Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model...

148
Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan alat ukur listrik dan aktivitas belajar TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan untuk Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama : Fisika Oleh Harsoyo S.830908121 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model...

Page 1: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement

divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan alat

ukur

listrik dan aktivitas belajar

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

untuk Mencapai Derajat Magister

Program Studi Pendidikan Sains

Minat Utama : Fisika

Oleh

Harsoyo

S.830908121

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

ii

PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI MODEL STAD (STUDENT

TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) DAN JIGSAW DITINJAU

DARI KEMAMPUAN MENGGUNAKAN ALAT UKUR

LISTRIK DAN AKTIVITAS BELAJAR

(Studi Kasus Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Surakarta Pada Materi

Listrik Dinamik Tahun Pelajaran 2008/2009)

Disusun oleh :

Harsoyo

NIM S.830908121

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Dosen Pembimbing Jabatan Nama Tanda tangan Tanggal Pembimbing I Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd ........................ .................. 2010 NIP 19520116 198003 1 001

Pembimbing II Drs. Haryono, M.Pd. ........................ .................. 2010 NIP 19520423197603 1 002

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Sains

Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. NIP 19520116 198003 1 001

Page 3: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

iii

PENGESAHAN

PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI MODEL STAD (STUDENT

TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) DAN JIGSAW DITINJAU

DARI KEMAMPUAN MENGGUNAKAN ALAT UKUR

LISTRIK DAN AKTIVITAS BELAJAR

(Studi Kasus Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Surakarta Pada Materi

Listrik Dinamik Tahun Pelajaran 2008/2009)

Disusun oleh :

Harsoyo

NIM S.830908121

Telah disetujui oleh Tim Penguji

Jabatan Nama Tanda tangan Tanggal

Ketua Prof. Dr. H. Ashadi ........................ ................... Sekretaris Dra. Suparmi, M.A., Ph.D. ........................ ..................

Anggota Penguji 1. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. ....................... ................... 2. Drs. Haryono, M.Pd. ....................... ...................

Mengetahui

Direktur Ketua Program Pascasarjana Program Studi Pendidikan Sains

Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. NIP 19570820198503 1 004 NIP 19520116 198003 1 001

Page 4: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : Harsoyo

NIM : S830908121

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis saya berjudul ’’PEMBELAJARAN

FISIKA MELALUI MODEL STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT

DIVISIONS) DAN JIGSAW DITINJAU DARI KEMAMPUAN

MENGGUNAKAN ALAT UKUR LISTRIK DAN AKTIVITAS BELAJAR’’

( Studi Kasus Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Surakarta Pada Materi Listrik Dinamik

Tahun Pelajaran 2008/2009 ), adalah benar-benar karya sendiri. Hal hal yang bukan

karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar

pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia

menerima sangsi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh

tersebut.

Surakarta, Januari 2010

Yang membuat pernyataan

Harsoyo

Page 5: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil ‘aalamiin penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian tesis

dengan judul ’’Pembelajaran Fisika Melalui Model STAD (Student Teams Achievement

Divisions) Dan Jigsaw Ditinjau Dari Kemampuan Menggunakan Alat Ukur Listrik Dan

Aktivitas Belajar”, ini disusun dalam rangka mendapatkan legalitas formal dalam

melakukan penelitian yang sesungguhnya untuk memenuhi sebagian persyaratan

mencapai derajat Magister pada Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana

UNS Surakarta.

Tersusunnya penelitian ini berkat bantuan dan bimbingan dari beberapa pihak

yang terkait langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan

terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D., selaku Direktur Pascasarjana Universitas Sebelas

Maret Surakarta yang telah berkenan memberikan bantuan berupa segala sarana dan

fasilitas dalam menempuh pendidikan program pascasarjana.

2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sains

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus Pembimbing I yang

telah memberikan bimbingan, pengarahan, ide dan pemikiran yang berharga dalam

penyusunan penelitian ini.

3. Drs. Haryono, M.Pd., selaku Pembimbing II dan pengampu mata kuliah seminar

penelitian yang telah memberikan sumbangan pemikiran dan pengarahan yang

sangat berharga selama penyusunan dan penyelesaian penelitian ini.

Page 6: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

vi

4. Dr. H. Sarwanto, M.Si., selaku pengampu mata kuliah seminar penelitian yang

telah memberikan sumbangan pemikiran dan pengarahan yang berharga untuk

penyempurnaan penelitian ini.

5. Bapak/Ibu dosen Program Pendidikan Sains Pascasarjana UNS Surakarta yang telah

memberikan sumbangan pendalaman dan wawasan keilmuan kepada penulis.

6. Drs. H. M. Toyibun, S.H., M.M., selaku Kepala SMA Negeri 1 Surakarta yang

telah memberikan ijin kepada penulis untuk melanjutkan studi dan untuk

mengadakan penelitian di sekolah ini.

7. Drs. H. Ngadiyo, M.Pd., selaku Kepala SMA Negeri 3 Surakarta yang telah

memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan tryout.

8. Teman-teman mahasiswa Pendidikan Sains Program Pascasarjana angkatan paralel

dua September 2008, yang telah memberikan motivasi dan masukan kepada penulis

dalam menyusun penelitian ini.

9. Rekan-rekan guru dan karyawan SMA Negeri 1 Surakarta yang telah memberikan

motivasi dan bantuan pelayanan kepada penulis utamanya pada saat pelaksanaan

dan penyusunan penelitian tesis ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bila dalam penyusunan penelitian tesis ini

masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu kritikan, saran dan masukan dari semua

pihak sangat penulis harapkan untuk menyempurnakan penelitian ini. Semoga tesis ini

dapat memberikan manfaat dan berguna bagi penulis dan para pembaca.

Surakarta, 2010

Penulis

Page 7: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

vii

MMOOTTTTOO DDAANN PPEERRSSEEMMBBAAHHAANN

MOTTO

SSuurroo ddiirroo ddjjaajjaanniinnggrraatt lleebbuurr ddeenniinngg ppaannggaassttuuttii

(( RR.. NNgg.. RRaannggggaawwaarrssiittaa ))

PPEERRSSEEMMBBAAHHAANN

TTeessiiss iinnii ddiippeerrsseemmbbaahhkkaann kkeeppaaddaa ::

11.. SSrrii SSooeelliissttiijjaawwaattii,, SS..PPdd.. iissttrriikkuu tteerrcciinnttaa

22.. AAnnaakk--aannaakkkkuu tteerrssaayyaanngg SShhiittaa GG,, IInnddaahh AArruumm GG

33.. RReekkaann--rreekkaann gguurruu SSMMAA NNeeggeerrii 11 SSuurraakkaarrttaa

Page 8: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

viii

ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) pengaruh penggunaan model pembelajaran STAD dan Jigsaw terhadap prestasi belajar, (2) pengaruh kemampuan menggunakan alat ukur listrik terhadap prestasi belajar, (3) pengaruh aktivitas belajar terhadap prestasi belajar, (4) interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan menggunakan alat ukur listrik terhadap prestasi belajar, (5) interaksi antara model pembelajaran dengan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar, (6) interaksi antara kemampuan menggunakan alat ukur listrik dengan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar, (7) interaksi antara model pembelajaran, kemampuan menggunakan alat ukur listrik dan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Surakarta tahun pelajaran 2008/2009, sejumlah 10 kelas. Sampel penelitian ditentukan secara acak dengan teknik cluster random sampling terdiri dari empat kelas. Dua kelas eksperimen 1 dengan model Jigsaw dan dua kelas eksperimen 2 menggunakan model STAD. Teknik pengumpulan data untuk prestasi kognitif dengan metode tes, prestasi afektif dan prestasi psikomotor menggunakan metode observasi. Uji hipotesis penelitian menggunakan anava tiga jalan sel tak sama dengan bantuan software minitab 15. Uji lanjut dengan ANOVA dan analisis Kruskal-Wallis. Berdasarkan hasil pengolahan data disimpulkan: (1) tidak ada pengaruh model pembelajaran STAD dan Jigsaw terhadap prestasi kognitif (pvalue= 0,451), namun ada pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi afektif (pvalue = 0,000), dan juga ada pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi psikomotor (pvalue= 0,004), (2) ada pengaruh kemampuan menggunakan alat ukur listrik terhadap prestasi kognitif (pvalue= 0,002), namun terhadap prestasi afektif tidak ada pengaruh (pvalue= 0,093), dan juga terhadap prestasi psikomotor tidak ada pengaruh (pvalue = 0,264), (3) tidak ada pengaruh aktivitas belajar terhadap prestasi kognitif (pvalue = 0,204), juga terhadap prestasi afektif tidak ada pengaruh aktivitas belajar (pvalue= 0,214) demikian juga terhadap prestasi psikomotor tidak ada pengaruh aktivitas belajar (pvalue= 0,111), (4) ada interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan menggunakan alat ukur listrik terhadap prestasi kognitif (pvalue = 0,000), (5) tidak ada interaksi antara model pembelajaran dengan aktivitas belajar terhadap prestasi kognitif (pvalue = 0,984), (6) tidak ada interaksi antara kemampuan menggunakan alat ukur listrik dengan aktivitas belajar terhadap prestasi kognitif (pvalue = 0,054), (7) tidak ada interaksi model pembelajaran, kemampuan menggunakan alat ukur listrik dan aktivitas belajar terhadap prestasi kognitif (pvalue = 0,127). Kata kunci: STAD, Jigsaw, Kognitif, Psikomotor, Afektif.

ABSTRACT

Page 9: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

ix

This research aims at finding out: (1) the effect of the use of STAD and Jigsaw learning models on the learning achievement, (2) the effect of the ability in using the electricity measuring device on the learning achievement, (3) the effect of the learning activity on the learning achievement, (4) the interaction between the learning models and the ability in using the electricity measuring device on the learning achievement, (5) the interaction between the use of the learning models and the learning activity on the learning achievement, (6) the interaction of the ability in using the electricity measuring device and the learning activity on the learning achievement, and (7) the interaction of the use of the learning models, the ability in using the electricity measuring device, and the learning activity on the learning achievement. This research is an experimental one. Its population was all of the students in Grade X consisting of 10 classes of State Senior Secondary School 1 of Surakarta in the academic year of 2008/2009. The samples of the research consisting of 4 classes of students in Grade X were taken randomly by using a cluster random sampling technique. They were then divided into two experimental groups; each group consisted of 2 classes. The first group used the STAD learning model whereas the second one used the Jigsaw learning model. The data of the cognitive achievement were gathered through the test of learning achievement, and those of the affective and psychomotor achievement were gathered through observation. The hypotheses of the research were tested by using a three-way analysis of variance (ANOVA) with unequal cells aided by the computer software minitab 15. They were then tested by using the Kruskal-Wallis’s formulae. Based on the results of the analysis, conclusions are drawn as follows. 1) There is not any effect of the use of STAD and Jigsaw learning models on the cognitive learning achievement (pvalue = 0.451). However, there is an effect of the use of STAD and Jigsaw learning models on the affective learning achievement (pvalue = 0.000) and the psychomotor learning achievement (pvalue =0.004). 2) There is an effect of the ability in using the electricity measuring device on the cognitive learning achievement (pvalue =0.002). However, there is not any effect of the ability in using the electricity measuring device on the affective learning achievement (pvalue = 0.093) and the psychomotor learning achievement (pvalue =0.264). 3) There is not ay effect of the learning activity on the learning cognitive learning achievement (pvalue =0.204), the affective learning achievement (pvalue = 0.214) and the psychomotor learning achievement (pvalue =0.111). 4) There is an interaction of effect between the use of the learning models and the ability in using the electricity measuring device on the cognitive learning achievement (pvalue = 0.000). 5) There is not any interaction of effect between the use of the learning models and the learning activity on the learning achievement (pvalue = 0.984). 6) There is not any interaction of effect of the ability in using the electricity measuring device and the learning activity on the learning achievement (pvalue = 0.054). 7) There is not any interaction of effect of the use of the learning models, the ability in using the electricity measuring device, and the learning activity on the learning achievement (pvalue = 0.127). Key words: STAD, Jigsaw, cognitive, psychomotor, affective

Page 10: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………. i

HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………….. ii

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………… iii

HALAMAN PERNYATAAN……………………………………………… iv

KATA PENGANTAR……………………………………………………… v

Page 11: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

xi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN…………………………………………. vii

ABSTRAK………………………………………………………………….. viii

ABSTRACT………………………………………………………………………….. ix

DAFTAR ISI………………………………………………………………... x

DAFTAR TABEL…………………………………………………………... xiv

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….. xvii

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………….. xx

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………. 1

A. Latar Belakang Masalah……………………………………………. 1

B. Identifikasi Masalah………………………………………………… 6

C. Pembatasan Masalah………………………………………………... 7

D. Perumusan Masalah………………………………………………… 7

E. Tujuan Penelitian…………………………………………………… 8

F. Manfaat Penelitian………………………………………………….. 9

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA, BERPIKIR DAN HIPOTESIS 11

A. Kajian Teori…………………………………………………………

1. Belajar dan Teori-Teori Belajar…………………………….

2. Pembelajaran Kooperatif……………………………………

3. Peran Guru Pada Pembelajaran Kooperatif…………………

4. Pengelolaan Pembelajaran Kooperatif Di Kelas……………

5. Model Pembelajaran Kooperatif Model STAD……………..

6. Model Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw……………..

7. Ketrampilan Kooperatif……………………………………..

11

11

16

18

19

21

22

24

Page 12: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

xii

8. Kemampuan Menggunakan Alat Ukur Listrik……………

9. Aktivitas Belajar…………………………………………….

10. Prestasi Belajar………………………………………………

11. Materi Pembelajaran Fisika…………………………………

25

29

29

30

B. Penelitian Yang Relevan……………………………………………. 44

C. Kerangka Berpikir…………………………………………………... 46

D. Hipotesis……………………………………………………………. 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………………………………… 51

A. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………………….

1. Tempat Penelitian………………………………………….

2. Waktu Penelitian…………………………………………..

51

51

51

B. Populasi dan Sampel……………………………………………….

1. Populasi ……………………………………………………

2. Sampel ……………………………..………………………

52

52

52

C. Metode Penelitian………………………………………………… 53

D. Variabel Penelitian………………………………………………… 55

E. Teknik Pengumpulan Data………………………………………… 57

F. Instrumen Penelitian………………………………………………. 60

G. Uji Coba Instrumen Penelitian……………………………………. 62

H. Teknik Analisa Data……………………………………………….

1. Uji Prasyarat Analisis Data………………………………..

2. Uji Hipotesis……………………………………………….

67

67

69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………… 79

Page 13: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

xiii

A. Deskripsi Data……………………………………………………..

1. Prestasi Belajar Fisika……………………………………...

2. Data Kemampuan Alat Ukur Listrik Siswa…………………

3. Data Aktivitas Belajar Siswa………………………………

79

79

85

86

B. Pengujian Persyaratan Analisis……………………………………

1. Uji Normalitas…………..…………………………………

2. Uji Homogenitas…………………………………………..

89

89

93

C. Pengujian Hipotesis…………………………………………………

1. Analisis Variansi Prestasi Kognitif………………………….

2. Uji Lanjut Analisis Variansi Tiga Jalan……………………..

3. Analisis Kruskal-Wallis…………………………………….

D. Pembahasan Hasil Analisis Data……………………………………

1. Pembahasan Hasil Analisa Data Prestasi Kognitif…………

2. Pembahasan Hasil Analisa Data Prestasi Afektif…………..

3. Pembahasan Hasil Analisa Data Prestasi Psikomotor………

95

95

97

99

101

102

114

115

E. Keterbatasan Penelitian……………………………………………... 117

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN…………………… 118

A. Kesimpulan…………………………………………………………. 118

B. Implikasi…………………………………………………………….

1. Implikasi Teoritis……………………………………………

2. Implikasi Praktis…………………………………………….

123

123

123

C. Saran-saran………………………………………………………… 124

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 126

Page 14: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

xiv

LAMPIRAN……………………………………………………………….. 129

PERIZINAN……………………………………………………………….. 281

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kode Warna Resistor……………………………………….. 34

Tabel

2.2

Hambatan Jenis dan Koefisien Suhu Beberapa Bahan

Pengantar……………………………………………………

36

Tabel 2.3 Desain Penelitian …………………………………………... 49

Tabel 3.1 Distribusi Waktu Pelaksanaan Penelitian ………………….. 51

Tabel 3.2 Rancangan Desain Faktorial Anava 3 Jalur 2 x 2 x 2………. 54

Tabel 3.3 Rancangan Analisis Data Prestasi………………………….. 54

Tabel 3.4 Kriteria Pengelompokan K-AUL ………………………….. 58

Tabel 3.5 Kriteria Pengelompokan Aktivitas Belajar…………………. 58

Page 15: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

xv

Tabel 3.6 Distribusi Tingkat Kesukaran Soal Tes Prestasi……………. 63

Tabel 3.7 Distribusi Daya Beda Soal Tes Prestasi……………………. 64

Tabel 3.8 Klasifikasi Korelasi Validitas Soal Prestasi………………… 65

Tabel 3.9 Tata Letak Data Penelitian Prestasi Kognitif………………. 69

Tabel 3.10 Tata Letak Data Penelitian Prestasi Afektif………………… 71

Tabel 3.11 Tata Letak Data Penelitian Prestasi Psikomotor……………. 72

Tabel 4.1 Deskripsi Data Nilai Prestasi Belajar Fisika……………….. 80

Tabel

4.2

Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Kognitif Pada Kelas

yang Menggunakan Model STAD………………………….

80

Tabel

4.3

Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Kognitif Pada Kelas

yang Menggunakan Model Jigsaw………………………….

81

Tabel

4.4

Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Afektif Pada Kelas yang

Menggunakan Model STAD………………………………..

81

Tabel

4.5

Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Afektif Pada Kelas yang

Menggunakan Model Jigsaw………………………………..

81

Tabel

4.6

Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Psikomotor Pada Kelas

yang Menggunakan Model STAD…………………………

82

Tabel

4.7

Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Psikomotor Pada Kelas

yang Menggunakan Model Jigsaw…………………………

82

Tabel 4.8 Deskripsi Kemampuan Alat Ukur Siswa…………………… 86

Tabel 4.9 Deskripsi Data Aktivitas Belajar Siswa…………………… 86

Tabel

4.10

Distribusi Frekuensi Aktivitas Belajar Pada Kelas yang

Menggunakan Model STAD………………………………..

87

Page 16: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

xvi

Tabel

4.11

Distribusi Frekuensi Aktivitas Belajar Pada Kelas yang

Menggunakan Model Jigsaw………………………………..

87

Tabel 4.12 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Penelitian…………… 93

Tabel 4.13 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas………………………….. 94

Tabel 4.14 Rangkuman Anava Tiga Jalan Prestasi Kognitif…………… 95

Tabel 4.15 Rangkuman Anava Satu Jalan Prestasi Kognitif vs K-AUL.. 98

Tabel 4.16 Rangkuman Afektif vs Model………………………………. 99

Tabel 4.17 Rangkuman Afektif vs K-AUL…………………………….. 99

Tabel 4.18 Rangkuman Afektif vs K-Aktivitas………………………… 100

Tabel 4.19 Rangkuman Psikomotor vs Model………………………… 100

Tabel 4.20 Rangkuman Psikomotor vs K-AUL………………………… 100

Tabel 4.21 Rangkuman Psikomotor vs K-Aktivitas…………………… 100

Tabel 4.22 Rangking Metode Pembelajaran Kooperatif……………….. 103

Page 17: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pemasangan Amperemeter……………………………… 26

Gambar

2.2

Sebuah Amperemeter Dengan Hambatan Dalam RA

Dilengkapi Dengan Hambatan Shunt Rsh…………………

26

Gambar 2.3 Pemasangan Voltmeter…………………………………… 27

Gambar

2.4

Sebuah Voltmeter Dengan Hambatan Dalam Rv

Dilengkapi Dengan Hambatan Muka Rm………………..

28

Gambar

2.5

Rangkaian Pengganti Sebuah Ohmeter Untuk Mengukur

Nilai Hambatan Rx………………………………………

29

Gambar 2.6 Arus Elektron Berlawanan Dengan Arus Konvensional… 30

Gambar

2.7

Kuat arus listrik sebagai kelajuan muatan yang melewati

suatu luasan tertentu………………………………………

31

Gambar 2.8 Rangkaian Penguji dengan Hambatan Geser…………..… 32

Gambar 2.9 Grafik Hubungan antar I dan V………………………….. 32

Gambar 2.10 Garis untuk Komponen Ohmic dan Non-Ohmic………… 33

Gambar

2.11

Skema Diagram Untuk Hukum I Kirchoff Serta Analogi

Mekaniknya………………………………………………

37

Page 18: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

xviii

Gambar

2.12

a) Dua Buah Lampu Yang Dihubungkan Secara Seri……

b) Rangkaian Pengganti Peralatan Tersebut………………

38

38

Gambar

2.13

a) Dua Buah Lampu Yang Dihubungkan Secara Paralel….

b) Rangkaian Pengganti Peralatan Tersebut………………

39

39

Gambar 2.14 Rangkaian Seri Sumber Tegangan……………………….. 41

Gambar 2.15 Rangkaian Paralel Sumber Tegangan……………………. 42

Gambar 2.16 Rangkaian Jembatan Wheatstone………………………… 42

Gambar 2.17 Rangkaian Tertutup Satu Loop…………………………... 43

Gambar 2.18 Kerangka Pemikiran Penelitian………………………… 47

Gambar

4.1

Histogram Prestasi Kognitif

a. Model STAD……………………………………

b. Model Jigsaw……………………………………

82

83

Gambar

4.2

Histogram Prestasi Afektif

a. Model STAD……………………………………..

b. Model Jigsaw……………………………………..

83

84

Gambar

4.3

Histogram Prestasi Psikomotor

a. Model STAD……………………………………

b. Model Jigsaw……………………………………

84

85

Gambar

4.4

Histogram Skor Aktivitas Belajar Siswa Pada Kelas Yang

Menggunakan Model STAD……………………………

88

Gambar

4.5

Histogram Skor Aktivitas Belajar Siswa Pada Kelas Yang

Menggunakan Model Jigsaw……………………………

88

Gambar 4.6 Uji Normalitas Data Prestasi Kognitif-STAD…………… 89

Page 19: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

xix

Gambar 4.7 Uji Normalitas Data Prestasi Kognitif-Jigsaw…………… 90

Gambar 4.8 Uji Normalitas Data Prestasi Afektif-STAD…………… 90

Gambar 4.9 Uji Normalitas Data Prestasi Afektif -Jigsaw…………… 91

Gambar 4.10 Uji Normalitas Data Prestasi Psikomotor-STAD………… 92

Gambar 4.11 Uji Normalitas Data Prestasi Psikomotor -Jigsaw……… 92

Gambar

4.12

Grafik Uji ANOM Kemampuan Alat Ukur Listrik

Terhadap Prestasi Kognitif………………………………

98

Gambar 4.13 Grafik Uji ANOM Model terhadap Prestasi Belajar Fisika 105

Gambar

4.14

Grafik Uji ANOM Kemampuan Alat Listrik terhadap

Prestasi Kognitif Listrik Dinamis…………………………

107

Gambar

4.15

Grafik Uji ANOM Kategori Aktivitas Belajar terhadap

Prestasi Belajar Fisika……………………………………

108

Gambar 4.16 Grafik Interaksi Model dengan Kemampuan Alat Listrik 109

Gambar

4.17

Grafik Interaksi Model dan Aktivitas Belajar terhadap

Prestasi Belajar Kognitif Listrik Dinamis………………

111

Gambar

4.18

Grafik Interaksi Kemampuan Alat Ukur Listrik dan

Aktivitas Belajar terhadap Prestasi Belajar Kognitif

Listrik Dinamis……………………………………………

112

Gambar

4.19

Grafik Interaksi Faktor Model Pembelajaran,

Kemampuan Alat Ukur Listrik dan Aktivitas Belajar

terhadap Prestasi Kognitif Listrik Dinamis………………

113

Gambar

4.20

Grafik Efek Mean Faktor Model Pembelajaran,

Kemampuan Alat Ukur Listrik dan Aktivitas Belajar

Page 20: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

xx

terhadap Prestasi Kognitif Listrik Dinamis…………… 113

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus …………………………………………………… 129

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Jigsaw……………… 131

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran STAD……………… 134

Lampiran 4 Kisi-Kisi Kemampuan Menggunakan Alat Ukur Listrik….. 136

Lampiran

5

Kisi-Kisi Aktivitas Siswa Dalam Kegiatan Belajar

Mengajar……………………………………………………

138

Lampiran 6 Kisi-Kisi Pengamatan Kemampuan Psikomotorik………… 140

Lampiran 7 Kisi-Kisi Pengamatan Kemampuan Afektif……………… 143

Lampiran

8

Lembar Observasi Kemampuan Menggunakan Alat Ukur

Listrik………………………………………………………

145

Lampiran 9 Lembar Observasi Kemampuan Aktivitas Belajar………… 146

Lampiran 10 Lembar Observasi Kemampuan Psikomotor……………… 148

Lampiran 11 Lembar Observasi Kemampuan Afektif…………………. 151

Lampiran

12

Lembar Kerja Siswa (LKS) Model Pembelajaran Jigsaw

Listrik Dinamis……………………………………………

153

Lampiran

13

Lembar Kerja Siswa (LKS) Model Pembelajaran STAD

Listrik Dinamis……………………………………………

173

Lampiran 14 Kisi-Kisi Tes Prestasi Aspek Kognitif……………………. 191

Page 21: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

xxi

Lampiran 15 Soal Tes Uji Coba Prestasi Aspek Kognitf……………… 193

Lampiran

16

Uji Validitas, Taraf Kesukaran dan Daya Pembeda Soal

Kognitif……………………………………………………

209

Lampiran 17 Uji Reliabilitas Soal Kognitif……………………………… 223

Lampiran 18 Soal Tes Prestasi Listrik Dinamis………………………… 237

Lampiran 19 Data Induk………………………………………………… 248

Lampiran 20 Data Analisis MINITAB 15……………………………… 252

Lampiran 21 Kelompok Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw……… 277

Lampiran 22 Kelompok Pembelajaran Kooperatif Model STAD……… 278

Lampiran 23 Dokumen Foto Pada Saat KBM di Laboratorium…………. 279

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan IPTEK sekarang ini berlangsung sangat cepat. Perkembangan ini

menuntut penyesuaian sistem pendidikan nasional kita, termasuk perubahan kurikulum

Page 22: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

xxii

pendidikan, sehingga mampu menyesuaikan terhadap perubahan global, mampu

menjawab tantangan jaman dan kebutuhan masyarakat. Kedinamisan perubahan

kurikulum harus diikuti perubahan paradikma baru bagi guru dalam mengajar. Hal ini

terlihat masih banyak guru dalam proses belajar mengajarnya masih bersifat

konvensional, yang kurang inovasi dalam proses pembelajaran. Akibatnya prestasi

belajar siswa masih rendah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Departemen

Pendidikan Nasional menunjukkan ’’bahwa kemampuan siswa SMA/MA dalam

penguasaan pelajaran fisika secara nasional dinilai masih rendah.’’

