunikasikan hasilnya. Pembelajaran fisika di SMA

yang dikehendaki oleh kurikulum 1994 tidak lagi mendasarkan pada teori

pembelajaran behaviorisme seperti pada kurikulum 1984. Teori behaviorisme ini

memiliki keterbatasan, yakni hanya menekankan pada perubahan perilaku siswa

yang mudah diamati dan pencapaian tujuan pembelajaran tingkat rendah.

Pembelajaran berdasarkan teori behavior didasarkan pada metode pembelajaran

tradisional yang kurang memperhatikan model-model inovatif dalam pengajarannya.

Pembelajaran berdasarkan teori behavior tidak mendorong siswa untuk bisa berfikir

kreatif. Pada kurikulum 1994 telah menekankan pada pembentukan dan ketrampilan

yang sukar diamati, seperti ketrampilan mengamati, meramalkan, menarik

Page 29: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

xxxi

kesimpulan dan lain-lain dan bukan pada pengetahuan dan ketrampilan yang mudah

diamati. Penekanan ini hanya dapat terwujud apabila proses belajar mengajar fisika

menerapkan teori pembelajaran kognitif. Daya pikir dan daya kreasi merupakan

pengetahuan dan ketrampilan yang ingin dibentuk pada pembelajaran fisika. Daya

pikir dan daya kreasi siswa ini merupakan sebagian dari indikator perkembangan

kognitif siswa.

Menurut ahli psikologi pendidikan perkembangan kognitif bukan merupakan

akumulasi dari perubahan perilaku terpisah, melainkan pembentukan oleh kerangka

mental siswa untuk memahami lingkungan. Pada teori pembelajaran kognitif

memberikan penjelasan tentang pembelajaran yang berpusat pada proses-proses

mental siswa yang kurang dapat diamati. Menurut pandangan psikologi kognitif

belajar merupakan hasil interaktif antara apa yang diketahui, informasi yang

diketahui dan apa yang dilakukan ketika belajar. Ahli psikologi kognitif beranggapan

bahwa pengetahuan dibangun dalam pikiran peserta didik. Teori belajar kognitif

berkembang dari kerja para tokoh seperti Piaget dan Vygotsky.

1) Teori Belajar Piaget

Menurut Piaget, proses belajar akan terjadi bila mengikuti tahap-tahap

asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi atau penyeimbangan. Piaget mengelompokan

tahap-tahap perkembangan kognitif seorang anak menjadi empat tahap yaitu: (1)

Tahap sensorimotorik (umur 0-2 tahun), ciri pokok berdasarkan tindakan dan

langkah demi langkah. (2) Tahap praoperasi (umur 2-7 tahun), ciri pokok

perkembangan penggunaan simbol bahasa dan konsep intuitif. (3) Tahap operasi

kongkrit (umur 7-11 tahun) ciri pokok perkembangan pemakaian aturan jelas/ logis,

Page 30: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

xxxii

reversible dan kekekalan. (4) Tahap operasi formal (11 tahun keatas) ciri pokok

perkembangan hipotetis, abstrak, deduktif, induktif, logis dan probabilities. (Ratna

Wilis Dahar, 1986: 347). Jadi proses perkembangan berpikir siswa berasal dari hal-

hal yang kongkrit kemudian berangsur-angsur menuju ke hal-hal yang abstrak.

Sebagai seorang guru dituntut dapat memahami hal-hal yang sulit dipahami oleh

siswa yang diajar, misalnya sebuah benda jatuh ke bawah bukan ke atas, matahari

terbenam di ufuk barat dan akan terbit lagi di ufuk timur. Konsep-konsep yang

demikian ini yang masih sulit diterima oleh pikiran siswa.

Titik perhatian yang dipelajari oleh Piaget yakni pada hakekat tentang

bagaimana pengetahuan diperoleh dan bagaimana siswa dapat tahu tentang apa yang

siswa ketahui. Dalam pandangan Piaget, pengetahuan datang dari tindakan dan

perkembangan kognitif sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh siswa secara

aktif berinteraksi dengan lingkungan. Artinya pengetahuan itu merupakan sebuah

proses, karena itu untuk memahami pengetahuan siswa dituntut untuk mengenali dan

menjelaskan berbagai cara bagaimana siswa berinteraksi dengan lingkungannya.

Menurut pandangan Piaget, manusia tumbuh, beradaptasi dan berubah menurut

perkembangan fisik, perkembangan kepribadian, perkembangan sosioemosional,

perkembangan kognitif (berpikir) dan perkembangan bahasa. Menurut Piaget,

struktur intelektual (skemata), terbentuk ketika siswa berinteraksi dengan lingkungan

(Ratna wilis Dahar, 1988: 80). Perkembangan kognitif siswa sebagian besar

tergantung pada seberapa jauh siswa secara aktif berinteraksi dengan lingkungannya.

Interaksi antara individu siswa dengan lingkungan merupakan sumber pengetahuan

baru. Namun interaksi dengan lingkungan tidaklah cukup untuk mengembangkan

Page 31: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

xxxiii

pengetahuan kecuali jika intelegensi individu mampu memanfaatkan pengalaman

dalam berinteraksi dengan lingkungan. Karena perkembangan intelektual siswa

didasarkan pada dua fungsi yakni organisasi dan adaptasi (Ratna Wilis Dahar,

1988:80). Organisasi memberikan kemampuan untuk mensistematika dan

mengorganisir proses-proses fisik atau psikologis menjadi sistem-sistem yang teratur

dan saling berhubungan. Sedangkan fungsi kedua yakni adaptasi, semua organisme

lahir dengan kecenderungan untuk beradaptasi pada lingkungan dengan melalui

proses asimilasi dan akomodasi. Dalam proses asimilasi seseorang siswa

menggunakan struktur atau kemampuan yang sudah dimiliki untuk menanggapi

masalah yang dihadapi dengan lingkungannya, sedangkan pada proses akomodasi

seseorang siswa memerlukan modifikasi struktur mental yang telah dimiliki dalam

merespon terhadap tantangan lingkungannya.

Adaptasi merupakan keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Jika

seseorang tidak dapat beradaptasi dengan lingkungannya maka akan terjadi

ketidakseimbangan dan akibatnya terjadilah akomodasi serta menimbulkan

perubahan sehingga timbul struktur pengetahuan yang baru. Pertumbuhan intelektual

merupakan proses yang terus-menerus dari ketidakseimbangan dan keadaan

setimbang. Jika terjadi keseimbangan kembali maka individu tersebut berada pada

tingkat kognitif yang lebih tinggi dari tingkat kognitif sebelumnya.

Prinsip teori belajar Piaget dalam penerapan pengajaran diterapkan dalam

program-program yang menekankan : 1) Pembelajaran melalui penemuan dan

pengalaman-pengalaman nyata dan memanipulasi langsung alat bahan atau media

belajar yang lain; 2) Peranan guru sebagai seseorang yang mempersiapkan

Page 32: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

xxxiv

lingkungan yang memungkinkan siswa untuk memperoleh pengalaman belajar yang

luas.

Perkembangan kognitif bukan merupakan akumulasi dari kepingan informasi

terpisah melainkan merupakan pengkonstruksian suatu kerangka mental oleh siswa

untuk memahami lingkungan mereka. Guru seharusnya menyediakan diri sebagai

model dengan cara memecahkan masalah bersama siswa, menjelaskan proses

pemecahan masalah dan membicarakan hubungan antara tindakan dan hasil. Guru

hadir di kelas sebagai narasumber dan bukan sebagai penguasa di kelas yang

memaksakan jawaban benar, siswa harus bebas membangun atau menstruktur

pemahamannya sendiri.

Piaget memandang perkembangan intelektual berdasarkan struktur kognitif dan

setiap akan melewati tahapan demi tahapan secara herarki namun perkembangan itu

berlangsung dalam kecepatan yang berbeda, tergantung dari seberapa jauh anak

dapat berinteraksi dengan lingkungannya. Piaget (dalam Srini M.Iskandar 2001: 152-

160) mengidentifikasi empat tahapan perkembangan kognitif seorang anak, yaitu : 1)

Tahap Sensorimotor (0-2 tahun), pada periode anak ini mengadaptasi dunia luar

melalui perbuatan, mula-mula belum mengenal bahasa atau cara lain untuk memberi

label pada obyek atau perbuatan, di akhir tahap ini telah sampai pada pembentukan

struktur kognitif sementara untuk mengkoordinasikan perbuatan dalam hubungannya

terhadap waktu, benda, ruang dan kausalitas. Anak mulai mengenal atau mempunyai

bahasa untuk memberi label terhadap benda atau perbuatan; 2) Tahap Pra

Operasional (2-6 tahun), pada periode anak ini, dimulai meningkatkan kosa kata,

membuat penilaian berdasarkan persepsi bukan pertimbangan konseptual,

Page 33: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

xxxv

mengelompokkan benda-benda berdasarkan sifat-sifat, mulai memiliki pengetahuan

mengenai benda-benda serta mulai memahami tingkah laku dan organisme di dalam

lingkungannya., mempunyai pandangan egosentrik dan subyektif; 3) Tahap

Operasional Kongkrit (6-11 tahun), pada periode anak ini mulai memandang dunia

secara obyektif bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan

memandang unsur-unsur kesatuan secara serempak, mulai berpikir secara

operasional dan menggunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan

benda-benda, membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip

ilmiah sederhana dan mempergunakan hubungan sebab akibat, memahami konsep

substansi, volume zat cair, panjang, luas dan berat; 4) Tahap operasional Formal (11-

14 tahun), pada periode anak ini, mempergunakan pemikiran tingkat yang lebih

tinggi yang terbentuk pada tahap sebelumnya, membuat hipotesis, melakukan

penelitian terkontrol, dapat menghubungkan bukti dan teori, membangun dan

memahami penjelasan yang rumit mencakup rangkaian deduktif dan logika, pada

periode operasional formal, anak-anak sudah berpikir sebagai orang dewasa, dengan

kata lain ia sudah dapat berpikir tentang yang dipikirkan dan ia juga dapat

menyatakan operasi mentalnya dengan simbol-simbol. Usia siswa SMA tergolong

berada pada tingkat perkembangan kognitif operasional formal sehingga mampu

melakukan pengontrolan terhadap suatu variabel, misalnya untuk pembelajaran fisika

seperti melakukan pengujian terhadap suatu termometer suhu pada materi Suhu dan

Kalor, apabila udara terasa panas dapat dilihat tingginya angka pada termometer dan

sebaliknya.

Page 34: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

xxxvi

Menurut Piaget, pembelajaran materi Suhu dan Kalor dapat dilakukan melalui

penemuan dan pengalaman-pengalaman nyata dan memanipulasi langsung alat bahan

atau media belajar yang lain. Kemampuan siswa pada usia SMA tergolong berada

pada tingkat perkembangan kognitif operasional formal dan mulai dapat berfikir

secara abstrak. Pengalaman-pengalaman nyata yang diperolehnya dapat dipahami

dan dikembangkan dalam kelompoknya, baik pembelajaran menggunakan model

STAD maupun Jigsaw. Siswa dengan aktivitas dan kreativitasnya dapat memahami

materi suhu dan kalor melalui pembelajaran menggunakan model STAD maupun

Jigsaw.

2) Teori Vygotsky

Proses perkembangan mental menurut Vygotsky lebih menekankan pada

hakekat sosiokultural dari pembelajaran dimana pembelajar tinggal yakni interaksi

sosial melalui dialog dan komunikasi verbal. Vygotsky memperkenalkan gagasan

Zone Proximal Development (ZPD). Menurut Vygotsky bahwa pembelajaran terjadi

apabila siswa bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari

namun tugas-tugas tersebut masih berada dalam jangkauan kemampuan siswa atau

tugas-tugas itu berada dalam Zone Proximal Development (ZPD) siswa, yaitu tingkat

perkembangan intelektual yang sedikit lebih tinggi di atas perkembangan intelektual

siswa yang dimiliki saat ini.

Vygotsky (Slavin, 1994:36-37), memberikan batasan tentang teori

perkembangan ZPD, yakni sebagai berikut : ”jarak antara level pembangunan aktual

seperti yang ditentukan oleh penyelesaian masalah secara indipenden dan level

pembangunan potensial seperti yang ditentukan melalui penyelesaian masalah

Page 35: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

xxxvii

dengan bantuan dari orang dewasa atau dalam kolaborasi dengan teman yang lebih

mampu.” Vygotsky sangat yakin bahwa kemampuan yang tinggi pada umumnya

akan muncul dalam dialog antara kerjasama antar individu siswa, sebelum

kemampuan yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu siswa.

Implikasi utama dari teori Vygotsky dalam pendidikan yakni menghendaki

seting kelas melalui pembelajaran yang berorientasi pada pembelajaran kooperatif,

sehingga siswa dapat berinteraksi dengan temannya dalam tugas-tugas dan saling

memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-

masing ZPD-nya melalui pembelajaran kooperatif siswa belajar untuk

mengembangkan ketrampilan sosial dan komunikasi diantara siswa dan menerima

akan perbedaan, meliputi ras, status sosial, budaya, kemampuan dan

ketidakmampuan. Ketrampilan sosial ini sangat penting kelak dikemudian hari siswa

hidup dalam masyarakat yang sifatnya heterogen.

Vygotsky juga meneliti pembentukan dan perkembangan pengetahuan anak

secara psikologis. Namun Vygotsky menekankan ”pentingnya interaksi sosial

dengan orang-orang lain terlebih yang punya pengetahuan lebih baik dan system

yang secara kultural telah berkembang dengan baik”, Cobb dalam Suparno (2007:

11). Itulah sebabnya dalam pendidikan, siswa perlu berinteraksi dengan para ahli

atau tokoh dan juga terlibat dengan situasi yang cocok dengan pengetahuan yang

ingin digeluti. Misalnya, para siswa dipertemukan dengan ahli atau tokoh yang dapat

bercerita tentang bidang tugas yang mereka geluti, pemikiran mereka tentang suatu

masalah tertentu. Dalam interaksi ini, para siswa ditantang untuk mengkonstruksikan

Page 36: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

xxxviii

pengetahuannya sesuai dengan konstruksi para ahli. Siswa juga bisa diajak ke

laboratorium ataupun tempat-tempat lain yang dapat memberi inspirasi bagi siswa.

”Tingkat perkembangan aktual adalah kemampuan anak memecahkan masalah

secara mandiri sedangkan tingkat perkembangan potensial adalah kemampuan

memecahkan masalah di bawah bimbingan orang dewasa melalui kerja sama dengan

teman sebaya yang lebih mampu. Zona perkembangan proksimal bagaikan secercah

cahaya, namun tidak “sekokoh fungsi yang sudah dikuasai” anak bisa berjalan

dengan bantuan hari ini, namun akan sanggup melakukannya sendiri besok”

(Vygotsky, 1934) dalam Crain W., terjemahan Yudi Santoso, (2007:371). Ide

penting lain yang diturunkan Vygotsky adalah scaffolding, yaitu memberikan

bantuan kepada anak pada tahap-tahap awal perkembangan, kemudian bantuan ini

dikurangi untuk memberikan kesempatan kepada anak untuk yang semakin besar

segera setelah anak dapat melakukannya. Jika diterapkan dalam proses pembelajaran,

ide scaffolding dapat berupa pertunjuk, peringatan, dorongan, dan menguraikan

masalah pada awal pembelajaran.

Menurut teori ini dalam pembelajaran Suhu dan Kalor siswa dapat mengambil

alih tanggung jawabnya dalam belajar setelah guru memberikan bantuan kepada anak

pada tahap-tahap awal perkembangan melalui petunjuk, peringatan, dorongan, dan

menguraikan masalah.

b. Teori Belajar Konstruktivisme

Teori kontruktivisme mengatakan bahwa pengetahuan seseorang adalah

bentukan (konstruksi) orang itu sendiri. Pengetahuan seseorang akan suatu benda

Page 37: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

xxxix

bukanlah tiruan benda itu, melainkan konstruksi pemikiran seseorang akan benda

tersebut. Tanpa keaktifan seseorang mencerna dan membentuknya, seseorang tidak

akan mempunyai pengetahuan. Pengetahuan tidak dapat ditransfer dari otak guru

yang dianggap tahu bila murid tidak mengolah dan membentuknya sendiri.

Teori belajar yang paling berpengaruh dalam pendidikan fisika yakni teori

belajar konstruktivisme. Teori ini merupakan teori belajar kognitif yang dinyatakan

oleh Piaget. Teori belajar menurut pandangan konstruktivis, menyatakan bahwa

siswa tidak menerima begitu saja pengetahuan dari orang lain, tetapi siswa secara

aktif membangun pengetahuannya dengan cara terus menerus mengasimilasi dan

mengakomodasi informasi baru. Mereka membangun sendiri dalam pikiran

pengetahuan-pengetahuan tentang peristiwa fisika dari pengalaman sebelum siswa

memperoleh pelajaran fisika yang siswa terima di sekolah disimpan dalam struktur

kognitif siswa, dengan kata lain konstruktivisme adalah teori perkembangan kognitif

yang menekankan peran aktif siswa dalam membangun pemahaman mereka tentang

realita. Konstruktivisme sangat dipengaruhi oleh epistomologis Piaget dan Vygotsky.

Sedangkan menurut Paul Suparno (1997: 8), ”prinsip-prinsip teori belajar

konstruktivisme adalah pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri baik secara

individu maupun secara berkelompok dan pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari

guru ke siswa kecuali dengan keaktifan siswa sendiri untuk menalar dan

mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep

menuju konsep yang lebih rinci, lengkap dan sesuai dengan konsep ilmiah.” Guru

sekedar membantu menyediakan sarana dan membuat situasi agar proses konstruksi

siswa berjalan mulus, sehingga siswa bukan penerima informasi yang pasif.

Page 38: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

xl

Para pendukung teori belajar konstruktivis seperti Vico, Von Glaserfeld

menyatakan ilmu pengetahuan perlu dibangun atau dikonstruksi oleh masing-masing

siswa melalui tiga aktivitas dasar. Ketiga aktivitas dasar tersebut adalah pelibatan

Siswa Aktif, artinya siswa bukan sebagai penerima pengetahuan yang pasif, laksana

botol kosong yang setiap saat dapat diisi bermacam-macam pengetahuan, melainkan

siswa sebagai pembuat struktur pemahaman pengetahuan yang aktif. Refleksi,

artinya siswa memperoleh pengetahuan yang dibangun dari pemahaman siswa untuk

dijadikan pengetahuan yang baru dengan merefleksikan atau ditunjukkan pada

gerakan fisik dan sikap mental siswa. Pengabstrakan, artinya setelah siswa

memperoleh pengetahuan baru berusaha membuat pengetahuan yang bermakna.

