Pembahasan Tablet
-
Upload
dinisaaruni -
Category
Documents
-
view
91 -
download
0
description
Transcript of Pembahasan Tablet
PEMBAHASAN TABLET
Setelah dilakukan uji granul dan granul dinyatakan layak untuk dikempa, proses
yang selanjutnya dilakukan adalah pencetakan tablet sublingual famotidin.
Sebelum pencetakan, yang dilakukan adalah mencampurkan bahan terakhir yaitu
magnesium stearat. Magnesium stearat ini dimasukkan terakhir karena sifatnya
yang sangat higroskopik. Magnesium stearat berfungsi sebagai lubrikan, yaitu
untuk mengurangi gesekan tablet dengan punch dan die, mekanisme kerja
lubrikan adalah dengan melapisi granul agar permukaannya menjadi lebih halus.
Pencampuran dilakukan hingga dirasa telah homogen selama kurang lebih 5
menit.
Selanjutnya dilakukan pencetakan tablet. Pencetakan tablet dilakukan dengan
menggunakan alat rotary punch and dye. Alat ini umumnya digunakan untuk
produksi besar dan mampu mencetak hingga 10.000 tablet per menit. Dalam
pembuatan tablet ini, bentuk yang dicetak yakni sirkular atau tabung pipih. Pada
bentuk ini terdapat break line di tengahnya yang bertujuan agar memudahkan
untuk mematahkan tablet menjadi dua apabila penggunaan dosisnya hanya
setengah tablet. Pada pembuatan kali ini dicetak sebanyak 173 tablet. Padahal
jumlah batch tablet yang seharusnya tercetak adalah sebanyak 300 tablet. Ini
berarti terdapat persen susut yang cukup besar yaitu 42.34%, kemungkinan hal ini
dikarenakan bobot tablet yang kurang tepat dan penggunaan sebagian granul
untuk proses pengujian.
Berat tablet teoritis yang seharusnya dicetak adalah seberat 250 mg setiap tablet
dan di dalamnya mengandung 20mg famotidin. Namun karena keterbatasan alat
punch and die, maka bobot maksimal tablet yang dapat tercetak hanyalah sekitar
150mg.
Setelah proses pencetakan tablet selesai, selanjutnya dilakukan evaluasi sediaan
tablet. Pengujian pertama yakni uji keseragaman ukuran. Pengujian ini
dimaksudkan untuk mengukur keseragaman ukuran diameter, tebal, dan bobot
dari tablet. Pengukuran diameter dan tebal dilakukan dengan menggunakan jangka
sorong digital dengan ketelitian hingga 0,01 mm.
Berdasarkan pengujian, untuk diameter didapatkan rata-rata 8,12 mm sedangkan
untuk tebal didapatkan rata-rata 4,206 mm dan rata-rata perbandingan tebal dan
diameter tablet adalah 1.9 kalinya. Berdasarkan Farmakope Indonesia edisi III
dinyatakan bahwa kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 3 kali
dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
besar tablet yang dihasilkan sudah baik dan memenuhi persyaratan uji
keseragaman ukuran.
Rentang variasi ukuran yang dihasilkan pun tidak terlalu besar karena diameter
tablet akan selalu mengikuti diameter dari die yang digunakan, dan variasi akan
terjadi hanya karena pengembangan tablet yang terisi oleh udara. Sedangkan
variasi ukuran tebal tergantung dari tekanan yang diberikan oleh punch dan laju
alir dari serbuk, jika laju alir buruk maka akan banyak terjadi variasi tebal tablet
karena pengisian die yang tidak sempurna. Karena laju alir dari serbuk sangat
baik, maka rentang variasi tebal yang dihasilkan pun menjadi kecil.
Setelah dilakukan uji keseragaman ukuran, kemudian dilakukan pengujian
keseragaman bobot pada masing-masing tablet. Pada evaluasi keseragaman bobot,
didapatkan bobot rata-rata sebesar 144.8mg. Ketentuan Farmakope Indonesia III
mengenai keseragaman bobot adalah sebagai berikut:
Berdasarkan Farmakope Indonesia III, untuk uji keseragaman bobot pada tablet
yang dibuat dengan bobot rata-rata 26-150 mg dinyatakan bahwa tidak boleh ada
lebih dari 2 tablet yang bobotnya menyimpang dari 10% bobot rata-rata dan tidak
boleh ada 1 tablet pun yang bobotnya menyimpang dari 20% bobot rata-rata. Ini
berarti tidak boleh ada lebih dari 2 tablet yang bobotnya lebih dari 165 mg dan
kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih
dari180 mg dan kurang dari 120 mg.
Dari hasil pengujian keseragaman bobot, terdapat 4 tablet yang memiliki
penyimpangan bobot diatas 10% yaitu tablet dengan berat 170.0 mg, tablet
dengan berat 126.6 mg;121.0 mg dan 116.2 mg. Kemudian terdapat satu tablet
yang memiliki penyimpangan bobot diatas 20%, yaitu tablet dengan berat 116.2
mg.