(http;//www.Depdiknas.go.id/publikas/bief/oldition/harri-3A.html). Dalam KBK

(Kurikulum Berbasis Kompetensi) maupun KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan) peranan guru tidak berlaku sebagai aktor/aktris utama dalam pembelajaran,

sehingga pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai sumber belajar.

Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan

teknologi dan konsep hidup harmonis dengan alam. Perkembangan yang pesat di

bidang teknologi, informasi dan komunikasi dewasa ini dipicu oleh temuan di bidang

fisika material, yaitu penemuan piranti mikroelektronika yang dengan ukuran kecil

mampu memuat banyak informasi. Sebagai ilmu yang mempelajari fenomena-

fenomena alam, fisika akan memberikan suatu pelajaran yang baik untuk hidup selaras

berdasarkan hukum alam. Dengan konservasi alam serta pemahaman fisika dengan

baik, maka adanya kerusakan lingkungan dan bencana alam akan berkurang.

Proses belajar mengajar di sekolah merupakan kegiatan yang integral antara

guru dan siswa. Dalam hal ini siswa berkedudukan sebagai pelajar yang menuntut ilmu

dan guru mempunyai posisi sebagai pengajar yang menyampaikan materi pelajaran.

Serangkaian perbuatan guru dan siswa mempunyai hubungan timbal balik yang

Page 23: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

xxiii

berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Hubungan timbal

balik ini merupakan syarat penting berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi

dalam peristiwa belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar

hubungan antara guru dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini

bukan menyampaikan pesan berupa materi pelajaran saja, melainkan penanaman sikap

dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar. Proses belajar mengajar dapat dikatakan

sebagai suatu proses komunikasi. Setiap proses komunikasi diperlukan media untuk

menyalurkan pesan, sehingga dikatakan bahwa media mempunyai peranan penting

dalam proses belajar mengajar.

Keberhasilan belajar mengajar dapat ditinjau dari dua faktor utama yaitu dari

dalam dan faktor dari luar siswa. Faktor dari luar siswa adalah faktor guru dan sarana

prasarana. Guru sebagai pengajar harus dapat menyajikan materi pengajaran dengan

baik, efektif dan efisien serta memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang

sesuai. Hendaknya pula, guru tidak mendominasi kegiatan tersebut tetapi memotivasi

dan membimbing siswa agar dapat mengembangkan potensi dan kreaktifitasnya

melalui belajar mengajar. Dalam melaksanakan proses belajar mengajar, perlu

dilakukan suatu strategi pembelajaran yang membuat siswa belajar proses dan produk

pengetahuan sekaligus, yaitu melalui pendekatan ketrampilan proses. Proses pengajaran

yang menggunakan pendekatan ketrampilan proses menempatkan siswa sebagai subyek

penting yang berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Pendekatan ketrampilan

proses ini merupakan wahana pengembangan ketrampilan intelektual, sosial,

emosional, dan fisik peserta didik yang pada prinsipnya ketrampilan-ketrampilan

tersebut telah ada pada diri siswa. Bila kita lihat dari hakikat pengajaran IPA yaitu

Page 24: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

xxiv

produk, proses, dan sikap ilmiah, maka pendekatan ini cukup mengenai sasaran jika

kita hubungkan dalam proses dan sikap ilmiah dalam pembelajaran IPA.

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam kegiatan belajar mengajar

membutuhkan media untuk komunikasi. Media yang paling mudah dan yang sering

digunakan, salah satu contohnya adalah penggunaan media pembelajaran berupa

Lembar Kerja Siswa(LKS). Lembar Kerja Siswa merupakan lembar kerja yang harus

diisi dan dilengkapi langkah-langkah dan petunjuk kegiatan yang terprogram mengenai

materi dan konsep yang akan dipelajari. Dengan LKS guru akan mudah membimbing

dan mengarahkan siswa melakukan kegiatan pembelajaran.Faktor dari dalam diri siswa

yang mempengaruhi keberhasilan belajar misalnya kemampuan awal dan kesungguhan

dalam belajar. Kemampuan awal merupakan kemampuan yang dimiliki oleh siswa

sebelum melakukan proses belajar mengajar. Kemampuan awal siswa misalnya

kemampuan menggunakan alat ukur listrik. Kemampuan mengunakan alat ukur listrik

yang tinggi akan memperlancar proses belajar mengajar dan tentunya akan berpengaruh

pula terhadap prestasi belajarnya. Kemampuan menggunakan alat ukur listrik sangat

berguna dalam memahami mata pelajaran fisika, namun dalam kenyataanya para guru

belum memperhatikan faktor ini.

Prestasi belajar merupakan salah satu indikator dari proses belajar yang

dicapai siswa. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan PBM adalah model

pembelajaran yang digunakan guru. Salah satu model pembelajaran yang digunakan

dalam kegiatan belajar mengajar berdasarkan pada teori pembelajaran konstruktivisme.

Teori pembelajaran konstruktivisme merupakan strategi pembelajaran yang dapat

mendorong siswa mengkonstruksi pengetahuannya, menerapkan pengetahuannya,

belajar memecahkan masalah, mendiskusikan masalah, dan mempunyai keberanian

Page 25: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

xxv

menyampaikan ide. Hal-hal yang pokok dari teori konstruktivisme adalah ’’ide bahwa

siswa harus menemukan dan menstransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi

lain, dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri” (Nurhadi,

2003) dalam Syaiful Sagala (2007: 88). Sehingga tugas guru memfasilitasi agar

pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, siswa diberi kesempatan untuk

menemukan dan menerapkan idenya, serta menyadarkan siswa supaya menerapkan

strategi mereka sendiri dalam belajar.

Penekanan pembelajaran kooperatif terletak pada kerja sama siswa, pada

kelompok kooperatif. Pembelajaran kooperatif ada enam karakteristik, ’’1) Tujuan

kelompok, 2) Tanggung jawab individual, 3) Kesempatan sukses yang sama, 4)

Kompetisi tim, 5) Spesialisasi tugas, dan 6) Adaptasi terhadap kebutuhan

kelompok’’(Slavin: 2008) dalam Narulita (2008: 26). Kerjasama (kooperatif)

merupakan salah satu elemen dasar sebuah masyarakat. Pendidikan anak-anak, tidak

akan sempurna tanpa mengajari anak-anak tersebut untuk hidup bersama dengan teman

lain secara konstruktif, karena pendidikan merupakan proses sosial yang tidak dapat

terjadi tanpa interaksi antar pribadi siswa. Bertitik tolak dari para ahli tentang teori

belajar ada perbedaan dan kesamaan baik ekplisit maupun implisit, yaitu konsep

belajar itu selalu menunjuk ’’suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang

berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu’’ (Syaiful Sagala 2007: 37).

Penelitian ini mengembangkan pembelajaran kooperatif formal yang

menekankan siswa belajar dalam kelompok heterogen/campuran yang beranggotakan 4

sampai 5 siswa. Heterogenitas kelompok meliputi: tingkat kemampuan akademik

(tinggi, dan rendah), jenis kelamin, suku dan status sosial. Pada proses pembelajaran,

para guru hendaknya menyadari bahwa siswa memasuki kelas dengan bekal

Page 26: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

xxvi

kemampuan pengetahuan dan motivasi yang tidak sama. Guru hendaknya menciptakan

situasi yang mendorong prakarsa, membangun gagasan serta memotivasi dalam

tanggung jawab siswa untuk belajar.

Sesuai karakteristik siswa SMAN 1 Surakarta, yang menjadi tempat penelitian

dan tempat penulis mengajar, kegiatan setelah KBM berakhir siswa banyak mengikuti

kegiatan ekstrakurikuler dan mengikuti tambahan/bimbingan belajar. Memperhatikan

kegiatan siswa seperti itu jelas siswa kurang mengembangkan ketrampilan

berkomunikasi dan berinteraksi sosial di masyarakat, sehingga akan terbentuk sikap

individu siswa.

Proses belajar mengajar dengan model pembelajaran kooperatif, siswa dalam

satu kelas mampu menguasai materi pelajaran dalam waktu yang sama. Dalam sebuah

laporan, (Kagan ,l989) menyimpulkan bahwa ’’penggunaan model pembelajaran

kooperatif dapat meningkatakan pencapaian belajar yang lebih tinggi dibandingkan

dengan pembelajaran kompetitif atau pembelajaran individualistik.’’ Penelitian ini

memilih model pembelajaran kooperatif formal model STAD dan Jigsaw yaitu model

pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa untuk bekerja sama dalam kelompok-

kelompok belajar selama satu standar kompetensi.

Pemilihan model pembelajaran kooperatif metode STAD dan Jigsaw dalam

kegiatan belajar mengajar dimaksudkan untuk : 1 Mengurangi sifat egosentris dan

individualistik siswa; 2 Belajar dengan melakukan kerjasama dalam kelompok-

kelompok belajar; 3 Mengembangkan ketrampilan sosial, dan komunikasi sosial siswa;

4 Meningkatkan kemampuan menggunakan alat ukur listrik; 5 Meningkatkan aktivitas

belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar; 6 Meningkatkan prestasi belajar siswa;

Page 27: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

xxvii

7 Menerima keberagaman, 8 Listrik dinamis (mengalir) kita gunakan dalam memenuhi

kebutuhan energi listrik sehari-hari dan sifatnya abstrak sehingga sangatlah penting.

B. Identifikasi Masalah

Berlatar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan beberapa masalah

antara lain :

1. Pembelajaran fisika saat ini masih banyak menngunakan metode belajar

konvensional, sehingga menyebabkan prestasi belajar rendah.

2. Kualitas pembelajaran fisika pada materi pokok listrik dinamis perlu ditingkat kan

dengan metode yang sesuai, sehingga diharapkan dapat membantu proses

pembelajaran dan pemahaman dalam pembahasan soal-soal rangkaian listrik satu

loop, dua loop ataupun tiga loop.

3. Para guru belum inovatif mengembangkan metode pembelajaran.

4. Faktor kemampuan menggunakan alat ukur listrik perlu diperhatikan guru.

5. Proses pembelajaran di SMA belum memperhatikan keaktifan siswa.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di muka,agar penelitian ini lebih terfokus dan

terarah,maka dibatasi pada masalah-masalah sebagai berikut ;

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model STAD dan Jigsaw.

2. Alat ukur listrik yang digunakan amperemeter dan voltmeter.

3. Pembatasan materi pada listrik dinamis.

4. Kemampuan menggunakan alat ukur listrik meliputi tinggi dan rendah.

5. Aktivitas belajar siswa meliputi tinggi dan rendah.

Page 28: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

xxviii

6. Siswa dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Surakarta semester

dua tahun pelajaran 2008/2009.

D. Perumusan Masalah

Agar tujuan penelitian menjadi jelas dan terarah perlu ditetapkan terlebih dahulu

perumusan masalahnya sebelum penelitian tersebut dilakukan. Adapun perumusan

masalah dalam penelitian ini :

1. Apakah ada pengaruh penggunaan model pembelajaran STAD dan Jigsaw terhadap

prestasi belajar ?

2. Apakah ada pengaruh kemampuan menggunakan alat ukur listrik tinggi dan rendah

terhadap prestasi belajar ?

3. Apakah ada pengaruh aktivitas belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar?

4. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran STAD dan Jigsaw dengan

kemampuan menggunakan alat ukur listrik terhadap prestasi belajar ?

5. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran STAD dan Jigsaw dengan aktivitas

belajar terhadap prestasi belajar ?

6. Apakah ada interaksi antara kemampuan menggunakan alat ukur listrik dan aktivitas

belajar terhadap prestasi belajar ?

7. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran STAD dan Jigsaw, kemampuan

menggunakan alat ukur listrik dan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar ?

E. Tujuan Penelitian

Page 29: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

xxix

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode

pembelajaran dengan model STAD dan model Jigsaw terhadap prestasi belajar fisika.

Tetapi lebih khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Pengaruh model pembelajaran STAD dan Jigsaw terhadap prestasi belajar.

2. Pengaruh kemampuan menggunakan alat ukur listrik tinggi dan rendah terhadap

prestasi belajar.

3. Pengaruh aktivitas belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar.

4. Interaksi antara model pembelajaran STAD dan Jigsaw dengan kemampuan

menggunakan alat ukur listrik terhadap prestasi belajar.

5. Interaksi antara model pembelajaran STAD dan Jigsaw dengan aktivitas belajar.

6. Interaksi antara kemampuan menggunakan alat ukur listrik dengan aktivitas belajar

terhadap prestasi belajar.

7. Interaksi antara model pembelajaran STAD dan Jigsaw, kemampuan menggunakan

alat ukur listrik serta aktivitas belajar terhadap prestasi belajar.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :

1. Manfaat Teoritis :

a. Untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran fisika melalui STAD dan Jigsaw

ditinjau dari kemampuan menggunakan alat ukur listrik dan aktivitas belajar pada

materi listrik dinamis siswa kelas X SMA Negeri 1 Surakarta semester 2 tahun

pelajaran 2008/2009.

2. Manfaat Praktis :

Page 30: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

xxx

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan inovasi dalam dunia pendidikan,

khususnya pembelajaran melalui STAD dan Jigsaw.

b. Memotivasi siswa agar lebih aktif dan berprestasi dalam berbagai bidang studi, serta

menerapkan kegiatan yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

BAB II

Page 31: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

xxxi

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Belajar Dan Teori-Teori Belajar

1) Pengertian Belajar

Banyak definisi yang diberikan tentang belajar. Pengertian tentang belajar telah

berkembang sesuai dengan dinamika penelitian yang dilakukan di lapangan.

Menurut Gage (l984) dalam Ratna Wilis Dahar (l989: 11) ’’belajar didefinisikan

sebagai suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat

pengalaman’’. Jadi seseorang yang belajar akan menunjukkan terjadinya perubahan

perilaku sebagai hasil belajar. Perubahan perilaku ini sebagai akibat pengalaman yang

diperolehnya. Bila seseorang telah menunjukkan perubahan perilaku dalam suasana

yang serupa pada dua waktu yang berbeda, orang tersebut dikatakan telah belajar.

Sedangkan Oemar Hamalik (l989:60) menyatakan bahwa ’’Belajar (learning)

merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman dan latihan”.

Bahwa belajar adalah kegiatan yang dapat menghasilkan perubahan tingkah laku baik

potensial maupun aktual. Perubahan yang berarti seseorang setelah mengalami proses

belajar, akan mengalami proses perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya,

ketrampilannya, maupun aspek sikapnya. Pada proses belajar akan diperoleh hasil

belajar dapat berupa perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan

sikap. Hal ini seperti yang dikemukakan W.S Winkel (2007:59) sebagai berikut:

’’belajar merupakan aktivitas mental/psikis yang berlangsung secara interaktif aktif

dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,

ketrampilan, dan nilai sikap, di mana perubahan itu bersifat secara relatip konstan dan

Page 32: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

xxxii

berbekas”. Belajar akan terjadi bila seseorang secara aktif melakukan interaksi dengan

lingkungan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan usaha

aktif yang terjadi pada seseorang (siswa) untuk memperoleh perubahan tingkah laku

yang dapat berupa pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap sebagai hasil

interaksi dengan lingkungan. Dalam pembelajaran kooperatif, pembelajaran kooperatif

(Cooperatif Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada

penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi

belajar untuk mencapai tujuan belajar. Sehingga belajar meliputi beberapa hal penting

sebagai berikut : 1) terjadi perubahan tingkah laku , 2) terjadi interaksi aktif, 3) terdapat

hasil belajar, dan 4) terdapat lingkungan sebagai bahan belajar.

2) Teori-Teori Belajar

1) Teori Belajar Motivasi

Dalam perspektif motivasi (dikemukakan Johnson dkk,1981, dan Slavin, 1983a)

dalam Narulita (2008: 34), ’’struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi di

mana satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka adalah

jika kelompok mereka bisa sukses”. Untuk memperoleh kesuksesan itu anggota

kelompok harus membantu teman satu timnya, mendorong supaya melakukan usaha

yang maksimal.

2) Teori Belajar Berdasarkan Psikologi Sosial

Menurut teori ini, ’’proses belajar jarang sekali merupakan proses yang terjadi

dalam keadaan menyendiri , tetapi melalui interaksi-interaksi’’ (Bigge, l982) dalam

(Toeti S,Udin SW (l997:29). Interaksi antara siswa dengan lingkungan atau sebaliknya

menghasilkan perubahan tingkahlaku.

Page 33: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

xxxiii

3) Teori Belajar Kognitif

Menurut aliran kognitif, belajar adalah sebuah proses mental yang aktif untuk

mencapai, mengingat dan menggunakan pengetahuan. Teori kognitif lebih

mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar. Ilmu pengetahuan dibangun dalam

diri seorang individu melalui interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan.

Teori belajar kognitif berkembang dari kerja para tokoh seperti Piaget dan Vygotsky.

a) Teori Belajar Piaget

Menurut Piaget, proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan

kognitif yang dilalui siswa, yaitu tahap sensorimeter, tahap praoperasional, tahap

operasional konkret dan tahap operasional formal. Jean Piaget dalam Syaiful S

(2005:24) berpendapat bahwa ada dua proses yang terjadi dalam perkembangan dan

pertumbuhan kognitif anak yaitu ’’(1) Proses assimilation di mana dalam proses ini

menyesuaikan atau mencocokan informasi yang baru dengan apa yang telah diketahui

dengan mengubahnya bila perlu; (2) proses accommodation yaitu anak menyusun dan

membangun kembali atau mengubah yang telah diketahui sebelumnya sehinngga

informasi yang baru dapat disesuaikan dengan baik’’.

b) Teori Belajar Vygotsky

Vygotsky juga meneliti pembentukan dan perkembangan pengetahuan anak

secara psikologis. Namun Vygotsky menekankan ”pentingnya interaksi sosial dengan

orang-orang lain terlebih yang punya pengetahuan lebih baik dan system yang secara

kultural telah berkembang dengan baik”, Cobb dalam Suparno (2007: 11). Itulah

sebabnya dalam pendidikan, siswa perlu berinteraksi dengan para ahli atau tokoh dan

juga terlibat dengan situasi yang cocok dengan pengetahuan yang ingin digeluti.

Misalnya, para siswa dipertemukan dengan ahli atau tokoh yang dapat bercerita tentang

Page 34: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

xxxiv

bidang tugas yang mereka geluti, pemikiran mereka tentang suatu masalah tertentu.

Dalam interaksi ini, para siswa ditantang untuk mengkonstruksikan pengetahuannya

sesuai dengan konstruksi para ahli. Siswa juga bisa diajak ke laboratorium ataupun

tempat-tempat lain yang dapat member inspirasi bagi siswa.

Menurut Vygotsky pembelajaran terjadi saat anak bekerja dalam zona

perkembangan proksimal (zone of proximal development). Persisnya, dia

mendefinisikan zona ini sebagai: ”jarak antara tingkat perkembangan aktual yang

ditentukan oleh pemecahan masalah secara independen dan tingkat perkembangan

potensial yang ditentukan lewat pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa

atau dalam kolaborasinya dengan rekan-rekan yang lebih mampu”. Crain W.,

terjemahan Yudi Santoso (2007: 371). Tingkat perkembangan aktual adalah

kemampuan anak memecahkan masalah secara mandiri sedangkan tingkat

perkembangan potensial adalah kemampuan memecahkan masalah di bawah

bimbingan orang dewasa melalui kerja sama dengan teman sebaya yang lebih mampu.

Zona perkembangan proksimal bagaikan secercah cahaya, namun tidak “sekokoh

fungsi yang sudah dikuasai” anak bisa berjalan dengan bantuan hari ini, namun akan

sanggup melakukannya sendiri besok (Vygotsky 1934) dalam Crain W., terjemahan

Yudi Santoso ,(2007:371).

Ide penting lain yang diturunkan Vygotsky adalah scaffolding, yaitu

memberikan bantuan kepada anak pada tahap-tahap awal perkembangan, kemudian

bantuan ini dikurangi untuk memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil

alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah anak dapat melakukannya. Jika

diterapkan dalam proses pembelajaran, ide scaffolding dapat berupa pertunjuk,

peringatan, dorongan, dan menguraikan masalah pada awal pembelajaran.

Page 35: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

xxxv

4) Teori Belajar Konstruktivisme

Menurut teori konstruktivisme siswa harus menemukan sendiri dan

menstranformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-

aturan lama dan merevisi jika aturan-atuaran itu tidak sesuai lagi. Prinsip penting

dalam psikologi pendidikan sesuai teori konstruktivis adalah guru tidak hanya sekedar

memberikan pengetahuan kepada siswa. Guru dapat memberikan kemudahan pada

siswa untuk membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya, dengan memberikan

kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka.

Para pendukung teori belajar konstruktivis seperti Vico Von Glasersfeld,

menyatakan pengetahuan perlu dibangun atau dikonstruksi oleh masing-masing siswa

melalui tiga aktivitas dasar, antara lain: 1) Penglibatan aktif siswa, artinya siswa bukan

sebagai penerima pengetahuan yang pasif, laksana botol kosong yang setiap saat dapat

diisi beraneka ragam pengetahuan, melainkan siswa sebagai pembuat struktur

pemahaman pengetahuan yang aktif, 2) Refleksi, artinya siswa memperoleh

pengetahuan yang dibangun dari pemahaman siswa untuk dijadikan pengetahuan yang

baru dengan merefleksikan atau ditunjukkan pada gerakan fisik dan sikap mental siswa,

3) Pengabstrakan, artinya setelah siswa memperoleh pengetahuan baru berusaha

membuat pengetahuan yang bermakna. Dalam belajar siswa tidak hanya mengasimilasi

konsep baru tetapi mengakomodasikan, mengembangkan, memodifikasi dan merubah

konsep/pengetahuan yang ada.

2. Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (Cooperatif Learning) adalah pendekatan

pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja

Page 36: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

xxxvi

sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

’’Cooperative learning involes small heterogeneous groups of students working

together to learn collaborative and sosial skill while working toward a common

academic goal or task” Timothy J. Newby (l996: 49). Siswa tidak hanya belajar dari

guru, tetapi juga dari sesama siswa. ’’Pembelajaran kooperatif merupakan

pembelajaran secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk

menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan

permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat’’ Sugiyanto (2007: l0).

b. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan belajar kelompok. Pada pembelajaran

kooperatif terdapat unsur-unsur dasar yang menjadi ciri pembelajaran kooperatif.

Menurut Anita Lie (2002: 30), ’’pembelajaran kooperatif adalah suatu system yang di

dalamnya terdapat unsur-unsur pembelajaran kooperatif, yang meliputi:1) saling

ketergantungan positif, 2) tanggung jawab individual/perseorangan, 3) tatap muka, 4)

komunikasi antar anggota, dan 5) evaluasi proses kelompok’’. Dari lima unsur tersebut

dapat diuraikan : (1) Saling ketergantungan positif; merupakan hubungan yang saling

membutuhkan antar siswa. Saling ketergantungan dapat dicapai melalui ketergantungan

dalam menyelesaikan tugas, ketergantungan mencapai tujuan, ketergantungan bahan

atau sumber, dan saling ketergantungan hadiah; (2) Tanggung jawab

individual/perseorangan; pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam

belajar kelompok. Penilaian ditunjukkan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap

materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual selanjutnya

disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui

siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan

Page 37: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

xxxvii

bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya,

karena itu tiap anggota kelompok harus memberikan sumbangan demi kemajuan

kelompok. Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan semua

anggota kelompok secara individual ini yang dimaksud dengan tanggung jawab

individual; (3) Tatap muka; pembelajaran kooperatif memaksa siswa saling tatap muka

dalam kelompok sehingga mereka dapat berdiskusi. Interaksi ini akan memberikan

kesempatan pada para anggota kelompok untuk bersmergi yang menguntungkan bagi

semua anggota. Interaksi semacam ini sangat penting, karena siswa lebih mudah belajar

dari sesamanya; (4) Komunikasi antar anggota; pada pembelajaran kooperatif, anggota

kelompok melakukan diskusi untuk mempelajari suatu materi pelajaran. Dalam hal ini

akan muncul ketrampilan berkomunikasi, berani mempertahankan pikiran logis, tidak

egois, mandiri, menjalin hubungan pribadi (interpersonal relationship), dan sengaja

diajarkan. Sedang siswa yang pasif akan dibimbing oleh guru; (5) Evaluasi proses

kelompok; proses terakhir pada pembelajaran kooperatif adalah evaluasi proses

kelompok. Evaluasi proses kelompok dilakukan melalui umpan balik dari masing-

masing siswa, umpan balik dari sesama teman, dan umpan balik dari kelompok. Hal ini

dimaksudkan waktu selanjutnya dapat bekerjasama lebih baik dan efektif.

c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Ada tiga tujuan dalam pembelajaran kooperatif yang akan dicapai, yaitu: 1)

Penerimaan akan keanekaragaman, 2) Ketrampilan sosial, dan 3) Prestasi akademik.

Tiga tujuan dapat dijelaskan: (1) Penerimaan Akan Keanekaragaman; pembelajaran

kooperatif akan berdampak sangat luas, antara lain menerima akan perbedaan ras,

suku, agama, budaya, kelas sosial dan tingkat kemampuan. Mereka bekerja bersama-

sama dalam kelompok kooperatif dan saling bergantung pada tugas akademik serta

Page 38: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

xxxviii

belajar saling menghargai; (2) Ketrampilan Sosial; dengan cara guru mengembangkan

siswa bekerjasama dan kolaborasi maka ketergantungan positip akan tercapai. Bekal

ketrampilan ini amat penting apabila siswa nantinya berada di tengah masyarakat yang

heterogen. Kurangnya kemampuan ketrampilan sosial akan sulit melakukan kerjasama,

karena jika terjadi ketidakpuasan yang kecil saja akan melakukan tindakan yang keras.