Dalam belajar siswa tidak hanya mengasimilasi konsep baru tetapi

mengakomodasikan, mengembangkan, memodifikasikan dan merubah konsep atau

pengetahuan yang ada.

Menurut kajian teori pembelajaran, dalam kegiatan belajar mengajar guru

tidak boleh menganggap sebagai suatu proses memindahkan pengetahuan dari

pikiran guru kepada pikiran siswa karena apa yang diajarkan guru kerap kali tidak

sama apa yang dipelajari siswa. Proses pembelajaran mempengaruhi apa yang

dipelajari siswa, tetapi tidak menekankan apa yang dikonstruksikan oleh siswa.

Kegiatan belajar mengajar berdasarkan pandangan teori belajar konstruktivis

berusaha untuk memerinci konsepsi dan persepsi siswa dari pandangan siswa sendiri.

Pandangan ini tidak menegaskan aspek-aspek yang mencerminkan pandangan orang

dewasa terhadap pengetahuan fisika, tetapi memberi tekanan terhadap penjelasan

pengetahuan fisika dari pandangan siswa sendiri. Pembelajaran menurut pandangan

Page 39: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

xli

konstruktivisme mengandaikan ada masalah dalam pembentukan perkembangan

pengetahuan siswa. Dua andaian tersebut adalah siswa tidak menerima pengetahuan

secara pasif tetapi bersifat aktif dalam membina pengetahuannya, dan pengetahuan

siswa merupakan pembinaan oleh siswa sendiri berdasarkan pengalamannya dan ia

bukan sebagai salinan realitas.

Dalam proses pembelajaran fisika, sering terjadi miskonsepsi. Timbulnya

miskonsepsi ini menunjukkan bahwa dalam otak siswa sendiri terbentuk

pengetahuan selama mengikuti proses belajar mengajar. Pengetahuan siswa boleh

tidak sesuai yang dibentuk dalam pikiran dengan konsep pengetahuan yang

diberikan selama proses belajar mengajar. Terbentuknya miskonsepsi ini merupakan

pertanda bahwa dalam otak siswa terbentuk pengetahuan. Siswa bebas membentuk

pengetahuan sebelum kegiatan belajar mengajar secara formal berlangsung. Menurut

pandangan konstruktivisme, konsepsi dan persepsi siswa tidak salah karena konsepsi

dan persepsi mereka adalah berdasarkan pembentukan pengetahuan dari tindakan

yang dilakukan oleh siswa sendiri. Oleh karena itu sangat penting bagi guru agar

siswa diberi kesempatan untuk mengutarakan semua ide dan konsepnya tentang

suatu masalah. Berdasarkan ide dan konsep dari siswa tersebut guru dapat mencoba

membantu dalam perkembangan pengetahuan yang dipunyai dalam otak siswa.

Pembentukan pengetahuan itu pertama-tama ditentukan oleh kegiatan atau

keaktifan siswa itu sendiri dalam berhadapan dengan persoalan, bahan, atau

lingkungan baru. “Siswa sendirilah yang membentuk pengetahuannya. Namun, ini

berarti bahwa orang lain atau lingkungan sosial lain mempunyai pengaruh dalam

pembentukan pengetahuan tersebut sebagai pemicu, mengkritik, dan menantang

Page 40: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

xlii

sehingga proses pengetahuan lebih linier, gagasan siswa ditantang, diluruskan serta

diyakinkan” (Paul Suparno, 2001 : 123).

Menurut Piaget dalam Ratna Wilis (1988 : 160) proses konstruktif terbagi

dalam tiga macam (1) Subyek dan obyek (2) Skema-skema atau subsistem-

subsistem (3) Pengetahuan keseluruhannya dan bagian-bagiannya bentuk pertama

dapat dipandang proses konstruksi pengetahuan fisis, bentuk yang kedua dapat

dipandang sebagai konstruksi pengetahuan logika-matematika dan bentuk ketiga

adalah diferensiasi dari skema-skema dan pengintegrasiannya ke dalam keseluruhan

pengetahuan. Prinsip yang esensial dalam model konstruktivisme adalah bahwa

anak-anak memperoleh banyak pengetahuan di luar sekolah, dan pendidikan

seharusnya memperhatikan hal itu menunjang proses alamiah.

Teori belajar konstruktivisme mempunyai ciri-ciri atau prinsip sebagai

berikut: (1) Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, (2) Pengetahuan tidak dapat

dipindahkan dari guru ke murid, kecuali dengan keaktifan murid sendiri untuk

menalar, (3) Murid aktif mengkonstruksi terus-menerus. (4) Guru sekedar membantu

menyediakan sarana dan situasi terhadap proses kontruksi siswa.

Dari uraian di atas, untuk membangun dan meningkatkan pengetahuan siswa

diharapkan dapat menjadi fasilitator dan tidak menganggap bahwa ilmu pengetahuan

yang dimiliki siswa merupakan hasil transfer secara langsung dari guru kepada

siswa. Sebagai fasilitator guru diharapkan memberi arahan pada siswa tentang

model dan pendekatan apa yang digunakan agar pengetahuan dapat dibangun oleh

siswa dengan konsep yang benar. Peran sekolah dalam membangun ilmu

pengetahuan siswa yaitu sebagai penyedia alat, sarana prasarana dan sumber belajar.

Page 41: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

xliii

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa model pembelajaran yang

telah dikembangkan, antara lain : STAD (Student Team Achievement Divisions) dan

Jigsaw. Hakekat belajar pembelajaran kooperatif model STAD yakni menitik

beratkan pada pencapaian kemampuan penguasaan materi pelajaran secara bersama,

sedangkan Jigsaw disamping menitik beratkan pada kebersamaan juga pada

ketrampilan antar personal dalam pelaksanaan pembelajaran.

Pengembangan model pembelajaran kooperatif STAD, menekankan pada

struktur tutorial teman sebaya. Semua siswa dalam kelompok saling membantu. Pada

pembelajaran model kooperatif Jigsaw memberikan penekanan pada peran masing-

masing siswa dalam kelompoknya (kelompok asal) dan saling bertukar pengetahuan.

Pada model kooperatif Jigsaw antar siswa dalam kelompok memiliki ketergantungan

yang sangat besar karena masing-masing siswa dalam kelompok mendapatkan tugas

yang berlainan antara siswa dengan siswa lain.

a. Pembelajaran Kooperatif Model STAD

STAD (Student Team Achievement Divisions) merupakan model

pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Robert E. Slavin di universitas

John Hopkins, AS. STAD terbentuk dari lima fase kegiatan, yakni : 1) Presentasi

Kelas, pada komponen ini, guru memberikan materi dengan mengemukakan konsep-

konsep, ketrampilan-ketrampilan, dengan menggunakan buku siswa, buku guru,

bahan untuk audio visual dan sebagainya. Guru harus mampu mendesain materi

Page 42: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

xliv

pembelajaran kooperatif STAD yang berbeda ketika guru mengajar dengan

menggunakan pembelajaran tradisional yaitu dengan membuat Lembar Kegiatan

Siswa (LKS) untuk masing-masing sub pokok bahasan; 2) Kelompok Belajar, siswa

dalam satu kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok heterogen dengan jumlah

anggota 4-5 orang siswa. Pada pembentukan kelompok guru harus memperhatikan

keanekaragaman gender, latar belakang sosial, etnik dan tingkat kemampuan

akademik siswa dalam keanggotaan kelompok. Dalam hal kemampuan akademik,

tiap kelompok terdiri dari satu orang siswa berkemampuan tinggi, dua orang siswa

berkemapuan sedang dan satu orang siswa berkemampuan rendah. Fungsi utama

kelompok belajar ini adalah agar siswa belajar dalam kelompoknya serta

mempersiapkan anggotanya untuk belajar dengan baik dalam menghadapi tes

individu. Setelah guru mempresentasikan materi, masing-masing kelompok bertemu

untuk mendiskusikan, membandingkan jawaban dan mengoreksi jika ditemukan

salah persepsi dari lembar kerja atau materi lain. Kelompok-kelompok belajar

merupakan hakekat belajar yang sangat penting dalam model pembelajaran

kooperatif STAD, keberhasilan pembelajaran sangat ditekankan pada para anggota

kelompok untuk melakukan hal terbaik untuk kelompoknya, seperti saling

memberikan semangat, dukungan perhatian dan penghargaan diri untuk keberhasilan

belajar; 3) Evaluasi Belajar, setelah satu pokok bahasan guru mempresentasikan

materi pelajaran, maka kemudian dilakukan evaluasi perseorangan dengan tujuan

untuk mengukur pengetahuan yang diperoleh selama kegiatan belajar mengajar; 4)

Skor/Nilai Peningkatan Perseorangan; pemberian evaluasi secra individu mempunyai

tujuan untuk membandingkan skor/nilai yang diperoleh pada tes dengan skor

Page 43: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

xlv

dasar/awal yang dimiliki siswa sebelumnya; 5) Rekognisi Tim (Kelompok Belajar),

bentuk penghargaan jika tim memperoleh skor rata-rata mencapai tertentu.

Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran model STAD

No. Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1. Tahap Informasi Menyampaikan informasi tentang materi

pembelajaran yang akan dipelajari Mendengarkan/memperhatikan informasi dan penjelasan yang disampaikan guru.

2. Tahap Pelaksanaan

Membagikan LKS kepada masing-masing kelompok Menerima tugas/LKS Memberi waktu kepada kelompok untuk

membaca bagian tugas/LKS dan berdiskusi dalam kelompok

Membaca bagian tugas/LKS dan berdiskusi dalam kelompok

Memberi kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk menuliskan di papan tulis hasil analisis LKS dan memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah mengetahui jawaban yang benar.

Menuliskan hasil analisis di papan tulis dan diikuti seluruh siswa dengan benar di buku catatan

b. Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw

Jigsaw sebagai model pembelajaran kooperatif dikembangkan pertama kali

oleh Aronson & Patnoe tahun l997. Dalam model pembelajaran kooperatif Jigsaw, ”

setiap siswa menjadi anggota kelompok asal (home group) dan juga sebagai

kelompok ahli (expert group). Siswa dalam kelompok ahli bertanggung jawab

terhadap penguasaan materi yang menjadi bagian yang dipelajari dan berkewajiban

mengajarkan kepada siswa lain dalam kelompoknya’’ (Arend, l997) dalam Helly

Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto (2008: 13).

Seperti pada model pembelajaran kooperatif STAD, pada model

pembelajaran kooperatif model Jigsaw siswa dalam satu kelas dibagi kedalam

kelompok-kelompok heterogen dengan anggota 4-5 orang siswa. Pada model

pembelajaran kooperatif Jigsaw setiap siswa dalam satu kelompok asal (home group)

Page 44: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

xlvi

akan menerima LKS yang berbeda. Setiap siswa bertanggung jawab terhadap

penguasaan LKS yang menjadi bagian tugasnya.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif model Jigsaw adalah siswa dalam

satu kelas dibagi menjadi kelompok asal (home group), menunjuk salah satu siswa

sebagai ketua kelompok. Anggota kelompok asal harus heterogen baik dari

kemampuan berfikir, gender, suku, agama dan lain-lain. Setiap siswa pada kelompok

asal memperoleh LKS yang berbeda, memberi waktu membaca LKS, siswa yang

memperoleh LKS yang sama berkumpul membentuk kelompok ahli untuk

mendiskusikan LKS dan kemudian menjadi ahli pada tugasnya. Tunjuklah seorang

pemimpin diskusi, pencatat, pembaca materi dan pengkoreksi, masing-masing siswa

dari kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk menjelaskan LKS yang menjadi

tugasnya ke anggota kelompoknya secara bergantian dan berbagi informasi.

Tekankan pada masing-masing siswa bahwa setiap siswa mempunyai tanggung

jawab pada kelompok asal dan menjadi tutor yang baik sebagaimana halnya dia

menjadi pendengar yang baik. Para siswa harus dapat meyakinkan bahwa mereka

telah memahami seluruh pokok bahasan dan siap untuk mengikuti tes perseorangan.

Pada akhir pelajaran, para siswa diberikan tes perseorangan yang mencakup semua

sub pokok bahasan yang telah dipelajari.

Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif Jigsaw pada awalnya akan

terjadi proses yang kurang lancar. Hal ini dapat terjadi karena beberapa masalah

yang muncul selama KBM, antara lain : 1) Siswa yang pandai akan mendominasi

pembicaraan, sebaliknya siswa yang kurang pandai akan kesulitan memberikan

presentasi; 2) Siswa yang pandai merasa bosan dengan anggota kelompok yang

Page 45: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

xlvii

lamban. Untuk mengatasi masalah, metode pembelajaran kooperatif memberikan

jalan keluar, diantaranya : 1) Anggota kelompok hendaknya dari siswa yang

kemampuan akademiknya beragam yaitu dari tingkat akademik tinggi sampai

rendah; 2) Tidak menganut keanggotaan permanen artinya siswa dapat berganti

kelompok dalam kurun waktu tertentu.

Tabel 2.2 Langkah-langkah Pembelajaran model Jigsaw

No. Kegiatan Guru Kegiatan Siswa 1. Tahap Informasi Menyampaikan informasi tentang materi

pembelajaran yang akan dipelajari Mendengarkan/memperhatikan informasi dan penjelasan yang disampaikan guru.

2. Tahap Pelaksanaan Membagikan LKS kepada masing-masing

kelompok asal sebagai ahli dalam tugasnya Para ahli menerima tugas/LKS sesuai dengan tanggung jawabnya.

Memberi waktu kepada kelompok ahli untuk membaca bagian tugas/LKS masing-masing agar mereka tahu apa yang akan dilakukan ketika diskusi

Para ahli membaca bagian tugas/LKS dalam kelompok asal (home group)

Membentuk kelompok ahli, yaitu siswa yang mempunyai bagian tugas/LKS yang sama untuk berkumpul.

Para ahli yang mempunyai tugas/ LKS yang sama berkelompok dalam satu kelompok ahli

Memberitahukan kepada masing-masing ahli untuk berdiskusi dalam kelompok ahli dilanjutkan mengerjakan soal-soal latihan.

Para ahli dalam kelompok ahli melakukan kegiatan berdiskusi

Memberitahukan kepada kelompok ahli untuk kembali ke kelompok asal (home group).

Para ahli kembali ke kelompok asal (home group)

Memberitahukan kepada para ahli untuk menjelaskan dan berdiskusi dengan anggota kelompok bergantian dari ahli 1, 2, 3, 4 dan 5 dilanjutkan mengerjakan soal-soal latihan.

Para ahli menjelaskan tugas/LKS yang sesuai tanggung jawabnya kepada kelompok asal (home group) secara bergantian

Memberi kesempatan kepada kelompok asal untuk menuliskan di papan tulis hasil analisis LKS dan memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah mengetahui jawaban yang benar.

Menuliskan hasil analisis di papan tulis dan diikuti seluruh siswa dengan benar di buku catatan

3. Aktivitas Belajar Siswa

Aktivitas Belajar Siswa merupakan faktor keberhasilan pembelajaran

kooperatif. Dalam proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan

Page 46: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

xlviii

aktivitas siswa melalui berbagai pengalaman belajar, dan salah satu keberhasilan

proses pembelajaran ditentukan oleh seberapa besar tingkat aktivitas yang dilakukan

siswa pada setiap kegiatan belajar mengajar. Aktivitas belajar siswa adalah suatu

kegiatan fisik dan mental yang diwujudkan dalam bentuk kerjasama, penciptaan

kerja dan proses berpikir yang terjadi secara simultan dalam kegiatan belajar

mengajar.

Salah satu faktor keberhasilan pembelajaran kooperatif model STAD dan

model Jigsaw untuk pembelajaran fisika pada materi pokok Suhu dan Kalor adalah

tingkat aktivitas belajar siswa. Aktivitas belajar menentukan prestasi belajar siswa,

apabila tingkat aktivitas belajar yang dimiliki siswa tinggi maka prestasi belajar

siswa tersebut tinggi, sebaliknya apabila tingkat aktivitas belajar siswa rendah maka

prestasi belajar siswa rendah.

Aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan yang dilakukan siswa secara fisik

dan dapat teramati oleh guru ketika siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar

selama satu pokok bahasan. Kegiatan fisik siswa yang teramati meliputi : Berada

dalam tugas, mengambil giliran dan berbagi tugas, mendorong partisipasi,

mendengarkan dengan penuh perhatian, bertanya dan diskusi.

4. Kreativitas

Menurut UU. No. 20 Tahun 2003 sikap kreatif merupakan salah satu tujuan

pendidikan nasional. Kenyataan di lapangan pengembangan kreativitas tampaknya

selalu menjadi wilayah yang paling sering terabaikan, padahal kreativitas atau daya

cipta adalah adalah wilayah manusia yang paling unik dan sekaligus membedakan

Page 47: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

xlix

dari makhluk lainnya. ”Kreativitas adalah bentuk aktivitas imajiatif yang mampu

menghasilkan sesuatu bersifat orisinil, murni, asli dan bermakna. Menurut Anna

Craft, pikiran berdaya adalah titik utama kreativitas, sedangkan kreativitas adalah

suatu bentuk yang secara sekaligus mencakup multiple intelliegence” (Nurti

Wijayanti, 2006: 77).

Menurut Martin Jamaris (2003:67), “aspek-aspek yang mempengaruhi

kreativitas adalah : 1) Aspek kemampuan Koqnitif; 2). aspek intuisi dan imajinasi; 3)

Aspek penginderaan dan 4) Aspek kecerdasan emosi” . Seorang siswa yang memiliki

pengetahuan cukup baik, mampu berimajinasi dan memiliki intuisi baik, dapat

melakukan pengamatan terhadap lingkungan sekitarnya, serta memiliki kecerdasan

emosional maka sikap kreatifnya akan muncul.

