pembahasan uji validitas reagen utd.docx

10
Pereaksi atau sering disebut juga reagensia (inggris : reagent) adalah suatu zat yang berperan dalam suatu reaksi kimia atau diterapkan untuk tujuan analisis. Istilah reagen juga digunakan untuk menunjuk pada zat kimia dengan kemurnian yang cukup untuk sebuah analisis atau percobaan. Sebelum digunakan untuk analisis, suatu reagen harus melalui proses validasi dahulu untuk mengetahui kualitas dari reagen tersebut. Validasi reagen adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu reagen. Validasi reagen merupakan salah satu pemantapan mutu internal. Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang dilaksanakan oleh setiap laboratorium secara terus-menerus agar diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat. Uji validitas reagen adalah suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi (content) dari suatu reagen, dengan tujuan untuk mengukur ketepatan reagen yang digunakan dalam suatu pemeriksaan. Untuk mengetahui apakah tes itu valid atau tidak harus dilakukan melalui pengujian dari reagen itu sendiri agar hasil dari pemeriksaan dapat berlangsung dengan baik dan benar. Dengan melakukan uji validitas reagen juga bermanfaat untuk mengetahui kondisi reagen. Jadi, tujuan validasi reagen adalah untuk menguji validitas suatu reagen sehingga dapat diketahui kualitas dari reagen sebelum digunakan untuk pemeriksaan dan juga untuk menetapkan reagen yg digunakan valid atau invalid sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang akurat. Oleh karena

Transcript of pembahasan uji validitas reagen utd.docx

Pereaksi atau sering disebut juga reagensia (inggris : reagent) adalah suatu zat yang berperan dalam suatu reaksi kimia atau diterapkan untuk tujuan analisis. Istilah reagen juga digunakan untuk menunjuk pada zat kimia dengan kemurnian yang cukup untuk sebuah analisis atau percobaan. Sebelum digunakan untuk analisis, suatu reagen harus melalui proses validasi dahulu untuk mengetahui kualitas dari reagen tersebut. Validasi reagen adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu reagen. Validasi reagen merupakan salah satu pemantapan mutu internal. Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang dilaksanakan oleh setiap laboratorium secara terus-menerus agar diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat.Uji validitas reagen adalah suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi (content) dari suatu reagen, dengan tujuan untuk mengukur ketepatan reagen yang digunakan dalam suatu pemeriksaan. Untuk mengetahui apakah tes itu valid atau tidak harus dilakukan melalui pengujian dari reagen itu sendiri agar hasil dari pemeriksaan dapat berlangsung dengan baik dan benar. Dengan melakukan uji validitas reagen juga bermanfaat untuk mengetahui kondisi reagen. Jadi, tujuan validasi reagen adalah untuk menguji validitas suatu reagen sehingga dapat diketahui kualitas dari reagen sebelum digunakan untuk pemeriksaan dan juga untuk menetapkan reagen yg digunakan valid atau invalid sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang akurat. Oleh karena itu, validitas reagen penting dilakukan sebelum melakukan pemeriksaan menggunakan reagen tersebut.Dalam praktikum ini, dilakukan uji validitas reagen, khususnya reagen yang digunakan pada pemeriksaan golongan darah untuk tujuan transfusi darah. Uji kualitas reagen harus dilakukan pada :a. Setiap kali batch larutan kerja (working solution) dibuat.b. Setiap minggu c. Bila sudah mendekati masa daluwarsa.d. Bila ditemukan / terlihat tanda-tanda kerusakan (timbul kekeruhan, perubahan warna, timbul endapan)e. Bila terdapat kecurigaan terhadap hasil pemeriksaanReagen yang akan divalidasi dalam praktikum