(3) Prestasi Akademik; pembelajaran kooperatif tidak hanya bermanfaat bagi yang

mempunyai prestasi belajar tinggi saja tetapi juga bermanfaat bagi siswa yang

berprestasi belajar rendah. Mereka bersama-sama menyelesaikan tugas akademik.

Siswa yang berprestasi belajar tinggi berperan sebagai tutor terhadap siswa yang

berprestasi belajar rendah. Bagi siswa yang berprestasi belajar rendah pengetahuannya

meningkat, dan siswa yang mempunyai prestasi belajar tinggi memperoleh

pengetahuan yang lebih. Prestasi akademik yang diperoleh meliputi ranah kognitif,

ranah psikomotor, dan ranah afektif.

3. Peran Guru Pada Pembelajaran Kooperatif

Peran guru pada pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan pembelajaran

tradisional. Karena pada pembelajaran tradisional guru sebagai satu-satunya sumber

belajar yang memberikan informasi pada siswa, dan menganggap bahwa siswa yang

baik akan menyerap informasi yang disampaikan tanpa siswa bertanya lagi. Sebaliknya

pada pembelajaran kooperatif guru berperan sebagai fasilitator belajar bagi siswa. Guru

hanya sekedar memberikan informasi untuk merangsang pemikiran siswa. Siswa

didorong untuk mengemukakan pendapat, ide dan mengembangkannya. Siswa belajar

dengan mempelajari konsep-konsep, melakukan percobaan, sehingga belajar

merupakan sustu proses yang terus-menerus, dan belajar tidak hanya seperangkat

ketrampilan untuk dikuasai. Guru sebagai fasilitator harus merencanakan pembelajaran

Page 39: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

xxxix

yang memberikan siswa untuk berdiskusi, bereksperimen, mengeksplorasi ide-ide

dengan konsep-konsep ilmiah. Pada saat siswa bekerja dengan aktifitas kooperatif guru

memonitor untuk mengetahui kemajuan yang diperoleh siswa.

4. Pengelolaan Pembelajaran Kooperatif di Kelas

Kebanyakan para guru berpendapat bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif

pada KBM akan menimbulkan kegaduhan atau keramaian sehingga proses belajar

mengajar tidak efektif. Guru akan mudah mengendalikan suasana kelas ketika salah

satu siswa diijinkan mengajukan suatu pertanyaan. Cara-cara yang dapat dilakukan

guru dalam mengelola kelas kooperatif, antara lain sebagai berikut: 1) Merencanakan

aktivitas-aktivitas pembelajaran yang teliti, seperti mendesain LKSdengan perintah

yang jelas; 2) Memberikan penghargaan/apresiasi pada kelompok yang bekerja dengan

baik dengan reward, Good Team,Great Team dan Super Team; 3) Menerapkan tanda

tenang seperti guru mengangkat tangan ke atas. Ketika siswa melihat, siswa mengikuti

dengan mengangkat tangannya ke atas.

Agar pembelajaran kooperatif yang dilaksanakan di kelas dapat berjalan efektif,

beberapa tahap yang harus dilakukan guru: 1) Menyusun materi pelajaran, lembar

kegiatan siswa, dan lembar jawaban disusun sedemikian rupa sebelurn proses kegiatan

belajar mengajar dilaksanakan; 2) Menetapkan siswa dalam kelompok. Penetapan

anggota kelompok dilakukan sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan.

Kelompok beranggotakan 4 sampai 5 orang siswa dengan komposisi heterogen.

Heterogen meliputi jenis kelamin, status sosial, etnik, agarna, tingkat kemampuan

akademik. Sebelum KBM dilaksanakan dilakukan latihan ketrampilan kooperatif. Ini

dimaksudkan agar para siswa saling mengenali anggota kelompoknya, serta

menjelaskan aturan-aturan dasar dalam kelas kooperatif. Aturan dasar tersebut

Page 40: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

xl

meliputi: 1) Siswa tetap berada dalam kelompok; 2) Sebelum bertanya kepada guru,

bertanya kepada anggota kelompok; 3) Berikan umpan balik untuk siswa yang

mengemukakan ide-idenya; 4) Dalam satu kelompok harus berbicara sopan; 5)

Sebelum seluruh anggota kelompoknya telah menguasai materi, siswa tidak boleh

selesai belajar; 6) Hindarilah kritik terhadap teman di dalam kelompok dan di luar

kelompoknya; dan 7) Presentasi, presentasi meliputi; (l) Pendahuluan, guru

menyampaikan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa dengan membuat bahan

pelajaran yang menarik perhatian siswa; (2) Penyajian materi, hal-hal yang menjadi

penekanan guru dalam menyampaikan materi pelajaran, antara lain mengembangkan

materi pelajaran, mengkaitkan materi pelajaran dengan pengetahuan awal yang sudah

dimiliki siswa, menekankan bahwa siswa belajar bukan menghafal tetapi mernahami

makna, mengontrol pemahaman siswa ketika siswa mengajukan pertanyaan, dan

memberikan jawaban atau penjelasan terhadap pertanyaan siswa tersebut, pergantian

konsep apabila siswa siswa telah memahami konsep materi sebelumnya; (3)

Pembentukan kelompok, guru mengorganisir siswa dalam kelompok-kelompok belajar

yang keanggotannya telah ditentukan sebelumnya; (4) Bekerja dan belajar kelompok,

guru membantu kelompok ketika siswa mengerjakan tugas pada lembar kegiatan siswa;

dan (5) Evaluasi, masing-masing kelompok menyajikan hasil pekerjaannya atau

sebagian basil pekerjaannya dan guru memberi evaluasi dari materi tersebut. Dari hasil

kerja kelompok dan evaluasi yang dilakukan siswa akan diketahui prestasi siswa atau

kelompok. Ini dipakai guru sebagai acuan dalam pembentukan kelompok berikutnya.

5. Model Pembelajaran Kooperatif Model STAD

Salah satu model pembelajaran kooperatif yang pernah dikembangkan adalah

STAD (Student Teams Achievement Divisions), model pembelajaran yang

Page 41: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

xli

dikembangkan oleh Robert E Slavin di Universitas John Hopkins, AS. Lima fase dasar

STAD sebagai berikut: 1) Presentasi Kelas, pada fase ini, guru memberikan arahan

dengan konsep-konsep, ketrampilan, dengan buku siswa, buku guru, bahan melalui

audio visual dan sdebagainya. Guru harus mampu mendesain materi pembelajaran

untuk model pembelajaran kooperatif STAD; 2) Kelompok Belajar, siswa dalam satu

kelas dibagi dalam 4-5 orang anggota secara heterogen. Dalam pembentukan kelompok

ini guru harus memperhatikan suku, agama, status sosial, gender serta kemampuan

akademik siswa di dalam satu anggota kelompok. Manfaat utama kelompok adalah

agar siswa belajar tetap pada kelompoknya dan untuk mempersiapkan jika tes individu.

Setelah guru mempresentasikan materi, masing-masing kelompok bertemu untuk

mengoreksi, membandingkan jawaban apabila ditemukan salah persepsi dengan materi

lain; 3) Evaluasi Belajar, setelah satu standar kompetensi dipresentasikan guru, maka

dilakukan evaluasi perseorangan dengan tujuan untuk mengukur pengetahuan yang

diterima pada saat KBM; 4) Skor/Nilai Peningkatan Perseorangan, pemberian evaluasi

pada individu untuk membandingkan skor/nilai yang diperoleh pada tes dengan skor

dasar/awal yang dimiliki siswa sebelumnya; 5) Rekognisi Tim (Kelompok Belajar),

bentuk penghargaan jika tim memperoleh skor rata-rata mencapai tertentu.

6. Model Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw

Jigsaw sebagai model pembelajaran kooperatif dikembangkan pertama kali oleh

Aronson & Patnoe tahun l997. Dalam model pembelajaran kooperatif Jigsaw, ” setiap

siswa menjadi anggota kelompok asal (home group) dan juga sebagai kelompok ahli

(expert group). Siswa dalam kelompok ahli bertanggung jawab terhadap penguasaan

materi yang menjadi bagian yang dipelajari dan berkewajiban mengajarkan kepada

Page 42: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

xlii

siswa lain dalam kelompoknya’’ (Arend, l997) dalam Helly Prajitno Soetjipto dan Sri

Mulyantini Soetjipto (2008: 13).

Seperti pada pembelajaran kooperatif STAD, pada model pembelajaran

kooperatif Jigsaw siswa dal;am satu kelas dibagi dalam kelompok-kelompok heterogen

dengan anggota 4-5 orang siswa. Pada model pembelajaran kooperatif Jigsaw setiap

siswa dalam satu kelompok asal (home group) akan menerima LKS yang berbeda.

Setiap siswa bertanggung jawab terhadap penguasaan LKS yang menjadi tugasnya.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif model Jigsaw sebagai berikut:

1) Siswa dalam satu kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 4-5

orang siswa, dan disebut kelompok asal (home group); 2) Menunjuk satu siswa sebagai

ketua kelompok; 3) Setiap siswa pada kelompok asal memperoleh LKS yang berbeda;

4) Memberi waktu membaca LKS; 5) Siswa yang memperoleh LKS yang sama

berkumpul membentuk kelompok ahli untuk mendiskusikan LKS dan kemudian

menjadi ahli pada tugasnya. Tunjuklah seorang pemimpin diskusi, pencatat,

pembaca materi dan pengkoreksi; 6) Masing-masing siswa dari kelompok ahli

kembali ke kelompok asal, untuk menjelaskan LKS yang menjadi tugasnya ke anggota

kelompoknya secara bergantian dan berbagi informasi. Tekankan pada masing-masing

siswa bahwa setiap siswa mempunyai tanggung jawab kelompok asal dan menjadi

tutor yang baik sebagaimana halnya dia menjadi pendengar yang baik. Para siswa harus

dapat meyakinkan bahwa mereka telah memahami seluruh pokok bahasan dan siap

untuk mengikuti tes perorangan; 7) Pada akhir pelajaran, para siswa diberikan tes

perseorangan yang mencakup semua sub pokok bahasan yang telah dipelajari.

Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif Jigsaw pada awalnya terjadi

proses yang kurang lancar. Hal ini dapat terjadi karena beberapa masalah yang muncul

Page 43: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

xliii

selama KBM, antara lain: 1) Siswa yang pandai mendominasi pembicaraan, sebaliknya

siswa yang kurang pandai akan kesulitan memberikan presentasi; 2) Siswa yang pandai

akan merasa bosan dengan anggota kelompok yang lamban. Untuk mengatasi masalah

tersebut, metoda pembelajaran kooperatif memberikan jalan keluar, diantaranya: (1)

Anggota kelompok hendaknya terdiri dari siswa yang kemampuan akademiknya

beragam, dari akademik tinggi sampai rendah; (2) Tidak menganut keanggotaan

permanen, artinya siswa dapat berganti kelompok dalam kurun waktu tertentu.

7. Ketrampilan Kooperatif

Untuk melaksanakan pembelajaran kooperatif, siswa harus dilatih terlebih

dahulu ketrampilan kooperatifnya. Hal ini diperlukan agar terjadi kelancaran kerja

kelompok, yaitu dengan mengembangkan komunikasi diantara anggota kelompok dan

tugas, dalam bentuk pembagian tugas antar kelompok.

Ketrampilan-ketrampilan kooperatif yang dilatihkan siswa sebelum pelaksanaan

proses belajar mengajar, antara lain: 1) Menggunakan kesepakatan, artinya

menyamakan pendapat yang bermanfaat untuk meningkatkan hubungan kerja antar

anggota dalam kelompok; 2) Memperhatikan apa yang menjadi pendapat dari

anggota kelompoknya dan anggota dari kelompok lain; 3) Menggunakan suara

yang cukup didengar oleh kelompoknya saja; 4) Menyebutkan nama dan

memandang pembicara, artinya jika memanggil diantara anggota atau anggota

kelompok lain menyebut nama dan kontak mata; 5) Menolong tidak harus memberikan

jawaban, artinya jika memberikan bantuan tanpa harus memberikan jawaban; 6)

Menghormati hak individu, artinya bersikap menghormati perbedaan diantara anggota

kelompok tentang budaya, suku, agama, ras dan status sosial; 7) Menunjukkan

penghargaan dan simpati, artinya menunjukkan rasa hormat, pengertian dan tenggang

Page 44: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

xliv

rasa terhadap pendapat-pendapat yang berbeda dengan orang lain bahkan

dirinya; 8) Mengungkapkan ketidaksetujuan dengan sikap yang baik; 9) Membuat

ringkasan, untuk mengingat yang sudah dan yang belum; 10) Dapat menafsirkan, yaitu

menyatakan pendapatnya dengan kalimat yang berbeda sesuai pemahaman siswa; 11)

Mengatur dan mengorgarusir; 12) Menerima tanggung jawab; 13) Siswa mampu

memperluas konsep; 14) Memeriksa dengan cermat; 15) Menanyakan kebenaran; 16)

Menetapkan tujuan; 17) Berkompromi.

8. Kemampuan Menggunakan Alat Ukur Listrik.

Dalam kegiatan eksperimen pada standar kompetensi listrik mengalir tidak lepas

dari penggunaan alat ukur listrik. Kemampuan menggunakan alat ukur litrik antara lain

trampil mengoperasionalkan amperemeter dan voltmeter yang meliputi dapat

menunjukkan batas ukur, menyetimbangkan, memasang, menentukan skala, ketepatan

posisi pengamatan, dan dapat melaporkan hasil pengukuran. Penggunaan alat ukur

listrik memerlukan ketelitian dan ketepatan untuk menghindari kesalahan. Kemampuan

dalam mengoperasikan alat ukur listrik dalam kegiatan pratikum akan mempermudah

dan akan menekan kesalahan sekecil mungkin. Kesalahan pengukuran antara lain,

kesalahan acak, yaitu kesalahan karena ketidaktepatan, kesalahan sistematik yaitu

kesalahan alami (kesalahan alat dan perorangan), kesalahan paralaks yaitu kesalahan

dalam membaca kurang tepat dalam menepatkan mata. Alat ukur yang akan dibahas

meliputi: amperemeter, voltmeter dan ohmmeter.

a. Amperemeter

Amperemeter adalah alat untuk mengukur kuat arus listrik. Untuk mengukur

kuat arus yang mengalir dalam suatu komponen, amperemeter disisipkan ke dalam

rangkaian sehingga berhubungan seri dengan komponen tersebut. Dengan demikian

Page 45: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

xlv

semua arus yang melewati komponen akan melewati amperemeter tersebut. Jika

amperemeter memiliki hambatan, maka hambatan total dalam rangkaian menjadi

bertambah. Dengan demikian arus yang mengalir akan mengecil, sehingga arus yang

terukur akan salah. Oleh karena itu, idealnya hambatan amperemeter sama dengan nol.

Pada prakteknya hambatan amperemeter pasti ada tapi diupayakan jauh lebh kecil

daripada hambatan rangkaian. Skema pemasangan amperemeter adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Pemasangan amperemeter

Amperemeter mempunyai skala penuh atau batas ukur maksimum, sementara

kuat arus listrik yang akan diukur ada kalanya melebihi batas ukur maksimum

amperemeter. Agar amperemeter dapat digunakan untuk mengukur arus listrik yang

lebih besar, haruslah dipasang suatu hambatan paralel dengan amperemeter sehingga

kelebihan arus akan mengalir ke hambatan peralel yang dinamakan hambatan shunt.

Gambar 2.2 Sebuah amperemeter dengan hambatan dalam RA

dilengkapi dengan hambatan shunt Rsh

Untuk memasang amperemeter dalam rangkaian listrik, perhatikan bahwa arus listrik

harus mengalir masuk ke kutub positif (diberi tanda ”+” atau warna merah) dan

meninggalkan amperemeter melalui kutub negatif (diberi tanda ”-” atau warna hitam).

Page 46: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

xlvi

Jika dihubungkan dengan polaritas yang terbalik jarum penunjuk akan menyimpang

dengan arah yang berkebalikan. Ini akan menyebabkan jarum penunjuk akan

membentur sisi tanda nol (sisi yang akan menghentikan pergerakan jarum penunjuk

jika amperemeter tidak dialiri arus), dcngan gaya yang cukup besar akan merusak

amperemeter. Kebanyakan meter digital (meter yang langsung mendisplay hasil ukuran

pada layar) memiliki polaritas otomatis. Meter ini memberikan bacaan yang benar

walaupun dihubungkan dengan polaritas yang terbalik, tetapi suatu tanda negatif

muncul di depan display angka untuk menunjukkan bahwa hubungan ke polaritas meter

terbalik.

b. Voltmeter

Voltmeter adalah alat pengukur beda potensial (tegangan) antara dua titik.

Untuk mengukur beda tagangan antara dua titik pada suatu komponen, kedua terminal

voltmeter harus dihubungkan dengan kedua buah titik yang tegangannnya akan diukur

sehingga terhubunag secara paralel dengan komponen tersebut. Skema pemasangan

voltmeter adalah sebagai berikut:

Gambar 2.3 Pemasangan Voltmeter Jika hambatan dalam voltmeter besar, maka arus yang melewati akan sangat kecil

sehingga pengaruh voltmeter pada rangkaian sangat kecil. Oleh karena itu, idealnya

hambatan voltmeter besar tak terhingga. Pada praktiknya, hambatan voltmeter bukan

tak terhingga, tetapi diupayakan agar hambatannya sangat besar. Sebagaimana

amperemeter, voltmeter juga mempunyai skala penuh atau batas ukur maksimum

Page 47: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

xlvii

voltmeter. Untuk itu batas ukur voltmeter dapat diperbesar dengan menambah

hambatan yang dipasang seri dengan voltmeter tersebut. Hambatan yang dipasang seri

dinamakan hambatan muka atau hambatan depan.

Gambar 2.4 Sebuah voltmeter dengan hambatan dalam Rv

dilengkapi dengan hambatan muka Rm. Untuk memasang voltmeter dalam suatu rangkaian, titik yang potensialnya lebih tinggi

harus dihubungkan ke kutub positif (”+” atau merah) dan titik yang potensilnya rendah

harus dihubungkan ke kutup negatif (”-” atau hitam). Jika dihubungkan dengan

poalaritas terbalik, jarum penunjuk akan menyimpang sedikit ke kiri tanda nol.

c. Ohmmeter

Ohmmeter adalah alat untuk mengukur hambatan suatu rangkaian. Hal ini dapat

dilakukan dengan menghubungkan sebuah sumber tegangan secara seri dengan sebuah

amperemeter dan hambatan yang akan diukur. Karena ggl ε diketahui dan arus diukur

oleh amperemeter, maka hambatan dapat ditentukan. Meter yang digunakan untuk

keperluan ini dapat dikalibrasi untuk menunjukkan hasilnya dalam ohm, meskipun

besaran yang sesungguhnya diukur adalah arus, alat ini disebut ohmmeter.

Gambar 2.5 Rangkaian pengganti sebuah ohmmeter

Page 48: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

xlviii

untuk mengukur nilai hambatan Rx.

Fungsi voltmeter, amperemeter, dan ohmmeter seringkali digabungkan menjadi satu

alat yang disebut multimeter. Pada multimeter terdapat sakelar untuk memilih besaran

yang akan diukur pada batas ukurnya.

9. Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar pada siswa merupakan faktor berhasil tidaknya pembelajaran

kooperatif. Karena pada proses pembelajaran selalu berkembang aktivitas siswa dalam

berbagai pengalaman belajar. Aktivitas siswa adalah kegiatan fisik dan mental yang

diwujudkan dalam bekerjasama, menciptakan kerja dan proses berfikir yang simultan

pada kegiatan belajar mengajar. Aktivitas belajar siswa diamati guru sebelum kegiatan

belajar mengajar berlangsung. Kegiatan fisik siswa yang dapat diamati, antara lain : 1)

Mendengarkan dengan penuh perhatian; 2) Berada dalam tugas; 3) Mengambil

giliran dan berbagi tugas; 4) Mendorong partisipasi; 5) Berdiskusi dan bertanya.

10. Prestasi Belajar

Pendidikan disegala jenjang pada umumnya untuk mendapatkan pengetahuan,

ketrampilan dan sikap. Pembelajaran kognitip, untuk memperoleh informasi dan

konsep-konsep serta analisis. Pembelajaran perilaku mencakup kemampuan dalam

mengerjakan tugas, memecahkan masalah dan mengemukakan pendapat. Pembelajaran

sikap mencakup tentang perasaan dan siswa terlibat dalam menilai diri sendiri dan

hubungan pribadi dengan materi pelajaran. Suatu proses belajar berhasil jika

menghasilkan prestasi belajar yang baik. Prestasi belajar siswa dapat dilihat atau

diketahui dari angka yang diperoleh siswa dengan membandingkan dengan siswa lain.

Prestasi belajar dalam penelitian ini meliputi prestasi belajar pada ranah kognitif,

prestasi belajar pada ranah psikomotor dan prestasi belajar pada ranah afektif.

Page 49: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

xlix

11. Materi Pembelajaran Fisika

Electro Dinamica (Listrik Mengalir)

a. Arus listrik

Arus listrik adalah aliran partikel-partikel bermuatan listrik. Pada abad ke-19,

sebelum elektron ditemukan, arus listrik ditetapkan sebagai partikel-partikel bermuatan

positif yang bergerak dari kutub positif ke kutub negatif baterai. Arah arus ini disebut

arah arus listrik konvensional. Pergerakan muatan ini terjadi pada bahan yang disebut

konduktor. Arah aliran elektron-elektron berlawanan dengan arah aliran partikel-

partikel bermuatan positif (gambar 2.6).

Gambar 2.6 Arus elektron berlawanan dengan arus konvensional

Namun demikian, tidak semua arus dihasilkan oleh aliran elektron pada kawat.

Dalam suatu pemercepat yang menghasilkan sorotan proton, arah gerak proton-proton

bermuatan positip sama dengan arus listrik. Dalam elektrolisis, arus listrik dihasilkan

oleh aliran ion-ion positip yang searah arus ditambah aliran ion-ion negatif dan

elektron-elektron yang berlawanan arah dengan arus.

”Arus listrik adalah laju muatan yang melalui suatu luasan penampang melintang. Berdasarkan konvensi, arahnya dianggap sama dengan arah aliran muatan positif. Dalam kawat penghantar, arus listrik merupakan hasil aliran lambat elektron-elektron bermuatan negatif yang dipercepat oleh medan listrik dalam kawat dan kemudian segera bertumbukan dengan atom-atom konduktor” Paul A.Tipler (1991) dalam Bambang Soegijono (2001: 161-162).

Page 50: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

l

Besaran yang menyatakan kualitas arus listrik disebut kuat arus listrik (I), arus listrik

merupakan besaran skalar yang didefinisikan sebagai banyak muatan positif Δq yang

mengalir melalui penampang seutas kawat penghantar per satuan waktu Δt.

Untuk arus searah, banyak muatan listrik yang mengalir melalui penampang kawat

adalah konstan terhadap waktu, sehingga persamaan (1) dapat dituliskan:

2)

t

Keterangan I Kuat arus listrik (A)

At Selang waktu (s)

Gambar 2.7 Kuat arus listrik sebagai kelajuan muatan yang melewati suatu luasan tertentu

Dengan demikian, satuan arus listrik dalam SI adalah coulomb per sekon (C/s)

yang lebih dikenal dengan ampere (A), yang diambil dari nama seorang fisikawan

Perancis bernama Andre Marie Ampere. Besaran kuat arus I dan waktu termasuk

besaran pokok sedangkan muatan q adalah besaran turunan. Bila luas penampang arus

sebesar A, maka rapat arus (J) dapat dituliskan menjadi

Rapat arus J didefinisikan sebagai besarnya kuat arus per satuan luas.

penampang Rapat arus J mempunyai satuan A/m2.

Page 51: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

li

b. Hukum Ohm

Hubungan antara kuat arus dengan beda potensial di dalam suatu penghantar

dapat diketahui dengan membuat rangkaian seperti pada gambar 2.8. sebagai rangkaian

penguji dengan hambatan geser.

Gambar 2.8. Rangkaian Penguji Dengan Hambatan Geser

Setiap perubahan nilai hambatan geser (dengan menggeser kontak geser ke kiri

atau ke kanan) akan diikuti dengan perubahan kuat arus (I) dan beda potensial (V).

Perubahan kuat arus dan beda potensial ditunjukkan dengan gambar 2.9. yaitu grafik

hubungan antara arus (I) dan beda potensial (V).

Gambar 2.9. Grafik hubungan antara I dan V

Dari grafik pada dapat disimpulkan bahwa besar kuat arus sebanding dengan

beda potensial. Selanjutnya, oleh Geoge Simon Ohm dinyatakan bahwa kuat arus yang

mengalir melalui suatu penghantar sebanding dengan beda potensial antara ujung-ujung

penghantar, asal suhu penghantar tersebut tidak berubah. Pernyataan tersebut dikenal

dengan hukum Ohm.

Selanjutnya dari grafik dapat juga dilihat bahwa:

Page 52: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

lii

....(4)................................................................................αtanRatauIV

R ==

Perbandingan tegangan (V) dan kuat arus (1) disebut hambatan atau resistansi

(R). Secara umum Hukum Ohm dinyatakan dengan rumus:

V=I.R ..............................................................................................................(5)

Keterangan:

V = beda potensial atau tegangan (V)

I = kuat arus listrik (A)

R = hambatan listrik (ohm V/A)

Komponen-komponen yang menurut (sesuai) hukum Ohm disebut komponen

ohmic (grafik hubungn V dan I berupa garis lurus). Komponen yang tidak tunduk

terhadap hukum Ohm disebut komponen non-ohmic grafik hubungan V dan I berupa

garis lengkung). Kedua grafik tersebut tampak pada gambar 2.10.

Gambar 2.10. Garis Untuk Komponen Ohmic dan Non-Ohmic

Nilai hambatan resistor dapat dilihat dari gelang-gelang warna yang dapat

dilihat di bagian resistor itu sendiri. Berikut adalah kode warna dan nilai hambatan

resistor.