Menurut Herminanto (2004:17) “indikator kreativitas meliputi rasa ingin

tahu, kemampuan bertanya, mengajukan usul dan gagasan, berani berpendapat secara

spontan, menghargai keindahan, ide pribadi, tidak mudah terpengaruh orang lain,

memiliki rasa humor dan daya imajinatif yang tinggi, mampu mengajukan pemikiran

dan gagasan untuk memecahkan masalah, dapat bekerja sendiri, senang mencoba

hal-hal yang baru, serta mampu mengembangkan atau merinci suatu gagasan

(kemampuan elaborasi)”. Dengan mengembangkan kreatifitas pembelajaran

bukanlah hal yang menjemukan, tetapi akan terasa lebih indah, lebih hidup, bukan

merupakan beban, tetapi merupakan hal yang menyenangkan.

Pengembangan kreativitas dapat bermula dari pengetahuan yang dimilikinya

dan mengenal masalah di lingkungannya agar dapat menemukan pemecahan suatu

masalah. Gordon dalam Joyce dan Weil (1980:166) tertarik pada pendekatan baru

Page 48: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

l

yang disebut Sinektik. Sinektik adalah pendekatan untuk mengembangkan

kreativitas. Empat ide dasar sinektik yang menantang adalah, kreativitas penting

dalam aktivitas setiap hari, proses kreatif tidak semuanya merupakan hal yang

misterius, tetapi kreatifitas dapat ditingkatkan melalui deskripsi dan latihan secara

langsung, pendapat yang kreatif adalah sama dalam lahan–seni, sains–pabrik mesin,

dan memiliki karateristik seperti penopang proses intelegensi. Gordon menganggap

ada hubungan antara pemikiran umum dalam seni dan sains sama kuatnya, asumsi

bahwa pendapat individu dan kelompok (creative thinking) adalah sangat mirip.

Individual dan pendapat umum kelompok dan hasil dalam banyak bentuk yang sama.

Hal ini sangat berbeda dari sikap kreatif adalah intensitas pengalaman personal.

Dalam pembelajaran guru membantu siswa melihat konsep-konsep yang telah

dikenalnya dengan cara yang segar. Dimulai dari mengambil konsep dari situasi yang

dijelaskan siswa atau topik yang mereka lihat sekarang, menjelaskan sebelumnya

dalam sebuah tulisan. Ilustrasi model pembelajaran dalam enam fase yaitu

Description of present condition: guru memiliki deskripsi situasi siswa atau topik

seperti yang mereka lihat sekarang, Direct analogy: siswa mengusulkan analogi

langsung, memilih satu, dan memeriksa (mendeskripsikan) lebih luas, Personal

anology: Siswa menjadikan analogi yang mereka seleksi dalam dua fase,

Compressed conflict : siswa membawa deskripsinya dari dua fase dan tiga,

membantu mengusulkan penekanan konflik dan memilih salah satu, Direct analogy:

Siswa umumnya dan menyeleksi analogi langsung lainya didasarkan pada penekanan

konflik, Reexamination of the original task: guru mengembalikan siswa pada tugas

Page 49: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

li

aslinya atau problemnya dan digunakan analogi sebelumnya dan atau masuk pada

pemngalaman sinektik.

Selanjutnya menurut Mulyasa (2006) dalam Kusmoro (2008:59)

“Pembelajaran kreatif menuntut guru mampu untuk merangsang kreativitas siswa,

baik dalam mengembangkan kecakapan berfikir maupun dalam melakukan suatu

tindakan. Berfikir kreatif selalu dimulai dari berfikir kritis, guna menemukan atau

melahirkan sesuatu yang tadinya belum ada atau memperbaiki sesuatu”. Hasil dari

suatu kreativitas merupakan sesuatu yang baru tetapi logis dan dapat diuji secara

empiris. Tetapi dapat pula berupa perbaikan dari suatu konsep, ide atau produk yang

kurang atau tidak tepat.

5. Prestasi Belajar

Belajar adalah proses seorang untuk memperoleh kecakapan, ketrampilan dan

sikap. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi antar

individu dengan lingkungannya. Kegiatan belajar merupakan faktor penting dalam

keseluruhan proses pendidikan di sekolah yang menghasilkan perubahan-perubahan

pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan sikap.

Suatu proses belajar dikatakan berhasil apabila dapat menghasilkan prestasi

belajar yang baik. Prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa dari usaha

belajarnya. Prestasi belajar siswa dapat diketahui dari angka/nilai yang diperoleh

siswa dibandingkan dengan angka/nilai yang diperoleh kelompok atau siswa yang

Page 50: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

lii

lain. Dari yang telah diuraikan, prestasi belajar adalah hasil belajar dari proses yang

dilakukan siswa selama kegiatan belajar mengajar dan dinyatakan dengan angka.

Menurut Permen Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian

Pendidikan, Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang

berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar.

Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk

pencapaian hasil belajar peserta didik. Untuk mengetahui proses mengukur

pencapaian kompotensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses

pembelajaran dan menentukan keberhasilan belajar peserta didik dilakukan ulangan

atau Metode tes, observasi, penugasaan perseorangan atau kelompok, sesuai dengan

karakteristik kompotensi dan tingkat perkembangan peserta didik. Dalam penelitian

ini tekniknya adalah tes tertulis, tes praktik atau tes kinerja.

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil

usaha anak didik selama mengikuti pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar,

yang dapat dapat memuaskan dan menyenangkan baik peserta didik maupun

pendidik. Untuk melakukan penilaian prestasi hasil belajar dilaksanakan ulangan

atau tes, baik tertulis maupun tes praktiks. Hasilnya berupa angka, simbol, huruf

maupun kalimat yang mencerminkan hasil usaha peserta didik. Pada Kurikulum

tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) penilaian prestasi belajar meliputi penilaian

kognitif, afektif dan psikomotorik. Pembelajaran materi strukrut atom dan sistem

periodik unsur tidak dilakukan kegiatan praktikum sehingga hanya dilakukan

penilaian kognitif dan afektif. Penilaian prestasi belajar dilakukan melalui tes untuk

Page 51: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

liii

memperoleh nilai kognitif dan pengamatan oleh guru untuk penilaian afektif selama

pembelajaran.

Keberhasilan belajar peserta didik dapat diketahui dengan menggunakan

pengukuran, pengujian, penilaian dan evaluasi. Pengukuran merupakan proses

penetapan angka terhadap suatu gejala berdasarkan aturan tertentu. Pengukuran

pendidikan dapat bersifat kuantitatif (berupa angka) dan kualitatif (seperti sangat

baik, baik, kurang baik, dan seterusnya). Penilaian adalah penafsiran data hasil

pengukuran. Penilaian atau assesment merupakan metode yang digunakan untuk

menilai kinerja individu atau kelompok atau program. Instrumen penilaian dapat

berupa tes tertulis, tes lisan, lembar pengamatan, pedoman wawancara, tugas rumah

dan sebagainya. Penilaian secara sistematis tentang manfaat dan kegunaan suatu

obyek disebut evaluasi. Alat ukur yang digunakan dalam evaluasi bervariasi. Sebagai

obyek dari evaluasi adalah program yang didalamnya terdapat banyak dimensi,

seperti kemampuan, kreativitas, sikap, minat, ketrampilan dan sebagainya.

Pengembangan sistem penilaian berbasis kompetensi dasar meliputi standart

kompetensi, kompetensi dasar, rencana penilaian, proses penilaian, proses

implementasi, pencatatan dan pelaporan. Menurut Permen Nomor 20 Tahun 2007

tentang Standar Penilaian Pendidikan, Standar penilaian pendidikan adalah standar

nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen

penilaian hasil belajar. Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan

pengolahan informasi untuk pencapaian hasil belajar peserta didik. Untuk

mengetahui proses mengukur pencapaian kompotensi peserta didik secara

berkelanjutan dalam proses pembelajaran dan menentukan keberhasilan belajar

Page 52: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

liv

peserta didik dilakukan ulangan atau Metode tes, observasi, penugasaan

perseorangan atau kelompok, sesuai dengan karakteristik kompotensi dan tingkat

perkembangan peserta didik. Dalam penelitian ini tekniknya adalah tes tertulis, tes

praktik atau tes kinerja.

Prestasi belajar siswa diukur melalui penilaian ranah kognitif, ranah afektif

dan ranah psikomototik. Penilaian kognitif meliputi kemampuan siswa dalam

memahami konsep-konsep atau teori-teori atau hukum-hukum pada mata pelajaran

kimia. Penilaian afektif digunakan untuk mengukur sikap dan minat peserta didik

terhadap mata pelajaran kimia. Sedangkan penilaian psikomotorik digunakan untuk

mengukur penampilan atau kinerja (performance) yang telah dikuasai peserta didik.

Keberhasilan belajar peserta didik dapat diketahui dengan menggunakan

pengukuran, pengujian, penilaian dan evaluasi. Pengukuran merupakan proses

penetapan angka terhadap suatu gejala berdasarkan aturan tertentu. Pengukuran

pendidikan dapat bersifat kuantitatif (berupa angka) dan kualitatif (seperti sangat

baik, baik, kurang baik, dan seterusnya). Penilaian adalah penafsiran data hasil

pengukuran. Penilaian atau assesment merupakan metode yang digunakan untuk

menilai kinerja individu atau kelompok atau program. Instrumen penilaian dapat

berupa tes tertulis, tes lisan, lembar pengamatan, pedoman wawancara, tugas rumah

dan sebagainya. Penilaian secara sistematis tentang manfaat dan kegunaan suatu

obyek disebut evaluasi. Alat ukur yang digunakan dalam evaluasi bervariasi. Sebagai

obyek dari evaluasi adalah program yang didalamnya terdapat banyak dimensi,

seperti kemampuan, kreativitas, sikap, minat, ketrampilan dan sebagainya.

Pengembangan sistem penilaian berbasis kompetensi dasar meliputi standart

Page 53: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

lv

kompetensi, kompetensi dasar, rencana penilaian, proses penilaian, proses

implementasi, pencatatan dan pelaporan.

6. Pembelajaran IPA (Sains)

Pendidikan dalam arti yang luas berarti suatu proses untuk mengembangkan

semua aspek kejadian manusia, yang menyangkut pengetahuan, nilai serta sikap dan

ketrampilannya. Pendidikan bertujuan untuk mencapai kepribadian individu yang

lebih baik. Pendidikan pada hakekatnya akan mencakup kegiatan mendidik,

mengajar, membimbing dan melatih. Kegiatan tersebut kita laksanakan sebagai suatu

usaha untuk mentransformasikan nilai-nilai.

Pendidikan sains seperti halnya pendidikan pada umumnya, memiliki peran

yang sangat penting dalam pembentukkan kepribadian, dan perkembangan

intelektual anak. Dengan berbagai upaya yang dilakukan, pendidikan sains

senantiasa mengalami pengkajian ulang, pembaharuan untuk mencari bentuk yang

paling sesuai. Sains terdiri dari tiga komponen yaitu : Sains sebagai produk, proses

dan sikap. Dengan demikian dalam pembelajaran sains ada beberapa kompetensi

yang harus dikembangkan. Secara akademis siswa harus mengalami konsep sains

dan pemecahannya baik secara ilmiah melalui strategi deduktif maupun induktif.

Ilmu Fisika adalah ilmu yang berupaya menemukan pola-pola keteraturan dan

membingkainya dalam rumusan matematik. Jadi, ilmu fisika adalah sebuah

pencitraan (imagine) alam semesta dengan media utamanya adalah matematika. Oleh

karena itu jalan panjang penelitian yang dilakukan dalam ilmu fisika bermuara pada

perumusan matematika yang cocok dengan gejala-gejala alamiah yang dipelajarinya.

Page 54: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

lvi

7. Materi Pembelajaran Fisika

Pada penelitian ini dipilih materi pokok bahasan Suhu dan Kalor kelas X

SMA semester 2, Kurikulum KTSP 2008. Standar Kompetensi : Menerapkan

konsep kalor dan prinsip konservasi energi pada berbagai perubahan energi.

Kompetensi Dasar : Menganalisis pengaruh kalor terhadap suatu zat.

Suhu dan Termometer

Panas atau dingin dapat dirasakan melalui indra peraba, tetapi suatu

kenyataan bahwa indra peraba tidak dapat mengukur dengan tepat derajat panas

dinginnya suatu benda. Ukuran atau derajat panas dinginnya suatu benda disebut

dengan suhu. Benda yang panas memiliki suhu tinggi sedangkan benda yang dingin

memiliki suhu yang rendah. Ketika memanaskan atau mendinginkan suatu benda

sampai pada suhu tertentu, beberapa sifat fisik benda tersebut berubah, sebagai

contoh ketika memanaskan sebatang besi, besi akan memuai, begitu pula ketika

memanaskan zat cair. Ketika mendinginkan air sampai suhu di bawah nol, air

tersebut berubah menjadi es. Sifat-sifat benda yang bisa berubah akibat adanya

perubahan suhu disebut sifat termometrik.

Sifat termometrik suatu zat dapat dimanfaatkan sebagai alat pengukur suhu

atau yang biasa dikenal dengan termometer. Termometer adalah alat yang digunakan

untuk mengukur suhu suatu benda. Berbagai jenis termometer dibuat berdasarkan

pada beberapa sifat termometrik zat seperti pemuaian zat padat, pemuaian zat cair,

Page 55: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

lvii

pemuaian gas, tekanan zat cair, tekanan udara, regangan zat padat, hambatan zat

terhadap arus listrik dan intensitas cahaya (radiasi benda).

Adapun beberapa jenis termometer tersebut antara lain adalah : 1)

Termometer Bimetal, alat ini bekerja berdasarkan prinsip bahwa logam akan memuai

(bertambah panjang) jika dipanaskan; 2) Termometer hambatan, alat ini bekerja

berdasarkan prinsip bahwa bila seutas kawat logam dipanaskan, hambatan listriknya

akan bertambah. Perubahan hambatan listrik ini kemudian diubah ke dalam pulsa-

pulsa listrik. Pulsa listrik inilah yang menunjukkan suhu saat itu; 3) Termokopel,

pada prinsipnya, pemuaian yang berbeda antara dua logam yang ujungnya

disentuhkan akan menghasilkan gaya gerak listrik (ggl). Besar ggl inilah yang

dimanfaatkan oleh termokopel untuk menunjukkan suhu; 4) Termometer gas, bila

sejumlah gas yang dipanaskan volumenya dijaga tetap, tekannya akan bertambah.

Sifat termometrik inilah yang dimanfaatkan untuk mengukur suhu pada termometer

gas; 5) Pyrometer, bekerja dengan mengukur intensitas radiasi yang dipancarkan

oleh benda yang sangat panas. Instrumen pyrometer tidak menyentuh benda panas

sehingga pyrometer dapat digunakan untuk mengukur suhu yang sangat tinggi (kira-

kira 500oC – 3.000oC) yang dapat membakar habis termometer jenis lainnya.

Skala-skala Termometer

Untuk menyatakan suhu suatu benda dengan bilangan pada termometer, maka

pada termometer harus terdapat skala. Skala suhu pada termometer dapat diubah

dengan cara menetapkan dua suhu tertentu. Kedua suhu tersebut harus memenuhi

dua syarat yaitu tidak berubah-ubah nilainya dan mudah diadakan kapan saja dan

Page 56: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

lviii

dimana saja. Oleh karena itu kedua suhu tersebut disebut titik tetap atas dan titik

tetap bawah.

Skala Celcius, Anders Celcius menetapkan bahwa satuan suhu adalah derajat

Celcius yang ditulis oC dan dua suhu tetap yaitu suhu air murni yang sedang

mendidih pada tekanan 1 atmosfer dinyatakan 100oC sebagai suhu tetap atas dan

suhu air murni yang sedang membeku pada tekanan 1 atmosfer dinyatakan 1oC

sebagai suhu tetap bawah. Skala Kelvin, Lord Kelvin menetapkan titik tetap bawah

dengan nol mutlak yang besarnya lebih kurang -273,15oC. Pada suhu ini gerak

pertikel berhenti sehinggga tidak ada panas yang dapat diukur, hal ini karena panas

sebanding dengan energi kinetik tiap partikel. Skala Fahrenheit, Gabriel Fahrenheit

menetapkan titik tetap bawah menggunakan suhu campuran es dan garam, titik ini

diberi angka 0 dan titik tetap atas menggunakan air yang sedang mendidih diberi

angka 212. Titik beku air diberi angka 32, jadi terdapat perbedaan 180o antara titik

beku air dan titik didihnya. Skala Reamur, menetapkan titik lebur es diberi angka 0

sebagai titik tetap bawah dan titik didih air diberi angka 80 sebagai titik tetap atas.

Pada Skala Reamur terdapat 80 skala.

Celsius Fahrenheit Reamur Kelvin

Gambar 2.1 Hubungan antara skala termometer

Hubungan antar skala Celcius, Fahrenheit, Reamur dan Kelvin

Page 57: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

lix

ToF = ( 59 ToC + 32) atau ToC =

95 (ToF – 32); ToR =

54 ToC atau ToC =

45 ToR;

T = (ToC + 273)K

Pemuaian zat

Pada umumnya apabila suatu benda dipanaskan maka benda itu akan

memuai. Pemuaian yang terjadi pada benda meliputi muai panjang, muai luas dan

muai ruang (volume). Besarnya pemuaian benda tergantung pada : 1) ukuran benda

semula; 2) kenaikan suhu; 3) jenis benda

Pemuaian Zat Padat

Muai Panjang, bila suatu benda padat dipanaskan maka benda tersebut akan

memuai ke segala arah. Akan tetapi dalam hal-hal tertentu kita dapat memperhatikan

pemuaian pada arah memanjang. Pada jenis batang dinyatakan dengan koefisien

muai panjang (koefisien linear) dinyatakan dengan simbol . = TL

L

o dan Lt = Lo

+ L = Lo(1 + T)

Gambar 2.2 Muai Panjang

Muai Luas, apabila benda tipis berbentuk persegi panjang dipanaskan maka

terjadi pemuaian dalam arah memanjang dan melebar (Pemuaian luas). = 2 ,

= 2

TAA

o

dan At = Ao + A = Ao(1 + T)

Page 58: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

lx

Gambar 2.3 Muai Luas

Muai Volume, jika sebuah balok mula-mula memiliki ukuran panjang p0,

lebar l0 dan tinggi h0 dipanaskan hingga suhunya bertambah T, maka berdasarkan

pemikiran muai panjang dan luas diperoleh V0 = p0l0h0, = 3

TVV

o

,

T = 273 + t, T0 = 0 + 273, V = 2731 dan Vt = Vo + V

Vt = Vo + Vo T

Vt = Vo(1 + T) Vt

= Vo(1 + 273

t )

Vt = Vo

273273 t

Vt

= Vo0T

Tt

0VVt =

0TTt

Anggap P = 2731 baik pada tekanan dan volum tetap Pt = Po(1 + V t)

Pt = Po

273273 t

Page 59: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

lxi

Pt = Po0T

Tt

0P

Pt =0T

Tt

Gambar 2.4 Muai Volum

Pemuaian Gas

Seperti hasilnya benda padat, gas juga memuali jika dipanaskan. Hukum

mengenai pemuaian gas dinyatakan oleh Gay Lussac danBoyle, dan menjadi hukum

Boyle-Gay Lussac. Hubungan antara tekanan dan volume gas telah kalian pelajari di

SLTP. Selain kedua besaran itu (tekanan P dan volume V), gas memiliki besaran

lain, yaitu suhu T. Berikut ini kita akan menyelidiki hubungan ketiga besaran

tersebut. Jika kita menyelidiki hubungan volume dengan suhu, maka tekanan harus

dijaga agar selalu tetap (Hukum Gay Lussac). Demikian juga, jika kita menyelidiki

hubungan tekanan dan suhu, volume harus dijaga agar selalu tetap.