ini adalah reagen Anti-A, Anti-b, Anti-D, Bovine Albumin 22 %, Coombs serum, dan Coombs Control Cell. Sebelum memulai proses validasi, masing-masing reagen harus diperhatikan terlebih dahulu nomor batch dan tanggal kadaluarsanya. Nomor Batch atau bets (lot) adalah penandaan yang terdiri dari angka atau huruf atau gabungan keduanya, yang merupakan tanda pengenal suatu bets, yang memungkinkan penelusuran kembali riwayat lengkap pembuatan bets tersebut, termasuk seluruh tahap produksi, pengawasan dan distribusi. Sedangkan tanggal kadaluarsa merupakan gambaran dari stabilitas reagen dalam penyimpanan. Stabilitas reagen merupakan kemampuan suatu produk reagen untuk bertahan dalam batas yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan. Sifat dan karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat produk dibuat. Kestabilan reagen dapat dilihat dari beberapa hal dengan suatu perubahan dalam penampilan fisik seperti warnanya. Sedangkan dalam hal lain perubahan kimia dapat terjadi yang tidak bisa dibuktikan sendiri dan hanya bisa dibuktikan melalui analisis kimia. Nomor batch dan tanggal kadaluarsa masing-masing reagen dicatat pada form validasi reagen. Bila tanggal kadaluarsa reagen telah lewat, maka validasi tidak dilakukan lagi, karena dapat dipastikan reagen tersebut stabilitasnya berkurang dan tidak baik untuk pemeriksaan. Pada praktikum ini, semua reagen belum melewati tanggal kadaluarsa sehingga uji validasi reagen dilakukan.1. Uji Validasi Reagen Bouvine Albumin 22%Hal pertama yang dilakukan adalah menguji Bovine Albumine 22 % karena pengujian bouvine albumin yang memerlukan waktu paling lama karena terdapat proses inkubasi. Dalam pemeriksaan, Bovine Albumin 22 % ditambahkan ke suspensi sel untuk meningkatkan kemampuan antibodi untuk dapat bergabung dengan antigen spesifik dimana reagen ini tidak akan mempengaruhi tahap pertama haemagglutination (penyerapan antibodi) tetapi akan meningkatkan tahap kedua (aglutinasi) dengan membiarkan sel darah merah yang dilapisi antibodi berdekatan atau dengan kata lain, penambahan Bovine Albumin 22 % berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas test. Pengujian dilakukan dengan cara pada tabung dibuat campuran berikut: Tabung 1: 1 tetes suspensi sel A 5% + 2 tetes BA 22% Tabung 2: 1 tetes suspensi sel B 5% + 2 tetes BA 22% Tabung 3: 1 tetes suspensi sel O 5% + 2 tetes BA 22%Kemudian diinkubasi selama 15 menit pada suhu 37C. Lalu, disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 detik. Lalu, diamati aglutinasi yang terbentuk. Hasil yang diperoleh adalah pada tabung 1, 2, dan 3 tidak terjadi aglutinasi (negatif). Karena semua hasilnya adalah negatif, dapat dikatakan bahwa Bovine Albumine 22 % valid.

2. Uji Validasi Reagen Anti-A dan Anti-B Anti-DSeraclone Anti-A (ABO1) dan Seraclone Anti-B (ABO2) sebagai komponen reaktif mengandung antibodi monoclonal manusia dari imunoglobulin kelas IgM. Mereka berasal dari jalur sel hibridoma yang dibuat dengan menggabungkan antibodi tikus memproduksi limfosit B dengan sel myeloma tikus. Antibodi ini diencerkan dalam larutan protein yang mengandung sapi buffered albumin, etilendiamin tetraacetate (EDTA), dan sebagai pewarna Paten Biru (Anti-A) atau Tartrazin (Anti-B) dan dengan pengawet 0,1% sodium azide.Reaktivitas semua reagen harus dikonfirmasi oleh pengujian dengan sel darah merah positif dan negatif pada setiap hari gunakan. Untuk mengkonfirmasi reaktivitas atau spesifisitas Reagen Biotest monoklonal Darah (Anti-A dan Anti-B), masing-masing harus diuji dengan antigen-positif dan antigen-negatif sel darah merah mereka masing-masing. Misalnya, untuk menguji reagen Anti-A, digunakan suspensi sel darah A (sebagai antigen positif) dan