Tabel 2.1 .Kode Warna Resistor

Warna Angka Faktor Pengali Toleransi

Hitam 0 1 -

Page 53: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

liii

Coklat

Merah

Jingga

Kuning

Hijau

Biru

Ungu

Abu-abu

Putih

Emas

Perak

Tidak berwarna

1

2

3

4

5

6

7

8

9

-

-

-

101

102

103

104

105

106

107

108

109

10-1

10-2

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

5%

10%

20%

c. Faktor faktor yang menipengaruhi hambatan

1) Suhu

Hambatan jenis suatu bahan adalah hambatan suatu bahan yang panjangnya 1

m dan luas penampangnya 1 m2. Nilai hambatan jenis suatu penghantar bergantung

pada jenis penghantar dan suhu. Penghantar logam, hambatan jenisnya akan naik jika

suhunya bertambah, sesuai dengan rumus berikut:

( ) (6)................................................................................α.Δt1ρρ 0t +=

Keterangan:

ρt = hambatan jenis akhir (Ω m)

ρ0 = hambatan jenis awal (Ω m)

Page 54: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

liv

α = koefisisn suhu hambatan jenis (°C-1 atau K-1)

ΔT= perubahan suhu (°C atau K)

Pada umumnya hambatan kawat juga akan naik jika suhunya bertambah. Dalam

suatu batas perubahan suhu tertentu, perubahan fraksi hambatan (Δρ/ρ) sebanding

dengan perubahan suhu (ΔT) sehingga:

( )7...................................................................................................0

TD=D arr

Oleh karena hambatan penghantar sebanding dengan hambatan jenis, didapat

persamaan berikut:

( )8................................................................α.ΔT.RΔRatauα.ΔTRΔR

00

==

Dengan ketentuan ( )9....T.........TΔTR,RΔRρ,ρΔρ 1t1 -=-=-=

sehingga

( )10.........................................................T.........RRΔRRR 000t a+=+=

atau

( )11................................................................T.........RRΔRRR 000t a+=+=

Keterangan:

ρ = hambatan jenis (Ω m)

ΔR = perubahan hambtan penghantar (Ω)

R0 = hambatan awal

Rt = hambatan akhir

T0 = suhu awal

Tt = suhu akhir

Page 55: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

lv

Pada persamaan di atas, ρ0 adalah hambatan jenis pada suhu acuan T0, biasanya

ditetapkan 200°C. Konstanta α, disebut koefisien suhu hambatan jenis yang tergantung

pada jenis bahan. Beberapa nilai α yang diberikan pada Tabel 2.2

Tabel 2.2 Hambatan Jenis dan Koefisien Suhu Beberapa Bahan Penghantar No Zat Hambatan jenis (ρ) pada 200oC Koefisien suhu

(α) 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Perak Tembaga Aluminium Tungsten Nikel Besi Baja Mangan Karbon

1,8x10-8

1,7x10-8 2,8 x10-8 5,6 x10-8 6,8 x10-8 10,0 x10-8 18,0 x10-8 44,0 x10-8 3500 x10-8

3,8x10-3

3,8 x10-3 3,9 x10-3 4,5 x10-3 6,0 x10-3 5,0 x10-3 3,0 x10-3 1,0 x10-3 0,5 x10-3

2) Pengaruh Panjang, Luas Penampang, Dan Jenis Bahan Suatu Penghantar

Besarnya hambatan suatu penghantar juga dipengaruhi oleh panjang, luas

penampang, dan jenis bahan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa untuk kawat yang

sejenis, kawat tipis memiliki hambatan yang lebih besar daripada kawat tebal. Jika luas

penampang kawat dijadikan 2x, maka hambatan kawat menjadi 1/2x, sehingga dapat

disimpulkan bahwa hambatan berbanding terbalik dengan luas penampang.

÷øö

çèæ

AR

1~

Dari hasil percobaan juga menunjukkan bahwa hambatan kawat sebanding dengan

panjang kawat. Makin panjang suatu kawat, makin besar hambatan listriknya.

R∞L

Jika kedua kesimpulan yang telah diperoleh digabungkan, maka akan didapatkan

bahwa: AL

R¥ atau AL

R r= ............................................................................(12)

Keterangan: R : hambatan (Ω)

Page 56: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

lvi

L : panjang penghantar (m)

A : luas penampang penghantar (m2)

ρ : hambat jenis (Ωm)

d. Hukum I Kirchhoff

Rangkaian listrik biasanya terdiri dari banyak hubungan sehingga akan terdapat

banyak cabang maupun titik simpul. Titik simpul adalah titik pertemuan tiga cabang

atau lebih. ’’The sum of the currents entering any junction in a circuit must equal the

sum of the current leaving that junction” (Physics Sarway: p.869). Artinya: jumlah

kuat arus listrik yang masuk ke titik simpul (titik cabang) sama dengan jumlah kuat

arus listrik yang keluar dari titik simpul (titik cabang) itu, ini dikenal sebagai hukum I

Kirchhoff.

Hukum I Kirchhoff tersebut sebenarnya tidak lain dari hukum kekekalan

muatan, yang menyatakan bahwa jumlah muatan yang mengalir tidak berubah. Artinya

”laju muatan (kuat arus) yang menuju titik cabang sama besarnya dengan laju muatan

(kuat arus) yang meninggalkan titik cabang” (Yohanes Surya 1999: 10). seperti tampak

di dalam analogi yang ada pada Gambar 6 berikut. hukum I Kirchhoff secara matematis

dapat dituliskan sebagai:

( )13..............................................................................keluar....ΣImasukΣI =

Gambar 2.11. Skema diagram untuk hukum I Kirchhoff serta analogi mekaniknya

e. Hubungan Seri dan Paralel untuk Resistor

Page 57: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

lvii

Susunan seri komponen-komponen listrik adalah komponen-komponen :ersebut

dihubungkan sedemikian sehingga kuat arus yang melalui tiap-tiap komponen sama

besar, meskipun besar hambatan masing-masing komponen tidak sama. Pada gambar

2.12.a. ditunjukkan dua buah lampu pijar yang disusun seri, dan gambar rangkaian

listriknya ditunjukkan pada Gambar 2.12.b.

Gambar 2.12 (a) Dua buah lampu yang dihubungkan secara seri

(b) Rangkaian pengganti peralatan tersebut

Dapat dipahami dari Gambar 2.12.b bahwa pada hubungan seri; kompen-

komponen listrik dialiri oleh arus listrik yang sama besar. Tegangan antara a dan c

adalah:

V=Vab+Vbc

V=IR1+IR2=(R1+R2)............................................................................................(14)

Karena V = I Rae, maka Rac = R1 + R2

Dengan perkataan lain, hambatan gabungan (Rab) atau beberapa hambatan yang

terhubung secara seri dapat dituliskan sebagai:

Rgab=R1+R2+...+Rn.............................................................................................(15)

Tiga prinsip susunan seri:

1) Kuat arus yang melalui tiap-tiap komponen sama, dan sama dengan kuat arus yang

melalui hambatan pengganti seri R5

I1=I2=I3=...=I............................................................................................... (16)

Page 58: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

lviii

2) Tegangan pada hambatan pengganti seri (V) sama dengan jumlah tegangan pada

tiap-tiap komponen.

V=V1+V2+V3+.......................................................................................... (17)

3) Susunan seri berlaku sebagai pembagi tegangan. Tegangan pada tiap-tiap

komponen sebanding dengan hambatannya.

V1:V2:V3:...=R2: R1.................................................................................. (18)

Sedangkan yang dimaksud susunan paralel komponen-komponen listrik adalah

bahwa komponen-komponen tersebut dihubungkan sedemikian sehingga tegangan pada

tiap-tiap komponen sama besar, meskipun hambatan masing-masing komponen tidak

sama. Hubungan paralel komponen-komponen listrik serta rangkaian penggantinya

dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.13 (a) Dua buah lampu yang dihubungkan secara paralel

(b) Rangkaian pengganti peralatan tersebut

Dapat dipahami dari Gambar 2.13.b. bahwa pada hubungan paralel, komponen-

komponen listrik mendapatkan beda potensial yang sama besar. Dengan menggunakan

hukum I Kirchhoff diperoleh:

I=I1+I2.................................................................................................................(19)

( )20....................................................................RV

R1

R1

VRV

RV

Igab2121

=÷÷ø

öççè

æ+=+=

Page 59: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

lix

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hambatan gabungan (Rgab) beberapa

hambatan yang terhubung secara paralel dapat dituliskan sebagai

( )21.....................................................................................................111

21 RRRgab

+=

Apabila ada n buah hanbatan yang dihubungkan secara paralel, hambatan penggantinya

Rgab akan memenuhi

( )22....................................................................................1

....111

21 ngab RRRR+++=

Untuk dua komponen R1 dan R2 yang disusun paralel maka hambatan pengganti, paralel

dapat dihitung lebih cepat dengan persamaan khusus:

( )23.....................................................................................................21

21

RRxRR

Rgab +=

Salah satu contoh hubungan paralel adalah peralatan listrik di rumah kita.

Peralatan-peralatan harus mendapat tegangan yang sama, misalnya 220 volt. Jadi,

seluruh peralatan terhubung secara paralel terhadap sumber tegangan. Dengan susunan

paralel, jika salah satu komponen rusak/gagal (misalnya filamen lampu pijar putus),

maka komponen-komponen lain (TV, radio, radio kaset, dan sebagainya tetap

menyala).

Tiga prinsip susunan paralel:

1) Tegangan pada tiap-tiap komponen sama, dan sama dengan tegangan pada

hambatan pengganti paralel Rp

V1 = V2 = V3 =...=V……………………………………………………… (24)

2) Kuat arus yang melalui hambatan pengganti paralel (I) sama dengan jumlah kuat

arus yang melalui tiap-tiap komponen.

Page 60: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

lx

I=I1+I2+I3+............................................................................................... .(25)

3) Susunan paralel berlaku sebagai pembagi kuat arus. Kuat arus yang melalui tiap-

tiap komponen sebanding dengan kebalikan hambatan………………… (26)

f. Hubungan seri dan paralel untuk sumber tegangan

1) Rangkaian sumber tegangan seri

Gambar 2.14. Rangkaian seri sumber tegangan

Kuat arus yang mengalir: ( )27...............................................................Rr

EI

+SS

=

Keterangan: ∑E = jumlah sumber tegangan.

∑r =jumlah hambatan dalam.

R = hambatan luar.

I = kuat arus.

2) Rangkaian sumber tegangan paralel

Gambar 2.15. Rangkaian paralel sumber tegangan

Page 61: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

lxi

Kuat arus yang mengalir: nRr

nEIatau

Rnr

EI

+=

+=

Keterangan: n= jumlah sumber tegangan yang diparalel

sumberdan penggantihambatan nr=

g. Prinsip Jembatan Wheatstone

Rangkaian Jembatan Wheatstone ditunjukkan pada gambar di bawah ini:

Gambar 2.16. Rangkaian Jembatan Wheatstone

Pada rangkaian di atas jarum galvanometer peka G akan menyimpang ke kiri

atau ke kanan dan kedudukan seimbangnya (kedudukan setimbang ditunjukkan jarum

menunjuk angka nol, angka nol berada pada tengah-tengah seluruh skala). Dengan

mengatur nilai hambatan, bisa membuat jembatan seimbang (melalui galvanometer =

0). Pada keadaan ini arus yang melalui R1 dan R2 sama besar dan arus yang melalui R3

dan R4 sama besar, sehingga:

VAB = VAD...................................................................................................... (28)

VBC = VDC...................................................................................................... (29)

Sehingga:

I1R1 = I2R2.......................................................................................................(30)

I1R2 = I2R4.......................................................................................................(31)

Dari persamaan (25) dan (26) didapatkan:

Page 62: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

lxii

( )32..........................................................................xRRxRRatau RR

II

sehinggaRR

RR

II

32412

4

1

3

2

4

1

3

2

1

==

==

Dari persamaan di atas dapat disimpulkan bahwa pada rangkaian Wheatstone yang

seimbang, hasil kali dua hambatan yang saling berhadapan sama.

h. Hukum Kirchhoff II

”Loop rule, the sum of the potential differences a cross all elements around any

closed circuit loop must be zero” (Physics Sarway: p.870). Artinya: Pada suatu

rangkaian tertutup, jumlah aljabar dari beda potensial elemen-elemen yang membentuk

suatu rangkaian tertutup sama dengan nol. Ini dikenal dengan hukum Kirchhoff II.

Gambar 2.17. Rangkaian tertutup satu loop

Dirumuskan: Σ E + Σ IR = 0 ..............................................................................(33) Perjanjian menggunakan tanda :

1) Tentukan arah arus pada rangkaian, pilih searah jarum atau berlawanan jarum jam.

2) Tentuakan arah loop pada rangkaian, pilih searah jarum atau berlawanan jarum

jam.

3) Dalam menelusuri loop jika menemui kutub negatif elemen terlebih dahulu maka,

elemen tersebut diberi tanda positif dan sebaliknya.

Page 63: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

lxiii

4) Dalam menelusuri loop, jika berjalan searah loop kuat arus listrik kali hambatan

diberi tanda negatip dan sebaliknya.

Contoh.

Loop ABCDA:

Σ ε + Σ I R = 0.......................................................(34)

ε1+ε2- I (r1 + r2 + R1 + R2 + R3 ) = 0.......................................................(35)

Beda potensial dua titik ; misal pada rangkaian di atas ditanyakan VAB = ?

Maka : VAB + Σ ε + Σ IR = 0

Perjanjian:

1) Jika berjalan dari A ke B bertemu kutub negatif elemen terlebih dahulu, elemen itu

diberi tanda positif dan sebaliknya.

2) Jika berjalan dari A ke B searah dengan arus maka perkalian hambatan dengan arus

listrik diberi tanda negatif, dan sebaliknya.

Sehingga : VAB + ε1 + ε2 – I ( r1 + r2 + R1 + R2 + R3 ) = 0...............(36)

B. Penelitian Yang Relevan

Sebagai bahan perbandingan, perlu dikemukakan penelitian-penelitian terdahulu

yang ada hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan agar dapat memberikan

gambaran yang jelas.

1. Penelitian yang dilakukan oleh Sumarsono (2005) tentang Penerapan pembelajaran

kooperatif model STAD dan model Jigsaw terhadap prestasi belajar fisika pada

pokok bahasan tegangan dan arus bolak-balik ditinjau dari aktivitas belajar siswa,

yang bertujuan : a) mengetahui perbedaan pengaruh penggunaan model

Page 64: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

lxiv

pembelajaran STAD dan Jigsaw terhadap prestasi belajar, b) mengetahui perbedaan

pengaruh aktivitas belajar terhadap prestasi belajar, c) mengetahui interaksi antar

model STAD dan Jigsaw dengan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar.

Kesamaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah

model pembelajarannya dan variabel aktivitas belajar, serta prestasi belajar pada

ranah kognitif. Perbedaannya antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan

peneliti pada variabel kemampuan menggunakan alat ukur listrik, prestasi belajar

ranah psikomotor dan prestasi belajar ranah afektif, populasi penelitian ini di SMA

Negeri 3 Surakarta sedang populasi yang dilakukan peneliti di SMA Negeri 1

Surakarta.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Suharno (2009) tentang, Pembelajaran kooperatif

model Jigsaw dan TGT ditinjau dari orientasi kepribadian kooperatif, yang

bertujuan : a) mengetahui perbedaan prestasi belajar biologi antara pembelajaran

kooperatif model Jigsaw dan TGT pada materi virus, b) mengetahui perbedaan

prestasi belajar biologi antara tingkatan orientasi kepribadian kooperatif tinggi,

sedang dan rendah pada materi virus, c) interaksi antara pembelajaran kooperatif

model Jigsaw, TGT dengan orientasi kepribadian kooperatif terhadap prestasi

belajar biologi pada materi virus. Kesamaan antara penelitian ini dengan penelitian

yang dilakukan oleh peneliti adalah pembelajaran kooperatif model Jigsaw dan

prestasi belajar pada ranah kognitif. Perbedaannya antara penelitian ini dengan

penelitian yang dilakukan peneliti pada variabel kemampuan menggunakan alat

ukur listrik, aktivitas belajar, prestasi belajar ranah psikomotor dan prestasi belajar

ranah afektif, populasi penelitian ini di SMA Negeri 1 Wonosari Klaten sedang

populasi yang dilakukan peneliti di SMA Negeri 1 Surakarta.

Page 65: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

lxv

3. Penelitian yang dilakukan oleh Seran Daton Gregorius (2009) tentang, Pengaruh

pembelajaran kooperatif tipe STAD Dan Jigsaw II terhadap prestasi belajar

ditinjau dari motivasi berprestasi dan sikap sosial siswa, yang bertujuan : a)

mengetahui perbedaan pengaruh pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw II

terhadap prestasi belajar, b) mengetahui pengaruh motivasi berprestasi terhadap

prestasi belajar, c) mengetahui pengaruh sikap sosial terhadap prestasi belajar, d)

mengetahui interaksi antara motivasi berprestasi dengan pembelajaran kooperatif

tipe STAD dan Jigsaw II terhadap prestasi belajar, e) mengetahui interaksi antara

sikap sosial dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw II terhadap

prestasi belajar, f) mengetahui interaksi antara motivasi berprestasi dengan sikap

sosial terhadap prestasi belajar, dan g) mengetahui interaksi antara pembelajaran

kooperatif tipe STAD dan Jigsaw II, motivasi berprestasi dan sikap sosial terhadap

prestasi belajar. Diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

II memberikan pengaruh yang lebih positif terhadap prestasi belajar fisika pada

pokok bahasan listrik statis dibandingkan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Kesamaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti

adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD, prestasi belajar pada ranah kognitif.

Sedangkan perbedaannya peneliti menggunakan pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw, variabel peneliti adalah kemampuan menggunakan alat ukur listrik dan

aktivitas belajar, prestasi belajar pada ranah psikomotor dan ranah afektif serta

populasi peneliti kelas X reguler SMA Negeri 1 Surakarta.

C. Kerangka Berpikir

Page 66: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

lxvi

Berdasarkan dari kajian yang telah diuraikan dapat dikemukakan kerangka

pemikiran pada penelitian ini, sebagai berikut :

1. Pengaruh penggunaan model pembelajaran STAD dan Jigsaw terhadap prestasi

belajar.

Penggunaan model pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar yang tidak sesuai

terhadap suatu pokok bahasan tertentu akan berpengaruh terhadap keberhasilan

proses belajar mengajar. Guru yang hanya menguasai satu atau beberapa metode

pembelajaran tertentu akan mengalami kesulitan dalam proses belajar mengajar dan

dapat dipastikan bahwa prestasi belajar siswa akan rendah. Untuk itu guru harus

memiliki pengetahuan mengenai jenis-jenis model pembelajaran. Guru harus dapat

memilih dengan tepat model-model pembelajaran yang disesuaikan dengan pokok

bahasan. Contohnya menguasai model pembelajaran STAD dan Jigsaw. Hakekat

STAD menitik beratkan pada pencapaian kemampuan dalam menguasai materi

secara bersama, sedangkan model Jigsaw disamping menitik beratkan pada

pencapaian kemampuan dalam menguasai materi secara bersama juga pada

ketrampilan antarpersonal dalam pelaksanaan model pembelajarannya. Model

STAD menekankan struktur tutorial teman sebaya, semua siswa dalam kelompoknya

saling membantu. Sedangkan pada model Jigsaw memberikan penekanan pada

peran masing-masing siswa dalam kelompoknya (kelompok asal) dan saling

bertukar pengetahuan, dalam satu kelompok memiliki saling ketergantungan yang

sangat besar, karena masing-masing dalam satu kelompok mendapatkan bagian

tugas yang berlainan antara siswa satu dengan yang lain.

Maka dapat diduga model pembelajaran STAD lebih dapat meningkatkan prestasi

belajar dibanding model pembelajaran Jigsaw.

Page 67: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

lxvii

2. Pengaruh kemampuan menggunakan alat ukur listrik terhadap prestasi belajar.

Kemampuan menggunakan alat ukur litrik antara lain trampil mengoperasionalkan

amperemeter dan voltmeter yang meliputi dapat menunjukkan batas ukur,

menyetimbangkan, memasang, menentukan skala, ketepatan posisi pengamatan, dan

dapat melaporkan hasil pengukuran. Kemampuan menggunakan alat ukur listrik,

siswa dapat timbul pada diri siswa apabila ada dorongan perasaan dari dalam diri

siswa sendiri yang berbentuk kesadaran untuk belajar. Kesadaran siswa untuk

belajar tergantung dari perbuatan siswa mengikuti PBM. Perhatian siswa terhadap

PBM suatu mata pelajaran akan tampak dari cara siswa bertindak, memperhatikan

dan melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan mata pelajaran. Bila

siswa berminat terhadap suatu mata pelajaran, maka siswa tersebut akan berbuat,

bertindak dan memusatkan pikirannya terhadap mata pelajaran secara sungguh-

sungguh. Tetapi sebaliknya apabila seorang siswa kurang berminat terhadap suatu

pelajaran, maka siswa tersebut tidak akan menampakkan kesungguhannya terhadap

pelajaran tersebut. Agar timbul kemampuan menggunakan alat ukur listrik pada diri

siswa, diperlukan suatu kondisi yang menciptakan pembelajaran yang menarik

perhatian siswa. Saat istirahat atau jam-jam tambahan sore siswa diberi latihan cara-

cara penggunaan alat ukur listrik dan manfaat dalam menguasai materi listrik

dinamis. Pembelajaran dapat menarik perhatian siswa jika pada diri siswa ada rasa

ingin tahu, ada relevansi antara mata pelajaran yang diberikan dengan kebutuhan

siswa. Guru perlu menumbuhkan kemampuan menggunakan alat ukur listrik dengan

memperkenalkan pembelajaran menarik, pengelolaan kelas melalui iklim belajar

yang menarik dengan cara mempersiapkan lembar kerja siswa, membentuk

kelompok-kelompok belajar, menggunakan media pembelajaran yang menarik

Page 68: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

lxviii

hingga pembuatan alat evaluasi. Penciptaan kondisi kelas yang menarik akan

menumbuhkan kemampuan menggunakan alat ukur listrik. Dengan demikian dapat

diduga siswa yang mempunyai kemampuan menggunakan alat ukur listrik tinggi

akan memperoleh prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang

memiliki kemampuan menggunakan alat ukur listrik rendah.

3. Pengaruh aktivitas belajar terhadap prestasi belajar.

Aktivitas belajar pada siswa merupakan faktor berhasil tidaknya pembelajaran

kooperatif. Karena pada proses pembelajaran selalu berkembang aktivitas siswa

dalam berbagai pengalaman belajar. Aktivitas siswa adalah kegiatan fisik dan mental

yang diwujudkan dalam bekerjasama, menciptakan kerja dan proses berfikir yang

simultan pada kegiatan belajar mengajar. Aktivitas belajar siswa diamati guru sebelum

kegiatan belajar mengajar berlangsung. Kegiatan fisik siswa yang dapat diamati, antara

lain : 1) Mendengarkan dengan penuh perhatian; 2) Berada dalam tugas; 3)

Mengambil giliran dan berbagi tugas; 4) Mendorong partisipasi; 5) Berdiskusi dan

bertanya. Dengan demikian dapat diduga siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi

akan memperoleh prestasi belajar listrik dinamis yang lebih baik daripada siswa yang

memiliki aktivitas belajar rendah.

4. Interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan menggunakan alat ukur

listrik terhadap prestasi belajar.

Terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan menggunakan

alat ukur listrik. Dalam model STAD menekankan struktur tutorial teman sebaya,

semua siswa dalam kelompoknya saling membantu dan menitik beratkan pada

pencapaian kemampuan dalam menguasai materi secara bersama. Dengan demikian

Page 69: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

lxix

dapat diduga bahwa pembelajaran dengan STAD , disertai kemampuan

menggunakan alat ukur listrik tinggi akan memperoleh prestasi belajar lebih baik.

5. Interaksi antara model pembelajaran dengan aktivitas belajar terhadap prestasi

belajar.

Terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan aktivitas belajar. Dalam model

STAD menekankan struktur tutorial teman sebaya, semua siswa dalam kelompoknya

saling membantu dan menitik beratkan pada pencapaian kemampuan dalam

menguasai materi secara bersama. Dapat diduga pembelajaran dengan model STAD,

disertai aktivitas belajar tinggi akan memperoleh prestasi belajar lebih baik.

6. Interaksi antara kemampuan menggunakan alat ukur listrik dan aktivitas belajar

terhadap prestasi belajar.

Terdapat interaksi antara kemampuan menggunakan alat ukur listrik dan aktivitas

belajar. Siswa dengan aktivitas belajar tinggi memiliki sikap disiplin, kritis dan

berani bertanya. Dengan demikian dapat diduga siswa yang memiliki kemampuan

menggunakan alat ukur listrik tinggi dan aktivitas belajar tinggi akan memperoleh

hasil prestasi belajar yang lebih baik.

7. Interaksi antara model pembelajaran, kemampuan menggunakan alat ukur listrik

serta aktivitas belajar terhadap prestasi belajar.

Terdapat interaksi antara model pembelajaran, kemampuan menggunakan alat ukur

listrik serta aktivitas belajar. Model pembelajaran STAD menekankan struktur

tutorial teman sebaya, semua siswa dalam kelompoknya saling membantu, menitik

beratkan pada pencapaian kemampuan dalam menguasai materi secara bersama.

Menghadapi tugas bersama-sama dan saling didiskusikan semua siswa dalam

kelompoknya. Sedangkan pada model Jigsaw memberikan penekanan pada peran

Page 70: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

lxx

masing-masing siswa dalam kelompoknya (kelompok asal) dan saling bertukar

pengetahuan, karena masing-masing dalam satu kelompok mendapatkan bagian

tugas yang berlainan antara siswa satu dengan yang lain. Dengan demikian dapat

diduga siswa yang diberikan model pembelajaran STAD akan memperoleh prestasi

yang lebih baik daripada siswa dengan model Jigsaw ditinjau dari kemampuan

menggunakan alat ukur listrik tinggi atau rendah dan aktivitas belajar tinggi atau

rendah.