2

2

1

1

TVatau tan)(

TVkonsC

Tv

dan 2

2

1

1

TPatau (konstan) C

TP

TP

Hukum Boyle

Pada batas-batas volume dan suhu yang konstan, berlaku bahwa hasil

perkalian antara volume gas dan tekanannya selalu konstan. Secara matematis

dirumuskan : P1V1 = P2V2 atau PV = C (konstan)

Page 60: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

lxii

Hukum Boyle – Gay Lussac

Sejumlah gas yang bermassa dengan keadaan awal P1, V1 dan T1(a), kemudian

ditekan ke bawah dengan suhu tetap sehingga volumenya menjadi V2 dan tekanan

P(b). Dari keadaan ini gas dipanaskan dalam volume tetap (C). Berdasarkan kedua

tahap perlakuan tersebut, akan didapat persamaan gas sebagai berikut

(konstan) C T

PVatau 1

11

2

22 TVP

TVP

Pemuaian Zat Cair

Zat cair mempunyai sifat selalu mengikuti bentuk sesuai dengan tempat yang

ditempati. Oleh karena itu, zat cair hanya mengalami muai volume saja. Besarnya

pertambahan volume zat cair akibat pemuaian dirumuskan dengan persamaan berikut

V1=V0(1+y T) atau Y1= dilY T

)(

a

ab

Gambar 2.5 Air yang dipanaskan akan memuai

Anomali Air

Cobalah kalian panaskan batu es yang bersuhu dibawah 0oC. Kalian akan

menyaksikan es memuai seperti zat padat lainnya sampai es mencapai suhu 0oC. Di

antara suhu 0oC dan 4oC air menyusut dan mencapai volume minimum pada suhu

Page 61: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

lxiii

4oC. Sewaktu menyusut, massa air tetap . Ini berarti massa jenis air (p=m/V)

mencapai maksimum pada suhu 4oC. Di atas 4oC air akan memuai jika

dipanaskan.Jadi, pada suhu di antara 0oC dan 4oC air menyusut dan diatas suhu 4oC

air memuai.

Sifat pemuaian air yang tidak teratur inilah yang disebut “anomali Air”

(Anomali berarti ketidakteraturan). Zat lain yang mempunyai sifat anomali seperti air

adalah parafin dan bismuth.

Perubahan Wujud Zat

Gambar 2.6 Perubahan Wujud Zat

Melebur adalah perubahan wujud zat dari padat menjadi cair. Ketika melebur,

zat memerlukan kalor sehingga selama melebur tidak terjadi kenaikan suhu. Suhu

pada saat zat melebur disebut titik lebur. Kalor yang diperlukan untuk mengubah 1

kg zat padat menjadi cair disebut kalor lebur.

Membeku adalah perubahan wujud zat dari cair menjadi padat. Ketika

membeku, zat melepaskan kalor yang disebut kalor beku. Suhu pada saat zat

Page 62: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

lxiv

membeku disebut titik beku. Pada zat yang sama titik lebut = titik beku dan kalor

lebur = kalor beku.

Apabila Q menyatakan banyak kalor yang digunakan untuk meleburkan zat

bermassa m, kalor lebur L zat ditulis dengan persamaan : L = mQ atau Q = m L

Menguap adalah perubahan wujud dari zat cair menjadi gas atau uap. Pada

waktu menguap, zat memerlukan kalor. Salah satu peristiwa penguapan adalah

mendidih, yaitu penguapan yang terjadi di seluruh bagian zat cair. Selama mendidih

suhu zat tetap, suhu itu disebut titik didih. Kalor yang diperlukan untuk menguapkan

satu satuan massa zat pada titik didih normalnya disebut kalor laten penguapan atau

kalor uap.

Mengembun adalah perubahan wujud zat dari uap atau gas menjadi cair. Pada

saat mengmbun, zat melepaskan kalor yang disebut kalor laten pengembunan atau

kalor embun.

Apabila untuk menguapkan zat bermassa m pada titik didihnya diperlukan

kalor sebesar Q joule, besar uap U dapat ditulis dengan persamaan : U = mQ atau

mcQ

T 1

Perpindahan kalor

Page 63: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

lxv

Grafik 2.7 Diagram Hubungan antara Q dan t

Perpindahan kalor konduksi, apabila sepotong logam salah satu ujungnya

dipanasi dengan api dan ujung yang lain dipegang, maka pada ujung yang dipegang

lama-kelamaan akan menjadi panas. Padahal ujung ini tidak berhubungan langsung

dengan api. Dalam hal ini kalor merambat dari ujung yang bersuhu tinggi ke ujung

yang bersuhu rendah. Perpindahan kalor semacam ini disebut konduksi. Jadi,

konduksi adalah perpindahan kalor yang tidak disertai dengan perpindahan partikel

zat pengantarnya. Perpindahan energi kalor secara konduksi dapat terjadi melalui dua

proses yaitu kalor dipindahkan melalui tabrakan antar partikel. Pemanasan

mengakibatkan energi kinetik partikel bertambah sehingga bergerak lebih cepat.

Gerakan partikel itu mengakibatkan terjadinya tabrakan antara partikel-partikel yang

berdekatan dan sekaligus terjadi perpindahan kalor. Cara ini membutuhkan waktu

lama untuk memindahkan panas dari ujung yang satu ke ujung yang lain dan kalor

dipindahkan melalui elektron-elektron bebas. Pada bagian yang dipanaskan, energi

elektron-elektron bertambah besar. Oleh karena elektron-elektron bergerak bebas,

energi itu dapat dipindahkan secara cepat melalui tumbukan dengan elektron-

elektron di sekitarnya.

Laju perpindahan kalor bergantung pada panjang (L), luas penampang (A),

konduktivitas termal (K) atau jenis bahan, dan beda suhu (T). Oleh karena itu,

banyak kalor yang dapat berpindah selama waktu tertentu ditulis dengan persamaan

berikut :

Page 64: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

lxvi

H = LTKA

tQ , K= konduktivitas termal atau koefisien konduksi termal (W/m.K

atau J/s.moC); A= luas permukaan/penampang (m2); LT = gradien suhu (oC/m)

Gambar 2.8 Aliran Panas

Perpindahan kalor konveksi

Perpindahan kalor secara konveksi dapat terjadi pada zat alir (fluida). Hal ini

dapat kita amati pada waktu proses pemanasan air dalam suatu gelas. Partikel-

partikel air pada dasar gelas menerima kalor dan menjadi panas. Partikel yang telah

panas ini bergerak ke atas, sedangkan air yang dingin turun mengisi tempat yang

ditinggalkan air panas yang naik. Air dingin yang turun akan menerima kalor dan

menjadi panas. Demikian seterusnya terjadi secara alamiah. Perpindahan kalor

dengan cara semacam ini disebut dengan konveksi. Jadi, konveksi adalah

perpindahan kalor yang disertai perpindahan partikel-partikel zat.

Perpindahan kalor radiasi

Laju pemancaran kalor oleh permukaan hitam, menurut Stefan dinyatakan

sebagai berikut. Energi total yang dipancarkan oleh suatu permukaan hitam

sempurna dalam bentuk radiasi kalor tiap satuan waktu, tiap satuan luas permukaan

sebanding dengan pangkat empat suhu mutlak permukaan itu. Secara matematis, laju

kalor radiasi ditulis dengan persamaan : W = T4. Energi yang dipancarkan tiap

Page 65: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

lxvii

satuan waktu adalah : tQ = A T4, = tetapan Stefan (5,7 x 10-8W/m2.K4)’ A = luas

permukaan, T = suhu mutlak benda

Gambar 2.9 Benda gelap menyerap panas lebih baik Kalor

Kalor Sebagai Bentuk Energi

Suhu adalah sesuatu yang diukur pada termometer, dan kalor adalah sesuatu

yang mengalir (fluida) dari benda yang panas ke benda yang dingin dalam rangka

mencapai keseimbangan termal.

Kalor Jenis dan Kapasitas Kalor

Dari hasil percobaan diperoleh kesimpulan, besarnya kalor yang diperlukan

untuk menaikan suhu suatu zat sebanding dengan massa zat itu dan menaikan

suhunya. Jika besarnya kalor yang dibutuhkan suatu zat yang bermassa m untuk

kenaikan suhu T sebesar Q, maka : Q = m c T, Q = kalor yang diserap atau

dilepaskan, dalam satuan J atau kalori, M=massa zat, satuannya kg atau g,

T=perubahan suhu, satuannya K atau oC, C=kalor jenis, satuannya J/kg.K atau

kal/goC

Jadi, jika kalor yang dibutuhkan sebesar Q untuk menaikan suhu benda sebesar T,

maka kapasitas kalor (C) benda tersebut dapat dirumuskan :

Page 66: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

lxix

Gambar 2.10 Kalorimeter aluminium

Menentukan kalor jenis suatu zat dengan kalorimeter, kita gunakan hukum

kekekalan energi atau Black. Jika kalor jenis suatu zat diketahui, kalor jenis zat lain

yang dicampur dengan zat tersebut dapat dihitung.

Asas Black

Apabila dua benda yang suhunya berbeda dipertemukan (dicampurkan),

benda yang suhunya tinggi akan memberikan kalor kepada benda yang suhunya

rendah. Pada akhir percampuran, suhu kedua benda menjadi sama. Berdasarkan hal

tersebut, jika kalor jenis salah satu zat diketahui, kalor jenis zat yang lain dapat

dihitung dengan menggunakan hukum kekekalan energi yaitu : Qdilepas =

Qditerima..

B. Penelitian Yang Relevan

Berdasarkan model pembelajaran kooperatif siswa akan lebih mudah

mendiskusikan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila siswa saling

mendiskusikannya dengan teman kelompok. Aktivitas dan kreatifitas siswa sangat

memegang peranan penting dalam pembelajaran dan pada pembelajaran sains

berbeda dengan pembelajaran sosial tentunya pada kaidah-kaidah tertentu sebab

peranan teman, kelompok dan guru tidak dipisahkan. Ternyata teori ini sesuai

dengan hasil penelitian sebelumnya.

Page 67: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

lxx

Penelitian yang dilakukan oleh Sumarsono (2005) tentang Penerapan

pembelajaran kooperatif model STAD dan model Jigsaw terhadap prestasi belajar

fisika pada pokok bahasan tegangan dan arus bolak-balik ditinjau dari aktivitas

belajar siswa, yang bertujuan : a) mengetahui perbedaan pengaruh penggunaan

model pembelajaran STAD dan Jigsaw terhadap prestasi belajar, b) mengetahui

perbedaan pengaruh aktivitas belajar terhadap prestasi belajar, c) mengetahui

interaksi antar model STAD dan Jigsaw dengan aktivitas belajar terhadap prestasi

belajar. Dengan memperhatikan hasil penelitian sebelumnya, penulis mengganti

materi pembelajaran dengan materi suhu dan kalor karena dianggap lebih cocok

dengan model pembelajaran dan menambah variabel terikat kreativitas siswa dalam

penelitian ini karena dianggap dapat meningkatkan hasil prestasi belajar siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Suharno (2009) tentang, Pembelajaran

kooperatif model Jigsaw dan TGT ditinjau dari orientasi kepribadian kooperatif,

yang bertujuan : a) mengetahui perbedaan prestasi belajar biologi antara

pembelajaran kooperatif model Jigsaw dan TGT pada materi virus, b) mengetahui

perbedaan prestasi belajar biologi antara tingkatan orientasi kepribadian kooperatif

tinggi, sedang dan rendah pada materi virus, c) interaksi antara pembelajaran

kooperatif model Jigsaw, TGT dengan orientasi kepribadian kooperatif terhadap

prestasi belajar biologi pada materi virus. Dengan memperhatikan hasil penelitian

sebelumnya, penulis menggunakan model pembelajaran STAD dan Jigsaw karena

dianggap lebih setara dan mengganti variabel dengan aktivitas belajar dan kreativitas

siswa karena dianggap lebih cocok dengan model pembelajaran serta sesuai dengan

karakteristik siswa di SMA Negeri 1 Banjarmasin.

Page 68: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

lxxi

Penelitian yang dilakukan oleh Seran Daton Gregorius (2009) tentang,

Pengaruh pembelajaran kooperatif tipe STAD Dan Jigsaw II terhadap prestasi belajar

ditinjau dari motivasi berprestasi dan sikap sosial siswa, yang bertujuan : a)

mengetahui perbedaan pengaruh pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw II

terhadap prestasi belajar, b) mengetahui pengaruh motivasi berprestasi terhadap

prestasi belajar, c) mengetahui pengaruh sikap sosial terhadap prestasi belajar, d)

mengetahui interaksi antara motivasi berprestasi dengan pembelajaran kooperatif tipe

STAD dan Jigsaw II terhadap prestasi belajar, e) mengetahui interaksi antara sikap

sosial dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw II terhadap prestasi

belajar, f) mengetahui interaksi antara motivasi berprestasi dengan sikap sosial

terhadap prestasi belajar, dan g) mengetahui interaksi antara pembelajaran kooperatif

tipe STAD dan Jigsaw II, motivasi berprestasi dan sikap sosial terhadap prestasi

belajar. Dengan memperhatikan hasil penelitian sebelumnya, penulis mengganti

model pembelajaran STAD dan Jigsaw karena dianggap lebih seimbang antara kedua

model pembelajaran. Variabel yang digunakan adalah aktivitas belajar dan

kreativitas siswa karena dianggap dapat meningkatkan hasil prestasi belajar.

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan dari kajian yang telah diuraikan, dapat dikemukakan kerangka

pemikiran pada penelitian ini bahwa keberhasilan sebuah proses belajar mengajar

ditentukan dari prestasi yang diperoleh siswa. Faktor yang mempengaruhi prestasi

belajar ditentukan dari model pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan belajar

mengajar yang dilakukan oleh guru, serta keterlibatan aktif dan kreatif siswa selama

KBM dalam bentuk aktivitas belajar dan kreativitas siswa.

Page 69: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

lxxii

8. Pengaruh penerapan pembelajaran model STAD dan Jigsaw terhadap prestasi

belajar fisika pada materi suhu dan kalor. Secara umum siswa telah mampu

melakukan belajar dalam kelompok. Namun secara individu ada siswa yang

ingin tetap bekerja dan belajar dalam kelompoknya secara bersama tetapi ada

pula siswa yang berkeinginan lebih menguasai dalam satu bidang. Siswa-siswa

tersebut kemudian dibagi menjadi dua kelompok besar. Kelompok siswa I

diberikan pembelajaran menggunakan model STAD dan kelompok siswa II

dilakukan pembelajaran menggunakan model Jigsaw. Tehnis pembentukkan

kelompok dan materi yang diajarkan pada dua kelompok siswa diberlakukan

pada selang waktu yang sama. Diduga model pembelajaran STAD akan lebih

berpengaruh terhadap prestasi belajar Suhu dan kalor pada kelompok siswa yang

ingin mencapai kompetensi secara bersama-sama. Sedangkan model

pembelajaran Jigsaw berpengaruh pada prestasi belajar suhu dan kalor pada

kelompok siswa yang secara individu termasuk dalam kelompok ahli.

9. Pengaruh aktifitas belajar siswa terhadap prestasi belajar fisika pada materi suhu

dan kalor. Aktivitas belajar pada siswa dalam satu kelas tidak homogen. Siswa

yang memiliki aktivitas belajar tinggi cenderung memperoleh prestasi belajar

yang tinggi. Siswa yang memiliki aktivitas belajar yang rendah cenderung

memperoleh prestasi belajar yang rendah. Diduga siswa yang memiliki aktivitas

belajar tinggi akan memperoleh prestasi belajar suhu dan kalor yang lebih baik

daripada siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah.

10. Pengaruh kreativitas siswa terhadap prestasi belajar fisika pada materi suhu dan

kalor. Dalam satu kelas terdapat siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan

Page 70: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

lxxiii

rendah. Pada umumnya siswa yang berkreativitas tinggi memiliki kemampuan

koqnitif, intuisi dan imajinasi, penginderaan dan kecerdasan emosi yang tinggi,

sehingga mampu memperoleh prestasi belajar yang tinggi pula. Siswa yang

berkreativitas rendah memiliki kemampuan kognitif, intuisi dan imajinasi,

penginderaan dan kecerdasan emosi yang tinggi, sehingga memperoleh prestasi

belajar yang rendah. Diduga siswa yang memiliki kreativitas tinggi akan

memperoleh prestasi belajar suhu dan kalor yang lebih baik daripada siswa yang

memiliki kreativitas rendah.