digunakan juga suspensi sel darah B dan O (sebagai antigen negatif). Masing-masing reagen yang baik untuk digunakan adalah reagen yang hanya bereaksi dengan sel darah merah antigen-positif. Dalam praktikum ini. Validasi reagen Anti-A dilakukan dengan metode tabung, dengan formula sebagai berikut : Tabung 1: 2 tetes anti-A + 1 tetes suspensi sel A 5% Tabung 2: 2 tetes anti-A + 1 tetes suspensi sel B 5% Tabung 3: 2 tetes anti-A + 1 tetes suspensi sel O 5%Validasi reagen Anti-B dilakukan dengan metode tabung, dengan formula sebagai berikut : Tabung 1: 2 tetes anti-B + 1 tetes suspensi sel A 5% Tabung 2: 2 tetes anti-B + 1 tetes suspensi sel B 5% Tabung 3: 2 tetes anti-B + 1 tetes suspensi sel O 5%Masing-masing tabung lalu dicentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama? untuk menghomogenkan isinya. Setelah itu, diamati aglutinasinya. Hasil validasi pada reagen Anti A adalah pada tabung 1 yang berisi suspensi sel A 5% terjadi aglutinasi (Positif 4), pada tabung 2 yang berisi sel darah B 5% tidak terjadi aglutinasi (Negatif), dan tabung 3 yang berisi suspensi sel O 5% tidak tejadi aglutinasi (Negatif).Hasil validasi pada reagen Anti B adalah pada tabung 1 yang berisi suspensi sel A 5% tidak terjadi aglutinasi (Negatif), pada tabung 2 yang berisi sel darah B 5% terjadi aglutinasi (Positif 4), dan tabung 3 yang berisi suspensi sel O 5% tidak tejadi aglutinasi (Negatif).Hasil uji kedua reagen ini (Anti-A dan Anti-B), dapat dikatakan valid, karena baik Anti-A maupun Anti-B beraglutinasi dengan antigen yang sesuai, yaitu Anti-A dengan aglutinogen A dan Anti-B dengan aglutinogen B. Prinsip yang digunakan dalam hal ini adalah hemaglutinasi dimana Anti-A (ABO1) maupun Anti-B (ABO2) mengikat antigen yang sesuai pada sel darah merah yang diuji dan menyebabkan reaksi antigen-antibodi terlihat sebagai sel darah merah aglutinasi. Dari hal tersebut dapat dinyatakan bahwa reagen Anti-A dan Anti-B layak untuk digunakan pemeriksaan.3. Uji Validasi Reagen Anti-DReagen Anti-D digunakan untuk menguji keberadaan atau tidak adanya antigen D. Antigen D (RH1) adalah antigen yang penting setelah antigen sel darah merah A dan B. Sel yang memiliki D (RH1) adalah antigen "Rh positif" sedangkan sel yang tidak memiliki D (RH1) adalah antigen "Rh negatif". Sebagai Seraclone komponen reaktif, Anti-D berisi antibodi monoklonal manusia dari imunoglobulin kelas IgM. Antibodi ini berasal dari sel kultur supernatan dan menunjukkan kekhususan dan karakteristik reproduktifitas untuk antibodi monoklonal. Antibodi ini diencerkan dalam larutan garam isotonik yang mengandung buffer albumin sapi dan potensiator makromolekul. Seperti halnya dengan uji validasi Anti-A dan Anti-B, untuk mengkonfirmasi reaktivitas atau spesifisitas, reagen Anti-D harus diuji dengan antigen-positif dan antigen-negatif sel darah merah masing-masing. Reagen yang baik untuk digunakan adalah reagen yang hanya bereaksi dengan sel darah merah antigen-positif. Validasi reagen Anti-D dilakukan dengan metode tabung, dengan formula sebagai berikut : Tabung 1: 2 tetes anti-D + 1 tetes suspensi sel O Rh (+) 5 % Tabung 2: 2 tetes anti-D + 1 tetes suspensi sel O Rh (-) 5 %Masing-masing tabung lalu dicentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama? untuk menghomogenkan isinya. Setelah itu, diamati aglutinasinya. Hasil validasi pada reagen Anti D adalah pada tabung 1 yang berisi suspensi sel O Rh+ 5% terjadi aglutinasi (Positif 4), pada tabung 2 yang berisi sel darah O Rh- 5% tidak terjadi aglutinasi (Negatif).Hal ini menunjukkan bahwa reagen Anti-D valid karena Anti-D bereaksi dengan antigennya yang sesuai yaitu sel darah O yang rhesus positif. Sehingga reagen Anti-D layak untuk digunakan pemeriksaan.