Untuk memperjelas kerangka berfikir di atas, maka digambarkan bagan atau

skema sebagai berikut :

Gambar 2. 18. Kerangka Pemikiran Penelitian

D. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran yang telah peneliti kemukakan

di atas, maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut:

Kelas Eksperimen Satu

Pembelajaran STAD

Permasalahan KBM Siswa

Kelas X SMA Kelas Eksperimen Dua

Pembelajaran Jigsaw

Kemampuan menggunakan alat ukur listrik

Aktivitas Belajar

Prestasi Belajar Fisika

Aktivitas Belajar

Kemampuan menggunakan alat ukur listrik

Page 71: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

lxxi

1. Ada pengaruh penggunaan model pembelajaran STAD dan Jigsaw terhadap

prestasi belajar.

2. Ada pengaruh kemampuan menggunakan alat ukur listrik tinggi dan rendah

terhadap prestasi belajar.

3. Ada pengaruh aktivitas belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar.

4. Ada interaksi antara model pembelajaran STAD dan Jigsaw dengan kemampuan

menggunakan alat ukur listrik terhadap prestasi belajar.

5. Ada interaksi antara model pembelajaran STAD dan Jigsaw dengan aktivitas

belajar terhadap prestasi belajar.

6. Ada interaksi antara kemampuan menggunakan alat ukur listrik dan aktivitas

belajar terhadap prestasi belajar.

7. Ada interaksi antara metode STAD dan Jigsaw, kemampuan menggunakan alat

ukur listrik dan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar.

Page 72: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

lxxii

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Surakarta tahun pelajaran

2008/2009 Jl.Munginsidi No. 40 Telp. (0271) 652975 Surakarta.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini direncanakan pada semester II tahun pelajaran 2008/2009,

kurun waktu bulan Januari 2009 sampai dengan Desember 2009. Pelaksanaan

penelitian disajikan dalam tabel 3.1 berikut:

Tabel 3. 1 Distribusi Waktu Pelaksanaan Penelitian Tahun 2009 bulan ke- No

Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 Tahap persiapan X 2 Bimbingan Proposal X 3 Seminar Proposal X

4 Konsultasi pembimbing Bab I, II dan III

X X

5 Penyusunan Instrumen X 6 Pelaksanaan Penelitian X

7 Pengolahan Data Hasil Penelitian

X X X

8 Penulisan Bab IV dan V X X X 9 Ujian Komprehensif X 10 Ujian Tesis X

Page 73: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

lxxiii

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah semua kelas X siswa SMA Negeri 1 Surakarta

Tahun Ajaran 2008/2009.

2. Sampel

Pemilihan sample dilakukan dengan pemilihan acak terhadap 10 kelas yang ada

(cluster sampling), yang dilakukan dengan pengundian dari populasi 10 kelas X

diambil 4 kelas. Dari pengundian tersebut terpilih kelas X11 dan X12 sebagai kelas

eksperimen 1 menggunakan model pembelajaran Jigsaw dan kelas X7 dan X10 sebagai

kelas eksperimen 2 menggunakan model pembelajaran STAD.

Dari kelas yang terpilih tersebut dilakukan uji team matching untuk melihat

keseimbangan tingkat kemampuan siswa dari kedua kelompok kelas eksperimen. Uji

normalitas dengan menggunakan program Minitab 15, uji normalitas Ryan-Joiner (RJ).

Dari hasil pengujian nilai prestasi kognitif belajar materi pembelajaran : Listrik

Dinamis, didapatkan bahwa p-value > 0,05 untuk kedua uji normalitas yang dilakukan

(p-value uji RJ > 0,100) Berdasarkan hasil uji tersebut, maka keputusan adalah data

berditribusi normal.

Uji homogenitas, tujuan dari uji homogenitas adalah untuk mengetahui apakah

sampel berasal dari populasi yang berditribusi dari variansi homogen atau tidak. Uji

homogenitas yang peneliti gunakan adalah metode uji F. Adapun sebagai pendukung

Page 74: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

lxxiv

keputusan dilakukan juga uji Levene. Variabel terikat untuk uji ini adalah prestasi

kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan sebagai faktornya adalah model

pembelajaran (STAD dan Jigsaw), kemampuan menggunakan alat ukur listrik dan

aktivitas belajar.

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Eksperimen dengan

rancangan faktorial 2 x 2 x 2, karena hasil penelitian ini akan menegaskan bagaimana

kedudukan hubungan kausal antara variabel-variabel yang akan diteliti. Tujuannya

terletak pada penemuan fakta-fakta akibat perbedaan pengaruh penerapan model

pembelajaran STAD dan Jigsaw terhadap prestasi belajar pada ranah kognitif, afektif

dan psikomotor materi listrik dinamis. Selanjutnya dilakukan analisis perbandingan

setiap variansi variabel bebas yang akan dibelajarkan, yaitu model pembelajaran STAD

dan Jigsaw sebagai variabel bebas utama, dan kemampuan menggunakan alat ukur

listrik dan aktivitas belajar sebagai variabel atribut, sekaligus dilihat faktor-faktor yang

berinteraksi terhadap variabel terikat yaitu prestasi belajar pada ranah kognitif, afektif

dan psikomotor.

Rancangan Analisis Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial 2 x 2 x 2 dengan teknik analisis

varians (ANAVA) tiga jalur, yaitu suatu rancangan penelitian yang digunakan untuk

meneliti pengaruh perlakuan model pembelajaran yang berbeda dari dua kelompok

dihubungkan dengan kemampuan menggunakan alat ukur listrik dan aktivitas belajar

terhadap prestasi belajar listrik dinamis. Kemampuan menggunakan alat ukur listrik,

Page 75: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

lxxv

aktivitas belajar, prestasi psikomotor dan prestasi afektif diperoleh melalui observasi,

sedangkan prestasi kognitif diperoleh melalui soal tes yang telah di try out-kan.

Kerangka rancangan analisis data penelitian ini adalah:

Tabel 3.2 Rancangan Desain Faktorial Anava 3 jalur 2 x 2 x 2 Model Pembelajaran

Jigsaw

STAD

Tinggi

Kemampuan menggunakan

AUL

Rendah

Tinggi

Aktivitas Belajar

Rendah

D. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan pada penelitian ini mencakup tiga variabel bebas dan

satu variabel terikat, yaitu:

1. Variabel Bebas

a. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran.

1) Definisi operasional

Model pembelajaran adalah suatu rancangan pembelajaran yang berisikan

pengalaman pembelajaran yang harus dikerjakan oleh siswa.

2) Pengelompokkan : dengan dua kelompok

a) Model pembelajaran Jigsaw

b) Model pembelajaran STAD

b. Kemampuan menggunakan alat ukur listrik

Page 76: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

lxxvi

1) Definisi operasional : kemampuan siswa menggunakan alat ukur listrik.Dalam

percobaan ini disediakan beberapa alat ukur listrik antara lain : amperemeter,

voltmeter, ohmmeter.

2) Kategori :

a) Kemampuan menggunakan alat ukur listrik tinggi jika nilai siswa ≥ 82

b) Kemampuan menggunakan alat ukur listrik rendah jika nilai siswa ≤ 81

3) Skala pengukuran: interval

c. Aktivitas Belajar

1) Definisi operasional : adalah kegiatan fisik dan mental diwujudkan dalam

bekerjasama, menciptakan kerja dan proses berfikir yang simultan pada kegiatan

belajar mengajar.

2) Kategori:

a) Aktivitas belajar tinggi jika nilai siswa ≥ 76

b) Aktivitas belajar rendah jika nilai siswa ≤ 75

3) Skala pengkuran: interval

2. Variabel Terikat

a. Prestasi belajar

1) Definisi operasional; tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi

pembelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor hasil tes kemampuan

belajar ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor mata pelajaran fisika

materi pembelajaran listrik dinamis yang disampaikan dengan menerapkan model

pembelajaran Jigsaw dan STAD.

2) Skala pengukuran: interval pada aspek kognitif.

3) Skala nominal : untuk aspek afektif dan aspek psikomotor.

Page 77: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

lxxvii

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan tes dan pengamatan

atau observasi sesuai dengan karakteristik data.

1. Kemampuan menggunakan alat ukur listrik

Data kemampuan menggunakan alat ukur listrik diperoleh dengan melakukan

pengamatan atau observasi. Lembar observasi dibuat penulis dengan indikator

kemampuan menggunakan alat ukur listrik dan dikonsultasikan pada ahlinya.

Kemampuan menggunakan alat ukur listrik dikelompokkan dalam 2 kategori

yaitu siswa yang memiliki kemampuan menggunakan alat ukur listrik tinggi dan

rendah. Dari 156 siswa yang diambil sebagai sampel yang diteliti, setelah dilakukan

observasi kemampuan menggunakan alat ukur listrik diperoleh skor, siswa yang

memiliki kemampuan menggunakan alat ukur listrik tinggi memperoleh skor lebih dari

78 siswa dan siswa yang memiliki kemampuan menggunakan alat ukur listrik rendah

memperoleh skor kurang dari 78 . Kisi-kisi dan lembar observasi kemampuan

menggunakan alat ukur listrik dapat dilihat pada lampiran 4 dan lampiran 8.

Tabel 3.3. Kriteria Pengelompokkan K - AUL

JIGSAW STAD

KEMAMPUAN MENGGUNAKAN ALAT UKUR LISTRIK (K-AUL)

TINNGI RENDAH TINGGI RENDAH

28 50 50 28

2. Aktivitas Belajar

Page 78: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

lxxviii

Data aktivitas belajar diperoleh dengan melakukan pengamatan atau observasi.

Lembar observasi dibuat penulis dengan indikator aktivitas belajar dan dikonsultasikan

pada ahlinya.

Data aktivitas dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu siswa yang memiliki

aktivitas belajar tinggi dan rendah. Dari 156 siswa yang diambil sebagai sampel yang

diteliti, setelah dilakukan observasi aktivitas belajar diperoleh skor, siswa yang

memiliki aktivitas belajar tinggi 89 siswa dan siswa yang memiliki aktivitas belajar

rendah 67. Kisi-kisi dan lembar observasi aktivitas belajar dapat dilihat pada lampiran

5 dan lampiran 9.

Tabel 3.4. Kriteria Pengelompokkan aktivitas belajar JIGSAW STAD

AKTIVITAS BELAJAR

TINNGI RENDAH TINGGI RENDAH

50 28 39 39

3. Prestasi belajar aspek psikomotor

Data aspek psikomotor diperoleh dengan melakukan pengamatan atau

observasi. Lembar observasi dibuat penulis dengan indikator aspek psikomotor dan

dikonsultasikan pada ahlinya.

Data aspek psikomotor pada model pembelajaran Jigsaw diperoleh median

85,00 sedangkan pada model pembelajaran STAD diperoleh median 82,50. Kisi-kisi

dan lembar observasi aspek psikomotor dapat dilihat pada lampiran 6 dan lampiran 10.

4. Prestasi belajar aspek afektif

Page 79: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

lxxix

Data aspek afektif diperoleh dengan melakukan pengamatan atau observasi.

Lembar observasi dibuat penulis dengan indikator aspek afektif dan dikonsultasikan

pada ahlinya.

Data aspek afektif pada model pembelajaran Jigsaw diperoleh median 77,50

sedangkan pada model pembelajaran STAD diperoleh median 74,50. Kisi-kisi dan

lembar observasi aspek afektif dapat dilihat pada lampiran 7 dan lampiran 11.

5. Prestasi belajar aspek kognitif

Data prestasi belajar aspek kognitif diperoleh dengan melakukan tes prestasi

kognitif. Soal tes prestasi kognitif disusun sebanyak 35 soal, berbentuk tes pilihan

ganda dengan 5 option. Sebelum digunakan tes prestasi kognitif diujicobakan terlebih

dahulu. Soal tes diujicobakan di SMA Negeri 3 Surakarta kelas X . Dalam ujicoba tes

prestasi kognitif disiapkan 50 soal dan dari hasil ujicoba terdapat 14 soal yang tidak

valid dan 36 soal valid, diambil keputusan 35 soal digunakan pada tes prestasi kognitif,

1 soal valid untuk cadangan. Kisi-kisi tes prestasi kognitif dapat dilihat pada lampiran

14.

F. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian dibagi dua :

1. Instrumen pengambilan data

a. Tes prestasi kognitif

Metode yang digunakan untuk pengumpulan data tentang prestasi kognitif

adalah metode tes. Metode tes digunakan untuk mengumpulkan data dan mengukur

penguasaan materi pembelajaran fisika. Tes ini disusun berdasarkan kurikulum KTSP.

Page 80: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

lxxx

Tes ini bentuk obyektif dengan 35 soal. Pemberian skor dilakukan dengan memberikan

skor 1 jika jawaban benar, skor 0 jika jawaban salah.

b. Lembar Observasi

Untuk data kemampuan menggunakan alat ukur listrik, aktivitas belajar, prestasi

psikomotor dan prestasi afektif menggunakan cekhlist lembar observasi.

2. Instrumen Pembelajaran

a. Silabus

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran

tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok

pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk

penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Dari penelitian ini dibuat silabus dengan

materi pokok bahasan Listrik Dinamis dengan model pembelajaran Jigsaw dan STAD.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang

menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu

kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan telah dijabarkan dalam silabus.

Lingkup rencana pembelajaran paling luas mencakup satu kompetensi dasar yang

terdiri atas satu atau beberapa indikator untuk satu kali pertemuan atau lebih. Dalam

penelitian ini penulis membuat RPP materi Listrik Dinamis dengan model

pembelajaran Jigsaw dan STAD.

c. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar kerja siswa digunakan sebagai alat bantu dalam pembelajaran, LKS

tergolong dalam media cetak, ciri khusus dari media ini adalah mampu memperagakan

Page 81: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

lxxxi

simbul-simbul verbal dan representasi gambar coretan tangan dan grafik. LKS di sini

antara lain berisi petunjuk-petunjuk kerja, pertanyaan untuk dijawab. Proses belajar-

mengajar berubah dari yang bersifat guru sentris menjadi siswa sentris, yaitu kegiatan

belajar-mengajar yang dapat dilakukan di laboratorium/ di kelas yang dikerjakan oleh

siswa sendiri. Sedangkan guru adalah sebagai motivator dan pembimbing siswa yang

mengalami kesulitan sehingga LKS ini menyebabkan siswa lebih aktif dan kreatif. LKS

pada penelitian ini terdiri dari LKS pada pembelajaran Listrik Dinamis model

pembelajaran Jigsaw dan STAD.

G. Uji Coba Instrumen Penelitian

1. Tes Prestasi

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian, perlu diuji coba terlebih

dahulu pada kelas yang tidak digunakan untuk penelitian. Uji coba ini dimaksudkan

untuk mengetahui tingkat reliabilitas dan validitas instrumen. Untuk tes prestasi belajar

perlu diuji taraf kesukaran, daya pembeda, uji reliabilitas, dan uji validitas. Untuk

angket dilakukan uji validitas dan reliablitas. Untuk menguji instrumen tes prestasi

belajar aspek kognitif yang akan digunakan dalam penelitian ini penulis menggunakan

program exsel

Uji coba soal prestasi kognitif dilaksanakan di SMA Negeri 3 Surakarta pada

kelas X kelas yang tidak digunakan untuk eksperimen, mengambil uji coba di lain

sekolah dengan pertimbangan mengurangi tingkat kebocoran soal. Data diperoleh dari

hasil uji coba instrumen tersebut kemudian dianalisa untuik mengentahui daya

pembeda, taraf kesukaran, tingkat validitas, dan reliabilitas instrumen yang telah

disusun.

Page 82: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

lxxxii

a. Analisis butir soal, Uji Validitas, dan Reliabilitas instrumen

1) Analisis butir soal

Langkah pertama setelah uji coba adalah melakukan analsis butir soal. Analisis

tersebut dimaksudkan untuk menentukan butir-butir soal yang layak dan tidak layak

dalam penelitian. Kelayakan butir-butir soal didasarkan pada dua hal, yaitu tingkat

kesulitan soal dan daya pembeda.

a) Tingkat kesulitan soal dipertimbangkan dengan persamaan:

P = JSB

Keterangan:

P = Kesulitan untuk setiap butir soal

B = Banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal

JS = Banyaknya siswa yang memberikan jawaban pada soal yang dimaksudkan.

(Suharsimi, 1987: 205)

Kriteria indeks kesulitan soal itu adalah sebagai berikut:

0,00-0,30 = soal kategori sulit

0,31-0,70 = soal kategori sedang

0,71-1,00 = soal kategori mudah

Distribusi tingkat kesukaran soal tes prestasi belajar disajikan tabel 3.5.

Tabel 3.5 Distribusi tingkat kesukaran soal tes prestasi Tingkat kesukaran Jumlah soal Nomor soal

Sulit 1 47

Page 83: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

lxxxiii

Sedang 45

1 , 2 , 4 , 5 , 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15,16, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 24,25, 26,27, 28, 29, 31, 32, 33, 34, 35 ,36, 37, 38,39, 40, 41, 42, 43, 44, 45,46,48,49,50

Mudah 4 3,6,20,30

b) Rumus yang digunakan untuk menentukan adanya pembeda adalah sebagai

berikut:

D = PA – PB

Keterangan

D = Daya pembeda

PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

(Suharsimi, 1987: 209)

Klasifikasi daya beda soal adalah sebagai berikut:

0,00-0,20 = soal jelek

0,21-0,40 = soal cukup

0,41-0,70 = soal baik

0,71-1,00 = soal sangat baik

Distribusi daya beda soal uji coba tes prestasi belajar disajikan pada tabel 3.6.

Tabel 3.6. Distribusi daya beda soal tes prestasi Kualifikasi daya beda Jumlah

soal Nomor soal

Jelek 12 3,6,7,8,13,14,20,26,30,31,36,38

Page 84: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

lxxxiv

Cukup 37 1 ,2 ,4 ,5 ,9 , 10,11,12,15,16, 17,18,19,21,22, 23,24,25,27, 28, 29,32,33,34,35, 37,39,40,41, 42, 43,44,46 ,47,48,49.50

Baik 1 45 Sangat baik - -

2) Validitas

Untuk menentukan validitas soal menggunakan persamaan correlation product

moment sebagai berikut:

rxy = })(}{)({

)(2222 yynxxn

yxxyn

S-SS-S

SS-S

dimana :

rxy = koefisien korelasi skor tiap item

x = skor tiap item

y = skor total

n = jumlah siswa

Klasifikasi korelasi validitas soal dapat dilihat pada tabel 3.7.

Tabel 3.7. Klasifikasi korelasi validitas soal prestasi Nilai koefisien korelasi Kualifikasi

0,81 – 1,00 sangat tinggi 0,61 – 0,80 tinggi 0,41 – 0,60 cukup 0,21 – 0,40 rendah 0,00 – 0,20 sangat rendah

(Suharsimi, 1987: 66)

Suatu tes dikatakan valid jika rxy > rkritik (dilihat tabel). Korelasi skor butir soal

terhadap skor total ditentukan dengan menggunakan excel. Dari 50 soal tes prestasi, 14

soal yang tidak valid yaitu no: 2, 3, 6, 7, 8, 13, 14, 20, 26, 30, 31, 36, 38 dan 50. Soal

Page 85: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

lxxxv

yang valid 36 yaitu no : 1,4 ,5 ,9 ,10 ,11 ,12 ,15 ,16 ,17 ,18 ,19 ,21 ,22 ,23 ,24 ,25 ,27

,28 ,29 ,32 ,33 ,34 ,35 ,37 ,39 ,40 ,41 ,42 , 43,44 ,45,46 ,47,48,49.

3) Reliabilitas soal

Reliabilitas menunjukkan tingkat keajegan atau keandalan soal. Realibilitas

digunakan untuk mengetahui sejauh mana instrumen dapat memberikan hasil

pengukuran yang dapat dipercaya atau tetap. Taraf reliabilitas suatu tes dinyatakan

dalam suatu koefisien yang disebut dengan koefisien reliabilitas. Untuk menguji

masing-masing item pada tes dalam penelitian ini digunakan rumus KR-20, yaitu:

r11 = úû

ùêë

é å-÷øö

çèæ

- 2

2

1 StpqSt

nn

st = ( )22 )(1

XXNn

å-å

Keterangan:

r11 = Koefisien reliabilitas n = Jumlah item

St = Standar deviasi N = Jumlah siswa

P = Proporsi subyek yang menajwab benar

Q = Proporsi subyek yang menjawab salah (q = p-1)

X = skor

Hasil yang diperoleh dari perhitungan kemudian dibandingkan dengan tabel r11.

Instrumen dikatakan reliable apabila r11 ≥ rtabel. Indeks korelasi yang merupakan

interpretasi terhadap koefisien korelasi (nilai r) dapat diklarifikasikan sebagai berikut:

0.91 - 1,00

0,71 - 0,90

0,41 - 0,70

0,21 - 0,40

Sangat tinggi

Tinggi

Cukup

Rendah

Page 86: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

lxxxvi

Negatif - 0,20 Sangat rendah

(Masidjo, 1995 : 233)

Uji reliabilitas uji coba tes prestasi belajar menggunakan program excel

diperoleh besar reliablitas = 0,853 dengan kualitas reliablitas tinggi. Dari hasil uji coba

instrumen tes prestasi belajar aspek kognitif dengan memperhatikan daya beda, tingkat

kesukaran, validitas dan reliablitas perangkat soal tes dapat disimpulkan dari 50 item

tes uji coba terdapat 36 soal valid dan 14 soal tidak valid. Dari 36 soal yang valid

diambil 35 soal yang sudah mewakili seluruh indikator. Dari 14 soal yang tidak valid

tidak dipakai, sedang 1 soal dari 36 soal yang valid untuk cadangan soal.

H. Teknik Analisis Data

1. Uji Persyarat Analisis Data

Dalam penelitian ini untuk menganalisa data digunakan analisis varian (anava)

tiga jalan. Namun sebelum dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis

yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.Teknik analisis data menggunakan Analisis

Varians (Anava) tiga jalan 2 x 2 x 2 dengan tiga variabel bebas, media ,kemampuan

berfikir dan sikap ilmiah.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel berdistribusi normal

atau tidak.Adapun prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1) Menentukan hipotesis

Page 87: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

lxxxvii

Hipotesis nol (H0) adalah sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal,

dan hipotesis alternatif (H1) adalah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi

normal

2) Menetapkan statistik uji

Zi = SD

XX -

Uji normalitas terhadap variable terikat prestasi belajar aspek kognitif dengan

menggunakan uji Ryan Joiner (RJ), yang perhitungannya dilakukan dengan

program minitab 15

3) Menentukan taraf signifikansi α

Taraf signifikansi merupakan angka yang menunjukkan seberapa besar peluang

terjadinya kesalahan analisis. Pada uji normalitas ini taraf signifikansi (α)

ditetapkan = 0,05

4) Menentapkan keputusan uji

Keputusan uji normalitas ditentukan dengan kriteria uji: tolak hipotesa nol, jika p-

value < 0,05

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari

populasi yang homogen. Uji homogenitas dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

1) Menentukan hipotesis

Hipotesis nol (H0) adalah sampel berasal dari populasi yang tidak homogen, dan

hipotesis alternatif (H1) : sampel berasal dari populasi yang homogen.

2) Menentukan statistik uji

Page 88: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

lxxxviii

X2 = [ ]å å- 2loglog.303,2

SjfjMSfjC err

Uji homogenitas terhadap variabel terikat prestasi belajar aspek kognitif dengan

menggunakan uji F test/Barlett’s tes dan Levene’s Test yang perhitungannya

dilakukan dengan program minitab 15.

3) Menentapkan taraf signifikansi (α)

Taraf signifikansi merupakan angka yang menunjukkan seberapa besar peluang

terjadinya kesalahan analisis. Pada uji homogenitas ini taraf signifikansi (α)

ditetapkan = 0,05

4) Menentukan keputusan uji

Keputusan uji homogenitas ditentukan dengan kriteria uji tolak hipotesis nol jika p-

value < 0,05

2. Uji Hipotesis

a. Anava

Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah

diajukan diterima atau tidak. Rancangan uji hipotesis ini terdiri dari tiga variabel bebas

yang meliputi model pembelajaran, kemampuan menggunakan alat ukur listrik dan

aktivitas belajar. Model pembelajaran Jigsaw (A1) dan model pembelajaran STAD

(A2). Kemampuan menggunakan alat ukur listrik dikelompokkan dalam 2 kategori

tinggi (B1) dan rendah (B2). Aktivitas belajar dikelompokkan dalam 2 kategori tinggi

(C1) dan rendah (C2). Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu prestasi kognitif,

afektif dan psikomotor. Tata letak data penelitian terdistribusi seperti pada diagram

berikut:

Tabel 3.8. Tata letak data penelitian prestasi kognitif

Page 89: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

lxxxix

Ket

era

nga

n:

A1B

1C1 : Kelompok siswa dengan model pembelajaran

Jigsaw, kemampuan menggunakan alat ukur listrik tinggi dan aktivitas

belajar tinggi terhadap prestasi kognitif.

A1B1C2 : Kelompok siswa dengan model pembelajaran Jigsaw, kemampuan

menggunakan alat ukur listrik tinggi dan aktivitas belajar rendah terhadap

prestasi kognitif

A1B2C1: Kelompok siswa dengan model pembelajaran Jigsaw, kemampuan

menggunakan alat ukur listrik rendah dan aktivitas belajar tinggi terhadap

prestasi kognitif.

A1B2C2: Kelompok siswa dengan model pembelajaran Jigsaw, kemampuan

menggunakan alat ukur listrik rendah dan aktivitas belajar rendah terhadap

prestasi kognitif.

A2B1C1: Kelompok siswa dengan model pembelajaran STAD, kemampuan

menggunakan alat ukur listrik tinggi dan aktivitas belajar tinggi terhadap

prestasi kognitif.

A2B1C2: Kelompok siswa dengan model pembelajaran STAD, kemampuan

menggunakan alat ukur listrik tinggi dan aktivitas belajar rendah terhadap

prestasi kognitif

K – AUL B

AKTIVITAS C

JIGSAW A1

STAD A2

TINGGI C1 A1B1C1 A2B1C1

TINGGI B1

RENDAH C2 A1B1C2 A2B1C2

TINGGI C1 A1B2C1 A2B2C1

RENDAH B2

RENDAH C2 A1B2C2 A2B2C2

Page 90: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

xc

A2B2C1: Kelompok siswa dengan model pembelajaran STAD, kemampuan

menggunakan alat ukur listrik rendah dan aktivitas belajar tinggi terhadap

prestasi kognitif.