11. Interaksi antara penerapan model pembelajaran dengan aktivitas belajar siswa

Terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan aktivitas. Model STAD

menekankan struktur tutorial teman sebaya, semua siswa dalam kelompoknya

saling membantu dan menitik beratkan pada pencapaian kemampuan dalam

menguasai materi secara bersama. Sedangkan Model pembelajaran Jigsaw ada

perbedaan pembagian tugas, dalam bentuk kelompok ahli. Setiap kelompok ahli

dibekali dengan LKS yang berbeda. Model Pembelajaran Jigsaw memerlukan

aktivitas belajar individu yang lebih tinggi dari pada penerapan model

pembelajaran STAD. Diduga siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi sesuai

menggunakan model pembelajaran dengan Jigsaw, dan memperoleh prestasi

belajar yang tinggi. Sedangkan siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah

akan memperoleh prestasi belajar lebih baik dengan menggunakan model

pembelajaran STAD.

12. Interaksi antara penerapan model pembelajaran dengan kreativitas belajar siswa.

Kreativitas siswa tinggi akan mendukung siswa dalam memahami konsep-konsep

Page 71: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

lxxiv

pada materi suhu dan kalor. Siswa yang memiliki kreativitas tinggi cenderung

ingin menguasai lebih dalam setiap sub materi yang dipelajarinya, sehingga lebih

sesuai menggunakan model pembelajaran Jigsaw untuk memperoleh prestasi

belajar yang tinggi. Siwa yang memiliki kreativitas rendah cenderung ingin

memahami materi secara kelompok melalui tutor sebaya, sehingga lebih sesuai

mengunakan model pembelajaran STAD. Diduga siswa yang memiliki

kreativitas tinggi memperoleh prestasi belajar suhu dan kalor tinggi

menggunakan model pembelajaran Jigsaw.

13. Interaksi antara aktifitas dengan kreatifitas belajar siswa terhadap prestasi belajar

fisika pada materi suhu dan kalor. Siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi

memiliki sikap disiplin, kritis dan berani bertanya, cenderung memiliki

kreativitas yang tinggi. Sedangkan siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah

cenderung memiliki kreativitas belajar rendah. Diduga siswa yang memiliki

aktivitas belajar tinggi dan kreativitas belajar tinggi akan memperoleh hasil

prestasi belajar yang lebih baik.

14. Interaksi antara penerapan model pembelajaran, aktivitas belajar dan kreativitas

belajar terhadap prestasi belajar fisika pada materi suhu dan kalor. Pada model

pembelajaran STAD siswa menghadapi tugas bersama-sama dan saling

mendiskusikan semua materi pelajaran dalam kelompoknya, sehingga tidak

diperlukan aktivitas dan kreativitas yang tinggi. Sedangkan pada model Jigsaw

memberikan penekanan pada peran masing-masing siswa dalam kelompoknya

(kelompok asal) dan saling bertukar pengetahuan, karena masing-masing dalam

satu kelompok mendapatkan bagian tugas yang berlainan antara siswa satu

Page 72: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

lxxv

dengan yang lain, sehingga diperlukan aktivitas dan kreativitas belajar yang

tinggi. Diduga siswa yang memiliki aktivitas dan kreativitas tinggi akan

memperoleh prestasi belajar suhu dan kalor tinggi dengan menggunakan model

pembelajaran Jigsaw. Sedangkan siswa yang memiliki aktivitas dan kreativitas

belajar rendah akan memperoleh prestasi belajar suhu dan kalor tinggi dengan

menggunakan model pembelajaran STAD.

D. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, kajian teori, dan kerangka

berfikir di atas, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Ada pengaruh penerapan pembelajaran model STAD dan Jigsaw terhadap

prestasi belajar fisika pada materi suhu dan kalor.

2. Ada pengaruh aktifitas belajar siswa terhadap prestasi belajar fisika pada materi

suhu dan kalor.

3. Ada pengaruh kreatifitas siswa terhadap prestasi belajar fisika pada materi suhu

dan kalor.

4. Ada interaksi antara penerapan model pembelajaran dengan aktivitas belajar

siswa.

5. Ada interaksi antara penerapan model pembelajaran dengan kreatifitas belajar

siswa.

6. Ada interaksi antara aktifitas dengan kreatifitas belajar siswa terhadap prestasi

belajar fisika pada materi suhu dan kalor.

7. Ada interaksi antara penerapan model pembelajaran, aktifitas belajar dan

Page 73: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

lxxvi

kreatifitas belajar terhadap prestasi belajar fisika pada materi suhu dan kalor.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Banjarmasin Propinsi

Kalimantan Selatan.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Tahun Pelajaran 2008/2009 yaitu bulan

Nopember 2008 sampai Maret 2009 dengan jadwal penelitian sebagai berikut :

Tabel 3.1 : Jadwal Penelitian

No Kegiatan Tahun Pelajaran 2008/2009

Nop Des Jan Peb Mar

1 Pengajuan Judul X

2 Seminar proposal X X

3 Perizinan X

4 Penyusunan Instrumen Pembelajaran X

5 Penyusunan Instrumen Tes X

6 Uji Coba Instrumen X

7 Analisa Ujicoba X

8 Pelaksanaan Penelitian X X

9 Pengambilan Data X

10 Pengolahan Data X

11 Pengolahan dan Analisa Data X

Page 74: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

lxxvii

12 Penyusunan laporan Lengkap X

13 Ujian Tesis X X

14 Revisi X

B. Metode Penelitian

Metoda penelitian merupakan cara yang dipakai untuk mencari penyelesaian

masalah dari kajian teori, pengujian teori untuk mendapatkan suatu tujuan. Kategori

penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen sungguhan (true

experimenal research) yang bertujuan menyelidiki kemungkinan saling hubung sebab

akibat dengan cara mengenakan kepada satu atau lebih kelompok eksperimen, satu

atau lebih kondisi perlakuan dan membandingkan hasilnya dengan satu atau lebih

kelompok kontrol yang tidak dikenai perlakuan (Sumadi Suryobroto, 1998: 27).

C. Rancangan dan Variabel Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian metode eksperimen yang bertujuan untuk

mengetahui perbedaan pengaruh antara pembelajaran Model STAD (Student Team

Achievemen Divisions) dan Jigsaw terhadap prestasi belajar Fisika, yang ditinjau dari

Aktivitas belajar dan kreatifitas siswa pada materi pembelajaran Suhu dan Kalor.

Dengan memperhatikan variable yang terlibat dan untuk mencapai tujuan, maka

rancangan digunakan adalah faktorial 2x2x2.

Tabel 3.2. Rancangan Penelitian

STAD (A1) Jigsaw (A2)

Aktifitas Tinggi

(B1)

Kreatifitas Tinggi (C1) A1B1C1 A2B1C1

Kreatifitas Rendah (C2) A1B1C2 A2B1C2

Page 75: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

lxxviii

Aktifitas Rendah

(B2)

Kreatifitas Tinggi (C1) A1B2C1 A2B2C1

Kreatifitas Rendah (C2) A1B2C1 A2B2C2

Keterangan :

A = Model Pembelajaran

A.1 = Pembelajaran Model STAD

A.2 = Pembelajaran Model Jigsaw

B = Aktivitas Belajar

B.1 = Aktivitas Belajar Tinggi

B.2 = Aktivitas Belajar Rendah

C = Kreatifitas

C.1 = Kreatifitas Tinggi

C.2 = Kreatifitas Rendah

2. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran.

1). Definisi operasional

Model Pembelajaran adalah suatu strategi yang digunakan dalam kegiatan

belajar mengajar dalam mencapai tujuan pembelajaran.

2). Skala pengukuran : Nominal dengan dua kategori yaitu :

a). Pembelajaran model STAD (Student Team Achievemen Divisions).

b). Pembelajaran model Jigsaw.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian adalah prestasi belajar Fisika.

Page 76: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

lxxix

1). Definisi operasional

Prestasi belajar fisika adalah tingkat penguasaan siswa terhadap materi

pelajaran fisika. Domain kognitif adalah domain belajar yang dapat dilihat

melalui kemampuan intelektual dan memiliki karakteristik seperti

memahami informasi, mengorganisasi jawaban dan mengevaluasi

informasi serta tindakan.

2). Skala pengukuran : interval

3). Indikator : Nilai tes prestasi pada pokok Suhu dan Kalor

3. Variabel Moderator / Atribut.

Variabel moderator dalam penelitian ini adalah Aktivitas Belajar siswa dan

kreatifitas siswa. Aktivitas belajar siswa adalah suatu kegiatan fisik dan

mental yang diwujudkan dalam bentuk kerjasama, penciptaan kerja dan

proses berpikir yang terjadi secara simultan dalam kegiatan belajar mengajar

dan Kreatifitas adalah bentuk aktivitas imajiatif yang mampu menghasilkan

sesuatu bersifat orisinil, murni, asli dan bermakna.

Skala pengukuran : Interval yang dipandang nominal dengan 2 kategori yaitu

: 1) Aktivitas belajar dan kreatifitas kategori tinggi; 2) Aktivitas belajar dan

kreatifitas kategori rendah.

Indikator :

1. Aktivitas belajar dan kreatifitas kategori tinggi jika > mean + ½ standar deviasi.

2. Aktivitas belajar dan kreatifitas kategori rendah jika < mean – ½ standar

deviasi.

D. Populasi dan Sampel

Page 77: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

lxxx

1. Populasi

Dalam penelitian ini, populasi yang dipakai adalah seluruh siswa kelas X

SMA Negeri 1 Banjarmasin Tahun Pelajaran 2008/2009 sebanyak 192 orang siswa.

2. Sampel

Dalam penelitian ini jumlah sampel yang diambil dari seluruh populasi yang

diteliti sebanyak 192 orang siswa yang terdiri dari 96 orang siswa kelompok

pembelajaran kooperatif model STAD dan 96 orang siswa untuk kelompok

pembelajaran kooperatif model Jigsaw.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel merupakan cara untuk memperoleh sampel

sehingga diperoleh sampel yang dapat berfungsi menggambarkan keadaan populasi

yang sebenarnya (Suharsimi Arikunto, 1997: 32). Dalam penelitian ini mengambil

teknik sampel Cluster Random Sampling, yaitu sampel yang diambil berdasarkan

kelompok. Sampel yang dipilih bukan sekelompok individu-individu yang berdiri

senidiri-sendiri melainkan individu-individu yang bersama-sama berada dalam satu

tempat dengan mempunyai persamaan ciri yang ada hubungannya dengan variabel

penelitian.

Populasi yang diambil yakni seluruh siswa kelas X sebanyak 192 orang siswa

yang terdiri dari 6 kelas. Dengan teknik cluster random sampling diambil 4 kelas

sebagai sampel penelitian yang kemudian membagi 2 kelas eksperimen model

pembelajaran kooperatif STAD dan 2 kelas eksperimen yang lain dengan model

Page 78: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

lxxxi

pembelajaran kooperatif Jigsaw. Kemudian dua kelas eksperimen dilakukan uji

keseimbangan. Hal ini dilakukan karena untuk mendapatkan keseimbangan

kemampuan masing-masing kelompok.

E. Metoda Pengumpulan Data

Agar diperoleh data penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan,

diperlukan instrumen yang dapat digunakan sebagai pengumpul data. Ada dua

metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Metode Tes

Tes yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tes yang digunakan untuk

mengukur prestasi belajar setelah siswa mengikuti PBM (Achievement test). Bentuk

tes yang dilakukan berbentuk tes pilihan ganda yang memuat pertanyaan-pertanyaan

tentang materi pada materi pokok Suhu dan Kalor. Banyaknya butir soal tes uraian

yakni 30 item. Tes bentuk pilihan ganda ini menuntut kemampuan siswa secara

menyeluruh untuk mengingat dan mengenal kembali sehingga memacu daya

kreativitas yang tinggi dan mempunyai kelebihan cara pemeriksaannya yang lebih

obyektif.

2. Metoda Pengamatan

Metoda pengamatan disebut juga metoda observasi, merupakan metoda

pengumpulan data dengan cara mengamati, mencatat secara sistematis melalui

lembar pengamatan aktivitas belajar siswa selama proses kegiatan belajar mengajar

untuk pembelajaran kooperatif model STAD dan untuk pembelajaran kooperatif

Page 79: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

lxxxii

model Jigsaw.

3. Metoda Angket

Metoda angket yang dimaksud dalam penelitian ini adalah angket yang

digunakan untuk mengukur tingkat kreatifitas siswa melalui lembar pertanyaan yang

harus diisi oleh siswa sebelum siswa mengikuti PBM.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi

dua yaitu :

1. Instrumen dalam pelaksanaan penelitian berupa Silabus 2004, Rencana

Pelaksanaan Pengajaran (RPP), lembar tes, lembar pengamatan dan lembar kerja

siswa (LKS).

2. Instrumen dalam pengambilan data yaitu pengamatan aktivitas siswa, angket

kreatifitas siswa dan tes prestasi belajar ranah kognitif.

Dalam penyusunan tes, sebelum tes dibuat terlebih dahulu dibuat kisi-kisi

sebagai rambu-rambu penjabaran konsep menjadi butir item. Tes yang telah disusun,

kemudian diujicobakan pada populasi yang tidak dijadikan sampel penelitian. Tujuan

uji coba adalah untuk melihat apakah instrumen yang telah disusun benar-benar valid

atau benar-benar reliabel atau tidak. Pelaksanaan uji coba dilaksanakan di SMA

Negeri 1 Banjarmasin, terhadap siswa yang mempunyai kemampuan seimbang

dengan kemampuan populasi yang dijadikan penelitian yaitu kelas X-1 dan X-2

Tahun Pelajaran 2008/2009.

Page 80: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

lxxxiii

G. Uji Coba Instrumen

1. Uji Taraf Kesukaran

Tingkat kesukaran soal dapat ditunjukkan dengan indeks kesukaran, yaitu

bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal. Indeks kesukaran

adalah bilangan yang merupakan hasil perbandingan antara jawaban benar yang

diperoleh dengan jawaban benar yang seharusnya diperoleh dari suatu item soal.

Besarnya indeks kesukaran item soal berkisar antara 0,10 sampai dengan 1,00.

Indeks kesukaran dihitung dengan rumus sebagai berikut:

IK = maxNxS

B

Keterangan : IK = Indeks kesukaran soal

B = Jumlah siswa yang menjawab dengan benar

N = Kelompok siswa

Smax = Skor maksimal

Indeks kesukaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 3.3. Tabel indeks kesukaran

Nilai IK Keterangan

0,91 – 1,00

0,71 – 0,90

0,41 – 0,70

0,21 – 0,40

0,00 – 0,20

Mudah sekali

Mudah

Sedang

Sukar

Sukar sekali

( Masidjo, 1995 : 189-192)

Hasil uji taraf kesukaran soal instrumen tes prestasi belajar fisika terangkum

Page 81: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

lxxxiv

dalam tabel 3.4.

Tabel 3.4 Rangkuman taraf kesukaran soal instrumen tes prestasi belajar

Jumlah soal

Taraf kesukaran soal

Sukar sekali Sukar sedang mudah Mudah

sekali

40 3 3 7 19 8

Berdasarkan data diatas, soal tes prestasi belajar fisika khususnya materi suhu

dan kalor semua soal digunakan dalam penelitian dengan rincian 3 soal sukar sekali,

3 soal sukar, 7 soal sedang, 19 soal mudah dan 8 soal mudah sekali. Hasil uji taraf

kesukaran ini lebih rinci dapat dilihat pada lampiran 13 halaman 196.

2. Uji Taraf Pembeda

Daya beda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara

siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dan kemampuan rendah, yang besarnya

ditunjukkan dengan indeks diskriminasi. Indeks diskriminasi adalah angka yang

menunjukkan besarnya daya pembeda, besarnya antara 0,10 sampai 1,00. Seluruh

peserta tes bedanya menjadi dua kelompok, yaitu antara atas dan bawah. Siswa-siswa

yang tergolong kelompok atas adalah siswa-siswa yang memiliki skor tinggi,

sedangkan siswa-siswa yang tergolong kelompok bawah adalah siswa-siswa yang

memiliki skor rendah.

Untuk menentukan siswa-siswa yang tergolong kelompok atas (NKA) atau

kelompok bawah (NKB), diambil kira-kira 25 % atau 27 % dari jumlah siswa suatu

kelompok (apabila kelompok itu besar = N ≥ 100) atau 50 % (apabila kelompok kecil

Page 82: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

lxxxv

= N < 100).

Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah :

ID = maxxSatauNKNK

KK

BA

BA

Keterangan :

ID = Indeks Diskriminasi

KA = Jumlah kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

KB = Jumlah kelompok bawah yang menjawab dengan benar

Smax = Skor maksimal

Klarifikasi daya pembeda soal adalah :

Tabel 3.5. Tabel nilai daya pembeda soal

Nilai D Keterangan

0,81- 1,00

0,60- 0,79

0,40- 0,59

0,20 – 0,39

Negatif – 0,19

Sangat Membedakan

Lebih Membedakan

Cukup Membedakan

Kurang Membedakan

Sangat Kurang Membedakan

(Marsidjo, 1995 : 196-201)

Hasil uji daya beda soal instrumen tes prestasi belajar fisika yang dilakukan

terangkum dalam tabel 3.6

Tabel 3.6 Rangkuman Hasil uji daya beda soal instrumen tes prestasi belajar fisika

Jumlah

soal

Daya pembeda soal

Sangat kurang

membedakan

Kurang

membedakan

Cukup

membedakan

Lebih

membedakan

Sangat

membed

akan

40 9 14 16 1 0

Berdasarkan data diatas, tes prestasi belajar fisika khususnya materi suhu dan

Page 83: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

lxxxvi

kalor semua soal digunakan dalam penelitian dengan rincian 9 soal sangat kurang

membedakan, 14 soal kurang membedakan, 16 soal cukup membedakan, 1 soal lebih

membedakan dan 0 soal sangat membedakan. Hasil uji ini lebih rinci dapat dilihat

pada lampiran 13 halaman 196.

3. Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketepatan dan

kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurannya. Suatu instrumen

dikatakan memenuhi kriteria validitas atau mempunyai validitas yang tinggi apabila

instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur, yang

sesuai dengan tujuan dilakukannya pengukuran.