4. Uji Validasi Reagen pada Coombs Serum, dan Coombs Control CellPada praktikum ini, uji validasi pada Coombs Serum, dan Coombs Control Cell, dijadikan satu rangkaian dengan metode tabung. Pengujian reagen Coombs Serum dilakukan dengan cara, pada ketiga tabung yang menunjukkan hasil negatif pada uji validitas Bouvine Albumine 22% tadi, dicuci 3 kali dengan menggunakan saline untuk menghilangkan bovine albumin 22% yang sebelumnya masih terdapat pada ketiga tabung tersebut. Selain itu pencucian ini juga berfungsi untuk menghilangkan antibodi bebas karena Coombs Serum akan lebih memilih untuk bereaksi pertama dengan antibodi bebas dan kemudian baru bereaksi dengan sel darah yang dilapisi antibodi. Antibodi bebas ini akan menetralisir AHG (Coombs serum) sehingga tidak akan bereaksi dengan sel darah merah yang terikat dengan antibodi dan menimbulkan hasil negatif palsu. Setelah dicuci, masing- masing tabung ditambahkan dengan 2 tetes Coombs Serum. Tabung dikocok perlahan lahan, kemudian diputar 3000 rpm selama 15 detik. Coombs Serum merupakan anti-human monoglobulin. Antibodi di dalam Coombs Serum akan bereaksi dengan antibodi atau komplemen pada sel darah merah, sehingga menyebabkan terjadinya aglutinasi. Namun dalam pengujian ini, hasil yang diperoleh pada tabung 1, 2, dan 3 adalah tidak terjadi aglutinasi (negatif) yang berarti tidak ada antibodi atau komplemen pada sel darah merah.Untuk mengetahui valid atau tidaknya uji validitas reagen Coombs Serum yang dilakukan, maka ketiga tabung tersebut yang memberikan hasil negatif ditambahkan masing masing 1 tetes Coombs Control Cells (CCC). Tabung dikocok perlahan lahan, kemudian diputar 3000 rpm selama 15 detik. CCC adalah sel yang dilapisi dengan antibodi IgG dimana CCC ini akan bereaksi dengan antibodi dalam Coombs serum yang masih mengambang disekitar dalam tabung. Coombs serum masih mengambang disekitar dalam tabung karena tidak ada antibodi atau komplemen sel darah merah yang berikatan dengan Coombs serum. Sehingga Coombs serum (anti-human globulin) akan berikatan dengan CCC (antibodi IgG) dan membentuk aglutinasi. Jadi, hasil yang diperoleh pada tabung 1, 2, dan 3 adalah terjadi aglutinasi (positif). Karena semua hasilnya adalah positif, dapat dikatakan bahwa pengujian reagen Coombs Serum yang memberikan hasil negatif tadi adalah benar (reagen Coombs serum valid). Hal ini sekaligus juga menguji validitas reagen Coombs Controll Cell (CCC), sehingga reagen Coombs Controll Cell (CCC) juga valid dan baik untuk digunakan dalam pemeriksaan.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan antigen dan antisera :a. Penggunaannya harus mengikuti petunjuk pabrik.b. Setiap akan digunakan, antigen atau antibodi dalam botol harus dikocok dahulu dan sesuaikan suhunya dengan suhu kamar.c. Simpan pada suhu yang dianjurkan.d. Ada beberapa reagen serologik yang tidak boleh dibekukan.e. Hindari pembekuan dan pencairan yang berulang-ulang.f. Periksa masa kadaluarsanya, jangan memakai antigem-antisera bila masa kadaluarsanya terlampaui.g. Pemeriksaan selalu dilakukan dengan mengikutsertakan beberapa serum kontrol yang sudah diketahui reaktifitasnya.h. Pasangan serum masa akut dan konvalesen dari penderita yang sama harus diperiksa dengan nomor batch yang sama.i. Setiap batch pemeriksaan serologis harus diikuti :1. Serum kontrol negatif (kontrol spesifisitas)2. Serum reaktif yang lemah (kontrol sensitifitas)3. Serum reaktif yang kuat (kontrol titrasi)