A2B2C2: Kelompok siswa dengan model pembelajaran STAD, kemampuan

menggunakan alat ukur listrik rendah dan aktivitas belajar rendah terhadap

prestasi kognitif.

Tabel 3.9. Tata letak data penelitian prestasi afektif

Ket

era

nga

n:

A1B

1C1: Kelompok siswa dengan model pembelajaran Jigsaw, kemampuan

menggunakan alat ukur listrik tinggi dan aktivitas belajar tinggi terhadap

prestasi afektif.

A1B1C2: Kelompok siswa dengan model pembelajaran Jigsaw, K- AUL tinggi dan

aktivitas belajar rendah terhadap prestasi afektif

A1B2C1: Kelompok siswa dengan model pembelajaran Jigsaw, K- AUL rendah dan

aktivitas belajar tinggi terhadap prestasi afektif.

A1B2C2: Kelompok siswa dengan model pembelajaran Jigsaw, K- AUL rendah dan

aktivitas belajar rendah terhadap prestasi afektif.

A2B1C1: Kelompok siswa dengan model pembelajaran STAD, K- AUL tinggi dan

aktivitas belajar tinggi terhadap prestasi afektif.

K – AUL B

AKTIVITAS C

JIGSAW A1

STAD A2

TINGGI C1 A1B1C1 A2B1C1

TINGGI B1

RENDAH C2 A1B1C2 A2B1C2

TINGGI C1 A1B2C1 A2B2C1

RENDAH B2

RENDAH C2 A1B2C2 A2B2C2

Page 91: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

xci

A2B1C2: Kelompok siswa dengan model pembelajaran STAD, K- AUL tinggi dan

aktivitas belajar rendah terhadap prestasi afektif

A2B2C1: Kelompok siswa dengan model pembelajaran STAD, K- AUL rendah dan

aktivitas belajar tinggi terhadap prestasi afektif.

A2B2C2: Kelompok siswa dengan model pembelajaran STAD, K- AUL rendah dan

aktivitas belajar rendah terhadap prestasi afektif.

Tabel 3.10. Tata letak data penelitian prestasi psikomotor Kete

rang

an:

A1B

1C1: Kelompok siswa dengan model pembelajaran

A1B1C2: Kelompok siswa dengan model pembelajaran

Jigsaw, kemampuan menggunakan alat ukur listrik tinggi dan aktivitas

belajar rendah terhadap prestasi psikomotor

A1B2C1: Kelompok siswa dengan model pembelajaran Jigsaw, kemampuan

menggunakan alat ukur listrik rendah dan aktivitas belajar tinggi terhadap

prestasi psikomotor.

A1B2C2: Kelompok siswa dengan model pembelajaran Jigsaw, kemampuan

menggunakan alat ukur listrik rendah dan aktivitas belajar rendah terhadap

prestasi psikomotor.

K – AUL B

AKTIVITAS C

JIGSAW A1

STAD A2

TINGGI C1 A1B1C1 A2B1C1

TINGGI B1

RENDAH C2 A1B1C2 A2B1C2

TINGGI C1 A1B2C1 A2B2C1

RENDAH B2

RENDAH C2 A1B2C2 A2B2C2

Page 92: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

xcii

A2B1C1: Kelompok siswa dengan model pembelajaran STAD, kemampuan

menggunakan alat ukur listrik tinggi dan aktivitas belajar tinggi terhadap

prestasi psikomotor.

A2B1C2: Kelompok siswa dengan model pembelajaran STAD, kemampuan

menggunakan alat ukur listrik tinggi dan aktivitas belajar rendah terhadap

prestasi psikomotor

A2B2C1: Kelompok siswa dengan model pembelajaran STAD, kemampuan

menggunakan alat ukur listrik rendah dan aktivitas belajar tinggi terhadap

prestasi psikomotor.

A2B2C2: Kelompok siswa dengan model pembelajaran STAD, kemampuan

menggunakan alat ukur listrik rendah dan aktivitas belajar rendah terhadap

prestasi psikomotor.

Pengujian hipotesis prestasi kognitif dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

1) Menentukan hipotesis

a) Hipotesis nol (H0)

(1) H01: Tidak ada pengaruh penggunaan model pembelajaran STAD dan Jigsaw

terhadap prestasi kognitif pada materi listrik dinamis

(2) H02: Tidak ada pengaruh kemampuan menngunakan alat ukur listrik terhadap

prestasi kognitif pada materi listrik dinamis

(3) H03: Tidak ada pengaruh aktivitas belajar siswa terhadap prestasi kognitif

pada materi listrik dinamis

(4) H012: Tidak ada interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan

menggunakan alat ukur listrik terhadap prestasi kognitif pada materi listrik

dinamis

Page 93: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

xciii

(5) H013: Tidak ada interaksi antara model pembelajaran dengan aktivitas belajar

terhadap prestasi kognitif pada materi listrik dinamis

(6) H023: Tidak ada interaksi antara kemampuan menggunakan alat ukur listrik

dan aktivitas belajar terhadap prestasi kognitif pada materi listrik dinamis

(7) H0123:Tidak ada interaksi antara model pembelajaran, kemampuan

menggunakan alat ukur listrik, dan aktivitas belajar terhadap prestasi kognitif

pada materi listrik dinamis

b) Hipotesis alternatif (H1)

(1) H11: Ada pengaruh penggunaan model STAD dan Jigsaw terhadap prestasi

kognitif pada materi listrik dinamis

(2) H12: Ada pengaruh kemampuan menggunakan alat ukur listrik terhadap

prestasi kognitif pada materi listrik dinamis

(3) H13: Ada pengaruh aktivitas belajar siswa terhadap prestasi kognitif pada

materi listrik dinamis

(4) H112: Ada interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan

menggunakan alat ukur listrik terhadap prestasi kognitif pada materi listrik

dinamis

(5) H113: Ada interaksi antara model pembelajaran dengan aktivitas belajar

terhadap prestasi kognitif pada materi listrik dinamis

(6) H123: Ada interaksi antara kemampuan menggunakan alat ukur listrik dan

aktivitas belajar terhadap prestasi kognitif pada materi listrik dinamis

(7) H1123: Ada interaksi antara model pembelajaran, kemampuan menggunakan

alat ukur listrik, dan aktivitas belajar terhadap prestasi kognitif pada materi

listrik dinamis

Page 94: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

xciv

2) Menetapkan statistik uji

Z = ( )

( )21

21

YY

DoYY

---

s

Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Analisis Variansi (Anava)

dengan General Linear Model (GLM), yang perhitungannya dilakukan dengan program

minitab 15.

3) Menentukan taraf signifikansi α

Taraf signifikansi merupakan angka yang menunjukkan seberapa besar peluang

terjadinya kesalahan analisis. Pada uji hipotesis ini taraf signifikansi (α) ditetapkan =

0,05

4) Menentapkan keputusan uji

Keputusan uji hipotesis ditentukan dengan kriteria uji: tolak hipotesa nol, jika p-

value < 0,05

b. Uji Lanjut Anava

Jika dalam pengujian hipotesis, hipotesis nol (H0) ditolak yang bararti hipotesis

alternatif (H1) diterima, maka perlu dilakukan uji lanjut untuk mengetahui tingkat

pengaruh variabel bebas terahadap variabel terikat yang diteliti. Uji lanjut dilakukan

dengan Analysis of Mean (ANOM) pada minitab 15.

Pengujian hipotesis prestasi afektif dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

1) Menentukan hipotesis

a) Hipotesis nol (H0)

(1) H01: Tidak ada pengaruh penggunaan model pembelajaran STAD dan Jigsaw

terhadap prestasi afektif pada materi listrik dinamis

Page 95: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

xcv

(2) H02: Tidak ada pengaruh lemampuan menggunakan alat ukur listrik terhadap

prestasi afektif pada materi listrik dinamis

(3) H03: Tidak ada pengaruh aktivitas belajar siswa terhadap prestasi afektif pada

materi listrik dinamis

b) Hipotesis alternatif (H1)

(1) H11: Ada pengaruh penggunaan model pembelajaran STAD dan Jigsaw

terhadap prestasi afektif pada materi listrik dinamis

(2) H12:Ada pengaruh kemampuan menggunakan alat ukur listrik terhadap

prestasi afektif pada materi listrik dinamis

(3) H13: Ada beda pengaruh aktivitas belajar siswa terhadap prestasi afektif pada

materi listrik dinamis

2) Menetapkan statistik uji

Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode Kruskal-Wallis, uji

nonparametrik yang mendasarkan pada median data yang perhitungannya dilakukan

dengan program minitab 15.

3) Menentukan taraf signifikansi α

Taraf signifikansi merupakan angka yang menunjukkan seberapa besar peluang

terjadinya kesalahan analisis. Pada uji hipotesis ini taraf signifikansi (α) ditetapkan =

0,05

4) Menentapkan keputusan uji

Keputusan uji hipotesis ditentukan dengan kriteria uji: tolak hipotesa nol, jika p-

value < 0,05

Pengujian hipotesis prestasi psikomotor dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

1) Menentukan hipotesis

Page 96: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

xcvi

a) Hipotesis nol (H0)

(1) H01: Tidak ada pengaruh penggunaan model STAD dan Jigsaw terhadap prestasi

psikomotor pada materi listrik dinamis

(2) H02: Tidak ada pengaruh kemampuan menggunakan alat ukur listrik terhadap

prestasi psikomotor pada materi listrik dinamis

(3) H03: Tidak ada pengaruh aktivitas belajar siswa terhadap prestasi psikomotor

pada materi listrik dinamis

b) Hipotesis alternatif (H1)

(1) H11: Ada pengaruh penggunaan model pembelajaran STAD dan Jigsaw

terhadap prestasi psikomotor pada materi listrik dinamis

(2) H12: Ada pengaruh kemampuan menggunakan alat ukur listrik terhadap

prestasi psikomotor pada materi listrik dinamis

(3) H13: Ada pengaruh aktivitas belajar siswa terhadap prestasi psikomotor pada

materi listrik dinamis.

2) Menetapkan statistik uji

Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode Kruskal-Wallis, uji

nonparametrik yang mendasarkan pada median data yang perhitungannya dilakukan

dengan program minitab 15.

3) Menentukan taraf signifikansi α

Taraf signifikansi merupakan angka yang menunjukkan seberapa besar peluang

terjadinya kesalahan analisis. Pada uji hipotesis ini taraf signifikansi (α) ditetapkan =

0,05.

4) Menentapkan keputusan uji

Page 97: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

xcvii

Keputusan uji hipotesis ditentukan dengan kriteria uji: tolak hipotesa nol, jika p-

value < 0,05

Page 98: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

xcviii

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Data yang terkumpul dalam penelitian ini terdiri dari Kemampuan alat ukur

listrik siswa, Aktivitas belajar, dan nilai prestasi belajar Fisika pada materi pokok

Listrik dinamis. Data diperoleh dari kelas X7 dan X10 sebagai kelas experimen I yang

menggunakan model STAD, serta X11 dan X12 sebagai kelas experimen II yang

menggunakan model JIGSAW.

1. Prestasi Belajar Fisika

Prestasi merupakan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang

dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka

nilai yang diberikan oleh guru. Sedangkan seseorang dikatakan belajar jika

menunjukkan terjadinya perubahan perilaku sebagai hasil belajar. Perubahan perilaku

ini sebagai akibat pengalaman yang diperolehnya. Bila seseorang telah menunjukkan

perubahan perilaku dalam suasana yang serupa pada dua waktu yang berbeda, orang

tersebut dikatakan telah belajar. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut

perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun

yang menyangkut sikap (afektif). Perubahan yang diperoleh setelah proses belajar

Fisika dapat berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, maupun sikap yang

berhubungan dengan pelajaran Fisika. Dalam penelitian ini prestasi belajar Fisika

Page 99: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

xcix

meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Adapun soal tes prestasi dan hasil

belajar Fisika siswa secara lengkap tersaji pada lampiran 18 dan 19. Untuk

memudahkan dalam pembacaan data hasil belajar Fisika, ringkasan dari lampiran

tersebut disajikan pada tabel 4.1 berikut,

Tabel 4.1 Deskripsi Data Nilai Prestasi Belajar Fisika

Total Variable Model Count Mean StDev Minimum Median Maximum Kognitif JIGSAW 78 82,449 7,191 63,000 83,000 99,000 STAD 78 84,167 5,778 71,000 84,000 98,000 Afektif JIGSAW 78 78,01 9,31 55,00 77,50 95,00 STAD 78 74,744 3,273 67,000 74,500 83,000 Psikomotor JIGSAW 78 84,769 6,300 70,000 85,000 98,000 STAD 78 82,231 3,993 73,000 82,500 91,000

Sedangkan distribusi frekuensi nilai prestasi belajar Fisika siswa pada kelas

yang menggunakan model pembelajaran STAD dan JIGSAW disajikan pada tabel 4.2

hingga 4.7 berikut,

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Kognitif Pada Kelas

yang menggunakan Model STAD

Nilai Frek. Nilai Tengah Frek. Kum Frek.Persen

71 – 74 3 72,5 3 3,85%

75 – 78 11 76,5 14 14,10%

79 – 82 17 80,5 31 21,79%

83 – 86 21 84,5 52 26,92%

87 – 90 12 88,5 64 15,38%

Page 100: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

c

91 – 94 12 92,5 76 15,38%

95 – 98 2 96,5 78 2,56%

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Kognitif pada kelas

yang menggunakan Model JIGSAW

Nilai Frek. Nilai Tengah Frek. Kum Frek.Persen

59 – 64 1 61,5 1 1,28%

65 – 70 5 67,5 6 6,41%

71 – 76 6 73,5 12 7,69%

77 – 82 22 79,5 34 28,21%

83 – 88 26 85,5 60 33,33%

89 – 94 14 91,5 74 17,95%

95 – 100 4 97,5 78 5,13%

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Afektif Pada Kelas yang menggunakan Model STAD

Nilai Frek. Nilai Tengah Frek. Kum Frek.Persen

65 – 67 1 66 1 1,28%

68 – 70 7 69 8 8,97%

71 – 73 17 72 25 21,79%

74 – 76 31 75 56 39,74%

77 – 79 16 78 72 20,51%

80 – 82 5 81 77 6,41%

83 – 85 1 84 78 1,28% Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Afektif pada kelas yang

menggunakan Model JIGSAW

Nilai Frek. Nilai Tengah Frek. Kum Frek.Persen

55 – 60 4 57,5 4 5,13%

61 – 66 5 63,5 9 6,41%

67 – 72 7 69,5 16 8,97%

73 – 78 23 75,5 39 29,49%

Page 101: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

ci

79 – 84 19 81,5 58 24,36%

85 – 90 15 87,5 73 19,23%

91 – 96 5 93,5 78 6,41%

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Psikomotor Pada Kelas yang menggunakan Model STAD

Nilai Frek. Nilai Tengah Frek. Kum Frek.Persen

72 – 74 2 73 2 2,56%

75 – 77 5 76 7 6,41%

78 – 80 24 79 31 30,77%

81 – 83 15 82 46 19,23%

84 – 86 22 85 68 28,21%

87 – 89 8 88 76 10,26%

90 – 92 2 91 78 2,56%

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Psikomotor pada kelas yang menggunakan Model JIGSAW

Nilai Frek. Nilai Tengah Frek. Kum Frek.Persen

66 – 70 1 68 1 1,28% 71 – 75 5 73 6 6,41% 76 – 80 13 78 19 16,67% 81 – 85 20 83 39 25,64% 86 – 90 26 88 65 33,33% 91 – 95 9 93 74 11,54% 96 – 100 4 98 78 5,13%

Adapun bentuk histogram dari masing-masing tabel tersebut adalah sebagai berikut,

Page 102: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

cii

a.

b.

Gambar 4.1 Histogram Prestasi Kognitif, a. Model STAD, b. Model Jigsaw

Page 103: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

ciii

a.

b.

Gambar 4.2 Histogram Prestasi Afektif, a. Model STAD, b. Model Jigsaw

Page 104: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

civ

a.

b.

Gambar 4.3 Histogram Prestasi Psikomotor, a. Model STAD, b. Model Jigsaw

2. Data Kemampuan Menggunakan Alat Ukur Listrik Siswa

Page 105: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

cv

Dalam penelitian ini data kemampuan menggunakan alat ukur listrik siswa

diperoleh dari nilai pada materi alat ukur listrik siswa. Kemampuan menggunakan alat

ukur listrik siswa dikategorikan menjadi dua, yaitu kemampuan menggunakan alat ukur

listrik tinggi dan kemampuan menggunakan alat ukur listrik rendah. Penggolongan

kemampuan menggunakan alat ukur listrik berdasarkan data nilai alat ukur listrik

siswa. Siswa dikatakan memiliki kemampuan menggunakan alat ukur listrik tinggi jika

skor kemampuan menggunakan alat ukur listriknya lebih besar atau sama dengan rerata

dan dikatakan rendah jika skor kemampuan menggunakan alat ukur listrik lebih rendah

dari rerata. Deskripsi data kemampuan menggunakan alat ukur listrik dapat dilihat pada

tabel 4.8 berikut,

Tabel 4.8 Deskripsi Data Kemampuan alat ukur listrik Siswa

Model = JIGSAW Total K-AUL Count Mean StDev Minimum Median Maximum rendah 50 77,540 3,085 70,000 78,000 81,000 tinggi 28 84,107 1,988 82,000 84,000 90,000

Model = STAD Total K-AUL Count Mean StDev Minimum Median Maximum rendah 28 77,393 3,131 70,000 77,500 81,000 tinggi 50 86,880 3,595 82,000 86,000 95,000

3. Data Aktivitas Belajar Siswa

Setiap peserta didik mempunyai pola aktivitas belajar yang berbeda. aktivitas

belajar adalah kegiatan fisik dan mental yang diwujudkan dalam bekerjasama,

menciptakan kerja dan proses berfikir yang simultan pada kegiatan belajar mengajar.

Aktivitas belajar siswa dapat dapat diamati guru ketika kegiatan belajar mengajar

berlangsung. Kegiatan fisik siswa yang dapat diamati antara lain: 1) Mendengarkan

Page 106: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

cvi

dengan penuh perhatian; 2) Berada dalam tugas; 3) Mengambil giliran dan berbagi

tugas; 4) Mendorong partisipasi; serta 5) Berdiskusi dan bertanya. Tingkat aktivitas

belajar diukur menggunakan perangkat observasi. Adapun skor hasil observasi tersebut

dari masing-masing kelompok disajikan pada tabel 4.9 berikut,

Tabel 4.9 Deskripsi Data Aktivitas Belajar Siswa

Model = JIGSAW Total K-Aktiv Count Mean StDev Minimum Median Maximum rendah 28 65,46 7,97 48,00 68,00 75,00 tinggi 50 84,160 6,205 76,000 84,000 100,000

Model = STAD Total K-Aktiv Count Mean StDev Minimum Median Maximum rendah 39 60,03 12,28 32,00 64,00 74,00 tinggi 39 86,03 7,41 76,00 84,00 100,00

Distribusi frekuensi skor hasil tes aktivitas belajar siswa pada kelas yang

menggunakan model pembelajaran STAD dan JIGSAW disajikan pada tabel 4.10 dan

4.11 di bawah.

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Aktivitas Belajar pada Kelas yang menggunakan Model STAD

Nilai Frek. Nilai Tengah Frek. Kum Frek.Persen

31 – 40 4 35,5 4 5,13%

41 – 50 4 45,5 8 5,13%

51 – 60 9 55,5 17 11,54%

61 – 70 12 65,5 29 15,38%

71 – 80 22 75,5 51 28,21%

81 – 90 19 85,5 70 24,36%

91 – 100 8 95,5 78 10,26% Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Aktivitas Belajar pada Kelas yang

menggunakan Model JIGSAW

Nilai Frek. Nilai Tengah Frek. Kum Frek.Persen

Page 107: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

cvii

45 – 52 2 48,5 2 2,56%

53 – 60 4 56,5 6 5,13%

61 – 68 9 64,5 15 11,54%

69 – 76 22 72,5 37 28,21%

77 – 84 20 80,5 57 25,64%

85 – 92 16 88,5 73 20,51%

93 – 100 5 96,5 78 6,41%

Untuk memperjelas distribusi skor di atas, berikut adalah histogram aktivitas

belajar yang disajikan pada gambar 4.4 dan 4.5,

Gambar 4.4 Histogram skor Aktivitas Belajar siswa pada kelas yang menggunakan Model STAD

Page 108: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

cviii

Gambar 4.5 Histogram skor Aktivitas Belajar siswa pada kelas yang menggunakan Model JIGSAW

B. Pengujian Prasyarat Analisis

1. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan salah satu uji statistik yang digunakan untuk

mengetahui sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji

normalitas data dalam penelitian ini menggunakan perhitungan dengan bantuan

software Minitab 15 series. Komputasi selengkapnya terdapat pada lampiran 20 dan

ringkasan hasilnya disajikan pada tabel 4.12 berikut,

Page 109: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

cix

Gambar 4.6 Uji Normalitas Data Prestasi Kognitif- STAD

Pada uji normalitas Ryan Joiner memiliki p value > 0,1 karena taraf signifikasi

(α ) yang digunakan adalah 0,05 maka p value > α jadi H0 ( data prestasi kognitif –

STAD tidak menyalahi kriteria berdistribusi normal tidak ditolak). Dapat diartikan

bahwa data terdistribusi normal.

Page 110: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

cx

Gambar 4.7 Uji Normalitas Data Prestasi Kognitif- Jigsaw

Pada uji normalitas Ryan Joiner memiliki p value > 0,1 karena taraf signifikasi

(α ) yang digunakan adalah 0,05 maka p value > α jadi H0 ( data prestasi kognitif –

Jigsaw tidak menyalahi kriteria berdistribusi normal tidak ditolak). Dapat diartikan

bahwa data terdistribusi normal

Gambar 4.8 Uji Normalitas Data Prestasi Afektif- STAD

Pada uji normalitas Ryan Joiner memiliki p value > 0,1 karena taraf signifikasi

(α ) yang digunakan adalah 0,05 maka p value > α jadi H0 ( data prestasi afektif –

STAD tidak menyalahi kriteria berdistribusi normal tidak ditolak). Dapat diartikan

bahwa data terdistribusi normal.

Page 111: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

cxi

Gambar 4.9 Uji Normalitas Data Prestasi Afektif- Jigsaw

Pada uji normalitas Ryan Joiner memiliki p value > 0,1 karena taraf signifikasi

(α ) yang digunakan adalah 0,05 maka p value > α jadi H0 ( data prestasi afektif –

Jigsaw tidak menyalahi kriteria berdistribusi normal tidak ditolak). Dapat diartikan

bahwa data terdistribusi normal

Gambar 4.10 Uji Normalitas Data Prestasi Psikomotorf- STAD

Pada uji normalitas Ryan Joiner memiliki p value > 0,1 karena taraf signifikasi

(α ) yang digunakan adalah 0,05 maka p value > α jadi H0 ( data prestasi psikomotorf –

Page 112: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

cxii

STAD tidak menyalahi kriteria berdistribusi normal tidak ditolak). Dapat diartikan

bahwa data terdistribusi normal

Gambar 4.11 Uji Normalitas Data Prestasi Psikomotor - Jigsaw

Pada uji normalitas Ryan Joiner memiliki p value > 0,1 karena taraf signifikasi

(α ) yang digunakan adalah 0,05 maka p value > α jadi H0 ( data prestasi psikomotorf –

Jigsaw tidak menyalahi kriteria berdistribusi normal tidak ditolak). Dapat diartikan

bahwa data terdistribusi normal.

Tabel 4.12 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Penelitian

No. Data Model p-value Ryan-Joiner Distribusi Data

1 Prestasi Kognitif STAD >0,100 0,995 Normal 2 Prestasi Kognitif JIGSAW >0,100 0,998 Normal 3 Prestasi Afektif STAD >0,100 0,997 Normal 4 Prestasi Afektif JIGSAW >0,100 0,993 Normal 5 Prestasi Psikomotor STAD >0,100 0,993 Normal 6 Prestasi Psikomotor JIGSAW >0,100 0,996 Normal 7 Kemampuan Alat Ukur Listrik STAD >0,100 0,997 Normal 8 Kemampuan Alat Ukur Listrik JIGSAW >0,100 0,997 Normal 9 Aktivitas Belajar STAD 0,099 0,994 Normal 10 Aktivitas Belajar JIGSAW >0,100 0,987 Normal

Page 113: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

cxiii

Dari hasil Uji Normalitas data prestasi, kemampuan menggunakan alat ukur

listrik, dan aktivitas belajar di atas, yang diuji dengan kriteria Ryan-Joiner (RJ)

didapatkan bahwa p-value > 0,05 untuk Uji Normalitas yang dilakukan. Berdasarkan

hasil uji tersebut, maka dapat diambil keputusan data prestasi, kemampuan

menggunakan alat ukur listrik dan aktivitas belajar berdistribusi normal. Kriteria uji

normalitas adalah “tolak hipotesis null (data tidak menyalahi kriteria berdistribusi

normal) jika p-value < alpha 5%”.

2. Uji Homogenitas

Tujuan dari uji homogenitas adalah untuk mengetahui apakah sampel berasal

dari populasi yang berditribusi dari variansi homogen atau tidak. Uji homogenitas yang

peneliti gunakan adalah metode uji F. Adapun sebagai pendukung keputusan dilakukan

juga uji Levene. Variabel terikat untuk uji ini adalah prestasi kognitif, Afektif dan

psikomotor. Sedangkan sebagai faktornya adalah model pembelajaran (STAD dan

JIGSAW), kemampuan menggunakan alat ukur listrik dan aktivitas belajar siswa. Hasil

uji homogenitas disajikan dalam tabel 4.13 dan hasil analisis selengkapnya disajikan

pada lampiran hasil analisa data.