Validitas item soal dihitung engan menggunakan rumus korelasi product

moment dari karl Pearson. Rumusnya adalah:

r xy = 2222 )()(

)(yynxxn

yxxyn

Keterangan :

rxy = Korelasi product moment Pearson

n = Jumlah sampel

x = Nilai/skor tiap item soal

y = Nilai/skor total

xy = Jumlah (x) (y)

Angka hasil perhitungan rxy kemudian dibandingkan dengan korelasi product

moment pada tabel rxy dengan taraf signifikansi 5%

Page 84: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

lxxxvii

Butir soal dinyatakan valid apabila rxy ≥ rtabel

Kriteria validitas rxy adalah :

Tabel 3.7. Interpretasi kriteria validitas

Nilai rxy Interpretasi

0,91-1,00

0,71-0,90

0,41-0,70

0,21-0,41

Negatif-0,20

Sangat tinggi

Tinggi

Cukup

Rendah

Sangat rendah

( Masidjo, 1995: 242-246)

Hasil uji validitas instrumen tes prestasi belajar fisika yang dilakukan terangkum

dalam tabel 3.8

Tabel 3.8. Rangkuman hasil uji Validitas Instrumen tes prestasi belajar

Variabel Jumlah soal Kriteria Valid Tidak valid

Suhu dan kalor 40 30 10 Berdasarkan data hasil uji validitas instrumen tes prestasi fisika khususnya

materi suhu dan kalor semua soal digunakan dalam penelitian dengan rincian 30 soal

valid dan 10 soal tidak valid, soal – soal yang tidak valid ini hampir mendekati valid

sehingga soal boleh saja digunakan dengan mekanisme penyesuaian untuk

kepentingan penelitian.

4. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan tingkat keajegan atau keandalan soal. Realibilitas

digunakan untuk mengetahui sejauh mana instrumen dapat memberikan hasil

pengukuran yang dapat dipercaya atau tetap. Taraf reliabilitas suatu tes dinyatakan

Page 85: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

lxxxviii

dalam suatu koefisien yang disebut dengan koefisien reliabilitas. Untuk menguji

masing-masing item pada tes dalam penelitian ini digunakan rumus KR-20, yaitu:

rtt =

2

2

1 StpqSt

nn

st = 22 )(1 XXNn

r11 =

2

2

1)1( t

b

kk

Keterangan:

rtt = Koefisien reliabilitas

n = Jumlah item

st = Standar deviasi

p = Proporsi subjk yang menjawab benar

q = Proporsi subjek yang menjawab salah (q = p-1)

N = Jumlah siswa

X = skor

Hasil yang diperoleh dari perhitungan kemudian dibandingkan dengan

tabel r11. Instrumen dikatakan reliable apabila r11. Instrumen dikatakan

reliable apabila r11 ≥ rtabel.

Indeks korelasi yang merupakan interpretasi terhadap koefisien korelasi (nilai

r) dapat diklarifikasikan sebagai berikut:

Page 86: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

lxxxix

Tabel 3.9. Interpretasi koefisien korelasi

Nilai r Interpretasi

0.91-1,00

0,71-0,90

0,41-0,70

0,21-0,40

Negatif-0,20

Sangat tinggi

Tinggi

Cukup

Rendah

Sangat rendah

(Masidjo, 1995 : 233)

H. Teknik Analisa Data

1. Uji Prasyarat

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari

populasi yang ter

Page 87: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

xci

Kelompok siswa dengan model pembelajaran STAD, kemampuan menggunakan alat

ukur listrik tinggi dan aktivitas belajar tinggi terhadap prestasi kognitif.

A1B1C1 : Kelompok siswa dengan model pembelajaran STAD, aktivitas belajar

tinggi dan kreativitas tinggi terhadap prestasi kognitif

A1B1C2 : Kelompok siswa dengan model pembelajaran STAD, aktivitas belajar

tinggi dan kreativitas rendah terhadap prestasi kognitif

A1B2C1: Kelompok siswa dengan model pembelajaran STAD, aktivitas belajar

rendah dan kreativitas tinggi terhadap prestasi kognitif .

A1B2C2: Kelompok siswa dengan model pembelajaran STAD, aktivitas belajar

rendah dan kreativitas rendah terhadap prestasi kognitif .

A2B1C1: Kelompok siswa dengan model pembelajaran Jigsaw, aktivitas belajar

rendah dan kreativitas rendah terhadap prestasi kognitif .

A2B1C2: Kelompok siswa dengan model pembelajaran Jigsaw, aktivitas belajar

tinggi dan kreativitas rendah terhadap prestasi kognitif .

A2B2C1: Kelompok siswa dengan model pembelajaran Jigsaw, aktivitas belajar

rendah dan kreativitas tinggi terhadap prestasi kognitif .

A2B2C2: Kelompok siswa dengan model pembelajaran Jigsaw, aktivitas belajar

rendah dan kreativitas rendah terhadap prestasi kognitif .

Uji terhadap hipotesis

8. H0 : TidakAda pengaruh penerapan pembelajaran model STAD dan Jigsaw

terhadap prestasi belajar fisika pada materi suhu dan kalor

H1: Ada pengaruh penerapan pembelajaran model STAD dan Jigsaw terhadap

prestasi belajar fisika pada materi suhu dan kalor.

Page 88: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

xcii

9. H0 : Tidak ada pengaruh aktifitas belajar siswa terhadap prestasi belajar fisika

pada materi suhu dan kalor.

H0 : Ada pengaruh aktifitas belajar siswa terhadap prestasi belajar fisika pada

materi suhu dan kalor

10. H0 : Tidak ada pengaruh kreatifitas siswa terhadap prestasi belajar fisika pada

materi suhu dan kalor.

H1 : Ada pengaruh kreatifitas siswa terhadap prestasi belajar fisika pada materi

suhu dan kalor.

11. Ho : Tidak ada interaksi antara penerapan model pembelajaran dengan aktivitas

belajar siswa.

H1 : Ada interaksi antara penerapan model pembelajaran dengan aktivitas

belajar siswa.

12. H0 : Tidak ada interaksi antara penerapan model pembelajaran dengan

kreatifitas belajar siswa.

H1 : Ada interaksi antara penerapan model pembelajaran dengan kreatifitas

belajar siswa.

13. H0 : Tidak ada interaksi antara aktifitas dengan kreatifitas belajar siswa

terhadap prestasi belajar fisika pada materi suhu dan kalor.

H1 : Ada interaksi antara aktifitas dengan kreatifitas belajar siswa terhadap

prestasi belajar fisika pada materi suhu dan kalor.

14. H0 : Tidak ada interaksi antara penerapan model pembelajaran, aktifitas belajar

dan kreatifitas belajar terhadap prestasi belajar fisika pada materi suhu dan

kalor.

Page 89: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

xciii

H1 : Ada interaksi antara penerapan model pembelajaran, aktifitas belajar dan

kreatifitas belajar terhadap prestasi belajar fisika pada materi suhu dan kalor.

b. Uji Lanjut Anava

Jika dalam pengujian hipotesis, hipotesis nol (H0) ditolak yang bararti

hipotesis alternatif (H1) diterima, maka perlu dilakukan uji lanjut untuk mengetahui

tingkat pengaruh variabel bebas terahadap variabel terikat yang diteliti. Uji lanjut

dilakukan dengan Analysis of Mean (ANOM) pada minitab 15.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Data yang terkumpul dalam penelitian ini terdiri dari Aktivitas belajar siswa,

Kreativitas, dan nilai prestasi belajar Fisika pada materi pokok Suhu dan kalor. Data

diperoleh dari kelas X-3 dan X-4 sebagai kelas experimen yang menggunakan model

STAD, serta X-5 dan X-6 sebagai kelas experimen yang menggunakan model

Jigsaw.

1. Data Prestasi Belajar Fisika

Prestasi merupakan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang

dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau

angka nilai yang diberikan oleh guru. Sedangkan seseorang dikatakan belajar jika

menunjukkan terjadinya perubahan perilaku sebagai hasil belajar. Perubahan tingkah

Page 90: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

xciv

laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan

keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut sikap (afektif). Dalam

penelitian ini prestasi belajar Fisika dibatasi pada aspek kognitif saja. Adapun soal

tes prestasi dan hasil belajar Fisika siswa secara lengkap tersaji pada lampiran 9 dan

11.Untuk memudahkan dalam pembacaan data hasil belajar Fisika, ringkasan dari

lampiran tersebut disajikan pada tabel 4.1 berikut,

Tabel 4.1 Deskripsi Data Nilai Prestasi Belajar Fisika

Total MODEL Count Mean StDev Minimum Median Maximum JIGSAW 61 52,52 10,79 27,00 53,00 77,00 STAD 64 56,859 7,588 37,000 57,000 73,000

Sedangkan distribusi frekuensi nilai prestasi belajar Fisika siswa pada kelas

yang menggunakan model pembelajaran STAD dan Jigsaw disajikan pada tabel 4.2

dan 4.3 berikut,

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi belajar Fisika Pada Kelas yang menggunakan Model STAD

Nilai Frek. Nilai Tengah Frek. Kum Frek.Persen 35 - 40 1 37,5 1 1,56% 41 - 46 4 43,5 5 6,25% 47 - 52 10 49,5 15 15,63% 53 - 58 22 55,5 37 34,38% 59 - 64 18 61,5 55 28,13% 65 - 70 8 67,5 63 12,50% 71 - 76 1 73,5 64 1,56%

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi belajar Fisika Pada Kelas yang menggunakan Model JIGSAW

Nilai Frek. Nilai Tengah Frek. Kum Frek.Persen 25 - 32 2 28,5 2 3,28% 33 - 40 7 36,5 9 11,48% 41 - 48 12 44,5 21 19,67% 49 - 56 20 52,5 41 32,79% 57 - 64 13 60,5 54 21,31% 65 - 72 6 68,5 60 9,84%

Page 91: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

xcv

73 - 80 1 76,5 61 1,64%

Gambar 4.1 Histogram Prestasi Belajar Fisika pada kelas yang menggunakan Model STAD

Gambar 4.2 Histogram Prestasi Belajar Fisika pada kelas yang menggunakan Model JIGSAW

2. Data Aktivitas belajar Siswa

Dalam penelitian ini, data Aktivitas belajar siswa diperoleh dari skor

observasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Aktivitas belajar siswa

dikategorikan menjadi dua, yaitu Aktivitas belajar tinggi dan Aktivitas belajar

rendah. Siswa dikatakan memiliki Aktivitas belajar tinggi jika skor aktivitas

belajarnya lebih besar atau sama dengan rerata dan dikatakan rendah jika skor

Page 92: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

xcvi

Aktivitas belajar lebih rendah dari rerata. Deskripsi data Aktivitas belajar dapat

dilihat pada tabel 4.4 berikut,

Tabel 4.4 Deskripsi Data Aktivitas belajar Siswa

Model = Jigsaw Total K-AKTIV Count Mean StDev Minimum Median Maximum Rendah 30 78,70 6,58 61,00 80,50 85,00 Tinggi 31 93,06 5,73 86,00 92,00 109,00

Model = STAD Total K-AKTIV Count Mean StDev Minimum Median Maximum Rendah 41 78,63 7,01 58,00 82,00 85,00 Tinggi 23 95,83 5,52 87,00 94,00 107,00

Sedangkan distribusi frekuensi skor aktivitas belajar siswa pada kelas yang

menggunakan model pembelajaran STAD dan Jigsaw disajikan pada tabel 4.5 dan

4.6 berikut,

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Aktivitas pada Kelas yang menggunakan Model STAD

Nilai Frek. Nilai Tengah Frek. Kum Frek.Persen 55 - 62 2 58,5 2 3,13% 63 - 70 5 66,5 7 7,81% 71 - 78 11 74,5 18 17,19% 79 - 86 23 82,5 41 35,94% 87 - 94 14 90,5 55 21,88%

95 - 102 7 98,5 62 10,94% 103 - 110 2 106,5 64 3,13%

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Aktivitas pada Kelas yang menggunakan Model JIGSAW

Nilai Frek. Nilai Tengah Frek. Kum Frek.Persen 55 - 62 1 58,5 1 1,64% 63 - 70 2 66,5 3 3,28% 71 - 78 8 74,5 11 13,11% 79 - 86 22 82,5 33 36,07% 87 - 94 17 90,5 50 27,87%

95 - 102 10 98,5 60 16,39% 103 - 110 1 106,5 61 1,64%

Page 93: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

xcvii

Untuk memperjelas distribusi skor di atas, berikut adalah histogram Aktivitas

yang disajikan pada gambar 4.3 dan 4.4,

Gambar 4.3 Histogram skor Aktivitas siswa pada kelas yang menggunakan Model STAD berdasarkan tabel 4.5

Gambar 4.4 Histogram skor Aktivitas siswa pada kelas yang menggunakan Model JIGSAW berdasarkan tabel 4.6

3. Data Kreativitas Siswa

Setiap peserta didik mempunyai level kreativitas yang berbeda. Kreatifitas

adalah bentuk aktivitas imajiatif yang mampu menghasilkan sesuatu bersifat orisinil,

murni, asli dan bermakna. Pikiran berdaya adalah titik utama kreatifitas, sedangkan

Page 94: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

xcviii

Kreatifitas adalah suatu bentuk yang secara sekaligus mencakup multiple

intelliegence.

Tingkat Kreativitas diukur menggunakan perangkat berupa angket. Adapun

skor hasil angket tersebut dari masing-masing kelompok disajikan pada tabel 4.7

berikut,

Tabel 4.7 Deskripsi Data Kreativitas Siswa

Model = Jigsaw

Total K-KREATIV Count Mean StDev Minimum Median Maximum Rendah 32 83,63 9,71 61,00 84,00 100,00 Tinggi 29 88,62 8,62 73,00 87,00 109,00

Model = STAD Total K-KREATIV Count Mean StDev Minimum Median Maximum Rendah 30 85,40 10,80 61,00 85,00 106,00 Tinggi 34 84,29 10,42 58,00 84,50 107,00

Distribusi frekuensi skor hasil angket Kreativitas siswa pada kelas yang

menggunakan model pembelajaran STAD dan JIGSAW disajikan pada tabel 4.8 dan

4.9 di bawah.

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Kreativitas pada Kelas yang menggunakan Model STAD

Nilai Frek. Nilai Tengah Frek. Kum Frek.Persen 92 - 96 2 94 2 3,13%

97 - 101 7 99 9 10,94% 102 - 106 14 104 23 21,88% 107 - 111 20 109 43 31,25% 112 - 116 12 114 55 18,75% 117 - 121 6 119 61 9,38% 122 - 126 3 124 64 4,69%

Page 95: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

xcix

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Kreativitas pada Kelas yang menggunakan Model JIGSAW

Nilai Frek. Nilai Tengah Frek. Kum Frek.Persen 92 - 96 5 94 5 8,20%

97 - 101 8 99 13 13,11% 102 - 106 13 104 26 21,31% 107 - 111 16 109 42 26,23% 112 - 116 9 114 51 14,75% 117 - 121 7 119 58 11,48% 122 - 126 3 124 61 4,92%

Untuk memperjelas distribusi skor di atas, berikut adalah histogram

Kreativitas yang disajikan pada gambar 4.5 dan 4.6,

Gambar 4.5 Histogram skor Kreativitas siswa pada kelas yang menggunakan Model STAD berdasarkan tabel 4.8

Page 96: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

c

Gambar 4.6 Histogram skor Kreativitas siswa pada kelas yang menggunakan Model JIGSAW berdasarkan tabel 4.9

B. Pengujian Prasyarat Analisis

1. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan salah satu uji statistik yang digunakan untuk

mengetahui sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji

normalitas data dalam penelitian ini menggunakan perhitungan dengan bantuan

software Minitab 15 series. Komputasi selengkapnya terdapat pada lampiran12, dan

ringkasan hasilnya disajikan pada tabel 4.10 berikut,

Table 4.10 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Penelitian No. Data Model p-value Ryan-Joiner Distribusi Data 1 Prestasi >0,100 0,993 Normal 2 Prestasi STAD >0,100 0,995 Normal 3 Prestasi Jigsaw >0,100 0,995 Normal 4 Aktivitas >0,100 0,993 Normal 5 Aktivitas STAD >0,100 0,993 Normal 6 Aktivitas Jigsaw >0,100 0,989 Normal 7 Kreativitas >0,100 0,998 Normal 8 Kreativitas STAD >0,100 0,996 Normal 9 Kreativitas Jigsaw >0,100 0,996 Normal

Page 97: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

ci

Dari hasil Uji Normalitas data prestasi, Aktivitas belajar, dan Kreativitas di

atas, yang diuji dengan kriteria Ryan-Joiner (RJ) didapatkan bahwa p-value > 0,05

untuk Uji Normalitas yang dilakukan. Berdasarkan hasil uji tersebut, maka dapat

diambil keputusan bahwa data Prestasi, Aktivitas belajar dan Kreativitas berdistribusi

normal. Kriteria uji normalitas adalah “tolak hipotesis null (data tidak menyalahi

kriteria berdistribusi normal) jika p-value < alpha 5%”.

2. Uji Homogenitas

Tujuan dari uji homogenitas adalah untuk mengetahui apakah sampel berasal

dari populasi yang berditribusi dari variansi homogen atau tidak. Uji homogenitas

yang peneliti gunakan adalah metode uji F. Adapun sebagai pendukung keputusan

dilakukan juga uji Levene. Variabel terikat untuk uji ini adalah prestasi belajar

Fisika, sedangkan sebagai faktornya adalah model pembelajar an (STAD dan

Jigsaw), Aktivitas belajar dan Kreativitas siswa. Hasil uji homogenitas disajikan

dalam tabel 4.11 dan hasil analisis selengkapnya disajikan pada lampiran hasil

analisa data.

Tabel 4.11 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas

D

ari

tab

el

4.11 di atas terlihat bahwa semua nilai sehingga semua Ho yang diajukan

(data prestasi tidak menyalahi kriteria homogenitas) tidak ditolak. Hal ini berarti

No. Respon Faktor p-value Keputusan F Test Levene’s Test 1 Prestasi Model 0,056 0,078 Homogen 2 Prestasi K-Aktiv 0,578 0,995 Homogen 3 Prestasi K-Kreativ 0,214 0,452 Homogen 4 Prestasi Model dan K-Aktiv 0,058 0,153 Homogen 5 Prestasi Model dan K-Kreativ 0,068 0,060 Homogen 6 Prestasi K-Aktiv dan K-Kreativ 0,337 0,560 Homogen

Page 98: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

cii

bahwa homogenitas data prestasi berdasarakan faktor Model, kategori Aktivitas

belajar dan tingkat Kreativitas siswa terpenuhi, sehingga uji selanjutnya, yaitu uji

Anova dapat dilakukan.