Evaluasi keseragaman bobot menunjukkan bahwa hasil yang didapatkan tidak
memenuhi persyaratan keseragaman bobot, kemungkinan variasi bobot ini terjadi
karena keterbatasan pengaturan ukuran mesin. Sejak awal target bobot yang
seharusnya adalah 250 mg, karena keterbatasan alat maka pembuatan tablet
menjadi dengan bobot 150mg. Secara teoritis hampir seluruh tablet kadar zat
aktifnya akan tidak sesuai dengan seharusnya. Hal ini terjadi dikarenakan
keterbatasan alat cetak yang tidak memungkinkan untuk mencetak tablet dengan
bobot awal, yaitu 250mg. Seharusnya dilakukan uji lanjutan yaitu uji kadar zat
aktif di dalam tablet agar dapat dilakukan penyesuaian dosis, namun hal ini tidak
dilakukan.
Evaluasi selanjutnya adalah uji kekerasan tablet, kekerasan adalah parameter yang
menggambarkan ketahanan tablet dalam melawan tekanan mekanik seperti
goncangan, kikisan dan terjadi keretakan talet selama pembungkusan,
pengangkutan dan pemakaian. Tablet yang baik memiliki kekerasan antara 40-80
N, namun hal tersebut tidak mutlak, kekerasan tablet yang kurang dari 40 N masih
dapat diterima dengan syarat kerapuhannya tidak melebihi batas yang diterapkan,
kekerasan tablet lebih besar dari 80 N masih dapat diterima, jika masih memenuhi
persyaratan waktu hancur/disintegrasi dan disolusi yang dipersyaratkan.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa rata-rata kekerasan tablet adalah 34,125 N,
ini menunjukkan bahwa kekerasan tablet tersebut kurang baik karena hasilnya
terlalu rendah. Kekerasan tablet yang rendah ini dikhawatirkan akan
mempengaruhi parameter friabilitas karena tablet yang kekerasannya rendah
identik dengan tablet yang rapuh.
Pengujian yang keempat adalah uji kerapuhan atau friabilitas. Kerapuhan
merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur ketahanan permukaan
tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman.
Kerapuhan diukur dengan friabilator. Prinsipnya adalah menetapkan bobot yang
hilang dari sejumlah tablet selama diputar dalam friabilator selama waktu tertentu.
Uji kerapuhan berhubungan dengan kehilangan bobot akibat abrasi yang terjadi
pada permukaan tablet. Semakin besar harga persentase kerapuhan, maka semakin
besar massa tablet yang hilang. Adanya kehilangan massa akibat rapuh akan
mempengaruhi kadar zat aktif yang masih terdapat dalam tablet
Pada pengujian frialbilitas, digunakan tablet dengan bobot total 6,101g. Nilai
persentase friabilitas yang baik adalah tidak boleh lebih dari 1%. Setelah diuji,
didapatkan friabilitas sebesar 8,48%. Kerapuhan tablet sangatlah tinggi dan tidak
memenuhi persyaratan farmakope. Kerapuhan yang tinggi akan mempengaruhi
konsentrasi zat aktif dalam tablet menjadi tidak akurat. Kemungkinan terjadinya
kerapuhan adalah karena tablet tidak memiliki sifat kompresibilitas yang baik dan
hal ini dapat diatasi dengan penambahan zat pengikat.
Pengujian yang terakhir adalah uji waktu hancur. Pengujian waktu hancur
dilakukan untuk melihat seberapa lama tablet akan hancur pada kondisi yang
menyerupai tubuh manusia. Berdasarkan FI III, waktu hancur yang baik adalah
tidak lebih dari 15 menit. Karena tablet famotidin ini merupakan tablet sublingual,
maka waktu hancurnya diharapkan kurang dari 20 detik.
Prosedur untuk melakukan uji waktu hancur adalah dengan menyiapkan air dalam
beaker glass sebanyak 800 mL dan dipanaskan hingga suhu 37oC, kemudian alat
juga disiapkan dengan suhu sekitar 37oC. Kemudian disiapkan 6 tablet yang
dimasukan kedalam tabung-tabung cakram. Lalu mesin dinyalakan dan dicatat
waktu hancurnya hingga seluruh tablet hancur.
Pengujian dilakukan pada suhu 37oC dimaksudkan agar menyerupai suhu tubuh
manusia dimana tablet akan hancur. Dalam FI III disyaratkan suhu uji harus
37oC±2oC. Cakram digunakan untuk mencegah agar tablet tidak keluar dari
tabung, desain cakram dibuat sedemikian rupa sehingga pada saat tabung masuk
kedalam air aliran air yang masuk kedalam tabung melalui cakram akan menjaga
agar tablet tetap ditengah tabung. Pada saat pemasangan cakram harus dipastikan
bahwa cakram benar-benar dalam keadaan kering agar tidak terjadi penempelan
tablet pada cakram. Jika terjadi penempelan maka tablet akan sangat lama hancur
karena tertahan oleh cakram.
Setelah mesin dinyalakan dicatat waktu hancur tablet adalah 10 detik. Sebagai
tablet sublingual, waktu hancur dari tablet famotidin ini sudah cukup memenuhi
syarat. Kecepatan hancur tablet yang baik sangat dipengaruhi oleh adanya
disintegran, dalam formulasi kali ini digunakan Avicel PH 102 yang bersifat
menyerap air dan mengembang dalam air sehingga dapat memecahkan tablet
dengan sangat baik dan cepat.
Setelah dilakukan serangkaian pengujian diatas, tablet yang telah dicetak dapat
dikemas dalam wadah yang sesuai dan diberi etiket serta label yang sesuai.