Tabel 4.13 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas

p-value No. Respon Faktor F

Test Levene’s

Test Keputusan

1 Prestasi Kognitif Model 0,057 0,203 Homogen 2 Prestasi Kognitif K-AUL 0,830 0,989 Homogen

3 Prestasi Kognitif K-Aktiv

0,179 0,372 Homogen

4 Prestasi Afektif Model 0,000 0,000 Tidak Homogen

5 Prestasi Afektif K-AUL 0,299 0,642 Homogen 6 Prestasi Afektif K- 0,000 0,001 Tidak

Page 114: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

cxiv

Dari tabel 4.13 di atas terlihat bahwa tidak semua nilai sehingga

tidak semua Ho yang diajukan (data prestasi tidak menyalahi kriteria homogenitas)

tidak ditolak. Hal ini berarti bahwa homogenitas data prestasi berdasarakan faktor

Model, kategori kemampuan alat ukur listrik dan tingkat Aktivitas belajar siswa tidak

terpenuhi pada komponen prestasi Afektif untuk semua faktor dan pada prestasi

psikomotor pada komponen model, sehingga uji selanjutnya, yaitu uji Anova hanya

dapat dilakukan untuk data prestasi kognitif saja. Adapun data prestasi afektif dan

psikomotor untuk selanjutnya diuji dengan metode Kruskal-Wallis, alternatif

nonparametrik untuk Anava.

C. Pengujian Hipotesis

Dalam berbagai kasus, diperlukan pengujian signifikansi perbedaan tidak hanya

antara dua mean sampling, tetapi juga antara tiga, empat atau lebih. Alternatif

pengujian yang disertakan Minitab 15 untuk kasus seperti yang diperkirakan di atas

adalah prosedur uji hipotesis Analysis of Variance, ANOVA dan Analisis Kruskal-

Wallis

1. Analisis Variansi Prestasi Kognitif

Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan Anova tiga jalan sebab,

faktor yang terlibat dan bertindak sebagai variabel bebas sejumlah tiga faktor, yaitu

Aktiv Homogen 7 Prestasi

Psikomotor Model 0,000 0,000 Tidak

Homogen

8 Prestasi Psikomotor

K-AUL 0,620 0,515 Homogen

9 Prestasi Psikomotor

K-Aktiv

0,463 0,225 Homogen

Page 115: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

cxv

model pembelajaran, kemampuan menggunakan alat ukur listrik dan aktivitas belajar

siswa. Adapun rangkuman hasil analisis variansi tiga jalan dengan frekuensi sel tidak

sama dapat dicermati pada tabel 4.14 sedangkan hasil lengkapnya tercantum pada

lampiran hasil analisa data.

Tabel 4.14 Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Prestasi Kognitif Analysis of Variance for Kognitif, using Adjusted SS for Tests Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P Model 1 115,10 21,30 21,30 0,57 0,451 K-AUL 1 307,73 398,74 398,74 10,69 0,001 K-Aktiv 1 81,20 17,86 17,86 0,48 0,490 Model*K-AUL 1 407,41 527,48 527,48 14,14 0,000 Model*K-Aktiv 1 20,06 0,02 0,02 0,00 0,984 K-AUL*K-Aktiv 1 125,25 140,46 140,46 3,76 0,054 Model*K-AUL*K-Aktiv 1 87,68 87,68 87,68 2,35 0,127 Error 148 5522,80 5522,80 37,32 Total 155 6667,23 S = 6,10870 R-Sq = 17,17% R-Sq(adj) = 13,25%

Hasil tersebut digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan penolakan Hipotesis

penelitian sebagai berikut:

(8) H01: Tidak ada pengaruh penggunaan model STAD dan Jigsaw terhadap prestasi

kognitif pada materi listrik dinamis, tidak ditolak sebab p-value model = 0,451 >

0,050.

(9) H02: Tidak ada pengaruh kemampuan menggunakan alat ukur listrik terhadap

prestasi kognitif pada materi listrik dinamis ditolak sebab p-value kemampuan

menggunakan alat ukur listrik siswa = 0,001 < 0,050.

(10) H03: Tidak ada pengaruh aktivitas belajar siswa terhadap kognitif pada materi

listrik dinamis tidak ditolak sebab p-value aktivitas belajar siswa = 0,490 > 0,050.

(11) H012: Tidak ada interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan

menggunakan alat ukur listrik terhadap prestasi kognitif pada materi listrik

Page 116: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

cxvi

dinamis ditolak sebab p-value interaksi model dan kemampuan menggunakan alat

ukur listrik = 0,000 < 0,050.

(12) H013: Tidak ada interaksi antara model pembelajaran dengan aktivitas belajar

terhadap prestasi kognitif pada materi listrik dinamis tidak ditolak sebab p-value

interaksi model dan aktivitas belajar = 0,984 > 0,050.

(13) H023: Tidak ada interaksi antara kemampuan menggunakan alat ukur listrik dan

aktivitas belajar terhadap prestasi kognitif pada materi listrik dinamis tidak ditolak

sebab p-value interaksi antara kemampuan menggunakan alat ukur listrik dan

aktivitas belajar = 0,054 > 0,050.

(14) H0123: Tidak ada interaksi antara model pembelajaran, kemampuan menggunakan

alat ukur listrik, dan aktivitas belajar terhadap prestasi kognitif pada materi listrik

dinamis tidak ditolak sebab p-value interaksi antara model, kemampuan

menggunakan alat ukur listrik dan aktivitas belajar = 0,127 > 0,050.

Dari beberapa hipotesis diatas ada hasil yang nilai probabilitasnya lebih kecil

daripada alpha (p-value < α), maka langkah statistik lebih lanjut untuk mengetahui

kemampuan menggunakan alat ukur listrik mana yang memberikan pengaruh signifikan

terhadap prestasi belajar Fisika, serta bagaimana bentuk interaksi model pembelajaran

dengan kemampuan menggunakan alat ukur listrik.

2. Uji Lanjut Analisis Variansi Tiga Jalan

Uji lanjut anava atau uji komparasi ganda diperlukan untuk mengetahui

karakteristik pada variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini uji

komparasi ganda dilakukan pada hipotesis H02.

Page 117: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

cxvii

Hasil Anova yang perlu diuji lebih lanjut adalah hasil pada H12, yaitu: “ada

pengaruh kemampuan menggunakan alat ukur listrik terhadap prestasi belajar Fisika

pada materi listrik dinamis”.

Adapun hasil uji lanjut untuk mengetahui kemampuan menggunakan alat ukur

listrik mana yang memiliki pengaruh paling signifikan tersaji dalam tabel 4.15 tentang

rangkuman anova satu jalan berikut,

Tabel 4.15 Rangkuman Anova Satu Jalan Prestasi Kognitif vs K-AUL Source DF SS MS F P K-AUL 1 394,3 394,3 9,68 0,002 Error 154 6273,0 40,7 Total 155 6667,2 S = 6,382 R-Sq = 5,91% R-Sq(adj) = 5,30% Individual 95% CIs For Mean Based on Pooled StDev Level N Mean StDev --------+---------+---------+---------+- rendah 78 81,718 6,692 (--------*--------) tinggi 78 84,897 6,057 (--------*--------) --------+---------+---------+---------+- 81,6 83,2 84,8 86,4Pooled StDev = 6,382

Page 118: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

cxviii

Gambar 4.12 Grafik Uji ANOM Kemampuan Menggunakan Alat Ukur Listrik

terhadap Prestasi Kognitif

Tingkat kemampuan alat ukur listrik memberikan efek berbeda terhadap

pencapaian prestasi belajar Fisika, dimana siswa yang memiliki kemampuan

menggunakan alat ukur listrik tinggi mendapatkan rerata prestasi yang signifikan lebih

tinggi, sedangkan siswa yang memiliki kemampuan menggunakan alat ukur listrik

rendah mendapatkan prestasi yang relatif lebih rendah.

3. Analisis Kruskal-Wallis

Berdasarkan pada hasil perhitungan sebelumnya, diketahui bahwa data afektif

dan psikomotor berdistribusi normal namun tidak memenuhi syarat homogenitas saat

diuji dengan faktor model. Oleh sebab itu, kedua ranah tersebut sebagai aternatif

pengujiannya dilakukan dengan metode Kruskal-Wallis, uji nonparametrik yang

mendasarkan pada median data. Bukan mean seperti pada uji Anava dan uji parametrik

lainnya. Berikut adalah hasil uji Kruskal-Wallis untuk ranah Afektif (tabel 4.16, 4.17

dan 4.18) dan ranah Psikomotor (tabel 4.19, 4.20 dan 4.21) dengan faktor penguji

model, kemampuan menggunakan alat ukur listrik dan tingkat aktivitas belajar siswa.

Tabel 4.16 Rangkuman Afektif versus Model

Kruskal-Wallis Test on Afektif Model N Median Ave Rank Z JIGSAW 78 77,50 91,5 3,60 STAD 78 74,50 65,5 -3,60 Overall 156 78,5 H = 12,94 DF = 1 P = 0,000 H = 13,16 DF = 1 P = 0,000 (adjusted for ties)

Tabel 4.17 Rangkuman Afektif versus K-AUL

Page 119: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

cxix

Kruskal-Wallis Test on Afektif K-AUL N Median Ave Rank Z rendah 78 75,00 72,4 -1,68 tinggi 78 76,00 84,6 1,68 Overall 156 78,5 H = 2,82 DF = 1 P = 0,093 H = 2,86 DF = 1 P = 0,091 (adjusted for ties)

Tabel 4.18 Rangkuman Afektif versus K-Aktiv

Kruskal-Wallis Test on Afektif K-Aktiv N Median Ave Rank Z rendah 67 75,00 73,3 -1,24 tinggi 89 75,00 82,4 1,24 Overall 156 78,5 H = 1,54 DF = 1 P = 0,214 H = 1,57 DF = 1 P = 0,210 (adjusted for ties)

Tabel 4.19 Rangkuman Psikomotor versus Model

Kruskal-Wallis Test on Psikomotor Model N Median Ave Rank Z JIGSAW 78 85,00 88,9 2,88 STAD 78 82,50 68,1 -2,88 Overall 156 78,5 H = 8,29 DF = 1 P = 0,004 H = 8,34 DF = 1 P = 0,004 (adjusted for ties)

Tabel 4.20 Rangkuman Psikomotor versus K-AUL

Kruskal-Wallis Test on Psikomotor K-AUL N Median Ave Rank Z rendah 78 83,00 82,5 1,12 tinggi 78 83,00 74,5 -1,12 Overall 156 78,5 H = 1,25 DF = 1 P = 0,264 H = 1,25 DF = 1 P = 0,263 (adjusted for ties)

Tabel 4.21 Rangkuman Psikomotor versus K-Aktiv Kruskal-Wallis Test on Psikomotor K-Aktiv N Median Ave Rank Z

Page 120: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

cxx

rendah 67 85,00 85,1 1,59 tinggi 89 83,00 73,5 -1,59 Overall 156 78,5 H = 2,54 DF = 1 P = 0,111 H = 2,56 DF = 1 P = 0,110 (adjusted for ties)

Dari hasil uji Kruskal-Wallis pada tabel 4.16 hingga tabel 4.21 diperoleh hasil

untuk ranah afektif :

(4) H01: Tidak ada pengaruh penggunaan model STAD dan Jigsaw terhadap prestasi

afektif pada materi listrik dinamis, ditolak sebab p-value = 0,000 < 0,050.

(5) H01: Tidak ada pengaruh kemampuan menggunakan alat ukur listrik terhadap

prestasi afektif pada materi listrik dinamis tidak ditolak sebab p-value = 0,093 >

0,050.

(6) H01: Tidak ada pengaruh aktivitas belajar siswa terhadap prestasi afektif pada

materi listrik dinamis tidak ditolak sebab p-value = 0,214 > 0,050.

Dan hasil untuk ranah psikomotor:

a. H01: Tidak ada pengaruh penggunaan model STAD dan Jigsaw terhadap prestasi

psikomotor pada materi listrik dinamis, ditolak sebab p-value = 0,004 < 0,050.

b. H01: Tidak ada pengaruh kemampuan menggunakan alat ukur listrik terhadap

prestasi psikomotor pada materi listrik dinamis tidak ditolak sebab p-value = 0,264

> 0,050.

c. H01: Tidak ada pengaruh aktivitas belajar siswa terhadap prestasi psikomotor pada

materi listrik dinamis tidak ditolak sebab p-value = 0,111 > 0,050.

Page 121: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

cxxi

D. Pembahasan Hasil Analisis Data

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh

penggunaan model pembelajaran STAD dan Jigsaw terhadap prestasi belajar listrik

dinamis, apakah ada pengaruh kemampuan menggunakan alat ukur listrik terhadap

prestasi belajar listrik dinamis, apakah ada pengaruh aktivitas belajar terhadap prestasi

belajar listrik dinamis, apakah ada interaksi antara model dan kemampuan

menggunakan alat ukur listrik siswa, apakah ada interaksi antara model dan aktivitas

belajar siswa, apakah ada interaksi antara kemampuan menggunakan alat ukur listrik

dan aktivitas belajar siswa, dan apakah ada interaksi antara model pembelajaran,

kemampuan menggunakan alat ukur listrik dan aktivitas belajar terhadap prestasi

belajar listrik dinamis.

Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model STAD

untuk kelas eksperimen I dan model Jigsaw untuk kelas eksperimen II. Pengukuran

kemampuan menggunakan alat ukur listrik siswa dilakukan sebelum pembelajaran

listrik dinamis berlangsung, yaitu dengan melihat data nilai pada bab alat ukur listrik

siswa, sedangkan untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dilakukan dengan observasi

aktivitas belajar yang berlangsung selama proses pembelajaran sebelum materi listrik

dinamis. Setelah pembelajaran selesai dilakukan tes kemampuan kognitif untuk

mengukur prestasi belajar listrik dinamis siswa. Sedangkan prestasi afektif dan

psikomotor diambil selama proses pembelajaran berlangsung pada materi listrik

dinamis dengan alat cheklist.

1. Pembahasan Hasil analisa Data Prestasi Kognitif

a. Hipotesis Pertama

Page 122: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

cxxii

Dari hasil analisis data menggunakan anava tiga jalan dengan sel tak sama

diperoleh p-value model pembelajaran = 0,451 > 0,050 maka Ho (tidak ada pengaruh

penggunaan model pembelajaran terhadap prestasi belajar) tidak ditolak, ini berarti

bahwa antara model STAD dan Jigsaw tidak memiliki pengaruh terhadap prestasi

belajar listrik dinamis siswa. Kedua model pembelajaran ini sama kuat pengaruhnya

terhadap prestasi belajar Fisika pada materi listrik dinamis. Hal ini dapat dilihat pada

rata-rata nilai prestasi belajar Fisika yang menunjukkan lebih tinggi daripada kriteria

ketuntasan minimal (KKM: 70) yang dipatok, siswa yang dibelajarkan dengan model

STAD dan Jigsaw masing-masing rerata prestasi kognitifnya 84,167 dan 82,449.

Dengan demikian kedua model pembelajaran ini sama-sama dapat digunakan dalam

pembelajaran Fisika khususnya pada materi listrik dinamis.

Tabel 4.22 Rangking Metode Pembelajaran Kooperatif Method Coop v Comp n Method Coop v Ind n

LT 0,85 25 LT 1,04 57 AC 0,57 19 AC 0,91 11

STAD 0,51 15 GI 0,62 1 TGT 0,48 9 TGT 0,58 5 GI 0,37 2 TAI 0,33 8

Jigsaw 0,29 9 STAD 0,29 14 TAI 0,25 7 CIRC 0,18 1

CIRC 0,18 7 Jigsaw 0,13 5

Sumber: David W et.all. 2000. Cooperative Learning Methods: A Meta Analysis

STAD dan Jigsaw yang merupakan model dari pembelajaran kooperatif yang

digunakan. Menurut Armstrong, Scott, Palmer dan Jesse (1998), yang meneliti STAD

pada tataran effect on student achievement and attitude, menemukan bahwa hasil dari

kedua kelompok terpisah yang sama-sama dibelajarkan dengan STAD prestasinya tidak

menunjukkan pengaruh yang signifikan. Sedangkan menurut hasil meta-analisis

metode pembelajaran kooperatif yang dilakukan oleh David W dan kawan-kawannya

Page 123: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

cxxiii

dalam penelitian Cooperative Learning Methods: A Meta Analysis menemukan bahwa

STAD selalu lebih baik rangkingnya dari pada Jigsaw, baik dalam hal rasio antara sifat

kooperatif dengan kompetisi (STAD = 0,51; Jigsaw = 0,29) dan pada rasio antara sifat

kooperatif dengan individu (STAD = 0,29; Jigsaw = 0,13). Untuk peringkat model

kooperatif yang lain perhatikan tabel 4.22 di atas. Berdasarkan hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa hasil pembelajaran dengan model STAD akan lebih baik hasil

kooperatifnya daripada model Jigsaw. Hanya saja perlu dipahami bahwa yang

dimaksudkan pada tabel di atas adalah tujuan utama pembelajaran kooperatif, yaitu

menghendaki terjadinya kolaborasi (kooperatif) antar siswa meningkat dan mampu

meredam gap atau jurang pemisah yang sedari awal memang menjadi permasalahan

utamanya. Tabel tersebut tidak membicarakan masalah capaian prestasinya. Jadi,

berdasarkan pada hasil kedua penelitian di atas, apa yang ditemukan pada penelitian ini

tidak bertentangan, yaitu: hasil kedua kelas yang dibelajarkan dengan model STAD dan

Jigsaw tidak signifikan perbedaan rerata prestasinya, meskipun siswa yang dibelajarkan

dengan model STAD mendapatkan rerata prestasi yang relatif sedikit lebih baik

hasilnya. Perhatikan kencerderungan arah pengaruh kedua model pada gambar berikut,

Page 124: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

cxxiv

Gambar 4.13 Grafik Uji ANOM Model terhadap Prestasi Belajar Fisika

b. Hipotesis Kedua

Uji Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada pengaruh kemampuan

menggunakan alat ukur listrik terhadap prestasi belajar listrik dinamis, p-value

kemampuan menggunakan alat ukur listrik siswa = 0,001 < 0,050. Uji lanjut

menunjukkan bahwa kemampuan menggunakan alat ukur listrik memberikan pengaruh

signifikan terhadap prestasi kognitif pada materi listrik dinamis, p-value kemampuan

menggunakan alat ukur listrik siswa = 0,002 < 0,050. Hasil tersebut menandakan

adanya pengaruh kemampuan menggunakan alat ukur listrik terhadap prestasi kognitif

listrik dinamis. Jika diperhatikan lagi pada hasil rerata kedua kemampuan

menggunakan alat ukur listrik diperoleh informasi bahwa rerata siswa yang

kemampuan menggunakan alat ukur listriknya tinggi dan rendah masing-masing 84,897

dan 81,718. Hal itu berarti bahwa guru dalam proses pembelajaran perlu

memperhatikan faktor kemampuan menggunakan alat ukur listrik siswa untuk

menunjang keberhasilan proses pembelajaran, karena faktor kemampuan menggunakan

alat ukur listrik dalam penelitian ini ternyata berpengaruh signifikan terhadap prestasi

kognitif siswa. Kemampuan menggunakan alat ukur listrik siswa memberikan efek

dengan arah berbeda terhadap pencapaian prestasi kognitif listrik dinamis, dimana

siswa yang memiliki tingkat K – AUL rendah mendapatkan rerata prestasi kognitif

yang relatif lebih rendah, sedangkan siswa yang memiliki tingkat K – AUL tinggi

mendapatkan prestasi kognitif yang relatif lebih tinggi. Dalam hal ini kategori K –

AUL memberikan arah pengaruh positif terhadap prestasi kognitif, yaitu pengaruhnya

positif untuk kemampuan menggunakan alat ukur listrik tinggi. Siswa dengan K - AUL

Page 125: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

cxxv

tinggi memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menyelesaikan masalah-masalah

listrik dinamis dibanding siswa yang memiliki kemampuan menggunakan alat ukur

listrik rendah. untuk lebih jelasnya, perhatikanlah gambar hasil uji lanjut mean berikut,

Gambar 4.14 Grafik Uji ANOM Kemampuan alat ukur listrik terhadap Prestasi kognitif listrik dinamis

c. Hipotesis Ketiga

Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh aktivitas belajar

terhadap prestasi kognitif (p-value Aktivitas belajar siswa = 0,490 > 0,050) dalam

proses pembelajaran. Aktivitas belajar siswa tidak memberikan pengaruh terhadap

prestasi kognitif materi listrik dinamis. Uji lanjut menunjukkan bahwa aktivitas belajar

siswa tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kognitif pada

materi listrik dinamis (p-value aktivitas belajar siswa = 0,204 > 0,050). Hal ini terjadi

karena kemampuan aktivitas belajar sifatnya personal sehingga tidak bisa mengarah

pada pola berinteraksi seperti yang diharapkan pada pendekatan kooperatif, khususnya

dalam pembelajaran materi listrik dinamis.

Page 126: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

cxxvi

Tingkat aktivitas belajar siswa memberikan efek tidak berbeda terhadap

pencapaian prestasi kognitif, dimana siswa yang memiliki tingkat aktivitas belajar

tinggi dan rendah mendapatkan rerata prestasi yang hampir sama, yaitu 83,888 dan

82,537.

Gambar 4.15 Grafik Uji ANOM Kategori aktivitas belajar terhadap

Prestasi Belajar Fisika Meskipun tingkat aktivitas belajar tidak memberikan pengaruh signifikan

terhadap prestasi, masih dapat diperoleh informasi bahwa arah pengaruhnya positif

untuk aktivitas belajar tinggi dan negatif untuk aktivitas belajar rendah, sehingga masih

sesuai dengan teori.

d. Hipotesis Keempat

Hasil analisis data dari uji hipotesis sebelumnya menunjukkan bahwa ada

pengaruh K - AUL terhadap prestasi kognitif listrik dinamis, namun tidak demikian

dengan model. Hasil uji interaksi menunjukkan bahwa ada interaksi antara model

dengan K – AUL terhadap prestasi kognitif listrik dinamis (p-value interaksi model

dan K – AUL = 0,000 < 0,050). Hasil uji lanjut semakin memperkuat keputusan

Page 127: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

cxxvii

adanya interaksi antara model pembelajaran dngan K – AUL . Dimana, hasil uji

interaksi untuk model dengan K – AUL terlihat pada gambar berikut,

Gambar 4.16 Grafik interaksi model dengan kemampuan alat ukur listrik Hal ini terjadi karena penggunaan model STAD dan Jigsaw sebagai perangsang

untuk proses belajar model STAD telah diprediksikan oleh David W dan kawan-

kawannya bahwa hasil kelompok yang dibelajarkan dengan STAD akan berbeda

signifikan hasilnya dengan yang dibelajarkan menggunakan model Jigsaw pada ranah

kooperatifnya. Demikian juga dengan kemampuan alat ukur listrik siswa, yang

menunjukkan arah tren pengaruh yang positif, berdasarkan hasil uji pada hipotesis

kedua ditemukan bahwa signifikan pengaruhnya. Hal ini mengindikasikan bahwa

penggunaan model pembelajaran merangsang siswa pada tataran kemampuan alat ukur

listrik individual siswa, sehingga menghasilkan interaksi kedua faktor. Untuk lebih

jelas lagi dalam memaknai keselarasan model pembelajaran dengan kemampuan alat

ukur listrik perhatikan gambar 4.12 di atas. Dengan jelas gambar memperlihatkan

bahwa siswa yang dibelajarkan dengan model STAD lebih baik hasilnya daripada

Jigsaw pada umumnya, dan siswa dengan kemampuan alat ukur listrik tinggi lebih baik

Page 128: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

cxxviii

hasilnya jika dibelajarkan dengan model Jigsaw, sebaliknya siswa dengan kemampuan

alat ukur listrik rendah sangat cocok dengan model STAD. Artinya, ada kesebalikan

antara model dengan kemampuan alat ukur siswa.

e. Hipotesis Kelima

Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh penggunaan

model pembelajaran terhadap prestasi listrik dinamis dan tidak ada pengaruh aktivitas

belajar terhadap prestasi belajar listrik dinamis. Sehingga hasil uji statistik interaksi

faktor tersebut memperlihatkan bahwa tidak terjadi interaksi pengaruh antara model

pembelajaran dengan aktivitas belajar prestasi kognitif pada materi listrik dinamis (p-

value interaksi model dan aktivitas belajar = 0,984 > 0,050). Hal ini menandakan

bahwa penggunaan model STAD dan Jigsaw sebagai perangsang untuk proses belajar

model STAD tidak berbeda signifikan hasilnya. Kenyataan tersebut terjadi dikarenakan

model pembelajaran yang digunakan selaras dengan efek aktivitas belajar siswa, dalam

hal ini model STAD cnderung memberikan pengaruh prestasi lebih tinggi demikian

juga halnya dengan aktivitas belajar tinggi, sehingga tidak menghasilkan interaksi

kedua faktor. Untuk lebih jelas lagi dalam memaknai interaksi model pembelajaran

dengan aktivitas belajar siswa perhatikan gambar berikut ini,

Page 129: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

cxxix

Gambar 4.17 Grafik interaksi Model dan Aktivitas belajar terhadap

Prestasi kognitif listrik dinamis

f. Hipotesis Keenam

Hasil analisis data menunjukkan tidak ada interaksi antara K - AUL dan

aktivitas belajar terhadap prestasi belajar Fisika pada materi listrik dinamis (p-value

interaksi antara K – AUL dan aktivitas belajar = 0,054 > 0,050). Hasil ini merupakan

konsekuensi dari dua keputusan sebelumnya yaitu secara parsial K - AUL berpengaruh

signifikan terhadap prestasi belajar dan aktivitas belajar yang tidak berpengaruh

terhadap prestasi belajar listrik dinamis. Secara parsial aktivitas belajar dan K – AUL

memberikan pengaruh yang memiliki tren positif terhadap pencapaian prestasi.