C. Pengujian Hipotesis

Dalam berbagai kasus, diperlukan pengujian signifikansi perbedaan tidak

hanya antara dua mean sampling, tetapi juga antara tiga, empat atau lebih. Salah satu

alternatif pengujian yang disertakan Minitab 15 untuk kasus seperti yang

diperkirakan di atas adalah prosedur uji hipotesis Analysis of Variance, ANOVA.

1. Analisis Variansi

Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan Anova tiga jalan sebab,

faktor yang terlibat dan bertindak sebagai variabel bebas sejumlah tiga faktor, yaitu

model pembelajaran, Aktivitas belajar dan Kreativitas siswa. Adapun rangkuman

hasil analisis variansi tiga jalan dengan frekuensi sel tidak sama dapat dicermati pada

tabel 4.12 sedangkan hasil lengkapnya tercantum pada lampiran hasil analisa data.

Tabel 4.12 Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Prestasi Belajar Fisika

Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P MODEL 1 586,86 486,19 486,19 5,85 0,017 K-AKTIV 1 154,11 165,55 165,55 1,99 0,161 K-KREATIV 1 41,94 27,48 27,48 0,33 0,566 MODEL*K-AKTIV 1 3,09 1,94 1,94 0,02 0,879 MODEL*K-KREATIV 1 79,38 81,58 81,58 0,98 0,324

Page 99: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

ciii

K-AKTIV*K-KREATIV 1 180,24 183,02 183,02 2,20 0,141 MODEL*K-AKTIV*K-KREATIV 1 426,65 426,65 426,65 5,13 0,025 Error 117 9723,54 9723,54 83,11 Total 124 11195,81

S = 9,11631 R-Sq = 13,15% R-Sq(adj) = 7,95%

Hasil tersebut digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan penolakan Hipotesis

penelitian sebagai berikut:

a. H01: Tidak ada pengaruh penggunaan model STAD dan Jigsaw terhadap prestasi

belajar Fisika pada materi suhu dan kalor, ditolak sebab p-value model = 0,017 <

0,050.

b. H02: Tidak ada pengaruh Aktivitas belajar terhadap prestasi belajar Fisika pada

materi suhu dan kalor tidak ditolak sebab p-value aktivitas belajar siswa = 0,161

> 0,050.

c. H03: Tidak ada pengaruh Kreativitas siswa terhadap prestasi belajar Fisika pada

materi suhu dan kalor tidak ditolak sebab p-value Kreativitas siswa = 0,566 >

0,050.

d. H04: Tidak ada interaksi antara model pembelajar an dengan Aktivitas belajar

terhadap prestasi belajar Fisika pada materi suhu dan kalor tidak ditolak sebab p-

value interaksi model dan Aktivitas belajar = 0,879 > 0,050.

e. H05: Tidak ada interaksi antara model pembelajar an dengan Kreativitas terhadap

prestasi belajar Fisika pada materi suhu dan kalor tidak ditolak sebab p-value

interaksi model dan Kreativitas = 0,324 > 0,050.

f. H06: Tidak ada interaksi antara Aktivitas belajar dan Kreativitas terhadap prestasi

belajar Fisika pada materi suhu dan kalor tidak ditolak sebab p-value interaksi

antara Aktivitas belajar dan Kreativitas = 0,141 > 0,050.

Page 100: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

civ

g. H07: Tidak ada interaksi antara model pembelajaran, aktivitas belajar dan

kreativitas terhadap prestasi belajar Fisika pada materi suhu dan kalor ditolak

sebab p-value interaksi antara model, aktivitas belajar dan kreativitas = 0,025 >

0.050.

Dari beberapa hipotesis diatas ada hasil yang nilai probabilitasnya lebih kecil

daripada alpha (p-value < α), maka ada langkah statistik lebih lanjut untuk

mengetahui model Pembelajaran mana yang memberikan pengaruh signifikan

terhadap prestasi belajar Fisika, dan bagaimana bentuk interaksi ketiga faktor

tersebut.

2. Uji Lanjut Analisis Variansi Tiga Jalan

Uji lanjut anava atau uji komparasi ganda diperlukan untuk mengetahui

karakteristik pada variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini uji

komparasi dilakukan pada hipotesis H01.

Hasil Anova yang perlu diuji lebih lanjut adalah hasil pada H11, yaitu: “ada

pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar Fisika pada materi suhu dan

kalor”.

Adapun hasil uji lanjut untuk mengetahui model pembelajaran mana yang

memiliki pengaruh paling signifikan tersaji dalam tabel 4.13 tentang rangkuman

anova satu jalan berikut,

Tabel 4.13 Rangkuman Anova Satu Jalan Prestasi Belajar vs Model One-way ANOVA: PRESTASI versus MODEL

Source DF SS MS F P MODEL 1 586,9 586,9 6,80 0,010 Error 123 10608,9 86,3 Total 124 11195,8

Page 101: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

cv

S = 9,287 R-Sq = 5,24% R-Sq(adj) = 4,47% Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev Level N Mean StDev ---------+---------+---------+---------+ JIGSAW 61 52,525 10,787 (--------*---------) STAD 64 56,859 7,588 (--------*---------) ---------+---------+---------+---------+ 52,5 55,0 57,5 60,0 Pooled StDev = 9,287

Gambar 4.7 Grafik Uji ANOM Model Pembelajaran terhadap Prestasi Belajar Fisika

Tingkat aktivitas belajar dan Kreativitas siswa tidak memberikan efek berbeda

terhadap pencapaian prestasi belajar Fisika, sedangkan model pembelajaran

memberikan pengaruh yang signifikan. Untuk mengetahui pola interaksi ketiga

faktor tersebut, perhatikan grafik pola interaksi berikut,

Page 102: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

cvi

Gambar 4.8 Grafik interaksi faktor model, Aktivitas belajar dan kreativitas terhadap Prestasi Untuk lebih memahami detail pola interaksi, informasi hasil uji Anova satu

jalan tersaji pada tabel berikut,

Tabel 4.14 Rangkuman Probabilistik Interaksi Aktivitas Belajar Kreativitas Statistik STAD JIGSAW

Aktivitas Tinggi

Tinggi

N = 11 18

Mean = 59,273 p=0,012 49,94

Stdev = 6,650 10,14

p=0,512 p=0,027

Rendah

N = 12 13

Mean = 57,250 p=0,672 58,92

Stdev = 7,783 p=0,287 * p=0, 928**

p=0, 388* p=0,421 **

11,22

Aktivitas Rendah

Tinggi

N = 23 11

Mean = 55,826 p=0,442 53,64

Stdev = 8,288 6,14

p=0,805 p=0,349

Rendah

N = 18 19

Mean = 56,444 p=0,055 49,95

Stdev = 7,334 11,91 )* Aktivitas rendah vs tinggi )** Kreativitas rendah vs tinggi

D. Pembahasan Hasil Analisis Data

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh

penggunaan model pembelajaran STAD dan Jigsaw terhadap prestasi belajar suhu

dan kalor, apakah ada pengaruh Aktivitas belajar terhadap prestasi belajar suhu dan

kalor, apakah ada pengaruh Kreativitas terhadap prestasi belajar suhu dan kalor,

apakah ada interaksi antara model dan Aktivitas belajar siswa, apakah ada interaksi

antara model dan Kreativitas siswa, apakah ada interaksi antara Aktivitas belajar dan

Kreativitas siswa, dan apakah ada interaksi antara model pembelajar an, Aktivitas

belajar dan Kreativitas terhadap prestasi belajar suhu dan kalor.

Page 103: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

cvii

Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

STAD dan Jigsaw. Pengukuran Aktivitas belajar siswa dilakukan saat pembelajaran

suhu dan kalor berlangsung melalui perangkat observasi, sedangkan untuk

mengetahui Kreativitas siswa dilakukan dengan tes/angket Kreativitas. Observasi

yang dilakukan selama proses pembelajaran dimaksudkan untuk mendapatkan

akativitas khususnya pada materi suhu dan kalor. Setelah pembelajaran selesai

dilakukan tes kemampuan kognitif untuk mengukur prestasi belajar suhu dan kalor

siswa.

1. Hipotesis Pertama

Dari hasil analisis data menggunakan anava tiga jalan dengan sel tak sama

diperoleh p-value model pembelajaran = 0,017 < 0,050 maka Ho (tidak ada

perbedaaan pengaruh penggunaan model pembelajaran terhadap prestasi belajar)

ditolak, ini berarti bahwa antara model STAD dan Jigsaw memiliki perbedaan

pengaruh terhadap prestasi belajar suhu dan kalor siswa. Meskipun demikian kedua

model pembelajaran ini sama kuat pengaruhnya terhadap prestasi belajar Fisika pada

materi suhu dan kalor. Hal ini dapat dilihat pada rata-rata nilai prestasi belajar Fisika

yang sama-sama menunjukkan belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM

: 65) yang dipatok, siswa yang dibelajar kan dengan model STAD dan Jigsaw

masing-masing reratanya 56,859 dan 52,525. Dengan demikian kedua model

pembelajaran ini sama-sama tidak tepat digunakan dalam pembelajaran Fisika

khususnya pada materi suhu dan kalor.

Tabel 4.15 Rangking Metode Pembelajaran Kooperatif.

Page 104: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

cviii

Sumber: David W et.all. 2000. Cooperative Learning Methods: A Meta Analysis

STAD dan Jigsaw yang merupakan model dari pembelajaran kooperatif yang

digunakan. Menurut Armstrong, Scott, Palmer dan Jesse (1998), yang meneliti

STAD pada tataran effect on student achievement and attitude, menemukan bahwa

hasil dari kedua kelompok terpisah yang sama-sama dibelajar kan dengan STAD

prestasinya tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Sedangkan menurut hasil

meta-analisis metode pembelajaran kooperatif yang dilakukan oleh David W dan

kawan-kawannya dalam penelitian Cooperative Learning Methods: A Meta Analysis

menemukan bahwa STAD selalu lebih baik rangkingnya dari pada Jigsaw, baik

dalam hal rasio antara sifat kooperatif dengan kompetisi (STAD = 0,51; Jigsaw =

0,29) dan pada rasio antara sifat kooperatif dengan individu (STAD = 0,29; Jigsaw =

0,13). Untuk peringkat model kooperatif yang lain perhatikan tabel 4.15 di atas.

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil pembelajaran dengan

model STAD akan lebih baik hasilnya daripada model Jigsaw. Jadi, berdasarkan

pada hasil kedua penelitian di atas, apa yang ditemukan pada penelitian ini tidak

bertentangan, yaitu: hasil kedua kelas yang dibelajarkan dengan model STAD dan

Jigsaw signifikan perbedaan rerata prestasinya dimana siswa yang dibelajarkan

dengan model STAD mendapatkan rerata prestasi yang relatif lebih bagus hasilnya.

Perhatikan kencerderungan arah pengaruh kedua model pada gambar 4.7 di atas.

Page 105: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

cix

2. Hipotesis Kedua

Hasil analisis data menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh Aktivitas belajar

terhadap prestasi belajar suhu dan kalor, p-value Aktivitas belajar siswa = 0,161 >

0,050. Uji lanjut menunjukkan bahwa Aktivitas belajar tidak memberikan pengaruh

signifikan terhadap prestasi belajar Fisika pada materi suhu dan kalor, p-value

Aktivitas belajar siswa = 0,366 > 0,050.

Hasil tersebut menandakan tidak adanya pengaruh Aktivitas belajar terhadap

prestasi suhu dan kalor. Jika diperhatikan lagi pada hasil rerata kedua Aktivitas

belajar diperoleh informasi bahwa rerata siswa yang Aktivitas belajar tinggi dan

rendah masing-masing 55,630 dan 54,070. Hal itu berarti bahwa faktor Aktivitas

belajar siswa tidak menunjang keberhasilan proses pembelajaran, karena faktor

Aktivitas belajar ternyata dalam penelitian ini tidak berpengaruh signifikan terhadap

prestasi belajar suhu dan kalor. Meski tidak memberikan efek signifikan, aktivitas

belajar siswa memberikan efek dengan arah berbeda terhadap pencapaian prestasi

belajar suhu dan kalor, dimana siswa yang memiliki tingkat Aktivitas belajar rendah

mendapatkan rerata prestasi yang relatif lebih rendah, sedangkan siswa yang

memiliki tingkat Aktivitas belajar tinggi mendapatkan prestasi yang relatif lebih

tinggi. Siswa dengan Aktivitas belajar tinggi memiliki kemampuan yang lebih baik

dalam menyelesaikan masalah-masalah suhu dan kalor dibanding siswa yang

memiliki Aktivitas belajar rendah. untuk lebih jelasnya, perhatikanlah gambar hasil

uji lanjut mean berikut,

Page 106: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

cx

Gambar 4.9 Grafik Uji ANOM Aktivitas belajar terhadap Prestasi Belajar suhu

dan kalor

3. Hipotesis Ketiga

Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh Kreativitas

terhadap prestasi belajar Fisika (p-value Kreativitas siswa = 0,566 > 0,050) dalam

proses pembelajaran. Kreativitas siswa tidak memberikan pengaruh terhadap prestasi

belajar Fisika materi suhu dan kalor. Uji lanjut menunjukkan bahwa Kreativitas

siswa tidak memberikan perbedaan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi

belajar Fisika pada materi suhu dan kalor (p-value Kreativitas siswa = 0,655 >

0,050). Hal ini terjadi karena kemampuan Kreativitas sifatnya personal sehingga

tidak bisa mengarah pada pola berinteraksi seperti yang diharapkan pada pendekatan

kooperatif, khususnya dalam pembelajaran Fisika materi suhu dan kalor.

Tingkat Kreativitas siswa dapat dikatakan tidak memberikan efek berbeda

terhadap pencapaian prestasi belajar Fisika, dimana siswa yang memiliki tingkat

Kreativitas tinggi dan rendah mendapatkan rerata prestasi yang hampir sama, yaitu

54,365 dan 55,129. Meskipun tingkat Kreativitas tidak memberikan pengaruh

Page 107: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

cxi

signifikan terhadap prestasi, masih diperoleh informasi bahwa arah pengaruhnya

negatif untuk Kreativitas tinggi dan positif untuk Kreativitas rendah. hal ini

menandakan tidak sesuainya antara faktor kreativitas dengan suasana pembelajaran

di kelas.

Gambar 4.10 Grafik Uji ANOM Kategori Kreativitas terhadap Prestasi Belajar Fisika

4. Hipotesis Keempat

Hasil analisis data dari uji hipotesis sebelumnya menunjukkan bahwa ada

pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar suhu dan kalor, dan tidak

demikian dengan Aktivitas belajar sehingga hasil uji interaksi menunjukkan bahwa

tidak ada interaksi antara faktor model pembelajaran dan Aktivitas belajar terhadap

prestasi belajar suhu dan kalor (p-value interaksi model dan Aktivitas belajar =

0,879 > 0,050). Hasil uji lanjut semakin memperkuat keputusan tidak adanya

interaksi antara model pembelajaran dengan aktivitas belajar. Dimana, hasil uji

interaksi untuk model STAD diperoleh p-value sebesar 0,287 dan p-value untuk

model Jigsaw 0,388.

Page 108: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

cxii

Hal ini terjadi karena penggunaan model STAD dan Jigsaw sebagai

perangsang untuk proses belajar model STAD telah diprediksikan oleh David W dan

kawan-kawannya bahwa hasil kelompok yang dibelajar kan dengan STAD akan

berbeda signifikan hasilnya dengan yang dibelajarkan menggunakan model Jigsaw.

Demikian juga dengan Aktivitas belajar siswa, yang menunjukkan arah tren

pengaruh yang positif, berdasarkan hasil uji pada hipotesis kedua ditemukan bahwa

cukup berpengaruh. Hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan model

pembelajaran Fisika selaras dengan Aktivitas belajar individu siswa. Untuk lebih

jelas lagi dalam memaknai keselarasan model pembelajaran dengan Aktivitas belajar

perhatikan gambar berikut ini,

Gambar 4.11 Grafik interaksi Model pembelajaran dan Aktivitas belajar terhadap

Prestasi Belajar suhu dan kalor

Dari gambar 4.12 diperoleh informasi bahwa arah pengaruh kedua faktor

selaras atau sejajar sehingga tidak memungkinkan terjadinya interaksi pengaruh.

Dengan jelas gambar memperlihatkan bahwa siswa yang dibelajarkan dengan model

STAD lebih baik hasilnya daripada Jigsaw dan siswa dengan Aktivitas belajar tinggi

Page 109: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

cxiii

lebih baik hasilnya daripada yang rendah. Arah pengaruh kedua faktor tersebut sama-

sama linier terhadap prestasi. Artinya, semakin baik aktivitas belajarnya semakin

baik prestasi yang diperoleh demikian juga dengan model pembelajarannya.