Interaksi tidak terjadi pada ranah K – AUL tinggi dengan aktivitas belajar. Hanya saja,

dari grafik interkasi nampak bahwa ada kecenderungan interaksi dan menurut statistik

memang demikian, hampir terjadi interaksi. Kecenderungan tersebut terlihat pada level

Page 130: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

cxxx

aktivitas belajar tinggi baik pada siswa dengan K - AUL tinggi maupun rendah. Untuk

mengetahui pola interaksi kedua faktor tersebut perhatikan gambar berikut,

Gambar 4.18 Grafik interaksi Kemamp. mengg. alat ukur listrik dan

aktivitas belajar terhadap Prestasi kognitif listrik dinamis

g. Hipotesis Ketujuh

Hasil analisis data menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara model

pembelajaran, kemampuan menggunakan alat ukur listrik, dan aktivitas belajar (p-value

interaksi antara model, kemampuan alat menggunakan ukur listrik dan aktivitas belajar

= 0,127 > 0,050). Seperti yang telah dijabarkan di atas, meskipun secara mandiri faktor

kemampuan menggunakan alat ukur listrik siswa berpengaruh signifikan terhadap

perolehan prestasi kognitif siswa, ternyata tidak mampu memberikan pengaruh

signifikan dalam hal interaksi dengan faktor lainnya, model pembelajaran dan aktivitas

belajar siswa.

Page 131: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

cxxxi

85,0

82,5

80,0

tinggirendah

tinggirendah

85,0

82,5

80,0

STADJIGSAW

85,0

82,5

80,0

Model

K-AUL

K-Aktiv

JIGSAWSTAD

Model

rendahtinggi

K-AUL

rendahtinggi

K-Aktiv

Interaction Plot for KognitifData Means

Gambar 4.19 Grafik interaksi faktor Model pembelajaran, Kemamp. mengg.

alat ukur listrik dan aktivitas belajar terhadap Prestasi Kognitif listrik dinamis

STADJIGSAW

85

84

83

82

t inggirendah

t inggirendah

85

84

83

82

Model

Me

an

K-AUL

K-Akt iv

Main Effects Plot for KognitifData Means

Gambar 4.20 Grafik efek mean faktor Model pembelajaran, Kemamp. mengg.

alat ukur listrik dan aktivitas belajar terhadap Prestasi kognitif listrik dinamis

Page 132: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

cxxxii

Berdasarkan gambar 4.16 diperoleh informasi bahwa baik model pembelajaran

(STAD – Jigsaw), kemampuan alat ukur listrik (tinggi – rendah) dan aktivitas belajar

siswa (tinggi – rendah) sama-sama memiliki tren positif.

2. Pembahasan Hasil analisa Data Prestasi Afektif

Pengujian hasil penelitian untuk data prestasi afektif tidak bisa menggunakan uji

anava sebagaimana halnya pada komponen prestasi kognitif. Perbedaan keduanya

tidak akan mempengaruhi hasil penelitian, dalam artian sama saja. Hanya prosedur

pengujiannya saja yang berbeda, pada uji anava penarikan keputusan didasarkan pada

mean (rerata) kedua pihak yang dibandingkan. Sedangkan pada uji Kruskal-Wallis

(nonparametrik) lebih membandingkan pada mediannya.

Hasil uji Kruskal-Wallis untuk data prestasi afektif yang dibandingkan menurut

model pembelajarannya diperoleh hasil bahwa kedua kelas berbeda mediannya terbukti

dengan nilai p statistiknya sebesar 0,000. Kelas yang dibelajarkan dengan model

Jigsaw 77,50 sedangkan yang dibelajarkan dengan model STAD 74,50. Hal ini berarti

ada perbedaan yang signifikan dengan model Jigsaw sebagai pilihan utamanya.

Pada hasil pengujian untuk Prestasi Afektif dengan faktor kemampuan

menggunakan alat ukur listrik diperoleh hasil p = 0,093. Masing-masing memiliki

median 75,00 untuk kelompok siswa dengan kemampuan menggunakan alat ukur listrik

rendah dan 76,00 untuk kelompok siswa dengan kemampuan menggunakan alat ukur

listrik tinggi. Hal ini berarti kemampuan menggunakan alat ukur listrik tidak

memberikan efek berbeda terhadap prestasi afektif siswa.

Page 133: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

cxxxiii

Pada faktor aktivitas belajar siswa, yang kadang kita mengiranya sebagai ranah

afektif siswa, ternyata diperoleh hasil analisis dengan p sebesar 0,214 dan besar median

masing-masing untuk kelompok siswa dengan aktivitas belajar tinggi dan rendah 75,00

dan 75,00. Tepat sama median keduanya. Hal ini berarti faktor aktivitas belajar benar-

benar tidak memberikan efek perbedaan sama sekali terhadap prestasi Afektif.

3. Pembahasan Hasil analisa Data Prestasi Psikomotor

Seperti halnya pada ranah afektif, pengujian hasil penelitian untuk data prestasi

psikomotor tidak bisa menggunakan uji anava melainkan uji Kruskal wallis. Perbedaan

keduanya tidak membedakan hasil penelitian, dalam artian sama saja. Hanya prosedur

pengujian prasyaratnya saja yang berbeda, pada uji anava penarikan keputusan

didasarkan pada mean (rerata) kedua pihak yang dibandingkan dengan persyaratan

memnuhi kriteria kenormalan dan homogenitas. Sedangkan pada uji Kruskal-Wallis

(nonparametrik) lebih membandingkan pada mediannya dan tanpa persyaratan

kenormalan dan homogenitas data.

Hasil uji Kruskal-Wallis untuk data prestasi psikomotor yang dibandingkan

menurut model pembelajarannya diperoleh hasil bahwa kedua kelas berbeda mediannya

terbukti dengan nilai p statistiknya sebesar 0,004. Median kelas yang dibelajarkan

dengan model Jigsaw 85,00 sedangkan yang dibelajarkan dengan model STAD 82,50.

Hal ini berarti ada perbedaan yang signifikan antara pengaruh model Jigsaw dan

STAD, dengan model Jigsaw sebagai pilihan utamanya. Hal ini disebabkan pada

kelompok model pembelajaran Jigsaw siswa ahli masing-masing bertanggung jawab

untuk menjelaskan ulang pada kelompok asal. Sedangkan pada model STAD

Page 134: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

cxxxiv

penekanannya lebih pada proses belajar bersama (kelompok), tidak ada tanggung jawab

untuk menjelaskan pada kelompoknya sendiri karena memang proses dialami bersama-

sama.

Pada hasil pengujian untuk Prestasi psikomotor dengan faktor kemampuan

menggunakan alat ukur listrik diperoleh hasil p = 0,264. Masing-masing memiliki

median 83,00 untuk kelompok siswa dengan kemampuan menggunakan alat ukur listrik

rendah dan 83,00 untuk kelompok siswa dengan kemampuan menggunakan alat ukur

listrik tinggi. Hal ini berarti kemampuan menggunakan alat ukur listrik tidak

memberikan efek berbeda terhadap prestasi afektif siswa, bahkan pengaruh keduanya

tepat sama.

Pada faktor aktivitas belajar siswa, ternyata diperoleh hasil analisis dengan p

sebesar 0,111 dan besar median masing-masing untuk kelompok siswa dengan aktivitas

belajar tinggi dan rendah 83,00 dan 85,00. Hampir sama median keduanya. Hal ini

berarti faktor aktivitas belajar tidak memberikan efek perbedaan sama sekali terhadap

prestasi psikomotor.

Secara umum penelitian ini dapat mengambil dua hal penting sebagai berikut:

a). Penggunaan model pembelajaran STAD dan Jigsaw berpengaruh signifikan

terhadap pencapaian prestasi kognitif siswa, bahkan untuk ranah Afektif dan

Psikomotor, model Jigsaw diketahui lebih efektif pengaruhnya terhadap siswa daripada

model STAD. b). Interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan

menggunakan alat ukur listrik memberikan sumbangan besar terhadap pemahaman

siswa akan konsep Fisika pada materi listrik dinamis terutama pada siswa yang

memiliki kemampuan menggunakan alat ukur listrik tinggi dan aktivitas belajar tinggi

Page 135: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

cxxxv

yang dibelajarkan dengan model STAD. Hal ini disebabkan karena STAD menarik dan

berkesan bagi siswa dengan kemampuan menggunakan alat ukur listrik tinggi.

E. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini, meskipun sudah direncanakan dan melalui proses evaluasi

sebelum dilaksanakan, tidak terlepas juga dari keterbatasannya. Adapun beberapa hal

yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini antara lain: 1) Pada saat peneliti

mengambil keputusan bahwa SMA Negeri 3 Surakarta sebagai tempat untuk menguji

validitas dan reliabilitas instrument, kepastian apakah SMA Negeri 3 Surakarta dengan

SMA Negeri 1 Surakarta benar-benar ekivalen sehingga hasilnya dapat diterapkan di

SMA Negeri 1 Surakarta, belum ada penelitian sebelumnya. Pertimbangan peneliti

pada status dua sekolah tersebut sama negeri, ada tiga program regular, rsbi dan

akselerasi. Hal ini tidak menutup kemungkinan mempengaruhi hasil kesimpulan; 2)

Pada penelitian ini, tingkat kemampuan menggunakan alat ukur listrik dan aktivitas

belajar hanya mengkategorikan tinggi dan rendah saja, peneliti tidak melibatkan

kategori sedang. Hal ini barangkali mempengaruhi hasil kesimpulan; 3) Pada penelitian

ini hanya sebagian faktor saja yang diteliti yaitu strategi pembelajaran sebagai faktor

ekstern dan kemampuan menggunakan alat ukur listrik serta aktivitas belajar sebagai

faktor intern. Hal ini dapat mempengaruhi kesimpulan; 4). Strategi pembelajaran yang

dipilih pada penelitian ini selain memiliki kelebihan tentu juga memiliki kelemahan.

Hal ini dapat mempengaruhi hasil kesimpulan.

Page 136: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

cxxxvi

Page 137: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

cxxxvii

Jurnal International,

th. 2000

Page 138: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

cxxxviii

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka

dapat disimpulkan untuk ranah kognitif sebagai berikut:

1. Kedua model pengaruhnya sama kuat terhadap prestasi kognitif materi listrik

dinamis. Hal ini dapat dilihat pada rata-rata nilai prestasi kognitif yang lebih tinggi

daripada kriteria ketuntasan minimal (KKM: 70). Siswa yang dibelajarkan dengan

model STAD dan Jigsaw rerata prestasi kognitifnya 84,167 dan 82,449. Dari hasil

analisis data menggunakan anava tiga jalan dengan sel tak sama diperoleh p-value

model pembelajaran = 0,451 > 0,050. Kedua model pembelajaran ini sama-sama

dapat digunakan dalam pembelajaran Fisika khususnya pada materi listrik dinamis.

Jadi dapat disimpulkan :

Tidak ada pengaruh penggunaan model STAD dan Jigsaw terhadap prestasi belajar

Fisika pada materi listrik dinamis.

2. Uji lanjut menunjukkan bahwa kemampuan menggunakan alat ukur listrik

memberikan pengaruh signifikan terhadap prestasi kognitif pada materi listrik

dinamis, p-value kemampuan menggunakan alat ukur listrik siswa = 0,002 <

0,050. Hasil tersebut menandakan adanya pengaruh kemampuan menggunakan alat

ukur listrik terhadap prestasi kognitif listrik dinamis sebab rerata prestasi kognitif

pada siswa yang kemampuan menggunakan alat ukur listriknya tinggi dan rendah

masing-masing 84,897 dan 81,718. Sehingga dapat disimpulkan :

Page 139: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

cxxxix

Ada pengaruh kemampuan menggunakan alat ukur listrik terhadap prestasi belajar

Fisika pada materi listrik dinamis.

3. Uji lanjut menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa tidak memberikan perbedaan

pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kognitif pada materi listrik dinamis (p-

value aktivitas belajar siswa = 0,204 > 0,050). Hal ini terjadi karena kemampuan

aktivitas belajar sifatnya personal sehingga tidak bisa mengarah pada pola

berinteraksi seperti yang diharapkan pada pendekatan kooperatif, khususnya dalam

pembelajaran materi listrik dinamis. Maka disimpulkan :

Tidak ada pengaruh aktivitas belajar terhadap prestasi kognitif pada materi listrik

dinamis.

4. Hasil uji interaksi menunjukkan p-value = 0,000 < 0,050. Hasil uji lanjut semakin

memperkuat keputusan adanya interaksi antara model pembelajaran dngan

kemampuan menggunakan alat ukur listrik. Siswa yang dibelajarkan dengan model

STAD lebih baik hasilnya daripada Jigsaw pada umumnya, dan siswa dengan

kemampuan menggunakan alat ukur listrik tinggi lebih baik hasilnya jika

dibelajarkan dengan model Jigsaw, sebaliknya siswa dengan kemampuan

menggunakan alat ukur listrik rendah sangat cocok dengan model STAD. Artinya,

ada kesebalikan antara model dengan kemampuan menggunakan alat ukur siswa.

Sehingga dapat diambil kesimpulan :

Ada interaksi pengaruh antara model pembelajaran dengan kemampuan

menggunakan alat ukur listrik terhadap prestasi kognitif pada materi listrik

dinamis.

5. Hasil uji interaksi menunjukkan p value = 0,984 > 0,050. Penggunaan model

STAD dan Jigsaw sebagai perangsang untuk proses belajar, model STAD tidak

Page 140: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

cxl

berbeda signifikan hasilnya. Kenyataan tersebut terjadi dikarenakan model

pembelajaran yang digunakan selaras dengan efek aktivitas belajar siswa, dalam

hal ini model STAD cenderung memberikan pengaruh prestasi lebih tinggi

demikian juga halnya dengan aktivitas belajar tinggi, sehingga tidak menghasilkan

interaksi kedua faktor. Maka disimpulkan :

Tidak ada interaksi pengaruh antara model pembelajaran dengan aktivitas belajar

terhadap prestasi kognitif pada materi listrik dinamis.

6. Hasil uji interaksi menunjukkan p value = 0,054 > 0,050. Hasil ini merupakan

konsekuensi dari dua keputusan sebelumnya yaitu secara parsial kemampuan

menggunakan alat ukur listrik berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar dan

aktivitas belajar yang tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar listrik dinamis.

Hasil pada grafik interaksi menunjukkan bahwa ada kecenderungan interaksi pada

level aktivitas belajar tinggi baik pada siswa dengan kemampuan menggunakan

alat ukur listrik tinggi maupun rendah. Kesimpulannya :

Tidak ada interaksi pengaruh antara kemampuan menggunakan alat ukur listrik

dengan aktivitas belajar terhadap prestasi kognitif pada materi listrik dinamis.

7. Hasil uji interaksi menunjukkan p value = 0,127 > 0,050. Meskipun secara

mandiri faktor kemampuan menggunakan alat ukur listrik siswa berpengaruh

signifikan terhadap perolehan prestasi kognitif siswa, ternyata tidak mampu

memberikan pengaruh signifikan dalam hal interaksi dengan faktor lainnya, model

pembelajaran dan aktivitas belajar siswa. diperoleh informasi bahwa baik model

pembelajaran (STAD – Jigsaw), kemampuan menggunakan alat ukur listrik (tinggi

– rendah) dan aktivitas belajar siswa (tinggi – rendah) sama-sama memiliki

kecenderungan positif. Sehingga dapat disimpulkan :

Page 141: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

cxli

Tidak ada interaksi pengaruh antara model pembelajaran, kemampuan

menggunakan alat ukur listrik dan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar Fisika

pada materi listrik dinamis.

Sedangkan kesimpulan utuk ranah Afektif adalah:

1. Kelas yang dibelajarkan dengan model Jigsaw prestasi afektifnya 77,50 sedangkan

yang dibelajarkan dengan model STAD 74,50. Hal ini berarti model Jigsaw

sebagai pilihan utamanya. Sedangkan pada uji Kruskal-Wallis p-value = 0,000 <

0,050. Maka dapat disimpulkan :

Ada pengaruh penggunaan model STAD dan Jigsaw terhadap prestasi afektif pada

materi listrik dinamis.

2. Masing-masing memiliki median 75,00 untuk kelompok siswa dengan kemampuan

menggunakan alat ukur listrik rendah dan 76,00 untuk kelompok siswa dengan

kemampuan alat ukur listrik tinggi. Dari uji Kruskal-Wallis diperoleh p-value =

0,093 > 0,050. Dapat disimpulkan :

Tidak ada pengaruh kemampuan menggunakan alat ukur listrik terhadap prestasi

afektif pada materi listrik dinamis.

3. Besar median masing-masing untuk kelompok siswa dengan aktivitas belajar tinggi

dan rendah 75,00 dan 75,00. Tepat sama median keduanya. Hal ini berarti faktor

aktivitas belajar benar-benar tidak memberikan efek perbedaan sama sekali

terhadap prestasi afektif. Pada uji Kruskal-Wallis p-value = 0,214 > 0,050.

Sehingga dapat disimpulkan :

Tidak ada pengaruh aktivitas belajar siswa terhadap prestasi afektif pada materi

listrik dinamis.

Dan, hasil untuk ranah psikomotor:

Page 142: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

cxlii

1. Median kelas yang dibelajarkan dengan model Jigsaw 85,00 sedangkan yang

dibelajarkan dengan model STAD 82,50. Hal ini berarti model Jigsaw sebagai

pilihan utamanya. Pada uji Kruskal-Wallis diperoleh p-value = 0,004 < 0,050.

Dapat disimpulkan :

Ada pengaruh penggunaan model STAD dan Jigsaw terhadap prestasi psikomotor

pada materi listrik dinamis.

2. Masing-masing memiliki median 83,00 untuk kelompok siswa dengan kemampuan

menggunakan alat ukur listrik rendah dan 83,00 untuk kelompok siswa dengan

kemampuan menggunakan alat ukur listrik tinggi. Hal ini berarti kemampuan

menggunakan alat ukur listrik tidak memberikan efek berbeda terhadap prestasi

afektif siswa, bahkan pengaruh keduanya tepat sama. Pada uji Kruskal-Wallis

diperoleh p-value = 0,264 > 0,050. Dapat disimpulkan :

Tidak ada pengaruh kemampuan menggunakan alat ukur listrik terhadap prestasi

psikomotor pada materi listrik dinamis.

3. Besar median masing-masing untuk kelompok siswa dengan aktivitas belajar tinggi

dan rendah 83,00 dan 85,00. Hampir sama median keduanya. Hal ini berarti faktor

aktivitas belajar tidak memberikan efek perbedaan terhadap capaian prestasi

psikomotor. Sedangkan pada uji Kruskal-Wallis diperoleh p-value = 0,111 >

0,050. Sehingga dapat disimpulkan :

Tidak ada pengaruh aktivitas belajar siswa terhadap prestasi psikomotor pada

materi listrik dinamis.

B. Implikasi

1. Implikasi Teoritis

Page 143: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

cxliii

Hasil penelitian ini memberikan gambaran yang jelas tentang model STAD dan

Jigsaw yang dapat digunakan dalam pembelajaran Fisika pada materi pokok listrik

Dinamis. Sekalipun model pembelajaran ini sama-sama mempermudah siswa untuk

memahami konsep pembelajaran Fisika pada materi tersebut, model STAD lebih

mampu merangsang siswa untuk mendapatkan prestasi maksimal daripada model

Jigsaw pada ranah kognitif dan afektif. Sedangkan model Jigsaw bagus untuk

meningkatkan prestasi siswa pada ranah Psikomotor.

2. Implikasi Praktis

Implikasi praktis dari hasil penelitian ini adalah siswa yang dibelajarkan dengan

model STAD dan Jigsaw ternyata mendapatkan prestasi belajar Fisika yang memenuhi

harapan pada ranah prestasi kognitif dan afektif, dengan model STAD sebagai pilihan

utamanya. Model STAD menjadikan konsep yang dibelajarkan menjadi mudah

diterima sebab kondisi pada pembelajaran model tersebut mampu merangsang siswa

untuk mendapatkan prestasi kognitif dan afektif lebih maksimal daripada model

Jigsaw. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan prestasi kognitif dan afektif khusus pada

materi listrik dinamis sebaiknya diberikan melalui model STAD. Sedangkan untuk

prestasi psikomotor diperoleh hasil maksimal pada siswa yang dibelajarkan dengan

model Jigsaw, sebab pada kelompok model pembelajaran Jigsaw siswa ahli masing-

masing bertanggung jawab untuk menjelaskan ulang pada kelompok asal. Sedangkan

pada model STAD penekanannya lebih pada proses belajar bersama (kelompok), tidak

ada tanggung jawab untuk menjelaskan pada kelompoknya sendiri karena memang

proses dialami bersama-sama.

Page 144: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

cxliv

C. Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dapat dikemukakan beberapa saran

sebagai berikut:

1. Saran untuk Guru

Untuk mengajarkan konsep-konsep Fisika diperlukan model pembelajaran yang

mampu membantu siswa pada kondisi senang, rileks dan mudah untuk menerima dan

memahami materi. Ranah Kognitif, afektif dan psikomotor adalah tiga hal berbeda

yang meskipun seringkali tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Namun, pada

kenyataannya untuk mendapatkan hasil yang maksimal untuk masing-masing ranah

tidak bisa diperoleh dari satu metode yang sama. Hal ini telah terbukti dari hasil

penelitian ini, prestasi ranah kognitif dan afektif dapat dimaksimalkan dengan model

STAD sedangkan prestasi ranah psikomotor melalui model Jigsaw.

2. Saran untuk para peneliti

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian

sejenis, pada materi listrik dinamis. Untuk memperoleh hasil yang lebih baik lagi,

kemampuan menggunakan alat ukur listrik membutuhkan latihan-latihan dan

bimbingan guru. Hal tersebut dapat dilaksanakan pada saat istirahat atau jam tambahan

sore (jam 14.15 – sampai jam 15.00 WIB)/pagi (jam ke nol (jam 06.15 – sampai jam

06.50 WIB). Peningkatan aktivitas belajar supaya diciptakan situasi KBM yang

menyenangkan, siswa suka berdiskusi, berani bertanya, kritis dan memiliki sikap

tanggung jawab. Perlu melakukan pengkajian yang lebih mendalam tentang model

yang tepat digunakan dalam proses pengajaran di kelas sesuai dengan karakter materi

dan aspek (ranah) yang akan digali dari siswa yang dibelajarkan. Tidak semua siswa

Page 145: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

cxlv

menerima dengan baik efek setiap model pembelajaran karena setiap anak memiliki

keunikan belajarnya sendiri. Penelitian mengenai penerapan metode dan model lain

yang dapat mempermudah siswa dalam memecahkan permasalahan dalam belajar

Fisika terutama yang berkaitan dengan pemilihan model pembelajaran masih perlu

dilakukan. Dengan demikian dapat diharapkan dapat memaksimalkan prestasi belajar

siswa baik ranah kognitif, ranah psikomotor, dan ranah afektif.

Page 146: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

cxlvi

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Djamil Husin. l988. Kamus Fisika Bergambar. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Aminah Ayob, Ng Khar Thoe.l998. Some Constructivists Approches Theory and Practice. Malaysia: Ministry of Education and Culture, The Republic of Indonesia in Cordination With SEMEO RECSAM.

Anita Lie. 2002. Cooperative. Jakarta: Grasindo.

Arends, R I. 2008. 2008. Learning to Teach. (Edisi Ketujuh terjemahan oleh Helly

Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto). Yogyakarta: Penerbit Pustaka Belajar.

Ari Damari. 2008. Panduan Lengkap Eksperimen Fisika SMA. Jakarta: Penerbit

Wahyu Media. Budiyono. 2004. Statistik Untuk Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University

Press. Brophy,J.E. 1997. Motivating Student to Learn. Toronto: Mc Grow Hill.

Depdikbud. 1995. Petunjuk Teknis Mata Pelajaran Kurikulum SMU. Jakarta : Depdikbud.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kurikulum 2004 SMA Pedoman Khusus

Pengembangan Silabus dan Penilaian Pelajaran Fisika. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum Ditjen Dikdasmen Depdiknas.

Depdiknas. 2004. Model-model Pengajaran Dalam Pelajaran Sains. Bandung:

Dikmenum Pusat Pengembangan Penataran Guru IPA. Douglas Giancoli, C. 2001. Physics Fifth Edition. (Edisi Kelima terjemahan oleh

Yuhilza Hanum). Jakarta: Penerbit Erlangga. Dwi Sabdo Budi Prasetya, Muhammad Farchani Rosyid, Rachmad Resmiyanto, Romy

Hanang Setya Budhi. 2008. Platinum Kajian Konsep Fisika 1. Surakarta: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Johnson,D.W., Johnson, R.T., dan Stanne, M.B. 2000. Cooperative Learning Methods

A Meta Analysis. University of Minnesota. Johson & Johnson. 2001. Cooperative Learning and Culturally Plural Classroom.

www.clrc.com. 14 Oktober 2009.

Page 147: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

cxlvii

Marthen Kanginan. l996. Fisika SMU Jilid 2A. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Masidjo. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar di Sekolah. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Muhammad Hikam, Pamulih B.Prasetyo, Djonaedi Saleh. 2005. Eksperimen Fisika

Dasar Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Penerbit Prenada Media. Nana Sudjana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja

Rosdakarya. Ong Eng Tek. l998. Structural Approach to Cooperative Learning. Malaysia: Ministry

of Education and Culture The Republic of Indonesia in Coordination With SEMEO RECSAM.

Paul A.Tipler. 2001. Fisika Untuk Sains dan Teknik. (Edisi Ketiga terjemahan oleh

Bambang Soegijono). Jakarta: Penerbit Erlangga. Ratna Wilis Dahar. l989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Singgih Gunarso. l98l. Psikologi Remaja. Jakarta: Gunung Mulia.

Slavin,R.E. 2008. Cooperative Learning Teori Riset dan Praktik. (Terjemahan oleh Narulita Yusron). Bandung: Penerbit Nusa Media.

Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian. Edisi Revisi V. Jakarta: Penerbit

Rineka Cipta. ________________. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Penerbit

Rineka Cipta. ________________. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Supiyanto.2007. Fisika Untuk SMA Kelas X. Jakarta: Penerbit PHißETA Suyatno, Heny Subandiyah. Metode Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Pendidikan

Lanjutan Pertama Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.

Syaiful Sagala. 2007. Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung: Penerbit

Alfabeta. Toeti Soekamto, Udin Saripudin Winataputra. 1997. Teori Belajar Dan Model-Model

Pembelajaran. Jakarta: Pusat Antar Universitas Untuk Peningkatan Dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

Page 148: Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams ...... · Pembelajaran fisika melalui model stad (student teams achievement divisions) dan jigsaw ditinjau dari kemampuan menggunakan

cxlviii

Yohanes Surya. 1999. Fisika Itu Mudah. Tangerang: Penerbit Bina Sumber Daya

MIPA.