5. Hipotesis Kelima

Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa ada pengaruh penggunaan model

pembelajaran terhadap prestasi suhu dan kalor dan tidak ada pengaruh Kreativitas

terhadap prestasi belajar suhu dan kalor. Oleh karena hanya model yang

berpengaruh, hasil uji statistik memperlihatkan bahwa tidak terjadi interaksi

pengaruh antara faktor model pembelajaran dengan Kreativitas pada prestasi belajar

Fisika pada materi suhu dan kalor (p-value interaksi model dan Kreativitas = 0,324

> 0,050). Hal ini menandakan bahwa penggunaan model STAD dan Jigsaw sebagai

perangsang untuk proses belajar model STAD memenuhi tabel peringkat yang telah

diprediksikan oleh David W dan kawan-kawannya (tabel 4.16) bahwa hasil

kelompok yang dibelajarkan dengan STAD akan berbeda signifikan hasilnya dengan

yang dibelajarkan menggunakan model Jigsaw. Kenyataan tersebut mengindikasikan

bahwa penggunaan model pembelajaran memperlihatkan kecenderungan tidak

selaras dengan efek Kreativitas siswa namun belum mengindikasikan terjadinya

interaksi kedua faktor. Hasil uji lanjut semakin memperkuat keputusan tidak adanya

interaksi antara model pembelajaran dengan Kreativitas. Dimana, hasil uji interaksi

untuk Kreativitas dengan model STAD diperoleh p-value sebesar 0,928 dan p-value

untuk interaksi Kreativitas dengan model Jigsaw 0,421. Berdasarkan hasil tersebut

diperoleh informasi bahwa tidak terjadi interaksi pada model pembelajaran. Untuk

Page 110: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

cxiv

lebih jelas lagi dalam memaknai interaksi model pembelajaran dengan Kreativitas

siswa perhatikan gambar berikut ini,

Gambar 4.12 Grafik interaksi Model pembelajaran dan Kreativitas

terhadap Prestasi Belajar suhu dan kalor 6. Hipotesis Keenam

Hasil analisis data menunjukkan tidak ada interaksi antara Aktivitas belajar

dan Kreativitas terhadap prestasi belajar Fisika pada materi suhu dan kalor (p-value

interaksi antara Aktivitas belajar dan Kreativitas = 0,141 > 0,050). Hasil ini

merupakan konsekuensi dari dua keputusan sebelumnya yaitu Aktivitas belajar tidak

berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar demikian juga Kreativitas yang

tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar suhu dan kalor. Secara parsial Aktivitas

belajar memberikan pengaruh yang memiliki tren positif terhadap pencapaian

prestasi namun kreativitas memiliki tren sebaliknya, sehingga logis apabila kedua

variabel ini menunjukkan tidak adanya interaksi terhadap prestasi belajar suhu dan

kalor. Hanya saja, dari hasil statistik tidak serta merta menunjukkan hal yang

demikian. Untuk itu perlu diteliti pada setiap sel interaksi keduanya, ternyata

Page 111: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

cxv

berdasarkan pada tabel 4.15 yang merangkum hasil probabilistik interaksi, diketahui

bahwa Aktivitas belajar dan Kreativitas berinteraksi pada beberapa level. Interaksi

pengaruh hampir terjadi pada level Aktivitas belajar rendah dan kreativitas rendah

(p-value = 0,055) dimana siswa yang dibelajarkan dengan STAD memperoleh rerata

prestasi 56,444 dan siswa yang dibelajarkan dengan Jigsaw memperoleh rerata

49,95. Sedangkan pada level Aktivitas belajar tinggi dan kreativitas tinggi (p-value =

0,012) dimana siswa yang dibelajarkan dengan STAD memperoleh rerata prestasi

59,273 dan siswa yang dibelajarkan dengan Jigsaw memperoleh rerata 49,94. Untuk

mengetahui pola interaksi kedua faktor tersebut perhatikan tabel berikut,

Gambar 4.13 Grafik interaksi Aktivitas belajar dan Kreativitas

terhadap Prestasi Belajar Fisika

7. Hipotesis Ketujuh

Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada interaksi antara model

pembelajaran, Aktivitas belajar, dan Kreativitas (p-value interaksi antara model,

Page 112: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

cxvi

Aktivitas belajar dan Kreativitas = 0,025 < 0,050). Seperti yang telah dijabarkan di

atas, secara mandiri hanya faktor model berpengaruh signifikan terhadap perolehan

prestasi belajar Fisika siswa, ternyata mampu memberikan pengaruh signifikan

dalam hal interaksi dengan faktor lainnya, aktivitas belajar dan Kreativitas siswa.

Berdasarkan tabel 4.15 yang merangkum hasil probabilistik interaksi, diketahui

bahwa model, Aktivitas belajar dan Kreativitas berinteraksi pada satu level. Level

tersebut adalah Aktivitas belajar tinggi dan kreativitas (p-value = 0,027) pada siswa

yang dibelajarkan dengan Jigsaw, diperoleh rerata prestasi 58,92. Untuk mengetahui

pola interaksi sepenuhnya dari ketiga faktor tersebut perhatikan tabel berikut,

Gambar 4.14 Grafik interaksi faktor Model pembelajaran, Aktivitas belajar dan Kreativitas

terhadap Prestasi Belajar suhu dan kalor

Page 113: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

cxvii

Gambar 4.15 Grafik efek mean faktor Model pembelajaran, Aktivitas belajar dan Kreativitas

terhadap Prestasi Belajar suhu dan kalor

Berdasarkan gambar 4.16 diperoleh informasi bahwa baik model

pembelajaran (STAD – Jigsaw) dan Aktivitas belajar (tinggi – rendah) sama-sama

memiliki tren positif sedangkan Kreativitas siswa (tinggi – rendah) sebaliknya.

Secara umum penelitian ini dapat mengambil dua hal penting sebagai berikut:

a). Penggunaan model pembelajar an STAD dan Aktivitas belajar tinggi berpengaruh

signifikan. Siswa dengan Aktivitas belajar tinggi akan memperlihatkan pemahaman

konsep suhu dan kalor dengan lebih cepat. b). Interaksi antara model pembelajaran

dengan Aktivitas belajar dan kreativitas memberikan sumbangan besar terhadap

pemahaman siswa akan konsep Fisika pada materi suhu dan kalor terutama pada

siswa yang memiliki Aktivitas belajar tinggi dan Kreativitas rendah yang

dibelajarkan dengan model Jigsaw. Hal ini disebabkan karena Jigsaw menarik dan

berkesan bagi siswa dengan Aktivitas belajar tinggi dan kreativitas rendah.

E. Keterbatasan Penelitian

Page 114: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

cxviii

Penelitian ini, meskipun sudah direncanakan dan melalui proses evaluasi

sebelum dilaksanakan, tidak terlepas juga dari keterbatasannya. Adapun beberapa hal

yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini adalah 1) hanya mengukur dari

sebagian saja tidak secara keseluruhan; 2) Setelah akhir pembelajaran guru belum

memberikan penguatan konsep kepada siswa.

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka

dapat disimpulkan bahwa:

1. Kedua model pembelajaran ini berpengaruh sama kuat terhadap prestasi belajar

Fisika pada materi suhu dan kalor, karena sama-sama menitik beratkan pada

kerjasama dengan tutor sebaya. Model STAD lebih cocok digunakan siswa untuk

meningkatkan prestasi belajarnya. Perbedaan model STAD dan Jigsaw pada

kedudukan siswa dalam kelompoknya, pada model STAD setiap siswa

Page 115: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

cxix

membahas materi yang sama dalam kelompoknya, sedangkan model Jigsaw

masing-masing siswa membahas materi yang berbeda. Dari hasil analisis data

menggunakan anava tiga jalan dengan sel tak sama diperoleh p-value model

pembelajaran = 0,017 < 0,050. Dengan demikian ada perbedaan pengaruh

penggunaan model STAD dan Jigsaw terhadap prestasi belajar Fisika pada materi

suhu dan kalor

2. Sebagian besar siswa beraktivitas tinggi dan memiliki kreativitas tinggi baik pada

model pembelajaran STAD maupun Jigsaw. Dengan demikian faktor aktivitas

belajar siswa dan kreativitas tidak menunjang keberhasilan proses pembelajaran,

karena faktor tersebut dalam penelitian ini tidak berpengaruh signifikan terhadap

prestasi belajar suhu dan kalor. Rerata prestasi belajar siswa baik yang Aktivitas

belajar tinggi dan rendah masing-masing 85,996 dan 78,659, maupun yang

berkreatiitas tinggi dan renda masing-masing memiliki perberbedaan yang tidak

signifikan. Prestasi belajar Fisika pada materi suhu dan kalor, baik p-value

Aktivitas belajar maupun kreativitas belajar siswa lebih besar dari ( >) 0,050.

Dengan demikian tidak ada perbedaan pengaruh Aktivitas belajar siswa dan

kreativitas belajar terhadap prestasi belajar Fisika pada materi suhu dan kalor

3. Hasil uji interaksi menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara faktor model

pembelajaran dan Aktivitas belajar terhadap prestasi belajar suhu dan kalor (p-

value interaksi model dan Aktivitas belajar = 0,879 > 0,050). Hasil uji lanjut

memperkuat keputusan tidak adanya interaksi. Dimana, hasil uji interaksi untuk

model STAD diperoleh p-value sebesar 0,287 dan p-value untuk model Jigsaw

0,388. Dengan denmikian tidak ada interaksi yang signifikan antara model

Page 116: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

cxx

pembelajaran dengan Aktivitas belajar terhadap prestasi belajar Fisika pada

materi suhu dan kalor.

4. Untuk menumbukan dan memperkuat kompetensi siswa dalam pelaksanaan

model pembelajaran STAD maupun Jigsaw diperlukan siswa yang berkreativitas

tinggi. Kelompok kelas STAD dan Jigsaw keduanya memiliki tingkat kreativitas

yang hampir sama. Siswa yang memiliki aktivitas tinggi biasanya memiliki

kreativitas yang tinggi pula.Dan siswa yang memiliki aktivitas rendah biasanya

kreativitasnya rendah. Oleh karena itu prestasi belajar yang diperoleh siswa juga

hampir sama. Hasil uji makin memperkuat keputusan tidak adanya interaksi

antara model pembelajaran dengan Kreativitas. Dimana, hasil uji interaksi untuk

Kreativitas dengan model STAD diperoleh p-value sebesar 0,928 dan p-value

untuk interaksi Kreativitas dengan model Jigsaw 0,421. Dengan demikian tidak

ada interaksi antara model pembelajaran dengan Kreativitas dan aktivitas belajar

siswa terhadap prestasi belajar Fisika pada materi suhu dan kalor.

5. Walaupun aktivitas dan kreativitas belajar siswa tidak menunjukkan interaksi

namun hasil analisis menunjukkan ada interaksi pengaruh antara model

pembelajaran, Aktivitas belajar dan Kreativitas terhadap prestasi belajar Fisika

pada materi suhu dan kalor. Faktor model, Aktivitas belajar dan Kreativitas

berinteraksi pada satu level. Level tersebut adalah Aktivitas belajar tinggi dan

kreativitas (p-value = 0,027) pada siswa yang dibelajarkan dengan Jigsaw,

diperoleh rerata prestasi 58,92.

Page 117: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

cxxi

B. Implikasi

1. Implikasi Teoritis

Hasil penelitian ini memberikan gambaran yang jelas tentang model

STAD dan Jigsaw yang sesuai digunakan dalam pembelajaran Fisika pada

materi pokok suhu dan kalor. kedua model pembelajaran ini sama-sama

berperan untuk mempermudah siswa dalam memahami konsep pembelajaran

Fisika pada materi tersebut, model STAD meski belum maksimal nampak lebih

mampu merangsang siswa untuk mendapatkan prestasi lebih baik dari pada

model Jigsaw.

2. Implikasi Praktis

Implikasi praktis dari hasil penelitian ini adalah siswa yang dibelajarkan

dengan model STAD dan Jigsaw ternyata mendapatkan prestasi belajar Fisika

yang belum memenuhi harapan. Model STAD menjadikan konsep yang

dibelajarkan menjadi lebih mudah diterima siswa namun belum mampu

mendongkrak semangat siswa untuk mendapatkan prestasi maksimal daripada

daripada model Jigsaw. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan prestasi belajar

Fisika khusus pada materi suhu dan kalor sebaiknya tidak diberikan melalui

model STAD dan Jigsaw.

C. Saran-Saran

Page 118: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

cxxii

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dapat dikemukakan beberapa saran

sebagai berikut:

1. Saran untuk Guru

Pembelajaran konsep-konsep Fisika diperlukan model dan media belajar yang

sesuai dengan karakter materi ajar dan karakater siswa sehingga model pembelajaran

membantu siswa pada kondisi senang, rileks dan mudah untuk menerima dan

memahami materi. Pembelajaran Suhu dan kalor menggunakan model STAD dan

Jigsaw perlu dilengkapi media pembelajaran seperti charta, gambar atau media

visual yang lain.

2. Saran untuk para peneliti

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian

sejenis. Perlu melakukan pengkajian yang lebih mendalam tentang model yang tepat

digunakan dalam proses pengajaran di kelas sesuai dengan karakter materi yang

dibelajarkan. Tidak semua siswa menerima dengan baik efek setiap model

pembelajaran karena setiap anak memiliki keunikan belajarnya sendiri. Penelitian

mengenai penerapan metode dan model lain yang dapat mempermudah siswa dalam

memecahkan permasalahan dalam belajar Fisika terutama yang berkaitan dengan

pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan karakter materi belum banyak

digali.

Page 119: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

cxxiii

DAFTAR PUSTAKA

Anita Lie. 2002. Cooperative Learning. Jakarta : Grasindo

Arend, Richard 1.1997. Classroom Intruction and Management. Central

Connecticut State University : The McGraw-Hill Companies Inc.

Aminah Ayob, Ng Khar Thoe. 1998. Some Constructivists Approches Theory and

Practice. Malaysia : Ministry of Education and Culture, The Republik of

Indonesia in Coordination With SEMEO RECSAM

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2007. Permendiknas RI Nomor 16 tahun

2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

Jakarta : Badan Standar Nasional Pendidikan.

Budiyono. 2004. Statistika Untuk Penelitian. Surakarta : Sebelas Maret University

Press.

Brophy, J.E. 1997. Motivating Student to Learn. Toronto : McGrow Hill.

Depdikbud. 1993. Kurikulum Pendidikan Dasar GBPP SMU Mata Pelajaran

Fisika. Jakarta : Depdikbud

Depdikbud. 1995. Petunjuk Teknis Mata Pelajaran Kurikulum SMU. Jakarta :

Depdikbud.

Depdiknas. 2004. Model – model Pengajaran dalam pembelajaran sains.

Bandung : Dikmenum Pusat Pengembangan Penataran Guru IPA

Departemen Pendidikan Nasional 2003. Kurikulum 2004 SMA. Pedoman Khusus

Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Fisika. Jakarta :

Direktorat Pendidikan Menangah Umum, Ditjen, Dikdasmen, Depdiknas

Page 120: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

cxxiv

Elliot, Stephen, N. etal.1999. Educational Psychology. Madison Brown &

Benchmark Publisher

Herminanto Sopyan. 2004. Pedoman Khusus Penelusuran Potensi Siswa. Jakarta.

Depdiknas Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa.

Johnson & Johnson. 2000. Cooperative Learning and Culturally Plural Classroom.

www.clrc.com. (19 Agustus 2002)

Kusmoro. 2008. Pengaruh Model PAIKEM dengan Pendekatan

Konstruktivisme dan Kooperatif Learning dan Pembelajaran Sains

Ditinjau dari Lingkungan Belajar Siswa. Tesis. PPs UNS

Lundgren. Linda. 1994. Cooperative Learning in The Sciense Classroom. Glencoe :

McMillan / Mc Graw Hill

Margaret E. Bell Gredler. Terjemahan Munadir. 1994 Belajar dan

Membelajarkan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Marten Kanginan. 1996. Fisika SMU jilid 2A. Jakarta : Penerbit Erlangga

Masidjo, Ign. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah,

Yogyakarta, Kanisius

Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : Remaja

Rosada Karya.

Mohammad Nazir. 1988. Metoda Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia

Nur, Muhamad. 1996. Pola Pembelajaran dan Sosok Tenaga Kependidikan Yang

Sesuai Dengan Tantangan dan Tuntunan Kehidupan Tahun 2020.

Makalah yang disajikan pada Konvensi Pendidikan Indonesia III di Ujung

Pandang tanggal 4 s.d. 7 Maret 1996

Page 121: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

cxxv

Ong Eng Tek. 1998. Structural Approach to Cooperative Learning. Malaysia :

Ministry of Education and Culture, The Republik of Indonesia in

Coordination With SEMEO RECSAM

Paul Suparno. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam pendidikan. Jogyakarta :

Kanisius.

Paul Suparno. 2001. Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktivistik dan

Menyenangkan. Jogyakarta : Universitas Sanata Darma.

Paul A. Tipler. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta : Erlangga

Ratna Wilis Dahar, 1986. Pengelolaan Pengajaran kimia. Jakarta : Karunia

Jakarta UT.

Ratna Wilis Dahar, 1988. Teori-Teori Belajar. Jakarta : Penerbit Erlangga

Safari. 2003. Evaluasi pembelajaran. Jakarta. Dirjen Dikdasmen Direktorat Tenaga

Kependidikan.

Seran Daton Gregorius. 2009. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

dan Jigsaw II Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau dari Motivasi

Berprestasi dan Sikap Sosial. Tesis.

Suharno. 2009. Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw dan TGT Ditinjau dari

Orientasi Kepribadian Kooperatif. Tesis.

Sumarsosno. 2005. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model STAD dan

model Jigsaw Terhadap Prestasi Belajar Fisika pada Pokok Bahasan

Tegangan dan Arus Bolak-balik Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Siswa.

Tesis.

Page 122: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

cxxvi

Suryati. 1998. Penerapan pembelajaran kooperatif dalam rangka meningkatkan

hasil belajar. Makalah

Slavin, Robert E. 1994. Education Psycology : Theory and Practse Fourth Edition.

Massachusets : allyn and Bacon Publishers

Srini M. Iskandar , PhD. 2001. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung :

CV. Maulana

Singgih Gunarso, 1981. Psikologi Remaja. Jakarta : Gunung Mulia.

Suharsini Arikunto, 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi

Aksara

Suharsisi Arikunto, 1997. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Sumadi Suryabrata 1998. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Raja Grafindo

Perkasa

Sudjana, 1996, Metoda penelitian Statistika. Bandung : Tarsito

Sardiman A.M. 1994, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja

Grafindo

Sutriyono, 1998. Konstruktivisme Dalam Pengajaran Sains dan Matematika.

Makalah yang disajikan dalam Seminar Regional Centre for Edication in

Science and Mathematics (RECSAM) ASEAN-IKIP Semarang Tanggal 4-6

Mei 1998

Von Glaserfeld, E. 1987. Learning as Constructive Activity, Dalam C. Janvier (ed).

Problems of Representation in the Teaching and Learning of Mathematics.

Hillsdale, NJ : Lawrence Erlbaum

Page 123: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL STAD …...iii pengesahan pembelajaran fisika menggunakan model stad (student team achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari aktivitas belajar

cxxvii

Yohanes, Surya. 1996. Olimpiade Fisika. Jakarta. PT. Primatika Cipta Ilmu

Zamroni. 2003. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Jogyakarta : Penerbit

Publishing